Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih...

44
i Kajian Teologis terhadap Makna dan Peran Doa menurut Jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem dalam Konteks Erupsi Gunung SinabungOleh: Monica Seles Br Purba 712015015 Tugas Akhir Diajukan kepada Program Studi Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S. Si. Teol) Program Studi Ilmu Teologi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA 2019

Transcript of Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih...

Page 1: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

i

Kajian Teologis terhadap Makna dan Peran Doa menurut Jemaat GBKP

Runggun Bakerah-Simacem dalam Konteks Erupsi Gunung SinabungOleh:

Monica Seles Br Purba

712015015

Tugas Akhir

Diajukan kepada Program Studi Teologi guna memenuhi sebagian dari

persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang

Teologi (S. Si. Teol)

Program Studi Ilmu Teologi

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

SALATIGA

2019

Page 2: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

ii

Page 3: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

iii

Page 4: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

iv

Page 5: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

v

Page 6: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

vi

Motto

“Tidak ada pekerjaan di dunia ini yang dapat selesai, tanpa

dikerjakan dan diperjuangkan. Maka selesaikanlah segala

pekerjaan dan tanggung jawab di dunia ini selagi ada waktu

dan kesempatan”

“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan

segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk

manusia”

Kolose 3:23

Page 7: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus

karena atas berkat dan anugrahNya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas

akhir ini. Syukur kembali penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

penyertaan, anugrah, serta bimbingannya yang telah menuntun penulis hinga

sampai ke pengunjung dari masa perkuliahan di Fakultas Teologi Universitas

Kristen Satya Wacana.

Penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam

mencapai gelar sarjana dalam bidang ilmu Teologi (S.Si. Teol). Tugas akhir ini

berisi tentang analisa Kajian Teologis terhadap Makna dan Peran menurut Jemaat

GBKP Runggun Bakerah-Simacem dalam Konteks Erupsi Gunung Sinabung.

Harapan penulis, kiranya tugas akhir ini dapat bermanfaat dalam memperkaya

bahan kepustakaan Universitas Kristen Satya Wacana dan kiranya tugas akhir ini

dapat meningkatan pemahaman serta menambah wawasan jemaat tentang hal ini.

Penulis juga tidak menutup kemungkinan adanya pihak yang ingin melanjutkan

penelitian lebih mendalam tentang hal ini.

Penulis mengakui sebagai manusia biasa yang memiliki banyak

kekurangan dan keterbatasan yang memungkinkan adanya kekurangan dalam

rangkaian penulisan tugas ahir ini. oleh karena itu, penulis meminta maaf kepada

semua piak yang membaca atau terlibat dalam penulisan jika terdapat kesalahan

dalam penulisan tugas akhir ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah terlibat dalam membantu penulis ketika menyusun tugas akhir ini hingga

pada akhirnya terselesaikan dengan baik.

1. Terimakasih kepada Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo dan Pdt.

Cindy Q. Koan selaku dosen pembimbing penulis, yang telah

meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan juga memvasilitasi buku-buku

untuk membimbing dan mengarahkan serta memberikan motivasi

kepada penulis dalam menyelesaikann tugas akhir ini.

2. Terima kasih kepada Dekan, Kaprogdi, Wali Studi, Panitia Tugas

Akhir dan seluruh Dosen, serta staff Fakultas Teologi Universitas

Kristen Satya Wacana yang telah membantu penulis dari awal

perkuliahan hingga pada penulisan tugas akhir ini.

3. Terimakasih kepada BPMF dan Senat Mahasiswa Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana yang telah membantu penulis dalam

menjalani proses perkuliahan hingga selesai.

4. Terimakasih kepada Pdt. Roky Tarigan besertas seluruh keluarga, dan

Pt. Mbiri Sembiring beserta keluarga yang telah meluangkan waktu

Page 8: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

viii

dan pikiran untuk membantu penulis mendapatkan informasi seputar

penelitian ini. Tuhan Yesus memberkati tugas dan pelayanan.

5. Terimakasih kepada seluruh informan, Pt. Mbiri Sembiring, Dk.

Nande Dandy Br Sembiring, Dk. Em. Nande Dat Malem Br

Sembiring, Dk. Nande Putra Br Ginting, Ina Surabina Br Sembiring,

Ita Br Sitepu, Nande Anisa Br , Nande Santi Br Sitepu, Bapak Santi

Ginting, Pdt. Roky Tarigan, Fatma Br Sitepu, dan Ribu Febri.

Terimakasih telah meluangkan waktu dan pikiran, serta membagi

pengalaman bagi penulis, sehingga penelitian ini dapat terlaksana

hingga selesai.

6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring,

S. Pd yang telah memberikan seluruh cinta dan kasih sayangnya yang

selalu memberikan motivasi, semangat, nasehat, dan dukungan bagi

penulis baik dari segi moril maupun materil, sehinngga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan dan penulisan tugas akhir dengan baik.

Kiranya Tuhan Yesus selalu memberkati kehidupan kedepannya.

7. Terimaksih atas dukungan dari Keluarga Sembiring Gurky dan

Keluarga Purba

8. yaitu, Nini Karo, seluruh Mama dan Mami serta Bibi, Bapak Uda,

Kila, Kakak, Abang dan Adik-adik yang selalu membantu dan

memberi semanagat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan

pendidikan dengan baik. Kiranya Tuhan Yesus memberkati.

9. Terimakasih kepada Keluarga Bapak Nasional Barus yang telah

menerima penulis di tengah-tengah keluarga dalam menjalani proses

PPL X di GBKP Runggun Paribun. Kiranya Tuhan Yesus membalas

kebaikan dan pelayanannya, Tuhan Yesus memberkati.

10. Terimakasih kepada Pdt. Elfriend Sitompul beserta keluarga telah

menjadi Super visior lapangan PPL I-VIII di GKMI Siloam. Nasehat

dan didikan yang diberikan membuat penulis dapat menyelesaikan

proses pendidikan dengan baik.

11. Terimakasih kepada Pdt. Yane Br Tarigan sebagai Super Visior

Lapangan PPL X di GBKP Runggun Paribun.

12. Terimakasih untuk teman-teman Fakultas Teologi angkatan 2015 dan

Teologi Karo angkatan 2015 yang telah menemani penulis dalam

proses perkuliahan. Canda dan tawa kalian sangat memotivasi penulis

dalam proses penyelesaian perkuliahan ini. tuhan memberkati kalian

semua.

13. Terimakasih untuk Allan Anderson Sembiring yang telah menemani

penulis dari awal perkuliahan hingga selesai. Semoga Tuhan membalas

segala kebaikan, kasih sayang dan memberkati kehidupan dalam

segala sisi.

Page 9: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

ix

14. Terimakasih kepada teman-teman Yesi, Dia Junita, Sari, Widya, Dwi

Purba, Endamya Barus yang selalu menjadi tempat penulis bercerita

dalam mengahadapai berbagai masalah dalam masa perkuliahan

hingga selesai. Terimakasih juga untuk semua nasehat, semangat dan

motivasi kalian. Tuhan memberkati kalian semua.

15. Terimakasih untuk Keluarga Permata GBKP Salatiga, Keluarga

Bajem USA, dan Keluarga IGMK Salatiga yang telah menjadi tempat

penulis mendapatkan canda tawa. Kiranya Tuhan memberkati kalian

semua dan semoga organisasi ini semakin maju kedepannya.

16. Terimakasih untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

demi satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas

akhir ini. Tuhan memberkati kalian semua.

Page 10: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

LEMBAR PEGESAHAN ................................................................................................... ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................................................. iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ...................................................................................iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................................. v

Motto ..................................................................................................................................vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii

ABSTRAK........................................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x

I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1

II. LANDASAN TEORI ............................................................................................ 7

Teori DOA ...................................................................................................................... 7

Alasan Manusia Berdoa .................................................................................................. 9

Makna Doa .................................................................................................................... 10

Peran Doa ...................................................................................................................... 10

Bencana Alam ............................................................................................................... 10

Paradigma Manusia akan Bencana Alam ...................................................................... 12

Doa dalam Konteks Bencana Alam .............................................................................. 13

III. Data Penelitian .................................................................................................... 14

Gambaran GBKP Runggun Bakerah-Simacem Sebelum Terjadi Erupsi Gunung

Sinabung ....................................................................................................................... 14

Makna Erupsi dan Dampak yang dirasakan menurut Jemaat GBKP Runggun Bakerah-

Simacem ........................................................................................................................ 16

Makna dan Peran Gereja Menurut Jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem .......... 18

Makna dan Peran Doa Bagi Jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem ..................... 19

Kehidupan Jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem Pasca Bencana Erupsi ........... 22

IV. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 25

Makna Teologis Bencana Erupsi Gunung Sinabung bagi Jemaat GBKP Runggun

Bakerah-Simacem ......................................................................................................... 25

Page 11: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

xi

Kajian Teologis terhadap Makna dan Peran Doa Bagi Jemaat GBKP Runggun

Bakerah-Simacem ......................................................................................................... 27

V. PENUTUP .................................................................................................................... 29

Kesimpulan ................................................................................................................... 29

Saran ............................................................................................................................. 30

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 31

Page 12: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

xii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna dan peran doa bagi jemaat

GBKP Runggun Bakerah-Simacem dalam konteks bencana erupsi Gunung

Sinabung. Dengan menganalisis pengalaman jemaat GBKP Runggun Bakerah-

Simacem maka dapat diketahui bagaimana pergeseran makna doa menurut jemaat

ketika berada dalam perbedaan situasi kehidupan, sebelum terjadi bencana, saat

terjadi bencana dan sampai di daerah relokasi Siosar. Teori yang digunakan dalam

penulisan ini adalah teori doa, teori bencana alam dan teori doa dalam bencana.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan pemahaman tentang makna dan peran doa menurut refleksi iman

warga jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem dalam konteks erupsi Gunung

Sinabung dan juga menjelaskan peran doa tersebut berguna dalam proses

pemulihan dalam konteks pasca bencana alam erupsi Gunung Sinabung. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa, jemaat GBKP Runggun Bakerah Simacem

memiliki banyak pandangan akan erupsi Gunung Sinabung. Sebagian jemaat

berpendapat bahwa erupsi terjadi karena adanya teguran dari Allah karena

banyaknya kesalahan yang dilakukan manusia ketika hidup di bawah Gunung

Sinabung, tetapi sebagian jemaat berpikir bahwa erupsi adalah peristiwa alamiah

Gunung Sinabung. Perbedaan dari pandangan tersebut juga dipengaruhi dari

tingkat pendidikan jemaat, tetapi pada akhirnya jemaat mampu menerima bahwa

erupsi adalah peristiwa alamiah Gunung Sinabung. Berada dalam perubahan

situasi kehidupan pada jemaat, seperti misalnya sebelum terjadi erupsi, saat

erupsi, dan setelah berada di daerah relokasi Siosar, menyadarkan jemaat bahwa

doa sebagai sarana komunikasi jemaat dengan Allah. Dalam doa jemaat

menyampaikan isi hatinya baik. Perbedaan situasi kehidupan tersebut juga

membuat spiritualitas dalam doa jemaat berubah-ubah. Terkadang berada dalam

situasi bencana membuat jemaat semakin kuat, namun ada juga jemaat yang

semakin lemah dalam doa dan berbagai kegiatan gereja. Spiritualitas jemaat

bergantung bagaimana konsistensi jemaat menjalin hubungan dengan Allah segala

situasi kehidupan.

