FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP- ASI …repository.helvetia.ac.id/2409/6/ELYA ASLINA...

117
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP- ASI DINI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA LINGGA TIGA KECAMATAN BILAH HULU KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2019 SKRIPSI Oleh : ELYA ASLINA HASIBUAN NIM : 1702022070 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Transcript of FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP- ASI …repository.helvetia.ac.id/2409/6/ELYA ASLINA...

  • FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-

    ASI DINI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA LINGGA TIGA

    KECAMATAN BILAH HULU KABUPATEN

    LABUHAN BATU TAHUN 2019

    SKRIPSI

    Oleh :

    ELYA ASLINA HASIBUAN

    NIM : 1702022070

    PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2019

  • 2

    2

    FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-

    ASI DINI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA LINGGA TIGA

    KECAMATAN BILAH HULU KABUPATEN

    LABUHAN BATU TAHUN 2019

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

    untuk Memeroleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.)

    pada Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

    Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

    Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia

    Oleh :

    ELYAASLINA HASIBUAN

    NIM : 1702022070

    PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2019

  • 3

    3

  • i

    i

    Telah Diuji pada Tanggal : 07 Agustus 2019

    PANITIA PENGUJI SKRIPSI

    Ketua : Wanda Lestari, STP., M.Gizi

    Anggota : 1. Muhammad Firza Syahlefi Lubis, S.K.M., M.K.M

    2. Dian Maya Sari Siregar, S.K.M., M.Kes

  • ii

    ii

  • iii

    iii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    1. DATA PRIBADI

    Nama Lengkap : Elya Aslina Hasibuan

    Tempat/Tanggal Lahir : Medan 27 September 1975

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Suku Bangsa : Indonesia

    Status Menikah : Menikah

    Nama Suami : Sampul Lubis

    Agama : Islam

    Nama Ayah : Rapotan Hasibuan

    Nama Ibu : Danni Siregar

    Alamat : Bandar Rejo Kelurahan Ujung Bandar

    Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan

    Batu

    2. RIWAYAT PENDIDIKAN

    Tahun 1992– 1998 : SDNegeri 066043/Medan

    Tahun 1998 – 2001 : SMP Tunas Kartika 2 Medan

    Tahun 2001 – 2004 : SMA Tunas Kartika 2 Medan

    Tahun 2004– 2007 : Akademi Keperawatan Depkes Medan

    Tahun 2015 – 2019 : Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

    Institut Kesehatan Helvetia Medan

    2. RIWAYAT PEKERJAAN

    Tahun 2006 – 2014 : Bekerja di Puskesmas Lingga Tiga Labuhan

    Batu

    Tahun 2014 – Sekarang : Bekerja di Dinas Kesehatan Labuhan Batu

  • iv

    iv

    ABSTRAK

    FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP- ASI

    DINI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA LINGGA TIGA KECAMATAN

    BILAH HULU KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2019

    ELYAASLINA HASIBUAN

    NIM : 1702022070

    Saat ini pemberian ASI eksklusif masih rendah sedangkan praktek

    pemberian MP-ASI dini di berbagai daerah masih tinggi. Hal ini diduga karena

    disebabkan oleh beberapa faktor seperti pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan

    dukungan tenaga kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang

    berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi 0-6 bulan.

    Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional.

    Penelitian dilakukan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten

    Labuhanbatu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2019. Populasi penelitian

    ibu yang memiliki anak usia 6-12 bulan sebanyak 339orang, sampeldiperoleh

    sebanyak 77 orang. Data dianalisis secara univariat dan analisis bivariat dengan

    menggunakan uji Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% (=0,05).

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sebagian

    besar responden sudah memberi MP-ASI dini pada bayinya yang berusia 0-6

    bulan (68,8%), yang tidak memberikan MP-ASI dini (31,2%). Faktor yang

    berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi 0-6 bulan di Desa Lingga

    Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu tahun 2019, yaitu

    pendidikan (p = 0,048), pengetahuan (p=0,005), dukungan tenaga kesehatan

    (p=0,001). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan yaitu pekerjaan

    (p=0,206).

    Kesimpulan penelitian ini bahwa pendidikan, pengetahuan, dan dukungan

    tenaga kesehatan berhubungan signifikan dengan pemberian MP-ASI dini pada

    bayi 0-6 bulan.Disarankan kepada tenaga kesehatan yang ada di Desa Lingga Tiga

    (bidan desa) untuk rutin memberikan penyuluhan atau informasi kesehatan kepada

    ibu dan keluarga tentang pentingnya tidak memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-

    6 dan memberikan informasi tentang makanan yang cocok untuk bayi usia 0-6

    yaitu ASI eksklusif, dan memberikan makanan secara bertahap setelah anak

    berumur >6 bulan.

    Kata Kunci : Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan, Pendidikan,

    Pengetahuan, Dukungan Tenaga Kesehatan

  • v

    v

  • vi

    vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

    anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul ―Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi

    0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu

    Tahun 2019‖.

    Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

    mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.) pada Program Studi

    S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia. Penulis menyadari

    sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai

    pihak, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk itu, penulis

    mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes, selaku Pembina Yayasan

    Helvetia Medan.

    2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes, selaku Ketua Yayasan

    Helvetia Medan.

    3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si, selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan.

    4. Dr. dr. Hj. Arifah Dwi Fitriani, M.Kes, selaku Wakil Rektor Bidang

    Akademik dan Kemahasiswaan Institut Kesehatan Helvetia.

    5. Teguh Suharto, SE, M.Kes, selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum

    dan Keuangan Institut Kesehatan Helvetia.

    6. Dr. Asriwati, S.Kep, Ns, S.Pd, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.

    7. Nuraini, S.Pd., M.Kes, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Kesehatan

    MasyarakatInstitut Kesehatan Helvetia.

    8. Khairatunnisa, S.K.M., M.Kes, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

    Kesehatan MasyarakatInstitut Kesehatan Helvetia.

    9. Dian Maya Sari Siregar, S.K.M, M.Kes, selaku Ketua Program Studi S1

    Kesehatan Masyarakat dan sekaligus sebagai Dosen Penguji yang telah

  • vii

    vii

    meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulis

    selama penyusunan skripsi ini.

    10. Wanda Lestari, STP, M.Gizi., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

    meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulis

    selama penyusunan skripsi ini.

    11. Muhammad Firza Syahlefi Lubis, SKM., M.K.M,selaku Dosen Pembimbing II

    yang telah meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing

    penulis selama penyusunan skripsi ini.

    12. Seluruh Dosen Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah

    mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

    13. Teristimewa untuk kepada orangtua, suami tercinta, keluarga yang kusayangi

    serta teman-teman kerja saya yang selalu mendoakanku dan selalu

    memberikan dukungan baik materi maupun spiritual, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

    14. Serta teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan

    mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh

    karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

    Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan karunai-Nya atas

    segala kebaikan yang telah diberikan.

    Medan, 07 Agustus 2019

    Peneliti

    Elya Aslina Hasibuan

  • viii

    viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

    DAFTAR ISI .............................................................................................. v

    DAFTAR TABEL .................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

    BABI PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 9 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 9

    1.3.1 Tujuan Umum ............................................................ 9 1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... 9

    1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 10 1.5 Manfaat Teoritis ...................................................................... 10

    1.5.1 Manfaat Praktis ......................................................... 10

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11

    2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu .................................................. 11 2.2 Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini .......................... 15

    2.2.1 Definisi MP ASI......................................................... 15 2.2.2 Tujuan Pemberian Makanan ASI ............................... 16 2.2.3 Makanan Bayi Usia 0-6 Bulan ................................... 17 2.2.4 Risiko Pemberian MP ASI Dini ................................. 18 2.2.5 Konsep Perilaku ......................................................... 21

    2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dini ........................................................................................ 24

    2.4 Hipotesis Penelitian .............................................................. 33

    BAB IIIMETODE PENELITIAN ........................................................... 35

    3.1 Desain Penelitian ................................................................... 35 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 35

    3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................ 35 3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................ 35

    3.3 Populasi dan Sampel .............................................................. 35 3.3.1 Populasi ...................................................................... 35 3.3.2 Sampel ........................................................................ 36

    3.4 Kerangka Konsep .................................................................. 37 3.5 Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran ........................ 37 3.6 Metode Pengumpulan Data ................................................... 38

    3.6.1 Jenis Data ................................................................... 37 3.6.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................ 38 3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas .................................... 39

  • ix

    ix

    3.7 Metode Pengolahan Data ...................................................... 42 3.8 Analisis Data ......................................................................... 42

    3.8.1 Analisis Univariat ..................................................... 43 3.8.2 Analisis Bivariat ........................................................ 43

