EVALUASI PENANGANAN NPWP GANDA DI …/Evaluasi...... then he or she will be verified by Account...
Transcript of EVALUASI PENANGANAN NPWP GANDA DI …/Evaluasi...... then he or she will be verified by Account...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EVALUASI PENANGANAN NPWP GANDA DI KANTOR PELAYANAN
PAJAK (KPP) PRATAMA BOYOLALI
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
Syahidatul Marfuah
F3409062
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRAKSI
EVALUASI PENANGANAN NPWP GANDA
DI KPP PRATAMA BOYOLALI
Syahidatul Marfuah
F3409062
NPWP atau kepanjangan dari Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan identitas
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kemudahan dalam
memiliki NPWP membuat masalah NPWP Ganda. Walaupun Pemerintah telah
menegaskan bahwa setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP, tetapi
penyimpangan ini masih ditemui di KPP Pratama Boyolali. Berbagai cara dilakukan
oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali (KPP Pratama Boyolali) untuk
mengatasi masalah ini.
Penulis telah melakukan penelitian untuk mengkaji masalah NPWP Ganda di
KPP Pratama Boyolali. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui cara
penanganan NPWP Ganda dan mengevaluasi ke-efektifan penanganan NPWP Ganda
di KPP Pratama Boyolali. Cara penelitian dilakukan penulis dengan menggunakan
studi kasus dan studi kepustakaan. Dari hasil studi tersebut dapat diketahui darimana
Wajib Pajak memiliki NPWP Ganda, dampak kepemilikan NPWP Ganda, cara
penanganan NPWP Ganda dan mengevaluasi ke-efektifan penanganan NPWP Ganda
di KPP Pratama Boyolali.
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penanganan NPWP
Ganda di KPP Pratama Boyolali sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku, namun
masih kurang efektif dikarenakan masih banyak NPWP Ganda yang belum teratasi.
Hal ini dikarenakan kelemahan system dan ketidakpahaman Wajib Pajak membuat
NPWP Ganda terus meningkat. Memaksimalkan fungsi Account Representative di
KPP Pratama Boyolali sangat membantu dalam mengatasi permasalahan ini.
Kata kunci: NPWP Ganda, Evaluasi Efektifitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ABSTRACT
EVALUATE TO HANDLE DOUBLE NPWP
IN KPP PRATAMA BOYOLALI
Syahidatul Marfuah
F3409062
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) or tax account number is an identity of a
taxpayer in managing his/her tax obligation. Convenient procedure of making NPWP
causes double NPWP. Although government orders that every taxpayer must have
only one NPWP, but many deviations are found in KPP Pratama of Boyolali.
Author had performed research in order to examine double NPWP issue in
KPP Pratama of Boyolali. Purposes of the research are to know from where a
taxpayer has double NPWP, problems causing double NPWP ownership, effect of
double NPWP ownership, ways of managing double NPWP and to evaluate
effectiveness of managing double NPWP in KPP Pratama of Boyolali. Shortly, KPP
Pratama of Boyolali handled double NPWP ownership by examining every taxpayer
who is submitting double NPWP and the double NPWP will be erased. However, if
Directorate of Taxing Information and Technology found that a taxpayer has double
NPWP, then he or she will be verified by Account Representative and one of NPWP
will be recommended to erase and it will be confirmed with the taxpayer.
From the research, it is known that management of double NPWP in KPP
Pratama of Boyolali agreed with prevailing rules. However, it was still inadequately
effective because many double NPWPs were not managed well. It is because
weakness of the system and many taxpayers did not understand about double NPWP
regulation. Maximize function of Account Representative of KPP Pramata of
Boyolali will helpful in resolving the problem.
Key words: Double NPWP, Evaluation effectiveness.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji
Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi
Tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah urusan yang lain dengan sungguh-sungguh
urusan lain. Dan hanya kepada Tuhanlah kamu berharap.
(Q.s. Al-Insyiroh: 6-8 )
Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja
keras.
(Mario Teguh)
Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan /
diperbuatnya.
( Ali Bin Abi Thalib )
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari
orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.
(Abu Bakar Sibli)
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia
menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.
( Alexander Pope)
Jangan membayangkan apa yang akan kamu lakukan, tapi lakukanlah apa yang bisa
kamu lakukan sekarang karena besuk belum tentu kamu bisa melakukan apa yang
bisa dilakukan sekarang dan Selalu optimis menatap masa depan. (Penulis)
Penulis persembahkan kepada:
Almamaterku
Solo Kotaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,
Tidak henti-hentinya ucapan alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, karunia dan rahmat yang tidak pernah
putus kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Tugas Akhir ini termasuk salah satu syarat Tugas Akhir kuliah. Laporan ini dibuat
berdasarkan pengalaman magang yang dilakukan oleh penulis pada instansi
pemerintah, dalam hal ini Kantor pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna. Penulisan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya kerjasama
serta bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu ada bersama penulis dan tak pernah bosan memberi
banyak rejeki, karunia, kenikmatan, kesehatan dan kemudahan dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
2. Drs.Hanung Triatmoko, M.Si., Ak, selaku ketua Program Studi Diploma III
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Suyanto, SE, M.Si, selaku dosen Pembiming Magang, yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya.
4. Indra Susila selaku Kepala KPP Pratama Boyolali yang berkenan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan magang kerja dan penelitian.
5. Wahono selaku Pembimbing Instansi Magang KPP Pratama Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Miftahur Roiva dan Warih Sri Rohmamti sebagai Staff Sekretariat dan Saff TPT
yang telah membantu penulis menyelesaikan magang dengan baik.
7. Seluruh Staff KPP Pratama Boyolali yang telah membantu penulis dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
8. Kepada Keluarga penulis yang telah mendorong dan membimbing penulis untuk
selalu optimis menatap masa depan.
9. Kepada seseorang yang selalu menemani penulis disaat penulis sedih dan senang,
berbagi dan saing tukar pendapat.
10. Kepada teman-teman penulis yang telah membantu penulis sampai Tugas Akhir
ini selesai.
11. Kepada seluruh staff dan tenaga pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaiakan Tugass Akhir
ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dengan segala kerendahan hati dan penuh kesadaran hati, penulis menyadari
bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga Tugas Akhir ini
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Surakarta, 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
ABSTRAK ................................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 14
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 18
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 19
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 19
II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori .......................................................................................... 21
1. Pengertian Pajak ................................................................................... 21
2. Fungsi Pajak ......................................................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
3. Sistem Pemungutan Pajak ................................................................... 22
4. Pengertian Wajib Pajak ....................................................................... 23
5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ........................................................ 23
6. Hak dan Kewajiban Fiskus ................................................................. 25
7. Kewajiban Pihak Ketiga ....................................................................... 26
8. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) .................................. 27
9. Kewajiban memiliki NPWP ................................................................. 28
10. Syarat memperoleh NPWP dan Fungsi NPWP .................................... 28
11. Tatacara memperoleh NPWP .............................................................. 31
12. Tatacara Penghapusan NPWP .............................................................. 38
13. Sensus Pajak Nasional (SPN)............................................................... 39
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Darimana KPP Pratama mengetahui NPWP Ganda ............................ 40
2. Dampak NPWP Ganda ......................................................................... 41
3. Cara Penanganan NPWP Ganda .......................................................... 42
4. Evaluasi Efektifitas Penanganan NPWP Ganda .................................. 50
III. TEMUAN
A. Kelebihan .................................................................................................. 53
B. Kelemahan ................................................................................................. 53
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 54
B. Saran .......................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
III.1 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Boyolali Tahun 2009-2012 ................... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
I.1 Bagan Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali .................... 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Contoh Kartu NPWP.
2. Surat Permohonan Penghapusan NPWP Ganda.
3. Lembar Pengawasan Arus Dokumen.
4. Laporan Hasil Penelitian Dalam Rangka Penghapusan NPWP dan atau
Pencabutan PKP.
5. Surat Penghapusan NPWP.
6. Surat Klarifikasi NPWP Ganda.
7. Surat Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Boyolali
A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali sesuai yang ditulis
oleh Marantika (2008: 7). Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali atau
disebut dengan KPP Pratama Boyolali didirikan berdasarkan Peraturan
Menteri keuangan Republik Indonesia Nomor 55/PMK.01/2007 pada tanggal
31 Mei 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali mulai
beroperasi pada tanggal 30 Oktober 2007 sesuai dengan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak Nomor KEP-141/PJ/2007 tanggal 3 Oktober 2007 tentang
Penerapan Organisasi dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kantor Pelayanan Pajak
Pratama dan Kantor Penyuluhan, Pelayanan dan Konsultasi Perpajakan di
Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I,
Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II, dan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebelum berdirinya KPP Pratama Boyolali, telah berdiri Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) yang menangani administrasi
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea atas Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) yang wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Boyolali dan
Kabupaten Sragen. Untuk Penanganan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Pendapatan Barang Mewah (PPnBM) di Kabupaten Boyolali ditangani
oleh KPP Pratama Surakarta.
Dengan adanya modernisasi dan reorganisasi di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak), maka fungsi kerja instansi vertikal
seperti KPP, KPPBB, Katipka (Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak)
serta KP4 (Kantor Penyuluhan Pengamatan Potensi Perpajakan) digabungkan
menjadi KP2KP (Kantor Penyuluhan, Pelayanan dan Konsultasi Perpajakan)
dan KPP Pratama. Dengan adanya peraturan dari Dirjen Pajak, maka di
Boyolali didirikan KPP Pratama Boyolali yang teletak di Jalan Solo-Boyolali
km.24, Mojosongo, Boyolali.
B. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali yang terletak di Jalan Solo-
Boyolali km.24, Mojosongo, Boyolali memiliki wilayah kerja yang melayani
seluruh Kabupaten Boyolali. Letak Geografis Kabupaten Boyolali adalah
110°22’ - 110°50’ Bujur Timur dan 7°36’ - 7°71’ Lintang Selatan. Batas
wilayah Boyolali:
Timur: Berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, Kabupaten
Sukoharjo, Kabupaten Sragen dan Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Selatan: Berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten dan Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Barat: Berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten
Semarang.
Utara: Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan.
Kabupaten Boyolali berada pada ketinggian 100-1500 meter diatas
permukaan laut. Wilayah ini terdiri dari 19 kecamatan, diantaranya:
a. Kecamatan Boyolali
b. Kecamatan Mojosongo
c. Kecamatan Teras
d. Kecamatan Banyudono
e. Kecamatan Sawit
f. Kecamatan Sambi
g. Kecamatan Ngemplak
h. Kecamatan Simo
i. Kecamatan Nogosari
j. Kecamatan Klego
k. Kecamatan Andong
l. Kecamatan Karanggede
m. Kecamatan Wonosegoro
n. Kecamatan Kemusu
o. Kecamatan Juwangi
p. Kecamatan Ampel
q. Kecamatan Musuk
r. Kecamatan Cepogo
s. Kecamatan Selo
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali per November
2012 adalah sebagai berikut:
1. Kepala Kantor
2. Subbagian Umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Seksi Penagihan
4. Seksi Pemeriksaan
5. Seksi Fungsional
6. Seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi)
7. Seksi Pelayanan
8. Seksi Waskon (pengaWasan dan Konsultasi) 1
9. Seksi Waskon (pengaWasan dan Konsultasi) 2
10. Seksi Ekstensifikasi
Untuk mengetahui lebih jelas tentang struktur organisasi KPP Pratama
Boyolali dapat dilihat pada bagan dihalaman selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Deskripsi Tugas Jabatan Struktural
1. Kepala Kantor
Kepala Kantor berkewajiban mengelola pelaksanaan, penyuluhan,
pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak dan bertanggungjwab atas
pegawai kantor yang ada di Kantor Pajak Pratama Boyolali.
2. Subbagian Umum
Tugas yang dilaksanakan Bagian Umum diantaranya, melaksanakan
pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tatausaha dan
kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan untuk
menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak. Terdiri dari 3
bagian sebagai berikut:
a. Bagian Kepegawaian
Tugas yang dilakukan oleh Bagian Kepegawaian subbagian Umum:
1. Menerbitkan Surat Kenaikan Gaji Berkala.
2. Membuat usulan kenaikan pangkat.
3. Menerbitkan ijin cuti.
4. Membuat surat tugas dan surat dinas.
5. Mengirim pegawai yang menerima panggilan untuk mengikuti
Diklat, seperi Diklat dasar pemeriksa pajak, diklat internalisasi
kode etik pegawai, dan sebagainnya.
6. Menyusun dan melaporkan laporan kepegawaian meliputi laporan
daftar penyebaran pegawai, laporan penegakan dsiplin pegawai,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
laporan absensi pegawai, daftar pejabat yang meninggalkan
wilayah kerja, laporan kegiatan kepangkatan, dan sebagainnya.
b. Bagian Keuangan
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Bagian Keuangan Sub bagian
Umum, antara lain:
1. Membagikan gaji kepada pegawai KPP Pratama.
2. Membagikan uang makan kepada pegawai KPP Pratama.
3. Membagikan uang transport pengganti kepada pegawai yang telah
melakukan perjalanan dinas.
4. Menyusun dan melaporkan laporan-laporan yang menjadi
tanggungjawab Bagian Keuangan.
5. Menyusun daftar permintaan lembur bagi pegawai yang lembur.
c. Bagian Rumah Tangga
Tugas yang dilakukan oleh Bagian Rumah Tangga Sub bagian umum
antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan inventarisasi (pemisahan) barang-barang inventaris
milik KPP Pratama dan melakukan perekaman inventaris dan
penghapusan Barang Milik Negara pada KPP Pratama.
2. Merekam SPT tahunan pegawai-pegawai KPP Pratama Boyolali.
d. Bagian Sekretariat
Tugas yang dilakukan bagian sekretariat antara lain sebagai berikut:
1. Menerima surat masuk dan memilah surat masuk untuk KPP
Boyolali atau untuk pribadi pegawai Kantor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Merekam seluruh surat masuk untuk di disposisi kepala kantor.
3. Memvalidasi SSP (Surat Setoran Pajak), SPT (Surat
Pemberitahuan), dan melegalisir surat yang memerlukan legalisir.
4. Mendistribusikan surat masuk ke per bagian. Surat masuk yang
didistribusikan disesuaikan dengan disposisi yang telah didisposisi
kepala kantor.
5. Menerima telpon masuk dari luar kantor dan disambungkan ke
bagian yang bersangkutan.
6. Menerima fax dan didisposisi untuk didistribusikan sesuai
disposisi kepala kantor.
7. Mengatur jadwal kepala kantor.
8. Membuat jadwal acara untuk pegawai kantor yang bersifat rutin
maupun tidak dan mengumumkan kepada seluruh pegawai kantor.
3. Seksi Penagihan
Tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Penagihan antara lain sebagai berikut:
a. Menatausahakan urusan piutang pajak.
b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak.
c. Usulan penghapusan piutang pajak.
d. Melaksanakan pencabutan STTS (Surat Tanda Terima Setoran) PBB
(Pajak Bumi dan Bangunan) Tahun Pajak sebelumnya.
e. Melakukan konfirmasi STTS PBB Tahun Pajak sebelumnya dalam
Sektor Perkotaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
f. Melakukan pemanggilan dan himbauan pembayaran tunggakan pajak.
g. Membedah tunggakan Wajib Pajak.
h. Melakukan penagihan aktif terhadap tunggakan pajak yang telah jatuh
tempo.
i. Menyusun data 100 besar tunggakan PBB untuk dilaporkan
j. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang
berlaku.
4. Seksi Pemeriksaan
Merupakan peralihan dari Tata Usaha atau Administrasi Kantor
Pemeriksaan dan penyidikan Pajak. Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh
Seksi pemeriksaan antara lain sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kerja pemeriksaan.
b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.
c. Menyusun dan mengkoordinasikan Daftar Nominatif Wajib Pajak yang
akan diperiksa.
d. Menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SPPP) dan
mendistribusikannya ke Seksi Fungsional.
e. Melaksanakan pengawasan, pelaksanaan jadwal pemeriksaan sesuai
dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.
f. Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.
g. Memproses SPT Lebih Bayar Wajib Pajak patuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
h. Melakukan pemeriksaan setiap Wajib Pajak yang SPT nya
menunjukkan lebih bayar.
i. Memproses Wajib Pajak yang memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib
Pajak) lebih dari 1.
j. Melakukan administrasi pemeriksaan pajak lainnya.
k. Menyusun laporan atau surat tanggapan atas permasalahan yang
berkaitan dengan Seksi pemeriksaan.
l. Menyusun laporan-laporan Seksi Pemeriksaan.
m. Mengadministrasikan berkas laporan hasil pemeriksaan.
5. Seksi Fungsional
Merupakan peralihan dari Fungsional Pemeriksa di Kantor Pemeriksaan
dan Penyidikan Pajak. Tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Fungsional
antara lain: (a) Menyampaikan surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak
(SPPP) kepada Wajib Pajak; (b) Menyelesaikan pemeriksaan SPPP dengan
diterbitkan Laporan Pemeriksaan Pajak.
6. Seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi)
Merupakan gabungan antara Seksi DAI dan Seksi penerimaan, peralihan
dari Seksi penerimaan dan keberatan pada KPP, subsie penerimaannya
beralih ke Seksi PDI, sedangkan subsie keberatannya ditandatangani oleh
Kantor Wilayah (Kanwil) modern. Tugas-tugas yang dilakukan oleh Seksi
Pengolahan data dan Informasi (PDI) antara lain sebagai berikut:
a. Membantu instalasi aplikasi e-NPWP di Seksi Ekstensifiksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b. Melakukan pedaftaran Wajib Pajak secara massal dan pencetakan kartu
NPWP dengan apliksi PWPM dan e-NPWP.
c. Melakukan perekaman mutkhir dan NIR (Nilai Induksi Rata-rata) untuk
penetapan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) PBB tahun berikutnya.
d. Melakukan simulasi perhitungan pokok ketetapan PBB tahun
berikutnya.
e. Melakukan perekaman SPT Masa dan SPT Tahunan.
f. Melakukan perekaman SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang)
dan denda pajak Bumi dan Bangunan.
g. Menyimpan data-data informasi perpajakan untuk keperluan penyajian
data.
h. Membantu Seksi lain jika mengalami kesulitan atau kerusakan pada
komputer.
i. Mengawasi pemasangan jaringan dan perangkat komputer yang
dilakukan oleh pihak ketiga.
j. Memberikan aplikasi e-SPT PPN versi terbaru kepada Wajib Pajak dan
membantu proses pelaporan jika mengalami kesulitan.
k. Membuat Laporan Penerimaan PBB dan BPHTB.
l. Melakukan persiapan hardware dan software sehubungan dengan
kegiatan cetak.
m. Melakukan penataan IP (Internet protocol) Address untuk jaringan
komputer dan melakukan perekaman data objek PBB berdasarkan
pemohon Wajib Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
n. Membuat daftar penerimaan dan realisasi penerimaan pajak KPP.
o. Membuat rekonsiliasi atas realisasi penerimaan pajak KPP.
7. Seksi Pelayanan
Merupakan perubahan nama dari Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) pada
KPP dan Seksi Penetapan KPPBB. Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh
Seksi Pelayanan antara lain sebagai berikut:
a. Menerbitkan kartu NPWP dan PKP bagi Wajib Pajak baru.
b. Menatausahakan formulir SPT Tahunan PPh dalam rangka persiapan
pengiriman SPT Tahunan kepada Wajib Pajak.
c. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
d. Memberikan jawaban permintaan konfirmasi dan klarifikasi data dari
KPP lain.
e. Mengarsip data Wajib Pajak yang berkaitan dengan Pajak PPh (Pajak
Penghasilan) dan PPN.
8. Seksi Waskon (pengaWasan dan Konsultasi)
Merupakan gabungan Seksi PPH Orang Pribadi, PPh Badan, PPh Putpot
(Pemungutan dan Pemotongan) dan PPN. Tugas-tugas yang dilaksanakan
oleh Seksi Waskon (pengaWasan dan Konsultasi) antara lain sebagai
berikut:
a. Pembuatan profil Wajib Pajak
b. Pembuatan ikhtisar Wajib Pajak
c. Penyelesaian Permohonan Pemindah bukuan Wajib Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
d. Pengawasan terhadap mekanisme dan tatacara pembayaran penyertoran
maupun pelaporannya termasuk dalam penerapan aturan-aturan
perpajakanya.
e. Meninjau potensi perpajakan di setiap kecamatan di Boyolali.
f. Melayani konsultasi langsung dengan Wajib Pajak terkait perpajakan
Wajib Pajak.
9. Seksi Ekstensifikasi
Merupakan peralihan dari Seksi pendataan dan penilaian pada kantor pajak
bumi dan bangunan (KPPBB). Tugas-tugas yang dilakukan oleh Seksi
ekstensifikasi perpajakan antara lain sebagai berikut:
a. Menyampaikan Usulan Surat Keputusan Klarifikasi dan besarnya NJOP
sebagai dasar penetapan PBB.
b. Menyampaikan usulan besarnya Standar Investasi Tanaman (SIT)
Perkebunan ke Kanwil DJP Jawa Tengah II.
c. Membuat Laporan Data Potensi Wilayah KPP Pratama.
d. Menyelesaikan Laporan NJOP PBB.
e. Menyelesaikan pemberian NPWP Orang Pribadi melalui Pemberi Kerja
atau Bendaharawan Pemerintah.
f. Membuat Laporan Kegiatan Penerbitan NPWP Ekstensifikasi Wajib
Pajak Orang Pribadi karyawan KPP Pratama Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
E. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak
Visi Direktorat Jenderal Pajak adalah Menjadi institusi pemerintah
yang menyelenggarakan system administrasi perpajakan modern yang
efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan
profesionalisme yang tinggi.
Sedangkan Misi Direktorat Jenderal pajak yaitu Menghimpun
penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang
mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan
melalui system administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
1.2 Latar Belakang Masalah
Menurut Hutagaol, dkk (2007: 54) Sumber-sumber penerimaan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk penerimaan
perpajakan (pajak, penghasilan dan Branch Profit Tax, bea masuk dan
pungutan impor dan cukai) dan Penerimaan Bukan Perpajakan (bonus, bagian
Negara, pungutan Negara seperti iuran tetap dan iuran eksplorasi dan
eksploitasi). Sedangkan menurut Suandy (2005: 3) Sumber penerimaan Negara
dapat diperoleh diantaranya dari pemungutan pajak, kekayaan alam, bea dan
cukai, retribusi, sumbangan, iuran, laba BUMN (Badan Usaha Milik Negara),
sumber-sumber lain (seperti hutang dan pencetakan uang).
Pajak, retribusi, bea dan cukai merupakan penghasilan terbesar yang
diperoleh di dalam negeri. Besarnya penerimaan dari pemungutan pajak
termasuk retribusi dan bea cukai selalu berubah berdasarkan kondisi politik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
keadaan ekonomi suatu negara atau ekonomi dunia, sehingga besarnya nominal
penerimaan Negara tersebut menjadi tidak tetap. Untuk menjaga agar
penerimaan Negara tidak menurun, dapat dilakukan dengan banyak cara
diantaranya adalah memperketat dan memperluas pemungutan pajak dan
retribusi di suatu Negara. Oleh karena itu, untuk memperketat dan memperluas
pemungutan pajak dan retribusi di suatu Negara khususnya dibidang
perpajakan, Pemerintah Indonesia menyelenggarakan program Sensus Pajak
Nasional yang diresmikan pada September 2011. Salah satu programnya adalah
untuk memperluas basis pajak. Adanya sensus pajak nasional, Nomor Pokok
Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat menjadi NPWP, menjadi sangat
penting untuk dimiliki oleh Wajib pajak.
Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP)
No.16 tahun 2009 pasal 1, NPWP adalah Nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam administrasi Perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.
Dalam undang-undang KUP No.16 tahun 2009 BAB II Pasal 2 ayat (1)
menjelaskan bahwa “Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak atau disingkat dengan Kanwil DJP, yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan
NPWP. Selanjutnya, Wajib Pajak berdasar Self Assessment System diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayarkan, dan
melaporkan jumlah nominal kewajiban perpajakannya. Kewajiban
mendaftarkan diri tersebut berlaku terhadap wanita kawin yang dikenakan
pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan Hakim
atau dikehendaki secara tertulis berdasar perjanjian pemisahan penghasilan
dan harta. Wanita kawin selain tersebut dapat mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan suaminya.
NPWP adalah suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak. Oleh
karena itu, berdasarkan penjelasan UU KUP tersebut menegaskan bahwa
setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP. NPWP juga dipergunakan
untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak&dalam pengawasan
administrasi perpajakan. Dalam hal sehubungan dengan dokumen perpajakan,
Wajib Pajak diwajibkan mencantumkan NPWP yang dimilikinya. Terhadap
Wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapat NPWP dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.”
Pada ayat (4) pasal 2 UU KUP menjelaskan bahwa “Direktur Jenderal
Pajak menerbitkan NPWP dan atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) secara
jabatan apabila Wajib Pajak atau Pengusha Kena Pajak (PKP) yang tidak
memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri atau melaporkan usahanya dapat
diterbitkan NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan. Hal ini dapat
dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh DJP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(Direktorat Jenderal Pajak) ternyata Orang Pribadi atau badan atau pengusaha
tersebut telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP dan atau dikukuhkan
sebagai PKP.”
Dari undang-undang tersebut mengundang permasalahan bagi Wajib
Pajak yaitu kepemilikan NPWP Ganda. Mengingat adanya sanksi yang tegas
atau ketidakpahaman Wajib Pajak mengenai kepemilikan NPWP, membuat
Wajib Pajak takut untuk tidak memiliki NPWP. Dengan adanya pendaftaran
NPWP melalui sistem e-registration yang dapat diakses oleh siapa saja, dimana
dan kapan saja, membuat pendaftaran untuk memiliki NPWP menjadi sangat
mudah. Dari sini mulai muncul adanya permasalahan NPWP Ganda.
Selain itu, NPWP merupakan penawaran yang sangat berharga bagi
Wajib Pajak. Manfaat yang didapat dari kepemilikan NPWP ini sangat
dirasakan bagi Wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Fungsi
dari kepemilikan NPWP sesuai yang ditulis oleh Kharisma (2003: 9) antara
lain :
1. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan.
2. Tanda Pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya.
3. Dicantumkan setiap dokumen Perpajakan, sehingga bagi Wajib Pajak yang
tidak memiliki NPWP dikenakan tarif yang lebih besar daripada Wajib
Pajak yang memiliki NPWP.
4. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak, pengawasan administrasi
perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Dari berbagai alasan itulah, Wajib Pajak menginginkan untuk memiliki
NPWP. Syarat dan tatacara memiliki NPWP yang mudah membuat Wajib
Pajak mengantri untuk mendapatkan NPWP. Karena NPWP dapat dimiliki oleh
siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, menjadikan kepemilikan NPWP
menjadi tidak terbatas, kelemahan sistem perpajakan dan database DJP yang
diakses diseluruh Indonesia, menimbulkan permasalahan NPWP Ganda.
Meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan mengenai
Penanganan NPWP Ganda, tetapi masih terdapat masalah yang ditimbulkan.
Oleh karena itu, penulis mengambil penelitian dengan judul “EVALUASI
PENANGANAN NPWP GANDA DI KPP PRATAMA BOYOLALI.”
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas dapat dirumuskan bahwa yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Darimana KPP Pratama Boyolali mengetahui Wajib Pajak yang memiliki
NPWP Ganda dan apa yang menjadi penyebab Wajib Pajak memiliki
NPWP Ganda di KPP Pratama Boyolali?
