RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

156
RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: Maria Magdalintan Kalvari Puspita Maraji’s 159114067 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

Page 1: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Maria Magdalintan Kalvari Puspita Maraji’s

159114067

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

iv

“Happiness can be found even in the darkest of times

if one only remembers to turn on the light.”

- Albus Dumbledore

(Harry Potter and Prisoner Of Azkaban)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

v

Tulisan ini untuk semua yang sudah meluangkan waktunya membaca skripsi saya.

Terimakasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

vii

RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Maria Magdalintan Kalvari Puspita Maraji’s

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana dinamika resiliensi

pada penyintas bunuh diri. Untuk memenuhi tujuan tersebut, peneliti

melibatkan tiga orang penyintas bunuh diri dengan menggunakan wawancara

semi terstruktur pada ketiga penyintas bunuh diri, kemudian melakukan

analisis dengan menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan telah memiliki resiliensi dalam

diri mereka karena terdapat tujuh aspek resiliensi yaitu; regulasi emosi,

pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi

diri dan peningkatan aspek positif. Dalam menumbuhkan resiliensi, para

penyintas menemukan faktor-faktor penguat resiliensi seperti dukungan dari

orang terdekat, harapan untuk kembali menjalani hidup, mengubah cara

pandang pada kehidupannya dan juga mendekatkan diri pada Tuhan.

Kata kunci: fenomenologi deskriptif, bunuh diri, resiliensi, penyintas bunuh

diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

viii

RESILIENCE OF SUICIDE SURVIVOR

Department of Psychology Faculty of Psychology

Sanata Dharma University

Maria Magdalintan Kalvari Puspita Maraji’s

ABSTRACT

The aim of this study is to find out the resilience in suicide survivors. To

achieve this goal, the researcher involved three suicide survivors using semi-

structured interviews with the three suicide survivors, then conducted an

analysis using a descriptive phenomenological approach. The result shows that

three informants had seven aspects of resilience; emotion regulation, impuls

control, optimism, emphaty, analysis of problem, self eficacy, reaching out. In

fostering resilience, the suicide survivors found some resilience enhancement

factors such as social support, hope, change the life perspective, and also

spirituality.

Keyword: descriptive phenomenology, suicide, resilience, suicide survivors

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Magdalintan Kalvari Puspita Maraji‟s

Nomor Mahasiswa : 159114067

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:

RESILIENSI PENYINTAS BUNUH DIRI

Saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan dan mengalihkan dalam bentuk media lain, serta mengolahnya di

internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 4 Maret 2021

Yang menyatakan

Maria Magdalintan Kalvari Psupita Maraji’s

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

x

KATA PENGANTAR

Happiness can be found even in the darkest of times if one only remembers to turn on

the light.” Kalimat yang diucapkan oleh Albus Dumbledore pada film Harry Potter and

Prisoner Of Azkaban membuat saya yang waktu itu sedang kehilangan semangat

menyelesaikan penelitian ini, kemudian menemukan suatu pemikiran. Benar sekali, sepertinya

saya hanya lupa untuk menyalakan lampu. Ucapan terimakasih dan maaf juga untuk segala

kesalahan yang saya sengaja maupun tidak sengaja lakukan untuk Tuhan Yesus dan Bunda

Maria yang selalu menolong dan mengabulkan doa peneliti. Papa, Mama, Dek Monda,

Simbah Kakung, Simbah Suro yang selalu bertanya kapan lulus dan mendukung serta

mendoakan peneliti. Maaf terlalu lama menanti momen ini.

Seorang rekan dan bapak yang telah terlibat dalam proses peneliti, selalu mengajak

peneliti untuk jangan melihat ini sebagai sebuah beban dan mengingatkan peneliti bahwa

tidak ada skripsi yang sempurna, Bapak Dr. YB. Cahya Widiyanto M.Si., terimakasih sudah

memberi saya kesempatan menjadi asisten PPKMB dan juga menjadi anak bimbingan Bapak.

Dosen-dosen penguji; Ibu Dr. Agnes Indar Ekawati, M.Si., Psikolog. dan Ibu Ratri Sunar

Astuti, S.Psi., M.Si. atas saran dan segala masukannya yang berharga. Para teman yang selalu

berbaik hati menyediakan waktu untuk peneliti; Winta, Stella, Angela, Yoga, Taufik, Mbak

Intan Agatha. Segala yang terbaik akan hadir dalam setiap langkah hidup kalian.

Tidak lupa terimakasih sebesar-besarnya untuk semua orang baik yang saya temui

khususnya Tetta, Renatte, Benjamin, Thomas, Made, Devi, Selina, Tami, Pandu, Dandi,

Putut, Dinar, Juan, Lintang, Rosi, Levina, Raquel, Gevin, Mas Ojek, Mas Efan. Teman-

teman Psychotrip meskipun tidak jadi ada jilid II tapi semoga tawa dan bahagia ini bisa

selalu kubagikan dengan kalian. Juga terimakasih pada Tuhan karena memiliki Mas Danan

yang selalu mengingatkan bahwa diri saya lebih hebat dari apa yang saya pikirkan selama ini,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

xi

terimakasih sudah menjadi lampu bagi peneliti dengan hadir dari awal proses pengerjaan ini

sampai akhir pengerjaan ini dan semoga seterusnya sampai nanti.

Terakhir untuk para informan, telah meluangkan waktunya yang berharga untuk

peneliti dan mengijinkan peneliti untuk menyimpan cerita mereka dalam bentuk tulisan ini.

Akhir kata semoga kita tidak pernah lupa untuk menyalakan „lampu‟ ketika berada dalam

gelap; teruntuk para informan, para pembaca dan saya sendiri. Tuhan memberkati.

Yogyakarta,

Penulis

Maria Magdalintan Kalvari Puspita Maraji’s

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ................................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................................... iii

HALAMAN MOTTO .................................................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN. .................................................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................................................. vii

ABSTRACT ............................................................................................................................... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................................. ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................x

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... xiv

BAB I .......................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................................... 4

BAB II ......................................................................................................................................... 6

A. Bunuh Diri ....................................................................................................................... 6

1. Definisi dan Motivasi Bunuh Diri ................................................................................. 6

2. Tahapan Percobaan Bunuh Diri ................................................................................... 7

B. Penyintas Bunuh Diri ..................................................................................................... 10

C. Resiliensi ........................................................................................................................ 12

1. Definisi Resiliensi ....................................................................................................... 12

2. Ciri-Ciri Individu yang Resilien ................................................................................. 13

3. Aspek-Aspek Resiliensi ............................................................................................... 13

BAB III ....................................................................................................................................... 1

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ...................................................................................... 1

B. Informan Penelitian ......................................................................................................... 2

C. Fokus Penelitian ............................................................................................................... 2

D. Pengumpulan Data ........................................................................................................... 2

E. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................................... 3

F. Metode Analisis Data ....................................................................................................... 5

G. Kredibilitas Penelitian .................................................................................................. 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

xiii

H. Refleksitivas Penelitian ................................................................................................. 7

BAB IV ....................................................................................................................................... 9

A. Pelaksanaan Penelitian..................................................................................................... 9

1. Persiapan dan Perizinan ............................................................................................... 9

2. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................................... 10

B. Informan Penelitian ....................................................................................................... 13

1. Data diri informan ..................................................................................................... 13

2. Latar Belakang Informan ........................................................................................... 13

C. Hasil Penelitian .............................................................................................................. 16

D. Analisis Data .................................................................................................................. 36

E. Pembahasan ................................................................................................................... 54

Bagan Hasil Penelitian .............................................................................................................. 59

BAB V ....................................................................................................................................... 60

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 60

B. Saran.............................................................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 64

LAMPIRAN .............................................................................................................................. 68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. PELAKSANAAN PENGAMBILAN DATA .....................................................11

Tabel 2. PELAKSANAAN MEMBER CHECKING ........................................................12

Tabel 3. DEMOGRAFI INFORMAN .............................................................................13

Tabel 4. HASIL PENELITIAN ......................................................................................54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian adalah sesuatu yang pasti dalam kehidupan, yang cepat atau lambat, harus

dihadapi oleh semua orang (Feist & Feist, 2008). Bunuh diri adalah suatu hasil pemikiran

sadar manusia untuk memilih kematiannya dengan cara seperti apa, di mana dan kapan

waktunya. Penyebab perilaku bunuh diri sendiri tidak sepenuhnya dapat dipahami, karena

bagaimanapun juga perilaku ini disebabkan oleh interaksi dari banyak faktor. Para peneliti

menemukan faktor terbesar yang menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri disebabkan

oleh faktor psikologis dan juga karena seseorang membuat keputusan dalam kesadaran untuk

mengakhiri hidupnya (Pappas, 2017).

Keputusan sadar untuk mengakhiri hidup dapat didorong oleh ide bunuh diri yang

muncul ketika seorang individu merasa memiliki beban berat. Beban yang dimaksudkan ialah

seperti memiliki tanggung jawab baik terhadap orang lain maupun diri sendiri, membenci diri

sendiri, gagal dalam pengalaman kepemilikan yang mengakibatkan perasaan sepi dan kurang

perhatian, serta merasa tidak akan mendapatkan pengalaman yang baik (Paashaus, 2019).

Menurut Anderson & Jenskins (2005 seperti dikutip dalam Lakeman, 2008) ada lebih

dari satu juta individu di dunia yang diperkirakan melakukan complete suicide setiap

tahunnya. Bahkan, organisasi kesehatan tingkat nasional yang kita kenal dengan nama World

Health Organization (WHO) memiliki catatan mengenai tingkat rasio bunuh diri di dunia

sampai tahun 2016 adalah 10,5 per 100.000 jiwa (WHO, 2019). Menurut Gerintya (2017),

tahun 2001 tingkat rasio bunuh diri di Indonesia dalam rentang 1,6 sampai 1,8 orang untuk

setiap 100.000 penduduk. Angka tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2005 sebesar 11,4

orang per 100.000 penduduk. Selanjutnya pada tahun 2017 jumlah kematian yang dilaporkan

ke kepolisian sebesar 789 kasus (Pusdatin, 2019).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

2

Melihat paparan hitungan tersebut, kesimpulan yang dapat ditarik ialah setiap tahunnya

selalu ada individu yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Angka laporan bunuh

diri yang tercatat di atas adalah angka kematian para individu yang melakukan complete

suicide. Lantas bagaimana dengan mereka yang melakukan suicide attempt dan mereka yang

hanya sebatas memiliki pemikiran bunuh diri?

Sebuah penelitian menyatakan setidaknya ada 100 individu pada setiap tahunnya

melaporkan ide bunuh diri namun hanya 1 individu dalam kurun waktu empat tahun yang

benar-benar melakukan tindakan complete suicide, sisanya memilih untuk menyimpan ide

tersebut dalam pikiran mereka (suicide ideation) atau melakukan tindakan bunuh diri namun

tidak sampai mengakhiri hidupnya biasa dikenal dengan nama suicide attempt (Booth &

Owens dalam Lakeman, 2008).

Sebuah data dari Global School-Based Student Health Survey 2015 (GSHS) yang

diselenggarakan di Indonesia mengenai survey kesehatan mental pada pelajar tingkat SLTP

dan SLTA pada rentang usia 12-18 tahun memaparkan bahwa dari 10.837 remaja yang

mengikuti survey tersebut ada 5,2% memiliki pemikiran untuk bunuh diri (Pusdatin, 2019).

Data dari Tirto (2019) menyatakan bahwa 34,5% dari 284 mahasiswa berusia 18-24 tahun

memiliki pemikiran untuk bunuh diri. Beberapa data tersebut cukup untuk menggambarkan

keadaan para individu yang tidak melakukan complete suicide.

Menceritakan sebuah pengalaman percobaan bunuh diri menjadi hal yang sulit

terkhusus bagi seorang individu yang tinggal di Indonesia, karena bunuh diri dianggap

sebagai perilaku yang menentang ajaran norma sosial di Indonesia. Sehingga terdapat

anggapan di masyarakat bahwa seseorang yang mencoba untuk mengakhiri hidup dengan

bunuh diri akan diberi label sebagai seseorang yang menentang ajaran dari norma-norma

sosial dan hal tersebut membuat mereka menjadi kurang terbuka dengan pengalamannya

terdahulu (Cvinar, 2005).

Sementara itu penemuan Maple, et al., (2019) mengemukakan bahwa pengalaman

orang-orang yang pernah melakukan tindakan bunuh diri telah menghadirkan wawasan baru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

3

yang penting mengenai perkembangan pengetahuan tentang pencegahan bunuh diri. Salah

satu bentuk dukungan yang dapat diberikan adalah mendengarkan kisah seorang individu

yang pernah melakukan tindakan bunuh diri, hal tersebut dapat mencegah individu tersebut

melakukan tindakan bunuh diri yang berulang karena berhubungan kembali dengan orang lain

dikaitkan dengan pemulihan atau penyelesaian krisis pada individu tersebut serta dapat

mengerti apa yang bisa dikembangkan dari individu tersebut (Lakeman, 2008).

Irigoyen, et al., (2018) menyatakan bahwa salah satu hal yang menantang dunia

kesehatan adalah pencegahan terhadap perilaku bunuh diri yang berulang. Menurutnya,

seseorang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri dalam jangka 6 bulan akan

mengulangi lagi tindakannya ketika dirinya belum mencapai resiliensi. Maka dari itu,

resiliensi adalah hal yang krusial bagi penyintas bunuh diri. Merujuk pada Reivch dan Shatte

(dalam Dewi, Djoeanina, & Melisa, 2004) resiliensi adalah kondisi ketika seorang individu

mampu beradaptasi dan bertahan dalam keadaan terekan dan berhadapan dengan

kesengsaraan yang dialaminya dalam hidup.

Meningkatkan resiliensi di antara individu dengan risiko bunuh diri yang tinggi dapat

menurangi kemungkinannya untuk melakukan bunuh diri, karena resiliensi dapat

mengadaptasi respon seorang individu terhadap rasa takut serta dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah telah terbukti dapat

menjadi kompensasi terhadap ide dan perilaku bunuh diri (Sher, 2019). Clerverley (2011)

dalam penelitiannya, konsisten dengan penelitian sebelumnya (Rew, Taylor-Seehafer,

Thomas, & Yockey, 2001) menemukan bahwa individu yang resilien akan kehilangan minat

untuk bunuh diri. Bahkan resiliensi dapat mencegah risiko seseorang yang pernah melakukan

percobaan bunuh diri untuk mengulangi perilakunya kembali (Brailovskaia, et al., 2018).

Akan tetapi, mencapai resiliensi sangatlah sulit bagi individu yang pernah melakukan

percobaan bunuh diri. Penelitian Hawgood & De Leo (2016) menemukan bahwa kebanyakan

tenaga medis kesulitan dan bahkan sampai berhenti melakukan treatment ketika menemukan

individu yang sudah sampai di tahap percobaan bunuh diri, dikarenakan ada ketakutan kalau-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

4

kalau ahli medis juga bisa menjadi penyebab kembalinya keinginan untuk bunuh diri lagi.

Beberapa penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa individu yang pernah melakukan

percobaan bunuh diri mempunyai tingkat resiliensi yang lebih rendah dibandingkan individu

yang tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri (Roy, Sarchiapone, & Carli, 2007).

Meskipun demikian, resiliensi bukanlah suatu hal yang tidak mungkin dicapai. Seorang

seniman muda Indonesia bernama Hana Alfikih atau biasa dikenal dengan nama Hana

Madness, bercerita bahwa dirinya telah melewati masa-masa percobaan bunuh dirinya dengan

melukis (Rossa & Isyana, 2020). Dalam hal ini, melukis menjadi sebuah cara seorang

individu dalam mencapai resiliensi. Maka dari itu, penelitian ini akan berusaha memaparkan

dinamika resiliensi individu yang pernah melakukan percobaan bunuh diri. Harapan yang

terkandung dalam penelitian ini ialah semoga mampu menambah wawasan mengenai

dinamika resiliensi pada penyintas bunuh diri serta menemukan cara untuk semakin

mendorong individu lainnya agar tetap melanjutkan hidup dan semoga dapat mengurangi

stigma tentang penyintas bunuh diri.

B. Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, pertanyaan utama atas

penelitian ini adalah bagaimana dinamika resiliensi pada penyintas bunuh diri?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai dinamika resiliensi

pada penyintas bunuh diri.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat berguna bagi kemajuan disiplin ilmu Psikologi Klinis khususnya

mengenai dinamika resiliensi dan penyintas bunuh diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

5

b. Manfaat praktis

Bagi penyintas bunuh diri, hasil penelitian ini dapat membuat semakin terbukanya

pandangan tentang kehidupan yang masih layak untuk dijalani, dan semoga semakin

diperkuatnya pilihan para penyintas bunuh diri untuk melanjutkan hidup. Selain itu, peneliti

juga berharap agar dapat menyampaikan kisah pengalaman hidup dari beberapa penyintas

bunuh diri yang nantinya akan membantu para pemerhati pencegahan bunuh diri untuk lebih

mengerti tentang intervensi yang harus dilakukan terutama dalam hal mengembangkan

dinamika resiliensi para individu yang memiliki keinginan untuk bunuh diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini, peneliti akan mengawalinya dengan penjelasan mengenai bunuh diri

dan dilanjutkan penjelasan mengenai penyintas bunuh diri sebagai konteks dari penelitian ini.

Kemudian peneliti akan melanjutkan dengan pemaparan mengenai resiliensi beserta aspek-

aspek pembentuk resiliensi. Pada bagian akhir, peneliti akan memberikan sebuah penjelasan

dan bagan kerangka konseptual alur berpikir pada penelitian ini.

A. Bunuh Diri

1. Definisi dan Motivasi Bunuh Diri

Leenars (2003) mengemukakan bahwa ketika pergantian abad ke-20, sebuah studi

modern psikoanalisa dengan tokoh utamanya adalah Sigmund Freud menyatakan bahwa

manusia memiliki dorongan atau keinginan untuk menyakiti dirinya sendiri. Pada pribadi

yang menderita gangguan jiwa, dorongan ini akan sulit ditekan. Meskipun ada banyak definisi

yang menjelaskan tentang bunuh diri, yang pasti bunuh diri tidak hanya memiliki alasan

tunggal yang melatarbelakanginya. Selain itu dibutuhkan pula alasan yang mendalam ketika

seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Leenars (2003) juga mendefinisikan bahwa bunuh diri dimaksudkan sebagai tindakan

sengaja untuk mengakhiri hidup dikarenakan akibat dari penyakit mental atau hasil dari

berbagai motivasi yang melebihi naluri untuk terus hidup. Motivasi yang dimaksud tidak

selalu menjadi bagian dari penyakit mental yang diderita seseorang.

Bunuh diri sendiri adalah perilaku dengan sengaja dari seorang individu untuk

mengakhiri hidupnya. Mengutip dari Hawton (2014), para ahli dari tahun ke tahun berusaha

untuk mendefinisikan perilaku bunuh diri. Sejumlah negara melaporkan bahwa individu

dengan gangguan psikiatri adalah individu yang paling berpotensi untuk melakukan bunuh

diri (Dougall, et al., 2014), akan tetapi Shneidman (1985) memiliki pendapat bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

7

kombinasi dari tekanan, sakit fisik dan gangguan menjadi hasil untuk faktor seseorang

melakukan bunuh diri.

Baumeister (1990) menjelaskan motivasi utama dari bunuh diri adalah untuk kabur dari

rasa sakit yang dirasakannya. Kemudian, risiko bunuh diri tidak disebabkan hanya karena

gangguan psikiatri tetapi juga dari sebuah kecenderungan pikiran secara impulsif (yang

disebabkan oleh kerentanan terhadap pengalaman hidup) untuk bunuh diri (Mann, Waternaux,

Haas, & Malone, 1999). Bunuh diri juga dapat didefinisikan sebagai tindakan yang melukai

diri sendiri bagi individu yang dengan sengaja bertujuan dan berkeinginan untuk mati (Stack,

2000).

Terdapat tiga jenis perilaku bunuh diri. Ketiganya itu ialah completed suicide, suicide

attempt, dan suicide ideation. Complete suicide adalah perilaku bunuh diri dimana seseorang

telah melakukan tindakan bunuh diri secara fatal sehingga menyebabkan kematian yang cepat.

Suicide attempt adalah perilaku dimana individu melakukan percobaan bunuh diri, tetapi tidak

berakibat fatal dengan kata lain tidak sampai mengakibatkan yang bersangkutan mati.

Biasanya, individu yang pernah melakukan suicide attempt masih mengalami kebingungan

antara ingin hidup atau ingin mati. Selanjutnya ada suicide ideation yang merupakan ide

individu untuk melakukan bunuh diri, namun hal tersebut hanya sebatas pada pikiran dan

belum dilakukannya (Klonsky, May, & Saffer, 2016).

Maka dari itu, bunuh diri adalah tindakan seorang individu dengan penuh kesadaran

untuk mengakhiri hidupnya. Bunuh diri disebabkan oleh berbagai faktor namun yang

terutama dikarenakan seseorang ingin menghilangkan atau pergi dari rasa sakit yang ia

rasakan. Seorang individu tersebut akan memutuskan untuk bunuh diri jika merasa tidak ada

lagi jalan keluar dari segala penderitaan yang ia rasakan.

2. Tahapan Percobaan Bunuh Diri

Ideasi bunuh diri adalah keadaan di mana seseorang memikirkan, mempertimbangkan

dan merencanakan untuk melakukan bunuh diri (Klonsky, May, & Saffer, 2016). Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

8

three-step theory of suicide dijelaskan tentang pembentukan ide untuk bunuh diri berkembang

menjadi aksi bunuh diri.

a. Tahap satu : Perkembangan ideasi bunuh diri.

Tahap pertama dari ideasi bunuh diri dimulai dengan rasa sakit (pain). Rasa sakit yang

dimaksud adalah rasa sakit secara psikologis atau emosional. Menurut Durkheim (Klonsky,

May, & Saffer, 2016) rasa sakit psikologis dapat timbul dari pengalaman mengalami isolasi

sosial. Bentuk dari isolasi sosial antara lain adalah perasaan kesepian (loneliness), penarikan

diri dari lingkungan sosial (social withdrawal), hidup sendiri dan hanya memiliki sedikit

dukungan sosial, tinggal dalam keluarga yang bermasalah (nonintact families), kehilangan

pasangan karena ditinggal mati atau bercerai, dan tinggal dalam sel penjara khusus untuk satu

orang. Joiner (2005, seperti dikutip dalam Klonsky, May, & Saffer, 2016) juga memiliki

pendapat bahwa merasakan kebosanan akan hidup juga menimbulkan rasa sakit secara

psikologis. Selanjutnya, merasa kalah dan terjebak (O‟Connor, 2011, seperti dikutip dalam

Klonsky, May, & Saffer, 2016) serta persepsi negatif terhadap diri juga mengakibatkan rasa

sakit secara psikologis (Baumeister, 1990). Lebih lanjut three-step theory of suicide

menjelaskan bahwa gabungan dari rasa sakit dan keputusasaan mendorong seseorang untuk

mengembangkan ide bunuh diri.

b. Tahap dua : Ideasi bunuh diri yang kuat vs ideasi bunuh diri menengah

Tahapan kedua three-step theory of suicide menjelaskan bahwa tahap yang

mengarahkan seseorang kepada perilaku bunuh diri yang fatal muncul ketika rasa sakit yang

dialami lebih besar daripada keterhubungan seseorang dengan dunia sekitarnya.

Keterhubungan dimaksudkan dengan minat atau ketertarikan kepada suatu hal, kelekatan

dengan orang lain dan tujuan-tujuan yang membuat seseorang tetap memilih untuk hidup.

Menurut teori ini, jika ada seseorang yang mengalami rasa sakit dan keputusasaan kemudian

mempertimbangkan untuk melakukan bunuh diri tetapi memiliki keterhubungan yang lebih

kuat dengan dunia sekitarnya, maka ia hanya akan sampai di ideasi bunuh diri taraf

menengah. Apabila, rasa sakit yang dialami lama-kelamaan bertambah menjadi lebih besar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

9

maka ideasi bunuh diri akan semakin kuat. Dalam three-step theory of suicide, keterhubungan

berperan sebagai pelindung agar ideasi bunuh diri tidak meningkat pada mereka yang

berisiko.

c. Tahap tiga : Pengembangan ide bunuh diri menuju perilaku bunuh diri

Dalam tahap ini, dijelaskan bagaimana kondisi yang menyebabkan ideasi bunuh diri

yang kuat berkembang menuju percobaan bunuh diri. Ada tiga kategori variabel yang lebih

spesifik memiliki kontibusi terhadap bunuh diri yaitu kecenderungan (dispossitional),

penerimaan (acquire), dan pelaksanaan (practical). Kecenderungan merujuk pada hal-hal

yang lebih dikendalikan oleh genetik seperti sensitifitas terhadap rasa sakit (Young, et. al.,

2011, seperti dikutip dalam Klonsky, May, & Saffer, 2016). Penerimaan merujuk pada

keterbiasaan terhadap pengalaman yang berhubungan dengan rasa sakit, terluka dan kematian

yang seiring berjalannya waktu membuat seseorang memiliki kapasitas untuk melakukan

bunuh diri. Pelaksanaan merujuk pada faktor-faktor yang membuat bunuh diri menjadi lebih

mudah. Misalnya seseorang memiliki pengetahuan dan akses terhadap benda-benda yang

dapat mengakibatkan kematian seperti senjata api dan obat-obatan (Swanson, S. P., Roberts,

L. J., Chapman, M. D., 2003 seperti dikutip dalam Klonsky, May, & Saffer, 2016).

Jadi, tahapan perilaku bunuh diri dimulai dari ketika seorang individu merasakan sakit

yang luar biasa dalam dirinya. Kemudian rasa sakit yang ia rasakan itu bersamaan dengan

perasaan kesepian yang melanda. Hal ini akan menumbuhkan pemikiran untuk melakukan

bunuh diri. Ketika seorang individu telah memiliki pemikiran untuk bunuh diri, selanjutnya

individu tersebut akan mempertimbangkan, akankah memutuskan untuk mengakhiri hidup

atau mengolah pikirannya tersebut hanya menjadi sebatas pemikiran. Ketika individu tersebut

merasa bahwa ia tidak memiliki ikatan yang kuat dengan dunia, maka individu tersebut akan

memutuskan untuk melakukan bunuh diri. Maka dari itu three-step theory of suicide

menekankan pada rasa sakit, keputusasaan, keterhubungan dengan dunia dan kapasitas untuk

seseorang dapat melakukan bunuh diri, akan tetapi hal ini tidak mengesampingkan gangguan

psikologis, kondisi pikiran, personality traits, tempramen dan kecendrungan serta pengalaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

10

sebagai faktor yang memperngaruhi munculnya ideasi hingga usaha bunuh diri. Beberapa hal

misalnya depresi, self-criticism, kepribadian ambang batas, emosi negatif dan pengalaman

kehilangan sesuatu yang berharga diakui berhubungan dengan ideasi dan perilaku bunuh diri.

Akan tetapi dalam three-step theory of suicide, beberapa faktor di atas juga memberikan

kontribusi terhadap rasa sakit, keputusasaan dan keterhubungan dengan dunia.

B. Penyintas Bunuh Diri

McIntosh pada tahun 2003 (dalam Andriessen, 2005) menyatakan bahwa frasa suicide

survivors atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan penyintas bunuh diri, memiliki makna

ganda. Frasa ini bisa berarti seorang yang berduka dan kehilangan karena bunuh diri dan bisa

juga berarti seorang individu yang pernah melakukan percobaan bunuh diri namun mengalami

kegagalan. Namun pada tahun 2004, Seager (dalam Andriessen, 2005) berusaha untuk

menjelaskan tentang makna penyintas bunuh diri. Dalam hal ini suicide survivors lebih

merujuk pada survive yang artinya terus bertahan dan ada dalam keadaan sulit. Maka dari itu,

suicide survivors atau penyintas bunuh diri adalah seorang yang selamat dari bunuh diri dan

terus hidup setelahnya. Dewasa ini, di beberapa negara, istilah penyintas bunuh diri pun masih

digunakan untuk merujuk pada orang yang selamat dari bunuh diri (Honeycutt & Praetorius,

2016). Penelitian ini pun akan menggunakan istilah penyintas bunuh diri untuk memaparkan

mengenai seseorang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri namun mengalami

kegagalan dalam tindakannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Tzeng (2010) terdapat pernyataan bahwa masalah

kesulitan berhubungan dan berkomunikasi dengan keluarga sebelum seorang individu

melakukan percobaan bunuh diri tetap tidak dapat terselesaikan setelah seorang individu

tersebut melakukan percobaan bunuh diri. Sebagian besar individu yang pernah melakukan

percobaan bunuh diri, merasa bahwa keluarga mereka tidak memahami perasaan mereka.

Dikatakan pula dalam bahwa mereka yang selamat setelah melakukan percobaan bunuh diri

merasa malu dan bersalah karena memilih untuk mati. Hal ini dipengaruhi oleh nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

11

kebudayaan timur yang dianut sebagian besar responden yang memiliki latar belakang

Tionghoa. Kebanyakan, para individu ini menyalahkan diri sendiri karena menurut

masyarakat mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap orangtua karena dalam

budaya Tionghoa diajarkan bahwa tubuh seorang anak merupakan pemberian dari orangtua

sehingga tidak boleh dirusak sembarangan (Tzheng, Su, Chiang, Kuan, & Lee, 2010).

Indonesia sebagai negara yang juga menganut kebudayaan timur, memiliki prasangka

negatif terhadap bunuh diri. Bagi sebagian besar masyarkat, bunuh diri adalah suatu tindakan

yang dipengaruhi oleh kutukan atau guna-guna dan sebagainya (Sungkana & Sutejo, 2012).

Sampai saat ini pun masih banyak dari para penyintas bunuh diri di Indonesia yang enggan

bercerita mengenai pengalaman hidup mereka. Padahal, mereka yang selamat dari upaya

bunuh diri memiliki banyak pengalaman untuk menginformasian program pencegahan yang

sesuai dan dapat memberikan wawasan penting tentang bagaimana masyarakat dan

pemerintah dapat menanggapi kebutuhan mereka pada saat tekanan yang mengancam jiwa

(Maple, McKay, & Sanford, 2019). Kemudian, Chesley dan Loring-McNulty (seperti dikutip

dalam Maple, McKay, & Sanford, 2019) mengidentifikasi alasan umum para individu tidak

lagi mencoba bunuh diri adalah strategi koping yang berkisar pada komunikasi. Dengan kata

lain, berbicara mengenai pengalaman bunuh diri dan membuka percakapan untuk

mendapatkan bantuan bisa menjadi strategi koping yang baik bagi individu yang pernah

melakukan percobaan bunuh diri.

Komunikasi menjadi sebuah harapan bahwa perilaku bunuh diri berulang dapat teratasi,

karena dalam sebuah penelitian dikatakan; salah satu hal yang menantang dunia kesehatan

adalah pencegahan terhadap perilaku bunuh diri yang berulang. Menurutnya, seseorang yang

pernah melakukan percobaan bunuh diri dalam jangka 6 bulan akan mengulangi lagi

tindakannya ketika dirinya belum mencapai resiliensi. Maka dari itu, resiliensi adalah hal

yang krusial bagi penyintas bunuh diri (Irigoyen, et al., 2018). Merujuk pada Reivch dan

Shatte (2002, seperti dikutip dalam Ifdil & Taufik, 2012) resiliensi adalah kondisi ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

12

seorang individu mampu beradaptasi dan bertahan dalam keadaan tertekan dan berhadapan

dengan kesengsaraan yang dialaminya dalam hidup.

C. Resiliensi

1. Definisi Resiliensi

Pandangan mengenai resiliensi individu dalam menghadapi tantangan sudah ada sejak

lama. Ketika ilmu psikologi berkembang pada abad ke-19 sampai abad ke-20. Pada masa itu

terdapat ketertarikan pada adaptasi individu dengan lingkungannya. Satu dekade kemudian,

studi sistematis mengenai resiliensi mulai muncul pada psikologi klinis dan perkembangan

(Masten & Reed, 2002). Luthans (2002) menyatakan bahwa resiliensi adalah kapasitas

individu untuk bangkit dari kesulitan, konflik, kegagalan, bahkan pengalaman positif,

kemajuan dan tanggung jawab yang meningkat.

Resiliensi diartikan sebagai kemampuan untuk bangkit dari proses perubahan kehidupan

yang dirasa tidak mudah. Individu yang resilien dapat mengatasi perasaan yang membuat

tidak nyaman dengan cara yang sehat, seperti mampu menginjinkan diri mereka untuk

merasakan marah, kesedihan, kehilangan dan kebimbangan namun tidak mengijinkan

perasaan tersebut bertahan terlalu lama di dalam dirinya (Siebert, 2005). Lebih lanjut

dijelaskan pula bahwa resiliensi adalah kapasitas seseorang untuk mengatasi kesulitan di

dalam hidupnya dengan baik, tetap mampu menjaga kesehatan fisik maupun mental saat

berada di bawah tekanan kemudian bangkit kembali dengan mudah dari keterpurukan yang

dialaminya, serta menghadapi persoalan dengan tenang dan tanpa emosi negatif.

Ayala dan Manzano (2014) mengungkapkan bahwa resiliensi merupakan adaptasi

dinamis yang memungkinkan individu untuk tetap menatap masa depan walaupun berada

dalam masa yang berat. Selain itu, resiliensi juga membantu individu membuat keputusan

yang baik dalam tekanan, dan memungkinkan individu untuk bangkit dengan efektif (Everly,

Strouse, & McComack, 2015).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

13

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa resiliensi merupakan

kemampuan individu untuk bertahan dan tidak menyerah dalam situasi yang tidak

menyenangkan dan membuat tidak nyaman, berusaha untuk bertahan, serta mampu

menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut kemudian bangkit sehingga menjadi pribadi yang

lebih baik dalam menghadapi permasalahan.

2. Ciri-Ciri Individu yang Resilien

Lebih lanjut, menurut Grotberg (1995), individu yang resilien adalah individu yang

memiliki kendali atas perasaan dan dorongan dari dalam dirinya, mampu mengatasi

permasalahannya dengan baik, serta memiliki inisiatif dalam mengambil keputusan dan peduli

terhadap sesama. Reivich (2002, seperti dikutip dalam Dewi, Djoeanina, & Melisa, 2004),

mengatakan bahwa individu resilien ialah individu yang optimis dalam menyelesaikan

masalah sehingga tidak menimbulkan stress dan mampu mengekspresikan sikap dan

pikirannya tanpa beban.

Seorang individu akan dianggap sebagai pribadi resilien apabila dirinya pernah

mengalami ancaman dalam proses perkembangannya (Toland & Donna, 2011). Selain itu,

dijelaskan lebih lanjut bahwa resiliensi bukanlah karakteristik dari seorang individu.

Pernyataan ini didukung oleh beberapa penelitia yang menyatakan bahwa resiliensi adalah

sebuah fenomena dan bukan sifat dari seorang individu (Luthar, Lyman, & Crossman, 2014).

Jadi individu yang resilien adalah individu yang memiliki kepercayaan dalam dirinya bahwa

ia mampu menyelesaikan persoalan dalam hidupnya dan juga individu yang mampu bangkit

ketika mengalami keterpurukan. Maka dari itu, resiliensi memiliki beberapa aspek yang akan

dibahas pada bagian selanjutnya.

3. Aspek-Aspek Resiliensi

Resiliensi memiliki dua aspek penting di dalamnya. Aspek pertama adalah adanya

ancaman atau kesulitan berat, kemudian setelah seorang individu mendapatkan kesulitan

tersebut, jika individu tersebut dapat mencapai keadaan yang baik berarti individu tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

14

telah mengalami adaptasi positif. Adaptasi positif adalah aspek yang kedua (Toland & Donna,

2011).

Kesulitan yang dimaksud adalah kondisi yang menganggu atau bisa juga mengancam

tugas tahap perkembangan dengan kemungkinan akan menghasilkan suatu hasil yang tidak

diinginkan contohnya adalah pola asuh, kekerasan, kemiskinan (Wright & Masten, 2005).

Sedangkan Luthar, et. al., (2000) menjelaskan bahwa adaptasi positif didefinisikan sebagai

suatu perwujudan perilaku yang sukses dalam menghadapi kesulitan pada tugas di setiap

tahapan perkembangan.

Lebih lanjut sebuah penelitian mengemukakan beberapa aspek resiliensi (Jackson &

Watkin, 2004). Aspek-aspek resiliensi ini dijabarkan menjadi tujuh aspek dan hampir tidak

ada individu yang memiliki ketujuh aspek tersebut dengan baik secara keseluruhan. Adapun

tujuh aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Regulasi Emosi.

Kemampuan individu untuk menghadapi situasi yang tidak mudah dengan mampu

mengendalikan emosi, atensi dan perilakunya serta dapat mengekpresikan emosi secara tepat,

emosi negatif maupun emosi positif. Terdapat dua jenis keterampilan yang membantu

individu dalam pencapaian regulasi emosi, yakni tenang (calming) dan fokus (focusing).

Kedua kemampuan tersebut akan membantu individu agar tetap fokus dalam berpikir

walaupun banyak hal yang menganggu serta mampu mengurangi stress.

b. Pengendalian Impuls.

Merupakan keterampilan individu dalam mengontrol dorongan, kesukaan, dan tekanan

dari dalam dirinya. Individu dengan pengendalian impuls yang baik mampu menahan diri dari

perasaan negatif, seperti sabar dalam menghadapi masalah, tidak mudah marah, dan

memberikan respon yang tepat pada permasalahan dalam artian tidak bertindak gegabah

dalam melakukan hal yang akan atau sedang dihadapi.

c. Optimisme.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

15

Seorang individu dikatakan sebagai individu yang resilien adalah individu yang optimis.

Dalam hal ini optimis berarti memiliki harapan pada masa depan dan percaya pada dirinya

sendiri untuk memegang kendali atas kehidupan yang di masa sekarang dan masa depan.

Optimisme yang dimaksud ialah optimisme yang realistis, yakni keyakinan pada masa depan

lebih baik yang diimbangi dengan usaha dan doa untuk mewujudkannya

d. Empati.

Adalah keterampilan individu untuk memahami kondisi emosional dan psikologis orang

lain serta memiliki keterampilan yang cukup baik dalam menangkap bahasa-bahasa non

verbal yang ditunjukkan oleh orang lain, seperti ekspresi wajah, intonasi suara, bahasa tubuh

dan memahami sesuatu yang dirasakan orang lain. Seseorang yang memiliki empati biasanya

memiliki hubungan sosial yang positif pula.

e. Analisis Penyebab Masalah.

Analisis penyebab masalah erat kaitannya dengan gaya berpikir. Gaya berpikir sendiri

merupakan suatu cara yang digunakan oleh seorang individu guna menjelaskan hal baik dan

buruk yang terjadi pada dirinya. Gaya berpikir dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Personal (saya / bukan saya) : individu yang memiliki gaya berpikir “saya”

cenderung menyalahkan diri sendiri jika ada kejadian yang tidak berjalan sesuai

rencananya, namun individu dengan gaya berpikir “bukan saya” adalah individu

yang memiliki keyakinan bahwa ada hal-hal di luar diri yang bisa menjadi andil

dalam kejadian yang terjadi pada diri.

b. Permanen (selalu / tidak selalu) : individu yang memiliki pemikiran “selalu” bisa

dikatakan adalah seorang individu yang pesimis dan berasumsi bahwa suatu

peristiwa buruk akan terulang kembali. Sedangkan seorang individu yang memiliki

pemikiran “tidak selalu” akan cenderung berpikir bahwa ia dapat memperbaiki

kesalahan dan memandang kegagalan sebagai ketidakberhasilan yang sementara.

c. Pervasive (semua / tidak semua) : seorang individu yang memiliki gaya pikir

“semua” melihat suatu kegagalan sebagai hal yang menggagalkan aspek kehidupan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

16

lainnya. Sedangkan, individu dengan gaya pikir “tidak semua” adalah orang yang

dapat menjelaskan penyebab dari masalah yang sedang dihadapinya dan hal tersebut

tidak memengaruhi aspek kehidupannya yang lain.

Dalam hal ini, individu dikatakan resilien apabila dirinya memiliki fleksibilitas dalam

berpikir dan mampu untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab permasalahan yang

dihadapinya.

f. Efikasi diri.

Ialah keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalah yang dialami

dan percaya bahwa dirinya mampu mencapai keberhasilan. Individu dengan efikasi diri yang

tinggi akan mengusahakan berbagai cara untuk memecahkan masalah serta tidak mudah

menyerah ketika menghadapi kesulitan. Individu ini memiliki kepercayaan penuh terhadap

kemampuan dirinya dan akan cepat menghadapi jika ada masalah yang datang.

g. Peningkatan Aspek Positif.

Resiliensi merupakan kemampuan yang meliputi peningkatan aspek positif dalam

kehidupan seorang individu. Jika seorang individu mampu meningkatkan aspek positif maka,

individu tersebut dapat melakukan dua aspek berikut dengan baik; (1) dapat membedakan

risiko yang realistis dan yang tidak realistis, (2) memiliki makna dan tujuan hidup serta dapat

melihat gambaran dari kehidupannya. Seorang individu yang memiliki kemampuan ini akan

lebih mudah dalam mengatasi permasalahan hidup dan juga peningkatan aspek positif

berperan meningkatkan kemampuan interpersonal dan pengendalian emosi bagi dirinya.

Berdasarkan uraian di atas, individu yang resilien dalam penelitian ini adalah seorang

penyintas bunuh diri yang telah mampu menahan dorongan dan emosi negatif dari dalam

dirinya ketika dihadapkan pada sebuah kesulitan serta dapat mengenali penyebab masalah

secara akurat sehingga mampu menemukan cara untuk menyelesaikannya. Selain itu, individu

dikatakan resilien ketika mampu bangkt dari keterpurukan sehingga dapat melanjutkan hidup.

h. Resiliensi Penyintas Bunuh Diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

17

Banyak sekali teori yang mengatakan bahwa kondisi hidup yang negatif berpengaruh

sangat besar dengan keinginan dan perilaku bunuh diri (Joiner & Rudd, 2000). Penelitian

yang lain sepakat bahwa hal penting yang mempengaruhi perbedaan individu yang berpikiran

untuk bunuh diri dan telah melakukan percobaan bunuh diri, terletak pada ketakutan mereka

terhadap kematian dan toleransi mereka terhadap rasa sakit (Klonsky, May, & Saffer, 2016).

Ide bunuh diri dan upaya bunuh diri telah lama diasosiakan dengan sejumlah perilaku dari

pengalaman hidup yang buruk (Bagge, Littlefield, Conner, Schumacher, & Lee, 2014).

Penelitian oleh selanjutnya juga mendukung bahwa negative life event adalah sumber utama

bagi individu yang mengalami krisis dan berpotensi untuk bunuh diri. Akan tetapi jika

seorang individu memiliki rasa takut lebih besar dan toleransi terhadap rasa sakit yang lebih

rendah, individu tersebut memiliki kemungkinan lebih kecil untuk melakukan bunuh diri

(Buchman-Schmitt, et al., 2017). Dalam hal ini, diperlukan resiliensi sebagai suatu bentuk

protektif paling penting dari peningkatan masalah psikologis (Rutter, 1985).

Menurut Mowbray (Mowbray, 2011), seorang individu pasti akan mengalami kejadian-

kejadian dalam seumur hidupnya. Kejadian-kejadian tersebut akan dievaluasi, dicerna, diberi

makna, diingat kemudian direspon oleh individu itu. evaluasi terhadap kejadian yang dialami

adalah hasil interpretasi individu terhadap kejadian dengan informasi akan konteks kejadian

tersebut. Respon individu dapat tercipta karena didasari oleh hasil dari evaluasi sebuah

kejadin dan makna yang individu masukkan terhadap kejadian itu.

Dalam hal ini, resiliensi akan membantu seorang individu dalam menginterpretasikan

kejadian tersebut sehingga mampu memunculkan suatu hasil evaluasi dan makna pada

kejadian tersebut. Jika melihat dari fokus penelitian ini, resiliensi dibutuhkan seorang

penyintas bunuh diri guna membantunya menginterpretasi kejadian-kejadian yang telah

dialaminya. Seorang penyintas bunuh diri yang memiliki resiliensi tentunya akan

mendapatkan evaluasi yang membangun dari apa yang telah ia alami sebelumnya dan juga

dapat mengambil makna yang positif sebagai bentuk adaptasi positif pula.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan dan memahami dinamika resiliensi pada

penyintas bunuh diri. Untuk mendapatkan gambaran dari masalah penelitian ini, diperlukan

penggalian data yang mendalam dan menyeluruh sehingga informasi mengenai dinamika

resiliensi penyintas bunuh diri dapat diperoleh secara lengkap. Demi mendapatkan data yang

dimaksud, desain penelitian kualitatif dipilih dalam penelitian ini.

Penelitian kualitatif dipilih sebagai desain penelitian ini karena penelitian kualitatif

berfokus pada deskripsi yang kaya dari beberapa aspek pengalaman (Langdridge, 2007) dan

bahwa penelitian kualitatif digunakan sebagai metode untuk mengeksplorasi dan memahami

makna oleh sejumlah individu maupun kelompok (Creswell, 2016). Selain itu, Willig (2013)

mengungkapkan bahwa tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memberikan gambaran yang

sebenarnya dari sebuah kejadian yang dialami oleh seorang individu secara apa adanya.

Berangkat dari beberapa teori di atas, peneliti berharap dapat memperoleh dan memahami

segala informasi mengenai dinamika resiliensi pada penyintas bunuh diri dengan

menggunakan pendekatan kualitatif.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis fenomenologi deskriptif. Penelitian

fenomenologi deskriptif menekankan pada proses mendeskripsikan pengalaman sampai pada

esensi dari pengalaman itu (Kahija, 2017). Hal ini bertujuan untuk mendeskripsikan

pengalaman secara murni, asli, dan apa adanya tanpa adanya teori, penilaian dan asumsi atau

spekulasi yang mungkin akan bercampur ke dalamnya. Analisis fenomenologis deskriptif

berarti mengeksplorasi secara langsung, analisis dan mendeskripsi fenomena-fenomena

tertentu, sebebas mungkin dari praanggapan yang tidak diuji (Spiegelberg, 1975). Hal ini

sesuai dengan apa yang diungkapkan Landridge (2007) bahwa fenomenologi deskriptif setia

pada pemikiran filisofis Edmund Husserl –pendiri fenomenologi- yang berupaya menemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

2

esensi dari pengalaman dengan menjalankan “pembersihan diri” (epochē) dan reduksi

fenomenologis. Walaupun pakar fenomenologi deskriptif mengakui bahwa penafsiran

memiliki kedudukan yang berarti dalam analisis pengalaman seorang individu, mereka yakin

bahwa dengan meminimalkan penafsiran akan menghasilkan cerita pengalaman yang murni.

(Willig, 2013).

B. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah tiga orang yang pernah melakukan percobaan

bunuh diri dan telah resilien. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko percobaan bunuh

diri berulang dari para informan. Harapannya dengan memahami dan mengetahui kisah

resiliensinya, ini bisa meminimalkan pandangan negatif mengenai label “pernah melakukan

bunuh diri”.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada dinamika resiliensi seseorang yang pernah melakukan

percobaan bunuh diri (penyintas bunuh diri).

D. Pengumpulan Data

Data dari penelitian ini diperoleh dengan metode wawancara kepada informan.

Wawancara merupakan salah satu bentuk pengambilan data yang digunakan dalam penelitian

kualitatif. Pertanyaan yang akan diajukan kepada informan berbentuk wawancara semi

terstruktur, hal itu membuat peneliti memiliki panduan mengenai topik akan tetapi juga

memudahkan untuk eksplorasi data sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh informan.

Sesuai dengan paparan Creswell (2016) metode wawancara akan menghasilkan data dengan

makna dari fenomena penelitian bagi individu yang mengalaminya. Selain itu, dapat diperoleh

pemahaman serta pengetahuan baru dari aspek pengalaman informan (Willig, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

3

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi

terstruktur lebih mudah untuk diatur dalam pengumpulan data (Willig, 2013). Juga

memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mendengar informan berbicara mengenai aspek

tertentu dari kehidupan atau pengalaman mereka. Pertanyaan yang diajukan berfungsi untuk

menstimulus informan berbicara.

Adams dalam Willig (2013), membuat rancangan garis besar wawancara dalam bentuk

wawancara semi-terstruktur. Berikut adalah daftar pertanyaan yang disusun oleh peneliti:

a. Latar Belakang Informan

1. Nama, umur, pekerjaan atau kegiatan saat ini

2. Kondisi keluarga

3. Dinamika lingkungan saat bertumbuh

b. Pengalaman Melakukan Percobaan Bunuh Diri

1. Sejak kapan memiliki pemikiran bunuh diri?

2. Mengapa melakukan percobaan bunuh diri?

3. Apa yang diharapkan ketika melakukan percobaan itu?

4. Apakah ada peran orang lain ketika melakukan percobaan bunuh diri?

c. Resiliensi

1. Apakah menyesal pernah melakukan percobaan bunuh diri?

2. Kenapa kok memutuskan untuk melanjutkan hidup?

3. Apakah memiliki cita-cita atau harapan untuk masa depan?

4. Adakah seseorang atau sesuatu yang disebut penyelamat?

5. Apa aktivitas belakangan ini?

6. Kalau sekarang ini punya masalah biasanya melakukan apa?

7. Menurut kamu, menjalani kehidupan itu artinya apa?

E. Prosedur Pengumpulan Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

4

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa penelitian ini menggunakan metode

wawancara semi terstruktur. Namun sebelum melakukan tahap wawancara ada beberapa hal

yang harus dilakukan. Beberapa hal tersebut antara lain:

1. Peneliti menentukan dan mencari informan dengan karakteristik seseorang yang

pernah melakukan percobaan bunuh diri namun selamat ketika melakukannya

dengan cara membuat google form dengan beberapa pertanyaan sederhana. Hal ini

memiliki tujuan untuk mencari informan yang dengan sukarela mau membagikan

kisahnya dan agar terhindar dari unsur paksaan.

2. Peneliti memiliki kriteria bahwa informan adalah seorang individu yang pernah

melakukan percobaan bunuh diri dan telah menjadi individu yang resilien. Cara

peneliti menentukan informan yang sesuai dengan kriteria adalah membangun

rapport pada awal pertemuan dan juga berkomunikasi dengan beberapa calon

informan untuk mendapatkan cerita pengalaman mereka terkait dengan percobaan

bunuh diri, selain itu peneliti juga menyesuaikan cerita tersebut dengan teori

resiliensi yang akan dipakai dalam penelitian ini.

3. Pembahasan dan penandatanganan informed consent. Informed consent berisi

identitas peneliti, tujuan penelitian, partisipan penelitian, metode pengambilan data,

hak informan, metode penyimpanan data, kerahasiaan data, dan pernyataan

kesediaan informan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Dalam hal ini, yang

menjadi hak informan antara lain adalah dapat menghubungi peneliti sewaktu-

waktu mereka membutuhkan, indentitas yang dirahasiakan sampai akhir,

mendapatkan hasil penelitian ini dan juga mendapatkan reward atas kesediaannya

membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Melakukan wawancara dengan masing-masing informan di waktu dan tempat yang

telah disepakati. Wawancara yang digunakan bersifat semi terstruktur. Peneliti

membuat panduan wawancara sebagai acuan namun tidak menutup kemungkinan

untuk menambah atau mengurangi pertanyaan sesuai dengan respon informan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

5

5. Setelah proses wawancara selesai dilakukan, peneliti membuat transkrip

wawancara.

F. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan empat tahapan analisis fenomenologi deskriptif sesuai

dengan yang tertulis pada Langdridge (2007). Keempat tahapan tersebut ialah membaca

makna keseluruhan, mengidentifikasi unit makna, menilai signifikansi psikologis dari unit

makna, dan memadukan unit makna dan menyajikan deskripsi struktural. Ketiga dari keempat

tahapan tersebut akan dituangkan dalam tiga bagian kolom yang berbeda. Seturut dengan

Giorgi dan Giorgi (2008, seperti dikutip dalam Langdridge, 2007) bahwa tidak ada batasan

jumlah terjemahan yang diperlukan untuk mengidentifikasi signifikansi psikologis yang

kemudian menghasilkan deskripsi struktural, akan tetapi lazimnya dalam beberapa penelitian,

jarang membutuhkan lebih dari dua kolom.

1. Membaca Makna Keseluruhan

Dalam tahap ini, peneliti diharuskan untuk membaca keseluruhan isi teks

wawancara untuk mencoba memahami keseluruhan arti dari teks yang dibaca.

Keseluruhan isi teks wawancara kemudian disebut sebagai transkrip akan dituliskan

di dalam kolom yang paling kiri dan dipecah menjadi beberapa unit. Selain

membaca, diharapkan dapat membaca secara berulang dan melakukannya secara

individu. Apabila sumber data yang diperoleh berasal dari wawancara, maka perlu

dilakukan proses transkripsi yang mana harus dengan menjalankan epochē. Dengan

begitu, sangat penting untuk melakukan segala upaya membaca teks dengan rasa

penemuan dan menghindari godaan untuk memasukkan makna yang peneliti

temukan dalam pikirannya sendiri.

2. Mengidentifikasi Unit Makna

Pada tahap kedua ini, peneliti diharuskan untuk mengidentifikasi unit makna yang

menunjukkan perubahan makna. Dalam hal ini, diperlukan banyak pembacaan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

6

koreksi hingga ada rasa cukup yakin tentang unit-unit yang telah diitentifikasi. Hasil

dari identifikasi unit makna ini kemudian akan ditulis pada bagian kolom tengah

yang adalah terjemahan teks asli ke dalam bahasa yang kurang khas.

3. Menilai Unit Makna untuk Signifikansi Psikologis

Jika menemukan beberapa unit yang tidak memiliki makna psikologis, tentu saja hal

tersebut akan diabaikan. Membaca lebih dari satu unit makna, merefleksikannya

serta memfokuskan hanya yang sesuai dari fokus penelitian adalah cara untuk

menentukan makna psikologis. Hasil terjemahan lebih lanjut ke dalam bahasa yang

mewakili signifikansi psikologis ini kemudian disajikan dalam kolom paling kanan.

4. Menyajikan Deskrisi Struktural

Tahapan ini melibatkan upaya menyintesiskan unit-unit makna psikologis kemudian

menuliskannya kembali menjadi sebuah kronologi untuk para informan. Setelah

menyajikan deskripsi struktural per informan, peneliti menyajikan deskripsi

struktural secara umum. Deskripsi struktural umum adalah puncak analisis dan

mewakili esensi dari fenomena yang sedang diselidiki.

G. Kredibilitas Penelitian

Creswell (2016) menjelaskan bahwa kredibilitas atau validasi merupakan suatu usaha

untuk memeriksa akurasi dari penelitian dari perspektif peneliti, informan penelitian dan

pembaca. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sistem member checking dan meminta

seorang external auditor guna memeriksa apakah temuan dalam penelitian ini sudah akurat

atau belum. Member checking dilakukan dengan melaporkan hasil penelitian kepada informan

dan memastikan bahwa hasil penelitian ini bersifat akurat. Sedangkan, external auditor adalah

seseorang yang mereview keseluruhan dari penelitian ini. External auditor dalam penelitian

ini adalah dosen pembimbing skripsi. Hal ini karena seorang auditor dapat memberi penilaian

secara objektif mengenai hasil dari keseluruhan penelitian (Creswell, 2016).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

7

H. Refleksitivas Penelitian

Untuk semua orang yang tidak pernah terpikir mengapa seseorang memilih jalan untuk

mengakhiri hidupnya, mari sedikit berempati sejenak akan jalan yang mereka pilih. Kita

semua tidak akan pernah tau apa yang ada di hati dan pikiran seseorang hingga dirinya

memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Saya pernah memiliki seorang teman yang bisa dikatakan saya dan dia pernah terlibat

suatu konflik pada satu hari. Suatu saat saya mendengar kabar bahwa dia memutuskan untuk

mengakhiri hidupnya. Satu kata yang terlintas dalam kepala saya ialah “berani”. Bagi saya,

seorang yang memilih jalan untuk mengakhiri hidupnya adalah seseorang yang berani

mengambil kemungkinan yang sama sekali belum pernah terbayangkan di benak semua

orang. Kematian adalah suatu hal yang mutlak namun belum pernah ada orang yang telah

mati kemudian kembali hidup dan menceritakan segala pengalaman apa yang dia alami di

sana. Jikalau ada, jujur saya tidak mempercayainya.

Bagi saya, tindakan bunuh diri adalah suatu tindakan yang memerlukan keberanian.

Namun, ada satu tindakan lagi yang menurut saya membutuhkan keberanian lebih besar, yaitu

kembali menjalani hidup. Memang benar, kehidupan setelah kematian menjadi misteri yang

belum terpecahkan –entah akan bahagia atau menderita tidak tahu- akan tetapi kembali

menjalani hidup menurut saya bukan menjadi misteri. Hidup adalah sekumpulan penderitaan

(lupa kata siapa) dan seseorang yang berani kembali menjalani hidup adalah seseorang yang

berani menghadapi kumpulan penderitaan (lagi).

Saya pribadi pernah beberapa kali mendekati percobaan bunuh diri, dan percobaan

terakhir adalah Bulan Maret tahun yang lalu. Ketika itu saya sedang dilanda ketakutan yang

amat sangat akan hari esok dan hal itu sudah berlangsung selama beberapa minggu terakhir di

awal tahun 2019. Bukan sebuah masalah besar yang menghantam saya namun kerikil-kerikil

masalah dari masa lalu dan dari masa itu yang berkumpul sehingga menutupi pikiran dan hati

saya. Satu malam ketika saya tidak bisa lagi menuangkan emosi dalam bentuk tangisan, saya

mulai berpikir bagaimana jika saya tidak usah ada di dunia ini lagi yang kemudian pikiran itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

8

semakin menguat dari hari ke hari dan terkadang tanpa sengaja membuat saya tanpa sadar

menyakiti diri saya sendiri.

Kemudian ketika pikiran itu semakin menguat, saya memberanikan diri untuk bercerita

pada salah seorang sahabat saya. Tidak banyak nasehat dan petuah yang keluar dari dirinya

namun ada satu kalimat yang selalu saya ingat dan saya pegang hingga hari ini. Segala hal

yang saya punya di dunia ini hanya diri kita sendiri. Sampai akhir, siapa yang menemani diri

ini ya saya sendiri. Untuk itu, meskipun berat saya berusaha untuk kembali hidup bukan

hanya sekedar bernapas dan ada tapi kembali memaknai perjalanan saya di dunia ini.

Dengan adanya pengalaman ideasi yang saya miliki, saya ingin mengetahui cerita

pengalaman dari orang-orang yang benar-benar pernah melakukan tindakan bunuh diri dan

akhirnya memutuskan untuk menjalani kehidupannya kembali. Menurut saya, fenomena

penyintas bunuh diri ini bisa membantu banyak orang untuk semakin menghargai hidup yang

sedang dijalani.

Saya sebagai peneliti sadar bahwa hal ini dapat menimbulkan bias dari sudut pandang

saya. Oleh karena itu saya berusaha mawas diri dan berusaha se-objektif mungkin ketika

menggali data dari informan. Sehingga adanya dosen pembimbing serta rekan kerja yang

memberikan saran, dapat membantu peneliti tetap bersikap objektif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan mengenai pelaksanaan penelitian serta hasil

dari penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, peneliti juga akan memberikan pembahasan

mengenai hasil yang telah diperoleh.

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan dan Perizinan

Informan dari penelitian ini adalah individu yang pernah melakukan percobaan bunuh

diri namun gagal karena beberapa alasan. Peneliti meminta tolong kepada tiga orang yang

dirasa sesuai dengan penelitian ini sebagai informan serta menjelaskan maksud dan tujuan

dari adanya penelitian ini. setelah ketiga orang tersebut menyetujui untuk menjadi informan,

peneliti memberikan informed consent dan meminta kesediaan informan untuk

menandatangani informed consent tersebut. Peneliti juga membacakan dan menjelaskan

secara rinci mengenai isi dari informed consent.

Sebelumnya, peneliti membuat sebuah form secara online guna mencari dan mendata

calon informan. Adapun isi dari form tersebut antara lain nama, nomor yang bisa dihubungi,

kondisi saat ini, cerita pengalaman percobaan bunuh diri secara singkat, domisili serta

kesediaan untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Tujuan peneliti membuat form ini

adalah untuk data awal sebagai pertimbangan peneliti untuk memilih informan.

Setelah mendapatkan tiga orang dengan kriteria yang sesuai, peneliti melakukan

pendekatan kepada masing-masing informan. Hal ini dilakukan agar tumbuhnya rasa

kepercayaan informan kepada peneliti. Sehingga, informan mampu lebih terbuka untuk

membagikan pengalamannya dengan peneliti.

Proses pendekatan dilakukan beberapa kali dengan dua metode. Yang pertama adalah

dengan berbincang di media sosial kemudian selanjutnya peneliti mengajak informan untuk

bertemu dan berbincang-bincang dahulu sebelum melakukan proses pengambilan data. Untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

10

proses pengambilan data, peneliti memberikan kelonggaran pada informan memilih waktu

dan tempat yang sesuai dan nyaman bagi informan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara sebagai metode untuk

pengambilan data. Sebelum memulai pengambilan data, peneliti selalu membangun rapport

awal agar informan merasa nyaman. Rapport awal dilakukan seperti berbincang mengenai

kabar informan, kegiatan sebelum menuju ke tempat wawancara serta beberapa obrolan

ringan lainnya. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi

terstruktur. Wawancara semi terstruktur ini menggunakan pedoman wawancara, namun

pedoman hanya dijadikan patokan dan untuk memperkirakan waktu wawancara. Dengan

menggunakan metode ini, peneliti memiliki ruang bebas dalam melakukan probing terhadap

data.

Peneliti juga meminta izin terlebih dahulu kepada informan untuk merekam segala

proses wawancara melalui ponsel. Hal ini juga dapat dikatakan sebagai media atau alat bantu

peneliti. Hasil dari rekaman suara informan inilah yang akan ditranskrip oleh peneliti. Setelah

mendapatkan transkrip, peneliti akan menganalisis data yang telah diperoleh. Melalui hasil

penelitian ini, peneliti mulai kembali bertemu dengan para informan untuk melakukan

kegiatan member checking, yaitu peneliti menjelaskan ulang kembali mengenai hasil yang

telah didapatkan serta memastikan bahwa hasil temuan tersebut bersifat akurat dan telah

sesuai dengan jawaban para informan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan peneliti bertemu dengan para informan untuk

melakukan wawancara. Peneliti dibantu oleh tiga orang informan yang terdiri dari dua orang

perempuan dan satu orang laki-laki. Pelaksanaan wawancara diawali dengan perkenalan diri

terlebih dahulu karena peneliti belum mengenal informan T dan informan L sebelumnya.

Setelah itu, peneliti dan para informan menyepakati hari, waktu dan tempat untuk kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

11

bertemu dan melaksanakan proses wawancara. Adapun tempat dan waktu wawancara

pengambilan data sebagai berikut:

Tabel 1. Pelaksanaan pengambilan data

Informan Lokasi Hari, Tanggal Waktu Keterangan

Informan T Wirobrajan,

Yogyakarta

Kamis,

14 November

2019

16.00 Wawancara latar

belakang dan tanda

tangan informed consent

Wirobrajan,

Yogyakarta

Jumat,

15 November

2019

17.00 Wawancara penelitian

Informan L Gejayan,

Yogyakarta

Selasa,

4 Februari 2019

15.00 Wawancara latar belakang

dan tanda tangan

informed consent

Gejayan,

Yogyakarta

Kamis,

6 Februari 2020

12.00 Wawancara penelitian

Informan M Mrican,

Yogyakarta

Rabu

30 September

2020

14.00 Wawancara latar

belakang dan tanda

tangan informed consent

Seturan,

Yogyakarta

Jumat,

2 Oktober 2020

11.00 Wawancara penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

12

Setelah hasil wawancara diperoleh dan analisis telah dilakukan, hasil penelitian dan

analisis data ditunjukkan kepada informan. Proses ini disebut member checking. Hal tersebut

bertujuan untuk mengantisipasi kesalahan analisis penelitian dan ketidaksesuaian pemahaman

dari pemaknaan informan. Pelaksanaan dan hasil dari member checking adalah sebagai

berikut:

Tabel 2. Pelaksanaan member checking

Informan Penyerahan hasil Persetujuan Komentar

Informan T Senin,

6 Januari 2020

Senin,

6 Januari 2020

Ya sudah baik Mbak

Informan L Selasa,

10 Maret 2020

Selasa,

10 Maret 2020

Sudah pas Kak

Informan M Sabtu,

10 Oktober 2020

Sabtu,

10 Oktober 2020

Oke bener kok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

13

B. Informan Penelitian

1. Data diri informan

Tabel 3.

No Keterangan Informan T Informan L Informan M

1 Usia 34 tahun 19 tahun 23 tahun

2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Perempuan

3 Pendidikan

terakhir

SMA SMA S1

4 Pekerjaan Tukang Ojek Mahasiswa Fresh Graduate

5 Suku Jawa Tionghoa Jawa

2. Latar Belakang Informan

a) Informan 1 (T, 34 tahun).

T adalah seorang tukang ojek difabel berusia 34 tahun yang merupakan anak kedua dari

empat bersaudara. T terlahir berbeda dari sauara-saudaranya. T mengalami cacat fisik

dibagian kaki dan cara berbicaranya pun kurang jelas. Hal tersebut membuat T diperlakukan

berbeda oleh orang-orang disekitarnya termasuk oleh kedua orangtuanya sendiri. T merasa

sejak kecil dirinya kurang difasilitasi dan ruang geraknya dibatasi, menurutnya hal ini

disebabkan karena dirinya dipandang tidak mampu dan tidak berguna.

Selama ini T sudah melakukan tiga kali percobaan bunuh diri dan semuanya gagal.

Ketiga kali percobaan T itu dipicu oleh perasaan rendah diri T yang merasa dirinya tidak

mampu ditambah dengan pandangan banyak orang tentang dirinya yang tidak sanggup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

14

melakukan apa pun. Hal yang membuat T semakin yakin untuk mengakhiri hidupnya adalah

karena T merasa tidak disayang oleh kedua orangtuanya.

Namun, setelah mengalami banyak peristiwa dan pengalaman T akhirnya bergaabung

dengan suatu komunitas komersil bernama Ojek Difabel. Mulai dari situ, T merasa

mendapatkan banyak support secara sosial maupun secara materi. Setelah melalui banyak

pengalaman serta kegagalan untuk bunuh diri, T dapat mengubah cara pandangnya terhadap

hidup sehingga T sekarang memandang hidup dengan lebih positif.

b) Informan 2 (L, 19 tahun).

Secara biologis, L adalah seorang anak perempuan berusia 19 tahun yang merupakan

anak pertama dari tiga bersaudara. Namun secara urutan keluarga, L adalah anak kedua

karena L memiliki seorang kakak angkat yang tidak memiliki hubungan darah dengannya.

Saat ini, L sedang menempuh pendidikan S1 di sebuah universitas swasta di Yogyakarta dan

jauh dari keluarganya. L memiliki pandangan bahwa dirinya tidak berguna jika tidak berada

di dekat orang lain. Selain itu L selalu dituntut untuk menjadi yang terbaik oleh orangtuanya.

Hal itu memberikan tekanan tersendiri untuk L karena tuntutan itu sudah ditanamkan sedari L

masih SD. L juga diajarkan untuk selalu patuh pada perkataan orang lain, itu juga membuat L

menjadi tidak percaya diri jika sedang sendirian dan merasa bahwa dia harus selalu

mendahulukan orang lain. Ini juga berdampak kepada perlakuan L pada dirinya sendiri. L

merasa lebih baik dirinya yang tertindas dan tersakiti ketimbang harus melihat orang lain

merasa sakit hati.

L pernah beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri dan percobaan pertamanya

ketika dirinya berada di kelas 5 SD. Saat itu L menjatuhkan dirinya dari lantai dua dan yang ia

dapatkan bukanlah kematian melainkan kaki kanannya patah sehingga memberikan bekas

luka hingga sekarang. Kemudian percobaan-percobaan L yang lain adalah self harm, berusaha

tidak makan dan menabrakkan diri saat sedang berkendara. Dari sekian banyak percobaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

15

yang ia lakukan, L masih diberi kesempatan hidup sampai sekarang hal itu membuat L

berpikir bahwa dirinya harus terus melanjutkan hidup dan mencari hal-hal indah dalam hidup

serta melanjutkan hidup untuk menggapai segala hal yang belum dia capai.

c) Informan 3 (M, 23 tahun).

M adalah seorang perempuan berusia 23 tahun yang memiliki hobi merajut dan menjual

hasil rajutannya itu. Saat ini M sedang menunggu panggilan pekerjaan karena M baru saja

lulus dan sudah mendaftar ke beberapa tempat. M adalah anak kedua dari dua bersaudara. M

hanya memiliki seorang kakak laki-laki. Sejak SMP, M hanya tinggal bersama Mamanya

karena kedua orangtua M sudah berpisah. M bercerita bahwa sebelum kedua orangtuanya

berpisah, hubungan M dengan keduanya memang tidak dekat karena kedua orangtua M

bekerja. M sering merasa sedih terutama saat SD karena M merasa dirinya kurang

diperhatikan orangtua berbeda dengan teman-teman di sekolahnya.

Setelah kedua orangtuanya berpisah, M merasa bahwa dirinya kesepian dan selalu

berusaha mencari cara agar keduanya kembali. Cara yang dilakukan M adalah dengan

menjadi anak yang sering dipanggil di sekolah, segala cara telah M lakukan namun usahanya

untuk membuat kedua orangtuanya rujuk sia-sia. M juga merasa setelah kedua orangtuanya

berpisah, segala kesialan menimpa dirinya. Sewaktu SMP M pernah dilecehkan oleh mantan

pacarnya dan dia dihukum tidak bisa mengikuti semua kegiatan serta organisasi di sekolah.

Selain itu, M mendapatkan sanksi sosial dari teman-temannya. M dijauhi dan dia tidak

memiliki teman saat itu. Hal tersebut kemudian memicu M untuk mencoba berteman dan

berkenalan dengan anak-anak dari sekolah lain. Namun M salah dalam memilih teman,

karenanya M masuk ke dalam pergaulan yang kurang sehat.

Tahun 2018 tepatnya di Bulan Oktober, M baru mengetahui bahwa dirinya hamil. Hal

ini disebabkan dari hubungan bersama mantan pacarnya yang berinisial H. Padahal M sudah

putus dengan H bulan Agustus. M sebenarnya sudah mencurigainya karena sekitar Bulan

Agustus M sudah tidak datang bulan dan juga sering merasa mual bahkan pingsan. Akhirnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

16

pada Bulan Oktober, M memberanikan diri untuk membeli alat pengecek kehamilan dan

didapati hasilnya positif. Saat itu M sangat takut sekaligus sedih, kemudian M mengabari H

dan H berjanji mau bertanggung jawab. Namun setelah berkata akan bertanggung jawab, H

tidak pernah menghubungi M lagi. Akhirnya M memutuskan untuk menggugurkan

kandungannya. Setelah menggugurkan kandungannya, M merasa sangat sedih dan marah

pada dirinya sendiri. Setiap malam M hanya bisa menyakiti dirinya sendiri namun sudah tidak

bisa menangis. Hingga akhirnya M mencoba untuk bunuh diri. Namun hal itu diketahui oleh

teman se kost M dan M gagal melakukannya. Setelahnya M merasa bahwa dirinya harus terus

hidup untuk menebus rasa bersalahnya pada bayinya sendiri. M mulai bisa berharap dan

berangan-angan kembali dan juga menemukan cara untuk mengatur emosinya jika dia sedang

marah maupun sedih.

C. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh data hasil wawancara

dari setiap informan. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan membaca makna

keseluruhan, mengidentifikasi unit makna, menilai unit makna untuk signifikansi psikologis,

dan kemudian menyajikan data struktural. Pada tahap ini, peneliti memaparkan identifikasi

unit makna dari setiap informan.

1. Informan 1 (T, 34 tahun)

a. Merasa diperlakukan secara tidak adil dalam keluarga.

Selama hidup, T merasa bahwa dirinya tidak diberi kebebasan oleh

keluarga. Selama ini T hanya merasa seperti ayam yang ditaruh di dalam

kandang hanya diberi makan saja dan tidak boleh mengendari motor. T pernah

meminta dibelikan motor pada kedua orangtuanya namun tidak dibelikan motor.

Berbeda dengan adik T, ketika si adik meminta sesuatu pasti akan selalu

dibelikan.

T berpikir bahwa mungkin ada sisi baiknya kedua orangtuanya melarang

dirinya melakukan banyak hal. Hal itu bisa jadi karena kedua orangtuanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

17

khawatir pada dirinya, pikir T. Akan tetapi, T tetap merasa bahwa dirinya

diperlakukan secara tidak adil karena kondisi fisiknya yang tidak lengkap, tidak

seperti adik dan kakaknya.

b. Merasa tidak diperhatikan orangtua ketika masuk rumah sakit.

Pada satu kali kesempatan, T pernah mengalami kecelakaan yang

mengharuskan dirinya masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan lebih

lanjut. Pada hari di mana T mengalami kecelakaan, waktu telah menunjukkan

pukul malam sehingga T meminta tolong seorang temannya, Mas Ari yang saat

itu bersama dengannya untuk menghubungi keluarga di rumah. Mas Ari pun

menghubungi ibu T untuk mengurusi administrasi sekaligus menjemput T

pulang. Namun ibu T enggan untuk menjemput T dengan dalih sudah malam.

Alhasil, T dibantu oleh teman dan bosnya untuk keluar dari rumah sakit

dan seluruh biaya administrasi juga dibayarkan oleh bos T. Kejadian ini

membuat T merasa bahwa dirinya tidak hanya diperlakukan tidak adil namun

juga T merasa bahwa tidak disayang oleh kedua orangtuanya.

c. Ruang gerak yang dibatasi dan kurang diperhatikan menjadi alasan

informan untuk mengakhiri hidupnya.

T merasa hidupnya hanya seperti ayam yang setiap hari hanya berada di

kandang dan diberi makan tanpa memiliki waktu untuk melakukan aktivitas di

luar. Saat itu juga T ingin sekali dibelikan motor agar bisa beraktivitas di luar

dan bertemu dengan relasinya di luar rumah, namun kedua orangtuanya tidak

memberikan ijin untuk keluar sekaligus tidak membelikan T motor. Hal itu

mengakibatkan T merasa penat hanya berada dalam “kurungan” dan membuat T

semakin ingin mengakhiri hidup.

d. Permintaan tidak dipenuhi.

Ketika melakukan tindakan bunuh diri, yang diinginkan T hanyalah bisa

pergi dari dunia ini agar tidak bisa melihat apa yang dimiliki oleh orang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

18

yang tidak ia miliki. T merasa tidak tahan dengan perlakuan pilih kasih

orangtuanya, hanya melihat permintaan saudara-saudaranya dikabulkan

membuat T semakin merasa tertekan. T semakin ingin mengakhiri hidupnya

karena merasa jika sudah mati, T tidak akan bisa melihat atau pun sekedar

mendengar perlakuan yang tidak adil lagi dari kedua orangtuanya.

e. Diremehkan orang lain karena difabel.

Seringkali T merasa sedih karena selain dari keluarganya, T juga

diremehkan oleh tetangga dan teman-temannya saat sekolah. Hal ini dikarenakan

keadaan fisik T yang tidak sama dengan orang lain. T sudah biasa mendapatkan

hinaan tersebut karena sudah ia dengar dari kecil. Hal tersebut menjadi alasan T

untuk segera ingin pergi meninggalkan rumahnya. T merasa dari keluarganya

saja meremehkan dirinya apalagi orang-orang di luar keluarganya.

f. Membuat sebuah perencanaan untuk bunuh diri.

Rasa sakit yang terus menerus dirasakan oleh T membuatnya mencapai

pada satu titik yaitu bunuh diri. Adapun satu hari pada saat subuh, T pergi

sendirian ke rel kereta api. Tujuan T saat itu hanya satu yaitu ingin menabrakkan

dirinya ke arah kereta yang melaju. Sebelumnya, T sudah melihat jadwal kereta

dahulu, T memilih kereta yang melaju dengan kecepatan tercepat dan melihat

jam berapa kereta tersebut akan melaju.

Setelah mendapatkan semua informasi, T bergegas pergi keluar rumah

dan bersiap untuk menabrakkan dirinya. Sebelum itu, T mengirim pesan kepada

Bosnya untuk berpamitan dahulu. Tidak lama kemudian, muncul balasan dari

Bos T yang mengatakan T jangan mati dulu karena barusan Bosnya membelikan

motor untuk T dan baru akan diantar ke rumah T keesokan harinya. Bos T juga

mengatakan bahwa T boleh mengendarai motornya itu dan mempergunakannya

untuk mencari penghasilan. Setelah membaca pesan tersebut, T mengurungkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

19

niatnya untuk bunuh diri karena ingin bergegas merasakan mengendarai motor

seperti yang sudah diinginkannya sedari lama.

g. Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri.

Sebelum melakukan tindakan bunuh diri, sempat terlintas pertanyaan

dalam benak T. Apakah jika dirinya benar-benar mati, akankah keluarganya

bersedih? Pertanyaan itu kemudian membuat T menimbang-nimbang

keputusannya untuk melakukan tindakan bunuh diri. T ingin melihat apakah

keluarganya akan merasa kehilangan atau tidak.

h. Pengalaman percobaan bunuh diri

T pernah beberapa kali mencoba untuk bunuh diri dan hasilnya selalu

gagal. Percoban pertama yang T lakukan adalah saat minum minuman keras

bersama beberapa temannya. Kala itu, T memasukkan obat nyamuk ke dalam

gelasnya dengan harapan hanya dirinyalah yang meminumnya. Namun, ternyata

beberapa temannya juga meminum dari gelas yang sama alhasil mereka semua

termasuk T dibawa lari ke rumah sakit. Saat di rumah sakit dan dalam keadaan

setengah sadar, T mendapatkan kabar bahwa dua dari temannya meninggal

diduga karena keracunan. Saat itu T bertanya-tanya mengapa bukan dirinya yang

meninggal, namun ada pikiran lain yang mengatakan bahwa berarti dirinya

masih diberi kesempatan hidup.

Percobaan T yang selanjutnya adalah saat T berusaha menabrakkan

dirinya ke kereta api dan akhirnya membatalkan niatnya karena T diberi motor

sekaligus pekerjaan oleh bosnya saat ini. Percobaan yang ketiga adalah ketika T

sedang membersihkan kamar mandi, T juga meminum obat pembersih kamar

mandi. Namun tindakan T diketahui oleh temannya yang merasa aneh karena

tidak ada suara dari dalam kamar mandi.

i. Pengalaman percobaan bunuh diri yang membuat sadar bahwa masih

diberi kesempatan hidup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

20

Setelah beberapa kali berusaha melakukan tindakan bunuh diri, T

merasa gusar karena selalu tidak pernah berhasil untuk mati. Kegusaran itu

membuat T kembali berpikir, mungkinkah dirinya masih diberi kesempatan

untuk hidup? Beberapa kali percobaan dan tidak mati membuat T akhirnya

berusaha untuk menghidupi hidupnya dengan lebih baik lagi dan membuat T

juga percaya bahwa masih diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan.

j. Sosok teman yang membuat informan memiliki kesempatan bekerja.

Melewati banyak peristiwa yang menyakitkan, membuat T memilih

pergi dari rumah dan mulai mengikuti kursus yang berada di luar kota. ketika T

sudah selesai mengikuti kursus, T memiliki seorang kenalan yang adalah

seorang pengurus Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia. Beliaulah yang

memperkenalkan T pada Bosnya saat ini. T merasa sangat beruntung dapat

bertemu dengan temannya itu, bagi T kalau tidak ada temannya itu maka T tidak

akan mendapatkan pekerjaan hingga sekarang.

k. Mampu mengambil hal positif dari pengalaman masa lalu.

Saat ini T mengatakan bahwa dirinya merasa beruntung karena

mengalami kegagalan dalam usaha mengakhiri hidupnya, karena sekarang T

merasa senang sudah memiliki banyak relasi di mana-mana. Namun, T tidak

pernah menyesal dengan pengalamannya dahulu saat dirinya melakukan

tindakan bunuh diri. Dahulu T memang ingin mengakhiri hidupnya, maka suatu

hal yang pernah ia tekadi tidak akan pernah ia sesali di kemudian hari.

l. Memiliki niat dan keinginan untuk menolong banyak orang.

T selalu ingin hidupnya berguna untuk orang lain. Sekarang ini pun,

ketika T sudah memiliki pekerjaan dan kebebasan yang ia inginkan, T

mempergunakannya untuk menolong banyak orang dan menambah relasi di luar

lingkup kehidupannya. T juga bisa memberikan uang untuk orangtuanya dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

21

juga membelikan keponakannya mainan. T senang karena saat ini dirinya sudah

bisa menolong banyak orang dengan apa yang dia miliki.

m. Menemukan hal positif di dalam hidup.

Sekarang ini, T sudah tidak memiliki niatan untuk mengakhiri

hidupnya. T merasa hidupnya sudah jauh lebih baik dengan mengenal beberapa

teman baru dan juga sudah tidak merasa “sumpek” dengan hidupnya. T sudah

memiliki mobilitas yang dia impikan dan T merasa bisa berguna bagi orang lain.

Semua hal itu sudah cukup untuk T dalam menjalani kehidupannya lebih lanjut

lagi.

n. Memiliki harapan akan masa depan.

T memiliki sebuah harapan sederhana. T ingin membantu lebih banyak

orang. Dibalik harapan kecilnya itu, tersirat harapan besar di dalamnya. T ingin

orang lain tau bahwa tidak selamanya individu yang berkebutuhan khusus itu

menyusahkan dan tidak bisa berguna bagi orang lain. T ingin menunjukkan

bahwa dirinya dengan segala keterbatasan yang ia miliki juga bisa berguna sama

seperti orang kebanyakan lainnya. T juga berharap untuk dirinya sendiri agar

bisa sukses sehingga bisa lebih banyak menolong orang lain dan untuk sekarang

ini, T akan “menyumbangkan” tenaganya bila ada yang membutuhkan bantuan

darinya.

o. Cara untuk menenangkan diri.

T bercerita dulu jika ingin menenangkan diri, T akan mengajak

beberapa temannya untuk berkumpul dan kemudian minum minuman keras. T

sadar bahwa hal yang ia lakukan dahulu adalah hal yang tidak baik dan juga

merusak fisiknya sendiri. Maka dari itu, jika sekarang T merasa memiliki hari

yang berat maka dirinya akan memilih untuk menyandarkan diri pada Sang

Pencipta. T menemukan kedamaian ketika sedang berdoa maka hal itu selalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

22

dilakukan T jika dirinya mengalami hari yang berat. T merasa dengan berdoa

bisa membuat emosinya.

p. Mampu berpikir secara jernih tentang masalah yang sedang dihadapi.

Saat ini, ketika memiliki masalah T sadar bahwa cara untuk dapat

memikirkan jalan keluar dari masalahnya pertama kali dirinya harus merasa

tenang terlebih dahulu. T sudah menemukan cara untuk membuat dirinya

menjadi lebih tenang. Saat sudah tenang T akan mampu berpikir lebih jernih

tentang apa yang sedang dialaminya dan sanggup untuk menimbang-nimbang

langkah yang akan ia ambil selanjutnya.

q. Lebih percaya diri karena sudah membuat suatu pencapaian.

Sampai saat ini T masih menjadi tukang ojek bersama dengan teman-

temannya yang lain di Komunitas Ojek Difabel (Ojek Difa). Menjadi tukang

ojek menjadi kegiatan sehari-hari T dan hal itu membuat T amat sangat bangga

pada dirinya. T merasa lebih percaya diri dengan dirinya yang sekarang karena

banyak orang di luar lingkaran kehidupannya yang juga mengetahui tentang

Ojek Difa bahkan beberapa dari mereka juga browsing tentang Ojek Difa. T

juga merasa senang berkat Ojek Difa dia pernah diwawancarai di salah satu

stasiun televisi dan merasa bahwa dirinya sangat beruntung belum tentu orang

lain bisa seberuntung dirinya. Bagi T semua yang telah ia lalui ini adalah sebuah

pencapaian yang berharga.

r. Keyakinan pada diri sendiri bahwa mampu menghadapi hidup.

Alasan T bergabung dengan Ojek Difa adalah T ingin merasa bisa

berguna bagi orang lain dan ingin menunjukkan bahwa meskipun T memiliki

kekurangan di fisiknya, dirinya mampu bekerja layaknya orang kebanyakan. T

sudah sering mendengar pendapat orang lain yang mengatakan bahwa dirinya

tidak bisa apa-apa dan hanya menyusahkan orang lain. T bukan pribadi yang

ingin menyusahkan orang lain, maka T berusaha untuk membuktikan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

23

dirinya juga pribadi yang berguna. T yakin akan kemampuan dirinya sendiri,

meskipun baginya saat ini ia baru memiliki tenaga saja untuk menolong.

Bergabung dengan Ojek Difa menjadi sebuah pencapaian bagi T karena

hal yang ia kerjakan berguna bagi orang lain. T senang ketika mengetahui

ternyata ada banyak orang yang membutuhkan dirinya, T juga senang ketika

dipercaya bisa melakukan suatu hal dan T juga berharap ke depannya semakin

banyak orang yang bisa mempercayai dirinya. Keyakinan yang dimiliki T bisa

dia capai dengan sekarang ini banyak-banyak membantu orang yang

membutuhkan pertolongannya.

s. Mampu melihat hidup sebagai anugerah.

Sekarang T merasa bahwa hidup adalah sebuah anugerah yang

diberikan oleh Tuhan pada dirinya. T mengaku bahwa dulunya, ia memandang

hidup sebagai suatu hal yang menyebalkan. T mulai bisa menerima kehidupan

yang dijalaninya. Ketika ada masalah maupun tidak ada masalah, bagi T

kehidupan harus terus berjalan, karena sejatinya kehidupan tidak bisa lepas dari

masalah tinggal bagaimana cara memandangnya saja.

2. Informan 2 (L, 19 tahun)

a. Pemikiran bahwa harus selalu terlihat baik di mata orang lain.

L dididik sedari kecil, bahwa orang lain akan menilai setiap apa yang

dilakukannya. Maka L sudah menanamkan pikiran, bahwa ia harus menuruti

perkataan orang lain karena didikan itu. Akan tetapi, hal tersebut membuat L

menjadi pribadi yang merendahkan dirinya sendiri. L memandang dirinya

sebagai orang yang tidak berguna jika tidak bersama orang lain. L juga merasa

harus selalu menyenangkan hati setiap orang yang sedang berada bersama

dirinya. Lebih baik perasaannya tersakiti dari pada ia harus menyakiti orang lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

24

itulah isi pikiran L. Maka, L akan berusaha menampilkan diri yang paling baik

di mata orang lain.

b. Pemikiran bunuh diri yang diawali dengan merasa diri tidak berguna.

Sedari kecil, L tidak pernah ada pemikiran untuk mengakhiri hidupnya.

L hanya terus berpikir bahwa dia adalah orang yang tidak berguna dan merasa

dirinya tidak pantas diberi kesempatan hidup karena ia tidak ada nilainya. L

selalu membandingkan dirinya dengan kedua adiknya yang ia anggap sangat

pintar melebihi dirinya. Seringkali L bertanya-tanya untuk apa dia menjadi

seorang kakak jika tidak bisa sehebat kedua adik kandungnya. Meskipun L tidak

memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidupnya, dengan terus memiliki pikiran

bahwa dirinya tidak berguna membuat L bertanya-tanya tentang apa gunanya ia

hidup dan apa gunanya ia menjadi seorang kakak.

c. Dimarahi dan dihukum orangtua menumbuhkan perasaan gagal dan ingin

mati.

Setiap L mendapatkan nilai yang dianggap jelek oleh Bapaknya, L

selalu dimarahi dan diberi hukuman. Namun ada satu kali kejadian yang

membuat L merasa sangat gagal menjadi anak. Kejadian itu terjadi ketika nilai

ulangan L keluar dan didapati Bapak L bahwa nilai L sangat jelek (bagi Bapak

L). L mengaku, bahwa masa-masa itu L memang sering bolos les karena merasa

jenuh dengan kegiatannya yang padat. L ingin bisa memiliki waktu luang untuk

bermain bersama binatang peliharaannya. Bapak L yang marah waktu itu

kemudian mengusir L sambil melemparinya barang-barang. Akibatnya L tidur di

luar selama beberapa hari. Hal itu membuat L merasa dirinya adalah sebuah

kegagalan karena Bapak L juga meneriakinya bahwa L adalah anak yang bodoh.

L merasa sangat sedih waktu itu dan mulai tumbuh sebuah pemikiran ingin

mengakhiri hidupnya.

d. Percobaan bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai dua.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

25

Setelah kejadian tidur di luar rumah, L tidak diajak berinteraksi oleh

kedua orangtuanya selama beberapa hari. L merasa sangat sedih dan merasa

tidak berguna karena hal tersebut sangat menyakitkan baginya. Kemudian, ada

satu hari di mana keluarga L makan di luar rumah namun hanya L yang tidak

diajak. Orangtua L sengaja menghukumnya dengan cara yang seperti itu.

Namun, hukuman itu membuat L semakin merasa diri tidak berguna dan selalu

terngiang-ngiang keinginan untuk pergi dari dunia ini.

Tanpa perencanaan dan pikir panjang lagi, L segera loncat keluar dari

jendela kamarnya. Kebetulan kamar L terletak di lantai dua rumah, sehingga

cukup tinggi untuk L melompat keluar. Tetapi, ketika L melompat keluar ia

tidak langsung jatuh ke bawah. Ada atap kecil yang membuat L tersangkut dan

jatuh menggelinding ke bawah. Akibatnya kaki L sebelah kanan patah tulang

dan L masih hidup.

e. Perasaan saat gagal mati dalam bunuh diri.

Saat L mengetahui bahwa dirinya belum meninggal setelah melompat

dari jendela, L merasa sangat hampa. L masih mengingat perasaannya saat itu.

Rasanya seperti perasaan sedih yang teramat kosong. Saat itu L merasa sudah

tidak bisa merasakan apa pun, entah itu marah atau pun sedih sudah tidak bisa ia

rasakan. L berpikir bahwa saat itu pun ia tetap tidak bisa menyalahkan orang

lain, L merasa ini semua tetaplah kesalahannya karena ia yang memilih

melakukan semua ini. Ketimbang sedih atau marah, L malah merasa menyesal

mengapa ia tidak sekalian mati saja malah harus menanggung luka yang

membekas di kaki kanannya.

f. Pengalaman dibully.

Sewaktu bersekolah, L pernah menjadi korban bullying. Bukan hanya

verbal namun juga fisik. Awal mulanya adalah saat sekolah dasar, L bercerita

bahwa dirinya sangat gemuk menyerupai bola maka teman-temannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

26

memanggilnya dengan julukan “ Liyu Megalodon” dari Hiu Megalodon yang

artinya hiu raksasa atau besar. Ditambah, L mengalami pubertas yang lebih

dahulu dibandingkan teman-temannya yang lain, maka L mendapatkan jerawat

lebih dahulu juga. Hal itu menyebabkan teman-temannya menjulukinya si totol

karena jerawatnya itu.

L yang tidak melawan sedikit pun diperlakukan seperti itu, membuat

semua temannya menjadi-jadi. Tidak lagi hinaan verbal, namun L pernah

didorong di tangga hingga jatuh dan terluka. Namun L masih tetap diam saja

karena ajaran orangtuanya dari kecil yang melarang L untuk bertindak macam-

macam dikarenakan orang lain memperhatikannya. L juga tidak melaporkan

kejadian ini pada guru atau pun orangtuanya karena L berpikir hal tersebut tidak

akan mengubah keadaannya.

g. Pengalaman percobaan bunuh diri saat SMA.

Pengalaman percobaan bunuh diri L tidak hanya sekali saja, sewaktu

SMA L pernah beberapa kali mencoba untuk mengakhiri hidupnya lagi. L

pernah masuk ke dalam suatu lingkaran pertemanan yang menurutnya tidak

sehat. Dalam lingkaran itu, L menjadi pihak yang inferior dan selalu disalahkan.

Pernah satu kali L dituduh melakukan suatu kesalahan yang itu bukan salah L.

Selain itu, L masih sering dihina karena tubuhnya yang gemuk. Hal ini membuat

L pernah selama beberapa hari tidak makan dan akhirnya jatuh sakit. L ingin

bisa mati pelan-pelan karena tidak makan. Namun akhirnya L sadar bahwa hal

tersebut bukan jalan yang terbaik maka L menghentikan aksi mogok makannya

itu.

Saat SMA L tinggal jauh dari orangtuanya, karena L memilih untuk

bersekolah di luar kota. Meskipun sudah tinggal jauh dari orangtua, L selalu

merasa bahwa dirinya masih selalu dikekang. Setiap kali orangtuanya selalu

menghubunginya sampai-sampai L merasa tidak memiliki waktu untuk dirinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

27

sendiri. Suatu kali sewaktu pulang sekolah L pernah ingin pergi ke suatu toko

buku, namun Mamanya menelponnya dan menceramahinya macam-macam

sehingga L membatalkan niatnya untuk ke toko buku. Waktu itu hujan sedang

turun, L yang membawa motor kemudian kembali teringat akan pikirannya

untuk hilang dari dunia. Hal itu spontan membuat L menarik gasnya dengan

kencang dan menabrak palang kereta api. Namun sekali lagi L tidak mati,

melainkan terluka.

h. Perubahan pandangan.

Setelah melakukan beberapa percobaan bunuh diri namun tidak

berhasil, L mulai memikirkan ulang sebenarnya apa yang di inginkannya. L

beranggapan bahwa apa yang diinginkannya hanyalah menjauh dari dunia yang

baginya jahat ini. L masih ingin melakukan banyak hal. L hanya ingin

menunjukkan kepada semua orang bahwa dirinya berani melakukan tindakan ini

dan juga ingin melihat kesedihan orang-orang yang ditinggalnya.

Setelah melakukan beberapa tindakan bunuh diri, L sadar bahwa ia

masih harus menjalani kehidupannya. L juga sadar bahwa setiap hidup pasti

penuh dengan cobaan dan banyak hal berat yang harus dilalui. L memutuskan

untuk mengubah cara pandangnya tentang hidup dan percaya akan ada rencana

indah untuk hidupnya.

i. Kemampuan menghadapi situasi sulit dan dapat mengekspresikan emosi

dengan lebih baik.

Sekarang ini L sudah menemukan cara untuk menenangkan dirinya

ketika dihadapkan dengan sebuah masalah yaitu dengan mendengarkan lagu.

Lagu yang akan didengarkan L adalah lagu dari grup idolanya. Saat mengalami

masalah, L selalu merasa sendirian dan hanya mendengarkan lagu dari grup

idolanya itu. Maka dari itu, sampai sekarang L menganggap idolanya itu adalah

penyelamat hidupnya. Bagi L dengan mendengarkan lagu tidak akan ada yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

28

menilai dirinya salah atau benar, dengan begitu L jadi bisa berpikir dengan lebih

jernih, lebih tenang sehingga mendapatkan cara untuk menyelesaikan

masalahnya.

Selain dengan mendengarkan lagu, L juga mampu mengungkapkan

perasaannya melalui kegiatan menggambar. Bagi L, menggambar adalah media

untuk dirinya bercerita. L adalah pribadi yang jarang dan bahkan hampir tidak

pernah menceritakan masalahnya pada orang lain. L lebih suka mengolah

masalahnya sendirian, dengan mendengarkan lagu dan menggambar cukup

membantu L dalam menenangkan diri dan mengolah emosinya ketika sedang

mendapatkan masalah.

j. Keyakinan bahwa akan memiliki masa depan yang lebih baik.

Beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri dan selalu gagal

membuat L berpikir bahwa dirinya akan memiliki sebuah kesempatan baik di

masa yang akan datang. L juga meyakini bahwa bunuh diri bukan satu-satunya

jalan keluar dari masalahnya, karena sekarang L sudah tau bagaimana cara

menghadapi dirinya sendiri ketika mendapatkan suatu masalah. Dengan

keyakinan yang baik akan masa depan, membuat L menjadi pribadi yang berani

mencoba banyak hal baru dan melakukan aktifitas baru yang belum pernah ia

kerjakan.

k. Mengoptimalkan kemampuan diri.

Saat ini, L sudah berkuliah di salah satu universias swasta. Kegiatan L

selain perkuliahan akademik adalah mengikuti beberapa klub dan kegiatan. L

pun mencoba bergabung dengan salah satu klub yang sama sekali jauh berbeda

dengan dirinya di masa lalu. L memiliki anggapan bahwa klub barunya ini

berdampak positif karena bisa menambah pengalaman, relasi serta bisa membuat

L berolahraga. L merasa dapat lebih mengembangkan dirinya ketika kuliah

karena memiliki banyak teman baru yang mau menerima dirinya dengan segala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

29

keadaannya. Kesempatan ini L manfaatkan sebaik-baiknya untuk menjaring

relasi yang lebih luas.

l. Kemampuan untuk mengendalikan cara pandang terhadap hidup.

Pengalaman percobaan bunuh diri sebenarnya membuat L merasa malu

pada dirinya. Bagaimana pun juga, siapa pun juga dan di mana pun juga setiap

kehidupan pasti ada cobaannya, begitu pikir L. Saat ini L lebih memilih untuk

menjalani kehidupannya dan masih berusaha untuk mengubah cara pandangnya

terhadap kehidupan. L memang mengaku bahwa malu dengan pengalaman

percobaan bunuh diri yang pernah ia lakukan, namun L sama sekali tidak

menyesalinya. Berkat pengalamannya itu, L mengetahui bahwa hidupnya belum

harus berakhir saat itu dan masih diberi kesempatan untuk memperbaiki

hidupnya.

m. Mampu mengidentifikasi masalah.

Setelah menemukan hal-hal apa yang bisa membuat dirinya tenang, L

menjadi mampu untuk mengidentifikasi masalah yang menimpa dirinya. Mulai

dari apa penyebab utama masalah tersebut, siapa yang salah atas kejadian ini dan

bagaimana langkah awal untuk menyelesaikan masalah ini. Tentunya untuk

dapat memikirkan sampai tahap ini, L perlu menenangkan dirinya terlebih

dahulu. L juga sudah bertekad untuk terus berusaha menjalani hidupnya dan

tidak akan melulu menyalahkan dirinya sendiri.

n. Keyakinan untuk sukses.

Bagi L hidup itu bagaikan sebuah kantong yang menampung dan juga

layaknya hukum tarik menarik pada fisika. Sebuah kantong yang akan

menampung segala perbuatan yang ia lakukan di dunia. Juga sebuah hukum tarik

menarik, yang ketika L berbuat kebaikan akan berbuah hasil yang baik pula.

Berangkat dari keyakinan tersebut membuat L berjanji pada dirinya sendiri akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

30

melakukan yang terbaik bagi hidupnya. L juga yakin dengan apa yang sudah ia

lakukan selama ini, dia akan menjadi sukses di kemudian hari.

3. Informan 3 (M)

a. Pengalaman perceraian orangtua.

Sewaktu M duduk dibangku SMP, ia mengalami kejadian luar biasa

yang mengubah seluruh hidupnya. Kejadian tersebut adalah perceraian kedua

orangtuanya. Hal tersebut berdampak banyak di kehidupan M. Perceraian ini

membuat M memiliki janji dalam dirinya tidak akan menikah suatu hari nanti. M

memiliki pemikiran bahwa janji suci saja bisa dirusak apalagi janji lainnya yang

hanya diucapkan. Semenjak itu M menjadi anak yang nakal dalam artian

membuat banyak masalah di sekolah dengan harapan jika kedua orangtuanya

dipanggil ke sekolah mereka akan kembali rujuk bersama. Namun harapan M

hanyalah sebuah harapan yang tidak akan terwujud karena Papa M sudah

memiliki keluarga baru.

b. Pemikiran bunuh diri.

Akibat beberapa peristiwa hidup yang tidak menyenangkan, membuat

M berpikir bahwa hidupnya amat sangat menyedihkan. Beberapa kali terlintas

pikiran untuk mengakhiri hidupnya. Ketika menghadapi suatu masalah M mudah

sekali memutuskan bahwa jalan keluar satu-satunya adalah ketika ia mati. Sama

halnya ketika M mendapatkan suatu kebahagiaan, ia akan berpikir bahwa

sebentar lagi ia akan merasa sedih lagi jadi M tidak ingin terlalu larut dalam

kebahagiaannya karena ia merasa itu hanya tipuan.

Hari-hari yang M lalui hanya berputar pada keinginannya untuk mati.

Setiap pagi jika ia masih terbangun, maka M akan mengeluh mengapa masih

diberi kesempatan untuk hidup. Ketika melihat benda tajam, M akan

memvisualisasikan dalam pikirannya bagaimana jika benda itu melukai dirinya

hingga berdarah. Namun semua itu hanya sebatas bayangan M saja, karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

31

waktu itu M masih duduk di bangku SMP dan belum memiliki keberanian untuk

merasakan rasa sakit akibat terluka.

c. Pengalaman dilecehkan dan tidak memiliki teman.

Selain Mama Papanya yang bercerai, M memiliki pengalaman

menyedihkan lainnya saat SMP. M pernah dilecehkan oleh mantan pacarnya.

Kejadiannya adalah M dicium paksa oleh mantan pacarnya itu namun yang

diberi hukuman hanya dirinya, sedangkan mantan pacarnya bebas dari hukuman.

M dituduh sebagai perempuan murahan dan nakal, selain itu ada pihak guru

yang menyebarkan kabar burung kurang mengenakkan mengenai dirinya dan

cerita yang menimpanya.

Sewaktu dicium paksa, M hanya bisa diam saja karena begitu kaget.

Semenjak saat itu keanggotaan OSISnya dicabut dan M tidak diperkenankan

mengikuti seluruh kegiatan non akademik di sekolah selama satu tahun. Selain

dihukum, M juga dijauhi oleh teman-temannya sehingga M selalu sendirian

selama beberapa minggu di sekolah namun M merasa tidak ada gunanya

membolos. Bagi M mau membolos atau tidak masalah yang ada akan tetap ada.

d. Dibully oleh kakak kelas sehingga mencari teman dari sekolah lain.

M yang awalnya baik-baik saja dengan kesendiriannya saat di sekolah,

mulai merasa terusik ketika beberapa kakak kelasnya menganggunya. Mereka

sering meledek M dan juga pernah melabrak M saat M sedang ke kantin. Waktu

itu, M hanya bisa menangis sedih karena tidak tahu harus berbuat apa. M

bingung sebenarnya apa kerugian yang mereka dapatkan dari kejadian yang

menimpa diri M. M juga tidak berani balas melawan karena kakak kelas yang

melabraknya ada beberapa orang sedangkan M sendirian. Akibat kejadian

tersebut, M memutuskan untuk kembali mencari teman namun teman dari

sekolah lain, dengan harapan teman-temannya itu akan membantu M untuk

membalaskan dendamnya pada kakak-kakak kelasnya itu. M merasa sakit hati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

32

karena kakak-kakak kelasnya itu tidak tahu kejadian yang sebenarnya dan hanya

bisa menyalahkan M.

e. Pengalaman hamil di luar nikah menyebabkan pemikiran bunuh diri.

Waktu kian berlalu dan masa-masa SMP serta SMA bisa dilalui oleh M.

Masa SMA bagi M hanya sebuah masa-masa sekolah pada umumnya, tidak ada

kejadian besar yang menimpanya yang membuat dirinya merasa sangat sedih

ataupun sangat senang. M mengaku dirinya bukan siswa yang bodoh dalam hal

pelajaran, meskipun tidak bisa dibilang juga sebagai siswa yang pintar. Masa

SMA dilalui dengan M yang makin sering merokok, keluar malam dan juga

berpacaran. M mengaku mulai memiliki hubungan tidak sehat seperti sex bebas

pada saat dirinya masih di SMA.

Hal tersebut masih terbawa ketika M memasuki bangku perkuliahan.

Memasuki dunia perkuliahan, M memiliki seorang pacar dan melakukan

hubungan badan dengan pacarnya. Tanpa disadari oleh M, dirinya kemudian

mengandung. Malangnya M mengandung ketika dirinya sudah memutuskan

untuk berpisah dari pacarnya. Setelah mengetahui bahwa dirinya hamil M sangat

kebingungan dan sedih. Rasa sedih yang sampai tidak bisa ia ungkapkan dengan

kata-kata, seluruh tubuhnya hanya bisa bergetar dan pandangannya gelap. Satu

hal yang M pikirkan hanyalah mengapa hidup tidak pernah memberikan

kebahagiaan padanya dan M berpikir ingin mati saja.

f. Pemikiran bunuh diri karena menggugurkan kandungan.

Bulan November, akhirnya M memutuskan untuk menggugurkan

kandungannya. Hal tersebut dipicu dengan sikap pacar M yang awalnya mau

bertanggung jawab kemudian menghilang tidak ada kabar sama sekali. M yang

tidak berani bercerita pada keluarganya pun akhirnya hanya bisa menanggung

sendirian dan juga mengupayakan segalanya sendirian. M menggugurkan

kandungannya di kos ditemani oleh teman kosnya dan dengan menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

33

obat. M merasakan sedih dan sakit yang luar biasa saat melakukan proses

pengguguran. M merasa bahwa dirinya telah menjadi seorang pembunuh. Hal

tersebut membuat M merasa ketakutan dan sedih sehingga berpikir ingin

mengakhiri hidupnya sendiri. M berpikir bahwa tidak akan ada orang lain yang

sedih dan dirugikan jika dirinya mengakhiri hidupnya sekarang. Pemikiran ingin

mengakhiri hidup terngiang-ngiang di dalam pikiran M sampai beberapa waktu

yang cukup lama.

g. Percobaan bunuh diri.

Pemikiran M untuk mengakhiri hidup tidak berhenti dalam benaknya

namun diwujud nyatakan dalam hidupnya. Awalnya M hanya sering

membentur-benturkan kepalanya di dinding kamar kosnya kemudian M menjadi

sering menyayat-nyayat tubuhnya dengan pisau atau gunting atau benda tajam

lainnya. Saat-saat itu M mengurung dirinya dari dunia luar, ia hanya di kos dan

diurus oleh teman kosnya. Pernah juga M meminum obat-obatan sembarang dan

berakibat M memuntahkan seluruh isi perutnya. M juga pernah mempersiapkan

untuk gantung diri namun hal tersebut ia batalkan karena teman kosnya

menemaninya di kamar seharian. Namun ada satu malam, ketika M tak kuasa

menahan perasaan sedihnya, M nekat menggambil pisau dan menusuk dirinya.

Saat itu M sudah hampir kehilangan kesadaran dan sudah merasa lemas di

seluruh tubuhnya kemudian teman kosnya masuk. Teman kosnya masuk kamar

M karena ingin mengantar laundry an milik M. Melihat M yang sudah berdarah-

darah temannya itu kemudian menangis dan memeluk M sembari menelpon

teman yang lain agar bisa menjemput mereka. Selagi menunggu jemputan,

teman M menutup luka-luka M dengan perban dan membersihkan badan M.

Setelah dijemput M dilarikan ke rumah sakit terdekat dan di rawat beberapa hari

karena M juga kekurangan cairan.

h. Hukuman untuk diri sendiri yang menjadi berkah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

34

M merasa akan selamanya merasakan rasa bersalah pada bayinya

seumur hidup. Hal itu awalnya yang menjadi dasar keinginan M untuk

mengakhiri hidupnya, karena M berpikir itu adalah hukuman yang tepat

untuknya. Namun setelah melalui hari-harinya di rumah sakit, M merasa bahwa

mengakhiri hidup bukanlah hukuman yang tepat untuk dirinya. Dengan

melanjutkan hidup dan memperbaiki segalanya itu dirasa menjadi hukuman

yang tepat untuk dirinya. Awalnya, M ingin kembali menjalani hidup dengan

dasar untuk menghukum dirinya sendiri, namun lama-kelamaan M sadar bahwa

memperbaiki hidupnya bukanlah sebuah hukuman melainkan kesempatan yang

harus ia jalani dengan baik.

i. Keluar dari zona lama.

Setelah mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan, M kembali

menjalani aktivitasnya seperti menyelesaikan skripsinya. Selain itu, M juga

mulai mendaftar kerja part time di sebuah kafe untuk mengisi waktu luang dan

menambah pengalaman serta relasinya. M juga mengikuti kegiatan volunteer

yang sebelumnya ia tidak pernah mencoba untuk mengikuti kegiatan berbau

voluntering. M ingin bisa bermanfaat bagi orang lain dan M juga ingin dapat

meningkatkan kemampuannya selagi ia memiliki waktu. M merasa bahwa dulu

ia terlalu membuang-buang waktunya dan kini saatnya M mengisi waktunya

untuk hal-hal yang berguna baginya. M juga mulai mengurangi merokok, M

merasa bahwa lebih baik uangnya ia simpan untuk keperluannya di depan.

j. Yakin dengan kemampuan diri.

Sekarang M merasa lebih percaya dengan dirinya sendiri. Percaya

bahwa dirinya bisa mencapai segala harapan dan dapat mewujudkan semua hal

yang ia inginkan. M merasa bahwa dirinya yang dulu sekarat dan sekarang bisa

bangkit lagi adalah bukti bahwa ke depannya M sanggup melewati banyak

tantangan dalam hidup. Selain itu M sudah membuktikan satu harapannya yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

35

lulus kuliah. Dengan begitu, M semakin yakin bahwa ke depannya dapat

kembali mewujudkan harapan-harapannya yang lain.

k. Kemampuan mengelola emosi negatif.

M mulai memiliki harapan dalam hidup. Harapan itu yang membuat M

berusaha untuk terus bertahan hidup hingga sekarang. M masih selalu terpikir

dengan pengalaman menggugurkan bayinya, namun sekarang M bukanlah orang

yang akan langsung semata-mata menyalahkan dirinya jika keadaan memburuk.

M akan lebih memilih untuk memikirkannya baik-baik. Bagi M memikirkan

masalah dengan tenang akan membantu mengurangi beban pikirannya.

l. Cara untuk mengendalikan emosi.

Saat tidak memiliki hal yang bisa dikerjakan dapat mengembalikan

pikiran M kembali ke saat proses dirinya menggugurkan. Hal itu diminimalisir

M dengan mencari kegiatan-kegiatan ringan yang mempu membuatnya tetap

pada kesadarannya. M menemukan bahwa merajut dan mendengarkan lagu

Korea bisa membuatnya untuk tetap berada dalam kesadarannya. Menikmati

proses merajut dapat membuatnya berkonsentrasi pada rajutannya, sedangkan

mendengarkan lagu Korea membuat M merasa dirinya dipeluk oleh idolanya.

m. Mampu mengurai masalah yang ada.

Sekarang ketika masalah datang, M akan memilih untuk menenangkan

dirinya terlebih dahulu. Cara M untuk menenangkan dirinya adalah dengan

mendengarkan lagu namun terkadang M hanya perlu diam sejenak dan

melupakan sejenak masalah yang terjadi. Bukan melupakan yang berarti

meninggalkan, namun melupakan sejenak agar M tidak terpancing emosi sedih.

Ketika sudah bisa mengatur pikirannya, kemudian M akan kembali memikirkan

mengapa masalah itu bisa terjadi setelah itu M akan berpikir apakah dirinya

terlibat atau tidak dan terakhir M akan memikirkan solusi dari permasalahan

yang sedang ia hadapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

36

n. Memiliki harapan di masa mendatang.

Bagi M, hidup adalah rangkaian harapan yang bisa dan harus ia

wujudnyatakan. Semua emosi yang M rasakan itu asalnya dari harapan yang ia

taruh di dirinya maupun yang ia taruh di orang lain. M yakin bahwa dirinya bisa

mewujudkan harapannya satu per satu. Cara untuk mewujudkan harapan

menurut M adalah terus menjalani kehidupan.

D. Analisis Data

Setelah memaparkan hasil penelitian dari masing-masing informan, pada bagian ini

peneliti akan memaparkan unit-unit yang memiliki makna psikologis dari keseluruhan

informan. Jika menemukan adanya unit-unit makna yang tidak memiliki makna psikologis,

maka hal ini akan diabaikan dalam bagian ini. Unit-unit psikologis yang muncul

merefleksikan pertanyaan dari penelitian ini, yaitu bagaimana resiliensi pada penyintas bunuh

diri. Untuk lebih detailnya, unit-unit psikologis akan dipaparkan sebagai berikut:

a. Negative life events

Beragam kejadian dialami ketiga informan dalam hidupnya. Tidak jarang, kejadian

yang tidak diinginkan pun hadir menyapa. Bahkan beberapa kejadian menyakitkan

pun masih melekat kuat dalam pikiran ketiga informan dan kejadian-kejadian itu dapat

menjadi pemicu pikiran-pikiran buruk lainnya muncul. Beberapa pengalaman dialami

oleh ketiga informan di dalam kehidupan bersama dengan keluarga mereka.

“sebenernya dari keluarga saya sendiri saya di kurang perhatian

gak pernah dikasih mobilitas dan dibeda-bedain tu Mbak. Dalam

artian kakak saya dibelikan ini adek saya dibelikan motor saya

cuma suruh tunggu rumah” (T, 22-26)

“Bapak itu bilang orang ngomong apa saya ikuti jangan mbantah

karena orang itu ngeliat saya, bukan saya yang liat jadi kayak hmm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

37

mungkin kayak gitu ya mindsetnya dari kecil kebawa jadi ya gitu.”

(L, 73-75)

“Eee meskipun aku gak deket sama mereka, perpisahan mereka

tetep bikin aku sedih, karena keluarga aku udah ga utuh dan

gimana ya eee tau kalau mereka sudah gak serumah itu rasanya

menyakitkan sih” (M, 40-43)

Kejadian-kejadian buruk nan menyakitkan yang dialami ketiga informan dalam

keluarga, melahirkan suatu pemikiran baru tentang mereka masing-masing. Selain itu,

perlakuan orangtua memberikan dampak bagi T dan L. T mempertanyakan apakah

orangtuanya menyayangi dirinya atau tidak, karena dibandingkan dengan orang lain T

merasa orangtuanya tidak sayang pada dirinya karena ia memiliki kondisi fisik yang

berbeda dari orang lain. Sedangkan, L tumbuh menjadi pribadi yang kurang mencintai

dirinya sendiri dikarenakan sebuah nasihat dari ayahnya yang mengatakan bahwa L

harus menuruti perkataan orang lain dan itu membuat L menjadi lebih memerhatikan

perasaan orang lain ketimbang dengan perasaannya sendiri.

“kenapa orang tua saya gak peduli kan gitu to sedangkan orang

lain sing baru kenal ini baru kenal lo gak sedarah lo eee maksud e

apa gak sayang sama saya ya, apa eee karna ya saya gini cacat

tapi ya mereka orangtua saya” (T, 114-118)

“Kalau ehm apa ya aku kalau orang lain ngomong aku lebih

memikirkan perkataan orang lain dari pada diriku sendiri, yah I

dont care aku gak peduli apa ya bahasa kasarnya aku gak pedulilah

sama diriku yang penting orang lain senang.” (L, 62-66)

Berbeda dengan M yang memiliki kisah negatif akan perpisahan orangtuanya.

Perpisahan orangtua M sangat menyakitkan baginya, hal tersebut berpengaruh pada

dirinya. M menjadi pribadi yang sulit percaya pada orang lain dan sulit menjalin

hubungan dengan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

38

“waktu Papa Mama pisah tuh ya kayak aduh sedih hmm aku habis

itu kayak janji sih aku gak mau menikah eee karena itu sih aku jadi

sulit percaya sama hubungan dan sama orang lain sih gimana ya

ternyata orang yang sudah diikat sama janji suci aja bisa pisah kok

ya pemikiranku sih.” (M, 28-31)

Selain memiliki pengalaman menyakitkan dalam keluarga, ketiga informan juga

memiliki pengalaman menyakitkan di lingkungan sekitar mereka. Seperti pengalaman

dibully karena kekurangan yang mereka miliki, diremehkan orang lain, tidak memiliki

teman hingga pernah menjadi korban pelecehan.

“tetangga eee temen-temen di sekolah dulu juga mbak mikir saya

gak bisa ee sehingga saya bingung” (T, 26-28)

“beberapa kali itu apa namanya melakukan kekerasan fisik gitu

kayak ndorong dari tangga ngelemparin Aku barang gitu tapi ya

gak pernah sampai luka ehm jatuh pernah luka tapi gak pernah

ngasih tau orang sih karena ya, Aku gak mau ngasih tau karena ya

ngapain, gak ada guna sih pasti” (L, 283-287)

“aku pernah dilecehkan sama dulu sih dia pacarku, dan tau gak eee

itu yang dihukum aku doang. Aku gak boleh ikut semua kegiatan

selama setahun bayangin, dan ya si cowok itu bebas” (M, 70-72);

“mereka eee gatau masalah sebenernya terus ikut main labrak aja.

Kayak aduh eee bukan urusanmu koe ki sopo. Tapi waktu dulu aku

ya cuma nangis eee nangis sendirian juga ya mereka berbanyak

terus ngata-ngatain aku ya eee jahat sih terus pake bilang ya pantes

ortunya cerai hahaha itu kuinget banget sih jahat banget deh itu ya.

Kek gimana ya eee kenapa gitu yang kena masalah gue kok lu

ambil pusing? Ngerugiin idup lu juga kagak kok lu ikutan

ngehakimin gue” (M, 107-113)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

39

b. Motivasi bunuh diri

Motivasi bunuh diri kebanyakan berasal dari keinginan seseorang untuk lari dari rasa

sakit yang ia rasakan. Begitu pula dengan apa yang diinginkan oleh ketiga informan. T

berkeinginan melakukan bunuh diri agar dirinya tidak bisa melihat perlakuan tidak

adil yang dilakukan keluarganya pada dirinya.

“La nek tekanan, tekanan keluarga tekanan lingkungan lama-lama

gak betah yo mbak, punya sodara tapi si A si B si C dikasih, ketika

saya minta motor harga satu juta limaratus, gak dikasih saya gak

dibelikan terus adik saya minta belikan motor satria langsung

dibelikan yo mbak e mungkin nek merasakan itu yo wes lah nek

ngene ki mending ra ruh sisan gitu to mbak nek saya pergi dari

rumah tapi kan masih denger adimu bar dibelikan motor masih

denger to mbak tapi kan nek udah meninggal dah gak denger

selamanya.” (T, 233-243)

L mengaku hal yang membuatnya berani melakukan percobaan bunuh diri adalah saat

dirinya mendapat nilai jelek yang kemudian membuatnya berpikir bahwa orangtuanya

menganggapnya sebagai sebuah kegagalan. Hal tersebut dipicu oleh sikap kedua

orangtuanya yang tidak berbicara dengan L dan menyuruh L tidur di luar serta L tidak

diajak pergi pada saat mereka sekeluarga pergi makan di luar.

“Aku nilainya jelek terus jadi kayak apa ya, pandangannya ngeliat

Aku jadi kayak gagal hehehe. Ya mungkin itu kan hanya perasaan.

Aku juga gak tau pemikiran Bapak waktu itu apa, apa yang Bapak

pikirkan juga ndak tau, Aku menyimpulkan bahwa Bapak merasa

Aku itu gagal, eee ya karena Bapak sampai segitu marahnya gitu

Aku akhirnya kan ngambil kesimpulan bahwa aku udah bener gagal

ditambah lagi Bapak gak ngomong sama Aku 2 hari, Mama juga

sama” (L, 198-205);

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

40

“Aku gak papa, tapi yang gak bisa Aku tahan itu ya orangtua masih

gak mau ngomong sama Aku, ehm itu kan agak memperparah

perasan gitu jadi kayak awalnya sih mikir dulu hehehe kayak ada

ehm ada perkataan yah bodoh gak berguna gitu-gitu. Terus lama-

lama yaudah mati aja kayak gitu” (L, 214-218)

Hal yang membuat M memiliki dorongan untuk mengakhiri hidupnya adalah setelah ia

berhasil menggugurkan kandungannya. Saat itu, M merasa dirinya sudah menjadi

seorang pembunuh, ditambah lagi pemikiran bahwa tidak akan ada yang sedih ketika

ia meninggal memperkuat keinginan dalam dirinya untuk mengakhiri hidupnya. Selain

itu, M merasa bahwa dengan mati ia sudah menghukum dirinya yang telah membunuh

anaknya sendiri.

“Hancur banget aku eee ga ngerti lagi itu berat banget kayak apa

ya gatau deh eee ya aku pembunuh anak aku sendiri. Hancur

banget itu aku, kayak gimana ya wah udah jadi seorang pembunuh.

Itu sih yang bikin aku bener-bener ingin mati aja aku. Semua

kejadian yang dulu-dulu juga kayak meloncat keluar lagi kayak apa

ya ehm ditambah ini aku semakin merasa aku gak guna banget.

Waktu itu juga mikir sih, sebenernya kalo aku mati gak ada yang

sedih juga kayaknya.” (M, 191-197)

c. Perkembangan motivasi bunuh diri menjadi perilaku bunuh diri

Jika seorang individu akhirnya memutuskan untuk melakukan tindakan bunuh diri, itu

artinya individu tersebut telah kehilangan harapan untuk penyelesaian masalah-

masalah mereka dan merasa tidak ada jalan keluar selain mengakhiri hidupnya. Dalam

hal ini, ketiga informan telah melakukan suicide attempt yang berarti mereka

melakukan percobaan bunuh diri namun tidak sampai menyebabkan kematian. Baik T,

L maupun M ketiganya tidak hanya melakukan percobaan bunuh diri satu kali, namun

mereka melakukan beberapa kali percobaan bunuh diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

41

“saya melakukan percobaan bunuh diri, ha kan sebelum kan

Mbaknya nek mau beli tiket kereta api tu kan lihat jadwal. Saya

mau bunuh diri pun lihat jadwal. Kereta mana yang paling tercepat

dan jam berapa ha kan gitu to biasanya setengah satu jam 1 jam

setengah 2 hoo segitu jam setengah 3 hoo to” (T, 128-133);

“Saya itu temen saya pada mabuk, punya saya tak campur baygon

tak campur autan, nah kan abis itu nah saya kan namanya juga

orang mabuk to mbak jadi pada minum tapi gak tau nek temen saya

tu pada minum to maksud e yang saya racik kan pengennya tak

minum sendiri haa berempat itu yang selamet itu eeh yang berlima

itu cuma dua og mbak sama saya yang tiga meninggal.” (T, 167-

175);

“Iki tukokke wipol ra ono suworo. Ya di dobrak itu, itu dah tapi

belum masuk tenggorokan sih mbak belum masuk dalem, terus

sama temen saya itu dicarikan kelapa muda to itu. terus dibawa ke

rumah sakit dikira mati meneh” (T, 209-213)

“Ndak mikir kanan-kiri. Tetapi tapi ada atap di bawah dekat pas

dibawah jendela, Aku jatuhnya ke situ yang patah hanya kaki,

syukurlah. Nah Aku jatuh. Apa ya, jatuhnya kayak kaki dulu. Terus

baru gelinding ke bawah. Terus Aku nangis, ada tetangga. Yah

patah kaki hanya kaki kanan.” (L, 220-224);

“pas jatuh itu kayak sadar oh Aku masih idup. Ada rasa sedihnya

ya apa ya mungkin pas jalan ke rumah sakit itu kaki udah di gips.

Mungkin selama beberapa hari perasaan Aku sedih karena gak

mati hahaha Aku udah capek banget hidup.” (L, 227-231);

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

42

“Mencoba untuk bunuh diri ada, berapa kali ya. Kalau self harm

sih banyak. Kalau bunuh diri kemungkinan ya 3 kali. Yang pertama

kan tadi yang loncat. Terus kalau yang kedua, yang dua ini gak

terlalu itu deh separah yang loncat. Yang kedua mungkin ndak

makan tapi sengaja biar pelan-pelan mati hehehe sengaja kan apa

namanya tu, mungkin karena itu juga pas itu sih orang mulai

manggil Aku gemuk, itu SMP.” (L, 295-301);

“Jadi ya pas itu Aku mau menyebrang, tapi ehm keretanya itu

masih apa namanya melaju itu kan ya Aku nyebrang tapi syukurnya

gak kena dan ya seperti dulu hanya luka hahaha sekarang

bilangnya syukurnya, dulu sih sayangnya kok gak kena hahaha ya

soalnya ndak ada palang, dan itu pas ya gak sepi juga ada

beberapa gitu, kayak mungkin ehm yang mistis itu ada memanggil

hahaha jadi Aku ngelaju biar kena kereta gitu dalam pikiran Aku

sih semoga kena, tapi ya ndak.” (L, 319-326)

“selfharm tiap malem aku gak bisa tidur aku cuma diem aja, aku

dah sampe ga bisa nangis pas itu rasanya sesak banget aku cuma

jeduk-jedukin kepalaku di tembok sambil pegang pisau tapi gak aku

tusuk ya cuma sayat-sayat gitu, terus eee pernah aku minum obat

gatau udahan ya itu obat apa aku minum aja eee banyak terus

sampe muntah lemes tapi kok gak mati bingung juga sih” (M, 210-

215);

“Sampai ada satu malam, aku juga kayak setengah sadar sih

rasanya ya hmm aku pegang pisau terus aku ehm pokoknya

tanganku sudah berdarah banyak banget itu kayaknya subuh deh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

43

Yang aku pikirin saat itu cuma satu, oke akhirnya aku bakal pergi

beneran.” (M, 215-218)

d. Titik balik

Sebuah peristiwa penting bisa membuat seorang individu menjauhi keinginannya

untuk bunuh diri, peristiwa itu kemudian dinamakan sebuah titik balik. Peristiwa

penting yang dimaksud biasanya dengan membuka diri kembali untuk menjalin

hubungan dengan orang lain dan bisa juga perubahan suasana tempat. Bagi T, titik

balik dalam hidupnya ialah ketika dirinya mengalami beberapa kali percobaan bunuh

diri dan selalu gagal. Entah karena ada orang lain yang tiba-tiba menghentikannya atau

juga karena proses refleksi yang terjadi dalam diri T.

“saya gak bisa layat to, habis itu yo saya mikir berarti saya udah

ee masih diberi kesempatan untuk hidup berarti saya ee harus

melakukan yang lebih baik.” (T, 180-183);

“Hooh wipol tapi gak mati mbak. Malah ketauan temen kui mbak,

la wes minum wipol malah gak mati pie iki hahaha dulu sih mikir e

gitu, malu je mbak malahan nek gitu yawes beberapa kali nyoba

mati gak mati-mati, jadi kan eee saya kepikiran e apa iya ya masih

diberi kesempatan hidup, eee lagian ya ada teman juga” (T, 190-

196);

“Jadi temen-temen saya tu lebih ibaratnya lebih waspada.” (T,

208-209)

L mempunyai proses refleksi dalam dirinya sehingga hal tersebut sedikit demi sedikit

mengubah pandangannya mengenai bunuh diri dan keinginannya untuk mati. Titik

balik yang dialami L adalah ketika dirinya memutuskan untuk mengubah cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

44

pandangnya dan berusaha untuk tetap menjalani kehidupan dengan berpegang pada

harapan bahwa suatu saat hidupnya akan menjadi lebih baik.

“Pandanganku udah berubah. Sekarang kalau ditanya kenapa dulu

mau bunuh diri ya pasti karena ingin agar eee Mama Bapak tu tau

kalau ini lo ada aku. Yah Tuhan memang punya rencana lain.

Ternyata meskipun aku malas ke gereja, Tuhan punya rencana lain

di hidupku, itu pikiran yang selalu datang ketika aku selalu gagal

untuk bunuh diri dan secara tidak sadar eee pikiranku itu yang

membekas ehm yang apa ya eee pikiran itu jadi yang mengubahku

sedikit-sedikit sih. Iya sepertinya memang Tuhan punya rencana

indah atas hidupku” (L, 350-358)

Bagi M, teman kosnya memiliki andil besar dalam perubahan positif yang ia alami. M

merasa sangat menyayangi temannya itu karena temannya sangat menjaga dan

mengurus M sehingga M bisa kembali berbaur dengan kehidupan di luar dirinya

sendiri. M juga mengalami proses refleksi dalam dirinya yang membuat dirinya sadar

bahwa banyak hal yang harus M perbaiki sebelum akhirnya ia mati.

“aku harus menghadapi hidupku gitu, aku ya eee memperbaikinya

harus. Aku dibantu banget sih sama temen kosku itu, dia itu ya dia

tu dah kayak penyelamatku lah bener-bener deh aku sayang sama

dia. Udah kayak kakak cewekku gitu eee dia baik banget nemenin

aku mastiin aku baik-baik aja dan dia juga mau tetep temenan sama

aku. Setelah keluar dari rumah sakit waktu itu juga aku gak

langsung berani eee apa ya tampil eee membaur lagi aku butuh

waktu ya si temen kosku itu yang nemenin beneran pelan-pelan

gitu.” (M, 234-240);

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

45

“Aku gak tau dapet pikiran itu dari mana eee pas di rumah sakir

sih itu kepikirannya kayak eee aku yang lama terus di rumah sakit

eee kayak membentuk aku yang baru hehehe tapi itu jadi kayak

motivasi eee sebuah apa ya keinginanku untuk hidup lagi eee untuk

kembali menjalani hidup dan ya aku gak menyesal sudah memilih

untuk menjalani hidup hehehe aku sudah sejauh ini dan ternyata

aku bisa gitu kembali menjalani hidup, dan eee bukan sebagai

hukuman lagi melainkan sebagai kesempatan agar ia bisa

memperbaiki kesalahan yang pernah ia lakukan sebelumnya” (M,

245-252)

e. Resiliensi

Seorang individu pasti akan mengalami kejadian-kejadian dalam seumur hidupnya.

Kejadian-kejadian tersebut akan dievaluasi, dicerna, diberi makna, diingat kemudian

direspon oleh individu itu. evaluasi terhadap kejadian yang dialami adalah hasil

interpretasi individu terhadap kejadian dengan informasi akan konteks kejadian

tersebut. Respon individu dapat tercipta karena didasari oleh hasil dari evaluasi sebuah

kejadin dan makna yang individu masukkan terhadap kejadian itu. Dalam hal ini,

resiliensi akan membantu seorang individu dalam menginterpretasikan kejadian

tersebut sehingga mampu memunculkan suatu hasil evaluasi dan makna pada kejadian

tersebut. Seorang individu yang memiliki resiliensi tentunya memiliki beberapa aspek

resiliensi di dalam dirinya. Hal ini yang dapat dilihat dari ketiga informan.

Regulasi emosi

Salah satu aspek resiliensi adalah seorang individu mampu untuk mengendalikan

emosi, atensi, dan perilakunya serta dapat mengekspresikannya secara tepat, ini

disebut sebagai regulasi emosi. Regulasi emosi dapat dicapai dengan cara

menenangkan dirinya bisa dengan berdoa kepada Tuhan, mendengarkan musik dan

bisa juga dengan melakukan suatu kegiatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

46

“Oh ini mbak, saya dulu nek ada masalah ketika itu larinya mesti

mabuk mbak hooh, mesti mabuk. Tapi ketika nek pas rodo eling itu

ya mesti shalat gitu mbak itu, jadi mendekatkan pada Yang Maha

Kuasa. Nek curhat sama temen-temen, paling dijak OrangTua

hahaha. Dijak mabuk, dijak mabuk gitu tapi ketika tak coba ah tak

curhat ning sing nduweni urip gitu. Rasanya ini mbak, ayem saya

merasakan maksud e merasakan tenang gitu lo mbak” (T, 343-351)

“ada satu grup hahaha ada satu grup apa ya mungkin mereka kan

juga melakukan beberapa hal yang berat gitu kan jadi kayak Aku

merasa oh mereka juga ngomong kalau dunia ini memang indah

bagus kita jalani aja, ada hal-hal yang lebih indah dari pada hal-

hal yang buruk, lebih banyak kalau kita gali-gali aja itu hanya

permukaan, tapi bawahnya mesti lebih indah tanda kutip mereka.

Apa ya mungkin karena dari situ Aku lebih mikir, apa ya Aku coba

jalani. Yah itu adalah grup band yang Aku sukai. Yah bukan orang

secara langsung” (L, 363-371);

“aku mulai menggambar lagi eee ini kalau lagi punya tenaga ya

kak, ya biasanya ndengerin lagu itu tapi sebenernya aku suka

menggambar aku dengan menggambar bisa memikirkan

masalahku. Aku jarang sekali cerita ke orang kan kak, jadi aku

suka apa ya memikirkan sendiri, aku dengar lagu terus aku kadang

juga ehm menggambar itu sih kak bikin aku bisa berpikir ya gitu

pokoknya kak. Tapi sebenarnya aku masih sering apa ya kalau tiba-

tiba ada masalah masih suka tidak tenang, kadang langsung nangis

yang benar-benar nangis dan aku jadi seringnya tidur, nah sehabis

itu aku baru bisa apa memikirkannya.” (L, 434-443)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

47

“Biar ga gabut juga, seneng juga sih ngerajut apalagi tas ginian

lucu aja gitu ya aku menikmati ehm proses merajutnya bikin

gimana ya tenang gitu apasih rasanya kadang masih kepikiran

dong jelas, emang bakal kepikiran seumur idup iye gue sadar. Aku

sengaja cari aktivitas setidaknya mengurangi kepikiranku, dan aku

menemukan ini merajut. Ohya aku juga sibuk fangirling hahahha

dulu sih sempat kan suka-suka gitu pas SMP terus lama berhenti

sekarang suka lagi. Ya gitu deh yang bikin aku tenang juga selain

temen sekosku juga boyband ini, gatau sih mereka tu lagunya ya

ampun seakan-akan memelukku gitu sih” (M, 305-312)

Pengendalian impuls

Aspek selanjutnya adalah pengendalian impuls. Pengendalian impuls dimaksudkan

cara-cara seorang individu dalam mengontrol tekanan dalam dirinya. Jika seorang

individu memiliki pengendalian impuls, maka individu tersebutakan mampu menahan

diri dari perasaan-perasaan negatif dan menjadi seseorang yang tidak gegabah.

Pengendalian impuls juga berguna untuk membantu seorang individu menerima

permasalahan yang terjadi dalam hidupnya. Cara yang dapat dilakukan untuk

mengendalikan impuls adalah mengubah cara pandang diri sendiri.

“Nek eee ada masalah dalam hidup, ya kan gak mungkin to mbak

hidup gak ada masalah pasti ada to nah itu bisa dari saya yang

salah atau memang ya takdir hahaha bukan saya yang buat tapi

tetap kudu diselesaikan biar bisa menikmati hidup la wong yo hidup

yo mbak yo ngene kan” (T, 384-389)

“Mungkin memang cara pandang yang harus diubah, hidup mau

diubah ya sulit, tapi cara pandang ehm cara menyikapinya juga

mungkin. Malah ya mungkin terimakasih sih sama pengalaman itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

48

jadi bisa berpikir lebih jauh bahwa ini pemberian ini tu belum

saatnya berakhir. Aku tidak apa ya tidak marah dengan siapa pun,

aku tau ini pilihanku. Tidak papa ini jadi pengalaman buat aku, aku

ingat gitu kak ya buat aku perbaiki, aku isi lebih baik lagi” (L, 425-

432)

“aku pengen aja gitu punya panti asuhan. Ya ini sebenernya karena

jujur aja sampai sekarang aku masih ngerasa bersalah udah

ngebuang bayiku gak aku ngebunuh bukan ngebuang lagi. Aku

merasa gimana ya, aku pengen gitu ngerawat anak-anak yang

mungkin mereka tidak diharapkan orangtua mereka. Jujur itu

penyesalan paling-paling sih dan sepertinya mau sampai kapan pun

aku akan hidup dalam penyesalan itu, tapi its okay. Kupikir aku

sudah deal with it, aku akan simpan penyesalan itu aku akan hidup

dalam penyesalan itu seumur hidupku tapi, aku jamin penyesalan

itulah yang akan terus buat harapanku ini ehm apa ya terus

berkobar gitu.” (M, 284-292)

Optimisme

Ketiga informan telah memiliki harapan pada masa depannya dan mereka pun percaya

pada diri sendiri bahwa merekalah yang memegang kendali atas apa yang sedang

mereka jalani. Hal ini disebut dengan optimisme. Optimisme yang dimaksud adalah

keyakinan akan masa depan yang diimbangi dengan usaha serta doa untuk

mewujudkannya.

“Saya yakin kok mbak, saya itu berguna makanya saya ingin

membantu orang lain ke depannya ya sekarang eee dimulai dari

sekarang sebenernya. Makanya pengen tunjukkan kepada semua

orang difabel itu juga bisa kan gitu kalau sekarang pun saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

49

gimana ya saya bisa menolong orang oh saya baru bisa menolong

ibaratnya saya punya nya baru tenaga gitu sih nek dari diri saya

tetep saya gak bakal lelah menjadi orang baik.” (T, 334-342)

“Aku akan berusaha sih bagaimana pun Aku ya harus bergerak

ehm beraktifitas agar sibuk ya agar lupa dengan pikiran buruk Aku

hehehe. Mungkin ya karena Aku terbentuk dari kecil sudah

berpikiran negatif ya, jadi seperti ini. Tapi Aku akan berusaha. Iya

soalnya aku yakin, beberapa kali mencoba mati dan tidak ada yang

berhasil ehm ya eee pasti ada suatu hal baik yang menunggu di

depan kan?” (L, 393-399)

“Nah hidup itu kumpulan harapan yang bisa kita upayakan eee

untuk kita jadikan ee realisasikan jadi kenyataan, dengan segala

usaha dan doa kalo inget doa hehehe udah, tapi kalo aku sih aku

yakin bisa jadi kenyataan harapanku jadi ya harus tetap menjalani

hidup udah gitu hehehe” (M, 331-335)

Empati

Seseorang yang memiliki empati biasanya memiliki hubungan sosial yang positif

dengan orang lain. T mampu untuk menunjukkan sikap empati yang ada dalam

dirinya. T memiliki kemampuan untuk memahami kondisi dan mau untuk bergerak

menolong orang lain yang membutuhkan bantuan.

“saya bisa melihat oh ternyata sekarang banyak yang

membutuhkan saya kan jadi eee ketika pengen merasa bunuh diri

mungkin merasa sulit karena eee banyak yang butuh saya, saya

mau kok eee membantu ya menolong gitu saya mau nah memang

saya tu mau mbak ya saya juga sudah banyak dibantu sama orang-

orang terutama sama Pak Bos” (T, 286-292)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

50

Analisis penyebab masalah

Individu yang memiliki fleksibilitas dalam berpikir dan juga memiliki kemampuan

untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab masalah yang ia hadapi adalah seorang

individu yang memiliki keterampilan menganalisis penyebab masalah. Kemampuan

ini dapat diperoleh oleh individu dengan cara yang berbeda-beda. Ketiga informan

menganalisis masalah ketika sudah merasa tenang dalam menghadapi masalah

tersebut.

“ha nek tenang ki bisa terus mikir gimana ya kalau saya tu dengan

saya mendekatkan pada sing nduweni urip rasanya tenang terus

bisa mikir masalahnya gimana apa, aku kudu ngopo Ya Allah aku

kudu pie jadi shalat itu ibarat e apa yo mbak cara mungkin, cara

saya untuk lebih bisa berpikir tenang, nah nek tenang ki terus bisa

mbak eee lebih jernih gak kemrungsung” (T, 358-365)

“Hmm aku tidak pernah kepikiran akan ditanya ini hahaha.

Pertama aku akan berpikir kenapa kok masalah itu ada sampai

mengenai aku, terus ehm aku akan coba pikir lagi ini salah siapa ya

salahku atau bukan ya kalau dulu ya kak aku akan berpikir semua

hal buruk yang terjadi di aku adalah salahku. Kalau sekarang

kadang sih masih seperti itu, tapi aku coba untuk melihat bahwa

tidak semua hal yang salah itu berasal dari aku. Kalau pun dari

aku, aku harus memikirkan bagaimana aku bisa menyelesaikan itu”

(L, 444-451)

“Ya gitu sih intinya sekarang kalo lagi sedih marah kecewa sama

dunia hahaha gila kecewa sama dunia hahha larinya ke lagu BTS

gitu, ya itu salah satunya eee kalo sedih ngapain ya eee ya salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

51

satunya sih, tapi eee gimana nih sedih yang ada masalah gitu kan?

Ya sekarang pertama biasanya eee itu diem dulu sih, pikirin dulu

bener-bener apa masalahnya, nah kalo malah makin pusing atau

bikin sedih aku lupain dulu bentar kok nah aku lupain ya gak

beneran lupa ya aku sambil ngapain gitu, nah ini aku seringnya

buka laptop yutuban deh. Terus eee nah tengah-tengah yutuban

nanti bisa kadang nemu solusi kadang juga nanti kepikiran kok bisa

ya eee masalah itu muncul karena apa ehm kenapa kok muncul,

siapa yang salah oh aku kalau aku oke solusinya apa kalau pun

bukan aku oke gapapa ayo dihadapi pasti ada solusi gitu sih

sekarang kalo ada masalah” (M, 316-326)

Efikasi diri

Efikasi diri dimaksudkan sebagai keyakinan seorang individu pada dirinya sendiri

bahwa ia mampu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Selain itu individu

tersebut percaya akan kemampuan dirinya yang akan mencapai suatu keberhasilan.

Ketiga informan sudah belajar untuk selalu percaya pada kemampuan diri mereka

sendiri bahwa apa yang sedang mereka alami adalah di bawah kontrol diri mereka

masing-masing.

“bagaimana pun caranya saya harus menunjukkan bahwa saya tu

bisa, karena ya saya mampu mbak, saya itu yakin kok kalau saya

eee ya meskipun difabel saya itu bisa diandalkan gitu mbak jadi

saya tu mampu kok mbak menolong orang lain tidak melulu harus

ditolong.” (T, 31-36)

“kalau aku melakukan hal baik, aku yakin aku akan mendapatkan

hal baik. Aku selalu berusaha yang terbaik dari dulu bahkan, dan

sekarang aku percaya apa yang aku lakukan akan menghasilkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

52

hasil yang baik juga tentunya dengan bantuan orang lain tapi lebih

kepada kekuatan diriku.” (L, 464-468)

“pasti deh kalo gue berusaha ngewujudin semua harapan pasti bisa

tercapai gatau sih waktunya kapan eee aku sih yakin kok ama

diriku sendiri, ya secara eee sekarat dan aku bisa bertahan gitu kan

berarti semua hal lain nantinya pasti bisa, ya gak tau aku ngerasa

lebih percaya sama diriku kalo aku pasti bisa” (M, 279-283)

Peningkatan aspek positif

Individu yang mampu meningkatkan aspek positif dalam hidupnya maka akan

memiliki makna dan tujuan hidup serta dapat melihat gambaran dari kehidupannya.

Seorang individu yang memiliki kemampuan ini akan lebih mudah dalam mengatasi

permasalahan hidup dan juga peningkatan aspek positif berperan meningkatkan

kemampuan interpersonal dan pengendalian emosi bagi dirinya. Ketiga informan telah

berhasil melewati masa-masa sulit dalam hidup mereka, dan sekarang ketiga informan

telah membuat suatu lembar baru dengan mengoptimalkan diri dan memanfaatkan

peluang yang ada.

“Saya ya gak menyesal mbak, gara-gara saya mau bunuh diri jadi

tau banyak hal gimana ya saya jadi eem kenal banyak orang juga”

(T, 278-280);

“Yo nek sekarang dah gak mau mati mbak, kan udah banyak temen

maksud e kan udah kenal si A si B” (T, 314-315);

“Jujur yo mbak, aku sekarang sejak sama Ojek Difa merasa

jaketnya itu tameng mbak buat aku. Yo nek dibilang, aku lebih pede

gitu mbak, yo gak tau eemm tapi ya emang jadi lebih pede gitu

mbak. Mungkin karena temen-temen saya tu sering browsing Ojek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

53

Difa ya saya jadi gimana gitu, terus temen-temen nek butuh apa

saya juga bisa bantu gitu mbak, terus kan karna ikut Ojek Difa ini

saya beberapa kali masuk TV mbak. Wah temen-temen malah

belum pernah, saya udah pernah mbak, ya kebanggan buat saya

mbak yang pasti to.” (T, 368-378)

“Aku senang bisa belajar, mengerjakan kerja kelompok dengan

mereka, senang juga ikut banyak hal baru. Kuliah ini aku ya bisa

ikut beberapa banyak sih ehm kegiatan yang aku belum pernah

ikuti dulu, dan aku senang, aku bergerak hehehe sekalian diet” (L,

409-413);

“Iya kak, aku lebih banyak menghabiskan waktuku di kuliah. Ehm

ya ikut Tutu, ikut japok terus yaa kadang diajakin nongkrong,

lagian ya kak apa ya sekarang teman-temanku baik gimana ya ehm

suka ajakin aku apalagi ya, ya aku tau mereka tidak memanfaatkan

aku. Paling baru buat aku sih kak ikut Tutu, aku belum pernah ikut

kegiatan sebelum ini, dan ini ballet ini hal baru buat aku kak” (L,

414-419)

“lama aku memanfaatkan kesempatan ini, buat jadi diriku yang

baru udah aku buang diriku yang lama, aku mulai berani loh ambil

part time aku juga kan suka nyanyi jadi ya kadang di kafeku aku

nyanyi ya kayak apa ya eee aku ngeras idup lagi, terus setelahnya

itu aku sambil ngerjain skripsi juga sih eee pokoknya aku harus

lulus, oya aku ikut kegiatan volunteer gitu ya eee belum pernah aku

ikut begituan lumayan juga ternyata kenal banyak orang wah eee

keren sih bisa denger cerita dari banyak orang yang sebelumnya

aku gak ada kenal sama sekali kayak eee wah keren gitu, ya aku

berusaha apa ya dengan apa yang aku punya pokoknya biar bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

54

berguna aku oh bisa ini oke aku eee bisa apa lagi ya kira-kira bisa

nambah bisa apa ya eee gitu sih pengen ngelakuin hal yang kayak

apa sih dulu aku buang-buang waktu sekarang mau aku isi waktuku

yang kebuang itu” (M, 259-269)

E. Pembahasan

Tahap selanjutnya adalah bagian dimana peneliti menuliskan keseluruhan hasil

penelitian dari ketiga informan dalam bentuk deskripsi struktural secara kronologis dan

dikaitkan dengan variabel-variabel psikologis yang terkandung di dalamnya. Selain itu,

peneliti juga membuat tabel berisi rangkuman hasil dari wawancara dengan ketiga informan.

Tabel 4. Hasil Penelitian

Informan Informan T (34)

Laki-laki

Informan L (19)

Perempuan

Informan M (23)

Perempuan

Latar belakang

singkat

difabel, diremehkan

keluarga

korban bullying,

korban kekerasan di

keluarga

korban pelecehan

seksual, pernah

menggugurkan

Percobaan

bunuh diri

minum racun,

menabrakkan diri ke

kereta, minum cairan

pembersih lantai

menjatuhkan diri dari

lantai dua, self harm,

tidak makan dalam

jangka waktu yang

lama, menabrakkan

diri ke palang

self harm, minum

obat dengan dosis

tinggi, menusuk diri

dengan pisau

Titik balik sadar masih diberi

kesempatan untuk

hidup oleh Tuhan

mendengarkan lagu

dari grup idol dan

merasa bahwa masih

perlu mendalami

kehidupan

berawal untuk

menghukum diri dan

akhirnya

menemukan harapan

untuk membuka

panti asuhan

Aspek

resiliensi

Regulasi emosi,

pengendalian impuls,

optimisme, empati,

analisis penyebab

masalah, efikasi diri,

peningkatan aspek

positif

Regulasi emosi,

pengendalian impuls,

optimisme, analisis

penyebab masalah,

efikasi diri,

peningkatan aspek

positif

Regulasi emosi,

pengendalian impuls,

optimisme, analisis

penyebab masalah,

efikasi diri,

peningkatan aspek

positif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

55

Pemaparan unit-unit yang memiliki makna psikologis telah dipaparkan secara detail

dengan gabungan dari ketiga informan. Pada bagian ini, peneliti akan berupaya untuk

menyampaikan hasil sintesis dari unit-unit psikologis tersebut dengan menuliskannya kembali

menjadi sebuah kronologi singkat yang bersumber dari pengalaman ketiga informan sekaligus

kaitannya dengan variabel psikologis yang ditemukan dalam penelitian ini.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, salah satu faktor risiko paling berpengaruh

pada perilaku bunuh diri adalah rangkaian peristiwa kehidupan negatif yang lebih dikenal

dengan negative life events (Joiner & Rudd, 2000). Negative life events dapat menyebabkan

perubahan pola hidup menjadi lebih negatif atau merugikan sebagian besar individu (Tzheng,

Su, Chiang, Kuan, & Lee, 2010).Perubahan pola hidup negatif tampaknya bisa berupa

pengisolasian diri dari dunia luar dan juga memilih untuk tidak makan karena sengaja untuk

menyakiti diri sendiri seperti yang dilakukan oleh informan L dan M.

Dalam sebuah studi, ditemukan bahwa depresi dan keputusasaan dapat menjadi

mediator dalam hubungan negative life events dengan perilaku bunuh diri hal ini didukung

oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa risiko perilaku bunuh diri akan meningkat

seiring dengan peningkatan keputusasaan (Tzheng, Su, Chiang, Kuan, & Lee, 2010). Hal

tersebut menumbuhkan ideasi bunuh diri yang dapat memicu perilaku bunuh diri pada

seorang individu (Klonsky, May, & Saffer, 2016). Ketiga informan memiliki pengalaman

yang menyakitkan bagi mereka. Selain karena pengalaman, informan L juga memiliki

pandangan negatif pada dirinya sendiri; “Tapi mungkin ehm pathetic sifat yang aku pandang

itu apa ya pathetic. Ehm tidak bisa melakukan apa-apa, tidak berguna kalau tidak ada orang

lain.” Pernyataan informan L didukung dengan penelitian yang mengatakan bahwa selain

pengalaman, merasa terjebak dalam hidup dan juga pandangan negatif pada diri dapat pula

menimbulkan rasa sakit (Klonsky, May, & Saffer, 2016).

Menurut Klonsky, May & Saffer (2016) jika ada seseorang yang mengalami rasa sakit

dan keputusasaan kemudian mempertimbangkan untuk melakukan bunuh diri tetapi memiliki

keterhubungan yang lebih kuat dengan dunia sekitarnya, maka ia hanya akan sampai di ideasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

56

bunuh diri dan tidak melakukan percobaan bunuh diri. Namun, apabila rasa sakit yang dialami

lebih besar dari hubungan dengan dunia sekitarnya maka seorang individu akan memutuskan

untuk bunuh diri. Teori ini diwujudnyatakan ketiga informan dalam pengalaman mereka

melakukan percobaan bunuh diri. Informan T, L, dan juga M merasa tidak memiliki ikatan

yang kuat dengan keluarga, teman dan dunia disekitar mereka kala itu, saat mereka merasakan

sakit yang luar biasa. Hal tersebut menyebabkan ketiga informan memutuskan untuk

mengakhiri hidup bahkan sampai mencoba beberapa kali percobaan.

Melalui rangkaian kejadian yang menyakitkan tentunya akan memiliki bekas tersendiri

dalam benak masing-masing individu. Setiap individu, tanpa terkecuali, pasti pernah

mengalami sebuah kejadian buruk yang lazim kita sebut dengan negative life events yang

masing-masing individu memiliki konteks yang berbeda satu sama lain, sama halnya dengan

ketiga informan. Hal ini seturut dengan pernyataan Mowbray (2011) yang mengatakan bahwa

seorang individu pasti akan mengalami kejadian dari waktu ke waktu selama perjalanan

hidupnya. Kejadian demi kejadian akan membentuk suatu skema dimulai dari konteks

kehidupan seorang individu yang kemudian mempengaruhi cara pandangnya terhadap suatu

kejadian yang ia alami.

Beberapa perilaku dan tindakan bunuh diri tidak sampai menyebabkan kematian

dikarenakan berbagai faktor, bisa karena suatu kejadian yang di luar rencana misalnya seperti

informan L yang tersangkut kemudian hanya terjatuh dan luka, bisa juga seperti informan T

dan informan M yang memiliki orang-orang yang mengulurkan tangannya kepada mereka.

Tentunya, kejadian di luar rencana tersebut membuahkan sesuatu untuk dimasukkan ke dalam

proses refleksi hidup mereka yang biasa disebut dengan titik balik kehidupan.

Berkat dorongan dari luar yang membantu mereka untuk kembali menjalani hidup,

keinginan untuk hidup perlahan muncul dari dalam diri dan membentuk sebuah harapan baru.

Harapan tersebut kemudian memunculkan beberapa aspek resiliensi yang kemudian

menjadikan ketiga informan sebagai pribadi yang resilien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

57

Ketiga informan dalam penelitian ini, memiliki konteks kehidupan yang berbeda satu

sama lain. Informan T yang merupakan individu berkebutuhan khusus memiliki konteks

kehidupan yang berbeda dengan informan L yang adalah seorang mahasiswi inferior, begitu

pula pasti ada perbedaan konteks pada informan M yang adalah seorang wanita yang pernah

menggugurkan kandungannya. Kejadian demi kejadian dalam konteksnya masing-masing

menimbulkan respon yang berbeda-beda pula pada tiap informan penelitian ini. Akan tetapi,

persamaan dari ketiganya adalah memilih untuk melakukan percobaan bunuh diri. Ketika

mengalami „kegagalan‟ dalam percobaannya masing-masing, ketiga informan akhirnya

memutuskan untuk bangkit menjalani hidup dengan banyak alasan yang berbeda satu-sama

lain. Satu yang pasti dari ketiga informan ini adalah mereka telah mampu menjadi individu

yang resilien.

Ketika seorang individu mampu untuk memaknai kejadian buruk dalam hidupnya

dengan sebuah adaptasi positif maka individu tersebut dikatakan memiliki resiliensi

(Mowbray, 2011). Reivich and Shatte (2002, seperti dikutip dalam Ifdil & Taufik, 2012)

menyatakan bahwa seorang individu yang resilien akan memiliki ketujuh aspek resiliensi

dalam dirinya. Hal ini sudah terbukti pada ketiga informan, bahwa mereka sudah memiliki

aspek-aspek resiliensi dan telah menjadi pribadi yang resilien karena bisa memunculkan

adaptasi positif dalam perjalanan hidup mereka selama ini. Informan T memiliki tujuh aspek

resiliensi dalam dirinya yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati,

analisis penyebab masalah, efikasi diri, peningkatan aspek positif. Informan L dan M masing-

masing memiliki enam aspek resiliensi dalam diri mereka yaitu regulasi emosi, pengendalian

impuls, optimisme, analisis penyebab masalah, efikasi diri, peningkatan aspek positif.

Ketiga informan bisa menjadi pribadi yang resilien dikarenakan ketiganya mulai

kembali menjalin dengan dunia luar serta pelan-pelan mengubah cara pandang bahwa ada hal

menyakitkan di dunia namun pasti akan ada hal menyenangkan yang masih belum mereka

alami. Selain itu hadirnya figur support membuat mereka semakin menerima keadaan di dunia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

58

ini dan juga figur support ini bisa menjadi teman cerita bagi ketiga informan ini. Namun, figur

support tidak melulu individu yang nyata hadir di samping kita, bisa jadi ia adalah seorang

yang ada di dunia maya seperti artis kesukaan atau idola yang seperti menemani lewat karya-

karyanya di dunia maya. Hal yang dapat membantu menumbuhkan resiliensi juga adalah

harapan dan spiritualitas. Harapan bisa membantu menumbuhkan resiliensi karena harapan

membuat seorang individu tetap bertahan menjalani kehidupan dan membuat individu

tersebut berusaha untuk memenuhi apa yang menjadi harapannya. Spiritualitas bagi sebagian

orang bisa menjadi suatu hal yang efektif untuk menenangkan diri sehingga pikiran dapat

berpikir dengan lebih logis terhadap apa yang sedang dialami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

59

Bagan Hasil Penelitian

Negative life

events

Perasaan rendah

diri

Rasa sakit hati

Menarik diri dari

dunia

Perilaku percobaan

bunuh diri dan

gagal

Figur support

Spiritualitas

Titik balik

Harapan

Resiliensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Melalui hasil eksplorasi mengenai resiliensi pada penyintas bunuh diri, peneliti

mendapati bahwa ketiga informan telah menjadi pribadi yang resilien dan berhasil

menjadi seseorang yang selamat dari bunuh diri (suicide survivor). Hal ini terbukti

dengan adanya beberapa aspek dari ketujuh aspek resiliensi dalam diri masing-

masing informan yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati,

analisis penyebab masalah, efikasi diri, peningkatan aspek positif. Selain itu,

gambaran tentang pengalaman para informan saat sebelum melakukan tindakan

bunuh diri, proses yang terjadi dalam diri mereka ketika mengalami kegagalan

dalam bunuh diri hingga pengalaman bangkit dan menjalani kehidupan kembali juga

menjadi hal yang menjadikan penelitian ini menjadi lebih mendalam.

Seorang individu yang memiliki pikiran dan memutuskan untuk melakukan

bunuh diri adalah seorang individu yang memiliki peristiwa kehidupan negatif

sehingga menimbulkan keputusasaan dan dapat membuat seorang individu memilih

untuk mengisolasi diri dari dunia luar. Semakin besar keputusasaan semakin besar

pula risiko bunuh diri dapat meningkat. Akan tetapi jika seorang individu memiliki

keterhubungan yang besar dengan dunia, dan hal tersebut melebihi motivasinya

untuk bunuh diri maka individu tersebut akan membatalkan niatnya untuk bunuh

diri.

Keterhubungan dengan dunia menjadi salah satu titik balik seorang individu

untuk kembali menjalani kehidupan. Seorang individu yang telah memutuskan

untuk menjalani kehidupan pun melewati beberapa proses interpretasi, evaluasi dan

pemaknaan yang akan membentuk respon kejadian dalam dirinya. Sebuah respon

dalam diri individu akan menentukan seorang individu memiliki resiliensi atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

61

belum. Resiliensi adalah sebuah kemampuan dinamis dalam diri seorang individu

untuk sanggup pulih dan bertahan dari tantangan hidupnya. Individu yang memiliki

resiliensi memiliki peluang lebih dalam mengatasi diri dan meminimalisir perilaku

bunuh diri yang berulang. Dalam penelitian ini juga ditemukan beberapa hal yang

dapat menguatkan resiliensi pada diri seseorang adalah menjalin kembali hubungan

dengan orang lain, harapan-harapan akan masa depan, dan juga spiritualitas diri

masing-masing individu. Hal-hal tersebut menguatkan resiliensi yang ada dalam

seorang individu, sehingga segala aspek resiliensi dapat ditemukan di dalam diri dan

membuatnya menjadi seorang individu yang resilien. Resiliensi bisa dimiliki oleh

setiap individu tergantung bagaimana individu tersebut merespon kemudian

merefleksikan setiap kejadian dalam hidupnya dan mengolahnya menjadi perilaku.

Resiliensi dapat ditumbuhkan dengan social support dari orang-orang sekitar,

spiritualitas masing-masing individu, kemauan untuk membuka diri dengan dunia,

serta cara pandang dalam memandang suatu hal yang terjadi dalam hidup.

B. Saran

1. Bagi penyintas bunuh diri

Memutuskan untuk kembali menjalani hidup mungkin bukan suatu hal yang

bisa dilakukan secara mendadak, butuk suatu proses agar dapat kembali memiliki

hasrat untuk hidup. Hasrat untuk hidup akan lebih mudah diperoleh jika diri ini mau

untuk membuka diri kembali pada lingkungan di sekitar terlebih dahulu.

Menceritakan pengalaman terdahulu bukanlah suatu aib yang harus ditutup-tutupi,

karena pada dasarnya setiap manusia memiliki lembaran gelap dalam perjalanan

hidupnya. Tidak perlu serta merta langsung bercerita dengan gamblang namun

memulainya dengan hal-hal yang bisa membuat keterhubungan dengan individu

lain, dapat menumbuhkan keberanian untuk kita menceritakan apa yang sedang kita

alami atau yang sudah kita alami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

62

Memiliki resiliensi dalam diri sangatlah penting untuk menjalani kehidupan

yang tidak beraturan ini. Untuk memiliki resiliensi dalam diri hal utama yang perlu

dilakukan adalah percaya akan kemampuan diri, percaya bahwa diri ini memiliki

suatu hal positif yang bisa dikembangkan, percaya bahwa harapan yang ada di

dalam benak dapat menuntun ke arah yang lebih baik meskipun belum tentu semua

harapan bisa dicapai dengan mudah. Percaya pada diri sendiri akan membuat kita

menjadi lebih mudah dalam menjalin relasi dengan individu lain yang akan

membantu kita dalam menjalin kembali keterhubungan dengan dunia.

2. Bagi komunitas pencegahan bunuh diri

Bunuh diri bukanlah suatu bencana alam buatan yang dapat dicegah agar tidak

terjadi. Bunuh diri ada dan tumbuh dalam benak dan pikiran setiap individu yang

bisa jadi kita tidak tahu. Setiap orang dengan latar cerita kehidupan yang berbeda

dan tingkat resiliensi yang berbeda menjadi salah satu faktor rentan tidaknya

seorang individu terhadap bunuh diri serta tidak ada yang bisa menebak pikiran

seorang individu jika ia tidak mau terbuka dan bercerita. Menghadirkan beberapa

pengalaman para penyintas bunuh diri, bisa menjadi salah satu cara untuk

menambah wawasan tentang apa yang mereka rasakan saat itu, apa yang mereka

rasakan sebelumnya, bagaimana jenis dukungan yang tepat guna serta bagaimana

upaya mereka tetap mengusahakan keberlangsungan hidupnya.

Selain itu, komunitas pencegahan bunuh diri juga dapat mengembangkan

program yang membuat orang-orang bisa mendapatkan teman bercerita. Program

semacam ini alangkah lebih baiknya bisa diakses secara gratis dan tidak hanya

dalam rupa komunikasi langsung melainkan bisa dengan cara menulis email atau

surat. Ada beberapa individu yang dengan pikiran bunuh diri atau yang sudah

pernah melakukan tindakan bunuh diri merasa malu dengan apa yang ia alami.

Membutuhkan tempat bercerita namun terlalu takut dengan stigma yang akan ia

dapatkan. Dengan menawarkan program bantuan semacam ini, individu tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

63

tidak perlu merasa malu dan memiliki beban karena yang mereka ceritakan

bukanlah seorang yang mengenal mereka dan akan bebas dari segala cap buruk

yang ada.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Masalah bunuh diri masih menjadi masalah global yang hingga saat ini masih

menjadi suatu keprihatinan seluruh masyarakat dunia. Tentunya, penelitian

mengenai bunuh diri masih bisa ditilik lebih jauh lagi dari banyak aspek yang ada.

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan terkhusus saat

penggalian data. Yang mana saat peneliti membuat pertanyaan guna mengambil

data, pertanyaan tersebut tidak termasuk dalam fokus penelitian sehingga ada

beberapa obrolan lain antara informan dan peneliti. Sehingga memunculkan banyak

tema dan penemuan baru yang berada di luar fokus penelitian. Hal tersebut

membuatnya kurang mendapat sorotan dan kurang diperdalam oleh peneliti, maka

dari itu peneliti mengharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengangkat

fenomena mengenai tema-tema yang kurang mendapatkan sorotan dan kurang

diperdalam di dalam penelitian ini.

Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih mampu dalam mencari

dan membaca referensi untuk dijadikan tinjauan teori karena peneliti menyadari

bahwa dalam penelitian ini masih kurang referensi. Kemudian, diharapkan juga

kepada peneliti selanjutnya, jika ingin mengunakan metode wawancara dalam

mengambil data, diharapkan dapat melakukan wawancara dengan significant others

dari masing-masing informan agar data yang didapatkan bukan data bias dari salah

satu pihak saja. Akhir kata, semoga kepada peneliti selanjutnya dapat

memperdalam dan memperkaya pengetahuan tentang resiliensi penyintas bunuh

diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

64

DAFTAR PUSTAKA

Adam, A. (2019, Januari 23). Tirto.id. Retrieved Januari 30, 2021, from Skripsi, Depresi, dan Bunuh

Diri: "Everybody Hurts": https://tirto.id/skripsi-depresi-dan-bunuh-diri-everybody-hurts-

deW8

Andriessen, K. (2005). A Reflection on “Suicide Survivor”. Crisis The Journal of Crisis Intervention and

Suicide Prevention, 26(1):38-9.

Ayala, J. C., & Manzano, G. (2014). The Resilience of the Entrepreneur Influence on the Success of the

Bussiness. Journal of Economic Psychology.

Bagge, C. L., Littlefield, A. K., Conner, K. R., Schumacher, J. A., & Lee, H. J. (2014). Near-term

predictors of the intensity of suicidal ideation: An examination of the 24 h prior to a recent

suicide attempt. Journal of Affective Disorder, 165, 53-58.

Baumeister, R. (1990). Suicide as Escape from Self. Psychological Review, 97, 90-113.

Brailovskaia, J., Forkmann, T., Glaesmer, H., Paashaus, L., Rath, D., Schönfelder, A., et al. (2018).

ositive mental health moderates the association between suicide ideation and suicide

attempts. Journal of Affective Disorders.

Buchman-Schmitt, J. M., Chu, C., Michaels, M. S., Hames, J. L., Silva, C., Hagan, C. R., et al. (2017). he

Role of Stressful Life Events Preceding Death by Suicide: Evidence from Two Samples of

Suicide Decedents. Psychiatry Research.

Cleverley, K., & Kidd, S. (2011). Resilience and Suicidality among Homeless Youth. Journal of

Adolescence, 34(5), 1049-1054.

Creswell, J. W. (2016). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran

(4th ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cvinar, J. G. (2005). Do Suicide Survivors Suffer Social Stigma: A Review of the Literature. Perspective

in Psychiatric Care, 41.

Dewi, F., Djoeanina, V., & Melisa. (2004). Hubungan antara resiliensi dengan depresi pada

perempuan pasca pengangkatan payudara. Jurnal Psikologi, 2, 101-120.

Dougall, N., Lambert, P., Maxwell, M., Dawson, A., Sinnott, R., Mccafferty, S., et al. (2014). Deaths by

suicide and their relationship with general and psychiatric hospital discharge: 30-year record

linkage study. United Kindom: British Journal of Psychiatry, 204, 267-273.

Everly, G. S., Strouse, D. A., & McComack, D. K. (2015). Stronger: Develop the Resilience You Need to

Succed. USA: Amacom.

Feist, J., & Feist, G. (2008). Theories of Personality, Seventh Edition. USA: McGrawHill.

Gerintya, S. (2017, Maret 18). Statistik Bunuh Diri dan Darurat Kesehatan Mental. Retrieved October

11, 2018, from tirto.id: https://tirto.id/ck1u

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

65

Giles, D. C. (2002). Parasocial Interaction: A Review of the Literature and a Model for Future

Research. Media Psychology, 4(3), 279-305.

Grotberg, E. (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening the Human Spirit.

Early Childhood Development: Practice and Reflections(8).

Hawgood, J., & De Leo, D. (2016). Suicide prediction—a shift in paradigm is needed. Crisis Journal

Publication, 37, 251-255.

Hawton, K. (2014). Suicide Prevention: a Complex Global Challenge. The Lancet Psychiatry, 1(1), 2-3.

Honeycutt, A., & Praetorius, R. T. (2016). Survivors of Suicide: Who They Are and How Do They Heal?

Illness, Crisis & Loss, 24(2), 103-118.

Ifdil, & Taufik. (2012). Urgensi Peningkatan dan Pengembangan Resiliensi Siswa di Sumatera Barat.

Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 12, 115-121.

Irigoyen, M., Segovia, A., Galvan , L., Puigdevall, M., Giner, L., Leon, S., et al. (2018). Predictors of re-

attempt in a cohort of suicide attempters: a survival analysis. Journal of Affective Disorders,

doi.org/10.1016/j.jad.2018.12.050.

Jackson, R., & Watkin, C. (2004). The Resilience Inventory: Seven essential skills for overcomng life’s

obstacles and determining happiness. Selection and Development Review, 20(6).

Joiner, T. E., & Rudd, M. D. (2000). Intensity and Duration of Suicidal Crises Vary as a Function of

Previous Suicide Attempts and Negative Life Events. Journal of Consulting and Clinical

Psychology, 68(5).

Kahija, Y. L. (2017). Penelitian Fenomenologis Jalan Memahami Pengalaman Hidup. Yogyakarta: PT

Kanisius.

Klonsky, E. D., May, A. M., & Saffer, B. Y. (2016). Suicide, Suicide Attempts, and Suicidal Ideation. The

Annual Review of Clinical Psychology, 12, 14.1-14.24.

Lakeman, R. &. (2008). How People Live with or Get Over Being Suicidal: A Review of Qualitative

Studies. Journal of Advanced Nursing, 64, 114-126.

Langdridge, D. (2007). Phenomenological Psychology : Theory, Research and Method. England:

Pearson Education Limited.

Leenars, A. A. (2003). Suicide and Human Rights: A Suicidologist's Perspective. Health and Human

Rights, 6, 128-148.

Luthans, F. (2002). The Need for and Meaning of Positive Organizational Behavior. Journal of

Organizational Behavior, 695-706.

Luthar, S. S., Gicchetti, D., & Becker, B. (2000). The construct of resilience: a critical evaluation and

guidelines for future work. Child Development, 71, 543-562.

Luthar, S., Lyman, E. L., & Crossman, E. J. (2014). Resilience and positive psychology. In Handbook of

Developmental Psychopathology: Third Edition (pp. 125-140). US: Springer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

66

Mann, J. J., Waternaux, C., Haas, G. L., & Malone, K. M. (1999). Toward a Clinical Model of Suicidal

Behavior in Psychiatric Patient. Am J Psychiatry, 156(2).

Maple, M., McKay, K., & Sanford, R. (2019). The Attempt Was My Own! Suicide Attempt Survivors

Respond to an Australian Community Based Suicide Exposure Survey. International Journal

Environmental Research Public Health, 16, 4549.

Masten, A. S., & Reed, M.-G. J. (2002). Resilience in Development. In C. R. Synder, & S. J. Lopez,

Handbook of Positive Psychology (pp. 74-86). New York: Oxford University Press.

Mowbray, D. (2011). Resilience and strengthening resilience in individuals. UK: Management Advisory

Service.

Paashaus, L. F. (2019). Do suicide attempters and suicide ideators differ in capability for suicide?

Psychiatry Research, doi:10.1016/j.psychres.2019.03.038.

Pappas, S. (2017, August 11). Live Science. Retrieved October 1, 2018, from Live Science Web site:

https://www.livescience.com/44615-suicide-help.html

Pusdatin. (2019, October 3). Situasi dan Pencegahan Bunuh Diri. Retrieved September 8, 2020, from

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-Situasi-

dan-Pencegahan-Bunuh-Diri.pdf

Rew, L., Taylor-Seehafer, M., Thomas, N., & Yockey, R. (2001). Correlates of Resilience in Homeless

Adolescents. Journal of Nursing Scholarship, 33(1), 33-40.

Rossa, V., & Isyana, F. (2020, Maret 23). Hana Madness, Ciptakan Monster Melawan Bipolar.

Retrieved Februari 9, 2021, from Suara.com:

https://www.suara.com/lifestyle/2020/03/23/090000/hana-madness-ciptakan-monster-

melawan-bipolar?page=all

Roy, A., Sarchiapone, M., & Carli, V. (2007). Low resilience in suicide attempters: relationship to

depressive symptoms. Depression and Anxiety, 24, 273-274.

Rutter, M. (1985). Resilience in The Face of Adversity: Protective Factors and Resistance to

Psychiatric Disorder. Bri J Psychiatry, 147, 598-611.

Sher, L. (2019). Resilience as a focus of suicide research and prevention. Acta Psychiatr Scandinavica,

140: 169-180.

Shneidman, E. (1985). Some Thoughts on Grief and Mourning. Suicide and Life-Threatening Behavior,

15(1), 51-55.

Siebert, A. (2005). The Resiliency Advantage: Master Change, Thrive Under Pressure, and Bounce

Back from Setbacks. California: Berret-Koehler Publisher, Inc.

Spiegelberg, H. (1975). Doing Phenomenology. The Hague: Martinus Nijhoff.

Stack, S. (2000). Suicide: a 15-year review of the sociological literature part I: cultural and economic

factors. Suicide Life-Threatening Behaviour Journal, 30(2), 145-162.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

67

Sungkana, M., & Sutejo. (2012). Persepsi Keluarga Pelaku Bunuh Diri tentang Stigma Sosial di

Gunungkidul. Media Ilmu Kesehatan, 1(3).

Toland, J., & Donna, C. (2011). Educational psychology and resilience: new concept, new

opportunities. School Psychology International, 32(1), 95-106.

Tzheng, W.-C., Su, P.-Y., Chiang, H.-H., Kuan, P.-Y., & Lee, J.-F. (2010). The Invisible Family: A

Qualitative Study of Suicide Survivors in Taiwan. Western Journal of Nursing Research, 32(2),

185-198.

WHO. (2019, 9 9). Suicide: one person dies every 40 seconds. Retrieved April 16, 2020, from who.int:

https://www.who.int/news/item/09-09-2019-suicide-one-person-dies-every-40-seconds

Willig, C. (2013). Introducing Qualitative Research In Pychology Third Edition. New York: Open

University Press.

Wright, M. O., & Masten, A. S. (2005). Resilience Processes in Development. In S. Goldstein, & R. B.

Brooks, Handbook of Resilience in Children. USA: Springer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

68

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

69

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman

LEMBAR PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Berkaitan dengan tugas akhir mengenai “Resiliensi pada Penyintas Bunuh Diri” , saya:

Nama : Maria Magdalintan Kalvari Puspita Maraji’s

Status : Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

NIM : 159114067

akan berperan sebagai peneliti dalam proses pengambilan data sehubungan dengan penelitian

ini. Penelitian ini akan melibatkan informan dengan kriteria seseorang yang pernah

melakukan percobaan bunuh diri. Mengacu pada kriteria tersebut, saya memohon kesediaan

Anda:

Nama :

Sebagai : Informan

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini karena Anda memenuhi kriteria tersebut. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui resiliensi penyintas bunuh diri.

Proses pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara yang

melibatkan pertanyaan-pertanyaan mengenai kasus yang sedang saya teliti serta adanya

penggunaan alat perekam untuk membantu keseluruhan proses. Oleh karena itu, saya

memohon kesediaan waktu dari Anda untuk pengambilan data.

Selama wawancara, mungkin Anda akan mengingat peristiwa sedih atau peristiwa tidak

menyenangkan terkait pengalaman Anda saat melakukan percobaan bunuh diri. Apabila hal

tersebut terjadi, peneliti berkewajiban memberikan waktu jeda dan berusaha menghadirkan

ketenangan bagi Anda.

