f5 p2m Fogging Dhf
description
Transcript of f5 p2m Fogging Dhf
F5. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
“Program Fogging sebagai Salah 1 Usaha Pemberantasan DBD”
LATAR BELAKANG MASALAH
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang
dilaporkan cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas sejalan dengan
meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk. Kerugian sosial yang terjadi antara
lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan
berkurangnya usia harapan penduduk. Dampak ekonomi langsung pada penderita DBD
adalah biaya pengobatan, sedangkan dampak ekonomi tak langsung adalah kehilangan waktu
kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti
transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita. (Depkes RI, 2004)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) juga merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat penting di Indonesia karena sering menimbulkan suatu letusan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular
(vektor) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes
scutellaris, tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah
Aedes aegypti. Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan
kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%.
Sejak itu penyakit DBD menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan luas
daerah terjangkit penyakit DBD, kecuali daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan laut.
Faktor yang mempengaruhi kejadian dan penularan penyakit DBD antara lain faktor
pejamu (host), faktor virus (agent), dan faktor lingkungan (environment). Faktor host antara
lain kerentanan terhadap infeksi yang dipengaruhi oleh imunitas tiap individu. Faktor agent
yaitu sifat dari virus dengue (Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4). Faktor environment antara
lain kondisi geografis, kondisi demografis, dan kondisi lingkungan biologis yaitu kepadatan
nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama virus dengue. Vaksin maupun obat untuk
penyakit DBD sampai saat ini belum ditemukan, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah
penyakit ini adalah dengan memutuskan rantai penularan. Cara memutus rantai penularan
adalah dengan pemberantasan vektor dewasa dengan pengasapan (fogging) dan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Peran serta masyarakat dalam hal ini terutama dalam
program PSN yaitu dengan melakukan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air/bak
mandi, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang
dapat menampung air hujan secara teratur seminggu sekali, plus memburu dan membunuh
jentik nyamuk dengan abatisasi, mengenakan kelambu, menggunakan obat nyamuk,
memasang kawat kasa, dan menutup lubang potongan bambu (Depkes, 2009). Keberhasilan
PSN ini dapat diukur dengan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu persentase jumlah
rumah bebas jentik dibandingkan dengan jumlah rumah yang diperiksa. Perilaku kesehatan
masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya faktor pengetahuan masyarakat sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Lawrence Green (Kresno, 2007).
Target program pencegahan DBD di Indonesia adalah untuk menurunkan angka
kesakitan DBD sampai kurang dari 10/100.000 penduduk untuk daerah non-endemis dan
kurang dari 30/100.000 untuk daerah endemis, menurunkan angka kematian DBD sampai
kurang dari dua persen, serta meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) sampai 95%. Program
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) DBD merupakan upaya kongkret dari Puskesmas
dalam upayanya mereduksi angka kejadian DBD. Semakin baik pelaksanaan program
tersebut, akan memberikan dampak yang positif terhadap status kesehatan masyarakat
khususnya terkait penyakit DBD.
Oleh karena itu pemerintah membuat suatu program pengasapan (fogging) melalui
puskesmas sebagai salah satu upaya untuk memberantas DBD. Program pengasapan
(fogging) P2M puskesmas terlaksana bila terdapat laporan kasus DBD dari UGD Puskesmas
atau terdapat pasien DBD yang masuk rumah sakit daerah ataupun luar daerah. Kemudian
dilakukan pelacakan kasus, penyelidikan epidemiologi yaitu bila terdapat pasien DBD
disertai ada penderita DBD lain di lokasi penderita (20 rumah sekitar penderita) atau ada
penderita panas tanpa sebab jelas sebanyak ≥ 3 orang dan ada jentik atau trombosit <
100.000. Jika salah 1 syarat itu terpenuhi, maka Surat Keputusan Pelayanan DBD di P2M
Puskesmas dikeluarkan. Kemudian para tenaga medis puskesmas melakukan penyuluhan,
abatisasi dan fogging pada daerah yang terkait tersebut.
PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Permasalahan yang dihadapi masyarakat kecamatan Blega antara lain:
1. Masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang penyakit demam berdarah.
2. Masyarakat masih kurang menyadari kebersihan lingkungan menjadi salah satu upaya
efektif pengendalian demam berdarah.
3. Sosialisasi yang masih kurang pada masyarakat mengenai Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Selama ini opini yang berlaku di masyarakat adalah penyelenggaraan
fogging sebagai cara yang paling efektif untuk memutus rantai kehidupan nyamuk
sebagai upaya pemberantasan penyakit demam berdarah. Masyarakat juga menganggap
bahwa dengan memelihara ikan, maka bak mandi tidak perlu dikuras lagi.
4. Masih tingginya angka kejadian DBD di kecamatan Blega
TUJUAN DAN TARGET KEGIATAN
Tujuan Umum :
Menindak lanjuti kasus DBD yang memenuhi syarat untuk dilakukan program pengasapan
(fogging) di P2M Puskesmas
Tujuan Khusus :
Melakukan penyuluhan yaitu menjelaskan tentang:
1. Menjelaskan pengertian DBD
2. Menjelaskan tentang penyebab dan cara penularan DBD
3. Menjelaskan tentang gejala DBD
4. Menjelaskan cara menangani DBD
5. Menjelaskan cara melakukan penanganan awal DBD serta mencegah
komplikasi yang dapat terjadi.
6. Menjelaskan tentang peran serta masyarakat program Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) yaitu dengan melakukan 3M Plus
Melakukan abatasisasi guna membunuh jentik nyamuk
Melakukan pengasapan (fogging) guna memutus rantai penularan yaitu dengan
pemberantasan vektor dewasa
Target Kegiatan :
Memberikan penyuluhan terhadap keluarga kasus DBD yang terkait dan rumah
sekitarnya agar tercapai peningkatan pengetahuan dan kewaspadaan terhadap DBD
Melakukan abatasisasi
Melakukan pengasapan (fogging)
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN INTERVENSI
Intervensi yang dilakukan adalah dengan melaksanakan pengasapan (fogging):
1. Pengasapan (fogging)
pengasapan (fogging) ini diharapkan dapat memutus rantai penularan yaitu dengan
pemberantasan vektor dewasa.
2. Narasumber
Narasumber adalah dr. Artamty Sastry Ayulendry, dokter Internsip Puskesmas Blega
periode 3 September – 23 Desember 2012 dan para tenaga medis P2M Puskesmas Blega.
3. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Hari / Tanggal : Sabtu, 15 September 2012. Pukul 10.00WIB
Tempat : Desa Beben (titik fokus: Rumah An. Salsabila, perempuan, 9th)
4. SASARAN PENGAPASAN (FOGGING)
Sasaran pengasapan (fogging) adalah rumah An. Salsabila, 9th, Desa Beben, Blega,
Bangkalan serta lebih kurang 200 meter dari titik fokus.
Melalui penyuluhan terlebih dahulu kepada keluarga An.Salsabila dan keluarga
sekitarnya diharapkan masyarakat Beben dapat menjadi penggerak awal dan dapat
membagi pengetahuan kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar lebih awas dan sadar
akan bahaya penyakit DBD serta dapat turut serta dalam program PSN yaitu dengan
melakukan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air/bak mandi, menutup rapat-
rapat tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung
air hujan secara teratur seminggu sekali, plus memburu dan membunuh jentik nyamuk
dengan abatisasi, mengenakan kelambu, menggunakan obat nyamuk, memasang kawat
kasa, dan menutup lubang potongan bambu
5. MEDIA YANG DIGUNAKAN
Media yang digunakan adalah alat pengapasan (fogging)
6. METODE YANG DIGUNAKAN
Metode yang digunakan pada penyuluhan sebelum melakukan fogging adalah ceramah
dengan pendekatan perorangan.
LAPORAN DAN ULASAN KEGIATAN
Pengapasan (fogging) kasus DBD telah selesai diadakan di Desa Beben pada tanggal
15 September 2012. Kegiatan tersebut terdiri atas penyuluhan terlebih dahulu dilanjutkan
persiapan lapangan rumah target sebelum pengapasan (fogging) yaitu: semua makanan dan
minuman harus disimpan di tempat yang tertutup rapat, kompor dan lampu dimatikan, jendela
dan pintu ditutup, binatang piaraan dikeluarkan, piring, sendok dan gelas ditutup dengan
koran atau ditempat rapat, penghuni dipersilahkan untuk keluar, mainan anak-anak disimpan
di tempat yang tertutup rapat. Persiapan rumah setelah fogging yaitu jendela dan pintu ditutup
selama lebih kurang 1 jam dan penghuni tidak diperbolehkan untuk masuk ke rumah.
Metode yang digunakan selama proses penyuluhan sebelum dilakukan pengapasan
(fogging) yaitu ceramah dengan pendekatan perorangan. Dan di dalam proses penyuluhan
tersebut ada proses interaksi atau feed back antara penyuluh dan sasaran yang berguna bagi
sasaran dalam memperjelas tujuan program dan isi materi yang disampaikan.
Namun dalam penggunaan media penyuluhan, masih tergolong sederhana sebab
hanya menggunakan ceramah perorangan tanpa menggunakan media apapun, sebenarnya
masih banyak media yang dapat digunakan untuk mengefektifkan penyuluhan tersebut,
misalnya saja dengan menggunakan media terproyeksi yang berupa gambar dan tulisan lewat
slide, pertunjukan film ataupun media cetak yang berupa gambar atau tulisan (foto, majalah,
selebaran, poster) yang dapat dibagi-bagikan, disebarkan atau dipasang di tempat yang sering
dijumpai oleh masyarakat.
Proses pengapasan (fogging) berjalan baik dan mendapat sambutan yang baik dari
Masyarakat Beben, namun ada kendala 1 rumah yang berada di sekitar titik fokus tidak
berhasil untuk dilakukan pengapasan (fogging) dikarenakan tidak ada penghuninya pada saat
itu. Proses penyuluhan pun berjalan cukup lancar. Para peserta penyuluhan juga cukup baik
menyimak penjelasan dan di akhir acara cukup aktif menanyakan berbagai macam
pertanyaan seputar DBD. Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
pendengarnya mengenai DBD, penyebab, penanganan awal serta pencegahan dan
penularannya selain itu terutama diharapkan masyarakat Beben dapat menjadi penggerak
awal dan dapat membagi pengetahuan kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar lebih
awas dan sadar akan bahaya penyakit DBD serta dapat turut serta dalam program PSN yaitu
dengan melakukan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air/bak mandi, menutup
rapat-rapat tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung
air hujan secara teratur seminggu sekali, plus memburu dan membunuh jentik nyamuk
dengan abatisasi, mengenakan kelambu, menggunakan obat nyamuk, memasang kawat kasa,
dan menutup lubang potongan bambu.