2. Apa dampak yang diakibatkan adanya NPWP Ganda bagi KPP Pratama
Boyolali dan bagi Wajib Pajak?
3. Bagaimana cara penanganan NPWP Ganda di KPP Pratama Boyolali?
4. Bagaimana hasil evaluasi efektivitas penanganan NPWP Ganda di KPP
Pratama Boyolali dilihat dari hasil yang dicapai, kesesuaian dengan
peraturan dan pelaksanaannya?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dirumuskan bahwa yang menjadi
tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.1 Untuk mengetahui darimana Wajib Pajak memiliki NPWP Ganda di KPP
Pratama Boyolali dan untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan
kepemilikan NPWP Ganda di KPP Pratama Boyolali.
2.1 Untuk mengetahui dampak apa yang akan terjadi diakibatkan karena Wajib
Pajak memiliki NPWP Ganda bagi KPP Pratama Boyolali dan Wajib Pajak.
2.1 Untuk mengetahui cara penanganan NPWP Ganda bagi KPP Pratama
Boyolali.
2.1 Untuk mengevaluasi sudah efektifkah penanganan NPWP Ganda di KPP
Pratama Boyolali dilihat dari hasil yang dicapai, kesesuaian dengan
peraturan dan pelaksanaannya.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharpkan dapat menambah pengetahuan dan dapat
mengaplikasikan ilmu perpajakan yang diperoleh saat kuliah ke dalam
kenyataan sesungguhnya. Sehingga sebagai calon Wajib Pajak atau calon
pegawai pajak, diharapkan dapat mengetahui tatacara penerbitan dan
penghapusan NPWP terkait dengan kewajiban perpajakannya kelak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Bagi KPP Pratama Boyolali
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
mengevaluasi kembali efektivitas penanganan NPWP Ganda sehubungan
dengan adanya Sensus Pajak Nasional, dan untuk meminimalisir supaya
tidak terjadi adanya penambahan kuantitas NPWP Ganda yang lebih
banyak bagi Wajib Pajak untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Bagi Wajib Pajak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran dan motivasi bagi
Wajib Pajak yang memiliki NPWP Ganda untuk segera menindaklanjuti
penanganan NPWP gandanya di kantor setempat. Bagi Wajib Pajak yang
tidak memiliki NPWP Ganda diharapkan dapat memberi informasi
mengenai NPWP Ganda supaya tidak menjadi Wajib Pajak yang memiliki
NPWP Ganda.
d. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, referensi,
dasar bagi penelitian selanjutnya dan informasi khususnya bagi mahasiswa
jurusan Akuntansi Perpajakan yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan
pokok permsalahan yang sama. Sebagai referensi atau bahan pertimbangan
bagi mahasiswa atau pelajar lain yang sedang mempelajari kasus yang
sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
2.1 LANDASAN TEORI
1. Pengertian pajak
Pajak didefinisikan berbeda-beda oleh berbagai pihak dengan tidak
mengubah unsur yang melekat didalamnya, diantaranya (Waluyo, 2010: 2)
menurut Adriani, Pajak adalah iuran kepada Negara (dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi-kembali, langsung dapat ditunjuk, dan
gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan
dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Sedangkan
menurut Smeets, Pajak merupakan prestasi kepada pemerintah yang
terutang melalui norma-norma umum dan dapat dipaksakan.
2. Fungsi pajak
Fungsi pajak menurut Waluyo (2010: 6) adalah: Fungsi penerimaan
(budgeter) dan fungsi mengatur (Reguler). Dalam fungsi budgeter, pajak
berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah seperti dimasukkannya pajak dalam
APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
Sedangkan dalam fungsi Mengatur (Reguler), Pajak berfungsi sebagai
alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
ekonomi, misalnya dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap
minuman keras, dapat ditekan juga terhadap barang mewah.
3. Sistem pemungutan pajak
Menurut Resmi (2009: 11-12) dalam memungut pajak dikenal beberapa
sistem pemungutan, sebagai berikut:
a. Official Assessment System
Official Assessment System adalah Sistem pemungutan pajak yang
memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri
jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
b. Self Assessment System
Self Assessment System adalah Sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang
terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
c. With Holding System
With Holding System adalah Sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4. Pengertian Wajib Pajak
Menurut Soemitro dalam Hutagaol, dkk (2007: 2), Wajib Pajak adalah
orang atau badan yang memenuhi syarat obyektif dan subyektif. Dengan
demikian, orang atau badan yang telah memenuhi syarat subyektif belum
tentu merupakan wajib pajak. Orang atau badan tersebut harus memenuhi
syarat obyektif untuk menjadi Wajib Pajak yaitu menerima atau
memperoleh penghasilan yang menjadi objek pajak.
5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Setiap Wajib Pajak memiliki hak dan kewajiban dalam memenuhi
ketentuan perpajakannya. Setiap Negara memiliki peraturan yang berbeda-
beda. Oleh karena itu, perlu diketahui hak dan kewajiban Wajib Pajak
menurut Suandy (2007: 152) antara lain:
a. Kewajiban Wajib Pajak
Kewajiban Wajib Pajak menurut Suandy (2007: 152) antara lain:
Kewajiban untuk mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal Pajak
terkait penerbitan NPWP dan Pengukuhan PKP (sehingga diberikan
NPPKP (Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak) sesuai dengan pasal
2, UU KUP.
Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
sesuai dengan pasal 3 ayat (1) UU KUP.
Kewajiban membayar atau menyetor pajak, sesuai Pasal 10 ayat (1),
UU KUP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan, sesuai pasal 28
ayat (1), UU KUP.
Kewajiban mentaati pemeriksaan pajak, ssuai pasal 29 ayat (3), UU
KUP.
Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak.
Kewajiban membuat faktur pajak, sesuai pasal 13, Undang-undang
PPN.
b. Hak Wajib Pajak
Setelah Wajib Pajak melaksanakan kewajibannya, maka Wajib Pajak
berhak diantaranya untuk:
Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus,
dalam hal ini adalah Account Representative KPP Pratama Boyolali
yang bertugas di seksi Waskon yang bertugas menggali potensi
perpajakan disuatu daerah. Biasanya satu kecamatan terdiri dari
beberapa Account Representative yang memantau potensi
perpajakan didaerah tersebut, memberikan penyuluhan terhadap
daerah tersebut mengenai perpajakannya, dan bertanggungjawab
atas Wajib Pajak di daerah tersebut, serta memberi pelayanan dan
penyuluhan secara langsung terhadap wajib pajak di daerah tersebut.
Hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan (SPT), sesuai pasal 8
ayat (1) UU KUP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian SPT, sesuai UU
KUP pasal 3 ayat (3) dan (4).
Hak untuk mengadukan Pejabat pajak yang membocorkan rahasia
Wajib Pajak, sesuai pasal 34 UU KUP.
Hak memperoleh imbalan bunga, sesuai pasal 27A UU KUP.
Hak memperoleh fasilitas perpajakan, sesuai pasal 31A dan 31B
Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh).
6. Hak dan Kewajiban Fiskus
Selain Wajib Pajak, peranan fiskus sangat dibutuhkan dalam menjaga
keseimbangan antara Wajib Pajak dan Fiskus dalam melaksanakan
ketentuan perpajakan sesuai peraturan yang berlaku, sehingga dalam
menjaga keseimbangan tersebut maka Fiskus memiliki hak dan kewajiban
sebagai berikut (Suandy, 2007: 160):
a. Kewajiban Fiskus
Kewajiban Fiskus antara lain:
Kewajiban membina Wajib Pajak.
Kewajiban menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
(SKPLB), sesuai pasal 17B dan 17C UU KUP.
Kewajiban merahasiakan data Wajib Pajak, sesuai pasal 34 UU
KUP.
Kewajiban melaksanakan Putusan Pengadilan Pajak, sesuai pasal 88
ayat (2) Undang-Undang Pengadilan Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b. Hak Fiskus
Hak Fiskus antara lain:
Hak menerbitkan NPWP dan NPPKP, sesuai pasal 2 ayat (4) UU
KUP.
Hak menerbitkan surat ketetapan pajak, sesuai pasal 16 ayat (1) UU
KUP.
Hak menerbitkan surat paksa dan surat perintah melaksanakan
penyitaan.
Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan, sesuai pasal 29 UU
KUP.
Hak melakukan penyanderaan, sesuai pasal 33 ayat (1) UU PPSP.
Hak untuk melakukan penyidikan, sesuai pasal 44 UU KUP.
Hak untuk mengurangi atau menghapuskan sanksi administrasi,
sesuai pasal 36 UU KUP.
7. Kewajiban Pihak Ketiga
Dalam menjalankan undang-undang perpajakan, selain ditegaskan
adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban wajib pajak serta fiskus,
undang-undang juga menegaskan adanya kewajiban dari pihak ketiga yang
harus dipatuhi sesuai dengan ketentuan pasal 35 UU KUP. Pihak ketiga
yang diatur adalah Bank, Akuntan Publik, Notaris, Konsultan Pajak, Kantor
Administrasi dan pihak ketiga lainnya yang mempunyai hubungan dengan
Wajib Pajak (Suandy, 2007: 163).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Kewajiban pihak ketiga adalah apabila Direktur Jenderal Pajak
meminta keterangan atau bukti terkait dengan pemeriksaan atau penyidikan
terhadap Wajib Pajak, maka pihak tersebut wajib memberikan keterangan
atau bukti tersebut. Dalam hal pihak ketiga yang dimintakan keterangan
terkait dengan kewajiban kerahasiaan, maka kewajiban kerahasiaan tersebut
ditiadakan, kecuali untuk Bank. Untuk Bank kerahasiaan tersebut
ditiadakan atas perintah tertulis dari Menteri Keuangan.
8. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
NPWP diartikan oleh banyak pihak, seperti Suhartono dan Ilyas
(2010: 13), NPWP merupakan identitas Wajib Pajak dan sebagai sarana
administrasi dalam melaksanakan hak dan kewajiban PPh antara lain harus
dicantumkan dalam penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan. Tanpa
NPWP, Wajib Pajak tidak bisa melaksanakan penyetoran dan pelaporan
Pajak Penghasilan.
Menurut Djuanda, dkk (2003: 3), NPWP merupakan identitas tunggal
Wajib Pajak dalam memnuhi kewajiban Perpajakan. Sedangkan menurut
Resmi (2009: 26), NPWP merupakan sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dan setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP.
NPWP terdiri atas 15 digit, meliputi digit pertama merupakan Kode
Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan Kode Administrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Perpajakan (Resmi, 2009: 26). Bagian-bagian dari kode Administrasi
NPWP adalah sebagai berikut:
X X . X X X . X X X . X . X X X . X X X
.
Gambar II.1 Kode Administrasi Perpajakan NPWP
9. Kewajiban memiliki NPWP
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU KUP yang berkewajiban
mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP adalah orang pribadi
berpenghasilan diatas PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) termasuk
Orang Pribadi yang mendapatkan penghasilan dari satu pemberi kerja dan
tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas paling lambat pada akhir
bulan berikutnya. Semua Wajib Pajak Badan berkewajiban memiliki
NPWP. Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidup
terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, serta.
10. Syarat memperoleh NPWP dan fungsi NPWP
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh NPWP:
a. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas:
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi penduduk Indonesia
atau Paspor bagi orang asing.
Kode
Kelompok WP
Nomor
Pokok
Kode
KPP
Kantor
Cabang/ Pusat
Kode
Pengecekan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Orang Asing.
Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang
berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
b. Syarat untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas adalah Fotokopi KTP bagi
penduduk Indonesia atau Paspor bagi orang asing dan Surat Keterangan
tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah
atau Kepala Desa bagi Orang Asing.
c. Untuk Wajib Pajak Badan:
Fotokopi Akte Pendirian dan Perubahan Terakhir atau Surat
Penunjukkan dari Kantor Pusat bagi Bentuk Usaha Tetap.
Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau Paspor.
Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Orang Asing, dari
salah seorang pengurus aktif.
Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang
berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
d. Untuk Bendahawaran sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong:
Fotokopi surat penunjukkan sebagai bendaharawan dan Fotokopi KTP
Bendahawaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
e. Untuk Join Operation sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong:
Fotokopi perjanjian Kerjasama sebagai Join Operation.
Fotokopi NPWP masing-masing Join Operation.
Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau Paspor bagi orang
asing.
Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Orang Asing dari
salah seorang pengurus Join Operation.
Catatan:
1. Bagi pemohon berstatus cabang, Orang Pribadi Pengusaha Tertentu atau
Wanita Kawin Tidak Pisah Harta harus melampirkan fotokopi
Surat Keterangan Terdaftar (SKT) Kantor Pusat/Domisili/Suami.
2. Apabila permohonan ditandatangani oleh orang lain harus
dilengkapi dengan Surat Kuasa Khusus.
3. Dalam hal formulir dan persyaratannnya belum lengkap kepada
Wajib Pajak untuk dilengkapi.
Selain syarat memperoleh NPWP, ada berbagai manfaat dan fungsi
yang didapatkan oleh Wajib Pajak yang memiliki NPWP di antaranya:
Manfaat kepemilikan NPWP sesuai yang ditulis oleh Suandy (2005:
119-120) antara lain: Untuk memperoleh pinjaman modal dari bank dan
untuk memudahkan berhubungan dengan instansi yang mewajibkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
mencantumkan NPWP, seperti kantor imigrasi, Bea dan Cukai, Kantor
PLN (Perusahaan Listrik Negara), Telkom dan sebagainya.
Fungsi kepemilikan NPWP sesuai yang ditulis oleh Kharisma (2003: 9)
antara lain:
a. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan.
b. Tanda Pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya.
c. Dicantumkan setiap dokumen Perpajakan, sehingga bagi Wajib
Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif yang lebih besar
daripada Wajib Pajak yang memiliki NPWP.
d. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak, pengawasan
administrasi perpajakan.
Fungsi kepemilikan NPWP Resmi (2009: 27) adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pembayaran dimuka (angsuran/ kredit pajak) atas Fiskal
Luar Negeri yang dibayar sewaktu Wajib Pajak bertolak ke Luar
Negeri
b. Sebagai persyaratan ketika melakukan pengurusan Surat Ijin Usaha
Perdagangan (SIUP).
c. Sebagai salah satu syarat pembuatan Rekening Koran di bank-bank.
11. Tata cara memperoleh NPWP
Sesuai dengan PER-44/PJ/2008 Bab II Pasal 2 ayat (1) yang
menyatakan bahwa “Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan NPWP”. Caranya adalah:
a. Melalui Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Tatacara pendaftaran sesuai dengan PER-62/PJ/2010 atau Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2010 atasperubahan PER-
44/PJ/2008:
1. Wajib Pajak mengajukan berkas pendaftaran NPWP dengan
menggunakan Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib
Pajak beserta persyaratannya kepada Tempat Pelayanan Terpadu
(TPT).
2. Petugas TPT menerima Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data
Wajib Pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya.
Apabila berkas pendaftaran belum lengkap, dihimbau kepada Wajib
Pajak untuk melengkapinya. Jika berkas pendaftaran sudah lengkap,
Petugas TPT akan mencetak BPS (Bukti Penerimaan Surat) dan
LPAD (Lembar Pengawasan Arus Dokumen). BPS akan serahkan
kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan
berkas pendaftaran kemudian diteruskan kepada Pelaksana Seksi
Pelayanan.
3. Pelaksana Seksi Pelayanan merekam berkas pendaftaran Wajib
Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Keterangan
Terdaftar (SKT) dan Kartu NPWP kemudian menyerahkannya
kepada Kepala Seksi Pelayanan.
SKT dan kartu NPWP diterbitkan rangkap 2:
Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak
Lembar ke-2 : untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak
5. Kepala Seksi Pelayanan menandatangani SKT kemudian
menyerahkannya kepada Pelaksana Seksi Pelayanan (Apabila
Kepala Seksi Pelayanan sedang melaksanakan tugas diluar kantor
atau sedang berhalangan karena sebab yang lain, kartu NPWP tetap
diterbitkan, sedangkan SKT dapat diberikan menyusul dengan
tanggal pada saat dilakukan penandatanganan).
6. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah
ditandatangani, memberi stempel kantor, memisahkan dokumen
untuk diarsip dan dokumen yang akan diserahkan kepada Wajib
Pajak.
7. Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan
dokumen kepada Wajib Pajak.
8. Wajib Pajak atau orang yang diberi kuasa khusus yang
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan atau Pengusaha
yang melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib mengisi, menandatangani, dan
menyampaikan formulir pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Melalui e-Registration
Tata cara penggunaan aplikasi e-Registration sesuai dengan PER-
24/PJ/2009 :
1. Membuka situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat website
http://www.pajak.go.id.
2. Memilih menu sistem e-Registration.
3. Membuat account dengan melakukan login pada sistem e-
Registration untuk membuat username dan password yang akan
digunakan.
4. Login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan
password yang telah dibuat.
5. Memilih menu “Permohonan Pendaftaran NPWP dan atau
Pengukuhan PKP”.
6. Memilih Jenis Wajib Pajak yang sesuai (Orang Pribadi, Badan atau
Bendahara).
7. Mengisi formulir permohonan pada layar komputer dengan lengkap
dan benar.
8. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Permohonan
Pendaftaran NPWP dan atau Pengukuhan PKP.
9. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap dan
SKTS (Surat Keterangan Terdaftar Sementara) melalui aplikasi e-
Registration. SKTS hanya berlaku selama 30 (tiga puluh) hari sejak
pendaftaran dilakukan dan hanya berlaku untuk pembayaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain serta tidak dapat
dipergunakan untuk melakukan kegiatan diluar bidang perpajakan.
10. Menyampaikan Formulir Registrasi Wajib Pajak yang sudah
ditandatangani beserta persyaratannya secara langsung maupun
melalui pos secara tercatat ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran
dilakukan.
11. Menerima SKT (Surat Keterangan Terdaftar), NPWP dan atau
SPPKP (Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak) dari KPP
dimana Wajib Pajak Terdaftar.
12. Apabila Formulir Registrasi Wajib Pajak beserta persyaratannya
belum diterima oleh KPP tempat Wajib Pajak terdaftar dalam
jangka waktu 30 hari, maka proses pendaftaran akan dibatalkan
secara sistem.
