F07apa

106
APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN HAND AND BODY CREAM Oleh ASRI PATMARANI F34103019 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Transcript of F07apa

Page 1: F07apa

APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN

HAND AND BODY CREAM

Oleh

ASRI PATMARANI

F34103019

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: F07apa

28

APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN

HAND AND BODY CREAM

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ASRI PATMARANI

F34103019

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 3: F07apa

29

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN

HAND AND BODY CREAM

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ASRI PATMARANI

F34103019

Dilahirkan pada tanggal 4 Agustus 1985

Di Rangkasbitung

Tanggal lulus : 3 Oktober 2007

Menyetujui,

Bogor, 3 Oktober 2007

Drs. Chilwan Pandji. Apt. MSc. Ir. Suryatmi Retno Dumadi, MS Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Page 4: F07apa

30

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Asri Patmarani, dilahirkan di

Rangkasbitung pada tanggal 4 Agustus 1985, dari pasangan

H. Sukiran Hadiwiryono, S.Pd dan Hj. Ngatini. Penulis

merupakan putri keempat dari empat bersaudara.

Pendidikan yang telah dijalani oleh penulis adalah TK

PGRI Rangkasbitung pada tahun 1990 selama satu tahun,

setelah itu penulis melanjutkan ke sekolah dasar di SD Negeri 1 Rangkasbitung

pada tahun 1991 sampai dengan tahun 1997.

Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat

pertama di SLTP Negeri 4 Rangkasbitung, dan lulus pada tahun 2000. Kemudian

penulis melanjutkan ke SMU Negeri 1 Rangkasbitung dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian

Bogor pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi

Pertanian dan masuk melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Penulis pernah melaksanakan Praktek Lapang di PT PG Rajawali II Unit

PG Subang dengan Judul Laporan Praktek Lapang Mempelajari Aspek

Teknologi Proses Produksi dan Pengawasan Mutu Gula Kristal. Kemudian

penulis menyelesaikan pendidikannya di IPB dengan melaksanakan Tugas Akhir

dengan Judul Skripsi Aplikasi Minyak Jahe (Zingiber officinale) pada

Pembuatan Hand and Body Cream.

Page 5: F07apa

31

Asri Patmarani. F34103019. Aplikasi Minyak Jahe (Zingiber officinale) pada Pembuatan Hand and Body Cream. Dibawah Bimbingan Chilwan Pandji dan Suryatmi Retno Dumadi.

RINGKASAN

Jahe merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Jahe memiliki berbagai macam fungsi dalam penggunaannya. Jahe dapat digunakan sebagai bumbu untuk masakan, bahan tambahan dalam minuman, dan obat-obatan. Dalam bidang makanan dan minuman, jahe dapat diolah menjadi manisan jahe, kue kering, wedang jahe, dan lain sebagainya. Dalam bidang obat-obatan, jahe dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti masuk angin, pegal-pegal, mengobati luka, anti mual, penghangat badan, aroma terapi dan lain-lain.

Selama ini, cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk memanfaatkan jahe sebagai obat masih tradisional dan cukup merepotkan, sehingga diperlukan suatu cara yang lebih mudah untuk memanfaatkan jahe sebagai bahan untuk pengobatan, yaitu dengan membuatnya dalam bentuk hand and body cream. Cream adalah salah satu sediaan dalam bentuk emulsi yang bahan penyusunnya terdiri dari fasa air dan fasa minyak yang disatukan oleh emulsifier.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi minyak jahe terbaik yang digunakan pada produk hand and body cream, mengetahui karakterisrik produk yang dihasilkan, serta mengetahui respon konsumen (panelis) terhadap produk yang dihasilkan. Konsentrasi minyak jahe yang digunakan adalah 5%, 10%, dan 15%.

Nilai pH produk yang dihasilkan berkisar antara 5.67 – 5.86, nilai ini sesuai dengan pH kulit yaitu 5.5 dan SNI Nomor 16 – 4399 – 1996 mengenai standar mutu produk cream yang menetapkan bahwa pH produk cream yang baik adalah 4.5 – 8.0. Nilai bobot jenis produk berkisar antara 0.729 – 0.747, nilai ini belum memenuhi standar nilai bobot jenis cream dalam SNI tentang produk cream, dimana bobot jenis untuk produk cream yang baik adalah 0.95 – 1.05. Semua produk cream yang dihasilkan memiliki nilai negatif pada pengujian total cemaran mikroba.

Nilai persentase penerimaan panelis yang suka terhadap homogenitas semua produk yang dihasilkan adalah P1 70%, P2 40%, dan P3 60%; warna produk adalah P1 80%, P2 63.33%, dan P3 60%; bau produk adalah P1 56.67%, P2 33.34%, dan P3 40%; kemudahan menyebar adalah P1 40%, P2 33.33%, dan P3 36.67%; rasa lengket di kulit adalah P1 30%, P2 26.67%, dan P3 30%; rasa hangat di kulit adalah P1 26.67%, P2 26.67%, dan P3 40%. Semua uji berada dalam rentang nilai netral hingga suka.

Berdasarkan hasil pembobotan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi minyak jahe terbaik untuk produk hand and body cream adalah 5% dengan nilai hasil pembobotan sebesar 1.4188. Perlakuan terbaik ini memiliki nilai pH 5.86, bobot jenis 0.7299, dan total cemaran mikroba negatif. Persentase jumlah panelis yang suka terhadap homogenitas produk hand and body cream adalah 70%, warna 80%, bau 56.67%, mudah menyebar 40%, kesan lengket di tangan 30%, dan rasa hangat di kulit 26.67%.

Page 6: F07apa

32

Asri Patmarani. F34103019. The Application of Ginger Oil (Zingiber officinale) for Hand and Body Cream Product. Under the direction of Chilwan Pandji and Suryatmi Retno Dumadi.

SUMMARY

Ginger is one its kind of spices that are cultivated widely in Indonesia. It has various function in usage. Ginger can be use for cooking flavours, materials for beverages, and medicines. For foods and beverages, it can be make as sweetened ginger, cookies, mixed ginger drink and others. For medicines, it can be use to treat some illness like pain, injury, feel loathing, aroma therapy, and so on.

Many people use the ginger for medicine in traditional method and its exactly troublesome. So it is necessary to use a simple methode for the use of ginger as a medicine, that is to make ginger in cream form. Cream is one of emultion system, that materials composer in water phase and oil phase which blended by emusifier.

The purpose of this research is to be obtain the best of ginger oil concentration in order to create the hand and body cream product, to observe the characteristic and the customer acceptance. The concentrations of the ginger oil used are 5%, 10%, and 15%.

The value of pH hand and body cream is variant about 5.67 – 5.86, that is allowable by normally pH of skin and SNI requirement. The density average is from 0.729 – 0.747, this value is not yet allowable for SNI requirement. All cream exhibits negative value of TPC.

The result of hedonic test, for homogeneity hand and body cream is P1 70%, P2 40%, and P3 60%; colour hand and body cream is P1 80%, P2 63.33%, and P3 60%; odor hand and body cream is P1 56.67%, P2 33.34%, and P3 40%; easily to spread hand and body cream is P1 40%, P2 33.33%, and P3 36.67%; sticky impression hand and body cream is P1 30%, P2 26.67%, and P3 30%; warm impression hand and body cream is P1 26.67%, P2 26.67%, and P3 40%. All of parameter in this test is allowable on scale neutral to likeness.

According to the heaviness tests the best ginger oil concentration for hand and body cream product is 5% with weight value about 1.4188. This product has pH value 5.86, density 0.7299, negative microbe filthy, product homogeneity 70%, colour 80%, odor 56.67%, easily to spread 40%, sticky impression 30%, and warm impression 26.67%.

Page 7: F07apa

33

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun

skripsi yang berjudul “Aplikasi Minyak Jahe (Zingiber officinale) pada

Pembuatan Hand and Body Cream” dengan sebaik-baiknya. Penelitian ini

dilakukan di Laboratorium Pengawasan Mutu, Dasar Ilmu Terapan, serta

Pengemasan dan Penyimpanan, Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor serta di Laboratorium

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Serpong.

Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat

bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Drs. Chilwan Pandji.Apt.MSc, selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan bimbingan, nasehat, saran, motivasi, arahan serta rasa

kekeluargaan kepada penulis.

2. Bapak, Ibu, Teh Wiwit, Abi, A Iqro, Teh Fitri, A Agus, dan Mba Nophie atas

kasih sayang, doa, kesabaran, harapan, dan dukungan baik materi maupun

moril yang tiada terkira.

3. Ibu Ir. Suryatmi Retno Dumadi, MS, selaku dosen pembimbing kedua yang

telah memberikan bimbingan, nasehat, dan motivasi kepada penulis.

4. Ibu Dr.Ir. Mulyorini Rahayuningsih MSi, selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan masukkan untuk perbaikan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu laboran di Laboratorium LDIT I, LDIT II, Pengemasan, Teknik

Kimia, Pengawasan Mutu, Bioindustri dan segenap staf UPT TIN, serta Staf

Laboratorium Agroindustri; BPPT; Serpong.

6. Teman se-PA ku Yuyu, terima kasih atas segala bantuan, dorongan semangat,

persahabatan, dan rasa persaudaraan yang diberikan kepada penulis.

Page 8: F07apa

34

7. Keluarga keduaku di Pondok Nova, Nufus, Teh Puji, Eny, Tika, Irma, Mita,

Mila, Mba Galuh, Mba Ndari, Mba Bekti, dan Mba Ule. Terima kasih atas

rasa kekeluargaan, persaudaraan, motivasi, keceriaan, dan kesabaran untuk

selalu mendengar setiap keluh kesahku dan berbagi kisah denganku.

Kenangan bersama kalian akan selalu ada dalam hatiku................☺

8. Sahabat-sahabatku Purwati, Atih, Dhi-Dhi, Eno, Ana, Arum, Nurul, RR, Upe,

Kukuh, Derry, Riri, Ratih, Mona, Adam, teman-teman Tupperware, teman-

teman Sugar Ventury (Agung, QQ, Bunda, Furi), dan semua teman-teman TIN

40 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan,

motivasi, dan segala memori yang tak terlupakan selama kita bersama. Senang

bisa mengenal kalian................☺

9. Semua pihak yang telah membantu penelitian ini, terima kasih atas

dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Oktober 2007

Page 9: F07apa

35

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 1

B. TUJUAN ........................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. JAHE ................................................................................................. 4

B. MINYAK JAHE ............................................................................... 6

C. OLEORESIN .................................................................................... 12

D. EMULSI ............................................................................................ 14

E. CREAM ............................................................................................. 17

F. KULIT ............................................................................................... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT ....................................................................... 21

1. Bahan ............................................................................................ 21

2. Alat ................................................................................................ 21

B. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 21

1. Karakterisasi Minyak Jahe ............................................................ 21

2. Penelitian Pendahuluan ................................................................. 21

3. Penelitian Utama ........................................................................... 22

4. Karakterisasi Hand and Body Cream ............................................ 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISASI MINYAK JAHE ............................................... 27

B. PENELITIAN PENDAHULUAN .................................................... 28

C. PENELITIAN UTAMA .................................................................... 30

Page 10: F07apa

36

D. KARAKTERISASI HAND AND BODY CREAM ............................ 31

1. pH .................................................................................................. 32

2. Bobot Jenis .................................................................................... 33

3. Total Cemaran Mikroba ................................................................ 34

4. Ukuran dan Distribusi Globula ..................................................... 35

5. Uji Kesukaan ................................................................................. 36

5.1. Homogenitas .......................................................................... 37

5.2. Warna ..................................................................................... 38

5.3. Bau ......................................................................................... 39

5.4. Kemudahan Menyebar ........................................................... 41

5.5. Kesan Lengket di Tangan ...................................................... 42

5.6. Rasa Hangat di Kulit .............................................................. 43

E. PEMILIHAN PERLAKUAN TERBAIK DENGAN METODE PEMBOBOTAN ................................................................................ 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ................................................................................. 46

B. SARAN ............................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 47

LAMPIRAN .................................................................................................... 50

Page 11: F07apa

37

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi kimia jahe per 100 g (edible portion) ............................. 5

Tabel 2. Kadar minyak dan oleoresin jahe dalam rimpang jahe ..................... 6

Tabel 3. Komposisi kimia minyak jahe berdasarkan analisa dengan kromatografi gas ............................................................................... 8

Tabel 4. Hasil karakterisasi minyak jahe ........................................................ 27

Tabel 5. Pembobotan kepentingan karakteristik hand and body cream jahe .................................................................................................... 44

Tabel 6. Nilai hasil perkalian antara nilai bobot dengan nilai hasil pengujian ........................................................................................... 45

Page 12: F07apa

38

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1a. Tamaman jahe ............................................................................. 4

Gambar 1b. Rimpang jahe .............................................................................. 4

Gambar 2. Minyak jahe ................................................................................. 6

Gambar 3. Rumus kimia zingiberen (C15H24) .............................................. 9

Gambar 4. Rumus kimia zingiberol (C15H26O) ............................................. 9

Gambar 5. Rumus kimia gingerol ................................................................. 13

Gambar 6. Rumus kimia zingeron ................................................................ 13

Gambar 7. Rumus kimia shogaol .................................................................. 14

Gambar 8. Emulsi temporer .......................................................................... 14

Gambar 9. Orientasi molekul emulsifier ....................................................... 16

Gambar 10. Penampang kulit ........................................................................... 20

Gambar 11. Diagram alir proses pembuatan hand and body cream jahe pada penelitian pendahuluan ........................................................ 23

Gambar 12. Diagram alir proses pembuatan hand and body cream jahe pada penelitian utama .................................................................. 24

Gambar 13. Sumber diagram alir proses pembuatan hand and body cream .. 25

Gambar 14. Pembentukan sistem emulsi ........................................................ 28

Gambar 15. Produk hand and body cream yang dihasilkan ........................... 31

Gambar 16. Histogram pH produk hand and body cream .............................. 33

Gambar 17. Histogram densitas produk hand and body cream ...................... 34

Gambar 18. Foto Globula hand and body cream jahe .................................... 35

Gambar 19. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap homogenitas produk hand and body cream jahe .......................................................... 38

Gambar 20. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap warna produk hand and body cream jahe .......................................................... 39

Gambar 21. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap bau produk hand and body cream jahe .......................................................... 40

Gambar 22. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kemudahan menyebar produk hand and body cream jahe .............................................. 41

Gambar 23. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kesan lengket produk hand and body cream jahe .......................................................... 42

Page 13: F07apa

39

Gambar 24. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap rasa hangat produk hand and body cream jahe .......................................................... 43

Page 14: F07apa

40

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur analisis hand and body cream jahe ........................... 51

Lampiran 2. Kuisioner untuk uji hedonik .................................................... 52

Lampiran 3a. Rekapitulasi data hasil analisis pH hand and body cream jahe .......................................................................................... 53

Lampiran 3b. Rekapitulasi data hasil analisis densitas hand and body cream jahe .......................................................................................... 53

Lampiran 4. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap homogenitas hand and body cream jahe ...................................................... 54

Lampiran 5. Hasil uji kruskal walis untuk uji hedonik panelis terhadap homogenitas produk hand and body cream jahe ..................... 55

Lampiran 6. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap hand and body cream jahe ............................................................................... 56

Lampiran 7. Hasil uji kruskal walis untuk uji hedonik panelis terhadap warna produk hand and body cream jahe ................................ 57

Lampiran 8. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap bau hand and body cream jahe ...................................................................... 58

Lampiran 9. Hasil uji kruskal walis untuk uji hedonik panelis terhadap bau produk hand and body cream jahe .................................... 59

Lampiran 10. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap kemudahan menyebar hand and body cream jahe ...................................... 60

Lampiran 11. Hasil uji kruskal walis untuk uji hedonik panelis terhadap kemudahan menyebar produk hand and body cream jahe ....... 61

Lampiran 12. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap kesan lengket di kulit hand and body cream jahe ............................. 62

Lampiran 13. Hasil uji kruskal walis untuk uji hedonik panelis terhadap kesan lengket produk hand and body cream jahe .................... 63

Lampiran 14. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap rasa hangat di kulit hand and body cream jahe .......................................... 64

Lampiran 15. Hasil uji kruskal walis untuk uji hedonik panelis terhadap rasa hangat produk hand and body cream jahe ........................ 65

Lampiran 16. Nilai perhitungan bobot uji kesukaan ...................................... 66

Lampiran 17. Hasil kromatrografi gas minyak jahe ....................................... 74

Page 15: F07apa

41

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alam

baik flora maupun faunanya. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki adalah

keanekaragaman rempah-rempah yang tumbuh tersebar di negara yang

memiliki julukan Zamrud Khatulistiwa ini. Rempah-rempah banyak

digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan jamu, bahan tambahan pada

makanan, dan tidak sedikit rempah-rempah yang dapat digunakan untuk

pengobatan.

Jahe merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang banyak

dibudidayakan di Indonesia. Hal ini dikarenakan iklim di Indonesia sangat

sesuai untuk pertumbuhan jahe, sehingga tanaman jahe dapat tumbuh dengan

mudah. Tanaman jahe dapat tumbuh subur pada ketinggian 200-900 m diatas

permukaan laut dengan pH tanah berkisar 5-5.6.

Tanaman jahe diperbanyak dengan rhizoma. Rhizoma adalah batang

yang tumbuh dari dalam tanah, rhizoma akan tumbuh menjadi batang sampai

dengan ketinggian 1.5 m dengan panjang daun 5-30 cm dan lebar 8-20 mm.

Jahe dipanen ketika batang berubah warna dari hijau menjadi kuning dan

kering, yaitu sekitar umur 9-10 bulan, atau warna agak cokelat, yaitu sekitar

12 bulan (Hayati, 2005).

Jahe memiliki berbagai macam fungsi dalam penggunaannya. Jahe

dapat digunakan sebagai bumbu untuk masakan, bahan tambahan dalam

minuman, dan obat-obatan. Dalam bidang makanan dan minuman, jahe dapat

diolah menjadi manisan jahe, kue kering, wedang jahe, dan lain sebagainya.

Dalam bidang obat-obatan, jahe dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai

macam penyakit seperti masuk angin, pegal-pegal, mengobati luka, anti mual,

penghangat badan, aroma terapi dan lain-lain.

Rimpang jahe mengandung minyak atsiri dan oleoresin yang dapat

memberikan efek pengobatan seperti rasa hangat dan aroma terapi. Oleoresin

jahe dapat memberikan rasa hangat, sedangkan minyak atsirinya merupakan

Page 16: F07apa

42

komponen volatile oil pada jahe dan dapat memberikan rasa yang

menyegarkan.

Jahe dapat dimanfaatkan sebagai obat dalam yakni jahe tersebut diolah

dalam bentuk makanan ataupun minuman dan obat luar. Selama ini, cara yang

dilakukan oleh masyarakat untuk memanfaatkan jahe sebagai obat luar masih

tradisional, jahe harus diparut terlebih dahulu baru kemudian dibalurkan ke

bagian tubuh yang sakit. Cara ini cukup merepotkan karena selain harus

memarut jahe sebelum digunakan, efek setelah penggunaannya pun terkadang

tidak menyenangkan seperti jahe terasa terlalu panas di kulit dan kulit menjadi

kering. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang lebih mudah untuk

memanfaatkan jahe sebagai bahan untuk pengobatan, misalnya membuatnya

dalam bentuk hand and body cream sehingga akan lebih mudah digunakan.

Cream merupakan salah satu bentuk sediaan setengah padat berupa

emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60%, yang dimaksudkan

untuk pemakaian luar. Dalam cream yang merupakan suatu sistem emulsi,

terdapat emulsifier yang dapat menyatukan dua fasa yang berbeda yaitu fasa

air dan fasa minyak agar dapat bersatu membentuk suatu sistem emulsi yang

stabil. Sediaan cream dipilih karena dalam formulasinya terdapat beberapa

bahan yang berfungsi sebagai pelembab, sehingga produk yang dihasilkan

tidak hanya berfungsi sebagai obat tetapi dapat pula berfungsi sebagai

kosmetika. Selain itu, sediaan cream memiliki konsistensi yang tidak terlalu

padat sehingga mudah dioleskan.

Banyak alasan orang menggunakan sistem emulsi, diantaranya yang

utama adalah dalam situasi dimana manusia membutuhkan suatu formulasi

tunggal yang komponen penyusunnya tidak dapat bercampur. Untuk membuat

suatu formulasi tunggal, bahan-bahan tersebut harus digabungkan menjadi

satu, dan media pelarutnya digunakan campuran minyak dan air yaitu sistem

emulsi sehingga tiap komponen penyusunnya dapat tersebar merata keseluruh

bagian. Emulsi juga dapat dimanfaatkan untuk mengatur kondisi fisik suatu

produk seperti tingkat kekentalannya. Selain itu, banyak orang menyukai

produk emulsi karena memiliki tekstur dan penampakan yang bagus.

