FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan...

16
BAHASA JAWA USIA ANAK-ANAK : KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI DI TK AL HIDAYAH V KWARASAN GROGOL SUKOHARJO Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun: ANDI SETYA ARDIANTA NIM A 310 070 127 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Transcript of FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan...

Page 1: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

0

BAHASA JAWA USIA ANAK-ANAK : KAJIAN METABAHASA

SEMANTIK ALAMI DI TK AL HIDAYAH V KWARASAN

GROGOL SUKOHARJO

Untuk Memenuhi Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun:

ANDI SETYA ARDIANTA

NIM A 310 070 127

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

1

Page 3: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

2

BAHASA JAWA USIA ANAK-ANAK : KAJIAN METABAHASA

SEMANTIK ALAMI DI TK AL HIDAYAH V KWARASAN

GROGOL SUKOHARJO

Andi Setya Ardianta

NIM A 310 070 127

ABSTRAK

Penelitian ini ada dua tujuan yaitu :1) Mengetahui karakteristik semantik

bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6 tahun. 2) Mendisikripsikan pola-pola kalimat

bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6 tahun. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Tempat penelitian

dilaksanakan di Taman Kanak-kanak (TK) Al Hidayah V Kwarasan, Grogol,

Sukoharjo. sampel dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 10 anak TK, yang

terdiri anak putra sebanyak 5 anak dan putri 5 anak. Teknik untuk mengumpulkan

data dalam penelitian ini ada tiga, yaitu (1) rekam, (2) catat, dan dokumentasi.

Kesimpulan hasil penelitian yaitu: (1) Karakteristik semantik bahasa Jawa anak-

anak usia 4 – 6 tahun. Bahasa Jawa pada anak-anak dianalisis kelas kata

dibedakan menjadi tujuh macam, yaitu nomina, verba, adverbial, pronomina,

adjektiva, partikel, dan numeralia. Dua kategori kata yang mendominasi produksi

kosa kata bahasa Jawa anak-anak, yakni verba (46,69 %) dan nomina (27,34 %).

Fakta bahasa ini terjadi karena verba dan nomina merupakan kelompok kata

yang cenderung dipertahankan dalam produksi bahasa oleh anak-anak. (2) Pola-

pola kalimat bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6 tahun. Pola kalimat atau struktur

kalimat bahasa Jawa yang digunakan oleh anak berpola kalimat sederhana. Ada

empat jenis pola bahasa Jawa pada anak, yaitu pola SP, SPO, SPK, dan SPOK.

Pola S-P: Adikku mangan (Adiku makan). Pola S-P-O: Aku maem roti (Saya

makan roti). Pola S-P-K: Dista melu mamae (Dista ikut mamanya). Pola S-P-O-

K: Aku pendak dino digawekku ibuku sego goreng (Aku setiap hari dibuatkan ibu

nasi goreng).

Kata Kunci: Bahasa Jawa Anak, Metabahasa Semantik

Page 4: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

1

PENDAHULUAN

Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur-unsur di luar bahasa dapat

dilihat dalam berbagai peristiwa tutur. Dalam hal ini dilakukan oleh penutur

tertentu dengan nilai, norma budaya, dan adat istiadatnya. Aitchison (dalam

Mulyadi dan Siregar, 2006: 4) mengatakan bahwa penggunaan bahasa, dengan

berbagai ragamnya, sebagai alat berkomunikasi untuk menyatakan perasaan dan

emosi dalam kaitannya dengan kontak sosial dan sebagai alat transmisi budaya.

Keraf (2002:88) menyatakan bahwa kata adalah sebuah rangkaian bunyi

atau simbol tertulis yang menyebabkan orang berpikir tentang sesuatu hal dan

makna sebuah kata.

Dikatakan oleh Dardjowidjojo (2003: 225), bahwa penguasaan kosa kata

yang digunakan untuk berbahasa oleh anak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga

sebagai tempat pemerolehan bahasa yang utama dan pertama (bahasa daerah atau

bahasa ibu).

Perkembangan pemakaian bahasa pada anak dipengaruhi oleh meningkatnya

usia anak. Semakin anak bertambah umur, maka akan semakin banyak kosa kata

yang dikuasi. Hurlock (2003: 115) berpendapat bahwa perkembangan bahasa

yang dikuasai anak dipengaruhi oleh perkembangan usia anak dan lingkungan.