Dalam setiap proses ini, Anda bebas mengajukan keberatan jika merasa ada hal yang tidak

sesuai dengan harapan. Anda juga berhak menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Sehingga bila Anda telah bersedia mengikuti penelitian ini, Anda juga bebas mengundurkan

diri setiap saat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

70

Diharapkan penelitian ini akan mendorong Anda untuk semakin memahami diri Anda melalui

bentuk refleksi atas jawaban dari pertanyaan yang akan diajukan.

Informasi yang disampaikan dalam keseluruhan proses ini akan diolah untuk kepentingan

penelitian dan bersifat rahasia. Keterangan mengenai identitas serta informasi yang Anda

berikan akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti sehingga Anda diharapkan dapat

memberikan informasi dengan apa adanya.

Magdalintan Kalvari

Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

1

Informan 1 (T)

Laki-laki, 34 tahun

TRANSKRIP 1 Unit Makna Unit Psikologis

Sore Pak, tolong perkenalkan diri Bapak ehm nama

umur hobi ya apa pun boleh Pak

1

2

3

4

5

6

7

8

Oya ya nama saya T eee pekerjan saya Ojek Difa emm

pengemudi ojek nah dan umur saya umur 34 tahun.

Saya asal dari Godean Sleman. Ikut Ojek Difa sejak

berdiri Mbak, tahun 2015. Saya anak kedua, cowok

tiga cewek paling belakang mbak. Hobi opo yo Mbak,

nek hobi ki nek sebenernya hobinya mancing Mbak,

soale saya mau melatih kesabaran. Ya jadi tak latih

mancing, soale saya orang e emosian Mbak.

Perkenalan diri informan meliputi

nama, pekerjaan, urutan kelahiran

dan kegemaran

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

Sama saya itu suka nolong orang Mbak. Hehe hobi

menolong orang itu gimana ya Mbak yo nek ee nolong

gitu dikarenakan di sini sama Pak Bos dididik dalam

artian tebarkan rasa sosial kan gitu to jadi kita gak ee

ya gak terlalu memikirkan masalah nominal yang

penting kita nolong dulu eee yang lain urusan

belakangan gitu. Jadi yo ibarate selama kita mampu

kenapa tidak kan gitu to, jadi yo toh kita di dunia ini

kan yang kita cari kan gak cuma duniawi tapi apa ya

yang di akhir juga kita pikirin selama saya mampu dan

Pandangan diri informan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

2

19

20

selama saya bisa saya tolong, saya kan merasa saya tu

ya biar bisa ada apa ya mbak manfaat bagi sesama

Bapak ini bergabung di Ojek Difa alasannya apa

Pak?

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

Alasannya saya masuk Ojek Difa panjang sih Mbak,

sebenernya dari keluarga saya sendiri saya di kurang

perhatian gak pernah dikasih mobilitas dan dibeda-

bedain tu Mbak. Dalam artian kakak saya dibelikan ini

adek saya dibelikan motor saya cuma suruh tunggu

rumah sama tetangga eee temen-temen di sekolah dulu

juga mbak mikir saya gak bisa ee sehingga saya

bingung saya sebenernya pengen nunjukin saya tu bisa

ee soalnya dari keluarga saya sama kata tetangga juga,

katanya “kamu tu gak bisa apa-apa” makanya

bagaimana pun caranya saya harus menunjukkan

bahwa saya tu bisa, karena ya saya mampu mbak, saya

itu yakin kok kalau saya eee ya meskipun difabel saya

itu bisa diandalkan gitu mbak jadi saya tu mampu kok

mbak menolong orang lain tidak melulu harus

ditolong. Nek dulu mungkin orang tu meremehkan

saya “kamu tu ga bisa apa-apa” ya gitu tu. Sedangkan

yang dulu pernah mikir „T ki isone opo‟ sekarang

malah tak bantu, dia butuh mobilitas oke, dia butuh

uang karna gak punya uang yo udah dipake aja.

Diremehkan orang lain karena

difabel

Keyakinan pada diri sendiri

bahwa mampu menghadapi hidup

Negative life events

Efikasi diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

3

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

Yo saya kan gini mbak, dari dulu tu saya kan cuma

diremehkan, tapi sekarang ni lo saya bisa bantu. Jadi

orang menilai saya “oh ternyata dee ki iso” gitu, jadi

nek dari dulu saya tu cuma eee cuma eeee bingungnya

di mobilitas nek dari rasa menolong, mungkin dari

lahir dah muncul, jadi yo nek sekarang saya merasa

seneng sih mbak ada di Ojek Difa soale dari sekian

tahun saya dulu dipandang rendah tapi sekarang saya

merasa eee ada gitu loh maksudnya dari di desa saya

dulu ketika itu kan saya gak bisa apa-apa kerja bakti

atau apa. Tapi ketika di desa ada kerja bakti ada ini

saya bisa eee angkut-angkut bisa apa tak ambilkan

motor saya, tak angkut eee beli ini saya berangkat. Jadi

eee dari dulu memang saya cuma bingungnya di

mobilitas gitu jadi sekarang saya merasa bangga

karena setelah adanya ini saya bisa melakukan itu

semua.

Oh ya Pak, nah Pak kalau tentang bunuh diri ehm

saya dengar Bapak pernah melakukan percobaan

bunuh diri ya?

58

59

60

61

62

Nah iya mbak karena ee ruang geraknya terlalu sedikit

mbak, kalau sekarang saya kan sudah punya mobilitas,

sama Ojek Difa sama Pak Bos udah difasilitasi,

sekarang saya bisa antar Ibu bisa belikan ponakan apa,

ajak jalan-jalan ponakan sehingga orang tua saya

Ruang gerak yang dibatasi dan

kurang diperhatikan menjadi

alasan informan untuk mengakhiri

hidupnya

Motivasi bunuh diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

4

63

64

65

66

67

68

68

70

71

72

73

74

75

76

77

ketika masuk rumah sakit saya bisa nungguin. Tapi

ketika saya belum punya mobilitas ruang gerak saya

kan sedikit. Yang bikin saya pengen mengakhiri hidup

tu pertama gak diperhatikan sama keluarga terus kedua

rasanya ga ada mobilitas wong namanya juga anak

kan ya pengen dibeliin motor. Saya pernah minta sama

orang tua saya tapi alasannya inilah itulah, tapi ketika

adik saya minta, tu dikasih ee gitu. dan waktu itu saya

minta ee “tolong kreditin aja” gitu to, “nanti sing bayar

saya” itu ketika saya belum masuk Ojek Difa tapi

sekarang, ketika saya masuk Ojek Difa saya bisa

mengatasi semuanya, kan dikira saya gak pulang tu

gak punya uang dan ketika orang tua saya butuh saya

bisa kasih. Saya sekarang bisa mewujudkan yang saya

inginkan dulu.

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

Yo nek eee kemungkinan kan eee keluarga saya nek

dari Bapak saya mungkin pengen nolong maksud e

pengen ngasih sesuatu pada saya, tapi kan ee mungkin

penilaian orang tu beda-beda ya mbak. Saya sekarang

mikir e sebenere mungkin orang tua saya itu nek

mbelikan motor saya itu bisa tapi mungkin ketika dia

mikirnya mungkin di jalan nanti malah ada apa-apa

gitu ya mungkin aja khawatir to mbak tapikan eeee

adek saya pun juga gitu, jadi nek ada apa-apa yo saya

cuma dikasih aja tapikan saya kan gak mau cuma

Merasa diperlakukan secara tidak

adil dalam keluarga

Negative life events

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

5

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

berpangku tangan dikasih ini dikasih itu. Masak ya

kayak ayam to mbak, cuma di rumah aja dikasih

makan dikasih gitu eee. Jadi eee dan mungkin ada sisi

baiknya Bapak saya sama Ibu saya begitu tapi sisi

jeleknya kalau pas mbeliin adek apa-apa maksud e

kakak atau gimana eee itu selalu ada sedangkan buat

saya ibarate nek saya harus marah dulu mbak jadi nek

aku dah marah terus ngamuk itu baru di itu tapi nek

adek saya minta langsung ada takutnya adek saya tu

kecewa takutnya marah mungkin dilihat dari secara

fisik yang bisa diandelin yang normal begitu to jadi yo

gitu.

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

Ibarat e saya jatuh eee dulu pernah kecelakaan saya

masuk rumah sakit itu gak ada yang nengok blas

mbak, gak ada yang dateng, bahkan ditelpon sama

teman saya Mas Aris “Bu niki nek Ibunya gak dateng

dari pihak rumah sakit gak bisa ibarate gak bisa

keluar” nah kan gitu to haa tapi yo tetep Ibu saya

kekeuh alesannya inilah dah malem lah, nah terus Mas

Aris berjuang to maksud e saya bisa keluar habis itu

keluar rumah sakit yo yang ibaratnya eee saya kan

punya tabungan terus kurang, Pak Bos lagi yang nutup

maksud e kurang berapa itu bahkan jam berapa ya

setengah 2 saya ingin maksud e saya pengen pulang

kurang sekitar 500 apa gimana Pak Bos yang nutup

Merasa tidak diperhatikan

orangtua ketika masuk rumah

sakit

Negative life events

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

6

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

makanya kan ada perbedaan di situ mbak maksud e

perbedaan di situ eee kenapa orang tua saya gak peduli

kan gitu to sedangkan orang lain sing baru kenal ini

baru kenal lo gak sedarah lo eee maksud e apa gak

sayang sama saya ya, apa eee karna ya saya gini cacat

tapi ya mereka orangtua saya, jadi saya gak pernah

dendam sama orang tua saya ataupun sama keluarga

saya karena dididik sama Pak Bos bagaimana pun dia,

dia tu orang tua saya. Walaupun sekalipun jengkel tapi

yo wes gede lanang gak usah minta, tapi kasih aja yang

penting jangan pernah sekali pun benci sama orang tua

kamu. Jadi yo ee tak tanamkan di sini bagaimana pun

orang tua saya itu tetap orang tua saya gitu, meskipun

ya mbak saya sakit hati, ya itu mbak apa eee contoh

bagaimana orangtua saya ke saya itu seperti itu

Dulu pas mau bunuh diri, bapak ngapain aja?

128

129

130

131

132

133

134

135

136

Oh ya, yang saya melakukan percobaan bunuh diri, ha

kan sebelum kan Mbaknya nek mau beli tiket kereta

api tu kan lihat jadwal. Saya mau bunuh diri pun lihat

jadwal. Kereta mana yang paling tercepat dan jam

berapa ha kan gitu to biasanya setengah satu jam 1 jam

setengah 2 hoo segitu jam setengah 3 hoo to. Saya juga

lihat jadwal mbak itu saya browsing maksud e eee

orang-orang mau pergi aja liat jadwal, la saya kan

bunuh diri kan juga lihat jadwal kereta tercepat yang

Membuat sebuah perencanaan

untuk bunuh diri

Perkembangan motivasi

bunuh diri menuju perilaku

bunuh diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

7

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161

mana makanya nek Pak Bos itu udah tidur mungkin

saya udah lewat. Waktu itu cuma belum maka hp

android cuma make saya sms saya pake itu eee abis itu

kan saya curhat panjang lebar eee Pak Bos cuma

bilang dah besok tak anter motor. Jadi gak nganu gak

maksud e gak bunuh diri tapi itu sudah saya di foto

saya kasih wasiat banyak banget sama Pak Bos.

Tolong nanti kalau saya udah gak ada tolong bilang ke

Ibu saya pokoknya udah itu udah panjang. Saya udah

di situ ee sama Pak Bos saya cuma dibilang dah besok

tak kasih motor gitu eee sehingga pengen bunuh diri tu

menjadi cair mbak oh ya udah terus pagi harinya Pak

Bos datang sendiri nganter motor sama Mas Aris, terus

tak ajak keluar tak ajak muter-muter terus ya saya itu

dah di rel saya dah liat jadwal oh jam setengah 2

Bogowonto paling banter to eee paling kres lak udah.

Nek Pak Bos setengah 2 udah meninggal itu mungkin

dah lewat saya, mungkin eee waktu itu penolong saya

sampai sekarang eee ya ndak dari pertama tapi sampai

sekarang ketika saya ada kesulitan pun dia yang paling

membantu itu, jadi yo gimana ya ibaratnya saya tu

ketika masuk Ojek Difa itu dah ada dalam artian udah

saya merasakan ada keluarga yang lebih peduli ya itu

eee mungkin keluarga saya yang di sana itu biar buat

adek-adek saya sama kakak saya, saya di sini aja saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

8

162

163

punya keluarga sendiri, nek butuh ya tak bantuin ya

saya sih gitu mbak nek pikiran saya sekarang mbak.

Ada lagi gak Pak percobaan bunuh dirinya?

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

183

184

185

Oh saya udah berulang kali Mbak. Saya eee saya itu

eee mabuk satu meja sama temen-temen gitu ya

kejadianne eee udah lama e mbak, itu eee lupa e itu

malah belum masuk Ojek Difa mbak, gitu. Saya itu

temen saya pada mabuk, punya saya tak campur

baygon tak campur autan, nah kan abis itu nah saya

kan namanya juga orang mabuk to mbak jadi pada

minum tapi gak tau nek temen saya tu pada minum to

maksud e yang saya racik kan pengennya tak minum

sendiri haa berempat itu yang selamet itu eeh yang

berlima itu cuma dua og mbak sama saya yang tiga

meninggal. Saya itu masih di rumah sakit, dirawat

maksud e cuma ketap ketip ngomong aja belum bisa,

cuma dikabari temen saya di telpon si ini meninggal.

Terus satu lagi si ini meninggal terus si ini meninggal

jadi cuma video call temen bertiga eh berempat itu

pada layatan terus video call. Karna saya gak bisa layat

to, habis itu yo saya mikir berarti saya udah ee masih

diberi kesempatan untuk hidup berarti saya ee harus

melakukan yang lebih baik. Sekarang kan nek frustasi

terus-terusan yo mung ambyar to mbak jadi yo ha

ketika itu saya selalu ee tanya sama Pak Bos saya

Pengalaman percobaan bunuh diri

yang membuat sadar bahwa masih

diberi kesempatan hidup

Titik balik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

9

186

187

188

harus gimana. Karena saya ketika selama ikut ini saya

dididik mental jadi saya tau gimana harus mengambil

sikap tau gimana ketika ada masalah ini

Berapa kali Pak itu percobaannya?

189

190

191

192

193

194

195

196

Banyak e mbak saya tu bunuh diri hahaha. Tiga kali

mbak. Yang terakhir nganu mbak minum wipol. Hooh

wipol tapi gak mati mbak. Malah ketauan temen kui

mbak, la wes minum wipol malah gak mati pie iki

hahaha dulu sih mikir e gitu, malu je mbak malahan

nek gitu yawes beberapa kali nyoba mati gak mati-

mati, jadi kan eee saya kepikiran e apa iya ya masih

diberi kesempatan hidup, eee lagian ya ada teman juga

Pengalaman percobaan bunuh diri

yang membuat sadar bahwa masih

diberi kesempatan hidup

Titik Balik

Maksudnya ada teman tu gimana Pak?

197

198

199

200

201

202

203

204

205

Temen saya tau mbak, maksud e kan eee pernah saya

kan yo nek saya ada masalah itu kan mesti kelihatan

temen-temen kan udah tau, bahkan teman sekantor pun

tau mbak. Jadi temen-temen saya di luar sana pun udah

tau ketika seneng eee ketika saya ada masalah ketika

ini. Nah mergo udah pada tau ki mbak jadi mereka

lebih eee opo yo menjaga saya gitu. Ha ketika itu saya

kan, eee tanya wah wipol e entek kan gitu to. Ha trus

pie? Yo tuku. Nah sama temen saya dibelikan,

Pengalaman percobaan bunuh diri Perkembangan motivasi

bunuh diri menuju perilaku

bunuh diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

10

206

207

208

209

210

211

212

213

214

215

216

217

218

219

220

dibelikan to tapi kan gak kedengeran esek esek gitu lo,

temen saya eee kan udah pernah saya bilang wah saya

pengen mati. Jadi temen-temen saya tu lebih ibaratnya

lebih waspada. Iki tukokke wipol ra ono suworo. Ya di

dobrak itu, itu dah tapi belum masuk tenggorokan sih

mbak belum masuk dalem, terus sama temen saya itu

dicarikan kelapa muda to itu. terus dibawa ke rumah

sakit dikira mati meneh, yo nek niat saya dulu yo

sebener e minum ini dah langsung meninggal tapi

ibarat e namanya ujian di keluarga dari pada di

lingkungan sekitar kan lebih berat di keluarga, ada

perbedaan ini dibelikan, yang ini dibelikan hp, yang ini

minta langsung dibelikan, yang ini minta motor

lansung. Jadi pemikirannya kan wah dari pada saya

melihat mending saya langsung gitu to.

Bapak tu memiliki pemikiran untuk melakukan

percobaan bunuh diri tu sejak kapan ya?

221

222

223

224

225

226

227

228

Ya sebenernya dari SMA saya udah pengen mati,

waktu itu kan ada teman wanita yang perhatian sama

saya gitu maksud e ada yang ngasih semangat ada

yang ini jadi gak jadi terus ada temen SMA yang lebih

perhatian lagi tapi ketika melihat temen maksud e

melihat temen eee beli ini pengen beli itu tapi gak

dikasih sama orang tua yo jadi terbesit itu lah, terus ya

orangtua saya gitu ke saya to mbak yowes lah dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

11

229 pada tekanan batin nek mikir saya kan gitu

Kenapa kok Bapak melakukan hal itu?

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

245

246

Ketika melakukan percobaan bunuh diri ini, wah nek

aku yo langsung lolos mbak. Maksud e lintas batas

ndak ada hambatan langsung wuss udah hilang kan

gitu lo. La nek tekanan, tekanan keluarga tekanan

lingkungan lama-lama gak betah yo mbak, punya

sodara tapi si A si B si C dikasih, ketika saya minta

motor harga satu juta limaratus, gak dikasih saya gak

dibelikan terus adik saya minta belikan motor satria

langsung dibelikan yo mbak e mungkin nek merasakan

itu yo wes lah nek ngene ki mending ra ruh sisan gitu

to mbak nek saya pergi dari rumah tapi kan masih

denger adimu bar dibelikan motor masih denger to

mbak tapi kan nek udah meninggal dah gak denger

selamanya. Umpama kan liat facebook mesti kan

orang jaman sekarang punya motor baru di-upload,

tetep saya bisa lihat, nah biar saya gak bisa lihat

seterusnya saya mengakhiri hidup gitu.

Permintaan tidak dipenuhi Motivasi bunuh diri

Sebenarnya apa yang Bapak harapkan ketika ehm

melakukan percobaan bunuh diri?

247

248

249

250

Ya saya cuma mau melihat sebenernya mbak pas saya

bunuh diri, ketika saya meninggal itu ada penyesalan

gak, sama orang tua saya itu ada penyesalan gak. Saya

itu cuma mau melihat sebenernya kalau saya sampai

Pertimbangan untuk melakukan

bunuh diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

12

251

252

253

meninggal, ada rasa penyesalan gak di keluarga saya

gitu. Nek eee nek saya cuma pengen melihat

sebenernya keluarga saya peduli gak

Ada gak Pak, orang lain yang Bapak sebut sebagai

penyelamat?

254

255

256

257

258

259

260

261

262

263

264

265

266

267

268

269

270

Ya Pak Bos itu lho mbak, ehm saya itu saya kenal Pak

Bos pertama lewat Mas Puji. Mas Puji itu kan

pengurus PPDI Sleman eee Pak Bos nyari ee nyari

dulu sebener e gini, ketika itu Pak Bos mengajak

temen-temen saya yang memerlukan angkutan,

memberhentikan angkutan tapi gak berhenti itu

langsung dikasih motor sama Pak Bos. Terus habis itu

kan jadi kenal yang namanya PPDI, Persatuan

Penyandang Disabilitas Indonesia, terus kenal Mas

Puji haaa Pak Puji Santoso itu temen saya ketika saya

kursus di Pundong 2010. Saya kursus grafis. Ya ketika

saya dah keluar maksud e kursusnya udah selesai, kita

masih berhubungan maksud e masih konsultasi „mas

carikan kerjaan dong iki ngene ngene‟ ya ketemu Pak

Bos. Sama Mas Puji saya ditawarin, jadi itu lewat Mas

Puji. Nek saya gak kenal Mas Puji gatau sekarang saya

gimana.

Sosok teman yang membuat

informan memiliki kesempatan

bekerja

Bapak menyesal gak pernah melakukan percobaan

bunuh diri?

271 Nek itu sih mbak gini nek saya tu cuma mikirnya Mampu mengambil hal positif Peningkatan aspek positif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

13

272

273

274

275

276

277

278

279

280

untung saya gak jadi bunuh diri ya, ha nek saya jadi

bunuh diri kan saya gak bisa kenal si A si B si C gitu,

ya cuma saya nek ehm nek terlalu menyesal sih enggak

mbak karena dulu kan saya mau bunuh diri tu kan niat

nek maksud e cuma setengah-setengah mungkin ada

rasa menyesal tapi nek emang dulu emang saya niat

untuk mengakhiri hidup gitu. Saya ya gak menyesal

mbak, gara-gara saya mau bunuh diri jadi tau banyak

hal gimana ya saya jadi eem kenal banyak orang juga

dari pengalaman masa lalu

Apa yang membuat Bapak memutuskan untuk

melanjutkan hidup?

281

282

283

284

285

286

287

288

289

290

291

292

293

294

Masuk Ojek Difa membuat saya semangat

melanjutkan hidup mbak. Ketika itu sama Pak Bos

dikasih penumpang, terus diajak ke fakultas mana

UGM mana mana jadi ketika melihat eee ketika saya

diajak ke fakultas mana UGM Sanata Dharma UIN

dan saya bisa melihat oh ternyata sekarang banyak

yang membutuhkan saya kan jadi eee ketika pengen

merasa bunuh diri mungkin merasa sulit karena eee

banyak yang butuh saya, saya mau kok eee membantu

ya menolong gitu saya mau nah memang saya tu mau

mbak ya saya juga sudah banyak dibantu sama orang-

orang terutama sama Pak Bos udah diajak ke sana

akhirnya dikasih penumpang ini terus city tour terus

ini kan jadi pegang uang pengen beli ini bisa terus

Memiliki niat dan keinginan

untuk menolong banyak orang

Empati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

14

295

296

297

298

299

300

301

302

303

304

305

306

307

308

309

310

311

312

313

dikasih lagi city tour ini terus diajak ke mana lagi terus

siaran tv. Nah kan habis itu dikasih tau to kamu di

luaran sana belum pernah pengen masuk tv kamu saat

masuk Ojek Difa kamu masuk tv. Kan jadi ada

pemikiran oya yang di luar sana belum pernah masuk

tv, kalau saya udah dicari orang, jadi yo aaa kan

pernah ditanya sama Pak Bos masih pengen bunuh

diri, ya enggak to mbak namanya juga sekarang udah

bisa cari uang terus aku dah ada pelanggan udah bisa

nolong orang ketika ada yang butuh bantuan saya bisa

eee walaupun saya merasa belum diperhatikan full

sama orang tua saya, saya udah maksud e pikiran saya

udah jadi gak jadi bunuh diri. Umpama mbak e belum

pernah ke mana-mana terus udah diajak ke Jakarta

terus dikenalin ini dikenalin si A si B terus diajak ke

sana sini, kenalin ini kenalin ini kan jadi beda, rasa

bunuh dirinya jadi hilang. Ini lo kamu tu bisa kan gitu

to, ditunjukkin kamu tu bisa ada yang butuh kamu

maksudnya eee namanya juga kita di bidang jasa ya

Sekarang masih suka kepikiran pengen bunuh diri

gak Pak?

314

315

316

317

Yo nek sekarang dah gak mau mati mbak, kan udah

banyak temen maksud e kan udah kenal si A si B nek

masalah bunuh diri yo hehe nek dilogika sih karena

dulu sumpek to mbak maksud e gak bisa kemana-mana

Menemukan hal positif di dalam

hidup

Peningkatan aspek positif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

15

318

319

320

321

322

323

324

yo dilogika aja sekarang nek umpama mbak e yo mbak

e cuma disuruh tunggu tunggu rumah terus akhirnya

cuma dikasih makan aja tapi gak pernah dibeliin apa-

apa cuma liat aja maksud e si A dibuatin kamar tapi

mbak e cuma disuruh tidur di depan tv kan ada

perbedaan kan ada yo mbak e mungkin bisa merasakan

itu to

Pak ada gak harapan atau cita-cita untuk ke

depannya?

325

326

327

328

329

330

331

332

333

334

335

336

337

338

339

340

Nek harapan ke depannya anu saya yo harapan ke

depan saya lebih eee bisa lebih banyak menolong

orang kan gitu. Nek saya yo saya pengen jadi orang

sukses mbak tapi ya belum tau namanya orang sukses

kayak apa, saya kan baru mencari itu, nek pengennya

ya saya jadi orang sukses. Ketika saya dah sukses

maksude saya eee bisa menolong orang, bisa

menolong orang gitu lo jadi yo karena dari dulu

mindset nya orang-orang itu difabel itu gak bisa apa-

apa gitu. Saya yakin kok mbak, saya itu berguna

makanya saya ingin membantu orang lain ke depannya

ya sekarang eee dimulai dari sekarang sebenernya.

Makanya pengen tunjukkan kepada semua orang

difabel itu juga bisa kan gitu kalau sekarang pun saya

gimana ya saya bisa menolong orang oh saya baru bisa

menolong ibaratnya saya punya nya baru tenaga gitu

Memiliki harapan akan masa

depan

Optimisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

16

341

342

sih nek dari diri saya tetep saya gak bakal lelah

menjadi orang baik.

Bapak kalau ada masalah biasanya ngapain?

343

344

345

346

347

348

349

350

351

352

353

354

355

356

Oh ini mbak, saya dulu nek ada masalah ketika itu

larinya mesti mabuk mbak hooh, mesti mabuk. Tapi

ketika nek pas rodo eling itu ya mesti shalat gitu mbak

itu, jadi mendekatkan pada Yang Maha Kuasa. Nek

curhat sama temen-temen, paling dijak OrangTua

hahaha. Dijak mabuk, dijak mabuk gitu tapi ketika tak

coba ah tak curhat ning sing nduweni urip gitu.

Rasanya ini mbak, ayem saya merasakan maksud e

merasakan tenang gitu lo mbak, maksud e coba curhat

e karo sing nggawe urip ket biyen maksud e curhat

kepada Tuhan wes tak pasrahke. Sebenernya nek saya

curhat saya pengen motor, saya pengen ini pengen ini

sing penting wes tak curhatke rono mbuh sing ngenehi

pie meh kapan.

Cara untuk menenangkan diri

Regulasi emosi

357

358

359

360

361

362

363

364

Kan gitu mbak ya jane gimana ya nek doa ya shalat

gitu tenang rasane mbak, ha nek tenang ki bisa terus

mikir gimana ya kalau saya tu dengan saya

mendekatkan pada sing nduweni urip rasanya tenang

terus bisa mikir masalahnya gimana apa, aku kudu

ngopo Ya Allah aku kudu pie jadi shalat itu ibarat e

apa yo mbak cara mungkin, cara saya untuk lebih bisa

berpikir tenang, nah nek tenang ki terus bisa mbak eee

Mampu berpikir secara jernih

tentang masalah yang sedang

dihadapi

Analisis penyebab masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

17

365 lebih jernih gak kemrungsung

Kalau sekarang, keseharian gitu biasanya Bapak

aktivitasnya apa?

366

367

368

369

370

371

372

373

374

375

376

377

378

Ya apalagi mbak kalau gak narik ojek hahaha, yo

seneng mbak bantu orang gini terus jalan-jalan mbak.

Jujur yo mbak, aku sekarang sejak sama Ojek Difa

merasa jaketnya itu tameng mbak buat aku. Yo nek

dibilang, aku lebih pede gitu mbak, yo gak tau eemm

tapi ya emang jadi lebih pede gitu mbak. Mungkin

karena temen-temen saya tu sering browsing Ojek Difa

ya saya jadi gimana gitu, terus temen-temen nek butuh

apa saya juga bisa bantu gitu mbak, terus kan karna

ikut Ojek Difa ini saya beberapa kali masuk TV mbak.

Wah temen-temen malah belum pernah, saya udah

pernah mbak, ya kebanggan buat saya mbak yang pasti

to.

Lebih percaya diri karena sudah

membuat suatu pencapaian

Peningkatan aspek positif

Nah bagi Bapak, hidup itu apa?

379

380

381

382

383

384

385

386

Hidup itu hahaha nek sekarang yo anugerah mbak, nek

dulu suram mbak. Nek sekarang yo anugerah. Ketika

dinikmati bisa bahagia gitu eeem jadi yo nek dulu wes

pokok e hidup ki nyebai hehehe nek sekarang hidup itu

nikmat mbak jadi ada perubahan perbedaan, perbedaan

pandangan gitu mbak. Nek eee ada masalah dalam

hidup, ya kan gak mungkin to mbak hidup gak ada

masalah pasti ada to nah itu bisa dari saya yang salah

Mampu melihat hidup sebagai

anugerah

Pengendalian impuls

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

18

387

388

389

atau memang ya takdir hahaha bukan saya yang buat

tapi tetap kudu diselesaikan biar bisa menikmati hidup

la wong yo hidup yo mbak yo ngene kan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

19

Informan 2 (L)

Perempuan, 19 tahun

Transkrip Unit Makna Unit Psikologis

Halo, boleh perkenalkan dirimu terlebih dahulu ehm nama terus

sekarang lagi apa terus apa aja tentang dirimu

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Eeee namaku itu BL tapi biasa dipanggil L. Terus umurku tu 19

tahun, aaa apalagi ya. Hobi eee dulu pernah punya hobi eee

nggambar sih tapi sekarang dah gak hahha karena fokus buat belajar

sama kampus kan trus ada juga kegiatan-kegiatan kampus yang aku

ambil jadi gak terlalu sering sudah eee buat nggambar ya hobi

apalagi di rumah juga jarang sudah trus kalo kegiatan di kampus itu

mungkin itu ya apa namanya antara itu ngebantu temen ngerjain

tugas hahahaha trus sama apalagi ya ada sih ikut eeehmm bukan

organisasi ya kayak apa namanya itu Tutu, itu yang Ballet nah

UKM. Ikut Tutu dan kemarin baru keterima jadi bendahara haaa

sebenarnya ikutnya itu hanya karena mengambil poin sih, ikut

kegiatan yang lain juga karena poin jadi bukan karena mau ya

karena poin doang ya gapapa lah yang penting apa ya mungkin

karena aku sekarang juga harus aktif nyari poin kan ehm ngeliatnya

lagi pas dulu kan di rumah terus jadi kan kayak gapapa lah yang

penting bergerak hehehe

Informan memperkenalkan diri, hobi

dan kesibukannya saat ini

Identitas informan

Boleh diceritakan sedikit tentang kondisi keluarga seperti apa?

17

18

19

20

21

Iya kak, boleh. Keluarga itu ehm apa ya ada Bapak, Mama, aku, dan

dua adik. Oh ya saya punya kakak angkat satu tapi ya tidak terlalu

dekat. Kedua adikku pintar semua terutama yang adik setelah aku,

dia pintar sekali matematika. Jadi kalau dulu kami apa ya bisa

dibilang bukan keluarga yang financially bisa menanggung semua

Kondisi keluarga dan cara didik

orangtua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

20

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

jadikan Mama sama Bapak kerja dari pagi sampai malam, saya

kebanyakan di rumah sendiri terus kalau ke sekolah ya sendiri

pulang pergi kadang les juga pulang pergi sendiri, jadi bisa dibilang

kebanyakan di rumah sendiri sama anjing. Ehm aku sih juga gak tau

ya mungkin dari kecil ya, memang udah dari kecil kayak gitu kayak

ehm orang ngomong gini aku harus kayak gini ehm aku lebih

mematuhi kata orang lain. Mungkin karena orangtua saya juga

orangnya strick, keras sama aku jadi kayak aku harus dengar

omongan orang lain karena apa ya ada satu perkataan sih dari Bapak

sering sih tapi sekarang ya udah jarang. Bapak itu bilang orang

ngomong apa saya ikuti jangan mbantah karena orang itu ngeliat L,

bukan saya yang liat jadi kayak hmm mungkin kayak gitu ya

mindsetnya dari kecil kebawa jadi ya gitu dan ehm sepertinya itu

yang membentuk diriku.

Memang kalau menurutmu, kamu itu orang yang seperti apa?

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

Ah ndak pernah kepikiran ya kalau ditanya soal aku gimana hahaha

apa ya aduh hahaha ehm hah hmm kalau, kalau ya ada dua apa ya

kalau bisa dibilang aku ada dua sisi. Sisi sama teman sama sisi sama

orang baru, kalau sisi orang baru ya lebih formal ya gini karena

kaku awkward aneh gitu, tapi kalau yang sisi teman mungkin lebih

dramatic dan over the top terlalu terlalu mencoba untuk membaur.

Jadi kayak aduh apa ya aku juga kurang ngerti sih sifatku asli

bagaimana karna eee aku juga orangnya kalau orangnya kayak gini

aku eee akan mencoba kayak gitu, ehm kalau aku sama orang baru

aku mencoba ngomong biar ngerti orangnya bagaimana biar aku

bisa ehm ndak awkward sama orang itu ya pokoknya kayak gitu

heheheh ya mencari tau kakak bagaimana terus nanti kalau dah

kenal dah ngerti tu nanti keluarlah sifat ehm yang mungkin kakak

sukai, kayak gitu sih tapi kalau apa ya kayak gak pernah mikir

Pandangan terhadap diri sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

21

50

51

52

53

sifatku. Gak pernah coba memandang diriku ini bagaimana eehm

gitu sih. Tapi mungkin ehm pathetic sifat yang aku pandang itu apa

ya pathetic. Ehm tidak bisa melakukan apa-apa, tidak berguna kalau

tidak ada orang lain

Kenapa kok berpikirnya seolah kamu tidak berguna?

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

Ehm ya karena aku terbentuk karena orang lain, karena ga ada orang

lain aku bukan apa-apa. Ehm sama mungkin aku orangnya pendiam

pemilih, ya kadang memilih untuk diam kadang memilih untuk apa

ya berbicara ya speak up eii kadang speak up pun setengah-

setengah, tidak ehm karena aku gamau menyakiti orang lain jadi

kadang ada beberapa kebohongan atau juga ya kejujuran. Ya bisa

dianggap aku memikirkan perasaan orang lain yang ehm agak di

atas batas normal sehingga itu istilahnya bisa mengorbankan aku

mungkin ya hehehe. Kalau ehm apa ya aku kalau orang lain

ngomong aku lebih memikirkan perkataan orang lain dari pada

diriku sendiri, yah I dont care aku gak peduli apa ya bahasa

kasarnya aku gak pedulilah sama diriku yang penting orang lain

senang.

Pemikiran bahwa harus selalu terlihat

baik di mata orang lain

Negative life events

Kenapa kok kamu mikirnya gitu?

67

68

69

70

71

72

73

74

75

Ehm aku sih juga gak tau ya mungkin dari kecil ya, memang udah

dari kecil kayak gitu kayak ehm orang ngomong gini aku harus

kayak gini ehm aku lebih mematuhi kata orang lain. Mungkin

karena orangtua saya juga orangnya strick, keras sama aku jadi

kayak aku harus dengar omongan orang lain karena apa ya ada satu

perkataan sih dari Bapak sering sih tapi sekarang ya udah jarang.

Bapak itu bilang orang ngomong apa saya ikuti jangan mbantah

karena orang itu ngeliat saya, bukan saya yang liat jadi kayak hmm

mungkin kayak gitu ya mindsetnya dari kecil kebawa jadi ya gitu.

Pemikiran bahwa harus selalu terlihat

baik di mata orang lain

Negative life events

Pandanganmu mengenai orangtuamu itu seperti apa?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

22

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

Bapak ehm terutama sih Bapak sih mungkin karena orangtuanya ini

orangnya keras-keras mungkin dia juga mikir oh gini caranya

ngajarin anak jadi dia lebih keras sama saya, jadi kalau Bapak

bilang tidak ya emang bener-bener tidak karena ya apa ya Bapak

orangnya sih keras kepala dan juga pegang teguh sama apa yang dia

bilang maupun dia salah dia masih teguh dan ehm mbuktiin dia

benar, ya jeleknya itu. Terus kalau Mama dulu orangnya ya hehe

maksudnya aduh malah njelekin orangtua jahat banget aku hahaha

kalau di mataku sih ya ini kan saya sebagai anak kecil ya dulu, apa

ya saya kan dari kecil udah diajarin dewasa jadi apa-apa sendiri

harus ngerti caranya gak usah nanya-nanya orang. Kalau aku bisa

sendiri. L bisa pasti kalau Bapak bisa ehm L pasti bisa juga, jadi

kebanyakan masa kecilku mungkin ya sendiri, sendiri apa-apa

sendiri, ehm apa ya kalau mau nanya pelajaran gitu juga nanya sama

Bapak ga enak karena Bapak bilang Aku pasti bisa sendiri. Tapi

juga kalau ada apa-apa gitu kan Bapak apa ya ndak akan langsung

ngasih tapi kayak ngasih cara-cara biar apakah Aku bener-bener

butuh gitu. Kayak contohnya kalau Aku mau beli barang buat tugas

gitukan ya bener-bener harus nanya ke Aku bener ini mau buat apa

mau jumlahnya berapa hmm detail. Jadi harus bener-bener

ngomong yang seperlunya mungkin karena ehm pandangannya

uang terbatas gitu kan jadi kayak bener-bener harus ehm semua

barang yang dibeli itu harus habis, gak boleh ada yang sisa, gak

boleh ada yang gak kepake gitu, jadi kayak apa ya Bapak dulu pelit

hahahha bisa dibilang gitulah hahaha sama anaknya juga pelit tapi

kalau Mama, mungkin ehm karena ya karena dia nikah sama Bapak

gitukan mikirnya oh Bapak nih bener, jadi ya apa-apa ngikut Bapak

ya kalau Bapak bilang ini Mama ikut jadi ya kadang Mama ngambil

ke sisi Bapak sih dari pada ke sisi saya. Tapi saya juga gak terlalu

Pandangan terhadap orangtua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

23

105

106

107

108

109

110

main karena dari kecil kan kita mikir oh orangtua kita bener jadi ya

harus kita ikutin terus tapi ya, aku ehm tidak mikir kalau apa ya

mungkin karena mulai sadar ehm ini bukan apa yang aku mau,

masak aku harus kayak gini ya ndak segininya juga tapi kan mau

bagaimana lagi anak kecil, orangtua juga pasti ga mau denger anak

kecil, waktu dulu sekarang sih ya didengar.

111

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

Karena keluarga lain juga sih hahaha. Kan apa ya mesti ada bagian

anak saat-saat anak ngeliat anak lain punya ini, ehm ketika sekitar

SD kelas antara kelas 2 kelas 3. Apa ya mungkin ngeliat ehm saya

kan juga di swasta isinya ya kebanyakan anak-anak orang kaya,

ngeliatnya kan ih aku mau ini aku mau itu tapi pasti Bapak gak mau.

Jadi kayak disimpan gitu aja, tapi makin sadar makin lama aku kan

apa ya, aku lebih orangnya observasi sih dari pada ngomong. Ya

aku simpan dulu, aku olah baru nanti aku ngomong tapi kadang

kebanyakan enggak aku omongkan gitu hmm kebanyakan sih

karena orangtua gitu karena yah aku pikir tidak akan mengubah apa

pun kalau pun aku bicara. Jadi aku gak pernah ngomong disimpan

gitu aja hmm akhirnya ya gitulah

Keluarga yang ideal

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

Aku waktu kecil gak pernah mikir kalau kebahagiaan itu adalah

sesuatu yang kita punya memang dari kecil itu. Kebahagiaan itu

suatu yang kita dapatkan ya kalau Aku dapet nilai bagus, melakukan

hal baik kita akan bahagia gitu loh, tapi Aku gak pernah mikir kalau

kita ngumpul sama orangtua ngumpul sama keluarga itu suatu yang

hmm bikin bahagia, apa ya kayak klise ya gimana gitu, tapi aku

memang ga pernah rasain. Aku hanya taunya ya mereka Bapak

Mamaku, dan aku anak mereka, aku akan disayang kalau aku pintar.

Aku akan bahagia kalau nilaiku bagus. Ya itu yang aku pikir

sewaktu kecil, karena ya memang begitu adanya, ya begitu

hubungannya. Tapi semakin lama kan setelah kejadian itu ya

Pandangan terhadap kondisi

keluarganya sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

24

134

135

136

137

138

139

140

mungkin dah sadar ndak kayak gitu lagi tapi musti ada dikit, dan

bisa dibilang orangtua juga yang nyadarin jadi seberapa tidak ehm

semua orang kan tidak sempurna ada salahnya ada benarnya,

seberapa jeleknya orangtua dulu tapi itu kan semua yang penting

mereka sudah sadar ya sekarang Aku mencintai mereka. Mau pun

itu seberapa bagaimana jeleknya mereka dulu, dulu sih yang penting

kejadian ke depannya dulu yang dipikirkan.

Kejadian apa memang yang dari tadi kamu sebut kejadian itu

kejadian itu?

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

Ohh hahaha, ya kejadian yang kakak teliti. Ya percobaan bunuh

diri. Aku sudah punya pikiran dari kecil. Ehm lebih tepatnya apa ya,

pemikiran bunuh diri gak pernah muncul itu kejadiannya bunuh diri

itu secara spontan tapi yang Aku pikirkan itu ah aku mau mati tapi

ya pernah sih, tapi gak sesering itu, lebih tepatnya itu mikir ah aku

gak berguna, ngapain aku, ngapain aku dikasih hidup sama Tuhan

kalau aku gak ada gunanya. Aku kan punya dua adik yang pinter.

Bisa ah bisa melakukan apa-apa satunya taekwondo satunya pinter

itu apa pelajaran matematika ipa, aku yang kayak gini aja yang

pegangannya Bahasa Inggris. Nilaiku pas-pasan, aku pendek gemuk

juga apa gak ada bagusnya, ndak pintar ya segitu-gitu aja sedangkan

adekku yang apa IQ tesnya lebih tinggi dari aku. Kan mikirnya

ngapain aku dikasih jadi kakak, ngapain aku juga ditinggalin disini,

terus orangtuaku duanya juga pintar apa kerjaannya jabatannya

lebih tinggi dari yang itu keluarga lain, ngapain aku masuk di sini.

Terus aku gunanya apa gitu kan jadi kayak mikir itu selama itu sih

mikirnya kayak gitu.

Pemikiran bunuh diri yang diawali

dengan merasa diri tidak berguna

158

159

160

Karna gak ada juga yang kasih tau bagaimana ngadapi hidup

bagaimana kayak gini gak ada yang pernah ngasih tau cara-caranya

gitu kan kayak keluarga kami sih juga bukan tipe-tipe orang yang

Pandangan terhadap kondisi

keluarganya sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

25

161

162

163

164

165

166

167

168

169

mungkin ngomong heart to heart ya enggak, ngomong depanan gini

gak pernah bukan tipe keluarga kayak gitu kami. Kami lebih tipe

yang ngomong apa adanya, yang apa yang kita pikirkan disimpan,

jadi kami gak pernah ngomong apa yang isi hati kami gak pernah.

Ya kebanyakan auto-pilot ya waktu kecil jadi kayak mengikuti aja

apa orangtua ngomong gak pernah mikir kanan kiri, ngikuti aja

karna Bapak bilang ikutin aja apa yang orangtua ngomong jadinya

nanti sukses. Yah tidak diajarkan bersikap demokratis, jadi saya

tidak ada pilihan, harus ikutin satu titik.

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

183

184

185

Tapi kalau berantem paling aku inget ya ada dua sih, berantem yang

pertama itu karena nilai. Nilai saya jelek, terutama yang

matematika. Bapak marah karena aku juga kurang belajar karena

aku capek, capek belajar terus karena hampir seminggu itu lima kali

les matematika terus, habis pulang langsung les. Terus hari liburnya

itu cuma hari Minggu, hari Sabtu itu saya les Bahasa Inggris jadi ya

gak ada breaknya kan, ketemu teman dekat rumah aja ndak sempat.

Kasih mandi anjing aja ndak sempat jadi kayak capek gitukan, jadi

aku kebanyakan bolos les jadi kayak mulai-mulai keliatan

pemberontakannya kan. Tapi Bapak ngeliat nilai marah jadi kayak

marah terus aku disuruh keluar rumah hahaha aku diusir dari rumah

ya dilempari gitu lah. Sampai ya aku tidur di luar rumah waktu itu

jadi kayak menyedihkan, aku sebuah kegagalan. Yah sebuah

kegagalan adalah tangkapan dari aku, tapi ada perkataan bapak yang

bilang ehm aku dibilang bodoh. Terus masak kayak gini aja gak bisa

bodoh gitu, bukanlah memori yang indah tapi ya gapapa

Dimarahi dan dihukum orangtua

menumbuhkan perasaan gagal dan ingin

mati

Motivasi bunuh diri

Oalah, hmm maaf, apakah ada yang mau ditambahkan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

26

186

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

199

200

201

202

203

204

205

206

207

208

209

210

211

212

213

214

Hahahaha malu aku cerita ini, soalnya kayaknya sepele gitu. Ehm

ya hampir mirip sih ceritanya sama yang nilai jelek itu, tapi bedanya

ya apa ya, mungkin karena dari kecil kan Bapak udah kayak gitu,

udah keras duluan jadi kayak takut membuat dia merasa kayak ya

semua anak harus bisa bikin bangga orangtuanya, nah itu sih aku

jadi takut Bapak gak ngeliat Aku sebagai orang yang berguna, jadi

kayak Aku mencobalah, tapi pas waktu ehm pas waktu SD ehm

kelas 5, nilai Aku anjlok jeleekk banget. Jelek, jeleknya sampai 70

60an nah Aku juga gak tau apa yang terjadi padahal Aku belajar

keras banget, mencoba banget ya mungkin karena Aku juga gak

pintar jadi kayak harus lebih keras lagi belajarnya jadi Bapak itu

marahnya ya masih sama tapi kalau ngadap kayak gitu mungkin dia

udah capek gitu ya ngeliat Aku nilainya jelek terus jadi kayak apa

ya, pandangannya ngeliat Aku jadi kayak gagal hehehe. Ya

mungkin itu kan hanya perasaan. Aku juga gak tau pemikiran Bapak

waktu itu apa, apa yang Bapak pikirkan juga ndak tau, Aku

menyimpulkan bahwa Bapak merasa Aku itu gagal, eee ya karena

Bapak sampai segitu marahnya gitu Aku akhirnya kan ngambil

kesimpulan bahwa aku udah bener gagal ditambah lagi Bapak gak

ngomong sama Aku 2 hari, Mama juga sama mungkin Mama juga

kayak mikir yah ni anak hehehe. Jadi sebenernya gak langsung sih

loncat dari gedung ehm rumah. Apa ya rumahnya hanya tingkat dua,

syukurnya hanya tingkat dua, kalau tingkat 4 sudah gak ada di sini

saya. Hanya tingkat 2 gitu kan, terus kamar kami tu ada di tingkat

atas, terus ada jendela yang ngarahnya ke belakang, halaman

belakang. Waktu itu kan mereka pada keluar semua Aku gak boleh

ikut karena Aku harus belajar. Mereka keluar makan bareng dan

Aku gak boleh ikut karena Aku disuruh belajar, dan apa ya Aku

kayak merasa waktu itu sih Aku gak papa, tapi yang gak bisa Aku

Dimarahi dan dihukum orangtua

menumbuhkan perasaan gagal dan ingin

mati

Motivasi bunuh diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

27

215

216

217

218

219

tahan itu ya orangtua masih gak mau ngomong sama Aku, ehm itu

kan agak memperparah perasan gitu jadi kayak awalnya sih mikir

dulu hehehe kayak ada ehm ada perkataan yah bodoh gak berguna

gitu-gitu. Terus lama-lama yaudah mati aja kayak gitu, yah Aku

buka jendela Aku jatuh, spontan.

Setelah itu gimana dan kamunya keadaannya gimana?

220

221

222

223

224

225

226

227

228

229

230

231

232

233

234

235

236

237

Ndak mikir kanan-kiri. Tetapi tapi ada atap di bawah dekat pas

dibawah jendela, Aku jatuhnya ke situ yang patah hanya kaki,

syukurlah. Nah Aku jatuh. Apa ya, jatuhnya kayak kaki dulu. Terus

baru gelinding ke bawah. Terus Aku nangis, ada tetangga. Yah

patah kaki hanya kaki kanan. Terus tetangga kan rupanya lagi jemur

pakaian terus dengar, terus ehm nelpon orangtua. Ditanya kenapa,

ndak pernah ngasih tau. Jadi keluarga ndak tau. Waktu itu alesannya

bilangnya jatuh, kayak apa ya mungkin pas jatuh itu kayak sadar oh

Aku masih idup. Ada rasa sedihnya ya apa ya mungkin pas jalan ke

rumah sakit itu kaki udah di gips. Mungkin selama beberapa hari

perasaan Aku sedih karena gak mati hahaha Aku udah capek banget

hidup. Apa ya mungkin kayak udah benci. Kenapa enggak mati

terus mikir apa ya tapi kayak gitulah Aku udah apa ya jujur aja Aku

benci apa ya dulu kecil Aku benci Tuhan hehehe karena ya kenapa

Aku ditaruh di sini kenapa Tuhan kasih kayak gini. Ini ni apa

namanya cobaan macam apa buat anak kecil kayak gini, mikirnya

kan kayak berat semua dunia itu hanya Aku sendiri, Aku kan masih

kecil

Percobaan bunuh diri dengan

menjatuhkan diri dari lantai dua

Perkembangan motivasi

bunuh diri menjadi

perilaku bunuh diri

Waktu itu apa yang kamu rasakan?

238

239

Lebih ke ehm kakak ngerti perasaan orang yang kakak kenal mati,

perasafan sedih itu terus perasaan ditinggal sama pacar hahaha nah

Perasaan saat gagal mati dalam bunuh

diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

28

240

241

242

243

244

245

246

247

248

249

250

251

252

253

254

255

256

257

258

259

260

261

Aku gak ada apa ya ehm mungkin Aku orangnya jarang marah

karena Aku udah benci diri Aku, ehm Aku apa ya, Aku punya suatu

pemikiran waktu kecil bahwa Aku gak berhak marah sama orang

lain karena itu salah Aku. Jadi ya kalau orang marah sama Aku itu

ya salah Aku. Mungkin karena Bapak ehm yang bilang ini semua

Bapak bener, jadi kayak ehm berarti Aku memang salah. Terus jadi

selama ya selama loncat itu sedih terus sedih gak ada marahnya.

Aku gak pernah nyalahin orang sih Aku ngeliat orangtua Aku tu gak

pernah bilang ehm mereka yang salah, salah mereka Aku loncat. Itu

memang keinginan Aku sendiri, itu memang cara Aku maunya

kayak gitu, Aku gak mau melibatkan orang lain meskipun ya

memang ada salahnya mereka tapi kan ndak pernah mikir kalau itu

salah mereka. Mereka kan memang mencoba untuk menjadi

orangtua, mungkin juga ada ehm sangkut pautnya dengan orang lain

ehm teman Aku di sekolah. Ya Aku dari kecil bisa dibilang dibully,

yah mungkin itu juga ada salahnya itu. Tapi ya seperti Aku bilang

tadi, Aku gak pernah nyalahin orang, karena Aku udah benci sama

diri Aku sendiri. Ndak ada, ndak ada pilihan lain, Aku salah gitu

yah sedih aja semua. Aku juga merasa kayak hanya ada aku di sini

sendirian, masalahnya gak seberapa tapi ehm ya aku sendiri. Aku

sedih sekali rasanya dan menyesal kenapa kok gak mati aja sedih

gitu

Tadi kamu bilang soal dibully itu, apakah bisa diceritakan?

262

263

264

265

266

267

Hmm mulanya sih ya SD. SD kelas 1an gitu. Aku kan dulu gemuk

lebih gemuk dari sekarang benar-benar bola dan apa ya, dan Aku

juga orangnya dah duluan jerawatan, ehm puber duluan dari temen-

temen Aku. Mereka dari apa ya pembully an nya mulai dari panggil

nama-nama Aku kayak la gimana Aku dulu dipanggil Megalodon,

Hiu Megalodon. Iya karena nama Aku kan mirip Hiu, dan Hiu

Pengalaman dibully Negative life events

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

29

268

269

270

271

272

273

274

275

276

277

278

279

280

281

282

283

284

285

286

287

Megalodon kan Hiu yang besar ya bisa di ehm kan Aku gemuk. Ada

juga yang itu meatball karena Aku hanya isinya daging dan Aku

bentuknya bundar jadi meatball, dan Aku dibilang totol karena Aku

jerawatan, yah gitu. Buat anak kecil sangat jelek hehehe dan itu

ditambah lagi Aku mendengarkan kata-kata orang jadi Aku memang

gitu orangnya, mungkin dari situ ya Aku mulai bekerja kerasa untuk

membaur dengan orang biar orang itu mau menerima Aku. Mereka

bilang ihh jelek, jadi Aku mempermainkan iya aku jelek gini-gini-

gini. Terus mereka nyuruh apa Aku ikuti, ada satu pernah itu

mereka nyuruh Aku makan daun, mereka bilang nih Aku kan kamu

itu hewan yah Aku makan itu kan terus Aku memelucukan diri Aku

sendiri kan mereka ketawa gitu oh mereka menerima Aku, oh inilah

cara untuk berteman berarti mulai ya bisa dibilang mereka masih

gitu sampai kelas 5 yah sampai kelas 6 sih sebenernya tapi maupun

Aku kayak gitu, mereka masih yah masih tidak menerima Aku ya

masih itu sampai mereka juga beberapa kali itu apa namanya

melakukan kekerasan fisik gitu kayak ndorong dari tangga

ngelemparin Aku barang gitu tapi ya gak pernah sampai luka ehm

jatuh pernah luka tapi gak pernah ngasih tau orang sih karena ya,

Aku gak mau ngasih tau karena ya ngapain, gak ada guna sih pasti

Mulai ada pemikiran untuk bunuh diri itu kapan sebenarnya?

288

289

290

291

292

293

294

Ya dari yang waktu kecil itu, dan itu terus ada ada lagi sampai

terakhir aku SMA. Itu selalu berusaha dan berpikir ya berusaha

hehe untuk mati jika ada kesempatan. Tapi berpikir untuk mati

selalu ada di kepala. Memang waktu kecil pikiran itu gak ada, tapi

setelah besar pikiran ingin mati itu menguat. Kayak semacam ehm

buat apa ya ada di dunia ini aku, ngapain aku di sini, ngapain aku

dikasih hidup

Kalau percobaannya sendiri?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

30

295

296

297

298

299

300

301

302

303

304

305

306

307

308

309

310

311

312

313

314

315

316

317

318

319

320

321

322

323

Mencoba untuk bunuh diri ada, berapa kali ya. Kalau self harm sih

banyak. Kalau bunuh diri kemungkinan ya 3 kali. Yang pertama kan

tadi yang loncat. Terus kalau yang kedua, yang dua ini gak terlalu

itu deh separah yang loncat. Yang kedua mungkin ndak makan tapi

sengaja biar pelan-pelan mati hehehe sengaja kan apa namanya tu,

mungkin karena itu juga pas itu sih orang mulai manggil Aku

gemuk, itu SMP. Kalau SMA itu karena mungkin ehm Aku lagi

terlibat ada teman yang gak terlalu baik toxic lah, Aku jadi ikutan

gak baik jadi kayak masalahnya Aku masuk Aku kemasuk sih

bukan Aku volunteer, semua salahin Aku. Toxicnya ehm jadi dia itu

ehm suka dengan pacar orang lain nah terus kebetulan Aku

berteman dengan dia, dan kebetulan lagi aku kenal dengan si

pacarnya itu dan dia menyalahkan Aku kalau Aku ngenalin

pacarnya itu sama temen Aku dan temen-temen mulai mandang

Aku bagaimana gitu, terus kayak ditambah lagi nilai Aku mulai

turun tambah lagi orangtua itu kan Aku udah di luar pulau, pas

SMA, di Solo. Waktu itu aku mencoba untuk menabrakkan diri

hahaha naik motor sendiri. Kan ada apa ya, mungkin juga

kebanyakan spontan sih hehehe jadi pas hujan gitu lagi nunggu rel

kereta itu kan pas Mama apa namanya Aku pergi ke gramedia,

Mama suruh pulang itu nelpon sih. Yah kemana pun Aku pergi

Mama sama Bapak masih ya mengontrol. Apa ya Aku keberatan

sih, karena ehm Aku dilimit pergerakannya, maupun Aku dah

kuliah sekarang kan masih juga. Tapi kan ya orangtua mereka

protective wajar yah semoga wajar. Jadi ya pas itu Aku mau

menyebrang, tapi ehm keretanya itu masih apa namanya melaju itu

kan ya Aku nyebrang tapi syukurnya gak kena dan ya seperti dulu

hanya luka hahaha sekarang bilangnya syukurnya, dulu sih

sayangnya kok gak kena hahaha ya soalnya ndak ada palang, dan itu

Pengalaman percobaan bunuh diri saat

SMA

Perkembangan motivasi

bunuh diri menjadi

perilaku bunuh diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

31

324

325

326

327

pas ya gak sepi juga ada beberapa gitu, kayak mungkin ehm yang

mistis itu ada memanggil hahaha jadi Aku ngelaju biar kena kereta

gitu dalam pikiran Aku sih semoga kena, tapi ya ndak. Tuhan punya

rencana jadi ya Aku pulang, selamat

Sebenarnya yang kamu pengen itu apa?

328

329

330

331

332

333

334

335

336

337

338

339

340

341

342

343

344

345

346

347

348

349

350

351

Yah mestinya menjauh dari dunia ini, apa ya ehm mungkin juga

bener ada perkataan yang bilang orang yang bunuh diri sebenernya

gak mau mati tapi maunya pergi aja dari dunia yang jahat gitu loh.

Memang Aku memang gak mau mati, Aku masih mau melakukan

banyak hal, kayak Aku belum ketemu sama artis yang Aku suka,

belum ketemu sama orang yang Aku suka, Aku belum selesai kuliah

aja belum kan Aku mau gitu punya kerjaan yang Aku suka, tapi kan

karna ada percobaan-percobaan yang harus kita jalani yah itunya

kan yang gak mau kita ketemu mungkin karena terlalu berat jadi

kita ending di sini aja, apa ya kita kan gak bakalan selesai

percobaannya jadi yah gitu. Hmm apa ya, mungkin lebih ke

menunjukkan hmm ke orang-orang bahwa Aku berani melakukan

ini, sambil ehm mungkin melihat apakah ada kesedihan ketika Aku

pergi? Tapi juga mungkin apa ya karena Aku sudah makin besar

jadi pandangan Aku tentang bunuh diri kan beda, kan dulu waktu

kecil ya mau mati aku aku gak mau ketemu orang, gak mau ketemu

teman, gak mau ketemu orangtua. Yah dulu Aku gak suka ke gereja,

mungkin karena Aku dulu gak suka ketemu sama orang, karena

kalau ketemu orang Aku harus berinteraksi dengan mereka, Aku

harus hah capek tersenyum lah apa lah hmm. Kayak dah males

capek banget. Jadi Mama kalau ngajak gereja tu Aku pura-pura

tidur, jadi ya malas tu sudah. Tapi sekarang aku sadar, lebih ke

hmm eee cara memandang aja. Pandanganku udah berubah.

Sekarang kalau ditanya kenapa dulu mau bunuh diri ya pasti karena

Perubahan pandangan Titik balik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

32

352

353

354

355

356

357

358

ingin agar eee Mama Bapak tu tau kalau ini lo ada aku. Yah Tuhan

memang punya rencana lain. Ternyata meskipun aku malas ke

gereja, Tuhan punya rencana lain di hidupku, itu pikiran yang selalu

datang ketika aku selalu gagal untuk bunuh diri dan secara tidak

sadar eee pikiranku itu yang membekas ehm yang apa ya eee

pikiran itu jadi yang mengubahku sedikit-sedikit sih. Iya sepertinya

memang Tuhan punya rencana indah atas hidupku

Ada gak orang yang kamu anggap sebagai penyelamatmu?

359

360

361

362

363

364

365

366

367

368

369

370

371

372

373

374

375

376

377

378

379

Hmm siapa ya, tentunya bukan orangtua karena yah mereka ngerti

akhir-akhir dan hm apa ya mungkin yang, bukan lebih

menyelamatkan sih, tapi menyadarkan. Kalau menyelamatkan

tentunya gak ada karena pada akhirnya gak ehm gak terjadi. Kalau

yang menyadarkan hehehe ada satu grup hahaha ada satu grup apa

ya mungkin mereka kan juga melakukan beberapa hal yang berat

gitu kan jadi kayak Aku merasa oh mereka juga ngomong kalau

dunia ini memang indah bagus kita jalani aja, ada hal-hal yang lebih

indah dari pada hal-hal yang buruk, lebih banyak kalau kita gali-gali

aja itu hanya permukaan, tapi bawahnya mesti lebih indah tanda

kutip mereka. Apa ya mungkin karena dari situ Aku lebih mikir, apa

ya Aku coba jalani. Yah itu adalah grup band yang Aku sukai. Yah

bukan orang secara langsung, tapi begitu saja hmm mereka bisa gitu

dari lagu-lagu mereka. Apa ya lagu tu kayak ehm sebagai tempat

melarikan diri, kayak dipeluk eee waktu Aku dengarin lagu. Kayak

gak dengarin orang ngomong apa. Yah satu-satunya yang bisa buat

Aku tenang ya lagu, tapi kalau sekarang ya gak terlalu, ya tapi aku

masih mendengarkan sih. Ya ehm karena apa ya makin besar

masalah Aku makin banyak hehehe kayak gitu ndak manjur, yah

kan karena masalah gak bisa ditinggal lari tapi harus dihadapi tapi

ya hehe sulit untuk menghadapi itu. Cuma ya ehm lagu benar-benar

Kemampuan menghadapi situasi sulit

dan dapat mengekspresikan emosi

dengan lebih baik

Regulasi emosi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

33

380

381

382

membuatku bisa mengatur emosi, misalnya aku nangis dengar lagu

senang lama-lama akan bisa tenang ya proses sih tidak langsung lalu

bisa kembali senang

Terus sebenernya apa yang membuat melanjutkan hidup?

383

384

385

386

387

388

389

390

391

392

393

394

395

396

397

398

399

Apa ya, kalau ditanya begitu hmm kadang kayak ada perasaan gitu

loh, aku mau kayak gini tiba-tiba gitu loh kayak mencapai sesuatu,

mau ini tapi tiba-tiba ganti. Sekarang sih udah ngikutin perasaan

Aku sendiri, karena Aku dah bisa mengatasi bagaimana kalau Aku

kayak gini ya mesti pada akhirnya larinya semua ke apa ya

melarikannya ke bagian sisi buruknya tapi gak sampai bunuh diri itu

tapi apa ya kalau Aku bingung sendiri hahaha kadang ngeblank

sendiri. Sejujurnya Aku gak ingin mati kok, ya tadi Aku masih ada

banyak hal yang belum Aku lakukan. Aku yah mulai menemukan

teman juga, kakak juga saya anggap teman begitu, bisa cerita seperti

ini melegakan rupanya hahaha. Yang jelas, Aku akan berusaha sih

bagaimana pun Aku ya harus bergerak ehm beraktifitas agar sibuk

ya agar lupa dengan pikiran buruk Aku hehehe. Mungkin ya karena

Aku terbentuk dari kecil sudah berpikiran negatif ya, jadi seperti ini.

Tapi Aku akan berusaha. Iya soalnya aku yakin, beberapa kali

mencoba mati dan tidak ada yang berhasil ehm ya eee pasti ada

suatu hal baik yang menunggu di depan kan?

Keyakinan bahwa akan memiliki masa

depan yang lebih baik

Optimisme

400

401

402

403

404

405

406

407

Aku pikir ikut Tutu ini juga menarik ehm ya Aku bisa lumayan

sibuk sih jadi ada kegiatan. Aku juga kan gak pernah lihat ballet jadi

Aku suka suatu kegiatan baru gitu. Aku juga senang sih hmm

teman-teman baru di sini, di Jogja maksud Aku ya mereka

menerima Aku, Aku gak disebut sebut gemuk gendut apalah itu.

Aku ya akan berusaha buat cerita mungkin ya suatu saat ke salah

satu dari mereka. Tapi Aku mau berusaha untuk berteman. Lagian

ehm ya yang aku temukan sekarang teman-teman yang mau

Mengoptimalkan kemampuan diri Peningkatan aspek positif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

34

408

409

410

411

412

413

menemani sih kak, jadi rasanya ehm gimana ya aku tidak pernah

punya teman, sekarang aku punya dan aku senang. Aku senang bisa

belajar, mengerjakan kerja kelompok dengan mereka, senang juga

ikut banyak hal baru. Kuliah ini aku ya bisa ikut beberapa banyak

sih ehm kegiatan yang aku belum pernah ikuti dulu, dan aku senang,

aku bergerak hehehe sekalian diet

Berarti sekarang ini kamu lagi sibuk di kegiatan perkuliahan ya?

414

415

416

417

418

419

Iya kak, aku lebih banyak menghabiskan waktuku di kuliah. Ehm ya

ikut Tutu, ikut japok terus yaa kadang diajakin nongkrong, lagian ya

kak apa ya sekarang teman-temanku baik gimana ya ehm suka

ajakin aku apalagi ya, ya aku tau mereka tidak memanfaatkan aku.

Paling baru buat aku sih kak ikut Tutu, aku belum pernah ikut

kegiatan sebelum ini, dan ini ballet ini hal baru buat aku kak

Mengoptimalkan kemampuan diri Peningkatan aspek positif

Menyesal gak pernah melakukan percobaan ini?

420

421

422

423

424

425

426

427

428

429

430

431

432

Malu iya, menyesal tidak. Aku malu awalnya untuk cerita ini.

Kurasa ini pengalaman memalukan, yah semua orang punya

masalah pasti, dan mereka kuat, aku belum sekuat itu. Sebenarnya

beberapa kali mencoba mati dan beberapa kali terus selamat dari

kematian buat aku berpikir ehm maksudnya bukan berpikir tapi ehm

apa ya merasa bahwa Tuhan kasih kesempatan lagi. Mungkin

memang cara pandang yang harus diubah, hidup mau diubah ya

sulit, tapi cara pandang ehm cara menyikapinya juga mungkin.

Malah ya mungkin terimakasih sih sama pengalaman itu, jadi bisa

berpikir lebih jauh bahwa ini pemberian ini tu belum saatnya

berakhir. Aku tidak apa ya tidak marah dengan siapa pun, aku tau

ini pilihanku. Tidak papa ini jadi pengalaman buat aku, aku ingat

gitu kak ya buat aku perbaiki, aku isi lebih baik lagi

Kemampuan untuk mengendalikan cara

pandang terhadap hidup

Pengendalian impuls

Kalau sekarang ini, kamu ada masalah apa yang kamu lakukan?

433 Wah hmm apa ya, kalau dulu aku pasti akan ya ingin mati kalau Kemampuan menghadapi situasi sulit Regulasi emosi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

35

434

435

436

437

438

439

440

441

442

443

sekarang aku mulai menggambar lagi eee ini kalau lagi punya

tenaga ya kak, ya biasanya ndengerin lagu itu tapi sebenernya aku

suka menggambar aku dengan menggambar bisa memikirkan

masalahku. Aku jarang sekali cerita ke orang kan kak, jadi aku suka

apa ya memikirkan sendiri, aku dengar lagu terus aku kadang juga

ehm menggambar itu sih kak bikin aku bisa berpikir ya gitu

pokoknya kak. Tapi sebenarnya aku masih sering apa ya kalau tiba-

tiba ada masalah masih suka tidak tenang, kadang langsung nangis

yang benar-benar nangis dan aku jadi seringnya tidur, nah sehabis

itu aku baru bisa apa memikirkannya.

dan dapat mengekspresikan emosi

dengan lebih baik

Gimana cara kamu memikirkan masalahmu?

444

445

446

447

448

449

450

451

452

453

Hmm aku tidak pernah kepikiran akan ditanya ini hahaha. Pertama

aku akan berpikir kenapa kok masalah itu ada sampai mengenai

aku, terus ehm aku akan coba pikir lagi ini salah siapa ya salahku

atau bukan ya kalau dulu ya kak aku akan berpikir semua hal buruk

yang terjadi di aku adalah salahku. Kalau sekarang kadang sih

masih seperti itu, tapi aku coba untuk melihat bahwa tidak semua

hal yang salah itu berasal dari aku. Kalau pun dari aku, aku harus

memikirkan bagaimana aku bisa menyelesaikan itu, kalau aku

hanya menyesali hmm buatku gak ada untung sekarang ini kak. Ya

aku sudah bertekad untuk hidup dan akan menjalani hidupku.

Mampu mengidentifikasi masalah Analisis penyebab

masalah

Buat kamu hidup itu apa?

454

455

456

457

458

459

460

Hmm gak pernah mikirin itu hahaha. Suatu pemberian dari Tuhan

hahaha klise dan terlalu religius. Ehm hidup itu sebuah kantong.

Hmm apa ya menampung kan hidup itu hanya singkat kita juga gak

tau kapan kita akan mati dan hidup tu kebanyakan isinya untuk

mengejar suatu yang kita sukai dan di tengah-tengahnya itu

menghadapi orang-orang menghadapi masalah ya itu kan kayak

ketampung semua dalam hidup itu, kayak lama-lama jadi berat dan

Keyakinan untuk sukses Efikasi diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

36

461

462

463

464

465

466

467

468

kadang kalau kita gak oh hidup itu balas dan apa saling membalas

nah itu, ketika kita melakukan ini nanti efeknya gini, terus nanti

efeknya memberikan kita kayak gini kayak hukum fisika gaya tarik

menarik yah saling. Jadi kalau aku melakukan hal baik, aku yakin

aku akan mendapatkan hal baik. Aku selalu berusaha yang terbaik

dari dulu bahkan, dan sekarang aku percaya apa yang aku lakukan

akan menghasilkan hasil yang baik juga tentunya dengan bantuan

orang lain tapi lebih kepada kekuatan diriku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

37

Informan 3 (M)

Perempuan, 23 tahun

Transkrip Unit Makna Unit Psikologis

Tolong perkenalkan diri kamu dong

1 Nama gitu?

Apapun yang tentang kamu

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

Oke aku ya ini aku eee umur 23 tahun hobi jalan-jalan ehm nonton film, oh jualan

sama merajut sih. Eh bukan aku hobinya merajut, dan menjual hasil rajutanku itu.

Biasanya hasil rajutanku berupa tas rajut sih itu yang paling laku terus eee dijual

dikirim ke luar kota juga. Apa lagi ya, oh aku sudah sarjana hahaha bangga sih. Eee

terus aku tu orangnya supel banyak orang juga bilang aku gampang temenan sama

siapa aja, aku juga gak sombong oh tapi aku anaknya males. Pemalas banget sih aku

terus aku juga gampang kepikiran sama apa pun nah karena aku kayak gitu, aku

selalu berusaha buat eee apa ya menghindari pikiran. Caraku ngehindarin pikiran

macem-macem sih, aku kadang lebih milih buat tidur atau aku ngelakuin hal lain.

Kalau sekarang ya ngelakuin hal yang eee positif sih ya dibanding dulu sih, wah

kalau dulu aku larinya minum sih sama ngerokok juga sih aku ya itu awalnya

ngerokok karena itu tapi lama-lama eee ya jadi apa sih kebiasaan gitu, kebutuhan

pokoklah ya, kalau ga ada rokok ada yang kurang gitu rasanya

Perkenalan diri informan

meliputi nama, umur dan

pandangan tentang diri

sendiri

Ehm boleh tolong diceritakan gak soal keluargamu, latar belakangnya dan ya

gimana-gimananya

15

16

17

18

19

20

Waduh hmm keluargaku eeee papa sudah punya keluarga baru lagi aku sekarang

sama mama dan kakakku eh enggak kakakku aja udah gak tinggal di rumah sih.

Kakak aku cowok, beda berapa tahun ya ehm oh eee 4 tahun iya beda segitu sama

aku. Dulu kami dekat, mulai ga dekat karena eee kayaknya karena dia mulai pacaran

hahaha iya mulai dia punya pacar kita jadi ga sedeket dulu pas masih kecil. Ya aku

sama mama sekarang tinggalnya, eh sekarang ngekos sih maksudnya kalau di rumah

Latar belakang keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

38

21

22

23

24

25

26

ya berdua aja gitu. Mama kerja jadi apa gatau orang penting kayaknya di hotel gitu

kalau papa sih kayaknya orang penting juga soalnya suka ke luar negri. Papa Mama

pisah pas aku ehm awal SMP ya bener memasuki masa-masa suram itu hahaha.

Sebenernya sih ya aku ga terlalu deket sama mereka eee mamaku papaku, aku gak

deket ya cuma ya sedih aja, sedih gitu gatau kenapa sedih, keluargaku udah ga

lengkap, keluargaku udah ancur ya hahaha

Masa-masa suram tu gimana?

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

Ya masa di mana aku mulai ikut main sama gengku dulu itu terus sedih banget sih

waktu Papa Mama pisah tuh ya kayak aduh sedih hmm aku habis itu kayak janji sih

aku gak mau menikah eee karena itu sih aku jadi sulit percaya sama hubungan dan

sama orang lain sih gimana ya ternyata orang yang sudah diikat sama janji suci aja

bisa pisah kok ya pemikiranku sih. Meskipun memang aku ga deket sama mereka

berdua dari kecil. Mereka semuanya sibuk, eee aku itu terbiasa sama apa-apa minta

dan dikasih juga, soalnya mereka tu kalo aku minta apa bakal langsung dikasih

tanpa tanya lagi buat apa. Untuk materi aku cukup sangat cukup bahkan berlebih

tapi aku selalu iri sama temen-temen. Terutama dulu waktu aku masih SD dulu itu.

Pembagian raport kan biasanya diambilin sama ortu kan ya, nah ortuku gak pernah

ngambilin yang ngambilin ya si mbak kayak apa ya yah sia sia dapet nilai bagus-

bagus gak diliat juga gitu sih kayak ya buat apa. Sedih sih sebenernya emang dari

kecil terus ya Mama Papa pisah tambah kayak yahh kalo gak niat punya keluarga

ngapain bikin keluarga gitu dari awal, mending ga usah bikin keluarga aja sekalian.

Ngapain bikin kalo akhirnya juga cuma dihancurin gitu. Eee meskipun aku gak

deket sama mereka, perpisahan mereka tetep bikin aku sedih, karena keluarga aku

udah ga utuh dan gimana ya eee tau kalau mereka sudah gak serumah itu rasanya

menyakitkan sih. Oh tiba-tiba keinget boleh lanjut cerita tentang diri gak ya?

Pengalaman perceraian

orangtua

Negative life events

Ya boleh banget dong, silahkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

39

45

46

47

48

49

50

51

Aku eee aku itu dulu orangnya nakal, aku gimana ya aku suka ikut-ikutan ehm aku

kesepian sih sepertinya begitu. Jujur aja dulu itu aku coba cari cara biar Mama Papa

bareng lagi, aku coba kalo aku dipanggil ke sekolah ehm aku sebenernya orang yang

penakut sumpah aku orangnya takutan banget tapi beberapa hal seakan bikin aku

buat jadi nekat eee berani lah ya. Aku dulu juga selalu ngerasa kalo dunia itu jahat

banget sama aku. Aku juga gak punya teman seenggaknya yang beneran tulus

sampe akhirnya ya kuliah ini aku nemu beberapa temen yang beneran gitu tulus

Pandangan tentang diri

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

Sampe aku dari dulu aku selalu mikir buat apa sih ngejalanin hidup, gini amat sih

gue idup ya ampun ngapain sih masih gini terus kenapa gak mati aja. Awalnya cuma

kayak gitu, bener-bener hmm ya cuma mikir kan mau mati pengen mati pokoknya

mau mati. Oiya aku juga ini loh suka ngebayangin, misal ada gunting di atas meja

gitu, aku suka ngebayangin gimana ya kalo itu nusuk aku, berdarah banyak ehm

sesakit apa ya itu gitu gitu deh bayanganku. Ya aku berpikir akutu anak yang gak

diharapkan, eee aku berasa gagal dalam segala hal. Dalam pertemanan, keluarga, ya

semuanya sih. Bayangin aja aku masih berapa tahun ya itu SMP pokoknya udah

mikir berat banget rasanya kayak tiap hari mau mati aja gitu. Ini juga selalu kalo pas

ada masalah dateng gitu pasti selalu mikir aduh gitu apa lagi, terus kalo seneng dikit

tu rasanya kayak oke jangan seneng banget pasti nanti sedih oke jangan ketipu sama

hidup, ya eee sampe bener-bener segitunya tuh loh. Apa sih mending mati gitu tapi

masih takut dulu itu takut sakit jadi cuma suka ngebayangin aja, suka minta ya

semoga besok mati semoga besok gak bangun tidur udah mati

Pemikiran bunuh diri

Ehm sejak kapan itu kamu memiliki pemikiran bunuh diri?

66

67

68

Hahaha, kapan ya tanggal bulan tahun? Hmm lupa. Yang aku ingat dari SMP sih

dan yahh hidupku menjadi gak tau kenapa kok terus memburuk gitu. Yang paling

buruk sih sewaktu Oktober sampe Desember 2018 sih

Apakah boleh diceritakan yang dari SMP itu kenapa kok punya pemikiran bunuh

diri?

69

70

SMP aku tuh ga punya banyak temen, karna ya waktu itu ada kejadian bangsat yang

kejadiannya tidak seperti itu, hmm intinya aku pernah dilecehkan sama dulu sih dia

Pengalaman dilecehkan

dan tidak memiliki teman

Negative life events

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

40

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

pacarku, dan tau gak eee itu yang dihukum aku doang. Aku gak boleh ikut semua

kegiatan selama setahun bayangin, dan ya si cowok itu bebas. Nah aku tambah benci

sama patriaki, maksudnya kenapa cuma perempuannya ehm aku yang dihukum,

terlebih lagi hoax yang disebarkan oleh guru BK yang bangsat itu, yaudahlah biar

nanti Tuhan yang membalas. Ya dia tu guru BK lo sebenarnya kejadian sebenarnya

tidak seperti itu, tidak seperti yang diceritakan guru BK itu. Ya sejak kejadian itu.

Aku tambah ga punya teman, teman-teman sekelas ku mungkin ga enak, aku ga

ngerti sih maksudnya mereka gapeduli atau gimana, tapi mereka jadi gak ngomong

tu lo sama aku, tapi kalau aku butuh bantuan mereka bantuin sih. Mereka kaya jaga

jarak doang sih hahaha mungkin gak mau ikutan kena masalah hmm, terus ga

membenci aku atau gimana gitu. Dulu tuh aku terlalu merasa melankolis kali ya pas

SMP tuh, mungkin karna SMP aku mulai menyadari banyak hal gitu, kaya keadaan

keluargaku, terus masa laluku yang ternyata cukup haha memalukan untuk diinget.

Aku apa ya ya aku merasa hidupku hancur banget sih SMP. Aku tau banyak hal aku

ngerti masalah yang dihadapi Mama Papaku, aku ehm ya dilecehkan oleh mantan

pacarku. Ya bukan pelecehan yang gimana-gimana sih, cuma dicium di bibir

sebenernya, tapi di depan ruang guru bayangin aja. Mana waktu itu aku diem aja ya

aku kaget aku gak tau kenapa kok malah diem aja, bego sih harusnya aku teriak

hahaha. Ya semenjak saat itu tu lo keanggotaan OSIS ku dicopot, aku gak boleh ikut

semua ekstra di sekolah bahkan semua orang nyalahin aku. Semua bener-bener

semua ehm ya bilang aku kok mau-maunya kok apasih cewek murahan dan ya

sebagainya. Hah kalau diinget-inget ya sedih banget sih. Tapi setelah itu, kayak ya

hidupku hancur mulai dari situ. Eee mulai dari situ aku ehm kan gak punya teman,

gak ada yang mau temenan sama aku ya gak ngerti sih sebenernya kenapa kok

mereka gak mau temenan lagi sama aku. Eh tapi aku masuk sekolah terus loh

bayangin keren juga aku dulu, ya gak sih eee gak keren soalnya waktu itu mikirnya

ya mau bolos apa enggak juga masalahnya bakal tetep ada yah sama aja eee kalo

gak masuk kayaknya juga malah ga dapet apa-apa yaudah lah masuk sekolah juga

ga dapet apa-apa eee dijauhin doang yaudah gitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

41

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

Sedih banget sih tapi itu sebenernya eee ya gimana yang dulu selalu ada temen jadi

gak ada temen, bahkan mau gabung sama beberapa temen yang gak deket sama aku

juga susah yaudah kenapa ya masih gak tau juga kenapa mereka jauhin aku sih, eee

oh kalo anak kelas lain sebenernya ga gitu ngejahuin sih ya masih nyapa-nyapa aja

tapi kan apa ya beda gitu loh apa eee beda circle lah ya istilahnya. Heheheh lucu ya.

Aneh mikirku waktu itu terus eee ya aku juga pernah pernah dilabrak di eee kantin

gitu. Waktu itu kan lagi ya jajan gitu biasa di kantin terus ada gitu gerombolan si

centil dkk eee sampe sekarang aku masih dendam sih gak suka aja sama mereka eee

gatau masalah sebenernya terus ikut main labrak aja. Kayak aduh eee bukan

urusanmu koe ki sopo. Tapi waktu dulu aku ya cuma nangis eee nangis sendirian

juga ya mereka berbanyak terus ngata-ngatain aku ya eee jahat sih terus pake bilang

ya pantes ortunya cerai hahaha itu kuinget banget sih jahat banget deh itu ya. Kek

gimana ya eee kenapa gitu yang kena masalah gue kok lu ambil pusing? Ngerugiin

idup lu juga kagak kok lu ikutan ngehakimin gue, gitu sih mikirnya waktu itu. Nah

terus ya karena itu aku yang tadinya eee oke aja ga punya temen selama beberapa

minggu waktu itu tu jadi mikir, gak sih ini ah aku harus punya temen sih, paling gak

buat ngelabrak mereka balik. Yaudah deh aku cari temen dari sekolah lain. Terus

yang mau nerima aku ya anak-anak yang dibilang nakal juga, tapi aku udah gak

peduli. Toh sebenernya aku gak butuh temen, aku cuma gak suka sendiri aja. Aku

mulai coba-coba ngerokok juga ya gapapa sih toh gak ada yang ngelarang aku kan?

Kakakku cowok tau juga kok aku ngerokok. Oh ya terus SMA ya, aku mulai

pacaran lagi oh ehm aku gak bodoh sih dalam pelajaran, aku lumayan kalau nilai

gak paling pinter tapi aku gak bodoh juga. Eee oya SMA eee nothing special untuk

diceritakan biasa aja gitu ga ada kejadian yang bener-bener bikin sedih atau bikin

seneng ya bener-bener biasa aja. Hmm apa ya kalo SMA tu aku malah udah punya

temen lagi sih terus oh aku punya adik tiri tapi ya gapapa udah ga berasa aja gitu,

apa ya SMA beneran ga kenapa napa sih. Ya aku merokok masih eee pas SMA

masih eee tambah parah merokoknya, aku juga suka keluar malem apa lagi ya hmm.

Ya itu aku mulai pacaran lagi. Gak sehat sih aku tau iya dah gak bener lah

Dibully oleh kakak kelas

sehingga mencari teman

dari sekolah lain

Negative life events

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

42

129 pacaranku sampe ya ini Ntan, aku kepentok di hal yang pernah aku ceritain itu

Nah hal itu, apakah boleh diceritakan lagi?

130 Boleh dong hehehe tapi namanya gak diliatin ya ini

Iya enggak kok

131

132

133

134

135

136

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

Oke, ya dulu itu aku kan pernah sempat hamil pas kuliah ini yang bulan Oktober

2018 itu. Nah ini yang bikin aku awal mula kepikiran, apa ya aku mati aja ya, aduh

cewek sampah aku, posisi waktu itu aku kan sudah putus sama pacarku ehm sebut

aja si H gitu ya H hahaha hantu ah abaikan oke lanjut. Jadi eee yang bikin keadaan

jadi sulit tu karena aku pacaran sama dia eee terus berapa eee 2 tahun kayaknya

segitu sih lama eee aku tu sudah sayang sama dia, beneran yang sayang. Gak kayak

aku pacar-pacaran sebelumnya terus ya ada masalah, dia tu gimana ya eee selingkuh

lah ya ga ngerti ya kami putus hm sebenernya kami tu kami beberapa kali sudah

sempat putus. Tapi yang apa yang masih kontakan eee ketemuan ya chat telpon ya

aku masih bareng dia, ya putus putus ga putus gitu. Sampe akhirnya, putus yang

terakhir ini eee aku yang bilang ke dia buat ayo beneran putus ya eee gak usah

kontak lagi eh tapi ya ini malah terus kok ketahuan aku hamil. Aku kemarin pasca

putus juga ya ee masih tidur sih sama dia masih gitu sama dia juga hehehe ya eee

salah sih iya eee terus nah ya aku kan putus dari apa itu ehm dari Agustus ya akhir

Juli menuju Agustus 2018 nah terus selama itu aku sudah gak dapet lagi sudah gak

mens. Awalnya aku kira ya karena aku stress aja kan pasca putus sama lagi ngerjain

eh awal awal skripsi kan ya itu ya gitu pokoknya. Tapi kok makin lama badanku

makin aneh. Bayangin seorang aku males untuk ngerokok loh, kan ga normal ya.

Terus aku mulai kayak mual-mual itu sekitar Bulan September nah ya mulai mual

terus sering pingsan. Pernah tu ya aku pingsan pas di gereja mana waktu itu kan

beneran udah putus nih aku ke gereja tu ya sendirian eee ya malu banget tapi kayak

apa ya perasaanku gak enak takut gitu bawaannya. Sampe eee akhirnya pas baru pas

Oktober tapi masih awal sih itu, aku beraniin buat beli testpack ditemenin sama

temenku itu ehm sebut saja B. Nah ya hasilnya adalah positif. Nangis dong, bingung

juga sedih nyesel iya. Waktu itu aku gak langsung hubungi H soalnya aku bingung,

Pengalaman hamil di luar

nikah menyebabkan

pemikiran bunuh diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

43

156

157

158

159

160

161

162

163

164

165

nah eee ini yang kepikiran tu malah ya ampun idup ku gini amat dari dulu kok gak

pernah sih bahagia apa ya mending ga usah idup ya, itu eee mikirnya gitu kayak

aduh mau mati beneran takut banget bilang Mama nanti kalo Papa tau gimana mati

gue pasti diabisin aduh apa ya mati aja ya dan kamu tau aku masih inget betapa

merindingnya aku pas itu aduh gimana ya eee rasanya tu takut banget yang banget

beneran takut aduh kayak eee gelap udah rasanya bingung banget aku nangis teriak-

teriak. Nah di situ B berusaha buat nenangin aku bener-bener deh itu kalo ga ada B

gatau aku ya gimana-gimananya, eee terus abis itu aku aku hubungin si H, aku

nangis-nangis dan ceritain semua ke dia. Nah jawaban dia sebenernya bikin aku

tenang.

Apa jawabannya dia?

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

183

Waktu itu dia bilang, „gapapa tenang aja aku bakal tanggung jawab tapi tunggu aku

balik Jogja ya, nanti aku coba ngomong ortuku dulu di sini kamu tunggu dulu‟. And

you know Ntan, habis dia ngomong itu dia sulit dihubungi hahahaha brengsek

emang. Awalnya sih aku masih mikir dia ya lagi sibuk lama-lama ternyata ya begitu

dia menghilang, iya ehm beneran menghilang aku gak bisa hubungin dia dan

instagram dia juga dihapus gila gak tu orang maksudnya ya kalo emang ga mau

tanggung jawab ngapain dia bilang kayak gitu? Eh eee jadi awalnya dia tu ya masih

biasa eee kami balikan eh gatau sih aku menganggap itu kami balikan tapi terus

lama-lama ya dia makin slowrespon gitu kayak eee awalnya tu gimana ya sejam

terus beberapa jam kayak kalo chat tu kebanyakan sbb pasti lagi game lah alesan

macem-macem, aku ajak pergi juga sering gak bisa terus eee pernah satu kali aku

ngidam pengen banget makan siomay di daerah selatan nah dia bilangnya gak bisa

karena ada janjian sama temennya dari luar kota gak ngerti deh abis itu slowresp

banget lah eee terus ya ya bayangin ya ampun bayangin aja aku naik motor loh

sendirian nyari siomay iya siomay ke selatan ya pengen banget udahan nah terus aku

mulai mulai rada takut gimana gitu tapi eee waktu itu kayak eee udah gapapa dia

gak bakal pergi. Nah sampe akhirnya ya gini deh beneran pergi dia hahaha ya

ampun parah banget sedih banget sih gak tau sih dia di mana beneran ngilang yang

Pemikiran bunuh diri

karena menggugurkan

kandungan

Motivasi bunuh diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

44

184

185

186

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

199

200

201

202

203

204

205

gak ada kabar sama sekali. Jujur aja sebenernya aku gak bisa kalo ngejalanin ini

sendiri kan, udah masuk bulan kedua di Bulan November itu ehm ya sebenernya aku

gatau persis bayi itu umurnya udah bulan keberapa karena aku juga baru sadar

Oktober dan aku ga berani periksa ke dokter. Pada akhirnya aku yah menggugurkan

dia dengan obat. Posisi aku di kosan, udah berdarah-darah parah banget aku nangis-

nangis sakit gila itu eee aku ditemenin sama temen kosku dia juga nangis ngeliat aku

kayak gitu. Ya sebenernya dia tu udah ngelarang aku buat lakuin ini tapi gimana aku

ga bisa aku ya eee udah jadi pembunuh hari itu. Hancur banget aku eee ga ngerti

lagi itu berat banget kayak apa ya gatau deh eee ya aku pembunuh anak aku sendiri.

Hancur banget itu aku, kayak gimana ya wah udah jadi seorang pembunuh. Itu sih

yang bikin aku bener-bener ingin mati aja aku. Semua kejadian yang dulu-dulu juga

kayak meloncat keluar lagi kayak apa ya ehm ditambah ini aku semakin merasa aku

gak guna banget. Waktu itu juga mikir sih, sebenernya kalo aku mati gak ada yang

sedih juga kayaknya. Apaan ini gini aja H gak peduli, Mama sibuk yah apalagi Papa

kan, eee gak usah ditanya deh. Mungkin abangku sih, ya tapi peduli amat deh aku

gak cerita malah gimana-gimana nanti. Aku dah bener-bener apa ya sendirian,

beneran sendiri. Ya eee pikiran itu bener-bener eee berputar eee terngiang terus di

kepala ku dalam waktu yang cukup lama sih. Kejadian itu bikin aku jadi ansos, aku

beneran menghilang dan menjauhi semua orang. Bahkan aku bener-bener menutup

diri dari eee apa ya dari lingkungan aku di kamar doang beneran yang di kamar aja.

Mau kayak apa ke psikolog takut anjir dosa banget gue eee ya gitu takut semuanya

sedih gitu

Waktu itu kamu hanya memikirkan ingin mati atau sudah berupaya suatu hal?

206

207

208

209

210

211

Udah, aku udah sempat mau gantung diri tapi temen sekosanku masuk kamar

jadinya aku batal eee sebenernya baru siap-siap talinya gitu sih terus dia malah ke

kamar dan cukup lama di kamar nemenin aku terus ya bener-bener apa eee ngurusin

aku gitu sih kayak ibu-ibu ngurus anaknya sakit, oya itu posisi aku sudah gak

mengandung ya hmm dan ya berlanjut jadi apa selfharm tiap malem aku gak bisa

tidur aku cuma diem aja, aku dah sampe ga bisa nangis pas itu rasanya sesak banget

Percobaan bunuh diri Perkembangan

motivasi bunuh diri

menjadi perilaku

bunuh diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

45

212

213

214

215

216

217

218

219

220

221

222

223

224

225

226

aku cuma jeduk-jedukin kepalaku di tembok sambil pegang pisau tapi gak aku tusuk

ya cuma sayat-sayat gitu, terus eee pernah aku minum obat gatau udahan ya itu obat

apa aku minum aja eee banyak terus sampe muntah lemes tapi kok gak mati bingung

juga sih. Sampai ada satu malam, aku juga kayak setengah sadar sih rasanya ya

hmm aku pegang pisau terus aku ehm pokoknya tanganku sudah berdarah banyak

banget itu kayaknya subuh deh. Yang aku pikirin saat itu cuma satu, oke akhirnya

aku bakal pergi beneran. Tiba-tiba temen sekosku tu masuk kamarku, waktu itu dia

nganter laundry an gitu ya ampun kok bisa ya dia tu nganter cucian malem-malem

ya pas aja sih gitu eee kayak emang udah di apa ya udah takdir gitu lho kalo dia

bakal tau. Dia langsung nangis terus meluk aku terus ya bentar doang sih dia

meluknya soalnya abis itu dia panik dia langsung telpon cowoknya kan abis itu dia

ambilin perban dulu ya pokoknya disitu aku udah lemes banget. Darahku udah

banyak banget keluarnya, ya singkat cerita udah ke rumah sakit dan aku dirawat

juga soalnya ternyata aku juga kekurangan cairan hahaha iya sih aku jarang banget

minum, makan aja jarang hahaha

Apa yang sebenernya kamu harapkan dari percobaan ini?

227

228

229

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

Mati lah hahaha apa ya sebenernya ga se simpel itu sih, aku jujur ya aku pengen

mati, tapi belum mau mati hmm aku pengen liat si H dateng enggak ke

pemakamanku, aku pengen dia ngerasa bersalah seumur idup deh kayak aku ngerasa

salah banget sama bayiku ini. Aku aduh mau nangis kan hahaha sori sori. Aku

pengen mati dan pengen H merasa bersalah banget. Jujur aku juga sebenernya udah

ngerasa ngelakuin hal yang jahat ke bayiku jadi aku waktu itu berpikir hukuman

yang pantas buat aku adalah mati. Tapi ternyata eee apa ya sepertinya hukuman buat

aku itu bukan mati. Tapi aku harus menghadapi hidupku gitu, aku ya eee

memperbaikinya harus. Aku dibantu banget sih sama temen kosku itu, dia itu ya dia

tu dah kayak penyelamatku lah bener-bener deh aku sayang sama dia. Udah kayak

kakak cewekku gitu eee dia baik banget nemenin aku mastiin aku baik-baik aja dan

dia juga mau tetep temenan sama aku. Setelah keluar dari rumah sakit waktu itu juga

aku gak langsung berani eee apa ya tampil eee membaur lagi aku butuh waktu ya si

Hukuman untuk diri sendiri

yang menjadi berkah

Titik balik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

46

240

241

242

243

244

245

246

247

248

249

250

251

252

temen kosku itu yang nemenin beneran pelan-pelan gitu. Aku kan ya suka nyanyi

dia ajakin aku kadang buat karaokean ya gitu yang simpel-simpel. Nah eee dari

habis dari rumah sakit ya sebenernya masih ada kepikiran pengen mati tapi terus ya

aku sadar. Eee bayi ku bakal apa ya mungkin dia akan marah banget eee gak dia

pasti marah sama aku karena aku buang dia, dan dia akan tambah marah ketika aku

gak bisa memperbaikinya. Aku gak tau dapet pikiran itu dari mana eee pas di rumah

sakir sih itu kepikirannya kayak eee aku yang lama terus di rumah sakit eee kayak

membentuk aku yang baru hehehe tapi itu jadi kayak motivasi eee sebuah apa ya

keinginanku untuk hidup lagi eee untuk kembali menjalani hidup dan ya aku gak

menyesal sudah memilih untuk menjalani hidup hehehe aku sudah sejauh ini dan

ternyata aku bisa gitu kembali menjalani hidup, dan eee bukan sebagai hukuman

lagi melainkan sebagai kesempatan agar ia bisa memperbaiki kesalahan yang pernah

ia lakukan sebelumnya

Kalau kutanya apa yang membuatmu melanjutkan hidup ehm itu apa?

253

254

255

256

257

258

259

260

261

262

263

264

265

266

267

Rasa bersalahku pada bayiku eee ya tadi awalnya ingin menghukum diri gitu kan.

Yaa hmm aku merasa harus menebus dosa-dosaku dengan ya sekarang ini, ya aku

merasa harus menyelesaikan semua masalahku, apa ya aku belum lulus, aku mau

lulus. Aku belum punya kerjaan, aku harus punya kerjaan. Aku ngerasa udah buang

banyak waktuku kemarin-kemarin kayak ngapain aja gue selama ini. Aku ya

seenggaknya mau buat suatu hal yang bisa aku banggain. Eee lama-lama bukan

hukuman sih apa ya lama-lama aku memanfaatkan kesempatan ini, buat jadi diriku

yang baru udah aku buang diriku yang lama, aku mulai berani loh ambil part time

aku juga kan suka nyanyi jadi ya kadang di kafeku aku nyanyi ya kayak apa ya eee

aku ngeras idup lagi, terus setelahnya itu aku sambil ngerjain skripsi juga sih eee

pokoknya aku harus lulus, oya aku ikut kegiatan volunteer gitu ya eee belum pernah

aku ikut begituan lumayan juga ternyata kenal banyak orang wah eee keren sih bisa

denger cerita dari banyak orang yang sebelumnya aku gak ada kenal sama sekali

kayak eee wah keren gitu, ya aku berusaha apa ya dengan apa yang aku punya

pokoknya biar bisa berguna aku oh bisa ini oke aku eee bisa apa lagi ya kira-kira

Keluar dari zona lama Peningkatan aspek

positif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

47

268

269

270

271

272

bisa nambah bisa apa ya eee gitu sih pengen ngelakuin hal yang kayak apa sih dulu

aku buang-buang waktu sekarang mau aku isi waktuku yang kebuang itu oya ini

juga eee aku ngurangin rokok hehehe itu sebuah pencapaian, masih eee masih sih

tapi mengurangi kan udah bagus ya eee ya semoga bisa stop total gitu bukan apa apa

gimana, aku ya realistis uangnya bisa aku tabung hehehe

Dan ehm apakah sudah?

273

274

275

276

277

278

279

280

281

282

283

Satu sudah. Aku sudah lulus itu suatu kebanggan sih, seorang gue gitu lulus. Dan

yah hmm aku punya beberapa harapan sekarang, dan apa ya hmm yakin aja gitu

kalau tetep hidup eee tetep melanjutkan buat hidup pasti bakal ada yang terjadi ya

gimana ya eee itu pas aku nyoba bunuh diri seakan emang dilarang gak sih, kalo

emang udah saatnya mati kayaknya gak mungkin kalo temen kosku bisa nemuin

aku, ya aku pasti udah langsung mati kan, pasti udah eee apa ya beneran bunuh diri

gitu yang sampe mati tapi nyatanya ya ini gue di sini, pasti deh kalo gue berusaha

ngewujudin semua harapan pasti bisa tercapai gatau sih waktunya kapan eee aku sih

yakin kok ama diriku sendiri, ya secara eee sekarat dan aku bisa bertahan gitu kan

berarti semua hal lain nantinya pasti bisa, ya gak tau aku ngerasa lebih percaya sama

diriku kalo aku pasti bisa

Yakin dengan kemampuan

diri

Efikasi diri

Wah harapan apa itu?

284

285

286

287

288

289

290

291

292

293

294

Mungkin ga apa ya err terlalu muluk, aku pengen aja gitu punya panti asuhan. Ya ini

sebenernya karena jujur aja sampai sekarang aku masih ngerasa bersalah udah

ngebuang bayiku gak aku ngebunuh bukan ngebuang lagi. Aku merasa gimana ya,

aku pengen gitu ngerawat anak-anak yang mungkin mereka tidak diharapkan

orangtua mereka. Jujur itu penyesalan paling-paling sih dan sepertinya mau sampai

kapan pun aku akan hidup dalam penyesalan itu, tapi its okay. Kupikir aku sudah

deal with it, aku akan simpan penyesalan itu aku akan hidup dalam penyesalan itu

seumur hidupku tapi, aku jamin penyesalan itulah yang akan terus buat harapanku

ini ehm apa ya terus berkobar gitu. Hmm harapan iya aku pikir harapan juga buat

aku mau kembali lagi hidup sih yah gitu, ya memang betul masalah eee masalahku

yang itu adalah murni kesalahanku meskipun ada beberapa orang yang andil juga

Kemampuan mengelola

emosi negatif

Pengendalian impuls

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

48

295

296

297

298

299

300

301

eee terlibat dalam masalah itu, tapi aku ya terlibat jadi aku harus bertanggung jawab.

Nah sekarang aku juga mulai belajar dan sedikit-sedikit aku bisa kok oh ini bukan

karena aku gak papa, oh ini karena aku kalo gitu aku harus apa ya. Nah gitu eee aku

bisa mulai membedakan mana salahku yang beneran karna aku, mana yang bukan

murni karna aku doang kan bisa aja aku lagi sial atau ya gimana-gimana lainnya

kan. Eeee bisa mikir gini ya juga gak langsung sih dan ya bisa lumayan lah ya gak

nambah beban pikiran

Kalau aktivitas belakangan ini lagi sibuk apa?

302

303

304

305

306

307

308

309

310

311

312

Lagi jualan aja sambil nunggu dipanggil interview kerja sih, kemarin nyoba daftar

jadi pegawai bank hahaha doain ya tar kalo gue kaya gue mau liburan jauh gitu

hahaha. Tapi aktivitas ya sejauh ini bikin-bikin rajutan ini sih apa lumayan kan bisa

dijual. Biar ga gabut juga, seneng juga sih ngerajut apalagi tas ginian lucu aja gitu

ya aku menikmati ehm proses merajutnya bikin gimana ya tenang gitu apasih

rasanya kadang masih kepikiran dong jelas, emang bakal kepikiran seumur idup iye

gue sadar. Aku sengaja cari aktivitas setidaknya mengurangi kepikiranku, dan aku

menemukan ini merajut. Ohya aku juga sibuk fangirling hahahha dulu sih sempat

kan suka-suka gitu pas SMP terus lama berhenti sekarang suka lagi. Ya gitu deh

yang bikin aku tenang juga selain temen sekosku juga boyband ini, gatau sih mereka

tu lagunya ya ampun seakan-akan memelukku gitu sih

Cara untuk mengendalikan

emosi

Regulasi emosi

Boyband Korea ya pasti hahaha. Berarti sekarang kalo sedih eee fangirling ya?

313

314

315

316

317

318

319

320

321

Iyadong BTS hahaha. Sekarang pun apa ya kalau ada masalah, apa pun masalahnya

selalu larinya ke lagu. Lagunya merekalah, jadi bisa mikir gitu. Ya gatau mereka

kayak punya sihir hahaha mantra kali ya mantra dalam lagu hahaha jadi album

Kunto Aji nih hahaha bukan-bukan. Ya gitu sih intinya sekarang kalo lagi sedih

marah kecewa sama dunia hahaha gila kecewa sama dunia hahha larinya ke lagu

BTS gitu, ya itu salah satunya eee kalo sedih ngapain ya eee ya salah satunya sih,

tapi eee gimana nih sedih yang ada masalah gitu kan? Ya sekarang pertama biasanya

eee itu diem dulu sih, pikirin dulu bener-bener apa masalahnya, nah kalo malah

makin pusing atau bikin sedih aku lupain dulu bentar kok nah aku lupain ya gak

Mampu mengurai masalah

yang ada

Analisis penyebab

masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: RESILIENSI PADA PENYINTAS BUNUH DIRI

49

322

323

324

325

326

beneran lupa ya aku sambil ngapain gitu, nah ini aku seringnya buka laptop yutuban

deh. Terus eee nah tengah-tengah yutuban nanti bisa kadang nemu solusi kadang

juga nanti kepikiran kok bisa ya eee masalah itu muncul karena apa ehm kenapa kok

muncul, siapa yang salah oh aku kalau aku oke solusinya apa kalau pun bukan aku

oke gapapa ayo dihadapi pasti ada solusi gitu sih sekarang kalo ada masalah

Hmm oke terakhir. Menurutmu hidup itu apa?

327

328

329

330

331

332

333

334

335

Wow gak pernah nyangka bakal ditanyain kayak gini. Hmmm apa ya hidup tu apa

ya, hidup itu ehm eee harapan iya hidup itu harapan. Rangkaian harapan. Semua

rasa ee kecewa senang sedih gembira apa pun itu ee marah asalnya dari harapan.

Harapan yang kita taruh entah di orang lain entah di kita sendiri. Eee harapan

rangkaian harapan yang bisa diusahakan jadi kenyataan tapi harus bisa sih. Nah

hidup itu kumpulan harapan yang bisa kita upayakan eee untuk kita jadikan ee

realisasikan jadi kenyataan, dengan segala usaha dan doa kalo inget doa hehehe

udah, tapi kalo aku sih aku yakin bisa jadi kenyataan harapanku jadi ya harus tetap

menjalani hidup udah gitu hehehe

Memiliki harapan di masa

mendatang

Optimisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI