EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI...

124
i EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2011-2017 PADA DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Disusun oleh: BAGUS WAHYU DEWANTORO NIM: 11140820000059 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018

Transcript of EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI...

Page 1: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

i

EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2011-2017

PADA DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN

UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh:

BAGUS WAHYU DEWANTORO

NIM: 11140820000059

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018

Page 2: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

ii

EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2011-2017

PADA DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN

UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

BAGUS WAHYU DEWANTORO

NIM: 11140820000059

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Dr. Rini., Ak., CA

NIP. 19760315 200501 2 002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 3: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis, 04 April 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atasm mahasiswa:

1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro

2. NIM : 1114082000059

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2011-2017

Pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan

ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 04 April 2018

1. Atiqah, SE, M.S.AK

NIP. 19820120 200912 2 004 Penguji I

2. Zuwesty Eka Putri M.Ak

NIP. 19800416 200901 2 006 Penguji II

Page 4: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 29 Agustus 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro

2. NIM : 1114082000059

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2011-2017

Pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Skripsi maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2018

1. Yessi Fitri, S.E., M.Si.Ak. ( )

NIP. 19760924200604 2 002 Ketua Penguji

2. Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA., Ak., CPA ( )

NIP. 19620502199303 1 003 Penguji Ahli

3. Dr. Rini., Ak., CA ( )

NIP. 19760315 200501 2 002 Pembimbing

Page 5: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Bagus Wahyu Dewantoro

No. Induk Mahasiswa : 11140820000059

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa ijin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya

ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatllah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, agar dipergunakan

sebagaimana mestinya

Jakarta, Agustus 2018

Page 6: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro

2. Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 1 Juni 1996

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Alamat : Perum Jatimulya Jl. Nusa Indah II J-145

Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat 17510

5. Telepon : 0857-8200-8011

6. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. TK Islam Azizah Tahun 2000-2002

2. SDN 09 Jatimulya Tambun Selatan Tahun 2002-2008

3. SMPN 4 Tambun Selatan Tahun 2008-2009

4. SMPN 157 Jakarta Tahun 2009-2011

5. SMAN 62 Jakarta Tahun 2011-2014

6. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014-2018

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Sunaryo

2. Ibu : Suparmini

3. Kakak : Danang Wahyu Pratomo

4. Anak ke- : Kedua dari Dua bersaudara

Page 7: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

vii

EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2011-2017

PADA DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN

UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

ABSTRACT

The objective of this research evaluates Hajj year 2011-2016 in the Directorate

General Hajj and Umrah Ministry of Religion of The Republic of Indonesia. This

publication uses descriptive method with evaluation of hajj pilgrimage by giving

survey of customers satisfaction by the Statistic Center and The result of the

Finencial Audit of the Republic of Indonesia.

This research uses purposive sampling method. The data collected in form of

word, images, the data derived direct research to the object with direct interview

techniques. This study evaluates the direct pilgrimage, quality of financial

statement, optimal of hajj fund management, hajj investment for long waiting

congregation and constraints in pilgrimage.

The results of this research indicate the index of congregation satisfaction

according to the survey of the survey statistical center is always satisfactory, the

quality of Financial report according BPK auditor always increases with

unqualified opinion (WTP) in 2016. The intial potensial deposito fund of the

congregation is invested so that the retrun is used for operational (indirect cost).

Key words : The Directorat General of Hajj and Umrah, hajj, satisfaction

of congregation satisfaction, unqualified opinion of BPK.

Page 8: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

viii

EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2011-2017

PADA DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGRAAN HAJI DAN

UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penyelenggaraan ibadah haji

tahun 2011-2017 pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Kementerian Agama Republik Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif dengan evaluasi penyelenggaraan ibadah haji dengan berpedoman pada

survey kepuasan jemaah oleh Badan Pusat Statistik dan hasil pemeriksaan Badan

Pemeriksa Keuangan.

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, dan gambar. Data tersebut berasal dari penelitian

langsung kepada objek dengan teknik wawancara langsung. Penelitian ni

mengevaluasi penyelenggaraan haji secara umum, kualitas laporan keuangan,

optimalisasi pengelolaan dana haji, investasi haji bagi jemaah yang lama menunggu

dan kendala-kendala dalam penyelenggaraan ibadah haji.

Hasil penelitian ini menunjukkan indeks kepuasan jemaah menurut survey

Badan Pusat Statistik selalu memuaskan, kualitas laporan keuangan menurut

pemeriksaan BPK selalu meningkat dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP) di tahun 2016, Dana setoran awal jemaah diinvestasikan sehingga mendapat

imbal hasil yang digunakan untuk biaya operasional haji.

Kata Kunci : Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,

Penyelenggaraan Ibadah Haji, Indeks Kepuasan Jemaah, opini BPK.

Page 9: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya

kepada penulis, sehingga dapat menyelasikan skripsi ini yang berjudul “Evaluasi

Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2011-2017 Pada Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia”.

Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke aman kebaikan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat, guna

meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu

dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah

penulis hanturkan atas karunia Allah SWT skripsi ini dapat diselesaikan. Selain

itu, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua Orang Tuaku Bapak dan Ibu yang selalu memberikan dukungan-

dukungan dengan penuh perhatian, kasih sayang, semangat dan doa yang tiada

henti kepada penulis.

2. Kakak Danang Wahyu Pratomo dan Kakak Ipar saya Mbak Pintha yang telah

membantu penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Rini., Ak., C.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia

menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing penulis

selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan guna

penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan

selama ini.

4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 10: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

x

6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., CA. selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan bantuan kepada penulis.

9. Alm. Mbak Teti Yana Eka Lestari yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Mbak Teti Yana Dwi Lestari yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

11. Kiki Afita Andriyani dan keluarganya yang selalu sabar memberikan

dukungan, perhatian dan semangat kepada penulis dalam proses penyusunan

skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat penulis di kampus Rizky, Irweng, Barry, Rizza, Ryan,

Handiko, Atinio, Dll. yang selalu memberikan support, selalu setia menemani,

berbagi suka duka, berbagi cerita, berbagi ilmu dan perhatian terbaiknya

kepada penulis.

13. Teman-teman Akuntansi angkatan 2014 terutama Akuntansi B

14. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan

terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena

itu, penulis mengaharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang

membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Agustus 2018

(Bagus Wahyu Dewantoro)

Page 11: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

xi

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi

ABSTRACT ............................................................................................................ vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 7

D. Perumusan Masalah .................................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8

F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10

A. Tinjauan Literatur ..................................................................................... 10

1. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah ....................... 10

2. Investasi Syariah ................................................................................. 16

3. Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah ............................................. 20

4. Badan Pengelola Keuangan Haji ......................................................... 24

5. Badan Pemeriksa Keuangan ................................................................ 27

B. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 30

C. Kerangka Penelitian .................................................................................. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 35

A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 35

Page 12: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

xii

B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................ 35

C. Objek Penelitian ........................................................................................ 36

D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 38

E. Metode Analisis Data ................................................................................ 39

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 45

A. Hasil dan Pembahasan............................................................................... 45

1. Deskripsi Penyelenggaraan Haji ......................................................... 45

2. Optimalisasi dan investasi dana Haji .................................................. 51

3. Optimalisasi dan investasi dana haji terhadap dana jamaah yang cukup

lama menunggu ................................................................................... 59

4. Kualitas laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji Tahun 2011

sampai Tahun 2017 ............................................................................. 70

5. Faktor–faktor yang menjadi permasalahan dalam pengelolaan

penyelenggaraan Haji dan kendala dalam menyusun laporan keuangan

penyelenggaraan ibadah haji ............................................................... 76

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 96

A. Kesimpulan ............................................................................................... 96

B. Saran .......................................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 98

LAMPIRAN ....................................................................................................... 101

Page 13: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Opini Pemeriksaan BPK Terhadap Laporan Keuangan PIH ................ 6

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya ....................................................................... 30

Tabel 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................................... 34

Tabel 4.1 Data Besaran BPIH ....................................................................................... 55

Tabel 4.2 Data Embarkasi Haji Tahun 2015 ................................................................. 56

Tabel 4.3 Data Nilai Hasil Inventasi /Nilai Manfaat/Nilai Optimalisasi Dana Setoran

Awal BPIH .................................................................................................... 58

Tabel 4.4 Data Biaya Haji Per Jemaah.......................................................................... 58

Tabel 4.5 Ringkasan Laporan Operasional ................................................................... 66

Tabel 4.6 Analisis Kualitas Laporan Keuangan Tahun 2011-201 ................................ 71

Tabel 4.7 Perbandingan Peningkatan Pelayanan Kepada Jemaah Haji ........................ 87

Page 14: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Penempatan dan Investasi Dana Haji .................................................. 64

Gambar 4.2 Sasaran Nilai Dana Kelola Tahun 2017-2022 ..................................... 65

Gambar 4.3 Sasaran Nilai Manfaat Dana Haji Tahun 2017-2022 .......................... 65

Gambar 4.4 Distribusi Program Kemaslahatan ....................................................... 67

Gambar 4.5 Pelayanan Jemaah Haji........................................................................ 67

Gambar 4.6 Proses Internal .................................................................................... 68

Gambar 4.7 Target Virtual Account........................................................................ 69

Gambar 4.8 Sumber Pengembangan BPKH ........................................................... 69

xiv

Page 15: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi kaum Muslim, khususnya di Indonesia ibadah haji memiliki makna

sangat penting. Ibadah haji dilihat tidak hanya sebagai salah satu rukun Islam

yang wajib dilaksanakan kaum Muslim (khususnya mereka yang mampu), tapi

juga memiliki arti sosiologi dan historis sangat berarti (Saleh, 2008). Ibadah

haji memiliki makna yang sangat penting karena tidak seperti ibadah wajib

lainnya.

(Basyuni, 2008) berpendapat bahwa ibadah haji merupakan kegiatan

keagamaan yang bersifat akbar, sebuah fenomena yang telah ditunjukkan oleh

Sang Maha Pencipta kepada para hamba-Nya. Haji dikatakan sebagai

fenomena yang ditunjukkan oleh Sang Maha Pencipta karena didalam haji

tidak membedakan antara kasta dan suku bangsa, tidak ada diskriminasi warna

kulit, maupun status kekayaan. Haji merupakan rukun islam yang ke lima,

dimana setiap orang wajib melaksanakannya jika mampu, dan Allah SWT telah

memberikan tempat bagi orang-orang muslim untuk melaksanakan tawaf dan

beribadah lainnya.

Kegiatan ibadah haji di Indonesia sendiri sudah dimulai sejak abad ke-12

saat pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan Anak Benua India datang ke

nusantara untuk kepentingan perdagangan sekaligus penyebaran agama Islam

di nusantara. Kemudian pada abad selanjutnya, yakni pada abad ke-14 dan ke-

Page 16: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

2

15 jumlah jemaah haji di Indonesia mengalami peningkatan ketika pada saat

itu hubungan ekonomi, politik, dan sosial keagamaan antar negara Muslim

Timur Tengah dengan nusantara semakin meningkat. Namun sejak Indonesia

merdeka penyelenggaraan ibadah haji belum terorganisir dengan baik, karena

masih bergantung pada pihak swasta.

Pada tahun 2008 tanggung jawab penyelenggaraan ibadah haji di

Indonesia menjadi tanggung jawab pemerintah dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008. Undang-Undang tersebut

menjelaskan bahwa kebijakan dan pelaksanaan dalam penyelenggaraan ibadah

haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah (pasal

8 ayat 2). Atas dasar itu maka pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan,

pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan fasilitas, kemudahan,

keamanan, dan kenyamanan yang diperlukan setiap warga negara (Umat Islam)

yang akan menunaikan ibadah haji.

Pemerintah sebagai penyelenggara ibadah haji berkewajiban mengelola

dan melaksanakan penyelenggaraan ibadah haji. Pelaksana penyelenggaaran

ibadah haji berkewajiban menyiapkan dan menyediakan segala hal yang terkait

dengan pelaksanaan ibadah haji, yaitu sebagai berikut:

1. Pembimbingan manasik haji dan/atau materi lainnya, baik di tanah air,

diperjalanan, maupun di Arab Saudi;

2. Pelayanan akomodasi, konsumsi, transportasi, dan pelayanan kesehatan

yang memadai, baik di tanah air, selama diperjalanan, maupun di Arab

Saudi;

Page 17: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

3

3. Perlindungan sebagai Warga Negara Indonesia;

4. Penggunaan paspor haji dan dokumen lainnya yang diperlukan untuk

pelaksanaan ibadah haji; dan

5. Pemberian kenyamanan transportasi dan pemondokan selama di tanah air,

di Arab Saudi, dan saat kepulangan ke tanah air (Pasal 7 UU No 13 Tahun

2008).

Pembinaan kepada jemaah haji dapat dilakukan oleh pemerintah maupun

oleh masyarakat. Dalam rangka pembinaan dimaksud pemerintah mengatur

prosedur dan mekanisme pembinaan, serta membuat pedoman pembinaan,

tuntunan manasik, serta panduan perjalanan ibadah haji.

Selain pembinaan, Pemerintah juga berkewajiban memberikan pelayanan

transportasi kepada jemaah haji. Pelayanan tersebut wajib memperhatikan

faktor keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan efisiensi dalam

penyelenggaraannya. Pelayanan transportasi dimaksud meliputi pelayanan

transportasi sejak dari tanah air maupun pelayanan transportasi selama berada

di Arab Saudi.

Pelayanan lain yang penting untuk diberikan kepada jemaah haji adalah

pelayanan pemondokan. Agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji

dengan baik, maka pelayanan akomodasi kepada jemaah haji harus baik, yaitu

perlu memperhatikan aspek kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan

kemudahan kepada jemaah, termasuk pelayanan terhadap barang bawaannya.

Pemerintah, selaku penyelenggara ibadah haji disamping bertugas

melaksanakan penyelenggaraan ibadah haji, juga berkewajiban membuat

Page 18: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

4

laporan hasil penyelenggaraan ibadah haji. Laporan tersebut, baik berupa

laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji maupun laporan operasional

penyelenggaraan ibadah haji.

(Pasal pasal 25 ayat (1) Undang-Undang nomor 13 Tahun 2008)

menyatakan bahwa Laporan Keuangan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji

disampaikan kepada Presiden dan DPR paling lambat 3 (tiga) bulan setelah

penyelenggaraan ibadah haji selesai. Meskipun Pemerintah berkewajiban

menyampaikan laporan keuangan kepada DPR RI, namun tidak diatur secara

spesifik bahwa pemerintah berkewajiban menyampaikan laporan keuangan

penyelenggaraan ibadah haji kepada Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia (BPK RI). Meskipun demikian, sebagai bentuk akuntabilitas dan

transparansi kepada masyarakat, setiap akhir tahun Pemerintah selalu

menyampaikan Laporan Keuangan Penyelenggaraan Ibadah Haji (LK PIH)

kepada BPK untuk dilakukan pemeriksaan.

(Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945) menetapkan bahwa untuk memeriksa

tanggung jawab tentang Keuangan Negara dibentuk suatu Badan Pemeriksa

Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Dengan

ketentuan tersebut, maka secara kelembagaan Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan laporan

keuangan Pemerintah, diantaranya Laporan Keuangan Penyelenggaraan

Ibadah Haji (LK PIH) yang disusun oleh Pemerintah (Kementerian Agama RI).

Menteri sebagai Pengguna Anggaran, berkewajiban menyusun laporan

keuangan pada lembaga yang dipimpinnya. Laporan keuangan tersebut baik

Page 19: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

5

yang bersumber dari APBN maupun yang bersumber dari dana Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Laporan Keuangan Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dimaksud berupa Neraca, Laporan

Perubahan Ekuitas, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas

Laporan Keuangan. Pedoman penyusunan Laporan Keuangan Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dimaksud diatur dalam Peraturan

Menteri Agama Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji, yang telah diperbaharui dengan Peraturan

Menteri Agama Nomor 47 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Dana Haji.

Dengan adanya Peraturan Menteri Agama tersebut, maka dalam penyusunan

laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji tersebut telah mempunyai

standar yang baku.

Pemerintah terus selalu berupaya melakukan perbaikan dalam

penyelenggaraan ibadah haji, termasuk didalamnya perbaikan dalam

penyusunan Laporan Keuangan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).

Namun upaya tersebut masih belum optimal, hal tersebut terlihat dari opini

BPK atas Laporan Keuangan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).

Sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 opini BPK atas Laporan

Keuangan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), masih belum bisa

mencapai Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), sehingga masih perlu terus

dilakukan perbaikan dari waktu ke waktu, mengingat sorotan masyarakat

terhadap penyelenggaraan ibadah haji semakin tinggi, dan opini BPK menjadi

salah satu ukuran keberhasilan dalam penyelenggaraan ibadah haji. Berikut ini

Page 20: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

6

ditampilkan hasil opini terhadap laporan keuangan penyelenggaraan ibadah

haji dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2017.

Tabel 1.1

Hasil Opini Pemeriksaan BPK Terhadap Laporan Keuangan

Penyelenggaraan Ibadah Haji

Tahun Hasil Opini

2010 Disclaimer

2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

2013 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

2014 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

2015 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

2016 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

2017 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

Sumber:http://www.bpk.go.id/assets/files/lkpp/2015/lkpp_2015_1465543119

Permasalahan yang menjadi penyebab belum diperolehnya opini WTP

BPK atas laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji dari tahun 2011

sampai dengan tahun 2015 adalah terkait dengan besaran nilai utang

pemerintah kepada jemaah haji yang menunggu berangkat, serta penyajian aset

berupa Barang Milik Haji (BMH) yang belum dapat diyakini kewajarannya.

Terdapat faktor lain yang juga menjadi permasalahan dalam

penyelenggaraan ibadah haji, meskipun faktor ini tidak menjadi penyebab

belum diperolehnya opini WTP, yaitu terkait dengan belum optimalnya

pengelolaan dana haji. Menurut (Peraturan Menteri Agama Nomor 23 Tahun

2011) dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan dana haji, selama ini

Pemerintah hanya menginvestasikan dalam bentuk giro, deposito, dan Surat

Berharga Syariah Negara (SBSN). Hal tersebut dilakukan mengingat

kewenangan yang diberikan kepada Kementerian Agama oleh Pemerintah

Page 21: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

7

hanya kepada tiga instrumen tersebut. Dengan kondisi tersebut, maka dirasa

perlu ada upaya yang lebih maksimal untuk meningkatkan imbal hasil dari

investasi, sehingga dapat memberikan pelayanan kepada jemaah haji dengan

lebih optimal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah yang hendak

diteliti dalam penelitian ini adalah terkait permasalahan-permasalahan yang

terjadi dalam penyelenggaraan ibadah haji, antara lain:

1. Belum maksimalnya optimalisasi pengelolaan dan investasi dana haji.

2. Terbatasnya fasilitas tenda serta toilet di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

3. Jauhnya letak pemondokan dengan Masjidil Haram.

4. Terbatasnya armada bus untuk pelayanan kepada jemaah haji.

5. Terbatasnya volume makan (catering) di Makkah.

6. Lamanya waktu tunggu jemaah haji.

7. Kualitas laporan keuangan yang masih perlu peningkatan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penulis membatasi masalah yang hendak diteliti hanya sebatas pada kualitas

laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji, dan opini auditor terhadap

laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji pada tahun 2011 – 2017, serta

optimalisasi pengelolaan dan investasi dana haji.

Page 22: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

8

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian terhadap latar belakang diatas maka rumusan

permasalahan yang hendak diteliti oleh penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia pada

tahun 2011 sampai dengan tahun 2017.

2. Bagaimana pengelolaan dan investasi dana haji.

3. Bagaimana optimalisasi pengelolaan dan investasi dana haji dikaitkan

dengan masa tunggu keberangkatan haji.

4. Bagaimana kualitas laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji sejak

tahun 2011 sampai dengan tahun 2017.

5. Faktor-faktor apa yang menjadi kendala dalam penyusunan laporan

keuangan penyelenggaraan ibadah haji.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penyelenggaraan ibadah haji oleh

Kementerian Agama RI pada tahun 2011 sampai dengan 2017.

2. Untuk mengetahui upaya optimalisasi pengelolaan dan investasi dana haji.

3. Untuk mengetahui besaran dana optimalisasi haji per jemaah haji yang

masih menunggu berangkat haji.

Page 23: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

9

4. Untuk mengetahui opini auditor terhadap laporan keuangan

penyelenggaraan ibadah haji Indonesia.

5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penyusunan

laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

1. Akademisi, yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

teoritis dan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan mengenai

penyelenggaraan ibadah haji yang ideal.

2. Praktisi/Masyarakat, dapat memberikan gambaran dan informasi kepada

masyarakat umum tentang upaya optimalisasi pengelolaan dan investasi

dana haji dan kualitas laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji

Indonesia.

3. Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai analisis penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia, serta sebagai

upaya dalam menyelesaikan studi di perguruan tinggi.

4. Pemerintah khususnya Kementerian Agama dan BPKH, menjadi bahan

evaluasi dalam melaksanakan penyelenggaraan ibadah haji dan

pengelolaan dana haji.

Page 24: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Kementerian Agama adalah kementerian yang bertugas

menyelenggarakan pemerintahan dalam bidang agama. Pada saat ini,

dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, Kementerian Agama terdiri

dari 11 unit eselon 1 yaitu: Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal,

Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan serta 7

Direktorat Jenderal yang membidangi Pendidikan Islam, Penyelenggaraan

Haji dan Umrah, Bimbingan Masyarakat Islam, Bimbingan Masyarakat

Kristen, Bimbingan Masyarakat Katolik, Bimbingan Masyarakat Hindu,

Bimbingan Masyarakat Buddha, dan Badan Penyelenggara Jaminan

Produk Halal (BPJPH) (Kemenag.go.id).

Dari ke sebelas unit eselon 1 tersebut, yang khusus menangani urusan

haji adalah Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Dalam

(perpres no. 63 Tahun 2005) menjelaskan bahwa tugas Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umrah adalah merumuskan, serta

melaksanakan kebijakan, dan standarisasi teknis dibidang

penyelenggaraan haji dan umrah. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat

Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah menyelenggarakan fungsi:

Page 25: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

11

a. Perumusan kebijakan dibidang penyelenggaraan haji dan umrah.

b. Pelaksanaan kebijakan dibidang penyelenggaraan haji dan umrah.

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang

penyelenggaraan haji dan umrah.

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi penyelenggaraan haji dan

umrah.

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji

dan Umrah.

Usulan pembentukan Kementerian Agama pertama kali disampaikan

oleh Mr. Muhammad Yamin dalam Rapat Besar (Sidang) Badan

Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),

tanggal 11 Juli 1945.

Namun demikian, realitas politik menjelang dan masa awal

kemerdekaan menunjukkan bahwa pembentukan Kementerian Agama

memerlukan perjuangan tersendiri. Pada waktu Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melangsungkan sidang hari Ahad, 19

Agustus 1945 untuk membicarakan pembentukan

kementerian/departemen, usulan tentang Kementerian Agama tidak

disepakati oleh anggota PPKI. Salah satu anggota PPKI yang menolak

pembentukan Kementerian Agama ialah Mr. Johannes Latuharhary.

Usulan pembentukan Kementerian Agama kembali muncul pada

sidang Pleno Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang

diselenggarakan pada tanggal 25-27 November 1945. Dalam sidang pleno

Page 26: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

12

KNIP tersebut usulan pembentukan Kementerian Agama disampaikan

oleh utusan Komite Nasional Indonesia Daerah Keresidenan Banyumas

yaitu K.H Abu Dardiri, K.H.M Saleh Suaidy, dan M. Sukoso

Wirjosaputro. Mereka adalah anggota KNI dari partai politik Masyumi.

Melalui juru bicara K.H.M Saleh Suaidy, utusan KNI Banyumas

mengusulkan, “Supaya dalam negeri Indonesia yang sudah merdeka ini

janganlah hendaknya urusan agama hanya disambilkan kepada

Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan saja, tetapi

hendaklah Kementerian Agama yang khusus dan tersendiri”.

Zakaria (2008) berpendapat dengan dibentuknya Kementerian Agama

sebagai salah satu unsur kabinet Pemerintah setelah masa kemerdekaan,

maka seluruh beban Penyelenggaraan Ibadah Haji (PIH) ditanggung

pemerintah dan segala kebijakan tentang pelaksaan ibadah haji semakin

terkendali. Dengan semakin membaiknya tatanan kenegaraan Indonesia,

pada tahun 1964 pemerintah mengambil alih kewenangan dalam PIH

dengan membubarkan PPPHI yang kemudian diserahkan kepada Dirjen

Urusan Haji (DUHA) dibawah koordinasi Menteri Urusan Haji.

Pada masa orde baru, tugas awal penguasa sebagai pucuk pimpinan

negara pada tahun 1966 adalah membenahi sistem kenegaraan.

Pembenahan sistem pemerintahan tersebut berpengaruh pula terhadap PIH

dengan di bentuknya Departemen Agama yang merubah struktur dan tata

kerja organisasi Menteri Urusan Haji dan mengalihkan tugas PIH dibawah

wewenang Dirjen Urusan Haji, termasuk penetapan biaya, sistem

Page 27: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

13

manajemen dan bentuk organisasi yang kemudian ditetapkan dalam

Keputusan Dirjen Urusan Haji Nomor 105 tahun 1966. Pada tahun 1967

melalui keputusan Menteri Agama Nomor 92 tahun 1967, penetapan

besarnya biaya haji ditentukan oleh Menteri Agama (Zakaria, 2008).

Pada tahun 1968, keputusan tentang besarnya biaya haji kembali

ditetapkan oleh Dirjen Urusan Haji dengan keputusan Nomor 111 tahun

1968. Dalam perjalanan selanjutnya, pemerintah bertanggung jawab

secara penuh dalam PIH mulai dari penentuan biaya haji, pelaksanaan

ibadah haji, serta hubungan antara dua negara yang mulai dilaksanakan

pada tahun 1970. Pada tahun tersebut biaya perjalanan ditetapkan oleh

presiden melalui Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1970. Dalam tahun-

tahun berikutnya PIH tidak banyak mengalami perubahan-perubahan

kebijakan dan keputusan tentang biaya perjalanan haji ditetapkan melalui

Keputusan Presiden. (Zakaria, 2008).

Pada tahun 1976, ditandai dengan adanya perubahan tata kerja dan

struktur organisasi PIH yang dilakukan oleh Dirjen Bimas Islam dan

Urusan Haji (BIUH). Sebagai panitia Pusat, Dirjen BIUH melaksanakan

koordinasi ke tiap-tiap daerah tingkat I dan II di seluruh Indonesia. Dalam

hal ini sistem koordinasi dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan oleh

Dirjen BIUH. Beberapa panitia penyelenggara didaerah juga menjalin

koordinasi dengan Badan Koordinasi Urusan Haji (BAKUH) ABRI, hal

ini dikarenakan BAKUH ABRI memiliki lembaga tersendiri untuk

pelaksanaan operasional PIH.

Page 28: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

14

Setelah tahun 1967, seluruh pelaksanaan operasional perjalanan

ibadah haji dilaksanakan oleh Dirjen BIUH. Pada tahun 1985, pemerintah

kembali mengikutsertakan pihak swasta dalam PIH, dimana pihak-pihak

swasta tersebut mempunyai kewajiban langsung kepada pemerintah.

Dalam perkembangan selanjutnya, lingkungan bisnis modern mengubah

orientasi pelayanan dan orientasi keuntungan yang selanjutnya dikenal

dengan istilah PIH Plus. Pada tahun 1987 pemerintah mengeluarkan

keputusan tentang PIH dan Umroh Nomor 22 Tahun 1987 yang

selanjutnya disempurnakan dengan mengeluarkan peraturan PIH dan

Umroh Nomor 245 tahun 1991 yang lebih menekankan pada pemberian

sanksi yang jelas kepada pihak swasta yang tidak melaksanakan tugas

sebagaimana ketentuan yang berlaku.

Pembatasan jemaah haji yang lebih, dengan pembagian kouta haji

diterapkan pada tahun 1996 dengan dukungan Sistem Komputerasi Haji

Terpadu (SISKOHAT) untuk mencegah terjadinya over quota seperti yang

terjadi pada tahun 1995 dan sempat menimbulkan keresahan dan

kegelisahan di masyarakat, khususnya calon jemaah haji yang telah

terdaftar pada tahun tersebut namun tidak dapat berangkat. Mulai tahun

2005 penetapan porsi provinsi dilakukan sesuai dengan ketentuan

Organisasi Konferensi Islam (OKI) yaitu 1 orang per mil dari jumlah

penduduk yang beragama Islam dari masing-masing provinsi, kecuali

untuk jemaah haji khusus diberikan porsi tersendiri. (Zakaria, 2008).

Page 29: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

15

Pada masa pasca orde baru, melalui Keputusan Presiden Nomor 119

Tahun 1998, pemerintah menghapus monopoli angkutan haji dengan

mengizinkan kepada perusahaan penerbangan lain selain PT. Garuda

Indonesia untuk melaksanakan angkutan haji. Dibukanya kesempatan

tersebut disambut hangat oleh sebuah perusahaan asing, Saudi Arabian

Airlines untuk ikut serta dalam angkutan haji dengan mengajukan

penawaran kepada pemerintah dan mendapat respon yang positif. Sejak

era reformasi, setiap bentuk kebijakan harus memenuhi aspek keterbukaan

dan transparansi, jika tidak akan menuai kritik dari masyarakat.

Pemerintah dituntut untuk terus menyempurnakan sistem penyelenggaraan

haji dengan lebih menekankan pada pembinaan, pelayanan, dan

perlindungan secara optimal.

Penyelenggaraan haji menjadi tanggung jawab Menteri Agama yang

dalam pelaksanaan sehari-hari, secara struktual dan teknis fungsional

dilaksanakan oleh Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan

Penyelenggaraan Haji (BPIH) yang ditetapkan berdasarkan Keputusan

Presiden Nomor 165 tahun 2000. Dalam perkembangan terakhir

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 tahun 2005 sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 63 tahun 2005, Ditjen BPIH

direstrukturasi menjadi dua unit kerja eselon 1, yaitu Ditjen Bimbingan

Masyarakat Islam (Bimas Islam) dan Ditjen Penyelenggaraan Haji dan

Umrah (PHU). Dengan demikian mulai operasional haji tahun 2007

pelaksanaan teknis PPIH dan pembinaan umroh berada dibawah Ditjen

Page 30: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

16

PHU (Zakaria, 2008).

2. Investasi Syariah

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan

penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan

perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam

perekonomian. Investasi tidak hanya untuk memaksimalkan output, tetapi

untuk menentukan distribusi tenaga kerja dan distribusi pendapatan,

pertumbuhan dan kualitas penduduk serta teknologi (Sukirno, 2005).

Sedangkan (Tandelilin, 2001) berpendapat investasi diartikan sebagai

komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan

pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa

datang. Jadi, pada dasarnya sama yaitu penempatan sejumlah kekayaan

untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

Investasi syariah adalah kegiatan mengembangkan uang melalui

pemanfaatan berbagai sumber daya dengan motivasi untuk mendapatkan

keuntungan yang sejalan dengan prinsip syariah Islam. Islam sangat

menjunjung tinggi ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi (tadrij), dari

tahapan diskursus (‘ilmu alyaqin), implementasi (‘ain al yaqin), serta

hakikat akan sebuah ilmu (haqq al yaqin). (Scheller dalam trichotomy

pengetahuan) menjelaskan ada tiga jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan

instrumental (herrschafswissen), pengetahuan intelektual

(beldungswissen), dan pengetahuan spiritual (erlosungswissen)

Page 31: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

17

sebagaimana dituangkan oleh Rich dalam bukunya the knowledge cycle.

Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang

memenuhi proses tadrij dan trichotomy pengetahuan tersebut. Hal tersebut

dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga

bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus

merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karena itu investasi

sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal tersebut dijelaskan dalam Al-

Qur’an surat al-Nisa ayat 9 sebagai berikut:

“dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakangnya mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah

mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang jujur”.

Ayat tersebut menganjurkan untuk berinvestasi dengan

mempersiapkan generasi yang kuat, baik aspek intelektualitas, fisik,

maupun aspek keimanan sehingga terbentuklah sebuah kepribadian yang

utuh dengan kapasitas:

a. Memiliki akidah yang benar

b. Ibadah dengan cara yang benar

Page 32: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

18

c. Memiliki akhlak yang mulia

d. Intelektualitas yang memadai

e. Mampu untuk bekerja/mandiri

f. Disiplin atas waktu

g. Dan bermanfaat bagi orang lain.

Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan

populasi muslim terbesar di dunia. Dengan mayoritas penduduknya yang

beragama Islam, untuk memberikan kenyamanan dalam berinvestasi maka

dibutuhkan produk-produk investasi yang memenuhi prinsip-prinsip

Islam. Investasi dalam Islam atau disebut juga investasi syariah tidak

hanya membicarakan persoalan duniawi. Ada unsur lain yang sangat

menentukan berhasil tidaknya suatu investasi dimasa depan, yaitu

ketentuan dan kehendak Allah Swt. Islam memadukan dua unsur yaitu

dunia dan akhirat. Maka dari itu, dalam investasi syariah sangat

diperhatikan apakah investasi yang dilakukan sudah sesuai prinsip-prinsip

syariah atau ketentuan-ketentuan yang diatur agama Islam.

Prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam investasi keuangan

yang ditawarkan menurut Pontjowinoto (2003) sebagai berikut:

a. Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan

menghindari setiap transaksi yang zalim.

b. Setiap transaksi yang memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil.

Page 33: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

19

c. Uang sebagai alat pertukaran bukan komoditas perdagangan dimana

fungsinya adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan

daya beli suatu barang atau harta.

d. Setiap transaksi harus tranparan, tidak menimbulkan kerugian atau

unsur penipuan disalah satu pihak baik sengaja maupun tidak sengaja.

e. Risiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak

menimbulkan risiko yang besar atau melebihi kemampuan

menanggung risiko.

f. Dalam Islam setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia

menanggung resiko.

Tujuan investasi adalah mendapatkan sejumlah pendapatan

keuntungan. Dalam konteks perekonomian, menurut Tandelilin (2001) ada

beberapa motif mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain

adalah:

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan

datang.

b. Menggurangi tekanan inflasi.

c. Sebagai usaha untuk menghemat pajak.

d. Untuk mencapai tujuan investasi membutuhkan suatu proses dalam

pengambilan keputusan.

Adapun macam-macam bentuk investasi syariah antara lain:

a. Deposito syariah

b. Pasar modal syariah

Page 34: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

20

c. Saham syariah

d. Obligasi syariah

e. Reksadana syariah

f. Tabungan bagi hasil (mudharabah)

g. Deposito bagi hasil

3. Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik

dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan

akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik (seperti: pemerintah

pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-

lembaga negara). Tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait dengan

perlunya dilakukan transparansi dan pemberian informasi kepada publik

dalam rangka pemenuhan hak-hak publik (Mardiasmo: 2009:20).

Menurut Mardiasmo (2009:20) akuntabilitas publik adalah

kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan

pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan

segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada

pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan

untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik

terdiri atas dua macam, yaitu: (1) akuntabilitas vertikal (vertical

accuntability), dan (2) akuntabilitas horizontal (horizontal

accountability).

Pertanggung jawaban vertikal (vertical accountability) adalah

Page 35: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

21

pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih

tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada

pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada

pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.

Pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) adalah

pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Dalam konteks organisasi

pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan

disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-

pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah, baik

pusat maupun daerah, harus bisa menjadi subyek pemberi informasi

dalam rangka pemenuhan hak-hak publik (Mardiasmo:2009:21).

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

“Laporan keuangan daerah disusun untuk menyediakan informasi yang

relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan

oleh pemerintah daerah selama satu periode pelaporan”. Menurut

Mahmudi (2007:11) definisi laporan keuangan adalah: “Informasi yang

disajikan untuk membantu stakeholders dalam membuat keputusan

sosial, politik dan ekonomi sehingga keputusan yang diambil bisa lebih

berkualitas”.

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran

normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga

dapat memenuhi tujuannya. Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun

2010, Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif

Page 36: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

22

yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi

kualitas yang dikehendaki, yaitu:

a. Relevan.

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang

termuat didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna

dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau

masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau

mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Dengan demikian,

informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan

maksud penggunaannya. Informasi yang relevan, yaitu:

1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value). Informasi

memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi

ekspektasi mereka dimasa lalu.

2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value). Informasi dapat

membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang

berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

3) Tepat waktu. Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat

berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

4) Lengkap. Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan

selengkap mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang

dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan

memperhatikan kendala yang ada. Informasi yang melatar

belakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam

Page 37: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

23

laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan

dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

b. Andal.

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang

menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara

jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika

hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan

informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi

yang andal memenuhi karakteristik, yaitu:

1) Penyajian jujur. Informasi menggambarkan dengan jujur

transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau

yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

2) Dapat diverifikasi (verifiability). Informasi disajikan dalam

laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan

lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap

menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

3) Netralitas. Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak

berpihak pada kebutuhan pihak tetentu.

c. Dapat dibandingkan.

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih

berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode

sebelumnya atau laporan keuangan entitas laporan lain pada

umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan

Page 38: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

24

eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila entitas

diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari

tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila

entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang

sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi

yang lebih baik dari pada kebijakan akuntansi sekarang diterapkan,

perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

d. Dapat dipahami.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami

oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang

disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu,

pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas

kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya

kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

4. Badan Pengelola Keuangan Haji

Badan Pengelola Keuangan Haji yang kemudian disebut BPKH

adalah lembaga yang melakukan pengelolaan keuangan haji. Payung

hukum dalam pembentukan BPKH adalah Undang-Undang nomor 34

Tahun 2014. BPKH dinilai sangat perlu untuk dibentuk karena

peningkatan jumlah Jemaah Haji tunggu mengakibatkan terjadinya

penumpukan akumulasi dana haji, padahal akumulasi dana haji berpotensi

ditingkatkan nilai manfaatnya guna mendukung penyelenggaraan ibadah

haji yang lebih berkualitas melalui pengelolaan keuangan haji yang efektif,

Page 39: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

25

efisien, transparan, akuntabel, dan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Badan Pelaksana BPKH memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan,

serta pertanggungjawaban, dan pelaporan Keuangan Haji. Dalam

menjalankan fungsinya, BPKH mempunyai tugas-tugas antara lain:

a. Merumuskan kebijakan.

b. Menyiapkan rencana strategis.

c. Menyiapkan rencana kerja dan anggaran tahunan, pengelolaan

keuangan haji.

d. Melaksanakan program pengelolaan keuangan haji yang telah

ditetapkan, serta rekomendasi atas hasil pengawasan dan pemantauan

dari Dewan Pengawas.

e. Melakukan penatausahaan pengelolaan keuangan haji dan asset

BPKH sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Menetapkan ketentuan teknis pelaksanaan operasional BPKH.

g. Menyelenggarakan administrasi pengelolaan keuangan haji sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Menyusun laporan kinerja dan laporan keuangan secara bulanan,

triwulan, semester, dan tahunan.

i. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan

keuangan haji.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Badan

Pelaksana BPKH mempunyai wewenang sebagai berikut:

Page 40: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

26

a. Menempatkan dan menginvestasikan keuangan haji sesuai dengan

prinsip syariah, kehati-hatian, keamanan, dan nilai manfaat.

b. Melakukan kerja sama dengan lembaga lain dalam rangka pengelolaan

keuangan haji.

c. Menetapkan struktur organisasi beserta tugas dan fungsi, tata kerja

organisasi, dan sistem kepegawaian.

d. Menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPKH, termasuk

mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai BPKH

serta menetapkan penghasilan pegawai BPKH.

e. Mengusulkan kepada Presiden melalui Menteri mengenai penghasilan

bagi Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana.

f. Menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam

rangka penyelenggaraan tugas BPKH dengan memperhatikan prinsip

transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas (perpres nomor

110 tahun 2017).

Jika kita melihat ke negara Malaysia, mereka sejak dahulu sudah

mempunyai badan yang khusus untuk mengelola keuangan haji yang

disebut Tabung Haji (TH). Menurut penelitian yang dilakukan oleh

(Habibah, 2016) di Malaysia juga ada Tabung Haji (TH) yang dimulai dari

tahun 1963 dengan tujuan untuk memfasilitasi muslim Malaysia untuk

melakukan haji dengan penggabungan dan inventasi dari tabungan mereka.

Lembaga ini sukses dalam bidang keuangan syariah dan perbankan.

Kegiatan Tabung Haji dibagi menjadi tiga fokus utama: (1) menyediakan

Page 41: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

27

jasa tabungan yang berdasarkan syariah kepatuhan. (2) layanan haji di

Malaysia dan Mekkah. (3) investasi.

5. Badan Pemeriksa Keuangan

(Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945) menetapkan bahwa untuk

memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu

Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan

Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat. Oleh sebab itu, perlu dibentuk satu Badan Pemeriksa

Keuangan yang bebas dan mandiri. Berdasarkan amanat yang tercantum

dalam UUD tahun 1945 tersebut, kemudian dikeluarkan Surat Penetapan

Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 yang berisi tentang

pembentukan Badan Pemeriksaan Keuangan. Pada awalnya BPK mulai

bekerja pada tanggal 1 Januari 1947 dan memiliki kedudukan sementara

di Magelang. Pada saat pembentukan ini, BPK memiliki 9 orang pegawai

yang diketuai oleh R. Soerasno. Badan Pemeriksa Keuangan yang

kemudian disingkat BPK adalah lembaga tinggi negara dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Tugas dan wewenang Badan Pemeriksa Keuangan disebutkan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2006 secara

terpisah, yaitu pada BAB III bagian kesatu dan kedua. Tugas BPK menurut

UU tersebut masuk dalam bagian kesatu, isinya antara lain:

Page 42: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

28

a. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan yang

dilakukan oleh BPK terbatas pada Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah, Bank Indonesia, Lembaga Negara lainnya, BUMN, Badan

Layanan Umum, BUMD, dan semua lembaga lainnya yang mengelola

keuangan negara.

b. Pelaksanaan pemeriksaan BPK tersebut dilakukan atas dasar undang-

undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara.

c. Pemeriksaan yang dilakukan BPK mencakup pemeriksaan kinerja,

keuangan, dan pemeriksaan dengan adanya maksud tertentu.

d. Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh BPK harus dibahas sesuai

dengan standar pemeriksaan keuangan negara yang berlaku.

e. Hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

diserahkan kepada DPD, DPR, dan DPRD, dan juga menyerahkan hasil

pemeriksaan secara tertulis kepada Presiden, Gubernur, dan

Bupati/Walikota.

f. Jika terbukti adanya tindakan pidana, maka BPK wajib melapor pada

instansi yang berwenang paling lambat 1 bulan sejak diketahui adanya

tindakan pidana tersebut.

Selain mempunyai fungsi, BPK juga mempunyai wewenang yang

tercantum dalam UU Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2006 secara

terpisah, yaitu pada BAB III bagian kesatu dan kedua, antara lain:

Page 43: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

29

a. Dalam menjalankan tugasnya, BPK memiliki wewenang untuk

menentukan objek pemeriksaan, merencanakan serta melaksanakan

pemeriksaan. Penentuan waktu dan metode pemeriksaan serta

menyusun maupun menyajikan laporan, juga menjadi wewenang dari

BPK tersebut.

b. Semua data, informasi, berkas dan semua hal yang berkaitan dengan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara hanya bersifat

sebagai alat untuk bahan pemeriksaan.

c. BPK juga berwenang dalam memberikan pendapat kepada DPR, DPD,

DPRD, dan semua lembaga keuangan negara lain yang diperlukan

untuk menunjang sifat pekerjaan BPK.

d. BPK berwenang memberi nasihat atau pendapat berkaitan dengan

pertimbangan penyelesaian masalah kerugian negara.

B. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu

mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel

2.1

Page 44: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

30

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Sebelumnya

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Abdus Somad

(2013)

Evaluasi

Penyelenggaraan

Ibadah Haji oleh

Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan

Haji dan Umroh

Kementerian Agama

Republik Indonesia

Tahun 2010-2011

Menggunakan Variabel

yang Sama yaitu

Evaluasi

Penyelenggaraan

Ibadah Haji

Lebih Memfokuskan

pada Evaluasi

Laporan Keuangan

Penyelenggaraan

Ibadah Haji

Pelaksanaan ibadah haji pada tahun

2010 dan 2011 berlangsung cukup baik

walaupunmasih adanya beberapa

kendala teknis antara lain

keterlambatan penerbangan, katering

yang masih belum layak dll.

Bentuk sistem pengawasan yang lebih

baik menghasilkan sebuah penilaian

untuk mengukur tingkat keberhasilan

PIH di setiap aspeknya.

Page 45: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

31

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

2. Lukman

Hidayat

(2013)

Evaluasi Penetapan

Biaya

Penyelenggaraan

Ibadah Haji (BPIH)

Oleh Direktorat

Jenderal

Penyelenggaraan

Haji dan Umroh

Kemenag RI dalam

Penyelenggaraan

Ibadah Haji Tahun

2012.

Menggunakan

Variabel yang Sama

yaitu Evaluasi

Penyelenggaraan

Ibadah Haji

Lebih Memfokuskan

pada Evaluasi

Laporan Keuangan

Penyelenggaraan

Ibadah Haji

Evaluasi penetapan biaya

penyelenggaraan ibadah haji (BPIH)

dilakukan setelah operasional haji

selesai. Mekanisme penetapan biaya

penyelenggaraan ibadah haji (BPIH)

dilakukan melalui kegiatan sesuai

tahapan yang ada dalam SOP.

Page 46: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

32

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

3. Habibah

Yahaya

(2013)

Tabung Haji

Malaysia as a World

Role Model of

Islamic Management

Institutions

Membahas

pengelolaan serta

investasi dana haji

Dilakukan di negara

Malaysia

Lembaga Tabung Haji Malaysia

adalah lembaga pertama yang khusus

mengelola keuangan haji dan

menyediakan tabungan dan investasi

sesuai dengan syariah. Dengan

adanya tabungan haji ini terdapat

peningkatan yang signifikan jumlah

orang-orang muslim yang

menginginkan dan mampu

melaksanakan haji

Page 47: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

33

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

4. Nurhasanah

(2011)

Tabung Haji

Malaysia dalam

Perspektif Ekonomi

Membahas

pengelolaan serta

investasi dana haji

Dilakukan di negara

Malaysia

Entitas Islam dikalangan muslim

melayu memberikan kesadaran yang

tinggi untuk mengamalkan ajaran

Islam, Ibadah Haji sebagai rukun

Islam yang kelima menjadi prioritas

agenda kerajaan sejak awal abad

XIX. Pengurusan Ibadah Haji pada

awalnya menjadi kompetisi Sultan di

tanah melayu

Page 48: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

34

C. Kerangka Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka secara

skematis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Tabel 2.2

Kerangka Pemikiran Penelitian

Page 49: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik yang diteliti dalam

suatu situasi (Sekaran, 2014). Data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut berasal dari penelitian langsung

kepada objek dengan teknik wawancara langsung, Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Undang-Undang Nomor 34

Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji, buku-buku, media elektronik,

dan tulisan karya ilmiah lainnya.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek dalam penelitian adalah

Penyelenggaraan Ibadah Haji di Kementerian Agama, serta Badan Pengelola

Keuangan Haji (BPKH). Dalam studi kualitatif (Qualitative study) dapat

menggunakan sampel yang kecil. Dalam penelitian ini metode penentuan

sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel

yang dilakukan oleh peneliti untuk tujuan tertentu dengan pengambilan sampel

berdasarkan pertimbangan tertentu (Sekaran, 2014).

Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling sesuai

kriteria-kriteria sebagai berikut:

Page 50: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

36

1. Badan atau instansi yang menyelenggarakan ibadah haji di Indonesia.

2. Badan atau instansi yang terlibat didalam pengelolaan Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).

3. Badan atau instansi yang melakukan audit terhadap laporan keuangan

penyelenggaraan ibadah haji.

C. Objek Penelitian

Dalam mengevaluasi penyelenggaraan ibadah haji, penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif sama seperti yang telah dilakukan oleh

penelitian-penelitian terdahulu. Namun terdapat perbedaan dengan penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya, dalam penelitian ini lebih memfokuskan

evaluasi terhadap laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia.

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini hanya dibatasi pada evaluasi

penyelenggaraan ibadah haji dari tahun 2011-2017 dan lebih memfokuskan

evaluasi terhadap laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia.

Berikut ini disajikan deskripsi singkat mengenai objek penelitian:

1. Penyelenggaraan haji

Undang-undang nomor 34 tahun 2014 pasal 1 menyatakan bahwa

penyelenggaraan ibadah haji adalah rangkaian kegiatan pengelolaan

pelaksanaan ibadah haji yang meliputi pelaksanaan pembinaan,

pelayanan, dan perlindungan Jemaah haji yang diselenggarakan oleh

pemerintah. Jemaah haji adalah warga negara Indonesia yang

beragama islam dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah

Page 51: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

37

haji sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Untuk melaksanakan

haji Jemaah haji dikenakan biaya penyelenggaraan ibadah haji. Biaya

Penyelenggaraan haji yang selanjutnya disingkat BPIH adalah

sejumlah dana yang harus dibayar oleh warga negara yang akan

menunaikan ibadah haji.

2. Pengelolaan dana haji

Pengelolaan dana haji adalah pengelolaan dana setoran biaya

penyelenggaraan ibadah haji, dana efisiensi penyelenggaran haji, dan

abadi umat, serta nilai manfaat yang dikuasai oleh negara dalam rangka

penyelenggaraan ibadah haji dan pelaksanaan program kegiatan untuk

kemaslahatan umat. Pengelolaan dana haji selama ini dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh dan mulai

tanggal 12 Januari 2018 dilimpahkan kepada Badan Pengelolaan

Keuangan Haji (BPKH).

3. Investasi dana haji

(Tandelilin, 2001) berpendapat investasi diartikan sebagai

komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang

dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah

keuntungan dimasa yang akan datang. Dana haji yang telah disetorkan

oleh Jemaah haji kepada Bank Penerima Setoran agar memperoleh

nilai manfaat perlu diinvestasikan oleh Badan Pengelolaan Keuangan

Haji dengan mempertimbangkan prinsip syariah, kehati-hatian,

keamanan dan nilai manfaat.

Page 52: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

38

4. Masa tunggu

Pengertian masa tunggu adalah tenggang waktu calon Jemaah haji

dari mulai mendaftarkan diri dengan membayar setoran awal dan

sudah mendapatkan porsi sampai dengan penentuan keberangkatan ke

tanah suci. Besarnya animo masyarakat untuk melaksanakan ibadah

haji tidak sebanding dengan kuota yang ditetapkan oleh pemerintah

Arab Saudi. Jemaah haji yang sudah mendaftar tidak semua dapat

berangkat ditahun yang sama dengan pendaftaran, ada yang menunggu

2 (dua) sampai 20 (dua puluh) tahun.

5. Laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji

Dana penyelenggaraan ibadah haji yang berasal dari setoran awal

Jemaah, dana optimalisasi, dana operasional dan dana pelunasan dari

jemaah harus dapat dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan

transparan.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu teknik pengumpulan data yang

menggunakan metode observasi partisipasi, peneliti terlibat sepenuhnya dalam

kegiatan perolehan informasi kunci yang menjadi subjek penelitian dan sumber

informasi penelitian (Ardianto, 2010).

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini

diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan,

Page 53: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

39

tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok

masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji

dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic (Ruslan, 2003). Oleh

karena itu, pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis berdasarkan tujuan

penelitian yang ingin mendapatkan gambaran proses dari pelayanan

penyelenggaraan ibadah haji, serta optimalisasi pengelolaan dana haji. Dimana

untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan

data yang diperlukan secara intensif dan kemudian menguraikan fakta-fakta

yang terjadi secara ilmiah disertai pengujian kembali atas semua yang telah

dikumpulkan.

E. Metode Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh

adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan

rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur

klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi,

wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses terlebih

dahulu sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan,

penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan

kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas, dan tidak

menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis.

Menurut miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan

Page 54: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

40

penarikan kesimpulan/verifikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang

saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat sebelum,

selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun

wawasan umum yang disebut “analisis” (Ulber Silalahi, 2009: 339).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup

transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan

triangulasi. Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan.

berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti:

1. Reduksi Data

Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi

data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data

berlangsung terus-menerus, terutama selama proyek yang berorientasi

kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan data. Selama

pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat

ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat

partisi, dan menulis memo.

2. Triangulasi

Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik

Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana

dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

Page 55: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

41

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil

wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330).

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang

berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen.

Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga

dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu

triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti

terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang

berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen.

Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga

dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu

triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti

terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam

triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, penyidik, dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam

triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan

dengan memanfaatkan sumber.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331).

Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai

Page 56: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

42

berikut:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Sementara itu, dalam catatan Tedi Cahyono dilengkapi bahwa dalam

riset kualitatif triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh

seorang peneliti disamping proses lainnya, dimana proses ini menentukan

aspek validitas informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun dalam

suatu penelitian. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak

digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain. Model triangulasi

diajukan untuk menghilangkan dikotomi antara pendekatan kualitatif dan

kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang tepat.

Murti B (2006) menyatakan bahwa tujuan umum dilakukan

triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis,

Page 57: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

43

maupun interpretatif dari sebuah riset. Dengan demikian triangulasi

memiliki arti penting dalam menjembatani dikotomi riset kualitatif dan

kuantitatif, sedangkan menurut (Yin R. K., 2003) menyatakan bahwa

pengumpulan data triangulasi melibatkan observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

Penyajian data merupakan kegiatan terpenting yang kedua dalam

penelitian kualitatif. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi

yang tersusun member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan (Ulber Silalahi, 2009: 340). Penyajian data yang

sering digunakan untuk data kualitatif pada masa yang lalu adalah dalam

bentuk teks naratif dalam puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan halaman.

Akan tetapi, teks naratif dalam jumlah yang besar melebihi beban

kemampuan manusia dalam memproses informasi. Manusia tidak cukup

mampu memproses informasi yang besar jumlahnya; kecenderungan

kognitifnya adalah menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam

kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif atau konfigurasi yang

mudah dipahami.

Penyajian data dalam kualitatif sekarang ini juga dapat dilakukan

dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya

dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu

bentuk yang padu padan dan mudah diraih. Jadi, penyajian data merupakan

bagian dari analisis.

3. Menarik Kesimpulan

Page 58: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

44

Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.

Ketika kegiatan pengumpullan data dilakukan, seorang penganalisis

kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola,

penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan

proposisi. Kesimpulan yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat

menjadi lebih terperinci. Kesimpulan-kesimpulan “final” akan muncul

bergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan,

pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang

digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan pemberi dana, tetapi sering

kali kesimpulan itu telah sering dirumuskan sebelumnya sejak awal.

Page 59: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

45

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penyelenggaraan Haji di

Direkrotar Penyelenggaraan Haji dan Umroh kementerian agama Republik

Indonesia tahun 2011 sampai dengan tahum 2017. Selanjutnya untuk dapat

menguraikan hal tersebut secara berturut turut akan dibahas mengenai: (1)

Deskripsi penyelenggaraan Haji, (2) Optimalisasi pengelolaan dan investasi

dana Haji, (3) Optimalisasi dan investasi dana haji terhadap dana jemaah yang

cukup lama menunggu (4) Kualitas laporan keuangan penyelenggaraan ibadah

Haji Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2017, (5) Faktor–faktor yang menjadi

kendala dalam menyusun laporan keuangan penyelenggaraan ibadah Haji.

1. Deskripsi penyelenggaraan Haji

Penyelenggaraan ibadah Haji merupakan tugas nasional karena

melibatkan berbagai instansi dan lembaga baik dalam negeri maupun luar

negeri yang berkaitan dengan bimbingan, transportasi, kesehatan,

akomodasi dan keamanan. Disamping itu, penyelenggaraan ibadah Haji

dilaksanakan di negara lain yang waktunya tertentu dan sangat terbatas

serta menyangkut nama baik dan martabat bangsa Indonesia di luar negeri,

khususnya Arab Saudi.

Saat mewawancarai Bapak Suratman, beliau berpendapat bahwa

dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut menteri

Page 60: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

46

agama membentuk satuan kerja dibawahnya. Pemerintah sebagai

penyelenggara Ibadah Haji wajib menyiapkan pengelolaan dan

pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji dan segala hal yang terkait

dengan pelaksanaan ibadah Haji yang meliputi penetapan Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), pembinaan ibadah Haji, penyediaan

akomodasi yang layak, penyediaan transportasi yang nyaman, penyediaan

konsumsi, pelayanan kesehatan, pelayanan administrasi dan dokumen

yang diperlukan.

Menteri agama membentuk panitia penyelenggaraan Ibadah Haji

ditingkat pusat, di daerah yang memiliki bandar udara embarkasi dan di

Arab Saudi. Rangkaian penyelenggaraan ibadah Haji secara umum di

Indonesia meliputi: (1) Pendaftaran Ibadah haji, (2) Penetapan kuota

jemaah Haji, (3) Penetapan besaran setoran awal dan penyelenggaraan

ibadah Haji, (4) Bimbingan Jemaah Haji, (5) Pembentukan panitia

penyelenggaraan ibadah Haji, (6) Pelayanan Administrasi, dokumentasi

dan transportasi, (7) Pelayanan akomodasi, konsumsi, pembinaan dan

kesehatan dan (8) Perlindungan jemaah, petugas Haji, dan koordinasi.

a. Pendaftaran Ibadah Haji

Semua warga negara Republik Indonesia berhak melaksanakan

ibadah Haji dengan mendaftarkan diri di kantor kementerian agama

sesuai dengan prosedur dan persaratan yang ditetapkan oleh menteri

agama.

Pendaftaran haji dapat dilaksanakan sepanjang tahun dengan

Page 61: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

47

prinsip pelayanan berdasarkan nomor urut pendaftaran yang akan

digunakan sebagai dasar dalam pelayanan pemberangkatan calon

jemaah haji.

b. Penetapan kuota Jemaah Haji

Penetapan kuota jemaah haji berdasarkan pada kebijakan

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Menteri agama menetapkan kuota

ke dalam kuota nasional dan kuota provinsi dengan memperhatikan

prinsip adil dan proporsional yang berdasarkan pertimbangan proporsi

jumlah penduduk muslim di setiap provinsi; dan/atau proporsi jumlah

daftar tunggu jemaah haji di setiap provinsi

c. Penetapan besaran setoran awal dan penyelenggaraan ibadah haji

Besaran setoran awal dan pembayaran BPIH di tetapkan oleh

menteri agama. Setoraan awal BPIH dibayarkan oleh calon jemaah

haji pada saat pendaftaran. Besaran BPIH ditetapkan oleh presiden

atas usul Menteri Agama setelah mendapat persetujuan DPR,

sedangkan pelunasan BPIH dilakukan setelah ditetapkan besaran

BPIH oleh Presiden.

d. Bimbingan Jemaah Haji

Sebelum berangkat ke Arab Saudi, selama perjalanan dan selama

berada di Arab Saudi semua jemaah mendapat bimbingan yang

dilakukan oleh petugas yang memenuhi persyaratan dan standar yang

ditetapkan oleh Menteri Agama. Bimbingan jemaah Haji tersebut

meliputi bimbingan pelaksanaan ibadah haji atau manasik haji,

Page 62: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

48

bimbingan perjalanan ibadah haji dan bimbingan kesehatan jemaah

haji.

e. Pembentukan panitia penyelenggaraan ibadah Haji

Panitia penyelenggaraan ibadah haji yang dibentuk Menteri

Agama meliputi panitia ditingkat pusat, panitia di daerah yang

memiiliki bandar udara embarkasi dan di Arab saudi. Panitia

penyelenggaraan ibadah Haji sudah terbentuk paling lambat 3 bulan

sebelum pemberangkatan jemaah.

Panitia penyelenggara ibadah Haji dalam melaksanakan tugasnya

dibantu oleh petugas Haji yang menyertai kemah haji selama

pelaksanan Ibadah Haji. Petugas Haji tersebut terdiri atas aparatur

kementerian agama, kementerian instansi terkait, pemerintah daerah

dan / atau unsur masyarakat sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.

f. Pelayanan administrasi, dokumen Haji dan transportasi

Pelayanan administrasi, dokumen haji diberikan kepada jemaah

Haji di Tanah Air maupun di Arab Saudi. Pelayanan administrasi,

dokumen Haji meliputi pelayanan pendaftaran, pelunasan, dan

pemanggilan masuk asrama.

Pelayanan dokumen Haji meliputi penggunaan paspor, visa,

dokumen perjalanan ibadah haji dan dokumen lain yang diperlukan.

Pelayanan akomodasi, konsumsi, pembinaan dan kesehatan.

Pelayanan akomodasi dan konsumsi Jemaah Haji diberikan

kepada jemaah Haji di Asrama Haji bandar udara embarkasi dan di

Page 63: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

49

Arab Saudi sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Menteri

Agama.

Pembinaan dan pelayanan kesehatan wajib diberikan sebelum

keberangkatan, selama perjalanan penyelenggaraan ibadah Haji dan

14 (empat belas) hari setelah kembali ke Tanah air.

g. Perlindungan Jemaah, petugas Haji dan koordinasi

Perlindungan jemaah dan petugas Haji diberikan berupa asuransi

dan perlindungan lain yang diperlukan. Biaya asuransi dan

perlindungan lain yang diperlukan bagi jemaah dan petugas haji dapat

dibebankan kedalam komponen BPIH.

Koordinasi penyelenggaraan ibadah Haji dilakukan oleh Menteri

Agama dengan menteri/pimpinan instansi terkait dalam

penyelenggaraan ditingkat Nasional, sedangkan gubernur

berkoordinasi dengan pimpinan instansi vertikal ditingkat provinsi.

h. Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia

Survei kepuasan Jemaah Haji. Sejak tahun 2010, Badan Pusat

Statistik melekukan survei kepuasan jemaan haji Indonesia. Survey

kepuasan jemaah dihitung dari Indeks Kepuasan Jemaah Haji

Indonesia (IKJHI). IKJHI adalah total skor tingkat kepuasan terhadap

total skor kepentingan. BPS menetapkan kriteria dibawah 50% sangat

buruk, 50 – 65 % buruk, 65-75 % sesuai, 75-85 % memuaskan dan

diatas 85 % sangat memuaskan. Hasil survey BPS atas indeks

kepuasan jemaah Haji Indonesia sejak tahun 2010 sampai tahun 2017

Page 64: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

50

adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2010 : 81,45 %

2. Tahun 2011 : 83,31%

3. Tahun 2012 : 81,32%

4. Tahun 2013 : 82,69%

5. Tahun 2014 : 82,52%

6. Tahun 2015 : 82,67 %

7. Tahun 2016 : 83,33%

8. Tahun 2017 : 84,85%.

Survey kepuasan jemaah yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik

dilaksanakan di Mekkah dan Madinah pada setiap pelaksanaan musim

haji dengan indikator pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah ketua kloter selalu memberikan penyuluhan kepada

jemaah untuk selalu menaati peraturan?

2. Apakah ketua kloter selalu memberikan bimbingan kepada

jemaah?

3. Apakah petugas kesehatan selalu melakukan pengecekan

kesehatan?

4. Apakah petugas non kloter (Bandara) selalu memberikan

pelayanan dengan baik?

5. Apakah petugas non kloter (hotel) selalu memberikan pelayanan

yang baik sampai dengan mendapatkan kunci kamar?

Page 65: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

51

6. Apakah kualitas makanan dan ketepatan jadwal pembagian

makanan selalu diawasi?

7. Apakah pelayanan terhadap jemaah yang kesasar, kehilangan

barang, dan sakit dibantu sampai tuntas?

8. Apakah semua jemaah mendapatkan akses yang mudah dari hotel

ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi?

9. Apakah kelengkapan hotel di Mekkah dan Madinah sudah sesuai

dengan Harapan?

10. Apakah keadaan kloset hotel di Mekkah dan Madinah dalam

keadaan yang layak?

11. Apakah pemberian makan siang dan malam di Madinah sudah

layak?

12. Apakah pemberian jatah makanan sudah tepat waktu?

13. Bagaimana pelayanan dan kelayakan bus shalawat?

14. Bagaimana pelayanan dan kelayakan bus antar kota?

15. Bagaimana sosialisasi kegiatan haji secara keseluruhan?

2. Optimalisasi dan investasi dana Haji

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan persentase

penduduk muslim terbesar di dunia, demikian juga keinginan masyarakat

untuk menjalankan ibadah Haji dari tahun ke tahun semakin menunjukkan

peningkatan yang sangat signifikan, sementara Pemerintahan kerajaan

Arab Saudi telah menetapkan kuota jemaah Haji setiap tahunnya untuk

setiap negara. Besarnya kuota yang ditetapkan oleh pemerintahan kerajaan

Page 66: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

52

Arab Saudi tidak sebanding dengan animo calon jemaah Indonesia.

Untuk menjamin penyelenggaraan ibadah haji yang adil profesional

dan akuntabel dengan mengedepankan kepentingan jemaah perlu adanya

pengaturan dalam pemberangkatan calon jemaah haji. Prinsip pelayanan

pemberangkatan calon jemaah haji berdasarkan nomor urut pendaftaran

disesuaikan kuota yang ditetapkan oleh kerajaan Arab Saudi.

Agar waiting list pendaftar Haji tidak meningkat secara tajam dan

pada hakekatnya melaksanakan Haji hanya bagi orang yang mampu maka

pada tahun 2010 M setoran awal jemaah haji reguler sebesar 25 juta rupiah

yang disetorkan ke Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah

Haji yang disingkat BPS BPIH.

Peningkatan jumlah jemaah haji tunggu mengakibatkan terjadinya

penumpukan akumulasi dana Haji. Dana Haji yang berasal dari setoran

awal jemaah dikelola oleh pemerintah, untuk itu pemerintah mengeluarkan

Peraturan Menteri Agama no 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji. Menurut Peraturan Menteri Agama nomor

23 tahun 2011, pengelolaan biaya penyelenggaraan ibadah haji bertujuan

untuk menjamin keamanan, meningkatkan nilai manfaat, akuntabilitas dan

efisiensi biaya penyelenggaraan ibadah haji.

Menteri Agama sebagai pengguna anggaran menetapkan Direktorat

Jenderal Penyelenggaraan Haji dan umroh sebagai entitas

penyelenggaraan Ibadah Haji dan sebagai satuan Kerja penyelenggara haji

tingkat pusat. Pengelolaan biaya penyelenggaraan Haji dilaksanakan

Page 67: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

53

dengan menyusun perencanaan yang mencakup pemenfaatan dan

penggunaan setoran awal, setoran lunas dan penggunaan nilai manfaat.

Menurut pasal 11 ayat 1 peraturan menteri agama no 23 Tahun 2011

pengembangan Biaya penyelenggaraan ibadah Haji dilakukan untuk

memperoleh nilai manfaat dengan prinsip: (a) Jaminan keamanan, (b) nilai

manfaat dan (c) likuiditas. Dana Haji yang berasal dari setoran awal

jemaah haji selama ini oleh direktorat penyelenggara Haji dan umroh

dikembangkan untuk memperoleh nilai manfaat dengan cara:

a. Membeli Surat Berharga Syariah negara (SBSN);

b. Membeli Surat Utang Negara (SUN); dan

c. Menempatkan dalam bentuk deposito berjangka.

Bapak Yayon menyatakan bahwa selama ini Kementerian Agama

sudah cukup maksimal dalam mengelola dana optimalisasi dengan

menempatkan dana pada tiga bentuk investasi diatas. Sehingga, Jemaah

haji tunggu tidak perlu khawatir tentang keuangan yang telah disetorkan

kepada Bank, karena bank yang dipilih oleh Kementerian Agama untuk

penempatan deposito adalah Bank bank yang memenuhi kriteria:

a. Sehat menurut Bank Indonesia

b. Menjadi anggota Lembaga Penjamin Simpanan

c. Memiliki kemampuan untuk membayar kembali semua kewajiban

pada saat jatuh tempo

Biaya penyelenggaraan Ibadah haji (BPIH) terdiri dari dua komponen

yaitu direct cost dan indirect cost. Direct cost merupakan komponen biaya

Page 68: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

54

yang harus dibayar oleh calon jemaah haji, sedangkan indirect cost

merupakan komponen biaya yang sumber pembiayaanya berasal dari nilai

optimalisasi (nilai manfaat dari setoran awal calon jemaah haji).

Rancangan komponen BPIH ditetapkan pada saat rapat kerja Menteri

Agama dengan komisi VIII DPR RI. Rancangan BPIH yang telah disetujui

DPR kemudian diusulkan kepada presiden untuk ditetapkan menjadi

besaran BPIH melalui peraturan presiden. BPIH ditetapkan berdasarkan

US Dollar dan atau sesuai dengan kebijakan Pemerintah Indonesia yang

besarnya berbeda antara masing- masing embarkasi.

Proses penyusunan BPIH ditetapkan melalui perdebatan yang panjang

antara pemerintah dengan DPR RI, berikut ini adalah tahapan penetapan

BPIH:

a. Dirjen penyelenggaraan haji dan umroh Kemenag RI menyusun detail

kebutuhan pembiayaan haji (draft)

b. Draft BPIH dipaparkan dalam rapat terbatas internal kementerian

agama

c. Pemerintah membentuk kelompok kerja internal kementerian agama

(POKJA BPIH) untuk mendetailkan draft BPIH agar berkesesuaian

dengan pasar saat ini

d. POKJA BPIH mengajukan RDP ke DPR (komisi VIII), dimulailah

proses pembahasan antara pemerintah dengan DPR RI yang

melibatkan seluruh stakeholder terkait

Page 69: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

55

e. DPR RI membentuk tim ahli (ekonomi, transportasi, dsb) untuk

memberikan masukan atas Draft BPIH yang diajukan pemerintah

f. Proses pembahasan BPIH dinyatakan selesai jika pihak pemerintah,

DPR RI dan tim ahli telah sepakat atas BPIH yang diusulkan

g. Usulan BPIH yang telah disepakati seluruh pihak dinyatakan dalam

keputusan bersama untuk diajukan kepada Presiden sebagai dasar

penetapan kepres BPIH

h. Setelah kepres BPIH ditanda tangani dan diumumkan, minimal satu

minggu setelahnya pelaksanaan pelunasan tahap 1 dimulai, dan nama

nama calon jemaah haji diumumkan

Besaran BPIH bervariasi setiap tahunnya sesuai dengan fluktuasi nilai

tukar valuta asing dan kondisi perekonomian. Data besaran BPIH selama

6 (enam) tahun terakhir.

Tabel 4.1

Data Besaran BPIH

Tahun BPIH Dasar penetapan Keterangan

2011 3,533 USD Perpres No 51 / 2011 Kurs jual BI berjalan

2012 3,612 USD Perpres No 81 / 2012 Kurs jual BI berjalan

2013 3,528 USD Perpres No 31 / 2013 Kurs jual BI berjalan

2014 3,276 USD Perpres No 49 / 2014 Kurs jual BI berjalan

2015 2,717 USD Perpres No 64 / 2015 Kurs jual BI berjalan

2016 34.641.000 Kepres No 21 / 2016 Kurs Rupiah

Sumber: Renstra BPKH 2017-2022

Biaya transportasi haji dari daerah asal ke bandar udara embarkasi dan

dari bandar udara embarkasi ke daerah asal di tetapkan dalam peraturan

daerah setempat, sedangkan transportasi darat jemaah Haji antar kota

jedah, Makkah dan Madinah serta antara Arofah, Muzdhalifah dan Mina

Page 70: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

56

di selenggarakan oleh Menteri agama bekerjasama dengan pemerintahan

Kerajaan Arab Saudi. Embarkasi haji yang ada sampai dengan tahun 2015

sebagai berikut:

Tabel 4.2

Data Embarkasi Haji Tahun 2015

Sumber: Laporan penyelenggaraan ibadah haji

Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) bagi jemaah haji khusus

ditetapkan minimal sebesar USD 8.000 yang ditetapkan berdasarkan

keputusan menteri agama. Setiap jemaah haji melakukan pembayaran

BPIH reguler dan BPIH khusus dengan mata uang dolar AS atau mata uang

rupiah sesuai kurs jual transaksi Bank Indonesia yang berlaku pada hari

No. Embarkasi Mencakup Provinsi/ kab/Kota

1 Aceh Aceh

2 Medan Sumatera Utara

3 Batam

Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat,jambi

(Kabupaten tanjung, Jabung barat, kota jambi,

Muaro Jambi, batang hari, dan tanjung Jabung

Timur)

4 Padang Sumatera Barat, Bengkulu, jambi (Kab. Merangin,

Kerinci, sorolangun, Bungo dan tebo)

5 Palembang Sumatera Selatan dan Bangka Belitung

6 Jakarta DKI Jakrta, Jawa Barat, Banten dan Lampung

7 Solo Jawa Tengah, D.I Yogyakarta

8 Surabaya Jawa Timur, Bali dan NTT

9 Banjarmasin Kalimantan Selatan dan kalimantan Tengah

10 Balik Papan Kalimantan Timur, Sulawesi tengah dan Sulawesi

Utara

11 Makasar

Sulawesi Utara, gorontalo, selawesi tenggara,

Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara,papua dan

Papua Barat

12 Lombok Nusa tenggara Barat

Page 71: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

57

dan tanggal pembayaran pelunasan BPIH.

Untuk menentukan besaran BPIH harus disetujui oleh DPR RI,

dengan pembahasan bersama komisi VIII DPR RI. Pembahasan besaran

BPIH lebih awal akan memberikan waktu yang cukup bagi calon jemaah

Haji untuk melakukan pelunasan BPIH, dan persiapan operasional dapat

dilakukan secara lebih dini.

Keseluruan komponen biaya penyelenggaraan ibadah Haji (BPIH)

sampai dengan tahun 2006 dibebankan langsung kepada jemaah haji

(Direct Cost). Namun sejalan dengan peningkatan kualitas pengelolaan

keuangan yang semakin baik, dana haji yang semula ditempatkan dalam

giro, maka untuk mengoptimalkan nilai manfaatnya ditempatkan

direkening deposito dan Surat Berharga Syariah Negara Sukuk.

Dengan meningkatnya hasil optimalisasi setoran awal BPIH,

diharapkan komponen BPIH yang dibebankan langsung kepada jemaah

haji (Direct Cost) menjadi semakin menurun karena adanya pembiayaan

yang dibebankan dari nilai manfaaat setoran awal BPIH (Indirect Cost).

Sejak musim haji tahun 1435H/2014M jemaah Haji tidak lagi

membayar biaya pemondokan di Madinah. Pembiayaan sepenuhnya dari

dana optimalisasi pengelolaan setoran awal BPIH atas persetujuan DPR

RI, mengingat hasil optimalisasi yang berasal dari dana setoran awal

semakin besar sebagai komponen Indirect Cost BPIH. Data nilai hasil

investasi/nilai manfaat/nilai optimalisasi dana setoran awal BPIH.

Page 72: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

58

Tabel 4.3

Data Nilai Hasil Investasi/Nilai Manfaat/Nilai Optimalisasi Dana

Setoran Awal BPIH

Sumber: Renstra BPKH 2017-2022

Tabel 4.4

Data Biaya Haji Per Jemaah

Sumber: Renstra BPKH 2017-2022

Sejak tahun buku 2011, untuk meningkatkan akuntabilitas keuangan

BPIH, kementerian agama telah melakukan beberapa langkah, yaitu

rekrutmen tenaga akuntan, menerbitkan Peraturan Menteri Agama nomor

23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Biaya penyelenggaraan Ibadah Haji

dengan menggunakan referensi utama Peraturan Pemerintah no 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Sosialisasi dan pelatihan

akuntansi keuangan.

No Tahun

Direct Cost

(Dibayar

Jemaah)

Indirect Cost

(Tidak Dibayar

Jemaah)

Total Biaya Haji

Per Jemaah

(1) (2) (3) (4) (5=3-4)

1 2013 33,859,200 15,136,548 48,995,748

2 2014 33,799,500 17,910,589 51,710,089

3 2015 39,937,500 21,869,153 61,806,653

4 2016 34,641,304 25,399,410 60,040,714

5 2017 34,890,312 26,896,478 61,786,790

No Tahun

Jumlah Hasil Investasi/Nilai Manfaat/Nilai Optimalisasi

Penggunaan Hasil Investasi Untuk

Biaya Operasional Haji

Sisa Dana Hasil Investasi

Jumlah Jemaah

Berangkat Haji (Haji Reguler)

Nila

i Manfaat

Per Jemaah

1 2013 2.723.492.931.106 2.349.192.292.460 374.300.638.646 155.200 15.136.548 2 2014 3.565.280.076.073 2.779.723.354.556 785.556.721.517 155.200 17.910.589 3 2015 4.372.515.158.960 3.394.092.598.630 978.422.560.330 155.200 21.869.153 4 2016 4.625.672.065.016 3.941.988.381.348 683.683.683.668 155.200 25.399.410 5 2017 4.914.797.339.477 5.486.881.475.537 -572.084.136.060 204.000 26.896.478

Page 73: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

59

3. Optimalisasi dan investasi dana haji terhadap dana jemaah yang cukup

lama menunggu

Jumlah warga negara Indonesia yang mendaftar untuk menunaikan

ibadah Haji terus meningkat, sedangkan kuota haji terbatas sehingga

jumlah jemaah Haji tunggu meningkat. Peningkatan Jumlah jemaah haji

tunggu mengakibatkan terjadinya penumpukan akumulasi dana Haji.

Akumulasi dana Haji perlu di tingkatkan nilai manfaatnya guna

mendukung penyelenggaraan ibadah Haji yang lebih berkualitas melalui

pengelolaan keuangan haji yang efektif, efisien, transparan, akuntabel dan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan undangan yang berlaku.

Dalam rangka peningkatan pengelolaan dana Haji yang efektif,

efisien, transparan dan akuntabel presiden Republik Indonesia

mengeluarkan Undang-Undang no 34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Keuangan Haji. Selama ini dana Haji dari setoran awal jemaah Haji

dikelola oleh kementerian agama yang bekerjasama dengan Bank

Penerima Setoran (BPS). Menurut pasal 2 UU no 34 Tahun 2014

pengelolaan keuangan haji harus berdasarkan prinsip syariah, kehati-

hatian, manfaat, nirlaba, trsnparan dan akuntabel. Untuk melaksanakan

amanat pasal 2 UU no 34 Tahun 2014 tersebut perlu dibentuk BPKH

sebagai badan hukum publik yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab

kepada presiden melalui Menteri.

BPKH berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan

dapat memiliki kantor perwakilan di Provinsi dan kantor cabang di

Page 74: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

60

Kabupaten/Kota. Organ BPKH terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan

Pengawas.

BPKH bertugas mengelola keuangan Haji yang meliputi penerimaan,

pengembangan, pengeluaran dan pertanggunggjawaban keuangan Haji.

BPKH juga berwenang menempatkan dan menginvestasikan keuangan

Haji sesuai prinsip syariah, kehati-hatian, keamanan, nilai manfaat, dan

likuiditas. Selain itu BPKH juga berwenang melakukan kerjasama dengan

lembaga lain. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BPKH

berkewajiban:

a. Mengelola Keuangan Haji secara transparan dan akuntabel untuk

sebesar besarnya kepentingan Jemaah Haji dan kemaslahatan umat

Islam

b. Memberikan informasi melalui media mengenai kinerja, kondisi

keuangan serta kekayaan, dan hasil pengembanganya secara berkala

setiap 6 (enam) bulan

c. Memberikan informasi kepada jemaah haji mengenai nilai manfaat

BPIH dan/atau BPIH khusus melalui rekening virtual setiap jemaah

haji

d. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akutansi yang berlaku

e. Melaporkan pelaksanaan pengelolaan keuangan Haji secara berkala

setiap 6 (enam) bulan kepada menteri dan DPR

f. Membayar nilai manfaat setoran BPIH dan/atau BPIH khusus secara

berkala ke rekening virtual setiap jemaah Haji

Page 75: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

61

g. Mengembalikan selisih saldo setoran BPIH dan/atau BPIH khusus dari

penetapan BPIH dan/atau BPIH khusus tahun berjalan kepada jemaah.

Organ BPKH terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan Pengawas.

Badan pelaksana terdiri atas 7 (tujuh) bidang yaitu:

a. Hukum dan Kepatuhan

b. Rencana Pengembangan

c. Keuangan

d. Investasi

e. Sumber daya Manusia dan kemaslahatan

f. Operasional

g. Manajemen Resiko

Dana haji yang terdata dari Kementerian Agama dialihkan ke BPKH

sebesar Rp 93,5 triliun yang terdiri dari setoran awal jemaah dan nilai

manfaat, dan Rp 3,1 triliun merupakan dan abadi umat, angka tersebut data

sebelum diaudit oleh BPK.

Dana setoran awal jemaah haji tersebut saat ini ditempatkan di bank

umum syariah dan bank pemerintah daerah. Penempatan dana setoran awal

tersebut dengan persentase 90% tersimpan di bank umum syariah yang

meliputi:

a. Bank Syariah Mandiri

b. BRI Syariah

c. BNI Syariah

d. Bank Muamalat

Page 76: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

62

e. Bank Mega Syariah

f. Bank Panin Dubai Syariah

g. BTN Unit Usaha Syariah

h. Bank Permata Syariah

i. Bank CIMB Niaga Syariah UUS

Selain tersimpan di Bank umum Syariah 10 % dana setoran awal

tersimpan di Bank Pemerintah Daerah yang meliputi:

a. BPD Aceh unit Usaha Syariah

b. BPD Sumut Unit Usaha Syariah

c. BPD Nagari Unit Usaha Syariah

d. BPD Riau Unit Usaha Syariah

e. BPD Sumsel Babel Unit Usaha Syariah

f. BPD DKI Unit Usaha Syariah

g. BPD Jateng

h. BPD Jatim.

Dalam pasal 15 Peraturan Pemarintah No 5 Tahun 2018 tentang

pelaksanaan Undang-Undang no 34 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

keuangan Haji disebutkan bahwa nilai manfaat keuangan Haji ditempatkan

direkening nilai manfaat atas nama BPKH pada BPS BPIH yang ditunjuk

oleh BPIH.

Penunjukkan BPS BPIH harus melalui proses pemilihan dan

penetapan. Persyaratan Bank Penerima setoran BPIH harus memenuhi

syarat diantaranya:

Page 77: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

63

a. Kesehatan Bank

b. Kemampuan teknologi informasi

c. Menfasilitasi Jemaah Haji dan Umroh

d. Penjaminan LPS

e. Akad wakalah

f. Virtual Account

g. Pengembangan Produk

h. Memiliki jaringan yang terjangkau oleh Jemaah

Strategi yang akan ditempuh BPKH dalam peningkatan efisiensi dan

Rasional pengelolaan Keuangan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji

meliputi:

a. Target Finansial

Penempatan dan investasi dana Haji bisa dioptimalkan dan dapat

dikembangkan melalui berbagai investasi, pengembangan dana haji

tersebut dapat dilihat dalam penempatan investasi yaitu tahun 2017

penempatan dan investasi dana Haji ditempatkan melalui 65%

ditempatkan dalam BUS/UUS dan 35% SUKUK sedangkan

penempatan dan investasi dana haji tahun 2018 dalam bentuk: 50%

BUS/ UUS, 20% SUKUK, 5% emas, 15% Investasi langsung, dan

10% investasi lainnya.

Page 78: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

64

Gambar 4.1

Penempatan dan Investasi Dana Haji

Sumber: Renstra BPKH 2017-2022

Pengelolaan dana Haji akan diprogramkan untuk kemaslahatan

umat yang terencana dan bermanfaat umat. Penempatan dana di Bank

Umum Syariah yang dapat memprogram dengan virtual account dan

bank yang meliliki LPS sehingga dana dapat di kelola secara efisian

serta diinvestasikan secara optimal tetapi juga memiliki resiko rendah.

Keuangan Haji merupakan titipan dari jemaah Haji sehingga

harus dikelola secara berhati-hati oleh pengelola yang profesional dan

amanah. Besarnya dana kelola dalam lima tahun kedepan yang

dikelola oleh BPKH diproyeksikan akan meningkat signifikan.

Sasaran Nilai dana kelola biaya penyelenggaraan ibadah haji

Tahun 2017 sampai 2022 adalah sebagai berikut:

Page 79: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

65

Gambar 4.2

Sasaran Nilai Dana Kelola Tahun 2017 - 2022

Sumber: Renstra BPKH 2017-2022

Mandat Badan Pengelola Keuangan Haji adalah memberikan

nilai manfaat yang optimal bagi jemaah haji dan kemaslahatan umat,

BPKH harus mampu memberikan imbal hasil yang tinggi dengan

mengalokasikan keuangan Haji pada tingkat pengelolaan investasi di

atas rata-rata tetapi beresiko rendah.

Sasaran nilai manfaat dana haji Tahun 2017 sampai tahun 2022

adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2

Sasaran Nilai Manfaat Dana Haji Tahun 2017 - 2022

Sumber: Renstra BPKH 2017-2022

Page 80: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

66

Badan Pengelola Keuangan Haji juga harus memastikan

ketersediaan likuiditas yaitu setara 2 kali biaya musim Haji, dana haji

ditempatkan dengan persentase 80% untuk penempatan investasi dan

20% untuk ditempatkan investasi yang likuiditas.

Dana haji nilai manfaat dari dana setoran awal jemaah

digunakan untuk program program kemaslahatan yang meliputi:

1) 5% untuk kesehatan

2) 5% untuk sosial keagamaan

3) 10% untuk ekonomi umat

4) 20% untuk Pendidikan dan dakwah

5) 30% untuk prasarana ibadah

6) 30% untuk pelayanan ibadah Haji

Tabel 4.5

Ringkasan Laporan Operasional

Uraian 30 Juni 2018 (unaudited)

Jumlah Pendapatan 2.538.515.495.981

Jumlah Beban 20.219.197.708

Surplus (deficit) Tahun

Berjalan 2.518.296.298.273

Sumber: Laporan Keuangan BPKH 2018

Sejak pengelolaan dana dilakukan oleh BPKH, jumlah

pendapatan sampai dengan 30 Juni 2018 sebesar Rp

2.538.515.495.981,- berasal dari pendapatan nilai manfaat sebesar Rp

2.538.487.169.671,- dan pendapatan lainnya sebesar Rp 28.326.310,-

. Jumlah beban sampai dengan 30 Juni 2018 sebesar Rp

20.210.197.708,- terdiri dari beban pegawai, beban pengkajian dan

Page 81: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

67

pengembangan, beban IT, admin dan kantor, beban pajak, dan beban

lain-lain. Pada Triwulan 1 tahun 2018 terdapat surplus sebelum audit

sebesar Rp 2.518.296.298.273.-

Gambar 4.4

Distribusi Program Kemaslahatan

Sumber: Renstra BPKH 2017-2022

b. Pelayanan Kepada Jemaah Haji

Badan pengelola keuangan Haji terlibat meningkatkan pelayanan

ibadah haji dan kemaslahatan umat.

Gambar 4.5

Pelayanan Jemaah Haji

Sumber: Renstra BPKH 2017-2022

Page 82: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

68

c. Proses Internal

Peningkatan kerjasama strategis dengan pemangku kepentingan

dengan parameter kunci jumlah kerjasama yang dijalin dan kajian

pengembangan syariah yang di adakan bersama dengan pelaku usaha

perhajian dan pemangku kepentingan, khususnya universitas dan

lembaga pengkajian keuangan syariah.

Gambar 4.6

Proses Internal

Sumber: Renstra BPKH 2017-2022

Peningkatan kualitas pelayanan informasi dengan pemanfaatan

virtual account, target dalam program virtual account ini adalah

pencapaian cakupan pelayanan rekening bayangan.

Page 83: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

69

Gambar 4.7

Target Virtual Account

Sumber: Renstra BPKH 2017-2022

d. Sumber pengembangan

Pengembangan atau learning growith dengan fokus pada proses

pembelajaran dan pengembangan pegawai BPKH, upaya yang dicapai

adalah peningkatan produktivitas pegawai dengan melakukan

program rekrutmen yang selektif dengan tetap menjaga rasio

produktivitas.

Gambar 4.8

Sumber Pengembangan BPKH

Sumber: Renstra BPKH 2017-2022

Page 84: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

70

4. Kualitas laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji Tahun 2011

sampai Tahun 2017

Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik laporan keuangan

penyelenggaraan ibadah Haji setiap tahun selalu dilakukan pengawasan

oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Agama maupun oleh BPK. Menteri

sebagai pengguna anggaran yang bersumber dari Biaya Penyelenggaraaan

Ibadah Haji (BPIH) mempunyai tugas menyusun dan menyampaikan

laporan keuangan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) sebagai

wujud pertanggungjawaban pemerintah atas penyelenggaraan ibadah haji.

Berikut ini peneliti akan menguraikan analisis kualitas laporan

keuangan penyelenggaraan ibadah haji tahun 2011 sampai tahun 2017

berdasarkan pemeriksaan BPK.

Page 85: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

71

Tabel 4.6

Analisis Kualitas Laporan Keuangan Tahun 2011-2017

Tahun Hasil temuan BPK Opini

2011

1. Laporan keuangan, saldo aset tetap

per 31/12/11 dan per Januari 2011

masing-masing sebesar

Rp991.010.229.926,00 dan

Rp981.318.4545.769,00. Saldo aset

tetap tersebut merupakan aset tetap

hasil inventarisasi dan penilaian

kembali pada kantor pusat, 14

embarkasi dan kantor teknis urusan

Haji serta penambahan aset tetap

selama tahun berjalan.

Penyelenggara ibadah Haji belum

menyajikan seluruh aset tetap yang

di kuasai dan bersumber dari dana

BPIH pada 19 kantor wilayah dan

497 kantor kementerian agama yang

belum di nilai dan di inventarisir

kembali.

2. Laporan keuangan saldo utang

BPIH terikat per tanggal 31

Desember 2011 dan Per Januari

2011 masing masing di sajikan

sebesarRp37.752.350.736.000,00

dan Rp27.012.716.634.841,00.

Utang BPIH terikat merupakan

kewajiban yang muncul dari setoran

awal calon jemaah Haji baik biasa

maupun haji khusus yang masih

daftar tunggu. Saldo tersebut

termasuk calon jemaah yang

menunda dan membatalkan

keberangkatanya.

3. penyelenggara Haji tidak memiliki

sistem yang dapat menghasilkan

informasi yang valid dan akurat

mengenai jumlah haji khusus yang

melunasi dan yang berangkat.

Wajar

Dengan

Pengecualian

(WDP)

Page 86: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

72

Tahun Hasil temuan BPK Opini

2012 1. Saldo aset tetap per 31/12/12 sebesar

Rp1.018,83 miliar, saldo tersebut

belum mencakup aset tetap yang

bersumber dari dana BPIH yang

berada pada 19 Kantor wilayah dan

497 kantor kementerian agama yang

belum di inventarisasi dan di nilai

kembali, selain itu perhitungan

akumulasi penyusutan aset tetap juga

belum dilakukan.

2. Laporan keuangan saldo utang beban

per 31 Deswmber 2012 disajikan

sebesar Rp229,05 miliar saldo

tersebut termasuk didalamnya utang

beban operasional kantor pusat

sebesar Rp3,34 miliar yang tidak

memenuhi karakteristik sebagai

utang.

3. Laporan keuangan, saldo kas dan

setoran kas awal per 31 desember di

sajikan sebesar Rp8.206,34 miliar

atau sebesar setoran awal calon haji

tunggu per 31/12/12. Hasil

rekonsiliasi data setoran awal antara

siskohat dan Bank Penerima Setoran

menunjukkan kekurangan dan

kelebihan kas dan setara kas setoran

awal masing masing sebesar0,27

miliar dan sebesar Rp1,16 miliar.

4. Laporan keuangan pendapatan

setoran BPIH khusus untuk tanggal

yang berakhir pada tanggal 31

Desembar 2012 disajikan sebesar

Rp45,96 miliar atau sebesar setoran

calhaj khusus yang berangkat

berdasarkan data dari laporan

penyelenggaraan ibadah Haji khusus

(PIHK) kepada Subdirektorat

pembinaan haji Khusus dikalikan

beban general service.

5. Penyelenggara ibadah Haji tidak

memiliki sistem yang dapat

menghasilakn informasi yang valid

dan akurat mengenai jumlah calon

Haji khusus yang berangkat.

Wajar Dengan

Pengecualian

(WDP)

Page 87: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

73

Tahun Hasil Temuan BPK Opini

2013 1. Neraca Penyelenggaraan ibadah Haji

per 31 Desember 2013 menyajikan

saldo aset tetap sebesar Rp

1.390.163. 367.408,00 dan akumulasi

penyusutan sebesar Rp

29.122.889.20,00. Penyajian aset

tetap yang bersumber dari anggaran

BPIH tidak dapat diyakini

kewajarannya.

2. Sisa hutang BPIH terikat tidak dapat

diyakini kewajaranya. Saldo akun

hutang BPIH terikat per 31 Desember

2013 dan 2012 masing-masing

sebesar Rp

61.812.609.480.023 dan Rp

52.205.306.120.000.

3. Pelaporan keuangan BPIH di kantor

wilayah dan kantor Kemenag belum

sesuai dengan Peraturan Menteri

Agama Republik Indonesia No. 23

Tahun 2011.

4. Pengelolaan data calon jemaah haji

khusus tidak memadai.

Wajar Dengan

Pengecualian

(WDP)

2014 1. Saldo aset tetap per 31/12/14

disajikan sebesar 1.13 triliun,

penyajian aset tetap belum memadai

yaitu: (1) Aset tetap PIH pada 497

kantor kemenag belum diinventrisir

dan disajikan dalam laporan

keuangan. (2) Saldo aset tetap yang

disajikan dalam laporan keuangan

PIH kantor wilayah (kanwil)

Kemenag tidak seseuai dengan daftar

rincianya. (3) Hasil inventarisasi dan

penilaian aset tetap tahun 2013 pada

20 kanwil tidak dapat di yakini

kewajaranya karena masih terdapat

perbedaan antara jumlah saldo aset

tetap dengan daftar rincianya yang

belum dapat di jelaskan. (4)

Perhitungan penyusutan aset tetap

PIH pada kantor pusat dan kanwil

belum dilakukan sehingga belum

disajikan dalam laporan keuangan.

Wajar Dengan

Pengecualian

(WDP)

Page 88: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

74

Tahun Hasil Temuan BPK Opini

2014 2. Laporan keuangan, saldo utang

BPIH terikat tanggal 31 Desember

2014 disajikan sebesar Rp 69,87

triliun yang terdiri dari utang BPIH

Biasa- Terikat sebesarRp 66,01

Triliun dan utang BPIH Khusus-

Terikat sebesar Rp3,86 triliun

Utang BPIH-terikat merupakan

kewajiban dari setoran awal calon

jemaah Haji baik calon jemaah Haji

biasa maupun calon jemaah haji

khusus dalam daftar tunggu. Saldo

utang tersebut tidak didasarkan atas

hasil rekonsiliasi antara sistem

komputerisasi haji Terpadu (

Siskohat) dan data Bank Penerima

Setoran (BPS), sehingga saldo

laporan keuangan tersebut berbeda

dengan data Siskohat maupun data

investasi yang bersumber dari data

setoran awal.

2015 1. Saldo aset tetap pada neraca per 31

Desember 2015 sebesar Rp

1.134.903.904.690,00 tidak dapat

diyakini kewajarannya.

2. Saldo utang Biaya Penyelenggaraan

ibadah haji Terikat sebesar Rp

77.828.074.334.345,00 tidak dapat

diyakini kewajarannya.

3. perhitungan sisa dana operasional

sesuai dengan Peraturan Menteri

Agama No. 23 Tahun 2011 tidak

mengakomodir resiko perubahan

nilai tukar mata uang.

4. Biaya pemondokan jemaah haji di

Madinah melebihi pagu awal yang di

tetapkan oleh DPR sebesar

SAR28.297.447,00 ekuivalen sebesar

Rp 94.450.6652.647,66.

5. Biaya pemondokan jemaah haji di

Madinah melebihi pagu awal yang di

tetapkan oleh DPR sebesar

SAR28.297.447,00 ekuivalen sebesar

Rp 94.450.6652.647,66.

Wajar Dengan

Pengecualian

(WDP)

Page 89: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

75

Tahun Hasil Temuan BPK Opini

2016 1. Laporan keuangan yang disajikan

secara wajar dalam semua hal yang

mengenai material, posisi keuangan

Penyelenggaraan Ibadah Haji tanggal

31 Desember 2016, realisasi

anggaran operasional, arus kas serta

perubahan ekuaitas untuk tahun yang

berakhir pada tanggal tersebut sesuai

dengan Standar akuntansi

Pemerintahan.

Wajar Tanpa

Pengecualian

(WTP)

2017 1. Penatausahaan asset tetap sebesar Rp.

2.864.805.057,65 belum tertib

2. Terdapat perbedaan antara data

siskohat dengan data akuntansi utang

BPIH terikat regular sebesar Rp.

911.793.340.000,00

3. Perhitungan dan penyelesaiaan

kekurangan imbal hasil deposito dana

haji sebesar Rp. 19.411.551.362,49

belum disepakati seluruhnya oleh

bank penerima setoran

4. Dana milik jemaah haji batal

berangkat belum seluruhnya

tersalurkan dan masih tersimpan di

BPS sebesar Rp. 6.482.859.250,00

Wajar Tanpa

Pengecualian

(WTP)

Sumber: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan oleh BPK

Secara umum hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

tentang pengelolaan keuangan Penyelenggaraan Ibadah Haji di Direktorat

Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah selalu terjadi peningkatan.

Temuan yang masih terjadi setiap tahunnya terdapat pada inventarisasi

asset haji yang kurang dapat diyakini keberadaannya. Hal ini disebabkan

karena satuan kerja Penyelenggaraan Ibadah Haji cukup banyak, baik

Kankemenag kab/kota, Kanwil Provinsi, kantor pusat, dan Kantor Urusan

Haji Arab Saudi sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan

inventarisasi Barang Milik Haji (BMH).

Page 90: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

76

5. Faktor–faktor yang menjadi permasalahan dalam pengelolaan

penyelenggaraan Haji dan kendala dalam menyusun laporan keuangan

penyelenggaraan ibadah haji

Melihat luasnya bahasan ini maka dalam uraian ini peneliti mencoba

untuk membagi bahasan ini menjadi 2 yaitu: (a) Potensi, kelemahan,

peluang dan tantangan dalam penyelenggaraan Haji. dan (b) Kendala

dalam menyusun laporan keuangan penyelenggaraan Ibadah Haji.

a. Potensi, kelemahan, peluang dan tantangan Penyelenggaraan Haji

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh telah

melakukan analisis lingkungan strategis berkaitan dengan kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman/tantangan yang harus diidentifikasi

dan dimanfaatkan untuk menetapkan strategi dalam menetapkan

program dan kegiatan yang pelaksanaannya dilakukan secara

bertahap.

1) Kekuatan

Kondisi interenal meliputi keadaan objektif yang terdapat

atau berkembang di lingkungan Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umroh. Kekuatan merupakan modal

dasar yang secara potensial dapat digunakan untuk

mengembangkan berbagai program, yakni:

a) Landasan hukum konstitusional dan peraturan perundangan

lainnya. Landasan hukum ini berupa dasar negara yang

termaktub dalam sila KeTuhanan Yang Maha Esa dan

Page 91: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

77

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 serta berbagai peraturan

perundang undangan lainnya yang ada.

b) Standar Pelayanan Minimal sesuai ISO 9001: 2008. Standar

pelayanan Minimal sesuai ISO 9001:2008 ini telah dimiliki

dan menjadi acuan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

setiap unit kerja

c) Pembentukan Satker Misi Haji di Arab Saudi. Keberadaan

satuan kerja Kantor Misi Haji di Arab Saudi sangat

membantu dalam kelancaran penyelenggaraan Haji dan

Umroh bagi Jemaah Indonesia

d) Kerja sama Antar Staf. Tidak dapat diabaikan bahwa kerja

sama antar staf di lingkungan Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umroh adalah merupakan suatu

kekuatan yang sangat menentukan kelancaran

penyelenggaraan Haji dan Umroh. Kerja sama antar staf

disetiap unit kerja akan menjadi kekuatan yang besar.

e) Siskohat. Keberadaan sarana ini sangat membantu

kelancaran penyelenggaraan Haji dan umroh. Ketersediaan

perangkat lunak dan keras sangat membantu dalam

aksesbilitas, penyebarluasan dan untuk memperoleh data dan

informasi dari dan ke tingkat lapangan.

2) Kelemahan/Kendala

Kelemahan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

Page 92: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

78

Umroh perlu dikurangi dan jika memungkinkan dihilangkan

sehingga tidak menjadi hambatan dalam pencapaian tujuan.

Kelemahan tersebut antara lain:

a) Koordinasi Eksternal dan Internal Departemen. Lemahnya

koordinasi eksternal dengan berbagai kementerian dan

lemahnya koordinasi internal di lingkungan direktorat

menjadi salah satu kelemahan.

b) Pemanfaatan Sistem Informasi Haji. Masih rendahnya

pemanfaatan sistem informasi Haji baik di lingkungan

internal maupun jemaah menjadi salah satu kelemahan yang

perlu mendapat perbaikan. Untuk mengurangi kelemahan ini

perlu melakukan sosialisasi ke masyarakat dan

mengingatkan seluruh jajaran Dirjen PHU secara terus

menerus.

c) Kualitas dan kuantitas SDM. Masih rendahnya kualitas dan

kuantitas sumber daya manusia dilingkungan Direktorat

Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umroh merupakan

kelemahan yang secara bertahap harus ditangani.

d) Tugas dan fungsi organisasi di Tanah Air dan di Arab Saudi.

Masih adanya kekurang jelasan dan tumpang tindihnya tugas

dan fungsi unit kerja serta organisasi penyelenggaraan haji

baik di Tanah Air maupun di Arab Saudi yang menyebabkan

keadaan kurang sinergi.

Page 93: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

79

e) Struktur organisasi penyelenggara haji hanya ditingkat

Kabupaten/Kota. Kegiatan persiapan dan operasional

penyelenggaraan haji pada kenyataanya lebih banyak

ditingkat pedesaan/kelurahan dan kecamatam. Namun

struktur organisasi penyelenggaraan haji hanya sampai

tingkat Kabupaten/Kota, sehingga hal ini kurang mendukung

sinergisitas.

3) Peluang

Kondisi lingkungan eksternal baik dari aspek sosial, politik,

ekonomi, budaya, sosial keagamaan, maupun aspek lainnya

secara manajerial dapat menjadi peluang sekaligus tantangan

yang perlu dicermati secara serius dalam upaya peningkatan

kualitas penyelenggaraan haji dan umroh. Peluang yang dapat

dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas penyelenggaraan haji

dan umroh diantaranya:

a) Komitmen nasional. Sebagai suatu negara yang mengakui

dan menetapkan adanya berbagai macam agama yang

dipeluk oleh warga negaranya, maka sebagai

konsekuensinya pemerintah dan negara sepakat untuk

melakukan berbagai dukungan terhadap pelaksanaan ibadah

yang dilakukan para pemeluknya, oleh karenanya

pemerintah dan negara secara nasional mempunyai

komitmen untuk itu.

Page 94: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

80

b) Ibadah haji sebagai rukun Islam. Salah satu rukun Islam yang

menjadi bagian dari syarat dan harus dilakukan pemeluknya

adalah Ibadah Haji. Selama Ibadah Haji menjadi rukun Islam

maka penyelenggaraan Ibadah Haji oleh pemerintah dan

negara tetap akan berlangsung.

c) Teknologi informasi dapat membantu penyelenggaraan haji.

Majunya pengetahuan dan aplikasi dari teknologi informasi

pada kenyataanya sangat membantu kelancaran

penyelenggaraan haji. Oleh karena itu kemajuan dibidang

teknologi informasi menjadi peran yang sangat besar dalam

penyelenggaraan Haji.

d) Peran media cetak dan elektronik. Secara tidak langsung

peran media cetak dan elektronik sangatlah besar. Dengan

adanya kegiatan penyebarluasan informasi tentang

penyelenggaraan haji uang dilakukan oleh media massa

sampai ke pelosok tanah air, maka semakin terbuka lebar

pengetahuan dan kesempatan masyarakat untuk berhaji.

e) Jumlah umat Islam yang besar di Indonesia. Jumlah umat

Islam di Indonesia adalah yang terbesar, bahkan setiap

tahunnya merupakan jemaah paling besar yang datang ke

Arab Saudi. Besarnya jumlah umat islam di Indonesia

tersebut merupakan peluang yang juga besar dalam

penyelenggaraan haji.

Page 95: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

81

f) Kesejahteraan umat Islam terus meningkat. Sebagai salah

satu syarat melaksanakan ibadah haji adalah tersedianya

dana yang harus disiapkan oleh para jemaah. Pembangunan

nasional yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun

membawa berkah dalam peningkatan kesejahteraan bagi

warga negara. Oleh karena itu kesejahteraan yang meningkat

akan meningkatkan finansial umat sehingga mampu dalam

menyiapkan dana yang diperlukan.

g) Kesadaran umat beragama terus meningkat. Kesadaran

masyarakat Indonesia dalam mengamalkan ajaran agama

yang dianutnya kian hari kian meningkat juga merupakan

peluang besar dalam penyelenggaraan haji oleh pemerintah.

h) Partisipasi masyarakat. Keikutsertaan/partisipasi menjadi

sinergi masyarakat dalam penyelenggaraan haji antara lain

merupakan modal atau peluang yang perlu di syukuri

pemerintah. Partisipasi masyarakat terwujud dalam berbagai

bentuk yang merupakan pelengkap sehingga

penyelenggaraan Ibadah Haji berjalan dengan lancar.

i) Dana Penyelenggaraan haji. Bagaimana baiknya kebijakan

penyelenggaraan haji, jika pemerintah kurang mendukung

pendanaanya maka pelaksanaannya sudah dapat

diperkirakan kurang sukses. Oleh karena itu dukungan dana

Page 96: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

82

pemerintah melalui Kementerian Keuangan sangat

menentukan kelancaran penyelenggaraanya.

4) Tantangan atau Ancaman.

Berbagai tantangan atau ancaman yang harus disikapi

diantaranya:

a) Reformasi birokrasi. Semangat reformasi selain berdampak

positif bagi perkembangan kehidupan didalam organisasi

juga tidak dapat dihindari munculnya perubahan krusial

yang membutuhkan solusi. Persoalan krusial antara lain

adalah suasana kehidupan yang meresahkan sejumlah

pegawai dilingkungan Direktorat Jenderal. Hal ini dapat

menyebabkan perubahan karena adanya proses penataan

berbagai standar prosedur sesuai tuntutan reformasi.

b) Otonomi daerah. Adanya Undang undang tentang otonomi

daerah dan Undang-undang tentang perimbangan keuangan

antara pusat dan daerah akan mempengaruhi kebijakan dan

efektifitas program yang dilaksanakan Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umroh.

c) Kebijakan pemerintah Arab Saudi yang dinamis (berubah-

ubah). Ketergantungan penyelenggaraan haji dan umroh

terhadap pemerintah Arab Saudi merupakan sesuatu yang

sulit diprediksi. Hal ini merupakan tantangan tersendiri

sehingga membutuhkan suatu keuletan bagi para pejabat

Page 97: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

83

yang diberi tugas untuk melakukan perundingan dengan

pemerintah arab saudi.

d) Oknum dalam penyelenggaraan haji di luar DJPHU. Pada

kenyataanya masih ada saja individu dan institusi yang

memanfaatkan kesempatan mengambil keuntungan pribadi

dalam penyelenggaraan haji. Karena ulah mereka, citra

pemerintah menjadi kurang baik di mata masyarakat.

e) Tingkat pendidikan masyarakat. Tingkat pendidikan

masyarakat Indonesia masih rendah dan bermukim di

pedesaan. Oleh karenanya, pemahaman jemaah dan

aksesbilitas informasi dalam penyelenggaraan haji menjadi

tantangan tersendiri bagi masyarakat. Tingkat pendidikan

jemaah haji 34,4% hanya berpendidikan sampai tingkat

Sekolah Dasar.

f) Usia rata-rata jemaah haji di atas 40 Tahun. Kegiatan berhaji

banyak menguras tenaga dan pikiran. Sedangkan pada

kenyataannya rata rata jemaah haji berusia diatas 40 tahun,

Semakin tinggi usia jemaah Haji semakin mengalami

kendala dalam menunaikan ibadah yang berkaitan dengan

aktifitas fisik tersebut.

g) Sosial budaya masyarakat Arab Saudi. Masyarakat Arab

Saudi yang memiliki perbedaan dengan Bangsa Indonesia,

sehingga segala sesuatu yang ada di Arab Saudi tidaklah

Page 98: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

84

tersedia sebagaimana yang diperlukan oleh jemaah di

Indonesia. Selain itu perilaku masyarakatnya juga berbeda

sehingga keadaan ini cukup menjadi hambatan tersendiri

bagi jemaah Indonesia.

h) Fluktuasi nilai tukar rupiah. Keadaan ekonomi yang tidak

stabil mengakibatkan fluktuasi tukar rupiah selalu kurang

menguntungkan bagi jemaah haji Indonesia. Dengan

mengadakan analisis kekuatan/kelemahan/ancaman dan

tantangan tersebut Menteri Agama menfokuskan perhatian

pada beberapa hal dalam penyelenggaraan ibadah haji, fokus

yang menjadi perhatian tersebut di antaranya:

Ibadah Haji memiliki karakteristik sendiri yang

aktivitasnya begitu beragam

Animo masyarakat yang ingin berhaji makin besar dan

tidak sebanding dengan kuota yang ada sehingga antrian

semakin panjang.

Mayoritas mereka yang berangkat haji 69,74%

berpendidikan di bawah SMA, artinya perlu kerja keras

bagi penyelenggara haji untuk melakukan sosialisasi

berbagai aturan dan kebijakan yang terkait dengan

jemaah haji, perlu adanya pengkoordinasian dan

pengorganisasian karena menyangkut 200 ribu jemaah.

Page 99: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

85

Ibadah haji sepenuhnya mengandalkan ketahanan fisik

yang prima, sementara mayoritas antrian yang semakin

panjang ini kebanyakan para lansia. Data haji tahun 2015

ada 38,7% berusia di bawah 50 tahun. Sedangkan yang

berusia 60 tahun keatas ada 27% sedangkan yang

beresiko tinggi karena penyakit ada 66, 97%.

Seluruh rangkaian ibadah haji dilaksanakan di negara lain

yang memiliki kultur yang berbeda dengan Indonesia, hal

ini akan menjadi kendala bagi beberapa jemaah haji.

b. Kendala dalam menyusun laporan keuangan penyelenggaraan ibadah

haji

Penyusunan laporan keuangan Haji merupakan bentuk

akuntabilitas penyelenggaraan ibadah haji sehingga perlu dikelola

secara profesional, untuk mencapai tujuan tersebut dituntut kesamaan

pemahaman dari seluruh personil di lingkungan organisasi. Dalam

penyusunan laporan keuangan haji di Direktorat Jenderal Haji masih

ada kendala kendala untuk menyajikan laporan keuangan yang

akuntabel. Kendala kendala yang ada di sebabkan karena:

a. Satuan kerja penyelenggaraan Ibadah Haji cukup banyak yakni

meliputi 5 (lima) unit eselon 2 pusat, 34 kantor wilayah, 9 Unit

pelaksana Teknis asrama Haji, 497 kantor kementerian agama

kabupaten/kota dan 1 kantor urusan haji di Arab Saudi,

Page 100: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

86

mengingat banyaknya satuan kerja tersebut perlu waktu untuk

proses kompilasi ditingkat provinsi dan tingkat nasional.

b. Sumber Daya Manusia yang tersedia yang berlatar belakang

akuntansi belum memadai sehingga yang menyusun laporan

keuangan belum semua satuan kerja memiliki tenaga tenaga

akuatansi yang berkualitas.

c. Laporan keuangan yang disusun masih menggunakan aplikasi

sederhana dalam bentuk Excel dan manual (belum memiliki

aplikasi dalam penyusunan laporan keuangan).

Page 101: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

87

Tabel 4.7

Perbandingan Peningkatan Pelayanan Kepada Jemaah Haji

No Uraian

Sistem Lama Sistem Baru

Jenis Pelayanan Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan Jenis Pelayanan

Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan

1 Besaran BPIH

Yang Dibayar

Jemaah (Direct

Cost)

Dalam USD Untuk

menghilangkan/mengurangi

risiko nilai tukar. Belajar dari

kasus krisis ekonomi tahun

1999

Dalam Rupiah Sejak tahun 2016 BPIH dibayar

dalam mata uang rupiah karena

melaksanakan UU Nomor 7

Tahun 2011 tentang Mata Uang

dan Peraturan BI Nomor 7

Tahun 2015 tentang Mata Uang

Dalam Peraturan tersebut diatur

bahwa setiap pembayaran di

dalam negeri harus dilakukan

dalam mata uang Rupiah

2 Besaran BPIH

Yang Dibayar

Pemerintah/Subsidi

Dana Optimalisasi

(Indirect Cost)

Tahun 2011, dari

11 komponen

biaya operasional

haji : 7 jenis biaya

gratis, 3 jenis

biaya sharing, dan

2 jenis biaya

sepenuhnya

dibayar jemaah.

Nilai Indirect

Cost Tahun 2011

sebesar Rp.

202.420.708.262

Dana hasil optimalisasi atas

dana setoran awal jemaah

yang menunggu belum

optimal, sehingga subsidi

yang dapat diberikan tidak

begitu besar

Tahun 2017, dari

11 komponen biaya

operasional haji : 9

jenis biaya gratis, 1

jenis biaya sharing,

dan 2 jenis biaya

sepenuhnya

dibayar jemaah.

Nilai Indirect Cost

Tahun 2017

sebesar Rp.

5.486.881.475.537

Pengelolaan dana haji,

khususnya dana setoran awal

jemaah daftar tunggu sudah

semakin baik, sehingga, dana

hasil optimalisasi yang

digunakan untuk memberikan

subsidi kepada jemaah haji

semakin besar.

Page 102: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

88

No Uraian

Sistem Lama Sistem Baru

Jenis Pelayanan Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan Jenis Pelayanan

Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan

3 Indeks Kepuasan

Pelanggan (Hasil

Survey BPS)

Nilai Indeks

Kepuasan jemaah

sebesar 81,32 %

Pada Tahun 2012.

Penilaian indeks kepuasan

jemaah baru dilakukan pada

tahun 2012.

Nilai Indeks

Kepuasan Jemaah

sebesar 84,85 %

pada Tahun 2017.

Penilaian indeks kepuasan

jemaah baru dilakukan setiap

tahun sejak tahun 2012, dan

target tahun 2018 sebesar 85 %.

4 Kuota Haji Kuota haji tahun

2011 sebanyak

211.000

Kuota ini terbagi ke dalam

kuota haji reguler 194.000 dan

kuota haji khusus 17.000

Kuota haji tahun

2017 sebanyak

221.000

Kuota ini terbagi ke dalam kuota

haji reguler 204.000 dan kuota

haji khusus 17.000

5 Tahapan

Pendaftaran Haji

Melalui 4 tahap

pada tahun 2011

Sistem pendaftaran, jemaah

datang ke bank untuk

membuka tabungan, kemudian

datang ke Kankemenag untuk

melakukan pendaftaran,

kemudian jemaah ke bank

untuk membayar setoran awal,

dan terakhir jemaah ke

Kankemenag untuk melapor

kembali dan menyerahkan

lembar pebayaran setoran

awal.

Melalui 2 tahap

sejak tahun 2016

Sistem pendaftaran, jemaah

datang ke bank untuk membuka

tabungan dan membayar setoran

awal, kemudian datang ke

Kankemenag untuk melakukan

pendaftaran dan menyerahkan,

lembar pebayaran setoran awal

6 Sertifikasi

Pembimbing Haji

Pada tahun 2011

belum ada

sertifikasi

pembimbing haji.

Pada tahun 2011 pembimbing

jemaah haji belum disyaratkan

untuk bersertifikat.

Sejak tahun 2015

belum ada

sertifikasi

pembimbing haji.

Setiap pembimbing haji

diwajibkan yang telah memiliki

sertifikat sebagai pembimbing

ibadah haji.

Page 103: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

89

No Uraian

Sistem Lama Sistem Baru

Jenis Pelayanan Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan Jenis Pelayanan

Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan

8 Pelayanan

Transportasi Dari

Indonesia ke

Madinah

Pada tahun 2011

perjalanan jemaah

haji dari

Indonesia menuju

Madinah (untuk

gelombang 1)

yang dilayani

Garuda masih

mendarat di

Jedah. Setelah itu

dari jedah, jemaah

diangkut

menggunakan bus

menuju Madinah.

Pelayanan ini dilakukan

karena pada saat itu maskapai

Garuda belum mendapat ijin

untuk melayani penerbangan

langsung dari Indonesia ke

Madinah karena bandara

Madinah masih dalam proses

rehabilitasi. Sehingga

perjalanan jemaah haji dari

Jedah ke Madinah

menggunakan bis.

Pada tahun 2014

perjalanan seluruh

jemaah haji dari

Indonesia menuju

Madinah (untuk

gelombang 1)

sudah dapat

langsung mendarat

di Madinah.

Pelayanan ini dapat dilakukan

karena pada saat itu rahabilitasi

bandara madinah sudah selesai,

sehingga kapasitas bandara

sudah bertambah, serta maskapai

Garuda sudah mendapat ijin

untuk mendarat langsung di

Madinah. Kondisi ini dapat

mengurangi waktu perjalanan

dan kelelahan jemaah haji.

9 Pelayanan

Transportasi

Kepulangan dari

Madinah ke

Indonesia

Pada tahun 2011

perjalanan

kepulangan

jemaah haji dari

Madinah menuju

Indonesia (untuk

gelombang 1)

yang dilayani

Garuda masih

take off dari

bandara di Jedah.

Pelayanan ini dilakukan

karena pada saat itu maskapai

Garuda belum mendapat ijin

untuk melayani penerbangan

langsung dari Madinah ke

Indonesia dan bandara

Madinah masih dalam proses

rehabilitasi. Sehingga saat itu

perjalanan jemaah dari

Madinah ke Jedah dilayani

dengan bus.

Pada tahun 2014

perjalanan seluruh

jemaah haji dari

Madinah menuju

Indonesia (untuk

gelombang 1)

sudah dapat

langsung take off

dari bandara

Madinah Madinah.

Pelayanan ini dapat dilakukan

karena pada saat itu rahabilitasi

bandara madinah sudah selesai,

sehingga kapasitas bandara

sudah bertambah, serta maskapai

Garuda sudah mendapat ijin

untuk terbang langsung dari

bandara Madinah. Kondisi ini

dapat mengurangi waktu

perjalanan dan kelelahan jemaah

haji, sehingga pelayanan

Page 104: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

90

No Uraian

Sistem Lama Sistem Baru

Jenis Pelayanan Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan Jenis Pelayanan

Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan

Sehingga jemaah

haji dari Madinah

menuju Jeddah

diangkut

menggunakan

bus.

Untuk mengurangi kelelahan

jemaah, maka sebelum

terbang ke Indonesia jemaah

diinapkan semalam di hotel di

Jedah.

penginapan jemaah di Jeddah

dapat ditiadakan (menghemat

biaya penginapan di Jeddah).

10 Pelayanan

Transportasi

Jemaah dari

Madinah ke

Makkah, dari

Makkah ke

Madinah, dan dari

Makkah ke Jeddah.

Pelayanan

transportasi ini

pada tahun 2011

hanya

menggunakan bus

yang kondisinya

sesuai standar

ketentuan

Naqabah

(Organda).

Pelayanan ini adalah

pelayanan standar oleh

Naqabah (Organda), dan

berlaku untuk semua Negara.

Konsekuensi dari kondisi ini

adalah kadangkala kondisi

bisnya tidak bagus (mogok,

AC tidak berfungsi, bagasi

terbatas).

Pada tahun 2013

dilakukan upaya

berupa upgrade bus

angkutan antar kota

perhajian. Dengan

upgrade ini maka

bus yang

digunakan jemaah

haji kondisi nya

bagus.

Pelayanan ini dilakukan dengan

tujuan untuk meningkatkan

kenyamanan jemaah selama

dalam perjalanan. Upgrade

angkutan antar kota perhajian

dilakukan dengan melakukan

kontrak dengan perusahaan

pemilik bus untuk memilih bus

yang bagus. Dengan upgrade ini

maka pemerintah mengeluarkan

anggaran tambahan untuk

melakukan kontrak bus, diluar

biaya layanan (general service

fee) yang telah dibayar kepada

pemerintah Arab Saudi. Dengan

tambahan layanan ini, maka

jemaah semakin nyaman.

Page 105: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

91

No Uraian

Sistem Lama Sistem Baru

Jenis Pelayanan Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan Jenis Pelayanan

Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan

11 Layanan Bus dari

pemondokan di

Makkah menuju

Masjidil Haram

(Layanan

Shalawat)

Pelayanan

transportasi ini

pada tahun 2011

hanya untuk

jemah yang

tinggal di

pemondokan

dengan jarak

2.000 meter dari

Masjidil Haram

Mengingat adanya pelebaran

areal Masjidil Haram, maka

jarak pemondokan jemaah haji

menjadi semakin jauh dari

Masjidil Haram. Untuk

mengurangi kelelahan jemaah,

maka disediakan bus yang

beroperasi 24 jam untuk

mengantarkan jemaah dari

pemondokan menuju Masjidil

Haram baik saat berangkat

maupun pada saat kepulangan

(PP). Pada tahun 2011 jarak

yang dilayani adalah untuk

jarak minimal 2.000 meter

dari Masjidil Haram.

Pelayanan

transportasi ini

pada tahun 2016

sudah dapat

melayani untuk

jemah yang tinggal

di pemondokan

dengan jarak 1.500

meter dari Masjidil

Haram.

Mengingat adanya pelebaran

areal Masjidil Haram, maka

jarak pemondokan jemaah haji

menjadi semakin jauh dari

Masjidil Haram. Untuk

mengurangi kelelahan jemaah,

maka disediakan bus yang

beroperasi 24 jam untuk

mengantarkan jemaah dari

pemondokan menuju Masjidil

Haram baik saat berangkat

maupun pada saat kepulangan

(PP). Pada tahun 2017 jarak

yang dilayani adalah untuk jarak

minimal 1.500 meter dari

Masjidil Haram. Dengan

perubahan jarak ini, maka

jumlah jemaah yang dilayani bus

shalawat menjadi semakin

bertambah.

12 Layanan Tenda di

Arafah

Sebelum tahun

2017 layanan

tenda jemaah haji

di Arafah berupa

tenda model lama

Pelayanan tenda arafah

diberikan agar jemaah haji

tidak kepanasan atau

kehujanan pada saat berada di

Arafah. Sebelum tahun 2017

Sejak tahun 2017

layanan tenda

jemaah haji di

Arafah

menggunakan

Pelayanan tenda arafah

diberikan agar jemaah haji tidak

kepanasan atau kehujanan pada

saat berada di Arafah. Sejak

tahun 2017 jenis tenda yang

Page 106: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

92

No Uraian

Sistem Lama Sistem Baru

Jenis Pelayanan Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan Jenis Pelayanan

Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan

(yang kain

sampingnya dapat

digulung ke atas).

jenis tenda yang digunakan

menggunakan model tenda

lama yang kain sampingnya

dapat digulung/dilipat ke atas.

model tenda yang

bagus (semi

permanen) dengan

menggunakan

kerangka dari baja.

digunakan menggunakan model

tenda baru dengan model tenda

yang bagus (semi permanen)

dengan menggunakan kerangka

dari baja. Dengan model tenda

ini, maka pada saat dipasang AC

udara dinginnya tidak keluar

ruangan.

13 Upgrade Karpet

Pada Tenda Arafah

Sebelum tahun

2015 layanan

karpet pada tenda

jemaah haji di

Arafah berupa

karpet model

lama (hambal)

yang kondisinya

cukup tipis.

Pelayanan karpet pada tenda

arafah diberikan agar jemaah

haji merasa nyaman pada saat

duduk di tenda (pakaian tidak

kotor kena pasir/tanah).

Sebelum tahun 2017 jenis

karpet tenda yang digunakan

menggunakan model karpet

lama yang kondisinya tipis

dan mudah sobek.

Sejak tahun 2015

layanan karpet

tenda jemaah haji

di Arafah

menggunakan

model karpet yang

bagus dan tebal

sehingga pada saat

jemaah haji duduk

di tenda tidak

terkena pasir/tanah.

Pelayanan karpet pada tenda

arafah diberikan agar jemaah

haji merasa nyaman pada saat

duduk di tenda (pakaian tidak

kotor kena pasir/tanah).

Setelah tahun 2015 jenis karpet

tenda yang digunakan

menggunakan model karpet baru

yang kondisinya tebal dan tidak

mudah sobek, sehingga jemaah

haji merasa nyaman.

14 Karpet Pada Tenda

di Muzdalifah

Sebelum tahun

2016 layanan

mabit jemaah haji

di Muzdalifah

berupa tikar platik

Pelayanan karpet pada saat

mabit di muzdalifah diberikan

agar jemaah haji merasa

nyaman pada saat duduk di

lapangan saat mabit di

Sejak tahun 2016

layanan karpet saat

mabit di

muzdalifah jemaah

haji menggunakan

model karpet yang

Pelayanan karpet pada saat

mabit di muzdalifah diberikan

agar jemaah haji merasa nyaman

pada saat duduk lapangan saat

mabit di muzdalifah.

Setelah tahun 2016 jenis karpet

Page 107: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

93

No Uraian

Sistem Lama Sistem Baru

Jenis Pelayanan Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan Jenis Pelayanan

Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan

yang kondisinya

licin dan dingin

pada saat malam

hari.

muzdalifah. Sebelum tahun

2016 jenis karpet yang

digunakan hanya

menggunakan model karpet

plastik yang kondisinya licin

dan dingin pada saat malam

hari.

bagus dan tebal

sehingga pada saat

jemaah haji duduk

di lapangan merasa

nyaman.

yang digunakan menggunakan

model karpet baru yang

kondisinya tebal dan tidak

mudah sobek, sehingga jemaah

haji merasa nyaman.

15 Layanan Pendingin

Udara di Tenda

Arafah

Sebelum tahun

2015 untuk

mendinginkan

udara di tenda

Arafah, dipasang

kipas angin.

Dalam rangka mengurangi

udara yang cukup panas di

arafah, disediakan layanan

berupa pemasangan kipas

angin. Pemasangan kipas

angin ini dilakukan sejak

dahulu.

Sejak tahun 2015

untuk

meningkatkan

upaya

mendinginkan

udara di tenda

Arafah, dipasang

Mist Fan (Fan yang

keluar air campur

udara). Layanan ini

ditingkatkan lagi

pada tahun 2017

berupa pemasangan

Mist fan dan air

cooler.

Dalam rangka mengurangi udara

yang cukup panas di arafah,

disediakan layanan berupa

pemasangan kipas angin.

Kemanpuan kipas angin untuk

menyejukkan udara teryata

belum maksimal, sehingga pada

tahun 2017 dipasang Mist fan

dan air cooler. Kondisi ini

diupayakan dapat meningkatkan

kenyamanan jemaah haji.

16 Layanan Katering

di Makkah

Sebelum tahun

2015 setiap

jemaah haji tidak

Tidak diberikannya layanan

catering kepada jemaah haji

selama berada di Makkah

Sejak tahun 2015

setiap jemaah haji

mendapat layanan

Diberiberikannya layanan

catering kepada jemaah haji

selama berada di Makkah

Page 108: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

94

No Uraian

Sistem Lama Sistem Baru

Jenis Pelayanan Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan Jenis Pelayanan

Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan

mendapat layanan

catering (makan)

selama berada di

Makkah.

dengan pertimbangan bahwa

jemaah haji telah diberikan

bekal berupa Living Cost

sebesar SAR 1.500 per

jemaah.

catering (makan)

selama berada di

Makkah.

dengan pertimbangan bahwa

jemaah haji semakin sulit

mendapatkan makanan karena

dengan kondisi hotel yang

semakin baik, maka jemaah

tidak dapat lagi memasak di

pemondokan. Selain itu penjual

makanan (orang Indonesia) yang

ada di sekitar pemondokan

semakin jarang.

Dengan kondisi tersebut, maka

pemberian makan kepada

jemaah menjadi hal yang cukup

mendesak, sehingga sejak tahun

2015 setiap jemaah haji

mendapat makan selama berada

di Makkah, yaitu 12 kali pada

tahun 2015, 24 kali pada tahun

2016, 25 kali pada tahun 2017.

17 Konsultan Ibadah Sebelum tahun

2015 tidak

disediakan

layanan berupa

pembimbing

Setiap jemaah haji sebelum

berangkat ke tanah suci telah

mendapat layanan berupa

manasik haji yang dilakukan

di KUA dan Kankemenag

Setelah tahun 2015

kepada jemaah haji

disediakan layanan

berupa

pembimbing

Meskipun setiap jemaah haji

sebelum berangkat ke tanah suci

telah mendapat layanan berupa

manasik haji yang dilakukan di

KUA dan Kankemenag

Page 109: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

95

No Uraian

Sistem Lama Sistem Baru

Jenis Pelayanan Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan Jenis Pelayanan

Alasan/Uraian Jenis

Pelayanan

ibadah kepada

jemaah haji.

Kab/Kota. dengan bekal

manasik tersebut diharapkan

jemaah telah mampu untuk

melaksanakan ibadah haji

secara mandiri.

ibadah yang

tujuannya untuk

membantu kepada

jemaah haji yang

masih merasa ragu

saat melaksanakan

prosesi haji.

Kab/Kota, namun rupanya masih

ada beberapa jemaah haji yang

masih ragu dalam melaksanakan

prosesi haji. Dalam rangka

membantu jemaah haji yang

megalami kendala tersebut,

maka pemerintah memberikan

tambahan layanan berupa

bimbingan manasik kepada

jemaah haji selama beada di

Arab Saudi.

Sumber: Laporan operasional 2011-2017

Page 110: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara umum hasil evaluasi terhadap Kementerian Agama, baik Direktorat

Penyelenggaraan Haji dan Umroh maupun Inspektorat Jenderal, evaluasi

penyelenggaraan Haji dinyatakan membaik dari pendaftaran, penyetoran

setoran awal, pengumuman kuota, manasik haji, seleksi petugas,

pemeriksaann kesehatan, pelayanan asrama haji, keberangkatan,

pelayanan Arab Saudi, pelayanan Arafah, Musdalifah dan Mina hingga

kepulangan Jemaah haji.

2. Dana optimalisasi haji selama dikelola oleh Kementerian Agama hanya

diinvestasikan dalam bentuk giro, deposito syariah dan sukuk, sehingga

imbal hasil yang didapatkan kurang maksimal. Pemerintah berupaya untuk

meningkatkan imbal hasil dengan membentuk Badan Pengelola Keuangan

Haji (BPKH).

3. Dana imbal hasil yang dahulu dikelola oleh Kementerian Agama tidak

dapat dihitung secara terperinci besarannya per jemaah, dengan dikelola

oleh BPKH akan dioptimalkan nilai manfaatnya dengan program virtual

account sehingga masing-masing jemaah bisa mengetahui besaran imbal

hasil yang didapatkan sesuai dengan lamanya menunggu keberangkatan.

4. Kualitas laporan keuangan haji menurut hasil pemeriksaan BPK semakin

meningkat. Peningkatan kualitas laporan keuangaan tersebut dapat dilihat

Page 111: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

97

dari opini BPK yang selalu meningkat dari tahun ke tahun yaitu dari

disclaimer pada tahun 2010, meningkat menjadi Wajar Dengan

Pengecualian (WDP), dan dalam dua tahun terakhir ini mendapatkan opini

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

5. Penyusunan laporan keuangan penyelenggaraan Ibadah Haji tidak terlepas

dari kendala-kendala yang ada, namun Kementerian Agama dalam hal ini

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh selalu berupaya

meminimalisiasi kendala yang ada dengan cara memilih Sumber Daya

Manusia yang berkompetensi dibidangnya.

B. Saran

Setelah melakukan beberapa pengamatan tentang berbagai macam

masalah ibadah haji, penulis dapet memberikan beberapa saran, yaitu sebagai

berikut:

1. Penyelenggaraan ibadah haji harus meningkatkan pelayanan kepada

jemaah haji, sehingga indeks kepuasan jemaah menjadi sangat memuaskan.

2. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah agar tetap

mempertahankan opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian dengan

meningkatkan kualitas laporan keuangan.

3. Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) hendaknya mengemban tugas

secara professional sehingga dapat menjadi lembaga keuangan haji yang

terpercaya dan memberikan nilai manfaat yang optimal bagi jemaah haji

serta kemaslahatan umat.

Page 112: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

98

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Gusti, Rai. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik: Konsep Praktik Studi

Kasus. Penerbit: Salemba Empat.

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba

Empat

Boynton, William C. et al. 2001. Modern Auditing. Seventh Edition, John Wiley

and Sons, inc.

Dwiyanti, Rini. 2010. "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan

Waktu Pelaporan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia". Universitas Diponegoro. Semarang

Gerry Armando. 2013. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan

Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Nilai Informasi Laporan

Keuangan Pemerintah (Studi Empiris Pada SKPD di Kota Bukittinggi).

Jurnal Akuntansi. Vol. 1, No.1 (2013): Seri C

Hadri Kusuma. 2006. Dampak Manajemen Laba terhadap Relevansi Informasi

Akuntansi : Bukti Empiris dari Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,

VOL. 8, NO. 1, MEI 2006: 1-12

Hall, James A. 2007. Accounting Information System: Sistem Informasi Akuntansi.

Jakarta: Salemba Empat.

I Gusti Agung Rai. 2010. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta : Selemba

Empat.

Indra Bastian. 2011. Audit Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat.

Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Dan Kualitas

Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan

(Studi Pada Perusahaan Publik di BEJ), Tesis Strata-2, Program Studi

Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang.

Liu C, Tianbin C, Lin J, Chen H, Chen J, Lin S, et al. 2014. Evaluation of the

performance of four methods for detection of hepatitis B surface antigen and

their application for testing 116,455 specimens. J Virol Methods

Mabruri, Havidz dan Jaka Winarna. (2010). “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah”.

Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Page 113: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

99

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP STIM

YKPN.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : ANDI.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Standar Akuntansi Pemerintahan.

Fokusmedia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008. Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah. Nuansa Aulia.

Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Internal

Ross, S.A., 1977. "The Determination of Finacial Structure:The Incentive

Signalling Approach", Journal ofEconomics, Spring, 8, pp 23-40.

Sari, dan Zuhrotun, “Keinformatifan Laba Di Pasar Obligasi dan Saham: Uji

Liquidation Option Hypothesis”, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang,

2006

Sukriah, Ika, Akram dan Biana Adha Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja,

Independensi, Obyektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas

Hasil Audit. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang.

Tuti Herawati. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas

Laporan Keuangan (Survei Pada Organisasi Perangkat Daerah Pemda

Cianjur). Star-Study & Accounting Research Vol Xi No 1 2014 ISSN:

1693-4482

Antonio, Syaf’i. (1999). Bank syariah wacana dan cendekiawan, Tazkia Institute

Jakarta.

Halim Abdul. (2003). Analisis Investasi. Salemba Empat, Jakarta.

Huda, Nurul (2007). Investasi pada pasar modal syariah. Kencana, Jakarta.

Husnan, Suad.(2001). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP

AMP YKPN,Yogyakarta.

Satrio, Saptono Budi. (2005). Optimasi Portofolio Saham Syariah ( Studi Kasus

Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004). Tesis Program Passcasarjana

PSKTTI-UI, Jakarta.

Sharpe, William F.dkk. (1995). Investasi. (Edisi Bahasa Indonesia), Vol/ I,

Prenhallindo, Jakarta

Page 114: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

100

Wirasasmita Rivai. (1999). Kamus Lengkap Ekonomi. Pionir Jaya, Bandung

http://makalahkuliahstai.blogspot.co.id/2014/12/manajemen-investasi-

syariah.html

http://www.referensimakalah.com/2013/02/pengertian-investasi-syariah.html

Permenhub nomor PM 1 Tahun 2013 tentang standar pelayanan penumpang

angkutan udara haji

www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnal-haji/18/04/10/p6x241366-

pesawat-jamaah-haji-2018-gunakan-sistem-carter

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 Tentang pelaksanaan Undang-undang

Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

Peraturan Menteri Agama Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji

Page 115: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

101

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 116: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

102

Page 117: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

103

Page 118: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

104

Page 119: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

105

Page 120: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

106

Page 121: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

107

Page 122: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

108

Page 123: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

109

Page 124: EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41560...1. Nama : Bagus Wahyu Dewantoro 2. NIM : 1114082000059 3. Jurusan : Akuntansi 4.

110