BAB I PENDAHULUAN -...

30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada sebuah ungkapan menarik yang disampaikan oleh Ismet Nasir kaitannya dengan realitas dakwah di Indonesia. Ungkapan tersebut mengkritisi tentang kondisi dan realitas dakwah yang selama ini dilakukan, yaitu bahwa dakwah yang dilakukan masih jauh dari kondisi ideal dan belum bisa menyentuh serta memberikan solusi atas persoalan yang dihadapi oleh umat manusia. Secara lebih lanjut ungkapan tersebut adalah sebagai berikut : Nanti kalau sudah mati ditaro di ruang lahat, ditutup dinding ari, diurug tanah, anak, suami, teman, guru semuanya pulang, tinggal kita sendiri di ruang yang gelap gulita, tidak seorangpun yang menemani, tidak seorangpun yang menolong kita. Lalu dua orang Malaikat datang dan bertanya : “Siapa Tuhanmu, siapa Nabimu, kemana kiblatmu, apa pedomanmu, siapa ikhwanmu?”. Kalau bisa menjawab Malaikat berkata : “Tidurlah kamu sampai hari kiyamat”. Tetapi kalau geleng kepala karena tidak sembahyang, tidak ngaji, tidak pergi ke majelis taklim, akhirnya digenjot sampai luluh kemudian dijadikan lagi, digenjot lagi sampai hancur, dijadikan lagi, demikian seterusnya ……. Peringatan ini meluncur deras dari sebuah pengeras suara di sebuah masjid di tengah komplek perumahan kelas menengah di pinggiran kota Jakarta yang sedang melakukan pengajian akhir tahun. Sangat mudah kita temukan peristiwa serupa di sekitar kita. Pertanyaannya kemudian adalah masih relevankah peringatan-peringatan seperti di atas tadi untuk mengajak orang ke jalan hikmah ?”. 1 1 Ismet Nasir, “Dakwah Untuk Memerdekakan Manusia, Harian Republika Tanggal 10 Februari, hlm. 8.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ada sebuah ungkapan menarik yang disampaikan oleh Ismet Nasir

kaitannya dengan realitas dakwah di Indonesia. Ungkapan tersebut mengkritisi

tentang kondisi dan realitas dakwah yang selama ini dilakukan, yaitu bahwa

dakwah yang dilakukan masih jauh dari kondisi ideal dan belum bisa

menyentuh serta memberikan solusi atas persoalan yang dihadapi oleh umat

manusia. Secara lebih lanjut ungkapan tersebut adalah sebagai berikut :

“Nanti kalau sudah mati ditaro di ruang lahat, ditutup dinding ari, diurug tanah, anak, suami, teman, guru semuanya pulang, tinggal kita sendiri di ruang yang gelap gulita, tidak seorangpun yang menemani, tidak seorangpun yang menolong kita. Lalu dua orang Malaikat datang dan bertanya : “Siapa Tuhanmu, siapa Nabimu, kemana kiblatmu, apa pedomanmu, siapa ikhwanmu?”. Kalau bisa menjawab Malaikat berkata : “Tidurlah kamu sampai hari kiyamat”. Tetapi kalau geleng kepala karena tidak sembahyang, tidak ngaji, tidak pergi ke majelis taklim, akhirnya digenjot sampai luluh kemudian dijadikan lagi, digenjot lagi sampai hancur, dijadikan lagi, demikian seterusnya ……. Peringatan ini meluncur deras dari sebuah pengeras suara di sebuah masjid di tengah komplek perumahan kelas menengah di pinggiran kota Jakarta yang sedang melakukan pengajian akhir tahun. Sangat mudah kita temukan peristiwa serupa di sekitar kita. Pertanyaannya kemudian adalah masih relevankah peringatan-peringatan seperti di atas tadi untuk mengajak orang ke jalan hikmah ?”.1

1 Ismet Nasir, “Dakwah Untuk Memerdekakan Manusia, Harian Republika Tanggal 10

Februari, hlm. 8.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

2

Kutipan di atas merupakan refleksi kegelisahan seorang Ismet Nasir

tentang keberadaan dakwah selama ini yang menurutnya perlu ditelaah ulang.

Proses mempertanyakan ulang ini yang perlu dicermati, karena dengan

mempertanyakan ulang suatu obyek, maka akan terjadi pemahaman dan

inovasi-inovasi baru dalam berdakwah. Kalau demikian adanya, maka

perubahan-perubahan dalam berdakwah yang dilakukan melalui pengembangan

terhadap konsep dan aplikasi dakwah mutlak diperlukan, yang berakibat kajian

tentang dakwah akan selalu aktual dan berkembang.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimanakah konsep dan

realitas dakwah di Indonesia? Hal ini menjadi penting untuk dicermati bersama

karena mau tidak mau proses dakwah yang dilakukan akan senantiasa

bersinggungan dengan realitas sosial dan juga problem-problem yang dihadapi

oleh masyarakat. Dengan pertimbangan ini, da'i dalam konteksnya sebagai

pelaksana dakwah dituntut mampu menentukan dan menggarap konsep,

metode, materi, media dan model pengelolaan (manajemen) dakwah yang

sesuai dengan kebutuhan dan realitas obyek. Selain itu da’i dapat menjadi

fungsi sebagai media penyelaras, yakni dapat memenuhi dan memberikan solusi

(problem solving) atas problem yang dihadapi umat.

Dakwah dapat dipahami sebagai sebuah upaya transformasi2 nilai-nilai

Islam yang bertumpu pada proses amar ma’ruf dan nahi munkar3. Transformasi

2 Transformasi dalam pengertian ini merupakan usaha pengubahan atau penyesuaian bentuk

(aktifitas dakwah) sesuai dengan situasi dan kondisi obyek (masyarakat), baik yang berkaitan dengan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

3

dalam pengertian di sini membawa pada dimensi konsep ajaran Islam dalam

kerangka aksiologi (kegunaan) praktis, dikarenakan hakekat dakwah bukan

hanya pemahaman nilai, keyakinan dan doktrin, melainkan juga merupakan

usaha untuk mengubah kondisi umat manusia dari munkar ke ma’ruf. 4 Amar

ma’ruf dan nahi munkar di sini merupakan sasaran utama gerakan dakwah yang

mencakup persoalan yang luas dan kompleks. Persoalan tersebut mencakup

segala bidang atau dimensi kehidupan manusia, baik sosial, politik, ekonomi,

maupun budaya yang berkembang dan sejalan dengan sejarah dan dinamika

umat manusia.

Sebagai proses transformasi, eksistensi dakwah Islam senantiasa

bersentuhan dan bergelut dengan realitas yang mengitarinya. Dalam perspektif

historis, pergumulan dakwah Islam dengan realitas sosio-kultural akan

menjumpai dua kemungkinan. Pertama, dakwah Islam mampu memberikan

hasil atau pengaruh terhadap manusia dan lingkungannya dengan memberi

materi, metode, media, dan lain sebagainya. Bandingkan dengan Posman Simanjutak, Berkenalan Dengan Antropologi, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2000), hlm. 125.

3 Amar ma’ruf dan nahi munkar dalam pengertian ini dimaksudkan sebagai usaha realisasi dakwah yang bertumpu pada power atau kekuasaan, yang dalam hal ini dilakukan oleh negara (pemerintah), yakni dengan menetapkan dan memberlakukan peraturan dan undang-undang. Amar ma’ruf dan nahi munkar di sini diwujudkan dalam bentuk pembuatan dan pemberlakuan aturan atau hukum Islam yang diperundang-undangkan secara resmi dan menjadi pedoman hidup dalam sebuah negara (baca : Negara Islam). Pengertian ini mempunyai relevansi dengan sabda Nabi Muhammad yang artinya : “Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka kendaklah ia merubah dengan tangannya (power atau kekuasaan), jika tidak mampu maka dengan lisannya (tabligh), dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itulah selemah-lemahnya iman. Dengan demikian, kalau amar ma’ruf dan nahi munkar di atas ingin direalisasikan, maka dasar-dasar negara Islam mutlak harus ditegakkan. Lebih lanjut lihat Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam : Tehnik Dakwah dan Leadership, (Bandung : C. V. Diponegoro, 1992), hlm. 21.

4 Mahmuddin, Manajemen Dakwah Rasulullah : Suatu Telaah Historis, (Jakarta : Penerbit Restu Ilahi, 2004), hlm. 6-7.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

4

dasar filosofis, arah, dorongan dan pedoman kepada perubahan masyarakat

sampai terbentuknya realitas baru. Kedua, dakwah Islam dipengaruhi oleh

perubahan masyarakat dalam hal eksistensi, corak dan arahnya. Hal ini berarti

bahwa aktualisasi dakwah islamiyah dipengaruhi oleh sistem sosio-kultural

yang berlaku di masyarakat.5 Kemungkinan yang kedua ini mengakibatkan

sistem dakwah menjadi dinamis dan selalu berkembang, sehingga kondisi ini

menuntut para pelaksana dakwah untuk mampu merumuskan konsep dan

pengemasan dakwah yang dilakukan sesuai dengan kondisi dan realitas umat.

Justru dalam konteks yang kedua ini, maka pemunculan organisasi

dakwah menjadi sangat penting dalam rangka merumuskan bentuk pengelolaan

(manajemen) dakwah. Ada dua hal yang harus diperhatikan agar strategi

dakwah tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pertama, meningkatnya

kegiatan keislaman masyarakat, baik perkotaan maupun pedesaan. Hal ini

menyebabkan kegiatan dakwah menjadi kunci dalam proses internalisasi6 dan

sosialisasi7 agama Islam. Kedua, dakwah diidealisasikan dan dianggap mampu

menyelesaikan problematika yang dihadapi umat Islam. Implikasinya adalah

5 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta : PLP2M, 1983), hlm.

2. 6 Internalisasi di sini adalah melakukan proses internalisasi nilai-nilai Islam ke dalam materi-

materi tersebut, sehingga sesuai dengan aqidah, pemikiran, pendapat dan hukum Islam. Lebih lanjut lihat dalam M. Karebet Widjayakusuma dan M. Ismail Yusanto, Pengantar Manajemen Syari’at, (Jakarta : Khairul Bayan, 2002), hlm. 4.

7 Sosialisasi merupakan pembelajaran pola-pola tindakan dalam berinteraksi dengan berbagai macam individu dalam berbagai peranan sosial. Sosialisasi ini menjadi bagian dari pewarisan budaya di samping enkulturasi, di mana seseorang melakukan proses peniruan secara terus menerus akan sesuatu, sehingga menjadi pola yang mantab, dan norma yang mengatur tindakannya dibudayakan. Misalnya adanya jam berpengaruh terhadap penghargaan waktu, kemudian disiplin waktu dibiasakan untuk orang lain, inilah yang dimaksud dengan sosialisasi. Bandingkan dengan Posman Simanjutak, Berkenalan Dengan Antropologi, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2000), hlm. 125.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

5

umat Islam harus diarahkan menjadi “manusia dakwah” yang mampu

digerakkan oleh kepentingan dakwah. 8

Usaha-usaha dakwah Islam dalam pelaksanaannya dapat dilakukan

secara individual (perseorangan) maupun secara kolektif dalam sebuah wadah

organisasi-organisasi dakwah. Melalui organisasi dakwah, pelaksanaan dakwah

yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam satu kesatuan di bawah satu

komando pimpinan akan dapat terlaksana dengan baik. Di samping itu,

pembagian dan pelaksanaan tugas dapat lebih terarah dan tertib, jelas

motivasinya, jelas arah dan target serta jelas tahap-tahap kegiatannya.9

Kenyataan yang ada di Indonesia, sebagian besar masyarakat muslim

sudah lama berada dalam kotak-kotak organisasi, baik sebagai anggota maupun

sebagai partisipan yang condong mengikuti paham keagamaan dalam

organisasi-organisasi Islam tertentu. Di Indonesia, terdapat banyak organisasi-

organisasi Islam yang berkembang, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama’

(NU), Persatuan Islam (Persis), Al Irsyad, Al Hidayah, dan Majelis Dakwah

Islamiyah (MDI).

Secara garis besar dilihat dari segi paham keagamaan, organisasi-

organisasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, kelompok yang

8 Yoyon Mujiono, Strategi Komunikasi Sebagai Penunjang Dakwah, (Jurnal Ilmu Dakwah

Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, Vol. 4, No. 1, April 2001), hlm. 10. 9 Tutty Alawiyah AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, (Bandung : Mizan,

1997), hlm. 63.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

6

menyatakan bermadzhab dalam empat madzhab.10 Kelompok ini menggunakan

pendapat dan pemikiran pemikir Islam sebagai sumber rujukan dan sumber

hukum dalam Islam sebelum merujuk pada al-Qur’an dan al-Hadits. Kedua,

kelompok yang menyatakan kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, yakni

kelompok yang berusaha mengembalikan ajaran Islam kepada sumber aslinya

(al-Qur’an dan as-Sunnah), serta membersihkan ajaran Islam dari pengaruh adat

dan tradisi yang bertentangan dengan Islam. Dari masing-masing organisasi

keagamaan tersebut, yang termasuk dalam kelompok pertama yang mempunyai

anggota yang besar ialah Nahdlatul Ulama’ (berdiri tahun 1926) dan organisasi

keagamaan yang masuk pada kelompok kedua adalah Muhammadiyah (berdiri

tahun 1912).11

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah proses pelaksanaan

dakwah yang dilaksanakan oleh organisasi-organisasi keagamaan tersebut,

khususnya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama’ sudah sesuai dengan koridor

yang ada dan dapat mengatasi problem dan permasalahan umat?

Hal ini layak untuk dikaji karena mayoritas masyakat Indonesia

menyangsikan kemampuan organisasi-organisasi tersebut mampu dalam

menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. Persoalan-persoalan yang

10 Madzhab empat terdiri dari Abu Hanifah An-Nu’man (Hanafi), Imam Maliki Bin Anas

(Maliki), Imam Muhammad Bin Idris Asy-Syafi’i (Syafi’i) dan Imam Ahmad Bin Hambal (Hambali). Di Indonesia sendiri lebih banyak menganut Imam Syafi’i. Lihat AD/ART NU Bab. II Pasal 3 dalam Hasil Keputusan NU Ke-19, (Kudus : Menara Kudus, 1987), hlm. 18.

11 Sjamsudduha, Konflik dan Rekonsiliasi NU-Muhammadiyah, (Surabaya : Bina Ilmu, 1999), hlm. 12-13. Hanya saja penulis kurang mengetahui seluk beluk NU.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

7

dimaksud di sini baik yang berkaitan dengan masalah ekonomi, sosial, politik,

hukum, kebudayaan, dan lain sebagainya.

Di samping itu, di kalangan masyarakat Indonesia sendiri timbul sebuah

asumsi dan frame yang salah terhadap kedua organisasi tersebut, baik yang

berkaitan dengan proses dakwah yang dilakukan, model dakwah dan proses

manajemennya, sekaligus corak dan ciri khas yang melekat pada kedua

organisasi tersebut. Sebagai contoh adalah klaim yang mengatakan bahwa

Muhammadiyah dalam dakwahnya adalah secara struktural dan Nahdlatul

Ulama’ melaksanakan dakwah secara kultural,12 padahal dalam munas

Muhammadiyah di Yogyakarta menegaskan bahwa dakwah Muhammadiyah

adalah dakwah kultural.13

Nahdlatul Ulama’ dalam konteksnya sebagai organisasi Islam memiliki

organisasi dalam bidang dakwah, yakni Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’.

Begitu pula dengan Muhammadiyah yang juga memiliki lembaga dakwah,

yakni Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah.

Dalam realitasnya, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ dan Majelis

Tabligh sama-sama merupakan lembaga dakwah organisasi NU dan

12 NU dan Muhammadiyah sama-sama berada pada basis dakwah kultural pasca reformasi.

Realitas ini disebabkan karena Muhammadiyah mulai melirik obyek dakwah basis pedesaan dengan tanpa mempersoalkan kultur dan budaya yang berkembang di masyarakat.

13 Dakwah kultural merupakan upaya penanaman nilai-nilai Islam dalam seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan seluruh dimensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas, dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Lebih lanjut lihat, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dakwah Kultural Muhammadiyah, (Jakarta : Suara Muhammadiyah, 2004), hlm. 26.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

8

Muhammadiyah yang khusus bergerak dalam bidang dakwah islamiyah. Secara

struktural Pengurus Wilayah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ (PW-LDNU)

berada di bawah naungan dan masuk dalam struktural Pengurus Nahdlatul

Ulama’ (PWNU) Jawa Tengah. Begitu juga dengan Majelis Tabligh yang

bernaung dan masuk dalam struktur kepengurusan Pengurus Wilayah

Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah.

Dalam penelitian ini, penulis membatasi hanya pada dua organisasi

keagamaan yang menjadi obyek penelitian, yakni Nahdlatul Ulama’ dan

Muhammadiyah yang mencakup proses manajemen yang diterapkan dalam

kedua lembaga tersebut.

Pada dasarnya prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan dalam

beberapa organisasi yang ada secara umum meliputi : 14

1. Pembagian Kerja.

2. Disiplin.

3. Kesatuan Perintah (unity of command).

4. Kesatuan Arah.

5. Kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

6. Rantai berjenjang dan rentang kendali.

Prinsip-prinsip manajemen tersebut kemudian diaplikasikan dalam

organisasi dakwah yang dikembangkan, yang kemudian dikemas dengan fungsi-

14 Azhar Arsyad, Pokok-Pokok Manajemen, Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan

Eksekutif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 22.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

9

fungsi manajemen yang meliputi planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controlling (pengendalian).

Dalam konteks ini, Nahdlatul Ulama’ (LDNU) dan Muhammadiyah

(Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah) secara umum

menggunakan manajemen organisasi tersebut, tetapi karena diaplikasikan dalam

proses dakwah maka di antara keduanya juga terdapat perbedaan-perbedaan

yang khas. Perbedaan-perbedaan tersebut menyangkut materi, metode, media

dan mad’u yang menjadi sasaran.

Dengan demikian proses penyelenggaraan dakwah tidak bisa

dilaksanakan secara sambil lalu saja, melainkan dipersiapkan dan direncanakan

secara matang dengan memperhitungkan segenap segi dan faktor yang

mempunyai pengaruh terhadap penyelenggaraan dakwah. Adapun rangkaian

tindakan yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan dakwah tersebut

terdiri dari 4 fase, yakni pertama, perencanaan (planning). Perencanaan dakwah

di sini diartikan sebagai sebuah aktifitas melihat ke depan, menetapkan dan

merumuskan kebijaksanaan dan tindakan-tindakan dakwah yang akan

dilaksanakan pada waktu-waktu yang akan datang dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Kedua, pengorganisasian (organizing), berarti mengelompokkan

tindakan-tindakan dakwah dalam kesatuan-kesatuan tertentu, menempatkan

para pelaku atau pelaksana yang kompeten pada kesatuan-kesatuan tersebut

serta memberikan wewenang dan jalinan hubungan di antara mereka.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

10

Ketiga, penggerakan (actuating). Penggerakan dakwah berarti

memberikan dorongan kepada para pelaksana agar segera melaksanakan

aktifitas dakwah sesuai dengan rencana, sehingga tujuan yang telah ditetapkan

dapat tercapai.

Keempat pengendalian (controlling), berarti aktifitas mengusahakan

agar tindakan yang dilakukan dan hasilnya senantiasa sesuai dengan rencana,

instruksi, petunjuk, pedoman, dan ketentuan-ketentuan lain yang telah diberikan

sebelumnya.15

Penulis tidak menafikan bahwa kedua organisasi keagamaan tersebut

sebenarnya sudah banyak diteliti dan dikaji, baik oleh ilmuwan dari dalam

maupun dari luar negeri. Penelitian ini bukan semata-mata merupakan

penelitian dan pengkajian yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan dan

makna kedua organisasi tersebut, melainkan untuk memperoleh data empirik

tentang manajemen dakwah, sisi persamaan dan perbedaan serta kelemahan dan

kelebihan pada manajemen dakwah kedua organisasi tersebut dengan cara

memperhatikan dengan seksama konsep, metode dan strategi serta unsur-unsur

dakwah yang terdapat pada kedua organisasi tersebut.

Sisi lain yang penulis jadikan variabel pada penelitian ini adalah

mengenai pemikiran dan pemahaman terhadap sumber ajaran agama antara

Nahdlatul Ulama’ dan Muhammadiyah. Pemahaman terhadap sumber ajaran

15 Mochtar Effendy, Manajemen : Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta :

Bhratara Karya Aksara, 1986), hlm. 74.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

11

agama ini merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya perbedaan

manajemen dakwah serta unsur-unsur dakwah, seperti materi, metode, media

dan mad’u dakwah pada kedua organisasi tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka kemudian

muncul permasalahan tentang bagaimana Manajemen Dakwah Majelis Tabligh

Muhammadiyah dan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah ?.

Dalam perkembangannya permasalahan di atas dibagi menjadi tiga sub

bab permasalahan yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Ketiga sub

bab tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Manajemen Dakwah Majelis Tabligh Muhammadiyah PWM

Jawa Tengah ?

2. Bagaimana Manajemen Dakwah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’

(LDNU) Jawa Tengah ?

3. Apa perbedaan dan persamaan serta kelemahan dan kelebihan Manajemen

Dakwah Majelis Tabligh Muhammadiyah dan Lembaga Dakwah Nahdlatul

Ulama’ Jawa Tengah ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Manajemen Dakwah Majelis Tabligh Muhammadiyah

PWM Jawa Tengah.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

12

2. Untuk mengetahui Manajemen Dakwah Lembaga Dakwah Nahdlatul

Ulama’ Jawa Tengah.

3. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan Manajemen Dakwah Majelis

Tabligh Muhammadiyah dan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa

Tengah serta kekuatan dan kelemahan manajemen dakwah kedua lembaga

tersebut.

D. Signifikansi Penelitian

Secara umum signifikansi dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yakni

secara teoritis dan secara praktis. Secara teoritis penelitian ini diarahkan untuk :

pertama, memberikan rujukan pelaksanaan dakwah yang dikelola (dimanage)

secara modern, dalam hal ini adalah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ dan

Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PWM Jawa Tengah. Kedua, memberikan

pola acuan integrasi-teoritis manajemen dakwah dengan problematika dakwah

pada organisasi Islam. Ketiga, mencari titik singgung manajemen dakwah

organisasi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.

Sedangkan secara praktis penelitian ini diarahkan untuk, pertama,

memberikan sumbangan pemikiran bagi NU dan Muhammadiyah dalam

pengelolaan pelaksanaan dakwahnya. Kedua, memberikan tambahan referensi

kepustakaan manajemen dakwah.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan informasi dasar rujukan yang penulis

gunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan survei yang penulis lakukan di

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

13

Perpustakaan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, ada beberapa

penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini, yakni “Studi

Komparasi Terhadap Manajemen Dakwah Majelis Tabligh Muhammadiyah dan

Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah Tahun 2005”. Penelitian-

penelitian tersebut adalah pertama, skripsi Tuti Alawiyah yang berjudul “Sistem

Manajemen Dakwah Muhammadiyah dan Sistem Manajemen Dakwah

Nahdlatul Ulama’ di Kotamadia Tegal Tahun 1990-1995”. Dalam penelitian ini

dibahas tentang pola pengelolaan dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah

dan Nahdlatul Ulama’ di Kotamadia Tegal. Hasil penelitian ini menyebutkan

bahwa terdapat persamaan dan perbedaan konsep manajemen dan model

pengelolaan dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah dan Nahdlatul

Ulama’. Titik persamaannya terletak pada konsep manajemen yang meliputi

planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(penggerakan), dan controlling (pengendalian). Sedangkan perbedaannya

terletak pada ideologi dan pola dakwah yang dikembangkan, serta aplikasi dan

realisasi konsep manajemen, di mana Muhammadiyah secara organisatoris lebih

menerapkan konsep manajemen pada organisasinya.16 Titik beda dengan

penelitian ini terletak pada penjabaran konsep manajemen dan pengelolaan

dakwah yang dilakukan oleh kedua organisasi, yakni Muhammadiyah dan

Nahdlatul Ulama’, di mana konsep manajemen dan pola dakwah yang

16 Tuti Alawiyah, “Sistem Manajemen Dakwah Muhammadiyah dan Sistem Manajemen

Dakwah Nahdlatul Ulama’ di Kotamadia Tegal Tahun 1990-1995” (Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 1994), Tidak Dipublikasikan, hlm. 71-72.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

14

dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing

wilayah. Di samping itu, faktor Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

yang mendukung dalam kedua organisasi tersebut juga memberikan corak

tersendiri dalam pola dakwah dan pengelolaannya.