Page 17: F07apa

43

B. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi terbaik

dari minyak atsiri jahe pada proses pembuatan produk hand and body cream

jahe serta mengetahui karakteristik dan tingkat kesukaan konsumen terhadap

produk hand and body cream jahe yang dihasilkan.

Page 18: F07apa

44

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. JAHE

Berdasarkan taksonomi tanaman, jahe (Zingiber officinale) termasuk

dalam divisi Pteridophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae,

ordo Scitaminae, dan famili Zingiberaceae, serta genus Zingiber (Paimin dan

Murhananto, 1999). Adapun gambar tanaman serta rimpang jahe dapat dilihat

pada Gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. Tanaman jahe (a); Rimpang jahe (b)

Tanaman jahe diperbanyak dengan rhizoma. Rhizoma adalah batang

yang tumbuh dalam tanah, rhizoma akan tumbuh menjadi batang sampai

ketinggian 1.5 m dengan panjang daun 5-30 cm dan lebar 8-20 mm. Rimpang

jahe biasanya memiliki dua warna yaitu bagian tengah (hati) berwarna ketuaan

dan bagian tepi berwarna agak muda. Jahe dipanen ketika batang berubah

warna dari hijau menjadi kuning dan kering, yaitu sekitar umur 9-10 bulan,

atau warna agak cokelat sekitar 12 bulan (Hayati, 2005).

Rismunandar (1988) menyatakan bahwa tanaman jahe membentuk

rimpang yang berbentuk umbi, ukuran rimpang dipengaruhi oleh jenis jahe.

Rimpang jahe berkulit agak tebal membungkus daging rimpang (jaringan

parenchym). Dalam sel daging rimpang, terdapat minyak atsiri jahe yang

aromatis dan oleoresin.

Page 19: F07apa

45

Tanaman jahe dapat tumbuh dengan subur pada ketinggian 200-900 m

diatas permukaan laut, dengan lama penyinaran 2.5-7 bulan, suhu sekitar 25-

30oC, pengairan lahan tanam yang baik, dan pH tanah sekitar 5-5.6

(Departemen Pertanian, 1999).

Menurut Farrel (1985) dalam jahe terdapat tidak lebih dari 7% total abu,

1.0% asam yang tidak dapat dipisahkan dari abu, dan 12% kadar air,

sedangkan dalam setiap 100 g kandungan patinya tidak lebih dari 42% dan 1.5

ml minyak atsiri. Komposisi kimia jahe menurut Farrel (1985) disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia jahe per 100 g (edible portion) a

Komponen Jumlah Komponen Jumlah Air (g) 9.4 Magnesium (mg) 184 Energi (kkal) 347 Fospor (mg) 148 Protein (g) 9.1 Potasium (mg) 1342 Lemak (g) 6.0 Sodium (mg) 32 Total karbohidrat (g) 70.8 Niasin (mg) 5 Serat (g) 5.9 Seng (mg) 5 Abu (g) 4.8 Vitamin A (IU) 147 Kalsium (mg) 116 Vitamin lainnya Tidak signifikan Besi (mg) 12

a sumber : Farrel (1985)

Dalam dunia obat-obatan rakyat, jahe biasa diparut untuk digunakan

sebagai obat oles dan untuk mengobati pembengkakan atau rematik serta

kadang-kadang digunakan untuk mengobati sakit kepala (Rumphius dalam

Heyne, 1988). Menurut Paimin (1999), komponen yang terkandung dalam

rimpang jahe sangat banyak kegunaannya. Terutama sebagai rempah, industri

farma dan obat tradisional, industri parfum, industri kosmetika, dan lain

sebagainya. Martha Tilaar Innovation Center (2002) menambahkan bahwa

rimpang jahe digunakan untuk menghangatkan badan, memperlancar

pengeluaran keringat, menambah nafsu makan, sebagai obat memar, dan

menghambat pertumbuhan bakteri.

Bila ditinjau dari sisi medis, jahe dapat membantu mengurangi

kolesterol, mengobati tekanan darah rendah, menghilangkan rasa mual, dan

pada test yang dilakukan terhadap hewan dapat mengobati tumor hati

(PROSEA, 1999).

Page 20: F07apa

46

Jahe mengandung komponen minyak yang mudah menguap (volatile

oil), minyak yang tidak mudah menguap (non volatile oil), dan pati. Minyak

yang mudah menguap biasa disebut minyak atsiri dan merupakan komponen

pemberi bau yang khas, sedangkan minyak yang tidak mudah menguap biasa

disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit.

Komponen yang terdapat pada oleoresin merupakan gambaran utuh dari

kandungan jahe, yaitu minyak atsiri dan fixed oil atau minyak tidak menguap

yang terdiri dari zingerol, shogaol, dan resin (Paimin, 1999). Kadar minyak

jahe dan oleoresin dalam rimpang jahe menurut Ketaren (1985) disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Kadar minyak dan oleoresin jahe dalam rimpang jahe a

Tingkat kematangan jahe Minyak atsiri (%) Oleoresin (%) Segar Jemur Oven Segar Jemur Oven

Tua Tidak dikupas 2.75 2.41 2.25 11.03 13.42 14.84 Dikupas 2.21 1.94 1.93 7.14 11.65 13.27 Setengah tua Tidak dikupas 3.45 2.69 2.66 12.96 15.68 16.30 Dikupas 2.87 2.40 2.38 11.11 14.15 14.34 Muda Tidak dikupas 4.09 3.56 3.18 19.99 20.98 21.86 Dikupas 8.53 3.04 3.03 17.20 17.48 17.78

a sumber : Ketaren (1985)

B. MINYAK JAHE

Gambar 2. Minyak Jahe

Minyak atsiri adalah bahan kimia aromatik yang

dihasilkan oleh tanaman, bersifat mudah menguap

pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi dan

diperoleh melalui penyulingan uap, pengepresan

maupun ekstraksi menggunakan pelarut (Ketaren,

1985). Paimin (1999) menambahkan bahwa minyak

atsiri biasa disebut minyak eteris, minyak menguap

atau essential oil. Ciri minyak atsiri antara lain mudah

menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa

getir, berbau wangi sesuai tanaman penghasilnya, dan umumnya larut dalam

pelarut organik dan tidak larut dalam air.

Page 21: F07apa

47

Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak

jahe. Minyak atsiri itu sendiri terdapat pada rimpang jahe segar, jahe kering,

dan oleoresin. Minyak atsiri diperoleh dengan cara mendestilasi jahe dengan

sistem destilasi air, destilasi air dan uap, atau destilasi uap. Jahe kering

mengandung minyak atsiri sebanyak 1-3%, sedangkan jahe segar kandungan

minyak atsirinya lebih banyak dari jahe kering. Apalagi kalau tidak dikuliti

sama sekali.

Minyak atsiri merupakan pemberi aroma khas pada jahe. Komponen

utama minyak jahe adalah zingiberen dan zingiberol, sedangkan persenyawaan

lain adalah n-desil aldehid, n-nonil aldehid, d-kamfen, d-α-felandren, metil

heptenon, sineol, d-borneol, geraniol, linalool, asetat, kaprilat, sitral, khavikol,

fenol, dan limonen (Paimin, 1999).

Minyak atsiri adalah suatu campuran yang komplek dari komponen

terpenes dan non terpenoid. Komponen-komponen yang diketahui adalah a-

zingiberen, b-zingiberen, ar-kurkumen, b-sesquiphellandren, a-farnesen, b-

bisabolen (sesquiterpene hydrocarbons), dan geraniol (oxygenated

monoterpenes) (PROSEA, 1999).

Menurut Koswara (1995) komponen utama minyak jahe terdiri dari

seskuiterpen, monoterpen, dan monoterpen teroksidasi. Seskuiterpen pada jahe

terdiri dari seskuiterpen hidrokarbon dan seskuiterpen alkohol. Seskuiterpen

hidrokarbon terdiri dari a-zingiberen, b-zingiberen, kurkumen, b-bisabolen, b-

elemen, b-parnesen, d-salinen, b-seskuiphelandren, dan seskuitujen.

Seskuiterpen alkohol terdiri dari zingiberol (cis-b-endesmol dan trans-b-

endesmol), nerediol, cis-b-seskuiphelandrol, trans-b-seskuiphelandrol, cis-

sabinen, dan zingiberenol. Monoterpen hidrokarbon pada minyak jahe terdiri

dari d-camphen, 4-3-karen, p-simen, kurkumen, d-limonen, mirsen, d-b-

phelandren, a-pinen, b-pinen dan sabinen, sedangkan monoterpen teroksidasi

pada jahe terdiri dari d-borneol, bornil asetat, 1,8-sineol, sitral, sistronelil

asetat, gereniol, dan linalol.

Koswara (1995) juga menjelaskan bahwa komponen utama minyak

atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingeberol.

Page 22: F07apa

48

Zingiberen merupakan seskuiterpen hidrokarbon dengan rumus C15H24,

sedangkan zingiberol merupakan seskuiterpen alkohol dengan rumus C15H26O.

Pada umur panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi, sedangkan

pada umur tua kandungannya semakin menyusut walau baunya semakin

menyengat. Hal lain yang perlu diketahui adalah bagian tepi dari umbi

mengandung minyak lebih banyak dari bagian tengah demikian pula dengan

baunya. Di bawah kulit, pada jaringan epidermis merupakan bagian terbanyak

menyimpan minyak (Paimin 1999).

Tabel 3. Komposisi kimia minyak jahe berdasarkan analisa dengan

kromatografi gas a

Komposisi Jumlah (%)

Komposisi Jumlah (%)

a- dan b- zingiberen (hidroksin) non polar

35,6 Fellandren 1,3

a- humulen - Karene - Kamfena 1,1 Elemena 1,0 Zerumbon - Sitral b 0,8 ar-kurkumen 17,7 b- pinena 0,2 Seskuiterpen alkohol 16,7 Humulen dioksida - Unidentified 5,6 Alkohol (unidentified) 0,2 Farnensen 9,8 b- bisabolena 0,2 Humulen epoksida - Desil aldehid 0,2 Kamphor - 2- nonanol 0,2 a- pinene 0,4 Alkohol (unidentified) 0,1 Borneol 2,2 Bornil asetat 0,1 Borneol dan a- terpinol - p- simena 0,1 Eukaliptol 1,3 Geraniol 0,1 b- kariofilena - Metil heptanon 0,1 Limonene 1,2 Mirsena 0,1 Sitral a 1,4 Nonil aldehid 0,1 Selinena 1,4 Kumene 0,1 Linalool 1,3 2- heptanol 0,1

Total 100,7 a sumber : Dickes dan Nicholas (1976)

Senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam minyak jahe antara lain :

♣ Zingiberen (C15H24)

Zingiberen adalah senyawa paling utama dalam minyak jahe. Senyawa ini

memiliki titik didih 34oC pada tekanan 14 mm Hg, dengan berat jenis pada

20oC adalah 0,8684. Indeks biasnya 1,4956 dan putaran optik -73o38’ pada

Page 23: F07apa

49

suhu 20oC. Selama penyimpanan, senyawa zingiberen akan mengalami

resinifikasi (Ketaren, 1985). Struktur senyawa zingiberen dapat dilihat pada

Gambar 3.

CH3

CH3

CH3 CH3

Gambar 3. Rumus Kimia Zingiberen (C15H24)

♣ Zingiberol (C15H26O)

Zingiberol merupakan seskuiterpen alkohol yang menyebabkan aroma

khas pada minyak jahe (Ketaren, 1985). Struktur senyawa zingiberol dapat

dilihat pada Gambar 4.

CH3

CH3

OH

CH3 CH3

Gambar 4. Rumus Kimia Zingiberol (C15H26O)

♣ Sabinen (C10H16)

Menurut Guenther (1952), sabinen merupakan senyawa yang dapat

memutar bidang polarisasi cahaya ke arah kanan (dextrorotatory) dan ke kiri

(levorotatory). Sabinen merupakan komponen utama dalam minyak kemukus,

yaitu sekitar 33%. Bobot molekul sabinen seperti yang dikutip dari

www.mdidea.com adalah 136.234 g/mol. Kegunaan senyawa ini tidak terlalu

luas, tetapi sering digunakan sebagai komponen bahan pada pembuatan

minyak lada sintetik (Guenther,1952)

Page 24: F07apa

50

♣ Kamfena (C10H16)

Kamfena memiliki bobot molekul 136.23 dengan jumlah persentase atom

C 88.16% dan atom H 11.84%. Terdapat pada banyak minyak atsiri terutama

sebagai terpentin. Sangat mudah menguap pada udara terbuka. Kamfena tidak

dapat larut pada air, sedikit larut pada alkohol, dan mudah larut pada eter,

sikloheksan, dioksan, dan kloroform (Merck Index, 1996).

♣ Farnesen (C15H24)

Farnesen memiliki bobot molekul 204.34 dengan jumlah persentase atom

C 88.16% dan atom H 11.84%. Terbentuk dari pemanasan nerodiol dengan

acetic anhydrate. Berupa minyak agak encer (Merck Index, 1996).

♣ a-Pinen

Senyawa ini merupakan senyawa tidak berwarna dengan bobot molekul

136.24, bersifat labil, dengan bobot jenis 8.86, dan titik didih 157°C. Alpha

pinene larut dalam alkohol, propilen, glikol, dan gliserin. Senyawa ini banyak

terdapat dalam minyak pala, minyak adas, minyak kayu putih, minyak anis,

dan minyak kemukus. Di Eropa, persenyawaan ini digunakan sebagai

flavouring agent pada bahan pangan dengan dosis 15-50 ppm, selain itu

digunakan pula sebagai bahan pembuatan terpineol (Ketaren, 1985).

♣ Borneol (C10H18O)

Borneol memiliki bobot molekul sebesar 154.24 dengan jumlah persentase

atom C 77.86%; H 11.76%; dan O 10.37%. Pemberi rasa dan aroma pedas

yang khas dan menyebabkan rasa yang agak menyerupai mint. Tidak larut

pada air, sedikit larut pada alkohol, larut dengan mudah pada eter, benzen,

toluen, asetone, dekalin, dan tetralin. Senyawa ini biasa digunakan pada

industri parfum (Merck Index, 1996).

♣ Limonene (C10H16)

Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak kayu putih, dengan rumus

molekul C10H16, dengan titik didih 175-176°C. Selain itu, senyawa ini terdapat

pula dalam minyak anis dan minyak kemukus (Ketaren, 1985).

♣ Sitral (C10H16O)

Sitral memiliki bobot molekul 152.23 dengan jumlah persentase atom C

78.89%; H 10.59%; dan O 10.51%. Merupakan komponen pokok dari minyak

Page 25: F07apa

51

lemon (75-80%) dan komponen minyak atsiri dari Cymbopogon citratus.

Senyawa sitral selalu ada pada minyak verbena, lemon, dan orange tetapi pada

jumlah yang sedikit. Sitral yang terdapat pada bahan alami adalah campuran

dari dua komponen yang memiliki kesamaan geometrik (isomer) yaitu

geraniol dan neral.

♣ Linalool

Senyawa ini terdapat dalam minyak mawar dalam bentuk l-linalool dengan

jumlah yang sedikit, sedangkan dalam minyak melati dalam bentuk d-linalool

dengan persentase 15.5%. Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan sitral

(persenyawaan asam naphtho-cinchoninat) dengan titik cair sekitar 177-199°C

(Ketaren, 1985).

♣ Phellandren

Phellandren termasuk senyawa golongan terpen, biasanya tidak berwarna

atau sedikit berwarna kuning, tidak larut dalam air, larut dalam 10-15 bagian

alkohol 90%, dan dalam 1-3 bagian alkohol 95%. Senyawa ini terdapat dalam

tanaman lada, memberikan aroma khas lada akan tetapi tidak memberikan

efek pedas (Ketaren, 1985).

♣ Geraniol (C10H18O)

Geraniol disebut pula sitral a berwujud cairan minyak yang berwarna

terang. Memiliki bobot molekul 154.24 dengan jumlah persentase atom C

77.86%; H 11.76%; dan O 10.37%. Pemberi aroma lemon yang kuat, senyawa

ini tidak dapat larut dalam air. Geraniol adalah olefinic terpene alcohol yang

merupakan komponen utama dari minyak mawar dan minyak palmarose.

Selalu dapat ditemukan dalam minyak atsiri seperti citronella, lemon grass,

dan lain-lain. Merupakan bentuk isomer dengan linalool. Geraniol banyak

digunakan pada industri parfum (Merck Index, 1996).

♣ Kumene (C9H12)

Kumene memiliki bobot molekul 120.19 dengan jumlah persentase atom C

89.94% dan atom H 10.06%. Merupakan cairan yang tidak berwarna dan

dapat ditemukan dalam American petroleum. Tidak dapat larut dalam air tetapi

dapat larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya (Merck Index, 1996).

Page 26: F07apa

52

Menurut Hill dan Guenther (1952), minyak atsiri mempunyai beberapa

fungsi yaitu :

1. Membantu proses penyerbukan dengan menarik serangga atau hewan.

2. Mencegah kerusakan tanaman terhadap serangga, hewan, dan parasit.

3. Sebagai donor hidrogen dalam reaksi oksidasi-reduksi atau sebagai sumber

enersi dalam proses transpirasi dan fisiologis lainnya.

4. Sebagai cadangan makanan dalam tanaman.

C. OLEORESIN

Oleoresin adalah suatu gugusan kimiawi yang cukup kompleks

persenyawaannya. Kata oleoresin terdiri atas dua suku kata oleo dan resin,

yang berarti minyak dan damar. Oleoresin merupakan benda padat berbentuk

pasta yang merupakan campuran dari minyak atsiri pembawa aroma dan

sejenis damar pembawa rasa (Rismunandar, 1988).

Rasa pedas oleoresin jahe disebabkan karena adanya gingerol dan

shogaol yang pada prinsipnya hampir sama dengan minyak atsiri, bercampur

dengan minyak lemak, asam lemak, resin, dan karbohidrat. Oleoresin ini

berupa cairan yang berwarna kuning tua sampai coklat tua, sangat kental,

harum, hangat, dan pedas. Ekstraksi jahe kering dengan menggunakan pelarut

organik akan menghasilkan 3,5-10% oleoresin dimana 15%-30% nya adalah

minyak atsiri (PROSEA, 1999).

Guenther (1952) menjelaskan bahwa kandungan oleoresin dalam jahe

kering berkisar 5-7%. Komponen kuantitatif oleoresin tergantung pada jenis

pelarut yang digunakan untuk ekstraksinya dan secara umum tersusun oleh

komponen-komponen :

1. Gingerol yang merupakan senyawa turunan fenol.

2. Zingeron yang merupakan senyawa turunan keto fenol.

3. Shogaol yang merupakan senyawa homolog dari zingeron.

4. Minyak volatil.

5. Resin.

Page 27: F07apa

53

Senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam oleoresin jahe antara lain :

♣ Gingerol

Gingerol terdiri dari beberapa homolog fenol, mudah rusak oleh alkali

hidroksida dan sifat kepedasan gingerol akan hilang atau rusak bila

dipanaskan dengan larutan KOH 2% (Trease dan Evans, 1979). Rumus kimia

gingerol disajikan pada Gambar 5.

O OH

CH3

OH

OCH3

Gambar 5. Rumus Kimia Gingerol

♣ Zingeron

Zingeron terdapat di dalam rimpang jahe dalam keadaan normal dan

jumlahnya akan bertambah jika terjadi dekomposisi gingerol untuk pemanasan

diatas 200oC. Komponen ini mempunyai rasa pedas dan bau harum.

Kepedasan zat akan rusak bila bereaksi dengan larutan KOH 5% (Purseglove,

1981). Rumus kimia Zingeron disajikan pada Gambar 6.

O

CH3O

CH3

HO

Gambar 6. Rumus Kimia Zingeron

♣ Shogaol

Shogaol mulai terbentuk selama pengeringan rimpang jahe karena

terbentuk dari hasil dehidrasi senyawa gingerol. Reaksi ini berlangsung cepat

sekali dalam suasana basa pada suhu kamar, sedangkan dalam suasana asam

reaksi akan berlangsung lambat sekali. Akan tetapi pada suhu tinggi akan

berlangsung cepat. Kepedasan jahe semakin berkurang selama penyimpanan

Page 28: F07apa

54

dan senyawa yang tertransformasi adalah gingerol menjadi shogaol

(Purseglove, 1981). Rumus kimia shogaol disajikan pada Gambar 7.

OH

C6H3 CH2 CH2 C CH2 CH (CH2)4 CH3 H3CO O

Gambar 7. Rumus Kimia Shogaol

D. EMULSI

Emulsi dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem heterogen yang

memiliki setidaknya satu jenis cairan (liquid) yang seharusnya tidak mungkin

dicampur-terlarut dalam cairan lainnya dan membentuk campuran baru yang

sifatnya semi padat menyerupai tetesan air (Sondari, 2007).

Definisi yang tepat mengenai istilah emulsi tergantung pada sudut

pandang peneliti. Ahli kimia fisik menentukan emulsi sebagai suatu campuran

yang tidak stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya

tidak saling bercampur. Untuk ahli teknologi pengembangan produk, adalah

lebih bermanfaat untuk menganggap emulsi sebagai campuran dua cairan yang

tidak saling bercampur, yang menunjukkan suatu shelf life yang dapat

diterima, mendekati suhu kamar (Sondari, 2007).

Sondari (2007) juga menjelaskan bahwa jika dua cairan yang tidak

saling bercampur diaduk secara mekanis, kedua fase ini mula-mula cenderung

membentuk tetesan-tetesan. Jika pengocokan dihentikan, tetesan-tetesan akan

bergabung menjadi satu dengan cepat, dan kedua cairan tersebut akan

memisah. Gambar 8 di bawah ini memperlihatkan sistem emulsi yang bersifat

sementara (emulsi temporer).

Gambar 8. Emulsi Temporer

minyak

air

minyak

air

Page 29: F07apa

55

Umur hidup dari tetesan dapat ditingkatkan jika suatu pengemulsi

ditambahkan pada kedua cairan yang saling tidak bercampur tersebut.

Biasanya hanya satu fase yang bertahan dalam bentuk tetesan untuk suatu

periode waktu yang lama. Fase ini disebut fase dalam (fase terdispersi atau

fase diskontinyu), dan fase ini dikelilingi oleh fase luar atau fase kontinyu.

Jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam suatu fase air kontinyu,

emulsi disebut minyak dalam air (m/a) tetapi jika minyak merupakan fase

kontinyu, emulsi tersebut merupakan tipe air dalam minyak (a/m). Telah

diamati bahwa emulsi m/a kadang-kadang berubah menjadi emulsi a/m atau

sebaliknya. Perubahan tipe emulsi ini disebut inversi (Suryani, et. al.2000).

Fase minyak terbentuk dari bahan-bahan non polar yang biasanya tidak

dapat menyatu dengan air. Bahan-bahan tersebut meliputi : lemak, minyak,

lilin, dan turunannya seperti lemak-alkohol, asam lemak, ester, hidrokarbon,

gliserida dan silikon. Pemanfaatan bahan-bahan tersebut dalam produk

kosmetik memberi banyak keuntungan. Jika diaplikasikan pada kulit, fase

minyak berperan sebagai pelembut (emollient), penghalus, dan pelembab,

karena minyak dapat membentuk semacam lapisan pelindung yang

mempertahankan air (Suryani, et. al.2000).

Suatu pengemulsi berfungsi serta didefinisikan secara operasional

sebagai suatu penstabil bentuk tetesan (bola-bola) dari fase dalam.

Berdasarkan strukturnya, pengemulsi (zat pembasah atau surfaktan) bisa

digambarkan sebagai molekul-molekul yang terdiri dari bagian-bagian

hidrofilik (oleofobik) dan hidrofobik (oleofilik). Karena itu gugus senyawa-

senyawa ini seringkali disebut amfifilik (yakni menyukai air dan minyak)

(Suryani, et. al.2000).

Pada suatu sistem emulsi selalu terdapat emulsifier yaitu zat yang dapat

menyatukan zat-zat yang memiliki fase yang berbeda agar dapat bersatu.

Menurut Suryani, et. al., (2000) emulsifier adalah zat yang dapat menyatukan

beberapa zat yang memiliki sifat yang bertolak belakang, yaitu sangat berbeda

jauh kepolarannya. Emulsifier atau emulsifying agent memiliki gugus polar

dan gugus non polar sekaligus dalam satu molekulnya, sehingga pada satu sisi

gugus tersebut akan mengikat minyak yang bersifat non polar dan di sisi lain

Page 30: F07apa

56

gugus tersebut juga akan mengikat air yang bersifat polar. Dengan demikian,

zat-zat yang ada dalam emulsi ini akan dapat dipersatukan. Adapun gambar

orientasi molekul emulsifier disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Orientasi Molekul Emulsifier

Suryani, et. al., (2002) juga menjelaskan bahwa dalam suatu emulsi,

biasanya terdiri lebih dari satu emulsifying agent karena kombinasi dari

beberapa emulsifier akan menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia

dari emulsi. Selain memiliki gugus polar dan non polar dalam satu

molekulnya, suatu emulsifying agent memiliki kemampuan untuk menurunkan

tegangan antar muka dan tegangan permukaan. Dengan turunnya tegangan

antar muka ini akan mengurangi daya kohesi dan sebaliknya meningkatkan

daya adesi. Emulsifying agent ini membentuk lapisan tipis (film) yang akan

menyelimuti partikel dan akan mencegah partikel tersebut bersatu dengan

partikel sejenisnya.

Metode yang banyak digunakan untuk memilih emulsifier adalah

Hidrophyle Lipophyle Balance (HLB). Metode ini mengunakan dasar afinitas

minyak dan air dengan skala 0-20. Formula dengan HLB rendah bersifat

lipofilik, dan sebaliknya formula dengan HLB tinggi bersifat hidrofilik. Nilai

HLB bahan mempengaruhi jenis emulsi yang akan terbentuk. Pada umumnya

bahan-bahan dengan nilai HLB 3-8 menghasilkan emulsi w/o (water in oil),

dan HLB 10-20 menghasilkan emulsi o/w (oil in water).

Emollient merupakan zat yang mampu melunakan kulit, apabila

digunakan pada lapisan kulit yang keras dan kering akan mempengaruhi

kelembutan kulit dengan adanya hidrasi ulang (Schmitt, 1996). Setil alkohol

adalah emollient yang paling baik dan juga bisa berfungsi sebagai bahan

pengental dengan komposisi berkisar antara 1-3% pada formulasi produk.

Page 31: F07apa

57

E. CREAM

Cream menurut Departemen Kesehatan RI (1978) adalah sediaan

setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60%,

yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Suryani, et. al., (2002)

menambahkan bahwa golongan sediaan cream merupakan bentuk salep

dengan tipe emulsi w/o (water in oil) dan o/w (oil in water) yang mengandung

air antara 30-60%, namun memiliki konsistensi yang lebih rendah dari salep.

Bentuk cream mudah tercuci dan larut dalam air.

Menurut Schmitt (1996), umumnya produk cream berbentuk o/w

dengan fasa minyak dan humektan yang lebih banyak dari produk lotion.

Terdiri dari 15-40% fasa minyak dan 5-15% fasa humektan, karakteristik

penampakannya hampir sama dengan produk lotion. Tetapi menurut Soeryati

(1985) ada dua jenis tipe cream yaitu cream tipe o/w dan tipe w/o. Cream tipe

o/w merupakan suatu cream dengan minyak sebagai fasa dalam dan air

sebagai fasa luarnya, contohnya adalah cream pelapis. Cream tipe w/o

merupakan suatu cream dengan air sebagai fasa dalam dan minyak sebagai

fasa luarnya. Contohnya adalah cream pendingin.

Barnett (1961) dalam Balsam (1972) mengatakan bahwa untuk sistem

o/w, minyak yang digunakan dapat berkisar antara 0-74% di dalam air yang

berkisar antara 26-100%. Sistem w/o memiliki air yang berkisar antara 0-74%

di dalam minyak yang berkisar antara 26-100%.

Jadi secara umum, bagian kontinyu haruslah lebih dari 26%. Bagian

diskontinyu tidak boleh lebih dari 74%, sebab secara geometri dari heksagonal

cincin tertutup, volume maksimum yang dapat ditempati oleh cincin

heksagonal ini untuk terdispersi (sebagai fase diskontinyu) dalam emulsi

adalah 74% dari volume maksimum.

Cream berfungsi sebagai pelembab kulit, membuat tangan menjadi

lembut tetapi tidak meninggalkan rasa lengket pada kulit setelah pemakaian

dan mudah dioleskan (Balsam, 1972). Dalam pembuatannya, digunakan

beberapa bahan yang tentunya memiliki fungsi yang berbeda-beda. Bahan-

bahan tersebut adalah :

Page 32: F07apa

58

1. Gliserol monostearat berbentuk bubuk halus, berwarna kekuningan,

memiliki bau yang khas merupakan suatu campuran mono dan diester dari

asam-asam stearat dan palmitat, tidak larut dengan baik dalam air.

Berfungsi sebagai emulsifier dan sebagai anti mikroba.

2. Parafin cair merupakan cairan tidak berwarna, jernih, dan tidak berbau

serta tidak larut dalam alkohol dan air, berfungsi sebagai pelembut kulit

yang sangat baik karena bersifat tidak aktif dan tidak menembus ke dalam

kulit, tidak memiliki atau hanya sedikit memiliki potensi komedogenik.

Karena sifat lemaknya, dapat membentuk suatu lapisan film pada kulit

yang dapat meningkatkan hidrasi dengan cara memblok evaporasi air

secara normal. Selain itu, berfungsi juga sebagai pembentuk konsistensi.

3. Setil alkohol berbentuk butiran atau serpihan kecil dan licin, berwarna

putih, tidak larut dalam air, berfungsi sebagai stiffening agent atau bahan

pengeras (2-10%), pelembut (2-5%), dan emulgator lemah (2-5%). Selain

itu, juga dapat memperbaiki stabilitas emulsi o/w, memperbaiki

konsistensi atau zat pembentuk. Berfungsi juga sebagai surfaktan nonionik

dan bahan pelembut yang efektif pada produk cream.

4. Antifoam berupa cairan berwarna putih, tidak berbau, dan tidak larut

dalam air. Merupakan minyak hidrofobik dengan perlindungan kulit yang

baik sehingga tidak terasa lengket di kulit pada saat digunakan, selain itu

berfungsi juga untuk mencegah efek penyabunan.

5. Sorbitol berbentuk cairan agak kental yang merupakan humektan untuk

mengontrol perubahan kelembaban antara produk dengan udara pada kulit.

Berat molekular dan viskositasnya tinggi dan non volatile. Dengan

digunakannya sorbitol, maka konsistensi produk cream akan menjadi

sedang. Selain itu dapat berfungsi pula sebagai plasticizer.

6. Metil paraben berbentuk serbuk halus dengan warna putih adalah bahan

pengawet yang efektif terhadap jamur dan mikroba yang efektif pada

rentang pH 4-8 (Mitsui, 1997).

7. Polietilen glikol merupakan surfaktan non ionik yang berasal dari asam

oleat dan polioksietilen, dengan proses pembentukan secara esterifikasi.

PEG memiliki berat molekul n ± 400 g/mol dengan rumus molekul

Page 33: F07apa

59

C2nH4n+2On+1. PEG banyak digunakan dalam industri karena sifatnya yang

larut dalam air dan tidak toksik. PEG banyak digunakan dalam industri

sebagai emulsifier, bahan tambahan detergen, pemlastis, humektan, dan

pelumas larut air untuk melapisis tekstil (Anonim, 2006).

8. Gum xantan merupakan heteropolisakarida yang terdiri dari D-glukosa, D-

manosa, dan D-glukuronat dengan rasio perbandingan molar 2.8 : 2.0 : 2.0.

Gum xantan dapat larut dengan mudah baik pada air dingin maupun pada

air hangat dengan pemberian pengadukkan secara mekanik untuk

memberikan viskositas yang tinggi pada konsentrasi yang rendah. Pada

penggunaan sebanyak 1% dapat memberikan viskositas kurang lebih

sebesar 1000 cps, pengukuran dilakukan pada suhu 25oC dengan

menggunakan viskometer Brookfield Model LVF pada 60 rpm (Mcneely,

1973). Gum xantan sudah banyak digunakan dalam sistem emulsi baik itu

dalam bentuk cream atau lotion sebagai thickening agent (bahan

pengental) dan suspension agent (pembentuk suspensi). Gum xantan

adalah emulsifier sintetik, biopolimer yang berasal dari proses fermentasi

karbohidrat dengan bakteri Xanthomonas campestris.

F. KULIT

Kulit merupakan bagian organ terluas pada tubuh manusia yang

berfungsi untuk melindungi organ tubuh dari radiasi sinar ultraviolet,

mengatur suhu tubuh, dan sebagai tempat saraf bekerja (Suryani, et al., 2002).

Fungsi kulit adalah sebagai pembungkus struktur jaringan tubuh di bawahnya,

sehingga dapat melindungi bagian tubuh lainnya dari pengaruh buruk cuaca

(Warta Kosmetik, 1995). Gambar penampang kulit disajikan pada Gambar 10.

Suryani, et al., (2002) menjelaskan bahwa kulit terdiri dari tiga lapisan

utama, yaitu epidermis, dermis dan hipodermis. Masing-masing bagian lapisan

kulit tersebut memiliki fungsi tersendiri. Lapisan epidermis terdiri dari

beberapa lapisan yang bervariasi menurut topografi, permukaan, dan

ketebalannya. Lapisan dermis merupakan jaringan penghubung yang

menyediakan sistem pendukung dan nutrisi dari lapisan epidermis.

Page 34: F07apa

60

Kulit manusia terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan epidermis (kutikula)

dan lapisan dermis (korium). Di dalam lapisan epidermis terdapat lapisan

tanduk (korneum). Lapisan ini terdiri dari sel-sel kulit yang selalu terkelupas

dan mati. Fungsi lapisan tanduk sangat penting karena sebagai lapisan terluar

yang melindungi semua lapisan kulit dan organ tubuh keseluruhan. Lapisan

dermis (korium) merupakan lapisan kulit disebelah dalam epidermis. Lapisan

ini lebih tebal dan pada lapisan inilah terdapat ujung-ujung serabut syaraf dan

pembuluh darah. Di bawah lapisan dermis terdapat jaringan lunak tempat

penyimpanan cadangan makanan berupa lemak. Di dalam jaringan ini terdapat

pangkal dari kelenjar keringat dan kelenjar lemak yang bermuara di lapisan

tanduk (Santosa, et al., 2002).

Gambar 10. Penampang kulit (Sumber : Anatomical Chart Co, 1995)

Page 35: F07apa

61

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan

a. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini minyak atsiri

jahe yang diperoleh dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

b. Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan untuk analisis yaitu aquadest,

Plate Count Agar (PCA), dan NaCl, sedangkan bahan yang digunakan

sebagai formulasi hand and body cream adalah gliserol monostearat,

setil alkohol, parafin cair, anti foam (silicon oil), sorbitol, metil

paraben, gum xantan, dan polietilen glikol.

2. Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain timbangan,

termometer, gelas piala, cawan alumunium, hot plate, pH meter, inkubator,

otoklaf, stirrer, mixer dan alat gelas lainnya.

B. METODOLOGI PENELITIAN

1. Karakterisasi Minyak Jahe

Karakterisasi minyak jahe dilakukan untuk mengetahui kualitas dari

minyak jahe yang akan digunakan pada penelitian. Penentuan kualitas

minyak jahe berdasarkan pada Standar Nasional Indonesia tentang minyak

jahe. Kerakterisasi minyak jahe dilakukan oleh PT. Scent Indonesia

Laboratory.

Karakterisasi yang dilakukan terhadap minyak jahe yang digunakan

sebagai bahan baku meliputi warna, indeks bias, bobot jenis, putaran optik,

bilangan asam, bilangan ester, bilangan ester setelah asetilasi, kadar lemak,

dan kromatografi gas.

2. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi

terbaik pada emulsifier yang digunakan. Percobaan yang dilakukan adalah

Page 36: F07apa

62

menentukan konsentrasi gum xantan dan polietilen glikol yang dapat

menghasilkan produk cream yang baik. Diagram alir proses pembuatan

hand and body cream pada penelitian pendahuluan disajikan pada Gambar

11.

3. Penelitian Utama

Aplikasi minyak jahe pada produk cream dilakukan dengan

penambahan konsentrasi minyak jahe sebesar 5%, 10%, dan 15%.

Diagram proses pembuatan hand and body cream pada penelitian utama

disajikan pada Gambar 12. Diagram alir proses pembuatan hand and body

cream ini diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya yang kemudian

dilakukan sedikit perubahan. Sumber diagram alir proses pembuatan hand

and body cream disajikan pada Gambar 13.

Prosedur pembuatan produk hand and body cream adalah sebagai

berikut :

1. Masing-masing bahan yang akan digunakan dalam formulasi

ditimbang. Kemudian dipisahkan berdasarkan fasenya (kelarutan

dalam air dan dalam minyak). Fase minyak meliputi gliseril

monostearat, setil alkohol, parafin cair, dan anti foam, sedangkan fase

air meliputi sorbitol, metil paraben, polietilen glikol, gum xantan, dan

air.

2. Bahan-bahan yang memiliki fase yang sama dicampurkan. Kemudian

masing-masing campuran tersebut dipanaskan secara terpisah sampai

mencapai suhu 70oC sambil terus dilakukan pengadukan dengan

menggunakan stirrer. Untuk bahan gum xantan baru dimasukkan ke

dalam campuran setelah mencapai suhu 40oC dan dimasukkan sedikit

demi sedikit agar dapat larut dengan baik.

3. Setelah masing-masing campuran dipanaskan dan dilakukan

pengadukan, kedua campuran tersebut didinginkan sampai mencapai

suhu 50oC-60oC. Kemudian kedua campuran tersebut dicampurkan

dengan menggunakan mixer pada kecepatan no. 1.

4. Setelah keduanya tercampur, kemudian dimasukkan sedikit demi

sedikit minyak jahe ke dalam campuran tersebut sambil terus

Page 37: F07apa

63

dilakukan pengadukan, kemudian kecepatan putar mixer dinaikkan

pada kecepatan no.3. Penambahan minyak jahe ini tidak dilakukan

pada penelitian pendahuluan.

5. Pengadukan dilakukan sampai campuran tersebut dingin pada suhu

kamar atau selama ± 30 menit. Kemudian dilakukan analisis fisik dan

hedonik terhadap produk cream yang dihasilkan.

Gambar 11. Diagram alir proses pembuatan hand and body cream jahe pada

penelitian pendahuluan

Gum Xantan b*%

Sorbitol 3% Metil Paraben 0.1% PEG a*% Aquadest +100%

Pemanasan dan pengadukan (70-75oC)

5 menit hingga homogen

Pemanasan dan pengadukan (40oC) hingga homogen

Pendinginan 50-60oC

Sediaan 2

Pemanasan dan pengadukan (70-75oC)

5 menit hingga homogen

Pendinginan 50-60oC

Sediaan 1

GMS 2.5% Setil Alkohol 1.5% Parafin Cair 3% Anti Foam 0.1%

Pengadukan hingga homogen

Pendinginan

Analisis pH, bobot jenis, total mikroba, ukuran dan distribusi

globula dan organoleptik

Sediaan cream

Page 38: F07apa

64

Gambar 12. Diagram alir proses pembuatan hand and body cream jahe pada

penelitian utama

Gum Xantan 2%

Sorbitol 3% Metil Paraben 0.1% PEG 2% Aquadest +100%

Pemanasan dan pengadukan (70-75oC)

5 menit hingga homogen

Pemanasan dan pengadukan (40oC) hingga homogen

Pendinginan 50-60oC

Sediaan 2

Pemanasan dan pengadukan (70-75oC)

5 menit hingga homogen

Pendinginan 50-60oC

Sediaan 1

GMS 2.5% Setil Alkohol 1.5% Parafin Cair 3% Anti Foam 0.1%

Pengadukan hingga homogen

Pendinginan

Analisis pH, bobot jenis, total mikroba, ukuran dan distribusi

globula dan organoleptik

Sediaan cream

Minyak atsiri jahe (a%)

Page 39: F07apa

65

Gambar 13. Diagram alir proses pembuatan hand and body cream

(Sumber : Mardiah, 2002)

4. Karakterisasi Hand and Body Cream Jahe

Analisis yang dilakukan terhadap produk hand and body cream jahe yang

dihasilkan meliputi pH, bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan

distribus globula, serta uji kesukaan. Analisis terhadap produk hand and body

cream jahe dilakukan untuk mengetahui karakteristik produk hand and body

cream yang dihasilkan serta membandingkannya dengan produk hand and

Pemanasan dan pengadukan (70-75oC)

5 menit hingga homogen

Pendinginan 50-60oC

Sediaan 1

Cremophor A6 1% Cremophor A25 1% GMS 2.5% Setil Alkohol 1.5% Parafin Cair 3% Anti Foam 0.1%

Pengadukan hingga homogen

Pendinginan

Analisis pH, bobot jenis, total mikroba, ukuran dan distribusi

globula dan organoleptik

Sediaan cream

Sorbitol 3% Metil Paraben 0.1% Aquadest +100%

Pemanasan dan pengadukan (70-75oC)

5 menit hingga homogen

Pendinginan 50-60oC

Sediaan 2

Page 40: F07apa

66

body cream yang ada di pasaran. Prosedur analisis karakteristik produk hand

and body cream disajikan pada Lampiran 1.

Uji kesukaan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penerimaan

konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Uji kesukaan yang dilakukan

terhadap produk meliputi : uji kesukaan terhadap homogenitas, warna, bau,

kemudahan menyebar, kesan lengket, dan rasa hangat pada kulit. Panelis yang

melakukan uji kesukaan ini adalah 30 orang mahasiswa yang termasuk panelis

tidak terlatih. Lembaran uji hedonik disajikan pada Lampiran 2.

Page 41: F07apa

67

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISASI MINYAK JAHE

Penggunaan minyak jahe pada pembuatan hand and body cream diawali

dengan analisis fisiko kimia terhadap minyak yang akan digunakan. Analisis

fisiko kimia ini meliputi warna, indeks bias, bobot jenis, putaran optik,

bilangan asam, bilangan ester, bilangan ester setelah asetilasi, kadar lemak,

dan kromatografi gas (GC). Hasil analisis fisiko kimia minyak jahe disajikan

pada Tabel 4, sedangkan hasil kromatrografi gas (GC) minyak jahe disajikan

pada Lampiran 18.

Tabel 4. Hasil karakterisasi minyak jahe

Parameter analisis Nilai

SNI 1998 a Minyak jahe yang digunakan b

Warna - Kuning agak gelap

Indeks bias 1.4853-1.4920 (25oC) 1.4827 (20oC)

Bobot jenis 0.8720-0.8890 (25oC) 0.8819 (20oC)

Putaran optik (-32o)-(-14o) +11.0o

Bilangan asam Maks 2 1.53

Bilangan ester Maks 15 15.85

Bilangan ester setelah

asetilasi

Maks 90 87.77

Kadar lemak Negatif Negatif

Kandungan sabinen dengan

metode GC (%)

Tidak tercantum 23.99

Kandungan α-zingiberen

dengan metode GC (%)

Tidak tercantum 9.54

a sumber : SNI 1998 b sumber : PT. SCENT INDONESIA LABORATORY

Berdasarkan hasil karakterisasi minyak jahe yang dibandingkan dengan

Standar Nasional Indonesia, dapat diketahui bahwa minyak jahe yang

digunakan masih berada dalam kisaran SNI. Sehingga minyak jahe tersebut

dapat digunakan dalam penelitian.

Page 42: F07apa

68

Berdasarkan uji kromatografi gas, diketahui bahwa terdapat dua

komponen utama yang terkandung dalam minyak jahe yang digunakan, yaitu

sabinen sebanyak 23.99% dan α-zingiberen sebanyak 9.54%. Penggunaan

senyawa sabinen tidak terlalu luas, tetapi sering digunakan sebagai komponen

bahan pada pembuatan minyak lada sintetik. Senyawa α-zingiberen

merupakan komponen utama minyak jahe yang menyebabkan bau harum pada

jahe. Kedua zat ini tidak memberikan pengaruh terhadap rasa hangat.

B. PENELITIAN PENDAHULUAN

Emulsi merupakan suatu sistem yang heterogen yang mengandung dua

fasa cairan (fasa terdispersi dan fasa pendispersi). Fasa terdispersi atau fasa

internal dapat disebut juga fasa diskontinyu (fasa diam) dan fasa pendispersi

atau fasa eksternal disebut juga fasa kontinyu (fasa bergerak).

Selain memiliki fasa terdispersi dan fasa pendispersi, pada sistem

emulsi perlu juga ditambahkan substansi ketiga yang mampu mencegah

bersatunya kembali droplet-dropplet fasa terdispersi untuk membentuk suatu

emulsi yang stabil. Substansi ketiga tersebut biasa disebut sebagai emulsifier.

Pembentukan sistem emulsi disajikan pada Gambar 14.

air minyak emulsi emulsifier

stirrer

Hidrofob Mediator Hidrofil

Fasa minyak Emulsifier fasa air

Gambar 14. Pembentukan Sistem Emulsi

Campuran minyak dan air tidak dapat saling melarut karena kedua fasa

ini memiliki kepolaran yang berbeda. Oleh karena itu, perlu ditambahkan

suatu emulsifier yang dapat menyatukan kedua fasa tersebut. Emulsifier

Page 43: F07apa

69

memiliki kemampuan untuk menyatukan kedua fasa yang tidak saling melarut

karena molekulnya terdiri dari dua gugus yaitu gugus polar yang dapat

mengikat air dan gugus non polar yang dapat berikatan dengan minyak.

Menurut Suryani, et. al., (2000) selain memiliki gugus polar dan non

polar dalam satu molekulnya, suatu emulsifying agent memiliki kemampuan

untuk menurunkan tegangan antar muka dan tegangan permukaan. Dengan

menurunnya tegangan antar muka ini akan mengurangi daya kohesi dan

sebaliknya meningkatkan daya adesi. Emulsifying agent ini membentuk

lapisan tipis (film) yang akan menyelimuti partikel dan akan mencegah

partikel tersebut bersatu dengan pertikel sejenis lainnya.

Dalam suatu sistem emulsi dapat menggunakan lebih dari satu jenis

emulsifier yang akan dapat menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia

dari emulsi tersebut. Satu emulsifier memiliki kelebihan dan kelemahan

sehingga kelemahan tersebut akan dapat tertutupi oleh emulsifier yang

lainnya. Selain emulsifier, perlu juga ditambahkan stabilizer untuk

menigkatkan stabilitas emulsi tersebut.

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi dari

gum xantan dan polietilen glikol yang digunakan sebagai emulsifier. Gum

xantan dipilih sebagai emulsifier dikarenakan sifatnya yang mudah larut dalam

air, aman, tidak toksik, serta dapat berfungsi pula sebagai zat pengental. Pada

penambahan dengan konsentrasi yang sedikit sudah dapat memberikan

viskositas yang cukup besar pada sistem emulsi yang dihasilkan. Mcneely

(1973) menjelaskan bahwa pada penggunaan sebanyak 1% dapat memberikan

viskositas kurang lebih sebesar 1000 cps, pengukuran dilakukan pada suhu

25oC dengan menggunakan viskometer Brookfield Model LVF pada 60 rpm.

Pemilihan polietilen glikol (PEG) sebagai emulsifier pada penelitian ini

dikarenakan PEG bersifat mudah larut dalam air, tidak toksik, dan dapat

berfungsi sebagai humektan. Selain itu, PEG sudah banyak digunakan sebagai

emulsifier oleh industri.

Hal yang dilakukan pada penelitian pendahuluan adalah menambahkan

gum xantan dan PEG masing-masing dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3%

dalam formulasi cream dengan tujuan untuk mencari konsentrasi terbaik dari

Page 44: F07apa

70

kedua jenis emulsifier tersebut. Dasar dari pemilihan rentang konsentrasi

adalah pada umumnya emulsifier digunakan dalam jumlah sedikit di industri,

hal ini dikarenakan harga emulsifier yang cukup mahal oleh karena itu

diperlukan pemilihan jenis emulsifier dan konsentrasi yang tepat pada

penggunaannya.

Dari hasil penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi terbaik

untuk gum xantan adalah 2% dan konsentrasi terbaik untuk PEG adalah 2%.

Pada penambahan gum xantan 1% dan PEG 1%; gum xantan 1% dan PEG

2%; serta gum xantan 1% dan PEG 3%, cream yang terbentuk masih sangat

cair bahkan lebih cair daripada lotion, viskositas yang sangat rendah ini akan

menyulitkan pada saat pemakaian. Pada penambahan gum xantan 2% dan

PEG 1%; gum xantan 2% dan PEG 2%; serta gum xantan 2% dan PEG 3%,

cream yang dihasilkan cukup kental dan hampir sama dengan produk cream

pada umumnya, tetapi pada penambahan PEG sebanyak 1% cream yang

terbentuk belum stabil, hal ini terlihat dari adanya komponen yang memisah

ketika cream tersebut didiamkan selama satu hari. Ketika konsentrasi PEG

dinaikkan menjadi 2% cream yang terbentuk sudah cukup stabil dan tidak

terlihat adanya pemisahan ketika cream tersebut didiamkan selama 1-2 hari.

Pada penambahan gum xantan sebanyak 3% dengan PEG sebanyak 1%, 2%,

dan 3% menghasilkan cream yang sangat kental dan sulit untuk dilakukan

pengadukan.

C. PENELITIAN UTAMA

Hand and body cream merupakan salah satu bentuk sediaan kosmetika,

berupa emulsi kental yang memiliki kandungan air tidak kurang dari 60%.

Terdapat dua tipe emulsi untuk golongan sediaan dalam bentuk cream, yaitu

tipe emulsi o/w (oil in water) dan tipe emulsi w/o (water in oil). Pada tipe

emulsi o/w minyak berperan sebagai fasa terdispersi (fasa internal) dan air

berperan sebagai fasa pendispersi (fasa eksternal) tetapi berlaku sebaliknya

untuk tipe emulsi w/o, minyak berperan sebagai fasa pendispersi (fasa

eksternal) dan air berperan sebagai fasa terdispersi (fasa internal).

Page 45: F07apa

71

Menurut Schmitt (1996), umumnya produk cream berbentuk o/w

dengan fasa minyak dan humektan yang lebih banyak dari produk lotion.

Terdiri dari 15-40% fasa minyak dan 5-15% fasa humektan, karakteristik

penampakannya hampir sama dengan produk lotion.

Pada penelitian utama dilakukan proses pembuatan produk hand and

body cream dengan mengaplikasikan minyak jahe sebagai komponen aktif dan

gum xantan serta PEG sebagai emulsifier, konsentrasi penambahan kedua

emulsifier tersebut didapat dari penelitian pendahuluan. Minyak jahe yang

ditambahkan yakni sebesar 5%, 10%, dan 15%. Banyaknya minyak jahe yang

ditambahkan ditentukan secara subjektif. Pada produk hand and body cream

yang dihasilkan dilakukan uji karakteristik yang meliputi pH, bobot jenis, total

cemaran mikroba, ukuran dan distribusi globula serta uji penerimaan

konsumen (uji kesukaan). Gambar produk hand and body cream yang

dihasilkan disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. Produk hand and body cream yang dihasilkan

D. KARAKTERISASI HAND AND BODY CREAM JAHE

Analisis yang dilakukan terdahap produk hasil penelitian bertujuan

untuk mengetahui karakteristik produk yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh

dari analisis produk tersebut kemudian dibandingkan dengan karakteristik

produk sejenis yang ada di pasaran. Analisis yang dilakukan meliputi pH,

bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan distribusi globula serta uji

kesukaan.

Page 46: F07apa

72

1. pH

Tingkat keasaman suatu produk dapat diketahui dari nilai pH produk

tersebut. Kadar keasaman untuk produk kosmetik atau produk yang digunakan

untuk pemakaian luar yang berhubungan langsung dengan kulit haruslah

sesuai dengan pH penerimaan kulit. Hal ini dikarenakan jika produk

kosmetika tersebut memiliki nilai pH yang sangat tinggi atau sangat rendah

akan menyebabkan kulit teriritasi. Menurut Warta Konsumen (1987), pH

normal kulit adalah 5 – 6.5. Wasitaatmadja (1997) menjelaskan bahwa produk

kosmetika sebaiknya memiliki pH sekitar 5.5, sedangkan menurut SNI Nomor

16 – 4399 – 1996 pH produk cream yang disarankan berkisar antara 4.5 – 8.0.

Hasil analisa pH produk hand and body cream dengan perlakuan

penambahan minyak atsiri jahe serta produk cream pembanding yang

disajikan pada Lampiran 3a, menunjukkan bahwa rata – rata pH produk cream

jahe yang dihasilkan berkisar antara 5.67 – 5.86. Nilai ini sesuai dengan pH

penerimaan kulit dan SNI produk cream, sehingga produk tersebut dapat

digunakan untuk kulit, sedangkan cream produk pembanding memiliki pH

senilai 7.03, nilai ini sangat sesuai dan aman bagi kulit karena produk tersebut

memiliki tingkat keasaman yang netral sehingga tidak akan menimbulkan

iritasi pada kulit. Perbandingan nilai pH dari masing-masing perlakuan

disajikan pada Gambar 16.

Nilai pH produk cream jahe terendah diperoleh dari perlakuan

penambahan minyak atsiri jahe sebesar 15% yaitu senilai 5.67 sedangkan nilai

pH tertinggi diperoleh dari perlakuan penambahan minyak atsiri jahe sebesar

5% yaitu senilai 5.86. Semakin banyak konsentrasi minyak jahe yang

ditambahkan maka nilai pH dari produk cream jahe yang dihasilkan akan

semakin rendah atau nilai keasamannya akan semakin tinggi. Hal ini

disebabkan karena minyak atsiri jahe yang digunakan bersifat asam yang

ditandai dengan bilangan asam yang cukup tinggi yaitu senilai 1.53. Sehingga

dapat disimpulkan semakin banyak konsentrasi minyak jahe yang

ditambahkan maka nilai pH dari produk yang dihasilkan akan semakin kecil

atau produk akan semakin asam.

Page 47: F07apa

73

0

12

34

5

67

8

Minyak atsiri jahe5%

Minyak atsiri jahe10%

Minyak atsiri jahe15%

Pembanding

Perlakuan

pH

Gambar 16. Histogram pH produk hand and body cream

2. Bobot Jenis

Bobot jenis adalah perbandingan berat dari volume sampel dengan berat

air yang volumenya sama pada suhu tertentu. Pengukuran bobot jenis

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu produk

emulsi. Suryani, et. al (2000) menjelaskan bahwa apabila rasio antara fasa

pendispersi dan fasa terdispersi tidak sesuai maka semakin rendah tingkat

kestabilan suatu sediaan emulsi.

Pada penelitian ini, pengukuran bobot jenis produk dilakukan dengan

cara mengukur densitas kamba produk tersebut. Hal ini dikarenakan produk

yang dihasilkan berupa pasta agak padat sehingga tidak memungkinkan untuk

memasukkannya ke dalam piknometer. Prinsip dari pengukuran densitas

kamba ini adalah membandingkan berat sampel dengan selisih tinggi air

sebelum sampel dimasukkan dan setelah sampel dimasukkan dalam gelas

ukur. Selisih tinggi air dimaksudkan sebagai volume air dan nilai densitas air

adalah 1 g/cm3.

Nilai rata-rata densitas cream jahe yang dihasilkan adalah antara 0.729 –

0.747, nilai ini tidak berada dalam kisaran SNI tentang produk cream, dimana

bobot jenis untuk produk cream yang baik adalah 0.95 – 1.05. Sama halnya

dengan densitas produk komersial yang digunakan sebagai pembanding yang

bernilai 0.668. Histogram perbandingan nilai densitas hand and body cream

jahe dan hand and body cream produk pembanding disajikan pada Gambar 17,

sedangkan hasil analisa densitas produk hand and body cream jahe dapat

dilihat pada Lampiran 3b.

Page 48: F07apa

74

0.620.640.660.680.7

0.720.740.76

Minyak atsirijahe 5%

Minyak atsirijahe 10%

Minyak atsirijahe 15%

Pembanding

Perlakuan

Den

sita

s

Gambar 17. Histogram densitas produk hand and body cream

3. Total Cemaran Mikroba

Total cemaran mikroba merupakan salah satu analisa yang dilakukan

untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada dalam suatu bahan.

Dengan mengetahui jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalamnya dapat

ditentukan apakah suatu produk layak atau tidak untuk dikonsumsi atau

digunakan.

Salah satu metode yang sering digunakan pada analisa total cemaran

mikroba ini adalah TPC (Total Plate Count). Prinsip metode ini adalah jika sel

jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka jasad

renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat

dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1989).

Hasil uji total mikroba terhadap produk cream yang dihasilkan

menunjukkan bahwa mikroorganisme yang terkandung dalam semua produk

negatif. Hal ini dikarenakan dalam formulasi produk terdapat metil paraben

yang berfungsi sebagai pengawet. Gliseril monostearat yang menjadi salah

satu bahan penyusun hand and body cream selain berfungsi sebagai

emulsifier, juga berfungsi sebagai anti mikroba. Selain itu, minyak atsiri jahe

yang ditambahkan merupakan zat antibiotik yang akan semakin menghambat

pertumbuhan mikroorganisme di dalam produk.

Page 49: F07apa

75

4. Ukuran dan Distribusi Globula

Pengukuran ukuran globula dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

sistem emulsi secara mikroskopik serta untuk mengetahui laju pemisahan

produk. Globula merupakan gabungan dari partikel-partikel bahan penyusun

yang digunakan pada pembuatan emulsi. Semakin kecil dan seragamnya

ukuran dan distribusi globula maka sistem emulsi tersebut akan semakin

stabil. Hal ini disebabkan dengan semakin kecilnya ukuran diameter globula,

laju pemisahannya akan semakin kecil dan berlaku sebaliknya, semakin besar

ukuran diameter globula maka laju pemisahannya akan semakin besar.

Ukuran globula yang kecil akan membentuk sistem emulsi yang rapat

sehingga akan memperkecil adanya pergerakan atau tumbukan antar partikel

sejenis dan mencegahnya untuk bersatu kembali. Ukuran dan distribusi

globula sangat dipengaruhi oleh teknik pencampuran yang dilakukan, dalam

hal ini alat yang digunakan untuk mencampurkan bahan-bahan menjadi faktor

yang sangat menentukan. Gambar ukuran dan distribusi globula untuk setiap

produk disajikan pada Gambar 18.

Pembanding

Minyak jahe 10 %

Minyak jahe 5%

Minyak jahe 15 %

Page 50: F07apa

76

Gambar 18. Foto globula hand and body cream jahe

Dari Gambar 18 dapat dilihat bahwa produk hand and body cream

komersial yang digunakan sebagai pembanding, memiliki ukuran globula

yang sangat kecil, halus, dan jarak antara globula sangat rapat sehingga

produk tersebut dapat stabil dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada

produk hand and body cream yang ditambahkan minyak atsiri jahe sebanyak

5%, ukuran globula yang terbentuk cukup besar dan jarak antara globula

cukup lebar, sehingga produk hand and body cream jahe tersebut relatif tidak

stabil. Pada produk hand and body cream yang diberi tambahan minyak atsiri

jahe sebanyak 10% dan 15% belum terbentuk sistem emulsi. Hal ini dapat

dilihat dari struktur partikel yang terbentuk, dengan jelas dapat terlihat bahwa

fase minyak dan fase air pada produk hand and body cream tersebut tidak

bercampur. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan pada proses

pencampuran, tidak cukup baik untuk dapat mencampurkan bahan-bahan

penyusun hand and body cream sehingga dapat menjadi suatu sistem emulsi.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah stirrer dan mixer yang biasa

digunakan untuk keperluan rumah tangga. Selain kecepatan putarnya yang

rendah, kedua alat ini juga tidak mempunyai sisi yang runcing yang berfungsi

untuk memperhalus partikel bahan penyusun hand and body cream dan

membuat bahan-bahan tersebut dapat bercampur membentuk sistem emulsi.

5. Uji Kesukaan

Uji kesukaan atau uji hedonik merupakan salah satu uji penerimaan

suatu produk oleh konsumen. Uji kesukaan bertujuan untuk mengetahui

tingkat kesukaan panelis terhadap hand and body cream jahe yang dihasilkan.

Uji kesukaan dilakukan dengan cara mengukur, menilai atau menguji mutu

komoditas dengan menggunakan alat indera manusia yaitu penglihatan,

penciuman, dan peraba.

Uji kesukaan yang dilakukan yaitu dengan cara melihat produk,

mencium dengan hidung, dan meraba produk dengan ujung jari kemudian

mengoleskannya ke tangan. Dalam uji ini, panelis diminta untuk menilai

produk sesuai dengan tingkat kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap produk

Page 51: F07apa

77

hand and body cream jahe dengan skala numerik, 1 adalah sangat tidak suka,

2 adalah tidak suka, 3 adalah netral, 4 adalah suka, dan 5 adalah sangat suka.

Hal-hal yang diuji meliputi : homogenitas, warna, bau, kemudahan menyebar,

kesan lengket di tangan, dan rasa hangat pada kulit. Uji ini bersifat subjektif

dan panelis yang melakukan pengujian adalah mahasiswa IPB berjumlah 30

orang yang merupakan panelis tidak terlatih.

5.1. Homogenitas

Homogenitas merupakan parameter penting dalam menentukan kualitas

dari suatu sistem emulsi. Hal ini dikarenakan homogenitas merupakan

gambaran dari tingkat kehalusan dan keseragaman tekstur produk emulsi.

Semakin halus dan seragam tekstur yang dihasilkan maka semakin bagus

produk emulsi tersebut. Selain itu, homogenitas juga dapat menggambarkan

bahwa telah bercampurnya minyak dengan air. Suatu sistem emulsi dapat

dikatakan homogen apabila tidak terlihat adanya pemisahan antara komponen

penyusun emulsi tersebut. Kehomogenan sistem emulsi dipengaruhi oleh

teknik atau cara pencampuran yang dilakukan serta alat yang digunakan pada

proses pembuatan emulsi tersebut.

Pada pengujian homogenitas ini, panelis diminta untuk merasakan

tekstur produk dengan ujung jarinya, kemudian dioleskan ke tangan. Panelis

akan menilai kehalusan dan keseragaman tekstur produk sesuai dengan tingkat

kesukaannya.

Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap homogenitas produk cream

jahe disajikan pada Lampiran 4. Secara umum, penilaian panelis terhadap

homogenitas produk cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 3.23 – 3.73

yaitu antara netral hingga suka. Total persentase penilaian untuk setiap

perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan

15% secara berturut-turut adalah 35.44%, 30.70%, dan 33.86%. Grafik

tingkat kesukaan panelis terhadap homogenitas produk hand and body cream

jahe dapat dilihat pada Gambar 19.

Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 yang disajikan pada

Lampiran 5, menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe

Page 52: F07apa

78

tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan

panelis pada homogenitas produk yang dihasilkan (P>0.05). Hal ini

dikarenakan panelis hanya dapat merasakan kehalusan dan tekstur dari produk

yang dihasilkan tetapi tidak dapat merasakan adanya perbedaan ukuran

globula dari produk tersebut.

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Tingkat Kesukaan Panelis

Jum

lah

Pane

lis (%

)Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%

Gambar 19. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap homogenitas produk

hand and body cream jahe

5.2. Warna

Warna suatu produk akan mempengaruhi tingkat kesukaan panelis.

Warna yang bagus akan menarik perhatian panelis untuk mencoba

menggunakan produk hand and body cream tersebut. Uji kesukaan terhadap

warna produk dilakukan secara visual, yaitu dengan cara meminta panelis

untuk melihat warna dari produk hand and body cream yang dihasilkan.

Warna yang terbentuk pada produk dipengaruhi oleh warna bahan-

bahan penyusunnya. Pada penelitian ini digunakan minyak atsiri jahe sebagai

salah satu bahan baku penyusun emulsi. Minyak jahe ini berwarna kuning

keemasan dan akan mempengaruhi warna yang terbentuk pada produk.

Semakin banyak minyak atsiri jahe yang ditambahkan maka warna hand and

body cream yang terbentuk akan semakin menguning.

Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap warna produk hand and body

cream jahe disajikan pada Lampiran 6. Secara umum, penilaian panelis

terhadap warna produk hand and body cream jahe yang dihasilkan berkisar

Page 53: F07apa

79

antara 3.6 – 3.87 yaitu antara netral hingga suka. Total persentase penilaian

untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar

5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 34.73%, 32.93%, dan 32.34%.

Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukan bahwa

penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya

perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada warna produk yang

dihasilkan (P>0.05). Hasil uji Kruskall-Wallis disajikan pada Lampiran 7. Hal

ini dikarenakan panelis yang melakukan penilaian adalah panelis yang tidak

terlatih sehingga tidak menyadari adanya perbedaan warna dari produk yang

dihasilkan. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap warna produk cream jahe

dapat dilihat pada Gambar 20.

0

1020

3040

50

6070

80

1 2 3 4 5

Tingkat Kesukaan Panelis

Jum

lah

Pan

elis

(%)

Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%

Gambar 20. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap warna produk hand and

body cream jahe

5.3. Bau

Uji kesukaan terhadap bau dilakukan dengan cara meminta panelis

untuk mencium atau menghirup bau dari produk hand and body cream yang

dihasilkan. Tingkat kesukaan panelis terhadap bau hand and body cream akan

mempengaruhi pemilihan panelis terhadap produk tersebut. Bau yang tercium

dari produk dipengaruhi oleh bau dari bahan-bahan penyusunnya. Bahan yang

paling berpengaruh dalam menimbulkan bau pada produk hand and body

cream jahe ini adalah minyak atsiri jahe. Minyak atsiri adalah komponen

Page 54: F07apa

80

volatile yang bersifat aromatis dan mudah menguap pada suhu kamar. Bau

yang ditimbulkan tergantung dari sumber minyak atsiri tersebut diperoleh.

Pada umumnya, semakin banyak jumlah minyak atsiri yang ditambahkan pada

produk maka bau yang ditimbulkan akan semakin menyengat atau baunya

akan semakin kuat.

Secara umum, penilaian panelis terhadap bau produk cream jahe yang

dihasilkan berkisar antara 3.1 – 3.37 yaitu antara netral hingga suka. Total

persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak

atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 35.20%,

32.40%, dan 32.40%. Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap bau produk

hand and body cream jahe disajikan pada Lampiran 8.

Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukkan bahwa

penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya

perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada bau produk yang

dihasilkan (P>0.05). Hasil uji Kruskall-Wallis disajikan pada Lampiran 9. Hal

ini dapat dikarenakan panelis yang melakukan pengujian sebagian besar tidak

menyukai bau jahe walaupun terdapat pula panelis yang menyukai bau jahe.

Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap bau produk hand and body cream

jahe dapat dilihat pada Gambar 21.

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Tingkat Kesukaan Panelis

Jum

lah

Pan

elis

(%)

Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%

Gambar 21. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap bau produk hand and

body cream jahe

Page 55: F07apa

81

5.4. Kemudahan Menyebar

Pada uji ini panelis diminta untuk mengoleskan produk hand and body

cream pada tangannya dan merasakan kemudahan pengolesan produk hand

and body cream yang dihasilkan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya

sebar dari produk yang dihasilkan. Pada umumnya, konsumen lebih menyukai

hand and body cream yang mudah untuk dioleskan.

Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap kemudahan menyebar produk

hand and body cream jahe disajikan pada Lampiran 10. Pada uji kemudahan

menyebar untuk produk hand and body cream jahe ini, secara umum respon

panelis yang dihasilkan antara 3.17 – 3.2 yaitu antara netral hingga suka. Total

persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak

atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 33.45%,

33.10%, dan 33.45%.

Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukan bahwa

penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya

perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada kemudahan menyebar

produk yang dihasilkan (P>0.05). Hasil uji Kruskall-Wallis disajikan pada

Lampiran 11. Parameter kemudahan penyebaran pada suatu produk emulsi

dipengaruhi oleh fasa lemak yang terkandung di dalamnya dan pada semua

produk hand and body cream jahe yang dihasilkan memiliki jumlah dan fasa

lemak yang sama. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kemudahan

menyebar produk cream jahe dapat dilihat pada Gambar 22.

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Tingkat Kesukaan Panelis

Jum

lah

Pane

lis (%

)

Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%

Gambar 22. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kemudahan menyebar

hand and body cream jahe

Page 56: F07apa

82

5.5. Kesan Lengket di Tangan

Pada penilaian ini panelis diminta untuk menilai rasa lengket produk di

tangan dengan cara mengoleskan sejumlah produk ke tangan dan kemudian

merasakan kesannya setelah pemakaian. Kesan lengket pada hand and body

cream disebabkan karena adanya komponen parafin cair dan sorbitol yang

terkandung di dalamnya. Penilaian dilakukan berdasarkan tingkat kesukaan

dan ketidaksukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Pada umumnya,

konsumen kurang menyukai produk hand and body cream yang terasa lengket

pada saat pemakaian.

Secara umum, penilaian panelis terhadap kesan lengket produk hand

and body cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 3 – 3.1, yaitu netral.

Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi

minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah

32.97%, 32.97%, dan 34.06%. Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap

kesan lengket produk cream jahe disajikan pada Lampiran 12.

Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukkan bahwa

penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya

perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada kemudahan menyebar

produk yang dihasilkan (P>0.05). Hasil uji Kruskall-Wallis disajikan pada

Lampiran 13. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kesan lengket produk

hand and body cream jahe dapat dilihat pada Gambar 23.

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Tingkat Kesukaan Panelis

Jum

lah

Pan

elis

(%)

Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%

Gambar 23. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kesan lengket produk

hand and body cream jahe

Page 57: F07apa

83

5.6. Rasa Hangat di Kulit

Pada penilaian ini panelis diminta untuk menilai rasa hangat produk di

kulit dengan cara mengoleskan sejumlah produk ke tangan dan kemudian

merasakan kesannya setelah pemakaian. Penilaian dilakukan berdasarkan

tingkat kesukaan dan ketidaksukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan.

Komponen terbesar yang terkandung pada minyak jahe yang digunakan pada

penelitian adalah sabinen dan zingiberen. Kedua senyawa ini tidak

memberikan pengaruh terhadap rasa hangat. Pada dasarnya, rasa hangat dari

jahe disebabkan oleh adanya komponen oleoresin yang menyebabkan rasa

pedas dan hangat yang terdiri dari gingerol, zingerol, dan shogaol. Rasa

hangat yang dapat dirasakan oleh panelis kemungkinan disebabkan oleh

terdapatnya sedikit komponen oleoresin yang ikut terekstrak dalam minyak.

Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap rasa hangat produk hand and

body cream jahe di kulit disajikan pada Lampiran 14. Respon yang diberikan

oleh panelis terhadap produk yang dihasilkan secara umum berkisar antara

2.77 – 3.23, yaitu antara tidak suka hingga suka. Total persentase penilaian

untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar

5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 31.09%, 32.58%, dan 36.33%.

Hasil uji statistik non parametrik Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05

menunjukan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak

memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis

pada rasa hangat produk yang dihasilkan (P>0.05). Hasil uji Kruskall-Wallis

disajikan pada Lampiran 15. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap rasa

hangat produk hand and body cream jahe dapat dilihat pada Gambar 24.

0

10

20

30

40

50

1 2 3 4 5

Tingkat Kesukaan Panelis

Jum

lah

Pane

lis (%

)

Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%

Gambar 24. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap rasa hangat produk hand

and body cream jahe

Page 58: F07apa

84

E. Pemilihan Perlakuan Terbaik Dengan Metode Pembobotan

Penentuan perlakuan terbaik produk hand and body cream jahe ini

dilakukan dengan menggunakan metode pembobotan. Cara yang dilakukan

adalah dengan membobot karakteristik yang tidak tercantum dalam standar

dan uji kesukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Metode

pembobotan ini mengacu pada metode pembobotan yang dilakukan pada

penelitian sebelumnya. Nilai kepentingan untuk setiap karakteristik produk

diberi skala 1 – 5 (5 = paling penting, 4 = penting, 3 = biasa, 2 = tidak penting,

1 = paling tidak penting). Bobot untuk setiap karakteristik diberikan dengan

cara membandingkan antara nilai kepentingan masing-masing karakteristik

dengan total nilai kepentingan dari keseluruhan karakteristik yang diuji.

Pembobotan untuk kepentingan setiap karakteristik disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pembobotan kepentingan karakteristik hand and body cream jahe a

Parameter Pertimbangan kepentingan Nilai Bobot 1. Objektif

a. pH Parameter yang menentukan mutu cream menurut SNI 16-4399-1996

5 0.1163

b. Bobot jenis Parameter yang menentukan mutu cream menurut SNI 16-4399-1996

5 0.1163

c. Total cemaran mikroba Parameter yang menentukan mutu cream menurut SNI 16-4399-1996

5 0.1163

d. Ukuran dan distribusi globula Menunjukkan sistem emulsi secara mikro dan kestabilan emulsi

5 0.1163

2. Subjektif a. Homogenitas Menentukan keseragaman tekstur 4 0.093 b. Warna Daya tarik hand and body cream 4 0.093 c. Bau Daya tarik hand and body cream 3 0.0698 d. Kemudahan menyebar Menunjukkan kemudahan dalam

pengolesan 4 0.093

e. Kesan lengket Kesan kurang baik dari hand and body

cream3 0.0698

f. Rasa hangat Kesan yang diharapkan dirasakan

setelah pengolesan hand and body cream pada kulit

5 0.1163

Total 43 1 a sumber : Oktavianti (2004)

Nilai bobot kemudian dikalikan dengan nilai rangking dari nilai hasil

pengujian dengan skala 1 – 3 (terdapat tiga perlakuan). Total nilai hasil

Page 59: F07apa

85

perkalian antara nilai bobot dengan nilai rangking merupakan nilai akhir yang

akan digunakan untuk menentukan perlakuan terbaik. Nilai perhitungan

pembobotan dapat dilihat pada Lampiran 16. Nilai hasil perkalian antara nilai

bobot dengan nilai hasil pengujian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai hasil perkalian antara nilai bobot dengan nilai hasil pengujian

Parameter

Bobot

Nilai Golongan MAJ 5%

(P1) MAJ 10%

(P2) MAJ 15%

(P3) N B N B N B

1. objektif a. pH 0.1163 1 0.1163 2 0.2326 3 0.3489 b. Densitas 0.1163 1 0.1163 2 0.2326 3 0.3489 c.Total cemaran mikroba 0.1163 2 0.2326 2 0.2326 2 0.2326 d. Ukuran dan distribusi globula 0.1163 1 0.1163 2 0.2326 3 0.3489

2. Subjektif a. Homogenitas 0.093 1 0.093 3 0.279 2 0.186 b. Warna 0.093 1 0.093 2 0.186 3 0.279 c. Bau 0.0698 1 0.0698 3 0.2094 2 0.1396 d. Kemudahan menyebar 0.093 1 0.093 3 0.279 2 0.186 e. Kesan lengket 0.0698 2 0.1396 3 0.2094 1 0.0698 f. Rasa hangat 0.1163 3 0.3489 2 0.2326 1 0.1163

Total 1.0001 1.4188 2.3258 2.256

Keterangan :

MAJ 5% = Cream dengan konsentrasi minyak atsiri jahe 5%

MAJ 10% = Cream dengan konsentrasi minyak atsiri jahe 10%

MAJ 15% = Cream dengan konsentrasi minyak atsiri jahe 15%

B = Nilai perkalian antara bobot dengan nilai pengujian

N = Nilai rangking

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hand and body cream jahe

dengan penambahan minyak atsiri jahe sebesar 5% (Perlakuan 1) merupakan

perlakuan yang terbaik. Hal ini ditunjukan dengan nilai total perkalian antara

bobot dengan nilai pengujian yang terkecil yaitu 1.4188. Pada perlakuan yang

ditambahkan minyak atsiri jahe sebesar 10%, memiliki nilai total perkalian antara

bobot dengan nilai pengujian sebesar 2.3258 dan pada perlakuan dengan

penambahan minyak atsiri jahe sebesar 15%, produk hand and body cream jahe

memiliki nilai total perkalian antara bobot dengan nilai pengujian sebesar 2.256.

Page 60: F07apa

86

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Konsentrasi penambahan minyak atsiri jahe terbaik pada produk hand

and body cream jahe didapatkan pada penambahan konsentrasi minyak

sebanyak 5% dengan nilai hasil pembobotan sebesar 1.4188. Karakteristik

produk hand and body cream dengan perlakuan terbaik ini memiliki nilai pH

sebesar 5.86, bobot jenis sebesar 0.729, dan total cemaran mikroba yang

negatif. Tetapi ukuran globula yang terbentuk masih besar dan jarak antar

globula masih lebar. Dari hasil uji hedonik, didapatkan nilai persentase panelis

yang suka terhadap homogenitas produk hand and body cream jahe dengan

perlakuan terbaik adalah 70%, warna 80%, bau 56.67%, mudah menyebar

40%, kesan lengket di tangan 30%, dan rasa hangat di kulit 26.67%.

Nilai persentase penerimaan panelis yang suka terhadap homogenitas

keseluruhan produk hand and body cream yang dihasilkan adalah P1 70%, P2

40%, dan P3 60%; warna produk adalah P1 80%, P2 63.33%, dan P3 60%;

bau produk adalah P1 56.67%, P2 33.34%, dan P3 40%; kemudahan

menyebar adalah P1 40%, P2 33.33%, dan P3 36.67%; rasa lengket di kulit

adalah P1 30%, P2 26.67%, dan P3 30%; dan rasa hangat di kulit adalah P1

26.67%, P2 26.67%, dan P3 40%. Semua uji berada dalam rentang nilai netral

hingga suka.

B. SARAN

Sebaiknya dalam proses pembuatan menggunakan alat homogenizer

agar semua komponen penyusun hand and body cream dapat bercampur

dengan baik dan globula yang dihasilkan akan lebih halus dan rapat, sehingga

dapat menghasilkan produk yang lebih stabil. Selain itu, bahan baku yang

digunakan sebaiknya oleoresin jahe agar rasa hangat dari produk dapat terasa.

Page 61: F07apa

87

DAFTAR PUSTAKA

Anatomical Chart Co. 1995. The World’s Best Anatomical Charts. Point Of View,

Inc.

Anonim. 1999. Pedoman Penerapan Jaminan Mutu Terpadu Jahe. Badan

Agribisnis. Departemen Pertanian.

Anonim. 1999. Plant Resources Of South East Asia 13 SPICES. PROSEA

Foundation, Bogor. Indonesia.

Anonim. 2006. Polytehylene Glicol. http: //www. Chemicalland 21.com/industrial

chem/organic/POLYETHYLENE %20 Glycol. Htm. (27 November 2006).

Balsam, M. S. 1972. Cosmetics Science and Technology. John Wiley And Sons,

Inc. United States of America.

Budavary, Susan (editor). 1996. The Merck Index Twelfth Edition. Merck & Co.,

INC. New Jersey.

Departemen Kesehatan R. I. 1978. Formularium Indonesia. Edisi II. Jakarta.

Dickes G. J. dan P. V. Nicholas. 1976. Gas Chromatography In Food Analysis,

Butterwoods., London Boston.

Fardiaz, S. 1989. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. IPB Press. Bogor.

Farrel, K. T. 1985. Spices, Condiments and Seasoning. The Avi Publishing

Company Inc. Westport Connecticut, Daytona Beach. Florida.

Guenther, E. 1952. The Essential Oils. Van Nostrand Company. Inc., New York 5

: 106-120.

Hayati, E. K. 2005. Pemilihan Metode Pemisahan Untuk Penentuan Konsentrasi

Gingerol dan Pola Respon Fourier Transform Infrared Pada Rimpang Jahe

Emprit (Zingiber officinale Roscoe). Sekolah Pascasarjana. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Hill, A. F. 1952. Economic Botany. Mc Graw-Hill Book Company, Inc., New

York.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. UI Press, Jakarta

Koswara. S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar harapan, Jakarta.

Page 62: F07apa

88

Mardiah, L. 2002. Aplikasi Gelatin Tipe A dari Kulit Sapi Pada Produk Hand and

Body Cream. Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Martha Tilaar Innovation Center. 2002. Budidaya Secara Organik Tanaman Obat

Rimpang. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mcneely, W. H., dan Kenneth S. Kang. Xanthan and Some Other Biosynthetic

Gums. Industrial Gums Polysaccharides and Their Derivatives. Academic

Press. New York, San Francisco, London. A Subsidiary of Harcourt Brace

Jovanovich, Publishers.

Mitsui, T. 1997. New Cosmetics Science. Elsevier, Tokyo.

Oktavianti, Dwi. 2004. Aplikasi Gel Lidah Buaya (Aloe Vera) pada Produk Hand

and Body Cream. Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi

Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Paimin, F. B dan Murhananto. 1999. Budidaya, Pengolahan, dan Perdagangan

Jahe. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rismunandar. 1988. Rempah – Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru.

Bandung.

Rumphius dalam K. Heyne. 1988. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Badan Litbang

Kehutanan Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.

Santosa, D., D. Gunawan. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit.

Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Schmitt, W. H. 1996. Skin-Care Product. In Williams, D. F. and W. H. Schmitt

(Eds.) 1996. Chemistry and Technology of Cosmetics and Toiletries

Industry, 2nd Ed. Blackie Academic and Professional, London.

SNI. 16. 4399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Dewan standarisasi Nasional, Jakarta.

Soeryati, S. 1985. Sediaan Kosmetika. Direktorat Pembinaan Penelitian dan

Pengabdian Pada Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sondari, D. 2007. Sintesis dan Aplikasi Polimer Kationik Alami Pada Sistem

Mikroemulsi Skin Lotion. Sekolah Pascasarjana. IPB, Bogor.

Suryani, A., Illah Sailah dan Erliza Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan

Teknologi Industri Pertanian. FATETA. IPB. Bogor.

Page 63: F07apa

89

Warta Konsumen. 1987. Wanita Korban Kosmetik. Edisi tahun XI No. 130.1983.

hlm. 6 dan 23.

Warta Kosmetik. 1995. Sedian Farmasi Edisi Tahun XIX No. 235/1995. Hal 22-

23.

Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Press), Jakatra.

Page 64: F07apa

90

Page 65: F07apa

91

Lampiran 1. Prosedur analisis hand and body cream jahe

A. Uji Fisik

1. pH

Sebanyak satu gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

dilarutkan dalam 10 ml aquades dan didiamkan selama 30 menit, kemudian

diukur derajat keasamannya dengan pH meter.

2. Densitas Kamba

Tabung plastik kecil yang kosong ditimbang (A1), kemudian tabung

plastik tersebut diisi dengan sampel sampai penuh setelah itu ditimbang (A2).

Gelas ukur diisi dengan aquades secukupnya (B1). Sampel A2 kemudian

dimasukkan ke dalam gelas ukur yang telah diisi dengan aquades tersebut.

Kemudian dilihat kenaikan air dalam gelas ukur (B2).

Densitas kamba = 1212

BBAA

−−

3. Total Cemaran Mikroba

Secara aseptis ditimbang satu gram sampel dan kemudian

dimasukkan larutan pengencer (garam fisiologis) dan dikocok. Pengenceran

sampai 10-2. sebanyak 1 ml dari sampel diinokulasi pada cawan petri yang

sudah dituang media PCA. Cawan petri dibiarkan membeku. Inokulasi

dilakukan pada suhu kamar selama 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh

dicatat sebagai total mikroba.

B. Uji Kesukaan

Uji kesukaan atau uji hedonik merupakan salah satu jenis uji

penerimaan. Uji kesukaan bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan

panelis terhadap produk hand and body cream yang dihasilkan dengan cara

meraba produk dengan ujung jari kemudian mengoleskannya ke tangan,

mencium dengan hidung, dan melihat produk.

Dalam uji ini panelis diminta untuk menilai produk sesuai dengan

tingkat kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap produk hand and body cream

dengan skala numerik, 1 adalah sangat tidak suka, 2 tidak suka, 3 netral, 4

suka, dan 5 sangat suka. Hal-hal yang diuji meliputi homogenitas, warna, bau,

kesan lengket di tangan, dan rasa hangat pada kulit.

Page 66: F07apa

92

Lampiran 2. Kuisioner untuk uji hedonik

UJI HEDONIK HAND AND BODY CREAM JAHE

No. :

Nama :

Tanggal :

Contoh : hand and body cream jahe

Instruksi : oleskan krim jahe ke tangan anda pada tempat yang berbeda

dan berikan penilaian dalam tabel berikut :

Parameter Kode

A B C D E F

1. Homogenitas

2. Warna

3. Aroma

4. Kemudahan menyebar

5. Kesan lengket dikulit

6. Rasa hangat dikulit

Nilai : 1 = sangat tidak suka

2 = tidak suka

3 = netral

4 = suka

5 = sangat suka

Urutkan kode sesuai dengan rangkingnya berdasarkan kesukaan akan semua

parameter diatas :

Rangking Kode Rangking Kode

1 4

2 5

3 6

Page 67: F07apa

93

Lampiran 3a. Rekapitulasi data hasil analisis pH hand and body cream jahe

Taraf Ulangan 1 Ulangan 2

P1 5.87 5.85

P2 5.76 5.82

P3 5.68 5.65

Pembanding 7.03

Lampiran 3b. Rekapitulasi data hasil analisis densitas hand and body cream jahe

Taraf Ulangan 1

(g/ml)

Ulangan 2

(g/ml)

P1 0.6915 0.7683

P2 0.747 0.747

P3 0.737 0.737

Pembanding 0.668

Page 68: F07apa

94

Lampiran 4. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap homogenitas hand and

body cream jahe

Panelis Perlakuan P1 P2 P3

1 4 2 2 2 4 4 4 3 4 4 4 4 5 3 5 5 3 2 4 6 4 3 2 7 4 3 3 8 2 4 2 9 4 3 3 10 3 3 3 11 4 5 4 12 2 3 3 13 4 3 4 14 4 4 5 15 5 4 4 16 4 3 3 17 2 2 4 18 4 2 2 19 3 3 3 20 5 3 4 21 4 4 4 22 4 4 4 23 4 4 4 24 4 4 4 25 4 4 4 26 5 4 5 27 3 3 3 28 3 2 3 29 4 2 4 30 3 3 4

Jumlah 112 97 107 Rata-rata 3.73 3.23 3.57

Presentase 35.44% 30.70% 33.86%

Keterangan :

P1 = minyak jahe 5%

P2 = minyak jahe 10%

P3 = minyak jahe 15%

Page 69: F07apa

95

Lampiran 5. Hasil uji Kruskal Walis untuk uji hedonik panelis terhadap

homogenitas produk hand and body cream jahe akibat pengaruh

konsentrasi minyak atsiri jahe yang ditambahkan

Perlakuan Jumlah panelis Median Rata-rata rangking P

P1 30 4.000 52.1 0.054

P2 30 4.000 37.3

P3 30 3.000 47.2

Total 90 45.5

Page 70: F07apa

96

Lampiran 6. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap warna hand and body

cream jahe

Panelis Perlakuan P1 P2 P3

1 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 5 4 3 4 6 4 4 3 7 4 3 3 8 4 4 4 9 3 3 3 10 4 4 4 11 5 5 5 12 4 5 3 13 3 5 3 14 4 3 4 15 4 4 4 16 4 4 3 17 4 3 3 18 4 4 4 19 4 3 3 20 4 2 4 21 4 4 4 22 4 4 4 23 4 4 4 24 3 4 3 25 4 4 4 26 5 4 4 27 3 3 2 28 4 3 3 29 4 3 4 30 3 2 4

Jumlah 116 110 108 Rata-rata 3.87 3.67 3.6

Persentase 34.73% 32.93% 32.34%

Keterangan :

P1 = minyak jahe 5%

P2 = minyak jahe 10%

P3 = minyak jahe 15%

Page 71: F07apa

97

Lampiran 7. Hasil uji Kruskal Walis untuk uji hedonik panelis terhadap warna

produk hand and body cream jahe akibat pengaruh konsentrasi

minyak atsiri jahe yang ditambahkan

Perlakuan Jumlah panelis Median Rata-rata rangking P

P1 30 4.000 50.9 0.240

P2 30 4.000 44.2

P3 30 4.000 41.3

Total 90 45.5

Page 72: F07apa

98

Lampiran 8. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap bau hand and body

cream jahe

Panelis Perlakuan P1 P2 P3

1 4 3 3 2 4 2 2 3 2 3 3 4 2 3 4 5 4 5 3 6 3 2 3 7 3 3 4 8 2 3 3 9 3 2 3 10 2 4 3 11 4 2 4 12 3 3 3 13 4 3 2 14 2 1 3 15 2 2 2 16 4 4 4 17 4 3 4 18 4 4 4 19 4 3 1 20 4 3 4 21 4 4 2 22 4 2 2 23 4 4 4 24 3 3 4 25 4 4 4 26 4 4 3 27 4 4 1 28 4 3 3 29 3 5 4 30 3 2 4

Jumlah 101 93 93 Rata-rata 3.37 3.1 3.1

Persentase 35.20% 32.40% 32.40%

Keterangan :

P1 = minyak jahe 5%

P2 = minyak jahe 10%

P3 = minyak jahe 15%

Page 73: F07apa

99

Lampiran 9. Hasil uji Kruskal Walis untuk uji hedonik panelis terhadap bau

produk cream jahe akibat pengaruh konsentrasi minyak atsiri jahe

yang ditambahkan

Perlakuan Jumlah panelis Median Rata-rata rangking P

P1 30 4.000 50.7 0.359

P2 30 3.000 42.2

P3 30 3.000 43.6

Total 90 45.5

Page 74: F07apa

100

Lampiran 10. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap kemudahan menyebar

hand and body cream jahe

Panelis Perlakuan P1 P2 P3

1 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 5 2 4 2 6 3 3 3 7 3 4 3 8 2 3 3 9 2 2 3 10 3 3 3 11 2 2 3 12 5 3 3 13 4 4 3 14 2 3 4 15 3 3 3 16 4 4 4 17 4 3 3 18 4 4 3 19 4 3 2 20 4 3 4 21 4 4 4 22 2 1 2 23 4 4 4 24 3 3 4 25 4 3 4 26 3 3 2 27 3 3 3 28 3 2 2 29 3 4 4 30 2 3 4

jumlah 96 95 96 rata-rata 3.2 3.17 3.2

persentase 33.45% 33.10% 33.45%

Keterangan :

P1 = minyak jahe 5%

P2 = minyak jahe 10%

P3 = minyak jahe 15%

Page 75: F07apa

101

Lampiran 11. Hasil uji Kruskal Walis untuk uji hedonik panelis terhadap

kemudahan menyebar produk hand and body cream jahe akibat

pengaruh konsentrasi minyak atsiri jahe yang ditambahkan

Perlakuan Jumlah panelis Median Rata-rata rangking P

P1 30 3.000 45.6 0.996

P2 30 3.000 45.2

P3 30 3.000 45.7

Total 90 45.5

Page 76: F07apa

102

Lampiran 12. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap kesan lengket di kulit

hand and body cream jahe

Panelis Perlakuan P1 P2 P3

1 3 2 3 2 3 3 4 3 1 3 2 4 2 3 4 5 3 4 2 6 3 3 3 7 4 3 3 8 3 2 3 9 2 3 2 10 2 3 3 11 4 4 4 12 5 3 3 13 4 4 4 14 2 3 3 15 3 2 2 16 3 4 3 17 3 4 3 18 4 2 3 19 4 4 4 20 4 3 2 21 3 3 3 22 2 1 2 23 4 4 4 24 3 3 4 25 4 3 4 26 2 2 3 27 3 3 3 28 3 2 3 29 2 4 4 30 2 3 3

Jumlah 90 90 93 Rata-rata 3 3 3.1

Persentase 32.97% 32.97% 34.06%

Keterangan :

P1 = minyak jahe 5%

P2 = minyak jahe 10%

P3 = minyak jahe 15%

Page 77: F07apa

103

Lampiran 13. Hasil uji Kruskal Walis untuk uji hedonik panelis terhadap kesan

lengket produk cream jahe akibat pengaruh konsentrasi minyak

atsiri jahe yang ditambahkan

Perlakuan Jumlah panelis Median Rata-rata rangking P

P1 30 3.000 44.3 0.875

P2 30 3.000 44.8

P3 30 3.000 47.4

Total 90 45.5

Page 78: F07apa

104

Lampiran 14. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap rasa hangat di kulit

hand and body cream jahe

Panelis Perlakuan P1 P2 P3

1 2 2 2 2 4 3 4 3 1 2 2 4 4 4 4 5 3 2 2 6 2 3 3 7 4 4 3 8 2 2 3 9 3 4 3 10 3 4 3 11 3 3 3 12 3 3 5 13 4 3 4 14 2 3 4 15 2 2 2 16 3 2 5 17 2 3 4 18 2 2 2 19 2 1 2 20 4 3 4 21 4 3 3 22 2 4 4 23 4 4 4 24 3 4 3 25 4 3 4 26 2 3 3 27 3 3 3 28 2 2 2 29 2 4 3 30 2 2 4

Jumlah 83 87 97 Rata-rata 2.77 2.9 3.23

Persentase 31.09% 32.58% 36.33%

Keterangan :

P1 = minyak jahe 5%

P2 = minyak jahe 10%

P3 = minyak jahe 15%

Page 79: F07apa

105

Lampiran 15. Hasil uji Kruskal Walis untuk uji hedonik panelis terhadap rasa

hangat produk hand and body cream jahe akibat pengaruh

konsentrasi minyak atsiri jahe yang ditambahkan

Perlakuan Jumlah panelis Median Rata-rata rangking P

P1 30 3.000 40.1 0.149

P2 30 3.000 44.1

P3 30 3.000 52.3

Total 90 45.5

Page 80: F07apa

106

Lampiran 16. Nilai perhitungan bobot uji kesukaan

A. Nilai perhitungan bobot homogenitas

Konsentrasi Minyak Atsiri 5%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 0 0 0

2 3 10 10

3 6 20 30

4 17 56.67 86.67

5 4 13.33 100

Total 30 100

Konsentrasi Minyak Atsiri 10%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 0 0 0

2 6 20 20

3 12 40 60

4 11 36.67 96.67

5 1 3.33 100

Total 30 100

Konsentrasi Minyak Atsiri 15%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 0 0 0

2 4 13.33 13.33

3 8 26.67 40

4 15 50 90

5 3 10 100

Total 30 100

Page 81: F07apa

107

Perlakuan Jumlah Panelis (%)

Tidak suka Netral Suka

MJ 5% 10 20 70

MJ 10% 20 40 40

MJ 15% 13.33 26.67 60

B. Nilai perhitungan bobot warna

Konsentrasi Minyak Atsiri 5%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 0 0 0

2 0 0 0

3 6 20 20

4 22 73.33 93.33

5 2 6.67 100

Total 30 100

Konsentrasi Minyak Atsiri 10%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 0 0 0

2 2 6.67 6.67

3 9 30 36.67

4 16 53.33 90

5 3 10 100

Total 30 100

Page 82: F07apa

108

Konsentrasi Minyak Atsiri 15%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 0 0 0

2 1 3.33 3.33

3 11 36.67 40

4 17 56.67 96.67

5 1 3.33 100

Total 30 100

Perlakuan Jumlah Panelis (%)

Tidak suka Netral Suka

MJ 5% 0 20 80

MJ 10% 6.67 30 63.33

MJ 15% 3.33 36.67 60

C. Nilai perhitungan bobot bau

Konsentrasi Minyak Atsiri 5%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 0 0 0

2 6 20 20

3 7 23.33 43.33

4 17 56.67 100

5 0 0 100

Total 30 100

Page 83: F07apa

109

Konsentrasi Minyak Atsiri 10%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 1 3.33 3.33

2 7 23.33 26.66

3 12 40 66.66

4 8 26.67 93.33

5 2 6.67 100

Total 30 100

Konsentrasi Minyak Atsiri 15%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 2 6.67 6.67

2 5 16.67 23.34

3 11 36.66 60

4 12 40 100

5 0 0 100

Total 30 100

Perlakuan Jumlah Panelis (%)

Tidak suka Netral Suka

MJ 5% 20 23.33 56.67

MJ 10% 26.66 40 33.34

MJ 15% 23.34 36.66 40

Page 84: F07apa

110

D. Nilai perhitungan bobot kemudahan menyebar

Konsentrasi Minyak Atsiri 5%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 0 0 0

2 7 23.33 23.33

3 11 36.67 60

4 11 36.67 96.67

5 1 3.33 100

Total 30 100

Konsentrasi Minyak Atsiri 10%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 1 3.33 3.33

2 3 10 13.33

3 16 53.33 66.66

4 10 33.33 99.99

5 0 0 100

Total 30 100

Konsentrasi Minyak Atsiri 15%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 0 0 0

2 5 16.67 16.67

3 14 46.67 63.34

4 11 36.67 100.01

5 0 0 100

Total 30 100

Page 85: F07apa

111

Perlakuan Jumlah Panelis (%)

Tidak suka Netral Suka

MJ 5% 23.33 36.67 40

MJ 10% 13.33 53.33 33.33

MJ 15% 16.67 46.67 36.67

E. Nilai perhitungan bobot kesan lengket

Konsentrasi Minyak Atsiri 5%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 1 3.33 3.33

2 8 26.67 30

3 12 40 70

4 8 26.67 96.67

5 1 3.33 100

Total 30 100

Konsentrasi Minyak Atsiri 10%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 1 3.33 3.33

2 6 20 23.33

3 15 50 73.33

4 8 26.67 100

5 0 0 100

Total 30 100

Page 86: F07apa

112

Konsentrasi Minyak Atsiri 15%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 0 0 0

2 6 20 20

3 15 50 70

4 9 30 100

5 0 0 100

Total 30 100

Perlakuan Jumlah Panelis (%)

Tidak suka Netral Suka

MJ 5% 30 70 30

MJ 10% 23.33 50 26.67

MJ 15% 20 50 30

F. Nilai perhitungan bobot rasa hangat

Konsentrasi Minyak Atsiri 5%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 1 3.33 3.33

2 13 43.33 46.66

3 8 26.67 73.33

4 8 26.67 100

5 0 0 100

Total 30 100

Page 87: F07apa

113

Konsentrasi Minyak Atsiri 10%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 1 3.33 3.33

2 9 30 33.33

3 12 40 73.33

4 8 26.67 100

5 0 0 100

Total 30 100

Konsentrasi Minyak Atsiri 15%

Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)

1 0 0 0

2 7 23.33 23.33

3 11 36.67 60

4 10 33.33 93.33

5 2 6.67 100

Total 30 100

Perlakuan Jumlah Panelis (%)

Tidak suka Netral Suka

MJ 5% 46.66 26.67 26.67

MJ 10% 33.33 40 26.67

MJ 15% 23.33 36.67 40

Page 88: F07apa

114

Lampiran 17. Hasil Kromatografi Gas Minyak Jahe

Page 89: F07apa

115

Area Percent Report

Page 90: F07apa

116

Page 91: F07apa

APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN

HAND AND BODY CREAM

Oleh

ASRI PATMARANI

F34103019

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 92: F07apa

APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN

HAND AND BODY CREAM

JURNAL PENELITIAN

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ASRI PATMARANI

F34103019

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 93: F07apa

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN

HAND AND BODY CREAM

JURNAL PENELITIAN

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ASRI PATMARANI

F34103019

Dilahirkan pada tanggal 4 Agustus 1985

Di Rangkasbitung

Tanggal lulus : 3 Oktober 2007

Menyetujui,

Bogor, 3 Oktober 2007

Drs. Chilwan Pandji. Apt. MSc. Ir. Suryatmi Retno Dumadi, MS Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Page 94: F07apa

APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN HAND AND BODY CREAM1)

Asri patmarani2), Chilwan Pandji3), Suryatmi Retno Dumadi4) 1) Bagian dari Bagian dari skripsi yang disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian dan Ujian akhir

S1 Teknologi Industri Pertanian IPB 2) Mahasiswa S1 Teknologi Industri Pertanian IPB

3) Staf Pengajar pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB 4) Peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jakarta

ABSTRACT

Ginger is one of kind of spices that many cultivation in Indonesia. It have various function in use. Ginger can be use for cooking flavours, materials for beverages, and medicines. For foods and beverages, it can be make as sweetened ginger, cookies, mixed ginger drink and anothers. For medicines, it can be use for treat some of illness like painful, injury, feel loathing, aroma therapy, and so on.

Many people use the ginger for medicine in traditional method and its exactly troublesome. So necessary the simple methode for use the ginger as a medicine, that is to make ginger in cream form. Cream is one of emultion system, that materials composer in water phase and oil phase which blended by emusifier.

The purpose of this research is to be obtain the best of ginger oil concentration in order to create the hand and body cream product, to observe the characteristic and the customer acceptance. The concentration of the ginger oil that use is 5%, 10%, and 15%.

The value of pH hand and body cream is variant about 5.67 – 5.86, that is allowable by normally pH of skin and SNI requirement. The density is average from 0.729 – 0.747, this value is not yet allowable for SNI requirement. All cream exhibits negative value of TPC.

According the heaviness tests the best ginger oil concentration for hand and body cream product is 5% with weight value about 1.4188. This product has pH value 5.86, density 0.7299, negative microbe filthy, product homogeneity 70%, colour 80%, odor 56.67%, easily to spread 40%, sticky impression 30%, and warm impression 26.67%.

Keywords : ginger, cream, emulsifier

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alam baik flora maupun faunanya. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki adalah keanekaragaman rempah-rempah yang tumbuh tersebar di negara yang memiliki julukan Zamrud Khatulistiwa ini. Rempah-rempah banyak digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan jamu, bahan tambahan pada makanan, dan tidak sedikit rempah-rempah yang dapat digunakan untuk pengobatan.

Jahe merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Hal ini dikarenakan iklim di Indonesia sangat sesuai untuk pertumbuhan jahe, sehingga tanaman jahe dapat tumbuh dengan mudah. Tanaman jahe dapat tumbuh subur pada ketinggian 200-900 m diatas permukaan laut dengan pH tanah berkisar 5-5.6.

Tanaman jahe diperbanyak dengan rhizoma. Rhizoma adalah batang yang tumbuh dari dalam tanah, rhizoma akan tumbuh menjadi batang sampai dengan ketinggian 1.5 m dengan panjang daun 5-30 cm dan lebar 8-20 mm. Jahe dipanen ketika batang berubah warna dari hijau menjadi kuning dan kering, yaitu sekitar umur 9-10 bulan, atau warna agak cokelat, yaitu sekitar 12 bulan (Hayati, 2005).

Jahe memiliki berbagai macam fungsi dalam penggunaannya. Jahe dapat digunakan sebagai bumbu untuk masakan, bahan tambahan dalam minuman, dan obat-obatan. Dalam bidang makanan dan minuman, jahe dapat diolah menjadi manisan jahe, kue kering, wedang jahe, dan lain sebagainya. Dalam bidang obat-obatan, jahe dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti masuk angin, pegal-pegal, mengobati luka, anti

Page 95: F07apa

mual, penghangat badan, aroma terapi dan lain-lain.

Rimpang jahe mengandung minyak atsiri dan oleoresin yang dapat memberikan efek pengobatan seperti rasa hangat dan aroma terapi. Oleoresin jahe dapat memberikan rasa hangat, sedangkan minyak atsirinya merupakan komponen volatile oil pada jahe dan dapat memberikan rasa yang menyegarkan.

Jahe dapat dimanfaatkan sebagai obat dalam yakni jahe tersebut diolah dalam bentuk makanan ataupun minuman dan obat luar. Selama ini, cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk memanfaatkan jahe sebagai obat luar masih tradisional, jahe harus diparut terlebih dahulu baru kemudian dibalurkan ke bagian tubuh yang sakit. Cara ini cukup merepotkan karena selain harus memarut jahe sebelum digunakan, efek setelah penggunaannya pun terkadang tidak menyenangkan seperti jahe terasa terlalu panas di kulit dan kulit menjadi kering. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang lebih mudah untuk memanfaatkan jahe sebagai bahan untuk pengobatan, misalnya membuatnya dalam bentuk hand and body cream sehingga akan lebih mudah digunakan.

Cream merupakan salah satu bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60%, yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Dalam cream yang merupakan suatu sistem emulsi, terdapat emulsifier yang dapat menyatukan dua fasa yang berbeda yaitu fasa air dan fasa minyak agar dapat bersatu membentuk suatu sistem emulsi yang stabil. Sediaan cream dipilih karena dalam formulasinya terdapat beberapa bahan yang berfungsi sebagai pelembab, sehingga produk yang dihasilkan tidak hanya berfungsi sebagai obat tetapi dapat pula berfungsi sebagai kosmetika. Selain itu, sediaan cream memiliki konsistensi yang tidak terlalu padat sehingga mudah dioleskan.

Banyak alasan orang menggunakan sistem emulsi, diantaranya yang utama adalah dalam situasi dimana manusia membutuhkan suatu formulasi tunggal yang komponen penyusunnya tidak dapat bercampur. Untuk membuat suatu formulasi tunggal, bahan-bahan tersebut harus digabungkan menjadi satu, dan media pelarutnya digunakan campuran minyak dan air yaitu sistem emulsi sehingga tiap komponen penyusunnya dapat tersebar

merata keseluruh bagian. Emulsi juga dapat dimanfaatkan untuk mengatur kondisi fisik suatu produk seperti tingkat kekentalannya. Selain itu, banyak orang menyukai produk emulsi karena memiliki tekstur dan penampakan yang bagus.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi terbaik dari minyak atsiri jahe pada proses pembuatan produk hand and body cream jahe serta mengetahui karakteristik dan tingkat kesukaan konsumen terhadap produk hand and body cream jahe yang dihasilkan.

METODOLOGI PENELITIAN

Bahan dan alat

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini minyak atsiri jahe yang diperoleh dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis yaitu aquadest, Plate Count Agar (PCA), dan NaCl, sedangkan bahan yang digunakan sebagai formulasi hand and body cream adalah gliserol monostearat, setil alkohol, parafin cair, anti foam (silicon oil), sorbitol, metil paraben, gum xantan, dan polietilen glikol

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain timbangan, termometer, gelas piala, cawan alumunium, hot plate, pH meter, inkubator, otoklaf, stirrer, mixer dan alat gelas lainnya.

Metode penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu karakterisasi minyak jahe yang dilakukan oleh PT. Scent Indonesia Laboratory., penelitian pendahuluan, dan penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan dilakukan penentuan konsentrasi gum xantan dan polietilen glikol yang digunakan sebagai emulsifier yang dapat menghasilkan produk cream yang baik, sedangkan pada penelitian utama dilakukan pembuatan produk dengan menambahkan minyak jahe sebanyak 5%, 10%, dan 15%, analisa karakteristik produk hand and body cream yang dihasilkan meliputi pH, bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan distribusi globula, serta uji kesukaan. Uji kesukaan yang dilakukan terhadap produk meliputi : uji kesukaan terhadap homogenitas, warna, bau, kemudahan menyebar, kesan lengket, dan rasa hangat pada kulit. Panelis yang melakukan uji kesukaan ini adalah 30 orang mahasiswa yang termasuk panelis tidak

Page 96: F07apa

terlatih. Prosedur pembuatan produk hand and body cream adalah sebagai berikut : 1. Masing-masing bahan yang akan

digunakan dalam formulasi ditimbang. Kemudian dipisahkan berdasarkan fasenya (kelarutan dalam air dan dalam minyak). Fase minyak meliputi gliseril monostearat, setil alkohol, parafin cair, dan anti foam, sedangkan fase air meliputi sorbitol, metil paraben, polietilen glikol, gum xantan, dan air.

2. Bahan-bahan yang memiliki fase yang sama dicampurkan. Kemudian masing-masing campuran tersebut dipanaskan secara terpisah sampai mencapai suhu 70oC sambil terus dilakukan pengadukan dengan menggunakan stirrer. Untuk bahan gum xantan baru dimasukkan ke dalam campuran setelah mencapai suhu 40oC dan dimasukkan sedikit demi sedikit agar dapat larut dengan baik.

3. Setelah masing-masing campuran dipanaskan dan dilakukan pengadukan, kedua campuran tersebut didinginkan sampai mencapai suhu 50oC-60oC. Kemudian kedua campuran tersebut dicampurkan dengan menggunakan mixer pada kecepatan no. 1.

4. Setelah keduanya tercampur, kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit minyak jahe ke dalam campuran tersebut sambil terus dilakukan pengadukan, kemudian kecepatan putar mixer dinaikkan pada kecepatan no.3. Penambahan minyak jahe ini tidak dilakukan pada penelitian pendahuluan.

5. Pengadukan dilakukan sampai campuran tersebut dingin pada suhu kamar atau selama ± 30 menit. Kemudian dilakukan analisis fisik dan hedonik terhadap produk cream yang dihasilkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakterisasi Minyak Jahe

Penggunaan minyak jahe pada pembuatan hand and body cream diawali dengan analisis fisiko kimia terhadap minyak yang akan digunakan. Analisis fisiko kimia ini meliputi warna, indeks bias, bobot jenis, putaran optik, bilangan asam, bilangan ester, bilangan ester setelah asetilasi, kadar lemak, dan kromatografi gas (GC). Hasil analisis fisiko kimia minyak jahe disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil karakterisasi minyak jahe

Parameter analisis

Nilai

SNI 1998 a Minyak jahe yang digunakan b

Warna - Kuning agak gelap

Indeks bias 1.4853-1.4920 (25oC)

1.4827 (20oC)

Bobot jenis 0.8720-0.8890 (25oC)

0.8819 (20oC)

Putaran optik

(-32o)-(-14o) +11.0o

Bilangan asam

Maks 2 1.53

Bilangan ester

Maks 15 15.85

Bilangan ester setelah asetilasi

Maks 90 87.77

Kadar lemak

Negatif Negatif

Kandungan sabinen dengan metode GC (%)

Tidak tercantum

23.99

Kandungan α-zingiberen dengan metode GC (%)

Tidak tercantum

9.54

a sumber : SNI 1998 b sumber : PT. SCENT INDONESIA LABORATORY

Berdasarkan hasil karakterisasi minyak jahe yang dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia, dapat diketahui bahwa minyak jahe yang digunakan masih berada dalam kisaran SNI. Sehingga minyak jahe tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan uji kromatografi gas, diketahui bahwa terdapat dua komponen utama yang terkandung dalam minyak jahe yang digunakan, yaitu sabinen sebanyak 23.99% dan α-zingiberen sebanyak 9.54%. Penggunaan senyawa sabinen tidak terlalu luas, tetapi sering digunakan sebagai komponen bahan pada pembuatan minyak lada sintetik. Senyawa α-zingiberen merupakan komponen utama minyak jahe yang menyebabkan bau harum pada jahe. Kedua zat ini tidak memberikan pengaruh terhadap rasa hangat.

Page 97: F07apa

B. Penelitian Pendahuluan Dalam suatu sistem emulsi dapat

menggunakan lebih dari satu jenis emulsifier yang akan dapat menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari emulsi tersebut. Satu emulsifier memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga kelemahan tersebut akan dapat tertutupi oleh emulsifier yang lainnya. Selain emulsifier, perlu juga ditambahkan stabilizer untuk menigkatkan stabilitas emulsi tersebut.

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi dari gum xantan dan polietilen glikol yang digunakan sebagai emulsifier. Gum xantan dipilih sebagai emulsifier dikarenakan sifatnya yang mudah larut dalam air, aman, tidak toksik, serta dapat berfungsi pula sebagai zat pengental. Pada penambahan dengan konsentrasi yang sedikit sudah dapat memberikan viskositas yang cukup besar pada sistem emulsi yang dihasilkan. Mcneely (1973) menjelaskan bahwa pada penggunaan sebanyak 1% dapat memberikan viskositas kurang lebih sebesar 1000 cps, pengukuran dilakukan pada suhu 25oC dengan menggunakan viskometer Brookfield Model LVF pada 60 rpm.

Pemilihan polietilen glikol (PEG) sebagai emulsifier pada penelitian ini dikarenakan PEG bersifat mudah larut dalam air, tidak toksik, dan dapat berfungsi sebagai humektan. Selain itu, PEG sudah banyak digunakan sebagai emulsifier oleh industri.

Hal yang dilakukan pada penelitian pendahuluan adalah menambahkan gum xantan dan PEG masing-masing dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3% dalam formulasi cream dengan tujuan untuk mencari konsentrasi terbaik dari kedua jenis emulsifier tersebut. Dasar dari pemilihan rentang konsentrasi adalah pada umumnya emulsifier digunakan dalam jumlah sedikit di industri, hal ini dikarenakan harga emulsifier yang cukup mahal oleh karena itu diperlukan pemilihan jenis emulsifier dan konsentrasi yang tepat pada penggunaannya.

Dari hasil penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi terbaik untuk gum xantan adalah 2% dan konsentrasi terbaik untuk PEG adalah 2%. Pada penambahan gum xantan 1% dan PEG 1%; gum xantan 1% dan PEG 2%; serta gum xantan 1% dan PEG 3%, cream yang terbentuk masih sangat cair bahkan lebih cair daripada lotion, viskositas yang sangat rendah ini akan menyulitkan pada saat pemakaian. Pada penambahan gum xantan

2% dan PEG 1%; gum xantan 2% dan PEG 2%; serta gum xantan 2% dan PEG 3%, cream yang dihasilkan cukup kental dan hampir sama dengan produk cream pada umumnya, tetapi pada penambahan PEG sebanyak 1% cream yang terbentuk belum stabil, hal ini terlihat dari adanya komponen yang memisah ketika cream tersebut didiamkan selama satu hari. Ketika konsentrasi PEG dinaikkan menjadi 2% cream yang terbentuk sudah cukup stabil dan tidak terlihat adanya pemisahan ketika cream tersebut didiamkan selama 1-2 hari. Pada penambahan gum xantan sebanyak 3% dengan PEG sebanyak 1%, 2%, dan 3% menghasilkan cream yang sangat kental dan sulit untuk dilakukan pengadukan. C. Penelitian Utama

Hand and body cream merupakan salah satu bentuk sediaan kosmetika, berupa emulsi kental yang memiliki kandungan air tidak kurang dari 60%. Terdapat dua tipe emulsi untuk golongan sediaan dalam bentuk cream, yaitu tipe emulsi o/w (oil in water) dan tipe emulsi w/o (water in oil). Pada tipe emulsi o/w minyak berperan sebagai fasa terdispersi (fasa internal) dan air berperan sebagai fasa pendispersi (fasa eksternal) tetapi berlaku sebaliknya untuk tipe emulsi w/o, minyak berperan sebagai fasa pendispersi (fasa eksternal) dan air berperan sebagai fasa terdispersi (fasa internal).

Menurut Schmitt (1996), umumnya produk cream berbentuk o/w dengan fasa minyak dan humektan yang lebih banyak dari produk lotion. Terdiri dari 15-40% fasa minyak dan 5-15% fasa humektan, karakteristik penampakannya hampir sama dengan produk lotion.

Pada penelitian utama dilakukan proses pembuatan produk hand and body cream dengan mengaplikasikan minyak jahe sebagai komponen aktif dan gum xantan serta PEG sebagai emulsifier, konsentrasi penambahan kedua emulsifier tersebut didapat dari penelitian pendahuluan. Minyak jahe yang ditambahkan yakni sebesar 5%, 10%, dan 15%. Banyaknya minyak jahe yang ditambahkan ditentukan secara subjektif. Pada produk hand and body cream yang dihasilkan dilakukan uji karakteristik yang meliputi pH, bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan distribusi globula serta uji penerimaan konsumen (uji kesukaan).

Page 98: F07apa

D. Karakterisasi Hand and Body Cream Jahe

Analisis yang dilakukan terdahap produk hasil penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh dari analisis produk tersebut kemudian dibandingkan dengan karakteristik produk sejenis yang ada di pasaran. Analisis yang dilakukan meliputi pH, bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan distribusi globula serta uji kesukaan. 1. pH

Tingkat keasaman suatu produk dapat diketahui dari nilai pH produk tersebut. Kadar keasaman untuk produk kosmetik atau produk yang digunakan untuk pemakaian luar yang berhubungan langsung dengan kulit haruslah sesuai dengan pH penerimaan kulit. Hal ini dikarenakan jika produk kosmetika tersebut memiliki nilai pH yang sangat tinggi atau sangat rendah akan menyebabkan kulit teriritasi. Menurut Warta Konsumen (1987), pH normal kulit adalah 5 – 6.5. Wasitaatmadja (1997) menjelaskan bahwa produk kosmetika sebaiknya memiliki pH sekitar 5.5, sedangkan menurut SNI Nomor 16 – 4399 – 1996 pH produk cream yang disarankan berkisar antara 4.5 – 8.0.

Hasil analisa pH produk hand and body cream dengan perlakuan penambahan minyak atsiri jahe menunjukkan bahwa rata – rata pH produk cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 5.67 – 5.86. Nilai ini sesuai dengan pH penerimaan kulit dan SNI produk cream, sehingga produk tersebut dapat digunakan untuk kulit, sedangkan cream produk pembanding memiliki pH senilai 7.03, nilai ini sangat sesuai dan aman bagi kulit karena produk tersebut memiliki tingkat keasaman yang netral sehingga tidak akan menimbulkan iritasi pada kulit. Perbandingan nilai pH dari masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 1.

Nilai pH produk cream jahe terendah diperoleh dari perlakuan penambahan minyak atsiri jahe sebesar 15% yaitu senilai 5.67 sedangkan nilai pH tertinggi diperoleh dari perlakuan penambahan minyak atsiri jahe sebesar 5% yaitu senilai 5.86. Semakin banyak konsentrasi minyak jahe yang ditambahkan maka nilai pH dari produk cream jahe yang dihasilkan akan semakin rendah atau nilai keasamannya akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena minyak atsiri jahe yang digunakan bersifat asam

yang ditandai dengan bilangan asam yang cukup tinggi yaitu senilai 1.53. Sehingga dapat disimpulkan semakin banyak konsentrasi minyak jahe yang ditambahkan maka nilai pH dari produk yang dihasilkan akan semakin kecil atau produk akan semakin asam.

0

12

34

5

67

8

Minyak atsiri jahe5%

Minyak atsiri jahe10%

Minyak atsiri jahe15%

Pembanding

Perlakuan

pH

Gambar 1. Histogram pH produk hand and body cream 2. Bobot Jenis

Bobot jenis adalah perbandingan berat dari volume sampel dengan berat air yang volumenya sama pada suhu tertentu. Pengukuran bobot jenis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu produk emulsi. Suryani, et. al (2000) menjelaskan bahwa apabila rasio antara fasa pendispersi dan fasa terdispersi tidak sesuai maka semakin rendah tingkat kestabilan suatu sediaan emulsi.

Pada penelitian ini, pengukuran bobot jenis produk dilakukan dengan cara mengukur densitas kamba produk tersebut. Hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan berupa pasta agak padat sehingga tidak memungkinkan untuk memasukkannya ke dalam piknometer. Prinsip dari pengukuran densitas kamba ini adalah membandingkan berat sampel dengan selisih tinggi air sebelum sampel dimasukkan dan setelah sampel dimasukkan dalam gelas ukur. Selisih tinggi air dimaksudkan sebagai volume air dan nilai densitas air adalah 1 g/cm3.

Nilai rata-rata densitas cream jahe yang dihasilkan adalah antara 0.729 – 0.747, nilai ini tidak berada dalam kisaran SNI tentang produk cream, dimana bobot jenis untuk produk cream yang baik adalah 0.95 – 1.05. Sama halnya dengan densitas produk komersial yang digunakan sebagai pembanding yang bernilai 0.668. Histogram perbandingan nilai densitas hand and body cream jahe dan hand and body cream produk pembanding disajikan pada Gambar 2.

Page 99: F07apa

0.620.640.660.680.7

0.720.740.76

Minyak atsirijahe 5%

Minyak atsirijahe 10%

Minyak atsirijahe 15%

Pembanding

Perlakuan

Den

sita

s

Gambar 2. Histogram densitas produk hand and body cream 3. Total Cemaran Mikroba

Total cemaran mikroba merupakan salah satu analisa yang dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada dalam suatu bahan. Dengan mengetahui jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalamnya dapat ditentukan apakah suatu produk layak atau tidak untuk dikonsumsi atau digunakan.

Salah satu metode yang sering digunakan pada analisa total cemaran mikroba ini adalah TPC (Total Plate Count). Prinsip metode ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1989).

Hasil uji total mikroba terhadap produk cream yang dihasilkan menunjukkan bahwa mikroorganisme yang terkandung dalam semua produk negatif. Hal ini dikarenakan dalam formulasi produk terdapat metil paraben yang berfungsi sebagai pengawet. Gliseril monostearat yang menjadi salah satu bahan penyusun hand and body cream selain berfungsi sebagai emulsifier, juga berfungsi sebagai anti mikroba. Selain itu, minyak atsiri jahe yang ditambahkan merupakan zat antibiotik yang akan semakin menghambat pertumbuhan mikroorganisme di dalam produk.

4. Ukuran dan Distribusi Globula

Pengukuran ukuran globula dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sistem emulsi secara mikroskopik serta untuk mengetahui laju pemisahan produk. Globula merupakan gabungan dari partikel-partikel bahan penyusun yang digunakan pada pembuatan emulsi. Semakin kecil dan seragamnya ukuran dan distribusi globula maka sistem emulsi tersebut akan semakin

stabil. Hal ini disebabkan dengan semakin kecilnya ukuran diameter globula, laju pemisahannya akan semakin kecil dan berlaku sebaliknya, semakin besar ukuran diameter globula maka laju pemisahannya akan semakin besar.

Ukuran globula yang kecil akan membentuk sistem emulsi yang rapat sehingga akan memperkecil adanya pergerakan atau tumbukan antar partikel sejenis dan mencegahnya untuk bersatu kembali. Ukuran dan distribusi globula sangat dipengaruhi oleh teknik pencampuran yang dilakukan, dalam hal ini alat yang digunakan untuk mencampurkan bahan-bahan menjadi faktor yang sangat menentukan. Gambar ukuran dan distribusi globula untuk setiap produk disajikan pada Gambar 3.

Pembanding

Minyak jahe 10 %

Minyak jahe 5%

Minyak jahe 15 %

Gambar 3. Foto globula hand and body cream jahe

Page 100: F07apa

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa produk hand and body cream komersial yang digunakan sebagai pembanding, memiliki ukuran globula yang sangat kecil, halus, dan jarak antara globula sangat rapat sehingga produk tersebut dapat stabil dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada produk hand and body cream yang ditambahkan minyak atsiri jahe sebanyak 5%, ukuran globula yang terbentuk cukup besar dan jarak antara globula cukup lebar, sehingga produk hand and body cream jahe tersebut relatif tidak stabil. Pada produk hand and body cream yang diberi tambahan minyak atsiri jahe sebanyak 10% dan 15% belum terbentuk sistem emulsi. Hal ini dapat dilihat dari struktur partikel yang terbentuk, dengan jelas dapat terlihat bahwa fase minyak dan fase air pada produk hand and body cream tersebut tidak bercampur. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan pada proses pencampuran, tidak cukup baik untuk dapat mencampurkan bahan-bahan penyusun hand and body cream sehingga dapat menjadi suatu sistem emulsi. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah stirrer dan mixer yang biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga. Selain kecepatan putarnya yang rendah, kedua alat ini juga tidak mempunyai sisi yang runcing yang berfungsi untuk memperhalus partikel bahan penyusun hand and body cream dan membuat bahan-bahan tersebut dapat bercampur membentuk sistem emulsi. 5. Uji Kesukaan

Uji kesukaan atau uji hedonik merupakan salah satu uji penerimaan suatu produk oleh konsumen. Uji kesukaan bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap hand and body cream jahe yang dihasilkan. Uji kesukaan dilakukan dengan cara mengukur, menilai atau menguji mutu komoditas dengan menggunakan alat indera manusia yaitu penglihatan, penciuman, dan peraba.

Uji kesukaan yang dilakukan yaitu dengan cara melihat produk, mencium dengan hidung, dan meraba produk dengan ujung jari kemudian mengoleskannya ke tangan. Dalam uji ini, panelis diminta untuk menilai produk sesuai dengan tingkat kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap produk hand and body cream jahe dengan skala numerik, 1 adalah sangat tidak suka, 2 adalah tidak suka, 3 adalah netral, 4 adalah suka, dan 5 adalah sangat suka. Hal-hal yang diuji meliputi : homogenitas, warna, bau,

kemudahan menyebar, kesan lengket di tangan, dan rasa hangat pada kulit. Uji ini bersifat subjektif dan panelis yang melakukan pengujian adalah mahasiswa IPB berjumlah 30 orang yang merupakan panelis tidak terlatih. 5.1 Homogenitas

Homogenitas merupakan parameter penting dalam menentukan kualitas dari suatu sistem emulsi. Hal ini dikarenakan homogenitas merupakan gambaran dari tingkat kehalusan dan keseragaman tekstur produk emulsi. Semakin halus dan seragam tekstur yang dihasilkan maka semakin bagus produk emulsi tersebut. Selain itu, homogenitas juga dapat menggambarkan bahwa telah bercampurnya minyak dengan air. Suatu sistem emulsi dapat dikatakan homogen apabila tidak terlihat adanya pemisahan antara komponen penyusun emulsi tersebut. Kehomogenan sistem emulsi dipengaruhi oleh teknik atau cara pencampuran yang dilakukan serta alat yang digunakan pada proses pembuatan emulsi tersebut.

Pada pengujian homogenitas ini, panelis diminta untuk merasakan tekstur produk dengan ujung jarinya, kemudian dioleskan ke tangan. Panelis akan menilai kehalusan dan keseragaman tekstur produk sesuai dengan tingkat kesukaannya.

Secara umum, penilaian panelis terhadap homogenitas produk cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 3.23 – 3.73 yaitu antara netral hingga suka. Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 35.44%, 30.70%, dan 33.86%. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap homogenitas produk hand and body cream jahe dapat dilihat pada Gambar 4.

Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 yang dilakukan, menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada homogenitas produk yang dihasilkan (P>0.05). Hal ini dikarenakan panelis hanya dapat merasakan kehalusan dan tekstur dari produk yang dihasilkan tetapi tidak dapat merasakan adanya perbedaan ukuran globula dari produk tersebut.

Page 101: F07apa

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Tingkat Kesukaan Panelis

Jum

lah

Pan

elis

(%)

Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%

Gambar 4. Grafik tingkat kesukaan

panelis terhadap homogenitas produk hand and body cream jahe

5.2. Warna

Warna suatu produk akan mempengaruhi tingkat kesukaan panelis. Warna yang bagus akan menarik perhatian panelis untuk mencoba menggunakan produk hand and body cream tersebut. Uji kesukaan terhadap warna produk dilakukan secara visual, yaitu dengan cara meminta panelis untuk melihat warna dari produk hand and body cream yang dihasilkan.

Warna yang terbentuk pada produk dipengaruhi oleh warna bahan-bahan penyusunnya. Pada penelitian ini digunakan minyak atsiri jahe sebagai salah satu bahan baku penyusun emulsi. Minyak jahe ini berwarna kuning keemasan dan akan mempengaruhi warna yang terbentuk pada produk. Semakin banyak minyak atsiri jahe yang ditambahkan maka warna hand and body cream yang terbentuk akan semakin menguning.

Secara umum, penilaian panelis terhadap warna produk hand and body cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 3.6 – 3.87 yaitu antara netral hingga suka. Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 34.73%, 32.93%, dan 32.34%.

Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada warna produk yang dihasilkan (P>0.05). Hal ini dikarenakan panelis yang melakukan penilaian adalah panelis yang tidak terlatih sehingga tidak menyadari adanya perbedaan warna dari produk yang dihasilkan. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap warna produk cream jahe dapat dilihat pada Gambar 5.

0

1020

3040

50

6070

80

1 2 3 4 5

Tingkat Kesukaan Panelis

Jum

lah

Pan

elis

(%)

Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%

Gambar 5. Grafik tingkat kesukaan

panelis terhadap warna produk hand and body cream jahe

5.3. Bau

Uji kesukaan terhadap bau dilakukan dengan cara meminta panelis untuk mencium atau menghirup bau dari produk hand and body cream yang dihasilkan. Tingkat kesukaan panelis terhadap bau hand and body cream akan mempengaruhi pemilihan panelis terhadap produk tersebut. Bau yang tercium dari produk dipengaruhi oleh bau dari bahan-bahan penyusunnya. Bahan yang paling berpengaruh dalam menimbulkan bau pada produk hand and body cream jahe ini adalah minyak atsiri jahe. Minyak atsiri adalah komponen volatile yang bersifat aromatis dan mudah menguap pada suhu kamar. Bau yang ditimbulkan tergantung dari sumber minyak atsiri tersebut diperoleh. Pada umumnya, semakin banyak jumlah minyak atsiri yang ditambahkan pada produk maka bau yang ditimbulkan akan semakin menyengat atau baunya akan semakin kuat.

Secara umum, penilaian panelis terhadap bau produk cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 3.1 – 3.37 yaitu antara netral hingga suka. Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 35.20%, 32.40%, dan 32.40%. Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada bau produk yang dihasilkan (P>0.05). Hal ini dapat dikarenakan panelis yang melakukan pengujian sebagian besar tidak menyukai bau jahe walaupun terdapat pula panelis yang menyukai bau jahe. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap bau produk hand

Page 102: F07apa

and body cream jahe dapat dilihat pada Gambar 6.

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Tingkat Kesukaan Panelis

Jum

lah

Pan

elis

(%)

Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%

Gambar 6. Grafik tingkat kesukaan

panelis terhadap bau produk hand and body cream jahe 5.4. Kemudahan Menyebar

Pada uji ini panelis diminta untuk mengoleskan produk hand and body cream pada tangannya dan merasakan kemudahan pengolesan produk hand and body cream yang dihasilkan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya sebar dari produk yang dihasilkan. Pada umumnya, konsumen lebih menyukai hand and body cream yang mudah untuk dioleskan.

Pada uji kemudahan menyebar untuk produk hand and body cream jahe ini, secara umum respon panelis yang dihasilkan antara 3.17 – 3.2 yaitu antara netral hingga suka. Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 33.45%, 33.10%, dan 33.45%.

Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada kemudahan menyebar produk yang dihasilkan (P>0.05). Parameter kemudahan penyebaran pada suatu produk emulsi dipengaruhi oleh fasa lemak yang terkandung di dalamnya dan pada semua produk hand and body cream jahe yang dihasilkan memiliki jumlah dan fasa lemak yang sama. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kemudahan menyebar produk cream jahe dapat dilihat pada Gambar 7.

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Tingkat Kesukaan Panelis

Jum

lah

Pane

lis (%

)

Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%

Gambar 7. Grafik tingkat kesukaan

panelis terhadap kemudahan menyebar hand and body cream jahe

5.5. Kesan Lengket di Tangan

Pada penilaian ini panelis diminta untuk menilai rasa lengket produk di tangan dengan cara mengoleskan sejumlah produk ke tangan dan kemudian merasakan kesannya setelah pemakaian. Kesan lengket pada hand and body cream disebabkan karena adanya komponen parafin cair dan sorbitol yang terkandung di dalamnya. Penilaian dilakukan berdasarkan tingkat kesukaan dan ketidaksukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Pada umumnya, konsumen kurang menyukai produk hand and body cream yang terasa lengket pada saat pemakaian.

Secara umum, penilaian panelis terhadap kesan lengket produk hand and body cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 3 – 3.1, yaitu netral. Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 32.97%, 32.97%, dan 34.06%. Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada kemudahan menyebar produk yang dihasilkan (P>0.05). Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kesan lengket produk hand and body cream jahe dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 103: F07apa

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Tingkat Kesukaan Panelis

Jum

lah

Pane

lis (%

)

Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%

Gambar 8. Grafik tingkat kesukaan

panelis terhadap kesan lengket produk hand and body cream jahe

5.6. Rasa Hangat di Kulit

Pada penilaian ini panelis diminta untuk menilai rasa hangat produk di kulit dengan cara mengoleskan sejumlah produk ke tangan dan kemudian merasakan kesannya setelah pemakaian. Penilaian dilakukan berdasarkan tingkat kesukaan dan ketidaksukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Komponen terbesar yang terkandung pada minyak jahe yang digunakan pada penelitian adalah sabinen dan zingiberen. Kedua senyawa ini tidak memberikan pengaruh terhadap rasa hangat. Pada dasarnya, rasa hangat dari jahe disebabkan oleh adanya komponen oleoresin yang menyebabkan rasa pedas dan hangat yang terdiri dari gingerol, zingerol, dan shogaol. Rasa hangat yang dapat dirasakan oleh panelis kemungkinan disebabkan oleh terdapatnya sedikit komponen oleoresin yang ikut terekstrak dalam minyak.

Respon yang diberikan oleh panelis terhadap produk yang dihasilkan secara umum berkisar antara 2.77 – 3.23, yaitu antara tidak suka hingga suka. Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 31.09%, 32.58%, dan 36.33%.

Hasil uji statistik non parametrik Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada rasa hangat produk yang dihasilkan (P>0.05). Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap rasa hangat produk hand and body cream jahe dapat dilihat pada Gambar 9.

0

10

20

30

40

50

1 2 3 4 5

Tingkat Kesukaan Panelis

Jum

lah

Pane

lis (%

)

Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%

Gambar 9. Grafik tingkat kesukaan

panelis terhadap rasa hangat produk hand and body cream jahe

E. Pemilihan Perlakuan Terbaik

Dengan Metode Pembobotan Penentuan perlakuan terbaik produk

hand and body cream jahe ini dilakukan dengan menggunakan metode pembobotan. Cara yang dilakukan adalah dengan membobot karakteristik yang tidak tercantum dalam standar dan uji kesukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Metode pembobotan ini mengacu pada metode pembobotan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. Nilai kepentingan untuk setiap karakteristik produk diberi skala 1 – 5 (5 = paling penting, 4 = penting, 3 = biasa, 2 = tidak penting, 1 = paling tidak penting). Bobot untuk setiap karakteristik diberikan dengan cara membandingkan antara nilai kepentingan masing-masing karakteristik dengan total nilai kepentingan dari keseluruhan karakteristik yang diuji. Pembobotan untuk kepentingan setiap karakteristik disajikan pada Tabel 2.

Page 104: F07apa

Tabel 2. Pembobotan kepentingan karakteristik hand and body cream jahe a Parameter Pertimbangan

kepentingan Nilai Bobot

1. Objektif a. pH Parameter

yang menentukan mutu cream menurut SNI 16-4399-1996

5 0.1163

b. Bobot jenis

Parameter yang menentukan mutu cream menurut SNI 16-4399-1996

5 0.1163

c. Total cemaran mikroba

Parameter yang menentukan mutu cream menurut SNI 16-4399-1996

5 0.1163

d. Ukuran dan distribusi globula

Menunjukkan sistem emulsi secara mikro dan kestabilan emulsi

5 0.1163

2. Subjektif a.Homogen

-itas Menentukan keseragaman tekstur

4 0.093

b. Warna Daya tarik hand and body cream

4 0.093

c. Bau Daya tarik hand and body cream

3 0.0698

d.Kemudah-an menyebar

Menunjukkan kemudahan dalam pengolesan

4 0.093

e. Kesan lengket

Kesan kurang baik dari hand and body cream

3 0.0698

f. Rasa hangat

Kesan yang diharapkan dirasakan setelah pengolesan hand and body cream pada kulit

5 0.1163

Total 43 1 a sumber : Oktavianti (2004)

Nilai bobot kemudian dikalikan dengan nilai rangking dari nilai hasil pengujian dengan skala 1 – 3 (terdapat tiga perlakuan). Total nilai hasil perkalian antara nilai bobot dengan nilai rangking merupakan nilai akhir yang akan digunakan untuk menentukan perlakuan terbaik. Nilai hasil perkalian antara nilai bobot dengan nilai hasil pengujian disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai hasil perkalian antara nilai bobot dengan nilai hasil pengujian

Parameter Bo-bot

Nilai Golongan P1 P2 P3

N B N B N B 1.Objektif a. pH 0.1

163 1 0.1163 2

0.2326 3

0.3489

b.Densitas 0.1163 1

0.1163 2

0.2326 3

0.3489

c.Total cemaran mikroba

0.1163

2 0.2326

2 0.2326

2 0.2326

d. Ukuran dan distribusi globula

0.1163

1 0.1163

2 0.2326

3 0.3489

2.Subjektif a.Homogenitas 0.0

93 1 0.093 3

0.279 2

0.186

b. Warna 0.093 1

0.093 2

0.186 3

0.279

c. Bau 0.0698 1

0.0698 3

0.2094 2

0.1396

d.Kemudahan menyebar

0.093 1

0.093 3

0.279 2

0.186

e. Kesan lengket

0.0698 2

0.1396 3

0.2094 1

0.0698

f. Rasa hangat 0.1163 3

0.3489 2

0.2326 1

0.1163

Total 1.0001

1.4188

2.3258

2.256

Keterangan : MAJ 5% = Cream dengan konsentrasi minyak atsiri jahe 5% MAJ 10% = Cream dengan konsentrasi minyak atsiri jahe 10% MAJ 15% = Cream dengan konsentrasi minyak atsiri jahe 15% B = Nilai perkalian antara bobot dengan nilai pengujian N = Nilai rangking

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hand and body cream jahe dengan penambahan minyak atsiri jahe sebesar 5% (Perlakuan 1) merupakan perlakuan yang terbaik. Hal ini ditunjukan dengan nilai total perkalian antara bobot dengan nilai

Page 105: F07apa

pengujian yang terkecil yaitu 1.4188. Pada perlakuan yang ditambahkan minyak atsiri jahe sebesar 10%, memiliki nilai total perkalian antara bobot dengan nilai pengujian sebesar 2.3258 dan pada perlakuan dengan penambahan minyak atsiri jahe sebesar 15%, produk hand and body cream jahe memiliki nilai total perkalian antara bobot dengan nilai pengujian sebesar 2.256.

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Konsentrasi penambahan minyak atsiri jahe terbaik pada produk hand and body cream jahe didapatkan pada penambahan konsentrasi minyak sebanyak 5% dengan nilai hasil pembobotan sebesar 1.4188. Karakteristik produk hand and body cream dengan perlakuan terbaik ini memiliki nilai pH sebesar 5.86, bobot jenis sebesar 0.729, dan total cemaran mikroba yang negatif. Tetapi ukuran globula yang terbentuk masih besar dan jarak antar globula masih lebar. Dari hasil uji hedonik, didapatkan nilai persentase panelis yang suka terhadap homogenitas produk hand and body cream jahe dengan perlakuan terbaik adalah 70%, warna 80%, bau 56.67%, mudah menyebar 40%, kesan lengket di tangan 30%, dan rasa hangat di kulit 26.67%.

Nilai persentase penerimaan panelis yang suka terhadap homogenitas keseluruhan produk hand and body cream yang dihasilkan adalah P1 70%, P2 40%, dan P3 60%; warna produk adalah P1 80%, P2 63.33%, dan P3 60%; bau produk adalah P1 56.67%, P2 33.34%, dan P3 40%; kemudahan menyebar adalah P1 40%, P2 33.33%, dan P3 36.67%; rasa lengket di kulit adalah P1 30%, P2 26.67%, dan P3 30%; dan rasa hangat di kulit adalah P1 26.67%, P2 26.67%, dan P3 40%. Semua uji berada dalam rentang nilai netral hingga suka. B. SARAN

Sebaiknya dalam proses pembuatan menggunakan alat homogenizer agar semua komponen penyusun hand and body cream dapat bercampur dengan baik dan globula yang dihasilkan akan lebih halus dan rapat, sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih stabil. Selain itu, bahan baku yang digunakan sebaiknya oleoresin jahe agar rasa hangat dari produk dapat terasa.

DAFTAR PUSTAKA

Anatomical Chart Co. 1995. The World’s

Best Anatomical Charts. Point Of View, Inc.

Anonim. 1999. Pedoman Penerapan Jaminan Mutu Terpadu Jahe. Badan Agribisnis. Departemen Pertanian.

Anonim. 1999. Plant Resources Of South East Asia 13 SPICES. PROSEA Foundation, Bogor. Indonesia.

Anonim. 2006. Polytehylene Glicol. http: //www. Chemicalland 21.com/industrial chem/organic/POLYETHYLENE %20 Glycol. Htm. (27 November 2006).

Balsam, M. S. 1972. Cosmetics Science and Technology. John Wiley And Sons, Inc. United States of America.

Budavary, Susan (editor). 1996. The Merck Index Twelfth Edition. Merck & Co., INC. New Jersey.

Departemen Kesehatan R. I. 1978. Formularium Indonesia. Edisi II. Jakarta.

Dickes G. J. dan P. V. Nicholas. 1976. Gas Chromatography In Food Analysis, Butterwoods., London Boston.

Fardiaz, S. 1989. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. IPB Press. Bogor.

Farrel, K. T. 1985. Spices, Condiments and Seasoning. The Avi Publishing Company Inc. Westport Connecticut, Daytona Beach. Florida.

Guenther, E. 1952. The Essential Oils. Van Nostrand Company. Inc., New York 5 : 106-120.

Hayati, E. K. 2005. Pemilihan Metode Pemisahan Untuk Penentuan Konsentrasi Gingerol dan Pola Respon Fourier Transform Infrared Pada Rimpang Jahe Emprit (Zingiber officinale Roscoe). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hill, A. F. 1952. Economic Botany. Mc Graw-Hill Book Company, Inc., New York.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. UI Press, Jakarta

Koswara. S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar harapan, Jakarta.

Page 106: F07apa

Mardiah, L. 2002. Aplikasi Gelatin Tipe A dari Kulit Sapi Pada Produk Hand and Body Cream. Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Martha Tilaar Innovation Center. 2002. Budidaya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mcneely, W. H., dan Kenneth S. Kang. Xanthan and Some Other Biosynthetic Gums. Industrial Gums Polysaccharides and Their Derivatives. Academic Press. New York, San Francisco, London. A Subsidiary of Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.

Mitsui, T. 1997. New Cosmetics Science. Elsevier, Tokyo.

Oktavianti, Dwi. 2004. Aplikasi Gel Lidah Buaya (Aloe Vera) pada Produk Hand and Body Cream. Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Paimin, F. B dan Murhananto. 1999. Budidaya, Pengolahan, dan Perdagangan Jahe. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rismunandar. 1988. Rempah – Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru. Bandung.

Rumphius dalam K. Heyne. 1988. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Badan Litbang Kehutanan Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.

Santosa, D., D. Gunawan. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Schmitt, W. H. 1996. Skin-Care Product. In Williams, D. F. and W. H. Schmitt (Eds.) 1996. Chemistry and Technology of Cosmetics and Toiletries Industry, 2nd Ed. Blackie Academic and Professional, London.

SNI. 16. 4399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Dewan standarisasi Nasional, Jakarta.

Soeryati, S. 1985. Sediaan Kosmetika. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sondari, D. 2007. Sintesis dan Aplikasi Polimer Kationik Alami Pada Sistem Mikroemulsi Skin Lotion. Sekolah Pascasarjana. IPB, Bogor.

Suryani, A., Illah Sailah dan Erliza Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. FATETA. IPB. Bogor.

Warta Konsumen. 1987. Wanita Korban Kosmetik. Edisi tahun XI No. 130.1983. hlm. 6 dan 23.

Warta Kosmetik. 1995. Sedian Farmasi Edisi Tahun XIX No. 235/1995. Hal 22-23.

Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakatra.