STUDI HUBUNGAN ANTARA KEBERHASILAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ABSTRAK...
Transcript of STUDI HUBUNGAN ANTARA KEBERHASILAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ABSTRAK...
-
STUDI HUBUNGAN ANTARA KEBERHASILAN TANGKAPAN
DENGAN PARAMETER OSEANOGRAFI PADA ALAT TANGKAP
BAGAN RAMBO DI PERAIRAN KABUPATEN BARRU
S K R I P S I
ADHE PURNAMA PUTRA L231 07 001
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2012
-
STUDI HUBUNGAN ANTARA KEBERHASILAN TANGKAPAN
DENGAN PARAMETER OSEANOGRAFI PADA ALAT TANGKAP
BAGAN RAMBO DI PERAIRAN KABUPATEN BARRU
S K R I P S I
Oleh
ADHE PURNAMA PUTRA L231 07 001
Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pada Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2012
-
HALAMAN PENGESAHAN
J u d u l : Studi Hubungan Antara Keberhasilan Tangkapan
Dengan Parameter Oseanografi Pada Alat Tangkap
Bagan Rambo di Perairan Kabupaten Barru
N a m a : ADHE PURNAMA PUTRA
Stambuk : L 231 07 001
Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Prof.Dr.Ir. Achmar Mallawa, DEA
Nip. 195112221976031001
Pembimbing Anggota
Prof.Dr. Ir. Musbir, M.Sc
Nip.196508101989111001
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Ir. Hj. Niartiningsih, MP
Nip. 196112011987032002
Ketua Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dr. Ir. St. Aisjah Farhum.M.Si Nip.196906051993032002
Tanggal Lulus: Mei 2012
-
ABSTRAK
Adhe Purnama Putra L23107001. Studi Hubungan Antara Keberhasilan
Tangkapan Dengan Parameter Oseanografi Pada Alat Tangkap Bagan Rambo
Di Perairan Kabupaten Barru.Prof. Dr. Ir. Achmar Mallawa, DEA, sebagai
pembimbing utama dan Prof. Dr. Ir. Musbir, M.Sc, sebagai pembimbing anggota.
Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan dari april sampai mei 2012 di
Perairan Kabupaten Barru, bertujuan untuk (1) mengetahui hubungan parameter
oseanografi (suhu, kecerahan, kecepatan arus dan kedalaman) terhadap jumlah
hasil tangkapan bagan rambo diperairan Barru; (2) untuk mengetahui hubungan
parameter oseanografi terhadap komposisi hasil tangkapan pada bagan rambo;
(3) untuk mengetahui ukuranlayak tangkap beberapa hasil tangkapan dominan
bagan rambo melalui pengukuran panjang total. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi masyarakat
khususnya bagi nalayan sehingga nantinya didapatkan suatu metode dan teknik
yang lebih efesien dalam pengoperasian alat tangkap serta pemilihan daerah
tangkapan yang tepat.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa perubahan kecerahan dan
kecepatan arus mempunyai hubungan nyata terhadap fluktuasi hasil tangkapan
bagan rambo. Perubahan kecepatan arus mempunyai hubungan nyata terhadap
fluktuasi komposisi hasil tangkapan bagan rambo. Hasil tangkapan dominan
bagan rambo sebagian besar adalah ikan dengan ukuran belum layak tangkap
kecuali ikan layang dan ikan selar.
-
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa , yang
keluar dari lisan kalimat syukur tidak terhingga atas selaksa nikmat dan
kemudahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Studi
Hubungan Antara Keberhasilan Tangkapan Dengan Parameter Oseanografi
Pada Alat Tangkap Bagan Rambo di Perairan Kabupaten Barru” ini
sebagaimana mestinya.
Setelah melewati rentang waktu yang cukup panjang hingga tiba pada
tahapan ini, sungguh banyak yang telah berikhlas menanamkan nilai,
membentangkan asa, dan memanjatkan serta memberikan dukungan moril
maupun materil. Karena itu penulis dengan hormat menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih kepada kedua orang tuaku tercinta H. Slamet Roeslan
dan Dariah atas cinta, kasih sayang dan pengorbanan serta iringan doa yang
tiada henti dan putus-putusnya yang selalu mengiringi setiap langkah penulis,
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tentu tidak akan berhasil tanpa
bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Olek karena itu
penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof.Dr.Ir. Achmar Mallawa DEA, selaku Penasehat Akademik sekaligus
Pembimbing Utama yang selalu meluangkan waktu memberikan bimbingan,
arahan-arahan dan semangat kepada Penulis.
2. Bapak Prof.Dr.Ir Musbir.M.Sc selaku Pembimbing Anggota sekaligus Ketua
Jurusan Perikanan yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan-arahan
dan literaturnya dalam penyusunan skripsi ini serta telah banyak membantu
dan mempermudah dalam proses penyelesaian Penulis selama penelitian..
-
3. Ibu, Prof. Dr. Ir. Hj. Niartiningsih, MP selaku Dekan FIKP yang telah banyak
membantu dan mempermudah dalam proses penyelesaian Penulis selama
penelitian.
4. Ibu, Dr.Ir. St. Aisjah Farhum, M.Si selaku Ketua Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan terima kasih atas perhatian dan bimbingannya selama
Penulis menjadi Mahasiswa.
5. Bapak Prof.Dr.Ir Nadjamuddin, M.Sc selaku PD I, Ibu Dr.Ir. Joeharnani
Tresnati, DEA selaku PD II, Prof.Dr.Ir. Sudirman, M.P, Dr. Ir. Mukti Zainuddin,
M.P, Dr.Ir. Alfa Nelwan, M.Si atas bimbingan dan telah mengajar, mendidik
serta berbagi pengalaman tentang banyak hal. Sungguh suatu hal yang sangat
membahagiakan karena telah berkesempatan untuk menimba ilmu dari beliau.
6. Yang Tercinta Rini F. Pratiwi “si Dodot” dan Keluarga atas kasih sayang,
dorongan moril dan materil serta motifasinya sehingga penulis dapat
menyelesaikan semua studi ini.
7. Buat kakak-kakakku terspesial buat mas Andi Yudhis terima kasih atas
dukungannya selama ini.
8. Untuk Teman-temanku Nando, Harjono, Najma, Rudi, Tina, Tiara dan Siti
Fara terima kasih atas kerjasamanya selama penyusunan skripsi. Spesial
buat semua angkatan PSP ’07 yang menjadi teman terbaik bagi penulis.
9. Kanda-kanda senior yang sudah banyak membantu Penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini dan adik-adik juniorku angkatan 08 yang baik hati
terima kasih atas bantuannya.
10. Bapak Kepala Desa Siddo, Ibu Desa, Pak Rahim, Nasrul dan Keluarga yang
telah membantu selama Penelitian di Barru. Terima kasih atas semua
-
bantuan dan tempat tinggal serta semua kebaikan yang tidak bisa
terbalaskan oleh penulis.
Serta semua yang yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis selama kuliah di FIKP UNHAS. Semoga batuan dan
kerjasama yang telah diberikan dapak dibalas oleh Allah SWT.
Akhir kata hanya kepada Tuhan jualah segalanya dikembalikan dan
penulis sadar bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna disebabkan karena
berbagai keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk menjadi perbaikan masa yang akan
datang.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Makassar, Mei 2012
Penulis
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis Lahir di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau pada
tanggal 19 Juli 1988. Anak Ke-13 dari 13 bersaudara
dari pasangan H. Slamet Roeslan dan Hj. Dariah SM.
Awal pendidikan formal dimulai dari SD Negeri 011
Tanjung Pinang Timur Kota Tanjung Pinang. Tahun
1995-2000.
Pada tahun 2000-2003 melanjutkan pendidikan pada SMP Negeri
7 Tanjung Pinang. Tahun 2003-2006 melanjutkan pendidikan pada SMA
Negeri 2 Tanjung Pinang kemudian pindah ke SMA Negeri 1 Teluk Bintan
dan Selesai pada tahun 2007. Pada tahun 2007 Penulis diterima di
Universitas Hasanuddin melalui jalur JNS dengan beasiswa dari Pemprov
KEPRI. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pemenfataan
Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan , Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Selama mengikuti pendidikan diperguruan tinggi penulis aktif
sebagai Pengurus KEMAPI Perikanan, BEM Perikanan Komisariat
UNHAS, HMP-PSP UNHAS dan pengurus FDC UNHAS.
-
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Tujuan dan Kegunaan ...................................................................................... 3
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi alat tangkap ..................................................................................... 5
B. Teknik operasi penangkapan .......................................................................... 5
C. Parameter Oseanografi ................................................................................. 6
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ......................................................................................... 10
B. Alat dan Bahan ............................................................................................... 10
C. Metode Pengambilan Data ............................................................................. 12
D. Analisis Data ............................................................................... ..................... 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Bagan Rambo ................................................................................ 16
1. Perahu .................................................................................................... 16
-
2. Rangka Bagan ........................................................................................ 17
3. Lampu ..................................................................................................... 18
4. Rumah Bagan ......................................................................................... 20
5. Roller ...................................................................................................... 20
6. Bingkai Jaring ......................................................................................... 21
7. Generator Set ......................................................................................... 22
8. Alat Bantu Lainnya .................................................................................. 22
B. Teknik Pengoperasian ................................................................................... 24
C. Hasil Tangkapan ........................................................................................... 25
D. Hubungan Parameter Oseanografi Dengan Hasil Tangkapan ........................ 27
E. Hubungan Faktor Oseanografi terhadap Komposisi Hasil Tangkapan ............ 33
F. Ukuran Hasil Tangkapan Dominan ................................................................. 34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 38
B. Saran .............................................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Alat-alat yang Digunakan Dalam Penelitian .................................... 11
Tabel 4.1 Hasil Tangkapan Bagan Rambo ....................................................... 25
Tabel 4.2 Uji Kenormalan ....................................................................................... 28
Tabel 4.3 Korelasi regresi berganda ........................................................................ 30
Tabel 4.4 Hasil Uji t .................................................................................................. 30
Tabel 4.5 Hasil Uji t .................................................................................................. 30
Tabel 4.6 Persentase Panjang Total Ikan Kembung .......................................... 35
Tabel 4.7 Persentase Panjang Total Ikan Layang .............................................. 35
Tabel 4.8 Persentase Panjang Total Ikan Tembang ........................................... 36
Tabel 4.9 Persentase Panjang Total Ikan Selar .................................................. 37
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perkembangan Jumlah Unit bagan di sulawesi
Selatan ................................................................................................................... 2
Gambar 1.2 Perkembangan Produksi Bagan di Indonesia ............................... 3
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ..................................................................... 10
Gambar 4.1 Bagan Rambo yang Digunakan Selama Penelitian ..................... 16
Gambar 4.2 Perahu Pengantar Yang Digunakan Selama
Penelitian ............................................................................................................... 17
Gambar 4.3 Rangka Bagan ................................................................................. 18
Gambar 4.4 Lampu Tiang Bagan ........................................................................ 19
Gambar 4.5 Lampu Bagan ................................................................................... 19
Gambar 4.6 Rumah Bagan .................................................................................. 20
Gambar 4.7 Roller ................................................................................................. 21
Gambar 4.8 Generator Set (Genset) ................................................................... 22
Gambar 4.9 Peti Hasil Tangkapan ...................................................................... 23
Gambar 4.10 Persentase Hasil Tangkapan Bagan Rambo .............................. 27
-
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Barru terletak diantara koordinat 4 0,5’49’– 4 47’35’
Lintang Selatan dan 199 35’ 00’ – 119 49’16’ Bujur Timur dengan luas daerah
sekitar 1174,72 km2. Batas-batas Kabupaten Barru yakni di sebelah Utara
dengan Kota Pare-pare, di sebelah Timur dengan Kabupaten Soppeng dan
Kabupaten Bone, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pangkep, di
sebelah Barat dengan Selat Makassar. Kabupaten Barru terletak di wilayah
pesisir Barat Sulawesi Selatan dengan panjang garis pantai 78 km merupakan
daerah dengan potensi kelautan dan perikanan yang prospektif menjadi sumber
pertumbuhan baru dan tumpuan utama dalam mendukung perekonomian
masyarakat pesisir dan kesinambungan di Sulawei Selatan (Konsorsium Mitra
Bahari Sulsel, 2011).
Kabupaten Barru adalah salah satu Daerah potensial di bidang
Kelautan dan Perikanan. Luas wilayah penangkapan ikan laut sekitar 56.160 Ha,
tambak sekitar 2.570 Ha, pantai 1.400 Ha dan areal budidaya kolam/air tawar 39
Ha. Beberapa produksi perikanan saat ini dan hasilnya sangat baik. Dari data
tersebut memperlihatkan bahwa potensi perikanan Kabupaten Barru masih
besar, Oleh sebab itu, pengelolaan pemanfaatan sumber daya perikanan sangat
diperlukan (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru, 2011).
Salah satu alat tangkap yang dominan di gunakan oleh masyarakat
nelayan pantai di Kabupaten Barru adalah Bagan. Menurut data statistik
perikanan pada tahun 2009 jumlah (unit) bagan di Indonesia bervariasi dari tahun
ke tahun den cenderung mengalami penurunan dalam tahun-tahun terakhir
-
demikian juga dengan produksi ikan dari alat tangkap bagan mengalami fluktuasi
dari tahun ke tahun dan mengalami penurunan akhir akhir ini.
Gambar 1.1 Perkembangan Jumlah Unit bagan di sulawesi Selatan
(Sumber: DKP Sulsel 2009 dalam Sudirman dan M.N. Nessar (2011))
Pada tahun 1998 jumlah produksi bagan apung (bagan rambo)
sebanyak 12.081 unit (Gambar 1.1) dengan total produksi sebesar 8% dari total
produksi perikanan Indonesia (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2000). Dari
data statistik perkembangan bagan apung di Indonesia memberikan kontribusi
sebesar lebih dari 200 ribu ton per tahun (Gambar 1.2).
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
1998199920002001200220032004200520062007
JumlahUnit
-
Gambar 1.2 Perkembangan Produksi Bagan di Indonesia
(Sumber: DKP-JICA 2009 dalam Sudirman dan M.N. Nessa (2011))
Bagan apung (bagan rambo) merupakan salah satu alat tangkap
yang banyak digunakan di perairan Barru. Informasi tentang keberadaan
sumberdaya ikan pada suatu perairan sangat penting dalam upaya
mengefesienkan operasi penangkapan yang dilakukan. Untuk itu dilakukan
penelitian tentang pengaruh kecerahan, suhu, arus dan kedalaman terhadap
keberadaan ikan pada operasi penangkapan dengan bagan rambo di perairan
Barru.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui hubungan parameter oseanografi (suhu, kecerahan,
kecepatan arus dan kedalaman), terhadap jumlah hasil tangkapan bagan
rambo diperairan Barru.
2) Untuk mengetahui hubungan parameter oseanografi terhadap komposisi
hasil tangkapan pada bagan rambo.
190.000
195.000
200.000
205.000
210.000
215.000
1998199920002001200220032004200520062007
ProduksiBagan(Ton)
-
3) Untuk mengetahui kelayakan tangkap beberapa hasil tangkapan dominan
bagan rambo melalui pengukuran panjang total.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi
masyarakat khususnya bagi nalayan sehingga nantinya didapatkan suatu
metode dan teknik yang lebih efesien dalam pengoperasian alat tangkap serta
pemilihan daerah tangkapan yang tepat.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Alat Tangkap Bagan Rambo
Bagan merupakan salah satu alat tangkap jaring angkat (lift net) yang
menggunakan alat bantu cahaya (light Fishing). Alat tangkap bagan dapat
diklasifikasikan ke dalam dua tipe yaitu bagan rambo dan bagan apung. Bagan
rambo sifatnya menetap sedangkan bagan apung dapat berpindah dari satu
fishing ground ke fishing ground lainnya. Bagan rambo merupakan bagan apung
dengan mobilitas tinggi, dapat dioperasikan mulai dari pantai sampai jauh dari
pantai. Bagan rambo merupakan perkembangan yang paling mutakhir dari alat
tangkap bagan apung yang ada di Indonesia saat ini. Berbeda halnya dengan
dengan bagan apung lainnya, karena ukurannya yang sangat besar sehingga
sering pula disebut dengan bagan raksasa (Sudirman dan Nessa, 2011).
