FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI...

70
1 HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK BINAAN YAYASAN SMART EKSELENSIA INDONESIA Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana psikologi Disusun oleh: Masdianah 106070002260 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Transcript of FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI...

Page 1: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

1

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN PRESTASI BELAJAR

ANAK BINAAN YAYASAN SMART EKSELENSIA INDONESIA

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana psikologi

Disusun oleh:

Masdianah

106070002260

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 2: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Potensi siswa atau prestasi belajar siswa adalah hal utama yang menjadi

perhatian dalam dunia pendidikan. Keberhasilan pendidikan juga tidak dapat

dipisahkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan itu sendiri.

Prestasi merupakan hasil penilaian pendidikan atas perkembangan dan kemajuan

siswa dalam belajar. Prestasi menunjukkan hasil dari pelaksanaan kegiatan belajar

siswa yang diikuti di sekolah dan diukur melalui penguasaan materi yang telah

diajarkan guru serta nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum yang sudah

ditetapkan. M. Ngalim Purwanto (1988) menyatakan prestasi belajar merupakan

hasil penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai

dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang

dipelajarinya selama jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), prestasi belajar

adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui

mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru.

Dalam mencapai prestasi belajar, siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang terjadi disekitar kehidupan, baik yang datang dari kondisi internal

siswa itu sendiri maupun lingkungan dimana individu tersebut berada. Beberapa

ahli ((M. Ngalim Purwanto : 1990, Muhibbin Syah :2006, dan Noeh:1993)

mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Page 3: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

3

seseorang yaitu faktor yang datang dari diri individu sendiri disebut faktor

internal seperti minat, motivasi, bakat, intelegensi, tingkat religiusitas dan

spiritualitas siswa sedangkan faktor yang datang dari luar individu atau

lingkungan sosial disebut sebagai faktor eksternal seperti keluarga (termasuk

status sosial ekonomi orang tua), lingkungan sekitar (dukungan sosial

masyarakat), sarana dan prasarana sekolah.

Tekanan yang terjadi dalam kehidupan merupakan proses yang tidak

terkecuali dialami oleh semua individu, salah satunya adalah tekanan akibat

kemiskinan, namun yang membedakan antara individu yang satu dengan lainnya

adalah pada keberhasilan individu dalam beradaptasi dengan tekanan-tekanan

yang ada. Bagi individu yang mampu beradaptasi dengan baik, mereka akan

menghasilkan perfoma-perfoma positif dalam hidupnya, sebaliknya bagi individu

yang kurang mampu beradaptasi mereka akan tetap berada dalam kondisi tidak

menyenangkan tersebut. Istilah yang menggambarkan kualitas pribadi yang

memungkinkan individu dan komunitasnya untuk tumbuh walaupun berada dalam

ketidakberuntungan disebut resiliensi (Connor:2006). Resiliensi menurut

Richardson, dkk dalam Henderson dan Milstein (2003) merupakan proses

mengatasi masalah seperti gangguan, kekacauan, tekanan, atau tantangan hidup,

yang pada akhirnya membekali individu dengan perlindungan tambahan dan

kemampuan untuk mengatasi masalah sebagai hasil dari situasi yang dihadapi.

Resiliensi tidak hanya dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang,

melainkan setiap orang, termasuk remaja. Remaja yang resilien dicirikan sebagai

individu yang memiliki kompetensi secara sosial, dengan ketrampilan-ketrampilan

Page 4: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

4

hidup seperti: pemecahan masalah, berpikir kritis, kemampuan mengambil

inisiatif, kesadaran akan tujuan dan prediksi masa depan yang positif bagi dirinya

sendiri. Mereka memiliki minat-minat khusus, tujuan-tujuan yang terarah, dan

motivasi untuk berprestasi di sekolah dan dalam kehidupan (Henderson &

Milstein, 2003). Umumnya, mereka yang memiliki resiliensi ini terdorong untuk

mengatasi keterbatasan mereka. Setiap keterbatasan yang dimiliknya menantang

kemampuan anak untuk menghadapi, mengatasi, belajar, serta mengubahnya

(Gortberg,1999).

Sementara dalam konteks yang terkait dengan pendidikan, Linquanti

(dalam Howard 1999) memberikan definisi resiliensi sebagai kualitas dalam diri

anak yang walaupun dihadapkan dengan kejadian-kejadian yang tidak

menyenangkan dalam hidup tidak mengalami kegagalan dalam hal kehidupan

akademisnya. Mendukung pernyataan tersebut, Nears (2007) juga menyebutkan

bahwa anak yang tidak dapat mengatasi tantangan yang ada dengan efektif akan

lebih tidak menyenangi sekolah dan lebih jarang berpartisipasi dalam kegiatan di

kelas.

Untuk dapat mengkategorikan anak sebagai anak yang resilien sebelumnya

harus terdapat dua kriteria yang harus dipenuhi (Ibeagha dkk, 2004). Pertama,

terdapat sebuah keadaan yang merupakan ancaman atau sifatnya berbahaya bagi

individu tersebut seperti cacat, kekerasan, kemiskinan, bencana alam, perceraian,

dan sebagainya. Kedua, individu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan

dirinya dengan keadaan tidak menyenangkan tersebut dengan baik.

Page 5: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

5

Keadaan yang sifatnya berbahaya dan mengancam anak serta

memungkinkan timbulnya hasil negatif dari kejadian yang dialami disebut sebagai

faktor resiko (Mash dan Wolfe, 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi anak

dalam perkembangannya berasal dari empat sumber yaitu genetik, faktor prenatal,

faktor penanganan kesehatan perinatal dan faktor dari keadaan lingkungan.

Dengan adanya faktor resiko, maka akan timbul apa yang disebut sebagai

faktor protektif. Faktor protektif adalah hal-hal yang membantu individu bertahan

dari dampak yang diakibatkan dari tekanan yang diterima, membantu mengatasi

keadaan tidak menyenangkan tersebut dan mampu menyesuaikan diri dalam

keadaan mengancam tersebut (Ibeagha dkk, 2004). Seperti faktor resiko, faktor

protektif juga berasal dari sumber eksternal dan internal. Menurut Benard (2004)

faktor protektif internal atau asset internal individu terdiri dari empat kategori

penyusun yaitu kompetensi sosial, pemecahan masalah, otonomi dan kesadaran

akan tujuan dan masa depan. Kategori ini dimiliki individu dengan kadar yang

berbeda-beda, namun akumulasi dari keempat kategori tersebut menentukan

tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang anak

didapat dari keluarga, sekolah dan lingkungan mereka sehari-hari (Howard, 1999).

Faktor protektif eksternal ini lebih bersifat mendukung faktor protektif internal

yang sudah ada dalam individu (Benard, 2004).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gutman, Samerof dan Cole (2003)

ditemukan bahwa anak-anak yang mengalami kondisi sulit mampu untuk

mencapai tingkat yang tinggi dalam motivasi dan performansi akademik.

Sedangkan individu dengan resiliensi rendah cenderung mempersepsi masalah

Page 6: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

6

sebagai suatu beban dalam hidupnya. Masalah yang dipandang sebagai beban

akan membuat dirinya lebih mudah merasa terancam dan cepat merasa frustasi.

Sedangkan Menurut Jew, Green, dan Kroger (1999), individu yang memiliki skor

yang tinggi dalam resiliensi cenderung menunjukkan kemampuan akademik yang

baik daripada individu yang memiliki resiliensi yang rendah. Demikian pula

menurut Grotberg (1995) bahwa terdapat berbagai faktor spesifik dalam resiliensi,

salah satunya adalah prestasi akademik. Moss dan Laurent (2001),

mengemukakan bahwa performansi akademik merupakan suatu hal yang penting

dan menjadi pertanda kesuksesan di dunia sebenarnya. Individu yang memiliki

resiliensi tinggi akan melihat tugas pendidikan sebagai suatu tantangan bagi

dirinya untuk berprestasi. Tantangan yang ada akan mendorong anak untuk

memiliki semangat yang tinggi dalam belajar. Sedangkan bagi individu yang

memiliki resiliensi rendah cenderung cepat menjadi frustasi dalam menghadapi

tugas pendidikan.

Martin dan Marsh (2006), mengatakan bahwa resiliensi meningkatkan

kemungkinan anak untuk sukses di sekolah dan berbagai aspek lain dalam hidup

mereka meskipun terdapat rintangan atau kejadian yang tidak menyenangkan

terjadi. Siswa yang resilien adalah mereka yang mampu menunjukkan performa

tinggi dan tetap termotivasi dalam belajar meskipun terdapat berbagai hal yang

menekan dan menurunkan resiko akan menurunny performa mereka (Alva dalam

Nears 2007).

Namun, setiap individu memiliki kondisi yang berbeda untuk mampu

bertahan dan pulih dari situasi negatif secara efektif dengan menghasilkan

Page 7: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

7

performa-performa positif dalam hidupnya, salah satunya adalah memiliki prestasi

belajar yang baik , adapula individu yang gagal karena mereka tidak berhasil

keluar dari situasi yang tidak menyenangkan tersebut. Hal ini disebabkan kualitas

resiliensi tidak sama pada setiap orang . Kualitas resiliensi seseorang sangat

ditentukan oleh tingkat usia, taraf perkembangan, intensitas seseorang dalam

menghadapi situasi-situasi yang tidak menyenangkan, serta seberapa besar

dukungan sosial dalam pembentukan resiliensi orang tersebut (Gortberg, 1999).

Sekolah Menengah Akselerasi (Internat) Ekselensia Indonesia adalah

sekolah model yang didirikan oleh Dompet Dhuafa pada tahun 2004 dengan

peserta didik seluruhnya berasal dari anak-anak kurang mampu namun memiliki

potensi akademik dan kecerdasan lain yang tinggi. Siswa SMART Ekselensia

Indonesia, selain berasal dari keluarga yang kurang mampu juga berasal dari anak

yang orang tuanya meninggal, korban daerah konflik, korban bencana alam,

perceraian, serta korban kekerasan dalam rumah tangga yang diambil dari

perwakilan seluruh Indonesia melalui proses penseleksian. Sekolah ini tidak

memungut biaya dari peserta didiknya. Sesuai dengan namanya (Sekolah

Menengah Akselerasi/SMART), jenjang sekolah ini adalah gabungan SLTP dan

SLTA dengan program akselerasi 5 tahun dan seluruh peserta didik diberikan

materi pelajaran terpadu dalam lingkungan berasrama (Internat/Boarding School).

Sekolah ini digagas untuk meningkatkan harkat dan derajat kaum dhuafa melalui

program pendidikan dan pembinaan yang komprehensif dan berkesinambungan.

