F07apa
Transcript of F07apa
APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN
HAND AND BODY CREAM
Oleh
ASRI PATMARANI
F34103019
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
28
APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN
HAND AND BODY CREAM
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ASRI PATMARANI
F34103019
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
29
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN
HAND AND BODY CREAM
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ASRI PATMARANI
F34103019
Dilahirkan pada tanggal 4 Agustus 1985
Di Rangkasbitung
Tanggal lulus : 3 Oktober 2007
Menyetujui,
Bogor, 3 Oktober 2007
Drs. Chilwan Pandji. Apt. MSc. Ir. Suryatmi Retno Dumadi, MS Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Asri Patmarani, dilahirkan di
Rangkasbitung pada tanggal 4 Agustus 1985, dari pasangan
H. Sukiran Hadiwiryono, S.Pd dan Hj. Ngatini. Penulis
merupakan putri keempat dari empat bersaudara.
Pendidikan yang telah dijalani oleh penulis adalah TK
PGRI Rangkasbitung pada tahun 1990 selama satu tahun,
setelah itu penulis melanjutkan ke sekolah dasar di SD Negeri 1 Rangkasbitung
pada tahun 1991 sampai dengan tahun 1997.
Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat
pertama di SLTP Negeri 4 Rangkasbitung, dan lulus pada tahun 2000. Kemudian
penulis melanjutkan ke SMU Negeri 1 Rangkasbitung dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian
Bogor pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian dan masuk melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Penulis pernah melaksanakan Praktek Lapang di PT PG Rajawali II Unit
PG Subang dengan Judul Laporan Praktek Lapang Mempelajari Aspek
Teknologi Proses Produksi dan Pengawasan Mutu Gula Kristal. Kemudian
penulis menyelesaikan pendidikannya di IPB dengan melaksanakan Tugas Akhir
dengan Judul Skripsi Aplikasi Minyak Jahe (Zingiber officinale) pada
Pembuatan Hand and Body Cream.
31
Asri Patmarani. F34103019. Aplikasi Minyak Jahe (Zingiber officinale) pada Pembuatan Hand and Body Cream. Dibawah Bimbingan Chilwan Pandji dan Suryatmi Retno Dumadi.
RINGKASAN
Jahe merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Jahe memiliki berbagai macam fungsi dalam penggunaannya. Jahe dapat digunakan sebagai bumbu untuk masakan, bahan tambahan dalam minuman, dan obat-obatan. Dalam bidang makanan dan minuman, jahe dapat diolah menjadi manisan jahe, kue kering, wedang jahe, dan lain sebagainya. Dalam bidang obat-obatan, jahe dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti masuk angin, pegal-pegal, mengobati luka, anti mual, penghangat badan, aroma terapi dan lain-lain.
Selama ini, cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk memanfaatkan jahe sebagai obat masih tradisional dan cukup merepotkan, sehingga diperlukan suatu cara yang lebih mudah untuk memanfaatkan jahe sebagai bahan untuk pengobatan, yaitu dengan membuatnya dalam bentuk hand and body cream. Cream adalah salah satu sediaan dalam bentuk emulsi yang bahan penyusunnya terdiri dari fasa air dan fasa minyak yang disatukan oleh emulsifier.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi minyak jahe terbaik yang digunakan pada produk hand and body cream, mengetahui karakterisrik produk yang dihasilkan, serta mengetahui respon konsumen (panelis) terhadap produk yang dihasilkan. Konsentrasi minyak jahe yang digunakan adalah 5%, 10%, dan 15%.
Nilai pH produk yang dihasilkan berkisar antara 5.67 – 5.86, nilai ini sesuai dengan pH kulit yaitu 5.5 dan SNI Nomor 16 – 4399 – 1996 mengenai standar mutu produk cream yang menetapkan bahwa pH produk cream yang baik adalah 4.5 – 8.0. Nilai bobot jenis produk berkisar antara 0.729 – 0.747, nilai ini belum memenuhi standar nilai bobot jenis cream dalam SNI tentang produk cream, dimana bobot jenis untuk produk cream yang baik adalah 0.95 – 1.05. Semua produk cream yang dihasilkan memiliki nilai negatif pada pengujian total cemaran mikroba.
Nilai persentase penerimaan panelis yang suka terhadap homogenitas semua produk yang dihasilkan adalah P1 70%, P2 40%, dan P3 60%; warna produk adalah P1 80%, P2 63.33%, dan P3 60%; bau produk adalah P1 56.67%, P2 33.34%, dan P3 40%; kemudahan menyebar adalah P1 40%, P2 33.33%, dan P3 36.67%; rasa lengket di kulit adalah P1 30%, P2 26.67%, dan P3 30%; rasa hangat di kulit adalah P1 26.67%, P2 26.67%, dan P3 40%. Semua uji berada dalam rentang nilai netral hingga suka.
Berdasarkan hasil pembobotan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi minyak jahe terbaik untuk produk hand and body cream adalah 5% dengan nilai hasil pembobotan sebesar 1.4188. Perlakuan terbaik ini memiliki nilai pH 5.86, bobot jenis 0.7299, dan total cemaran mikroba negatif. Persentase jumlah panelis yang suka terhadap homogenitas produk hand and body cream adalah 70%, warna 80%, bau 56.67%, mudah menyebar 40%, kesan lengket di tangan 30%, dan rasa hangat di kulit 26.67%.
32
Asri Patmarani. F34103019. The Application of Ginger Oil (Zingiber officinale) for Hand and Body Cream Product. Under the direction of Chilwan Pandji and Suryatmi Retno Dumadi.
SUMMARY
Ginger is one its kind of spices that are cultivated widely in Indonesia. It has various function in usage. Ginger can be use for cooking flavours, materials for beverages, and medicines. For foods and beverages, it can be make as sweetened ginger, cookies, mixed ginger drink and others. For medicines, it can be use to treat some illness like pain, injury, feel loathing, aroma therapy, and so on.
Many people use the ginger for medicine in traditional method and its exactly troublesome. So it is necessary to use a simple methode for the use of ginger as a medicine, that is to make ginger in cream form. Cream is one of emultion system, that materials composer in water phase and oil phase which blended by emusifier.
The purpose of this research is to be obtain the best of ginger oil concentration in order to create the hand and body cream product, to observe the characteristic and the customer acceptance. The concentrations of the ginger oil used are 5%, 10%, and 15%.
The value of pH hand and body cream is variant about 5.67 – 5.86, that is allowable by normally pH of skin and SNI requirement. The density average is from 0.729 – 0.747, this value is not yet allowable for SNI requirement. All cream exhibits negative value of TPC.
The result of hedonic test, for homogeneity hand and body cream is P1 70%, P2 40%, and P3 60%; colour hand and body cream is P1 80%, P2 63.33%, and P3 60%; odor hand and body cream is P1 56.67%, P2 33.34%, and P3 40%; easily to spread hand and body cream is P1 40%, P2 33.33%, and P3 36.67%; sticky impression hand and body cream is P1 30%, P2 26.67%, and P3 30%; warm impression hand and body cream is P1 26.67%, P2 26.67%, and P3 40%. All of parameter in this test is allowable on scale neutral to likeness.
According to the heaviness tests the best ginger oil concentration for hand and body cream product is 5% with weight value about 1.4188. This product has pH value 5.86, density 0.7299, negative microbe filthy, product homogeneity 70%, colour 80%, odor 56.67%, easily to spread 40%, sticky impression 30%, and warm impression 26.67%.
33
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun
skripsi yang berjudul “Aplikasi Minyak Jahe (Zingiber officinale) pada
Pembuatan Hand and Body Cream” dengan sebaik-baiknya. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Pengawasan Mutu, Dasar Ilmu Terapan, serta
Pengemasan dan Penyimpanan, Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor serta di Laboratorium
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Serpong.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Drs. Chilwan Pandji.Apt.MSc, selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan, nasehat, saran, motivasi, arahan serta rasa
kekeluargaan kepada penulis.
2. Bapak, Ibu, Teh Wiwit, Abi, A Iqro, Teh Fitri, A Agus, dan Mba Nophie atas
kasih sayang, doa, kesabaran, harapan, dan dukungan baik materi maupun
moril yang tiada terkira.
3. Ibu Ir. Suryatmi Retno Dumadi, MS, selaku dosen pembimbing kedua yang
telah memberikan bimbingan, nasehat, dan motivasi kepada penulis.
4. Ibu Dr.Ir. Mulyorini Rahayuningsih MSi, selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukkan untuk perbaikan skripsi ini.
5. Bapak dan ibu laboran di Laboratorium LDIT I, LDIT II, Pengemasan, Teknik
Kimia, Pengawasan Mutu, Bioindustri dan segenap staf UPT TIN, serta Staf
Laboratorium Agroindustri; BPPT; Serpong.
6. Teman se-PA ku Yuyu, terima kasih atas segala bantuan, dorongan semangat,
persahabatan, dan rasa persaudaraan yang diberikan kepada penulis.
34
7. Keluarga keduaku di Pondok Nova, Nufus, Teh Puji, Eny, Tika, Irma, Mita,
Mila, Mba Galuh, Mba Ndari, Mba Bekti, dan Mba Ule. Terima kasih atas
rasa kekeluargaan, persaudaraan, motivasi, keceriaan, dan kesabaran untuk
selalu mendengar setiap keluh kesahku dan berbagi kisah denganku.
Kenangan bersama kalian akan selalu ada dalam hatiku................☺
8. Sahabat-sahabatku Purwati, Atih, Dhi-Dhi, Eno, Ana, Arum, Nurul, RR, Upe,
Kukuh, Derry, Riri, Ratih, Mona, Adam, teman-teman Tupperware, teman-
teman Sugar Ventury (Agung, QQ, Bunda, Furi), dan semua teman-teman TIN
40 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan,
motivasi, dan segala memori yang tak terlupakan selama kita bersama. Senang
bisa mengenal kalian................☺
9. Semua pihak yang telah membantu penelitian ini, terima kasih atas
dukungannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Oktober 2007
35
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 1
B. TUJUAN ........................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. JAHE ................................................................................................. 4
B. MINYAK JAHE ............................................................................... 6
C. OLEORESIN .................................................................................... 12
D. EMULSI ............................................................................................ 14
E. CREAM ............................................................................................. 17
F. KULIT ............................................................................................... 19
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT ....................................................................... 21
1. Bahan ............................................................................................ 21
2. Alat ................................................................................................ 21
B. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 21
1. Karakterisasi Minyak Jahe ............................................................ 21
2. Penelitian Pendahuluan ................................................................. 21
3. Penelitian Utama ........................................................................... 22
4. Karakterisasi Hand and Body Cream ............................................ 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISASI MINYAK JAHE ............................................... 27
B. PENELITIAN PENDAHULUAN .................................................... 28
C. PENELITIAN UTAMA .................................................................... 30
36
D. KARAKTERISASI HAND AND BODY CREAM ............................ 31
1. pH .................................................................................................. 32
2. Bobot Jenis .................................................................................... 33
3. Total Cemaran Mikroba ................................................................ 34
4. Ukuran dan Distribusi Globula ..................................................... 35
5. Uji Kesukaan ................................................................................. 36
5.1. Homogenitas .......................................................................... 37
5.2. Warna ..................................................................................... 38
5.3. Bau ......................................................................................... 39
5.4. Kemudahan Menyebar ........................................................... 41
5.5. Kesan Lengket di Tangan ...................................................... 42
5.6. Rasa Hangat di Kulit .............................................................. 43
E. PEMILIHAN PERLAKUAN TERBAIK DENGAN METODE PEMBOBOTAN ................................................................................ 44
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ................................................................................. 46
B. SARAN ............................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 47
LAMPIRAN .................................................................................................... 50
37
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi kimia jahe per 100 g (edible portion) ............................. 5
Tabel 2. Kadar minyak dan oleoresin jahe dalam rimpang jahe ..................... 6
Tabel 3. Komposisi kimia minyak jahe berdasarkan analisa dengan kromatografi gas ............................................................................... 8
Tabel 4. Hasil karakterisasi minyak jahe ........................................................ 27
Tabel 5. Pembobotan kepentingan karakteristik hand and body cream jahe .................................................................................................... 44
Tabel 6. Nilai hasil perkalian antara nilai bobot dengan nilai hasil pengujian ........................................................................................... 45
38
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1a. Tamaman jahe ............................................................................. 4
Gambar 1b. Rimpang jahe .............................................................................. 4
Gambar 2. Minyak jahe ................................................................................. 6
Gambar 3. Rumus kimia zingiberen (C15H24) .............................................. 9
Gambar 4. Rumus kimia zingiberol (C15H26O) ............................................. 9
Gambar 5. Rumus kimia gingerol ................................................................. 13
Gambar 6. Rumus kimia zingeron ................................................................ 13
Gambar 7. Rumus kimia shogaol .................................................................. 14
Gambar 8. Emulsi temporer .......................................................................... 14
Gambar 9. Orientasi molekul emulsifier ....................................................... 16
Gambar 10. Penampang kulit ........................................................................... 20
Gambar 11. Diagram alir proses pembuatan hand and body cream jahe pada penelitian pendahuluan ........................................................ 23
Gambar 12. Diagram alir proses pembuatan hand and body cream jahe pada penelitian utama .................................................................. 24
Gambar 13. Sumber diagram alir proses pembuatan hand and body cream .. 25
Gambar 14. Pembentukan sistem emulsi ........................................................ 28
Gambar 15. Produk hand and body cream yang dihasilkan ........................... 31
Gambar 16. Histogram pH produk hand and body cream .............................. 33
Gambar 17. Histogram densitas produk hand and body cream ...................... 34
Gambar 18. Foto Globula hand and body cream jahe .................................... 35
Gambar 19. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap homogenitas produk hand and body cream jahe .......................................................... 38
Gambar 20. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap warna produk hand and body cream jahe .......................................................... 39
Gambar 21. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap bau produk hand and body cream jahe .......................................................... 40
Gambar 22. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kemudahan menyebar produk hand and body cream jahe .............................................. 41
Gambar 23. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kesan lengket produk hand and body cream jahe .......................................................... 42
39
Gambar 24. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap rasa hangat produk hand and body cream jahe .......................................................... 43
40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur analisis hand and body cream jahe ........................... 51
Lampiran 2. Kuisioner untuk uji hedonik .................................................... 52
Lampiran 3a. Rekapitulasi data hasil analisis pH hand and body cream jahe .......................................................................................... 53
Lampiran 3b. Rekapitulasi data hasil analisis densitas hand and body cream jahe .......................................................................................... 53
Lampiran 4. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap homogenitas hand and body cream jahe ...................................................... 54
Lampiran 5. Hasil uji kruskal walis untuk uji hedonik panelis terhadap homogenitas produk hand and body cream jahe ..................... 55
Lampiran 6. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap hand and body cream jahe ............................................................................... 56
Lampiran 7. Hasil uji kruskal walis untuk uji hedonik panelis terhadap warna produk hand and body cream jahe ................................ 57
Lampiran 8. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap bau hand and body cream jahe ...................................................................... 58
Lampiran 9. Hasil uji kruskal walis untuk uji hedonik panelis terhadap bau produk hand and body cream jahe .................................... 59
Lampiran 10. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap kemudahan menyebar hand and body cream jahe ...................................... 60
Lampiran 11. Hasil uji kruskal walis untuk uji hedonik panelis terhadap kemudahan menyebar produk hand and body cream jahe ....... 61
Lampiran 12. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap kesan lengket di kulit hand and body cream jahe ............................. 62
Lampiran 13. Hasil uji kruskal walis untuk uji hedonik panelis terhadap kesan lengket produk hand and body cream jahe .................... 63
Lampiran 14. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap rasa hangat di kulit hand and body cream jahe .......................................... 64
Lampiran 15. Hasil uji kruskal walis untuk uji hedonik panelis terhadap rasa hangat produk hand and body cream jahe ........................ 65
Lampiran 16. Nilai perhitungan bobot uji kesukaan ...................................... 66
Lampiran 17. Hasil kromatrografi gas minyak jahe ....................................... 74
41
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alam
baik flora maupun faunanya. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki adalah
keanekaragaman rempah-rempah yang tumbuh tersebar di negara yang
memiliki julukan Zamrud Khatulistiwa ini. Rempah-rempah banyak
digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan jamu, bahan tambahan pada
makanan, dan tidak sedikit rempah-rempah yang dapat digunakan untuk
pengobatan.
Jahe merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang banyak
dibudidayakan di Indonesia. Hal ini dikarenakan iklim di Indonesia sangat
sesuai untuk pertumbuhan jahe, sehingga tanaman jahe dapat tumbuh dengan
mudah. Tanaman jahe dapat tumbuh subur pada ketinggian 200-900 m diatas
permukaan laut dengan pH tanah berkisar 5-5.6.
Tanaman jahe diperbanyak dengan rhizoma. Rhizoma adalah batang
yang tumbuh dari dalam tanah, rhizoma akan tumbuh menjadi batang sampai
dengan ketinggian 1.5 m dengan panjang daun 5-30 cm dan lebar 8-20 mm.
Jahe dipanen ketika batang berubah warna dari hijau menjadi kuning dan
kering, yaitu sekitar umur 9-10 bulan, atau warna agak cokelat, yaitu sekitar
12 bulan (Hayati, 2005).
Jahe memiliki berbagai macam fungsi dalam penggunaannya. Jahe
dapat digunakan sebagai bumbu untuk masakan, bahan tambahan dalam
minuman, dan obat-obatan. Dalam bidang makanan dan minuman, jahe dapat
diolah menjadi manisan jahe, kue kering, wedang jahe, dan lain sebagainya.
Dalam bidang obat-obatan, jahe dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai
macam penyakit seperti masuk angin, pegal-pegal, mengobati luka, anti mual,
penghangat badan, aroma terapi dan lain-lain.
Rimpang jahe mengandung minyak atsiri dan oleoresin yang dapat
memberikan efek pengobatan seperti rasa hangat dan aroma terapi. Oleoresin
jahe dapat memberikan rasa hangat, sedangkan minyak atsirinya merupakan
42
komponen volatile oil pada jahe dan dapat memberikan rasa yang
menyegarkan.
Jahe dapat dimanfaatkan sebagai obat dalam yakni jahe tersebut diolah
dalam bentuk makanan ataupun minuman dan obat luar. Selama ini, cara yang
dilakukan oleh masyarakat untuk memanfaatkan jahe sebagai obat luar masih
tradisional, jahe harus diparut terlebih dahulu baru kemudian dibalurkan ke
bagian tubuh yang sakit. Cara ini cukup merepotkan karena selain harus
memarut jahe sebelum digunakan, efek setelah penggunaannya pun terkadang
tidak menyenangkan seperti jahe terasa terlalu panas di kulit dan kulit menjadi
kering. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang lebih mudah untuk
memanfaatkan jahe sebagai bahan untuk pengobatan, misalnya membuatnya
dalam bentuk hand and body cream sehingga akan lebih mudah digunakan.
Cream merupakan salah satu bentuk sediaan setengah padat berupa
emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60%, yang dimaksudkan
untuk pemakaian luar. Dalam cream yang merupakan suatu sistem emulsi,
terdapat emulsifier yang dapat menyatukan dua fasa yang berbeda yaitu fasa
air dan fasa minyak agar dapat bersatu membentuk suatu sistem emulsi yang
stabil. Sediaan cream dipilih karena dalam formulasinya terdapat beberapa
bahan yang berfungsi sebagai pelembab, sehingga produk yang dihasilkan
tidak hanya berfungsi sebagai obat tetapi dapat pula berfungsi sebagai
kosmetika. Selain itu, sediaan cream memiliki konsistensi yang tidak terlalu
padat sehingga mudah dioleskan.
Banyak alasan orang menggunakan sistem emulsi, diantaranya yang
utama adalah dalam situasi dimana manusia membutuhkan suatu formulasi
tunggal yang komponen penyusunnya tidak dapat bercampur. Untuk membuat
suatu formulasi tunggal, bahan-bahan tersebut harus digabungkan menjadi
satu, dan media pelarutnya digunakan campuran minyak dan air yaitu sistem
emulsi sehingga tiap komponen penyusunnya dapat tersebar merata keseluruh
bagian. Emulsi juga dapat dimanfaatkan untuk mengatur kondisi fisik suatu
produk seperti tingkat kekentalannya. Selain itu, banyak orang menyukai
produk emulsi karena memiliki tekstur dan penampakan yang bagus.
43
B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi terbaik
dari minyak atsiri jahe pada proses pembuatan produk hand and body cream
jahe serta mengetahui karakteristik dan tingkat kesukaan konsumen terhadap
produk hand and body cream jahe yang dihasilkan.
44
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. JAHE
Berdasarkan taksonomi tanaman, jahe (Zingiber officinale) termasuk
dalam divisi Pteridophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae,
ordo Scitaminae, dan famili Zingiberaceae, serta genus Zingiber (Paimin dan
Murhananto, 1999). Adapun gambar tanaman serta rimpang jahe dapat dilihat
pada Gambar 1.
(a) (b)
Gambar 1. Tanaman jahe (a); Rimpang jahe (b)
Tanaman jahe diperbanyak dengan rhizoma. Rhizoma adalah batang
yang tumbuh dalam tanah, rhizoma akan tumbuh menjadi batang sampai
ketinggian 1.5 m dengan panjang daun 5-30 cm dan lebar 8-20 mm. Rimpang
jahe biasanya memiliki dua warna yaitu bagian tengah (hati) berwarna ketuaan
dan bagian tepi berwarna agak muda. Jahe dipanen ketika batang berubah
warna dari hijau menjadi kuning dan kering, yaitu sekitar umur 9-10 bulan,
atau warna agak cokelat sekitar 12 bulan (Hayati, 2005).
Rismunandar (1988) menyatakan bahwa tanaman jahe membentuk
rimpang yang berbentuk umbi, ukuran rimpang dipengaruhi oleh jenis jahe.
Rimpang jahe berkulit agak tebal membungkus daging rimpang (jaringan
parenchym). Dalam sel daging rimpang, terdapat minyak atsiri jahe yang
aromatis dan oleoresin.
45
Tanaman jahe dapat tumbuh dengan subur pada ketinggian 200-900 m
diatas permukaan laut, dengan lama penyinaran 2.5-7 bulan, suhu sekitar 25-
30oC, pengairan lahan tanam yang baik, dan pH tanah sekitar 5-5.6
(Departemen Pertanian, 1999).
Menurut Farrel (1985) dalam jahe terdapat tidak lebih dari 7% total abu,
1.0% asam yang tidak dapat dipisahkan dari abu, dan 12% kadar air,
sedangkan dalam setiap 100 g kandungan patinya tidak lebih dari 42% dan 1.5
ml minyak atsiri. Komposisi kimia jahe menurut Farrel (1985) disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia jahe per 100 g (edible portion) a
Komponen Jumlah Komponen Jumlah Air (g) 9.4 Magnesium (mg) 184 Energi (kkal) 347 Fospor (mg) 148 Protein (g) 9.1 Potasium (mg) 1342 Lemak (g) 6.0 Sodium (mg) 32 Total karbohidrat (g) 70.8 Niasin (mg) 5 Serat (g) 5.9 Seng (mg) 5 Abu (g) 4.8 Vitamin A (IU) 147 Kalsium (mg) 116 Vitamin lainnya Tidak signifikan Besi (mg) 12
a sumber : Farrel (1985)
Dalam dunia obat-obatan rakyat, jahe biasa diparut untuk digunakan
sebagai obat oles dan untuk mengobati pembengkakan atau rematik serta
kadang-kadang digunakan untuk mengobati sakit kepala (Rumphius dalam
Heyne, 1988). Menurut Paimin (1999), komponen yang terkandung dalam
rimpang jahe sangat banyak kegunaannya. Terutama sebagai rempah, industri
farma dan obat tradisional, industri parfum, industri kosmetika, dan lain
sebagainya. Martha Tilaar Innovation Center (2002) menambahkan bahwa
rimpang jahe digunakan untuk menghangatkan badan, memperlancar
pengeluaran keringat, menambah nafsu makan, sebagai obat memar, dan
menghambat pertumbuhan bakteri.
Bila ditinjau dari sisi medis, jahe dapat membantu mengurangi
kolesterol, mengobati tekanan darah rendah, menghilangkan rasa mual, dan
pada test yang dilakukan terhadap hewan dapat mengobati tumor hati
(PROSEA, 1999).
46
Jahe mengandung komponen minyak yang mudah menguap (volatile
oil), minyak yang tidak mudah menguap (non volatile oil), dan pati. Minyak
yang mudah menguap biasa disebut minyak atsiri dan merupakan komponen
pemberi bau yang khas, sedangkan minyak yang tidak mudah menguap biasa
disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit.
Komponen yang terdapat pada oleoresin merupakan gambaran utuh dari
kandungan jahe, yaitu minyak atsiri dan fixed oil atau minyak tidak menguap
yang terdiri dari zingerol, shogaol, dan resin (Paimin, 1999). Kadar minyak
jahe dan oleoresin dalam rimpang jahe menurut Ketaren (1985) disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Kadar minyak dan oleoresin jahe dalam rimpang jahe a
Tingkat kematangan jahe Minyak atsiri (%) Oleoresin (%) Segar Jemur Oven Segar Jemur Oven
Tua Tidak dikupas 2.75 2.41 2.25 11.03 13.42 14.84 Dikupas 2.21 1.94 1.93 7.14 11.65 13.27 Setengah tua Tidak dikupas 3.45 2.69 2.66 12.96 15.68 16.30 Dikupas 2.87 2.40 2.38 11.11 14.15 14.34 Muda Tidak dikupas 4.09 3.56 3.18 19.99 20.98 21.86 Dikupas 8.53 3.04 3.03 17.20 17.48 17.78
a sumber : Ketaren (1985)
B. MINYAK JAHE
Gambar 2. Minyak Jahe
Minyak atsiri adalah bahan kimia aromatik yang
dihasilkan oleh tanaman, bersifat mudah menguap
pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi dan
diperoleh melalui penyulingan uap, pengepresan
maupun ekstraksi menggunakan pelarut (Ketaren,
1985). Paimin (1999) menambahkan bahwa minyak
atsiri biasa disebut minyak eteris, minyak menguap
atau essential oil. Ciri minyak atsiri antara lain mudah
menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa
getir, berbau wangi sesuai tanaman penghasilnya, dan umumnya larut dalam
pelarut organik dan tidak larut dalam air.
47
Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak
jahe. Minyak atsiri itu sendiri terdapat pada rimpang jahe segar, jahe kering,
dan oleoresin. Minyak atsiri diperoleh dengan cara mendestilasi jahe dengan
sistem destilasi air, destilasi air dan uap, atau destilasi uap. Jahe kering
mengandung minyak atsiri sebanyak 1-3%, sedangkan jahe segar kandungan
minyak atsirinya lebih banyak dari jahe kering. Apalagi kalau tidak dikuliti
sama sekali.
Minyak atsiri merupakan pemberi aroma khas pada jahe. Komponen
utama minyak jahe adalah zingiberen dan zingiberol, sedangkan persenyawaan
lain adalah n-desil aldehid, n-nonil aldehid, d-kamfen, d-α-felandren, metil
heptenon, sineol, d-borneol, geraniol, linalool, asetat, kaprilat, sitral, khavikol,
fenol, dan limonen (Paimin, 1999).
Minyak atsiri adalah suatu campuran yang komplek dari komponen
terpenes dan non terpenoid. Komponen-komponen yang diketahui adalah a-
zingiberen, b-zingiberen, ar-kurkumen, b-sesquiphellandren, a-farnesen, b-
bisabolen (sesquiterpene hydrocarbons), dan geraniol (oxygenated
monoterpenes) (PROSEA, 1999).
Menurut Koswara (1995) komponen utama minyak jahe terdiri dari
seskuiterpen, monoterpen, dan monoterpen teroksidasi. Seskuiterpen pada jahe
terdiri dari seskuiterpen hidrokarbon dan seskuiterpen alkohol. Seskuiterpen
hidrokarbon terdiri dari a-zingiberen, b-zingiberen, kurkumen, b-bisabolen, b-
elemen, b-parnesen, d-salinen, b-seskuiphelandren, dan seskuitujen.
Seskuiterpen alkohol terdiri dari zingiberol (cis-b-endesmol dan trans-b-
endesmol), nerediol, cis-b-seskuiphelandrol, trans-b-seskuiphelandrol, cis-
sabinen, dan zingiberenol. Monoterpen hidrokarbon pada minyak jahe terdiri
dari d-camphen, 4-3-karen, p-simen, kurkumen, d-limonen, mirsen, d-b-
phelandren, a-pinen, b-pinen dan sabinen, sedangkan monoterpen teroksidasi
pada jahe terdiri dari d-borneol, bornil asetat, 1,8-sineol, sitral, sistronelil
asetat, gereniol, dan linalol.
Koswara (1995) juga menjelaskan bahwa komponen utama minyak
atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingeberol.
48
Zingiberen merupakan seskuiterpen hidrokarbon dengan rumus C15H24,
sedangkan zingiberol merupakan seskuiterpen alkohol dengan rumus C15H26O.
Pada umur panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi, sedangkan
pada umur tua kandungannya semakin menyusut walau baunya semakin
menyengat. Hal lain yang perlu diketahui adalah bagian tepi dari umbi
mengandung minyak lebih banyak dari bagian tengah demikian pula dengan
baunya. Di bawah kulit, pada jaringan epidermis merupakan bagian terbanyak
menyimpan minyak (Paimin 1999).
Tabel 3. Komposisi kimia minyak jahe berdasarkan analisa dengan
kromatografi gas a
Komposisi Jumlah (%)
Komposisi Jumlah (%)
a- dan b- zingiberen (hidroksin) non polar
35,6 Fellandren 1,3
a- humulen - Karene - Kamfena 1,1 Elemena 1,0 Zerumbon - Sitral b 0,8 ar-kurkumen 17,7 b- pinena 0,2 Seskuiterpen alkohol 16,7 Humulen dioksida - Unidentified 5,6 Alkohol (unidentified) 0,2 Farnensen 9,8 b- bisabolena 0,2 Humulen epoksida - Desil aldehid 0,2 Kamphor - 2- nonanol 0,2 a- pinene 0,4 Alkohol (unidentified) 0,1 Borneol 2,2 Bornil asetat 0,1 Borneol dan a- terpinol - p- simena 0,1 Eukaliptol 1,3 Geraniol 0,1 b- kariofilena - Metil heptanon 0,1 Limonene 1,2 Mirsena 0,1 Sitral a 1,4 Nonil aldehid 0,1 Selinena 1,4 Kumene 0,1 Linalool 1,3 2- heptanol 0,1
Total 100,7 a sumber : Dickes dan Nicholas (1976)
Senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam minyak jahe antara lain :
♣ Zingiberen (C15H24)
Zingiberen adalah senyawa paling utama dalam minyak jahe. Senyawa ini
memiliki titik didih 34oC pada tekanan 14 mm Hg, dengan berat jenis pada
20oC adalah 0,8684. Indeks biasnya 1,4956 dan putaran optik -73o38’ pada
49
suhu 20oC. Selama penyimpanan, senyawa zingiberen akan mengalami
resinifikasi (Ketaren, 1985). Struktur senyawa zingiberen dapat dilihat pada
Gambar 3.
CH3
CH3
CH3 CH3
Gambar 3. Rumus Kimia Zingiberen (C15H24)
♣ Zingiberol (C15H26O)
Zingiberol merupakan seskuiterpen alkohol yang menyebabkan aroma
khas pada minyak jahe (Ketaren, 1985). Struktur senyawa zingiberol dapat
dilihat pada Gambar 4.
CH3
CH3
OH
CH3 CH3
Gambar 4. Rumus Kimia Zingiberol (C15H26O)
♣ Sabinen (C10H16)
Menurut Guenther (1952), sabinen merupakan senyawa yang dapat
memutar bidang polarisasi cahaya ke arah kanan (dextrorotatory) dan ke kiri
(levorotatory). Sabinen merupakan komponen utama dalam minyak kemukus,
yaitu sekitar 33%. Bobot molekul sabinen seperti yang dikutip dari
www.mdidea.com adalah 136.234 g/mol. Kegunaan senyawa ini tidak terlalu
luas, tetapi sering digunakan sebagai komponen bahan pada pembuatan
minyak lada sintetik (Guenther,1952)
50
♣ Kamfena (C10H16)
Kamfena memiliki bobot molekul 136.23 dengan jumlah persentase atom
C 88.16% dan atom H 11.84%. Terdapat pada banyak minyak atsiri terutama
sebagai terpentin. Sangat mudah menguap pada udara terbuka. Kamfena tidak
dapat larut pada air, sedikit larut pada alkohol, dan mudah larut pada eter,
sikloheksan, dioksan, dan kloroform (Merck Index, 1996).
♣ Farnesen (C15H24)
Farnesen memiliki bobot molekul 204.34 dengan jumlah persentase atom
C 88.16% dan atom H 11.84%. Terbentuk dari pemanasan nerodiol dengan
acetic anhydrate. Berupa minyak agak encer (Merck Index, 1996).
♣ a-Pinen
Senyawa ini merupakan senyawa tidak berwarna dengan bobot molekul
136.24, bersifat labil, dengan bobot jenis 8.86, dan titik didih 157°C. Alpha
pinene larut dalam alkohol, propilen, glikol, dan gliserin. Senyawa ini banyak
terdapat dalam minyak pala, minyak adas, minyak kayu putih, minyak anis,
dan minyak kemukus. Di Eropa, persenyawaan ini digunakan sebagai
flavouring agent pada bahan pangan dengan dosis 15-50 ppm, selain itu
digunakan pula sebagai bahan pembuatan terpineol (Ketaren, 1985).
♣ Borneol (C10H18O)
Borneol memiliki bobot molekul sebesar 154.24 dengan jumlah persentase
atom C 77.86%; H 11.76%; dan O 10.37%. Pemberi rasa dan aroma pedas
yang khas dan menyebabkan rasa yang agak menyerupai mint. Tidak larut
pada air, sedikit larut pada alkohol, larut dengan mudah pada eter, benzen,
toluen, asetone, dekalin, dan tetralin. Senyawa ini biasa digunakan pada
industri parfum (Merck Index, 1996).
♣ Limonene (C10H16)
Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak kayu putih, dengan rumus
molekul C10H16, dengan titik didih 175-176°C. Selain itu, senyawa ini terdapat
pula dalam minyak anis dan minyak kemukus (Ketaren, 1985).
♣ Sitral (C10H16O)
Sitral memiliki bobot molekul 152.23 dengan jumlah persentase atom C
78.89%; H 10.59%; dan O 10.51%. Merupakan komponen pokok dari minyak
51
lemon (75-80%) dan komponen minyak atsiri dari Cymbopogon citratus.
Senyawa sitral selalu ada pada minyak verbena, lemon, dan orange tetapi pada
jumlah yang sedikit. Sitral yang terdapat pada bahan alami adalah campuran
dari dua komponen yang memiliki kesamaan geometrik (isomer) yaitu
geraniol dan neral.
♣ Linalool
Senyawa ini terdapat dalam minyak mawar dalam bentuk l-linalool dengan
jumlah yang sedikit, sedangkan dalam minyak melati dalam bentuk d-linalool
dengan persentase 15.5%. Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan sitral
(persenyawaan asam naphtho-cinchoninat) dengan titik cair sekitar 177-199°C
(Ketaren, 1985).
♣ Phellandren
Phellandren termasuk senyawa golongan terpen, biasanya tidak berwarna
atau sedikit berwarna kuning, tidak larut dalam air, larut dalam 10-15 bagian
alkohol 90%, dan dalam 1-3 bagian alkohol 95%. Senyawa ini terdapat dalam
tanaman lada, memberikan aroma khas lada akan tetapi tidak memberikan
efek pedas (Ketaren, 1985).
♣ Geraniol (C10H18O)
Geraniol disebut pula sitral a berwujud cairan minyak yang berwarna
terang. Memiliki bobot molekul 154.24 dengan jumlah persentase atom C
77.86%; H 11.76%; dan O 10.37%. Pemberi aroma lemon yang kuat, senyawa
ini tidak dapat larut dalam air. Geraniol adalah olefinic terpene alcohol yang
merupakan komponen utama dari minyak mawar dan minyak palmarose.
Selalu dapat ditemukan dalam minyak atsiri seperti citronella, lemon grass,
dan lain-lain. Merupakan bentuk isomer dengan linalool. Geraniol banyak
digunakan pada industri parfum (Merck Index, 1996).
♣ Kumene (C9H12)
Kumene memiliki bobot molekul 120.19 dengan jumlah persentase atom C
89.94% dan atom H 10.06%. Merupakan cairan yang tidak berwarna dan
dapat ditemukan dalam American petroleum. Tidak dapat larut dalam air tetapi
dapat larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya (Merck Index, 1996).
52
Menurut Hill dan Guenther (1952), minyak atsiri mempunyai beberapa
fungsi yaitu :
1. Membantu proses penyerbukan dengan menarik serangga atau hewan.
2. Mencegah kerusakan tanaman terhadap serangga, hewan, dan parasit.
3. Sebagai donor hidrogen dalam reaksi oksidasi-reduksi atau sebagai sumber
enersi dalam proses transpirasi dan fisiologis lainnya.
4. Sebagai cadangan makanan dalam tanaman.
C. OLEORESIN
Oleoresin adalah suatu gugusan kimiawi yang cukup kompleks
persenyawaannya. Kata oleoresin terdiri atas dua suku kata oleo dan resin,
yang berarti minyak dan damar. Oleoresin merupakan benda padat berbentuk
pasta yang merupakan campuran dari minyak atsiri pembawa aroma dan
sejenis damar pembawa rasa (Rismunandar, 1988).
Rasa pedas oleoresin jahe disebabkan karena adanya gingerol dan
shogaol yang pada prinsipnya hampir sama dengan minyak atsiri, bercampur
dengan minyak lemak, asam lemak, resin, dan karbohidrat. Oleoresin ini
berupa cairan yang berwarna kuning tua sampai coklat tua, sangat kental,
harum, hangat, dan pedas. Ekstraksi jahe kering dengan menggunakan pelarut
organik akan menghasilkan 3,5-10% oleoresin dimana 15%-30% nya adalah
minyak atsiri (PROSEA, 1999).
Guenther (1952) menjelaskan bahwa kandungan oleoresin dalam jahe
kering berkisar 5-7%. Komponen kuantitatif oleoresin tergantung pada jenis
pelarut yang digunakan untuk ekstraksinya dan secara umum tersusun oleh
komponen-komponen :
1. Gingerol yang merupakan senyawa turunan fenol.
2. Zingeron yang merupakan senyawa turunan keto fenol.
3. Shogaol yang merupakan senyawa homolog dari zingeron.
4. Minyak volatil.
5. Resin.
53
Senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam oleoresin jahe antara lain :
♣ Gingerol
Gingerol terdiri dari beberapa homolog fenol, mudah rusak oleh alkali
hidroksida dan sifat kepedasan gingerol akan hilang atau rusak bila
dipanaskan dengan larutan KOH 2% (Trease dan Evans, 1979). Rumus kimia
gingerol disajikan pada Gambar 5.
O OH
CH3
OH
OCH3
Gambar 5. Rumus Kimia Gingerol
♣ Zingeron
Zingeron terdapat di dalam rimpang jahe dalam keadaan normal dan
jumlahnya akan bertambah jika terjadi dekomposisi gingerol untuk pemanasan
diatas 200oC. Komponen ini mempunyai rasa pedas dan bau harum.
Kepedasan zat akan rusak bila bereaksi dengan larutan KOH 5% (Purseglove,
1981). Rumus kimia Zingeron disajikan pada Gambar 6.
O
CH3O
CH3
HO
Gambar 6. Rumus Kimia Zingeron
♣ Shogaol
Shogaol mulai terbentuk selama pengeringan rimpang jahe karena
terbentuk dari hasil dehidrasi senyawa gingerol. Reaksi ini berlangsung cepat
sekali dalam suasana basa pada suhu kamar, sedangkan dalam suasana asam
reaksi akan berlangsung lambat sekali. Akan tetapi pada suhu tinggi akan
berlangsung cepat. Kepedasan jahe semakin berkurang selama penyimpanan
54
dan senyawa yang tertransformasi adalah gingerol menjadi shogaol
(Purseglove, 1981). Rumus kimia shogaol disajikan pada Gambar 7.
OH
C6H3 CH2 CH2 C CH2 CH (CH2)4 CH3 H3CO O
Gambar 7. Rumus Kimia Shogaol
D. EMULSI
Emulsi dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem heterogen yang
memiliki setidaknya satu jenis cairan (liquid) yang seharusnya tidak mungkin
dicampur-terlarut dalam cairan lainnya dan membentuk campuran baru yang
sifatnya semi padat menyerupai tetesan air (Sondari, 2007).
Definisi yang tepat mengenai istilah emulsi tergantung pada sudut
pandang peneliti. Ahli kimia fisik menentukan emulsi sebagai suatu campuran
yang tidak stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya
tidak saling bercampur. Untuk ahli teknologi pengembangan produk, adalah
lebih bermanfaat untuk menganggap emulsi sebagai campuran dua cairan yang
tidak saling bercampur, yang menunjukkan suatu shelf life yang dapat
diterima, mendekati suhu kamar (Sondari, 2007).
Sondari (2007) juga menjelaskan bahwa jika dua cairan yang tidak
saling bercampur diaduk secara mekanis, kedua fase ini mula-mula cenderung
membentuk tetesan-tetesan. Jika pengocokan dihentikan, tetesan-tetesan akan
bergabung menjadi satu dengan cepat, dan kedua cairan tersebut akan
memisah. Gambar 8 di bawah ini memperlihatkan sistem emulsi yang bersifat
sementara (emulsi temporer).
Gambar 8. Emulsi Temporer
minyak
air
minyak
air
55
Umur hidup dari tetesan dapat ditingkatkan jika suatu pengemulsi
ditambahkan pada kedua cairan yang saling tidak bercampur tersebut.
Biasanya hanya satu fase yang bertahan dalam bentuk tetesan untuk suatu
periode waktu yang lama. Fase ini disebut fase dalam (fase terdispersi atau
fase diskontinyu), dan fase ini dikelilingi oleh fase luar atau fase kontinyu.
Jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam suatu fase air kontinyu,
emulsi disebut minyak dalam air (m/a) tetapi jika minyak merupakan fase
kontinyu, emulsi tersebut merupakan tipe air dalam minyak (a/m). Telah
diamati bahwa emulsi m/a kadang-kadang berubah menjadi emulsi a/m atau
sebaliknya. Perubahan tipe emulsi ini disebut inversi (Suryani, et. al.2000).
Fase minyak terbentuk dari bahan-bahan non polar yang biasanya tidak
dapat menyatu dengan air. Bahan-bahan tersebut meliputi : lemak, minyak,
lilin, dan turunannya seperti lemak-alkohol, asam lemak, ester, hidrokarbon,
gliserida dan silikon. Pemanfaatan bahan-bahan tersebut dalam produk
kosmetik memberi banyak keuntungan. Jika diaplikasikan pada kulit, fase
minyak berperan sebagai pelembut (emollient), penghalus, dan pelembab,
karena minyak dapat membentuk semacam lapisan pelindung yang
mempertahankan air (Suryani, et. al.2000).
Suatu pengemulsi berfungsi serta didefinisikan secara operasional
sebagai suatu penstabil bentuk tetesan (bola-bola) dari fase dalam.
Berdasarkan strukturnya, pengemulsi (zat pembasah atau surfaktan) bisa
digambarkan sebagai molekul-molekul yang terdiri dari bagian-bagian
hidrofilik (oleofobik) dan hidrofobik (oleofilik). Karena itu gugus senyawa-
senyawa ini seringkali disebut amfifilik (yakni menyukai air dan minyak)
(Suryani, et. al.2000).
Pada suatu sistem emulsi selalu terdapat emulsifier yaitu zat yang dapat
menyatukan zat-zat yang memiliki fase yang berbeda agar dapat bersatu.
Menurut Suryani, et. al., (2000) emulsifier adalah zat yang dapat menyatukan
beberapa zat yang memiliki sifat yang bertolak belakang, yaitu sangat berbeda
jauh kepolarannya. Emulsifier atau emulsifying agent memiliki gugus polar
dan gugus non polar sekaligus dalam satu molekulnya, sehingga pada satu sisi
gugus tersebut akan mengikat minyak yang bersifat non polar dan di sisi lain
56
gugus tersebut juga akan mengikat air yang bersifat polar. Dengan demikian,
zat-zat yang ada dalam emulsi ini akan dapat dipersatukan. Adapun gambar
orientasi molekul emulsifier disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Orientasi Molekul Emulsifier
Suryani, et. al., (2002) juga menjelaskan bahwa dalam suatu emulsi,
biasanya terdiri lebih dari satu emulsifying agent karena kombinasi dari
beberapa emulsifier akan menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia
dari emulsi. Selain memiliki gugus polar dan non polar dalam satu
molekulnya, suatu emulsifying agent memiliki kemampuan untuk menurunkan
tegangan antar muka dan tegangan permukaan. Dengan turunnya tegangan
antar muka ini akan mengurangi daya kohesi dan sebaliknya meningkatkan
daya adesi. Emulsifying agent ini membentuk lapisan tipis (film) yang akan
menyelimuti partikel dan akan mencegah partikel tersebut bersatu dengan
partikel sejenisnya.
Metode yang banyak digunakan untuk memilih emulsifier adalah
Hidrophyle Lipophyle Balance (HLB). Metode ini mengunakan dasar afinitas
minyak dan air dengan skala 0-20. Formula dengan HLB rendah bersifat
lipofilik, dan sebaliknya formula dengan HLB tinggi bersifat hidrofilik. Nilai
HLB bahan mempengaruhi jenis emulsi yang akan terbentuk. Pada umumnya
bahan-bahan dengan nilai HLB 3-8 menghasilkan emulsi w/o (water in oil),
dan HLB 10-20 menghasilkan emulsi o/w (oil in water).
Emollient merupakan zat yang mampu melunakan kulit, apabila
digunakan pada lapisan kulit yang keras dan kering akan mempengaruhi
kelembutan kulit dengan adanya hidrasi ulang (Schmitt, 1996). Setil alkohol
adalah emollient yang paling baik dan juga bisa berfungsi sebagai bahan
pengental dengan komposisi berkisar antara 1-3% pada formulasi produk.
57
E. CREAM
Cream menurut Departemen Kesehatan RI (1978) adalah sediaan
setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60%,
yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Suryani, et. al., (2002)
menambahkan bahwa golongan sediaan cream merupakan bentuk salep
dengan tipe emulsi w/o (water in oil) dan o/w (oil in water) yang mengandung
air antara 30-60%, namun memiliki konsistensi yang lebih rendah dari salep.
Bentuk cream mudah tercuci dan larut dalam air.
Menurut Schmitt (1996), umumnya produk cream berbentuk o/w
dengan fasa minyak dan humektan yang lebih banyak dari produk lotion.
Terdiri dari 15-40% fasa minyak dan 5-15% fasa humektan, karakteristik
penampakannya hampir sama dengan produk lotion. Tetapi menurut Soeryati
(1985) ada dua jenis tipe cream yaitu cream tipe o/w dan tipe w/o. Cream tipe
o/w merupakan suatu cream dengan minyak sebagai fasa dalam dan air
sebagai fasa luarnya, contohnya adalah cream pelapis. Cream tipe w/o
merupakan suatu cream dengan air sebagai fasa dalam dan minyak sebagai
fasa luarnya. Contohnya adalah cream pendingin.
Barnett (1961) dalam Balsam (1972) mengatakan bahwa untuk sistem
o/w, minyak yang digunakan dapat berkisar antara 0-74% di dalam air yang
berkisar antara 26-100%. Sistem w/o memiliki air yang berkisar antara 0-74%
di dalam minyak yang berkisar antara 26-100%.
Jadi secara umum, bagian kontinyu haruslah lebih dari 26%. Bagian
diskontinyu tidak boleh lebih dari 74%, sebab secara geometri dari heksagonal
cincin tertutup, volume maksimum yang dapat ditempati oleh cincin
heksagonal ini untuk terdispersi (sebagai fase diskontinyu) dalam emulsi
adalah 74% dari volume maksimum.
Cream berfungsi sebagai pelembab kulit, membuat tangan menjadi
lembut tetapi tidak meninggalkan rasa lengket pada kulit setelah pemakaian
dan mudah dioleskan (Balsam, 1972). Dalam pembuatannya, digunakan
beberapa bahan yang tentunya memiliki fungsi yang berbeda-beda. Bahan-
bahan tersebut adalah :
58
1. Gliserol monostearat berbentuk bubuk halus, berwarna kekuningan,
memiliki bau yang khas merupakan suatu campuran mono dan diester dari
asam-asam stearat dan palmitat, tidak larut dengan baik dalam air.
Berfungsi sebagai emulsifier dan sebagai anti mikroba.
2. Parafin cair merupakan cairan tidak berwarna, jernih, dan tidak berbau
serta tidak larut dalam alkohol dan air, berfungsi sebagai pelembut kulit
yang sangat baik karena bersifat tidak aktif dan tidak menembus ke dalam
kulit, tidak memiliki atau hanya sedikit memiliki potensi komedogenik.
Karena sifat lemaknya, dapat membentuk suatu lapisan film pada kulit
yang dapat meningkatkan hidrasi dengan cara memblok evaporasi air
secara normal. Selain itu, berfungsi juga sebagai pembentuk konsistensi.
3. Setil alkohol berbentuk butiran atau serpihan kecil dan licin, berwarna
putih, tidak larut dalam air, berfungsi sebagai stiffening agent atau bahan
pengeras (2-10%), pelembut (2-5%), dan emulgator lemah (2-5%). Selain
itu, juga dapat memperbaiki stabilitas emulsi o/w, memperbaiki
konsistensi atau zat pembentuk. Berfungsi juga sebagai surfaktan nonionik
dan bahan pelembut yang efektif pada produk cream.
4. Antifoam berupa cairan berwarna putih, tidak berbau, dan tidak larut
dalam air. Merupakan minyak hidrofobik dengan perlindungan kulit yang
baik sehingga tidak terasa lengket di kulit pada saat digunakan, selain itu
berfungsi juga untuk mencegah efek penyabunan.
5. Sorbitol berbentuk cairan agak kental yang merupakan humektan untuk
mengontrol perubahan kelembaban antara produk dengan udara pada kulit.
Berat molekular dan viskositasnya tinggi dan non volatile. Dengan
digunakannya sorbitol, maka konsistensi produk cream akan menjadi
sedang. Selain itu dapat berfungsi pula sebagai plasticizer.
6. Metil paraben berbentuk serbuk halus dengan warna putih adalah bahan
pengawet yang efektif terhadap jamur dan mikroba yang efektif pada
rentang pH 4-8 (Mitsui, 1997).
7. Polietilen glikol merupakan surfaktan non ionik yang berasal dari asam
oleat dan polioksietilen, dengan proses pembentukan secara esterifikasi.
PEG memiliki berat molekul n ± 400 g/mol dengan rumus molekul
59
C2nH4n+2On+1. PEG banyak digunakan dalam industri karena sifatnya yang
larut dalam air dan tidak toksik. PEG banyak digunakan dalam industri
sebagai emulsifier, bahan tambahan detergen, pemlastis, humektan, dan
pelumas larut air untuk melapisis tekstil (Anonim, 2006).
8. Gum xantan merupakan heteropolisakarida yang terdiri dari D-glukosa, D-
manosa, dan D-glukuronat dengan rasio perbandingan molar 2.8 : 2.0 : 2.0.
Gum xantan dapat larut dengan mudah baik pada air dingin maupun pada
air hangat dengan pemberian pengadukkan secara mekanik untuk
memberikan viskositas yang tinggi pada konsentrasi yang rendah. Pada
penggunaan sebanyak 1% dapat memberikan viskositas kurang lebih
sebesar 1000 cps, pengukuran dilakukan pada suhu 25oC dengan
menggunakan viskometer Brookfield Model LVF pada 60 rpm (Mcneely,
1973). Gum xantan sudah banyak digunakan dalam sistem emulsi baik itu
dalam bentuk cream atau lotion sebagai thickening agent (bahan
pengental) dan suspension agent (pembentuk suspensi). Gum xantan
adalah emulsifier sintetik, biopolimer yang berasal dari proses fermentasi
karbohidrat dengan bakteri Xanthomonas campestris.
F. KULIT
Kulit merupakan bagian organ terluas pada tubuh manusia yang
berfungsi untuk melindungi organ tubuh dari radiasi sinar ultraviolet,
mengatur suhu tubuh, dan sebagai tempat saraf bekerja (Suryani, et al., 2002).
Fungsi kulit adalah sebagai pembungkus struktur jaringan tubuh di bawahnya,
sehingga dapat melindungi bagian tubuh lainnya dari pengaruh buruk cuaca
(Warta Kosmetik, 1995). Gambar penampang kulit disajikan pada Gambar 10.
Suryani, et al., (2002) menjelaskan bahwa kulit terdiri dari tiga lapisan
utama, yaitu epidermis, dermis dan hipodermis. Masing-masing bagian lapisan
kulit tersebut memiliki fungsi tersendiri. Lapisan epidermis terdiri dari
beberapa lapisan yang bervariasi menurut topografi, permukaan, dan
ketebalannya. Lapisan dermis merupakan jaringan penghubung yang
menyediakan sistem pendukung dan nutrisi dari lapisan epidermis.
60
Kulit manusia terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan epidermis (kutikula)
dan lapisan dermis (korium). Di dalam lapisan epidermis terdapat lapisan
tanduk (korneum). Lapisan ini terdiri dari sel-sel kulit yang selalu terkelupas
dan mati. Fungsi lapisan tanduk sangat penting karena sebagai lapisan terluar
yang melindungi semua lapisan kulit dan organ tubuh keseluruhan. Lapisan
dermis (korium) merupakan lapisan kulit disebelah dalam epidermis. Lapisan
ini lebih tebal dan pada lapisan inilah terdapat ujung-ujung serabut syaraf dan
pembuluh darah. Di bawah lapisan dermis terdapat jaringan lunak tempat
penyimpanan cadangan makanan berupa lemak. Di dalam jaringan ini terdapat
pangkal dari kelenjar keringat dan kelenjar lemak yang bermuara di lapisan
tanduk (Santosa, et al., 2002).
Gambar 10. Penampang kulit (Sumber : Anatomical Chart Co, 1995)
61
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
a. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini minyak atsiri
jahe yang diperoleh dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
b. Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan untuk analisis yaitu aquadest,
Plate Count Agar (PCA), dan NaCl, sedangkan bahan yang digunakan
sebagai formulasi hand and body cream adalah gliserol monostearat,
setil alkohol, parafin cair, anti foam (silicon oil), sorbitol, metil
paraben, gum xantan, dan polietilen glikol.
2. Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain timbangan,
termometer, gelas piala, cawan alumunium, hot plate, pH meter, inkubator,
otoklaf, stirrer, mixer dan alat gelas lainnya.
B. METODOLOGI PENELITIAN
1. Karakterisasi Minyak Jahe
Karakterisasi minyak jahe dilakukan untuk mengetahui kualitas dari
minyak jahe yang akan digunakan pada penelitian. Penentuan kualitas
minyak jahe berdasarkan pada Standar Nasional Indonesia tentang minyak
jahe. Kerakterisasi minyak jahe dilakukan oleh PT. Scent Indonesia
Laboratory.
Karakterisasi yang dilakukan terhadap minyak jahe yang digunakan
sebagai bahan baku meliputi warna, indeks bias, bobot jenis, putaran optik,
bilangan asam, bilangan ester, bilangan ester setelah asetilasi, kadar lemak,
dan kromatografi gas.
2. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi
terbaik pada emulsifier yang digunakan. Percobaan yang dilakukan adalah
62
menentukan konsentrasi gum xantan dan polietilen glikol yang dapat
menghasilkan produk cream yang baik. Diagram alir proses pembuatan
hand and body cream pada penelitian pendahuluan disajikan pada Gambar
11.
3. Penelitian Utama
Aplikasi minyak jahe pada produk cream dilakukan dengan
penambahan konsentrasi minyak jahe sebesar 5%, 10%, dan 15%.
Diagram proses pembuatan hand and body cream pada penelitian utama
disajikan pada Gambar 12. Diagram alir proses pembuatan hand and body
cream ini diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya yang kemudian
dilakukan sedikit perubahan. Sumber diagram alir proses pembuatan hand
and body cream disajikan pada Gambar 13.
Prosedur pembuatan produk hand and body cream adalah sebagai
berikut :
1. Masing-masing bahan yang akan digunakan dalam formulasi
ditimbang. Kemudian dipisahkan berdasarkan fasenya (kelarutan
dalam air dan dalam minyak). Fase minyak meliputi gliseril
monostearat, setil alkohol, parafin cair, dan anti foam, sedangkan fase
air meliputi sorbitol, metil paraben, polietilen glikol, gum xantan, dan
air.
2. Bahan-bahan yang memiliki fase yang sama dicampurkan. Kemudian
masing-masing campuran tersebut dipanaskan secara terpisah sampai
mencapai suhu 70oC sambil terus dilakukan pengadukan dengan
menggunakan stirrer. Untuk bahan gum xantan baru dimasukkan ke
dalam campuran setelah mencapai suhu 40oC dan dimasukkan sedikit
demi sedikit agar dapat larut dengan baik.
3. Setelah masing-masing campuran dipanaskan dan dilakukan
pengadukan, kedua campuran tersebut didinginkan sampai mencapai
suhu 50oC-60oC. Kemudian kedua campuran tersebut dicampurkan
dengan menggunakan mixer pada kecepatan no. 1.
4. Setelah keduanya tercampur, kemudian dimasukkan sedikit demi
sedikit minyak jahe ke dalam campuran tersebut sambil terus
63
dilakukan pengadukan, kemudian kecepatan putar mixer dinaikkan
pada kecepatan no.3. Penambahan minyak jahe ini tidak dilakukan
pada penelitian pendahuluan.
5. Pengadukan dilakukan sampai campuran tersebut dingin pada suhu
kamar atau selama ± 30 menit. Kemudian dilakukan analisis fisik dan
hedonik terhadap produk cream yang dihasilkan.
Gambar 11. Diagram alir proses pembuatan hand and body cream jahe pada
penelitian pendahuluan
Gum Xantan b*%
Sorbitol 3% Metil Paraben 0.1% PEG a*% Aquadest +100%
Pemanasan dan pengadukan (70-75oC)
5 menit hingga homogen
Pemanasan dan pengadukan (40oC) hingga homogen
Pendinginan 50-60oC
Sediaan 2
Pemanasan dan pengadukan (70-75oC)
5 menit hingga homogen
Pendinginan 50-60oC
Sediaan 1
GMS 2.5% Setil Alkohol 1.5% Parafin Cair 3% Anti Foam 0.1%
Pengadukan hingga homogen
Pendinginan
Analisis pH, bobot jenis, total mikroba, ukuran dan distribusi
globula dan organoleptik
Sediaan cream
64
Gambar 12. Diagram alir proses pembuatan hand and body cream jahe pada
penelitian utama
Gum Xantan 2%
Sorbitol 3% Metil Paraben 0.1% PEG 2% Aquadest +100%
Pemanasan dan pengadukan (70-75oC)
5 menit hingga homogen
Pemanasan dan pengadukan (40oC) hingga homogen
Pendinginan 50-60oC
Sediaan 2
Pemanasan dan pengadukan (70-75oC)
5 menit hingga homogen
Pendinginan 50-60oC
Sediaan 1
GMS 2.5% Setil Alkohol 1.5% Parafin Cair 3% Anti Foam 0.1%
Pengadukan hingga homogen
Pendinginan
Analisis pH, bobot jenis, total mikroba, ukuran dan distribusi
globula dan organoleptik
Sediaan cream
Minyak atsiri jahe (a%)
65
Gambar 13. Diagram alir proses pembuatan hand and body cream
(Sumber : Mardiah, 2002)
4. Karakterisasi Hand and Body Cream Jahe
Analisis yang dilakukan terhadap produk hand and body cream jahe yang
dihasilkan meliputi pH, bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan
distribus globula, serta uji kesukaan. Analisis terhadap produk hand and body
cream jahe dilakukan untuk mengetahui karakteristik produk hand and body
cream yang dihasilkan serta membandingkannya dengan produk hand and
Pemanasan dan pengadukan (70-75oC)
5 menit hingga homogen
Pendinginan 50-60oC
Sediaan 1
Cremophor A6 1% Cremophor A25 1% GMS 2.5% Setil Alkohol 1.5% Parafin Cair 3% Anti Foam 0.1%
Pengadukan hingga homogen
Pendinginan
Analisis pH, bobot jenis, total mikroba, ukuran dan distribusi
globula dan organoleptik
Sediaan cream
Sorbitol 3% Metil Paraben 0.1% Aquadest +100%
Pemanasan dan pengadukan (70-75oC)
5 menit hingga homogen
Pendinginan 50-60oC
Sediaan 2
66
body cream yang ada di pasaran. Prosedur analisis karakteristik produk hand
and body cream disajikan pada Lampiran 1.
Uji kesukaan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penerimaan
konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Uji kesukaan yang dilakukan
terhadap produk meliputi : uji kesukaan terhadap homogenitas, warna, bau,
kemudahan menyebar, kesan lengket, dan rasa hangat pada kulit. Panelis yang
melakukan uji kesukaan ini adalah 30 orang mahasiswa yang termasuk panelis
tidak terlatih. Lembaran uji hedonik disajikan pada Lampiran 2.
67
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISASI MINYAK JAHE
Penggunaan minyak jahe pada pembuatan hand and body cream diawali
dengan analisis fisiko kimia terhadap minyak yang akan digunakan. Analisis
fisiko kimia ini meliputi warna, indeks bias, bobot jenis, putaran optik,
bilangan asam, bilangan ester, bilangan ester setelah asetilasi, kadar lemak,
dan kromatografi gas (GC). Hasil analisis fisiko kimia minyak jahe disajikan
pada Tabel 4, sedangkan hasil kromatrografi gas (GC) minyak jahe disajikan
pada Lampiran 18.
Tabel 4. Hasil karakterisasi minyak jahe
Parameter analisis Nilai
SNI 1998 a Minyak jahe yang digunakan b
Warna - Kuning agak gelap
Indeks bias 1.4853-1.4920 (25oC) 1.4827 (20oC)
Bobot jenis 0.8720-0.8890 (25oC) 0.8819 (20oC)
Putaran optik (-32o)-(-14o) +11.0o
Bilangan asam Maks 2 1.53
Bilangan ester Maks 15 15.85
Bilangan ester setelah
asetilasi
Maks 90 87.77
Kadar lemak Negatif Negatif
Kandungan sabinen dengan
metode GC (%)
Tidak tercantum 23.99
Kandungan α-zingiberen
dengan metode GC (%)
Tidak tercantum 9.54
a sumber : SNI 1998 b sumber : PT. SCENT INDONESIA LABORATORY
Berdasarkan hasil karakterisasi minyak jahe yang dibandingkan dengan
Standar Nasional Indonesia, dapat diketahui bahwa minyak jahe yang
digunakan masih berada dalam kisaran SNI. Sehingga minyak jahe tersebut
dapat digunakan dalam penelitian.
68
Berdasarkan uji kromatografi gas, diketahui bahwa terdapat dua
komponen utama yang terkandung dalam minyak jahe yang digunakan, yaitu
sabinen sebanyak 23.99% dan α-zingiberen sebanyak 9.54%. Penggunaan
senyawa sabinen tidak terlalu luas, tetapi sering digunakan sebagai komponen
bahan pada pembuatan minyak lada sintetik. Senyawa α-zingiberen
merupakan komponen utama minyak jahe yang menyebabkan bau harum pada
jahe. Kedua zat ini tidak memberikan pengaruh terhadap rasa hangat.
B. PENELITIAN PENDAHULUAN
Emulsi merupakan suatu sistem yang heterogen yang mengandung dua
fasa cairan (fasa terdispersi dan fasa pendispersi). Fasa terdispersi atau fasa
internal dapat disebut juga fasa diskontinyu (fasa diam) dan fasa pendispersi
atau fasa eksternal disebut juga fasa kontinyu (fasa bergerak).
Selain memiliki fasa terdispersi dan fasa pendispersi, pada sistem
emulsi perlu juga ditambahkan substansi ketiga yang mampu mencegah
bersatunya kembali droplet-dropplet fasa terdispersi untuk membentuk suatu
emulsi yang stabil. Substansi ketiga tersebut biasa disebut sebagai emulsifier.
Pembentukan sistem emulsi disajikan pada Gambar 14.
air minyak emulsi emulsifier
stirrer
Hidrofob Mediator Hidrofil
Fasa minyak Emulsifier fasa air
Gambar 14. Pembentukan Sistem Emulsi
Campuran minyak dan air tidak dapat saling melarut karena kedua fasa
ini memiliki kepolaran yang berbeda. Oleh karena itu, perlu ditambahkan
suatu emulsifier yang dapat menyatukan kedua fasa tersebut. Emulsifier
69
memiliki kemampuan untuk menyatukan kedua fasa yang tidak saling melarut
karena molekulnya terdiri dari dua gugus yaitu gugus polar yang dapat
mengikat air dan gugus non polar yang dapat berikatan dengan minyak.
Menurut Suryani, et. al., (2000) selain memiliki gugus polar dan non
polar dalam satu molekulnya, suatu emulsifying agent memiliki kemampuan
untuk menurunkan tegangan antar muka dan tegangan permukaan. Dengan
menurunnya tegangan antar muka ini akan mengurangi daya kohesi dan
sebaliknya meningkatkan daya adesi. Emulsifying agent ini membentuk
lapisan tipis (film) yang akan menyelimuti partikel dan akan mencegah
partikel tersebut bersatu dengan pertikel sejenis lainnya.
Dalam suatu sistem emulsi dapat menggunakan lebih dari satu jenis
emulsifier yang akan dapat menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia
dari emulsi tersebut. Satu emulsifier memiliki kelebihan dan kelemahan
sehingga kelemahan tersebut akan dapat tertutupi oleh emulsifier yang
lainnya. Selain emulsifier, perlu juga ditambahkan stabilizer untuk
menigkatkan stabilitas emulsi tersebut.
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi dari
gum xantan dan polietilen glikol yang digunakan sebagai emulsifier. Gum
xantan dipilih sebagai emulsifier dikarenakan sifatnya yang mudah larut dalam
air, aman, tidak toksik, serta dapat berfungsi pula sebagai zat pengental. Pada
penambahan dengan konsentrasi yang sedikit sudah dapat memberikan
viskositas yang cukup besar pada sistem emulsi yang dihasilkan. Mcneely
(1973) menjelaskan bahwa pada penggunaan sebanyak 1% dapat memberikan
viskositas kurang lebih sebesar 1000 cps, pengukuran dilakukan pada suhu
25oC dengan menggunakan viskometer Brookfield Model LVF pada 60 rpm.
Pemilihan polietilen glikol (PEG) sebagai emulsifier pada penelitian ini
dikarenakan PEG bersifat mudah larut dalam air, tidak toksik, dan dapat
berfungsi sebagai humektan. Selain itu, PEG sudah banyak digunakan sebagai
emulsifier oleh industri.
Hal yang dilakukan pada penelitian pendahuluan adalah menambahkan
gum xantan dan PEG masing-masing dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3%
dalam formulasi cream dengan tujuan untuk mencari konsentrasi terbaik dari
70
kedua jenis emulsifier tersebut. Dasar dari pemilihan rentang konsentrasi
adalah pada umumnya emulsifier digunakan dalam jumlah sedikit di industri,
hal ini dikarenakan harga emulsifier yang cukup mahal oleh karena itu
diperlukan pemilihan jenis emulsifier dan konsentrasi yang tepat pada
penggunaannya.
Dari hasil penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi terbaik
untuk gum xantan adalah 2% dan konsentrasi terbaik untuk PEG adalah 2%.
Pada penambahan gum xantan 1% dan PEG 1%; gum xantan 1% dan PEG
2%; serta gum xantan 1% dan PEG 3%, cream yang terbentuk masih sangat
cair bahkan lebih cair daripada lotion, viskositas yang sangat rendah ini akan
menyulitkan pada saat pemakaian. Pada penambahan gum xantan 2% dan
PEG 1%; gum xantan 2% dan PEG 2%; serta gum xantan 2% dan PEG 3%,
cream yang dihasilkan cukup kental dan hampir sama dengan produk cream
pada umumnya, tetapi pada penambahan PEG sebanyak 1% cream yang
terbentuk belum stabil, hal ini terlihat dari adanya komponen yang memisah
ketika cream tersebut didiamkan selama satu hari. Ketika konsentrasi PEG
dinaikkan menjadi 2% cream yang terbentuk sudah cukup stabil dan tidak
terlihat adanya pemisahan ketika cream tersebut didiamkan selama 1-2 hari.
Pada penambahan gum xantan sebanyak 3% dengan PEG sebanyak 1%, 2%,
dan 3% menghasilkan cream yang sangat kental dan sulit untuk dilakukan
pengadukan.
C. PENELITIAN UTAMA
Hand and body cream merupakan salah satu bentuk sediaan kosmetika,
berupa emulsi kental yang memiliki kandungan air tidak kurang dari 60%.
Terdapat dua tipe emulsi untuk golongan sediaan dalam bentuk cream, yaitu
tipe emulsi o/w (oil in water) dan tipe emulsi w/o (water in oil). Pada tipe
emulsi o/w minyak berperan sebagai fasa terdispersi (fasa internal) dan air
berperan sebagai fasa pendispersi (fasa eksternal) tetapi berlaku sebaliknya
untuk tipe emulsi w/o, minyak berperan sebagai fasa pendispersi (fasa
eksternal) dan air berperan sebagai fasa terdispersi (fasa internal).
71
Menurut Schmitt (1996), umumnya produk cream berbentuk o/w
dengan fasa minyak dan humektan yang lebih banyak dari produk lotion.
Terdiri dari 15-40% fasa minyak dan 5-15% fasa humektan, karakteristik
penampakannya hampir sama dengan produk lotion.
Pada penelitian utama dilakukan proses pembuatan produk hand and
body cream dengan mengaplikasikan minyak jahe sebagai komponen aktif dan
gum xantan serta PEG sebagai emulsifier, konsentrasi penambahan kedua
emulsifier tersebut didapat dari penelitian pendahuluan. Minyak jahe yang
ditambahkan yakni sebesar 5%, 10%, dan 15%. Banyaknya minyak jahe yang
ditambahkan ditentukan secara subjektif. Pada produk hand and body cream
yang dihasilkan dilakukan uji karakteristik yang meliputi pH, bobot jenis, total
cemaran mikroba, ukuran dan distribusi globula serta uji penerimaan
konsumen (uji kesukaan). Gambar produk hand and body cream yang
dihasilkan disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15. Produk hand and body cream yang dihasilkan
D. KARAKTERISASI HAND AND BODY CREAM JAHE
Analisis yang dilakukan terdahap produk hasil penelitian bertujuan
untuk mengetahui karakteristik produk yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh
dari analisis produk tersebut kemudian dibandingkan dengan karakteristik
produk sejenis yang ada di pasaran. Analisis yang dilakukan meliputi pH,
bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan distribusi globula serta uji
kesukaan.
72
1. pH
Tingkat keasaman suatu produk dapat diketahui dari nilai pH produk
tersebut. Kadar keasaman untuk produk kosmetik atau produk yang digunakan
untuk pemakaian luar yang berhubungan langsung dengan kulit haruslah
sesuai dengan pH penerimaan kulit. Hal ini dikarenakan jika produk
kosmetika tersebut memiliki nilai pH yang sangat tinggi atau sangat rendah
akan menyebabkan kulit teriritasi. Menurut Warta Konsumen (1987), pH
normal kulit adalah 5 – 6.5. Wasitaatmadja (1997) menjelaskan bahwa produk
kosmetika sebaiknya memiliki pH sekitar 5.5, sedangkan menurut SNI Nomor
16 – 4399 – 1996 pH produk cream yang disarankan berkisar antara 4.5 – 8.0.
Hasil analisa pH produk hand and body cream dengan perlakuan
penambahan minyak atsiri jahe serta produk cream pembanding yang
disajikan pada Lampiran 3a, menunjukkan bahwa rata – rata pH produk cream
jahe yang dihasilkan berkisar antara 5.67 – 5.86. Nilai ini sesuai dengan pH
penerimaan kulit dan SNI produk cream, sehingga produk tersebut dapat
digunakan untuk kulit, sedangkan cream produk pembanding memiliki pH
senilai 7.03, nilai ini sangat sesuai dan aman bagi kulit karena produk tersebut
memiliki tingkat keasaman yang netral sehingga tidak akan menimbulkan
iritasi pada kulit. Perbandingan nilai pH dari masing-masing perlakuan
disajikan pada Gambar 16.
Nilai pH produk cream jahe terendah diperoleh dari perlakuan
penambahan minyak atsiri jahe sebesar 15% yaitu senilai 5.67 sedangkan nilai
pH tertinggi diperoleh dari perlakuan penambahan minyak atsiri jahe sebesar
5% yaitu senilai 5.86. Semakin banyak konsentrasi minyak jahe yang
ditambahkan maka nilai pH dari produk cream jahe yang dihasilkan akan
semakin rendah atau nilai keasamannya akan semakin tinggi. Hal ini
disebabkan karena minyak atsiri jahe yang digunakan bersifat asam yang
ditandai dengan bilangan asam yang cukup tinggi yaitu senilai 1.53. Sehingga
dapat disimpulkan semakin banyak konsentrasi minyak jahe yang
ditambahkan maka nilai pH dari produk yang dihasilkan akan semakin kecil
atau produk akan semakin asam.
73
0
12
34
5
67
8
Minyak atsiri jahe5%
Minyak atsiri jahe10%
Minyak atsiri jahe15%
Pembanding
Perlakuan
pH
Gambar 16. Histogram pH produk hand and body cream
2. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan berat dari volume sampel dengan berat
air yang volumenya sama pada suhu tertentu. Pengukuran bobot jenis
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu produk
emulsi. Suryani, et. al (2000) menjelaskan bahwa apabila rasio antara fasa
pendispersi dan fasa terdispersi tidak sesuai maka semakin rendah tingkat
kestabilan suatu sediaan emulsi.
Pada penelitian ini, pengukuran bobot jenis produk dilakukan dengan
cara mengukur densitas kamba produk tersebut. Hal ini dikarenakan produk
yang dihasilkan berupa pasta agak padat sehingga tidak memungkinkan untuk
memasukkannya ke dalam piknometer. Prinsip dari pengukuran densitas
kamba ini adalah membandingkan berat sampel dengan selisih tinggi air
sebelum sampel dimasukkan dan setelah sampel dimasukkan dalam gelas
ukur. Selisih tinggi air dimaksudkan sebagai volume air dan nilai densitas air
adalah 1 g/cm3.
Nilai rata-rata densitas cream jahe yang dihasilkan adalah antara 0.729 –
0.747, nilai ini tidak berada dalam kisaran SNI tentang produk cream, dimana
bobot jenis untuk produk cream yang baik adalah 0.95 – 1.05. Sama halnya
dengan densitas produk komersial yang digunakan sebagai pembanding yang
bernilai 0.668. Histogram perbandingan nilai densitas hand and body cream
jahe dan hand and body cream produk pembanding disajikan pada Gambar 17,
sedangkan hasil analisa densitas produk hand and body cream jahe dapat
dilihat pada Lampiran 3b.
74
0.620.640.660.680.7
0.720.740.76
Minyak atsirijahe 5%
Minyak atsirijahe 10%
Minyak atsirijahe 15%
Pembanding
Perlakuan
Den
sita
s
Gambar 17. Histogram densitas produk hand and body cream
3. Total Cemaran Mikroba
Total cemaran mikroba merupakan salah satu analisa yang dilakukan
untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada dalam suatu bahan.
Dengan mengetahui jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalamnya dapat
ditentukan apakah suatu produk layak atau tidak untuk dikonsumsi atau
digunakan.
Salah satu metode yang sering digunakan pada analisa total cemaran
mikroba ini adalah TPC (Total Plate Count). Prinsip metode ini adalah jika sel
jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka jasad
renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1989).
Hasil uji total mikroba terhadap produk cream yang dihasilkan
menunjukkan bahwa mikroorganisme yang terkandung dalam semua produk
negatif. Hal ini dikarenakan dalam formulasi produk terdapat metil paraben
yang berfungsi sebagai pengawet. Gliseril monostearat yang menjadi salah
satu bahan penyusun hand and body cream selain berfungsi sebagai
emulsifier, juga berfungsi sebagai anti mikroba. Selain itu, minyak atsiri jahe
yang ditambahkan merupakan zat antibiotik yang akan semakin menghambat
pertumbuhan mikroorganisme di dalam produk.
75
4. Ukuran dan Distribusi Globula
Pengukuran ukuran globula dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
sistem emulsi secara mikroskopik serta untuk mengetahui laju pemisahan
produk. Globula merupakan gabungan dari partikel-partikel bahan penyusun
yang digunakan pada pembuatan emulsi. Semakin kecil dan seragamnya
ukuran dan distribusi globula maka sistem emulsi tersebut akan semakin
stabil. Hal ini disebabkan dengan semakin kecilnya ukuran diameter globula,
laju pemisahannya akan semakin kecil dan berlaku sebaliknya, semakin besar
ukuran diameter globula maka laju pemisahannya akan semakin besar.
Ukuran globula yang kecil akan membentuk sistem emulsi yang rapat
sehingga akan memperkecil adanya pergerakan atau tumbukan antar partikel
sejenis dan mencegahnya untuk bersatu kembali. Ukuran dan distribusi
globula sangat dipengaruhi oleh teknik pencampuran yang dilakukan, dalam
hal ini alat yang digunakan untuk mencampurkan bahan-bahan menjadi faktor
yang sangat menentukan. Gambar ukuran dan distribusi globula untuk setiap
produk disajikan pada Gambar 18.
Pembanding
Minyak jahe 10 %
Minyak jahe 5%
Minyak jahe 15 %
76
Gambar 18. Foto globula hand and body cream jahe
Dari Gambar 18 dapat dilihat bahwa produk hand and body cream
komersial yang digunakan sebagai pembanding, memiliki ukuran globula
yang sangat kecil, halus, dan jarak antara globula sangat rapat sehingga
produk tersebut dapat stabil dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada
produk hand and body cream yang ditambahkan minyak atsiri jahe sebanyak
5%, ukuran globula yang terbentuk cukup besar dan jarak antara globula
cukup lebar, sehingga produk hand and body cream jahe tersebut relatif tidak
stabil. Pada produk hand and body cream yang diberi tambahan minyak atsiri
jahe sebanyak 10% dan 15% belum terbentuk sistem emulsi. Hal ini dapat
dilihat dari struktur partikel yang terbentuk, dengan jelas dapat terlihat bahwa
fase minyak dan fase air pada produk hand and body cream tersebut tidak
bercampur. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan pada proses
pencampuran, tidak cukup baik untuk dapat mencampurkan bahan-bahan
penyusun hand and body cream sehingga dapat menjadi suatu sistem emulsi.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah stirrer dan mixer yang biasa
digunakan untuk keperluan rumah tangga. Selain kecepatan putarnya yang
rendah, kedua alat ini juga tidak mempunyai sisi yang runcing yang berfungsi
untuk memperhalus partikel bahan penyusun hand and body cream dan
membuat bahan-bahan tersebut dapat bercampur membentuk sistem emulsi.
5. Uji Kesukaan
Uji kesukaan atau uji hedonik merupakan salah satu uji penerimaan
suatu produk oleh konsumen. Uji kesukaan bertujuan untuk mengetahui
tingkat kesukaan panelis terhadap hand and body cream jahe yang dihasilkan.
Uji kesukaan dilakukan dengan cara mengukur, menilai atau menguji mutu
komoditas dengan menggunakan alat indera manusia yaitu penglihatan,
penciuman, dan peraba.
Uji kesukaan yang dilakukan yaitu dengan cara melihat produk,
mencium dengan hidung, dan meraba produk dengan ujung jari kemudian
mengoleskannya ke tangan. Dalam uji ini, panelis diminta untuk menilai
produk sesuai dengan tingkat kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap produk
77
hand and body cream jahe dengan skala numerik, 1 adalah sangat tidak suka,
2 adalah tidak suka, 3 adalah netral, 4 adalah suka, dan 5 adalah sangat suka.
Hal-hal yang diuji meliputi : homogenitas, warna, bau, kemudahan menyebar,
kesan lengket di tangan, dan rasa hangat pada kulit. Uji ini bersifat subjektif
dan panelis yang melakukan pengujian adalah mahasiswa IPB berjumlah 30
orang yang merupakan panelis tidak terlatih.
5.1. Homogenitas
Homogenitas merupakan parameter penting dalam menentukan kualitas
dari suatu sistem emulsi. Hal ini dikarenakan homogenitas merupakan
gambaran dari tingkat kehalusan dan keseragaman tekstur produk emulsi.
Semakin halus dan seragam tekstur yang dihasilkan maka semakin bagus
produk emulsi tersebut. Selain itu, homogenitas juga dapat menggambarkan
bahwa telah bercampurnya minyak dengan air. Suatu sistem emulsi dapat
dikatakan homogen apabila tidak terlihat adanya pemisahan antara komponen
penyusun emulsi tersebut. Kehomogenan sistem emulsi dipengaruhi oleh
teknik atau cara pencampuran yang dilakukan serta alat yang digunakan pada
proses pembuatan emulsi tersebut.
Pada pengujian homogenitas ini, panelis diminta untuk merasakan
tekstur produk dengan ujung jarinya, kemudian dioleskan ke tangan. Panelis
akan menilai kehalusan dan keseragaman tekstur produk sesuai dengan tingkat
kesukaannya.
Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap homogenitas produk cream
jahe disajikan pada Lampiran 4. Secara umum, penilaian panelis terhadap
homogenitas produk cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 3.23 – 3.73
yaitu antara netral hingga suka. Total persentase penilaian untuk setiap
perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan
15% secara berturut-turut adalah 35.44%, 30.70%, dan 33.86%. Grafik
tingkat kesukaan panelis terhadap homogenitas produk hand and body cream
jahe dapat dilihat pada Gambar 19.
Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 yang disajikan pada
Lampiran 5, menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe
78
tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan
panelis pada homogenitas produk yang dihasilkan (P>0.05). Hal ini
dikarenakan panelis hanya dapat merasakan kehalusan dan tekstur dari produk
yang dihasilkan tetapi tidak dapat merasakan adanya perbedaan ukuran
globula dari produk tersebut.
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaan Panelis
Jum
lah
Pane
lis (%
)Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%
Gambar 19. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap homogenitas produk
hand and body cream jahe
5.2. Warna
Warna suatu produk akan mempengaruhi tingkat kesukaan panelis.
Warna yang bagus akan menarik perhatian panelis untuk mencoba
menggunakan produk hand and body cream tersebut. Uji kesukaan terhadap
warna produk dilakukan secara visual, yaitu dengan cara meminta panelis
untuk melihat warna dari produk hand and body cream yang dihasilkan.
Warna yang terbentuk pada produk dipengaruhi oleh warna bahan-
bahan penyusunnya. Pada penelitian ini digunakan minyak atsiri jahe sebagai
salah satu bahan baku penyusun emulsi. Minyak jahe ini berwarna kuning
keemasan dan akan mempengaruhi warna yang terbentuk pada produk.
Semakin banyak minyak atsiri jahe yang ditambahkan maka warna hand and
body cream yang terbentuk akan semakin menguning.
Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap warna produk hand and body
cream jahe disajikan pada Lampiran 6. Secara umum, penilaian panelis
terhadap warna produk hand and body cream jahe yang dihasilkan berkisar
79
antara 3.6 – 3.87 yaitu antara netral hingga suka. Total persentase penilaian
untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar
5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 34.73%, 32.93%, dan 32.34%.
Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukan bahwa
penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya
perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada warna produk yang
dihasilkan (P>0.05). Hasil uji Kruskall-Wallis disajikan pada Lampiran 7. Hal
ini dikarenakan panelis yang melakukan penilaian adalah panelis yang tidak
terlatih sehingga tidak menyadari adanya perbedaan warna dari produk yang
dihasilkan. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap warna produk cream jahe
dapat dilihat pada Gambar 20.
0
1020
3040
50
6070
80
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaan Panelis
Jum
lah
Pan
elis
(%)
Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%
Gambar 20. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap warna produk hand and
body cream jahe
5.3. Bau
Uji kesukaan terhadap bau dilakukan dengan cara meminta panelis
untuk mencium atau menghirup bau dari produk hand and body cream yang
dihasilkan. Tingkat kesukaan panelis terhadap bau hand and body cream akan
mempengaruhi pemilihan panelis terhadap produk tersebut. Bau yang tercium
dari produk dipengaruhi oleh bau dari bahan-bahan penyusunnya. Bahan yang
paling berpengaruh dalam menimbulkan bau pada produk hand and body
cream jahe ini adalah minyak atsiri jahe. Minyak atsiri adalah komponen
80
volatile yang bersifat aromatis dan mudah menguap pada suhu kamar. Bau
yang ditimbulkan tergantung dari sumber minyak atsiri tersebut diperoleh.
Pada umumnya, semakin banyak jumlah minyak atsiri yang ditambahkan pada
produk maka bau yang ditimbulkan akan semakin menyengat atau baunya
akan semakin kuat.
Secara umum, penilaian panelis terhadap bau produk cream jahe yang
dihasilkan berkisar antara 3.1 – 3.37 yaitu antara netral hingga suka. Total
persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak
atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 35.20%,
32.40%, dan 32.40%. Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap bau produk
hand and body cream jahe disajikan pada Lampiran 8.
Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukkan bahwa
penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya
perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada bau produk yang
dihasilkan (P>0.05). Hasil uji Kruskall-Wallis disajikan pada Lampiran 9. Hal
ini dapat dikarenakan panelis yang melakukan pengujian sebagian besar tidak
menyukai bau jahe walaupun terdapat pula panelis yang menyukai bau jahe.
Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap bau produk hand and body cream
jahe dapat dilihat pada Gambar 21.
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaan Panelis
Jum
lah
Pan
elis
(%)
Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%
Gambar 21. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap bau produk hand and
body cream jahe
81
5.4. Kemudahan Menyebar
Pada uji ini panelis diminta untuk mengoleskan produk hand and body
cream pada tangannya dan merasakan kemudahan pengolesan produk hand
and body cream yang dihasilkan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya
sebar dari produk yang dihasilkan. Pada umumnya, konsumen lebih menyukai
hand and body cream yang mudah untuk dioleskan.
Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap kemudahan menyebar produk
hand and body cream jahe disajikan pada Lampiran 10. Pada uji kemudahan
menyebar untuk produk hand and body cream jahe ini, secara umum respon
panelis yang dihasilkan antara 3.17 – 3.2 yaitu antara netral hingga suka. Total
persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak
atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 33.45%,
33.10%, dan 33.45%.
Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukan bahwa
penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya
perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada kemudahan menyebar
produk yang dihasilkan (P>0.05). Hasil uji Kruskall-Wallis disajikan pada
Lampiran 11. Parameter kemudahan penyebaran pada suatu produk emulsi
dipengaruhi oleh fasa lemak yang terkandung di dalamnya dan pada semua
produk hand and body cream jahe yang dihasilkan memiliki jumlah dan fasa
lemak yang sama. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kemudahan
menyebar produk cream jahe dapat dilihat pada Gambar 22.
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaan Panelis
Jum
lah
Pane
lis (%
)
Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%
Gambar 22. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kemudahan menyebar
hand and body cream jahe
82
5.5. Kesan Lengket di Tangan
Pada penilaian ini panelis diminta untuk menilai rasa lengket produk di
tangan dengan cara mengoleskan sejumlah produk ke tangan dan kemudian
merasakan kesannya setelah pemakaian. Kesan lengket pada hand and body
cream disebabkan karena adanya komponen parafin cair dan sorbitol yang
terkandung di dalamnya. Penilaian dilakukan berdasarkan tingkat kesukaan
dan ketidaksukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Pada umumnya,
konsumen kurang menyukai produk hand and body cream yang terasa lengket
pada saat pemakaian.
Secara umum, penilaian panelis terhadap kesan lengket produk hand
and body cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 3 – 3.1, yaitu netral.
Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi
minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah
32.97%, 32.97%, dan 34.06%. Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap
kesan lengket produk cream jahe disajikan pada Lampiran 12.
Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukkan bahwa
penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya
perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada kemudahan menyebar
produk yang dihasilkan (P>0.05). Hasil uji Kruskall-Wallis disajikan pada
Lampiran 13. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kesan lengket produk
hand and body cream jahe dapat dilihat pada Gambar 23.
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaan Panelis
Jum
lah
Pan
elis
(%)
Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%
Gambar 23. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kesan lengket produk
hand and body cream jahe
83
5.6. Rasa Hangat di Kulit
Pada penilaian ini panelis diminta untuk menilai rasa hangat produk di
kulit dengan cara mengoleskan sejumlah produk ke tangan dan kemudian
merasakan kesannya setelah pemakaian. Penilaian dilakukan berdasarkan
tingkat kesukaan dan ketidaksukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan.
Komponen terbesar yang terkandung pada minyak jahe yang digunakan pada
penelitian adalah sabinen dan zingiberen. Kedua senyawa ini tidak
memberikan pengaruh terhadap rasa hangat. Pada dasarnya, rasa hangat dari
jahe disebabkan oleh adanya komponen oleoresin yang menyebabkan rasa
pedas dan hangat yang terdiri dari gingerol, zingerol, dan shogaol. Rasa
hangat yang dapat dirasakan oleh panelis kemungkinan disebabkan oleh
terdapatnya sedikit komponen oleoresin yang ikut terekstrak dalam minyak.
Hasil penilaian kesukaan panelis terhadap rasa hangat produk hand and
body cream jahe di kulit disajikan pada Lampiran 14. Respon yang diberikan
oleh panelis terhadap produk yang dihasilkan secara umum berkisar antara
2.77 – 3.23, yaitu antara tidak suka hingga suka. Total persentase penilaian
untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar
5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 31.09%, 32.58%, dan 36.33%.
Hasil uji statistik non parametrik Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05
menunjukan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak
memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis
pada rasa hangat produk yang dihasilkan (P>0.05). Hasil uji Kruskall-Wallis
disajikan pada Lampiran 15. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap rasa
hangat produk hand and body cream jahe dapat dilihat pada Gambar 24.
0
10
20
30
40
50
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaan Panelis
Jum
lah
Pane
lis (%
)
Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%
Gambar 24. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap rasa hangat produk hand
and body cream jahe
84
E. Pemilihan Perlakuan Terbaik Dengan Metode Pembobotan
Penentuan perlakuan terbaik produk hand and body cream jahe ini
dilakukan dengan menggunakan metode pembobotan. Cara yang dilakukan
adalah dengan membobot karakteristik yang tidak tercantum dalam standar
dan uji kesukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Metode
pembobotan ini mengacu pada metode pembobotan yang dilakukan pada
penelitian sebelumnya. Nilai kepentingan untuk setiap karakteristik produk
diberi skala 1 – 5 (5 = paling penting, 4 = penting, 3 = biasa, 2 = tidak penting,
1 = paling tidak penting). Bobot untuk setiap karakteristik diberikan dengan
cara membandingkan antara nilai kepentingan masing-masing karakteristik
dengan total nilai kepentingan dari keseluruhan karakteristik yang diuji.
Pembobotan untuk kepentingan setiap karakteristik disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pembobotan kepentingan karakteristik hand and body cream jahe a
Parameter Pertimbangan kepentingan Nilai Bobot 1. Objektif
a. pH Parameter yang menentukan mutu cream menurut SNI 16-4399-1996
5 0.1163
b. Bobot jenis Parameter yang menentukan mutu cream menurut SNI 16-4399-1996
5 0.1163
c. Total cemaran mikroba Parameter yang menentukan mutu cream menurut SNI 16-4399-1996
5 0.1163
d. Ukuran dan distribusi globula Menunjukkan sistem emulsi secara mikro dan kestabilan emulsi
5 0.1163
2. Subjektif a. Homogenitas Menentukan keseragaman tekstur 4 0.093 b. Warna Daya tarik hand and body cream 4 0.093 c. Bau Daya tarik hand and body cream 3 0.0698 d. Kemudahan menyebar Menunjukkan kemudahan dalam
pengolesan 4 0.093
e. Kesan lengket Kesan kurang baik dari hand and body
cream3 0.0698
f. Rasa hangat Kesan yang diharapkan dirasakan
setelah pengolesan hand and body cream pada kulit
5 0.1163
Total 43 1 a sumber : Oktavianti (2004)
Nilai bobot kemudian dikalikan dengan nilai rangking dari nilai hasil
pengujian dengan skala 1 – 3 (terdapat tiga perlakuan). Total nilai hasil
85
perkalian antara nilai bobot dengan nilai rangking merupakan nilai akhir yang
akan digunakan untuk menentukan perlakuan terbaik. Nilai perhitungan
pembobotan dapat dilihat pada Lampiran 16. Nilai hasil perkalian antara nilai
bobot dengan nilai hasil pengujian disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai hasil perkalian antara nilai bobot dengan nilai hasil pengujian
Parameter
Bobot
Nilai Golongan MAJ 5%
(P1) MAJ 10%
(P2) MAJ 15%
(P3) N B N B N B
1. objektif a. pH 0.1163 1 0.1163 2 0.2326 3 0.3489 b. Densitas 0.1163 1 0.1163 2 0.2326 3 0.3489 c.Total cemaran mikroba 0.1163 2 0.2326 2 0.2326 2 0.2326 d. Ukuran dan distribusi globula 0.1163 1 0.1163 2 0.2326 3 0.3489
2. Subjektif a. Homogenitas 0.093 1 0.093 3 0.279 2 0.186 b. Warna 0.093 1 0.093 2 0.186 3 0.279 c. Bau 0.0698 1 0.0698 3 0.2094 2 0.1396 d. Kemudahan menyebar 0.093 1 0.093 3 0.279 2 0.186 e. Kesan lengket 0.0698 2 0.1396 3 0.2094 1 0.0698 f. Rasa hangat 0.1163 3 0.3489 2 0.2326 1 0.1163
Total 1.0001 1.4188 2.3258 2.256
Keterangan :
MAJ 5% = Cream dengan konsentrasi minyak atsiri jahe 5%
MAJ 10% = Cream dengan konsentrasi minyak atsiri jahe 10%
MAJ 15% = Cream dengan konsentrasi minyak atsiri jahe 15%
B = Nilai perkalian antara bobot dengan nilai pengujian
N = Nilai rangking
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hand and body cream jahe
dengan penambahan minyak atsiri jahe sebesar 5% (Perlakuan 1) merupakan
perlakuan yang terbaik. Hal ini ditunjukan dengan nilai total perkalian antara
bobot dengan nilai pengujian yang terkecil yaitu 1.4188. Pada perlakuan yang
ditambahkan minyak atsiri jahe sebesar 10%, memiliki nilai total perkalian antara
bobot dengan nilai pengujian sebesar 2.3258 dan pada perlakuan dengan
penambahan minyak atsiri jahe sebesar 15%, produk hand and body cream jahe
memiliki nilai total perkalian antara bobot dengan nilai pengujian sebesar 2.256.
86
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Konsentrasi penambahan minyak atsiri jahe terbaik pada produk hand
and body cream jahe didapatkan pada penambahan konsentrasi minyak
sebanyak 5% dengan nilai hasil pembobotan sebesar 1.4188. Karakteristik
produk hand and body cream dengan perlakuan terbaik ini memiliki nilai pH
sebesar 5.86, bobot jenis sebesar 0.729, dan total cemaran mikroba yang
negatif. Tetapi ukuran globula yang terbentuk masih besar dan jarak antar
globula masih lebar. Dari hasil uji hedonik, didapatkan nilai persentase panelis
yang suka terhadap homogenitas produk hand and body cream jahe dengan
perlakuan terbaik adalah 70%, warna 80%, bau 56.67%, mudah menyebar
40%, kesan lengket di tangan 30%, dan rasa hangat di kulit 26.67%.
Nilai persentase penerimaan panelis yang suka terhadap homogenitas
keseluruhan produk hand and body cream yang dihasilkan adalah P1 70%, P2
40%, dan P3 60%; warna produk adalah P1 80%, P2 63.33%, dan P3 60%;
bau produk adalah P1 56.67%, P2 33.34%, dan P3 40%; kemudahan
menyebar adalah P1 40%, P2 33.33%, dan P3 36.67%; rasa lengket di kulit
adalah P1 30%, P2 26.67%, dan P3 30%; dan rasa hangat di kulit adalah P1
26.67%, P2 26.67%, dan P3 40%. Semua uji berada dalam rentang nilai netral
hingga suka.
B. SARAN
Sebaiknya dalam proses pembuatan menggunakan alat homogenizer
agar semua komponen penyusun hand and body cream dapat bercampur
dengan baik dan globula yang dihasilkan akan lebih halus dan rapat, sehingga
dapat menghasilkan produk yang lebih stabil. Selain itu, bahan baku yang
digunakan sebaiknya oleoresin jahe agar rasa hangat dari produk dapat terasa.
87
DAFTAR PUSTAKA
Anatomical Chart Co. 1995. The World’s Best Anatomical Charts. Point Of View,
Inc.
Anonim. 1999. Pedoman Penerapan Jaminan Mutu Terpadu Jahe. Badan
Agribisnis. Departemen Pertanian.
Anonim. 1999. Plant Resources Of South East Asia 13 SPICES. PROSEA
Foundation, Bogor. Indonesia.
Anonim. 2006. Polytehylene Glicol. http: //www. Chemicalland 21.com/industrial
chem/organic/POLYETHYLENE %20 Glycol. Htm. (27 November 2006).
Balsam, M. S. 1972. Cosmetics Science and Technology. John Wiley And Sons,
Inc. United States of America.
Budavary, Susan (editor). 1996. The Merck Index Twelfth Edition. Merck & Co.,
INC. New Jersey.
Departemen Kesehatan R. I. 1978. Formularium Indonesia. Edisi II. Jakarta.
Dickes G. J. dan P. V. Nicholas. 1976. Gas Chromatography In Food Analysis,
Butterwoods., London Boston.
Fardiaz, S. 1989. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. IPB Press. Bogor.
Farrel, K. T. 1985. Spices, Condiments and Seasoning. The Avi Publishing
Company Inc. Westport Connecticut, Daytona Beach. Florida.
Guenther, E. 1952. The Essential Oils. Van Nostrand Company. Inc., New York 5
: 106-120.
Hayati, E. K. 2005. Pemilihan Metode Pemisahan Untuk Penentuan Konsentrasi
Gingerol dan Pola Respon Fourier Transform Infrared Pada Rimpang Jahe
Emprit (Zingiber officinale Roscoe). Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Hill, A. F. 1952. Economic Botany. Mc Graw-Hill Book Company, Inc., New
York.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. UI Press, Jakarta
Koswara. S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar harapan, Jakarta.
88
Mardiah, L. 2002. Aplikasi Gelatin Tipe A dari Kulit Sapi Pada Produk Hand and
Body Cream. Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Martha Tilaar Innovation Center. 2002. Budidaya Secara Organik Tanaman Obat
Rimpang. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mcneely, W. H., dan Kenneth S. Kang. Xanthan and Some Other Biosynthetic
Gums. Industrial Gums Polysaccharides and Their Derivatives. Academic
Press. New York, San Francisco, London. A Subsidiary of Harcourt Brace
Jovanovich, Publishers.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetics Science. Elsevier, Tokyo.
Oktavianti, Dwi. 2004. Aplikasi Gel Lidah Buaya (Aloe Vera) pada Produk Hand
and Body Cream. Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Paimin, F. B dan Murhananto. 1999. Budidaya, Pengolahan, dan Perdagangan
Jahe. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rismunandar. 1988. Rempah – Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru.
Bandung.
Rumphius dalam K. Heyne. 1988. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Badan Litbang
Kehutanan Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Santosa, D., D. Gunawan. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit.
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Schmitt, W. H. 1996. Skin-Care Product. In Williams, D. F. and W. H. Schmitt
(Eds.) 1996. Chemistry and Technology of Cosmetics and Toiletries
Industry, 2nd Ed. Blackie Academic and Professional, London.
SNI. 16. 4399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Dewan standarisasi Nasional, Jakarta.
Soeryati, S. 1985. Sediaan Kosmetika. Direktorat Pembinaan Penelitian dan
Pengabdian Pada Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sondari, D. 2007. Sintesis dan Aplikasi Polimer Kationik Alami Pada Sistem
Mikroemulsi Skin Lotion. Sekolah Pascasarjana. IPB, Bogor.
Suryani, A., Illah Sailah dan Erliza Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan
Teknologi Industri Pertanian. FATETA. IPB. Bogor.
89
Warta Konsumen. 1987. Wanita Korban Kosmetik. Edisi tahun XI No. 130.1983.
hlm. 6 dan 23.
Warta Kosmetik. 1995. Sedian Farmasi Edisi Tahun XIX No. 235/1995. Hal 22-
23.
Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakatra.
90
91
Lampiran 1. Prosedur analisis hand and body cream jahe
A. Uji Fisik
1. pH
Sebanyak satu gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
dilarutkan dalam 10 ml aquades dan didiamkan selama 30 menit, kemudian
diukur derajat keasamannya dengan pH meter.
2. Densitas Kamba
Tabung plastik kecil yang kosong ditimbang (A1), kemudian tabung
plastik tersebut diisi dengan sampel sampai penuh setelah itu ditimbang (A2).
Gelas ukur diisi dengan aquades secukupnya (B1). Sampel A2 kemudian
dimasukkan ke dalam gelas ukur yang telah diisi dengan aquades tersebut.
Kemudian dilihat kenaikan air dalam gelas ukur (B2).
Densitas kamba = 1212
BBAA
−−
3. Total Cemaran Mikroba
Secara aseptis ditimbang satu gram sampel dan kemudian
dimasukkan larutan pengencer (garam fisiologis) dan dikocok. Pengenceran
sampai 10-2. sebanyak 1 ml dari sampel diinokulasi pada cawan petri yang
sudah dituang media PCA. Cawan petri dibiarkan membeku. Inokulasi
dilakukan pada suhu kamar selama 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh
dicatat sebagai total mikroba.
B. Uji Kesukaan
Uji kesukaan atau uji hedonik merupakan salah satu jenis uji
penerimaan. Uji kesukaan bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan
panelis terhadap produk hand and body cream yang dihasilkan dengan cara
meraba produk dengan ujung jari kemudian mengoleskannya ke tangan,
mencium dengan hidung, dan melihat produk.
Dalam uji ini panelis diminta untuk menilai produk sesuai dengan
tingkat kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap produk hand and body cream
dengan skala numerik, 1 adalah sangat tidak suka, 2 tidak suka, 3 netral, 4
suka, dan 5 sangat suka. Hal-hal yang diuji meliputi homogenitas, warna, bau,
kesan lengket di tangan, dan rasa hangat pada kulit.
92
Lampiran 2. Kuisioner untuk uji hedonik
UJI HEDONIK HAND AND BODY CREAM JAHE
No. :
Nama :
Tanggal :
Contoh : hand and body cream jahe
Instruksi : oleskan krim jahe ke tangan anda pada tempat yang berbeda
dan berikan penilaian dalam tabel berikut :
Parameter Kode
A B C D E F
1. Homogenitas
2. Warna
3. Aroma
4. Kemudahan menyebar
5. Kesan lengket dikulit
6. Rasa hangat dikulit
Nilai : 1 = sangat tidak suka
2 = tidak suka
3 = netral
4 = suka
5 = sangat suka
Urutkan kode sesuai dengan rangkingnya berdasarkan kesukaan akan semua
parameter diatas :
Rangking Kode Rangking Kode
1 4
2 5
3 6
93
Lampiran 3a. Rekapitulasi data hasil analisis pH hand and body cream jahe
Taraf Ulangan 1 Ulangan 2
P1 5.87 5.85
P2 5.76 5.82
P3 5.68 5.65
Pembanding 7.03
Lampiran 3b. Rekapitulasi data hasil analisis densitas hand and body cream jahe
Taraf Ulangan 1
(g/ml)
Ulangan 2
(g/ml)
P1 0.6915 0.7683
P2 0.747 0.747
P3 0.737 0.737
Pembanding 0.668
94
Lampiran 4. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap homogenitas hand and
body cream jahe
Panelis Perlakuan P1 P2 P3
1 4 2 2 2 4 4 4 3 4 4 4 4 5 3 5 5 3 2 4 6 4 3 2 7 4 3 3 8 2 4 2 9 4 3 3 10 3 3 3 11 4 5 4 12 2 3 3 13 4 3 4 14 4 4 5 15 5 4 4 16 4 3 3 17 2 2 4 18 4 2 2 19 3 3 3 20 5 3 4 21 4 4 4 22 4 4 4 23 4 4 4 24 4 4 4 25 4 4 4 26 5 4 5 27 3 3 3 28 3 2 3 29 4 2 4 30 3 3 4
Jumlah 112 97 107 Rata-rata 3.73 3.23 3.57
Presentase 35.44% 30.70% 33.86%
Keterangan :
P1 = minyak jahe 5%
P2 = minyak jahe 10%
P3 = minyak jahe 15%
95
Lampiran 5. Hasil uji Kruskal Walis untuk uji hedonik panelis terhadap
homogenitas produk hand and body cream jahe akibat pengaruh
konsentrasi minyak atsiri jahe yang ditambahkan
Perlakuan Jumlah panelis Median Rata-rata rangking P
P1 30 4.000 52.1 0.054
P2 30 4.000 37.3
P3 30 3.000 47.2
Total 90 45.5
96
Lampiran 6. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap warna hand and body
cream jahe
Panelis Perlakuan P1 P2 P3
1 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 5 4 3 4 6 4 4 3 7 4 3 3 8 4 4 4 9 3 3 3 10 4 4 4 11 5 5 5 12 4 5 3 13 3 5 3 14 4 3 4 15 4 4 4 16 4 4 3 17 4 3 3 18 4 4 4 19 4 3 3 20 4 2 4 21 4 4 4 22 4 4 4 23 4 4 4 24 3 4 3 25 4 4 4 26 5 4 4 27 3 3 2 28 4 3 3 29 4 3 4 30 3 2 4
Jumlah 116 110 108 Rata-rata 3.87 3.67 3.6
Persentase 34.73% 32.93% 32.34%
Keterangan :
P1 = minyak jahe 5%
P2 = minyak jahe 10%
P3 = minyak jahe 15%
97
Lampiran 7. Hasil uji Kruskal Walis untuk uji hedonik panelis terhadap warna
produk hand and body cream jahe akibat pengaruh konsentrasi
minyak atsiri jahe yang ditambahkan
Perlakuan Jumlah panelis Median Rata-rata rangking P
P1 30 4.000 50.9 0.240
P2 30 4.000 44.2
P3 30 4.000 41.3
Total 90 45.5
98
Lampiran 8. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap bau hand and body
cream jahe
Panelis Perlakuan P1 P2 P3
1 4 3 3 2 4 2 2 3 2 3 3 4 2 3 4 5 4 5 3 6 3 2 3 7 3 3 4 8 2 3 3 9 3 2 3 10 2 4 3 11 4 2 4 12 3 3 3 13 4 3 2 14 2 1 3 15 2 2 2 16 4 4 4 17 4 3 4 18 4 4 4 19 4 3 1 20 4 3 4 21 4 4 2 22 4 2 2 23 4 4 4 24 3 3 4 25 4 4 4 26 4 4 3 27 4 4 1 28 4 3 3 29 3 5 4 30 3 2 4
Jumlah 101 93 93 Rata-rata 3.37 3.1 3.1
Persentase 35.20% 32.40% 32.40%
Keterangan :
P1 = minyak jahe 5%
P2 = minyak jahe 10%
P3 = minyak jahe 15%
99
Lampiran 9. Hasil uji Kruskal Walis untuk uji hedonik panelis terhadap bau
produk cream jahe akibat pengaruh konsentrasi minyak atsiri jahe
yang ditambahkan
Perlakuan Jumlah panelis Median Rata-rata rangking P
P1 30 4.000 50.7 0.359
P2 30 3.000 42.2
P3 30 3.000 43.6
Total 90 45.5
100
Lampiran 10. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap kemudahan menyebar
hand and body cream jahe
Panelis Perlakuan P1 P2 P3
1 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 5 2 4 2 6 3 3 3 7 3 4 3 8 2 3 3 9 2 2 3 10 3 3 3 11 2 2 3 12 5 3 3 13 4 4 3 14 2 3 4 15 3 3 3 16 4 4 4 17 4 3 3 18 4 4 3 19 4 3 2 20 4 3 4 21 4 4 4 22 2 1 2 23 4 4 4 24 3 3 4 25 4 3 4 26 3 3 2 27 3 3 3 28 3 2 2 29 3 4 4 30 2 3 4
jumlah 96 95 96 rata-rata 3.2 3.17 3.2
persentase 33.45% 33.10% 33.45%
Keterangan :
P1 = minyak jahe 5%
P2 = minyak jahe 10%
P3 = minyak jahe 15%
101
Lampiran 11. Hasil uji Kruskal Walis untuk uji hedonik panelis terhadap
kemudahan menyebar produk hand and body cream jahe akibat
pengaruh konsentrasi minyak atsiri jahe yang ditambahkan
Perlakuan Jumlah panelis Median Rata-rata rangking P
P1 30 3.000 45.6 0.996
P2 30 3.000 45.2
P3 30 3.000 45.7
Total 90 45.5
102
Lampiran 12. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap kesan lengket di kulit
hand and body cream jahe
Panelis Perlakuan P1 P2 P3
1 3 2 3 2 3 3 4 3 1 3 2 4 2 3 4 5 3 4 2 6 3 3 3 7 4 3 3 8 3 2 3 9 2 3 2 10 2 3 3 11 4 4 4 12 5 3 3 13 4 4 4 14 2 3 3 15 3 2 2 16 3 4 3 17 3 4 3 18 4 2 3 19 4 4 4 20 4 3 2 21 3 3 3 22 2 1 2 23 4 4 4 24 3 3 4 25 4 3 4 26 2 2 3 27 3 3 3 28 3 2 3 29 2 4 4 30 2 3 3
Jumlah 90 90 93 Rata-rata 3 3 3.1
Persentase 32.97% 32.97% 34.06%
Keterangan :
P1 = minyak jahe 5%
P2 = minyak jahe 10%
P3 = minyak jahe 15%
103
Lampiran 13. Hasil uji Kruskal Walis untuk uji hedonik panelis terhadap kesan
lengket produk cream jahe akibat pengaruh konsentrasi minyak
atsiri jahe yang ditambahkan
Perlakuan Jumlah panelis Median Rata-rata rangking P
P1 30 3.000 44.3 0.875
P2 30 3.000 44.8
P3 30 3.000 47.4
Total 90 45.5
104
Lampiran 14. Rekapitulasi data hasil uji kesukaan terhadap rasa hangat di kulit
hand and body cream jahe
Panelis Perlakuan P1 P2 P3
1 2 2 2 2 4 3 4 3 1 2 2 4 4 4 4 5 3 2 2 6 2 3 3 7 4 4 3 8 2 2 3 9 3 4 3 10 3 4 3 11 3 3 3 12 3 3 5 13 4 3 4 14 2 3 4 15 2 2 2 16 3 2 5 17 2 3 4 18 2 2 2 19 2 1 2 20 4 3 4 21 4 3 3 22 2 4 4 23 4 4 4 24 3 4 3 25 4 3 4 26 2 3 3 27 3 3 3 28 2 2 2 29 2 4 3 30 2 2 4
Jumlah 83 87 97 Rata-rata 2.77 2.9 3.23
Persentase 31.09% 32.58% 36.33%
Keterangan :
P1 = minyak jahe 5%
P2 = minyak jahe 10%
P3 = minyak jahe 15%
105
Lampiran 15. Hasil uji Kruskal Walis untuk uji hedonik panelis terhadap rasa
hangat produk hand and body cream jahe akibat pengaruh
konsentrasi minyak atsiri jahe yang ditambahkan
Perlakuan Jumlah panelis Median Rata-rata rangking P
P1 30 3.000 40.1 0.149
P2 30 3.000 44.1
P3 30 3.000 52.3
Total 90 45.5
106
Lampiran 16. Nilai perhitungan bobot uji kesukaan
A. Nilai perhitungan bobot homogenitas
Konsentrasi Minyak Atsiri 5%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 0 0 0
2 3 10 10
3 6 20 30
4 17 56.67 86.67
5 4 13.33 100
Total 30 100
Konsentrasi Minyak Atsiri 10%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 0 0 0
2 6 20 20
3 12 40 60
4 11 36.67 96.67
5 1 3.33 100
Total 30 100
Konsentrasi Minyak Atsiri 15%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 0 0 0
2 4 13.33 13.33
3 8 26.67 40
4 15 50 90
5 3 10 100
Total 30 100
107
Perlakuan Jumlah Panelis (%)
Tidak suka Netral Suka
MJ 5% 10 20 70
MJ 10% 20 40 40
MJ 15% 13.33 26.67 60
B. Nilai perhitungan bobot warna
Konsentrasi Minyak Atsiri 5%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 0 0 0
2 0 0 0
3 6 20 20
4 22 73.33 93.33
5 2 6.67 100
Total 30 100
Konsentrasi Minyak Atsiri 10%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 0 0 0
2 2 6.67 6.67
3 9 30 36.67
4 16 53.33 90
5 3 10 100
Total 30 100
108
Konsentrasi Minyak Atsiri 15%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 0 0 0
2 1 3.33 3.33
3 11 36.67 40
4 17 56.67 96.67
5 1 3.33 100
Total 30 100
Perlakuan Jumlah Panelis (%)
Tidak suka Netral Suka
MJ 5% 0 20 80
MJ 10% 6.67 30 63.33
MJ 15% 3.33 36.67 60
C. Nilai perhitungan bobot bau
Konsentrasi Minyak Atsiri 5%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 0 0 0
2 6 20 20
3 7 23.33 43.33
4 17 56.67 100
5 0 0 100
Total 30 100
109
Konsentrasi Minyak Atsiri 10%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 1 3.33 3.33
2 7 23.33 26.66
3 12 40 66.66
4 8 26.67 93.33
5 2 6.67 100
Total 30 100
Konsentrasi Minyak Atsiri 15%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 2 6.67 6.67
2 5 16.67 23.34
3 11 36.66 60
4 12 40 100
5 0 0 100
Total 30 100
Perlakuan Jumlah Panelis (%)
Tidak suka Netral Suka
MJ 5% 20 23.33 56.67
MJ 10% 26.66 40 33.34
MJ 15% 23.34 36.66 40
110
D. Nilai perhitungan bobot kemudahan menyebar
Konsentrasi Minyak Atsiri 5%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 0 0 0
2 7 23.33 23.33
3 11 36.67 60
4 11 36.67 96.67
5 1 3.33 100
Total 30 100
Konsentrasi Minyak Atsiri 10%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 1 3.33 3.33
2 3 10 13.33
3 16 53.33 66.66
4 10 33.33 99.99
5 0 0 100
Total 30 100
Konsentrasi Minyak Atsiri 15%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 0 0 0
2 5 16.67 16.67
3 14 46.67 63.34
4 11 36.67 100.01
5 0 0 100
Total 30 100
111
Perlakuan Jumlah Panelis (%)
Tidak suka Netral Suka
MJ 5% 23.33 36.67 40
MJ 10% 13.33 53.33 33.33
MJ 15% 16.67 46.67 36.67
E. Nilai perhitungan bobot kesan lengket
Konsentrasi Minyak Atsiri 5%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 1 3.33 3.33
2 8 26.67 30
3 12 40 70
4 8 26.67 96.67
5 1 3.33 100
Total 30 100
Konsentrasi Minyak Atsiri 10%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 1 3.33 3.33
2 6 20 23.33
3 15 50 73.33
4 8 26.67 100
5 0 0 100
Total 30 100
112
Konsentrasi Minyak Atsiri 15%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 0 0 0
2 6 20 20
3 15 50 70
4 9 30 100
5 0 0 100
Total 30 100
Perlakuan Jumlah Panelis (%)
Tidak suka Netral Suka
MJ 5% 30 70 30
MJ 10% 23.33 50 26.67
MJ 15% 20 50 30
F. Nilai perhitungan bobot rasa hangat
Konsentrasi Minyak Atsiri 5%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 1 3.33 3.33
2 13 43.33 46.66
3 8 26.67 73.33
4 8 26.67 100
5 0 0 100
Total 30 100
113
Konsentrasi Minyak Atsiri 10%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 1 3.33 3.33
2 9 30 33.33
3 12 40 73.33
4 8 26.67 100
5 0 0 100
Total 30 100
Konsentrasi Minyak Atsiri 15%
Skala Frekuensi (%) Kumulatif (%)
1 0 0 0
2 7 23.33 23.33
3 11 36.67 60
4 10 33.33 93.33
5 2 6.67 100
Total 30 100
Perlakuan Jumlah Panelis (%)
Tidak suka Netral Suka
MJ 5% 46.66 26.67 26.67
MJ 10% 33.33 40 26.67
MJ 15% 23.33 36.67 40
114
Lampiran 17. Hasil Kromatografi Gas Minyak Jahe
115
Area Percent Report
116
APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN
HAND AND BODY CREAM
Oleh
ASRI PATMARANI
F34103019
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN
HAND AND BODY CREAM
JURNAL PENELITIAN
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ASRI PATMARANI
F34103019
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN
HAND AND BODY CREAM
JURNAL PENELITIAN
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ASRI PATMARANI
F34103019
Dilahirkan pada tanggal 4 Agustus 1985
Di Rangkasbitung
Tanggal lulus : 3 Oktober 2007
Menyetujui,
Bogor, 3 Oktober 2007
Drs. Chilwan Pandji. Apt. MSc. Ir. Suryatmi Retno Dumadi, MS Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
APLIKASI MINYAK JAHE (Zingiber officinale) PADA PEMBUATAN HAND AND BODY CREAM1)
Asri patmarani2), Chilwan Pandji3), Suryatmi Retno Dumadi4) 1) Bagian dari Bagian dari skripsi yang disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian dan Ujian akhir
S1 Teknologi Industri Pertanian IPB 2) Mahasiswa S1 Teknologi Industri Pertanian IPB
3) Staf Pengajar pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB 4) Peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jakarta
ABSTRACT
Ginger is one of kind of spices that many cultivation in Indonesia. It have various function in use. Ginger can be use for cooking flavours, materials for beverages, and medicines. For foods and beverages, it can be make as sweetened ginger, cookies, mixed ginger drink and anothers. For medicines, it can be use for treat some of illness like painful, injury, feel loathing, aroma therapy, and so on.
Many people use the ginger for medicine in traditional method and its exactly troublesome. So necessary the simple methode for use the ginger as a medicine, that is to make ginger in cream form. Cream is one of emultion system, that materials composer in water phase and oil phase which blended by emusifier.
The purpose of this research is to be obtain the best of ginger oil concentration in order to create the hand and body cream product, to observe the characteristic and the customer acceptance. The concentration of the ginger oil that use is 5%, 10%, and 15%.
The value of pH hand and body cream is variant about 5.67 – 5.86, that is allowable by normally pH of skin and SNI requirement. The density is average from 0.729 – 0.747, this value is not yet allowable for SNI requirement. All cream exhibits negative value of TPC.
According the heaviness tests the best ginger oil concentration for hand and body cream product is 5% with weight value about 1.4188. This product has pH value 5.86, density 0.7299, negative microbe filthy, product homogeneity 70%, colour 80%, odor 56.67%, easily to spread 40%, sticky impression 30%, and warm impression 26.67%.
Keywords : ginger, cream, emulsifier
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alam baik flora maupun faunanya. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki adalah keanekaragaman rempah-rempah yang tumbuh tersebar di negara yang memiliki julukan Zamrud Khatulistiwa ini. Rempah-rempah banyak digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan jamu, bahan tambahan pada makanan, dan tidak sedikit rempah-rempah yang dapat digunakan untuk pengobatan.
Jahe merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Hal ini dikarenakan iklim di Indonesia sangat sesuai untuk pertumbuhan jahe, sehingga tanaman jahe dapat tumbuh dengan mudah. Tanaman jahe dapat tumbuh subur pada ketinggian 200-900 m diatas permukaan laut dengan pH tanah berkisar 5-5.6.
Tanaman jahe diperbanyak dengan rhizoma. Rhizoma adalah batang yang tumbuh dari dalam tanah, rhizoma akan tumbuh menjadi batang sampai dengan ketinggian 1.5 m dengan panjang daun 5-30 cm dan lebar 8-20 mm. Jahe dipanen ketika batang berubah warna dari hijau menjadi kuning dan kering, yaitu sekitar umur 9-10 bulan, atau warna agak cokelat, yaitu sekitar 12 bulan (Hayati, 2005).
Jahe memiliki berbagai macam fungsi dalam penggunaannya. Jahe dapat digunakan sebagai bumbu untuk masakan, bahan tambahan dalam minuman, dan obat-obatan. Dalam bidang makanan dan minuman, jahe dapat diolah menjadi manisan jahe, kue kering, wedang jahe, dan lain sebagainya. Dalam bidang obat-obatan, jahe dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti masuk angin, pegal-pegal, mengobati luka, anti
mual, penghangat badan, aroma terapi dan lain-lain.
Rimpang jahe mengandung minyak atsiri dan oleoresin yang dapat memberikan efek pengobatan seperti rasa hangat dan aroma terapi. Oleoresin jahe dapat memberikan rasa hangat, sedangkan minyak atsirinya merupakan komponen volatile oil pada jahe dan dapat memberikan rasa yang menyegarkan.
Jahe dapat dimanfaatkan sebagai obat dalam yakni jahe tersebut diolah dalam bentuk makanan ataupun minuman dan obat luar. Selama ini, cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk memanfaatkan jahe sebagai obat luar masih tradisional, jahe harus diparut terlebih dahulu baru kemudian dibalurkan ke bagian tubuh yang sakit. Cara ini cukup merepotkan karena selain harus memarut jahe sebelum digunakan, efek setelah penggunaannya pun terkadang tidak menyenangkan seperti jahe terasa terlalu panas di kulit dan kulit menjadi kering. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang lebih mudah untuk memanfaatkan jahe sebagai bahan untuk pengobatan, misalnya membuatnya dalam bentuk hand and body cream sehingga akan lebih mudah digunakan.
Cream merupakan salah satu bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60%, yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Dalam cream yang merupakan suatu sistem emulsi, terdapat emulsifier yang dapat menyatukan dua fasa yang berbeda yaitu fasa air dan fasa minyak agar dapat bersatu membentuk suatu sistem emulsi yang stabil. Sediaan cream dipilih karena dalam formulasinya terdapat beberapa bahan yang berfungsi sebagai pelembab, sehingga produk yang dihasilkan tidak hanya berfungsi sebagai obat tetapi dapat pula berfungsi sebagai kosmetika. Selain itu, sediaan cream memiliki konsistensi yang tidak terlalu padat sehingga mudah dioleskan.
Banyak alasan orang menggunakan sistem emulsi, diantaranya yang utama adalah dalam situasi dimana manusia membutuhkan suatu formulasi tunggal yang komponen penyusunnya tidak dapat bercampur. Untuk membuat suatu formulasi tunggal, bahan-bahan tersebut harus digabungkan menjadi satu, dan media pelarutnya digunakan campuran minyak dan air yaitu sistem emulsi sehingga tiap komponen penyusunnya dapat tersebar
merata keseluruh bagian. Emulsi juga dapat dimanfaatkan untuk mengatur kondisi fisik suatu produk seperti tingkat kekentalannya. Selain itu, banyak orang menyukai produk emulsi karena memiliki tekstur dan penampakan yang bagus.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi terbaik dari minyak atsiri jahe pada proses pembuatan produk hand and body cream jahe serta mengetahui karakteristik dan tingkat kesukaan konsumen terhadap produk hand and body cream jahe yang dihasilkan.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan dan alat
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini minyak atsiri jahe yang diperoleh dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis yaitu aquadest, Plate Count Agar (PCA), dan NaCl, sedangkan bahan yang digunakan sebagai formulasi hand and body cream adalah gliserol monostearat, setil alkohol, parafin cair, anti foam (silicon oil), sorbitol, metil paraben, gum xantan, dan polietilen glikol
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain timbangan, termometer, gelas piala, cawan alumunium, hot plate, pH meter, inkubator, otoklaf, stirrer, mixer dan alat gelas lainnya.
Metode penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu karakterisasi minyak jahe yang dilakukan oleh PT. Scent Indonesia Laboratory., penelitian pendahuluan, dan penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan dilakukan penentuan konsentrasi gum xantan dan polietilen glikol yang digunakan sebagai emulsifier yang dapat menghasilkan produk cream yang baik, sedangkan pada penelitian utama dilakukan pembuatan produk dengan menambahkan minyak jahe sebanyak 5%, 10%, dan 15%, analisa karakteristik produk hand and body cream yang dihasilkan meliputi pH, bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan distribusi globula, serta uji kesukaan. Uji kesukaan yang dilakukan terhadap produk meliputi : uji kesukaan terhadap homogenitas, warna, bau, kemudahan menyebar, kesan lengket, dan rasa hangat pada kulit. Panelis yang melakukan uji kesukaan ini adalah 30 orang mahasiswa yang termasuk panelis tidak
terlatih. Prosedur pembuatan produk hand and body cream adalah sebagai berikut : 1. Masing-masing bahan yang akan
digunakan dalam formulasi ditimbang. Kemudian dipisahkan berdasarkan fasenya (kelarutan dalam air dan dalam minyak). Fase minyak meliputi gliseril monostearat, setil alkohol, parafin cair, dan anti foam, sedangkan fase air meliputi sorbitol, metil paraben, polietilen glikol, gum xantan, dan air.
2. Bahan-bahan yang memiliki fase yang sama dicampurkan. Kemudian masing-masing campuran tersebut dipanaskan secara terpisah sampai mencapai suhu 70oC sambil terus dilakukan pengadukan dengan menggunakan stirrer. Untuk bahan gum xantan baru dimasukkan ke dalam campuran setelah mencapai suhu 40oC dan dimasukkan sedikit demi sedikit agar dapat larut dengan baik.
3. Setelah masing-masing campuran dipanaskan dan dilakukan pengadukan, kedua campuran tersebut didinginkan sampai mencapai suhu 50oC-60oC. Kemudian kedua campuran tersebut dicampurkan dengan menggunakan mixer pada kecepatan no. 1.
4. Setelah keduanya tercampur, kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit minyak jahe ke dalam campuran tersebut sambil terus dilakukan pengadukan, kemudian kecepatan putar mixer dinaikkan pada kecepatan no.3. Penambahan minyak jahe ini tidak dilakukan pada penelitian pendahuluan.
5. Pengadukan dilakukan sampai campuran tersebut dingin pada suhu kamar atau selama ± 30 menit. Kemudian dilakukan analisis fisik dan hedonik terhadap produk cream yang dihasilkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakterisasi Minyak Jahe
Penggunaan minyak jahe pada pembuatan hand and body cream diawali dengan analisis fisiko kimia terhadap minyak yang akan digunakan. Analisis fisiko kimia ini meliputi warna, indeks bias, bobot jenis, putaran optik, bilangan asam, bilangan ester, bilangan ester setelah asetilasi, kadar lemak, dan kromatografi gas (GC). Hasil analisis fisiko kimia minyak jahe disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil karakterisasi minyak jahe
Parameter analisis
Nilai
SNI 1998 a Minyak jahe yang digunakan b
Warna - Kuning agak gelap
Indeks bias 1.4853-1.4920 (25oC)
1.4827 (20oC)
Bobot jenis 0.8720-0.8890 (25oC)
0.8819 (20oC)
Putaran optik
(-32o)-(-14o) +11.0o
Bilangan asam
Maks 2 1.53
Bilangan ester
Maks 15 15.85
Bilangan ester setelah asetilasi
Maks 90 87.77
Kadar lemak
Negatif Negatif
Kandungan sabinen dengan metode GC (%)
Tidak tercantum
23.99
Kandungan α-zingiberen dengan metode GC (%)
Tidak tercantum
9.54
a sumber : SNI 1998 b sumber : PT. SCENT INDONESIA LABORATORY
Berdasarkan hasil karakterisasi minyak jahe yang dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia, dapat diketahui bahwa minyak jahe yang digunakan masih berada dalam kisaran SNI. Sehingga minyak jahe tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan uji kromatografi gas, diketahui bahwa terdapat dua komponen utama yang terkandung dalam minyak jahe yang digunakan, yaitu sabinen sebanyak 23.99% dan α-zingiberen sebanyak 9.54%. Penggunaan senyawa sabinen tidak terlalu luas, tetapi sering digunakan sebagai komponen bahan pada pembuatan minyak lada sintetik. Senyawa α-zingiberen merupakan komponen utama minyak jahe yang menyebabkan bau harum pada jahe. Kedua zat ini tidak memberikan pengaruh terhadap rasa hangat.
B. Penelitian Pendahuluan Dalam suatu sistem emulsi dapat
menggunakan lebih dari satu jenis emulsifier yang akan dapat menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari emulsi tersebut. Satu emulsifier memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga kelemahan tersebut akan dapat tertutupi oleh emulsifier yang lainnya. Selain emulsifier, perlu juga ditambahkan stabilizer untuk menigkatkan stabilitas emulsi tersebut.
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi dari gum xantan dan polietilen glikol yang digunakan sebagai emulsifier. Gum xantan dipilih sebagai emulsifier dikarenakan sifatnya yang mudah larut dalam air, aman, tidak toksik, serta dapat berfungsi pula sebagai zat pengental. Pada penambahan dengan konsentrasi yang sedikit sudah dapat memberikan viskositas yang cukup besar pada sistem emulsi yang dihasilkan. Mcneely (1973) menjelaskan bahwa pada penggunaan sebanyak 1% dapat memberikan viskositas kurang lebih sebesar 1000 cps, pengukuran dilakukan pada suhu 25oC dengan menggunakan viskometer Brookfield Model LVF pada 60 rpm.
Pemilihan polietilen glikol (PEG) sebagai emulsifier pada penelitian ini dikarenakan PEG bersifat mudah larut dalam air, tidak toksik, dan dapat berfungsi sebagai humektan. Selain itu, PEG sudah banyak digunakan sebagai emulsifier oleh industri.
Hal yang dilakukan pada penelitian pendahuluan adalah menambahkan gum xantan dan PEG masing-masing dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3% dalam formulasi cream dengan tujuan untuk mencari konsentrasi terbaik dari kedua jenis emulsifier tersebut. Dasar dari pemilihan rentang konsentrasi adalah pada umumnya emulsifier digunakan dalam jumlah sedikit di industri, hal ini dikarenakan harga emulsifier yang cukup mahal oleh karena itu diperlukan pemilihan jenis emulsifier dan konsentrasi yang tepat pada penggunaannya.
Dari hasil penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi terbaik untuk gum xantan adalah 2% dan konsentrasi terbaik untuk PEG adalah 2%. Pada penambahan gum xantan 1% dan PEG 1%; gum xantan 1% dan PEG 2%; serta gum xantan 1% dan PEG 3%, cream yang terbentuk masih sangat cair bahkan lebih cair daripada lotion, viskositas yang sangat rendah ini akan menyulitkan pada saat pemakaian. Pada penambahan gum xantan
2% dan PEG 1%; gum xantan 2% dan PEG 2%; serta gum xantan 2% dan PEG 3%, cream yang dihasilkan cukup kental dan hampir sama dengan produk cream pada umumnya, tetapi pada penambahan PEG sebanyak 1% cream yang terbentuk belum stabil, hal ini terlihat dari adanya komponen yang memisah ketika cream tersebut didiamkan selama satu hari. Ketika konsentrasi PEG dinaikkan menjadi 2% cream yang terbentuk sudah cukup stabil dan tidak terlihat adanya pemisahan ketika cream tersebut didiamkan selama 1-2 hari. Pada penambahan gum xantan sebanyak 3% dengan PEG sebanyak 1%, 2%, dan 3% menghasilkan cream yang sangat kental dan sulit untuk dilakukan pengadukan. C. Penelitian Utama
Hand and body cream merupakan salah satu bentuk sediaan kosmetika, berupa emulsi kental yang memiliki kandungan air tidak kurang dari 60%. Terdapat dua tipe emulsi untuk golongan sediaan dalam bentuk cream, yaitu tipe emulsi o/w (oil in water) dan tipe emulsi w/o (water in oil). Pada tipe emulsi o/w minyak berperan sebagai fasa terdispersi (fasa internal) dan air berperan sebagai fasa pendispersi (fasa eksternal) tetapi berlaku sebaliknya untuk tipe emulsi w/o, minyak berperan sebagai fasa pendispersi (fasa eksternal) dan air berperan sebagai fasa terdispersi (fasa internal).
Menurut Schmitt (1996), umumnya produk cream berbentuk o/w dengan fasa minyak dan humektan yang lebih banyak dari produk lotion. Terdiri dari 15-40% fasa minyak dan 5-15% fasa humektan, karakteristik penampakannya hampir sama dengan produk lotion.
Pada penelitian utama dilakukan proses pembuatan produk hand and body cream dengan mengaplikasikan minyak jahe sebagai komponen aktif dan gum xantan serta PEG sebagai emulsifier, konsentrasi penambahan kedua emulsifier tersebut didapat dari penelitian pendahuluan. Minyak jahe yang ditambahkan yakni sebesar 5%, 10%, dan 15%. Banyaknya minyak jahe yang ditambahkan ditentukan secara subjektif. Pada produk hand and body cream yang dihasilkan dilakukan uji karakteristik yang meliputi pH, bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan distribusi globula serta uji penerimaan konsumen (uji kesukaan).
D. Karakterisasi Hand and Body Cream Jahe
Analisis yang dilakukan terdahap produk hasil penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh dari analisis produk tersebut kemudian dibandingkan dengan karakteristik produk sejenis yang ada di pasaran. Analisis yang dilakukan meliputi pH, bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan distribusi globula serta uji kesukaan. 1. pH
Tingkat keasaman suatu produk dapat diketahui dari nilai pH produk tersebut. Kadar keasaman untuk produk kosmetik atau produk yang digunakan untuk pemakaian luar yang berhubungan langsung dengan kulit haruslah sesuai dengan pH penerimaan kulit. Hal ini dikarenakan jika produk kosmetika tersebut memiliki nilai pH yang sangat tinggi atau sangat rendah akan menyebabkan kulit teriritasi. Menurut Warta Konsumen (1987), pH normal kulit adalah 5 – 6.5. Wasitaatmadja (1997) menjelaskan bahwa produk kosmetika sebaiknya memiliki pH sekitar 5.5, sedangkan menurut SNI Nomor 16 – 4399 – 1996 pH produk cream yang disarankan berkisar antara 4.5 – 8.0.
Hasil analisa pH produk hand and body cream dengan perlakuan penambahan minyak atsiri jahe menunjukkan bahwa rata – rata pH produk cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 5.67 – 5.86. Nilai ini sesuai dengan pH penerimaan kulit dan SNI produk cream, sehingga produk tersebut dapat digunakan untuk kulit, sedangkan cream produk pembanding memiliki pH senilai 7.03, nilai ini sangat sesuai dan aman bagi kulit karena produk tersebut memiliki tingkat keasaman yang netral sehingga tidak akan menimbulkan iritasi pada kulit. Perbandingan nilai pH dari masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 1.
Nilai pH produk cream jahe terendah diperoleh dari perlakuan penambahan minyak atsiri jahe sebesar 15% yaitu senilai 5.67 sedangkan nilai pH tertinggi diperoleh dari perlakuan penambahan minyak atsiri jahe sebesar 5% yaitu senilai 5.86. Semakin banyak konsentrasi minyak jahe yang ditambahkan maka nilai pH dari produk cream jahe yang dihasilkan akan semakin rendah atau nilai keasamannya akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena minyak atsiri jahe yang digunakan bersifat asam
yang ditandai dengan bilangan asam yang cukup tinggi yaitu senilai 1.53. Sehingga dapat disimpulkan semakin banyak konsentrasi minyak jahe yang ditambahkan maka nilai pH dari produk yang dihasilkan akan semakin kecil atau produk akan semakin asam.
0
12
34
5
67
8
Minyak atsiri jahe5%
Minyak atsiri jahe10%
Minyak atsiri jahe15%
Pembanding
Perlakuan
pH
Gambar 1. Histogram pH produk hand and body cream 2. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan berat dari volume sampel dengan berat air yang volumenya sama pada suhu tertentu. Pengukuran bobot jenis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu produk emulsi. Suryani, et. al (2000) menjelaskan bahwa apabila rasio antara fasa pendispersi dan fasa terdispersi tidak sesuai maka semakin rendah tingkat kestabilan suatu sediaan emulsi.
Pada penelitian ini, pengukuran bobot jenis produk dilakukan dengan cara mengukur densitas kamba produk tersebut. Hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan berupa pasta agak padat sehingga tidak memungkinkan untuk memasukkannya ke dalam piknometer. Prinsip dari pengukuran densitas kamba ini adalah membandingkan berat sampel dengan selisih tinggi air sebelum sampel dimasukkan dan setelah sampel dimasukkan dalam gelas ukur. Selisih tinggi air dimaksudkan sebagai volume air dan nilai densitas air adalah 1 g/cm3.
Nilai rata-rata densitas cream jahe yang dihasilkan adalah antara 0.729 – 0.747, nilai ini tidak berada dalam kisaran SNI tentang produk cream, dimana bobot jenis untuk produk cream yang baik adalah 0.95 – 1.05. Sama halnya dengan densitas produk komersial yang digunakan sebagai pembanding yang bernilai 0.668. Histogram perbandingan nilai densitas hand and body cream jahe dan hand and body cream produk pembanding disajikan pada Gambar 2.
0.620.640.660.680.7
0.720.740.76
Minyak atsirijahe 5%
Minyak atsirijahe 10%
Minyak atsirijahe 15%
Pembanding
Perlakuan
Den
sita
s
Gambar 2. Histogram densitas produk hand and body cream 3. Total Cemaran Mikroba
Total cemaran mikroba merupakan salah satu analisa yang dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada dalam suatu bahan. Dengan mengetahui jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalamnya dapat ditentukan apakah suatu produk layak atau tidak untuk dikonsumsi atau digunakan.
Salah satu metode yang sering digunakan pada analisa total cemaran mikroba ini adalah TPC (Total Plate Count). Prinsip metode ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1989).
Hasil uji total mikroba terhadap produk cream yang dihasilkan menunjukkan bahwa mikroorganisme yang terkandung dalam semua produk negatif. Hal ini dikarenakan dalam formulasi produk terdapat metil paraben yang berfungsi sebagai pengawet. Gliseril monostearat yang menjadi salah satu bahan penyusun hand and body cream selain berfungsi sebagai emulsifier, juga berfungsi sebagai anti mikroba. Selain itu, minyak atsiri jahe yang ditambahkan merupakan zat antibiotik yang akan semakin menghambat pertumbuhan mikroorganisme di dalam produk.
4. Ukuran dan Distribusi Globula
Pengukuran ukuran globula dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sistem emulsi secara mikroskopik serta untuk mengetahui laju pemisahan produk. Globula merupakan gabungan dari partikel-partikel bahan penyusun yang digunakan pada pembuatan emulsi. Semakin kecil dan seragamnya ukuran dan distribusi globula maka sistem emulsi tersebut akan semakin
stabil. Hal ini disebabkan dengan semakin kecilnya ukuran diameter globula, laju pemisahannya akan semakin kecil dan berlaku sebaliknya, semakin besar ukuran diameter globula maka laju pemisahannya akan semakin besar.
Ukuran globula yang kecil akan membentuk sistem emulsi yang rapat sehingga akan memperkecil adanya pergerakan atau tumbukan antar partikel sejenis dan mencegahnya untuk bersatu kembali. Ukuran dan distribusi globula sangat dipengaruhi oleh teknik pencampuran yang dilakukan, dalam hal ini alat yang digunakan untuk mencampurkan bahan-bahan menjadi faktor yang sangat menentukan. Gambar ukuran dan distribusi globula untuk setiap produk disajikan pada Gambar 3.
Pembanding
Minyak jahe 10 %
Minyak jahe 5%
Minyak jahe 15 %
Gambar 3. Foto globula hand and body cream jahe
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa produk hand and body cream komersial yang digunakan sebagai pembanding, memiliki ukuran globula yang sangat kecil, halus, dan jarak antara globula sangat rapat sehingga produk tersebut dapat stabil dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada produk hand and body cream yang ditambahkan minyak atsiri jahe sebanyak 5%, ukuran globula yang terbentuk cukup besar dan jarak antara globula cukup lebar, sehingga produk hand and body cream jahe tersebut relatif tidak stabil. Pada produk hand and body cream yang diberi tambahan minyak atsiri jahe sebanyak 10% dan 15% belum terbentuk sistem emulsi. Hal ini dapat dilihat dari struktur partikel yang terbentuk, dengan jelas dapat terlihat bahwa fase minyak dan fase air pada produk hand and body cream tersebut tidak bercampur. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan pada proses pencampuran, tidak cukup baik untuk dapat mencampurkan bahan-bahan penyusun hand and body cream sehingga dapat menjadi suatu sistem emulsi. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah stirrer dan mixer yang biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga. Selain kecepatan putarnya yang rendah, kedua alat ini juga tidak mempunyai sisi yang runcing yang berfungsi untuk memperhalus partikel bahan penyusun hand and body cream dan membuat bahan-bahan tersebut dapat bercampur membentuk sistem emulsi. 5. Uji Kesukaan
Uji kesukaan atau uji hedonik merupakan salah satu uji penerimaan suatu produk oleh konsumen. Uji kesukaan bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap hand and body cream jahe yang dihasilkan. Uji kesukaan dilakukan dengan cara mengukur, menilai atau menguji mutu komoditas dengan menggunakan alat indera manusia yaitu penglihatan, penciuman, dan peraba.
Uji kesukaan yang dilakukan yaitu dengan cara melihat produk, mencium dengan hidung, dan meraba produk dengan ujung jari kemudian mengoleskannya ke tangan. Dalam uji ini, panelis diminta untuk menilai produk sesuai dengan tingkat kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap produk hand and body cream jahe dengan skala numerik, 1 adalah sangat tidak suka, 2 adalah tidak suka, 3 adalah netral, 4 adalah suka, dan 5 adalah sangat suka. Hal-hal yang diuji meliputi : homogenitas, warna, bau,
kemudahan menyebar, kesan lengket di tangan, dan rasa hangat pada kulit. Uji ini bersifat subjektif dan panelis yang melakukan pengujian adalah mahasiswa IPB berjumlah 30 orang yang merupakan panelis tidak terlatih. 5.1 Homogenitas
Homogenitas merupakan parameter penting dalam menentukan kualitas dari suatu sistem emulsi. Hal ini dikarenakan homogenitas merupakan gambaran dari tingkat kehalusan dan keseragaman tekstur produk emulsi. Semakin halus dan seragam tekstur yang dihasilkan maka semakin bagus produk emulsi tersebut. Selain itu, homogenitas juga dapat menggambarkan bahwa telah bercampurnya minyak dengan air. Suatu sistem emulsi dapat dikatakan homogen apabila tidak terlihat adanya pemisahan antara komponen penyusun emulsi tersebut. Kehomogenan sistem emulsi dipengaruhi oleh teknik atau cara pencampuran yang dilakukan serta alat yang digunakan pada proses pembuatan emulsi tersebut.
Pada pengujian homogenitas ini, panelis diminta untuk merasakan tekstur produk dengan ujung jarinya, kemudian dioleskan ke tangan. Panelis akan menilai kehalusan dan keseragaman tekstur produk sesuai dengan tingkat kesukaannya.
Secara umum, penilaian panelis terhadap homogenitas produk cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 3.23 – 3.73 yaitu antara netral hingga suka. Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 35.44%, 30.70%, dan 33.86%. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap homogenitas produk hand and body cream jahe dapat dilihat pada Gambar 4.
Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 yang dilakukan, menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada homogenitas produk yang dihasilkan (P>0.05). Hal ini dikarenakan panelis hanya dapat merasakan kehalusan dan tekstur dari produk yang dihasilkan tetapi tidak dapat merasakan adanya perbedaan ukuran globula dari produk tersebut.
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaan Panelis
Jum
lah
Pan
elis
(%)
Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%
Gambar 4. Grafik tingkat kesukaan
panelis terhadap homogenitas produk hand and body cream jahe
5.2. Warna
Warna suatu produk akan mempengaruhi tingkat kesukaan panelis. Warna yang bagus akan menarik perhatian panelis untuk mencoba menggunakan produk hand and body cream tersebut. Uji kesukaan terhadap warna produk dilakukan secara visual, yaitu dengan cara meminta panelis untuk melihat warna dari produk hand and body cream yang dihasilkan.
Warna yang terbentuk pada produk dipengaruhi oleh warna bahan-bahan penyusunnya. Pada penelitian ini digunakan minyak atsiri jahe sebagai salah satu bahan baku penyusun emulsi. Minyak jahe ini berwarna kuning keemasan dan akan mempengaruhi warna yang terbentuk pada produk. Semakin banyak minyak atsiri jahe yang ditambahkan maka warna hand and body cream yang terbentuk akan semakin menguning.
Secara umum, penilaian panelis terhadap warna produk hand and body cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 3.6 – 3.87 yaitu antara netral hingga suka. Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 34.73%, 32.93%, dan 32.34%.
Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada warna produk yang dihasilkan (P>0.05). Hal ini dikarenakan panelis yang melakukan penilaian adalah panelis yang tidak terlatih sehingga tidak menyadari adanya perbedaan warna dari produk yang dihasilkan. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap warna produk cream jahe dapat dilihat pada Gambar 5.
0
1020
3040
50
6070
80
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaan Panelis
Jum
lah
Pan
elis
(%)
Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%
Gambar 5. Grafik tingkat kesukaan
panelis terhadap warna produk hand and body cream jahe
5.3. Bau
Uji kesukaan terhadap bau dilakukan dengan cara meminta panelis untuk mencium atau menghirup bau dari produk hand and body cream yang dihasilkan. Tingkat kesukaan panelis terhadap bau hand and body cream akan mempengaruhi pemilihan panelis terhadap produk tersebut. Bau yang tercium dari produk dipengaruhi oleh bau dari bahan-bahan penyusunnya. Bahan yang paling berpengaruh dalam menimbulkan bau pada produk hand and body cream jahe ini adalah minyak atsiri jahe. Minyak atsiri adalah komponen volatile yang bersifat aromatis dan mudah menguap pada suhu kamar. Bau yang ditimbulkan tergantung dari sumber minyak atsiri tersebut diperoleh. Pada umumnya, semakin banyak jumlah minyak atsiri yang ditambahkan pada produk maka bau yang ditimbulkan akan semakin menyengat atau baunya akan semakin kuat.
Secara umum, penilaian panelis terhadap bau produk cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 3.1 – 3.37 yaitu antara netral hingga suka. Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 35.20%, 32.40%, dan 32.40%. Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada bau produk yang dihasilkan (P>0.05). Hal ini dapat dikarenakan panelis yang melakukan pengujian sebagian besar tidak menyukai bau jahe walaupun terdapat pula panelis yang menyukai bau jahe. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap bau produk hand
and body cream jahe dapat dilihat pada Gambar 6.
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaan Panelis
Jum
lah
Pan
elis
(%)
Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%
Gambar 6. Grafik tingkat kesukaan
panelis terhadap bau produk hand and body cream jahe 5.4. Kemudahan Menyebar
Pada uji ini panelis diminta untuk mengoleskan produk hand and body cream pada tangannya dan merasakan kemudahan pengolesan produk hand and body cream yang dihasilkan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya sebar dari produk yang dihasilkan. Pada umumnya, konsumen lebih menyukai hand and body cream yang mudah untuk dioleskan.
Pada uji kemudahan menyebar untuk produk hand and body cream jahe ini, secara umum respon panelis yang dihasilkan antara 3.17 – 3.2 yaitu antara netral hingga suka. Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 33.45%, 33.10%, dan 33.45%.
Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada kemudahan menyebar produk yang dihasilkan (P>0.05). Parameter kemudahan penyebaran pada suatu produk emulsi dipengaruhi oleh fasa lemak yang terkandung di dalamnya dan pada semua produk hand and body cream jahe yang dihasilkan memiliki jumlah dan fasa lemak yang sama. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kemudahan menyebar produk cream jahe dapat dilihat pada Gambar 7.
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaan Panelis
Jum
lah
Pane
lis (%
)
Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%
Gambar 7. Grafik tingkat kesukaan
panelis terhadap kemudahan menyebar hand and body cream jahe
5.5. Kesan Lengket di Tangan
Pada penilaian ini panelis diminta untuk menilai rasa lengket produk di tangan dengan cara mengoleskan sejumlah produk ke tangan dan kemudian merasakan kesannya setelah pemakaian. Kesan lengket pada hand and body cream disebabkan karena adanya komponen parafin cair dan sorbitol yang terkandung di dalamnya. Penilaian dilakukan berdasarkan tingkat kesukaan dan ketidaksukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Pada umumnya, konsumen kurang menyukai produk hand and body cream yang terasa lengket pada saat pemakaian.
Secara umum, penilaian panelis terhadap kesan lengket produk hand and body cream jahe yang dihasilkan berkisar antara 3 – 3.1, yaitu netral. Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 32.97%, 32.97%, dan 34.06%. Hasil uji Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada kemudahan menyebar produk yang dihasilkan (P>0.05). Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap kesan lengket produk hand and body cream jahe dapat dilihat pada Gambar 8.
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaan Panelis
Jum
lah
Pane
lis (%
)
Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%
Gambar 8. Grafik tingkat kesukaan
panelis terhadap kesan lengket produk hand and body cream jahe
5.6. Rasa Hangat di Kulit
Pada penilaian ini panelis diminta untuk menilai rasa hangat produk di kulit dengan cara mengoleskan sejumlah produk ke tangan dan kemudian merasakan kesannya setelah pemakaian. Penilaian dilakukan berdasarkan tingkat kesukaan dan ketidaksukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Komponen terbesar yang terkandung pada minyak jahe yang digunakan pada penelitian adalah sabinen dan zingiberen. Kedua senyawa ini tidak memberikan pengaruh terhadap rasa hangat. Pada dasarnya, rasa hangat dari jahe disebabkan oleh adanya komponen oleoresin yang menyebabkan rasa pedas dan hangat yang terdiri dari gingerol, zingerol, dan shogaol. Rasa hangat yang dapat dirasakan oleh panelis kemungkinan disebabkan oleh terdapatnya sedikit komponen oleoresin yang ikut terekstrak dalam minyak.
Respon yang diberikan oleh panelis terhadap produk yang dihasilkan secara umum berkisar antara 2.77 – 3.23, yaitu antara tidak suka hingga suka. Total persentase penilaian untuk setiap perlakuan penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe sebesar 5%, 10%, dan 15% secara berturut-turut adalah 31.09%, 32.58%, dan 36.33%.
Hasil uji statistik non parametrik Kruskall-Wallis pada taraf α = 0.05 menunjukan bahwa penambahan konsentrasi minyak atsiri jahe tidak memperlihatkan adanya perbedaan secara nyata terhadap kesukaan panelis pada rasa hangat produk yang dihasilkan (P>0.05). Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap rasa hangat produk hand and body cream jahe dapat dilihat pada Gambar 9.
0
10
20
30
40
50
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaan Panelis
Jum
lah
Pane
lis (%
)
Minyak atsirijahe 5%Minyak atsirijahe 10%Minyak atsirijahe 15%
Gambar 9. Grafik tingkat kesukaan
panelis terhadap rasa hangat produk hand and body cream jahe
E. Pemilihan Perlakuan Terbaik
Dengan Metode Pembobotan Penentuan perlakuan terbaik produk
hand and body cream jahe ini dilakukan dengan menggunakan metode pembobotan. Cara yang dilakukan adalah dengan membobot karakteristik yang tidak tercantum dalam standar dan uji kesukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Metode pembobotan ini mengacu pada metode pembobotan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. Nilai kepentingan untuk setiap karakteristik produk diberi skala 1 – 5 (5 = paling penting, 4 = penting, 3 = biasa, 2 = tidak penting, 1 = paling tidak penting). Bobot untuk setiap karakteristik diberikan dengan cara membandingkan antara nilai kepentingan masing-masing karakteristik dengan total nilai kepentingan dari keseluruhan karakteristik yang diuji. Pembobotan untuk kepentingan setiap karakteristik disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pembobotan kepentingan karakteristik hand and body cream jahe a Parameter Pertimbangan
kepentingan Nilai Bobot
1. Objektif a. pH Parameter
yang menentukan mutu cream menurut SNI 16-4399-1996
5 0.1163
b. Bobot jenis
Parameter yang menentukan mutu cream menurut SNI 16-4399-1996
5 0.1163
c. Total cemaran mikroba
Parameter yang menentukan mutu cream menurut SNI 16-4399-1996
5 0.1163
d. Ukuran dan distribusi globula
Menunjukkan sistem emulsi secara mikro dan kestabilan emulsi
5 0.1163
2. Subjektif a.Homogen
-itas Menentukan keseragaman tekstur
4 0.093
b. Warna Daya tarik hand and body cream
4 0.093
c. Bau Daya tarik hand and body cream
3 0.0698
d.Kemudah-an menyebar
Menunjukkan kemudahan dalam pengolesan
4 0.093
e. Kesan lengket
Kesan kurang baik dari hand and body cream
3 0.0698
f. Rasa hangat
Kesan yang diharapkan dirasakan setelah pengolesan hand and body cream pada kulit
5 0.1163
Total 43 1 a sumber : Oktavianti (2004)
Nilai bobot kemudian dikalikan dengan nilai rangking dari nilai hasil pengujian dengan skala 1 – 3 (terdapat tiga perlakuan). Total nilai hasil perkalian antara nilai bobot dengan nilai rangking merupakan nilai akhir yang akan digunakan untuk menentukan perlakuan terbaik. Nilai hasil perkalian antara nilai bobot dengan nilai hasil pengujian disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai hasil perkalian antara nilai bobot dengan nilai hasil pengujian
Parameter Bo-bot
Nilai Golongan P1 P2 P3
N B N B N B 1.Objektif a. pH 0.1
163 1 0.1163 2
0.2326 3
0.3489
b.Densitas 0.1163 1
0.1163 2
0.2326 3
0.3489
c.Total cemaran mikroba
0.1163
2 0.2326
2 0.2326
2 0.2326
d. Ukuran dan distribusi globula
0.1163
1 0.1163
2 0.2326
3 0.3489
2.Subjektif a.Homogenitas 0.0
93 1 0.093 3
0.279 2
0.186
b. Warna 0.093 1
0.093 2
0.186 3
0.279
c. Bau 0.0698 1
0.0698 3
0.2094 2
0.1396
d.Kemudahan menyebar
0.093 1
0.093 3
0.279 2
0.186
e. Kesan lengket
0.0698 2
0.1396 3
0.2094 1
0.0698
f. Rasa hangat 0.1163 3
0.3489 2
0.2326 1
0.1163
Total 1.0001
1.4188
2.3258
2.256
Keterangan : MAJ 5% = Cream dengan konsentrasi minyak atsiri jahe 5% MAJ 10% = Cream dengan konsentrasi minyak atsiri jahe 10% MAJ 15% = Cream dengan konsentrasi minyak atsiri jahe 15% B = Nilai perkalian antara bobot dengan nilai pengujian N = Nilai rangking
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hand and body cream jahe dengan penambahan minyak atsiri jahe sebesar 5% (Perlakuan 1) merupakan perlakuan yang terbaik. Hal ini ditunjukan dengan nilai total perkalian antara bobot dengan nilai
pengujian yang terkecil yaitu 1.4188. Pada perlakuan yang ditambahkan minyak atsiri jahe sebesar 10%, memiliki nilai total perkalian antara bobot dengan nilai pengujian sebesar 2.3258 dan pada perlakuan dengan penambahan minyak atsiri jahe sebesar 15%, produk hand and body cream jahe memiliki nilai total perkalian antara bobot dengan nilai pengujian sebesar 2.256.
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Konsentrasi penambahan minyak atsiri jahe terbaik pada produk hand and body cream jahe didapatkan pada penambahan konsentrasi minyak sebanyak 5% dengan nilai hasil pembobotan sebesar 1.4188. Karakteristik produk hand and body cream dengan perlakuan terbaik ini memiliki nilai pH sebesar 5.86, bobot jenis sebesar 0.729, dan total cemaran mikroba yang negatif. Tetapi ukuran globula yang terbentuk masih besar dan jarak antar globula masih lebar. Dari hasil uji hedonik, didapatkan nilai persentase panelis yang suka terhadap homogenitas produk hand and body cream jahe dengan perlakuan terbaik adalah 70%, warna 80%, bau 56.67%, mudah menyebar 40%, kesan lengket di tangan 30%, dan rasa hangat di kulit 26.67%.
Nilai persentase penerimaan panelis yang suka terhadap homogenitas keseluruhan produk hand and body cream yang dihasilkan adalah P1 70%, P2 40%, dan P3 60%; warna produk adalah P1 80%, P2 63.33%, dan P3 60%; bau produk adalah P1 56.67%, P2 33.34%, dan P3 40%; kemudahan menyebar adalah P1 40%, P2 33.33%, dan P3 36.67%; rasa lengket di kulit adalah P1 30%, P2 26.67%, dan P3 30%; dan rasa hangat di kulit adalah P1 26.67%, P2 26.67%, dan P3 40%. Semua uji berada dalam rentang nilai netral hingga suka. B. SARAN
Sebaiknya dalam proses pembuatan menggunakan alat homogenizer agar semua komponen penyusun hand and body cream dapat bercampur dengan baik dan globula yang dihasilkan akan lebih halus dan rapat, sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih stabil. Selain itu, bahan baku yang digunakan sebaiknya oleoresin jahe agar rasa hangat dari produk dapat terasa.
DAFTAR PUSTAKA
Anatomical Chart Co. 1995. The World’s
Best Anatomical Charts. Point Of View, Inc.
Anonim. 1999. Pedoman Penerapan Jaminan Mutu Terpadu Jahe. Badan Agribisnis. Departemen Pertanian.
Anonim. 1999. Plant Resources Of South East Asia 13 SPICES. PROSEA Foundation, Bogor. Indonesia.
Anonim. 2006. Polytehylene Glicol. http: //www. Chemicalland 21.com/industrial chem/organic/POLYETHYLENE %20 Glycol. Htm. (27 November 2006).
Balsam, M. S. 1972. Cosmetics Science and Technology. John Wiley And Sons, Inc. United States of America.
Budavary, Susan (editor). 1996. The Merck Index Twelfth Edition. Merck & Co., INC. New Jersey.
Departemen Kesehatan R. I. 1978. Formularium Indonesia. Edisi II. Jakarta.
Dickes G. J. dan P. V. Nicholas. 1976. Gas Chromatography In Food Analysis, Butterwoods., London Boston.
Fardiaz, S. 1989. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. IPB Press. Bogor.
Farrel, K. T. 1985. Spices, Condiments and Seasoning. The Avi Publishing Company Inc. Westport Connecticut, Daytona Beach. Florida.
Guenther, E. 1952. The Essential Oils. Van Nostrand Company. Inc., New York 5 : 106-120.
Hayati, E. K. 2005. Pemilihan Metode Pemisahan Untuk Penentuan Konsentrasi Gingerol dan Pola Respon Fourier Transform Infrared Pada Rimpang Jahe Emprit (Zingiber officinale Roscoe). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hill, A. F. 1952. Economic Botany. Mc Graw-Hill Book Company, Inc., New York.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. UI Press, Jakarta
Koswara. S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar harapan, Jakarta.
Mardiah, L. 2002. Aplikasi Gelatin Tipe A dari Kulit Sapi Pada Produk Hand and Body Cream. Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Martha Tilaar Innovation Center. 2002. Budidaya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mcneely, W. H., dan Kenneth S. Kang. Xanthan and Some Other Biosynthetic Gums. Industrial Gums Polysaccharides and Their Derivatives. Academic Press. New York, San Francisco, London. A Subsidiary of Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetics Science. Elsevier, Tokyo.
Oktavianti, Dwi. 2004. Aplikasi Gel Lidah Buaya (Aloe Vera) pada Produk Hand and Body Cream. Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Paimin, F. B dan Murhananto. 1999. Budidaya, Pengolahan, dan Perdagangan Jahe. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rismunandar. 1988. Rempah – Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru. Bandung.
Rumphius dalam K. Heyne. 1988. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Badan Litbang Kehutanan Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Santosa, D., D. Gunawan. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Schmitt, W. H. 1996. Skin-Care Product. In Williams, D. F. and W. H. Schmitt (Eds.) 1996. Chemistry and Technology of Cosmetics and Toiletries Industry, 2nd Ed. Blackie Academic and Professional, London.
SNI. 16. 4399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Dewan standarisasi Nasional, Jakarta.
Soeryati, S. 1985. Sediaan Kosmetika. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sondari, D. 2007. Sintesis dan Aplikasi Polimer Kationik Alami Pada Sistem Mikroemulsi Skin Lotion. Sekolah Pascasarjana. IPB, Bogor.
Suryani, A., Illah Sailah dan Erliza Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. FATETA. IPB. Bogor.
Warta Konsumen. 1987. Wanita Korban Kosmetik. Edisi tahun XI No. 130.1983. hlm. 6 dan 23.
Warta Kosmetik. 1995. Sedian Farmasi Edisi Tahun XIX No. 235/1995. Hal 22-23.
Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakatra.