Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

17
EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN (ESL) UNTUK PEMUKIMAN LAPORAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Praktikum Evalusi Sumberdaya Lahan yang dibina oleh Didik Taryana, Drs., M.Si. Oleh Senja Sakti (130722607369) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL

description

Esl Pemukiman

Transcript of Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

Page 1: Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN (ESL)

UNTUK PEMUKIMAN

LAPORAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Praktikum Evalusi Sumberdaya Lahan

yang dibina oleh Didik Taryana, Drs., M.Si.

Oleh

Senja Sakti

(130722607369)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

April 2014

Page 2: Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

A. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Evaluasi Sumberdaya Lahan (ESL)

untuk pemukiman, yakni sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu memahami konsep Evaluasi Sumberdaya Lahan

(ESL) untuk pemukiman melalui praktikum di kawasan Joyogrand, Kota

Malang

2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menganalisis parameter-parameter

Evaluasi Sumberdaya Lahan (ESL) untuk pemukiman melalui praktikum

di kawasan Joyogrand, kota Malang.

3. Mahasiswa mampu memberikan kesimpulan mengenai kesesuaian lahan

di Joyogrand untuk kwasan pemukiman dan dapat memberikan argumen

mengenai langkah apa yang harus dilakukan agar kawasan pemukiman di

daerah Joyogrand dapat lebih baik dari sebelumnya

B. Alat dan Bahan

Alat praktikum di lapangan

- Ring tanah (empat buah) -Yallon

- Cangkul - Aquades

- GPS - pH meter

- Meteran - Wadah plastic

Bahan praktikum di lapangan

- Tanah di wilayah hulu, hilir dan tengah

- Air sungai

Alat dan Bahan

- Laptop

- Alat tulis

- Buku Catatan

- Progam ArcGIS 10.1

C. Dasar Teori

Pertumbuhan penduduk yang pesat dan tidak terdistribusi secara merata,

dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti kebutuhan penambahan

permukiman baru, pengadaan fasilitas dan pelayanan sosialnya, kebutuhan akan

Page 3: Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

penambahan jaringan jalan dan sistem transpotasi, serta pengadaan prasarana

lingkungan seperti air bersih, saluran drainase, jaringan listrik, dan prasarana

lainnya. Disamping itu timbul pula masalah kurang terkontrolnya pembangunan

lingkungan permukiman baru yang tersebar secara sporadis disegenap penjuru

kota, meluasnya pemekaran secara horizontal tak terkendali dan terarah ke daerah

pinggiran kota, yang sangat menyulitkan dalam perencanaan pengadaan sarana

dan prasarana atau infrastruktur kotanya.

Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, terutama di daerah perkotaan,

serta bertambah banyaknya tuntutan kebutuhan masyarakat akan lahan, seringkali

mengakibatkan timbulnya benturan kepentingan atas penggunaan sebidang lahan

bagi berbagai penggunaan tertentu. Acap kali pula terjadi penggunaan lahan yang

sebetulnya tidak sesuai dengan peruntukkannya. Hal semacam ini, bila tidak

segera diatasi, pada suatu saat nanti akan dapat mengakibatkan terjadinya

degradasi lahan.

Kurangnya daya tampung permukiman bagi penduduk berpenghasilan

kecil/rendah dapat memperluas terjadinya daerah kumuh (slum) dan menambah

jumlah para gelandangan. Kemudian dari keadaan semacam ini akan

menimbulkan berbagai bentuk kriminalitas dan polusi yang sangat mengganggu

ketenangan. Dengan demikian nampak bahwa gejala-gejala fisik, sosial, ekonomi

yang negatif ini ditimbulkan karena semakin berkurangnya daya tampung.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 4 tahun 1992 tentang

perumahan dan pemukiman, rumah didefinisikan sebagai bangunan yang

berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

Namun beberapa waktu belakangan ini rumah bagi manusia tidak saja berfungsi

sebagai tempat tinggal atau hunian untuk berlindung, namun rumah juga

digunakan sebagai salah satu sarana investasi jangka panjang, mengingat harga

jual rumah yang selalu melonjak dari waktu hingga waktu kedepannya. Semakin

bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun (BPS,2010) akan

berdampak pada meningkatnya jumlah permintaan terhadap rumah untuk tempat

tinggal, mengingat rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.

Page 4: Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

Pemukiman merupakan tempat yang sangat diperlukan oleh manusia

sebagai tempat tinggal dan melakukan segala aktivitas hidupnya. Pertambahan

jumlah penduduk mempengaruhi kebutuhan akan permukiman. Namun

kenyataannya luas lahan tetap tidak berubah, sehingga nilai tanah menjadi mahal

dan masyarakat tetap membangun walaupun sebenarnya lahan tersebut tidak layak

untuk dibangun. Inventarisasi data yang akurat tentang identifikasi kelayakan

suatu lahan untuk permukiman sangat diperlukan, namun pada kenyataannya data

tersebut sulit diperoleh. Hasil inventarisasi dan evaluasi kesesuaian lahan untuk

keperluan kawasan permukiman sangat diperlukan, data ini akan memberikan

sumbangan pemikiran bagi instansi terkait maupun masyarakat pengguna lahan

dalam rangka pembangunan permukiman sehingga terjadi keselarasan dengan

lingkungan alam. Pembangunan kawasan permukiman pada wilayah yang tidak

sesuai akan membahayakan lingkungan sekitarnya maupun jiwa manusia sebagai

penghuni kawasan permukiman tersebut.

D. Langkah Kerja

1. Langkah yang pertama adalah menyiapkan bahan adan alat yang diperlukan

sebelum mendatangi lokasi sampel yang akan diambil

2. Selanjutnya menentukan lokasi pengampilan sampel, untuk kelompok kami

telah ditentukan di wilayah Joyogrand, kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

Dan pengambilan sampel dilakukan di daerah hulu, tengah dan hilir

3. Di wilayah tersebut carilah lahan yang kosong yang belum diolah atau

dimanfaatkan oleh aktivitas penduduk

4. Basahilah tanah dan ph meter dengan cairan akuades. Apabila aquades sudah

meresap kedalam tanah maka tancapkan ph meter, tunguhhlah beberpa saat

hingga petunjuk di pH meter tidak bergerak atau dianggap konstan. Dengan

alat tersebut kita dapat melihat pH tanah.

5. Apabila pH tanah sudah diketahui, maka angkat pH meter tersebut kemudian

tekan tombol disampingnya untuk menegetahui kelembapan, apabila

petunjuk arah sudah tidak bergerak atau dalam keadaan konstan, catatlah

kelembapan tanah tersebut.

Page 5: Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

6. Kemudian tancapakan ring pada tanah yang lahan yang kosong yang belum

diolah atau dimanfaatkan oleh aktivitas penduduk tetap berada pada wilayah

yang sama

7. Apabila ring sudah tertancap kedalam hingga bibir ring tertutup tanah, maka

cangkul pinggir tanah tersebut secara hati-hati berbentuk lingkaran agar ring

tersebut mudah diambil dan tidak rusak

8. Masukkan ring tanah tersebut kedalam plastik agar tetap menjaga kondisi asli

tanah

9. Kemudian ambillah sample air sungai di bagian arus dan tali arus untuk

meneliti kualitas air di wilayah tersebut

10. Tanyakan ke paada warga setemapat berapakah kedlaman sumur gali ataupun

sumur bor di daerah tersebut untuk mengetahui kedalaman muka air tanah

11. Ujilah tanah dalam ring tersebut di laboratorium dengan metode ayakan

kering ataupun dengan metode yang lain.

E. Hasil Praktikum

Wilayah Pengambilan sampel : Joyogrand. Kecamatan Lowokwaru,

Malang

Tanggal pengambilan sampel : 15 Februari 2015

Pukul pengambilann sampel : 10 : 55 WIB

Segmen I (Hulu)

- Titik koordinat X = 0674127

Y = 9122311

- Ketinggian = 661 dpl

- pH tanah = 6,2 (agak masam)

- Kelembapan = 6,5

Segmen II (Tengah)

- Titik koordinat X = 0674942

Y = 912227

- Ketinggian = 627 dpl

- pH tanah = 5,1 (Masam)

- Kelembapan = 6,9

Page 6: Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

Segmen III (Hilir)

- Titik koordinat X = 0675347

Y = 9122104

- Ketinggian = 587 dpl

- pH tanah = 5,1 (Masam)

- Kelembapan = 7,5

Segmen 1

No Diameter Berat (gr)

1 2,00 mm 1,4

2 1,00 mm 9,3

3 500 μm 18,1

4 250 μm 19,9

5 106 μm 21,7

6 53 μm 18,4

7 38 μm 7,8

Segmen 2

No Diameter Berat (gr)

1 2,00 mm 2,7

2 1,00 mm 8,9

3 500 μm 22,4

4 250 μm 18,7

5 106 μm 17,3

6 53 μm 11,3

7 38 μm 5,4

PENENTUAN PERMEABILITAS TANAH

Diketahui :

D = 5 cm

T1 = 45 menit = 0,75 jam

T2 = 39 menit = 0,65 jam

Tebal tanah = 5,5 cm- Segmen 2

K = Q/t x L/h x 1/A

A = 3,14 x 5 (2,5 + 5,5)

A = 125,6 cm2

K = Q/t x L/h x 1/A

K = 100/0,0,65 x 5/5 x 1/125,6

K = 1,231

Page 7: Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

- Segmen 1

K = Q/t x L/h x 1/A

A = 3,14 x 5 (2,5 + 5,5)

A = 125,6 cm2

K = Q/t x L/h x 1/A

K = 100/0,75 x 5/5 x 1/125,6

K = 1,066

Jumlah harkat

Kelas kemampuan lahan

Arti Kelas Kemampuan

Tanah

> 20 I Wilayah baik sekali, hampir tidak ada penghambat, dapat digunakan untuk segala macam usaha pertanian

Alluvial (bahan vulkanik), regosol (abu vulkanik) di kaki Gunungapi

16 – 19 II Wilayah baik, ada sedikit penghambat, dapat digunakan untuk berbagai usaha pertanian dengan sedikit intensifikasi

Alluvial (bahan tersier) dan latosol (agak lurus), andosol (di lembah)

12 – 15 III Wilayah agak baik, beberapa penghambat memerlukan investasi untuk usaha pertanian

Latosol (vulkan, bergelombang)

8 – 11 IV Wilayah sedang beberapa penghambat perlu diatasi oleh suatu usaha pertanian

Mediteran pada gunungapi dan grumusol, di dataran agak jelek (kurang air)

4 – 7 V Wilayah agak jelek, beberapa penghambat memerlukan usaha intensifikasi lebih banyak, usaha pertanian mekanis tidak mungkin

Latosol pada breksi (kurus, banyak tonjolan batu, berbukit)

0 – 3 VI Wilayah jelek, berbagai penghambat alam membatasi penggunaan lahan untuk pertnian

Regosol dan Andosol di kerucut vulkan, Rensina dan Grumusol di

- Segmen 2

K = Q/t x L/h x 1/A

A = 3,14 x 5 (2,5 + 5,5)

A = 125,6 cm2

K = Q/t x L/h x 1/A

K = 100/0,0,65 x 5/5 x 1/125,6

K = 1,231

Page 8: Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

biasa, baik untuk tanaman tahunan, hutan produksi, dan peternakan

bukit (berbatu dangkal, peka erosi Podsolik merah kuning di dataran (kurus, masam, jelek, konkresi). Organosol eutrof (air tanah, sudah terbakar, irreversible)

-3 – 0 VII Wilayah jelek sekali, pertumbuhan tanaman/penggunaan lahan sangat terbatas oleh faktor alam, agak baik untuk tanaman tahunan, hutan produksi

Podsolik merah kuning di bukit. Laterik di dataran (lurus, jelek, peka erosi, konkresi, dangkal, curam). Organosol oligotrif (kurus, airtanah, sudah terbakar, peka eriosi, irreversible)

-4 VIII Wilayah amat jelek, faktor-faktor alam tidak memungkinkan untuk suatu usaha pertanian, hanya baik untuk hutan lindung atau margasatwa

Posol (kurus sekali, masam, jelek airtanah, peka erosi, konkresi)

F. Pembahasan

Dalam praktikum Evaluasi Sumber Daya Lahan yang ke-dua yakni untuk

pemukiman khusunya di daerah Joyogrand, Kelurahan Merjosari, Kota Malang. Di

dalamnya menjelaskan bagaimana hubungan antara kondisi fisik daerah tersebut dengan

adanya pembangunan pemukiman yang ada. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang

terjadi dari tahun ke tahun, kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal juga semakin

meningkat, oleh sebab itu kebutuhan lahan yang akan dijadikan lokasi pembangunan

rumah juga semakin tinggi. Namun begitu tidak semua lahan yang ada cocok untuk

dijadikan kawasan permukiman. Evaluasi terhadap lahan yang ada mutlak untuk

dilakukan terlebih dahulu agar dapat ditentukan lahan mana yang cocok untuk

dikembangkan sebagai lokasi kawasan permukiman, selain itu dengan evaluasi ini juga

Page 9: Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

dapat diketahui tingkat kesesuaian pada sebuah lahan apabila ingin dijadikan lokasi

pembangunan kawasan permukiman.

Evaluasi kesesuaian pada lahan untuk dijadikan lokasi kawasan

permukiman ini menggunakan beberapa paramater atau variabel penentu. Ada

tujuh variabel yang digunakan untuk menentukan lokasi yang sesuai untuk

dijadikan kawasan permukiman.

Dari hasil evaluasi dan penggabungan paramater-parameter diatas untuk

penilaian kesesuaian lahan maka diperoleh sebuah data mengenai tingkat

kesesuaian sebuah lahan dalam kaitannya untuk dikembangkan sebagai sebuah

lokasi kawasan permukiman.

Joyogrand merupakan daerah perumahan yang berada di daerah Kelurahan

Merjosari. Hampir berbatasan dengan Kabupaten Malang bagian barat. Daerah

ini memiliki kenampakan berupa lahan yang landai disebabkan berada di lereng

perbukitan termasuk juga daerah pinggiran Kota Malang. Joyogrand

dikembangkan sebagai pusat pembangunan permukiman. Dilihat dari kondisi

fisik kota bahwa daerah pinggiran kota ini sangat menguntungkan dari segi

lokasi, akses jalan, dan biaya pengembangan yang cenderung lebih murah bila

dibandingkan dengan pengembangan perumahan/permukiman di tengah kota.

Berkaitan dengan Evaluasi Sumberdaya Lahan untuk permukiman, ada

beberapa parameter penilaian evaluasi lahan yang digunakan untuk menganalisis

daerah Joyogrand. Adapun parameter penilaian evaluasi lahan sebagai berikut:

a. Penggunaan Lahan

Lahan di daerah Joyogrand telah dibangun komplek perumahan sederhana

hingga perumahan kelas menengah atas (semi-mewah). Hal ini dilihat dari ruko

yang berjejer mengikuti jalan utama. Pembangunan perumahan dibangun mulai

dari lahan bagain bawah hingga naik ke lahan bukit di atasnya. Sementara tanah

yang belum dimanfaatkan untuk permukiman adalah lahan perkebunan, pertanian

palawija, dan lahan kosong yang dibiarkan terbengkalai. Kemungkinan lahan

kosong tersebut merupakan lahan untuk dibangun. Tetapi masih dalam tahap

perencanaan. Selain itu terdapat lahan yang digunakan untuk Tempat

Pemakaman Umum (TPU), Pondok Pesantren, dan Asrama Kristiani.

Page 10: Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

b. Drainase Permukaan

Adanya permukiman berupa perumahan, secara tidak langsung system

drainase telah ditataruangkan oleh pengembang proyek pembangunan

perumahan. Sistem drainase yang terlihat adalah saluran air/got yang terstruktur

dan mengalir menuju ke lereng bawah. Lereng bawah daerah Joyogrand terdapat

aliran Sungai Metro. Sehingga secara otomatis, air limpasan permukaan dari air

hujan akan masuk ke saluran air dan berakhir di badan sungai metro. Untuk

daerah lereng atas yang masih terdapat lahan yang belum terbangun, system

pengairan seperti pada saluran irigasi pertanian pada umumnya dan langsung

mengalir ke bawah menyambung ke saluran air perumahan. Air limpasan

permukaan dari lereng atas ada kemungkinan membawa material erosi lahan

pertanian yang menyebabkan pengendapan di sepanjang saluran air.

c. Kemiringan Lereng

d. Kemampuan Daya Dukung Tanah

e. Tingkat Kerawanan Banjir

Sebagai daerah lereng, permukiman di daerah Joyogrand mempunyai

keunggulan tingkat kerawanan banjir yang rendah. Hal ini berkaitan dengan

penjelasan pada Drainase Permukaan yang menghasilkan aliran air menuju ke

bawah dan berakhir di Sungai Metro. Sehingga keunggulan ini dapat menjadi

tambahan bagi pengembang pembangunan perumahan untuk mempromosikan

daerah yang aman dari banjir.

f. Kedalaman Muka Air Tanah

g. Jarak Lokasi Terhadap Jalan Utama

Karena daerah Joyogrand adalah daerah perumahan, terlihat pola

permukiman yang mempunyai satu gerbang utama (one gate system) yang

berkaitan dengan keamanan lingkungan perumahan. Semua gerbang utama

perumahan mengarah pada satu jalan utana di Joyogrand. Untuk lokasi

pengambilan sampel mengambil tempat di lahan pertanian, perkebunan, dan

Page 11: Evaluasi Sumberdaya Laha Untuk Pemukiman

lahan kosong serta masih dekat dengan lahan uatama. Hal ini dimaksudkan untuk

mencari kondisi tanah yang masih alami dan jauh dari pembangunan.

G.Kesimpulan

Dalam pratikum ini wilayah yang diambil sampel adalah wilayah

Joyogrand, Kelurahan Lowokwaru, Kota Malang. Evaluasi kesesuaian pada

lahan untuk dijadikan lokasi kawasan permukiman ini menggunakan beberapa

paramater atau variabel penentu. Ada tujuh variabel yang digunakan untuk

menentukan lokasi yang sesuai untuk dijadikan kawasan permukiman.

1. Penggunaan Lahan

2. Drainase Permukaan

3. Kemiringan Lereng

4. Kemampuan Daya Dukung Tanah

5. Tingkat Kerawanan Banjir

6. Kedalaman Muka Air Tanah

7. Jarak Lokasi Terhadap Jalan Utama

H. Daftar Pustaka

Khadiyanto Parfi. Tidak ada tahun. https://parfikh.wordpress.com/kesesuaian-lahan/(online), diakses pada 13 April 2015

Marina R, dkk. 2012. Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat. Volume 26 no 2

Kiuk Frederik. 2012. Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Pemukiman Menggunakan Metode Spatial Multi Criteria Evaluation Untuk Kawasan Ibukota Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Setyowati L D. Kajian Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman Dengan Teknik Sistem Informasi Geografis (SIG). Volume 4 No. 1 Januari 2007

Pradana Adya2011. Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Permukiman Di Sebagian Kabupaten Bantul.https://adyapradhana.wordpress.com/2011/10/09/kesesuaian-lahan-untuk-pengembangan-permukiman-di-sebagian-kabupaten-bantul/(online), diakses pada tanggal 13 April 2015