Adapun program-program yang diberikan di SMART Ekselensia

Indonesia terdiri dari program matrikulasi, program kurikuler, program asrama,

Page 8: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

8

program ekstrakurikuler, serta program akselerasi. Program-program di atas

diberikan agar siswa menjadi manusia belajar yang berbudi mulia, mandiri,

berprestasi, dan berjiwa sosial

Fenomena yang terjadi pada anak binaan yayasan SMART Ekselensia

Indonesia adalah bahwa pada kenyataanya tidak semua siswa- siswanya mampu

bertahan dan berprestasi dengan baik. Ada siswa yang mampu berprestasi dengan

baik bahkan menjadi lebih baik setelah menempuh program-program yang sudah

diberikan, namun ada juga siswa yang gagal dan tidak mampu bertahan dengan

kondisi yang dihadapinya.

Berdasarkan latar belakang di atas , peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan antara resiliensi dengan prestasi belajar anak

binaan Yayasan SMART Ekselensia Indonesia”

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Untuk penelitian yang lebih terarah maka peneliti akan membatasi masalah

pada hal-hal yang berhubungan dengan resiliensi dan prestasi belajar

Resiliensi merupakan kualitas atau karakteristik individual yang berkaitan

dengan perkembangan positif dan kesuksesan dalam individu tersebut (Benard :

2004). Resiliensi dalam penelitian ini dibatasi pada faktor resiko ekternal saja

seperti kemiskinan, orang tua meninggal, korban daerah konflik, korban bencana

alam, perceraian, serta korban kekerasan dalam rumah tangga.

Page 9: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

9

Prestasi belajar merupakan hasil penilaian aktivitas belajar siswa yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai peserta didik dalam periode tertentu

(Tirtonegoro :1984) .

1.2.2 Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut: “Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dengan

prestasi belajar anak binaan Yayasan SMART Ekselensia Indonesia ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dengan prestasi belajar anak

binaan Yayasan SMART Ekselensia Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan

konstribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan prestasi peserta didik dalam belajar dan dapat menjadi literatur

tambahan dalam ilmu psikologi pendidikan khususnya psikologi belajar

dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa.

Page 10: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

10

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak

sekolah mengenai ada tidaknya hubungan resiliensi dengan prestasi

belajar siswanya sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan prestasi

belajar siswa

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pelajaran dan motivasi bagi

para pembaca yang kehidupannya jauh lebih baik dari anak-anak di

Yayasan SMART Ekselensia Indonesia untuk lebih meningkatkan

prestasinya khususnya prestasi dalam belajar

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi beberapa bagian bab

untuk memudahkan pembahasan dalam setiap bab, yaitu:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Berisi tentang penjelasan latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan

BAB 11 : KAJIAN TEORITIS TEORITIS

Membahas tentang berbagai konsep mengenai prestasi belajar,

resiliensi, kerangka berpikir, dan hipotesis.

Page 11: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

11

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Meliputi pendekatan dan metode penelitian, definisi konseptual dan

operasional variabel, tekhnik pengambilan sampel, pengumpulan data yaitu

metode dan instrumen penelitian, tekhnik uji instrumen, tekhnik analisis data

serta prosedur penelitian

BAB 1V : HASIL PENELITIAN

Terdiri dari gambaran umum subjek, deskripsi data, dan hasil

pengujian hipotesis

BAB V : KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Page 12: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

12

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Prestasi Belajar

Pada hakekatnya setiap siswa ingin berprestasi dalam belajarnya. Namun,

untuk mencapai prestasi dalam belajar dituntut dorongan atau semangat belajar

yang sungguh-sungguh dan disiplin yang tinggi dalam belajar. Ada beberapa

pendapat ahli yang mengungkapkan definisi tentang prestasi belajar, diantaranya

yaitu;

Menurut Parmono Ahmadi (2009) prestasi belajar adalah tingkat

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang

dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah

pelajaran . Menurut pengertian di atas, prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan

siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai

Sedangkan menurut Tirtonegoro (1984) bahwa prestasi belajar merupakan

penilaian aktivitas belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka,

huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai peserta

didik dalam periode tertentu.

Prestasi belajar menurut Sumardi Suryabrata (2005) sebagai hasil dari suatu

proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus

diberikan untuk proses evaluasi misalnya rapor, hasil ini dibagikan kepada siswa

pada akhir semester setelah pelaksanaan ujian akhir. Di dalam bidang pendidikan,

Page 13: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

13

siswa dikatakan memiliki prestasi baik apabila menjadi juara kelas ataupun

memiliki nilai yang baik.

Selanjutnya Davis dalam Darwyan Syah (2009) mengatakan bahwa dalam

setiap proses belajar akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil

nyata yang dapat dikur dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah taraf keberhasilan siswa dari kegiatan atau usaha belajarnya dalam

mempelajari setiap mata pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor

dalam periode waktu tertentu

2.1.1 Aspek-aspek Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar atau prestasi belajar ideal

meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan

proses belajar siswa. Menurut Muhibbin Syah (2003) dan Benyamin Bloom

dalam Darwyan Syah (2009) aspek-aspek prestasi belajar meliputi tiga ranah

yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapun penjelasaanya sebagai

berikut:

Tabel 2.1

Ranah Indikator

A. Kognitif

1. Pengetahuan

- mampu mengetahui tentang hal-hal

khusus, peristilahan, fakta-fakta khusus,

Page 14: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

14

2. Pengamatan

3. Pemahaman

4. Penerapan

5. Analisis

6.Sintesis

7. Evaluasi

prinsip-prinsip, kaidah-kaidah

- mampu menunjukan,

membandingkan, dan menghubungkan

- mampu menterjemahkan,

menafsirkan, menentukan,

memperkirakan, dan mengartikan

- mampu memecahkan masalah,

membuat bagan/grafik, menggunakan

istilah atau konsep-konsep

- mampu mengenali kesalahan,

membedakan, menganalisis unsure-

unsur, hubungan-hubungan, dan

prinsip-prinsip organisasi

- mampu menghasilakan, menyusun

kembali, dan merumuskan

- mampu menilai berdasarkan norma

tertentu, mempertimbangkan, dan

memilih alternatif

B. Psikomotor

1. Persepsi

2. Kesiapan

3. Gerakan terbimbing

4. Gerakan terbiasa

5. Gerakan Kompleks

6. Penyesuaian pola gerakan

- mampu menafsirkan rangsangan, peka

terhadap rangsangan, dan

mendiskriminasikan

- mampu berkonsentrasi dan

menyiapkan diri baik fisik maupun

mental

- mampu meniru contoh

- mampu berketrampilan dan berpegang

pada pola

- memiliki ketrampilan secara lancer,

luwes, supel, gesit dan lincah

- mampu menyesuaikan diri dan

Page 15: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

15

7. Kreatifitas

8. Kecakapan ekspresi verbal dan non-

verbal

bervariasi

- mampu menciptakan hal yang baru

dan berinisiatif

- fasih dalam melafalkan dan

mengucapkan serta cakap dalam

membuat mimik dan gerakan jasmani

C. Afektif

1. Penerimaan

2. Berpartisipasi

3. Penilaian/penentuan sikap

4. Pengorganisasian

5. Internalisasi (pendalaman)

6. Karakterisasi (penghayatan)

- mampu menunjukkan, mengakui,

dan mendengarkan dengan

sungguh-sungguh

- mematuhi dan berperan aktif

dalam belajar

- mampu menerima suatu nilai,

menyukai, menyepakati,

menghargai, dan bersikap

positif atau negatif

- mampu membentuk system

nilai, menangkap relasi antar

nilai, bertanggungjawab dan

menyatukan nilai.

- mengakui dan menyakini

- mampu melembagakan atau

meniadakan serta

menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari

Selanjutnya menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008) untuk mengetahui

indikator keberhasilan belajar atau prestasi belajar dapat dilihat dari daya serap

siswa dan perilaku yang tampak pada siswa.

Page 16: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

16

1. Daya serap yaitu tingkat penguasaan bahan pelajaran yang

disampaikan oleh guru dan dikuasai oleh siswa baik secara

individual atau kelompok.

2. Perubahan dan pencapaian tingkah laku sesuai yang digariskan

dalam kompetensi dasar atau indikator belajar mengajar dari tidak

tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari tidak

kompeten menjadi kompeten.

3. Hasil belajar yang dicapai siswa

Hasil belajar yang dimaksud disini adalah pencapaian prestasi

belajar yang dicapai siswa dengan ktiteria atau nilai yang telah

ditetapkan baik menggunakan penilaian acuan patokan maupun

penilaian acuan norma

4. Proses belajar mengajar

Penilaian terhadap proses belajar tidak hanya terbatas pada

pembandingan nilai awal dengan nilai akhir siswa, akan tetapi juga

menilai segala aktivitas siswa dalam melakukan kegiatan dan

pengalaman belajar, baik keaktifannya dalam mengajukan

pertanyaan yang diajukan oleh guru maupun siswa, minat,

semangat, motivasi belajar, sikap terhadap materi pelajaran dan

kegiatan belajar mengajar serta tanggung jawab dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar siswa dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan

Page 17: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

17

psikomotor. Aspek kognitif berkaitan dengan daya kognitif siswa, aspek afektif

berkaitan dengan bagaimana siswa menerima dan mengapresiasikan, sedangkan

aspek psikomotor berkaitan dengan keterampilan dan kecakapan siswa.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai setelah proses

belajar mengajar terjadi. Dalam mencapai prestasi belajar yang baik seorang

siswa, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi disekitar kehidupan,

baik di rumah maupun di dalam pergaulan masyarakat. Beberapa ahli (M. Ngalim

Purwanto: 1990, Muhibbin Syah: 2006, Suparno: 2001, Syaiful Bahri Djamharah:

2006 dan Noeh : 1993) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu faktor yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang datang dari diri siswa sendiri,

yaitu:

a. Kondisi jasmani (fisiologis) seseorang, baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh

Kondisi jasmani yang sehat berbeda pengaruhnya dengan kondisi

jasmani yang tidak sehat bagi kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu

siswa sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman

yang bergizi serta memilih pola istirahat dan olahraga yang ringan. Yang

Page 18: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

18

termasuk ke dalam faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur

tubuh, dan sebagainya.

b. Aspek psikologis

Aspek psikologis merupakan kondisi psikologis siswa yang terdiri dari:

a. Intelegensi atau kecerdasan merupakan faktor yang besar

perannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya

mengikuti program pendidikan . Pada umumnya orang yang

mempunya taraf kecerdasan tinggi akan lebih baik

prestasinya bila dibandingkan dengan orang yang

memepunyai taraf kecerdasan yang sedang atau rendah.

b. Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara

yang relatif tetap terhadap objek orang , barang, baik secara

positif atau negatif .

c. Bakat siswa

Menurut Mahmud dalam Muhibbin (2005) bakat

merupakan sarana yang mempermudah seseorang untuk

menyerap pengetahuan yang sesuai dengan bakatnya dan

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh.

d. Motivasi

Page 19: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

19

Menurut S. Nasution dalam Muhibbin (1996), motivasi

adalah kondisi fisiologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Motivasi sangat penting untuk

keberhasilan belajar

e. Minat

Minat yang tumbuh dari diri siswa dapat mendorong atau

menggerakan dirinya berbuat sesuatu yang menjadi

tujuannya, tanpa dorongan minat yang kuat maka prestasi

tidak akan tercapai secara optimal

f. Kebutuhan Kemampuan

Kemampuan atau kematangan artinya bahwa dalam

mengajarkan sesuatu yang baru harus dilihat dari taraf

kemampuan pribadinya, yang memungkinkan jasmani dan

rohaninya telah matang.

g. Tingkat religiusitas dan spiritualitas siswa

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar diri siswa.