Kata Kunci: Makna dan Peran Doa, bencana erupsi Gunung Sinabung.

Page 13: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

1

I. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Fokus dalam penelitian ini adalah meneliti makna dan peran doa dalam

konteks bencana alam. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa yang disebabkan oleh alam.1 Bencana alam yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah erupsi Gunung Sinabung. Gunung Sinabung adalah salah

satu gunung berapi yang ada di Indonesia, tepatnya di Dataran Tinggi di wilayah

Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Koordinat puncak gunung Sinabung

adalah 3º10’12” Lintang Utara dan 98º23’31” Bujur Timur dengan tinggi puncak

2.460 mdpl yang merupakan puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung

Sinabung belum pernah meletus sejak tahun 1600, tetapi kemudian aktif kembali

dan mengalami erupsi pada Agustus 2010. 2

Pada dasarnya penyebab terjadinya bencana letusan gunung berapi

bukanlah karena kesalahan masyarakat yang bertempat tinggal dekat gunung

tersebut, walaupun beberapa cerita yang berkembang di masyarakat, kemungkinan

juga penyebab terjadinya bencana letusan gunung berapi terjadi karena kesalahan-

kesalahan yang dilakukan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar

gunung kepada roh-roh yang ada dalam gunung tersebut. Penyebab terjadinya

letusan gunung berapi adalah pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi

dengan arus konveksi panas, proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan

lempeng/kulit bumi, akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma yang

menimbulkan pelepasan energi. 3

Warga masyarakat yang berada di sekitar Gunung Sinabung sudah

mengalami erupsi selama kurang lebih delapan tahun lamanya. Bencana alam

tersebut dimulai dari pada Agustus 2010, walaupun ada beberapa waktu aktivitas

gunung sempat berhenti, dan di tahun 2013 erupsi lagi. Namun beberapa tahun

1 Presiden Republik Indonesia, dkk, “Undang-undang Republik Indonesia No. 24 Tahun

2007 Tentang Penanggulangan Bencana”, diakses 25 januari 2019, pukul 21.00 WIB,

https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf . 2 Bella Pebriyani Panjaitan, “Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produksi Dan

Harga Buah Dan Sayuran Di Kabupaten Karo”, diakses 26 januari 2019, pukul 8. 20 WIB,

https://jurnal.usu.ac.id/index.php/ceress/article/viewFile/17493/7426. 3 Nurjanah, dkk,”Manajemen Bencana” (Bandung: Alfabeta Bandung, 2012), 30.

Page 14: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

2

belakangan ini Gunung Sinabung kembali aktif, sehingga membangkitkan

kembali penderitaan-penderitaan masyarakat sekitar yang berada di daerah

Gunung Sinabung. Penderitaan dan kesengsaraan yang dialami mencakup pada

semua aspek kehidupan, seperti mereka kehilangan nyawa, kehilangan anggota

keluarga, kehilangan harta benda, kehilangan tempat tinggal, dan harus

meninggalkan tempat tinggalnya untuk mengungsi dengan waktu yang tidak pasti.

Ketidakpastian waktu berakhirnya bencana alam erupsi Gunung Sinabung

tentunya juga membawa penderitaan bagi warga jemaat GBKP yang bertempat

tinggal di bawah gunung Sinabung, khususnya kepada jemaat GBKP Runggun

Bakerah-Simacem. Runggun Bakerah-Simacem adalah salah satu jemaat GBKP

yang dasarnya berasal dari Desa Bakerah dan Desa Simacem yang berada di

Kecamatan Naman Teran, Tanah Karo yang berjarak 1-1,5 km dari Gunung

Sinabung. Dampak erupsi Gunung Sinabung yang dirasakan jemaat GBKP

Runggun Bakerah-Simacem sangat melekat dalam kehidupannya. Hal ini dapat

dilihat dari desa asal mereka memang benar-benar tidak dapat dihuni lagi.

Berada dalam situasi erupsi Gunung Sinabung, warga jemaat GBKP

Runggun Bakerah-Simacem tentunya memiliki pergumulan iman tersendiri.

Sebagai manusia, warga jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem tentunya

memiliki beberapa kebutuhan dalam menjalani kehidupannya untuk dapat

mengatasi pergumulan dalam kehidupan dan iman yang mereka hadapi, yaitu

yang digolongkan dalam kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan rohani sering

sekali diidentikkan pada kebutuhan yang berhubungan dengan Sang Ilahi dan

berhubungan juga dengan batin yang harus dipenuhi agar manusa dapat

menjalankan dan menikmati hidupnya. Kebutuhan rohani manusia kepada Sang

Ilahi sering dipenuhi dengan cara mendekatkan diri kepadaNya yaitu dengan

berhubungan dengan Allah atau menyadari kehadiran yang Ilahi dalam lingkup

kehidupan manusia.4

Peran doa menurut Todd Schave adalah sebagai sarana agar permohonan-

permohonan manusia diketahui Allah, lalu menyerahkan keputusan dan solusinya

4 Adolf Heuken SJ,”Spiritualitas Kristiani (Pemekaran hidup rohani selama dua puluh

abad)” (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2002), 11-12.

Page 15: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

3

kepada Allah sendiri. Dalam ilmu Teologi, doa berperan sebagai pengungkapan

iman, sehingga melalui doa sering kali memperlihatkan bagaimana iman

seseorang.5 Dalam situasi kehidupan yang sukacita kemungkinan akan mudah

untuk memperlihatkan refleksi iman yang baik, namun jika berada dalam situasi

kehidupan yang dukacita kemungkinan akan sulit merefleksikan doa sebagai

pengungkapan iman.

Seperti refleksi Bapak Pelawi seorang Panatua (Pertua dalam GBKP),

beberapa dari jemaat ketika sedang mengalami erupsi gunung Sinabung tidak

dapat merefleksikan iman mereka melalui doa. Menurutnya, beberapa dari jemaat

mengalami keputusasaan dalam berdoa pada saat terjadi erupsi Gunung Sinabung.

Jemaat tidak dapat menerima bencana tersebut sebagai sebuah peristiwa yang

harus diterima dan dilalui, tetapi jemaat menganggap bahwa bencana tersebut

adalah salah satu hukuman bagi mereka dan suatu peristiwa yang menunjukkan

ketidakadilan Tuhan dalam kehidupan mereka. Pemikiran tersebut akhirnya

memberikan dampak kepada kehidupan pelayanan gereja yang akhirnya tidak

dapat berjalan dengan baik, yaitu partisipasi jemaat terhadap kegiatan-kegiatan

gereja sangat menurun ketika dalam situasi erupsi gunung Sinabung, dalam situasi

pengungsian maupun sampai pada saat ini ketika berada di relokasi Siosar. Hal

tersebut dapat dibuktikan dari jumlah kehadiran ibadah mereka hanya rata-rata 70-

85 orang perminggunya dari 224 jumlah jemaat yang ada.

Ketika mengungsi jemaat juga banyak mendapat pengaruh dari luar yang

memengaruhi pemahaman rohaninya, jemaat merasa kurang dilayani, dan kurang

diperhatikan. Namun beberapa di antara jemaat Runggun Bakerah-Simacem juga

ada yang menyadari bahwa berada dalam situasi erupsi gunung Sinabung

bukanlah suatu peristiwa yang menakutkan, tetapi sesuatu yang juga harus

disyukuri sebab gunung Sinabung juga merupakan ciptaan Tuhan dan di balik

peristiwa tersebut juga ada rencana Tuhan yang lebih baik bagi kehidupan

mereka.6 Ini merupakan hasil refleksi warga jemaat menurut pandangan Bapak

Pelawi yang selalu bersama-sama dengan jemaat. Bapak Pelawi menyimpulkan

bahwa tidak semua dapat merefleksikan doa sebagai pengungkapan iman dalam

5 Prof. Dr. Tom. Jacobs, SJ, “Teologi Doa” (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 105.

6 Pt. Mbiri Pelawi, (Petani dan Panatua), (Wawancara, pada tanggal 26 februari 2019).

Page 16: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

4

situasi bencana alam erupsi gunung Sinabung, namun beberapa di antara jemaat

menyadari peristiwa bencana juga merupakan peristiwa alami dari alam yang

harus terjadi, tidak hanya dengan Gunung Sinabung, tetapi juga dengan semua

Gunung yang ada di dunia.

Pengalaman Nande Sophi yang merupakan jemaat GBKP Runggun

Bakerah-Simacem, doa memiliki makna dan peran penting dalam hidupnya. Doa

dapat memberi kelegaan dalam setiap pergumulan yang ia rasakan baik sebelum

terjadi bencana alam gunung Sinabung, saat terjadi bencana maupun sampai pada

saat sekarang ini. Namun ketika berada dalam keadaan erupsi gunung Sinabung

menurut Nande Sophi adanya pergeseran makna dan peran doa, ketika dalam

dirinya muncul ketakutan yang besar. Hal itu ia rasakan karena menurutnya itu

merupakan peristiwa yang baru ia rasakan dalam hidupnya dan mendatangkan

kekhawatiran akan kehidupannya dan keluarganya, sehingga doa yang ia

panjatkan kepada Allah jauh lebih memiliki makna. Doa menurutnya jauh lebih

dapat memberi kelegaaan dari rasa takut yang sedang ia rasakan dan berbeda

dengan makna doa yang ia rasakan ketika berasa dalam situasi kehidupan sebelum

terjadi erupsi gunung Sinabung.7

Menurut Pt. Pelawi sebelum bencana alam terjadi makna doa adalah

sebagai penopang kehidupannya. Melalui doanya ia merasa bahwa Tuhan

mengambil bagian dalam kehidupannya, memberkati kehidupannya dan

keluarganya, memberkati tanamannya, memberkati anak-anaknya yang berada

jauh dari dia dan segala sesuatu yang ada dalam kehidupannya. Namun berada

dalam konteks erupsi Gunung Sinabung, makna dan peran doa yang ia rasakan

seakan lebih memberi peran penting yaitu doa memberikan penguatan iman dari

segala sesuatu baik dari ketakutannya dari bencana alam, memberikan keiklasan

dari banyaknya kerugian yang ia hadapi, memberikan ketenangan, dan kekuatan

dari berbagai permasalahan-permasalahan yang ada. Peran serta Tuhan begitu

penting dalam komunikasi yang ia lakukan melalui doa. Dari paparan refleksi

Nande Sophi dan Bapak Pelawi, dapat dilihat pengfungsian doa sebagai sarana

yang memperlengkapi kekurangan dan kebutuhan manusia. Dalam hal ini jelas

7 Nande Sophi (Guru), (Wawancara, pada tanggal 23 februari 2019).

Page 17: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

5

bahwa di tengah kehilangan, keterbatasan, ketidakpastian bencana, Nande Sophi

dan Bapak Pelawi mampu mengalami kekuatan, keikhlasan, semangat, kelegaan

yang didapat dari berdoa.

Dengan demikian, mengacu pada penjelasan dua paragraf di atas, yakni

ungkapan refleksi Bapak Pelawi dan Nande Sophi dapat disimpulkan bahwa

dalam situasi bencana alam Gunung Sinabung, peran doa sangat penting. Doa

berfungsi memberikan rasa tenang, keikhlasan, penguatan, semangat, kelegaan

dan sebagainya. Begitu juga, doa menolong seseorang untuk menemukan makna

pembelajaran di balik bencana yang ia alami dan termasuk juga menemukan nilai-

nilai hikmat yang dapat terus diaplikasikan bahkan ketika bencana alam telah

berlalu. Hal tersebutlah yang membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian. Peneliti memberi judul, “Kajian Teologis terhadap Peran Doa

menurut Jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem dalam Konteks Erupsi

Gunung Sinabung”.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas maka yang

menjadi pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana makna dan peran doa bagi jemaat GBKP Runggun

Bakerah-Simacem dalam konteks bencana erupsi Gunung Sinabung?

Bagaimana peran doa jemaat dalam proses pemulihan pada situasi

pasca bencana alam menurut jemaat GBKP Runggun Bakerah-

Simacem?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemahaman

tentang makna dan peran doa menurut refleksi iman warga jemaat GBKP

Runggun Bakerah-Simacem dalam konteks bencana Erupsi Gunung Sinabung dan

juga menjelaskan peran doa tersebut berguna dalam proses pemulihan dalam

konteks pasca bencana erupsi Gunung Sinabung.

Penelitian ini memberikan dua manfaat yaitu secara teoritis dan secara

praktis. Secara teoritis manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah

sebagai sumber referensi bagi studi-studi yang dilakukan dalam waktu selanjutnya

yang berhubungan dengan peran doa dalam kehidupan iman manusia dan bencana

Page 18: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

6

alam, sebagai sumber menulis karya ilmiah, dan dapat menjadi bahan tambahan

literatur Universitas Kristen Satya Wacana. Secara praktis manfaat yang dapat

diberikan dari penelitian ini diharapkan dapat membantu warga jemaat GBKP

Runggun Bakerah-Simacem yang mengalami erupsi Gunung Sinabung agar dapat

merefleksikan kembali pemahaman tentang doa dalam situasi bencana alam untuk

dapat membentuk spiritualitas yang lebih baik dan menjadikan refleksi ini sebagai

alat untuk memberikan pemahaman baru akan doa dalam proses pemulihan pasca

bencana alam. Selain dari pada itu, penelitian ini juga bermanfaat bagi GBKP

Runggun Bakerah-Simacem dan Sinode GBKP sebagai sumbangsih pemikiran

dalam melakukan pelayanan.

Metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam

meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem

pemikiran atau suatu kelas peristiwa masa sekarang. Penelitian deskriptif

bertujuan untuk menjelaskan sesuatu hal secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu di lapangan. 8

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan serangkaian

kegiatan atau proses menjaring informasi dari keadaan yang sewajarnya dalam

kehidupan suatu objek dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari

sudut pandang teoritis maupun praktis. 9 Adapun teknik pengumpulan data dari

sumber data adalah dengan cara:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab lisan dimana dua belah pihak atau

lebih bertatap muka secara fisik untuk mengetahui tanggapan, pendapat, dan

motivasi seseorang terhadap suatu objek.10

Teknik penarikan sampel yang

8 Sumardi Suryabarata, “Metodologi Penelitian”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1998), 18. 9 Jopie Daan Angel, “Metode Penelitian Sosial dan Teologi Kristen”, (Salatiga: Widya

Sari Press, 2005), 20. 10

Drg. K.R. Soegijono, “Wawancara Sebagai Salah Satu Metode Pengumpulan Data”,

Media Litbangkes VoL III No. 01/1993, diakses, 28 Januari 2019, pukul 22.00 WIB,

Page 19: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

7

digunakan dalam penelitian ini adalah Stratified Random Sampling. Stratified

Random Sampling dilakukan dengan cara memilah-milah populasi yang ada

terlebih dahulu ke dalam stratum-stratum yang relevan, baru kemudian sampel

ditarik secara random dari masing-masing stratum yang ada.11

Sumber data yang

akan diwawancarai adalah Pendeta dan Jemaat GBKP Runggun Bakerah-

Simacem, khususnya bagi warga sidi (ngawan), yaitu warga GBKP yang telah

menerima baptisan kudus dewasa.12

b. Lokasi penelitian

Peneliti akan meneliti di GBKP Runggun Bakerah-Simacem di daerah

Relokasi Siosar, Tanah Karo, Sumatera Utara.

Tulisan ini terdiri dari lima bagian yang dideskripsikan sebagai berikut:

pada bagian pertama yaitu pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

penelitian. Bagian kedua berisikan teori teologi bencana alam dan teori teologi

doa. Bagian ketiga terdiri dari hasil penelitian. Bagian keempat, pembahasan

mengenai analisis hasil penelitian di lapangan jemaat GBKP Runggun Bakerah-

Simacem. Bagian keempat adalah kesimpulan dan saran dan tidak menutup

kemungkinan terdapat hal-hal baru dalam proses penulisan penelitian ini.

II. LANDASAN TEORI

Teori DOA

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kata doa (pray, dalam bahasa

Inggris) berarti permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan.13

Doa

adalah salah satu kegiatan sangat wajar dilakukan oleh manusia dan doa milik

setiap manusia. Setiap agama di dunia ini pastinya mengenal praktek doa. Hal

https://media.neliti.com/media/publications/157152-ID-wawancara-sebagai-salah-satu-metode-

peng.pdf. 11

Bagong Suyanto Sutinah, “Metode Penelitian Sosial”, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2007), 54. 12

Moderamen GBKP, “Tata Gereja GBKP 2015-2025”, (Kabanjahe, 2015), 20. 13

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Diakses pada 17 April 2019,

https://kbbi.web.id/doa.

Page 20: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

8

tersebut, karena di dunia ini tidak ada satu manusia atau suku yang walaupun

sangat primitif yang tidak berdoa kepada Allah, Dewa ataupun Roh.14

Doa sebagai sarana komunikasi dengan Allah. Manusia menyampaikan segala

sesuatu yang ia rasakan baik yang membuat hatinya gembira maupun yang

membuat ia bersedih hati dan yang ia perlukan dalam kehidupannya kepada Allah

Sang Pencipta. Berdoa ialah datang kepada Allah dan berkata-kata dengan Dia

sebagai Bapa. Doa berhubungan dengan wahyu Allah. Di dalam wahyu, Allah

menyatakan dirinya sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus (Trinitas).15

Doa adalah pengungkapan iman manusia. Doa adalah ciri khas dari orang

percaya yang memiliki iman kepada Allah. Kepercayaan manusia kepada Allah

tidak dapat diperlihatkan tanpa adanya doa. Doa bukan sesuatu yang berada di

samping percaya. Tetapi rasa percaya itu diberikan oleh Allah sendiri bersamaan

dengan doa. Dengan demikian, doa adalah nafas bagi orang yang percaya kepada

Allah. 16

Di dalam doa, iman dibahasakan dengan segala kekhasan dan ciri-ciri

bahasa manusia.

Menurut William Barclay, dalam berkomunikasi dengan Allah melalui doa,

ada hukum yang mengatur doa manusia kepada Allah. Pertama, manusia harus

jujur dalam doa. Kedua, manusia harus definitif dalam doa. Dalam doa manusia

harus menyebut dan mengakui satu persatu dosa-doa yang dilakukan manusia.

Ketiga, dalam doa Allah tidak akan melakukan untuk manusia apa yang tidak

dapat manusia lakukan untuk dirinya sendiri. Doa bukanlah jalan keluar yang

mudah untuk menghindari kesulitan. Doa adalah kerjasama antara usaha manusia

dan karunia Allah. Keempat, doa tidak dapat terlepas dari hukum alam yang

mengatur hidup ini. Allah punya tiga jawaban atas doa-doa manusia, yaitu “Ya”,

“Tunggu!”, dan “Tidak”. Namun yang perlu dipahami dalam jawaban doa ini

adalah tidak ada doa yang tidak di jawab oleh Allah, tetapi Allah sering kali

melihat waktu, Allah mengetahui apa yang baik, dan apa yang tidak baik bagi

14

Ebenhaizer I Nuban Timo, ”Kita dan Doa-doa Kita”, (Jakarta; PT. BPK Gunung

Mulia,2015),v. 15

Prof. Dr. Tom Jacobs, “Teologi Doa”, (Yogyakarta; Kanisius, 2004), 21. 16

Dr. J. L. Ch. Abineno, “Doa Menurut Kesaksian Perjanjian Baru”, (Jakarta;PT. BPK

Gunung Mulia, 2017), 55.

Page 21: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

9

manusia. Dengan itu Allah sering menjawab doa manusia dengan tidak

mengabulkan apa yang manusia minta, tetapi Allah menjawab sesuai dengan apa

yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Allah adalah sosok yang paling mengerti

akan manusia. Jadi, pada kenyataannya, tidak ada doa yang tidak dijawab. 17

Alasan Manusia Berdoa

Manusia berdoa karena dengan doa manusia mengenal Allah. Namun ketika

manusia berusaha utuk mengenal Allah, maka manusia sendiri harus terlebih

dahulu tahu siapa yang pantas untuk dihormati dengan seluruh hidup manusia

sendiri. Yang pantas dihormati adalah Sang Pencipta yaitu Allah sendiri. Manusia

berdoa kepada Allah, tetapi manusia sendiri masih berjuang, dan tidak

menyerahkan tanggung jawab untuk hidup kepada Tuhan. Manusia berdoa karena

ketika berdoa berarti manusia berjuang bersama Tuhan.18

Alasan lain untuk manusia berdoa adalah sebab manusia tidak dapat tidak

berdoa. Setiap agama mengenal praktek doa. Doa adalah penggerak dalam sebuah

agama. Tanpa adanya doa, agama adalah upacara adat atau kebudayaan saja.19

Namun titik awal manusia berdoa bukan hanya agama dengan segala peraturannya

tentang doa, melainkan manusia berdoa karena keterpanggilannya yang timbul

dari dalam hati.

Doa menyatakan apa yang ada di dalam hati manusia. Manusia yang beriman,

berdoa untuk membuat imannya menjadi sadar dan jelas akan Allah. Iman adalah

relasi dengan Allah atau tanggapan atas wahyu Allah. Relasi itu tidak melalui doa,

melainkan relasi sudah ada sejak Allah menyatakan diriNya dan memanggil

manusia. Doa terarah kepada Allah, dan mulai menyerahkan diri kepadaNya.

Manusia berdoa juga untuk menyatakan apa yang ada di dalam hatinya. Orang

yang mengaku beriman kepada Allah, berdoa untuk membuat imannya menjadi

sadar dan jelas. Iman adalah relasi dengan Allah atau tanggapan manusia atas

wahyu Allah. Doa adalah pertama-tama suatu sikap dasar, suatu kesadaran

17

William Barclay, “Doa-doa seriap hari dan untuk hari-hari khusus”, (Jakarta; PT. BPK

Gunung Mulia, 1984), 14. 18

Prof. Dr. Tom Jacobs, SJ, “Teologi Doa”, 11. 19

Prof. Dr. Tom Jacobs, SJ, “Teologi Doa”, 13.

Page 22: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

10

mengenai relasi dengan Allah. Doa mengarahkan manusia kepada Allah dan

manusia mulai menyerahkan diri kepada Allah.

Makna Doa

Doa adalah kegiatan keagamaan yang dijadikan manusia sebagai alat untuk

dapat berkomunikasi dengan Allah. Doa perlu dilakukan dan mendesak supaya

spiritualitas manusia menjadi suatu media yang dapat membebaskan. 20 Berdoa

sebagai sebuah media untuk berkomunikasi dengan Allah bermakna di mana

manusia diharapkan untuk lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Lebih

banyak mendengar dari pada didengar. Doa memberi makna bagi manusia agar

berdiam sambil menunggu Allah dan mendengarkan Allah.

Peran Doa

Peran doa adalah untuk mengubahkan manusia dan memampukan manusia

dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah di dalam dunia. Doa yang dilakukan

manusia kepada Allah dan pekerjaaan Allah adalah satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Berdoa berarti melaporkan pekerjaan yang dilakukan manusia kepada

Allah. Bekerja di dunia ini adalah doa yang diwujudkan dalam tindakan nyata.

Peran doa yang dasariah adalah menyampaikan permohonan dan menyampaikan

ucapan syukur.

Bencana Alam

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang terletak di wilayah bagian

Asia Tenggara. Secara geografis Indonesia membentang dari 6º Lintang Utara

(LU) sampai 11º Lintang Selatan (LS) dan 92º sampai 142º Bujur Timur (BT).

Indonesia juga terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya kurang

lebih 17.504 pulau. Wilayah Indonesia diperkirakan tiga perempat wilayahnya

adalah laut (5,9 juta Km2) dan seperempat wilayah lainnya adalah daratan.

21

Realita geografis Indonesia juga dilalui dua jalur pegunungan muda dunia dua

sekaligus, yaitu pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan muda Sirkum

Mediterania. Berada dalam dua jalur pengunungan muda tersebut memberikan

20

Ebenhaizer I Nuban Timo, “Kita dan Doa-doa Kita”, 25. 21

Ridwan Lasabuda, “Pembangunan wilayah pesisir dan lautan dalam perspektif negara

kepulauan Indonesia”, Januari, 2013, diakses 25 Januari 2019, pukul 14.26 WIB,

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax/article/download/1251/1019.

Page 23: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

11

dua dampak, yaitu positif dan negatif. Dampak positifnya, yaitu Indonesia

berpotensi sebagai negara yang kaya akan hasil bumi, seperti menjadi negara

penghasil gas, minyak, panas bumi, batu bara, mineral, logam, mineral logam, air

tanah dan beberapa hasil bumi lainnya. Dampak negatifnya bagi Indonesia adalah

menjadi negara yang rawan bencana alam.

Menurut UUD NO 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam

maupun faktor manusia (sosial) sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana yang terbagi di dunia ini terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu bencana

alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana alam adalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa

bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupaya gagal teknologi, gagal

modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa oleh manusia yang meliputi

konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror. 22

Erupsi gunung berapi merupakan salah satu bencana yang diakibatkan oleh

aktifitas alam (bencana alam). Gunung api adalah lubang kepundan dan rekahan

dalam kerak bumi tempat kelurnya cairan magma atau gas lainnya ke permukaan

bumi. Material yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk

kerucut terpancung. Gunung api diklasifikasikan menjadi dua dua sumber erupsi

yaitu, erupsi pusat, erupsi keluar melalui kawah utama,dan erupsi samping (erupsi

keluar dari lereng tubuhnya), erupsi celah (erupsi yang muncul pada retakan/sesar

dapat memanjang sampai beberapa kilometer), dan erupsi esentrik (erupsi

22

Presiden Republik Indonesia, dkk, “Undang-undang Republik Indonesia No 24

Tahunn 2007 Tentang Penanggulangan Bencana”, diakses 25 Januari 2019, pukul 21.00 WIB,

https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf

Page 24: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

12

samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yang menyimpang

ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri. 23

Bahaya-bahaya yang mungkin timbul akibat terjadinya erupsi Gunung Berapi

adalah pertama, awan panas. Kedua, kebakaran hutan yang biasanya keadaan ini

terjadi di sepanjang alur sungai yang dilalui oleh awan panas. Ketiga, eksplosif

(letusan) yang memuntahkan material vulkanik dari ukuran bom hingga debu.

Bangunan rumah, terutama atap tidak mampu menahan beban timbunan material

vulkanik ini, hingga akhirnya roboh dan tanaman akan tertutup, terpanggang oleh

panas material vulkanik, dan akhirnya mati. Keempat, banjir lahar dingin yang

akan melewati sungai yang terdahulu di puncak. Kelima, keluar dan menyebabkan

uap belerang. Keenam, longsoran kubah lava yang belum stabil dan bersama air

hujan kan mengalir turun hingga terjadi banjir lahar. Ketujuh, masyarakat di

sekitar gunung api umumnya kesulitan mendapatkan air bersih.24

Paradigma Manusia akan Bencana Alam

Bencana adalah peristiwa yang membawa dampak negatif pada kehidupan

makhluk hidup. Hal itulah yang membuat banyaknya paradigma manusia tentang

bencana, khususnya bencana alam. Ada tiga paradigma awal tentang bencana

alam. Yaitu; pertama adalah paradigma yang meyakini bahwa bencana adalah

the Acts of God yang manusia tidak dapat berbuat apa-apa untuk mencegah atau

mengontrolnya (fatalism). Kedua, paradigma alam (nature) yang berkeyakinan

bahwa apa yang disebut bencana itu sebenarnya merupakan peritiwa rutin alam,

yang manusia dapat memperlajari dan mengendalikannya. Ketiga, paradigma

kultur (culture) yang memandang bahwa bencana alam itu ditentukan juga oleh

unsur-unsur kultur dalam memandang peristiwa bencana alam dan meresponnya,.

Adanya perbedaan paradigma tersebut pastinya membuat adanya perbedaan dalam

merespon bencana yang terjadi. 25

23

Data Depetermen Kesehatan, di akses pada 16 april 2019 20.00 WIB,

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/penanganan-

krisis/buku_pkk_anak_sekolah_erupsi_gn_api.pdf. 24

Prof. Ir. Sukandarumidi, M.SC., Ph.D, “Bencana Alam dan Bencana Antrhropogene”,

(Yogyakarta; Kanisius, 2010), 73-75. 25

Siti Syamsiyatun dan Benny Baskara, “Merenguh Merapi dengan Iman (Peran

Organisasi Berbasis Agama dalam Penangan Pascaerupsi Merapi 2010-2011)”, (Yogyakarta;

ICRS Yogyakarta, 2012), 19.

Page 25: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

13

Doa dalam Konteks Bencana Alam

Berada dalam situasi bencana yang mengundang rasa cemas, ketakutan dan

penderita pada dasarnya bukanlah suatu keadaan yang diidamkan manusia.

Manusia ingin agar keadaan tersebut jauh-jauh dari kehidupannya dan jikalau bisa

keadaan itu sama sekali tidak terjadi dalam hidupnya. Bumi dengan berbagai

unsur pembentuknya sering mengalami proses yang kadang kala membuat

manusia mengalami bencana, namun ada kalanya juga bencana yang dialami

manusia juga dikarenakan ulah manusia itu sendiri di bumi.

Manusia hidup memiliki agama. Agama sebagai pengatur moral hidup

manusia. Agama adalah sistem yang terdiri atas keyakinan-keyakinan praktik-

praktik dan ritual tertentu dalam sebuah komunitas untuk menjangkau Sang Ilahi

yang Transenden. Iman sangat erat hubungannya dengan agama. Iman adalah

kepercayaan yang berhubungan dengan spiritualitas kehidupan manusia kepada

Allah. Salah satu memperlihatkan seseorang memiliki iman adalah ketika ia

berdoa kepada Allahnya. Hal itu juga berlaku dalam agama Kristen.

Harold Koening menjelaskan ada 10 potensi kegunaan dan fungsi agama

dengan berbagai ritual dan simbol yang ada di dalamnya dalam upaya pemulihan

kejiwaan pascabencana, yaitu; (1) memberikan pandangan positif, (2)

memberikan penjelasan tentang makna dan maksud terjadinya bencana, (3)

membantu integrasi psikologis, (4) menumbuhkan harapan dan motivasi, (5)

memperkuat kepribadian, (6) memberi pandangan atas kuasa dan kendali, (7)

memberi model dalam menghadapi penderitaan, (8) sebebagai petunjuk

pengambilan keputusan, (9) memberi jawaban atas pertanyaan asali (ultimate

questions), dan (10) memberi dukungan sosial. 26

Pandangan manusia yang beragama dalam imannya terhadap bencana alam

juga berbeda-beda. Semakin besar penderitaan yang dirasakan manusia akibat

bencana alam semakin keras juga manusia menyebut Tuhan, tetapi kadang kala

dengan adanya juga rasa marah. Tuhan dianggap sedang menyampaikan pesan

atau peringatan melalui bencana untuk menghukum orang-orang yang bersalah.

26

Siti Syamsiyatun dan Benny Baskara, “Merenguh Merapi dengan Iman (Peran

Organisasi Berbasis Agama dalam Penangan Pascaerupsi Merapi 2010-2011), 31.

Page 26: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

14

Bencana juga dianggap sebagai hukuman dari Tuhan atas dosa-dosa yang telah

manusia lakukan. Bencana tersebut merupakan pesan dari Tuhan akan datangnya

hari kiamat dan sebagai pengingat bagi manusia agar segera bertobat. Ada juga

yang beranggapan bahwa bencana adalah karakter alam dan bukan hukuman

Tuhan. Steinberg menyebut becana alam sebagai tindakan atau kehendak Tuhan

atau fenomena alam yang terjadi alamiah, yang sebenarnya merupakan upaya

untuk lari dari tanggung jawab. Dalam pandangan ini banyak manusia yang

menyalahkan Tuhan sebagai penyebab bencana.27

Agama dengan ritualnya doa tidak terlepas dengan hukum alam yang juga

mengatur kehidupan manusia. Doa biasanya tidak dapat menjanjikan sesuatu atau

mendapatkan kelepasan dari sesuatu situasi, tetapi doa dapat memberi kekuatan

(kuasa) dan ketahanan untuk mengahadapi dan mengatasi segala situasi. Seperti

yang dirasakan Yesus di taman Gesmani yang tertulis di dalam Alkitab.28

III. Data Penelitian

Gambaran GBKP Runggun Bakerah-Simacem Sebelum Terjadi Erupsi

Gunung Sinabung

Gunung Sinabung adalah salah satu gunung berapi yang berada di daerah

dataran tinggi Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Tanah di sekitaran gunung

bentuknya tidaklah terlaru rata, melainkan berbukit-bukit dan berbatu-batu namun

kesuburan tanah di sana sangat luar biasa, sehingga hampir 95% masyarakat

adalah petani. Tanaman yang banyak ditanam para petani adalah jeruk, kopi dan

berbagai macam tanaman muda, seperti sayur-sayuran. Menurut Nande Santi Br

Sitepu warga asli Desa Simacem, mengungkapkan bahwa tanah di sana sangat

subur, walaupun banyak batu-batu di lahan pertaniannya, tetapi ketika ditutupi

tanah dan diatasanya ditanam kentang, maka akan tumbuh dan berbuah besar, dan

juga tanaman kopi di sana sangat luar biasa banyaknya buahnya walaupun tidak

diberi pupuk.29

27

Siti Syamsiyatun dan Benny Baskara, “Merenguh Merapi dengan Iman (Peran

Organisasi Berbasis Agama dalam Penangan Pascaerupsi Merapi 2010-2011), 35-39. 28

William Barclay, “Doa-doa seriap hari dan untuk hari-hari khusus”, 17. 29

Nande Santi Br Sitepu (Petani), (Wawancara, pada tanggal 27 Mei 2019).

Page 27: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

15

Gunung Sinabung dikelilingi banyak desa. Desa yang menjadi tempat

penelitian ini adalah Desa Bakerah dan Desa Simacem yang berjarak 1-1,5 Km

dari Gunung Sinabung. Dua desa tersebut merupakan korban dari erupsi. Akibat

dari letak geografis dua desa tersebut yang sangat dekat dari gunung sehingga

kedua desa tersebut harus direlokasi. Desa Bakerah dan Desa Simacem berada di

Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Tanah Karo.

Desa Bakerah dan Desa Simacem 90% dari jumlah penduduknya adalah

Suku Batak Karo dan sisanya adalah suku pendatang, sehingga dalam kedua desa

tersebut sangat kenal aturan kebudayaan Karo yang mengatur hubungan

masyarakat yang ada di dalamnya. Desa Bakerah dihuni oleh 109 Kepala

Keluarga, sedangkan Desa Simacem dihuni oleh 150 Kepala Keluarga.30

Masyarakat yang ada di dua desa tersebut memiliki banyak keberagaman

agama, seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik dan masih ada juga yang

beragama Pemena (agama Suku Karo). Salah satu gereja yang ada di sana adalah

GBKP. GBKP Runggun Bakerah-Simacem merupakan salah satu gereja di

wilayah pelayanan Moderamen GBKP. Gereja GBKP Runggun Bakerah-

Simacem dahulunya berada di wilayah pelayanan Klasis Kabanjahe. Desa

Bakerah dan Desa Simacem bukanlah desa yang memiliki banyak jumlah

penduduk, sehingga yang memiliki identitas gereja GBKP juga tidak terlalu

banyak. Dahulunya di gunung Sinabung, gereja GBKP Runggun Bakerah-

Simacem didirikan tepat diantara Desa Bakerah dan Desa Simacem yang berjarak

kurang lebih 500 m dari Desa Bakerah dan Desa Simacem. 31

Dahulu Gereja GBKP Runggun Bakerah-Simacem pada awal

pembentukannya masih bergabung dengan Gereja GBKP Runggun Naman Teran

dengan jumlah jemaat dari kedua desa tersebut sebanyak 30 Kepala Keluarga.

Namun setelah adanya perkembangan, akhirnya Gereja GBKP Runggun Naman

30

Ina Surabina Br Sembiring Meliala (Perangkat Desa Bakerah), (Wawancara, pada

tanggal 27 Mei 2019), Perangkat Desa Simacem Fatma Br Sitepu (Perangkat Desa Simacem),

(Wawancara, pada tanggal 28 Mei 2019). 31

Pt. Mbiri Sembiring Pelawi (Petani dan panatua), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei

2019 ).

Page 28: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

16

Teran dimekarkan dan berdirilah Gereja GBKP Runggun Bakerah-Simacem

dengan jumlah jemaat saat ini adalah 70 Kepala Keluarga dari 224 jiwa. 32

Makna Erupsi dan Dampak yang dirasakan menurut Jemaat GBKP

Runggun Bakerah-Simacem

Gunung Sinabung sebelum mengalami erupsi merupakan sahabat bagi

masyarakat yang ada di sekitarnya, karena keberadaannya mendatangkan banyak

keuntungan bagi masyarakat. Gunung Sinabung juga merupakan salah satu berkat

yang masyarakat percayai pemberian dari Tuhan ke dalam kehidupan mereka.

Bagi beberapa masyarakat Sinabung juga merupakan tempat tinggal yang sangat

nyaman dan sebagai tempat mencari nafkah untuk memenuhi keperluan

kehidupan keluarga. 33

Ketika terjadi bencana erupsi pada Gunung Sinabung, pandangan

masyarakat Desa Bakerah dan Desa Simacem berubah. Seperti penuturan Bapak

Santi Ginting mengatakan bahwa, Gunung Sinabung yang dulunya adalah teman,

tenyata sekarang menjadi lawan bagi masyarakat.34

Sinabung membawa rasa takut

bagi masyarakat dan membuat mereka khawatir akan segalanya dalam

kehidupannya.

Terjadinya bencana erupsi memberi membuat masyarakat memiliki

banyak pandangan akan makna bencana tersebut. Banyak masyarakat yang

berpikir bahwa pada awal terjadi bencana ini, Tuhan sedang meninggalkan

mereka. Masyarakat rajin beribadah, tetapi mengapa Gunung yang menjadi tempat

tinggal mereka bisa mengalami erupsi? Mereka juga mempertanyakan keberadaan

Tuhan. Masyarakat juga berpikir bahwa bencana ini terjadi kemungkinan besar

terjadi karena banyaknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan ketika hidup di

bawah gunung. Masyarakat semakin mempertanyakan keadilan Tuhan dalam

hidup mereka. Sifat kemanusiaan masyarakat semakin kelihatan ketika terjadi

32

Pt. Mbiri Sembiring Pelawi (Petani dan Panatua), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei

2019 ). 33

Pt. Mbiri Sembiring Pelawi (Petani dan Panatua), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei

2019, Diaken Nd Dhandy Br Sembiring (Petani dan Diaken), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei

2019). 34

Bapak Santi Ginting (Petani), (Wawancara, pada tanggal 27 Mei 2019).

Page 29: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

17

bencana erupsi.35

Namun setelah beberapa saat setelah berada dalam pengungsian

sebagian masyarakat akhirnya juga mengalami perubahan pemikiran, mereka

menyadari bahwa bencana erupsi terjadi bukan karena Tuhan sedang

meninggalkan mereka, ataupun tidak memberi keadilan bagi masyarakat Desa

Bakerah dan Simacem, tetapi bencana ini terjadi karena proses alam dari Gunung

Sinabung memang seperti itu, dahulu sekitar tahun 1600-san Gunung Sinabung

juga sudah pernah mengalami erupsi, dan pada masa sekarang ini sudah waktunya

lagi untuk Gunung Sinabung mengalami erupsi kembali.36

Terjadinya erupsi juga membawa dampak bagi kehidupan mereka yaitu,

harus meninggalkan seluruh isi desa karena saat ini desa telah tertutupi oleh lava

dan material-material lainnya yang dikeluarkan gunung Sinabung. Bahkan pada

saat ini, jika dilihat dari Desa Naman Teran, letak Desa Bakerah dan Desa

Simacem tidak lagi diketahui pastinya, karena tidak ada yang terlihat lagi dari

desa tersebut. Sisa bangunan masih kelihatan dari kejauhan adalah ujung salib

Gereja GBKP Runggun Bakerah-Simacem.

Dampak lain yang juga dirasakan jemaat akibat erupsi mencakup berbagai

aspek kehidupan. Pertama, aspek ekonomi yaitu kebanyakan jemaat akibat

terjadinya erupsi sebanyak 95% kehilangan pekerjaan. Dahulunya bekerja sebagai

petani secara otomatis tidak lagi dapat mengolah lahan pertanian mereka dan

ketika mereka berada di pengungsian, mereka harus menjadi buruh tani orang lain

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Selain dari pada itu jemaat

kehilangan harta benda yang mereka punya. Rumah milik jemaat hilang dan tidak

bisa dihuni lagi, tanaman di lahan pertanian mereka yang pada saat itu sedang

berbuah dan subur namun tidak dapat dipanen, sehingga mendatangkan

banyaknya kerugian bagi jemaat. Kedua, aspek sosial. Erupsi juga mempengaruhi

hubungan sosial masyarakat dalam desa. Positifnya, terjadinya erupsi membuat

masyarakat mudah menerima keberadaan orang lain dalam hidupnya, walaupun

35

Pt. Mbiri Sembiring Pelawi (Panatua), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019, Nande

Anisa Br Ginting (Pedagang), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019). 36

Bella Pebriyani Panjaitan, dkk, “Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap

Produksi Dan Harga Buah Dan Sayuran Di Kabupaten Karo”, diakses 26 januari 2019, pukul 8.

20 WIB, https://jurnal.usu.ac.id/index.php/ceress/article/viewFile/17493/7426.

Page 30: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

18

mereka dalam keadaan bencana masih tetap memperhatikan kehidupan orang lain.

Ketika terjadi erupsi, seluruh masyarakat saling berlarian menyelamatkan diri,

namun beberapa jemaat masih memperhatikan dan mengingat untuk

menyelamatkan lansia dan berbagai orang lainnya yang membutuhkan

pertolongan. Negatifnya, bencana erupsi ini membawa pengaruh pada hubungan

sosial jemaat yaitu membuat beberapa jemaat saling mementingkan kehidupan

masing-masing, kurangnya tutur sapa, tidak saling memperhatikan walaupun

sedang dalam duka dan jemaat semakin hidup dalam keegoisannya masing-

masing.37

Ketiga, dampak dari erupsi Gunung Sinabung ini adalah banyak orang

yang kehilangan anggota keluarga. Masyarakat yang meninggal adalah karena

terkena serangan jantung, stress, depresi, stroke akibat beberapa dari masyarakat

tidak sanggup untuk menerima keadaan kehidupan dan beberapa diantaranya juga

mengalami penyakit gangguan pernapasan. Keempat, dampak yang dirasakan

masyarakat adalah takut dan trauma.

Makna dan Peran Gereja Menurut Jemaat GBKP Runggun Bakerah-

Simacem

Menurut pemaparan beberapa warga jemaat, GBKP sangat berperan dalam

pengungsian. Seperti penuturan Diaken Nd Dhandy br Sembiring dalam

pengalamannya hidup di pengungsian selama kurang lebih 4-5 tahun lamanya,

GBKP sangat memberi makna dan peran yang baik dan luar biasa bagi seluruh

masyarakat. Bahkan GBKP tidak hanya memberi pelayanan bagi jemaat yang

berasal dari gereja GBKP tetapi juga melayani masyarakat dengan berbagai

agama. GBKP menjadi teman bagi masyarakat, sebagai tempat berbagi cerita

lewat setiap relawan dan pelayan Tuhan, serta GBKP juga sebagai tempat pertama

masyarakat untuk mendapatkan bantuan, seperti setiap kali status gunung naik,

maka pihak GBKP langsung sigap dalam memberi informasi bagi masyarakat

agar segera pergi dari kampung halaman, menyediakan alat transportasi untuk

pergi meninggalkan desa, menyediakan tempat pengungsian, menyediakan

makanan, alat-alat mandi, permainan untuk anak-anak, ibadah-ibadah, pelayanan

37

Diaken Nd Putra Br Ginting (Guru dan Diaken), (Wawancara, pada tanggal 27 Mei

2019).

Page 31: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

19

konseling, beasiswa untuk siswa-siswi dan juga mahasiswa dan berbagai bantuan

lainnya. 38

Menurut pengalaman warga dalam masa pengungsian ketika terjadi

bencana erupsi Gunung Sinabung sangat memberikan peran penting dalam

kehidupan mereka. Gereja sebagai tempat mereka bercerita akan keluh kesah yang

sedang mereka rasakan. Gereja selalu ada bagi masyarakat ketika terjadi erupsi

baik ketika masih berada di bawah lereng Gunung Sinabung, di pengungsian,

maupun ketika sampai di relokasi Siosar. Di tempat pengungsian, gereja selalu

menyiapkan pelayanan ibadah-ibadah, misalnya ibadah pagi dan ibadah malam

yang biasanya dilayani oleh Pendeta atau pun Tim Doa setiap harinya. Di luar dari

ibadah-ibadah tersebut seringkali juga dilakukan Kebaktian Kebangunan Iman

dan seminar-seminar yang bertujuan untuk meningkatkan spiritualitas masyarakat.

Selain dari pada itu, gereja juga memberi pelayanan dalam bidang membangun

masyarakat untuk memberdayakan diri dalam bidang usaha.

Meskipun banyak pelayanan yang diberikan gereja kepada masyarakat

untuk menjawab segala kebutuhan dan harapan spiritualitas masyarakat serta

pemberdayaan masyarakat, namun terkadang selama hidup di pengungsian

masyarakat sendirilah yang tidak memberikan diri terhadap kegiatan-kegiaan

pelayanan yang dilakukan oleh gereja. Masyarakat terlalu sibuk dengan pekerjaan

masing-masing.39

Makna dan Peran Doa Bagi Jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem

Kehidupan masyarakat di bawah Gunung Sinabung dengan berbagai

kenyamanan dengan tanah yang subur dan tanaman yang menghasilkan buah yang

melimpah membuat masyarakat hidup senang berada di daerah itu. Hidup dengan

suasana nyaman bagi Jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem membuat

kehidupan spiritualitas mereka juga baik. Pengalaman Panatua (Pertua dalam

38

Diaken Nd Dandy Br Sembiring (Petani dan Diaken), (Wawancara, pada tanggal 30

Mei 2019). 39

Ribu Febri (Petani), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019), Pt. Mbiri Sembiring

Pelawi (Petani dan Panatua), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019, Diaken Nd Dandy Br

Sembiring (Petani dan Diaken), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019), Ita br Sitepu

(Pedagang), (Wawancara, pada tanggal 28 Mei 2018), Ina Surabina Br Sembiring Meliala

(Perangkat Desa Bakerah), (Wawancara, pada tanggal 27 Mei 2019), Diaken Nd Putra Br Ginting

(Guru Sd dan Diaken), (Wawancara, pada tanggal 27 Mei 2019).

Page 32: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

20

GBKP) mengungkapkan bahwa beberapa tahun sebelum terjadi bencana erupsi

Gunung Sinabung kehidupan peribadahan GBKP Runggun Bakerah-Simacem

sangat meningkat, semisal kehadiran jemaat dalam setiap ibadah mencapai 80%.

Di GBKP Runggun Bakerah-Simacem setiap harinya dilakukan ibadah pagi di

gereja yang dimulai pada pukul 05.00 WIB, jemaat biasanya datang berdoa

terlebih dahulu ke gereja sebelum mereka melakukan aktifitas mereka bekerja di

lahan pertanian mereka. 40

Ketika bencana erupsi Gunung Sinabung belum terjadi, jemaat memaknai

doa sebagai sarana mereka mengungkapkan pujian, ucapan syukur dan

permohonan bagi Tuhan. Doa sebagai sarana untuk mereka meminta penyertaan

Tuhan akan kehidupan mereka agar berjalan dengan baik, menyertai anak-anak

mereka yang jauh dari pada mereka, memberkati tanaman-tanaman mereka agar

tumbuh dengan baik, memberkati tanaman mereka agar mendapat harga yang

tinggi, memberikan kesehatan bagi mereka beserta keluarganya dan lain-lainnya.41

Berada dalam situasi yang nyaman di bawah lereng Gunung Sinabung terkadang

membuat jemaat juga terlena dan membuat mereka lupa akan mengucapkan

syukur dalam doa mereka. Banyaknya kesibukan yang dimiliki masyarakat

membuat jemaat terkadang lupa akan berdoa, bahkan terkadang ketika mereka

makan sajalah mereka berdoa, atau bahkan pada saat makanpun terkadang mereka

lupa untuk berdoa.42

Berada dalam situasi bencana erupsi Gunung Sinabung membuat adanya

rasa cemas dan takut bagi masyarakat. Hal itu menentukan bagaimana spiritualitas

dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Sinabung. Dalam peristiwa bencana

erupsi Gunung Sinabung, sebagian jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem

40

Pt. Mbiri Sembiring Pelawi (Petani dan Panatua), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei

2019). 41

Ribu Febri (Petani), (Wawancara pada tanggal 30 Mei 2019), Nande Anisa Br Ginting

(Petani), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019), Diaken Nd Dandy Br Sembiring (Petani dan

Diaken), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019), Pdt. Roky Tarigan (Pendeta), (Wawancara,

pada tanggal 31 Mei 2019), Ita br Sitepu (Pedagang), (Wawancara, pada tanggal 28 Mei 2018), Ina

Surabina Br Sembiring Meliala (Perangkat Desa Bakerah), (Wawancara, pada tanggal 27 Mei

2019), Diaken Nd Putra Br Ginting (Guru dan Diaken), (Wawancara, pada tanggal 27 Mei 2019),

Pt. Mbiri Sembiring Pelawi (Petani dan Panatua), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019), Nande

Santi Br Sitepu dan Bapak Santi Ginting (Petani), (Wawancara, pada tanggal 27 Mei 2019), Dk.

Em Nande Dat Malem br Sembiring (Petani), (Wawancara, pada tanggal 28 Mei 2019). 42

Nande Anisa Br Ginting (Pedagang), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019 ).

Page 33: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

21

semakin mendapati spiritualitas yang semakin kuat, khususnya dalam berdoa.

Jemaat semakin mengenal Tuhan dalam peristiwa bencana alam erupsi Gunung

Sinabung. Tuhan adalah tempat mereka berlari untuk meminta pertolongan.

Ketika mereka berlari untuk menyelamatkan diri pada saat erupsi yang mereka

lakukan adalah berdoa dalam hati agar Tuhan menyelamatkan diri mereka, dan

keluarganya walaupun mereka harus hidup di pengungsian. Ketika mereka selesai

berdoa, jemaat merasa tenang, nyaman, merasa sebagian dari beban mereka

terangkatkan. Namun ada juga dalam bencana erupsi Gunung Sinabung ini

membuat spiritualitas jemaat semakin memburuk, khususnya dalam berdoa.

Jemaat semakin meragukan adanya Tuhan dalam kehidupan mereka. Jemaat

semakin tidak ingin berdoa, dan tidak mau mengikuti ibadah-ibadah yang

dilakukan gereja. jemaat meyakini bahwa Tuhan sedang meninggalkan mereka,

sehingga bencana terjadi ke dalam kehidupan mereka.

Kehidupan jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem ketika berada di

Siosar dengan situasi kehidupan baru yang berbeda dengan kehidupan

sebelumnya, juga membuat masyarakat harus beradaptasi dengan segala sesuatu

yang ada di Siosar. Kehidupan Gereja GBKP Runggun Bakerah-Simacem masih

tetap ada seperti sebelum terjadi erupsi maupun saat di pengungsian. Namun

ketika berada di Siosar partisipasi jemaat sangat berkurang. Pada saat ini hanya

sekitar 35-50% atau sekitar 80-90 orang tingkat kehadiran jemaat yang hadir

dalam setiap ibadah yang dilakukan. Masyarakat masih banyak mengeluh dengan

berbagai keragian untuk hidup di tanah Relokasi Siosar.

Pemaknaan doa sebagai sarana jemaat berkomunikasi dengan Tuhan

ketika berada di Siosar menurut jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem yaitu

doa mereka ketika berada dalam pengungsian, akhirnya mendapat jawaban dari

Tuhan. Jemaat merasa Tuhan menempatkan mereka di Siosar agar dapat

membangun kehidupan baru yang lebih baik dari pada hidup di pengungsian.

Dalam doa jemaat meminta agar Tuhan menguatkan mereka dalam masa

membangun kehidupan yang baru di tanah yang baru dengan berbagai kesulitan

yang mereka harus alami.

Page 34: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

22

Kehidupan Jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem Pasca Bencana

Erupsi

Desa Bakerah dan Desa Simacem yang berdekatan dengan Gunung

Sinabung membuat masyarakat yang ada di desa tersebut harus direlokasi. Daerah

relokasi yang diberikan Pemerintah Kabupaten Karo kepada masyarakat adalah

Siosar, Tanah Karo, yang berjarak 30 KM kurang lebih 1 jam waktu untuk

menempuhnya dari Kota Kabanjahe. Relokasi adalah perpindahan, dimana

masyarakat dibawa ke tempat yang baru, masyarakat harus mengulang dan

memulai kembali segala aktifitas di tempat yang baru, berpikir tentang sesuatu

yang baru yang berbeda dan lebih baik dari pada sebelumnya.43

Relokasi Siosar

adalah salah satu relokasi yang terbesar di Indonesia yang dikelola langsung oleh

Pemerintah Pusat Indonesia. Setelah kedua desa tersebut direlokasi maka Gereja

GBKP Runggun Bakerah-Simacem juga didirikan di Siosar. Pada saat ini Gereja

GBKP Runggun Bakerah-Simacem berada pada wilayah pelayanan Klasis

Kabanjahe-Sukarame dengan jumlah jemaat 77 KK dari 224 jiwa.

Ketika masyarakat direlokasikan ke Siosar tentunya memberi makna baru

dalam kehidupan mereka. Siosar dimaknai mayarakat sebagai Tanah Kanaan.

Siosar memberikan ketenangan bagi masyarakat dibandingkan harus hidup terus

menerus di pengungsian. Hidup di tempat relokasi memang tidak seutuhnya

seperti apa yang mereka inginkan, tetapi masyarakat tetap bersyukur atas

pemberian Pemerintah terhadap mereka. Relokasi juga sebagai tempat pertemuan

kembali keluarga bagi masyarakat, dimana ketika dalam pengungsian sanak

keluarga setiap masyarakat terpisah antara satu dengan lainnya, namun setelah

adanya relokasi ini mempertemukan mereka kembali dalam desa yang dulu ada.

Warga masyarakat kedua desa tersebut juga merasa beruntung, karena

dibandingkan dengan desa-desa lainnya yang juga korban bencana erupsi, namun

mereka lebih cepat ditempatkan ke daerah Relokasi Siosar. Sedangkan beberapa

desa yang lain yang juga merupakan korban bencana erupsi masih tetap hidup di

pengungsian, karena belum adanya tempat relokasi untuk mereka.44

43

Pdt. Rocky Tarigan (Pendeta), (Wawancara, pada tanggal 31 Mei 2019). 44

Ribu Febri (Petani), (Wawancara pada tanggal 30 Mei 2019), Nande Anisa Br Ginting

(Petani), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019), Diaken Nd Dandy Br Sembiring (Petani dan

Diaken), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019).

Page 35: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

23

Menurut pengalaman masyarakat Desa Bakerah dan Desa Simacem ketika

direlokasi di Siosar tidak semua diantara mereka yang langsung menerima untuk

dipindahkan ke Siosar tersebut. Hal tersebut dikarenakan banyaknya masyarakat

ragu akan relokasi. Mereka meragukan bahwa Siosar tidak layak untuk dihuni,

tanahnya tidak layak untuk dijadikan lahan pertanian dan masih banyak lagi kata-

kata masyarakat. Masyarakat pada akhirnya harus menerima hidup di daerah

relokasi Siosar, karena ini adalah tempat yang tepat yang sudah disiapkan oleh

pemerintah kepada masyarakat Desa Bakerah dan Desa Siosar. Sebagian

masyarakat pasrah untuk tinggal di sana. Selain dari pada itu masyarakat

mengeluh karena suhu di Siosar sangatlah dingin yang mencapai sekitar 10-12ºC

di malam hari, dan ketika musim angin datang maka di Siosar akan terjadi angin

yang sangat kencang setiap kalinya.45

Kehidupan masyarakat Desa Bakerah dan Desa Simacem di Siosar benar-

benar harus di mulai dari nol dari segala sisi. Baik dari segi pekerjaan, seperti

bertani, memulai usaha baru dan hubungan bermasyarakat. Masyarakat di daerah

relokasi memang masih hidup sesuai dengan desanya masing-masing. Rumah

masyarakat juga disediakan oleh Pemerintah yang besarnya 4×7m setiap kepala

keluarga. Sistem pemilihan rumah masyarakat dibuat secara cabut nomor,

sehingga tetangga-tetangga masyarakat yang dulunya di desa di Lereng Gunung

Sinabung berbeda dengan di Siosar. Dalam posisi ini juga masyarakat harus

memulai relasi yang baru dengan tetangga yang berbeda lagi. Pemberian rumah

oleh Pemerintah juga bersifat sama rata, di mana tidak ada pembedaan antara

masyarakat yang dulunya di Gunung Sinabung memiliki rumah besar dengan

masyarakat yang memiliki rumah yang kecil atau masih menyewa dulunya,

namun di Siosar semuanya diberi hak sama. Namun tidak sedikit juga masyarakat

yang merasa ini bahwa sesuatu yang tidak adil.

45

Ribu Febri (Petani), (Wawancara pada tanggal 30 Mei 2019), Nande Anisa Br Ginting

(Petani), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019), Diaken Nd Dandy Br Sembiring (Petani dan

Diaken), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019), Pdt. Roky Tarigan (Pendeta), (Wawancara,

pada tanggal 31 Mei 2019), Ita br Sitepu (Pedagang), (Wawancara, pada tanggal 28 Mei 2018), Ina

Surabina Br Sembiring Meliala (Perangkat Desa Bakerah), (Wawancara, pada tanggal 27 Mei

2019), Diaken Nd Putra Br Ginting (Guru dan Diaken), (Wawancara, pada tanggal 27 Mei 2019).

Page 36: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

24

Di Siosar juga masyarakat diberikan lahan untuk bertani, yaitu seluas

5000M setiap Kepala Keluarga. Pemilihan lahan ini juga dilakukan secara cabut

nomor. Situasi tanah di Siosar dulunya adalah bekas lahan hutan pinus, tanahnya

berbukit-bukit dan masih banyak dijumpai di lahan-lahan masyarakat desa bekas

akar-akar dan pohon pinus tersebut. Sebagaian besar tanah di Siosar berwarna

merah, sehingga jika digunakan untuk bertani kebanyakan masyarakat merasa

sulit untuk mengolah tanahnya.

Situasi tanah tersebut juga membuat masyarakat mengeluh. Hal itu karena

dulu ketika masih hidup di bawah Gunung Sinabung keadaan tanah yang sangat

subur dan hasil tanamanpun sangat melimpah, jika dibandingkan dengan tanah di

Siosar maka dirasa tidak sebanding. Bertani di lahan relokasi pun sangat

membutuhkan modal yang besar jika menginginkan hasil yang baik, sedangkan

sebagian masyarakat tidak mampu untuk mengusahakan modal yang tinggi

sehingga hasil tanaman merekapun kurang memuaskan.

Masyarakat di Sioasar juga digerakkan dalam bidang pariwisata..

Banyaknya pengunjung ke Siosar dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai

ajang untuk memberdayakan diri dalam bidang usaha, seperti cafe kopi.

Masyarakat yang menanam tanaman kopi di lahan pertanian mereka mengolah

sendiri kopi mereka. Selain dari pada itu masyarakat juga banyak yang mengolah

makanan-makanan khas Karo sebagai usaha bersama seperti Cimpa tuang, Cimpa

unung-unung dan berbagai jenis makanan khas lainnya dan juga membuka usaha

bersama ketring makanan dalam partai besar maupun kecil. 46

46

Ribu Febri (Petani), (Wawancara pada tanggal 30 Mei 2019), Nande Anisa Br Ginting

(Petani), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019), Diaken Nd Dandy Br Sembiring (Petani dan

Diaken), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019), Pdt. Roky Tarigan (Pendeta), (Wawancara,

pada tanggal 31 Mei 2019), Ita br Sitepu (Pedagang), (Wawancara, pada tanggal 28 Mei 2018), Ina

Surabina Br Sembiring Meliala (Perangkat Desa Bakerah), (Wawancara, pada tanggal 27 Mei 2019), Diaken Nd Putra Br Ginting (Guru dan Diaken), (Wawancara, pada tanggal 27 Mei 2019),

Pt. Mbiri Sembiring PelawI (Petani dan Panatua), (Wawancara, pada tanggal 30 Mei 2019)

Page 37: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

25

IV. PEMBAHASAN

Makna Teologis Bencana Erupsi Gunung Sinabung bagi Jemaat GBKP

Runggun Bakerah-Simacem

Letak geografis Indonesia yang dilalui dua jalur pegunungan muda dunia

sekaligus, yaitu pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan muda Sirkum

Mediterania membuat Indonesia termasuk dalam negara yang rawan terkena

bencana alam seperti Gempa bumi dan erupsi gunung. Pdt. Roky sebagai pelayan

Gereja di GBKP Runggun Bakerah-Simacem mengungkapkan bahwa terjadinya

bencana alam erupsi Gunung Sinabung adalah sebagai akibat daerah Sumatera

Utara adalah daerah lintasan gunung berapi. 47

Jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem dalam menghadapi erupsi

menganggap bahwa ini adalah salah satu teguran bagi kehidupan mereka atas

banyaknya kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan ketika masih hidup di

bawah Gunung Sinabung. Namun sebenarnya erupsi tidak ada kaitannya dengan

kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh jemaat ataupun masyarakat ketika hidup

di Gunung Sinabung. Erupsi Gunung Sinabung adalah bencana yang termasuk

dalam bencana alam. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami,

gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 48

Erupsi

gunung berapi merupakan salah satu bencana yang diakibatkan oleh aktifitas alam

(bencana alam).

Jemaat GBKP Runggun Bakerah Simacem juga mempertanyakan keadilan

Tuhan atas terjadinya erupsi. Mereka rajin beribadah tetapi mengapa erupsi terjadi

dalam kehidupan mereka. Pernyataan tersebut sangat sering ada dalam pemikiran

masyarakat ketika awal terjadi erupsi. Masyarakat merasa Tuhan tidak adil kepada

mereka karena erupsi mengganggu segala sisi kehidupan mereka. Erupsi Gunung

Sinabung pada dasarnya tidak ada kaitannnya dengan Tuhan tidak memberi

keadilan bagi kehidupan masyarakat Desa Bakerah dan Desa Simacem, tetapi

47

Pdt. Rocky Tarigan (Pendeta), (Wawancara, pada tanggal 31 Mei 2019).

48 Presiden Republik Indonesia, dkk, “Undang-undang Republik Indonesia No 24

Tahunn 2007 Tentang Penanggulangan Bencana”, diakses 25 Januari 2019, pada pukul 21.00

WIB. https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf

Page 38: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

26

peristiwa erupsi walaupun memberikan dampak negatif dalam kehidupan

masyarakat, Tuhan masih tetap memberikan keadilan kepada mereka, bersama-

sama dengan mereka dalam proses erupsi dan di pengungsian. Tuhan tidak

berhenti melakukan pemeliharaan bagi masyarakat saat terjadi erupsi melalui

kehadiran gereja dalam kehidupan masyarakat.

Bencana memang adalah peristiwa yang membawa dampak negatif pada

kehidupan makhluk hidup. Hal ini juga sangat dirasakan oleh masyarakat Desa

Bakerah dan Desa Simacem. Kebanyakan masyarakat akibat terjadinya erupsi

merasa bahwa kehidupannya semakin buruk, khususnya dalam aspek ekonomi.

Erupsi membuat masyarakat kehilangan pekerjaannya yang pada akhirnya

membuat masyarakat kehilangan sumber penghasilan.

Menurut Siti Syamsiyatun dan Benny Baskara, ada banyak paradigma yang

dilontarkan manusia tentang bencana, khususnya bencana alam. Ada tiga

paradigma awal tentang bencana alam. Pertama adalah paradigma yang meyakini

bahwa bencana adalah the Acts of God yang manusia tidak dapat berbuat apa-apa

untuk mencegah atau mengontrolnya (fatalism). Kedua, paradigma alam (nature)

yang berkeyakinan bahwa apa yang disebut bencana itu sebenarnya merupakan

peritiwa rutin alam, yang manusia dapat memperlajari dan mengendalikannya.

Ketiga, paradigma kultur (culture) yang memandang bahwa bencana alam itu

ditentukan juga oleh unsur-unsur kultur dalam memandang peristiwa bencana

alam dan meresponnya, sehingga tingkat keparahan dampaknya dan siapa yang

terdampak paling parah dapat dilihat dari sistem sosial dan budaya yang diadopsi

oleh masyarakat terdampak. Adanya perbedaan paradigma tersebut pastinya

membuat adanya perbedaan dalam merespon bencana yang terjadi. 49

Dari banyaknya paradigama yang dijelaskan di atas jika dikaji dari pegalaman

jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem, paradigma mereka tentang bencana

erupsi Gunung Sinabung selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu dan setiap

jemaat juga memiliki perbedaan paradigma tergantung pada tingkat pendidikan

yang mereka punya. Pada awal terjadinya erupsi kebanyakan masyarakat memiliki

49 Siti Syamsiyatun dan Benny Baskara, “Merengkuh Merapi dengan Iman (Peran

Organisasi Berbasis Agama dalam Penangan Pascaerupsi Merapi 2010-2011), (Yogyakarta;

ICRS Yogyakarta, 2012), 19.

Page 39: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

27

paradigam bahwa terjadinya erupsi adalah peristiwa negatif yang merusak dan

memporak-perandakan kehidupan mereka. Peristiwa itu terjadi karena

kemungkinan adalah karena banyaknya kesalahan yang mereka lakukan. Bencana

erupsi Gunung Sinabung juga merupakan salah satu tindakan Tuhan untuk

mengingatkan mereka atas kehidupan mereka, mereka tidak dapat berbuat apa-apa

atas hal tersebut dan harus menerimanya. Namun beberapa diantara jemaat yang

memiliki tingkat pendidikan tinggi, maka jemaat akan memiliki paradigama

bahwa peristiwa erupsi adalah sebuah peristiwa alam. Gunung Sinabung adalah

bagian dari alam semesta yang juga memiliki proses dan erupsi adalah peristiwa

yang alamiah terjadi pada gunung berapi. Jemaat yang memiliki pendidikan lebih

tinggi akan lebih mudah menerima bencana erupsi Gunung Sinabung sebagai

proses yang alamiah dan bukan peristiwa yang menakutkan walaupun mereka

merasakan penderitaan dan kerugian atas peristiwa tersebut.

Kajian Teologis terhadap Makna dan Peran Doa Bagi Jemaat GBKP

Runggun Bakerah-Simacem

Doa adalah sarana komunikasi dengan Allah. Manusia menyampaikan segala

sesuatu yang ia rasakan baik yang membuat hatinya gembira maupun yang

membuat ia bersedih hati dan yang ia perlukan dalam kehidupannya kepada Allah

Sang Pencipta melalui doa. Berdoa ialah datang kepada Allah dan berkata-kata

dengan Dia sebagai Bapa.50

Setiap agama pasti mengenal doa dalam setiap ibadah

maupun ritual yang dilakukan di dalamnya. Gereja GBKP juga mengajarkan doa

adalah sarana berkomunikasi dengan Allah untuk menyampaikan segala sesuatu

dalam kehidupan jemaatnya. Doa adalah pengungkapan iman manusia.

Berada dalam situasi kehidupan bencana erupsi Gunung Sinabung adalah

berada dalam situasi pengujian spiritualitas jemaat GBKP Runggun Bakerah-

Simacem. Cara jemaat menghadapi dan berefleksi tentang bencana menentukan

bagaimana iman jemaat kepada Allah menentukan bagaimana kepercayaan dan

keyakinan jemaat terhadap Allah. Doa adalah salah satu indikator penentu rasa

percaya jemaat terdap Allah. Menurut Dr. J. L. Ch. Abineno, kepercayaan

manusia kepada Allah tidak dapat diperlihatkan tanpa adanya doa. Doa bukan

50

Tom Jacobs, “Teologi Doa”, 21.

Page 40: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

28

sesuatu yang berada di samping sebuah rasa percaya. Tetapi rasa percaya itu

diberikan oleh Allah sendiri bersamaan dengan doa.

Sebagian dari jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem merasa kecewa dan

putus asa atas bencana erupsi Gunung Sinabung, hal itu tampak dari kurangnya

partisipasi jemaat dalam kegiatan gereja dan juga jemaat yang merasa tidak ada

keadilan Allah kepada mereka saat bencana erupsi terjadi dalam kehidupan

mereka. Pada dasarnya jemaat masih menaikkan doa kepada Allah, namun jemaat

merasa kecewa atas jawaban doa mereka. Menurut William Barclay, Allah punya

tiga jawaban atas doa-doa manusia, yaitu “Ya”, “Tunggu!”, dan “Tidak”. Namun

yang perlu dipahami dalam jawaban doa ini adalah tidak ada doa yang tidak

dijawab oleh Allah, tetapi Allah sering kali melihat waktu, dan Allah mengetahui

apa yang baik, dan apa yang tidak baik bagi manusia. Dengan itu Allah menjawab

doa manusia dengan tidak mengabulkan apa yang manusia minta, tetapi Allah

menjawab sesuai dengan apa yang sesuai dengan kebutuhan manusia sesuai

dengan kehendak Tuhan.51

Jawaban doa manusia yang sering sekali tidak sesuai

dengan kehendak hati manusia membuat manusia kecewa dan putus asa. Jemaat

merasa Allah meninggalkan mereka, padahal Allah masih ada bersama-sama

mereka ketika proses bencana erupsi terjadi. Allah menjawab doa mereka dengan

cara Allah sendiri.

Menurut Ebenhaizer I Nuban Timo, doa dilakukan manusia tentunya memiliki

makna. Doa adalah kegiatan keagamaan yang dijadikan manusia sebagai alat

untuk dapat berkomunikasi dengan Allah. Doa perlu dilakukan dan mendesak

supaya spiritualitas manusia menjadi suatu media yang dapat membebaskan. 52

Jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem memiliki dua pandangan dalam

memaknai doa, yaitu sebagai sarana mereka menyampaikan permohonan agar

mereka dikuatkan, diberi ketenangan dan juga agar Tuhan bersama-sama dengan

mereka dalam proses bencana erupsi dan doa juga dimaknai sebagai tempat untuk

jemaat menuntut bagi Allah. Ada juga jemaat yang menuntut mengapa bencana

harus terjadi dalam kehidupan mereka, jika selama ini mereka juga sudah rajin

beribadah dan doa.

51

William Barclay, “Doa-doa seriap hari dan untuk hari-hari khusus”, 14. 52

Ebenhaizer I Nuban Timo, “Kita dan Doa-doa Kita”, 25.

Page 41: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

29

V. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan

menurut jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem dalam konteks bencana erupsi

Gunung Sinabung, doa adalah sarana komunikasi dengan Allah. Jemaat

menyampaikan segala sesuatu yang dirasakan, baik yang membuat hatinya

gembira maupun yang membuat ia bersedih hati dan yang ia perlukan dalam

kehidupannya kepada Allah Sang Pencipta melalui doa.

Pengertian doa sebagai sarana komunikasi kepada Allah juga direfleksikan

jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem ketika mengalami beberapa situasi

dalam kehidupannya, ketika pada situasi kehidupan di bawah lereng Gunung

Sinabung sebelum terjadi erupsi, saat terjadi erupsi, hidup di pengungsian dan

ketika hidup di daerah relokasi Siosar. Dalam perbedaan situasi kehidupan

tersebut, tidak dapat dipungkiri ada adanya perbedaan dan pergeseran makna dan

peran doa menurut refleksi jemaat. Refleksi jemaat akan doa dalam perbedaan

situasi kehidupan terkadang membuat spiritualitas jemaat mengalami gejolak.

Sebagian jemaat yang hidup dalam situasi di bawah Gunung Sinabung membuat

spiritualitasnya kuat dalam doa dan ibadah. Hal ini dikarenakan tidak adanya

masalah yang mengusik ketenangan kehidupan mereka. Namun sebagian jemaat

yang hidup di bawah lereng Gunung Sinabung dengan segala kenyamanan dan

ketenangan membuat jemaat tidak terlalu memperdulikan kehidupan spiritualitas

dalam doa dan ibadah serta segala kegiatan gereja. Setelah masuk dalam situasi

erupsi, kehidupan spiritualitas jemaat dalam memaknai doa, ibadah dan kegiatan

gereja lainnya semakin ditentukan oleh kuat atau tidaknya spiritualitas dalam

kehidupan jemaat pada situasi kehidupan sebelumnya.

Berada dalam situasi bencana erupsi Gunung Sinabung membuat sebagian

Jemaat semakin memaknai peran doa dalam kehidupannya dan semakin tekun

dalam doa, namun sebagian jemaat semakin merasa tidak ada makna dan peran

doa dalam hidup mereka. Hal itu dikarenakan jemaat merasa bahwa Allah sedang

menghukum mereka dalam bencana. Pemaknaan menurut jemaat dalam situasi

ketika terjadi bencana tersebut terbawa ketika saat ini mereka sudah hidup di

Page 42: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

30

daerah relokasi Siosar. Jadi pemaknaan akan peran dan makna doa menurut

jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem dalam konteks bencana erupsi Gunung

Sinabung bergantung pada bagaimana konsistensi jemaat membangun spiritualitas

mereka dalam doa, ibadah dan kegiatan-kegiatan gereja. Jika spiritualitas jemaat

baik, maka pemaknaan doa dalam segala situasi kehidupan tidak akan berubah,

mampu bersyukur dan berpikiran positif dalam situasi bencana erupsi Gunung

Sinabung. Jemaat mampu menerima bencana arupsi adalah suatu proses alamiah

dari gunung, Tuhan tidak meninggalkan mereka dan masih memberikan yang

terbaik kepada kehidupan jemaat GBKP Runggun Bakerah-Simacem. Namun

jika spiritualitas jemaat lemah maka ketika situasi berubah dari zona nyaman

seperti bencana erupsi Gunung Sinabung jemaat akan merasa kecewa dan putus

asa. Jemaat merasa benacana adalah keadaan di mana Allah meninggalkan mereka

dan memberikan ketidakadilan bagi mereka dengan berbagai penderitaan dan

kerugian yang harus mereka rasakan.

Saran

Dalam penelitian ini saran yang hendak disampaikan kepada para pelayan

Gereja GBKP Runggun Bakerah-Simacem, Pendeta, Panatua (Pertua dalam

GBKP) dan Diaken adalah kiranya semakin semangat dalam melakukan

pelayanan dan harus menjadi pelayan Gereja yang kreatif dan inovatif dalam

membentuk program gereja yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat jemaat

dalam ibadah dan kegiatan-kegiatan gereja. Program-program gereja yang lebih

kreatif yang bertujuan untuk memberdayakan jemaat dalam ekonomi dan menata

kehidupan yang lebih baik di daerah relokai Siosar pastinya akan memacu

semangat kehadiran jemaat dalam setiap kegiatan-kegiatan gereja dan tentunya

akan semakin mempengaruhi spiritualitas jemaat dalam menjalani kehidupan

pasca bencana erupsi Gunung Sinabung dan memulai kehidupan yang baru di

daerah Relokasi Siosar. Program gereja yang mungkin gereja lakukan adalah

seperti melakukan perkujungan rumah tangga dan pendampingan pastoral bagi

setiap jemaat, pelatihan keterampilan diri untuk meningkatkan ekonomi jemaat

dan menjalin kerjasama dengan LSM atau Instansi yang bergerak dalam

penyembuhan diri pada manusia. Adanya perubahan spiritualitas tersebut

akhirnya juga akan mempengaruhi keaktifan jemaat dalam setiap kegiatan gereja.

Page 43: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

31

Daftar Pustaka

Buku:

Abineno, D. J. Doa Menurut Kesaksian Perjanjian Baru. Jakarta: PT. BPK

Gunung Mulia, 2007.

Angel, J. D. “Metode Penelitian Sosial dan Teologi Kristen” . Salatiga: Widya

Sari Press, 2005.

Barclay, W. Doa-doa setiap hari dan untuk hari-hari khusus. Jakarta: PT. Gunung

Mulia, 1984.

Dkk, & Nurjanah. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta Bandung, 2012.

GBKP, Moderamen. Tata Gereja GBKP 2015-2025 . Kabanjahe: GBKP, 2015

Jacobs, T. Teologi Doa. Yogyakarta: Kanisius, 2004.

Prof. Ir. Sukandarumidi, M. P. Bencana Alam dan Bencana Antrhropogene.

Yogyakarta: Kanisius, 2010.

SJ, A. H. Spiritualitas Kristiani (Pemekaran hidup rohani selama dua puluh abad).

Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2012.

Suryabarata, S. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998.

Sutinah, B. S. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2007.

Syamsiyatun, S., & Benny Baskara. Merengkuh Merapi dengan Iman (Peran

Organisasi Berbasis Agama dalam Penangan Pascaerupsi Merapi 2010-

2011). Yogyakarta: ICRS Yogyakarta, 2012.

Timo, E. I. Kita dan Doa-doa Kita. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2015.

Website:

Indonesia, P. R, & Dkk. Undang-undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007

Tentang Penanggulangan Bencana. Di akses 25 Januari, 2019, dari

https;//www.bnpb.go.id/ppid/file/UU 24 2007.pdf.

Kesehatan, D. Penanganan Krisis Buku pada anak sekolah korban erupsi gunung

api. Diakses, 16 April 2019, dari;

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/penanganan-

krisis/buku pkk anak sekolah erupsi gn api.pdf.

Page 44: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana SALATIGA … · 2020. 10. 23. · 6. Terimakasih untuk Bapak Josua Purba dan Ibu Sarinah Br Sembiring, S. Pd yang telah memberikan

32

Lasabuda, Ridwan. Pembangunan wilayah pesisir dan lautan dalam perspektif

negara kepulauan Indonesia. Diakses, 25 Januari 2019, dari

https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf.

Online, K. B. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Diakses, 17 April 2019,

dari https://kbbi.web.id/doa.

Panjaitan, B. P. Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produksi Dan Harga

Buah Dan Sayuran Di Kabupaten Karo. Diakses, 26 Januari 2019, dari

https://jurnal.usu.ac.id/index.php/cerss/article/viewFile/17493/7426.