FAKTOR-FAKTOR PEMANFAATAN PEKARANGAN ...repository.utu.ac.id/453/1/BAB I_V.pdf5 ABSTRAK Meri...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR PEMANFAATAN PEKARANGAN ...repository.utu.ac.id/453/1/BAB I_V.pdf5 ABSTRAK Meri...
1
FAKTOR-FAKTOR PEMANFAATAN PEKARANGAN
RUMAH DALAM PERBAIKAN GIZI KELUARGA
DI GAMPONG BLANG BARO KECAMATAN
KUALA KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH:
MERI HANDAYANI
NIM: 08C10104052
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH-ACEH BARAT
TAHUN 2013
2
FAKTOR-FAKTOR PEMANFAATAN PEKARANGAN
RUMAH DALAM PERBAIKAN GIZI KELUARGA
DI GAMPONG BLANG BARO KECAMATAN
KUALA KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH:
MERI HANDAYANI
NIM: 08C10104052
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH-ACEH BARAT
TAHUN 2013
3
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul skripsi : FAKTOR-FAKTOR PEMANFAATAN PEKARANGAN
RUMAH DALAM PERBAIKAN GIZI KELUARGA DI
GAMPONG BLANG BARO KECAMATAN KUALA
KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013
Nama Mahasiswa(i) : MERI HANDAYANI
NIM : 08C10104052
Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Firdaus, SKM, MKM
Pembimbing II
Zahari, SKM, MARS
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Sufyan Anwar, MARS
NIDN: 0121067602
Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat
Citra Ovalisa Rahmi S, SKM
Tanggal lulus: 25 September 2013
4
LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi / tugas akhir dengan judul:
FAKTOR-FAKTOR PEMANFAATAN PEKARANGAN
RUMAH DALAM PERBAIKAN GIZI KELUARGA
DI GAMPONG BLANG BARO KECAMATAN
KUALA KABUPATEN NAGAN RAYA
TAHUN 2013
Yang di susun oleh
Nama : Meri Handayani
Nim : 08C10104052
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Program Study : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Telah dipertahankan didepat dewan penguji pada tanggal 25 September 2013 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Firdaus, SKM, MKM
( Dosen Pembimbing Ketua) .............................................
2. Zahari, SKM, MARS
( Dosen Pembimbing Anggota ) .............................................
3.T. Abdullah, SKM, M. P. H.
( Dosen Penguji I ) .............................................
4. Hasrah Junaidi, SKM
( Dosen Penguji II ) .............................................
Alue Peunyareng 26 September 2013
Ketua Program Studi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Citra Ovalisa Rahmi S, SKM
5
ABSTRAK
Meri Handayani. Faktor-faktor pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan
gizi keluarga di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Dibawah bimbingan Firdaus,SKM, MKM dan Zahari, SKM, MARS
Pekarangan adalah tempat atau lahan di sekitar halaman rumah, bisa luas atau
sempit. Namun seluas apapun pekarangan, dapat dimanfaatkan untuk tanaman
pangan bagi keperluan keluarga, khususnya sayur-sayuran, yang bisa ditanam di
pot atau drum bekas. Sedangkan bila lahan cukup luas, bisa ditanami bermacam-
macam buah-buahan, bahkan memelihara ternak kecil dan ikan, yang diperlukan
keluarga sebagai sumber pangan dan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi
keluarga di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Jenis penelitian bersifat analitik dan rancangan penelitian cross sectional. Sampel
dalam penelitian sebanyak 150 Responden. Hasil penelitian diperoleh tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan pekarangan rumah dalam
perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya dengan nilai p =0,705. Ada hubungan antara pengetahuan dengan
pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang
Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya dengan nilai p =0,012. Tidak ada
hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan pemanfaatan pekarangan rumah
dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Rayadengan nilai p =0,968. Ada hubungan antara pendapatan
dengan pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di
Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya dengan nilai p
=0,024. Diharapkan kepada kepala keluarga dan masyarakat Gampong Blang
Baro agar menanam sayur-sayuran di pekarangan rumah dalam perbaikan gizi
keluarga.
Kata Kunci : Pendidikan, Pengetahuan, Jumlah anggota keluarga, Pendapatan,
Pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga.
6
RIWAYAT HIDUP
Nama : Meri Handayani
Tempat/ Tgl. Lahir : Blang Baro, 10 September 1989
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Belum Kawin
Alamat : Jln. Nasional Meulaboh- T. Tuan, Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya
Nama Orang Tua
Ayah : Adnan D
Pekerjaan : Tani
Ibu : Saudah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua : Jln. Nasional Meulaboh- T. Tuan, Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya
Pendidikan Formal
1. SD Alue Beuriyeung : Tamat Tahun 2002
2. SMP Negeri 3 Kuala : Tamat Tahun 2005
3. SMA Negeri 2 Kuala : Tamat Tahun 2008
4. FKM UTU : 2008 – 2013
Pendidikan Non Formal
1. Pelatihan Komputer : Tahun 2007
Pengalaman
1. Panitia Mahasiswa Tanggap Bencana ( MATAPENA) (2010)
2. Guru dan Tenaga Pengetikan di Lembaga Pendidikan Computer ANGKASA
SKILL ( 2007-2012)
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “Faktor-Faktor
Pemanfaatkan Pekarangan Rumah Dalam Perbaikan Gizi Keluarga Di
Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
”Skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.
Selama penyusunan skripsi. Penulis tidak luput dari kendala. Kendala
tersebut dapat di atasi penulis berkat adanya bantuan. Bimbingan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Alfian Ibrahim, M.Si, selaku Rektor Universitas Teuku
Umar Meulaboh.
2. Bapak Sufyan Anwar, SKM, MARS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh.
3. Bapak Firdaus, SKM, MKM, selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dalam membimbing penulis dalam menyusun
skripsi ini.
4. Bapak Zahari, SKM, MARS, selaku pembimbing II yang telah
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Kepada Ibu Citra Ovalisa Rahmi S, SKM, selaku Ketua Program Prodi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh.
8
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Civitas Akademika Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh yang telah
memberikan dorongan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
7. Ayahanda, Ibunda dan Kakak serta Adik tercinta yang selalu
mendo‟akan dan memberi dukungan kepada penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini.
Penulis telah berusaha agar penulisan skripsi ini seoptimal mungkin, jika
terjadi kesalahan dikemudian hari, penulis sangat mengharapkan saran dan
kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini
di masa mendatang.
Meulaboh, 25 September 2013
Penulis
MERI HANDAYANI
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL LUAR
HALAMAN JUDUL DALAM..................................................................... i
LEMBARAN PENGESAHAN ................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 6
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................. 6
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................. 6
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 7
1.4.1. Manfaat Teoritis.......................................................... 7
1.4.2. Manfaat Praktis .......................................................... 7
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN............................................... 8
2.1. Pengertian Gizi (Nutrition) ................................................... 8
2.2.Status Gizi............................................................................. 8
2.2.1.Menilai Kesehatan Gizi Masyarakat ............................ 9
2.2.2.Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) ..................................... 11
2.2.3. Pengembangan Pelaksanaan Kegiatan UPGK ............. 12
2.2.4. PelaksanaanUsaha Perbaikan Gizi Keluarga(UPGK) .. 14
2.2.5. Pemanfaatan Pekarangan dalam Perbaikan Gizi ....... 17
2.3. Faktor-Faktor Pemanfaatan Pekarangan Rumah dalm perbai
Kan Gizi keluarga ................................................................ 20
2.3.1. Pendidikan .................................................................. 20
2.3.2. Pengetahuan ............................................................... 21
2.3.3. Jumlah Anggota Keluarga ........................................... 23
2.3.4. Pendapatan ................................................................. 25
2.4. Kerangka Konsep ................................................................. 26
2.5. Hipotesis Penelitian .............................................................. 27
BAB III METODELOGI PENELITIAN ........................................... 28
3.1.Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................. 28
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 28
10
3.3. Populasi dan Sampel ............................................................ 28
3.3.1. Populasi ...................................................................... 28
3.3.2. Sampel ....................................................................... 28
3.4. Pengumpulan Data ............................................................... 29
3.4.1. Data Primer ................................................................ 29
3.4.2. Data Sekunder ............................................................ 29
3.5. Definisi Operasional Variabel ............................................... 29
2.6. Aspek Pengukuran ............................................................... 30
3.7. Teknik Analisis Data ............................................................ 31
3.7.1. Analisis Univariat ....................................................... 31
3.7.2. Analisis Bivariat ......................................................... 32
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................... 33
4.1. Hasil Penelitian .................................................................... 33
4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian........................... 33
4.1.2. Penduduk.................................................................... 33
4.2. Analisis Univariat ................................................................. 34
4.2.1. Pendidikan .................................................................. 34
4.2.2. Pengetahuan ............................................................... 34
4.2.3. Jumlah Aggota Keluarga ............................................. 35
4.2.4. Pendapatan ................................................................. 35
4.2.5. Pemanfaatan Pekarangan Rumah ................................ 36
4.3. Analisis Bivariat ................................................................... 36
4.3.1. Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan
Pekarangan Rumah .................................................... 36
4.3.2. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan
Pekarangan Rumah .................................................... 37
4.3.3. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan
Pemanfaatan Pekarangan Rumah ................................ 38
4.3.4. Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan
Pekarangan Rumah .................................................... 39
4.4. Pembahasan ......................................................................... 39
4.4.1. Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan
Pekarangan Rumah .................................................... 39
4.4.2. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan
Pekarangan Rumah .................................................... 40
4.4.3. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan
Pemanfaatan Pekarangan Rumah ................................ 41
4.4.4. Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan
Pekarangan Rumah .................................................... 42
11
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 47
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 47
5.2. Saran .................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Variabel Penelitian .................................................................. 29
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
dengan Pemanfaatan Pekarangan Rumah ................................ 34
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
dengan Pemanfaatan Pekarangan Rumah ................................ 34
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga dengan Pemanfaatan Pekarangan Rumah ................. 35
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan
dengan Pemanfaatan Pekarangan Rumah ................................ 35
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemanfaatan
Pekarangan Rumah ................................................................. 36
Tabel 4.6. Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan Pekarangan
Rumah Dalam Perbaikan Gizi Keluarga .................................. 36
Tabel 4.7. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pekarangan
Rumah Dalam Perbaikan Gizi Keluarga .................................. 37
Tabel 4.8. Hubungan Jumlah Aggota Keluarga dengan Pemanfaatan
Pekarangan Rumah Dalam Perbaikan Gizi Keluarga ............... 38
Tabel 4.9. Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan Pekarangan
Rumah Dalam Perbaikan Gizi Keluarga .................................. 38
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................... 27
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Kuesioner
Lampiran 3 : Tabel Skor
Lampiran 4 : Master Tabel
Lampiran 5 : Hasil Uji Statistik Dengan Komputerisasi
Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan Data Awal FKM Universitas Teuku Umar
Lampiran 7 : Surat Keterangan Sudah Mengambil Data Awal Dinas Kesehatan
Suka Makmue
Lampiran 8 : Surat Keterangan Penerimaan Mahasiswa Pengambilan Data Awal
UPTD Puskesmas Ujong Fatihah Kecamatan Kuala
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian FKM Universitas Teuku Umar
Lampiran 10: Surat Selesai Penelitian dari Gampong Blang Baro Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya
Lampiran 11: Peta
Lampiran 12: Foto Kegiatan Penelitian
Lampiran 13: Foto manfaat dari hasil pekarangan
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan sangat dibutuhkan dengan sehat jasmani, rohani, sosial, mental,
dan ekonomi, maka mendorong kemandirian untuk hidup sehat memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungan. Oleh
karena itu sehat adalah karunia tuhan yang perlu disyukuri, sebab sehat
merupakan hak asasi manusia yang perlu dihargai,dijaga, dipelihara, dan
ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga (Depkes RI, 2007).Dari uraian
disimpulkan bahwa sehat itu hak asasi manusia yang perlu dihargai, dijaga,
dipelihara dan perlu ditingkatkan di setiap anggota rumah tangga, masyarakat dan
negara.
Sehat batin dan sehat lahir adalah dambaan setiap pribadi untuk memiliki
badan sehat, hanya pribadi yang mampu mengkondisikan. Tetapi tentu saja setiap
pribadi atau masyarakat setuju dengan ungkapan itu, karena kenyataan tidak setiap
pribadi mampu memelihara kesehatannya sendiri, sehingga terkadang muncul
kondisi sakit. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
Bab XA yang membahas masalah Hak Asasi Manusia, Pasal 28H Ayat (1)
Menyatakan bahwa: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.Dari penjelasan tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap orang berhak untuk hidup sehat lahir dan
batin,lingkungan dan mendapatkan pelayanan kesehatan.
16
DalamUndang-Undang Republik IndonesianNomor 36Tahun 2009 tentang
kesehatan. Bab VIII yang membahas masalah gizi, Pasal 141, Ayat(2) Menyatakan
bahwa:Peningkatan mutu gizi dilakukan melalui: a. Perbaikan pola konsumsi
makanan yang sesuai dengan gizi seimbang, b. Perbaikan perilaku sadar gizi,
aktivitas fisikdan kesehatan, c. Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang
sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, dand.peningkatan sistem
kewaspadaan pangan dan gizi. Ayat (3)Pemerintah daerah dan atau masyarakat
bersama- sama menjamin tersedianya bahan makanan yang mempunyai nilai gizi
yang tinggi secara merata dan terjangkau. Dan pada Pasal 142.Ayat (1)
Menyatakan bahwa: Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus
kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas
kepada kelompok rawan: bayi dan balita,remaja perempuan; danibu hamil dan
menyusui. Berdasarkan referensi diatas dapat disimpulkan bahwa upaya perbaikan
gizi dilakukan pada seluruh siklus hidup manusia, perbaikan gizi dapat dilakukan
dengan peningkatan mutu pelayanan gizi, prilaku untuk tercapainya gizi
seimbang,dan pemerintah beserta masyarakat menjamin tersedianya bahan
makanan yang mempunyai nilai yang tinggi, merata dan terjangkau, seperti
masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan rumah untuk kewaspadaan pangan
dan gizi masyarakat.
Masalah gizi seimbang di Indonesia masihmerupakan masalah yang cukup
berat. Pada hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan
terbatasnya pengetahuan tentang nilai gizi dan makanan yang ada ( Irianto,
2004).Bayi atau anak balita yang kekurangan gizisangat rentan terhadap penyakit
17
infeksi, termasuk diare dan infeksi saluran akut,utamanya pneumonia.Oleh sebab
itu perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada perbaikan gizi bayi dan anak
balita merupakan awal dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.Sebaliknya kekurangan gizi pada bayi akan berakibat terhadap
munculnya masalah kesehatan yang lain,dan akhirnya akan berdampak terhadap
menurunnya derajat kesehatan masyarakat(Notoatmodjo,2007). Dari Referensi
diatas dapat disimpulkan bahwa gizi yang baikdapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat,dan kekurangan gizi dapat menjadi masalah dan
menurunkan derajat kesehatan masyarakat.
Indonesia saat ini memiliki beban ganda masalah gizi. Menurut data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, jumlah penderita kurang gizi di kalangan anak
balita mencapai 17,9% yang terdiri dari 4,9 % gizi buruk dan 13,0% gizi kurang,
sementara prevalensi kegemukan pada anak balita secara nasional berdasarkan
indikator berat badan menurut tinggi badan mencapai14% ( WHO, 2012 ).
Dalam Profil Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2011, status gizi di Aceh
balita dengan status gizi kurang 2,8 %, gizi buruk 0,1 %, terdapat jumlah lahir
hidup 103,206 orang dan ditemukan BBLR sebanyak 567 atau 0,6 % merupakan
salah satu penyebab terbanyak kematian pada bayi terutama periode neonatal.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa di Provinsi Aceh terjadi perbaikan
gizi, dibandingkan dengan kasus Idonesia ( Dinkes Povinsi Aceh, 2011 ).
Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Nagan Raya tahun 2011. Di
Kabupaten Nagan Rayaterdapat bayi 0 sampai 1 tahun yang ditimbang sebanyak
4.775 bayi, yang menderita gizi lebih 13 jiwa ( 0,27 % ), yang mengalami gizi
18
baik 4.024 jiwa ( 84,27 % ), yang menderita gizi kurang 667 jiwa ( 13,97 % ), dan
yang menderita gizi buruk 71 jiwa ( 1,49 % ), 58 jiwa.Selanjutnya pada tahun
2012 status gizi balita yaitu Balita yang ditimbang 6,411 jiwa, yang menderita gizi
lebih 0 jiwa ( 0,00 % ), yang mengalami gizi baik 5.713 jiwa ( 89,11 % ), gizi
kurang 235 jiwa ( 63,52 % ), gizi buruk 74 jiwa ( 1,15 % ), kematian bayi 17 jiwa.
Menurut Data di atas dapat disimpulkan bahwa tahun 2012,Kabupaten Nagan
Raya mengalami, Peningkatan kasus gizi buruk.
Berdasarkan Profil Puskesmas UPTD Ujong Fatihah, Kecamatan Kuala
Tahun 2011.terdapat balita yang di timbang 534 jiwa, gizi lebih 0 jiwa ( 0,00 % ),
gizi baik 505 jiwa ( 94,57 % ), gizi kurang 15 jiwa ( 2,81 % ),gizi buruk 14 jiwa (
2,62 % ), kematian bayi 3 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2012 diwilayah kerja
puskesmas Ujong Fatihah terdapat jumlah balita yang ditimbang 778 jiwa, gizi
lebih 0 jiwa ( 0,00 % ), gizi baik 755 jiwa ( 94,04 % ), gizi kurang 17 jiwa ( 2,19
% ),gizi buruk 12 jiwa ( 1,54 % ), kematian bayi 1 jiwa.Berdasarkan data diatas
dapat ditarik kesimpulan status gizi di Kecamatan Kuala lebih rendah
dibandingkan dengan Negara Indonesia maupun Provinsi Aceh dan Kabupaten
Nagan Raya.
Di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya,
Dalam laporan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita tahun 2011terdapat balita
yang di timbang 164 jiwa, gizi normal 162 jiwa (95,5 %), gizi sedang 2 jiwa (4,5
% ), gizi kurang 0 jiwa (0,00%), gizi buruk 0 jiwa (0,00%), Selanjutnya pada
tahun 2012 terdapat jumlah balita yang ditimbang 420 jiwa, gizi normal 280 jiwa
(89,44 %), gizi sedang 24 jiwa (7,36 %), gizi kurang 4 jiwa (2,14 % ), gizi buruk
19
3jiwa (1,06 % ). Berdasarkan data diatas dapat ditarik kesimpulan status gizi di
Gampong Blang Baro tahun 2012 terjadi peningkatan status gizi buruk.
Selanjutnya Penduduk Gampong Blang Baro tahun 2011 jumlah penduduk
721 jiwa, jumlah KK 178, jumlah penduduk miskin 182 jiwa, jumlah KK miskin
151. Selanjutnya pada tahun 2012, dengan jumlah penduduk 704 Jiwa, jumlah KK
150 , jumlah penduduk miskin 680 jiwa, jumlah KK miskin 127. Diantara 2011
dengan 2012 dapat dibandingkan data 2012 mengalami penurunan KK Miskin.
Berdasarkan pengamatan sementara, keadaan lingkungan di
GampongBlang BaroKecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya umumnya
pekarangan rumah luas, jarak antara rumah belum terlalu padat.Hal tersebut
memungkinkan banyak tanah yang kosong yang sebenarnya bisa dimanfaatkan
dalam perbaikan gizi keluarga.Keadaan lingkungan di Gampong Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya sekitarnya memang kurang mendukung
dimana ternak-tenak masyarakat yang masih bebas sehingga keingnginan
masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah menjadi kurang berminat
selain itu juga disebabkan oleh pengetahuan, sikap dan sosial ekonomi dalam
perbaikan gizi keluarga.
Tetapi dengan informasi yang tepat kepada masyarakat tanah pekarangan
rumahnya dapat digunakan atau dimanfaatkan.Peranan dan tanggung jawab
Puskesmas dalam usaha perbaikan gizi meliputi baik yang berupa pelayanan,
maupun dalam pembinaan dan pengembangan usaha perbaikan gizi masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,maka peneliti
ingin meneliti lebih jauh tentang faktor-faktor pemanfaatan pekarangan rumah
20
dalam perbaikan gizi keluarga Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat penulis simpulkan bahwa masyarakat
diGampongBlang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya belum
memanfaatkan pekarangan rumah mereka dalam usaha perbaikan gizi keluarga.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor pemanfaatan pekarangan rumah
dalam perbaikan gizi keluarga di GampongBlang BaroKecamatan
KualaKabupaten Nagan Raya tahun 2013.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara Pendidikan responden dengan
pemanfaatan pekarangan rumah di GampongBlang Baro Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.
2. Untuk mengetahui hubungan antarapengetahuan responden dengan
pemanfaatan pekarangan rumah di GampongBlang Baro Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.
3. Untukmengetahui hubungan antara jumlah anggota keluarga responden
dengan pemanfaatan pekarangan rumah di GampongBlang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.
21
4. Untuk mengetahui hubungan antaraPendapatan responden
denganpemanfaatan pekarangan rumah di GampongBlang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Upaya peningkatan keadaan gizi masyarakat dengan pendekatan
pemanfaatan pekarangan rumah.
2. Masukan bagi Puskesmas yang menangani program UPGK dalam
mengaplikasi di Lapangan serta Penelitian ini akan merupakan sumbangan
pemikiran, semoga dapat berguna bagi profesi kesehatan .
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat dapat mengetahui manfaat apa saja yang dapat dilakukan
dengan memanfaatkan pekarangan rumah untuk perbaikan gizi keluarga.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
merupakan bahan kepustakaan dapat menambah khasanah tentang
pemanfaaan pekarangan rumah.
3. Bagi penulis untuk dapat mengembangkan diri dalam disiplin ilmu
kesehatan masyarakat khususnya yang menyangkut dengan pemanfaatan
pekarangan rumah dalam usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK).
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PengertianGizi (Nutrition)
Kata “gizi” Berasal dari Bahasa Arab, “gizzah” yang artinya zat makanan
sehat. Untuk jadi sehat, setiap orang mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda-
beda tergantung pada usia dan kondisitubuhnya. Jadi, anak balita berbeda
kebutuhan gizinya dengan anak 7-6 tahun. Orang yang kurus tidak sama
kebutuhan gizinya dengan orang yang gemuk (Irianto, 2004).
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme danpengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi (Bakri, 2008).
2.2. Status Gizi
Eksperimen keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh Gondok
endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran
yodium dalam tubuh.Keadaan Gizi, Keadaan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau
keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.
Gizi Salah, Malnutrisi. Keadaan patologis akibat kekurangan atau
kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk
malnutrisi:
23
1. Under Nutrition:kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut
untuk periode tertentu.
2. Specific Defisiency: Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan
vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.
3. Over Nutrition: Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
4. Imbalance: karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol karena tidak
seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein).
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-
hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat
badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U). KEP
merupakan definisi gizi ( energi dan protein) yang paling berat dan meluas
terutama pada balita. Pada umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang
berpenghasilan rendah (Bakri, 2008).
2.2.1. Menilai kesehatan gizi masyarakat
Untuk menilai keadaan kesehatan gizi masyarakat ialah:
a. Angka Sakit (Morbiditas)
Angka ini menunjukkan jumlah orang sakit pada suatu saat tertentu, untuk
setiap 1000 penduduk. Terutama bayi dan balita yang merupakan kelompok
sensitif, gizi yang rendah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh dan
mudah terserang penyakit. Dengan memantau grafik mortabilitas maka
dapat melihat naik turunnya kondisi gizi masyarakat di suatu daerah.
b. Angka Kematian (Mortalitas)
24
Pada bayi atau balita yang sehat, penyakit yang biasa diderita anak-anak
seperti mobilli, pada umumnya tidak sampai menyebabkan kematian. Tetapi
bila kondisi gizi buruk, penyakit anak yang dianggap „biasa‟ ini dapat
menjadi berat dan menyebabkan kematian. Pada kondisi gizi yang tidak
baik, penyakit seperi morbilli, bentuk rejan (pertusis), bahkan influenza
biasa, akan cepat menjadi berat dan menuju ke kematian.
c. Berat lahir bayi yang rendah
Berat bayi ketika dilahirkan dalam keadaan normal sebesar 2500 gram, dan
bila lahir berat kurang dari 2500 gram, termasuk lahir dengan berat badan
rendah dan prematur. Bayi-bayi dengan berat lahir yang rendah demikian
mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi
yang yang lahir berat badan normal (Djaeni, 2009).
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan
sumber daya manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Masalah gizi terjadi
disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak,
dewasa, dan usia lanjut ( Dinkes Aceh, 2009 ). Dari referensi diatas dapat
disimpulkan bahwa gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalm mewujutkan
SDM yang berkualitas, masalah gizi terjadi dari siklus kehidupan sejak mulai dari
kandungan sampai lansia.
25
2.2.2.Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah
gizi setiap anggotanya, suatu keluarga sadar gizi (kadarzi) adalah apabila telah
berperilaku gizi baik yang dapat dicirikan minimal dengan:
5. Menimbang berat badan secara teratur,
6. Memberikan air susus (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan
(ASI Eklusif).
7. Makan beraneka ragam,
8. Menggunakan garam beryodium,
9. Meminum suplemen gizi (tablet tambah darah),
10. Untuk mewujudkan perilaku kadarzi, sejumlah aspek perlu dicermati. Aspek
ini berada di semua tingkatan yang mencakup:
1. Tingkat keluarga, pada umumnya keluarga telah memiliki pengetahuan
dasar mengenai gizi. Namun demikian, sikap dan keterampilan serta
kemauan untuk bertindak memperbaiki gizi keluarga masih rendah.
2. Tingkat masyarakat, Penanggulangan masalah kesehatan dan gizi di
tingkat keluarga perlu keterlibatan masyarakat. Dari berbagai studi di
Indonesia, ditemukan bahwa masalah kesehatan dan gizi cenderung di
anggap sebagai masalah individu keluarga, sehingga kepedulian
masyarakat dalam penanggulangan masalah kesehatan dan gizi masih
rendah.
3. Tingkat pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan yang mencakup
pelayanan preventif dan promotif sangat diperlukan dalam mewujutkan
26
KADARZI. Namun demikian kajian saat ini menunjukkan bahwa
pelayanan kesehatan masih menitikberatkan pada upaya kuratif dan
rehabilitatif .
4. Tingkat pemerintahan, di tingkat pemerintahan perlu adanya kebijakan
pemerintah yang mendukung terlaksananya perubahan perilaku Kadarzi.
Pemerintah daerah juga diwajibkan untuk merealisasikan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun
2000, dimana perilaku Kadarzi juga merupakan bagian dari SPM (Dinkes
Aceh, 2009).
2.2.3.Pengembangan Pelaksanaan Kegiatan UPGK
Pengembangan pelaksanaan masing-masing kegaiatan UPGK yang ada
pada berbagai Kementrianatau Instansi adalah sebagai berikut : (Suharjo,2006)
a. Kegiatan UPGK Kementrian Kesehatan
Puskesmas mempunyai peranan yang penting sekali dalam mengusahakan
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang terintegrasi di meja keempat
kelompok penimbangan UPGK.Dalam hal ini peranan Puskesmas dalam
pembinaan dan pengembangan Usaha Perbaikan Gizi Masyarakat
memegang peranan penting dan perlu ditingkatkan.
b. Kegiatan UPGK
Kegiatan UPGK yang dilaksanakan dekenal dengan sebutan program
integrasi Gizi Kegiatan ini pada Hakikatnya adalah kegiatan UPGK paket
dasar yang telah dilaksanakan dan dalam tahap persiapan di desa-desa.
c. Kegiatan UPGK Kementrian Pertanian
27
Intensifikasi pekarangan dengan bantuan Bank dunia, bantuan UNICEF,
proyek enek ternak dan aneka ikan merupakan pelaksanaa kegiatan yang
dilaksanakan oleh departemen pertanian. Kegiatan lain yang dilaksanakan
adalah kegiatan demonstrasi pengolahan bahan makanan hasil pekarangan
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikappositif masyarakat dalam upaya peningkatan gizi keluarga. Dalam
pemanfaatan dan mengolah hasil pekarangan untuk dapat dihidangkan
sebagai makanan sehat dan seimbang bagi keluarga.
d. Kegiatan UPGK Kementrian Agama
Sesuai denganfungsi dan peranan kementrian agama, dalam meberikan
motivasi masyarakat mulai pemuka-pemuda agama dengan dua jenis
kegiatan yang mendung serta menerbitkan bahan-bahan penyuluhan.
e. Kegiatan UPGK lain-lain
Kegiatan lain UPGK juga telah banyak dilaksanakan dengan swadaya
masayarakat terutama oleh berbagai organisasi swadaya bergerak di bidang
sosial serta organisasi wanita.
Usaha pebaikan gizi keluarga dikembangkan dengan strategi : peranan
jangkauan, peningkatan mutu pelayanan, dan pemanfaatan upaya perbaikan gizi.
Dalam perataan jangkauan, kegiatan KIE dilancarkan seluas-luasnya hingga
mencakupseluruh desa, agar masyarakat sadar masalah dan berusaha
memperbaiaki gizinya.Dalam pelita III sekitar 40.000 desa jangkauan UPGK yang
berdifat promotif dan preventif. Kegiatan ini pada hakikatnya dapat
diselenggarakan oleh masyarakat, karena memang dirancang semikian Peranan
28
pemerintahterutama bersifat membantu, mendorong membimbing
mengembangkan (Sajogyo, 2004)
2.2.4. Pelaksanaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
UPGK merupakan usaha keluarga untuk memperbaiki gizi seluruh anggota
keluarga terutama golongan rawan. Usaha ini dilaksanakan oleh Keluarga dan
masyarakat dengan bimbingan dan dukungan dari berbagai sektor secara
terkoordinasi dan merupakan bagian pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarkat.
Pada hakikatnya UPGK yang bersifat promotif dan preventif dapat
dilakukan sendiri oleh masyarakat.Kegiatan UPGK demikian dekembangkan
sehingga menjadi milik oleh masyarakat sendiri dalam mengatasi masalah gizi
serta meningkatkan status gizi.Puskesmas memberikan bimbingan dan bantuan
teknis dalam hal yang tidak dapat disediakan oleh masyarakat sendiri.Kuasa
kurang gizi yang tidak dapat ditangani oleh masyarakat, dirujuk ke Puskesmas dan
bila perlu ke Rumah Sakit.
Dalam pelaksanaan UPGK dibagi dalam tiga jenis kegiatan yaitu yang
meliputi : (Depkes RI,2000)
a. UPGK dasar : merupakan kegiatan yang bersifat promotif, yaitu penimbangan
bulanan anak balita : penyuluhan gizi yang terarah, pemberian paket
pertolongan gizi, pemanfaatan lahan pekarangan untuk menghasilkan bahan
pangan bernilai gizi baik, pencatatan dan pelaporan, demontrasi menu
memeliharaan kesehatan sederhana dengan cara rujukan ke puskesmas untuk
imunisasi dan pelayanan kesehatan lainya.
29
b. UPGK lengkap : merupakan kegiatan promotif-preventif-kuratif-rehabilitatif
yang kegiatannya sama dengan UPGK dasar ditambah dengan kegiatan-
kegiatan. Pemberian makanan tembahan, imunisasi kesehatan lingkungan,
pelayanan KB, penyuluhan kesehatan.
c. UPGK Intensif : merupakan kegiatan promotif-kuratif-rehabilitatif inovatif
income generating, lebih sering disebut sebagai Nutrition Intervention Plot
Project (NIPP).
NIPP merupakan suatu kegiatan multidisiplin yang terpadu dan mencoba
untuk mengatasi masalah-masalah Kurang Energi Protein (KEP) dengan
pengkaitnya kegiatan-kegitan gizi dengan kegiatan-kegiatan yang ada dalam
masyarakat misalnya proyek padat karya, Puskesmas, Bantuan Desa dan lain-lain.
Kegiatan UPGK Intensif meliputi pemerangan dan penyuluhan gizi,
pemberian makanan tambahan kepada golongan rawan, penerangan dan
penyuluhan kesehatan.
Lingkungan dan penanggulangan penyakit infeksi, Proyek ini merupakan
suatu pilot proyek yang mendapatkan bantuan dari Bank Dunia.
Tujuan UPGK adalah meningkatkan dan membina keadaan gizi seluruh
anggota masyarakat melalui partisifasi dan pemerataan kegiatan, perubahan
tingkah laku yang mendukung mencapainya perbaikan gizi pada anak balita.
Selain tujuan kagiatan UPGK secara umum seperti tersebut diatas, tiap-
tiap instansi yang terlibat mempunyai tujuan khusus sesuai dengan fungsi masing-
masing sektor.
Sasaran usaha perbaikan gizi adalah seluruh rakyat, dengan prioritas pada :
30
1. Golongan anak 0-5 tahun, wanita hamil dan wanita menyusui
2. Golongan pekerja terutama yang berpenghasilan rendah
3. Golongan penduduk di daerah rawan pangan
Pada permulaan pengembangan peranan petugas gizi akan lebih besar
daripada peran masyarakat tapi pada akhirnya kegiatan gizi diharapkan dapat
dilaksanakan oleh masyarakat untuk masyarakat dibawah bimbingan petugas
kesehatan puskesmas sehingga pada hakikatnya UPGK merupakan suatu
tehnologi pada masyarakat. Tehnologi dimaskud adalah kegiatan UPGK yang
meliputi : (Depkes RI, 2001)
1. Penimbangan bulanan anak balita
2. Penyuluhan gizi terarah (termasuk PMT pemulihan)
3. Paket pertolongan gizi
4. Rujukan pemulihan
5. Pemanfaatan pekarangan
Di dalam proses alih tehnologi gizi tersebut dilakukan kegitankegiatan
sebagai berikut, antara lain :
1. Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam mengenalyang dihadapi.
2. Mengembangkan keadaan masyarakat anak perlunya masalah gizi diatasi.
3. Meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengatasi masalah gizi
yang terjadi khususnya pada masing-masing anggota keluarga.
4. Menimbang masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan dasar UPGK di
tingkat rumah tangga.
31
5. Mengusahakan tumbuhan kegiatan UPGK yang dilaksanakan dengan
swadaya masyarakat.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilaskanakan dengan peran serta masyarakat
dan dengan dukungan berbagai instansi secara terkoordinasi dengan kata lain
UPGK dikembangkan atas dasar usaha swadaya masyarakat, dan dilaksanakan
oleh tenaga sukarela desa yang telah mendapat latihan petugas puskesmas yang
tenaga pelaksana gizi Puskesmas.
2.2.5. Pemanfaatan Pekarangan dalam Perbaikan Gizi
Pekarangan adalah tempat atau lahan di sekitar halaman rumah, bisa
luasatau sempit. Namun seluas apa pun pekarangan, dapat dimanfaatkan untuk
tanaman pangan bagi keperluan keluarga, khususnya sayur-sayuran, yang bisa
ditanam di pot atau drum bekas. Sedangkan bila lahan cukup luas, bisa ditanami
bermacam-macam buah-buahan, bahkan memelihara ternak kecil dan ikan, yang
diperlukan keluarga sebagai sumber pangan dan gizi.Padahal pekarangan
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai penghasil pangan, dalam
memperbaiki gizi keluarga sekaligus meningkatkan pendapatan
keluarga.Manfaatnya sangat besar, terutama bagi masyarakat golongan ekonomi
lemah.Untuk itu Pemerintah telah menganjurkan agar memanfaatkan setiap tanah
kosong yang tidak produktif(Kemenkes RI,2009).
Tujuan dari pemanfaatan pekarangan adalah untuk meningkatkan
pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan gizi keluarga, menumbuhkan kesadaran
keluarga agar mengenali dan mengetahui sumber-sumber pangan yang ada
32
disekitar kita, menumbuhkan kesadaran keluarga agar mau dan mampu
memanfaatkan lahan pekarangan menjadi sumber pangan dan gizi keluarga.
Kegiatan pemanfaatan pekarangan sudah sejak lama dilaksanakan, bukan
saja sebagai penyedia bahan makanan yang beraneka ragam akan tetapi juga dapat
berfungsi sebagai tambahan penghasilan keluarga/tabungan keluarga Dari hasil
pengamatan selama ini, tenyata belum semua pekarangan dimanfaatkan secara
baik, karena:
a. Lahan pekarangan hanya ditanami dengan beberapa komoditi saja,
sedangkan ternak dan ikan belum dipelihara, padahal potensinya cukup
tinggi.
b. Petani belum dapat merancang pola tanam pekarangan dengan baik sehingga
sering mengalami kekurangan bahan makanan seperti sayuran, buah-buahan
dan umbi-umbian akibatnya menu keluarga kurang bervariasi, cenderung
tidak seimbang dan hanya memenuhi sumber karbohidrat saja.
c. Petani belum terbiasa membatasi pekarangan dengan pagar hidup yang dapat
berfungsi
d. sebagai sayuran (sumber vitamin A).
e. Setelah panen petani tidak menanam lagi, dengan alasan sulit mencari
bibit/benih sayuran karena mereka belum mampu menghasilkan bibit/benih
yang baik dan bermutu.
Kalau kita dapat melengkapi semua sifat itu, maka kebutuhan sehari-hari
dapat terpenuhi melengkapi persediaan beras. Sering pula kita dapat menganggap
pekarangan sebagai tabungan atau bank hidup, sebab sewaktu-waktu ada suatu
33
pohon yang panenya dapat dijual dengan harga tinggi, seperti cengkeh, durian,
petai, adpokat dan lain-lain, juga Kelapa sering terus menerus berbuah sehingga
berlebihan untuk dimakan sendiri, dan dapat dijual kepasar, demikian pula pisang.
Kalau pekarangan tersebut diisi dengan kolam ikan atau terbak piaraan
dapat diperoleh bahan makanan yangm istimewa lezatnya untuk selamatnya,
dan bernilai. Gizi tinggi kalau sering dimakan sehari-hari . Kalau dijual, harganya
pun tinggi, dapat digunakan sebagai pembeli beras kalau sedang kekurangan beras
atau kebutuhan lain seperti garam, ikan asin dan sabun atau minyak tanah.
Untuk mencapai pekarangan yang lengkap, perlu persiapan yang baik
dengan rencana sempurna, sebagai contoh disertakan suatu denah pekarangan
yang lengkap.Untuk pekarangan yang lebih sampai dapat dikurangi atau dua
bagian.Pohon-pohon yang telah ada jangan semuanya ditebang.Cukup menganti
pohon yang kurang menghasilkan dan kurang bermanfaat.
Tempat bermain anak-nak dipilih dihalaman depan, dibawah pohon-
pohonan dan dibuat ayunan dipohon jambu. Anak-anak senang panjat- memanjat
pohon Jambu biji merupakan pohon ideal.Kayunya ulet dan berbuah sepanjang
tahun.Dengan kandungan vitamin C-nya tinggi.Kolam yang dekat daerah itu dapat
merupakan pandangan yang menyenangkan. Memberi makan ternak ikan dapat
merupakan selingan yang menarik untuk anak-anak. Juga menyenangkan kalau
mereka ikut memetik sayuran atau menyaringnya.
Bunga-bunga dapat ditanam di pingiran dengan sayuran. Agar
pemandangan sedap, dapat pula pada pot-pot yang ditaruh di depan rumah, pot,
dapat pula ditanami tanaman yang berguna tetapi menarik pamandangan, karena
34
indah. Contoh : cabe rawit, tomat, seledri, gelang. Untuk daerah perkotaan dengan
halaman rumah yang tidak terlalu luas penanaman dapat dilakukan pada halaman
tanaman berguna seperti bunga, cabe, tomat, dan lain-lain(Suharjo, 2006).
2.3. Faktor-Faktor Pemanfaatan Pekarangan Rumah Dalam Perbaikan Gizi
Keluarga.
2.3.1. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang ilmu pengetahuan yang merupakan proses
belajar yang berubah pola tingkah laku baru artinya yang semua orang tersebut
tidak tau dengan adanya pendidikan atau belajar orang tersebut menjadi tau dari
tidak mau melaksanakan menjadi mau melaksanakan pencegahan penyakit
(Nurhayana, 2008).
Pendidikan seseorang meningkatkan kematangan intelektual sehingga
dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam bertindak dan berpengaruh pada
kesiapan seseorang. Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan
masyarakat, tampaknya pendekatan edukasi (Pendidikan kesehatan). Dapat
disimpulkan bahwa pendidikan atau promosi kesehatan adalah suatu bentuk
intervensi atau upaya yang ditunjukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut
kondusif untuk sesehatan. Dengan perkataan lain promosi kesehatan
mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai
pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Agar
intervensi atau upaya tersebut efektif, maka sebelum dilakukan intervensi perlu
dilakukan diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut
(Notoatmodjo, 2007).
35
Menurut Undang-undang No 20 tahun 2003, yaitu tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan Nasional terbagi atas tiga
tingkat pendidikan formal yaitu pendidikan dasar (SD atau Madrasah Ibtidaiyah
serta SMP atau Madrasah Tsanawiyah), pendidikan menengah SMU atau
Madrasah Aliyah dan sederajat) serta pendidikan tinggi atau tertinggi (Akademi
Perguruan Tinggi) ( Depkes RI, 2003).
2.3.2. Pengetahuan
Menurut kamus bahasa Indonesia pengetahuan adalah segala sesuatu yang
diketahui atau kepandaian. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan tahu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan/ kognitif
merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang(Notoatmodjo,2007).
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, konsep dan
pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk
manusia dan kehidupannya. Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan
pemahaman manusia tentang segala sesuatu, juga mencakup praktek atau
kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum
dibuktikan secara sistematis dan metopis (Muhsana, 2007).
Kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan
informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebab penting dari
gangguan gizi. Ketidak tahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak
36
serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak
langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak,
khususnya pada umur dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2000).
Sukmadinata, 2003 dalam skripsi Darrizal 2011, pengetahuan yang
mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasduk keadaan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
diterima.
3. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
4. Aplikasi (applicatian)
Aplikasi adalah sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada kondisi atau keadaan yang riel. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
5. Analisis (analysis)
37
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan, menguraikan atau
menganalisis suatu material atau suatu objek ke dalam komponen-komponen
tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
6. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
7. Evaluasi (evaluasi)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angka
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
rsponden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoadmodjo, 2003).
2.3.3. Jumlah Anggota Keluarga
Keinginan para orang tua untuk mempunyai banyak anak merupakan
keadaan yang biasa terjadi di negara-negara miskin. Keluarga yang mempunyai
banyak anak dan jarak kelahiran anak yang dekat akan menimbulkan masalah bagi
keluarga tersebut. Jika pendapatan keluarga tidak mencukupi kebutuhan,
38
sedangkan banyak anak, maka pemerataan dan kecukupan makanan dalam
keluarga kurang bisa dijamin. Penelitian yang mengenai uang yang tersedia untuk
konsumsi makanan perrorangan, jumlah anak proporsi anak kurang gizi pada
keluarga. Hasilnya menunjukkan bertambahnya jumlah kelahiran anak, sehingga
uang yang tersedia untuk pembelian makanan bagi setiap anak semakin
berkurang, dengan demikian jumlah anak-anak yang mengalami kekurangan gizi
meningkat pula (Azhar, 2006)
Dukungan Keluarga, Umumnya masyarakat pedesaan membuat sendiri
kebiasaan yang dianggap sudah memenuhi standar kesehatan. Pemanfaatan
pekarangan sudah sejak dahulu kala dikenal masyarakat, karena masyarakat
hampir semuanya adalah petani. Namun jika ditinjau dari nilai gizi, karena
masyarakat umumnya menanam macam-macam sayuran yang nantinya akan
dijual bukan untuk dimakan sendiri. Biasanya suatu ungkapan atas tanggung
jawab yang penuh dari seluruh anggota keluarga dan masyarakat untuk
menjunjung tinggi kebutuhan dengan menjual hasil dari pemanfaatan dibeli untuk
bahan makanan lain. Dukungan masyarakat umumnya sama disetiap daerah,nilai
uang yang dihasilkan dengan menjual bahan makanan tersebut akan lebih
berharga dari pada mengkonsumsi bahan makanan yang dihasilkan dari
pekarangan rumah atau kebuh meraka sendiri. Kurangnya informasi yang benar
mengenai nilai gizi makanan itu bukan hanya terhadap pada makanan yang mahal-
mahal, pada sayur-sayuran berwarna, tempe atau tahu yang harganya jauh lebih
murah mengandung nilai gizi yang sama dengan makanan yang mahal (Ayatmo,
2011).
39
2.3.4. Pendapatan
Peraturan Gubernur Tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2013.
Memutuskan:Pasal 4, Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2013 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013 dan
berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 (satu)
tahun.Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan: yaitu
tanggal 20 November 2012. Menetapkan,UMPAceh2013Naik dari Rp 1,400,000,
menjadi Rp 1,550,000, Naik 10,71%(UMP, 2013).
Tindakan pendapatan juga menentukan pola makan apa yang dibeli dengan
uang tambahan, orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagai besar
pendapatan tambahan untuk makanan, sedang yang kaya sudah tentu akan lebih
kurang dari jumlah itu. Bagian makan untuk padi-padian akan menurun dan untuk
yang dibuat dari susu akan bertambah jika keluarga beranjakkependapatan tingkat
menengah.Semakin tinggi pendapatan besar pula persentase pertambahan
pembelanjaannya termasuk buah-buahan, sayur-sayuran, dan jenis-jenis makanan
lainnya.
Pola pembelanjaan makanan diantara kelompok orang miskin dan kaya
tercermin dalam kebiasaan pengeluaran mereka.Dinegara-negara yang miskin
sebagai besar pembelanjaannya dialokasikan untuk makanan.Dengan
meningkatkan pendapatan perkepala suatu bangsa makanan yang penuh dengan
protein akansemakin meningkatkualitas dan kuantitas makanan. Meski begitu
jelas ada hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi. Di dorong oleh pengaruh
yang menguntungkan pendapatan yang meningkat bagi perbaikan kesehatan dan
40
masalah keluarga lainnya yang berkaitan dengan keadaan gizi hampir berlaku
umum terhadap semua tingkat pertambahan pendapatan. Juga jelas kalau rendanya
peningakatan pendapatan orang-orang miskin dan lemahnya daya beli mereka
tidak memingkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dan cara-cara tertentu
yang menghalangi perbaikan gizi yang efektif (Handjayani, 2007)
Ada sejumlah kekecualian pada peraturan-peraturan yang telah diterima
umum.Sebenarnya, teori yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi nasioal
bisa membawa perbaikan gizi yang paling baik. Bersandar pada serangkaian
asumsi yang masih bisa dipertanyakan :
1. Peningkatan pada pendapatan perkapita nasional berarti akan mempersebar
dengan meningkatkanpendapatangolongan miskin untuk memperbaiki gizinya.
2. Pendapatan orang-orang miskin yang meningkat akan segera akan otomatis
membawapeningkatan dalam jumlah pembelanjaanmakanan untuk keluarga.
3. Peningkatan pengeluaran makanan oleh keluarga-keluarga miskin akan
membawa perbaikan gizi. Perbaikan gizi keluarga akan sangat berati pada
anggota keluarga yang sangat membutuhkan.
2.4. Kerangka konsep
Berdasarkan teori Suharjo (2006) yang dikutip dariNotoatmodjo
(2010)bahwa kegiatan pemanfaatan pekarangan bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap positif dalam bertujuan peningkatan gizi
keluarga.Maka kerangka konsep pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
41
Varibel Independen (Bebas) Variabel Dependen ( Terikat)
Gambar 2.1 ( Kerangka Konsep Penelitian)
2.5. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara pendidikan responden dengan pemanfaatan
pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.
2. Ada hubungan antara pengetahuan responden dengan pemanfaatan
pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.
3. Ada hubungan antara jumlah keluarga responden dengan pemanfaatan
pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.
4. Ada hubungan antara pendapatan responden dengan pemanfaatan
pekarangan rumah perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.
Pendidikan
Pengetahuan Pemanfaatan pekarangan rumah
dalam usaha perbaikan gizi
keluarga
Jumlah anggota keluarga
Pendapatan
42
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1.Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk analitik
dengan pendekatan cross sectional artinya penelitian ini dilakukan terhadap
beberapa populasi yang diamati pada waktu yang sama. Dalam hal ini untuk
melihat faktor–faktor pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi
keluarga di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya tahun
2013.
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya yang dimulai pada tanggal 12 sd 23 juni 2013.
3.3.Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah KK ( Kepala keluarga),
yang berada dalam Wilayah kerja Puskesmas UPTD Ujong Fatihah di Gampong
Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya dengan Jumlah KK
( Kepala Keluarga ) 150 kepala keluarga.
3.3.2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, yaitu sampel
diambil dari keseluruhan populasi. yaitu semua kepala keluarga di Gampong
Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 dengan jumlah
sampel 150 kepala keluarga.
43
3.4. Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Pengumpulan data dilakukan peninjauan langsung ke lapangan melalui
wawancara dan observasi dengan memakai kuesioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya yang meliputi pendidikan, pengetahuan, jumlah anggota keluarga,
pendapatan keluarga.
3.4.2 Data Sekunder
Untuk memenuhi data sekunder maka diambil dari sumber lain dan data
kependudukan dari Profil Puskesmas UPTD Ujong Fatihah, Laporan Profil
Kesehetan dari Dinas Kesehatan Nagan Raya, literatur dari Perpustakaan.
3.5. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1. Variabel Penelitian
No Variabel Keterangan
Variabel Independen
1. Pendidikan Definisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Jenjang pendidikan formal yang
ditempuh oleh seseorang
responden dan mendapatkan ijazah
terahir.
Wawancara
Kuesioner
- Tinggi
- Sedang
- Rendah
Ordinal
2. Pengetahuan Definisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Segala sesuatu yang diketahui oleh
responden tentang hal-hal yang
menyangkut usaha pemanfaatan
pekarangan rumah dalam
perbaikan gizi keluarga
Wawancara
Kuesioner
- Baik
- Kurang baik
Ordinal
44
3. Jumlah anggota
keluarga
Definisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Banyaknya anggota dalam satu
keluarga
Wawancara
Kuesioner
- Besar
- Sedang
- Kecil
Ordinal
4. Pendapatan Definisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Beberapa penghasilan nominal
rata-rata perkeluarga
Wawancara
Kuesioner
- Cukup
- Kurang cukup
Ordinal
Variabel Dependen
1. Pemanfaatan
pekarangan rumah
dalam perbaikan gizi
keluarga
Definisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Pemakaian pekarangan rumah
tidak dimanfaatkan dan
pengolahan hasil pekarangan
untuk dapat dihidangkan sebagai
makanan sehat dan seimbang bagi
keluarga.
Wawancara dan Observasi
Kuesioner
- Sudah dimanfaatkan
- Belum dimanfaatkan
Ordinal
3.6. Aspek pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan dalam mengukur variabel independen
dalam penelitian ini memberikan skor dari nilai tertinggi pada jawaban yang benar
terhadap nilai terendah jawaban yang salah.
1. Pendidikan
- Tinggi : Bila responden menamatkan Akademi/Perguruan Tinggi
- Sedang : Bila responden menamatkan SLTA/SLTP
- Rendah : Bila responden menamatkan SD/tidak sekolah
45
2. Pengetahuan
- Baik :Bila ≥ 50 % dari total score (dengan poin 11)
- Kurang Baik :Bila <50 % dari total score (dengan poin 10)
3. Jumlah anggota keluarga dikelompokkan atas : (Murtiningsih, 2009)
- Besar : Bila jumlah sebagai anggota keluarga ≥7 Orang
- Sedang : Bila jumlah anak sebagai anggota keluarga antara 3-5 orang
- Kecil :Bilajumlah anak sebagai anggota keluarga 1 orang.
4. Pendapatan dibagi dalam dua katagori (UMPAceh 2013), yaitu:
- Cukup : Bila pendapatan ≥ Rp 1.550.000
- Kurang cukup : Bila pendapatan <Rp 1.550.000
5. Pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga
- Sudah dimanfaatkan : Responden memanfaatkan pekarangan rumah
- Belum dimanfaatkan : Responden belum memanfaatkan pekarangan rumah
3.7. Teknik Analisis Data
3.7.1. Analisis Univariat
AnalisisUnivariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Dalam analisis univariat hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel ( Notoatmodjo,
2010).
46
3.7.2. Analisis Bivariat
AnalisisBivariat adalah suatu prosedur untuk menganalisis hubungan
antaradua variabel. Untuk melihat hubungan variabel independen (Pendidikan,
Pengetahuan, Jumlah anggota keluarga, Pendapatan) dengan variabel dependen
(Belum memanfaatkan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga) akan
digunakan uji Chi –Square (Uji X2) dengan tingkat kepercayaan 95% (𝛼 : 0,05)
(Notoatmodjo, 2010).
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Gampong Blang Baro merupakan salah satu gampong yang berada di
wilayah Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya, dengan batas-batas gampong
sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Muko
- Sebelah Timur berbatasan dengan PT. Sofindo
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Ujong Sikuneng
- Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Suak Puntong
Dari batas-batas di atas di tengah-tengah tersebut terletaknya Gampong Blang
Baro.
4.1.2. Penduduk
Penduduk Gampong Blang Baro berjumlah 704 Jiwa, laki-laki 370 Jiwa
dan perempuan 334 Jiwa.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 12 sd 23 Juni
2013 pada 150 responden dengan judul, Faktor-Faktor Pemanfaatan
Pekarangan Rumah Dalam Perbaikan Gizi Keluarga Di Gampong Blang
Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013. Adapun hasil
penelitian adalah sebagai berikut.
48
4.2. Analisis Univariat
4.2.1. Pendidikan
Tabel4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
dengan Pemanfaatan Pekarangan Rumah Dalam Perbaikan Gizi
Keluarga Di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Pendidikan Frekuensi %
1 SD 66 44,0
2
3
SLTP
S1
81
3
54,0
2,0
Total 150 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari 150 responden,
54,0% yang memiliki Pendidikan SLTP dan 44,0 yang memiliki pendidikan SD
sedangkan yang Perguruan tinggi (S1) 2,0%.
4.2.2. Pengetahuan
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
dengan Pemanfaatan Pekarangan Rumah Dalam Perbaikan Gizi
Keluarga Di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Pengetahuan Frekuensi %
1 Baik 20 13,3
2 Kurang Baik 130 86,7
Total 150 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari 150 responden,
86,7% yang memiliki Pengetahuan kurang baik terhadap pemanfaatan pekarangan
rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro, sedangkan yang
baik 13,3%
49
4.2.3. Jumlah anggota keluarga
Tabel4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jumlah Anggota
Keluarga dengan Pemanfaatan Pekarangan Rumah Dalam
Perbaikan Gizi Keluarga Di Gampong Blang Baro Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Jumlah anggota Keluarga Frekuensi %
1 Kecil 5 3.3
2
3
Sedang
Besar
132
13
88,0
8,7
Total 150 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 150 responden,
88,0% yang memiliki jumlah anggota keluarga sedang dan 8,7% yang memiliki
jumlah anggota keluarga besar , sedangkan yang jumlah anggota keluarga kecil
3,3%.
4.2.4. Pendapatan
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan
dengan Pemanfaatan Pekarangan Rumah Dalam Perbaikan Gizi
Keluarga Di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Pendapatan Frekuensi %
1 Cukup 11 7,3
2 Kurang cukup 139 92.7
Total 150 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa dari 150 responden,
92,7% yang memiliki pendapatan yang kurang cukup terhadap pemanfaatan
pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro,
sedangkan yang cukup 7,3%
50
4.2.5. Permanfaatan pekarangan rumah
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemanfaatan
Pekarangan Rumah Dalam Perbaikan Gizi Keluarga Di
Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2013.
No Pemanfaatan pekarangan
rumah
Frekuensi %
1 Sudah 65 43,3
2 Belum 85 56,7
Total 150 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa dari 150 responden,
56,7% yang belum memanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi
keluarga, sedangkan yang memanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi
keluarga di Gampong Blang Baro, seperti menanam sayur-sayuran dan buah-
buahan 43,3%
4.3. Analisis bivariat
4.3.1. Hubungan pendidikan dengan pemanfaatan perkarangan rumah
Tabel 4.6. Hubungan pendidikan dengan Pemanfaatan Pekarangan Rumah
Dalam Perbaikan Gizi Keluarga Di Gampong Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan
perkarangan rumah menujukkan nila p value = 0,705 atau p = > 0,05, maka
Pendidikan
Pemanfaatan
pekarangan rumah
Total
p
Belum Sudah
N % N % N %
SD 35 41,2 31 47,7 66 44,0 0,705
SLTP
S1
48
2
56,5
2,4
33
1
50,8
1,5
81
3
54,0
2,0
Jumlah 85 56,7 65 43,3 150 100
51
artinya bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan
pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
4.3.2. Hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan pekarangan rumah
Tabel 4.7. Hubungan pengetahuan dengan Pemanfaatan Pekarangan
Rumah Dalam Perbaikan Gizi Keluarga Di Gampong Blang
Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) antara tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan
perkarangan rumah menujukkan nilai p value = 0,012 atau p = < 0,05, maka
artinya bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan pekarangan
rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya.
Namun Jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 0,194. Maka artinya
pengetahuan tidak memiliki peluang terhadap pemanfaatan pekarangan rumah di
Gampong Blang Baro.
Pengetahuan
Pemanfaatan
Pekarangan Rumah
Total
p
OR Belum Sudah
N % N % N %
Kurang 68 80,0 62 96,3 130 86,7 0,012 0,194
Baik 17 20,0 3 4.6 20 13,3
Jumlah 85 56,7 64 43,3 150 100
52
4.3.3. Hubungan jumlah anggota keluarga dengan pemanfaatan pekarangan
rumah
Tabel 4.8. Hubungan jumlah anggota keluarga dengan Pemanfaatan
Pekarangan Rumah Dalam Perbaikan Gizi Keluarga Di
Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2013.
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) antara tingkat jumlah anggota keluarga dengan
pemanfaatan perkarangan rumah menujukkan nilai p value = 0,968 atau p = >
0,05, maka artinya bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anggota keluarga
dengan pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di
Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
4.3.4. Hubungan pendapatan dengan pemanfaatan pekarangan rumah
Tabel 4.9. Hubungan pendapatan dengan Pemanfaatan Pekarangan
Rumah Dalam Perbaikan Gizi Keluarga Di Gampong Blang
Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Jumlah
anggota
keluarga
Pemanfaatan
perkarangan rumah
Total
p
Belum Sudah
N % N % N %
Kecil 3 3,5 2 3.1 5 3,3 0,968
Sedang
Besar
75
7
88,2
8.2
57
6
87,7
9,2
132
13
88,0
8,7
Jumlah 85 56,7 65 43,3 150 100
Pendapatan
Pemanfaatan
Pekarangan Rumah
Total
p
OR Belum Sudah
N % N % N %
Kurang cukup 75 88,2 64 98,5 139 92,7 0,024 0,117
Cukup 10 11,8 1 1.5 11 7,3
Jumlah 85 56,7 65 43,3 150 100
53
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) antara tingkat pendapatan dengan pemanfaatan
perkarangan rumah menujukkan nilai p value = 0,024 atau p = < 0,05, maka
artinya bahwa ada hubungan antara pendapatan dengan pemanfaatan pekarangan
rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya.
Namun Jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 0,117. Maka artinya
pendapatan tidak memiliki peluang terhadap pemanfaatan pekarangan rumah di
Gampong Blang Baro.
4.4. Pembahasan
4.4.1. Hubungan pendidikan dengan pemanfaatan pekarangan rumah
Dari hasil analisis tabel silang diketahui tingkat pendidikan dengan
pemanfaatan pekarangan rumah menunjukkan nilai p value = 0,705 atau p = >
0,05, maka artinya bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan
pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang
Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah mendidik dan memberi
latihan. Selanjutnya pendidikan merupakan semua perbuatan dan usaha dari
generasi muda dan tua untuk mengalihkan pengetahuan. Beberapa hal yang
mempengaruhi tingginya pengetahuan responden antara lain tingkat pendidikan,
umur, dan lingkungan tempat tinggal. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh,
yaitu: tingkat pendidikan, pekerjaan, dan umur.
54
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara pendidikan dengan pemanfaatan pekarangan rumah, karena walaupun
pendidikan tinggi tidak menjamin seseorang itu memiliki pengetahuan yang baik
tentang pemanfaatan perkarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di
Gampong Blang Baro. Berdasarkan penelitian yang terdapat di lapangan peneliti
melihat bahwa di dalam keluarga ada terdapat yang berpendidikan tinggi tetapi
kurang pengetahuannya tentang pemanfaatan pekarangan rumah, seperti
responden yang berpendidikan sarjana ekonomi saat peneliti datang responden
tersebut menyakan “untuk apa kita memanfaatkan pekarangan rumah, apa
gunanya?” responden tersebut belum mengetahui manfaat pekarangannya.
Disaat peneliti mendatangi pada keluarga responden yang berpendidikan
rendah, sebagian dari responden yang berpendidikan rendah mereka faham
tentang pemanfaatan pekarangan rumah, responden tersebut mengatakan dirinya
mendapatkan pengetahuan tersebut dari pergaulannya dengan keluarga yang
memanfaatkan pekarangan rumah untuk perbaikan gizi keluarga dan responden
tersebut sangat tertarik dengan melihat pekarangan yang telah dimanfaatkan maka
responden tersebut juga ingin memanfaatkannya. Responden tersebut menyatakan
dengan adanya memanfaatkan pekarangan rumah, keluarganya dapat menabung
uang belanja karna tidak terlalu menghabiskan banyak uang untuk belanja, hasil
dari pekarangan lumanyan banyak pendapatan sehari-hari, keluarga nyaman
dengan kehijauan dan betah dirumah tidak harus mencari kenyamanan di luar
sana.
55
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa petugas kesehatan dapat mengajak
satu atau dua keluarga responden untuk memanfaatkan pekarangan rumah,
selanjudnya kedua keluarga tersebut mengajak semua KK dalam Gampong untuk
memanfaatkan pekarangan rumah, semua KK pasti akan dimanfaatkan
pekarangan rumah, apalagi jika mengajak para ibu-ibu setiap keluarga. Menurut
observasi peneliti ibu-ibu di Gampong Blang Baro semua suka ikut-ikutan, seperti
kenyataan dirumah peneliti, terdapat pohon jeruk nipis di pekarangan yang
pohonnya masih kecil berbuah lebat sampai ke tanah, si peneliti meliat semua ibu-
ibu yang datang melihat semua meminta bibitnya.
Seperti penjelasan diatas keluarga yang ikut-ikutan marilah kita mengajak
untuk memanfaatkan pekarangan rumah untuk perbaikan gizi keluarga dengan
mempraktekkan dan memberi contoh pasti semua akan tertarik untuk
memanfaatkannya, karena selama ini tidak ada yang mengajak responden untuk
memanfaatkan pekarangan rumah bahkan dari puskesmas belum ada penyuluhan
tentang itu, semua keluarga akan ikutan ketika mereka mengetahui apa hasil dari
pemanfaatan pekarangan rumah.
4.4.2. Hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan pekarangan rumah
Dari hasil analisis tabel silang diketahui tingkat pengetahuan dengan
pemanfaatan perkarangan rumah menujukkan nilai p value = 0,012 atau p = <
0,05, maka artinya bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan
pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
56
Menurut Notoatmodjo (2003), ada keeratan hubungan antara pengetahuan
dalam upaya memperbaiki perilaku. Pengetahuan merupakan dominan yang
sangat penting bagi terbentuknya perilaku, dan perilaku yang didasari
pengetahuan akan bertahan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari
pengetahuan.
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, konsep dan
pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk
manusia dan kehidupannya. Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan
pemahaman manusia tentang segala sesuatu, juga mencakup praktek atau
kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum
dibuktikan secara sistematis dan metopis (Notoatmodjo 2003).
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa adanya hubungan antara
pengetahuan dangan pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi
keluarga, karena semakin tinggi pengetahuan tentang gizi dan pemanfaatan
pekarangan rumah maka semakin meningkat pula pemanfaatan pekarangan
rumah. Menurut observasi keluarga yang mendapatkan pengetahuan tentang
pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga, keluarga tersebut
memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk perbaikan gizi keluaga.
Dengan memanfaatkan pekarangan rumah anak-anak dan seluruh isi
keluarga , dapat makanan yang berfitamin setiap hari terdapat dari pekarangan
rumahnya sendiri tanpa harus mengeluarkan uang, selain itu ibu rumah tangga
juga dapat menabung setiap hari karena tidak mengeluarkan uang banyak lagi
untuk belanja dan berobat anak-anak bahkan dapat dijadikan pendapatan sehari-
57
hari, penghasilan dari pekarangan dapat dipasarkan. Maka dari itu anak-anak ceria
tidak gampang sakit, ibupun bahagia, jadilah keluarga bahagia, dan betah
dirumah. Pastinya bapak-bapak yang sering keluar rumah juga akan betah dengan
anak istri dirumah , tidak akan sering di luaran tanpa ada keperluan, maka impian
sang ibu rumah tangga akan terwujudkan karena selalu berkumpul dengan
keluarganya.
4.4.3. Hubungan Jumlah anggota keluarga dengan pemanfaatan pekarangan
rumah
Dari hasil analisis tabel silang diketahui tingkat jumlah anggota keluarga
dengan pemanfaatan pekarangan rumah menujukkan nilai p value = 0,968 atau
p = > 0,05, maka artinya bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anggota
keluarga dengan pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di
Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Menurut Azhar (2006), Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang
yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga merupakan kesatuan
masyarakat yang terkecil, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya (keluarga
inti/batih). Pada umumnya sebuah keluarga tersusun dari orang-orang yang saling
berhubungan darah dan atau perkawinan meskipun tidak selalu. Saling berbagi
atap (rumah), meja makan, makanan, uang, bahkan emosi, dapat menjadi faktor
untuk mendefinisikan sekelompok orang sebagai suatu keluarga. Namun jika
ditinjau dari nilai gizi, karena masyarakat umumnya menanam macam-macam
sayuran yang nantinya akan dijual bukan untuk dimakan sendiri.
58
Dari referensi di atas dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan
antara jumlah anggota keluarga dengan pemnafaatan pekarangan rumah, karena,
walaupun jumlah angggota keluarga satu orang tetap dapat di manfaatkan
pekarangan rumah. Walaupun satu orang yang memiliki pengetahuan tentang
pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga, maka juga dapat
dimanfaatkan pekarangan rumahnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Gampong Blang
Baro terdapat keluarga kecil yaitu hanya terdapat seorang responden di rumah
tersebut, walaupun responden tersebut cuma sendiri tetapi pekarangan rumahnya
dimanfaatkan, ketika peneliti tiba disana peneliti sempat menanyakan,
“.........Berdasakan interviu dengan responden peneliti
mendapatkan informasi dari salah satu kepala keluarga bahwa
keluarga tersebut senang dengan memanfaatkan pekarangan
rumah, karna hasil di pekarangan selain berfitamin alami, dan
jika sakit cepat mendapatkan obat di pekarangan tampa
mengeluarga biayaya dan juga sebagian hasil pekarangan dapat
pasarkan setiap hari untuk pendapatan sehari- hari.......”
Selanjutnya peneliti menghampiri keluarga yang anggota keluarganya 7 orang
dengan kepala keluarga 1 orang, ibu rumah tangga dan 5 orang anak, peneliti
melihat pekarangan rumah responden tersebut belum dimanfaatkan, dan peneliti
juga mendengar dari seorang anak keluarga tersebut bahwa mereka semua hanya
menunggu ayahnya membawa pulang belanja dan mencari nafkah, ibunya siap
memasak pagi tidak ada kegiatan lain, 2 orang anak dari keluarga tersebut cuma
59
tamatan SD saja karena tidak ada biaya untuk melanjudkan sekolah, dan adiknya
yang kecil sering sakit-sakitan.
Peneliti dapat menyimpulkan dari kenyataan yang terdapat dilapangan
bahwa tidak ada hubungannya antara sedikit atau banyaknya anggota keluarga
untuk memanfaatkan pekarangan rumah untuk perbaikan gizi keluarga tetapi
walaupun satu orang tetap dapat dimanfaatkan ketika mereka tau guna
pemanfaatan pekarangan.
4.4.4. Hubungan pendapatan dengan pemanfaatan pekarangan rumah
Dari hasil analisis tabel silang diketahui tingkat pendapatan dengan
pemanfaatan pekarangan rumah menujukkan nilai p value = 0,024 atau p = < 0,05,
maka artinya bahwa ada hubungan antara pendapatan dengan pemanfaatan
pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Menurut Handjayani (2007), Pola pembelanjaan makanan diantara
kelompok orang miskin dan kaya tercermin dalam kebiasaan pengeluaran mereka.
Dinegara-negara yang miskin sebagai besar pembelanjaannya dialokasikan untuk
makanan. Dengan meningkatkan pendapatan perkepala suatu bangsa makanan
yang penuh dengan protein akan semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas
makanan. Meski begitu jelas ada hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi.
Di dorong oleh pengaruh yang menguntungkan pendapatan yang meningkat bagi
perbaikan kesehatan dan masalah keluarga lainnya yang berkaitan dengan
keadaan gizi hampir berlaku umum terhadap semua tingkat pertambahan
pendapatan.
60
Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan
antara pendapatan dengan pemanfaatan pekarangan rumah dalam peraikan gizi
keluarga, karena semakin tingginya pendapatan keluarga maka semakin ada
peluang untuk memanfaatkan pekarangan rumah dikarenakan tampa adanya
modal sedikitpun, maka pekarangan tidak dapat dimanfaatkan. Menurut
pemantauan penelitian, di lapangan terjadinya balita kekurangan gizi adalah
diantaranya keluarga yang berpendapatan rendah.
Peneliti dapat menyimpulkan dengan adanya penyuluhan di masa
mendatang dengan mengajak masyarakat kurang mampu untuk memanfaatkan
pekarangan rumah, maka setelah dimanfaatkan pekarangan rumah akan mendapat
hasil yang lebih baik, walaupun modal sedikit tetapi dapat diusahakan sedikit
demi sedikit, dengan awalnya modal sedikit maka lama-lama bisa menjadi banyak
dengan memasarkan hasil yang didapatkan maka kelak akan berpenghasilan
banyak dengan modal yang banyak untuk pemanfaatan pekarangan rumah, uang
dapat ditabung karena pengeluarannya tidak banyak, kebutuhan keluarga sudah
tersedia di pekarangan sendiri baik berupa tanaman syur-sayuran bergizi dan buah
buahan, unggas, juga obat-obatan untuk gejala penyakit ringan. Dengan
memanfaatkan pekarangan rumah angka gizi buruk dan juga angka kemiskinan
semakin menurun, perlu diingat orang sehat itu kaya dan sempurna tanpa
kesehatan semua manusia tidak dapat berbuat apa-apa.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan analitik seperti yang diuraikan
pada bab sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan sebagai berikut :
1. Tidak adanya hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan
pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
2. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan pekarangan
rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
3. Tidak adanya hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan
pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di
Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun
2013.
4. Adanya hubungan antara pendapatan dengan pemanfaatan pekarangan
rumah dalam perbaikan gizi keluarga di Gampong Blang Baro Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
5. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan di lapangan dapat di
simpulkan bahwa masyarakat di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya , masih kurang pengetahuan tentang pemanfaatan
pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga dan masih banyak
keluarga yang pendapatannya kurang cukup.
62
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada Puskesmas untuk mengadakan program penyuluhan
tentang pengetahuan untuk pemanfaatan pekarangan rumah dalam
perbaikan gizi keluarga agar mengurangi angka kekurangan gizi dan bisa
terjadi akan tidak ada lagi anak/balita yang kekurangan gizi di Gampong
Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
2. Diharapkan kepada Penyuluh Pertanian, untuk mengadakan dan
melaksanakan program penyuluhan tentang pemanfaatan pekarangan
rumah dalam meningkatkan pendapatan keluarga di Gampong Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya,
3. Diharapkan kepada kepala keluarga dan masyarakat Gampong Blang Baro
agar menanam sayur-sayuran di pekarangan rumah dalam perbaikan gizi
keluarga, bagi keluarga yang belum memiliki modal untuk pemanfaatan
pekarangan rumah, dapat bergabung atau membuat kelompok usaha untuk
peminjaman modal usaha ke Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri ( PNPM-Mandiri ).
4. Bagi peneliti lain mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-
faktor pemanfaatan pekarangan rumah dalam perbaikan gizi keluarga di
Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
63
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, 2006. “Faktor-Faktor Tidak Memanfaatkan Pekarangan Rumah Dalam
Perbaikan Gizi Keluarga Di Desa Mibo Kecamatan Banda Raya Kota
Banda Aceh Tahun 2006”. Universitas Muhammadiyah Aceh. Banda
Aceh.
Bakri, Bachyar, 2008. Status Gizi. Buku Kedokteran. Jakarta.
Darrizal, Ras, 2011. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan
Tambahan Pada Balita Di Desa Pisang Kecamatan Labuhan Haji
Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010”. Universitas Teuku Umar. Alue
Peunyareng.
Depkes RI, 2000. Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakart.
, 2001. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Direktorat Bina Gizi
Masyarakat. Jakarta.
, 2007. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta.
, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyaraka. Rajawali Pers. Jakarta.
Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia, 2009. UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan yang disahkan pada tanggal 13 Oktober 2009. Sinar Grafika.
Jakarta.
Dinas Kesehatan Aceh, 2009. Pedoman Strategi KIE Keuarga Sadar Gizi
(Kadarzi). Banda Aceh.
,2011. Profil Kesehatan Aceh Tahun 2011. Banda Aceh. Diunduh dari
www.dinkes.acehprov.go.id. ( dikutip 01 juni 2013 )
Dinas Kesehatan Nagan Raya, 2010. Profil Kesehatan tahun 2011. Kabupaten
Nagan Raya.
,2011. Profil Kesehatan Tahun 2012. Kabupaten Nagan Raya
Djaeni, Achmad, 2009. Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta.
Irianto, Kus, 2004. Gizi Pola Hidup Sehat. CV. Yrama Widya. Bandung.
64
Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia, 2004. Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia (UUD’45) Dengan Penjelasan dan
Amandemennya. Bintang Indonesia. Jakarta.
Murtiningsih, Sri, 2009. Pedoman Promosi Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan
Anak Balita. BKKBN. Jakarta.
Muhsana, Dahlia, 2007. “Peran Serta Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Desa Suka Damai Kecamatan
Lueng Bata Kota Banda Aceh Tahun 2006” Universitas Serambi Mekah.
Banda Aceh.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan. Andi Offset. Yogyakarta.
, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.
, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta.
, 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan . Rineka Cipta. Jakarta.
Nurhayana, 2008. “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Terhadap
Pemberian Makanan Tambahan Di Desa Meucat Teubeng Kecamatan
Pidie Tahun 2008”. Universitas Muhammadiyah. Banda Aceh.
Puskesmas UPTD Ujong Fatihah. 2013. Profil Puskesmas UPTD Ujong
Fatihah tahun 2011. Kec.Kuala Kab. Nagan Raya.
,2013. Profil Puskesmas UPTD Ujong Fatihah tahun 2012.
Kec.Kuala.Kab Nagan Raya
, 2013. Laporan Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita tahun 2011
dengan laporan 2012. Kec.Kuala Kab. Nagan Raya.
Sajogyo, 2004. Usaha Perbaikann Gizi Keluarga. Kementrian Kesehatan.
Jakarta.
Suharjo, 2006. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Gramedi Pustaka
Utama. Jakarta
Upah Minimum Proporsi (UMP), 2013. Daftar-Upah-Minimum-Provinsi-ump-
2013. www.berita-ane.com/2012/11/daftar-upah-minimum-provinsi-ump-
2013.html (Diakses 02 Mai 2013.
WHO, 2012. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Nasional,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Diunduh dari
65
www.Indonesian-publichealth.com/2013/03/Pemantauan-status-gizi.html
( Dikutip 6 Mei 2013).