Sewaktu anak masih berusia di bawah 3 tahun, waktu anak lebih banyak berada

dalam lingkungan keluarga sehingga bahasa yang dikuasaipun juga hanya berasal

dari lingkungan keluarga. Selanjutnya, setelah anak berusia 3 tahun ke atas di

mana anak mulai masuk sekolah di Taman Kanak-kanak, anak melakukan

hubungan sosial keluar rumah. Anak yang telah bersosialisasi dengan dunia di

luar rumah akan menemui kosa kata yang lebih banyak dan beraneka ragam.

Teori Metabahasa Semantik Alami (MSA) merupakan salah satu kajian

semantik leksikal yang berasumsi bahwa pada setiap bahasa terdapat seperangkat

makna yang tidak dapat diuraikan menjadi makna yang lebih sederhana. Makna

yang tidak dapat diuraikan menjadi komponen semantik yang lebih sederhana itu

merupakan inti semantik (semantic core). Dalam teori MSA, inti semantik itu

disebut primitiva makna. Primitiva makna diduga dikuasai anak-anak lebih awal

(Arnawa, 2009: 3).

Page 5: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

2

Dalam penelitian ini, ada dua tujuan yaitu: mengetahui karakteristik

semantik bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6 tahun dan mendisikripsikan pola-pola

kalimat bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6 tahun

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian dengan memberikan data

seteliti mungkin tentang manusia atau gejala lainnya, maksudnya adalah untuk

mempertegas dan dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori baru.

Tempat penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-kanak (TK) Al

Hidayah V Kwarasan, Grogol, Sukoharjo. Waktu penelitian diperkirakan kurang

lebih selama empat bulan (dari awal sampai akhir penelitian), yaitu dari bulan

Mei sampai dengan bulan Agustus 2012.

Data dalam penelitian adalah kosa kata pada anak-anak TK. Data primer

ini diperoleh dari responden anak-anak di Taman Kanak-kanak (TK) Al Hidayah

V Kwarasan, Grogol, Sukoharjo. Data sekunder dapat berupa sumber pustaka

seperti buku, makalah ilmiah, dokumentasi, dan dokumen pribadi.

Ciri-ciri atau karakteristik sample penelitian ini, antara lain: (1) anak yang

berusia 4-6 tahun, (2) sekolah di Taman Kanak-kanak, dan (3) anak yang pandai

dan tidak malu berbicara atau melakukan komunikasi. Berdasarkan tehnik

sampling yang dipilih, maka sampel dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 10

anak TK, yang terdiri anak putra sebanyak 5 anak dan putri 5 anak.

Teknik untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini ada tiga, yaitu (1)

rekam, (2) catat, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah

model interaktif, yang terdiri empat kegiatan yaitu pengumpulan data, reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Page 6: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

3

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan karakteristik semantik

bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6 tahun. Pengetahuan tentang karakteristik

semantik bahasa Jawa usia anak-anak diharapkan dapat dijadikan pijakan untuk :

(1) memberikan penjelasan terhadap representasi primitiva makna bahasa Jawa

anak-anak usia 4-6 tahun; dan (2) mengidentifikasi pola-pola kalimat kanonik

bahasa Jawa anak-anak usia 4-6 tahun.

Penelitian ini ditekankan pada komponen bentuk bahasa, khususnya pada

komponen semantik dan sintaksis, sedangkan penelitian terhadap komponen

semantik bahasa anak-anak masih jarang dilakukan. Keterbatasan penelitian pada

komponen semantik bahasa anak-anak merupakan salah satu alasan penelitian ini

dilakukan. Komponen semantik bahasa.

Penelitian bahasa Jawa telah banyak dilakukan, tetapi ada perbeda dalam

kajian antara penelitian satu dengan penelitian sekarang. Ada lima penelitian yang

sama objek yaitu bahasa Jawa. Perbedaannya, pada lima penelitian terdahulu

dengan penelitian sekarang, sebagai berikut:

1. Subiyanto (2010) telah melakukan dengan kajian proses fonologis bahasa

Jawa : kajian teori optimalitas.

2. Saddhono, dkk., (2010) melakukan penelitiannya wacana bahasa jawa dalam

khotbah jumat di kota surakarta: perspektif kajian linguistik kultural.

3. Sudjalil (2011) telah melakukan penelitian studi pemetaan dialek bahasa Jawa

sub Malangan (studi awal menuju ke arah studi geografi dialek bahasa Jawa

Malangan di kotamadya Malang).

4. Krishandini (2011) telah melakukan penelitian kontrastif afiksasi verba

Bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia.

5. Bagiya dan Abdulah (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Bahasa

Jawa di Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjar Negara ditemukan

perbdaan dialek antara bahasa Jawa Banjarnegara.

Dari penjelasan persamaan dan perbedaan penelitian sekarang dengan tiga

penelitian terdahulu membuktikan bahwa penelitian sekarang belum ada yang

Page 7: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

4

melakukan penelitian karakteristik semantik bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6

tahun dan pola-pola kalimat bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6 tahun.

Anak yang berumur antara 5-6 tahun belum mencapai kematangan dalam

fisik, intelektual, moral dan sosialnya sehingga belum siap untuk menerima

pendidikan formal. Di rumah pendidikan berbahasa sebagain dasar diberikan pada

anak untuk mengembangkan sikap, kemampuan, pengetahuan dan keterampilan

berbahasa. Dengan kata lain anak TK memerlukan pendidikan berbahasa yang

dilaksanakan di rumah, agar anak dapat mengembangkan segenap kemampuannya

untuk hidup dalam masyarakat dan untuk memenuhi syarat dalam melanjutkan

studi yang lebih tinggi (SD).

Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun

1) Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.

2) Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut: warna, ukuran,

bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan,

jarak, permukaan (kasar-halus).

3) Anak usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang

baik.

4) Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat

mendengarkan orang lain berbicara dan mennaggapi pembicaraan tersebut.

5) Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut

berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan

orang lain, serta apa yang dilihatnya. Anak pada usia 5-6 tahun sudah dapat

melakukan ekspresi diri, menulis, membaca, dan bahkan berpuisi.

Ragam baha yang digunakan oleh anak menggunakan ragam bahasa santai.

Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi

untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman pada waktu beristirahat,

berolahraga, berekreasi, dsb. Ragam ini banyak menggunakan bentuk alegro,

yakni bentuk ujaran yang dipendekkan. Misalnya sesoorang bertanya tentang

tugas kepada temanya. Sesuai tingkatan bahasa yang ada dalam bahasa Jawa,

bahasa yang digunakan anak adalah bahasa ngoko untuk berbicara dengan

Page 8: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

5

temannya dan bahasa krama digunakan oleh anak kepada orang yang lebih tua

(ibu guru atau orangtua).

Bahasa ngoko digunakan untuk berbicara dengan orang yang sebaya atau

orang yang sudah akrab, bisa juga digunakan oleh orang yang kedudukannya lebih

tinggi untuk berbicara kepada bawahnnya. Dalam ragam fungsiolek menurut

Martin Joos, bahasa ngoko dapat diterapkan dalam ragam santai dan akrab.

Misalnya berbicara dengan teman sebaya: “Sapa sik jupuk bukuku ning meja kae

Bud?”

Bahasa krama digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua

(umur maupun kekerabatan) dan tinggi kedudukannya, juga ketika berhicara

dengan orang yang belum kenal. Bahasa kromo berfungsi sebagai wujud

menghargai dan menghormarti orang yang diajak berbicara. Bahasa krama dibagi

menjadi dua yaitu krama madya dan krama inggil. Madya artinya tengah, jadi

bahasa ini terletak di tengah-tengah antara bahasa ngoko dan krama. Penggunaan

bahasa ini terbatas untuk berbicara dengan orang tua atau yang dituakan akan

tetapi sifat hubunganya sudah akrab. Dalam kalimat, krama madya bisanya

bercampur dengan ngoko bisa juga dengan krama inggil. Misalnya adik berbicara

dengan kakaknya: “Mas, mbok benjing aku diterke teng pasar tumbas sepatu”.

Kalimat tersebut merupakan gabungan dari kama yaitu „benjing‟; krama madya

yaitu „tumbas, „teng „; dan ngoko yaitu „aku‟, „diterke‟. Krama madya ini

digunakan juga dalam ragam santai.

