FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI PEMBIAYAAN...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI PEMBIAYAAN...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI PEMBIAYAAN
PADA BANK UMUM SYARIAH DEVISA DI INDONESIA
(PERIODE 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Leni Tantri Ana
NIM: 1112085000002
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN
PADA BANK UMUM SYARIAH DEVISA DI INDONESIA
(PERIODE 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Leni Tantri Ana
NIM: 1112085000002
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
ii
iii
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Leni Tantri Ana
NIM : 1112085000002
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 1 Juli 2016
Leni Tantri Ana
NIM. 1112085000002
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama : Leni Tantri Ana
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 7 Juni 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Slada 1 No. 118 RT 004/ RW 03 Pondok
Cabe Ilir, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan,
15418.
No. Telepon : 0878 0994 7181
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2000 – 2006 : SD Negeri Pondok Cabe Ilir 1
2006 – 2009 : SMP Negeri 2 Tangerang Selatan
2009 – 2012 : SMA Negeri 6 Tangerang Selatan
2012 – 2016 : Program Sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Keahlian
1. Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point,
Publisher), Internet dan Corel Draw
2. Bahasa : Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
vii
ABSTRACT
This research aim to analyze the effect of the third-party funds, Financing
to Deposit Ratio (FDR), Return on Asset (ROA), Non Performing Financing
(NPF) and Inflation against the total of fund at Syariah Banking foreign exchange
in Indonesian. The data for assessing this research are acquired quarterly data
from March 2011 to December 2015. Technical sampling used in this research is
purposive sampling and used multiple linier regression method. Data processing
in this research uses SPSS software 20.0 and Microsoft Excel 2016. The results of
the analysis indicated that partially, Return on Asset(ROA), Non Performing
Financing (NPF) and Inflation has no significant affect to funds. the third-party
funds and Financing to Deposit Ratio (FDR) are significant to funds.The amount
of the adjust R-square is 91,3%. Simultaneously the third-party funds, Financing
to Deposit Ratio (FDR), Return on Asset (ROA), Non Performing Financing
(NPF) and Inflation have significant affect. While the remaining amount of 8,7%
influenced by other factors that are not included in the study variables.
Keywords: The Total of fund, the third-party funds, Financing to Deposit Ratio
(FDR), Return on Asset (ROA), Non Performing Financing (NPF)
and Inflation
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Dana Pihak
Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return on Asset (ROA), Non
Performing Financing (NPF) dan Inflasi Terhadap Pembiayaan Pada Bank Umum
Syariah Devisa di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data Triwulan dari Maret 2011 sampai Desember 2015. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan menggunakan
alat analisis regresi linier berganda menggunakan program SPSS versi 20 dan
Microsoft Excel 2016. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial bahwa Return
on Asset (ROA), Performing Financing (NPF) dan Inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pembiayaan. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan.
Hasil lainnya menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 91,3% yang berarti
secara simultan menunjukkan bahwa Jumlah Pembiayaan pada Bank Umum
Syariah Devisa dipengaruhi oleh Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit
Ratio (FDR), Return on Asset (ROA), Non Performing Financing (NPF) dan
Inflasi Sedangkan sisanya sebesar 8,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar
model.
Kata kunci: Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit
Ratio (FDR), Return On Asset (ROA), Non Performing
Financing (NPF) dan Inflasi
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, tidak ada kata yang lebih tepat selain ucapan puji syukur
atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ruang, waktu, kesehatan dan
kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya
dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada Bank
Umum Syariah Devisa Di Indonesia (Periode 2011-2015)”. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
yang telah memberikan teladan bagi umat manusia.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tuaku yang tercinta, Ayahanda Warsino Santoso dan Ibunda
Ramini. Terima kasih atas segala pengorbanan dalam bentuk moril maupun
materi yang tak terhitung jumlahnya. Kasih sayang, cinta dan doa yang terus
dipanjatkan demi kelancaran putrinya dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. My beloved sister, adikku Niken Ayu Lestari dan keluarga besar yang selalu
memberikan motivasi dan semangat selama ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I dan Ibu Umiyati
SE., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya
dengan penuh kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP
selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid,
x
S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid. Administrasi Umum dan Bapak Dr
Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan
yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah
dan Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Perbankan
Syariah yang senantiasa membantu dan memberikan arahan.
6. Bapak Ade Suherlan, SE., MM., MBA selaku Pembimbing Akademik.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terima kasih atas curahan ilmu yang telah diberikan kepada kami.
8. Seluruh jajaran karyawan, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan
baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
9. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung turut membantu
dalam penulisan skripsi ini.
10. Sri Masitoh, My best partner ever. Terima kasih atas kebersamaanya dan
senantiasa setia mendengarkan keluh kesahku.
11. Sahabat-sahabat terbaikku, Dita Andriana, Yanida Siti Hanifah, Fivi Fariha,
Caesar Novel, Meiliana Meisawati, Diane Andini, Putri Rahayu, dan Faisal
Pajar Maulidi terima kasih karena senantiasa setia mendengarkan keluh
kesahku dan memberikan bantuan serta semangatnya selama ini.
12. Julio Anshar, Kak Rezza Fahlevi, Kak Windi Prabowo, dan Kak Ricky
Adiguna yang sudah memberikan banyak motivasi, membantu dan
menyalurkan ilmunya selama proses penulisan.
13. Terima kasih teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2012 (Shella
Muthya, Rahmi Fitriyah, Hafizah Oktavia, Bama Pradika, Abyan Perdana,
Harjuno Wahyu, Asma Karimah, Garin Shasy, dkk), adik-adik Perbankan
Syariah angkatan 2013-2016 dan keluarga besar KKN Al-Malika yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu atas bantuan, doa dan dukungannya.
xi
14. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung turut membantu
dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis dengan senang hati menerima segala saran dan kritik. Semoga
Allah SWT memberikan berkah atas kebaikan dan jasa-jasa mereka semua dengan
rahmat dan kebaikan dari-Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca dan mempelajarinya.
Jakarta, 01 Juli 2016
Penulis
(Leni Tantri Ana)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 13
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 14
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Literatur ............................................................................. 16
1. Pembiayaan Bank Syariah .......................................................... 16
a. Prinsip Jual Beli (Ba’i) ......................................................... 18
1) Pembiayaan Murabahah ................................................. 18
2) Salam .............................................................................. 19
xii
3) Istishna ............................................................................ 20
b. Prinsip Sewa (Ijarah) ........................................................... 21
1) Ijarah .............................................................................. 21
2) Ijarah Muntahiya Bit-Tamlik .......................................... 22
c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) ................................................ 22
1) Mudharabah ................................................................... 23
2) Musyarakah .................................................................... 24
2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pembiayaan .............. 25
a. Dana Pihak Ketiga (DPK) .................................................... 25
b. Financing to Deposit Ratio (FDR) ....................................... 27
c. Return On Assets................................................................... 27
d. Non Performing Financing (NPF) ........................................ 28
e. Inflasi .................................................................................... 28
3. Bank Syariah ............................................................................... 29
a. Definisi Bank Syariah ........................................................... 29
b. Perkembangan Bank Syariah ................................................ 31
4. Bank Umum Syariah Devisa ...................................................... 35
B. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 37
C. Keterkaitan Antar Variabel Independen dan Dependen ................... 43
1. Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan ....................... 43
2. Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap pembiayaan .......... 44
3. Return On Assets (ROA) terhadap Pembiayaan ......................... 44
4. Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan .......... 46
5. Inflasi terhadap Pembiayaan ....................................................... 46
D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 47
E. Hipotesis ........................................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 50
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 50
C. Metode Pengumpulan Data............................................................... 51
xiii
D. Metode Analisis ................................................................................ 52
1. Statistik Deskriptif ...................................................................... 53
2. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 53
a. Uji Normalitas ...................................................................... 54
b. Uji Multikolinieritas ............................................................. 55
c. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 57
d. Uji Autokorelasi.................................................................... 58
3. Uji Hipotesis ............................................................................... 58
a. Uji t (Parsial)......................................................................... 59
b. Uji F (Simultan) .................................................................... 60
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ................... 60
4. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................... 61
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 68
B. Analisis Hasil dan Pembahasan ....................................................... 69
1. Statistik Deskriptif ...................................................................... 69
2. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 72
a. Uji Normalitas ...................................................................... 72
b. Uji Multikolinieritas ............................................................. 75
c. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 76
d. Uji Autokorelasi.................................................................... 78
3. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................... 79
a. Uji Statistik t (Parsial) .......................................................... 79
1) Pengujian Hipotesis I untuk Variabel X1 (DPK) ............ 80
2) Pengujian Hipotesis I untuk Variabel X2 (FDR) ............ 80
3) Pengujian Hipotesis I untuk Variabel X3 (ROA) ............ 80
4) Pengujian Hipotesis I untuk Variabel X4 (NPF) ............. 81
5) Pengujian Hipotesis I untuk Variabel X5 (Inflasi) .......... 81
b. Uji Statistik F (Simultan) ...................................................... 82
xiv
c. Uji Adjusted R Square .......................................................... 83
4. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................... 84
C. Interpretasi ........................................................................................ 86
1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan
pada Bank Umum Syariah Devisa .............................................. 86
2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap
pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa.......................... 88
3. Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap pembiayaan pada
Bank Umum Syariah Devisa ...................................................... 89
4. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap
pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa.......................... 90
5. Pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan pada Bank Umum
Syariah Devisa ............................................................................ 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 94
B. Saran ................................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 96
LAMPIRAN .................................................................................................... 105
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Daftar Bank Umum Syariah .................................................................... 35
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 37
3.1 Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ...... 60
3.2 Ringkasan Definisi Operasional Variabel ................................................. 63
4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian .......................................................... 66
4.2 Daftar Nama Bank Umum Syariah Devisa ............................................... 67
4.3 Statistik Deskriptif ................................................................................... 68
4.4 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ........................................................ 72
4.5 Uji Multikolinieritas ................................................................................... 73
4.6 Uji Glejser ................................................................................................. 75
4.7 Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) ............................................................ 76
4.8 Uji Statistik t (Parsial) ............................................................................... 77
4.9 Uji Statistik F (Simultan) .......................................................................... 82
4.10 Uji Adjusted R Squared (R2
adj) .................................................................. 83
4.11 Analisis Regresi Linier Berganda .............................................................. 84
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Pembiayaan BUS Devisa di Indonesia
Tahun 2011-2015 ................................................................................................ 4
1.2 Perkembangan DPK pada BUS Devisa di Indonesia
Tahun 2011-2015 ................................................................................................ 5
1.3 Perkembangan FDR pada BUS Devisa di Indonesia
Tahun 2011-2015 ............................................................................................... 7
1.4 Perkembangan ROA pada BUS Devisa di Indonesia
Tahun 2011-2015 ............................................................................................... 8
1.5 Perkembangan NPF pada BUS Devisa di Indonesia
Tahun 2011-2015 ............................................................................................... 9
1.6 Perkembangan Inflasi di Indonesia tahun 2011-2015 ............................... 10
2.1 Skema Pembiayaan Murabahah ............................................................... 19
2.2 Skema Pembiayaan Salam ........................................................................ 20
2.3 Skema Pembiayaan Istishna ...................................................................... 21
2.4 Skema Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik ...................................... 22
2.5 Skema Pembiayaan Musyarakah .............................................................. 25
2.6 Perkembangan Bank Syariah Tahun 2009-2015 ....................................... 33
2.7 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 47
xvii
4.1 Grafik Histogram ...................................................................................... 71
4.2 Grafik P-P Plot .......................................................................................... 71
4.3 Scatterplot ................................................................................................. 74
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Bank Umum Syariah Devisa Tahun 2011 – 2015 ........................ 105
2 Output SPSS ............................................................................................ 107
3 Surat Keputusan Izin Mendirikan BUS Devisa ..................................... 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam
menjalankan kegiatan perekonomian dan perdagangan di suatu negara. Dalam
dunia perbankan terdapat perbankan konvensional dan perbankan syariah.
Perbankan syariah sendiri adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Perbankan syariah menggunakan prinsip syariah dimana aturan perjanjian
didasarkan pada hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan
dana, pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan
syariah (Yanis dan Priyadi, 2015).
Menurut Yanis dan Priyadi (2015), perbedaan perbankan syariah sebagai
bagian dari sistem perbankan nasional diharapkan dapat mendorong
perkembangan perekonomian suatu negara. Dalam perekonomian suatu
negara, tujuan dan fungsi perbankan syariah adalah untuk mencapai
kemakmuran ekonomi, tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi
yang optimum, keadilan sosial-ekonomi dan distribusi pendapatan serta
kekayaan yang merata.
2
Dalam Perbankan Syariah, pertumbuhan asset Bank Syariah selama
periode Juli 2010 sampai Juli 2012 yaitu dari Rp 90.734 Miliar sampai Rp
120.705 Miliar, dengan kenaikan sebesar 88,2%. Menurut data statistik yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia, jumlah Bank Syariah sampai Juli 2012
adalah sebanyak 11 bank. Jumlah tersebut dibagi lagi ke dalam tiga kategori
bank, yaitu BUSN Devisa, BUSN Non Devisa, dan Bank Campuran. BUS
Devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia
untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankannya dalam kegiatan valuta
asing. Bank yang tergolong ke dalam bank devisa, bisa memberikan layanan
yang berkaitan dengan mata uang asing misalnya transfer keluar negeri,
transaksi eksport import, jual beli valuta asing, serta jasa-jasa valuta asing
lainnya. Bank Non Devisa yaitu bank yang hanya menggunakan satu mata
uang (Rupiah) dalam transaksi perbankan, sedangkan Bank campuran adalah
bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang
berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh warga negara Indonesia dengan
satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri. Dari ketiga jenis Bank
Umum Syariah tersebut, BUS Devisa merupakan jenis BUS dengan asset
terbesar yaitu 40% dari total asset Perbankan Nasional (Bank Indonesia,
“Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum Syariah”), karena hal tersebut
maka penulis tertarik untuk menjadikan BUS Devisa Indonesia menjadi objek
dalam penelitian ini.
Bank Umum Syariah terus mengalami perkembangan, baik dalam
pertumbuhan aset maupun penambahan jumlah Bank Umum Syariah (BUS)
3
dari tahun ke tahun. Namun, perkembangan yang dialami bank syariah di
Indonesia masih belum optimal, baik dari segi jumlah bank, jumlah kantor,
maupun jumlah asetnya. Pada Outlook Perbankan Syariah 2014 tercatat
pertumbuhan aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah per Oktober
2013 yakni 31,8 % atau mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan
tahun 2012 yaitu sebesar 34,1 %. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai,
perkembangan bisnis perbankan syariah pada 2015 sedang memasuki masa
yang kurang baik. Pertumbuhan aset yang sempat mencapai 49 % pada 2013,
tidak bisa terulang lagi pada tahun ini dan harus puas dengan pertumbuhan di
angka 7,98 % pada Juli 2015. Turunnya pertumbuhan perbankan syariah,
tidak hanya terjadi dari sisi aset, namun juga pembiayaan dan Dana Pihak
Ketiga (DPK). Bahkan pertumbuhan tersebut juga berada jauh di bawah
perbankan konvensional. Posisi Juli 2015, pembiayaan hanya tumbuh 5,55 %,
jauh lebih rendah dibanding konvensional yang bertumbuh 8 %
(www.beritasatu.com)
Berdasarkan bentuk pembiayaan yang ditawarkan pada bank syariah
menurut Suhardjono (2003:22-23), yaitu pembiayaan berdasarkan jual
beli (ba’i), sewa beli (ijarah waiqtina), bagi hasil (syirkah) dan
pembiayaan lainnya. Produk pembiayaan murabahah dan pembiayaan
Mudharabah yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha terutama untuk
membeli barang dan alat (investasi) serta untuk modal kerja (Mudharabah).
Macam-macam bentuk pembiayaan yang diberikan bank syariah diharapkan
menjadi solusi bagi masalah perekonomian saat ini.
4
Sumber data : Bank Indonesia, data diolah
Gambar 1.1
Perkembangan Pembiayaan BUS Devisa di Indonesia Tahun 2011-2015
Dari gambar 1.1 menunjukkan bahwa pembiayaan setiap triwulan
mengalami perkembangan yang signifikan. Terkecuali di tahun 2012 pada
bulan Desember mengalami penurunan sebesar Rp 24.174 Milyar. Tetapi
setelah itu pembiayaan terus mengalami peningkatan hingga terbesar di tahun
2015 sebesar Rp 35.520 Milyar.
Pembiayaan merupakan penyaluran dana yang paling banyak disalurkan
oleh bank kepada masyarakat dan merupakan fungsi utama dari perbankan
syariah sebagai lembaga intermediasi, sehingga perlu mendapat perhatian
khusus. Oleh karena itu, bank sebagai lembaga keuangan harus
memperhatikan berbagai faktor internal maupun eksternal dan aspek apa saja
yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan terhadap masalah
pembiayaan atau penyaluran dana pada masyarakat.
Faktor internal perusahaan itu sendiri merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi jumlah pembiayaan yang disalurkan. Adapun beberapa rasio
keuangan yang sering digunakan untuk menilai kondisi internal persahaan
antara lain; rasio profitabilitas bank yang diwakili oleh Return On Assets
13
15
0
18
11
2
25
85
5
30
95
8
32
86
5
14
91
5 27
81
5
27
81
5
33
01
5
34
69
5
15
84
6 29
31
2
29
31
2
32
50
5
34
90
4
17
08
3
24
14
7
30
62
7
32
26
2
35
52
0
2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5
Maret Juni September Desember
5
(ROA), dan rasio likuiditas bank yang diwakili oleh Financing To Deposit
Ratio (FDR). Namun di samping rasio keuangan bank adapun faktor internal
perusahaan lain yang berpengaruh adalah dari Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
rasio pembiayaan bermasalah Non Performing Financing (NPF). Sedangkan
dari faktor eksternal faktor yang dapat mempengaruhi pembiayaan adalah
Inflasi.
Faktor internal bank yang merupakan sumber dana terpenting bagi
kegiatan operasi bank selain berasal dari milik bank itu sendiri, dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari
sumber dana ini yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rodoni, 2009). Bagi bank
sebagai lembaga keuangan, dana diibaratkan sebagai darah dalam tubuh
badan usaha dan menjadi hal yang sangat penting. Tanpa dana, aktifitas bank
pasti akan sangat terganggu. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat
(Dana Pihak Ketiga) ternyata merupakan sumber dana terbesar yang
diandalkan oleh bank, mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola
oleh bank (Dendawijaya, 2005). Sehingga semakin banyaknya sumber dana
yang dimiliki oleh bank, semakin banyak juga penyaluran pembiayaan yang
dapat diberikan.
Sumber data : Bank Indonesia, data diolah
Gambar 1.2
Perkembangan DPK pada BUS Devisa di Indonesia Tahun 2011-2015
13
78
0
15
25
3
18
08
0
25
79
7
26
99
7
11
26
9
23
46
5
23
46
5
27
80
3
28
07
1
12
80
4
16
01
0
27
48
9
29
45
3
30
34
9
13
92
3
17
22
0
27
84
5
31
55
9
32
76
3
2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5
Maret Juni September Desember
6
Dari gambar 1.2 menunjukkan bahwa DPK setiap triwulan mengalami
kondisi yang fluktuatif di tahun 2011 dan 2012. Hal ini dapat dilihat bahwa
DPK terendah terjadi pada bulan Juni tahun 2011 yaitu Rp 11.269 Milyar.
Pada tahun 2012 mengalami peningkatan di bulan Juni dan penurunan di
bulan September dari Rp 23.465 Milyar ke Rp 16.010 Milyar. DPK mulai
terjadi peningkatan yang signifikan pada bulan Maret tahun 2013 mencapai
Rp 18.080 Milyar. Terus mengalami peningkatan di tahun 2014 hingga Rp
31.559 pada bulan Desember. Dan pada tahun 2015 pembiayaan tertinggi
sebesar Rp 32.763 Milyar di bulan Desember.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya berkaitan dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi pembiayaan, faktor internal bank itu sendiri
merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi jumlah pembiayaan yang
disalurkan. Adapun beberapa rasio keuangan yang sering digunakan untuk
menilai kondisi internal perusahaan antara lain; rasio likuiditas bank yang
diwakili oleh Financing To Deposit Ratio (FDR) dan rasio profitabilitas bank
yang diwakili oleh Return On Assets (ROA). Rasio likuiditas bank, Financing
to Deposit Ratio (FDR) merupakan variabel yang konsisten mempengaruhi
pembiayaan. FDR adalah rasio perbandingan antara jumlah dana yang
disalurkan ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan, dengan jumlah dana
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Dendawijaya 2005). FDR
yang tinggi menunjukkan bahwa semakin rendahnya kemampuan likuiditas
bank yang bersangkutan. FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
7
mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Data FDR yang digunakan pada penelitian ini adalah rata-rata data FDR
triwulan dari Bank Umum Syariah Devisa selama periode Maret 2011 -
Desember 2015:
Sumber data : Bank Indonesia, data diolah
Gambar 1.3
Perkembangan FDR pada BUS Devisa di Indonesia Tahun 2011 -
2015
Dari gambar 1.3 menunjukkan bahwa Financing to Debt Ratio setiap
triwulan mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini dapat dilihat bahwa rasio
terendah FDR terjadi pada bulan Desember tahun 2011 yaitu 82,90%. Di
tahun 2012 mengalami peningkatan dan penurunan dari 91,80% ke 90,60%.
FDR tertinggi terjadi pada bulan Juni tahun 2013 mencapai 99,30%. Tahun
2014 mengalami penurunan dari 97,00% ke 88,10%. Dan pada tahun 2015
mengalami penurunan dari 93,90% ke 92,20%.
Faktor internal kedua adalah rasio profitabilitas, Return on Asset (ROA)
merupakan suatu pengukuran kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika ROA suatu bank semakin
8
besar, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi pengamanan asset
(Dendawijaya, 2005). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka standar
ROA yang baik adalah sekitar 1,5% semakin besar ROA menunjukkan
kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. Data ROA
yang digunakan pada penelitian ini adalah rata-rata data ROA triwulan dari
Bank Umum Syariah Devisa selama periode Maret 2011 - Desember 2015:
Sumber data : Bank Indonesia, data diolah
Gambar 1.4
Perkembangan ROA pada BUS Devisa di Indonesia Tahun 2011-
2015
Dari gambar 1.4 menunjukkan bahwa Return On Asset setiap triwulan
mengalami kondisi yang fluktuatif. Terlihat pada tahun 2011 mengalami
penurunan, dari 2,20% hingga 1,59%. Pada tahun 2012 mengalami
peningkatan dan penurunan dari 2,32% ke 2,27%. ROA tertinggi terjadi pada
bulan Maret tahun 2013 mencapai 2,37%. Tahun 2014 terjadi penurunan dari
1,40% ke 0,48%. Dan ROA terendah terjadi pada bulan Maret tahun 2015
yaitu 0,36%.
9
Di samping rasio keuangan bank, adapun faktor internal bank lain yang
dapat mempengaruhi pembiayaan yaitu rasio pembiayaan bermasalah Non
Performing Financing (NPF). Kualitas Aktiva dalam hal ini diproksikan
dengan Non Performing Financing (NPF) dijadikan variabel yang
mempengaruhi pembiayaan karena mencerminkan risiko pembiayaan.
Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah
semakin buruk. Tingkat kesehatan pembiayaan (NPF) ikut mempengaruhi
pencapaian laba bank. Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank,
mengingat fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi
bank syariah (Suhada, 2009).
Sumber data : Bank Indonesia, data diolah
Gambar 1.5
Perkembangan NPF pada BUS Devisa di Indonesia Tahun 2011 –
2015
Dari gambar 1.5 menunjukkan bahwa Non Performing Financing setiap
triwulan mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada tahun
2011 mengalami penurunan dari 4,18% ke 2,92%. NPF terendah terjadi pada
bulan Desember tahun 2012 yaitu 2,40%. Pada tahun 2013 mengalami
10
peningkatan dari 2,60% hingga 2,74%. Pada tahun 2014 mengalami
peningkatan dari 3,04% hingga 4,76%. Dan NPF tertinggi terjadi pada bulan
Maret tahun 2015 mencapai 4,93%. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut. Non Performing Financing (NPF) yang diteliti oleh
Prastanto (2012) menunjukkan bahwa NPF dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Prastanto (2012) menunjukkan adanya pengaruh yang negatif
antara NPF terhadap pembiayaan.
Dalam pembiayaan, Inflasi juga dapat berpengaruh karena jika terjadi
inflasi maka bank sentral akan menaikan bunga kemudian berdampak pada
kenaikan bunga oleh bank-bank umum yang akhirnya juga berdampak pada
bank syariah, dan juga jika terjadi inflasi dunia usaha akan mengalami
penurunan sebab permintaan agregat akan turun (Saekhu, 2015). Tingkat
inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari
satu negara ke negara lainnya. Ada kalanya tingkat inflasi rendah, yaitu
mencapai di bawah 4-6%. Tingkat yang moderat mencapai 5-10%. Inflasi
yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa ratus atau ribu persen
dalam setahun (Sukirno, 2007).
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 1.6
Perkembangan Inflasi di Indonesia tahun 2011-2015
5.38% 4.29%
6.98% 6.42% 6.40%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
2011 2012 2013 2014 2015
INFLASI
11
Gambar 1.6 menunjukkan perkembangan tingkat inflasi di Indonesia
pada tahun 2011 hingga tahun 2015 yang fluktuatif. Dari tahun 2011 hingga
tahun 2015, tingkat inflasi paling tinggi ditunjukkan pada tahun 2013 yaitu
sebesar 6,98%. Tingkat inflasi berada posisi terendah yaitu pada tahun 2009
dan 2012 berada pada angka 3,92%.
Dalam hal ini, peneliti mengambil data yang berhubungan dengan faktor
internal bank yaitu, Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Return On Asset (ROA), Non Performing Financing (NPF) dan dari
faktor eksternal yaitu Inflasi. Dilandasi oleh beberapa penelitian terdahulu
yang terkait dengan pembiayaan. Salah satunya adalah penelitian Andraeny
(2011) menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah salah satu faktor
yang berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil
pada perbankan syariah di Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut sejalan
dengan hasil penelitian Pratami (2011) menunjukkan bahwa Dana Pihak
Ketiga (DPK) berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan.
Sedangkan penelitian Maula (2009) menunjukkan hasil yang berbeda yakni
Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif terhadap pembiayaan
murabahah.
Begitu pentingnya pembiayaan bagi bank syariah dan masyarakat,
sebagimana kita ketahui manfaat dari pembiayaan syariah yaitu memberikan
pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang
tidak memberatkan debitur, dan membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh
oleh bank konvensional serta membantu masyarakat ekonomi lemah yang
12
selalu dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan
untuk usaha yang dilakukan. Oleh sebab itu, penulis termotivasi untuk
melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi pembiayaan. Selain itu, adanya perbedaan hasil dari penelitian
terdahulu mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembiayaan,
sehigga penulis ingin menguji kembali apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa.
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen dan mencari mana variabel yang
paling dominan diantaranya. Berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu
yang pada umumnya hanya menganalisis ada tidaknya pengaruh variabel-
variabel bebas terhadap pembiayaan, seperti yang dilakukan oleh Aristantia
(2015) menganalisis pengaruh DPK, CAR, NPF dan ROA terhadap
pembiayaan di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Periode 2007 – 2013
dengan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa
DPK dan ROA berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sementara
variabel CAR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
pembiayaan. Sedangkan penelitian ini dapat melihat bagaimana fenomena
ekonomi yang terjadi di Indonesia dengan periode tahun terbaru, sehingga
pembaca dapat mengetahui perkembangan pembiayaan perbankan yang ter-
update. Penelitian ini menganalisis faktor yang mempengaruhi pembiayaan
terhadap Bank Umum Syariah Devisa, karena peneliti menguji data
Perbankan Syariah di Indonesia yang terdiri dari Bank Syariah Mandiri, Bank
13
Muamalat Indonesia dan BNI Syariah. Terkait variabel yang mungkin
mempengaruhi besar kecilnya pembiayaan, maka peneliti fokus menganalisis
pada variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR),
Return on Asset (ROA), Non Performing Financing (NPF), dan Inflasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dan mendalam, maka penelitian ini mengangkat judul
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada Bank Umum
Syariah Devisa di Indonesia (Periode 2011 – 2015)”.
B. Rumusan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap persepsi masalah yang
hendak ditulis dan agar permasalahan tidak meluas dalam pembahasannya,
penulis merasa perlu untuk memberikan batasan dan perumusan masalah
terhadap objek yang dikaji. Tulisan ini akan dibatasi hanya pada kajian
seputar keadaan DPK, FDR, ROA, NPF dan Inflasi terhadap Pembiayaan
Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia periode 2011- 2015:
1. Bagaimanakah pengaruh DPK, FDR, ROA, NPF, dan Inflasi secara
parsial terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di
Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaruh DPK, FDR, ROA, NPF, dan Inflasi secara
simultan terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di
Indonesia?
3. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi pembiayaan
pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia?
14
C. Tujuan Penelitain
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan permasalahan di atas adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar DPK, FDR, ROA, NPF, dan Inflasi
mempengaruhi pembiayaan secara parsial pada Bank Umum Syariah
Devisa di Indonesia.
2. Untuk mengetahui seberapa besar DPK, FDR, ROA, NPF, dan Inflasi
mempengaruhi pembiayaan secara simultan pada Bank Umum Syariah
Devisa di Indonesia.
3. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi
pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a. Akademisi
Akademisi diharapkan dapat mengetahui wawasan di bidang
perbankan syariah, dalam hal ini yang berkaitan dengan tingkat
profitabilitas dan rasio keuangan pada bank syariah.
b. Peneliti
Peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan di
bidang ekonomi dan lembaga keuangan syariah khususnya
perbankan syariah, serta sebagai ajang ilmiah untuk menerapkan
berbagai teori perbankan syariah yang telah diperoleh dibangku
kuliah.
15
2. Praktisi
a. Bagi Perbankan
Sebagai saran untuk bank syariah bagaimana DPK, FDR, ROA, NPF
dan Inflasi mempengaruhi pembiayaan, serta dapat meningkatkan
efektivitas dalam penghimpunan dan penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan.
b. Bagi Nasabah dan Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
bagaimana kondisi perbankan syariah dalam meningkatkan
pembiayaan, sehingga dapat membantu nasabah dan investor dalam
melakukan transaksi dan berinvestasi.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Pembiayaan Bank Syariah
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
(Pasal 1) disebutkan bahwa, “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang/tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi
hasil”. Pada pasal 1 UU No. 21/2008 mendefinisikan bahwa prinsip
syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah, dapat dikatakan
dengan lain prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum
Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(Mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
17
murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina).
Menurut Muhammad (2002), pembiayaan secara luas berarti
financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan
dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga
pembiayaan, seperti bank Syari‟ah, kepada nasabah.
Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi kedalam tiga kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu : (1) Transaksi pembiayaan
yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli;
(2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa; (3) Transaksi pembiayaan untuk usaha
kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa,
dengan prinsip bagi hasil. Pada kategori pertama dan kedua, tingkat
keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harta atas
barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini
adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti Murabahah,
Salam, dan Ishtishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa
„Ijarah. Pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari
besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk
18
bagi hasil keuntungan ditentukan oeh nisbah bagi hasil yang disepakati di
muka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
Musyarakah dan Mudharabah (Rodoni, 2009:126).
a. Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Dalam penerapan prinsip syariah terdapat 3 jenis prinsip jual
beli (ba’i) yang banyak dikembangkan oleh perbankan syariah dalam
kegiatan pembiayaan modal kerja dan produksi, yaitu: Murabahah,
Salam, Istishna.
1) Pembiayaan Murabahah
Akad jual beli antara bank (penjual) dan nasabah (pembeli).
Bank membeli barang yang diperlukan nasabah yang
bersangkutan sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan
(margin) yang disepakati (Karim, Adiwarman, 2006).
Dalil Al-Qur‟an mengenai murabahah sebagai berikut :
QS. Al-Baqarah [2] : 275 :
حل ه أ
بيع الل
موحر ال با الر
"Dan Allah telah menghalalkan jua beli dan mengharamkan
riba…”
Hadits mengenai murabahah sebagai berikut :
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka”.
(HR Al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dinilai sahih oleh Ibnu
Hibban).
Murabahah dalam istilah fiqh ialah akad jual beli atas barang
tertentu. Antonio (2001) menyebutkan murabahah adalah jual
beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
19
disepakati Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual
beli antara bank selaku penyedia barang dengan nasabah yang
memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan
jual beli yang disepakati bersama. Harga jual bank adalah harga
beli dari supplier ditambah keuntungan (mark up/margin) yang
disepakati bersama. Selama akad belum berakhir, maka harga
jual beli tidak boleh berubah, apabila terjadi perubahan, akad
tersebut menjadi batal, cara pembayaran dan jangka waktu yang
disepakati bersama, dapat langsung atau secara angsuran.
Sumber: Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Antonio (2001)
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Murabahah
2) Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan
secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai. Bank
bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual
(Adiwarman Karim, 2006:99)
20
Akad jual beli barang pesanan antara pembeli dengan penjual.
Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati di awal akad
dan pembayaran dilakukan di muka secara penuh. Apabila bank
bertindak sebagai pembeli dan pemesanan dilakukan kepada
pihak lain untuk menyediakan barang, maka hal itu disebut
Salam Paralel.
Sumber: Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Antonia (2001)
Gambar 2.2
Skema Pembiayaan Salam
3) Istishna
Pembiayaan Istishna’ yaitu pembiayaan berupa talangan dana
yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang/jasa yang
belum ada wujudnya, dan harus dibuat sesuai spesifikasi yang
telah ditetapkan dengan kewajiban mengembalikan talangan
dana tersebut secara menyicil atau dibayar sekaligus sampai
lunas dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
Bank memproleh margin keuntungan dari transaksi jual-beli
antara bank dengan nasabah (Perwataatmadja, 2007:28).
21
Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan
pembuat barang dengan pembayaran di muka, baik dilakukan
dengan cara tunai, cicil, atau ditangguhkan.
Kontrak dibuat di tempat pembuat barang. Prinsip istishna
menyerupai salam, namun dalam istishna pembayaran dapat
dilakukan di muka, dicicil, atau ditangguhkan. Sementara pada
salam, pembayaran dilakukan secara tunai.
Sumber: Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Antonio (2001)
Gambar 2.3
Skema Pembiayaan Istishna
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
1) Ijarah
Akad sewa-menyewa yang dilandasi dengan adanya
perpindahan manfaat (hak guna), bukan perpindahan
kepemilikan (hak milik). Nasabah yang membutuhkan suatu aset
produktif dapat mendatangi pemilik dana (bank) untuk
membiayai pembelian aset produktif tersebut, dan kemudian
disewakan kepada nasabah (Ascarya, 2008: 101).
Dalil Al-Qur‟an mengenai ijarah sebagai berikut :
22
QS. Al-Baqarah [2] : 233 :
ن م وإ ردت
ن أ
ىا أ ع رض
ست
م ت
دك
ول
أ
لناح ف م ج
يك
ا عل
ذ م إ
مت م ما سل يت
آت
وف عر ال ب
ىا ق ه وات ىا الل م
واعل ن
ه أ
ما الل ىن ب
عمل
ير ت بص
"Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan…”.
2) Ijarah Muntahiya Bit-Tamlik
Akad sewa-menyewa dengan perjanjian untuk menjual atau
menghibahkan objek sewa diakhir periode sehingga transaksi ini
diakhiri dengan alih kepemilikan objek sewa (Ascarya, 2008:
103).
Sumber: Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Antonio (2001)
Gambar 2.4
Skema Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik
c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Prinsip ini dipandang sebagai upaya untuk membangun
masyarakat berdasarkan kejujuran dan keadilan dalam menghadapi
ketidakpastian bisnis, di mana hal ini tidak ditemukan dalam sistem
berbasis bunga. Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan
syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu musyarakah,
Mudharabah, muzara’ah, dan musaqah. Sungguhpun demikian,
23
prinsip yang paling banyak digunakan adalah musyarakah dan
Mudharabah (Antonio, 2001). Adapun penjelasan akad tersebut oleh
Antonio (2001) dan Muhammad (2009) sebagai berikut:
1) Mudharabah
Akad kerja sama usaha antara bank (shahibul maal) sebagai
pemilik modal menyediakan dana kepada nasabah (mudharib)
sebagai pengelola, untuk melakukan aktifitas produktif dengan
syarat bahwa keuntungan (nisbah) yang dihasilkan akan dibagi
menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad.
Dalil Al-Qur‟an mengenai Mudharabah sebagai berikut :
QS. Al-Baqarah [2] : 283 :
بعضكم بعضا فليإد الذي اؤتمه أماوته، وليتق هللا ربه فان أمه
"Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya …”.
Hadits mengenai Mudharabah sebagai berikut :
“Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara
tunai, muqaradhah (Mudharabah), dan mencampur gandum
dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual” (HR Ibnu Majah dari Shuhaib).
Secara teknis, al-Mudharabah adalah akad kerja sama
usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal)
menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara Mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
24
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut (Antonio, 2012:95).
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil
shahibul maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang
kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan
bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat
kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul maal dia
diharapkan untuk mengelola modal denga cara tertentu untuk
menciptakan laba optimal (Rodoni, 2009:130).
2) Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk usaha tertentu di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (atau amal / expertise ) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan
(Antonio, 2012:90).
25
Sumber: Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Antonio (2001)
Gambar 2.5
Skema Pembiayaan Musyarakah
2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pembiayaan
a. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat,
dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah,
rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata
uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau
setiap bank, dana masyarakat ini umumnya merupakan dana
terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai
penghimpun dana dari masyarakat (Heithzal Rivai, dkk, 2007).
Dalam pandangan syariah uang bukanlah suatu komoditi
melainkan hanya sebagai alat untuk mencapai pertambahan nilai
ekonomis (economic added value). Hal ini bertentangan dengan
perbankan berbasis bunga di mana “uang mengembangbiakan
uang”, tidak peduli apakah uang itu dipakai dalam kegiatan
produktif atau tidak. Untuk menghasilkan keuntungan, uang harus
26
dikaitkan dengan kegiatan ekonomi dasar (primary economic
activities) baik secara langsung maupun melalui transaksi
perdagangan ataupun secara tidak langsung melalui penyertaan
modal guna melakukan salah satu atau seluruh kegiatan usaha
tersebut.
Berdasarkan prinsip tersebut Bank syariah dapat menarik Dana
Pihak Ketiga (DPK) atau masyarakat dalam bentuk (Zainul Arifin,
2006):
1. Titipan (wadiah) simpanan yang dijamin keamanan dan
pengembaliannya (guaranteed deposit) tetapi tanpa
memperoleh imbalan atau keuntungan. Menurut Sri Nurhayati
dan Wasilah (2008), wadiah adalah akad penitipan dari pihak
yang mempunyai uang/barang kepada pihak yang menerima
titipan dengan catatan kapanpun titipan diambil pihak penerima
titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut
dan yang dititipi menjadi penjamin pengembalian barang
titipan.
2. Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi resiko (non
guaranteed account) untuk investasi umum (general investment
account/ Mudharabah mutlaqah) di mana bank akan membayar
bagian keuntungan secara proporsional dengan porofolio yang
didanai dengan modal tersebut.
27
3. Investasi khusus (special investment account/Mudharabah
muqayyadah) di mana bank bertindak sebagai manajer investasi
untuk memperoleh fee. Jadi bank tidak ikut berinvestasi
sedangkan investor sepenuhnya mengambil resiko atas investasi.
b. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan Dana Pihak Ketiga
yang berhasil dikerahkan oleh bank (Muhammad, 2005). Rasio FDR
yang analog dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank
konvensional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana
yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Dendawijaya, 2003).
Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio FDR adalah 90
- 110%.
c. Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
laba secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003). Semakin besar ROA,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik. ROA
merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata total
28
aset. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank (Almilia, 2005).
d. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) yang analog dengan Non
Performing Loan (NPL) pada bank konvensional merupakan rasio
keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. NPF menunjukan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan
bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio
ini maka akan semakin semakin buruk kualitas pembiayaan bank
yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar
maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
besar. Pembiayaan dalam hal ini adalah pembiayaan yang diberikan
kepada pihak ketiga tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain.
Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang
lancar, diragukan dan macet (Almilia, 2005). Standar yang
ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NPF adalah 3.52%.
e. Inflasi
Inflasi adalah proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
29
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya
tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum
tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat
tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-
memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga.
3. Bank Syariah
a. Definisi Bank Syariah
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008,
disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Bank
terdiri atas dua jenis, yaitu bank konvensional dan bank syariah.
Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya tidak berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank
umum konvensional dan bank perkreditan rakyat. Bank syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Prinsip syariah adalah
30
prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah.
Muhammad (2005) mendefinisikan bank syariah merupakan
bank yang operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan
pada Al-Qur‟an dan Hadits Nabi SAW dan dalam aktivitasnya tidak
mengandalkan bunga. Dengan kata lain bank syariah merupakan
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan
dan jasa-jasa lainya dalam lalu lintas pembayaran yang
pengoperasianya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Rivai dan
Arifin (2010) menjelaskan bank islam adalah institusi keuangan
yang menerapkan prinsip ekonomi islam dalam perbankan, salah
satu definisi bank islam yang telah disetujui oleh General Secretariat
of the Organization of the Islamic Conference (OIC) adalah institusi
keuangan islam merupakan institusi yang menerapkan prinsip islam
sebagai berikut :
1) Menolak adanya bunga (riba)
2) Melarang gharar ( ketidakpastian, risiko, spekulasi)
3) Fokus pada kegiatan-kegiatan yang halal (yang diizinkan oleh
agama)
4) Secara umum mencari keadilan, dan sesuai etika dan tujuan
keagamaan
5) Pembagian keuntungan dan kerugian antara konsumen/nasabah
31
Dalil Al-Qur‟an mengenai bank syariah menurut Fatwa DSN
No. 03/DSN-MUI/IV/2000, sebagai berikut :
QS. An-Nisa [4] : 29 :
ياأيها الذيه ءامىىا ال تأكلىا أمىالكم بيىكم بالباطل ئال أن تكىن
تجارة عه تزاض مىكم
"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling
memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di
antaramu...”.
b. Perkembangan Bank Syariah
Perkembangan bank-bank syariah di Indonesia sejak tahun 1991
hingga beberapa tahun terakhir ini secara kuantitatif belum
menggembirakan, namun secara kualitatif khususnya ketika
Indonesia menghadapi krisis moneter antara pertengahan tahun 1997
hingga sekarang, terbukti telah menunjukkan ketangguhannya
(Perwataatmadja, 2007 : 88).
Terbitnya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 memiliki hikmah
tersendiri bagi dunia perbankan nasional di mana pemeritah
membuka lebar kegiatan usaha perbankan dengan berdasarkan pada
prinsip syariah. Hal ini guna menampung aspirasi dan kebutuhan
yang berkembang di masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk mendirikan bank berdasarkan prinsip bank
syariah ini, termasuk juga kesempatan konversi dari bank umum
yang kegiatan usahanya berdasarkan pada pola konvensional
menjadi pola syariah. Selain itu dibolehkan pula bagi pengelola bank
32
umum konvensional untuk membuka kantor cabang atau mengganti
kantor cabang yang sudah ada menjadi kantor cabang khusus syariah
dengan persyaratan yang tentunya melarang pada percampuran
modal kerja dan akuntansinya (Syafi‟i, 2004 : 22).
Pada pertengahan tahun 2008, pengaturan bank syariah dimuat
dalam undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang No. 21
Tahun 2008 telah membentuk komite Perbankan Syariah yang
bertugas menyusun peraturan BI terkait fatwa yang telah dikeluarkan
DSN. Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008,
maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin
memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong
pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres
perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata
pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun
terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam
mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan
(www.bi.go.id).
Bank umum pertama yang menggunakan sistem syariah di
Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang mulai
beroperasi pada 1992. Perkembangan bisnis bank syariah
berlangsung lambat, sampai dengan lima tahun kedepan belum ada
pertambahan bank baru. BMI masih menjadi satu-satunya bank
33
syariah. Baru pada 1998 pasar bank syariah mulai diramaikan
dengan hadirnya PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) anak perusahaan
Bank Mandiri, bank BUMN terbesar di Indonesia. Selanjutnya
menyusul kemunculan PT. Bank Mega Syariah pada 2001.
Memasuki tahun 2009 ini ada dua bank baru memasuki pasar
perbankan syariah yaitu PT. Bank Bukopin Syariah dan PT. BRI
Syariah (www.datacon.co.id).
Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK
Gambar 2.6
Perkembangan Bank Syariah Tahun 2009-2015
Dapat terlihat pada Gambar 2.2 di atas, bahwa dari tahun ke
tahun, perkembangan bank syariah pada jumlah bank mengalami
peningkatan selama periode penelitian. Pada tahun 2009 terdapat 5
jumlah bank, terjadi peningkatan pada tahun 2010 sampai dengan
2014 menjadi 11 jumlah bank. Kemudian mengalami peningkatan
kembali pada bulan Juni 2015 yaitu terdapat 12 jumlah bank.
Perkembangan bank syariah pada jumlah kantor juga mengalami
34
peningkatan selama periode penelitian. Pada tahun 2009 terus
mengalami peningkatan hingga mencapai nilai tertinggi pada tahun
2014 sebesar 2.149 jumlah kantor pada bank syariah.
Menurut Halim (2015 : 2), Selaku regulator, Bank Indonesia
memberikan perhatian yang serius dan bersungguh-sungguh dalam
mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini
dilandasi oleh keyakinan bahwa perbankan syariah akan membawa
„maslahat’ bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan
masyarakat. Pertama, bank syariah lebih dekat dengan sektor riil
karena produk yang ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan,
senantiasa menggunakan underlying transaksi di sektor riil sehingga
dampaknya lebih nyata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kedua, tidak terdapat produk-produk yang bersifat spekulatif
(gharar) sehingga mempunyai daya tahan yang kuat dan teruji
ketangguhannya dari direct hit krisis keuangan global. Secara makro,
perbankan syariah dapat memberikan daya dukung terhadap
terciptanya stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional.
Ketiga, sistem bagi hasil (profit-loss sharing) yang menjadi ruh
perbankan syariah akan membawa manfaat yang lebih adil bagi
semua pihak, baik bagi pemilik dana selaku deposan, pengusaha
selaku debitur maupun pihak bank selaku pengelola dana.
Bank Umum Syariah menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
adalah bank yang secara penuh bertransaksi secara syariah dan
35
bukan merupakan unit usaha. Saat ini, jumlah Bank Umum Syariah
(BUS) yang beroperasi di Indonesia sebanyak dua belas bank.
Di bawah ini merupakan tabel yang menampilkan daftar Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia.
Tabel 2.1
Daftar Bank Umum Syariah
No. Nama Perusahaan Kode
1 PT. Bank Muamalat Indonesia BMI
2 PT. Bank Victoria Syariah BVS
3 Bank BRI syariah BRIS
4 B.P.D. Jawa Barat Banten Syariah BJBS
5 Bank BNI Syariah BNIS
6 Bank Syariah Mandiri BSM
7 Bank Syariah Mega Indonesia BSMI
8 Bank Panin Syariah BPS
9 PT. Bank Bukopin Syariah BBS
10 PT. BCA Syariah BCAS
11 PT. Maybank Syariah Indonesia MIS
12 PT. Bank Tabungan Nasional Syariah BTNS
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015
4. Bank Umum Syariah Devisa
Klasifikasi bank menurut transaksi valuta asing, bank di bagi
menjadi Bank Devisa yaitu bank yang menggunakan lebih dari satu mata
uang dalam transaksi perbankan, dan Bank Non Devisa yaitu bank yang
hanya menggunakan satu mata uang (Rupiah) dalam transaksi perbankan.
Ada dua jenis bank yang dikelompokan berdasarkan kapasitas
kegiatannya. Dalam hal ini adalah kegiatan dalam bentuk valuta asing
(Valas). Maka dikenal kelompok bank yang dinamakan bank devisa dan
bank non devisa baik untuk bank konvensional ataupun bank syariah.
36
Bank devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan dari
Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankannya
dalam kegiatan valuta asing. Bank yang tergolong kedalam bank devisa,
bisa memberikan layanan yang berkaitan dengan mata uang asing
misalnya transfer keluar negeri, transaksi eksport import, jual beli valuta
asing, serta jasa-jasa valuta asing lainnya.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum suatu bank non devisa
dapat diberikan izin untuk menjadi bank devisa, antara lain:
CAR (Capital Adequacy Ratio) minimum dalam bulan terakhir 8%,
Tingkat kesehatan selama 24 bulan terakhir berturut tergolong sehat,
Modal disetor minimal Rp.150 Miliar, dan
Bank telah melakukan persiapan untuk melaksanakan kegiatan
sebagai Bank Umum Devisa meliputi organisasi, sumber daya
manusia, pedoman operasional kegiatan devisa, dan sistem
administrasi serta pengawasannya.
Jadi jelas perbedaan antara bank devisa dan bank non devisa adalah
bahwa bank non devisa tidak bisa melakukan kegiatan usaha yang
berhubungan dengan kegiatan usaha valuta asing.
Bank Syariah di Indonesia yang tergolong bank devisa sesuai dengan
SK yang dikeluarkan Bank Indonesia pada masing-masing bank adalah:
a. PT. BNI Syariah (SK GBI No. 12/41/KEP.GBI/2010, Tgl. 09 Juli
2010).
37
b. PT. Bank Muamalat Indonesia (SK.DIR.BI No. 27/76/KEP/DIR,
Tgl. 27 Oktober 1994).
c. PT. Bank Syariah Mandiri (SK DpG BI BI No. 4/3/Kep/DpG//2002,
Tgl. 18 Maret 2002).
d. PT. Bank Syariah Mega Indonesia (SK DGS BI
No.3/1/KEP.DGS/2001, Tgl. 31 Januari 2001).
B. Penelitian Terdahulu
Berbagai macam penelitian telah banyak dilakukan. Penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu dan dapat digunakan sebagai dasar teori dan
penguat dalam pembentukan hipotesis penelitian. Beberapa penelitian
terdahulu yang telah diringkas dalam tabel sebagai berikut:
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hampir sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode
waktu yang digunakan maka terdapat banyak hal yang tidak sama, sehingga
dapat dijadikan referensi untuk saling melengkapi. Berikut ringkasan
beberapa penelitian:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Aristan-
tia
(2015)
Analisis
Pengaruh
DPK, CAR,
NPF dan
ROA
Terhadap
Financing
Deposits
Ratio
(FDR) dan
Capital
Adequacy
Dari hasil penelitian,
diperoleh bahwa
DPK, CAR, NPF
dan ROA secara
simultan
mempengaruhi
38
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Pembiayaan
di PT. Bank
Muamalat
Indonesia
Tbk.
Periode
2007 – 2013
Return On
Asset
(ROA),
Dana Pihak
Ketiga
(DPK), Non
Performing
Financing
(NPF), dan
analisis
regresi
berganda
Ratio
(CAR)
pembiayaan.
Namun secara
parsial, DPK dan
ROA berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan
sementara variabel
CAR dan NPF tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
variabel
pembiayaan.
2. Ahmad
Samhan
Yanis
(Jurnal-
2015)
Faktor-
Faktor yang
Mempengar
uhi
Pembiayaan
Murabahah
pada
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Dana Pihak
Ketiga
(DPK),
Financing
to Deposit
Ratio
(FDR),
Return on
Asset
(ROA) dan
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Debt to
Equity
Ratio
(DER), dan
Current
Ratio (CR)
Hasil penelitian ini
menunjukkanbahwa:
debt to equity ratio
(DER) berpengaruh
positif terhadap
pembiayaan
murabahah;Dana
Pihak Ketiga (DPK)
berpengaruh positif
terhadap
pembiayaan
murabahah;
financing to deposit
ratio (FDR)
berpengaruh positif
terhadap
pembiayaan
murabahah; current
ratio (CR)
berpengaruh positif
terhadap
pembiayaan
murabahah; dan
return on assets
(ROA) berpengaruh
positif terhadap
pembiayaan
murabahah.
3. Rahmat
Dahlan
(Jurnal -
Pengaruh
Tingkat
Bonus
Inflasi dan
Analisis
Linier
Sertifikat
Bank
Indonesia
Terdapat pengaruh
pengaruh negatif
antara bonus SBIS
39
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2014) Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah dan
Tingkat
Inflasi
Terhadap
Pembiayaan
Bank
Syariah di
Indonesia
Berganda Syariah
(SBIS)
terhadap penyaluran
pembiayaan
perbankan syariah di
Indonesia.
Sedangkan pada
tingkat inflasi
terhadap penyaluran
pembiayaan bank
syariah di Indonesia
tidak terdapat
pengaruh yang
signifikan.
4. Ghalih
Fahrul
Huda
(2014)
Pengauh
DPK, CAR,
NPL, dan
ROA
Terhadap
Penyaluran
Kredit
(Studi pada
bank umum
terdaftar di
bursa efek
Indonesia
Periode
2009 –
2012)
Dana Pihak
Ketiga
(DPK),
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR), dan
Return of
Assets
(ROA)
Non
Performing
Loan
(NPL), dan
Regresi
Data Panel
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
secara parsial
menunjukkan
Dana Piha Ketiga
dan Return On
Assets berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
penyaluran kredit.
Non Performing
Loan memiliki
pengaruh negatif
dan signifikan
terhadap penyaluran
kredit.
Sedangkan Capital
Adequacy Ratio
memiliki pengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
penyaluran kredit
5. Prastanto
(Jurnal
Ilmiah-
2012)
Faktor yang
Mempengar
uhi
Pembiayaan
Murabahah
pada Bank
Umum
Syariah di
Indonesia
FDR, NPF
dan Analisis
Regresi
Linier
Berganda
DER dan
QR
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
FDR, NPF, DER,
QR dan ROE secara
simultan
berpengaruh
terhadap
pembiayaan
Murabahah. Untuk
40
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
hasil secara parsial,
variabel FDR, QR
dan ROE
berpengaruh positif
terhadap
pembiayaan
murabahah.
Sedangkan untuk
variabel NPF, dan
DER berpengaruh
negatif terhadap
pembiayaan
murabahah.
6. Anastasy
a Sri et al
(2013)
The
Influence of
Third-Party
Funds,
CAR, NPF,
and ROA
Againts The
Financing of
a General
Sharia
Based Bank
in Indonesia
DPK, NPF,
ROA dan
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
Hasil dari penelitian
ini
mengindikaasikan
bahwa DPK, CAR,
dan ROA secara
parsial tidak
mempunyai
pengaruh terhadap.
pembiayaan PLS.
Sementara NPF
mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
pembiayaan. Hasil
yang lainnya adalah
DPK, ROA, CAR,
dan NPF secara
simultan mempunyai
pengaruh terhadap
pembiayaan
7. Greydi
Normala
Sari
(2013)
Faktor-
Faktor yang
Mempengar
uhi
Penyaluran
Kredit Bank
Umum di
Indonesia
(Periode
Jan. 2008-
Dana Pihak
Ketiga
(DPK)
CAR, NPL,
BI Rate dan
Ordinary
Least
Square
(OLS)
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa, DPK
berpengaruh positif
terhadap penyaluran
kredit. CAR
berpengaruh negatif
terhadap penyaluran
kredit. NPL
berpengaruh negatif
41
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Februari
2012)
terhadap penyaluran
kredit. BI Rate
berpengaruh positif
terhadap penyaluran
kredit.
8. Wuri
Arianti
&
Harjum
Muhara
m (2011)
Analisis
Pengaruh
Dana Pihak
Ketiga
(DPK),
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR), Non
Performing
Financing
(NPF) dan
Return On
Asset
(ROA)
terhadap
Pembiayaan
pada
Perbankan
Syariah
DPK, NPF,
dan ROA
CAR dan
Metode
Ordinary
Least
Square
(OLS)
Hasil DPK
berpengaruh (+)
signifikan terhadap
pembiayaan, CAR
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan, ROA
tidak berpengaruh
terhadap
pembiayaan, dan
NPF tidak
berpengaruh
terhadap
pembiayaan. Secara
simultan semua
variabel dependen
berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan bank
syariah di Indonesia.
9. Mustika
Rimadha
ni (2011)
Analisis
Variabel-
Variabel
yang
Mempengar
uhi
Pembiayaan
Murabahah
pada Bank
Syariah
Mandiri
(Periode Jan
2008-Des
2011)
DPK, NPF,
dan FDR
Margin
keuntungan
dan
Multiple
Liniear
Regression
by OLS
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa DPK dan
NPF memiliki
pengaruh signifikan
terhadap penyaluran
pembiayaan
murabahah pada
Bank Syariah
Mandiri. Untuk
margin keuntungan
dan FDR tidak
signifikan terhadap
penyaluran
pembiayaan
murabahah pada
Bank Syariah
42
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Mandiri. secara
simultan keempat
variabel
berpengaruh secara
signifikan terhadap
penyaluran
pembiayaan
murabahah pada
Bank Mandiri
Syariah.
10. Dita
Andraen
y
(Jurnal-
2011)
Analisis
Pengaruh
Dana Pihak
Ketiga,
Tingkat
Bagi Hasil,
dan NPF
terhadap
Volume
Pembiayaan
Berbasis
Bagi Hasil
Pada
Perbankan
Syariah di
Indonesia
DPK dan
NPF
Tingkat
bagi hasil
dan Partial
Least
Square
(PLS)
Hasil dari penelitian
ini mrnunjukkan
bahwa DPK dan
tingkat bagi hasil
mempunyai
pengaruh signifikan
terhadap
pembiayaan bagi
hasil. Sedangkan
NPF tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
volume pembiayaan
berbasis bagi hasil
pada perbankan
syariah di Indonesia.
11. Akhyar
Adnan
(2005)
Analisis
Hubungan
Simpanan,
Modal
Sendiri,
NPL,
Prosentase
Bagi Hasil
dan Markup
Keuntungan
Terhadap
Pembiayaan
Pada
Perbankan
Syariah
Dana Pihak
Ketiga
(DPK) dan
Regresi
Linier
Berganda.
modal
sendiri,
NPL,
prosentase
marjin
keuntungan
dan tingkat
bagi hasil
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
hanya variabel DPK
mempunyai
hubungan positif
dan signifikan,
sementara variabel
ekuitas dan NPL
mempunyai
hubungan positif
tapi tidak signifikan,
dan variabel margin
mempunyai
43
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Studi Kasus
Pada Bank
Muamalat
Indonesia
(BMI)
hubungan negatif
dan tidak signifikan.
Sumber: Kumpulan Penelitian Terdahulu
C. Keterkaitan antar Variabel Independen dan Dependen
1. Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan
Akhyar Adnan dan Pratin (2005:37) Secara teknis yang dimaksud
simpanan adalah seluruh dana yang dihasilkan dari produk
penghimpunan dana pada perbankan syariah, seperti: giro wadiah,
tabungan wadiah dan deposito Mudharabah. Salah satu sumber dana
yang bisa digunakan untuk pembiayaan adalah simpanan, sehingga
semakin meningkat sumber dana (simpanan) yang ada, maka semakin
besar juga bank dapat menyalurkan pembiayaannya.
Dalam penelitian Wuri Arianti (2010:96) Variabel jumlah Dana
Pihak Ketiga berpengaruh positif terhadap pembiayaan pada Bank
Muamalat Indonesia pada tahun 2001 sampai 2011, sehingga
mengandung arti Semakin besar sumber dana yang terkumpul maka bank
akan menyalurkan pembiayaan semakin besar. Hal tersebut dikarenakan
salah satu tujuan bank adalah mendapatkan profit, sehingga bank tidak
akan menganggurkan dananya begitu saja. Bank cenderung untuk
menyalurkan dananya semaksimal mungkin guna memperoleh
keuntungan yang maksimal pula.
44
2. Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Pembiayaan
FDR (Financing to Deposit Ratio) adalah perbandingan antara
jumlah pembiayaan yang disalurkan bank syariah dengan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. (Muhammad, 2005:55).
Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh FDR terhadap pemberian
pembiayaan bank syariah adalah Yanis (2015) dan Prastanto (2012)
dimana hasil penelitiannya menunjukan bahwa FDR berpengaruh positif
dan signifikan. Hal ini menandakan bahwa semakin besar FDR maka
semakin besar pula jumlah kredit yang disalurkan oleh bank yang
bersangkutan sehingga dalam hal ini mengindikasikan bahwa semakin
membaiknya fungsi intermediasi perbankan. Sesuai dengan teori yang
ada bahwasanya FDR menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam
menyalurkan Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh bank yang
bersangkutan (Slamet Riyadi, 2004:146).
3. Return On Assets (ROA) terhadap Pembiayaan
Dalam penilaian kesehatan bank, BI akan mendapatkan skor
maksimum 100 apabila bank memiliki ROA sebesar 1,50%. Jika ROA
suatu bank semakin besar, maka semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik posisi bank tersebut dari
segi pengamanan aset (Dendawijaya, 2000). Laba yang tinggi membuat
bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank
untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank
45
memperoleh kesempatan melakukan pembiayaan dengan lebih luas
(Simorangkir, 2004).
Peningkatan sejumlah laba akan meningkatkan sejumlah asset bank
dan akan memungkinkan bagi bank untuk meningkatkan pembiayaan
yang disalurkan. Menurut Simorangkir (2004). Laba yang tinggi
membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang
memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak
sehingga bank memperoleh kesempatan melakukan pembiayaan dengan
lebih luas. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Huda (2014)
terdapat hubungan positif signifikan Return on Asset (ROA) terhadap
pembiayaan bank syariah di Indonesia. Penelitian Yanis (2015)
menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap pembiayaan
yang disalurkan.
Sedangkan penelitian selanjutnya dilakukan oleh Aristantia (2015).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA)
memiliki pengaruh secara negatif dan signifikan. Hal ini disebabkan
tingginya nilai NPF berpengaruh terhadap menurunnya profit. Semakin
banyak pembiayaan yang bermasalah yang tercermin pada rasio NPF
menunjukkan semakin rendahnya kemampuan bank dalam
mengumpulkan dana yang disalurkan. Semakin sedikit dana pembiayaan
yang kembali ke bank akan menyebabkan dana bank yang tersedia untuk
disalurkan semakin berkurang.
46
4. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan
Menurut Kasmir (2006) menyatakan bahwa bahwa NPF yang tinggi
akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.
Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan
bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan non lancar semakin besar,
dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan
operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap pembiayaan.
Siamat (2005) juga menjelaskan pembiayaan bermasalah adalah
pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor
kesenjangan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan nasabah
peminjam. Jadi, besar kecilnya NPF ini menunjukkan kinerja suatu bank
dalam pengelolaan dana yang disalurkan. Apabila porsi pembiayaan
bermasalah membesar, maka hal tersebut pada akhirnya menurunkan
besaran pendapatan yang diperoleh bank (Ali, 2004).
5. Pengaruh Inflasi terhadap Pembiayaan
Inflasi dapat menyebabkan tingginya resiko default. Resiko ini akan
meningkatkan non performing financing perbankan syariah. Sehingga
ketika tingkat inflasi dalam keadaan tinggi, maka pihak bank akan sangat
berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan. Selain itu inflasi juga bisa
memberikan tekanan bagi bank syariah dalam hal penghimpunan dan dari
masyarakat, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pembiayaan bank
syariah (Firaldi, 2013:50).
47
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni, 2010:15).
Gambar 2.7
Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan pada Bank Umum Syariah
Devisa di Indonesia Periode (Maret 2011- Desember 2015)
48
E. Hipotesis
Menurut Umi Narimawati (2008), hipotesis merupakan kebenaran yang
perlu diuji kebenarannya oleh karena itu hipotesis berfungsi sebagai
kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori. Sesuai dengan kerangka
pemikiran dan untuk memberi arah pada proses penelitian, di dalam penelitian
ini akan diuji Hipotesis sebagai berikut:
1. H01 : Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit
Ratio (FDR), Return on Asset (ROA), Non Performing
Financing (NPF) dan Inflasi tidak berpengaruh secara
parsial terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah
Devisa di Indonesia.
Ha1 : Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing tto Deposit
Ratio (FDR), Return on Asset (ROA), Non Performing
Financing (NPF) dan Inflasi berpengaruh secara parsial
terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di
Indonesia.
2. H02 : Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing tto Deposit
Ratio (FDR), Return on Asset (ROA), Non Performing
Financing (NPF) dan Inflasi tidak berpengaruh secara
simultan terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah
Devisa di Indonesia.
Ha2 : Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing tto Deposit
49
Ratio (FDR), Return on Asset (ROA), Non Performing
Financing (NPF) dan Inflasi berpengaruh secara simultan
terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di
Indonesia.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kausal komparatif yaitu tipe
penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara
dua variabel atau lebih. Peneliti melakukan pengamatan terhadap
konsekuensi-konsekuensi yang timbul dan menelusuri kembali fakta yang
secara masuk akal sebagai faktor-faktor penyebabnya (Indriantoro dan
Supomo, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel Dana Pihak Ketiga
(DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA), Non
Performing Financing (NPF), dan Inflas terhadap Pembiayan pada Bank
Umum Syariah Devisa di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah
Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia selama periode 2011-2015.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2009:116). Metode penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Menurut Siregar
(2011), Purposive Sampling adalah teknik pemilihan sampel berdasarkan
pada kriteria-kriteria tertentu. Sampel untuk penelitian ini adalah Bank
51
Umum Syariah Devisa yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011-2015,
dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Bank Umum Syariah Devisa yang terdaftar di Bank Indonesia periode
2011-2015.
2. Bank Umum Syariah Devisa yang menerbitkan laporan keuangan
triwulan selama lima tahun berturut-turut, yaitu dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015.
3. Bank Umum Syariah tidak keluar (delisting) dari kategori Bank Umum
Syariah Devisa yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011-2015.
4. Laporan keuangan triwulan Bank Umum Syariah Devisa memiliki data-
data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh tiga Bank Umum Syariah
Devisa yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank
Negara Indonesia Syariah.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, di
mana data tersebut diperoleh langsung dari laporan situs resmi Bank
Indonesia, yaitu Laporan Keuangan Triwulan Bank Umum Syariah Devisa
periode tahun 2011 – 2015. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data
untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Peneliti menggunakan data sekunder yang berupa data panel dengan
skala triwulan yang diambil dari Laporan Keuangan Triwulan Bank
52
Umum Syariah Devisa dengan rentang waktu dari triwulan I tahun 2011
hingga triwulan IV tahun 2015.
2. Penelitian Pustaka (Library Research)
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
membaca literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang
berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya memperoleh data
yang valid.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau pinjam di
perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena
ilmu selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu,
untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan teknologi yang juga berkembang yaitu internet. Sehingga
data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan perkembangan
zaman.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana data
yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dan penelitian ini
menganalisis bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA), Non Performing Financing
(NPF) dan inflasi terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda
dengan menggunakan program computer yaitu Software Statistical Package
53
for the Social Sciences (SPSS) versi 20 dan Microsoft Excel 2016. Berikut ini
adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian
dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam
bentuk tabel numerik dan grafik (Indriantoro dan Bambang, 2011).
Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis
kuantitatif yang bersifat deskriptif yang menjabarkan data yang diperoleh
dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk menggambarkan
fenomena atau karakteristik dari data, yaitu dengan memberikan
gambaran tentang pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi
pembiayaan. Metode analisis data akan dilakukan dengan bantuan
aplikasi komputer program SPSS.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
masalah normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan
autokorelasi dalam model penelitian. Uji Asumsi Klasik penting
dilakukan untuk menghasilkan estimator linier tidak bias dengan varian
yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator), yang berarti model
regresi tidak mengandung masalah (Gujarati, 1995). Untuk itu perlu
dilakukan pengujian lebih lanjut, di antaranya:
54
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai
residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi
normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika
nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai
rata-ratanya. Untuk mendeteksi apakah nilai residual terstandarisasi
berdistribusi normal atau tidak, maka dapat digunakan metode
analisis grafik dan metode statistik.
Disamping itu, pengujian normalits dengan analisis grafik dapat
memberikan hasil yang subyektif. Artinya, antara orang yang satu
dengan yang lain dapat berbeda dalam menginterprestasikannya,
maka penulis menggunakan uji normalitas dengan Kolmogorof-
Smirnov. Pengujian normalitas distribusi pada populasi dilakukan
dengan menggunakan nilai Asymp. Sig (2-tailed). Kriteria yang
digunakan yaitu H0 diterima apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih
besar dari tingkat alpha yang telah ditetapkan (α = 5%), karenanya
dapat dinyatakan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Apabila data terdistribusi normal, maka data tersebut
memenuhi persyaratan untuk melakukan pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji t dan uji F sehingga data tersebut dapat diuji untuk
pengambilan keputusan penelitian (Sudarmanto, 2005).
55
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna
diantara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang
terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara
variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung
gejala multikolinier (Suliyanto, 2011 : 81).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
smenunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel
bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =
1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama
dengan VIF < 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala
multikolinieritas (Ghozali, 2012:105).
56
Jika model mengandung multikolinieritas yang serius yakni
korelasi yang tinggi antar variabel independen, maka ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk menyembuhkannya :
1) Menghilangkan Variabel Independen
Salah satu metode sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan
menghilangkan salah satu variabel independen yang mempunyai
hubungan linier kuat. Namun menghilangkan variabel
independen di dalam suatu model akan menimbulkan bias
spesifikasi model regresi.
2) Transformasi Variabel
Transformasi variabel dapat dilakukan dengan cara melakukan
transformasi ke dalam bentuk diferensi pertama (first
difference). Bentuk difference pertama ini akan mengurangi
masalah multikolinieritas. Transformasi variabel ini akan tetap
menimbulkan masalah berkaitan dengan masalah variabel
gangguan. Kesalahan pengganggu Vt mungkin tidak memenuhi
salah satu asumsi daripada model regresi linier klasik yang
mengatakan bahwa kesalahan pengganggu tidak berkorelasi
antara yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi kemungkinan
besar berkorelasi serial (serially correlated).
3) Penambahan Data
Masalah multikolinieritas ada dasarnya merupakan persoalan
sampel. Oleh karena itu, masalah multikolinieritas seringkali
57
diatasi jika kita menambah jumlah data. Ketika menambah
jumlah data karena ada masalah multikolinieritas antara X1
maka akan menyebabkan variansi β1 akan mengalami
penurunan. Jika varian mengalami penurunan maka otomatis
standar error juga akan mengalami penurunan. Dengan kata
lain, jika multikolinieritas variabel independen tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen melalui uji t, maka dengan
penambahan jumlah data maka sekarang variabel independen
menjadi signifikan mempengaruhi variabel dependen
(Widarjono, 2010).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah
variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua
pengamatan. Gejala heterokedastisitas ditunjukan oleh koefisien
regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut
residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. >
α), maka dapat dipastikan model tidak mengandung gejala
heterokedastisitas (Sudarmanto, 2005).
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas, yaitu melihat grafik plot antara lain nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Dasar analisis : (1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
58
melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas; (2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2012).
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk menguji model linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t sebelumnya. Adanya autokorelasi dapat
mengakibatkan penaksir mempunyai varians tidak minimum dan uji
t tidak dapat digunakan, karena akan memberikan kesimpulan yang
salah. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada-tidaknya masalah
autokorelasi, yaitu menggunakan metode Durbin-Watson dan
metode Run Test sebagai salah satu uji statistic non-parametik.
Untuk menunjukkan hasil yang lebih jelas, pengujian
autokorelasi dalam penelitian ini mengunakan metode Run Test
sebagai bagian dari statistic non-parametrik yang digunakan untuk
menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika
antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan
bahwa residual adalah acak atau random (Ghozali, 2009).
3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi linier berganda. Model regresi linier berganda bertujuan untuk
memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel
59
independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2000). Model
regresi linier berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua
atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala
pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Sunyoto,
2009). Pengolahan data menggunakan software Microsoft Excel 2016
dan SPSS versi 21. Dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik
meliputi Uji t, Uji F dan Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square).
a. Uji t (Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel
(independen) secara masing-masing parsial atau individual memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada
tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan menganggap variabel bebas
bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-
t yaitu dengan pengujian di bawah ini. (Nachrowi dan Usman, 2006 :
17).
Hipotesis : Ho : βi = 0 artinya masing-masing variabel bebas
tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.
Ha : βi ≠ 0 artinya masing-masing variabel bebas ada
pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.
Bila probabilitas > α 5% variabel bebas tidak signifikan
atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho
terima, Ha tolak).
60
Bila probabilitas < α 5% variabel bebas signifikan atau
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho tolak, Ha
terima).
b. Uji F (Simultan)
Nilai F hitung digunakan untuk menguji ketetapan model
(goodness of fit). Uji F ini juga sering disebut uji simultan, untuk
menguji apakah variabel bebas yang digunkan dalam model mampu
menjelaskan perubahan nilai variabel terikat atau tidak. Adapun cara
pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan menggunakan suatu variabel
yang disebut dengan tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan
melihat nilai signifikan (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika nilai signifikan
lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak, sebaliknya jika nilai signifikan
lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima.
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien
determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya (Suliyanto,
2011:55).
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi,
dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan pengamatan
dalam model akan meningkatkan R2 meskipun variabel yang
61
dimasukkan itu tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka
digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R
Square (R2 adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti
bahwa koefisien tersebut telah dikorelasi dengan memasukkan unsur
jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan
menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan, maka nilai
koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun
akibat adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto,
2011:43).
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi
yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat digunakan
kriteria sebagai berikut (Sugiyono, 2009:231):
Tabel 3.1
Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien
Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis.
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Umi Narimawati (2008), analisis regresi linier berganda
adalah suatu analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk
62
meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel
tergantung dengan skala interval. Pada analisis regresi linier berganda
bahwa regresi berganda variabel tergantung (terikat) dipengaruhi oleh
dua atau lebih variabel bebas sehingga hubungan fungsional antara
variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X1, X2, Xn). Kemudian dapat
ditulis sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, ……… , Xn)
Keterangan :
Y = Variabel tergantung atau terikat (dependent)
X1, X2, …,Xn = Variabel bebas (independent)
Dalam model di atas terlihat bahwa variabel terikat dipengaruhi dua
atau lebih variabel bebas, disamping itu juga terdapat pengaruh regresi
linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan)
α = Intercept (konstanta)
β 1 = Koefisien regresi untuk X1
β 2 = Koefisien regresi untuk X2
β n = Koefisien regresi untuk Xn
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel bebas kedua
Xn = Variabel bebas ke n
Y = α + β 1X1 + β 2X2 + ……… + β nXn + ε
63
ε = Nilai residu
Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis
regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4+ β5 X5 +ε
Dimana:
Y = Pembiayaan pada BUS Devisa
α = Konstanta
β1,2,3,4,5 = Koefisien variabel
X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
X2 = Financing To Deposit Ratio (FDR)
X3 = Return On Assets (ROA)
X4 = Non Performing Financing (NPF)
X5 = Inflasi
ε = Nilai residu
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti
dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel peneliti yang diperoleh
melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
Data berupa variabel dependen pada penelitian ini adalah pembiayaan
alasannya bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank
syariah, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan pembiayaan. Maka dari itu
64
penulis ingin mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pembiayaan bank syariah. Sedangkan variabel independen yang dipilih
berdasarkan studi literatur berbagai penelitian terdahulu yang menunjukkan
hasil yang berbeda dan adanya inkonsistensi dari kondisi empiris terhadap
teori yang ada.
Berikut adalah tabel 3.4 yang berisi ringkasan definisi operasional variabel:
Tabel 3.2
Ringkasan Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi
Variabel
Pengukuran
Variabel
Skala
Pengukuran Sumber
1. Pembiaya
an (Y)
Dalam
menyalurkan
dana pada
nasabah, secara
garis besar
produk
pembiayaan
perbankan
syariah terbagi
menjadi tiga
kategori yang
dibedakan
berdasarkan
tujuan
penggunanya
yaitu:
1. Transaksi
pembiayaan
yang ditujukan
untuk memiliki
barang dengan
prinsip jual beli
2.Transaksi
pembiayaan
yang ditujukan
untuk
mendapatkan
jasa dilakukan
Pembiayaan =
Murabahah +
Salam + Istishna
+ Qardh + Ijarah
Nominal Ahmad
Rodoni
(2009)
65
No. Variabel Definisi
Variabel
Pengukuran
Variabel
Skala
Pengukuran Sumber
dengan prisip
sewa.
3.Transaksi
pembiayaan
untuk usaha
kerjasama yang
ditunjukkan
guna
mendapatkan
sekaligus barang
dan jasa, dengan
prinsip bagi
hasil.
2. DPK (X1) Dana Pihak
Ketiga adalah
dana yang
diperoleh dari
masyarakat,
dalam arti
masyarakat
sebagai
individu,
perusahaan,
pemerintah,
rumah tangga,
koperasi,
yayasan, dan
lain-lain baik
dalam mata
uang rupiah
maupun dalam
valuta asing.
DPK = Giro +
Deposito +
Tabungan
Nominal Heitzal
Rivai,
dkk
(2007)
3. FDR (X2) Rasio yang
digunakan untuk
mengukur
seberapa jauh
kemampuan
bank dalam
membayar
kembali
penarikan dana
yang dilakukan
deposan dengan
mengandalkan
Total Pembiayaan
Dana Pihak
Ketiga
x 100%
Rasio Dhian
(2011)
66
No. Variabel Definisi
Variabel
Pengukuran
Variabel
Skala
Pengukuran Sumber
4. ROA (X3) Rasio yang
digunakan untuk
mengukur
kemampuan
manajemen
bank dalam
memperoleh
keuntungan
pembiayaan
yang diberikan
sebagai sumber
likuiditasnya.
(laba) secara
keseluruhan.
Laba Sebelum
Pajak
Total Aset
x 100%
Rasio Slamet
Riyadi
(2014)
5. NPF (X4) Rasio yang
digunakan untuk
mengukur
kemampuan
bank dalam
mengelola kredit
bermasalah yang
telah disalurkan
oleh bank
kepada pihak
ketiga.
Pembiayaan
Bermasalah
Total Pembiayaan
x 100%
Rasio Fitri
Zulfiah
(2013)
6. Inflasi
(X5)
Inflasi adalah
proses
meningkatnya
harga-harga
secara umum
dan terus-
menerus
(continue)
berkaitan
dengan
mekanisme
pasar yang dapat
disebabkan oleh
berbagai faktor,
antara lain,
konsumsi
masyarakat yang
meningkat,
berlebihnya
Tingkat Inflasi
pada periode
tertentu (t-1)
Rasio Firaldi
(2013)
67
No. Variabel Definisi
Variabel
Pengukuran
Variabel
Skala
Pengukuran Sumber
likuiditas di
pasar yang
memicu
konsumsi,
sampai termasuk
juga akibat
adanya
ketidaklancaran
distribusi barang
Sumber: Data sekunder diolah
68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia pada periode
2011 hingga 2015 merupakan populasi dalam penelitian ini dan Bank Umum
Syariah Devisa merupakan sampel dari penelitian ini. Dari pertimbangan
tersebut didapatkan sampel sebanyak tiga Bank Umum Syariah Devisa
dengan total 60 data observasi.
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Total Bank Umum Syariah Devisa 4
Bank Umum Syariah Devisa yang tidak memenuhi
kriteria (1)
Jumlah sampel penelitian terpilih 3
Jumlah periode data pengamatan 20
Jumlah sampel total dalam periode penelitian 60
Sumber: Data sekunder diolah
Dari hasil seleksi sampel penelitian di atas, terdapat tiga Bank Umum
Syariah Devisa yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
69
Tabel 4.2
Daftar Nama Bank Umum Syariah Devisa
No Nama Bank Kode
1 Bank Syariah Mandiri BSM
2 Bank Muamalat Indonesia BMI
3 Bank Negara Indonesia Syariah BNIS
Sumber: Data sekunder diolah
B. Analisis Hasil dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi
linier berganda. Tujuannya untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen Dana Pihak Ketiga
(DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA), Non
Performing Financing (NPF) dan Inflasi terhadap variabel dependen
yaitu Pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia.
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi
mengenai data yang dimiliki dan tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan
menganalisis data agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data
yang bersangkutan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maximum), rata-rata
(mean), dan standar deviasi. Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif
dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
70
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pembiayaan 60 5,50 64,45 33,3361 17,96821
DPK 60 3,10 60,58 27,7008 20,19593
FDR 60 76,53 106,50 91,4057 7,10177
ROA 60 ,10 3,42 1,3637 ,67341
NPF 60 ,86 6,34 2,0105 1,24679
Inflasi 60 3,35 8,40 5,8540 1,60140
Valid N (listwise) 60
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.3, variabel dependen Pembiayaan memiliki nilai
minimum 5,50 Miliar yang diperoleh dari Bank Muamalat Indonesia
pada Maret 2011, sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 64,45
Miliar diperoleh dari Bank Syariah Mandiri pada Desember 2015. Nilai
mean pembiayaan sebesar 33,3361 hal ini menujukkan bahwa rata-rata
Pembiayaan di dalam bank syariah mencapai 33,34 Miliar dengan
standar deviasinya sebesar 17,96821.
Variabel independen Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki nilai
minimum sebesar 3,10 Miliar yang diperoleh dari Bank Muamalat
Indonesia pada Maret 2014, sedangkan untuk nilai maksimumnya adalah
sebesar 60,58 Miliar yang diperoleh dari Bank Mandiri Syariah pada
Desember 2015. Nilai mean dari DPK adalah sebesar 27,7008, hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata DPK pada bank syariah sebesar 28 Miliar
dengan standar deviasinya sebesar 20,19593.
71
Variabel independen Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki
nilai minimum 76,53 yang diperoleh dari Bank Muamalat Indonesia pada
Maret 2011, sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 106,50
diperoleh dari Bank Negara Indonesia Syariah pada Juni 2013. Nilai
mean dari Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 91,4057 hal ini
menujukkan bahwa rata-rata Financing to Depositt Ratio (FDR) di dalam
bank syariah mencapai 91,40% dengan standar deviasinya sebesar
7,10177.
Variabel independen nilai Return On Asset (ROA) memiliki nilai
minimum sebesar 0,10 yang diperoleh dari Bank Negara Indonesia
Syariah pada September 2014, sedangkan untuk nilai maksimumnya
adalah sebesar 3,42 yang diperoleh dari Bank Muamalat Indonesia pada
Maret 2011. Nilai mean dari Return On Asset (ROA) adalah sebesar
1,3637, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata Return On Asset (ROA)
pada bank syariah sebesar 1,364% dengan standar deviasinya sebesar
0,67341.
Variabel independen Non Performing Financing (NPF) memiliki
nilai minimum sebesar 0,86 yang diperoleh dari Bank Mandiri Syariah
pada Maret 2012, sedangkan untuk nilai maksimumnya adalah sebesar
6,34 yang diperoleh dari Bank Negara Indonesia Syariah pada Maret
2015. Nilai mean dari Non Performing Financing (NPF) adalah sebesar
2,0105, hal ini menujukkan bahwa rata-rata Non Performing Financing
72
(NPF) pada bank syariah sebesar 2,01% dengan standar deviasi sebesar
1,24679.
Variabel independen Inflasi memiliki nilai minimum sebesar 3,35
pada Desember 2015, sedangkan untuk nilai maksimumnya adalah
sebesar 8,40 yang terjadi pada Desember 2014. Nilai rata-rata dari Inflasi
adalah sebesar 5,8540, dengan standar deviasi sebesar 1,60140.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji
apakah data memenuhi asumsi klasik atau tidak. Hal ini untuk
menghindari terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak semua data
dapat diterapkan menggunakan regresi. Di bawah ini merupakan uji
asumsi klasik yang telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal
(Gujarati, 2011). Model regresi yang baik adalah yang mempunyai
distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini
pengujian uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode uji
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dasar pengambilan
keputusan pada uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas
signifikansi data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0,05
maka variabel ini tidak berdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila
angka probabilitas di atas 0,05 maka Ha ditolak yang berarti variabel
73
terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011). Berikut adalah hasil dari
uji normalitas:
1) Analisis Grafik Histogram
Sumber: Data diolah
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Berdasarkan Gambar 4.2 di atas, histogram Regression Residual
membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P
Plot)
Sumber: Data diolah
Gambar 4.2
Grafik P-P Plot
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, terlihat bahwa penyebaran
data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
74
garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
3) Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.4
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 5,05932587
Most Extreme Differences
Absolute ,077
Positive ,077
Negative -,074
Kolmogorov-Smirnov Z ,599
Asymp. Sig. (2-tailed) ,866
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, hasil uji Kolmogorov-Smirnov
(K-S) menunjukan nilai sebesar 0,866 yang berarti bahwa data
terdistribusi secara normal. Hal ini dapat terlihat karena nilai
probabilitas sebesar 0,866 jauh lebih besar dari 0,05. Sehingga
model penelitian ini memenuhi uji asumsi klasik normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
75
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah adanya
korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi.
Untuk mendeteksi adanya masalah multikolinieritas dalam penelitian
ini dengan menggunakan Nilai Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor). Regresi yang terbebas dari masalah
multikolinieritas apabila nilai VIF <10 dan nilai tolerance >0,10
maka data tersebut bebas dari masalah multikolinieritas. Berikut ini
disajikan hasil uji multikolinieritas dengan menggunakan Nilai
Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), yaitu:
Tabel 4.5
Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
DPK ,709 1,410
FDR ,759 1,318
ROA ,631 1,584
NPF ,440 2,274
INFLASI ,879 1,138
a. Dependent Variable: Pembiayaan
Berdasarkan output pada Coefficients dalam tabel 4.9 di atas
menunjukan hasil uji multikolinieritas dengan nilai Tolerance
berkisar antara 0,440 – 0,879 (>0,10). Sedangkan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) berkisar antara 1,138 – 2,274 (<10). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian ini tidak
terjadi masalah multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
76
Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model
regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel
pada model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut
dengan homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi
adalah yang homoskedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji
heteroskedastisitas.
1) Analisis Grafik dengan Scatterplot
Sumber: data diolah Gambar 4.3
Scatterplot
Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.3 di
atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di
bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual.
Oleh karena itu maka berdasarkan uji heteroskedastisitas
menggunakan metode analisis grafik, pada model regresi
77
yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas.
2) Uji Glejser
Tabel 4.6 di bawah merupakan hasil Uji Heteroskedastisitas
dengan menggunakan Uji Glejser. Uji glejser mengusulkan
untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel
independen (Gujarati,2003). Jika variabel independen signifikan
secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada
indikasi terjadi heteroskedastisitas (probabilitas signifikansi
tingkat kepercayaan 5%) (Ghozali, 2011).
Tabel 4.6
Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2,026 6,111 ,331 ,742
DPK -,042 ,022 -,289 -1,916 ,061
FDR ,056 ,060 ,135 ,922 ,360
ROA -1,105 ,699 -,253 -1,581 ,120
NPF ,140 ,452 ,059 ,308 ,759
INFLASI -,111 ,249 -,060 -,445 ,658
a. Dependent Variable: ABS
Dari hasil uji glejser tersebut semua variabel independen
menunjukan angka signifikansi di atas 0,05 yang berarti bahwa
dalam persamaan regresi tersebut tidak terjadi
heteroskedastisitas.
78
a. Median
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul
karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2011).
Pada penelitian ini menggunakan Runs Test dalam menilai ada
tidaknya masalah autokorelasi dalam model penelitian ini, hasil
pengujian ini dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di mana
nilai signifikansinya harus lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2011).
Berikut merupakan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Runs
test:
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi (Runs Test)
Unstandardized Residual
Test Valuea -,64741
Cases < Test Value 30
Cases >= Test Value 30
Total Cases 60
Number of Runs 37
Z 1,562
Asymp. Sig. (2-tailed) ,118
79
Hasil pengujian ini dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
di mana nilai signifikansinya harus lebih besar dari 0,05. Dapat kita
lihat di atas Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,118 maka tidak ada
masalah autokorelasi.
3. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Uji Statistik t (Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji apakah secara parsial variabel
DPK, FDR, ROA, NPF, dan Inflasi memberikan pengaruh yang
signifikan atau tidak terhadap pembiayaan pada BUS Devisa di
Indonesia. Untuk mengetahuinya dilakukan uji t yaitu dengan
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel dan nilai signifikansi
level. Pada tingkat keyakinan α = 5%, n = 60, k = 5, α = 0,05 nilai t
tabel (α ; n-k-1) atau (0,05 ; 60-5-1)= 1,67356.
Tabel 4.8
Uji Statistik t (Parsial)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -34,816 11,250 -3,095 ,003
DPK ,818 ,040 ,920 20,213 ,000 ,709 1,410
FDR ,507 ,111 ,200 4,552 ,000 ,759 1,318
ROA -,413 1,287 -,015 -,321 ,749 ,631 1,584
NPF ,982 ,833 ,068 1,179 ,244 ,440 2,274
Inflasi -,381 ,459 -,034 -,831 ,410 ,879 1,138
a. Dependent Variable: Pembiayaan
80
1) Pengujian hipotesis I untuk variabel X1 (DPK) :
Berdasarkan hasil output SPSS di atas nilai t hitung pada DPK
adalah 20,213 sementara nilai t tabel (α ; n-k-1) atau (0,05 ;
60-5-1)= 1,67356 dan nilai sig. Adalah 0,000. Jadi
kesimpulannya adalah karena t hitung > t tabel (20,213 >
1,67356) dan nilai sig. < 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis Ha terdukung sehingga dapat
dikatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial
berpengaruh terhadap Pembiayaan pada Bank Umum Syariah
Devisa di Indonesia.
2) Pengujian hipotesis I untuk variabel X2 (FDR) :
Berdasarkan hasil output SPSS di atas nilai t hitung pada FDR
adalah 4,552 sementara nilai t tabel (α ; n-k-1) atau (0,05 ; 60-
5-1)= 1,67356 dan nilai sig. Adalah 0,000. Jadi kesimpulannya
adalah karena t hitung > t tabel (4,552 > 1,67356) dan nilai sig.
< 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan hipotesis Ha
terdukung sehingga dapat dikatakan Financing to Deposit
Ratio (FDR) secara parsial berpengaruh terhadap Pembiayaan
pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia.
3) Pengujian hipotesis I untuk variabel X3 (ROA) :
Berdasarkan hasil output SPSS di atas nilai t hitung pada ROA
adalah -0,321 sementara nilai t tabel (α ; n-k-1) atau (0,05 ; 60-
81
5-1)= 1,67356. Jadi kesimpulannya adalah karena t hitung < t
tabel (-0,321 < 1,67356). Hasil pengujian variabel Return on
Asset (ROA) menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,749
lebih besar dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan hipotesis Ha
tidak terdukung sehingga dapat dikatakan Return on Asset
(ROA) tidak berpengaruh terhadap pembiayaan pada Bank
Umum Syariah Devisa.
4) Pengujian hipotesis I untuk variabel X4 (NPF) :
Berdasarkan hasil output SPSS di atas nilai t hitung pada NPF
adalah 1,179 sementara nilai t tabel (α ; n-k-1) atau (0,05 ; 60-
5-1)= 1,67356. Maka perbandingannya, t hitung < t tabel
(1,179 < 1,67356) Hasil pengujian variabel Non Performing
Financing (NPF) menunjukkan angka signifikansi sebesar
0,244 lebih besar dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan hipotesis
Ha tidak terdukung sehingga dapat dikatakan Non Performing
Financing (NPF) secara parsial tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia.
5) Pengujian hipotesis I untuk variabel X5 (Inflasi) :
Berdasarkan hasil output SPSS di atas nilai t hitung pada
Inflasi adalah -0,831 sementara nilai t tabel (α ; n-k-1) atau
(0,05 ; 60-5-1)= 1,67356. Jadi kesimpulannya adalah karena t
hitung < t tabel (-0,831 < 1,67356). Hasil pengujian variabel
Inflasi menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,410 lebih
82
besar dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan hipotesis Ha tidak
terdukung sehingga dapat dikatakan Inflasi tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa.
b. Uji Statistik F (Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji hipotesis II yaitu apakah secara
simultan variabel DPK, FDR, ROA, NPF dan Inflasi memberikan
pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap pembiayaan. Untuk
mengetahuinya dilakukan uji F yaitu dengan membandingkan nilai F
hitung dengan F tabel dan melihat nilai signifikansi level (sig), jika
nilai sig. < 0,05 maka H0 ditolak.
Tabel 4.9
Uji Statistik F (Simultan)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 17538,338 5 3507,668 125,422 ,000b
Residual 1510,210 54 ssss27,967
Total 19048,548 59
a. Dependent Variable: Pembiayaan
b. Predictors: (Constant), Inflasi, NPF, FDR, DPK, ROA
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, nilai Fhitung sebesar 125,422
dengan nilai Ftabel df : α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (5-1), (60-5) = 2,54
dan nilai signifikansi 0,000. Jadi kesimpulannya adalah karena nilai
Fhitung > Ftabel (125,422 > 2,54) dan nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak atau Ha diterima, sehingga
hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh antara DPK, FDR,
83
ROA, NPF dan Inflasi (secara bersama-sama) terhadap Pembiayaan
ditolak. Dengan demikian terbukti bahwa terdapat pengaruh antara
DPK, FDR, ROA, NPF, dan Inflasi (secara bersama-sama) terhadap
pembiayaan.
c. Uji Adjusted R Square
Koefisien determinasi ( ) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerapkan model regresi dalam menerangkan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam
penelitian ini menggunakan variabel independen Dana Pihak Ketiga
(DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA),
Non Performing Financing (NPF) dan Inflasi, serta variable
dependen yaitu Pembiayaan pada Perbankan Syariah.
Adapun hasil uji koefisien Adjusted R Square disajikan pada
tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8
Uji Adjusted R Square (R2
adj)
a. Predictors: (Constant), INFLASI, NPF, FDR, DPK, ROA
b. Dependent Variable: Pembiayaan
Tabel 4.8 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,913,
hal ini berarti bahwa 91,3% variabel Pembiayaan dapat dijelaskan
oleh Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR),
Return On Asset (ROA), Non Performing Financing (NPF) dan
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,960a ,921 ,913 5,28837
84
Inflasi. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 8,7% dijelaskan oleh faktor-
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas, selanjutnya
akan dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS 20.00 untuk mengetahui
besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Return On Assets (ROA), Non Performing Financing (NPF), dan
Inflasi. Hasil pengolahan data dengan SPSS 20.0 dapat dilihat pada Tabel
4.16 dibawah ini:
Tabel 4.9
Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -34,816 11,250 -3,095 ,003
DPK ,818 ,040 ,920 20,213 ,000 ,709 1,410
FDR ,507 ,111 ,200 4,552 ,000 ,759 1,318
ROA -,413 1,287 -,015 -,321 ,749 ,631 1,584
NPF ,982 ,833 ,068 1,179 ,244 ,440 2,274
Inflasi -,381 ,459 -,034 -,831 ,410 ,879 1,138
a. Dependent Variable: Pembiayaan
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, maka diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut :
Pembiayaan = -34,816 + 0,818X1 + 0,507X2 – 0, 413X3 + 0,982X4 –0,381X5
85
Keterangan :
Y = Pembiayaan pada BUS Devisa
X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
X2 = Financing to Deposit Ratio (FDR)
X3 = Return On Assets (ROA)
X4 = Non Performing Financing (NPF)
X5 = Inflasi (Inflasi)
Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan
regresi di atas adalah sebagai berikut :
1) Apabila DPK, FDR, ROA, NPF dan Inflasi bernilai 0, maka
nilai Pembiayaan pada BUS Devisa akan berkurang sebesar
34,816. Maksudnya adalah jika BUS Devisa tidak melakukan
kegiatan operasional, dapat dikatakan bahwa dalam periode 2011 –
2015 total pembiayaan akan berkurang sebesar Rp 34,816 Milyar.
2) X1 = 0,818 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1 Milyar DPK
akan menyebabkan meningkatnya Pembiayaan pada Bank Umum
Syariah Devisa di Indonesia sebesar Rp 81,8 Milyar dengan catatan
variabel lain dianggap konstan.
3) X2 = 0,507 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1 % FDR akan
menyebabkan meningkatnya Pembiayaan pada Bank Umum
Syariah Devisa di Indonesia sebesar 50,7% dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
86
4) X3 = -0,413 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1 % ROA akan
menyebabkan menurunnya Pembiayaan pada Bank Umum Syariah
Devisa di Indonesia sebesar 41,3% dengan catatan variabel lain
dianggap konstan.
5) X4 = 0,982 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1 % NPF akan
menyebabkan meningkatnya Pembiayaan pada Bank Umum
Syariah Devisa di Indonesia sebesar 98,2% dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
6) X5= -0,381 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1 % Inflasi akan
menyebabkan menurunnya Pembiayaan pada Bank Umum Syariah
Devisa di Indonesia sebesar 38,1% dengan catatan variabel lain
dianggap konstan.
C. Interpretasi
Adapun penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap pembiayaan pada
Bank Umum Syariah Devisa
Diantara variabel DPK, FDR, NPF, ROA, dan Inflasi, variabel DPK
yang paling dominan terhadap Pembiayaan pada Bank Umum Syariah
Devisa di Indonesia. Dilihat dari tabel unstandardized coefficients
dengan nilai β sebesar 0,818 dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05
(0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis Ha terdukung
sehingga dapat dikatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial
berpengaruh terhadap Pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di
87
Indonesia. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Aristanti (2015), Yanis (2015), Huda (2014), Sari (2013),
Arianti dan Muharam (2011), Rimadhani (2011), Andraeny (2011), dan
Adnan (2005).
Bagi bank sebagai lembaga keuangan, dana diibaratkan sebagai
darah dalam tubuh badan usaha dan menjadi hal yang sangat penting.
Tanpa dana, aktifitas bank pasti akan sangat terganggu. Sumber dana
yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidaklah hanya berasal dari milik
bank itu sendiri, tetapi adapula sumber Dana Pihak Ketiga di mana Dana
Pihak Ketiga ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini (Rodoni, 2009).
Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga)
ternyata merupakan sumber dana terbesar yang diandalkan oleh bank,
mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank
(Dendawijaya, 2005). Salah satu sumber dana yang dapat digunakan
untuk pembiayaan adalah simpanan (salah satu unsur Dana Pihak
Ketiga), sehingga semakin meningkat sumber dana (simpanan) yang ada,
maka akan semakin besar juga bank dapat menyalurkan pembiayaan
(Adnan, 2005). Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar sumber
dana yang terkumpul maka bank cenderung akan menyalurkan
pembiayaan semakin besar pula. Hal tersebut dikarenakan salah satu
tujuan bank adalah endapatkan profit, sehingga bank tidak akan
88
menganggurkan dananya begitu saja, dan cenderung akan menyalurkan
dananya semaksimal mungkin guna memperoleh keuntungan yang
maksimal pula (Arianti, 2010).
2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap pembiayaan
pada Bank Umum Syariah Devisa
Hasil pengujian variabel Financing to Deposit Ratio (FDR)
menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05.
Hal ini menunjukkan hipotesis Ha terdukung sehingga dapat dikatakan
Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial berpengaruh terhadap
Pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia. Hasil ini
konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yanis
(2015), dan Prastanto (2012).
Rasio FDR dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat
kemampuan menjalankan fungsi intermediasi secara baik, semakin tinggi
rasio FDR maka bank tersebut akan semakin baik dalam menjalankan
fungsi intermediasinya (Rachman, 2015). Rata-rata FDR dari tiga BUS
Devisa yang diteliti menunjukkan nilai sebesar 91,41% yang berarti
bahwa bank tersebut berada dalam kondisi sehat. Dikarenakan nilai rata-
ratanya masih berada di standar nilai yang ditetapkan Bank Indonesia
yaitu antara 90% - 110%. Hal ini menandakan bahwa semakin besar FDR
maka semakin besar pula jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank
yang bersangkutan. Sesuai dengan teori yang ada bahwa FDR
89
menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan Dana Pihak
Ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan.
3. Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap pembiayaan pada Bank
Umum Syariah Devisa
Hasil pengujian variabel Return on Asset (ROA) menunjukkan angka
signifikansi sebesar 0,749 lebih besar dari α = 0,05. Nilai koefisien beta
yang dihasilkan -0,413. Hal ini menunjukkan hipotesis Ha3 terdukung
sehingga dapat dikatakan Return on Asset (ROA) tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa, konsisten
dengan hasil penelitian Yanis (2015), Huda (2014), Widiyastuti (2013),
dan Liliani dan Khairunnisa (2015)
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa semakin besar tingkat keuntungan (ROA) yang didapat oleh bank,
maka semakin besar pula upaya manajemen menginvestasikan
keuntungan tersebut dengan berbagai kegiatan yang menguntungkan
manajemen, terutama dengan pemyaluran pembiayaan atau semakin
tinggi nilai ROA maka akan menyebabkan pembiayaan menjadi naik.
Hal ini disebabkan karena tidak konsistennya antara kenaikan atau
penuruna ROA terhadap jumlah pembiayaan di setiap triwulannya.
Sebagai contoh, pada data Bank Syariah Mandiri Triwulan II 2012 ROA
menunjukkan nilai sebesar 0,66% dengan total pembiayaan sebesar Rp
62,13 Miliar, dan pada Triwulan III 2014 tingkat ROA meningkat
menjadi 0,80% akan tetapi total pembiayaan yang disalurkan menurun
90
menjadi Rp 58,27 Miliar. Contoh lain pada data Bank Muamalat
Indonesia dimana pada Triwulan III 2012 terjadi penurunan ROA dari
1,68% menjadi 0,50% namun pada pembiayaan mengalami kenaikan dari
Rp 39,16 Miliar menjadi Rp 41,36 Miliar. Jadi kesimpulan khususnya
pada penelitian ini adalah besarnya tingkat ROA belum tentu secara pasti
akan turut meningkatkan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BUS
Devisa yang ada di Indonesia begitu pula sebaliknya.
4. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan
pada Bank Umum Syariah Devisa
Hasil pengujian variabel Non Performing Financing (NPF)
menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,244 lebih besar dari α = 0,05.
Hal ini menunjukkan hipotesis Ha tidak terdukung sehingga dapat
dikatakan Non Performing Financing (NPF) secara parsial tidak
berpengaruh terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di
Indonesia, hasil tersebut konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Aristantia (2015), Arianti dan Muharam (2011) dan
Andreany (2011).
Tingkat signifikansi NPF yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan
bahwa NPF dalam penelitian ini tidak berpengaruh. Hal ini berbeda
dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat NPF maka
akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap pembiayaan, yaitu
berupa penurunan jumlah pembiayaan yang disalurkan dikarenakan
semakin tinggi tingkat NPF, bank akan lebih berhati-hati dan lebih
91
selektif dalam menyalurkan pembiayaan. Dengan harapan meminimalisir
tingkat risiko penyaluran pembiayaan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh tidak konsistennya antara peningkatan atau penurunan tingkat NPF
terhadap jumlah pembiayan yang disalurkan oleh BUS Devisa di setiap
triwulannya pada laporan keuangan BUS Devisa. Selain itu, dengan
tingginya permintaan pembiayaan oleh masyarakat walaupun kebijakan
pembiayaannya ketat (tingkat NPF tinggi) maka permintaan pembiayaan
tetap tinggi. Permintaan pembiayaan yang cukup tinggi ini bisa dilihat
dari tingkat FDR bank syariah yang relatif tinggi, bahkan melebihi 100%
dibanding dengan tingkat LDR pada perbankan nasional. Tingkat FDR
pada BUS Devisa mencapai 106,50%. Kondisi ini msenunjukkan bahwa
posisi penawaran perbankan syariah lebih kuat dibanding dengan posisi
nasabah atau calon nasabahnya.
Hal lain yang dapat menjadi penyebab tidak adanya pengaruh NPF
terhadap pembiayaan yaitu berkaitan dengan regulasi bank terhadap
pembiayaan bermasalah. Bank melakukan penanganan pembiayaan
bermasalah khususnya pembiayaan yang diragukan atau macet oleh bank
syariah banyak dilakukan dengan reschedulling, yaitu menjadwal
kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran.
Reconditioning juga menjadi salah satu alternatif bank dalam menangani
pembiayaan yang bermasalah, yaitu memperkecil margin keuntungan
atau bagi hasil usaha, dan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam
bentuk pembiayaan al-qardhul hasan, yaitu mengangsur pengembalian
92
pokok saja (tanpa tambahan margin) daripada melakukan eksekusi
jaminan. Eksekusi jaminan dilakukan sebagai jalan terakhir bila cara lain
yang lebih manusiawi (cara menurut ajaran islam) tidak berhasil
mengatasi pembiayaan bermasalah (Muhammad, 2002:268). Dengan
demikian cara-cara tersebut menjadi semacam „pertahanan‟ bagi bank
dalam mengatasi pembiayaan bermasalah, sehingga NPF yang tinggi
tidak selalu menjadi penyebab naik atau turunnya jumlah pembiayaan
yang disalurkan oleh bank, khususnya pada Bank Umum Syariah Devisa
pada penelitian ini. Jadi kesimpulannya, khusus dalam penelitian ini,
naiknya tingkat NPF belum tentu secara pasti akan turut mengurangi
jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BUS Devisa yang ada di
Indonesia.
5. Pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah
Devisa
Hasil pengujian variabel Inflasi menunjukkan angka signifikansi
sebesar 0,410 lebih besar dari α = 0,05. Nilai koefisien beta yang
dihasilkan -0,381. Hal ini menunjukkan hipotesis Ha5 tidak terdukung
sehingga dapat dikatakan Inflasi tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
pada Bank Umum Syariah Devisa, konsisten dengan hasil penelitian
Dahlan (2014), dan Hikmawan (2013), .
Inflasi pada dasarnya mencerminkan ketidakseimbangan sektor
perekonomian masyarakat. Semakin tinggi inflasi cenderung memberikan
efek penurunan pada pembiayaan. Hasil penelitian ini menunjukkan
93
bahwa tidak terdapat pengaruh inflasi dengan pembiayaan. Hal tersebut
disebabkan karena bank syariah memiliki daya tahan yang lebih kuat
dibandingkan bank konvensional. Krisis pertengahan tahun 1997
membuktikan tentang adanya kondisi menguntungkan bank syaiah
(Hamidi, 2003:47). Saat perbankan nasional tengah tengah terjangkit
virus negative spread dimana terjadi kerugian akibat bunga simpanan
lebih tinggi dari bunga kredit tetapi bank syariah dengan prinsip bagi
hasil justru beroperasi seperti biasa bahkan terlihat tanpa beban.
Operasional bank syariah memiliki skema produk yang merujuk pada dua
kategori kegiatan ekonomi yaitu produksi (profit sharing) dan distribusi
(jual beli dan sewa menyewa). Selain itu, dalam menjalankan
operasionalnya mengganti sistem bunga dengan sistem bagi hasil,
sehingga tidak membebani nasabah dalam pengembalian angsuran. Jadi
kesimpulanya, khusus pada penleitian ini, besarnya tingkat inflasi tidak
mempengaruhi jumlah penyaluran pembiayaan pada BUS Devisa di
Indonesia.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap Pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di
Indonesia. Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan pada Bank Umum
Syariah Devisa di Indonesia. Sedangkan variabel Return On Asset
(ROA) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan pada
Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia. Variabel Non Performing
Financing (NPF) secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia.
Dan variabel Inflasi secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia.
2. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Return On Asset (ROA), Non Performing Financing (NPF) dan
Inflasi secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Pembiayaan pada Bank Umum Syariah Devisa di
Indonesia.
3. Variabel yang paling dominan terhadap Pembiayaan adalah variabel
Dana Pihak Ketiga (DPK).
95
B. Saran
Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya:
1. Dalam kondisi internal perbankan seperti DPK, FDR, ROA, dan NPF
terbukti hanya DPK dan FDR yang dapat mempengaruhi pembiayaan
yang disalurkan Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia. Oleh karena
itu, sangat diperlukan sekali upaya peningkatan kinerja dari perbankan
tersebut untuk lebih meningkatkan kembali jumlah pembiayaan yang
disalurkannya sehingga fungsi dari perbankan itu sendiri yakni sebagai
lembaga intermedisi (perantara) antara pihak surplus dengan pihak defisit
dapat berjalan lebih baik lagi.
2. Dalam penelitian ini, hanya menggunakan lima tahun penelitian dengan
lima variabel dependen dan satu variabel independen. Diharapkan
penelitian berikutnya dapat menggunakan waktu penelitian yang lebih
panjang lagi serta menambahkan jumlah sampel serta variabel agar lebih
bervariatif lagi dari penelitian sebelumnya.
3. Untuk lebih lanjut, diharapkan peneliti-peneliti lain dapat menggunakan
metode lain seperti data panel pada studi kasus bank-bank umum syariah
di Indonesia secara keseluruhan, sehingga nantinya dapat diketahui
secara rinci pengaruh dari faktor internal maupun faktor eksternal bank
tersebut terhadap penyaluran pembiayaannya nanti.
96
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Agus Widarjono. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan, Edisi
pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Ali, H.Masyhud. 2004. Asset Liability Management. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo
Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2004. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik.
Cetakan kedelapan, Jakarta : Gema Insani Press.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2009. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik.
Jakarta : Gema Insani Press.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2006. Bank Syariah : Analisis Keuangan,
Peluang, Kelemahan dan Ancaman. Yogyakarta : EKONISIA.
Ascarya, 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Dahlan, Siamat. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan “Kebijakan
Moneter dan Perbankan, Edisi Kesatu. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Dendawijaya, Lukman. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan, Edisi kedua. Jakarta
: Ghalia Indonesia.
Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua.
Cetakan Kedua, Bogor: Ghalia Indonesia.
Ghozali, Imam. 2009. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS”. Semarang : Universitas Dipenogoro.
98
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi analisis Multivariate dengan Program
IBM SPSS 19, edisi ke lima. Semarang: Universitas Dipenogoro.
Ghozali, Imam. 2012. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
IBM SPSS 20”. Semarang : UNDIP.
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit
Erlangga,
Gujarati, Damodar. 2003, Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumarno Zain,
Jakarta: Erlangga.
Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan,
Edisi Keempat., Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hamid, Abdul. 2010. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN
Jakarta.
Hikmawan, Isnan Damar. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Bank Umum Syariah.
Other thesis, Universitas Sevelas Maret.
Ikatan Bankir Indonesia. 2014. Memahami Bisnis Bank. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta.
Yogyakarta.
Karim, Adiwarman. 2006. Bank Islam-Analisis Fiqih dan Keuangan.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Karim, Adiwarman A. 2006. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan.
Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers
Karnaen Perwataatmadja. 2007. “Bank Syariah (Teori, Praktik dan
Peranan)”. Jakarta: Celstial Publishing.
Kasmir, 2006. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
99
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers, Jakarta.
M. Luthfi Hamidi. 2003. Jejak-Jejak Ekonomi Islam. Jakarta: Abadi
Publishing.
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2003, “Analisis Laporan
Keuangan”, AMP-YKPN,Yogyakarta.
Muhammad. 2002. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta:
UPP. AMM, YKPN.
Muhamad. 2005. Bank Syariah Problema dan Prospek di Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nachrowi, Djalal Nachrowi, Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer
dan Praktis Ekonometruka untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan,
Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Indonesia.
Rivai, Heithzal, dkk. 2007. “Bank and Financial Institution Management
Conventional & Syaria System”. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Riyadi, Slamet. 2004. Banking Asset and Liability Management. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Rodoni, Ahmad dan Hamid, Abdul. 2008. Lembaga Keuangan Syariah.
Jakarta: Zikrul Hakim.
Rodoni, Ahmad. 2009. Investasi Syariah, Lembaga Penelitian. Jakarta:
UIN Jakarta.
Rodoni, Ahmad. 2010. Manajemen Keuangan, Edisi pertama. Cetakan
pertama, Jakarta: Mitra Wacana Media.
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia.
Simorangkir, O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan
Nonbank. Bogor: Ghalia Indonesia.
100
Siregar, Sofyan. 2011. Statistika Deskriptif untuk penelitian. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Sudarmanto, R.Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linear Ganda dengan
SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suhardjono, 2003. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah.
Jakarta: UPP AMP YKPN.
Sukirno, Sadono. 2007. Makroekonomi Modern. Jakarta : PT Raja
Grafindo.
Suliyanto. 2005. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor :
Ghalia Indonesia.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta: ANDI.
Sunyoto, Danang, 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, edisi pertama.
Yogyakarta: Media Pressindo.
Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,
Teori dan Aplikasi. Bandung: Agung Media.
Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, 2010. Islamic Banking. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Zainul Arifin. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta:
Azkia Publisher.
B. Penelitian/Jurnal
Agista, Aristantia Radis. 2015. Analisis Pengaruh DPK, CAR dan ROA
terhadap Pembiayaan di PT Bank Mualamat Indonesia Tbk
Periode 2007-2013. Naskah Publikasi, Vol. 2, No. 2: 1-19.
101
Akhyar, Adnan. 2005. Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri, NPL,
Prosentase Bagi Hasil, dan Mark Up Keuntungan Terhadap
Pembiayaan Pada Perbankan Syariah. Kajian Bisinis dan
Manajemen. Hal 35-52.
Almilia, Luciana Spica, dan Winny Herdiningtyas. 2005. Analisa Rasio
Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga
Perbankan Periode 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Volume 7 Nomor 2, STIE Perbanas, Surabaya, hal 12.
Andraeny, Dita. 2011. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat
Bagi Hasil, dan Non Performing Financing Terhadap Volume
Pembiayaan Berbasi Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh.
Arianti N.P, Wuri dan Muharam, Harjum. 2011. Analisis Pengaruh Dana
Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), dan Return On Asset (ROA)
terhadap Pembiayaan pada Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada
Bank Muamalat Indonesia periode 2001 – 2011). Jurnal.
Dahlan, Rahmat. 2014. Pengaruh Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia
Syariah dan Tingkat Inflasi terhadap Pembiayaan Bnak Syariah di
Indonesia. Jurnal Etikonomi, Vol. 13, No. 2: 104-117.
Dhian. 2011. Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR Terhadap Return On
Asset (ROA), Bank Umum Syariah. Jurnal.
Firaldi, Mufgi. 2013. Analisis Pengaruh Dari Dana Pihak Ketiga (DPK),
Non Performing Financing (NPF) dan Tingkat Inflasi Terhadap
Total Pembiayaan yang Diberikan Kepada Masyarakat oleh Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia. Skripsi.
Fakultas ekonomi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Giannini, Nur Gilang. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan
Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia. Accounting
Analysis Journal 2.
102
Huda, Ghalih Fahrul. 2014. Pengaruh DPK, NPL dan ROA Terhadap
Penyaluran Kredit Studi Pada Bank Umum Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Jurnal.
Katmas, Ekarina. 2014. Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Terhadap
Volume Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia. Skripsi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Liliani, dan Khairunnisa. 2015. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (Dpk), Non
Performing Financing (Npf), Return On Asset (Roa), Dan Capital
Adequacy Ratio (Car) Terhadap Pembiayaan Bagi Hasil Pada
Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013. Jurnal,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom.
Maula, Khodijah Hadiyatul. 2008. “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Modal
Sendiri, Marjin Keuntungan dan Non Performing Financing
terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri”.
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami, Vol. 4, No. 1 : 1-19
Prastanto. 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah
Pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Akutansi.
Pratami, Wuri N.P. 2011. Pengaruh DPK CAR NPF dan ROA Terhadap.
Pembiayaan pada PT Bank Muamalat,Tbk. Jurnal Universitas
Diponegoro. Semarang.
Rimadhani, Mustika. 2011. “Analisis Variabel-variabel yang
Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah
Mandiri Periode 2008.01- 2011.12”. Media Ekonomi, Vol-19, No
1: 27-52.
Saekhu. 2015. Pengaruh Inflasi Terhadap Kinerja Pembiayaan Bank
Syariah, Volume Pasar Uang Antar Bank Syariah, Dan Posisi
Outstanding Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Economica,
Volume VI, Edisi 1, Mei.
Sari, Greydi Normala. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penyaluran Kredit Bank Umum di Indonesia (Periode 2008- 2012).
Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Universitas Sam Ratulangi Manado.
103
Sri, Anastasya, et al. 2013. The Influence of Third-Party Funds, CAR,
NPF, and ROA Againts The Financing of a General Sharia-Based
Bank in Indonesia, The IBEA, International Confrence on Business,
Economic, and Accounting. Bangkok.
Widiyastuti, Winda. 2013. Pengaruh Rasio Kinerja Keuangan Terhadap
Penyaluran Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia.
Undergraduate thesis, UPN "Veteran" Yogyakarta.
Yanis dan Priyadi. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi Vol. 4 No. 8 Surabaya.
Yoga Tantular Rachman. 2015. Pengaruh Financing to Deposit Ratio
(FDR), Non Performing Financing (NPF), Return On Assets
(ROA), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pembiayaan
Mudharabah (Survey pada Bank Syariah yang Listing di Bursa
Efek Indonesia pada Tahun 2009-2013). Proceedings ICIEF‟15,
Mataram, 25-27 of August.
Zulfiah, Fitri, dan Susilowibowo Joni. 2014. Pengaruh Inflasi, Bi Rate,
Capital Adequacy Ratio (Car), Non Performing Financing (Npf),
Biaya Operasional Dan Pendapatan Operasional (Bopo) Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012. Jurnal Ilmu
Manajemen. Volume 2 nomor 3.
C. Laporan
Fatwa DSN-MUI No. 03/DSN-MUI/IV/2000
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia. Outlook Perbankan Syariah
2014. Jakarta, 2014.
Laporan Bank Indonesia Statistika Perbankan Indonesia
Laporan Bank Indonesia Statistika Perbankan Syariah
Bank Indonesia, Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum Syariah
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
104
Peraturan Bank Indonesia No. 14/14/PBI/2012
D. Website
www.bankmuamalat.co.id diakses pada 20 Mei 2016
www.bi.go.id diakses pada 2 Januari 2016
www.bnisyariah.co.id diakses pada 20 Mei 2016
www.dsnmui.or.id diakses pada 20 Februari 2016
www.ojk.go.id diakses pada 2 Januari 2016
www.syariahmandiri.co.id diakses pada 20 Mei 2016
www.datacon.co.id diakses pada 1 Februari 2016
http://www.beritasatu.com/ekonomi/314843-pertumbuhan-bank-syariah-
melambat-drastis-inipenyebabnya.html diakses pada 7 Februari 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_devisa diakses pada 28 Mei 2016
E. Al-Qur’an dan Hadits
QS. Al-Baqarah [2] : 275
QS. Al-Baqarah [2] : 233
QS. Al-Baqarah [2] : 283
QS. Az-Zukhruf [43] : 32
HR Al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dinilai sahih oleh Ibnu Hibban
HR Ibnu Majah dari Shuhaib
105
Lampiran 1:
Data Bank Umum Syariah Devisa Tahun 2011 – 2015
Pembiayaan DPK FDR ROA NPF INFLASI
2011 Triwulan
1
BSM 28,152 30,400 84,06 2,22 1,12 6,70
BNIS 16,069 16,120 95,82 1,38 3,00 6,70
BMI 5,495 5,010 76,53 3,42 2,12 6,70
Triwulan
2
BSM 32,665 32,060 88,52 2,12 1,14 5,50
BNIS 18,042 5,000 95,71 1,74 1,00 5,50
BMI 6,033 5,080 84,46 2,22 1,71 5,50
Triwulan
3
BSM 34,948 36,670 89,86 2,03 1,26 4,60
BNIS 18,946 5,350 92,45 1,55 3,00 4,60
BMI 6,340 5,310 86,13 2,37 1,78 4,60
Triwulan
4
BSM 37,571 39,890 86,03 1,95 0,95 3,80
BNIS 20,525 5,620 83,94 1,52 1,00 3,80
BMI 6,749 5,550 78,60 1,29 2,42 3,80
2012 Triwulan
1
BSM 39,991 42,630 87,25 2,17 0,86 4,00
BNIS 21,401 5,970 97,08 1,51 1,00 4,00
BMI 7,386 7,540 78,78 0,63 2,77 4,00
Triwulan
2
BSM 43,798 41,740 92,21 2,25 1,41 4,50
BNIS 24,093 6,140 99,85 1,61 1,00 4,50
BMI 7,843 7,540 80,94 0,65 1,75 4,50
Triwulan
3
BSM 46,330 43,580 93,90 2,22 1,55 4,30
BNIS 26,475 6,850 99,96 1,62 1,00 4,30
BMI 8,836 7,640 85,36 1,31 1,62 4,30
Triwulan
4
BSM 49,307 46,380 94,40 2,25 1,14 4,30
BNIS 31,577 7,430 94,15 1,54 1,00 4,30
BMI 10,308 8,570 84,99 1,48 1,42 4,30
2013 Triwulan
1
BSM 51,421 47,200 95,61 2,56 1,55 5,90
BNIS 34,315 7,970 102,02 1,72 1,00 5,90
BMI 11,384 10,150 80,11 1,62 0,97 5,90
Triwulan
2
BSM 54,131 50,630 94,22 1,79 1,10 5,90
BNIS 37,374 25,370 106,50 1,69 1,00 5,90
BMI 13,043 10,640 92,13 1,24 1,54 5,90
Triwulan
3
BSM 56,680 53,620 91,29 1,51 1,59 8,40
BNIS 39,161 36,730 103,40 1,68 1,00 8,40
BMI 14,518 10,820 96,37 1,22 1,49 8,40
Triwulan
4
BSM 58,212 55,750 89,37 1,53 2,29 8,40
BNIS 41,365 37,190 99,99 0,50 1,35 8,40
106
BMI 16,015 11,070 97,86 1,37 1,13 8,40
2014 Triwulan
1
BSM 57,790 54,320 90,34 1,77 2,65 7,30
BNIS 41,944 38,860 105,40 1,44 1,00 7,30
BMI 17,494 3,100 96,67 1,22 1,27 7,30
Triwulan
2
BSM 62,130 55,360 89,91 0,66 3,90 6,70
BNIS 44,317 42,370 96,78 1,03 3,00 6,70
BMI 19,235 6,810 98,96 1,11 1,40 6,70
Triwulan
3
BSM 58,274 56,880 85,68 0,80 4,23 4,50
BNIS 45,276 43,860 98,81 0,10 1,00 4,50
BMI 20,473 10,790 94,29 1,11 1,51 4,50
Triwulan
4
BSM 59,052 58,710 82,13 0,17 4,29 8,40
BNIS 42,815 46,740 84,14 0,17 4,00 8,40
BMI 21,816 15,030 92,58 1,27 1,04 8,40
2015 Triwulan
1
BSM 59,595 58,660 81,67 0,81 4,41 6,40
BNIS 44,197 37,280 95,11 0,62 6,34 6,40
BMI 22,944 4,520 90,10 1,20 1,30 6,40
Triwulan
2
BSM 62,069 58,330 85,01 0,55 4,70 7,30
BNIS 47,966 35,770 99,05 0,51 3,00 7,30
BMI 24,527 9,060 96,65 1,30 1,38 7,30
Triwulan
3
BSM 62,776 58,700 84,49 0,42 4,34 6,83
BNIS 47,101 44,860 96,09 0,36 3,00 6,83
BMI 24,861 13,850 89,65 1,32 1,33 6,83
Triwulan
4
BSM 64,451 60,580 81,99 0,56 4,05 3,35
BNIS 46,609 47,560 97,05 0,41 3,00 3,35
BMI 25,953 18,840 91,94 1,43 1,46 3,35
107
Lampiran 2: Output SPSS
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pembiayaan 60 5,50 64,45 33,3361 17,96821
DPK 60 3,10 60,58 27,7008 20,19593
FDR 60 76,53 106,50 91,4057 7,10177
ROA 60 ,10 3,42 1,3637 ,67341
NPF 60 ,86 6,34 2,0105 1,24679
Inflasi 60 3,35 8,40 5,8540 1,60140
Valid N (listwise) 60
108
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 5,05932587
Most Extreme Differences
Absolute ,077
Positive ,077
Negative -,074
Kolmogorov-Smirnov Z ,599
Asymp. Sig. (2-tailed) ,866
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
109
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
(Constant) -34,816 11,250 -3,095 ,003
DPK ,818 ,040 ,920 20,213 ,000 ,709 1,410
FDR ,507 ,111 ,200 4,552 ,000 ,759 1,318
ROA -,413 1,287 -,015 -,321 ,749 ,631 1,584
NPF ,982 ,833 ,068 1,179 ,244 ,440 2,274
Inflasi -,381 ,459 -,034 -,831 ,410 ,879 1,138
a. Dependent Variable: Pembiayaan
110
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2,026 6,111 ,331 ,742
DPK -,042 ,022 -,289 -1,916 ,061
FDR ,056 ,060 ,135 ,922 ,360
ROA -1,105 ,699 -,253 -1,581 ,120
NPF ,140 ,452 ,059 ,308 ,759
Inflasi -,111 ,249 -,060 -,445 ,658
a. Dependent Variable: abs
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,64741
Cases < Test Value 30
Cases >= Test Value 30
Total Cases 60
Number of Runs 37
Z 1,562
Asymp. Sig. (2-tailed) ,118
a. Median
111
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 17538,338 5 3507,668 125,422 ,000b
Residual 1510,210 54 27,967
Total 19048,548 59
a. Dependent Variable: Pembiayaan
b. Predictors: (Constant), Inflasi, NPF, FDR, DPK, ROA
112
Lampiran 3: Surat Keputusan Izin Mendirikan BUS Devisa
113
114