FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1...
Transcript of FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1...
![Page 1: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/1.jpg)
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN KERJA PEMINDAHAN
KARYAWAN TANPA ALASAN PADA PT. AGRO JAYA PERDANA
(Studi Putusan No. 133/Pdt.Sus.PHI/2016/PN.Mdn)
SKRIPSI
OLEH:
ADHE MUNITA NASUTION 13.840.0030
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N
2 0 1 8
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 2: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/2.jpg)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang menyatakan bahwa skripsi yang saya susun, sebagai syarat
memperoleh gelar sarjana merupakan hasil karya tulis saya sendiri. Adapun
bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya
orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah
dan etika penulisan ilmiah.
Saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya peroleh dan
sanksi-sanksi lainnya dengan peraturan yang berlaku, apabila dikemudian hari
ditemukan adanya plagiat dalam skripsi ini.
Medan, 8 Juni 2018
ADHE MUNITA NASUTION NPM: 13.840.0030
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 3: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/3.jpg)
ABSTRAK
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Kerja Pemindahan Karyawan Tanpa Alasan Pada PT. Agro Jaya Perdana
(Studi Putusan No. 133/Pdt.Sus.PHI/2016/PN.Mdn) OLEH:
ADHE MUNITA NASUTION NPM: 13.840.0030
Setiap perusahaan berupaya untuk mendapatkan karyawan yang terlibat dalam kegiatan organisasi/perusahaan dapat memberikan prestasi kerja. Dalam bentuk produktivitas kerja setinggi mungkin untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas diantaranya semangat kerja dan disiplin kerja, tingkat pendidikan, ketrampilan, gizi dan kesehatan, sikap dan etika, motivasi, iklim kerja, teknologi, sarana produksi, kesempatan kerja dan kesempatan berprestasi. Permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana faktor-faktor penyebab terjadinya perselisihan hubungan kerja pemindahan karyawan tanpa alasan pada PT. Agro Jaya Perdana, bagaimana upaya hukum dalam mencegah terjadinya perselisihan hubungan kerja pemindahan karyawan tanpa alasan pada PT. Agro Jaya Perdana dan bagaimana proses penyelesaian perselisihan hubungan kerja pada Putusan No. 133/Pdt.Sus/2016/PN.Mdn. Metode penelitian yang digunakan: Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan yaitu buku-buku, majalah hukum, pendapat para sarjana, peraturan undang-undang dan juga bahan-bahan kuliah. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu dengan melakukan kelapangan dalam hal ini penulis langsung melakukan studi Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan dengan mengambil putusan yang terkait yaitu Putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn untuk dianalisis. Faktor-faktor penyebab terjadinya perselisihan hubungan kerja di Dalam Putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn karena pemindahan karyawan yang dilakukan oleh tergugat yaitu PT. Agro Jaya Perdana tanpa adanya pemberitahuan pada penggugat serta alasan-alasan terjadinya pemindahan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki penggugat, namun menurut tergugat yaitu PT. Agro Jaya Perdana alasan dilakukannya pemindahan karyawannya karena kinerja yang kurang baik, serta suka berteriak dan membanting pintu toilet. Upaya untuk mencegah terjadinya perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan hak normatif pekerja, perhatian terhadap kesejahteraan pekerja, mengembangkan komunikasi yang efektif, menyediakan fasilitas yang diperlukan dan kelembagaan/sarana hubungan industrial (serikat pekerja, bipartit, peraturan perusahaan/perjanjian kerja bersama). Proses penyelesaian Perselisihan Hubungan Kerja pada Putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn disebut Perselisihan hubungan Industrial diselesaikan melalui Lembaga Bipartit dan Tripartit tetapi pada Putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn proses perselisihan hubungan kerja diselesaikan melalui pengadilan hubungan industrial pada Pengadilan Negeri Medan. Kata Kunci: Perselisihan, Hubungan Kerja dan Pemindahan karyawan tanpa alasan
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 4: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/4.jpg)
ABSTRACT Settlement of Work Dispute Displacement Employee Without Reason At PT.
Agro Jaya Perdana (Study Decision No. 133 / Pdt.Sus.PHI / 2016 / PN.Mdn)
BY: ADHE MUNITA NASUTION
NPM: 13.840.0030
Every company strives to get employees involved in the activities of the organization / company can provide job performance. In the form of work productivity as high as possible to realize the goals set previously. There are many factors that can affect productivity such as morale and work discipline, level of education, skills, nutrition and health, attitudes and ethics, motivation, work climate, technology, production facilities, job opportunities and achievement opportunities. The problems discussed in the writing of this thesis is how the factors causing the dispute relating employment work without reason at PT. Agro Jaya Perdana, how the legal effort in preventing the occurrence of unemployment dispute over employee relationship at PT. Agro Jaya Perdana and how the process of settlement of labor disputes in Decision No. 133 / Pdt.Sus / 2016 / PN.Mdn. Research method used: Library research (Library Research) is by doing research on various sources of reading that is books, legal magazines, the opinions of scholars, laws and regulations as well as lecture materials. Field Research (Field Research) is by doing spaciousness in this case direct author to study the Industrial Relations Court at the Medan District Court by taking a related decision that is Decision no. 133 / Pdt.Sus-PHI / 2016 / PN.Mdn for analysis.The factors causing the occurrence of labor disputes in Decision No. 133 / Pdt.Sus-PHI / 2016 / PN.Mdn due to the transfer of employees by the defendant, namely PT. Agro Jaya Perdana without any notice to the plaintiff as well as the reasons for the transfer is not in accordance with the ability of the plaintiff, but according to the defendant, namely PT. Agro Jaya Perdana the reason for the removal of employees due to poor performance, and likes to scream and slam the toilet door. Efforts to prevent employment disputes include: exercising the overall workers 'normative rights, concern for workers' welfare, developing effective communication, providing necessary facilities and institutional / industrial relations means (unions, bipartite, company regulations / collective labor agreements). Settlement Process of Employment Dispute in Decision No. 133 / Pdt.Sus-PHI / 2016 / PN.Mdn is called Industrial Relations Disputes resolved through the Bipartite and Tripartite Institutions but on Decision No. 133 / Pdt.Sus-PHI / 2016 / PN.Mdn the labor dispute process was resolved through the industrial relations court at the Medan District Court. Keywords: Disputes, Employment Relationships, and unauthorized removal of employees
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 5: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/5.jpg)
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 6: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/6.jpg)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
perkenanNya telah memberikan karuniaNya berupa kesehatan dan kelapangan
berpikir kepada penulis, sehingga tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi ini dapat
juga terselesaikan. Skripsi ini berjudul “Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Kerja Pemindahan Karyawan Tanpa Alasan Pada PT. Agro Jaya Perdana
(Studi Putusan No. 133/Pdt.Sus.PHI/2016/PN.Mdn)”.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana
Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Medan
Area. Skripsi ini menggambarkan proses penyelesaian perselisihan hubungan
kerja pada Pengadilan Hubungan Industrial di Pengadilan Negeri.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, petunjuk, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terima-kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dadan Ramdan, M.Eng, Sc, selaku Rektor Universitas
Medan Area atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Medan Area.
2. Bapak Dr. Rizkan Zuliady, SH, MH, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Medan Area, atas kesempatan yang diberikan untuk dapat
menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Medan Area.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 7: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/7.jpg)
ii
3. Ibu Anggreini Atmei Lubis, SH,M.Hum, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik sekaligus Dosen Pembimbing I Penulis,
4. Ibu Sri Hidayani, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II Penulis,
5. Ibu Dessy Agustina Harahap, SH, MH, selaku Sekretaris Seminar Outline
Penulis,
6. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Medan Area yang telah
memberikan ilmu dan wawasan pengetahuan kepada penulis selama kuliah
pada Fakultas Hukum Universitas Medan Area.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa angkatan 2013 yang telah memberikan
motivasi dan kerja sama dengan penulis selama kuliah pada Fakultas Hukum
Universitas Medan Area.
8. Pengadilan Negeri Medan beserta jajarannya yang telah memberikan tempat
bagi penulis untuk memperoleh dan menggali data yang diperlukan dalam
penulisan skripsi ini.
Secara khusus, penulis menghaturkan sembah sujud dan mengucapkan
rasa terima-kasih tiada terhingga kepada kedua orang tua, Ayahanda Ir. H.
Erwan Rozadi Nasution dan Ibunda Hj. Trilla Murni yang telah memberikan
pandangan kepada penulis betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan. Semoga
kasih-sayang mereka tetap menyertai penulis, serta memberikan dukungan dan
semangat untuk menyelesaikan skripsi dan jenjang pendidikan di tingkat sarjana
hukum dan semua pihak yang telah mendukung dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 8: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/8.jpg)
iii
Akhir kata, atas segala budi baik semua pihak kiranya mendapat lindungan
Tuhan dan semoga ilmu yang telah dipelajari selama masa perkuliahan dapat
berguna untuk kepentingan dan kemajuan Agama, Bangsa dan Negara.
Demikianlah penulis niatkan, semoga tulisan ilmiah penulis ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2018 Penulis
ADHE MUNITA NASUTION
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 9: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/9.jpg)
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... iv
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................ 9
1.3 Pembatasan Masalah ....................................................... 10
1.4 Perumusan Masalah ......................................................... 10
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 11
1.5.1 Tujuan Penelitian ................................................... 11
1.5.2 Manfaat Penelitian ................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................ 13
2.1 Tinjauan Tenaga Kerja dan Pengusaha ........................... 13
2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja dan Pengusaha ............. 13
2.1.2 Hak-Hak Tenaga Kerja dan Pengusaha ............... 17
2.2 Kerangka Konsep ........................................................... 24
2.3 Hipotesis ......................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN ............................................ 28
3.1 Jenis, Sifat dan Waktu Penelitian .................................... 28
3.1.1 Jenis Penelitian .................................................... 28
3.1.2 Sifat Penelitian ..................................................... 29
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 10: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/10.jpg)
v
3.1.3 Waktu Penelitian ................................................. 29
3.2 Teknik Pengumpulan Data .............................................. 30
3.3 Analisis Data ................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............ 32
4.1 Hasil Penelitian ............................................................... 32
4.1.1 Pengertian Hubungan Industrial .......................... 32
4.1.2 Kedudukan dan Fungsi Pengadilan Hubungan
Industrial .............................................................. 33
4.2 Hasil Pembahasan ........................................................... 35
4.2.1 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perselisihan
Hubungan Kerja Pemindahan Karyawan Tanpa
Alasan Pada PT. Agro Jaya Perdana ................... 35
4.2.2. Upaya Hukum Dalam Mencegah Terjadinya Perselisihan
Hubungan Kerja Pemindahan Karyawan Tanpa Alasan
Pada PT. Agro Jaya Perdana ............................... 41
4.2.3 Proses Penyelesaian Perselisihan Hubungan Kerja
Pada Putusan No. 133/Pdt.Sus.PHI/2016/PN.Mdn.... 43
4.2.4 Analisis Kasus ..................................................... 53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................... 65
5.1 Simpulan .......................................................................... 65
5.2 Saran ................................................................................ 67
Daftar Pustaka
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 11: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/11.jpg)
vi
DAFTAR SINGKATAN
1. KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2. LPPHI : Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
3. PHI : Perselisihan Hubungan Industrial
4. PHK : Pemutusan Hubungan Kerja
5. PPHI : Penyelesain Perselisihan Hubungan Industrial
6. UU : Undang-Undang
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 12: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/12.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia tidak mungkin hidup sendiri, oleh karena itu terjadilah
sekelompok manusia yang hidup dalam suatu tempat tertentu. Pengelompokkan
manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat, dimana dalam
kehidupan masyarakat ini terdiri dari berbagai corak kepentingan, pertentangan
serta hal-hal lainnya yang timbul diakibatkan oleh keberadaan masyarakat itu
sendiri.
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur,
yang merata, baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai
peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan
pembangunan. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan
pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas dan peran sertanya
dalam penbangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.1 Perlindungan terhadap tenaga
kerja dimaksudkan untuk menjamin hak hak dasar pekerja/buruh dan menjamin
kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk
mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap
memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.
1 Lalu Husni, 2000. Pengantar Hukum Tenaga Kerja Indonesia. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. hlm. 21
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 13: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/13.jpg)
2
Jika dibandingkan dengan hubungan antara seorang penjual dan pembeli
barang atau orang yang tukar menukar maka hubungan antara buruh dan majikan
sangat berbeda sekali. Orang yang jual barang bebas untuk memperjualbelikan
barangnya, artinya seorang penjual tidak dapat dipaksa untuk menjual barang
yang dimilikinya kalau harga yang ditawarkan tidak sesuai dengan kehendaknya.
Demikian juga pembeli tidak dapat dipaksa untuk membeli suatu barang jika
harga barang yang diinginkan tidak sesuai dengan keinginannya.
Suratin berpendapat “Perlindungan tenaga kerja dimaksudkan untuk
menjamin hak-hak dasar pekerja atau buruh dan menjamin kesamaan kesempatan
serta perlakuan tidak diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan
kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha”. 2
Pembinaan hubungan industrial sebagai bagian dari pembangunan
ketenagakerjaan diarahkan untuk terus mewujudkan hubungan industrial yang
harmonis, dinamis, dan berkeadilan. Untuk itu, pengakuan dan penghargaan
terhadap hak asasi manusia sebagaimana dituangkan dalam TAP MPR
No.XVII/MPR/1998, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28, serta Undang-
Undang Nomor 21 tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh agar
diwujudkan. Dalam bidang ketenagakerjaan, Peraturan perundang-undangan
diatas merupakan tonggak utama dalam menegakan demokrasi ditempat kerja.
Dalam hubungan antara buruh dan majikan, secara yuridis buruh adalah
bebas karena prinsip Negara kita tidak seorang pun boleh diperbudak, maupun
diperhamba. Semua bentuk dan jenis perbudakan, peruluruan dan perhambaan
2 Suratin, 2004. Tanya Jawab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Yrama Widya. Bandung. hlm. 5
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 14: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/14.jpg)
3
dilarang, tetapi secara sosiologis buruh itu tidak bebas sebagai orang yang tidak
mempunyai bekal hidup yang lain selain tenaganya dan kadang-kadang terpaksa
untuk menerima hubungan kerja dengan majikan meskipun memberatkan bagi
buruh itu sendiri, lebih-lebih saat sekarang ini dengan banyaknya jumlah tenaga
kerja yang tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.
Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga
terpenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan
pekerja/buruh serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang
kondusif bagi pengembangan dunia usaha. Pembangunan ketenagakerjaan
mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan. Keterkaitan itu tidak hanya dengan
kepentingan tenaga kerja selama, sebelum dan sesudah masa kerja tetapi juga
keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, dan masyarakat.3 Untuk
itu, diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara lain
mencakup pengembangan sumberdaya manusia, peningkatan produktivitas dan
daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan
penempatan tenaga kerja, dan pembinaan hubungan industrial.
Mewujudkan masyarakat adil dan makmur adalah salah satu tujuan
Indonesia merdeka. Oleh karena itu negara mempunyai kewajiban untuk
menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya secara adil. Salah satu instrumen
perwujudan keadilan dan kesejahteraan itu adalah hukum. Melalui hukum, negara
berupaya mengatur hubungan-hubungan antara orang perorang atau antara orang
dengan badan hukum. Pengaturan ini dimaksudkan supaya jangan ada penzaliman
3Lalu Husni, Op Cit. hlm. 34
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 15: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/15.jpg)
4
dari yang lebih kuat kepada yang lemah, sehingga tercipta keadilan dan
ketentraman di tengah-tengah masyarakat.
Dalam kegiatan produksi faktor tenaga kerja (karyawan) mempunyai
pengaruh besar, karena tenaga kerjalah yang melaksanakan proses produksi
tersebut. Karyawan pada hakekatnya merupakan salah satu unsur yang menjadi
sumber daya dalam perusahaan. Sumber daya manusia inilah yang menjalankan
kegiatan sehari-hari. Karyawan merupakan living organism artinya manusia
merupakan suatu oganisme hidup terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi
oleh lingkungan bahkan secara memungkinkan berfungsinya suatu organisasi atau
perusahaan dan menjadi unsur penting dalam manajemen.4 Agar pekerja dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, maka di dalam perusahaan diciptakan sistem
manajemen yang dikenal dengan manajemen kepegawaian.5
Karyawan yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan meningkatkan
kehidupan organisasi atau perusahaan. Loyalitas dan semangat kerja dapat dilihat
dari mereka merasa senang dengan pekerjaannya. Mereka akan memberikan lebih
banyak perhatian, imajinasi dan keterampilan dalam pekerjaannya. Dengan
demikian diperlukan suatu motivator bagi karyawan yaitu berupa pemenuhan
kebutuhan fisik dan non fisik. Dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut maka
karyawan akan bersedia bekerja dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka
akan lebih memusatkan perhatiannya terhadap tugas dan tanggung jawabnya,
sehingga hasil pekerjaan yang dicapai dapat meningkat. Untuk itulah dibutuhkan
4 Ahmad, Tohardi, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Mandar
Maju, Bandung. hlm. 31 5 Ibid hlm. 33
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 16: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/16.jpg)
5
suatu dorongan bagi karyawan di dalam menyelenggarakan kegiatan di suatu
perusahaan. Dorongan itulah yang disebut motivasi.6
Setiap perusahaan berupaya untuk mendapatkan karyawan yang terlibat dalam kegiatan organisasi/perusahaan dapat memberikan prestasi kerja. Dalam bentuk produktivitas kerja setinggi mungkin untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas diantaranya semangat kerja dan disiplin kerja, tingkat pendidikan, ketrampilan, gizi dan kesehatan, sikap dan etika, motivasi, iklim kerja, teknologi, sarana produksi, kesempatan kerja dan kesempatan berprestasi.7
Untuk mencapai produktivitas yang tinggi pimpinan perusahaan harus
memperhatikan semangat kerja dan disiplin kerja. Semangat kerja merupakan
sikap mental yang mampu memberikan dorongan bagi seseorang untuk dapat
bekerja lebih giat, cepat, dan baik. Semangat kerja karyawan yang tinggi akan
berpengaruh terhadap efisiensi kerja dan efektivitas kerja. Hilangnya disiplin akan
berpengaruh terhadap efisiensi kerja dan efektivitas tugas pekerjaan. Dengan
adanya kedisiplinan diharapkan pekerjaan akan dilakukan seefektif mungkin.
Bilamana kedisiplinan tidak dapat ditegakkan maka kemungkinan tujuan yang
telah ditetapkan tidak dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Salah satu peraturan yang dibuat oleh pemerintah adalah peraturan yang
mengatur hubungan seseorang di dunia kerja. Fakta menunjukkan bahwa banyak
sekali orang yang bekerja pada orang lain ataupun bekerja pada perusahaan. Oleh
sebab itu hubungan kerja antara seorang pekerja dengan majikannya atau antara
pekerja dengan badan usaha perlu diatur sedemikian rupa supaya tidak terjadi
kesewenang-wenangan yang bisa merugikan salah satu pihak.8
6 Ibid hlm. 36 7 Sedarmayanti, 2001, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, cetakan kedua,
penerbit: Mandar Maju Bandung. hlm. 18 8 Siswanto, Sastrohadiwiryo, 2002, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, cetakan
pertama, Penerbit: Bumi Aksara, Jakarta. hlm. 28
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 17: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/17.jpg)
6
Pada dasarnya terbentuknya hubungan industrial tidak dapat terlepas dari
keberadaan pekerja, pengusaha, peran pemerintah sebagai regulator, serta pelaku
dalam menerbitkan berbagai kebijakan untuk memberikan rasa nyaman, tata-tertib
selain sebagai institusi yang melakukan pengawasan maupun penegakan hukum.
Terbangunnya hubungan Industrial dalam ikatan perjanjian kerja antara
pengusaha dengan pekerja.
Dalam ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan hubungan antara pihak
pekerja/buruh dengan pengusaha serta peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan tersebut, ketika pihak pekerja/buruh melakukan sebuah perjanjian
dengan pihak pengusaha maka dimulailah sebuah hubungan industrial yang diatur
dalam undang-undang.
Pemerintah telah menetapkan kebijakan dibidang ketenagakerjaan yang
dirumuskan dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003. Berdasarkan ketentuan
Pasal 2 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 pembangunan ketenagakerjaan
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945. Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya. Oleh sebab itu pembangunan ketenagakerjaan
dilaksanakan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang
sejahtera, adil, makmur dan merata baik materiil maupun spiritual.9
Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam hubungan kerja adalah
permasalahan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Berakhirnya hubungan kerja
bagi tenaga kerja berarti kehilangan mata pencaharian yang berarti pula
permulaan masa pengangguran dengan segala akibatnya, sehingga untuk
9 Asri Wijayanti, 2002, Perlindungan Hukum bagi Pekerja yang di PHK karena
Melakukan Kesalahan Berat, Rineka Cipta. Jakarta. hlm.15
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 18: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/18.jpg)
7
menjamin kepastian dan ketentraman hidup tenaga kerja seharusnya tidak ada
pemutusan hubungan kerja. Akan tetapi dalam kenyataannya membuktikan bahwa
pemutusan hubungan kerja tidak dapat dicegah seluruhnya.10
Pada hakikatnya pihak pekerja/buruh wajib mendapatkan haknya tanpa
terkecuali dan sesuai dengan undang-undang yang ada dan pihak pengusaha wajib
memfasilitasi hak-hak pekerja/buruh itu, tetapi pada kenyataannya dalam setiap
hubungan industrial tidak selamanya harmonis selalu terjadi perselisihan-
perselisihan, atau kesalahpahaman para pihak pekerja/buruh dengan pihak
pengusaha.
Hubungan (kerja) industrial antara pengusaha dengan pekerja yang kurang
kondusif dapat menimbulkan perselisihan hak serta kepentingan karena kebuntuan
komunikasi yang bersifat mendasar mengenai kewajiban, hak dan tanggung
jawab.
Hukum ketenagakerjaan dibangun untuk menciptakan ketertiban,
kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat industri. Hal ini tidak terlepas dari
teori hukum sebagai konsep hukum positif. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa
hukum sebagai kaidah berfungsi mengatur tingkah laku manusia ke arah yang
dikehendaki pembaharuan. Selain itu hukum sebagai sarana guna menjaga
ketertiban agar proses pembaharuan berjalan sesuai dengan yang di cita-citakan.
Dalam setiap perselisihan-perselisihan atau kesalahpahaman yang terjadi
biasanya dipicu oleh kurangnya komunikasi antara pihak pekerja/buruh dengan
pihak pengusaha. Pihak pekerja/buruh diposisikan sebagai pihak yang
membutuhkan karena atas dasar itu posisi pekerja/buruh dapat dikategorikan
10 Yuhari Robingu, Hak Normatif Pekerja Akibat Pemutusan Hubungan Kerja,
ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/article/view/291/303. Diakses Sabtu 14 Januari 2018.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 19: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/19.jpg)
8
sebagai posisi yang lemah dan rentan atas penyimpangan-penyimpangan dalam
setiap peraturan-peraturan yang terkadang tidak memihak pihak pekerja/buruh.11
Dalam hal ini ada pihak Penggugat Eka Fransiska, Umur 36 Tahun, Agama
Islam, Kebangsaan Indonesia, beralamat Jalan Durian Gang Mesjid No. 47
Sidorame Barat Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Sumatera Utara,
Pekerjaan buruh PT. Agro Jaya Perdana, melawan PT. Agro Jaya Perdana
beralamat setempat dikenal sebagai Jalan KL.Yos Sudarso Km. 15,5Medan
Sumatera Utara, selanjutnya disebut sebagai Tergugat.
Penggugat adalah buruh PT. Agro Jaya Perdana sejak Bulan Mei 2001
dengan jabatan sebagai Administrasi Produksi dan memperoleh upah/gaji sebesar
Rp.4.108.160 (empat juta seratus delapan ribu seratus enam puluh rupiah) per
bulan; Dalam masa kerja dan/atau selama lebih kurang 14 (empat) belas tahun 9
(sembilan) bulan, Penggugat menjalankan kewajiban kerja dengan rajin, baik,
disiplin, amanah dan penuh tanggung jawab, bahwa begitupun Tergugat tidak
memberikan apresiasi baik atas kinerja Penggugat.
Tanggal 15 Januari 2016 seperti biasa Penggugat melaksanakan rutinitas
kewajiban bekerja sebagai Administrasi Produksi, tiba-tiba Penggugat dikejutkan
saat Tergugat memberikan surat bernomor: 023/AJP/PSN/I/2016 perihal peralihan
tugas dari Administrasi Produksik Bagian Adminstrasi Mekanik Lapangan
terhitung sejak tanggal 18 Januari 2016, atas kebijakan Tergugat tersebut
Penggugat dengan perasaan yang sangat terpukul, mempertanyakan kepada Beng
Sua Incasu Personalia, namun Beng Sua menjawab dengan enteng “bahwa hal ini
adalah keputusan manajemen”.
11 Zaeni Asyhadie, 2007. Hubungan Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan
Kerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta. hlm. 25
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 20: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/20.jpg)
9
Tanggal 29 Januari 2016 Tergugat kembali melakukan kebijakan sewenang
dengan memberikan Surat bernomor: 040/AJP/PSN/I/2016 perihal Surat Demosi
atas diri Penggugat dari Staff Administrasi Mekanik menjadi karyawan
Administrasi Mekanik, parahnya surat tersebut di berikan pada tanggal 29 Januari
2016 namun isi surat bertanggal 30 Januari 2016. Bahwa kebijakan Tergugat
tersebut kembali menggoncang hati dan pikiran Penggugat, dikarenakan
Penggugat tidak pernah melakukan pelanggaran apalagi sampai merugikan
Tergugat hal mana dibuktikan tidak sekalipun Penggugat mendapatkan Surat
Peringatan (SP).
Kebijakan Tergugat yang secara sadar dan membabi buta menghakimi
Penggugat lewat kebijakan-kebijakan sepihak tersebut tentunya sangat
bertentangan dengan ketentuan Ketenagakerjaan yang berlaku.
Adanya Perselisihan hubungan kerja sehingga terjadi pemutusan hubungan
kerja antara penggugat dan tergugat pada Putusan No. 133/Pdt.Sus/2016/PN.Mdn
yang menjadi alasan penulis untuk mengambil judul Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Kerja Dikarenakan Pemindahan Karyawan Tanpa Alasan Pada
Pengadilan Hubungan Industrial untuk dibuat karya ilmiah menjadi skripsi.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Faktor-faktor penyebab terjadinya perselisihan hubungan kerja pemindahan
karyawan tanpa alasan pada PT. Agro Jaya Perdana.
2. Peranan Pengadilan Hubungan Industrial dalam menyelesaikan perselisihan
hubungan kerja.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 21: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/21.jpg)
10
3. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial ditinjau Undang-Undang No.
13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
4. Proses penyelesaian perselisihan hubungan kerja pada Putusan No.
133/Pdt.Sus/2016/PN.Mdn.
5. Upaya hukum dalam mencegah terjadinya perselisihan hubungan kerja
pemindahan karyawan tanpa alasan pada PT. Agro Jaya Perdana.
1.3 Pembatasan Masalah
Ini dibatasi hanya meneliti dan menganalisis suatu Putusan yaitu No.
133/Pdt.Sus/2016/PN.Mdn Mdn. Yang merupakan salah satu contoh putusan
dengan kasus perselisihan hubungan kerja yang dilakukan oleh pengusaha tanpa
alasan memindahkan pekerjanya tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku. Dengan ini maka pembatasan masalah adalah hanya berdasarkan
putusan yang diambil oleh peneliti. Pembatasan masalah hanya di dasarkan
dengan membahas yang terkait dengan kasus putusan yaitu Faktor-Faktor
penyebab terjadinya perselisihan hubungan kerja yang dilakukan oleh pengusaha
tanpa alasan, Proses penyelesaian perselisihan hubungan kerja di tinjau dari
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Upaya untuk
mencegah terjadinya perselisihan hubungan kerja.
1.4 Perumusan Masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana faktor-faktor penyebab terjadinya perselisihan hubungan kerja
pemindahan karyawan tanpa alasan pada PT. Agro Jaya Perdana ?
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 22: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/22.jpg)
11
2. Bagaimana upaya hukum dalam mencegah terjadinya perselisihan
hubungan kerja pemindahan karyawan tanpa alasan pada PT. Agro Jaya
Perdana ?
3. Bagaimana proses penyelesaian perselisihan hubungan kerja pada Putusan
No. 133/Pdt.Sus/2016/PN.Mdn?
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perselisihan
hubungan kerja pemindahan karyawan tanpa alasan pada PT. Agro Jaya
Perdana.
2. Untuk mengetahui upaya hukum dalam mencegah terjadinya perselisihan
hubungan kerja pemindahan karyawan tanpa alasan pada PT. Agro Jaya
Perdana.
3. Untuk mengetahui proses penyelesaian perselisihan hubungan kerja pada
Putusan No. 133/Pdt.Sus/2016/PN.Mdn.
1.5.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang peneliti lakukan ini
antara lain :
1. Secara teoritis
Untuk mengungkapkan permasalahan-permasalahan di dalam proses
pembaharuan atas sesuatu bidang yang dikaji, seperti dalam bidang hukum.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 23: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/23.jpg)
12
Sehingga dapat membuat gambaran mengenai keadaan hukum yang
sesungguhnya hidup dalam masyarakat atau akan menunjukkan kearah mana
sebaiknya hukum dibina dengan perubahan-perubahan masyarakat. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk
melahirkan beberapa konsep ilmiah yang pada gilirannya akan memberikan
sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum perdata khususnya
mengenai pekerja dan pengusaha, pemutusan hubungan kerja dan hubungan
industrial.
2. Secara praktis
Bahan-bahan yang diperoleh dari studi dan penelitian akan sangat berharga
sekali bagi perumusan politik hukum yang tepat dan serasi atau dalam bidang
hukum yang terkait yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai pedoman dan masukan bagi semua pihak terutama masyarakat
sebagai pekerja/tenaga kerja agar lebih berhati-hati dalam melakaukan
pekerjaan terhadap suatu perusahaan/pengusaha agar tidak terjadi
ketidakadilan bagi setiap pekerja yang melakukan pekerjaan.
b. Sebagai bahan informasi semua pihak yang berkaitan dan kalangan
akademis untuk menambah wawasan dalam bidang hukum keperdataan
dalam hal ini dikaitkan dengan pekerjan dan pengusahan, pemutusan
hubungan kerja, dan hubungan industrial.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 24: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/24.jpg)
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Tenaga Kerja dan Pengusaha
2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja dan Pengusaha
Batasan pengertian Hukum Ketenagakerjaan, yang dulu disebut Hukum
Perburuhan atau arbeidrechts juga sama dengan pengertian hukum itu sendiri,
yakni masih beragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing ahli hukum.
Tidak satupun batasan pengertian itu dapat memuaskan karena masing-masing
ahli hukum memiliki alasan sendiri. Mereka melihat hukum ketenagakerjaan dari
berbagai sudut pandang berbeda, akibatnya pengertian yang dibuatnya tentu
berbeda antara pendapat yang satu dengan pendapat lainnya.12
Mengingat istilah tenaga kerja mengandung pengertian amat luas dan
untuk menghindarkan adanya kesalahan persepsi terhadap penggunaan istilah lain
yang kurang sesuai dengan tuntutan perkembangan hubungan industrial, peneliti
berpendapat bahwa istilah Hukum Ketenagakerjaan lebih tepat dibanding Hukum
Perburuhan.
Berdasarkan uraian diatas bila dicermati, Hukum Ketenagakerjaan
memiliki unsur-unsur:
1. Serangkai peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis.
2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara Pekerja dan
Pengusaha/Majikan.
3. Adanya orang yang bekerja pada dan dibawah orang lain, dengan
mendapat upah sebagai balas jasa.
12 Abdul Khakim, 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Citra Aditya
Bakti. Bandung. hlm. 4
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 25: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/25.jpg)
14
4. Mengatur perlindungan pekerja/buruh meliputi masalah keadaan sakit,
haid, hamil, melahirkan, keberadaan organisasi pekerja/buruh dan
sebagainya.13
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dalam Pasal 1 angka (2)
disebutkan, tenaga kerja adalah: “setiap orang yang mampu melalukan pekerjaan,
guna menghasilkan barang dan/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat”.
Pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang
bekerja didalam maupun diluar hubungan kerja, dengan alat produksi utamanya
dalam proses produksi adalah tangannya sendiri, baik tenaga fisik maupun fikiran.
Istilah pekerja/buruh muncul sebagai pengganti istilah buruh. Pada zaman
feudal atau zaman penjajahan Belanda dahulu yang dimaksud dengan buruh
adalah orang-orang pekerja kasar seperti kuli, mandor, tukang, dan lain-lain.
Orang-orang tersebut diatas pada pemerintahan belanda dahulu disebut dengan
berkerah biru (blue collar). Sedangkan orang-orang yang mengerjakan pekerjaaan
yang halus seperti pegawai administrasi yang bisa duduk di meja disebut dengan
berkerah putih (White Collar). Biasanya orang-orang termasuk golongan ini
adalah para bangsawan yang bekerja dikantor dan juga orang belanda.14
Pekerja menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan
sosial tenaga kerja adalah:
1. Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik menerima upah
maupun tidak.
13 Ibid hlm. 6
14 Zaeni Asyhadie, Op Cit hlm. 148.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 26: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/26.jpg)
15
2. Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah
perusahaan.
3. Narapidana yang dipekerjakan di Perusahaan.
Pekerja dapat diartikan sebagai buruh yang mana arti buruh adalah barang
siapa bekerja pada majikan dengan menerima upah. 15 Selain itu yang setara
dengan pekerja atau buruh adalah ada istilah lain yang dapat diartikan sebagai
berikut:
1. Kuli adalah orang yang bekerja pada orang lain sebagai pesuruh dan cenderung lebih besar porsi pekerjaan yang harus diselesaikan jika dibandingkan upah yang diterimanya dari majikan.
2. Pembantu adalah orang bekerja pada orang lain dengan segala kelemahannya dan kesederhanaannya dan cenderung sebagai pembantu rumah tangga. Walaupun pada dasarnya sebutan pembantu itu dapat mencakup pengertian yang luas, mulai dari pekerja yang mengerjakan pekerjaan yang bernilai sederhana di mata masyarakat sampai dengan pekerjaan yang cukup bergengsi misalnya Pembantu Rektor, Pembantu Dekan dan sebagainya.
3. Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah.
4. Karyawan adalah orang bekerja pada perusahaan perkebunan dan sudah dihitung sebagai tenaga tetap.
5. Kerani adalah orang bekerja dengan pekerjaan yang halus dan ringan namun menuntut keseriusan. Misalnya tenaga kerani pada kantor perusahaan perkebunan.
6. Pegawai adalah orang bekerja di kantor-kantor, baik di instansi pemerintah maupun pada badan-badan usaha swasta.
7. Pramu bakti adalah orang yang bekerja mengerjakan pekerjaan yang kasar dan berat, contohnya orang yang bekerja sebagai tukang sapu kantor.16
Selain membahas pekerja maka ada baiknya dilanjutkan dengan pengertian
pengusaha atau pemberi kerja. Pemberi kerja adalah orang perseorangan,
pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga
kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain (Pasal 1 angka 4
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).
15 C.S.T, Kansil, 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN.Balai Pustaka Jakarta. hlm. 317
16 Amran Basri, 2006. Hukum Perburuhan dan Ketenagakerjaan Indonesia, Fakultas Hukum Tjut Nyak Dhien, Medan. hlm. 24-25
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 27: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/27.jpg)
16
Adanya istilah perseorangan dalam pengertian pemberi kerja oleh Undang-
Undang No. 13 Tahun 2003 ini tampaknya memberikan nuansa baru dalam
ketenagakerjaan. Nuansa baru tersebut akan mencakup ibu rumah tangga dalam
istilah pemberi kerja, sehingga pembantu rumah tangga (PRT) yang
dipekerjakannya haruslah mendapatkan perlindungan sesuai ketentuan undang-
undang ketenagakerjaan.17
Pengusaha menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan adalah:
1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya ;
3. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruh a dan b
berkedudukan diluar wilayah Indonesia.
Lalu Husni memberikan defenisi pengusaha menunjuk pada orangnya
sedangkan perusahaan menunjuk pada bentuk usaha atau organnya.18 Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian majikan adalah
pengusaha sesuatu perusahaan atau orang yang memberikan pekerjaan.19
Dalam pengertian pengusaha ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pengurus
perusahaan (orang yang menjalankan perusahaan bukan miliknya) termasuk
17 Ibid. hlm. 29.
18 Lalu Husni Op Cit hlm. 24 19W.J.S Poerwadarminta 2004. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
hlm. 191
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 28: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/28.jpg)
17
dalam pengertian pengusaha, artinya pengurus perusahaan disamakan dengan
pengusaha (orang/pemilik perusahaan).
Perusahaan menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
adalah:
1. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta
maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja dengan membayar upah
atau imbalan dalam bentuk lain.
2. Usaha-usaha sosial dan usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
2.1.2. Hak-Hak Tenaga Kerja dan Pengusaha
Dalam hal melaksanakan kewajiban pekerja harus bertindak sebagai
pekerja yang baik. Menurut Pasal 1603 di KUH Perdata, pekerja yang baik adalah
pekerja yang menjalankan kewajiban-kewajibannya dengan baik yang dalam hal
ini kewajiban untuk melakukan atau tindakan melakukan segala sesutau yang
dalam keadaan sama, seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan. Kewajiban
pekerja menurut Pasal 1603, 1603 a, 1603 b, 1603 c KUHPerdata adalah:
1. Pekerja wajib melakukan pekerjaan
Bahwa pekerja dalam melaksanakan isi dari perjanjian kerja, yaitu
pekerjaan, pada prinsipnya, wajib melakukan sendiri. Akan tetapi karena alasan
tertentu, ketentuan tersebut dapat dikesampingkan yaitu adanya alasan serta
dengan pengetahuan dan izin dari pengusaha, artinya Pengusaha bertanggung
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 29: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/29.jpg)
18
jawab terhadaap tanggung jawab yang ditanganinya, kemudian ia sakit atau
berhalangan untuk melakukan pekerjaaannya maka untuk tidak memberhentikan
aktifitas perusahaan maka ia menyuruh pihak ketiga untuk menggantikan
pekerjaannya dengan seizin perusahaannya.
2. Pekerja wajib menaati aturan dan peraturan dan petunjuk dari pengusaha.
Pekerja sewaktu melakukan pekerjaannya, wajib menaati perintah-perintah
yang diberikan oleh pimpinan atau pengusaha. Aturan-aturan yang wajib ditaati
oleh pekerja tersebut antara lain dapat dituangkan dalam tata tertib perusahaan.
Pekerja diwajibkan melakukan pekerjaan yang diperjanjikan dalam perjanjian
kerja. Yang perlu diperhatikan disini adalah pekerja wajib menaati perintah-
perintah yang diberikan perusahaan sepanjang diatur dalam perjanjian kerja,
Undang-undang dan kebiasaan setempat.
3. Kewajiban membayar ganti rugi dan denda
Jika pekerja melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan baik karena
unsur kesengajaan atau kelalaian, maka sesuai dengan prinsip hukum, pekerja
wajib membayar ganti rugi dan denda.
Secara umum kewajiban seorang pekerja adalah:
a. Mengikuti perintah dari pengusaha secara benar dan bertanggung jawab;
b. Melaksanakan secara baik;
c. Mematuhi perjanjian kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja
Bersama.
Dalam hal adanya suatu kewajiban maka akan dibahas juga hak-hak yang
wajib diperoleh oleh para pekerja yaitu sebagai berikut:
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 30: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/30.jpg)
19
1. Menerima upah dari pengusaha yang dapat berupa:
a. Pekerjaan yang telah dilakukan sesuai dengan yang telah diperjanjikan;
b. Cuti tahunan selama 12 hari, bagi mereka yang telah mempunyai masa
kerja 1(satu) tahun atau lebih;
c. Cuti hamil, cuti haid, cuti karena sakit yang dapat dibuktikan dengan
keterangan dokter atau bidan;
d. Cuti panjang bagi mereka yang telah mempunyai masa kerja 6 (enam)
tahun berturut-turut atau lebih yang diatur dalam Peraturan Perusahaan
dan Perjanjian Kerja Bersama.
2. Diberikan perlindungan sebagai berikut:
a. Diikutsertakan dalam program jamsostek bagi perusahaan yang telah
memenuhi criteria persyaratan;
b. Mendapatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan serta perlakuan
sesuai dengan martabat, usia, dan moral agama;
c. Mengadakan perlindungan secara kolektif dan berserikat;
d. Mengajukan tuntutan ke instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan atau ke Pengadilan Hubungan Industrial apabila terjadi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak sesui dengan aturan yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku.20
Pekerja/buruh sebagi warga negara mempunyai persamaan kedudukan
dalam hukum, hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak,
20Soedarjadi, 2008. Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.
hlm.23-25
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 31: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/31.jpg)
20
mengeluarkan pendapat, berkumpul dalam organisasi, serta mendirikan dan
menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.
Hak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh merupakan hak asasi
pekerja/buruh yang telah dijamin di dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945.
untuk mewujudkan hak-hak tersebut, kepada setiap pekerja atau buruh harus
diberikan kesempatan yang seluas-luasnya mendirikan dan menjadi anggota
serikat pekerja/serkat buruh. Serikat pekerja/serikat buruh berfungsi sebagai
sarana untuk memperjuangkan, melindungi dan membela kepentingan dan
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluargannya.
Hak berserikat bagi pekerja/buruh, sebagaimana diatur dalam konvensi
Internasional Labour Organization (ILO) Nomor 87 tentang Kebebasan
Berserikat dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi, dan Konvensi ILO Nomor
98 mengenai Berlakunya Dasar-dasar daripada Hak Untuk Berorganisasi Dan
Untuk Berunding Bersama sudah diratifikasi oleh Indonesia menjadi bagian dari
peraturan perundang-undangan nasional.21
Dalam hal suatu hubungan kerja maka sangat erat kaitannya dengan
pekerja dan pemberi kerja ataupun pengusaha. Karena dalam suatu hubungan
kerja akan ada dua pihak yang melakukan perjanjian kerja yang menimbulkan hak
dan kewajiban dari masing pihak. Di atas telah dipaparkan tentang hak dan
kewajiban tenaga kerja maka akan dibahas secara singkat pula tentang hak dan
kewajiban para pemberi kerja ataupun pengusaha.
Kewajiban Pengusaha menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:
21 Imam Syahputra, 2000, Tanya Jawab Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Havarindo.
Jakarta. hlm. 18
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 32: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/32.jpg)
21
1. Pengusaha wajib membayar upah 2. Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja 3. Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja 4. Pengusaha wajib melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja 5. Pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan
Pembayaran upah oleh pengusaha akan memegang peranan penting karena
untuk memelihara kelangsungan hidup badaniah dan rohaniah, upahlah yang
sangat menunjang. Menurut Pasal 1 angka 30 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja
yang ditetapkan dan dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya
atas suatu pekerjaan atas suatu jasa yang telah atau akan dilakukan.
