FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · Pembelajaran Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik...
-
Upload
truongcong -
Category
Documents
-
view
247 -
download
0
Transcript of FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … · Pembelajaran Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik...
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TEKNIK
BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PERKAYUAN DI SMK
NEGERI 2 SURAKARTA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED
LEARNING-(PBL) DALAM MATA DIKLAT MENGGUNAKAN
PERALATAN TANGAN DAN LISTRIK
Skripsi
Oleh :
Ariza Putri Uniq Pratiwi
K.1506009
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik pada jurusan
Teknik Perkayuan banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa
dalam menerapkan konsep menggunakan peralatan tangan dan listrik. Hal ini
terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep Menggunakan
Peralatan Tangan Dan Listrik sehingga mengakibatkan kesalahan – kesalahan
dalam mengerjakan soal sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa
(skor) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah,
padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru
memberikan tugas (pemantapan) secara kontinu berupa latihan soal. Pelaksanaan
latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menerapkan konsep menggunakan peralatan tangan dan listrik. Rendahnya
model pembelajaran dapat diartikan kurang efektif dalam proses pembelajaran.
Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang
ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana
dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi
kurang efektif. Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan
kurikulum yang menggunakan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Model pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak
seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya
pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan
kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat
belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan
pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan
cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa
secara efektif dalam proses pembelajaran. Juga mengupayakan siswa untuk
3
memiliki hubungan yang erat dengan guru, dengan teman – temannya dan juga
dengan lingkungan sekitarnya.
“Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran (Semiawan, 1985)”. (http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/ , 24 Desember 2009) Maksudnya pembelajaran siswa akan berhasil itu bergantung dari cara
guru mengajar atau dengan model yang digunakan. Banyaknya teori dan hasil
penelitian para ahli pendidikan yang menunjukkan bahwa pembelajaran akan
berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Atas dasar ini
munculah istilah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Salah satu pendekatan
pembelajaran yang mengakomodasi CBSA adalah pembelajaran dengan
pemberian tugas secara berkelompok. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
dikembangkan dari pemikiran nilai – nilai demokrasi, belajar efektif perilaku kerja
sama dan menghargai keanekaragaman dimasyarakat. Dalam pembelajaran guru
harus dapat menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang
memiliki ciri proses demokrasi dan proses ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan jawaban terhadap praktek pembelajaran kompetensi serta merespon
perkembangan dinamika sosial masyarakat. Selain itu pembelajaran berbasis
masalah pada dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran
kelompok.
Terkait dengan kurikulum 2004, pembelajaran dengan pemberian tugas
secara berkelompok menjadi salah satu pendekatan yang sebaiknya dikuasai oleh
guru baik secara teoritis maupun praktis.
Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan sendiri adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Pembelajaran Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik bertujuan agar siswa
mampu mengetahui, memahami dan dapat mengoprasikan alat – alat kerja kayu
tangan dan listrik, mampu melakukan percobaan sederhana untuk memahami
konsep dan cara penggunaan dari alat tersebut.
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah dengan model Problem-Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI Teknik Perkayuan SMK Negeri 2 Surakarta Tahun
Ajaran 2009 – 2010 pada pokok bahasan Menggunakan Peralatan Tangan
Dan Listrik ?
2. Bagaimanakah dampak model Problem-Based Learning dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Perkayuan SMK Negeri
2 Surakarta Tahun Ajaran 2009 – 2010?
C. Tujuan Penelitian
Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan
berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Perkayuan SMK
Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009 – 2010 pada pokok bahasan
Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik.
2. Untuk mengetahui dampak model Problem-Based Learning dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Perkayuan SMK Negeri
2 Surakarta Tahun Ajaran 2009 – 2010.
Tujuan Penelititan Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah, Sehingga pembelajaran menggunakan peralatan tangan dan
listrik menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi :
5
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan minat siswa dalam memahami Pokok Bahasan Menggunakan
Peralatan Tangan Dan Listrik.
b. Memiliki rasa setia kawan, kerjasama dan tanggung jawab.
c. Memotivasi siswa untuk lebih mantap dalam belajar Menggunakan Peralatan
Tangan Dan Listrik.
d. Siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok untuk menyampaikan
pendapat atau mendiskusikan setiap soal pada pokok bahasan Menggunakan
Peralatan Tangan Dan Listrik.
e. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah melalui
pemberian tugas secara berkelompok.
2. Bagi Guru
a. Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme guru.
b. Meningkatkan kualitas pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
masalah.
3. Bagi Sekolah
a. Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran.
b. Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi siswa
dan kinerja guru.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakekat Pembelajaran Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik
a. Pengertian belajar
Belajar dalam idealisme berati kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke
perkembengan kepribadian. Belajar menurut Reber yaitu the process of acquiring
knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Adapun beberapa
pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut :
1) Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktifitas.Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah.
2) Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
3) Geoch
Learning is change in performance as a result of practice. (belajar adalah
perubahan performance sebagai hasil latihan).
Belajar menurut Natawidjaja dan Moleong (1985:7) adalah “suatu proses
perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang”. Hamalik (2003:52)
mengatakan belajar adalah modifikasi untuk memperkuat tingkah laku melalui
pengalaman dan latihan serta suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh beberapa perubahan
tingkah laku yang relatif tetap sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dengan
lingkungannya.
Peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran problem based learning
dalam pembelajaran Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik, karena model
7
ini merupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang
menyatakan bahwa dalam proses belajar diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang
telah dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja,
sehingga diperlukan perubahan/ modifikasi struktur kognitif untuk mencapai
kesimbangan.
Esensi dari teori Problem Based Learning adalah ide bahwa siswa harus
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan
informasi itu manjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus
dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran. Metode ini untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam
situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar.
Menurut Ibrahim dan Nur (2002:2 dalam Nurhadi dkk, 2004), “Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-based Teaching (pembelajaran proyek), Experience-Based Education (pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic learning (Pembelajaran autentik), dan Anchored instructian (pembelajaran berakar pada kehidupan nyata)”. (http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/ , 24 Desember 2009) Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang
profesional dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara
lain :
1) Kemampuan menguasai bahan ajar
2) Kemampuan dalam mengelola kelas
3) Kemampuan dalam menggunakan model, media dan sumber belajar
4) Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil
8
“Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber – sumber atau obyek belajar baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang (Suliana,2005)”. (http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/ , 24 Desember 2009) Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang
belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat diamati oleh orang lain. Belajar
yang dihayati oleh seorang pebelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha
pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang
di alami oleh pebelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap
berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan
mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran.
Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar.
Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan
perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak
pengiring, selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program
belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari
segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau
pembelajaran.
Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki,
suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran. “(Dimyati & Mudjiono, 2002)”.
(http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/ , 24 Desember 2009)
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan
akumulatif, megarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi
mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan
(cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik
(psychomotoric domain).
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
9
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :
1) Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan
siswa menguasai teknik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata
hanya memperoleh pengetahuan.
2) Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk
melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing.
Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya
terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan
mengatasi koflik
3) Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup
bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling
pengertia dan tanpa prasangka.
4) Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai
tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua
dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu
mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang mampu
memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi
terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan
menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang
mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki
kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya
dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).
b. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning. Pembelajaran
berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Tindak
ajar pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru
mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam
perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta
didiknya untuk mempelajarinya. Subyek pembelajaran adalah peserta didik.
10
Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif.
Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruksi, bukan mekanis seperti
halnya pengajaran.
c. Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik
Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik adalah salah satu mata
pelajaran keahlian teknik perkayuan. Mata pelajaran ini diajarkan di kelas XI
Teknik Perkayuan (TP). Penerapan mata pelajaran ini banyak sekali dalam
kehidupan sehari – hari terutama dalam pekerjaan konstruksi bangunan. Oleh
karena itu dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran problem based
learning yang berakar pada masalah autentik yang didesain untuk memudahkan
siswa dalam penguasaan konsep.
Proses pembelajaran Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik lebih
menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan yaitu
daya fikir dan daya kreasi. Sementara daya pikir kreasi sebagai indikator dari
perkembangan kognitif itu sendiri bukan merupakan akumulasi kepentingan
perubahan perilaku terpisah melainkan merupakan pembentukan oleh anak, suatu
kerangka teori belajar terhadap usaha seseorang dalam mengkonstruksi
pengetahuannya.
Pada setiap kesempatan pembelajaran Menggunakan Peralatan Tangan
Dan Listrik hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan
situasi nyata (Contextual Problem). Dengan demikian tujuan yang diharapkan
dapat dicapai.
Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi
juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih
dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk
portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.
d. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola – pola perbuatan, nilai – nilai, pengertian –
pengertian, sikap – sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom, hasil
11
belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan
kognitif (pengetahuan, ingatan, pemahaman). Kemampuan afektif (sikap
menerima, respon). Kemampuan psikomotorik (produktif, teknik, fisik).
Menurut lindgren, hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian,
dan sikap. Perlu diingat hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,
hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar pendidikan sebagaimana
tersebut tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan komprehensif.
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui
proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap
dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang
berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara
serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Prestasi belajar sendiri berasal dari kata “ prestasi “ dan “belajar’ prestasi
berarti hasil yang telah dicapai (Depdikbud, 1995 : 787 ). Sedangkan pengertian
belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu(Depdikbud, 1995 : 14).
Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai atau
angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penilitian yang dimaksudkan
adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran menggunakan
peralatan tangan dan listrik dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh
guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya.
Kata prestasi menurut Poerwadarminta (2002:768) adalah “hasil yang telah
dicapai atau dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya”. Menurut Winkel (1991:162)
“prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai”.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti
pelajaran di sekolah sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dengan melihat
hasil penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh guru
setelah mengikuti asessment atau penilaian dan evaluasi. Penilaian dan evaluasi
12
ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa yang merupakan tujuan dari
pembelajaran.
e. Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada 2 yaitu faktor dari
dalam dan faktor dari luar siswa.
