Expose Pergub Ibk

43
PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 119 TAHUN 2009 119 TAHUN 2009 TENTANG TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TAMBAHAN PEDOMAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT BARAT

Transcript of Expose Pergub Ibk

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 119 TAHUN 2009 119 TAHUN 2009

TENTANG TENTANG

PEDOMAN PEMBERIAN TAMBAHAN PEDOMAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILANPENGHASILANBAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

DAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA

BARATBARAT

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP TUJUAN DAN RUANG LINGKUP (PASAL 2 DAN 3)(PASAL 2 DAN 3)

1.Tujuan disusunnya Pedoman pemberian Tambahan Penghasilan bagi PNS dan CPNS adalah untuk memberikan panduan dalam pengukuran kinerja serta penghitungan besaran tunjangan tambahan penghasilan yang akan diterima oleh masing-masing PNS dan CPNS di Lingkungan Pemerintah Daerah.

2.Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 diberikan kepada PNS dan CPNS sesuai dengan hasil capaian kinerja selama 1 (satu) bulan.

POKOK- POKOK KEBIJAKANPOKOK- POKOK KEBIJAKAN(PASAL 4)(PASAL 4)

1)Pemberian Tambahan Penghasilan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak, meningkatkan kinerja, motivasi, inovasi dan penghargaan terhadap kinerja PNS dan CPNS berdasarkan perilaku kerja dan prestasi kerja;

2)Tambahan Penghasilan Maksimal untuk Pejabat Struktural diberikan berdasarkan perkalian antara Tambahan Penghasilan dengan koefesien jabatan;

3) Tambahan Penghasilan Maksimal untuk Pejabat Fungsional Umum yang melaksanakan tugas tertentu, Pejabat Fungsional Umum dan CPNS serta Pejabat Fungsional Angka Kredit diberikan sesuai dengan tunjangan tambahan penghasilan yang ditetapkan;

4) Pajak Penghasilan (PPh) dihitung dari Besaran Tambahan Penghasilan yang diterima;

5) Koefesien Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk masing-masing jabatan struktural tercantum dalam Lampiran, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini;

6) Koefesien jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (4) dapat dievaluasi setiap tahun.

LANJUTAN……LANJUTAN……

Pemberian Tambahan Penghasilan Pemberian Tambahan Penghasilan diberikan kepada (PASAL 5):diberikan kepada (PASAL 5):

1.Pejabat Struktural;2.Pejabat Fungsional Angka

Kredit;3.Pejabat Fungsional Umum yang

melaksanakan Tugas Tertentu;4.Pejabat Fungsional Umum; dan5.CPNS.

PEJABAT STRUKTURAL (PASAL 6)PEJABAT STRUKTURAL (PASAL 6)

Besaran Tambahan Penghasilan yang diberikan kepada Pejabat Struktural selama 1 (satu) Tahun dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : 1.Triwulan Ia)Tambahan Penghasilan dibayarkan 100% tanpa memperhitungkan hasil Pengukuran Kinerja; b)Hasil Pengukuran Kinerja bulanan dijadikan dasar sebagai bahan pengisian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) dan Bahan pertimbangan Penempatan Dalam Jabatan;c)Dibayarkan setiap 1 (satu) bulan sekali.

2.Triwulan IIa)Tambahan Penghasilan yang diberikan dengan proporsi 80% dibayarkan secara langsung dan 20 % berdasarkan hasil pengukuran kinerja;b)Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud huruf a dibayarkan sekaligus setiap bulan.

LANJUTAN……LANJUTAN……

3. Triwulan IIIa) Tambahan Penghasilan yang diberikan dengan

proporsi 70% dibayarkan secara langsung dan 30 % berdasarkan hasil pengukuran kinerja;

b) Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud huruf a dibayarkan sekaligus setiap bulan.

4. Triwulan IVa)Tambahan Penghasilan yang diberikan dengan

proporsi 60% dibayarkan secara langsung dan 40 % berdasarkan hasil pengukuran kinerja;

b)Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud huruf a dibayarkan sekaligus setiap bulan.

PENGATURAN PEMBAYARAN TUNJANGAN PENGATURAN PEMBAYARAN TUNJANGAN TAMBAHAN PENGHASILAN (TTP) TAHUN 2010TAMBAHAN PENGHASILAN (TTP) TAHUN 2010

JANUARI TTP dibayarkan 100% sesuai standar biaya bulanan; TTP dibayarkan berdasarkan jabatan pada bulan Januari

2010; Pengukuran kinerja dilakukan sebagai bahan penilaian DP3

(belum berimplikasi ke TTP).

FEBRUARI DAN MARET TTP dibayarkan 100%; Besaran TTP Maksimal yang diterima oleh Pejabat Struktural

adalah : Besaran TP x Koefisien Jabatan;

APRIL DAN SETERUSNYA TTP yang diterima pada bulan April 2010 dihitung

berdasarkan hasil capaian kinerja bulan sebelumnya.

KOMPONEN TUNJANGAN DAERAHKOMPONEN TUNJANGAN DAERAH

NO. KOMPONEN

1. Pemenuhan kebutuhan hidup layak (memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan , rekreasi keluarga dan asuransi).

2. Pemenuhan biaya pengembangan diri (mengikuti pendidikan lanjutan, seminar, pelatihan, kursus, buku, internet).

3. Pemenuhan Operasional Jabatan, biaya sosial dan keagamaan (zakat, infaq, sodaqoh, menghadiri undangan, sumbangan kegiatan lingkungan, belanja produk lokal jabar dan pembinaan staf non kedinasan).

4. Uang kehormatan (penghargaan terhadap beban kerja, tanggung jawab kompleksitas masalah, dan kelangkaan profesi).

Pejabat Fungsional Angka KreditPejabat Fungsional Angka Kredit(PASAL 7)(PASAL 7)

1.Besaran Tambahan Penghasilan yang diberikan kepada Pejabat Fungsional Angka Kredit selama Tahun 2010 dibayarkan 100% tanpa memperhitungkan hasil pengukuran kinerja;

2.Hasil Pengukuran Kinerja bulanan dijadikan dasar sebagai bahan pengisian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) dan Bahan Pertimbangan Penempatan Dalam Jabatan;

3.Dibayarkan setiap 1 (satu) bulan sekali;4.Untuk mendorong peningkatan kinerja Pejabat

Fungsional Angka Kredit diwajibkan mengusulkan Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK) setiap periode 6 (enam) bulan (satu semester);

Pejabat Fungsional Umum yang melaksanakan Pejabat Fungsional Umum yang melaksanakan tugas tertentu, Pejabat Fungsiona Umum dan tugas tertentu, Pejabat Fungsiona Umum dan

CPNS (PASAL 8)CPNS (PASAL 8)

Besaran Tambahan Penghasilan yang diberikan kepada Pejabat Fungsional Umum yang melaksanakan tugas tertentu, Pejabat Fungsional Umum (Non Angka Kredit) dan CPNS selama 1 (satu) Tahun dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

1.Triwulan I.a)Tambahan Penghasilan dibayarkan 100% tanpa memperhitungkan besaran potongan dari hasil Pengukuran Kinerja; b)Hasil Pengukuran Kinerja bulanan dijadikan dasar sebagai bahan pengisian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) dan Bahan Pertimbangan Penempatan Dalam Jabatan;c)Dibayarkan setiap 1 (satu) bulan sekali.

2.Triwulan II dan seterusnya.a)Tambahan Penghasilan diberikan dengan proporsi 80% dibayarkan secara langsung dan 20% berdasarkan hasil pengukuran kinerja;b)Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud huruf a dibayarkan sekaligus setiap bulan.

Calon Pegawai Negeri Sipil Calon Pegawai Negeri Sipil (PASAL 9)(PASAL 9)

Pembayaran Tambahan Penghasilan Bagi CPNS diberikan sebesar 80% (delapan puluh) persen dari besaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8.

PENGHENTIAN PEMBAYARAN PENGHENTIAN PEMBAYARAN TAMBAHAN PENGHASILANTAMBAHAN PENGHASILAN (PASAL 10) (PASAL 10)

1.Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 tidak dapat dibayarkan, apabila :

2.PNS/CPNS yang bersangkutan sedang mengajukan keberatan/banding terhadap putusan hukuman disiplin berat, dan apabila dikemudian hari dinyatakan tidak terbukti bersalah, maka akan dibayarkan terhitung sejak mulai dihentikannya pembayaran tambahan penghasilan;

LANJUTAN…..LANJUTAN…..

3.Sedang menjalani cuti besar dan cuti diluar tanggungan negara;

4.Berhenti sebagai PNS/CPNS;5.Menjalani masa bebas tugas/masa

persiapan pensiun;6.Menjalani tugas belajar lebih dari 6

(enam) bulan.(Catatan : Cuti Melahirkan tetap

mendapatkan TTP)

PENGUKURAN KINERJAPENGUKURAN KINERJA(PASAL 11)(PASAL 11)

1.Pengukuran Kinerja dilakukan terhadap kinerja perorangan PNS dan CPNS yang bersangkutan;

2.Hasil Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara kumulatif dapat menjadi salah satu ukuran kinerja unit organisasi;

3.Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) didasarkan pada aspek :a. Perilaku kerja; dan b. Prestasi kerja.

Pengukuran Aspek Perilaku KerjaPengukuran Aspek Perilaku Kerja(PASAL 12)(PASAL 12)

1.Aspek perilaku kerja merupakan perilaku PNS dan CPNS yang diukur dalam melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan jabatannya;

2.Pengukuran aspek perilaku kerja dilakukan dengan menerapkan potongan terhadap tambahan penghasilan dengan ketentuan sebagai berikut :

a.hadir terlambat tanpa ijin;b.pulang lebih cepat tanpa ijin;c.tidak Masuk kerja tanpa ijin;d.tidak melaksanakan tugas/perintah

kedinasan dari atasan tanpa alasan; dane.dikenai sanksi sesuai PP No 30 Tahun 1980.

LANJUTAN……LANJUTAN……

4.Besaran proporsi potongan tambahan penghasilan untuk masing-masing aspek perilaku kerja sebagaimana dimaksud ayat (2) dituangkan dalam Formulir Penilaian Kinerja PNS dan CPNS;

5.Ijin hadir terlambat, diberikan maksimal 30 menit dari jam masuk kerja;

6.Ijin pulang lebih cepat, dapat diberikan maksimal 30 menit dari jam pulang kerja;

7.Hadir terlambat dan pulang lebih cepat melebihi 30 menit tanpa ijin dinilai sebagai tidak melaksanakan tugas/perintah kedinasan dari atasan tanpa alasan;

LANJUTAN….LANJUTAN….

8. Ijin tidak masuk kerja untuk kepentingan pribadi/keluarga diberikan maksimal 3 (tiga) hari dalam 1 (satu) bulan;

9. Ijin hadir terlambat, ijin pulang cepat dan ijin tidak masuk kerja harus disampaikan oleh PNS dan CPNS yang bersangkutan kepada atasan langsung untuk mendapatkan persetujuan tertulis;

10.Ijin tertulis selambat-lambatnya disampaikan 3 (tiga) hari sejak PNS dan CPNS yang bersangkutan mengajukan ijin.

Pengukuran Aspek Prestasi KerjaPengukuran Aspek Prestasi Kerja(PASAL 13)(PASAL 13)

1.Aspek prestasi kerja merupakan capaian kinerja pegawai yang diukur dalam melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan jabatannya.

LANJUTAN…..LANJUTAN…..

2. Pengukuran aspek perilaku kerja, meliputi :

a.Pejabat Fungsional Angka Kredit meliputi capaian angka kredit setiap bulan;

b.Pejabat Struktural Eselon III dan IV, meliputi :

1) Kualitas Pekerjaan;2) Kerjasama dan relasi sosial;3) Inisiatif;4) Menentukan prioritas; dan5) Kebutuhan dukungan bawahan.

LANJUTAN……LANJUTAN……

c.Pejabat Struktural Eselon II, terdiri dari :1) Kepala OPD dan Kepala Biro, meliputi :a)Pembinaan dan Pengembangan PNS dibawah

tanggungjawabnya;b) Realisasi anggaran dan kegiatan sesuai DPA

OPD.2) Asisten Sekretaris Daeraha) Pembinaan dan Pengembangan PNS

dilingkup Biro dan OPD dibawah koordinasinya;b) Realisasi anggaran dan kegiatan

sesuai DPA Biro dan OPD dibawah koordinasinya.3) Staf Ahli Gubernur, meliputi :a) Jumlah hasil rekomendasi kebijakan

yang disampaikan kepada Gubernur;b) Menghadiri acara/kegiatan kedinasan baik

diundang maupun sebagai pemrakarsa kegiatan.

POTONGAN TAMBAHAN POTONGAN TAMBAHAN PENGHASILANPENGHASILAN

(PASAL 14)(PASAL 14)

Seluruh Anggaran dari potongan tambahan penghasilan disetorkan kembali kepada Kas Daerah.

Instrumen PengukuranInstrumen Pengukuran(PASAL 15)(PASAL 15)

Pejabat PenilaiPejabat Penilai(PASAL 16)(PASAL 16)

1. Terhadap Sekretaris Daerah tidak dilakukan Pengukuran Kinerja;

2. Pengukuran Kinerja Pejabat Struktural Eselon II (Asisten dan Staf Ahli Gubernur) dilakukan oleh Sekretaris Daerah;

LANJUTAN…..LANJUTAN…..

3. Pengukuran Kinerja Pejabat Struktural Eselon II (Kepala OPD dan Kepala Biro) dilakukan oleh Sekretaris Daerah berdasarkan laporan bahan penilaian dari Para Asisten Sekretaris Daerah;

4. Pengukuran Kinerja Pejabat Struktural Eselon III dilakukan oleh Pejabat Struktural Eselon II atasannya;

LANJUTAN…..LANJUTAN…..

5. Pengukuran Kinerja Pejabat Struktural Eselon IV dilakukan oleh Pejabat Struktural Eselon III atasannya;

6. Pengukuran Kinerja Pejabat Fungsional Umum, Pejabat Fungsional Umum yang melaksanakan Tugas Tertentu dan CPNS dilakukan oleh Pejabat Struktural Eselon IV atasannya;

LANJUTAN…LANJUTAN…

7. Pengukuran Kinerja Pejabat Fungsional Angka Kredit dilakukan oleh Kepala OPD berdasarkan bahan pertimbangan dari Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum OPD yang bersangkutan, serta Ketua Tim Penilai Angka Kredit atau Pejabat yang ditunjuk sebagai koordinator jabatan fungsional tersebut.

TATA CARA PENGUKURAN KINERJA TATA CARA PENGUKURAN KINERJA ((PASAL 17)PASAL 17)

1.Pejabat penilai wajib melakukan pengukuran kinerja terhadap pejabat yang dinilainya di lingkungan unit kerja masing-masing;

2.Durasi penilaian kinerja PNS/CPNS adalah 1 (satu) bulan;

3.Pengukuran Kinerja dilakukan dengan menggunakan formulir pengukuran kinerja yang telah ditetapkan;

LANJUTAN…..LANJUTAN…..

4. Pejabat yang menilai dan pejabat yang dinilai wajib menandatangani formulir penilaian kinerja yang telah diisi disetiap akhir bulan;

5. Penandatanganan Formulir Penilaian Kinerja Pejabat Fungsional Angka Kredit oleh Kepala OPD dapat dilimpahkan kepada Sekretaris OPD.

Hasil Pengukuran KinerjaHasil Pengukuran Kinerja(PASAL 18)(PASAL 18)

1. Hasil Pengukuran Kinerja yang dilakukan oleh atasan langsung, direkapitulasi oleh masing-masing OPD disetiap akhir masa penilaian setiap bulannya, untuk selanjutnya dilaporkan kepada :a. Badan Kepegawaian Daerah untuk

Formulir Rekapitulasi Pencapaian Kinerja (RPK);

b. Biro Keuangan untuk Formulir Rekapitulasi Besaran Tambahan Penghasilan (RBTP);

LANJUTAN…..LANJUTAN…..

2. Formulir Rekapitulasi Pencapaian Kinerja dan Formulir Rekapitulasi Besaran Tambahan Penghasilan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur;

3. Hasil Rekapitulasi Pencapaian Kinerja dari masing-masing OPD yang disampaikan kepada Badan Kepegawaian Daerah selanjutnya diverifikasi oleh Assesor Kinerja;

LANJUTAN…….LANJUTAN…….

4. Hasil Pengukuran Kinerja PNS dan CPNS dipergunakan sebagai dasar perhitungan besaran tambahan penghasilan dan dapat menjadi bahan pertimbangan penilaian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) serta penempatan dalam jabatan;

5. Tata cara penggunaan hasil pengukuran kinerja pegawai untuk bahan penilaian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) serta sebagai bahan pertimbangan penempatan dalam jabatan ditetapkan dalam Peraturan Gubernur tersendiri.

Tim Monitoring dan Evaluasi Tim Monitoring dan Evaluasi Pengukuran KinerjaPengukuran Kinerja

(PASAL 19)(PASAL 19)

1.Tim Monitoring dan Evaluasi Pengukuran Kinerja dibentuk oleh Gubernur, yang beranggotakan dari unsur Badan Kepegawaian Daerah, Inspektorat Provinsi Jawa Barat, Dinas Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, Biro Organisasi Sekretariat Daerah, Biro Keuangan Sekretariat Daerah dan Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah;

LANJUTAN….LANJUTAN….

2. Tim Monitoring dan Evaluasi Pengukuran Kinerja bertugas memverifikasi Hasil Pengukuran Kinerja, dan menangani pengaduan baik dari pejabat yang dinilai maupun pejabat yang menilai apabila terjadi keberatan/ketidakpuasan atas hasil pengukuran kinerja yang telah dilakukan;

3. Dalam melaksanakan Verifikasi hasil pengukuran kinerja Tim Monitoring dan Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dibantu oleh oleh Assesor Kompetensi dan Kinerja.

Assesor Kompetensi dan Kinerja Assesor Kompetensi dan Kinerja PNS (PASAL 20)PNS (PASAL 20)

1. Assesor Kompetensi dan Kinerja adalah Pegawai Negeri Sipil yang memiliki sertifikasi keahlian dibidang assesment kompetensi dan kinerja, yang diberi tugas tambahan berdasarkan Surat Tugas Gubernur;

2. Assesor Kompetensi dan Kinerja PNS bertugas mengumpulkan dan menganalisa data kinerja, memverifikasi hasil pengukuran kompetensi serta kinerja PNS dan CPNS yang dilakukan oleh Pejabat Penilai terhadap Pejabat yang dinilainya.

MEKANISME PEMBAYARANMEKANISME PEMBAYARAN(PASAL 21)(PASAL 21)

1. Pembayaran Tambahan Penghasilan kepada PNS dan CPNS dilakukan pada awal bulan berikutnya;

2. Pengajuan Pembayaran Tambahan Penghasilan dari masing-masing OPD kepada Biro Keuangan Setda Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil pencapaian kinerja PNS dan CPNS;

3. Besaran Tambahan Penghasilan PNS dan CPNS Golongan III dan IV dipotong PPh Pasal 21 sebesar 15%.

KEBERATAN ATAS HASIL PENGUKURAN KEBERATAN ATAS HASIL PENGUKURAN KINERJA (PASAL 22)KINERJA (PASAL 22)

1. Dalam hal pejabat yang dinilai berkeberatan atas hasil penilaian yang telah dilakukan, maka keberatan atas hasil pengukuran kinerja dibahas dan diselesaikan oleh atasan pejabat penilai sampai ke tingkat Kepala OPD;

2. Apabila Kepala OPD tidak dapat menyelesaikan keberatan terhadap hasil pengukuran kinerja, maka kepala OPD melaporkan kepada Tim Monitoring dan Evaluasi Pengukuran Kinerja;

LANJUTAN……LANJUTAN……3.Tim Monitoring dan Evaluasi Pengukuran

Kinerja menindaklanjuti hasil pengukuran kinerja dengan membahas dan memutuskan bersama-sama kepala OPD yang bersangkutan berdasarkan bukti-bukti pendukung yang ditunjukan oleh para pihak yang bersengketa;

4.Pejabat penilai dan yang dinilai wajib menandatangani Formulir Pengukuran Kinerja dengan hasil pengukuran sebagaimana diputuskan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi Pengukuran Kinerja bersama Kepala OPD yang bersangkutan;

5.Hasil Pengukuran Kinerja sebagaimana dimaksud ayat (3) selanjutnya dijadikan dasar penghitungan pemberian besaran tunjangan tambahan penghasilan.

SANKSI (PASAL 23)SANKSI (PASAL 23)

1.Pejabat penilai yang berdasarkan hasil verifikasi Tim Monitoring dan Evaluasi Pengukuran Kinerja terbukti memberikan penilaian kinerja yang tidak sesuai dengan bukti kinerja diberikan sanksi berupa pemotongan tambahan penghasilan sebesar 25% dari total tambahan penghasilan pada bulan berikutnya;

2.Pejabat penilai yang terbukti tidak melakukan penilaian kinerja kepada bawahannya diberikan sanksi berupa pemotongan tambahan penghasilan sebesar 50% dari total tambahan penghasilan pada bulan berikutnya.

PERMASALAHAN :PERMASALAHAN :

1)Masih banyak OPD yang belum menyampaikan Format Penilaian hasil uji coba Pengukuran Kinerja bulan Desember 2009.

2)Belum semua OPD melaporkan hasil Rekapitulasi Pencapaian Kinerja (RPK) dan rekapitulasi besaran tambahan penghasilan.

3)Belum semua OPD menulis jabatan pejabat yang dinilai, khususnya Jabatan Fungsional Umum dan Fungsional Umum yang Melaksanakan Tugas Tertentu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, masih ditulis “Pelaksana”.

Lanjutan…..Lanjutan…..

4) Belum terbentuk kesamaan persepsi mengenai ukuran kinerja 100%.

5) Masih banyak ditemukan Format penilaian yang tidak ditandatangani pejabat penilai maupun pejabat yang dinilai;

6) Jumlah total proporsi potongan tambahan penghasilan masih banyak yang tidak mengisi.

7) Banyak OPD yang cenderung memberikan potongan 0%.

Lanjutan…Lanjutan…

8) Untuk form. Pejabat Fungsional Angka Kredit banyak yang belum mengisi nilai Angka Kredit dan Tidak ditandatangani oleh TIM Penilai atau Koordinator.

9) Untuk Form. Pejabat Struktural Es. III dan IV masih banyak OPD yang tidak melengkapi pengisian kolom aspek perilaku.

TERIMA KASIHTERIMA KASIH

CALL CENTRE TPP081395 395 560

(MELLY)