FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri...

125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN BERORGANISASI MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Penulisan Hukum (S K R I P S I) Disusun dan DiajukanUntuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam IlmuHukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta OLEH : RATMAWAN ARI KUSNANDAR NIM. E.0006208 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i

Transcript of FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri...

Page 1: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK

SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN

BERORGANISASI MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Penulisan Hukum

(S K R I P S I)

Disusun dan DiajukanUntuk Melengkapi Persyaratan

Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam IlmuHukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

OLEH :

RATMAWAN ARI KUSNANDAR

NIM. E.0006208

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

i

Page 2: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK

SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN

BERORGANISASI MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Disusun oleh :

RATMAWAN ARI KUSNANDAR

NIM. E.0006208

Disusun untuk Dipertahankan

Menyetujui,

M. NIP.

ANIP. 1

Pembimbing I

minah, S.H, M.H 95105131981032001

commit to user

ii

Pembimbing II

Madalina, S.H, M.H 19601024198602201

Page 3: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK

SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN

BERORGANISASI MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Disusun oleh :

RATMAWAN ARI KUSNANDAR

NIM. E.0006208

Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari : ..................................................

Tanggal : ..................................................

Panitia Ujian Skripsi

Tim Penguji :

1. Sugeng Praptono, S.H., M.H. : ……………………… NIP. 19520808 198403 1001 Ketua

2. . Aminah, S.H, M.H : ………………………

NIP. 19510513 198103 2001 Pembimbing I

3. M. Madalina, S.H, M.H : ……………………… NIP. 19601024 19860 2201 Pembimbing II

Mengetahui,

Dekan,

(Mohammad Jamin,S.H.,M.Hum NIP. 19610930 198601 1 001

iii

Page 4: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Motto

Apabila kita mendapat cobaan dan masalah,

bersabarlah, karena sesungguhnya Allah SWT sangat

dekat dengan orang sabar.

Dunia hanyalah tempat naungan, mata hanya melihat

sejauh pandang, kaki hanya melangkah sejauh lelah,

namun dimanapun kaki berpijak jadilah orang yang

setia dan berguna.

iv

Page 5: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya ini Penulis Persembahkan kepada :

Allah SWT Yang Maha Pengasih

Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan tuntunan umat.

Bapak dan Ibu yang tercinta, yang senantiasa selalu memberi kasih sayang pada Penulis dan tiada hentinya memberikan doa tulus demi kesuksesan Penulis.

Saudaraku yang senantiasa memberikan dukungan kepada Penulis.

v

Page 6: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga akhirnya kami

dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ANALISIS SYARAT

DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK SEBAGAI

IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN

BERORGANISASI MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945”. Adapun tujuan dari penyusunan Skripsi ini adalah memenuhi salah satu persyaratan

guna menyelesaikan pendidikan program Strata satu dan mendapatkan gelar Sarjana

Hukum (SH) dalam bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan, kami menyadari bahwa karya kami

ini sangat jauh dari sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik

yang membangun guna memperbaiki kualitas karya kami di kesempatan mendatang.

Kami meyakini bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud dan

berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait dalam proses

penyusunan skripsi ini, sehingga melalui kesempatan ini kami menghaturkan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Moh. Jamin, S.H.,MHum selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang

senantiasa memberikan dorongan dan kesempatan kepada penulis untuk

mengembangkan ilmu hukum melalui penelitian.

2. Ibu Aminah S.H,MH selaku Ketua bagian Hukum Tata Negara sekaligus sebagai

pembimbing Utama, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

3. Ibu Maria Madalina, SH. MH selaku Pembimbing II Penulisan Hukum ( Skripsi )

yang sangat membantu penulis, memberikan arahan serta dorongan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini..

vi

Page 7: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran demi

mendidik penulis.

5. Segenap Pimpinan dan Staf Fakultas Hukum UNS yang telah melayani penulis

selama menempuh kuliah di Fakultas Hukum UNS.

6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 di Fakultas hukum UNS, terima kasih

atas dorongannya.

7. Dan semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil sehingga

proses penyusunan Skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

Semoga penyusunan Skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua

pihak yang membutuhkan dan kami berharap karya ini dapat berguna bagi

perkembangan Ilmu Administrasi Negara.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

vii

Page 8: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii

PENGESAHAN PENGUJI.................................................................... iii

MOTTO ................................................................................................ iv

PERSEMBAHAN ................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR............................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xi

ABSTRAK ............................................................................................ xii

ABSTRACT........................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Perumusan Masalah ..................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ....................................................... 5

E. Metode Penelitian ......................................................... 6

F. Sistematika Penulisan Hukum ...................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori .................................................................. 14

1. Tiniauan Umum tentang Tentang Demokrasi .......... 14

a. Pengertian dan hakikat demokrasi,...................... 14

b. Unsur-unsur penegak demokrasi......................... 16

2. Tinjauan Umum Teori konstitusi dan Konstitusionalisme 19

a. Teori Konstitusi, .................................................. 19

b. Substansi Konstitusi ............................................ 21

c. Teori konstitusionalisme...................................... 22

viii

Page 9: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Tinjauan tentang pemilihan umum ................................. 25

a. Pengertian tentang Pemilu............................................ 25

a. lembaga-lembaga yang terlibat...................................... 36

b. Kedudukan Undang-Undang No. 10 tahun 2008 dalam

Ketatanegaraan Republik Indonesia............................... 36

4. Tinjauan mengenai Partai Politik....................................... 38

a. Pengertian Partai Politik................................................. 38

b. Fungsi Partai Politik ..................................................... 40

c. Sistem Kepartaian........................................................... 45

d. Infrastruktur dan Suprastruktur Partai Politik .............. 49

5. Tinjauan tentang Kebebasan Berserikat.............................. 57

a. Pengertian Kebebasan Berserikat................................... 57

b. Berbagai Instrumen Internasional.................................. 61

c. Hakikat Kebebasan Berserikat....................................... 64

d. Compeled Association................................................... 67

B. Kerangka Pemikiran............................................................ 68

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Syarat dan mekanisme pendirian partai politik menurut

undang-ungdang dasar negara republik indonesia tahun 1945

dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008

tentang partai politik ......................................................... 71

B. Syarat dan mekanisme pendirian partai politik berkaitan

prinsip hak atas kebebasan berserikat dan kebebasan

berorganisasi........................................................................ 81

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................... 103

B. Saran ................................................................................ 104

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix

Page 10: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Gambar Kerangka Pemikiran.................................................... 69

x

Page 11: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

xi

Page 12: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK RATMAWAN ARI KUSNANDAR, E.0006208, ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME PENDIRIAN PARTAI POLITIK SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN BERORGANISASI MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, Penulisan Hukum (Skripsi).

Penelitian ini membahas tentang syarat dan mekanisme pendirian partai politik menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik serta syarat dan mekanisme pendirian partai politik tersebut sudah memenuhi prinsip hak atas kebebasan berserikat dan kebebasan berorganisasi.

Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Jenis data meliputi data primer dan data sekunder yaitu bahan hukum primer, bahan hukum skunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik studi pustaka atau collecting by library untuk mengumpulkan dan menyusun data yang diperlukan

Analisis data yang dipergunakan adalah analisis isi. kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat presosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen, atau teknik penelitian yng dimnfaatkan untuk menarik kesimpulan yang replikastif dan sahih dari data atas konteksnya.

Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik belum optimal mengakomodasi dinamika dan perkembangan masyarakat yang menuntut peran Partai Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta tuntutan mewujudkan Partai Politik sebagai organisasi yang bersifat nasional dan modern sehingga Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik perlu diperbarui.. Sedangkan mekanismenya diatur dalam Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.Hh-02.Ah.11.01 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Partai Politik Menjadi Badan Hukum. Selain itu Pembentukan Partai Politik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 terdapat materi yang dapat diperdebatkan. Materi yang dapat diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan, Affirmative Action dan pembentukan partai politik sebagai badan hukum. Mengenai semua hal tersebut tidak ada yang bertentangan dengan prinsip kebebasan berserikat yang diatur dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kata Kunci: Politik, Organisasi, Kebebasan Berserikat

xii

Page 13: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

RATMAWAN ARI KUSNANDAR. E.0006208. ANALYSIS OF IMPLEMENTATION OF RIGHTS TOWARD FREEDOM OF ASSEMBLY AND FREEDOM OF ASSOCIATION ACCORDING TO REPUBLIC OF INDONESIA’S CONSTITUTION, 1945. Faculty of Law. Sebelas Maret University. Legal Writing (Minithesis).

This research discussed about the requirement and mechanism of political party establishment according to Republic of Indonesian’s Constitution, 1945 and Republic of Indonesian’s Act Number 2, 2008 about Political Party and the requirement and mechanism of them which fulfilled rights toward freedom of assembly.

Research type which writer utilized to propose this legal writing is normative legal writing or literature legal writing; it was a research that conducted by examined literature material or secondary data. Data included primary and secondary data; those are primary, secondary, and tertiary legal material, respectively. Technique of data collection is literature study. Here, the writer used literature study technique or collecting by library to collect and arrange data which is needed.

Data analysis used here is content analysis. Content review is a research methodology that uses a set of procedure to make conclusion precisely based on book or document, or a research technique to make rejoinder and precise conclusion based on context of data.

Research result concluded that Act Number 31, 2002 about Political Party not yet optimal to accommodate society dynamic and growth which needs political party role in nation life; beside that Act Number 31, 2002 about Political Party require to be renew caused by the demand to make Political Party as national and modern organization. Its mechanism is arranged in Regulation from Minister of Law and Human Rights Republic of Indonesia Number: M. Hh-02.11.01, 2008 about Manual for Registration of Political Party become Corporate Body. Besides that, some materials in Act Number 2, 2008 about Political Party which regulate establishment of political party remains in debate such as ideology and characteristic of political party, number of its management either in province, regency/town or sub district, Affirmative Action and establishment of political party become corporate body. No one of all oppose against freedom of assembly which is regulated in Republic of Indonesia’s Constitution, 1945. Keywords: Political, Organization, Freedom of Assembly.

xiii

Page 14: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional yang telah dilaksanakan sejak jaman Orde

Baru mempunyai tujuan utama untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan

makmur yang merata materil dan spiritual yang berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu

dan berkedaulatan rakyat dalam suasana yang berkeprikehidupan bangsa,

aman, tertib dan dinamis dalam pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat,

tertib dan damai. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah

Indonesia telah melakukan pembangunan di segala bidang baik ideologi,

politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam.

Pembangunan yang difokuskan kepada manusia seutuhnya, mestinya

secara adil akan memperhatikan semua potensi sumber daya manusia yang

ada. Kualitas sumber daya manusia yang ada tidak dihitung pada sumber daya

saja, tetapi dihitung pada sumber daya yang tersedia. Oleh karena itu, harus

dilakukan langkah-langkah untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia

dalam pembangunan. Salah satunya adalah peningkatan pemberian hak untuk

mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan, hak untuk berserikat

dan berkumpul serta masih banyak hak-hak lain yang dijamin dengan

Undang-Undang.

Dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia terdapat berbagai macam

kepentingan dan keinginan untuk ikut berpartisipasi mewujudkan

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Maka berbagai ide dan gagasan dari

sekelompok orang diwujudkan sebagai bentuk keikutsertaan dan keperdulian

untuk turut serta mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa ini.

Karenanya tak heran kalau banyak sekali dibentuk perkumpulan-perkumpulan

di Indonesia. Perkumpulan-perkumpulan itu bekerja dan menerapkan ide dan

gagasannya di luar struktur pemerintahan. Demikian juga spesifikasi

Page 15: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pekerjaannya sangat beragam tergantung dari bidang-bidang yang paling

mampu dilakukan oleh para pendiri dan pengurusnya. Sebut saja misalnya

bidang kesehatan, pendidikan, kependudukan, lingkungan hidup, kebudayaan,

ekonomi, sosial, keagamaan, riset dan kajian, pemberdayaan rakyat di bidang

ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, dan lain-lain

(http://www.indepolis.org/d-tentang-prosedur-pembentukan-partai/).

Indonesia adalah negara yang menganut paham demokrasi yang

artinya kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kemudian

dijalankan melalui mekanisme pelembagaan yang bernama partai politik.

Kemudian partai politik saling berkompetisi secara sehat untuk

memperebutkan kekuasaan pemerintahan negara melalui mekanisme

pemilihan umum. Inilah wujud dari adanya hak asasi manusia yang telah

diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun

1945 yaitu hak merdeka untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

pikiran serta pendapat.

Sejalan dengan dinamika politik terutama sejak reformasi, yang diawali

dengan perubahan dan penambahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945,

upaya pengaturan partai politik terus dilakukan, yang berarti penataan kembali

legislasi partai politik dengan membentuk Undang-Undang partai politik yang

baru merupakan keharusan yang tidak mungkin dihindari.

Momentum pemilu tahun 2009 merupakan saat yang sangat bersejarah

bagi perjalanan demokrasi di negeri ini. Pemilu di tahun 2009 ini menjadi uji

coba kedua pada sistem demokrasi di Indonesia setelah Pemilu tahun 2004.

Semua saluran politik yang begitu beragam telah terbuka lebar untuk

diapresiasi dalam wujud kebebasan dan kemerdekaan menyampaikan

pendapat dan ekpresi.

Di Indonesia, perkembangan partai politik tidak terlepas dari hak

dan kewajiban warga negara dalam memberikan partisipasi politik serta

membentuk karakter bangsa dalam rangka memelihara persatuan dan

kesatuan bangsa. Bertitik tolak hal tersebut bahwa pendidikan politik

merupakan hak asasi setiap warganegara. Oleh karenanya pemerintah

Page 16: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

berkewajiban memenuhi, menjamin, dan melindungi hak asasi tersebut

dengan memberikan kesempatan dalam berpolitik sesuai dengan hak dan

kewajibannya dalam berpolitik sebagai warga negara.

Berdasarkan sistem demokrasi yang telah berjalan melalui

pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung sejak tahun 2004

merupakan bentuk pendidikan politik bagi masyarakat yang membawa

dalam situasi politik praktis dengan berbagai macam partai politik yang

bermunculan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan

politik bagi masyarakat merupakan bagian yang penting dalam membangun

sistem pemerintahan yang kuat serta berkelanjutan.

Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang

Partai Politik menyebutkan bahwa partai politik melakukan pendidikan

politik bagi masyarakat sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawabnya

dengan memperhatikan keadilan dan keseteraan gender dengan tujuan antara

lain: (Pasal 31 Undan-Undang Nomor 02 Tahun 2008 Tentang Partai

Politik)

1. meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dan

2. meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dan

3. meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter bangsa dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

Berdasarkan Pasal 31 ayat (1) di atas, maka dapat dinyatakan bahwa

pendidikan politik bagi masyarakat merupakan suatu ruang lingkup dalam

upaya meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajibannya dalam berpolitik

terutama memberikan partisipasi politik dengan kemandirian, kedewasaan

dan membangun karakter bangsa dengan tujuan utama memelihara

persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, partai politik diharapkan mampu

membangun iklim berdemokrasi yang berlandaskan pada Pancasila sebagai

wadah bagi masyarakat dalam memberikan hak dan kewajibannya dalam

berpolitik secara praktis.

Page 17: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Menyingkapi hal tersebut, maka lahirnya berbagai partai politik

diharapkan akan membawa nuansa budaya politik bagi masyarakat itu

sendiri dalam memenuhi hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Pendidikan politik oleh partai politik penting diimplementasikan kepada

usaha peningkatan kesadaran berdemokrasi sebagai salah satu upaya untuk

menjabarkan pemerintahan dari rakyat dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat

yakni pemerintahan yang kewenangannya pada rakyat. Semua anggota

masyarakat yang memenuhi syarat diikutsertakan dalam kehidupan

kenegaraan dalam aktivitas pemilihan umum. Pelaksanaan dari demokrasi

ini telah dilakukan dari dahulu di berbagai daerah di Indonesia hingga

Indonesia merdeka sampai sekarang ini. Demokrasi di negara Indonesia

bersumberkan dari Pancasila dan UUD ’45 sehingga sering disebut dengan

demokrasi pancasila. Demokrasi Pancasila berintikan musyawarah untuk

mencapai mufakat, dengan berpangkal tolak pada paham kekeluargaan dan

kegotongroyongan.

Bersandarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2008 tentang Partai Politik, dinamika dan perkembangan masyarakat yang

majemuk menuntut peningkatan peran, fungsi dan tanggungjawab Partai

Politik dalam kehidupan demokrasi dan konstitusional sebagai sarana

partisipasi politik masyarakat dalam upaya mewujudkan cita-cita nasional

bangsa Indonesia, menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan

Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menjunjung tinggi

kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan

mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejak 4 Januari 2008 berlaku Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

tentang Partai Politik, menggantikan Undang-Undang Nomor 31 Tahun

2002. Alasan penggantian Undang-Undang lama antara lain adalah belum

optimalnya UU No. 31 Tahun 2002 mengakomodasi dinamika dan

perkembangan masyarakat yang menuntut peran partai politik dalam

Page 18: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui UU No. 2 Tahun 2008

diharapkan pula pembaharuan yang mengarah pada penguatan sistem dan

kelembagaan partai politik, yang menyangkut domokratisasi internal partai

politik, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan partai

politik, peningkatan kesetaraan gender dan kepemimpinan partai politik

dalam sistem nasional berbangsa dan bernegara.

Partai politik merupakan hal yang sangat krusial di negara kita,

Indonesia. Betapa tidak, sebagai negara yang ‘ingin dikatakan’ demokratis,

tentu segala sesuatunya harus diaksanakan dengan demokratis pula,

termasuk dalam hal penentuan pemimpin-pemimpin mulai dari presiden,

gubernur dan kepala pemerintahan lain yang lebih rendah. Dengan jumlah

penduduk yang begitu besar, tentu harus ada pengaturan tentang siapa yang

akan menjadi pemimpin, salah satunya adalah Undang-Undang ini, Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Undang-Undang ini

merupakan perbaruan dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002,

mengingat dalam Undang-Undang tersebut tuntutan dan dinamika

masyarakat semakin berkembang. Bahkan pwemerintah sudah bersiap-siap

mengundangkan Undang-Undang Partai Politik yang baru, yang sudah

selesai pembahasannya di tinggkat DPR.

Perubahan regulasi yang menempatkan partai politik sebagai

“organisasi yang bersifat nasional” diharapkan dapat mengubah paradigma

politik sekelompok kecil masyarakat yang gemar mendirikan partai politik.

Undang-Undang berfungsi sebagai “a tool of social engineering”, dalam hal

ini tujuan regulasi partai politik dimaksudkan untuk membatasi kebebasan

warga negara mendirikan partai dengan menetapkan persyaratan yang lebih

ketat. Persyaratan dimaksud antara lain melalui ketentuan mengenai

“pembentukan partai politik” serta organisasi dan kedudukan” partai politik.

Dengan demikian para deklarator politik harus benar-benar berusaha

memperoleh dukungan publik secara nasional sebelum pembentukan partai

diumumkan (http://www.djpp.depkumham.go.id/htn-dan-puu/439-dampak-

sistim-multipartai-dalam-kehidupan-politik-indonesia.html). Melihat begitu

Page 19: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

ketatnya persyaratan pendirian partai politik, ternyata di Indonesia masih

saja muncul partai politik yang begitu banyak. Hal inilah yang menarik

penulis untuk melakukan sebuah penelitian tentang persyaratan pendirian

partai politik terkait dengan Undang-Undang dasar 1945.

Melihat dari latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam sebuah penulisan hukum

(Skripsi) dengan judul “ANALISIS SYARAT DAN MEKANISME

PENDIRIAN PARTAI POLITIK SEBAGAI IMPLEMENTASI HAK

ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT DAN BERORGANISASI

MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan sebelumnya,

penulis merumuskan permasalahan untuk dikaji lebih rinci. Adapun

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana syarat dan mekanisme pendirian partai politik menurut

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai

Politik?

2. Apakah syarat dan mekanisme pendirian partai politik tersebut sudah

memenuhi prinsip hak atas kebebasan berserikat dan kebebasan

berorganisasi?

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian apalagi penelitian ilmiah selalu memiliki

tujuan-tujuan tertentu. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini

penulis bagi dalam dua kelompok sebagai berikut:

Page 20: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

1. Tujuan Obyektif

Tujuan obyektif penelkitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui syarat dan mekanisme pendirian partai politik

menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008

Tentang Partai Politik.

b. Untuk mengetahui syarat dan mekanisme pendirian partai politik

tersebut sudah memenuhi prinsip hak atas kebebasan berserikat dan

kebebasan berorganisasi.

2. Tujuan Subyektif

Tujuan Subyektif penelitian ini adalah:

a. Untuk memperluas dan memperdalam wawasan, pengetahuan dan

kemampuan penulis mengenai ilmu hukum khususnya hukum tata

negara.

b. Memberikan sumbangan dan masukan guna pengembangan ilmu

hukum khususnya hukum tata negara dalam masalah pembentukan

partai politik.

c. Untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

D. Manfaat Penelitian

Nilai dari suatu penelitian dapat dilihat dari manfaat yang dapat

diberikan. Penulis mengharapkan agar dari penelitian ini dapat menghasilkan

suatu informasi yang rinci dan lengkap serta terarah yang memberikan

jawaban atas permasalahan baik secara teoritis maupun praktis. Adapun

manfaat yang akan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah:

Page 21: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang hukum serta pemecahan atas permasalahan

dilihat dari sudut teori.

b. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi di

bidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi penelitian sejenis di

penelitian yang akan datang.

c. Penelitian ini merupakan sarana pembelajaran bagi penulis dalam

penerapan ilmu dan teori hukum yang telah diperoleh.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini aalah :

a. Untuk mempraktekkan teori penelitian (hukum) yang penulis dapatkan

di bangku kuliah.

b. Diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang

diteliti penulis.

c. Meningkatkan penalaran, membentuk pola pemikiran yang kritis adan

dinamis serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam

menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuiahan

hukum di Universitas Sebelas Maret.

E. Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan,

dan menguji kebenaran suatu pengetahuan,gejala atau hipotesa, usaha mana

dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah (Sutrisno Hadi, 1989:4).

Dengan demikian pengertian metode penelitian adalah cara yang teratur dan

terpikir secara runtut dan baik dengan menggunakan metode ilmiah yang

bertujuan untuk menemukan, mengembangkan maupun guna menguji

kebenaran maupun ketidakbenaran dari suatu pengetahuan, gejala atau

hipotesa. Adapun perincian mengenai metode yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Page 22: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penyusunan

penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian

hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan

tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu

kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti (Soerjono

Soekanto, 2006: 10).

Hal ini sesuai dengan pandangan Soerjono Soekanto bahwa

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau

data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum normatif atau

penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum normatif atau

kepustakaan tersebut mencakup:

1. Penelitian terhadap asas-asas hukum

2. Penelitian terhadap sistematik hukum

3. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal

4. Penelitian terhadap Perbandingan hukum

5. Penelitian terhadap Sejarah hukum ( Soerjono Soekanto 2006:13-14 )

Dari cakupan jenis penelitian hukum normatif oleh Soerjono

Soekanto tersebut penelitian yang dilakukan oleh penulis termasuk dalam

penelitian terhadap asas-asas hukum. Hal ini diidentifikasikan dari kajian

penulis mengenai prinsip kebebasan berserikat yang dikaitkan dengan

pembentukan partai politik di Indonesia dan yang tergolong sebagai

penelitian terhadap asas-asas hokum adalah adanya asas lex specialis

derograt lex generalis antara Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun !945 dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

Tentang Partai Politik.

Page 23: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang

memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-

gejala lainnya. Menurut Soerjono Soekanto, maksud penelitian bersifat

deskriptif ini adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat

membantu dalam memperkuat teori atau dalam kerangka menyusun teori

baru (Soerjono Soekanto, 2006: 10). Dalam penulisan hukum ini akan

diurakan mengenai analisis mengenai syarat pendirian partai politik dan

mekanisme pendirian partai politik sebagai implementasi kebebasan

berserikat dan berorganisasi di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pendekatan Penelitian

Menurut Peter Mahmud Marzuki, pendekatan dalam penelitian

hukum terdapat beberapa pendekatan, yaitu pendekatan Undang-Undang

(statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan

histories (historical approach), pendekatan konseptual (conceptual

approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 93). Dari keempat pendekatan

tersebut, pendekatan yang relevan dengan penelitian hukum ini adalah

pendekatan Undang-Undang (statute approach), pendekatan perbandingan

dan pendekatan konseptual (conceptual approach) dan pendekatan

historis. Pendekatan peraturan perUndang-Undangan yang dimaksud

adalah pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi. Dalam

penelitian ini regulasi yang digunakan sebagai acuan adalah Peraturan

Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :

M.Hh-02.Ah.11.01 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pendaftaran Partai Politik Menjadi Badan Hukum, sedangkan legislasi

yang digunakan adalah Undang-Undang No 2 tahun 2008 tentang Partai

Politik. Pendekatan konseptual yang penulis gunakan tersebut karena

adanya isu hukum mengenai syarat dan mekanisme pendirian partai politik

Page 24: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

sebagai implementasi kebebasan berserikat dan berorganisasi di Indonesia.

Oleh karena itulah penulis perlu membangun suatu konsep untuk dijadikan

acuan di dalam penelitian ini. Serta pendekatan komparatif yang penulis

lakukan yaitu dengan membandingkan Undang-Undang Partai Politik

yang pernah dan masih ada di Indonesia. Pendekatan historis dalam

penelitian ini yaitu pendekatan terhadap sejarah sejarah perkembangan

Partai Politik hingga tahun 2009.

4. Jenis data

Jenis data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini berupa

data sekunder. Data sekunder yaitu data atau informasi hasil penelaahan

dokumen penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya, bahan

kepustakaan seperti buku-buku, literatur, koran, majalah, jurnal maupun

arsip-arsip yang berkesesuaian dengan penelitian yang dibahas.

5. Sumber Data

Sumber data merupakan tempat di mana dan ke mana data dari

suatu penelitian dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah

sumber data sekunder berupa dokumen publik dan catatan-catatan resmi

(public documents and official records), yaitu dokumen peraturan

perundangan yang berkaitan dengan pengaturan mengenai sistem

pemilihan umum, serta peraturan yang berkaitan dengan partai politik. Di

samping sumber data yang berupa Undang-Undang Negara maupun

Peraturan Pemerintah, penulis juga memperoleh data dari beberapa jurnal,

buku-buku referensi dan media massa yang mengulas mengenai

pengaturan sistem pemilihan umum, serta peraturan yang berkaitan dengan

partai politik.

Menurut Soerjono Soekanto, dalam bukunya Penelitian Hukum

Normatif Suatu Tinjauan Singkat, data sekunder di bidang hukum ditinjau

dari kekuatan mengikatnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

Page 25: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan

terkait dengan topik bahasan yaitu terdiri dari;

1). Norma (dasar) atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945

2). Peraturan Dasar

a). Batang Tubuh UUD 1945

b). Ketetapan MPR

3). Peraturan PerUndang-Undangan

a). Undang-Undang dan peraturan yang setaraf

b). Peraturan Pemerintah dan peraturan yang setaraf

c). Keputusan Presiden dan peraturan yang setaraf

d). Keputusan Menteri dan peraturan yang setaraf

e). Peraturan-Peraturan Daerah

4). Bahan hukum yang tidak terkodifikasi, seperti, hukum adat

5). Yurisprudensi

6). Traktat

7). Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih

berlaku seperti, KUHP(yang merupakan terjemahan yang secara

yuridis formal bersifat tidak resmi dari Wetboek van Strafrecht).

Dalam hal ini penulis menggunakan bahan hukum primer,

yaitu: Undang-Undang Dasar 1945 amandemen keempat, Undang-

Undang No 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, Undang-Undang

No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, Undang-Undang No. 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang No. 12

Tahun 2005 tentang Pengesahan Internasional Covenant On Civil

And Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil

Dan Politik), dan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor : M.Hh-02.Ah.11.01 Tahun 2008 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Partai Politik Menjadi Badan

Hukum

Page 26: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, dan terkait dengan topik bahasan yaitu seperti;

8). Rancangan peraturan perUndang-Undangan

9). Hasil karya ilmiah para sarjana

10). Hasil-hasil penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan bahan hukum

sekunder berupa jurnal-jurnal ilmiah dari Jurnal Legislasi Indonesia,

dan Jurnal Konstitusi.

Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder, dan terkait dengan topik bahasan

yaitu bahan dari media internet, kamus besar bahasa Indonesia,

ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya.

6. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

cara pengumpulan (dokumentasi) atau disebut juga studi pustaka terhadap

data sekunder berupa peraturan perundangan, artikel maupun dokumen

lain yang dibutuhkan untuk kemudian dikategorisasi menurut

pengelompokan yang tepat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

teknik studi pustaka atau collecting by library untuk mengumpulkan dan

menyusun data yang diperlukan.

7. Teknik Analisis Data

Analsis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil

penelitian menjadi suatu laporan. Analisis data adalah proses

pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian

dasar, sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong,

1993:175).

Page 27: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Dalam buku Moleong dikemukakan rumusan beberapa pakar

tentang teknik analasis data ini, diantaranya : Barelson mendefinisikan

kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan

secara obyektif, sistemeik dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi.

Weber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang

memanfaatkan seperangkat presosedur untuk menarik kesimpulan yang

sahih dari sebuah buku atau dokumen. Definisi berikutnya dikemukakan

oleh Krippendorff, yaitu kajian isi adalah teknik penelitian yang

dimnfaatkan untuk menarik kesimpulan yang replikastif dan sahih dari

data atas konteksnya (Lexy J. Moleong, 19893:179). Oleh sebab itu

analisis data yang dipergunakan adalah analisis isi atau content analysis.

Karena content analysis berpijak pada tiga syarat, yaitu:

objektifitas, pendekatan sistemtis, dan generlisasi. Analisis isi

berlandaskan aturan yang dirumuskan secara eksplisit. Untuk memenuhi

syarat sistematis, untuk kategori isi haruslah menyajikan generalisasi,

artinya temuannya haruslah mempunyai sumbangan teoritis. Sehingga

dalam penulisan ini penulis ingin mengkaji isi Undang-Undanga Nomor 2

Tahun 2008 berkaitan dengan syarat dan mekanisme pendirian partai

politik yang dikaitkan dengan kebebasan berserikat dan berorganisasi yang

diatur Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberi gambaran yang jelas dan komprehensif mengenai

penulisan hukum ini, maka berikut ini kami sajikan sistematika:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab iini akan diuraikan mengenai pendahuluan yang

terdiri dari Latar belakang masalah, Perumusan masalah, Tujuan

penelitian, Manfaat penelitian, Metode penelitian serta

Sistematika penulisan hukum.

Page 28: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisikan sub bab mengenai tinjauan umum

tentang Tentang Demokrasi yang membahas mengenai

Pengertian dan hakikat demokrasi, Unsur-unsur penegak

demokrasi serta Model-model demokrasi. Dijelaskan juga

mengenai Teori konstitusi dan Konstitusionalisme yang

membahas masalah Teori Konstitusi, Substansi Konstitusi dan

juga Teori konstitusionalisme. Juga dijelaskan tentang pemilihan

umum, lembaga-lembaga yang terlibat serta kedudukan UU No.

10 tahun 2008 dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia. Sub

bab berikutnya menjelaskan tentang Tinjauan mengenai Partai

Politik, Pengertian Partai Politik, Fungsi Partai Politik,

Klasifikasi Partai Politik, Sistem Kepartaian, Suprastruktur dan

Infrasturktur partai politik baik pengertian, peranan maupun

keberadaannya serta dibahas juga tentang Kebebasan Berserikat

yang membahas tentang pengertian Kebebasan Bersuyarat,

Instrumen Internasional serta Hakekat Kebebasan Bersyarat

serta Compeled Association dan bagian terakhir adalah

Kerangka Pemikiran.

BAB III : HASIL PENMELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian dan

pembahasan yang berisikan sub bab tentang : syarat dan

mekanisme pendirian partai politik menurut undang-ungdang

dasar negara republik indonesia tahun 1945 dan Undang-Undang

republik indonesia nomor 2 tahun 2008 tentang partai politik

serta syarat dan mekanisme pendirian partai politik tersebut

sudah memenuhi prinsip hak atas kebebasan berserikat dan

kebebasan berorganisasi.

BAB IV : PENUTUP

Page 29: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Dalam bab ini disampaikan tentang kesimpulan dari hasil

penelitian dan pembahasan, disertai pula dengan saran serta

pendapat penulis.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 30: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Demokrasi

a. Pengertian dan Hakikat Demokrasi

Pengertian tentang demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa

(etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis, "demokrasi"

berasal dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu

demos yang berarti rakyat, dan cratos/cratein yang berarti

pemerintahan, sehingga dapat disimpulkan sebagai pemerintahan

rakyat. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan

suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan

warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara

tersebut. Sedangkan pengertian demokrasi bila ditinjau dari

terminologis (Azyumardi Azra, 2000 : 110), sebagaimana dikemukakan

beberapa para ahli, misalnya :

1) Joseph A. Schmeter, bahwa demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individuindividu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.

2) Sidney Hook, bahwa demokrasi merupakan bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

3) Phillipe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl yang menyatakan bahwa demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.

4) Henry B. Mayo, bahwa demokrasi merupakan suatu sistem politik yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

Page 31: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

5) Affan Gaffar, bahwa demokrasi terbagi dalam dua bentuk yaitu pemaknaan secara normatif, ialah demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh suatu negara, dan pemaknaan secara empirik, yaitu demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik praktis.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat ditarik suatu

pengertian dasar bahwa demokrasi merupakan suatu sistem

pemerintahan dimana kekuasaan berada di tangan rakyat. Hal ini

mengandung tiga unsur yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan

untuk rakyat.

Pemerintahan dari rakyat mengandung pengertian bahwa

pemerintah yang berdaulat adalah pemerintah yang mendapat

pengakuan dan didukung oleh rakyat. Legitimasi suatu pemerintahan

sangat penting karena dengan legitimasi tersebut, pemerintahan yang

berdaulat dapat menjalankan pemerintahannya serta program-program

sebagai wujud dari amanat dari rakyat yang diberikan kepadanya.

Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa pemerintah yang

mendapat legitimasi amanat dari rakyat sudah seharusnya untuk tunduk

pada pengawasan rakyat (social control). Dengan adanya control

tersebut, maka dapat sebagai tindakan preventif mengantisipasi ambisi

keotoriteran para pejabat pemerintah.

Pemerintahan untuk rakyat mengandung arti bahwa kekuasaan

yang diberikan dari dan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan

untuk kepentingan rakyat. Oleh karena itu, perlu adanya kepekaan

pemerintah terhadap kebutuhan rakyat dan terhadap aspirasi rakyat

yang perlu diakomodir yang kemudian di follow-up melaluipengeluaran

kebijakan maupun melalui pelaksanaan program kerja pemerintah.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang

membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan

legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang

saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu

sama lain. Independensi dan kesejajaran dari ketiga jenis lembaga

Page 32: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling

mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and

balances.

Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti

hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota parlemen

secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu pemilihan

presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak

menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan

rakyat memilih sendiri secara langsung hanyalah sedikit dari sekian

banyak makna kedaulatan rakyat. Walaupun perannya dalam sistem

demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta

demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir (paradigma) lama dari

sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola,

bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil.

Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan

jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji

mampu membangun negara.

b. Unsur-unsur penegak demokrasi

Karena sangat pentingnya demokrasi, maka perlu adanya

faktor-faktor untuk menegakkkan demokrasi itu sendiri (Azyumardi

Azra, 2000 : 117 – 121). Ada empat faktor utama yaitu :

1) Negara hukum (rechtsstaat dan rule of law)

Konsep rechtsstaat adalah adanya perlindungan terhadap

hak asasi manusia (HAM), adanya pemisahan dan pembagian

kekuasaan pada lembaga negara, pemerintahan berdasarkan

peraturan, serta adanya peradilan administrasi. Sedangkan konsep

dari rule of law yaitu adanya supremasi aturan-aturan hukum,

adanya kedudukan yang sama di muka hukum (equality before the

law), serta adanya jaminan perlindungan HAM.

Page 33: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Berdasarkan dua pandangan di atas, maka dapat ditarik

suatu konsep pokok dari negara hukum yaitu adanya jaminan

perlindungan terhadap HAM, adanya supremasi hukum dalam

penyelenggaraan pemerintahan, adanya pemisahan dan pembagian

kekuasaan negara, dan adanya lembaga peradilan yang bebas dan

mandiri.

2) Masyarakat madani

Masyarakat madani dicirikan dengan masyarakat yang

terbuka, yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara,

masyarakat yang kritis dan berpartisipasi aktif, serta masyarakat

yang egaliter. Masyarakat yang seperti ini merupakan elemen yang

sangat signifikan dalam membangun demokrasi. Demokrasi yang

terbentuk kemudian dapat dianggap sebagai hasil dinamika

masyarakat yang menghendaki adanya partisipasi. Selain itu,

demokrasi merupakan pandangan mengenai masyarakat dalam

kaitan dengan pengungkapan kehendak, adanya perbedaan

pandangan, adanya keragaman dan konsensus.

3) Infrastruktur

Infrastruktur politik yang dimaksud terdiri dari partai

politik (parpol), kelompok gerakan, serta kelompok kepentingan

atau kelompok penekan. Partai politik merupakan suatu wadah

struktur kelembagaan politik yang anggota-anggotanya mempunyai

orientasi, nilai, dan cita-cita yang sama yaitu memperoleh

kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam

mewujudkan kebijakan-kebijakannya. Kelompok gerakan lebih

dikenal dengan organisasi masyarakat, yang merupakan

sekelompok orang yang berhimpun dalam satu wadah organisasi

yang berorientasi pada pemberdayaan warganya. Sedangkan

kelompok kepentingan atau penekan adalah sekumpulan orang

dalam suatu wadah organisasi yang didasarkan pada kriteria

profesionalitas dan keilmuan tertentu.

Page 34: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Dikaitkan dengan demokrasi, menurut Miriam Budiardjo,

parpol memiliki empat fungsi yaitu sebagai sarana komunikasi

politik, sebagai sarana sosialisasi politik, sebagai recruitment kader

dan anggota politik, serta sebagai sarana pengatur konflik.

Keempat fungsi tersebut merupakan pengejawantahan dari

nilainilai demokrasi, yaitu adanya partisipasi serta kontrol rakyat

melalui parpol. Sedangkan kelompok gerakan dan kelompok

kepentingan merupakan perwujudan adanya kebebasan

berorganisasi, kebebasan menyampaikan pendapat, dan melakukan

oposisi terhadap negara dan pemerintah.

4) Model-model demokrasi

Model-model demokrasi antara lain :

a) Demokrasi liberal, yaitu pemerintahan yang dibatasi Undang-Undang dan pemilihan umum bebas yang diselenggarakan dalam waktu yang ajeg.

b) Demokrasi terpimpin, yaitu dimana para pemimpin percaya bahwa segala tindakan mereka dipercaya rakyat tetapi menolak pemilihan umum yang bersaing sebagai “kendaraan” untuk menduduki kekuasaaan.

c) Demokrasi Pancasila, adalah dimana kedaulatan rakyat sebagai inti dari demokrasi. Karenanya, rakyat mempunyai hak yang sama untuk menentukan dirinya sendiri. Begitu pula partisipasi politik yang sama semua rakyat. Untuk itu, Pemerintah patut memberikan perlindungan dan jaminan bagi warga negara dalam menjalankan hak politik.

d) Demokrasi sosial, adalah demokrasi yang menaruh kepedulian pada keadilan sosial dan egaliterianisme bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan publik.

e) Demokrasi langsung, yang mana lembaga legislatif hanya berfungsi sebagai lembaga pengawas jalannya pemerintahan, sedangkan pemilihan pejabat eksekutif dan legislatif melalui pemilihan umum oleh rakyat secara langsung.

f) Demokrasi tidak langsung, yang mana lembaga parlemen dituntut kepekaan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dalam hubungannya dengan pemerintah dan negara. Hal ini berarti rakyat tidak secara langsung berhadapan dengan pemerintah(Azyumardi Azra, 2000 : 134).

Page 35: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

2. Teori Konstitusi dan Konstitusionalisme

a. Teori Konstitusi

Istilah konstitusi telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno,

hanya saja konstitusi itu masih diartikan materiil karena konstitusi

itu belum diletakkan dalam suatu naskah yang tertulis. Hal Ini

terbukti faham Aristoteles yang membedakan istilah politea dan

nomoi. Politea diartikan sebagai konstitusi, sedangkan nomoi

adalah Undang-Undang biasa. Perbedaan di antara dua istilah

tersebut yaitu bahwa politea mengandung kekuasaan yang lebih

tinggi dari pada nomoi, karena politea mempunyai kekuasaan

membentuk sedangkan pada nomoi kekuasaan itu tidak ada (Jimly

Asshiddiqie, 2006 : 90).

Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata

kerja yaitu “constituer” (Perancis) atau membentuk. Yang

dibentuk adalah negara, dengan demikian konstitusi mengandung

makna awal (permulaan) dari segala peraturan perUndang-

Undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah

“Grondwet” yaitu berarti suatu Undang-Undang yang menjadi

dasar (ground) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah

Grondwet menjadi Undang-Undang Dasar. Undang Undang Dasar

(Konstitusi) adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan

terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, baik tertulis

maupun tidak tertulis. Pembatasan ini adalah kutipan dari alinea

pertama Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

“Undang-Undang Dasar suatu negara hanya sebagian dari

hukum dasar negara itu. Undang-Undang Dasar ialah hukum

dasar yang tertulis sedang disamping Undang-Undang Dasar itu

berlaku juga hukum dasar yang timbul dan terpelihara dalam

praktek penyelenggraan negara, meskipun tidak tertulis”.

Pada prinsipnya hukum Tata Negara merupakan hasil

tejemahan dari kata ”Constitusional Law”. Secara harafiah berarti

Page 36: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Hukum Konstitusi. Menurut Wiryono Projodikoro: ”Istilah

konstitusi berasal dari bahasa Perancis ”constituter” yang berarti

membentuk. Dalam hubunganya dalam kehidupan ketatanegaraan

istilah konstitusi mengandung maksud pembentukan suatu negara

atau menyusun dan menyatakan negara” (B.Hestu Cipto H, 2003:

33).

Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan

dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa

hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang dasar

dan dapat pula tidak tertulis. Tidak semua negara memiliki

konstitusi tertulis atau Undang-Undang dasar. Kerajaan Inggris

biasa disebut sebagai negara konstitusional tetapi tidak memiliki

satu naskah Undang-Undang dasar sebagai konstitusi tertulis.

Oleh sebab itu, disamping karena adanya negara yang dikenal

sebagai negara konstitusional tetapi tidak memiliki konstitusi

tertulis, nilai-nilai dan norma-norma yang hidup dalam praktek

penyelenggaraan negara juga diakui hukum dasar dan tercakup

pula dalam pengertian konstitusi dalam arti yang luas. Karena itu,

undangundang dasar sebagai konstitusi tertulis beserta nilai-nilai

dan norma hukum dasar tidak tertulis yang hidup sebagai

konvensi ketatanegaraan dalam praktek ketatanegaraan sehari-

hari, termasuk ke dalam pengertian konstitusi atau hukum dasar

(droit constitusionnel) suatu negara (Jimli Asshiddiqie, 2006: 35).

Berlakunya konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat

didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang

dianut dalam suatu negara. Jika negara itu menganut kedaulatan

rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika

yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang

menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi. Oleh para ahli

disebut sebagai ”constituent power” yang merupakan kewenangan

yang ada diluar dan sekaligus diatas sistem yang diaturnya. Di

Page 37: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

lingkungan negara-negara demokrasi rakyatlah yang dianggap

menentukan suatu konstitusi.

Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan

lebih tinggi serta paling fundamental sifatnya, karena konstitusi

itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan otoritas

bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan

perundangundangan lainnya. Sesuai dengan prinsip hukum yang

berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan yang

tingkatnnya berada dibawah Undang-Undang dasar dapat berlaku

dan diberlakukan, peraturan-peraturan ini tidak boleh

bertentanggan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut (Jimli

Asshiddiqie, 2006: 21-23).

b. Substansi Konstitusi

Prinsip negara hukum demokrasi sudah menjadi paradigma

teori ketatanegaraan yang tidak terbantahkan. Dalam dataran

paham konstitusionalisme Indonesia, prinsip semacam ini juga

telah ditegaskan secara eksplisit didalam Undang-Undang dasar

1945 (sebelum dan sesudah amandemen). Prinsip-prinsip yang

dimaksud adalah menghendaki adanya pelindungan terhadap hak

asasi manusia, pemisahan kekuasaan, legalitas pemerintahan dan

peradilan yang bebas. Oleh sebab itulah dalam konteks untuk

memberikan isi atau muatan konstitusi Indonesia, unsur-unsur yang

harus dipergunakan adalah terjaminya perlindungan hak asasi

manusia yang meliputi hak asasi manusia dalam aspek individu

(klasik) maupun aspek sosial politik (Ham modern).

Hal ini memberikan indikasi bahwa persoalan perlindungan

hak asasi manusia disamping dituangkan didalam konstitusi

sifatnya adalah pokok-pokok yang harus menjadi dasar

pelaksanaan perlindungan hak asasi manusia. Sedangkan yang

dituangkan dalam Undang-Undang adalah perlindungan hak asasi

Page 38: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

manusia yang sifatnya lebih terperinci, termasuk didalamnya

mekanisme pelaksanaan untuk melakukan penegakan hukumnya

(B.Hestu Cipto H, 2003: 41).

c. Teori Konstitusionalisme

Walton H . Hamilton memulai artikel yang ditulisnya dengan

judul Constitusionalism yang menjadi entri dalam Encyclopedia Of

Social Scienses tahun 1930 dengan kalimat: ”Constitusionalism is

the name given to the trust which men repose in the power of words

engrossed on parchement to keep a goverment in order”. Untuk

tujuan to keep a government in order itu diperlukan pengaturan

yang sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses

pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan sebagaimana

mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan secara

alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespon

perkembangan peran relative kekuasaan umum dalam kehidupan

umat manusia (Walton H. Hamilton dalam bukunya Jimly

Asshiddiqie, 2006: 19).

Konstitusionalisme dizaman sekarang dianggap sebagai

konsep yang niscaya bagi setiap negara modern. Basis pokok

konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan

consensus diantara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang

diidealkan berkenaan dengan negara. Organisasi negara diperlukan

oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka bersama

dapat dilindungi dan dipromosikan melalui pembentukan dan

penggunaan mekanisme yang disebut nagara. Kata kunci consensus

atau general agremeent. Jika kesepakatan umum itu runtuh, maka

runtuh pula legitimasi kekuasaan yang bersangkutan dan pada

giliranya perang saudara (civil war) atau revolusi dapat terjadi.

Sebagai contoh tiga peristiwa besar dalam sejarah umat manusia,

yaitu revolusi penting yang terjadi di Perancis tahun 1789, di

Page 39: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Amerika pada tahun 1776 dan Rusia pada tahun 1917, ataupun di

Indonesia pada tahun 1945, 1965 dan 1998.

Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme

dizaman modern pada umumnya dipahami bersandar pada tiga

elemen kesepakatan (consensus), yaitu Kesepakatan tentang tujuan

atau cita-cita bersama (the general goals of society or general

acceptance of the same philosophy of government), Serta

kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan

atau penyelenggara negara (the basis of government), dan

Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan

prosedurprosedur ketatanegaraan (the form of institusion of

prosedures)

Kesepakatan (consensus) pertama adalah berkaitan dengan

cita-cita bersama sangat menentukan tegaknya konstitusi dan

konstitusionalisme suatu negara. Kesepakatan kedua adalah basis

pemerintah didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi yang

sangat prinsipil, dalam suatu negara ada keyakinan bahwa adapun

yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan negara harus

didasarkan atas rule of the game yang ditentukan bersama yang

dipelopori oleh A.V.Dicey, sarjana Inggris. Di Amerika Serikat

dikembangkan sebagai jargon, yaitu “The Rule Of law, and not of

Man” pengertian hukumlah yang sebenarnya memerintah atau

memimpin dalam suatu negara, bukan manusia atau orang.

”The rule of law” berbeda dengan istilah ”The Rule by

Law”. Kedudukan hukum digambarkan bersifat instrumentalis atau

alat, sedangkan kepemimpinan tetap ditangan orang atau

pemimpin. Hukum dapat dipandang sebagai suatu kesatuan sistem

yang puncaknya terdapat pengertian hukum dasar yaitu konstitusi,

baik dalam naskah tertulis maupun tidak tertulis. Kita kenal adanya

constitusional state yang merupakan ciri penting negara demokrasi

modern. Kesepakatan tentang sistem aturan sangat penting

Page 40: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

sehingga konstitusi sendiri dapat dijadikan pegangan tertinggi

dalam memutuskan sesuatu yang didasarkan atas hukum, tanpa ada

konsensus seperti itu konstitusi tidak akan berguna karena hanya

berfungsi sebagai kertas atau dokumen yang mati, hanya bernilai

sematik dan tidak berfungsi atau tidak dapat difungsikan sebagai

mana mestinya.

Kesepakatan ketiga adalah berkenaan dengan bangunan

organ negara atau prosedur yang berkaitan dengan kekuasaan,

hubungan antar organ negara satu dengan yang lain, serta

hubungan antar organ negara dengan warga negara. Dengan

adanya kesepakatan itu maka isi konstitusi dapat dengan mudah

dirumuskan kerena benarbenar menceminkan keinginan bersama

berkenaan dengan institusi kenegaraan dan mekanisme

ketatanegaraan yang dikembangkan dalam kerangka kehidupan

negara konstitusi. Konstitusi tidak sama dengan Undang-Undang

yang dapat dengan mudah diubah. Prinsip konstitusionalisme

modern menyangkut mengenai pembatasan kekuasaan.

Konstitusionalisme modern mengatur dua hubungan yang saling

berkaitan satu sama lain, yaitu hubungan pemerintah dengan

warga negara, hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu

dengan lembaga pemerintahan yang lain. Fungsi konstitusi yang

sangat penting baik dalam akademis atau dalam praktek antara

lain:

1) Menentukan pembatasan terhadap kekuasaan sebagai suatu

fungsi konstitusionalisme.

2) Memberikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintahan.

3) Sebagai instrumen untuk mengalihkan kewenangan dari

pemegang kekuasaan asal (baik dari rakyat dalam sistem

demokrasi atau Raja dalam sistem Monarki) kepada

organorgan kekuasaan negara.

Page 41: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa konstitusi dapat

pula difungsikan sebagai sarana kontrol politik, sosial,

danekonomi dimasa depan, dan sebagai sarana perekayasa politik,

sosial dan ekonomi menuju masa depan, fungsi konstitusi antara

lain:

(1) Sebagai fungsi penentu dan pembatas organ negara. (2) Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara. (3) Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara

dengan warga negara. (4) Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan

negara ataupun kegiatan penyelenggaran kekuasaan negara. (5) Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber

kekuasaan yang asli (yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.

(6) Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of unity). (7) Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan

kebangsaan (identity of nation). (8) Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of ceremony). (9) Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social

control), baik dalam arti sempit dalam bidang politik maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan ekonomi.

(10) Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaharuan masyarakat (social engineering atau social reform), baik dalam arti sempit maupun luas (Jimli Ashhiddiqie, 2006: 40).

3. Tinjauan Umum Tentang Pemilihan Umum

a. Pengertian Tentang Pemilu

Pada dasarnya bahwa Pemilihan Umum selanjutnya disebut

Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahaasia, jujur, dan

adil secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan

kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang

demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bahwa untuk memilih

anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota

Page 42: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Dewan Perwakilan Daerah sebagai penyalur aspirasi

keanekaragaman daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal

22E ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, diselenggarakan pemilihan umum. Disinipun terlihat

peran Dewan Perwakilan Daerah yang proaktif dalam mengawal

sebuah kebijakan yang benar dengan ikut juga mengajukan uji

materi atas Undang-Undang Pemilu Nomor 10 Tahun 2008 dengan

Perkara Nomor 10/PUU-VI/2008 dimohonkan oleh Dewan

Perwakilan Daerah, anggota DPD, perorangan warga negara

Indonesia yang memiliki perhatian besar terhadap pemilu,

parlemen Indonesia, dan penyaluran aspirasi daerah yang terdiri

dari para pegiat Sekretariat Nasional Perlindungan Hak

Konstitusional Masyarakat Hukum Adat (Seknas MHA), Pusat

Reformasi Pemilu atau Center for Electoral Reform (Cetro),

Indonesian Parliamentary Center (IPC), dan Forum Masyarakat

Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) serta warga daerah. Para

pemohon menyatakan, penghapusan syarat domisili dan syarat non-

partai politik dalam Padal 12 dan Pasal 67 UU Pemilu merupakan

penghilangan norma konstitusi. Ketiadaan kedua syarat dianggap

menyebabkan Undang - undang Pemilu menegasikan norma

konstitusi bahwa calon anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih

dari setiap provinsi terkait (Pasal 22C ayat (1) UUD 1945) dan

calon anggota Dewan Perwakilan Daerah berasal dari perseorangan

(Pasal 22E ayat (4) UUD 1945).

Dalam petitumnya, para pemohon meminta Mahkamah

Konstitusi menyatakan Pasal 12 dan Pasal 67 UU Pemilu

bertentangan dengan Pasal 22C ayat (1) dan Pasal 22E ayat (4)

UUD 1945, karena tidak mengandung persyaratan berdomisili di

provinsi bersangkutan dan bukan anggota dan/atau pengurus partai

politik. Pemerintah menjungkirbalikkan alasan-alasan uji materiil

Undang - undang Pemilu. Dalam persidangan ketiga ini,

Page 43: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

keterangan Pemerintah yang dibacakan Mardiyanto menyatakan,

pemohon uji materiil tak mampu menjelaskan bentuk kerugian

Dewan Perwakilan Daerah maupun legal standing-nya. “Dalil para

pemohon hanya angan-angan belaka!” kata Mardiyanto. Ia berkali-

kali menyebut, permohonan yang diajukan bersifat spekulatif,

hipotetik, dan berlebihan. Terhadap gugatan uji materiil itu,

Pemerintah mempertanyakan beberapa hal.

Pertama, soal hak dan kewenangan konstitusional Dewan

Perwakilan Daerah yang dilanggar. Menurut Pemerintah,

pertanyaan DPD salah sasaran karena ketentuan yang digugat

hanya berkaitan dengan syarat menjadi calon anggota Dewan

Perwakilan Daerah. Bahwa anggota Dewan Perwakilan Daerah

secara individu dirugikan dengan Pasal-Pasal itu, Mardiyanto

mempertanyakan kerugian anggota Dewan Perwakilan Daerah.

Sebab saat ini anggota Dewan Perwakilan Daerah menjadi anggota

Dewan Perwakilan Daerah dan tidak terhalangi siapapun. “Bahkan

hak dan kewenangan anggota Dewan Perwakilan Daerah untuk

mencalonkan diri kembali sebagai anggota Dewan Perwakilan

Daerah pada Pemilu 2009 tidak terkurangi dan terhalangi

sedikitpun dengan ketentuan itu,” tegasnya. Mendagri kemudian

mempertanyakan landasan Seknas MHA, Cetro, IPC, dan

Formappi yang ikut menggugat Undang - undang Pemilu.

Mardiyanto berkilah, kedua Pasal yang digugat tidak terkait

kepentingan mereka, apalagi merugikannya. “Jika dalam penerapan

Undang - undang Pemilu ‘seolah-olah’ mengesampingkan atau

mengalahkan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah yang

berasal dari kelompok masyarakat yang diwakili oleh lembaga

swadaya masyarakat (LSM), maka itu tidak terkait dengan

aturannya. Sebab, rakyatlah yang menentukan siapa yang dianggap

layak untuk mewakili daerahnya,” jelasnya Ia menyatakan,

pencalonan untuk mengisi keanggotaan Dewan Perwakilan Daerah

Page 44: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

melalui pemilu berdasarkan prinsip kesamaan hak dan kedudukan

setiap warga negara menggunakan haknya untuk dipilih, sehingga

calon anggota Dewan Perwakilan Daerah tidak dipersyaratkan

untuk berdomisili di provinsi yang menjadi daerah pemilihannya

dan tidak dibatasi menurut latar belakang atau status politiknya

(partai politik atau non-partai politik). “Hal ini sesuai dengan

prinsip kesatuan wilayah dan kesamaan kedudukan hukum warga

negara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,” urai

Mardiyanto. Ia juga mengatakan Pemilu 2009 akan terganggu jika

Mahkamah Konstitusi mengkabulkan permohonan uji materi ini

dan menjadi dasar gugatan hasil Pemilu 2009. “Akan terjadi

kekosongan hukum, terutama syarat-syarat calon Dewan

Perwakilan Daerah,” kata Mardiyanto. Jika ketentuan Pasal 12 dan

Pasal 67 Undang - undang Pemilu dibatalkan maka akan terjadi

kekacauan hukum karena kedua Pasal mengatur syarat-syarat calon

Dewan Perwakilan Daerah yang meniadakan syarat domisili dan

nonpartai politik.( diakses melalui www.kabarindonesia.com 1

Desember 2009)

Dalam Undang-Undang Pemilu Nomor 10 Tahun 2008 ini

mengatur juga mengenai seluruh proses dan tata cara termasuk

didalamnya aturan dan kelengkapan untuk pemilu yang sangat

penting diantaranya adalah tahapan-tahapan pemilu sesuai yang

tercantum dalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2008 Pasal 4

(empat) diantaranya :

1) Pemilu dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali.

2) Tahapan penyelenggaraan Pemilu meliputi:

a) Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih.

b) Pendaftaran Peserta Pemilu.

c) Penetapan Peserta Pemilu.

d) Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan.

Page 45: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

e) Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan

DPRD kabupaten/kota.

f) Masa kampanye.

g) Masa tenang.

h) Pemungutan dan penghitungan suara.

i) Penetapan hasil Pemilu, dan

j) Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD

provinsi, dan DPRD.

Sehubungan dengan pola pengisian keanggotaan Lembaga

Perwakilan Rakyat tersebut, maka mekanisme untuk menentukan

anggota-anggota di Lembaga Perwakilan Rakyat dapat

digolongkan ke dalam dua sistem, yaitu (Bintan R. Saragih, 1988:

171) :

1) Sistem Pemilihan Mekanis.

Sistem pemilihan mekanis berpangkal tolak dari pemikiran

bahwa (http//www.djpp.depkumham.go.id diakses 15 Agustus

2009) :

a. Rakyat di dalam suatu negara dipandang sebagai massa

individu-individu yang sama.

b. Individu-individu inilah yang bertindak sebagai pengendali

hak pilih aktif.

c. Masing-masing individu berhak mengeluarkan satu suara

dalam setiap pemilihan untuk satu Lembaga Perwakilan

Rakyat.

d. Dalam negara liberal mengutamakan individu-individu

sebagai kesatuan otonom dan masyarakat dipandang sebagai

suatu kompleks hubunganhubungan antar individu yang

bersifat kontraktual. Sedangkan di dalam negara sosialis-

komunis lebih mengutamakan totaliteit kolektif masyarakat

dan mengecilkan peranan individu-individu dalam totaliteit

kolektif ini.

Page 46: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

e. Partai politik atau organisasi politik berperan dalam

mengorganisir pemilih, sehingga eksistensinya

(keberadaannya) sangat diperlukan, baik menurut sistem

satu partai, dua partai ataupun multipartai.

2) Sistem Pemilihan Organis.

Sistem pemilihan organis ini dilandasi oleh pokok pikiran

bahwa :

a. Rakyat dalam suatu negara dipandang sebagai sejumlah

individu yang hidup bersama dalam beraneka ragam

persekutuan hidup, seperti genealogi (keluarga), teritorial

(daerah), fungsional spesialis (cabang industri),

lapisanlapisan sosial (buruh, tani) dan lembaga-lembaga

sosial (LSM/ORNOP).

b. Persekutuan-persekutuan hidup inilah yang bertindak sebagai

pengendali hak pilih. Artinya yang mempunyai kewenangan

atau hak untuk mengutus wakil-wakilnya duduk sebagai

anggota Lembaga Perwakilan Rakyat adalah Persekutuan-

persekutuan hidup tersebut..

c. Partai-partai Politik dalam struktur kehidupan

kemasyarakatan seperti ini tidak dibutuhkan keberadaannya.

Hal ini disebabkan mekanisme pemilihan diselenggarakan

dan dipimpin sendiri oleh masing-masing persekutuan hidup

tersebut.

Berdasarkan pokok pikiran inilah, maka keberadaan

Lembaga Perwakilan Rakyat - menurut sistem pemilihan organis -

tidak lebih hanya merupakan “Lembaga Perwakilan Persekutuan-

persekutuan hidup”. Dengan kata lain Lembaga Perwakilan yang

hanya berfungsi untuk mengurus kepentingan-kepentingan khusus

dari persekutuan-persekutuan hidup yang ada di dalam masyarakat

suatu negara. Dengan demikian melalui sistem pemilihan organis

Page 47: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

ini kedudukan Lembaga Perwakilan menjadi lemah, dan tingkat

representasinya sangat rendah. Oleh sebab itu apabila Lembaga

Perwakilan jenis ini akan menetapkan suatu Undang-Undang yang

menyangkut hak-hak rakyat, maka Undang-Undang tersebut dapat

berlaku efektif jika rakyat telah menyetujui, misalnya melalui

referendum.

Dalam perkembangan lebih lanjut, kedua sistem Pemilihan

Umum ini membuka peluang adanya kombinasi antara keduanya.

Sistem Pemilihan yang mengkombinasikan antara sistem distrik

dan Proporsional adalah sistem Pemilihan Umum yang

dilaksanakan di Indonesia, sebagaimana tertuang di dalam UU

No.10 Tahun 2008 tentang Pemilu. Sistem yang dimaksud adalah

“Sistem Proporsional dengan daftar calon terbuka”.

a. Sistem Pemilihan Distrik.

Tatanan Pemilihan umum seperti ini dapat

digambarkan sebagai berikut. Wilayah suatu negara yang

menyelenggarakan suatu pemilihan untuk wakil-wakil di

parlemen, dibagi atas distrik-distrik pemilihan yang jumlahnya

sama dengan kursi yang tersedia di parlemen (kursi di Parlemen

yang diperebutkan dalam Pemilihan umum). Setiap distrik

hanya memilih satu orang wakil untuk duduk di Parlemen dari

beberapa calon untuk distrik tersebut. Jikalau pembagian distrik

dirasa terlalu banyak, maka dapat juga dipergunakan cara

penentuan distrik berdasarkan kursi di Parlemen di bagi dua.

Hal ini berarti untuk masing-masing distrik bisa mengirimkan

dua calon untuk duduk di kursi Parlemen. Contohnya: Jumlah

Kursi di Parlemen adalah 500. Untuk cara yang pertama dapat

ditempuh dengan membagi wilayah negara menjadi 500 distrik.

Jikalau cara seperti ini mengakibatkan jumlah distrik terlalu

banyak, maka dapat ditempuh dengan membagi wilayah negara

Page 48: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

menjadi 250 distrik. Cara yang kedua ini mengakibatkan

masing-masing distrik bisa mengirimkan wakil sebanyak 2

(dua) orang. Berdasarkan tatanan (sistem) Pemilihan distrik

semacam ini, maka keuntungan yang dapat diperoleh adalah :

1) Hubungan antara rakyat dengan “sang wakil” relatif dekat.

Hal ini disebabkan partai-partai politik tidak mungkin

mencalonkan calon wakil rakyat yang tidak populer di

masing-masing distrik. Selain itu dalam perkembangan lebih

lanjut sang wakil tidak akan mengatas namakan Partai

Politik, karena dalam Pemilihan distrik, rakyat memilih

orang. Bukan PartaiPolitik.

2) Sistem ini mendorong penyatuan partai-partai (khususnya

jika suatu negara itu mempergunakan sistem multi partai).

Hal ini disebabkan calon yang terpilih di masing-masing

distrik hanya satu atau lebih dari satu, dan terpilihnya

mereka ini semata-mata hanya karena kepopuleran dan

kredibilitasnya. Oleh sebab itulah ada kemungkinan partai-

partai politik itu bergabung untuk mencalonkan seseorang

yang lebih “mumpuni” diantara mereka. Calon yang

mumpuni itu belum tentu berasal dari satu partai. Bahkan

ada kemungkinan adalah calon independen dan non partisan.

3) Organisasi dari penyelenggaraan pemilihan dengan sistem

distrik ini relatif sederhana. Tidak memerlukan banyak

orang dan banyak birokrasi untuk menyusun kepanitiaan

Pemilihan. Biayanya relatif lebih murah dan

penyelenggaraannya relatif singkat. Sisa suara yang

terbuang tidak perlu diperhitungkan.

4) Dengan mempergunakan sistem distrik, maka ada

kemungkinan pertumbuhan Partai Politik yang cenderung

sektarian, ideologis atau aliran, dan primordialisme menjadi

berkurang. Hal ini mengingat tokoh-tokoh politik yang

Page 49: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

terpilih menjadi wakil masing-masing distrik lebih

mengedepankan kepentingan rakyat di masing-masing

distrik, ketimbang kepentingan kelompok Partai yang justru

kadangkala menyimpang dari kepentingan rakyat banyak.

Sedangkan kelemahan dan sistem pemilihan distrik, dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1) Banyak suara yang terbuang. Bahkan ada kemungkinan terjadi

fenomena Low representative Versus High representative.

Artinya Calon yang menjadi wakil dari suatu distrik, pada

hakikatnya hanya memperoleh suara minoritas atau Low

Representative yang ada di distrik yang bersangkutan, jikalau

dibandingkan jumlah total suara (High Representative) dari

calon- calon lain di distrik tersebut. Contohnya :

Calon A : 40 suara.

Calon B : 39 suara.

Calon C : 25 suara.

Calon D : 20 Suara.

Calon E : 15 suara.

Berdasarkan suara tersebut maka Wakil Rakyat dari Distrik

tersebut adalah A. Akan tetapi bila dilihat jumlah total

perolehan suara (B+C+D+E), maka representasi dari calon A di

distrik tersebut adalah rendah (Low representative).

2) Menyulitkan bagi Partai-partai kecil dan golongan-golongan

minoritas untuk mempunyai wakil di Lembaga Perwakilan

Rakyat. Apalagi mereka ini terpencar dalam berbagai distrik

pemilihan.

b. Sistem Pemilihan Proporsional (Multi member constituency).

Tatanan (sistem) pemilihan umum seperti ini adalah

mempergunakan mekanisme sebagai berikut. Kursi yang tersedia

di Parlemen Pusat diperebutkan dalam suatu Pemilihan Umum,

Page 50: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

dibagi kepada Partai-partai Politik atau golongan-golongan politik

yang ikut serta dalam Pemilihan Umum sesuai dengan imbangan

suara yang diperoleh dalam pemilihan yang bersangkutan.

Misalnya untuk kepentingan ini ditentukan suatu perimbangan 1 :

400.000. Imbangan suara seperti ini, artinya 1 (satu) orang wakil

harus memperoleh dukungan suara 400.000 rakyat pemilih yang

berhak. Dengan kata lain sejumlah 400.000 pemilih mempunyai 1

(satu) orang wakil di Parlemen Dalam sistem ini, negara dianggap

sebagai satu daerah pemilihan, dan tiap suara dihitung. Dalam arti

bahwa suara yang diperoleh dari suatu daerah dapat ditambahkan

dari suara yang diperoleh dari suatu daerah lainnya. Sehingga besar

kemungkinan setiap organisasi peserta Pemilihan Umum (Partai

Politik/ Golongan Politik) memperoleh kursi/wakil di Parlemen

Pusat. Kendatipun negara dianggap satu daerah pemilihan, namun

mengingat luas wilayah suatu negara serta jumlah penduduk yang

besar, maka pada umumnya dalam sistem pemilihan proporsional

ini sering dibentuk daerah pemilihan (bukan distrik pemilihan),

yaitu wilayah negara dibagi dalam daerah-daerah pemilihan.

Kemudian dengan mempertimbangkan wilayah negara,

jumlah penduduk dan faktor-faktor politik lainnya. Akan tetapi

sistem ini mengandung kelemahan yang cukup substansiil, yaitu :

1) Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya

partai-partai baru. Dengan keadaan yang demikian ini, maka

dengan mempergunakan sistem proposional justru menjurus

kearah munculnya bermacam-macam golongan, sehingga lebih

mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada. Kurang

mendorong untuk dipergunakan dalam mencari dan

memanfaatkan persamaan-persamaan. Dengan mempergunakan

sistem ini peta Politik justru mengarah pada politik aliran yang

sarat dengan konflik ideologi.

Page 51: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

2) Wakil-wakil yang terpilih justru merasa lebih dekat dengan

induk organisasinya, yaitu Partai Politik. Kurang memiliki

loyalitas kepada rakyat pemilih. Hal ini disebabkan oleh

adanya anggapan bahwa keberadaan Partai Politik dalam

menentukan seseorang menjadi wakil rakyat lebih dominan

dari pada kemampuan individu dari sang wakil. Rakyat hanya

memilih Partai Politik. Bukan memilih seorang wakil.

3) Dengan membuka peluang munculnya banyak partai, maka

sistem ini justru mempersulit terbentuknya pemerintahan yang

stabil, sebab pada umumnya penentuan pemerintahan

didasarkan pada koalisi dari dua partai atau lebih. Disamping

kedua sistem tersebut di atas, masih dijumpai adanya sistem

lain, yaitu sistem Proporsional dengan daftar calon terbuka.

Sistem semacam ini dikembangkan oleh Indonesia dalam

melaksanakan Pemilu tahun 2004. Mekanisme dari sistem ini

hampir sama dengan sistem proporsional. Akan tetapi dalam

penentuan wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, Partai

Politik hanya mengajukan calon-calon dalam daftar yang

disusun berdasarkan abjad. Bukan nomor urut. Kemudian

dalam pelaksanaan pemungutan suara, rakyat pemilih

disamping “mencontreng” Partai Politik yang dikehendaki,

mereka juga memilih nama-nama calon wakil yang diajukan

oleh Partai Politik yang bersangkutan. Cara semacam ini

dimunculkan sebagai respon atas keprihatinan rakyat terhadap

kualitas wakil-wakil rakyat yang lebih condong mementingkan

kepentingan Partai Politik. Sehingga dengan mempergunakan

cara semacam ini, diharapkan wakil rakyat benar-benar mampu

membawa aspirasi rakyat pemilih.

Page 52: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

b. Lembaga-Lembaga yang Terlibat dalam Pemilu

Ada beberapa lembaga yang nantinya akan bertugas dan

mempunyai kewajiban mensukseskan jalannya pemilu itu sendiri

diantaranya (Pasal 24 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 ):

1) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI lembaga negara

yang bermemiliki tugas dan kewenangan untuk menetapkan atau

memutuskn partai calon partai politik menjadi partai politik.

2) Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga penyelenggara Pemilu

yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

3) Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disebut Bawaslu, adalah

badan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di

seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4) Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi negara yang

berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang

putusannya bersifat final untuk menguji Undang-undang terhadap

Undang – undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga

negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-undang

Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus

perselisihan tentang hasil pemilu.

c. Kedudukan UU No. 10 Tahun 2008 dalam Ketatanegraan Hukum

Indonesia

Dalam rangka memperkaya pemahaman terhadap Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota

DPR, DPD, dan DPRD maka pada kesempatan ini akan diselidiki

penerapan dari sudut pandang hukum terutama Hukum Tata Negara.

Menurut Logemann hal-hal yang diselidiki Hukum Tata Negara

adalah: (Soerjono Soekanto dan Mamuji, 1990: 34)

Jabatan-jabatan apakah yang terdapat dalam susunan kenegaraan tertentu, b) siapakah yang mengadakan jabatan-jabatan itu, c) bagaimanakah cara melengkapinya dengan pejabat, d) apakah tugasnya (lingkungan pekerjaannya), e) apakah wewenang hukumnya,

Page 53: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

f) dalam batas-batas apakah organisasi negara (dan bagian-bagiannya) menjalankan tugas kewajibannya.

Dengan berpedoman pada pendapat Logemann tersebut

selanjutnya akan diselidiki mengenai Dewan Perwakilan Rakyat

melalui suatu penelitian hukum normatif sederhana. Penelitian hukum

normatif atau kepustakaan tersebut mencakup: 1. Penelitian terhadap

azas-azas hukum; 2. Penelitian terhadap sistematik hukum; 3.

Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horisontal; 4.

Perbandingan hukum; 5. Sejarah hukum.

Akan tetapi, pada kesempatan ini hanya akan dilaksanakan salah

satu jenis, yaitu penelitian terhadap taraf sinkronisasi terutama taraf

sinkronisasi vertikal, yakni apakah perundang-undangan yang berlaku

bagi suatu bidang kehidupan tertentu tidak saling bertentangan, apabila

dilihat dari sudut hirarki perundang-undangan tersebut.

Adapun jenis dan hierarki peraturan perundang-undang

berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004

Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah:

(a)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (b)

Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; (c)

Peraturan Pemerintah; (d.) Peraturan Presiden; (e.) Peraturan Daerah.

Selanjutnya akan disampaikan ketentuan tentang DPR dalam

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(UUD 1945) dan UU No. 10 Tahun 2008. Fungsi Undang-Undang

adalah menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam

UUD 1945 baik yang tersurat maupun yang tersirat sesuai dengan asas

negara berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan asas konstitusionalisme.

Sebagaimana telah disampaikan bahwa Fungsi Undang-Undang

adalah menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam

UUD 1945. Dengan demikian, semestinya ketentuan dalam setiap

Undang-Undang harus mampu memenuhi kebutuhan yang diatur

dalam UUD 1945. Jika UUD 1945 mengatur tentang kekuasaan,

Page 54: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

fungsi, hak, atau hal-hal lain dari sebuah lembaga negara maka UU

harus dapat mengatur lebih lanjut agar kekuasaan, fungsi, dan hak

tersebut dalam dilaksanakan.

Dari ketentuan tentang DPR dalam UUD 1945 dapat diketahui

bahwa lembaga ini memegang kekuasaan membentuk undang-undang

serta memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi

pengawasan. Sedangkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak

mengajukan usul rancangan undang-undang. Sehubungan dengan itu,

seharusnya Undang-Undang yang menyelenggarakan pengaturan lebih

lanjt tentang DPR harus dapat mengisi lembaga negara ini dengan

orang-orang yang mampu melaksanakan kekuasaan, fungsi, dan hak

yang diberikan. Akan tetapi, dari persyaratan untuk menjadi calon

anggota DPR tidak satu pun yang dapat mematikan anggota DPR pasti

mampu melaksanakan kekuasaan, fungsi, dan hak yang diberikan

UUD 1945. Kenyataan ini akan menyebabkan pemilihan umum hanya

sebagai sarana legitimasi politik. Padahal dalam suatu negara

demokrasi semestinya pemilihan umum bukan sekedar sebagai sarana

legitimasi politik melainkan juga sebagai sarana pendidikan politik

bagi rakyat.

4. Tinjauan Tentang Partai Politik dan Sistem Kepartaian

a. Pengertian Partai Politik

Secara etimologis politik berasal dari kata polis bahasa

Yunani yang artinya kota, sehingga politik dapat diartikan sebagai

hal ihwal mengatur penyelenggaraan suatu kota, atau jika diperluas

penyelenggaraan suatu negara. Pengertian politik lebih sulit

didefinisikan dari berbagai pengertian sosiologi karena politik

(politics) meliputi berbagai kegiatan dalam suatu sistem politik (atau

negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari

sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan

keputusan tentang tujuan sistem perlu skala prioritas dari berbagai

Page 55: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

alternatif, sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu

ditentukan berbagai kebijakan umum public policies yang

menyangkut pengaturan dan pembagian distribution atau alokasi

dari sumber-sumber yang ada resources allocation.

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah

suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya

mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan

kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan

merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusionil

untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka (Miriam

Budiardjo, 2007:160).

Dalam praktek kegiatan politik dilaksanakan oleh lembaga-

lembaga politik yang masing-masing memiliki kewenangan tertentu.

Lembagalembaga itu adalah : negara, lembaga-lembaga perwakilan

rakyat, lembagalembaga peradilan, serta partai politik. Bagaimana

praktek politik itu dilaksanakan tergantung pada sistem politik serta

filosofi yang dianut oleh masing-masing negara, mungkin demokratis

dapat pula otoriter, theistik atau atheistik.

Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2008 Tentang Partai Politik memberi pengertian bahwa Partai

Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh

sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar

kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan

membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan

negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Partai politik didirikan dan dibentuk

oleh sekurangkurangnya 50 orang warga negara Republik Indonesia

yang telah berusia 21 tahun dengan akta notaris. Akta notaris yang

dimaksud adalah harus memuat anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga disertai kepengurusan tingkat nasional. Partai politik di

Page 56: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Indonesia harus mendaftarkan diri pada departemen kehakiman.

Dalam pembentukannya partai politik harus memiliki asas yang tidak

boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. dan setiap

partai politik mempunyai ciri tertentu sesuai dengan kehendak dan

cita-citanya yang tidak bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945

dan Undang-Undang.

b. Fungsi Partai Politik

Konsep fungsi pada dasarnya merupakan suatu bentuk kerja,

yang menurut Poerwadarminta adalah jabatan yang dilakukan dalam

pekerjaan yang dilakukan. (Soejamto, 1972: 16) Lebih lanjut

dikatakan bahwa fungsi adalah suatu yang menjadi pokok (hal yang

besar pengaruhnya terhadap sesuatu), terutama dapat berlangsung

dalam suatu organisasi besar maupun kecil, pemerintah maupun

swasta.

The Liang Gie mengatakan bahwa bila dari jumlah

pekerjaan dalam suatu organisasi telah menjadi sangat banyak, maka

dikelompokkan menjadi kesatuan bidang kerja cukup bulat, masing-

masing bidang kerja ini dapat disebut sebagai fungsi. (A.H Soeharto,

1986: 5). Menurut Sarwoto fungsi dapat pula diwujudkan dalam

sekelompok kegiatan homogen dalam arti satu sama lain terdapat

hubungan yang sangat erat.

Berdasarkan pandangan diatas dapat disimpulkan bahwa

fungsi merupakan tugas pokok organisasi seperti partai politik dalam

rangka legislasi, anggaran dan pengawasan. Hal ini dipertegas oleh

Rudini bahwa fungsi itu sesungguhnya telah melekat pada tugas dan

wewenang. (Ibrahim Ambong dan Miriam Budiharjo, 1993: 109).

Moekijat mengatakan bahwa “Kecakapan-kecakapan

manusia menunjukkan kenyataan bahwa pelaksanaan daripada

fungsi-fungsi harus diserahkan baik langsung maupun tidak langsung

Page 57: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

kepada manusia”. (Hari Cahyono, 1991: 97). Selanjutnya Moekijat

juga mengatakan ”Fungsi-fungsi pada pekerjaan yang diusulkan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”. (Hari Cahyono,

1991: 98)

Dalam kaitan dengan itu, partai politik mempunyai fungsi

sebagai berikut:

1) Sarana komukasi politik yakni sebagai jembatan arus informasi antara orang yang memerintah (pemerintah) dan orang yang diperintah (rakyat);

2) Sebagai sarana sosialisasi politik yaitu proses dimana seseorang memperoleh pandangan, orientasi, dan nilai-nilai kemasyarakatan dimana dia berada dan juga mewariskan nilai-nilai sosial tadi ke generasi berikutnya;

3) Sarana rekruitmen politik, yaitu proses pencarian anggota baru dan mengajak orang untuk ikut dalam proses politik;

4) Sarana pengatur konflik (conflict management), yakni mengatasi konflik yang disebabkan perbedaan sosial dan budaya di masyarakat agar dampak negatif dapat diminimalisir sekecil mungkin;

5) Sebagai pembinaan dan pengembangan intregitas nasional yaitu sebagai perekat dari berbagai corak daerah, golongan dan budaya agar mempunyai pandangan hidup menjadi satu bangsa. (Haricahyono, 1991: 99)

Sedangkan menurut George H. Sabin mengatakan:

“Fungsi Partai Politik diwujudkan secara konstitusional. Karena itu konsepsi demokrasilah yang memberikan landasan dan mekanisme kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan dan kesederajatan manusia. Demokrasi menempatkan manusia sebagai pemilik kedaulatan yang kemudian dikenal dengan prinsip kedaulatan rakyat. Berdasarkan pada teori kontrak sosial, untuk memenuhi hak-hak tiap manusia tidak mungkin dicapai oleh masing-masing orang secara individual, tetapi harus bersama-sama. Maka dibuatlah perjanjian sosial yang berisi tentang apa yang menjadi tujuan bersama, batas-batas hak individual, dan siapa yang bertanggungjawab untuk pencapaian tujuan tersebut dan menjalankan perjanjian yang telah dibuat dengan batas-batasnya. Perjanjian tersebut diwujudkan dalam bentuk konstitusi sebagai hukum tertinggi di suatu negara (the supreme law of the land), yang kemudian dielaborasi secara konsisten dalam hukum dan kebijakan negara. Proses demokrasi juga terwujud melalui prosedur pemilihan

Page 58: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

umum untuk memilih wakil rakyat dan pejabat publik lainnya”. (George H. Sabine, 1961: 517-596)

Fungsi Patai Politik menurut Miriam Budiarjo adalah sebagai

berikut :

a) Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Salah satu tugas partai politik adalah menyalurkan

aneka ragam pendapat dan aspirasi masyrakat yang

mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran

pendapat dalam masyarakat berkurang. Perlu adanya suatu

proses dalam masyarakat untuk menghindari hilangnya aspirasi

dari kelompok minoritas atas dominasi kelompok yang lebih

kuat. Proses ini dinamakan “penggabungan kepentinga”(interest

aggretion). Sesudah digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah

dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses ini

dinamakan “perumusan kepentingan” (interest articulatiaom).

b) Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Partai politik juga memainkan peranan sebagai sarana

sosialisasi politk (instrument of political socialisation). Di

dalam ilmu politik, sosialisasi politik diartikan sebagai proses

penemuan sikap dan orientasi pribadi terhadap fenomena politik

yang umumnya ditemukan yang umumnya berlaku dalam

masyarakat diamana ia berada. Proses sosialisasi politik

diartikan juga sebagai pembelajaran atau internalisasi nilai-nilai

politik. Dalam proses ini partai politik menegaskan visi dan

misi partai terhadap simpatisan dan partisannya sehngga

memperoleh keyakinan dari masyarakat. Proses sosialisasi

politik merupakan proses yang panjang dalam masyarakat.

Page 59: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

c) Sebagai Sarana Rekrumen Politik

Partai politik dalam hal ini bergfungsi untuk mencari

dan mengajak orang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan

politik sebagai anggota partai (political recruitment). Dengan

demikian partai turut memperluas partisipasi politiknya.

Caranya ialah melalui kontak pribadi, persuasi dan lain-lain.

Juga diusahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik

menjadi kader yang di masa mendatang akan mengganti

pimpinan yang lama (selection of leadership). Kader-kader

tersebut nantinya diseleksi untuk menempati jabatan-jabatan

politik yang tersedia.

d) Sebagai Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management)

Dalam sarana demokrasi, persaingan dan perbedaan

pendapat dalam masyarakat merupakan persoalan yang wajar.

Jika sampai terjadi konflik, partai politik harus turut campur

menyelesaikannya. Dalam hal ini partai politik memposisikan

dirinya sebagai sarana agregasi kepentingan (aggregation of

interest), sekaligus yang mengintegrasikan kepentingan-

kepentingan yang muncul di masyarakat untuk selanjutnya

mengarahkan kepentingan-kepentingan yang ada untuk secara

efektif mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik kenegaraan

semata-mata untuk menghindari hal-hal yang bersifat destruktif

ataupun anarki.

Fungsi Partai Politik menurut ketentuan Pasal 11

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

adalah:

(1) Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar

menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan

kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara;

Page 60: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

(2) Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan

kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan

masyarakat;

(3) Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik

masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan

negara;

(4) Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan

(5) Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik

melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan

kesetaraan dan keadilan gender

Pada tataran yang lebih teknis, sekiranya perlu untuk

memperhatikan pendapat Yves Meny dan Andrew Knapp

mengenai fungsi Partai Politik, sebagaimana dikutip oleh Jimly

Asshiddiqie sebagai berikut (Jimly Asshiddiqie, 2006:159)

1) Fungsi mobilisasi dan integrasi; 2) Sarana pembentukan terhadap perilaku memilih (voting

pattem); 3) Sarana rekrutmen politik; 4) Sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan

e) Klasifikasi Partai Politik

Ichlasus Amal seperti yang dikutip Mukhtie Fadjar

mengklasifikasikan partai politik dalam lima jenis, yaitu:

(1) Partai Proto, adalaha tipe awal partai politik sebelum mencapai perkembangan seperti dewasa ini yang muncul di Eropa Barat sekitar abad tengah sampai akhir abad ke 19. Ciri paling menonjol partai proto adalah perbedaan antara kelompok anggota (ins) dengan non-anggota (outs). Masih belum nampak sebagai partai politik modern, tetapi hanya merupakan faksi-faksi yang dibentuk berdasarkan pengelompokan ideologi dalam masyarakat.

(2) Partai kader, merupakan perkembangan lebih lanjut partai proto, muncul sebelum diterapkan hak pilih secara luas bagi rakyat, sehingga sangat tergantung masyarakat kelas menengah ke atas memiliki hak pilih, keanggotaan yang terbatas, kepemimpinan, serta pemberi dana. Tingkat organisasi dan ideologi masih rendah. Ideologi yang dianut

Page 61: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

konservatisme ekstrim atau reformisme moderat, partai kader tidak perlu organisasi besar yang memobilisasi massa. Contoh PSI di Indonesia (1950-1960an).

(3) Partai massa, muncul setelah terjadi perluasan hak pilih rakyat, sehingga dianggap sebagai suatu respon politik dan organisasional bagi perluasan hak pilih. Kalau partai peoto dan partai kader muncul dalam lingkungan parlemen (intra-parlemen) dan memiliki basis pendukung kelas menengah ke atas dengan tingkat organisasi dan ideologi rendah. Partai massa terbentuk di luar parlemen (extra-parlemen) dengan basis massa luas, seperti buruh, tani, kelompok agama dan lain-lain dengan ideologi yang kuat untuk memobilisasi massa dengan organisasi yang rapi. Tujuan utamanya bukan hanya memperoleh kemenangan dalam pemilihan umum tetapi juga memberikan pendidikan politik bagi rakyat atau anggota. Contoh: partai-partai politik di Indonesia (1950-1960an), sepeti PNI, Masyumi, PKI, dan lain-lain.

(4) Partai diktatorial, merupakan suatu tipe partai massa tetapi memiliki ideologi yang lebih kaku dan radikal. Kontrol terhadap anggota dan rekrutmen anggota sangat ketat (selektif), karena dituntut kesetiaan dan komitmen terhadap ideologi. Contoh : PKI dan umumnya partai komuni.

(5) Partai catch-all, merupakan gabungan partai kader dan partai massa. Istilah “catch-all” pertama kali dikemukakan oleh Otto Kircheimer untuk memberikan tipologi pada kecenderungan partai politik di Eropa Barat pasca Perang Dunia II. Catch-all artinya “menampung kelompok-kelompok sosial sebanyak mungkin untuk di jadikan anggotanya”. Tujuan utama partai ini adalah memenangkan pemilihan umum dengan menawarkan program dan keuntungan bagi anggotanya sebagai ganti ideologi yang kaku. Aktivitas Partai ini erat kaitannya dengan kelompok kepentingan dan kelompok penekan. Contoh : Golkar di Indonesia (1971-1998) (Mukhtie Fadjar,2008:17-19).

c. Sistem Kepartaian

Dalam demokrasi, partai berada dan beroperasi pada suatu

sistem kepartaian tertentu. Setiap partai merupakan bagian dari

sitem kepartaian yang diterapkan disuatu negara. Dalam suatu

sistem tertentu, partai berinteraksi dengan sekurang-kurangnya satu

partai lain atau lebih sesuai dengan konstruksi relasi regulasi yang

diberlakukan. Sistem pkepartaian memberikan gambaran tentang

Page 62: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

struktur persaingan diantara sesama partai politik dalam upaya

meraih kekuasaan dalam pemerintahan.

Untuk melihat sistem kepartaian suatu negara, ada dua

pendekatan yang dikenal secara umum. Pertama, melihat partai

sebagai unit-unti dan sebagai satu kesatuan yang terlepas dari

kesatuan-kesatuan lain. Pendekatan numerik ini pernah

dikembangkan Maurice Duverger (1950-an), ilmuwan politik

kebangsaan Prancis. Menurut Duverger, sistem kepartaian dapat

dilihat dari pola perilaku dan interaksi anatar sejumlah partai dalam

sistem politik, yang dapat digolongkan menjadi tiga unit, yakni

sistem partai tunggal, sistem dwi partai, sistem multipartai (Agun

Gunandjar Sudarso, 2008: 4).

Dengan kehidupan politik ketatanegaraan suatu negara,

pada prinsipnya dikenal adanya tiga sistem kepartaian, yaitu:

1) Sistem partai tunggal (the single party system). Istilah ini dipergunakan untuk partai politik yang benar-benar merupakan satu-satunya partai politik dalam suatu negara, maupun untuk partai politik yang mempunyai kedudukan dominan di antara beberapa partai politik lainnya. Kecenderuangan untuk menerapkan sistem partai tunggal disebabkan pimpinan negara-negara baru sering dihadapkan maslah mengintegrasikan berbagai golongan, daerah, suku bangsa yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya. Karena dikhawatirkan bila keanekaragaman ini diniarkan berkembang akan menimbulkan gejolak-gejolak sosial yang menghambat usaha-usaha pembangunan dan menimbulkan disentegrasi.

2) Sistem dua partai (two party system). Menurut Maurice Duverger, sistem ini adalah khas Anglo Saxon. Dalam sistem ini partai politik dengan jelas dibagi kedalam partai politik yang berkuasa karena menang dalam pemilu dan partai oposisi karena kalah dalam pemilu.

3) Sistem banyak partai (multy party system) pada umumnya sistem kepartaian semua ini muncul karena keanekaragaman sosial budaya dan politik yang terdapat di dalam suatu Negara (Zainal Abidin Saleh, 2008: 73).

Page 63: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Di Indonesia, meskipun sistem kepartaian yang dianut adalah

multy-party, namun yang terjadi ternyata tidak seperti yang diteorikan

(dikonsepsikan) oleh Anderson tersebut. Sampai dengan pelaksanaan

pemilihan umum tahun 1997 (periode setelah itu, terutama setelah

reformasi berhasil merestrukturisasi sistem kepartaian dalam pemilu

1999 tidak termasuk dalam analisis ini) jumlah partai politik yang ada

memang sama dengan yang dicirikan dalam sistem multy-party,

tetapi peran partai dalam proses pembuatan kebijakan publik

cenderung sama dengan yang ada di negara dengan sistem satu-

partai. Dalam kenyataannya, terutama setelah masa Dekrit Presiden

untuk membubarkan Konstituante dan setelah terbentuknya

Demokrasi Terpimpin, pada dasarnya partai politik telah mengalami

reproduksi. Dalam pandangan Fachry Ali “partai politik sebagai

kekuatan di luar birokrasi negara telah dikocok sedemikian rupa

sehingga memproduksikan kekuatan-kekuatan politik yang mudah

dicetak”. (Fahri Ali, 1985: 9)

Bahkan ketika kekuasaan rejim jatuh ke tangan orde baru,

kebijakan memproduksi parpol itu terus berlangsung. Ini terjadi

karena birokrasi dan negara telah tumbuh menjadi sangat dominan

dan sangat kuat, sehingga seakan-akan birokrasi itu sendiri adalah

partai, partai birokrasi. Dalam pandangan Mc Vey, “gerakan

reproduksi itu bahkan tidak hanya terjadi pada organisasi-organisasi

politik, melainkan juga terjadi pada elite pimpinan politik dan

organisasi massa”. (Ruth T. Mc Vey dalam The Army, The Parties

and Elections, in Indonesia, No.11, Edisi April 1971)

Puncak dari gerakan reproduksi itu adalah “dilakukannya

fusi parpol pada tahun 1975. Tragisnya, berbarengan dengan gerakan

reproduksi partai-partai politik, seleksi kepemimpinan partai pun

dilangsungkan”. (Fachry Ali, 1985: 73). Dalam proses seleksi inilah

diproduksi pula para pimpinan partai dengan disain dan rekayasa

yang menguntungkan rejim, dengan harapan tidak akan

Page 64: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

menggoyahkan pemerintah yang memang sudah establish. Dengan

demikian partai politik praktis menjadi organ pemerintah di luar

birokrasi. Oleh karena parpol sudah menjadi organ pemerintah maka

parpol kehilangan legitimasi di hadapan publik. Apalagi setelah

lahirnya kebijakan asas tunggal dimana parpol sudah meninggalkan

simbol-simbol yang tadinya mudah dikenali konstituen-nya.

Perkembangan ini akhirnya mempengaruhi penampilan parpol itu

sendiri, terutama dalam hal aksesnya terhadap policy making. Fungsi

parpol sebagai penyalur aspirasi publik untuk mempengaruhi proses

pembuatan kebijakan publik dengan sendirinya terkikis oleh peran

barunya sebagai organ pemerintah.

Karena adanya peranan parpol yang tidak menguntungkan

itu maka tampillah kelompok-kelompok kepentingan (interest

groups; LSM) serta kelompok-kelompok lain dalam masyarakat,

sebagai bentuk baru dari wadah aspirasi publik yang memang masih

aktif. Inilah konsekwensinya, masyarakat lebih mempercayai LSM

dan LSM tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Sayangnya masih

sangat sedikit LSM yang berkualitas dan benar-benar lahir untuk

pemberdayaan masyarakat. Jadi munculnya LSM-LSM di masa

terakhir kepemimpinan rejim orde baru adalah indikasi dari kerdilnya

peran parpol waktu itu. Inilah agaknya yang diramalkan oleh

Anderson sebagai, “… parties have a broader range of policy

concerns than the interest groups”. (Joko Purwono, 1989: 88). . Dan

ini adalah konsekuensi yang positif. Adapun konsekuensi lainnya,

yang cenderung bersifat negatif, adalah munculnya partisipasi

negative dari masyarakat, yang dalam istilah Arbi Sanit disebut

sebagai kegiatan "Non Konvensional", yang dalam banyak kasus

cenderung merugikan masyarakat itu sendiri. (Arbi Sanit, 1987: 14)

Dengan berbagai resening kita jelas tidak menghendaki

kejadian-kejadian itu terulang lagi. Meskipun demikian kita tetap

tidak boleh mencegah fenomena masyarakat yang mengambil sikap

Page 65: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

dan perilaku negatif, karena hal itu adalah realistis. Yang paling bisa

kita lakukan adalah membangun iklim dimana partai politik benar-

benar menjadi pemain dan berperan sesuai dengan fungsinya dalam

mempengaruhi proses perumusan kebijakan publik.

d. Infrastruktur dan Suprastruktur Partai Politik

1) Pengertian Infrastruktur dan Suprastruktur

Infrastruktur dan suprastruktur adalah konsep digunakan

oleh Marx dengan Marxisme untuk membedakan dasar-dasar

perunbahan tatanan sosial yang penting. Dalam pengertian Karl

Marx bahwa superstruktur berarti semua produksi yang bersifat

non-materia yang berasal dari ide masyarakat antara lain.

Lembaga-lemabaga Politik, Hukum atau Undang-undang, agama,

pemikiran, filsafat dan etika sedangkan infrastruktur bagi Karl

Marx bersifat mengacu pada sumber daya antara lain: kondisi

produksi (iklim, sumber daya alam), alat-alat produksi (alat, mesin)

dan hubungan produksi (kelas sosial, dominasi, keterasingan dan

sebagainya). (Gunawan Suryatmaja, 2008: 29)

Korelasi antara Infrastruktur sebagai sebab yang dapat

mengatur kegiatan produksi sedangkan peran suprastruktur

(lembaga-lembaga politik, hukum, agama, pikiran, filsafat,

moralitas) yang menjadi akibat dalam kegiatan produksi dalam hal

ini Marxis bermaksud untuk menjelaskan adanya perubahan sosial

akibat dari dorongan oleh perubahan-perubahan dalam produksi

sistem. Sebaliknya pada struktur yang akan tetap menjaga sistim

produksi, Marx menjelaskan ini berdasarkan teori dari Filsafat

Hegel dan idialisme Jerman pada umumnya dalam pergerakan ide-

ide yang membahas borjuis konvervatif dengan kapitalis produksi.

Ada perbedaan antara suprastruktur dan infrastruktur Politik. Infrastruktur politik adalah suatu set struktur yang menggabungkan antara satu dengan yang lain, lalu membentuk satu rangkaian yang

Page 66: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

membantu berdirinya keseluruhan struktur tertentu. Infrastruktur politik terdiri dari: (Gunawan Suryatmaja, 2008: 52) a) Partai Politik; b) Interest Group (kelompok kepentingan); c)Presure Group (Kelompok penekan); d) Media of Political Communication (Media Komunikasi Politik); e) Journalism Group (Kelompok jurnalis); f) Student Group (Kelompok Pelajar); g) Political Figure (Figure-figure politik). Suprastruktur politik, yaitu suasana kehidupan politik di dalam

pemerintahan dan berhubungan dengan peran fungsi lembaga-

lemba pemerintahan. Suprastruktur politik terdiri dari: (Gunawan

Suryatmaja, 2008: 52)

(1) Lembaga eksekutif (pemerintahan/presiden)

(2) Lembaga legislatif (parlemen, DPR)

(3) Lembaga Yudikatif (peradilan , MA);

Supra dan infra saling mempengaruhi, dimana supra sebagai

pembuat keputusan akan mendapat masukan berupa tuntutan dan

aspiasi dari infra. Dan sebaliknya, infra akan melaksanakan yang

ada dalam supra. (Gunawan Suryatmaja, 2008: 53)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Suprastrauktur

berarti semua produksi yang bersifat non-materi yang berasal dari

ide masyarakat antara lain, lembaga-lembaga politik, hukum atau

undang-undang, agama, pemikiran, filsafat dan etika. Sedangkan

infrastruktur bagi Karl Marx bersifat yang mengacu pada sumber

daya antara lain: kondisi produksi (iklim, sumber daya alam), alat-

alat produksi (alat, mesin) dan hubungan produksi (kelas sosial,

dominasi, keterasingan dan sebagainya).

Korelasi antara Infrastruktur sebagai sebab yang dapat

mengatur kegiatan produksi sedangkan peran suprastruktur

(lembaga-lembaga politik, hukum, agama, pikiran, filsafat,

moralitas) yang menjadi akibat dalam kegiatan produksi dalam hal

ini Marxis bermaksud untuk menjelaskan adanya perubahan sosial

Page 67: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

akibat dari dorongan oleh perubahan-perubahan dalam produksi

sistem. Sebaliknya pada struktur yang akan tetap menjaga sistim

produksi, Marx menjelaskan ini berdasarkan teori dari Filsafat

Hegel dan idialisme Jerman pada umumnya dalam pergerakan ide-

ide yang membahas borjuis konvervatif dengan kapitalis produksi.

Sedangkan Suprastruktur merupakan Fisik dan sosial

adalah dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik

pengorganisasian sistim struktur yang diperlukan untuk jaminan

ekonomi sektor publik, dan sektor privat, sebagai layanan dan

fasilitas yang diperlukan, agar perekonomian dapat berfungsi

dengan baik, istilah ini umumnya merujuk kepada hal infrastruktur

teknis atau fisik yang mendukng jaringan struktur seperti fasilitas

antara lain dapat berupa jalan, kereta api, air bersih, kanal, waduk,

tanggul, pengelolahan limbah, perlistikan. Telekomunikasi,

infrastruktur selain fasilitas akan tetapi sebagai contoh bahwa jalan

dapat melancarkan transportasi pengiriman bahan baku sampai ke

pabrik kemudian untuk distribusi ke pasar hingga sampai kepada

masyarakat. Dalam beberapa pengertian, istilah infrastruktur

termasuk pula infrastruktur sosial kebutuhan dasar seperti antara

lain termasuk sekolah dan rumah sakit, bila dalam militer, istilah

ini dapt pula merujuk kepada bangunan permanen dan instalasi

yang diperlukan untuk mendukun operasi dan pemindahan.

2) Peranan Infrastruktur Politik dalam Pemilu

Tidak terdapat definisi rinci tentang infrastuktur politik,

kecuali dipertentangkan dengan suprastruktur politik. Namun

demikian sudah merupakan kesepakatan umum menganggap

bahwa partai politik termasuk dalam kelomp[ok inti infrastruktur

politik, kemudian diikuti oleh ormas sebagai pelengkap kelompok

inti yang kehadirannya juga dipandang sebagai keharusan. Karena

dalam konteks Indonesia tanpa ormas infrastruktur politik tidak

Page 68: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

bermakna sama sekali. Di lain pihak, hubungan komplementer

antara supra dan infrastruktur mengindikasikan pula betapa urgen

yang tersebut terakhir ini dalam proses institusionalisasi politik.

Dalam hubungannya dengan pemilihan umum, patut dicatat

terlebih dahulu pengertian yang diajukan teoritisi klasik sejak

Tocqueville sampai ke Jefferson percaya bahwa partisipasi politik,

lebih-lebih melalui pemberian suara dalam pemilihan umum,

merupakan kunci bagi pemerintahan demokratis, yaitu suatu

mekanisme, yang dengannya kepercayaan rakyat terhadap

pemerintahan diletakkan. (Gunawan Suryatmaja, 2008: 29)

Pemilihan umum merupakan salah satu partisipasi politik

masyarakat. Marger seperti dikutip Sherman dan Kolker dalam

Gunawan Suryatmaja, membagi dua bentuk partisipasi.

Pertama melembaga, yairu metode-metode tindakan warga negara yang sengaja diadakan dan dapat diterima yang dipandang sah oleh sistem politik yang berlaku. Yang termasuk dalam kategori ini adalah pemberian suara dalam pemilu, menulis surat untuk pejabat politik, berkarya untuk suatu partai politik tertentu, berdemonstrasi secara damai dan lain-lain. Kedua, bentuk partisipasi massa yang tidak melembaga yang tidak sah, yaitu tingkah laku warga negara yang menyimpang dari tuntutan suatu jabatan, berupa ketidakpatuhan rakyat, konfrontasi dengan kekerasan terhadap kekuasaan pemerintah dan tindakan sengaja untuk menjatuhkan sistem yang sedang berlaku. (Gunawan Suryatmaja, 2008: 60)

Ahli lainnya, Milbrath, membagi empat bentuk partisipasi

politik, yaitu kegiatan spektator, kegiatan transisi dan kegiatan

gladiator, serta bermasa bodoh, berjenjang dari bawah sampai pada

yang paling tinggi, yakni memegang jabatan publik dan partai.

Dengan pendekatan ini maka pemberian suara dalam pemilu

menduduki ranking nomor dua terbawah dari 14 macam kegiatan

yang disebut sebagai partisipasi politik.

Cara pandang lain, seperti dikemukakan Lipset dalam

Gunawan Suryatmaja, tidak melihat keikutsertaan warganegara di

Page 69: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

dalam pemilihan umum sebagai sesuatu yang penting, terutama di

dalam membicarakan partisipasi politik. Karena partisipasi tidak

diperlukan dan bukan pula merupakan syarat yang harus ada untuk

mempengaruhi organisasi dan kebijakan pemerintah. (Gunawan

Suryatmaja, 2008: 29). Dalam kenyataannya bisa terjadi para

anggota masyarakat menunjukkan suatu tingkat partisipasi yang

rendah di dalam organisasi atau masyarakat, tetapi tetap dapat

mempengaruhi kebijakan dengan kemampuan mereka menarik atau

memberikan dukungan pemilu kepada salah satu penguasa

(birokrasi) yang berbeda yang bersaing merebut kekuasaan. Di

pihak lain, para anggota organisasi atau warga negara dapat selalu

aktif mengikuti rapat-rapat, memasuki berbagai organisasi politik,

dan bahkan memiliki tingkat pemberian suara yang tinggi, tetapi

memiliki sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali pengaruh

terhadap pengambilan kebijakan politik.

Kecuali cara pandang di atas, arti pemilihan umum bagi

suatu sistem politik dapat pula dirujuk pada pandangan yang

dikemukakan aliran pluralis, yang tidak sekedar menganggap

pemberian suara dalam pemilu itu penting, tetapi menekankan pula

arti penting kegiatan kelompok kepentingan. Sementara teori

konflik, sebagaimana tercermin dalam pendapat Lipset diatas,

menganggap kebanyakan bentuk partisipasi nonelite sebagai ritual

simbolik dan bukan tindakan rasional pilihan serta merupakan

tingkah laku yang tidak efektif untuk mengontrol para elite.

Terlepas dari berbagai pandangan tentang esensi pemilu

diatas sepanjang pengetahuan saya pemilu merupakan suatu

mekanisme untuk merealisasikan salah satu fungsi sistem politik,

yaitu rekrutmen politik. Secara rinci, seperti dikemukkan oleh

Nohlen, di negara-negara demokrasi liberal barat kegunaan

pemilihan umum meliputi: (Gunawan Suryatmaja, 2008: 31)

Page 70: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

a) Membentuk basis konsep demokrasi liberal.

b) Memberikan legitimasi bagi sistem politik.

c) Memberikan legitimasi bagi kepemimpinan politik.

d) Merupakan unsur penting partisipasi demokratis.

Dengan demikian jelasa bahwa pemilu bukan sekedar ritual

seremonik. Salah satu pertanyaan pokok adalah: seberapa jauh

pemilu dapat memenuhi keempat fungsinya itu di dalam suatu

sistem politik tertentu? Banyak faktor yang mempengaruhi

berfungsi atau tidaknya pemilu dalam menegakkan tatanan politik

demokratis.

3) Keberadaan Infrastruktur dalam Pemilu

Dalam hal ini harus dibedakan antara partai politik dan

ormas dalam keikutsertaan mereka di dalam pemilu. Keikutsertaan

partai politik di dalam pemilu jelas merupakan salah satu cara

aktualisasi fungsi parpol untuk didudukkan di dalam suprastruktur

politik. Dengan kata lain dibandingkan dengan unsur infrastruktur

lainnya, parpol sebagai kelompok kepentingan memiliki kaitan

langsung dengan pemilu guna mempertahankan statusquonya.

Fungsi-fungsi partai lainnya juga dapat dilaksanakan manakala

partai dapat mendominasi kekuasaan melalui pemilu. Markovic

mencatata delapan fungsi partai sebagai berikut: (M Rusli Karim.

1991: 53)

a) Artikulasi kebutuhan, kepentingan dan aspirasi berbagai kelompok sosial.

b) Menggariskan alternatif jangka panjang dan menengah untuk tujuan-tujuan sosial.

c) Perumusan program untuk mencapai tujuan.

d) Mengintegrasikan sebagian besar penduduk ke arah tujuan bersama.

Page 71: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

e) Mencarikan pemecahan kompromis konflik antar kebangsaan, ras, agama dan kelas.

f) Rekrutmen dan pemilihan pemimpin dan fungsionaris politik yang berbakat

g) Pengorganisasian kampanye pemilu untuk mewakili kelompok sosial yang ada.

h) Kontrol dan kritik terhadap pemerintah.

Partai sangat berkepentingan untuk ikut ambil bagian.

Keterlibatan individu di dalam partai menurut Robert H Blank

dalam M Rusli Karim, menjelaskan bahwa memiliki enam jenjang

dari sebagai ikut-ikutan, pendukung umum, pemilih primer,

menjadi anggota, pekerja partai sampai ke jenjang tertinggi,

sebagai pemimpin partai. (M Rusli Karim, 1991: 52)

Dengan demikian partai sangat berkepentingan untuk

terlibat secara intens di dalam pemilu. Melalui suara yang

didapatnya di dalam pemilu. Melalui suara yang di dapatnya di

dalam pemilu suatu partai terwakili di dalam suprastuktur politik.

Persoalannya adalah apakah sistem pemilu memungkinkan adanya

kompetisi politik yang sehat atau tidak di antara masing-masing

kekuatan politik. Manakala pemilu benar-benar berfungsi sebagai

sarana persaingan memperebutkan pengaruh massa maka pemilu

akan mencapai sasarannya, dalam arti keikutsertaan rakyat dalam

pemberian suara akan tinggi. Kendatipun dalam kenyataannya

tidak semua warga negara yang memenuhi syarat menggunakan

hak mereka untuk memilih tetapi partai sangat berkepentingan

terhadap semua pemilih. Aksebilitas partai politik sangat

ditentukan oleh seberapa besar dukungan suara yang diberikan

rakyat kepadanya pada masing-masing pemilu.

Pada bagian lain uraiannya kedua penulis ini menyatakan

bahwa keputusan seseorang untuk memberikan suara dalam pemilu

Page 72: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

tersebut ditentukan oleh pertimbangan singkat tentang situasi

tertentu yang dikaitkan dengan berbagai pertimbangan jangka

panjang lainnya. Dilihat dari identifikasi partainya serta pengaruh-

pengaruh sosial lainnya seperti kelamin, identitas etnis, pendidikan,

status ekonomi sosial dan tekanan dari kelompok primernya.

Sedangkan dilihat dari aspek sosial Lipser mengajukan empat

faktor yang mempengaruhi tingkat pemberian suara dalam pemilu:

(M Rusli Karim, 1991: 54)

(1) Signifikansi kebijakan pemerintah terhadap individu.

(2) Akses kepada informasi.

(3) Tekanan kelompok untuk memberikan suara.

(4) Tekanan-tekanan yang saling berbenturan.

Di negara kita pemilu ditandai oleh tiadanya kompetisi

ketiga kekuatan politik. Sesuai dengan tujuan menciptakan

stabilitas politik maka sejak awal orde baru pemerintah menaruh

kepentingan bagi adanya satu kekuatan politik yang sangat

dominan. Untuk itu diciptakanlah berbagai aturan main dalam

pemilu yang sengaja dirancang agar terjadi pemusatan kekuasaan

pada kekuatan politik yang di dukung oleh birokrasi. Sistem

pemilu, sebagai bagian integral dari rekayasa politik orde baru

tidak memberi peluang bagi kedua partai politik untuk dapat

meraih suara yang memadai. Dimulai dengan Pemilu 1971 sampai

Pemilu 1987 perolehan kedua parpol inii tidak mencapai 40 persen

suara. Parpol mengidap penyakit internal berupa rapuhnya

kohesivitas partai, yang bermulai dari berbagai sumber konflik

internal di satu pihak, sementara sistem Pemilu, di pihak lain, tidak

mendukung bagi berperannya partai secara leluasa untuk

memperebutkan pengaruh melalui Pemilu. Terputsnya komunikasi

partai dengan massa di tingkat kecamatan ke bawah menyebabkan

kedua parpol tidak lagi mengakar di dalam masyarakat.

Page 73: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Terputusnya hubungan itu ditandai pula oleh makin

langkanya rakyat yang bersedia menjadi aktivis partai di tingkat

kecamatan dan desa. Phobi parpol merupakan akibat logis dari

kebijakan “menganakemaskan” GOLKAR dengan kebijakan

monoloyalitas sehingga semua aparat pemerintah dan pegawai

negeri hanya mendukung partai pemerintah. Partai benar-benar

mengalami kelumpuhan total. Faktor inilah penyebab utama

kekalahan parpol di dua jenjang pemerintahan terbawah tersebut.

5. Tinjauan Tentang Kebebasan Berserikat dan Berorganisasi

a. Pengertian kebebasan berserikat

Secara harfiah, menurut kamus Bahasa Indonesia kebebasan

berpendapat berasal dari kata bebas (kebebasan) yang berarti

suatu keadaan bebas atau kemerdekaan, sedangkan serikat

(berserikat) yakni bersatu merupakan perkumpulan. Berdasarkan

uraian diatas, jelaslah disebutkan berserikat itu merupakan

kemerdekaan, perkumpulan, perhimpunan, persekutuan,

organisasi dan sejenisnya merupakan hak setiap orang.

Syarat adanya kebebasan untuk menyatakan pendapat dan

berserikat, merupakan persyaratan mutlak yang lain, yang harus

dimiliki oleh suatu negara demokrasi. Kebebasan ini harus

dijamin pula di dalam Undang-Undang negara yang bersangkutan.

Undang-Undang yang mengatur mengenai kebebasan menyatakan

pendapat dan berserikat itu harus dengan tegas mentakan adanya

kebebasan berpendapat baik secara lisan maupun tertulis. Dalam

rangka kebebasan menyampaikan pendapat tersebut, maka setiap

orang berhak mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkannya,

sehingga harus dijamin haknya untuk mencari, memperoleh,

memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikannya. Dibalik

itu harus pula ada ketentuan Undang-Undang yang melarang

siapapun, termasuk pemerintah yang ingin mengurangi,

Page 74: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

membatasi atau meniadakan kebebasan tersebut (Krisna Harahap,

2003: 70).

Di dalam Pasal 28 UUD 1945 disebutkan mengenai

organisasi dengan istilah berserikat. Tetapi jika kerjasama tersebut

tidak tetap atau permanen, maka organisasi diistilahkan sebagai

berkumpul. Bentuk organisasi ada yang di bawah pemerintahan

dan organisasi di luar pemerintahan atau non pemerintah.

Organisasi pemerintah misalnya departemen-departemen,

lembaga negara dan banyak lagi lainnya. Organisasi non

pemerintah misalnya partai politik, persatuan olahraga, organisasi

masyarakat dan banyak contoh lainnya.

Organisasi memiliki struktur yang jelas dan tersusun.

Struktur ini menjelaskan hak dan kewajiban para anggotanya.

Contohnya, pembagian kerja, cara memilih pimpinan dan jabatan

khusus lainnya. Coba bayangkan, di keluarga saja ada struktur

yang jelas mengenai siapa yang memegang kepemimpinan di

rumah, yaitu ayah. Sedangkan ibu bertugas mengatur rumah

tangga. Begitu pula dengan organisasi yang lebih besar lingkup

tugasnya seperti partai politik.

Organisasi melibatkan banyak orang. Organisasi tidak bisa

berjalan jika orang-orang di dalam organisasi tersebut tidak bisa

bekerja sama dengan baik. Meski pun berbeda jabatan atau

strukturnya, setiap orang dalam organisasi harus mematuhi

peraturan bersama atau tata tertib yang sudah dibuat untuk

kepentingan seluruh anggota organisasi tersebut (Abdullah,

Endang dan Rikayani, 2009:58-59).

Berikut ini adalah pengaturan dan beberapa pendapat oleh

para ahli tentang kebebasan berserikat serta pengertian kebebasan

berserikat menurut undangundang, diantaranya :

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Page 75: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

a) Pasal 28 menyatakan : “kemerdekaan berserikat dan

berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan lisan dan

tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-

Undang.“

b) Pasal 28 E ayat (3) : “setiap orang berhak atas kebebasan

berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”

2) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia. Dalam Pasal 24 ayat (1) menyebutkan bahwa

“Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan

berserikat untuk maksud-maksud damai”.

3) Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Internasional Covenant On Civil And Political Rights

(Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik).

Dalam Undang-Undang ini tidak diatur lebih lanjut mengenai

hak-hak sipil dan politik yang ada di Indonesia, sebab

Undang-Undang ini meratifikasi secara keseluruhan dari

Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik. Jadi

apapun yang menjadi substansi dalam Kovenan Internasional

Hak Sipil dan Politik juga merupakan isi dari Undang-

Undang No. 12 Tahun 2005 ini dan merupakan bagian yang

tak terpisahkan, seperti yang tertulis dalam Undang-Undang

tersebut, sehingga pengaturan mengenai kebebasan

menyatakan pendapat diatur dalam Pasal 22 ayat (1) dan (2)

UU No. 12 Tahun 2005 yang menyatakan “Setiap orang

berhak atas kebebebasan untuk berserikat dengan orang lain,

termasuk hak untuk membentuk dan bergabung dalam serikat

pekerja untuk melindungi kepentingannya ”, (ayat 1) dan ayat

(2) menyatakan “Tidak diperkenankan untuk membatasi

pelaksanaan hak ini, kecuali yang telah diatur oleh hukum,

dan yang diperlukan dalam masyarakat demokratis untuk

kepentingan keamanan nasional dan keselamatan publik,

Page 76: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

ketertiban umum, perlindungan kesehatan dan moral umum,

atau perlindungan atas hak dan kebebasan dari orang lain.

Pasal ini tidak boleh mencegah diberikannya pembatasan

yang sah bagi anggota angkatan bersenjata dan kepolisian

dalam melaksanakan hak ini”.

4) Artikel 20 (1) UDHR menentukan, “Everyone has the right to

freedom of peaceful assembly and association”.

5) Amien Rais menyatakan bahwa terdapat 10 kriteria

demokrasi yang harus dipenuhi oleh sebuah Negara. Salah

satunya ialah pemenuhan terhadap empat macam kebebasan,

yakni: kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers,

kebebasan berkumpul, dan kebebasan beragama. Bila rakyat

sudah tidak boleh berbicara atau mengeluarkan pendapat,

maka itu pertanda tiadanya demokrasi.“ (Amien Rais dalam

Krisna Harahap, 2003: 73).

6) Menurut Justice Arthur Goldberg

We hold simply that group which themselves are neither

engaged in subsersive or other illegal or improper activities

nor demonstrated to have any subtansial connection with

such activities are to protected in their rights of free and

private assocaiaton (Justice Arthur Goldberg dalam Jimly

Asshiddiqie, 2006:16).

7) Elfbrandt v. Russell

Seorang individu tidak dapat dihukum karena bergabung atau

bertemu dengan serikat kecuali serikat itu melakukan

kegiatan tidak sah dan individu itu terbukti mengetahui

tentang kegiatan yang tidak sah, dan mempunyai niat spesifik

untuk melanjutkan tujuannya yang tidak sah (Elfbrandt v.

Russell dalam Sandra Coliver, 1993:104)

Page 77: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

b. Berbagai Instrumen Internasional

Sumber rujukan standar kebebasan berserikat, berkumpul

dan berorganisasi ini adalah instrumen-instrumen hak asasi

manusia yang berlaku universal maupun yang berlaku terbatas dan

berlaku dalam lingkup regional. Di antaranya adalah Universal

Declaration of Human Rights (ICCPR).

Artikel 20 (1) UDHR menentukan, “ Ereryone has the right

to freedom of peaceful assembly and association.” Sub-title (2)-

nya lebih lanjut menegaskan, “ No one may be compelled to belong

association.”

ICCPR (International Covenant on Civil and Political

Rights) mengatur lebih lanjut pengakuan dan perlindungan atas “

the right of peaceful assembly” itu dalan artikel 21, sedangkan

“freedom of association” dijamin oleh artikel 22-nya. Artikel 22

clause (1) menentukan: (Jimly Ashiddiqie, 2005: 3).

Everyone shall have the right to freedom of association and

join trade union for the protection of his interests.”

Hak atas kemerdekaan untuk “a peaceful assembly and

association” itu juga diakui dan dijamin dalam Konvensi

Pemberantasan Diskriminasi Rasial (the Convention of the

Elimination of Racial Discrimination of 1966). Perlindungan

mengenai hal ini dijamin tegas dalam artikel 5(d)(ix) Konvensi

Pemberantasan Diskriminasi Rasial tersebut.

Disamping instrumen Hukum Internasional yang berlaku

global dan universal tersebut di atas, di berbagai kawasan tertentu,

berlaku pula beberapa instrumen regional tertentu. Misalnya, dapat

disebutkan di sini “the European Convention on Human Rights”

Tahun 1969 dan “the African Charter on Human and Peoples”

tahun 1981. (Jimly Ashiddiqie, 2005: 4).

Sangat disayangkan bahwa negara-negara Asia belum

mempunyai instrumen regional yang tersendiri. Negara-negara

Page 78: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Asia, yang dikenal berpenduduk paling besar dan paling padat,

sangat beranekaragam kebudayaannya, dan demikian banyak

jumlah negaranya, belum pernah menyelenggarakan suatu

konvensi regional yang tersendiri, seperti eropa, Amerika, dan

Afrika. Oleh karena itu, saatnya bagi bangsa-bangsa Asia dan

negara-negara di benua terbesar ini untuk mengupayakannya di

masa yang akan datang.

Kemerdekaan berserikat dalam bidan perburuhan diatur

tersendiri dalam artikel 8”the International Convenant on

Economic, social, and Cultural Rights” (ICESCR). Ketentuan

artikel 8 ini sangat erat kaitannya dengan ketentuan dua instrumen

hukum yang disponsori ILO (International Labour Organization),

yaitu (i) “the Convention concerning Freedom of Association and

Protection of the Rights to Organize”, dan (ii) “the Convention

concernig the Aplication of the Principle of the Rights to Organize

and Bargain Collectively”. (Jimly Ashiddiqie, 2005: 5).

Menurut artikel 2 “Convention Concerning Freedom of

Association” Buruh dan majikan mempunyai hak untuk

membentuk organisasi, untuk menjadi anggota suatu organisasi

berdasarkan pilihannya sendiri tanpa memerlukan persetujuan lebih

dulu dari pihak lain. (Workers and Employers have the rights to

establish and, subject only to the rules of the organizations of their

own choosing without previous authorization).

Organisasi yang demikian berhak menentukan peraturan

dasar dan rumah tangganya (constitutions and rules) untuk

memilih perwakilan mereka dengan kemerdekaan penuh,

menyelenggarakan administrasi dan merumuskan program-

program sendiri tanpa campur tangan pihak yang berwenang.

Organisasi pekerja (buruh) dan organisasi majikan (pengusaha)

juga dilindungi dari tindakan pembubaran atau

pembekuan/penundaan adminstratif (dissolution or suspension of

Page 79: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

administrative authorities) dan diizinkan mendirikan dan

mengikuti federasi, konfederasi, dan organisasi-organisasi

semacamnya. Lebih jauh lagi, federasi dan konfederasi tersebut

juga memiliki hak untuk berafiliasi dengan organisasi perburuhan

dan pengusaha internasional (international organization of workers

and employers).

Konvensi tentang “the Application of the Principles of the

Rights to organize and Bargain Collectively” antara lain

dimaksudkan sebagai penguatan terhadap kemerdekaan berserikat

dalam bidang perburuhan. Hal ini dilakukan dengan

mengupayakan perlindungan terhadap para pekerja yang berserikat

(unionized workers) dari kemungkinan dijadikan korban karena

kegiatan serikat. Konvensi ini antara lain menentukan: (Jimly

Ashiddiqie, 2005: 6).

“(1) Workers shall enjoy adequate protection against acts of anti-

union discrimination in respect of their employment. (2) Such

Protection shall apply more particularly in respect of acts

calculated to (i) make the employment of worker subject to the

condition that he shall not join a union or shall relinguish trade

union membership; (ii) cause the dismissal of or otherwise

prejudice a worker by reason of union membership or because of

participation in union activities outside working hours or, with the

consent of the employer, within working hours.”

Kebebasan berserikat (freedom of associaton) dan

berkumpul (Freedom of Assembly) memang tunduk juga kepada

pembatasan-pembatasan tertentu yang berlaku secara khusus

terhadap kedua jenis kebebasan ini, ataupun pembatasan-

pembatasan yang berlaku umum terhadap hak asasi manusia

(HAM. Semua Instrumen Hukum Internasional selalu menyertakan

persyaratan “peaceful” terhadap frasa “freedom of assembly”,

yaitu menjadi “freedom of peaceful assembly”. Persyaratan ini

Page 80: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

terdapat, baik dalam artikel 20 UDHR, artikel 11 ECHR, artikel 21

ICCPR, maupun dalam artikel 15 ACHR.

Satu-satunya instrumen Hukum Internasional yang tidak

menggunakan istilah “Peaceful assembly” ini adalah “the Africab

Charter” tahun 1981. Piagam Afrika ini malah menggunakan

istilah yang lebih tegas menentukan bahwa pelaksanaan kebebasan

untuk berkumpul itu harus tunduk kepada pembatasan yang

ditentukan oleh undang-undang (UU), khususnya yang

berhubungan dengan “the interest of national security and the

safety, health, ethics and the rights and freedoms of others”.

Bahasa yang identik untuk membatasi baik prinsip “Freedom of

assembly” maupun “Freedom of associaton” berdasarkan ICCPR,

ECHR dan ACHR.

c. Hakikat Kebebasan Berserikat

Mengapa Kemerdekaan Berserikat harus dijamin dalam

UUD? Sebagian ahli berpendapat bahwa Freedom of Association

itu merupakan salah satu untuk natural rights yang bersifat

fundamental dan melekat dalam peri kehidupan bersama umat

manusia. Sebabnya ialah bahwa setiap manusia selalu mempunyai

kecenderungan untuk bermasyarakat, dan dalam masyarakat itu

perilaku setiap orang untuk memilih teman dalam hubungan-

hubungan sosial merupakan sesuatu yang alami sifatnya.

Setiap orang dengan sendirinya mempunyai kebebasan dan

dapat memilih sendiri teman atau kawan tanpa harus dipaksa atau

diganggu oleh pihak ketiga. (The ability of an individual to choose

the nature of their relationship with others without interference

with third parties). Apalagi, dalam kehidupan bermasyarakat,

dengan sendiri setiap orang mempunyai naluri alamiahnya sendiri

untuk bergaul dengan sesama warga dimana seseorang hidup

bersama. Dalam pergaulan hidup bersama itu, setiap orang bebasa

Page 81: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

memilih teman, tanpa paksaan dari pihak lain. Seseorang, bahkan,

juga bebas untuk tidak bergaul dengan orang lain yang dengannya

ia tidak mau bergaul.

Dalam konstitusi Amerika Serikat, Prinsip kemerdekaan

berserikat (freedom of association) demikian itu, diadopsikan

dalam amandemen pertama, walaupun tidak secara harfiah

dirumuskan dalam kata-kata yang eksplisit. Meskipun demikian,

hak berserikat atau kebebasan berserikat (the rights or the freedom

of association) di Amerika Serikat pada umumnya dipahami

sebagai konsep yang tumbuh dari Amandemen Pertama UUD.

Amandemen Pertama Konstitusi Amerika Serikat memberikan

jaminan hak kepada setiap orang untuk berserikat secara damai dan

untuk menuntut pemerintah atas pemenuhan hak itu.

Sebagian ahli menganggap “the right of association”

sebagai suatu “penumbra” Amandemen pertama (the First

Amandement) yang melindungi privasi atas jenis-jenis keanggotaan

tertentu dalam organisasi (the privacy of certain kinds of

organizational membership). Sebagian ahli lainnya justru

mengakui freedom of association sebagai suatu hak alami (natural

rights) dan karenanya bersifat fundamental. (Jimly Ashiddiqie,

2005: 23).

Dalam perkembangan awalnya, pada tahun 1600-an,

kerajaan inggris bisa mengatur dan membatasi kebebasan pers

melalui skema perizinan. Pada pertengahan abad ke-17, juga

digunakan “libel laws” untuk maksud yang serupa. Perkumpulan-

perkumpulan politik ketika itu diciptakan dan mulai memberikan

pengaruh yang besar dalam pemebentukan pendapat umum

sehingga dengan demikian juga berpengaruh besar terhadap

parlemen dan kerajaan.

Namun pada tahun 1765, parlemen inggris mulai

membatasi dan melakukan pengekangan terhadap semua bentuk

Page 82: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

perkumpulan politik. Sampai tahun 1799, kebanyakan

perkumpulan dan partai- partai politik yang tumbuh bebas tersebut

dinyatakan melanggar hukum dan dibubarkan. Pengalaman di

Kerajaan Inggris tersebut juga mempengaruhi tumbuhnya gagasan

perlindungan terhadap kemerdekaan berserikat atau “the freedom

of association” itu, sehingga “Bill of Rights” di Amerika Serikat

diadopsikan pada tahun 1791.

Kemerdekaan berserikat (freedom of association)

melindungi keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi yang

tidak terlibat dalam kegiatan kriminal. Dalam bukunya Treatise

Fragments on Goverment (1776), Jeremy Bentham menyatakan

bahwa pemerintah dapat mengakui bahwa: (Jimly Ashiddiqie,

2005: 24).

“The liberty of public association, or the security with which

malcontents may communicate their sentiments, concert their

plans, and practice every mode of opposition of actual revolt,

before the executive power can be legally justified in disturbing

them”

Thomas Paine dalam ‘The Rights of Man’ dalam

Jimly Ashiddiqie menulis bahwa: (Jimly Ashiddiqie, 2005: 24).

“The end of all political association is, the preservation of the

rights of man, which rights are liberty, property, and security; that

the nation is the source of all soverignity derived from it”

Tujuan dari semua perkumpulan politik adalah untuk

melindungi hak-hak manusia, yaitu liberty, property dan security,

dan bahwa segala kekuasaan tertinggi bagi suatu bangsa bersumber

dari hak-hak itu.

Mahkamah Agung Amerika Serikat juga mengakui adanya

“a constitutionally rights of association” sebagai prinsip yang

melindungi hak-hak setiap individu orang yang terlibat kegiatan

protes selama terjadinya gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat

Page 83: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

(the civil rights movement). Meskipun demikian, dalam perkara De

Jonge Versus Oregon (1937), Pengadilan Tinggi (High Court)

tidak berpihak kepad De Jonge, dan malah menyatakannya terbukti

bersalah karena asosiasi (guilt by association) dengan Partai

Komunis.

Dalam kasus itu pengadilan mendakwa De Jonge telah

mengadakan satu pertemuan umum yang diasosiasikan dengan

Partai Komunis atau yang diadakan di bawah pengaruh (auspices)

Partai Komunis. Pengadilan tidak membekukan sikap demikian ini

selama hampir tiga dasawarsa.

Karena itu, dapat dikataan bahwa pengadilan Tinggi (The

High Court) di Amerika Serikat memang agak lambat memberikan

pengakuan atas perlindungan yang sama terhadap anggota Partai

Komunis dan Ku Klux Klan, sebagaiamana perlindungan yang

diberikan kepada para anggota”National Association for

Advancement of Colored People” (NAACP).

Diskriminasi yang tersembunyi di balik kemerdekaan

berserikat, seperti dalam kasus United States versus Jaycees and

Rotary Club International, ditolak dengan bulat oleh Mahkamah

Agung. Penolakan itu dilakukan oleh Mahkamah Agung dengan

putusan yang menyatakan bahwa hak berserikat (associatonal

right) lebih banyak memperlakukan sama antara wanita dan pria.

d. Compeled Association

Kebebasan orang untuk berkumpul dan berserikat

menyangkut kebebasan untuk menentukan pilihan berorganisasi

dengan atau kemana. Artinya, seseorang haruslah secara sukarela

menentukan sendiri kehendak bebasnya itu, tidak karena dipaksa

ataupun digiring orang lain untuk mengikuti suatu organisasi.

Dalam praktek kebebasan semacam ini terkait pula dengan

Page 84: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

kewajiban membayar yang biasanya dipaksakan oleh suatu

peraturan bagi para anggota organisasi yang bersangkutan.

Misalnya, dalam Abord versus Detroit Board of Education,

Mahkamah Agung membatasi kewenangan pemerintah untuk

menentukan kewajiban pembayaran seperti itu. Dalam putusan

tahun 1977 itu, Mahkamah Agung membedakan “dues for

ideological activities” dari “dues for service charge” pada

umumnya. Baik anggota maupun non-anggota dapat dibebani

kewajiban yang sama untuk membayar “a union service charge”

dalam jumlah yang sama. Orang yang bukan anggota dapat dipaksa

membayar untuk kepentingan subsidi bagi “the collective

bargaining activities of the union”.

Namun, untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat ideologis,

bagi mereka yang bukan anggota yang tidak menyetujui kegiatan

itu, tidak boleh dipaksa untuk membayar secara paksa. Bagi

Mahkamah Agung: (Jimly Ashiddiqie, 2005: 33).

“it was unconstitutional to use the mandatory service charges to

contribute to political candidates and to express political views

unrelated to its duties as exclusive bargaining representative.”

Menurut Mahkamah Agung, jantung amandemen pertama

UUD Amerika Serikat terletak pada pengertian bahwa seseorang

haruslah bebas mempercayai apa yang ia kehendaki (free to believe

as he will) dan bahwa dalam suatu masyarakat yang bebas,

kepercayaan seseorang akan sesuatu dibentuk oleh pikiran dan

kesadarannya sendiri, bukan dipaksakan oleh negara (in a free

society one’s beliefs should be shaped by his mind and his

conscience rather than coerced by the State)

B. Kerangka Pemikiran

Untuk memperjelas alur berpikir penulisan hukum (Skripsi) ini

berikut digambarkan alur kerangka berpikir:

Page 85: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Gambar : 1

Alur Kerangka Pemikiran

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945

Kebebasan berserikat

(Pasal 28 dan Pasal 28E Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia

Kesesuaian Syarat dan Mekanisme Pendirian Partai

Politik Dengan Pasal 28 dan 28E

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945

Undang-Undang No 2 Tahun 2008 Tentang Partai

Politik

Syarat dan Mekanisme Pendirian Partai Politik

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menjamin kebebasan berserikat seperti yang diatur dalam Pasal 28 Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan :

“kemerdekaan berserikat dan berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan lisan

Page 86: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.“ dan Pasal

28 E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

: “setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan

mengeluarkan pendapat.”

Salah satu bentuk kebebasan berserikat adalah pembentukan Partai

Politik. Keberadaan Partai Politik disebutkan dalam Pasal 6A ayat (2)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945” Pasangan

calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan

pemilihan umum” dan Pasal 22E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945” Peserta pemilihan umum untuk memilih

anggota Dewan Per wakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah adalah partai politik”. Oleh sebab itu, Pemerintah menerbitkan

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang partai politik. Undang-Undang

Nomor 2 tahun 2008 tentang partai politik yang di dalamnya terdapat

peraturan mengenai syarat dan mekanisme pendirian partai politik. Sehingga

pembentukan partai politik perlu memperhatikan prinsip-prinsip kebebasan

berserikat.

Page 87: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Syarat Dan Mekanisme Pendirian Partai Politik

1. Syarat Pendirian Partai Politik

Partai politik kembali mendapat kebebasan untuk bermunculan

dalam masa reformasi dan menjadi peserta dalam Pemilihan Umum.

Namun jalan untuk menjadi persertan Pemilihan Umum (Pemilu) kita

ambil contoh Pemilu tahun 2004 tidaklah mudah. Partai politik harus

melalui serangkaian proses dengan berbagai persyaratan. Pada tahap awal

parpol harus memiliki akta notaris dan tentu saja nama partai, lambang

tanda gambar partai, serta kantor tetap. Setelah memenuhi berbagai

syarat, parpol diverifikasi oleh Departemen Kehakiman dan HAM.

Setelah diverifikasi dan dinyatakan berbadan hukum, langkah selanjutnya

parpol mendaftar dan diverifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Lolos verifikasi administrasi tidak menjadi jaminan bagi parpol. Karena

untuk menjadi peserta Pemilu 2004, partai harus lolos verifikasi faktual.

Setelah ditetapkan sebagai peserta Pemilu, barulah partai mendapat

nomor urut.

Schattsheider dalam bukunya Jimly asshiddiqie yang berjudul

“Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara” mengatakan bahwa Partai politik

mempunyai posisi (status) dan peranan (role) yang sangat penting dalam

setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang

sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara.

Bahkan, banyak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang yeng

sebetulnya menentukan demokrasi. Oleh karena itu, partai politik

merupakan pilar yang sangat penting untuk diperkuat derajat

pelembagaannya (the degree of institutionalization) dalam setiap sistem

politik yang demokratis. Bahkan, oleh Schattsheider dikatakan pula,

“modern democracy is unthinkable save in the terms of the

parties”(Jimly Asshiddiqie 2006: 153).

Page 88: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Namun disayangkan hasil jajak pendapat Kompas, di awal tahun

ini mencatat tetap terpuruknya kinerja partai Politik di mata publik. Dari

berbagai fungsi Partai politik, penilaian paling buruk dialamatkan kepada

fungsi aspirasi dan pendidikan Politik (Kompas, 10 Januari 2011 : 5).

Padahal partai Politik merupakan pilar yang sangat penting. Dengan tidak

diimbanginya kinerja partai politik yang terarah, maka eksistensi

kehadirannya tidak dirasakan sebagai kekuatan politik yang punya

kejelasan orientasinya. Terpuruknya kiprah partai Politik di mata publik,

tidak terlepas dari hiruk pikuk percaturan politik sepanjang tahun 2010.

Banyaknya kasus hukum yang turut mempengaruhi kinerja partai politik,

menjadikan partai politik, sebagai partai yang hanya menguntungkan

partainya sendiri, dan melupakan tujuan awal sebagai sebuah partai yang

didirikan dengan berbagai persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh

Undang-Undang Partai Politik. Dengan demikian praktik partai politik

yang berjalan saat ini tampaknya banyak mereduksi tiingkat kepercayaan

masyarakat kepada institusi partai. Padahal dalam partai Politik,

seharusnya mengakomodir kepentingan masyarakat.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia mengakui

persamaan hak dan kewajiban politik bagi segenap bangsa Indonesia.

Partisipasi warga negara dalam bidang politik adalah kemerdekaan

individu yang diakui dalam konstitusi dan diselenggarakan berdasarkan

hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Landasan yuridis atas

pengakuan persamaan hak dan kewajiban politik tersebut, antara lain

dapat diketemukan dalam rumusan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28, Pasal 28C

ayat (2), Pasal 28D Ayat (1) dan (3), serta Pasal 28E Ayat (3) Undang-

Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dari sekian banyak Pasal dalam Undang-Undang Dasar yang

berkaitan dengan hak dan kewajiban politik warga negara, Pasal yang

paling tegas mengatur mengenai keikutsertaan warga negara dalam

organisasi sosial politik dan/atau keikutsertaannya membentuk atau

Page 89: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

mendirikan organisasi sosial politik adala Pasal 28 dan Pasal 28E Ayat

(3) yang rumusannya masing-masing adalah, Pasal 28: “Kemerdekaan

berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan

tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Pasal 28E

Ayat (3):”Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul,

dan mengeluarkan pendapat”.

Ketentuan dalam kedua Pasal diatas dapat dipahami sebagai

berikut: Pertama, perihal menggabungkan diri dan atau mendirikan suatu

organisasi mass atau partai politik adalah hak setiap warga negara (Pasal

28E Ayat (3) UUD 1945). Kedua, ketentuan mengenai pendirian partai

politik diakui sebagai kemerdekaan warga negara penyelenggaraanya

diatur dengan undang-undang (Pasal 28 UUD 1945). Ketiga, perlu

dibentuk Undang-Undang (Undang-undang organik) untuk melaksanakan

ketentuan Undang-Undang Dasar. Undang-undang sebagaimana

dimaksud merujuk pada Undang-Undang yang mengatur tentang

pembentukan partai politik, ketentuan terakhir yang diperbarui mengacu

pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

(LNRI Tahun 2008 Nomor 2, TLNRI Nomor 4801).

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

(Undang-Undang Partai Politik) telah mengatur tentang syarat-syarat

pembentukan partai politik dalam Bab II Pasal 2,3, dan 4 Undang-

Undang Partai Politik yang intinya sebagai berikut:

a. Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 50 (lima

puluh) orang warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua

puluh satu) tahun dengan akta notaris yang menyertakan 30% (tiga

puluh perseratus) keterwakilan perempuan.

b. Akta notaris sebagaimana dimaksudksn untuk pendirisn partai

politik harus memuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga serta kepengurusan Partai Politik tingkat pusat.

Kepengurusan Partai Politik tingkat pusat sebagaimana dimaksud

Page 90: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

disusun dengan menyertakan paling rendah 30% (tiga puluh

perseratus) keterwakilan perempuan. Anggaran Dasar sebagaimana

dimaksud memuat paling sedikit : a) asas dan ciri Partai Politik; b)

visi dan misi Partai Politik; c) nama, lambang, dan tanda gambar

Partai Politik; d) tujuan dan fungsi Partai Politik; e) organisasi,

tempat kedudukan, dan pengambilan keputusan; f) kepengurusan

Partai Politik; g) peraturan dan keputusan Partai Politik; h)

pendidikan politik; dan i) keuangan Partai Politik.

c. Partai Politik harus didaftarkan ke Departemen untuk menjadi

badan hukum. Untuk menjadi badan hukum sebagaimana dimaksud

Partai Politik harus mempunyai: a) akta notaris pendirian Partai

Politik; b) nama, lambang, atau tanda gambar yang tidak

mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

nama, lambang, atau tanda gambar yang telah dipakai secara sah

oleh Partai Politik lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan; d) kantor tetap; e) kepengurusan paling sedikit 60%

(enam puluh perseratus) dari jumlah provinsi, 50% (lima puluh

perseratus) dari jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang

bersangkutan, dan 25% (dua puluh lima perseratus) dari jumlah

kecamatan pada setiap kabupaten/kota pada daerah yang

bersangkutan; dan f) memiliki rekening atas nama Partai Politik.

d. Departemen Hukum dan HAM menerima pendaftaranan

melakukan penelitian dan/atau verifikasi kelengkapan dan

kebenaran persyaratan Partai Politik dalam waktu paling lam 45

(empat puluh lima) hari sejak diterimanya dokumen persyaratan

secara lengkap, dan sesudah proses penelitian dan/verifikasi

berakhir memberikan pengesaha Partai Politik sebagai badan

hukum dengan Keputusan Menteri dan diumumkan dalam Berita

Negara Republik Indonesia (BNRI).

Page 91: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Pembentukan dan pendirian Partai Politik secara prosedural

ditetapkan dalam Undang-Undang. Mukhtie Fadjar dalam bukunya

“Partai Politik Dalam Perkembangan Sistem Ketatanegaraan Indonesia”

mengemukakan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun perjalanan Era

Reformasi (1998 – 2008) regulasi mengenai partai politik di Indonesia

telah berganti sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu : Undang-Undang Nomor 2

Tahun 1999 Tentang Partai Politik (Undang-Undang Partai Politik Tahun

1999), Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik

(Undang-Undang Partai Politik Tahun 2002), dan, Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik (Undang-Undang Partai

Politik Tahun 2008). Jadi, setiap menghadapi pemilihan umum (pemilu)

harus selalu dibuat undang-undang partai politik baru (Mukhtie Fadjar,

2008:84).

Penulis berpendapat bahwa seringnya pergantian regulasi Partai

Politik dalam kurun waktu 10 tahun Era Reformasi (1998 – 2008)

membuktikan bahwa konstruksi politik pada Era Reformasi belum

mampu mengkonsolidasikan keadaan yang ada dengan mantap dan

optimal.

Kondisi sering bergantinya regulasi Partai Politik ini memeliki

kontradiksi dengan teori yang dikemukakan Fuller dalam Soerjono

Soekanto tentang beberapa kondisi yang harus mendasari suatu sistem

hukum agar dapat digunakan dengan baik dalam masyarakat. Kondisi-

kondisi peraturan hukum yang baik tersebut adalah:

1) Hukum merupakan aturan-aturan umum yang tetap, jadi bukan merupakan aturan yang bersifat ad-hoc.

2) Hukum tersebut harus jelas dan diketahui warga masyarakat yang kepentingan-kepentingannya diatur oleh hukum tersebut.

3) Sebaiknya dihindari peraturan yang bersifat retroaktif.

4) Hukum tersebut harus dimengerti oleh umum.

5) Tak ada peraturan-peraturan yang saling bertentangan.

Page 92: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

6) Pembentukan hukum harus memperhatikan kemampuan warga masyarakat untuk mematuhi hukum tersebut.

7) Perlu dihindarkan terlalu banyaknya perubahan-perubahan pada hukum, oleh karena warga masyarakat dapat kehilangan ukuran dan pegangan bagi kegiatan-kegiatannya.

8) Adanya korelasi antara hukum dengan pelaksanaan atau penerapan hukum tersebut (Soerjono Soekanto, 2006: 149).

Seringnya pergantian regulasi Partai Politik dalam kurun waktu

10 tahun Era Reformasi (1998 – 2008) sesuai dengan pendapat Hans

Kelsen dalam Maria Farida Indrati yang mengatakan bahwa hukum

adalah termasuk dalam sistem norma yang dinamik (nomodynamics) oleh

karena hukum itu selalu dibentuk dan dihapus oleh lembaga-lembaga

atau otoritas-otoritas yang berwenang membentuk atau menghapusnya,

sehingga dalam hal ini tidak dilihat dari segi norma tersebut, tetapi dilihat

dari segi berlakunya atau pembentukannya (Maria Farida Indrati,

2007:23).

Bangsa Indonesia dalam masa reformasi ini masih terus berproses

untuk mencari jati diri sebagai negara demokrasi yang benar-benar

mengayomi rakyatnya. Namun, posisi bangsa Indonesa yang cenderung

labil dan mudah berubah (transional) ini memang berdampak buruk pada

ketahanan nasional di berbagai sektor kehidupan bangsa dan negara,

sebagaimana pemaparan, namun regulasi Partai Politik yang masih

bersifat ad hoc tersebut juga mencitrakan bahwa kekuatan-kekuatan

politik yang berkembang saat ini sedang sedang mengupayakan

tercapainya konsolidasi demokrasi konsensual yang kokoh, berkeadilan

dan berkemanfaatan untuk dapat dengan secepat mungkin menciptakan

ketahanan nasional dalam berbagai sektor kehidupan bangsa dan negara

(Mukhtie Fadjar, 2008:84).

2. Mekanisme Mendirikan Partai Politik

Pentapan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 sebagai

pengganti dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai

Page 93: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Politik, maka berdasarkan ketentuan Pasal 3, Departemen Hukum dan

HAM mempunyai kewenangan untuk menerima pendaftaran

pembentukan dan pendirian partai politik sebagai badan hukum. Dalam

proses pengesahan Partai Politik sebagai badan hukum Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia melakukan penelitian dan/atau verifikasi

kelengkapan dan kebenaran persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 2

dan Pasal 3 undang-undang tersebut di atas. Untuk memberikan

pelayanan yang cepat, tepat dan sederhana perlu ditetapkan petunjuk

pelaksanaan sebagai pedoman bagi para pelaksana dalam melakukan

pendaftaran dan pengesahan partai politik menjadi badan hukum. Selain

itu petunjuk pelaksanaan ini dapat juga digunakan sebagai acuan bagi

partai politik dalam melakukan proses pendaftaran dan pengesahannya

sebagai badan hukum.

Sesuai dengan tugas dan fungsi seorang menteri sesuai Pasal 17

UUD 1945 perubahan yang mengatur tentang 1) Presiden dibantu oleh

menteri-menteri negara; 2) Menteri-menteri itu diangkat dan

diberhentikan oleh Presiden; 3) Setiap Menteri membidangi urusan

tertentu dalam pemerintahan, maka fungsi dari Peraturan Menteri adalah

sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka

penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan di bidangnya.

b. Menyelanggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam

peraturan presiden.

c. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam

Undang-undang yang tegas-tegas menyebutnya.

d. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam

Peraturan Pemerintah yang tegas-tegas menyebutnya (Maria Farida

Indrati, 2007:226-227).

Page 94: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Sesuai dengan fungsi Peraturan Menteri diatas maka Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik (Undang-Undang

Partai Politik) memerlukan Peraturan menteri untuk Menyelenggarakan

pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-undang yang tegas-

tegas menyebutnya. Hal ini dikarenakan karena aturan pelaksana

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik yaitu

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor M-01.HL.01.10 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pendaftaran Ulang, Pendaftaran Pendirian, Pendaftaran Perubahan

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Nama, Lambang, Tanda

Gambar, Pengurus Tingkat Nasional, serta Pembubaran dan

Penggabungan Partai Politik sudah tidak dapat digunakan untuk aturan

pelaksana Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

Pergantian Undang-Undang Partai Politik ini juga harus diikuti

dengan pergantian aturan pelaksananya yaitu, Keputusan Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M-01.HL.01.10

Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Ulang,

Pendaftaran Pendirian, Pendaftaran Perubahan Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga, Nama, Lambang, Tanda Gambar, Pengurus

Tingkat Nasional, serta Pembubaran dan Penggabungan Partai Politik

digantikan dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor : M.Hh-02.Ah.11.01 Tahun 2008 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Partai Politik Menjadi Badan Hukum.

Pergantian aturan pelaksana pembentukan partai politik ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Adolf Merkl dalam Maria Farida

Indrati yang mengemukakan teori bahwa suatu norma hukum itu ke atas

ia bersumber dan berdasar pada norma yang di atasnya, tetapi ke bawah

ia juga menjadi sumber dan menjadi dasar bagi norma hukum

dibawahnya, sehingga suatu norma hukum itu mempunyai masa berlaku

relatif (rechtskracht) yang relatif, oleh karena masa berlakunya suatu

Page 95: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

norma hukum itu tergantung padanorma hukum yang berada diatasnya.

Apabila norma hukum yang berada di atasnya dicabut atau dihapus, pada

dasarnya norma-norma hukum yang berada dibawahnya akan tercabut

atau terhapus pula (Maria Farida Indrati, 2007:42).

Tahap-tahap pendaftaran partai politik yang diatur dalam

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor : M.Hh-02.Ah.11.01 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pendaftaran Partai Politik Menjadi Badan Hukum meliputi proses proses

pendaftaran, penelitian dan/atau verifikasi, dan pengesahan partai politik.

1) Pendaftaran

a) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menerima pendaftaran pembentukan dan pendirian partai politik pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.

b) Dalam menerima pendaftaran petugas pendaftaran: (1) memberikan tanda terima sementara berkas pendaftaran

pendirian/pembentukan partai politik yang belum lengkap (Lampiran II);

(2) memberitahukan kekurangan persyaratan administratif tersebut kepada pemohon;

(3) memberikan tanda terima bahwa partai politik yang bersangkutan telah melengkapi persyaratan yang kurang (Lampiran III);

(4) memberikan tanda terima pendaf taran pendirian/pembentukan terhadap permohonan yang sudah lengkap (Lampiran IV);

(5) mencatat dalam buku register permohonan pendaftaran pendirian/pembentukan partai politik, yang meliputi: (a) nama pemohon/kuasanya; (b) waktu dan tanggal permohonan; (c) nama partai politik (d) nama pengurus/pimpinan pusat partai politik; (e) alamat tetap sekretariat partai politik;

(6) memproses permohonan pendaftaran pendirian/ pembentukan partai politik yang telah lengkap.

2) Penelitian dan/atau Verifikasi

a) Untuk mengesahkan partai politik menjadi badan hukum Departemen Hukum dan HakAsasi Manusia melakukan penelit

Page 96: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

ian dan/ atau verifikasi terhadap partai politik pendaftar yang telah memenuhi persyaratan.

b) Penelitian dan atau verifikasi partai polit ik dilakukan secara administratif dan periodik bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Polit ik Departemen Dalam Negeri berkaitan dengan penerbitan surat keterangan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik provinsi/kabupaten/kota dan kecamatan.

c) Penelitian dan/atau verifikasi kelengkapan dan kebenaran persyaratan partai politik dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang keanggotaannya terdiri dari unsur Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Departemen Dalam Negeri.

d) Tugas Tim adalah memeriksa dan meneliti, baik secara administratif maupun substansial terhadap persyaratan permohonan pendaftaran partai politik.

e) Dalam melakukan penelit ian dan/atau verifikasi partai politik, Tim dapat melakukan penelit ian/verifikasi langsung kepada instansi atau kantor yang menerbitkan persyaratan administratif pembentukan dan pendirian partai polit ik yang dituangkan dalam berita acara penelitian (Lampiran V)

f) Penelitian dan atau verifikasi partai politik dilakukan paling lama 45 (empat puluh lima) hari sejak diterimanya dokumen persyaratan secara lengkap.

3) pengesahan partai politik menjadi badan hukum

a) Pengesahan partai polit ik menj adi badan hukum dilakukan dengan menerbitkan Keputusan Menteri Hukum dan Asasi Manusia dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari sejak berakhirnya proses penelitian dan/atau verifikasi.

b) Keputusan Menteri Hukum dan Asasi Manusia dikirimkan ke Percetakan Negara untuk diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

c) Salinan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia disampaikan kepada:

(1) Mahkamah Agung; (2) Mahkamah Konstitusi; (3) Menteri Dalam Negeri; (4) Komisi Pemilihan Umum.

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor : M.Hh-02.Ah.11.01 Tahun 2008 memberi amanah

kepada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusi untuk secara periodik

Page 97: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

memverifikasi partai politik pada bulan Februari/Maret dan Juli/Agustus

setiap tahunnnya.

B. Kesesuaian Syarat Dan Mekanisme Pendirian Partai Politik Dengan

Prinsip Hak Atas Kebebasan Berserikat Dan Kebebasan Berorganisasi

Kemerdekaan berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pikiran dan

pendapat merupakan hak asasi manusia yang diakui dan dijamin oleh

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Mengkukuhkan kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

pendapat merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan kehidupan bangsa

yang kuat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat,

merdeka dan demokratis berdasarkan hukum. Hak merdeka untuk berserikat,

berkumpul serta mengeluarkan pikiran tersebut diwujudkan dalam pelibatan

masyarakat pada proses politik yaitu melalui pemilihan umum.

Setiap negara harus berlandaskan pada sebuah sistem ketatanegaraan

yang baik yaitu dalam penyelenggaraan pelaksanaan kehidupan

ketatanegaraannya. Sistem ketatanegaraan antara negara yang satu dengan

negara yang lain tentulah tidak sama persis karena setiap bangsa dan negara

memiliki ciri khas dan karakter sendiri-sendiri. Sistem ketatanegaraan

tersebut diantaranya meliputi sistem pemerintahan, bentuk negara, bentuk

pemerintahan, sistem politik, dan lain-lain yang berhubungan dengan

berjalannya suatu negara.

Sistem politik merupakan aktualisasi dari prinsip kedaulatan rakyat

(demokrasi) yang lebih luas dijabarkan dalam bentuk pengakuan hak

berserikat dan berkumpul, termasuk kebebasan untuk membentuk dan

menjadi anggota partai politik. Kebebasan yang demikian tergolong sebagai

komponen Hak Asasi Manusia yang harus diakui dan sekaligus dilindungi

oleh negara. Rakyat berdaulat untuk menentukan arah kebijakan pemerintah

hingga tingkat akhir, demikian pula untuk mempengaruhi dalam penentuan

Page 98: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

arah politik negara. Hak-hak politik rakyat harus mendapat perhatian khusus

delam negara yang menganut kedaltan rakyat.

Implementasi kebebasan berserikat dan berkumpul, khususnya

kebebasan mendirikan partai politik di Indonesia, mengalami pasang surut

sejalan dengan dinamika ketatanegaraan dan sistem politik yang berlaku.

Semakin demokratis sistem politik semakin longgar pendirian partai politik,

dan semakin otoriter akan semakin ketat pembentukan partai politik, yang

berarti pula terjadi pergeseran dalam tafsir kebebasan berserikat dan

berkumpul (Mukhtie Fajar: 2008,2-3).

Keberadaan Partai Politik disebutkan dalam Pasal 6A ayat (2)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945” Pasangan

calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan

pemilihan umum” dan Pasal 22E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945” Peserta pemilihan umum untuk memilih

anggota Dewan Per wakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah adalah partai politik”.

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berkewajiban

untuk mewujudkan tujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pemerintahan negara diselenggarakan oleh rangkaian kekuasaan legislatif,

kekuasaan eksekutif dan kekuasaan yudikatif. Perwujudan kekuasaan

legislatif mencerminkan nilai-nilai demokrasi sesuai yang diamanatkan Pasal

28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Penerapan nilai demokrasi tersebut memberikan peran yang besar terhadap

lahirnya sistem perpolitikan nasional yang memberi peluang konstitusional

bagi kehadiran partai politik.

Page 99: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menjamin kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat

sebagai hak asasi manusia yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan

kehidupan kebangsaan yang kuat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, demokratis, dan berdasarkan hukum.

Dinamika dan perkembangan masyarakat yang majemuk menuntut

peningkatan peran, fungsi, dan tanggung jawab Partai Politik dalam

kehidupan demokrasi secara konstitusional sebagai sarana partisipasi politik

masyarakat dalam upaya mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia,

menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila sebagaimana

termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mewujudkan kesejahteraan bagi

seluruh rakyat Indonesia. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang

Partai Politik belum optimal mengakomodasi dinamika dan perkembangan

masyarakat yang menuntut peran Partai Politik dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara serta tuntutan mewujudkan Partai Politik sebagai organisasi

yang bersifat nasional dan modern sehingga Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2002 tentang Partai Politik perlu diperbarui.

Sejalan dengan tuntutan pembaharuan Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2002 tentang Partai Politik maka lahirlah Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2008 tentang Partai Politik. Sebenarnya wacana (khususnya dari partai

besar) yang muncul terhadap Undang-Undang Partai politik yang baru adalah

semangat untuk membatasi atau mengurangi jumlah partai politik. Hal ini

sama artinya untuk membatasi kebebasan berserikat dan berorganisasi

(Mukhtie Fajar: 2008,65)

Kebebasan berserikat ini tercermin dalam konsideransi Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, yaitu :

1. bahwa kernerdekaan berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pikiran

Page 100: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

dan pendapat merupakan hak asasi manusia yang diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. bahwa untuk memperkukuh kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang kuat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, serta demokratis dan berdasarkan hukum;

3. bahwa kaidah demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, aspirasi, keterbukaan, keadilan, tanggung jawab, dan perlakuan yang tidak diskriminatif dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu diberi landasan hukum;

4. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab;

5. bahwa Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik perlu diperbarui sesuai dengan tuntutan dan dinamika perkembangan masyarakat;

6. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Partai Politik.

Kebebasan pendirian partai politik juga mendapat dukungan dalam

Pasal 24 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusi

yang memberikan pengaturan sebagai berikut:

a. Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud-maksud damai.

b. Setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan partai politik,lembaga swadaya masyarakat atau organisasi lainnya untuk berperan serta dalamjalannya pemerintahan dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan perlindungan, penegakan, dan pemajuan hakasasi manusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tiada gading yang tak retak. Begitulah pepatah yang tepat dalam

mendeskripsikan Pembentukan Partai Politik yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2008 terdapat materi yang dapat diperdebatkan. Materi yang dapat

diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah

Page 101: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan,

Affirmative Action dan pembentukan partai politik sebagai badan hukum.

a. Asas Dan Ciri-Ciri Partai Politik

Asas dan ciri-ciri partai politik tercantum dalam Anggaran Dasar

setiap Partai Politik. Asas dan ciri Partai Politik merupakan syarat

subtansial dalam pembentukan partai politik. Dengan demikian, Asas dan

ciri Partai Politik merupakan syarat yang mutlak harus ada ketika

mengajukan pendaftaran partai politik.

Asas dan ciri partai politik secara tegas telah diatur dalam Pasal 9

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

1) Asas Partai Politik tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Partai Politik dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak dan cita-cita Partai Politik yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3) Asas dan ciri Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan penjabaran dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pengaturan mengenai asas dan ciri partai politik memberikan

kelonggaran kepada setiap warga negara Indonesia yang hendak

mendirikan partai politik karena setiap warga negara tidak dibatasi untuk

hanya menggunakan satu asas.

Hal ini berbeda pada massa orde baru. Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1985 Tentang Partai Politik dan Golongan Karya ditegaskan bahwa

Pancasila harus menjadi satu-satunya asas bagi semua partai dan Golongan

Karya, tanpa embel-embel lainnya (Miriam Budiardjo, 2007:452).

Namun, Partai Golkar, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

mengusulkan penyeragaman asas partai menjadi asas tunggal Pancasila

dalam konsultasi parlemen-pemerintah untuk menyusun inventarisasi

masalah prapenetapan Rancangan Undang-Undang Partai Politik dan

Page 102: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Pemilu, memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, khususnya kaukus

partai politik berasas Islam. Dasar argumentasi partai nasionalis, seperti

Partai Golkar-PDIP-Demokrat, untuk mengegolkan asas tunggal partai

disebabkan oleh kekhawatiran akan menguatnya politik primordialisme

dalam kancah perpolitikan nasional/lokal. Seperti halnya saat ini terdapat

peraturan daerah bernapaskan syariat Islam di berbagai daerah ditunjuk

sebagai ekspresi gerakan menentang konsensus nasional, yakni ideologi

Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

(http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=8860&coid=3&caid=31

&gid=3).

Penyeragaman asas partai membuka kembali politik otoritarianisme

era Orde Baru. Sebab, melalui asas tunggal Pancasila akan terjadi proses

hegemoni politik oleh kekuatan partai yang dominan (partai penguasa, the

ruling party). Partai yang berkuasa yang berhak memonopoli tafsir atas

ajaran ideologi Pancasila. Partai yang marginal merupakan pengikut

interpretasi ajaran Pancasila versi partai pemenang pemilu.

Asas tunggal partai politik, jika direalisasi dalam Undang-Undang

Partai Politik, akan mengakhiri dinamika pemikiran ideologi kontemporer

sebagai jawaban krisis multidimensional yang dialami bangsa ini. Sebab,

asas tunggal partai akan membelenggu kebebasan organisasi masyarakat

sipil dan partai politik untuk merekonsepsi program-program kepartaian

yang selaras dengan filosofi nilai yang diyakini oleh para kader dan massa

partai politik.

Komitmen atas ideologi negara, Pancasila, dan NKRI tidaklah harus

ditekstualkan menjadi asas tunggal partai politik yang sama artinya dengan

meredam bangkitnya sebuah konstruksi pemikiran sosial sebagai jawaban

solusi krisis kenegaraan.

Meskipun terdapat kebebasan untuk menetapkan asas Partai Politik,

asas dan ciri Partai Politik tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Page 103: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

merupakan penjabaran dari Pancasila dan UUD 1945, sehingga dalam

Pasal 40 Ayat (3) Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

diatu bahwa Partai Politik dilarang menganut dan mengembangkan serta

menyebarkan ajaran atau paham komunisme/Marxisme-Leninisme.

Pengaturan mengenai larangan menyebarkan ajaran atau paham

komunisme/Marxisme-Leninisme ini dia tur dalam Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia No. :

XXV/MPRS/1966 Tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia. TAP

MPR ini berisi pernyataan organisasi terlarang diseluruh wilayah negara

republik indonesia bagi partai komunis indonesia dan larangan setiap

kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran

komunis/marxisme-leninisme. Konsideransi pelarangan faham atau ajaran

komunis/marxisme-leninisme dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Sementara Republik Indonesia No. : XXV/MPRS/1966 adalah :

a) Bahwa faham atau ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme pada hakekatnya bertentangan dengan Pancasila;

b) Bahwa orang-orang dan golongan-golongan di Indonesia yang mengenal faham atau ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme, khususnya Partai Komunis Indonesia, dalam sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia telah nyata-nyata terbukti beberapa kali berusaha merobohkan kekuasaan Pemerintah Republik Indonesia yang sah dengan cara kekerasan.

c) Bahwa berhubung dengan itu, perlu mengambil tindakan tegas terhadap Partai Komunis Indonesia dan terhadap kegiatan-kegiatan yang menyebabkan atau mengembangkan faham atau ajaran komunisme/Marxisme-Leninisme.

Pasal 2 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

Republik Indonesia No. : XXV/MPRS/1966 mengatur bahwa “Setiap

kegiatan di Indonesia untuk menyebarkan atau mengembangkan faham

atau ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam segala bentuk dan

manifestasinya, dan penggunaan segala macam aparatur serta media bagi

penyebaran atau pengembangan faham atau ajaran tersebut dilarang”

dan Pasal 3 mengatur “Khususnya mengenai kegiatan mempelajari secara

ilmiah, seperti pada Universitas-universitas, faham

Page 104: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam rangka mengamankan Pancasila

dapat dilakukan secara terpimpin dengan ketentuan bahwa Pemerintah

dan DPR-GR diharuskan mengadakan perundang-undangan untuk

pengamanan”.

Miriam Budiardjo mengutip tulisan Karl Marx menjelaskan bahwa

masyarakat komunis adalah masyarakat yang tidak mengenal kelas sosial,

di mana manusia dibebaskan dari keterikatan kepada milik pribadi, dan

dimana tidak ada eksploitasi, penindasan serta paksaan. Akan tetapi,

merupakan hal awal yang aneh bahwa untuk mencapai masyarakat yang

bebas dari paksaan itu perlu melalui jalan paksaan dan kekerasan, yaitu

dengan perebutan kekuasaan oleh kaum buruh dari tangan kapitalis.

Kekerasan adalah bidan dari setiap masyarakat lama yang sedang hamil

tua dengan masyarakat baru (Force is the midwife of every old society

pregnant with a new one) (Miriam Budiardjo, 2007:145).

Miriam Budiardjo juga mengutip tulisan Lenin yang merupakan inti

dari gagasan Leninisme, beberapa gagasan Lenin tersebut adalah:

1. Melihat pentingnya peranan kaum petani dalam menyelenggarakan revolusi.

2. Melihat peranan suatu Partai Politik yang militan yang terdi dari professional revolutionaries untuk memimpin kaum proletar dan merumuskan cara-cara merebut kekuasan.

3. Melihat empirialisme sebagai gejala yang memperpanjang gejala yang memperpanjang hidup kapitalisme(Miriam Budiardjo, 2007:146).

.Penulis berpendapat bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008

Tentang Partai Politik merupakan Undang-Undang yang dibentuk untuk

menghindari penyebaran faham atau ajaran komunisme/Marxisme-

Leninisme. Sehingga, sudah selayaknya dalam Undang-undang Nomor 2

Tahun 2008 Tentang Partai Politik terdapat pengaturan mengenai larangan

penggunaan asas komunisme/Marxisme-Leninisme dalam sebuah partai

politik. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik telah

Page 105: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

mengaturnya dalam Pasal 2 ayat (4) huruf a dan Pasal ayat 5 yaitu :

“AD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat paling sedikit: a. asas

dan ciri Partai Politik” dan “Partai Politik dilarang menganut dan

mengembangkan serta menyebarkan ajaran atau paham

komunisme/Marxisme-Leninisme”.

b. Jumlah Kepengurusan Partai Politik Di Provinsi, Kabupaten/Kota

Dan Kecamatan

Pasal 28 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyatakan bahwa

“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran degan

lisan dan tulisan, dan sebagainya ditetapkan degan undang-undang“.

Pasal ini merupakan dasar kebebasan individu dan kolektif untuk

melakukan aktivitas intelektual dan berorganisasi serta berpolitik,

termasuk mendirikan Partai Politik dalam rangka menyalurkan aspirasi

masyarakat secara sehat serta mewujudkan hak-hak politik rakyat dalam

rangka kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan makna yang

terkandung di dalamnya yang bersifat asasi. Pengaturan perundangan

sebagaimana disebut pada akhir kalimat Pasal tersebut, tidak boleh

mengurangi sedikitpun makna kebebasan yang terpancar dari Pasal 28

Undang-Undang Dasar 1945. Dalam kaitan dengan hal itu perlu

diperhatikan pula Pasal-Pasal 27, 28C ayat (2), 28D ayat (1) dan (3), 28 E

ayat (3), 28 H ayat (2), 28 I ayat (1), (2) dan (4) Undang-Undang Dasar

Tahun 1945. Jika terjadi pengurangan makna kebebasan sebagaimana

dimaksud Pasal 28 Undang-Undang Dasar Tahun 1945, maka berarti telah

terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Dalam Pasal 3 ayat (2) poin d Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008

tentang Partai Politik disebutkan: ” kepengurusan paling sedikit 60%

(enam puluh perseratus) dari jumlah provinsi, 50% (lima puluh

perseratus) dari jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang

bersangkutan, dan 25% (dua puluh lima perseratus) dari jumlah

Page 106: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

kecamatan pada setiap kabupaten/kota pada daerah yang bersangkutan”.

Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tersebut

bisa diartikan bertentangan dengan hak-hak asasi kebebasan berserikat dan

berkumpul sebagaimana dimaksud Pasal 28 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pasal-Pasal terkait dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Adanya ketentuan persyaratan kepengurusan sekurang-kurangnya

60% dari provinsi yang ada diseluruh Indonesia, 50% dari jumlah

Kabupaten/Kota pada setiap provinsi yang bersangkutan serta 25% dari

jumlah Kecamatan dari Kabupaten/kota yang bersangkutan adalah sangat

memberatkan warga negara yang hendak mendirikan Partai Politik karena

merasa terlalu didesak dan diada-adakan untuk dipenuhi;

Sehubungan dengan penafsiran yang menyatakan bahwa ketentuan

Pasal 3 ayat (2) poin d Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang

Partai Politik bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, penulis berpendapat bahwa:

1. Dalam mengimplementasikan amanat Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan dalam penyusunan materi

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik,

Pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin untuk

mengakomodasi berbagai aspek termasuk di dalamnya unsur hak-hak

asasi manusia. Di samping itu, perlu kami jelaskan bahwa kebijakan

pembangunan politik di Indonesia dalam rangka mewujudkan negara

yang demokratis, salah satunya adalah penguatan kapasitas Partai

Politik. Salah satu fungsi Partai Politik adalah sebagai sarana

pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas, serta sebagai

sarana penciptaan iklim yang kondusif dan perekat persatuan dan

kesatuan bangsa untuk kesejahteraan masyarakat.

2. Berkaitan dengan pengaturan dalam Pasal 3 ayat (2) poin d Undang-

undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, dimaksudkan

Page 107: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

untuk membangun Partai Politik yang berkualitas, mandiri dan

mengakar di masyarakat. Di samping itu, dengan pengaturan tersebut

diharapkan tercipta suatu Partai Politik yang mempunyai kredibilitas

dan ketersebaran kepengurusan Partai Politik di seluruh Indonesia,

memiliki dukungan massa yang kuat, dan bersifat nasional (Indonesia

sebagai negara kepulauan dan beragam suku bangsa serta agama).

Dengan persyaratan dan kriteria dimaksud pada saatnya nanti akan

terwujud Partai Politik yang dapat merefleksikan keanekaragaman

suku, bangsa, budaya, dan agama dalam satu wadah dan tujuan demi

kepentingan bangsa dan negara.

3. Penetapan mengenai wajib mempunyai kepengurusan sekurang-

kurangnya 60 % (enam puluh persen) dari jumlah Provinsi, 50 %

(lima puluh persen) dari jumlah Kabupaten/Kota pada setiap Provinsi

yang bersangkutan, dan 25 % (dua puluh lima persen) dari jumlah

kabupaten/kota yang bersangkutan, merupakan sesuatu yang wajar

dalam alam demokrasi, mengingat pengaturan tersebut mempunyai

tujuan dan harapan yang ingin dicapai dan diperoleh dari suatu Partai

Politik, melalui peran dan kiprahnya dalam membawa arah bagi

perjalanan bangsa dan negara. Selanjutnya esensi pengaturan tersebut

bukan merupakan pembatasan dan pelanggaran hak asasi manusia

(HAM), tetapi lebih kepada pembelajaran dan pendewasaan politik

bangsa.

4. Kebebasan berserikat dan berkumpul sebagaimana diatur dalam Pasal

28 Undang-Udnang dasar Negara Republik Inonesia Tahun 1945 tiak

berarti bebas sebebas-bebasnya, tetapi perlu pengaturan agar

kebebasan tersebut berjalan secara tertib an sesuai engan peraturan

perunang-unangan yang berlaku. Perlu diketahui bahwa pengaturan,

selain mengatur juga membatasi. Pengaturan dan pembatasan masih

apat ibenarkan an sah sepanjang ibuat oleh lembaga yang berwenang

dan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Secara formal, suatu

Page 108: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Undang-Undang sah berlakunya sepanjang telah dibahas oleh DPR

dan Presiden untuk menapatkan persetujuan bersama. Prosedur ini

telah dipenuhi dalam pembahasan Undang-undang Nomor 2 Tahun

2008 tentang Partai Politik. Oleh karena itu, Unang-unang Nomor 2

Tahun 2008 tetap merupakan cerminan atau pelaksanaan kebebasan

berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat berdasarkan Pasal

28 Undang-Undang dasar Negara Republik Inonesia Tahun 1945.

5. Pelaksanaan Pemilihan Umum 2009 berasaskan langsung, umum,

bebas, rahasia, jujur, adil. Pengertian asas umum adalah setiap warga

negara tanpa pandang bulu, apakah kaya atau miskin, apapun suku, ras

dan agamanya, apapun warna (kastanya), apapun jenis kelaminnya,

apapun tingkat pendidikannya, dimanapun tempat tinggalnya (dalam

atau luar negeri, di kota atau tempat terpencil), cacat tubuh apapun

yang disandangnya, apapun status perkawinannya, apapun jenis

pekerjaannya, dan apapun ideologi yang diperjuangkannya dalam

bingkai Dasar Negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, sepanjang telah memenuhi

persyaratan objektif seperti umur minimal, tidak hilang ingatan, hak

pilihnya tidak sedang dicabut oleh keputusan pengadilan, dan tidak

sedang menjalani hukuman penjara lima tahun atau lebih, memiliki

hak pilih dan dipilih. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, hal ini dirumuskan sebagai "persamaan

kedudukan setiap warga negara di depan hukum dan pemerintahan”.

Berdasarkan asas umum ini, pengaturan proses pelaksanaan Pemilu,

khususnya mengenai mekanisme pendaftaran dan pemungutan suara,

harus memungkinkan semua warga negara yang elijibel memilih

terdaftar sebagai pemilih dan dapat menggunakan hak pilihnya.

Dengan demikian, para anggota dan pengurus serta konstituen eks

Partai Persatuan Rakyat Indonesia dapat mengikuti Pemilihan Umum

dan tidak kehilangan hak suaranya.

Page 109: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Partai Politik sebagai pelembagaan kebebasan warga negara untuk

berserikat dan berkumpul. Hak warga negara yang tercantumkan dalam

Pasal 28 E ayat (3) sangat fundamental. Pengaturan Partai Politik sebagai

perwujudan hak berserikat dan berkumpul tidak boleh mengarah kepada

pembatasan yang demikian berat sehingga menjadikan warga negara

sangat sulit dan sangat terbatas sekali untuk menikmati hak-hak tersebut.

Pembebanan yang berkelebihan terhadap tatacara pendirian partai politik

dalam fungsinya sebagai perwujudan hak berserikat dan berkumpul akan

menjadi penghambat pelaksanaan hak-hak warga negara. Dengan adanya

syarat pendirian Partai Politik, sebagaimana dimuat dalam Pasal 2 ayat (3)

huruf b Undang-undang Nomor 31 Tahun 2002, maka secara langsung

akan terganggu secara signifikan hak-hak warga negara, karena

persyaratan tersebut tidaklah ringan. Tidaklah jelas alasan mengapa warga

negara yang akan mendirikan Partai Politik sebagai perwujudan hak-

haknya, secara ketat dibatasi oleh pembuat undang-undang. Alasan

pembatasan hak-hak tersebut dibenarkan sebatas apa yang dicantumkan

dalam Pasal 28 J ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yaitu; Dalam

menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada

pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud

semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak

dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai

dengan pertimbangan moral, nila-nilai agama, keamanan, dan ketertiban

umum dalam suatu masyarakat demokratis.

Pembuat Undang-undang tidak secara tegas-tegas menyebutkan

alasan-alasan untuk membatasi pendirian Partai Politik sebagaimana yang

tercantumkan dalam Pasal 3 ayat (2) poin d Undang-undang Nomor 2

Tahun 2008 tentang Partai Politik. Namun, berkaitan dengan hal ini

penulis berpendapat bahwa Pasal 3 ayat (2) poin d Undang-undang Nomor

2 Tahun 2008 tentang Partai Politik memenuhi ketentuan Pasal 28 J ayat

(2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Page 110: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

La Palombara dan Weiner dalam Firmansyah mengatakan bahwa

partai politik mempunyai empat karakteristik yang menjadi ciri khas partai

politik. Keempat karakteristik dasar partai politik adalah sebagai berikut :

(Firmansah, 2008:67)

1. Organisasi jangka panjang

Organisasi partai politik harus bersifat jangka panjang, diharapkan

dapat terus hadir meskipun pendirinya sudah tidak ada lagi. Partai

Politik bukan sekedar gabungan dari pendukung yang setia dengan

pemimpin yang kharismatik. Partai politik hanya akan berfungsi

dengan baik sebagai organisasi ketika ada sistem dan prosedur yang

mengatur aktivitas organisasi, dan ada mekanisme suksesi yang dapat

menjamin keberlangsungan partai politik untuk jangka waktu yang

lama.

2. Struktur organisasi

Partai politik hanya akan dapat menjalankan fungsi politiknya apabila

didukung oleh struktur organisasi, mulai dari tingkat lokal sampai

nasional, dan ada pola interaksi yang teratur di antara keduanya. Partai

politik kemudian dilihat sebagai organisasi yang meliputi suatu

wilayah teritorial serta dikelola secara prosedural dan sistematis.

Struktur organisasi partai politik yang sistematis dapat menjamin

aliran informasi dari bawah ke atas maupun dari atas ke bawah,

sehingga ke depannya akan meningkatkan efisiensi serta efektifitas

fungsi kontrol dan koordinasi.

3. Tujuan berkuasa

Partai politik didirikan untuk mendapatkan dan mempertahankan

kekuasaan, baik lokal maupun nasional. Siapa yang memimpin

negara, propinsi atau kabupaten? Pertanyaan inilah yang

melatarbelakangi hadirnya partai politik. Ini pula yang membedakan

Page 111: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

partai politik dengan bentuk kelompok dan group lain yang terdapat

dalam masyarakat seperti perserikatan, asosiasi, dan ikatan.

4. Dukungan publik luas

Dukungan publik luas adalah cara untuk mendapatkan kekuasaan.

Partai politik perlu mendapatkan dukungan luas dari masyarakat.

Dukungan inilah yang menjadi sumber legitimasi untuk berkuasa.

Karakteristik ini menunjukkan bahwa partai politik harus mampu

diterima oleh mayoritas elemen masyrakat dan sanggup memobilisasi

sebanyak mungkin elemen masyarakat. Semakin besar dukungan

publik yang didapatkan oleh suatu partai politik, semakin besar juga

legitimasi yang diperolehnya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka penulis tidak

sependapat dengan penafsiran yang menyatakan bahwa Pasal 3 ayat (2)

poin d Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik tidak

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Penulis berpendapat Pasal 3 ayat (2) poin d Undang-undang Nomor

2 Tahun 2008 tentang Partai Politik merupakan aturan yang dimaksudkan

supaya partai politik mendapatkan legitimasi yang luas dari masyarakat

dan dapat memenuhi karakter dasar partai politik seperti yang

diungkapkan oleh La Palombara dan Weiner.

c. Affirmative Action

Pengertian awal affirmative action adalah hukum dan kebijakan yang

mensyaratkan dikenakannya kepada kelompok tertentu pemberian

kompensasi dan keistimewaan dalam kasus-kasus tertentu guna mencapai

representasi yang lebih proporsional dalam beragam institusi dan okupasi.

Ia merupakan diskriminasi positif (positive discrimination) yang dilakukan

untuk mempercepat tercapainya keadilan dan kesetaraan. Salah satu sarana

terpenting untuk menerapkannya adalah hukum, dimana jaminan

Page 112: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

pelaksanaannya harus ada dalam Konstitusi dan Undang-Undang (We are

Scolty, Vol 2 Tahun 2002). Affirmative action merupakan diskriminasi

positif (positive discrimination) atau langkah-langkah khusus yang

dilakukan untuk mempercepat tercapainya keadilan dan kesetaraan. Salah

satu sarana terpenting untuk menerapkannya adalah hukum. Karena

jaminan pelaksanaannya harus ada dalam Konstitusi dan UU.

Affirmative Action ini dianggap tidak sesuai dengan kebebasan

berserikat karena Affirmative Action merupakan tindakan pengkhususan

terhadap suatu kelompok atau individu tertentu. Sedangkan menurut ajaran

equality before the law semua orang sama dihadapan hukum. Persamaan

kedudukan di hadapan hukum dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia diatur dalam Pasal 27 ayat (1) yang isinya “ segala

warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dam wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya”.

Sebenarnya tindakan affirmative terhadap perempuan merupakan

sebagai suatu pemahaman kita terhadap persoalan politik perempuan yang

intinya bukan untuk menguasai, saling menjajah atau saling menjegal.

Tujuan utamanya adalah membuka peluang terhadap perempuan agar

mereka sebagai kelompok yang marginal bisa terintegrasi dalam

kehidupan public secara adil. affirmative action disini bisa kita jadikan

sebagai alat penting untuk mempertahankan paling tidak 30 % perempuan

agar tetap berada pada tingkat pembuatan keputusan sehingga bisa

meminimalisir aturan- aturan yang tidak sah untuk mencapai kesetaraan

gender.

Tindakan affirmative 30% merupakan sebagai alat atau sarana kita

untuk mencapai ”gong” yang lebih besar, yaitu masyarakat yang

demokrartis. Keberhasilan kebijakan tersebut sangat bergantung pada

aktor, diantaranya memerlukan perubahan secara simultan di tingkat

Page 113: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

makro dan mikro yang bisa kita sebut sebagai “berpolitik dengan cara

baru”.

Andri Rusta menjelaskan bahwa affirmative mempunyai tiga

sasaran yaitu

1. memeberikan dampak posisitif kepada suatu institusi agar lebih cakap

memahami sekaligus mengeliminasi berbagai bentuk rasisme dan

seksisme di tempat kerja

2. agar institusi tersebut mampu mencega terjadinya bias gender maupun

bias ras dalam segala kesempatan

3. sifatnya lebih sementara tapi konsisten, ketika sasaran untuk mencapai

kegiatan telah tercapai, dan jika kelompok yang telah dilindungi

terintegrasi. Maka kebijakan tersebut bisa dicabut.

Andri Rusta berpendapat yang menjadi penekanan dalam affirmatve

action adalah terhadap affirmative ini adalah adalah persamaan dalam

kesempatan dan persamaan terhadap hasil yang dicapai.

Ketentuan tentang affirmative action diatur, yaitu dalam Bab X A

tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28 H ayat (2) yang menyebutkan bahwa

setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakukan khusus

untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai

persamaan dan keadilan. Pasal ini didasarkan atas kesadaran bahwa satu

peraturan yang netral, yang diberlakukan sama kepada seluruh kelompok

masyarakat yang berbeda keadaannya, akan menimbulkan kesempatan dan

manfaat yang berbeda yang berdampak lahirnya ketidakadilan. Maka

negara berkewajiban membuat peraturan khusus bagi mereka yang karena

kondisi dan rintangannya tidak dapat menerima manfaat dari ketentuan

yang dabersifat netral tadi. Tindakan ini disandarkan pada fungsi hukum

sebagai sarana untuk mencerminkan ketertiban dan keadilan, serta

melakukan rekayasa sosial untuk merubah perilaku masyarakat.

Page 114: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Dukungan terhadap affirmative action juga terdapat dalam Pasal 46

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusi yaitu

“Sistem pemilihan umum, kepartaian, pemilihan anggota badan legislatif,

dan sistem pengangkatan di bidang eksekutif, yudikatif, harus menjamin

keterwakilan wanita sesuai persyaratan yang ditentukan”.

Syarat dan mekanisme pembentukan Partai politik yang diatur

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik mengandung

amanat untuk melakukan affirmative action dalam mendirikan partai

politik. Regulasi penetapan jumlah perempuan dalam pembentukan partai

politik adalah bagian dari affirmative policy atau disebut juga diskriminasi

positif yang bersifat sementara sampai kesenjangan sosial tersebut teratasi.

Secara jelas affirmatif action dalam pembentukan partai politik diatur

dalam Pasal 2 Ayat (2) Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai

Politik yang mengatur: “Pendirian dan pembentukan Partai Politik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyertakan 30% (tiga puluh

perseratus) keterwakilan perempuan” dan Pasal 2 Ayat 5 Undang Nomor

2 Tahun 2008 tentang Partai Politik yang mengatur: “Kepengurusan Partai

Politik tingkat pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun dengan

menyertakan paling rendah 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan

perempuan”.

Jadi menurut hemat penulis, partisipasi di partai-partai politik dan

pada kampanye-kampanye politik tingkat nasional maupun lokal juga

merupakan bagian dari partisipasi politik perempuan. Meski sudah banyak

upaya untuk meningkatkan jumlah ‘massa kritis’ (critical mass)

perempuan di dunia politik, usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas

kontak-kontak politik perempuan juga tak kalah pentingnya. Keberhasilan

dari upaya-upaya itu sangat tergantung pada keberhasilan pendekatan

multi-strategi yang mempersatukan langkah berbagai departemen/

kementrian, kantor-kantor sekretariat parlemen, dan kelompok-kelompok

masyarakat madani. Dalam periode transisional seperti sekarang,

Page 115: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

sesungguhnya inilah tantangan utama yang harus dihadapi oleh bangsa

Indonesia, baik lelaki maupun perempuan, yang benar-benar percaya pada

demokrasi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

d. Pembentukan Partai Politik Sebagai Badan Hukum

Dengan sistem multi partai yang sederhana akan lebih mudah

dilakukan kerja sama menuju produktivitas yang sinergis secara nasional.

Mekanisme seperti ini, di samping tidak cenderung menampilkan

monolitisme, juga akan lebih menumbuhkan suasana demokratis yang

memungkinkan Partai Politik dapat berperan secara optimal. Perwujudan

sistem multi partai yang sederhana dilakukan dengan menetapkan

persyaratan kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam pembentukan Partai

Politik maupun penggabungan Partai Politik. Yang dimaksud dengan

persyaratan kualitatif sebuah Partai Politik yaitu berbadan hukum, artinya

dengan berstatus sebagai badan hukum, dengan sendirinya harus

memenuhi persyaratan administratif untuk menjadi badan hukum publik,

dan bertindak sebagai badan yang transparan kepada publik. Di samping

merupakan badan hukum publik, juga harus mempunyai kantor yang tetap.

Sedangkan persyaratan kuantitatif sebuah Partai Politik yaitu mempunyai

kepengurusan dan memiliki dukungan yang kuat dari rakyat serta basis

massa yang luas.

Partai politik harus berbentuk badan hukum karena diatur dalam

Pasal 3 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik:

(1) Partai Politik harus didaftarkan ke Departemen untuk menjadi badan hukum.

(2) Untuk menjadi badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Partai Politik harus mempunyai:

a. akta notaris pendirian Partai Politik; b. nama, lambang, atau tanda gambar yang tidak mempunyai

persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, atau tanda gambar yang telah dipakai secara sah oleh Partai Politik lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

Page 116: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

c. kantor tetap; d. kepengurusan paling sedikit 60% (enam puluh perseratus) dari

jumlah provinsi, 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang bersangkutan, dan 25% (dua puluh lima perseratus) dari jumlah kecamatan pada setiap kabupaten/kota pada daerah yang bersangkutan; dan

e. memiliki rekening atas nama Partai Politik.

Pasal 3 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

ini dianggap bertentangan dengan Pasal 28 Undang-Undang Dasar Tahun

1945 yang menyatakan bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,

mengeluarkan pikiran degan lisan dan tulisan, dan sebagainya ditetapkan

degan undang-undang“. Pasal 28 Undang-Undang Dasar Tahun 1945

merupakan dasar kebebasan individu dan kolektif untuk melakukan

aktivitas intelektual dan berorganisasi serta berpolitik, termasuk

mendirikan Partai Politik dalam rangka menyalurkan aspirasi masyarakat

secara sehat serta mewujudkan hak-hak politik rakyat dalam rangka

kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan makna yang

terkandung di dalamnya yang bersifat asasi.

Status badan hukum partai politik merupakan suatu wujud

pengekangan kebebasan berserikat di Indonesia karena Pasal 28 Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 mempunyai kaitan dengan kberadaan hak asasi

manusia yang lain yang perlu diperhatikan pula, yaitu Pasal-Pasal 27, 28C

ayat (2), 28D ayat (1) dan (3), 28 E ayat (3), 28 H ayat (2), 28 I ayat (1),

(2) dan (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Jika terjadi pengurangan

makna kebebasan sebagaimana dimaksud Pasal 28 Undang-Undang Dasar

Tahun 1945, maka berarti telah terjadi pelanggaran terhadap Undang-

Undang Dasar Tahun 1945.

Salah satu ancaman serius terhadap prinsip kemandirian partai

adalah adanya penerapan politik perijinan bagi berdirinya sebuah partai.

Dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

persoalan yang harus dicermati, yaitu mekanisme pendirian. Wewenang

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam pengesahan

Page 117: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

berdirinya sebuah partai politik jelas sangat berlebihan, sebab sebagai

badan hukum dia sudah sah bila dicatat di Notaris. Kalaupun Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia ingin berperan, maka kewenangannya

tidak boleh lebih dari sekedar pencatatan. Terdapat kekhawatiran

masyarakat jika ketentuan perijinan seperti itu masih terus berlaku, maka

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nantinya akan berfungsi pula

sebagai Pembina Politik. Patronase politik seperti itu selain melanggar

prinsip kebebasan berserikat, juga menganggap seolah-olah pemerintah

memiliki superioritas politik (http://www.minihub.org/siarlist/msg0151

html ).

Berkenaan dengan anggapan yang menyatakan bahwa ketentuan

Pasal 3 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, penulis berpendapat bahwa Yang dimaksud dengan badan

hukum di sini adalah badan hukum publik, artinya dengan berstatus

sebagai badan hukum dengan sendirinya harus memenuhi persyaratan

administratif untuk menjadi badan hukum publik, dan bertindak sebagai

badan yang transparan kepada publik. Di samping merupakan badan

hukum publik, juga harus mempunyai kantor yang tetap. Sedangkan

persyaratan kuantitatif sebuah Partai Politik yaitu mempunyai

kepengurusan dan memiliki dukungan yang kuat dari rakyat serta basis

massa yang luas.

Selain itu syarat untuk mendapatkan status badan hukum partai

politik cukup seperti yang diatur dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 2

Tahun 2008 tentang Partai Politik, yaitu:

a. akta notaris pendirian Partai Politik; b. nama, lambang, atau tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan

pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, atau tanda gambar yang telah dipakai secara sah oleh Partai Politik lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

c. kantor tetap; d. kepengurusan paling sedikit 60% (enam puluh perseratus) dari jumlah

Page 118: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

provinsi, 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang bersangkutan, dan 25% (dua puluh lima perseratus) dari jumlah kecamatan pada setiap kabupaten/kota pada daerah yang bersangkutan; dan

e. memiliki rekening atas nama Partai Politik.

Status badan hukum partai politik melalui mekanisme yang diatur

dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai

Politik, yaitu:

1. Departemen menerima pendaftaran dan melakukan penelitian dan/atau verifikasi kelengkapan dan kebenaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 ayat (2).

2. Penelitian dan/atau verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 45 (empat puluh lima) hari sejak diterimanya dokumen persyaratan secara lengkap.

3. Pengesahan Partai Politik menjadi badan hukum dilakukan dengan Keputusan Menteri paling lama 15 (lima belas) hari sejak berakhirnya proses penelitian dan/atau verifikasi.

4. Keputusan Menteri mengenai pengesahan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Pasal 3 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 justru merupakan

pelaksanaan Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan

berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya

ditetapkan dengan undang-undang. Pengaturan dimaksud penting guna

menjamin agar penggunaan kebebasan seseorang atau sekelompok orang

tidak mengganggu kebebasan seseorang atau sekelompok orang lainnya.

Ketika kebebasan seseorang bertemu dengan kebebasan orang lain, di

situlah hukum diperlukan. Dengan demikian, Pasal tersebut dapat

ditafsirkan sebagai pengekangan atau pembatasan terhadap kebebasan

untuk mendirikan partai politik, melainkan hanya pengaturan mengenai

persyaratan pemberian status badan hukum, sehingga partai politik

tersebut dapat diakui sah bertindak dalam lalu lintas hukum. Demikian

pula, pengaturan tersebut tidak dapat dipandang diskriminatif karena

berlaku terhadap semua partai politik.

Page 119: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Syarat dan mekanisme pendirian partai politik menurut Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik belum

optimal mengakomodasi dinamika dan perkembangan masyarakat yang

menuntut peran Partai Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

serta tuntutan mewujudkan Partai Politik sebagai organisasi yang bersifat

nasional dan modern sehingga Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002

tentang Partai Politik perlu diperbarui. Setelah berlakunya Undang –

Undang Partai Politik Nomor 2 Tahun 2008 bermunculan partai politik

yang didirikan dengan beraneka ragam corak namun dengan cita – cita

mulia sesuai dengan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan adanya berlakunya Undang –

Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik diharapkan

persyaratan dan mekanisme pendiriannya sesuai dengan Pasal 28 dan 28 E

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun

persyaratannya diatur dalam Pasal 2 sampai dengan 4 berlakunya Undang

– Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Sedangkan

mekanismenya diatur dalam Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor : M.Hh-02.Ah.11.01 Tahun 2008

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Partai Politik Menjadi Badan

Hukum.

Page 120: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

2. Syarat dan mekanisme pendirian partai politik tersebut sudah memenuhi

prinsip hak atas kebebasan berserikat dan kebebasan berorganisasi.

Pembentukan Partai Politik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2008 tentang Partai Politik. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

terdapat materi yang dapat diperdebatkan. Materi yang dapat

diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah

kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan,

Affirmative Action dan pembentukan partai politik sebagai badan hukum.

Mengenai semua hal tersebut tidak ada yang bertentangan dengan prinsip

kebebasan berserikat yang diatur dalam Undang – Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang diatur dalam Pasal 28 dan 28E.Hal

yang diperdebatkan tersebut mengacu pada Pasal 28J ayat (2) Undang –

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berisi

“Dalam menjalankan hak dan kewajibannya, setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan

maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas

hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tututan yang adail

sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan

ketertuban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan maka, saran yang dapat disampaikan adalah

sebagai berikut.

1. Bagi Pemeraintah :

a. Pendewasaan berpolitik harus diajarkan kepada pemuda sebagai

generasi penerus sehingga cita-cita nasional dapat terwujud.

b. Undang-Undang Partai Politik hendaknya dibuat untuk jangka waktu

yang lama dan bisa mengakomodasi kepentingan masyarakat.

Page 121: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

2. Bagi DPR dan Pemerintah :

a. Pemerintah dan DPR harus konsekuen atas keputusan yang telah

ditetapkan. Dijalankan penuh dengan tanggungjawab dan loyalitas

kepada negara kesatuan.

b. Segera diundangkan Undang-Undang partai Politik yang baru sebagai

penyempurna Unmdang-Undang Partai Politik yang sudah ada,

sehingga kedepan kehidupan berpolitik akan lebih baik

3. Bagi Partai Politik:

Partai politik tidak hanya menebar janji politik saja namun relitas nyata

bagaimana penerapan AD/ART benar-benar dijalankan untuk

mensejahterakan masyarakat.

Page 122: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Endang dan Rikayani, 2009, Pendidikan Kewarganegaraan 5 : Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah kelas 5, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Agun Gunandjar Sudarsa, Jurnal Legislasi Indonesia, Sistem Multipartai di

Indonesia vol 5 No.1- Maret 2008 AH. Soeharto, 1986, Serba Serbi Pengawasan atas Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah. Pendekatan Manajemen. Jakarta: Sekretariat Inspektorat Mendagri

Arbi Sanit. 1987, Partisipasi Politik di Indonesia: Keprihatinan dan Harapan,

dalam Potret Keadilan Indonesia, Jakarta, (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia

Azyumardi Azra. 2000, Pendidikan Kewarganegaraan (civic education)

:demokrasi, hak asasi manusia dan mayarakat madani, Jakarta : Prenada Kencana.

B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara Kewarganegaraan dan Hak Asasi

Manusia, Yogyakarta, 2003.

Fachry Ali, 1985, Mahasiswa, Sistem Politik di Indonesia dan Negara, Jakarta, Inti Sarana

Firmanzah. 2006. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor

George H. Sabine, 1961, “A History of Political Theory”, Third Edition: New York-Chicago-San Fransisco-Toronto-London; Holt, Rinehart and Winston,

Gunawan Suryatmana, 2008, Infrastruktur dunia Kepartaian, Bandung: Alumni Haricahyono, 1991, Ilmu Politik Dan Perspektifnya, Yogyakarta: Tiara Wacana Ibrahim Ambong dan Miriam Budiharjo, 1993, Fungsi Legislatif dalam System

Politik Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada Indepolis. Prosedur Pembentukan partai. http://www.indepolis.org/d-tentang-

prosedur-pembentukan-partai/ diakses 6 September Pukul 17.00 Jimly Asshiddiqie, 2005, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik

Dan Mahkamah Konstitu., Jakarta: Konstitusi Press

Page 123: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Joko Purwono,1989, Penjabaran Praktis Komitmen Politis bagi Peneyelenggaraan, (Posyandu, PSKLAH UNS SURAKARTA: Laporan Penelitian

Krisna Harahap.2003. HAM dan Upaya Penegakannya di Indonesia. Bandung:

Grafiti. Lexy J, Moleong. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Raskarya Maria Farida Indrati, 2007, Ilmu Perundang-undangan :Jilid I. Yogyakarta:

Kanisius _________________, 2007, Ilmu Perundang-undangan :Jilid II. Yogyakarta:

Kanisius M. Rusli karim, 1991, Pemilu Demokratis Kompetitif, Yogyakarta, Tiara Wacana Miriam Budiarjo, 2007, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama Mukhtie Fadjar, 2008, Partai Politik Dalam Perkembangan Sistem

Ketatanegaraan Indonesia.Malang : Intrans Publishing Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum., Jakarta: Kencana Prenada Media Group Ruth T. Mc Vey, The Army, The Parties and Elections, in Indonesia, No.11, Edisi

April 1971. Sandra Coliver, 1993, Buku Pedoman ARTICLE 19 tentang Kebebasan

Menyampaikan Pendapat. Toronto: International Freedom of Expression Exchange (IFEX)

Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia

_______________. 2006, Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta : Rajawali Pers Soejamto, 1972,Kamus Administrasi, Jakarta, Gunung Agung. Sutrisno Hadi, 1989, Metodologi Riset I, Yogyakarta: Yayasan Penerbit. Fakultas

Psikologi UGM Tim Penyusun.2008.Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional Zafrullah Salim. Dampak Sistim Multipartai dalam Kehidupan Politik

Indonesiahttp://www.djpp.depkumham.go.id/htn-dan-puu/439-dampak-

Page 124: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

sistim-multipartai-dalam-kehidupan-politik-indonesia.html. diakses 6 September 2010 Pukul 15.00

Zainal Abidin Saleh, Jurnal Legislasi Indonesia, Demokrasi dan Partai Politik vol

5 No.1- Maret 2008 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD,

dan DPRD Kompas, 10 Januari 2011

Page 125: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · diperdebatkan tersebut adalah Asas dan ciri-ciri partai politik, jumlah kepengurusan partai politik di provinsi, kabupaten/kota dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

LAMPIRAN