FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG … fileHidup adalah sebuah perjalanan panjang,...
Transcript of FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG … fileHidup adalah sebuah perjalanan panjang,...
i
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DENGAN PELATIHAN
BUDIDAYA AYAM ARAB DI BPPLSP REGIONAL III JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata I
Untuk menempuh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama : SUCI ROHANIYAH
Nim : 1201401017
Jurusan : Pendidikan Luar Sekolah
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang, pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 28 Oktober 2005
Panitia Ujian
Ketua Penguji I
Drs. H. Siswanto, M.M Drs. Utsman, M.Pd
NIP. 130515769 NIP.
Sekretaris Penguji II
Drs. Achmad Rifai R.C M.Pd Drs. K. Nurhalim, M.Pd
NIP. 131413302 NIP. 130870431
Penguji III
Drs. Sawa Suryana
NIP. 131431203
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
� Dibalik kesukaran pasti ada kemudahan, maka bila usai suatu pekerjaan,
berusahalah menyelesaikan pekerjaan lainnya dan kepada Tuhanmulah
engkau berserah diri (Q.S. Al- Insyirah : 6-8)
� Hidup adalah sebuah perjalanan panjang, yang selalu membutuhkan
perjuangan dan pengorbanan (Penulis)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
1. Bapak dan ibu tercinta atas segala doa, kasih sayang serta pengorbanannya
2. Adik-adikku tersayang Dian, Andi, dan Akbar, kalianlah sumber semangat
dan inspirasi yang tiada pernah berhenti
3. Sutrisno ST, seseorang yang selalu menyemangati dan menyertaiku
4. Teman-teman seperjuangan PLS FIP UNNES 2001, serta rekan-rekan
kerja JEMEMA ISLAMIC SCHOOL
5. Almamaterku tercinta.
iv
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayahnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Strata I bidang Pendidikan Luar Sekolah pada
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Skripsi dengan judul “Pola Pemberdayaan Pemuda Dengan Pelatihan
Budidaya Ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah, semoga dapat
memberikan manfaat bagi penulis serta pihak-pihak yang ingin mengkaji lebih
dalam tentang permasalahan pemberdayaan pemuda yang diteliti oleh penulis.
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa sebagai karya
ilmiah penyusunan skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh karenanya penulis
sangat berterima kasih kepada semua pihak yang dengan kerelaan hati bersedia
memberikan saran dan kritik membangun yang sangat diharapkan penulis.
Tanpa melupakan jasa kebaikan dukungan moril dan spirituil dari banyak
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dari hati yang tulus
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. H. Siswanto, M.M, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Drs. Achmad Rifai RC, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan pengesahan dan persetujuan terhadap judul skripsi yang
penulis ajukan.
v
3. Drs. Khomsun Nurhalim, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah dengan
kesabaran dan tanggung jawab telah memberi banyak pengarahan dan
bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Drs. Sawa Suryana, Dosen Pembimbing II yang telah dengan kesabaran
dan tanggung jawab juga telah memberi banyak pengarahan dan
bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Drs. Wartanto, MM, sebagai kepala Balai Pengembangan Pendidikan Luar
Sekolah dan Pemuda Regional III Jawa Tengah yang telah memberikan
ijin penelitian.
6. Drs. Kastum, M.Pd, sebagai kepala seksi program BPPLSP Regional III
Jawa Tengah yang telah memberikan bantuan dalam melengkapi data yang
penulis perlukan.
7. Para responden : Pihak penyelenggara, Tutor/nara sumber teknis dan
peseta/ warga belajar pelatihan budidaya ayam Arab di Sekunir
Gunungpati dan Beji Para’an Ungaran yang dengan keterbukaan hati
bersedia diwawancarai dan melengkapi data yang penulis perlukan.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberi
banyak dukungan, motivasi dan bantuan yang penulis butuhkan selama
proses penyusunan skripsi ini.
Semarang, Juli 2005
Penulis
Suci Rohaniyah
1201401017
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iii
PRAKATA....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5 E. Penegasan Istilah........................................................................................ 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 8 A. Pola Pemberdayaan .................................................................................... 8 B. Pendidikan Kecakapan Hidup.................................................................... 16 C. Pelatihan Budidaya ayam Arab.................................................................. 20 BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 34 A. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 34 B. Penentuan Lokasi ....................................................................................... 35 C. Fokus Penelitian ......................................................................................... 35 D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 36 E. Keabsahan Data.......................................................................................... 40 F. Analisis Data .............................................................................................. 42 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 45 A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 45 B. Pembahasan................................................................................................ 63 C. Faktor pendukung dan penghambat ........................................................... 71 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 72 A. Simpulan .................................................................................................... 72 B. Saran........................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 76
vii
ABSTRAK
Suci Rohaniyah, 2005. “Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya
ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Skripsi Jurusan Pendidikan
Luar Sekolah, Universitas Negeri Semarang.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pola
pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP
Regional III Jawa Tengah, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
pola pemberdayaan pemuda tersebut.
Tujuan penelitian adalah untuk mendiskripsikan bagaimanakah pola
pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP
Regional III Jawa Tengah, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
pola pemberdayaan pemuda tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif, pengumpulan
data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam
pengumpulan data digunakan juga sumber-sumber non manusia berupa laporan
pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab dan dokumen lainnya.
Pengamatan diskriptif dilakukan untuk melihat kondisi umum Balai
Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Regional III Jawa Tengah,
setelah itu dilakukan pengamatan yang terfokus pada objek yang akan diteliti.
Proses selanjutnya dilakukan secara selektif untuk melihat sejauh mana sarana dan
prasarana serta aspek pendampingan yang dapat mendukung proses pembinaan.
Bersamaan dengan proses pengamatan tersebut dilakukan pula wawancara
deskriptif dengan Kepala Seksi Program BPPLSP Ungaran untuk memperoleh
gambaran secara umum tentang sejarah singkat, struktur organisasi, jumlah
peserta/warga belajar, jumlah tutor dan fasilitator, serta gambaran situasi umum
desa binaan Sekunir Gunung Pati dan Beji Para’an Ungaran. Selanjutnya untuk
meyakinkan kebenaran dari informasi yang diperoleh dilakukan pengamatan dan
wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data yang
digunakan pertama kali dalam proses wawancara terencana yang terfokus adalah
pertanyaan dijukan secara tidak berstruktur tertentu akan tetapi selalu berpusat
kepada satu pokok permasalahan yang akan diteliti dan kedua, menggunakan
wawancara terstruktur.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu pola
pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup/life skills di BPPLSP
ungaran dibagi menjadi empat tahapan, meliputi : a) Penetapan tujuan
pemberdayaan, b) Proses pelaksanaan kegiatan pemberdayaan, c) Hasil
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan, d) Evaluasi pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan. Faktor pendukung pelaksanaan pola pemberdayaan meliputi :
lingkungan sosial masyarakat, sumber-sumber belajar yang meliputi sumber
material maupun non material, serta nara sumber teknis/tutor yang berkompeten
dibidangnya masing-masing. Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan pola
pemberdayaan meliputi : belum adanya nara sumber teknis dari pihak BPPLSP
yang berkompeten dibidang peternakan dan budidaya ayam Arab sehingga masih
bekerjasama dengan instansi lain, aspek pendampingan dalam kelompok binaan
viii
yang tidak berlanjut secara kontinyu, serta sikap dan mental dari sebagian warga
belajar yang tidak mau bekerja keras dan hanya menginginkan hasil yang cepat.
Dalam rangka peningkatan kegiatan pemberdayaan pemuda disarankan :
diadakannya aspek pendampingan teknis secara rutin kepada anggota kelompok
binaan agar desa binaan dapat berkembang secara maksimal, peningkatan jalinan
hubungan mitra kerja dengan berbagai lembaga terkait untuk memperluas daerah
pemasaran serta peningkatan kegiatan-kegiatan pemberdayaan pemuda dalam
pembinaan kecakapan hidup/life skills lainnya untuk mengaktualisasikan potensi
yang sudah dimiliki oleh masyarakat agar dapat hidup mandiri.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih dari 210 juta orang, dari jumlah tersebut kelompok yang
dikategorikan generasi muda atau yang berusia diantara 15 sampai 35 tahun diperkirakan berjumlah sekitar 78 juta jiwa
atau 37% dari jumlah penduduk seluruhnya sebagaian besar dari kelompok usia ini adalah tenaga kerja produktif yang akan
mengisi berbagai bidang kehidupan. Pemuda akan menempati posisi penting dan strategis, sebagai pelaku-pelaku
pembangunan maupun sebagai generasi muda yang berkiprah dimasa depan. Karena itu pemuda harus dipersiapkan dan
diberdayakan agar mampu memiliki kualitas dan keunggulan daya saing guna menghadapi tuntutan, kebutuhan serta tantangan dan persaingan diera globalisasi.
Pembangunan dibidang kepemudaan merupakan mata rantai tak terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia
seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Keberhasilan pembangunan pemuda sebagai sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan daya saing, merupakan salah satu kunci untuk membuka peluang untuk keberhasilan
diberbagai sektor pembangunan lainnya. Oleh karena pemuda sebagai bagian dari warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 5
ayat 1). Namun kenyataannya hanya sebagian penduduk saja yang dapat menggunakan kesempatan tersebut. Oleh sebab itu
sebagai implikasinya maka lahirlah UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dimana jalur pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal sebagai pengganti berarti pendidikan
nonformal dapat menggantikan peran pendidikan formal dalam memberikan layanan pendidikan kepada warga negara.
Sebagai penambah pendidikan nonformal berfungsi memberikan materi tambahan bagi pendidikan formal, sedangkan
pendidikan nonformal sebagai pelengkap pendidikan formal dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam rangka
pelaksanaan pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal diantaranya adalah pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada dasarnya merupakan suatu upaya pendidikan untuk meningkatkan kecakapan hidup tiap
warga negara. Pengertian kecakapan hidup disini adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa rasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta
menemukan solusi, sehingga akhirnya mampu mengatasinya, dan memungkinkan warga belajar dapat hidup mandiri.
BPPLSP (Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda) Regional III Jawa Tengah merupakan lembaga yang berkewajiban melakukan pengembangan dan pengkajian dibidang pendidikan luar sekolah dan pemuda.
Sebagai bentuk pengembangan dan pengkajian dibidang pendidikan luar sekolah dan pemuda, BPPLSP menyelenggarakan
program-program pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap warga belajar
dibidang pekerjaan atau usaha tertentu sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik dan jiwanya, serta potensi
lingkungannya sehingga mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri yang dapat dijadikan
bekal untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Dari berbagai macam program-program pelatihan yang diselenggarakan oleh BPPLSP Regional III Jawa
Tengah ini salah satunya adalah pelatihan dan budidaya ayam Arab, dimana ayam Arab sangat potensial untuk dijadikan
perimadona baru dalam dunia peternakan ayam petelur. Pemeliharaan yang mudah, efektivitas telur yang tinggi , serta
karakter telurnya yang menyerupai telur bukan ras (Buras;kampung), merupakan daya pikat tersendiri bagi masyarakat.
Dengan keunggulan-keunggulan tersebut keuntungan yang diperoleh peternak ayam arab juga cukup tinggi oleh karena itu,
wajar bila dalam waktu relatif singkat, populasi ayam Arab telah berkembang dengan pesat di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan daerah-daerah lain. Penyelenggaraan program kecakapan hidup (life skills) melalui pelatihan budidaya
ayam Arab ini diarahkan pada upaya pengentasan kemiskinan dan upaya memecahkan masalah pengangguran yang
semakin memprihatinkan. Walaupun sasaran dari setiap lembaga penyelenggaraan program-program pelatihan secara umum hampir sama, namun setiap lembaga yang menjadi penyelenggara program pelatihan, memiliki persyaratan,
mekanisme pengusulan dan penetapan, serta karakteristik program yang berbeda-beda. Disamping itu juga masih
berjalannya dua desa binaan yang berada di desa Sekunir Gunungpati dan desa Para’an Beji Ungaran. Situasi ini
mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang bermaksud mengidentifikasi dan mendiskripsikan pola
pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
B. Rumusan Masalah
x
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya
ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah ?
2. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di
BPPLSP Regional III Jawa Tengah ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya
ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Pola
pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP
Regional III Jawa Tengah.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Dapat menambah wacana pengetahuan tentang pola pemberdayaan
pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab pada khususnya, dan
pengembangan pendidikan luar sekolah pada umumnya.
xi
2. Manfaat praktis
Temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan pihak
BPPLSP untuk mengevaluasi program-program yang dilaksanakan, Bagi
pemuda agar mereka mempunyai kemampuan untuk dapat diberdayakan,
Bagi Dinas Pendidikan Luar Sekolah, Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas Pemberdayaan Masyarakat untuk mengambil kebijakan dimasa
datang, serta pihak-pihak yang berkompeten lainnya.
E. Penegasan Istilah
Sehubungan dengan keterbatasan dan kemampuan penulis, untuk
memperjelas judul skripsi ini, maka perlu ditegaskan beberapa istilah sebagai
berikut :
1. Pola Pemberdayaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Pola
berarti model tau bentuk yang tetap. Adapun mengenai istilah
pemberdayaan pemuda merupakan suatu upaya untuk mengaktualisasikan
potensi yang sudah dimiliki oleh pemuda itu sendiri. Pemberdayaan
pemuda ini diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan
sebagai obyek tetapi sebagai pelaku (aktor) yang menentukan hidup
mereka (Moelyanto, 1999 dalam Ari Wahyono 2001 : 9)
2. Pemuda
xii
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pemuda mencakup anak-
anak manusia dari umur 15 sampai dengan 24 tahun. Menurut Organisasi
Pemuda, Pemuda dapat saja menjangkau semua orang muda yang menurut
anggaran dasarnya dapat menjadi anggota, biasanya termasuk didalamnya
semua muda-mudi yang berumur 15 sampai 40 tahun. Di dunia politik,
budaya, ekonomi, dan keagamaan, kaum muda adalah mereka yang relatif
belum lama bergerak atau berperan penting dalam bidang-bidang itu
(Mangunharjana, 1996 : 11). Tangdilintin (1994 : 5) merumuskan pemuda
sebagai berikut : kaum muda harus dilihat sebagai “pribadi” yang sedang
berada pada taraf tertentu dalam perkembangan hidup seorang manusia,
dengan kualitas dan ciri tertentu yang khas, dengan hak dan peranan serta
kewajiban tertentu dengan potensi dan kebutuhan tertentu pula.
3. Kecakapan Hidup (Life Skills)
Menurut Broling (1989) Life Skills adalah interaksi berbagai
pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang
sehingga mereka dapat mandiri. WHO (1997) memberikan pengertian
bahwa kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan
untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan
seseorang mampu menghadapi tuntutan dan tantangan dalam hidupnya
sehari-hari secara efektif.
4. Pelatihan
Pelatihan adalah suatu tindakan sadar untuk mengembangkan
bakat, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seseorang guna
xiii
menyelesaikan pekerjaan tertentu. Pelatihan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pelatihan dan budidaya ayam Arab yang diberikan
kepada pemuda putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi serta belum mempunyai pekerjaan tetap.
xiv
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pola Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Dalam kajian teori ini akan disajikan beberapa pengertian Pemberdayaan
atau sering disebut empowering, menurut Suzanne Kindervatter dalam bukunya
yang berjudul Nonformal Education As an Empowering Process, menyatakan
bahwa Empowering was defined as : People gaining an Understanding of and
control over social, economic, and/ or political forces in order of improve their
standing in society (Kindevatter, 1979 : 150). Berdasarkan pengertian ini dapat
dikemukakan bahwa proses pemberian kekuatan atau daya adalah setiap upaya
pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran, pengertian, dan kepekaan
warga belajar terhadap perkembangan sosial, ekonomi dan atau politik sehingga
akhirnya ia memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kedudukannya dalam masyarakat.
Dalam Pembelajaran (Sudjana, 1993 : 63) proses pemberian kekuatan
tersebut mempunyai delapan pokok yaitu : (a) belajar dilakukan dalam kelompok-
kelompok kecil, (b) pemberian tanggung jawab yang lebih besar kepada warga
belajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung, (c) kepemimpinan kelompok
diperankan oleh warga belajar, (d) sumber belajar bertindak selaku fasilitator, (e)
proses kegiatan belajar mengajar berlangsung secara demokratis, (f) adanya
8
xv
kesatuan pandangan dan langkah dalam mencapai tujuan, (g) menggunakan
metode dan teknik pembelajaran yang dapat menimbulkan rasa percaya diri pada
warga belajar, dan (h) bertujuan akhir untuk meningkatkan status sosial, ekonomi,
dan atau politik warga belajar dalam masyarakat. Akhirnya Suzanne Kindervatter
(1979 : 157) menyimpulkan bahwa : Generally, NFE for empowering is an
educational approach which enable leaners to gain greater undersanding and of
control over social, economic, and/ or political forces trough : (1) Exercising a
high degree of control over all aspect of the learning proces; (2) Learning both
“content” and : process” skill responsive to their needs and problems ; and (3)
working collaborativery to solve mutual problems.
Kesimpulan diatas mengungkapkan bahwa Pendidikan Luar Sekolah
sebagai proses empowering adalah suatu pendekatan pendidikan yang bertujuan
untuk meningkatkan pengertian dan pengendalian warga belajar mampu untuk
meningkatkan pengertian dan pengendalian warga belajar terhadap kehidupan
sosial, ekonomi, dan atau politik sehingga warga belajar mampu untuk
meningkatkan taraf hidupnya dalam masyarakat, untuk itu proses yang perlu
ditempuh warga belajar adalah (1) melatih tingkat kepekaan yang tinggi terhadap
berbagai aspek perkembangan sosial, ekonomi dan politik selama proses
pembelajaran (2) mempelajari berbagai macam keterampilan untuk memenuhi
kebutuhan dan memecahkan masalah yang dihadapi bersama (Sudjana, 1993 : 63).
Pengertian pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu kata “
empowerment” yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah
dimiliki masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan pemuda dalam pembinaan
xvi
kecakapan hidup/life skills adalah penekanan pada pentingnya pemberdayaan
pemuda yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka
sendiri. Pemuda yang dapat mengikuti Pelatihan dan budi daya ayam Arab di
BBPLSP adalah pemuda yang menganggur atau tidak memiliki pekerjaan tetap,
belum memiliki ketrampilan atau kecakapan hidup yang dibutuhkan untuk bisa
berusaha atau bekerja, berpendidikan SMA tetapi tidak melanjutkan sampai ke
Perguruan Tinggi, berusia antara 16 sampai 44 tahun dengan prioritas 19 sampai
35 tahun dan memiliki kemauan untuk belajar dan bekerja. Pola pemberdayaan
pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup (life skills) diselenggarakan
berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan peserta pelatihan, menetapkan tujuan,
merancang kegiatan, menentukan nara sumber, menentukan peserta, menentukan
pelaksanaan, persipan pelatihan, penerapan atau pelaksanaan pelatihan, evaluasi
pelatihan dan dokumentasi pelatihan. Pendekatan pemberdayaan pemuda yang
demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan
sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku (aktor) yang menentukan hidup mereka
(Moelyanto, 1999 dalam Ary Wahyono, 2001: 9).
2. Strategi Pemberdayaan
Strategi dasar dalam pemberdayaan (pendekatan pelayanan masyarakat/
community Service Approach) pada umumnya dilandasi pada upaya
mengoptimalkan fungsi manajemen Penddidikan Luar Sekolah.
Adapun Fungsi Manajemen Luar Sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:
xvii
2.1 Perencanaan Program
Skidmore (1990 : 42-43) menyatakan bahwa suatu perencanaan
diperlukan oleh lembaga atas dasar beberapa alasan, yaitu :
a. Efisiensi (efficiency). Tujuan dasar dari suatu efisiensi adalah usaha untuk
mencapai tujuan dengan biaya dan upaya yang minimum tetapi
mendapatkan hasil yang sama baiknya. Skidmore menyakini bahwa hal ini
baru bisa terjadi bila dilakukan perencanaan secara seksama dan, juga
merupakan suatu proses antisipasi (anticipatory process) terhadap
berbagai masalah yang akan muncul.
b. Keefektifan (effectiveness). Lewiss (1985 :10) melihat bahwa keefektifan
diukur berdasarkan variabel-variabel kriteria (criterion variables) yang
diciptakan dalam hubungan dengan pencapaian tujuan. Berdasarkan
kriteria-kriteria ini petugas dapat menilai apakah program yang telah
mereka jalankan dapat dikategorikan sebagai berhasil ataukah tidak. Akan
tetapi, hasil yang diinginkan mungkin tidak dapat dicapai bila tidak
dilakukan perencanaan terlebih dahulu.
c. Akuntabilitas (accountability). Skidmore (1990 : 82-84), ada dua
akuntabilitas yang perlu diperhatikan yaitu akuntabilitas lembaga dan
akuntabilitas individu. Dimanapun akuntabilitas itu mengarah, suatu
perencanaan yang seksama dapat mengarahkan para tenaga profesional
untuk mengoperasionalisasikan pekerjaan mereka.
d. Morale (morale). Skidmore(1990:43) percaya bahwa perencanaan yang
dilakukan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan moral
xviii
lembaga. Para staf organisasi membutuhkan penyaluran kreatifitas,
perasaan dapat mencapai sesuatu (being of achievement), dan kepuasan
dalam upaya meningkatkan kinerja mereka.
2.2 Pelaksanaan Program
Kegiatan pelaksanaan program merupakan suatu proses yang dimulai dari
implementasi awal atau pre-implementasi, implementasi dan implementasi akhir.
Implementasi awal mencakup kegiatan-kegiatan persiapan sebelum program
kegiatan dilakukan. Implementasi kegiatan merupakan semua aspek kegiatan
teknis yang dilakukan pada sesi kegiatan termasuk koordinasi administratif,
dokumentasi, dan dukungan finansial sedangkan implementasi akhir (post-
implementation) mencakup kegiatan-kegiatan administratif dan finansial yang
diperlukan sesudah program dilaksanakan, termasuk kegiatan pelaporan, proses,
dan hasil program kegiatan.
2.3 Evaluasi Program
Evaluasi menunjukkan suatu usaha untuk memperoleh informasi atau
keterangan dari hasil suatu program dan menentukan nilai (value) dipandang dari
sudut informasi tersebut. Evaluasi terhadap setiap kegiatan adalah penting, karena
dalam evaluasi orang berusaha menentukan nilai atau manfaat dari pada kegiatan,
dengan menggunakan informasi yang tersedia.
Setiap penyelenggaraan suatu program pelatihan biasanya diperlukan
biaya yang cukup besar, agar biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia dan pelatihan
xix
yang diselenggarakan itu dapat mencapai sasarannya, maka pelatihan perlu dinilai
atau dievaluasi.
Menurut Kirkpatrick rencana keseluruhan evaluasi pelatihan memberikan
suatu kerangka untuk mengukur perubahan yang diinginkan pada tiap tingkat
evaluasi, yakni perubahan pada tingkat belajar, tingkat perilaku dan tingkat hasil
dengan menggunakan kriteria yang tepat.
2.4 Pengembangan
Pengembangan program pendidikan luar sekolah bertujuan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan pelaksanaan program serta memperluas
jangkauan pelayanan program kepada masyarakaat sesuai dengan kebutuhan
belajar yang diinginkan.
Agar pengembangan program pendidikan luar sekolah dapat tercapai perlu
adanya kontroling/ monitoring yang berfungsi sebagai berikut :
a. Menghentikan kesalahan, penyimpangan, pemborosan, hambatan yang
mengakibatkan ketidakefektifan program.
b. Mencegah terulangnya kembali kesalahan-kesalahan yang menghambat
program.
c. Mencari cara-cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk
tujuan pencapaian program.
3. Teknik Pemberdayaan
Pengembangan masyarakat yang dilaakukan pada beberapa organisasi
pelayanan masyarakat yang satu dengan yang lain memang tampak ada beberapa
xx
perbedaan dan kesamaan. Tetapi pada dasarnya tahapan yang dilakukan
mencakup beberapa tahapan dibawah ini :
3.1 Tahap Persiapan.
Tahap persiapan ini didalamnya terdapat tahap penyiapan petugas untuk
menyampaikan persepsi antar anggota tim agen perubah (change agent) mengenai
pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat.
Dan penyiapan lapangan, petugas (community worker) pada awalnya melakukan
studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan
secara informal maupun formal.
3.2 Tahap Assesment
Proses assessment yang dilakukan disini dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dimiliki klien. Dalam proses
penilian (assessment) dapat digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan
(streangth), kelemahan (Weaknesses), kesempatan (opportunities) dan ancaman
(threatment). Dalam proses assessment masyarakat dilibatkan secara aktif agar
mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benar-
benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri.
3.3 Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan.
Pada tahap ini petugas (community worker) secara partisipatif mencoba
melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada,
xxi
masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan
kegiatan yang dapat mereka lakukan.
3.4 Tahap Pemformulasian Rencana Aksi
Pada tahap ini agen perubahan (community worker) membantu masing-
masing kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam
bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada
pihak penyandang dana. Dalam tahap pemformulasian rencana aksi ini,
diharapkan community worker dan masyarakat sudah dapat membayangkan dan
menuliskan tujuan jangka pendek apa yang akan mereka capai dan bagaimana
cara mencapai tujuan tersebut.
3.5 Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial
(penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah
direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan
bila tidak ada kerja sama antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerja
sama antar warga.
3.6 Tahap Evaluasi
Evaluasi sebagai sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas
terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat
sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada
tahap ini diharapkan akan berbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk
melakukan pengawasan secara internal.
xxii
3.7 Tahap Terminasi
Tahap ini merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat
sudah dapat dianggap ‘mandiri’, tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah
harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan
sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana
yang dapat dan mau meneruskan. Meskipun demikian, tidak jarang community
worker tetap melakukan kontak meskipun tidak secara rutin. Apalagi bila petugas
(community worker) merasa bahwa tugasnya belum diselesaikan dengan baik.
B. Pendidikan kecakapan hidup/life skills
1. Pengertian Pendidikan kecakapan hidup
Menurut Broling (1989) life skills adalah interaksi berbagai pengetahuan
dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka
dapat hidup mandiri. Broling mengelompokkan life skills ke dalam tiga kelompok
kecakapan yaitu : kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill), kecakapan
hidup pribadi/sosial (personal/social skill) dan kecakapan hidup bekerja
(occupational skill).
WHO (1997) memberikan pengertian bahwa kecakapan hidup adalah
berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku
positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi tuntutan dan
tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. WHO mengelompokkan
xxiii
kecakapan hidup kedalam lima kelompok yaitu : (1) kecakapan mengenal diri (self
awareness) atau kecakapan pribadi (personal skill), (2) kecakapan sosial (social
skill), (3) kecakapan berpikir (thinking skill), (4) kecakapan akademik (academic
skill) dan (5) kecakapan kejuruan (vocational skill).
Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa hakikat pendidikan kecakapan
hidup dalam pendidikan nonformal adalah merupakan upaya untuk meningkatkan
keterampilan, pengetahuan, sikap, dan kemampuan yang memungkinkan warga
belajar dapat hidup mandiri. Dalam penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup
didasarkan atas prinsip empat Pilar Pendidikan, yaitu : “learning to know” (belajar
untuk memperoleh pengetahuan yang diikuti oleh “learning to learn” yaitu belajar
untuk tahu cara belajar), “learnig to do” (belajar untuk dapat berbuat/melakukan
pekerjaan),”learning to be” (belajar agar dapat menjadi orang yang berguna sesuai
dengan bakat, minat, dan potensi diri) dan “learning to live together” (belajar
untuk dapat hidup bersama dengan orang lain).
Pendidikan kecakapan hidup pada dasarnya merupakan suatu upaya
pendidikan untuk meningkatkan kecakapan hidup setiap warga negara. Pengertian
kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan,
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi, sehingga
akhirnya mampu mengatasinya.
2. Jenis-jenis Kecakapan Hidup/Life Skills
Secara operasional, program kecakapan hidup dalam pendidikan
nonformal dipilah menjadi empat jenis yaitu : (1) Kecakapan pribadi (personal
xxiv
skill), yang mencakup kecakapan mengenal diri sendiri (self awareness), dan
kecakapan berpikir rasional (thinking skill). (2) Kecakapan sosial (social skill),
seperti kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggung jawab
sosial. (3) Kecakapan akademik (academic skill), seperti kecakapan dalam berfikir
secara alamiah, melakukan penelitian, dan percobaan-percobaan dengan
pendekatan ilmiah. (4) Kecakapan vokasional (vocational skill) adalah kecakapan
yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.
Seperti di bidang jasa (perbengkelan, jahit menjahit), dan produksi barang tertentu
(peternakan, pertanian, perkebunan).
Kecakapan kesadaran diri itu pada dasarnya merupakan penghayatan diri
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara,
serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki,
sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai
individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Kecakapan
berfikir rasional mencakup antara lain kecakapan menggali dan menemukan
informasi (information searching), kecakapan mengolah informasi dan
mengambil keputusan (information processing and decision making skills), serta
kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving skill).
Skema tentang Kecakapan Hidup dapat diuraikan sebagai berikut :
Kecakapan Personal (PS) Kecakapan
Hidup
Generik (GLS)
xxv
Kecakapan Sosial (SS)
Kecakapan kecakapan Akedemik (AS)
Hidup (LS) Kecakapan
Hidup
Spesifik (SLS)
Kecakapan Vokational (VS)
Kecakapan sosial atau kecakapan antar personal (interpersonal skills)
mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill)
dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill). Empati, sikap penuh pengertian
dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang dimaksud
berkomunikasi di sini bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan
sampainya pesan disertai dengan kesan baik yang akan menumbuhkan hubungan
harmonis.kecakapan bekerjasama sangat diperlukan karena sebagai mahluk sosial,
dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu bekerjasama dengan manusia
lain. Kerjasama bukan sekedar “kerja bersama” tetapi kerja yang disertai dengan
saling pengertian, saling menghargai dan saling membantu. Dua kecakapan hidup
yang diuraikan diatas (kecakapan personal dan kecakapan sosial) biasanya disebut
sebagai kecakapan hidup yang bersifat umum atau kecakapan hidup generic
(general life skill/GLS). Kecakapan hidup tersebut diperlukan oleh siapapun, baik
mereka yang bekerja dan mereka yang sedang menempuh pendidikan.
Kecakapan hidup yang bersifat spesifik (specific life skill/SLS)
deperlukanseseorang untuk menghadapi probelema “mobil yang mogok” tentu
diperlukan kecakapan khusus tentang mesin mobil. Untuk memecahkan masalah
xxvi
dagangan yang tidak laku, tentu diperlukan kecakapan pemasaran. Untuk mampu
melakukan pengembangan biologi molekuler tentunya diperlukan keahlian di
bidang bio-teknologi. Kecakapan hidup yang bersifat khusus biasanya disebut
juga sebagai kompetensi teknis (technical competencies) yang terkait dengan
materi mata pelajaran atau materi diklat tertentu dan pendekatan pembelajarannya.
Spesific Life Skill (SLS) mencakup kecakapan pengembangan akademik
(academik skill) dan kecakapan vocasional yang terkait dengan pekerjaan tertentu.
Kecakapan akademik (academic skill/AS) yang seringkali juga disebut
kemampuan berfikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari
kecakapan berfikir rasional pada GLS. Jika kecakapan berfikir rasional masih
bersifat umum, kecakapan akademik sudah lebih mengarah kepada kegiatan yang
bersifat akademik/keilmuan. Kecakapan akademik mencakup antara lain
kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungan pada suatu
fenomena tertentu (identifying variables and describing relationship among
them), merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian (constructing
hypotheses), serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan
suatu gagasan atau keingintahuan (designing and implementing a research).
Kecakapan vocasional (vocational skill/VS) seringkali disebut pula dengan
“kecakapan kejuruan”, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang tertentu
yang terdapat di masyarakat.
Dalam kehidupan nyata, antara general life skill (GLS) dan specific life
skill (SLS) yaitu antara kecakapan mengenal diri, kecakapan berfikir rasional,
kecakapan sosial, dan kecakapan akademik serta kecakapan vocational tidak
berfungsi secara terpisah-pisah, atau tidak terpisah secara ekslusif. Hal yang
xxvii
terjadi adalah peleburan kecakapan-kecakapan tersebut, sehingga menyatu sebagai
sebuah tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan
intelektual. Keempat jenis kecakapan hidup diatas, dilandasi oleh kecakapan
spiritual, yakni : keimanam, ketaqwaan, moral, etika dan budi pekerti yang luhur
sebagai salah satu pengamalan dari sila pertama pancasila. Dengan demikian,
pendidikan kecakapan hidup diarahkan pada pembentukan manusia yang
berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat, mandiri serta memiliki produktivitas dan
etos kerja yang tinggi.
C. Pelatihan Budi Daya Ayam Arab
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah pembelajaran untuk merubah kinerja (Performance) dari
seseorang dalam kaitannya dengan tugasnya (Jobs). Dalam hal ini ada empat hal
penting untuk diperhatikan yaitu :
1) Pembelajaran (Learning) merupakan upaya untuk merubah atau
meningkatkan kinerja seseorang dalam hubungannya dengan tugas-
tugasnya dalam suatu organisasi. Pembelajaran biasanya mengacu kepada
perubahan sesuatu kepada si beajar (Learners) dan perubahan itu biasanya
mencakup psychomotoric, cognitive, affective, connative.
2) Kinerja (Performance) biasanya terkait dengan pekerjaan atau tugas- tugas
(Jobs), artinya bagaimana kemampuan seseorang dalam menjalankan tugas
yang terkait dengan pekerjaan.
xxviii
3) Sasaran (People) yang dimaksud dalam kegiatan training biasanya adalah
terkait dengan orang dewasa (Adults) yang professional. Dengan demikian
berarti dalam proses pelatihan kita harus memperhatikan prinsip-prinsip
belajar orang dewasa yang telah memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap-sikap tertentu dalam menghadapi pekerjaannya. Menurut Ernesto
(1991) dalam pelatihan terhadap orang dewasa tidak hanya
memperhatikan tehadap tujuan dalam melakukan pelatihan, namun juga
keterampilan-keterampilan yang telah dimiliki oleh orang dewasa selama
proses pelatihan perlu diperhatikan. Perspektif, pengalaman, kebutuhan,
dan orientasi perlu mendapat perhatian dalam pelatihan.
4) Pekerjaan atau Tugas (Jobs) yang dimaksud adalah tugas-tugas khusus
yang dilakukan oleh sasaran sehari-hari. Dalam kaitannya dengan
menjalankan tugas-tugas tersebut sasaran (Learners) perlu mendapat
peningkatan melalui pelatihan. Pada umumnya pelatihan dilakukan
terhadap sasaan (Learners) karena sering kali kita jumpai di sekitar kita,
bahwa institusi institusi atau organisasi melakukan pelatihan kepada
karyawan atau pegawai tidak didasarkan pada rasionalitas yang dapat
dipertanggung jawabkan, namun lebih didasarkan pada kepentingan
“proyek’’, sehingga tidak sedikit biaya, waktu, tenaga yang terbuang tanpa
ada kemanfaatan yang berarti. Dalam program pelatihan menurut Taylor
and Lippit (1984), bahwa program pelatihan pada sasaran (Learners)
hendaknya didasarkan pada alasan-alasan tertentu diantaranya adalah tidak
semua orang percaya bahwa pelatihan akan mendatangkan efektivitas dan
xxix
efisiensi. Banyak orang justru bersikap skeptis terhadap program-program
pelatihan. Kenyataan ini terjadi karena menurut para ahli, diantarannya
menurut (Jhon and Jeff, 1977) adalah karena:
1) Pelatihan tidak menyentuh substansi yang sebenarnya (no real
subtance).
2) Pelatih bukan orang yang memiliki spesifikasi bidang pelatihan yang
dilakukan, dan akibatnya pelatih cenderung bersifat akademik (tend to
be academic).
3) Banyak pimpinan yang tidak meyakini tentang kegunaan pelatihan,
karena dianggap hanya bersifat akademik, terlalu teoritis,
menghabiskan biaya, dan tidak memberikan dampak yang berarti.
4) Umumnya pelatihan dilakukan dalam waktu yang pendek dan
akibatnya sering tidak membawa perubahan yang berarti bagi sasaran
(learners).
5) Pelatihan hanya dianggap penting bagi pegawai menengah dan bawah
dan tidak penting bagi pimpinan (thinking it good only middle or low
middle managers and not to senior)
6) Pelatihan terlalu akademik dan para manager tidak memiliki
kesempatan untuk mengikutinya.
7) Pelatih sendiri cenderung tidak efektif menjalankan kegiatannya, dan
akibatnya seringkali problem tidak dipecahkan melalui kegiatan
pelatihan. Namun lebih banyak ditentukan oleh perubahan kebijakan,
xxx
prioritas-prioritas, sistem, produser, tanggung jawab, dan dukungan
finansial (financing).
8) Pelatih sering menggunakan metode yang tradisional (traditional
methods) akibatnya peserta menjadi bosan, padahal sasaran ingin
memperoleh pengalaman yang banyak.
9) Pelatih memiliki keterbatasan dalam penggunaan audio-visual dan
teknologi komunikasi modern.
10) Pelatih cenderung menggunakan pendekatan Paedagogy dan kurang
memahami pendekatan Andragogy.
11) Pelatih hanya memiliki latar belakang bidang keahlian karena
hanyalah seorang manager.
Pelatihan tidak selamanya berjalan secara lancar pada setiap kesempatan.
Banyak faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, dan
faktor-faktor itu adalah :
1) Teori dengan praktek tidak sejalan, artinya teorinya teori yang
diberikan tidak bisa dipraktekkan pada saat menjalankan tugas-tugas
yang dilakukan.
2) Kondisi lingkungan tidak kondusif untuk dimanfaatkan dalam
pelatihan dan tidak bisa menunjang kinerja behaviors yang diperlukan
dalam pelatihan.
3) Perubahan perilaku tidak bisa diukur (unmeasurable) secara pasti
karena materi yang diberikan tidak memenuhi standard.
xxxi
4) Sasaran (learners) tidak memiliki motivasi untuk mencapai kinerja
yang diharapkan serta tidak mempunyai kemampuan untuk mengikuti
materi pelatihan yang diberikan.
5) Pengembangan organisasi dianggap bisa dilakukan melalui kegiatan
non-pelatihan, misalnya perubahan kebijakan dan pengembangan
proyek-proyek tertentu.
6) Sumber-sumber yang diperlukan dalam kegiatan pelatihan tidak
memadai, baik sumber finansial, manusia, fisik dan teknologi.
Pelatihan (training) lebih menekankan pengajaran, disiplin atau driil.
Pelatihan besifat jangka pendek, lebih spesifik, dan hal-hal penting. Pengetahuan,
keterampilan, orientasi, pengalaman, dan perspektif yang diberikan lebih terkait
dengan pekerjaan sehari-hari, tugas-tugas khusus, proyek, atau kebutuhan-
kebutuhan organisasi. Dalam pelatihan Ernesto (1991) lebih menekankan pada
perception, experiences, attitudes, knowledge, and skills (PEAKS). Pelatihan dan
budidaya ayam arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah ini dilaksanakan salah
satunya adalah dikarenakan keunggulan ayam Arab itu sendiri sebagai ayam
petelur telah memikat hati banyak peternak ayam, sebagai primadona baru ayam
buras, kehadiran ayam arab ini mampu memberikan gairah baru bagi peternak.
Dalam waktu singkat, telah muncul ratusan peternak ayam baru yang
menguntungkan pada jenis ayam Arab ini. Dalam pengelolaan peternakan ayam
arab ini diperlukan teknik budidaya ayam Arab, yang biasa didapat dengan cara
magang pada peternak ayam yang telah berpengalaman, bisa juga melalui kursus
atau pelatihan, maupun referensi bacaan. Berbekal pengetahuan ini akan sangat
xxxii
bermanfaat bagi peternak pemula yang menginginkan keberhasilan usaha
peternakannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam usaha peningkatan
produktivitas telur ayam Arab antara lain : pemilihan bibit, kandang yang sehat,
pemberian pakan yang tepat, serta pengendalian penyakit.
1. Pemilihan bibit
Pemilihan bibit akan mempengaruhi produktivitas ayam Arab dalam
menghasilkan telur. Bibit yang baik biasanya juga menghasilkan anakan yang baik
dan memiliki sifat yang mirip dengan induknya. Berikut ini adalah beberapa hal
yang perlu diketahui sebagai indikator bibit yang baik. (a) Tanda DOC yang
berkualitas baik; sehat, lincah, mata bulat, tidak mengantuk, tidak cacat kaki,
sayap lengka, bentuk paruh normal, bulu tubuh kering. (b) Tanda ayam dara
(pullet) yang siap bertelur; sehat, tidak cacat, kuku pendek, bobot minimal 1,2 kg
pada umur 5 bulan. (c) Tanda calon induk petelur yang baik; sehat, tidak cacat,
kuku relatif pendek, mata bulat cerah, bulu mengkilap, bentuk badan bulat letter
U.
2. Kandang yang sehat
Setelah mendapatkan bibit baik yang terseleksi, hal selanjutnya yang perlu
diperhatikan adalah kandang. Ayam akan tetap sehat apabila ditempatkan pada
kandang yang nyaman, yang memenuhi syarat sebagai berikut : (a) Longgar, tidak
terlalu sempit (b) Cukup memperoleh sinar matahari pagi (c) Tanah padat dan
berpasir, kering, bersih (d) Dapat melindungi ayam dari terik sinar matahari,
hujan, kencangnya angin malam (e) Jauh dari keramaian.
3. Pakan
xxxiii
Kualitas dan kuantitas pakan juga sangat menentukan produktivitas telur
ayam Arab serta perkembanagan tubuh ayam itu sendiri. Sebaiknya pakan dibuat
sendiri dengan pertimbangan utama adalah dapat diusahakan secara ekonomis.
Beberapa hal yang harus diperhitungkan dalam pembutan pakan ini antara lain :
(a) Mudah didapat, selalu tersedia, murah (b) Tidak bersaing dengan kebutuhan
manusia (c) Disukai oleh ayam (d) Tidak mengganngu kesehatan ayam.
Disamping itu perlu diberikan pula ramuan tradisional untuk mengoptimalkan
produksi telur ayam Arab ini.
4. Pengendalian penyakit
Dalam usaha peternakan ayam Arab, penyakit merupakan salah satu resiko
yang kadang-kadang harus dihadapi. Oleh karena itu mengenai gejala masing-
masing penyakit, mengetahui sumber penyebabnya dan dapat melakukan
pencegahan penyakit merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh
peternak ayam Arab untuk suksesnya usaha ternak ayam Arab petelur ini. Ayam
Arab relatif lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam ras. Namun
perlu diketahui bahwa penyakit yang mungkin mengenai ayam Arab ini sama
seperti ayam ras lainnya, dan dapat juga menular. Oleh sebab itu perlu dilakukan
upaya pencegahannya, karena pada ayam yang telah berproduksi, secara langsung
akan berpengaruh terhadap produktivitasnya. Pada prinsipnya ada dua faktor
penyebab penyakit ini yaitu : internal dan eksternal. Secara umum ada beberapa
hal yang dapat menyebabkan berjangkitnya penyakit ini, antara lain : (a) Cuaca
seperti ; suhu, kelembaban, hujan terus menerus, musim kering yang panjang,
berpengaruh terhadap kondisi ayam, misalnya gangguan pernafasan. (b) Kandang
xxxiv
dan peralatan ; harus senantiasa terjaga kenyamanan dan kebersihannya (c)
Lingkungan sekitar kandang ; lingkunagan yang kotor dan tanaman yang terlalu
rimbun mudah untuk berkembangnya suatu penyakit (d) Pakan dan air minum ;
apabila kurang bergizi akan menurunkan kondisi tubuh ayam sehingga ayam
menjadi lemah dan mudah terserang penyakit (e) Kondisi individual ayam (f)
Bibit yang tercemar penyakit.
2. Model Pelatihan
Beberapa unsur yang terintegrasi dalam model siklus pelatihan adalah:
a. Analisis yang meliputi identifikasi masalah, identifikasi kebutuhan,
pengembangan kinerja yang standar, identifikasi sasaran (learners),
pengembangan kriteria pelatihan, pekiraan biaya, dan perkiraan keuntungan
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
b. Pengembangan, pada tahap ini merupakan esensi dari rancangan pelatihan,
karena pada tahap ini akan bisa memantapkan kita untuk bisa atau tidak
melakukan pelatihan. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dipertanyakan,
antara lain : masukan, urutan kegiatan, logistik, sumber-sumber, finansial
yang diperlukan, dan kriteria keberhasilan.
c. Penerapan, bagaimana pun baiknya rancangan pelatihan dibuat, peluang
ketidak berhasilan tetap ada jika tidak diimplementasikan dan dikoordinir
secara baik. Oleh karena itu peran kegiatan administratif dalam tahap ini
sangat penting bagi terlaksananya kegiatan pelatihan. Kegiatan-kegiatan
xxxv
administratif yang perlu diperhatikan terutama adalah kegiatan koordinasi
dengan pihak-pihak yang memiliki kompetensi di bidangnya.
d. Evaluasi, pada tahap ini harus ditetapkan perilaku apa yang hendak dicapai
dari pelatihan, baik selama proses pelatihan, sesudah pelatihan, maupun tindak
lanjut dari pelatihan. Untuk maksud ini perlu dirumuskan kriteria yang jelas
dan terukur sehingga dapat diketahui bahwa perubahan perilaku tersebut
akibat dari pelatihan.
e. Penelitian, dalam siklus pelatihan, penelitian merupakan gagasan yang baru,
metodologi yang baru, dan teknologi yang baru. Dengan adanya penelitian
akan bisa dijadikan masukan tentang kelebihan dan kekurangan dari kegiatan
pelatihan yang telah berjalan, dengan demikian akan menjadi bahan
penyempurnaan kegiatan serupa di masa mendatang.