1) Faktor dari dalam
Faktor dari dalam yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang
dapat mempengaruhi proses maupun hasil belajar siswa.
Faktor dari dalam adalah:
a) Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar. Motivasi belajar yang kuat dari diri siswa
dapat menciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
b) Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian
pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan
belajar maupun proses memperolehnya.
c) Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk
menerima isi dan cara pemerolehan bahan belajar, sehingga menjadi
bermakna bagi siswa.
d) Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan
menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan
menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan
waktu yang lama.
e) Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak
dan berhasil. Rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan
13
dari lingkungan. Unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian
perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan siswa.
f) Kebiasaan belajar
Kebiasaan belajar yang tidak teratur dan belajar jika akan ada ujian,
merupakan kebiasaan belajar yang kurang baik. Hal ini dapat
diperbaiki dengan pembiasaan disiplin membelajarkan diri.
g) Cita-cita siswa
Cita-cita siswa sebagai motivasi intrinsik perlu dididikkan. Didikan
memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah
menengah didikan pemilikan dan dan pencapaian cita-cita sudah
semakin terarah.
2) Faktor-faktor dari luar
Faktor dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
a) Guru sebagai pembina belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik Ia tidak hanya mengajar sesuai
keahliannya, tetapi juga mendidik generasi muda.
b) Sarana dan prasarana
Prasana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, ruang
ibadah, ruang kesenian, peralatan olah raga. Sarana pembelajaran
meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium
dan berbagai media pembelajaran yang lain. Sarana dan prasarana
yang dikelola dengan baik bisa berpengaruh pada terselenggaranya
proses belajar yang berhasil baik.
c) Lingkungan sosial siswa di sekolah
Siswa di sekolah membentuk lingkungan pergaulan yang dikenal
sebagai lingkungan sekolah. Siswa yang diterima dengan baik di
lingkungannya akan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat
belajar, sebaliknya jika siswa tertolak maka siswa akan merasa
tertekan.
14
2. Pendekatan dan Penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem-Based Learning) dalam Mata pelajaran Menggunakan
Peralatan Tangan Dan Listrik
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir
tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalam proses belajar
pembelajaran.
Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan
masalah, mengajukan masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru
mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide
secara terbuka. Secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari
penyajian kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan
inkuiri.
a. Ciri-ciri pengajaran berbasis masalah
Berbagai pengembangan pembelajaran berbasis masalah
menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
2) Berfokus pada ketrampilan antar disiplin
3) Penyelidikan autentik
4) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
b. Tujuan pembelajaran dan hasil pembelajaran
Pengajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
15
“Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri”. (Nurhadi, Burhan & Agus, 2004) (http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/ , 24 Desember 2009)
c. Tahapan pembelajaran berbasis masalah
Pengajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari lima tahapan
utama yang dimulai guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi
masalah yang diakhiri dengan penyajian dan analisa hasil kerja siswa.
1) Tahap pertama adalah orientasi siswa terhadap masalah. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
2) Tahap kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3) Tahap ketiga adalah membimbing penyelidikan individual dan
kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
penjelasan dan penyelesaian masalahnya.
4) Tahap keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai dengan laporan, video dan model serta membantu mereka
berbagi tugas dengan temannya.
5) Tahap kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-peoses yang
mereka gunakan.
16
Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003) menyatakan bahwa “Problem Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity”. H.S. Barrows (1982) menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya. (Suyanto; 2008).
B. Kerangka Berpikir
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui
proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap
dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang
berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara
serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Peningkatkan hasil belajar dalam pembelajarannya harus menarik sehingga
siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajaran interaktif dimana
guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru
mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar
yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar
menggunakan peralatan tangan dan listrik meningkat diperlukan situasi, cara dan
strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran,
pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar.
Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan
masalah, mengajukan masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru
mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide
secara terbuka. Secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari
17
penyajian kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan
inkuiri.
Pembelajaran model Problem Based Learning berlangsung secara alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan
mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya,
dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang
mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan menemukan ide –
ide atau pemecahan masalah yang menarik pula.
Pembelajaran model Problem Based Learning tugas guru mengatur
strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan
baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah
dalam kehidupannya.
Pembahasan diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar
efektif dan kreatif, dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya,
menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya,
kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang
diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar
yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih
pada kegiatan nyata (pemecahan kasus – kasus) yang dikerjakan siswa pada saat
melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas).
18
Secara garis besar kerangka berpikir dalam penelitian ini mengikuti skema
seperti pada gambar di bawah ini ;
Gambar 1. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Keberhasilan pembelajaran, dalam arti tercapainya tujuan–tujuan
pembelajaran, sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengolah
pembelajaran. Pembelajaran yang baik dapat menciptakan situasi yang
memungkinkan anak belajar sehingga merupakan awal keberhasilan
pembelajaran. Didalam kurikulum 2004 yaitu KBK siswa dituntut untuk lebih
kreatif, imajinatif, mandiri, bekerja sama dan solider. Pengalaman dan kegiatan
pembelajaran menunjukkan aktivitas belajar yang perlu dilakukan siswa dalam
rangka mencapai penguasaan standart kompetensi. Pengalaman belajar yang
diciptakan harus mampu mengembangkan ranah kognitif, afektif maupun
psikomotorik, Oleh karena itu keahlian guru dalam memilih model pembelajaran
yang sesuai dengan standart kompetensi yang akan dicapai sangat diperlukan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru adalah
pembelajaran dengan model Problem-Based Learning. Dimana didalam
pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk lebih kreatif,
bertanggungjawab terhadap diri, kelompok dan lingkungannya.
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah, dengan model
pembelajaran berbasis masalah siswa kelas XI Teknik Perkayuan (TP) SMK
Negeri 2 Surakarta mata pelajaran Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik
akan lebih meningkat hasil belajarnya.
Hasil belajar diharapkan akan meningkat
Penerapan model Problem-based Learning (PBL)
Rendahnya hasil belajar siswa pada mata diklat Peralatan Tangan dan Listrik
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan model dan strategi pembelajaran.
Model dalam penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas (Class Action
Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti
dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan
untuk melakukan perbaikan.
Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : catatan
guru, catatan siswa dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa. Prosedur
penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Dalam tahap refleksi, siklus akan berulang kembali
pada siklus-siklus berikutnya.
Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktivitas siswa
saat mata pelajaran Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik dengan
pendekatan Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) untuk
melihat perubahan hasil belajar siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan
belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpul
data yang sudah disebutkan diatas.
Data yang diambil adalah data dari hasil tes, presensi, nilai tugas serta data
yang menggambarkan keaktivan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama
dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil.
2. Subyek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas XI
Teknik Perkayuan (TP) dan Guru mata pelajaran Menggunakan Peralatan Tangan
Dan Listrik SMK Negeri 2 Surakarta. Dengan jumlah siswa sebanyak 29 siswa.
20
3. Tempat
Penelitian tindakan kelas yang berjudul “PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS XI TEKNIK BANGUNAN PROGRAM
KEAHLIAN TEKNIK PERKAYUAN DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA
MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING-PBL DALAM
MATA DIKLAT MENGGUNAKAN MENGGUNAKAN PERALATAN
TANGAN DAN LISTRIK” dilaksanakan di SMK Negeri 2 Surakarta, JL. LU
Adi Sucipto No. 33 Telp. (0271) 714901 Surakarta 57139 dengan alasan:
a. Sudah mengetahui kondisi siswanya ketika peneliti melakukan PPL
(Praktek Pengalaman Lapangan).
b. Sudah mengetahui model pembelajaran yang sudah ada di sekolah
tersebut.
4. Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada
pertengahan bulan Desember 2009 sampai dengan pertengahan bulan Maret 2010.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tanggal
Pengajuan Judul 22 Desember 2009
Pembuatan Proposal 14 Januari 2010 – 3 Februari 2010
Seminar Proposal 11 Februari 2010
Perijinan Penelitian 10 Maret 2010
Pelaksanaan Penelitian 10 Maret 2010 – 29 April 2010
Penulisan Laporan penelitian 11 Maret 2010 – 16 Juni 2010
21
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Hasil catatan siswa, guru, dan berbagai dokumen yang terkait
dengan siswa
2. Hasil tes, presensi, nilai tugas serta data yang menggambarkan
keaktivan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam
diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil
3. Informan oleh guru
4. Pengamatan/ Observasi
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi tertulis
Untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar hasil belajar
Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik siswa kelas XI Teknik
Perkayuan (TP).
2. Observasi
Mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran di
kelas.
3. Dokumen – dokumen
Melengkapi data yang diperoleh dari hasil evaluasi dan observasi,
seperti ; data siswa, data guru, nilai yang diberikan guru, dan lain –
lain.
4. Wawancara atau diskusi
Memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran Menggunakan Menggunakan Peralatan
Tangan Dan Listrik.
22
D. Validitas Data
Validitas data dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik
simpulan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi. “Triangulasi
adalah pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu. (Lexy J. Moleong,
1995: 178)”.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan validitas triangulasi sumber data
dan model pengumpulan data.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap
kali melakukan penelitian. Semua data yang telah terkumpul tidak akan berarti
kalau tidak diadakan penganalisaan. Hasil dari penganalisaan akan memberikan
gambaran, arah serta tujuan dan maksud penelitian.
Penelitian ini menggunakan analisa diskriptif. Analisa diskriptif adalah
model analisa dengan cara membandingkan rata-rata prosentasenya, kemudian
kenaikan rata-rata pada setiap siklus. Disini yang dianalisa yaitu tentang hasil tes
tertulis pada tiap siklus.
