Expose Dekon Rev
-
Upload
pkp2aiiilansamarinda -
Category
Spiritual
-
view
2.010 -
download
2
description
Transcript of Expose Dekon Rev
Disampaikan pada Expose Hasil Kajian PKP2A III LAN Tahun 2007
• Kewenangan dekonsentrasi belum terdefinisikan dengan rinci dan limitatif. Lantas, untuk membiayai apa dana dekon yang sedemikian besar?
• Terdapat kemungkinan program / proyek yg dibiayai secara rangkap baik oleh APBN maupun APBD (double financing), sehingga terjadi inefisiensi besar.
KAJIAN EVALUASI KINERJA PEMERINTAH PROPINSI DALAM PENYELENGGARAAN
KEWENANGAN DEKONSENTRASI
KAJIAN EVALUASI KINERJA PEMERINTAH PROPINSI DALAM PENYELENGGARAAN
KEWENANGAN DEKONSENTRASI
Fenomena / Permasalahan:
• Model pertanggungjawaban dana dekonsentrasi belum jelas. Dalam LAKIP SKPD, biasanya hanya memuat program yang bersumber dari APBD. Demikian pula, LPJ Kepala Daerah di sidang DPRD, hanya menyampaikan progres dan kinerja program2 daerah.
• Koordinasi Gubernur dengan Dept. Teknis tidak terpola dengan baik. Disatu sisi dia harus mempertanggung jawabkan penggunaan dana dekonsentrasi. Disisi lain, dia tidak memiliki kendali langsung kepada Dinas2 yg menjalankan program dekonsentrasi dan mendapatkan kucuran dana dari Dept. masing2.
• Sering disikapinya fungsi dekonsentrasi sebagai ”tugas kelas dua”.
• Belum ada kajian tentang Kinerja Dekonsentrasi.
Lanjutan …
TUJUAN KAJIANTUJUAN KAJIAN
1. Mengidentifikasi rincian kewenangan berdasarkan bidangnya.
2. Mengidentifikasi masalah / kendala dalam pelaksanaan tugas / kewenangan dekonsentrasi serta kebijakan / upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dekonsentrasi.
3. Mengidentifikasi besaran sumber daya yang digunakan untuk menjalankan tugas / kewenangan dekonsentrasi serta kebutuhan ideal bagi masing-masing daerah.
4. Untuk mengetahui – dan jika mungkin mengukur – tingkat kinerja penyelenggaraan kewenangan dekonsentrasi di Wil Kalimantan.
5. Merumuskan alternatif kebijakan yang lebih operasional dalam mengembangkan / memperkuat fungsi dekonsentrasi sebagai penyeimbang dari fungsi desentralisasi sehingga dapat direkomendasikan strategi terbaik untuk menjamin tetap tegaknya NKRI ditengah praktek otonomi daerah yang begitu cepat.
WEWENANG / URUSAN PEMERINTAH PUSAT
Kewenangan Pusat DILAKSANAKAN INSTANSI PUSAT ATAU INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH
Dekonsentrasi DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR SELAKU WAKIL PEMERINTAH PUSAT
Desentralisasi DISERAHKAN KEPADA DAERAH
Tugas Pembantuan DITUGASKAN KEPADA DAERAH KABUPATEN/KOTA
POLITIK LUAR NEG
PERTAHANAN
KEAMANAN
YUSTISI
MONETER & FISKAL
AGAMA
URUSAN PEMERINTAH
PUSAT
URUSAN PEMERINTAH
DAERAH
URUSAN YANG MENJADI KEWENANGANNYA, KECUALI YANG TELAH DITETAPKAN SEBAGAI URUSAN PEMERINTAH PUSAT
TUGAS GUBERNUR SBG WAKIL PEMERINTAH TUGAS GUBERNUR SBG WAKIL PEMERINTAH
GUBERNUR
SBG KDH(PS. 24) SBG KDH(PS. 24)
SBG WKL. PEMERINTAH
(PS. 37)
SBG WKL. PEMERINTAH
(PS. 37)
TUGAS & WEWENANG (PS. 38)
BINWAS PENYELENG. PEM. KAB./KOTA
KOORDIN. UR-PEM DI DRH PROV. & KAB/KOTA
KOORD. BINWAS TUGAS PEMBANTUAN DI DRH. PROV. & KAB./KOTA
TUGAS & WEWENANG
(PS. 25)PENDANAAN APBN
KED. KEU. GUB. (PP)
PRESIDEN
Keuntungan DEKONSENTRASI (Mark Turner, 2002)Keuntungan DEKONSENTRASI (Mark Turner, 2002)
• Accessibility of officials. • Mobilization of local resources. • Rapid response to local needs. • Orientation to the specific local needs. • Motivation of field personnel. • Inter-office coordination. • Central agencies.
Sbg unit penghubung (intermediate administrative entity) antara Pusat dan Daerah. Sbg unit intermediasi, Provinsi memiliki 2 posisi monopoli:
• ”Agen Tunggal” dalam menjabarkan kebijakan Pusat yang menyangkut urusan kepemerintahan daerah,
• ”Agen Tunggal” yang menyediakan seluruh informasi tentang daerah kepada Pusat.
(Schiavo-Campo dan Sundaram, To Serve and To Preserve: Improving Public Administration In A Competitive World, 2000)
• Mengaktualisasikan Nilai Pancasila; • Mengkoordinasikan manajeman wilayah; • Memfasilitasi kerjasama dan mengatasi konflik; • Melantik Bupati/Walikota; • Memelihara hubungan antardaerah; • Memfasilitasi perencanaan dan penegakkan perundang-
undangan; • Menyelenggarakan tugas-tugas lain (urusan
pemerintahan); • Merencanakan pemindahan kabupaten/kota;• Melakukan penegakkan represif antardaerah provinsi ,
kabupaten/kota; • Memberikan pertimbangan pembentukan dan pemekaran
wilayah.
(PP No. 39 Tahun 2001)
• Kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah Propinsi dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
• Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas Propinsi sebagai perangkat Daerah Propinsi.
• Penyelenggaraan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibiayai atas beban pengeluaran pembangunan APBN.
• Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan Dekonsentrasi dilakukan secara terpisah dari APBD.
• Gubernur memberitahukan kepada DPRD tentang kegiatan Dekonsentrasi.
• Penganggaran pelaksanaan Dekonsentrasi dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN. Ketentuan lebih lanjut ditetapkan dengan keputusan Kenteri Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan Menteri teknis terkait.
• Anggaran pelaksanaan Dekonsentrasi merupakan bagian dari anggaran Departemen/LPND yang bersangkutan.
• Penyaluran dana pelaksanaan Dekonsentrasi dilakukan sesuai ketentuan yg berlaku bagi APBN, ketentuan lebih lanjut ditetapkan dg Kep. Menkeu.
• Dalam hal pelaksanaan Dekonsentrasi menghasilkan penerimaan, maka penerimaan tsb mjd penerimaan APBN. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemungutan dan penyetoran penerimaan disesuaikan dg peraturan yg berlaku bagi APBN.
• Semua kegiatan pengelolaan keuangan yg dilakukan oleh Gubernur dlm pelaksanaan Dekonsentrasi, diselenggarakan secara terpisah dari kegiatan pengelolaan keuangan untuk pelaksanaan Desentralisasi & TP.
• Tata cara pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan oleh Gubernur dlm pelaksanaan Dekonsentrasi mengacu kepada peraturan pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan APBN.
• Gubernur menyampaikan LPJ keuangan atas pelaksanaan Dekonsentrasi kpd Menteri/Pimpinan LPND.
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
da
lam
mili
ar
rup
iah
Su
lbar
Irjab
ar
Kep
ri
Bab
el
Go
ron
talo
Ben
gku
lu
Kalte
ng
Su
ltra
Su
lut
Su
lten
g
Malu
t
Kals
el
Kaltim
Jam
bi
Pap
ua
Yo
gyakarta
Riau
Malu
ku
Kalb
ar
Bali
NA
D
NT
B
Su
mb
ar
NT
T
DK
I
Lam
pu
ng
Su
msel
Ban
ten
Su
lsel
Su
mu
t
Jate
ng
Jatim
Jab
ar
2006 2007
Daerah Jumlah % Daerah Jumlah %
Total 33 25,032.63 100 33 24,614.90 100
Tertinggi Jabar 2,904.10 11.60 Jabar 2,920.24 11.86
Terendah Sulbar 174.48 0.70 Sulbar 207.22 0.84
Rata-Rata 33 758.56 - 33 745.91 -
2006 2007Uraian Daerah Jumlah % Daerah Jumlah %
Total 33 25,032.63 100 33 24,614.90 100
Tertinggi Jabar 2,904.10 11.60 Jabar 2,920.24 11.86
Terendah Sulbar 174.48 0.70 Sulbar 207.22 0.84
Rata-Rata 33 758.56 - 33 745.91 -
2006 2007Uraian
PETA DANA DEKONSENTRASIKABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2006-2007DJPKDJPK
Rekapitulasi Dana Dekonsentrasi di Kalimantan
(dalam juta Rp)
No PROVINSI 2005 2006
1 Kalimantan Barat 143,051 652,125
2 Kalimantan Timur 185,204 475,791
3 Kalimantan Selatan 116,253 453,749
4 Kalimantan Tengah 109,830 446,108
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan, Depkeu
Rekapitulasi Jml Alokasi Dana Dekonsentrasi Berdasarkan Kementerian / Lembaga Th 2006
No Nama DepartemenJumlah Dana
Dekon
1 Dep Pendidikan Nasional 17,719,711
2 Dep Kesehatan 2,703,504
3 Dep Pertanian 1,104,428
4 Dep Sosial 966,406
5 Dep Kelautan & Perikanan 646,031
6 Dep Tenaga Kerja & Transmigrasi 473,832
7 Kementerian Neg. Koperasi & UKM 210,000
8 Dep Energi dan SDM 150,244
9 Dep Kehutanan 136,636
10 Kementerian Negara Pemuda & OR 112,000
11 Dep Dalam Negeri 106,824
12 Dep Pekerjaan Umum 87,261
13 Dep Perdagangan 76,315
14 Dep Perindustrian 72,094
15 Dep Agama 45,445
16 Perpustakaan Nasional 9,625
17 BKPM 5,000
18 Arsip Nasional 3,650
19 Kementerian Negara LH 2,300
Jumlah Total 24,631,366
continued …
Pemerintah (cq. Dept teknis) belum memiliki kerangka kebijakan yang jelas tentang pengelolaan tugas Pemerintah yg harus dijalankan oleh Gub selaku ”Wakil Pemerintah” belum ada pelimpahan kewenangan pemerintah kepada Gubernur.
Secara de facto (berdasarkan praktek tidak tertulis), pelimpahan kewenangan telah berjalan. Setiap kali menerima pagu sementara APBN, Menteri memberitahukan kpd Gubernur rencana kegiatan yang akan didanai dari dana dekonsentrasi.
Per. Menteri Pertanian No. 211/Kpts/KU.510/5/2005 ttg Pelimpahan Wewenang kpd Gubernur dlm Pengelolaan dan Tanggungjwb Dana Dekon Dept Pertanian TA 2005. Namun kewenangan yg dilimpahkan masih berupa kelompok program, sedangkan program hingga kegiatannya belum terinci secara detail.
1. Aspek Pendelegasian / Pelimpahan Kwngan
Kurang terbangun komunikasi positif antar unit-unit lini dan/dengan unit penunjang. Di Dept Kesehatan misalnya, Unit Desentralisasi yg tugasnya mencakup urusan pelimpahan kewenangan kepada daerah, namun tidak pernah diajak berdiskusi tentang urusan tsb. Biro Keuangan juga tdk memiliki data tentang besarnya dana dekonsentrasi yg disalurkan ke berbagai daerah. Kebijakan pendelegasian kewenangan masih diolah unit lini masing-masing (Ditjen dan struktur dibawahnya).
2. Aspek Manajemen Internal
Sebagian besar sudah memiliki aturan mengenai mekanisme pelaporan dan/atau pertanggungjawaban pelaksanaan dekonsentrasi. Namun indikasi di lapangan menunjukkan bahwa mekanisme tersebut tidak berjalan dengan baik.
3. Aspek Pelaporan / Pertgjwban
Setelah menerima pemberitahuan Menteri, Gubernur menetapkan SKPD Provinsi dan memberitahukan kepada Menteri tentang rencana penyelenggaraan tugas dekonsentrasi.
Responden memandang perlu adanya pola koordinasi yang baku dalam pelaksanaan program dekonsentrasi di / oleh propinsi.
Gubernur seringkali tidak mampu memonitor penyelenggaraan kegiatan Departemen di daerah yang dibiayai dari anggaran APBN (dana dekonsentrasi) miskoordinasi antar Sekretariat – Bappeda – Dinas.
• Jumlah dana Dekon cenderung terus meningkat.
• Koordinasi Gub kepada Bupati/Walikota lemah: Kab/Kot memiliki otonomi kuat; TP langsung digulirkan dari Pusat.
• Bentuk koordinasi & fasilitasi fungsi/program dekonsentrasi tidak jelas / baku.
• Gub belum menerbitkan Pergub ttg penyeleng-garaan fungsi dekonsentrasi bagi SKPD Prov.
• Koordinasi antar SKPD / unit kerja (Bappeda, Biro Keuangan, Dinas Teknis, Dispenda) juga kurang optimal.
• Pengawasan belum terintegrasi: APBD oleh Bawas, Dekon oleh BPK sulit mendeteksi kemungkinan overlap ABPN – APBD.
Perlu adanya peraturan per-UU-an tentang pelimpahan kewenangan kepada Gubernur: 1) mekanisme & prosedur pendelegasiannya; 2) hak-hak dan kewajiban Gubernur selaku delegataris; 3) teknis pembiayaan (sejak perencanaan, pencairan & pelaporannya); 4) mekanisme pengawasan & pertanggungjawaban kinerja / manajerialnya.
Ada 3 opsi kebijakan:
• Membentuk PP yang bersifat umum, berisi pedoman bagi Menteri/Kepala LPND dalam rangka pelimpahan kewenangan kepada Gubernur.
• Membentuk PP secara khusus tentang rincian kewenangan Gubernur selaku wakil pemerintah dalam melaksanakan fungsi dekonsentrasi di berbagai bidang / sektor.
• Menjabarkan PP No. 38/2007 serta menyusun sebuah instrumen untuk menyaring kewenangan-kewenangan (baca: urusan) pemerintah yang perlu dilimpahkan kepada Gubernur.
Perlu adanya 3 langkah sinergi dalam penyelenggaraan koordinasi urusan dekonsentrasi di Propinsi :
Integrasi fungsi, Integrasi institusi, Integrasi program.