Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

31
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDIVIDU Disusun Untuk Memenuhi Tugas akhir mata kuliah Psikologi Perkembangan Dosen Penguji: Dr. Chodidjah Makarim M.Si Rifqi Komara 11214210306 3B FAKULTAS AGAMA ISLAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR 0

description

Makalah Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu,pendidikan agama islam

Transcript of Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

Page 1: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDIVIDU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas akhir mata kuliah Psikologi PerkembanganDosen Penguji: Dr. Chodidjah Makarim M.Si

Rifqi Komara11214210306

3B

FAKULTAS AGAMA ISLAMPENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR2013/2014

0

Page 2: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan individu” ini. Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian

dalam memenuhi kriteria tugas akhir mata kuliah Psikologi Perkembangan. Salam dan

salawat kami kirimkan kepada junjungan kita tercinta Rasulullah Muhammad SAW,

keluarga, para sahabatnya serta seluruh kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh kedangkalan

dalam memahami teori, keterbatasan keahlian, dana, dan tenaga penulis. Semoga segala

bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan kepada saya dapat

bernilai ibadah di sisi Allah Subhana wa Taala. Akhir kata, semoga makalah ini dapat

bermanfat bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri.

Bogor, 24 Desember 2013

Penyusun

i

Page 3: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2

2.1 Pengertian Pembawaan Dan Lingkungan..............................................................................2

2.2 Peran Bawaan dan Lingkungan (Nature – Nurture)...............................................................3

2.3 Teori Lingkungan dan Pembawaan terhadap Perkembangan Manusia.................................3

2.4 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan............................................................5

2.5 Lingkungan Perkembangan....................................................................................................6

2.6 Faktor-faktor Personal yang mempengaruhi Prilaku Manusia..............................................7

2.7 Faktor-faktor Situasional yang mempengaruhi Perilaku Manusia.......................................13

2.8 Hakikat dan Hukum Perkembangan....................................................................................16

BAB III PENUTUP......................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................

ii

Page 4: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSelama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan

perkembangan dari mulai lahir sampai meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia tersebut, salah satu yang paling penting dan paling menjadi pusat sebab musabab perkembangan ini terjadi kearah baik atau buruk adalah faktor-faktor yang menyebabkannya. Para orang tua, pendidik, dan para tenaga professional lainnya sebagai salah satu faktor dalam perkembangan individu. Lalu apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang? Seberapa besarkah peranannya dalam perkembangan seseorang? Masa perkembangan adalah masa yang penting yang harus diperhatikan dan direncanakan agar berkembang kearah yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa saja faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan?

2. Apakah lingkungan dan pembawaan salah satu faktor yang berperan besar terhadap

perkembangan seseorang?

3. Diantara Lingkungan dan Pembawaan manakah yang lebih berperan dalam

perkembangan seseorang?

1.3 Tujuan PenulisanMengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu, dapat

menyimpulkan antara peran Lingkungan dan Pembawaan manakah yang lebih berperan dalam perkembangan itu.

Page 5: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembawaan Dan Lingkungan

Hereditas (keturunan/pembawaan) merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas di artikan sebagai “totalitas karakteristik individu yang di wariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun Psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh seperma) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen”. Istilah lain dari pembawaan ialah hereditas atau heredity. Heredity diartikan oleh para ahli sebagai stilah lain d berikut:1. Menurut Silverstone

Masa pembawaan biasanya mendeskrpsikan karakteristik dan pola itu perkembangan yang secara biologis terpancar dari induk ke anak

2. Menurut Dennis Coon

Pembawaan adalah satu transmisi phisik dan karakteristik psikologis dari induk ke anak cucu melalui gen.

Berkaitan dengan proses perkembangan individu,ada beberapa pandangan yang memunculkan kontroversi. Kontroversi yang muncul berkaitan dengan faktor-faktor apakah yang menentukan perkembangan individu ? Apakah Faktor bawaan atau lingkungan? Faktor manakah yang lebih berperan? Hal ini yang menjadi Kontroversi adalah berkaitan dengan apakah perkembangan bersifat kontinu atau tidak kontinu,juga berkaitan dengan isu Stability-change.

Unsur-unsur pembawaan yang berupa potensi-potensi fisik dan mental psikologi itu dalam proses perkembangan akan berfungsi sebagai factor dasar atau factor bahan yanga akan mempengaruhi proses perkembangan. Dalam setiap proses perkembangan itu diperlukan bahan dasar, sebab tanpa adanya bahan dasar itu maka pertumbuhan fisik dan perkembangan mental psikologi anak tidak akan terjadi. Tentunya semakin baik potensi kondisi pembawaan sebagai faktor dasar atau bahan maka dapat diharapkan akan semakin baik pula hasil perkembangan yang akan terjadi.dan sebaliknya semakin kurang baik kondisi bawaan yang dimiliki seorang anak tentunya sulit untuk memperoleh hasil perkembangan yang baik. Djalil. 2006. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Jakarta.

2.2 Peran Bawaan dan Lingkungan (Nature – Nurture)

2

Page 6: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

Salah satu perdabatan yang telah menjadi bagian dari psikologi sejak dulu adalah yang mengacu pada kontroversi bawaan dan linkungan (nature – nurture controversi). Nature merupakan konsep yang menitikberatkan faktor keturunan atau warisan Bilogis/bawaan sebagai faktor yang penting atau yang menentukan perkembangan individu,sedangkan nurture merupakan konsep yang menitikberatkan faktor lingkungan /pengalaman individu.

Dalam proses perkembangan manusia, lingkungan ini merupakan factor yang penting setelah factor pembawaan. Tanpa adanya dukungan dari factor lingkungan, maka proses perkembangan dalam mewujudkan potensi pembawaan kenyataan nyata tidak akan terjadi. Oleh karena itu, fungsi atau peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan dapat dikatakan sebagai factor ajar, yaitu factor yang akan mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik sebab pengaruh lingkungan dalam hal ini dapat bersifat positif yang berarti pengaruh yang baik dan sangat menunjang perkembangan suatu potensi atau bersifat negative yaitu pengaruh lingkungan itu tidak baik dan akan menghambat atau merusak perkembangan.

Oleh karena itu, sudah menjadi tugas utama seorang pendidik (orangtua atau pendidik) untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjang perkembangan si anak dan berusaha untuk mengawasi dan menghindarkan pengaruh lingkungan yang negative yang dapat menghambat dan merusak perkembangan si anak. Hari Soetjaningsih, Christiana. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pertumbuhan Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: PT. Prenada media.

2.3 Teori Lingkungan dan Pembawaan terhadap Perkembangan Manusia

Pada pembahasan jiwa (anima) diketahui bahwa manusia memiliki kesempurnaan dibanding makluk yang lain. Manusia dalam hidup mengalami perubahan-perubahan baik fisik maupun kejiwaan (fisiologis dan psikologis). Banyak faktor yang menetukan perkembangan manusia, yang mengakibatkan munculnya berbagai teori tentang perkembangan manusia. Berkaitan dengan pendapat nature-nurture ini memunculkan teori :

1. Nativisme ( tokoh: Schopenhauer). Aliran ini menyatakan bahwa perkembangan individu semata-mata di mungkinkan dan di tentukan oleh faktor-faktor yang di bawa sejak lahir (natus = lahir). Jadi ditentukan oleh dasar/bawaan/nature/ konstitusi.

2. Empirisme ( tokoh: John locke). Aliran ini menyatakan bahawa perkembangan individu semata-mata di mungkinkan dan ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan /nuture (Emperia = lingkungan). Aliran ini besar pengaruhnya di Amerika Serikat (di sebut Inveronmentalisme). Aliran inveronmentalisme tidak eksplisit menolak “dasar”, tetapi karena dasar itu sukar ditentukan makayang di bicarakan lingkungan.

3. Konvergensi (tokoh: W.Stern). perkembangan individu di pengaruhi oleh nature (dasar) Dan nurture (lingkungan). Antara bawaan (dasar) dan lingkungan saling mempengaruhi. Pendapat ini memunculkan kelompok interaksionisyang menekankan adanya interaksi antara keturunan dan lingkungan. Menurut Anastasi (Gunarsa,1997), Pengaruh keturunan terhadap tingkah lakuselalu terjadi tidak langsung,tetapi membutuhkan perantara atau perangsang yang terjadi dalam lingkungan.

3

Page 7: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

Jadi pada awalnya kedua pandangan yang saling berlawanan ini menjadi obyek pembahasa dari banyak tokoh dan tidak pernah sampai pada suatu penyelesaian yang memuaskan semua pihak, Sampai muncul pendapat dari Anne Anastasi pada 1958 yang dapat meredakan pertentangan antara nature versus nurture. Anastasi mengatakan bahwa pengaruh keturunan terhadap tingkah laku selalu terjadi secara tidak langsung.

Tidak satupun dari fungsi-fungsi psikis yamg secara langsung diturunkan oleh orang tua kepada anak. Pengaruh keturunan selalu membutuhkan perantara atau perangsangyang terdapat dalam lingkungan,sekalipun kenyataanya memang ada semacam tingkatan yang lebih dan yang kurang (Gunarsa, 1997). Hal ini di contohkan dengan kenyataan-kenyataan sebagai berikut:

1. Latar belakang keturunan yang sama (mirip) dapat menghasilkan ciri-ciri kepribadian yang berada pada kondisi-kondisi lingkungan yang berbeda pula.

2. Latar belakang keturunan yang berbeda dan pada lingkungan yang berbeda pula, dapat menghasilkan ciri kepribadian yang sama atau hampir sama.

3. Lingkungan hidup yang sama bisa menimbulkan perbedaan-perbedan ciri kepribadian pada anak –anak yang berlainan latarbelakang keturunanya.

4. Lingkungan hidup yang tidak sama bisa menimbulkan persamaan dalam ciri-ciri kepribadian, meskipun latar belakang keturunan tidak sama.

Berkaitan dengan pengaruh lingkungan, Anastasi (Gunarsa, 1997) mengemukakan adanya faktor segmental, ada kalanya berlangsung dalam satuan waktu yang singkat,ada kalanya berlangsung dalam jangka waktu lama. Ada masa masa di mana pengaruh lingkungan sngat kecil dan sebaliknya ada masa-masa di mana pengaruhnya yang sangat besar. Peristiwa traumatis (reaksi dan akibat yang mungkin lama sekali,bahkan kadang-kadang menetap dan tidak bisa di perbaiki lagi. Adapun hospitalisasi (tinggal lama / opname di rumah sakit karena menderita penyakit tertentu) dan institusionalisasi ( tinggal di yayasan panti asuhan) pada anak untuk waktu yang lama,dapat berpengaruh terhadap kepribadian dan kehidupan psikis anak.

Hubungan natur dan nurture di jelaskan sebagai berikut

1. Faktor natur dan nurture menjadi sumber dari tibulnya setiap perkembangan tingkah laku.2. Kedua faktor ini tidak bisa berfungsi secara terpisah, melainkan saling berinteraksi.3. Bentuk interaksi terjadi dapat di koseptulisasikan sebagai bentuk hubungan yang

majemuk, artinya suatu hubungan yang terjadi memengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan terjadi, Interaksinya merupakan multiplicative interaktiv.

Interaksi antara nature dan nurtur dapat pula di jelaskan dengan konsep yang di kemukakan oleh T. Dobzhansky (Gunarsa ,1997), yaitu norma reaksi (norm of reaction), suatu istilah yang sebenarnya sudah di perkenalkan oleh woltereck. Untuk mengetahui konsep dari norma reaksi, terlebih dahulu diuraikan hubungan antara genotip ( genotype) dan fenotip (penotype).

4

Page 8: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

Genotip adalah faktor yang di turunkan, merupakan suatu yang ada, yang diperoleh sejak dari konsepsi yang merupakan kerangka yang akan menjadi sesuatu. Namun tidak semua genotip akan aktual atau berkembang menjadi sesuatu. Dalam lingkungan (stimulasi) tertentu, genotip ini akan menjadi sesuatu yang terlihat dari luar,yang disebut Fenotip. Antara genotipe dan fenotip tidak ada hubungan isomorfisme ( artinya dari yang ada menjadi sesuatu yang terlihat),karena munculnya sesuatu yang terlihat), karena munculnya sesuatu (fenotip) dari genotip tergantung pada lingkungan yang mempengaruhinya. Dnegan demikan apa yang di peroleh ketika terjadi konsepsi, merupakan suatu kerangka yang memberi kemungkinan-kemungkinan atau merupakan potensi-potensi yang bisa berkembang menjadi suatu ciri tertentu. Jadi inti dari konsep norma reaksi,yaitu bahwa dari genotip yang sama bisa menimbulkan macam-macam fenotip tergantung dari lingkungan (stimulasi) yang di terima individu.

Kebanyakan ahli perkembangan saat ini mengakui bahwa sikap (posisi) yang ekstrim dalam isu nature dan nurture ini tidak bijaksana. Perkembanagan tidak semuanya bawaan atau semuanya pengalaman/lingkungan. Bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) mempengaruhi perkembanagan individu sepanjang siklus masa hidup. Kunci bagi perkembangan adalah interaksi antara bawaan dan lingkungan dan bukan salah satu faktor saja, misalnya perkembangan kognitif individu merupakan hasil dari interaksi antara keturunan dan lingkungan,bukan karena keturunan atau lingkungan saja. Jadi faktor nature saja tidak menentukan munculnya suatu ciri tingkah laku,karena masih ada faktor lain, yakni nurture (lingkungan). Di pihak lain, lingkungan tidak dapat di strukturkan sedemikian rupa untuk mengharap anak berkembang melebihi kerangka genotip yang di milikinya. Tujuan dari megembangkan anak adalah memunculkan kemampuan dasar (suatu yang secara genotip sudah dimiliki) se baik-baiknya dan seoptimal mungkin dalam kerangka batas yang dimiliki setiap anak (Gunarsa,1997).

Kecuali itu, anak sendiri adalah pribadi yang aktif yang perlu di pertimbangkan dalam setiap usaha untuk mempengaruhi perkembanganya,pandangan yang menempatkan anak pada kedudukan atau peranan aktif untuk perkembanganya,yang di kenal dengan pandangan organinismik. Menurut pandangan ini, kemampuan baru seorang anak merupakan sesuatu yang muncul sebagai hasil dari interaksi antara faktor nature dan nurture,di samping aktivitas dari anak itu sendiri. Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

2.4 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Setiap individu di lahirkan di dunia dengan membawa hereditas tertentu. Hal ini berarti bahwa karakteristik individu di peroleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti struktur tubuh ,warna kulit,dan bentuk rambut) dan psikis atau sifat-sifat mental (seperti emosi,kecerdasan dan bakat).

Adapun yang diturunkan orang tua kepada anaknya adalah sifat strukturnya bukan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil belajar atau pengalaman.Penurunan sifat ini mengikuti prinsip-prinsip berikut.a. Reproduksi, berarti penurunan sifat- sifatnya hanya berlangsung melalui sel benih.

5

Page 9: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

b. Konfornitas (keseragaman), Proses penurunan sifat akan mengikuti pola jenis (species) generasi sebelumnya, Misalnya manusia akan menurunkan sifat-sifat manusia kepada anaknya.

c. Variasi, Karena jumlah gen-gen dalam setiap kromosom sangat banyak, maka kombinasi gen-gen pada setiap pembuahan akan mempunyai kemungkinan yang banyak pula. Dengan demikian untuk setiap proses penurunan sifat akan terjadi penurunan yang beraneka (bervariasi). Antara kakak dan adik mungkin akan berlainan sifatnya.

d. Regresi fillial, yaitu penurunan sifat cenderung ke arah rata-rata.

2.5 Lingkungan Perkembangan

Urie Bronfrenbrenner & Ann Couter (sigelman & Shaffer,1995:806) mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan merupakan ,berbagai peristiwa, Situasi atau kondisi di luar organisme yang di duga mempengaruhi oleh perkembanagan individu”. Lingkungan ini terdiri atas :a. Fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada disekitar janin sebelum lahir

sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah.b. Sosial, yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan di

pengaruhi oleh perkembangan individu.

Konsep lama tentang lingkungan perkembangan, memahaminya sebagai seperangkat kekuatan yang membentuk manusia, karena manusia di pandang seperti seonggok tanah liat yang dapat di cetak atau di bentuk.

Sekarang di fahami bahwa manusia di samping dipengaruhi,juga mempengaruhi lingkungan fisik dan sosialnya. Dengan kata lain, apat dikemukakan bahwa hubungan antara manusia dan lingkungan itu bersifat saling mempengaruhi (resiprocal influencies).

Hampir senada dengan pengertian di atas,J.P Chaplin (1979: 175) mengemukakan bahwa lingkungan merupakan” keseluruhan aspek atau fenomena fisik dan sosial yang mempengaruhi organisme individu. Lingkungan ini merupakan sumber seluruh informasi yang diterima individu melalui alat indranya: penglihatan,penciuman,pendengaran dan rasa. Berdasarkan tiga pengertian di atas, bahwa yang di maksud dengan lingkungan perkembangan siswa adalah “keseluruhan (Fenomena, situasi atau kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi atau di pengaruhi perkembangan siswa”. Lingkungan perkembanagan siswa menyangkut lingkungan keluarga,sekolah, kelompok sebaya (peer group), dan masyarakat. Yusup, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.\

2.6 Faktor-faktor Personal yang mempengaruhi Prilaku Manusia

1. Faktor Biologis

6

Page 10: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

Manusia adalah makhluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan yang lain. Ia lapar kalau tidak makan selama dua puluh jam, kecuing pin demikian. Ia memerlukan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, begitu pula kerbau. Ia melarikan diri kalau melihat musuh yang menakutkan, begitu pula monyet. Factor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis manusia menentukan prilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besanya pengaruh warisan biologis ini sampul muncul aliran baru, yang memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya. Aliran ini menyebut dririnya sebagai aliran sosiobiologi (Wilson, 1975).

Menurut Wilson, prilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah deprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Program ini, disebut sebgai “epigenetic rules”, mengatur prilaku manusia sejak kecendrungan menghindari incest, kemampuan memahami ekspresi wajah sampai kepada persaingan politik, walaupun banyak sarjana menolak sosiobiologis sebagai determinisme biologis dalam kehidupan social, tidak seorangpun yang menolak kenyataan bahwa struktur biologis manusia – genetika, sitem saraf dan system hormonal – sangat mempengaruh prilaku manusia. Struktur genetis, misalnya, mempengaruhi kecerdasan, kemampuan sensasi, dan emosi. System saraf mengatur pekerjaan otak dan proses pengolahan informasi dalam jiwa manusia. System hormonal bukan saja mempengaruhi mekanisme biologis, tetapi juga psikologis.

Pada tahun-tahun mutakhir ini, orang berusaha mengendalikan prilaku manusia melalui genetis, control terhadap system saraf dan system hormonal. Yang pertama dilakukan dengan “quality control” terhadap gen-gen bakal manusia. Sekarang kita dapat menyingkirkan gen-gen yang resesif dan memelihara gen-gen yang meningkatkan kualitas manusia, misalnya menyingkirkan sifat agresif dan memperkuat sifat-sifat penyantun. Dengan bedah otak, jarum-jarum hipodermik yang dihubungkan dengan “push-button radio device”, atau obat-obatan, kita dapat mengubah orang penyabar menjadi pemarah, yang gelisah menjadi tenang, yang menyedih menjadi bahagia (Packard,1978). Emil Dolfivat malah menyebutkan kemungkinan menggunakan manipulasi bio;ogis ini untuk menguasai massa suatu negeri. Dofivat menyabutkan “psychochemische Uberwaltigung” (penguasaan psikokimiawi). Ia mengutip, “Eine Dosis Chloral und Skopolamin werde genze Menschenmassen suggestible machen” (dofivat, 1968:162), Dosis Kloral dan skopolamin dapat mengubah seluruh massa manusia menjadi sangat mudah dipengaruhi.

Kita tidak akan mengulas “genetic engineering” atau “social engineering” disiini. Kita hanya ingin menunjukkan betapa pentingnya kita memperhatikan pengaruh biologis terhadap prilaku manusia sperti tampak dalam dua hal berikut ini;

Pertama, telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkunganatau situasi. Dahulu orang menyebutnya “insting”, dan sekarang Desiderato, Howieson, dan Jackson (1976:34) menamainya species-characteristic behavior. Bercumbu, memberi makan, merawat anak, dam perilaku agresif adalah contoh contohnya. Perilaku menarik lawan jenis sebagai ungkapan cinta — dikenal

7

Page 11: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

dalam istilah inggris sebagai “firt” — terbukti universal. Suatu penelitian yang dilakukan Eibl-Eibesfeldt (1997) menunjukan hal ini. Bila wanita tertarik pada Anda (dengan asumsi Anda laki-laki), ia mula-mula akan tersenyum. Kemuadian mengangkat alisnya dengan suatu gerakan cepat kira-kira 1/6 detik, sambil membuka matanya lebih lebar. Ini disusul dengan menundukkan kepala dam kelopak mata menurun. Lalu ia mengangkat kepalanya lagi untuk memandang Anda lagi. Tidak jarang sama si Samoa, Papua, Perancis, Jepang, Afrika dan Amerika Selatan. Melihat lewat sudut matanya. Perilaku ini telah difilm dengan cermat dan sama di Samoa, Papua, Perancis, Jepang, Afrika, dan Amerika Selatan.

Kedua, diakui pula adanya factor-faktir biologis yang mendorong prilaku manusia, yang lazim disebut denga mitof biologis. Yang paling penting dari motif-motif biologis antara lain, ialah kebutuhan akan makanan-minuman dan memelihara kelangsungan hidup dengan meghindari sakit dan bahaya.

Ada beberapa peneliti yang menunjukan pengaruh motif biologis terhadap perilaku manusia. Tahun 1950 Keys dan rekan-rekannya meyelidiki pengaruh rasa lapar, selama 6 bulan, 32 subjek bersedia menjalani eksperimen setengah lapar. Selama eksperimen terjadi perubahan kepribadian yang dramatis, mereka menjadi mudah tersingung, sukar bergaul, dan tidak bisa konsentrasi. Pada akhir minggu ke-25, makanan mendominasi pikiran, percakapan, dan mimpi. Laki-laki lebih senang menempelkan gambar coklat daripada gambar wanita cantik. Kekurangan tidur juga telah dibuktikan meningkatkan sifat sifat mudah tersinggung dan mengganggu cara berpikir, serta menurunkan kemampuan melakukan tugas-tugas yang kompleks atau memecahkan persoalan. Kebutuhan akan rasa aman, menghindari rasa sakit, dapat menghambat kebutuhan-kebutuhan yang lain. Akhirnya kebutuhan seksual bukan saja pada saat-saat tertentu menyita seluruh perhatian manusia, tetapi setiap saat mempengaruhi fase-fase kehidupannya. Keburuhan seksual mewarnai sains, tekhnologi, seni; memperteguh kemesraan dan memelihara lembaga pekawinan; memperkuat atau melemahkan konsep diri (Coleman, 7976:97–101).

Walaupun demekian manusia bukan sekedar makhluk biologia, kalau sekedar makhluk biologis, ia tidak berbeda dengan binatang yang lain. Kura-kura Galapagos yang hidup sejak sekian ribu tahu yang lalu bertingkah laku yang sama sekarang ini. Tetapi, prilaku orang Jawa dizaman Diponegoro sudah jauh berbeda dengan perilaku mereka dizaman Suharto. Menurut Marvin Harris, antropolog terkenal dari Univesity of Florida, agak sukar kita menjelaskan perubahan kultural ini pada sebab-sebab biologis (Renberger, Dialogue, 1/1984:38). Ini hanya dapat dijelaskan dengan melihat komponen-komponen lain dari manusia; yakni factor-faktor sosiopsikologis.

2. Faktor Sosipsikologis

Karena manusia makhluk social, dari proses social ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. Kita dapat mengklasifikasikannya kedalam tiga komponen komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen yang pertama, yang merupakan aspek emosional dari factor sosiopsikologis, didahulukan Karen erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya. Komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek vilisional,

8

Page 12: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Kita mulai dengan komponen afektif yang terdiri dari motif sosiogenis, sikap, dan emosi.

A. Motif Sosiogenis

Motif Sosiogenis sering juga disebut motif sekunder lawan motif primer (motif biologis), sebetulnya bukan motif “anak bawang”. Peranannya dalam membentuk perilaku sosial bahkan sangat menentukan. Berbagai klasifikasi motif sosiogenis;

W. I Thomas dan Florian Znaniecki:

1. Keinginan memperoleh pengalaman baru;2. Keinginan untuk mendapat respons;3. Keinginan akan pengakuan;4. Keinginan akan rasa aman.

David McClelland:

1. Kebutuhan berprestasi (need for archievement);2. Kebutuhan akan kasih saying (need for affiliation);3. Kebutuhan berkuasa (need for power).

Abraham Maslow:

1. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs);2. Kebutuhan akan keterikatan dan cinta (belongingness and love needs);3. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs);4. Kebutuhan untuk pemenuhan diri (self-actualization).

Melvin H. Marx:

1. Kebutuhan organismis– Motif ingin tahu (curiosity),– Motif kompetensi (competence),– Motif prestasi (archievement);

2. Motif-motif social– Motif kasih sayang (affilation),– Motif kekuasaan (power),– Motif kebebasan (independence).

B. Sikap

Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi social dan yang paling banyak didefinisikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar (Sherif danSherif, 1956:489). Ada pula yang melihat sikap sebagai kesiapan saraf (neutral setting) sebelum memberikan respons (Allport, 1924). Dari berbagai definisi kita dapat menyimpulkan beberapa hal;

9

Page 13: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

Pertama, sikap adalah kecendrungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merup[akan kecendrungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok. Jadi, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri. Sikap haruslah diikuti oleh kata “terhjadap”, atau “pada” objek sikap. Bila ada orang yang berkata, “sikap saya positif” kita harus mempertanyakan “sikap terhadap apa atau siapa?”

Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukkan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diindinkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari (Sherif dan Sherif, 1956:489). Bila sikap saya positif terhadap ilmu, saya akan setuju pada proyek-proyek pengembangan ilmu, berharap agar orang menghargai ilmu, dan menghindari orang-orang yang meremehkan ilmu.

Ketiga, sikap relatif lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan bahwa sikap politik kelompok cenderung dipertahankkan dan jarang mengalami perubahan.

Keempat, sikap mengandung aspek evaluative: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, sehingga Bem memberikan definisi sederhana: “Attitudes are likes and dislikes.” (1970:14)

Kelima, sikap timbul dari pengalaman; tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.

Beberapa orang sarjana menganggap sikap terdiri dari komponen kognitif, afektif, dan behavioral. Dalam buku ini sikap hanya dipandan pada komponen afektifnya saja, Karen komponen kognitif akan kita masukkan pada factor sosiopsikologis konatif yang terdiri dari kebiasaan dan kamuaan.

C. Emosi

Emosi menunjukkan goncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keprilakuan, dan proses fisiologiis. Bila orang yang Anda cinta mencemooh Anda, Anda akan bereaksi secar emosional karena Anda engetahui makna cemoohan itu (kesadaraan). Jantung Anda akan berdetak lebih cepat, kulit memberikan respon dengan mengeluarkan keringat, dan napas terengah-engah (proses fisiologis). Anda mungkin membalas cemoohan itu dengan kata-kata keras atau ketupat bangkahulu (keperilakuan).

Emosi tidak selalu jelek. Emosi memeberikan bumbu kepada kehidupam; tanpa emosi hidup ini kering dan gersang. Paling tidak, ada empat fungsi emosi (Coleman dan Hammen, 1974:462). Pertama, emosi adalah pembangkit energy (energizer). Tampa emosi kita tidak sadar atau emosi mati. Hidup berarti merasai, mengalami, bereaksi, dan bertindak. Emosi membangkitkan dan memobilisasai energy kita; marah menggerakkan kita untuk menyerang; takut menggerakkan kita untuk lari; dan cinta mendorong kita untuk mendekat bermesraan. Kedua, emosi adalah pembawa informasi (messenger). Bagaimana keadaan diri kita dapat kitaketahui dari emosi kita. Jika kita marah, kita akan mengetahui kita dihambat atau diserang

10

Page 14: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

orang lain; sedih berarti kehilangan sesuatu yang kita senangi; bahagia berarti memperoleh sesuatu yang kita senangi, atau berhasuil menghindari hal; yang kita benci. Ketiga, emosi bawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga pembawa — pesan dalam komunikasi intrapersonal. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ungkapan emosi dapatr dipahami secara universal. Dalam retorika diketahui bahwa pembicara yang menyertakan seluruh emosinya dalam pidato dipandang lebih hidup, lebih dinamis, dan lebih meyakiunkan. Keempat, emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita. Kita mendambakan kesehatan dan mengetahuinya ketika merasa sehat wal afiat. Kita mencari keindahan dan mengetahui kita memperolehnya ketika kita merasakan kenikmatan estetis dalam diri kita.

3. Faktor Kepercayaan

Kepercayaan adalah komponen kognitif dari factor sosiopsikologis. Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang gaib, tetapi hanyalah “keyakinan bahwa sesuatu itu ‘benar’ atau ‘salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, atau instuisi” (Hohler, et al., 1978:48). Jadi, kepercayaan dapat bersifat rasional atau irrasional. Anda percaya bahwi kami bumi itu bulat, bahwa rokook itu penyebab kanker, atau kemiskinan itu Karena kemalasan. Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsi kenyataan, memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsi kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap objek sikap. Bila orang oercaya bahwa caar disebabkan oleh makhluk halus, sikapnya terhadap vaksinasi akan negative, dan ia cenderung menolakpengobatan secara medis. Bila orang percaya bahwa anak mendatangkanrizki, kampanye KB tidak akan menghasilkan apapun — sebelum orang itu memperoleh kepercayaan yang baru.

Menurut Solomon E. Asch (1959:569—567), kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan. Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang. Banayk kepercayaan kita didasarkan pada pengetahuan yang tidak lengkap, kita percaya bahwa seluruh pemuda di Amerika bergaul bebas, berdasarkan apa yang kita lihat dalam filmatau yang kit abaca dalam sulat kabar dan majalah. Begitu pula banyak orang amerka yang menduga bahwa pperistiwa nbesar dinegara-negara terbelakang hanyalah banjir, bencana alam, kelaparan, atau kudeta. Seorang Indonesia yang belajar di AS pernah tercengang ketika karyawan bertanya, apakah Indonesia makan diatas kursi,.

Kebutuhan dan kepentingan sering mewarnai kepercayaan kita. Aristoteles pernah memeberikan argumentasi tentang pentingnya perbudakan, karena ia ingin mempertahankan lembaga yang ada. Pikiran Galileo ditentang bukan karena pengetahuan yang dia berikan berbeda dengan apa yang dudiketahui orang banya, tetapi juga karena penerimaan gagasan Galileo akan bertentangan dengan tatanan social yang ada pada waktu itu.

4. Faktor Kebiasaan

Komponen konatif dari factor sosiopsikologis, seperti telah disebutkan diatas terdiri dari kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan adaalah aspek prilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan. Kebiasaaan mungkin merupakan hasil

11

Page 15: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang berlainan dalam menanggapi stimulus tertentu. Kebiasaan inilah yang memberikan pola prilaku yang dapat diramalkan.

5. Faktor Kemauan

Kemauan jarang dibicarakan secara khusus dalam buku-buku pengantar psikologi, walaupun orang sering menggunakan istilah “buat kemauan” atau “kurang kemauan” “Den Menschen macht seiner Wille gross und klein,” ujar Heinrich Heine. Kemauanlah yang memebuat orang besar atau kecil. Kemauan erat kaitannya dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yag merupakan usaha seseorang untuk menccapai tujuan. Menurut Richard Dewey dan W.J. Humber, kemauan merupakan; (1) hasil keinginan untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai-nilai yang lain, yang tidak sesuai dengan pencapaiaan tujuan; (2) berdasrkan pengetahuan tentang, cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan; (3) dipengaruhi oleh kecerdasan dan energi yang diperlukan untuk mencapaui tujuan; plus (4) penegeluaran energi yang sebenernya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan.

2.7 Faktor-faktor Situasional yang mempengaruhi Perilaku Manusia

Delgado pernah melakukan beberapa eksperimen untuk mengubah kera-kera gibbon yang tenang menjadi agresif dengan merangsang salah satu bagian otaknya. Ketika dirangsang, seekor monyet menyerang monyet asing yang tinggal satu kandang, tetapi dengan rangsangan yang sama ia tidak menunjukkan sikap bermusuhan terhadap kawan betinanya. Reaksi agresif diungkapkan berllainan pada situasi yang berlainan sehingga Dalgado menyimpulkan bahwa respons otak sangat dipengaruhi oleh “ssetting” atau suasana yang melingkupi organisme (Packard, 1978:45).

Kesimpulan Dalgado membawa kita kepada pengaruh situasional terhdap perilaku manusia. Edward G. Sampson merangkumkan seluruh factor situasional sebegai berikut:

I. Aspek-aspek objektif dari lingkungan

a. Faktor ekologis1. Factor geografis2. Factor iklim dan meterologis

b. Factor desain dan arsitekturalc. Factor temporald. Factor suasana perilakue. Factor teknologisf. Factor social

1. Struktur organisasi2. System peranan3. Struktur kelompok

12

Page 16: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

4. Karakteristik populasi

II. Lingkungan psikososional seperti dipersepsi oleh kita

a. Iklim organisasi dan kelompokb. Ethos dan iklim instituisional dan kultural

III. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku

a. Orang lainb. Situasi pendorong perilaku (Sampson, 1976:13—14).

I. Aspek-aspek objektif dari lingkungan;

A. Faktor Ekologis

Kaum determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaanalam mempengaruh gaya hidup dan perilaku. Banyak orang menghubungkan kemalasan bangsan Indonesia pada mata pencaharian bertani dan matahari yang selalu beersinar setiiap hari. Sebagian pandangan mereka telah diuji dalam berbagai penelitian, seperti efek temperature pada tindakan kekerasan, perilaku interpersonal, dan suasana emosional. Yang belum siteliti, antara lain pengaruh temperature ruangan pada efektivitas komunikasi.

B. Faktor Rancangan dan Arsitektural

Dewasa ini telah tumbuh perhatian dikalangan para arsitek pada pengaruh lingkungan yang dibuat manusia terhadap perilaku penghuninya. Satu rancangan arsitektur memepengaruhi komunikasi diantara orang-orang yang hidup dalam naungan arsitektural tertentu. Osmond (1957) dan Sommer (1968) memebedakan anatara desain bangunan yang mendoorong orang untuk berinteraksi (sociopetal) dan rancangan bangunan yang menyebabka orang menghindari interaksi (sociafugal). Pengaturan ruangan juga telah terbukti mempengaruhi pola-pola perilaku yang rerjadi ditempat itu.

C. Faktor Temporal

Telah banyak diteliti pengaruh waktu terhadap bioritma manusia. Misalnya, dari tengah malam sampai pukul 4 fungsi tubuh manusia berada tahap yang paling rendah, tetapi pendengaran sangat tajam; pada pukul 10, bila Anda orang introvert, konsentrasi dan daya ingat Anda mencapai puncaknya; pada pukul 3 sore orang-orang ekstrovert mencapai puncak dalam kemampuan analisis dan kreativitas (Panati, 1981:128). Tanpa mengetahui bioritma sekalipun banyakkegiatan kita diatur berdasarkan waktu; makan, pergi kesekolah, bekerja, beristiorahat, berlibur, beribadat, dan sebagainya. Satu pesan komunikasi yang sdisampaikan pada tengah pagi hari akan memberikan makna yang lain bila disampaikan pada tengah malam. Jadi, yang memepengaruhi manusia buka saja di mana mereka berada tetapi bilamana mereka berada.

D. Faktor Suasana Perilaku (Behavior Settings)

13

Page 17: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

Selama bertahun tahun, Roger Barker dan rekan-rekannya meniti efek lingkungan terhadap individu. Lingkungan dibaginya kedalam beberapa satuan yang terpisah, yang disebut suasana perilaku. Pesta, ruangan kelas, toko, rumahnibadat, pemandian, bioskop, adalah contoh-contoh suasana perilaku. Pada setiap suasana terdapat pola-pola hubungan yang mengatur perilaku orang-orang didalamnya. Di masjid orang tidak akan berteriak keras, seperti dalam pesta orang tidak akan melakukan upacar ibadat. Dalam suatu kampanye dilapangan terbuka, komunikator akan menyusun dan menyampaikan pesan dengan cara berbeda daripada ketika ia berbica dihadapan kelompok kecil ruang rapat partainya.

E. Teknologi

Pengaruh teknologi terhadap perilaku manusia sering dibicarakan orang. Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku social. Alvin Tofler melukiskan tiga gelombang peradaban manusia yang terjadi sebagai akibat perubahan teknologi. Lingkungan teknologis (technospere) yang meliputi system energy, system produksi dan system distribusi, membentuk serangkaian perilaku sosial yang sesuai dengannya (sociosphere). Bersamaan dengan itu tumbuhlah pola-pola penyebaran informasi (insfosphere) yang mempengaruhi suasana kejiwaan (psychosphere) setiap anggota masyarakat. Dalam ilmu komunikasi, Marshall MxLuhan (1964) menunjukkan bahwa bentuk teknologi komunikasi lebih penting daripada isi media komunikasi. Misalnya, kelahiran mesin cetak mengubah masyarakat tribal menjadi masyarajat yangberpikir logis dan individualism; sedangkan kelahiran televise membawa nanusia pada kehidupan neo-tribal.

F. Faktor Sosial

System peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah factor-faktor social yang menata prilaku manusia. Dengan organisasi, hubungan antara anggota dengan ketua diatur oleh system peranan dan norma-norma kelompok. Besar kecilnya organisasi akan mempengaruhi jaringan komunikasi dan system pengambilan keputusan. Karakteristik populasi seperti usai, kecerdasan, karakteristik biologis, mempengaruhi pola-pola perilaku anggota-anggota populasi itu. Kelompok orang tua melahirkan pola perilaku yang pasti berbeda-beda dengan kelompok anak-anak muda. Dari segi komunikasi, teori penyebaran inovasi (Rogers & Shoemakaer, 1991) dan teori kritik (Habermas, 1979) memperlihatkan bagaimana system komunikasi sangat dipengaruhi oleh struktur social.

II. Lingkungan psikososional;

A. Lingkungan Psikososial

Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan kita, akan mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu. Lingkungan dalam persepsi kita lazim disebut sebagai iklim (climate). Dalam organisasi, iklim psikososial menunjukkan persepsi orang tentang kebebasan individual, keketatan pengawasan, kemungkinan kemajuan, dan tingkat keakraban. Studi tentang komunikasi organisasional menunjukkan bagaiman iklim organisasi mempengaruhi hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan, atau diantara

14

Page 18: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

orang-orang yang menduduki posisi yang sama. Para antropolog telah memperluas istilah iklim ini kedalam masyarakat secara keseluruhan. Pola-pola kebudayaan yang ominan atau ethos, ideology dan nilai dalam persepsi anggota masyarakat, mempengaruhi seluruh prilaku social. Ruth Benedict (1970). Misalnya, membedakan antarmasyarakat yang mempunyai synergy tinggi dengan masyarakat yang ber-synergy rendah. Pada masyarakat yang pertama, orang berlajar sejak kecil bahwa ganjaran yang diterimanya terpaut erat dengan ganjaran kolektif. Cita-cita perorangan dicapai melalaui usaha bersama. Pada masyarakat seperti ini orang cenderung untuk mengurangi kepentingan dirinya, bersifat kompromistis. Perilaku social yang sebaliknya terjadi pada masyarakat yang ber-synergy rendah. Margareth Mead (19287), walaupun belakangan dikritik orang, mewakili aliran determinisme budaya, yang menunjukkan bagaimana nilai-nilai yang diserap anak pada waktu kecil mempengaruhi perilakunya dikemudian hari.

III. Stimuli yang mendorong dan Memeperteguh Perilaku

Beberapa peneliti psikologi social, seperti Fredericsen Price, dan Bouffard (1972), meneliti kendala situasasi yang mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Ada situasi yang memeberikan rentangan kelayakan perilaku (behavioral appropriateness), seperti situasi di taman, dan situasi yang banyak memberikan kendala pada perilaku, seperti gereja. Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa harus merasa malu. Sebaliknya, situasi restriktif menghambat orang untuk berperilaku sekehendak hatinya.

Factor-faktor situasional yang diuraikan diatas tidaklah mengesampingkan factor-faktor personal yang disebut sebelumnya. Kita mengakui besarnya pengaruh situasi dalam menetukan perilaku manusia. Tetapi manusia memeberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap situasi yang dihadapinya, sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Perilaku mausia memang merupakan hasil interaksi menarik antara keunikan individual dengan keumuman situasional. Rahmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

2.8 Hakikat dan Hukum Perkembangan

Kalau kita berbicara mengenai hakikat manusia, hal ini tidak lepas dari penciptaannya. Karena objek kajian dari psikologi perkembangan ini adalah perkembangan dan pertumbuhan manusia. Dalam pembahasan kali ini, kami mencoba mengkaitkannya dengan firman Allah S.W.T. dalam surat Al-Mukminun ayat 12-16, sebagai berikut:

“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.  Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).  Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah

15

Page 19: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” (Qs. Al-Mukminun: 12-16)

Didalam ayat diatas adalah merupakan hakikat penciptaan manusia, mulai prenatal sampai dibangkitkan kembali dari kubur. Allah S.w.t. menggambarkannya secara lugas dan ringkas. Dari ayat inilah akan lahirnya teori-teori psikologi, seperti “aliran nativisme, berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawah sejak lahir. Aliran empirisme, berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Dan aliran konvergensi, yang memaduhkan antara kedua aliran nativisme dan empirisme”.Namun didalam kutipan lain berpendapat bahwa hakikat manusia, yaitu sebagai makhluk hidup yang;psikofisis, maksudnya manusia adalah makhluk yang hidup dalam dua kesatuan, yaitu secara jasmaniah dan rohaniah. Sosioindividuil, maksudnya manusia adalah makhluk yang hidup dalam dua kesatuan, yaitu sosial dan individu. Dan Culturilrelegius, yang berarti manusia adalah makhluk yang hidup dalam dua kesatuan, yaitu dicipta (oleh Sang Pencipta) dan mencipta (kebudayaan).Dari pernyataan diatas, kalau kita perhatikan sifat-sifat tersebut tampak bahwa masing-masing selalu berpasang-pasangan yang kelihatannya bertentangan satu sama lainnya, akan tetapi saling melengkapi, seperti halnya pria dan wanita. Hal semacam inilah yang disebut Drs. Agus Sujanto sebagai manusia adalah makhluk monodualis, yaitu semua sifat dan aspek berkembang seluruhnya secara stimulan/stimulasi (metode pelatihan dengan peragaan tiruan) selama mendapat kesempatan dan sejauh masih memungkinkan, menurut irama variasi dan isinya sendiri-sendiri.Sekarang bagaimana dengan hukum perkembangan? Kalau kita berbicara tentang perkembangan, pada bagian pendahuluan telah kami singgung sendikit. Bahwa perkembangan merupakan perubahan yang terus-menerus dialami, tetapi ia tetap menjadi satu kesatuan. Perkembangan berlangsung dengan perlahan-lahan melalui masa demi masa. Menurut hasil penelitian para ahli ternyata bahwa perkembangan jasmani dan rohani berlangsung menurut hukum-hukum perkembangan tertentu. Hukum-hukum perkembangan itu terdiri dari:

A. Hukum Konvergensi

Ditemukan oleh William Stesn yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsure lingkungan dan pembawaan. Yaitu:1) Pengaruh pembawaan sama kuatnya dengan dengan pengaruh lingkungan, maka hasilnya

pendidikan baik dan seimbang.2) Faktor pembawaan lebih kuat dari faktor lingkungan, maka pendidikan yang cenderung kea rah pembawaan.

16

Page 20: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

3)  Pengaruh lingkungan lebih kuat dari pengaruh pembawaan, maka hasil pendidikan lebih mengarah kepada apa yang dikehendaki lingkungan.

B. Hukum Tempo Perkembangan

Setiap perkembangan yang dialami manusia berlangsung menurut tempo/kecepatan masing-masing.

C. Hukum Masa Peka

Yaitu suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjiolkan diri keluar dan akan pengaruh rangsangnya atau rangsangan yang datang. Hukum masa peka dikenalkan di dunia pendidikan oleh Dr. Maria Montessori (Pendidik wanita bangsa itali). Masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan. Misalnya, usia 3 sampai 5 tahun adalah usia yang baik untuk mempelajari bahasa ibu dan bahasa daerahnya.

D. Hukum Rekapitulasi

Teori ini menyatakan bahwa perkembangan yang dialami seorang anak merupakan ulangan (secara cepat) sejarah kehidupan suatu bangsa yang berlangsung dengan lambat selama berabad-abad.

E. Hukum Bertahan dan Mengembangkan Diri

Yaitu timbulnya rasa persaingan dan belum puas terhadap apa yang telah dicapai antara satu individu dengan yang lainya. Misanya, usaha berjalan dll.

F. Hukum Irama (Ritme) Perkembangan

Perkembangan bearlangsung sesuai iramanya, perilaku untuk setiap orang baik jasmani dan rohani tidak selalu alami berurutan tetapi merupakan gelombang-gelombang besar dan kecil yang silih berganti. Drs. Zulkifli L. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

17

Page 21: Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu sangat banyak, tetapi yang paling berperan adalah faktor Lingkungan dan Pembawaan sebagai penentu perkembangan individu tersebut kearah mana, dan diantara Lingkungan dan Pembawaan yang paling lebih berperan terhadap perkembangan seseorang adalah lingkungan.

18