Hasil tes tertulis tersebut, dapat ditafsirkan tentang ketuntasan belajar
siswa. Dalam penelitian ini untuk ketuntasan belajar siswa individu maupun
klasiklal digunakan pedoman ketuntasan siswa, sebagai berikut:
1. Ketuntasan Perorangan
Seorang siswa dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan) belajar bila telah
mencapai taraf penguasaan minimal 70% atau dengan nilai 70. Bagi siswa yang
taraf penguasaannya kurang dari 70% diberikan remidi pada pokok bahasan yang
belum dikuasai, sedangkan bagi siswa yang telah mencapai penguasaan 70% atau
lebih dapat melanjutkan kepokok bahasan berikutnya.
23
2. Ketuntasan Klasikal
Suatu kelas dikatakan telah berhasil (mencapai ketuntasan belajar) jika
paling sedikit 70% data jumlah siswa dalam kelas tersebut telah mencapai
ketuntasan perorangan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Apabila sudah terdapat 70% dari jumlah siswa keseluruhan dalam kelas
yang mencapai tingkat ketuntasan belajar maka kelas tersebut dapat
melanjutkan kegiatan pada satuan pembelajaran berikutnya.
b. Apabila jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar masih
kurang dari 70% maka:
1) Siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 70% harus diberi
program perbaikan mengenai bagian-bagian pelajaran yang belum
dikuasai.
2) Siswa yang telah mencapai taraf penguasaan 70% atau lebih dapat
diberikan program pengayaan.
Jika dalam suatu kelas ketuntasan siswa lebih atau sama dengan 70% maka
pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat dikatakan berhasil. Tetapi jika
ketuntasan siswa kurang dari 70% maka pembelajaran yang dilaksanakan guru
belum berhasil dan perlu diperhatikan mengenai model dalam pembelajarannya.
F. Indikator Kinerja
Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses
yaitu dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran
berbasis masalah ” dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, dimana para
siswa dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat dan berpendapat lain atau
berbeda pendapat tentang permasalah dalam Menggunakan Peralatan Tangan Dan
Listrik.
Belajar Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik serasa lebih
menyenangkan, meningkatkan motivasi/ minat siswa, kerjasama dan partisipasi
siswa semakin meningkat.
24
Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam
catatan dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap
Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik. Bila 70% siswa telah berhasil ,
melalui Problem Based Learning tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil
pada penyelesaian permasalahan pembelajaran di kelas.
Tabel 2. Indikator kinerja keberhasilan penelitian untuk tiap siklus :
Siklus Ketuntasan Klasikal (%)
I
II
III
60 %
70 %
85 %
Keterangan : A = Nilai 90 – 100 B = Nilai 76 – 89 C = Nilai 60 – 75 D = Nilai < 59
Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ”Menggunakan
Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik” dan aktivitas siswa ditetapkan
sebagai berikut :
Table 3. Kriteria Aktivitas Siswa Yang Relevan
No Nilai Kriteria
1 < 59 Kurang
2 60 – 75 Sedang
3 76 – 89 Baik
4 90 – 100 Baik Sekali
25
Table 4. Kriteria Aktivitas Siswa Yang Kurang Relevan
No Nilai Kriteria
1 < 59 Kurang
2 60 – 75 Sedang
3 76 – 89 Banyak
4 90 – 100 Banyak Sekali
G. Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, seorang peneliti terlebih
dahulu melakukan :
1. Observasi awal kelas yang akan diteliti sehingga peneliti akan dapat
menemukan atau mengetahui permasalahan yang dihadapi guru di kelas
yang berkaitan dengan hasil belajar siswa maupun proses belajar
mengajar. Setelah mengetahui permasalahan yang timbul maka peneliti
dapat merencanakan suatu tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian.
2. Menyusun perangkat pembelajaran yang berupa rencana pembelajaran,
bahan pengajaran atau materi yang akan diberikan, menyiapkan media
pembelajaran, tugas untuk siswa.
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Menggunakan Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik
melalui pendekatan Problem Based Learning. Penelitian direncanakan dalam tiga
siklus untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Rincian pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
Siklus I
1. Perencanaan
a. Kondisi siswa yang meliputi jumlah siswa dan hasil belajar siswa
sebelum dilakukan penelitian melalui pendekatan Problem Based
Learning.
b. Identifikasi masalah yang timbul berdasarkan hasil observasi awal
peneliti terhadap kondisi siswa dan guru.
26
c. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses
belajar mengajar melalui pendekatan Problem Based Learning.
d. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
e. Memilih bahan pelajaran yang sesuai.
f. Menentukan scenario pembelajaran dengan pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning).
g. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
h. Membuat daftar pembagian kelompok untuk diskusi.
i. Mengembangkan format evaluasi
2. Pelaksanaan
a. Menerapkan pelaksanaan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
b. Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.
c. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat
pada buku sumber.
d. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
e. Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan
oleh guru.
f. Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi melalui diskusi
kelas.
3. Pengamatan
a. Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah
disiapkan yaitu:
1) Mengamati kinerja guru dalam mengajar di kelas
2) Mengamati aktivitas belajar siswa
3) Mengamati kinerja siswa dalam pembelajaran berbasis masalah
4) Mengamati kinerja siswa dalam pemecahan masalah
5) Mengamati diskusi siswa
b. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar aktivitas
siswa pada saat proses belajar.
27
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan setiap macam
tindakan.
b. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk
digunakan pada siklus berikutnya.
Siklus II
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah yang muncul pada kompetensi dasar yaitu
pengoprasian Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik.
b. Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi
masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan
masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
a. Guru melakukan appersepsi/ menjelaskan.
b. Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
c. Guru membagi kelompok
d. Siswa mengumpulkan data, melakukan diskusi kelompok belajar,
memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan
e. Guru membimbing siswa kelompok
f. Siswa menceritakan alat kerja kayu tangan listrik dan mempresentasikan
hasil diskusi.
3. Pengamatan
a. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan
mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.
28
b. Jalannya pengelolaan pembelajaran Menggunakan Peralatan Tangan
Dan Listrik.
c. Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
d. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.
4. Refleksi
Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan
data yang terkumpul.
Siklus III
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus II dan belum teratasi.
b. Menentukan indikator pencapaian hasil belajar
c. Pengembangan program tindakan II
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi
masalah yang muncul pada siklus II, sesuai dengan alternative pemecahan
masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
a. Guru menjelaskan materi ajar, membagi kelompok dan memberikan
tugas.
b. Guru membimbing siswa kelompok.
c. Siswa mengumpulkan data, melakukan diskusi kelompok belajar,
memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan atau
dipresentasikan.
3. Pengamatan
a. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan
mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.
29
b. Jalannya pengelolaan pembelajaran Menggunakan Peralatan Tangan
Dan Listrik.
c. Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
d. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi pada siklus III berdasarkan data yang terkumpul.
b. Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus III.
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan
mengalami kemajuan minimal 85% dari siklus I.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Tempat Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta
Perkembangan pemikiran para ahli teknologi yang didorong oleh
perkembangan zaman, maka diperoleh pemikiran untuk mendirikan STM di
Solo. Para pendirinya antara lain:
a. Ir. Frederick Cornelius Lovis Van Olden
b. Prof. Ir. Soediro
c. R.T Djojo Suparno (Sri Sampurno)
d. R. Sumardi Djadi sworo
e. Lalda Soedjono BA
Pada tanggal 1 Juli 1952 berdirilah sekolah yang diberi nama Sekolah
Tinggi Mesin (STM) di Solo. Sejak tahun 1998 lokasi tersebut menjadi SMP
Negeri 24 dan SMP Negeri 25 Surakarta. Tiga jurusan yang dibuka pada saat
itu adalah:
a. Jurusan Mesin
b. Jurusan Listrik
c. Jurusan Bangunan
Pada tanggal 12 juli 1952 keluar surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 3095/B, maka STM solo resmi menjadi
STM Negeri Solo dengan pimpinan Ir. Frederick Cornelius Lovis Van Olden.
Dari mulai berdiri tahun 1952 hingga tahun 1998 pejabat kepala sekolah
12 orang dengan periode meningkat
Periode (I)
Tahun 1952 berdiri tahun 1956 mendapat lokasi di jalan Letjend. Adi
Sucipto No.13 , tahun 1966 menjdi STM Negeri 1 Surakarta. Tahun 1971
mendapat proyek pertama pembuatan ruang/ bengkel kerja mesin.
31
Periode (II)
Tahun 1977 dengan SK Dikmenjur tertanggal 6 Januari 1977 No. 57. 012.
77 ditunjuk melaksanakan kurikulum 1967 (STM 3 tahun) dengan
pengembangan jurusan:
a. Mesin
b. Bangunan
c. Listrik
d. Elektronika
e. Otomotif
Periode (III)
Tahun 1986 dengan SK dekmanjur bertanggal 4 Desember 1986 No. 267 /
CU/Kep/1.86 menetapkan STM Negeri 1 Surakarta untuk melaksanakan
rumpun / program study berikut:
a. Bangunan
1) Bangunan gedung
2) Gambar bangunan
b. Elektronika
1) Elektronika komunikasi
c. Teknologi pekerjaan logam
1) Mesin Produksi
d. Otomotif
1) Mekanik Otomotif
Serta pelaksanaan program pengembangan sekolah seutuh – utuhnya
(PGG)
Periode (IV)
Tahun 1994 berlaku perubahan jurusan, maka STM Negeri 1 Surakarta
memiliki 5 jurusan 6 program study:
a. Bangunan
1) Bangunan gedung
2) Gambar bangunan
32
b. Elektronika
1) Elektronika komunikasi
c. Listrik
1) Listrik Pemakaian
d. Teknologi pekerjaan logam
1) Mesin Produksi
e. Otomotif
1) Mekanik Otomotif
Pada pelajaran tahun 1999 / 2000 SMK Negeri 1 Surakarta diberlakukan
kurikulum dengan perubahan rumpun menjadi bidang keahlian yang meliputi:
a. Bidang perkayuaan
1) Teknik perkayuan
2) Teknik kontruksi bangunan
3) Teknik gambar bangunan
b. Bidang keahlian elektronika
1) Teknik audio visual
2) Listrik pemakaian
c. Bidang keahlian mesin
1) Mesin perkakas
2) Mekanik otomotif
2. Visi Dan Misi SMK Negeri 2 Surakarta
a. Visi
Mewujudkan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai pencetak sumber daya
manusia yang profesional dalam bidang mteknologi dan industri yang
mampu menghadapi era global
b. Misi
1) Membentuk tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu
mengembangkan diri.
2) Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing dilapangan kerja.
33
3) Menyiapkan wirausaha yang tangguh dalam bidang teknologi dan
industri
4) Menyiapkan SMK 2 Surakarta sebagai SMK yang mandiri.
3. Denah Gedung SMK Negeri 2 Surakarta
Gedung SMK Negeri 2 Surakarta terletak di jalan LU Adi Sucipto No.
33 Surakarta, lokasinya strategis karena terletak ditengah kota yang
merupakan wilayah central dari pendidikan. Hal itu terbukti dengan berdirinya
sekolah.
Sekolah di wilayah tersebut selain SMK Negeri 2 Surakarta juga
terdapat beberapa sekolah antara lain: SMA N 4 Surakarta, SMK N 7
Surakarta, SMK N 6 Surakarta dan SMK yang lain.
Gambar 2. Denah SMK Negeri 2 Surakarta
Jl. A
hmad
yan
i
Polres
Waras
Pratama
T.K. Inti
SMK N 6
Surakarta
SMA N 4 Surakarta
Jl. LU Adi Sucipto
SMK N 2 Surakarta
34
4. Alat Bantu Pengajaran
Untuk mencapai tujuan pendidikan dan program mata diperlukan
alat-alat yang memadai berkaitahn dengan hal tersebut maka SMK Negeri 2
Surakarta telah menyediakan alat-alat dan prasarana sebagai berikut:
a. Alat dan prasarana penunjang praktek
Pada umumnya SMK Negeri 2 Surakarta lebih mengutamakan praktek
daripada teori. Hal ini diamati dari perkembangannya yaitu 30% untuk
teori dan 70% untuk praktek. Keberadaan laboratoriumnya sendiri antara
terdiri dari:
1) Laboratorium mesin untuk rumpun mesin TP I
2) Laboratorium elektronika untuk rumpun elektronika
3) Laboratorium kayu mesin untuk rumpun bangunan
4) Laboratorium otomotif untuk rumpun otomotif
b. Alat dan prasarana penunjang materi
Untuk penunjang disediakan buku-buku perpustakaan yang berupa buku
pelajaran, pengetahuan umum, koran, majalah dan lain-lain.
c. Alat dan prasarana penunjang kesenian
Untuk menunjang kesenian disediakan alat musik tradisonal seperti:
gamelan, kulintang, sedangkan untuk alat musik kontemporer disediakan
alat musik band lengkap.
d. Alat dan prasarana penunjang olahraga
Sarana untuk menunjang kegiatan olahraga dalah:
1) Lapangan Volly
2) Lapangan basket
3) Perkembangan atletik
4) Peralatan senam
5) Perlengkapan permainan
35
5. Jenis Dan Jumlah Ruang Di SMK Negeri 2 Surakarta
Tabel 5. Jenis Dan Jumlah Ruang Di SMK Negeri 2 Surakarta
No Jenis ruang Jumlah Luas (m2)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Ruang Kepala Sekolah
Ruang Wakil Kepala Sekolah
Ruang Guru
Ruang Piket
Ruang Administrasi
Ruang Teori
Ruang Gambar
Ruang Bangunan
Ruang Elektronika
Ruang Mesin
Ruang Otomotif
Ruang Diesel
Ruang Gedung Gegistik
Ruang Alat Olahraga
Ruang Bp
Ruang Perpustakaan
Ruang Pertemuan
Ruang Kesenian
Ruang UKS
Ruang SPP
Ruang Osis
Masjid
Ruang koperasi karyawan
Ruang koperasi siswa
Kantin
Menara air
Rumah penjaga
1
1
5
1
1
5
3
5
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
32
24
70
36
96
1312
108
1553
463
1228
895
36
100
35
70
130
200
35
30
24
9
14
24
18
134
10
15
36
No Jenis ruang Jumlah Luas (m2)
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Rumah satpam
Parkir guru
Parkir siswa
Kamar mandi karyawan
Kamar mandi siswa
Lorong jalan
Ruang dinas
1
1
1
2
7
7
1
7
147
370
270
103
112
42
6. Kegiatan Upacara Bendera
Kegiatan upacara bendera di SMK Negeri 2 Surakarta dilaksanakan pada:
a. Setiap hari Senin
b. Setiap tanggal 17
c. Hari-hari besar nasional
Upacara bendera ini wajib diikuti oleh semua komponen yang ada di
sekolah yaitu meliputi: Guru, karyawan, siswa dan bahkan mahasiswa PPL.
7. Program Teknik Bangunan, Teknik Perkayuan
a. Keadaan umum
Pada rumpun teknik bangunan secara keseluruhan terdapat 9 kelas,
masing-masing terdapat 3 kelas dengan jumlah murid tiap kelas ± 30 siswa
dan dari masing-masing kelas dipimpin oleh seorang wali kelas.
b. Pembelajaran
Secara umum perbandingan antara teori dan praktek untuk kelas 1
adalah 40% Teori dan 60% Praktek, untuk 2 dan 3 adalah 30% Teori dan
70% Praktek, tiap bidang studi praktek minimal dipegang oleh 2 orang
guru. Jumlah jam dalam 1 minggu adalah 50 jam untuk praktek, jumlah
37
siswa per kelas rata – rata 30 orang siswa yang dibimbing 2 orang guru
(lokal). Praktek disesuaikan dengan fasilitas yang ada.
Alat yang dimiliki dan sarana oleh jurusan teknik bangunan sudah
memenuhi syarat karena sudah dikategorikan sebagai sekolah unggulan.
c. Struktur Organisasi Bengkel Teknik Bangunan
Secara garis besar Struktur Organisasi Bengkel Teknik Bangunan
SMK Negeri 2 Surakarta dalam penelitian ini mengikuti skema seperti
pada gambar di bawah ini ;
Gambar 3. Struktur Organisasi Bengkel Teknik Bangunan SMK Negeri 2
Surakarta
d. Unit Produksi
Pada jurusan teknik perkayuan terdapat unit produksi yang
memberikan jasa kepada pihak luar sekolah. Dalam unit produksi ini SMK
Negeri 2 Surakarta melayani pembuatan mebel baik itu meja, kursi, almari,
rak buku.
e. Alumni
Untuk alumni jurusan perkayuan banyak yang bekerja di industri-
indusri mebel.
Teknik perkayuan
Kepala Sekolah
Wakasek
Ketua Jurusan
Sekretaris
38
B. Diskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang
ada di lapangan. Kegiatan awal yang dilakukan adalah dengan melakukan
observasi lapangan dan pengumpulan data hasil test atau evaluasi.
Tes dan Evaluasi pada akhir pelajaran yang dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi atau kesiapan siswa sebelum memasuki materi berikutnya,
juga dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa setelah melaksanakan
tugas atau materi yang telah diberikan sebelumnya. Hasil tersebut menjadi kondisi
awal sebelum diterapkan metode Problem Based Learning pada mata pelajaran
Menggunakan Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung tanggal 4 Maret 2010 terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning yang
dilakukan guru dalam penyampaian pelajaran pada materi menggunakan
Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik untuk mengetahui gambaran awal
kegiatan pembelajaran di kelas XI Teknik Perkayuan (TP) di SMK Negeri 2
Surakarta masih terdapat banyak kekurangan, antara lain guru kurang dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, respon siswa kurang, aktivitas
siswa kurang, dan masih kurangnya ketuntasan siswa kelas XI Teknik Perkayuan
(TP) di SMK Negeri 2 Surakarta.
Nilai hasil belajar siswa diperoleh dari tes dan praktek. Dalam tes tertulis
(pre test), terdapat soal uraian yang digunakan untuk mengetahui kondisi awal
siswa sebelum memulai praktek. Nilai hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari
tes, praktek dan tes tertulis (pre test), dalam pre test terdapat soal uraian yang
digunakan untuk mengetahui kondisi awal siswa sebelum memulai praktek. Dan
hasil dari praktek yang telah dilaksanakan dari guru kelas yang hasilnya masih
belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar.
Hasil tes awal materi menggunakan Menggunakan Peralatan Tangan Dan
Listrik dapat dilihat pada table 6 di bawah ini;
39
Tabel 6. Hasil Belajar Siswa sebelum diadakan penelitian
Mata Pelajaran : Menggunakan Menggunakan Peralatan Tangan
Dan Listrik
Kelas/Semester : XI/ 2 Teknik Perkayuan/ VIII
Tahun Ajaran : 2009 – 2010
Jumlah Siswa : 29
No Nama Nilai
1 ADI SUPARJAN 71
2 AGUNG GUNAWAN 77
3 AGUS WIDODO 62 4 ARNOL HAKIM 80 5 BAKTIAR SATRIO UTOMO 77 6 BAYU ADI HERMAWAN 79 7 BUDI PRAKOSO 81 8 BUDI SANTOSO 81
9 CANDRA CHRISTIANTO 75
10 DANY FIRDAUS S. 68
11 DIAN AGUNG PRASETYO 78
12 DIMAS ERIYANTO 67
13 DIO SHANDI RAHMADANI 70
14 EKO APRIYANTO 62
15 GEOFANI SUWANDA 80
16 IMAM ROSADHI 79
17 ISKANDAR 70
18 JOKO KRISTIANTO 80
19 MUHAMMAD FAHRULROZI 74
20 NUGROHO DWI RAHARJO 69
21 NURROHMAN 78
22 RIFKI WICAKSONO 71
23 RUDI NUGROHO 78
24 SAMSUDIN 71
40
No Nama Nilai
25 SEPTIAN CANDRA T.S. 69
26 SETIYAWAN EDY S 79
27 SURYONO 70
28 TOPAN PRIHARTONO 70
29 WILIS SETYAWAN 75
Rata – rata 73
Dilihat dari perolehan nilai tes, siswa yang memperoleh nilai baik sekali
A (90–100) tidak ada, yang memperoleh nilai baik B (80–89) adalah 5 siswa
(17.2%), yang memperoleh nilai sedang C (70–79) adalah 18 siswa (62.1%),
tetapi yang memperolah nilai kurang D (<69) ada 6 siswa (20.0 %).
Gambar Grafik 4. Hasil Belajar Sebelum diadakan Penelitian
Hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada hasil belajar
siswa sebelum diadakan penelitian table 6. dapat disimpulkan bahwa persentasi
hasil siswa yang tuntas belajar ada 23 siswa (79.3%) dengan nilai batas tuntas 70
keatas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada hasil belajar sebesar 62
dan untuk nilai tertinggi yang diperoleh 81 dan nilai rata-rata kelas sebesar 73
41
Tabel 7. Hasil pre test sebelum diadakan penelitian Nilai Hasil siswa sebelum diadakan penelitian
A
B
C
D
0
5
18
6
Jumlah 29 siswa
Keterangan : A = Nilai 90 – 100 B = Nilai 80 – 89 C = Nilai 70 – 79 D = Nilai < 69
C. Hasil Penelitian
Agar dalam penelitian ini Peneliti mendapatkan hasil yang sesuai dengan
harapan maka, peneliti menggunakan model siklus. Adapun pelaksanaan dari
siklus – siklus tersebut adalah sebagai berikut :
Siklus I
1. Perencanaan
a. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL)
b. Standar kompetensi Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik pada
kompetensi dasar mengidentifikasi peralatan tangan dan listrik.
c. Daftar pembagian kelompok untuk diskusi, guru memberikan tugas
secara berkelompok dan membimbing kelompok dalam diskusi.
d. Siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing – masing
antara 5–6 siswa.
e. Guru dan peneliti mengamati proses berlangsungnya belajar kelompok.
42
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 11
Maret 2010 yang pelaksanaannya sebagai berikut :
Setelah tanda pelajaran dimulai Peneliti masuk ke kelas XI-2 yang
dipilih untuk obyek penelitian. Guru menerapkan pembelajaran melalui
pendekatan Problem Based Learning (PBL) sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan
menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL).
Sebelum pelajaran dimulai guru telah menyiapkan alat atau media
yang akan digunakan dalam pembelajaran. Pada pembukaan pelajaran
seperti biasanya guru memimpin berdoa sebelum pelajaran dimulai dan
mulai mengecek presensi siswa.
Sebagai kegiatan awal guru memberikan motivasi pada siswa
dengan tujuan untuk mengkondisikan kelas agar siswa dapat kembali
termotivasi untuk belajar dan kembali mempunyai minat dalam mengikuti
pelajaran.
Pada kegiatan inti guru memberikan sedikit review tentang
pelajaran yang sudah disampaikan pada minggu lalu untuk kembali
menyegarkan ingatan siswa, dilanjutkan mengaitkan materi minggu lalu
dengan materi yang akan disampaikan pada hari ini yaitu tentang
pengoprasian Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik pekerjaan
konstruksi kayu.
Selanjutnya guru memberikan waktu pada siswa untuk bertanya
tentang materi yang belum jelas, setelah materi sudah dianggap selesai
guru memulai dengan memanggil beberapa siswa untuk mencoba
mengoprasikan alat listrik tangan tersebut. Untuk mengetahui kondisi
siswa dapat diterima dengan baik.
Selanjutnya guru mulai membagi kelompok secara acak dengan
anggota 5–6 siswa setiap kelompok, kelompok digunakan untuk
mendukung keefektifan pembelajaran serta memudahkan siswa untuk
diskusi dan bertukar pendapat sehingga pekerjaan dapat diselasaikan
43
dengan baik, di sarankan untuk dapat membagi pekerjaan pada setiap
kelompok agar terjalin kerjasama yang baik. Setiap kelompok menerima
tugas yang harus diselesaikan bersama – sama oleh anggota kelompok.
Pada siklus I dalam permasalahan yang diangkat adalah kemampuan
mengidentifikasi Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik pekerjaan
konstruksi kayu, pada mata pelajaran menggunakan Menggunakan
Peralatan Tangan Dan Listrik.
Guru membimbing setiap kelompok secara bergiliran dan
mengawasi keaktivan siswa disetiap kelompok pada waktu diskusi
observasi langsung serta memberikan bimbingan pada siswa yang belum
jelas pada pekerjaan yang dilaksanakan. Untuk kegiatan akhir pada
pekerjaan hasil yang sudah dicatat didiskusikan kelompok. Setelah selesai
kemudian melakukan doa penutup pada akhir pelajaran.
Evaluasi yang diberikan Guru memberikan soal untuk didiskusikan
dan dipresentasikan tiap kelompok. Dengan cara penilaian setiap waktu
berlangsungnya proses pembelajaran. Penilaian yang diberikan meliputi;
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan setiap siswa.
3. Pengamatan
Berdasarkan dari catatan lapangan, pada saat berlangsungnya
belajar kelompok ada diantara salah satu kelompok yang dua anggotanya
bercengkerama sendiri tentang hal diluar materi diskusi. Guru menegur
dan menyuruh untuk aktif berinteraksi dengan kelompoknya dalam
mendiskusikan masalah yang telah diberikan oleh guru. Sementara itu ada
seorang siswa yang makan makanan ringan didalam kelas kemudian
ditegur oleh guru. Pada setiap kelompok yang antusias membahas tugas
yang diberikan rata-rata 2 atau 3 orang sedang anggota lain cukup aktif.
Pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu guru memeriksa buku
catatan masing-masing siswa setelah penyajian materi. Ternyata ada
beberapa siswa yang tidak mencatat dengan berbagai alasan.
44
Tabel 8. Analisa Hasil Belajar Siswa
ANALISA HASIL BELAJAR SIKLUS I
Mata Pelajaran : Menggunakan Menggunakan Peralatan Tangan
Dan Listrik
Kelas/Semester : XI/ 2 Teknik Perkayuan/ VIII
Tahun Ajaran : 2009 – 2010
Jumlah Siswa : 29
No Nama Nilai
1 ADI SUPARJAN 77
2 AGUNG GUNAWAN 77
3 AGUS WIDODO 62 4 ARNOL HAKIM 80 5 BAKTIAR SATRIO UTOMO 77 6 BAYU ADI HERMAWAN 91 7 BUDI PRAKOSO 81 8 BUDI SANTOSO 81
9 CANDRA CHRISTIANTO 75
10 DANY FIRDAUS S. 68
11 DIAN AGUNG PRASETYO 78
12 DIMAS ERIYANTO 75
13 DIO SHANDI RAHMADANI 70
14 EKO APRIYANTO 90
15 GEOFANI SUWANDA 80
16 IMAM ROSADHI 79
17 ISKANDAR 77
18 JOKO KRISTIANTO 80
19 MUHAMMAD FAHRULROZI 74
20 NUGROHO DWI RAHARJO 69
21 NURROHMAN 78
22 RIFKI WICAKSONO 75
23 RUDI NUGROHO 78
45
No Nama Nilai
24 SAMSUDIN 72
25 SEPTIAN CANDRA T.S. 69
26 SETIYAWAN EDY S 79
27 SURYONO 90
28 TOPAN PRIHARTONO 75
29 WILIS SETYAWAN 65
Rata – rata 76
Tabel 9. Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran.
No Indikator K S B BS
1 Keberanian siswa dalam bertanya dan
mengemukakan pendapat
V
2 Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti
pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri
dan aktif mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru)
v
3 Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran kelompok
V
4 Interaksi siswa dengan guru selama
pembelajaran
v
5 Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat,
ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu
mengikuti petunjuk guru)
v
Jumlah 3 2
Keterangan yang melakukan aktivitas: K = Kurang < 69 S = Sedang 70 – 79 B = Baik 80 – 89 BS = Baik Sekali 90 – 100
46
Skor hasil observasi siswa = 3 x 2 + 2 x 3 = 12
Prosentasi lembar observasi siswa 12/20 x 100% = 60% (Kurang)
Tabel 10. Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran
No Indikator K S B BS
1 Tidak memperhatikan penjelasan guru V
2 Mengobrol dengan teman v
3 Mengerjakan tugas lain v
Jumlah 2 1
Keterangan yang melakukan aktivitas: K = Kurang < 69 S = Sedang 70 – 79 B = Banyak 80 – 89 BS = Banyak Sekali 90 – 100
Skor hasil observasi siswa = 2 x 3 + 1 x 4 = 10
Prosentasi lembar observasi siswa 10/12 x 100% = 83.3% (Banyak)
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus I
ditemukan hasil belajar siswa yaitu :
a. Dilihat dari perolehan nilai tes, siswa yang memperoleh nilai baik
sekali (90–100) adalah 3 siswa (10.3%), yang memperoleh nilai baik
(80–89) adalah 5 siswa (17.2%), yang memperoleh nilai sedang (70–
79) adalah 16 siswa (55.1%), tetapi yang memperolah nilai kurang
(<69) ada 5 siswa (17.2%).
b. Dilihat dari keaktivan siswa yang relevan 60%
c. Dilihat dari keaktivan siswa yang kurang relevan 83.3%
Secara garis besar hasil dapat dilihat pada gambar grafik dibawah
ini ;
47
Gambar Grafik 5. Hasil Belajar Pada Siklus I
Hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada siklus
I table 7. dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil siswa yang tuntas
belajar ada 24 siswa (82.7%) dengan nilai batas tuntas 70 keatas. Besarnya
nilai terendah yang diperoleh siswa pada hasil belajar sebesar 62 pada
siklus I. Untuk nilai tertinggi yang diperoleh 91 dan nilai rata-rata kelas
pada siklus I sebesar 76
Tabel 11. Perbandingan hasil pre test dan Hasil siklus I
Nilai Pre test Hasil siklus I A B C D
0 5 18 6
3 5 16 5
Jumlah 29 siswa
Keterangan : A = Nilai 90 – 100 B = Nilai 80 – 89 C = Nilai 70 – 79 D = Nilai < 69
Pada penelitian tindakan kelas siklus I masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan, antara lain:
48
1) Bagi Guru
a) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan perhatian siswa pada
saat proses belajar mengajar.
b) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan
pelajaran.
c) Guru hanya menunjuk siswa yang berada di barisan belakang (belum
menyeluruh).
d) Guru belum melaksanakan alokasi waktu KBM dengan baik.
e) Guru belum optimal dalam memantau kegiatan siswa dalam kelas.
2) Bagi Siswa
a) Masih ada beberapa siswa yang sulit memahami indikator mengenai
pemakaian alat tangan listrik yang benar.
Siswa sudah lumayan aktif dalam kegiatan belajar mengajar,
namun masih perlu ditingkatkan lagi agar hasil dalam belajar lebih
maksimal.
Siklus II
1. Perencanaan
Pada siklus II Peneliti lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran
dari apa yang telah dilakukan pada siklus I yaitu ingin meningkatkan
kreativitas siswa kelas XI Teknik Perkayuan SMK Negeri 2 Surakarta
dalam pembelajaran kelompok.
Adapun perencanaannya adalah sebagai berikut :
a. Masalah yang muncul yaitu pengoprasian peralatan tangan dan listrik.
b. Indikator pencapaian hasil belajar dengan model Problem Based
Learning meningkat.
c. Siswa berkelompok untuk membahas pengoprasian Menggunakan
Peralatan Tangan Dan Listrik pekerjaan konstruksi kayu.
d. Guru memberikan tugas secara berkelompok, dan didiskusikan.
e. Siswa menanyakan hal-hal yang belum jelas pada guru.
f. Guru membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan.
49
2. Pelaksanaan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2010 yang membahas
tentang pengoprasian Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik
pekerjaan kayu. Adapun pelaksanaanya sama seperti siklus I tetapi
dimodifikasi sedikit pada tugas kelompok, masing – masing soal berbeda
dan lebih menekankan pada kreativitas siswa dalam belajar. Setelah
menyampaikan materi berkenaan dengan merawat Menggunakan Peralatan
Tangan Dan Listrik pekerjaan kayu kemudian guru memberikan tugas
secara kelompok.
Dengan tugas yang terstuktur, diharapkan siswa belajar bagaimana
cara berdiskusi menjawab pertanyaan untuk membantu mereka dalam
merencanakan, memantau dan mengevaluasi pemecahan masalah yang
mereka hadapi. Hal serupa dilakukan oleh kelompok – kelompok lain dalam
kelas tersebut. Setiap kelompok menerima tugas yang harus diselesaikan
bersama – sama oleh anggota kelompok. Pada siklus II dalam permasalahan
yang diangkat adalah kemampuan mengoprasikan Menggunakan Peralatan
Tangan Dan Listrik pekerjaan konstruksi kayu, pada mata pelajaran
menggunakan Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik
Setelah masing-masing kelompok mendiskusikan kegiatan
kelompok, masing-masing anggota kelompok berusaha untuk menjawab
soal berdasarkan pertanyaan hasil diskusi kelompok. Saat siswa sedang
membuat jawaban soal, guru berkeliling memantau kemajuan siswa, antara
lain memeriksa apakan siswa sudah bekerja sesuai dengan rencana atau
belum. Jika guru mendapati siswa menemui kesulitan, maka guru perlu
memberi bantuan antara lain mengingatkan langkah-langkah penyelesaiaan
soal, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
Jawaban masing – masing kelompok didiskusikan dalam kelompok
tersebut. Secara acak guru menunjuk salah satu anggota kelompok tersebut
untuk mempresentasikan penyelesaiaanya dan menjelaskan kepada semua
siswa tentang proses penyelesaian soal yang dikerjakan. Guru membantu
siswa yang menemui kesulitan dalam menyelesaikan soal.
50
Evaluasi yang diberikan guru memberikan soal untuk didiskusikan
dan dipresentasikan tiap kelompok. Dengan cara penilaian setiap waktu
brlangsungnya proses pembelajaran. Penilaian yang diberikan meliputi;
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan setiap siswa.
3. Pengamatan
Berdasarkan catatan lapangan, pada saat berlangsungnya belajar
kelompok pada awalnya setiap siswa kelihatan aktif dalam kelompoknya
masing-masing. Hal ini disebabkan karena guru berkeliling melihat-lihat
cara kerja masing – masing kelompok, secara bergantian guru membimbing
kelompok. Pada saat bersamaan, sewaktu guru memberikan bimbingan
kepada kelompok III ada seorang dari kelompok I sedang makan makanan
ringan dan guru menegurnya supaya aktif berinteraksi dengan
kelompoknya dan supaya tidak menggangu kelompok lain.
Adapun pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu guru
memeriksa catatan setiap siswa setelah materi diberikan. Ternyata ada
seorang siswa yang tidak mencatat.
Tabel 12. Analisa Hasil Belajar Siswa
ANALISA HASIL BELAJAR SIKLUS II
Mata Pelajaran : Menggunakan Menggunakan Peralatan Tangan
Dan Listrik
Kelas/Semester : XI/ 2 Teknik Perkayuan/ VIII
Tahun Ajaran : 2009 – 2010
Jumlah Siswa : 29
No Nama Nilai
1 ADI SUPARJAN 81
2 AGUNG GUNAWAN 87
3 AGUS WIDODO 72 4 ARNOL HAKIM 83 5 BAKTIAR SATRIO UTOMO 87 6 BAYU ADI HERMAWAN 90 7 BUDI PRAKOSO 81
51
No Nama Nilai
8 BUDI SANTOSO 82
9 CANDRA CHRISTIANTO 80
10 DANY FIRDAUS S. 80
11 DIAN AGUNG PRASETYO 78
12 DIMAS ERIYANTO 75
13 DIO SHANDI RAHMADANI 72
14 EKO APRIYANTO 91
15 GEOFANI SUWANDA 90
16 IMAM ROSADHI 79
17 ISKANDAR 85
18 JOKO KRISTIANTO 81
19 MUHAMMAD FAHRULROZI 74
20 NUGROHO DWI RAHARJO 83
21 NURROHMAN 68
22 RIFKI WICAKSONO 75
23 RUDI NUGROHO 78
24 SAMSUDIN 71
25 SEPTIAN CANDRA T.S. 69
26 SETIYAWAN EDY S 80
27 SURYONO 90
28 TOPAN PRIHARTONO 81
29 WILIS SETYAWAN 75
Rata – rata 79
Ditinjau dari keaktivan siswa dalam belajar kelompok melalui lembar
catatan lapangan, dapat dilihat pada tabel 13. Data Aktivitas Siswa yang Relevan
dengan Pembelajaran.
52
Tabel 13. Data Aktivitas Siswa Yang Relevan No Indikator K S B BS
1 Keberanian siswa dalam bertanya dan
mengemukakan pendapat
v
2 Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti
pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri
dan aktif mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru)
v
3 Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran kelompok
v
4 Interaksi siswa dengan guru selama
pembelajaran
v
5 Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat,
ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu
mengikuti petunjuk guru)
v
Jumlah 1 3 1
Keterangan yang melakukan aktivitas: K = Kurang < 69 S = Sedang 70 – 79 B = Banyak 80 – 89 BS = Banyak Sekali 90 – 100
Skor hasil observasi siswa = 1 x 2 + 3 x 3 + 1 x 4 = 15
Prosentasi lembar observasi siswa 15/20 x 100% = 75% (Sedang)
Tabel 14. Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan
No Indikator K S B BS
1 Tidak memperhatikan penjelasan guru v
2 Mengobrol dengan teman v
3 Mengerjakan tugas lain v
Jumlah 1 2
53
Keterangan yang melakukan aktivitas: K = Kurang < 69 S = Sedang 70 – 79 B = Banyak 80 – 89 BS = Banyak Sekali 90 – 100
Skor hasil observasi siswa = 1 x 2 + 2 x 3 = 8
Prosentasi lembar observasi siswa 8/12 x 100% = 66.7% (Kurang)
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus II
dilihat adanya peningkatan bila dibadingkan dengan siklus I yaitu :
a. Dilihat dari perolehan nilai tes, siswa yang memperoleh nilai baik
sekali (90–100) adalah 4 siswa (13.7%), yang memperoleh nilai baik
(80–89) adalah 13 siswa (44.8%), yang memperoleh nilai sedang (70–
79) adalah 10 siswa (34.4%), tetapi yang memperolah nilai kurang
(<69) ada 2 siswa (6.89%).
Gambar Grafik 6. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
b. Dilihat dari keaktivan siswa yang relevan 75%
c. Dilihat dari keaktivan siswa yang kurang relevan 66.7%
d. Dilihat dari nilai tes, yang mendapat nilai kurang dari 70 ada.
Meskipun nilai siswa pada siklus I ke siklus II ada yang mengalami
peningkatan dan sudah cukup mencapai ketuntasan.
54
Hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada siklus
II table 12. dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil siswa yang tuntas
belajar ada 27 siswa (93.1%) dengan nilai batas tuntas 70 keatas. Besarnya
nilai terendah yang diperoleh siswa pada hasil belajar sebesar 68 pada
siklus II. Untuk nilai tertinggi yang diperoleh 91 dan nilai rata-rata kelas
pada siklus II sebesar 79
Tabel 15. Hasil siklus I dibandingkan dengan hasil siklus II adalah:
Nilai Hasil siklus I Hasil siklus II
A
B
C
D
3
5
16
5
4
13
10
2
Jumlah 29 siswa
Keterangan : A = Nilai 90 – 100 B = Nilai 80 – 89 C = Nilai 70 – 79 D = Nilai < 69
Siswa dan Guru sudah lumayan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, namun masih perlu ditingkatkan lagi agar hasil dalam belajar
lebih maksimal.
Siklus III
1. Perencanaan
Pada siklus III Peneliti lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran
dari apa yang telah dilakukan pada siklus I dan II yaitu ingin meningkatkan
kreatifitas siswa kelas XI–2 SMK Negeri 2 Surakarta dalam pembelajaran
kelompok.