Adapun model pelatihan yang biasa digunakan adalah model pelatihan dari
Treadway Pakker yang relatif lebih sederhana dibandingkan dengan model
Ricahard Miller. Model sistem pelatihan dari Treadway Pakker dan model sistem
pelatihan dari Ricahard Miller dapat digambarkan sebagai berikut :
xxxvi
Model Sistem Pelatihan dari Treadway Pakker (Ernesto, 1991)
Conduct Training
Need Analysis
Develop Tarining
Objective
Measure Design Training
Training Results Curriculum
Implement Design/ Select
Training Program Training Methods
Design Training
Evaluation Approach
xxxvii
Model Sistem Pelatihan dari Ricahard Miller (Ernesto, 1991)
Analysis of overal system NEEDS
ASSESMENT
Analysis of task of JOB
Specification Definition
of KSO Target client
Training needs
Analysis of objectife in OBJECTIVE
behavioral form SETTING
Course countruction
Development
Of measures of
job proficiency
Validation
xxxviii
Definition of syllabus
Content
Teaching strategy DESIGN
Mean of presentation PROCESS
Writing of lesson
Field testing & evaluation Revition
Implementation of system IMPLEMENT
ATION
PROCESS
EVALUATION PROCESS
3. Evaluasi Pelatihan
Setiap penyelenggaraan suatu program pelatihan biasanya diperlukan
biaya yang cukup besar, agar biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia dan pelatihan
yang diselenggarakan itu dapat mencapai sasarannya, maka pelatihan perlu dinilai
atau dievaluasi.
Menurut Kirkpatrick rencana keseluruhan evaluasi pelatihan memberikan
suatu kerangka untuk mengukur perubahan yang diinginkan pada tiap tingkat
evaluasi, yakni perubahan pada tingkat belajar, tingkat perilaku dan tingkat hasil
dengan menggunakan kriteria yang tepat.
xxxix
Kriteria untuk menilai pelatihan adalah tujuan program pelatihan yang
dinyatakan secara khusus dan dalam bentuk yang dapat diukur. Untuk mengukur
hasil suatu pelatihan secara ilmiah, cermat, dan tepat, maka kegiatan-kegiatan
berikut perlu dilakukan :
a. Memilih suatu rencana evaluasi
b. Memilih teknik pengumpulan data yang tepat
c. Memilih metode-metode statistik yang cocok untuk mengoalah data
dan mengambil kesimpulan-kesimpulan.
Maka dari pada itu harus ada :
a. Evaluasi terhadap peserta yang dilakukan sebelum pelatihan. Gunanya
adalah untuk menentukan tingkat pengetahuan, ketrampilan, prestasi,
dan sikap yang telah dimiliki oleh para peserta.
b. Evaluasi terhadap para peserta yang dilakukan sesudah pelatihan.
Gunanya adalah untuk menentukan tingkat pengetahuan, ketrampilan,
prestasi dan sikapnya yang baru.
Dengan demikian rencana evaluasi yang pokok dan ilmiah itu memerlukan
pemeriksaan sebelum dan sesudah pelatihan; juga penggunaan kelompok
pengawasan. Rencana evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Pengukuran Pengukuran
Sebelum Pelatihan setelah
pelatihan pelatihan
xl
Pengukuran
perubahan
Rencana evaluasi yang baru dikemukakan tersebut merupakan evaluasi
dasar. Ada beberapa variasi rencana evaluasi sebagai berikut :
1. Pengukuran setelah pelatihan dari para peserta tanpa menggunakan
kelompok pengawasan.
2. Pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan dari para peserta tanpa
menggunakan kelompok pengawasan.
3. Pengukuran sebelum pelatihan dari para peserta dengan menggunakan
kelompok pengawasan.
4. Pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan dari para peserta dengan
menggunakan kelompok pengawasan.
5. Suatu rencana evaluasi tiga kelompok yang menggunakan satu kelompok
percobaan dan dua kelompok pengawasan. Pengukuran sebelum dan
sesudah pelatihan dari para peserta dengan kelompok pengawasan pertama
dan kelompok pengawasan kedua dipergunakan hanya untuk pengukuran
setelah pelatihan.
Rencana evaluasi tanpa menggunakan kelompok pengawasan mempunyai
kelemahan, karena tidak mempunyai dasar pelaksanaan pekerjaan sebelum
pelatihan. Lain daripada itu faktor-faktor diluar pelatihan juga dapat
xli
mempengaruhi perilaku yang diukur setelah pelatihan. Rencana evaluasi yang
kompleks pada angka 5 merupakan suatu rencana yang baik ditinjau dari sudut
pengukuran, tetapi kesulitan administrasinya biasanya akan menghapuskan
keuntungan-keuntungan dalam organisasi pelaksanaan. Dipandang dari sudut
bermacam-macam pembatasan rencana yang kompleks, maka dua kelompok
pengukuran sebelumnya dan sesudah pelatihan dari para peserta dengan
menggunakan kelompok pengawasan pada angka 4 dianjurkan, karena sifatnya
yang praktis dan dapat dilaksanakan.
xlii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah suatu alat atau cara untuk melaksanakan
pemeriksaan yang diteliti, penyelidikan, kegiatan pengumpulan data, analisis dan
penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif guna memecahkan
persoalan praktis (Pringgodigdo, 1994 : 1028).
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pola
pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP
Regional III Jawa Tengah, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
yaitu pendekatan yang memandang objek kajian sebagai sistem (Arikunto, 1993 :
209). Menurut Bogdan dan Biklen dalam Meleong penelitian dengan pendekatan
kualitatif memiliki 5 ciri yaitu : (1) dilakukan pada latar yang alami, karena yang
merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang asli dan perisetnya, (2)
bersikap diskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata atau gambar-
gambar dari pada angka, (3) lebih memperhatikan proses dari pada hasil atau
produk semata, (4) data menganalisis data cenderung induktif dan (5) lebih
mementingkan makna (esensial). Dalam studi kasus ini, sumber data yang akurat
adalah peserta, penyelenggara, dan nara sumber teknis dalam pelatihan dan
budidaya ayam Arab. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh
34
xliii
pemahaman secara mendalam mengenai pola pemberdayaan pemuda dengan
pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
B. Penentuan Lokasi
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di BPPLSP (Balai
Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda) Regional III Jawa Tengah.
Dipilihnya BBPLSP Ungaran sebagai lokasi penelitian dikarenakan tempat ini
merupakan salah satu lembaga yang menyelenggarakan program-program
pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup khususnya pelatihan
budidaya ayam Arab. Setelah diadakan kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab,
dibentuk dua desa binaan yang berada di Beji Para’an Ungaran dan Sekunir
Gunungpati, maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian disini untuk
memperoleh pemahaman secara mendalam mengenai pola pemberdayaan pemuda
dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari :
(1) Pengelola atau penyelenggara pelatihan budidaya ayam Arab
(2) Fasilitator atau nara sumber teknis pelatihan budidaya ayam Arab
(3) Warga belajar pelatihan budidaya ayam Arab.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah yang bersumber pada
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui
keputusan ilmiah maupun keputusan lainnya (Moleong, 2001 ; 65). Rumusan
xliv
masalah atau fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif, artinya
penyempurnaan fokus atau masalah tetap dilakukan sewaktu penelitian sudah
berada dilatar penelitian. Penelitian ini memfokuskan pada :
1. Bagaimanakah Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan
budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah, dan
2. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di
BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokkan menjadi dua
yaitu data utama dan data pendukung. Menurut Meleong (1995 :95) menyebutkan
karakteristik dari data utama adalah dalam bentuk kata-kata atau ucapan dari
perilaku orang-orang yang diamati dan diwawancarai. Dalam penelitian ini data
utama diperoleh dari informan utama yang terdiri dari 4 orang warga belajar, 3
orang nara sumber teknis serta 3 orang fasilitator atau penyelenggara pelatihan
ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Sedangkan karakteristik data
pendukung atau tambahan adalah dalam bentuk non manusia, sehingga dalam
kaitannya dengan penelitian ini, data tambahan bisa berupa surat-surat,
dokumentasi tentang pelatihan budidaya ayam Arab.
2. Metode Pengumpulan Data
xlv
Dalam proses pengumpulan data peneliti merupakan instrumen penelitian
yang utama (Moleong, 1991 : 121). Beberapa alat perlengkapan penelitian yang
akan diperlukan seperti alat tulis, catatan kancah, dan kamera foto. Alat tersebut
digunakan untuk memperlancar proses penelitian dan tidak mengganggu
kewajaran pengamat (Bogdan dan Biklen, 1982 : 27)
Ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dimana terjadi
komunikasi secara verbal antara pewawancara dengan subjek wawancara.
Menurut Moleong (2001;135), wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai, yang memberikan jawaban
pertanyaan itu.
Dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam karena peneliti
ingin mengetahui secara menyeluruh bagaimana pola pemberdayaan pemuda
dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BBPLSP Regional III Jawa Tengah,
serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pola pemberdayaan pemuda
tersebut. Teknik wawancara dilakukan dengan cara peneliti datang langsung ke
objek penelitian, mengadakan pendekatan dan berwawancara dengan pihak yang
berkompeten di BPPLSP Regional III Jawa Tengah tentang data dan informasi
yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Adapun responden atau informan
yang akan diwawancarai adalah warga belajar yang berjumlah 4 orang, pengelola
xlvi
atau penyelenggara yang berjumlah 3 orang, serta 3 orang nara sumber teknis.
Sedangkan hal-hal yang akan diwawancarai meliputi gambaran umum sasaran,
kondisi sosial ekonomi pemuda budidaya ayam Arab, pola pemberdayaan pemuda
pelatihan budidaya ayam Arab, serta upaya-upaya BPPLSP terhadap
pemberdayaan.
Peneliti menggunakan metode wawancara karena dengan menggunakan
metode wawancara peneliti dapat menggali informasi langsung secara mendalam
dari informan penelitian tentang bagaimanakah pola pemberdayaan pemuda
dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah serta
faktor pendukung dan penghambat pola pemberdayaan tersebut.
b. Observasi
Observasi adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Dalam
metode observasi ini juga tidak mengabaikan kemungkinan menggunakan
sumber-sumber non manusia seperti dokumen dan catatan-catatan. Di dalam
penelitian kualitatif, jenis teknik observasi yang lazim digunakan untuk alat
pengumpulan data ialah : (1) Observasi partisipan, (2) Observasi sistematik, (3)
Observasi eksperimental. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi
non partisipan yang bertujuan untuk menjaring perilaku manusia sebagaimana
perilaku itu terjadi dalam kenyataan sebenarnya dan sosial yang sebenarnya.
Dalam penelitian ini, objek yang akan di observasi oleh peneliti yaitu pola
xlvii
pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP
Regional III Jawa Tengah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai
macam, tidak hanya dokumen resmi.
Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer, jika dokumen ini
ditulis orang yang langsung mengalami suatu peristiwa; dan dokumen sekunder,
jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang
lain. Otobiografi adalah contoh dokumen primer dan biografi adalah contoh
dokumen sekunder (Irawan Soeharto, 1995:70-71).
Penelitian ini akan menggunakan baik data primer maupun data sekunder
untuk melengkapi data dari hasil wawancara dan observasi. Metode ini digunakan
untuk memperoleh data peserta, tutor atau nara sumber teknis, penyelenggara dan
kurikulum atau garis-garis besar program pelatihan budidaya ayam Arab di
BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
Alasan peneliti menggunakan metode dokumentasi yaitu untuk
memperkuat data-data yang sudah ada yang di dapatkan peneliti dengan
menggunakan metode observasi dan wawancara.
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penggunaan metode
penelitian ini, yaitu pertama, peneliti melakukan survei mengenai lokasi penelitian
dan ijin untuk melakukan penelitian pada hari Rabu, 30 Maret 2005. Setelah
xlviii
penelitian dikeluarkan oleh BPPLSP Regional III Jawa Tengah, peneliti mulai
melakukan penelitian. Adapun metode yang pertama kali adalah metode observasi
dan dokumentasi yang dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei
2005. data yang diperoleh yaitu: mengetahui pola pemberdayaan pemuda dengan
pelatihan budidaya ayam Arab yang meliputi proses persiapan kegiatan, input,
proses pelaksanaan, out put, out comes sampai dengan tahap evaluasi. Selanjutnya
pada bulan Juni 2005 dilakukan wawancara dengan para responden yang dapat
menghasilkan data berupa: Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan
budidaya ayam Arab serta faktor pendukung dan faktor penghambat dari
pelaksanaan pola penberdayaan pemuda tersebut.
E. Keabsahan Data
Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2000 : 173) menjelaskan ada
empat kriteria yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk keabsahan data,
yaitu : (1) Derajat Kepercayaan, (2) Keteralihan, (3) Kebergantungan dan (4)
Kepastian.
Kriteria keabsahan data diterapkan dalam rangka membuktikan temuan
hasil dilapangan dengan kenyataan yang diteliti dilapangan. Teknik-teknik yang
digunakan untuk melacak atau membuktikan kebenaran atau taraf kepercayaan
data tersebut bisa melalui ketekunan pengamatan dilapangan (persistent
observation), triangulasi (triangulation), pengecekan dengan teman sejawat (peer
debriefing), analisa terhadap kasus-kasus negatif (negatif case analysis), reverensi
yang memadai (reverencial adequacy), dan pengecekan anggota (member chek).
xlix
Dari berbagai teknik ini, maka peneliti menggunakan teknik pengamatan lapangan
dan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan/
sebagai pembanding terhadap data itu, Denzin (dalam Lexy Meleong, 1995 : 178)
membedakan empat triangulasi, yaitu :
(1) Triangulasi Sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat diperoleh dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang diketahuinya.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang, seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan, orang berada atau pemerintah.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
(2) Triangulasi Metode, menurut Patton dalam Moleong (2001; 178) terdapat dua
strategi, yaitu :
a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan
beberapa teknik pengumpulan.
l
b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama.
(3) Triangulasi Peneliti ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan
lainnya adalah dapat membantu mengurangi “kemencengan data”.
(4) Triangulasi Teori adalah membandingkan teori yang ditemukan berdasarkan
kajian lapangan dengan teori-teori yang telah ditemukan oleh para pakar ilmu
sosial sebagai mana yang telah diuraikan dalam bab landasan teori yang telah
ditemukan.
Untuk membuktikan keabsahan data dalam penelitian ini hanya digunakan
triangulasi sumber. Keabsahan data dilakukan peneliti dengan cara mengecek
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada peserta/ warga belajar,
nara sumber teknis/tutor, dilanjutkan kepada penyelenggara/fasilitator pelatihan
budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
F. Analisis Data
Bersamaan dengan proses pengumpulan data, dilakukan analisis data. Alur
analisis mengikuti pendapat Spradley dalam Sanapiah (1990 ; 91-108) yakni
analisis domain, analisis taksonomi, dan analisis komponensial.
(1) Analisis Domain, analisis ini dilakukan bersamaan dengan mereduksi
banyaknya data yang diperoleh, untuk memperoleh gambaran yang bersifat
umum dan relatif menyeluruh dari suatu fokus permasalahan yang diteliti.
li
Kegiatan ini dilakukan bersamaan dalam proses pengamatan dan wawancara
deskriptif.
(2) Analisis Taksonomi, analisis ini berusaha merinci lebih lanjut,
mengorganisasikan atau menghimpun elemen-elemen yang sama dalam suatu
domain yang dianggap penting dalam suatu proses penelitian. Analisis
taksonomi dilakukan bersamaan dengan pengamatan terfokus dan wawancara
struktural. Hal yang dapat diamati dalam tahap ini adalah terkait dengan fokus
penelitian yang meliputi :
Bagaimana Pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam
Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
Apakah yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan
pola pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di
BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
(3) Analisis Komponensial, dalam analisis ini mengorganisasikan antar elemen
dalam domain yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara terseleksi dan
kemudian dilanjutkan dengan analisis tema, untuk mendeskripsikan secara
menyeluruh dan menampilkan makna dari yang menjadi fokus penelitian.
Penggambaran yang meluas dari tema-tema yang ditemukan, akhirnya
digunakan dalam menyusun laporan lebih lanjut dengan memperhatikan
interaksi dari perspektif emiketik atau sebaliknya antara etik dan emik, dengan
bahan-bahan referensi yang teoritis berkaitan dengan tema-tema yang disusun.
Skema proses kegiatan observasi dan wawancara diatas dapat
digambarkan sebagai berikut :
lii
Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa selama proses penelitian
berlangsung, mula-mula peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas yang
terjadi pada saat peneliti berada dilapangan, kemudian melakukan wawancara
terhadap sejumlah anggota kelompok pemuda dan pengurus desa binaan ayam
Arab. Kegiatan yang dilakukan masih bersifat umum dan dalam rangka proses
sosialisasi. Dari data yang diperoleh kemudian dipilah-pilah sebagai bahan untuk
melakukan observasi dan wawancara berikutnya. Kegiatan ini terus berlangsung
bergerak dari hal-hal yang bersifat umum menuju fokus-fokus dalam penelitian
ini. Untuk mendukung atau melengkapi dari berbagai data yang diperoleh,
kemudian dilakukan studi dokumentasi. Melalui studi dokumentasi ini dapat
diperoleh berbagai kejadian-kejadian penting yang dapat memperjelas dari setiap
kegiatan. Kegiatan ini terus berulang kali hingga semua data yang dibutuhkan
dalam penelitian dapat terpenuhi.
OBSERVAS DESKRIPTIF
TERFOKUS
STRUKTURAL
SELEKTIF
WAWANCARA DESKRIPTIF
KONTRAS
liii
liv
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
1. Gambaran umum BPPLSP
1.1 Sejarah berdirinya BPPLSP
Pada tahun 1980 proyek pendidikan non formal membangun “Balai
Dikmas” di Jalan Diponegoro No. 250 Ungaran Semarang. Balai Pendidikan
Masyarakat (Balai Dikmas) adalah suatu lembaga pendidikan non formal yang
bernaung dibawah Ditjen Diklusepora, namun pengelolaan sehari-hari diserahkan
pada bidang Dikmas Kanwil Depdikbud Propinsi Jateng. Sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
0136/O/1991 tertanggal 21 Maret 1991 tentang struktur organisasi dan tata kerja
BPKB, maka balai Dikmas Ungaran resmi menjadi Balai Pengembangan Kegiatan
Belajar Jawa Tengah sebagai unit pelaksana Teknis Diklesepora. Sesuai dengan
era otonomi daerah maka berdasarkan surat edaran Sekjen Depdiknas No.
88936/A.A5/HK2001, tanggal 18 Oktober 2001 tentang kedudukan dan tanggung
jawab UPT dibawah Depdiknas, maka status BPKB Jateng merupakan UPT Pusat
yang dibina dan bertanggung jawab kepada Ditjen Pendidikan Luar Sekolah dan
Pemuda. Namun sesuai SK Menteri Pendidikan Nasional Nomor 115/O/2003
BPKB diubah nama menjadi Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan
Pemuda yang selanjutnya disebut BP-PLSP adalah unit pelaksana teknis di
45
lv
lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dibidang Pendidikan Luar Sekolah
dan Pemuda.
1.2 Fungsi dan tujuan
BPPLSP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan
program dan fasilitasi pengembangan sumber daya pendidikan luar sekolah dan
pemuda di daerah berdasarkan kebijakan nasional. BPPLSP berfungsi dan
bertujuan untuk menyelenggarakan : a. Pengkajian pelaksanaan pendidikan luar
sekolah dan pemuda di daerah; b. Pengembangan program pendidikan luar
sekolah dan pemuda; c. Fasilitasi pengembangan sumber daya pendidikan luar
sekolah dan pemuda; d. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi
pendidikan luar sekolah; e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan
program pendidikan luar sekolah dan pemuda; f. Pelaksanaan urusan
ketatausahaan Balai.
Visi BPPLSP adalah mewujudkan berbagai model pengembangan PLS,
perangkat pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat serta pengembangan
kualitas mutu tenaga kependidikan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat
sebagai upaya terwujudnya masyarakat yang gemar belajar, berusaha dan bekerja,
berakhlak mulia, mandiri serta mampu beradaptasi dengan perubahan lokal dan
global. Misi BPPLSP adalah : 1) Mewujudkan pengembangan berbagai model
PLSP yang berbasis pada kebutuhan masyarakat dan pasar beserta perangkat
pembelajarannya; 2) Melaksanakan pelayanan bantuan teknis bagi UPT PLSP
baik milik pemerintah, swasta maupun perorangan; 3) Membentuk laboratorium
sosial program PLSP sebagai kancah pengembangan, pengkajian, penelitian
sekaligus sebagai pelayanan pemberdayaan bagi masyarakat luas secara mudah,
lvi
murah dan berkualitas; 4) Mewujudkan model-model bahan belajar dan perangkat
pembelajaran bagi masyarakat sebagai upaya adaptasi dengan perubahan lokal dan
global; 5) mewujudkan pola pengembangan pelatihan tenaga kependidikan PLSP
bagi pelaksana, fasilitator dan pembina program di masyarakat; 6) Mewujudkan
proses pemahaman dan peningkatan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan program PLSP.
1.3 Sasaran garapan
Program-program PLSP di Jateng telah diselenggarakan dengan cukup
baik, namun angka-angka sasaran PLSP setiap tahun tidak menunjukkan hasil
kerja yang memuaskan, bahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan PLSP
terus menerus muncul selaras dengan pelaksanaan otonomi daerah. Secara umum
ada beberapa masalah yang menjadi dasar pijakan pengelolaan program PLSP di
Jateng, khususnya dalam pengembangan dan melakukan inovasi PLSP
diantaranya (data Th. 2003)
Jumlah penduduk usia 0-6 tahun sebanyak 3.634.847 anak yang mampu
dilayani TK/RA/Kelompok bermain sebanyak 1.428.131 anak, sehingga teradapat
206.716 anak usia 0-6 tahun belum terlayani. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun
sebanyak 3.737.705 orang, belum pernah sekolah sebanyak 47.842 orang, dan
putus sekolah SD/MI sebanyak 32.276 orang. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun
sebanyak 1.992.881 belum pernah sekolah. Jumlah penduduk usia 16-29 tahun
sebanyak 7.553.090 dengan angka putus SLTA sebanyak 56.213 orang. Buta
huruf sebanyak 426 oarng, putus SD sebanyak 462.425 orang, putus SLTP
sebanyak 136.046 orang, dan putus SLTA sebanyak 56.213 orang. Angka buta
huruf usia 10-44 tahun masih tersisa 792.418 orang. Angka pengangguran
637.900 orang dan semi pengangguran sejumlah 7.258.530 orang. Angka
lvii
kemiskinan di desa mendekati angka 3,9 juta dan di perkotaan mendekati 7,2 juta
orang.
1.4 Struktur organisasi
Bagan Organisasi Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan
Pemuda
2. Deskriptif infoman penelitian
Hasil penelitian mengenai pola pemberdayaan pemuda melalui budidaya
ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah dapat dipahami melalui
pembahasan dari 10 (sepuluh) orang informan yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Informan pertama
KEPALA
SEKSI
PROGRAM
SUB BAGIAN
TATA USAHA
SEKSI FASILITASI
SUMBER DAYA
SEKSI
INFORMASI
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
lviii
Rochman, berusia 39 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal didesa Sekunir
Rt.02/Rw.05 Gunungpati Semarang, bersama istri dan dua orang anaknya.
Pekerjaan utamanya adalah berternak sapi perah. Disamping itu, ia
mempunyai pekerjaan sampingan yakni membantu istri berjualan
kebutuhan bahan pokok dirumah. Tujuannya mengikuti pelatihan
budidaya ayam Arab adalah ingin menjadi peternak ayam Arab yang
berhasil. Selama mengikuti kegiatan pelatihan ia mendapatkan teori dan
praktek beternak ayam Arab sekaligus studi banding peternakan ayam
Arab di KPSM Sido Makmur Klaten. Dalam kegiatan pelatihan ada lima
orang tutor atau nara sumber teknis, yang terdiri dari Bp. Kastum, Bp.
Margono, Bp. Gunawan, Bp. Sigit dan Bp. Jumadi. Tutor menyampaikan
materi dengan cara memberi pelajaran berupa teori dan praktek lapangan
mengenai budidaya ayam Arab. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan
diadakan test tetulis dan praktek langsung pembuatan kandang dan mesin
tetas. Hasil yang diperolehnya setelah mengikuti pelatihan adalah semakin
bertambahnya pengetahuan tentang pemilihan bibit/induk ayam Arab,
pembuatan ransum dan pembuatan pakan ayam, pembuatan kandang dan
mesin tetas serta pencegahan dan pengendalian penyakit.
2. Informan kedua
Amin Rahardjo, berusia 33 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal didesa
Sekunir Rt.02/Rw.05 Gunungpati Semarang, bersama istri dan satu orang
anaknya. Pekerjaan utamanya adalah buruh bangunan. Walaupun
penghasilan untuk setiap bulannya tidak menentu, tetapi cukup untuk
lix
memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan merintis usaha ayam Arab.
Tujuannya mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab adalah ingin menjadi
peternak yang berhasil. Selama mengikuti kegiatan pelatihan ia
mendapatkan teori dan praktek budidaya ayam Arab mulai dari penetasan
sampai produksi, termasuk proses pembuatan kandang, mesin tetas, dan
ransum makanan. Dalam kegiatan pelatihan ada lima orang tutor atau
fasilitator, yang terdiri dari Bp. Margono, Bp. Kastum, Bp. Gunawan, Bp.
Sigit dan Bp. Jumadi. Tutor menyampaikan materi dengan cara memberi
pelajaran berupa teori sekaligus praktek lapangan mengenai budidaya
ayam Arab. Disamping dibagi lembar kuisioner yang harus diisi oleh
peserta untuk mengevaluasi tutor dan penyelenggara pelatihan, peserta
juga mengikuti test tertulis dan praktek pembuatan kandang, ransum
makanan dan mesin tetas. Hasil yang diperolehnya setelah mengikuti
pelatihan adalah mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
beternak ayam Arab, dari cara pemilihan bibit ayam, pembuatan kandang,
mesin tetas, serta pencegahan wabah penyakit ayam Arab.
3. Informan ketiga
Sugiarto, berusia 36 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di desa beji
Para’an Rt.02/Rw.10 Ungaran, bersama istri dan dua orang anaknya.
Pekerjaan utamanaya adalah menjadi ekspedisi biro jasa angkutan,
disamping itu, ia juga mempunyai pekerjaan sampingan beternak sapi
perah dan bebek (menthok). Tujuannya mengikuti pelatihan budidaya
ayam Arab adalah ingin menjadi peternak ayam Arab yang berhasil.
lx
Selama mengikuti kegiatan pelatihan ia mendapatkan teori dan praktek
budidya ayam Arab yang meliputi pengetahuan dan keterampilan
pemilihan bibit yang baik, pembuatan kandang ayam, pembuatan mesin
tetas, pembuatan pakan ayam, penetasan dan pembesaran serta
pengendalian penyakit ayam. Dalam kegiatan pelatihan ada lima orang
tutor, yang terdiri dari Bp. Margono, Bp. Gunawan, Bp. Kastum, Bp. Sigit
dan Bp. Jumadi. Tutor menyampaikan pelajaran teori dengan ceramah dan
praktek pembuatan kandang maupun mesin tetas. Dalam pelatihan
budidaya ayam Arab diadakan test tertulis (teori) dan test praktek yang
dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. Pada akhir pelatihan, peserta
dibagi lembar kuisioner yang harus diisi oleh peserta untuk mengevaluasi
kinerja tutor dan penyelenggara. Hasil yang diperolehnya setelah
mengikuti pelatihan adalah dapat menambah pengetahuan tentang ayam
Arab, penanggulangan/pencegahan penyakitnya, serta meningkatkan
keterampilan pemilihan bibit/induk ayam Arab, pembuatan kandang dan
mesin tetas.
4. Informan keempat
Khamdan, berusia 27 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di desa Beji
Para’an Rt.o2/Rw.10 Ungaran, bersama kedua orang tuanya dan tiga orang
adiknya. Pekerjaan utamana adalah buruh pabrik plastik, dengan
penghasilan Rp. 400.000,- setiap bulannya. Penghasilan yang diprolehnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya serta untuk
membentu biaya sekolah adiknya. Tujuannya mengikuti pelatihan
lxi
budidaya ayam Arab adalah ingin mencari pengetahuan dan keterampilan
beternak ayam Arab. Selama mengikuti kegiatan pelatihan ia mendapatkan
teori berternak ayam Arab, praktek pembuatan kandang, pembuatan pakan
ayam, dan pembuatan mesin tetas, serta kunjungan lapangan. Dalam
kegiatan pelatihan ada lima orang tutor, yang terdiri dari Bp. Margono,
Bp. Gunawan, Bp. Basirom, Bp. Kastum dan Bp. Jumadi. Tutor
menyampaikan materi dengan cara memberikan pelajaran berupa teori
dengan metode ceramah sekaligus praktek langsung atau demonstrasi
pembuatan kandang, mesin tetas, dan pakan ayam. Di dalam pelatihan
budidaya ayam Arab ada dua jenis test yang harus diikuti oleh peserta,
yakni test berbentuk tulis dan praktek langsung. Disamping itu peserta
juga harus mengisi lembar kuisioner yang dibagi oleh panitia untuk
mengevaluasi kinerja tutor dan penyelenggara selama kegiatan pelatihan.
Hasil yang diperolehnya setelah mengikuti kegiatan pelatihan adalah
memperoleh pengetahuan yang tidak didapatkan sebelumnya, tentang
pemilihan bibit/induk ayam Arab yang baik, pembuatan kandang,
pembuatan pakan serta pencegahan penyakit ayam Arab.
5. Informan kelima
Drs. Kastum, M.Pd, berusia 41 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di jalan Kertajaya Rt.02/Rw.01 Langensari
Ungaran Semarang. Pekerjaan utamanya adalah PNS BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Tujuan dari pemberdayaan
pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab adalah agar mereka dapat memiliki keterampilan tertentu yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mandiri. Cara mengidentifikasi kebutuhan dengan menggunakan dengan cara : a. Metode PRA/Partisipatory Rural Apraisal (pendekatan pemahaman masyarakat
pedesaan), dimana team survai datang langsung ke masyarakat melihat sejumlah potensi/sumber daya manusia
kemudian dibuat pemetaan skala prioritas kebutuhan masyarakat. b. Metode konvensional yaitu datang langsung ke masyarakat kemudian masyarakat dikumpulkan dan diadakan diskusi skala prioritas kebutuhan. c. Analisis SWOT
yaitu melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dari masyarakat sekitar. Setelah teridentifikasi dan melihat
masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat, maka ditetapkan tujuan pelatihan.
Kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab dirancang selama satu minggu oleh fasilitator dengan melibatkan warga
belajar. Materi-materi yang diberikan juga bersifat proses yaitu pengenalan ayam Arab, pengenalan alat dan bahan,
pemeliharaan ayam Arab, cara penetasan ayam Arab, cara pembesaran ayam Arab, cara pengendalian penyakit, cara
penanganan pasca produksi panen/pemasaran, serta cara pembuatan mesin tetas. Untuk menentukan nara sumber
teknis, dicari orang-orang yang memiliki keahlian dan keterampilan budidaya ayam Arab, karena BPPLSP belum
lxii
mempunyai tenaga khusus, maka nara sumber teknis diambil dari KPSM Sido Makmur/peternak ayam
Arab/pedagang ayam Arab yaitu Bp. Moh. Basirom, Bp. Gunawan, Bp. Margono sedangkan dari pihak BPPLSP
dipilih Bp. Sigit dan Bp. Jumadi. Jumlah nara sumber teknis pelatihan dan budidaya ayam Arab ada 4 orang NST.
Dari hasil identifikasi sasaran diperoleh 14 orang warga belajar yang terdiri dari 4 orang kelompok binaan Sekunir
Gunungpati dan 10 orang anggota kelompok binaan Beji Ungaran yang tergabung dalam Organisasi Pemuda
Muhamadiyah dan 16 Pamong Belajar SKB seluruh jawa tengah. Jumlah peserta pelatihan budidaya ayam Arab
kurang lebih 30 orang termasuk pamong belajar SKB seluruh Jawa Tengah. Program pelatihan budidaya ayam Arab
adalah program kerja BPPLSP, maka peserta pelatihan tidak dipungut biaya sepeserpun bahkan mereka diberi uang saku sedangkan untuk anggota kelompok binaan diberi modal usaha. Karena ada kaitannya dengan struktur anggaran
dana maka pelatihan budidaya ayam Arab disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan oleh pihak BBPLSP. Pada
tahap persiapan yang perlu diperhatikan adalah membentuk panitia, pembagian tugas, rapat koordinasi (temu teknis untuk menentukan kurikulum materi, siapa yang menyusun, menyiapkan, dan menyampaikan materi), menyiapkan
bahan dan alat pelatihan, menentukan peserta dan nara sumber teknis. Pada tahap pelaksanaan memasuki hari pertama
pemberian teori tentang teknik budidaya ayam Arab, hari kedua praktek lapangan (kunjungan di KPSM Sido Makmur Klaten), hari ketiga praktek pembuatan kandang dan mesin tetas. Pada tahap akhir kegiatan adalah menyusun laporan
dan evaluasi dampak pelatihan.
Hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang pengetahuan adalah semakin bertambahnya pengetahuan warga
belajar tentang budidaya ayam Arab yang meliputi pengenalan ayam Arab, pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan
dan pembesaran ayam, cara penetasan, cara penyegahan penyakit cara penanganan pasca panen/pemasaran dan
pengetahuan membuat mesin tetas. Hasil yang dicapai dalam bidang sikap adalah perubahan sikap warga belajar
menjadi wiraswasta yang baik. Hasil yang dicapai dalam bidang keterampilan adalah semakin bertambah
keterampilan warga belajar tentang budidaya ayam Arab yang meliputi keterampilan mengenal ayam Arab, mengenal
alat dan bahan yang digunakan, pemeliharaan dan pembesaran ayam Arab, keterampilan menetaskan ayam Arab, pencegahan penyakit, penaganan pasca produksi/panen serta keterampilan membuat mesin tetas. Sedangkan hasil
yang dicapai warga belajar dalam bidang ekonomis adalah peningkatan penghasilan walaupun belum maksimal. Hal-
hal yang dievaluasi pada awal kegiatan pelatihan adalah persiapan peserta, tutor/nara sumber teknis. Pada saat kegiatan pelatihan, yang dievaluasi adalah jalannya pelaksanaan pelatihan. Sedangkan pada akhir kegiatan pelatihan,
yang dilakukan adalah menyusun laporan kegiatan dan mendokumentasikan kegiatan yang telah berjalan.
6. Informan keenam
Drs. Sigit, berusia 36 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di desa
Sekunir Rt.02/Rw.10 kelurahan Plalangan kecamatan Gunungpati
Semarang. Pekerjaan utamanaya adalah pamong belajar BPPLSP Regional
III Jawa Tengah. Tujuan diadakannya pemberdayaan pemuda dengan
pelatihan budidaya ayam Arab adalah agar pemuda dapat mandiri dalam
beternak ayam Arab yang meliputi usaha penetasan, pembesaran atau
usaha petelor ayam Arab. Cara mengidentifikasi kebutuhan warga belajar
menggunakan metode turun langsung kedalam masyarakat dengan
mewawancarai ketua Rt/Rw dan juga warga belajar sendiri. Setelah
diidentifikasi dan dikaji lalu dianalisis dengan cara menentukan
keunggulan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ada pada desa
tersebut. Kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab dirancang dengan cara
membuat desain dari pelatihan yang akan dikembangkan baik mulai dari
lxiii
tahap persiapan, pelaksanaan dan juga evaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan. Materi-materi yang diberikan yaitu pengenalan ayam Arab,
pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan ayam Arab, cara penetasan ayam
Arab, cara pembesaran ayam Arab, cara pengendalian penyakit, cara
penanganan pasca produksi panen/pemasaran, serta cara pembuatan mesin
tetas. Cara menentukan nara sumber teknis adalah dengan
mengidentifikasi tempat-tempat yang menjadi tempat-tempat usaha
(peternakan khususnya ayam Arab), lalu dicari orang yang mengelola tadi
untuk dijadikan nara sumber teknis yang diseleksi terlebih dahulu
kemampuannya. Ada 4 orang NST yaitu diambil dari praktisi, ahli
peternakan, dan juga ahli pemasaran. Menentukan peserta yang dapat
mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab adalah dengan cara terjun
langsung ke lapangan agar dapat mengetahui secara pasti bakat dan minat
peserta pelatihan. Jumlah peserta yang dapat mengikuti pelatihan
berjumlah 30 orang.
Hasil yang dicapai dalam bidang pengetahuan adalah semakin
meningkatnya pengetahuan warga belajar tentang seluk beluk (sejarah)
ayam Arab, proses pemeliharaan (dari penetasan hingga hasil pemasaran).
Hasil yang dicapai dalam bidang keterampilan adalah Semakin
bertambahnya keterampilan warga belajar dalam hal penetasan telor ayam
Arab, pemeliharaan/pembesaran, pemberian pakan, pengendalian penyakit,
pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas hingga hasil pemasaran. Hasil
yang diperoleh dalam bidang sikap adalah dimilikinya sikap mandiri dan
lxiv
juga sikap berusaha. Sedangkan hasil yang dicapai warga belajar dalam
bidang ekonomis adalah dapat menambah penghasilan keluarga walaupun
belum seberapa. Hal-hal yang dievaluasi pada awal kegiatan pelatihan
adalah persiapan peserta, tutor/nara sumber teknis. Pada saat kegiatan
pelatihan, yang perlu dievaluasi adalah kendala-kendala yang dialami pada
waktu pelaksanaan pelatihan. Sedangkan pada akhir kegiatan pelatihan,
yang dilakukan adalah menyusun laporan kegiatan.
7. Informan ketujuh
Drs. Djumadi, berusia 30 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di Perum
Ungaran Baru B 30 Semarang. Pekerjaaan utamanya adalah PNS BPPLSP
Regional III Jawa Tengah. Tujuan diadakannya pemberdayaan pemuda
dengan pelatihan budidaya ayam Arab adalah agar pemuda mempunyai
keterampilan, khususnya dalam bidang kecakapan hidup sehingga mereka
dapat bekerja dan hidup mandiri. Cara mengidentifikasi kebutuhan warga
belajar adalah dengan melakukan melakukan survai atau studi
pendahuluan masyarakat setempat, setelah itu diadakan pertemuan dengan
pihak-pihak terkait untuk bermusyawarah menentukan skala prioritas
kebutuhan yang harus segera ditangani. Dari hasil identifikasi kebutuhan
tersebut ternyata didesa Sekunir Gunungpati dan desa Beji Para’an
terdapat para pemuda yang masih mengganggur dan belum mempunyai
pekerjaan tetap sehingga dibuatlah program-program pemberdayaan
pemuda salah satunya adalah pelatihan Budidaya ayam Arab. Tujuan
pelaksanaan pemberdayaan ditetapkan dengan cara melihat hasil
lxv
identifikasi kebutuhan dan masalah yang terjadi didesa tersebut. Setelah
teridentifikasi permasalahan yang dihadapi masyarakat lalu dianalisis dan
ditetapkan tujuan pemberdayaan yakni memberikan bekal pengetahuan
dan keterampilan budidaya ayam Arab. Kegiatan pelatihan budidaya ayam
Arab dirancang dengan membuat desain pelatihan yang juga melibatkan
anggota warga masyarakat. Desain pelatihan ini dibuat dari tahap
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pelatihan. Materi-materi yang
diberikan pada pelatihan meliputi pengenalan tentang jenis ayam Arab,
pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan ayam Arab, cara penetasan ayam
Arab, cara pembesaran ayam Arab, cara pengendalian penyakit, cara
penanganan pasca produksi panen/pemasaran, serta cara pembuatan mesin
tetas. Nara sumber teknis ditentukan dengan cara megidentifikasi dan
menyeleki orang-orang yang berkompeten dibidang budidaya ayam Arab.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah mencari orang yang ahli
secara teori, praktisi/orang yang terjun langsung didunia peternakan, orang
yang ahli dalam bidang pemasaran, serta orang yang ahli dalam bidang
manajemen/pengelolaan secara umum. Ada 4 orang NST yaitu diambil
dari praktisi, ahli peternakan, dan juga ahli pemasaran. Menentukan
peserta yang dapat mengikuti pelatihan adalah dengan cara terjun langsung
ke lapangan agar dapat mengetahui secara pasti bakat dan minat peserta
pelatihan. Jumlah peserta yang dapat mengikuti pelatihan berjumlah 30
orang. Hal-hal yang dipersiapkan sebelum pelaksanaan pelatihan adalah
kurikulum materi pembelajaran, metode pembelajaran, menentukan warga
lxvi
belajar, menentukan nara sumber teknis, mempersiapkan sarana prasarana,
persiapan studi banding atau kunjungan lapangan serta menentukan alat-
alat evaluasi.
Hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang pengetahuan adalah
meningkatnya pengetahuan warga belajar tentang jenis ayam Arab,
pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas, pembuatan ransum makanan,
penetasan dan pembesaran ayam Arab, pencegahan dan pengobatan
penyakit, pengelolaan usaha budidaya ayam Arab dan pengalaman dari
kunjungan lapangan. Hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang sikap
adalah sikap berwirausaha. Hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang
keterampilan adalah semakin meningkatnya keterampilan warga belajar,
dalam hal memilih jenis ayam Arab yang baik, pembuatan kandang,
pembuatan mesin tetas, pembuatan ransum makanan, penetasan dan
pembesaran ayam Arab, mencegah dan mengobati penyakit ayam Arab,
serta keterampilan mengelola usaha budidaya ayam Arab. Hasil yang
dicapai warga belajar dalam bidang ekonomis adalah dapat menambah
penghasilan walaupun belum maksimal. Hal-hal yang dievaluasi pada awal
kegiatan pelatihan adalah persiapan peserta, tutor/nara sumber teknis. Pada
saat kegiatan pelatihan, yang dievaluasi adalah kendala-kendala yang
dialami pada waktu pelaksanaan pelatihan. Sedangkan pada akhir kegiatan
pelatihan, yang dilakukan adalah menyusun laporan kegiatan.
8. Informan kedelapan
lxvii
Moh. Basirom, berusia 45 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal dirumah
dinas unit taman ternak maron Temanggung. Pekerjaan utamanya adalah
PNS di unit taman ternak maron Temanggung. Tujuan diadakannya
pelatihan budidaya ayam Arab adalah memberikan bekal kecakapan hidup
dalam beternak ayam Arab dari pemilihan bibit ayam Arab, penetasan,
pembesaran, pembuatan kandang, mesin tetas, ransum makanan sampai
pencegahan dan pengobatan penyakit. Waktu tiga hari yang digunakan
dalam kegiatan pelatihan dirasakan cukup untuk pemberian teori dan
praktek. Materi pembelajaran, disampaikan dengan cara ceramah dan
praktek. Jumlah warga belajar yang mengikuti kegiatan pelatihan sebanyak
30 peserta, dimana peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
dengan 4 NST/ tutor.
Hasil yang dicapai warga belajar setelah mengikuti kegiatan pelatihan
adalah semakin meningkatnya pengetahuan tentang sejarah atau seluk
beluk ayam Arab dari penetasan sampai ke produksi. Dalam bidang sikap
terjadi perubahan sikap dalam bidang ternak ayam Arab. Dalam bidang
keterampilan adalah semakin bertambahnya keterampilan beternak ayam
Arab dari tahap penetasan sampai produksi, sedangkan dalam bidang
ekonomis warga belajar mendapatkan tambahan penghasilan. Cara
mengevaluasi warga belajar menggunakan test tertulis. Disamping test
tertulis, juga diadakan test praktek pembuatan kandang ayam, mesin tetas,
dan ransum makanan.
9. Informan kesembilan
lxviii
Gunawan, berusia 38 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di Cawas,
Klaten. Pekerjaan utamanya adalah PNS KPSM (kelompok pemberdayaan
swadaya masyarakat) Jatinom Klaten. Tujuan diadakannya pelatihan
budidaya ayam Arab adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
warga belajar tentang beternak dan mengelola usaha ayam Arab. Waktu
tiga hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan dirasakan cukup untuk
pemberian teori dan praktek. Materi pembelajaran, disampaikan dengan
cara ceramah, diskusi dan praktek. Jumlah warga belajar yang mengikuti
kegiatan pelatihan sebanyak 30 peserta, dengan 4 orang tutor/NST.
Hasil yang dicapai warga belajar setelah mengikuti kegiatan pelatihan
dibidang pengetahuan adalah semakin bertambahnya pengetahuan tentang
berternak ayam Arab dari penetasan, pembesaran, pencegahan penyakit
dan pemasaran. Dalam bidang sikap terdapat perubahan sikap
berwiraswasta ternak ayam Arab. Dalam bidang keterampilan, semakin
bertambahnya keterampilan beternak ayam Arab dari penetasan,
pembesaran, pencegahan penyakit dan pemasaran, sedangkan dalam
bidang ekonomis, warga belajar mendapatkan tambahan penghasilan. Cara
mengevaluasi warga belajar adalah menggunakan test tertulis dan praktek
langsung pembuatan ransum makanan, kandang ayam, dan mesin tetas.
Test praktek ini dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil yang sudah
ditetapkan bersama.
10. Informan kesepuluh
lxix
Margono, 36 tahun. Pada saat ini bertempat tinggal di desa Jatinom
Klaten. Pekerjaan utamanya adalah pengusaha ternak ayam Arab. Tujuan
diadakannya pelatihan budidaya ayam Arab adalah memberikan bekal
pengetahuan dan keterampilan kepada warga belajar tentang beternak
ayam Arab. Waktu tiga hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan
dirasakan cukup untuk pemberian teori dan praktek. Materi pembelajaran,
disampaikan dengan cara ceramah dan praktek. Jumlah warga belajar yang
mengikuti kegiatan pelatihan sebanyak 30 peserta, dimana peserta dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil dengan jumlah orang tutor sebanyak 4
orang.
Hasil yang dicapai warga belajar setelah mengikuti kegiatan pelatihan
dalam bidang pengetahuan adalah semakin bertambahnya pengetahuan
tentang pemilihan bibit ayam yang baik, penetasan dan pembesaran ayam,
pembuatan kandang ayam dan mesin tetas, pembuatan ransum makanan
yang berkualitas, serta pengetahuan tentang pemasaran yang efektif.