Menurut Pasal 93 ayat 2 UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
upah wajib dibayar oleh pengusaha walaupun pekerja tidak melakukan pekerjaan,
apabila:
1. Pekerja sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan; 2. Pekerja perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya
sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan; 3. Pekerja tidak masuk kerja karena pekerja menikah, menikahkan,
mengitankan, membabtiskan anaknya, istri melahirkan atau menggugurkan kandungan, suami atau istri atau anak atau menantu atau anggota keluarga dalam suatu rumah meninggal dunia;
4. Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaan karena sedang menjalankan kewajiban terhadap Negara;
5. Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaanya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan oleh agama;
6. Pekerja bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakanya, baik karena sendiri maupun halangan yang seharusnya yang dapat dihindari pengusaha;
7. Pekerja melaksanakan hak istirahat; 8. Pekerja melaksanakan tugas serikat pekerja serikat buruh atas persetujuan
pengusaha; 9. Pekerja melaksanakan tugas pendidikan dari pengusaha.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 33: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/33.jpg)
22
Sedangkan upah tidak dibayar apabila pekerja tidak melakukan pekerjaan
Pasal 93 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat 2 adalah sebagai berikut :
1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1(satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
Tetapi ada juga pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu
kerja sebagaimana ditentukan di atas maka pengusaha wajib memenuhi syarat
sebagai berikut (Pasal 78 ayat 1):
1. Ada persetujuan pekerja yang bersangkutan. 2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam
1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
Pengusaha wajib memberikan waktu istirahat dan cuti kepada pekerja
sebagai berikut:
1. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja
selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak masuk
jam kerja.
2. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau
3. Cuti tahuanan sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja
yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.
4. Istirahat panjang sekurang kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan pada tahun ke
tujuh dan kedelapan masing-masing 1 bulan bagi pekerja yang telah bekerja
selama 6 tahun secara terus menerus pada perusahaan yang sama dengan
ketentuan pekerja tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2
tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6
tahun.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 34: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/34.jpg)
23
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan kewajiban pengusaha dalam
melakssanakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja adalah:
1. Terhadap tenaga kerja yang baru kerja, pengusaha berkewajiban menunjukkan dan menjelaskan tentang : a. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul ditempat kerja. b. Semua alat pengamanan dan perlindungan yang diharuskan. c. Cara dan sikap dalam melakukan pekerjaan. d. Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental tenaga kerja yang
bersangkutan 2. Terhadap tenaga kerja yang telah/sedang dipekerjakan, pengusaha wajib :
a. Melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan, penanggulangan kebakaran, pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan peningkatan usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya.
b. Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental secara berkala. c. Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan untuk tempat kerja yang bersangkutan bagi seluruh tenaga kerja.
d. Memasang gambar dan undang-undang keselamatan kerja serta bahan pembinaan lainnya ditempat kerja sesuai dengan petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja.
e. Melaporkan setiap peristiwa kecelakaan termasuk peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja yang terjadi ditempat kerja kepada kantor departemen Tenaga Kerja setempat.
f. Membayar biaya pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja ke kantor perbendaharaan negara setempat setelah mendapat penetapan besarnya biaya oleh kantor wilayah departemen tenaga kerja setempat.
g. Menaati semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja bagi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan maupun yang ditetapkan oleh pegawai pengawas. 22
Pengusaha wajib menyediakan kesejahteraan yaitu dengan memberikan
jaminan sosial kepada pekerja. Jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 ke 1
UU No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai
pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dalam pelayanan
sebagai akibat peristiwa yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja,
sakit, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
22 Lalu husni, Op.Cit hlm. 140-141.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 35: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/35.jpg)
24
Pekerja wajib mengikuti program jamsostek. Yang termasuk program
tersebut adalah:
1. Jaminan Kecelakaan Kerja
2. Jaminan Kematian
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam
proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejateraan pekerja/buruh dan
keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan, dan mengingkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sehubungan dengan hal itu
serikat pekerja/serikat buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan
kepentingan pekerja/buruh dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis,
dinamis dan berkeadilan.oleh karena itu pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat
buruh harus memiliki rasa tanggung jawab atas kelangsungan perusahaan dan
sebaliknya pengusaha harus memperlakukan pekerja/buruh sebagai mitra sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
2.2. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan gambaran bagaimana hubungan antara
konsep-konsep yang akan diteliti. Konsep (concept) adalah kata yang menyatakan
abstraksi yang digeneralisasikan dari gejala-gejala tertentu. Salah satu cara untuk
menjelaskan konsep adalah defenisi. Defenisi merupakan suatu pengertian yang
relatif lengkap tentang suatu istilah dan biasanya defenisi bertitik tolak pada
referensi. 23 Dengan demikian, defenisi harus mempunyai ruang lingkup yang
23 Amiruddin dan Zainal Asikin. 2010. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. hlm. 48.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 36: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/36.jpg)
25
tegas sehingga, sehingga tidak boleh ada kekurangan-kekurangan atau kelebihan-
kelebihan.
Pendekatan konseptual dilakukan manakala peneliti tidak beranjak dari
aturan hukum yang ada. Hal itu dilakukan karena memang belum ada atau tidak
ada aturan hukum untuk masalah yang dihadapi. Dalam menggunakan pendekatan
konseptual peneliti perlu merujuk prinsip-prinsip hukum yang dapat dutemukan
dalam pandangan-pandangan para sarjana hukum ataupu doktrin-doktrin hukum.24
Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus
didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil
penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu:
1. Penyelesaian adalah cara atau proses yang digunakan untuk memecahkan
atau menyelesaikan suatu permasalahan.25
2. Perselisihan Hubungan Kerja adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha
dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya
perselisihan mengenai hak perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh dalam satu perusahaan. (Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No. 2
Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial).
3. Pemindahan Karyawan tanpa alasan adalah kegiatan memindahkan
karyawan dari satu jabatan ke jabatan lain, tidak disertai dengan alasan
pemindahan oleh suatu perusahaan.26
24 Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi. 2015. Penelitian Hukum (Legal Research).
Sinar Grafika. Jakarta. hlm. 115. 25 http://kbbi.kata.web.id/penyelesaian/ Diakses Senin 16 April 2018 Pukul. 16.00 Wib 26 Ibid
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 37: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/37.jpg)
26
4. PT. Agro Jaya Perdana adalah tempat karyawan (penggugat) bekerja.
2.3. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan suatu yang berupa dugaan-dugaan atau
perkiraan-perkiraan yang masih harus dibuktikan kebenaran atau kesalahannya,
atau berupa pemecahan masalah untuk sementara waktu. 27 Adapun hipotesis
penulis dalam permasalah yang dibahas adalah sebagai berikut :
1. Faktor penyebab terjadinya perselisihan hubungan kerja pemindahan
karyawan tanpa alasan pada PT. Agro Jaya Perdana dikarenakan pengusaha
melakukan pemindahan karyawan tanpa mengetahui penyebab dan tanpa
adanya kesalahan yang diberitahukan kepada karyawannya, dan juga
pemindahan yang dilakukan pada karyawan berbeda dengan kemampuan atau
skill yang dimiliki, serta dilakukannya demosi atau penurunan jabatan tanpa
ada kesalahan dan pemberitahuan sebelumnya.
2. Upaya untuk mencegah terjadinya Perselisihan Hubungan Kerja pemindahan
karyawan tanpa alasan pada PT. Agro Jaya Perdana yaitu dengan adanya
perjanjian kerja yang harus disepakati oleh masing-masing pihak dalam hal
ini adalah pekerja dan pengusaha dan mematuhi segala peraturan tentang
ketenagakerjaan untuk menjamin adanya hubungan kerja yang baik.
3. Proses penyelesaian perselisihan hubungan kerja biasa disebut perselisihan
hubungan Industrial diselesaikan melalui Lembaga Bipartit Mediasi adalah
penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat
27 Syamsul Arifin, 2012. Metode Penulisan Karya Ilmiah dan Penelitian Hukum” Medan Area University Press, hlm. 38
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 38: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/38.jpg)
27
buruh hanya dalam satu perusahaan melalui muswarah yang ditengahi oleh
seorang atau lebih mediator yang netral, Konsiliasi adalah anggota
masyarakat yang telah berpengalaman di bidang hubungan industrial dan
menguasai peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang ditunjuk
oleh Menteri melakukan konsiliasi dan anjuran tertulis kepada pengusaha dan
pekerja atau serikat pekerja menyelesaikan perselisihan kepentingan dan
perselisihan pemutusan hubungan kerja Arbitrase yaitu cara penyelesaian
sengketa perdata di luar pengadilan yang didasarkan pada Perjanjian
Arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa
Melalui Pengadilan Hubungan Industrial.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 39: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/39.jpg)
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis, Sifat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian adalah penelitian yuridis normatif yaitu jenis
penelitian yang dilakukan dengan mempelajari azaz-azas hukum, sejarah hukum,
perbandingan hukum dan penelitian yang mempelajari sistematika hukum.28
Sumber data dalam mengerjakan skripsi ini terdapat beberapa bahan
hukum untuk melengkapi penulisan penelitian antara lain:
a. Bahan Hukum Primer: adalah bahan hukum yang mengikat. Dalam
penulisan skripsi ini yang menjadi bahan hukum primer adalah Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata mengenai perjanjian dan perjanjian kerja,
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dan
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.
b. Bahan Hukum Sekunder: adalah bahan hukum yang menjelaskan bahan
hukum primer. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi bahan hukum
sekunder adalah buku-buku literatur tentang perjanjian kerja, hasil-hasil
penelitian yaitu Putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn tentang
hubungan industrial dan tulisan para ahli hukum, majalah hukum, dan lain-
lain.
c. Bahan Hukum Tersier: adalah bahan hukum yang dapat memberikan
petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.
28 Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukun, UI Press, Jakarta, hlm. 51
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 40: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/40.jpg)
29
Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi bahan hukum tersier adalah
kamus, ensiklopedia, dan lain sebagainya.
3.1.2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah
deskriptif analisis dari Putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn. Studi kasus
adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu
fase spesifik atau kasus dari keseluruhan personalitas yang mengarah pada
penelitian hukum normatif, yaitu suatu bentuk penulisan hukum yang
mendasarkan pada karakteristik ilmu hukum yang berdasarkan pada karakteristik
ilmu hukum yang normatif.29
Sifat penelitian ini secara deskriptif analisis yaitu untuk mengetahui proses
penyelesaian perselisihan hubungan industrial berdasarkan putusan No.
133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn pada Pengadilan Negeri Medan yang berkaitan
dengan penulisan skripsi.
3.1.3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan secara singkat yaitu setelah dilakukan
seminar outline skripsi pertama dan telah dilakukan perbaikan seminar outline
yang akan dilakukan sekitar Bulan Februari 2018, yang dilakukan Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan dengan mengambil putusan
yang terkait yaitu Putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn untuk dianalisis.
29Astri Wijayanti, 2011. Strategi Penulisan Hukum, Lubuk Agung, Bandung. hlm 163.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 41: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/41.jpg)
30
Tabel : 1
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk baiknya suatu karya ilmiah seharusnyalah didukung oleh data-data,
demikian juga dengan penulisan skripsi ini penulis berusaha untuk memperoleh
data-data maupun bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini
setidak-tidaknya dapat lebih dekat kepada golongan karya ilmiah yang baik.
Untuk mengetahui data yang dipergunakan dalam penulisan ini maka
penulis mempergunakan 2 (Dua) metode:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu dengan melakukan
penelitian terhadap berbagai sumber bacaan yaitu buku-buku, majalah
hukum, pendapat para sarjana, peraturan undang-undang dan juga bahan-
bahan kuliah.
No Kegiatan
Bulan
Keterangan
Januari 2018
Februari
2018
Maret 2018
April 2018
Mei
2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Seminar Proposal
2 Perbaikan Proposal
3 Acc Perbaikan 4 Penelitian 5 Penulisan Skripsi 6 Bimbingan Skripsi 7 Seminar Hasil
8 Sidang Skripsi
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 42: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/42.jpg)
31
2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu dengan melakukan kelapangan
dalam hal ini penulis langsung melakukan studi Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri Medan dengan mengambil putusan yang
terkait yaitu Putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn untuk dianalisis.
3.3. Analisis Data
Dalam Penelitian ini analisis data yang dilakukan secara kualitatif yang
menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan
sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks dan
rinci.30
Data kualitatif yang diperoleh secara sistematis dan kemudian
substansinya dianalisis untuk memperoleh jawaban tentang pokok permasalahan
yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini secara kualitatif untuk
mendapatkan jawaban yang pasti dan hasil yang akurat. Sedangkan data-data
berupa teori yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan sub bab pembahasan,
selanjutnya dianalisis secara kualitatif sehingga diperoleh gambaran yang jelas
tentang pokok permasalahan.
Selanjutnya data yang disusun di analisa secara deskriptif analis sehingga
dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh terhadap gejala dan fakta dalam
perselisihan hubungan kerja tentang pemindahan karyawan tanpa alasan. Dan
diakhiri dengan penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode induktif
sebagai jawaban dari permasalahan yang dirumuskan.
30 Syamsul Arifin Op Cit.hlm. 66
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 43: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/43.jpg)
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Pengertian Hubungan Industrial
Hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang tersangkut
atau berkepentingan atas proses produksi atau pelayanan jasa di suatu
perusahaan. Pihak yang paling berkepentingan atas keberhasilan perusahaan dan
berhubungan langsung sehari-hari adalah pengusaha atau manajemen dan
pekerja. Disamping itu masyarakat juga mempunyai kepentingan, baik sebagai
pemasok faktor produksi yaitu barang dan jasa kebutuhan perusahaan maupun
sebagai masyarakat konsumen atau pengguna hasil-hasil perusahaan tersebut.
Pemerintah juga mempunyai kepentingan langsung dan tidak langsung atas
pertumbuhan perusahaan, antara lain sebagai sumber penerimaan pajak. Jadi
hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang berkepentingan
tersebut.
Prinsip hubungan industrial di dasarkan pada persamaan kepentingan
semua unsur atas keberhasilan dan kelangsungan perusahaan. Dengan demikian
hubungan industrial mengandung prinsip-prinsip berikut ini:
1. Pengusaha dan pekerja demikian pemerintah dan masyarakat pada umumnya
sama-sama mempunyai kepentingan atas keberhasilan dan kelangsungan
perusahaan.
2. Perusahaan merupakan sumber penghasilan bagi banyak orang.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 44: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/44.jpg)
33
3. Pengusaha dan pekerja mempunyai hubungan fungsional dan masing-masing
mempunyai fungsi yang berbeda dalam pembagian kerja dan pembagian
tugas.
4. Pengusaha dan pekerja merupakan anggota perusahaan.
5. Tujuan pembinaan hubungan industrial adalah menciptakan ketenangan
berusaha dan ketentraman bekerja supaya dengan demikian dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan.
6. Peningkatan produktivitas perusahaan harus dapat meningkatkan
kesejahteraan bersama, yaitu kesejahteraan pengusaha dan kesejahteraan
pekerja.31
4.1.2. Kedudukan dan Fungsi Pengadilan Hubungan Industrial
Berdasarkan Pasal 55 Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang berbunyi “Pengadilan
Hubungan Industrial merupakan pengadilan khusus yang berada pada lingkungan
peradilan umum”. Dengan demikian maka kedudukan Pengadilan Perselisihan
Hubungan Industrial (Pengadilan PHI) dibentuk ada pada setiap ibukota
Kabupaten/Kota, karena PHI ada pada setiap Pengadilan Negeri dan Mahkamah
Agung.
Tentang kedudukan ini dijelaskan juga oleh Pasal 59 Undang-Undang No.
2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang
berbunyi :
31 Shvoong.com, “Konsep Dasar Hubungan Industrial”, http:id.shvoong.com/social-
sciences/2005328-konsep-dasar-hubungan-industrial/, Diakses Tanggal 10 Februari 2018. Pukul. 10.00 Wib
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 45: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/45.jpg)
34
a. Untuk pertama kali dengan undang-undang ini dibentuk Pengadilan
Hubungan Industrial pada setiap Pengadilan Negeri Kabupaten/Kota yang
berada disetiap Ibukota Provinsi yang daerah hukumnya meliputi provinsi
yang bersangkutan.
b. Dikabupaten/Kota terutama yang padat industri, dengan Keputusan Presiden
harus segera dibentuk Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri setempat.
Susunan Pengadilan PHI pada Pengadilan Negeri terdiri dari:
1. Hakim,
2. Hakim Ad-Hoc,
3. Panitera Muda, dan
4. Panitera Muda Pengganti.
Hakim adalah hakim karir di pengadilan negeri yang diangkat untuk
memeriksa perkara perselisihan hubungan industrial, dan diberhentikan oleh
Ketua Mahkamah Agung. Hakim Ad-Hoc adalah hakim Pengadilan PHI,
diangkat dan diberhentikan oleh presiden atas usul serikat pekerja dan organisasi
pengusaha melalui Ketua Mahkamah Agung dan Menteri.
Masing-masing Pengadilan Negeri diangkat 5 (lima) orang hakim ad-hoc
mewakili unsur serikat pekerja dan 5 (lima) orang mewakili unsur asosiasi
pengusaha. Hakim ad-hoc diangkat untuk masa tugas 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali maksimum satu kali masa jabatan. Hakim ad-hoc tidak boleh
merangkap jabatan sebagai anggota Lembaga Tinggi dan Tertinggi Negara,
kepala daerah, pengacara, mediator, konsiliator, atau arbiter. Ketua Pengadilan
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 46: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/46.jpg)
35
Negeri mengawasi pelaksanaan tugas hakim, hakim ad-hoc, panitera muda dan
panitera muda pengganti.
Sedangkan fungsi PHI dapat dilihat dari Pasal 1 angka 17 Undang-Undang
No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang
berbunyi: Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang
dibentuk di lingkungan pengadilan negeri yang berwenang memeriksa, mengadili
dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial.
Berdasarkan Pasal 1 angka 17 Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, PHI pada Pengadilan Negeri
berwenang memeriksa dan memutus:
1. Perselisihan hak untuk tingkat pertama dan terakhir; 2. Perselisihan kepentingan untuk tingkat pertama; 3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja untuk tingkat pertama; 4. Perselisihan antar serikat pekerja untuk tingkat pertama dan terakhir.
4.2. Hasil Pembahasan
4.2.1 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perselisihan Hubungan Kerja
Pemindahan Karyawan Tanpa Alasan Pada PT. Agro Jaya Perdana
Ada pembatasan terhadap hal yang menjadi perselisihan hubungan kerja.
Tidak semua hal dapat diperselisihkan. Misalnya, mutasi merupakan hak dari
perusahaan. Jika ada karyawan yang merasa keberatan dan mangkir dari
tugasnya, jika lebih dari 5 (lima) hari karyawan tidak bekerja, maka dianggap
mengundurkan diri.
Jangan sampai perusahaan malah terjebak dengan keberatan karyawan
terkait mutasi. Jika persoalan tersebut berusaha diselesaikan melalui musyawarah
bahkan hingga melibatkan pihak ketiga (tripartit), maka justru akan dinilai
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 47: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/47.jpg)
36
menjadi perselisihan hubungan kerja. Lebih jauh, hal tersebut berpotensi menjadi
sengketa yang harus diselesaikan melalui pengadilan hubungan Industrial.
Padahal, ini tidak termasuk dalam 4 (empat) jenis perselisihan hubungan
industrial yang harus diselesaikan di pengadilan.
Perselisihan Hubungan Industrial di atur dalam Undang-Undang Nomor 2
tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan Industrial (UU PHI), dalam Pasal 1
angka 1 memberikan definisi perselisihan hubungan industrial sebagai berikut:
Perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.
Berdasarkan definisi tersebut diketahui terdapat beberapa jenis
perselisihan yang dapat dikategorikan sebagai suatu perselisihan hubungan
industrial. Yang mana masing-masing dari perselisihan tersebut berdasarkan
Undang-Undang PHI memiliki tahapan penyelesaian yang berbeda. Berikut kami
sampaikan jenis-jenis perselisihan dalam hubungan industrial:
1. Perselisihan Hak
Merupakan perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat
adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja sama.
2. Perselisihan Kepentingan
Merupakan perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak
adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan/atau perubahan syarat-
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 48: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/48.jpg)
37
syarat kerja yang diterapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja bersama.
3. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
Merupakan perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian
pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah
satu pihak.
4. Perselisihan Antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh Dalam Satu Perusahaan
Merupakan perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat
pekerja/serikat buruh lain namun terbatas hanya dalam satu perusahaan. Hal
tersebut dapat disebabkan karena tidak adanya persesuaian paham mengenai
keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikatan pekerjaan.
Pada saat terjadi suatu perselisihan hubungan industrial (berlaku untuk
seluruh jenis perselisihan), langkah awal yang harus dilakukan yaitu dengan
melakukan penyelesaian secara internal terlebih dahulu. Pertama melalui
mekanisme musyawarah yang disebut dengan bipartit. Bipartit merupakan
perundingan antara pekerja/ buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dengan
pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.
Dalam bipartit tersebut belum ada pihak ketiga yang dilibatkan. Adapun
yang dimaksud pihak ketiga disini yaitu pihak pemerintah dalam bidang
ketenagakerjaan (Dinas Ketenagakerjaan dan Transmisgrasi). Sehingga pada
tahap bipartit ini tidak menutup kemungkinan baik pihak perusahaan dan/atau
karyawan untuk didampingi kuasa hukum. Yang mana bertujuan membantu
negosiasi dan dapat juga sebagai fasilitator diantara para pihak yang berselisih.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 49: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/49.jpg)
38
Undang-Undang PHI telah menentukan perundingan bipartit harus
diselesaikan maksimal dalam waktu 30 hari kerja sejak perundingan dimulai.
Apabila perundingan bipartit mencapai kesepakatan maka para pihak wajib
membuat Perjanjian Bersama dan didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan
Hubungan Industrial. Namun apabila perundingan bipartit tersebut gagal
mencapai kesepakatan, maka terdapat mekanisme penyelesaian lanjutan yang
dapat dilakukan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang PHI.
Faktor-Faktor yang dapat membenarkan suatu pemutusan dan perselisihan
dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan yaitu :32
1. Alasan-alasan yang berhubungan atau yang melekat pada pribadi buruh
2. Alasan-alasan yang berhubungan dengan tingkah laku buruh
3. Alasan-alasan yang berkenaan dengan jalannya perusahaan artinya demi
kelangsungan jalannya perusahaan.
Pada putusan No.133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn terjadinya perselisihan
hubungan kerja dikarenakan pemindahan penggungat sebagai karyawan oleh PT.
Agro Jaya Perdana tanpa alasan. Pada Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 Pasal 2
disebutkan salah satu penyebab perselisihan hubungan industrial adalah
perselisihan kepentingan.
Hal tersebut dikarenakan Penggugat melaksanakan rutinitas kewajiban
bekerja sebagai Administrasi Produksi, tiba-tiba Penggugat dikejutkan saat
Tergugat memberikan surat bernomor: 023/AJP/PSN/I/2016 perihal peralihan
tugas dari Administrasi Produksike Bagian Adminstrasi Mekanik Lapangan
terhitung sejak tanggal 18 Januari 2016.
32 Sendjun H. Manulang, 2001. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 121
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 50: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/50.jpg)
39
Bahwa atas kebijakan Tergugat tersebut Penggugat dengan perasaan yang
sangat terpukul, mempertanyakan kepada Beng Sua Incasu Personalia, namun
Beng Sua menjawab dengan enteng “bahwa hal ini adalah keputusan manajemen”.
Bahwa dikarenakan Penggugat belum mendapatkan jawaban dan kepastian atas
kebijakan peralihan tugas tersebut, kembali mencoba mempertanyakan kepada
Manajer Factory dan hanya di jawab “tidak mengetahui tentang pengalihan tugas
tersebut”.
Bahwa kemudian seharusnya mutasi atau penempatan pekerja ke tempat
lain harus memperhatikan berlakunya Pasal 32 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan:
1. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi.
2. Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum.
3. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan program nasional dan daerah.
Penggugat yang memiliki skill administrasi dan memiliki kinerja baik,
tiba-tiba di alihkan ke bagian administasi mekanik yang sebelumnya tidak ada
dikarenakan pengerjaan pada bagian ini ditanggungjawapi oleh mandor. Tentu
kebijakan Tergugat yang menempatkan Penggugat pada bagian Administrasi
Mekanik tanpa memperhatikan dan bahkan mengenyampingkan peraturan
Ketenagakerjaan merupakan kebijakan melawan hukum.
Pada putusan No.133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn dapat dilihat perselisihan
hubungan industrial kerja karena pemindahan karyawan tanpa alasan pada PT.
Agro Jaya Perdana merupakan alasan dari kepentingan tergugat. Namun, tergugat
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 51: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/51.jpg)
40
menjelaskan Bahwa benar Tergugat memindah tugaskan penggugat dari bagian
Adm. Produksi ke bagian Adm. Mekanik Lapangan terhitung tanggal 18 Januari
2016 sesuai dengan Surat No. 023/AJP/PSN/I/2016 tanggal 15 Januari 2016
karena alasan kinerjanya kurang baik.
Bahwa benar Penggugat diturunkan jabatannya (demosi) dari Staf Adm
Mekanik Lapangan menjadi Karyawan Adm Mekanik Lapangan karena
kinerjanya kurang baik sebagaimana Surat No. 040/AJP/PSN/I/2016 tanggal 30
Januari 2016, bahwa tidak benar Penggugat dalam kedudukannya sebagai Pekerja
pada Tergugat merupakan pekerja yang baik, karena faktanya Penggugat dalam
lingkungan kerja sering melakukan tindakan-tindakan yang sangat tidak santun
seperti mengucapkan kata “banci”, berteriak, membanting pintu toilet.
Bahwa pada tanggal 29 Januari 2016 Tergugat Pingsang di tempat/lokasi
Perusahaan dan dibawa ke Rumah Sakit oleh Pekerja lain, bahwa setelah sembuh
Penggugat hanya masuk pada tanggal 3 Februari 2016, kemudian tidak pernah
masuk lagi dengan alasan yang tidak diketahui mengapa tidak masuk kerja.
Bahwa pada tanggal 6 Februari Penggugat dipanggil agar hadir pada
tanggal 9 Februari 2016 pukul 10.00 wib sebagaimana sesuai Surat No.
057/AJP/PSN/II/2016 guna memberikan penjelasan kepada Tergugat sehubungan
tidak masuk kerja, akan tetapi Penggugat tidak hadir. Bahwa pada tanggal 12
Februari Penggugat dipanggil kembali agar hadir pada tanggal 15 Februari 2016
pukul 10.00 wib sebagaimana sesuai Surat No. 058/AJP/PSN/II/2016 guna
memberikan penjelasan kepada Tergugat sehubungan tidak masuk kerja, akan
tetapi Penggugat tidak hadir. Hal ini yang merupakan alasan dari PT. Agro Jaya
Perdana melakukan pemindahan tugas kepada Penggugat.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 52: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/52.jpg)
41
4.2.2 Upaya Hukum Dalam Mencegah Terjadinya Perselisihan Hubungan
Kerja Pemindahan Karyawan Tanpa Alasan Pada PT. Agro Jaya
Perdana.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan agar mengurangi terjadinya
konflik antara pekerja/ buruh dengan pengusaha yaitu sebagai berikut :33
1. Melaksanakan Keseluruhan Hak Normatif Pekerja.
Melaksanakan secara konsekuen ketentuan perundang-undangan maupun
yang sudah diatur dalam Perturan Pemerintah atau Perjanjian Kerja Bersama.
2. Perhatian terhadap Kesejahteraan Pekerja.
Perhatian diberikan oleh perusahaan seperti pembayaran upah minimum
sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah tanpa harus menunggu para
pekerja menuntut atas upah tersebut.
3. Mengembangkan Komunikasi yang Efektif.
Komunikasi dapat dikembangkan dengan berbagai cara misalnya dengan
pengangkatan perwakilan tiap unit, penyediaan kotak saran, serta komunikasi
melalui atasan langsung.
4. Menyediakan fasilitas yang diperlukan.
Perlu identifikasi kebutuhan fasilitas yang dibutuhkan oleh pekerja sesuai
kemampuan perusahaan, misalnya tempat ibadah, kantin, kamar kecil/WC,
fasilitas olah raga dan lain-lain.Mendorong Berfungsinya
5. Kelembagaan/Sarana Hubungan Industrial (Serikat Pekerja, Bipartit, Peraturan
perusahaan/Perjanjian Kerja Bersama).
33 Soedarjadi Op Cit hlm. 102
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 53: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/53.jpg)
42
Selain itu petunjuk dari Menteri Tenaga Kerja pada jajaran dibawahnya
dalam surat edaran No. 268/M/1985, untuk masalah penyelesaian pemutusan
hubungan kerja massal yang perlu ditempuh oleh pengusaha yaitu sebagai berikut:
a. Mengurangi shift dengan maksud menghilangkan biaya-biaya extra, biaya listrik, minuman/makanan yang diperuntukan bagi pekerja yang bekerja malam hari;
b. Menghapuskan kerja lembur, mengingat barang-barang produksi sudah berlebihan;
c. Mengurangi jam kerja, hal ini perlu dibicarakan pada serikat pekerja atau kalau tidak ada perwakilan pekerja;
d. Meliburkan pekerja/buruh secara bergilir; e. Peningkatan efisiensi dan penghematan lainnya.34
Dapat dilihat pada putusan No.133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn bahwa
pemindahan karyawan tanpa alasan yang dilakukan oleh PT. Agro Jaya Perdana
adalah dikarenakan persoalan dari kepentingan tergugat, yang tidak
memberitahukan secara pasti kenapa terjadi pemindahan. Sesuai dengan ketentuan
peraturan ketenagakerjaan bahwa pemindahan karyawan harus disertai alasan-
alasan sesuai dan dengan kemampuan yang dimiliki oleh pekerjanya serta dengan
pemberitahuan sebelumnya.
Pada putusan No.133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn penggugat sudah
berupaya bertanya kepada pihak personalia dan manager tentang alasan dari
pemindahannya, namun tidak ada tanggapan yang positif dari pihak tergugat,
maka dalam hal ini penggugat berupaya menyelesaikan perselisihan yang terjadi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
34 Ibid hlm. 104
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 54: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/54.jpg)
43
4.2.3 Proses Penyelesaian Perselisihan Hubungan Kerja Pada Putusan No.
133/Pdt.Sus.PHI/2016/PN.Mdn
Perselisihan hubungan industrial terdiri dari perselisihan hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar
serikat pekerja. Perselisihan hubungan industrial pada dasarnya diselesaikan di
Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial (Pengadilan PHI).
Sebelum mencapai tahap atau tingkat Pengadilan PHI dapat ditempuh
tahap-tahap awal atau alternatif yang terdiri dari :
1. Lembaga Bipartit, 2. Mediasi, 3. Konsiliasi, dan 4. Arbitrase.35
Adapun tahap-tahap sebagaimana disebutkan di atas dapat dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Lembaga Bipartit
Lembaga Bipartit adalah suatu bentuk perundingan antara pekerja/buruh
atau serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial. Penyelesaian secara musyawarah ini juga diamanatkan oleh Undang-
Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu dalam Pasal 136 ayat
(1) yang menyebutkan bahwa penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib
dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja/serikat buruh secara
amusyawarah untuk mufakat. Dan dalam ayat 2 menyebutkan bahwa dalam hal
penyelesaian secara muswarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan
35 Eggi Sudjana, 2005. Bayarlah Upah Sebelum Keringatnya Mengering, PPMI, Jakarta, hlm. 12.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 55: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/55.jpg)
44
hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yang diatur dengan undang-undang.
Lembaga bipartit terdiri dari wakil pengusaha dan wakil pekerja dan atau
serikat pekerja. Bila dalam perusahaan belum terbentuk serikat pekerja, wakil
pekerja di Lembaga Bipartit dipilih mewakili unit-unit kerja dan atau kelompok
profesi. Bila terdapat lebih dari satu serikat pekerja, wakil mereka di Lembaga
Bipartit ditetapkan secara proporsional.
Semua jenis perselisihan diupayakan diselesaikan di Lembaga Bipartit. Kesepakatan atau kompromi yang di Lembaga Bipartit dirumuskan dalam bentuk Persetuluan Bersama dan ditandatangani oleh para pihak yang berselisih. Bila satu pihak tidak melaksanakan Persetujuan Bersama tersebut, pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan penetapan eksekusi kepada Pengadilan PHI di Pengadilan Negeri setempat tidak diatur secara khusus dalam Undang-undang.36
Walaupun tidak diatur secara khusus dalam Undang-Undang serikat-
serikat pekerja di satu perusahaan dapat membentuk Forum Komunikasi Antar
Serikat Pekerja. Penyelesaian perselisihan antar serikat pekerja dianjurkan
dilakukan secara bipartit dalam forum ini bila mereka enggan menyelesaikannya
di Lembaga Bipartit yang telah ada.
Penyelesaian secara bipartit ini wajib dilaksanakan dan dibuat risalah yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak. Proses bipartit ini harus selesai dalam
waktu 30 hari, dan jika melewati 30 hari salah satu pihak menolak untuk
berunding atau perundingan tidak mencapai kesepakatan, maka perundingan
bipartit dianggap gagal. Jika perundingan mencapai kesepakatan, maka dibuat
perjanjian bersama yang mengikat dan menjadi hukum bagi para pihak. Perjanjian
bersama tersebut harus didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial pada 36 Lalu Husni, 2004, Penyelesaian Perselisian Hubungan Industrial Melalui Pengadilan dan Diluar Pengadilan, Penerbit PT. Raja Grafindo Parsada, Jakarta . hlm. 71.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 56: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/56.jpg)
45
Pengadilan Negeri di wilayah para pihak yang mengadakan perjanjian bersama
dan jika tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan
dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Hubungan Industrial
pada pengadilan negeri di wilayah Perjanjian Bersama didaftarkan.
2. Mediasi oleh Mediator
Mediasi hubungan industrial yang selanjutnya disebut mediasi adalah
penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam
satu perusahaan melalui muswarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih
mediator yang netral. Jadi mediasi ini merupakan lembaga yang berwenang
menyelesaikan segala jenis perselisihan. Penyelesaian perselisihan melalui
mediasi ini dilakukan di bidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota atau dengan
kata lain yang menjadi mediator adalah pegawai Dinas Tenaga Kerja.
Pada instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang
ketenagakerjaan diangkat beberapa orang pegawai sebagai mediator yang
berfungsi melakukan mediasi menyelesaikan perselisihan antara pengusaha
dengan pekerja.
Perbedaannya dengan UU No. 22 Tahun 1957 adalah jika sebelumnya
setiap perselisihan wajib melalui proses perantaraan (mediasi) terlebih dahulu,
maka berdasarkan UU PPHI (selain perselisihan hak), pihak dinas tenaga kerja
terlebih dahulu menawarkan kepada para pihak untuk dapat memilih konsiliasi
atau arbitrase (tidak langsung melakukan mediasi), jika para pihak tidak
menetapkan pilihan melalui konsiliasi atau arbitrase dalam waktu 7 (tujuh) hari,
maka penyelesaian kasus akan dilimpahkan kepada mediator.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 57: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/57.jpg)
46
Atas kesepakatan bersama, pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja
memilih seorang mediator dari daftar nama mediator yang tersedia di Kantor
Pemerintah setempat, kemudian secara tertulis mengajukan permintaan untuk
membantu menyelesaikan perselisihan mereka.37
Dalam 7 hari setelah menerima permintaan penyelesaian perselisihan,
mediator sudah harus mempelajari dan menghimpun informasi yang diperlukan,
kemudian segera paling lambat pada hari kedelapan mengadakan pertemuan atau
sidang mediasi. Untuk itu, mediator dapat memanggil saksi dan atau saksi ahli.
Bila pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja mencapai kesepakatan,
kesepakatan tersebut dirumuskan dalam Persetujuan Bersama yang ditandatangani
oleh para pihak yang berselisih diketahui oleh mediator.
Bila pengusaha dan atau pekerja tidak mencapai kesepakatan, dalam
paling lama 14 hari setelah sidang mediasi pertama, mediator harus sudah
membuat anjuran tertulis kepada pihak-pihak yang berselisih. Kemudian dalam 14
hari setelah menerima anjuran tertulis tersebut, para pihak yang berselisih harus
sudah menyampaikan pendapat secara tertulis kepada mediator menyatakan
menyetujui atau menolaknya.
Bila pihak-pihak yang berselisih menerima anjuran mediator, kesepakatan
tersebut dirumuskan dalam Persetujuan Bersama. Bila anjuran tertulis
ditolak, maka pihak yang menolak mengajukan gugatan kepada Pengadilan PHI
setempat. Untuk itu mediator menyelesaikan dokumen yang diperlukan dalam 5
hari kerja. Dengan demikian seluruh proses mediasi diselesaikan paling lama
dalam 40 hari kerja.
37 Ibid., hlm 72
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 58: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/58.jpg)
47
Telah dijelaskan sebelumnya dalam perundingan bipartit, jika para pihak
gagal menyelesaikannya secara bipartit maka para pihak harus mencatatkan hal
tersebut dan kemudian instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan
setempat wajib menawarkan kepada para pihak untuk menyepakati memilih
penyelesaian melalui konsiliasi atau melalui arbitrase.
3. Konsiliasi oleh Konsiliator
Konsiliator adalah anggota masyarakat yang telah berpengalaman di
bidang hubungan industrial dan menguasai peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh Menteri melakukan konsiliasi dan anjuran
tertulis kepada pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja menyelesaikan
perselisihan kepentingan dan perselisihan pemutusan hubungan kerja.
Daftar konsiliator untuk satu wilayah kerja disediakan di kantor
Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan. Atas kesepakatan
para pihak yang berselisih pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja memilih
dan meminta konsiliator dari daftar konsiliator setempat untuk menyelesaikan
perselisihan mereka mengenai kepentingan atau PHK.38
Sama halnya dengan mediator, konsiliator harus menghimpun informasi
yang diperlukan dalam 7 hari setelah menerima permintaan konsiliasi, dan paling
lambat pada hari kedelapan sudah memulai usaha konsiliasi. Paling lambat dalam
14 hari sesudah sidang konsiliasi pertama, kesepakatan pengusaha dan pekerja
sudah dirumuskan dalam Perjanjian Bersama, atau bila pihak yang berselisih tidak
mencapai kesepakatan, konsiliator sudah menyampaikan anjuran tertulis. 38 Lalu Husni, 2000, Op.Cit., hlm. 51.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 59: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/59.jpg)
48
Pengusaha dan pekerja harus menyampaikan pernyataan menerima atau menolak
anjuran konsiliator paling lama dalam 14 hari. Bila kedua pihak menerima
anjuran, Perjanjian Bersama untuk itu diselesaikan dalam 5 hari. Bila pengusaha
atau pekerja menolak anjuran, pihak yang menolak menggugat pihak yang lain ke
Pengadilan PHI.
Secara keseluruhan, konsiliator harus menyelesaikan satu kasus
perselisihan maksimum dalam 40 hari. Dalam proses konsiliasi, konsiliator dapat
memanggil saksi dan saksi ahli. Pemerintah membayar honorarium konsiliator,
serta biaya perjalanan dan akomodasi saksi dan saksi ahli.
4. Arbitrase oleh Arbiter
Kata arbitrase berasal dari kata arbitrare (Latin), arbitrage (Belanda
dan Perancis), arbitration (Inggris), yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan
sesuatu menurut kebijaksanaan atau damai oleh arbiter atau wasit.
Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
Alternatif Penyelesaian Sengketa menyebutkan: Arbitrase adalah cara
penyelesaian sengketa perdata di luar pengadilan yang didasarkan pada Perjanjian
Arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Sanusi Bintang mengutip pendapat R. Subekti yang mengartikan arbitrase
adalah penyelesaian atau pemutusan untuk seorang hakim atau para hakim
berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada atau menaati
keputusan yang diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka pilih atau
tunjuk tersebut.39
39 Sanusi Bintang dan Dahlan, 2000. Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 118.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 60: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/60.jpg)
49
Arbitrase adalah penyelesaian perselisihan oleh seorang atau tiga orang
arbiter, yang atas kesepakatan para pihak yang berselisih diminta menyelesaikan
perselisihan kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan antar serikat pekerja.
Dalam hal pihak yang berselisih memilih 3 orang arbiter, dalam 3 hari masing-
masing pihak dapat menunjuk seorang arbiter, dan paling lambat 7 hari sesudah
itu, kedua arbiter tersebut menunjuk arbiter ketiga sebagai Ketua Majelis Arbiter.
Sama halnya dengan juru atau dewan pemisah dalam UU No. 22 tahun
1957, arbiter menurut UU PPHI ini harus memenuhi syarat tertentu yang
oleh pemerintah dan terdaftar di Kantor Pemerintah yang membidangi
ketenagakerjaan.
Dalam kesepakatan memilih penyelesaian arbitrase, pengusaha dan
pekerja atau serikat pekerja membuat surat perjanjian arbitrase yang antara lain
memuat pokok persoalan perselisihan yang diserahkan kepada arbiter, jumlah
arbiter yang akan dipilih dan kesiapan untuk tunduk pada dan menjalankan
keputusan arbitrase.
Arbiter pertama-tama mengupayakan penyelesaian secara bipartit. Bila
penyelesaian berhasil, arbiter membuat akte perdamaian. Bila kedua pihak-pihak
tidak mencapai titik perdamaian, arbiter melanjutkan siding-sidang kedua belah
pihak dan bila perlu mengundang saksi. Secara keseluruhan, arbiter wajib
menyelesaikan perselisihan hubungan industrial dalam waktu 30 hari kerja sejak
penandatanganan surat perjanjian penunjukkan arbiter. Atas persetujuan kedua
belah pihak yang berselisih, arbiter hanya dapat memperpanjang waktu
penyelesaian paling lama 14 hari kerja.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 61: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/61.jpg)
50
Putusan arbitrase merupakan putusan yang bersifat akhir dan tetap
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para pihak yang berselisih. Bila salah
satu pihak tidak melaksanakan keputusan arbitrase, pihak yang dirugikan dapat
mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri untuk memerintahkan pihak
tersebut melaksanakan keputusan arbitrase.
Dalam paling lama 30 hari sejak keputusan arbiter, salah satu pihak dapat
mengajukan permohonan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, hanya
apabila :40
a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan ternyata diakui atau
terbukti palsu;
b. Pihak lawan terbukti secara sengaja menyembunyikan dokumen yang bersifat
menentukan dalam pengambilan keputusan;
c. Keputusan arbitrase terbukti didasarkan pada tipu muslihat pihak lawan;
d. Putusan melampaui kewenangan arbiter;
e. Putusan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
5. Melalui Pengadilan Hubungan Industrial
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial menyebutkan bahwa Pengadilan Hubungan Industrial
berwenang memeriksa dan memutus mengenai:41
1. Di tingkat pertama mengenai perselisihan hak
2. Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan.
3. Di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja.
40 Ibid hlm 120 41 Pasal 56 Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 62: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/62.jpg)
51
4. Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.
Sesuai dengan Pasal 56 tersebut, dapat dilihat bahwa terhadap putusan
Pengadilan Hubungan Industrial mengenai perselisihan hak dan pemutusan
hubungan kerja dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung (jo Pasal 110).
Sedangkan putusan Pengadilan hubungan Industrial mengenai perselisihan
kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan
merupakan putusan yang pertama dan terakhir.
Undang-undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial menyebutkan bahwa “Hukum acara yang berlaku pada
Pengadilan Hubungan Industrial adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang diatur secara khusus
dalam Undang-undang ini”.42
Berdasarkan ketentuan Pasal 57 di atas maka acara pemeriksaan
penyelesaian perselisihan hubungan industrial dilakukan berdasarkan hukum
acara perdata, demikian juga halnya dengan hukum pembuktian. Pembuktian
merupakan sarana yang penting dalam penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yang diajukan ke depan hakim, karena dengan adanya pembuktian
maka hakim dapat menarik kesimpulan dan memutus perkara perselisihan
hubungan industrial tersebut.
Pada putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn proses penyelesaian atas
perselisihan tersebut (kebijakan Tergugat atas mutasi dan bahkan demosi) sesuka
hati, juga telah dimohonkan perundingan bipartit oleh Penggugat Bahwa benar
42 Pasal 57 Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 63: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/63.jpg)
52
dalam perundingan Penggugat dan Tergugat tertanggal 25 Februari 2016 tidak
ada menemukan titik penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Dalam masa perundingan bipartit normanya Penggugat dan Tergugat
musyawarah mencapai mufakat sebagaimana prinsip Hubungan Industrial
Pancasila (PHI) dan mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial,
namun dengan cara-cara tidak lazim dan tidak menghormati jalannya
perundingan tergugat memanggil Penggugat. Bahwa walau Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja Pemerintah Kota Medan menerbitkan Anjuran Nomor:
567/2019/DSTKM/2016tertanggal 19 April 2016, yang amarnya berbunyi
sebagai berikut: Agar Pengusaha PT. Agro Jaya Perdana mempekerjakan kembali
Sdr. Eka Fransiska.
Namun Tergugat tidak menunjukkan itikad baik dan membuka hati dalam
upaya membangun Hubungan Industrial Pancasila (HIP) dengan tidak
melaksanakan anjuran Pegawai Mediator dimaksud. Bahwa meskipun telah
dianjurkan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Pemerintah Kota Medan untuk
kembali mempekerjakan Penggugat namun Tergugat dengan arogan tetap
menolak melaksanakan anjuran Pegawai Mediasi dimaksud. Tergugat tidak juga
tergerak kesadaran untuk melaksanakan isi anjuran, bahwa kebijakan Tergugat
yang tidak melaksanakan aturan hukum Ketenagakerjaan yang berlaku itu sah dan
sempurna tanpa cacat hukum, oleh karenanya Penggugat mohon kepada Ketua
Pengadilan Negeri Medan Cq. Pengadilan Hubungan Industrial untuk
menyelesaikan perselisihan hubungan kerja yang terjadi antara penggugat dan
tergugat.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 64: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/64.jpg)
53
4.2.4 Analisis Kasus
Pada putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn penggugat bernama
Eka Fransiska, Umur 36 Tahun, Agama Islam, Kebangsaan Indonesia, beralamat
Jalan Durian Gang Mesjid No. 47 Sidorame Barat Kecamatan Medan Perjuangan
Kota Medan Sumatera Utara, Pekerjaan buruh PT. Agro Jaya Perdana, Dalam hal
ini diwakilkan M.Amrul Sinaga,S.H., Sakti Makmur Siregar, S.H., & Frans Hadi
Purnomo Sagala,S.H., Kesemuanya Advokat & Konsultan Hukum pada Law
Office M.Amrul Sinaga,S.H & Partners Beralamat setempat dikenal sebagai Jalan
Abdul Hakim/Pasar I Gang Tengah No. 6 A Kota Medan 20132 – SUMUT,
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Tanggal 15 Juli 2016, melawan PT. Agro Jaya
Perdana beralamat setempat dikenal sebagai Jalan KL.Yos Sudarso Km. 15,5
Medan Sumatera Utara, selanjutnya disebut sebagai Tergugat.
Mengajukan gugatan sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat adalah buruh PT. Agro Jaya Perdana sejak Bulan Mei 2001
dengan jabatan sebagai Administrasi Produksi dan memperoleh upah/gaji
sebesar Rp.4.108.160 (empat juta seratus delapan ribu seratus enam puluh
rupiah) per bulan;
2. Bahwa dalam masa kerja dan/atau selama lebih kurang 14 (empat) belas
tahun 9 (sembilan) bulan,Penggugat menjalankan kewajiban kerja dengan
rajin, baik, disiplin, amanah dan penuh tanggung jawab;
3. Bahwa begitupun Tergugat tidak memberikan apresiasi baik atas kinerja
Penggugat;
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 65: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/65.jpg)
54
4. Bahwa dengan memperhatikan azas keseimbangan dan keadilan kami
jelaskan ikhwal hingga timbulnya perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja,
sebagai berikut:
a. Bahwa pada tanggal 15 Januari 2016 seperti biasa Penggugat
melaksanakan rutinitas kewajiban bekerja sebagai Administrasi Produksi,
tiba-tiba Penggugat dikejutkan saat Tergugat memberikan surat bernomor:
023/AJP/PSN/I/2016 perihal peralihan tugas dari Administrasi Produksi
Bagian Adminstrasi Mekanik Lapangan terhitung sejak tanggal 18 Januari
2016;
b. Bahwa atas kebijakan Terguga tersebut Penggugat dengan perasaan yang
sangat terpukul, mempertanyakan kepada Beng Sua Incasu Personalia,
namun Beng Sua menjawab dengan enteng “bahwa hal ini adalah
keputusan manajemen”;
c. Bahwa dikarenakan Penggugat belum mendapatkan jawaban dan kepastian
atas kebijakan peralihan tugas tersebut, kembali mencoba
mempertanyakan kepada Manajer Factory dan hanya di jawab “tidak
mengetahui tentang pengalihan tugas tersebut”;
d. Bahwa kondisi dan ruang lingkup pekerjaan Penggugat pada bagian
Administrasi Produksi dengan bagian Administrasi Mekanik sangatlah
kontras dan berbanding terbalik, dimana pada bagian Administrasi
Mekanik Penggugat beraktivitas dikelilingi mesin-mesin besar (mesin
bubut, mesin lasdan serta katrol) bahkan CCTV tepat berada depan pojok
atas dan mengarah kemeja Penggugat;
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 66: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/66.jpg)
55
e. Bahwa tentunya dengan suasana tersebut logika pemikiran Penggugat
muncul, “bagaimana mungkin Penggugat yang bekerja baik, menguasai
keahlian dalam hal administrasi, disiplin dan penuh tanggung jawab,” di
alihkan pada tempat dan kondisi yang sangat tidak lazim bagi Penggugat,
dimana dalam 1 (satu) masa kerja dan/atau lebih dari 14 (empat) belas
tahun Penggugat bekerja dengan penuh tanggung jawab, baik dan disiplin
terhadap Tergugat tanpa sekalipun melakukan kesalahan apalagi sampai
merugikan Tergugat, hal ini dibuktikan dengan tidak sekalipun Penggugat
menerima sanksi atau teguran baik lisan dan maupun tulisan (surat
peringatan);
f. Bahwa lebih dari itu pada bagian Administrasi Mekanik Lapangan tidak
dibutuhkan keahlian khusus dikarenakan sudah menjadi kebiasaan
bahwasanya yang mengerjakan dan/atau menanggungjawabi kinerja serta
membuat laporan kinerja adalah mandor; Anotasi: “Sudah menjadi
kebiasaan dan lazim diperusahaan Tergugat bahwa Pada bagian ini tidak
mengenal Administrasi Mekanik”.
g. Bahwa kemudian seyogianya Mutasi atau penempatan pekerja ke tempat
lain harus memperhatikan berlakunya Pasal 32 UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan:
1) Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka,
bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi.
2) Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja
pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat,
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 67: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/67.jpg)
56
minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak
asasi, dan perlindungan hukum.
3) Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan memperhatikan
pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai
dengan kebutuhan program nasional dan daerah.
h. Bagaimana mungkin Penggugat yang memiliki skill administrasi dan
memiliki kinerja baik, tiba-tiba di alihkan ke bagian administasi mekanik
yang sebelumnya tidak ada dikarenakan pengerjaan pada bagian ini
ditanggungjawabi oleh mandor;
i. Tentu kebijakan Tergugat yang menempatkan Penggugat pada bagian
Administrasi Mekanik tanpa memperhatikan dan bahkan
mengenyampingkan peraturan Ketenagakerjaan merupakan kebijakan
melawan hukum;
j. Dalam struktur operasional kinerja pada perusahaan Tergugat tidak
mengenal dan/atau tidak ditemukan bahagian Administrasi Mekanik di
tempati seorang wanita, maka wajar dan sangat logis sebagai wanita
Penggugat menanyakan perihal kebijakan Tergugat dimaksud, apalagi
seluruh buruh pada bagian lingkup tersebut adalah laki-laki;
k. Bahwa walau begitupun sebagai bentuk tanggung jawab bekerja
Penggugat tetap melaksanakan kewajibanbekerja pada Tergugat;
l. Bahwa dalam masa kerja pada bagian Administrasi Mekanik Penggugat
memohon kepada Parjo Incasu Supervisor, agar Penggugat dapat
menempati ruangan di lantai 2 (dua) karena Penggugat tidak dapat
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 68: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/68.jpg)
57
melaksanakan kinerjanya dengan baik dan penuh konsentrasi disebabkan
suasana dan kondisi ruangan yang bising dengan hiruk pikuk suara mesin;
m. Namun Parjo Incasu Supervisor tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak dapat
mengabulkan permohonan Penggugat, dan sembari menyampaikan bahwa
yang tidak memperbolehkan Penggugat untuk menempati ruangan di
lantai II adalah Erwan incasu Managemen;
n. Bahwa lebih dari itu ternyata pada Tanggal 29 Januari 2016 Tergugat
kembali melakukan kebijakan sewenang dengan memberikan Surat
bernomor :040/AJP/PSN/I/2016 perihal Surat Demosi atas diri Penggugat
dari Staff Administrasi Mekanik menjadi karyawan Administrasi
Mekanik, parahnya surat tersebut di berikan pada tanggal 29 Januari 2016
namun isi surat bertanggal 30 Januari 2016;
o. Bahwa kebijakan Tergugat tersebut kembali menggoncang hati dan pikiran
Penggugat, dikarenakan Penggugat tidak pernah melakukan pelanggaran
apalagi sampai merugikan Tergugat hal mana dibuktikan tidak sekalipun
Penggugat mendapatkan Surat Peringatan (SP);
p. Bahwa begitupun pada tanggal 29 Januari 2016 setidaknya pukul 15.00
wib Penggugat kembali melaksanakan aktivitas bekerja sembari
mempertanyakan kepada Parjo Incasu Supervisor terkait dengan
kebijakan penurunan jabatan tanpa dilakukan perundingan terlebih
dahulu, lantas Supervisor menjawab, “Bahwa Penggugat tidak dapat
dikembalikan pada tempat dan posisi semula dan tetap di bagian
karyawan Administrasi Mekanik Lapangan”,lantas memerintahkan
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 69: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/69.jpg)
58
Penggugat untuk mengganti baju dinasnya seperti pakaian yang
dikenakan oleh para mekanik;
q. Bahwa atas kebijakan tersebut Penggugat tiba-tiba mengalami depresi
yang sangat luar biasa, terjatuh bahkan tidak sadarkan diri (pingsan) dan
di rawat di 1 (satu) Rumah Sakitselama 3 (tiga) hari dikarenakan
kenyamanan rumah sakit kurang layak, sehingga Penggugat memohon
izin untuk pulang dan untuk seterusnya masih harus dikontrol ke dokter
mengingat berdasarkan diagnosa Dokter, Penggugat harus tetap dikontrol
berobat secara teratur;
r. Bahwa pada tanggal 02 Februari 2016 Penggugat kembali bekerja, dan
absensi Penggugat sudah berada diluar bersama-sama dengan karyawan
Mekanik, dan dikarenakan masih dalam kondisi lemah sehingga tidak
konsentrasi bekerja, maka lebih kurang pukul 12.00 Wib, Penggugat
permisi pulang;
s. Bahwa untuk pemulihan dan pengobatan Penggugat terus melakukan
rawat jalan atas penyakit yang diderita, berupa kontrol secara teratur;
t. Bahwa kebijakan Tergugat yang secara sadar dan membabi buta
menghakimi Penggugat lewat kebijakan-kebijakan sepihak tersebut
tentunya sangat bertentangan dengan ketentuan Ketenagakerjaan yang
berlaku;
5. Bahwa atas perselisihan tersebut (kebijakan Tergugat atas mutasi dan bahkan
demosi) sesuka hati, juga telah dimohonkan perundingan bipartite oleh
Penggugat melalui Kuasanya dengan Surat tertanggal 10 Februari 2016
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 70: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/70.jpg)
59
perihal permohonan perundingan Bipartit dan diterima Tergugat pada tanggal
11 Februari 2016;
6. Bahwa benar dalam perundingan Penggugat dan Tergugat tertanggal 25
Februari 2016 tidak ada menemukan titik penyelesaian perselisihan hubungan
industrial;
7. Bahwa begitupun dalam masa perundingan bipartit normanya Penggugat dan
Tergugat musyawarah mencapai mufakat sebagaimana prinsip Hubungan
Industrial Pancasila (PHI) dan mekanisme penyelesaian perselisihan
hubungan industrial, namun dengan cara-cara tidak lazim dan tidak
menghormati jalannya perundingan tergugat memanggil Penggugat;
8. Bahwa walau Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Pemerintah Kota Medan
menerbitkan Anjuran Nomor: 567/2019/DSTKM/2016tertanggal 19 April
2016, yang amarnya berbunyi sebagai berikut: Agar Pengusaha PT. Agro Jaya
Perdana mempekerjakan kembali Sdr. Eka Fransiska.
9. Namun Tergugat tidak menunjukkan itikad baik dan membuka hati dalam
upaya membangun Hubungan Industrial Pancasila (HIP) dengan tidak
melaksanakan anjuran Pegawai Mediator dimaksud;
10. Bahwa meskipun telah dianjurkan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Pemerintah Kota Medan untuk kembali mempekerjakan Penggugat namun
Tergugat dengan arogan tetap menolak melaksanakan anjuran Pegawai
Mediasi dimaksud;
11. Bahwa ternyata Tergugat tidak juga tergerak kesadaran nuraninya atau
keinsyafan bathinnya untuk melaksanakan isi anjuran, sehingga tindakan
Tergugat tidak dapat ditafsirkan lain kecuali bahwa Tergugat secara imflisit
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 71: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/71.jpg)
60
nyata berupaya memproklamirkan kepada khalayak bahwa kebijakan
Tergugat yang tidak melaksanakan aturan hukum Ketenagakerjaan yang
berlaku itu sah dan sempurna tanpa cacat hukum;
12. Bahwa oleh karenapemutusan hubungan kerja (dengan tidak melaksanakan isi
anjuran) yang dilakukan oleh Tergugat lebih cenderung ingin menghilangkan
hak Penggugat atas pesangon (misbruik van recht), memperlihatkan itikad
buruk dari Tergugat dan tidak mungkin lagi Tergugat disadarkan akan
kekeliruannya, oleh karenanya Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan
Negeri Medan Cq. Pengadilan Hubungan Industrial untuk menyatakan putus
hubungan kerja antara Penggugat dan Tergugat dengan menghukum Tergugat
agar membayar pesangon kepada Penggugat dengan penghitungan karena
kesalahan Tergugat, Total Rp.108.660.832,- Terbilang : seratus delapan juta
enam ratus enam puluh ribu delapan ratus tiga puluh dua rupiah.
13. Kebijakan Tergugat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap
Penggugat adalah tidak sah dan bertentangan dengan ketentuan Pasal 155 ayat
(1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang tegas
menyatakan, bahwa: “Pemutusan Hubungan Kerja tanpa penetapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (3) batal demi hukum”.
14. Oleh karenanya patut menurut hukum jika Pengadilan memerintahkan
Tergugat melaksanakan hak atas upah Penggugat selama proses Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial dalam Putusan Sela sebagaimana di atur
dalam ketentuan Pasal 98 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang berbunyi : ”Apabila
dalam persidangan pertama, secara nyata-nyata pihak Pengusaha terbukti
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 72: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/72.jpg)
61
tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155
ayat (3) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hakim Ketua
sidang harus segera menjatuhkan Putusan Sela berupa perintah kepada
Pengusaha untuk membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima
pekerja/buruh yang bersangkutan”.
15. Upah selama proses ini terhitung mulai bulan Februari sampai dengan Juli
2016 dengan rincian sebagai berikut:
Februari – Juli 2016
6 bulan X Rp.4.108.160,- = Rp. 24.648.960,-
Terbilang : dua puluh empat juta enam ratus empat puluh delapan ribu
sembilan ratus enam puluh rupiah),-
16. Bahwa guna menjamin agar gugatan Penggugat tidak menjadi nihil dan
hampa serta agar Tergugat sungguh-sungguh menjalankan kewajibannya,
maka Penggugat memohon untuk diletakkan sita jaminan (conservatoir
beslag) atas harta kekayaan milik Tergugat baik barang bergerak dan/atau
barang tidak bergerak yang relevan dengan nilai tuntutan;
17. Bahwa beranjak dari realitas proses penyelesaian perselisihan antara
Penggugat dengan Tergugat yang berlarut-larut, penolakan Tergugat
melaksanakan anjuran Mediator Hubungan Industrial Dinas Sosial Tenaga
Kerja Kota Medan, maka sangatlah beralasan Penggugat meminta agar
Tergugat dihukum untuk membayar uang paksa (dwangsom) kepada
Penggugat sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) secara tunai dan
sekaligus, bila Tergugat lalai melaksanakan putusan perkara ini setelah
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 73: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/73.jpg)
62
berkekuatan hukum tetap, hingga Tergugat melaksanakan secara tuntas dan
sempurna;
18. Bahwa berdasarkan fakta dan tuntutan yang diajukan yang didukung alat
bukti yang cukup, sangat beralasan bagi Majelis Hakim Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas I-A Medan untuk
memutuskan bahwa putusan dapat dijalankan lebih dahulu, walaupun ada
Kasasi dan Verzet (uitvoerbaar bij voorraad);
Berdasarkan gugatan yang diajukan oleh penggugat tersebut PT. Agro
Jaya Perdana mengajukan jawaban Bahwa benar Penggugat telah bekerja pada
Tergugat sejak 1 Mei 2001 dengan gaji total pokok Rp. 3.208.160,- (tiga juta dua
ratus delapan ribu seratus enampuluh rupiah) uang makan Rp. 450.000,- (empat
ratus lima puluh ribu rupiah) dan uang transport Rp. 450.000,- (empat ratus lima
puluh ribu rupiah).
Bahwa benar Penggugat dipindah tugaskan dari bagian Adm. Produksi ke
bagian Adm. Mekanik Lapangan terhitung tanggal 18 Januari 2016 sesuai dengan
Surat No. 023/AJP/PSN/I/2016 tanggal 15 Januari 2016 karena kinerjanya kurang
baik. Bahwa benar Tergugat diturunkan jabatannya (demosi) dari Staf Adm
Mekanik Lapangan menjadi Karyawan Adm Mekanik Lapangan karena
kinerjanya kurang baik sebagaimana Surat No. 040/AJP/PSN/I/2016 tanggal 30
Januari 2016.
Bahwa tidak benar Penggugat dalam kedudukannya sebagai Pekerja pada
Tergugat merupakan pekerja yang baik, karena faktanya Penggugat dalam
lingkungan kerja sering melakukan tindakan-tindakan yang sangat tidak santun
seperti mengucapkan kata “banci”, berteriak, membanting pintu toilet; 6. Bahwa
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 74: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/74.jpg)
63
pada tanggal 29 Januari 2016 Tergugat Pingsang di tempat/lokasi Perusahaan dan
dibawa ke Rumah Sakit oleh Pekerja lain. Bahwa setelah sembuh Penggugat
hanya masuk pada tanggal 3 Februari 2016, kemudian tidak pernah masuk lagi
dengan alasan yang tidak diketahui mengapa tidak masuk kerja.
Setelah memeriksa bukti-bukti selama proses persidangan serta
mendengarkan keterangan saksi-saksi yang hadir, Maka Majelis Hakim yang
memeriksa perkara tentang perselisihan hubungan industrial pada Pengadilan
Negeri Medan memutuskan: Menolak Eksepsi Tergugat, Mengabulkan Gugatan
Penggugat untuk sebagian, Menyatakan hubungan kerja antara Penggugat dan
Tergugat tidak pernah berakhir, Menghukum Tergugat untuk mempekerjakan
kembali Penggugat ditempat semula sejak putusan ini dibacakan,dan membayar
Upah proses sebesar Rp.24.648.960,- (dua puluh empat juta enam ratus empat
puluh delapan ribu sembilan ratus enam puluh rupiah).
Berdasarkan Putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn atasa gugaatan
yang diajukan oleh penggugat, dikarenakan adanya perselisihan hubungan kerja
yang terjadi dengan tergugat yaitu PT. Agro Jaya Perdana karena menurut
penggugat alasan pemindahan yang dilakukan tergugat tanpa alasan dan
pemberitahuan kepada penggugat, serta melanggar Pasal 32 Undang-Undang No.
13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang mana alasan pemindahan karyawan
harus sesuia dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki.
Namun, menurut pendapat tergugat yaitu PT. Agro Jaya Perdana, alasan
dilakukannya pemindahan penggugat serta melakukan penurunan jabatan
dikarenakan kinerja karyawannya yang kurang baik, serta sering berteriak dan
membanting pintu toilet.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 75: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/75.jpg)
64
Menurut penulis berdasarkan kasus yang dibahas dalam penulisan skripsi
sependapat dengan Putusan Majelis Hakim, dengan mengabulkan gugatan
penggugat yaitu tetap memperkerjakan pihak penggugat dan memerintahkan
tergugat membayar upah selama proses perselisihan terjadi. Menurut penulis jika
perusahaan ingin melakukan pemindahan karyawannya serta melakukan demosi
penurunan jabatan haruslah ada pemberitahuan sebelumnya yang dilakukan oleh
pengusaha kepada karyawannya, serta dengan alasan-alasan yang sesuai dan
bukti-bukti kesalahan, agar karyawan tidak merasa terkejut. Pemindahan serta
demosi harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 76: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/76.jpg)
65
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Faktor-faktor penyebab terjadinya perselisihan hubungan kerja di Dalam
Putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn karena pemindahan karyawan
yang dilakukan oleh tergugat yaitu PT. Agro Jaya Perdana tanpa adanya
pemberitahuan pada penggugat serta alasan-alasan terjadinya pemindahan
tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki penggugat, namun menurut
tergugat yaitu PT. Agro Jaya Perdana alasan dilakukannya pemindahan
karyawannya karena kinerja yang kurang baik, serta suka berteriak dan
membanting pintu toilet.
2. Upaya untuk mencegah terjadinya Perselisihan Hubungan Kerja yaitu dengan
adanya perjanjian kerja yang harus disepakati oleh masing-masing pihak
dalam hal ini adalah pekerja dan pengusaha dan mematuhi segala peraturan
tentang ketenagakerjaan untuk menjamin adanya hubungan kerja yang baik.
Dalam hal ini upaya lain yaitu :
a. Melaksanakan Keseluruhan Hak Normatif Pekerja.
b. Perhatian terhadap Kesejahteraan Pekerja.
c. Mengembangkan Komunikasi yang Efektif.
d. Menyediakan fasilitas yang diperlukan.
e. Kelembagaan/Sarana Hubungan Industrial (Serikat Pekerja, Bipartit,
Peraturan perusahaan/Perjanjian Kerja Bersama).
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 77: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/77.jpg)
66
3. Proses penyelesaian Perselisihan Hubungan Kerja pada Putusan No.
133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn disebut Perselisihan hubungan Industrial
diselesaikan melalui Lembaga Bipartit adalah suatu bentuk perundingan
antara pekerja/buruh atau serikat buruh dengan pengusaha untuk
menyelesaikan perselisihan hubungan industrial. Mediasi adalah penyelesaian
perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan
kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan melalui muswarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih
mediator yang netral, Konsiliasi adalah anggota masyarakat yang telah
berpengalaman di bidang hubungan industrial dan menguasai peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh Menteri melakukan
konsiliasi dan anjuran tertulis kepada pengusaha dan pekerja atau serikat
pekerja menyelesaikan perselisihan kepentingan dan perselisihan pemutusan
hubungan kerja Arbitrase yaitu cara penyelesaian sengketa perdata di luar
pengadilan yang didasarkan pada Perjanjian Arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa Melalui Pengadilan Hubungan
Industrial. Namun, karena tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maka
pada Putusan No. 133/Pdt.Sus-PHI/2016/PN.Mdn proses perselisihan
hubungan kerja diselesaikan melalui pengadilan hubungan industrial pada
Pengadilan Negeri Medan.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 78: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/78.jpg)
67
5.2. Saran
1. Ada baiknya bagi setiap perusahaan harus memberikan alasan yang jelas untuk
melakukan pemindahan kerja karyawannya serta melakukan demosi atau
penurunan jabatannya terhadap para pekerja, harus ada factor-faktor penyebab
yang pasti, disertai adanya bukti-bukti yang dapat mendukung kesalahan para
pekerja. Harus sesuai dengan faktor-faktor yang telah diatur oleh Undang-
Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003.
2. Penyelesaian Hubungan Perburuhan haruslah mengutamakan musyawarah dan
mufakat. Pihak yang bersengketa harus dapat memposisikan diri dan memiliki
kemampuan dalam bernegosiasi, menjadikan permasalahan perburuhan dapat
diselesaikan dalam tingkat Bipartit dan Tripartit tanpa harus melalui
mekanisme Pengadilan Hubungan Industrial, sehingga pemborosan terhadap
waktu dan materi dapat di minimalkan.
3. Keberadaan Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) sebagai lembaga yang
memiliki kewenangan sebagai lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial perlu dikaji ulang, karena PHI tidak mampu melaksanakan asas
peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. Untuk itu perlu membuat
mekanisme yang dapat memenuhi asas tersebut.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 79: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/79.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdul Khakim, 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Ahmad, Tohardi, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama,
Mandar Maju, Bandung. Amiruddin dan Zainal Asikin. 2010. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. Amran Basri, 2006. Hukum Perburuhan dan Ketenagakerjaan Indonesia,
Fakultas Hukum Tjut Nyak Dhien, Medan. Asri Wijayanti, 2002, Perlindungan Hukum bagi Pekerja yang di PHK karena
Melakukan Kesalahan Berat, Rineka Cipta. Jakarta ________________, 2011. Strategi Penulisan Hukum, Lubuk Agung, Bandung. C.S.T, Kansil, 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,
PN.Balai Pustaka Jakarta. Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi. 2015. Penelitian Hukum (Legal
Research). Sinar Grafika. Jakarta. Eggi Sudjana, 2005. Bayarlah Upah Sebelum Keringatnya Mengering, PPMI,
Jakarta. Imam Syahputra, 2000, Tanya Jawab Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.
Havarindo. Jakarta. Lalu Husni, 2000. Pengantar Hukum Tenaga Kerja Indonesia. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. ______________ 2004, Penyelesaian Perselisian Hubungan Industrial Melalui
Pengadilan dan Diluar Pengadilan, Penerbit PT. Raja Grafindo Parsada, Jakarta.
Sanusi Bintang dan Dahlan, 2000. Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis,
Citra Aditya Bakti, Bandung. Sedarmayanti, 2001, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, cetakan
kedua, penerbit: Mandar Maju Bandung. Sendjun H. Manulang, 2001. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
![Page 80: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA M E D A N 2 0 1 8repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9497/1/Adhe Munita Nasution... · perselisihan hubungan kerja yaitu: melaksanakan keseluruhan](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021800/5e21b1bc7276d74d9636dd4d/html5/thumbnails/80.jpg)
Siswanto, Sastrohadiwiryo, 2002, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, cetakan
pertama, Penerbit: Bumi Aksara, Jakarta. Syamsul, Arifin 2012. Metode Penulisan Karya Ilmiah dan Penelitian Hukum”
Medan Area University Press. Suratin, 2004. Tanya Jawab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Yrama Widya. Bandung. Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UIP. Jakarta. Soedarjadi, 2008. Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta. W.J.S Poerwadarminta 2004. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta. Zaeni Asyhadie, 2007. Hubungan Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang
Hubungan Kerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta. B. Peraturan Perundang - Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang No. 21 tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial. C. Internet http://kbbi.kata.web.id/penyelesaian Yuhari Robingu, Hak Normatif Pekerja Akibat Pemutusan Hubungan Kerja,
ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/article/view/291/303. Shvoong.com, “Konsep Dasar Hubungan Industrial”,
http:id.shvoong.com/social-sciences/2005328-konsep-dasar-hubungan-industrial/,
UNIVERSITAS MEDAN AREA