Bagan Rambo memiliki ukuran yang lebih besar dan konstruksinya
tampak lebih kokoh serta jumlah lampu yang digunakan lebih banyak (di atas 30
unit lampu). Satu unit bagan rambo terdiri atas beberapa komponen utama yang
saling terkait satu sama lain. Komponen tersebut adalah : perahu, rangka,
waring, bingkai jaring, roller, generator set (genset),lampu mercuri, dan rumah
bagan (http://zulham-dzun.blogspot.com, 2011).
B. Teknik Pengoperasian Bagan Rambo
Tahapan-tahapan metode pengoperasian bagan rambo adalah sebagai
berikut (Sudirman dan Mallawa, 1999).
1. Persiapan menuju fishing ground
2. Pengumpulan ikan,
http://zulham-dzun.blogspot.com/
-
3. Setting,
4. Perendaman jaring (soaking
5. Pengangkatan jaring (lifting),
6. Penyortiran ikan
C. Hubungan Parameter Oseanografi Dengan Hasil Tangkapan
Perairan Indonesia pada umumnya dapat di bagi dua yakni perairan
dangkal yang berupa paparan dan perairan laut dalam. Paparan atau perairan
laut dangkal adalah zona laut terhitung mulai garis surut terendah hingga pada
kedalaman sekitar 120 - 200 m,yang kemudian biasanya di susul dengan lereng
yang lebih curam kearah laut (Nontji, 1993). Faktor kedalaman sangat
berpengaruh dalam pengamatan dinamika oseanografi dan morfologi pantai
seperti kondisi arus, ombak, dan transpor sedimen. Kedalaman berhubungan
erat dengan stratifikasi suhu vertical, penetrasi cahaya, densitasi dan kandungan
zat - zat hara.
Pada bulan Mei - November dipengaruhi oleh angin musim dari
tenggara, mencapai puncaknya pada bulan Juni - Agustus dan disebut sebagai
musim timur karena angin bertiup dari Timur ke Barat. Sedangkan pada bulan
Desember - April dipengaruhi oleh angin musim dari Barat Laut, mencapai
puncaknya pada bulan Desember - Februari dan disebut sebagai musim barat
karena angin bertiup dari Barat ke Timur. Bulan Maret - Mei dan September -
November disebut sebagai musim peralihan (Pancaroba), dimana pada musim
ini angin bertiup tidak menentu. Pada setiap awal periode musim ini, pengaruh
angin musim sebelumnya masih kuat (Nontji, 1993).
-
Pada penelitian yang dilakukan oleh Theudora Yaupliy (2008) dalam
Badjang (2010), mengemukakan bahwa ikan tembang yang tertangkap diduga
pada waktu penelitian pada bulan Maret - Mei 2008 diperairan Saumlaki kondisi
oseanografi sangat mendukung dimana suhu diperoleh berkisar 26 - 28 0C,
kecerahan berkisar 35 - 37 0/00 yang merupakan daerah sebaran ikan tembang.
Tiku (2007) dalam Badjang (2010) menyatakan bahwa ikan adalah hewan
berdarah dingin yang suhu tubuhnya selalu menyesuaikan dengan suhu
sekitarnya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa ikan mempunyai kemampuan
untuk mengenali dan memilih rentang suhu tertentu yang memberikan
kesempatan untuk melakukan aktifitas secara maksimum pada akhirnya
mempengaruhi kelimpahan dan distribusinya. Dikatakan pula perubahan pola
arus dan pola sebaran kecerahan yang tergantung pada musim menyebabkan
ikan tembang melakukan pola ruaya sesuai pola itu. Hal ini terjadi karena ikan
berenang mencari arus yang berkecerahan tinngi. Ikan tembang menyebar
didaerah intertidal laut tropis dan sub tropis serta perairan air tawar secara
bergerombal. Selanjutnya menurut Gunarso (1985) ikan tembang merupakan
ikan diurnal yang aktif mencari makanan pada siang hari, ikan tersebut juga
memiliki sifat yang terkait dengan cahaya. Pada malam hari ikan tembang akan
bergerak kepermukaan saat ada cahaya lampu dan turun menyebar pada
lapisan bawah pada saat intensitas cahaya rendah atau tidak terlihat. Selain itu
ikan lain yang tertangkap juga karena ikan-ikan tersebut bersifat fototaksis positif
tertarik dengan cahaya lampu yang ada diatas perairan dan cahaya juga
mengidentifikasi adanya makanan sehingga ikan-ikan tersebut mendekati cahaya
utuk mencari makan.
-
Pada dasarnya semua jenis ikan hasil tangkapan khususnya tembang
pada setiap hauling hasilnya lebih dominan dibanding jenis ikan lainnya hal ini
mungkin ada kaitannya dengan kebiasaan makan ikan dimana menurut Gunarso
(1985), ikan pelagis aktif mencari makanan pada malam hari. banyak tidaknya
hasil tangkapan juga dipengaruhi oleh fase bulan dimana jumlah hasil tangkapan
pada bulan gelap lebih banyak dibandingkan pada bulan terang.
Menurut Subani dan Barus (1989), meskipun cahaya lampu dapat
menarik ikan berkumpul, akan tetapi tidak semua cahaya dapat menarik ikan.
Tidak tertariknya ikan oleh cahaya lampu tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa faktor lain antara lain lampu tidak cukup terang untuk mengajak ikan
untuk berkumpul atau ada sinar lain yang menerangi seluruh permukaan air
misalnya bulan purnama, sehingga cahaya lampu tidak lagi menarik perhatian
ikan. Ditambahkan pula oleh Subani dan Barus (1989) bahwa pada waktu bulan
tidak bersinar, cahaya lampu akan menarik gerombolan ikan dan berpusat pada
titik terang lampu. Pada waktu bulan purnama, cahaya bulan terbagi rata
sehingga keadaan perairan menjadi terang. Dalam keadaan seperti ini sulit untuk
mengkonsentrasikan ikan - ikan kearah cahaya.
Disamping ikan teri yang tertangkap, ada juga ikan lain seperti ikan
peperek, ikan cedro, ikan pesseng-pesseng, ikan tembang,ikan. Ikan tersebut
tertangkap dalam jumlah yang besar setiap kali hauling diduga pada saat
penelitian berada pada musim puncak penangkapan dan mempunyai faktor
kemampuan beradaptasi pada faktor lingkungan termasuk ketersediaan
makanan sehingga ikan tersebut tertangkap cukup banyak dibandingkan jenis
lainnya. Kemungkinan juga jenis ikan - ikan ini hidupnya tergolong dalam
kelompok yang besar dengan pergerakan yang agak lamban sehingga dengan
-
mudah masuk dan terjaring, ikan yang hidup membentuk schooling yang besar ,
kemungkinan terjaring dengan alat tangkap juga besar.
Menurut hasil penelitian oleh Badjang (2009), suhu dan kecerahan,
mempengaruhi hasil tangkapan pada bagan rambo sedangkan kecepatan arus,
kedalaman dan kekeruhan tidak berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan
kelurahan Untia kec. Birigkanaya Makassar.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Bai (2005), kecepatan arus,
kecepatan angin dan kecerahan berpengaruh secara bersama-sama terhadap
kelimpahan ikan. Kecepatan arus berpengaruh sangat nyata dibandingkan oleh
kecerahan dan kecepatan angin, namun ketiga variabel tersebut masing-masing
mempunyai korelasi yang cukup tinggi. Hanya kecepatan angin dan kecepatan
arus menunjukan korelasi negatif terhadap kelimpahan ikan. Sementara menurut
Jumardi (2008), didapatkan bahwa hubungan suhu dan kecerahan berkorelasi
positif terhadap hasil tangkapan ikan. Sedangkan pada kecepatan arus dan
kedalaman tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap hasil tangkapan.
Menurut Faisal (2003), secara deskriptif kecerahan tidak
mempengaruhi secara nyata terhadap hasil tangkapan. Sedangkan korelasi
antara kecepatan arus dengan kecerahan pada kedalaman lebih dari 15 m
mempengaruhi secara nyata hasil tangkapan bagan rambo. Sedangkan korelasi
antara kecepatan arus dengan kecerahan pada kedalaman kurang dari 15 m
tidak berpengaruh secara nyata.
-
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada bulan April-Mei
2012 di perairan Kec. Sumpang Binangae Kabupaten Barru (Gambar 3.1).
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
-
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1. Alat-alat yang Digunakan Dalam Penelitian
No. Nama Alat Kegunaan
1. Satu Unit Bagan rambo Untuk menangkap ikan
2. Global Position Sistem (GPS) Menentukan lokasi penangkapan
3. Saichi disk Mengukur kecerahan
4. Thermometer Mengukur suhu
5. Layangan Arus Mengukur kecepatan arus
6. Stopwatch Mengukur kecepatan arus
7. Cool Box Tempat mengumpulkan hasil tangkapan
8. Perangkat Keras Komputer Mengolah dan Menganalisis data penelitian yang ada
9. Kamera Digital Dokumentasi
10. Kapal (Transportasi) Sebagai alat transportasi
11. Timbangan Untuk menimbang hasil tangkapan
12. Perangkat Lunak: SPSS 16, , Microsoft Excel, dan Microsoft Word 2007
Kegunaan Mengolah dan Menganalisis
data penelitian yang ada
13. Lampu Alat bantu cahaya
14. Echousounder Alat bantu mengukur kedalaman
C. Metode Penelitian
1. Tahap persiapan
Tahap ini meliputi studi pendahuluan yaitu studi literatur, observasi
lapangan, konsultasi dengan beberapa pihak yang ahli, pengambilan data
sekunder, dan menyiapkan peralatan yang digunakan dalam kegiatan penelitian.
-
2. Tahap penentuan lokasi penelitian
Penentuan lokasi dilakukan berdasarkan pada daerah penangkapan
nelayan, yaitu dengan memilih alat tangkap Bagan rambo yang menggunakan
lampu merkuri dengan daya dari generator set.
3. Pengumpulan Data
Pengambilan data hasil tangkapan dilakukan pada saat hauling dengan
cara langsung kemudian dilakukan pencatatan kemudian untuk data oseanografi
menggunakan data dari citra satelit.
a. Pengukuran Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan Thermometer.
Pengukuran dilakukan pada permukaan laut di lokasi penangkapan, saat
kegiatan hauling akan dilaksanakan.
b. Pengukuran Kecerahan
Kecerahan diukur dengan menggunakan Saichi disk dengan
dilakukan pada setiap sebelum hauling dilaksanakan.
c. Pengukuran Arus
Arus diukur dengan menggunakan layangan arus dan bantuan alat
stopwatch untuk mengukur kecepatan arus yang juga dilakukan pada
setiap hauling akan dilaksanakan.
d. Pengukuran Kedalaman
Kedalaman perairan di ukur dengan menggunakan batuan
Echousounder yang dilakukan pada setiap kegiatan hauling akan
dilaksanakan.
-
4. Pencatatan Data Hasil Tangkapan
Data hasil tangkapan meliputi : jumlah dan jenis serta total hasil
tangkapan setiap hauling. Pengambilan data dilakukan dengan cara menimbang
hasil tangkapan ikan dengan menggunakan timbangan satuan berat kilogram
(kg) pada setiap kegiatan hauling selesai dilaksanakan, jumlah hauling setiap
harinya berkisar antara 2-3 kali hauling.
5. Pencatatan posisi (lintang dan bujur) untuk pembuatan peta lokasi penangkapan
menggunakan GPS.
D. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hubungan Parameter Oseanografi dan Hasil Tangkapan
Untuk mengetahui hubungan faktor oseanografi dan hasil tangkapan,
maka dilakukan uji statistik menggunakan analisis regresi berganda, dengan
persamaan umum berikut (Sudjana, 1982).
Y=a+b 1X1+b 2X2+b 3X3+b 4X4+e
dimana :
Y = Hasil tangkapan/ trip (kg/trip)
a = Koefisien potongan (Konstanta)
b1 = Koefisien regresi parameter Arus
b2 = Koefisien regresi Suhu
b3 = Koefisien regresi Kecerahan
b4 = Koefisien regresi Kedalaman
X1 = Kecepatan arus perairan (m/s)
X2 = Suhu Permukaan Laut (0C)
X3 = Salinitas
X4 = Kedalaman (m)
E = Estandar Error
-
2. Analisis hubungan Komposisi Hasil Tangkapan dengan Parameter
Oseanografi
Y=a+b 1X1+b 2X2+b 3X3+b 4X4+e
Untuk mengetahui hubungan faktor oseanografi dan komposisi hasil
tangkapan, maka dilakukan uji statistik menggunakan analisis regresi berganda,
dengan persamaan di atas dimana Y adalah Komposisi hasil tangkapan per trip
(Sudjana, 1982)
a. Uji Kenormalan
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah data yang diperoleh berdistribusi
normal atau tidak. Asumsi yang digunakan yakni berdasarkan grafik normal probability
plot yang terbentuk. Jika titik menyebar disekitar garis normal atau garis diagonal,
maka data tersebut dapat dikatakan telah berdistribusi normal, begitu pula sebaliknya
(Santoso dan Ansyari, 2005).
b. Analisis Varians (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas (independent)
secara bersama terhadap variabel tak bebas (dependent). Dari tabel Anova
didapatkan nilai significance F dimana jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel dari taraf uji 0,05
berarti berpengaruh nyata, dan jika lebih besar dari 0,25 berarti tidak berpengaruh
nyata (Sudjana, 1996). Hal ini dikarenakan data yang diperoleh dilapangan memiliki
tingkat kesalahan yang lebih besar dari pada data yang diperoleh di laboratorium
sehingga kesalahan yang di tolerir adalah 0.25.
c. Analisis Koefisien Regresi (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh tiap variabel bebas
(independent) terhadap variabel tak bebas (dependent). Dari tabel summary output
-
didapatkan nilai significant P dimana jika nilainya thitung lebih kecil dari nilai ttabel pada uji
0,25 berarti berbeda nyata, dan jika nilai thitung lebih besar dari niali ttabel pada taraf uji
0,25 berarti tidak berbeda nyata (Sudjana, 1996).
3. Persentase hasil tangkapan
Persentase hasil tangkapan : Jumlah hasil tangkapan Ikan x 100% Total hasil tangkapan
4. Pengukuran Panjang Total Ikan
Untuk pengukuran panjang total ikan dilakukan pada setiap hauling pada
saat ikan telah disortir oleh nelayan. Pengukuran panjang total ikan dengan cara
pengambilan secara acak beberapa jenis ikan yang dominan. Selanjutnya ikan hasil
pengukuran tersebut dilihat ukuran layak tangkap dengan studi literatur.
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Alat Tangkap Bagan Rambo
Adapun deskripsi alat tangkap bagan rambo yang digunakan pada saat
penilitian di kec. Sumpang Binangae Kab. Barru (Gambar4.1) adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Bagan Rambo yang Digunakan Selama Penelitian
1. Perahu
Satu unit bagan rambo terdiri atas dua perahu, yaitu perahu utama (main boat)
dan perahu pengantar. Perahu utama berfungsi sebagai penyangga bagunan
bagan dan tempat semua proses penangkapan dilaksanakan. Perahu utama
berbentuk pipih memanjang dengan dimensi panjang 27 m dengan lebar 3,1 m
dimana bentuk haluan dan buritan sama. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu
bayang (Intsia bijuga) dan kayu meranti (Shorea spp). Perahu ini dilengkapi
dengan jangkar beton dengan ukuran panjang 2 m dan berat kurang lebih 250 kg.
Perahu ini tidak dilengkapi dengan mesin penggerak. Perahu pengantar
merupakan perahu penarik (towing boat) yang berfungsi menarik bagan dari
fishing base ke fishing ground atau dari fishing ground yangsatu ke fishing ground
lainnya dan kembali ke fishing base. Perahu pengantar ini juga digunakan sebagai
pengangkut hasil tangkapan, mengantar jemput nelayan, dan membawa bahan
-
dan perlengkapan kebutuhan operasional bagan rambo dari fishing base ke
fishing ground dan sebaliknya. Perahu ini berbentuk memanjang dengan dimensi
panjang 22 m dan lebar 2m (Gambar4. 2). Jenis mesin yang digunakan adalah
mesin diesel merek YANMAR TF300H-di.
Gambar 4. 2 Perahu Pengantar Yang Digunakan Selama Penelitian
2. Rangka bagan
Rangka bagan rambo dirangkai pada sisi kiri dan kanan kapal utama (Gambar
4.3). Ukuran rangka bagan rambo yang digunakan selama penelitian 30 x 30
meter.Fungsi rangka pada bagan rambo adalah : tempat menggantung jaring,
menjaga keseimbangan perahu, tempat untuk melakukan setting dan hauling,
tempat menggantungkan lampu, tempat dudukan roller, dan kegiatan lainnya
(perbaikan jaring, sortir hasil tangkapan, memancing). Rangka bagan rambo
ditahan dengan 2 buah tiang terbuat dari kayu jati (Tectona grandis) yang
dipasang pada bagian tengah perahu utama. Tiang ini berbentuk bulat dengan
panjang 14 meter dan berdiameter 30 cm tempat mengikat kawat baja sebagai
penyangga rangka bagan. Jumlah kawat baja yang digunakan 286 buah diameter
6 mm dengan panjang setiap kawat baja berkisar 7 . 15 m, bergantung pada jarak
tiang dengan rangka bagan. Pemasangan kawat baja diusahakan menyebar agar
kedudukan rangka bagan lebih kuat, rata, dan stabil.
-
Gambar 4.3 Rangka Bagan
3. Lampu
Jenis lampu yang digunakan bagan rambo adalah lampu mercury. Jumlah watt
dan warna lampu bagan rambo yang digunakan selama penelitian adalah lampu
250 dan 500 watt dengan menggunakan warna kuning dan putih. Dua buah warna
kuning 500 watt lampu di pasang setinggi 6 m dan 2 buah lampu warna putih 500
watt dipasang setinggi 3 m pada tiang kapal menghadap ke depan dan ke
belakang (Gambar 4.4). Setiap sisi kapal dipasang 4 buah lampu, 1 lampu warna
kuning 500 watt, 1 buah lampu berwarna putih 500 watt dan 2 buah lampu warna
putih 250watt. Lampu bagian luar ini berfungsi menarik kawanan ikan pada jarak
yang jauh. Tiga puluh delapan buah lampu warna putih 250 watt dan dua lampu
fokusberkekuatan 500 watt ditempatkan di bawah rangka bagan yang dapat
diredupkan dan berfungsi mengkonsentrasikan ikan di catchable area (Gambar
4.5). Setiap bola lampu dilengkapi dengan reflektor terbuat dari wajan (aluminium)
dengan diameter 30 cm, kecuali lampu fokus ditempatkan dalam wadah berbentuk
silender agar cahaya lampu terfokus pada perairan. Total jumlah lampu yang
digunakan pada bagan rambo ini adalah 60 buah dengan menggunakan kekuatan
18 kW.
-
Gambar 4.4 Lampu Tiang Bagan
Gambar 4.5 Lampu Bagan
4. Rumah Bagan
Rumah bagan pada bagan rambo di tempatkan di atas perahu utama dan
berbentuk 4 persegi panjang dengan ukuran panjang 7 m, lebar 3,75 m dan
tinggi2,75 m. Rumah bagan ini berfungsi sebagai tempat istirahat, tempat panel
lampu dan saklar, genset, dan peralatan lainnya (Gambar 4.6).
-
Gambar 4.6 Rumah Bagan
5. Roller
Berdasarkan fungsinya, maka roller atau pemutar pada bagan rambo terdiri atas 3
(tiga) jenis yaitu :(1) Roller untuk bingkai jaring, berfungsi untuk menurunkan atau
menarik bingkai jaring pada saat setting dan hauling. Roller ini dipasang melintang
pada sisi kiri dan kanan bagian tengah rangka bagan, tingginya 1 m.Panjang tali
roller ini antara 25 . 45 meter. Ukuran diameter tali roller1 cm terbuat dari bahan
polyethylen (PE). Sepanjang roller dibuat handle pemutar (tangkai untuk memutar
roller) masing-masing 3 buah denganpanjang 1,3 meter dan diameter 10 cm
berjumlah 4 buah. (2) Roller untuk tali jangkar, berfungsi untuk menurunkan dan
menarik tali jangkar. Roller ditempatkan pada bagian depan perahu utama,
panjangnya 3,5 m, tinggi 1 m, dan diameter 25 cm. Pada roller ini dibuat handle
pemutar (tangkai untuk memutar roller) sebanyak 2 buah pada masing-masing sisi
luar yang panjang pemegangnya 1,5 m diameter 4 cmberjumlah 4 buah. Pada
roller ini disiapkan tali jangkar dengan panjang 350 meter dengan diameter 3,5 cm
terbuat dari bahan polyethylen (PE). (3) Roller pemberat, berfungsi untuk menarik
dan menurunkan batu arus. Batu arus ini beratnya 35 kg berfungsi untuk menahan
bingkai jaring pada saat arus kencang sehingga bingkai jaring tetap berada di
bawah rangka bagan. Roller pemberat berjumlah 4 buah, 2 buah di depan dan 2
buah dibelakang. Tinggi roller 50 cm, diameter 12 cm, dan panjang 70 cm. Tali
-
yang digunakan pada roller ini terbuat dari polyethylen (PE) berdiameter 1cm
dengan panjang 50 m.
Gambar 4.7 Roller
6. Bingkai Jaring dan Jaring
Bingkai jaring berbentuk segi empat terbuat dari kayu jati (Tectona grandis)
dengan panjang 7 . 8 m dengan diameter 7 cm. Kayu ini disambung satu dengan
yang lain sesuai dengan panjang dan lebar mulut jaring dan rangka bagan.
Bingkai jaring berfungsi sebagai tempat mengikat jaring, pemberat, dan tali
penggantung yang dihubungkan dengan roller jaring. Pada setiap sudut bingkai
jaring diikatkan batu, demikian juga sisi bingkai jaring diikatkan 3 buah batu yang
beratnya 17 . 20 kg. Jaring pada bagan rambo berbentuk seperti kelambu terbalik
dan terbuatdari bahan waring hitam (polypropylene). Bagian tepi jaring dipasang
tali ris berdiameter 6 mm terbuat dari bahan polyethylen (PE) sebagai penguat
pinggiran jaring. Jaring diikatkan pada bingkai jaring dengan ukuran panjang, lebar
dan dalam masing-masing 30 x 30 x 17 m. Satu unit bagan rambo, luas jaring
yangdigunakan berkisar antara 3500 . 4000 m2.
7. Generator set (genset)
Sumber tenaga untuk menyalakan lampu pada bagan rambo menggunakan
genset yang dipasang dalam lambung kapal. Kapasitas daya genset yang
digunakan 20 KVA. Genset ini digerakkan dengan mesin merek Yanmar TF 300,
dengan daya kerja maksimum 2400 rpm 30 pk (Gambar 4.8).
-
.
Gambar 4.8 Generator Set (Genset)
8. Alat bantu lainnya
Peralatan lain yang ada pada bagan rambo adalah alat bantu dalam
memperlancar operasional antara lain radio komunikasi, keranjang, peti,
danserok. Radio komunikasi digunakan berkomunikasi antara juragan laut dan
juragan darat (punggawa laut dan punggawa darat), sesama nelayan untuk
mengetahui fishing ground, harga ikan, dan hasil tangkapan. Keranjang berfungsi
sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir. Setiap bagan rambo mempunyai
minimal 30 buah keranjang. Peti merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan
sebelum dibawa ke darat (Gambar 4.9). Peti ini mempunyai ukuran panjang 78
cm, lebar 46 cm dan tinggi 50 cm. Selain alat tersebut di atas, alat lain adalah
serok yang berfungsi mengangkat hasil tangkapan dari jaring ke atas perahu.
Serok ini mempunyai ukuran panjang 3,5 meter dengan diameter bukaan mulut 50
cm, dan tinggi jaring 60 cm dengan mesh size 0,5 cm terbuat dari bahan
poliethylen.
-
Gambar 4.9 Peti Hasil Tangkapan
B. Metode Penangkapan
Tahapan-tahapan metode pengoperasian bagan rambo di Kec. Sumpang
Binangae adalah sebagai berikut:
a. Persiapan menuju fishing ground, biasanya terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
dan persiapan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pengoperasian
bagan rambo. Pemeriksaan dan perbaikan terutama dilakukan terhadap lampu
dan mesin kapal. Persiapan lain yang dianggap penting adalah kebutuhan
perbekalan operasi penangkapan seperti air tawar, solar, minyak tanah, garam
dan bahan makanan.
b. Pengumpulan ikan, ketika tiba di lokasi fishing ground dan hari menjelang malam,
maka lampu dinyalakan dan jaring biasanya tidak langsung diturunkan hingga tiba
saatnya ikan terlihat berkumpul di lokasi bagan atau ingin masuk ke dalam area
cahaya lampu. Namun tidak menutup kemungkinan ada pula sebagian nelayan
yang langsung menurunkan jaring setelah lampu dinyalakan.
-
c. Setting, setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul di lokasi
penangkapan, maka jaring diturunkan ke perairan. Jaring biasanya diturunkan
secara perlahan-lahan dengan memutar roller. Penurunan jaring beserta tali
penggantung dilakukan hingga jaring mencapai kedalaman yang diinginkan.
Proses setting ini berlangsung tidak membutuhkan waktu yang begitu lama.
Banyaknya setting tergantung pada keadaan cuaca dan situasi hasil tangkapan,
serta kondisi perairan pada saat operasi penangkapan.
d. Perendaman jaring (soaking), selama jaring berada di dalam air, nelayan melakukan
pengamatan terhadap keberadaan ikan di sekitar kapal untuk memperkirakan
kapan jaring akan diangkat. Lama jaring berada di dalam perairan (perendaman
jaring) bukan bersifat ketetapan, karena nelayan tidak pernah menentukan dan
menghitung lamanya jaring di dalam perairan dan kapan jaring akan diangkat
namun hanya berdasarkan penglihatan dan pengamatan adanya ikan yang
berkumpul di bawah cahaya lampu.
e. Pengangkatan jaring (lifting), lifting dilakukan setelah kawanan ikan terlihat
berkumpul di lokasi penangkapan. Kegiatan lifting ini diawali dengan pemadaman
lampu secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap
terkosentrasi pada bagian perahu di sekitar lampu yang masih menyala. Ketika
ikan sudah berkumpul di tengah-tengah jaring, jaring tersebut mulai ditarik ke
permukaan hingga akhirnya ikan akan tertangkap oleh jaring.
f. Penyortiran ikan, setelah diangkat di atas dek kapal, dilakukan penyortiran ikan.
Penyortiran ini biasanya dilakukan berdasarkan jenis ikan tangkapan, ukuran dan
lain-lain. Ikan yang telah disortir langsung dimasukkan ke dalam wadah atau peti
untuk memudahkan pengangkutan.
C. Hasil Tangkapan
Adapun hasil tangkapan pada bagan rambo dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut:
-
Tabel 4.1 Hasil Tangkapan Bagan Rambo di Perairan Kec. Sumpang Binangae
Kab. Barru
No Nama Ikan Nama Latin Persentase
Jumlah Ikan (%)
1 Teri Stelophorus insularis 23,28
2 Kembung Rastrelliger sp 18,12
3 Layang Decapterus ruselli 12,09
4 Tembang Sardinella fimbriata 9,33
5 Selar Selaroides leptolepis 8,09
6 Japuh Dussumieria accuta 5,28
7 Cumi-cumi Loligo sp 4,37
8 Cakalang Katsuonus Pelamis 4,29
9 Alu –alu Sphyraena genie 3,60
10 Ikan Bulan Mene maculata 3,18
11 Bete-bete Leiognatus aureus 2,98
12 Ekor kuning Caesio erytrogaster 1,30
13 Ikan Terbang Cypsilurus poecilopterus 1,15
14 Biji Nangka Upeneus mollucensis 1,00
15 Kerung-kerung Therapon theraps 0,86
16 Ikan Platu Aluterus sp 0,31
17 Baronang Kuning Siganus virgatus 0,23
18 Layur Trichiurus savala 0,13
19 Tengiri Scomberomorus commerson 0,12
20 Buntal duri Diodon holacanthus 0,11
21 Bawal Putih Pampus argenteus 0,08
22 Bawal Hitam Formio niger 0,05
23 Julung-julung Hemirhamphus far 0,05
24 Buntal Arothron hispidas 0,02
-
25 Gurita Octopus sp 0,01
26 Buntal Tanduk Lactoria carnuta 0,01
Persentase hasil tangkapan pada bagan rambo selama penelitian di Desa
Nelayan kecamatan Sumpang Binangae kab. Barru, dapat dilihat pada gambar 4.10 di
bawah:
Gambar 4.10 Persentase Hasil Tangkapan Bagan Rambo
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama bulan april- mei di
perairan Kec. Sumpang Binangae Kab. Barru, di peroleh hasil bahwa ikan yang paling
banyak tertangkap adalah ikan teri 23,28%, Ikan kembung 18,12%, Ikan Layang
12,09%, Ikan Tembang 9,33%, Ikan Selar 8,09%, Ikan Japuh 5,28%.
D. Hubungan Parameter Oseanografi Dengan Hasil Tangkapan Bagan Rambo
Keterkaitan beberapa parameter oseanografi yang diukur terhadap hasil
tangkapan bagan rambo ditentukan berdasarkan jumlah total ikan yang tertangkap.
Data diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Sosial
Sciences) versi 15 melalui analisis regresi berganda dengan perangkat Analysis of
Variance (ANOVA) sedangkan untuk mengetahui parameter-parameter oseanografi
yang memiliki keterkaitan dengan jenis ikan hasil tangkapan bagan rambo maka
23,28%
18,12%
12,09% 9,33%
8,09%
5,28%
23,85%
PERSENTASE HASIL TANGKAPAN BAGAN RAMBO
KEC. SUMPANG BINANGAE KAB. BARRU
Teri
Kembung
Layang
Tembang
Selar
Japuh
Lain-Lain
-
dilakukan uji lanjutan (uji-t) dengan metode Backward (Santoso, 2001).
Data parameter oseanografi yang terukur dijadikan sebagai variabel bebas
(X) dimana: kecerahan (X1), kecepatan arus (X2), suhu permukaan laut (X3), dan
kedalaman perairan (X4). Jumlah per spesies dan jumlah total hasil tangkapan
sebagai variabel terikat (Y). Dengan model seperti tersebut diharapkan dapat terlihat
keterkaitan beberapa parameter oseanografi yang diukur baik secara bersamaan
maupun secara parsial melalui model yang tepat untuk masing-masing variabel yang
terikat.
Untuk mendapatkan hubungan kondisi oseanografi dengan hasil tangkapan
pada penelitian ini dilakukan analisis beberapa parameter. Berdasarkan hasil
pengukuran parameter kecerahan (X1), keceparan arus (X2), suhu (X3), kedalaman
perairan (X4), yang merupakan variabel bebas (Independent) dan hasil tangkapan
Bagan Rambo (Y) merupakan variabel tak bebas (dependent).
Berdasarkan hasil uji kenormalan residu hasil tangkapan (Lampiran 1)
dapat diketahui bahwa nilai residu hasil tangkapan mengikuti distribusi normal, hasil
dari uji LilieFors dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Uji Kenormalan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
H.Tngkp
,092 90 ,057 ,954 90 ,003
a Lilliefors Significance Correction
Hasi dari Uji LilieFors, didapatkan nilai signifikasi adalah 0,057 dengan
demikian dapat diketahui bahwa nilai residu hasil tangkapan berdistribusi normal
dengan mengikuti asumsi bahwa nilai p-value lebih besar dari 0,05, (p-value > 0,05).
Uji Pra Model Kedua yaitu tidak adanya problem heteroskedastisitas pada
residual. Dari scatter plot yang sudah distandarkan, terlihat bahwa data tidak
-
membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya problem
heteroskedastisitas pada residual , yang artinya data tidak di manipulasi.
Uji Pra Model ketiga yaitu tidak terdapat autokorelasi antara residu. Dapat
diiketahui bahwa nilai summary Durbin Watson d = 2,088 dan tabel Durbin Watson
dengan n = 1,7678, yang dilihat dari tabel Durbin Watson dengan n = 90 dan k = 5 .
Oleh karena nilai ( 4 – 1,75) > 2,088 , atau 2,088 < 1,75 < (4 – 2,088), maka hipotesis
nol diterima artinya tidak ada autokorelasi antar residu, dengan melihat kriteria
keputusan tolak hipotesis nol bila nilai Durbin Watson ( 4 - du ) < du atau terima
hipotesis nol bila du < d < 4 - du
Uji Pra Model keempat yaitu tidak terdapat multikolineritas antara variable
independen.
Pemeriksaan uji pra model keempat dapat dilihat dari hasil regresi dimana
nilai VIF (varian infated factor) < 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
adanya problem multikoloniretas, yang artinya tidak ada hubungan linear antara
variabel independent.
Berdasarkan hasil analisis regresi, didapatkan nilai korelasi regresi berganda
antara variabel hasil tangkapan dengan variabel parameter oseanografi (kecerahan,
kecepatan arus, suhu, dan kedalaman).
Tabel 4.3 Korelasi regresi berganda antara variabel hasil tangkapan dengan
variabel parameter oseanografi
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
R Square Change F Change df1 df2
1 .64(a) .421 .394 .22444422
a Predictors: (Constant), Kecerahan, Kedalaman, Kec.Arus, Suhu, Salinitas b Dependent Variable: H.Tangkapan
-
Model regresi Cobb-douglas, Koefisien korelasi (R) sebesar 0,64 berarti
hubungan antara hasil tangkapan dengan kecerahan, kecepatan arus, suhu dan
kedalaman 64%. Koefisien determinasi R Square(R2) adalah 0,42 artinya 42% yang
terjadi terhadap hasil tangkapan disebabkan variabel kecerahan, kecepatan arus,
suhu, kedalaman dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, dengan Standar Error
0.2
Untuk mengetehui signifikasi koefisien regresi antara faktor oseanografi
(independent) dengan hasil tangkapan bagan rambo (dependen), maka diperlukan uji t
seperti yang tertera pada table 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Hasil uji t
Coefficients(a)
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Sig. t
B Std. Error Beta
1 (Constant) -,050 ,790 ,950 ,063
Kecerahan ,155 ,025 ,566 ,000 ,046
Arus -1,262 ,341 -,310 ,000 -3,696
Suhu -,009 ,026 -,030 ,722 ,058
Kedalaman -,003 ,006 -,043 ,636 ,474
a Dependent Variable: H.Tangkapan
Berdasarkan hasil uji t pada tabel di atas, maka model yang digunakan adalah
model 1 dengan nilai signifikan dari masing-masing yaitu untuk variabel kecerahan
(X1), kecepatan arus(X2) dan Suhu (X3) yang lebih kecil dari 0.05 (p-value 0.05),
artinya perubahan Suhu (X3) dan kedalaman (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap
hasil tangkapan bagan rambo (Y).
Dalam analisis ini digunakan metode backward untuk menunjukkan hubungan
antara faktor oseanografi sebagai variabel bebas (X) terhadap jumlah hasil tangkapan
sebagai variabel tak bebas (Y). Faktor (X) dan (Y) tersebut akan di pasangkan,
-
sehingga hasilnya akan diperoleh perpaduan beberapa faktor (X) yang sangat
berpengaruh terhadap faktor (Y), sedangkan faktor lainnya yang tidak berpengaruh
tidak akan diperhitungkan.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai koefisien digunakan untuk
mengetahui besarnya proporsi variabel independen terhadap variabel dependen.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi Cobb-douglas
didapatkan persamaan :
Y = -21,674 + 0,155X1 + (-1,262) X2 + e
Berdasarkan persamaan regresi yang didapatkan, dapat diketahui bahwa:
1. Koefisien kecerahan (X1) yang bernilai positif yakni 0,155. Hal ini menunjukkan
setiap kecerahan bertambah 1m maka hasil tangkapan juga bertambah sebesar
0,15% dengan asumsi bahwa kecepatan arus tetap.
2. Koefisien kecepatan arus (X2) yang bernilai negatif yakni -1,262. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 m/s maka hasil tangkapan juga berkurang
sebesar 1,262% dengan asumsi bahwa kecerahan dan tetap.
Berdasarkan persamaan yang terbentuk di atas, dimana perubahan lingkungan
perairan (kecerahan dan kecepatan arus) berpengaruh nyata terhadap fluktuasi hasil
tangkapan bagan rambo. Sedangkan parameter oseanografi yang lain (suhu dan
kedalaman) tidak berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan bagan rambo.
Selain faktor perubahan kondisi oseanografi, keberhasilan operasi penangkapan
yang dilakukan juga dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas yang tertangkap.
Namun keberhasilan operasi penangkapan ikan itu sendiri masih dipengaruhi oleh
waktu pengoperasian serta keberadaan ikan di lokasi tersebut.
Menurut Royce (1984), Suhu lingkungan sangat terkait dengan pertumbuhan
dan siklus hidup ikan seperti pemijahan, perkembangan telur. Selain itu ikan
melakukan migrasi karena suhu lingkungan yang tidak sesuai untuk kehidupan ikan
tersebut. Suhu di laut sangat mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun
pengembangbiakan organisme tersebut. Disamping itu suhu berperan terhadap jumlah
-
okasigen (O2) terlarut dala air. Semakin tinggi suhu maka semakin kecil kelarutan
oksigen dalam air, sedangkan kebutuhan oksigen bagi ikan dan organisme lain
semakin besar karena tingkat metabolisme semakin tinggi (Laevastu dan Hayes,
1993).
E. Hubungan Faktor Oseanografi terhadap Komposisi Hasil Tangkapan
Untuk mengetehui signifikasi koefisien regresi antara faktor oseanografi
(independent) dengan komposisi hasil tangkapan bagan rambo, maka diperlukan uji t
seperti yang tertera pada table 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Hasil uji t
Coefficients(a) Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,259 ,264 ,980 ,330
KECERAHAN ,057 ,008 ,582 6,827 ,001
ARUS -,529 ,114 -,366 -4,635 ,001
SUHU ,008 ,009 ,070 ,898 ,372
KEDALAMAN -,001 ,002 -,034 ,400 ,691
a Dependent Variable: KOMPOSISI
Berdasarkan hasil uji t pada tabel di atas, maka model yang digunakan adalah
model 1 dengan nilai signifikan dari masing-masing yaitu untuk variabel kecepatan
arus (X2), yang lebih kecil dari 0.05 (p-value 0.05), artinya perubahan suhu
(X3) dan kedalaman (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap komposisi hasil tangkapan
bagan rambo (Y).
-
Dalam analisis ini digunakan metode backward untuk menunjukkan hubungan
antara faktor oseanografi sebagai variabel bebas (X) terhadap jumlah hasil tangkapan
sebagai variabel tak bebas (Y). Faktor (X) dan (Y) tersebut akan di pasangkan,
sehingga hasilnya akan diperoleh perpaduan beberapa faktor (X) yang sangat
berpengaruh terhadap faktor (Y), sedangkan faktor lainnya yang tidak berpengaruh
tidak akan diperhitungkan.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai koefisien digunakan untuk
mengetahui besarnya proporsi variabel independen terhadap variabel dependen.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi Cobb-douglas
didapatkan persamaan :
Y = 0,259 + (-0,529) X2 + e
Berdasarkan persamaan regresi yang didapatkan, dapat diketahui bahwa koefisien
kecepatan arus (X2) yang bernilai negatif yakni -0,529. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan 1 m/dt maka hasil tangkapan juga berkurang sebesar 0,529%.
Berdasarkan persamaan yang terbentuk di atas, dimana perubahan lingkungan
perairan (kecepatan arus) berpengaruh nyata terhadap fluktuasi komposisi hasil
tangkapan bagan rambo. Sedangkan parameter oseanografi yang lain (kecerahan,
suhu dan kedalaman) tidak berpengaruh nyata pada hasil tangkapan bagan rambo.
F. Ukuran Hasil Tangkapan Dominan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa spesies ikan yang dominan
tertangkap selain tangkapan utama yakni Ikan Teri diantaranya yaitu Ikan Kembung,
Layang, Tembang dan Selar. Pengukuran panjang dilakukan secara acak terhadap
beberapa hasil tangkapan dominan selain teri untuk melihat tingkat selektivitas ikan-
ikan dominan tersebut.
-
1. Ikan Kembung (Rastrelliger sp)
Tabel 4.6 Persentase Panjang Total Ikan Kembung
Panjang Total (cm)
Frekwensi Persentase
(%)
6-7 14 15,6
8-9 23 25,6
10-11 24 26,7
12-13 11 12,2
14-15 6 6,7
16-17 3 3,3
18-19 7 7,8
20-21 2 2,2
Total 90 100
Dari data diatas dapat dilihat bahwa Ikan kembung yang tertangkap pada
penelitian ini berukuran antara 6-21cm sedangkan yang dominan tertangkap
berukuran antara 10-11 cm. Menurut Suwarso (2010) tingkat kematangan gonad ikan
kembung pertama kali pada kelas panjang 16-17cmFL. Sedangkan ikan kembung
yang paling banyak tertangkap pada alat tangkap bagan rambo pada kisaran 10-11cm.
2. Ikan Layang (Decapterus ruselli)
Tabel 4.7 Persentase Panjang Total Ikan Layang
Panjang Total (cm)
Frekwensi Persentase
(%)
4-5 6 6,67
6-7 7 7,78
8-9 11 12,22
10-11 9 10,00
12-13 14 15,56
14-15 27 30,00
16-17 12 13,33
18-19 4 4,44
Total 90 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 90 sampel ikan layang, yang banyak
tertangkap berukuran 4-18cm. Sedangkan ukuran yang paling banyak tertangkap
-
yakni pada kisaran 14-15 cm. Menurut Delsman dalam Atmaja dkk. (2003) telur dan
larva D. russelli telah ditemukan di Perairan Bawean pada bulan April – Mei dan di
sekitar perairan Madura pada bulan Oktober-Nopember. Ikan siap memijah dan
tumbuh menjadi ikan kecil (kurang dari 12 cm) terjadi dari bulan Maret sampai Juni.
3. Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)
Tabel 4.8 Persentase Panjang Total Ikan Kembung
Panjang Total (cm)
Frekwensi Persentase
(%)
3-4 16 17,78
5-6 18 20,00
7-8 16 17,78
9-10 38 42,22
11-12 2 2,22
Total 90 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 90 sampel ikan tembang yang
berhasil tertangkap berukuran 3,8-11,2cm sedangkan ukuran yang dominan
tertangkap yakni pada kisaran 9-10cm. Menurut Prasetyo (2006) ikan tembang
pertama kali matang gonad pada kisaran 11-12cm. Jadi ikan yang tertangkap pada
alat tangkap bagan rambo pada penelitian ini belum matang gonad.
4. Ikan Selar (Selaroides leptolepis)
Tabel 4.9 Persentase Panjang Total Ikan Kembung
Panjang Total (cm)
Frekwensi Persentase
(%)
9-10 11 12,22
11-12 8 8,89
13-14 14 15,56
15-16 16 17,78
17-18 29 32,22
19-20 12 13,33
Total 90 100
-
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 90 sampel panjang ikan
selar yang tertangkap selama penelitian berada dalam kisaran ukuran 10-20,8 cm.
Menurut Zidni dan Lugina (2011), tingkat kematangan gonad ikan selar pertama kali
pada kisaran 14-16 cm. Ukuran dominan ikan selar yang tertangkap pada penelitian ini
pada kisaran 18-19. Ini menunjukan bahwa ikan yang tertangkap memang sudah layak
tangkap.
-
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Perubahan kecerahan dan kecepatan arus mempunyai hubungan yang nyata
terhadap fluktuasi hasil tangkapan bagan rambo. Sedangkan parameter
oseanografi yang lain (suhu dan kedalaman) tidak mempunyai hubungan yang
nyata terhadap hasil tangkapan bagan rambo.
2. Perubahan kecepatan arus mempunyai hubungan yang nyata terhadap fluktuasi
komposisi hasil tangkapan bagan rambo. Sedangkan parameter oseanografi
yang lain kecerahan, suhu dan kedalaman tidak mempunyai hubungan yang
nyata pada hasil tangkapan bagan rambo.
3. Hasil tangkapan dominan alat tangkap bagan rambo sebagian besar merupakan
ikan dengan ukuran yang belum layak tangkap kecuali ikan selar dan tembang.
B. SARAN
Diperlukan penelitian lebih lanjut pada musim yang berbeda agar data
yang di peroleh lebih akurat sehingga dapat mempermudah dalam operasi
penangkapan.
-
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Badjang, Elfi. 2010. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap di Perairan Makassar. Skripsi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Bai, Syamsiah. 2005. Pengaruh Beberapa Unsur Cuaca dan Parameter
Oseanografi terhadap Kelimpahan Relatif Ikan di Perairan Buton Sulteng. Skripsi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru.
http://barrukab.go.id/ind1/?category_name=dinas-kelautan-dan-perikanan. Di akses pada tanggal 19 juli 2011 pukul 23.30.
Faisal, Ahmad. 2003. Peangaruh Perubahan Kondisi Oseanografi Terhadap
Pengoperasian Bagan Rambo di Perairan Makassar Sulawesi Selatan. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Hutabarat, S.dan Evans,S.M.1984. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya Dengan Alat Metode
dan Teknik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
http://zulham-dzun.blogspot.com Di akses pada tanggal 19 juli 2011 pukul 23.30. Iskandar, dkk. 2001. Analisis hasil Tangkapan Bagan Bermotor pada Tingkat
Pencahayaan yang Berbeda di Perairan Teluk Semangka Kabupaten Tanggamus. Maritek.
Jumardi. 2008. Hubungan Beberapa Parameter Oseanografi terhadap Jumlah
Hasil Tangkapan Ikan Kembung di Perairan Jeneponto. Skripsi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Konsorsium Mitra Bahari Sulsel. 2011. http://www.kmb-
sulsel.net/index.php?option=com_content&view=article&id=384. Di akses pada tanggal 19 juli 2011 pukul 23.30.
Nontji, A. 1993. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Indonesia dengan Tekanan
Utama pada Perairan Pesisir.Prosiding Seminar Dies Natalis Universitas
Hang Tuah. Surabaya.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Santoso, Budy dan Ansyari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsocf Excel dan
SPSS. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
http://barrukab.go.id/ind1/?category_name=dinas-kelautan-dan-perikananhttp://zulham-dzun.blogspot.com/http://www.kmb-sulsel.net/index.php?option=com_content&view=article&id=384http://www.kmb-sulsel.net/index.php?option=com_content&view=article&id=384
-
Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Sudirman dan M.N. Nessa.2011. Perikanan Bagan dan Aspek Pengelolaannya.
UMM Press. Malang.
Sudirman dan A. Mallawa.1999. Metode Penangkapan Ikan. Bahan Pengajaran
Metode Penangkapan Ikan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sudjana. 1996. Metode Statistik. Tarsito. Bandung.