BAB I PENDAHULUAN -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Islam adalah agama risalah untuk manusia di alam raya. Umat
Islam merupakan pembawa risalah dengan jalan berdakwah kepada umat-
umat lain kapan saja dan dimana saja. Dakwah ibarat lentera kehidupan,
yang memberi cahaya dan menerangi hidup manusia dari nestapa kegelapan.
Tatkala manusia dilanda kegersangan spiritual, dengan rapuhnya akhlaq,
maraknya korupsi, kolusi dan manipulasi, dakwah diharapkan mampu
memberi cahaya terang. Maraknya berbagai ketimpangan, kerusakan,
kecurangan dan sederet tindakan tercela lainnya, disebabkan terkikisnya
nilai-nilai agama dalam diri manusia. Tidak berlebih jika dakwah
merupakan bagian yang cukup penting bagi umat saat ini.1
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam suatu kerja dakwah,
bentuk-bentuk dakwah perlu disesuaikan dengan bentuk permasalahan yang
dihadapi sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman. Untuk itu perlu
dilakukan pendekatan-pendekatan dalam mencapai hasil dari tujuan dakwah
dengan menggunakan metode-metode yang efektif dan cocok, dengan
1 Hamdan Daulay, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, Jakarta: Pustaka
Pelajar, 2001, hlm. 34.
1
2
memanfaatkan fasilitas-fasilitas, sarana atau media sebagai wasilah untuk
berdakwah.2
Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam proses kegiatan dakwah
adalah penggunaan media. Dan kenyataan membuktikan bahwa hubungan
antara manusia modern sekarang ini, hampir tidak bisa menghindarkan
pemakaian alat-alat atau media komunikasi massa. Salah satu alat
komunikasi massa yang juga sering digunakan sebagai media dakwah adalah
media televisi. Dalam pemanfaatan sarana atau media, hal ini sangat penting
dalam proses dakwah. Semakin tepat pemanfaatan media dakwah akan
semakin memudahkan daya pemahaman pesan yang disampaikan.
Munculnya televisi dalam kehidupan manusia memang
menghadirkan suatu perubahan, khususnya dalam proses komunikasi dan
informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi massa
jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai
sosial dan budaya manusia, dan juga kemampuan televisi dalam menarik
perhatian massa menunjukan bahwa media menguasai jarak secara geografis
dan sosiologis.3
Media televisi menjadi daya tarik yang sangat besar, sehingga
pola-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi, berubah
total sama sekali. Acara televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan
manusia, yang berarti bahwa tidak menonton televisi sama saja dengan
2 Dzikron Abdullah, Filsafat Dakwah, Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 1989,
hlm. 97-98. 3 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta: Rineka
Cipta, 1996, hlm. 21-22.
3
mahluk buta yang hidup dalam tempurung. Sehingga media televisi
dijadikan alat atau sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk
kepentingan politik maupun perdagangan, bahkan melakukan perubahan
ideologi serta tatanan nilai dan budaya yang sudah ada sejak lama.4
Krisis multi dimensional yang menimpa bangsa ini, salah satu
penyebabnya dan boleh jadi ini merupakan sebab yang paling utama adalah
karena terjadinya krisis moral atau akhlaq. Krisis moral terjadi karena
sebagian besar orang tidak lagi mau mengindahkan tuntunan agama, yang
secara normatif mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik
meninggalkan perbuatan maksiat dan munkarat. 5
Mengingat sedemikian luas lingkup dan kompleksnya
permasalahan umat Islam akhir-akhir ini, maka pelaksanaan dakwah harus
dilakukan secara sungguh-sungguh, ini memerlukan kematangan sesuai
keadaan dan juga akan kebutuhan masyarakat untuk mengembalikan
mereka ke jalan yang lurus (agama).
Dalam melakukan dakwah unsur yang tidak kalah penting selain
dari media adalah da’i. Da’i merupakan subyek dakwah, yang
menyampaikan ajaran Islam baik secara perorangan/ individu maupun secara
bersama-sama secara terorganisasikan.6 K.H. Abdullah Gymnastiar atau
lebih akrab di panggil Aa Gym adalah seorang da’i yang lagi populer
dikalangan umat Islam. Beliau menawarkan konsep manajemen qalbu
4 Ibid., hlm. 23. 5 Amir Said az-Zaibari, Manajemen Kalbu (Resep Sufi Menghentikan Kemaksiatan),
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002, hlm. 6-7. 6 Aminuddin Sanwar, Pengantar Studi Ilmu Dakwah, Semarang: Fak. Dakwah IAIN
Walisongo, 1985, hlm. 40.
4
sebagai materi dakwahnya, dimana inti konsep manajeman qalbu yang
ditawarkan Aa Gym adalah memahami diri dan kemudian kita mau dan
mampu mengendalikan diri kita setelah kita memahami benar siapa diri kita
sebenarnya. Dan tempat untuk memahami dan mengendalikan diri kita itu
ada di hati .7
Jadi, hati itu merupakan pancaran dari perbuatan seseorang, baik
buruk perbuatan seseorang merupakan cerminan keadaan hatinya. Sekecil
apapun potensi yang dimiliki, jika manajemen qalbu baik, maka akan
mempunyai nilai kemuliaan dan manfaat yang tinggi bagi dirinya maupun
mahluk yang lainnya di dunia dan akhirat.
Menurut Aa Gym ada dua kunci utama dalam menyelenggarakan
Manajemen Qolbu, yaitu: pertama, membiasakan sekuat daya untuk
melakukan pembersihan atau pelurusan hati; dan, kedua, senantiasa
berkemauan kuat untuk meningkatkan kemampuan ( keprofesionalan ) diri,
dalam bidang apa pun. Hati yang bersih adalah hati yang senantiasa
membuat pikiran bekerja efektif—lantaran hanya kebaikanlah yang
dipikirkannya. Kejujuran adalah modal dasar untuk membentuk jiwa yang
tangguh, penuh dedikasi, dan disiplin dalam menjalankan kerja sehari-hari.8
Dalam konsep manajemen qolbu ini secara umum manusia
memiliki tiga potensi penting:
Potensi pertama adalah potensi fisik. Jika potensi ini mampu di
kelola dengan baik, maka seseorang akan menjadi manusia yang kuat dan
7 Hernowo dan M. Deden Ridwan, (ed), Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhiid, Bandung, Mizan, 2003, hlm. 226.
8 Ibid., hlm.228.
5
produktif. Bahkan Islam sangat menganjurkan agar manusia memiliki
jasad/fisik yang sehat. Al-Mu’minul Qawiyu, mukmin yang kuat lebih baik
dan lebih di sukai oleh Allah dari pada mukmin yang lemah.
Potensi yang kedua adalah akal. Manusia dikaruniai akal oleh
Allah dan akal inilah yang dapat membedakan manusia dengan makhluk
Allah lainnya. Dengan akal manusia dapat memikirkan ayat-ayat Allah di
alam ini sehingga manusia dapat mengelola serta mengolahnya menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.
Potensi ketiga adalah hati atau qolbu. Hati inilah potensi yang bisa
melengkapi otak cerdas dan badan kuat menjadi mulia. Dengan hati yang
hidup inilah orang yang lumpuhpun bisa menjadi mulia, orang yang tidak
begitu cerdaspun bisa menjadi mulia.9
Hanya dengan hati atau qolbu yang bersihlah potensi jasad dan
akal ini akan dapat terkendalikan dengan baik. Seseorang yang memiliki
fisik yang sangat kuat, apabila fisiknya yang sangat kuat itu tidak didasarkan
pada hati yang bersih, bisa jadi kekuatan fisiknya dapat dimanfaatkan untuk
berbuat zalim. Demikian pula dengan akal pikiran. Secerdas apapun akal
pikiran bila tidak dilandasi pada hati yang bersih, maka kecerdasan itupun
akan bisa terjerumus kezaliman. Hati yang bersih mampu membuat
kehebatan fisik dan akal pikiran menjadi mulia. Juga akal pikiran yang
9 Abdullah Gymnastiar, Meraih Bening Hati dengan Manajemen Qalbu, Jakarta: Gema
Insani Press, 2002, hlm. 26-28.
6
dilandasi oleh hati yang bersih akan bekerja secara sangat efisien, akal
pikiran hanya akan memikirkan hal-hal yang baik dan bermanfaat. 10
Dalam mengaktualisasikan dakwahnya lewat konsep Manajemen
Qolbu diadakan kegiatan Manajemen Qalbu (MQ) yang dilaksanakan oleh
Aa Gym panggilan akrab K.H. Abdullah Gymnastiar di berbagai media.
Dakwah ala Aa Gym ini sebenarnya merupakan kegiatan dakwah mimbar
sebagaimana halnya dakwah-dakwah lain. Hanya saja kepribadian dan
metodenya yang menarik, ditambah lagi dengan pemanfaatan media massa,
yang memiliki kemampuan cepat dalam menyampaikan informasi dan dapat
menjangkau audien yang sangat banyak menjadikan pesan dakwah Aa Gym
cepat menyentuh hati masyarakat laksana meteor. Di antara media yang
digunakan adalah Majelis Manajemen Qalbu (MMQ) di SCTV dengan acara
Indahnya Kebersamaan; Kuliah Subuh Hikmah Fajar di RCTI, Radio RRI
Pro 2 FM Jakarta bekerja sama dengan Radio MQ FM Bandung, dan
belakangan di beberapa stasiun TV lainnya (ANTV, TRANS TV dan TPI)
yang bekerja sama dengan MQTV.11
Semakin tepat pemanfaatan media dakwah akan semakin
memudahkan daya pemahaman terhadap pesan yang disampaikan. Dan
salah satu tujuan dakwah yang berkaitan dengan proses dakwah adalah
bagaimana agar nilai-nilai dakwah atau ajaran Islam itu dapat
disebarluaskan sehingga dapat dipahami kemudian dihayati dan yang paling
akhir diamalkan dalam praktek sehari-hari.
10 Hernowo dan M. Deden Ridwan, (editor), op. cit, hlm.228. 11 Enung Asmaya, Aa Gym Dai Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, Jakarta: Hikmah, 2003,
hlm. 20.
7
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memandang perlu
diadakannya penelitian dan diangkat dalam bentuk penyusunan skripsi
dengan judul : ANALISIS PESAN DAKWAH KH. ABDULLAH
GYMNASTIAR DALAM ACARA INDAHNYA KEBERSAMAAN
DI SCTV VOL I DAN II TAHUN 2002.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan, dalam
penelitian ini maka perlu dibatasi permasalahannya.
a. Apa saja materi dakwah yang disampaikan dalam acara manajemen
qalbu indahnya kebersamaan di SCTV Vol I dan II tahun 2002.
b. Bagaimana hubungan antara materi dakwah dengan kondisi sosial pada
saat dakwah disampaikan.
1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
Alasan-alasan yang telah dikemukakan pada bagian latar belakang
merupakan faktor pendorong dilakukannya penelitian ini, sedangkan tujuan
penelitian menyangkut masalah teoritis dan praktis. Secara ringkas tujuan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Melalui penelitian ini dapat mengetahui materi apa saja yang
disampaikan dalam acara indahnya kebersamaan di SCTV Vol I dan II
tahun 2002.
8
b. Untuk mengetahui hubungan pada saat materi dakwah disampaikan
dalam acara indahnya kebersamaan di SCTV Vol I dan II.
Sedangkan manfaat hasil penelitian ini adalah :
a. Manfaat praktis yaitu diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi para
peneliti selanjutnya dan juga sebagai motivasi bagi pelaku dakwah (dai)
khususnya yang menggunakan televisi sebagai media dakwah.
b. Manfaat secara teoritis yaitu hasil penelitian ini dapat diambil
manfaatnya terutama bagi para juru dakwah, sehingga dakwah akan
semakin dinamis dan diharapkan dapat menemukan format dakwah
kedepan.
1.4. Penelusuran Pustaka
Dalam penelelusuran pustaka ini, peneliti merujuk pada skripsi
Khusnaeni (2003)12, yang berjudul: “ Dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar
Melalui Manajemen Qalbu (Analisis : Komunikasi Dakwah). Penelitian ini
menitik beratkan pada tinjauan dakwah Aa Gym lewat Manajemen Qalbu
dilihat dari sudut pandang komunikasi dakwah.
Dalam skripsi ini disimpulkan bahwa dalam dakwah Aa Gym
menyentuh semua kalangan masyarakat baik di kalangan bawah, menengah,
maupun atas. Adapun sarana atau media dakwah yang digunakan sangat
beragam. Beliau mengakses semua media untuk mendukung kelancaran
dakwah, baik media elektronik seperti televisi, radio dan internet dan juga
12 Khusnaeni, ” Dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar Melalui Manajemen Qalbu (Analisis
: Komunikasi Dakwah”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang, 2003).
9
media cetak seperti majalah, koran dan juga melalui ponsel seluler (HP),
sehingga pesan-pesan dakwah yang disampaikan tidak hanya dikenal pada
kalangan biasa saja, tetapi di kenal dimana-mana.
Peneliti Arif Widodo (2001)13, yang berjudul: Dakwah Melalui
Media elektronik (Telaah terhadap pesan dakwah dalam kaset K.H. Ma’ruf
Islamuddin). Dalam penelitian ini yang menjadi sorotan adalah media
dakwahnya, dalam materi dakwah dapat disesuaikan dengan kemajuan dan
peningkatan ilmu dalam menyampaikan materi. Dengan begitu dakwah
melalui kaset akan selalu diperlukan atau masih relevan di masa kini.
Dakwah yang disampaikan KH. Ma’ruf Islamuddin yang
berhubungan dengan bidang agama seperti ibadah, syari’ah dan aqidah serta
tauhid dengan metode ceramah yang menggunakan kemampuan vokal dan
gaya humoris dengan diiringi sholawat dan tembang-tembang, mampu
diterima oleh mad’u.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa, dalam berdakwah lewat
media elektronik kaset yang mengemas materi dakwah masih relevan
sebagai sarana dakwah di masa kini. Dalam masa modern bahwa masih
diperlukan untuk memberikan siaran rohani berupa materi dari pra da’i
untuk pada mad’u, yang di masa sekarang kecenderungan orang pada era
globalisasi yang selalu setiap saat akan mengubah pandangan-pandangan
baru yang mungkin timbul, maka dai sebagai syaring controlo dalam wujud
pemasukan sentuhan rohani dengan metode atau cara-cara menurut
13 Arif Widodo, “Dakwah Melalui Media Elektronik (Telaah Terhadap Pesan Dakwah Dalam Kaset KH. Ma’ruf Islamuddin”), Skripsi Sarjana, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang, 2001.
10
kemampuan pada da’i tanpa menyeimbangkann ke tradisi tempat dimana
dan kepada siapa mereka akan disampaikan.
Peneliti Asparudin (1996)14, yang berjudul: “Pesan-pesan Dakwah
Dalam Tabloid Kiprah dan Tanggapan Karyawan PEMDA DATI II
Purworejo”. Peneliti mengkaji terhadap keberadaan Tabloid Kiprah, yang
merupakan tabloid bulanan yang diterbitkan oleh bagian humas Setwilda
Tingkat II Purworejo, yang bertujuan mewujudkan program pemerintah
dalam bidang pembinaan karyawaan, yang meliputi kesejahteraan, sosial,
politik, budaya, agama dan olahraga. Penyajian rubrik agama di dalam
tabloid tersebut merupakan bentuk penyampaian pesan dakwah yang
mempunyai maksud agar pembaca meningkatkan kualitas keberagamaan
yang mantap dan sesuai isi pesan yang disampaikan oleh pelaksana dakwah.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa isi pesan dakwah pada
tabloid Kiprah tahun 1994 kebanyakan memuat bidang akhlaq karena
mencapai 60 %. Tabloid Kpirah termasuk media yang cukup potensial,
karena operasioanal penyebarannya cukup luas, penggelolaannya lancar dan
didukung dengan dana yang telah ada dari seluruh karyawan Pemda
Purworejo. Dan, dalam penggunaan bahasanya cukup sederhana, mudah
dipahami oleh para pembaca atau pelanggan sehingga pesan-pesannya
benar-benar dapat dimengerti, dan mudah diingat. Tabloid Kiprah masih
cukup efektif sebagai media dakwah. Sebab dalam kehidupan masyarakat,
14 Asparudin, “Pesan-pesan Dakwah Dalam Tabloid Kiprah dan Tanggapan Karyawan
PEMDA DATI II Purworejo”, (Skripsi Sarjana Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang, 1996).
11
orang Islam masa kini telah siap menerima dan mengisi era informasi,
sebagai salah satu aktifitasnya di dalam penyaluran dakwah.
Berbeda dengan pembahasan peneliti-peneliti di atas, penulis
mencoba meneliti pesan-pesan dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar dalam
acara Indahnya Kebersamaan di SCTV yang disiarkan secara langsung
setiap minggu ke II Vol I dan II tahun 2002, yang memuat nilai-nilai ajaran
Islam yang ditujukan bagi khalayak umum. Diharapkan penelitian ini dapat
menambah khasanah tentang dakwah dalam segi materi maupun dari media
dakwahnya.
1.5. Kerangka Teoritik
Dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha atau
aktivitas yang dilakukan dengan sadar, sengaja dan berencana guna
mempengaruhi pihak lain agar timbul dalam dirinya suatu pengertian,
kesadaran sikap penghayatan serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya
unsur paksaan.15
Dalam bahasa Arab, da’wat atau da’watun bisa digunakan untuk
arti-arti: undangan, ajakan dan seruan yang kesemuanya menunjukan adanya
komunikasi antara dua pihak dan upaya mempengaruhi pihak lain.16 Dengan
tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridlai
Allah Swt.