Selanjutnya, bahasa Jawa tersebut dianalisis dengan menggunakan teori

Metabahasa Semantik Alami (MSA) merupakan salah satu kajian semantik

leksikal yang berasumsi bahwa pada setiap bahasa terdapat seperangkat makna

yang tidak dapat diuraikan menjadi makna yang lebih sederhana. Makna yang

tidak dapat diuraikan menjadi komponen semantik yang lebih sederhana itu

merupakan inti semantik (semantic core). Dalam teori MSA, inti semantik itu

disebut primitiva makna. Primitiva makna diduga dikuasai anak-anak lebih awal.

Page 9: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

6

Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia

adalah sebagai berikut.

a. KB + KK : Adik memasak.

b. KB + KS : kakak itu baik.

c. KB + KBil : Harga tas itu dua puluh lima ribu rupiah.

d. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di surabaya.

e. KB1 + KK + KB2 : james membaca buku.

Kalimat Memiliki Subjek yang Jelas. Berdasarkan kaidah tata bahasa,

kalimat harus memiliki subjek yang jelas. Jika subjek tidak ada atau tidak jelas,

berarti kalimat tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai kalimat. Pada

kenyataannya, banyak dijumpai kalimat yang subjeknya tidak jelas.

Ketidakjelasan subjek tersebut pada umumnya terjadi karena subjek didahului

oleh kata depan. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. Untuk

pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara.

Kalimat Memiliki Predikat yang Jelas. Selain harus memiliki subjek,

kalimat juga harus memiliki predikat. Berikut adalah contoh kalimat yang tidak

berpredikat. Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti harus ke lapangan.

Kalimat di atas tidak berpredikat. Untuk memperbaiki kalimat tersebut, di

belakang kata harus perlu ditambahkan kata kerja, misalnya pergi atau terjun,

yang akan berfungsi sebagai predikat. Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.

(.a) Untuk mendapatkan data yang valid, / peneliti / harus pergi / ke lapangan. K S

P K (.b) Untuk mendapatkan data yang valid, / peneliti / harus terjun / ke

lapangan. K S P K Demikian pula halnya dengan kalimat (17), di belakang subjek

penelitian ini perlu ditambahkan kata dilakukan atau dilaksanakan yang akan

berfungsi sebagai predikat.

Adapun ciri-ciri kalimat inti adalah sebagai berikut.

• bersusun S/P

• terdiri atas dua kata (S bisa ditambah ini, itu)

• kalimat berita•

Page 10: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

7

Dari dua contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat inti dari

kalimat perluasan adalah rangkaian dari subjek inti (yang dipokokkan) dengan

predikat inti (yang menerangkan pokok).

Menurut Sigel dan Cocking (2000:5) pemerolehan bahasa merupakan

proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis

dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling

baik dan sederhana dari bahasa yang bersangkutan.

Pemerolehan bahasa umumnya berlangsung di lingkungan masyarakat

bahasa target dengan sifat alami dan informal serta lebih merujuk pada tuntutan

komunikasi. Berbeda dengan belajar bahasa yang berlangsung secara formal dan

artifisial serta merujuk pada tuntutan pembelajaran (Schutz. dalam Sukartiningsih,

2009:12), dan pemerolehan bahasa dibedakan menjadi pemerolehan bahasa

pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa pertama terjadi jika

anak belum pernah belajar bahasa apapun, lalu memperoleh bahasa. Pemerolehan

ini dapat satu bahasa atau monolingual FLA (First Language Acquisition), dapat

juga dua bahasa secara bersamaan atau berurutan (bilingual FLA). Bahkan dapat

lebih dari dua bahasa (multilingual FLA). Pemerolehan bahasa kedua terjadi jika

seseorang memperoleh bahasa setelah menguasai bahasa pertama atau merupakan

proses seseorang mengembangkan keterampilan dalam bahasa kedua atau bahasa

asing.

Menurut Vygotsky pemerolehan bahasa pertama diperoleh dari interaksi

anak dengan lingkungannya, walaupun anak sudah memiliki potensi dasar atau

piranti pemerolehan bahasa yang oleh Chomsky disebut language acquisition

device (LAD), potensi itu akan berkembang secara maksimal setelah mendapat

stimulus dari lingkungan.

Clark dan Clark (dalam Sukartiningsih, 2009: 3) berpendapat bahwa pada

usia kurang lebih 5 tahun proses perkembangan bahasa anak sudah menyerupai

bahasa orang dewasa, baik aspek bunyi, bentuk kata, tata kali maupun organisasi

wacana. Namun, proses perkembangan makna pada bahasa anak tidak otomatis

sejalan dengan proses perkembangan aspek struktur bahasanya. Hal itu

Page 11: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

8

disebabkan dalam proses pemerolehan makna bahasa, proses pengaitan antara

makna dan struktur bahasa bukan merupakan proses yang mudah bagi anak.

Mulyadi dan Rumnasari (2006:14) memberikan contoh sebagai bahan

perbandingan padanan istilah Indonesia dan Jawa, sebagai berikut:

(1) Fonologi _ tata / kawruh swara

(2) Morfologi _ tata / kawruh tembung

(3) Sintaksis _ tata / kawruh ukara

(4) Semantik _ tata / kawruh teges, makna, arti (?)

Secara istilah, semantik adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang

mengkhususkan perhatian dan pengkajiannya dalam persoalan makna. Hal dan

makna yang sama dipakai juga oleh bidang semantik bahasa Jawa.

Dari hasil pembehasan dapat diketahui bahwa Karakteristik semantik

bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6 tahun dianalisis kelas kata dibedakan menjadi

tujuh macam, yaitu nomina, verba, adverbial, pronomina, adjektiva, partikel, dan

numeralia. Dua kategori kata yang mendominasi produksi kosa kata bahasa Jawa

anak-anak, yakni verba (46,69 %) dan nomina (27,34 %). Fakta bahasa ini terjadi

karena verba dan nomina merupakan kelompok kata yang cenderung

dipertahankan dalam produksi bahasa oleh anak-anak. Selain didasarkan kategori

kata, identifikasi produksi kosa kata bahasa Jawa usia anak-anak juga dilakukan

berdasarkan referennya. Referen kosa kata produksi anak-anak dibedakan menjadi

dua, yaitu kosa kata yang bereferen fisik dan mental. Disebut bereferen fisik

apabila kosa kata itu merujuk kepada aspek-aspek fisik (ragawi) dan kebendaan

yang konkret; dan disebut bereferen mental apabila kosa kata itu merujuk kepada

aspek-aspek konseptual, emosional, dan abstrak. bahasa Jawa anak-anak usia 4 –

6 tahun didominasi oleh kosa kata yang bereferen fisik (88,80 %). (2) Pola-pola

kalimat bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6 tahun . Ada empat jenis pola bahasa

Jawa pada anak, yaitu pola SP, SPO, SPK, dan SPOK.

Hasil penelitian tersebut berbeda dengan tiga penelitian terdahulu.

Penelitian Mulyadi dan Rumnasari (2006) diperoleh kesimpulan bahwa teori

MMA menggunakan konsep makna asali, polisemi, aloleksi, dan sintaksis makna

universal dalam analisis makna. Cirinya ialah membatasi makna kata dengan

Page 12: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

9

teknik parafrase. Skenario semantis disusun dari perangkat makna asali dan

melalui perangkat itu dapat diungkapkan persamaan dan perbedaan makna kata.

Deskripsi maknanya bersifat tuntas dan tidak berputar-putar. Linguis adakalanya

bersikap skeptis terhadap munculnya suatu teori baru. Ini bukan sikap yang bijak.

Untuk menilai sebuah teori dan mengetahui manfaat teori itu bagi kepentingan

ilmu pengetahuan, teori tersebut perlu diuji pada sebuah bahasa. Teori MMA

terbukti dapat digunakan untuk mengungkapkan fenomena semantis bahasa

Indonesia.

Kemudian hasil kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Arnawa (2009)

menyimpulkan bahwa karakteristik semantik bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6

tahun diderivasi dari primitiva makna. Primitiva makna merupakan fitur semantik

primitiva universal. Fitur semantik primitiva yang paling dikuasai anak-anak

adalah prototipe substantiva yang disusul oleh prototipe tindakan. Derivasi

primitiva makna dalam produksi bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6 tahun

direpresentasikan dalam berbagai pola kalimat kanonik. Berdasarkan fakta lingual

ini, dapat diketahui bahwa komponen semantik dapat digunakan untuk

menjelaskan komponen bentuk pada produksi bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6

tahun.

Selanjutnya hasil penelitian Indrawati (2010) menyimpulkan bahwa teori

MSA mampu digunakan untuk megeksplikasi makna asali dan menganalisis

struktur semantis MM. Analisis makna yang diutamakan dalam teori MSA ini

adalah analisis dari makna ke bentuk bukan sejawaknya. Makian Madura

memiliki referensi, seperti bagian tubuh manusia, istilah kekerabatan, binatang,

mahluk halus, profesi, sesuatu yang buruk, keadaan mental, keadaan fisik

seseorang, dan aktivitas sosial yang memiliki makna asali antara lain seseorang,

sesuatu, badan, bagian, buruk, terjadi, memikirkan, merasakan, mengetahui,

melakukan, dan lain-lain.

Page 13: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

10

Karakteristik Semantik Bahasa Jawa Anak-Anak Usia 4 – 6 Tahun

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada sepuluh anak 4 – 6 tahun

dapat diperoleh berupa kalimat, dengan pola kalimatnya, sebagai berikut:

Tabel 1

Struktur Kalimat yang Digunakan pada Subjek Penelitian

No Pola

Kalimat

Identitas Subjek

D N Ag An K D Di Ka I S

1 SP

2 SPOK - - -

3 SPK

4 SPKK - - -

Dari data tersebut berikut ini disajikan tabel ragam yang digunakan

oleh subjek penelitian.

Tabel 2

Contoh kalimat yang Digunakan Subjek Penelitian

No Pola

Kalimat

Kalimat

1 SP Nur ayo jajan!

Wis mangan durung?

Maem bareng yuk

La………..kowe mau melu lomba ra?

Ora ki Dis….aku pilih nonton

Mau kowe ngerti aku melu lomba

Kowe menang ya Dis

Aku diajari nggambar yo dis

2 SPOK Lha piye tho, aku meh jajan nanging ra duwe duit

Mbak kiki ayo mangkat, selak telat!

Kosek to dis, aku lagi nganggo sepatu iki lho

Hoo aku linggih neng tengah dienteni mamaku

3 SPK Aku mung duwe dhuwit sewu ki

Kok dibungkus? Maem kene wae bareng-bareng

Eneng konco-konco liyani mas, ga enak maem dhewe

Sik to dis! Lho aku wis rampung nganggo sepatu, ayo

mangkat

Mas ayo mas…..mbak kiki kowe ngonceng mburi lho ya

Ngerti no, kowe linggih neng tengah to

Aku yo ngerti, seneng yo dis ntuk piala

Sa aku njaluk panganane yo

Page 14: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

11

Sithik wae Sa

Aku njupuk sing iki ya

Mas ian iki lho ngeyel, ora entuk yo ora etuk

4 SPKK Yo limang atus limang atus no, nur, kowe mang atus aku

yo mang atus, sesuk wis to tak jajake genti, tenan aku ra

ngapusi

Util banget dinjaluki sithik we ra entuk, mengko nek aku

tuku kowe ora takeki lho

Ma…..mas ian iki lho nakal, njaluk ra entuk nekad

Nganggo sepatu we kok suwe banget, ayo mas mbak

kiki ditinggal wae

Kamu senangnya begitu kok Dis, kemarin aku yang

bonceng belakang, sekarang aku yang bonceng di depan

no

Aku mau entuk piala, juara gambar nomor telu

Anak-anak usia 4 – 6 tahun telah dapat memproduksi 398 kosa kata

bahasa Jawa. Karakteristik semantik bahasa Jawa pada anak-anak dianalisis

kelas kata berdasarkan pendapat Kridalaksana (2005: 15) dibedakan menjadi

tujuh macam, yaitu nomina, verba, adverbial, pronomina, adjektiva, partikel,

dan numeralia. Persebaran kosa kata tersebut dapat disajikan dalam tabel 4.

