POSISI CHINA DI ASIA PASIFIK PADA AKHIR DAN AWAL PASCA PERANG DINGIN
Faktor Penyebab Perang Dingin
-
Upload
meliyanadyodio -
Category
Documents
-
view
16 -
download
2
description
Transcript of Faktor Penyebab Perang Dingin
FAKTOR PENYEBAB PERANG DINGIN
Terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara
Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat)
dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur)
yang terjadi antara tahun 1947—1991.
Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi
militer, ideologi, psikologi, dan tilik sandi, militer,
industri, dan pengembangan teknologi, pertahanan,
perlombaan nuklir dan persenjataan, dan banyak lagi.
Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang
nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang
Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh
Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat
untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara
kedua negara adikuasa tersebut.
Setelah AS dan Uni Soviet bersekutu dan berhasil
menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak berbeda
pendapat tentang bagaimana cara yang tepat untuk
membangun Eropa pascaperang. Selama beberapa dekade
selanjutnya, persaingan di antara keduanya menyebar ke
luar Eropa dan merambah ke seluruh dunia ketika AS
membangun "pertahanan" terhadap komunisme dengan
membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai negara,
terutama dengan negara di Eropa Barat, Timur Tengah,
dan Asia Tenggara.
Meskipun kedua negara adikuasa itu tak pernah bertempur
secara langsung, namun konflik di antara keduanya
secara tak langsung telah menyebabkan berbagai perang
lokal seperti Perang Korea, invasi Soviet terhadap
Hungaria dan Cekoslovakia dan Perang Vietnam. Hasil
dari Perang Dingin termasuk (dari beberapa sudut
pandang) kediktatoran di Yunani dan Amerika Selatan.
Krisis Rudal Kuba juga adalah akibat dari Perang Dingin
dan Krisis Timur Tengah juga telah menjadi lebih
kompleks akibat Perang Dingin. Dampak lainnya adalah
terbaginya Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat
dan Jerman Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin.
Namun ada pula masa-masa di mana ketegangan dan
persaingan di antara keduanya berkurang. Perang Dingin
mulai berakhir di tahun 1980-an ketika Pemimpin Uni
Soviet Mikhail Gorbachev meluncurkan program reformasi,
perestroika dan glasnost. Secara konstan, Uni Soviet
kehilangan kekuatan dan kekuasaannya terhadap Eropa
Timur dan akhirnya dibubarkan pada tahun 1991.
Latar belakang
Setelah Perang Dunia II berakhir, muncul beberapa
peristiwa penting yang mempengaruhi kehidupan bangsa-
bangsa di dunia. Peristiwa-peristiwa itu antara lain
yaitu: Pertama, Amerika Serikat muncul sebagai salah
satu negara pemenang perang di pihak Sekutu. Peran
Amerika Serikat sangat besar membantu negara-negara
Eropa Barat untuk memperbaiki kehidupan perekonomiannya
setelah Perang Dunia II. Kedua, Uni Soviet juga muncul
sebagai negara besar pemenang perang dan berperan
membangun perekonomian negara-negara Eropa Timur.
Ketiga, munculnya negara-negara yang baru merdeka
setelah Perang Dunia II di wilayah Eropa. Perang Dunia
II yang berakhir dengan kemenangan di pihak Sekutu
tidak terlepas dari peran Uni Soviet, Uni Soviet
membebaska Eropa Timur dari tangan Jerman. Sambil
membebaskan Eropa Timur dari tangan Jerman, Uni Soviet
mempergunakan kesempatan itu untuk meluaskan
pengaruhnya, dengan cara mensponsori terjadinya
perebutan kekuasaan di berbagai negara Eropa Timur
seperti di Bulgaria, Albania, Hongaria, Polandia,
Rumania, dan Cekoslowakia, sehingga negara-negara
tersebut masuk kedalam pengaruh pemerintahan komunis
Uni Soviet.
Uni Soviet mengalami penguatan otoritas yang cukup
berarti setelah Perang Dunia II. Kerjasama diplomatik
dengan 52 negara terbentuk pada saat itu. Uni Soviet
pun turut serta dalam Konferensi Paris tahun 1946,
untuk membahas nasib negara-negara bekas sekutu Jerman
seperti Italia, Bulgaria, Hungaria, Rumania, dan
Finlandia.
Amerika Serikat bersama Uni Soviet juga memprakarsai
berdirinya PBB pada tahun 1945 bersama dengan kekuatan
anti-Fasis lainnya.
Namun kemesraan hubungan negara-negara yang tergabung
dalam koalisi anti-Fasisme itu tidak bertahan lama dan
semulus yang diharapkan. Pada tahun 1946, Stalin yang
mengusung ide “Komunisme Internasional” (Komintern)
menuduh Inggris dan Amerika Serikat melancarkan
kebijakan-kebijakan internasional yang agresif. Tuduhan
ini dijawab oleh Perdana Menteri Inggris dengan
menentang kekuatan yang disebutnya “Komunis Timur”,
yang akhirnya membelah sistem perpolitikan
internasional menjadi dua.
Faktor Penyebab perang Dingin – Istilah “Perang Dingin” diperkenalkan
pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika
Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet. Seperti yang duniabaca.com pelajari dari
wikipedia, Perang Dingin (1947-1991) adalah sebutan bagi sebuah
periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika
Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta
sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991.
Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi,
psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi;
pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi.
Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang
akhirnya tidak terjadi.
Penyebab dan Proses Awal Mula Terjadinya Perang DinginPerang
Dingin antara Amerika Serikat (USA) dan sekutu-sekutunya di satu pihak
dan Uni Soviet (USSR) serta kawan-kawannya di pihak lain berawal dari
masalah penyelesaian Perang Dunia II (PD II). Dalam PD II tersebut, USA
dan USSR berada dala satu Sekutu dan memenangkan perang terhadap
Jerman, Italia, dan Jepang.
Ternyata, kemenangan total Sekutu tersebut tidak diikuti dengan
terciptanya perdamaian sejati. Persekutuan USA dan USSR ditandai
dengan perbedaan ideologi yang kontras antara kapitalis-liberalis dan
komunis. Keduanya berseteru setelah perang melawan Hitler, Musolini,
dan kawan-kawan berakhir. Konferensi antara Stalin (USSR), Roosevelt
(USA) dan Churchill (Inggris) yang dikenal dengan The Big Three atau Tiga
Besar yang diselenggarakan di kota Iran, Teheran (Konferensi Teheran),
pada November 1943, merupakan faktor yang paling berpengaruh
terhadap kejadian-kejadian berikutnya. Dalam konferensi tersebut, mereka
menyatakan untuk menghancurkan Jerman dan berusaha mencari strategi
militer terbaik.
Pada Konferensi pasca perang di Postdam (Juli 1945), perbedaan yang
berlangsung lama mengenai Eropa Timur, akhirnya muncul kembal lebih
jelas, Presiden USA, Harry S. Truman, memiliki kebijaksanaan berbeda
dengan pendahulunya. Dia menginginkan diselenggarakannya pemilu yang
bebas di seluruh negara-negara di Eropa Timur. Stalin menolak usulan
tersebut dengan mengatakan “Sebuah pemerintahan yang dipilih secara
bebas di Eropa Timur akan membentuk pemerintahan anti Uni Soviet dan
kami tidak akan mengizinkannya.”
Perbedaan pandangan antara Uni Soviet dan USA dalam Konferensi
Posdam tersebut dianggap sebagai kunci asal mula Perang Dingin. Sikap
orang-orang Amerika Serikat yang dipengaruhi oleh “perang suci” terhadap
Hitler dan pandangan politik di Amerika yang diperngaruhi oleh jutaan
pemilih dari negara-negara Eropa Timur, menginginkan diadakannya
pemilu yang bebas di negara-negara yang telah diduduki oleh Uni Soviet.
Di pihak lain, Stalin, yang merasakan dan menyaksikan sendiri negerinya
hancur akibat dua serangan raksasa pasukan Nazi Jerman menginginkan
keamanan militer yang total dari Jerman dan sekutu-sekutu potensialnya di
Eropa Timur untuk selamanya. Stalin percaya bahwa hanya negara-negara
komunis yang dapat menjadi sekutu sejati bagi Uni Soviet Oleh karena itu,
Stalin khawatir bahwa pemilu yang bebas akan menghasilkan
pemerintahan yang bermusuhan dengan USSR di perbatasan sebelah
barat. Sejak pasukan Stalin menduduki negara-negara timur, Stalin merasa
harus konsisten dengan keyakinannya.
Jawaban USA terhadap konsep keamanan Stalin, yang tampaknya
berlebihan, mulai terlihat. Pada Mei 1945, sebelum diselenggarakan
konferensi Postdam, Truman mengusulkan dihentikannya semua bantuan
ke USSR. Pada Oktober 1945, Truman menyatakan bahwa USA tidak
akan mengakui suatu pemerintahan yang didirikan dengan paksa dan tidak
mengabaikan aspirasi politik rakyatnya.
Pada Maret 1946, mantan PM Inggris, Churchill, ketika mengunjungi USA,
menyatakan di depan publik Amerika bahwa “tirai besi” telah digelar
diseluruh daratan Eropa dengan membagi Jerman dan Eropa ke dalam
dua kubu yang saling berlawanan. Segera setelah itu muncul kembali sikap
emosional dan sikap mencela orang Amerika terhadap Stalin serta Uni
Soviet. Sikap tersebut kemudian menjadi bagian dari kehidupan politik
Amerika di era Perang Dingin. USA sendiri meresponnya dengan
melakukan mobilisasi di berbagai bidang dengan cepat.
Agen-agen rahasia Stalin diseluruh dunia memanaskan situasi dengan
mengungkapkan pentingnya “perjuangan ideologi melwan imperialisme
kapitalis.” Partai Komunis besar dan terorganisasi dengan baik di Italia dan
Prancis mengungkapkan rencana Amerika Serikat untuk mengambil alih
Eropa dan dengan agresif menentang pemerintahan mereka melalui cara-
cara kekerasan dan pemogokan. Uni Soviet juga melakukan tekanan
terhadap Iran dan Turki yang terlalu pro Amerika. Perang sipil yang
disponsori USA juga terjadi di Yunani dan Cina. Sejak musim semi 1947, di
mata Amerika, Uni Soviet telah berusaha mengeskpor komunisme dan
melakukan kegiatan sebversi ke negara-negara Eropa Barat.
Untuk menyikapi USSR, Amerika melalui Doktrin Presiden Truman
melaksanakan politik containing atau pengepungan terhadap komunisme di
kawasan yang sudah dikuasai oleh Tentara Merah. Truman meminta
kepada Kongres USA untuk mengirimkan bantuan militer ke Yunani dan
Turki. Agar negara-negara Barat tidak jatuh ke tangan komunis, USA juga
menawarkan program bantuan kepada negara-negara Eropa melalui
Marshall Plan.
Stalin menolak program bantuan Marshall Plan bagi semua negara-negara
Eropa Timur. Sebagai jawaban terhadap rencana tersebut, Stalin segera
membersihkan unsur-unsur nonkomunis dalam tubuh pemerintahan Eropa
Timur dengan membentuk sistem Pemerintahan Soviet, satu partai diktator
komunis. Pendudukan Cekoslovakia pada Februari 1948, merupakan
jawaban Uni Soviet terhadap sikap USA.
Pendudukan tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap semakin
berkembangnya komunisme di Eropa yang dimulai dari negara-negara
Eropa Timur dan Jerman. Ketika Stalin memblokade semua lalu
lintasbarang dab manusia dari zone pendudukan Barat di Jerman ke Berlin
Barat, Sekutu meresponya degan melakukan “jembatan udara”, mendrop
bahan makanan dengan pesawat terbang ke Berlin Barat. Selama 324 hari
“jembatan udara” mengangkut berton-ton bahan makanan ke Berlin
sebagai bentuk pelaksanaan politik cotaining.
Pada 4 April 1949, Amerika Serikat berhasil membujuk negara-negara
Eropa Barat untuk menandatangani pendirian suatu pakta pertahanan yang
dikenal dengan nama North Atlantic Treaty Organization(NATO) atau
Organisasi Pertahanan Atlantik Utara. Anggotanya terdiri atas Inggris,
Irlandia, Islandia, Norwegia, Denmark, Belgia, Belanda, Luxemburg,
Prancis, Portugal dan Kanada serta Amerika Serikat. Segera setelah itu
pada 1955, Uni Soviet juga mengikat negara-negara satelitnya di Eropa
Timur yang berhaluan komunis dalam Pakta Warsawa. Anggotanya terdiri
atas Unis Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur,
Hongaria, Polandia dan Rumania. Dengan adanya pakta petahanan, kedua
pemimpin blok militer berlomba-lomba saling mengembangkan senjata,
memata-matai dan mempertahankan pegaruhnya bersama sekutunya
masing-masing yang sengaja ditujukan untuk menghadapi ancaman
NATO.
Periode 1945-1969
Berakhirnya Perang Dunia II telah mengubah perkembangan
politik dunia. Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai
negara pemenang perang muncul menjadi kekuatan raksasa.
Dua negara tersebut memiliki perbedaan ideologi,
Amerika Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis,
sedangkan Uni Soviet berideologi sosialis-komunis.
Dalam waktu singkat memang pernah terjadi persahabatan
diantara keduanya, namun kemudian muncul antagonisme
diantara mereka.
Ada dua karakter pada periode ini, Pertama, adanya
keprihatinan akan ambisi rivalnya yang menimbulkan
pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet
merupakan kekuatan militer yang sangat kuat dan
memiliki kemampuan untuk menghancurkan musuhnya dengan
senjata atom. Sehingga dalam periode ini muncul hal-hal
sebagai berikut:
Doktrin Pembendungan Bulan Februari 1946, Stalin
memberikan pidato yang berbicara tentang “tak
terhindarnya konflik dengan kekuatan kapitalis". Ia
mendesak rakyat Soviet untuk tidak terperdaya dengan
berakhirnya perang yang berarti negara bisa santai.
Sebaliknya perlu mengintensifkan usaha memperkuat dan
mempertahankan tanah air. Tidak lama setelah
munculnya tulisan George F Kennan, diplomat di
Kedubes AS di Uni Soviet, yang memaparkan tentang
kefanatikan Uni Soviet, Presiden Harry S Truman
mendeklarasikan apa yang kemudian disebut Doktrin
Truman. Doktrin ini menggarisbawahi strategi
pembendungan politik luar negeri AS sebagai cara
untuk menghambat ambisi ekspansionis Uni Soviet. AS
juga merekrut sekutu-sekutunya untuk mewujudkan
tujuan itu. Karena menurut teori domino, jika satu
negara jatuh maka akan berjatuhanlah negara-negara
tetangga lainnya.
Lingkungan Pengaruh dan Pembentukan Blok
Ketidakmampuan sebuah negara adidaya memelihara
”lingkungan pengaruh” diinterpretasikan sebagai
akibat dari program global negara adidaya yang lain.
Misalnya ketika Uni Soviet memasuki Eropa Timur, para
pemimpin AS menilainya sebagai bagian dari usaha Uni
Soviet menaklukan dunia. Begitu pula ketika AS
membentuk Pakta ANZUS pada tahun 1951, para pemimpin
Uni Soviet menilainya sebagai bagian dari usaha AS
untuk mendominasi dunia. Perebutan lingkungan
pengaruh diantara dua negara adidaya ini melahirkan
sebuah pola yang bipolar. AS dan sekutunya merupakan
satu polar, sedangkan di polar (kutub) yang lain
muncul Uni Soviet dengan sekutunya.
Amerika Serikat dan sekutunya membentuk Organisasi
Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty
Organization/NATO) yang berdiri pada tanggal 4 April
1949 di Washington, AS. Apabila salah satu anggota NATO
diserang, maka serangan itu dianggap sebagai serangan
terhadap NATO. Di pihak lain, Uni Soviet dan sekutunya
membentuk Pakta Warsawa (Warsawa Pact) pada tanggal 14
Mei 1955 di Praha-Cekoslowakia atas dasar ”Pact of
Mutual Assistance and Unified Command”.
Di berbagai kawasan pun muncul blok-blok yang memihak
salah satu negara adidaya, di Asia Tenggara dibentuk
South East Asia Treaty Organization (SEATO) pada
tanggal 8 September 1954 di Manila, Philipina . SEATO
ditujukan untuk menahan pengaruh komunis di Asia
Tenggara, khususnya di Vietnam. Sebagai salah satu
organisasi yang berdiri di Asia Tenggara, negara-negara
utama di Asia Tenggara malah tidak diikutsertakan di
SEATO, anggota-anggotanya yang utama justru negara-
negara Blok Barat yang dipimpin oleh AS. Di kawasan
Timur Tengah juga dibentuk Organisasi Pertahanan Timur
Tengah (Middle Eastern Treaty Organization/METO).
Sedangkan Uni Soviet juga menjalin kerjasama dengan RRC
pada tahun 1950 untuk menghadapi kemungkinan agresi
Jepang sebagai negara di bawah kendali AS. Serta
pembentukan Cominform (The Communist Information
Bureau) di Beograd, Yugoslavia pada tahun 1947. Di sisi
lain, kegiatan spionase juga turut mewarnai Perang
Dingin. KGB (Komitet Gusudarstvennoy Bezopasnosti),
dinas rahasia Uni Soviet, dan CIA (Central Intelligence
Agency), dinas rahasia AS selalu berusaha untuk
memperoleh informasi rahasia mengenai segala hal yang
menyangkut negara-negara yang berada di bawah pengaruh
kedua belah pihak serta informasi-informasi sensitif
mengenai lawannya sendiri.
Periode 1969-1979
Hubungan Amerika Serikat-Uni Soviet mengalami perubahan
drastis dengan terpilihnya Richard Nixon sebagai
Presiden AS. Didampingi penasehat keamanannya, Henry A.
Kissinger, Richard Nixon menempuh pendekatan baru
terhadap Uni Soviet pada tahun 1969. Tidak disangka,
ternyata Uni Soviet juga sedang mengambil pendekatan
yang sama terhadap AS. Pendekatan ini lazim disebut
détente (peredaan ketegangan). Sebagai sebuah strategi
politik luar negeri, détente dijelaskan Kissinger
sebagai upaya menciptakan ”kepentingan tertentu dalam
kerjasama dan perbatasan, sebuah lingkungan dimana
kompetitor dapat meregulasi dan menghambat perbedaan
diantara mereka dan akhirnya melangkah dari kompetisi
menuju kerjasama”.
Sebagai langkah lebih lanjut, pada 26 Mei 1972 Presiden
Richard Nixon dan Leonid Brezhnev menandatangani
Strategic Arms Limitation Treaty I (SALT I) di Moskow.
SALT I berisi kesepakatan untuk membatasi persediaan
senjata-senjata nuklir strategis/Defensive
Antiballistic Missile System. SALT I juga berisi
kesepakatan untuk membatasi jumlah misil nuklir yang
dimiliki oleh kedua belah pihak, sehingga Uni Soviet
hanya diijinkan untuk memiliki misil maksimal 1600
misil, dan AS hanya diijinkan memiliki 1054 misil.
Periode 1979-1985
Setelah 10 tahun dijalankan, tampaknya Uni Soviet tidak
kuat lagi untuk menjalani détente. Akhirnya pada tahun
1979 Uni Soviet pun menduduki Afghanistan yang
sebenarnya mengundang pasukan Uni Soviet masuk kesana
untuk membantu mereka. Aksi semena-mena ini mengundang
reaksi keras dari pihak AS, Presiden AS Jimmy Carter
menyatakan, agresi Uni Soviet di Afghanistan
mengkonfrontasi dunia dengan tantangan strategis paling
serius sejak Perang Dingin dimulai. Lalu akhirnya
muncullah Doktrin Carter yang menyatakan bahwa AS
berkeinginan untuk menggunakan kekuatan militernya di
Teluk Persia.
Setelah Reagan mengambil alih jabatan presiden, ia juga
melancarkan Doktrin Reagan yang mendukung pemberontakan
anti-komunis di Afghanistan, Angola, dan Nikaragua.
Para pemberontak ini bahkan diberi istilah halus
”pejuang kemerdekaan” (freedom fighters). Bahkan AS
juga berbicara tentang kemampuan nuklirnya, termasuk
ancaman serangan pertama. Tapi walaupun di periode ini
terjadi ketegangan yang memuncak antara AS dan Uni
Soviet, ternyata masih bisa terjadi perjanjian SALT II
(Strategic Arms Limitation Treaty II) pada pertengahan
1979 di Vienna.
Pada saat itu Carter dan Brezhnev setuju untuk
membatasi kepemilikan peluncur senjata nuklir maksimal
2400 unit, dan maksimal 1320 unit Multiple
Independently Targeted Reentry Vehicle (MIRV) . Dan
juga Perjanjian Pengurangan Senjata-senjata Strategis
(Strategic Arms Reduction Treaty/START) pada tahun 1982
yang berisi kesepakatan untuk memusnahkan senjata
nuklir yang berdaya jarak menengah. Walaupun sudah
banyak dilakukan perjanjian-perjanjian pembatasan
dan/atau pengurangan senjata nuklir, namun berdasarkan
data pada tahun 1983 ternyata Uni Soviet memiliki
keunggulan yang cukup besar dibandingkan dengan Amerika
Serikat.
Periode 1985-1991
Pada Maret 1985, Mikhail Gorbachev mulai memimpin Uni
Soviet. Perubahan secara besar-besaran mulai tampak
pada masa ini. Gorbachev berbeda dengan penguasa-
penguasa Uni Soviet sebelumnya, pada tahun 1987 ia
berkunjung ke AS untuk mendekatkan keduanya ke dalam
sebuah forum dialog. Bahkan pada tahun 1988,
Persetujuan Genewa dicapai dan pada 15 Februari 1989
seluruh tentara Uni Soviet telah mundur dari
Afghanistan.
Komitmen Gorbachev semakin terlihat saat Uni Soviet
tidak menghanyutkan diri dan mengambil sikap lebih
netral dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. Bahkan
bantuan untuk Kuba yang telah diberikan selama 30 tahun
pun dihentikan pada tahun 1991 oleh Gorbachev. Namun
kebebasan dan keterbukaan yang dicanangkan oleh
Gorbachev menimbulkan reaksi keras dari tokoh-tokoh
komunis dalam negeri. Puncaknya terjadi pada Kudeta 19
Agustus 1991 yang didalangi oleh Marsekal Dimitri Yazow
(Menteri Pertahanan), Jenderal Vladamir Kruchkov
(Kepala KGB), dan Boris Pugo (Menteri Dalam Negeri).
Namun ternyata kudeta itu gagal karena mendapat
perlawanan dan penolakan dari rakyat Uni Soviet dibawah
pimpinan Boris Yeltsin dan Unit Militer Uni Soviet.
Sebagai akibat dari kudeta itu; Latvia, Lithuania,
Estonia, Georgia, Maldova memisahkan diri dari Uni
Soviet. Latvia, Listhuania dan Estonia sendiri berhasil
memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6
September 1991. Akhirnya, Gorbachev mengakui bahwa
sistem komunis telah gagal di Uni Soviet.Pada akhir
1991, negara Uni Soviet yang telah berumur 74 tahun
itupun runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa
negara yang sekarang termasuk dalam persemakmuran Uni
Soviet (Commonwealth of Independent State/CIS).
Bubarnya Uni Soviet ini menandai berakhirnya Perang
Dingin dengan kemenangan di pihak AS.