Diantaranya yaitu:

a. Lingkungan sosial; meliputi lingkungan sosial di sekolah (guru,

teman sekelas, para staf administrasi). Lingkungan sosial siswa

(masyarakat, tetangga, teman sepermainan), lingkungan sosial yang

lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan

Page 20: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

20

keluarga siswa itu sendiri seperti didikan orang tua, kondisi

ekonomi keluarga, kasih sayang dan perhatian orang tua.

b. Kondisi budaya yang dapat mendorong semangat belajar siswa

seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kemajuan tekhnologi

yang berkembang di lingkungan siswa

c. Lingkungan fisik, seperti gedung sekolah, sarana dan prasarana

yang dimiliki sekolah, rumah tempat tinggal siswa, keadaan cuaca

dan waktu belajar siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut

menentukan tingkat keberhasilan siswa.

d. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan disekitar tempat tinggal

siswa

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor yang datang dari diri

individu ( disebut sebagai faktor internal) dan faktor yang datang dari luar

individu (selanjutnya disebut sebagai faktor eksternal). Adapun faktor internal

terdiri dari kondisi fisiologis dan psikologis siswa yaitu minat, bakat, intelegensi,

sikap dan motivasi siswa. Resiliensi termasuk ke dalam kondisi internal siswa.

Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sosial , lingkungan fisik sekolah,

lingkungan masyarakat , serta kondisi budaya siswa.

Page 21: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

21

2.1.3 Jenis-jenis Tes Prestasi Belajar

Menurut Darwyan Syah (2009), untuk menilai keberhasilan belajar siswa

dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar yang dapat digolongkan ke dalam tiga

jenis penilaian sebagai berikut:

a. .Ulangan Harian

Ulangan harian dilakukan secara periodik pada akhir

pengembangan kompetensi, untuk mengungkap penguasaan kognitif

siswa, sekaligus untuk menilai keberhasilan penggunaan berbagai

perangkat pendukung belajar mengajar

b. Ulangan Blok

Ulangan blok adalah ujian yang dilakukan dengan menggabungkan

beberapa kompetensi dasar dalam satu waktu, mulai dari tingkat berpikir

yang terlibat, pemahaman sampai dengan evaluasi.

c. Ulangan Semester

Ulangan semester digunakan untuk menilai penguasaan

kompetensi pada akhir program semester. Kompetensi yang diujikan

berdasarkan kisi-kisi yang mencerminkan kompetensi dasar, hasil

belajar,dan indikator pencapaian hasil belajar yang dikembangkan dalam

semester yang bersangkutan.

d. Ulangan Kenaikan Kelas

Ulangan kenaikan kelas digunakan untuk mengetahui ketuntasan

siswa dalam menguasai standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi

pokok pelajaran bidang studi tertentu pada satu kompetensi ujian. Ulangan

Page 22: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

22

ini harus mengacu pada kompetensi dasar, berkelanjutan, memiliki nilai

aplikatif, atau dibutuhkan untuk belajar pada bidang lain yang relevan.

2.1.4 Tingkat Prestasi Belajar

Untuk mengetahui tingkat prestasi atau keberhasilan belajar yang dicapai

oleh siswa digunakan dua acuan (Muhibbin Syah, 2003) yaitu;

1. Penilaian Acuan Norma

Penilaian acuan norma adalah penilaian prestasi dan hasil belajar

siswa yang diacukan kepada rata-rata kelompoknya. Untuk itu norma atau

kriteria yang digunakan dalam menentukan derajat keberhasilan siswa

dibandingkan dengan rata-rata kelasnya. Atas dasar itu akan diperoleh

kategori prestasi belajar siswa, yakni diatas rata-rata kelas, sekitar rata-rata

kelas,dan di bawah rata-rata kelas.

2. Penilaian Acuan Patokan.

Penilaian acuan patokan prestasi belajar siswa adalah penilaian

yang diacukan kepada tujuan instruksional yang harus dikuasai siswa.

Dengan demikian,derajat keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan

yang seharusnya dicapai, bukan dibandingkan dengan rata-rata

kelompoknya.

Berdasarkan penilaian acuan patokan dan penilaian acuan norma dapat

diketahui tingkat prestasi belajar yang dicapai oleh siswa yang terbagi kedalam

beberapa tingkatan keberhasilan sebagai berikut:

Page 23: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

23

1. Penilian dengan menggunakan angka-angka. Artinya hasil belajar yang

diperoleh siswa disajikan dalam bentuk angka. Rentangan yang digunakan

misalnya 1 s.d 100 atau 0 s.d 4 (A,B,C,D).

2. Penilaian dengan menggunakan kategori. Artinya hasil yang diperolah

siswa disajikan dalam bentuk kategori, misalnya: baik sekali, baik, cukup,

kurang dan gagal atau sudah memahami, cukup memahami, belum

memahami, sudah kompeten, cukup kompeten, belum kompeten dan tidak

kompeten

3. Penilaian dengan menggunakan uraian atau narasi. Artinya hasil yang

diperoleh siswa dinyatakan dengan uraian atau penjelasan misalnya: perlu

bimbingan serius, keaktifan kurang, perlu pendalaman materi tertentu, atau

siswa dapat membaca dengan lancar.

4. Penilaian dengan menggunakan kombinasi. Artinya hasil yang diperoleh

siswa disajikan dalam bentuk kombinasi angka, kategori, dan uraian atau

narasi.

2.2 Resiliensi

2.2.1 Pengertian Resiliensi

Istilah resiliensi secara etimologis berasal dari kata latin “resilire”

yang artinya melambung kembali. Awalnya istilah ini digunakan dalam

konteks fisik atau ilmu fisika. Resiliensi berarti kemampuan untuk pulih

kembali dari suatu keadaan, kembali ke bentuk semula setelah dibengkokkan,

ditekan, atau diregangkan. Bila digunakan sebagai istilah psikologi, resiliensi

Page 24: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

24

adalah kemampuan manusia untuk cepat pulih kembali dari perubahan, sakit,

kemalangan, atau kesulitan (the Resiliency Center 2005). Sejumlah ahli yang

berbicara tentang resiliensi mengemukakan berbagai definisi dari resiliensi

sebagai berikut:

Benard (2004) mendefinisikan resiliensi sebagai kualitas atau

karakteristik individual yang berkaitan dengan perkembangan positif dan

kesuksesan dalam individu tersebut.

Sementara Grotberg dalam Desmita (2006) Resiliensi adalah

kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau

masyarakat yang memungkinkannya untuk menghadapi, mencegah,

meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan

dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan, atau bahkan mengubah

kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk

diatasi.

Sedangkan menurut Rutter dalam Balanon (2002) resiliensi

merupakan proses interaksi antara faktor individual dan lingkungan yang

memberi hasil yang baik sementara menghadapi penderitaan hidup.

Resiliensi menurut Richardson, dkk dalam Henderson dan Milstein (2003)

merupakan proses mengatasi masalah seperti gangguan, kekacauan, tekanan, atau

tantangan hidup, yang pada akhirnya membekali individu dengan perlindungan

Page 25: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

25

tambahan dan kemampuan untuk mengatasi masalah sebagai hasil dari situasi

yang di hadapi.

Al Siebert (2005) mengatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan

untuk mengatasi perubahan yang terjadi, mempertahankan energi , bangkit

kembali dari kemunduran, dan merubah cara baru dalam pekerjaan dan kehidupan

ketika cara lama tidak mungkin digunakan kembali.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dalam penelitian ini resiliensi

dapat diartikan sebagai suatu kemapuan individu untuk bangkit kembali dari

kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan atau tekanan-tekanan hidup dengan

melakukan hal-hal positif untuk merubah keadaan yang tidak menyenangkan

tersebut menjadi sebuah kesuksesan

2.2.2 Sumber-sumber Pembentukan Resiliensi

Menurut Grotberg dalam Desmita (2005) ada tiga sumber dari resiliensi,

yaitu I have (aku punya), I am (Aku ini), I can (Aku dapat), adapaun

penjelasannya adalah sebagi berikut:

1. I have (Aku punya) merupakan sumber resiliensi yang

berhubungan dengan pemaknaan individu terhadap besarnya

dukungan yang diberikan oleh lingkungan sosial terhadap dirinya.

Sumber I have ini memiliki beberapa kualitas yang memberikan

sumbangan bagi pembentukan resiliensi, yaitu: hubungan yang

dilandasi oleh kepercayaan penuh, struktur dan aturan, model-

model peran, dorongan untuk mandiri, serta fasilitas kehidupan

Page 26: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

26

2. I am (Aku ini) merupakan sumber resiliensi yang berkaitan dengan

kekuatan pibadi yang dimiliki oleh seseorang, yang terdiri dari

perasaan, sikap dan keyakinan pribadi. Beberapa kualitas pribadi

yang mempengaruhi I am ini adalah disayang dan disukai banyak

orang, mencintai, empati, kepedulian pada orang lain, bangga pada

diri sendiri, bertanggungjawab, percaya diri, optimis, dan penuh

harap.

3. I can (Aku dapat) adalah sumber resiliensi yang berkaitan dengan

apa saja yang dapat dilakukan oleh individu sehubungan dengan

keterampilan-keterampilan sosial dan interpersonal. Keterampilan-

keterampilan ini meliputi, cara berkomunikasi, memecahkan

masalah, mengelola perasaan, mengukur tempramen sendiri dan

orang lain, serta menjalin hubungan-hubungan yang saling

mempercayai.

Resiliensi merupakan hasil kombinasi dari ketiga faktor I have, I am, dan I

can. Untuk menjadi seorang yang resilien, tidak cukup hanya memiliki satu faktor

saja, melainkan harus ditopang oleh ketiga aspek tersebut.

2.2.3 Karakteristik Individu yang Resilien

Menurut Benard (2004) terdapat empat kategori penyusun kekuatan pribadi

individu yang resilien yaitu:

Page 27: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

27

1. Kompetensi sosial

Rutter (1984) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai suatu istilah yang

menggambarkan kemampuan anak beradaptasi dan terkait pada pemecahan

masalah dalam hubungan sosial yaitu kemampuan anak untuk berpikir dan

mengoperasionalkan berbagai pemecahan masalah yang bersifat sosial. Luthar dan

Burack (2000) dalam Benard (2004) mengatakan bahwa kompetensi sosial

merupakan salah satu indikator penting dalam menilai adaptasi positif seorang

anak.

Kompetensi sosial meliputi hal-hal berikut ini:

a. Sikap responsif: kemampuan menangkap respon positif dari orang lain.

b. Komunikasi: kemampuan yang memudahkan individu melakukan

hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Kemampuan komunikasi

juga merupakan kemampuan seseorang mengungkapkan

ketidaksetujuannya tanpa menyakiti oaring lain.

c. Empati: kemampuan mengerti dan merasakan perspektif orang lain.

d. Rasa murah hati: keinginan dan dorongan untuk menolong meringankan

penderitaan orang lain (Benard, 2004).

2. Kemampuan pemecahan masalah

Kategori ini memberikan banyak kontribusi bagi kemampuan perencanaan

dan fleksibilitas di berbagai aspek kehidupan anak melalui sumber-sumber yang

ada. Dalam penelitian mengenai resiliensi kemampuan ini sering juga disebut

sebagai fungsi intelektual yang baik. Kemampuan ini meliputi:

Page 28: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

28

a. Kemampuan perencanaan: kemampuan anak yang membuat mereka

mampu memiliki kendali dan harapan atas hidupnya di masa depan.

b. Fleksibilitas: kemampuan anak untuk melihat permasalahan dari sudut

pandang lain dan mencari alternative pemecahan baik untuk masalah

sosial atau hal yang berhubungan dengan kognitif mereka.

c. Resourcefulness: keterampilan untuk bertahan hidup yang meliputi

kemampuan anak dalam mencari sumber-sumber di luar diri mereka.

d. Kemampuan berpikir kritis : kemampuan untuk menganalisa suatu

kejadian lebih mendalam.

3. Otonomi

Otonomi mencakup kemampuan anak untuk bertingkah laku secara bebas

dan berbeda diatas kendali dari lingkungan tempat individu berada. Otonomi juga

diasosiasikan dengan rasa kesejahteraan diri (Deci: Ryan dan Deci dalam Benard,

2004). Dengan memiliki rasa otonomi individu merasa berkeinginan penuh akan

apa yang mereka lakukan. Mereka juga terlibat dalam berbagai aktivitas dengan

komitmen dan rasa ketertarikan yang muncul dari dalam mereka sendiri (Deci

dalam Benard, 2004). Otonomi meliputi:

a. Identitas positif: perasaan sadar akan identitas dirinya yang bersifat stabil

dan pribadi. Identitas positif berkaitan erat dengan self-esteem dan evaluasi

diri yang positif pula dimana hal tersebut merupakan karakteristik anak

dan remaja yang banyak mengalami kejadian tidak menyenangkan dalam

hidup mereka.

Page 29: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

29

b. Internal locus of control dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana

individu memegang kendali atas keadaan dan perasaan bahwa dirinya

memiliki kekuatan tertentu.

c. Self-efficacy: kepercayaan diri yang ada di dalam diri individu untuk

menentukan apa yang ingin dicapai dan cara yang mungkin dilakukan

untuk mencapai tujuan.

d. Adaptive distancing : adaptive distancing adalah kemampuan untuk teguh

pada dirinya sendiri meskipun sedang menghadapi ancaman dari luar

dirinya.

e. Kewaspadaan diri: perhatian terhadap keadaan dalam diri individu

termasuk pemikiran, perasaan, kekuatan dan kebutuhan diri tanpa

melibatkan emosi di dalamnya.

f. Rasa humor: rasa humor membantu individu dalam merubah rasa marah

dan kesedihan menjadi perasaan riang dan dapat menjauhkan individu dari

kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidupnya.

4. Kesadaran akan tujuan dan masa depan

Kategori ini berkaitan dengan kekuatan pribadi yang meliputi arah tujuan

ke optimisme individu sampai dengan kesadaran akan makna dan koherensi atas

keberadaan individu tersebut sebagai bagian dari alam semesta. Fokus pada masa

depan yang kuat dan positif secara konsisten telah diidentifikasikan dengan

kesuksesan dalam bidang akademis, identitas diri yang positif, dan tingkah laku

yang tidak membahayakan kesehatan. Faktor ini meliputi:

Page 30: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

30

a. Arah tujuan dan aspirasi pendidikan: ketiga hal ini berorientasi pada masa

depan dan dikatakan sebagai cirri-ciri anak yang sukses dalam

pendidikannya.

b. Ketertarikan tertentu pada suatu hal: anak dengan ketertarikan tertentu

pada suatu hal akan mencurahkan perhatian mereka terhadap kegiatan

tersebut. Perhatian yang diberikan akan menimbulkan sense of mastery

pada diri mereka dan akan mengalihkan perhatiannya dari kejadian tidak

menyenangkan yang sedang ia hadapi. Bentuk dari ketertarikan ini

seringkali muncul dalam kreativitas seni dan imajinasi. Hal tersebut

memberikan saluran bagi anak untuk menggambarkan masa depan yang

positif.

c. Optimisme : optimisme merefleksikan sikap motivasional dan penuh

pengharapan tentang masa depan anak yang positif. Optimisme juga

memiliki kaitan erat dengan kompetensi sosial, kemampuan memecahkan

masalah, self-efficacy, dan motivasi dalam bidang akademis.

d. Faith: keyakinan (faith) merupakan kualitas individu dalam mengartikan

kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Hal ini diasosiasikan

berkaitan erat dengan perkembangan yang sehat sepanjang rentang usia

individu.

Sementara menurut Block dan Kreman dalam Tugade dan Fredrickson

(2004), karakteristik individu yang resilien adalah sebagai berikut:

1. Individu merasa optimis dan semangat menjalani hidup

Page 31: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

31

Individu yang optimis merasa dapat meningkatkan kesempatan untuk

bangkit dan berbuat sesuatu lebih baik dari sebelumnya . Rasa optimis

dapat membuat individu melakukan sesuatau yang positif di masa yang

akan datang dan memiliki semangat tinggi dalam melakukan rutinitas

sehari-hari. Individu yang resilien memiliki kemampuan untuk

membayangkan kondisi yang ia inginkan di masa yang akan datang

sehingga ketidakberuntungan yang dialaminya dijadikan motivasi untuk

mencapai tujuan yang ia bayangkan (Siebert,2005)

2. Individu terbuka dengan pengalaman

Individu yang resilien memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang

sekelilingnya dan selalu belajar dari pengalaman yang ia alami sehari-hari.

Ia melakukan sesuatu yang lebih baik dalam menghadapi situasi-situasi

baru karena ia belajar dari konsekuensio-konsekuensi yang pernah ia

lakukan sebelumnya.

3. Memiliki emosi positif yang tinggi

Menurut Werner dan Smith dalam Dell (2005), individu yang resiliensinya

tinggi memunculkan emosi positifnya melalui humor dan tekhnik-tekhnik

relaksasi serta berpikir optimis emosi positif merupakan elemen penting

dalam resiliensi. Emosi yang dimiliki individu digunakan untuk pemulihan

dari pengalaman emosi negatif (Connor, 2006)

Page 32: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

32

Menurut Al Siebert (2004), karakteristik individu yang resilien memiliki

persamaan kualitas, yaitu:

1. Playful (suka bermain) dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi seperti

anak-anak. Ciri-cirinya mereka mengajukan banyak pertanyaan, untuk

mengetahui bagaimanan proses terjadinya sesuatu. Mereka memiliki

waktu yang dapat dinikmati dengan baik hampir diseluruh tempat.

Memiliki rasa humor untuk mendapatkan kegembiraan dari suatu

tragedi,mampu merubah ketidakberuntungan menjadi keberuntungan serta

memperoleh kekuatan dari tekanan. Mereka juga mampu meredakan

tegangan dan mencoba melihat dari perspektif yang lebih baik (Turner,

2001)

2. Secara konstan belajar dari pengalaman. artinya mereka secara cepat

mencerna pengalaman yang baru maupun yang tak terduga. Hal tersebut

dikarenakan adanya kemauan untuk senantiasa belajar dari pengalaman

3. Beradaptasi dengan cepat dan baik. ciri-cirinya individu bersifat fleksibel

secara mental. Mereka mampu untuk bersikap keras maupun lembut,

menggunakan perasaan atau logika, bersikap tenang atau emosional, dan

sebagainya. Mereka mampu untuk tetap sehat walaupun berada dalam

lingkungan keluarga yang kacau. Hal ini dikarenakan peran model yang

diperoleh selain dari rumah, seperti guru, sahabat, pelatih dan pembina

agama (Turner,2001).

4. Self-esteem dan kepercayaan diri yang kokoh. Self- esteem adalah apa yang

dirasakan seseorang tentang dirinya. Self-esteem berperan sebagai penahan

Page 33: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

33

dalam melawan pernyataan yang menyakitkan dan sekaligus mempelajari

sesuatu dari kritik yang diterima. Self-esteem membuat mereka percaya

diri dan memampukan mereka untuk melakukan sesuatu dengan kapasitas

maksimal mereka.

5. Memiliki persahabatan yang baik dan penuh kasih. Individu yang resilien

senantiasa berkomunikasi dengan teman dan keluarga karena hal tersebut

mengurangi akibat dari kesulitan yang dihadapi.

6. Mengekspresikan perasaan secara jujur. Individu mengalami dan

mengekspresikan rasa marah, sayang, benci, sedih, penghargaan dan

macam-macam emosi lainnya secara jujur dan terbuka.mereka tidak

berpura-pura dalam menunjukan sikap mereka sehari-hari, mereka

bertingkah laku apa adanya, artinya tidak bersikap untuk menyembunyikan

sesuatu.

7. Mengharapkan sesuatu berjalan dengan baik. Individu memiliki optimisme

yang tinggi yang dipimpin oleh nilai dan standar internal individu. Mereka

berusaha melakukan yang terbaik, sebagai timbal baliknya, mereka

mempunyai keyakinan bahwa hal yang dikerjakan akan membawa hasil

yang maksimal.

8. Mencoba mengerti orang lain dengan berempati. Ciri-cirinya adalah

mencoba melihat sesuatu dari cara pandang orang lain. Mereka mencoba

untuk berada di posisi tempat orang lain berada

Page 34: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

34

9. Memiliki kapasitas intelektual. Individu yang resilien biasanya ia memiliki

kapasitas intelektual yang tinggi dalam menghadapi setiappermasalahan

yang dihadapinya

10. Memiliki Internal Locus Of Control. Individu mampu memegang kendali

atas dirinya

Adapun Henderson dan Milstein dalam Desmita (2003), menyebutkan 12

karakteristik internal resiliensi, yaitu:

1. Kesediaan diri untuk melayani orang lain

2. Menggunakan ketrampilan-keterampilan hidup, yang

mencakupi keterampilan mengambil keputusan dengan baik,

tegas, keterampilan mengontrol impuls-impuls dan problem

solving

3. Sosiabilitas, kemampuan untuk menjadi seseorang teman dan

membentuk hubunan-hubungan yang positif

4. Memiliki perasaan humor

5. Lokus kontrol internal

6. Mandiri

7. Memiliki pandangan positif terhadap masa depan

8. Fleksibilitas

9. Memiliki kapasitas untuk terus belajar

10. Motivasi diri

11. Kompetensi personal

12. Memiliki harga diri dan rasa percaya diri

Dapat disimpulkan bahwa individu yang resilien memiliki karakteristik

individu tersebut optimis, mampu beradaptasi dengan baik, humoris, memiliki

motivasi diri, memiliki kompetensi personal, memiliki internal locus of control ,

Page 35: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

35

self-esteem dan rasa percaya diri yang tinggi, mandiri, sosiabilitas, serta mampu

berempati.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi

Seorang anak dapat disebut sebagai anak yang resilien apabila mereka

memenuhi kriteria yang diperlukan. Kriteria pertama adalah terdapatnya sebuah

keadaan yang merupakan ancaman atau sifatnya berbahaya bagi individu tersebut.

Keadaan demikian disebut juga sebagai faktor resiko. Kedua, kualitas penyesuaian

individu terhadap keadaan tersebut sesuai dengan tahap perkembangannya dimana

hal ini juga dikenal sebagai faktor protektif (Ibeagha dkk, 2004)

2.2.4.1 Faktor Resiko

Faktor resiko dalam Berns (2007) didefinisikan sebagai keadaan yang

membahayakan. Mash dan Wolfe (2005) mengemukakan definisi serupa

mengenai faktor resiko yaitu variabel yang berkemungkinan memberikan dampak

negatif dari kejadian yang dialami anak. Anak yang berada dalam keadaan

beresiko rentan terhadap hasil perkembangan yang negatif seperti dikeluarkan dari

sekolah, penggunaan obat-obatan terlarang, kehamilan di masa remaja bahkan

terlibat dalam kasus bunuh diri. Faktor resiko yang melibatkan anak-anak dapat

diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu faktor genetik seperti kemunduran

mental, faktor prenatal seperti masalah kesehatan saat berada dalam kandungan,

faktor prenatal yang berkaitan dengan penanganan kesehatan, dan faktor yang

berasal dari lingkungan seperti kemiskinan,wilayah konflik, bencana alam atau

perceraian (Rickel dan Becker, 1997 dalam Berns 2007). Anak yang dikatakan

Page 36: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

36

berada dalam keadaan beresiko, cenderung berasal dari keluarga dengan

dukungan sosial yang kurang, mengalami kasus depresi, atau kekerasan rumah

tangga (Children’s Defense Fund, 2004; Rogosch dkk, 1995).

2.2.4.2 Faktor Protektif

Faktor protektif adalah hal-hal yang membantu individu bertahan dari

dampak yang diakibatkan oleh tekanan yang diterima, membantu mengatasi

keadaan tidak menyenangkan tersebut dan mampu menyesuaikan diri dalam

keadaan mengancam tersebut (Ibeagha dkk, 2004). Sejalan dengan definisi

tersebut dikatakan pula bahwa faktor protektif adalah keadaan yang mengurangi

dampak dari stres dini dan cenderung memprediksi hasil positif dari keadaan tidak

menyenangkan (Masten dan Coatsworth dalam Papalia, 2004)

Faktor protektif berasal dari dua sumber yaitu internal dan eksternal.

Faktor protektif internal adalah asset atau faktor protektif yang secara konstan

muncul dalam pembahasan mengenai karakteristik anak yang resilien dan meliputi

kompetensi sosial, kemampuan memecahkan masalah, otonomi dan kesadaran

akan tujuan dan masa depan (Waters dan Sroufe; Garmezy; Rutter; Werner dan

Smith; Masten et al; Gore dan Eckenrode; Consortium on the School-Based

Promotion of Social Competence dalam Howard, 1999). Hal ini sering disebut

juga sebagai kekuatan pribadi dan merupakan manifestasi dari resiliensi itu

sendiri. Faktor-faktor ini pasti dimiliki setiap individu namun dalam derajat yang

berbeda-beda (Chavkin dan Gonzales, 2000)

Sementara faktor eksternal adalah faktor yang mendukung timbulnya

resiliensi anak dari luar diri mereka. Faktor protektif eksternal dapat

Page 37: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

37

dikelompokkan ke dalam tiga kategori besar yaitu keluarga, sekolah dan

lingkungan sehari-hari anak.

Berdasarkan dari uraian teori di atas, resiliensi dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu faktor resiko dan faktor protektif. Faktor resiko merupakan keadaan dimana

merupakan ancaman atau sifatnya berbahaya bagi individu. Sedangkan faktor

pretektif merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri individu dengan

keadaan tidak menyenangkan tersebut dengan baik.

2.3 Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Menengah

(Remaja)

Enung (2006) menyatakan bahwa tugas-tugas perkembangan merupakan

suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosio-psikologis manusia

pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan

kompleks. Proses tersebut merupakan tugas-tugas perkembangan fisik dan psikis

yang harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu. Pada jenjang

kehidupan usia sekolah menengah (remaja), seseorang telah berada pada posisi

yang cukup kompleks karena ia telah banyak menyelesaikan tugas-tugas

perkembangannya, seperti proses mempelajari nilai dan norma pergaulan dengan

teman sebaya, menyesuaikan diri dengan ketentuan yang berlaku, dan sebagainya.

Secara sadar, pada akhir masa anak-anak, seorang individu akan berupaya

untuk bersikap dan berperilaku lebih dewasa dan intelek. Hal ini merupakan

“tugas” yang cukup berat bagi para remaja untuk lebih menuntaskan tugas-tugas

perkembangannya, sehubungan dengan semakin luas dan kompleksnya kondisi

Page 38: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

38

kehidupan yang harus dihadapi dan dijalaninya. Mereka tidak ingin dijuluki

sebagai anak-anak, melainkan ingin dihargai dan diakui sebagai orang yang sudah

dewasa. Mereka menjalani tugas mempersiapkan diri untuk dapat hidup lebih,

dalam arti mampu menghadapi dan memecahkan masalah, bertindak etis dan

normatif serta bertanggung jawab moral. Oleh karena itu, tugas perkembangan

pada masa remaja ini dipusatkan pada upaya untuk menanggulangi sikap dan pola

kekanak-kanakan.

Tugas-tugas perkembangan tersebut oleh Havighurst (1956) dikaitkan

dengan fungsi belajar karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan manusia

dipandang sebagai upaya mempelajari nilai dan norma kehidupan sosial budaya

agar mampu melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan nyata di

masyarakatnya.

Untuk memahami jenis tugas perkembangan remaja, perlu dipahami hal-

hal yang harus dilakukan oleh orang dewasa. Makna “dewasa” dapat diartikan

dari berbagai segi, sehingga dikenal istilah dewasa secara fisik, dewasa secara

mental, dewasa secara sosial, dewasa secara psikologis, dewasa secara hukum,

dab sebagainya.

Pada umumnya, orang yang telah berusia 17 tahun akan dikatakan sebagai

orang yang telah dewasa, baik dewasa secara fisik yang berarti siap untuk

melaksanakan tugas-tugas reproduksi; dewasa dari segi hukum yang berarti dapat

dikenai sanksi hukum, atau dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatannya

sesuai dengan hukum yang berlaku. Oleh karena itu, jenis tugas perkembangan

remaja itu mencakup segala persiapan diri untuk memasuki jenjang waktu, yang

Page 39: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

39

intinya bertolak dari tugas perkembangan fisik dan tugas perkembangan sosio-

psikologis.

Havighurst dalam Garrison (1956:14:15) mengemukakan 10 jenis tugas

perkembangan remaja, yaitu:

1. mencapai hubungan pertemanan dengan lawan jenisnya secara lebih

matang;

2. mencapai perasaan seks yang diterima secara sosial;

3. menerima keadaan badannya dan menggunakannya secara efektif;

4. mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa;

5. mencapai kebebasan ekonomi

6. memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan;

7. menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga;

8. mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi

warga Negara yang berkompeten;

9. menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara

moral dan sosial;

10. memahami suatu perangkat tata nilai yang digunakan sebagai pedoman

tingkah laku.

Tugas-tugas perkembangan tersebut pada dasarnya tidak dapat dipisahkan

karena remaja adalah pribadi yang utuh secara individual dan sosial. Namun

demikian, banyak hal yang harus diselesaikan selama masa perkembangan remaja

yang singkat ini. Pada tugas perkembangan fisik, upaya untuk mengatasi

permasalahan pertumbuhan yang “serba tak harmonis” amatlah berat bagi para

Page 40: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

40

remaja. Hal itu dapat bertambah sulit bagi remaja yang sejak masa anak-anak

telah memiliki konsep yang mangagungkan penampilan diri pada waktu dewasa

nanti. Oleh karena itu, tidak sedikit remaja bertingkah kurang tepat (tidak sesuai).

Di lain pihak, remaja telah mengantisipasi tugas-tugas perkembangan

dalam kehidupan sosial. Bagi seorang pria, ia harus merencanakan untuk menjadi

seorang dewasa yang bertanggung jawab bagi kehidupan keluarga, sehingga ia

harus menjalani tugs mempersiapkan diri untuk mampu menjadi manusia

bertanggung jawab dalam arti menjadi pelindung keluarga, baik dari segi

keamanan maupun ketentraman jiwa wanita dan anak-anak. Hal ini tercermin

dalam nalurinya untuk menjadi seorang yang kuat, secara ekonomis menjadi

orang yang produktif, dan tercermin pada penetapan jenis pekerjaan yang

diidamkan. Dengan sendirinya hal itu dapat juga berpengaruh pada pemilihan

jenis pendidikan yang dewasa yang lembut dan penuh kasih sayang telah pula

memengaruhi upaya untuk mempersiapkan dirinya memasuki jenjang

kedewasaan.

Memasuki jenjang usia dewasa, telah terbayang berbagai hal yang harus

dihadapinya. Bukan saja menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan

fisik, sosial, dan ekonomi, tetapi juga menghadapi tugas-tugas perkembangan

yang berkaitan dengan faktor psikologis, seperti pencapaian kebahagiaan dan

kepuasan, persaingan, kekecewaan, dan perang batin yang bisa terjadi karena

perbedaan nilai dan norma dalam kehidupan sosial.

Page 41: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

41

2.4 Hubungan Antara Resiliensi dan Prestasi Belajar pada Siswa

Resiliensi dan prestasi belajar memiliki keterkaitan satu sama lain hal ini

berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Gutman, Samerof dan Cole

(2003) ditemukan bahwa anak-anak yang mengalami kondisi sulit dengan tingkat

resiliensi yang tinggi mampu untuk mencapai tingkat yang tinggi dalam motivasi

dan performansi akademik. Sedangkan individu dengan resiliensi rendah

cenderung mempersepsi masalah sebagai suatu beban dalam hidupnya. Sedangkan

menurut Jew, Green, dan Kroger (1999) bahwa individu yang memiliki skor yang

tinggi dalam resiliensi cenderung menunjukan kemampuan akademik yang baik

daripada individu yang memiliki resiliensi yang rendah.

Martin dan Marsh (2006) mengatakan bahwa resiliensi meningkatkan

kemungkinan anak untuk sukses di sekolah dan berbagai aspek lain dalam hidup

mereka meskipun terdapat rintangan atau kejadian yang tidak menyenangkan

terjadi. Siswa yang resilien adalah mereka yang mampu menunjukan performa

tinggi dan tetap termotivasi dalam belajar meskipun terdapat berbagai hal yang

menekan dan menurunkan resiko akan menurunny performa mereka (alva dalam

Nears,2007).

Sementara Linquanti (dalam Howard 1999) memberikan definisi resiliensi

sebagai kualitas dalam diri anak yang walaupun dihadapkan dengan kejadian-

kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidup tidak mengalami kegagalan

dalam hal kehidupan akademisnya. Mendukung pernyataan tersebut, Nears (2007)

juga menyebutkan bahwa anak yang tidak dapat mengatasi tantangan yang ada

Page 42: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

42

dengan efektif akan lebih tidak menyenangi sekolah dan lebih jarang

berpartisipasi dalam kegiatan di kelas.

Namun, hal ini tidak terjadi pada penelitian yang telah dilakukan oleh

Fonny, Fidelis, dan Lianawati (2006) terhadap anak -anak tuna rungu yang berusia

9-12 tahun. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara

resiliensi dengan prestasi akademik (prestasi belajar) yang disebabkan dua aspek

antara resiliensi dan prestasi akademik merupakan aspek yang berbeda

2.5 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini, resiliensi merupakan kualitas atau karakteristik

individual yang berkaitan dengan perkembangan positif dan kesuksesan dalam

individu tersebut (Benard : 2004). Resiliensi dalam penelitian ini dibatasi pada

faktor resiko ekternal saja seperti kemiskinan, orang tua meninggal, korban

daerah konflik, korban bencana alam, perceraian, serta korban kekerasan dalam

rumah tangga.

Sedangkan prestasi belajar adalah adalah taraf keberhasilan siswa dari

kegiatan atau usaha belajarnya dalam mempelajari setiap mata pelajaran yang

dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dalam periode waktu tertentu.

Dengan adanya faktor resiko, maka akan timbul apa yang disebut sebagai

faktor protektif. Faktor protektif adalah hal-hal yang membantu individu bertahan

dari dampak yang diakibatkan dari tekanan yang diterima, membantu mengatasi

keadaan tidak menyenangkan tersebut dan mampu menyesuaikan diri dalam

keadaan mengancam tersebut (Ibeagha dkk, 2004). Seperti faktor resiko, faktor

Page 43: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

43

protektif juga berasal dari sumber eksternal dan internal. Menurut Benard (2004)

faktor protektif internal atau asset internal individu terdiri dari empat kategori

penyusun yaitu kompetensi sosial, pemecahan masalah, otonomi dan kesadaran

akan tujuan dan masa depan. Kategori ini memiliki individu dengan kadar yang

berbeda-beda namun akumulasi dari keempat kategori tersebut menentukan

tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang anak

didapat dari keluarga, sekolah dan lingkungan mereka sehari-hari (Howard, 1999).

Faktor protektif eksternal ini lebih bersifat mendukung faktor protektif internal

yang sudah ada dalam individu (Bennard, 2004).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gutman, Samerof dan Cole

(2003) ditemukan bahwa anak-anak yang mengalami kondisi sulit dengan tingkat

resiliensi yang tinggi mampu untuk mencapai tingkat yang tinggi dalam motivasi

dan performansi akademik. Sedangkan individu dengan resiliensi rendah

cenderung mempersepsi masalah sebagai suatu beban dalam hidupnya. Sedangkan

menurut Jew, Green, dan Kroger (1999) bahwa individu yang memiliki skor yang

tinggi dalam resiliensi cenderung menunjukan kemampuan akademik yang baik

daripada individu yang memiliki resiliensi yang rendah.

Dalam mencapai prestasi belajar , individu tersebut tidak terlepas dari

berbagai faktor yang terjadi disekitar kehidupan, baik kondisi internal maupun

eksternal siswa. Diduga, siswa yang memiliki resiliensi tinggi akan memiliki

prestasi belajar yang tinggi

Page 44: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

44

Kerangka berpikir di atas dapat diilustrasikan ke dalam bagan sebagai

berikut:

Siswa SMART EI

Faktor Resiko Eksternal - Kemiskinana - Orang tua

meninggal - Korban daerah

konflik - Korban bencana

alam - Perceraian - Korban kekerasan

Karakteristik individu yang resilien 1. Kompetensi 2. sosial 3. Otonomi 4. Kemampuan

pemecahan masalah

5. Kesadaran akan tujuan dan masa depan

-

Resiliensi

Resiliensi Tinggi

Prestasi belajar Rendah

Prestasi belajar Tinggi

Resiliensi Rendah

2.6 Hipotesis

Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dengan prestasi

belajar

Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dengan

prestasi belajar

Page 45: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

Dimana pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang lebih tepat digunakan

dalam penelitian ini, karena membutuhkan data-data numerik yang akan dianalisis

untuk diketahui hasilnya. Menurut Arikunto (2006), pendekatan kuantitatif adalah

pendekatan penelitian yang bekerja dengan angka, mulai dari pengumpilan data,

penafsiran dari data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

Metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian deskriptif

dengan analisis korelasional sesuai dengan tujuan penelitian yang meneliti

hubungan antara resiliensi dengan prestasi belajar. Arikunto (2009) menyatakan

bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala

menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan . Sedangkan penelitian

korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan tekhnik korelasi

seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam suatu variabel dengan

variabel yang lain.

Page 46: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

46

3.2 Variabel Penelitian

Pengertian variabel menurut Kerlinger (2002:49) adalah simbol atau

lambang yang padanya diletakkan bilangan atau nilai. Dalam penelitian ini

terdapat 2 (dua) variabel yaitu resiliensi sebagai independent variabel (IV) dan

prestasi belajar sebagai dependent variabel (DV)

3.2.1 Definisi konseptual variabel

Resiliensi merupakan kualitas atau karakteristik individual yang

berkaitan dengan perkembangan positif dan kesuksesan dalam individu

tersebut

Prestasi belajar merupakan hasil penilaian aktivitas belajar siswa

yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang

dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai peserta didik dalam periode

tertentu

3.2.2 Definisi operasional variabel

Resiliensi merupakan kualitas atau karakteristik individual yang

berkaitan dengan perkembangan positif dan kesuksesan dalam individu

tersebut .Resiliensi dalam penelitian ini adalah empat kategori penyusun

kekuatan pribadi individu yang resilien menurut Benard (2004) yang

terdiri dari kompetensi sosial, kemampuan pemecahan masalah, otonomi,

dan kesadaran akan tujuan dan masa depan yang tercermin dalam bentuk

skor skala resiliensi dengan menggunakan skala model Likert

Page 47: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

47

Prestasi belajar merupakan hasil penilaian aktivitas belajar siswa

yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang

dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai peserta didik dalam periode

tertentu .Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh

dari nilai rata-rata seluruh mata pelajaran yang tercantum pada rapor

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2004).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah Atas

(SMA) Yayasan SMART Ekselensia Indonesia yang berjumlah 122 siswa.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel ialah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dengan maksud

untuk menggeneralisasikan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian (Kountur,

2004). Pendapat lain dikemukakan oleh Gay dalam Sevilla (1993) yaitu, jumlah

minimal sampel dalam penelitian adalah 10% dari populasi dan untuk populasi

yang sangat kecil diperlukan minimum 20%. Sedangkan untuk penelitian

korelasional, jumlah minimum sampelnya adalah 30 orang. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan sampel siswa Sekolah Menegah Atas (SMA) Yayasan

SMART Ekselensia Indonesia sebanyak 62 orang (50,8%)

Page 48: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

48

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik random sampling sistematis, yaitu tekhnik random sampling sederhana

yang dilakukan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilih berdasarkan urutan

tertentu (Usman,2006).

3.4 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

3.4. 1 Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian . Adapun metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode non –test, sedangkan instrumen yang digunakan berupa angket

(questionnaire) yaitu sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang ia ketahui (Arikunto:2006) dengan menggunakan skala model Likert,

dimana variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrument yang dapat berupa pernyataan (Sugiyono, 2009).

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

resiliensi dan nilai rata-rata seluruh mata pelajaran pada rapor siwa. Skala

resiliensi yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada teori Benard

(2004) . Skala tersebut disusun oleh peneliti dengan menggunakan pembagian dua

Page 49: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

49

kategori item pernyataan, favorabel dan unfavorabel dengan menentukan bobot

nilai.

Table 3.1

Nilai Skor Jawaban

Kategori Pilihan Fav Unfav

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

3.4.2.1 Blue Print Try out Skala Resiliensi

Skala resiliensi yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada teori

Benard (2004) yaitu empat kategori penyusun kekuatan pribadi individu yang

resilien yang terdiri dari kompetensi sosial, kemampuan pemecahan masalah,

otonomi, dan kesadaran akan tujuan dan masa depan yang penulis kembangkan

sendiri. Adapun blue print skala tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.2

Blue print skala resiliensi

Aspek Sub aspek Indikator Fav Unfav Total

Sikap responsif

mampu menangkap respon positif dari orang lain

2,8*,9 10,49 5 1. Kompetensi Sosial Komunikasi

individu mampu melakukan hubungan interpersonal

26*,41* 34*,43*

4

Page 50: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

50

dengan lingkungannya Empati kemampuan mengerti dan

merasakan perspektif orang lain

1,11,30 18*,52 5

Rasa murah hati

memiliki keinginan untuk menolong serta meringankan penderitaan orang lain

64,77* 28*,39*

4

Kemampuan Perencanaan

mampu memiliki kendali atas hidupnya

15*,23 37* 3

Fleksibilitas

mampu melihat permasalahan dari sudut pandang lain

21*,24,53 29 4

Resourchfulness

memiliki keterampilan untuk bertahan hidup yang meliputi kemampuan individu dalam mencari sumber-sumber di luar diri mereka.

12,42*,50 33,70 5

2. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan berpikir kritis

mampu untuk menganalisa suatu kejadian lebih mendalam

13,60*, 75 22,74 5

Identitas positif

individu sadar akan identitas dirinya

3,71* 14,68* 4

Internal locus of control

individu memegang kendali bahwa dirinya memiliki kekuatan tertentu

5,72* 27,46 4

Self-efficacy

memiliki kepercayaan diri untuk menentukan apa yang ingin dicapai

65*,47* 63*,69 4

Adaptive distancing

mampu untuk teguh pada dirinya sendiri meskipun sedang menghadapi ancaman dari luar dirinya

45*,62*,56 58,80* 5

Kewaspadaan diri

individu memiliki perhatian terhadap keadaan dalam diri individu

6*,35 55,76 4

3. Otonomi

Rasa humor mampu mengubah keadaan yang tidak menyenangkan menjadi sesuatu yang membahagiakan

31,51,73* 32,59 5

4. Kesadaran akan tujuan

Memiliki arahtujuan

individu memiliki orientasi terhadap masa depannya

4,44* 16,57 4

Page 51: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

51

hidup

Ketertarikan individu pada suatu hal

individu memiliki kemampuan berkreativitas

40*,67*,75 48,66 5

Optimis individu memiliki pengharapan tentang masa depan yang positif

7,19,36* 61*,78*

5

dan masa depan

Faith Mampu mengambil mkna dari setiap kejadian-kejadian yang dialaminy dalam hidup

17,20,38 79* 4

*Item yang valid

3.4.3 Tekhnik Uji Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini teknik uji instrumen penelitian yang dilakukan ialah

a. Uji Validitas

Untuk memperoleh pengukuran yang valid dilakukan pengkorelasian

skor item dengan skor total. Bila korelasi antara skor item dengan skor

total menghasilkan korelasi yang rendah, maka item dinyatakan gugur

atau dimodifikasi, sedangkan bila korelasi yang didapat menghasilkan

skor yang tingi maka item tersebut dinyatakan valid dan dapat

digunakan sebagai alat ukur.

Untuk menguji tingkat validitas, peneliti menggunakan uji korelasi

product moment. Validitas suatu butir pernyataan dapat dilihat pada

hasil output SPSS 11,5. Berdasarkan uji validitas dari 80 item

diperoleh 32 item yang valid

Page 52: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

52

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah konsistensi skor yang dicapai oleh orang

yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada

kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir –butir

ekuivalen yang berbeda, atau dalam kondisi pengujian yang

berbeda (Anastasi,2007). Tes dikatakan memiliki reliabilitas tinggi

apabila skor hasil tes itu berkorelasi dengan skor murninya sendiri.

Adapun kaidah reliabilitas menurut Guilford adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.3

Kaidah Reliabilitas Guilford

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat Reliabel > 0,9

Reliabel 0,7 – 0,9

Cukup reliable 0,4 – 0,7

Kurang Reliabel 0,2 – 0,4

Tidak Reliabel <0,2

Hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,7895 yang

berarti alat ukur resiliensi reliable

Page 53: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

53

3.5 Teknik Analisa Data

Setelah data mentah terkumpul, data diberi kode untuk mengklasifikasikan

data sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data. Saat masih di lapangan, data

disunting untuk meneliti kembali kelengkapan data yang dikumpulkan. Editing ini

dilakukan dengan cara meneliti setiap daftar pernyataan (skala) yang telah diisi

untuk memastikan kelengkapan pengisian, konsistensi, dan relevansi pilihan

pernyataan serta keterbatasan pengisian responden. Selanjutnya data mentah

dimasukkan ke komputer untuk dilakukan analisis lebih lanjut dengan

menggunakan SPSS 11,5 for windows untuk dianalisa dengan menggunakan

tekhnik korelasi Pearson

3.6 Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan penelitian

Tahap persiapan dimulai dengan perumusan masalah, menentukan

variabel penelitian, melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran

dan landasan teoritis yang tepat, menentukan, menyusun, dan menyiapkan alat

ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala resiliensi dan nilai rata-

rata seluruh mata pelajaran pada rapor siswa yang kemudian dilakukan

pengecekan pembimbing terlebih dahulu. Setelah skala dikatakan baik, maka

penulis melakukan uji coba (try out) instrumen dan langkah selanjutnya ialah

mendatangi lokasi untuk penelitian yaitu Yayasan SMART Ekselensia Indonesia

Page 54: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

54

2. Pengujian alat ukur (try out)

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan uji

instrumen kepada 60 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan SMART

Ekselensia Indonesia, yang selanjutnya tidak disertakan dalam penelitian

sesungguhnya pada tanggal 19 Oktober 2010.

3 Tahap pelaksanaan penelitian

Penelitian ini melibatkan 62 responden dari jumlah populasi sebanyak 122

siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan SMART EI. Adapun pelaksanaan

penelitian dilakukan pada tanggal 01 November 2010 setelah melakukan

pengujian alat ukur (try out).

4 Tahap pengolahan data

Setelah data terkumpul, dilakukan pengkodean dan scoring terhadap hasil

skala yang telah diisi oleh responden. Kemudian dilakukan penghitungan dan

memasukkan data yang diperoleh pada computer. Selanjutnya dilakukan analisis

dengan menggunakan metode statistik melalui komputer dengan bantuan program

SPSS versi 11,5 for windows. Langkah terakhir adalah membuat laporan dan

kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan

Page 55: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data yang diambil pada

penelitian, gambaran umum serta hasil penelitian yang telah dilakukan.

4.1 Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan

SMART Ekselensia Indonesia (SMART EI) yang berjumlah 122 siswa . Sekolah

ini merupakan Sekolah Menengah Akselerasi Internat (SMART) yang merupakan

sekolah model yang didirikan oleh Dompet Dhuafa pada tahun 2004 dengan

peserta didik seluruhnya berasal dari anak-anak kurang mampu, namun memiliki

potensi akademik dan kecerdasan lain yang tinggi.

Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yayasan SMART Ekselensia Indonesia

terdiri dari kelas X dan XI. Di SMART Ekselensia IndonesiaI kelas X dan XI

disimbolkan dengan kelas IV dan V, dalam penelitian ini peneliti mengambil

sampel sebanyak 62 siswa. Kelas IV 34 siswa dan kelas V berjumlah 28 siswa

terdiri dari kelas IPA dan IPS yang semuanya berjenis kelamin laki-laki dengan

rentang usia 14-18 tahun, dimana mereka memiliki IQ di atas rata-rata. Adapun

gambaran umum responden dapat dilihat pada tabel berikut ini

Page 56: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

56

Tabel 4.1

Gambaran Responden Berdasarkan Faktor Resiko yang dialami

KELAS IV V

NO FAKTOR RESIKO

IPA IPS IPA IPS

TOTAL

1 KEMISKINAN 6 5 4 5 20 2 YATIM PIATU 2 3 1 1 7 3 YATIM 4 4 2 2 12 4 PIATU 1 - 1 - 2 5 KORBAN

BENCANA ALAM 4 2 2 4 12

6 DAERAH KONFLIK

2 1 3 - 6

7 PERCERAIAN - - 1 1 2 8 KDRT - - 1 1

TOTAL 19 15 15 13 62

4.2 Deskripsi Data

Berikut akan di uraikan deskripsi hasil perhitungan statistik skor subjek

penelitian yang dibantu dengan penyajian dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Skor Resiliensi dan Prestasi Belajar

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Resiliensi 62 77.00 115.00 100.5806 7.96416

Prestasi Belajar 62 72.00 85.00 78.3710 2.21199

Valid N (listwise) 62

Page 57: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

57

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian

berjumlah 62 orang, dengan skor resiliensi yang terendah ialah 77 dan skor yang

tertinggi ialah 115. Sedangkan skor prestasi belajar yang terendah ialah 72 dan

skor tertinggi ialah 85. Adapun nilai mean (rata-rata) untuk resiliensi adalah

100,5806 dan untuk prestasi belajar adalah 78,3710

4.2.1 Kategorisasi Skor Penelitian

Untuk mengetahui skor resiliensi yang diperoleh responden itu tinggi atau

rendah, maka disajikan norma skor skala resiliensi setelah diketahui nilai Mean =

100,5806 dan SD = 7,96416 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Komposisi Responden Berdasarkan Pengkategorian Skor

Resiliensi

Kategori Klasifikasi Sebaran Interval Frekuensi %

Tinggi X ≥ 1M + SD ≥ 108 12 19,35%

Sedang 1M – SD ≤ X <1M +

SD

92 ≤ X < 108 40 64,52%

Rendah X < 1M - SD < 92 10 16,13%

Total 62 100%

Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 19,35 % atau 12

responden berada pada kategori resiliensi tinggi, sedangkan responden sebanyak

Page 58: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

58

64,52% atau 40 orang berada pada kategori resiliensi sedang, dan sebanyak

16,13% atau 10 orang memiliki tingkat resiliensi yang rendah

Kemudian untuk mengetahui skor prestasi belajar yang diperoleh

responden tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor prestasi belajar setelah

diketahui nilai Mean = 78,3710 dan SD = 2,21199 sebagai berikut:

Tabel 4.4

Komposisi Responden Berdasarkan Pengkategorian Skor Prestasi Belajar

Kategori Klasifikasi Sebaran Interval Frekuensi %

Tinggi X ≥ 1M + SD ≥ 80 21 33,87%

Sedang 1M – SD ≤ X <1M +

SD

76 ≤ X < 80 37 59,68%

Rendah X < 1M - SD < 76 4 6,45%

Total 62 100%

Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 33,87 % atau 21

responden berada pada kategori prestasi belajar tinggi, sedangkan responden

sebanyak 59,68% atau 37 responden berada pada kategori prestasi belajar

sedang, dan sebanyak 6,45% atau 4 responden berada pada kategori prestasi

belajar rendah.

Page 59: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

59

4.3 Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus

korelasi pearson. Dalam perhitungannya peneliti menggunakan SPSS versi 11.5.

Adapun hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Korelasi antara Resiliensi dengan Prestasi Belajar

Correlations

RESILIENSI PRESTASI BELAJAR

Pearson Correlation 1 .062

Sig. (2-tailed) . .632

RESILIENSI

N 62 62

Pearson Correlation .062 1

Sig. (2-tailed) .632 .

PRESTASI

BELAJAR

N 62 62

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi pada tabel 4.5 di atas didapatkan

indeks signifikansi sebesar 0.632 > 0.05, maka hipotesis alternatif (Ha) yang

menyatakan terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dengan

prestasi belajar anak binaan Yayasan SMART Ekselensia Indonesia ditolak dan

hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan tidak ada hubungan positif yang signifikan

antara resiliensi dan prestasi belajar pada anak binaan Yayasan SMART

Ekselensia Indonesia diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

meningkatnya resiliensi tidak diikuti dengan meningkatnya prestasi belajar pada

Page 60: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

60

anak binaan Yayasan SMART Ekselensia Indonesia. Dan begitu pula sebaliknya

dengan meningkatnya prestasi belajar tidak diikuti dengan meningkatnya

resiliensi anak binaan Yayasan SMART Ekselensia Indonesia.

Page 61: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

61

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai kesimpulan berdasarkan analisa

hasil penelitian, serta diskusi dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan

hasil penelitian ini.

5.1 Kesimpulan

H0 diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dengan prestasi belajar anak

binaan Yayasan SMART Ekselensia Indonesia. Artinya meningkatnya resiliensi

tidak diikuti dengan meningkatnya prestasi belajar anak binaan Yayasan SMART

Ekselensia Indonesia. Sebaliknya meningkatnya prestasi belajar tidak diikuti

dengan meningkatnya resiliensi anak binaan Yayasan SMART Ekselensia

Indonesia..

5.2. Diskusi

Resiliensi merupakan kemampuan manusia untuk cepat pulih kembali dari

perubahan, sakit, kemalangan, atau kesulitan (the Resiliency Center 2005).

Sedangkan resiliensi menurut Benard (2004) merupakan kualitas atau

karakteristik individual yang berkaitan dengan perkembangan positif dan

kesuksesan dalam individu tersebut.

Page 62: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

62

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, resiliensi dan prestasi belajar

memiliki keterkaitan satu sama lain hal ini berdasarkan hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Gutman, Samerof dan Cole (2003) ditemukan bahwa anak-anak

yang mengalami kondisi sulit dengan tingkat resiliensi yang tinggi mampu untuk

mencapai tingkat yang tinggi dalam motivasi dan performansi akademik.

Sedangkan individu dengan resiliensi rendah cenderung mempersepsi masalah

sebagai suatu beban dalam hidupnya. Sedangkan menurut Jew, Green, dan Kroger

(1999) bahwa individu yang memiliki skor yang tinggi dalam resiliensi

cenderung menunjukan kemampuan akademik yang baik daripada individu yang

memiliki resiliensi yang rendah. Kemudian Martin dan Marsh (2006) mengatakan

bahwa resiliensi meningkatkan kemungkinan anak untuk sukses di sekolah dan

berbagai aspek lain dalam hidup mereka meskipun terdapat rintangan atau

kejadian yang tidak menyenangkan terjadi.

Sementara Linquanti (dalam Howard 1999) memberikan definisi resiliensi

sebagai kualitas dalam diri anak yang walaupun dihadapkan dengan kejadian-

kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidup, anak tersebut tidak mengalami

kegagalan dalam hal kehidupan akademisnya. Mendukung pernyataan tersebut,

Nears (2007) juga menyebutkan bahwa anak yang tidak dapat mengatasi

tantangan yang ada dengan efektif akan lebih tidak menyenangi sekolah dan lebih

jarang berpartisipasi dalam kegiatan di kelas.

Namun hasil dari penelitian yang dilakukan bertolak belakang dengan teori

dan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa resiliensi memiliki hubungan

positif dengan prestasi belajar, dimana semakin tinggi skor resiliensi semakin

Page 63: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

63

tinggi pula prestasi akademisnya. Hal ini mungkin saja disebabkan beberapa hal

seperti dalam mengukur prestasi belajar, peneliti hanya mengambil nilai rata-rata

rapor saja secara umum. Meningkatnya prestasi belajar ternyata tidak hanya

dipengaruhi oleh resiliensi saja, namun banyak variabel lain yang berpengaruh

terhadap prestasi belajar seperti motivasi, sikap terhadap pelajaran, serta cara guru

dalam menyampaikan materi pelajaran.

Selain adanya variabel lain yang menyebabkan ditolaknya hipotesis

alternatif dalam penelitian ini adalah walaupun item sudah mewakili seluruh

aspek, namun diduga item-item yang mewakili terukurnya resiliensi kurang

banyak sehingga belum secara keseluruhan mewakili terukurnya resiliensi itu

sendiri karena yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah item baku yang

sudah ada melainkan peneliti kembangkan sendiri dari hasil terjemahan.

Berdasarkan pengujian validitas terhadap 80 item hanya 32 yang valid. Kemudian

dalam menguji validitas peneliti kurang memperhatikan validitas konten.

Selain itu juga subjek yang menjadi responden dalam penelitian ini

kurang banyak dan semuanya berjenis kelamin laki-laki, mungkin hasilnya akan

berbeda apabila subjeknya lebih banyak dan lebih variatif

Hasil penelitian ini berdasarkan dari deskripsi data juga menunjukan,

bahwa responden yang memiliki skor resiliensi rendah tidak juga memiliki

prestasi belajar yang rendah pula, begitu juga sebaliknya responden yang memiliki

skor resiliensi tinggi tidak semuanya memiliki prestasi belajar yang tinggi pula.

Maka dari itu, hasil penelitian ini menjadi tidak berhubungan secara signifikan..

Page 64: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

64

Selain hal-hal di atas, peneliti menduga ada beberapa faktor psikologis dan

non-psikologis yang lebih besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Tak hanya

itu, beberapa faktor lain yang tidak dijangkau oleh peneliti namun sangat

berpengaruh terhadap hasil penelitian seperti kurang seriusnya siswa dalam

mengisi kuesioner

5.3. Saran

Dari beberapa hambatan yang dihadapi peneliti dalam melakukan

penelitian, peneliti berharap adanya perbaikan dan pengembangan pada penelitian

selanjutnya. Berikut ini terdapat beberapa saran teoritis dan praktis yang terkait

dalam penelitian ini.

5.3.1. Saran Teoritis

Penulis menyadari dalam proses penelitian ini, peneliti masih memiliki

banyak kekurangan yang harus perbaiki dan dikembangkan untuk penelitian

selanjutnya agar menjadi lebih baik.. Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa

hal yang peneliti sarankan untuk selanjutnya dapat digunakan bagi peneliti yang

akan mengambil topik yang sama dengan penelitian ini, antara lain sebagai

berikut:

1. Penelitian selanjutnya agar dapat melakukan penelitian pada sampel

yang yang lebih banyak lagi dan bervariasi karena dalam penelitian ini

penulis hanya terbatas pada sample siswa laki-laki saja

Page 65: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

65

2. Dalam membuat instrumen penelitian, peneliti selanjutnya diharapkan

memahami dan mengeksplorasi setiap aspek dalam variabel penelitian

secara lebih mendalam dengan juga memperhatikan validitas konten

sehingga lebih banyak lagi item-item yang valid

3. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan hendaknya variabel

resiliensi tidak langsung dihubungkan dengan variabel prestasi belajar

melainkan ada juga variabel lain yang menyertainya seperti penyesuaian

diri, dukungan sosial, dan lainnya.

4. Bila ada yang meneliti tentang prestasi belajar di sekolah, hendaknya

dispesifikasikan pada mata pelajaran tertentu

5. Mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam proses penelitian secara

lebih maksimal lagi baik teori, waktu, materi, tenaga, dan instrumen

yang digunakan

5.3.2. Saran Praktis

1. Bagi para siswa, walaupun hasil penelitian ini resiliensi tidak

berhubungan dengan prestasi belajar, namun berdasarkan hasil

penelitian responden yang berada pada skor resiliensi tinggi dan sedang

sebagian besar dari mereka juga memiliki prestasi belajar yang tinggi

pula. Untuk itu hendaknya bagi para siswa yang berada dalam kondisi

yang tidak menguntungkan, hendaknya tetap meningkatkan daya

juangnya untuk tetap berprestasi sehingga mampu mengubah kondisi

yang tidak menyenangkan menjadi sebuah kesuksesan

Page 66: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

66

2. Kepada lembaga atau pihak yang terkait dalam penelitian ini,

bahwasanya nilai rapor yang biasanya digunakan untuk mengukur

prestasi belajar siswa ternyata tidak dapat mewakili prestasi belajar yang

sesungguhnya. Hendaknya disertai juga penilaian-penilaian prestasi

belajar lainnya sebagai tolok ukur keberhasilan belajar

3. Bagi para orang tua, guru, dan masyarakat hendaknya senantiasa

memberikan dukungan baik secara fisik maupun secara psikis kepada

anak – anak yang mengalami kondisi sulit agar tidak mudah berputus

asa dan mampu bangkit dari kondisi sulitnya untuk masa depan yang

lebih cerah.

Page 67: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

67

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Faisal.(2006). Mengolah dan membuat interpretasi hasil olahan SPSS untuk penelitian ilmiah. Jakarta: EDSA Mahkota

Anastasi , Urbina.(2007). Psychological testing. Jakarta: PT.Index

Ann Masten dan Marie.(2002).Resillience in development.New York: Norton

Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Benard, Bonnie.(2004). Resilliency: What we have learned. California: WestEd

Bungin, Burhan. (2004). Metodologi penelitian kuantitatif. Jakarta: Kencana

Candra, Silvia. (2009). Resiliensi. http://id.wikipedia.org/wiki/Resiliensi.

Darwyan Syah,dkk.(2009). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Diadit Media

Desmita.(2006). Psikologi perkembangan. Bandung: PT .Remaja Rosda Karya

Desmita .(2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya

Djamharah, Syaiful Bahri.(2008). Psikologi belajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA

Fatimah, Enung.(2006). Psikologi perkembangan. Bandung: Pustaka Setia

Gunarsa, Singgih.(2002). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: Gunung Mulia

Himpunan Mahasiswa Psikologi Indonesia (HIMPSI).(2009). Pentingnya

resiliensi masyarakat indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Resiliensi Husaini Usman dan Purnomo Setiady. (2006). Pengantar statitiska.Jakarta: Bumi

Aksara Iskandar. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: GP Press

Jurnal Provitae .(2006).Resiliensi dan prestasi akademik pada anak tuna rungu.(01: 02, 34-39).

Jurnal Psikologi.(2006). Resiliensi dan sikap terhadap penyalahgunaan zat.

(04:02, 102-105)

Page 68: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

68

Jurnal Psikologi . (2005). Prestasi belajar ditinjau dari persepsi siswa terhadap iklim kelas pada siswa yang mengikuti program percepatan belajar.(01:01,19-27)

Karen, Reivich. (2002). 7 essential skills for overcoming lifes inevitable obstacles.

Random House,Inc Kerlinger, Fred N. 2004. Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: UGM

Press M. Ngalim Purwanto.(1990). Evaluasi pengajaran. Bandung: PT .Remaja Rosda

Karya Nia Rahmawati. (2008). Hubungan dukungan sosial dan resiliensi pada wanita

korban kekerasan. Skripsi Fak. Psikologi Universitas Indonesia (tidak diterbitkan)

Pedoman Penulisan Skripsi Fak.Psikologi UIN Syahid Jakarta 2010 Raniah Nuraini. (2008). Hubungan resiliensi dan prestasi akademik pada Remaja

Madya yang Orang Tuanya Bercerai. Skripsi Fak. Psikologi Universitas Indonesia (tidak diterbitkan)

Sarwono,Jonathan.(2006). Analisa data penelitian menggunakan SPSS. Jakarta: ANDI

Sevilla, Consuelo G…[et all]. (1993). Pengantar metode penelitian.Jakarta: UI-

Press Siebert, A.(2005). The resilience advantage: master change, thrive under

pressure, and bounce back from set backs. san Franscisco: Berrette-Koehler Slameto.(2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta:PT.

Rineka Cipta Sudjana, Nana. 1989. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya

Sulistiono.(2005). Buku Ajar Statistika psikologi1 fakultas psikologi. Fakultas Psikologi UIN SYAHID Jakarta

Supranto. (2004). Analisis multivariat: arti dan interpretasi. Jakarta: Rineka Cipta

Syah, Muhibbin.(1995). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT .Remaja Rosda Karya

Page 69: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

69

Syah, Muhibbin .(2003). Psikologi belajar. Bandung: PT .Remaja Rosda Karya Texas Medical Association.1999. Publisher,inc

Page 70: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1230/1/... · tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang

70