FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM...
Transcript of FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM...
PELAYANAN SOSIAL BAGI GELANDANGAN DAN PENGEMIS
DI PANTI SOSIAL BINA KARYA “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Muhammad Akmal
NIM : 105054102078
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 04 Desember 2009
Muhammad Akmal
NIM:105054102078
PELAYANAN SOSIAL BAGI GELANDANGAN DAN PENGEMIS
DI PANTI SOSIAL BINA KARYA “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Muhammad Akmal
NIM : 105054102078
Pembimbing,
Ismet Firdaus, M.Si
NIP : 150411196
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “PELAYANAN SOSIAL BAGI GELANDANGAN DAN
PENGEMIS DI PANTI SOSIAL BINA KARYA “PANGUDI LUHUR” BEKASI” telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada hari Jumat tanggal 04 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) program S1 pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam/Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.
Jakarta, 04 Desember 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekreteris Merangkap Anggota,
Drs. H. Mahmud Jalal, MA Dra. Halimah SM, M.Ag
NIP. 19520422 198103 1 022 NIP.19590413 199603 2 001
Penguji I Penguji II
Dra. Asriati Jamil, M.Hum Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW
NIP. 19610422 199003 2 001 NIP. 19740101 200112 2 003
Pembimbing Skripsi
Ismet Firdaus, M.Si
NIP. 150411196
Seuntai Kata Dari Peneliti
Skripsi ini peneliti buat dan peneliti persembahkan untuk kebutuhan kesinambungan.
Disamping itu juga memang menjadi kewajiban peneliti guna menyelesaikan kuliah untuk menjadi
seorang Sarjana Sosial Islam, tetapi peneliti juga ingin mengatakan untaian ini sebagai hadiah untuk
anda khususnya yang sedang membaca.
Peneliti mencoba membuat dari bahan-bahan kesungguhan, keseriusan dan ketekunan walaupun
kurang focus dalam menjalankannya.
Peneliti ramu dengan ilmu dan pengalaman selama kuliah dan praktikum II.
Peneliti aduk sambil terus memberikan bumbu-bumbu kebersamaan dan kekeluargaan, agar rasanya
benar-benar spesial.
Kemudian peneliti panaskan ditungku kesabaran.
Peneliti tunggu hingga matang benar di beranda kesabaran.
Sesekali peneliti memercikkan tungku tersebut dengan air mata karena ingin membuat bangga
sahabat-sahabat dan orang-orang yang menyayangi peneliti.
Setelah itu peneliti angkat, walaupun peneliti tau dan sadar belum matang, mungkin hingga saat ini
masih jauh dari matang.
Tetapi peneliti mencoba mengangkatnya karena peneliti ingin mempersembahkannya kepada anda
(sahabat-sahabat, orang-orang yang menyayangi peneliti, PSBK tempat Peneliti melakukan
penelitian/skripsi ini dan adik-adik kelas peneliti).
Setelah di angkat lalu peneliti bungkus dan hiasi dengan hiasan keikhlasan.
Sungguh peneliti tak sungkan untuk memberikan cepat kepada anda dan peneliti menginginkan ini
segera dibuka, lalu dicicipi. Karena belum matang, maka harus dimatangkan kembali.
Kemudian anda dapat mengolahnya dengan olahan yang jauh lebih baik dari peneliti yang
persembahkan ini.
Peneliti berharap nantinya anda dapat memberikan hadiah kepada saudara peneliti yang lainnya yang
tentu sudah matang dan jauh lebih baik dari persembahan peneliti ini.
Muhammad AkMaL
ABSTRAK
Muhammad Akmal
Pelayanan Sosial Bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi
Luhur” Bekasi
Masalah sosial Gelandangan Pengemis (gepeng) merupakan fenomena sosial yang
tidak bisa di hindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat, terutama yang berada di
daerah perkotaan (kota-kota besar). Salah satu faktor yang dominan mempengaruhi
perkembangan masalah ini adalah kemiskinan. Masalah kemiskinan di Indonesia berdampak
negatif terhadap meningkatnya arus urbanisasi dari daerah pedesaan ke kota-kota besar,
sehingga terjadi kepadatan penduduk dan daerah-daerah kumuh yang menjadi pemukiman
para urban tersebut. Sulit dan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, serta terbatasnya
pengetahuan dan keterampilan menyebabkan mereka banyak yang mencari nafkah untuk
mempertahankan hidup dengan terpaksa menjadi gelandangan dan pengemis.
Selama ini, berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat
melalui pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik dengan system panti maupun non panti, namun
belum menunjukan hasil seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan antara lain karena
besaran permasalahan yang tidak seimbang dengan jangkauan pelayanan, keterbatasan SDM,
dana, sarana dan prasarana serta kualitas pelayanan yang masih bervariasi. Disamping itu,
dampak dari pemberlakuan Otonomi Daerah yakni menimbulkan Keberagaman persepsi dan
upaya pelayanan dan rehabilitasi sosial di berbagai daerah.
Untuk memperluas jangkauan pelayanan, Departemen Sosial RI juga berupaya
melibatkan masyarakat dalam setiap pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan
pengemis namun hasilnya belum optimal.
Penelitian ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana pelayanan sosial terhadap
gelandangan dan pengemis dalam bentuk rehabilitatif atau panti. Dengan proses wawancara
dan observasi. Melalui analisis data hasil penelitian dengan memilih informan yang dipilih
secara sengaja dapat diketahui bahwa tahapan pelayanan sosial yang dilakukan melalui
sistem panti diantaranya adalah: tahapan pendekatan awal, tahapan penerimaan, tahapan
assessment, tahapan bimbingan mental, sosial, fisik dan keterampilan, tahapan resosialisasi,
tahapan penyaluran, tahapan bimbingan lanjut, tahapan evaluasi, dan tahapan pengakhiran
pelayanan atau terminasi. Serta dapat diketahui mengenai jenis-jenis pelayanan, yaitu
pelayanan pengasramaan, pelayanan kebutuhan pangan, pelayanan konseling, pelayanan
kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan keterampilan, pelayanan bimbingan mental,
pelayanan rekreasi dan hiburan. Temuan lapangan yang menarik pada penelitian di PSBK ini
yaitu pada pelayanan kebutuhan pangan yaitu WBS mengolah sendiri bahan-bahan mentah
untuk makan sehari-hari mereka. Itulah pelayanan yang di dapatkan oleh gelandangan dan
pengemis di PSBK tersebut.
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT atas berbagai macam
nikmatNya terutama nikmat sehat wal afiat dan umur panjang sehingga peneliti dapat
menjalankan penelitian di PSBK dengan diberikan kemudahan, kelancaran dan dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini di PSBK dapat
diselesaikan pada waktunya adalah berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak, untuk itu
selayaknya peneliti sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Helmi Rustandi, M.Ag sebagai Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memotivasi kepada mahasiswanya.
4. Bapak Ismet Firdaus, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan kesejahteraan Sosial UIN Jakarta
dan juga sekaligus selaku Pembimbing Skripsi yang terus bersabar dan menyempatkan
waktu serta selalu memberikan motivasi, dorongan, perhatian, arahan, masukan dan
saran-sarannya serta kritik kepada peneliti selama dalam penyusunan menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih banyak pak.
5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi umumnya dan khusunya dosen dan staf
pengajar pada program studi Kesejahteraan Sosial serta seluruh Civitas Akademika yang
telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, dorongan, wacana, wawasan,
intelektualitas yang telah ditularkan kepada peneliti selama berada dan mengikuti
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Drs. Sebak Singkali, sebagai Kepala Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur”
Bekasi yang telah memberikan izin, menerima dan informasi kepada peneliti untuk
mengadakan penelitian di PSBK ini. Dan Bapak Drs. Lusinto, sebagai Ka.Subbag Tata
Usaha Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi yang telah menerima peneliti
dengan baik dan memudahkan peneliti dalam mengadakan penelitian di PSBK ini serta
membantu memberikan informasi mengenai kelembagaan panti kepada peneliti.
ii
7. Ibu Dra. Dewi Kania, sebagai Ka.Sie Rehsos, Bapak Drs. Sugiono, sebagai Ka.Sie PAS,
Ibu Dra. Shinta Lestari, sebagai Koordinator Pekerja Sosial, Ibu Dra. Laila Kurniati
Akbariah, sebagai Penanggung Jawab Rehabilitasi Sosial dan Ibu Dra. Yuyun Susilawati,
sebagai Penanggung Jawab Program & Advokasi Sosial Panti Sosial Bina Karya
“Pangudi Luhur” Bekasi yang telah banyak membantu memberikan masukan-masukan,
saran-saran, dorongan, semangat, membantu dan mengarahkan peneliti serta memberikan
informasi dan data-data mengenai panti dalam mengadakan penelitian skripsi di panti ini.
8. Seluruh Pekerja Sosial, staf, pegawai, karyawan, pembimbing, pegawai honorer, pegawai
security dan kepada semua pihak yang namanya tidak disebutkan satu demi satu di Panti
Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi yang telah banyak membantu dan
memberikan masukan kepada peneliti dalam mengadakan penelitian di PSBK ini.
9. Para Warga Binaan Sosial Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi Angkatan I
2009 yang telah membantu, menerima dan menyambut baik dengan ramah kehadiran
peneliti selama proses penelitian berlangsung sungguh pengalaman dan kenangan ini tak
mungkin peneliti lupakan.
10. Setinggi-tingginya penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Ayah Ustadz H. Cholid
yang selalu mendorong peneliti untuk maju dan memotivasi dengan semangat yang
tinggi, kepada Mamah calon Hj, Mamah Nena Harnawati yang juga selalu memotivasi
peneliti untuk segera lulus cepat, kedua orang tua peneliti yang penuh kasih sayang dan
kesabarannya, perhatiannya telah memberikan dorongan moril maupun materil dan selalu
senantiasa memanjatkan doa untuk anak-anaknya agar sukses dan khususnya tercapainya
cita-cita peneliti menjadi seorang sarjana. Semoga Allah SWT membalas pengorbanan
mereka dengan gajaran yang berlipat ganda, Amiiin. Bang Dani yang juga sama-sama
kuliah semoga skripsi ini menjadi motivasi untuk menyusul dan lulus cepat, ditunggu
bang kelulusannya buat Ayah dan Mamah kita bangga, Ade Eki yang masih kelas 3 SMA
Abang selalu do’ain semoga menjadi anak yang nurut, sholeh & berbakti pada orang tua
menjadi kebanggaan Ayah dan Mamah nantinya, semoga UAN nanti diberi kelulusan
nilai yang terbaik dan dapat melanjutkan kuliah seperti abang-abangnya de, Amiiin.
11. Keluarga besar Abi Engkong KH. Abdul Hamid, Almh Umi dan Hj. Hanifah (Aci Ipah)
yang telah mengasuh dan tinggal bersama-sama diKebayoran dari kecil TK, SD, SMP,
SMA terima kasih peneliti belum bisa mengasih apa-apa hanya doa dan harapan semoga
Allah SWT membalas apa yang telah diberikan kalian kepada peneliti hingga saat ini.
iii
12. Seluruh keluarga besar Mimih Hj. Mimin Rukmini yang telah banyak mendoakan dan
memotivasi peneliti untuk menyelesaikan kuliah sehingga dapat menyusul Aa Yusdi, Aa
Agung, Aa Bayu dan Aa Irfan dan semoga kita selalu dapat bersilaturrahim.
13. Sahabat-sahabat Jurusan Kesejahteraan Sosial satu Angkatan 2005 terima kasih atas
masukan, saran dan dukungannya tanpa terasa empat tahun kuliah bersama-sama dan
sekarang harus berpisah tapi tenang berpisahnya karena selesai kuliah dan melanjutkan
kejenjang yang lebih tinggi semoga kedepannya kita dapat berkumpul bersama-sama
kembali. Ane do’akan semoga kita kedepan menjadi orang yang sukses dan mengamalkan
ilmu yang telah kita dapat dibangku kuliah serta menjadi pekerja sosial dimanapun kita
berada dan mengembangkan Bidang Kesejahteraan Sosial.
14. Sahabat–sahabat dan Kader Dakwah Aktifis Dakwah Kampus (ADK) Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) UIN Syahid Khususnya Angkatan 2005, empat tahun tanpa terasa di
kampus UIN syahid Jakarta bersama-sama berjuang dan berdakwah serta merajut
ukhuwah dan menjalin cinta serta mengharapkan ridho-Nya. Kepada yang telah lulus
syukron atas do’a dan semangatnya yang telah di berikan dan kepada yang belum lulus
semoga dapat termotivasi dan menyusul ane serta teman-teman yang telah lulus duluan,
Semoga setelah keluar dari kampus tercinta ini Ukhuwah, Silaturrahim dan kekeluargaan
yang telah kita rajut dan jalin tetap terpelihara hingga masa tua. Amiiin.
15. Sahabat–sahabat dan Kader Dakwah Aktifis Dakwah Sekolah (ADS) Ikatan Alumni
Rohis (IAR SMAN 29) khususnya dari tahun 2000 sampai dengan 2009 serta Pengurus
dan Anggota Rohis SMAN 29 Jakarta kelas X, XI, dan XI pada tahun 2009 ini.
Terimakasih atas do’a, dukungan, bantuan dan motivasinya kepada peneliti sehingga
peneliti dapat bangkit dan mengatur strategi untuk menjalani hidup ini. Ane selalu berdoa
agar anak-anak Rohis yang menolong Agama Allah di SMAN 29 dan pasti Allah akan
menolong kita, janji Allah akan pasti dan terbukti dari Alumni-alumni kita terdahulu
hingga sekarang mereka sukses-sukses dan selanjutnya antumlah yang merasakannya.
Amiin. Allahu Akbar…………!!!
16. Sahabat–sahabat dan teman-teman SMAN 29 Jakarta Angkatan 2005 khususnya Rohis
tercinta Ikhwannya Mukhlisin, Irfan, Yunan, Hafidz, Naufal, Anfal, Hendra, dll dan
Akhwatnya Izzaty, Ria, Dita, Neneng, dll semoga Ukhuwah yang telah terjalin ini ada
awal tapi tiada akhir dan kita selalu menjaga silaturrahim hingga akhir hayat kita,Amiiin.
Tiada masa yang paling indah, masa-masa disekolah, tiada kisah yang paling indah yaitu
kisah kisah di Rohis SMAN 29 tercinta. Dari Rihislah ku temui kesuksesan saat ini.
iv
17. Sahabat–sahabat dan Kader Dakwah Aktifis Dakwah Masyarakat (ADM) Ikatan Remaja
Masjid Al-Mustaqim (IRMA) Ikhwan Wawan, Acim, Irfan, Bakti, Akbar, Ari, Boby,
Wariso, Yogi, Ridho, dll dan Akhwat KakaKu ka Citra, Puji, Ita, Desi, Shintya, Sundari,
Aulia, Leiny, Anggi, dll terima kasih atas do’a dan dukungannya serta kepada para
pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Mustaqim Komplek Depsos Cikarang
Barat Bekasi dan Para pengurus RW.08 Komplek Depsos serta teman-teman Karang
Taruna. Semoga setelah wisuda ini dapat berkontribusi lagi lebih banyak.
Peneliti sebagai manusia biasa yang lemah meminta maaf jika selama menjalankan
penelitian di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi terdapat kekurangan dan
kesalahan pada diri peneliti. Peneliti sadari bahwa dalam menjalankan penelitian sampai
dengan penyusunan skripsi ini secara kualitas masih jauh dari kesempurnaan dan skripsi ini
tentu saja bukan suatu karya yang sempurna serta bebas dari kesalahan, untuk itu peneliti
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar dapat menjadikan
peneliti lebih baik di masa yang akan datang, peneliti sambut dengan lapang dada dan ucapan
terima kasih.
Demikianlah skripsi ini peneliti buat dan peneliti persembahkan, semoga skripsi ini
dapat membawa manfaat bagi kita semua yang membacanya terutama dalam memajukan
Bidang Kesejahteraan Sosial.
Jakarta, 04 Desember 2009
Muhammad Akmal
Peneliti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..... ix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………… 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis ………….………………………………. 10
2. Manfaat Akademis ………………………………………. 11
D. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian ……………………………………. 11
2. Jenis Penelitian …………………………………………… 12
3. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………. 12
4. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….. 13
5. Teknik Pengumpulan Informan ………………………….. 14
6. Sumber Data ……………………………………………… 15
7. Teknik Pencatatan Data …………………………………... 15
8. Analisa Data ……………………………………………… 15
9. Keabsahan Data ………………………………………….. 16
E. Sitematika Penulisan …………………………………………. 17
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………… 19
A. Definisi Pelayanan Sosial …………………………………….. 19
B. Definisi Panti Sosial ………………………………………….. 24
C. Pelayanan Sosial Berbasis Panti ……………………………… 25
D. Gelandangan dan Pengemis ………………………………….. 26
1. Pengertian Gelandangan dan Pengemis ………………….. 26
2. Permasalahan Sosial Gelandangan dan Pengemis ………… 27
vi
3. Prinsip-prinsip Penanganan Gelandangan dan Pengemis … 29
4. Masalah Penanganan dan Indikator Keberhasilan ……….. 31
BAB III GAMBARAN UMUM PSBK PANTI SOSIAL
BINA KARYA “PANGUDI LUHUR” BEKASI …………….. 32
A. Profil PSBK dan Sejarah Berdirinya ………………………… 32
B. Visi dan Misi …………………………………………………. 32
C. Tugas Pokok, Tujuan dan Fungsi Lembaga ………………….. 33
D. Struktur Organisasi PSBK …………………………………… 34
E. Mekanisme Kerja …………………………………………….. 36
F. Komposisi Pegawai ……………………………………........... 37
G. Landasan Hukum …………………………………………….. 38
H. Sasaran dan Pelayanan ……………………………………….. 38
I. Persyaratan Calon Keluarga Binaan Sosial ………………....... 39
J. Kapasitas Tampung …………………………………………... 39
K. Proses Pelayanan …………………………………………....... 40
L. Pembiayaan Operasional …………………………………....... 43
M. Kerja Sama Lintas Sektoral ………………………………....... 43
N. Sarana dan Prasarana ……………………………………........ 43
O. Pembimbing Pondok Tahun 2009 ……………………………. 45
P. Jumlah WBS Kelayan Angkatan I Tahun 2009………………. 46
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA ………………………. 47
A. Tahapan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial …………………. 47
1. Tahapan Pendekatan Awal ……………………………...... 48
2. Tahapan Penerimaan ……………………………………… 53
3. Tahapan Assessment ……………………………………… 54
4. Tahapan Bimbingan Mental, Bimbingan Sosial,
Bimbingan Fisik dan Keterampilan ………………………. 55
5. Tahapan Resosialisasi …………………………………….. 59
6. Tahapan Penyaluran ………………………………………. 60
7. Tahapan Bimbingan lanjut ………………………………... 60
vii
8. Tahapan Evaluasi …………………………………………. 63
9. Tahapan Pengakhiran Pelayanan atau Terminasi …………. 64
B. Jenis-jenis Pelayanan Sosial ………………………………….. 65
1. Pelayanan Pengasramaan …………………………………. 65
2. Pelayanan Kebutuhan Pangan …………………………….. 65
3. Pelayanan Konseling ……………………………………… 66
4. Pelayanan Kesehatan ……………………………………… 67
5. Pelayanan Pendidikan …………………………………….. 68
6. Pelayanan Keterampilan ………………………………….. 69
7. Pelayanan Bimbingan Mental …………………………….. 71
8. Pelayanan Rekreasi dan Hiburan …………………………. 72
BAB V PENUTUP ………………………………………………………. 74
A. Kesimpulan …………………………………………………… 74
B. Saran ………………………………………………………….. 79
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 82
LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 84
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kerangka dan Jumlah Informan ……………………………………………… 15
Tabel 3.1 Komposisi Pegawai Menurut Kedudukan dan Jabatan ……………………… 38
Tabel 3.2 Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan …………………………… 38
Tabel 3.3 Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Golongan …………………………….. 39
Tabel 3.4 Daftar Nama-Nama Pembimbing Pondok ……………………………………. 46
Tabel 3.5 Jumlah WBS Angkatan I Tahun 2009 ………………………………………... 47
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Pedoman dan Hasil Wawancara Pegawai PSBK
Lampiran II : Pedoman dan Hasil Wawancara WBS / Klien
Lampiran III : Formulir Pendaftaran WBS
Lampiran IV : File Rahasia WBS
Lampiran V : Jadwal Kegiatan Pelayanan di PSBK
Lampiran VI : Daftar Kurikulum Keterampilan
Lampiran VII : Surat Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran VIII : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran IX : Surat Penelitian/Wawancara
Lampiran X : Dokumentasi Kegiatan di PSBK
Hasil Wawancara dengan Pegawai PSBK “Pangudi Luhur “ Bekasi
Nama : Ibu Dra. Dewi Kania
Jabatan : Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial
Hari/Tanggal : Senin, 27 Juli 2009
Tempat : Ruang Kerja Rehabilitasi Sosial
1. Bagaimana proses sosialisasi dan motivasi yang dilakukan oleh PSBK?
Kita koordinasi sama instansi terkait ini, koordinasi dengan instansi terkait gituu.. nanti
mereka yang menentukan, lokasi mana, kelurahan mana misalnya, kita turun kesana,
motivasi juga begitu kantong-kantong kumuh dimana yang terbanyak gepengnya, tapi kita
tetap korrdinasi kedinas kepenguasa wilayah, dari penguasa wilayah nanti menentukan.
2. Terus setelah itu caranya seperti apa bu? Apa dukumpulin orang-orangnya atau
apa?
Iya kitakan koordinasi nih kedinas, biasanya surat dianterin setelah koordinasi, entar kita
koordinasi lagi lewat telepon, entar mereka ngumpulin calon-calon yang berminat, kita
turun, sehari selesai, kita jangkauannya masih Jabotabek belum yang jauh-jauh meskipun
ininyaa wbsnya dari seluruh Indonesia tapi jangkauan kita untuk sosialisasi masih Jabotabek
karena terkait anggaran, gituu..
3. Setelah mereka dikumpulin kemudian yang dilakukan oleh PSBK apa bu ? Iya turun kesana, petugas untuk sosialisasi langsung motivasi, langsung seleksi klo memang
ada.
4. Terus apa yang dijelaskan disana bu?
Program paaantilah, iya semua ga ada yang kita tutupin kita pait-pait langsung, kita ga janji
yang manis-manis, yang pait-pait kita, makanya kalo mentalnya uda jatoh duluan ga kita
rekrut, kita ga bilang pondoknya bagus seperti itu misalnya dibuat dari keramik, pokoknya
kasih pondok tempat tinggal keadaan seperti ini masak sendiri, mck,mck rame-rame,
makanya klo emang yang mau mundur, mundur sekarang gituu.. jangan sampe entar direkrut
dibawa kesini, ga taunya minta pulang.
5. Faktor pendukung dan penghambatnya apa bu, biasanya pada saat itu? Pendukungnya ya kitakan didukung sama dinas setempat, tapi kadang-kadang yang jadi
hambatannya dinas ini uda memotivasi duluan kemereka dengan janji-janji manis, janji
muluk apa gitu, dibilang itu semacam kursus padahal kita bukan kursus beda loh, jadi pada
banyak yang pulang, banyak yang ga mau akhirnya, padahal kita bukan kursus, kita ini
panti, klo kursus bayar sini, kita minta bayarannya klo kursus, klo ini panti gratis memang,
tapi jangan berharap seperti kursus dapat sertifikasi yang legal, yang istilahnya diakui untuk
kerja, bukannya gitu, terus apa tingkatnya sampe mahir, kursus bayar, brapa juta bayar klo
kursus, cuma jangka waktu satu bulan setengah aja tiga juta setengah bayar untuk montir,
montir motor doaang belum spesifikasi yang itu.
6. Berapa banyak WBS yang ada sekarang ini di PSBK Angkatan ke II tahun 2009?
Sekarang kurang lebih uda 200an 200 jiwa, iya sekarang angkatan ke II.
7. Itu dari mana aja bu? Dari mana-manaaaaa, uda susah klo ditanya dari mana-mana, dari mana-mana
jawabannya, ada yang datang sendiri, ada yang hasil motivasi, ada yang kiriman dinas.
8. Kalau yang datang sendiri mereka tau dari tuh mana bu?
Dari mulut kemulut, dari mulut kemulut mereka sering kena garukan, cape akhirnya datang
kesini, gittuuuh.
9. Bagaimana prosedur atau criteria apa saja yang harus ditempuh oleh calon WBS
agar dapat menjadi WBS di PSBK ini saat seleksi? Atau punya KTP atau gelandangan?
Kita tuh tidak perlu KTP, namanya orang gelandangan mana punya KTP, tanpa KTP, tanpa
keterangan, tanpa identitas yang jelaspun kita terima, gelandangan mana punya KTP, klo
punya KTP bukan gelandangaaan, istilahnya, istilahnya ia urban kekota, mencari kerjaan ga
dapet-dapet mau pulang kampung malu, akhirnya diem dijalanan padahal bukan gepeng
murni dia, gittuuu. inikan jelas, berbadan sehat, tidak sedang berkaitan dengan hukum,
teruuus, ya sehat jasmani rohani, tidak mempunyai penyakit menular, itu yang intinya.
10. Apa harapan PSBK terhadap WBS selama mereka mendapatkan pendidikan disini
dan kedepannya setelah selesai dari pendidikan ini?
Kan uda jelas kemaren selama praktek tau harapan PSBK, ya mereka memanfaatkan ilmu
yang didapat disini sama paket yang diberikan jangan sampe dijual, dimanfaatkan untuk
modal usaha, itu harapannya, jangan sampe mereka asalnya menggelandang kembali
menggelandang itu harapan utamanya, iya tidak menggelandang, jadi dengan adanya
bantuan stimulant, dengan adanya pembekalan keterampilan, terus segala bimbingan mental,
itu mereka jangan sampe menggelandang lagi, gittuu harapan kita, iya harapannya itu.
11. Kendala apa yang menghambat pelaksanaan pendidikan selama ini? Jika ada,
upaya-upaya apa saja yang dilakukan? Kendalanya penyaluraaan, penyaluran itu kalooo, kalo yang dari daerah, kiriman daerah itu
gampang, kita kembalikan ke daerah, nah klo gelandangan murni, mau kita kemanakan
selain transmigrasi sama kemarin sawit.
12. Terus kalau mereka tidak ikut kedua-duanya itu bu, yang sudah-sudah bagaimana? Ya kembali kejalan, itu yang sebenarnya kita ga mau, tapi mau di apakan uda mentalnya
seperti itu, paket yang dikasih juga malah dijual, kalo gelandangan pengemiskan yang
penting mereka punya uang prinsipnya, ga peduli cara apa, gittuuu.
13. Memang sampai sekarang belum ada solusinya bu?
Kalo yang murni, paling solusinya hanya transmigrasi, tapi itupun kita melalui seleksi ketat,
paling ga yang berjiwa petani, klo ga berjiwa petani, tetep-tetep balik kesini, balik lagi
menggelandang lagi ketemu lagi di juanda, gambir, kan tau enam bulan.
14. Harapan PSBKkan tadi ibu sudah bilang, terus yang terjadi sampai saat ini,
kenyataannya seperti apa bu?
Harapankan tidak menggelandang, kenyataanya masih banyak yang kembali
menggelandang, karena apa, pertama mereka pola pikirnya memang sudah terpola seperti
itu, kedua sekarang istilahnya lapangan kerja aja, persaingan lapangan kerja ketat,
jangankan mereka yang gelandangan, yang tidak punya keterampilan, tidak punya
pendidikan, yang punya pendidikan aja S1 banyak yang nganggur, klo berbicara masalah
lapangan kerja, makanya harapan kita itu dididik itu bisa mandiri, dibekelin bantuan
stimulant paket dia bisa usaha, tapi yang namanya gelandangan pengemis.
Hasil Wawancara dengan Pegawai PSBK “Pangudi Luhur “ Bekasi
Nama : Ibu Amilya
Jabatan : Pekerja Sosial Penanggung Jawab Keterampilan
Hari/Tanggal : 13 Agustus 2009
Tempat : Ruang Konsultasi
1. Apa saja bimbingan yang ada di PSBK ini bu?
Bimbingan keterampilan di PSBK itu merupakan ada 12 macam ilmu keterampilan tapi
tingkatnya tingkat dasar, jadi untuk tingkat terampil kita melaksanakan PKL, PKL itu
istilahnya PPK latihan kerja, latihan kerja ditempat yang sudah professional istilahnya kalau
keterampilan misalnya motor itu ditempat bengkel motor, kalau yang mobil bengkel mobil,
jadi itu keterampilan itu ada bervariasi yang angkatan pertama 12 keterampilan angkatan ke
dua 10 keterampilan jenisnya antara lain yaitu tata rias, menjahit, olahan pangan, montir
motor, montir mobil, elektro, batako, las, pertukangan kayu dan tahu tempe 10 kalau yang
sekarang, angkatan kemarin 12.
2. Kenapa bu bisa berbeda antara angkatan satu dan dua?
Perbedaan dari hasil minat siswa, berdasarkan minat siswa, cuma kendalanya sekarang itu
kan kita itu memasarkan hasil dari mereka itukan kita bervisi misi kita itu dia bisa
dipasarkan, bisa digunakan untuk pribadi sendiri maupun masyarakat.
3. Apa yang menjadi hambatan atau kendala dalam menyelenggarakan keterampilan di
PSBK ini bu?
Kendalanya fasilitas kita ini masih manual, fasilitas masih manual terus untuk instruktur
itupun terbatas kendalanya karena biaya, kalau kita panggil yang cukup professional bukan
berarti sekarang tidak professional mengajar tapi yang cukup professional yang sesuai
dengan pangsa pasar itu honornya tidak mencukupi ibarat katanya tidak memadai, yang
kedua waktu, kenapa kita bilang ini hanya bisa sampai tingkat dasar waktunya juga terbatas,
waktu terbatas itu dibatasin sampai enam bulan maksimal mereka optimal bisa
melaksanakan lima bulan karena tersita waktu dengan out bond, ya ada pra pelatihan,
latihan nanti evaluasi kalau kitakan schadulnya gitu.
Pra pelatihan itu temanya out bond, karena mentalnya kita gojlok dulu, kita tuh tujuannya
sekarang mental, mental perubahan sikap, perubahan prilaku yang kita arakan di PSBK ini
jadi bukan balai pelatihan disini sebetulnya, jadi kita hanya untuk mengisi pengetahuannya
kita kasihlah keterampilan tingkat dasar, kalau untuk lebih meningkatkan lagi tingkat
terampil, tingkat ahli itu memang perlu ada majer, majer dengan balai pelatihan, majer
dengan pertanian, pertanian misalnya disukabumi, nah itu, tugas dari peksos ahli seperti
saya itu melaksanakan jejaringan tingkat makro, kalau ini pelayanan yang dipantikan mikro,
nah kita mau meluas tingkat makro itu kendalanya disitu tergantung dari dipa, iya dipa kalau
memang ada programnya untuk dibatasin, dipanya misalnya anggarannya untuk kelapangan
hanya segini, ya kita melaksanakan hanya sesuai itu, iya tapi bagaimanapun juga peksos ga
tinggal diam, kalau memang ada kenalan saudara diluar dipanti misalnya siswa itu mampu
untuk dipekerjakan kita langsung, langsung kita kasih motivasi, kepada baik itu perusahan
sendiri maupun kepada klien.
karena klien ini riskan apa ya istilahnya rentan, prilakunya agak rentan jadi sulit karena
mempelajari perilaku seorang itu tidak semudah mempelajari barang mati, sulit, jadi
bukannya kita tidak percaya tapi manusia itu unik gitu loh apa lagi khususnya untuk
gelandangan unik banget karena komplit permasalahannya dari mereka itu komplit, komplet
banget jadi dari mulai balita kita juga ikut menangani, karena anak itu dari siswa KK yang
kita terima ada KK, bujangan juga kita dapat, bujangan terlantar, fakir miskin, orang tua
juga ada tapi fungsional, terus orang hamil, iya jadi itu multifungsi jadi sangat komplek
sekali kalau dikatakan PSKB itu menanganinya bukan hanya tingkat, tingkat remaja juga
ada komplit bangat.
Jadi kalau saya punya visi kedepan kalau pemerintah tanggap, itu maunya saya itu jadi balai
karena kalau balai itu ruanglingkupnya udah melebihi dari persyaratan, kita membina satu
tahun itu 600, terus ada pengembangan model, yang belum terungkapkan disini adalah
pengkajian-pengkajian yang belum terangkat karena terbentur oleh anggaran sama fasilitas,
jadi sarana kita terbatas terbentur anggaran sekarang contohnya salah satu tata rias aja, itu
kalau dilihat dilapangan dan dilihat dipemasaran itu ada perbedaan jauh peralatannya
karena sangat manual, menjahit juga begitu sedangkan dipangsa pasar menjahit itu bukan
hanya harus menjahit baju jadi, tidak, kalau khusus pasang kancing, kanciiing semua, kalau
mau pasang kerah, keraaaah semua, gunting lengan, lengaaan semua, masang lesetting,
lesettiiing semua, nah menerapkan itu harus ada singkron, kerja sama antara instruktur
dengan pangsa pasar, pasar minta apa, supaya keterampilan yang dia punya itu bisa dijual,
dijual untuk penghasilan dirinya sendiri, untuk menghidupi diri sendiri maupun untuk masa
depannya, perlu ditingkatkan itu.
Jadi SDMnya perlu ditingkatkan, dalam segi keterampilan, SDM pengajarnya terus
fasilitasnya harus sesuai dengan pangsa pasar, terus sistemnya harus diperbaiki, sistem dari
atas dari mulai pelaksana yang menyusun program, yang menentukan kebijakan, itu harus
singkron sesuai dengan kebutuhan si klien yang dia tangani, misalnya kalau yang cacat,
adakanlah peralatan yang sesuai dengan kebutuhan dia, yang sering terjadi masalah di
PSBK ini kebanyak kebutuhan siswa itu, istilahnya hasil diagnosa kalau di kedokteran tuh
tidak optimal.
4. Tidak optimal karena kenapa itu bu? Dari pihak panti, tidak optimal tidak digalih secara optimal karena terbatas waktu tadi, kan
kita kalau menggali masalah tidak bisa hanya sebentar baru kita tau bahwa apa si yang
dibutuhkan siswa itu.
5. Terus selama ini solusinya apa itu bu?
Solusinya, ya kita sesuaikan dengan kita tidak bisa merubah itu kaya membalikan telapak
tangan kita sesuaikan dengan yang ada, ya kalau nasibnya baik ya dia bisa berhasil kalau
yang masalahnya tidak terlalu kompleks dia bisa berhasil, tapi kalau masalahnya terlalu
ribet itu semua unsur terlibat, misalnya dia terlibat narkoba atau AIDS itukan mempengaruhi
potensi dia sendiri atau reproduksi atau kekerasan dalam rumah tangga, itukan kita hanya
kulit-kulitnya aja kalau kita karena keterbatasan waktu, kita mulai mencoba memekarkan
sayap supaya kita bisa ada MOU kerja sama, kita udah mulai coba baik dalam penanganan
keterampilan itu sendiri, maupun dalam rangka pemecahan masalah siswa itu sendiri,
psikolog terlibat, itu bagian psikolog, kepolisian kalau itu menyangkut kriminal terus orang
tua asuh, anak yang terlantar anak yang anaknya putus sekolah SD, sekolah-sekolahan,
pendidikan kita libatkan, kita lagi mencoba itu, solusinya kita itu.
6. Tadikan ibu sudah memaparkan hambatan-hambatannya, kalau dari faktor
pendukunya apa bu ?
Pendukungnya yaa, pertama dari SDM itu sendiri kemampuannya tinggi terus instruktur juga
memahami situasinya, keterampilan tetap jalan walaupun hasilnya tidak optimal, kalau kita
liat tetep jalan kita sesuaikan dengan sikon kondisi yang ada tapi secara bertahap kita udah
mulai mendekati pangsa pasar tapi belum optimal karena kalau panti ini ada kebijakan-
kebijakan dari atas yang membuat dilapangan itu biasa leluasa tapi kalau kebijakan itu tidak
sampai istilahnya orang lapangan dengan orang perkantoran itu beda pemikirannya diakan
tidak liat dilapangan kebutuhan sebenarnya, kadang-kadang kita disini peksos ini
kelebihannya fleksibel ya udah kalau begini kita jalannya begini jadi boleh dikatakan
professional memang professional sebetunya tapi bisa dikatakan menyesuaikan diri juga
kalau dikatakan professional kita tidak kenal waktu sebenarnya kita tidak pernah menunggu
surat tugas, langsung gerak tapi kantor membutuhkan itu buktinya mana kamu mengeluarkan
uang transportasi buktinya apa itu yang jadi kendala disitu tapi kita tetap jalan sesuai
dengan apa yang diprogramkan tapi memang ada perencanaan program kadang-kadang
perencanaan program itu sudah ngambil informasi dari kita, apa si yang dibutuhkan untuk
tahun 2010 misalnya kita udah kasih masukan nih, nih rencana kita, kita membutuhkan
ruangan terapi kelompok, kita butuh semacam ruang konsultasi, kita butuh alat untuk terapi
kelompok itu, program udah nyusun tapi nanti dianggaran tidak temu lagi karena orang itu
tidak mengerti apa yang kita kerjakan saya tidak bisa menyalahkan orang itu tapi memang
kalau mau selesai, kaya model dokter itu ada ahli syaraf, ada internis ada kerjasamanya
mereka disitu dalam menyusun program merekapun dilibat kalau ini tidak anggaran ya
anggaran, anggaran hanya menyusun program doang yang melaksanakan dilapangan tidak
dilibatkan, itu kendalanya, nah timbulah dilapangan nanti ada bantuan peralatan itu
kadang-kadang tidak cocok, tidak pas yang dibutuhkan itu kendalanya di situ fasilitas, kalau
mau benar sistemnya tadi harus dirubah solusinya itu saja.
7. Selama ini ada tidak bu angkatan yang berhasil dari keterampilan di PSBK ini?
Alhamdulillah ada, khususnya untuk yang saya tau, yang persis tau itu seksi rehsos, yang
saya tau saya penanggung jawab semua keterampilan tapi yang saya dapat laporan di Tata
Rias ada dua orang, itu yang kemarin loh ya, yang lama-lama pasti ada, yang sawit juga
ada, ada yang kordinasi juga ada yang berhasil, tapi kembalinya pada orangnya lagi,
kembali pada orangnya kita udah bina nih, udah diterima di salon dua orang Andi sama
Rahmat udah diterima dia, terus di motor juga tapi nama persisnya ada di Rehsos kalau
untuk yang berhasil itu, apa lagi angkatan berikut-berikutnya banyak si sebetulnya ada juga
angkatan tahun bera tuh yang saya bina Ade Tatang namanya itu dia buka salon sendiri, itu
tergantung dari manusianya itu sendiri benar-benar betul ingin merubah sikapnya sendiri,
ada jugakan siswa inikan dia manusia ya, sifatnya mungkin hanya sekedar lepas makan atau
tempat tinggal ada yang begitu, itu yang tidak berhasil, jadi ceritanya begitu.
8. Setelah mengikuti keterampilan, merakakan dikasih bantuan berupa paket itu
tujuannya apa bu ?
Tujuan pemberian paket itu, supaya dia punya bekal, dia punya bekal untuk melakukan
sesuatu yang sesuai dengan keahlian yang dia miliki, misalnya dia ikut keterampilan montir,
dia bukalah kecil-kecilan dirumahnya lokasinya atau kita juga kasih tau disitu tuh daerahnya
apa misalnya ada tokoh masyarakat yang bersedia menyiapkan tempat motor dia suru buka
kerja sama, kadang-kadang paket itu tidak memadai hanya dasarnya aja yang dia pegang
jadi harus perlu dukungan tempatkan, nah itu kita kerja sama, sama lingkungan di situ
RTnya, RWnya yang punya lahan agak kosong, syukur-syukur dia punya saudara terus kita
kasih binjut disitu nanti jalan ga, terus kalau keterampilan tata rias kalau kita bilang dia
buka salon ga mungkin jadi sistemnya sistem cukur keliling, jadi dia punya bekal dia keliling
dari mulai keluarganya dia benahi, tatangganya jadi dia mulai memasarkan dirinya sendiri
dengan gratis dulu saya udah kasih tau tuh trik-triknya nanti orang-orangkan nyari kamu,
nah kamu boleh jual sistem jual, nah dari itu punya penghasilankan, jadi perorangan bisa
tuh kalau tata rias dengan tidak membutuhkan bahan dulu hanya gunting dan peralatan yang
kita kasih.
9. Saya juga sempat dengar bu, adanya bantuan kedua itu seperti apa bu?
Nah itu dilihat kelapangan ini perlu ditambah ga bantuanya, ini jalan ga, itu tujuannya ada
lagi bantuan kedua, ada pembukuannya jelas, kita ada laporannya dia melaporkan bahwa bu
kami udah mulai buka tapi masih kurang apa, kita tuh selalu kontinyu bukan bantuan kedua,
kontinyu kalau emang perlu terus, terus aja tergantung dari kemauan siswa itu tadi yang kita
salurkan jadi bukan hanya kedua ketiga, jadi kalau ada tahun depan ada lagi dia lagi yang
perlu kita bantu, kita bantu tapi bukan hanya dari PSBK ini sendiri bisa juga dari Dinas
Sosial kita sudah laporkan bahwa dia sudah buka lahan bengkel misalnya dan berkembang,
nanti mungkin dia mau perluas itu, jadi tidak terlepas dari pantauan kita, masih terus
dipantau, jadi kalau suatu saat binjut kita pasti liat.
10. Apa bu yang menjadi harapan PSBK setelah mereka buka usaha dari
keterampilannya yang diajarkan di PSBK ini? Harapan kita si kalau dia buka gitu kita mengharapkan dia jadi pengusaha harapanku gitu
ya, mudah-mudahan tapi juga dari kemampuan siswa itu sendiri bisa ga dia mengelola
manajemennya, kalau manajemennya bagus terus attitutnya bagus maksud attitutnya itu
bukan dari pendidikan formal tapi memang dia punya bakat disitu, saya yakin dia
berkembang, ada tuh tata rias salon yang di Sukabumi kalau ga salah berhasil, terus
menjahit konveksi di Bandung juga berhasil, malah dia buka konveksi karena dia dari Dinas
dapat dari panti dia dapat, cumakan mas media tidak melihat itu karena kita tidak
melibatkan itu karena untuk membayar mas media itu mahal, yang kendala sekarang ini di
Departemen Sosial ga terlihat kerjanya Depsos itu apa, padahal yang tau Tuhan ya, kita
kerja tuh bukan melihat dari dia tuh hebat, bukan, dari dia mulai cara dia teratur hidup
disiplin di pondok di keluarganya, dari mulai di suka berantem ga beramtem, dari ga bisa
memecahkan masalah bisa memecahkan masalah, itu udah keberhasilan jangan menilai
orang tuh begini, saya rasa itu ga faham apa si tugasnya peksos itu, nah itulah tugas untuk
humas bagaimana dia memasarkan lapornya Depsos itu.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009
PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Nama : Romli . S
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Nikah (Kepala Keluarga)
Pendidikan Terakhir : (SD)
Pekerjaan Sebelumnya : Wiraswasta
Alamat Asal : Bandung
Ikut Keterampilan : Montir Motor
Alamat Pondok : Aster
Hari Tanggal : Minggu, 21 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini?
Saya mengetahui tentang keberadaan PSBK ini dari temen saya yang kebetulan dia dulu
pernah menjadi WBS atau KBS di PSBK ini.
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini?
Saya tertarik karena saya ingin mendapatkan arahan atau ilmu untuk masa depan.
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini?
Syarat-syaratnya yaitu saya harus mengikuti peraturan-peraturan yang ada disini.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini?
Kalau kegiatan yang paling suka kegiatan bermacam-macam yaitu Apel Pagi, Pertemuan
Pagi, Agama, keterampilan.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini?
Saya mempelajari tentang kedisiplinan dan saya sedikit banyaknya mendapatkan ilmu.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini?
Mudah-mudahan PSBK itu bener-bener tempat untuk menolong atau membantu orang-
orang yang membutuhkan ilmu.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda
kedepannya setelah keluar dari sini?
Banyak pengaruhnya ketika sudah keluar dari PSBK yaitu selain saya mendapatkan ilmu
saya juga mendapatkan arahan atau jalan untuk masa depan.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut?
Saya memilih montir motor karena menurut saya motor adalah kendaraan yang paling
padat dan banyak yang memakainya.
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa?
Saya mau membuka bengkel motor kecil-kecilan ya, contohnya tambal ban atau servis
karbulator.
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya?
Saran saya untuk PSBK ini agar supaya lebih teliti atau perhatian dibidang keterampilan
khususnya, supaya WBS benar-benar memahami atau mencerna tentang apa keterampilan
yang mereka inginkan dengan serius.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009
PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Nama : Saipul Kohar
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Nikah
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan Sebelumnya : Pemulung
Alamat Asal : Padang Pariaman
Ikut Keterampilan : Pertukangan Las
Alamat Pondok : Aster
Hari Tanggal : Minggu, 21 Juni 2009
1. Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini?
Dari temen yang pernah ikut pendidikan di PSBK ini.
2. Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini?
Karena ingin dibimbing dan ingin mengikuti keterampilan.
3. Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini?
Yang benar-benar gembel pengemis dan yang tidak mampu.
4. Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini?
Keterampilan dan bimbingan sosial dan lain lainnya.
5. Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini?
Semua pendidikan.
6. Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini?
Lebih maju dan lebih bertanggung jawab.
7. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda
kedepannya setelah keluar dari sini?
Mengembangkannya.
8. Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut?
Keterampilan pertukangan las.
9. Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa?
Berusaha untuk mencari kerja sesuai keterampilan yang saya miliki.
10. Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya?
Lebih memperhatikan WBS.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009
PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Nama : Firman Septiadi
Umur : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Belum Nikah
Pendidikan Terakhir : MTS
Pekerjaan Sebelumnya : Pelajar
Alamat Asal : Bandung Kp. Karang Anyer RT01/RW 01
Ikut Keterampilan : Tahu Tempe
Alamat Pondok : Cemara
Hari Tanggal : Minggu, 21 Juni 2009
1. Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini?
Dari surat edaran dari PSBK yang dikirim kekantor desa saya
2. Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini?
Awalnya saya tidak tertarik masuk ke PSBK ini di karenakan pada waktu itu saya dan
saudara saya lagi pada sekolah, tetapi setelah saya bearada disini banyak suatu
pengalaman disini yang tidak saya dapatkan di luar.
3. Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini?
Status pekerjaan harus benar-benar dari kalangan gepeng atau yang belum punya
pekerjaan.
4. Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini?
Kegiatan K3, yaitu diajarkan kepada kita agar selalu rajin dalam membersihkan
lingkungan dan juga suatu keterampilan yang sangat bermanfaat karena tadinya belum
bisa atau belum ahli sehingga menjadi bisa ddan juga sedikit ahli.
5. Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini?
Diantaranya satu adalah saya belajar kesehatan seperti HIV/AIDS dan macam-macam
vitamin dan lain-lain. Dua pelajaran kewirausahaan jadi saya mendapatkan motivasi,
inspirasi dan dorongan dalam berwirausaha dan juga masalah etika dan budi pekerti.
6. Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini?
Harapan saya agar PSBK ini mengembangkan dalam memberikan pelajaran baik
bimbingan mental sosial maupun keterampilan. Dalam pelajaran bimbingan mental sosial
harus lebih berbobot yang bisa mengangkat semangat siswanya dalam menjalani
kehidupannya dan dalam keterampilan itu bahan-bahan keterampilannya harus lebih
ditingkatkan lagi.
7. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda
kedepannya setelah keluar dari sini?
Pengaruhnya banyak bagi saya, diantaranya saya dapat lebih bersemangat dalam
menjalani hari-hari di dalam kehidupan ini dan juga kalau ada peluang saya akan buka
usaha dari bekal alat-alat dan keterampilan dari sini.
8. Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut?
Tahu tempe, karena keterampilan ini lebih besar peluangnya untuk langsung
berwirausaha sendiri di kampung kelak pulang nanti.
9. Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa?
Insya Allah ingin membuka usaha tahu tempe.
10. Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya?
Saran saya agar PSBK ini lebih meningkatkan pembelajaran dalam membina WBSnya
agar menjadi WBS yang cermat, rajin dan disiplin agar tidak terjadi keributan dan
pertikaian antara WBS yang lain.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009
PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Nama : Panji Indrawanto
Umur : 24 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Belum Nikah
Pendidikan Terakhir : SMU
Pekerjaan Sebelumnya : Berdagang
Alamat Asal : Bandung Barat
Ikut Keterampilan : Menjahit
Alamat Pondok : Cemara
Hari Tanggal : Sabtu, 20 Juni 2009
1. Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini?
Dari temen dan teman saya itu punya informasi dari kecamatan.
2. Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini?
Karena semuanya gratis.
3. Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini?
Bermacam-macam kegiatan, misalkan mengikuti bimbingan mental dan keterampilan
yang kita ikuti.
4. Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini?
Saya bisa mengenal kedisiplinan dan kegotong royongan antar WBS serta wawasan kita
bertambah juga wawasan keterampilan bertambah.
5. Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini?
Harapan saya tentang PSBK ini supaya selalu terus ada jangan sampai hilang karena itu
sangat berguna orang-orang yang ada dari kalangan menengah kebawah atau orang-
orang yang tidak mampu.
6. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda
kedepannya setelah keluar dari sini?
Pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini kedepannya mungkin bisa
merubah masa depan saya dengan keterampilan atau ilmu yang diberikan oleh PSBK ini.
7. Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut?
Menjahit, karena mungkin pertama saya suka aja dan yang kedua karena ditempat saya
kebanyakkan menjahit.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009
PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Nama : Ahmad Efendi
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Nikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan Sebelumnya : pembuatan taman
Alamat Asal : Ds. Mimbaan RT 03/24 Kec. Panji Kab. Situbondo
Ikut Keterampilan : Pertanian
Alamat Pondok : Cemara
Hari Tanggal : Minggu, 21 Juni 2009
1. Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini?
Dari teman yang pernah mengikuti pendidikan di PSBK ini
2. Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini?
Pertama ingin merubah nasib, yang kedua supaya lebih yakin kedepannya lewat bimbingan
yang ada di PSBK ini.
3. Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini?
Surat nikah dan berkelakuan baik
4. Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini?
Pertama bimbingan mental dan keterampilan
5. Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini?
Banyak, terutama dibidang sosial
6. Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini?
Harapan saya dalam memberikan motivasi lebih simple aja ya tidak terlalu berlebihan.
7. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda
kedepannya setelah keluar dari sini?
Sangat bagus
8. Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut?
Pertanian karena kalau ikut pertanian, kalau ada pemberangkatan transmigrasi kami akan
diberangkatkan.
9. Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa?
Mungkin sebelum ada pemberankatan transmigrasi alat atau keterampilan saya, tidak dapat
saya fungsikan, tapi sambil menunggu ada transmigrasi saya akan kerja apa saja asalkan
halal.
10. Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya?
Saran saya supaya PSBK kedepannya lebih baik lagi
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009
PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Nama : Zainuddin
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir : SMU
Pekerjaan Sebelumnya : Pengamen
Alamat Asal : Jakarta
Ikut Keterampilan : Menjahit
Alamat Pondok : Cemara III No.1
Hari Tanggal : Minggu, 21 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini?
Pemulung
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini?
Terpaksa karena keadaan ekonomi yang sulit
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini?
Orang-orang jalanan dan mau mengikuti pendidikan serta disiplin
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini?
Bimbingan mental, fisik, rohani dan keterampilan
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini?
Ilmu tentang etika kehidupan dan keterampilan
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini?
Hrapan saya agar PSBK lebih menyediakan anggaran untuk WBS
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda
kedepannya setelah keluar dari sini?
Sangat berguna di kehidupan umum atau masyarakat
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut?
Menjahit, karena saya ingin menjadi penjahit keliling
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa?
Melayani vermak keliling
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya?
Agar lebih mendisiplinkan WBS
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009 PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Nama : Yanto
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan Sebelumnya :
Alamat Asal : Bogor
Ikut Keterampilan : Tahu dan Tempe
Alamat Pondok : Angsana I No. I
Hari Tanggal : Sabtu, 20 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini?
Dari petugas PSBK
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini?
Kami tertarik mengikuti pendidikan di PSBK ini karena disamping mendapat pendidikan
mental juga dibekali keterampilan untuk menjadi manusia yang mandiri.
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini?
Yang menjadi persyaratan di PSBK terutama anak-anak jalanan, pemulung dan gepeng.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini?
Kegiatan keagamaan, kegiatan bimbingan mental, kegiatan pertemuan pagi, kegiatan diskusi
kelompok, kegiatan olah raga, kegiatan keterampilan, kegiatan PBB, kegiatan etika dan budi
pekerti, kegiatan mengenai kesehatan.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini?
Mempelajari keagamaan sehingga kita lebih menambah wawasan dan menjadikan kita orang
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan juga keterampilan yang bisa kita
menjadikan kita manusia yang mandiri.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini?
Harapan saya sesuatu yang sudah ada sangat baik untuk fasilitas dan pengajarnya supaya
dipertahankan.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda
kedepannya setelah keluar dari sini?
Pengaruhnya sangat besar yaitu kita bisa belajar hidup disiplin, sopan, santun dan menjadi
manusia mandiri yang bisa membuka lapangan kerja sendiri.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut?
Keterampilan tahu tempe, saya memilih keterampilan ini karena keterampilan ini sangat
praktis bisa buka usaha dimana saja dan peralatannya pun sederhana.
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa?
Saya ingin mengembangkan keterampilan yang saya dapat secara bertahap dengan peralatan
seadaanya.
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya?
Saran dan masukan saya agar keterampilan dan kegiatan yang ada supaya dipertahankan dan
kalau bisa lebih ditingkatkan lagi.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009
PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Nama : Asep Karman
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Nikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan Sebelumnya : Menjahit
Alamat Asal : Kp. Pasir Gombong Ds. Padelarang Kab. Bandung
Ikut Keterampilan : Menjahit
Alamat Pondok : Cemara
Hari Tanggal : M inggu, 21 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini?
Dari saudaraku yang bekerja PNS di Desa atau kecamatan.
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini?
Karena ingin mempunyai pengalaman dan ingin merubah nasib.
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini?
Nama, alamat, pekerjaan, status, pernikahan.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini?
Kegiatan apa saja yang saya ikuti termasuk keterampilan.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini?
Banyak sekali yang saya dapatkan, penidikan, ternasuk ilmu dan keterampilan.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini?
Ingin mengharumkan atau membanggakan PSBK ini.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda
kedepannya setelah keluar dari sini?
Bagus cukup difahami dan cukup dimengerti.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut?
Aku memilih keterampilan menjahit karena di tempat ku kebanyakannya buka menjahit.
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa?
Ingin membuka tailor dengan berbekal keterampilan menjahit.
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya?
Adakan lagi olah raga main bola futsal, untuk menjalin prsaudaraan, asalnya kita tidak kenal
menjadi kenal atau akrab.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009
PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Nama : Pipit Muhamad
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Nikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan Sebelumnya :
Alamat Asal : Bandung
Ikut Keterampilan : Montir
Alamat Pondok : Cempaka 4
Hari Tanggal : Minggu, 21 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini?
Dari teman yang pernah ikut pendidikan di PSBK.
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini?
Karena ingin di bombing dan ingin mengikuti keterampilan.
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini?
Yang bener-bener gembel pengemis dan yang tidak mampu.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini?
Keterampilan dan bimbingan sosial.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini?
Semua pendidikan.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini?
Lebih maju dan bertanggung jawab.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda
kedepannya setelah keluar dari sini?
Mengembangkannya.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut?
Keterampilan montir.
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa?
Berusaha untuk mencari kerja sesuai keterampilan
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya?
Lebih memperhatikan WBS.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009
PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Nama : Ramdani
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Belum Nikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan Sebelumnya :
Alamat Asal : Kp Ciampelas
Ikut Keterampilan : Menjahit
Alamat Pondok : Cemara I
Hari Tanggal : Minggu, 21 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini?
Saya mengetahui dari teman.
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini?
Karena saya ingin merubah nasib dan juga karena saya tertarik kepada keterampilannya.
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini?
Pengamen, pengangguran.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini?
Keterampilan, kewirausahaan, dan agama.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini?
Semuanya yang ada kegiatan di PSBK.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini?
Supaya lebih maju dan bermanfaat bagi masyarakat atau gelandangan.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda
kedepannya setelah keluar dari sini?
Cukup difahami dan dapat dikembangkan di masyarakat.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut?
Saya memilih keterampilan menjahit karena menjahit salah satu yang banyak dibutuhkan di
masyarakat.
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa?
Saya ingin merubah nasib dengan berbekal keterampilan dari PSBK.
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya?
Supaya lebih tegas dalam membimbing untuk para WBS.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009
PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Nama : Ipar Supartini
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan Sebelumnya : Ibu Rumah Tangga
Alamat Asal : Bandung Kp Karang Anyar RT 01/01
Ikut Keterampilan : Olahan Pangan
Alamat Pondok : Cemara III No. 3
Hari Tanggal : Sabtu, 20 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini?
Dari surat edaran Kepala Desa Manggung Harja.
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini?
Karena ingin menambah pengetahuan dan ilmu.
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini?
1. Status, 2. Pekerjaan, 3. KTP, 4. Surat tamat sekolah.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini?
Seperti K3 membersihkan lingkungan dan sekitarnya.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini?
1. Keterampilan, 2. Kesehatan Masyarakat, 3. Etika dan Budi Pekerti, 4. Diskusi Kelomok,
5. Apel Pagi, 6. Pertemuan Pagi, 7. Kewirausahaan. Dan lain lainnya.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini?
Harapan saya PSBK semoga bertambah lebih meningkat dan lebih sosial terhadap binaannya
dan menjadi teladan di PSBK Pangudi Luhur ini dan aman tentram sejahtera bebas dari
kejahatan.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda
kedepannya setelah keluar dari sini?
Pengaruh dari sini mudah-mudahan saya menjadi orang yang sukses setelah keluar dari sini,
harapan yang cemerlang untuk masa depan.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut?
Saya pilih olahan pangan biar saya bisa menjadi penjual kue-kue yang digemari oleh
masyarakat dan lingkungan sekitar kampung saya.
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa?
Rencana kedepan saya ingin buka usaha kecil-kecilan dan lama-lama menjadi besar dan
menjadi bos pedagang usaha kue ternama dan bisa dikenang oleh orang-orang ternama.
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya?
Saran dari saya semoga PSBK Pangudi Luhur ini kedepannya di adakan sekolah supaya anak
jangan sampai putus sekolah dan tertunda untuk sementara dan juga kebersihan agar
diutamakan sekali.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kemiskinan mendapatkan prioritas utama dalam agenda Pembangunan
setelah terjadi krisis ekonomi dan politik pada pertengahan tahun 1997. Hal ini tercermin
dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas 2001-2004) yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat.
Secara subtansial kemiskinan merupakan salah satu akar dari masalah kesejahteraan
sosial disamping berbagai masalah sosial lainnya. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah
penduduk miskin di Indonesia pada tahun 1998 mencapai 79,4 juta jiwa atau 33,9 % dari
jumlah penduduk Indonesia (BPS, 1998).1
Upaya pembangunan kesejahteraan rakyat saat ini menunjukan hasil yang cukup baik
namun demikian disadari bahwa tujuan untuk mewujudkan keadilan sosial yang merata bagi
keseluruhan rakyat Indonesia belum sepenuhnya tercapai mengingat cakupan permasalahan
sosial begitu luas dan sangat kompleks seperti masalah kemiskinan, keterbelakangan,
pengangguran, masalah kependudukan, kerawanan sosial, dan lain lain. Untuk itulah salah
satu agenda dan prioritas utama RPJMN 2004-2009 : “Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
melalui Penanggulangan Kemiskinan”. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan) di Indonesia pada bulan Juli 2008 sebesar 34,96 juta orang atau
15, 42% (BPS, 2008). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang
berjumlah 37,17 juta orang (16,58 %), berarti jumlah penduduk miskin tahun 2008
mengalami penurunan sebesar 2,21 juta orang. Jumlah pengangguran pada Februari 2008
sebesar 9,43 juta orang. Jumlah pengangguran pada tahun 2008 ini mengalami penurunan
sebesar 1,12 juta orang dibandingkan dengan keadaan Februari 2007 yaitu 10,55 juta orang.
Jumlah angka kerja di Indodnesia pada Februari 2008 mencapai 111,48 juta orang. Jumlah
1 Departemen Sosial RI. Masalah Sosial Di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial Pusat
Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial. Jakarta 2005
angka kerja tahun 2008 ini betambah 3,35 juta orang dibandingkan jumlah angka kerja pada
Februari 2007 sebesar 108,13 juta orang2.
Dampak positif dan negatif tampaknya semakin sulit dihindari dalam pembangunan,
sehingga selalu diperlukan usaha untuk lebih mengembangkan dampak positif pembangunan
serta mengurangi dan mengantisipasi dampak negatifnya. Gelandangan dan pengemis
(gepeng) merupakan salah satu dampak negatif pembangunan, khususnya pembangunan
perkotaan. Keberhasilan percepatan pembangunan di wilayah perkotaan dan sebaliknya
keterlambatan pembangunan di wilayah pedesaan mengundang arus migrasi desa-kota yang
antara lain memunculkan gepeng karena sulitnya pemukiman dan pekerjaan di wilayah
perkotaan dan pedesaan.
Masalah umum gelandangan dan pengemis pada hakikatnya erat terkait dengan
masalah ketertiban dan keamanan yang mengganggu ketertiban dan keamanan di daerah
perkotaan. Dengan berkembangnya gepeng maka diduga akan memberi peluang munculnya
gangguan keamanan dan ketertiban, yang pada akhirnya akan menggangu stabilitas sehingga
pembangunan akan terganggu, serta cita-cita nasional tidak dapat diwujudkan. Jelaslah
diperlukan usaha-usaha penanggulangan gepeng tersebut.3
Masalah sosial Gelandangan Pengemis (gepeng) merupakan fenomena sosial yang
tidak bisa di hindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat, terutama yang berada di
daerah perkotaan (kota-kota besar). Salah satu faktor yang dominan mempengaruhi
perkembangan masalah ini adalah kemiskinan. Masalah kemiskinan di Indonesia berdampak
negatif terhadap meningkatnya arus urbanisasi dari daerah pedesaan ke kota-kota besar,
sehingga terjadi kepadatan penduduk dan daerah-daerah kumuh yang menjadi pemukiman
para urban tersebut. Sulit dan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, serta terbatasnya
2 Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan
Pengangguran. Diambil pada tanggal 21 Oktober 2009 dari http:/www.indonesiaontime.com
3 Saptono Iqbali, Studi Kasus Gelandangan-Pengemis (Gepeng). di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem,
Oktober 2006.
pengetahuan dan keterampilan menyebabkan mereka banyak yang mencari nafkah untuk
mempertahankan hidup dengan terpaksa menjadi gelandangan dan pengemis.
Berdasarkan data dari pusat data dan informasi kesejahteraan sosial (pusdatinkesos)
Departemen Sosial RI tahun 2004, Populasi gelandangan pengemis seluruh Indonesia
berjumlah 87.356 orang. Kemudian tahun 2006 mengalami penurunan sehingga populasinya
menjadi 68.648 orang. Jika permasalahan ini tidak ditangani secara komprehensif dan
berkesinambungan akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks.
Dampak dari meningkatnya Gelandangan dan Pengemis munculnya ketidak teraturan
sosial (sosial disorders) yang ditandai dengan kesemrawutan, ketidaknyamanan,
ketidaktertiban, serta mengganggu keindahan kota. Padahal disisi lain mereka adalah warga
negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama, sehingga mereka perlu diberikan
perhatian yang sama untuk mendapatkan penghidupan dan kehidupan yang layak.
Selama ini, berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat
melalui pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik dengan system panti maupun non panti, namun
belum menunjukan hasil seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan antara lain karena
besaran permasalahan yang tidak seimbang dengan jangkauan pelayanan, keterbatasan SDM,
dana, sarana dan prasarana serta kualitas pelayanan yang masih bervariasi. Disamping itu,
dampak dari pemberlakuan Otonomi Daerah yakni menimbulkan Keberagaman persepsi dan
upaya pelayanan dan rehabilitasi sosial di berbagai daerah.
Untuk memperluas jangkauan pelayanan, Departemen Sosial RI juga berupaya
melibatkan masyarakat dalam setiap pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan
pengemis namun hasilnya belum optimal.4
4 Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Departemen Sosial RI (2007). Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan
Pengemis, hal 1-2
Istilah “gepeng” merupakan singkatan dari kata gelandangan dan pengemis. Menurut
Depertemen Sosial R.I (1992), gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan
tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta
tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup
mengembara di tempat umum.
“Pengemis” adalah orang-orang yang mendapat penghasilan dari meminta-minta
di muka umum dengan berbagai alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. 5
Ali, dkk,. (1990) menyatakan bahwa gelandangan berasal dari gelandang yang berarti
selalu mengembara, atau berkelana (lelana). Dengan strata demikian maka gelandangan
merupakan orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal atau rumah dan pekerjaan
yang tetap atau layak, berkeliaran di dalam kota, makan-minum serta tidur di sembarang
tempat. 6
Menurut Mutholib dan Sudjarwo dalam Ali,dkk.,(1990) diberikan tiga gambaran
umum gelandangan, yaitu :
1. Sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyarakat,
2. Orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai,
3. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan
keterasingan.7
Dengan mengutip definisi operasional sensus penduduk maka gelandangan terbatas
pada mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, atau tempat tinggal tetapnya
tidak berada pada wilayah pencacahan. Karena wilayah pencacahan telah habis membagi
tempat hunian rumah tinggal yang lazim maka yang dimaksud dengan gelandangan dalam hal
5 Depertemen Sosial R.I (1992) dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu
Kabupaten Karang Asem
6 Ali, dkk,. (1990) Gelandangan di kartasura, dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di
Kecamatan kubu Kabupaten Karang Asem
7 Ibid, h. 3
ini adalah orang-orang yang bermukim pada daerah-daerah bukan tempat tinggal, tetapi
merupakan konsentrasi hunian orang-orang seperti dibawah jembatan, kuburan, pinggiran
sungai, emperan toko, sepanjang rel kereta api, taman, pasar dan konsentrasi hunian
gelandangan yang lain.
Pengertian gelandangan tersebut memberikan pengertian bahwa mereka termasuk
golongan yang mempunyai kedudukan lebih terhormat dari pada pengemis. Gelandangan
pada umumnya mempunyai pekerjaan tetapi tidak memiliki tempat tinggal yang tetap
(berpindah-pindah). Sebaliknya pengemis hanya mengharapkan belas kasihan orang lain serta
tidak menutup kemungkinan golongan ini mempunyai tempat tinggal yang tetap.
Beberapa ahli menggolongkan gelandangan dan pengemis termasuk ke dalam
golongan sektor informal. Keith Harth (1973) mengemukakan bahwa dari kesempatan
memperoleh penghasilan yang sah, pengemis dan gelandangan termasuk pekerja disektor
informal. Sementara itu, Jan Breman (1980) mengusulkan agar dibedakan tiga kelompok
pekerja dalam analisis terhadap kelas sosial di kota, yaitu :
1. Kelompok yang berusaha sendiri dengan modal dan memiliki keterampilan
2. Kelompok buruh pada usaha kecil dan kelompok yang berusaha sendiri dengan
modal sangat sedikit atau bahkan tanpa modal, dan
3. Kelompok miskin yang kegiatannya mirip gelandangan dan pengemis. Kelompok
kedua dan ketigalah yang paling banyak di kota dunia ketiga. Ketiga kelompok ini
masuk kedalam golongan pekerja sektor informal.
Kebijakan penanggulangan gepeng yang dikembangkan adalah dengan lebih memacu
pembangunan pedesaan agar serasi dengan pembangunan di daerah perkotaan. Pendekatan
yang diperlukan adalah yang bersifat pendekatan holistic, yang tidak hanya terpaku pada
pelaku gepeng itu sendiri tetapi berusaha menjangkau seluruh sub system yang
mempengaruhi munculnya urbanisasi dan perilaku menggepeng, serta termasuk seluruh
sumber daya manusia yang ada. Sumber daya manusia yang ada di pedesaan diusahakan
untuk dikembangkan sebagai subyek pembangunan yang mampu memanfaatkan peluang
yang ada serta menggambarkan potensi yang dimiliki dengan memperhatikan kendala yang
dihadapi.8
Perhatian pemerintah dan masyarakat secara umum terhadap perlunya standar
kehidupan yang lebih baik, telah mendorong terbentuknya berbagai usaha kesejahteraan
sosial. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri, pada dasarnya merupakan suatu program
ataupun kegiatan yang didesain secara kongkrit untuk menjawab masalah, kebutuhan
masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha kesejahteran sosial itu
sendiri dapat ditujukan pada individu, keluarga, kelompok-kelompok dalam komunitas,
ataupun komunitas secara keseluruhan (baik komunitas lokal, regional, maupun nasional).
Dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, diperlukan peran masyarakat yang
seluas-luasnya, baik perseorangan, keluarga, organisasi keagamaan, organisasi sosial
kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, badan usaha, lembaga
kesejahteraan sosial, maupun lembaga kesejahteraan sosial asing demi terselenggaranya
kesejahteraan sosial yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan.
Dari hal di atas, dapat dilihat bahwa kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi
kehidupan yang diharapkan masyarakat tidak dapat terwujud bila tidak dikembangkan usaha
kesejahteraan sosial. Karena itu berjalan atau tidaknya suatu usaha kesejahteraan sosial
sangat dipengaruhi oleh organisasi atau lembaga yang menyediakan usaha kesejahteraan
sosial yang memperhatikan masalah-masalah sosial dan masalah kesejahteraan sosial dalam
arti sempit (seperti masalah yang terkait dengan prostitusi, anak jalanan, dll).9
8 Saptono Iqbali, Studi Kasus Gelandangan-Pengemis (Gepeng) di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem.
Oktober 2006. 9 Isbandi Rukminto Adi Ilmu Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial (FISIP UI, 2003) h. 189
Dalam Penjelasan Atas Undang Undang Republik Indonsia Nomor 11 Tahun 2009
Tentang Kesejahteraan Sosial :
Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari upaya pencapaian
tujuan bangsa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Sila kelima Pancasila menyatakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Permasalahan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukan ada warga negara yang
belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh
pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan
pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan
bermartabat, terutama bagaimana meminimalisir gepeng di kota-kota besar. Padahal tidak
sedikit lapangan pekerjaan yang tersedia, namun karena mereka tidak memiliki life skill dan
berpendidikan rendah, maka mereka sebagai individu tidak mampu memberdayakan
kemampunnya secara maksimal untuk mencapai kesejahteraan dalam kehidupan secara
mandiri. Oleh karena itu, upaya pemberian Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial gepeng perlu
dilakukan.
