Evidence Based Medicine
-
Upload
pratama-aditya-biantoro -
Category
Documents
-
view
225 -
download
1
Transcript of Evidence Based Medicine
Evidence Based Medicine
PRATAMA ADITYABIANTORO / 1102010217PEMBIMBING : Dr. EDI PRASETYO Sp.S
SKENARIOSeorang wanita berusia 32 tahun datang dengan keluhan pembengkakan pada daerah tenggorokan dan leher sejak 1 bulan terakhir yang semakin lama semakin membesar,disertai rasa sulit menelan dan terasa penuh. Pasien juga mengeluhkan demam, sakit kepala, dan suara serak. Pasien sudah pernah mengalami penyakit ini beberapa kali dalam 2 tahun terakhir dan sudah sering bolak balik ke dokter dan hanya diberikan resep obat.
Pasien mengeluh aktivitasnya terganggu selama beberapa tahun ini karena penyakitnya yang sering hilang timbul. Dokter melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat pembesaran pada tenggorokan pasien. Dijumpai pembesaran tonsil, dan tonsil yang berwarna merah dan terdapat bercak putih. Dokter mendiagnosis pasien menderita tonsillitis kronis. Dokter menyarankan untuk menjalankan tindakan operasi. Kemudian dokter merujuk pasien untuk dilakukan tindakan tonsilektomi dengan menggunakan cauter. Setelah bertemu dengan dokter spesialis THT, akan dilakukan koblasi tonsilektomi pada tonsil pasien. Kemudian pasien bertanya lebih efektif mana pengangkatan tonsil dengan menggunakan cara koblasi atau cauter.
Pertanyaan (foreground question)
Apakah metode koblasi lebih efektif digunakan untuk tonsilektomi dibandingkan dengan cauter?
PICO
Population : Wanita dewasa dengan tonsillitis kronis
Intervention: Tonsilektomi dengan tehnik koblasi
Comparison: Tonsilektomi dengan tehnik cauter
Outcomes : Memperbaiki tonsillitis kronis
Pencarian bukti ilmiah
Alamat website : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
Kata kunci : tonsillitis AND tonsillectomy
Limitasi : Januari 2008 – Desember 2013
HasilPencarian : 48
Dipilih artikel berjudul :Coblation vs. Electrocautery Tonsillectomy: A Prospective Randomized Study Comparing Clinical Outcomes in Adolescents and Adults.
Pengarang : Sung-Moon Hong et al
REVIEW JURNAL Objectives. Coblation is operated in low temperature, so it is proposed that tonsillectomy with
coblation involves less postoperative pain and allows accelerated healing of the tonsillar fossae compared with other methods involving heat driven processes. However, the results of the previous studies showed that the effect of coblation tonsillectomy has been equivocal in terms of postoperative pain and hemorrhage. Though, most of the previous studies which evaluated coblation tonsillectomy were performed in children. Recently, electrocautery tonsillectomy has been used most widely because of the reduced intraoperative blood loss and shorter operative time compared to other techniques. This prospective study compared intraoperative records and postoperative clinical outcomes in adolescents and adults following coblation and electrocautery tonsillectomies.
Methods. Eighty patients over 16 years of age with histories of recurrent tonsillitis were enrolled. The patients were randomly allocated into coblation (n=40) and electrocautery tonsillectomy groups (n=40). All operations were performed by one surgeon who was skilled in both surgical techniques. Intraoperative parameters and postoperative outcomes were checked.
Results. Postoperative pain and otalgia were not significantly different between the two groups; however, there was a tendency towards reduced pain and otalgia in the coblation group. More cotton balls for swabbing the operative field were used introoperatively in the electrocautery group (P=0.00). There was no significant difference in postoperative hemorrhage, wound healing, commencement of a regular diet, and foreign body sensation between the groups.
Conclusion. Only cotton use, which represented the amount of blood loss, was less in the coblation tonsillectomy group. Coblation tonsillectomy warrants further study with respect to the decreased postoperative pain and otalgia
VALIDITY
1. Menentukan ada atau tidaknya randomisasi dalam kelompok dan teknik randomisasi yang digunakan
2. Menentukan ada atau tidaknya pertimbangan dan penyertaan semua pasien dalam pembuatan kesimpulan
a. Mengidentifikasi lengkap atau tidaknya follow-up
b. Mengidentifikasi ada tidaknya analisis pasien pada kelompok randomisasi semula
3. Mengidentifikasi ada tidaknya blinding pada pasien, klinisi dan peneliti Dilakukan blinding pada pasien dan pada klinisi. Dengan tidak diberitahunya operator/klinisi mengenai alat yang akan digunakan untuk melakukan tonsilektomi, sampai melihat sendiri di ruang operasi.
4. Menentukan ada atau tidaknya persamaan pada kedua kelompok di awal penelitian Kedua kelompok memiliki riwayat tonsillitis yang rekuren. Dengan keadaan penyerta yang hampir sama keseluruhan.
5. Menentukan ada tidaknya persamaan perlakukan pada kedua kelompok selain perlakuan eksperimen
Semua pasien diberikan penjelaskan tentang penelitian ini, lalu operasi dilakukan oleh operator yang sama, semua pasien dipulangkan pada hari kedua setelah operasi dan diberikan resep obat-obat yang sama.
IMPORTANCE 6. Menentukan besar efek terapi (CER, EER, ARR, NNT)7. Menentukan presisi estimasi efek terapi (95%CI)
APPLICABILITITY8. Menentukan kemungkinan penerapan pada pasien (spectrum pasien dan setting)
9. Menentukan potensi keuntungan dan kerugian bagi pasien