Setelah Wajib Pajak melakukan pendaftaran secara e-Registration,
maka petugas pendaftaran Wajib Pajak pada KPP berkewajiban:
1. Memantau informasi permohonan Wajib Pajak pada sistem e-
Registration setiap hari kerja.
2. Menerima, memproses dan melakukan filtering atas isian Formulir
Permohonan Pendaftaran NPWP dan atau Pengukuhan PKP yang
disampaikan melalui sistem e-Registration.
3. Menerbitkan SKT, kartu NPWP dan atau SPPKP paling lama satu
hari kerja sejak informasi pendaftaran dan atau pengukuhan melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sistem e-Registration diterima KPP, sepanjang permohonan
pendaftaran NPWP dan atau pengukuhan PKP diisi secara lengkap.
4. Menyampaikan SKT, NPWP dan atau SPPKP kepada Wajib Pajak.
5. Setelah diterbitkan SKT dan Kartu NPWP serta SPPKP, Kepala
Kantor dalam melakukan konfirmasi lapangan dengan prioritas
sesuai tingkat resiko Wajib Pajak untuk membuktikan kebenaran
pengisian formulir permohonan yang disampaikan Wajib pajak.
6. Kategori Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak beresiko antara lain:
a. Wajib Pajak yang dikirimi surat tetapi “Kembali dari Pos
(Kempos)” dengan dibubuhi catatan dari Kantor Pos berupa
Nama tidak dikenal, alamat tidak dikenal, Rumah/gedung tidak
dihuni.
b. Tidak menyampaikan SPT.
c. Wajib Pajak yang sering berpindah KPP tempat terdaftar.
d. Wajib Pajak yang sering berpindah alamat tempat tinggal atau
tempat kedudukan atau tempat usaha.
e. Wajib Pajak yang melaporkan adanya kegiatan ekspor.
f. Wajib Pajak yang melakukan kegiatan impor (terlihat dari
adanya pembayaran pajak dalam rangka impor) tetapi tidak
berstatus sebagai PKP.
g. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan restitusi.
h. Wajib Pajak yang tidak berstatus PKP tetapi menyampaikan
SPT Masa PPN.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
i. Wajib Pajak baru berdiri langsung melakukan penyerahan dalam
jumlah besar tetapi jumlah kurang bayarnya relatif kecil.
j. Wajib Pajak Badan yang akte pendiriannya dibuat dihadapan
notaris yang sama dan tanggal pendiriannya pada waktu yang
bersamaan atau berdekatan.
k. Wajib Pajak yang memiliki nama yang aneh (misalnya Mr. X,
PT ABCD, XYZ).
l. Wajib Pajak lain yang menurut pertimbangan Kepala KPP
termasuk Wajib Pajak berisiko.
7. Jika hasil konfirmasi lapangan menunjukkan bahwa data yang
disampaikan oleh Wajib Pajak terdaftar dan atau PKP terdaftar tidak
benar, maka KPP akan menerbitkan Surat Penghapusan NPWP,
Surat Pencabutan SKT dan atau Surat Pencabutan SPPKP secara
jabatan untuk disampaikan kepada Wajib Pajak dan atau PKP.
c. Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan Pendaftaran NPWP.
Jangka Waktu Penyelesaian paling lama 1 (satu) hari kerja sejak
permohonan pendaftaran NPWP diterima secara lengkap atau 1 (satu)
hari kerja sejak informasi pendaftaran melalui sistem e-Registration
diterima Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sepanjang permohonan
pendaftaran NPWP diisi secara lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
12. Tatacara Penghapusan NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan karena dalam hal sebagai berikut (Waluyo,
2010: 28):
a. Wajib Pajak Orang Pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan
warisan.
b. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.
c. Warisan belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subyek Pajak sudah
selesai dibagi. Namun, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan
warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak dalam kedudukannya sebagai subjek pajak menggunakan NPWP
dari orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut dan diwakili
oleh (Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2011): (a) salah seorang
ahli waris; (b) pelaksana wasiat; atau (c) pihak yang mengurus harta
peninggalan.
d. Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. BUT (Bentuk Usaha Tetap) yang karena suatu hal kehilangan statusnya
sebagai Bentuk Usaha Tetap.
f. Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi
untuk dapat digolongkan sebagai Wajib Pajak.
Penghapusan NPWP ini dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi,
kecuali dari hasil pemeriksaan pajak diketahui adanya utang pajak yang
tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena: (a) Wajib Pajak Orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pribadi telah meninggal dunia tanpa meninggalkan harta warisan dan tidak
mempunyai ahli waris; (b) Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan
lagi; (c) Sebab lain sesuai dengan hasil pemeriksaan.
15. SPN (Sensus Pajak Nasional)
Berdasarkan website www.pajak.go.id, Sensus Pajak Nasional adalah
kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka
memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak (orang pribadi
atau badan) diseluruh wilayah Indonesia yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
Tujuan SPN adalah: (a) Perluasan basis pajak; (b) Peningkatan
penerimaan pajak; (c) Peningkatan jumlah penerimaan SPT Tahunan PPh;
(d) Pemutakhiran data Wajib Pajak. Sedangkan sasaran SPN adalah:
a. Belum ber-NPWP, diberikan NPWP.
b. Belum bayar pajak, agar membayar pajak.
c. Belum menyampaikan SPT, agar menyampaikan SPT.
d. Memiliki utang pajak, agar melunasinya.
e. Belum optimal membayar pajak, agar membayar pajak sesuai dengan
ketentuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Boyolali dan pengamatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
dapat diketahui bahwa:
5. KPP Pratama Boyolali mengetahui Wajib Pajak yang memiliki NPWP
Ganda dari:
a. Pengajuan Wajib Pajak.
Wajib Pajak datang ke KPP Pratama untuk mengajukan Surat
Permohonan Penghapusan NPWP Ganda untuk ditindaklanjuti, dengan
membawa kartu NPWP asli yang diajukan untuk dihapus, serta mengisi
formulir yang telah disediakan KPP Pratama Boyolali.
b. Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan.
Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan menelusuri Wajib Pajak
yang diindikasikan memiliki NPWP Ganda. Direktorat Teknologi
Informasi Perpajakan mengirimkan surat pemberitahuan dan lampiran
nama-nama Wajib Pajak yang diindikasikan memiliki NPWP Ganda,
untuk ditindaklanjuti KPP Pratama selama jangka waktu tertentu sesuai
keputusan Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan, biasanya adalah
14 hari.
Penyebab Wajib Pajak memiliki NPWP Ganda di KPP Boyolali karena:
a. Ketidaktahuan Wajib Pajak tentang peraturan perpajakan yang berlaku
membuat masalah NPWP Ganda, mengingat peraturan perpajakan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
selalu berubah yang tidak dapat diprediksi, mengikuti kondisi keadaan
politik maupun ekonomi di suatu Negara ataupun ekonomi dunia.
b. Kelemahan sistem perpajakan yang digunakan di seluruh Indonesia
tidak dapat mendeteksi adanya Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP
kecuali apabila Wajib Pajak mengatakan kepada Petugas Pajak bahwa
Wajib Pajak tersebut telah memiliki NPWP.
6. Dampak yang diakibatkan adanya NPWP Ganda bagi KPP Pratama
Boyolali dan bagi Wajib Pajak.
a. Dampak adanya NPWP Ganda bagi Wajib Pajak:
1. Kesulitan dalam mengurus administrasi perpajakannya.
2. Kesulitan dalam pembayaran dan pelaporan pajak yang terutang.
3. Wajib Pajak harus melaporkan pajak-pajak yang terutang akibat
adanya NPWP tersebut walaupun pajaknya Nihil.
4. Adanya denda bagi NPWP yang tidak melapor atas kewajiban
perpajakannya.
b. Dampak NPWP Ganda bagi KPP Pratama Boyolali:
1. Adanya keraguan atas identitas diri Wajib Pajak tersebut.
2. Berkurangnya tingkat kepatuhan KPP Pratama Boyolali terhadap
Direktorat Jenderal Pajak diakibatkan karena menurunya tingkat
kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan pajak atas NPWP yang
dimiliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
7. Cara penanganan NPWP Ganda di KPP Pratama Boyolali.
Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor
SE-69/PJ/2011 serta dalam rangka mendukung pelaksanaan Sensus
Perpajakan Nasional sebagaimana diatur dalam PER-30/PJ/2011, Direktorat
Teknologi Informasi Perpajakan melakukan identifikasi kepada seluruh
KPP di Republik Indonesia untuk mengidentifikasi adanya Wajib Pajak
yang diprediksi memiliki NPWP Ganda.
Menurut Surat Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan Nomor
S-1810/PJ.10/2011 tanggal 20 Desember 2011 sehubungan dengan
banyaknya surat dan pertanyaan mengenai pembenahan data Master File
Nasional (MFN), terdapat beberapa kriteria NPWP Ganda. Dalam
penelitian ini penulis akan membahas mengenai satu Wajib Pajak memiliki
2 atau lebih NPWP yang berbeda. Penanganannya mengacu pada PER-
44/PJ/2008 adalah sebagai berikut:
1. Pengajuan Penghapusan NPWP oleh Wajib Pajak.
Pengajuan penghapusan NPWP oleh Wajib Pajak dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Wajib Pajak datang ke KPP Pratama untuk mengajukan
permohonan penghapusan NPWP dan mengisi formulir pernyataan
sesuai yang dibuat oleh KPP Pratama dengan membawa NPWP
yang akan diusulkan untuk dihapus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
b. Surat penghapusan diterima oleh Petugas TPT KPP Pratama untuk
direkam pada LPAD (Lembar Pengawasan Arus Dokumen) sebagai
surat lain dari Wajib pajak.
c. LPAD akan dipisah berdasarkan Account Representative yang
bertanggungjawab atas Wajib Pajak tersebut.
d. Account Representative mengusulkan pemeriksaan untuk
melakukan penelitian terhadap Wajib Pajak terkait kewajiban atas
NPWP tersebut.
e. Seksi Pemeriksaan akan mengirimkan usulan penelitian Wajib pajak
tersebut kepada Kanwil Direktorat Jenderal Pajak setempat.
f. Setelah mendapat jawaban dan ditanggapi oleh Kanwil Direktorat
Jenderal Pajak setempat terkait usulan penelitian tersebut, barulah
KPP Pratama melalui Account Representative melakukan penelitian
kepada Wajib Pajak terkait kewajiban perpajakannya meliputi
tempat tinggal, tempat bekerja Wajib Pajak, Gambaran Kegiatan
Usaha/Penghasilan, Data Peredaran Usaha/Penghasilan, Daftar
Harta Wajib Pajak dan Dokumen pendukung lain yang berkaitan
dengan kewajiban perpajakan terkait NPWP tersebut.
g. Account Representative membuat Laporan hasil penelitian untuk
dikonfirmasi kepada Wajib pajak terkait hasil penelitian dan
jawaban atas pengajuan Penghapusan NPWP Wajib Pajak tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan.
Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan melakukan penelitian
terhadap Wajib Pajak yang diindikasikan memiliki NPWP Ganda,
kemudian mengirimkan Surat dan lampiran kepada KPP Wajib Pajak
tersebut. Berdasarkan surat penelitian yang telah dilakukan oleh
Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan, KPP Pratama akan
menindaklanjuti dengan cara:
a. Lampiran Surat Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan
mengenai Daftar Wajib Pajak yang memiliki NPWP Ganda, akan
dipisah berdasarkan pengawasan Account Representative Wajib
Pajak yang bersangkutan.
b. Account Representative akan melakukan verifikasi kepada Wajib
Pajak terkait NPWP yang dimiliki meliputi tempat tinggal,
pekerjaan dan kegiatan usaha yang dilakukan Wajib Pajak apabila
memiliki usaha diluar pekerjaan tetapnya.
c. Berdasarkan verifikasi lapangan yang telah dilakukan oleh Account
Representative, KPP Pratama mengirimkan surat Klarifikasi NPWP
Ganda kepada Wajib Pajak melalui Pos untuk ditindaklanjuti.
Dalam surat ini, berisi:
NPWP Ganda yang telah ditemukan dan NPWP mana yang akan
dihapus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pernyataan Wajib Pajak dimohon memberikan klarifikasi
kepada KPP dalam jangka waktu 7 hari sejak diterimanya surat
tersebut.
Contacs Person Account Representative yang bertanggungjawab
atas Wajib Pajak tersebut apabila terdapat kesulitan dan
memerlukan bantuan dalam rangka memenuhi kewajiban
perpajakannya.
d. Wajib Pajak menjawab surat klarifikasi NPWP Ganda.
e. KPP Pratama akan menghapuskan NPWP yang telah diusulkan
statusnya menjadi Delete (DE) pada Master File Nasional (MFN)
dan Master File Lokal (MFL) dengan syarat tidak ada tunggakan
data pelaporan SPT Tahunan tahun pajak sebelumnya, data SPT
Masa PPN, PPh pasal 21/22/23/24/4 (2) tahun pajak sebelumnya,
data MPN tahun sebelumnya.
3. Jangka Waktu Penyelesaian
Peraturan penghapusan NPWP bagi Wajib Pajak yang memiliki NPWP
Ganda mengacu pada PER-160/PJ/2007 pada pasal 13 ayat (3) yang
menyebutkan bahwa apabila selama 2 bulan telah lewat, Direktur
Jenderal Pajak tidak memberi keputusan, maka permohonan pencabutan
pengukuhan PKP dianggap dikabulkan dan Surat Pencabutan
Pengukuhan PKP harus diterbitkan paling lama satu bulan setelah
jangka waktu tersebut berakhir. Namun, apabila Direktorat Jenderal
Pajak menanggapi, maka setelah melakukan pemeriksaan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
memberikan keputusan atas permohonan penghapusan NPWP dalam
jangka waktu 6 bulan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi atau 12 bulan
untuk Wajib Pajak Badan sejak tanggal permohonan diterima secara
lengkap, sesuai dengan pasal 2 ayat (7) UU KUP No.16 tahun 2009.
Apabila dalam kasus ini NPWP Ganda tidak dapat dihapus
statusnya menjadi Delete (DE) di database, maka KPP Pratama akan
melakukan penanganan dengan cara menonaktifkan salah satu NPWP
Wajib Pajak tersebut, sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor: SE - 89/PJ/2009:
a. Pengertian Wajib Pajak Non Efektif
Wajib Pajak Non Efektif atau disingkat dengan WP NE adalah Wajib
Pajak yang tidak melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya baik
berupa pembayaran maupun penyampaian Surat Pemberitahuan Masa
(SPT Masa) dan atau Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang nantinya dapat diaktifkan kembali.
b. Kriteria Wajib Pajak NE
Wajib Pajak dinyatakan sebagai WP NE apabila memenuhi salah satu
kriteria sebagai berikut:
1. Selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak pernah melakukan
pemenuhan kewajiban perpajakan baik berupa pembayaran pajak
maupun penyampaian SPT Masa dan/atau SPT Tahunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Tidak diketahui/ditemukan lagi alamatnya.
3. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia tetapi belum
diterima pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli warisnya atau
belum mengajukan penghapusan NPWP.
4. Secara nyata tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha.
5. Bendahara tidak melakukan pembayaran lagi.
6. Wajib Pajak badan yang telah bubar tetapi belum ada Akte
Pembubarannya atau belum ada penyelesaian likuidasi (bagi badan
yang sudah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang).
7. Wajib Pajak orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada atau
bekerja di luar negeri lebih dari 183 dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan.
c. Penanganan WP NE
Tatacara penanganan WP NE sesuai dengan SE-89/PJ/2009 adalah
sebagai berikut:
1. Wajib Pajak yang 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak pernah
melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan, tidak ditemukan
alamatnya, Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia
tetapi belum diterima pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli
warisnya atau belum mengajukan penghapusan NPWP, secara nyata
tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha, diusulkan sebagai WP
NE secara jabatan oleh Account Representative.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Wajib Pajak yang secara nyata tidak menunjukkan adanya kegiatan
usaha, bendahara tidak melakukan pembayaran lagi, Wajib Pajak
badan yang telah bubar tetapi belum ada Akte Pembubarannya atau
belum ada penyelesaian likuidasi, Wajib Pajak orang pribadi yang
bertempat tinggal atau berada atau bekerja di luar negeri lebih dari
183 dalam 12 (dua belas) bulan mengajukan permohonan sebagai
Wajib Pajak NE ke KPP, dengan melampirkan:
a. Surat pernyataan sudah tidak lagi melakukan kegiatan usaha,
bagi Wajib Pajak secara nyata tidak menunjukkan adanya
kegiatan usaha dengan menggunakan formulir yang telah
disediakan.
b. Surat pernyataan sudah tidak melakukan pembayaran, bagi
bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi, dengan
menggunakan formulir yang telah disediakan.
c. Surat keterangan dalam proses pembubaran atau likuidasi dari
Notaris, bagi Wajib Pajak badan yang telah bubar tetapi belum
ada Akte Pembubarannya atau belum ada penyelesaian
likuidasinya.
d. Fotokopi paspor dan kontrak kerja atau dokumen yang
menyatakan bahwa Wajib Pajak berada di luar negeri lebih dari
183 hari dalam 12 bulan, bagi Wajib Pajak orang pribadi yang
bertempat tinggal atau berada atau bekerja di luar negeri lebih
dari 183 dalam 12 bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Jangka Waktu Penyelesaian
Permohonan perubahan status diselesaikan dalam jangka waktu 10
(sepuluh) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. Bagi
Wajib Pajak yang telah mendapatkan label “NE (Non Efektif)” tetap
tercantum dalam Master File Wajib Pajak dengan ketentuan sebagai
berikut: (a) tidak diterbitkan Surat Teguran walaupun Wajib Pajak tidak
menyampaikan SPT Masa atau SPT Tahunan; (b) tidak turut diawasi
pembayaran masa/bulanannya dan tidak diterbitkan STP atas sanksi
administrasi karena tidak menyampaikan SPT.
