BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin ...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin ...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berakhirnya Perang Dingin ditandai oleh kemenangan Amerika Serikat
(AS) melawan Uni soviet yang juga merupakan kemenangan bagi neoliberalisme
yang merupakan ideologi besar AS. Kemenangan paham neoliberalisme
merupakan sebuah momentum bagi AS menjadi sebuah negara super power dan
kekuatan untuk melaksanakan kepentingannya di berbagai negara khususnya di
negara-negara yang lemah. Neoliberalisme kemudian dijadikan sebagai ideologi
terbaik yang harus diadopsi oleh beberapa negara baik negara maju maupun
negara miskin. Dan sistem ini pun kemudian merambah di setiap kawasan seperti
kawasan Eropa, Asia, Amerika Latin bahkan sampai ke Afrika.
Lahirnya sistem neoliberalisme dimulai saat perundingan oleh lembaga
keuangan internasioanl yakni World Bank dan International Monetary Fund serta
Departemen Keuangan AS yang disebut dengan Washington Consensus pada
tahun 1980. Washington Consensus merekomendasikan sepuluh aspek sebagai
dasar untuk reformasi ekonomi politik internasional. Diantaranya, meliputi defisit
fiskal, pemotongan belanja publik, reformasi pajak, perdagangan bebas,
liberalisasi pasar modal, nilai tukar uang yang kompetitif, deregulasi ekonomi,
investasi asing, privatisasi, perlindunagan terhadap hak cipta milik negara.1
1 http://www.cid.harvard.edu/cidtrade/issues/washington.html. diakses pada tanggal 6 mei 2013
1
Agenda pokok paket kebijakan Washington Concensus yang meliputi
menu dasar program penyesuaian sturktural IMF tersebut dalam garis besarnya
meliputi empat pelaksanaan kebijakan diantaranya adalah: (1) kebijakan anggaran
ketat, termasuk kebijakan penghapusan subsidi; (2) liberalisasi sektor keuangan;
(3) liberalisasi sektor perdagangan; dan (4) privatisasi BUMN.2
Pada umumnya, pilihan terhadap kebijakan neoliberal didasarkan pada
upaya kawasan untuk membuka pasar internasional serta mendorong proses
demokratisasi. Pembukaan pasar sangat penting bagi masuknya pengaruh asing
dan faktor sumber daya alam akan menjadi perhatian bagi negara-negara maju ke
negara berkembang yang kemudian akan dikuasainya. Sementara pada aspek
politik, demokratisasi diperlukan karena sebagian besar kawasan Amerika Latin
banyak melahirkan rejim komprador dimana militer dan kudeta sering
berlangsung.3
Kebijakan neoliberalime yang berjalan di Amerika Latin sebagai upaya
untuk mengatasi krisismengalami kegagalan. Pada periode 1990-1993,
pengangguran meningkat tajam mencapai angka resmi 8% di negara-negara
tersebut. Selain itu pengurangan tarif dan munculnya perdangangan bebas telah
membuka peluang besar untuk masuknya perusahaan-perusahaan multinasional
AS ke Amerika Latin. Hal yang kemudian terjadi adalah eksploitasi sumber daya
alam maupun sumeber daya manusia. Dominasi AS di Amerika Latin telah
memberikan dampak yang begitu buruk bagi rakyat Amerika Latin yakni
kesenjangan sosial bagi pemilik modal dan kaum pekerja, sehingga
2 Ibid3 http://ade.staff.umy.ac.id/?p=86. diakses 4 Februari 2013
2
mengakibatkan meningkatnya tingkat kemiskinan dan pengangguran.4 Berikut ini
adalah contoh dari dampak neoliberalime di amerika latin.
Pada tahun 1994 jumlah orang miskin meningkat mencapai angka 210 juta
hingga 222 juta pada tahun 2005. Di tingkat kota, potret kesenjangan antar
penduduk juga sangat timpang. Salah satu contohnya adalah di ibu kota
Argentina, rata-rata tingkat kemiskinan naik dari 4,7 persen populasi pada 1974
menjadi 57 persen pada seperempat abad kemudian. Di Argentina ini, hampir 60
persen rakyat hidup miskin dan 1/3 melarat. Negara-negara Amerika Latin juga
terlilit utang yang cukup tinggi. Selama 1992 – 2001, 1,2 trilliun dollar AS
digunakan untuk membayar utang luar negeri.5
Beberapa kebijakan neoliberalisme AS yang diterapkan di Amerika Latin
yang dianggap telaha memberikan ketimpangan dan kesenjangan pada rakyat dan
menjadikan negara – negara di Amerika Latin mengalami krisis ekonomi. Berikut
adalah kebijakan dana dampak sistem neoliberalisme AS di Amerika Latin :6
1. Kebijakan liberalisasi impor. Dengan substitusi impor, pemerintah mengenakan
pembatasan impor yang sangat ketat. Perusahaan domestik dilindungi dari
kompetisi luar negeri sehingga dapat mengatur harga komoditas dan
mengakomodasi kenaikan upah buruh. Inilah yang menyebabkan inflasi.
Dengan liberalisasi, korporasi diterjunkan dalam persaingan bebas sehingga
4 http://ddp-ext.worldbank.org/EdStats/IDNwp10c.pdf. diakses pada tanggal 2 desember 20125 Hempi sutyana.2007. Eva Morales : Presiden Bolivia Menentang Arogansi Amerika.
Jakarta: Erlangga Hal. 486 Maria Elyzabet Mena. Neoliberalisme, Solusi atau Dependensi? Studi kasus : Kegagalan
Neoliberalisme di Amerika Latin. http://kopiitudashat.wordpress.com/2009/07/14/neoliberalisme-solusi-atau-dependensi-studi-tentang-kegagalan-neoliberalisme-di-amerika-latin-oleh-maria-elysabet-mena/ .diakses pada 4 januari 2013
3
pemerintah tidak bisa bebas mengatur harga, inflasi memang dapat diatasi
namun buruh mengalami tekanan. Perusahaan lokal dengan modal yang tidak
besar pun harus gulung tikar. Kesejahteraan yang diharapkan ternyata tidak
sesuai dengan kenyataan karena kesejahteraan buruh semakin tertindas.
2. Kebijakan kedua adalah exchange-rate overvaluation yang mengurangi harga
mata uang lokal untuk komoditas impor. Konsumen memang diuntungkan
karena barang impor dengan kualitas lebih baik dapat diperoleh dengan harga
yang lebih murah daripada produk lokal namun dampaknya adalah
ketidakseimbangan neraca pembayaran karena surplus impor menjadi
meningkat sehingga mengurangi devisa.
3. Kebijakan ketiga adalah liberalisasi keuangan domestik. Deregulasi sektor
keuangan diharapkan dapat meningkatkan tabungan dan investasi namun yang
terjadi justru sebaliknya. Di Argentina, tingkat tabungan menurun dari 22 %
menjadi 17 % dalam 10 tahun pertama penerapan neoliberalisme .
4. Kebijakan keempat adalah reformasi fiskal (meningkatkan pajak dan memotong
pengeluaran) untuk menyeimbangkan neraca pembayaran. Kebijakan ini
memang berhasil menyeimbangkan neraca pembayaran, namun pembangunan
yang diharapkan tidak berjalan karena pemerintah harus menekan pengeluaran,
kesejahteraan sosial pun semakin tidak terwujud karena IMF menekankan
pemotongan pos-pos yang dianggap meningkatkan pengeluaran, termasuk
subsidi dan dana jaminan sosial.
4
5. Kebijakan yang terakhir adalah liberalisasi arus modal. Tujuannya untuk
menarik investor agar perekonomian dan industrialisasi dapat bangkit kembali,
namun kombinasi dari kelima kebijakan ini malah memicu kehancuran yang
semakin besar di Amerika Latin.
Kebijakan neoliberalime AS, tidak menjadi sebuah solusi bagi Amerika
Latin untuk keluar dari krisis ekonomi, namun menjadikan kawasan ini lebih jatuh
pada tingginya tingkat kemiskinan. Adanya hubungan yang tidak imbang,
keuntungan besar hanya berada pada pemilik modal. Hal ini dapat dilihat dari
komoditas yang dipasarkan oleh Amerika Latin yakni hasil bumi (gas alam,
minyak bumi), hasil pertanian atau perkebunan, produk – produk industri yang
mempekerjakan buruh rumah.
Dilihat dari sumber daya alam yang banyak dikuasai oleh pemilik modal.
Sistem neoliberalisme ini AS adalah pihak yang mendapatkan keuntungan karena
setiap jalannya kebijakan ini menjadi dominasi AS akan sistem yang berjalan di
Amerika Latin. Sumber daya alam banyak dikuasai oleh AS akibat adanya
kebijakan yang memudahkan pemodal asing untuk melakukan privatisasi.
Sedangkan Amerika Latin sebagai pemilik hasil alam tersebut hanya mendapat
keuntungan yang kecil.
Antara tahun 1980 dan 1999, Amerika Latin mengalami stagnasi yang
diselingi dengan krisis-krisis sistemik dan langkah-langkah penyelamatan yang
sangat merugikan serta memperlemah struktur-struktur ekonomi produktif. Bank -
bank internasional mengeruk ekonomi regional melalui transfer pembayaran
hutang secara massif serta privatisasi gelombang pertama. Renegosiasi hutang-
5
hutang dan pinjaman baru akibat kebijakan-kebijakan ekonomi yang
memperlemah sistem produksi dan menjual murah tenaga kerja dan investasi
publik di bidang infrastruktur.7
Beberapa aset negara yang merupakan pemasok negara terbesar di negara
Amerika Latin berada dalam wewenang AS. Seperti halnya, minyak bumi
Venezuela yang telah memberikan konstribusi besar bagi devisa AS. PDVSA
(Petroleos de Venezuela SA) yang merupakan salah satu perusahan yang menjadi
pemasok minyak bumi terbesar yang juga didominasi oleh AS8. Bukan hanya
Venezuela yang merasakan hegemoni AS ini tapi negara -negara di kawasan
Amerika Latin lainnya.
Amerika Serikat juga terlibat dalam kerjasama regional yang dibentuk
oleh negara-negara di Amerika Latin seperti FTAA (Free Trafe Agreement of the
Americas). Organisasi yang didukung oleh AS untuk Amerika Latin ini hanya
memberikan ketimpangan dan krisis ekonomi bagi rakyat Amerika Latin. Krisis
ekonomi yang dirasakan oleh Argentina pada tahun 1995 dan Venezuela sejak
tahun 2000. Akibat hutang luar negeri yang semakin meningkat dan aset nasional
yang dikuasai oleh pemodal asing. 9
Sistem neoliberalisme yang membawa keterpurukan bagi rakyat Amerika
Latin ini menggerakkan mereka untuk membentuk sebuah perlawanan. Hal ini
didukung oleh pemimpin-pemimpin baru di Amerika Latin yang memiliki sikap
7 http://repository.upnyk.ac.id/2740/1/ABSTRAKSI.pdf. diakses pada 2 desember 20128 Aditjondro G. Junus. 2008. Ernesto Laclau dan Kebangkitan Gerakan Kiri di Amerika
Latin. Sociae Polities Volume VIII No. 26. Hal.7 diakses pada 2 desember 20129 Michael Walton. Neoliberalism in Latin America. http://lasa
.univ.pitt.edu/larr/prot/fulltext/vol39no3/walton.pdf . diakses pada 4 januari 2013
6
anti neoliberalisme AS. Hal ini kemudian menjadi pelopor dari terbentuknya
beberapa kebijakan yang menentang kekuatan AS di Amerika Latin.
Hugo Chaves yang merupakan presiden dari Venezuela merupakan salah
satu pemimpin yang mengeluarkan kebijakan yang menentang AS bersama
dengan pemimpin anti AS lainnya seperti Fidel Castro dari Kuba dan Evo Morales
dari Bolivia, mereka berintegrasi dalam melakukan perlawanan menghadapi
hegemoni AS di kawasannya.
Pergerakan untuk keluar dari dominasi AS dimulai dengan nasionalisasi
aset-aset negara yang telah banyak dikuras oleh asing khususnya AS. Beberapa
negara telah memberlakukan kebijakan tersebut. Misalnya di Venezuela
melakukan nasionasasi terhadap PDVSA yang telah lama didominsasi oleh AS
dan Bolivia yang menaikkan royalti terhadap aset gas alamnya. Semangat dari
beberapa negara ini terinspirasi dari Kuba yang dapat bertahan dan
mengembangkan perekonomian serta pendidikan dibawah embargo ekonomi yang
telah dilakukan AS terhadap negara Kuba.
Hugo Chavez mengumumkan rencananya untuk secara formal menarik
keanggotaan Venezuela dari Bank Dunia dan IMF . Segera setelah berkuasa pada
tahun 1999, Chavez telah membayar seluruh utang Venezuela kepada IMF.
Venezuela juga telah melunasi utangnya kepada Bank Dunia lima tahun lebih
cepat dari waktu yang dijadwalkan. Venezuela juga menyuntikkan dana bagi
negara-negara Amerika Latin lainnya dalam rangka pelunasan hutang negara-
negara itu pada IMF dan Bank Dunia untuk melepaskan dependensi regional
Mercosur, menjadi Mercosur yang independen.10
10 ibid
7
Perlawanan terhadap neoliberalisme AS ini kemudian dibentuk dengan
mendirikan kerjasama regional yang difokuskan dalam bidang ekonomi yang
terlepas dari campur tangan AS. Alternativa Bolivariana Para Las Americas /
Bolivarian Alternative for Latin Americas and the Caribbean (ALBA) merupakan
kerjasama ekonomi di kawasan Amerika Latin. Integrasi ekonomi ini dibangun
sebagai bentuk boikot terhadap FTAA yang didominasi oleh AS. Jika FTAA dan
lainnya berorientasi untuk kepentingan modal internasional dan mengejar
liberalisasi mutlak dari perdagangan barang, jasa, dan investasi, ALBA
menekankan pada perjuangan melawan kemiskinan dan ekslusi sosial.
ALBA berdiri pada Desember 2004. Awalnya, ALBA terdiri dari hanya
dua negara anggota: Venezuela dan Kuba. yang kemudian beberapa negara ikut
bergabung yaitu Bolivia pada 2006, Nikaragua pada 2007, Honduras dan
Dominica tahun 2008, dan Antigua serta Barbuda, Saint Vincent dan Grenadines,
dan Ekuador masuk tahun 2009.11 ALBA menolak neoliberalisme dengan tujuan
untuk membentuk alternatif yang berbeda dari perdagangan bebas. Negara-negara
anggota bekerja sama untuk mengintegrasikan ekonomi mereka, sehingga mereka
akan mampu untuk melengkapi, bukannya bersaing, dengan satu sama lain. Secara
umum tujuan ALBA adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapi
tujuan utama ini ALBA membentuk beberepa tujuan khusus yang diantaranya
adalah:12
11 James Rochlin. Pembelokan Amerika Latin ke Kiri dan Medan Strategis Baru, kasus: Bolivia. http://indonesianvoices.com. diakses pada 2 desember 2012
12 www.venezuelanaliysist.com diakses pada 2 desember 2012
8
- Untuk mempromosikan perdagangan dan investasi antara negara-negara
anggota, berdasarkan pada kerjasama, dan dengan tujuan untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat, tidak membuat keuntungan.
- Untuk negara-negara anggota untuk bekerja sama untuk menyediakan layanan
kesehatan gratis dan pendidikan gratis kepada orang-orang di seluruh negara
ALBA.
- Untuk mengintegrasikan energi anggota ALBA sektor untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
- Untuk membuat media alternatif untuk mengimbangi AS dan regional neo-
liberal media dan mempromosikan identitas asli Amerika Latin.
- Untuk memastikan redistribusi tanah dan ketahanan pangan dalam negara
anggota.
- Untuk mengembangkan perusahaan milik negara.
- Untuk mengembangkan industri dasar sehingga negara-negara anggota ALBA
dapat mandiri secara ekonomi.
- Untuk mempromosikan gerakan buruh, gerakan mahasiswa, dan gerakan sosial.
- Untuk memastikan bahwa proyek-proyek di bawah ALBA yang ramah
lingkungan.
-
ALBA tidak hanya mempromosikan demokrasi partisipatif dalam struktur
sendiri, sebagai bukti komitmen negara-negara anggota untuk melaksanakan
demokrasi partisipatoris dalam perbatasan mereka. Tujuan mempromosikan
demokrasi partisipatif di ALBA membedakannya dari sistem neoliberalisme yakni
9
perjanjian perdagangan bebas yang sedang diterapkan pada negara-negara miskin
oleh AS dan juga sekutunya.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Sistem kapitalisme yang telah mendominasi dunia, akhirnya dihadapakan
dengan kekuatan baru yang cukup signifikan di kawasan Amerika Latin. Dengan
munculnya pemimpin-pemimpin yang anti akan neoliberalisme AS ini, membuat
AS mendapatkan perlawanan dari beberapa negara-negara yang merasa
tereksploitasi. Dengan munculnya figur yang menjadi kekuatan rakyat, maka telah
melahirkan terobosan -terobosan besar yang menantang dominasi AS.
Munculnya tokoh masyarakat yang anti terhadap neoiberalisme menjadi
pemimpin di beberapa negara di Amerika Latin, yang kemudian mengambil
sebuah tindakan dalam mengeluarkan kebijakan yang bertentangan dengan
neoliberalisme AS. Misalnya dengan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing
yang selama ini telah banyak melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam
milik negara. Beberapa negara di Amerika Latin membentuk sebuah poros yang
disebut dengan anti neoliberalisme dan melakukan kerjasama dengan membentuk
blok regionalisme yang terlepas dari campur tangan AS.
Pergolakan terhadap neoliberalisme AS di Amerika Latin dipelopri oleh
Venezuela dan Kuba yang dipimpin oleh Hugo Chaves dan Fidel Castro. Dan
kemudian, menjadi pemicu dari munculnya negara-negara lain yang sadar akan
ketimpangan yang dialami oleh negaranya sehingga memiliki keinginan untuk
keluar dari kondisi tersebut. Dan dibentuknya ALBA (Alternativa Bolivariana
10
Para Las Americas Bolivarian / Alternative for Latin Americas and the
Caribbean), yang tujuannya difokuskan pada kesejahteraan rakyat dengan
menolak gagasan-gagasan neoliberalisme yang diterapkan oleh AS dalam
membentuk regionalisme di kawasan Amerika Latin yaitu FTAA (Free Trade
Agreement of Americas ) membuat beberapa negara melihat adanya pilihan untuk
keluar dari sistem neoliberaliisme.
ALBA merupakan organisasi kerjasama regional yang relatif baru namun
kebijakan yang dilakukan organisasi ini dalam menentang neoliberalisme AS
menjadi penting untuk dikaji khususnya untuk negara-negara yang merasakan hal
yang sama dengan Amerika latin dari dampak yang disebabkan oleh
neoliberalisme AS. Latar belakang penentangan ALBA terhadap neoliberalisme
ini bisa menjadi sebuah pengetahuan baik bagi Amerika Latin maupun bagi
negara lain.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, penting untuk melihat bagaimana
strategi dan tantangan ALBA dalam menjalankan kebijakan yang telah menjadi
kesepakatan bersama oleh para naggotanya, dimana ALBA diposisikan sebagai
representasi dari perspektif yang kontra terhadap neoliberalisme. Kekuatan besar
AS menjadi sebuah tantangan yang besar pula bagi negara-negara ALBA dalam
menjalankan berbagai macam kebijakannya yang mendapatkan pertentangan
dengan negara adidaya tersebut.
Adapun fokus dari penelitian ini adalah mengenai peluang dan tantangan
ALBA dalam menghadapi hegemoni Amerika Serikat di Amerika latin yang
11
terkhusus pada bidang ekonomi. Yang kemudian melahirkan beberapa pertanyaan
penelitian yaitu ;
1. Bagaimana pengaruh ALBA terhadap perekonomian Amerika Latin?
2. Bagaimana strategi ALBA dalam menghadapi hegemoni AS di Amerika Latin
di bidang ekonomi?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh ALBA terhadap perekonomian negara-negara
di kawasan Amerika Latin.
b. Untuk mengetahui bagaimana Strategi ALBA dalam menghadapi
hegemoni AS di Amerika Latin.
2. Kegunaan Penelitian
Apabila penelitian ini bisa tercapai, maka diharapkan penelitian ini dapat
berguna sebagai:
a. Sebagai informasi bagi mahasiswa, dosen, pengamat maupun praktisi yang
tertarik pembahasan ALBA dalam menghadapi hegemoni AS di Amerika
Latin.
b. Sebagi informasi bagi para pembuat kebijakan akan bentuk perlawanan
ALBA dalam menghadapi neoneoliberalisme yang dibawah oleh AS.
12
D. Kerangka Konseptual
Sebagai acuan dalam melakukan penelitian ilmiah diperlukan kerangka
konsep yang relevan. Adapun konsep yang akan digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Neoliberalisme
Di era globalisasi ini, sistem neoliberalisme menjadi paham yang
mendunia. Sistem ini muncul setelah kemenangan AS dalam perang dingin
melawan Uni Soviet. Neoliberalisme bertujuan mengembalikan kepercayaan
pada kekuasaan pasar, dengan pembenaran mengacu pada kebebasan. Seperti
pada contoh kasus upah pekerja, dalam pemahaman neoliberalisme
pemerintah tidak berhak ikut campur dalam penentuan gaji pekerja atau dalam
masalah kerjasepenuhnya urusan antara si pengusaha pemilik modal dan si
pekerja. Dorongan utama kembalinya kekuatan kekuasaan pasar adalah
privatisasi aktivitas-aktivitas ekonomi, terlebih pada usaha-usaha industri yang
dimiliki-dikelola pemerintah.
Neoliberalisme melihat seluruh kehidupan sebagai sumber laba
korporasi. Dalam titik ini pemerintah menjalankan kebijakan-kebijakan
pengeluaran dengan memotong biaya-biaya publik seperti subsidi, sehingga
fasilitas-fasilitas kesejahteraan publik harus dikurangi. Misalnya dengan
sektor daya. Air dinilai sebagai barang ekonomis yang pengelolaannya pun
harus dilakukan sebagaimana layaknya mengelola barang ekonomis. Hak
penguasaan atau konsesi atas sumber daya airini dapat dipindah dari satu ke
13
pemilik lainnya, dari satu korporasi ke korporasi lainnya, melalui mekanisme
transaksi jual beli.
Kredo inti neoliberalisme meliputi pertumbuhan ekonomi; pentingnya
pasar bebas untuk merangsang pertumbuhan; pasar babas yang tidak terbatas;
pilihan individu; pemangkasan regulasi pemerintahan dan dukungan pada
model pembangunan sosial yang evolusioner sesuai dengan pengalaman Barat
yang diyakini dapat diterapkan di seluruh dunia.13
Menurut Harvey ada dua hal yang perlu dilihat dalam sistem
neoliberalisme yaitu; Pertama, dalam konteks praktik, banyak negara
menyimpang dari derskripsi teorinya. Kedua, adanya dinamika neoliberalisme
yang sedemikian rupa memaksa berbagai bentuk adaptasi yang sangat
bervariasi dari negara satu dengan negara yang lain. Oleh Harvey
menyebutnya sebagai bersifat “transisional” atau “tidak stabil”. David Harvey
menyatakan bahwa:
Neoliberalisme dalam contoh pertama teori praktek ekonomi politik yang mengusulkan bahwa kesejahteraan manusia dapat maju dengan kebebasan kewirausahaan individu dan keterampilan dalam kerangka kelembagaan yang kuat dicirikan oleh hak milik pribadi, pasar bebas dan perdagangan bebas. Peran negara adalah untuk menciptakan dan melestarikan kerangka kelembagaan yang tepat untuk praktek-praktek tersebut. Negara harus menjamin, misalnya, kualitas dan integritas uang. Hal ini juga harus mengatur militer mereka, pertahanan, polisi dan struktur hukum dan fungsi yang diperlukan untuk mengamankan hak milik pribadi dan menjamin, dengan kekerasan jika perlu. Selain itu, jika pasar tidak ada (di daerah seperti tanah, air, pendidikan, perawatan kesehatan, jaminan sosial, atau pencemaran lingkungan) maka mereka harus diciptakan, oleh tindakan negara jika diperlukan. Intervensi negara dalam pasar hanya secara minimal karena menurut teori, negara tidak mungkin memiliki informasi yang cukup untuk
13 Manfred B. Steger. 2002. Globalisme BangkitnyaIdeologi Pasar. Yogyakarta : Lafadl. Hal 20
14
mengetahui ketentuan pasar (harga) dan pengaruh kelompok-kelompok menmiliki peran yang kuat. 14
Di antara ketegangan-ketegangan itu kemudian terlihat sebuah kondisi
disparitas yang semakin nampak bahwa neoliberalisme dalam dirinya
menghadirkan banyak paradoks dan kontradiksi. Negara justru semakin
memantapkan peranan intervensionisnya sebagai institusi yang mempunyai
legitimasi untuk mengatur dan mencipta regulasi. Kekuasaan korporasi justru
banyak hal merampas kebebasan individu yang dijanjikan dalam retorika
kaum neoliberal. Dan integritas ekonomi yang dijanjikan sebagai cara untuk
pengaturan pasar telah membuka peluang spekulasi-spekulasi tidak
bertanggungjawab, skandal keuangan dan instabilitas sistem ekonomi yang
kronis. Selain itu, iklim kompetisi yang menjadi prasyarat pasar bebas telah
meningkatkan konsolidasi kekuatan oligopolistik, monopoli dan kekuasaan
korporasi yang sentralistik.
2. Teori Regionalisme
Munculnya kerjasama regional di bidang ekonomi merupakan
fenomena global yang terjadi di berbagai blok-blok ekonomi sebagai respon
terhadap globalisasi dan perdagangan bebas. Sistem regionalisme ini juga
14 Dag Einar Thorsen and Amund Lie. What is Neoliberalism?. Diakses dari http://folk.uio.no/daget/What%20is%20Neo-Liberalism%20FINAL.pdf pada tanggal 25 mei 2013
15
salah satu alternatif dalam mencapai kepentingan kelompok yang kemudian
turun pada kepentingan nasional suatu negara.
Tatanan hubungan internasional saat ini telah mengalami pergeseran
paradigma di mana sangat terasa sekali suatu interdependensi. Pergeseran
tersebut, Menurut Thomas Kuhn dalam bukunya yang berjudul “The Structure
of Scientific Revolution”, terjadi paska berakhirnya Perang Dingin dan
melahirkan bentukan baru di berbagai kehidupan. Yaitu munculnya suatu
prioritas baru dalam bentuk integrasi regional sebagai dasar dari sebuah
paradigma bahwa kepentingan kelompok/regional yang utama, yang kemudian
akan memberikan manfaat pada kepentingan nasional masing-masing.
Paradigma ini diformulasikan ke dalam bentuk kerjasama regional di berbagai
kawasan dunia saat ini. 15
Kerjasama antar negara-negara yang berada dalam suatu kawasan
untuk mencapai tujuan regional bersama adalah salah satu tujuan utama
mengemukanya regionalisme. Dengan membentuk organisasi regional dan
atau menjadi anggota organisasi regional, negara-negara tersebut telah
menggalang bentuk kerjasama intra-regional. Dengan kata lain, negara-negara
dalam suatu kawasan telah melakukan distribusi kekuasaan diantara mereka
untuk mencapai tujuan bersama.
15 Anthonius Sitepu, Konsep integrasi regionalism dalam studi hubungan internasional, http://repository.usu.ac.id. Diakses pada 2 desember 2012
16
Joseph S. Jr. Nye, seorang teoritisi Hubungan iinternasional dai AS
yang cukup terkemuka mengemukakan bahwa konsep ini bersifat ambigious.
Lima karakteristik di dalam mengklasifikasikan suatu kawasan, yaitu :16
1. Negara-negara yang tergabung dalam suatu kawasan memiliki kedekatan
geografis.
2. Mereka memiliki pula kemiripan sosiokultural.
3. Terdapatnya kemiripan sikap dan tindakan politik seperti yang tercermin
dalam organisasi internasional.
4. Kesamaan keangotaan dalam organisasi internasional.
5. Adanya ketergantungan ekonomi yang diukur dari perdagangan luar negeri
sebagai bagian dari proporsi pendapatan nasional.
Kerjasama regional yang menunjukan interdependensi termasuk
negosiasi-negosiasi bilateral sampai pembentukan rezim yang dikembangkan
untuk memelihara kesejahteraan, meningkatkan nilai-nilai bersama, serta
memecahkan masalah bersama terutama yang timbul dari meningkatnya
tingkat interdependensi regional. Disamping itu, kerjasama regional mungkin
mengarah pada terciptanya institusi formal, namun dengan struktur yang
longgar, berupa pertemuan-pertemuan rutin yang menghasilkan aturan-aturan
sekaligus dengan mekanisme pelaksanaan dan persiapan untuk menindak
lanjuti kegiatan tersebut.
3. Hegemoni Ekonomi
16 http://renalupitasari.student.umm.ac.id/2010/07/14/regionalisme/ Diakses pada 2 desember 2012
17
Gramsci memakai konsep hegemoni untuk menjabarakan dan
menganalisa bagaimana masyarakat masyarakat kapitalis moderen diorganisir.
Teori Gramsci tentang hegemoni merupakan perkembangan dari toeri Marx
yang mengatakan bahwa masyarakat membentuk negara, dan masyarakat
dibentuk pula oleh cara produksi yang didominan oleh hubungan-hubungan
produksi yang ada didalamnya. Dalam masyarakat berkelas seperti kapitalis,
negara didominasi oleh kaum borjuis. Dan hal ini, kemudian dikembangan
oleh Gramsci bahwa dominasi dalam masyarakat terjadi karena adanya
hegemoni yang mampu mempertahankan kekuasaan kaum borjuis yang berarti
kekuasaan dari kaum dominan. Maka, hegemoni selalu berhubungan dengan
penyusunan kekuatan negara sebagain klas diktator. 17
Menurut Gramsci, hegemoni adalah upaya untuk mengakomodasi
perhatian idealis atas pentingnya gagasan dan kehendak dalam penciptaan
tindakan. Hal ini, berkait erat dengan solusi tindakan politisnya untuk
melawan hegemoni kapitalisme dengan terlebih dahulu melawan aparatus
ideologinya. Dengan demikian, formulasinya tentang hegemoni didukung oleh
saarana penekanan. Hegemoni sebagai superstruktur mempunyai pengaruh
dalam masyarakt sipil dalam melakukan perubahan sosial yang radikal.
Hegemoni adalah sebuah rantai kemenanagan yang didapat melalui
penindasan terhadap klas sosial lainnya. Ada beberapa cara yang dipakai
misalnya, melalui institusi yang ada dimasyarakat yang menentukan secara
17 Patria Nezar dan Andi Arief. 2003. Antonio Gramci: Negara dan Hegemoni. Yogayakarta:Pustaka Pelajar. Hal.18
18
langsung atau tidak langsung struktur-stukturkognitif dari masyarakat.18
Karena itu, hegemoni pada hakekatnya adalah upaya untuk menggiring orang
agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang
ditentukan.
Teori hegemoni dibangun di atas preis pentingnya ide dan tidak
mencukupinya kekuatan fisik belaka dalam kontrol sosial politik. Menurut
Gramci, agar yang dikuasai mematuhi penguasa, yang dikuasai tidak hanya
harus merasa mempunyai dan menginternalisasi nilai-nilai serta norma
penguasa, lebih dari itu mereka juga harus memberi persetujuan atas
subordinasi mereka. Inilah yang dimaksud Gramci dengan “hegemoni” atau
menguasai dengan “kepemimpinan moral dan intelektual” secara konsensual.
Dalam kontek ini, Gramci secara berlawanan mendudukan hegemoni, sebagai
satu bentuk supermasi satu kelompok atau beberapa kelompok atas yang
lainnya, dengan bentuk supermasi lain yang ia namakan “dominasi” yaitu
kekuasaan yang ditopang oleh kekuatan fisik.
Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui
mekanisme konsensus (consenso) dari pada melalui penindasan terhadap kelas
sosial lain. Ada berbagai cara yang dipakai, misalnya melalui yang ada di
masyarakat yang menentukan secara langsung atau tidak langsung struktur-
struktur kognitif dari masyarakat iu. Itulah sebabnya hegemoni pada
hakekatnya adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai dan
memandang problematika sosial dalam kerangka yang dalam konteks tersebut,
Gramsci lebih menekankan pada aspek kultural (ideologis).18 Ibid. hal. 120
19
Sebuah Konsensus yang diterima oleh klas pekerja bagi Gramsci pada
dasarnya bersifat pasif. Kemunculan konsensus bukan karena klas yang
terhegemoni menganggap stuktur sosial yang ada itu sebagai keinginan
mereka. Hal tesebut, terjadi karena kekurangan basis konseptual yang
membentuk kesadaran yang memungkinkan mereka memahami realitas sosial
secara efektif. Dalam hal ini Gramsci menagtakan bahwa:
Bahwa dalam tatanan sosial yang tertatur harus ada dasar persetujuan (substratum of agreement) yang kuat yang dapat melawan kekuatan-kekuatan yang menghancurkan yang muncul dari perbedaan-perbedaan kepentingan. Konsensus dalam arti ini berada dalam hubungan dengan objek-objek tertentu, pribadi, kepercayaan, nilai-nilai, lembaga-lemabaga maupun yang lain.19
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe
deskriptif eksplanatif yaitu menjelaskan dan menganalisis dengan jelas
mengenai Strategi Bolivariana Alternative for Latin America and Caribbean
(ALBA) dalam menghadapi hegemoni Amerika Serikat di Amerika Latin.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara dengan
para informan dan yang ahli di bidanganya.
19 Ibid. Hal.126
20
b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur.
Seperti buku, jurnal, artikel, majalah, handbook, situs internet, institut dan
lembaga terkait.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan karya tulis
ini adalah dengan metode penelitian kepustakaan (Library Research) antara
lain melalui buku-buku, dokumen, surat kabar dan situs internet. Data yang
terkumpul merupakan data sekunder. Selanjutnya data tersebut diolah dengan
menggunakan teknik konten analisis untuk mencapai suatu kesimpulan.
Adapun tempat-tempat yang dijadikan penulis untuk mengumpulkan
data adalah :
a. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin Makassar
b. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Makassar.
c. CSIS (Centre for Strategic and International Studies) di Jakarta
d. LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) di Jakarta
e. Departemen Luar Negeri Indonesia di Jakarta
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis
data hasil penelitian adalah teknik analisis kualitatif. Adapun dalam
menganalisis permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada,
21
kemudian menghubungkan fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga
menghasilkan sebuah argumen yang tepat. Sedangkan, data kuantitatif
memperkuat analisis kualitatif.
5. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis ialah metode deduktif,
yaitu penulis mencoba menggambarkan secara umum masalah yang diteliti,
kemudian menarik kesimpulan secara khusus.
22