Dalam bidang sikap, dapat beternak ayam Arab yang lebih baik dan
professional. Dalam bidang keterampilan, semakin bertambahnya
keterampilan warga belajar dalam hal pemilihan bibit ayam yang baik,
penetasan dan pembesaran ayam, pembuatan kandang ayam dan mesin
tetas, pembuatan ransum makanan yang berkualitas, serta pengetahuan
tentang pemasaran yang efektif. sedangkan dalam bidang ekonomis, warga
belajar dapat menambah dan meningkatkan penghasilan keluarga. Cara
yang digunakan untuk mengevaluasi warga belajar adalah menggunakan
test tertulis untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi yang
lxx
diperoleh peserta selama kegiatan pelatihan. Disamping test tertulis juga
ada test praktek pembuatan kandang, mesin tetas dan ransum makanan.
B. PEMBAHASAN
1. Tujuan Pemberdayaan
Berdasarkan informan penyelenggara pemberdayaan, tujuan dari penyelenggaran pemberdayaan ini adalah untuk
memberdayakan pemuda dengan kecakapan vocasional tertentu dalam bentuk kelompok-kelompok binaan, sehingga
mereka dapat mandiri atau berkarya melalui usaha budidaya ayam Arab. Hal ini sudah sesuai dengan Teori pemberdayaan
Suzanne Kindervater, dimana proses belajar atau pemberiaan kekuatan terdiri dari delapan pokok tahapan, yaitu: (a)
belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, (b) pemberian tanggung jawab yang lebih besar kepada warga belajar
selama kegiatan pembelajaran berlangsung, (c) kepemimpinan kelompok diperankan oleh warga belajar (d) sumber belajar
bertindak selaku fasilitator (e) proses kegiatan belajar mengajar berlangsung secara demokratis (f) adanya kesatuan
pandangan dan langkah dalam mencapai tujuan (g) menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang dapat
menimbulkan rasa percaya diri pada warga belajar, dan (h) bertujuan akhir untuk meningkatkan status sosial, ekonomi, dan
atau politik warga belajar dalam masyarakat.
Proses Pemberdayaan
Sebelum pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab, diadakan identifikasi kebutuhan masyarakat terlebih dahulu.
Untuk desa Beji Para’an Ungaran dari pihak BPPLSP menunjuk bapak Djumadi sebagai ketua pelaksana, sedangkan bapak
Sigit untuk mengidentifikasi wilayah desa Sekunir Gunungpati Semarang. Identifikasi kebutuhan masyarakat ini
menggunakan beberapa metode, yakni : (a) Metode PRA (Partisipatory Rural Appraisal), pendekatan pemahaman
masyarakat pedesaan dimana team survai langsung datang ke masyarakat melihat sejumlah potensi baik meliputi sumber
daya alam maupun sumber daya manusia, setelah itu dibuat pemetaan skala prioritas kebutuhan masyarakat, (b) Metode
Konvensional yaitu datang langsung ke masyarakat kemudian masyarakat dikumpulkan dan diadakan diskusi skala
prioritas kebutuhan. (c) Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threatness) yaitu melihat kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan dari masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan teori Smith&Dahalaya (1987) yang menyatakan
bahwa dalam pelatihan ada tiga tahap prosedur yang biasa digunakan dalam assessment kebutuhan pelatihan, yaitu
pertama, survey yang dilakukan dengan mereview data vital secara berkala dalam suatu masyarakat. Kedua, investigasi,
dimana dikumpulkan data secara detail dan spesifik dilingkungan masyarakat. Ketiga, analisis yakni menguraikan data
dengan cara mengeliminasi informasi-informasi yang tidak valid, kemudian mengkelompokkan, meresum, dan mengambil
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.
Setelah teridentifikasi kebutuhan masyarakat, maka dari pihak BPPLSP segera merancang kegiatan pelatihan budidaya
ayam Arab. Hal-hal yang dilakukan dalam merancang kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab adalah sebagai berikut :
lxxi
(1) Menetapkan tujuan, tujuan umum diadakannya pelatihan budidaya ayam
Arab adalah agar memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan
tentang budidaya ayam Arab kepada warga masyarakat kurang mampu.
Sedangkan tujuan khususnya adalah agar peserta pelatihan dapat
menjelaskan tentang jenis ayam Arab, dapat mempraktekkan cara
pembuatan kandang, dapat mempraktekkan cara pembuatan mesin tetas,
dapat mempraktekkan cara pembuatan ransum makanan, dapat
menjelaskan penetasan dan pembesaran ayam Arab, dapat menjelaskan
pencegahan dan pengobatan penyakit, dapat menjelaskan tentang
pengelolaan usaha budidaya ayam Arab, serta mendapatkan pengalaman
dari kunjungan lapangan. Penyelenggara pelatihan budidaya ayam Arab
pada prakteknya telah mampu memberikan kecakapan atau keahlian yang
dapat dilakukan oleh peserta setelah selesai mengikuti kegiatan pelatihan.
(2) Menentukan sasaran, dalam pelaksanaan pelatihan budidaya ayam Arab,
peserta yang lebih diutamakan adalah orang-orang yang memenuhi
persyaratan berikut ini : warga masyarakat kurang mampu, memiliki
motivasi tinggi untuk mengikuti pelatihan, sudah teridentifikasi kebutuhan
belajar sasaran, warga masyarakat yang putus sekolah/tidak melanjutkan,
berusia 16-44 tahun (usia produktif). Adapun jumlah peserta yang
mengikuti kegiatan pelatihan berjumlah kurang lebih 30 oarang, yang
terdiri dari 4 warga belajar dari desa Sekunir Gunungpati Semarang, 10
warga belajar dari desa Beji Para’an Ungaran serta 16 pamong belajar
SKB di Jawa Tengah.
lxxii
(3) Menentukan nara sumber teknis/tutor, didalam pelatihan budidaya ayam
Arab ini dikarenakan BPPLSP belum mempunyai tenaga ahli dibidang
peternakan, maka nara sumber teknisnya adalah bapak Moh. Basirom
diambil dari Dinas Pertanian dan Peternakan, disamping itu juga nara
sumber teknisnya diambil dari Pengusaha atau peternak ayam Arab KPSM
(Kelompok Pemberdayaan Swadaya Masyarakat) Jatinom Klaten yaitu
bapak Margono dan bapak Gunawan.
(4) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan
pelatihan yang meliputi gedung, asrama penginapan,modul pelatihan, alat-
alat tulis dan alat-alat praktek pembuatan kandang dan mesin tetas.
(5) Mempersiapkan materi pembelajaran, yang meliputi pembelajaran materi
umum (sejarah dan manajemen/pengelolaan usaha ayam Arab), materi
khusus (penetasan, pembesaran, dan pencegahan penyakit ayam) dan
praktek pembuatan kandang serta mesin tetas.
(6) Mempersiapkan dan mengatur dana/biaya pelatihan yang berasal dari
DBK Life Skills BPPLSP Jawa Tengah.
(7) Menentukan alat-alat evaluasi pelatihan, evaluasi yang digunakan dalam
pelatihan ini terdiri dari : a) Evaluasi Persiapan (awal), evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh persiapan yang telah
dilakukan oleh panitia. Dengan melalui evaluasi persiapan ini akan dapat
diputuskan apakah pelatihan siap untuk dilaksanakan atau tidak. b)
Evaluasi Pelaksanaan (proses) hal-hal yang dievaluasi pada tahap
pelaksanaan pelatihan meliputi: evaluasi peserta, evaluasi fasilitator, serta
evaluasi penyelenggara.
lxxiii
(8) Dokumentasi kegiatan, pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya yam
Arab didokumentasikan dengan kamera foto dan kamera vidio, hal ini
dilakukan sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
seluruh kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III
Jawa Tengah.
Hasil Pemberdayaan
Hasil pemberdayaan yang dapat diperoleh warga belajar pelatihan
budidaya ayam Arab di BPPLSP Ungaran dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Rochman, dapat menambah pengetahuan dan keterampilan : (a).
Pemilihan bibit ayam Arab yang baik, yaitu sehat, lincah, mata bulat, tidak
mengantuk, tidak cacat, bentuk paruh normal, bulu tubuh kering. (b).
Penetasan/pembesaran ayam, sebelum dimasukkan kedalam mesin tetas
telur harus diseleksi terlebih dahulu, suhu mesin tetas harus dalam
keadaan stabil. (c) Pembuatan kandang, harus sesuai dengan kebutuhan
dan usia ayam Arab. Pada saat berumur 7 hari anak ayam dimasukkan
kedalam kandang DOC berbentuk segi empat sederhana dengan sumber
pemanas listrik. Setelah berumur lebih kurang 3 bulan, anak ayam
dilepaskan dari kandang indukannya dan pada umur 5 bulan, ayam
dimasukkan kedalam kandang baterai dengan ukuran 40 cm x 20 cm
dengan tinggi 45 cm. (d) Pembuatan mesin tetas, menggunakan listrik
lampu pijar, pipa seng pemanas, termometer, tempat tatakan telur dan bak
air sebagai pelembab ruangan. (e). Pembuatan pakan, harus disesuaikan
dengan kebutuhan atau usia ayam Arab (f). Pengendalian penyakit,
lxxiv
kandang harus selalu dalam keadaan bersih, kebutuhan pakan ayam harus
cukup dan pemberian faksin secara rutin dua bulan sekali. Disamping itu
juga dengan beternak ayam Arab, Rochman dapat meningkatkan produksi
telur ayam Arab sehingga dapat menambah penghasilan keluarga.
2. Amin Rahardjo, dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan
beternak ayam Arab, yang meliputi : (a). Pemilihan bibit ayam Arab yang
baik, yaitu induk harus masih asli (b). Penetasan/pembesaran ayam Arab,
penetasan ayam Arab menggunakan mesin tetas, dimana suhu atau panas
serta pemutaran dan pendinginan elur selama penetasan harus selalu
mendapatkan perhatian. (c) Pembuatan kandang, harus sesuai dengan
kebutuhan dan usia ayam Arab, kandang harus dalam keadaan
longgar/tidak terlalu sempit, cukup memperoleh sinar matahari untuk
sirkulasi udara, (d) Pembuatan pakan, harus disesuaikan dengan
kebutuhan atau usia ayam Arab, ayam diberi pakan 2 kali sehari (f).
Pengendalian penyakit, mengontrol kesehatan ayam setiap hari dan
pemberian faksin secara rutin dua bulan sekali. Disamping itu juga dengan
beternak ayam Arab, Amin Rahardjo dapat memperoleh tambahan
penghasilan walaupun belum seberapa.
3. Sugiarto, dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan beternak ayam
Arab, yang meliputi : (a). Pemilihan bibit ayam Arab yang baik, yaitu
berjengger besar, berdada lebar dan lincah (b). Penetasan/pembesaran
ayam, menggunakan mesin tetas, dimana sebelum dimasukkan kedalam
mesin tetas telur harus diseleksi terlebih dahulu. (c) Pembuatan kandang,
lxxv
harus sesuai dengan kebutuhan dan usia ayam Arab. Kandang baterai yang
biasa digunakan berukuran 40cmx20cm dengan tinggi 45cm. (d)
Pembuatan mesin tetas, menggunakan listrik lampu pijar, pipa seng
pemanas, termometer, tempat tatakan telur dan bak air sebagai pelembab
ruangan. (e). Pembuatan pakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan atau
usia ayam Arab dengan perbandingan 4: 3 : 3 (4 kg katul : 3 kg jagung : 3
kg sentrat) (f). Pengendalian penyakit, dengan cara pemberian pakan yang
cukup, menjaga kebersihan kandang dan pemberian vaksin secara rutin 2
bulan sekali Disamping itu juga dengan beternak ayam Arab, Sugiarto
dapat meningkatkan produksi telur ayam Arab sehingga dapat menambah
penghasilan keluarga.
4. Khamdan, dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan beternak
ayam Arab, yang meliputi : (a). Pemilihan bibit ayam Arab yang baik,
yaitu berjengger merah, sehat (tidak cacat atau sakit) dan lincah (b).
Penetasan/pembesaran ayam, menggunakan mein tetas, telur yang akan
ditetaskan,sebelumnya harus diteropong atau diseleksi terlebih dahulu,
suhu mesin tetas harus dalam keadaan stabil. (c) Pembuatan kandang,
longgar/tidak terlalu sempit, bisa mendapatkan sinar matahari yang cukup,
terdapat sirkulasi udara, dapat melindungi ayam dari udara malam serta
penempatan kandang ditempat yang tenang, bebas dari gangguan suara
keramaian, kandangdibuat dari bambu yang ukurannya disesuaiakan
dengan kebutuhan ayam Arab. (d) Pembuatan pakan, disesuaikan dengan
kebutuhan atau usia ayam Arab dengan menggunakan perbandingan 4: 3 :
3 (4 kg katul : 3 kg jagung : 3 kg sentrat) (f). Pengendalian penyakit,
lxxvi
dengan cara mengontrol keadaan ayam setiap hari, kandang selalu dalam
keadaan bersih, pemberian ransum atau pakan ayam yang cukup, ayam
yang sakit dipisahkan dengan ayam yang sehat sehingga tidak menular
penyakitnya serta pemberian vaksin secara rutin 2 bulan sekali. Disamping
itu juga dengan beternak ayam Arab, Khamdan dapat menambah
penghasilan keluarga walaupun belum maksimal.
Dari hasil yang diperoleh tersebut diatas sudah sesuai dengan pendapat
Broling (1989), dimana hakikat pendidikan kecakapan hidup/life skills
adalah interaksi berbagai pengetahuan dan keterampilan yang sangat
penting dimiliki seseorang asehingga dapat hidup mandiri.
4. Teknik Evaluasi
Teknik evaluasi dalam kegiatan pemberdayaan pemuda ini meliputi
evaluasi dampak dan evaluasi pelaksanaan program kegiatan. Evaluasi dampak
meliputi meningkatnya pengetahuandan keterampilan peserta pelatihan dan
terlatihnya warga masyarakat dalam bidang budidaya ayam Arab. Sedangkan
evaluasi pelaksanaan program kegiatan meliputi evaluasi peserta (penguasaan
materi, kedisiplinan, ketertiban, dan sikap), evaluasi fasilitator (penguasaan
materi, kesesuaian materi dengan topik bahasan yang disampaikan, ketepatan
metode yang digunakan, kesesuaian media yang digunakan, penampilan, bahasa
yang digunakan), dan evaluasi penyelenggara (kebersihan ruang pelatihan,
akomodasi dan konsumsi, pelayanan panitia). Hal ini sudah sesuai dengan teori
Kirkpatrick, dimana rencana keseluruhan evaluasi pelatihan harus memberikan
suatu kerangka untuk mengukur perubahan yang diinginkan pada tiap tuingkat
lxxvii
evalusi, yakni perubahan dalam tingkat belajar, tingkat perilaku dan tingkat hasil
dengan menggunakan kriteria yang tepat.
C. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Pola
Pemberdayaan Pemuda Dengan Pelatihan Budidaya Ayam Arab di
BPPLSP Regional III Jawa Tengah
1. Faktor pendukung
Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan pola pemberdayaan pemuda
adalah : (1) Lingkungan sosial masyarakat yang mendukung, hal ini dapat terlihat
dari respon atau tanggapan masyarakat Sekunir Gunungpati dan Beji Para’an
Ungaran yang begitu antusias terhadap diadakannya desa binaan, (2) Sumber-
sumber pembelajaran yang memadai dalam pelatihan budidaya ayam Arab.
Adapun sumber-sumber pembelajaran tersebut meliputi gedung yang dilengkapi
dengan asrama, sarana dan prasarana yang memadai, tutor atau nara sumber teknis
yang berkompeten dibidang peternakan, pemasaran dan manajemen atau
pengelolaaan secara umum, (3) Diadakannya suatu rencana evaluasi pada awal
kegiatan pelatihan, pada saat pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pada akhir
kegiatan pelatihan.
2. Faktor penghambat
Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan pola pemberdayaan
pemuda adalah : (1) Dari pihak BPPLSP sendiri belum mempunyai tenaga ahli
yang berkompeten dibidang peternakan sehingga tutor atau nara sumber teknis
diambil dari KPSM (Kelompok Pemberdayaan Swadaya Masyarakat) yang berada
di Jatinom Klaten, sehingga untuk mendatangkannara sumber teknis yang
berkompeten dibidangnya dibutuhkan biaya yang cukup besar. Disamping itu,
lxxviii
sebagian dari anggota kelompok binaan yang belum mempunyai sikap wirausaha
yang professional, sehingga hal ini dapat mempengaruhi kinerja dan kekompakan
dari masing-masing anggota kelompok binaan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan temuan data sebagaimana tersebut pada Bab IV, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pola Pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di
BPPLSP Regional III Jawa Tengah melalui beberap tahap, yakni :
a. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan adalah untuk mengaktualisasikan potensi yang
sudah dimiliki masyarakat, untuk melatih masyarakat agar dapat hidup
mandiri, serta pada akhirnya dapat membantu masyarakat untuk
meningkatkan taraf hidupnya.
b. Proses Pemberdayaan
Proses pemberdayaan terdiri dari : (1) Identifikasi kebutuhan masyarakat,
(2) Menetapkan tujuan, (3) Merancang kegiatan, (4) Menentukan
narasumber teknis/tutor, (5) Menentukan peserta, (6) Menentukan
pelaksanaan kegiatan, (7) Persiapan pelaksanaan kegiatan, (8)
Penerapan/pelaksanaan kegiatan, (9) Evaluasi kegiatan, (10) Dokumentasi
kegiatan.
lxxix
c. Hasil Pemberdayaan
Hasil yang diperoleh dari pelatihan budidaya ayam Arab adalah
terlatihnya 30 warga belajar sehingga dapat terbentuk dua kelompok
binaan di desa Sekunir Gunungpati Semarang serta kelompok binaan di
desa Beji Para’an Ungaran. Dari peserta yang sudah dibentuk menjadi
anggota kelompok binaan tersebut dapat memperoleh dan menambah
pengetahuan dan keterampilan tentang pemilihan jenis ayam Arab yang
baik, teknik pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas, pembuatan
ransum makanan, penetasan dan pembesaran ayam Arab, pencegahan dan
pengobatan penyakit serta pengelolaan usaha berternak ayam Arab.
Disamping itu juga anggota kelompok binaan dapat lebih mandiri dalam
beternak ayam Arab, sehingga dapat mereka meningkatkan produktivitas
ayam Arab serta peningkatan penghasilan.
d. Teknik Evaluasi
Teknik evaluasi meliputi evaluasi dampak dan evaluasi pelaksanaan
program kegiatan. Evaluasi dampak meliputi meningkatnya pengetahuan
dan keterampilan peserta pelatihan dan terlatihnya warga masyarakat
dalam bidang budidaya ayam Arab. Sedangkan evaluasi pelaksanaan
program kegiatan meliputi evaluasi peserta, evaluasi fasilitator, dan
evaluasi penyelenggara.
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Pola Pemberdayaan
pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab di BPPLSP Regional III
Jawa Tengah adalah :
72
lxxx
a. Faktor pendukung pelaksanaan pola pemberdayaan meliputi : lingkungan
sosial masyarakat yang mendukung, sumber-sumber belajar yang
mendukung baik meliputi sumber material maupun non material, serta
nara sumber teknis/tutor yang berkompeten dibidangnya masing-masing.
b. Faktor penghambat pelaksanaan pola pemberdayaan meliputi : belum
adanya nara sumber teknis dari pihak BPPLSP yang berkompeten
dibidang peternakan dan budidaya ayam Arab sehingga masih
bekerjasama dengan instansi lain, aspek pendampingan dalam kelompok
binaan yang tidak berlanjut secara kontinyu, serta sikap dan mental dari
sebagian warga belajar yang tidak mau bekerja keras dan hanya
menginginkan hasil yang cepat.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan penelitian dan kesimpulan yang ada, maka
peneliti menyampaikan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait dalam rangka
pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budidaya ayam Arab, yakni :
1. Diadakannya aspek pendampingan teknis secara rutin kepada anggota
kelompok binaan agar desa binaan dapat berkembang secara maksimal.
2. Peningkatan jalinan hubungan mitra kerja dengan berbagai lembaga terkait
untuk memperluas daerah pemasaran.
3. Peningkatan kegiatan-kegiatan pemberdayaan pemuda dalam pembinaan
kecakapan hidup/life skills lainnya untuk mengaktualisasikan potensi yang
sudah dimiliki oleh masyarakat agar dapat hidup mandiri.
lxxxi
lxxxii
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud.1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan
Nasional. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup
(Life Skills) Pendidikan Non Formal. Jakarta.
Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan
Nasional. 2003. Model Pelatihan Pengembangan dan Budidaya ayam
Arab.
D. Sudjana. 1993. Stategi Pembelajaran dalam Pendidikian Luar Sekolah.
Bandung : Nusantara Press.
Djumadi. 2003. Meningkatkan Produksi Telur Ayam Arab. Dalam Harmoni no.2
Juli-Desember. Hal 11
Jusuf Irianto. 2001. Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pelatihan. Jatim : Insan
Cendekia
Lexy J. Moleong. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Loekman Soetrisno.1997. Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan.
Yogjakarta : Kanisius
Napitulu. 1992. Pedoman Pendidikan Luar Sekolah. Nusantara Press. Bandung
Rukminto Adi, Isbandi. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan,
Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan
Praktis). Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Sarwoko, Bambang. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Semarang :
IKIP Press
Soebagio Atmodiwirjo. 2002. Manajemen Palatihan. Jakarta : PT. Ardadizya Jaya
75
lxxxiii
Tim Broad Based Education Depdiknas. Kecakapan Hidup Melalui Pendekatan
Pendidikan Berbasis Luas. Surabaya : Intellectual Club (SIC) bekerja
sama dengan lembaga pengabdian masyarakat Unesa Swa Bina Qualita
Indonesia Jawa Timur
Utsman. 2002. Paparan Perkuliahan Dasar- Dasar Pelatihan. Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Negeri Semarang
lxxxiv
HASIL WAWANCARA
Penyel
enggara
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama : Drs. Kastum, M.Pd
Tempat/ tanggal lahir : Brebes, 5 Maret 1964
Usia : 41 Tahun
Alamat : Jln. Kertajaya Rt.02/I Langensari Ungaran
Semarang
Pendidikan terakhir : Magister Pendidikan/ S2
Pekerjaan : PNS
Tempat : BPPLSP Regional III Jawa Tengah
Hari/tanggal/pukul : Rabu/ 22 Juni 2005/ 14.00 WIB
A.1. Kondisi dan situasi desa binaan
1. Apa yang menjadi latar belakang diadakannya desa binaan?
Jawab : Hasil identifikasi kebutuhan masyarakat dimana banyak pemuda yang
nganggur/tidak mempunyai pekerjaan tetap dipilihnya desa binaan Sekunir GP
dan Beji Ungaran karena situasi daerah pedesaan dan kondisi daerahnya yang
memungkinkan untuk diadakannya budidaya ayam Arab, disamping itu
mendapatkan dukungan dari para tokoh masyarakat.