Tabel 3. Tabulasi Kosa Kata Bahasa Jawa

Anak-Anak Usia 4 – 6 Tahun

No Kategori Jumlah Persentase

1 Nomina 109 27,34 %

2 Verba 186 46,69 %

3 Adverbia 40 10,05 %

4 Pronomina 19 4,72 %

5 Adjektiva 16 4,22 %

6 Partikel 17 4,23 %

7 Numeralia 11 2,75 %

Jumlah 398 100

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa ada dua kategori kata

yang mendominasi produksi kosa kata bahasa Jawa anak-anak, yakni verba (46,69

%) dan nomina (27,34 %). Fakta bahasa ini terjadi karena verba dan nomina

merupakan kelompok kata yang cenderung dipertahankan dalam produksi bahasa

oleh anak-anak. Produksi verba paling banyak daripada kategori lain karena verba

Page 15: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

12

menduduki fungsi sentral dalam sebuah kalimat. Kepusatan verba ini dibuktikan

dengan adanya kencenderungan anak-anak yang hanya mengatakan verba pada

kalimat satu kata. Misalnya, anak-anak akan mengatakan maem untuk

menyatakan maksud „Saya ingin makan‟ dan penutur dewasa memahami maksud

anak itu.

SIMPULAN

Hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan ada dua

kesimpulan, yaitu: (1) Karakteristik semantik bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6

tahun. Bahasa Jawa pada anak-anak dianalisis kelas kata dibedakan menjadi tujuh

macam, yaitu nomina, verba, adverbial, pronomina, adjektiva, partikel, dan

numeralia. Dua kategori kata yang mendominasi produksi kosa kata bahasa Jawa

anak-anak, yakni verba (46,69 %) dan nomina (27,34 %). Fakta bahasa ini terjadi

karena verba dan nomina merupakan kelompok kata yang cenderung

dipertahankan dalam produksi bahasa oleh anak-anak. (2) Pola-pola kalimat

bahasa Jawa anak-anak usia 4 – 6 tahun. Pola kalimat atau struktur kalimat bahasa

Jawa yang digunakan oleh anak berpola kalimat sederhana. Ada empat jenis pola

bahasa Jawa pada anak, yaitu pola SP, SPO, SPK, dan SPOK. Pola S-P: Adikku

mangan (Adiku makan). Pola S-P-O: Aku maem roti (Saya makan roti). Pola S-P-

K: Dista melu mamae (Dista ikut mamanya). Pola S-P-O-K: Aku pendak dino

digawekku ibuku sego goreng (Aku setiap hari dibuatkan ibu nasi goreng).

DAFTAR PUSTAKA

Arnawa, Nengah. 2009. Bahasa Bali Usia Anak-Anak : Kajian Metabahasa

Semantik Alami. Linguistika. Vol. 16, No. 30.

Bagiya dan Abdulah, Wakit. 2011. “Bahasa Jawa di Kecamatan Banjarnegara

Kabupaten Banjar Negara”. Jurnal Kebahasaan. Tahun 40. Nomor 8.

Hal. 15-36.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa

Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Page 16: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.ums.ac.id/23377/13/Naskah_Publikasi.pdfJurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia ... Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur

13

Hurlock, Elizabeth B. 2003. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Indrawati, Diana. 2010. Makian dalam Bahasa Madura: Kajian Metabahasa

Semantik Alami. Jurnal Kebahasaan. Vol. 3. No. 6. Hal. 1-11

Keraf, Gorys. 2002. Gaya Bahasa dan Diksi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Krishandini. 2011. “Analisis Kontrastif Afiksasi Verba Bahasa Jawa dengan

Bahasa Indonesia”. Skripsi. Bandung: Universitas Padjajaran.

Mulyadi, Siregar dan Rumnasari, T. 2006. Kategori dan Peran Semantis Verba

dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra. Volume V No.

1. Hal. 5-16.

Saddhono, Kindharu, I Dewa Putu Wijana, dan Soepomo Poedjosoedarmo. 2010.

“ Wacana Bahasa Jawa dalam Khotbah Jumat Di Kota Surakarta :

Perspektif Kajian Linguistik Kultural”. Annual Conference on Islamic

Studies. Hal. 717-730.

Subiyanto, Agus. 2010. ”Proses Fonologis Bahasa Jawa : Kajian Teori

Optimalitas”. Skripsi. Semarang: universitas Diponegoro.

Sudjalil. 2011. “Studi Pemetaan Dialek bahasa Jawa Sub Malangan (Studi Awal

Menuju ke Arah Studi Geografi Dialek Bahasa Jawa Malangan di

Kotamadya Malang).” Humanity. Vol. 1. No. 1. Hal. 53-59.

Sukartiningsih, Wahyu. 2009. Konstruksi Semantis Kata Pada Perkembangan

Bahasa Indonesia Anak. Jurnal Bahasa dan Satra. Vol. 3. No. 4. Hal.

205-216.