Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

55
MAKALAH K3 INDUSTRI FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN KERJA DI LABORATORIUM Disusun Oleh: Satria Anugerah Suhendra (H1D112017) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2016

Transcript of Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

Page 1: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

MAKALAH K3 INDUSTRI

FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN KERJA DI

LABORATORIUM

Disusun Oleh:

Satria Anugerah Suhendra (H1D112017)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2016

Page 2: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

i

UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA

Page 3: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat-Nya dapat menyelesaikan makalah K3 Industri ini tepat pada waktunya

dengan judul “Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di Laboratorium”. Kami juga

berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan

proposal penelitian ini hingga selesai tepat pada waktunya. Rasa terima kasih ini kami

ucapkan terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc (Rektor Universitas Lambung

Mangkurat), Bapak Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si (PR 1) Wakil Rektor

Bidang Akademik, Ibu Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D (PR2) Wakil Rektor

Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M.Sc (PR3)

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, dan Bapak Prof. Dr. Ir. H.

Yudi Firmanul Arifin, M.Sc Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan

Humas.

1. Dekan Fakultas Teknik Bapak Dr-Ing. Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T, dan

Bapak Meilana Dharma Putra, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia

Universitas Lambung Mangkurat.

2. Orang tua, keluarga, teman, dan sahabat kami atas semua dukungan dan untaian

doa yang telah diberikan selama ini.

3. Ibu Dr. Qomaritasu Sholihah, Amd. Hyp., ST., M. Kes sebagai dosen K3 Indsutri

di Program Studi Teknik Kimia

Demikian makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak

khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Teknik Kimia, Fakultas Teknik

Universitas Lambung Mangkurat. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih

terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap

kami harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

Banjarbaru, April 2016

Penyusun

Page 4: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

iii

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA ...................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... iii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

1.3 Tujuan Umum .................................................................................................. 2

1.4 Tujuan Khusus ................................................................................................. 2

1.5 Batasan Masalah .............................................................................................. 3

1.6 Manfaat Makalah ............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4

BAB III METODOLOGI ........................................................................... 8

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................ 11

4.1 Pentingnya Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di Laboratorium .............. 13

4.1 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja yang Mempengaruhi Akibat dari

Kecelakaan di Laboratorium ............................................................................... 15

4.3 Pencegahan Terhadap Kelalaian Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di

Laboratorium ....................................................................................................... 22

4.4 Contoh Kasus Identifikasi Bahaya Kimia di Laboratorium...................... 27

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 31

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 31

5.2 Saran ......................................................................................................... 31

BAB VI RINGKASAN ............................................................................ 32

Page 5: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

iv

BAB VII STUDI KASUS ........................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA

INDEKS

Page 6: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

v

DAFTAR SINGKATAN

APD : Alat Pelindung Diri

B3 : Bahan Berbahaya Beracun

Grav : Gravitasi

ILO : International Labour Organization

K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kkal : Kilokalori

Lab : Laboratorium

MSDS : Material Safety Data Sheet

NAB : Nilai Ambang Batas

PP : Peraturan Pemerintah

P3K :Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

SMK3 : Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

DAFTAR LAMBANG

% : Persen

0C : Satuan Suhu

- : Sampai

± :Kurang lebih

dB : Desibel (Satuan)

Mol : molarity

m :meter

s :second

= : Sama dengan

Page 7: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

vi

DAFTAR TABEL

Nilai Ambang Batas Lingkungan Kerja Berdasarkan SNI 16-7063-2004 ............... 4

Keterangan dari Gambar 4.1 ........................................................................................... 12

Klasifikasi Gas dan Bahayanya ...................................................................................... 36

Page 8: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

vii

DAFTAR GAMBAR

Diagram Proses Pembuatan Makalah ........................................................................... 8

Diagram Pembuatan Sub-Judul Makalah ..................................................................... 11

Tabel Kategori Potensi Bahaya di Lingkungan Kerja ................................................. 23

Page 9: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan kerja merupakan salah satu hal utama untuk melakukan aktifitas

kerja yang baik. Baik dalam dalam faktor internal maupun faktor eksternal manusia.

Faktor internal meliputi kondisi psikologis, kesehatan, dan fisik. Sedangkan faktor

eksternal meliputi kondisi sosial maupun interaksi dengan karyawan maupun atasan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan

menjelaskan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berperan dalam upaya kesehatan

kerja agar tidak mengganggu kesehatan pekerja. Sedangkan berdasarkan Undang-

Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 pada pasal 86 dan 87 menjelaskan

setiap buruh dalam bekerja harus mendapatkan hak baik kesehatan, asusila,

kesehatan, dan perlindungan dir, disamping itu perusahaan harus wajib menerapkan

manajemen K3 demi kelancaran dan keselamatan kegiatan saat bekerja.

Lingkungan fisik dan psikis kerja yang kurang tepat, dapat mengakibatkan tingkat

produktivitas kerja yang rendah sekitar 50%. Sehingga mengakibatkan proses kerja

dan hasil kerja yang kurang efisien dan akan mengakibatkan pemborosan dana

(Widiastuti, 2011). Untuk menciptakan kinerja yang tinggi, dibutuhkan adanya

peningkatan kerja yang optimal dan mampu menggunakan potensi sumber daya

manusia dari karyawan untuk menciptakan tujuan organisasi, sehingga akan

memberikan kontribusi positif bagi perkembangan organisasi. Organisasi perlu

memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi motivasi karyawan dan

menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk mendorong terciptanya sikap dan

tindakan yang profesional dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan bidang dan

tanggung jawab masing – masing (Wulan, 2011).

Page 10: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

2

Lingkungan kerja yang positif dan sehat merupakan salah satu unsur pokok yang

sangat penting untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Oleh karena itu, perlu

diketahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi lingkungan kerja, salah satunya

adalah lingkungan kerja di laboratorium. Karena faktor-faktor lingkungan kerja

merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui penyebab akibat dari

pengaruh lingkungan kerja yang benar atau salah. Sehingga kita mengetahui cara

pecegahan agar meminimalisir kesalahan kerja di laboratorium.

1.2 Rumusan Masalah

Berikut adalah rumusan masalah pada makalah ini:

1. Bagaimana peran pengaruh faktor-faktor lingkungan kerja terhadap K3 di

laboratorium?

2. Apa saja faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi akibat dari

kecelakaan K3 di laboratorium?

3. Bagaimana cara mencegah akibat dari kelalaian faktor-faktor lingkungan kerja?

1.3 Tujuan Umum

Tujuan umum dari makalah ini adalah:

1. Menambah wawasan tentang faktor-faktor lingkungan kerja terhadap ilmu K3

Industri di laboratorium

2. Mendapatkan gambaran tentang studi kasus faktor-faktor lingkungan kerja di

laboratorium dan cara mencegah serta mengatasinya.

1.4 Tujuan Khusus

Berikut adalah tujuan khusus dari makalah ini:

1. Pentingnya faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi akibat dari

kecelakaan K3 di laboratorium.

Page 11: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

3

2. Jenis-jenis faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi akibat dari

kecelakaan K3 di laboratorium.

3. Cara mencegah faktor-faktor lingkungan kerja, khususnya di laboratorium.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah pada makalah ini adalah hanya bersumber pada jurnal penelitian

yang berhubungan dengan K3 industri di laboratorium.

1.6 Manfaat Makalah

Manfaat dari makalah ini adalah diharapakan mampu mempelajari dan

mengaplikasikan ilmu K3 Industri terutama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

lingkungan kerja agar mahasiswa nantinya mampu mengaplikasikan dan menciptakan

lingkungan kerja yang baik dan kodusif saat bekerja di industri.

Page 12: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Lingkungan kerja adalah suatu krgiatan yang ada di sekitar kerja yang

mempengaruhi pekerja dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Untuk meningkatkan produktivitasnya maka lingkungan kerja sangat mempengaruhi

kinerja karena lingkungan kerja yang baik akan menciptakan kemudahan pelaksanaan

tugas. Lingkungan kerja ini sendiri terdiri dari lingkungan kerja fisik dan non-fisik

yang melekat dengan karyawan sehingga tidak dapat dipisahkan dari usaha

pengembangan kinerja karyawan (Yunanda: 2013).

Faktor fisik lingkungan kerja (faktor fisik di tempat kerja) dapat berpengaruh

terhadap baik buruknya kinerja tenaga kerja, bahkan dapat berpengaruh terhadap

produktivitas kerja. Faktor fisik yang dimaksud adalah keadaaan fisik suatu

lingkungan atau tempat kerja, yang meliputi kebisingan, temperatur, pencahayaan,

kelembaban udara, getaran, radiasi sinar ultra violet, gelombang elektromagnetik,

warna, serta bau-bauan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan nilai ambang batas

fisik lingkungan kerja, yaitu diatur dalam KEP-51/MEN/1999 dan SNI 16-7063-2004

yang dikeluarkan oleh Badan Standar nasional (BSN) tentang Nilai Ambang Batas

(NAB) faktor fisik di tempat kerja (Widiastuti, 2011). Berikut adalah nilai ambang

batas berdasarkan SNI 16-7063-2004

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Lingkungan Kerja Berdasarkan SNI 16-7063-2004

Parameter Nilai Intensitas

Pekerjaan Ringan Pekerjaan Sedang Pekerjaan Berat

Suhu (0C) 30 26,7 25

Kalori (kkal/jam) 100-200 200-350 350-500

Kebisingan (dB) 85

Getaran 4m/s2 atau 0,40 Grav

Radiasi Sinar Ultra Ungu 0,1 µW/cm2

Page 13: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

5

Laboratorium sebagai sarana memperaktekkan teori yang diajarkan memiliki

aktifitas yang bersentuhan secara langsung dan tidak langsung dengan potensi

bahaya. Potensi bahaya atau sering disebut juga sebagai “hazard” merupakan sumber

risiko yang mengakibatkan kerugian baik pada material, lingkungan maupun

manusia. Pengaruh manifestasi potensi bahaya industrial seringkali tidak hanya

berakibat pada industri dan tenaga kerja saja, tetapi juga mengakibatkan kerugian

pada masyarakat maupun lingkungan sekitar industri, misalnya pada kasus kebakaran,

peledakan atau pencemaran akibat industri. Potensi bahaya yang ada di laboratorium

sering tidak disadari oleh orang-orang yang terlibat di laboratorium dikarenakan

belum adanya standar penilaian dan rendahnya sosialisasi atau pembelajaran

mengenai potensi bahaya sehingga perlu dilakukan identifikasi tingkat bahaya di

laboratorium (Sitepu, 2014).

Kondisi lingkungan kerja dikatakan sebagai lingkungan kerja yang baik jika

manusia bisa melaksanakan kegiatannya dengan optimal dengan sehat,aman dan

selamat. Ketidakberesan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam waktu yang

lama. Lebih jauh lagi keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga

dan waktu yang lebih banyak yang tentunya tidak mendukung diperolehnya

rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi

lingkungan kerja fisik yaitu, temperature (suhu), pencahayaan, kebisingan, dan lain -

lain. Kondisi lingkungan kerja akan turut berpengaruh terhadap kinerja

operator/praktikan. Dengan mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan kerja fisik

yang memiliki potensi bahaya pada saat proses perancangan sistem kerja beserta

sistem pengendalian,maka kondisi-kondisi bahaya tersebut dapat diantisipasi dan

diberi tindakan-tindakan preventif lainnya. Pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap

produktivitas kerja lingkungan kerja fisik merupakan kondisi yang mempengaruhi

terhadap kemampuan manusia, Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya

dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya

mendukung manusia akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik apabila

ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik. penelitian ini bermaanfaat untuk

Page 14: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

6

mengetahui bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik yang baik yang meliputi situasi

pencahayaan, temperatur dan kebisingan (Ramadon, 2013).

Memelihara standar kesehatan dan keselamatan yang tinggi di lingkungan

kerja mencakup pengawasan kondisi pekerjaan, termasuk tingkat kebisingan, tingkat

radiasi, temperatur, luka fisik akibat terjatuh atau terkena mesin, terluka atau

terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang digunakan di tempat berkerja.

Tingkat kesehatan dari seseorang mempunyai pengaruh yang besar terhadap

penampilan dan kapasitas kerjanya. Dengan demikian maka penekanan dalam

program kesehatan kerja tidak hanya pada mengusahakan peningkatan dan

pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun

kesejahteraan sosial pekerja di semua lapangan pekerjaan saja, tetapi juga pada

pencapaian produktivitas kerja yang optimal. Konsep bahwa yang terkena penyakit

akibat kerja (Occupational Disease) hanya pekerja itu sendiri telah berkembang dan

mencakup pula keluarga dari pekerja yang bersangkutan serta masyarakat pada

umumnya. Seorang pekerja dapat membawa debu asbes atau beryllium ke tempat

tinggalnya sehingga dapat mempengaruhi kesehatan keluarganya. Beberapa bahan

kimia seperti timah hitam, formaldehid, pestisida golongan organoklorin, dan karbon

monoksida diduga dapat membahayakan sebuah janin yang dikandung seorang

pekerja wanita tanpa selalu harus membahayakan dirinya sendiri. Tragedi Minamata

(merkuti), Bhopal (zat beracun) dan Chernobyl (bahan radio aktif), telah

mengingatkan kita bahwa kesehatan tidak hanya mempengaruhi mereka yangbekerja

di kawasan industri saja, namun dapat pula membahayakan masyarakat umum.Dari

berbagai studi epidemiologis, disamping penyakit-penyakit akibat kerja dipelajari

pula berbagai faktor yang mengganggu kesehatan di tempat kerja yang kemudian

berkontribusi terhadap timbulnya penyakit. Penyakit-penyakit tersebut disebut

sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Occupationalrelated

Disease), dimana pada penyakit yang dimaksud, lingkungan kerja bukan sebagai

penyebab langsung, namun berperan sebagai faktor penyokong (contributing factor)

terhadap timbulnya penyakit. Gangguan psikologis, hipertensi, kardiovaskuler, tukak

Page 15: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

7

lambung dan lain-lain sejenisnya merupakan contoh dari golongan penyakit tersebut

(Putra, 2011).

Perhatian terhadap tenaga kerja diuraikan dengan perlunya peningkatan upaya

perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja melalui pencegahan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja, pembinaan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan,

penyelenggaraan upaya kesehatan tenaga kerja dan keluarganya secara menyeluruh,

pembinaan tenaga kerja untuk upaya peningkatan kesehatan kerja, serta penyusunan,

pembakuan dan pengaturan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja. Dalam

mengantisipasi kemungkinan timbulnya gangguan kesehatan yang berhubungan

dengan pekerjaan tersebut, pendekatan yang ditempuh selain perlindungan kesehatan

(health protection) seperti imunisasi, sanitasi lingkungan kerja, penyerasian manusia

dan mesin dan lain-lain juga ditempuh cara peningkatan kesehatan (health

promotion). Peningkatan kesehatan merupakan sebuah konsep yang mencakup segala

sesuatu yang dapat meningkatkan kesehatan dan kapasitas kerja dari para pekerja

seperti pencegahan penyakit menular, perbaikan gizi, perkembangan kejiwaan yang

sehat, pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan lain-lain (Arianto, 2014).

Dalam usaha meningkatkan kapasitas produksi dari suatu perusahaan salah

satu faktor pendukung untuk meningkatkan kapasitas tersebut tidak terlepas dari

produktivitas tenaga kerja. Lingkungan kerja merupakan bagian yang cukup penting

dari sebuah perusahaan, karena lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi

dan kebutuhan tenaga kerja dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Terdapat

beberapa hal yang terkait dengan lingkungan kerja yaitu lingkungan kerja fisik,

lingkungan kerja kimia dan lingkungan kerja biologis. Jika lingkungan kerja fisik

dalam kondisi tidak memenuhi syarat, maka dapat menyebabkan terjadinya

kecelakaan kerja di unit-unit produksi, yang pada akhirnya secara keseluruhan akan

menurunkan tingkat produktivitas perusahaan (Setyanto, 2011).

Page 16: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

8

BAB III

METODOLOGI

Metodologi pengumpulan data yang diperlukan dalam makalah ini dilakukan

dengan studi literatur. Baik dari jurnal, tesis, skripsi, maupun buku panduan kerja di

laboaratorium. Data dari literatur-literatur tersebut sebagai pendukung yang ada

kaitannya tentang faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium dengan diagram alir

adalah sebagai berikut:

Start

Studi Literatur

Presentasi Pramakalah

Pembuatan Makalah

Peresentasi Hasil

Makalah

Publishing Makalah

dan Hasil Presentasi

Finish

Gambar 3.1 Diagram Proses Pembuatan Makalah

Page 17: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

9

Berdasarkan metodologi studi literatur, terdapat sumbaer yang dijadikan

sebagai reverensi utama dan dikumpulakan untuk membahas apa saja yang menjadi

pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Jurnal Kedokteran Meditek: Penyakit Akibat Kerja Disebabkan oleh Faktor Fisik

(Agus, 2011).

2. Jurnal Economia: Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan Budaya Kerja

Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar (Arianto, 2014).

3. Jurnal dari Universitas Esa Unggul, Tengerang: Lingkungan Kerja Faktor Kimia

dan Biologi (Arief, 2015).

4. Jurnal Prosiding SNE Politeknik Negeri Batam: Analisa Keselamatan Kerja (K3)

pada Pembelajaran di Laboratorium Program Studi Teknik Mesin Politeknik

Negeri Batam (Hati, 2014).

5. Jurnal dari Unversitas Padjajaran, Bandung: Keselamtan Kerja di Laboratorium

(Muchtaridi, 2015).

6. Jurnal EMBA: Kepemimpinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja Pengaruh

Terhadap Kinerja pada Kanwil Ditjen Kekayaan Negara Suluttenggo dan Maluku

Utara di Manado (Potu, 2013).

7. Jurnal Administrasi Bisnis: Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Non-Fisik

Terhadap Kinerja Karyawan: Studi pada PT. Telkom Area III Jawa-Bali Nusra di

Surabaya (Norianggono, 2014).

8. Jurnal Universitas Negeri Sumatera Utara: Keracunan Bahan Organik dan Gas di

Lingkungan Kerja dan Upaya Pencegahannya (Putra, 2011).

9. Jurnal EKOSAIN: Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Kerja Terhadap Waktu

Penyelesaian Pekerja (Studi Laboratorium) (Setyanto, 2011).

10. Simposium Nasional RAPI XIII: Identifikasi Tingkat Bahaya di Laboratorium

Perguruan Tinggi (Studi Kasus Laboratorium di Lingkungan Departemen Teknik

Industri Universitas Sumatera Utara) (Sitepu, 2014).

11. Jurnal SETJEN DEPKES RI: Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium

Analisis Kesehatan (Tresnianingsih, 2015).

Page 18: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

10

12. Jurnal ITS: Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk Laboratorium

Ergonomis dan Perancangan Kerja (Wignjosoebroto, 2013).

13. Jurnal dari Universitas Brawijaya: Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap

Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi pada Perum Jasa Tirta I Malang

Bagian Laboratorium Kualitas Air) (Yunanda, 2013).

14. Jurnal Media Wahana Ekonomika: Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Non-

Fisisk Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Tata Cabang Palembang (Hendri,

2015).

15. Jurnal ITS: Perancangan Lingkungan Kerja dan Alat Bantu yang Ergonomis

untuk Mengurangi Masalah Black Injury dan Tingkat Kecelakaan pada

Departemen Mesin Bubut (Wignjosoebroto, 2013).

Melalui beberapa kumpulan reverensi diatas maka nanti digunakan sebagai

literatur dalam makalah tentang Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Di

Laboratorium dengan metode identifikasi karakteristik bahan bahan kimia dari

kasus-kasus yang akan dibahas pada makalah ini. Dengan metode tersebut diharapkan

faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium akan tercipta lingkungan yang safety

dan ramah lingkungan. Adapun secara umum metode tersebut yakni dengan:

a. Mengidentifikasi jenis atau merek bahan kimia yang digunakan

b. Mengetahui karakterisitik kimia dan fisika bahan-bahan kimia di laboratorium

Page 19: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

11

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan metodologi studi literatur pada bab 3, maka jurnal-jurnal yang

dikumpulakan kemudian dibahas sub judulnya untuk makalah ini adalah sebagai

berikut:

Gambar 4.1 Diagram Pembuatan Sub-Judul Pembahasan Makalah

Page 20: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

12

Tabel 4.1 Keterangan dari Gambar 4.1

Simbol Keterangan

A Faktor fisik dari lingkungan kerja

B Kedisipilinan dan budaya kerja

C Faktor kimia dan biologi lingkungan kerja

D Analisis K3 di laboratorium

E K3 di laboratorium

F Leadership di lingkungan kerja

G Pengaruh kondisi fisik dan non-fisik di lingkungan kerja

H Bahaya racun di laboratorium

I Pengaruh fisik di lingkungan kerja di laboratorium

J Identifikasi bahaya di laboratorium

K K3 laboratorium

L Lingkungan kerja ergonomis

M Pengaruh fisik dan non-fisik lingkungan kerja di lab.

N Pengaruh fisik dan non-fisik lingkungan kerja

O Pengaruh ergonomi lingkungan kerja

MIGD Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Di Laboratorium

I Pentingnya Faktor-Faktor Kerja di Laboratorium

II Faktor-Faktor Lingkungan Kerja yang Berpengaruh di

Laboratorium

III Pencegahan Terhadap Faktor-Faktor Kecelakann Kerja di

Laboratorium

IV Contoh Kasus Identifikasi Bahaya Bahan Kimia di

Laboratorium

Page 21: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

13

4.1 Pentingnya Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di Laboratorium

Faktor-faktor merupakan salah satu parameter yang dijadikan acuan terhadap

penyebab dari suatu kejadian. Suatu kejadian tentunya memiliki sebab, dan sebab

dikarenakan oleh suatu faktor. Pada lingkungan kerja, faktor-faktor merupakan salah

satu bagian yang sangat penting untuk mengetahui penyebab dari kejadian yang dapat

mengganggu pekerjaan. Faktor-faktor dapat diindikasi atau ditelaah lebih awal agar

menghindari terjadinya kecelakaan fatal dalam lingkungan kerja. Contohnya, saat

melakukan pekerjaan yang berat oleh atasan, tentunya hal ini akan menyebabkan

tekanan atau beban kerja meningkat sehingga dapat menyebabkan depresi atau stress,

bahkan gangguan fisik. Hal tersebut tentunya mengganggu psikologis dan fisik

karyawan, dan cara untuk meminimalisir hal tersebut adalah kenali gangguan

sebelum gangguan tersebut datang pada kita, salah satunya adalah kenali faktor-faktor

yang dapat menyebabkan beban kerja berat dan apa akibatnya serta bagaimana cara

mencegahnya. Adapun cara mencegah hal tersebut adalah dengan menciptakan

lingkungan kerja yang sehat, dan berusaha untuk meletakan suatu situasi pada

tempatnya, relaksasi, dan berolahraga. Dari contoh kasus tersebut faktor-faktor sangat

penting untuk lingkungan kerja. Faktor-faktor lingkungan kerja juga dapat

dikembangkan terhadap pencegahan bahkan mengobati situasi masalah yang ada pada

lingkungan kerja (Sholihah, 2014).

Disamping itu, K3 (Keselamatan dan Kesehata Kerja) juga merupakan salah satu

komponene yang sangat penting dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 bertujuan

untuk mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan kerja, sehingga penerapan K3

dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan pencegahan penyakit

akibat menjalankan pekerjaaan. Konsep K3 dan implementasi yang dijalankan

merupakan investasi dalam jangka panjang untuk meningkatkan kinerja dan daya

saing perusahaan dimasa yang akan datang (Hati, 2014). Hubungannya antara faktor-

faktor lingkungan kerja dengan K3 adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang

Page 22: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

14

akan dihadapi di lingkungan kerja, kita sudah dapat mengimplemetasikan manajemen

K3. Sehingga dapat dikatkan bahwa faktor-faktor lingkungan kerja merupakan bagian

dari manajemen K3.

Laboratorium merupakan bagian dari lingkungan kerja yang perlu diperhatikan

dalam pengelolaannya. Karena laboratorium merupakan tempat untuk melakukan

suatu obervasi atau penelitian sehingga diperlukan penanganan khusus dalam

mendukung kondisi lingkungan kerjanya. Sehingga, dirasa perlu adanya manajemen

K3 dalam menunjang hal tersebut. Dalam kegiatan laboratorium tentunya kita akan

menghadapi alat atau bahan yang kalau penggunaannya salah akan berdampak pada

kita. Seperti terpapar radiasi, bahan kimia, bahkan akan menyebabkan kelainan pada

keturunan. Sehingga faktor-faktor lingkungan kerja memiliki peran penting untuk

meminimalisir insiden tersebut.

Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor lingkungan kerja

merupakan bagian dari manajeman K3 yang dirasa perlu untuk diimplementasikan

supaya mengurangi terjadinya kecelakaan kerja baik dari segi fisik maupun non-fisik.

Karena jika terjadi kelalaian dalam lingkungan kerja maka akan berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan (Wignjosoebroto, 2013), khususnya di laboratorium.

Sehingga dengan terciptanya kondisi lingkungan kerja yang baik, maka pekerja dalam

menganalisa bahan di laboratorium serta tuntutan kerja dari perusahaan akan lebih

mudah untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif. Perlindungan dan jaminan

keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan oleh tenaga kerja agar merasa aman,

nyaman, dan tidak terbebani dalam menyelesaikan pekerjaan. Tenaga kerja yang

sehat akan bekerja produktif, sehingga diharapkan mampu meningkatkan

produktivitas kerja yang dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan dalam

membangun dan membesarkan usahanya (Grahanintyas, 2012).

Page 23: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

15

4.2 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja yang Mempengaruhi Akibat Dari

Kecelakaan K3 Di Laboratorium

Faktor-faktor lingkugan kerja dibagi menjadi faktor lingkungan kerja fisik dan

non-fisik. Menurut Hendri (Hendri, 2015) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa

lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan bekerja

yang mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan beban tugasnya. Masalah

lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangatlah penting, dalam hal ini diperlukan

adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam

penyelenggaraan aktivitas organisasi. Lingkungan fisik kantor akan bersentuhan

langsung dengan tubuh kita, melalui media panca indera kemudian mengalir ke dalam

hati sehingga lingkungan fisik kantor yang baik akan menimbulkan perasaan nyaman.

Faktor-faktor fisik lingkungan kerja merupakan komponen yang ada pada lingkungan

kerja seperti kebisingan, penerangan, temperatur, getaran, dan radiasi yang bisa

mempengaruhi kerja (Agus, 2011). Sedangkan faktor non-fiksi merupakan

lingkungan kerja non-fisik adalah lingkungan kerja yang tidak dapat ditangkap

dengan panca indera manusia, akan tetapi lingkungan kerja non-fisik ini dapat

dirasakan oleh para pekerja melalui hubungan-hubungan sesama pekerja maupun

dengan atasan (Hendri, 2015). Faktor-faktor lingkungan kerja non-fisik merupakan

semua keadaan yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan

maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan

(Norianggono, 2014).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor lingkungan kerja baik

fisik maupun non-fisik sangan berkaiatan dengan tingkat kenyamanan dan pengaruh

untuk karyawan. Berdasarkan indikatornya, faktor-faktor fisik dari lingkungan kerja

berdasarkan pada penerangan, pewarnaan, udara, tingkat kebisingan, ruang gerak,

kebersihan, dan keamanan (Hendri, 2015). Sedangkan indikator untuk faktor-faktor

lingkungan kerja non-fisik meliputi perasaan, psikologis, interaksi sesama karyawan

Page 24: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

16

maupun karyawan dengan atasan, serta tingkat kepuasan karyawan dan semuanya

akan berjalan dengan positif jika dikendalikan dengan:

1. Pengawasan yang dilakukan secara kontinyu dengan menggunakan sistem

pengawasan yang ketat.

2. Suasana kerja yang dapat memberikan dorongan dan semangat kerja yang tinggi.

3. Sistem pemberian imbalan (baik gaji maupun perangsang lain) yang menarik.

4. Perlakuan dengan baik, manusiawi, tidak disamakan dengan robot atau mesin,

kesempatan untuk mengembangkan karier semaksimal mungkin sesuai dengan

batas kemampuan masing-masing anggota.

5. Ada rasa aman dari para anggota, baik di dalam dinas maupun di luar dinas.

6. Hubungan berlangsung secara serasi, lebih bersifat informal, penuh kekeluargaan.

7. Para anggota mendapat perlakuan secara adil dan objektif.

(Hendri, 2012).

Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan

atau tidaknya pekerjaan mereka. Ada perbedaan yang penting antara perasaan ini

dengan dua unsur lainnya dari sikap pegawai. Menurut Davis dan john Strom

(1985:105) Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang relatif

yang berbeda dari pemikiran obyektif dan keinginan perilaku. Ketiga sikap itu

membantu para manajer memahami reaksi karyawan terhadap pekerjaan mereka dan

memperkirakan dampaknya pada perilaku di masa datang. Terdapat lima faktor yang

dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja, yaitu Need fulfillment (pemenuhan

kebutuhan), Discrepancies (perbedaan), Value attainment (pencapaian nilai), Equity

(keadilan), Dispositional/genetic components (komponen genetik) (Yunanda, 2013).

Disamping itu, kinerja yang dimiliki oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja. kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan. Penilaian kinerja karyawan selalu dilakukan oleh

setiap perusahaan untuk melihat sejauh mana kinerja yang dihasilkan oleh

Page 25: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

17

karyawannya. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor, baik dari dalam maupun luar

individu karyawan. Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal.

Faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang

yang berasal dari lingkungan kerja organisasi (Norianggono, 2014).

Faktor-faktor lingkungan kerja berpengaruh juga terhadap kerja di

laboratorium. Berdasarkan klasifikasinya, faktor-faktor lingkungan kerja di

laboratorium terbagi menjadi:

a. Faktor Kimia

Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang

meliputi bentuk padatan, partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal dari

bahan- bahan kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan,

kabut, uap logam, dan asap ; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan

uap (Arief, 2015). Dampak lingkungan kerja yang tergolong bahaya kimia adalah

sebagai berikut:

1. Debu yang menyebabkan pneumoconioses, di antaranya: silicosis, asbestosis dan

lain-lain.

2. Uap yang di antaranya menyebabkan “metal fume fever “, darmatitis atau

keracunan.

3. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain.

4. Larutan misalnya menyebabkan dermatitis.

Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan luka-luka, dan mengenai manusia dengan

berbagai cara. Beberapa zat menyebabkan kerusakan bila mengenai kulit atau bagian

yang paling sensitif dari permukaan paling luar dari tubuh manusia, mata. Zat-zat

kimia yang masuk ke dalam tubuh didistribusikan melalui aliran darah. Bila suatu

toksikan masuk ke dalam tubuh, maka harus diperhatikan organ yang mana yang akan

dirusaknya, berapa lama dia akan tinggal di dalam tubuh dan bagaimana cara

menghilangkannya. Sebagai contoh adalah penyakit kulit akibat kerja dapat berupa

dermatitis dan urtikaria. Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua PAK

(Penyakit Akibat Kerja), terbanyak bersifat nonalergi atau iritasi. Dikenal dua jenis

Page 26: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

18

dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak iritan yang merupakan respon

nonimunologi dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan oleh mekanisme

imunologik spesifik.Keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Bahan penyebab

dermatitis kontak alergi pada umumnya adalah bahan kimia yang terkandung dalam

alat-alat yang dikenakan oleh penderita, yang berhubungan dengan pekerjaan/hobi,

atau oleh bahan yang berada di sekitarnya. Disamping bahan penyebab tersebut, ada

faktor penunjang yang mempermudah timbulnya dermatitis kontak tersebut yaitu

suhu udara, kelembaban, gesekan, dan oklusi (Nuraga, 2008).

Keracunan bahan kimia, dimana dalam keadaan normal, badan manusia

mampu mengatasi bermacam-macam bahan dalam batas-batas tertentu. Keracunan

terjadi apabila batas-batas tersebut dilampui dimana badan tidak mampu

mengatasinya(melalui saluran pencernaan, penyerapan atau pembuangan). Derajat

racun (toxicity), adalah potensi kandungan bahan kimia yang menyebabkan

keracunan. Racun dari bahan kimia sangat beragam (contoh ; beberapa tetesan bahan

kimia bisa mematikan, sementara yang lain baru memberikan efek kalau dikonsumsi

dalam jumlah yang besar). Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang

digolongkan kedalam bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi yang

menyatakan bahwa bahan tersebut berbahaya, biasanya informasi tersebut dalam

“lembar data keselamatan (chemical safety data sheet)”, yang memuat dokumen dan

informasi penting untuk para pengguna yang bertalian dengan sifat kandungan

bahayanya dan cara-cara penggunaan yang aman, ciri-ciri, supplier, penggolongan,

bahayanya, peringatan-peringatan, bahaya dan prosedur tanggap darurat. Faktor-

faktor yang menciptakan kondisi intensitas bahaya di area lingkungan tempat kerja

yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia meliputi derajat racun, sifat-sifat

fisik dari bahan, tata cara kerja, sifat dasar, tempat/jalan masuk, kerentanan individu

para pekerja, dan kombinasi faktor-faktor sampai dengan akan menimbulkan situasi

yang berbahaya (Arief, 2015).

Page 27: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

19

b. Faktor Biologi

Faktor biologi merupakan bagian dari faktor lingkungan kerja yang meliputi pada

anatomi tubuh, mikroorganisme, maupun virus. Di dalam laboratorium, sering kali

faktor biologi menjadi faktor yang sangat umum, khususnya pada industri pembuatan

pangan, obat-obatan, dan minuman. Akibat jika melakukan kesalahan dalam bekerja

di laboratorium dari faktor biologi akan mengakibatkan adanya infeksi, dan

kontaminasi virus maupun bakteri patogen (Tresnianingsih, 2015). Di dalam

laboratorium diperlukan di sisi faktor biologi yang perlu diperhatikan adalah

bagaimana cara menggukan bahan-bahan tersebut. Karena jika terjadi kesalahan

dalam menggunakannya bisa berkibat fatal bahkan dapat menular.

c. Faktor Ergonomi

Pengertian Ergonomi dalam buku Sritomo Wignjosoebroto adalah sebagai

disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan

(Wignjosoebroto, 2013). Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari

keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan

produk-produk buatannya. Disamping itu, disiplin kerja adalah sikap, tingkah laku

dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik yang tertulis maupun

tidak tertulis. Indikator kedisiplinan kerja adalah sebagai berikut: tujuan dan

kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat atau pengawasan, sanksi

hukuman, ketegasan dan hubungan kemanusiaan (Arianto, 2014).

Menurut Tresnianingsih (Tresnianingsih, 2015) dalam jurnalnya mengatakan

bahwa ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara,

proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia

untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan

tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Permasalahan yang berkaitan dengan faktor

ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidak sesuaian antara pekerja dan

lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Secara khusus disiplin

ergonomi mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi

Page 28: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

20

dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Dengan ergonomi, manusia tidak

lagi harus menyesuaikan dirinya dengan mesin yang dioperasikan (the man fits to the

design), melainkan sebaliknya yaitu mesin dirancang terlebih dahulu memperhatikan

kelebihan dan kekurangan manusia yang mengoperasikan (the design fits to the man)

sehingga manusia sebagai pusat sistem. Karena manusia sebagai pusat sistem, maka

semua sistem kerja diarahkan pada perancangan yang sesuai dengan manusia itu

sendiri (Christofora, 2014). Sebagian besar pekerja di laboratorium masalah dari

faktor ergonomi sering terjadi, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan

peralatan yang digunakan pada umumnya barang dari negara lain yang desainnya

tidak sesuai dengan standar ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan

dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien

dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress)

dan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

Disamping itu, faktor kelelahan juga menjadi salah satu penyebab dari faktor

ergonomi jika terjadinya kegiatan yang berlebihan dari batas kemampuan kita.

Menurut Nisa (Nisa, 2013) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa kelelahan

merupakan rasa luar biasa atau hilangnya kemauan untuk menghasilkan kekuatan

yang maksimum yang ditandai kurangnya energi dan kurangnya daya tahan tubuh

sehingga terjadi hilang semangat dalam melakukan suatu pekerjaan. Kelelahan

dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan mental dan kelelahan fisik. Kelelahan mental

biasa disebut kelelahan umum sedangkan kelelahan fisik biasa disebut kelelahan otot.

Kelelahan umum biasanya ditandai dengan rasa malas untuk melakukan suatu

pekerjaan sedangkan kelelahan otot biasa ditandai dengan nyeri otot atau tegang pada

otot yang dipengaruhi oleh faktor alat mapun psikologi.

d. Faktor Psikososial

Faktor psikososial merupakan salah satu faktor kerja yang berhubungan dengan

dengan psikologi hubungan antara sesama karyawan atau karyawan dengan atasan.

Page 29: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

21

Pada faktor ini, kontribusi organisasi sangat berperan dalam perkembangan di

lingkungan kerja. Sehingga untuk meciptakan hal tersebut adalah dengan

meningkatkan lingkungan sosial kerja yang kondusif seperti saling menghargai dan

bahu-membahu dalam pekerjaan sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing,

motivasi juga berpengaruh untuk menciptakan lingkungan yang profesional

(Yunanda, 2013). Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi faktor untuk

menciptakan hal tersebut adalah tergantung pada sumber daya manusia dan

kemampuan karyawan untuk beradaptasi dengan lingkungan untuk menciptakan

manjemen kerja dan kepemimpinan yang baik. Akibat dari kurangnya psikososial

dalam faktor lingkungan pekerjaan, khususnya di laboratorium menurut

Tresnianingsih (Tresnianingsih, 2015) adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati

seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk

memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan

keramahan-tamahan.

2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.

3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama

teman kerja.

4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun

informal.

Dari penjelasan tersebut dapat dikethui bahwa faktor-faktor yang berkontribusi

terhadap penyebab kecelakaan disebabkan oleh:

a. Faktor manusia: Tindakan-tindakan yang diambil atau tidak diambil, untuk

mengontrol cara kerja yang dilakukan.

b. Faktor material: Risiko ledakan, kebakaran dan trauma paparan tak terduga untuk

zat yang sangat beracun, seperti asam.

c. Faktor Peralatan: Peralatan, jika tidak terjaga dengan baik, rentan terhadap

kegagalan yang dapat menyebabkan kecelakaan.

Page 30: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

22

d. Faktor lingkungan: lingkungan mengacu pada keadaan tempat kerja. Suhu,

kelembaban, kebisingan, udara dan kualitas pencahayaan merupakan contoh

faktor lingkungan.

e. Faktor proses: Ini termasuk risiko yang timbul dari proses produksi dan produk

samping seperti panas, kebisingan, debu, uap dan asap.

4.3 Pencegahan Terhadap Kelalaian Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di

Laboratorium

Kalalaian bekerja dapat menyebabkan produktivitas terganggu dan merugikan

suatu usaha atau organisasi yang salah satunya disebabkan karena kurang karyawan

mengetahui faktor-faktor lingkungan kerja yang akan dilakukannya. Sebelum

terjadinya hal yang tak diinginkan dalam bekerja, hendaknya kita mencegah kelalaian

tersebut dengan memperhatikan SOP (Standard Operasi Prosedur) yang ada di

perusahaan atau organisasi. Di sinilah pentingnya peran manajemen K3 untuk

mengatur SOP agar karyawan dapat selamat dan mengurangi kelalaian bagi karyawan

untuk beraktifitas di lingkungan kerja sesuai dengan stander hokum nasional dan

internasional. Selain itu, faktor tempat kerja yang aman dan sehat juga sangat penting

agara dapat melanjutkan pekerjaan secara efektif dan sefisien. Menurut ILO bahwa

lebih dari 250 juta terjadi kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja

menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja, serta 1,2 juta pekerja meninggal akibat

kecelkaan dan sakit di tempat kerja dalam setiap tahunnya, dan berikut adalah gambar

yang menjelaskan potensi bahaya di lingkungan kerja

Page 31: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

23

Gambar. 4.1 Tabel Kategori Potensi Bahaya di Lingkungan Kerja

Dari gambar tersebut terlihat bahwa kategori A merupakan kategori potensi bahaya

terhadap faktor fisik. Faktor B merupakan potensi bahaya terhadap kondisi internal

atau tempat kerja. Faktor C merupakan potensi bahaya terhadap fasilitas di

lingkungan kerja. Sedangkan faktor D merupakan potensi bahaya terhadap faktor

psikososial. Berikut adalah pencegahan potensi bahaya dari berbagai lingkungan

kerja, khususnya di laboratorium:

1. Faktor Kimia

a. Menggunakan masker gas untuk senyawa Amonia, Klorin, dll. yang

disediakan di pabrik (Nigam, 2011).

b. Mengikuti training yang memberikan aturan terhadap safety/ prosedur yang

diberikan (Nigam, 2011) di laboratorium.

c. Menggunakan alat pelindung khusus untuk menggunakan bahan kimia yang

sangat sensitif seperti gas, bahan kimia yang mudah terbakar, bahan kimia

Page 32: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

24

yang bersifat toxic, dan bahan kimia yang mengandung radiasi tinggi (Nigam,

2011).

d. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk

diketahui oleh seluruh petugas laboratorium (Tresnianingsih, 2015).

e. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa

(Tresnianingsih, 2015).

f. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi

(Muchtaridi, 2015).

g. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan

sesudah praktikum selesai (Muchtaridi, 2015).

2. Faktor Biologi

a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,

pidemilogi dan desinfeksi.

b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam

keadaan sehat, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan

infeksius, dan dilakukan imunisasi.

c. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good

Laboratory Practice).

d. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.

e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan

spesimen secara benar.

f. Pengelolaan limbah yang berpotensi menyebabkan infeksi dengan benar

g. Kebersihan diri dari petugas.

(Tresnianingsih, 2015).

3. Faktor Ergonomi

a. Kenali kemampuan fisik terhadap apa yang dikerjakan, seperti penggunaan

mesin yang harus sesuai dengan standard pemakaiannya (Christofora, 2014).

Page 33: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

25

b. Olahraga dan istirahat yang cukup dan teratur, serta pergunakan waktu untuk

relaksasi di sela pekerjaan.

c. Kandungan kalori pada tubuh harus dijaga dengan cara makan makanan yang

sehat, agar kebutuhan energi tubuh dapat tercukupi (Christofora, 2014).

d. Kenali spesifikasi dan tingkatkan pengetahuan tentang alat proses yang akan

digunakan (Christofora, 2014).

e. Motivasi dan manjemen kerja perlu ditingkatkan (Potu, 2013).

f. Setiap perusahaan hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan sebab

selain mempengaruhi kesehatan fisik, juga akan mempengaruhi kesehatan

jiwa seseorang (Almustofa, 2014).

g. Mengatur tingkat intensitas cahaya, kebisingan alat, kemanan di ruang kerja,

seperti megatur bangku dan / atau tikar bantalan untuk berdiri.Desain

workstation sehingga alat-alat mudah dijangkau dan bahu pada posisi netral,

rileks dan lengan lurus ke depan ketika bekerja.

h. Apabila ada alat laboratorium yang tidak sesuai spesifikasi segara laporkan ke

atasan atau pihak perusahhan yang mengani di bidang tesebut.

i. Mengurangi konsentrasi pekerja, akurasi dan perhatian mereka untuk praktek

kerja yang aman.

4. Faktor Psikososial

a. Menciptakan hubungan yang sreasi dan baik dengan sesama karyawan dan

pimpinan agar produktivis kerja meningkat dan kondisi lingkungan kerja

menjadi sehat (Almustofa, 2014).

b. Menjaga hubungan atau komunikasi anggota kerja yang baik di luar jam kerja.

c. Menjaga sikap (attitude) yang baik dalam lingkungan kerja agar kepercayaan,

tanggung jawab, menghargai, dan respon yang baik dalam lingkungan kerja

(Dahlawy, 2008).

d. Disiplin dalam bekerja sangat diperlukan agar keselarasan dan sistem dalam

lingkungan kerja mejadi lebih baik.

Page 34: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

26

e. Kurangi pergaulan negatif pada lingkungan kerja seperti menggunjing,

menghina, dan mencemooh sesama karyawan maupun atasan agar pikiran

positif menjadi baik.

f. Apabila ada masalah sosial dalam lingkungan kerja, segera konsultasi dengan

atasan dan pihak perusahaan yang menangani masalah tersebut.

Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa faktor lingkungan kerja diepengaruhi oleh

kondisi karyawan, lingkungan, psikologi, alat, dan bahan. Untuk mmembentuk

lingkungan kerja yang sehat, dierlukan motivasi, kedisiplinan, keefisienan tenaga,

keterampilan, dan perspektif karyawan terhadap kenyamanan kerja. Pentingnya

Motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan

mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai

hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan

pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang

diinginkan. Perusahaan tidak hanya mengharapkan karyawan mampu, cakap dan

terampil tetapi yang terpenting mereka memiliki keinginan untuk bekerja dengan giat

dan mencapai hasil kerja yang baik. Sedangkan Kedisiplinan dengan demikian adalah

suatu sikap ketaatan pada aturan. Sifat ini sudah merupakan dasar dari disiplin tanpa

memperhatikan baik atau buruknya aturan tersebut. Disiplin tidak ada kaitannya

dengan nilai yang akan dicapai oleh suatu aturan. Seorang pegawai harus mengetahui

benar suatu aturan dimana ia terlibat didalamnya agar dalam melaksanakan aturan

tersebut dengan sifat disiplin sadar dengan apa yang dilakukannya. Disiplin kerja

mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi, kedisiplinan dengan suatu

latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan

pengaruh yang positif terhadap kinerja pegawai. Sedangkan perspektif merupaka

suatu pangdangan tentang baik buruknya lingkungan kerja, perspektif yang baik maka

akan menghasilokan kenyamanan keryawan, khusunya di laboratorium. Keefisienan

tenaga berpengaruh terhadapm daya kita untuk menghasilkan proses kerja menjadi

lebih baik. Keefisienan kerja terikat pada kedisiplinan, keterampilan, dan motivasi

Page 35: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

27

kerja. Semakin baik kedisiplinan di dalam lingkungan kerja laboratorium, tingkat

motivasi dan keefiseanan akan menjadi baik, sedangkan karyawan akan

menghasilkan persfektif positif untuk mengembangkan keterampilannya dalam

bekerja di laboratorium.

4.4 Contoh Kasus Identifikasi Bahaya Bahan Kimia di Laboratorium

Identifikasi lingkungan kerja perlu diperhatikan di laboratorium. Sebagai contoh

adalah identifikasi bahan kimia di laboratorium. Apakah sebagian besar bahan-bahan

yang kita gunakan mengandung senyawa berbahaya atau tidak. Nama bahan kimia

merupakan hal yang paling utama dalam identifikasi bahaya bahan-bahan kimia di

laboratorium. Contohnya asam asetil salisilat yang berarti aspirin bagi ahli kimia.

Contoh lain adalah H2S bagi ahli kimia berarti hidrogen sulfida bagi insinyur,

kalsium hipoklorit sama dengan kapur klor, fenol menjadi asam karbolat, dan soda

kue menjadi soda bikarbonat.

Bahan kimia dapat berbentuk padat,cair, atau gas- bukan sifat fisik secara

umum. Misalnya natrium hidroksida (NaOH) yang dapat dibeli sebagai padatan di

drum atau larutan kuat di tankker atau drum; karbon dioksida dapat dibeli sebagai

padatan,cairan, atau gas. Secara umum, panas masuk atau panas keluar diperlukan

untuk pengubahan bentuk, sehingga identifikasi ini menentukan bagaimana dan

dimana bahan kimia harus disimpan. Bahaya dapat terjadi karena beberapa hal,

seperti temperatur yang naik dengan cepat karena kebakaran.dan emisi yang cepat.

Kadar racun yang berbahaya harus dimengerti dengan jelas. Cedera tidak akan

terjadi tanpa pemaparan konsentrasi yang diberikan dan rancangan dan operasi proses

bahan kimia yang menentukan banyaknya pemaparan, konsentrasi dan lain-lain.

Karenanya, dengan rancangan yang benar dan penanganan yang aman, bahaya dapat

dihilangkan atau tanda-tanda potensinya dapat diredakan. Sebagai contoh, asam sulfat

pekat merupakan cairan korosif yang dengan cepat dapat menghancurkan jaringan

badan dan membuat luka bakar. Hal ini disebabkan sifat-sifat racunnya telah

diketahui dan difahami dan cara-cara pencegahan kecelakaannya telah dibuat. Hasil;

Page 36: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

28

kontak dengan asam sulfat terjadi dengan cepat dan akut, tetapi meskipun benzene

dalam kuantitas sedikit dikulit tidak merupakan hal yang berbahaya, efek akumulatif

dari sifat-sifatnya dapat memicu anemia yang serius dan kematian.

Nilai Ambang Batas (NAB) dinyatakan dalam bagian per juta seberapa besar

kondisi karyawan dapat terpapar setiap hari tanpa mengalami efek yang berarti.

Tetapi, peringatan harus diberikan bahwa NAB, dalam konteks yang benar, hanya

dapat diinterpretasikan dengan benar oleh personil yang terlatih dalam higiene

laboratorium, dan tidak boleh digunakan sebagai:

a. Indeks relatif atas bahaya atau kadar racun;

b. Alat evaluasi pada gangguan polusi udara;

c. Perkiraan potensi racun pada pemaparan terus-menerus yang tidak berhenti.

Meskipun bahaya yang terditeksi sebagai bau tidak dapat diyakinkan benar, tetapi

tidak ada keraguan bahwa bau khas dari beberapa bahan kimia merupakan indikasi

yang jelas akan adanya bahan kimia tersebut, meskipun bukan konsentrasinya.

Contoh lain, bau dari klorin (Cl2) dapat dikenali dengan tercium pada konsentrasi

yang sangat kecil. Karena tidak ada efek iritasi yang nyata dalam waktu cepat, maka

tidak ada tindakan perbaikan. Konsentrasi maksimum yang diperbolehkan untuk

klorin di udara adalah satu bagian klorin per satu juta bagian udara untuk delepan jam

pemaparan, dan konsentrasi terkecil yang dapat terditeksi oleh manusia pada

umumnya adalah tiga sampai empat bagian klorin per satu juta bagian udara. Semua

cairan akan menguap, tetapi kecepatan penguapannya tergantung pada suhu dan

tekanan dan secara umum cairan panas menguap lebih cepat daripada cairan dingin.

Tekanan uap cairan dan larutan harus diperhatikan, terutama pada suhu ruang. Hal ini

sangat penting bila menyimpan drum berisi cairan berbahaya. Kebocoran dari

beberapa bahan kimia, dapat menimbulkan bahaya. Perbandingan berat jenis antara

uap/gas dengan udara menunjukkan apakah uap pada suhu normal (0°C) dan tekanan

normal (76cm-Hg) lebih padat atau lebih renggang daripada udara; karena uap itu

akan naik ke atmosfir atau turun.

Page 37: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

29

Pentingnya pengetahuan tentang specfic grafvity terlihat nyata saat menentukan

tindakan yang hrus diambil saat menghadapi kebocoran besar. Perbandingan berat

jenis bahan kimia dengan berat jenis air menunjakan apakah bahan kimia akan

mengambang di atas air atau tenggelam. Semua cairan bocor diarahkan mencapai

saluran buang, dan ledakan dibawah tanah akibat kontaminasi oleh cairan sangat

mudah terbakar dapat membuat kerusakan hebat di area yang luas. Contohnya adalah

petroleum, memiliki berat jenis 0,80, sehingga bocoran akan mengambang di atas air.

Karenanya air tidak direkomendasikan sebagai bahan pemadam untuk kebakaran

petroleum cair, karena air akan tenggelam di bawah petroleum, dan dengan naiknya

volume cairan, maka cenderung memperlebar area kebakaran. Membiarkan

petroleum keluar kesaluran buang hanya akan meningkatkan bahaya. Sebaliknya, bila

cairan karbon disulfida yang sangat mudah terbakar, memiliki titik nyala yang rendah

dan titiok bakar yang rendah, memiliki specific gravity 1,26 terbakar, maka dapat

dikendalikan dengan menggunakan air yang cukup.

Bila bahan kimia yang dapat larut dalam air akan mudah bergabung karena

dapat dijenuhkan dengan air dan setelah pencegahan yang layak telah dilakukan, dan

hal ini dapat dikeluarkan ke sistem efluent. Sehubungan dengan kemampuan

pelarutan bahan kimia ke dalam air, harus pula diperhatikan bahaya yang mungkin

terjadi pada beberapa bahan kimia. Beberapa kasus pernah terjadi yang menimbulkan

cedera serius yang timbul akibat masuknya air ke dalam wadah kosong berbagai

bahan kimia menyebabkan reaksi yang hebat. Sebagai contoh adalah fosfor klorida

yang bukan bahan kimia korosif, tetapi setelah kontak dengan air atau uap air, akan

bereaksi hebat, melepas panas dan uap klorosif asam klorida. Contoh lain adalah

sejumlah natrium sianida dengan air di saluran buang. Reaksi antara natrium sianida

dengan air di saluran buang memperbesar volume gas asam sianida yang mematikan.

Bahan kimia seperti asam sulfat jika bercampur dengan air akan menghasilkan uap air

yang cukup untukdalam air memerlukan penanganan yang tepat.

Beberapa bahan kimia bereaksi hebat dengan bahan kimia lain yang

berhubungan tersebut disebut inkompatibel. Sebagai contoh adalah asetilene yang

Page 38: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

30

akan bereaksi hebat dengan klorin. Kcelakaan yang memungkinkan bergabingnya dua

bahan kimia tersebut harus dicegah. Sama halnya dengan asam nitrat yang tidak boleh

dibawa sampai kontak dengan cairan yang mudah terbakar. Bahaya sesungguhnya

dari inkompatibilitas terjadi akibat kesalahan dalam melakukan asesmen, karena

bahan kimia dibawa bersama-sama kurang hati-hati, terjadi reaksi hebat.

Kemungkinan akibat pencampuran yang tidak direncanakan harus selalu diawasi.

Beberapa bahan kimia yang tidak terbakar mampu membantu dengan baik

pembakaran saat berkombinasi dengan bahan kimia lain yang menghasilkan oksigan

dalam jumlah yang besar. Tidak hanya atmosfir dengan cepat dipenuhi oleh oksigen,

tetapi panas reaksi mungkin cukup untukj membuat pembakaran dan kebakaran dapat

terjadi.

Oksidsi adalah kombinasi oksigen bahan kimia denga bahan lain bahannya

dengan cepat dapat memberikan oksigennya ke bahan lain disebut oksidator, seperti

asam nitrat (HNO3), mangan oksida (MnO2), hidrogen peroksida (H2O2), dan asam

kromat (CrO3). Bahan yang mengambil oksigen dari senyawa dan kombinasinya

disebut reduktor, seperti hidrogen, karbon,hidrokarbon, bahan organik, dan lain-lain.

Oksidasi dan reduksi adalah proses yang berlawanan yang selalu terjadi bersamaan,

dan bahan yang inkompatibilitas seperti kalium permanganat (KmnO4), yang

merupakan oksidator kuat, bila tergabung dengan bubuk alumunium, yang

merupakan reduktor kuat, dengan cepat mengibah sifat-sifat alamiahnya dengan

memperlihatkan bahwa kedua bahan tidak boleh disimpan berdekatan.

Page 39: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

31

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor lingkugan kerja sangat berperan penting untuk menciptakan kondisi

lingkungan kerja, khususnya di laboratorium. Adapun faktor-faktor lingkungan

kerja juga bagian dari manajemen K3 sebagai pengatur dalam aktivitas di

lingkungan kerja agar menjadi lebih baik.

2. Secara umum, faktor-faktor lingkungan kerja terbagi menjadi fisik dan non-fisik.

Sedangkan jika secara khusus untuk faktor-faktor lingkungan kerja di

laboratorium terbagi menjadi faktor kimia, biologi, ergonomik, dan psikososial.

3. Pencegahan jika adanya kelalaian dari faktor-faktor lingkungan kerja di

laboratorium didasarkan pada kondisi kerja, alat, bahan, dan psikologi karyawan.

Adapun untuk mengurangi kelalaian kerja tersebut adalah dengan memperhatikan

manajemen K3, meningkatkan motivasi, melatih kedisiplinan dan attitude, dan

mengkodisikan lingkungan kerja agar lebih nyaman dan baik.

4. Salah satu contoh kasus dari pencegahan faktor-faktor lingkungan kerja di

laboratorium adalah keracunan, ledakan bahan-bahan kimia, kebocoran bahan

kimia yang melebihi ambang batas, dan kemudiahan bahan kimia untuk korosi

dan reduksi.

5.2 Saran

Faktor-faktor lingkungan kerja sangat mempengaruhi kondisi fisik dan non-fisik

kita, sehingga diperlukan analisis langsung untuk mengetahui seberapa besar keluhan

karyawan jika mengalami kelalaian akibat melanggar faktor-faktor tersebut.

Page 40: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

32

BAB VI

RINGKASAN

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu

menajeman yang mengatur aktivitas di dunia kerja. Jika terjadi kelalaian dalm

aktivitas kerja, maka akan menyebabkan kecelakaan yang dapat menggangu kondisi

fisik dan non-fisik karyawan. Hal inilah yang diperlukan untuk mengetahui apa yang

menyebabkan dan apa akibat kelalaian dari insiden tersebut. Salah satunya adalah

dengan cara mempelajari tentang faktor-faktor lingkungan kerja.

Faktor lingkungan kerja di laboratorium menjadi salah satu hal yang harus

diperhatikan di dalam perusahaan. Begitu banyak penjelasan mengenai faktor-faktor

lingkungan kerja di laboratorium. Namun, secara khusus faktor-faktor lingkungan

kerja terbagi menjadi faktor kimia yang dipengaruhi oleh komposisi bahan, MSDS

bahan, dan sifat dari bahan kimia. Dari hal tersebut tentunya kita dapat

mengidentifikasi kelalaian apa saja yang mempengaruhi kondisi fisik dan non-fisik

kita ketika menggunakan bahan kimia tersebut. Faktor biologi dipengaruhi oleh sifat

bahan, kondisi fisik karyawan terutama dalam hal alergi. Faktor ergonomi

berhubungan dengan kenyamanan karyawan dalam bekerja, peoses, dan kondisi fisik

karyawan, serta kondisi lingkungan kerja. Sedangkan faktor psikososial berpengaruh

terhadap kondisi sosia, psikologi, dan ineteraksi dalam lingkungan kerja.

Faktor-faktor lingkungan kerja juga sangat berpengaruh dalam pembentukan

karakter karyawan. Dengan menciptakan karakter yang baik, maka kondisi

lingkungan kerja akan berjalan serasi, harmonis, dan positif. Salah satu kerakter yang

harus ditanamkan di lingkungan kerja laboratorium adalah motivasi, manajemen

kerja, perspektif yang baik, kedisiplinan, dan atitude yang baik.

Page 41: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

31

BAB VII

STUDI KASUS

1. Bagaimana peran faktor ergonomi dalam lingkungan kerja?

Jawab:

Peran faktor ergonomi dalam hal ini adalah meningkatkan efektifitas kerja yang

dihasilkan oleh sistem kerja dengan tetap memandang manusia sebagai pusat sistem

untuk mempertahankan dan meningkatkan unsur kenyamanan dan kesehatan.

2. Sebagai calon engineer, khususnya Teknik Kimia, mengapa faktor-faktor

lingkungan kerja di laboratorium penting untuk dipelajari?

Jawab:

Teknik Kimia merupakan salah satu ilmu industri yang sangat penting untuk

dipelajari. Karena ilmu teknik kimia berperan dalam proses, quality cotrol,

pemanfaatan limbah, dan cost pabrik. Karena juga berhubungan dengan quality

control sehingga pembelajaran mengenai laboratorium juga sangat penting. Dimana,

sebagai calon engineer kita harus mengetahui bahan-bahan apa saja yang akan

digunakan pada proses di industri tersebut. Disamping itu, spesifikasi bahan juga

berperan penting karena hal ini berguna untuk menangani bahan tersebut agar

memrlukan proses yang lancar dengan memperhatikan faktor-faktor apa saja jika

terjadi kalalaian penggunaan bahan baku tersebut dan apa akibatnya. Dari sinilah

faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium penting untuk dipelajari.

Page 42: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

32

3. Diketahui suatu pabrik kimia mengalami kebakaran, jika hal itu terjadi maka

bagaimana cara pencegahannya? (minimal 3)

Jawab:

Dalam kasus ini ada berbagai cara untuk menggulangi kebakan, salah satungya

adalah:

a. Pengendalian Setiap Bentuk Energi :

1) Melakukan identifikasi semua sumber energi yang ada di tempat kerja/

perusahaan baik berupa peralatan, bahan, proses, cara kerja dan lingkungan

yang dapat menimbulkan timbulnya proses kebakaran (pemanasan, percikan

api, nyala api atau ledakan);

2) Melakukan penilaian dan pengendalian resiko bahaya kebakaran

berdasarkan peraturan perundangan atau standar teknis yang berlaku.

b. Penyediaan Sarana Deteksi, Alarm, Pemadam Kebakaran Dan Sarana

Evakuasi:

1) Menganalisa ruangan / tempat kerja, untuk menentukan jenis detektor,

alarm, alat pemadam dan sarana evakuasi yang sesuai dengan kondisi

ruangan/tempat kerja;

2) Melakukan perencanaan dan pemasangan peralatan;

3) Membuat prosedur pemakaian peralatan dan sarana pemadam kebakaran;

4) Membuat tanda pemasangan peralatan pemadam kebakaran dan sarana

evakuasi;

5) Melakukan pelatihan penggunaan peralatan pemadam dan sarana

evakuasi;

6) Melakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala.

c. Pembentukan Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja :

1) Menghitung jumlah tenaga kerja yang berada di tempat kerja/ perusahaan.

2) Membentuk unit penanggulangan kebakaran, sesuai dengan jumlah tenaga

kerja dan tingkat resiko bahaya kebakaran, besar, sedang atau kecil. Setiap

Page 43: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

33

25 pekerja minimal ada 2 petugas peran kebakaran, tempat kerja yang

mempunyai lebih dari 300 orang atau mempunyai tingkat resiko berat,

perlu adanya regu pemadam, tempat kerja yang memiliki 100 orang tenaga

kerja perlu dan mempunyai, tingkat resiko bahaya sedang dan besar perlu

adanya coordinator penanggulangan kebakaran.

3) Bagi tempat kerja yang mempunyai tingkat resiko besar bahaya

kebakaran, maka perlu ada fire safety supervisor.

4. Jelaskan sifat-sifat bahan baku kimia yang ada di laboratorium?

Jawab:

a. Bahan kimia berbahaya

Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada suatu

kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap tingkat

pekerjaan yang dilakukan (penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pembuatan dan

pembuangan).

Secara umum, bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan menjadi :

b. Bahan kimia mudah meledak

Adalah bahan kimia berupa padatan atau cairan, atau campurannya yang sebagai

akibat suatu perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, atau perubahan

lainnya) menjadi bentuk gas yang berlangsung dalam proses yang relative singkat

disertai dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar serta

suara yang keras.

c. Bahan kimia mudah terbakar

Adalah bahan kimia bila mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi tertentu,

Akan menghasilkan nyala API. Tingkat bahaya dari bahan-bahan ini ditentukan oleh

titik bakarnya, makin rendah titik bakar bahan tersebut semakin berbahaya.

e. Bahan kimia korosif

Page 44: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

34

Adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan bahan-bahan kuat

lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejana atau penyimpan.

Senyawa asam alkali dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata,

merangsang kulit dan system pernafasan.

f. Bahan kimia radioaktif

Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinar-sinar

radioaktif seperti sinar alfa, beta, sinar gamma, sinar netron, dan lain-lain, yang dapat

membahayakan tubuh manusia.

Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu atau lebih dari

sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat didalam bahan kimia tersebut, yang selain

mudah meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan meracuni kehidupan.

f. Bahan kimia oksidator

Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif dan tidak stabil,

mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga dapat

menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan oksidator terdiri dari :

– Oksidator organik : Permanganat, Perklorat, Dikromat, Hidrogen Peroksida,

Periodat, Persulfat.

– Peroksida organik : Benzil Peroksida, Asetil Peroksida, Eteroksida, Asam Parasetat.

– Peroksida-peroksida organik dapat pula terbentuk pada penyimpanan pelarut

organik seperti eter, keton, ester, senyawa-senyawa tidak jenuh dsb yang bersifat

eksplosif.

Bahan kimia reaktif

Adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan lainnya,

disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau

keracunan, atau korosi.

Sifat reaktif dari bahan-bahan kimia dapat dibedakan atas dua jenis :

– Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi dengan

air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.

Page 45: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

35

– Reaktif tehadap asam, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi

dengan asam, menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas beracun

serta bersifat korosif.

h. Bahan reaktif terhadap air

Beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat dengan air, dapat meledak atau terbakar.

Ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik (mengeluarkan panas)

yang besar atau mengeluarkan gas yang mudah terbakar, contoh :

– Alkali (Na, K) dan Alkali tanah (Ca)

– Logam Halida (Alumunium tibromida)

– Oksida logam anhidrat (CaO)

– Oksida non logam Halida (Sulfuril Halida)

Jelas bahan-bahan tersebut harus jauh dari air atau disimpan ditempat yang kering

dan bebas dari kebocoran bila hujan turun, dan bahan reaktif diatas juga reaktif

terhadap asam. Selain itu juga terdapat bahan-bahan lain yang dapat bereaksi dengan

asam secara hebat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis atau menghasilkan

gas-gas yang mudah terbakar atau eksplosif, contoh : Kalium Klorat/perklorat,

Kalium Permanganat, Asam Akromat (Cr₂O₃).

i. Gas bertekanan

Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun laboratorium. Bahaya

dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan juga efek yang

mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan mudah terbakar yang

diklasifikasikan menjadi:

Page 46: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

36

Tabel 7.1 Klasifikasi Gas dan Bahayanya

GAS Penggunaan Bahaya

Asetilen Gas bakar Mudah terbakar,

aspiksian

Ammonia Bahan baku pupuk Beracun

Etilen Oksida Sterilisasi Beracun dan mudah

terbakar

Hidrogen Hidrogenasi, gas

karier

Mudah terbakar dan

meledak

Nitrogen Gas pencuci,

membuat udara inert

Aspiksian

Klor Klorinasi Beracun, korosif

Vinil Klorida Produksi plastic Beracun dan mudah

terbakar

5. Bagaimana cara identifikasi bahan kimia di laboratorium?

Jawab

Bahan-bahan kimia adalah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dan

atau proses kerja serta sisa sisa proses produksi dan atau proses kerja. Potensi bahaya

kimia yang memungkinkan terjadi di lingkungan kerja akibat penggunaan bahan

kimia dalam proses produksi atau proses kerja. Ada dua cara praktis yang dapat

digunakan untuk mengenal bahaya bahan kimia di tempat kerja, yakni :

a. Membaca Diangram Alir Produksi

Dengan melihat secara garis besar tentang diagram alir proses produksi di dalam

suatu industri sehingga dapat diketahui di setiap bagian mana saja yang

memungkinkna untuk menimbulkan bahaya dan dapat dicegah agar tidak

berlanjut ke proses berikutnya.

b. Melakukan Survey Bahan – Bahan Kimia di Tempat Kerja

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menentukan apakah ada bahaya

potensial dari bahan – bahan yang ada di lingkungan kerja. Jadi di dalam survey

ini harus mencatat dan melakukan inventarisasi terhadap semua bahan yang

Page 47: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

37

digunakan dalam proses produksi itu maupun yang dihasilkan selama proses

sampai akhir proses.

Page 48: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

DAFTAR PUSTAKA

Almustofa R. 20014. Pengaruh Lingkungan Kerja, Motivasi Kerja, Disiplin Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Pegawai Perum Bulog Divisi Regional

Jakarta). Skripsi. Universitas Diponegoro: Semarang.

Agus, Hudoyono J. 2011. Penyakit Akibat Kerja Disebabkan Faktor Fisik. Jurnal

Kedokteran Meditek. Vol. 17. No. 43. Januari-April 2011. Universitas Kristen

Krida Wacana: Jakarta.

Arianto, D. A. N. 2014. Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan Budaya Kerja

Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar. Jurnla Economia. Vol. 9. No.2. Oktober

2013. Universitas Nahdlatul Ulama: Jepara.

Arief, L. M. 2015. Lingkungan Kerja Faktor Kimia dan Biologi. Higiene Industri.

Universitas Esa Unggul: Tangerang.

Christofora, D. K., Rina Oktaviana, Erna Yuliawati. 2014. Aplikasi Nordic Body Map

Untuk Mengurangi Musculoskeletal Disorder Pada Pengrajin Songket. Jurnal

Ilmiah Tekno. Universitas Bina Darma, Palembang.

Dahlawy, A. D. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di Area Pengolahan P.T. ANTAM Tbk., Unit Bisinis

Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor. Skripsi. Universitas Negeri

Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Page 49: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

Grahanintyas, D. Sritomo W., dan Effi L. 2012. Analisa Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja (Studi Kasus: Pabrik Teh

Wonosari PTPN XII). Jurnal Teknik POMITS. Vol.1.No.1. ITS: Surabaya.

Hati, S. W. 2014. Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada

Pembelajaran di Laboratorium Program Studi Teknik Mesi Politeknik Negeri

Batam. Prosiding SNE “Pembangunan Manusia Melalui Pendidikan dalam

Menghadapi ASEAN Economic Community 2015”. Politeknik Negeri Batam:

Riau.

Hendri, E. 2015. Pengaruh Lingkugan Kerja Fisik dan Non-fisik Terhadap Kepuasan

Kerja Karyawan pada P.T. Asuransi Wahana Tata Cabang Palembang. Jurnal

Media Wahana Ekonomika. Vo.9 No.3, Oktober 2012. Universitas PGRI:

Palembang.

International Labour Organization. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana

Untuk Produktivitas. SCORE: Jakarta.

Muchtaridi. 2015. Keselamatan Kerja di Laboratorium. Universitas Pandjajaran:

Bandung.

Nigam, N. C., A. K. Maheswari, N. P. Rao. 2011. Safety and Health in Chemical

Industry. Indian Farmers Fertiliser Cooperative Ltd., Aonla Unit.

Nisa, A. Z., dan Tri Martiana. 2013. Faktor yang Memepengaruhi Keluhan Kelelahan

pada Gigi di Laboratorium Gigi Surabaya. The Indonesian Journal of

Occupational Safety and Health. Vol. 2.No. 1. Jan-Jun 2013: 61-66. Universitas

Airlangga: Surabaya.

Page 50: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

Norianggono, Y. C. P. 2014. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Non Fisik

Terhadap Kinerja Karyawan: Studi pada P.T. Telkom Area III Jawa-Bali Nusra

di Surabaya). Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 8. No.2. Maret 2014. Universitas

Brawijaya: Malang.

Nuraga, W. Fatma L., L. Meily K.2008. Dermatitis Kontak Pada Pekerjaan yang

Terpajan Dengan Bahan Kimia di Perusahaan Industri Otomitif Kawasan

Industri Cibitung Jawa Barat. Jurnal MAKARA, Kesehatan. Vol. 12. No. 2.

Desember 2008: 63-69. Universitas Indonesia: Depok.

Potu, A. 2013. Kepimipinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja Pengaruh Terhadap

Kinerja Karyawan pada Kanwil Ditjen Kekayaan Negara Suluttenggo dan

Maluku Utara di Manado. Jurnal EMBA. Vol. 1. No.4. Desember 2013. Hal

1208-1218. Universitas Sam Ratulangi: Manado.

Putra, E. D. L. 2011. Keracunan Bahan Organik dan Gas di Lingkungan Kerja dan

Upaya Pencegahannya. Universitas Negeri Sumatera Utara: Medan.

Ramadon, S. Yanti S., dan Desi K. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik

Terhadap Produktivitas Kerja. Universitas Hassanudin:Makassar.

Setyanto, R. H., A.A. Subiyanto, dan Wiryanto. 2011. Pengaruh Faktor Lingkungan

Fisik Kerja Terhadap Waktu Penyelesaian Pekerjaan (Studi Laboratorium).

Jurnal EKOSAIN. Vol. III. No.2, Juli 2011. Universitas Sebelas Maret:

Surakarta.

Page 51: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

Sholihah, Q., Kuncoro Wahyudi, Dan Rahmi Fauziah. 2014. Predisposition Factors

Analysis Hygienic And Healthy Behaviour Of Family Order In Lontar Pulau

Laut Barat Kotabaru, South Kalimantan, Indonesia. International Journal of

Academic Research. Januari 2014. EBSCO Information Service.

Sitepu H. K., Buchari, Mangara M. T. 2014. Identifikasi Tingkat Bahaya di

Laboratorium Perguruan Tinggi (Studi Kasus Laboratorium di Lingkungan

Departemen Teknik Industri Unversitas Sumatera Utara). Simposium Nasional

RAPI XIII. ISSN 1412-9612. Unversitas Sumatera Utara: Medan.

Tresnaningsih, E. 2015. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Analisis

Kesehatan. Pusat Kesehatan Kerja. SETJEN DEPKES RI: Jakarta.

Widiastuti, R. 2011. Studi Ergonomi Kognitif Untuk Mengetahui Penrunan

Produktivitas Kerja Akibat Kenaikan Tingkat Kebisingan. Universitas

Sarjanawinata: Yogyakarta.

Wignjosoebroto, S., Arief Rahaman,dan Dwi Pramono. 2013. Perancangan

Lingklungan Kerja dan Alat Bantu yang Ergonomis untuk Mengurangi Masalah

Back Injury dan Tingkat Kecelakaan Kerja pada Departemen Mesin Bubut

(Studi Kasus P.T. Atak Indometal Ngingas Waru-Sidoarjo). ITS: Surabaya.

Wignjosoebroto, S. 2013. Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk.

Laboratorium Ergonomis dan Pernacangan Kerja. ITS: Surabaya.

Yunanda, M. A. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan

Kinerja Karyawan (Studi pada Perum Jasa Tirta I Malang Bagian

Laboratorium Kualitas Air). Universitas Brawijaya: Malang.

Page 52: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

INDEKS

A

Analisa: 10; 32

Ambang Batas: 4; 24; 26; 27.

B

Bahaya: 5; 13; 14; 18; 19; 23; 24; 25; 26; 27; 32; 33; 34; 35; 36.

Biologi: 7; 15; 29; 30.

C

Cahaya 4; 5; 6; 25.

D

Dampak: 10; 12; 13.

Dermatitis: 13; 14.

Disiplin: 15; 21; 22; 23.

E

Ergonomi: 15; 16; 20; 30; 31.

Efisien: 1; 5; 15; 16; 18; 22.

Efektivitas: 18; 31.

F

Faktor Kerja: 16

Faktor Lingkungan Kerja: 2; 3; 8; 9; 10; 11; 13; 17; 18; 22; 29.

Fisik dan Non-Fifik: 1; 4; 6; 9; 11; 14; 16; 20; 21; 23; 26; 29; 30.

G

Gas: 17; 23; 24; 25; 33; 34; 35; 36.

Page 53: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

H

Hipertensi: 6.

I

Intensitas: 4; 14; 21.

Industri: 2; 3; 5; 15; 23; 25; 31; 35; 36.

J

Janin: 6.

Jurnal: 3; 8; 9; 10; 11; 19.

K

Kimia: 6; 7; 10; 13; 14; 19; 20; 23; 24; 25; 26; 27; 28; 29; 30; 31; 32; 33; 34; 35;

36.

Kasus: 2; 5; 9; 27; 32.

K3: 1; 2; 3; 9; 10; 11; 18; 29; 30.

L

Laboratorium: 2; 3; 5; 8; 10; 11; 13; 15; 16; 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; 29; 30;

31; 33; 36.

Lingkungan: 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13; 15; 17; 18; 19; 21; 22; 23;

29; 30; 31; 32; 36.

M

Motivasi: 1; 17; 21; 22; 23; 29.

N

Non-Fisik: 4; 9; 10; 12; 15; 16.

Page 54: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

O

Organisasi: 1; 15; 19; 21.

P

Psikologi: 1; 7; 9; 11; 16; 22; 29; 30.

Psikososial: 16; 17; 19; 29; 30.

Persfektif: 23

Q

Quality Control: 33.

R

Risiko: 5; 17; 18.

S

Sehat: 7; 14; 19; 22; 24; 25; 26.

Stress: 13; 20.

T

Tenaga Kerja: 4; 5; 7; 14; 20; 26; 34.

U

Usaha: 4; 7; 14.

V

Value attainment: 16.

Virus: 19.

Page 55: Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

W

Wujud: 19

Z

Zat: 4; 6; 21.