Kedua, skripsi Rif’an yang berjudul “Kebijakan Dakwah Islam

Organisasi Nahdlatul Ulama’ dan Muhammadiyah Terhadap Generasi Muda di

Kotamadia Semarang Tahun 1990-1995”. Penelitian ini membahas tentang

kebijakan-kebijakan dakwah yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama’ dan

Muhammadiyah terhadap generasi muda yang menekankan pada metode, media

dan materi yang diterapkan. Kebijakan kedua organisasi tersebut hampir sama,

hanya saja Muhammadiyah mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan

Nahdlatul Ulama’, yakni pada sisi keterbukaan manajemen yang diterapkan

secara kompak dan tertib.17 Titik beda dengan penelitian ini adalah pada

penggarapan materi dan obyek kajian sekaligus pola pengelolaan dakwah yang

telah ditetapkan.

Ketiga, skripsi Muasro yang berjudul “Perbandingan Dakwah Islam

Antara Nahdlatul Ulama’ dan Muhammadiyah (Studi Kasus Di Wilayah

Kecamatan Wedung Kabupaten Demak)”. Penelitian ini membahas tentang pola

dakwah Islam antara Nahdlatul Ulama’ dan Muhammadiyah. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan dalam pola dakwah

17 Rif’an, “Kebijakan Dakwah Islam Organisasi Nahdlatul Ulama’ dan Muhammadiyah

Terhadap Generasi Muda di Kotamadia Semarang Tahun 1990-1995”, (Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 1995), Tidak Dipublikasikan, hlm. 69.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

15

kedua organisasi tersebut. Persamaannya terletak pada penggunaan sumber

hukum Islam yang meliputi al-Qur’an dan as-Sunnah, hanya saja Nahdlatul

Ulama’ menambahkan sumber hukum tersebut pada ijma’ dan qiyas, sedangkan

Muhammadiyah lebih mengembangkan dan mengarah pada hasil-hasil

pemikiran pemikir Islam dan ijtihad. Sedangkan perbedaannya meliputi materi,

metode dan media dakwah yang digunakan. Dalam konteks ini Nahdlatul

Ulama’ lebih berusaha melaksanakan dakwah pada bagaimana meluruskan

keberagamaan masyarakat setempat sesuai ajaran dan nilai-nilai Islam,

sedangkan Muhammadiyah lebih menekankan pada bagaimana memberantas

tradisi keagamaan yang tidak sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.18 Titik

beda dengan penelitian ini adalah pada penggarapan konsep dan aplikasi

manajemen dakwah yang diterapkan, serta Sumber Daya Alam dan Sumber

Daya Manusia yang menjadi pendukung gerakan dakwah yang dilakukan oleh

kedua organisasi tersebut.

Dari penelitian-penelitian di atas dapat dipahami bahwa skripsi ini

memiliki corak yang berbeda, sehingga memiliki nilai orisinalitas yang masih

murni dan layak untuk mendapat perhatian lebih dan tindak lanjut yang jelas.

Perbedaan tersebut terletak pada obyek yang dikaji dalam penelitian ini, yakni

pada aspek manajemen dari Majelis Tabligh Muhammadiyah dan Lembaga

Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah.

18 Muasro, “Perbandingan Dakwah Islam Antara Nahdlatul Ulama’ dan Muhammadiyah

(Studi Kasus di Wilayah Kecamatan Wedung Kabupaten Demak)”, (Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo), Tidak Dipublikasikan, hlm. 65-66.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

16

F. Kerangka Teori

Dakwah merupakan suatu kajian sosial-religius yang selalu aktual,

disebabkan karena upaya dakwah adalah upaya untuk membentuk dan

membimbing umat secara menyeluruh dan terpadu dalam menempuh proses

kehidupan dan mengekspresikan sikap keberagamaannya secara jelas dan

mengerti. Oleh sebab itu kajian tentang dakwah diperlukan kompleksitas

pemahaman yang melibatkan berbagai macam disiplin ilmu baik antropologi,

sosiologi, filsafat, politik dan ilmu-ilmu lain yang melingkupi dan bermanfaat

bagi kehidupan masyarakat dan tatanan kehidupan di dalamnya.

Kerja dakwah adalah kerja mengalami kehidupan umat manusia dengan

nilai-nilai iman, Islam dan taqwa demi kebahagiaan di dunia dan akherat. Kerja

ini adalah kerja yang tidak pernah rampung, selama denyut nadi kehidupan

duniawi manusia masih dibiarkan berlangsung, selama itu pula umat Islam

berkewajiban menyampaikan risalah kenabian dalam kondisi dan situasi yang

bagaimanapun coraknya.19

Menurut Hamzah Ya’kub, dakwah adalah mengajak umat manusia

dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-rasul-

Nya20. Kata hikmah kebijaksanaan di sini mengandung pengertian bahwa

dakwah yang dilakukan harus diarahkan untuk pertama, membawa manusia ke

19 QS. Fushilat : 33 menyatakan, yang artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataanya dari

pada orang yang menyeru kepada Allah?” Mengerjakan amal shaleh dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri”. Lebih lanjut lihat Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1982), hlm. 778.

20 Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam (Bandung : Diponegoro, 1981), hlm. 23.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

17

jalan dakwah. Kedua, dakwah yang dilakukan tidak hanya merupakan

penyampaian ajaran dan isi ajaran Islam yang secara umum termuat dalam al-

Qur’an dan al-Hadits, melainkan dakwah mampu menjadi problem solving atas

persoalan yang dihadapi oleh umat manusia. Ketiga, dakwah harus dikelola

(dimanage) agar sesuai dengan target dan sasaran serta dapat memenuhi

kebutuhan umat manusia. Dakwah juga merupakan usaha untuk mengajak,

menyeru dan mempengaruhi manusia agar selalu berpegang teguh pada ajaran

Allah guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Usaha untuk

mengajak dan mempengaruhi manusia agar pindah dari satu situasi ke situasi

yang lain, yaitu dari situasi yang jauh dari ajaran Allah menuju situasi yang

sesuai dengan petunjuk dan ajaran Allah adalah kewajiban bagi kaum muslimin

dan muslimat.21

Dari beberapa definisi tentang dakwah di atas dapat ditarik sebuah

pengertian bahwa dakwah merupakan usaha untuk mengajak dan menyeru umat

manusia dengan hikmah dan kebijaksanaan untuk menuju situasi yang lebih

baik dan selalu berpegang teguh pada ajaran Allah guna memperoleh

kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

Agar usaha dakwah yang dilakukan dapat berjalan secara efektif dan

efisien, maka diperlukan sebuah proses manajemen yang tepat dan profesional.

Manajemen sebagaimana didefinisikan oleh Stonner (1986), adalah sebagai

21 M. Aminuddin Sanwar, Pengantar Studi Ilmu Dakwah, (Semarang : Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo, 1985), hlm. 34.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

18

proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha

dari anggota organisasi dan dari sumber-sumber organisasi lainnya untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.22

Massie (1987) mendefinisikan manajemen sebagai “Suatu proses di

mana suatu kelompok secara kerjasama mengarahkan tindakah atau kerjanya

untuk mencapai tujuan bersama. Proses tersebut mencakup tehnik-tehnik yang

digunakan oleh para manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan atau aktifitas-

aktifitas orang lain menuju tercapainya tujuan bersama; para manajer sendiri

jarang melakukan aktifitas-aktifitas dimaksud”.23 Sedangkan pengertian

manajemen menurut Robert Kreitener adalah proses bekerja dengan dan melalui

orang-orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang

berubah. Proses ini berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien

terhadap sumber daya yang terbatas.24

Dari sini dapat penulis simpulkan bahwa pengertian manajemen

merupakan usaha untuk menggerakkan organisasi melalui kerja sama dengan

orang lain yang bertujuan untuk mencapai target dan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan fungsi-sungsi manajemen yang

meliputi planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(penggerakan), dan controlling (pengendalian).

22 M. Karebet Widjaya Kusuma, et. al, op.cit, hlm. 13-14. 23 Azhar Arsyad, op.cit, hlm. 2. 24 Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta : Al Amin Press, 1996),

hlm. 36.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

19

Dari definisi tentang dakwah dan manajemen seperti yang telah

disebutkan di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa manajemen dakwah

adalah proses pengelolaan kegiatan dakwah melalui optimalisasi dan

maksimalisasi organisasi dakwah yang melliputi perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) dan pengawasan serta

evaluasi (controlling) untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan

sejak awal. Manajemen dakwah di sini meliputi proses dakwah yang dilakukan,

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan organisasi dakwah, sumber daya

manusia, sarana dan prasarana yang ada serta problem-problem manajemen

yang timbul dalam organisasi dakwah.

Pengaturan dakwah secara manajerial ini tidak harus dipertentangkan

dengan dakwah yang berorientasi pada keikhlasan. Ibadah dalam arti luas dapat

dilakukan melalui berbagai macam profesi, seperti dokter, apoteker, insinyur,

guru, pedagang, petani dan sebagainya, sejauh kegiatan profesi itu didasari dan

diikat oleh niat untuk mengabdi kepada Tuhan dan berbakti kepada umat

manusia. Bahkan lebih dari itu, agama memerintahkan agar setiap perilaku dan

tindakan yang dilakukan oleh manusia selain bermanfaat bagi sesamanya juga

harus selalu dilakukan secara tertib dan teratur. Sehingga dengan demikian

ibadah sebagai kunci manajemen yang mengilhami berbagai profesi.25

Sebagaimana konsepsi manajemen yang selalu dikaitkan dengan usaha

bersama sekelompok manusia dengan menggunakan unsur-unsur yang

25 Ibid, hlm. 38.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

20

diperlukan, maka dakwah juga merupakan usaha bersama sekelompok manusia

yang memerlukan unsur-unsur sebagaimana diperlukan oleh manajemen pada

umumnya. Adapun unsur-unsur manajemen yang dimaksud adalah : man

(manusia), money (dana), material (materi), machine (mesin), methode

(metode), dan market (pasar) yang selanjutnya dirumuskan menjadi 6 M.26

Sedangkan unsur-unsur dakwah terdiri atas da’i (subyek dakwah), materi,

metode, media, dan mad’u (obyek dakwah).

Adapun tujuan manajemen dakwah adalah optimalisasi pencapaian

sasaran dakwah yang dirumuskan secara pasti dan menjadi arah dari segenap

tindakan yang dilakukan oleh pelaku atau pimpinan dakwah. Tujuan manajemen

tersebut diwujudkan dalam bentuk target atau sasaran kongkret yang diharapkan

dan diperjuangkan untuk dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan

tindakan kolektif dalam bentuk kerjasama, sehingga masing-masing anggota

organisasi itu memberi andil dan sumbangan menurut fungsi dan tugas masing-

masing.27

Organisasi dakwah yang diatur menurut prinsip-prinsip manajemen

merupakan usaha kolektif yang masing-masing bagian saling bekerja sama

menurut fungsi dan tugas yang telah ditentukan guna mencapai sasaran yang

telah ditetapkan. Kompleksitas tindakan kolektif tindakan dakwah ini

memerlukan sistem manajemen. Sedangkan tujuan manajemen dakwah dengan

26 M. Karebet Widjaya Kusuma dan M. Ismail Yusanto, op.cit, hlm. 16-17. 27 Ibid, hlm. 41-42.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

21

target kongkret yang ingin dicapai itu menentukan arah dari proses manajemen

dan sekaligus juga dapat digunakan sebagai alat ukur keberhasilan proses

manajemen tersebut.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Sesuai rumusan masalah yang ada dengan pertimbangan bahwa dalam

penelitian ini mengejar yang terukur, menggunakan logika matematik dan

membuat generalisasi atas neraca mengakomodasi deskripsi verbal

menggantikan angka, atau menggabungkan olahan statistik dengan olahan

verbal dengan pola pikir tetap kuantitatif, maka jenis penelitian ini adalah

penelitian kualitatif28. Dalam konteks penelitian ini, peneliti dalam

memperoleh data tidak diwujudkan dalam bentuk angka, namun data itu

diperoleh dalam bentuk penjelasan dan berbagai uraian yang berbentuk lisan

maupun tulisan. Penelitian kualitatif secara garis besar dikelompokkan

menjadi 3 yaitu : penelitian kualitatif naturalistik, penelitian kualitatif teks

dan penelitian kualitatif historis29. Dari ketiga model di atas penelitian ini

sesuai dengan judulnya masuk pada model pertama, yaitu penelitian

kualitatif naturalistik.

28 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996), hlm.

9. 29 Muchlis Yahya, dkk, Buku Panduan Penulisan Skripsi Fakultas Dakwah IAIN Walisongo,

(Semarang : Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 2003), hlm.33-38.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

22

2. Kerangka Konseptual

Studi Komparasi Terhadap Manajemen Dakwah Majelis Tabligh

Muhammadiyah dan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah

memuat empat kata kunci dasar. Empat kata kunci dasar tersebut adalah,

Studi Komparasi, Manajemen Dakwah, Majelis Tabligh Muhammadiyah

dan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’.

Studi komparasi secara konseptual diartikan sebagai model dalam

penelitian yang membandingkan dua atau lebih obyek. Menurut Sudarto,

proses perbandingan ini dikarenakan beberapa hal, yaitu mungkin konsep

keduanya dekat, mungkin perbandingan dilakukan mengenai suatu masalah

atau yang dibandingkan merupakan pertentangan, mungkin sangat serupa

mungkin juga dalam perspektif yang merupakan pertentangan untuk

mencari jalan keluar, sedang yang serupa mencari pemikiran yang lebih

mantap dan definitif30. Secara operasional studi komparasi diartikan sebagai

proses perbandingan antara Manajemen Dakwah Majelis Tabligh

Muhammadiyah dan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah.

Dakwah Islam secara konseptual menurut Ali Mahfudz adalah

mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk,

menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek

30 Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 117.

Bandingkan dengan Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair, Metode Penelitian Filsafat, (Yogyakarta : Kanisius, 1992), hlm. 50.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

23

agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat31. Pendapat ini

selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa amar ma’ruf nahi mungkar32

adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat

Islam33. Secara operasional dakwah Islam diartikan sebagai penyebarluasan

nilai-nilai keislaman kepada masyarakat. Sedangkan Manajemen dakwah

adalah kajian dakwah tentang problem efektifitas dan efisiensi dakwah

dengan pemanfaatan input dakwah untuk mencapai tujuan dakwah yang

dilaksanakan melalui beberapa tahap, yakni planning (perencanaan),

organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan) dan controlling

(pengawasan).

Majelis Tabligh Muhammadiyah merupakan lembaga dakwah yang

mempunyai peran dan fungsi sebagai lembaga pengelola dakwah

Muhammadiyah. Sedangkan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ (LDNU)

31 Lihat dalam, Abdul Kadir Sayid Abd. Rauf, Dirasah Fid Dakwah al-Islamiyah, (Kairo :

Dar El-Tiba’ah al-Mahmadiyah, 1987), hlm. 10. 32 Amar ma’ruf dan nahi munkar dalam pengertian ini dimaksudkan sebagai usaha realisasi

dakwah yang bertumpu pada power atau kekuasaan, yang dalam hal ini dilakukan oleh negara (pemerintah), yakni dengan menetapkan dan memberlakukan peraturan dan undang-undang. Amar ma’ruf dan nahi munkar di sini diwujudkan dalam bentuk pembuatan dan pemberlakuan aturan atau hukum Islam yang diperundang-undangkan secara resmi dan menjadi pedoman hidup dalam sebuah negara (baca : Negara Islam). Pengertian ini mempunyai relevansi dengan sabda Nabi Muhammad yang artinya : “Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka kendaklah ia merubah dengan tangannya (power atau kekuasaan), jika tidak mampu maka dengan lisannya (tabligh), dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itulah selemah-lemahnya iman. Dengan demikian, kalau amar ma’ruf dan nahi munkar di atas ingin direalisasikan, maka dasar-dasar negara Islam mutlak harus ditegakkan. Lebih lanjut lihat Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam : Tehnik Dakwah dan Leadership, (Bandung : C. V. Diponegoro, 1992), hlm. 21.

33 Lihat dalam, Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta : Rahmat Semesta, 2003), hlm. 7.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

24

adalah lembaga dakwah yang berkonsentrasi dalam hal pengelolaan dakwah

yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama’.

Dari sini dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan “Studi

Komparasi Terhadap Manajemen Dakwah Majelis Tabligh Muhammadiyah

dan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah” diarahkan pada

obyek :

a) Sinergi dan kinerja dakwah pada Muhammadiyah.

b) Sinergi dan kinerja dakwah pada Nahdlatul Ulama’.

c) Mencari titik singgung dan titik beda antara keduanya.

3. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni data

primer atau utama dan data sekunder atau tambahan. Menurut Lexy

Moloeng, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah “kata-kata”

dan “tindakan”, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-

lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam

kata-kata, tindakan, dan sumber data tertulis.34

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer atau utama dalam penelitian ini berupa kata-

kata dan tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai

merupakan sumber data utama. “Kata-kata” disini diarahkan pada proses

34 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995),

hlm. 112.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

25

wawancara dengan pihak pengelola lembaga. Metode ini secara lebih

lanjut diaplikasikan pada proses wawancara kepada pimpinan Majelis

Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah dan Lembaga Dakwah

Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah. Sedangkan “tindakan” diarahkan pada

aspek manajemen yang terkait dengan model pengelolaan dan pola

penyampaian. Penggalian data di sini dilakukan dengan cara mencari

data-data tertulis yang berkaitan dengan manajemen dakwah dan proses

dakwah yang dilakukan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus

Muhammadiyah dan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah.

Sumber data utama dalam penelitian ini dicatat melalui catatan tertulis

atau melalui perekam.

b. Sumber Data Sekunder

Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini lebih

diarahkan pada data-data pendukung dan data tambahan yang dalam hal

ini berupa sumber data tertulis. Dilihat dari segi sumber data, bahan

tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber

buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan

dokumen resmi. Dalam aplikasinya hal ini dapat berbentuk buku-buku

yang terkait dengan Manajemen Dakwah, Muhammadiyah dan

Nahdlatul Ulama’.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

26

4. Metode Pengumpulan data

Ada tiga metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini. Metode pengumpulan data tersebut adalah :

a. Metode Wawancara.

Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan

jalan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada seseorang yang

berwenang tentang suatu masalah35. Metode ini digunakan untuk

mewawancarai pimpinan kedua lembaga dakwah tersebut untuk

memperoleh data tentang sejarah berdiri dan perkembangannya, visi dan

misi, serta konsep dan aplikasi manajemen dakwahnya.

b. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya36. Metode ini digunakan

untuk mendapatkan konsep manajemen dakwah dan aplikasinya, baik

dari Majelis Tabligh Muhammadiyah dan Dakwah Khusus maupun

Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah.

c. Metode Observasi

Metode ini digunakan untuk mencari data dengan cara datang

langsung ke obyek penelitian dengan memperhatikan dan mencatat

35 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka

Cipta, 1993), hlm. 231. 36 Noeng Muhajir, op.cit, hlm. 106.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

27

segala hal penting untuk mendapatkan gambaran dan persepsi yang

maksimal dari obyek tersebut. Penggunaan metode ini bertujuan untuk

mendapatkan gambaran dan pengetahuan tentang obyek penelitian,

yakni Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah dan

Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah, baik yang berkaitan

dengan kondisi kedua lembaga dakwah tersebut, proses administrasi,

program kerja dan lain sebagainya.

5. Metode Analisis Data

Setelah proses memperoleh data-data dari hasil observasi, wawancara

dan dokumentasi, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikannya sesuai

dengan permasalahan yang diteliti, kemudian data-data tersebut disusun dan

dianalisa dengan metode analisis data. Metode analisis data adalah jalan

yang ditempuh untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan

mengadakan pemerincian terhadap objek yang diteliti atau cara penanganan

terhadap suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara

pengertian yang satu dengan pengertian yang lain guna memperoleh

kejelasan mengenai halnya37. Setelah itu, perlu dilakukan telaah lebih lanjut

guna mengkaji secara sistematis dan objektif. Untuk mendukung hal

tersebut, maka penulis dalam menganalisa menggunakan metode deskriptif

dan deskriptif analisis sosiologis yang kemudian dipadukan dengan metode

komparatif.

37 Sudarto, op.cit, hlm. 59.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

28

Metode deskriptif adalah sebuah metode yang mendeskripsikan data

yang ada, misalnya tentang sesuatu yang diteliti, satu hubungan kegiatan,

pandangan, sikap yang nampak atau proses yang sedang berlangsung38.

Metode ini secara aplikatif digunakan untuk mendeskripsikan tentang obyek

penelitian yang dikaji, dalam hal ini adalah Majelis Tabligh Muhammadiyah

dan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah. Setelah data

terdeskripsikan, langkah selanjutnya adalah menganalisisnya dengan

menggunakan metode deskriptif analisis sosiologis. Metode ini secara garis

besar menganalisis secara detail konsep dan aplikasi manajemen dakwah

serta faktor pendukung dan penghambat pada kedua lembaga dakwah

tersebut. Langkah ini kemudian dipadukan dengan metode komparasi yang

mengkomparasikan konsep dan aplikasi manajemen dakwah untuk mencari

kesamaan dan perbedaan serta kelemahan dan kekuatan pada masing masing

kemasan dakwah Islam yang ada di obyek penelitian.

H. Sistematika Penulisan.

Sistematika penulisan skripsi merupakan hal yang sangat penting karena

mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari masing-masing bab

yang saling berkaitan dan berurutan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi

kekeliruan dalam penyusunannya, sehingga terhindar dari kesalahan ketika

penyajian pembahasan masalah.

38 Winarno Surahmat, Dasar dan Tehnik Research : Pengantar Metode Ilmiah, (Bandung :

Tasiro, 1970), hlm. 131.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

29

Bab Pertama, sebagai pintu gerbang pembuka dalam pembahasan

skripsi ini, sekaligus sebagai pendahuluan. Di sini akan diuraikan tentang latar

belakang masalah, kemudian pokok dari permasalahan, tujuan dan manfaat

penulisan, kerangka teori dan metode penelitian serta tinjauan kepustakaan

dilanjutkan dengan sistematika penulisan skripsi.

Bab Kedua, merupakan landasan teori dan gambaran umum obyek

penelitian yang mendasari penulisan dalam pembahasan skripsi. Ada dua hal

utama, pertama membahas kajian tentang dakwah yang terdiri dari pengertian,

subjek dan objek, dasar dan tujuan serta metode dan media dakwah. Kedua

membahas tentang konsep manajemen dakwah yang terdiri dari pengertian,

konsep dan dan aplikasi, serta perkembangannya. Ketiga, adalah gambaran

umum tentang obyek penelitian, yakni Majelis Tabligh Muhammadiyah dan

Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah yang meliputi profil dan

manajemen dakwahnya. Adapun pembahasan yang lebih rinci dari data skripsi

ini akan dikemukakan dalam bab tiga dan bab empat.

Bab Ketiga, adalah bab penyajian data yang akan diteliti dalam skripsi

ini yaitu data-data dari Majelis Tabligh Muhammadiyah PWM Jawa Tengah

yang terdiri dari sejarah berdiri dan perkembangannya, Visi, Misi dan konsep

serta aplikasi manajemen dakwah yang meliputi program, penggarapan

kreatifitas dan konsep dakwah lembaga dakwah tersebut.

Bab Keempat, adalah bab penyajian data yang akan diteliti dalam skripsi

ini yaitu data-data dari Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah yang

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... orang ke jalan hikmah ?”.1 1 Ismet

30

terdiri dari sejarah berdiri dan perkembangannya, Visi Misi dan konsep serta

aplikasi manajemen dakwah yang meliputi program, penggarapan kreatifitas

dan konsep dakwah lembaga dakwah tersebut.

Bab Kelima, merupakan bab pembahasan skripsi dari pokok masalah

yang diajukan. Dalam hal ini merupakan analisis data yang diperoleh dari bab

tiga dan bab empat yang akan menghasilkan telaah tentang analisis terhadap

Majelis Tabligh Muhammadiyah dan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’

sebagai lembaga dakwah, analisis terhadap penggarapan kreatifitas dan analisis

terhadap konsep dan aplikasi dakwah kedua lembaga dakwah tersebut.

Bab Keenam, sebagai penutup dari keseluruhan skripsi ini. Dalam bab

ini penulis berusaha menyimpulkan hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari

analisa dalam pembahasan Bab Empat dan Bab Lima, kemudian dirangkai

dengan saran dan kritik serta rekomendasi terhadap Majelis Tabligh

Muhammadiyah dan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama’ Jawa Tengah serta

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama’ secara umum.