Pengaktifan kembali WP NE
Wajib Pajak Non Efektif berubah menjadi Wajib Pajak efektif apabila
menyampaikan SPT Masa atau SPT Tahunan, melakukan pembayaran
pajak, diketahui adanya kegiatan usaha dari Wajib Pajak, diketahui
alamat Wajib Pajak, mengajukan permohonan untuk diaktifkan
kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
4. EVALUASI EFEKTIVITAS PENANGANAN NPWP GANDA
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, dapat
disimpulkan bahwa KPP Pratama Boyolali telah melakukan penanganan
NPWP Ganda sesuai dengan peraturan yang berlaku mengingat
penanganannya sudah berdasarkan Keputusan Pemerintah atau Surat
Edaran atau Peraturan Pemerintah terbaru. Jumlah Wajib Pajak KPP
Pratama Boyolali selama tahun 2009-2011 sebagai berikut:
Tabel III.1
Tingkat kepatuhan dan Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Boyolali Tahun
2009-2012
Tahun
Jumlah Wajib Pajak Jumlah SPT
yang diterima
KPP
Tingkat
kepatuhan
(%) Orang
Pribadi Badan
2009 24.151 1.478 16.209 63,24
2010 27.003 1.640 26.498 92,51
2011 46.832 1.900 31.352 66,95
Sampai
31 Maret 2012 43.952 1.649 19.736 43,28
Sumber: Seksi Pelayanan KPP Pratama Boyolali
Tingkat efektifitas dapat diketahui dengan rumus (Abdul Halim, 2004: 97):
Tingkat Efektifitas = (Realisasi: Potensi) x 100%
= (256: 700) x 100%
= 36,57 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa antara tahun 2010
sampai dengan tahun 2011 terjadi kenaikan jumlah Wajib Pajak 73,43%.
Sedangkan NPWP Ganda di KPP Pratama Boyolali sesuai yang diutarakan
oleh Seksi Pelayanan dan Seksi PDI:
“Sampai dengan akhir Maret 2012 masih terdapat lebih dari 700
Wajib Pajak yang memiliki NPWP Ganda, baik pengajuan dari Wajib
Pajak maupun penelitian dari Direktorat Teknologi Informasi
Perpajakan yang menjadi Pekerjaan Rumah bagi instansi kami”.
Hasil yang dicapai KPP Pratama Boyolali dalam melakukan
penanganan NPWP Ganda sampai dengan akhir bulan Maret 2012 adalah
256 Wajib Pajak sesuai dengan perhitungan secara fisik arsip Wajib Pajak
yang memiliki NPWP Ganda di KPP Pratama Boyolali yang dilakukan
penulis. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa penanganan NPWP
Ganda di KPP Pratama Boyolali masih kurang efektif. Sesuai wawancara
langsung yang diutarakan oleh Account Representative dan Seksi Pelayanan
di KPP Pratama Boyolali:
“Masih banyak terjadi kendala dan masalah yang ditemui dalam
penanganan NPWP Ganda ini, contohnya masalah pengajuan
pemeriksaan yang sering tertahan di Kanwil, kelemahan sistem yang
dipakai DJP, kemudian NPWP Ganda yang tidak bisa langsung
dihapuskan jadi cuma di nonefektifkan aja dari KPP sini”.
Berdasarkan penelitian, pengamatan, dan wawancara tersebut dapat
diketahui masalah yang masih ditemui, diantaranya adalah:
1. Waktu yang telah dijanjikan Pemerintah ternyata tidak sesuai dengan
pelaksanaannya. Pada kenyataannya pemeriksaan yang akan dilakukan
Account Representative tidak dijawab atau direspon oleh Kanwil selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
lebih dari 2 bulan sejak permohonan dan Surat Pencabutan Pengukuhan
PKP diterbitkan. Apabila waktu permohonan penghapusan NPWP
dikabulkan kurang dari 2 bulan kemudian dilakukan pemeriksaan,
Wajib Pajak harus menunggu 6 bulan bahkan 1 tahun, sehingga dalam
jangka waktu tersebut Wajib Pajak yang tidak mengerti aturan
perpajakan menjadi ragu-ragu dan bingung akan administrasi
perpajakannya yang menimbulkan Wajib Pajak menerbitkan NPWP lagi
dan tidak melaporkan NPWP yang lamanya, atau bahkan Wajib Pajak
tidak membayarkan kewajiban perpajakannya sampai terbit Surat
Teguran Pajak.
2. Karena penyelesaian waktu yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan,
Wajib Pajak mendaftar NPWP lagi, sehingga timbul masalah NPWP
Ganda lagi, dan penghapusan NPWP Ganda menjadi tidak efektif.
3. Ketidakpercayaan Wajib Pajak terhadap pemerintah karena hak Wajib
Pajak dalam memperoleh fasilitas dan pelayanan sesuai yang dijanjikan
pemerintah tidak terbukti.
4. Kelemahan sistem Perpajakan dan database perpajakan yang dipakai di
seluruh Indonesia tidak segera diperbaiki sehingga NPWP Ganda
menjadi masalah melekat yang tidak terselesaikan.
5. Kesadaran Wajib Pajak untuk peduli pajak masih sangat kurang,
terbukti dengan banyaknya Wajib Pajak yang memiliki NPWP Ganda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB III
TEMUAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap data dari KPP Pratama Boyolali yang
telah dibahas penulis pada bab sebelumnya, terdapat beberapa temuan yang dapat
dikemukakan, sebagai berikut:
3.1 KELEBIHAN
Setelah penulis melakukan penelitian mengenai evaluasi penanganan NPWP
Ganda pada KPP Pratama Boyolali, penulis menemukan kelebihan sebagai
berikut:
1. KPP Pratama Boyolali telah melakukan penanganan NPWP Ganda sesuai
dengan peraturan yang berlaku mengingat penanganannya berdasarkan
Keputusan Pemerintah atau Surat Edaran atau Peraturan Pemerintah
terbaru.
2. KPP Pratama Boyolali sudah memaksimalkan fungsi Account
Representative dalam penanganan NPWP Ganda, dilihat dari penanganan
NPWP Ganda selalu berhubungan langsung dengan Account Representative
Wajib Pajak yang bersangkutan. Jadi Wajib Pajak yang bersangkutan lebih
diawasi dan mendapat pelayanan langsung yang maksimal dari KPP
Pratama Boyolali melaui Account Representative tersebut.
3. Wajib Pajak dapat konsultasi secara langsung kepada Account
Representative dalam hal kewajiban perpajakan Wajib Pajak tersebut,
sehingga dalam jangka waktu penanganan NPWP Ganda tidak putus
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
komunikasi antara Wajib Pajak dan KPP Pratama Boyolali bagi Wajib
Pajak yang tidak mengetahui tentang perpajakan yang berlaku.
3.2 KELEMAHAN
Selain kelebihan di KPP Pratama Boyolali terhadap evaluasi penanganan
NPWP Ganda, terdapat kelemahan yang ditemui, yaitu:
1. KPP Pratama tidak melakukan perekaman NPWP Ganda baik yang
diajukan oleh Wajib Pajak maupun penelitian dari Direktorat Teknologi
Informasi Perpajakan, sehingga satu Wajib Pajak dapat mengajukan NPWP
Ganda lebih dari satu kali, Wajib Pajak yang telah diajukan ke Kanwil DJP
sudah dijawab lebih dari jangka waktu yang telah ditetapkan tidak segera
ditanggapi karena hanya diarsipkan sebagai NPWP Ganda Wajib Pajak
tersebut.
2. Karena penyelesaian waktu yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan,
Wajib Pajak mendaftar NPWP lagi, sehingga timbul masalah NPWP Ganda
lagi, dan penghapusan NPWP Ganda menjadi tidak efektif.
3. Kelemahan sistem Perpajakan dan database perpajakan yang dipakai di
seluruh Indonesia tidak segera diperbaiki sehingga NPWP Ganda menjadi
masalah yang melekat yang tidak terselesaikan.
4. Kesadaran Wajib Pajak untuk peduli pajak masih sangat kurang terbukti
dengan banyaknya Wajib Pajak yang memiliki NPWP Ganda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan oleh
penulis dalam bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa:
1. KPP Pratama Boyolali mengetahui Wajib Pajak yang memiliki NPWP Ganda
dari pengajuan oleh Wajib Pajak dan Penelitian Direktorat Teknologi
Informasi Perpajakan.
2. Adanya NPWP Ganda mengakibatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada
KPP Pratama Boyolali menjadi menurun, sedangkan Wajib pajak
dibingungkan adanya NPWP Ganda dan harus melaporkan semua NPWP
yang dimiliki.
3. KPP Pratama Boyolali telah melakukan penanganan NPWP Ganda sesuai
peraturan terbaru, tetapi dalam penanganannya masih terdapat masalah yang
menjadikan penanganan NPWP Ganda kurang efektif dan efisien waktu.
B. SARAN
Saran yang direkomendasikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Merekam adanya NPWP Ganda baik yang telah diajukan Wajib Pajak
maupun Penelitian dari Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan.
2. Petugas KPP selalu menanyakan setiap Wajib Pajak yang akan mengajukan
permohonan penerbitan NPWP, Wajib Pajak tersebut telah memiliki NPWP
atau belum.
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
3. Account Representative memberikan sosialisasi kepada Wajib Pajak terkait
alur penanganan NPWP Ganda tersebut dan memberi solusi sementara
selama jangka waktu penanganan NPWP Ganda tersebut, apa yang harus
dilakukan Wajib Pajak terkait perpajakannya untuk menimpulkan kesan
positif kepada Wajib Pajak.
4. Adanya ketegasan peraturan apabila jangka waktu yang telah ditetapkan
pemerintah dilanggar oleh KPP, supaya sistem perpajakan tidak terkesan
memihak.
5. Kepada Pemerintah untuk segera memperbaiki sistem database perpajakan
yang dipakai untuk meminimalisir masalah NPWP Ganda.