FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT … fileon audit quality, while work experience,...
Transcript of FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT … fileon audit quality, while work experience,...
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah dan DIY)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
HERMAWAN FAJAR SYUKRONI
B 200 130 397
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah dan DIY)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dari kompetensi,
pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas dan etika auditor terhadap
kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah dan DIY. Jenis data yang
digunakan adalah data primer. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan
kuantitatif. Data penelitian diperoleh kuesioner yang diisi oleh auditor yang bekerja
pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah dan DIY. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan 48 responden. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kompetensi dan due professional care tidak berpengaruh terhadap
kualitas audit, sedangkan pengalaman kerja, akuntabilitas dan etika auditor berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Kata kunci : kompetensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, etika
auditor, kualitas audit
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of competence, work
experience, due professional care, accountability and auditor ethics on audit quality at
Public Accounting Firm in Central Java and DIY. The type of data used is the primary
data. This research is a research with quantitative approach. The research data
obtained questionnaires filled by auditors who work at Public Accounting Firm in
Central Java and Yogyakarta. The sampling technique used was purposive sampling
method with 48 respondents. Data analysis technique used is multiple linear regression
analysis. The results showed that competence and due professional care had no effect
on audit quality, while work experience, accountability and auditor ethics had an effect
on audit quality.
Keywords: competence, work experience, due professional care, accountability, auditor
ethics, audit quality
1. PENDAHULUAN
Akuntan publik dibutuhkan guna menumbuhkan kepercayaan masyarakat
terhadap laporan dan kinerja perusahaan. Jasa akuntan publik sering digunakan
pihak eksternal perusahaan untuk memberikan penilaian atas kinerja perusahaan
melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan keuangan memberikan gambaran
dan informasi atas kinerja perusahaan yang diperlukan oleh pihak internal maupun
eksternal perusahaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan (Wiratama dan
Budiartha, 2015). Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya
2
mengaudit perusahaan klien memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga
dalam lingkungan perusahaan klien, yakni ketika akuntan publik mengemban tugas
dan tanggung jawab dari manajemen (agen) untuk mengaudit laporan keuangan
perusahaan yang dikelolanya. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan
publik maka dalam melaksanakan tugas auditnya, auditor harus berpedoman pada
standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yakni
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (Kharismatuti
dan Hadiprajitno, 2012).
Kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat
mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi
dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam bentuk laporan keuangan
auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada
standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan (Restu dan Agusti,
2013). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan
auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar
pengendalian mutu (SPAP, 2015; 150:01).
Auditor memiliki tanggung jawab yang besar, merupakan hal penting bagi
auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik untuk memiliki kompetensi yang
tinggi. Standar umum pertama (SA Seksi 210 dalam SPAP, 2015) menyebutkan
bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Keahlian dan pelatihan teknis yang
dimiliki auditor dalam hal ini mencerminkan kompetensi auditor. Auditor harus
memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten
untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai
kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu (Ningtyas dan Aris, 2016).
Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor
sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam
pelatiahan, seminar dan simposium. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Ningtyas dan Aris, 2016), (Saputra et al, 2016), (Ilmiyati dan Suhardjo, 2012),
serta (Kurnia et al, 2014) membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap
kualitas audit. Pada lain pihak, penelitian yang dilakukan oleh (Kharismatuti dan
3
Hadiprajitno, 2012) dan (Samsi et al, 2013) menyatakan bahwa kompetensi tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit.