Adapun perencanaannya adalah sebagai berikut :
a. Hasil pembelajaran dengan model problem based learning.
b. Guru memberi materi pelajaran yang telah dirancang dengan model
problem based learning.
55
c. Guru memberi tugas secara berkelompok, membuat pertanyaan atau
masalah tentang menggunakan peralatan tangan dan listrik.
d. Siswa berkelompok untuk membuat pertanyaan dan didiskusikan
bersama masing – masing kelompoknya kemudian dipresentasikan.
e. Guru membimbingan setiap kelompok yang mengalami kesulitan.
2. Pelaksanaan
Siklus III dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2010 yang
membahas tentang merawat Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik
pekerjaan kayu. Adapun pelaksanaanya sama seperti siklus I dan II tetapi
dimodifikasi atau dibedakan lagi pada tugas kelompok yaitu dengan cara
masing – masing kelompok membuat masalah dan dipresentasikan sendiri.
Juga lebih menekankan pada kreativitas siswa dalam belajar.
Guru membagi semua siswa dalam kelompok yang tediri atas 5–6
orang tiap kelompok :
a. Masing-masing kelompok membuat soal yang ada hubungannya dengan
pokok bahasan seperti yang dicontohkan di papan tulis tentang
menggunakan peralatan tangan dan listrik.
b. Mendiskusikan soal yang dipilih sebagai soal kelompoknya.
c. Masing-masing anggota kelompok mengerjakan soal berdasarkan
pertanyaan hasil kesepakatan dan dipresentasikan.
d. Membandingkan jawaban antar anggota kelompok.
Setelah masing-masing kelompok mendiskusikan kegiatan diatas,
masing-masing anggota kelompok berusaha untuk menjawab soal
berdasarkan pertanyaan hasil diskusi kelompok. Guru perlu memberi
bantuan antara lain mengingatkan langkah-langkah penyelesaiaan soal, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
Jawaban masing – masing kelompok didiskusikan dalam kelompok
tersebut. Secara acak guru menunjuk salah satu anggota kelompok tersebut
untuk mempresentasikan penyelesaiaanya dan menjelaskan kepada semua
siswa tentang proses penyelesaian soal yang dikerjakan.
56
Evaluasi yang diberikan Guru memberikan soal untuk didiskusikan
dan dipresentasikan tiap kelompok. Dengan cara penilaian setiap waktu
brlangsungnya proses pembelajaran. Penilaian yang diberikan meliputi;
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan setiap siswa.
3. Pengamatan
Berdasarkan catatan lapangan, pada saat berlangsungnya belajar
kelompok pada awalnya setiap siswa kelihatan aktif dalam kelompoknya
masing-masing. Adapun pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu
memeriksa catatan setiap siswa setelah materi diberikan. Ternyata dalam
beberapa siklus yang dilakukan ada peningkatan dalam mencatat materi
yang disampaikan.
Tabel 16. Analisa Hasil Belajar Siswa
ANALISA HASIL BELAJAR SIKLUS III
Mata Pelajaran : Menggunakan Menggunakan Peralatan Tangan
Dan Listrik
Kelas/Semester : XI/ 2 Teknik Perkayuan/ VIII
Tahun Ajaran : 2009 – 2010
Jumlah Siswa : 29
No Nama Nilai
1 ADI SUPARJAN 87
2 AGUNG GUNAWAN 91
3 AGUS WIDODO 74
4 ARNOL HAKIM 87
5 BAKTIAR SATRIO UTOMO 85
6 BAYU ADI HERMAWAN 91
7 BUDI PRAKOSO 87
8 BUDI SANTOSO 87
9 CANDRA CHRISTIANTO 87
10 DANY FIRDAUS S. 83
57
No Nama Nilai
11 DIAN AGUNG PRASETYO 88
12 DIMAS ERIYANTO 87
13 DIO SHANDI RAHMADANI 73
14 EKO APRIYANTO 87
15 GEOFANI SUWANDA 91
16 IMAM ROSADHI 90
17 ISKANDAR 87
18 JOKO KRISTIANTO 88
19 MUHAMMAD FAHRULROZI 80
20 NUGROHO DWI RAHARJO 85
21 NURROHMAN 84
22 RIFKI WICAKSONO 83
23 RUDI NUGROHO 77
24 SAMSUDIN 72
25 SEPTIAN CANDRA T.S. 82
26 SETIYAWAN EDY S 85
27 SURYONO 92
28 TOPAN PRIHARTONO 91
29 WILIS SETYAWAN 82
Rata – rata 85
Ditinjau dari keaktivan siswa dalam belajar kelompok melalui
lembar catatan lapangan, dapat dilihat pada tabel 18. Data Aktivitas Siswa
yang Relevan dengan Pembelajaran
Tabel 17. Data Aktivitas Siswa Yang Relevan
No Indikator K S B BS
1 Keberanian siswa dalam bertanya dan
mengemukakan pendapat
v
58
No Indikator K S B BS
2 Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti
pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri
dan aktif mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru)
v
3 Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran kelompok
v
4 Interaksi siswa dengan guru selama
pembelajaran
v
5 Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat,
ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu
mengikuti petunjuk guru)
v
Jumlah 2 3
Keterangan yang melakukan aktivitas: K = Kurang < 69 S = Sedang 70 – 79 B = Baik 80 – 89 BS = Baik Sekali 90 – 100
Skor hasil observasi siswa = 2 x 3 + 3 x 4 = 18
Prosentasi lembar observasi siswa 18/20 x 100% = 90% (Baik Sekali)
Tabel 18. Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan No Indikator K S B BS
1 Tidak memperhatikan penjelasan guru v
2 Mengobrol dengan teman v
3 Mengerjakan tugas lain v
Jumlah 1 2
Keterangan yang melakukan aktivitas: K = Kurang < 69 S = Sedang 70 – 79 B = Banyak 80 – 89 BS = Banyak Sekali 90 – 100
59
Skor hasil observasi siswa = 1 x 1 + 2 x 2 = 5
Prosentasi lembar observasi siswa 5/12 x 100% = 41.7% (Kurang)
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus II
dilihat adanya peningkatan bila dibadingkan dengan siklus I yaitu :
a. Dilihat dari perolehan nilai tes, siswa yang memperoleh nilai baik
sekali (90–100) adalah 6 siswa (20.6%), yang memperoleh nilai baik
(80–89) adalah 19 siswa (65.5%), yang memperoleh nilai sedang (70–
79) 4 siswa (13.7%)dan kurang (<69) tidak ada.
Gambar Grafik 7. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III
b. Dilihat dari keaktivan siswa relevan 90%
c. Dilihat dari keaktivan siswa yang kurang relevan 41.7%
Hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada siklus
III table 12 dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil siswa yang tuntas
belajar 29 siswa (100%) dengan nilai batas tuntas 70 keatas. Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada hasil belajar sebesar 72 pada siklus III.
Untuk nilai tertinggi yang diperoleh 92 dan nilai rata-rata kelas pada siklus
III sebesar 85
60
Tabel 19. Hasil siklus II dibandingkan dengan hasil siklus III adalah:
Nilai Hasil siklus II Hasil siklus III A B C D
4 13 10 2
6 19 4 0
Jumlah 29 siswa
Keterangan : A = Nilai 90 – 100 B = Nilai 80 – 89 C = Nilai 70 – 79 D = Nilai < 69 Dengan demikian pelaksanaan siklus III dikatakan tuntas dan berhasil.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian tindakan kelas selama siklus I sampai dengan siklus
III, dapat dinyatakan bahwa model pendekatan Problem Based Learning pada
pelajaran Menggunakan Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Perkayuan (TP) di SMK Negeri
2 Surakarta.
Kegiatan belajar mengajar disampaikan dengan strategi terencana
sebagaimana siklus I, II, III dan kegiatan pembelajaran dilaksanakan lebih
optimal. Hasil belajar pada siklus akhir menunjukkan peningkatan hasil yang
maksimal.
Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan hasil pengamatan setiap akhir
siklus. Berdasarkan pengamatan dan hasil siklus diperoleh data sebagai berikut:
1. Hasil Belajar Kognitif
Pembelajaran dengan model pendekatan Problem Based Learning pada
mata pelajaran Menggunakan Peralatan Tangan dan Listrik terbukti telah mampu
meningkatkan hasil belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar tiap siklus
yang terus mengalami peningkat. Pada siklus I siswa dibagi dalam lima kelompok
61
yang masing – masing kelompok terdiri dari lima sampai enam anggota. Setiap
anggota kelompok diberi lembaran kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap –
tiap kelompok melakukan pembahasan dengan mengacu kepada buku pegangan
atau paket. Siklus I hasil belajar yang diperoleh siswa menunjukkan 82.7% siswa
telah dikatakan tuntas dalam belajar pada pokok bahasan mengidentifikasi
peralatan tangan dan listrik.
Aktivitas siswa yang relevan menunjukkan 60% siswa dikatakan sedang
dalam mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning.
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang kurang relevan atau kurang aktif mendapat
83.3%. Pada aktivitas kurang relevan dikatakan banyak yang tidak aktif dalam
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning.
Hasil observasi belajar siswa pada siklus I menjadi dasar dalam
merencanakan siklus berikutnya. Dengan demikian diharapkan adanya
peningkatan setiap siklus. Pada hasil belajar kognitif siswa proses pembelajaran
dengan pendekatan Problem Based Learning dilakukan dengan strategi yang baik
dan terencana dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan ini
terfokus mengaktifkan siswa mulai memperhatikan penjelasan, melakukan
pengamatan untuk memperoleh kesimpulan, mendemonstrasikan, tugas
kelompok, berdiskusi.
Selanjutnya pada siklus II siswa juga dibagi dalam lima kelompok yang
masing – masing kelompok terdiri dari lima sampai enam anggota. Setiap anggota
kelompok diberi lembaran kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap – tiap
kelompok melakukan pembahasan dengan mengacu kepada buku pegangan atau
paket. Hasil belajar pada siklus II yang diperoleh siswa menunjukkan 93.1%
siswa telah dikatakan tuntas dalam belajar pada pokok bahasan kemampuan
mengoprasikan peralatan tangan dan listrik pada konstruksi kayu.
Aktivitas siswa yang relevan menunjukkan 75% siswa dikatakan sedang
dalam mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning.
Untuk aktivitas siswa yang kurang relevan atau kurang aktif mendapat 66.7%,
pada aktivitas kurang relevan dikatakan sedang atau cukup memperhatikan dalam
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning.
62
Siklus III yang merupakan akhir atau observasi akhir dari penelitian yang
sudah mencukupi standar. Pada siklus III ini siswa dibagi dalam lima kelompok
yang masing – masing kelompok terdiri dari lima sampai enam anggota. Setiap
anggota kelompok diberi tugas membuat masalah sendiri serta didiskusikan. Tiap
kelompok melakukan pembahasan dengan mengacu kepada buku pegangan atau
paket. Hasil belajar siklus III siswa yang menunjukakan 100% siswa telah tuntas
semua dalam proses pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning.
Pada siklus III juga dilihat keaktivan siswa yang relevan menunjukkan
90% siswa dikatakan sangat aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan Problem Based Learning. Keaktivan siswa yang kurang relevan
menunjukkan 41.7% dikatakan kurang, maksudnya siswa yang kurang aktif sudah
tidak terlalu banyak atau berkurang. Dapat dilihat dari tiap siklus pada aktivitas
siswa yang kurang relevan mengalami penurunan.
Kelebihan dari Problem Based Learning sendiri adalah dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, dimana siswa
dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan
keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, bisa
merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga
peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal
materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus – kasus) yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan
diskusi kelas).
Berdasarkan hasil penelitian pada tiap siklus ternyata model pembelajaran
berbasis masalah yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan langkah –
langkah sebagai berikut, yaitu pengajuan masalah yang diberikan, pembentukan
belajar kelompok, dan menyajikan hasil diskusi kelompok dengan perwakilan
setiap kelompok mempresentasikan di depan kelas.
63
2. Hasil Belajar Afektif
Selain hasil belajar kognitif pada model pendekatan Problem Based
Learning ini juga terdapat perkembangan hasil belajar afektif siswa yaitu sebagai
berikut;
a. Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga
mata pelajaran menggunakan peralatan tangan dan listrik ini dapat
dengan mudah dipahami oleh siswa.
b. Perhatian dan minat terhadap penjelasan guru meningkat. Hal tersebut
didorong adanya motivasi yang diberikan oleh guru sebelum pelajaran
dimulai sehingga memberi semangat bagi siswa.
c. Siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa semakin
meningkat pada mata pelajaran menggunakan peralatan tangan dan
mesin.
d. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat, kerjasama dalam
kelompok sangat baik, disiplin dan bertanggungjawab terhadap
kelompoknya maupun kelompok lain. Pada pembelajaran menggunakan
peralatan tangan dan listrik melalui pendekatan Problem Based
Learning, banyak siswa aktif dilihat dari keaktivan siswa pada saat
mengikuti pembelajaran.
e. Tugas individu atau tugas kelompok terlaksana dengan baik dan tepat
waktu. Hal tersebut tampak dari hasil belajar siswa yang semakin
meningkat dengan diterapkannya metode Problem Based Learning pada
mata pelajaran menggunakan peralatan tangan dan listrik.
3. Hasil Belajar Psikomotorik
Perkembangan hasil belajar psikomotorik juga terdapat pada penelitian
tindakan kelas dengan pembelajaran yang menggunakan metode Problem Based
Learning yaitu sebagai berikut;
64
a. Tidak ada siswa yang terlabat masuk kelas atau sudah tidak ada siswa
yang kurang aktif. Terlihat dari keaktivan siswa yang kurang relevan
melalui pendekatan Problem Based Learning pada mata pelajaran
menggunakan peralatan tangan dan listrik semakin rendah atau
menurun.
b. Menyiapkan kebutuhan belajar tanpa disuruh, seperti; mencatat dan
merangkum bahan pelajaran dengan baik dan rapi, memperhatikan
penjelasan guru tanpa ditegur terlebih dahulu, segera membentuk
kelompok diskusi, mendiskusikan dan mempresentasikan tiap hasil
diskusi di depan kelas. Terlihat dari siswa kurang aktif yang semakin
menurun.
c. Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan, siswa
sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai bahan
pelajaran yang masih belum jelas. Pada pembelajaran menggunakan
peralatan tangan dan listrik melalui pendekatan Problem Based
Learning, banyak siswa aktif dilihat dari keaktivan siswa pada saat
mengikuti pembelajaran.
d. Siswa akrab dan mau berkomunikasi dengan guru, sehingga membuat
hasil belajar semakin meningkat dan proses belajar mengajar semakin
menyenangkan.
4. Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Melalui Pendekatan Problem
Based Learning
Tabel 20. Hasil Pengamatan
NO ASPEK PENGAMATAN SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
1 Keaktivan Siswa Yang Relevan 60 % 75 % 90 %
2 Keaktivan Siswa Yang Kurang
Relevan
83.3 % 66.7 % 41.7 %
3 Hasil Belajar Siswa
a. Nilai Rata – rata
b. Ketuntasan Hasil Belajar
7.69
82.7 %
8.02
93.1 %
8.53
100 %
65
Hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada siklus I, II dan
III disimpulkan bahwa persentasi hasil siswa yang tuntas belajar meningkat dari
awal sebelum diadakan penelitian menunjukkan hasil 23 siswa (79.3%), siklus I
ada 24 siswa (82.7%), siklus II ada 27 siswa (93.1%) dan siklus III semua tuntas
29 siswa (100%) dengan nilai batas tuntas 70 keatas. Nilai rata-rata kelas pada per
siklus juga meningkat dari siklus I 7.69 , siklus II 8.02 dan siklus III 8.53
Hasil penelitian dengan model Problem Based Learning pada mata
pelajaran menggunakan Menggunakan Peralatan Tangan Dan Listrik kelas XI
Teknik Perkayuan di SMK Negeri 2 Surakarta, dapat dilihat pada gambar grafik
dibawah ini;
Gambar grafik 8. Hasil Penelitian dalam Problem Based Learning
Meskipun dalam PTK ini dalam siklus I, siklus II dan siklus III semua
siswa tuntas, maka PTK tetap dilaksanakan pada siklus-siklus berikutnya karena
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima materi
pelajaran dan untuk mengetahui kesulitan apa yang dihadapi siswa dalam
menerima materi pelajaran.
E. Jawaban Hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa melalui model
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI
Teknik Perkayuan di SMK Negeri 2 Surakarta pada mata pelajaran menggunakan
peralatan tangan dan listrik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah Peneliti cermati selama dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
dari proses sampai hasil maka Peneliti menyimpulkan sebagai berikut :
1. Model Problem-Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal – soal latihan pada pokok bahasan Peralatan
Tangan dan Listrik di kelas XI Teknik Perkayuan (TP) SMK Negeri 2
Surakarta Tahun Ajaran 2009 – 2010. Terlihat pada siklus I meningkat
3.4%, siklus II 10.4%, dan siklus III 6.9%.
2. Problem-Based Learning pada pokok bahasan Peralatan Tangan dan
Listrik telah memberikan dampak dalam pembelajaran Peralatan Tangan
dan Listrik. Hal ini terlihat pada saat belajar siswa lebih kreatif, aktif
bertanya, lebih berani mengeluarkan pendapat, bertanggung jawab,
siswa termotivasi (bersemangat), siswa lebih menguasai materi, disiplin
dan bekerja sama dalam kelompok tentang model pembelajaran
Problem-Based Learning.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti laksanakan dapat
dikemukakan saran – saran yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya, guru dan
sekolah sebagai berikut :
1. Pembelajaran Peralatan Tangan dan Listrik hendaknya bervariasi dan
tidak monoton sehingga hasil pembelajaran dapat lebih maksimal.
2. Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka seorang
guru hendaknya selalu aktif dalam melibatkan siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
67
3. Seorang guru hendaknya terampil dan dapat menguasai berbagai model
pembelajaran agar siswa tidak bosan dan lebih mudah memahami materi
pelajaran.
4. Hendaknya guru selalu memotivasi siswa agar membaca dulu di rumah
tentang materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya, supaya
dalam pembelajaran siswa memiliki gambaran materi yang akan dibahas
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Boud dan Felleti, 1991, Saptono 2003,
http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/ PTK SMK Negeri 3
Blitar, © 2009 Official Website SMA Negeri 3 Blitar
Dimyati&Mudjiono, 2002, http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/
PTK SMK Negeri 3 Blitar, © 2009 Official Website SMA Negeri 3 Blitar
Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd., 2008, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan
Penulisan Karya Ilmiah, Surakarta,FKIP UNS.
E-mail : [email protected] http : www.smkn2-solo.net
Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : UNS press
H.S. Barrows, 1982, http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/ PTK
SMK Negeri 3 Blitar, © 2009 Official Website SMA Negeri 3 Blitar
http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/ , 24 Desember 2009
Ibrahim dan Nur, 2002, Nurhadi dkk, 2004,
http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/ PTK SMK Negeri 3
Blitar, © 2009 Official Website SMA Negeri 3 Blitar
Lexy J. Moleong, 1995:178, http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/
PTK SMK Negeri 3 Blitar, © 2009 Official Website SMA Negeri 3 Blitar
Nurhadi, Burhan&Agus, 2004, http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/
PTK SMK Negeri 3 Blitar, © 2009 Official Website SMA Negeri 3 Blitar
69
Semiawan, 1985, http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/ PTK SMK
Negeri 3 Blitar, © 2009 Official Website SMA Negeri 3 Blitar
Suliana, 2005, http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/ PTK SMK
Negeri 3 Blitar, © 2009 Official Website SMA Negeri 3 Blitar
Suyanto, 2008, http://www.sman3blitar.net/content/view/135/198/ PTK SMK
Negeri 3 Blitar, © 2009 Official Website SMA Negeri 3 Blitar
Suprijono, Agus, 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta.