Evaluasi Risiko Iskemi Vascular Denga Tipe Leukosit

8
Perubahan seluler pada proses infark miokard Pada awalnya dikarenakan aterosklerosis menyebabkan penurunan aliran darah ke pembuluh darah coroner sehingga miokard mengalami hipoksia. Ketika miokard mengalami hipoksia maka, miokard akan masuk ke dalam jalur anaerob sehingga tersisa asam laktat dan suasana menjadi asam karena kadar H + di intraseluler meningkat. Peningkatan ini akan menyebabkan chromatin clumping dan denaturasi protein sehingga menyebabkan kematian sel atau nekrosis. Selain itu, jumlah ATP yang dibentuk oleh jalur anaerob lebih sedikit dibandingkan jalur aerob sehingga ini dapat menyebabkan gangguan dari kanal NA + K + - ATPase. Gangguan ini akan menyebabkan peningkatan ion potassium di ekstraseluler meningkat, ion natrium dan kalsium di intrasel meningkat sehingga edema sel miosit dan kematian sel dapat terjadi. Proses ini terjadi beberapa menit setelah terjadinya oklusi pembuluh darah. Ketika proses ini berlanjut lebih dari 20 menit maka kerusakan miosit yang irreversible akan terjadi.

description

tugas

Transcript of Evaluasi Risiko Iskemi Vascular Denga Tipe Leukosit

Perubahan seluler pada proses infark miokardPada awalnya dikarenakan aterosklerosis menyebabkan penurunan aliran darah ke pembuluh darah coroner sehingga miokard mengalami hipoksia. Ketika miokard mengalami hipoksia maka, miokard akan masuk ke dalam jalur anaerob sehingga tersisa asam laktat dan suasana menjadi asam karena kadar H+ di intraseluler meningkat. Peningkatan ini akan menyebabkan chromatin clumping dan denaturasi protein sehingga menyebabkan kematian sel atau nekrosis. Selain itu, jumlah ATP yang dibentuk oleh jalur anaerob lebih sedikit dibandingkan jalur aerob sehingga ini dapat menyebabkan gangguan dari kanal NA+ K+ - ATPase. Gangguan ini akan menyebabkan peningkatan ion potassium di ekstraseluler meningkat, ion natrium dan kalsium di intrasel meningkat sehingga edema sel miosit dan kematian sel dapat terjadi. Proses ini terjadi beberapa menit setelah terjadinya oklusi pembuluh darah. Ketika proses ini berlanjut lebih dari 20 menit maka kerusakan miosit yang irreversible akan terjadi.

Kemudian akan terjadi pelepasan enzim proteolitik masuk kedalam sel-sel miosit yang rusak dan menyebabkan pelepasan makromolekul di sirkulasi. Peningkatan permeablitas pembuluh darah dan peningkatan dari tekanan onkotik di interstisial akan menyebabkan sel miosit edema dalam waktu 4-12 jam sehingga sel miosit tampak bergelombang yang disebut wavy myofibers. Reaksi inflamasi ini akan menyebabkan pemanggilan dari leukosit dan neutrophil sehingga terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut. Dalam waktu 18-24 jam akan tampak coagulation necrosis. Kematian sel miosit ini tidak akan mengalami regenerasi. Makrofag akan datang setelah masuknya neutrophil sebelumnya dan akan memfagositnya sehingga menghilangkan sel-sel atau jaringan nekrosis tersebut. Proses ini akan berlanjut sampai pada akhirnya sekitar kurang lebih 7 minggu akan terbentuk fibrosis.

Kerusakan irreversible dan kematian miositKerusakan jaringan miokard yang ireversibel yang terjadi setelah adanya oklusi dari arteri coroner tergantung dari lokasi transmural, aliran darah yang tersisa, dan hemodinamik dari konsumsi oksigen. Kerusakan ireversibel terjadi 20 menit setelah terhambatnya aliran darah coroner tanpa ada pembuluh darah kolateral. Kerusakan ireversibel ini dimulai dari subendokardium dan berprogresi ke subepikardium. Ini menunjukkan konsumsi oksigen yang lebih tinggi pada subendokardium. Dalam eksperimen infark, lapisan subendokardium akan secara irreversible rusak dalam waktu 1 jam setelah oklusi dan progresi transmural yang komplit akan terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah oklusi. Faktor-faktor yang meningkatkan konsumsi oksigen miokard (seperti takikardi) atau menurunkan pengiriman dari oksigen (seperti anemia dan hipotensi) akan mempercepat progresi dari kerusakan yang irreversible ini.

Infark miokard dapat menyebabkan kematian sel melalui beberapa mekanisme. Reperfusi segera menyebabkan nekrosis miosit dan disrupsi dari sarkolema dengan kebocoran isi sel ke dalam rongga ekstraseluler. Kerusakan ini semakin diperparah dengan pemasukan dari leukosit ke dalam area yang mengalami kerusakan. Setelah beberapa waktu, miosit mengalami apoptosis atau kematian yang terprogram yang juga semakin menambah kerusakan miokard. Peran leukosit dalam prognosis pasien infark miokardInflamasi memiliki peran dalam perkembangan aterosklerosis dan sindrom coroner akut, infark miokard akut dan angina tidak stabil. Beberapa marker inflamasi sudah diketahui memiliki hubungan dengan peningkatan kejadian komplikasi kardiovaskular dan kematian pasien dengan sindrom coroner akut. Marker-marker tersebut antara lain, CRP, natriuretic peptide tipe B, troponin, interleukin 6 dan hitung leukosit. Dari marker-marker tersebut yang paling mudah untuk dilakukan adalah perhitungan dari jumlah leukosit.Peningkatan dari jumlah leukosit biasanya menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi, inflamasi dan berperan dalam proses aterogenesis, berkembangnya plak aterosklerosis, penghancurannya dan pembentukkan thrombus. Studi-studi terbaru menunjukkan bahwa leukosit mendestabilisasi plak pada onset sindrom coroner akut, dan hitung jumlah leukosit menjadi predictor untuk mortalitas kardiak, terutama pada kasus infark miokard akut, dll. Infark miokard akut akan memicu respon sistemik terhadap jaringan nekrosis dengan leukositosis dan sintesis protein fase akut. Leukosit memprediksi mortalitas jangka pendek dan jangka panjang. Mekanisme terjadi peningkatan leukosit adanya kerusakan endotel yang disebabkan oleh stress oksidatif dan proteolitik, adanya pembentukan plug, terjadinya hiperkoagulasi dan peningkatan beban iskemi. Aliran jantung terganggu, sehingga adanya peningkatan dari ekspresi monosit dan tissue factor. Peran leukosit dalam penyebaran infark untuk perbaikan dan menggantikan jaringan nekrotik dengan jaringan parut. Infiltrasi leukosit ke dalam jaringan nekrosis sebagai respon terhadap iskemi dan reperfusi memiliki peranan besar dalam pengeluaran mediator. Mediator-mediator ini yang berperan dalam kerusakan oksidatif dan proteolitik. Embolisasi distal dari leukosit dan agregasi platelet-leukosit dapat menurunkan perfusi mikrovaskular dan berkontribusi terhadap thrombosis dan penyebaran dari inflamasi miokard.Selain respon terhadap infark miokard akut, respons pasien post PCI juga memiliki beberapa mekanisme berupa disrupsi mekanikal dari plak aterosklerosis, kerusakan sel endotel yang disebabkan oleh stress oksidatif dan proteolitik, kerusakan dinding arteri, nekrosis miokar karena embolisasi distal, penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan gangguan aliran darah, hiperkoagulasi dan peningkatan beban iskemik.Mekanisme lain dari leukositosis yang merupakan pengaruh dari aliran darah, faktor risiko yang berhubungan dengan aterosklerosis, instablitas elektrik, peningkatan pembentukkan thrombus pada penyakit jantung coroner akan meningkatkan adhesi leukosit di penyakit arteri coroner dan penyebaran infark.

Ditemukan bahwa kategori dengan peningkatan leukosit tertinggi risiko terjadinya kelainan jantung dan kematian juga lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang memiliki peningkatan leukosit yang rendah. Pembagian kategorinya adalah sebagai berikut WBC1 (4x103-7x103/mm3), WBC2 (7,1x103-10x103/mm3), dan WBC3 (>10x103/mm3).Disebutkan pula peningkatan leukosit pada saat pasien miokard infark masuk berhubungan dengan tingginya fatality rate dalam 30 hari dan kelainan pada gambaran angiografi.Evaluasi risiko iskemi vascular dengan tipe leukositAda beberapa studi yang menunjukkan hubungan antara leukositosis dan penyakit iskemi vaskular tetapi tidak menunjukkan analisis hitung jenis leukosit yang berhubungan secara spesifik. Namun, ada pula beberapa data yang menyajikan tipe sel leukosit yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit iskemi vascular. Di dalam study CAPRIE, peningkatan neutrophil dan monosit menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian penyakit iskemi vascular tetapi evaluasi dari limfosit menunjukkan hal yang berlawanan dengan kejadian penyakit iskemi vascular.Dalam evaluasi c7e3 untuk study Prevention of Ischemic Complications, total leukosit berhubungan dengan mortalitas selama 3 tahun, tetapi hitung netrofil juga menunjukan korelasi. Hitung jumlah monosit tidak berhubungan dengan hasil outcome pasien, sedangkan pada studi CAPRI hitung jenis limfosit menunjutkan hubungan yang berlawanan. Hasil ini mirip dengan trial yang dilakukan SOLVD, hitung total leukosit dan netrofil menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kematian kardiovaskular serta ada hubungan yang berlawanan antara kadar limfosit dengan mortalitas kardiovaskular. Dari jenis-jenis leukosit, kadar neutrophil yang memiliki hubungan yang kuat dengan kejadian mortalitas dan morbiditas pasien.Braunwald, eugene. BRAUNWALD'S HEART DISEASE: A TEXTBOOK OF CARDIOVASCULAR MEDICINE.9th ed. Philadelphia.20122Lilly, Leonard. Pathophysiology of heart disease : a collaborative project of medical students and faculty. 5th ed. Philadephia.2011Negar salehi, dkk. White blood cell count and mortality in acute myocardial infarction. World journal of cardiovascular disease 2013. Usa. 458-463Tahir ahmad munir. Baseline leukocyte count and acute coronary syndrome : predictor of adverse cardiac events, long and short term mortality and association with traditional risks factor, cardiac biomarkers and c-reactive protein.2009Coller, barry s. leukocytosis and ischemic vascular disease morbidity and mortality: is it time to intervene? 2005. Dallas. American heart association