Pengalaman kerja auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Pengetahuan
auditor akan semakin berkembang seiring bertambahnya pengalaman melakukan
tugas audit (Wiratama dan Budiartha, 2015). Paragraf ketiga SA Seksi 210
menyatakan, dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan
pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang
akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan
pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya
dalam praktik audit (SPAP, 2015). (Ningtyas dan Aris, 2016), (Samsi et al, 2013),
(Saripudin et al, 2012), serta (Wiratama dan Budiartha, 2015) dalam penelitiannya
membuktikan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif signifikan terhadap
kualitas audit. Pada lain pihak, hasil penelitian (Saputra et al, 2016) menunjukkan
bahwa pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Menurut SPAP SA Seksi 230, standar umum ketiga menyebutkan bahwa
dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Due professional care
adalah sikap yang cermat dan seksama dengan berpikir kritis serta melakukan
evaluasi terhadap bukti audit, berhati-hati dalam tugas, tidak ceroboh dalam
melakukan pemeriksaan dan memiliki keteguhan dalam melaksanakan tanggung
jawab. Kecermatan mengharuskan auditor untuk waspada terhadap resiko yang
signifikan. Dengan sikap cermat, auditor akan mampu mengungkap berbagai
macam kecurangan dalam penyajian laporan keuangan lebih mudah dan cepat
(Wiratama dan Budiartha, 2015). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
(Ningtyas dan Aris, 2016), (Wiratama dan Budiartha, 2015), serta (Ratna dan
Ramantha, 2015) membuktikan bahwa due professional care berpengaruh terhadap
kualitas audit. Pada lain pihak, hasil penelitian (Saripudin et al, 2012) menunjukkan
bahwa due professional care tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Akuntabilitas merupakan wujud kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan atas kewenangan yang dipercayakan
kepadanya guna pencapaian tujuan yang ditetapkan. Seorang akuntan publik wajib
4
untuk menjaga perilaku etis mereka kepada profesi, masyarakat dan pribadi mereka
sendiri agar senantiasa bertanggung jawab untuk menjadi kompeten dan berusaha
obyektif dan menjaga integritas sebagai akuntan publik. Akuntan yang memiliki
kesadaran akan pentingnya peranan akuntan bagi profesi dan masyarakat, ia akan
melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin (Wiratama dan Budiartha, 2015).
Peneliti yang dilakukan oleh (Ilmiyati dan Suhardjo, 2012), (Saripudin et al, 2012),
(Wiratama dan Budiartha, 2015), serta (Ratna dan Ramantha, 2015) membuktikan
bahwa akuntabilitas berpengaruh signifikan pada kualitas audit. Pada penelitian
sebelumnya hanya menggunakan indikasi motivasi dan kewaiban sosial, sementara
itu pada penelitian ini penulis menambah indikasi yaitu indikasi mengenai
pengabdian pada profesi.
Etika Auditor merupakan ilmu tentang penilaian hal yang baik dan hal yang
buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Guna meningkatkan kinerja auditor, maka
auditor dituntut untuk menjaga standar perilaku etis untuk menghasilkan audit yang
berkualitas (Kurnia et al. 2014). Peneliti yang telah dilakukan sebelumnya oleh
(Kharismatuti dan Hadiprajitno, 2012), (Kurnia et al, 2014), serta
(Ma’rifatumbillah et al, 2016) membuktikan bahwa etika auditor berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Pada pihak lain, penelitian (Ningtyas dan Aris,
2016) dan (Samsi et al, 2013) membuktikan bahwa etika auditor tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit.
Berdasarkan uraian diatas terdapat variabel kompetensi, pengalaman kerja,
due professional care, akuntabilitas dan etika profesi tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit, maka penulis tertarik untuk meneliti kembali variabel-
variabel di atas dan penulis tertarik mengambil judul penelitian: “FAKTOR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT” (Studi Empiris Pada
KAP Jawa Tengah dan DIY).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberi bukti empiris
tentang kompetensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas dan
etika auditor apakah berpengaruh terhadap kualitas audit.
5
2. METODE PENELITIAN
2.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
survei. Data diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor yang bekerja
pada di KAP Jawa Tengah dan DIY sebagai responden dari penelitian ini. Variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi, dalam penelitian ini adalah kualitas
audit. sedangkan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi, dalam
penelitian ini adalah kompetensi, pengalaman kerja, due professional care,
akuntabilitas, dan etika auditor.
2.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada
di Jawa Tengah dan DIY sedangkan unit analisis dalam penelitian ini adalah
individu yaitu seluruh auditor yang bekerja di KAP wilayah Jawa Tengah dan DIY
yaitu 32 KAP. Sedangkan KAP yang bersedia menjadi responden adalah 11 KAP
yang terdiri dari 108 auditor Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu dan pengumpulan informasi yang memenuhi kriteria sesuai
dengan yang penulis kehendaki, kriteria pemilihan sampel yang digunakan yaitu:
Bersedia menjadi responden dan mempunyai pengalaman bekerja di KAP minimal
1 tahun.
2.3 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan
tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor yang bekerja pada 11 KAP
Jawa Tengah dan DIY sebagai responden dari penelitian ini. Sumber data dari
dalam penelitian ini adalah nilai atau skor atas jawaban yang diberikan oleh
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner.
2.4 Variabel Penelitian dan Difinisi Operasional
2.4.1 Kualitas Audit
kualitas audit suatu hal harus diperhatikan agar hasil kerja auditor dapat
memberikan hasil yang baik. Tanpa adanya kualitas audit maka pekerjaan auditor
6
kurang memberikan hasil yang optimal. Variabel ini diukur dengan menggunakan
instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert.
Ada 5 skala yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS)
dengan nilai 2, Netral (N) dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4, serta Sangat
Setuju (SS) dengan nilai 5. Semakin tinggi nilai skala menunjukkan semakin
tingginya kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Instrumen pertanyaan dari
variabel kualitas audit yang diadopsi dari Sukriah dkk (2009). Indikator dalam
instrumen antara lain:
1) Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit (lima item)
2) Kualitas laporan hasil pemeriksaan (lima item)
2.4.2 Kompetensi
Saputra et al (2016) Auditor yang kompetensi memiliki keahlian dan
keterampilan yang cukup dalam melaksanakan audit serta secara hukum memiliki
kewenangan dan hak untuk melaksanakan audit berdasarkan penugasan atau dasar
hukum pendirian organisasi. Seorang auditor wajib memiliki kemahiran atau
keterampilan profesi auditor yang diakui umum, sehingga tidak semua orang boleh
dan bisa melaksanakan audit. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen
pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert. Ada 5 skala
yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS) dengan nilai 2,
Netral (N) dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4, serta Sangat Setuju (SS)
dengan nilai 5. Semakin tinggi nilai skala menunjukkan semakin tingginya
kompetensi yang dihasilkan oleh auditor. Instrumen pertanyaan dari variabel
kompetensi yang diadopsi dari Sukriah dkk (2009). Indikator dalam instrumen
antara lain:
1) Mutu personal (tiga item)
2) Pengetahuan umum (empat item)
3) Keahlian khusus (tiga item)
2.4.3 Pengalaman Kerja
Wiratama et al (2015) Pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan
laporan keuangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit.
Pengetahuan auditor akan semakin berkembang seirirng bertambahnya
pengalaman melakukan tugas audit. Variabel ini diukur dengan menggunakan
7
instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert.
Ada 5 skala yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS)
dengan nilai 2, Netral (N) dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4, serta Sangat
Setuju (SS) dengan nilai 5. Semakin tinggi nilai skala menunjukkan semakin
tingginya pengalaman kerja yang dihasilkan oleh auditor. Instrumen pertanyaan
dari variabel pengalaman kerja yang diadopsi dari Sukriah dkk (2009). Indikator
dalam instrumen antara lain:
1) Lamanya bekerja sebagai auditor (empat item)
2) Banyaknya Tugas Pemeriksaan (empat item)
2.4.4 Due Professional Care
Wiratama et al (2015) Due professional care dapat diartikan sebagai sikap
yang cermat dan seksama dengan berpikir kritis serta melakukan evaluasi
terhadap bukti audit, berhati-hati dalam tugas, tidak ceroboh dalam melakukan
pemeriksaan dan memiliki keteguhan dalam melaksanakan tanggung jawab.
Kecermatan mengharuskan auditor untuk waspada terhadap resiko yang signifikan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran dalam bentuk
kuesioner dengan menggunakan skala likert. Ada 5 skala yaitu Sangat Tidak Setuju
(STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS) dengan nilai 2, Netral (N) dengan nilai 3,
Setuju (S) dengan nilai 4, serta Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5. Semakin tinggi
nilai skala menunjukkan semakin tingginya due professional care yang dihasilkan
oleh auditor. Instrumen pertanyaan dari variabel due professional care yang
diadopsi dari Tubagus Mansur (2007). Indikator dalam instrumen antara lain:
1) Sikap skeptis (tiga item)
2) Keyakinan yang memadai (empat item)
2.4.5 Akuntabilitas
Ratna dan Ramantha (2015) Akuntabilitas dapat berarti dorongan psikologi
sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan tugasnya, dimana orang
tersebut bertanggungjawab kepada rekan seprofesi dan lingkungannya. Variabel
ini diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner
dengan menggunakan skala likert. Ada 5 skala yaitu Sangat Tidak Setuju (STS)
dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS) dengan nilai 2, Netral (N) dengan nilai 3, Setuju
(S) dengan nilai 4, serta Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5. Semakin tinggi nilai
8
skala menunjukkan semakin tingginya akuntabilitas yang dihasilkan oleh auditor.
Instrumen pertanyaan dari variabel akuntabilitas yang diadopsi dari Diani Mardisar
dan Ria Nelly Sari (2007). Indikator dalam instrumen antara lain:
1) Motivasi (lima item)
2) Pengabdian pada profesi (empat item)
3) Kewajiban social (empat item)
2.4.6 Etika Auditor
Samsi et al (2013) mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau
norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan
maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan
manusia atau masyarakat atau profesi. Variabel ini diukur dengan menggunakan
instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert.
Ada 5 skala yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS)
dengan nilai 2, Netral (N) dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4, serta Sangat
Setuju (SS) dengan nilai 5. Semakin tinggi nilai skala menunjukkan semakin
tingginya akuntabilitas yang dihasilkan oleh auditor. Instrumen pertanyaan dari
variabel akuntabilitas yang diadopsi dari Murtanto dan Marini (2003). Indikator
dalam instrumen antara lain:
1. Tanggung jawab profesi auditor (lima item)
2. Integritas (empat item)
3. Objektivitas (empat item)
2.4.7 Analisis Data
Model regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
KA = α + KP + PK + DPC + AK+ ET + ε
Keterangan :
KA = Kualitas Audit
α = Konstanta
, , , , = Koefisien regresi
KP = Kompetensi
PK = Pengalaman kerja
DPC = Due Professional Care
9
AK = Akuntabilitas
ET = Etika Auditor
ε = Error term
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sampel
Tabel 1
Jumlah Sampel
No Keterangan Jumlah
1 Jumlah auditor pada 11 KAP 108
2 Jumlah auditor yang tidak bersedia menjadi
responden (59)
3 Jumlah auditor yang pengalaman kerjanya < 1
tahun pada 11 KAP (0)
4 Outlier (1)
Jumlah Sampel Akhir 48
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan teknik pengambilan kuesioner diatas, peneliti ini hanya
menggunakan sampel sebanyak 48 responden.
Tabel 2
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Variabel Nilai Koefisien thitung Sig Keterangan
1 (Constant) 8,830
KP -0,071 3,710 0,451 H1. ditolak
PK 0,442 -0,761 0,004 H2. diterima
DPC -0,144 1,864 0,262 H3. ditolak
AK 0,229 -1,137 0,005 H4. Diterima
ET 0,282 3,001 0,001 H5. Diterima
KA = 8,830 - 0,071KP + 0,442PK - 0,144DPC + 0,229AK + 0,282ET + ε
(0,451) (0,004) (0,262) (0,005) (0,001)
(Sig) (Tdk Sig) (Tdk Sig) (Sig) (Sig)
Berdasarkan hasil regresi diatas dapat diinterprestasikan sebagai berikut:
Konstanta sebesar 8,830 dengan parameter positif menunjukkan bahwa apabila
terdapat kompetensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, dan etika
auditor maka kualitas audit akan meningkat sebesar 8,830%. Koefisien regresi
kompetensi menunjukkan koefisien negatif sebesar 0,071, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi kompetensi auditor maka kualitas audit yang
10
dihasilkan akan semakin menurun. Koefisien regresi pengalaman kerja menunjukkan
koefisien positif sebesar 0,442, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi pengalaman kerja auditor maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin
meningkat. Koefisien regresi due professional care menunjukkan koefisien negatif
sebesar 0,144, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi due
professional care auditor maka kualitas audit kualitas yang dihasilkan akan menurun.
Koefisien regresi akuntabilitas menunjukkan koefisien positif sebesar 0,229, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi akuntabilitas auditor maka kualitas
audit yang dihasilkan akan meningkat. Koefisien regresi etika auditor menunjukkan
koefisien positif sebesar 0,282, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi etika auditor maka kualitas audit yang dihasilkan akan meningkat.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit
Variabel kompetensi menunjukkan nilai thitung sebesar 0,761 sedangkan nilai ttabel
pada α = 0,05 dan df = N-k = 48-5 = 43 adalah 2,017. Berarti nilai thitung untuk variabel
kompetensi lebih kecil dari ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,451 berada lebih
tinggi dari α = 0,05. Oleh karena itu H1 ditolak.
Hasil temuan ini menunjukkan bahwa kompetensi secara statistik tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Artinya meningkatnya kompetensi auditor tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
3.2.2 Pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit
Variabel pengalaman kerja menunjukkan nilai thitung sebesar 3,074 sedangkan
nilai ttabel pada α = 0,05 dan df = N-k = 48-5 = 43 adalah 2,017. Berarti nilai thitung
untuk variabel pengalaman kerja lebih besar dari ttabel dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,004 berada lebih rendah dari α = 0,05, oleh karena itu H2 diterima.
Hasil temuan ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja secara statistik
berpengaruh terhadap kualitas audit, semakin tinggi pengalaman kerja yang dimiliki
auditor maka kualitas audit yang dihasilkkan akan semakin tinggi.
3.2.3 Pengaruh Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit
Variabel due professional care menunjukkan nilai thitung sebesar 1,137 sedangkan
nilai ttabel pada α = 0,05 dan df = N-k = 48-5 = 43 adalah 2,017. Berarti nilai thitung
untuk variabel due professional care lebih rendah dari ttabel dengan tingkat signifikansi
11
sebesar 0,262 berada lebih tinggi dari α = 0,05, sehingga menolak H3. Oleh karena itu
H3 ditolak.
Hasil temuan ini menunjukkan bahwa due profesional care secara statistik tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Artinya meningkatnya due professional care
auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
3.2.4 Pengaruh Akuntabilitas terhadap kualitas audit
Variabel akuntabilitas menunjukkan nilai thitung sebesar 3,001 sedangkan nilai
ttabel pada α = 0,05 dan df = N-k = 48-5 = 43 adalah 2,017. Berarti nilai thitung untuk
variabel akuntabilitas lebih besar dari ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,005
berada lebih rendah dari α = 0,05. Oleh karena itu H4 diterima.
Hasil temuan ini menunjukkan bahwa akuntabilitas secara statistik berpengaruh
terhadap kualitas audit, semakin tinggi akuntabilitas yang dimiliki auditor maka
kualitas audit yang dihasilkkan akan semakin tinggi.
3.2.5 Pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit
Variabel etika auditor menunjukkan nilai thitung sebesar 3,710 sedangkan nilai
ttabel pada α = 0,05 dan df = N-k = 48-5 = 43 adalah 2,017. Berarti nilai thitung untuk
variabel etika auditor lebih besar dari ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001
berada lebih rendah dari α = 0,05. Oleh karena itu H5 diterima.
Hasil temuan ini menunjukkan bahwa etika auditor secara statistik berpengaruh
terhadap kualitas audit, semakin tinggi etika yang dimiliki auditor maka kualitas audit
yang dihasilkkan akan semakin tinggi.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian setiap hipotesis, diperoleh simpulan sebagai
berikut:
1) Kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit pada 11 KAP di
wilayah Jawa Tengah dan DIY.
2) Pengalaman Kerja secara statistik berpengaruh terhadap kualitas audit pada
11 KAP di wilayah Jawa Tengah dan DIY.
3) Due Professional Care tidak berpengaruh terhadap kualitas audit pada 11
KAP di wilayah Jawa Tengah dan DIY.
12
4) Akuntabilitas secara statistik berpengaruh terhadap kualitas audit pada 11
KAP di wilayah Jawa Tengah dan DIY.
5) Etika Auditor secara statistik berpengaruh terhadap kualitas audit pada 11
KAP di wilayah Jawa Tengah dan DIY.
4.2 Keterbatasan Penelitian
1) Penelitian ini hanya dilakukan pada 11 Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Jawa Tengah dan DIY sehingga hasil dari penelitian ini belum dapat
diterapkan ke semua objek.
2) Penelitian ini masih menggunakan metode kuesioner dalam menentukan
data sehingga mengakibatkan penelitian ini rentan terhadap biasnya jawaban
dari responden.
3) Dalam penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen, yaitu
kompetensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas dan
etika auditor untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
audit pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah dan DIY.
4.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas berikut diajukan saran
sebagai berikut:
1) Berdasarkan hasil temuan ini, peningkatan kualitas audit pada 11 Kantor
Akuntan Publik (KAP) Jawa Tengah dan DIY harus selalu diupayakan. Untuk
mencapai tujuan tersebut auditor harus terus berupaya meningkatkan
kompetensi, wajib menegakkan akuntabilitas dalam melaksanakan tugas
profesionalnya, meningkatkan etika, serta meningkatkan pengalaman kerja.
2) Due professional care atau kemahiran profesional yang cermat dan seksama
meskipun secara statistik tidak berpengaruh, namun dalam pelaksanaannya
variabel tersebut dipertimbangkan sebagai faktor penting dalam mencapai hasil
audit yang berkualitas. Auditor diharapkan memiliki kesungguhan dan
kecermatan dalam melaksanakan tugas professional audit serta menggunakan
seluruh keahlian dan pertimbangannya dalam melaksanan tugas pemeriksaan
serta pelaporan audit.
13
3) Berdasarkan temuan dan kesimpulan yang dihasilkan, penelitian mendatang
diharapkan dapat memperluas populasi penelitian. Populasi penelitian perlu
dikembangkan pada KAP di beberapa kota, bahkan mungkin akan lebih baik
apabila dilakukan penelitian pada KAP di seluruh Indonesia.
REFERENSI
Agusti, Restu., Nastia Putri Dewi. 2013. “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan
Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan
Publik Se Sumatra)”. Jurnal Ekonomi. Volume 21 Nomor 3 September 2013.
Alvita Tyas Dwi Aryani.2010. “Pengaruh Nilai Personal Terhadap Sikap Akuntabilitas
Sosial dan Lingkungan (Studi pada Mahasiswa Magister Akuntansi dan
Magister Manajemen Undip)”. Tesis. Universitas Diponegoro.
Arens, Randal & Mark.2008. Auditing dan Jasa Assurance (Pendekatan Terintegrasi).
Edisi Keduabelas. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka
Cipta.
Badjuri, Achmad. 2011. ”Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit
Auditor Independen Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Di Jawa Tengah”.
Dinamika Keuangan dan Perbankan, Nopember, Vol. 3, No. 2. ISSN:1979-4878.
Hal: 183 - 197
Diani Mardisar, dan Ria Nelly Sari. 2007. “Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan
Terhadap Kualitas Hasil Kerja Audit”. Simposium Nasional Akuntansi X,
Makassar.
Ghozali, Imam. 2010. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: BP
Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul. 2008. Auditing. Edisi Keempat Jilid 1. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN. Yogyakarta-Indonesia.
Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.
Harhinto, Teguh. 2004. “Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit
Studi Empiris”. Universias Diponegoro, Semarang.
Heider, F. (1958). The psychology of interpersonal relations. Nueva York: Wiley.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2015. Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta: Selemba Empat.
Ilmiyati, Feny dan Suhardjo, Yohanes. 2012. “Pengaruh Akuntabilitas dan Kompetensi
Auditor Terhadap Kualitas Audit”. ISSN : 2301-9328. JURAKSI. Vol. 1 No. 1
pp. 43-56.
Jensen, M. C and Meckling, W.H. 1976. ”Theory of the Firm : Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure“. Journal of Financial Economics,
Oktober, Vol. 3, No. 4, pp. 305-360. Avalaible from: http://papers.ssrn.com
14
Kharismatuti, N dan Hadiprajitno, P.B. 2012. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi
terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Vareabel Moderasi”.
Diponegoro Journal Of Accounting. Volume 1, Nomor 1, Halaman 1 – 10.
Kurnia,Winda, Khomsiyah, dan Sofie. 2014. “Pengaruh Kompetensi, Independensi,
Tekanan Waktu, Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit”. ISSN : 2339-
0832. E-Journal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Vol. 1 No. 2
September. Hal. 49-67.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku organisasi. Yogyakarta: Andi.
Mansur, T. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Ditinjau dari
Persepsi Auditor atas Pelatihan dan Keahlian, Independensi dan Penggunaan
Kemahiran Profesional”. Tesis Tidak Dipublikasikan. Program Studi Magister
Sains AkuntansiUniversitas Gadjah Mada.
Mardisar, Diani dan Ria Nelly Sari. 2007. “Pengaruh Akuntabilitas Dan Pengetahuan
Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor”. SNA X Makassar. Universitas
Hasanudin. AUEP-11.
Ma’rifatumbillah et al (2016). “Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Fee audit,
Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit”. Journal Of Accounting, Volume 2
No.2.
Mulyadi. (2009). “Auditing Edisi 6 Buku 1”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Murtanto dan Marini. 2003. “Persepsi Akuntan Pria dan Akuntan Wanita serta
Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi
Akuntan”. SNA VI. Surabaya. Sesi 3/D:790-805.
Ningtyas. W.A dan Aris. M.A (2016). “Independensi, Kompetensi, Pengalaman Kerja,
dan Due Professional Care: Pengaruhnya Terhadap Kualitas Audit yang
Dimoderasi Dengan Etika Profesi”. Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia
Ratna dan Ramantha. 2015. “Pengaruh Due Professional Care, Akuntabilitas,
Kompleksitas Audit, Dan Time Budget Presure Terhadap Kualitas Audit”. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Samsi, Riduwan, dan Suryono. 2013. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, dan
Kompetensi Terhadap Kualitas Audit: Etika Auditor Sebagai Variabel
Pemoderasi.” Jurnal Akuntansi. Vol.1, Nomer.2, Maret 2013. Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESA) Surabaya.
Saputra et al. 2016. “Pengaruh Kompetensi dan Pengalaman Kerja Pada Kualitas Audit
Dengan Motivasi Sebagai Variabel Pemoderasi”. ISSN : 2337-3067. E-Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Saripudin, Herawaty dan Rahayu. 2012. ”Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due
Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit”. Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jambi. Vo.1, No.1. September.
Sukriah, A., dan B.I. Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,
Objektifitas, Intergritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.
Simposium Nasional Akuntansi XII 3-9 November 2009. Palembang. Hal: 1-38.
15
Sukrisno, Agoes. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik.
Edisi Ketiga. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta.
Teguh Harhinto. 2004. “Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit
Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur”. Tesis. Maksi Universitas Diponegoro.
Wardhani, P.K., dan B. Suryono. 2013. “Pengaruh Akuntabilitas, Pengalaman, dan Due
Professional Care Auditor Terhadap Kualitas Audit”. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi 2 (1): 1-15.
Widyanto, Aris. 2012. “Pengaruh Independensi, Due Professional Care Dan
Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Profesi SebagaiVariabel
Moderatator”.Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Wiratama, dan Budiartha. 2015. “Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja, Due
Profesional care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas audit.”. E-jurnal
Akuntansi Universitas Udayana. Vol 10. No. 1. ISSN : 2302-8578. Hal. 91-106.
Online:
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Direktori 2017. Diakses: 7 April 2018
(http://iapi.or.id)