    BAB IVHASILPENELITIANDANPEMBAHASAN ............................. 44

    4.1 Hasil Penelitian ................................................................ 44 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................. 44 4.1.2 Karakteristik Responden ..................................... 45 4.1.3 Analisis Univariat ............................................... 46 4.1.4 Analisis Bivariat .................................................. 51

    4.2 Pembahasan ..................................................................... 55 4.2.1 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian MP-ASI Dini

    pada Bayi Usia 0-6 Bulan ................................... 55

    4.2.2 Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan ................................... 57

    4.2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan ................................... 58

    4.2.4 Hubungan Tenaga Kesehatan dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan ........................... 60

    BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 63

    5.1 Kesimpulan ....................................................................... 63 5.2 Saran .................................................................................. 63

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65

    LAMPIRAN ............................................................................................... 67

  • x

    x

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ................................. 38

    Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Penelitian ................ 40

    Tabel 3.3. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian ........................... 41

    Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Lingga Tiga Kecamatan

    Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019 ................. 45

    Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa

    Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun

    2019 ....................................................................................... 45

    Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa

    Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun

    2019 ....................................................................................... 46

    Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaandi Desa Lingga

    Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019 46

    Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Pengetahuan Kesehatan

    di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu

    Tahun 2019 ............................................................................ 47

    Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuandi Desa

    Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun

    2019 ....................................................................................... 48

    Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Dukungan Tenaga

    Kesehatan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten

    Labuhanbatu Tahun 2019 ...................................................... 49

    Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Tenaga

    Kesehatan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten

    Labuhanbatu Tahun 2019 ...................................................... 50

    Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pemberian MP-ASIDini Pada Bayi Usia 0-6 Bulan

    di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu

    Tahun 2019 ............................................................................ 50

    Tabel 4.10. Tabel Silang Hubungan Pendidikan dengan Pemberian MP-ASI di Desa

    Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun

    2019 ....................................................................................... 51

    Tabel 4.11. Tabel Silang Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian MP-ASI di Desa

    Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun

    2019 ....................................................................................... 52

    Tabel 4.12. Tabel Silang Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian MP-ASI di Desa

    Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun

    2019 ....................................................................................... 53

    Tabel 4.13. Tabel Silang Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan

    Pemberian MP-ASI di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu

    Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019 .................................... 54

  • xi

    xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 37

  • xii

    xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran

    Halaman

    1. Kuesioner Penelitian ................................................................................. 67

    2. Master Data Uji Validitas ......................................................................... 71

    3. Hasil Olah Uji Validitas............................................................................. 72

    4. Master Data Uji Penelitian ........................................................................ 76

    5. Hasil Olah Uji Penelitian ........................................................................... 78

    6. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 87

    7. Surat-Surat Penelitian ............................................................................... 90

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Bayi yang sehat adalah idaman setiap orang tua dan untuk mendapatkan

    bayi yang sehat orang tua perlu memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi

    yang sangat bergantung dari gizi yang diberikan. Pemberian gizi pada anak

    melalui tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi. Bayi

    usia 0-6 bulan seharusnya hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif), tetapi pada

    kenyataannya masyarakat kita sudah memberikan makanan pendamping ASI

    (MP-ASI) pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

    MP-ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah

    usia enam bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Pemberian makanan setelah bayi

    berumur enam bulan akan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit.

    Perilaku tersebut sangat berisiko bagi bayi untuk terkena diare disebabkan karena

    pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI. Sistem imun bayi

    di bawah enam bulan belum sempurna dan hanya ASI saja yang cocok diberikan

    pada bayi usia

  • 2

    eksklusif sedangkan 60% bayi lainnya ternyata telah mendapatkan MP-ASI saat

    usianya < dari 6 bulan. Hal ini menggambarkan bahwa pemberian ASI eksklusif

    masih rendah sedangkan praktek pemberian MP-ASI dini diberbagai negara masih

    tinggi (3). Beberapa anak menerima makanan pendamping gizi yang mencukupi

    dan aman; di banyak negara kurang dari seperempat bayi usia 6-23 bulan

    memenuhi kriteria keragaman makanan dan frekuensi makan yang sesuai untuk

    usia mereka. Lebih dari 820.000 kehidupan anak-anak dapat diselamatkan setiap

    tahun di antara anak-anak di bawah 5 tahun, jika semua anak 0–23 bulan disusui

    secara optimal (2). WHO merekomendasikan agar bayi mulai menerima makanan

    pendamping pada usia 6 bulan di samping ASI, pada awalnya 2-3 kali sehari

    antara 6-8 bulan, meningkat menjadi 3-4 kali sehari antara 9-11 bulan dan 12-24

    bulan dengan cemilan bergizi tambahan 1-2 kali sehari (4).

    Benua Afrika dan benua Asia juga menunjukkan pemberian ASI eksklusif

    masih rendah. Salah satu negara di Afrika, Nigeria, prevalensi pemberian ASI

    eksklusif secara nasional adalah 17% dengan variasi regional. Prevalensi inisiasi

    menyusui dini adalah 33,2%. Studi lain di Nigeria melaporkan prevalensi mulai

    dari 28%-45%. Inisiasi makanan pelengkap yang tepat waktu tetap menjadi

    tantangan karena 16% bayi Nigeria diperkenalkan pada makanan padat dan

    setengah padat pada 2-3 bulan sementara 40% diperkenalkan pada 4-5 bulan (5).

    Di India, persentase inisiasi menyusu dini adalah 24,5%. Menyusui secara

    eksklusif menurun dengan cepat dari bulan pertama menjadi enam bulan dengan

    hanya 20%. Pengenalan pemberian MP-ASI antara 6 hingga 9 bulan adalah 55,8%

  • 3

    dan hanya 21% anak-anak berusia 6-23 bulan yang diberi makan sesuai dengan

    praktik yang direkomendasikan (6).

    Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan bahwa pada

    tahun 2017, secara nasional persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD

    sebesar 73,06%. Angka ini sudah melampaui target Renstra tahun 2017 yaitu

    44%. Provinsi dengan persentase tertinggi bayi baru lahir mendapat IMD adalah

    Aceh (97,31%) dan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua (15%).

    Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33%. Angka

    tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2017 yaitu 44%. Persentase

    tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Nusa Tenggara Barat

    (87,35%), sedangkan persentase terendah terdapat pada Papua (15,32%) (7).

    Berdasarkan data profil Kesehatan Indonesia tersebut juga dapat diketahui bahwa

    Cakupan Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Provinsi

    Sumatera Utara sebesar 57,47% lebih rendah dari cakupan nasional yaitu 73,06%

    sedangkan cakupan ASI eksklusif sebesar 45,74% lebih rendah dari cakupan

    nasional yaitu 61,33% (7).

    Pencapaian cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif di Kabupaten

    Labuhanbatu dari tahun 2012-2016 sangat fluktuatif, dimana pada tahun 2012

    cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif sebesar 45,50% menurun pada tahun 2013

    menjadi 22,01% dan mengalami peningkatan yang cukup tajam menjadi 41,76%

    di tahun 2014 sedangkan pada tahun 2015 menurun kembali menjadi 32,65% dan

    meningkat kembali pada tahun 2016 menjadi 37,74% dari jumlah bayi (0-6 bulan)

    sebanyak 5.977 bayi. Tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa sebaliknya bahwa

  • 4

    bayi yang diberikan makanan sejak dini (usia

  • 5

    sebanyak 694 orang. Jumlah bayi bulan Januari 2018 sebanyak 51 bayi, bulan

    Februari 2019 sebanyak 61 bayi, dan bulan Februari sebanyak 51 bayi (10).

    Kebiasaan masyarakat Indonesia memberikan makanan pada bayi

  • 6

    prelaktal kepada bayi sebelum ASI keluar). Semakin bertambah umur bayi,

    frekuensi terserang diare, batuk-pilek, dan panas semakin meningkat. Salah satu

    faktor risiko yang menjadi penyebab utama kematian pada balita diare (25,2%)

    dan ISPA (15,5%) adalah pemberian MP-ASI dini. Ketidaktahuan masyarakat,

    mitos, status pekerjaan, pendapatan keluarga dan adanya peran serta tenaga

    kesehatan yang tidak mendukung program ASI eksklusif akan menyebabkan

    penurunan ASI eksklusif dan peningkatan MP-ASI dini akibat kurangnya

    ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi, yang sebagian besar disebabkan oleh

    perilaku ibu (3).

    Lawrence Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa perilaku

    manusia terbentuk dari 3 faktor yaitu: Faktor predisposisi (predisposing factors),

    yang mencakup umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan/sosial ekonomi,

    pengetahuan, sikap, nilai-nilai, kepercayaan dan sebagainya. Faktor pemungkin

    (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya

    fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja, tersedianya informasi,

    pelatihan dan sebagainya. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini

    meliputi dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, undang-undang,

    peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya (12).

    Penelitian Kumalasari berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

    Pemberian Makanan Pendamping ASI Dinidi wilayah binaan Puskesmas

    Sidomulyo Pekanbaru tahun 2015 mendapatkan hasil terdapat hubungan yang

    signifikan antara tingkat pengetahuan, aktivitas, pendapatan, anjuran tenaga

    kesehatan dengan pemberian MP-ASI dini (3).

    Penelitian Hartinah berjudul Aspek Sosial Budaya Suku Sasak Tentang

    Pemberian Makanan Prelaktal Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

  • 7

    LambaleKabupaten Buton Utara Tahun 2017 menunjukkan perilaku sosial budaya

    masyarakat Suku Sasak masih sangat sering dilakukan memberikan makanan pada

    bayi usia dini karena sudah warisan turun temurun (11).

    Penelitian Nababan berjudul Pemberian MPASI dini pada bayi ditinjau

    dari pendidikan dan pengetahuan ibudi tiga desa binaan AkkesSapta Bakti

    Bengkulu tahun 2017 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

    pendidikan dan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia

    kurang dari enam bulan (13).

    Penelitian Heryanto berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

    Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini di Desa Negeri Agung Kabupaten

    OKU Selatan Sumatera Selatan tahun 2017 menunjukkan korelasi antara

    pengetahuan, kecukupan ASI, pekerjaan, dan dukungan keluarga dengan

    pemberian MPASI dini (14).

    Penelitian Rahmawati berjudul Gambaran Pemberian MPASI pada Bayi

  • 8

    mendapatkan hasil bahwa dari analisis multivariat, terbukti bahwa faktor yang

    mempengaruhi pemberian makanan pendamping dini adalah sosial budaya dan

    dukungan tenaga kesehatan. Faktor dominan yang mempengaruhi pemberian

    makanan pendamping awal ini adalah dukungan tenaga kesehatan(16).

    Survei pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Lingga Tiga

    dengan mewawancarai 10 orang ibu yang memiliki bayi usia

  • 9

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian MP-

    ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu

    Kabupaten Labuhan Batu tahun 2019?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang

    berhubungan dengan pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Desa

    Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu tahun 2019.

    1.3.2. Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI Dini

    pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten

    Labuhan Batu tahun 2019.

    2. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI Dini

    pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten

    Labuhan Batu tahun 2019.

    3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI

    Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu

    Kabupaten Labuhan Batu tahun 2019.

    4. Untuk mengetahui hubungan dukungan tenaga kesehatandengan pemberian

    MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah

    Hulu Kabupaten Labuhan Batu tahun 2019.

  • 10

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1. Manfaat Teoritis

    1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

    ilmiah yang bermanfaat bagi Institut Kesehatan Helvetia Medan dalam

    pengembangan ilmu pengetahuan tentang faktor yang berhubungan dengan

    pemberian MP-ASI Dini pada bayi usia 0-6 bulan.

    2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya yang

    melakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini.

    1.4.2. Manfaat Praktis

    1. Sebagai masukan bagi Puskesmas Lingga Tiga dalam meningkatkan

    pelayanan kepada masyarakat khususnya ibu dan anak berkaitan dengan

    faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia 0-6

    bulan.

    2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat mengetahui

    faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia 0-6

    bulan.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu

    Penelitian Rahmawati pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja

    Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta tahun

    2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif

    dan menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study. Dengan sampel

    sebanyak 64 ibu yang memiliki bayi berusia 6–12 bulan. Hasil penelitian ini

    menyimpulkan bahwa pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan

    masih sangat tinggi yaitu sebesar 67,3%. Adapun gambaran pemberian MP-ASI

    berdasarkan Modifying Factor (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, suku,

    pengalaman, adat/ kebiasaan), Persepsi ibu (kerentanan, keparahan, ancaman,

    manfaat, kendala, petunjuk untuk bertindak, dan kepercayaan diri) menunjukkan

    persentase yang beragam. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya perlu

    dilakukan penelitian yang serupa dengan desain yang berbeda dan jumlah sampel

    mewakili yang lebih banyak, sehingga bisa lebih menggambarkan keadaan

    masyarakat di wilayah Kecamatan Pesanggrahan dengan lebih akurat (15).

    Penelitian Damanik di wilayah kerja Puskesmas Teluk Karang, Kecamatan

    Bajenis, Kota Bajing Tinggi pada tahun 2015. Tujuan dari penelitian yaitu untuk

    mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi para ibu dalam memberikan

    makanan pendamping ASI awal. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi

    analitik dengan desain potong lintang. Penelitian ini dilakukan sejak November

    2013 hingga Januari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang

    11

  • 12

    memiliki bayi berusia antara 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas UPTD Teluk

    Karang, Kecamatan Bajenis, Kota Tebing Tinggi yang dijadikan sampel sebanyak

    106 ibu. Regresi logistik berganda digunakan untuk menganalisis data. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan pendamping ASI cukup

    tinggi yaitu 89,6%. Dari analisis multivariat, terbukti bahwa faktor yang

    mempengaruhi pemberian makanan pendamping dini adalah sosial budaya (p =

    0,008) dan dukungan keluarga (p

  • 13

    antara mitos dengan pemberian MP-ASI dini (ρ-value= 0,141), dan terdapat

    hubungan yang signifikan antara anjuran tenaga kesehatan dengan pemberian MP-

    ASI dini (ρ-value= 0,037) (3).

    Penelitian Hartinah tahun 2017 di wilayah kerja Puskesmas Lambale

    dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui sosial budaya masyarakat Suku

    Sasak terhadap pemberian makanan prelaktal pada bayi di salah satu wilayah kerja

    Puskesmas Lambale tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

    dengan pendekatan fenomenologi. Informan berjumlah 7 orang yang terdiri atas 3

    informan biasa yaitu Ibu yang memiliki bayi kurang dari 6 bulan dan 4 orang

    sebagai informan kunci yaitu seorang tokoh adat, tokoh agama, belian atau dukun

    bayi, dan bidan yang mengetahui dengan jelas tentang sosial budaya masyarakat

    Suku Sasak di Desa tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku sosial

    budaya masyarakat Suku Sasak di salah satu Wilayah kerja Puskesmas Lambale

    masih sangat sering dilakukan karena menganggap hal tersebut sudah menjadi

    warisan turun temurun dari nenek moyang mereka terutama yang berkaitan

    dengan pemberian makanan prelaktal pada bayi yaitu berupa madu, kelapa muda

    dan nasi pakpak. Sosial budaya masyarakat Suku Sasak yang berkaitan dengan

    mengadakan upacara perak api atau upacara pemberian nama pada bayi dengan

    cara mengayunkan bayi di atas bara api yang melibatkan semua anggota keluarga.

    Diharapkan bagi tenaga kesehatan Masyarakat di Puskesmas Lambale agar

    memberikan penyuluhan tentang dampak pemberian makanan prelaktal pada bayi

    dan menekankan agar masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas lambale

    khususnya masyarakat Desa Soloy Agung agar tidak memberikan makan prelaktal

    pada bayi (11).

  • 14

    Penelitian Heryanto tahun 2017 di Desa Negeri Agung Wilayah Kerja

    UPTD Puskesmas Buay Sandang Aji Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumatera

    Selatan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

    pemberian MPASI dini. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional

    dengan populasi seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan di Desa

    Negeri Agung pada periode Januari – Maret 2017 yang berjumlah 51 orang.

    Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi square. Data penelitian

    menunjukkan sebanyak 5,1% responden memberikan MPASI dini kepada

    bayinya, 51% responden memiliki pengetahuan yang baik tentang MPASI, 62,7%

    responden dengan kecukupan ASI, 52,9% responden dengan kategori tidak

    bekerja dan sebanyak 54,9% responden mendapatkan dukungan dari keluarga.

    Hasil analisis menunjukkan korelasi antara pemberian MPASI dini dengan

    pengetahuan (p-value 0,017), kecukupan ASI (p-value 0,001), pekerjaan (p-value

    0,001) dan dukungan keluarga (p-value 0,001). Tenaga kesehatan dapat

    meningkatkan perhatian ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif dengan

    memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan mengenai manfaat dan

    pentingnya ASI eksklusif (14).

    Penelitian Nababan tahun 2018 di tiga desa binaan AkkesSapta Bakti

    Bengkulu dengan tujuan penelitian adalah untuk menganalisa hubungan

    pendidikan dan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia

    kurang dari enam bulan. Penelitian menggunakan rancangan cross-sectional.

    Jumlah sampel 59 ibu yang memiliki bayi usia kurang dari enam bulan diambil

    dengan teknik consecutive sampling. Hasil analisis univariat dari 59 ibu yang

    memiliki bayi usia kurang dari enam bulan sebagian besar 32 orang (54,2%)

    memiliki tingkat pendidikan rendah, hampir sebagian 27 orang (45,8%) memiliki

  • 15

    pengetahuan baik. Hasil analisis bivariat diperoleh p-value=0,003 yang berarti ada

    hubungan yang signifikan antara pendidikan dan pengetahuan ibu dengan

    pemberian MP-ASI dini pada bayi usia kurang dari enam bulan (13).

    2.2. Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini

    2.2.1. Definisi MP ASI

    Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan proses perubahan dari

    asupan susu menuju ke makanan semi padat. Hal ini dilakukan karena bayi

    membutuhkan lebih banyak gizi. Bayi juga ingin berkembang dari refleks

    menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk cairan semi padat dengan

    memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke belakang (17).

    Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan yang

    diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan.

    Jadi selain Makanan Pendamping ASI, ASI-pun harus tetap diberikan kepada

    bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan, peranan makanan pendamping ASI sama

    sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya untuk melengkapi ASI

    jadi dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan

    diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI (18).

    Makanan pendamping ASI (MP ASI) dini adalah makanan/ minuman yang

    diberikan pada bayi sebelum berusia 6 bulan. Makanan bayi untuk bayi usia

  • 16

    yaitu menunjukkan bahwa pemberian ASI maupun pengganti ASI (PASI)

    berangsur berubah secara bertahap sampai anak mampu makan makanan keluarga

    atau orang dewasa (19).

    2.2.2. Tujuan Pemberian Makanan Bayi

    Tujuan pemberian makanan bayi dibedakan menjadi 2 macam yaitu tujuan

    mikro dan tujuan makro. Tujuan mikro berkaitan langsung dengan kepentingan

    individu pasangan ibu-bayi, dalam ruang lingkup keluarga, yang mencakup 3

    macam aspek: a) Aspek fisiologis yaitu memenuhi kebutuhan gizi dalam keadaan

    sehat maupun sakit untuk kelangsungan hidup, aktivitas dan tumbuh kembang.

    b)Aspek edukatif yaitu mendidik bayi agar terampil dalam mengkonsumsi

    makanan pendamping ASI. c) Aspek psikologis yaitu untuk memberi kepuasan

    pada bayi dengan menghilangkan rasa tidak enak karena lapar dan haus.

    Disamping itu memberikan kepuasan pada orang tua karena telah melakukan

    tugasnya.. Sedangkan tujuan makro merupakan permasalahan gizi masyarakat

    luas dan kesehatan masyarakat (19).

    ASI memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi yang

    diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berumur 6 bulan. Menjelang

    umur 6 bulan, bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan zat gizi dari ASI.

    Kebutuhan zat gizi semakin bertambah sesuai dengan peningkatan umur bayi atau

    anak karena proses tumbuh kembang. ASI hanya memenuhi sekitar 60-70%

    kebutuhan gizi bayi setelah usia 6 bulan, sehingga bayi mulai membutuhkan MP

    ASI (20).

  • 17

    Tujuan pemberian MP ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi

    yang diperlukan bayi. Pemberian MP ASI bermanfaat untuk mencapai

    pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya

    kekurangan zat gizi baik makro maupun mikro, memelihara kesehatan, mencegah

    penyakit dan mempercepat pemulihan bila sakit, membantu perkembangan

    jasmani, rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan dan

    memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan

    fisiologis bayi. Pemberian MP ASI juga bermanfaat untuk menyesuaikan

    kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan salah

    satu proses pendidikan di mana bayi belajar untuk mengunyah dan menelan

    makanan padat, serta membiasakan selera-selera baru sebagai masa peralihan dari

    ASI ke makanan keluarga (21).

    2.2.3. Makanan Bayi Usia 0-6 Bulan

    ASIeksklusifadalah satu-satunya makanan bayi umur 0-6 bulan yang

    paling disarankan dan tidak ada lagi makanan tambahan yang dianjurkan selain

    ASI. Bahkan badan dunia WHO, sangat menyarankan pemberian ASI eksklusif

    tersebut. ASI mampu mencukupi semua kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh

    bayi hingga umurnya mencapai 6 bulan. Bahkan ibu tidak perlu lagi memberikan

    makanan tambahan pendamping ASI (MP-ASI_ apapun selain daripada ASI.

    Pemberian ASI pun akan menumbuhkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.

    ASI pertama yang berwarna kekuningan yang keluar pertama dari putting susu

    jangan dibuang karena ASI kekuningan yang keluar pertama kali tersebut dikenal

    dengan nama Kolostrum. Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar,

  • 18

    yang berisi imunitas atau zat kekebalan tubuh yang akan melindungi bayi dari

    berbagai jenis penyakit di saat kondisi bayi masih sangat lemah (22).

    Berikut ini rangkuman beberapa manfaat pemberian ASI sebagai satu-

    satunya menu utama makanan bayi umur 0-6 bulan pertama:

    a. ASI sebagai sumber nutrisi

    b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

    c. ASI mengurangi risiko kematian bayi

    d. ASI meningkatkan kecerdasan bayi

    e. ASI menumbuhkan kasih sayang antar ibu dan bayi (22).

    Perlu diketahui, pada usia sebelum 6 bulan, kemungkinan organ

    pencernaan bayi belum sepenuhnya sempurna. Setidaknya memerlukan waktu

    kurang lebih 6 bulan supaya enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan terbentuk.

    Selain itu, ginjal pun belum cukup mampu untuk bekerja secara optimal dalam

    menguraikan sisa yang dihasilkan oleh makanan padat. Begitu juga dengan

    imunitas atau daya tahan tubuhnya sehingga dikhawatirkan kuman atau bakteri

    yang dibawa oleh makanan tambahan bisa dengan mudah masuk ke dalam aliran

    darah dan membahayakan kesehatan sang bayi (22).

    2.2.4. Risiko Pemberian MP ASI Dini

    Berikut risiko bila MP-ASI diberikan terlalu dini: (1)

    a. Kuman mudah masuk sehingga peluang sakit lebih besar

    Pada usia di bawah 6 bulan, daya imunitas bayi belum sempurna.

    Dengan memberikan makanan sebelum usia 6 bulan, berarti membuka

    kesempatan bagi kuman-kuman untuk masuk ke dalam tubuh si kecil.

  • 19

    Apalagi bila makanan yang diberikan tidak terjamin kebersihannya. Begitu

    pun dengan alat-alat makan yang digunakan, bila tidak disterilisasi dengan

    benar akan menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi. Bayi yang

    mendapatkan makanan sebelum usianya 6 bulan ternyata banyak mengalami

    diare, batuk-pilek, sembelit, demam, ketimbang bayi yang mendapatkan ASI

    eksklusif.

    Sebaliknya, ASI yang diberikan hingga usia 6 bulan justru memberikan

    perlindungan bagi si kecil terhadap penyakit, mulai penyakit yang disebutkan

    di atas sampai penyakit infeksi telinga dan sebagainya. Dengan ASI eksklusif,

    imunitas atau kekebalan tubuh bayi meningkat, otomatis dapat melindungi si

    kecil dari berbagai penyakit. Selain itu, bayi yang diberi ASI eksklusif,

    kemungkinannya mengalami penyakit pernapasan akan lebih rendah.

    ASI eksklusif menghindari si kecil dari anemia akibat kekurangan zat

    besi. Ini karena, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, dalam tubuhnya

    menunjukkan kecukupan hemoglobin dan zat besi. Suatu studi yang

    dilakukan Dr. Alfredo Pisacane dari Universitas Federico II di Napoli, Italia,

    menyimpulkan, bayi yang diberikan ASI eksklusif namun tidak diberikan

    suplemen zat besi atau sereal yang mengandung zat besi, menunjukkan level

    hemoglobin yang secara signifikan lebih tinggi dalam waktu satu tahun,

    dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI tapi menerima makanan padat.

    Peneliti tidak menemukan adanya kasus anemia di tahun pertama pada

    bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, sehingga disimpulkan bahwa

    memberikan ASI eksklusif mengurangi risiko terjadinya anemia pada bayi.

  • 20

    Memang, kadar zat besi di dalam ASI tidak tinggi namun penyerapan zat besi

    dari ASI lebih tinggi dibandingkan dari susu lainnya. Dengan pemberian MP-

    ASI yang tepat dan ASI diteruskan sampai minimal 2 tahun, maka kejadian

    anemia dapat dihindari.

    b. Berpeluang alami alergi makanan.

    Sel-sel di sekitar usus pada bayi berusia di bawah 6 bulan belum siap

    untuk menghadapi unsur-unsur atau zat makanan yang dikonsumsinya.

    Alhasil, makanan tersebut dapat menimbulkan reaksi imun, sehingga dapat

    terjadi alergi akibat makanan yang dikonsumsinya. Sebaliknya, bayi yang

    diberi MP-ASI setelah 6 bulan, risikonya untuk mengalami alergi akibat

    makanan lebih rendah.

    Selain itu, bayi usia 4-6 bulan, lapisan ususnya masih ―terbuka‖,

    sehingga memudahkan protein-protein dari MP-ASI—yang kemungkinan

    dapat mengakibatkan bayi mengalami alergi—serta bakteri patogen yang

    menyebabkan berbagai penyakit masuk ke dalam aliran darah. Umumnya,

    produksi antibodi dan terjadinya penutupan usus berlangsung pada usia

    sekitar 6 bulan. Dengan pemberian ASI eksklusif, zat antibodi yang terdapat

    di dalam ASI (slgA) dapat masuk langsung melalui aliran darah bayi,

    melapisi organ pencernaan bayi, menyediakan kekebalan pasif, dan

    mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus

    terjadi.

    c. Berpeluang obesitas

    Proses pemecahan sari-sari makanan dalam tubuh bayi belum

    sempurna, sehingga bila bayi diberi MP-ASI sebelum usia 6 bulan, ia

  • 21

    berpeluang mengalami obesitas. Pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan

    sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan.

    Karena itulah, menunda pemberian MP-ASI sampai usia 6 bulan dapat

    melindunginya dari obesitas di kemudian hari. Perlu diketahui, beberapa

    enzim pemecah protein seperti pepsin, lipase, dan amilase, serta asam

    lambung, baru akan diproduksi sempurna pada saat bayi berusia 6 bulan.

    d. Sulit dicerna dengan baik

    Bayi di bawah 6 bulan memiliki sistem pencernaan yang belum

    sempurna. Asupan lain disamping ASI membuat organ ini terpaksa bekerja

    ekstra keras demi mengolah dan memecah makanan yang masuk. Nah, karena

    dipaksa bekerja keras, makanan pun tak dapat dicerna dengan baik. Ujung-

    ujungnya, timbul reaksi/gangguan pencernaan seperti konstipasi atau

    timbulnya gas. Sementara, sistem pencernaan relatif sempurna dan siap

    menerima MP-ASI pada usia 6 bulan ke atas.

    Karena itulah, menunda memberikan MP-ASI hingga usia bayi 6 bulan

    justru memberi kesempatan kepada sistem pencernaan agar dapat

    berkembang matang terlebih dahulu. Secara psikologis pun, umumnya bayi

    siap mendapatkan MP-ASI pada usia sekitar 6 bulanan (1).

    2.3. Konsep Perilaku

    Ditinjau aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

    organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari segi

    biologis, semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan manusia,

    mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup

  • 22

    mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang

    dilakukan manusia tersebut antara lain : berjalan, berbicara, bekerja, menulis,

    membaca, berpikir, dan seterusnya. Secara singkat aktivitas manusia tersebut

    dikelompokkan menjadi 2 yakni : a) Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh

    orang lain, misalnya : berjalan, bernyanyi, tertawa, dan sebagainya. b) Aktivitas

    yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya : berpikir, berfantasi,

    bersikap, dan sebagainya (12).

    Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang

    berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi

    sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan

    kesehatan, atau dapat juga didefinisikan perilaku kesehatan adalah semua aktivitas

    atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak

    dapat diamati yang berkaitan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (23).

    Perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

    1. Perilaku tertutup (covert behavior)

    Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum

    dapat diamati oleh orang lain secara jelas. Respons seseorang masih terbatas

    dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap

    stimulus yang bersangkutan. Bentuk covert behavior yang dapat diukur adalah

    pengetahuan dan sikap.

    2. Perilaku terbuka (overt behavior)

    Perilaku terbuka terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa

    tindakan atau practice yang dapat diamati orang lain secara jelas.

  • 23

    Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi kesehatan

    sekurang-kurangnya memiliki tiga dimensi yaitu :

    1. Mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai

    dengan nilai-nilai kesehatan).

    2. Mengembangkan perilaku positif / sehat).

    3. Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah sesuai

    dengan norma atau nilai kesehatan (perilaku sehat), atau dengan perkataan lain

    mempertahankan perilaku sehat yang sudah ada (23).

    Domain perilaku terdiri dari pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan

    tindakan/praktik (psikomotor). Skinner (1938) dalam Notoatmodjo merumuskan

    bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

    (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses SOR atau

    Stimulus-Organisme-Respons. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab

    terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus)

    yang berkomunikasi dengan organisme (23).

    Menurut Notoatmodjo, semua ahli kesehatan masyarakat dalam

    membicarakan status kesehatan mengacu kepada Bloom. Dari hasil penelitiannya

    di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Bloom

    menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap

    status kesehatan, kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil

    nomor dua, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling

    kecil terhadap suatu status kesehatan. Green menjelaskan bahwa perilaku itu

    dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : faktor predisposisi

  • 24

    (predisposing factor) faktor pemungkin (enabling factors), faktor penguat

    (reinforcing factors) (12).

    1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang mempermudah

    atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang seperti pengetahuan,

    sikap, keyakinan, dan nilai yang berkenaan dengan motivasi seseorang untuk

    bertindak, faktor demografi (umur, pendidikan, jumlah anak, dan lain-lain).

    2. Faktor pendukung (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan atau

    yang memfasilitasi perilaku atau tindakan seperti fasilitas, jarak, kualitas

    pelayanan, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi

    terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

    3. Faktor penguat (reinforcing factors), yaitu faktor pendorong atau memperkuat

    terjadinya perilaku seperti dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan dan

    lain-lain.

    2.4. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian MP-ASI

    Dini

    2.4.1. Pendidikan

    Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

    terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

    peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

    serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (24).

    Pendidikan akan meningkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi

  • 25

    pendidikan ibu maka kemungkinan akan lebih mudah untuk mencerna informasi.

    Pendidikan seorang ibu akan meningkatkan pengetahuannya sehingga akan

    mempengaruhinya dalam memilih dan mengevaluasi sesuatu yang baik untuk

    kesehatan dirinya dan juga kesehatan anaknya (25).

    2.4.2. Pekerjaan

    Banyak faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini oleh

    ibu. Faktor-faktor tersebut meliputi pengetahuan, kesehatan, iklan MP-ASI,

    petugas kesehatan, budaya dan sosial ekonomi, dan pekerjaan ibu. Status

    pekerjaan juga menjadi salah satualasan pemberian MP-ASI dini. Statuspekerjaan

    yang semakin baik dan sosialekonomi keluarga yang meningkat inilah

    yangmenyebabkan dan memudahkan ibu untukmemberikan susu formula dan MP-

    ASI dini padaanak dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif(18).

    2.4.3. Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

    terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan

    seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan (mata).

    Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda,

    secara garis besarnya tingkatan pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan (26):

    1. Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya, atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk

    mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

    menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

    2. Memahami (Comprehension)

  • 26

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

    benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara

    benar. Orang yang telah paham mampu menyimpulkan, meramalkan dan

    sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

    3. Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

    sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

    sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

    4. Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi dan atau

    memisahkan dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang

    terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Kemampuan analisis

    dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti pengelompokan, membedakan

    dan sebagainya.

    5. Sintesis (Synthesis)

    Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum dalam

    suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang dimiliki.

    6. Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk, melakukan justification atau

    penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian tersebut didasarkan pada

    suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di

    masyarakat.

  • 27

    Ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang sebagai

    berikut : (27)

    1. Pendidikan

    Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

    kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

    Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

    maka makin mudah orang tersebut menerima informasi baik itu dari orang lain

    maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin

    banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.

    2. Media massa/informasi.

    Informasi yang diperoleh dapat memberikan pengaruh jangka pendek

    (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

    pengetahuan. Kemajuan teknologi akan tersedia bermacam-macam media

    massa yang memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

    Adanya informasi baru mengenai sesuatu memberikan landasan kognitif baru

    bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

    3. Sosial budaya dan ekonomi

    Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

    apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak, sehingga seseorang akan

    bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi

    seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

    kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi ini akan memengaruhi

    pengetahuan seseorang.

  • 28

    4. Lingkungan

    Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

    lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

    proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada di lingkungan

    tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbul balik atau tidak yang

    akan direspon sebagai pengetahuan oleh individu.

    5. Pengalaman

    Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara memperoleh

    kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

    diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

    6. Umur

    Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

    bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

    pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik (27).

    2.4.4. Sikap

    Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

    tertentu, dimana telah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

    (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (26).

    Menurut Sheriff dan Sheriff, sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang

    diperoleh melalui proses belajar. Sementara Allport melihat sikap sebagai

    kesiapan saraf (neural settings) sebelum memberikan respon. Dari kedua

    definisi tersebut, secara khusus sikap dibagi dalam beberapa hal, yaitu pertama,

    sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam

    menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi

  • 29

    merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap

    obyek sikap. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Ketiga,

    sikap relatif lebih menetap. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif. Dan

    kelima, sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi

    merupakan hasil belajar (28).

    Menurut Thurstone yang dikutip Ahmadi menyatakan sikap sebagai

    tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan

    dengan obyek psikologi. Obyek psikologi di sini meliputi: simbol, kata-kata,

    slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap

    positif terhadap suatu obyek psikologi apabila ia suka atau memiliki sikap yang

    favorable, sebaliknya orang dikatakan memiliki sikap negatif terhadap obyek

    psikologi bila ia tidak suka atau sikap unfavorable terhadap obyek psikologi

    (29).

    Sikap individu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (30)

    1. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir

    Ini berarti bahwa manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap

    tertentu terhadap suatu objek.

    2. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap

    Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek

    tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap objek tersebut.

    3. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju kepada

    sekumpulan objek-objek

  • 30

    Bila seseorang mempunyai sikap negara pada seseorang, maka orang tersebut

    akan mempunyai kecenderungan menunjukkan sikap negatif pada kelompok

    dimana orang tersebut bergabung.

    4. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar

    Jika suatu sikap telah terbentuk dalam diri seseorang, maka akan sulit berubah

    dan memakan waktu yang lama. Tetapi sebaliknya jika sikap itu belum

    mendalam dalam dirinya, maka sikap tersebut tidak bertahan lama, dan sikap

    tersebut mudah diubah.

    5. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi.

    Sikap terhadap sesuatu objek akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif

    maupun negatif terhadap objek tersebut. Sikap juga mengandung motivasi,

    yang mempunyai daya dorong bagi industri untuk berperilaku secara individu

    terhadap objek yang dihadapinya.

    Sikap dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: (29)

    a. Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,

    menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang

    berlaku dimana individu itu berada.

    b. Sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan

    penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku

    dimana individu itu berada.

    Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu obyek ia

    akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan

    obyek itu. Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu obyek,

  • 31

    maka ia akan mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan obyek itu

    (29).Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: (23)

    1. Menerima (receiving)

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

    yang diberikan (objek).

    2. Merespon (responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

    tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

    3. Menghargai (valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

    adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

    4. Bertanggung jawab (responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

    risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

    Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku

    manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran

    (measurement) sikap. Ada beberapa metode pengungkapan sikap yang secara

    historik telah dilakukan orang, diantaranya adalah : (30)

    1. Observasi perilaku

    Perilaku yang diamati mungkin saja dapat menjadi indikator sikap dan

    konteks situasional tertentu akan tetapi interpretasi sikap harus sangat hati-

    hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang

    ditampakkan oleh seseorang.

  • 32

    2. Penanyaan langsung

    Pengungkapan sikap dengan penanyaan langsung memiliki keterbatasan dan

    kelemahan yang mendasar. Dimana apabila situasi dan kondisi

    memungkinkannya untuk mengetahui hal yang sebenarnya tanpa rasa takut

    terhadap konsekuensi langsung maupun tidak langsung yang dapat terjadi.

    3. Pengungkapan langsung

    Suatu versi metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung

    secara tertulis dapat dilakukan menggunakan item ganda (multiplechoice).

    4. Skala sikap

    Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self report yang hingga kini

    dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan

    daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut

    skala sikap. Dalam pengukuran skala sikap ini dapat digunakan dengan

    pengukuran sikap model Bogardus, Thurstone dan Likert. Skala Likert

    sangat populer saat ini karena skala ini mudah penyusunannya. Sudah

    banyak peneliti yang telah mempergunakan/menyempurnakannya. Skala

    Likert terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak

    setuju, sangat tidak setuju (29).

    5. Pengukuran terselubung

    Metode pengukuran terselubung (cover measures) sebenarnya berorientasi

    kembali ke metode observasi perilaku yang telah dikemukakan di atas, akan

    tetapi sebagai objek pengamatan bukan lagi perilaku tampak yang disadari

  • 33

    atau sengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang

    terjadi lebih di luar kendali orang yang bersangkutan (30).

    2.4.5. Dukungan Tenaga kesehatan

    Tidak hanya status pekerjaan, dukungan tenaga kesehatan dan gencarnya

    pemberian susu formula juga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah ASI

    eksklusif. Tenaga kesehatan saat ini mulai banyak yang melakukan pemberian

    susu formula dan produk bayi lainnya tanpa berdasarkan indikasi medis hanya

    berdasarkan pada keuntungan finansial. Sikap tenaga kesehatan yang mendukung

    pemberian MP-ASI dini pada bayi menimbulkan motivasi dan minat ibu untuk

    memberikan susu formula kepada bayinya. Faktor tenaga kesehatan adalah

    kualitas tenaga kesehatan yang akhirnya menyebabkan ibu memilih untuk

    memberikan makanan tambahan pada bayi atau tidak. Tenaga kesehatan sangat

    berperan dalam memotivasi ibu untuk tidak memberi makanan tambahan pada

    bayi usia kurang dari enam bulan (3).

    2.5. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

    penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

    pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

    pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan

    jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan (31). Hipotesis penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

  • 34

    1) Ada hubungan pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6

    Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu

    tahun 2019.

    2) Ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6

    Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu

    tahun 2019.

    3) Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-

    6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu

    tahun 2019.

    4) Ada hubungan dukungan tenaga kesehatandengan pemberian MP-ASI Dini

    pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten

    Labuhan Batu tahun 2019.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Desain Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan potong

    lintang (cross sectional).Menurut Sugiyono, desain cross sectional yaitu

    pengamatan hanya dilakukan sekali sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh

    peneliti dengan melihat adanya hubungan (31). Penelitian ini bertujuan untuk

    menganalisis faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI Dini pada

    Bayi 0-6 Bulan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan

    Batu.

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu

    Kabupaten Labuhan Batu. Alasan pemilihan lokasi karena masih rendahnya

    cakupan ASI eksklusif, yang berarti masih tingginya pemberian MP-ASI dini

    pada bayi usia 0-6 bulan.

    3.2.2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2019 sampai dengan bulan

    Juli 2019.

    3.3. Populasi dan Sampel

    3.3.1. Populasi

    Populasi ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan di Desa

    Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu sebanyak 339 bayi.

    35

  • 36

    3.3.2. Sampel

    Menurut Sugiyono, sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik

    yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ini diperoleh dengan

    menggunakan rumus Slovin sebagai berikut: (31)

    n = 2)(1 dN

    N

    Keterangan :

    n = jumlah sampel

    N = jumlah populasi

    d = derajat ketetapan yang diinginkan sebesar (sebesar 0,1)

    n = 2)1,0(3391

    339

    n = )01,0(3391

    339

    n = 39,31

    339

    n = 39,4

    339

    n = 77,2 digenapkan menjadi 77 orang.

    Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel penelitian

    sebanyak 77 orang dari 339 populasi yang ada. Penarikan sampel dengan cara

    purposif(purposive sampling) yaitu penarikan sampel berdasarkan pertimbangan

    peneliti.

  • 37

    3.4. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 3.1. Kerangka Konsep

    3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran

    3.5.1. Definisi Operasional

    1) Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh

    ibu sampai dengan penelitian ini dilakukan.

    2) Pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan ibu sehari-hari baik yang

    menghasilkan uang maupun tidak.

    3) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pemberian

    makanan pendamping ASI dini dan ASI eksklusif.

    4) Dukungan tenaga kesehatan adalah pernah atau tidak pernahnya ibu

    mendapatkan dukungan dan informasi tentang pemberian makanan

    pendamping ASI dini dan ASI eksklusif dari tenaga kesehatan.

    5) Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 bulan adalah kebiasaan atau perilaku

    ibu dalam memberikan makanan pendamping sejak anak usia dini yaitu bayi

    usia

  • 38

    No. Nama

    Variabel

    Jumlah

    Perta-

    nyaan

    Cara dan Alat

    Ukur

    Skala

    Pengukuran Value

    Jenis

    Skala

    Ukur

    Variabel Independen

    1. Pendidikan 1 Kuesioner dengan

    menanyakan

    pendidikan

    terakhir

    3

    2

    1

    Tinggi (PT)

    Menengah

    (SMA)

    Dasar (SD/

    SMP)

    Ordinal

    2. Pekerjaan 1 Kuesioner dengan

    menanyakan

    pekerjaan ibu

    sehari-hari

    2

    1

    Bekerja (2)

    Tidak bekerja(1)

    Nominal

    3. Pengetahuan 10 Menghitung skor

    pengetahuan

    (Skor max = 10)

    3

    2

    1

    Baik (76-100%,

    8-10)

    Cukup (56-75%,

    6-7)

    Kurang (

  • 39

    Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari

    sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan

    oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian. Data primer

    dalam penelitian ini yaitu kuesioner.

    2) Data sekunder

    Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari

    berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data

    sekunder diperoleh dari Puskesmas Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu.

    3) Data tertier

    Data tersier adalah suatu kumpulan dan kompilasi sumber primer dan

    sumber sekunder. Data tersier dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai

    referensi yang sangat valid, seperti: jurnal, text book, sumber elektronik.

    3.6.2. Teknik Pengumpulan Data

    Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1) Data primer

    Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner yang dijawab langsung oleh

    responden.

    2) Data sekunder

    Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi berupa data dari

    Puskesmas Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu.

    3) Data tertier

  • 40

    Data tersier diperoleh melalui studi kepustakaan seperti: jurnal, text book,

    sumber elektronik.

    3.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

    Sebelum kuesioner dibagikan pada responden yang sesungguhnya, maka

    kuesioner diuji kesahihannya dan kehandalannya dengan melakukan uji validitas

    dan reliabilitas kepada 30 orang ibu yang mempunyai balita di Desa Tanjung

    Siram Kecamatan Bilah Hulu.

    1) Uji Validitas

    Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran

    atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat

    ukur. Uji validitas dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item

    dengan skor total variabel menggunakan rumus korelasi Pearson product

    moment (r), dengan ketentuan jika nilai r-hitung > r-tabel, maka dinyatakan

    valid dan sebaliknya. Nilai r-tabel untuk 30 orang responden yaitu 0,361 (32).

    Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Penelitian

    No. Variabel r-hitung r-tabel Ket.

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    Pengetahuan -1

    Pengetahuan -2

    Pengetahuan -3

    Pengetahuan -4

    Pengetahuan -5

    Pengetahuan -6

    Pengetahuan -7

    Pengetahuan -8

    Pengetahuan -9

    Pengetahuan -10

    0,695

    0,743

    0,380

    0,899

    0,599

    0,541

    0,589

    0,468

    0,645

    0,418

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

  • 41

    No. Variabel r-hitung r-tabel Ket.

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    Dukungan tenaga kesehatan -1

    Dukungan tenaga kesehatan -2

    Dukungan tenaga kesehatan -3

    Dukungan tenaga kesehatan -4

    Dukungan tenaga kesehatan -5

    Dukungan tenaga kesehatan -6

    Dukungan tenaga kesehatan -7

    Dukungan tenaga kesehatan -8

    Dukungan tenaga kesehatan -9

    Dukungan tenaga kesehatan -10

    0,782

    0,393

    0,612

    0,727

    0,588

    0,393

    0,615

    0,412

    0,580

    0,588

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    0,361

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    2) Reliabilitas

    Reliabilitas berasal dari kata reliability. Reliabilitas adalah alat untuk

    mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk.

    Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

    pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test

    merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi.

    Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat

    menghasilkan data yang reliabel (32).

    Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

    alat pengukur dapat menunjukkan kehandalan dan dipercaya dengan metode

    Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dengan ketentuan nilai

    Cronbach Alpha>0,600, maka dinyatakan reliabel (31). Selengkapnya dapat

    dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian

    No. Variabel Nilai

    Reliabilitas

    Batas Cronbach’s

    Alpha Ket.

    1.

    2.

    Pengetahuan

    Dukungan tenaga

    kesehatan

    0,802

    0,765

    0,600

    0,600

    Reliabel

    Reliabel

  • 42

    3.7. Metode Pengolahan Data

    Proses pengolahan data pada penelitian ini mencakup beberapa tahapan

    kegiatan. Data-data yang terkumpul diolah dengan langkah-langkah: (33)

    1) Collecting

    Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner yang telah dijawab oleh

    responden.

    2) Checking

    Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban responden pada lembar

    kuesioner dengan tujuan data yang diperoleh dapat diolah secara benar.

    3) Coding

    Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel yang

    diteliti, misalnya nama dirubah menjadi nomor 1,2,3,..........dan seterusnya.

    4) Entering

    Data entry, yakni jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam

    bentuk ―kode‖ (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program komputer

    yang digunakan peneliti yaitu SPSS.

    5) DataProcessing

    Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

    dengan kebutuhan dari penelitian.

    3.8. Analisis Data

    Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program statistik

    (statistic / data analysis) dengan tahapan sebagai berikut :

  • 43

    3.8.1. Analisis Univariat

    Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan distribusi

    frekuensi dari masing-masing jawaban kuesioner variabel bebas dan variabel

    terikat dan juga distribusi frekuensi rekapitulasinya.

    3.8.2. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan masing-masing

    variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan analisis Chi-Square,

    pada batas kemaknaan perhitungan statistik p-value (0,05). Apabila hasil

    perhitungan menunjukkan nilai p-value

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Penelitian

    4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Desa Lingga Tiga merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Bilah

    Hulu Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah desa

    Lingga Tiga ± 2874 Ha dan ketinggian rata-rata ± 135 dpl. Adapun batas wilayah

    Desa Lingga yaitu sebagai berikut :

    1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sidorejo

    2. Sebelah Timur berbatasan dengan PTPN III-ANU, Link. Kalibening

    3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Labusel Desa Kampung Dalam

    4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bandar Tinggi Kelurahan Lobusona

    Sarana prasarana yang ada di Desa Lingga Tiga terdiri dari 1 nit Kantor

    Kepala Desa 1 unit, Puskesmas 1 unit, Poskesdes 1 unit, 1 buah masjid, satu unit

    Prabrik PT. LTS. Desa Lingga Tiga juga dialiri oleh sungai. Jumlah penduduk di

    Desa Lingga Tiga sebanyak 6.724 jiwa yang terdiri dari 3.336 laki-laki dan 3.388

    perempuan. Desa Lingga Tiga terdiri dari 8 dusun yaitu Dusun Sidodadi dengan

    jumlah penduduk 888 orang, Dusun Lingga Tiga I dengan jumlah penduduk 896

    orang, Dusun Lingga Tiga II dengan jumlah penduduk 1.504 orang, Dusun Setia

    Warga dengan jumlah penduduk 492 orang, Dusun Janji Lobi dengan jumlah

    penduduk 986 orang Dusun Aek Korsik dengan jumlah penduduk 713 orang,

    Dusun Kampung Baru dengan jumlah penduduk 669 orang, dan Dusun Firdaus

    dengan jumlah penduduk 576 orang.

  • 45

    4.1.2. Karakteristik Responden

    1. Umur

    Berdasarkan hasil penelitian, umur responden dapat dilihat pada tabel

    berikut ini.

    Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Lingga Tiga

    Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019

    No Umur f %

    1. 35 tahun 18 23,4

    Jumlah 77 100,0

    Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 20-

    35 tahun sebanyak 58 orang (75,3%), sebagian kecil berumur

  • 46

    Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki 2

    orang anak sebanyak 33 orang (42,9%), sebagian kecil memiliki 5 orang anak

    sebanyak 2 orang (2,6%).

    4.1.3. Analisis Univariat

    1. Pendidikan

    Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan responden dapat dilihat pada

    tabel berikut.

    Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019

    No. Pendidikan f % 1. Dasar (SD/SMP) 21 27,3 2. Menengah (SMA) 47 61,0 3. Tinggi (D3/S1) 09 11,7

    Jumlah 77 100,0

    Tabel 4.3. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden

    berpendidikan menengah (SMA) sebanyak 47 orang (61,0%), sebagian kecil

    berpendidikan tinggi (D3/S1) sebanyak 9 orang (11,7%).

    2. Pekerjaan

    Berdasarkan hasil penelitian, pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel

    berikut.

    Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019

    No. Pekerjaan f %

    1. Bekerja 27 35,1

    2. Tidak bekerja 50 64,9

    Jumlah 77 100,0

  • 47

    Tabel 4.4. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak bekerja

    (ibu rumah tangga) sebanyak 50 orang (64,9%), sebagian kecil responden bekerja

    (PNS/wiraswasta/Pedagang/Petani) sebanyak 27 orang (35,1%).

    3. Pengetahuan

    Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada setiap butir

    pernyataan pengetahuan adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Pengetahuan di

    Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten

    Labuhanbatu Tahun 2019

    No Pernyataan

    Jawaban Total

    Benar Salah

    f % f % F %

    1 Apakah pengertian dari makanan

    pendamping ASI (MP-ASI) itu ?

    56 72,7 21 27,3 77 100,0

    2 Apakah ibu tahu kapan waktu yang tepat

    untuk pemberian MP-ASI ?

    40 51,9 37 48,1 77 100,0

    3 Apa saja jenis-jenis MP-ASI? 43 55,8 34 44,2 77 100,0

    4 Apa ibu tahu manfaat dari pemberian MP-

    ASI?

    48 62,3 29 37,7 77 100,0

    5 Apakah ibu tahu tujuan dari pemberian

    MP-ASI ?

    46 59,7 30 40,3 77 100,0

    6 Apakah ibu tahu dampak MP-ASI yang

    diberikan terlalu dini kepada bayi ?

    47 61,0 30 39,0 77 100,0

    7 Pada usia dini (0-6) bulan, makanan yang

    sebaiknya diberikan pada bayi yaitu :

    34 44,2 43 55,8 77 100,0

    8 Apakah ibu tahu dampak MP-ASI yang

    diberikan terlalu lambat kepada bayi

    (misalnya pada bayi usia 9 bulan) ?

    38 49,4 39 50,6 77 100,0

    9 Apakah ibu tahu cara yang tepat

    pemberian makanan yang berkala pada

    bayi ?

    53 68,8 24 31,2 77 100,0

    10 Pada usia berapakah sebaiknya bayi

    disapih ?

    36 46,8 41 53,2 77 100,0

    Tabel 4.5. di atas diketahui bahwa pernyataan ―yang dimaksud dengan

    MP-ASI dini adalah memberikan makanan pendamping ASI sedini mungkin‖

  • 48

    menjawab ―benar‖ sebanyak 56 orang (72,7%), ―salah‖ sebanyak 21 orang

    (27,3%).Pernyataan ―makanan yang cocok untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI

    saja‖ menjawab ―benar‖ sebanyak 40 orang (51,9%), ―salah‖ sebanyak 37 orang

    (48,1%). Pernyataan ―MP-ASI mulai diberikan pada bayi usia 6 bulan keatas‖

    menjawab ―benar‖ sebanyak 43 orang (55,8%), ―salah‖ sebanyak 34 orang

    (44,2%).Pernyataan ―MP-ASI tidak baik diberikan pada bayi usia 0-6 bulan‖

    menjawab ―benar‖ sebanyak 48 orang (62,3%), ―salah‖ sebanyak 29 orang

    (37,7%).Pernyataan ―bayi yang diberi MP-ASI dini dapat menyebabkan diare‖

    menjawab ―benar‖ sebanyak 46 orang (59,7%), ―salah‖ sebanyak 30 orang

    (40,3%).

    Pernyataan ―bayi yang terlalu cepat diberi makanan sebelum usia 6 bulan

    dapat menyebabkan alergi‖ menjawab ―benar‖ sebanyak 47 orang (61,0%),

    ―salah‖ sebanyak 30 orang (39,0%). Pernyataan ―bayi yang terlalu cepat diberi

    makanan sebelum usia 6 bulan dapat menyebabkan gangguan pada organ tubuh

    yaitu pencernaan‖ menjawab ―benar‖ sebanyak 34 orang (44,2%), ―salah‖

    sebanyak 43 orang (55,8%).Pernyataan ―pemberian makanan terlalu dini dapat

    mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan bayi‖ menjawab

    ―benar‖ sebanyak 38 orang (49,4%), ―salah‖ sebanyak 39 orang

    (50,6%).Pernyataan ―Bayi yang terlalu cepat diberi makanan dapat menyebabkan

    kegemukan (obesitas)‖ menjawab ―benar‖ sebanyak 53 orang (68,8%), ―salah‖

    sebanyak 24 orang (31,2%).Pernyataan ―tujuan pemberian makanan pendamping

    ASI pada bayi usia di atas 6 bulan untuk melengkapi zat gizi yang sudah

    berkurang‖ menjawab ―benar‖ sebanyak 36 orang (46,8%), ―salah‖ sebanyak 41

    orang (53,2%).

  • 49

    Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden dapat dilihat pada

    tabel berikut.

    Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuandi Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019

    No. Pengetahuan f %

    1. Baik 13 16,9

    2. Cukup 17 22,1

    3. Kurang 47 61,0

    Jumlah 77 100,0

    Tabel 4.5. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden

    berpengetahuan kurang sebanyak 47 orang (61,0%), sebagian kecil

    berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (16,9%).

    5. Dukungan Tenaga Kesehatan

    Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada setiap butir

    pernyataandukungan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Dukungan Tenaga

    Kesehatandi Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu

    Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019

    No Pernyataan Jawaban

    Total Ya Tidak

    f % f % F % 1 Tenaga kesehatan memberikan informasi

    pada ibu tentang bahaya pemberian MP ASI dini.

    73 94,8 4 5,2 77 100,0

    2 Tenaga kesehatan memberikan penjelasan tentang pentingnya pemberian ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan.

    66 85,7 11 14,3 77 100,0

    3 Tenaga kesehatan menjelaskan tentang dampak diare pada bayi yang diberi ASI usia < 6 bulan.

    28 36,4 49 63,6 77 100,0

    4 Tenaga kesehatan menjelaskan tentang gangguan pada usus pada bayi yang diberi ASI usia < 6 bulan.

    50 64,9 27 35,1 77 100,0

    5 Tenaga kesehatan menjelaskan tentang 58 75,3 19 24,7 77 100,0

  • 50

    No Pernyataan Jawaban

    Total Ya Tidak

    f % f % F % gangguan pada usus pada bayi yang diberi ASI usia < 6 bulan.

    6 Tenaga kesehatan menjelaskan bahwa bayi yang diberi MP ASI dini dapat terjadi kegemukan (obesitas).

    46 59,7 31 40,3 77 100,0

    7 Tenaga kesehatan menjelaskan tujuan dari pemberian MP ASI sesuai umur bayi.

    48 62,3 29 37,7 77 100,0

    8 Tenaga kesehatan selalu memotivasi ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi agar bayi usia 0-6 bulan juga mendapatkan gizi yang baik melalui ASI ibu.

    42 54,5 35 45,5 77 100,0

    9 Tenaga kesehatan menganjurkan ibu untuk tidak memberikan MP ASI pada bayi umur 6 bulan.

    58 75,3 19 24,7 77 100,0

    Tabel 4.7. di atas diketahui bahwa pernyataan ―yang dimaksud dengan

    MP-ASI dini adalah memberikan makanan pendamping ASI sedini mungkin‖

    menjawab ―ya‖ sebanyak 73 orang (94,8%), ―tidak‖ sebanyak 4 orang

    (5,2%).Pernyataan ―tenaga kesehatan memberikan penjelasan tentang pentingnya

    pemberian ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan‖ menjawab ―ya‖ sebanyak 66 orang

    (85,7%), ―tidak‖ sebanyak 11 orang (14,3%).Pernyataan ―tenaga kesehatan

    menjelaskan tentang dampak diare pada bayi yang diberi ASI usia < 6 bulan.‖

    menjawab ―ya‖ sebanyak 28 orang (36,4%), ―tidak‖ sebanyak 49 orang

    (63,6%).Pernyataan ―tenaga kesehatan menjelaskan tentang gangguan pada usus

    pada bayi yang diberi ASI usia < 6 bulan‖ menjawab ―ya‖ sebanyak 50 orang

    (64,9%), ―tidak‖ sebanyak 27 orang (35,1%).

    Pernyataan ―tenaga kesehatan menjelaskan bahwa bayi yang diberi MP

    ASI dini dapat terjadi kegemukan (obesitas).‖ menjawab ―ya‖ sebanyak 46 orang

    (59,7%), ―tidak‖ sebanyak 31 orang (40,3%).Pernyataan ―tenaga kesehatan

  • 51

    menjelaskan tujuan dari pemberian MP ASI sesuai umur bayi‖ menjawab ―ya‖

    sebanyak 48 orang (62,3%), ―tidak‖ sebanyak 29 orang (37,7%).Pernyataan

    ―tenaga kesehatan selalu memotivasi ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi

    agar bayi usia 0-6 bulan juga mendapatkan gizi yang baik melalui ASI ibu.‖

    menjawab ―ya‖ sebanyak 42 orang (54,5%), ―tidak‖ sebanyak 35 orang (45,5%).

    Pernyataan ―tenaga kesehatan menganjurkan ibu untuk tidak memberikan MP ASI

    pada bayi umur 6 bulan‖ menjawab ―ya‖

    sebanyak 58 orang (75,3%), ―tidak‖ sebanyak 19 orang (24,7%).

    Berdasarkan hasil penelitian, dukungan tenaga kesehatan dapat dilihat

    pada tabel berikut.

    Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Tenaga Kesehatan di Desa Lingga Tiga Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2019

    No. Dukungan Tenaga Kesehatan f %

    1. Baik 46 59,7

    2. Kurang 31 40,3

    Jumlah 77 100,0

    Tabel 4.8. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden mendapat

    dukungan baik dari tenaga kesehat