15 Siti Muriah, Metode Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000, hlm. 6. 16 Mubarok, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002, hlm. 19.
12
Untuk melakukan komunikasi dakwah membutuhkan alat atau
media untuk menyampaikan undangan, seruan dan ajakan. Media di dalam
komunikasi berfungsi sebagai saluran yang menggabungkan ide dengan
umat, suatu elemen yang vital yang merupakan urat nadi dalam totalitas
pelaksanaan komunikasi untuk tujuan dakwah.17
Dalam melaksanakan proses dakwah, unsur-unsur dakwah yaitu,
da’i, mad’u, materi dan media harus dikelola dengan baik agar dalam proses
penyampaian dakwah dapat mengena sasaran. Media sebagai alat
tarnsformasi informasi sangat penting sebagai pembawa pesan dakwah.
Media yang banyak digunakan antara lain; lembaga-lembaga pendidikan
formal, lingkungan keluarga, organisasi-organisasi Islam, hari-hari besar
Islam, media massa, seni budaya. 18
Media massa yang banyak dipunyai oleh kalangan masyarakat saat
ini adalah televisi. Televisi pada hakikatnya merupakan suatu sistem
komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang
dipancarkan secara cepat, berurutan, dan diiringi unsur audio.19 Sedangkan
massa adalah kumpulan orang banyak, ratusan, ribuan atau jutaan yang
berkumpul untuk sementara karena ada kepentingan sementara.20
Untuk melihat pengertian komunikasi massa, terlebih dahulu
dijelaskan pengertian komunikasi itu sendiri. Istilah komunikasi dalam
17 Agus Toha Kuswata dan Uu Kuswara Suryakusumah, Komunikasi Islam dari Zaman ke
Zaman, Jakarta: Arikha Media Cipta, 1990, hlm. 60. 18 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1883, hlm.
168. 19 Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Sekenario Televisi dan Video, Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1993, hlm. 1. 20 Mubarok, op. cit., hlm. 151.
13
bahasa Inggris Communication sesungguhnya berasal dari bahasa Latin
Communicatio yang bersumber dari kata Communis dengan arti sama. Kata
sama yang dimaksud disini ialah kesamaan makna. Menurut Hovland
komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (Communication is
the process to modify the behaviour of other individuals).21 Sedangkan
menurut Harold Lasswell menjelaskan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan: Who Says What in Which Channel to Whom With What Effect ?
Disini Lasswel menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur jawaban
dari pertanyaan tersebut, yakni : Komunikator (Commnucatio, source,
sender), Pesan ( Message), Media (Channel), Komunikan (Communican,
communicate, receiver, recepeint), Effek (Effect, impact, influence). Jadi
menurut Lasswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu.22
Secara etimologi seperti telah digambarkan di atas, bahwa asal
usul kata komunikasi dari kata communis. Tetapi istilah komunis yaitu
mempunyai arti sama, dimana komunikasi berjalan dengan lancar, jika
orang-orang yang terlibat dalam proses mendapatkan makna atau
pemahaman yang sama. Secara terminologis, pengertian komunikasi dapat
dirumuskan sebagai proses penyampaian suatu pernyataan oleh seorang
kepada orang lain. Jadi komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
21 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993,
hlm. 3. 22 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan praktek, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992, hlm. 10.
14
massa, karena ia merupakan singkatan komunikasi media massa (mass
media communication). Komunikasi massa dapat melalui beberapa media,
seperti: surat kabar, majalah, radio, televisi atau film.
Komunikasi melalui media massa televisi ialah proses komunikasi
antar komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu
televisi. Menurut Severin dan Tankard, Jr..komunikasi massa itu adalah
ketrampilan, seni, dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa
komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa
dibanding dengan jenis-jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa
mempunyai cirri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya.
Cirri-cirinya adalah sebagai berikut :
a. Komunikasi massa berlangsung satu arah.
b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga.
c. Pesan dari komunikasi massa bersifat umum.
d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.
e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.23
Adapun unsur dakwah yang tidak kalah penting yaitu juru dakwah
(da’i). K.H. Abdullah Gymnastiar sebagai subyek dakwah (da’i)
merumuskan sebuah konsep manajemen qalbu, manajemen qalbu sebuah
konsep praktis yang di kemukakan oleh KH. Abdullah Gymnastiar. Ia
menemukan konsep ini setelah melewati proses kontemplasi dan perenungan
yang dalam. Konsep manajemen qalbu ini digali bukan dari luar dirinya
23 Ibid., hlm. 25.
15
sendiri, melainkan juga dari kedalaman dirinya. Proses introspeksi diri yang
dilakukan baik bersama seluruh keluarga, santri, dan para sahabatnya
maupun dengan dirinya, membuahkan sebuah konsep praktis yaitu
manajemen qolbu.24 Inti dari konsep manajemen qalbu itu sendiri adalah
memahami diri dan kemudian kita mau dan mampu mengendalikan diri kita
setelah kita memahami benar siapa diri kita sebenarnya.25
Manajemen qolbu berasal dari dua buah suku kata, yaitu
“manajemen” dan “qolbu”. Kata “manajemen” secara sederhana berarti
pengelolaan.26 Sungguh sekecil apapun potensi yang ada bila dengan
pengelolaan yang tepat akan dapat terbaca, tergali, tertata dan berkembang
dengan hasil yang optimal.
Dalam bahasa Arab al-qalbu diucapakan untuk menyebut jantung,
bukan hati, sedang untuk hati disebut al-kabid. Dalam bahasa Indonesia,
yang disebut dengan qalbu adalah hati baik arti maknawi maupun fisik
(liver). Secara lughawi, qalbu artinya bolak kalik. 27
Dalam melakukan dakwah atau komunikasi diharapkan pesan
yang disampaikan mudah dan dapat diterima oleh pemirsa/mad’u. Karena
itu pesan dakwah/komunikasi lewat media televisi itu bersifat “transitory”,
maka :
1) Isi pesan dakwah yang akan disampaikannya, harus singkat dan jelas.
24 Hernowo dan M.Deden Ridwan, (editor), op.cit .,hlm.25. 25 Ibid., hlm. 226. 26 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993, hlm.553. 27 Mubarok, op. cit., hlm. 65.
16
2) Cara penyampaian kata perkata, harus benar.
3) Intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik.28
Sementara itu, Effendy (1986) seperti dikutip Alo Liliweri,
mengemukakan :
“Bahwa kita sangat memerlukan strategi dan perencanaan komunikasi untuk mengidentifikasi isi pesan. Di dalamnya kita harus menentukan jenis pesan apa yang disampaikan. Ini bisa menerapkan informasi message ( pesan yang mengandung informasi), instructional message (pesan yang mengandung perintah), motivational message (pesan yang berusaha mendorong)”.29
Kesemuanya itu tentu saja menekankan unsure isi pesan yang
komunikatif, agar pemirsa/mad’u dapat mengerti secara tepat tanpa harus
menyimpang dari pemberitaan yang sebenarnya (interpretasi berbeda).
Tetapi yang paling penting dalam berkomunikasi maupun berdakwah secara
khusus adalah bagaimana caranya agar isi pesan yang disampaikan
komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan.
1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Jenis dan Pendekatan
Dalam penelitian ini jenis penelitian adalah penelitian kualitatif.
Kualitatif yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan bila
berhadapan dengan kenyataan ganda, metode yang menyajikan secara
langsung hakekat hubungan antara penelitian dan responden lebih peka
28 Wawan Kuswandi, op. cit., hlm. 18. 29 Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, Bandung: PT. Citra Aditnya Bakti, 1991, hlm.
20.
17
dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan penjamaan pengaruh
bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.30
Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan komunikasi pada analisis teks, yaitu merupakan
pendekatan yang digunakan untuk menejelaskan dan
menginterpretasikan karakteristik-karakteristik pesan yang terekam
atau tervisualisasikan. Seperti media massa televisi dimana pesan yang
akan disampakan secara singkat dan jelas, cara penyampaian kata
perkata, harus benar dan intonasi suara dan aktivitas harus tepat dan
baik.
Untuk mendapatkan teks visual tersebut peneliti mengacu pada
pendapat Mc. Laughin (1984), “dimana peneliti yang mengontruksikan
contoh sebuah percakapan persiapan yang akan dilakukan oleh pemain
sandiwara atau teater”31. Dalam penelitian ini penulis mengontruksikan
isi pesan dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar yang ada pada VCD vol I
dan II tahun 2002 menjadi paragraf-paragraf agar memudahkan dalam
analisis sesuai kategori yang peneliti tentukan.
1.6.2.Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data utamanya (primer) adalah VCD
Vol. I dan II yang pernah ditayangkan di SCTV tahun 2002. Terdiri
dari; membangun jati diri, dan indahnya kasih sayang.
30 Lexsy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2001, hlm.
39. 31 Asep Saeful Muhtadi, op. cit., hlm. 117.
18
Data sekunder dari internet www.sctv.co.id/chat, dan buku-buku
yang mendukung penelitian ini.
1.6.3. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi,
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda, dan sebagainya.32 Data dalam penelitian diambil dari
rangkuman data dokumen/ teks dakwah KH. Abdullah Gymnastiar
lewat VCD.
1.6.4. Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang berupa dokumen dikumpulkan,
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Indeksikalitas,
yaitu”…analisis yang mendasarkan pada pencarian makna dari kata-
kata dalam teks atau dapat dikatakan sebagai pemaknaan secara
definitive. Indeksikalitas menurut Muhadjir adalah keterkaitan makna
kata, perilaku dan lainnya pada konteksnya.33
Menurut Enung Asmaya, dakwah Aa Gym mengandung tiga
kategori dimana materi-materi tersebut memuat: Pertama, untuk
kesalehan individual kriterianya adalah materi yang berisi ketaatan
seorang hamba kepada Tuhannya dalam melaksanakan lima rukun
Islam, dan enam keyakinan pada rukun iman, seperti menghidupkan
32 Ibid, hlm. 234. 33 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi III, Yogyakarta: Rakesarasin,
1998, hlm. 49.
19
shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa, dan haji. Kedua,
kesalehan sosial yakni format hubungan seorang makhluk dengan
makhluk lain, seperti wirausaha, pendidikan, kepemimpinan, dan
sedekah (membantu orang lain). Ketiga, manajemen qalbu (MQ)
hubungannya dengan pekerjaan hati, seperti mengatur niat, sabar,
ikhlas, jujur, lemah-lembut syukur nikmat, berperasangka baik, dan
sebagainya.34 Ketiga landasan tersebut yang digunakan sebagai batasan
penulis untuk menganalisis pesan-pesan dakwah Aa Gym dalam acara
indahnya kebersamaan vol I dan II di SCTV tahun 2002.
1.7. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu
sebagai berikut;
Bab I terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, penelusuran pustaka, kerangka teori, metodologi
penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II berisi kajian tentang dakwah, yang meliputi, pengertian
dakwah, dasar hukum dakwah, tujuan dakwah, media dakwah; kajian
tentang televisi yang terdiri dari, televisi dan fungsinya sebagai media
dakwah; kajian manajemen qalbu.
Bab III yang berisi tentang, biografi KH Abdullah Gymnastiar,
strategi dakwah Aa Gym, latar belakang dakwah Indahnya Kebersamaan, isi
34 Enung Asmaya, op. cit., hlm. 121-122.
20
pesan dakwah KH. Abdullah Gymnastiar dalam acara indahnya
kebersamaan di SCTV vol I dan II tahun 2002.
Bab IV analisis pesan dakwah KH. Abdullah Gymnastiar.
Bab V berisi, kesimpulan, saran dan penutup.
21
BAB II
DAKWAH MELALUI MEDIA TELEVISI
DAN MANAJEMEN QOLBU
2.1. Kajian Tentang Dakwah
2.1.1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi kata dakwah sebagai bentuk masdar dari kata
(fill madzi) د عاdanيد عو )fiil mudharai) yang artinya adalah
memanggil (to call), mengajak (to summer), menyeru (to propo),
mendorong (to urge) dan memohon (to pray).
Dakwah dalam pengertian tersebut dapat dijumpai dalam ayat-
ayat al-Qur’an antara lain surat Ar-Rum, 30: 25, dan Al-Baqarah, 2
221), yaitu:
.ثم إذا دعاآم دعوة من الأرض إذا أنتم تخرجون
Artinya : Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekalian dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (QS: Ar-Rum: 25). 35
..و إلى الجنة والمغفرة بإذنهأولئك يدعون إلى النار والله يدع
Artinya : Mereka (orang-orang musyrik) itu mendorong kamu ke
neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
35 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Surabaya: Mahkota, 1989, hlm. 664.
21
22
(perintah-perintahnya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS: Al-Baqarah: 25). 36
Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajaran tersebut
disebut da’i (isim fail) artinya orang yang menyeru. Tetapi karena
proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses
penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya
dikenal juga dengan istilah mubaligh.
Dengan demikian secara terminologi pengertian dakwah dan
tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan
tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain
memenuhi ajakan tersebut.37
Secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah,
antara lain:
Menurut M. Arifin, dakwah mengandung pengertian sebagai
suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku
dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam
usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun
kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian,
kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama
sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya
unsur-unsur paksaan.38
36 Ibid., hlm. 54. 37 Siti Muriah, op. cit., hlm. 1-2 38 M. Arifin, Psikologi Dakwah, Bandung: Bulan Bintang, 1996, hlm. 17
23
Menurut Amrullah Ahmad, dakwah Islam ialah aktualisasi
imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan
manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan
secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan
bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio
cultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam
semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.39
Menurut Asmuni Syukir, istilah dakwah itu dapat diartikan dari
dua segi atau dua sudut pandang yakni dakwah yang bersifat
pembinaan dan yang bersifat pengembangan. Adapun dakwah yang
bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan
dan menyempurnakan ummat manusia agar mereka tetap beriman
kepada Allah, dengan menjalankan syari’at-Nya sehingga mereka
menjadi manusia yang hidup bahagia di dunia maupun di akhirat.
Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah
usaha mengajak manusia yang belum beriman kepada Allah agar
mentaati syari’at Islam (memeluk agama Islam) supaya nanti hidup
bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.40
Endang S. Ashari, membagi pengertian dakwah menjadi 2
(dua), yaitu: dakwah dalam pengertian terbatas ialah menyampaikan
Islam kepada manusia secara lisan, tulisan ataupun lukisan. Sedangkan
dalam pengertian luas berarti penjabaran, penterjemahan dan
39 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: LPP2M, 1985, hlm. 2.
40 Asmuni Syukir, op. cit., hlm. 17.
24
pelaksanaan Islam dalam perikehidupan dan penghidupan manusia
termasuk di dalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu
pengetahuan, kesenian, kekeluargaan dan sebagainya.41
Dari berbagai definisi tersebut meskipun nampak perbedaan
dalam perumusan, namun esensinya dapat dipadukan dalam
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
1. Dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha atau
aktivitas yang dilakukan dengan sadar, sengaja dan berencana guna
mempengaruhi pihak lain agar timbul dalam dirinya suatu
pengertian, kesadaran sikap penghayatan serta pengamalan ajaran
agama tanpa adanya unsur paksaan.
2. Dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup yang diridlai Allah SWT.
3. Lapangan dakwah sangat luas yaitu meliputi semua aktivitas
manusia secara totalitas baik sebagai individu, sebagai abdi Tuhan,
sebagai anggota masyarakat bahkan sebagai warga alam semesta.
2.1.2. Hukum Dakwah dan Tujuan Dakwah
Dakwah sebagai upaya merealisasikan ajaran Islam dalam
tatanan kehidupan ini merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh
umat Islam. Pemahaman kewajiban pelaksanaan dakwah adalah
berangkat dari landasan normatif yakni al-Qur’an dan al-Hadits secara
umum.
41 Endang S. Ashari dalam Siti Muriah, op., cit, hlm. 7.
25
Dasar normatif yang bersumber dari al-Qur’an adalah
sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl; 125 dan al-
Imran; 104:
دع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي ا
.علم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدينأحسن إن ربك هو أ
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan jalan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl: 125). 42
ولتكن من آم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن
. لمنكر وأولئك هم المفلحونا
Artinya: “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104). 43
Adapun dasar normatif yang bersumber dari al-Hadits adalah
sebagaimana sabda Nabi Saw, yang artinya :
من را ى منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسنه فان لم يستطع
.وذ لك اضعف اال يما ن .فبقلبه
42 Ibid., hlm. 93. 43 Ibid., hlm. 421.
26
Artinya: “Barang siapa yang melihat kemungkaran diantara kamu, maka rubahlah kemungkaran itu dengan tanganmu, apabila tidak mampu maka dengan lisanmu, apabila tidak mampu maka dengan batinmu, yang demikian itu adalah selema-lemahnya iman. (H.R. Muslim). 44
Dari ayat al-Qur’an dan Hadits di atas memberikan pemahaman
bahwa berdakwah adalah hukumnya wajib bagi seorang muslim. Kata
ud’u yang diterjemahkan dengan seruan, ajakan adalah fiil amar yang
menurut kaidah ushul fiqh setiap fiil amar adalah perintah dan setiap
perintah adalah wajib dan harus dilaksanakan selama tidak ada dalil
lain yang memalingkannya dari kewajiban itu kepada sunnah atau
hukum lain. Jadi pelaksanaan dakwah adalah wajib hukumnya karena
ada dalil-dalil lain yang memalingkannya dari kewajiban itu, dan hal
ini disepakati oleh para ulama. Hanya saja terdapat perbedaan
pendapat para ulama tentang status kewajiban itu apakah wajib ain
(fardlu ain) atau wajib kifayah (fardlu kifayah).
Pendapat ulama pertama mengatakan bahwa berdakwah itu
hukumnya wajib ain (fardu ain), maksudnya setiap Islam yang sudah
dewasa, kaya miskin, pandai bodoh, semuanya tanpa kecuali wajib
melaksanakan dakwah.
Adapun pendapat kedua menyatakan bahwa berdakwah itu
hukumnya tidak fardlu ain melainkan fardlu kifayah. Artinya apabila
44 Syayid Ahmad Al Hasyi, Syarah Muhtaruul Ahaadits, Bandung: Sinar Baru, 1993,
hlm. 863.
27
dakwah sudah disampaikan oleh sekelompok/ sebagian orang, maka
jatuhlah kewajiban dakwah itu dari kewajiban seluruh kaum muslimin,
sebab sudah ada yang melaksanakan walaupun oleh sebagian orang.45
Dalam membicarakan tujuan dakwah dalam hal ini ada
beberapa pendapat diantaranya:
Zainuddin MZ menyebutkan dakwah adalah usaha atau
kegiatan yang bertujuan. Suatu kegiatan tidak akan bermakna jika
tanpa arah tujuan yang jelas. Tujuan dakwah Islam tidak lain adalah
mengubah pandangan hidup seseorang, dari perubahan pandangan
hidup ini akan berubah pula pada pikiran dan pola sikap.46
Menurut M. Arifin, bahwa tujuan dakwah adalah usaha
mempengaruhi orang lain secara individual maupun secara kelompok
agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap
penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai massege
yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur
paksaan.47
Adapun menurut M. Aminuddin Sanwar , tujuan dakwah
adalah menyiarkan agama Islam agar diterima dan dipeluk oleh umat
manusia dengan kemauan dan kesadaran hatinya, bukan dengan
paksaan dan ikut-ikutan saja.48
45 Aminuddin Sanwar, op. cit., hlm. 34 –35. 46 Zainuddin MZ dalam Mahfudh Syamsul Hadi MR, Muaddib Aminan AR, dan Cholil
Umam (editor), K.H. Zainuddin MZ Figur Da’I Berjuta Umat, Surabaya: CV. Kurnia, 1994, hlm. 120.
47 Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Penghantar Studi,Jakarta: Bumi Aksara, 2000, hlm. 6. 48 Aminuddin Sanwar, op. cit., hlm. 38.
28
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anfal: 24:
ياأيها الذين ءامنوا استجيبوا لله وللرسول إذا دعاآم لما يحييكم
.واعلموا أن الله يحول بين المرء وقلبه وأنه إليه تحشرون
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, perkenankanlah seruan dari Allah dan seruan dari Rasul, apabila dia telah menyeru kamu kepada apa yang telah menghidupkan kamu ?dan ketahulilah bahwa sesungguhnya Allah mendinding antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan (QS. Al-Anfal : 24). 49
Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan
bahwa tujuan dakwah adalah mengajak seluruh umat manusia baik
orang musyrik, Yahudi, Kristen dan juga Islam supaya timbul pada
dirinya sikap serta kesadaran ajaran agama tanpa adanya unsur paksaan
pada dirinya, sehingga mau menerima Islam sebagai petunjuk kepada
jalan yang lurus (agama) dengan rasa yakin dan tidak ikut-ikutan.
2.1.3. Unsur-unsur Dakwah
Yang dimaksud unsur-unsur dakwah Islam di sini adalah
keseluruhan aspek yang terkait langsung daklam proses dakwah Islam.
Dalam pembahasan skripsi ini, unsur dakwah meliputi : subyek, obyek,
materi, metode dan media dakwah.
2.1.3.1. Subyek dakwah
Dalam tinjauan terminologis bahwa dakwah menyeru
atau mengajak umat manusia baik perorangan ataupun
49 Depag RI, op. cit., hlm. 264.
29
kelompok kepada agama Islam. Dari pengertian tersebut di
atas, maka dapat diambil kata da’i sebagai subyek dakwah itu
sendiri.
Menurut Toto Tasmara menyebutkan ada 2 (dua) yang
bertugas sebagai da’i/ mubaligh yaitu:
1) Secara umum: adalah setiap muslim/ muslimat yang
mukallaf (dewasa) – dimana bagi mereka kewajiban
dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan
dari missionya sebagai penganut Islam.
2) Secara khusus: adalah mereka yang mengambil keahlian
khusus (mutakhasis) dalam bidang agama Islam, yang
dikenal dengan panggilan Ulama.50
Aminuddin Sanwar memberi makna da’i dalam tiga
kategori, yaitu :
1) Da’i atau subyek dakwah adalah pelaksana daripada
kegiatan dakwah, baik secara propaganda/ individu maupun
secara bersama secara terorganisasikan.
2) Da’i atau juru dakwah setiap muslim laki-laki dan wanita
yang baligh dan berakal, baik ulama maupun bukan ulama,
karena kewajiban berdakwah adalah kewajiban yang
dibebankan kepada mereka seluruhnya.
50 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, hlm. 41.
30
3) Da’i atau juru dakwah adalah pembantu dan penerus
dakwah para rasul yang mengajak umat manusia kepada
jalan Allah, karena tugas dakwah pada asalnya adalah tugas
para Rasul.51
Jadi subyek dakwah/ da'i adalah seorang atau kelompok
yang melakukan dakwah islamiyah, yang mengajak kepada
seluruh umat manusia menuju jalan yang yang dirilohi Allah
Swt, agar mendapat kebagaiaan dunia dan akhirat.
2.1.3.2.Obyek Dakwah
Yang dimaksud obyek dakwah adalah manusia yang
menjadi audiens yang akan diajak ke dalam Islam secara
kaffah. Mereka bersifat heterogen, baik dari sudut idiologi,
atheis, animis, musyrik, munafik, bahkan ada juga yang
muslim, tetapi fasik atau penyandang dosa atau maksiat. Dari
sudut lain berbeda baik intelektualitas, setatus sosial,
kesehatan, pendidikan dan seterusnya ada atasan dan bawahan,
ada yang berpendidikan ada yang buta huruf, ada yang kaya
ada juga yang miskin, dan sebagainya.52
2.1.3.3.Materi Dakwah
Adapun materi dakwah secara garis besar, Aminuddin
Sanwar membaginya atas bidang aqidah dan bidang syari’ah.
51Aminudin Sanwar, op. cit., hlm. 40. 52 Siti Muriah, op. cit., hlm. 32.
31
1) Bidang aqidah
Aqidah Islam sebagai sistem kepercayaan yang berpokok
pangkal atas kepercayaan dan keyakinan yang sunguh-
sunguh akan ke-Esaan Allah SWT.
2) Bidang Syari’ah
- Bidang ibadah
- Bidang al-Ahwalus sahsiyah
- Bidang hukum yang mengenai ekonomi
- Bidang hukum pidana
- Hukum ketatanegaraan.53
Menurut Enung Asmaya, materi dakwah terdapat 3
kategori:
1) Kategori Manajemen Qalbu (Akhlak)
Manajemen qalbu hubungannya dengan pekerjaan hati,
seperti mengatur niat, sabar, ikhlas, jujur, lemah-lembut
syukur nikmat, berperasangka baik, dan sebagainya.
2) Kategori Kesalehan Sosial
Kesalehan sosial yakni format hubungan seorang makhluk
dengan makhluk lain, seperti wirausaha, pendidikan,
kepemimpinan, dan sedekah (membantu orang lain).
53 Aminuddin Sanwar, op. cit., hlm. 75-76.
32
3) Kesalehan Individual
Kesalehan individual kriterianya adalah materi yang berisi
ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya dalam
melaksanakan lima rukun Islam, dan enam keyakinan pada
rukun iman, seperti menghidupkan shalat, menunaikan
zakat, melaksanakan puasa, dan haji.54
2.1.3.4.Metode Dakwah
Dalam al-Qur’an banyak ayat yang mengungkap
masalah dakwah. Tetapi, dari sekian banyak ayat yang
memuat prinsip - prinsip itu ada satu ayat yang memuat
sandaran dasar dan fundamen pokok bagi metodologi
dakwah,55ayat dimaksud adalah firman Allah SWT. dalam
surat Ali An-Nahl: 125.
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم
بالتي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو
.أعلم بالمهتدين
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat-nasehat yang baik dan bertukar pikiranlah dengan cara yang lebih baik”, sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS: An-Nahl; 125). 56
54 Enung Asmaya, op.cit., hlm. 121-122. 55 Muhammad Husain Fadhullah, Metodologi Dakwah Dalam al-Qur’an (Pegangan Bagi
Para Aktivis). Jakarta : P.T. Lentera Basritama, 1997, hlm. 38 56 Depag RI, op. cit., hlm. 421.
33
Ada berapa kerangka dasar tentang metode
dakwah yang terdapat dalam ayat di atas, antara lain
sebagai berikut:
1) Bi al Hikmah
Kata hikmah sering diartikan dengan istilah bijaksana,
yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak
obyek dakwah mampu melaksanakan apa yang
didakwahkan, atas kemauannya sendiri, tidak merasa
ada paksaan, konflik maupun rasa tertekan.
2) Mauidzah al Hasanah
Mauidzah hasanah atau nasehat yang baik adalah
memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara
yang baik berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan
dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati,
agar nasehat tersebut dapat diterima, berkenan di hati,
enak didengar, menyentuh perasaan, lurus dipikiran,
menghidari sikap kasar dan boleh mencaci/ menyebut
kesalahan audience sehingga pihak obyek dengan rela
hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang
disampaikan oleh pihak dakwah.
3) Mujadalah
Mujadalah atau berdiskusi dengan cara yang baik
adalah berdiskusi dengan cara yang paling baik dan cara
34
berdiskusi yang ada. Mujadalah yang dimaksud di sini
adalah merupakan cara terakhir yang digunakan untuk
berdakwah, manakala kedua cara sebelumnya tidak
mampu. Lazimnya cara ini digunakan untuk orang-
orang yang taraf berfikirnya cukup maju, dan kritis
seperti ahl al kitab yang memang telah memiliki bekal
keagamaan dari para utusan sebelumnya.57
Menurut Asmuni Syukir, metode dakwah terbagi
menjadi:
1) Metode ceramah (rhetorika dakwah)
2) Metode tanya jawab
3) Debat (mujadalah)
4) Percakapan antar pribadi (bebas)
5) Metode demontrasi
6) Metode dakwah Rasullulah saw
7) Metode pendidikan agama
8) Mengunjungi rumah (silaturrahmi).58
2.1.3.5. Media Dakwah
Media dakwah segala sesuatu yang dipergunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah
ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material),
orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.
57 Siti Muriah, op. cit., hlm.38-49. 58 Asmuni Syukir, op. cit., hlm. 104.
35
Dalam melaksanakan dakwah media yang sering
digunakan dan bertugas menyampaikan ajaran Islam
diantaranya adalah:
1) Lembaga-lembaga pendidikan formal
2) Lingkungan keluarga
3) Organisasi-organisasi Islam
4) Hari-hari besar Islam
5) Media massa
6) Seni budaya. 59
Yang dimaksud media dakwah adalah alat obyektif
yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan
umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi di
dalam totalitas dakwah, yang dapat digolongkan menjadi
lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan perbuatan atau
akhlak.60
2.2. Kajian Media Televisi
2.2.1 Televisi dan Fungsinya Sebagai Media Dakwah
Televisi pada hakikatnya merupakan suatu sistem komunikasi
yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang
dipancarkan secara cepat, berurutan, dan diiringi unsur audio. Kata
televisi terdiri dari kata ”tele” yang berarti jarak dalam bahasa
59 Asmuni Syukir, op. cit., hlm. 168. 60 Dzikron Abdullah, Metodologi Dakwah, Semarang: Fak. Dakwah IAIN, 1993, hlm. 157.
36
Yunani dan kata “visi” yang berarti citra atau gambar dalam bahasa
Latin. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyiaran gambar
berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh.61
Televisi merupakan gabungan dari media dengan gambar
yang bisa bersifat informative, hiburan, pendidikan, atau bahkan
gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi menciptakan suasana
tertentu, yaitu pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa
kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian isi pesan
seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan.
Informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti
karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.62
Untuk dapat lebih memahami tentang televisi, berikut secara
berturut-turut akan diuraikan :
2.2.1.1 Karakteristik media televisi
Setiap media komunikasi pasti memiliki karakteristik
tertentu. Tidak ada satu media pun yang dapat
dipergunakan untuk memenuhi segala macam tujuan
komunikasi.
Beberapa karakteristik media televisi adalah sebagai
berikut:
61 Sutrisno, op. cit., hlm. 8
62 Wawan Kuswandi, op. cit., hlm. 8
37
1) Memiliki jangkauan yang luas dan segera dapat
menyentuh rangsangan pengelihatan dan pendengaran
manusia.
2) Dapat menghadirkan obyek yang amat kecil/ besar,
berbahaya atau yang langka.
3) Menyajikan pengalaman kepada penonton.
4) Dapat dikatakan meniadakan perbedaan jarak dan
waktu.
5) Mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi dan
proses dengan baik.
6) Dapat mengkordinasikan pemanfaatan berbagai
media lain, seperti film, foto dan gambar dengan baik.
7) Dapat menyimpan berbagai data, informasi dan
serentak menyebarluaskannya dengan cepat ke
berbagai tempat yang berjauhan.
8) Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan.
Selain kelebihan tersebut, media televisi juga
mengandung kelemahan, yaitu sebagai berikut :
1) Layar pesawat penerima yang sempit tidak
memberikan keleluasaan penonton.
2) Bingkai cahaya dan rangsang kedip cahaya dapat
merusak atau menggangu pengelihatan penonton.
38
3) Kualitas gambar yang dipancarkan lebih rendah
dibandingkan dengan visual yang diperoyeksikan
(film layar lebar).
Berdasakan karakteritik tersebut televisi menyandang
tiga fungsi yang batas-batasnya tidak dapat dijelaskan
secara tajam, yaitu sebagai wahana hiburan, penyebaran
informasi/ penerangan, dan pendidikan.63
2.2.1.2. Sejarah Televisi
Secara ringkas, sejarah televisi dapat dijelaskan
sebagai berikut: Pada tahun 1862 seorang Itali yang
bernama Abbe Casseli berhasil menemukan sistem
pengiriman gambar dengan listrik melalui kawat. Namun,
dasar-dasar scanning televisi mekanis (gerak berkas
elektron dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah pada saat
pengambilan gambar di dalam tabung kamera serta dalam
penyusunan kembali gambar di layar televisi) untuk
pengiriman gambar obyek bergerak bari ditemukan oleh
Paul Nipkow seorang Rusia yang hidup di Jerman pada
tahun 1884. Tiga belas tahun kemudian, tabung sinar katoda
mengalami penyempurnaan oleh Fernadinand Braun dari
Universitas Strasbrug sehingga tabung katoda disebut pula
sebagai tabung Braun.
63 Sutrisno, op. cit., hlm. 3-4
39
Pada tahun 1907 Profesor Baris Rosing dari Institut
Teknologi Patersbrug di Rusia berhasil menemukian dasar-
dasar scanning elektronik tabung sinar katoda untuk
merubah getaran elektronik menjadi visual. Selanjutnya,
selama hampir lebih dari seperempat abad berbagai pakar
berusaha menyempurnakan segi mekanis televisi. Baru pada
tahun 1939, Amerika Serikat memulai siaran televisi dalam
pembukaan pameran internasional di New York, 30 April
1939, Amerika Serikat memulai siaran televisi dengan lima
inchi tabung gambar. Hal ini terlaksana berkat bantuan
Zworykin dan paten dari Farnworth.64
Selama berlangsungnya perang dunia II, semua usaha
memperkenalkan televisi terhenti. Namun, kegiatan
penelitian di bidang lain, yaitu radar guna kepentingan
militer ditingkatkan. Kondisi ini justru membantu
mempercepat penyempurnaan televisi.
Setelah perang selesai, mulailah penyebaran televisi
secara besar-besaran ke seluruh dunia. Meskipun demikian
hingga tahun 1946 baru empat negara yang mempunyai
siaran televisi. Jumlah ini meningkat menjadi 18 negara
pada tahun 1953. Jadi, dapat dikatakan bahwa dari akhir
tahun 1940 – 1950 merupakan masa keemasan televisi.
64 Ibid., hlm. 4.
40
Ketika itu semua program disiarkan secara langsung dari
studio.65
Dunia pertelevisian di Indonesia, merupakan dunia
baru bagi masyarakat Indonesia. Pertelevisian Indonesia
untuk hadir pertama kalinya pada tahun 1962. Saat itu TVRI
memulai siaran perdana, berupa siaran percobaan yang
menayangkan upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan
RI dari Istana Merdeka. Sepekan kemudian, baru diadakan
siaran resmi dan tetap. Persis tanggal 24 Agustus 1946
berupa penanyangan upacara pembukaan Asian Games IV
dari Stadion Senayan Jakarta.
Pada tanggal 20 Oktober 1963, lewat setahun dari
siaran pertama kehadiran TVRI diatur Keppres No. 215
tahun 1963 yang antara lain menetapkan statusnya sebagai
suatu Yayasan Televisi RI, disingkat TVRI. Baru pada awal
decade 90-an, di tenaga cepatnya pertumbunhan dan
perkembangan lembaga dan teknologi pertelevisian di
dunia, pemerintah memberikan kesempatan kepada pihak
swasta untuk ikut serta secara aktif menyelenggarakan
penyiaran televisi. Melalui SK. Menteri Penerangan RI No.
III/90, mulailah diberikan kesempatan kepada pihak swasta
untuk menyelengarakan siaran televisi.
65 Sutrisno, op. cit., hlm. 4-5
41
2.2.1.3. Fungsi Televisi
Sebagai media komunikasi massa, televisi adalah sumber
informasi yang paling akrab di masyarakat, karena
kemampuan daya jangkauan, ketersediaan dan memiliki
potensi yang sangat besar dalam membentuk pendapat
khalayak (public opinion).
Adapun fungsi pokok media massa televisi pada dasarnya
adalah:
1) Informasi
Masyarakat mengharapkan dengan menonton televisi
akan diperoleh informasi yang bermanfaat dalam
berbagai keperluan (pendidikan, ilmu, bisnis, ekonomi
dan lain-lain).
2) Hiburan
Dengan menonton televisi pemirsa mengharapkan
diperoleh hiburan yang diperlukan sebagai salah satu
kebutuhan hidup.
3) Pendidikan
Dalam hal ini dakwah agama lewat televisi adalah
wujud nyata dari fungsi media televisi sebagai sarana
pendidikan. Di sisi lain, dengan makin canggihnya
televisi, hal ini merupakan peluang untuk memberikan
42
sarana lebih banyak kepada jenis tayangan pendidikan
dan dakwah.
Sedangkan tujuan televisi dalam komunikasi massa
media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa dalam
setiap pesan yang disampaikan televisi, tentu saja
mempunyai tujuan khlayak sasaran serta akan
mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Adapun tujuan akhir dari penyampaian
pesan media televisi adalah bisa menghibur, mendidik,
kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan
informasi.66
2.2.1.3. Dampak acara televisi
Media televisi sebagaimana media massa lainnya
berperan sebagai alat informasi, hiburan dan kontrol social.
Bersama dengan jalannya proses penyampaian isi pesan
media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan
diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa.
Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka macam.
Hal ini terjadi karena ketika pemahaman dan
kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi
berkaitan erat dengan status social ekonomi serta situasi
dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan
66 Wawan Kuswandi, op. cit., hlm. 17
43
demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai acara suatu
yang penting untuk disajikan bagi permirsa, belum tentu
penting bagi khalayak. Jadi efektif tidaknya isi pesan itu
tergantung dari situasi dan kondisi pemirsa dan lingkungan
sosialnya.
Berdasarkan hal itulah maka timbul pendapat pro
dan kontra terhadap dampak acara televisi (effek), yaitu :
1) Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang
ada dalam masyarakat.
2) Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang
ada dalam masyarakat.
3) Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru
dalam kehidupan masyarakat.
Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara
televisi terhadap pemirsa, yaitu :
1) Dampak kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau
pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang
ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi
pemirsa.
2) Dampak afektif, yaitu dampak peniruan dimana pemirsa
dihadapkan pada trendi actual yang ditayangkan
televisi.`
44
3) Dampak behavioural yaitu dampak perilaku dimana
terjadi proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang
telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam
kehidupan pemirsa sehari-hari.67
2.2.1.4. Dakwah melalui media televisi
Media televisi adalah media audio-visual yang
disebut juga media dengan pandangan atau sambil
didengar. Di banding dengan siaran radio, penanganan
produksi dan penyiaran media televisi jauh lebih rumit dan
kompleks dan biaya produksinya pun jauh lebih besar.
Dilihat dari sisi dakwah, media televisi jauh lebih
efektif daripada media massa lainnya. Selain itu, dakwah di
televisi memiliki relevansi sosiologis, mengingat mayoritas
masyarakat kita beragama Islam. Secara ekonomis, dakwah
di televisi punya pangsa pasar yang potensial. 68
Televisi sejak awal kehadirannya ikut serta dalam
dakwah, ini tidak bisa dibantah. Namun permasalahannya
terletak seberapa jauh televisi kita sudah melaksanakan
fungsi dakwah. Ceramah acara bernuansa Islam di hari-hari
besar Islam, khususnya di bulan Ramadhan, termasuk
sebagian tayangan sinetron, cukup marak terjadi di televisi.
67 Ibid., hlm 99-100. 68 Asep S. Muhtadi, Sri Handajani (editor), Dakwah Kontemporer (Pola Alternatif
Dakwah Melalui Televisi), Bandung: Pusdai Press, 2000, hlm. 87.
45
Itu terbukti bahwa televisi memberikan kontribusi terhadap
kegiatan dakwah Islam.69
Kehadiran dakwah di televisi, sudah berhasil
membentuk komunitas dakwahnya sendiri. Secara hipotesis
(tafsiran dan fakta), ada tiga kategori komunitas dakwah
dalam televisi.
1) Ritualized viewers yaitu para pemirsa yang sepenuhnya
tertarik dengan apa saja yang bercorak Islam. Dakwah di
televisi merupakan bagian dari sumber rujukan mereka
dalam memahami Islam, selain diperoleh dari pengajian
atau buku-buku keagamaan.
2) Instrumen viewers yaitu komunikasi dakwah cair
(encer) yang sedikit tertarik dengan apa saja yang
bercorak Islam. Dakwah di televisi bagi mereka, bukan
kebutuhan utama. Mereka tidak punya kepentingan pada
upaya penguatan nilai dan identitas kultur Islam.
3) Reactionary viewers yaitu komunitas dakwah yang di
dalamnya bukan saja Islam, tapi termasuk juga agama
lain. Mereka menonton televisi, bukan lantaran ibadah,
tetapi lebih didasarkan pada kebutuhan personal mereka
69 Ibid., hlm. 88
46
akan pentingnya moralitas, informasi dan sajian hiburan
yang sehat.70
Di lihat dari volume program dakwah, proporsi acara
dakwah di televisi, jauh lebih kecil dibandingkan acara
informasi dan hiburan, termasuk iklan. Dari segi materi
dakwah, para produsen televisi masih lebih mementingkan
siapa orangnya, bukan apa isinya.
Dilihat dari segi politis, informasi dakwah adalah
suplemen komponen kecil dari politik penyiaran televisi. Ia
bukanlah sebuah target, ingin membentuk masyarakat
religius misalnya, tetapi sekedar asesoris untuk bisa
mengklaim bahwa televisi mempunyai komitmen
keagamaan. Di balik semua kepentingan atau politik
penyiaran, muaranya adalah bisnis. Implikasinya, informasi
apapun termasuk dakwah, haruslah menjadi sebuah
komuditas dari sebuah produk yang layak jual.
Untuk mengoptimalkan dakwah di televisi, ada dua
pendekatan yang bisa diambil:
1) Pendekatan praktis pragmatis
Pendekatan ini dengan cara membangun basis-basis
umat lewat pendidikan dan ketrampilan profesional
media seperti menyisipkan penulis naskah untuk
70 Ibid., hlm. 88-89.
47
kegiatan dakwah, merintis dan mencari produsen-
produsen yang punya komitmen untuk pengembangan
dakwah Islam dan membentuk biro dan agen-agen
periklanan yang bersedia mendukung acara-acara
dakwah.
2) Pedekatan bersifat idealistik
Dengan cara pendekatan idealistik perlu dirintisnya
pendirian televisi dakwah. Pada pendekatan kedua ini,
politik penyiaran haruslah bermotif dakwah. Jadi semua
format acara baik informasi, hiburan dan pendidikan
punya target membentuk masyarakat bermoral religius.
Target keuntungan bisnis bukanlah tujuan utama, tapi
pelengkap dan sarana agar missi dakwah tercapai.71
2.3. Kajian Tentang Manajemen Qalbu
Manajemen Qalbu terdiri dari dua kata, manajemen dan qalbu
(Qolb). Manajemen (to manage) merupakan pengaturan yang dilakukan
melalui proses berdasarkan urutan fungsi-fungsinya untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkannya.72 Kata “manajemen” secara sederhana berarti
pengelolaan.73
71 Ibid., hlm. 127 72 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: Bumi
Aksara, 2001, cet ke-1, hlm. 1. 73 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993, hlm.553.
48
Jika manajemen diartikan mengatur, maka dalam konteks
perusahaan itu terkait dengan pengaturan semua unsur-unsur yang terdiri
dari man, money, methods, materials, machines, market, dan juga semua
aktivitas yang ditimbulkannya dalam proses manajemen tersebut.
Semuanya bertujuan agar lebih berdaya guna, terintegrasi dan
terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal.
Sedangkan pengertian manajemen menurut G.R. Terry, seperti
dikutip Enung Asmaya, mendifinisikan :
“Manajemen is a distinct process consisting of planning organizing
actuating and controlling performed to determine and accomplish stated
objectives by the use of human being and other resources, (Manajemen
adalah proses yang khas yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber lainnya).74
Sungguh sekecil apapun potensi yang ada bila dengan
pengelolaan yang tepat akan dapat terbaca, tergali, tertata dan berkembang
dengan hasil yang optimal.
Sementara qalbu dalam bahasa Arab, para ahli berbeda pendapat
dalam menentukan maknanya. Sebagian ada yang mengasumsikan sebagai
materi organik, sedangkan sebagian yang lain menyebutnya sebagai
system kognisi (kemauan) yang berdaya emosi.
74 G.R. Terry dalam Enung Asmaya, op. cit., hlm. 112.
49
Dalam bahasa Arab al-qalbu diucapakan untuk menyebut jantung,
bukan hati, sedang untuk hati disebut al-kabid. Dalam bahasa Indonesia,
yang disebut dengan qalbu adalah hati baik arti maknawi maupun fisik
(liver). Secara lughawi, qalbu artinya bolak kalik. 75
Al-Quran menggunakan term qalb dan fu’ad untuk menyebut hati
manusia, seperti yang disebutkan dalam QS Al-Isra [17]: 36 dan QS Al-
Syu’ara [26]: 89. Al-Quran juga menggunakan kata shadar yang berarti
dada atau depan untuk menyebut suasana hati dan jiwa sebagai satu
kesatuan psikologis, sebagaimana terdapat dalam QS Al-Insyriah [49]: 10.
Al-Ghazali secara tegas melihat qalbu dari dua aspek. Yaitu qalbu
jasmani dan qalbu ruhani. Qalbu jasmani adalah daging sanubari yang
berbentuk seperti jantung pisang yang terletak di dalam dada sebelah kiri.
Sedangkan qalbu ruhani adalah sesuatu yang bersifat halus dan bersifat
ruhani serta ketuhanan.76
Jadi manajemen qalbu adalah suatu proses perencanaan,
pengarahan dan pengendalian qalbu (hati) yang bertujuan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia, sehingga manusia tidak sekedar
mengenal lingkungan melainkan juga mampu mengenal lingkungan
spiritual ketuhanan, dan nilai kehidupan keagamaannya.
75 Mubarok, op. cit., hlm. 65. 76 Al-Ghazali dalam Enung Asmaya, op. cit., hlm. 113.
50
BAB III
BIOGRAFI DAN PESAN DAKWAH K.H. ABDULLAH
GYMNASTIAR DALAM ACARA INDAHNYA
KEBERSAMAAN DI SCTV VOL I DAN II TAHUN 2002
3.1 Biografi K.H. Abdullah Gymnastiar
KH. Abdullah Gymnastiar lahir di Bandung, pada 29 Januari 1962
silam. Dia adalah putra tertua dari empat bersaudara pasangan Letnan Kolonel
(Letkol) H. Engkus Kuswara dan Ny. Hj. Yeti Rohayati. Saudara kandung
lainnya adalah Abdurrahman Yuri, Agung Gunmartin, dan Fatimah Genstreed.
Aa Gym lahir dari sebuah keluarga yang dikenal religius dan disiplin.
Meskipun religius, metode pendidikan agama yang ditanamkan orangtuanya
dalam keluarga sebenarnya seprti yang diterapkan keluarga lain pada
umumnya. Akan tetapi, disiplin ketat namun demokratis telah menjadi bagian
tak terpisahkan dari pola hidupnya sejak kecil. Maklum terutama berkaitan
dengan kedisiplinan, ayahnya adalah seorang perwira angkatan darat.
Sebagai putra seorang tentara, dia bahkan pernah diamanahkan
menjadi Komandan Resimen Mahasiswa (Menwa) Akademi Teknik Jenderal
Ahmad Yani, Bandung.
Pada masa-masa mudanya, selain menuntut ilmu dan aktif
berorganisasi, Aa Gym juga memiliki kegemaran berdagang. Karena sebagian
besar jamaahnya adalah kawula muda, akhirnya pimpinan Pesantren Daarut
Tauhiid ini memperoleh sebutan Aa Gym (Aa dalam bahasa Sunda berarti
50
51
“Kakak”). Dari pernikahannya dengan Ninih Muthmainnah Muhsin cucu K.H.
Mohamad Tasdiq (Pengasuh Pesantren Kalangsari, Cijulang, Ciamis Selatan),
Allah kini mengaruniakan tujuh orang anak, yakni Ghaida Tsuraya,
Muhammad Ghazi Al-Ghifari, Gina Raudhlatul Jannah, Ghitsa Zahira Shofa,
Ghefira Nur Fatimah, Ghaza Muhammad Al-Ghazali, dan Gheriya Rahima.77
Latar belakang pendidikan formal Aa Gym, apabila dikaitkan dengan
posisinya sekarang, tampaknya cukup unik. Diawali di SD Sukarasa III
Bandung, SMP 12 Bandung, SMA 5 Bandung, kemudian dilanjutkan kuliah
selama setahun di Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) Unpad.
Terakhir, di Akademik Teknik Jenderal Ahmad Yani (kini Universitas Ahmad
Yani-Unjani) hingga sarjana muda. Sejak 1990, Aa Gym diamanhkan oleh
jamaahnya sebagai Ketua Yayasan Daarut Tauhiid, Bandung. Dari sinilah
terlihat bahwa secara formal, sosok Aa Gym sebenarnya tidak dibesarkan atau
didik di lingkungan yang ketat-terutama pesantren dalam pengertian
tradisional.
Dalam kaitan ini, Aa Gym mengakui ada hal-hal yang “tidak bisa”
dalam perjalanan hidupnya. “Secara syariati, memang sulit diukur bagaimana
saya bisa menjadi seperti sekarang ini,”78 ujarnya. Akan tetapi, lanjutnya, dia
merasakan sendiri bagaimana Allah seolah-olah telah mempersiapkan dirinya
untuk menjadi pejuang dijalan-Nya. Dengan hati-hati dan tawadhu, dia
menuturkan pencarian jati dirinya yang diawali beberapa peristiwa “aneh”,
yang mungkin hanya bisa disimak lewat pendekatan imani. Untuk lebih
77 Bambang Trim (editor), Aa Gym Apa Adanya, Bandung: PT. Mutiara Qolbun Salim, 2003, hlm. 51.
78 Ibid., hlm. 53.
52
jelasnya, seperti dikutip harian Pikiran Rakyat-secara agak panjang
pengalaman spiritualnya tersebut.
Bermula dari sebuah pengalaman langka: nyaris sekeluarga-ibu, adik, dan dirinya sendiri-pada suatu ketika dalam tidur mereka secara bergiliran bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw…. Sang ibu bermimpi mendapati Rasulullah sedang mencari cari seseorang…Pada malam lain, giliran salah seorang adiknya bermimpi Rasulullah Saw mendatangi rumah mereka. Ketika itu ayahnya langsung menyuruh Gymnastiar, “Gym, ayolah temani Rasul.” Ketika ditemui, ternyata Rasul menyuruh Gymnastiar untuk menyeru orang mendirikan shalat. Beberapa malam setelah itu, dia memimpikan hal yang sama. Dalam mimpinya, dia sempat ikut shalat berjamaah dengan Rasulullah dan keempat sahabat: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Saya berdiri disamping Sayidina Ali, sementara Rasulullah bertindak sebagai imam. Namun, sebelum mimpi ini, terlebih dahulu dia bermimpi didatangi seorang tua berjubah putih bersih yang kemudian mencuci mukanya dengan ekor bulu merak yang disaputi madu. Setelah itu, orang tua tersebut berkata bahwa, insya Allah, kelak dia akan menjadi orang yang mulia. Gymnastiar mengakui sulit melupakan mimpi yang terakhir ini”.79 Setelah peristiwa mimpi itu, Aa Gym merasa mengalami guncangan
batin. Rasa takutnya akan perbuatan dosa membuat dia berperilaku aneh di
mata orang lain. Misalnya, sering menangis apabila ada orang menyebut nama
Allah, atau hatinya jengkel bila waktu pagi tiba karena sedang asyik
bertahajud. Melihat tingkah-lakunya ini, orang tuanya sempat menyarankan
agar dirinya mengunjungi psikeater.80
Menurut Aa Gym, setelah melalui proses pencarian itu, dia bertemu
dengan empat orang ulama yang sangat memahami keadaannya. Seorang
ulama sepuh yang pertama kali ditemuinya mengatakan bahwa dia telah
dikaruniai tanazzul oleh Allah, yakni secara langsung dibukakan hati untuk
79 Harian Pikiran Rakyat, tentang Pengalaman Aa Gym Mimpi Bertemu Rasulullah,
Tanggal 13 Juli 1999, atau lihat Hernowo (editor), hlm. 23. 80 Ibid., hlm. 24.
53
“mengenal”-Nya, tanpa melalui proses riyadhah. Sementara K.H. Khoer
Affandi, ulama tasawuf terkenal, pimpinan Pesantren Miftahul Huda,
Manonjaya, Tasikmalaya, yang ditemuinya atas saran ulama sepuh pertama
tersebut mengatakan bahwa dirinya dikaruniai ma’rifatullah. Dua ulama lain
juga mengatakan hal serupa. Keduanya adalah ayah dan kakek seorang wanita
yang kini menjadi pendamping hidupnya. Keempat ulama ini, bagi Aa Gym,
jasanya jelas tidak dapat dilupakan karena telah memberi les kepadanya tanpa
perlu nyantri bertahun-tahun.81
3.2 Strategi Dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar
Aktivitas keislaman di Daarut Tauhiid terfokus pada kegiatan dakwah.
Kendati pengertian dakwah disini lebih bermakna pendidikan bukan dakwah
dalam pengertian konvensional. Pola dakwahnya meliputi ceramah umum
yang rutin diselenggarakan setiap Kamis petang, malam Jumat, dan Minggu
petang, yang disampaikan langsung oleh Aa Gym. Penyimaknya bukan hanya
santri Daarut Tauhiid, melainkan juga jamaah umum yang datang dari
berbagai pelosok yang jumlahnya bisa mencapai ribuan.
Dari beberapa gambaran aktivitas dakwah Aa Gym yang sedang dan
telah dilakukan, tampaknya ada dua strategi dakwah Aa Gym secara umum
yaitu pertama, membangun kekuatan ekonomi, dan kedua membangun
kekuatan akhlak. Orientasi pada perkembangan akhlak jelas disimbolkan oleh
konsepnya tentang Manajemen Qolbu, sedang aspek ekonomi ditandai dengan
81 Ibid., hlm. 23-24.
54
pengembangan sejumlah unit usaha yang tergabung dalam koperasi induk
pesantren, mini market, BMT, juga yang lainnya.
Dalam hal ini Aa Gym menjelaskan bahwa ada empat kunci (strategi)
kesuksesan dakwah yang selama ini dilakukannya, yaitu:
Pertama, mampu memberi dan menjadi suri teladan (uswah hasanah)
dan membuat komunitas. Dalam hal suri teladan ini, Aa Gym dan istrinya
sering memberi contoh mulai dari hal-hal yang paling kecil, seperti menata
dan merapikan sandal dan sepatu di Masjid Daarut Tauhiid, mengambil
sampah sendiri sekalipun banyak santri di dekatnya.
Kedua, strategi ceramah lewat pelatihan dan pembinaan, pelatihan
supaya terbiasa, dan pembinaan supaya istikamah (teguh pendirian). Ini bisa
dilakukan melalui semua media mulia dari radio, televisi, media cetak, dan
lainnya.
Ketiga, adalah dengan membangun sistem kuat (kondusif). Yang
dimaksud Aa Gym adalah peraturan-peraturan perundang-undangan baik
berupa undang-undang maupun peraturan daerah yang dibuat oleh anggota
dewan yang memudahkan rakyat semakin dekat dengan Allah. Undang-
undang dibuat bukan berdasarkan suka atau tidak suka, tetapi dibuat
berdasarkan nilai-nilai keadilan dan nurani yang bersih.
Keempat adalah membangun kekuatan ruhiah di masyarakat. Salah satu
fasilitas yang dipakai adalah handphone yang dimanfaatkan untuk
meningkatkan ibadah. Upaya lain yang dilakukan oleh Aa Gym untuk
meningkatkan ibadah, salah satunya yang terbaru adalah program SMS dan
55
Al-Quran seluler melalui fasilitas handphone. Melalui program ini, jamaah
yang menjadi anggota akan selalu mendapatkan kiriman SMS berisi kata-kata
hikmah dan diingatkan setiap waktu salat untuk segera melakukan salat.
Melalui perogram Al-Quran seluler, jamaah (anggota) dapat menyimak bacaan
Al-Quran secara bersambung setiap saat beserta terjemah dan tafsiran.
Diharapkan setiap tiga bulan khatam 30 juz.82
Dengan kata lain, pola dakwah Daarut Tauhiid menggunakan strategi
peningkatan sumber daya manusia melalui penampilan dan perilaku Islami,
serta karya nyata. Penampilan yang rapi, bersih, baik diri santri maupun
lingkungan (sanitasi), perilaku yang ramah, santun berwibawa, juga karakter
yang rajin, trampil, cetakan, serta tidak menyiakan-menyiakan waktu
merupakan sesuatu yang diutamakan di Daarut Tauhiid. Prinsipnya, manusia
mestilah memberdayakan dirinya sehingga menjadi insan berzikir dan berfikir,
mampu berikhtiar seoptimal mungkin. Dengan prinsip-prinsip itu, bukan
sebuah kebetulan jika PP. Daarut Tauhiid cepat dikenal dan kiprahnya segera
dapat dirasakan oleh masyarakat luas.83
3.3 Latar Belakang Munculnya Dakwah Indahnya Kebersamaan Di SCTV
Latar belakang dakwah Aa Gym dalam acara Indahnya Kebersamaan
tak lepas dari perjalanan aktivis Daarut Tauhiid Jakarta dari aktivitas dakwah
Aa Gym dengan kegiatan ceramahnya. Pada tahun 1994-1996, Aa Gym
semakin sering mengunjungi Jakarta dalam kegiatan Taushiah di Kantor-
82 Enung Asmaya, op. cit., hlm. 92-96. 83 Hernowo (editor), op. cit., hlm. 32.
56
kantor dan Masjid-masjid. Jumlah Jamaah di Jakarta telah bertambah banyak.
Hal ini disebabkan karena dakwah di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung telah
mampu menarik perhatian masyarakat Jakarta yang mendapat informasi
aktivitas Daarut Tauhiid dari surat kabar maupun pemeran-pameran rutin yang
diikuti seperti arena PRJ, Pameran Buku di Balai Sidang Senayan, dan lain-
lain.
Pada akhir tahun 1996, atas prakarsa Palgunandi T. Setyawan, mulai
dilakukan pertemuan rutin warga Daarut Tauhiid di Jakarta. Bertempat di
kediamannya di Lebak Bulus. Pertemuan yang dilakukan ini dimaksudkan
untuk menghimpun Jamaah Daarut Tauhiid di Jakarta, yang belum
mempunyai wadah kegiatan khusus. Sekitar Bulan Februari 1997 atas
permintaan Aa Gym, anggota Daarut Tauhiid di Jakarta dipercaya membantu
menangani proyek sembako PT Pos Indonesia. Atas musyawarah bersama
dibuatlah Koperasi Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Unit Usaha Jakarta
(Kopontren Daarut Tauhiid) yang dikepalai oleh H.M. Rusdi Samad, dengan
penasihat Palgunadi.
Menyadari bahwa dengan mendegarkan dan mengamalkan Taushiah Aa
Gym itu bermanfaat, maka para santri lama berfikir bagaimana caranya agar
ceramah Aa Gym bisa berlangsung di Jakarta. Kemudian akhir Tahun 1999
terbentuklah Keluarga Mahasiswa Daarut Tauhiid (GAMADA) yang
menampung kegiatan mahasiswa yang tertarik kegiatan Daarut Tauhiid
Jakarta. Pelebaran sarana dakwah tidak hanya pengajian di Masjid Al-Azhar
dan Masjid Istiqlal yang dihadiri oleh 7.000 Jamaah, tetapi juga kantor-kantor
57
serta 4 radio swasta Jakarta (Ramako FM 105.15 Senin – Kamis 05.30 – 06.00
dan Hikmah Fajar (Manajemen Qolbu) RCTI Jumat 05.00-05.30, TVRI
Jakarta setiap hari Minggu pagi, 05.30 langsung dari Daarut Tauhiid Bandung,
SCTV setiap Minggu ke-2, langsung dari Masjid Istiqlal jam 13.00-15.00
WIB dan RRI pro.2 FM Jakarta.
Perbedaan Daarut Tauhiid Jakarta dan Bandung adalah kecenderungan
menyesuaikan demografis wilayah yaitu atmosfir (budaya) masyarakat dan
tata lakunya. Programnya masih menyesuaikan dengan keinginan jamaah.
Trade mark Qolbu Salim (QS) membentuk Manajemen Qolbu (MQ) dapat
ditransfer ke dalam pola pikir masyarakat Jakarta dan berkembangnya
metropolitan. Daarut Tauhiid Jakarta mencoba untuk membaca kemajuan
IPTEK. Sehingga seperti ‘Amoeba’, ia harus peka terhadap perkembangan
zaman.
Kemajuan Web Site, Globalisasi, AFTA, kemajuan Teknologi Internet,
kemajuan muslim luar negeri menjadi tantangan bagi pengembangan Daarut
Tauhiid. Itulah sebabnya saat ini Daarut Tauhiid memiliki fasilitas untuk
menerima taushiyah Aa Gym dengan fasilitas Microsite MQ Aa Gym di
http://www.detik.com/aagym. Yang bisa melayani konsultasi dan
permasalahan yang dihadapi umat.
Karena kesibukan dan jadwal Aa Gym yang sangat padat, maka diajukan
beberapa ustad lainnya sebagai pengganti seperti Ust. Abdul Hakim, Ust. Edi
Junaedi, dan Ust. Muhammad Zeni untuk sekretaris Daarut Tauhiid Jakarta.
58
Pengajian Indahnya Kebersamaan terbuka untuk umum dan tidak
dipungut biaya, setiap hari Ahad kedua setiap bulan, pukul 13:00 – 15:00 WIB
di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, disiarkan secara langsung di SCTV dan live di
internet melalui sreaming audio-video (Real Player) di http://www.sctv.co.id.
Bisa juga menggunakan handphone GPRS dengan fasilitas Real One Player
seperti Nokia 3960, dapat megikuti secara live di http://wap.liputan6.com.84
Kegiatan dakwah Aa Gym banyak mengundang atensi masyarakat.
Pola dakwah yang dilakukan meliputi ceramah umum yang rutin dilaksanakan
di masjid “Seribu Tangan Umat” setiap Kamis petang, malam Jumat dan
Minggu petang langsung disampaikan Aa Gym. Pendengarnya bukan hanya
santri Daarut Tauhiid, melainkan juga jamaah umum yang dating dari berbagai
kota yang jumlahnya mencapai ribuan. Hal ini membuat Aa Gym serta
pengasuh Pondok Pesantren Daarut Tauhiid berencana untuk membuka
cabang di beberapa kota. Dengan mengutus sahabat senior Aa Gym dibukalah
cabang Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, di Batam dan Jakarta.
Seiring dengan kebutuhan akan dakwah, Daarut Tauhiid Jakarta
membentuk Majelis Manajemen Qolbu (MMQ). Majelis MQ serupa dengan
aktivitas dakwah pada umumnya, yaitu ada da’i, mad’u, materi, metode
(teknik), dan media yang digunakan.
Majelis MQ yang dilaksanakan di Masjid Istiqlal dan Masjid Al-Azahar
Kebayoran Baru Jakarta dainya Aa Gym, mad’unya seluruh jamaah yang
ingin ilmu hati (qalbu), materi yang diberikan berupa aqidah, syariah dan
84 htt://www.sctv.com (April 2004)
59
akhlakul karimah, tetapi lebih diperdalam pada materi akhlak (hati) yang
terkait dengan masalah sehari-hari kesalehan terhadap Allah Swt. dan Rasul-
Nya, kesalehan kepada sesama dan ajakan penataan hati.
Materi-materi tersebut dikemas dalam bahasa sederhana, mudah
dipahami oleh berbagai level dan tingkat masyarakat, mengajak tidak
menginjak, dan mendidik tidak menghardik.
Dalam perkembangan selanjutnya Majelis Manajemen Qolbu mendapat
dukungan media massa yang ikut mensosialisasikan materi-materi MQ yang
disampaikan, seperti SCTV Live dengan tajuk “Indahnya Kebersamaan”,
“RCTI Off Air, “Hikmah Fajar”, RRI Pro 2 FM Jakarta Live dan MQ FM
Bandung Live, setiap pagi hari juga media cetak Tabloid MQ, fasilitas Al-
Quran seluler, internet dan SMS (untuk SCTV).
Sedangkan metode (mekanisme penyampaian) dakwah indahnya
kebersamaan; sesi pertama, diisi dari acara; sesi kedua, membuka tanya jawab
yang dialokasikan sekitar seperempat waktu; dan sesi ketiga, diseis dengan
muhasabah, yang juga memakan waktu seperempatnya dari keseluruhan
acara.85
3.4 Isi Pesan Dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar Dalam Acara Indahnya
Kebersamaan di SCTV Vol I dan II Tahun 2002
Materi/pesan dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar dalam acara
indahnya kebersamaan vol I dan II tahun 2002 di SCTV seperti terangkum
85 Enung Asmaya, op.cit., hlm. 99.
60
pada halaman lampiran, kemudian peneliti mengelompokan pesan dakwah
kedalam kata/kalimat dalam tiga ketegori, yaitu kategori manajemen qalbu,
kategori kesalehan individul dan kesalehan sosial, seperti dijelaskan dalam
bab II.
3.4.1 Isi materi/pesan dakwah dalam VCD vol I dengan tema Membangun
Jati Diri, terdapat beberapa kategori kata/kalimat.
1) Kategori Manajemen Qalbu
a. Caci dan maki, paragraf kesatu.
b. Membangun hati nurani, paragraf kedua.
c. Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai saat
ini, paragraf ketiga.
d. Bersyukur, terdapat dalam paragraf ketiga.
e. Tamak dan gentar, terdapat dalam paragraf kelima.
f. Satukan perkataan dan perbuatan, terdapat dalam paragraf
ketiga belas.
g. Sombong dan takabur, terdapat dalam paragraf keempat belas.
h. Keteladanan, terdapat dalam paragraf keenam belas.
i. Terus menerus memperbaiki diri, dan mulai dari diri sendiri,
tedapat dalam paragraf kedua puluh.
j. Bening hati, paragraf duapuluh satu.
2) Kategori kesalehan sosial.
a. Sesuatu untuk memeperbaiki, paragraf kesatu.
b. Bersedekah, terdapat dalam paragraf keenam.
61
c. Pemimpin, terdapat dalam paragraf kedua belas.
d. Sekolah, kuliah, terdapat dalam pargaraf keempat belas.
3) Kesalehan individual
a. Wudu, tahadjud, terdapat dalam paragraf keempat.
b. Shalat, terdapat dalam paragraph keenam.
c. Berdoa, keduapuluh.86
3.4.2 Isi materi/pesan dakwah dalam VCD vol II dengan tema Indahnya
Kasih Sayang, terdapat beberapa kategori kata/kalimat.
1) Manajemen qalbu
a. Kasih sayang, paragraf kedua.
b. Khubuddunya, paragraf keempat.
c. Penyakit kebencian, paragraf keenam.
d. Mengasah hati nurani, terdapat dalam paragraph kesembilan.
e. Berzikirlah, terdapat dalam paragraf ketujuh belas.
f. Harta yang halal, terdapat dalam paragraf keduapuluh.
g. Pergaulan dari hati kehati, terdapat dalam paragraf keduapuluh
lima.
h. Cinta karena Allah, terdapat dalam paragraf keduapuluh tujuh.
i. Menahan marah, terdapat dalam paragraf keduapulu dua.
2) Kesalehan sosial
a. Menyanyangi orang lain, terdapat dalam paragraph ketiga.
b. Jagan pula meremehkan, terdapat dalam paragraf kedelapan.
86 Lihat lampiran isi pesan dakwah Aa Gym vol 1 dengan tema Membangun Jati Diri,
Bandung, 2002.
62
c. Kepekaan untuk berbuat baik, terdapat dalam paragraf
kesebelas.
d. Sialturahim, paragraf kedua belas.
3) Kesalehan individual
a. Haji, shaum, terdapat dalam paragraf keenam.
b. Bertafakur kepada ciptaannya.
c. Bertaubat, paragraf ketujuh belas.87
87 Lihat lampiran isi pesan dakwah Aa Gym vol II dalam tema Indahnya Kasih Sayang,
Bandung, 2002.
63
BAB IV
ANALISIS PESAN DAKWAH KH. ABDULLAH
GYMNASTIAR
4.1. Analisis Pesan Dakwah K.H Abdullah Gymnastiar Vol I dan II tahun
2002
Dari materi pesan kata/kalimat yang telah disampaikan dalam bab
III, secara global materi dakwa K.H. Abdullah Gymnastiar dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori yakni, 1) Kategori Manajemen Qalbu, 2)
Kesalehan Sosial, dan 3) Kesalehan Individual, seperti dijelaskan dalam bab
I. Ketiga kategori tersebut sebagai landasan penulis dalam menganalisis
pesan dakwah Aa Gym acara Indahnya Kebersamaan vol I dan II di SCTV
Tahun 2002.
Adapun kata / kalimat yang penulis analisis sesuai dengan ketiga
kategori tersebut, antara lain:
1) Membangun Jati Diri
a. Kategori Manajemen Qalbu
Paragraf pertama,
Kalau selesai urusan bangsa ini dengan kecewa, marilah kita kecewa habis-habisan, kalau hanya selesai dengan caci dan maki, marilah kita caci maki.
Kategori Manajemen Qalbu ditunjukan pada kata/kalimat
“caci dan maki”. Dari analisis teks di atas, bahwa dengan caci dan
maki tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan menambah masalah
63
64
menjadi tambah rumit. Oleh karena itu caci dan maki harus
dihilangkan dalam rangka mengatasi permasalahan bangsa yang
dihadapi.
Sehingga dengan mudah permasalahan dapat diatasi, dengan
niat yang lurus, dan kesabaran untuk memperbaiki segala
permasalahan di mulai dari diri sendiri.
Paragraf kedua, Bahwa membangun bangsa ini tidak hanya dengan akal, tidak cukup hanya membangun otot, tidak cukup dengan membangun jalan, tetapi yang paling pokok adalah membangun hati nurani bangsa ini.
Kategori Manajemen Qalbu terdapat pada kata/kalimat
“membangun hati nurani bangsa”. Dimana bangsa kita adalah belum
bersungguh-sungguh membuat program untuk menghidupkan dan
membangkitkan kekuatan nurani. Padahal nurani itulah yang akan
menuntun akal pikiran, sikap, dan tingkah laku menjadi penuh nilai,
kemuliaan dan kehormatan yang hakiki, karena nurani adalah inti
terpenting dari manusia yang mengatur segala sikapnya.
Paragraf ketiga,
Apa yang paling penting kita miliki, rumusnya 3 M, a. Mulai dari diri sendiri. b. Mulai dari yang terkecil. c. Mulai saat ini.
Kategori manajemen qalbu terdapat pada kata/kalimat “ mulai
dari diri sendiri. Bagai manapun juga kita tidak bisa mengubah orang
lain tanpa diawali dengan mengubah diri sendiri. Jangan melarang
65
diri, jika kita awali dari diri sendiri, setiap pekerjaan insya Allah
akan menjadi kekuatan yang menggugah dan merubah.
Kata kedua “ mulailah dari hal yang terkecil”. Sesuatu yang
besar adalah rangkaian dari yang kecil. Dengan kata lain, kalau kita
belum bisa berbuat sesuatu yang besar, lakukanlah hal yang terkecil.
Kalau kita bisa melakukan hal yang terkecil dengan baik, niscaya
Allah akan memberikan kesempatan untuk melakukan hal yang besar
dengan cara terbaik.
Kata/kalimat ketiga “ mulai dari diri sendiri”. Kita tidak tahu
apakah kita masih memiliki waktu dan atau tidak. Allah-lah yang
Maha tahu ajal kita. Oleh karena itu, manfaatkanlah setiap
kesempatan agar efektif menjadi kebaikan.
Dari ketiga kategori tersebut merupakan rangkaian untuk
berbuat baik merubah keadaan bangsa ini, dan juga pada diri sendiri
untuk merubah bangsa ini yang lebih besar.
Paragraf ketiga,
“……saudara yang hadir di Majelis ini, hari ini adalah hari buat kita untuk bersyukur. Bisa jadi kita hadir di tempat ini bukan karena kesalehan kita. Kehadiran kita di sini mungkin karena ridla Allah atas orang-orang yang kita sakiti yang mereka balas sakit hatinya dengan doa kemuliaan bagi kita.”
Kategori Manajemen Qlbu, ditunjukkan dalam kata
“bersyukur”. Karena syukur dalam konteks sangat terkait dengan
gerak hati, maka syukur masuk dalam kategori Manajemen Qalbu.
Kata syukur berasal dari bahasa Arab. Dalam Kamus Besar Bahasa
66
Indonesia, syukur diartikan sebagai, “rasa berterima kasih kepada
Tuhan untuk menyatakan perasaan lega dan senang. Dengan nikmat
yang kita terima sudah selayaknya kita berterimakasih sebagai wujud
rasa syukur kepada Allah SWT.
Firman Allah dalam Surat an-Nisa’ [4]: 147 yang artinya,
“Mengapa Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman
? Dan Allah Mahamensyukuri lagi Mahamengetahui.” 88
Paragraf kelima,
“Ada tiga latihan yang harus dilakukan untuk membangun jati diri guna mempersiapkan lahirnya generasi baru bangsa ini. Pertama, jangan tamak terhadap penghargaan manusia. Kedua, jangan gentar terhadap penghinaan. Ketiga satukan perbuatan antara perkataan dan perbuatan.”
Kategori Manajemen Qalbu, ditunjukkan pada kata “ jangan
tamak pada penghargaan dan jangan “gentar pada hinaan.” Kedua
kata tersebut merupakan wilayah Manajemen Qalbu karena terkait
dengan masalah hati. Sehingga hati tidak haus penghargaan dan
punya percaya diri dalam menghadapi hinaan orang lain.
Penghargaan adalah aksesoris dunia yang akan hilang dan
sirna. Apabila selalu mengejarnya, maka hidup tidak akan tenang
karena akan kecewa jika tidak diperolehnya.
Sedangkan penghinaan adalah ladang amal untuk memperbaiki
kekurangan diri menjadi lebih baik. Karena hinaan makhluk tidak
akan membuat seseorang menjadi hina. Yang membuat seseorang
88 Depag RI, op. cit., hlm. 352.
67
menjadi hina adalah perbuatannya yang memang hina. Seperti QS
Ali Imran [3]: 26, yang artinya “ Cukuplah penghargaan dari Allah.
Bila Allah sudah memuliakan maka tidak ada seorang pun yang
dapat merendahkan. Bila Allah sudah menghinakan seseorang maka
siapakah lagi yang dapat memuliakannya.” 89
Paragraf ketujuh,
Berbuat baikkan tidak harus ada yang tahu, tidak ada yang muji, tapi di sisi Allah terpuji sebagai orang yang ikhlas.
Kata/kalimat yang mengandung muatan manajemen qalbu
terdapat pada kata/kalimat “ikhlas”. Ikhlas adalah kunci
kemerdekaan hati. Orang-orang yang ria yang hidupnya tamak akan
pujian akan menjadi korban mode dan perkembangan jaman.
Tetapi orang yang ikhlas tidak pusing dengan penilaian
manusia, yang dia pikirkan adalah selalu memikirkan yang terbaik,
dan puas dengan penilaian Allah Yang Maka Dekat serta ganjaran
dari Allah yang melimpah dan tidak mengecewakan.
Paragraf ketiga belas,
“…..Satukan perkataan dan perbuatan. Jatuhnya wibawa seorang pemimpin, tidak dihormatinya seorang ayah, ibu, dosen, atau dianggap sepelenya seseorang, sering dikarenakan perkataannya tidak sesuai dengan perbuatannya.”
Kategori Manajemen Qalbu, ditunjukkan oleh kalimat “satukan
antara perkataan dan perbuatan”. Ini dilakukan untuk melatih diri
89 Depag RI, op. cit., hlm. 256.
68
dalam menyatukan antara perkataan dan perbuatan (keteladanan).
Karena sementara ini, banyak orang pandai menasehati dalam
kebaikan tetapi sulit untuk berbuat kebaikan. Banyak orang yang
mengaku benar tetapi sulit untuk berbuat benar.
Keteladanan, merupakan bahasan Manajemen Qalbu sehingga
bila hendak mengajak orang lain, maka ajaklah dulu diri sendiri, bila
ingin melarang orang lain, maka laranglah dulu diri sendiri. Karena
orang yang kata-katanya sesuai dengan perbuatannya pasti dipercaya
dan dihormati. Karena sudah jelas dalam QS Al-Shaff [16]: 3,
”Besar kemungkaran bagi mereka yang tidak sesuai antara
perkataan dan perbuatannya.”90 Ini berarti, menyesuaikan antara
perkataan dan perbuatan adalah sangat penting dan menjauhkan dari
murka Allah SWT.
Paragraf keempat belas,
“Tidak ada jalan bagi kita untuk menjadi sombong dan takabur dengan jamuan Allah, kecuali kita harus jujur kepada diri sendiri.”
Kategori Manajemen Qalbu, ditunjukkan pada kata “sombong”
dan “takabur”. Kedua kata tersebut merupakan garapan Manajemen
Qalbu, yang harus diarahkan untuk mengikis sifat-sifat tersebut.
Karen apabila dilakukan akan terus mengotori hati, yang akibatnya
hati terasa sempit, hidup gelisah, dan prestasi hidup menjadi
terhambat.
90 Depag RI, op. cit., hlm. 653.
69
Paragraf keenam belas,
“P4 gagal total di Indonesia walau telah menghabiskan biaya beratus miliar, begitu banyak banyak waktu. Di antara kunci penyebab kegagalannya adalah karena tidak ada keteladanan. Masyarakat sulit mencontoh, siapa yang berjiwa P4 sebenarnya”.
Kategori Manajemen Qalbu, ditujukan dengan kata
“keteladanan”. Keteladanan memerlukan upaya sunguh-sunguh dari
seseorang, karena jika tidak ada niat untuk memulainya maka sulit
terwujud. Salah satu yang harus diperjuangkan adalah komitmen
untuk selalu menyesuaikan antara perkataan dan perbuatan, sehingga
perlu kontrol diri dan manajemen hati.
Keteladanan bisa dilakukan dalam lingkungan kecil seperti
dalam rumah tangga, keluarga, kantor, masyarakat, dan bangsa.
Untuk melakukannya jangan dulu saling melihat, tetapi segera
lakukan oleh diri sendiri. Suri teladan atau uswah artinya contoh,
teladan, dan ikutan. Sedangkan hasanah berarti baik. Jadi berarti
teladan yang baik. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan usaha
yang bertahap, yaitu mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat,
dan bangsa. Karena jatuhnya pemimpin berawal dari dirinya. Jangan
memikirkan negara yang besar, coba pikirkan negara mini kita
dahulu yaitu tubuh kita ini. Kemudian baru mulai membenahi
kerajaan rumah kita.
Paragraf kedelapan belas,
Jangan sampai kita tidak jujur dengan perkataan dan perbuatan, ga papa sedikit yang kita sampaikan asal kita sudah melakukannya.
70
Kategori manajemen qalbu terdapat pada kata/kalimat “jujur”.
Jujur adalah modal utama dalam kehidupan seperti dicontohkan Nabi
Muhammad Saw. Beliau memiliki kejujuran sebagai modalnya. Jujur
membawa orang kepada kemujuran bukan sebaliknya kepada
kehancuran. Hal itu dikemukan dalam hadist, “sesungguhnya
kejujuran itu menghantarkan seseorang kepada kebenruntungan dan
kebaikan. Dan kebaikan menghantarkan kejalan surga”. (HR.
Bukhari).
Paragraf kedua puluh,
“ Walaupun negara benar, kalau kita sendiri bermasalah, maka negara akan rusak karena kita sendiri yang merusaknya. Jadi bagi kita solusi untuk menyehatkan bangsa ini adalah terus-menerus memperbaiki diri dan apabila kita ingin membangun bangsa rumusnya adalah tumbuhkan keinginan untuk membangun diri dan memulai dari diri sendiri.”
Kategori Manajemen Qalbu, ditujukan pada kalimat “terus-
menerus memperbaiki diri” dan “memulai dari diri sendiri”. Karena
salah satu dari cara untuk melakukan Manajemen Qalbu adalah tidak
bosan-bosannya seseorang membiasakan diri dalam memperbaiki
kekurangan diri. Sedangkan untuk memulai dari sendiri, konteksnya
adalah keinginan dari para dai atau masyarakat Indonesia pada
umumnya yang menginginkan perbaikan bangsa Indonesia. Solusi
yaitu pertama, harus mendakwahi dulu diri sendiri (mulai
memperbaiki diri), kedua, berdakwah harus dengan bukti (sesuai apa
yang di katakana dengan perbuatan), dan ketiga, berdakwah dari hati
kehati.
71
Paragraf keduapuluh satu,
Kita berbagi tugas, memang harus ada yang berjuang dengan kekerasan, karena itu jawabannya seperti saudara kita di Palestina. Hidup dengan akhlak dan membangun bangsa dengan bening hati
Kategori manajemen qalbu terdapat pada kata/kalimat
“bening hati”. Dalam kontekes ini dengan bening hati menjadikan
hati selalu menjaga persaudaraan antar sesama suku, bangsa dan
negara. Karena hal itu membuat hati kita menjadi bening/tidak buruk
sangka melihat persoalan yang terjadi dibelana dunia lain.
b. Kategori Kesalehan Sosial
Paragraf kesatu,
Bangsa kita yang sedang sakit ini adalah ladang amal bagi kita, kita boleh kecewa, kita boleh terluka, tetapi yang harus kita lakukan adalah berbuat sesuatu untuk memperbaiki.
Kategori kesalehan sosial terdapat pada kata/kalimat “
berbuat sesuatu untuk memperbaiki”. Memperbaiki keadaan bangsa
yang sedang rusak adalah dengan membangun bangsa ini dengan
memberikan keteladanan yang baik, sehingga bermanfaat bagi
jalanya perbaikan bangsa ini, dan bermanfaat bagi sesama manusia,
dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Paragraph keenam,
“Bahwa sedekah saudara harus lebih banyak dari bersedekah dari barang yang anda miliki/lebih mahal. Jangan sampai diri kita lebih murah dari topeng yang kita pakai. Dan yang tidak punya jangan menyiksa diri pingin yang bermerek, kalau bisa menganggap yang
72
bermerek adalah imitasi, atau lebih baik kita pakai yang tidak menjadi ria.”
Kategori Kesalehan Sosial ditunjukkan dalam kata “
bersedekah”. Sedekah memiliki dimensi sosial yang karena tujuan
utama diperintahkan sedekah adalah untuk membantu orang-orang
yang tidak mampu. Hal tersebut terkait dengan QS Al-Baqarah [2]:
271, “Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu adalah baik-
baik saja. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan
kepada orang-orang kafir, maka menyembunyikan itu lebih baik
bagimu. Dan Allah akan menghapuskan diri kamu segala kesalahan-
kesalahan, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Paragraf kedua belas
“ Bagai para suami jangan sampai kehilangan kepemimpinan sebagai pemimpin keluarga. Suami adalah tulang punggung keluarga, seumpama pilot bagi pesawat terbang, nahkoda bagi kappa laut, masinis bagi kereta api, sopir bagi angkutan kota atau sais bagi sebuah delman.”
Kategori Kesalehan sosial terdapat dalam kata
“pemimpin”, karena seorang pemimpin berarti ada yang dipimpin.
Maka ia akan selalu beriteraksi dengan anggota-anggota yang
dipimpinnya. Konteks pemimpin di atas dalam sebuah keluarga,
adalah mendasarkan pada firman-Nya dalam QS Al-Nisa [4]: 34,
“Laki-laki adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah telah
73
melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lainnya dan karena
mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka….” 91
Paragraf keempat belas,
“ Bagi kita sekolah, kuliah adalah suatu ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita meningkat. Kita menuntut ilmu supaya tambah luas ilmu hingga akhirnya hidup kita bisa lebih meningkatkan manfaatnya”.
Kategori Kesalehan Sosial ditujukan pada kata “sekolah,
kuliah”. Karena hal demikian terkait erat dengan interaksi sesama
manusia. Dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan diri dalam
memberi manfaat pada sesama. Sebagaimana sabda Nabi SAW.,
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi
manusia.”
c. Kategori Kesalehan Individual
Paragraf keempat,
Kemuliaan seseorang berbanding lurus dengan rasa malu, keimanan itu alat ukurannya rasa malu, makin kurang rasa malu makin kurang iman, makin mudah rontok dalam kehidupan.
Kategori kesalehan individual terdapat pada kata/kalimat
“iman”. Iman adalah percaya dalam hati diucapkan dengan lisan dan
di aktualisasikan dengan anggota badan. Dalam konteks ini, bawa
iman kita harus ditingkatkan agar apa yang kita lakukan adalah
cerminan dari nilai-nilai keimanan.
91 Depag RI, op. cit., hlm. 156.
74
Paragraf kelima belas,
“Pada waktu malam orang lain pulas mendengkur, kita ambil air wudu dan tahadjud. Waktu yang kita pergunakan sama tetapi isinya berbeda. Orang yang akan sukses, waktunya sama tetapi isinya berbeda dan hari esok lebih baik dari hari ini, insya Allah ia akan diberi ketenangan Allah”.
Kategori Kesalehan Individual, ditujukan dalam kata “wudu”
dan “tahadjud.” Wudu adalah syarat sah untuk melaksanakan ibadah
wajib kepada Allah. Sedangkan di luar itu, memiliki wudu setiap saat
sangat dianjurkan, dengan alas an untuk menjaga atau sebagai
kendali diri dari hal-hal yang sia-sia.
Shalat tahadjud merupakan ritual untuk berkomunikasi dengan
Allah SWT. Salat tersebut merupakan salah satu dari berapa salat
sunah yang dianjurkan.
Kata/kalimat berikutnya,
“Inti dalam shalat yaitu akhlak menjadi baik, sebagaimana Rasulullah menerima perintah shalat dari Allah, agar menjadikan akhlak yang baik. Itulah ciri ibadah yang disukai Allah.”
Kategori Kesalehan Individual, ditujukan pada kata “salat”.
Salat merupakan salah satu bentuk ketaatan seseorang hamba kepada
Allah SWT. Pelajaran yang dapat diambil dari salat, seseorang
muslim akan dilatih untuk hidup disiplin waktu, seperti waktu salat
zuhur, asar, maghrib, isya dan subuh. Pokoknya setiap waktu harus
berharga.
75
Paragraf keduapuluh,
Kita hampir tak berdaya berbuat apa-apa, paling kita berteriak mudah-mudahan menjadi amal shaleh, mudah-mudahan saudara-saudara kita yang di Palestina tidak bisa mengirim tenaga, tapi do’a.
Kategori kesalehan individual terdapat pada kata/kalimat
“do’a”. Doa adalah salah satu komunikasi dengan Allah Swt, pada
hakikatnya doa merupakan tuntutan untuk mengubah diri. Maka
merupakan tindakan yang sangat bijak melihat keadaan. Hubungan
dengan Allah, sesungguhnya Allah akan benar-benar mengabulkan
doa setiap hamba-Nya.
Sebagai mana termaktub dalam surat al-Baqarah:186, yang
artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku,
maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang mendoa (berdoa) apa bila ia mendoa
kepada Ku maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah
Ku dan hendaklah mereka beriman kepada kepada Ku agar mereka
selalu berada di dalam kebenaran”.92
Untuk mengetahui berapa besar pesan yang terdapat pada
tema vol I yang telah dianalisis, berikut prosentase pada setiap
kategori.
92 Depag RI, op. cit. hlm. 253.
76
Tabel. I
Kategori Isi Pesan Dakwah Aa Gym Dalam Tema Membangun Jati
Diri Vol I tahun 2002
NO. Kategori Materi Kata /Kalimat Jumlah / %
1. Manajemen Qalbu
- Caci dan maki. - Membangun hati
nurani. - Mulai dari diri
sendiri. - Mulai hal yang
terkecil. - Mulai saat ini. - Jujur. - Ikhlas - Bersyukur. - Tamak, gentar. - Satukan perkataan
dan perbuatan. - Sombong dan
Takabur. - Terus menerus
memperbaiki diri sendiri.
- Keteladanan. - Mulai dari diri
sendiri. - Bening hati.
15 dari 23 kategori atau 65,21 %
2. Kesalehan Sosial
- Orang yang bersedekah.
- Pemimpin. - Sekolah, Kuliah. - Memperbaiki.
4 dari 23 kategori atau 17,39 %.
3. Kesalehan Individual
- Wudu, Tahadjud - Salat. - Berdoa.
4 dari 23 kategori atau 17,39 %
Jumlah 100 %
77
Dari tabel di atas terdapat kata/kalimat terdapat, kategori
muatan manajemen qolbu sebanyak 15 dari 23 kategori atau 65,21 %,
kategori muatan kesalehan sosial sebanyak 4 dari 23 kategori atau
17,39 %, dan kategori muatan kesalehan individual sebanyak 4 dari 23
kategori atau 17,39 %.
2) Indahnya Kasih Sayang
Dalam tema ini terdapat beberapa kata/ kalimat sesuai
kategori di atas:
a. Kategori Manajemen Qalbu
Paragraf kedua,
Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut dan tidaklah kasih saying terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut.
Kata/ kalimat yang mengandung muatan manajemen
qalbu terdapat pada “kasih sayang”. Kasih sayang adalah bagian
dari pekerjaan hati, karena kasih sayang itu timbul dari perasaan
hati yang paling dalam sebagai aplikasi cerminan tingkah laku
seseorang dapat dilihat dari seberapa besar kasih sayang yang
diberikan kepada makhluk yang ada di bumi ini.
Paragraf keempat, Biang diantara semua biang penyakit yang membuat bangsa kita keprihatinan yang amat mendalam yaitu “khubuddunya” terlampau mengagung-angungkan dunya yang kecil mungil ini, terlampau mendewa-dewakan harta, tahta, kita terlalu memuja muji kedudukan kekuasaan, sehingga untuk mendapatkan harta ia
78
rela mengadaikan hara dirinya untuk mendapatkan kekuasaan ia rela mengadaikan kehormatannya.
Kata/kalimat yang mengandung manajemen qalbu,
“khubuddunya”. Khubuddnya adalah termasuk penyakit hati,
karena yang dipikirkan adalah harta, tahta, jabatan, kedudukan,
dan populeritas. Padahal harta hanyalah perhiasan dunia yang
tidak kekal, harata hanya sebagai ujian bagi manusia untuk
mendekatkan diri kepada Allah sehingga harta, tahta dan jabatan
sesunguuhny adalah milik Allah. Jadi jangan sampai harga diri
terjual karena terlampau mengagung-agungkan dunia.
Paragraf keenam, “ Karena kita terlampau terpesona kepada kekuasaan, kedudukan, harta, kita saksiskan penyakit turunannya adalah penyakit kebencian. Kalau kita saksikan sekarang, sudah hampir kebencian ada disetiap kehidupan”.
Kata/kalimat yang mengandung muatan manajemen
qalbu “penyakit kebencian”. Bahwa penyakit kebencian sudah
banyak terjadi, misalnya dalam satu keluarga sering terjadi
rebutan warisan, dan berakibat saling bunuh hanya karena harta.
Penyakit tersebut juga melanda masayrakat Indonesia, karena
penanganan krisis yang tidak kunjung selesai, timbul kebencian
kepada para pemimpin yang terlampau kepada kekuasaan,
jabatan, dan harta.
Paragraf kesembilan, “…Tidak berlebihan jikalau kita mengasah hatinurani kita dengan merasakan keterharuan dari kisah-kisah orang yang rela
79
meluangkan waktu untuk memperhatikan orang lain. Kita dengar bagaimana ada orang yang rela bersusah payah membacakan buku, Koran atau juga surat kabar kepada orang-orang tuna netra, sehingga mereka bisa belajar, bisa dapat informasi dan bisa mendapatkan ilmu yang lebih jelas.”
Kategori Manajemen Qalbu, ditujukan pada kalimat “
mengasah hati nurani.” Ini menunjukkan uapaya pembiasaan
untuk melatih hati senantiasa memiliki cinta kasih baik pada diri
sendiri ataupun pada orang lain. Hati yang bening tidak dapat
diperoleh, kecuali dengan latihan (riyadhah), kontinu, dan
pembiasaan diri, akibatnya hati senantiasa terjaga.
Paragraf keduabelas,
Ciri-ciri kasih sayang sudah melaknat, akan menjadi orang yang pemaaf, makin saying makin pemaaf. Begitulah kalau kita bermasyarakat, tidak mudah tersinggung enak, tidak mudah marah, di rumah saling memaafkan antar keluarga.
Kata yang mengandung kategori manajemen qalbu
“marah”. Dalam konteks tersebut bahwa kemampuan menahan
marah adalah salah satu dari kejernihan hati dan ketinggian
akhlak. Sehingga bila ada badai datang dan topan menerjang ia
tidak emosional tapi akan berfikir dengan jernih.
Pargraf ketujuh belas,
“Berzikirlah supaya engkau beruntung. Jangan sempatkan hati ini penuh kebencian. Setiap kita punya musuh kotorlah hati kita. Biar saja uang berkurang tapi hati tidak miskin. Tidaklah boleh ada yang mencuri hati ini.”
Kategori Manajemen Qalbu, ditujukan pada kata
“berdzikirlah’. Ini terkait usaha diri untuk mengisi hati supaya
80
selalu tenang dan bersih, jauh dari hati kotor seperti dengki, iri,
emosional dan berprasangka negatif.
Zikir dalam agama Islam merupakan salah satu upaya
untuk mengenal Allah SWT. karena zikir tersebut tidak hanya
mengingat nama-nama Allah tetapi juga mengajak untuk dekat
dan kenal dengan-Nya. Zikir kepada Allah itu efek yang paling
penting dalam ruhani, yaitu perasaan tenang, tentram, dan sangat
membahagiakan. Seperti dalam QS Al-Ra’d [13]; 28, yang
artinya: “Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tentram.” i93
Paragraf kesepuluh,
“Tujuan yang hendak didapat bukan harta yang banyak yang dapat menyebabkan menghalalkan segala cara, tujuan sebenarnya adalah harta yang hahal. Dengan kerja keras kita diwajibkan mencari harta yang hahal sebanyak mungkin sesuai dengan yang disyaratkan oleh agama. Karena Islam memandang harta digunakan untuk membantu mendekatkan diri pada Tuhan.”
Kategori Manajemen Qalbu, ditujukan dalam kalimat
“harta yang hahal”. Artinya untuk memperoleh harta yang halal
diperlukan kemampuan diri dalam mengendalikan hati, sehingga
tidak tergiur dengan tipu daya menghalalkan segala cara. Jika
hati sudah tertata dan terkendali maka bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan hidup akan tetap memperhatikan koridor
agama, sehingga apa yang dinafkahkan untuk anak, istri,
keluarga menjadikan diri lebih dekat dengan Allah dan berkah.
93 Depag RI, op. cit., hlm. 432.
81
Paragraf keempat belas,
“Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh rekayasa dan tipu daya demi kepentingan yang bernilai rendah, tidak akan pernah langgeng dan cenderung menjadi masalah.”
Kategori Manajemen Qalbu, ditunjukan dalam kalimat
“pergaulan dari hati ke hati’. Maksudnya pergaulan yang
diulurkan tanpa ada pamrih, semata-mata untuk menjalin
pergaulan layaknya seorang manusia yang membutuhkan
interaksi sosial. Karena bila lebih dari itu maka pergaulan yang
dibina akan rentan dengan masalah, akibat dari maksud dan
tujuan yang disembunyikan. Oleh karena itu jalinlah pergaulan
dengan sesama didasari dengan kasih sayang.
Paragraf keenam belas.
“Cinta memang sudah ada dalam diri kita, di antaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalu tidak hati-hati cinta bisa memulikan dan membutakan kita. Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah. Cirinya adalah orang yang tidak melaksakan kehendaknya.”
Kategori Manajemen Qalbu, ditujukan dalam kalimat
”cinta karena Allah” alis ikhlas. Maksudnya adalah setiap orang
secara fitrah memiliki rasa cinta. Berupa rasa cinta kepada
Tuhannya dan kepada makhluk-sesamanya. Tetapi dewasa ini
banyak orang yang memperlakukan cinta semata-mata bukan
karena Allah; kasih sayang, penuh pengertian, kesabaran, dan
tidak mengikuti hawa nafsu. Maka dalam fenomena tersebut
82
dapat disikapi dengan Manajemen Qalbu, yaitu berupa penataan
hati untuk mengarahkan tujuan cinta yang dimiliki. Sehingga bisa
memperoleh buah berkah dari cinta yang telah ditanam.
Pargraf kedua belas,
“….. orang yang mampu menahan marah menunjukkan kejernihan hati dan ketinggian akhlak, ketika datang badai kritik, celaan, serta penghinaan seberat apa pun, dia tetap tegar, tak goyah sedikit pun. Malah ia justru dapat menikmati semuanya sebagai sesuatu yang terjadi dengan izin-Nya.”
Kategori Manajemen Qalbu, ditujukan dalam kalimat
“menahan marah’. Hanya dalam konteks ini adalah kemampuan
menahan marah adalah salah satu dari kejernihan hati dan
ketinggian akhlak. Sehingga bila badai datang dan topan
menerjang ia tidak akan emosional tapi berfikir positif.
Paragraf selanjutnya, Jagalah hati jangan kau kotori Jagalah hati lentera hidup ini Jagalah hati jangan kau nodai Jagalah hati cahaya ilahi.
Kata/kalimat tersebut mengandung pesan manajemen
qalbu. Dimana pada teks syair lagu “Jagalah Hati” agar hati
dijaga dari sesuatu yang menyebabkan hati jadi mati, karena
pada prinsipnya hati adalah cahaya illahi yang harus dipupuk
dengan nilai-nilai yang baik, menuju jalan yang diridlai Allah
Swt.
83
b. Kategori Kesalehan Sosial
Paragraf ketiga,
“Mahasuci Allah, Dzat yang mengaruniakan kasih sayang kepada makhluk-makhluk-Nya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut dan tidaklah kasih sayang terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut. Betapa tidak ? jikau kemampuan kita menyanyangi orang lain tercerabut, maka itulah biang dari segala bencana, karena kasih sayang Allah ternyata hanya akan diberikan kepada orang-orang yang masih hidup kasih-sayang dalam kalbunya.”
Kategori Kesalehan Sosial, ditujukan dalam kalimat
“menyanyangi orang lain”. Ini merupakan ajakan Manajemen
Qalbu untuk membuka hati dan nurani bahwa dengan kasih
sayang dunia menjadi tersentuh, dengan kasih sayang membuat
hidup terasa indah, dunia menjadi luas, musuh berbalik menjadi
teman, hati menjadi lapang, dan perilaku menjadi mulia.
Paragraf keenam,
“Janganlah pula kita meremehkan makhluk ciptaan Allah, sebab tidaklah Allah menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia. Semuanya yang Allah ciptakan syarat dengan ilmu, hikmah, dan lading amal.”
Kategori Kesalehan Sosial, ditujukan dalam kalimat
”Jangan pula kita meremehkan”. Kalimat erat kaitannya dengan
etika bermasyarakat atau bergaul, yang memerlukan usaha untuk
saling menghormati, menghargai, dan tidak menyakiti. Sehingga
tercipta kerukunan dan persahabatan. Allah pun telah
menyatakan hal itu, dalam QS Ali Imran [3]: 191, yang artinya
84
“Ya Tuhan Kami, tidaklah engkau menciptakan segala sesuatu
itu sia-sia”. 94
Paragraf ketujuh,
“…sungguh beruntung bagi siapa pun yang dikaruniahi Allah kepekaan untuk berbuat baik, aneka pernik kebaikan yang diperlihatkan kepadanya, mempergunakan aneka potensi kelebihan yang dititipi-Nya juga dikarunia kesanggupan memanfaatkan untuk sebanyak-banyaknya umat manusia.”
Kategori Kesalehan Sosial, ditujukan dalam kalimat
”kepekaan untuk berbuat baik”. Arti dari kalimat tersebut adalah
keinginan berbuat baik kepada sesama. Layaknya sebuah
interaksi sosial maka diperlukan usaha untuk meningkatkan
kebersamaan dengan panggilan ingin membantu dan menolong
sesamanya. “Derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari
sejauhmana dirinya punya nilai manfaat bagi orang lain.
Rasulullah dalam hal ini bersabda, ”Sebaik-baiknya manusia di
antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang
lain,” (HR. Bukhari).
Paragraf kedua belas,
a. Dengan kasih saying akan menjadi indah. b. Sayangi orang lain di bumi maka Allah menyangi kita. c. Belajar meraba/merasakan perasaan orang lain. d. Silaturahim. e. Kegemaran memberi hadiah.
Kata/kalimat yang berhubungan dengan kesalehan sosial
“silaturahmi”. Silaturahmi adalah cara agar manusia dapat
94 Depag RI, op. cit., hlm. 154.
85
menyatukan perbedaan yang ada, karena dengan silaturahahmi
akan menambah sosial kita semakin tinggi, dengan silaturahmi
hati menjadi terjaga dari kesalahan kepada orang lain.
Silaturahmi adalah pengikat tali persaudaraan sesama manusia di
muka bumi ini.
c. Kategori Kesalehan Individual
Paragraf kesatu,
Tiada tuhan selain Allah yang mengenggam lagit dan bumi, yang menciptakan segalaya, yang menentukan dengan adil apapun yang Ia kehendaki ialah Allah SWT. Tuhan kita yang menciptakan manusia yang membentuk rupa dan tubuh kita ialah Allah SWT yang memberikan hidayah kepada kita dialah Allah yang maha menatap, yang maha mendengar yang maha mempertemukan kita dialah Allah SWT yang memberikan hati yang tertutup mencahayai kita yang gulita dialah Allah SWT yang maha tahu kebenaran dan memberi jalan kepada kebenaran siapa yang kita kehendaki.
Dalam paragraf tersebut terdapat kata atau kalimat,
“Tiada tuhan Selain Allah”. Bahwa Allah Swt adalah Tuhan
semesta alam, segala sesuatu yang ada di bumi ini adalah
miliknya, Dialah Yang Maha Besar, Maha Kaya, Mah
mengetahui apa yang ada di lagit dan di bumi, dan Dialah satu-
satunya pencipta Allam. Hal tersebut sesuai dengan Surat Al-
Ikhlas: 30: 1-2, yang artinya: “Allah adalah Esa, Allah adalah
Tuhan semesta Alama.”. 95
Pargraf kelima,
“Di Indonesia ini banyak yang salat banyak, yang shaum (puasa) banyak, yang haji banyak tapi yang jarang itu adalah yang jujur.
95 Depag RI, op. cit., hlm. 532.
86
Jangan dulu memikirkan kejujuran orang lain tapi pikirkanlah bagaimana kita bisa belajar untuk berlaku jujur dan dapat dipercaya.”
Kategori Kesalehan Individual, ditunjukkan pada kata
“haji’. Haji merupakan jalan mendekatkan diri kepada Allah
SWT. dan berkomunikasi dengan-Nya. Di samping itu, kegiatan
tersebut membutuhkan waktu, biaya, tenaga, dan kesiapan mental
untuk meninggalkan sanak keluarga dan berdesak-desakan di
tanah haram. Demikian juga pelaksanaan haji merupakan
penyempurnaan ibadah seorang hamba dalam melaksanakan
rukun Islam kelima.
Kategori kedua, ditunjukkan pada kata “shaum”. Puasa
merupakan salah satu rukun Islam yang terkait dengan masalah
akhlak al-karimah. Karena puasa adalah ibadah yang paling
pribadi dan paling personal. Jika ibadah-ibadah lain mudah
tampak oleh mata, maka tidak dengan demikian dengan puasa.
Seseorang mengerjakan shalat atau tidak, membayar zakat atau
tidak, dapat dilihat dan diketahui. Demikian juga orang yang
beribadah haji lebih mudah lagi diketahui. Tapi, tidak ada yang
tahu seseorang benar-benar puasa atau tidak, kecuali dirinya
sendiri dan Allah SWT.
Paragraf kelima belas,
“Semua yang bergerak, yang terlihat, yang terdengar dan apa saja karunia Allah adalah jalan bagi kita untuk bertafakur pada
87
ciptaan-Nya, jikalau hati ini bisa merabanya dengan penuh kasih sayang.”
Kategori Kesalehan Individual, ditujuakkan dengan kata
“bertafakur pada ciptaan-Nya’. Ini menunjukkan adanya
komunikasi dengan Allah secara langsung.
Paragraf ketujuh belas, Kita tidak boleh membenci sesuatu kecuali yang dibenci Allah SWT. Kalau ada orang yang berbuat jahat kepada kita, maka sebagai wujud kasih sayang kita, do’a kanlah mereka agar segera bertaubat.
Kategori kesalehan individual teradapat pada kata/kalimat
“bertaubat”. Taubat adalah bukti keseriusan seorang hanba
keapda Tuhan atas segala kesalahan yang diperbuat, agar kembali
mendapat petunjuk/hidayah kejalan yang diridlai Allah.
Untuk mengetahui berapa besar pesan yang terdapat pada
tema vol I yang telah dianalisis, berikut prosentase pada setiap
kategori.
Tabel. 2
Kategori Isi Pesan Dakwah Aa Gym Tema Indahnya Kasih
Sayang Vol II Tahun 2002
NO. Kategori Materi Kata / Kalimat Jumlah / %
1. Manajemen Qalbu
- Mengasah hati nurani.
- Harta yang hahlal.
- Pergaulan dari
11 dari 17 kategori atau 64,70 %
88
hati ke hati. - Cinta karena
Allah. - Berdzikir. - Menahan
marah. - Kasih sayang. - Khubuddunya. - Penyakit
kebencian. - Menahan
marah. - Syair lagu
Jagalah Hati.
2. Kesalehan Sosial
- Menyayangi orang lain.
- Jangan pula kita meremehkan.
- Kepekaan untuk berbuat baik.
- Silaturahim.
4 dari 17 kategori atau 23,52 %
3. Kesalehan Individual
- Bertafakur kepada cipaan-Nya.
- Puasa. - Haji. - Bertaubat.
4 dari 17 kategori atau 23,52 %
Jumlah 100 %
Dari tabel di atas terdapat kata/kalimat, muatan kategori
manajemen qolbu sebanyak 11 dari 17 kategori atau 64,70 %,
muatan kesalehan sosial sebanyak 4 dari 17 kategori atau 23,52 %,
dan muatan kesalehan individual sebanyak 4 dari 17 kategori atau
23,52 %.
89
Dari pemaparan dua materi pesan di atas sesuai dengan
kategori yang di tentukan pada dua tema ceramah Aa Gym,
kategori muatan manajemen qolbu sebanyak 26 dari 42 kategori
atau 61,9 % dari 24 kategori yang ada, kategori muatan kesalehan
sosial sebanyak 8 dari 42 kategiri atau 19,04 % dari kategori yang
ada, sedangkan kategori muatan kesalehan individual sebanyak 8
dari 42 kategori yang ada atau 19,04 % dari kategori yang ada.
Dari pemaparan kategori-kategori pada kedua tema
ceramah K.H. Abdullah Gymnasiar di atas dapat dilihat prosentase
muatan yang dikandungnya, antara muatan manajemen qalbu,
kesalehan sosial, dan kesalehan individual. Dapat dikatakan bahwa
muatan manajemen qolbu sangat dominan di dalam ceramah K.H.
Abdullah Gymnastiar. Dengan demikian, muatan manajemen qolbu
merupakan kategori tertinggi dalam ceramah K.H. Abdullah
Gymnastiar dalam acara Indahnya Kebersamaan vol I dan II yang
penulis teliti.
4.2. Analisis Pesan Dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar Hubungannya
Dengan Kondisi Sosial Saat Dakwah di Sampaikan.
Secara kuantitas umat Islam di Indonesia merupakan mayoritas
muslim terbesar di dunia, tapi di sisi lain, Indonesia dikenal sebagai negara
terkorup dibelahan Asia,96 kenyataan ini merupakan sebuah ironi. Tindakan
kejahatan yang senantiasa menghadang disetiap saat dan maraknya krisis
96 Lihat “ Surve PERC: Indonesia Negara Paling Korup di Asia’, Kompas, 11 Maret 2002.
90
moral, korupsi, kolusi, dan nepotise merupakan kenyataan ditengah
eksistensi umat Islam yang mayoritas.
Tindakan di atas terjadi karena dangkalnya iman dan pola hidup
materialistik, menghantarkan manusia dengan mudah untuk menghalalkan
segala cara dalam mencapai tujuan. Jika hal ini terjadi maka terjadilah
kerusakan dalam segala bidang, baik ekonomi, politik, maupun sosial-
budaya. Sehingga mengisyaratkan adanya krisis moral dalam arti sempit seta
kemanusiaan dalam arti luas97, hal senada diungkapkan Amin Said az-
Zaibari;
“Krisis multidimensional yang menimpa bangsa ini, salah satu penyebabnya-dan boleh jadi merupakan sebab yang paling utama-adalah karena terjadinya krisis moral atau akhlak. Krisis moral terjadi karena sebagian besar orang tidak lagi secara normatif mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik, meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat dan munkarat”.98 Dalam kaitannya dengan permasalahan di atas, Jalaluddin Rakhmat
berpendapat bahwa,” metode dakwah yang tepat mengatasai masalah
tersebut menggunakan metode trepeutis metode para sufi yang menekankan
pada aspek akhlak dan tasawuf’99. Sedangkan sumber akhlak dan tasawuf
adalah qalbu.100
Dari gambaran keadaan bangsa Indonesia yang sedang mengalami
krisis multidimensional, K.H. Abdullah Gymnastiar lewat konsep
97 Achmad Charris Zubair, Dari Kematian ke Epistemologi Da’wah (Sebuah Refleksi Sufi
Tentang Keislaman), Yogyakarta: Philosophy Press, 2001, hlm. 90. 98 Amin Said az-Zaibari, op. cit., hlm. 6. 99 Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, Bandung: Mizan,1996, hlm. 70. 100 Lili Chumaedi, Mengenal Potensi Manusia, Bandung: MQS, 2000, hlm. 2.
91
manajemen qalbunya, mengajak para jamaahnya mengatasi permasalahan
negeri memeperbaikai sesuai dengan kemampuan yang dimilik.
Dalam konteks sosial sekarang, pesan-pesan dakwah K.H.
Abdullah Gymnatiar dalam VCD vol I dan II menurut peneliti menitik
beratkan pada pesan-pesan moral perbaikan akhhlak dan sosial.
4.2.1 Pada vol I pesan-pesan dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar mengarah
kepada nilai-nilai moral, seperti:
“Bangsa kita yang sedang sakit ini adalah ladang amal bagi kita, kita boleh kecewa, kita boleh terluka, tetapi yang harus kita lakukan adalah berbuat sesuatu untuk memperbaiki. Kalau selesai urusan bangsa ini dengan kecewa, marilah kita kecewa habis-habisan, kalau hanya selesai dengan caci dan maki, marilah kita caci maki. Tapi saya yakin sikap yang buruk tidak akan menyelesaikan masalah, tapi kita sikap dengan kokoh dan megah ini mudah-mudahan seperti mengalirnya bola salju. Kesadaran kita bahwa kita harus berbuat sesuatu tapi dengan cara terindah, cara termulia. Kita bangkitkan bangsa ini dengan penuh kemuliyaan. Banyak saudara kita yang berusaha memperbaiki negeri ini, tetapi tidak hanya mengotak atik yang ada ini, kita harus mempersiapkan generasi saat ini.”
Pada pesan tersebut K.H. Abdullah Gymnastiar mengajak
kepada mad’u dan pemirsan agar dalam mengatasi permasalahan
bangsa ini lebih mengedepankan cara mulia, dengan nada suara yang
santun dan penuh tawadhu beliau membuka pada permulaan acara
meningatkan keadaan bangsa ini agar timul kesadaran pada diri mad’u
dan pemirsa televisi. Seburuk apapun keadaan bangsa ini jalan yang
paling tepat untuk merubahnya yaitu dengan mengedepankan cara-cara
yang baik, dan diharapkan dapat mengatasi masalah yang begitu pelik.
Dengan membangun bangsa dengan mempersiapkan
generasi bangsa yang memiliki hati nurani, bukan dengan otot, akal,
92
dan pembangunan di segala bidang, tapi hati nurani yang sehat, pikiran
jadi jernih, badan sehat dan akhlak mulia (perilaku jadi mulia) .
“Bagaimana kita membangun jati diri, karena kita berantakan saat ini karena kita sibuk dibalik topeng. Pangkat dan kedudukan itu topeng, tapi kita harus hidup lebih baik dari pada topeng yang menempel pada tubuh kita”.
Dalam pesan tersebut terdapat suatu pesan moral kepada
masyarakat, terutama para aparat pemerintahan, pemimpin yang
selama ini selalu menjadikan topeng kekuasaan sebagai alat untuk
menyengsarakan rakyat. Bahwa sesungguhnya kedudukan, jabatan
adalah amanah yang harus dikerjakan sesuai tujuan yang ada demi
menciptakan rasa keadilan pada masyarakat.
Pesan tersebut dengan nada keras Beliau (Aa Gym) mengajak
kepada mad’u agar topeng-topeng yang menempel pada manusia harus
lebih baik dibanding topeng yang menempel pada manusia.
“Biang diantara semua biang penyakit yang membuat bangsa kita keprihatinan yang amat mendalam yaitu “khubuddunya” terlampau mengagung-agungkan dunya yang kecil mungil ini, terlampau mendewa-dewakan harta, tahta, kita terlalu memuja memuji kedudukan, kekuasaan, sehingga untuk mendapatkan harta ia rela menggadaikan hara dirinya untuk mendapatkan kekuasaan ia rela menggadaikan kehormatannya”.
Pesan moral pada pesan tersebut terjadi kerusakan di berbagai
sendi negeri ini, salah satu penyebabnya adalah banyak manusia terlalu
berfikir materialistik (khubuddunya) terlalu mengagungkan dunya,
seperti harta, tahta, kedudukan, dan kekuasaan. Sehingga mereka
93
menggunakan cara-cara tidak bermoral yang merugikan orang lain,
seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.
Bahkan kehormatan harga dirinya tergadaikan demi
mendapatkan dunya, bahkan sering membuat konflik dan
menimbulkan korban jiwa.
Jadi dari pemaparan nilai-nilai dari pesan-pesan dakwah K.H.
Abdullah Gymnastiar pada vol I dapat ditarik benang merah bahwa
nilai moral khususnya bidang akhlak menjadi tujuan dari dakwah
beliau, untuk mengembalikan ajaran Islam yang sudah ditinggalkan
dan untuk mengembalikan keadaan bangsa ini dari krisis moral yang
melanda negeri ini sejak reformasi di gulirkan.
4.2.2. Pada vol II pesan-pesan dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar mengarah
pada nilai-nilai sosial kemasyarakatan, seperti:
“Maha suci Allah, Dzat yang mengaruniakan kasih sayang kepada makhluk-makhluk-Nya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut dan tidaklah kasih sayang terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut. Betapa tidak ? Jikalau kemampuan kita menyanyangi orang lain tercerabut, maka itulah biang dari segala bencana, karena kasih saying Allah ternyata hanya akan diberikan kepada orang-orang yang masih hidup kasih-sayang dalam kalbunya”.
Nilai-nilai sosial tersebut mengarah kepada kasih sayang antara
sesama makhluk-Nya. Dimana kasih sayang adalah bentuk cerminan
dari kejernihan qalbu, seseorang menanamkan kasih sayang akan
semakin banyak teman, saudara dan mendapat tempat dihati
masyarakat, tapi sebaliknya jika kasih sayang sehingga akan menjadi
memperburuk, dan menjadi hina dimata masyarakat.
94
Pada hakikatnya bahwa kasih sayang adalah mengandung nilai-
nilai sosial yang bisa menyatukan manusia dengan manusia lain untuk
mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam tentang akhlak sebagai bagian dari
mereinterpretasikan Islam sebagai rahmatan lili’alamin, Islam adalah
agama yang berdasarkan kasih sayang dan keadilan, Islam
mengajarkan kita untuk bergaul dengan sesama manusia, walaupun
berbeda suku, bangsa, dan agama.Islam mengajarkan kasih sayang
“Inilah rahmat Allah yang diberikan kepada makhluk hidup yang jumlahnya 1 % dibanding rahmat Allah, 1 % ditebarkan kepada se-milyar makhluk hidup. Bayangkan andaikata kasih sayang tidak hanya kepada anak-anak sendiri tapi kepada anak-anak yatim, anak-anak jalanan, anak-anak terlantar, kita rela berfikir terus berbuat. Tidak hanya kepada orang yang ada pertalian darah, juga para tetangga, juga pada sanak saudara kita, hanya kepada orang yang berbuat baik kepada kita, bahkan kepada orang yang licik kepada kita, orang yang menghina kepada kita, bayangkan jikalau kita yang termasuk memberikan kasih sayang, bahagia mulia. Inilah yang mulia kasih sayang dari peradaban bangsa ini”.
Nilai-nilai sosial sangat jelas, bahwa kita harus menyanyangi
orang-orang disekeliling kita seperti anak yatim, anak jalanan, fakir
miskin, bahkan kepada orang yang memusuhi kita, membenci kita,
menghina kita, bahkan mereka diluar dari Islam (non muslim). Bahwa
sesungguhnya kasih sayang Allah Swt lebih dari yang dimiliki
manusia.
Kondisi yang digambarkan K.H. Abdullah Gymnastiar
mengarahkan kepada mad’u/pemirsa televisi, dengan kata santun dan
penuh kasih sayang mengajak mad’u untuk meraba perasaan orang
95
lain, sehingga hati (qalbu) akan menjadi bening tidak ada rasa ingin
menghina orang lain karena keadaan yang dialaminya.
“Jagalah hati jangan kau kotori Jagalah hati lentera hidup ini Jagalah hati jangan kau nodai Jagalah hati cahaya ilahi”. “Bila hati penuh sayang hatipun terasa lapang Benci dendam akan hilang hidup bersamakan tenang Tapi bila hati benci tutur kata penuh caci Perilaku tak terpuji jadi makhluk terkeji”.
Nilai-nilai dari syair “Jagalah Hati” dan singiran yang
dilantunkan K.H. Abdullah Gymnastiar yang mengarah pada nilai-nilai
sosial, mengajak mad’u agar menjaga hati dari segala sifat yang bisa
membuat hati menjadi kotor karena hati (qalbu) adalah bagaikan
cermin yang bisa kotor dan harus dibersihkan dengan hati illahi
(tuntunan agama).
Puncak dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar dalam setiap
ceramahnya beliau mengajak kepada mad’u untuk melantunkan syair
“Jagalah Hati” yang dibarengi dengan singiran yang mengambarkan
hati yang ada sifat kotor/tidak terpuji dan akibanya, dan hati yang
penuh kasih sayang akan mendapatkan ketenangan bagi orang itu
sendiri.
Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa pesan dakwah K.H.
Abdullah Gymnastiar pada VCD vol I dan II menintik berarkan pada
persoalan-persoalan moral (akhlak) dan nilai-nilai sosial
96
kemasyarakatan, untuk mengembalikan bangsa Indonesia yang sedang
mengalami krisis multidimensional salah satunya adalah krisis moral.
Jadi pesan-pesan dakwah beliau sangat tetap, dengan sedikit
demi sedikit mengadakan perubahan untuk mengembalikan keadaan
negeri ini.
97
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Sebagai penutup dalam skripsi ini akan penulis simpulkan:
Materi pesan dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar lebih banyak
mengandung muatan manajemen qolbu hal ini dapat dilihat prosentase
masing-masing muatan. Manajemen qolbu sebanyak 26 dari 42 kategori
atau 61,9 %, muatan kesalehan sosial sebanyak 8 dari 42 kategori atau
19,04 %, dan kesalehan individual sebanyak 8 dari 42 kategori atau 19,04.
Dilihat dari segi prosentase materi pesan dakwah K.H. Abdullah
Gymnastiar di atas, dapat dilihat adanya usaha penguatan dalam bidang
akhlak (perbaikan moral), dengan harapan dapat mengatasi krisis
multidimensional, seperti krisis moral, terjadinya korupsi, kolusi, nepotise
dan kejahatan yang terjadi disetiap saat, dan diharapkan mampu
mengembalikan fitrah manusia, yaitu kembali kejalan yang diridlai Allah
SWT (mengamalkan ajaran-ajaran al-Qur’an dan hadist).
Begitu dominannya muatan manajemen qalbu sehingga tidak bisa
dielakkan terjadinya pengulangan dalam ceramah-ceramah K.H. Abdullah
Gymnastiar. Hal ini sebenarnya tidak saja terjadi pada beliau, tetapi juga
pada dai-dai lain yang cukup populer dikalangan masyarakat. Pada titik ini
yang dibutuhkan adalah kemampuan mengemas ajaran Islam dengan
97
98
bahasa-bahasa yang komunikatif sesuai dengan tuntutan zaman dan
kebutuhan masyarakat
Pada saat pesan dakwah tesebut disampaikan K.H. Abdullah
Gymnastiar menitik beratkan kepada masalah moral dan masalah sosial
kemasyarakat, untuk mengembalikan bangsa ini.
5.2. Saran
Ada beberapa saran yang penulis kemukakan, antara lain:
1. Kepada K.H. Abdullah Gymnastiar agar materi aqidah dan syariah
juga disampaikan, agar mad’u dapat menerima materi dakwah
menyeluruh tentang Islam.
2. Kepada K.H. Abdullah Gymnastiar, agar tetap konsisiten dan memiliki
komitmen yang dilandaskan pada keikhlasan dalam menjalankan
dakwahnya. Karena dakwah yang ikhlas akan memberi pengaruh yang
luar biasa terhadap obyek dakwah yang menjadi sasarannya. Hal
tersebut dapat menjadi prinsip dasar semua da’I yang menyampaikan
pesan-pesan Islam kepada sasaran dakwahnya.
3. Kepada para juru dakwah (da’i) materi pesan dakwah yang digulirkan
K.H. Abdullah Gymnastiar agar menjadi referensi bagi da’i yang akan
menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada obyek dakwahnya,
dalam rangka memunculkan kesadaran hati setiap yang diseru (mad’u).
99
5.3. Penutup
Demikian yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi
yang masih memiliki banyak kekurangan ini. Mudah-mudahan bermanfaat
bagi penelitian berikutnya dan kita semua. Amin.