FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT WANITA USIA SUBUR DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS...

164
FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT WANITA USIA SUBUR DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA TAHUN 2018 TESIS Oleh: MARLIANI 1303195024 PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2018

Transcript of FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT WANITA USIA SUBUR DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS...

  • FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT WANITA USIA SUBUR

    DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE

    PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT

    DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA

    TAHUN 2018

    TESIS

    Oleh:

    MARLIANI

    1303195024

    PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2018

  • FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT WANITA USIA SUBUR

    DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE

    PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT

    DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA

    TAHUN 2018

    TESIS

    Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

    untuk Memeroleh Gelar Magister Kesehatan Mayarakat (M.K.M)

    pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Minat Studi Kesehatan Reproduksi

    Institut Kesehatan Helvetia Medan

    Oleh :

    MARLIANI

    1303195024

    PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2018

  • Telah diuji pada tanggal : 13 Desember 2018

    PANITIA PENGUJI TESIS

    Ketua : Prof. Dr. dr. Sarma Lumban Raja, Sp.OG (K)

    Anggota : 1. Willhelmina Wahara, S.S.T, M.Kes

    2. Dr. Ns. Asyiah Simanjorang, S.Kep, M.Kes

    3. Dr. dr. Juliandi Harahap, M.A

  • i

  • ii

  • iii

    ABSTRAK

    FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT WANITA USIA SUBUR

    DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE

    PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT

    DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA TAHUN 2018

    MARLIANI

    1303195024

    Kanker serviks merupakan penyakit yang mengancam jiwa, menyebabkan

    gangguan kesehatan pada wanita usia subur, kualitas hidup rendah, merasa tidak

    berdaya dan berguna dalam kehidupannya serta kematian. Kunjungan Wanita Usia Subur (WUS) untuk melakukan pemeriksaan IVA dari bulan Agustus sampai Desember 2017 rata-rata sebanyak 71 orang (21%) dan ditemukan 10 orang terdiagnosa menderita

    kanker serviks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi minat wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di

    Puskesmas Tanjung Morawa tahun 2018.

    Jenis penelitian adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional.

    Populasi adalah wanita usia subur yang berusia 20-45 tahun dengan jumlah

    sampel 102 orang. Data dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi-

    square dan multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda pada tingkat

    kemaknaan 5%.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran teman memiliki pengaruh

    paling kuat terhadap minat wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks

    (p=0,000) dengan nilai Exp (B) = 6,770 nilai prevalensi rate 2,857 dan

    Confidance interval (CI) antara 1,464-5,577 hal itu berarti bahwa peran teman

    yang tinggi memengaruhi 6,770 kali lebih besar minat wanita usia subur dalam

    deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan inspeksi visual asam

    asetat di Puskesmas Tanjung Morawa tahun 2018.

    Kesimpulan ada pengaruh pengetahuan, sikap, akses informasi, peran

    suami dan peran teman terhadap minat WUS melakukan pemeriksaan deteksi dini

    kanker serviks dengan metode IVA. Disarankan Puskesmas Tanjung Morawa

    memberikan promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarkat

    terutama WUS dan menghadirkan WUS yang sudah melakukan deteksi dini

    kanker leher rahim atau penderita kanker leher rahim sebagai penyuluh untuk

    meningkatkan minat WUS.

    Kata Kunci : Deteksi Dini Kanker Serviks, Metode IVA, Wanita Usia Subur

    Daftar Pustaka : 30 buku (1982-2013), 7 jurnal, 7 artikel

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan limpahan KaruniaNya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Faktor yang

    memengaruhi minat wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan

    metode pemeriksaan inspeksi visual asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa

    tahun 2018.”

    Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

    pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan

    Reproduksi Institut Kesehatan Helvetia Medan. Dalam menyusun tesis ini,

    peneliti mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk

    itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia

    Medan.

    2. Dr. Ahmad Rifai, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Institut Kesehatan Helvetia Medan.

    3. Dr. Asriwati, S.Kep., Ns., S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

    Kesehatan Helvetia Medan.

    4. Prof. Dr. dr. Sarma Lumban Raja, Sp.OG (K) selaku Dosen Pembimbing I

    dan Willhelmina Wahara, S.S.T, M.Keb selaku Pembimbing II yang dengan

    penuh perhatian dan kesabaran, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk

    membimbing penulis.

  • v

    5. Dr. Ns. Asyiah Simanjorang, S.Kep, M.Kes dan Dr. dr. Juliandi Harahap, MA,

    selaku komisi penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan

    demi kesempurnaan tesisi ini.

    6. Kepala Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa dan seluruh

    pegawai yang telah membantu peneliti selama proses pengambilan data

    penelitian.

    7. Teristimewa buat kedua orangtuaku yang tercinta serta suami dan anak-

    anakku tersayang yang telah memberikan dorongan dan motivasi serta doanya

    selama peneliti mengikuti pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

    Masyarakat Institut Kesehata Helvetia Medan.

    8. Seluruh staf pengajar Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah memberi

    bekal pengetahuan kepada peneliti dan saran atau masukan yang berguna

    dalam menyelesaikan tesis ini.

    9. Semua pihak yang telah membantu dan mendorong baik secara langsung

    ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan tesis ini.

    Peneliti menyadari bahwa di dalam penelitian ini masih banyak terdapat

    kekurangan. Oleh karena itu jika terdapat kritik dan saran, peneliti akan senantiasa

    menerimanya. Peneliti berharap agar tesis ini dapat bermanfaat bagi semua.

    Medan, 13 Desember 2018

    Peneliti

    Marliani

  • vi

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama Marliani, dilahirkan di Desa Karang Anyar, pada tanggal

    02 Maret 1980, anak kedua dari pasangan Bapak Pardiman dan Ibu Muliani.

    Pendidikan Formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar di SDN 105368

    Desa Karang Anyar Kecamatan Perbaungan Kabupaten Deli Serdang pada tahun

    1986-1992, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di MTs SKB 3 Menteri

    Perbaungan pada tahun 1992-1995, Sekolah Menengah Atas di SMU Swasta Setia

    Budi Perbaungan pada tahun 1995-1998, dan melanjutkan pendidikan di Akademi

    Keperawatan Sembiring Delitua Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang

    pada tahun 1998-2001 kemudian melanjutkan pendidikan ke Akademi Kebidanan

    Senior Medan pada tahun 2005-2008 dan mengikuti pendidikan D IV Kebidanan

    Pendidik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Helvetia Medan Pada tahun 2009-

    2011.

    Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu

    Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan

    Reproduksi di Institut Kesehatan Helvetia Medan sejak tahun 2013-2018.

  • vii

    DAFTAR ISI

    Halaman ABSTRACT .............................................................................................. i ABSTRAK ............................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................. iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... v DAFTAR ISI ............................................................................................ vi DAFTAR TABEL.................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian .................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian .................................................. 10

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................. 12

    2.1 Peneliti Terdahulu .................................................... 12 2.2 Teori Minat .............................................................. 13

    2.2.1 Pengertian Minat .......................................... 13 2.2.2 Proses Terjadinya Minat............................... 15 2.2.3 Unsur Minat.................................................. 15 2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Minat ...... 17

    2.3 Kanker Serviks ......................................................... 23 2.3.1 Pengertian Kanker Serviks ........................... 23 2.3.2 Etiologi ......................................................... 24 2.3.3 Patogenesis ................................................... 26 2.3.4 Gejala Kanker Serviks ................................. 28 2.3.5 Faktor Risiko Menyebabkan Kanker Serviks 30 2.3.6 Wanita dan Problem Kewanitaan ................. 32 2.3.7 Stadium Perkembangan Kanker Serviks ...... 33 2.3.8 Pengobatan ................................................... 34 2.3.9 Efek Samping Pengobatan ........................... 36

    2.4 Metode Deteksi Dini Kanker Serviks ...................... 37 2.5 Metode Deteksi Dini dengan IVA ........................... 39

    2.5.1 Patofisiologi Acetowhite Epithelium ............ 39 2.5.2 Keunggulan Metode IVA ............................. 41 2.5.3 Jadwal Pemeriksaan IVA ............................. 41 2.5.4 Syarat Mengikuti IVA test ........................... 41 2.5.5 Cara Melakukan Pemeriksaan IVA .............. 41 2.5.6 Kategori Pemeriksaan IVA .......................... 42

    2.6 Wanita Usia Subur (WUS) ....................................... 44 2.7 Kerangka Teori ....................................................... 44 2.8 Kerangka Konsep ..................................................... 45

  • viii

    2.9 Hipotesis................................................................... 46

    BAB III METODE PENELITIAN .............................................. 48

    3.1 Jenis Penelitian ........................................................ 48 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................. 48

    3.2.1 Lokasi Penelitian ......................................... 48 3.2.2 Waktu Penelitian ......................................... 48

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................... 49 3.3.1 Populasi Penelitian ....................................... 49 3.3.2 Sampel Penelitian ......................................... 49

    3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................... 50 3.4.1 Jenis Data ..................................................... 50 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ........................... 51 3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ....................... 51

    3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......... 52 3.5.1 Variabel Penelitian ....................................... 52 3.5.2 Definisi Operasional ..................................... 52

    3.6 Metode Pengukuran ................................................. 56 3.7 Metode Pengolahan Data .......................................... 55 3.8 Analisis Data ............................................................ 57

    BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................... 59

    4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ................................... 59 4.2 Analisis Univariat ................................................... 61

    4.2.1 Data Karakteristik ....................................... 61 4.2.2 Variabel Penelitian ...................................... 62

    4.3 Analisis Bivariat ....................................................... 81 4.3.1 Hubungan faktor pendidikan dengan minat.. 81 4.3.2 Hubungan faktor pengetahuan dengan minat 82 4.3.3 Hubungan faktor sikap dengan minat……… 82 4.3.4 Hubungan akses informasi dengan minat..... 83 4.3.5 Hubungan peran suami dengan minat.. ........ 84 4.3.6 Hubungan dukungan teman dengan minat.. . 85

    4.4 Analisis Multivariat.................................................. 86

    BAB V PEMBAHASAN ............................................................. 89

    5.1 Pengaruh faktor pendidikan terhadap minat WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas

    Tanjung Morawa tahun 2018 .................................. 89

    5.2 Pengaruh faktor pengetahuan terhadap minat WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas

    Tanjung Morawa tahun 2018 .................................. 91

    5.3 Pengaruh faktor sikap terhadap minat WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas Tanjung

    Morawa tahun 2018 ................................................. 93

  • ix

    5.4 Pengaruh faktor akses informasi terhadap minat WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas

    Tanjung Morawa tahun 2018 .................................. 96

    5.5 Pengaruh faktor peran suami terhadap minat WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas

    Tanjung Morawa tahun 2018 .................................. 98

    5.6 Pengaruh faktor peran teman terhadap minat WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas

    Tanjung Morawa tahun 2018 .................................. 101

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................... 106

    6.1 Kesimpulan ............................................................. 106 6.2 Saran ...................................................................... 107

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 109

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel Judul Halaman

    3.1 Pengukuran Variabel Penelitian ...................................................... 56

    4.1 Distribusi frekuensi karekteristik WUS di wilayah kerja

    Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun

    2018 ................................................................................................. 62

    4.2 Distribusi frekuensi kategori pendidikan WUS di wilayah kerja

    Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun

    2018 ................................................................................................. 63

    4.3 Distribusi frekuensi pengetahuan WUS tentang deteksi dini

    kanker serviks di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa

    Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2018 ....................................... 64

    4.4 Distribusi frekuensi kategori pengetahuan WUS tentang deteksi

    dini kanker serviks di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa

    Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2018 ....................................... 65

    4.5 Distribusi frekuensi pernyataan sikap WUS terhadap pemeriksaan

    deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja

    Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun

    2018 ................................................................................................. 67

    4.6 Distribusi frekuensi kategori sikap WUS terhadap pemeriksaan

    deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja

    Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun

    2018 ................................................................................................. 69

    4.7 Distribusi frekuensi jawaban WUS tentang akses informasi

    pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah

    kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

    tahun 2018 ....................................................................................... 70

    4.8 Distribusi frekuensi pengkategorian WUS tentang akses informasi

    pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah

    kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

    tahun 2018 ....................................................................................... 71

    4.9 Distribusi frekuensi jawaban WUS tentang peran suami dalam

    meningkatkan minat WUS melakukan pemeriksaan deteksi dini

    kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Tanjung

    Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2018 ......................... 73

    4.10 Distribusi frekuensi pengkategorian peran suami dalam

    meningkatkan minat WUS melakukan pemeriksaan deteksi dini

    kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Tanjung

    Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2018 ......................... 75

    4.11 Distribusi frekuensi jawaban WUS tentang peran teman dalam

    meningkatkan minat WUS melakukan pemeriksaan deteksi dini

    kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Tanjung

    Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2018 ......................... 76

  • xi

    4.12 Distribusi frekuensi pengkategorian peran teman dalam

    meningkatkan minat WUS melakukan pemeriksaan deteksi dini

    kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Tanjung

    Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2018 ......................... 79

    4.13 Distribusi frekuensi jawaban minat WUS melakukan pemeriksaan

    deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja

    Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun

    2018 ................................................................................................. 80

    4.14 Hubungan faktor pendidikan dengan minat WUS melakukan

    pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah

    kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

    tahun 2018 ....................................................................................... 81

    4.15 Hubungan faktor pengetahuan dengan minat WUS melakukan

    pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah

    kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

    tahun 2018 ....................................................................................... 82

    4.16 Hubungan faktor sikap dengan minat WUS melakukan

    pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah

    kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

    tahun 2018 ....................................................................................... 83

    4.17 Hubungan faktor akses informasi dengan minat WUS melakukan

    pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah

    kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

    tahun 2018 ....................................................................................... 84

    4.18 Hubungan faktor peran suami dengan minat WUS melakukan

    pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah

    kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

    tahun 2018 ....................................................................................... 85

    4.19 Hubungan faktor dukungan teman dengan minat WUS melakukan

    pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah

    kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

    tahun 2018 ....................................................................................... 85

    4.20 Variabel kandidat model regresi logistic berganda ......................... 87

    4.21 Pengaruh faktor pengetahuan, sikap, akses informasi, peran suami

    dan dukungan teman terhadap minat WUS melakukan

    pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah

    kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa

    tahun 2018 ....................................................................................... 87

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Judul Halaman

    2.1 Kanker Serviks ................................................................................ 24

    2.2 Human Papiloma Virus ................................................................... 26

    2.3 Stadium Kanker Serviks .................................................................. 34

    2.4 Hasil Pemeriksaan IVA ................................................................... 44

    2.5 Landasan Teori ................................................................................ 45

    2.6 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 45

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Judul Halaman

    1. Kuesioner ...................................................................................... 112

    2. Mater Data .................................................................................... 122

    3. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 136

    4. Surat Ijin Penelitian....................................................................... 138

    5. Surta Balasan Penelitian .............................................................. 139

    6. Surat Permohonan Uji Validitas .................................................. 140

    7. Surat Balasan Uji Validitas .......................................................... 141

    8. Surat Persetujuan Perbaikan ........................................................ 142

    9. Lembar Bimbingan Pembimbing I................................................ 143

    10. Lembar Bimbingan Pembimbing II .............................................. 145

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kanker merupakan penyakit yang mengancam jiwa, diagnosis terhadap

    kanker menjadi pengalaman yang sangat menegangkan bagi wanita sehingga

    diagnosis kanker sering disertai dengan ketidaknyamanan dan kesiagaan terhadap

    kematian yang akhirnya menimbulkan gangguan kesehatan dan sosial lainnya.

    Pasien kanker mengalami kualitas hidup rendah dengan memperlihatkan perasaan

    sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas akan kehidupannya,

    merasa lebih buruk jika dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah

    terhadap tubuhnya dan merasa tidak berdaya dan tidak berguna (1).

    American Cancer Society telah mengidentifikasi empat faktor yang dapat

    memengaruhi kualitas hidup penderita kanker dan keluarganya, yaitu faktor sosial,

    psikologis, fisik dan spiritual. Masalah psikologis utama yang dialami oleh

    penderita kanker stadium lanjut adalah distress psikologis berkaitan dengan

    diagnosis kanker atau masalah fisik dan sosial yang dialami sebagai akibat dari

    kanker dan terapinya. Pada penatalaksanaan medis yang dijalani akan

    menimbulkan efek perubahan pada fisik seperti kehilangan salah satu bagian dari

    tubuh. Salah satu kanker yang diderita wanita adalah kanker serviks (2).

    Kanker serviks atau sering disebut sebagai kanker leher rahim adalah

    pertumbuhan dan perkembangan sel secara abnormal yang dapat mengakibatkan

    kelainan fungsi organ terutama kelainan fungsi organ reproduksi khususnya pada

    organ serviks yang disebabkan infeksi oleh satu atau lebih virus disebabkan

    1

  • 2

    infeksi oleh satu atau lebih virus Human Papiloma Virus (HPV). Kanker serviks

    umumnya mengenai wanita usia masih produktif, sehingga dampaknya pada

    keluarga sangat berarti. Peran wanita dari sudut ekonomis dan sosial sangat

    penting bagi anak-anak dan keluarganya. Meninggalnya seorang ibu pada usia

    produktif akan berdampak kepada anak-anak mereka sehingga meningkatkan

    risiko kesakitan dan kematian anaknya (3).

    Kanker serviks di dunia sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang

    didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 530.000 jiwa

    kasus baru pada tahun tahun 2012 (7,9% dari seluruh kanker diderita wanita)

    dengan angka kematian sebanyak 270.000 jiwa pada tahun 2015 terjadi di negara

    berkembang (4). Kematian akibat kanker serviks terjadi di berbagai negara antara

    lain: 53.300 jiwa kematian di Afrika, 31.700 jiwa kematian di Amerika Latin, dan

    159.800 jiwa kematian di Asia. Negara India merupakan negara penyumbang

    nomor dua kematian akibat kanker serviks yaitu sebesar 26% (72.800) (5).

    Tingginya jumlah penderita kanker serviks di Indonesia harus diimbangi

    dengan tingginya jumlah pelaksana program skrining, terdiri dari dokter umum

    dan bidan). Jumlah tenaga provider deteksi dini kanker serviks adalah 1.682

    provider dan diperkirakan jumlah kanker serviks tahun 2013 sebanyak98.692

    kasus (5). Menurut Yayasan Peduli Kanker Serviks Indonesia tahun 2017,

    menjelaskan bahwa prevalensi penyakit kanker serviks berkisar 1,4 per 1.000

    orang penduduk (6).

    Jumlah penderita kanker serviks di Provinsi Sumatera Utara pada tahun

    2010 sebanyak 681 kasus, dengan prevalensi 0,063 per 100.000 penduduk. Angka

  • 3

    tersebut lebih tinggi dari angka prevalensi secara nasional (0,043 per 100.000

    penduduk), hal tersebut menunjukkan penyakit kanker serviks merupakan masalah

    kesehatan yang perlu mendapat perhatian (7). Upaya pemerintah untuk

    mengurangi angka kejadian kanker serviks dengan memberikan program

    pelayanan kesehatan deteksi dini kanker serviks melalui skrining bagi Wanita

    Usia Subur (WUS) di puskesmas yang telah berkembang di 207 kabupaten pada

    32 provinsi se Indonesia yang dilaksanakan oleh 717 dari 9500 Puskesmas.

    Jumlah diskrining sebanyak 644.951 orang perempuan atau 1,75 % dari target

    perempuan usia 30-50 tahun, 28.850 orang (4,47 %) IVA positif, curiga kanker

    serviks 840 (1,3 per 1000), benjolan pada payudara 1.682 yaitu2,6 per 1.000 (3).

    Data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dilaporkan hasil

    pemeriksaan kanker leher rahim dengan metode IVA bahwa dari 281.229 orang

    perempuan berusia 30-50 tahun yang diperiksa ditemukan sebanyak 6.306 (2%)

    mengalami perubahan warna pada leher rahim (IVA positif). Pada tahun 2015

    dilaporkan dari 13 puskesmas yang melakukan pemeriksaan IVA, dengan jumlah

    wanita yang diperiksa sebanyak 1.7781 orang terdapat 2 orang (0,01%)

    mengalami perubahan warna pada leher rahim setelah dilakukan pemeriksan IVA

    (IVA Positif) (8).

    Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker serviks yaitu

    faktor sosiodemografis yang meliputi: usia, status sosial ekonomi, dan faktor

    aktifitas seksual yang meliputi usia pertama kali melakukan hubungan seks,

    pasangan seks yang berganti-ganti, paritas, kurang menjaga kebersihan genital,

    merokok, riwayat penyakit kelamin, trauma kronis pada serviks, serta penggunaan

  • 4

    kontrasepsi oral dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun. Pasien kanker serviks

    dapat diobati melalui pembedahan, terapi penyinaran (radioterapi), kemoterapi,

    terapi biologis, dan terapi gen (9).

    Kanker serviks sebenarnya dapat dicegah lebih dini dengan melakukan

    deteksi dini menggunakan skrining. Dewasa ini telah dikenal beberapa metode

    skrining seperti tes papsmear, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), kolposkopi

    dan thin prep diharapkan menurunkan angka morbiditas kanker serviks pada

    wanita. Namun yang sesuai dengan kondisi di negara berkembang termasuk

    Indonesia adalah dengan menggunakan metode IVA, karena tekniknya yang

    sederhana, murah, praktis, mudah dan kemampuan untuk memberikan hasil yang

    segera dan tidak memerlukan alat tes laboratorium dan teknisi lab khusus untuk

    pembacaan hasil tes (10).

    Metode IVA mempunyai kelebihan dibandingkan dengan skrining

    menggunakan tes papsmer sehingga cara ini dinilai lebih praktis dan lebih tepat

    diterapkan. Menurut Wahyuningsih bahwa kelebihan metode IVA adalah relatif

    lebih mudah karena dapat dilaksanakan oleh dokter umum, bidan atau perawat

    yang telah terlatih. Jumlah profesi bidan di Indonesia yangpotensial dapat dilatih

    agar dapat melaksanakan deteksi dini kanker serviks. Metode papsmear masih

    sulit dilaksanakan karena kurangnya sumber daya manusia khususnya spesialis

    patologi anatomik dan skinner sitologi sebagai pemeriksa sitologi, karena

    keterbatasan tersebut, maka deteksi dini kanker servik dengan papsmear lebih

    difokuskan di rumah sakit (11).

  • 5

    WUS mempunyai kesadaran kurang dalam melakukan deteksi dini kanker

    serviks disebabkan rendahnya minat untuk mengetahui kondisi dan kesehatan

    reproduksi tentang kanker serviks sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam

    pengobatan dan setelah diagnosa penyakit kanker sudah memasuki stadium lanjut.

    Menurut Patroni minat merupakan suatu keadaan atau dorongan yang dapat

    memengaruhi WUS untuk melakukan pemeriksaan kanker serviks. Seseorang

    yang termotivasi melakukan pemeriksaan kanker serviks akan menyadari

    pentingnya menjaga kesehatan reproduksi nya, yang selanjutnya merasa tertarik

    dan akan menimbang baik buruknya yang selanjutnya akan melakukan

    pemeriksaan kanker serviks dan mendukung pemeriksaan tersebut (12).

    WUS kurang berminat melakukan deteksi kanker serviks dapat disebabkan

    oleh banyak faktor. Hurlock menjelaskan bahwa kondisi yang memengaruhi minat

    diantaranya adalah status ekonomi, pendidikan, situasional (orang dan

    lingkungan) dan keadaan psikis seseorang (13). Sukmadinata menambahkan minat

    dapat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang sesuatu, pengalaman yang diperoleh

    selama hidup dan informasi yang didapat yang berguna dan lebih berarti dalam

    pengambil suatu keputusan seperti pelayanan kesehatan (14). Penelitian yang

    dilakukan Rahma (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi

    minat WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA di Desa Pangebatan Kecamatan

    Karanglewas Kabupaten Banyumas yaitu pendidikan, pengetahuan, dan dukungan

    keluarga. Faktor dukungan keluarga adalah faktor yang paling dominan diantara

    variabel lain yang memengaruhi minat (15).

  • 6

    Begitu besarnya manfaat deteksi dini kanker serviks menggunakan metode

    IVA, namun minat WUS masih rendah disebabkan oleh banyak faktor. Green

    dalam Notoadmodjo menjelaskan bahwa perilaku merupakan faktor kedua

    terbesar setelah faktor lingkungan yang memengaruhi perilaku kesehatan individu

    kelompok atau masyarakat. Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

    faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Oleh karena itu

    upaya untuk mengubah minat ibu dalam deteksi dini kanker serviks tidak mudah

    untuk dilakukan. Perubahan perilaku yang tidak didasari oleh pengertian dan

    kesadaran yang tinggi tidak akan bertahan lama (16).

    Wanita merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah keluarga

    ataupun masyarakat. Karena itu kesehatan wanita terutama kesehatan

    reproduksinya menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting. Kesehatan

    reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak

    semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan (sakit) dalam semua hal yang

    berkaitan dengan sistim reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Wanita menderita

    kanker serviks tentunya keharmonisan rumah tangga terganggu karena istri tidak

    dapat lagi melayani suami, komunikasi (interaksi), dan gangguan aktivitas sehari-

    hari seperti pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan kantor (17).

    Berdasarkan data Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

    memiliki cakupan wilayah kerja terdiri dari 16 desa dengan jumlah WUS

    sebanyak 21.214 orang. Data kunjungan WUS untuk pemeriksaan IVA pada bulan

    Agustus 2017 sebanyak 73 orang (0,34 %), September 68 orang (0,32 %),

    Oktober 72 orang (0,34 %), Nopember 79 orang (0,38 %) dan bulan Desember

  • 7

    sebanyak 65 orang (0,31 %) dan ditemukan 10 orang terdiagnosa menderita

    kanker serviks.

    Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Tanjung

    Morawa Kabupaten Deli Serdang terhadap 10 orang WUS usia 20-50 tahun yang

    berkunjung ke puskesmas didapatkan 2 orang mengatakan tidak tahu apa itu IVA

    (Inspeksi Visual Asam asetat), 3 orang tidak tahu tentang adanya pemeriksaan

    IVA atau kurangnya informasi, 5 orang tidak berminat untuk melakukan

    pemeriksaan IVA. Hasil wawancara menunjukkan bahwa rendahnya minat WUS

    untuk deteksi dini kanker serviks disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai

    cara pencegahan, pengobatan kanker serviks, manfaat deteksi dini, ada anggapan

    wanita tentang biaya pemeriksaan kanker serviks yang mahal.

    Masalah lain penyebab kurangnya minat WUS melakukan deteksi dini

    kanker serviks adalah adanya keengganan WUS untuk diperiksa karena rasa malu

    disebabkan budaya dan norma agama yang melarang memperlihatkan daerah

    kewanitaan kepada orang lain. WUS beranggapan bahwa pemeriksaan IVA

    merepotkan, WUS ragu akan pentingnya pemeriksaan deteksi dini kanker serviks,

    kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan tersebut, takut terhadap

    kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada

    pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter pria dan kurangnya dorongan

    keluarga terutama suami mengangap suatu pemeriksaan yang tabu. Selama ini

    informasi yang diperoleh lebih banyak dari media elektronik (internet) dan teman

    atau keluarga sehingga timbul rasa ketidakpastian tentang deteksi dini kanker

    serviks metode IVA.

  • 8

    Faktor lainnya yaitu rendahnya motivasi tenaga kesehatan memberikan

    informasi terhadap WUS melalui penyuluhan sehingga WUS masih banyak yang

    belum melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks apalagi dengan jumlah

    WUS yang begitu banyak. Sumber informasi yang mudah diperoleh kurang

    memadai, karena sarana untuk mencari informasi tentang deteksi dini yang kurang

    misalnya kurangnya peran serta tenaga kesehatan melakukan kunjungan rumah

    terutama bagi WUS yang berisiko menderita kanker serviks seperti jumlah anak

    diatas 3 orang dan riwayat kesehatan keluarga pernah menderita kanker serviks,

    serta tidak adanya fasilitas pemeriksaan kanker serviks di Bidan Praktek Swasta

    (BPS) di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa untuk menjaring para WUS

    dalam upaya meningkatkan cakupan deteksi dini kanker serviks.

    Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

    tentang “Faktor yang memengaruhi minat Wanita Usia Subur dalam Deteksi Dini

    Kanker Serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi visual asam asetat di

    Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018”.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan

    penelitian, yaitu apakah faktor yang memengaruhi minat wanita usia subur dalam

    deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi visual asam

    asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018?

  • 9

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, akses

    informasi, dukungan suami, dan dukungan teman terhadap minat wanita usia

    subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi

    visual asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Tujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan terhadap minat wanita usia

    subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi

    visual asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.

    2. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan terhadap minat wanita usia

    subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi

    visual asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.

    3. Untuk mengetahui pengaruh faktor sikap terhadap minat wanita usia subur

    dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi visual

    asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.

    4. Untuk mengetahui pengaruh faktor akses informasi terhadap minat wanita usia

    subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi

    visual asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.

    5. Untuk mengetahui pengaruh faktor Peran suami terhadap minat wanita usia

    subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi

    visual asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.

  • 10

    6. Untuk mengetahui pengaruh faktor dukungan teman minat wanita usia subur

    dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi visual

    asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis dan

    praktis

    1) Secara Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

    perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya bidang kesehatan

    reproduksi wanita dan sebagai referensi dalam penelitian lebih lanjut.

    2) Secara Praktis

    Manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini bagi beberapa pihak

    antara lain:

    a. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

    Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebagai masukan untuk

    menyusun kebijakan tentang deteksi dini kanker serviks sehingga

    menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks.

    b. Bagi Puskesmas Tunjung Morawa

    Sebagai masukan untuk meningkatkan kegiatan promotif, preventif,

    deteksi dini dan tindak lanjut dalam rangka melaksanakan program

    Nasional gerakan pencegahan dan deteksi dini kanker leher rahim.

  • 11

    c. Bagi Masyarakat

    Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang pencegahan

    dan deteksi dini kanker leher rahim, sehingga masyarakat khususnya

    kaum wanita terhindari dari penyakit kanker serviks.

  • 12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penelitian Terdahulu

    Penelitian oleh Apriani (2013) dengan judul Hubungan pengetahuan

    tentang kanker serviks dengan minat metode IVA dan Papsmear pada ibu-ibu

    perkumpulan RT di Dukuh Gamping Kidul Ambar Ketawang Gamping diperoleh

    hasil bahwa tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dalam kategori cukup

    yaitu sebanyak 29 responde (69%), minat terhadap metode IVA dan

    papsmear adalah dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 40 responden (95,2%),

    serta besarnya nilai korelasi antara pengetahuan tentang kanker serviks

    dengan minat metode IVA dan papsmear sebesar 0,541 menunjukan hubungan

    antara variabel pengetahuan kanker serviks dengan minat metode IVA dan

    papsmear adalah positif (18).

    Penelitian oleh Yuliwati (2012) dengan judul Faktor-Faktor yang

    berhubungan dengan perilaku WUS dalam deteksi dini kanker leher rahim metode

    IVA di Wilayah Puskesmas Prembun Kabupaten Kebumen mengatakan bahwa

    ada pengaruh keterpaparan informasi (nilai p: 0,000 dan OR: 2,040) dan

    keterjangkauan jarak (nilai p: 0,003 dan OR: 1.786) dalam melakukan deteksi dini

    kanker serviks di Wilayah Puskesmas Prembun Kabupaten Kebumen. Wanita usia

    subur yang terpapar informasi dengan baik berpeluang 2,040 lebih besar untuk

    melakukan pemeriksaan IVA test. Sedangkan wanita usia subur yang

    keterjangkauan jarak dekat dengan tempat pelayanan kesehatan mempunyai

    12

  • 13

    peluang 1,786 kali lebih besar untuk berperilaku baik dalam pemeriksaan IVA test

    (19).

    Penelitian oleh Lestari (2016) dengan judul faktor-faktor yang

    memengaruhi kesediaan WUS dalam melakukan deteksi dini kanker serviks di

    Puskesmas Manahan Surakarta menyatakan bahwa ada hubungan bermakna

    antara pengetahuan (p=0,025), akses informasi (p=0,042), dukungan suami

    (p=0,010) dan dukungan kader (0,009) dengan kesediaan WUS dalam melakukan

    deteksi dini kanker serviks (20).

    Penelitian oleh Sepa (2014) dengan judul pengaruh penyuluhan kanker

    serviks terhadap minat pemeriksaan pap smear pada ibu usia 20-60 tahun di

    Dusun Ngangkrik Triharjo Sleman tahun 2015 diperoleh hasil bahwa minat ibu

    melakukan pemeriksaan pap smear sesuai yang diharapkan, yaitu responden

    mengalami peningkatan minat yang lebih baik, dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa pemberian penyuluhan tentang kanker serviks dengan metode

    Buzz group mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat ibu untuk

    melakukan pemeriksaan pap smear (21).

    2.2 Telaah teori

    2.2.1. Pengertian Minat

    Minat merupakan momen dari kecenderungan-kecenderungan yang terarah

    secara intensif kepada satu obyek yang dianggap penting. Pada minat ini selalu

    terdapat elemen-elemen afektif (perasaan, emosional) yang kuat. Minat juga

    berkaitan erat sekali dengan kepribadian kita. Minat juga menampilkan sikap dari

    pribadi, yang muncul langsung. Jadi minat ini terdapat unsur pengenalan

  • 14

    (kognitif), emosi-emosi atau unsur afektif, dan kemauan atau unsur volutif/konatif

    untuk mencapai suatu obyek (22).

    Menurut Hilgard yang dikutip oleh Slameto minat adalah kecenderungan

    yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan

    yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa

    senang. Lebih lanjut Slameto mengemukakan bahwa suatu minat dapat

    diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih

    menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui

    partisipasi dalam satu aktivitas (23).

    Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk

    melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka

    melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini

    kemudian mendatangkan kepuasan, namun bila kepuasan berkurang minatpun

    berkurang. Sebaliknya kesenangan merupakan minat yang sementara Minat lebih

    tetap (persistence) karena minat memuaskan kebutuhan yang penting dalam

    kehidupan seseorang (13).

    Berdasarkan beberapa pengertian minat di atas, maka dapat disimpulkan

    bahwa minat merupakan aspek psikis yang dimiliki seseorang yang menimbulkan

    rasa suka atau tertarik terhadap sesuatu dan mampu memengaruhi tindakan orang

    tersebut. Minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan dalam diri

    individu yang kemudian menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat

    pada suatu yang diminatinya.

  • 15

    2.2.2. Proses Terjadinya Minat

    Proses terjadinya suatu minat terdiri dari: 1) Motif (alasan, dasar,

    pendorong), 2) Perjuangan motif, sebelum mengambil pada batin terdapat

    beberapa motif yang bersifat luhur dan disini harus dipilih, dan 3) Keputusan,

    inilah yang sangat penting berisi pemilihan antara motif yang ada, meninggalkan

    kemungkinan yang lain sebab tidak mungkin seseorang mempunyai macam

    keinginan pada waktu yang sama (24).

    Minat dapat timbul karena daya tarik luar dan juga datang dari hati

    sanubari. Seseorang yang berminat terhadap suatu kegiatan tidak akan dapat

    dihalangi oleh orang lain, dan dia akan berusaha untuk mengerjakannya dengan

    seoptimal mungkin. Minat seseorang terhadap suatu objek akan tampak dari cara

    seseorang bertindak, memperhatikan dan melakukan kegiatan yang berhubungan

    dengan objek tersebut (25).

    2.2.3. Unsur Minat

    Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang dikatakan berminat

    terhadap sesuatu bila individu tersebut memiliki beberapa unsur, antara lain:

    1. Perhatian

    Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya

    dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Seseorang

    akan mengarahkan perhatiannya kepada hal-hal yang diinginkannya, hal-hal

    yang sesuai minat dan kebutuhannya.

    2. Kesenangan

    Kesenangan itu sesungguhnya merupakan hasil atau akibat samping dari

    pemenuhan dorongan atau pencapaian tujuan kita.

  • 16

    3. Kemauan

    Kemauan merupakan tenaga penggerak yang berasal dari dalam

    diri sehingga kita akan termotivasi (26).

    Unsur minat menurut Slameto antara lain 1) Faktor kebutuhan dari dalam;

    Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan

    kejiwaan, 2) Faktor motif sosial; timbulnya minat dalam diri seseorang dapat

    didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan,

    penghargaan, dari lingkungan dimana seseorang berada, dan 3) Faktor emosional;

    Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian

    terhadap suatu kegiatan atau objek tertentu.(23)

    Menurut penelitian Sepa

    menyatakan bahwa pengukuran minat WUS dalam melakukan deteksi dini kanker

    serviks dapat menggunakan indikator keinginan, kebutuhan, kemauan,

    ketertarikan, dan biaya (21).

    Aspek minat menurut Mappiare adalah suatu perangkat mental yang

    terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut,

    kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.

    1. Rasa suka atau senang, yaitu kesukaan atau kesenangan seseorang

    terhadap suatu objek yang dipilih

    2. Rasa tertarik, yaitu kecenderungan untuk mencari objek atau aktivitas

    yang disenangi tanpa ada orang yang menyuruh

    3. Sumber motivasi, yaitu suatu dorongan dalam diri seseorang untuk

    melakukan apa yang mereka inginkan

  • 17

    4. Prasangka, yaitu sangkaan atau prediksi yang mengarahkan individu

    kepada suatu pilihan dari suatu objek

    5. Pendirian, yaitu keteguhan hati terhadap suatu objek yang telah dipilih

    6. Harapan, merupakan keinginan yang timbul terhadap suatu pilihan dari suatu

    objek (27).

    2.2.4. Faktor-faktor yang memengaruhi minat

    Menurut Hurlock bahwa ada beberapa kondisi yang memengaruhi minat

    seseorang diantaranya:

    1. Status ekonomi

    Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka

    untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan.

    Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung

    jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk

    mempersempit minat mereka.

    2. Pendidikan

    Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang

    maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan. Jika

    ada seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia mencari

    pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya. Kurangnya

    pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan akan memengaruhi

    pemanfaatan fasilitas pelayanan yang ada sehingga berpengaruh pada kondisi

    kesehatan mereka.

  • 18

    3. Situasional (orang dan lingkungan)

    Berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya

    kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kurangnya penghargaan dari

    orang lain.

    4. Keadaan psikis

    Keadaan psikis yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap minat adalah

    kecemasan. Kecemasan merupakan suatu respons terhadap stress, seperti:

    putusnya suatu hubungan yang penting atau bencana yang mengancam jiwa.

    Kecemasan juga bisa merupakan suatu reaksi terhadap dorongan seksual atau

    dorongan agresif yang tertekan, yang bisa mengancam pertahanan psikis yang

    secara normal mengendalikan dorongan tersebut. Pada keadaan ini, kecemasan

    menunjukkan adanya pertentangan psikis. Kecemasan bisa timbul secara

    mendadak atau secara bertahap selama beberapa menit, jam atau hari.

    Kecemasan bisa berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa tahun.

    Beratnya juga bervariasi, mulai dari rasa cemas yang hampir tidak tampak

    sampai letupan kepanikan (13).

    Menurut Sukmadinata bahwa faktor-faktor yang memengaruhi minat

    seseorang yaitu:

    1. Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan

    penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

    panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

    dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan,

    pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.

  • 19

    2. Pengalaman

    Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

    kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

    diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

    3. Informasi

    Secara umum informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data

    dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya

    yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan

    untuk pengambilan keputusan. Informasi merupakan data yang telah

    diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasi untuk digunakan dalam proses

    pengambilan keputusan (14).

    Menurut Crow and Crow yang dikutip Dimyati yang menyebutkan bahwa

    ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang yaitu :

    1. Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa

    kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.

    2. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari

    motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan

    lingkungan dimana mereka berada.

    3. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam

    menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek tertentu (28).

  • 20

    Faktor yang memengaruhi minat WUS memeriksa kanker serviks

    menggunakan metode IVA yaitu :

    1. Pendidikan

    Pendidikan yang tinggi cenderung akan mencari pengetahuan yang lebih

    luas. Pendidikan berkaitan dengan penguasaan pengetahuan, semakin tinggi

    tingkat pengetahuan maka akan semakin baik respons yang terbentuk terhadap

    suatu hal yang positif (13). Penelitian Priscilla et al. (2012) menyatakan bahwa

    tingkat pendidikan juga memiliki hubungan yang bermakna dengan penerimaan

    skrining kanker serviks berdasarkan penelitian. Tingkat pendidikan yang tinggi

    tentunya memiliki pola pikir dan wawasan yang lebih mudah menerima adopsi

    kesehatan yang dapat bermanfaat bagi dirinya (29).

    2. Pengetahuan

    Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui WUS tentang kanker

    serviks. Pengetahuan tentang kanker serviks dapat meningkatkan minat WUS

    terhadap metode IVA karena dengan pengetahuan baik maka wanita akan lebih

    peduli terhadap kesehatan dirinya sehingga akan mau untuk melakukan deteksi

    dini menggunakan metode IVA dengan alasan ketertarikan dan kebutuhan akan

    kesehatan (18).

    Menurut penelitian Norviatin (2014) bahwa terdapat hubungan antara

    pengetahuan tentang kanker dengan minat ibu terhadap SADARI dengan nilai p

    0,040

  • 21

    baik sebanyak 16 orang (26,7%) disebabkan ibu memperoleh akses informasi dari

    tenaga kesehatan, keluarga/saudara dan teman (30).

    3. Sikap

    Sikap merupakan unsur kepribadian yaitu kesiapan atau kesediaan untuk

    melakukan suatu tindakan dalam melakukan deteksi dini kanker serviks

    menggunakan metode IVA. Sikap berpengaruh pada pembentukan minat

    karena adanya kecenderungan dalam subjek untuk menerima atau menolak

    suatu objek yang berharga baik atau tidak. Menurut penelitian Sholihah (2015)

    mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap pencegahan

    kanker serviks dengan minat deteksi dini menggunakan inspeksi visual asam

    asetat pada wanita usia subur di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo

    (31).

    4. Akses informasi

    Seseorang yang mendapatkan dan mendalami informasi tentang kesehatan

    mulailah timbul minat pada objek tersebut, dan akan akan muncul rasa

    ketertarikan. Selanjutnya orang tersebut akan selalu mengikuti perkembangan

    informasi tentang kesehatan tersebut. Pengalaman atau informasi yang telah

    didapat menjadi domain dalam pembentukan minat. Menurut penelitian Yuliwati

    (2012), ada pengaruh keterpaparan informasi (p:0,000 dan OR:2,040) dan

    keterjangkauan jarak (p: 0,003 dan OR: 1.786) dalam melakukan deteksi dini

    kanker serviks di Wilayah Puskesmas Prembun Kabupaten Kebumen. Wanita usia

    subur yang terpapar informasi dengan baik berpeluang 2,040 lebih besar untuk

    melakukan pemeriksaan IVA test. Sedangkan wanita usia subur yang

  • 22

    keterjangkauan jarak dekat dengan tempat pelayanan kesehatan mempunyai

    peluang 1,786 kali lebih besar untuk berperilaku baik dalam pemeriksaan IVA test

    (19).

    5. Dukungan suami

    Keluarga terutama suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan

    atau kegagalan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota keluarga.

    karena suami mempunyai tanggung jawab memberikan informasi, motif dan dana

    untuk memenuhi tanggung jawabnya. Menurut penelitian Wahyuni (2013),

    adanya pengaruh faktor dukungan suami (p:0,000 dan OR:3,050) terhadap

    perilaku deteksi dini kanker serviks di Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal

    Jawa Tengah. Faktor usia, pendidikan, ekonomi, dan keterjangkauan

    menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap perilaku deteksi dini yang dilakukan

    oleh WUS (32).

    Faktor eksternal yang mempengaruhi minat adalah lingkungan sosial,

    misalnya faktor dukungan keluarga terutama suami. Faktor dukungan keluarga

    sangat berpengaruh dalam pembentukan minat karena keluarga adalah orang

    yang lebih dekat dengan individu, sehingga dapat timbul motif dan mampu

    mendorong individu untuk melakukan pemeriksaan IVA. Jika dukungan keluarga

    kurang semakin rendah juga minatnya, jika dukungan keluarga cukup minatnya

    sedang, dan sebaliknya semakin baik dukungan keluarga seseorang semakin

    tinggi juga minat melakukan pemeriksaan IVA (15).

  • 23

    6. Dukungan teman

    Lingkungan sosial yang memengaruhi minat seseorang untuk melakukan

    pemeriksaan kesehatan misalnya adalah peran teman sebaya sebagai sumber

    informasi bagi WUS. Dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang

    memiliki hubungan berarti bagi individu seperti keluarga, teman dekat, pasangan

    hidup, rekan kerja, tetangga, dan saudara. Dukungan itu sendiri tidak selalu

    bersifat ekstrinsik ataupun materil, tetapi dapat juga bersifat instrinsik seperti

    pujian, penghargaan dalam bentuk kata-kata, ataupun sikap dan perilaku yang

    menunjukkan dukungan dari pelaku perubahan terhadap apa yang dilakukan oleh

    masyarakat. Seperti menyediakan waktu bagi wanita usia subur bila mereka ingin

    berbicara dengannya guna membahas permasalahan yang mereka hadapi (33).

    Menurut penelitian Wahyuni (2013), adanya pengaruh dukungan teman

    sebaya terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks di Kecamatan Ngampel

    Kabupaten Kendal Jawa Tengah dengan nilai p

  • 24

    Kanker adalah salah satu jenis penyakit dimana sekelompok sel tumbuh

    tidak terkendali membelah melebihi normal, menyusup kedalam jaringan

    sekitarnya dan merusak jaringan tersebut, dan kadang menyebar (metastasis)

    keberbagai bagian tubuh melalui cairan limfe dan darah. Berdasarkan hal tersebut

    maka kanker dibedakan menjadi dua kelompok yaitu benigna (tidak menyebar),

    dan maligna (menyebar/metastasis). Hampir semua kanker menimbulkan

    pembengkakan (tumor) kecuali leukemia yang tidak ada pembengkakan.Ilmu

    yang mempelajari mengenai kanker dinamakan “oncology” (35).

    Gambar 2.1 Kanker Serviks

    2.3.2 Etiologi

    Hampir seluruh kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi Human

    Papilloma Virus (HPV)/virus papilloma pada manusia. Virus ini relatif kecil

    sehingga hanya dapat dilihat dengan alat miksoskop electron. Ada beberapa tipe

  • 25

    HPV yang menyebabkan kanker leher rahim yaitu tipe 16 dan 18 (yang sering

    dijumpai di Indonesia (34).

    HPV dapat dengan mudah ditularkan melalui aktifitas seksual dan

    beberapa sumber transmisi tidak tergantung dari adanya penetrasi, tetapi juga

    melalui sentuhan kulit di wilayah genital tersebut (skin to skin genital contact).

    Dengan demikian setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki resiko untuk

    terkena kanker serviks (36).

    Perjalanan penyakit kanker serviks dimulai dari lokasi terjadinya

    karsinoma serviks biasanya pada atau dekat dengan pertemuan epitel kolumner di

    endoserviks dengan epitel skuamous di ektoserviks atau yang juga dikenal dengan

    squamocolumnar junction. Terjadinya karsinoma serviks yang invasif berlangsung

    dalam beberapa tahap. Tahapan pertama dimulai dari lesi pre-invasif, yang

    ditandai dengan adanya abnormalitas dari sel yang biasa disebut dengan displasia.

    Displasia ditandai dengan adanya anisositosis (sel dengan ukuran yang berbeda-

    beda), poikilositosis (bentuk sel yang berbeda-beda), hiperkromatik sel, dan

    adanya gambaran sel yang sedang bermitosis dalam jumlah yang tidak biasa (37).

    Displasia ringan bila ditemukan hanya sedikit sel-sel abnormal, sedangkan

    jika abnormalitas tersebut mencapai setengah ketebalan sel, dinamakan displasia

    sedang. Displasia berat terjadi bila abnormalitas sel pada seluruh ketebalan sel,

    namun belum menembus membrana basalis. Perubahan pada displasia ringan

    sampai sedang ini masih bersifat reversibel dan sering disebut dengan Cervical

    Intraepithelial Neoplasia (CIN) derajat 1-2. Displasia berat (CIN 3) dapat

    berlanjut menjadi karsinoma in situ. Perubahan dari displasia ke karsinoma in situ

  • 26

    sampai karsinoma invasif berjalan lambat (10 sampai 15 tahun). Gejala pada CIN

    umumnya asimptomatik, seringkali terdeteksi saat pemeriksaan kolposkopi.

    Sedangkan pada tahap invasif, gejala yang dirasakan lebih nyata seperti

    perdarahan intermenstrual dan post koitus, discharge vagina purulen yang

    berlebihan berwarna kekuning-kuningan terutama bila lesi nekrotik, berbau dan

    dapat bercampur dengan darah, sistisis berulang, dan gejala akan lebih parah pada

    stadium lanjut di mana penderita akan mengalami cachexia, obstruksi

    gastrointestinal dan sistem renal (37).

    Gambar 2.2 Human Papiloma Virus

    2.3.3. Patogenesis

    Infeksi Human Papiloma Virus (HPV) persisten dapat berkembang

    menjadi Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS), seorang wanita yang aktif

    melakukan hubungan seksual dapat terinfeksi HPV resiko tinggi, 80% diantaranya

    berkembang menjadi transien dan tidak akan berkembang menjadi NIS dan HPV

    akan menghilang dalam waktu 6-8 bulan. Sedangkan 20 % wanita yang terinfeksi

    virus tidak akan menghilang kemudian berkembang menjadi infeksi yang

  • 27

    persisten. Dalam tubuh NIS akan bertahan dan berkembang menjadi NIS 3 yang

    pada akhirnya menjadi invasive (38).

    Pemeriksaan Sitologi dapat mendeteksi Neoplasia Intraepitel Serviks

    (NIS) atau Cervical Intraepithelia Neoplasia (CIN) sebelum tampak kelainan

    makroskopis. Tindakan lanjut yang dilakukan pada wanita menunjukkan bahwa

    kelainan epitel prakanker mungkin mendahului terbentuknya kanker nyata selama

    bertahun-tahun dan mungkin sampai 20 tahun (39).

    Berdasarkan gambaran histologik kelainan prakanker serviks dapat

    diperingkatkan sebagai berikut : 1) CIN I: diplasia ringan, 2) CIN II: diplasia

    sedang, dan 3) CIN III: diplasia berat dan karsinoma insitu. Human Papiloma

    Virus berperan sangat penting dalam terjadinya kanker serviks dan stadium

    pendahulunya (diplasia). Ada 70 jenis tipe visur HPV, terutama tipe HPV6,

    HPV11, HPV16, dan HPV18 sering dijumpai pada kelainan epitel vulva, vagina

    dan serviks. Virus yang sering dijumpai pada kondiloma dan derajat rendah

    dysplasia adalah HPV6 dan HPV11, virus ini sering disebut dengan tipe non-

    onkogen. Virus yang bersifat onkogen adalah HPV16 dan HPV18 dijumpai pada

    derajat lebih tinggi dysplasia dan kanker serviks (39).

    Dilihat dari perjalanan kanker, hampir 90% kasus berasal dari epitel

    permukaan (epitel skuamosa) yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari

    sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim,

    dari epitel tersebut dapat terlihat bakal kanker yaitu prakanker. Skrining atau

    penapisan yang dilakukan dapat menegakkan diagnosa kanker mulai dari keadaan

    yang sifatnya ringan sampai karsinoma in situ. Dalam perkembangannya

  • 28

    membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 10-20 tahun sampai terjadinya

    perubahan dari satu tingkat ke tingkat lainnya. Namun bila sudah menjadi kanker

    stadium awal dapat menyebar ke daerah sekitar mulut Rahim (40).

    2.3.4 Gejala Kanker Serviks

    Perjalanan dari infeksi HPV sampai pada prakanker dan menjadi sel

    kanker membutuhkan waktu yang cukup lama hingga 10 sampai 20 tahun agar

    infeksi benar-benar menjadi kanker serviks. Pada stadium awal penyerangan

    kanker serviks tidak menimbulkan gejala sehingga sangat susah menentukan

    apakah wanita tersebut terkena kanker serviks atau tidak. Pemeriksaan perlu

    dilakukan untuk memastikan infeksi tersebut. Namun, hal ini yang sangat jarang

    ditemukan. Wanita enggan memeriksakan dirinya apabila tidak merasakan gejala

    apapun, sementara sel kanker serviks diam-diam mulai berkembang dan akan

    diketahui setelah menimbulkan tanda (41).

    Gejala atau ciri-cirinya akan terlihat apabila kanker serviks telah

    berkembang dan memengaruhi organ-organ disekitarnya. Kondisi ini disebut

    dengan stadium lanjut. Gejala yang dapat ditunjukkan oleh kanker serviks adalah :

    1) Keputihan yang tidak normal

    Keputihan tidak semuanya berbahaya, keputihan ada yang non-patologis

    (bukan penyakit) dan keputihan yang tidak normal disebut juga keputihan

    patologis. Keputihan yang normal terjadi setelah atau saat menjelang

    menstruasi, selain itu keputihan normal juga bisa disebabkan oleh rangsangan

    seksual, wanita tengah hamil ataupun karena stress.

  • 29

    Keputihan yang bersifat tidak normal disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri,

    parasit jenis protozoa, ataupun karena penyebab lain seperti gonorhoe dan

    infeksi virus berbahaya seperti HPV. Keputihan normal lendirnya akan

    bening dan berbau, sementara keputihan karena penyakit biasanya akan

    berwarna putih seperti susu dan yang paling berbahaya akan sampai berubah

    warna menjadi biru dan berbau.

    2) Perdarahan dari vagina

    Pada keadaan infeksi yang lebih parah, gejala kanker serviks tidak hanya

    menimbulkan keputihan, namun juga dapat terjadi perdarahan dari vagina.

    Perdarahan ini bukan menstruasi, namun darah yang keluar sewaktu-waktu

    yang tidak sesuai. Perdarahan ini sering terjadi hampir 70%-80% pasien

    mengeluhkan timbulnya gejala perdarahan.

    Perdarahan ini bisa terjadi pada saat berhubungan badan atau pada saat

    melakukan pemeriksaan ginekologi. Pada saat seseorang terlalu memaksa

    untuk buang air besar perdarahan ini juga bisa terjadi. Darah yang keluar

    adalah darah segar bercampur dengan sekresi vagina (keputihan). Selain

    perdarahan tersebut, pendarahan lain yang bisa menjadi gejala kanker serviks

    adalah pendarahan setelah menopause.

    3) Sakit pada organ reproduksi

    Sakit pada daerah sekitar vagina akan sering dirasakan wanita yang terkena

    kanker serviks. Rasa sakit juga dirasakan di bagian perut bagian bawah, paha,

    dan persendian panggul setiap menstruasi, buang air besar dan berhubungan

    badan. Sakit yang dirasakan akan meningkat terlebih pada saat infeksi meluas

  • 30

    mengarah kebelakang sepanjang ligament uterosakral atau menyebar

    sepanjang ligamen luas di bagian bawah, membentuk peradangan kronis

    jaringan ikat parametrium, pada saat ligamen utama uterus menebal, rasa

    sakit akan lebih berat (41).

    2.3.5 Faktor Risiko Menyebabkan Kanker Serviks

    Banyak faktor yang memengaruhi penyebab terjadinya kanker serviks

    antara lain:

    1. Merokok

    Banyak wanita yang memiliki kebiasaan merokok tidak mengetahui bahwa hal

    itu dapat menyebabkan berkembangnya kanker serviks, baik perokok pasif

    dan perokok aktif. Wanita yang menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh

    perokok lain dapat terkena kanker serviks walaupun ia sama sekali tidak

    merokok. Wanita sebagai Perokok pasif lebih rentan membentuk abnormalitas

    jaringan serviks. Perokok aktif sejak lama dihubungkan dengan meningkatnya

    resiko.

    2. Hubungan seksual pertama dilakukan sebelum umur 16 tahun

    Faktor resiko utama terjadinya kanker serviks adalah hubungan seks pada usia

    muda atau pernikahan pada usia muda. Semakin muda seorang perempuan

    melakukan hubungan seks, semakin besar risiko terkena kanker serviks.

    Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks

    pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada

    yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.

  • 31

    3. Berganti-ganti pasangan, penggunaan DES (dietilstilbesterol pada wanita

    hamil untuk mencegah keguguran), gangguan sistem kekebalan, pemakaian pil

    KB yang sudah lama, inpeksi herpes genitalis atau infeksi clamedia menahun,

    kekurangan vitamin C,E dan asupan asam folat.

    4. Banyak anak

    Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan jarak

    persalinan yang terlalu pendek. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan,

    maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ

    reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan

    timbulnya Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya

    penyakit kanker serviks.

    5. Menggunakan pembalut yang mengandung dioksin

    Dioksin merupakan bahan pencemar lingkungan, dioksin digunakan untuk

    memutihkan pembalut hasil daur ulang barang bekas, misalnya rayon, kardus.

    Rayon terbuat dari selulosa yang berasal dari pulp kayu. Untuk mendapatkan

    bahan baku rayon untuk tampon dan pembalut dilakukan pemutihan pulp kayu

    dan pemurnian yang menggunakan dioksin. Menggunakan pembalut yang

    mengandung dioksin dapat menyebabkan kanker serviks.

    6. Faktor umur

    Umur adalah faktor alamiah penyebab penderita kanker serviks. Kanker

    serviks dialami wanita umur diatas 40 tahun. Hasil penelitian tahun 2012

    menunjukkan, puncak usia penderita kanker serviks di Indonesia adalah 45-54

    tahun. Semakin tinggi usia seorang wanita maka resiko terkena kanker serviks

  • 32

    makin tinggi. Untuk menyikapi hal ini kita harus memperbaiki pola hidup

    yang kurang baik karena hal ini sangat berpengaruh besar terjadinya kanker

    serviks dan mulai mengantisipasi kemungkinan terburuk.

    7. Membasuh alat genital dengan air yang tidak bersih

    Setiap wanita harus menjaga kebersihan organ intimnya. Salah satu cara yang

    bisa dilakukan adalah dengan membasuh kemaluan dengan air bersih, karena

    jika menggunakan air kotor sangat memungkinkan terjadinya keputihan yang

    berujung timbulnya kanker serviks.

    8. Membasuh kemaluan dengan air kotor berarti memasukkan kuman atau

    bakteri kedalam kemaluan, karena dalam air kotor terdapat banyak sekali

    penyakit, kuman dan bakteri yang bisa merusak organ intim wanita (42).

    2.3.6 Wanita dan problem kewanitaan

    Gejala kanker serviks stadium dini dan lanjut sering menunjukkan gejala

    atau tanda-tanda yang khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali.

    1) Penyakit kanker dan kondisi tekanan mental atau stress memiliki hubungan

    yang erat. Pada umumnya sel kanker akan tumbuh pada lingkungan yang

    kurang kandungan oksigen (anaerobik).

    2) Data yayasan kanker Indonesia, bahwa penyakit kanker leher rahim

    mengakibatkan korban meninggal dunia 200 ribu wanita per tahun.

    3) Indonesia berada pada urutan pertama untuk kasus penderita kanker leher

    rahim.

  • 33

    4) Menurut penelitian sebanyak 107 bakteri per m2 ditemukan diatas pembalut

    wanita berkualitas rendah yang menjadi sarang pertumbuhan bakteri

    merugikan walaupun hanya digunakan selama 2 jam.

    5) Penyebab utama penyakit kewanitaan, 10 % imunitas tubuh lemah, 30 %

    kurang hygienis, 50 % lingkungan tidak bersih serta pembalut yang kurang

    sehat.

    6) 83 % wanita dewasa terjangkit infeksi vagina (62% disebabkan oleh pembalut

    yang kurang berkualitas).

    7) Jika seorang wanita telah terinfeksi sejak berumur 20 tahun, maka 6 tahun

    dalam hidupnya dihabiskan untuk pengobatan (43).

    2.3.7 Stadium perkembangan kanker serviks

    Pengelompokan stadium kanker serviks sebagai berikut:

    1. Stadium 0 : kanker servik stadium ini biasanya disebut karsinoma in situ. Sel

    abnormal hanya ditemukan di dalam lapisan serviks.

    2. Stadium 1 : kanker serviks hanya ditemukan pada leher rahim

    3. Stadium 2 : kanker yang telah menyebar diluar leher rahim, tetapi Tidak

    menyebar ke dinding servik atau sepertiga bagian bawah vagina.

    4. Stadium 3 : kanker yang telah menyebar hingga sepertiga bagian Bawah

    vagina. Mungkin telah menyebar ke dinding panggul dan atau telah

    menyebabkan ginjal tidak berfungsi

    5. Stadium 4 : kanker telah menyebar ke kandung kemih, rectum, atau Bagian

    tubuh lain seperti paru-paru, tulang, dan hati (43).

  • 34

    Gambar 2.3 Stadium Kanker Serviks

    2.3.8 Pengobatan

    Pengobatan dapat dilakukan pada lesi prekanker dan kanker serviks.

    1. Pengobatan lesi prekanker

    a. Pengobatan lesi prekanker tergantung pada beberapa faktor yaitu 1)

    Tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tinggi), 1) Rencana penderita

    untuk hamil lagi dan 3) Usia dan keadaan umum penderita

    a. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,

    terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada

    pemeriksaan biopsy

    b. Pengobatan pada lesi prekanker dapat berupa: 1) Kriosurgeri (pembekuan),

    2) Kauterisasi (pembakaran, disebut juga diatermi), 3) Pembedahan laser

    untuk menghancurkan sel-sel abnormal tanpa melukai jaringan sehat

  • 35

    disekitarnya, 4) LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau

    konisasi, 5) Setelah menjalani pengobatan, penderita akan merasakan

    kram atau nyeri, perdarahan ataupun keluarnya cairan encer dari vagina,

    6) Histerektomi (pengangkatan rahim) terutama jika sel-sel abnormal

    ditemukan di dalam lubang serviks dan penderita tidak berencana punya

    anak lagi.

    2. Pengobatan untuk kanker serviks

    Pemilihan pengobatan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor, stadium

    penyakit, usia dan keadaan umun penderita.

    Pembedahan

    a. Pada pada karsinoma insitu seluruh kanker dapat diangkat dengan

    bantuan pisau bedah

    b. Dengan pengobatan diatass pendereita masij memponyau akam.

    c. Untuk mencegah kanker datang kembali dianjurkan nelakukan

    pemeriksaan setiap 3 bulan

    d. Jika penderita tidak ingin memiliki anak, dianjurkan melakukan

    histerektomi

    e. Pada kanker invasivfe, dilakukann histerektomi Dan pengangkatan

    struktur di sekitarnya serta kelenjar getah bening.

    f. Pada wanita muda ovarium yang normal dan masih berfungsi tidak

    diangkat

    Terapi penyinaran

  • 36

    a. Radio terapi sangat cocok untuk kanker invasive yang masih terbatas

    pada daerah panggul.

    b. Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel

    kanker dan menghentikan pertumbuhannya.

    c. Efek samping terapi penyinaran adalah: iritasi rectum dan vagina,

    kerusakan kandung kemih dan rectum, ovarium berhenti berfungsi.

    d. Kemoterapi dilakukan bila kanker telah menyebar keluar panggul yang

    menggunakan obat-obatan pembunuh sel kanker.

    e. Obat anti kanker dapat diberikan melalui suntikan intravena atau melalui

    mulut. Obat yang digunakan antara lain cisplatin, cetuximab, 5-

    fluorouracil, docetaxel, methotrexate, pacilitaxel, carboplatin,

    bleomycin, imiquimod.

    f. Kemoterapi diberikan dalam satu siklus, artinya satu periode pengobatan

    diselingi dengan periode pemulihan.

    g. Terapi biologis digunakan apabila kanker telah menyebar keseluruh

    bagian tubuh dengan menggunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem

    kekebalan tubuh dalam melawan penyakit, obat yang biasa digunakan

    adalah interferon (42).

    2.3.9 Efek Samping Pengobatan

    Pengobatan seringkali menimbulkan efek samping yang tidak

    menyenangkan, tergantung dari jenis dan luas pengobatan, reaksi penderita juga

    dapat berbeda-beda, penderita akan merasa kram atau nyeri, perdarahan atau

    keluar cairan encer dari vagina, sulit buang air kecil, aktifitas terbatas termasuk

  • 37

    hubungan seksual sampai 4-8 minggu setelah pembedahan, penderita tidak akan

    mengalami menstruasi lagi setelah histerektomi, kelelahan yang luar biasa setelah

    melakukan radioterapi, rambut menjadi rontok, diare dan sering berkemih (42).

    Efek samping kemoterapi tergantung jenis dan dosis obat yang digunakan,

    penderita akan lebih mudah mengalami infeksi, mudah memar dan mengalami

    perdarahan serta kekurangan tenaga, rambut rontok, nafsu makan berkurang,

    mual, muntah, atau luka terbuka dimulut. Terapi biologis dapat menyebabkan

    gejala menyerupai flu, yaitu menggigil, demam, nyeri otot, lemas, nafsu makan

    berkurang, mual, muntah dan diare, kadang timbul ruam, selain itu penderita juga

    bisa mudah memar dan mengalami perdarahan (42).

    2.4 Metode Deteksi Dini Kanker Serviks

    Ada beberapa metode penemuan dini kanker serviks, diantaranya adalah

    Pap Smear, Thin Prep, Kolposkopi, dan Tes Schiller

    1. Pap Smear Test

    Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik

    atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim.

    Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat melihat

    apakah ada infeksi, radang atau sel yang abnormal (44).

    Pap smear tes memiliki kelebihan yaitu mudah dilaksanakan di semua

    tempat, rumah sakit dan puskesmas, murah dan terjangkau. Namun tes ini juga

    memiliki kekurangan yaitu sampel yang diambil tidak dari seluruh bagian serviks

    sehingga bisa saja ada bagian yang tidak terdeteksi. Selain itu juga kemungkinan

  • 38

    tidak memperlihatkan kondisi sel yang sebenarnya dan mempunyai akurasi antara

    80-90 % (45).

    2. Thin Prep (Liquid Base Cytology)

    Metode thin prep adalah metode berbasis cairan, hasilnya lebih akurat

    dibandingkan dengan Papsmear. Metode thin prep memeriksa secara keseluruhan

    bagian leher rahim. Sampel yang diambil dimasukkan kedalam botol berisi cairan

    kemudian dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan lanjut. Disana sampel

    dijadikan slide dan diberi pewarna khusus agar lebih jelas. Membran khusus

    digunakan untuk membuat preparat dengan irisan tipis yang akan memperlihatkan

    infeksi atau jaringan yang tidak normal (46).

    3. Kolposkopi

    Metode kolposkopi dilakukan bila semua hasil tes pada metode

    sebelumnya menunjukkan adanya infeksi ataupun kejanggalan, prosedurnya akan

    dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk

    mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi

    atau jaringan yang tidak normal pada serviks. Jika ada yang tidak normal, biopsi

    pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh dilakukan untuk pengobatan

    kanker serviks (43).

    Kolposkop merupakan sebuah alat diagnostik dari jarak hingga 30 cm.

    untuk melihat abnormalitas serviks, kolposkop menggunakan sinar kuat dan

    mikroskop binokuler. Sebagai alat yang bisa mengidentifikasi adanya sel-sel

    kanker pada permukaan serviks, mikroskop pada kolposkop bisa dibesarkan 5-40

    kali (45).

  • 39

    4. Tes Schiller

    Tes ini dilakukan dengan cara mengolesi serviks dengan larutan yodium,

    sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan yang abnormal

    warnya menjadi putih atau kuning (44).

    2.5 Metode Deteksi Dini dengan IVA

    IVA merupakan metode baru untuk mendeteksi dini kanker serviks dengan

    mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat (cuka) 3-5 % dengan

    aplikator kapas lesi prakanker, lalu hasilnya dapat diamati dengan mata telanjang

    selama 20-30 detik. Bila terdapat lesi kanker, maka akan terjadi perubahan warna

    menjadi agak keputihan pada leher rahim yang diperiksa (41).

    Terdapat 2 metode inspeksi visual, yaitu inspeksi Visual dengan asam

    asetat (IVA) dan inspeksi visual dengan iodium Lugol (IVIL). Pada pemeriksaan

    ini asam asetat atau logol dipulaskan pada serviks, dibiarkan selama 1 menit lalu

    dinilai dengan mata telanjang (tanpa pembesaran). Pada IVA, jaringan serviks

    abnormal akan tampak plak putih yang dinamakan lesi acetowhite. Pada IVIL, lesi

    tampak kuning, epitel skuamosa berwarna coklat kehitam-hitaman dan epitel

    kolumner berwarna merah muda (47).

    2.5.1 Patofisiologi Acetowhite Epithelium

    Terbentuknya warna putih (Acetowhite Epithelium=AWE) setelah

    pemberian asam asetat terjadi akibat pengaruh asam asetat pada epitel abnormal,

    cairan akan tertarik keluar sel sehingga terjadi peningkatan osmolaritas

    ekstraseluler. Membran akan kolaps dan jarak antar sel semakin dekat. Akibatnya

  • 40

    apabila permukaan epitel mendapat sinar, maka sinar tersebut tidak akan

    diteruskan ke stroma melainkan akan dipantulkan ke luar sehingga permukaan

    epitel abnormal terlihat berwarna putih, sedangkan gambaran servik normal

    adalah merah homogeny (47).

    Daerah metaplasia juga akan menampakkan warna putih, tetapi cepat

    menghilang dan lama timbulnya berbeda dengan lesi prakanker yang lebih cepat

    timbul warna putih dan lama menghilang. Jika lesi makin jelas dan makin putih,

    maka makin tinggi derajat kelainan histologiknya. Pemeriksaan IVA dengan baku

    emas tes pap menunjukan sensitivitas 100 % dan spesifisitas 98,77 % serta nilai

    kappa 0,5195 (good agreement) (47).

    2.5.2 Keunggulan Metode IVA

    Beberapa keuntungan antara metode IVA dengan papsmear adalah sebagai

    berikut:

    1. Tidak memerlukan alat tes laboratorium yang canggih (alat pengambil sampel

    jaringan, preparat, regen, mikroskop, dan lainnya)

    2. Teknisi lab tidak diperlukan untuk pembacaan hasil test

    3. Hasil langsung diketahui, tidak memakan waktu bermingu-minggu

    4. Sensivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher rahim lebih tinggi

    dibandingkan pap smear.

    5. Biaya murah bahkan gratis bila dilakukan di Puskesmas

    6. Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan sehingga selain dokter ginekologi,

    bidan juga dapat melakukan pemeriksaan (47).

  • 41

    2.5.3 Jadwal Pemeriksaan IVA

    Program skrining dapat dilakukan berdasarkan WHO sebagai berikut:

    a. Skrining pada setiap wanita minimal 1 kali pada usia 35-40 tahun

    b. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun

    c. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun

    d. Ideal dan optimal skrining dilakukan tiap 3 tahun pada wanita usia 25 -60

    tahun

    e. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup

    memiliki dampak yang cukup signifikan.

    f. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1

    tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun (34).

    2.5.4 Syarat mengikuti IVA test

    Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adapun syarat-syarat untuk

    mengikuti IVA test antara lain: 1) Sudah pernah melakukan hubungan seksual, 2)

    Tidak sedang datang bulan/haid, 3) Tidak sedang hamil dan 4) 24 jam sebelumnya

    tidak melakukan hubungan seksual (45).

    2.5.5 Cara Melakukan Pemeriksaan IVA

    Untuk melaksanakan pemeriksaan dibutuhkan tempat dan alat sebagai

    berikut ;

    1. Ruangan tertutup, karena posisi pasien diatur litotomi (posisi terlentang

    dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen)

  • 42

    2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi

    litotomi

    3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks, speculum vagina, asam asetat

    (3-5 %), swab-lidi berkapas, sarung tangan dan tempat sampah (45).

    Pemeriksaan IVA dilakukan dengan beberapa langkah yaitu : persiapan

    pasien, alat dan pelaksanaan. Adapun cara kerjanya adalah sebagai berikut :

    1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai

    prosedur yang akan dijalankan (informat consent). Privasi dan kenyamanan

    sangat penting dalam pemeriksaan ini

    2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi

    3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan atau tidak dengan

    bantuan pencahayaan yang cukup

    4. Speculum dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, kemudian dibuka

    untuk melihat leher rahim

    5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kasa steril untuk

    menyerapnya

    6. Masukkan lidi woten yang telah dicelupkan dengan asetat 3-5 % kedalam

    vagina sampai menyentuh porsio, oles lidi woten keseluruh permukaan

    porsio. Tunggu hasilnya kurang lebih 1 menit, bila leher rahim berubah

    menjadi keputih-putihan kemungkinan positif terdapat kanker (45).

  • 43

    2.5.6 Kategori Pemeriksaan IVA

    Menurut Bertiani bahwa terdapat beberapa kategori yang dapat

    dipergunakan setelah pemeriksaan IVA adalah:

    1) IVA negatif

    Artinya tidak ada tanda atau gejala kanker mulut rahim atau serviks normal

    berbentuk licin, merah muda, bentuk porsio normal.

    2) IVA radang

    Artinya serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya seperti

    polip serviks.

    3) IVA positif

    Yaitu ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang

    menjadi sasaran temuan screening kanker serviks dengan metode IVA karena

    temuan ini mengarah pada diagnosis serviks prakanker (Displasia

    ringan, sedang, berat, atau kanker serviks in situ)

    4) IVA kanker serviks

    Pertumbuhan seperti bunga kol, dan pertumbuhan mudah berdarah. Ini pun

    masih memberikan harapan hidup bagi penderitanya jika masih pada stadium

    invasive dini (Stadium IB-IIA) (48).

  • 44

    Gambar 2.4 Hasil Pemeriksaan IVA

    2.6 Wanita Usia Subur (WUS)

    Wanita usia subur adalah wanita yang keadaan reproduksinya berfungsi

    dengan baik antara umur 20-45 tahun. WUS yang sudah pernah menikah atau

    memiliki pasangan yang memungkinkan dirinya untuk terjadi kehamilan. Pada

    wanita usia subur yang sudah menikah ini, puncak kesuburan ada pada rentang

    usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil.

    Pada usia 30-an persentasenya menurun hingga 90%. Wanita memasuki usia 40

    tahun, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40% (49).

  • 45

    2.7 Kerangka Teori

    Kerangka teori dalam penelitian ini mengacu dan memodifikasi teori dan

    pendapat para ahli berkaitan dengan aspek timbulnya minat dan faktor-faktor yang

    memengaruhi terjadinya minat WUS memeriksa kanker serviks menggunakan

    metode IVA seperti diilustrasikan pada gambar berikut ini.

    Gambar 2.5 Landasan Teori

    Hurlock (2011)

    1. Status ekonomi

    2. Pendidikan

    3. Situasional

    4. Keadaan psikis

    Minat

    WUS

    Sukmadinata (2010)

    1. Pengetahuan

    2. Pengalaman

    3. Informasi

    Dimyati (2010)

    1. Faktor dorongan

    2. Faktor motif

    sosial

    3. Faktor

    emosional

    Kanker Serviks

    Faktor

    Memengaruhi

    Minat

    Aspek

    timbul/dorongan

    Minat Murdoko (2008)

    1. Perhatian

    2. Kesenangan

    3. Kemauan

    Slameto (2010)

    1. Kebutuhan dari

    dalam

    2. Motif sosial

    3. Emosiona

    Mappiare (1982)

    1. Kesenangan

    2. Ketertarrikan

    3. Motivasi

    4. Prasangka

    5. Pendirian

    6. Harapan

    Pemeriksaan

    Kanker Serviks

    Metode IVA

  • 46

    2.8 Kerangka Konsep

    Dalam penelitian ini, pemeriksaan IVA terkait Minat mengacu pada teori

    Green (1980). Adapun bagan kerangka konsep penelitian yaitu:

    Variabel Bebas Variabel Terikat

    Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian

    Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari faktor pendidikan,

    pengetahuan, sikap, akses informasi, dukungan suami dan dukungan teman

    variabel terikat adalah minat WUS memeriksa kankar serviks metode IVA.

    2.9 Hipotesis

    Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang