Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak Sapi Potong.docx

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Seekor ternak atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, di samping hasil yang bisa dimanfaatkan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang, dan lain sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani. Namun penyediaan daging sapi belum mencukupi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah laju pertumbuhan populasi manusia yang tinggi tidak diikuti dengan laju pertumbuhan populasi sapi potong. Laju pertumbuhan populasi sapi yang menurun ini diakibatkan oleh pengelolalaan yang masih bersifat tradisional. Demikian juga lahan usaha peternakan dan pakan ternak yang semakin sempit. Tabel 1: Perkembangan Populasi Sapi Potong di Jawa Tengah dan Indonesia (ribu ekor) Tahun Populasi Ternak Sapi Potong Indonesia 1

description

EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA(Studi Kasus : Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang)

Transcript of Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak Sapi Potong.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya

penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan

penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Seekor ternak atau kelompok

ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai

bahan makanan berupa daging, di samping hasil yang bisa dimanfaatkan lainnya

seperti pupuk kandang, kulit, tulang, dan lain sebagainya. Daging sangat besar

manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.

Namun penyediaan daging sapi belum mencukupi kebutuhan konsumsi

yang terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah laju pertumbuhan populasi

manusia yang tinggi tidak diikuti dengan laju pertumbuhan populasi sapi potong.

Laju pertumbuhan populasi sapi yang menurun ini diakibatkan oleh pengelolalaan

yang masih bersifat tradisional. Demikian juga lahan usaha peternakan dan pakan

ternak yang semakin sempit.

Tabel 1: Perkembangan Populasi Sapi Potong di Jawa Tengah dan Indonesia (ribu ekor)

Tahun Populasi Ternak Sapi Potong Indonesia2007200820092010201120122013

1.416,501.442,01.525,31.554,501.937.602.051,411.500,08

11.514,9012.256,812.760,013.581,6014.824,2015.980,7012.686,24

Sumber: Badan Pusat Statistik 2014

Populasi sapi potong di Jawa Tengah terus mengalami peningkatan dari

tahun 2007 sampai tahun 2012. Akan tetapi terjadi penurunan populasi sapi po-

tong di Jawa Tengah pada tahun 2013 dari yang semula 2.051,41 ribu ekor men-

jadi 1.500,08 ekor. Penurunan pada tahun 2013 ini juga berimbas pada populasi

sapi nasional yang juga mengalami penurunan pada tahun 2013. Setelah terus

1

mengalami peningkatan dari 2007-2012, populasi sapi nasional turun dari yang

semula 15.980,70 ribu ekor (2012) menjadi 12.686,24 ribu ekor.

Tabel 2: Jenis dan Populasi Ternak Besar di Beberapa Kabupaten Provinsi Jawa Tengah tahun 2013

No KabupatenJenis Ternak

Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kuda

1234

SemarangBoyolaliWonogiri

Blora

51.90187.858154.753197.868

22.30861.88716424

2.9411.020220

1.518

1.711624

-68

Sumber: Badan Pusat Statistika 2014

Di Kabupaten Semarang jumlah ternak sapi potong merupakan yang

terbesar jika dibandingkan dengan ternak yang lain yaitu sapi perah, kerbau, dan

kambing. Hal senada juga terjadi di daerah Boyolali, Wonogiri, dan Blora.

Produksi sapi nasional tidak mencukupi dan masih harus mengimpor 53.139 ton

daging sapi sepanjang tahun 2014 (Stockand Land)

Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah produksi daging masih

rendah dan tidak mencukupi kebutuhan konsumsi nasional, antara lain produksi

sapi yang rendah. Hal yang tampak di Jawa Tengah ada beberapa daerah yang

sangat padat, ada yang sedang tetapi ada yang sangat jarang atau penyebaran

ternak sapi tidak merata. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi besarnya

penghasilan atau pendapatan masyarakat pada daerah tersebut, sehingga timbul

perbedaan dari segi ekonomis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi) terhadap

besarnya pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran ?

2. Bagaimana pengaruh motivasi beternak terhadap besarnya pendapatan

peternak sapi potong Kecamatan Tengaran?

2

3. Bagaimana pengaruh umur peternak terhadap besarnya pendapatan

peternak sapi potong Kecamatan Tengaran?

4. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan peternak terhadap besarnya

pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran?

5. Bagaimana pengaruh pengalaman beternak terhadap besarnya

pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran?

6. Bagaimana pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap besarnya

pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran?

7. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja dalam beternak terhadap

besarnya pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka tujuan yang akan dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi) terhadap

besarnya pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran

2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi beternak terhadap besarnya

pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran

3. Untuk mengetahui pengaruh umur peternak terhadap besarnya

pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan peternak terhadap

besarnya pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran

5. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman beternak terhadap besarnya

pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran

6. Untuk mengetahui pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap

besarnya pendapatan peternak sapi potong Kecamatan Tengaran

7. Untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja dalam beternak

terhadap besarnya pendapatan peternak sapi potong Kecamatan

Tengaran

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU

2.1 Tinjauan Pustaka

a. Skala Kepemilikan

Menurut Prawirokusumo (1991), usaha yang bersifat tradisional diwakili oleh

para petani dengan lahan sempit yang mempunyai 1-2 ekor ternak.

Berdasarkan kepemilikan lainnya, petani Indonesia dibedakan menjadi tiga

jenis, yaitu: (1) petani yang tidak memilki lahan (landless labor); (2) petani

pemilik lahan; dan (3) petani pemilik penyewa penggarap, artinya selain

menyewa lahan, juga memiliki lahan sendiri (Mubyarto, 1991). Tipe lahan

yang akan digunakan untuk usahatani, termasuk usaha peternakan harus

diselidiki dahulu tingkat kesuburannya. Pada dasarnya lahan yang baik dapat

ditingkatkan kesuburannya, tetapi lahan yang kurus juga dapat ditingkatkan

kesuburannya. Lahan harus sesuai untuk ditanami jagung, rumput–rumputan

dan leguminosa (Sudono, 1999).

b. Umur

Semakin tinggi usia seseorang semakin kecil ketergantungannya kepada orang

lain atau semakin mandiri. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia

peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap

sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi

teknologi semakin tinggi. (Soekartawi (e), 2002), menyatakan bahwa para

petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk

diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja

dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.

c. Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Kaufman, pendidikan dan pelatihan tidak hanya menambah

pengetahuan, akan tetapi meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian

meningkatkan produktivitas bekerja. Sejak tahun 1940-an orang mulai sadar

akan hubungan pendidikan dan latihan dengan peningkatan pertumbuhan

ekonomi.

d. The Theory of Human Capital

4

Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan

penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun

sekolah berarti di satu pihak, meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat

penghasilan seseorang, tetapi di pihak lain, menunda penerimaan penghasilan

selama satu tahun dalam mengikuti sekolah tersebut. Disamping penundaan

menerima penghasilan, orang yang melanjutkan sekolah harus membayar biaya

pendidikan. Maka jumlah penghasilan yang diterimanya seumur hidupnya,

dihitung dalam nilai sekarang atau Net Present Value. Present Value dapat

dibedakan dalam dua hal yaitu apabila pendidikannya hanya sampai SMA atau

melanjutkan ke perguruan tinggi sebelum bekerja.

e. Pengalaman Beternak

Pengalaman seseorang dalam berusaha tani berpengaruh terhadap penerimaan

inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur

mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usaha

taninya tersebut sampai diadakan penelitian (Fauzia dan Tampubolon, 1991).

Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya

peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor

topografi, iklim, keadaaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan

rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki

peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan

didaerah itu.

f. Motivasi Beternak

Menurut Fathoni (2004), kekuatan motivasi dari sumber daya manusia sangat

dipengaruhi oleh faktor extrinsic (motivasi yang timbul oleh dorongan yang

ditimbulkan dari dalam dirinya) dan lingkungannya. Demikian juga menurut

Sudrajad (2005) yang menyatakan bahwa tanpa ada motivasi dari diri sendiri

jelas tipe orang yang sulit untuk diajak bekerja atau berusaha. Jadi, orang-

orang yang demikian perlu diberikan motivasi atau dorongan sehingga timbul

niat untuk bekerja.

g. Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban hidup

yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan

5

petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan tetap saja

jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara

kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).

h. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat

dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja

berkaitan erat dengan konsep penduduk, dalam hal ini pengertian tenaga kerja

adalah semua penduduk usia kerja (15-64 tahun) yakni penduduk yang

potensial dapat bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau

yang sedang mencari pekerjaan (Hernanto, 1993). Tenaga kerja terdiri dari

tenaga kerja pria, wanita dan tenaga kerja anak-anak yang berasal dari dalam

keluarga dan luar keluarga. Satu hari kerja setara pria (1 HKP) menggunakan

jumlah jam kerja selama 8 jam dengan standard :

Tenaga kerja pria dewasa > 15 Tahun= 1 HKP

Tenaga kerja wanita dewasa > 15 Tahun = 0.8 HKP

Tenaga kerja anak-anak 10-15 Tahun = 0.5 HKP

(Hernanto,1993).

2.2 PenelitianTerdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang berkaitan mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh:

1. Eniza Saleh, Yunilas, dan Yanda Habib Sofyan tahun 2006 dalam

jurnalnya yang berjudul: “Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di

Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang”. Bahwa variabel

skala usaha dan motivasi beternak, berpengaruh positif terhadap

pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan variabel umur peternak,

tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga,

dan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak

sapi potong.

6

2. Surya Amri Siregar tahun 2009 dalam skripsinya yang berjudul “Analisis

Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten

Langkat”. Bahwa variabel skala usaha sangat berpengaruh terhadap

pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan variabel motivasi beternak,

umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah

tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh

terhadap pendapatan peternak sapi potong.

3. Muhammad Samin tahun 2012 dalam tesisnya yang berjudul “Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Peternak Sapi

Potong Intensif Dan Tradisional Di Kecamatan Pantai Cermin Dan

Kecamatan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai”. Bahwa dari hasil

analisis regresi, dapat diketahui bahwa secara simultan faktor biaya bibit,

biaya pakan, dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap

pendapatan petani peternak sapi potong.

4. Hengky Oxtovianto Putro, A. Setiadi, dan L. Kustiawan tahun 2013

dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Pendapatan Peternak Sapi Jawa

Brebes (Jabres) di Kabupaten Brebes”. Bahwa usaha peternakan sapi

Jabres di Kabupaten Brebes menguntungkan dengan rata-rata pendapatan

per tahun yang diperoleh peternak sebesar Rp 2.200.650,-. Apabila

dibandingkan dengan UMR, pendapatan ini masih lebih kecil.

5. Riszqina, L. Jannah, Isbandi, E. Rianto,S.I. Santoso dalam jurnalnya

yang berjudul “Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Dan Sapi

Bakalan Karapan Di Pulau Sapudi Kabupaten Sumenep”. Bahwa usaha

pemeliharaan sapi bakalan karapan lebih menguntungkan dibandingkan

dengan usaha sapi potong baik ditinjau dari aspek B/C ratio maupun dari

aspek BEP. Usaha sapi potong di Pulau Sapudi masih belum

memberikan keuntungan bagi petani berdasarkan analisis B/C ratio, dan

BEP. Peternak sapi bakalan karapan dengan skala usaha 4-6 ekor lebih

menguntungkan daripada skala usaha 2-3 ekor.

6. M. Handayani, S. Gayatri, dan B.Mulyatno S tahun 2005 dalam jurnalnya

yang berjudul “Pendapatan Tenaga Kerja Keluarga Pada Usaha Ternak

Sapi Potong Di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan”. Bahwa

7

pendapatan tenaga kerja keluarga usaha ternak sapi potong lebih tinggi

bila dibandingkan dengan upah buruh tani di daerah setempat. Sedangkan

nilai rentabilitas modal sendiri lebih besar jika dibandingkan dengan

tingkat bunga deposito.

8

BAB III

BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tengaran Kabupaten

Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan Tengaran secara geografis terletak di

lereng Gunung Merbabu. Adapun kecamatan yang berbatasan langsung

dengan Kecamatan Tengaran yaitu : Barat (Kecamatan Getasan, Kab.

Boyolali ) timur (Kecamatan Suruh) utara (Kota Salatiga) selatan

(Kecamatan Susukan, Kab. Boyolali). Secara astronomi Kecamatan

Tengaran berada antara 11019’ -11025’ bujur timur dan 711’ - 716’

lintang selatan. Luas wilayah kecamatan tengaran adalah 4729,55 ha.

Iklim di Kecamatan Tengaran adalah tropis, akan tetapi Kecamatan

Tengaran bersuhu udara relatif sejuk. (Wikipedia, 2015).

3.2 Variabel Penelitian

- Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pendapatan

- Variabel independen dalam penelitian ini adalah skala usaha, umur

peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, motivasi, jumlah

tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja

3.3 Definisi Dan Batasan Operasional

Definisi Variabel Dependen

Pendapatan adalah total semua pemasukan yang diperoleh dari

usaha ternak sapi meliputi penjualan sapi, tulang, kulit, dan pupuk

dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan.

Definisi Variabel Independen

1. Skala usaha adalah jumlah ternak sapi yang dipelihara (Satuan Ternak).

9

2. Umur peternak adalah umur peternak yang memelihara ternak sapi yang

diukur berdasarkan usia kerja produktif. Dalam penelitian ini rentang umur

peternak yaitu 16-60 tahun.

3. Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan yang ditempuh peternak

(tahun). Diukur dengan pendidikan terakhir yang ditempuh dalam tahun.

4. Pengalaman beternak adalah lamanya peternak dalam memelihara ternak

sapi (tahun).

5. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah tanggungan yang ditanggung

peternak dalam satu kepala keluarga (jiwa). Tanggungan keluarga

misalnya adalah istri, anak, orang tua (kakek/nenek), dan saudara yang

biaya hidupnya ditanggung oleh peternak (kepala keluarga).

6. Motivasi beternak adalah asal atau dorongan niat untuk memulai usaha

ternak sapi. Dalam penelitian ini motivasi dikategorikan menjadi dua yaitu

dorongan orang tua atau inisistif sendiri.

7. Jumlah tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam keluarga atau orang

lain yang dibiayai oleh peternak (jiwa) untuk membantu dalam peternakan

sapi.

Definisi Tambahan

1. Sapi Potong adalah ternak sapi yang bertujuan untuk memproduksi daging.

2. Karakteristik sosial peternak adalah faktor yang ada pada diri peternak

sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam

usaha ternaknya.

3. Ekonometrika adalah ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi dalam

artian secara umum.

4. Model Regresi Linier Berganda adalah model regresi yang digunakan

untuk membuat hubungan antara satu variabel terikat dan beberapa

variabel bebas.

5. Analisis Pendapatan berguna untuk mengetahui atau mengukur berapa

besar pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu.

Pendapatantersebut dapat dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui

seberapa besaranalisis kuantitatif dari menguntungkan usaha yang

10

dilakukan apakah pendapatan tersebut dapat memberikan sumbangan bagi

kehidupan yang layak.

6. Karakteristik sosial peternak adalah faktor yang ada pada diri peternak

sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam

usaha ternaknya.

7. Investasi adalah merupakan nilai kandang, perlengkapan, peralatan, modal

peternak dan pertambahan nilai ternak per tahun.

8. Total penerimaan pada usaha ternak sapi meliputi penerimaan dari

penjualan ternak sapi, penerimaan dari penjualan pupuk kandang dan

pertambahan nilai ternak.

9. Total biaya produksi meliputi biaya investasi atau biaya tetap yakni biaya

penyusutan (kandang, perlengkapan dan peralatan) dan biaya variabel

meliputi biaya bahan pakan, biaya atau upah tenaga kerja,

obat-obatan/vaksinasi dan biaya Inseminasi Buatan (IB) dihitung per tahun

dan kemudi dikonversikan perbulan untuk menyamakan satuan dengan

pendapatan.

10. Pendapatan bersih usaha ternak sapi merupakan selisih antara penerimaan

usaha ternak per tahun dengan biaya produksi per tahun.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan pada tanggal 16-18 Mei 2015 di Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang.

2. Responden Penelitian adalah peternak yang memelihara ternak sapi

sebagai pekerjaan utama maupun sampingan yang bertempat tinggal di

Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

3. Responden Penelitian adalah peternak yang tidak melakukan sistem bagi

hasil (sistem belah) tetapi milik pribadi

4. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data

sekunder dimana data primer langsung diperoleh dari para peternak

sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi–instansi yang berkaitan.

11

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan datasekunder

- Data Primer diperoleh langsung dari monitoring responden

terhadapkegiatan usaha ternak sapi potong melalui wawancara dan

pengisian daftar kuesioner

- Data Sekunder diperoleh instansi yang terkait yaitu Badan Pusat

Statistik Kabupaten Semarang.

3.5 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari kuesioner dan hasil wawancara responden

dilapangan diolahdan ditabulasi. Kemudian data dianalisis dengan

menggunakan metode kuantitatif dan diolah dengan model pendekatan

ekonometri dan dijelaskan secara metode deskriptif.

Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan

menghitung pendapatan peternak pada usaha beternak sapi terhadap

pendapatan keluarga didaerah penelitian. Berdasarkan hasil yang telah

diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model Pendekatan Teknik

Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (alat

bantu Software (SPSS 22) Statistical Package for Social Sciences) dengan

model penduga sebagai berikut:

Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5D1 + b6X5 + b7X6 + µ

Keterangan:

Ŷ : pendapatan peternak sapi potong (baca: Y topi)

X1 : skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam ST

X2 : umur peternak (tahun)

12

X3 : tingkat pendidikan (tahun)

X4 : pengalaman beternak (tahun)

D1 : motivasi beternak (variabel dummy)

X5 : jumlah tangunggan keluarga (jiwa)

X6 : jumlah tenaga kerja (jiwa)

µ : Variabel lain yang tidak diteliti

(Djalal dan Usman, 2002).

13

BAB IV

PEMBAHASAN

Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya

penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan

penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Di Kabupaten Semarang jumlah

ternak sapi potong merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan ternak

yang lain yaitu sapi perah, kerbau, dan kambing. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan jumlah produksi daging masih rendah dan tidak mencukupi

kebutuhan konsumsi nasional, antara lain produksi sapi yang rendah. Hal yang

tampak di Jawa Tengah ada beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang

tetapi ada yang sangat jarang atau penyebaran ternak sapi tidak merata. Tentu saja

hal ini sangat mempengaruhi besarnya penghasilan atau pendapatan masyarakat

pada daerah tersebut, sehingga timbul perbedaan dari segi ekonomis.

Dalam pembahasan ini akan disimpulkan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi pendapatan seorang peternak sapi potong di Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang. Kecamatan ini merupakan kecamatan yang memiliki

jumlah ternak sapi terbesar di Kabupaten Semarang yaitu sebesar 4758 ekor.

Untuk melakukan penelitian, kami mengambil 30 sampel peternak yang ada di

Kecamatan Tengaran. Responden penelitian kami adalah peternak yang

memelihara ternak sapi sebagai pekerjaan utama maupun sampingan, dan tidak

melakukan sistem bagi hasil (sistem belah) tetapi milik pribadi. Rata- rata

pendapatan responden adalah Rp 10.083.733,33. Rata-rata skala usaha (jumlah

ternak) yang dimiliki responden adalah 6 sampai 7 sapi, rata-rata umurnya adalah

51 sampai 52 tahun. Tingkat pendidikan responden rata-rata 11 tahun.

Pengalaman beternak responden rata-rata 12 tahun. Sedangkan rata-rata jumlah

tanggungan keluarga responden adalah 3 sampai 4 jiwa, dan jumlah tenaga kerja

yang dimiliki responden adalah 0 sampai 1 jiwa.

14

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan dalam tabel berikut :

VariabelKoefisien Regresi Std.Error t-hitung Signifikan

Konstanta -3937970,531 3668274,881 -1,074 0,295Skala Usaha (X1) 977585,156 65753,005 14,868 0,000Umur Peternak (X2) 34729,415 33620,502 1,033 0,313Tingkat Pendidikan (X3) 346664,198 213755,366 1,622 0,119Pengalaman Beternak (X4) 36354,444 64218,722 0,566 0,577Motivasi (D1) 2099073,421 890985,256 2,356 0,028Jumlah tanggungan keluarga (X5) 98310,961 404038,223 0,243 0,810

Jumlah Tenaga Kerja (X6) 640531,074 784259,389 0,817 0,423R Square 0,941      Regression 1,52542E+15

     Residual 9,63101E+14

     F Ratio 49,779      F-Tabel (α=0.05) 2,46      T- Tabel (α=0.05) 1,699      

Berdasarkan Tabel diatas, diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ŷ = -3937970,531 + 977585,156X1 + 34729,415X2 + 346664,198X3 +

36354,444X4 + 2099073,421D1 + 98310,961X5 + 640531,074X6 + µ

Keterangan:

Ŷ : pendapatan peternak sapi potong (baca: Y topi)

X1 : skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam ST

X2 : umur peternak (tahun)

X3 : tingkat pendidikan (tahun)

X4 : pengalaman beternak (tahun)

D1 : motivasi beternak (variabel dummy)

15

X5 : jumlah tangunggan keluarga (jiwa)

X6 : jumlah tenaga kerja (jiwa)

µ : Variabel lain yang tidak diteliti

(Djalal dan Usman, 2002).

Berdasarkan hasil regresi diatas dapat diketahui:

1. Nilai konstanta/ intercept adalah sebesar -3937970,531. Artinya, apabila

variabel bebas yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan,

pengalaman beternak, motivasi, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah

tenaga kerja tidak ada maka peternak tidak memperoleh pendapatan

sebesar nilai konstanta yaitu 3937970,531.

2. R Square bernilai 0,941, artinya bahwa semua variabel bebas yaitu skala

usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, motivasi,

jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja mempengaruhi

variabel terikat sebesar 94,1% dan selebihnya yaitu 5,9% dijelaskan oleh

varibel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Secara serempak nilai F-hitung (49,779) lebih besar daripada F-Tabel

(2,46). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ketujuh variabel

tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman

beternak, motivasi, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja

berpengaruh secara nyata (ada pengaruh positif) terhadap pendapatan

peternak sapi potong dengan taraf signifikansi 0,000 dan pada taraf

kepercayaan 95%

4. Secara partial nilai t-hitung yang mempengaruhi adalah variabel skala

usaha (14,868), variabel umur peternak (1,033), variabel tingkat

pendidikan (1,622), varibel pengalaman beternak (0,566), varibel motivasi

(2,356), varibel jumlah tanggungan keluarga (0,243), dan varibel jumlah

tenaga kerja (0,817)

a. Varibel skala usaha berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi

potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan

oleh t-hitung (X1) sebesar 14,868 lebih besar dari nilai t-tabel (α=0.05)

16

yaitu sebesar 1,699 dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin besar skala usaha atau semakin banyak jumlah ternak maka

akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh peternak sapi

potong.

b. Varibel umur berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi potong,

jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh t-

hitung (X2) sebesar 1,033 lebih kecil dari nilai t-tabel (α=0.05) yaitu

sebesar 1,699 tetapi tidak signifikan.

c. Varibel tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan peternak

sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang

ditunjukkan oleh t-hitung (X3) sebesar 1,622 lebih kecil dari nilai t-

tabel (α=0.05) yaitu sebesar 1,699 tetapi tidak signifikan.

d. Varibel pengalaman beternak berpengaruh terhadap pendapatan

peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang

ditunjukkan oleh t-hitung (X4) sebesar 0,566 lebih kecil dari nilai t-

tabel (α=0.05) yaitu sebesar 1,699 tetapi tidak signifikan.

e. Varibel motivasi berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi

potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan

oleh t-hitung (D1) sebesar 2,356 lebih besar dari nilai t-tabel (α=0.05)

yaitu sebesar 1,699 dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap

perubahan motivasi beternak dari orangtua ke inisiatif diri sendiri

menyebabkan peningkatan pendapatan peternak sapi potong.

f. Varibel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap pendapatan

peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang

ditunjukkan oleh t-hitung (X5) sebesar 0,243 lebih kecil dari nilai t-

tabel (α=0.05) yaitu sebesar 1,699 tetapi tidak signifikan.

g. Varibel jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan peternak

sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang

ditunjukkan oleh t-hitung (X6) sebesar 0,817 lebih kecil dari nilai t-

tabel (α=0.05) yaitu sebesar 1,699 tetapi tidak signifikan.

5. Arti dari nilai persamaan berikut adalah:

17

Ŷ = -3937970,531 + 977585,156X1 + 34729,415X2 + 346664,198X3 +

36354,444X4 + 2099073,421D1 + 98310,961X5 + 640531,074X6 + µ

Berdasarkan model persamaan diatas dapat diinterpretasi bahwa:

a. Apabila varibel bebas skala usaha (X1) mengalami kenaikan sebesar 1

ST, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp 977.585

b. Apabila varibel bebas umur (X2) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun,

maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp 34.729

c. Apabila varibel bebas tingkat pendidikan (X3) mengalami kenaikan

sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar

Rp 346.664

d. Apabila varibel bebas pengalaman beternak (X4) mengalami kenaikan

sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar

Rp 36.354

e. Apabila varibel bebas motivasi (D1) mengalami kenaikan sebesar 1%,

maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp 2.099.073

f. Apabila varibel bebas jumlah tanggungan keluarga (X5) mengalami

kenaikan sebesar 1 jiwa, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y)

sebesar Rp 98.310

g. Apabila varibel bebas jumlah tenaga kerja (X6) mengalami kenaikan

sebesar 1 jiwa, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp

640.531

h. Apabila varibel X1, X2, X3, X4, D1, X5, dan X6 yang dianalisis

dianggap nol (tidak melakukan aktivitas) maka peternak sapi potong

akan menanggung biaya sebesar Rp 3.937.970

18

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian faktor - faktor yang mempengaruhi

pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan variabel skala usaha, umur peternak,

tingkat pendidikan, pengalaman beternak, motivasi, jumlah tanggungan keluarga,

dan jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh terhadap tingkat pendapatan peternak

sapi potong. Tetapi yang signifikan hanya variabel skala usaha dan motivasi.

Artinya, hanya variabel tersebut yang memiliki pengaruh secara nyata terhadap

pendapatan.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah

untuk meningkatkan pendapatan, peternak sapi potong di Kecamatan Tengaran

dapat meningkatkan skala usaha (jumlah ternak sapi) dan motivasi beternak.

19

Daftar Pustaka

Abidin, A. dan Simanjuntak, D., 1997. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jenderal

Peternakan, Jakarta.

Chamdi, A.N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di

Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional

Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003.

Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.

Daniel, Moehar., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Fathoni, A. H., 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Rineka

Cipta, Jakarta.

Fauzia, L., dan H. Tampubolon., 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani

Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi.

Universitas Sumatera Utara Press, Medan.

Handayani. 2005. Pendapatan Tenaga Kerja Pada Usaha Ternak Sapi Potong di

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Diunduh 6 Mei 2015.

Hernanto, F., 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Http://semarangkab.bps.go.id. 2015 . Kabupaten Semarang Dalam Angka 2014.

Diunduh Senin, 11 Mei 2015.

Http://semarangkab.bps.go.id. 2015. Kecamatan Tengaran Dalam Angka 2014.

Diunduh Senin, 11 Mei 2015.

Https://id.wikipedia.org. 2015. Tengaran, Semarang. Diunduh Senin, 11 Mei

2015.

Kaufman, Bruce E. dan Julie L. Hotchkiss. 2000. The Economics of Labor

Markets. United State: Harcount Collage Publisher.

Mubyarto., 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Prawirokusumo, Y. B., 1991. Ilmu Usahatani. BPFE, Yogyakarta.

Putro, Hengky O dkk. 2013. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Jawa Brebes

(Jabres) di Kabupaten Brebes. Diunduh 6 Mei 2015.

20

Riszqina, dkk. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Dan Sapi Bakalan

Karapan di Pulau Sapudi Kabupaten Sumenep. Diunduh 6 Mei 2015.

Saleh, Eniza dkk. 2006. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan

Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Diunduh Rabu, 6 Mei 2015.

Samin, Muhammad. 2012. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Peternak Sapi Potong Intensif Dan Tradisional di Kecamatan

Pantai Cermin Dan Kecamatan Serba Jadi Kabupaten Serdang Begadai.

Diunduh 6 Mei 2015.

Siregar, Surya Amri.2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di

Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Skripsi S-1 Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara. Diunduh Rabu, 6 Mei 2015.

Soekartawi dkk. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo, Jakarta.

Sudono, A., 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak.

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

21

LAMPIRAN

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jl Prof Soadarto SH Tembalang 50275

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETERNAK SAPI KECAMATAN

TENGARAN

Variable independen :

1. Skala usaha (jumlah ternak sapi)2. Umur peternak3. Tingkat pendidikan peternak4. Pengalaman beternak5. Motivasi beternak6. Jumlah tanggungan keluarga7. Jumlah tenaga kerja dalam beternak

QUESIONER

Identitas peternak responden:

Nama :

Umur : tahun

Jenis kelamin :

Alamat :

Pekerjaan utama :

Pengalaman beternak : tahun

Motivasi beternak : diri sendiri/orang lain *jika orang lain, sebutkan.

22

A. SKALA USAHA

1. JUMLAH TERNAK SAPI : ekor2. BIAYA PEMBELIAN ANAK SAPI

JUMLAH ANAK SAPI PER BULAN

HARGA ANAK SAPI PER BULAN

JUMLAH NILAI ANAK SAPI PER BULAN

3. BIAYA PEMELIHARAAN SAPI

JENIS BAHAN PANGAN

JUMLAH (KG)/BULAN NILAI BAHAN (RP)/BULAN

B. TINGKAT PENDIDIKAN PETERNAK

SD/MI SMP/MTS SMA/MAN

D3 S1 S2S3

C. JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA

ANGGOTA KELUARGA

BEKERJA TIDAK BEKARJA

JUMLAH TANGGUNGAN

ISTRI

ANAK

AYAH

23

IBU

SAUDARA

D. JUMLAH PEMAKAIAN TENAGA KERJA

JUMLAH TENAGA KERJA BIAYA TENAGA KERJA (RP)

24

25