Dalam hal ini peningkatan usaha kesejahteraan sosial dilakukan oleh Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) Bekasi Timur Jawa Barat yang memberikan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
yang meliputi : pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan
keterampilan dan resosialisasi, serta pembinaan lanjut bagi penyandang masalah gelandangan
dan pengemis agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Visi dari Panti
Sosial Bina Karya (PSBK) Bekasi Timur Jawa Barat adalah “Mengembalikan fungsi sosial
gelandangan, pengemis dan orang terlantar secara professional agar mampu berperan aktif,
bermartabat yang memiliki kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat” dan Misinya
adalah :
1. Memberikan Pelayanan Rehabilitasi Sosial Terhadap Gelandangan dan Pengemis
beserta Keluarganya.
2. Memberikan pencegahan agar orang tidak menggelandang dan pengemis.
3. Menyelenggarakan pengkajian model pelayanan Rehabilitasi Sosial dan sebagai
fungsi Laboratorium penanganan Gelandangan dan Pengemis beserta keluarganya.
4. Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan Pelayanan
Rehabilitasi Sosial.
5. Mengembangkan sistem rujukan sebagai jaringan kerja dengan instansi terkait.
Tujuannya adalah apabila mereka kembali ke kehidupan sosial yang normal, mereka
dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki sebagai bekal hidup untuk mencari nafkah,
serta diterima ditengah-tengah masyarakat untuk menjalani hidup sesuai dengan
kemampuannya dan tidak kembali lagi ke profesinya semula. Dengan memberikan tahapan
rehabilitasi sosial dan jenis-jenis pelayanan sosial. Dalam kaitannya dengan skripsi ini, fokus
penelitian akan diarahkan hanya kepada Pelayanan Sosial di Panti Sosial Bina Karya
“Pangudi Luhur” Bekasi Jawa Barat.
Dari latar belakang tersebut diatas, maka peneliti mencoba mengkaji, melakukan
penelitian ilmiah di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi Timur Jawa
Barat. Penelitian tersebut akan peneliti tuangkan dalam skripsi berjudul : “ Pelayanan Sosial
Bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur”
Bekasi Jawa Barat ”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian terarah dan tidak melebar, maka peneliti membatasi penelitian
ini pada Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi sebagai suatu lembaga yang
memberikan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial yang meliputi : pembinaan fisik,
mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan keterampilan dan
resosialisasi, serta pembinaan lanjut bagi penyandang masalah gelandangan dan
pengemis agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Penelitian ini
dilakukan pada periode tahun 2009 kepemimpinan Bapak Drs. Sebak Singkali sebagai
Kepala Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi.
2. Perumusan Masalah
Adapun masalah dalam perumusan penelitian ini adalah: Bagaimana
Pelayanan Sosial Bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK)
“Pangudi Luhur” Bekasi “. Adapun rinciannya dalah sebagai berikut :
a). Bagaimana langkah-langkah pelayanan dan rehabilitasi sosial yang diberikan
terhadap gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur”
Bekasi?
b). Apa saja jenis pelayanan sosial yang diberikan terhadap gelandangan dan
pengemis di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi?
c). Faktor pendukung dan penghambat dalam langkah-langkah dan jenis pelayanan
sosial diberikan terhadap gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya
“Pangudi Luhur” Bekasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian adalah untuk mengetahui mengapa terjadi kesenjagan antara kenyataan
dengan yang seharusnya dan bagaimana cara mengatasi suatu kesulitan, pada
pokoknya penelitian ilmiah bertujuan untuk mengetahui sasuatu yang belum
diketahui.10
Dengan mengacu kepada permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
yang ingin peneliti capai ialah:
1. Untuk mengetahui Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial yang di berikan kepada
gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi
Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui bagaimana PSBK Bekasi Jawa Barat memberikan Pelayanan
Sosial kepada gelandangan dan pengemis.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam proses pelaksanaan
pelayanan sosial yang diberikan terhadap gelandangan dan pengemis di Panti
Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan hasil
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat menambah informasi bagi para pembaca, mengenai
pelayanan sosial yang diberikan oleh Panti Sosial Bina Karya “Pangudi
Luhur” Bekasi kepada Gelandangan dan Pengemis (Gepeng).
b. Memberikan masukan bagi Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi
dalam pemberian pelayanan dan sumbangan pemikiran bagi pembuat
10
DR. Bustanuddin Agus. Pengembangan Ilmi-Ilmu Sosial. GEMA INSANI PRESS. Jakarta 1999
kebijakan kesejahteraan sosial khususnya berkaitan dengan pelayanan sosial
kepada gelandangan dan pengemis.
c. Menginformasikan faktor pendukung dan penghambat dalam pelayanan sosial
di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi.
2. Manfaat Akademis
a. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar S1 (strata satu) di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
b. Diharapkan dapat bermanfaat menjadi dokumen perguruan tinggi sebagai
rujukan bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada studi sosial dalam dimensi
usaha kesejahteraan sosial yaitu pemberian pelayanan sosial khususnya kepada
gelandangan dan pengemis.
D. Metodelogi Penelitian
Metodelogi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan
dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab permasalahan yang diselidiki. Penggunaan
metodelogi ini dimaksudkan untuk menentukan data valid, akurat, dan signifikan dengan
permasalahan sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan permasalahan yang diteliti.
1. Pendekatan Penelitian
Dalam khazanah metodologi, sebuah pendekatan diakui selain mengandung
sejumlah keunggulan, juga memiliki beberapa kelemahan tertentu. Hal ini adalah sesuatu
yang wajar dan universal adanya. Karena itu memang harus disadari sejak awal.
Meskipun demikian, tidak berarti sebuah pendekatan menjadi tidak sah atau tidak
penting untuk digunakan. Sebab, persoalannya tidak terletak pada bagaimana
menggunakan dan menempatkan sebuah pendekatan (dengan keunggulan dan kelemahan
yang melekat padanya) dalam suatu studi dengan masalah yang relevan ditelaah menurut
logika pendekatan tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan
melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang atau perilaku yang diamati11. Pendekatan ini digunakan karena peneliti
ingin mendeskripsikan tentang pelayanan sosial untuk gelandangan dan pengemis di
Panti Sosial Bina Karya (PSBK).
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode untuk memecahkan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti melakukan penelitian ini berlokasi di PSBK yang berlokasi di Jl.. H. M.
Djojomartono No. 19 Departemen Sosial, Bekasi Timur, Jawa Barat. Adapun alasan
pemilihan lokasi itu didasari oleh pertimbangan sebagai berikut :
1. Lokasi penelitian lumayan dekat dan mudah dijangkau oleh peneliti.
2. Lokasi Penelitian merupakan tempat peneliti melaksanakan Praktikum II sehingga
sudah mengetahui tentang pelayanan, kegiatan dan kenal dengan pegawainya
sehingga memudahkan peneliti dalam menjalankan penelitian ini.
3. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pelayanan sosial yang diberikan kepada
gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK), sebagai penyandang
masalah sosial, untuk dijadikan bekal pembelajaran dan pengalaman bagi peneliti
khususnya sebagai calon sarjana sosial kedepan nantinya. Waktu penelitian ini
dilakukan mulai bulan Juli 2009 sampai dengan Oktober 2009.
11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998)
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.12
Tehnik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian ini.
Tehnik pengumpulan data ini dilakukan dengan :
a. Observasi atau pengamatan. Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan lansung
terhadap sarana dan prasarana dan kegiatan pelayanan panti tersebut, kegiatan WBS
(gelandangan dan pengemis) dari proses penjangkauan hingga pada proses
penyaluran. Dalam observasi peneliti melakukan pencatatan apa yang bisa dilihat oleh
mata, didengar oleh telinga, diraba oleh tangan, kemudian peneliti tuangkan dalam
penulisan skripsi ini sesuai dengan data yang dibutuhkan. Observasi dilakukan pada
saat peneliti menjalankan Praktikum II di PSBK ini dari bulan Maret sampai dengan
Juni 2009.
b. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh
pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dengan yang terwawancarai (yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan). Jadi wawancara ialah untuk
mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dengan
pihak siswa, pegawai panti, dan pekerja sosial yang menangani klien tersebut.
Wawancara ini dilakukan dengan 4 orang peksos dan satu orang Kasie Rehsos.
Pertanyaan pokok ialah tentang pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh PSBK ini
dari awal hingga terminasi bahkan sampai dengan bimbingan lanjut. Wawancara
dilakukan pada waktu istirahat dan menanyakan terlebih dahulu untuk dimohon
12
Prof. Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : ALFABETA, 2005
kesediaannya diwawancarai. Kegiatan wawancara banyak dilakukan di dalam kantor
ruangan kerja dan ruangan konsultasi.
c. Dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan, membaca, memperoleh dan mempelajari
berbagai macam bentuk data melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang ada di
Panti Sosial Bina Karya serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan
bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan majalah.
5. Teknik Pemilihan Informan
Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka pemilihan informan menentukan
informasi kunci (key informan) tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus
penelitian.
Untuk memilih sempel (dalam hal ini informan kunci) lebih tepat dilakukan
dengan sengaja (purposive sampling) yaitu peneliti memilih dan menentukan orang-
orang atau pegawai yang menjadi informan untuk diwawancarai. Selanjutnya, bilamana
dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informasi baru,
proses pengumpulan informasi sudah selesai.
Untuk itu peneliti menggambarkan dengan tabel sebagai berikut
Tabel 1.1
Kerangka dan Jumlah Informan
Informasi yang dicari Informan Jumlah
a. Tahapan Pelayanan
b. Jenis Pelayanan
1 Kasie Rehsos
4 Peksos
5 Orang
Jenis Pelayanan dan Kegiatan
di PSBK
3 Orang mantan klien 3 Orang
6. Sumber Data
Bila dilihat dari sumbernya, tehnik pengumpulan data terbagi dua bagian, yaitu :
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan yang ada di panti
pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh melalui pengamatan dan wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi tidak
langsung, seperti dokumen-dokumen yang ada di perpustakaan, pusat pengelolahan
data, pusat penelitian, departemen dan sebagainya. Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.
7. Teknik Pencatatan Data
Dalam teknik pencatan data, peneliti menggunakan catatan lapangan (data
lapangan). Catatan lapangan (data) dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan
pengamatan, wawancara atau menyaksikan kejadian tertentu selama di lapangan dengan
menggunakan bahasa objektif. Alat bantu yang peneliti gunakan dalam proses pencatatan
data berupa alat tulis, tape recorder dan kekuatan daya ingat. Pada waktu wawancara dan
melakukan pencatatan data, keberadaan peneliti diketahui oleh peksos. Pencatatan data
tersebut dinamakan dengan transkip wawancara. Kemudian dari hasil wawancara
tersebut dicatat, dan direkam untuk kemudian diolah dan disempurnakan apabila peneliti
telah berada ditempat tinggal.
8. Analisa Data
Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis besarnya dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilih data yang relevan dengan
proses layanan sosial bagi gelandangan dan pengemis serta hambatan-hambatannya.
b. Penyajian data, setelah data mengenai proses layanan sosial bagi gelandangan dan
pengemis serta hambatan-hambatannya diperoleh, maka data tersebut disusun dan
disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain
sebagainya.
c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan
menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk menarik
kesimpulan.
9. Keabsahan Data
a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik tringulasi, yaitu
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu
dapat dicapai dengan jalan; (a). membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara, misalnya untuk mengetahui pelayanan sosial bagi gelandangan dan
pengemis yang diberikan oleh PSBK tersebut. (b). membandingkan keadaan dan
prespektif sesorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya
dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh klien yang
menerima pelayanan dengan jawaban yang diberikan oleh pegawai atau peksos. (c).
membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan
masalah yang diajukan. Peneliti memanfaat dokumen dan data sebagai bahan
perbandingan.
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan, ketekungan pengamatan bermaksud
menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Kemudian memusatkan diri pada hal-
hal tersebut secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari
jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
c. Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal ini ialah
objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan,
pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman sesorang
itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan
objektif.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas 5
bab yang terdiri dari sub-sub bab yang saling berkaitan, sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : Landasan Teori, a). Pengertian Pelayanan Sosial, b). Pengertian Panti
Sosial, c). Pengertian Gelandangan dan Pengemis, b). Faktor-Faktor
Penyebab adanya Gepeng, c). Macam-Macam Gepeng, d). Masalah Umum
Gepeng.
BAB III : Gambaran Umum PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi di Bekasi Jawa
Barat, terdiri dari : Profil PSBK Pangudi Luhur, yang membahas tentang:
sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, prosedur kerja PSBK,
mekanisme kerja, kerja sama, komposisi pegawai, landasan hukum,
sasaran dan pelayanan, persyaratan calon wbs, pembiyaan operasional,
waktu dan kapasitas pelayanan, proses rehabilitasi Gepeng, sarana dan
prasarana, alur tahapan rehabilitasi sosial, daftar nama pembimbing
pondok, jumlah wbs tahun 2009.
BAB IV : Temuan dan Analisa Data, bab ini akan menguraikan analisa hasil
penelitian mengenai Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi Gelandangan
dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi
Jawa Barat.
BAB V : Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran
Daftar Pusaka dan Lampiran-Lampiran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Pelayanan Sosial
Dalam ilmu kesejahteraan sosial pelayanan sosial didefinisikan sebagai usaha,
aktifitas, dan kegiatan. Pelayanan sosial adalah usaha pemberian bantuan atau
pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun non materi agar orang itu
dapat mengatasi masalahnya sendiri13
.
The Social Work Dictionary (1999), menyebutkan sebagai berikut: “pelayanan
sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan profesi lain dalam rangka membantu orang
agar berkecukupan, mencegah ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki
keberfungsian sosial, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat”14.
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, menjelaskan Standar Pelayanan
Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis adalah :
1. Pelayanan Sosial adalah semua bentuk kegiatan yang dilakukan seseorang yang disebut
sebagai pekerja sosial untuk menangani masalah sosial individu, kelompok masyarakat,
(gelandangan dan pengemis). Artinya pelayanan dan rehabilitasi sosial adalah bentuk
kegiatan yang diwujudkan dalam program kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah,
organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat sendiri yang bertujuan
untuk mengatasi masalah sosial gelandangan dan pengemis. Pelayanan sosial dapat dilihat
dari dua sisi yaitu pelayanan yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Pelayanan
sosial yang bersifat langsung adalah pelayanan yang diberikan kepada gelandangan dan
pengemis sesuai dengan permasalahannya. Sedangkan pelayanan sosial yang bersifat
13
Departemen Sosial R.I. Badan Penelitian dan Pengembangan, istilah Usaha Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: 1997), h.179
14
Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dalam Pelayanan Sosial, dalam Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial,
(Jakarta:1997), h.119
tidak langsung adalah berupa kebijakan dan peraturan perundang-undangan untuk
mengatasi masalah gelandagan dan pengemis15.
2. Tujuan
Pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis ditujukan untuk memulihkan
fungsi sosial dan gelandangan dan pengemis, antara lain dapat dilihat dari :
a. Gelandangan dan pengemis mampu merubah cara hidup dan cara menghasilkan
penghasilan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
b. Gelandangan dan pengemis dapat dijangkau dan mau mengikuti program pelayanan dan
rehabilitasi sosial.
c. Gelandangan dan pengemis mampu menjalankan fungsi dan peran sosialnya di
masyarakat secara wajar.
3. Fungsi
a. Menumbuhkan kesadaran gelandangan dan pengemis tentang pentingnya program
pelayanan dan rehabilitasi sosial.
b. Membantu gelandangan dan pengemis untuk mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang
berkenaan dengan kehidupan sehari-hari.
c. Membantu gelandangan dan pengemis agar mampu memenuhi kebutuhan dasar.
d. Membantu gelandangan dan pengemis untuk mengembangkan potensinya.
e. Membantu gelandangan dan pengemis untuk berperilaku normatif.
4. Pendekatan
15
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Departemen Sosial RI (2007). Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan
Pengemis, hal 13
a. Integratif, adalah pendekatan yang dilakukan secara terpadu antara satu kegiatan dengan
kegiatan lainnya.
b. Komprehensif, adalah pendekatan yang dilakukan untuk kemajuan dan pengembangan
gelandangan dan pengemis secara menyeluruh.
c. Interdisipliner, adalah pendekatan yang dilakukan dengan melihat masalah gelandangan
dan pengemis dari sudut berbagai disiplin ilmu.
d. Lintas sektoral, adalah pendekatan yang dilakukan dengan menangani masalah
gelandangan dan pengemis dengan melibatkan berbagai sektor terkait.
5. Komponen
a. Organisasi/kelembagaan
Dalam melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial, keberadaan organisasi adalah
sangat penting terutama untuk menunjukan kesungguhan terhadap pelaksanaan dilapangan
secara sistematis dan terencana. Organisai ini akan mengkoordinir semua kegiatan yang
dilakukan pekerja sosial dilapangan maupun dimasyarakat. Organisasi ini juga menjadi
penanggung jawab semua proses kegiatan pelayanan.
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia yang dimaksud adalah semua orang yang memiliki kontribusi
terhadap proses pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik dilihat dari tingkat pendidikan, disiplin
ilmu maupun pengalaman praktis.
c. Pelayan dan Rehabilitasi Sosial
Semua proses pelayanan dan rehabilitasi yang ditujukan untuk kepentingan gelandangan
dan pengemis mulai dari pendekatan awal sampai terminasi.
d. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah semua bentuk penunjang pelayanan yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis,
baik dalam bentuk fisik, seperti halnya gedung, asrama, kamar mandi, transportasi, ruang
keterampilan, dan perlengkapan keterampilan, maupun non fisik, seperti antara lain peraturan
perundangan-undangan dan buku panduan.16
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa pelayanan sosial adalah proses kegiatan
pelayanan yang ditujukan untuk membantu individu, keluarga, kelompok, organisasi, dan
masyarakat yang membutuhkan atau mengalami permasalahan sosial, baik yang bersifat
pencegahan, perlindungan, pemberdayaan, pelayanan dan rehabilitasi sosial, maupun
pengembangan guna mengatasi permasalahan yang dihadapi dan atau memenuhi kebutuhan
secara memadai, sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosial. Dalam kegiatannya
terdapat beberapa tahapan dalam pelayanan sosial adalah17 :
1. Tahapan pendekatan awal yaitu suatu proses kegiatan penjajagan awal, konsultasi
dengan pihak terkait, sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon penerimaan
pelayanan, pemberian motivasi, seleksi, perumusan kesepakatan, dan penempatan
calon penerima pelayanan, serta identifikasi sarana dan prasarana pelayanan.
2. Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment) adalah suatu proses kegiatan
pengumpulan dan analisis data untuk mengungkapkan dan memahami masalah,
kebutuhan dan sistem sumber penerimaan klien.
16
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI (2007). Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan
Pengemis, hal 13-15
17
Departemen Sosial RI . Buku Saku Pekerja Sosial, (Jakarta: Depsos, 2004) h. 3
3. Perencanaan pemecahan masalah (Planning) adalah suatu proses perumusan tujuan
dan kegiatan pemecahan masalah, serta penetapan berbagai sumber daya (manusia,
biaya, metode-teknik, peralatan, sarana-prasarana, dan waktu) yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Pelaksanaan pemecahan masalah (intervention) yaitu suatu proses penerapan
rencana pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Kegiatan pemecahan masalah
yang dilaksanakan adalah melakukan pemeliharaan, pemberian motivasi, dan
pendampingan kepada penerima pelayanan dalam bimbingan dan bimbingan
pembinaan lanjut.
a. Bimbingan yaitu suatu proses kegiatan pelayanan yang diberikan kepada klien
untuk memenuhi kebutuhan mental, jiwa, dan raga si klien. Bimbingan ini
terdiri dari fisik, keterampilan, psikososial, sosial, resosialisasi, pengembangan
masyarakat dan advokasi.
b. Bimbingan dan pembinaan lanjut adalah suatu proses pemberdayaan dan
pengembangan agar penerima pelayanan dapat melaksanakan tugas-tugas
kehidupan dan lingkungan sosial.
5. Evaluasi, terminasi dan rujukan
a. Evaluasi adalah suatu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan
efisiensi pencapaian tujuan pemecahan masalah dan atau indikator-indikator
keberhasilan pemecahan masalah.
b. Terminasi adalah suatu proses kegiatan pemutusan hubungan
pelayanan/pertolongan antara lembaga dan penerima pelayanan (klien).
c. Rujukan adalah suatu kegiatan merancang, melaksanakan, mensupervisi,
mengevaluasi, dan menyusun laporan kegiatan rujukan penerimaan program
pelayanan kesejahteraan sosial.
B. Definisi Panti Sosial
Secara etimologi panti sosial berarti rumah, tempat (kediaman) yang diberlakukan
untuk kemasyarakatan. Secara konseptual dapat dikemukakan bahwa panti sosial adalah
suatu lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan
sosial.
Panti sosial adalah unit pelaksanaan teknis di lingkungan Departemen Sosial yang
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jendral Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial sehari-hari secara fungsional dibina oleh para Direktur terkait sesuai
dengan bidang tugasnya. Panti Sosial dipimpin oleh seorang Kepala Panti. Panti sosial
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial agar mampu berperan aktif, berkehidupan dalam masyarakat, rujukan
regional, pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi
dan kerja sama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, panti sosial menyelenggarakan fungsinya antara lain
sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan
2. Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa sosial dan perawatan
3. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi yang meliputi bimbingan mental, sosial, phisik
dan keterampilan
4. Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut
5. Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi
6. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rehabilitasi sosial
7. Pelaksanaan urusan tata usaha.
Panti Sosial Bina Karya mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan
dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan
fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi para
gelandangan dan pengemis agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan18
.
C. Pelayanan Sosial Berbasis Panti
Dari definisi diatas mengenai istilah pelayanan sosial dan panti dapat peneliti
rumuskan bahwa pelayanan sosial berbasis panti merupakan jenis pelayanan yang bersifat
rehabilitatif, dalam arti bahwa gelandangan dan pengemis dipandang sebagai orang yang
berada dalam kondisi ketidakmampuan, ditelantarkan, dirugikan sehingga intervensi yang
dilakukan adalah dengan melindungi dan merehabilitasi. Di dalam kalangan pekerja sosial
istilah ini lebih dikenal dengan center based program (penanganan yang berbasis panti).
Secara empirik lembaga pelayanan sosial sebagai salah satu wujud organisasi
pelayanan manusia, mempunyai berbagai jenis pelayanan sosial yang diberikan kepada
kliennya. Jenis pelayanan yang diberikan dalam pelayanan berbasis panti bagi gelandangan
dan pengemis sebagai berikut :
1. Pelayanan pengasramaan yaitu pelayanan pemberian tempat tinggal sementara
kepada klien.
2. Pelayanan kebutuhan pangan yaitu pelayanan pemberian makan minum dengan
berbagai menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi klien terjamin kualitasnya.
18
Keputusan Mentri sosial Republik Indonesia, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan
Departemen Sosial. Jakrta 2003
3. Pelayanan konseling yaitu pelayanan bimbingan untuk meningkatkan kemauan dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menjalankan peran sosial, memenuhi
kebutuhan, dan memecahkan masalah.
4. Pelayanan kesehatan yaitu pelayanan pengontrolan dan pengecekan kesehatan klien
oleh tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan klien.
5. Pelayanan pendidikan yaitu pelayanan pemberian kesempatan kepada klien untuk
mengikuti pendidikan formal.
6. Pelayanan keterampilan yaitu pelayanan pendidikan keterampilan kerja, seperti
pertukangan, perbengkelan, kerajinan tangan, komputer dan sebagainya.
7. Pelayanan bimbingan mental yaitu pelayanan bimbingan keagamaan dengan
menjalankan aktivitas agama masing-masing klien dan mengikuti ceramah-ceramah
keagamaan.
8. Pelayanan rekreasi dan hiburan yaitu pelayanan yang ditunjukan untuk memberikan
rasa gembira dan senang melalui permainan, musik, media, dan kunjungan ke suatu
tempat rekreasi.
Tidak semua jenis pelayanan yang diatas tersebut mampu diberikan oleh lembaga
pelayanan sosial, hal tersebut disebabkan oleh faktor keuangan, kekurangan pegawai dan
faktor lainnya yang menghambat pelayanan sosial.
D. Gelandangan dan Pengemis (gepeng)
1. Pengertian Gepeng
Istilah “gepeng” merupakan singkatan dari kata gelandangan dan pengemis. Menurut
Depertemen Sosial R.I (1992), gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan
tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta
tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup
mengembara di tempat umum.19 “Pengemis” adalah orang-orang yang mendapat penghasilan
dari meminta-minta di muka umum dengan berbagai alasan untuk mengharapkan belas
kasihan dari orang lain. 20
Gelandangan pengemis adalah seseorang yang hidup menggelandang dan sekaligus
mengemis.21
Ali, dkk,. (1990) menyatakan bahwa gelandangan berasal dari gelandang yang berarti
selalu mengembara, atau berkelana (lelana). Dengan strata demikian maka gelandangan
merupakan orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal atau rumah dan pekerjaan
yang tetap atau layak, berkeliaran di dalam kota, makan-minum serta tidur di sembarang
tempat. 22
Menurut Mutholib dan Sudjarwo dalam Ali,dkk.,(1990) diberikan tiga gambaran
umum gelandangan, yaitu :
a. Sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyarakat,
b. Orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai,
c. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan
keterasingan.23
2. Permasalahan Sosial Gelandangan dan Pengemis
Masalah sosial yang tidak bisa dihindari keberadaanya dalam kehidupan masyarakat,
terutama yang berada di daerah perkotaan adalah masalah gelandangan dan pengemis.
19
Depertemen Sosial R.I (1992) dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu
Kabupaten Karang Asem. 20
Ibid, h. 2
21
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Departemen Sosial RI (2007). Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan
Pengemi, hal 5
22
Ali, dkk,. (1990) Gelandangan di kartasura, dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di
Kecamatan kubu Kabupaten Karang Asem
23
Ibid, h. 3
Permasalah sosial gelandangan dan pengemis merupakan akumulasi dan interaksi dari
berbagai permasalahan seperti halnya kemiskinan, pendidikan rendah, minimnya
keterampilan kerja yang dimiliki, lingkunagn, sosial budaya, kesehatan dan lain sebagainya.
Adapun gambaran permasalah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Masalah kemiskinan
Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
minimal dan jangkauan pelayanan umum sehingga tidak dapat mengembangkan kehidupan
pribadi maupun keluarga secara layak.
b. Masalah Pendidikan
Pada umumnya tingkat pendidikan gelandangan pengemis relatif rendah sehingga
menjadi kendala untuk memperoleh pekerjaan yang layak.
c. Masalah keterampilan kerja
Pada umumnya gelandangan dan pengemis tidak memiliki keterampilan yang sesuai
dengan tuntutan pasar kerja.
d. Masalah sosial budaya
Ada beberapa faktor sosial budaya yang mempengaruhi seseorang menjadi
gelandangan dan pengemis.
e. Rendahnya harga diri
Rendahnya harga diri pada sekelompok orang, mengakibatkan tidak adanya rasa malu
untuk meminta-minta.
f. Sikap pasrah pada nasib
Mereka menganggap bahwa kemiskinan dan kondisi mereka sebagai gelandangan dan
pengemis adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan untuk melakukan perubahan.
g. Kebebasan dan kesenangan hidup menggelandang
Ada kenikmatan tersendiri bagi sebagian besar gelandangan pengemis yang hidup
menggelandang, karena mereka merasa tidak terikat oleh peraturan dan noma yang kadang-
kadang membebani mereka, sehingga mengemis adalah salah satu mata pencaharian.
h. Masalah Kesehatan
Dari segi kesehatan, gelandangan dan pengemis termasuk kategori warga Negara
dengan tingkat kesehatan fisik yang rendah akibatnya rendahnya gizi makanan dan
terbatasnya akses pelayanan kesehatan.
Selain permasalahn diatas ada berbagai dampak yang ditimbulkan oleh permasalahn
gelandanganan dan pengemis antara lain :
a. Masalah Lingkungan
Gelandangan dan Pengemis pada ummumnya tidak memiliki tempat tinggal tetap,
tinggal di wilayah yang sebenarnya dilarang dijadikan tempat tinggal, seperti : taman-taman,
bawah jembatan dan pinggiran kali. Oleh karena itu kehadiran mereka di kota-kota besar
sangat mengganggu ketertiban umum, ketenangan masyarakat dan kebersihan serta
keindahan kota.
b. Masalah Kependudukan
Gelandangan dan Pengemis yang hidupnya berkeliaran dijalan-jalan dan tempat
umum, kebanyak tidak memiliki kartu identitas (KTP/KK) yang tercatat dikelurahan
(RT/RW) setempat dan sebagian besar mereka hidup bersama sebagai suami istri tanpa ikatan
pernikahan yang sah.
c. Masalah keamanan dan ketertiban
Maraknya gelandangan dan pengemis disuatu wilayah dapat menimbulkan kerawaan
sosial, serta mengurangi keamanan dan ketertiban di daerah tersebut.
3. Prinsip-prinsip Penangan Gelandangan dan Pengemis
A. Prinsip-prinsip Umum
2. Pengharapan terhadap harkat dan martabat manusia, dimana gelandangan dan pengemis
diterima dan dihargai sebagai pribadi yang utuh dalam kehidupan masyarakat
(bersosialisasi kembali kemasyarakat).
3. Pengakuan terhadap hak gelandangan dan pengemis dalam menentukan nasipnya sendiri
melalui pemberian kesempatan turut dalam merencanakan kehidupan/pekerjaan yang
dipilih sesuai dengan kemampuannya.
4. Pemberian kesempatan yang sama bagi gelandangan dan pengemis dalam
mengembangkan diri dan berperan serta dalam berbagai aktifitas kehidupan, tanpa
membedakan suku, agama, rasa atau golongan.
5. Penumbuhan tanggung jawab social yang melekat pada setiap gelandangan dan pengemis
yang dilayani.
B. Prinsip-prinsip Khusus
1. Prinsip penerimaan gelandangan dan pengemis secara apa adanya.
2. Prinsip tidak menghakimi (non judgemental) gelandangan dan pengemis.
3. Prinsip Individualisasi, dimana setiap gelandangan dan pengemis tidak disamaratakan
begitu saja, tetapi harus dipahami secara khusus sesuai dengan keunikan pribadi dan
masalah mereka masing-masing.
4. Prinsip kerahasiaan, dimana setiap informasi yang diperoleh dari gelandangan dan
pengemis dapat dijaga kerahasiaannya sebaik mungkin, terkecuali digunakan untuk
kepentingan pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis itu sendiri.
5. Prinsip partisipasi, dimana gelandangan beserta orang-orang terdekat dengan dirinya
diikut sertakan dan dapat berperan optimal dalam upaya pelayanan dan rehabiltasinya
kembali kemasyarakat.
6. Prinsip komunikasi, dimana kualitas dan intensitas komunikasi antara gelandangan dan
pengemis dengan keluarga dan lingkungan sosialnya dapat ditingkatkan seoptimal
mungkin sehingga berdampak positif terhadap upaya rehabilitasi gelandangan dan
pengemis.
7. Prinsip kesadaran diri, dimana para pelaksana pelayanan dan rehabilitasi sosial
gelandangan dan pengemis secara sadar wajib menjaga kualitas hubungan profesionalnya
dengan gelandangan dan pengemis, sehingga tidak jatuh dalam hubungan emosional yang
menyulitkan dan menghambat keberhasilan pelayanan.
4. Masalah Penanganan dan Indikator Keberhasilan
Dalam upaya pelayanan rehabiliatsi sosial gelandangan dan pengemis timbul
permasalahan dalam penanganan seperti masalah organisasi, sumber daya manusia,
pelayanan rehabilitasi sosial sarana prasarana. Untuk mewujudkan upaya dimaksud, maka
diperlukan adanya suatu batasan-batasn minimal yang memiliki ukuran untuk mencapai
pelayanan yang berkualiatas dan mendukung pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan
dan pengemis.
Indikator keberhasilan pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis :
1. Mereka tidak lagi menjadi gelandangan dan pengemis.
2. Mereka dapat mencari nafkah dengan cara yang sesuai dengan norma sosial masyarakat.
BAB III
Gambaran Umum PSBK Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi 24
A. Profil Lembaga dan Sejarah Berdirinya
Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi adalah salah satu Unit Pelaksana
Teknis Departemen Sosial yang memberikan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial yang meliputi
: pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan keterampilan
dan resosialisasi, serta pembinaan lanjut bagi penyandang masalah gelandangan dan
pengemis agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada tanggal 04 Oktober 1961 dengan nama “Komando Penampungan Pendidikan
dan Penyaluran Tuna Karya” Seluruh Jawa di Bekasi (KOP.3.T.K). SK Mensos RI No.
41/HUK/KEP/XI/79/ tanggal 1 November 1979 perubahan nama menjadi Panti Rehabilitasi
Gelandangan pengemis dan Orang Terlantar (PRPGOT) H.Moeljadi Djojomartono Bekasi di
bawah naungan Kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Jawa Barat. SK Menteri Sosial
RI No. 14/HUK/KEP/1994 tentang Penamaan UPT Pusat/Panti/Sasana, perubahan nama
menjadi Panti Sosial Bina Karya "Pangudi Luhur" Bekasi. Panti Sosial Bina Karya "Pangudi
Luhur" Bekasi beralamat di Jalan H. M. Djojomartono No. 19 Departemen Sosial, Bekasi
Timur, Jawa Barat.
B. Visi dan Misi
Visi
“Mengembalikan fungsi sosial gelandangan, pengemis dan orang terlantar secara professional
agar mampu berperan aktif, bermartabat yang memiliki kemandirian dalam kehidupan
bermasyarakat”
24
Brosur PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi. Copy righ 2007 dan 2009
Misi
1. Memberikan Pelayanan Rehabilitasi Sosial Terhadap Gelandangan dan Pengemis
beserta Keluarganya.
2. Memberikan pencegahan agar orang tidak menggelandang dan pengemis.
3. Menyelenggarakan pengkajian model pelayanan Rehabilitasi Sosial dan sebagai
fungsi Laboratorium penanganan Gelandangan dan Pengemis beserta keluarganya.
4. Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan Pelayanan
Rehabilitasi Sosial.
5. Mengembangkan sistem rujukan sebagai jaringan kerja dengan instansi terkait.
C. Tugas Pokok, Tujuan dan Fungsi Panti
Tugas pokok PSBK, memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang
bersifat preventif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial,
pelatihan keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi para gelandangan dan
pengemis agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta
pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.
Tujuan Lembaga, terbina dan berkembangnya tata kehidupan dan penghidupan sosial
bagi gelandangan dan pengemis yang meliputi pulihnya kembali rasa harga diri, kepercayaan
diri, tanggung jawab sosial, serta mau dan mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam
kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Fungsi PSBK :
1. Penyusunan perencanaan program, evaluasi dan pelaporan.
2. Pelaksanaan Observasi, Identifikasi, Motivasi, Konsulatasi, Seleksi, Registrasi,
Assesment, dan Rujukan.
3. Rehabilitasi Sosial yang meliputi Bimbingan Fisik, Mental, Sosial dan keterampilan
terhadap Gelandangan dan Pengemis beserta keluarganya.
4. Resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.
5. Layanan data, Informasi dan Advokasi Sosial.
6. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan.
7. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha.
D. Struktur Organisasi PSBK
Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor. 59/KUH/2003 tertanggal 23 Juli
2003, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial RI.
Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” dipimpin oleh seorang kepala panti
dibantu oleh satu kepala subbagian tata usaha, dua kepala seksi dan kelompok jabatan
fungsional. Adapun skruktur organisasi di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur”
Bekasi adalah sebagaimana bagan di bawah ini:
STRUKTUR ORGANISASI
Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi
KEPALA
Drs. Sebak Singkali
KA.SUB.BAGIAN TATA USAHA
Drs. Lusinto
KASIE REHABILITASI SOSIAL
Dra. Dewi Kania
KASIE PROG & ADVOKASI SOSIAL
Drs. Sugiono
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Dra. Shinta Lestari
KEPALA INSTALASI PRODUKSI
Drs. Alimin
E. Mekanisme Kerja
1. Kepala Panti
Mempunyai tugas memimpin mengkoordinasi dan mengendalikan pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi gelandangan dan pengemis.
2. Sub. Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan,
perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.
3. Seksi Program dan Advokasi Sosial
Menpunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program, pemberian informasi
dan advokasi, pengkajian dan penyiapan standar pelayanan serta melakukan pemantauan,
evaluasi dan penyusunan laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial.
4. Seksi Rehabilitasi Sosial
Menpunyai tugas melakukan registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan jasmani
dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, mental, sosial,
phisik, keterampilan, resosialisasi, penyaluran, dan bimbingan lanjutan.
5. Kelompok Jabatan Fungsional
Menpunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-
masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Instalasi Produksi
Menpunyai tugas kegiatan keterampilan kerja yang bersifat ekonomi, produktif bagi
penyandang masalah kesejahteraan sosial pasca rehabilitasi agar mampu berperan aktif dalam
masyarakat.
F. Komposisi Pegawai
Pegawai Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi adalah berjumlah
65 orang, yang terdiri dari laki-laki 27 orang dan perempuan 38 orang yang terbagi kedalam
jabatan strukturan dan fungsional. Komposisi pegawai PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi,
menurut kedudukan dan jabatan ditunjukan di bawah ini :
Tabel 3.1
Komposisi Pegawai Menurut Kedudukan dan Jabatan
No Kedudukan Struktural Fungsional Jumlah
1 Kepala Panti 1 Orang - 1 Orang
2 Ka. Subbag TU 1 Orang - 1 Orang
3 Ka. Sie Rehsos 1 Orang - 1 Orang
4 Ka. Sie PAS 1 Orang - 1 Orang
5 Sub Bagian Tata Usaha 23 Orang - 23 Orang
6 Seksi Rehsos - 8 Orang 8 Orang
7 Seksi PAS - 5 Orang 5 Orang
8 Pekerja Sosial - 26 Orang 26 Orang
Jumlah 27 Orang 39 Orang 66 Orang
Sumber : TU PSBK “Pangungi Luhur” Bekasi
Komposisi pegawai menurut tingkat pendidikan di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi
Luhur” Bekasi pada tahun 2009, ditunjukan di bawah ini :
Tabel 3.2
Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Sarjana S1 16 Orang
2 Sarjana Muda 8 Orang
3 SLTA 39 Orang
4 SLTP -
5 SD 2 Orang
Jumlah 65 Orang
Sumber : TU PSBK “Pangungi Luhur” Bekasi
Komposisi pegawai menurut tingkat golongan kepegawaian di Panti Sosial Bina
Karya “Pangudi Luhur” Bekasi pada tahun 2009, ditunjukan di bawah ini :
Tabel 3.3
Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Golongan
No Golongan Jabatan
1 Golongan IV 6 Orang
2 Golongan III 44 Orang
3 Golongan II 13 Orang
4 Golongan I 2 Orang
Jumlah 65 Orang
Sumber : TU PSBK “Pangungi Luhur” Bekasi
G. Landasan Hukum
1. UU No. 6 th. 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
2. PP No. 31 th. 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis
3. Keppres RI No. 40 th. 1993 tentang Koordinasi Penanggulangan Gelandangan dan
Pengemis
4. Kep. Mensos RI No. 30/HUK/1996 tentang Rehabilitasi Gelandangan dan Pengemis di
dalam Panti Sosial
5. Kep. Mensos RI No. 59/HUK/2003, tanggal 23 Juli 2003, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial RI.
H. Sasaran dan Pelayanan
1. Gelandangan
Gelandangan adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak mempunyai tempat
tinggal dan pekerjaan tetap serta mengembara di tempat umum sehingga hidup tidak
sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat.
2. Pengemis
Pengemis adalah seseorang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di
tempat umum dengan berbagai cara alasan untuk mendapatkan belas kasihan dari orang
lain.
3. Keluarga Gelandangan dan Pengemis
Keluarga Gelandangan dan Pengemis adalah saudara atau family dari Gelandangan dan
Pengemis.
4. Anak yang orang tuanya menjadi gelandangan dan pengemis
5. Pemulung gelandangan
6. Pengemis gelandangan
7. Pedagang asongan gelandangan.
I. Persyaratan Calon Keluarga Binaan Sosial
1. Sehat jasmani (tidak mempunyai penyakit menular atau kronis)
2. Sehat rohani (tidak mempunyai penyakit jiwa)
3. Tidak sedang berurusan dengan penegak hukum
4. Usia produktif ( secara fisik mampu bekerja keras )
5. Tidak dalam keadaan hamil
6. Sudah berkeluarga atau masih bujangan
7. Bersedia mengikuti program pelayanan panti.
J. Waktu dan Kapasitas Pelayanan
Dalam 1 (satu) tahun anggaran memberikan layanan sosial sebanyak 600 orang Tuna
Sosial beserta keluarganya. Sementara ini pembinaan terhadap Gelandangan dan Pengemis
selama 6 (enam) bulan. Ada wacana pelaksanaan pembinaan selama 1 (satu) tahun :
1. Perkembangan kepribadian klien belum matang.
2. Kemampuan keterampilan belum memadai.
3. Penyiapan penyaluran yang disesuaikan dengan penerimaan lapangan kerja.
4. Berdasarkan pertimbangan professional pelaksanaan pelayanan dapat diakhiri sebelum
batas waktu yang ditentukan.
K. Proses Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Proses pelayanan yang diterima Keluarga Binaan Sosial (KBS) meliputi :
1. Rehabilitasi Sosial
Proses rehabilitasi sosial antara lain :
a. Tahap Pendekatan Awal
Pada tahap ini Pekerja Sosial melaksanakan;
(1) Informasi dan sosialisasi program.
(2) Identifikasi masalah.
(3) Konsultasi dan Motivasi.
(4) Seleksi Penerimaan.
b. Tahap Penerimaan atau Pemanggilan
Proses tahap Penerimaan meliputi ;
(1) Registrasi; Registrasi dilaksanakan kepada Keluarga Binaan Sosial yang telah lolos
seleksi.
(2) Penelaahan dan pengungkapan masalah (Need Assesment).
(3) Penempatan pada program.
c. Tahap Bimbingan fisik, mental, sosial dan latihan keterampilan Kerja :
(1) Bimbingan Fisik dan Mental meliputi :
- Peraturan Baris Berbaris (PBB)
- Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)
- Out Bond
- Pendidikan Agama
- Etika/ Budi Pekerti
- Kebersihan lingkungan/K3
- Pemeriksaan Kesehatan
(2) Bimbingan Sosial, meliputi :
- Pertemuan Pagi
- Bimbingan Perorangan
- Dinamika Kelompok
- Bimbingan Kelompok
- Diskusi Kelompok
- Kesehatan Masyarakat
- Hidup Bermasyarakat
- HIV/AIDS
- Kesenian
- Komunikasi
(3) Bimbingan Keterampilan meliputi ;
- Pembuatan Tahu/Tempe Tahun 1986
- Olahan Pangan Tahun 1995
- Pembuatan Batako Tahun 1992
- Menjahit Tahun 1961
- Tata Rias Kecantikan Tahun 1996
- Sablon Tahun 1996
- Elektro Tahun 1961
- Montir Motor Tahun 1961
- Pertukangan Las Tahun 1961
- Pertukangan Kayu Tahun 1961
- Montir Mobil Tahun 2008
- Pertanian Tahun 2008
- Musik Tahun 2008
2. Resosialisasi
Resosialisasi, meliputi :
(a) Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat
(b) Bimbingan sosial hidup bermasyarakat
(c) Bimbingan bantuan stimulan usaha produktif
(d) Penyaluran
3. Bimbingan Lanjut
Bimbingan Lanjut, meliputi ;
(a) Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat.
(b) Bantuan pengembangan usaha/kerja.
(c) Bimbingan pemantapan usaha/kerja.
L. Pembiayaan Operasional
Anggaran dan pembiayaan pada PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi sepenuhnya
diperoleh dari Departemen Sosial RI.
M. Kerja Sama Lintas Sektoral
Dalam melaksanakan rehabilitasi sosial, PSBK "pangudi Luhur' Bekasi bekerja sama dengan
berbagai instansi terkait antara lain :
- Dinas Nakertrans Kota Bekasi
- Kantor Kependudukan Kabupaten Bekasi
- Dinas Kependudukan Kota Bekasi
- Kandep Agama Kota Bekasi
- KUA Kecamatan Bekasi Timur
- Kepolisian
- Badan/Kantor/Dinas Sosial Sejawa Barat
- Dan beberapa perusahaan tempat PBK di sekitar Bekasi.
N. Sarana dan Prasarana
1. Sarana
a) Luas Tanah : 51.616 M2
b) Kantor : 2 Unit
c) R. Keterampilan :12 Unit
d) R. Kelas : 3 Unit
e) Aula : 2 Unit
f) Bengkel : 1 Unit
g) Gudang : 1 Unit
h) Poliklinik : 1 Unit
i) Pondok/Asramah : 34 Unit
Pondok / Asrama WBS
1) Type 21 : 14 Unit (@ 5 Pintu)
2) Type 18 : 20 Unit (@ 5 Pintu)
3) M C K : 6 Unit (@ 20 Pintu)
j) MCK : 6 Unit
k) TPA : 1 Unit
l) Wisma Tamu : 1 Unit
m) Rumah Dinas : 34 Unit
n) Mushola : 1 Unit
o) Lahan Pertanian : 5000 M2
2. Prasarana
a) Peralatan Kantor
b) Peralatan Praktek Keterampilan
c) Peralatan Kesenian
d) Mobilitas
1) Roda 6 : 3 Unit
2) Roda 4 : 3 Unit
3) Roda 2 : 6 Unit
e) Telephon / Fax
f) Aiphone
g) Penerangan Lisrik
h) Air Jet Pump
Luas tanah 3 Panti : 15.616 M2
Luas PSBK seluruhnya : 51.616 M2
Luas tanah untuk bangunan : 44.412 M2
Luas tanah untuk sarana : 4.204 M2
Tanah kosong Pertanian : 2.000 M2
O. Pembimbing Pondok Tahun 2009
Tabel 3.4
Daftar Nama-Nama Pembimbing Pondok
Pondok Pembimbing Penanggung Jawab
Anggrek 3 Ibu Sri Wibowo Murtini Ibu Amilya
Aster 3 Ibu Yustina Winarti Ibu Amilya
Aster 4 Ibu Martina Tarigan Ibu Amilya
Aster 5 Bapak Sumino Ibu Amilya
Cempaka 2 Bapak Indra Guntur Ibu Yunie
Cempaka 3 Ibu Suhartiningsih Ibu Amilya
Cempaka 4 Ibu Edina Sitanggang Ibu Amilya
Dahlia 1 Ibu Cahya Kirani Ibu Yunie
Cemara 1 Ibu Tri Hartati Ibu Yunie
Cemara 2 Ibu Nia Dania Ibu Yunie
Cemara 3 Bapak Cecep Ibu Yunie
Cemara 4 Bapak Nana Sumarna Ibu Yunie
Beringin 1 Bapak Raden Bapak Alimin
Beringin 2 Ibu Nuni Bapak Alimin
Beringin 3 Bapak Pujiyanto Bapak Alimin
Beringin 4 Bapak Djajadi Bapak Alimin
Angsana 1 Bapak Edison Bapak Alimin
Angsana 2 Ibu Dedeh Bapak Alimin
Koordinator Pekerja Sosial : Ibu Dra. Shinta Lestari
Penanggung Jawab Rehabilitasi Sosial : Ibu Dra. Laila Kurniati Akbariah
Penanggung Jawab Program & Advokasi Sosial : Ibu Dra. Yuyun Susilawati
P. Jumlah WBS Kelayan Angkatan I Tahun 2009
Tabel 3.5
Jumlah WBS Angkatan I Tahun 2009
Keterangan Pria Wanita Jumlah
WBS Produktif
Kepala Keluarga 53 Orang 53 Orang
Isteri 53 Orang 53 Orang
Singel (Bujang) 68 Orang 19 Orang 87 Orang
WBS Non Produktif
Anak Usia
Sekolah
7 Anak 1 Anak 8 Anak
Anak Usia Balita 24 Anak 20 Anak 44 Anak
Jumlah WBS 254 Orang
Sumber : TU PSBK “Pangungi Luhur” Bekasi
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Tahapan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis dilaksanakan melalui
suatu rangkaian proses yang mengacu pada tahapan pertolongan pekerja sosial kepada
klien yaitu gelandangan dan pengemis.
Klien atau anggota penerima pelayanan sosial adalah para gelandangan dan
pengemis hasil dari motivasi dan seleksi yang dilakukan oleh para peksos dan pegawai
PSBK yang turun kejalan untuk memberikan informasi dan sosialisasi program kepada
gelandangan dan pengemis yang ada dijalan-jalan serta kantong-kantong kumus.
Pelayanan sosial ini diberikan kepada mereka yang tertarik untuk mengikutinya dan bagi
mereka yang tidak berminat dari PSBK tidak memaksakannya karena jika mereka dipaksa
percuma nanti mereka kabur. Mereka yang mengikuti pelayanan di PSBK ini banyak
yang telah berumah tangga namun ada juga yang masih bujangan latar belakang
pendidikan mereka yang hanya tingkat SD bahkan tidak tamat.
Pemberi atau pembimbing yang memberikan pelayanan sosial di PSBK ini adalah
mereka yang disebut sebagai pekerja sosial (peksos) baik yang lulusan STKS Bandung,
PTN/S maupun lulusan tingkat SMA. Mereka sudah sangat pengalaman dan tidak
diragukan lagi karena sudah bertahun-tahun dalam memberikan pelayanan sosial di PSBK
ini.
Pekerja sosial adalah profesi pertolongan kemanusiaan yang bertujuan untuk
membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat agar mampu menjalankan
tugas-tugas kehidupannya sesuai dengan perannya. Dengan kata lain, nilai, pengetahuan
dan keterampilan professional pekerjaan sosial pada dasarnya adalah untuk meningkatkan
keberfungsian sosial klien yang dibantunya.25
Pelayanan sosial diberikan di PSBK ini berlangsung selama 6 (enam) bulan.
Mereka diberikan berbagai macam jenis-jenis pelayanan antara lain Pelayanan
Pengasramaan, Pelayanan Kebutuhan Pangan, Pelayanan Konseling, Pelayanan
Kesehatan, Pelayanan Pendidikan, Pelayanan Keterampilan, Pelayanan Bimbingan
Mental, dan Pelayanan Rekreasi dan Hiburan.
Pemberian pelayanan sosial di PSBK memiliki tahapan-tahapan yaitu sebagai
berikut :
1. Pendekatan Awal
Adalah serangkaian kegiatan untuk mendapatkan pengakuan/dukungan/bantuan, dan
peran serta dalam pelaksanaan program, termasuk upaya memperoleh gambaran
potensialitas sumber-sumber pelayanan, pasar usaha dan kerja serta untuk mendapatkan
calon klien. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Yuyun Susilawati sebagai
berikut :
“Pendekatan awal yang di lakukan oleh PSBK pertama kita membuat surat-surat ke
Dinas Sosial dalam rangka untuk pengadaan calon warga binaan sosial, jadi dari kita
membuat surat-surat yang didalamnya tertera seperti persyaratan-persyaratan dan
disebutkan juga keterampilan apa-apa yang ada di PSBK kemudian surat tersebut
disebarkan kedinas-dinas sosial yang ada di Jawa Barat, kita sampai detik ini masih di
Jawa Barat saja belum keluar jawa, tapi ada juga WBS yang dari padang, medan,
ambon, harusnya dari seluruh Indonesia tapi itu belum keseluruhan dikarenakan faktor
dana yang kurang26
”.
25
Suharto, Edi, “Pekerjaan Sosial dan Paradigma Baru Kemiskinan” Tim Penelitian Kemiskinan Depsos RI, 2006 26
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab pendekatan awal Ibu Dra. Yuyun Susilawati, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009
Pendekatan dimaksud, meliputi kegiatan-kegiatan orientasi dan konsultasi, identifikasi,
motivasi dan seleksi dengan rincian sebagai berikut :
a. Orientasi dan konsultasi
Yaitu kegiatan pengenalan program pelayanan kepada Pemerintah Daerah, instansi-
instansi teknis, dan pilar-pilar partisipan usaha kesejahteraan sosial yang terkait untuk
mendapatkan pengesahan/pengakuan, dukungan/bantuan dan peran sertanya dalam
pelaksanaan program.
Pendekatan awal pertama kali di lakukan oleh PSBK dalam bentuk orientasi dan
konsultasi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai
berikut :
“Wilayah-wilayah yang banyak gepengnya setelah kita orientasi dan konsultasi kita
datang kedinas sosial, yang di maksud konsultasi yaitu dalam rangka pengadaan
klein, jadi kita sebelum motivasi ke daerah-daerah kumuh kita orientasi dulu kedinas-
dinas sosial kita datangi mereka kita tanya daerah-daerah kumuh mana saja yang
ada gepengnya, kita tanyakan mengenai data-data gepeng yang ada di daerah
mereka, itu yang di maksud orientasi27
”.
Dalam menjalankan orientasi dan konsultasi PSBK juga mengalami faktor
pendukung dan penghambat dalam melakukan orientasi dan konsultasi, seperti yang
diutarakan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah di bawah ini :
“Faktor Pendukungnya yaitu kita dapat bantuan dari pihak dinas sosial yang mau
kita ajak kerja sama. Penghambatnya, kadang-kadangkan dia juga punya kerjaan
jadi mungkin kita hanya sekedar menitipkan pesan untuk menyampaikannya ketingkat
bawah kekecamatan, kekelurahan dirapat-rapat yang mereka adakan di kecamatan
atau mungkin dulukan kita punya PSK (Pekerja Sosial Kecamatan) atau ada PSMnya
(Pekerja Sosial Masyarakat) yang dari dinas sosialnya menyampaikan ke PSMnya.
Kadang kita bisa ikut terjun langsung kadang juga tidak bisa, itu penghambatnya.
Jadi kadang-kadang kita titip pesan, mengenai pelayanan disini seperti apa, nanti
27
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009
mereka yang menyampaikan lagi ketingkat yang lebih bawah, kalau misalkan mereka
dapet ada orang yang mau berminat, dari pihak dinas sosial menghubungi kembali ke
kita, mereka bilang di daerah A misalkan ingin mengikuti program pelayanan disini,
sudah di motivasi misalkan oleh dinas sosial tanpa sepengetahuan dari kita,
mungkinkan kita harus motivasi ulang karena belum tentu apa yang disampaikan oleh
dinas sosial sama dengan apa yang kita inginkan walaupan kita secara lisan dan liflet
itu kita kasih tapi mungkin penyampaiannya kadang berbeda jadi kita kembali
memotivasi ulang, program pelayanan di PSBK seperti ini, itu mungkin yang menjadi
faktor pendukung dan penghambat dalam orientasi dan konsultasi28
”.
b. Identifikasi
Ialah kegiatan upaya untuk memperoleh data yang lebih rinci tentang diri
gelandangan dan pengemis serta potensi lingkungan, termasuk sumber-sumber
pelayanan dan pasaran kerja dan usaha, fasilitas/garis kemudahan. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut :
“Identifikasi itu adalah pendataan maksudnya calon-calon WBS yang dikantong-
kantong kumuh itu di identifikasi apa memang dia sesuai dengan garapan di PSBK
atau tidak, itu di identifikasi. Nah setelah orientasi dan konsultasi serta identifikasi
ini kita laksanakan, baru kita lakukan motivasi, kitakan udah tau didaerah mana saja
yang banyak gepengnya, misalnya di daerah ini banyak gepengnya langsung kita
motivasi kesana29
”.
c. Motivasi
Ialah kegiatan program pengenalan kepada gelandangan dan pengemis untuk
menumbuhkan keinginan dan dorongan yang tinggi dalam mengikuti, melaksanakan
program pelayanan dan rehabilitasi sosial. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu
Dra. Yuyun Susilawati sebagai berikut :
28
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009 29
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009
“Motivasi yaitu kegiatan pengenalan program kepada penyandang masalah
kesejahteraan sosial untuk menumbukan kemauan atau keinginan dan semangat untuk
menjadi warga binaan sosial atau klien di panti kita. itulah tujuan motivasi yang kita
lakukan di PSBK. Motivasi dimaksudkan agar terciptanya kelancaran pelaksanaan
kegiatan operasional terutama dalam rangka mendapatkan calon warga binaan
sosial yang mempunyai kesadaran, untuk memperbaiki kualitas hidupnya sesuai
harkat dan martabat kemanusiaanya30
”.
Ketika melakukan motivasi kepada calon warga binaan sosial PSBK yang
disampaikan kepada mereka yaitu :
“Kita menawarkan program di PSBK, bahwa di kita di panti ada program ini, ini, ini,
misalnya dari bimbingan mental, sosial sampai keterampilan itu kita kasih tau kepada
mereka dan kita ajak mereka dari pada mereka menggelandang, lebih baik mereka
direkrut ke kita meskipun di kita hanya enam bulan tetapi minimal membuat mereka
menambah ilmu dari yang tidak tau menjadi tau31
”.
Ibu Dra. Dewi Kania sebagai kepala seksi Rehsos juga menambahkan terkait
apa yang disampaikan pada saat sosialisasi dan motivasi yang dilakukan oleh PSBK
kepada para calon warga binaan sosial, yaitu :
“yang disampaikan ya program pantilah, iya semua tidak ada yang kita tutupi kita
pait-paitin langsung, kita tidak janji yang manis-manis, yang pait-pait kita sampaikan
makanya kalau mentalnya sudah jatoh duluan tidak kita rekrut, kita tidak bilang
pondoknya bagus seperti itu misalnya dibuat dari keramik, pokoknya kasih pondok
tempat tinggal keadaan seperti ini, masak sendiri, mck ,mck ramai-ramai, makanya
kalau memang yang mau mundur, mundur sekarang, jangan sampai setelah direkrut
dibawa kesini, tidak taunya minta pulang32
”.
Dalam melakukan motivasi PSBK ada terdapat juga faktor pendukung dan
penghambat dalam melakukan motivasi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu
Dra. Yuyun Susilawati sebagai berikut :
30
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab pendekatan awal Ibu Dra. Yuyun Susilawati, Bekasi
Kamis, 13 Agustus 2009
31
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab pendekatan awal Ibu Dra. Yuyun Susilawati, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
32
Wawancara pribadi dengan kepala seksi Rehsos Ibu Dra. Dewi Kania , Bekasi Senin, 27 Juli 2009
“Selama ini yang menjadi hambatan kalau kita langsung datang kekantong-kantong
dan mereka rata-rata pengamen atau pemulung, mereka sudah mempunya
penghasilan yang besar ada yang 30.000 sehari, sedangkan mereka diajak oleh kita
otomatis kita tidak memberikan apa-apa kecuali pelatihan dan makan mereka, yang
bersifat natura itu. Jadi kita harus pintar-pintar bilangin kepada mereka. Kalau
pendukung mah banyak, Alhamdulillah kalau kita dinas sosial rata-rata mendukung
ke kita, ayo bu malahan mereka merasa terbantu dengan kita dan mereka mendukung
memberitahukan disini ada warga yang tidak punya pekerjaan sama sekali, yang
tidak punya rumah sama sekali. Jadi kadang-kadang banyak pendudukungnya itu
kalau di luar. Kalau dari kita ya ada pendukungnya yaitu salah satunya dana33
”.
d. Seleksi
Ialah kegiatan pengelompokan/klasifikasi penyandang masalah kesejahteraan sosial
terutama yang sudah dimotivasi, untuk menentukan siapa yang memenuhi persyaratan
dan siapa yang tidak dapat diterima menjadi calon penerima pelayanan, pada saat seleksi
yang dilakukan oleh PSBK. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Yuyun
Susilawati sebagai berikut :
“Seleksi, setelah ada pemanggilan mereka datang ke PSBK, dimotivasi kembali
setelah datang kesini, dimotivasi kembali mau tidak setelah melihat kondisi keadaan
disini di panti ini, ternyata oh iya bu berminat baru di seleksi, di seleksi itu ditanya,
ditanya jawab diwawancara sama peksos34
”.
Pada saat seleksi para calon warga binaan sosial yang akan mendapatkan pendidikan di
PSBK ini diwawancarai oleh peksos dengan diberikan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Yuyun Susilawati sebagai berikut :
“Nanti ada belangko seleksinya misalnya dari nama, asal dia lahir, sampai
keluarganya, apa dia masih punya keluarga, itu seleksi awal karena nanti seleksi juga
ada kalau jadi disini mau ikut keterampilan apa, jadi yang gitu ada penjelasan-
penjelasan35
”.
2. Penerimaan
33
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab pendekatan awal Ibu Dra. Yuyun Susilawati, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009
34
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab pendekatan awal Ibu Dra. Yuyun Susilawati, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
35
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab pendekatan awal Ibu Dra. Yuyun Susilawati, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009
Adalah serangkaian kegiatan administratif maupun teknis meliputi registrasi, dan
penempatan dalam program pelayanan yang dilaksanakan pada saat calon penerima
pelayanan hasil seleksi secara syah diterima sebagai klien definitif di panti. Kegiatan
penerimaan tersebut secara operasional adalah sebagai berikut :
a. Registrasi
Ialah kegiatan registrasi administrasi pencatatan dalam buku induk penerima pelayanan
(setiap penerima pelayanan 1 klien agar diberi NIP/NIK) dan mengkompilasikan berbagai
formulir isian untuk mendapatkan penerima pelayanan definitif lengkap dengan segala
informasi/biodatanya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Suhartiningsih sebagai
berikut :
“Jadi begitu siswa datang seperti biasa kita kasih arahan dulu mengenai latar
belakang kita disini gambaran mengenai PSBK kita berikan, kemudian setelah itu
mereka memahami dan mereka betul mau disini, baru kita seleksi biasanya kita tanya
dari latar belakangnya dulu menggelandang dimana, kemudian penghasilannya
berapa dan lain-lain semuanya. Kalau itu sudah semua kita tulis baru kita kemudian
ada semacem pernyataan bahwa dia harus sanggup mentaatin semua peraturan disini
segala macemnya, langsung dia tanda tangan pernyataan itu dan siaplah mereka
mengikuti apa yang ada di PSBK36
”.
b. Penempatan dalam program rehabilitasi sosial
Adalah kegiatan pengelompokan bakat dan minat para penerima pelayanan (klien)
dipadukan dengan program bimbingan, khususnya program keterampilan kerja praktis
yang sudah diprogramkan (sesuai dengan inventarisasi pasaran usaha/kerja) untuk
menambahkan semangat dan kecintaan untuk mengikuti bimbingan kerja tersebut.
36
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi,
Kamis, 13 Agustus 2009
Pada proses penerimaan setelah registrasi dilakukan oleh petugas registarasi yaitu peksos
kemudian penempatan dalam program rehabilitasi sosial. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Ibu Suhartiningsih sebagai berikut :
“Kalau udah beres semua baru kita penempatan, bisanya pada tahapan ini kita
menyeleksi segala macam, penempatan pondok, penempatan program, biasanya
mereka memilih keterampilan tapi kita arahkan kira-kira sesuai tidak dengan asal
daerahnya, dia minatnya begini kira-kira bisa tidak dikembangkan di daerahnya
kalau memang dia kekeh dengan pilihannya ya kita coba, tapi kadang-kadang ada
juga yang tidak sesuai dengan pendidikan sehingga kita alihkan yang sesuai dengan
kemampuannya37
”.
3. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment)
Ialah upaya untuk menelusuri, menggali data penerima pelayanan (klien), faktor-faktor
penyebab masalahnya tanggapannya serta kekuatan-kekuatannya dalam upaya membantu
dirinya sendiri. Hal ini dapat dikaji, dianalisa dan diolah untuk membantu upaya
rehabilitasi sosial, dan resosialisasi bagi penerima pelayanan (klien).
Pada saat pengungkapan masalah (assesmen) biasanya yang dilakukan oleh Peksos untuk
memahami masalah calon warga binaan sosial di PSBK ini adalah menggalih
permasalahannya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Suhartiningsih sebagai
berikut :
“Kita harus galih permasalahannya kenapa mereka sampai disini, permasalahan apa si
yang mendasar sampai dia masuk sini. Tujuannya agar benar-benar mereka sesuai
dengan sasaran pelayanan kita gelandangan, pengemis, orang-orang terlantar, kadang-
kadang juga orang yang datangkan setelah kita telusurin tidak sesuai dengan sasaran
pelayanan kita38
”.
37
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13
Agustus 2009 38
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13
Agustus 2009
Dalam melakukan assessment sering kali peksos juga mengalami kesulitan untuk
menggali dan mengungkapkan masalah yang mereka alami. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Ibu Suhartiningsih sebagai berikut :
“Ya memang sebetulnya kita tidak bisa langsung menanyakan, kita harus bisa pintar-
pintar nanya, namanya orang jalanankan. Seharusnya kita terlebih dahulu
kekeluarganya atau ketemennya sementara kita hanya semampunya mendapatkan
informasi, kalau ada keluarganya yang bisa kita hubungin ya kita hubungin, kalau tidak
ya melalui dia saja. Baru nanti ada tahap lanjutan yaitu konsultasi keluarga, selama ini
ada lewat temen, informan-informan itu yang bisa kita kontak tapi mungkin banya
berapa persen saja, karena yang namanya orang jalanankan kita ga tau keluarganya
dimana39
”.
4. Bimbingan Mental, Sosial, Fisik dan Keterampilan
Adalah serangkaian kegiatan teknis operasional yang diarahkan untuk pulihnya kembali
harga diri, kepercayaan diri, disiplin, kemampuan integrasi, kesadaran dan
tanggungjawab sosial kemampuan penyesuaian diri dan penguasaan satu atau lebih jenis
keterampilan kerja sebagai bekal untuk dapat bermata pencaharian layak dalam tatanan
hidup masyarakat. Adapun kegiatan ini meliputi :
a. Bimbingan Mental
Ialah kegiatan bimbingan atau tuntunan untuk memahami diri sendiri, dan orang lain
dengan belajar tentang keagamaan, cara berfikir positif dan keinginan untuk
berprestasi.
Dalam bimbingan mental yang dilakukan oleh PSBK adalah dengan
memberikan kegiatan keagamaan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra.
Laila Akbariah sebagai berikut :
39
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi,
Kamis, 13 Agustus 2009
“Contoh dari kegiatan bimbingan mental yaitu bimbingan keagamaan jadi kita kasih
pengetahuan atau materi mengenai agama, kalau misalnya agama islam ya materinya
agama islam kalau ada diluar agama islam misalnya yang Kristen bu dina yang suka
memberikan bimbingan khusus agama kristen. Jadi cuma agama saja kalau
bimbingan mental40
”.
b. Bimbingan Sosial
Ialah serangkaian bimbingan kearah tatanan kerukunan dan kebersamaan hidup
masayarakat, sehingga diharapkan dapat menimbulkan kesadaran dan tanggungjawab
sosial baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat klien.
Banyak sekali Bimbingan Sosial yang diberikan oleh peksos kepada warga
binaan sosial karena bertujuan agar timbul sebuah kesadaran dalam diri mereka dan
tanggung jawab sosial. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Suhartiningsih
sebagai berikut :
“Kalau bimbingan sosial banyak, ada pertemuan pagi, bimbingan kelompok, ada
diskusi kelompok, terus dinamika kelompok, ada juga pemberian materi mengenai
kesehatan masyarakat dan HIV/AIDS, terus ada etika, bimbingan kewirausahaan dan
banyak lagi bisa dilihat dijadwal41
”.
Peneliti waktu pada saat menjalankan praktikum juga pernah mengikuti
kegiatan PP (Pertemuan Pagi) di kelas, pertemuan pagi ini materi yang diberikan
kepada warga binaan sosial berisikan pengaduan warga binaan sosial, ungkapan
perasaan, himbauan, motivasi, penghargaan, kata mutiara, informasi media, duduk-
duduk santai sambal nyanyi-nyanyi dengan iringan musik menggunakan gitar,
penghargaan warga binaan sosial terbaik, disinilah praktikan kagum dengan seorang
40
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009 41
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009
peksos karena fungsinya menjadi seorang guru, motivator, pembimbing, pendidik,
orang tua, dan lain-lainnya42. Peneliti waktu itu pada saat menjalankan Praktikum II di
PSBK “Pangudi Luhir” sempat juga mengikuti kegiatan diskusi kelompok, pada
kegiatan ini warga binaan sosial diberi sebuah permasalahan yang dialami oleh
mereka dalam bermasyarakat dan mereka harus memecahkan bersama-sama
permasalahn tersebut dengan warga binaan sosial lainnya dan mereka diberi
kesempatan untuk mencari jalan keluar sendiri dalam sebuah permasalahan atau
pemecahan masalah yang diberikan, masing-masing warga binaan sosial memberikan
pendapat, masukan dan argument untuk menyelesaikan masalah tersebut, gunanya
setelah mereka selesai pendidikan disini jika mereka mengalami masalah, mereka
dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri nantinya dengan permasalahn yang
mereka hadapi, dalam keluarga maupun dalam bermayarakat43.
c. Bimbingan Fisik
Ialah kegiatan bimbingan/tuntunan untuk pengenalan dan praktek cara-cara hidup
sehat, secara teratur dan disiplin agar kondisi badan/fisik dalam keadaan selalu sehat.
PSBK mengadakan juga beberapa jenis bimbingan fisik, bimbingan tersebut
diantaranya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai
berikut :
“Kalau bimbingan fisiknya yaitu SKJ (Senam Kesegaran Jasmani) sama PBB
(Peraturan Baris Berbaris) dan olah raga44
”.
42
Observasi dan Catatan Lapangan pada Tgl 19 Maret 2009 pada saat peneliti melakukan praktikum di
PSBK ini.
43
Observasi dan Catatan Lapangan pada Tgl 23 Maret 2009 pada saat peneliti melakukan praktikum di
PSBK ini. 44
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009
d. Bimbingan Keterampilan Kerja
Ialah serangkaian usaha yang diarahkan kepada klien untuk mengetahui,
mendalami dan menguasai suatu bidang keterampilan kerja tertentu, sehingga menjadi
tenaga yang terampil dibidangnya yang memungkinkan mereka mampu memperoleh
pendapatan yang layak sebagai hasil pendayagunaan keterampilan kerja yang mereka
miliki tersebut. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh salah satu peksos yang
bertanggung jawab tentang keterampilan Ibu Amilya S.Sos sebagai berikut :
“Bimbingan keterampilan di PSBK ini terdiri dari 12 macam ilmu keterampilan tapi
tingkatnya tingkat dasar, jadi untuk tingkat terampil kita melaksanakan PKL, PKL itu
istilahnya PPK latihan kerja, latihan kerja ditempat yang sudah professional,
misalnya keterampilan motor itu ditempat bengkel motor, kalau yang mobil bengkel
mobil, jadi itu keterampilan yang bervariasi. Keterampilan angkatan pertama ada 12
keterampilan dan sekarang angkatan ke dua ada 10 keterampilan jenisnya antara lain
yaitu tata rias, menjahit, olahan pangan, montir motor, montir mobil, elektro, batako,
las, pertukangan kayu dan tahu tempe 10 kalau yang sekarang, angkatan kemarin 12
dikarenakan minat dari yang sekarang hanya ada di 10 keterampilan tersebutyang
dua lagi tidak dipilih dan tidak ada peminatnya45
”.
Dalam penyelenggaraan keterampilan di PSBK ada juga hambatan atau
kendala dalam menyelenggarakan keterampilan yang di alami oleh PSBK. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Amilya S.Sos sebagai berikut :
“Kendalanya fasilitas kita ini masih manual, terus untuk instruktur itupun terbatas
kendalanya karena biaya, kalau kita panggil yang cukup professional bukan berarti
yang sekarang tidak professional mengajar tapi yang cukup professional yang sesuai
dengan pangsa pasar itu honornya tidak mencukupi ibarat kata tidak memadai, yang
kedua waktu, kenapa kita bilang waktu karena keterampilan yang kita berikan ini
hanya sampai tingkat dasar dan waktunya juga terbatas, waktu terbatas itu dibatasin
sampai enam bulan maksimal, mereka optimal bisa melaksanakan lima bulan karena
tersita waktu dengan out bond dan ada pra pelatihan, latihan nanti evaluasi kalau
kitakan schadulnya gitu46
”.
45
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab keterampilan Ibu Amilya S.Sos, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
46
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab keterampilan Ibu Amilya S.Sos, Bekasi Kamis, 13 Agustus
2009
5. Resosialisasi
Adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang bersifat dua arah yaitu di satu pihak untuk
mempersiapkan klien agar dapat berintegrasi penuh ke dalam kehidupan dan penghidupan
masyarakat secara normatif, dan di satu pihak lagi untuk mempersiapkan masyarakat
khususnya masyarakat daerah asal atau lingkungan masyarakat di lokasi penempatan
kerja/usaha klien agar mereka dapat menerima, memperlakukan dan mengajak serta untuk
berintegrasi dengan kegiatan kemasyarakatan. Adapun kegiatan resosialisasi meliputi
beberapa hal sebagai berikut :
a. Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat
Ialah kegiatan bimbingan/tuntunan pendekatan untuk menumbuhkan kemauan
keluarga, masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi sosial.
b. Bimbingan sosial hidup bermasyarakat
Ialah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan agar klien tersebut dapat
melaksanakan seluruh kegiatannya sesuai dengan norma yang berlaku dan
menghindari kegiatan yang menjadi larangan-larangan masyarakat.
c. Pemberian bantuan stimulans usaha produktif
Ialah serangkaian kegiatan pengadaan bantuan peralatan dan bahan untuk
mempersiapkan klien dapat melaksanakan praktek bermata pencaharian dan bantuan
tersebut bersifat merangsang usaha-usahanya agar dapat lebih berkembang.
d. Bimbingan usaha/kerja
Ialah kegiatan tuntutan praktek berusaha/bekerja untuk dapat menciptakan lapangan
kerja yang layak, serta praktek mengelola usaha, menuju terciptanya kondisi usaha
yang efektif dan efisien.
6. Penyaluran
Adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mengembalikan penerima pelayanan
kedalam kehidupan dan penghidupan di masyarakat secara normatif baik di lingkungan
keluarga, masyarakat, daerah asal maupun kejalur-jalur lapangan kerja/usaha mandiri
(wirausaha) dengan bertransmigrasi.
7. Bimbingan Lanjut
Adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan kepada klien dan masyarakat
guna lebih memantapkan, meningkatkan dan mengembangkan kemandirian klien dalam
kehidupan serta penghidupan yang layak.
Setelah para warga binaan sosial selesai mengikuti pendidikan di PSBK ini, tidak
dilepas begitu saja oleh PSBK namun ada bimbingan lanjut yang diberikan oleh PSBK.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut :
“Bimbingan lanjut itu dilakukan setelah lewat 3 bulan WBS selesai mengikuti pelayanan
disini, kita adakan bimbingan lanjut tapi tidak semua WBS yang pernah mengikuti
pelayanan disini kita binjut, disesuaikan dengan dana yang ada terus kita pilih kira-kira
ada WBS yang kita dengar mereka setelah keluar dari sini suka ngasih kabar, saya buka
usaha nah kita binjut kita melihat sampai sejauh mana sih keterampilan yang mereka
ikuti disini dan paket yang kita dikasih bisa mereka gunakan untuk buka usaha. Jadi
setelah mereka keluar tidak kita lepas begitu aja kita juga pantau, kita liat, apakah
mereka dengan paket yang kita bekali bisa buka usaha terus keterampilan yang dia ikuti
diterapkan apa tidak, jadikan ada manfaatnya atau tidak mereka selama ikuti kegiatan
disini, jadi kita binjut47
”.
47
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009
Dalam melaksanakan bimbingan lanjut ada juga faktor penghambat yang sering
PSBK alami. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai
berikut :
“Mereka gepeng, nah kadang-kadang kita alamat yang pertama dia kasih disini belum
tentu dia kembali ke situ, karena mereka gelandangan tidak menetap disatu tempat jadi
kemungkinan bisa beralih alamat itu yang kesatu. Yang kedua kalau misalkan dia
kembali kedaerah asal dia pulang kampung halaman kadang-kadang lokasinya sulit
banget, susah gitu kita cari, sulitlah untuk dijangkau kadang-kadang seperti itu. Faktor
dana juga karena dananya sedikit. Selanjutnya dari pihak WBSnya sendiri kalau mereka
sudah selesai dan bisa kita hubungin mau buka usaha terbenturnya pada modal karena
paket yang kita berikan disini tidak lengkap mereka mau buka usaha dengan paket yang
kita kasih dengan alakadarnya susah, jadi faktor dana untuk buka usaha biasanya
mereka alami seperti itu48
”.
Pada tahap bimbingan lanjut secara operasional PSBK melaksanakannya dalam 3
kegiatan yaitu :
a. Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran serta dalam
pembangunan.
Ialah kegiatan bimbingan usaha bimbingan/tuntunan untuk lebih memantapkan
kemampuan penyesuain diri dalam tata hidup bermasyarakat dan keikutsertaan
mereka dalam proses pembangunan sesuai dengan kemampuannya.
Dalam bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran serta
dalam pembangunan yang dilakukan oleh PSBK antara lain adalah :
“Peran serta masyarakat biasanya gini kalau misalkan WBS itu mau selesai
mengikuti kegiatan disini, tapi kita belum melaksanakan itu. Jadi contohnya sebelum
WBS kembali kedaerah asalnya kita datang kesana ketempat WBS itu berasal terus
kita adakan koordinasi dengan pihak aparat setempat disana masyaraat disana kalau
kita itu ingin mengembalikan warganya yang sudah pernah ikut pelatihan disini, jadi
mereka siap, fungsinya saling ada kerja sama disini dikasih keterampilan, dikasih
paket dan pihak sana mestinya juga menyediakan sarana lebih lanjut jadi mereka
48
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009
pulang dari sini itu bisa kerjasama dengan aparat disana gitu tapi selama ini sulit
untuk dilakukan49
”.
Banyak yang menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan bimbingan
peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran serta dalam pembangunan. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut :
“Daerah setempatnya itu yang tidak punya sarana untuk membimbing lebih lanjut,
jadi mereka cuma alhamdulillah saja mereka dididik disini nanti selebihnya setelah
mereka keluar mereka mau apain ya sudah tidak ada lagi bimbingan dari sana,
semestinyakan kita saling kerja sama, disini kita didik nah mereka yang membuat
suatu apalah misalkan di didik lebih lanjut dari dinas sosial setempatnya seperti di
serang pernah seperti itu dulu dan tidak tau sekarang ini. Jadi setelah mereka keluar
dari sini dinas sosial juga ada bantuannyalah, kalau mereka benar mau bikin buka
usaha saling kerja sama jadi tidak hanya membebankan pada pihak panti, padahal
pihak panti cuma punya dana hanya untuk paket dan sangat sulit jika mereka untuk
buka usaha, oleh karena itu harus bisa kerja sama semestinya, tetapi dinas sosial
belum bisa diajak kerja sama mungkin mereka terbentur dana juga karena mereka
tidak punya dana untuk membantu. Di serang pernah seperti itu jadi mereka yang
pernah ikut pendidikan disini, mau buka usaha disana di bantu dengan dinas
sosialnya50
”.
b. Bantuan pengembangan usaha/bimbingan peningkatan keterampilan.
Ialah serangkaian kegiatan yang diarahkan kepada penerima pelayanan
dalam bentuk pemberian bantuan ulang balik berupa peralatan dan bahan permodalan
maupun pemantapan keterampilan, sehingga jenis usaha/kerjanya lebih berkembang.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut :
“Jadi WBS yang udah buka usaha bikin proposal ke kita dia ngajuin apa
kekurangnya nanti setelah kita dapat proposal itu, kita liat kesana ke lokasi benar
tidak dia buka usaha, benar tidak dia kekurangan itu barang, misalnya oh iya benar
nah nanti kita kesana lagi untuk memberikan bantuan jadi ada monitoring dan
evaluasinya ada. Tapi kalau dia benar-benar buka usaha dan kita kasih bantuan lebih
lanjut cuma tidak berbentuk uang, berbentuk barang, kalau uang ya namanya
49
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009 50
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009
uanglah bisa aja dia lagi kekurangan uang, uangnya di pakai jadi tidak berbentuk
uang tapi berbentuknya barang yang dia butuhkan51
”.
c. Bimbingan pemantapan kemandirian/peningkatan usaha/kerja.
Ialah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan kepada penerima pelayanan
guna dapat meningkatkan usaha ekonomis, produktif, sehingga dapat
mengembangkan jenis dan jumlah penghasilannya.
Pada bimbingan pemantapan kemandirian dan peningkatan usaha kerja,
PSBK secara langsung menggabungnya pada saat bimbingan lanjut. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut :
“Nah itu tidak pernah kita laksanakan, jadi binjut itu juga secara khusus kita
membimbing pemantapan mereka dalam buka usaha tidak, selagi binjut kita
laksanakan itu juga, memotivasi juga. Jadi secara khusus kita laksanakan sekalian
gitu sambil menyelam minum air sekalian, binjut itu bukan sekedara kita melihat tapi
kita juga kasih motivasi, kita pemantapan mereka untuk kerja52
”.
8. Evaluasi
Untuk memastikan apakah proses pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan pengemis
berlangsung sesuai rencana yang telah ditetapkan wajib dilakukan evaluasi terhadap
setiap tahapan proses yang dilalui dan kemudian diambil kesimpulan apakah secara
keseluruhan proses telah berjalan baik dan dapat dilakukan pengakhiran pelayanan.
51
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009 52
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009
9. Terminasi (Pengakhiran Pelayanan)
Pengakhiran pelayanan dilaksanakan untuk memastikan hasil evaluasi umum
terhadap klien telah dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dan mampu menjadi
warga negara masyarakat yang bertanggung jawab. Dalam hal ini dipersiapkan klien
dalam proses pengakhiran berjalan secara wajar, dimana pemutusan pelayanan tidak
menimbulkan konflik psikologis yang dapat mengganggu klien. Disamping itu agar
administrasi penanganan kasus berlangsung dengan tertib, dibuatkan surat pemberitahuan
formal bahwa proses pelayanan klien sudah berakhir, kepada pihak-pihak terkait. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut :
“Terminasi itukan pemutusan hubungan, maksudnya dia bukan jadi WBS kita lagi, jadi
setelah mereka selesai disini kemudian mereka diberikan sertifikat tapi bukan dari
Depnaker melainkan khusus dari intern PSBK dan diberi bantuan paket, paket sesuai
dengan keterampilan yang mereka pilih. Dan kegiatannya secara resmi, ya paling
penutupan aja secara resmi, jadi kita adakan acara penutupan pelayanan, penutupan
kegiatan setelah itu kita bagi sertifikat dan paket, seperti itu acara penutupan, dengan
demikian pemutusan hubungan antara pihak panti dengan WBSnya saat itu53
”.
Dari tahapan demi tahapan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dijabarkan
diatas, PSBK khususnya para pegawai dan peksos menaruh harapan besar kepada para
warga binaan sosial untuk dapat memanfaatkannya dan dapat kembali hidup normal
setelah mendapatkan pendidikan dan pelayanan disini. Hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh Kasie Rehsos Ibu Dra. Dewi Kania sebagai berikut :
“Keinginan kami mereka memanfaatkan ilmu yang didapat disini sama paket yang
diberikan jangan sampai dijual, dimanfaatkan untuk modal usaha itu harapannya,
jangan sampai mereka asalnya menggelandang kembali menggelandang. Jadi dengan
adanya bantuan stimulant, dengan adanya pembekalan keterampilan dan bimbingan
mental itu, mereka jangan sampai menggelandang lagi, itu harapan kita”54
.
53
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13
Agustus 2009
54
Wawancara pribadi dengan kepala seksi Rehsos Ibu Dra. Dewi Kania , Bekasi Senin, 27 Juli 2009
B. Pelayanan Sosial
1. Pelayanan Pengasramaan
Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi telah menyediakan asrama penginapan
yang bisa disebut di panti ini adalah pondok untuk para gelandangan dan pengemis
selama mereka mengikuti dan menjalankan pendidikan enam bulan di panti ini,
pondok/asrama yang disediakan di PSBK ini berjumlah 34 unit, yang terdiri dari type 21
ada 14 unit satu unitnya ada 5 pintu/ kamar dan ada juga type 18 ada 20 unit yang terdiri
dari 5 pintu/kamar, masing-masing kamar maksimal ditempati oleh 3 orang dan minimal
2 orang dan fasilitas yang diberikan selama mereka mengikuti pendidikan I PSBK ini
enam bulan tinggal di asrama ketika mereka WBS (Warga Binaan Sosial) baru masuk
adalah diberikan kasur lipat, bantal, peralatan dapur seperti kompor gas, penggorengan,
perlengkapan mandi seperti sabun, odol, sampo, sikat gigi, gayung, ember, dan lain-
lainnya.
Pada pelayanan pengasramaan yang diberikan PSBK kepada warga binaan
sosial, satu kamarnya yang ditempatkan oleh warga binaan sosial terdapat di depannya
teras untuk duduk-duduk santai, ruang kumpul keluarga/tamu, 1 kamar dan dapur. Para
warga binaan sosial juga sempat mengeluhkan tidak adanya kipas angin yang diberikan di
kamarnya sehingga ketika musim panas udara sangat panas sekali dan membuat mereka
kegerahan tidak bisa tidur dampaknya ketika peneliti melakukan praktikum banyak warga
binaan sosial yang tidurnya diluar atau berkumpul dengan warga binaan sosial yang
lainnya untuk tidur dilapangan55
.
2. Pelayanan Kebutuhan Pangan
Pelayanan kebutuhan pangan adalah pelayanan pemberian makan kepada WBS atau siswa
yang berada di panti. Dalam pemberian makan PSBK memberikannya dengan cara
55
Observasi dan Catatan Lapangan pada waktu Praktikum dari bulan Maret s/d Juni 2009
membagi-bagikan barang-barang mentah untuk dapat diolah oleh mereka sendiri para
WBS atau siswa. Pembagian bahan-bahan tersebut setiap lima hari sekali dan mereka
menyebutnya dengan sebutan natura yang terdiri dari beras lima liter perorang, bumbu-
bumbu masakan, kadang-kadang juga mereka dikasih daging ayam, mie instan, telur,
sayur-sayuran, sarden, kecap, saus, susu saset, dan lain-lainnya. Dalam pemberian bahan-
bahan tersebut dari pihak panti juga mempertimbangkan lima sehat enam sempurna agar
mereka para siswa juga memiliki gizi yang baik. Mereka, para siswa diajarkan untuk
mandiri dengan mengolah bahan-bahan tersebut sendiri menjadi makanan yang akan
mereka makan sehari-hari. Mereka juga disediakan kompor gas untuk memasak bahan-
bahan tersebut dan jatah pemberian gasnya jika habis setiap 10 hari sekali diberikan.
Terkadang jika gas yang mereka pakai habis dan waktunya belum 10 hari maka mereka
numpang dengan teman atau tetangganya untuk memasak56.
3. Pelayanan Konseling
Pelayanan konseling yang diberikan oleh peksos di PSBK kepada klien adalah dalam
bentuk curhat dari klien kepada peksos yaitu pembimbingnya dan waktu yang disediakan
dalam seminggu sekali pada malam rabu namun jika ada klien yang ingin curhat di lain
hari atau lain kesempatan dari pihak peksos mempersilakannya. Jadi pelayanan konseling
yang diberikan kepada klien di PSBK ini adalah sesuai dengan kebutuhan dari klien
tersebut.
Seperti yang dikatakan dibawah ini oleh salah satu peksos tentang pelayanan
konseling :
“Kalau kita seharusnya konselling lebih banyak kliennya yang banyak bertanya ke
kita karena dia yang butuh, disini kita membahasakannya dengan bahasa curhat.
Jadwal khusus konseling tidak dijadwalkan tapi kalau tidak salah selasa malam rabu,
56
Observasi dan Catatan Lapangan pada saat peneliti melaksankan praktikum dari bulan Maret s/d Juni 2009
kalau wawancarakan kita yang bertanya terus tapi kalau konseling mereka yang lebih
aktif bertanya, misalkan dalam curhat pengen apa si kamu oh mungkin ada
permasalah apa, jadi lebih banyak mereka yang ngomong dari pada kita, kita hanya
menanpung57
”.
Pelayanan konseling yang diberikan untuk warga binaan sosial warga binaan sosial di
PSBK ini juga memanggil seorang psikolog untuk membantu peksos dalam menangani
masalah yang dihadapi warga binaan sosial yang bermasalah maupun bagi warga binaan
sosial yang ingin konsultasi tentang apa yang menjadi permasalahannya selama ini dan
pemikirannya yang mengganggu, mereka konsultasi dengan psikolog tersebut58
.
4. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang disediakan di PSBK ini adalah dengan adanya sebuah
poliklinik yang berada didalam panti dan sebagian perawatnya juga tinggal didalam panti,
poliklinik tersebut ada terdapat dua orang dokter umum, satu orang dokter gigi, dan dua
orang perawat. Di dalam poliklinik tersebut terdapat ruangan pemeriksaan, ruangan rawat
inap jika sewaktu-waktu ada pasien yang harus dirawat, ada ruangan tunggu yang
dilengkapi dengan televisi, obat-obatan yang tersedia di poliklinik ini lumayan lengkap
dan komplit untuk penyakit-penyakit yang ringan. Bagi mereka penerima pelayanan
sosial di PSBK ini yaitu para gelandangan dan pengemis yang mengalami sakit tinggal
datang ke piliklinik tersebut dan laporkan saja apa penyakit yang diderita atau dirasakan
oleh wagrga binaan social tersebut maka mereka akan diobati, diperiksa dan dilayani
dengan cuma-cuma atau gratis. Pelayanan di poliklinik PSBK ini hanya menangani
penyakit-penyakit ringan dan jika ada mengalami penyakit yang memerlukan perawatan
57
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13 Agustus 2009
58
Observasi dan Catatan Lapangan pada saat peneliti melaksankan praktikum dari bulan Maret s/d Juni 2009
khusus atau penyakit yang dengan fasilitas di poliklinik miliki tidak bisa ditangani maka
dokter atau perawat di poloklinik tersebut merujuknya kerumah sakit terdekat59.
5. Pelayanan Pendidikan
Pelayanan pendidikan yang diberikan di PSBK ini adalah dengan adanya TPA “BINA
INSANI” PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI dengan kegiatan yang diberikan untuk
tingkatan SD kelas 1 sampai dengan 2 membaca dan menulis, tingkatan SD kelas 3
sampai dengan 6 diberikan pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Umum,
dan lain-lainnya. Pengenalan lingkungan dengan jalan-jalan bersama dengan pengasuh,
menari, menyanyi dan membaca sajak. Balita dititipkan di TPA didampingi ibunya
sekaligus diberikan pengetahuan tentang perkembangan anak dan merawatnya. Itulah
pelayanan pendidikan yang diberikan kepada para anak-anak siswa di PSBK ini dengan
Visi “Terciptanya kegiatan TPA yang berkesinambungan agar anak tidak terlantar”. Jadi
pelayanan pendidikan yang diberikan oleh TPA “BINA INSANI” PSBK “PANGUDI
LUHUR” BEKASI bertujuan agar anak tidak terlantar selama orang tua mereka
menjalankan pendidikan di PSBK ini dengan mendapatkan bimbingan mental, sosial,
fisik, keterampilan dan lain sebagainya.
Salah satu peksos yang juga terlibat langsung dalam pelayanan pendidikan di
PSBK khususnya di TPA ini juga menceritakan apa-pa saja yang dilakukan TPA disini :
“Kegiatan anak-anak di TPA ada pengajarnya, jadi kita sesuaikan ibaratnya seperti
penitipan sementara, dimana orang tuanya mengikuti pendidikan dan supaya anak-
anaknya tidak terlantar dan juga bimbingan asuhan pendidikannya juga ada, walaupun
gurunya tidak masing-masing kelas 1 kelas 2, karena disini pendidikannya banyak SD,
nah kita disini paling sesuaikan saja pelajaran misalnya kelas 1, kelas 2, kemudian yang
Balita pengenalan warna kemudian menggambar, karena disini masih susah dan
memerlukan proses dan penyesuaian untuk sosialisasi dengan temen-temannya, dan juga
dengan guru karena mereka biasa selalu dengan orang tua dan tiba-tiba mereka disini
harus dilepas, jadi harus berhari-hari mereka menyesuaikan diri. Disini juga ada yang
usia balita terus ada juga yang usia batitah masih berapa bulan sampai setahun itu juga
ada, terus kita juga ada penambahan gizi contohnya ada kacang ijo, ada susu, ada ager,
jadi selama disini kita setiap harinya ada penambahan gizi, ada roti, ada kue dan juga
59
Observasi dan Catatan Lapangan pada saat peneliti melaksankan praktikum dari bulan Maret s/d Juni 2009
kadang-kadang kita mengadakan permainan mereka kita ajak keluar pengenalan
lingkungan, berkemah. Pengajarnya kita bergantian tidak hanya kita saja, ada berapa
orang dari peksos dan juga dari kantor atas tapi mayoritas dari peksos semua, kita ada
pelajaran agama juga kadang pak Endin paling tidak do’a-do’a yang mudah-mudah itu
untuk mereka hafalkan60
”.
Dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan TPA di PSBK ini juga ada
terdapat hambatan atau rencana yang belum terealisasi, seperti apa yang disampaikan
dibawah ini :
“Pengennya kita itu bisa ada kerja sama dengan SD Margahayu selama 6 bulan, saya
sudah pernah kesana dengan bu Amil tapi waktu itu belum tembus, mereka inginnya ada
hitam di atas putih, kan lumayan 6 bulan mereka kita titpkan dan bisa mengikuti
pelajaran, itu yang belum bisa ditempuh, kadang-kadang mereka juga datang kesini ada
yang tidak punya rapot kitakan tidak tahu katanya sudah kelas 3 kelas 4 ternyata disuruh
baca saja masih belum lancar karena mungkin sudah lama dijalan61
”.
6. Pelayanan Keterampilan
Pelayanan ini disediakan untuk memberikan suatu keterampilan kepada gelandangan dan
pengemis atau warga binaan sosial guna untuk memberikan keahlian kepada mereka
sehingga setelah mereka keluar dari panti ini diharapkan mereka memiliki keahlian
masing-masing dan dapat mengembangkannya untuk mencari kerja atau membuka usaha
sesuai dengan apa yang mereka pilih dan dapatkan dalam mengikuti keterampilan di
PSBK ini. Dan juga merupakan serangkaian usaha yang diarahkan kepada klien untuk
mengetahui, mendalami dan menguasai suatu bidang keterampilan kerja tertentu,
sehingga menjadi tenaga yang terampil dibidangnya yang memungkinkan mereka mampu
memperoleh pendapatan yang layak sebagai hasil pendayagunaan keterampilan kerja
yang mereka miliki tersebut. Adapun keterampilan yang disediakan di PSBK ini adalah
Pembuatan Tahu/Tempe, Olahan Pangan, Pembuatan Batako, Menjahit, Tata Rias
60
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13 Agustus 2009
61
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13
Agustus 2009
Kecantikan, Sablon, Elektro, Montir Motor, Pertukangan Las, Pertukangan Kayu, Montir
Mobil, dan Pertanian.
Peneliti ingin mengetahui tentang siswa yang mengikuti keterampilan di
PSBK ini dan sempat mewawancarai beberapa siswa penerima pelayanan keterampilan
kemudian menanyakan pengaruh keterampilan yang diberikan oleh PSBK disini pada diri
mereka, seperti apa yang mereka dapatkan setelah mengikuti keterampilan yang mereka
pilih, mereka mengatakan seperti pada dibawah ini :
“Dari keterampilan yang diberikan pengaruhnya banyak bagi saya, diantaranya saya
dapat lebih bersemangat dalam menjalani hari-hari di dalam kehidupan ini dan juga
kalau ada peluang saya akan buka usaha dari bekal alat-alat dan keterampilan dari sini.
Saya memilih keterampilan Tahu Tempe, karena keterampilan ini lebih besar peluangnya
untuk langsung berwirausaha sendiri di kampung kelak pulang nanti”62
.
“Pengaruh keterampilan yang diberikan PSBK ini kedepannya mungkin bisa merubah
masa depan saya dengan keterampilan atau ilmu yang diberikan oleh PSBK ini. Saya
memilih menjahit, karena mungkin pertama saya suka aja dan yang kedua karena
ditempat saya kebanyakkan menjahit”63
.
“Banyak pengaruhnya, ketika saya sudah keluar dari PSBK ini nanti selain saya
mendapatkan ilmu, saya juga mendapatkan arahan atau jalan untuk masa depan. Saya
memilih montir motor karena menurut saya motor adalah kendaraan yang paling padat
dan banyak yang memakainya”64
.
Dari jawaban mereka diatas tantang keterampilan yang mereka dapatkan di
PSBK ini sesuai dengan harapan peksos, yaitu para peksos ingin setelah mereka keluar
dari sini dengan keterampilan yang mereka dapatkan disini mereka dapat bekerja dan
menghidupi diri mereka sendiri, seperti yang dikatakan salah satu peksos penanggung
jawan keterampilan dibawah ini :
62
Wawancara Pribadi dengan salah satu wbs angkatan I Saudara Firman, Minggu, 21 Juni 2009
63
Wawancara Pribadi dengan salah satu wbs angkatan I Saudara Panji, Sabtu, 20 Juni 2009
64
Wawancara Pribadi dengan salah satu wbs angkatan I Saudara Romli, Minggu, 21 Juni 2009
“Mereka ikut keterampilan supaya keterampilan yang dia punya itu bisa digunakan,
digunakan untuk penghasilan dirinya sendiri, untuk menghidupi diri sendiri maupun
untuk masa depannya65
”.
7. Pelayanan Bimbingan Mental
Pelayanan bimbingan mental ini disediakan Ialah dengan kegiatan bimbingan/atau
tuntunan untuk memahami diri sendiri, dan orang lain dengan belajar tentang keagamaan,
cara berfikir positif dan keinginan untuk berprestasi serta mengubah sikap normatif
mereka agar lebih baik. Kegiatan bimbingan mental merupakan kegiatan yang wajib
mereka ikuti bagi semua siswa yang ada di PSBK ini. Untuk memperlancar kegiatan ini
telah disediakan seorang Ustadz yang sekaligus merupakan seorang pegawai dibagian
rehabilitasi sosial yang berkompeten dalam bidangnya, yaitu Bapak Endin Khoiruddin
yang selalu memberikan bimbingan mental tentang keagamaan. Pada saat bimbingan
mental diberikan tidak hanya memberikan ceramah keagamaan saja namun para
gelandangan dan pengemis tersebut juga ditanya bagi mereka yang sudah punya suami
atau istri dan anak mereka sudah menikah secara sah atau belum dan jika belum maka
dari pembimbing bimbingan mental ini akan menikahkan secara sah menurut agama
Islam dengan melakukan ijab qobul disertai dengan saksi dan catatan tertulis. Ketika
peneliti menanyakan kepada pembimbing tersebut beliau menjawab itu merupakan
kewajiban kita untuk menyanyakan dan menikahkannya secara sah menurut agama dan
jika kita tidak melakukan itu maka kita berdosa membiarkan mereka berkeluarga namun
belum menikah secara akad dan agama66
.
65
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab keterampilan Ibu Amilya S.Sos, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009 66
Observasi dan wawancara pribadi dengan pembimbing bimbingan mental Bapak Endin Khoiruddin pada
saat peneliti melaksankan praktikum II dari bulan Maret s/d Juni 2009
8. Pelayanan Rekreasi dan Hiburan
Pelayanan rekreasi dan hiburan yang diberikan oleh PSBK ini diadakan di akhir
pendidikan, pada saat rekreasi siswa angkatan I 2009 kemarin, hari Kamis tanggal 11 Juni
2009 peneliti juga ikut diajak oleh pegawai PSBK sewaktu peneliti masih menjalankan
praktikum II di PSBK ini, bersama dengan siswa peneliti mengikuti kegiatan rekreasi ke
Ancol Dufan yang diadakan oleh PSBK di akhir pendidikan dengan tujuan agar
menyenangkan hati siswa yang sebentar lagi akan keluar dari panti ini serta sekaligus
memberikan hiburan kepada para siswa yang mungkin selama 6 bulan mengikuti
pendidikan dan pelatihan di panti merasakan kejenuhan sehingga diakhir pendidikan dan
pelatihan dari pegawai sudah menjadi agenda rutin mengadakan rekreasi dan pada
kesempatan ini ke Ancol Dufan (dunia fantasi) selama satu hari67.
Pada saat diakhir pendidikan PSBK mengadakan rekreasi dengan tujuan agar
mereka sebelum pulang dari pendidikan ini mereka ada refresing dan senang-senang
bersama warga binaan sosial lainnya, seperti yang di katakan dibawah ini :
“Kalau rekreasi 6 bulan sekali tujuannya biar kita bareng-bareng senang-senang. Di
akhir pendidikan disini, untuk menghilangkan kejenuhan sekian lama selama enam
bulan disini dan mereka juga agar biar tahu tempat hiburan untuk refresing, sehingga
kita mengadakan rekreasi68
”.
Ada juga hiburan yang diberikan oleh PSBK sehari-hari, seperti yang
disampaikan oleh salah satu peksos :
“Disini juga ada dinamika kelompok, penampilan hiburan masing-masing mereka punya
kretifitas apa dari bakat-bakat mereka ditampilkan. Dan juga pada saat PP (Pertemuan
Pagi), di akhir PP ada duduk santai kita isi hiburan sambil nyanyi-nyanyi dan mungkin
kalau fasilitas lainnya nonton, olah raga kalau jumat sore mereka main bola69
”.
67
Observasi dan Catatan Lapangan pada saat peneliti melaksankan praktikum II dari bulan Maret s/d Juni
2009
68
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13 Agustus 2009
69
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13
Agustus 2009
Pada Bab IV ini peneliti mencoba menuliskan temuan lapangan yang menarik pada
penelitian di PSBK ini yaitu pada pelayanan kebutuhan pangan di PSBK disini yaitu dengan
memberikan bahan-bahan mentah untuk dapat diolah oleh mereka sendiri para WBS atau
siswa. Pembagian bahan-bahan tersebut setiap lima hari sekali dan mereka menyebutnya
dengan sebutan natura yang terdiri dari beras lima liter perorang, bumbu masak, daging
ayam, mie instan, telur, sayuran, sarden, kecap, saus, susu saset, dan lain-lainnya.
Hal ini menjadi menarik karena berbeda dengan SDC Bambu Apus walaupun
memang wajar karena SDC Bambu Apus panti anak, tetapi terlepas dari itu PSBK
mengajarkan kepada para warga binaan sosialnya agar bisa mengatur kebutuhan pangannya
sendiri sehingga mereka dapat belajar dan setelah keluar dari sini mereka bisa mandiri.
Bila dikaitkan dengan teori pelayanan sosial pada halaman 20, diharapkan dari
pelayanan sosial yang diberian dan funsi PSBK itu sendiri yaitu klien mampu mengatasi
masalahnya sendiri, peneliti melihat PSBK sudah maksimal menerapkannya tinggal
bagaimana siswanya menerima dan menerapkannya setelah keluar dari PSBK ini, karena
masing-masing siswa peneliti liat sangat berbeda-beda dalam hal keseriusan, kesungguhan
dan pemantauan atau bimbingan lanjut yang diadakan oleh PSBK pasca mereka keluar dari
panti ini harus menjadi perhatian besar karena itu merupakan keberhasilan dari sebuah
pelayanan yang diberikan di PSBK ini jika ingin dikatakan sukses, yaitu mengantarkan
mantan-mantan siswanya menjadi manusia mandiri.
Hasil dari diskusi dengan para warga binaan sosial, mereka ada yang memiliki
rencana setelah pendidikan di PSBK ini yaitu ingin membuka usaha sesuai dengan
keterampilan yang mereka miliki namun ada juga mereka yang kebingungan karena dengan
keterbatasan dana, modal yang pas-pasan dan tempat tinggal yang tidak ada. Hal inilah yang
menjadi fokus utama kedepan untuk PSBK mencari solusi yang terbaik70
.
70
Observasi dan Catatan Lapangan pada saat peneliti melaksankan praktikum dari bulan Maret s/d Juni 2009
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dan kemukakan dalam uraian
pada bab hasil penelitian dan analisa, maka peneliti mencoba menyimpulkan bahwa
pelayanan sosial berbasis panti yang ada di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi
terdapat tahapan pelayanan sosial yang di dalamnya terdapat juga jenis-jenis pelayanan.
Peneliti mencoba untuk menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tahapan Pelayanan Sosial
Adapun tahapan pelayanan sosial adalah sebagai berikut :
a. Tahapan Pendekatan Awal adalah serangkaian kegiatan untuk mendapatkan
pengakuan/dukungan/bantuan, dan peran serta dalam pelaksanaan program, termasuk
upaya memperoleh gambaran potensialitas sumber-sumber pelayanan, pasar usaha dan
kerja serta untuk mendapatkan calon klien, pendekatan dimaksud, meliputi kegiatan-
kegiatan orientasi dan konsultasi, identifikasi, motivasi dan seleksi.
b. Tahapan Penerimaan adalah serangkaian kegiatan administratif maupun teknis meliputi
registrasi, dan penempatan dalam program pelayanan yang dilaksanakan pada saat calon
penerima pelayanan hasil seleksi secara syah diterima sebagai klien definitif di panti.
c. Tahapan Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment) ialah upaya untuk
menelusuri, menggali data penerima pelayanan (klien), faktor-faktor penyebab
masalahnya tanggapannya serta kekuatan-kekuatannya dalam upaya membantu dirinya
sendiri.
d. Tahapan Bimbingan Mental, Sosial, Fisik dan Keterampilan adalah serangkaian kegiatan
teknis operasional yang diarahkan untuk pulihnya kembali harga diri, kepercayaan diri,
disiplin, kemampuan integrasi, kesadaran dan tanggung jawab sosial kemampuan
penyesuaian diri dan penguasaan jenis keterampilan kerja sebagai bekal untuk dapat
bermata pencaharian layak dalam tatanan hidup masyarakat.
e. Tahapan Resosialisasi adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang bersifat dua arah
yaitu di satu pihak untuk mempersiapkan klien agar dapat berintegrasi penuh ke dalam
kehidupan dan penghidupan masyarakat secara normatif, dan di satu pihak lagi untuk
mempersiapkan masyarakat khususnya masyarakat daerah asal atau lingkungan
masyarakat di lokasi penempatan kerja/usaha klien agar mereka dapat menerima,
memperlakukan dan mengajak serta untuk berintegrasi dengan kegiatan kemasyarakatan.
f. Tahapan Penyaluran adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mengembalikan
penerima pelayanan kedalam kehidupan dan penghidupan di masyarakat secara normatif
baik dilingkungan keluarga, masyarakat, daerah asal maupun kejalur-jalur lapangan
kerja/usaha mandiri (wirausaha) dengan bertransmigrasi.
g. Tahapan Bimbingan Lanjut adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan
kepada klien dan masyarakat guna lebih memantapkan, meningkatkan dan
mengembangkan kemandirian klien dalam kehidupan serta penghidupan yang layak.
h. Tahapan Evaluasi untuk memastikan apakah proses pelayanan dan rehabilitasi sosial
gelandangan pengemis berlangsung sesuai rencana yang telah ditetapkan.
i. Tahapan Terminasi (Pengakhiran Pelayanan) pengakhiran pelayanan dilaksanakan untuk
memastikan hasil evaluasi umum terhadap klien telah dapat menjalankan fungsi
sosialnya secara wajar dan mampu menjadi warga negara masyarakat yang bertanggung
jawab.
2. Jenis Pelayanan Sosial
Selain tahapan layanan terdapat juga jenis pelayanan sosial di PSBK ini, yang diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Jenis Pelayanan Pengasramaan
Pelayanan pengasramaan di PSBK sudah sangat bagus dan layak huni apa lagi untuk
mereka gelandangan pengemis yang mungkin sehari-hari tinggal di pinggir jalan, kolong
jembatan dan lain sebagainya.
b. Jenis Pelayanan Kebutuhan Pangan
Pelayanan kebutuhan pangan yang diberikan oleh PSBK sesuai dengan 4 sehat 5 sempurna
bisa dikatangan, pemenuhan protein dan gizi yang baik karena dari PSBK juga
menginginkan para siswanya selama mengikuti pendidikan disini sehat.
c. Jenis Pelayanan Konseling
Pelayanan konseling yang dilalukan oleh PSBK sudah sangat baik dalam pemberian
pelayanan tersebut dengan mempersilahkan para siswanya kapanpun bila ingin konseling
atau shering dilayani oleh pembimbingnya.
d. Jenis Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang diberikan PSBK sangat baik dan lengkap karena adanya
poliklinik yang berada di dalam panti sehingga pelayanan kesehatan dapat mudah
didapatkan oleh siswa.
e. Jenis Pelayanan Pendidikan
Pelayanan pendidikan yang diberikan di PSBK ini adalah adanya sebuah TPA untuk anak-
anak wbs yang menerima pelayanan disini.
f. Jenis Pelayanan Keterampilan
Pelayanan keterampilan di PSBK ada berbagai macam keterampilan antara lain Pembuatan
Tahu/Tempe, Olahan Pangan, Pembuatan Batako, Menjahit, Tata Rias Kecantikan, Sablon,
Elektro, Montir Motor, Pertukangan Las, Pertukangan Kayu, Montir Mobl, dan Pertanian.
g. Jenis Pelayanan Bimbingan Mental
Pelayanan bimbingan mental yang diberikan di PSBK ini adalah bimbingan keagamaan
dalam bentuk ceramah agama atau siraman rohani dengan tujuan memberikan
pengetahuan dan arahan untuk menjalani hidup dengan menjadi manusia yang bertakwa
dan beriman.
h. Jenis Pelayanan Rekreasi dan Hiburan
Pelayanan rekreasi dan hiburan yang disediakan disini lumayan lengkap dengan adanya
fasilitas lapangan, televisi, perlengkapan musik, peralatan olah raga dan juga diakhir
pelayanan dan pendidikan siswa diajak untuk rekreasi jalan-jalan ketempat wisata.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam pemberian proses pelayanan di PSBK terdapat faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat dalm penyelenggaraan proses pelayanan tersebut, diantaranya adalah :
a. Faktor Pendukung
1. Faktor bantuan dari dinas-dinas sosial pemerintah di kota maupun kabupaten yang
membantu dan bekerja sama dalam memberikan informasi-informasi tempat-tempat
kantong-kantong kumuh para gelandangan dan pengemis tinggal dan membantu
dalam mensosialisasikan program di PSBK ini.
2. Faktor sarana dan prasarana fasilitas yang ada di PSBK sangat mendukung untuk
proses pelayanan seperti asrama/pondok, perlengkapan tidur, peralatan masak,
perlengkapan mandi, kamar mandi, musolah, lapangan olah raga, ruang keterampilan,
kebutuhan pangan semua di berikan tersedia di PSBK ini sehingga melancarkan
dalam proses pelayanan di PSBK ini walaupun masih harus ada lagi penambahan.
3. Faktor dana yang sangat mendukung karena diberikan langsung sepenuhnya oleh
pemerintah pusat yaitu Depertemen Sosial RI.
4. Faktor sumber daya manuasia dalam hal ini Pekerja Sosial (Peksos) yang
berkompeten dalam bidang kesejahteraan sosial sehingga menjadi faktor pendukung
dalam menjalankan pelayanan sosial yang baik.
5. Faktor penurut dan adanya rasa memiliki keinginan yang kuat dari beberapa wbs
untuk mau merubah dirinya dan bertekad ingin lebih baik lagi di PSBK ini dan itu
menjadi faktor yang utama dalam pemberiyan pelayanan sosial di PSBK ini sehingga
proses pelayanan yang diberikan berjalan dengan baik dan lancar.
b. Faktor Penghambat
1. Faktor wbs yang sering malas-malasan dalam mengikuti pendidikan, kegiatan,
bimbingan, keterampilan dan lain sebaginya yang telah terjadwal di PSBK.
2. Keterbatasan dana dan fasilitas yang ada masih belum begitu lengkap merupakan
salah satu faktor penghambat walaupun sampai saat ini berjalan pelayanan yang
diberikan oleh PSBK dengan baik namun kedepannya untuk menjadi catatan untuk
dapat ditambahkan.
3. Faktor banjir yang sering terjadi di PSBK jika hujan deras turun dan hal ini menjadi
sedikit faktor penghambat dalam proses pelayanan di PSBK ini.
4. Faktor waktu pendidikan yang hanya 6 bulan karena untuk mengubah sikap normatif
gelandangan pengemis tidaklah mudah membutuhkan waktu yang lama sehingga yang
dihasilkan dari proses pelayanan di PSBK ini kurang maksimal dan banyak yang
kembali lagi mengemis dan menggelandang setelah selesai proses pelayanan yang di
berikan oleh PSBK.
B. Saran-saran
Tanpa mengurangi rasa hormat atas kerja keras yang dilakukan panti dan dengan disertai
keterbatasan seorang peneliti sebagai manusia awam yang baru belajar tentang pelayanan
sosial, dibawah ini dicatat beberapa saran dan rekomendasi yang barangkali dan mungkin
mampu memberikan masukan bagi panti untuk memajukan kualitas, kinerja dan efektifitas
proses pelayanan sosial dikemudian hari dan setelah peneliti melakukan penelitian
sebelumnya juga dari bulam Maret 2009 menjalankan praktikum dan sampai saat ini
penelitian skripsi terhitung hingga sampai dengan bulan Agustus 2009, maka peneliti
mempunyai saran diantaranya :
1. Peraturan yang ada agar diperketat dan dipertegas lagi untuk kebaikan proses
pelayanan yang diberikan kepada warga binaan sosial sehingga mereka terbiasa
dapat menjalankan apa yang sudah menjadi aturan secara baik dan disiplin tidak
semaunya dan seenaknya agar kedepannya mereka mengalami perubahan.
2. Memperbaiki kinerja para pegawai PSBK dalam segala hal misalnya kedisiplinan,
etos kerja, sikap, tingkah laku, kepribadian dan lain sebagainya sehingga para
pegawai dapat secara langsung menjadi contoh, panutan dan teladan yang baik
kepada para warga binaan sosialnya.
3. Pelayanan pengasramaan di PSBK sudah sangat bagus dan layak huni apa lagi untuk
mereka gelandangan pengemis namun kekurangannya tidak dilengkapi dengan kipas
angina, ini yang membuat beberapa siswa kegerahan sehingga banyak yang tidur
dilapangan terbuka dan jika ini terjadi terus menerus kebeberapa angkatan berarti
tidak ada bedanya mereka selama dipanti dengan mereka dijalan. Semoga hal ini bisa
diatasi sehingga mereka dapat dengan nyaman tinggal dipondoknya dan mengikuti
pendidikan dan mendapatkan pelayanan panti dengan baik.
4. Pelayanan konseling yang dilalukan oleh PSBK sudah sangat baik dalam pemberian
pelayanan tersebut dengan mempersilahkan para siswanya kapanpun bila ingin
konseling atau shering dilayani oleh pembimbingnya. Semoga kedepannya dapat
ditingkatkan dan disediakan seorang psikolog yang stand by atau minimal setiap hari
ada dan bekerja sama dengan peksos di panti untuk mengatasi dan menangani siswa
yang bermasalah dan perlu penanganan khusus.
5. Pelayanan kebutuhan pangan yang diberikan oleh PSBK harus perlu diperhatikan
lagi pengawasan dan peraturan yang tegas karena banyak juga kebutuhan pangan
yang diberikan oleh PSBK disalah gunakan oleh siswa dengan menjualnya atau
menukarkan dengan tembakau / rokok. Semoga hal ini dapat diatasi walaupun
lumayan sulit untuk merubah watak dicampur dengan kebutuhan mereka juga tapi
setidaknya menjadi catatan untuk kedepannya memberikan sangsi atau peringatan
tegas kepada warga binaan sosial.
6. Pelayanan bimbingan mental / keagamaan menyarankan kedepannya pembinaan dari
segi agama Islam agar dapat ditingkatkan dengan adanya sebuah pemantauan dan
benar-benar menekankan agar para WBS menjalankan ajaran Islam dengan baik,
menjalankan printah Allah SWT dan menjauhi larangannya sehingga para WBS
perlahan-lahan memiliki akhlak yang baik. Dan juga sekali-kali mengadakan training
motivasi seperti ESQ dan muhasabah/renungan demi perubahan mental mereka.
7. Mencari solusi terbaik dari penanganan banjir yang sering terjadi di PSBK saat hujan
deras agar tidak banjir lagi sehingga tidak mengganggu penyelenggaraan proses
pelayanan.
8. Menambah fasilitas atau sarana prasarana seperti perpustakaan untuk warga binaan
sosial tentang buku-buku keagamaan dan umum sehingga mereka dapat menambah
ilmu dan wawasan dengan membaca buku dan fasilitas umum lainnya.
9. Membuat tempat untuk worshop IP (Instalasi Produksi) hasil keterampilan, jadi hasil
keterampilan yang dapat menjadi pemasukan dana agar dapat dikelola, diatur dan
dikoordinir dengan baik karena itu menjadi nilai jual dan nilai tambah buat PSBK.
10. Lebih memperhatikan lagi warga binaan sosialnya dengan sering menemui dan
berkunjung serta berkumpul kepondoknya agar terjalin suasana yang akrab sehingga
ketika mereka ada permasalahan yang mereka alami dengan mudah
menceritakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. (2003). Ilmu Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial: Pengantar
Pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan. Jakarta : Lembaga Penerbit FISIP
UI PRESS, h. 189
Akmal, Muhammad. (2009). Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial, Laporan Akhir
Semester. Jurusan Kesejahteraan Sosial. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ali, dkk,. (1990) Gelandangan di kartasura, dalam Studi Kasus Saptono Iqbali,
gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu Kabupaten Karang Asem.
Brosur PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi. Copy righ 2007
Depertemen Sosial R.I, Buku Saku Pekerja Sosial, (Jakarta: Depsos, 2004) h. 3
Depertemen Sosial R.I (1992) dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di
Kecamatan kubu Kabupaten Karang Asem.
Departemen Sosial RI. Masalah Sosial Di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Sosial Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial. Jakarta 2005
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI (2007). Standar Pelayanan Minimal
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis, hal 1-2
DR. Bustanuddin Agus. Pengembangan Ilmi-Ilmu Sosial. GEMA INSANI PRESS. Jakarta
1999
Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2008). Penanggulangan Kemiskinan
dan Pengurangan Pengangguran. Diambil pada tanggal 21 Oktober 2009 dari
http:/www.indonesiaontime.com
Keputusan Mentri Sosial Republik Indonesia, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial
di Lingkungan Departemen Sosial. Jakrta 2003
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998)
Liflet PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi. Copy righ 2009
Prof. Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : ALFABETA, 2005
Saptono Iqbali, Studi Kasus Gelandangan-Pengemis (Gepeng). di Kecamatan Kubu
Kabupaten Karang Asem.
Suharto, Edi, “Pekerjaan Sosial dan Paradigma Baru Kemiskinan” Tim Penelitian
Kemiskinan Depsos RI, 2006
UIN Jakarta“Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”, Jakarta: CeQDA, 2007