2. Apakah fungsi dan tujuan diadakannya desa binaan?
Jawab : Fungsi dan tujuan diadakannya desa binaan ayam Arab untuk
mengaplikasikan atau mengembangkan teori yang didapatkan dari
pelatihan bagaimana pemuda bisa mandiri, disamping itu ada
tujuan lain yaitu untuk mempromosikan atau mengenalkan
BPPLSP kepada masyarakat.
lxxxv
3. Bagaimanakah struktur organisasi desa binaan budidaya ayam Arab?
Jawab : Ada struktur organisasi yang terdiri dari ketua, bendahara, sekertaris,
seksi usaha, pemasaran dan anggota.
4. Bagaimanakah kondisi desa binaan budidaya ayam Arab?
Jawab : Situasi daerah pedesaan dan tempat diadakannya budidaya ayam Arab
agak jauh dari penduduk/masyarakat. Kelompok masih eksis dan diharapkan
dari kelompok itu dapat mengembangkan diri atau membentuk kelompok-
kelompok lain.
5. Bagaimanakah budaya dan perilaku pemuda masyarakat desa binaan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Terlihat jelas perubahan dari mereka setelah mengikuti pelatihan
menjadi kelompok binaan orientasi mereka adalah mendapatkan
keuntungan (profit oriented), mereka berusaha mempertahankan
organisasi (komitmen mereka), dengan berorganisasi dapat
menambah cara berfikir, wawasan dan pengetahuan.
B.1. Tujuan pemberdayaan
1. Apakah fungsi diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan
kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Fungsi pemberdayaan pemuda adalah untuk memberdayakan pemuda dengan kecakapan vocasional tertentu.
2. Apakah tujuan diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan
kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Tujuan dari pemberdayaan pemuda adalah agar mereka dapat memiliki keterampilan tertentu yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mandiri.
3. Siapakah pihak-pihak yang terlibat dalam pemberdayaan ini?
Jawab : BPPLSP, Perangkat desa, Mitra Kerja KPSM (Kelompok Pemberdayaan Swadaya Masyarakat) yang berada di Jatinom Klaten.
B.2 Proses pemberdayaan
lxxxvi
1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi kebutuhan?
Jawab : Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan
masyarakat yaitu dengan cara : (a) Metode PRA (Partisipatory Rural
Apraisal) pendekatan pemahaman masyarakat pedesaan dimana team
surve datang langsung ke masyarakat melihat sejumlah potensi/SDM
kemudian dibuat pemetaan skala prioritas kebutuhan masyarakat,
disamping itu juga perlu dilihat alur sejarah masyarakat setempat. (b)
Metode Konvensional yaitu datang langsung ke masyarakat kemudian
masyarakat dikumpulkan dan diadakan diskusi/ shering skala prioritas
kebutuhan. (c) Analisis SWOT yaitu melihat kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan dari masyarakat sekitar.
2. Bagaimanakah cara menetapkan tujuan?
Jawab : Cara menetapkan tujuan adalah dengan melihat masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat. Adapun tujuan dari lembaga adalah untuk mengembangkan program kerja sedangkan tujuan substansialnya adalah apa yang
ingin dicapai dengan pelatihan itu.
3. Bagaimanakah cara merancang kegiatan?
Jawab : Kegiatan dirancang selama satu minggu oleh fasilitator dengan melibatkan warga belajar.
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Materi-materi yang diberikan bersifat proses yaitu pengenalan ayam Arab, pengenalan alat dan bahan,
pemeliharaan ayam Arab, cara penetasan ayam Arab, cara pembesaran ayam Arab, cara pengendalian penyakit, cara
penanganan pasca produksi panen/pemasaran, serta cara pembuatan mesin tetas.
5. Bagaimanakah cara menentukan nara sumber teknis?
Jawab : Cara menentukan nara sumber teknis adalah mencari orang-orang yang memiliki keahlian dan keterampilan
budidaya ayam Arab, karena BPPLSP belum mempunyai tenaga khusus maka nara sumber teknis diambil dari KPSM Sido Makmur/ peternak ayam Arab/pedagang ayam Arab yaitu (a) Bp. Gunawan (b) Bp. Margono sedangkan dari
pihak BPPLSP dipilih Bp. Sigit dan Bp. Jumadi
6. Berapa jumlah nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Jumlah nara sumber teknis pelatihan dan budidaya ayam Arab ada 4
orang NST.
7. Bagaimanakah cara menentukan peserta yang ikut pada pelatihan budidaya
ayam Arab?
Jawab : Dari hasil identifikasi sasaran diperoleh 14 orang warga belajar yang terdiri dari 4 orang kelompok binaan
Sekunir GP dan 10 orang anggota kelompok binaan Beji Ungaran yang tergabung dalam Organisasi Pemuda Muhamadiyah dan 26 Pamong Belajar SKB seluruh jawa tengah.
8. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Jumlah peserta pelatihan budidaya ayam Arab kurang lebih 30 orang
termasuk Pamong Belajar SKB seluruh Jawa Tengah. Karena program
lxxxvii
ini adalah program kerja BPPLSP maka peserta pelatihan tidak
dipungut biaya sepeserpun bahkan mereka diberi uang saku sedangkan
untuk anggota kelompok binaan diberi modal usaha.
9. Bagaimana cara menentukan pelaksanaan kegiatan?
Jawab : Karena ada kaitannya dengan struktur anggaran dana maka pelatihan budidaya ayam Arab disesuai dengan
jadwal yang ditentukan oleh pihak BBPLSP
10. Apa saja yang dipersiapkan sebelum pelaksanaan pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : Pada tahap persiapan yang perlu diperhatikan adalah membentuk
panitia, pembagian tugas, rapat koordinasi (temu teknis untuk
menentukan kurikulum materi, siapa yang menyusun, menyiapkan,
dan menyampaikan materi), menyiapkan bahan dan alat pelatihan,
menentukan peserta dan nara sumber teknis.
Pada tahap pelaksanaan memasuki hari pertama pemberian teori
tentang teknik budidaya ayam Arab, hari kedua praktek lapangan
(kunjungan di KPSM Sido Makmur Klaten), hari ketiga praktek
pembuatan kandang dan mesin tetas.
Pada tahap akhir kegiatan adalah menyusun laporan dan evaluasi dampak pelatihan.
11. Bagaimanakah cara mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Evaluasi tutor dan fasilitator dilakukan oleh peserta pelatihan dengan cara mengisi kuisioner. Sedangkan
untuk evaluasi peserta pelatihan dilakukan oleh pihak tutor dan fasilitator dengan cara test tertulis dan praktek.
12. Apa saja yang digunakan dalam mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan
pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Kamera foto dan kamera video.
B.3 Hasil pemberdayaan
1. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang pengetahuan?
Jawab : Semakin bertambah pengetahuan tentang budidaya ayam Arab yang
meliputi pengenalan ayam Arab, pengenalan alat dan bahan,
pemeliharaan dan pembesaran ayam, cara penetasan, cara penyegahan
penyakit cara penanganan pasca panen/pemasaran dan pengetahuan
membuat mesin tetas.
lxxxviii
2. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang sikap?
Jawab : Untuk mengukur sikap yang dimiliki oleh warga besar merupakan hal
yang tidak mudah namun setelah berada dilapangan ternyata ada
perubahan sikap dari warga belajar.
3. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang keterampilan?
Jawab : Semakin bertambah keterampilan tentang budidaya ayam Arab yang
meliputi keterampilan mengenal ayam Arab, mengenal alat dan bahan
yang digunakan, pemeliharaan dan pembesaran ayam Arab,
keterampilan menetaskan ayam Arab, pencegahan penyakit,
penaganan pasca produksi/panen serta keterampilan membuat mesin
tetas.
4. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang ekonomis?
Jawab : Dari usaha yang mereka lakukan dengan berternak ayam Arab bisa menghasilkan namun belum bisa terlihat secara jelas hal ini dikarenakan usaha mereka belum dapat berkembang.
B.4. Evaluasi Pemberdayaan
1. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada awal kegiatan pelatihan?
Jawab : Persiapan peserta, tutor/nara sumber teknis.
2. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada saat kegiatan pelatihan?
Jawab : Jalannya pelaksanaan pelatihan.
3. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada akhir kegiatan pelatihan?
Jawab : Menyusun laporan kegiatan dan mendokumentasikan kegiatan yang
telah berjalan.
C.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan.
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan masyarakat sekitar terhadap
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan?
Jawab : Sangat mendukung terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan.
2. Pendekatan apa yang digunakan Tutor atau NST dalam penyampaian
materi pelatihan?
Jawab : Pendekatan Andragogi (pembelajaran yang menggunakan pendekatan
orang dewasa)
lxxxix
3. Sumber-sumber belajar apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan?
Jawab : Sumber belajar manusia yakni tutor atau nara sumber teknis yang
berpengalaman, sumber belajar non manusia yakni modul pelatihan,
peralatan praktek budidaya ayam Arab.
4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Gedung, alat-alat tulis, laboratorium, alat-alat praktek, tikar, sound
system., dll.
5. Dari manakah sarana itu diperoleh?
Jawab : BPPLSP Regioanal III Jawa Tengah
6. Apakah sarana itu cukup memadai?
Jawab : Cukup memadai
7. Potensi dan keterampilan apa saja yang peserta miliki?
Jawab : Bermacam-macam namun pada umumnya mereka mempunyai potensi
untuk berwiraswasta
8. Bagaimanakah motivasi yang dimiliki oleh peseta dalam mengikuti
kegiatan pelatihan?
Jawab : Motivasi yang dimiliki warga belajar untuk mengikuti kegiatan
pelatihan sangat tinggi.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah cara mengukur perubahan perilaku warga belajar sebagai
hasil dari pelatihan?
Jawab : untuk mengukur perubahan perilaku warga belajar memang sangat
susah namun hal ini dapat dilihat atau diketahui ketika mereka sudah
berada di dalam masyarakat.
2. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 3 hari yakni tanggal 21 sampai dengan tanggal 23 Oktober 2003
3. Peraturan-peraturan apa saja yang digunakan dalam kegiatan pelatihan?
xc
Jawab : Selama mengikuti pelatihan peserta tidak boleh meninggalkan tempat
tanpa seijin panitia, peserta wajib mengikuti seluruh kegiatan
pelatihan.
4. Apa yang penyelenggara lakukan apabila ada diantara warga belajar yang
melanggar peraturan yang telah ditetapkan?
Jawab : : Memberikan peringatan atau sangsi, tetapi jika selama tiga hari
berturut-turut tidak mengikuti pelatihan maka akan
dikeluarkan/dikembalikan ke instansi yang bersangkutan.
HASIL WAWANCARA
Penyel
enggara
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama : Drs. Sigit
Tempat/ tanggal lahir : Semarang, 22 Januari 1968
Usia : 36 Tahun
Alamat : Sekunir Rt.2 Rw. 5 Kelurahan Plalangan kec.
Gunung Pati Semarang
xci
Pendidikan terakhir : Sarjana S1 Pend. Olah Raga
Pekerjaan : Pamong Belajar BPPLSP Regional III Jawa
Tengah
Tempat : BPPLSP Regional III Jawa Tengah
Hari/tanggal/pukul : Selasa/ 21 Juni 2005/ 13.00 WIB
A.1. Kondisi dan situasi desa binaan
1. Apa yang menjadi latar belakang diadakannya desa binaan?
Jawab : Karena masih banyaknya pemuda usia produktif yang masih
menganggur (belum mempunyai pekerjaan tetap). Selain itu antusias
pemuda untuk memiliki keterampilan vocasional sebagai bekal untuk
hidup.
2. Apakah fungsi dan tujuan diadakannya desa binaan?
Jawab : Fungsinya adalah sebagai tempat uji coba budidaya ayam Arab,
sedangkan tujuannya untuk mengurangi pengangguran didesa binaan dan
sebagai wadah menyalurkan keterampilan pemuda.
3. Bagimanakah struktur organisasi desa binaan?
Jawab : Strukturnya terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara, dan seksi-seksi.
4. Bagaimanakah kondisi desa binaan budidaya ayam Arab ?
Jawab : Kondisinya cukup baik yaitu sampai sekarang masih tetap berjalan dengan baik.
5. Bagaimanakah budaya dan perilaku pemuda masyarakat desa binaan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Cukup baik dan antusias. Hanya masih ada beberapa kekurangan yang
perlu diperbaiki yaitu soal administrasi kelompok dan juga
kekompakan dalam mengelola usaha.
B.1. Tujuan pemberdayaan
1. Apakah fungsi diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan
kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab?
xcii
Jawab : Fungsinya yaitu untuk meningkatkan kecakapan hidup pemuda melalui pelatihan budidaya ayam Arab.
2. Apakah tujuan diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan
kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Agar pemuda dapat mandiri atau berkarya melalui budidaya ayam
Arab yang meliputi usaha penetasan, pembesaran atau usaha petelor
ayam Arab.
3. Siapakah pihak-pihak yang terlibat dalam pemberdayaan ini?
Jawab : Pamong belajar, nara sumber, tokoh masyarakat (RT/RW) dan juga
warga belajar sendiri.
B.2 Proses pemberdayaan
1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi kebutuhan?
Jawab : Cara mengidentifikasi langsung turun ke masyarakat dengan cara
wawancara melalui RT, RW dan juga warga belajar sendiri. Setelah
diidentifikasi dan dikaji lalu dianalisis dengan cara menentukan
keunggulan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ada pada desa
tersebut, sehingga memungkinkan untuk diadakannya desa binaan
tersebut.
2. Bagaimanakah cara menetapkan tujuan?
Jawab : Cara menetapkan tujuan dengan melihat hasil identifikasi kebutuhan dan masalah yang terjadi didesa
tersebut.
3. Bagaimanakah cara merancang kegiatan?
Jawab : Cara merancang kegiatan yaitu setelah hasil yang diperoleh
dilapangan dikaji lalu dirancang dengan cara membuat Desain dari
pelatihan yang akan dikembangkan baik mulai dari tahap persiapan,
pelaksanaan dan juga evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan.
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Materi-materi yang diberikan yaitu pengenalan ayam Arab, pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan ayam Arab, cara penetasan ayam Arab, cara pembesaran ayam Arab, cara pengendalian penyakit, cara
penanganan pasca produksi panen/pemasaran, serta cara pembuatan mesin tetas.
5. Bagaimanakah cara menentukan nara sumber teknis?
xciii
Jawab : Dengan cara mengidentifikasi tempat-tempat yang menjadi tempat-
tempat usaha (peternakan khususnya ayam Arab), lalu dicari orang
yang mengelola tadi untuk dijadikan nara sumber teknis (tetapi
diseleksi dahulu kemampuannya).
6. Berapa jumlah nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Ada 4 orang NST yaitu diambil dari praktisi, ahli peternakan, dan juga ahli pemasaran.
7. Bagaimanakah cara menentukan peserta yang ikut pada pelatihan budidaya
ayam Arab?
Jawab : Dengan cara terjun langsung kelapangan agar dapat mengetahui secara pasti bakat dan minat peserta
pelatihan.
8. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Kurang lebih 30 peserta.
9. Bagaimana cara menentukan pelaksanaan kegiatan?
Jawab : Setelah dilakukan tahap persiapan maka ditetapkan tahap pelaksanaan baik waktu maupun materi.
10. Apa saja yang dipersiapkan sebelum pelaksanaan pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : Materi, akomodasi, konsumsi, ATK, peserta pelatihan dan nara
sumber teknis
11. Bagaimanakah cara mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Melalui peserta dengan cara mengevaluasi proses pelaksanaan, yang menyangkut materi, fasilitator, dan juga
akomodasi konsumsi.
12. Apa saja yang digunakan dalam mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan
pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Laporan tertulis, kamera foto, dan kamera video.
B.3 Hasil pemberdayaan
1. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang pengetahuan?
Jawab : Pengetahuan seluk beluk (sejarah) ayam Arab, proses pemeliharaan (dari penetasan,
pemeliharaan/pembesaran, pemberian pakan, pengendalian penyakit, pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas
hingga hasil pemasaran).
2. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang sikap?
Jawab : Sikap mandiri dan juga sikap semangat berusaha.
3. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang keterampilan?
xciv
Jawab : Keterampilan penetasan telor, pemeliharaan/pembesaran, pemberian pakan, pengendalian penyakit,
pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas hingga hasil pemasaran.
4. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang ekonomis?
Jawab : Dapat menambah penghasilan keluarga walaupun belum seberapa.
B.4. Evaluasi Pemberdayaan
1. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada awal kegiatan pelatihan?
Jawab : Persiapan peserta, tutor/nara sumber teknis.
2. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada saat kegiatan pelatihan?
Jawab : Kendala-kendala yang dialami pada waktu pelaksanaan pelatihan.
3. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada akhir kegiatan pelatihan?
Jawab : Menyusun laporan kegiatan.
C.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan.
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan masyarakat sekitar terhadap
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan?
Jawab : Sangat mendukung terhadap kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab.
2. Pendekatan apa yang digunakan Tutor atau NST dalam penyampaian
materi pelatihan?
Jawab : Pendekatan Andragogi .
3. Sumber-sumber belajar apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan?
Jawab : Tutor atau nara sumber teknis yang berkompeten dibidangnya, modul
pelatihan, peralatan praktek budidaya ayam Arab.
4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Gedung, alat-alat tulis, laboratorium, alat-alat praktek, tikar, sound
system.
5. Dari manakah sarana itu diperoleh?
Jawab : BPPLSP Ungaran dan juga ada yang dari peserta sendiri.
6. Apakah sarana itu cukup memadai?
Jawab : Cukup memadai
xcv
7. Potensi dan keterampilan apa saja yang peserta miliki?
Jawab : Berternak dan berwiraswasta
8. Bagaimanakah motivasi yang dimiliki oleh peseta dalam mengikuti
kegiatan pelatihan?
Jawab : Motivasi warga belajar untuk mengikuti kegiatan pelatihan sangat
tinggi.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah cara mengukur perubahan perilaku warga belajar sebagai
hasil dari pelatihan?
Jawab : Ketika mereka sudah berada di dalam masyarakat.
2. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 3 hari yang dilaksanakan pada tanggal 21 sampai tanggal 23 Oktober
2003
3. Peraturan-peraturan apa saja yang digunakan dalam kegiatan pelatihan?
Jawab : Peraturan kedisiplinan waktu dan kedisiplinan mengikuti jalannya pelatihan dengan absensi.
4. Apa yang penyelenggara lakukan apabila ada diantara warga belajar yang
melanggar peraturan yang telah ditetapkan?
Jawab : Dengan mengadakan teguran secara lisan.
xcvi
HASIL WAWANCARA Penyel
enggara
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama : Djumadi
Tempat/ tanggal lahir : Wonosoba, 20 November 1975
Usia : 30 Tahun
Alamat : Perum Ungaran Baru B 30 Semarang
Pendidikan terakhir : Sarjana
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Tempat : BPPLSP Regional III Jawa Tengah
Hari/tanggal/pukul : Senin/ 4 Juli 2005/ 14.30 WIB
xcvii
A.1. Kondisi dan situasi desa binaan
1. Apa yang menjadi latar belakang diadakannya desa binaan?
Jawab : Lingkungan masyarakat dan warga belajar yang mendukung, kemauan
dan kesiapan warga belajar untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan.
2. Apakah fungsi dan tujuan diadakannya desa binaan?
Jawab : Fungsinya adalah sebagai tempat percontohan budidaya ayam Arab
yang akan dikembangkan ditempat lain, sedangkan tujuannya untuk membuka
lapangan pekerjaan baru atau memberikan kesempatan kepada masyarakat
yang masih menganggur.
3. Bagimanakah struktur organisasi desa binaan?
Jawab : Strukturnya terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara, dan seksi usaha,
dan seksi pemasaran.
4. Bagaimanakah kondisi desa binaan budidaya ayam Arab ?
Jawab : Kondisinya bisa dikatakan cukup baik namun pada kenyataannya karena kesibukan warga belajar dan
pembagian tugas yang masih tumpang tindih maka pada saat ini desa binaan tidak dapat berjalan secara maksimal.
5. Bagaimanakah budaya dan perilaku pemuda masyarakat desa binaan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Budaya dan perilaku warga binaan belum terbiasa dengan sikap
wirausaha yang harus mau bersabar dan bekerja keras.
B.1. Tujuan pemberdayaan
1. Apakah fungsi diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan
kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Fungsinya yaitu untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat.
2. Apakah tujuan diadakannya pemberdayaan pemuda dalam pembinaan
kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab?
xcviii
Jawab : Agar pemuda mempunyai keterampilan khususnya dalam bidang
kecakapan hidup sehingga mereka dapat bekerja dan mandiri.
3. Siapakah pihak-pihak yang terlibat dalam pemberdayaan ini?
Jawab : BPPLSP, SKB Klaten, pihak peternakan dan pertanian provinsi
melalui BIB (Balai Inseminasi Buatan), Unit taman ternak Maron,
aparat desa dan karang taruna Sekunir Gunung Pati dan Beji Para’an
Ungaran.
B.2 Proses pemberdayaan
1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi kebutuhan?
Jawab : Melakukan survai atau studi pendahuluan masyarakat setempat,
setelah itu diadakan pertemuan dengan pihak-pihak terkait untuk
bermusyawarah menentukan skala prioritas kebutuhan yang harus
segera ditangani. Dari hasil identifikasi kebutuhan tersebut ternyata
didesa Sekunir Gunung Pati dan desa Beji Para’an terdapat para
pemuda yang masih mengganggur dan belum mempunyai pekerjaan
tetap sehingga dibuatlah program-program pemberdayaan pemuda
salah satunya adalah pelatihan Budidaya ayam Arab.
2. Bagaimanakah cara menetapkan tujuan?
Jawab : Dengan cara melihat hasil identifikasi kebutuhan dan masalah yang terjadi didesa tersebut. Setelah
teridentifikasi permasalahan yang dihadapi masyarakat lalu dianalisis dan ditetapkan tujuan pemberdayaan yakni
memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan budidaya ayam Arab.
3. Bagaimanakah cara merancang kegiatan?
Jawab : Dengan membuat desain pelatihan yang juga melibatkan anggota warga masyarakat. Desain pelatihan ini dibuat dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pelatihan.
4. Materi apa saja yang diberikan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Materi-materi yang diberikan pada pelatihan budidaya ayam Arab yaitu pengenalan tentang jenis ayam Arab,
pengenalan alat dan bahan, pemeliharaan ayam Arab, cara penetasan ayam Arab, cara pembesaran ayam Arab, cara
pengendalian penyakit, cara penanganan pasca produksi panen/pemasaran, serta cara pembuatan mesin tetas.
5. Bagaimanakah cara menentukan nara sumber teknis?
Jawab : Dengan cara megidentifikasi dan menyeleki orang-orang yang
berkompeten dibidang budidaya ayam Arab. Dalam hal ini yang
perlu diperhatikan adalah mencari orang yang ahli secara teori,
praktisi/orang yang terjun langsung didunia peternakan, orang yang
xcix
ahli dalam bidang pemasaran, serta orang yang ahli dalam bidang
manajemen/ pengelolaan secara umum.
6. Berapa jumlah nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Ada 4 orang NST yaitu diambil dari praktisi, ahli peternakan, dan juga ahli pemasaran.
7. Bagaimanakah cara menentukan peserta yang ikut pada pelatihan budidaya
ayam Arab?
Jawab : Dengan cara terjun langsung kelapangan sehingga diketahui secara pasti bakat dan minat peserta pelatihan.
8. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : 30 orang, yang terdiri dari anggota masyarakat yang bersedia dan berminat mengikuti pelatihan serta pamong
belajar dari SKB seluruh Jawa tengah.
9. Bagaimana cara menentukan pelaksanaan kegiatan?
Jawab : Waktu pelaksanaan pelatihan ini ditentukan pihak BPPLSP Ungaran dengan memperhatikan berbagai macam
pertimbangan.
10. Apa saja yang dipersiapkan sebelum pelaksanaan pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : Kurikulum materi pembelajaran, metode pembelajaran, menentukan
warga belajar, menentukan nara sumber teknis, mempersiapkan
sarana prasarana, studi banding/kunjungan lapangan serta
menentukan alat-alat evaluasi
11. Bagaimanakah cara mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Evaluasi pelaksanaan kegiatan pelatihan dilakukan melalui angket yang disebarkan kepada peserta pelatihan.
12. Apa saja yang digunakan dalam mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan
pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Laporan tertulis, kamera foto, dan kamera video.
B.3 Hasil pemberdayaan
1. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang pengetahuan?
Jawab : Pengetahuan tentang jenis ayam Arab, pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas, pembuatan ransum
makanan, penetasan dan pembesaran ayam Arab, pencegahan dan pengobatan penyakit, pengelolaan usaha budidaya
ayam Arab dan pengalaman dari kunjungan lapangan.
2. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang sikap?
Jawab : Sikap berwirausaha..
3. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang keterampilan?
c
Jawab : Keterampilan memilih jenis ayam Arab yang baik, keterampilan pembuatan kandang, pembuatan mesin tetas,
pembuatan ransum makanan, penetasan dan pembesaran ayam Arab, mencegah dan mengobati penyakit ayam Arab,
serta keterampilan mengelola usaha budidaya ayam Arab.
4. Apa hasil yang dicapai warga belajar dalam bidang ekonomis?
Jawab : Dapat menambah penghasilan walaupun belum maksimal.
B.4. Evaluasi Pemberdayaan
1. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada awal kegiatan pelatihan?
Jawab : Persiapan peserta, tutor/nara sumber teknis.
2. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada saat kegiatan pelatihan?
Jawab : Kendala-kendala yang dialami pada waktu pelaksanaan pelatihan.
3. Hal-hal apa saja yang dievaluasi pada akhir kegiatan pelatihan?
Jawab : Menyusun laporan kegiatan.
C.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan.
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan masyarakat sekitar terhadap
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan?
Jawab : Mendukung terhadap kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab.
2. Pendekatan apa yang digunakan Tutor atau NST dalam penyampaian
materi pelatihan?
Jawab : Pendekatan Andragogi .
3. Sumber-sumber belajar apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan?
Jawab : Tutor atau nara sumber teknis yang berkompeten dibidangnya, modul
pelatihan, peralatan praktek budidaya ayam Arab.
4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Gedung, alat-alat tulis, laboratorium, alat-alat praktek, tikar, sound
system.
5. Dari manakah sarana itu diperoleh?
Jawab : BPPLSP Ungaran dan juga ada yang dari peserta sendiri.
6. Apakah sarana itu cukup memadai?
Jawab : Cukup memadai
9. Potensi dan keterampilan apa saja yang peserta miliki?
ci
Jawab : Berternak dan berwiraswasta
10. Bagaimanakah motivasi yang dimiliki oleh peseta dalam mengikuti
kegiatan pelatihan?
Jawab : Motivasi warga belajar untuk mengikuti kegiatan pelatihan cukup
tinggi.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah cara mengukur perubahan perilaku warga belajar sebagai
hasil dari pelatihan?
Jawab : Mengukur perubahan tingkah laku memang sangat sulit untuk
dilakukan, namun perubahan ini dapat dilihat ketika mereka sudah
berada di dalam masyarakat.
2. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 3 hari yang dilaksanakan pada tanggal 21 sampai tanggal 23 Oktober
2003
3. Peraturan-peraturan apa saja yang digunakan dalam kegiatan pelatihan?
Jawab : Peraturan sudah tertulis secara jelas dan salah satunya adalah tentang kedisiplinan waktu dan kedisiplinan
mengikuti jalannya pelatihan.
4. Apa yang penyelenggara lakukan apabila ada diantara warga belajar yang
melanggar peraturan yang telah ditetapkan?
Jawab : Dengan mengadakan teguran secara lisan.
cii
HASIL WAWANCARA
Tutor/
NST
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama : Moh. Basirom
Tempat/ tanggal lahir :
Usia : 45 Tahun
Alamat : Unit Taman Ternak Maron Temanggung
Pendidikan terakhir : Sarjana
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Tempat : Unit Taman Ternak Maron Temanggung
Hari/ tanggal/ pukul :
B.2 Proses penberdayaan
14. Bagaimanakah bentuk pembelajaran yang anda gunakan pada pelatihan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Pendekatan Andragogi
15. Bagaimanakah cara anda menyampaikan materi dalam kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Ceramah, praktek, dan diskusi
ciii
16. Apakah warga belajar suka dengan materi yang diberikan atau yang
diajarkan?
Jawab : Suka
17. Apakah yang diajarkan atau yang diberikan itu bermanfaat bagi warga
belajar?
Jawab : Bermanfaat
18. Apa saja manfaat itu?
Jawab : Berternak ayam Arab
19. Berapa lama jangka waktu pelatihan budidaya ayam Arab dilaksaakan?
Jawab : 3 hari
20. Apakah jangka waktu tersebut cukup bagi tutor atau nara sumber teknis
untuk menyampaiakan materi kepada warga belajar selama pelatihan
budidaya ayam Arab berlangsung?
Jawab : Cukup
21. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Kurang lebih 40 peserta
22. Bagaimana susunan peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : Dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
23. Berapa jumlah keseluruhan sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 5 sumber belajar
24. Bagimanakah kriteria pemilihan ayam Arab yang baik?
Jawab : Induk masih asli ,sehat, berbulu kering, mata bulat.
25. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat?
Jawab : Longgar, tidak sempit, cukup memperoleh sinar matahari dan
disesuaiakan dengan kebutuhan dan usia ayam Arab.
26. Bagaimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan yang berkualitas?
Jawab : Sesuai dengan usia ayam
27. Bagaimanakah penetasan dan pembesaran ayam yang baik?
Jawab : Dengan menggunakan mesin tetas
civ
28. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif?
Jawab : Pemberian makanan yang bergizi dan pemberian vaksin secara rutin.
B.3. Hasil Pemberdayaan
1. Apa hasil yang dicapai dalam bidang pengetahuan?
Jawab : Meningkatnya pengetahuan berternak ayam Arab dari tahap penetasan
sampai pemasaran
2. Apa hasil yang dicapai dalam bidang sikap?
Jawab : Mandiri dalam berwiraswasta ayam Arab
3. Apa hasil yang dicapai dalam bidang ketrampilan?
Jawab : Trampilnya berternak ayam Arab dari tahap penetasan sampai
pemasaran
4. Apa hasil yang dicapai dibidang ekonomis?
Jawab : Bertambahnya penghasilan keluarga
C.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan.
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan warga belajar terhadap pelatihan?
Jawab : Cukup antusias
2. Pendekatan apa yang anda digunakan dalam penyampaian materi
pelatihan?
Jawab : Andragogi
3. Sumber-sumber belajar apa yang anda digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan?
Jawab : Modul atau materi berternak ayam arab
4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Modul pelatihan dan alat-alat praktek pembuatan kandang dan mesin
tetas
5. Dari manakah sarana itu diperoleh?
Jawab : BPPLSP Regional III Jawa Tengah
6. Apakah sarana itu cukup memadai?
Jawab : Cukup memadai
cv
7. Potensi dan keterampilan apa saja yang peserta miliki?
Jawab : Berternak ayam Arab dari tahap penetasan sampai produksi dan
pemasaran.
8. Bagaimanakah motivasi yang dimiliki oleh peseta dalam mengikuti
kegiatan pelatihan?
Jawab : Cukup tinggi
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah cara anda mengevaluasi warga belajar?
Jawab : Dengan test tertulis, dan praktek
2. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 3 hari
3. Peraturan-peraturan apa saja yang anda terapkan dalam kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Datang ke tempat pelatihan tepat pada waktunya, wajib mengikuti
seluruh kegiatan yang telah disepakati bersama.
4. Apa yang anda lakukan apabila ada diantara warga belajar yang melanggar
peraturan yang telah ditetapkan?
Jawab : Saya peringatkan saja.
cvi
HASIL WAWANCARA
Tutor/
NST
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama : Gunawan
Tempat/ tanggal lahir :
Usia : 38 Tahun
Alamat : Cawas, Klaten
Pendidikan terakhir : Sarjana
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Tempat : KPSM (kelompok pemberdayaan swadaya
masyarakat) Jatinom Klaten
Hari/ tanggal/ pukul :
cvii
B.2 Proses penberdayaan
13. Bagaimanakah bentuk pembelajaran yang anda gunakan pada pelatihan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Ceramah, praktek dan diskusi
14. Bagaimanakah cara anda menyampaikan materi dalam kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Ceramah dan praktek
15. Apakah warga belajar suka dengan materi yang diberikan atau yang
diajarkan?
Jawab : Suka
16. Apakah yang diajarkan atau yang diberikan itu bermanfaat bagi warga
belajar?
Jawab : Sangat bermanfaat
17. Apa saja manfaat itu?
Jawab ; Berternak dan berwiraswasta ayam Arab
18. Berapa lama jangka waktu pelatihan budidaya ayam Arab dilaksaakan?
Jawab : 3 hari
19. Apakah jangka waktu tersebut cukup bagi tutor atau nara sumber teknis
untuk menyampaiakan materi kepada warga belajar selama pelatihan
budidaya ayam Arab berlangsung?
Jawab : Saya kira cukup.
20. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Sekitar 40 peserta
21. Bagaimana susunan peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : Dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
22. Berapa jumlah keseluruhan sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 5 sumber belajar
cviii
23. Bagimanakah kriteria pemilihan ayam Arab yang baik?
Jawab : Induk masih asli, tidak sakit atau sehat.
24. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat?
Jawab : Cukup memperoleh sinar matahari, jauh dari keramaian, sesuai
dengan usia ayam Arab sendiri.
25. Bagaimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan yang berkualitas?
Jawab : Dengan komposisi 3 : 3: 4 (katul : jagung : sentrat)
26. Bagaimanakah penetasan dan pembesaran ayam yang baik?
Jawab : Dengan menggunakan mesin tetas
27. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif?
Jawab : Pemberian makan yang bergizi dan pemberian vaksin secara rutin
B.3. Hasil Pemberdayaan
1. Apa hasil yang dicapai dalam bidang pengetahuan?
Jawab : Meningkatnya pengetahuan beternak ayam Arab.
2. Apa hasil yang dicapai dalam bidang sikap?
Jawab : Sikap berwiraswasta yang profesioanal
3. Apa hasil yang dicapai dalam bidang ketrampilan?
Jawab : Meningkatnya ketererampilan beternak ayam Arab.
4. Apa hasil yang dicapai dibidang ekonomis?
Jawab : Bertambahnya penghasilan keluarga.
C.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan.
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan warga belajar terhadap pelatihan?
Jawab : Cukup antusias
2. Pendekatan apa yang anda digunakan dalam penyampaian materi
pelatihan?
Jawab : Pendekatan Andragogi
3. Sumber-sumber belajar apa yang anda digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan?
cix
Jawab : Modul pelatihan
4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Gedung, alat tulis, modul pelatihan dan alat-alat praktek.
5. Dari manakah sarana itu diperoleh?
Jawab : BPPLSP Regional III Jawa Tengah
6. Apakah sarana itu cukup memadai?
Jawab : Memadai
7. Potensi dan keterampilan apa saja yang peserta miliki?
Jawab : Berwiraswasta
8. Bagaimanakah motivasi yang dimiliki oleh peseta dalam mengikuti
kegiatan pelatihan?
Jawab : Cukup tinggi
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah cara anda mengevaluasi warga belajar?
Jawab : Dengan test tertulis dan praktek
2. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 3 hari
3. Peraturan-peraturan apa saja yang anda terapkan dalam kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Datang ketempat pelatihan tepat pada waktunya, mengikuti semua
kegiatan pelatihan, tidak meninggalkan tempat pelatihan tanpa seijin pihak
panitia.
4. Apa yang anda lakukan apabila ada diantara warga belajar yang melanggar
peraturan yang telah ditetapkan?
Jawab : Ditegur atau diingatkan
cx
HASIL WAWANCARA
Tutor/
NST
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama : Margono
cxi
Tempat/ tanggal lahir :
Usia : 36 Tahun
Alamat : Jatinom Klaten
Pendidikan terakhir : SMU
Pekerjaan : Pengusaha
Tempat : Jatinom Klaten
Hari/ tanggal/ pukul :
B.2 Proses penberdayaan
14. Bagaimanakah bentuk pembelajaran yang anda gunakan pada pelatihan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Pembelajara Andragogi
15. Bagaimanakah cara anda menyampaikan materi dalam kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
Jawab : Ceramah dan praktek
16. Apakah warga belajar suka dengan materi yang diberikan atau yang
diajarkan?
Jawab : Suka
17. Apakah yang diajarkan atau yang diberikan itu bermanfaat bagi warga
belajar?
Jawab : Bermanfaat
18. Apa saja manfaat itu?
Jawab : Berternak ayam Arab yang baik.
19. Berapa lama jangka waktu pelatihan budidaya ayam Arab dilaksanakan?
Jawab : 3 hari
20. Apakah jangka waktu tersebut cukup bagi tutor atau nara sumber teknis
untuk menyampaiakan materi kepada warga belajar selama pelatihan
budidaya ayam Arab berlangsung?
Jawab : Cukup
21. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab?
cxii
Jawab : 40 peserta
22. Bagaimana susunan peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : Dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.
23. Berapa jumlah keseluruhan sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 3 sumber belajar.
24. Bagimanakah kriteria pemilihan ayam Arab yang baik?
Jawab : Masih asli, sehat, mata bulat , bulu kering.
25. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat?
Jawab : Dengan menngunakan bamboo atau kayu, tidak sempit/longgar, cukup
memperoleh sinar matahari.
26. Bagaimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan yang berkualitas?
Jawab : Dengan memperhatikan komposisi makananan sesuai dengan
kebutuhan dan usia ayam itu sendiri.
27. Bagaimanakah penetasan dan pembesaran ayam yang baik?
Jawab : Dengan menggunakan mesin tetas
28. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif?
Jawab : Pemberian vaksin secara rutin dan
B.3. Hasil Pemberdayaan
1. Apa hasil yang dicapai dalam bidang pengetahuan?
Jawab : Memperoleh pengetahuan dalam bererternak ayam Arab dari tahap
penetasan sampai produksi.
2. Apa hasil yang dicapai dalam bidang sikap?
Jawab : Sikap mandiri dalam berternak ayam Arab.
3. Apa hasil yang dicapai dalam bidang keterampilan?
Jawab : Trampil dalam bererternak ayam Arab dari tahap penetasan sampai
produksi.
4. Apa hasil yang dicapai dibidang ekonomis?
Jawab : Peningkatan penghasilan.
cxiii
C.1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan.
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan warga belajar terhadap pelatihan?
Jawab : Cukup antusias
2. Pendekatan apa yang anda digunakan dalam penyampaian materi
pelatihan?
Jawab : Andragogi
3. Sumber-sumber belajar apa yang anda digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan?
Jawab : Materi atau modul pelatihan
4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Modul pelatihan, alat-alat dan bahan praktek.
5. Dari manakah sarana itu diperoleh?
Jawab : BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
6. Apakah sarana itu cukup memadai?
Jawab : Lumayan memadai
7. Potensi dan keterampilan apa saja yang peserta miliki?
Jawab : Berternak dan berwiraswasta.
8. Bagaimanakah motivasi yang dimiliki oleh peseta dalam mengikuti
kegiatan pelatihan?
Jawab : Cukup tinggi.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah cara anda mengevaluasi warga belajar?
Jawab : Dengan test tertulis dan test praktek.
2. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 3 hari
3. Peraturan-peraturan apa saja yang anda terapkan dalam kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
cxiv
Jawab : Mengikuti semua kegiatan yang telah dijadwalkan, datang pada
waktunya tepat waktu, tidak meninggalkan kegiatan pelatihan tanpa
seijin pehak panitia.
4. Apa yang anda lakukan apabila ada diantara warga belajar yang melanggar
peraturan yang telah ditetapkan?
Jawab : Saya tegur atau diperingatkan.
cxv
HASIL WAWANCARA
Warga
Belajar
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama : Rochman
Tempat/ tanggal lahir : Semarang 30 April 1966
Usia : 39 Tahun
Alamat : Sekunir Rt.02/ Rw. 05 Gunung Pati Semarang
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tempat : Sekunir Rt.02/ Rw. 05 Kel. Plalangan Kec. Gunung
Pati Semarang
Hari/ tanggal/ pukul : Sabtu/ 18 Juni 2005/ 15.15 WIB
A.2. Kondisi sosial ekonomi pemuda budidaya ayam Arab.
1. Apakah pendidikan terakhir anda ?
Jawab : SMA
2. Bagaimana pandangan anda mngenai pendidikan?
Jawab : Pengalaman dan pendidikan sangat penting untuk mencapai
keberhasilan suatu usaha seseorang.
3. Mengapa anda mengikuti pelatihan budidaya ayam arab?
Jawab : Karena saya ingin menjadi seorang peternak yang berhasil, untuk
menambah penghasilan keluarga.
4. Apakah pekerjaan utama anda?
Jawab : Peternak sapi perah, belajar peternak ayam Arab.
cxvi
5. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan?
Jawab : Membantu jualan istri dirumah.
6. Berapa penghasilan yang anda dapatkan?
Jawab : Untuk penghasilan tidak menentu; kadang untung kadang juga rugi
tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
7. Dari penghasilan yang diperoleh, anda pergunakan untuk apa saja?
Jawab : Untuk mengembangkan usaha dan untuk kebutuhan keluarga.
8. Apa saja aktivitas yang anda lakukan di dalam kegiatan kelompok binaan?
Jawab : Beternak ayam Arab dan belajar berorganisasi.
9. Apa saja aktivitas yang anda lakukan diluar kegiatan kelompok binaan?
Jawab : Membantu pekerjaan istri berjualan, dan melakukan kegiatan-kegiatan
yang ada di masyarakat.
B.2 Proses pemberdayaan
1. Apa saja yang diberikan atau diajarkan kepada anda dalam mengikuti
kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Teori dan praktek budidaya ayam Arab sekaligus studi banding
peternak ayam Arab di Temanggung.
2. Apakah anda suka dengan apa yang diberikan atau diajarkan kepada anda?
Jawab : Suka karena dapat menmbah pengalaman bagaimana cara berternak
ayam Arab.
3. Apakah yang diberikan atau yang diajarkan itu bermanfaat bagi anda?
Jawab : Sangat bermanfaat.
4. Apa saja manfaatnya?
Jawab : Bisa beternak yam Arab dengan baik.
5. Berapa jumlah tutor atau nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 5 (lima)
6. Siapa saja yang melatih atau membina anda dalam mengikuti kegiatan
pelatihan budidaya ayam Arab?
cxvii
Jawab : Bp. Kastum, Bp. Margono, Bp. Gunawan, Bp. Sigit, dan Bp. Djumadi
7. Bagaimanakah cara tutor atau nara sumber teknis melatih anda selama
mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Memberikan pelajaran teori dan praktek lapangan mengenai budidaya
ayam Arab.
8. Apa yang dilakukan tutor atau nara sumber teknis apabila anda menemukan
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab?
Jawab : Kita diberikan kesempatan untuk bertanya langsung kepada seluruh pengajar sesui dengan bidangnya masing-
masing.
9. Bagaimanakah kriteria pemilihan yam Arab yang baik?
Jawab : keturunan atau induk ayam Arab harus baik
10. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat?
Jawab : Kontraksi kandang harus sesuai dengan kebutuhan dan usi ayam, misalnya kutuk sampai ayam mulai
produksi.
11. Bagimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan ayam Arab yang berkualitas?
Jawab : Pakan ayam harus diberikan sesuai dengan kebutuhan ayam itu sendiri (ransum harus cukup)
12. Bagimanakah cara penetasan dan pembesaran ayam yang baik?
Jawab : Suhu mesin tetas harus stabil, seleksi telur, pemberian pakan ayam harus disesuaikan dengan fase umur
ayam.
13. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif?
Jawab : Kandang harus selalu dalam keadan yang bersih, kebutuhan pakan ayam harus cukup, pemberian faksin secara rutin.
C. 1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan anda terhadap pelatihan?
Jawab : saya sangat senang denga pelatihan budidaya ayam Arab
2. Bagimanakah cara tutor menyampaikan materi pelatihan?
Jawab : Dengan pemberian pelajaran teori, praktek pembuatan kandang dan mesin tetas serta kunjungan lapangan.
3. Sumber-sumber belajar apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan?
Jawab : Modul atau buku panduan dan Tutor atau para ahli
4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Semua sarana atau kebutuhan pelatihan disediakan, contohnya buku
panduan budidaya ayam Arab dan alat-alat praktek
5. Dari manakah sarana itu diperoleh?
Jawab : BPPLSP ungaran
6. Apakah sarana itu cukup memadai?
cxviii
Jawab : Cukup lumayan memadai
7. Potensi dan keterampilan apa yang anda miliki?
Jawab : Beternak dan berdagang/jualan
9. Bagaimanakah motivasi yang anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan?
Jawab : Saya sangat senang sekali mengikuti semua kegiatan pelatihan.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan
1 Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : Pelatihan diadakan selama 3 (tiga) hari berturut-turut
2 Peraturan-peraturan apa saja yang diterapkan dalam kegiatan pelatihan?
Jawab : Peserta harus disiplin dalam mengikuti kegiatan pelatihan, peserta
pelatihan diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang penting.
3 Apa yang dilakukan tutor/penyelenggara apabila anda melanggar
peraturan yang telah ditetapkan?
Jawab : Ditegur langsung oleh pembina, dan diberi arahan agar mau
mengikuti kegiatan pelatihan dengan baik.
PEDOMAN WAWANCARA
Warga
Belajar
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
cxix
Nama : Amin Rahardjo
Tempat/ tanggal lahir : Semarang, 21 Maret 1972
Usia : 33 Tahun
Alamat : Sekunir Rt. 02/rw.05 Gunung Pati Semarang
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tempat : Kampung Sekunir Kelurahan Plalangan Kecamatan
Gunung Pati Semarang
Hari/ tanggal/ pukul : Minggu/ 19 Juni 2005/ 15.30 WIB
A.2. Kondisi sosial ekonomi pemuda budidaya ayam Arab.
1. Apakah pendidikan terakhir anda ?
Jawab : SMA
2. Bagaimana pandangan anda mengenai pendidikan?
Jawab : Sangat penting
3. Mengapa anda mengikuti pelatihan budidaya ayam arab?
Jawab : Ingin menjadi peternak ayam Arab yang berhasil
4. Apakah pekerjaan utama anda?
Jawab : Buruh
5. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan?
Jawab : Tidak.
6. Berapa penghasilan yang anda dapatkan?
Jawab : Penghasilan tidak menentu.
7. Dari penghasilan yang diperoleh, anda pergunakan untuk apa saja?
Jawab : menghidupi keluarga dan merintis usaha.
8. Apa saja aktivitas yang anda lakukan di dalam kegiatan kelompok binaan?
Jawab : Beternak ayam Arab untuk menerapkan ilmu yang didapat selama
mengikuti kegiatan pelatihan.
cxx
9. Apa saja aktivitas yang anda lakukan diluar kegiatan kelompok binaan?
Jawab : Melayani masyarakat dibidang Agama.
B.2 Proses pemberdayaan
1. Apa saja yang diberikan atau diajarkan kepada anda dalam mengikuti
kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Teori dan praktek budidaya ayam Arab mulai dari penetasan sampai
produksi, termasuk proses pembuatan kandang, mesin tetas dan ransum
makanan.
2. Apakah anda suka dengan apa yang diberikan atau diajarkan kepada anda?
Jawab : Sangat suka dan ingin menambah pengalaman/ ilmu lagi.
3. Apakah yang diberikan atau yang diajarkan itu bermanfaat bagi anda?
Jawab : Sangat bermanfaat.
4. Apa saja manfaatnya?
Jawab : Bisa menjadi peternak yang baik.
5. Berapa jumlah tutor atau nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 5 (lima)
6. Siapa saja yang melatih atau membina anda dalam mengikuti kegiatan
pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Bp. Margono, Bp. Kastum, Bp. Gunawan, Bp. Sigit, dan Bp. Djumadi
7. Bagaimanakah cara tutor atau nara sumber teknis melatih anda selama
mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Teori sekaligus praktek lapangan.
8. Apa yang dilakukan tutor atau nara sumber teknis apabila anda menemukan
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab?
Jawab : Dibimbing, diarahkan, dan diberi solusinya.
9. Bagaimanakah kriteria pemilihan ayam Arab yang baik?
Jawab : Induk baik/ masih asli
10. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat?
Jawab : Longgar (tidak terlau sempit) sesuai dengan kebutuhan ayam, cukup memperoleh sinar matahari untuk sirkulasi udara.
cxxi
11. Bagimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan ayam Arab yang berkualitas?
Jawab : Pembuatan pakan harus sesuai dengan ransum atau ukurannya, ayam diberi pakan 2 kali sehari (pagi dan sore hari)
12. Bagimanakah cara penetasan dan pembesaran ayam yang baik?
Jawab : Cara penetasan telur menggunakan mesin tetas, yang perlu diperhatikan disini adalah suhu atau panas serta
pemutaran dan pendinginan telur selama penetasan.
13. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif?
Jawab : Mengontrol kesehatan ayam setiap hari dan memberikan vaksinasi secara rutin.
C. 1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan anda terhadap pelatihan?
Jawab : Saya sangat tertarik untuk mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab.
2. Bagimanakah cara tutor menyampaikan materi pelatihan?
Jawab : Ceramah dalam memberikan teori dan praktek langsung.
3. Sumber-sumber belajar apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan?
Jawab : Modul atau buku panduan, alat-alat praktek atau peraga.
4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Modul dan alat peraga.
5. Dari manakah sarana itu diperoleh?
Jawab : BPPLSP Ungaran.
6. Apakah sarana itu cukup memadai?
Jawab : Cukup Memadai
7. Potensi dan keterampilan apa yang anda miliki?
Jawab : Berwiraswasta
8. Bagaimanakah motivasi yang anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan?
Jawab : Saya sangat senang mengikuti kegiatan pelatihan.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 3 (tiga hari)
2. Peraturan-peraturan apa saja yang diterapkan dalam kegiatan pelatihan?
cxxii
Jawab : Datang ke tempat pelatihan tepat pada waktunya, wajib mengikuti
seluruh kegiatan yang telah disepakati bersama.
3. Apa yang dilakukan tutor/penyelenggara apabila anda melanggar
peraturan yang telah ditetapkan?
Jawab : Ditegur atau diperingatkan secara langsung dan diberi arahan.
PEDOMAN WAWANCARA
Warga
Belajar
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama : Sugiarto
cxxiii
Tempat/ tanggal lahir : Semarang 27 Agustus 1967
Usia : 36 Tahun
Alamat : Beji Para’an Rt. 02 Rw. 10 Ungaran Kabupaten
Semarang
Pendidikan terakhir : PGA (Pendidikan Guru Agama)
Pekerjaan : Wiraswasta
Tempat : Beji Para’an Rt. 02 Rw. 10 Ungaran Kabupaten
Semarang
Hari/ tanggal/ pukul : Minggu/ 3 Juli 2005/ 18.30 WIB
A.2. Kondisi sosial ekonomi pemuda budidaya ayam Arab.
1. Apakah pendidikan terakhir anda ?
Jawab : PGA (Pendidikan Guru Agama)
2. Bagaimana pandangan anda mngenai pendidikan?
Jawab : Pendidikan melalui pengalaman mengikuti pelatihan sangat penting,
karena bisa menambah pengetahuan dan keterampilan.
3. Mengapa anda mengikuti pelatihan budidaya ayam arab?
Jawab : Ingin menjadi peternak ayam Arab yang sukses.
4. Apakah pekerjaan utama anda?
Jawab; Pekerjaan utama saya saat ini adalah Ekspedisi biro jasa angkutan.
5. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan?
Jawab : Berternak Ayam arab, sapi perah dan bebek (menthok).
6. Berapa penghasilan yang anda dapatkan?
Jawab : Penghasilan tidak menentu tetapi cukup untuk membiayai kebutuhan
hidup keluarga sehari-hari.
7. Dari penghasilan yang diperoleh, anda pergunakan untuk apa saja?
Jawab : untuk makan, menyekolahkan 2 orang anak yang masih duduk
dibangku sekolah dasar, dan untuk kebutuhan hidup lainnya.
8. Apa saja aktivitas yang anda lakukan di dalam kegiatan kelompok binaan?
Jawab : Berternak dan berorganisasi.
cxxiv
9. Apa saja aktivitas yang anda lakukan diluar kegiatan kelompok binaan?
Jawab : Mengikuti kegiatan organisasi masyarakat Muhamadiyah dan karang
taruna.
B.2 Proses Pemberdayaan
1. Apa saja yang diberikan atau diajarkan kepada anda dalam mengikuti
kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Teori dan praktek budidaya ayam Arab yang meliputi pengetahuan
dan keterampilan pemilihan bibit yang baik, pembuatan kandang ayam,
pembuatan mesin tetas, pembuatan pakan ayam, penetasan dan pembesaran
serta pengendalian/ pencegahan penyakit ayam.
2. Apakah anda suka dengan apa yang diberikan atau diajarkan kepada anda?
Jawab : Suka karena dapat menambah pengalaman ternak ayam Arab.
3. Apakah yang diberikan atau yang diajarkan itu bermanfaat bagi anda?
Jawab : Sangat bermanfaat.
4. Apa saja manfaatnya?
Jawab : Bisa menambah pengetahuan dan pengalaman beternak ayam Arab
dari nara sumber yang berkompeten dibidangnya masing-masing.
5. Berapa jumlah tutor atau nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 5 (lima)
6. Siapa saja yang melatih atau membina anda dalam mengikuti kegiatan
pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Bp. Kastum, Bp. Margono, Bp. Gunawan, Bp. Sigit, dan Bp. Djumadi
7. Bagaimanakah cara tutor atau nara sumber teknis melatih anda selama
mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Memberikan pelajaran teori dengan ceramah dan praktek pembuatan
kandang dan mesin tetas.
cxxv
8. Apa yang dilakukan tutor atau nara sumber teknis apabila anda menemukan
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab?
Jawab : Membantu dengan cara menerangkan dan menjelaskan kembali segala sesuatu hal yang berkaitan dengan
materi yang disampaikan.
9. Bagaimanakah kriteria pemilihan yam Arab yang baik?
Jawab : Berjengger besar, berdada lebar, dan lincah.
10. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat?
Jawab : Kandang dibuat dari bambu yang ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan ayam, memperhatikan pergantian atau sirkulasi udara, melindungi ayam dari terik sinar matahari dan dinginnya angin malam.
11. Bagimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan ayam Arab yang berkualitas?
Jawab : Pembutan pakan ayam yang baik adalah dengan perbandingan 4 : 4 : 3, artinya 4 kg katul, 4 kg jagung, 3 kg sentrat.
12. Bagimanakah cara penetasan dan pembesaran ayam yang baik?
Jawab : Dengan menggunakan mesin tetas.
13. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif?
Jawab : Memberikan pakan yang cukup, kebersihan kandang selalu dijaga dan pemberian vaksin 3 bulan sekali.
C. 1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan anda terhadap pelatihan?
Jawab : Saya sangat tertarik dengan pelatihan budidaya ayam Arab
2. Bagimanakah cara tutor menyampaikan materi pelatihan?
Jawab : Menyampaikan materi dengan ceramah dan demonstrasi pada saat praktek pembuatan kandang, mesin tetas dan ransum makanan.
3. Sumber-sumber belajar apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan?
Jawab : Modul pelatihan, nara sumber teknis yang berpengalaman dan alat-alat praktek atau peraga.
4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Gudung, modul pelatihan, alat peraga dll
5. Dari manakah sarana itu diperoleh?
Jawab : BPPLSP Ungaran
6. Apakah sarana itu cukup memadai?
Jawab : cukup memadai
7. Potensi dan keterampilan apa yang anda miliki?
Jawab : Berternak
8. Bagaimanakah motivasi anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan?
Jawab : Saya sangat senang dan termotivasi mengikuti semua kegiatan
pelatihan.
cxxvi
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 3 hari secara berturut-turut
2. Peraturan-peraturan apa saja yang diterapkan dalam kegiatan pelatihan?
Jawab : Tidak boleh meninggalkan tempat pelatihan tanpa seijin panitia,
datang ketempat pelatihan tepat pada waktunya.
3. Apa yang dilakukan tutor/penyelenggara apabila anda melanggar
peraturan yang telah ditetapkan?
Jawab : Ditegur dan diingatkan.
PEDOMAN WAWANCARA
Warga
Belajar
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama : Khamdan
Tempat/ tanggal lahir : Semarang 10 Februari 1978
Usia : 27 Tahun
cxxvii
Alamat : Beji Para’an Rt. 02 Rw. 10 Ungaran Kabupaten
Semarang
Pendidikan terakhir : SMEA
Pekerjaan : Wiraswasta Pabrik Plastik Polyplas
Tempat : Beji Para’an Rt. 02 Rw. 10 Ungaran Kabupaten
Semarang
Hari/ tanggal/ pukul : Sabtu/ 2 Juli 2005/ 18.30 WIB
A.2. Kondisi sosial ekonomi pemuda budidaya ayam Arab.
1. Apakah pendidikan terakhir anda ?
Jawab : SMEA
2. Bagaimana pandangan anda mngenai pendidikan?
Jawab : Pendidikan buat saya sangat penting
3. Mengapa anda mengikuti pelatihan budidaya ayam arab?
Jawab : Ingin mencari pengetahuan dan keterampilan beternak ayam Arab.
4. Apakah pekerjaan utama anda?
Jawab : Buruh pabrik Plastik polyplas.
5. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan?
Jawab : Tidak
6. Berapa penghasilan yang anda dapatkan?
Jawab : Tidak menentu kurang lebih Rp. 400.000,-/ bulan
7. Dari penghasilan yang diperoleh, anda pergunakan untuk apa saja?
Jawab : Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk membantu
biaya adik sekolah.
8. Apa saja aktivitas yang anda lakukan di dalam kegiatan kelompok binaan?
Jawab : Berternak ayam
9. Apa saja aktivitas yang anda lakukan diluar kegiatan kelompok binaan?
Jawab : Mengikuti kegiatan karang taruna.
B.2 Proses pemberdayaan
cxxviii
1. Apa saja yang diberikan atau diajarkan kepada anda dalam mengikuti
kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Teori beternak ayam Arab, praktek pembuatan kandang, pembuatan
pakan ayam, dan pembuatan mesin tetas, serta kunjungan lapangan.
2. Apakah anda suka dengan apa yang diberikan atau diajarkan kepada anda?
Jawab : Suka karena dapat menambah pengalaman berternak ayam Arab.
3. Apakah yang diberikan atau yang diajarkan itu bermanfaat bagi anda?
Jawab : Bermanfaat.
4. Apa saja manfaatnya?
Jawab : Saya menjadi lebih tahu tentang bagaimana beternak ayam Arab yang
baik.
5. Berapa jumlah tutor atau nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam
Arab?
Jawab : 5 (lima)
6. Siapa saja yang melatih atau membina anda dalam mengikuti kegiatan
pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab :Bp. Margono, Bp. Gunawan, Bp. Basirom, Bp. Kastum dan Bp.
Djumadi
7. Bagaimanakah cara tutor atau nara sumber teknis melatih anda selama
mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Memberikan teori budidaya ayam Arab dengan metode ceramah dan
praktek langsung/ demonstrasi pembuatan kandang, mesin tetas, dan
pakan ayam.
8. Apa yang dilakukan tutor atau nara sumber teknis apabila anda menemukan
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab?
Jawab : Menerangkan dan menjelaskan lagi materi yang belum kita mengerti.
9. Bagaimanakah kriteria pemilihan yam Arab yang baik?
Jawab : Berjengger merah, sehat (tidak sakit) dan lincah
10. Bagaimanakah cara pembuatan kandang yang sehat?
Jawab : Longgar/ tidak terlalu sempit, bisa mendapatkan sinar matahari yang cukup, terdapat sirkulasi udara , dapat
melindungi ayam dari udara malam yang dingin, serta penempatan kandang ditempat yang tenang, bebas dari gangguan suara keramaian.
11. Bagimanakah cara penggunaan dan pembuatan pakan ayam Arab yang berkualitas?
cxxix
Jawab : Ayam diberi pakan 2 kali sehari dengan formulasi yang tepat yakni 4 : 4 : 3 ( 4 katul, 4 jagung, dan 3 sentrat).
12. Bagimanakah cara penetasan dan pembesaran ayam yang baik?
Jawab : Cara penetasan ayam dengan menggunakan mesin tetas, telur yang akan ditetaskan diteropong/diseleksi
terlebih dahulu, dan ayam dikelompokkan berdasarkan umur/usia.
13. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit ayam yang efektif?
Jawab : Ayam dikontrol setiap hari, kandang selalu dalam keadaan bersih, pemberian ransum pakan yang cukup,
ayam yang sakit dipisahkan dengan ayam yang sehat sihingga tidak menular penyakitnya, serta pemberian vaksin secara rutin.
C. 1 Faktor Pendukung Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Bagaimanakah respon atau tanggapan anda terhadap pelatihan?
Jawab : Saya sangat tertarik untuk mengikuti kegiatan pelatihan ternak ayam
Arab.
2. Bagimanakah cara tutor menyampaikan materi pelatihan?
Jawab : dengan ceramah, diskusi, dan demonstrasi
3. Sumber-sumber belajar apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan?
Jawab : modul atau buku panduan dan alat-alat peraga/praktek.
4. Sarana apa saja yang digunakan pada pelatihan budidaya ayam Arab?
Jawab : Gedung atau tempat pelatihan, asrama penginapan, buku panduan, alat praktek, makanan, snack dan sertifikat
pelatihan.
5. Dari manakah sarana itu diperoleh?
Jawab : BPPLSP Ungaran
6. Apakah sarana itu cukup memadai?
Jawab : Cukup memadai
7. Potensi dan keterampilan apa yang anda miliki?
Jawab : Berwirausaha
8. Bagaimanakah motivasi anda dalam mengikuti kegiatan pelatihan?
Jawab : Saya mengikuti semua kegiatan pelatihan yang telah dijadwalkan.
C.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberdayaan
1. Berapa hari yang digunakan dalam kegiatan pelatihan budidaya ayam
Arab?
cxxx
Jawab : 3 Hari
2. Peraturan-peraturan apa saja yang diterapkan dalam kegiatan pelatihan?
Jawab : Datang ketempat pelatihan tepat pada waktunya, memperhatikan
materi yang disampaikan oleh tutor, mengikuti semua kegiatan yang
telah dijadwalkan.
3. Apa yang dilakukan tutor/penyelenggara apabila anda melanggar
peraturan yang telah ditetapkan?
Jawab : Ditegur dan diperingatkan.
cxxxi
PEDOMAN WAWANCARA
Penyel
enggara
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama :
Tempat/ tanggal lahir :
Usia :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Hari/ tanggal/ pukul :
4. Bagaimanakah bentuk pemberdayaan pemuda dalam pembinaan
kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab yang dilakukan
oleh BPPLSP Ungaran ?
5. Langkah-langkah apa yang digunakan dalam rangka perencanaan
pemberdayaan?
6. Apakah fungsi dan tujuan diadakannya pemberdayaan pemuda dalam
pembinaan kecakapan hidup melalui pelatihan budidaya ayam Arab?
7. Siapakah pihak-pihak yang terlibat dalam pemberdayaan ini?
8. Bagaimanakah sistem perekrutan peserta peserta pelatihan dan kelompok
anggota binaan?
cxxxii
9. Bagaimanakah cara penyelenggara, memfasilitasi warga belajar selama
mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
10. Usaha apa saja yang dilakukan oleh penyelenggara atau fasilitator apabila
warga belajar menemukan kesulitan daam mengikuti kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
11. Apa yang menjadi latar belakang diadakannya desa binaan ?
12. Bagaimanakah kondisi desa binaan budidaya ayam Arab ?
13. Bagaimana susunan peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam
Arab?
14. Bagaimana kondisi kependudukan desa binaan ayam Arab ?
15. Bagaimana budaya dan perilaku pemuda masyarakat desa binaan ayam
Arab ?
16. Apakah sasaran program yang diberikan pada pelaksanaan kegiatan
pelatihan budidaya ayam Arab?
17. Bagaimanakah isi program yang terdapat pada materi pelatihan budidaya
ayam Arab?
18. Pendekatan apa yang dilakukan oleh penyelenggara untuk memenuhi
program pelatihan budidaya ayam Arab?
19. Siapa saja yang menjadi sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam
Arab?
20. Apa pekerjaan utama penyelenggara pada pelatihan budidaya ayam Arab?
21. Berapa jumlah keseluruhan sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam
Arab?
22. Peraturan-peraturan apa saja yang dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
23. Apa yang dilakukan oleh penyelenggara apabila ada diantara warga belajar
yang melanggar peraturan yang telah ditentukan pada pelatihan budidaya
ayam Arab?
24. Sarana apa saja yang terdapat pada pelatihan budidaya ayam Arab?
25. Dari mana sarana itu diperoleh?
26. Apakah sarana itu cukup memadai?
cxxxiii
27. Bagaimanakah harapan penyelenggara kepada warga belajar setelah
mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab?
PEDOMAN WAWANCARA
Tutor/
NST
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama :
Tempat/ tanggal lahir :
Usia :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Hari/ tanggal/ pukul :
1. Bagaimanakah bentuk pembelajaran dalam pelatihan budidaya ayam Arab
yang dilakukan oleh BPPLSP Ungaran ?
cxxxiv
2. Usaha apa yang dilakukan oleh tutor atau nara sumber teknis apabila warga
belajar menemukan kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelatihan budidaya
ayam Arab?
3. Bagaimanakah cara tutor/ nara sumber teknis menyampaikan materi dalam
kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
4. Apa saja yang diberikan atau diajarkan oleh tutor/nara sumber teknis
kepada warga belajar dalam pelatihan budidaya ayam Arab?
5. Apakah warga belajar suka dengan apa yang diberikan atau yang
diajarkan?
6. Apakah yang diajarkan atau yang diberikan itu bermanfaat bagi warga
belajar?
7. Apa saja manfaat itu?
8. Kapan pelatihan budidaya ayam Arab dilaksanakan?
9. Berapa lama jangka waktu pelatihan budidaya ayam Arab dilaksaakan?
10. Apakah jangka waktu tersebut cukup bagi tutor atau nara sumber teknis
untuk menyampaiakan materi kepada warga belajar selama pelatihan
budidaya ayam Arab berlangsung?
11. Berapa jumlah peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab?
12. Bagaimana susunan peserta yang mengikuti pelatihan budidaya ayam
Arab?
13. Siapa saja yang menjadi sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam
Arab?
14. Apa pekerjaan utama tutor/ nara sumber teknis pada pelatihan budidaya
ayam Arab?
15. Berapa jumlah keseluruhan sumber belajar pada pelatihan budidaya ayam
Arab?
16. Peraturan-peraturan apa saja yang dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
17. Apa yang dilakukan oleh tutor/ nara sumber teknis apabila ada diantara
warga belajar yang melanggar peraturan yang telah ditentukan pada
pelatihan budidaya ayam Arab?
cxxxv
18. Sarana apa saja yang terdapat pada pelatihan budidaya ayam Arab?
19. Dari mana sarana itu diperoleh?
20. Apakah sarana itu cukup memadai?
21. Apa hasil yang dicapai dalam bidang pengetahuan?
22. Apa hasil yang dicapai dalam bidang sikap?
23. Apa hasil yang dicapai dalam bidang ketrampilan?
24. Apa hasil yang dicapai dibidang ekonomis?
25. Bagaimanakah harapan tutor/ nara sumber teknis kepada warga belajar
setelah mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab?
PEDOMAN WAWANCARA
Warga
Belajar
POLA PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PEMBINAAN
KECAKAPAN HIDUP/ LIFE SKILLS
( Studi kasus pelatihan ayam Arab di BPPLSP Ungaran)
Nama :
Tempat/ tanggal lahir :
Usia :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
cxxxvi
Pekerjaan :
Hari/ tanggal/ pukul :
7. Apa pendidikan terakhir anda?
8. Bagaimana pandangan anda terhadap pendidikan?
9. Mengapa anda mengikuti pelatihan budidaya ayam Arab?
10. Apa saja yang diberikan atau diajarkan kepada anda dalam mengikuti
kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab?
11. Apakah anda suka dengan apa yang diberikan atau diajarkan kepada anda?
12. Apakah yang diberikan atau yang diajarkan itu bermanfaat bagi anda?
13. Apa saja manfaatnya?
14. Bagaimanakah cara tutor atau nara sumber teknis melatih anda selama
mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ayam Arab/
15. Apa yang dilakukan tutor atau nara sumber teknis apabila anda menemukan
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab?
16. Berapa jumlah peseta yang mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab?
17. Bagaimana susunan peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan ayam Arab?
18. Berapa jumlah tutor atau nara sumber teknis pada pelatihan budidaya ayam
Arab?
19. Siapa saja yang melatih atau membina anda dalam mengikuti kegiatan
pelatihan budidaya ayam Arab?
20. Apa yang dilakukan oleh tutor atau fasilitator apabila anda melanggar
peraturan yang telah ditentukan pada pelaksanaan kegiatan pelatihan
budidaya ayam Arab?
21. Sarana apa saja yang terdapat pada pelatihan budidaya ayam Arab?
22. Dari mana sarana itu diperoleh?
23. Apakah sarana itu cukup memadai?
24. Bagaimanakah harapan anda setelah mengikuti kegiatan pelatihan budidaya
ayam Arab?
cxxxvii
cxxxviii
cxxxix