EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …
Transcript of EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN TENTANG PHBS DALAM TATANAN RUMAH TANGGA DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR TAHUN 2013
Anita Pebrina, Wiku Bakti Bawono Adisasmito
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Abstrak
Skripsi ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program promosi kesehatan tentang PHBS tatanan rumah tangga di Jakarta Timur (2013) dengan pendekatan kualitatif. Pelitian dilakukan pada tiga stakeholder kunci (Dinkes Provinsi DKI Jakarta: regulator, Sudinkes Jakarta Timur: auditor, dan Puskesmas Kecamatan Jatinegara: purposive operator sampling). Dilihat dari aspek input, hasil penelitian menunjukkan terjadinya kekurangan SDM dan dana. Dari aspek proses. peneltian menunjukkan bahwa proses perencanaan belum ditunjang optimalisasi kecepatan dan ketepatan data serta analisis situasi. Selain itu, penggerakan program yang tidak sesuai dengan rencana dan lemahnya monitoring menyebabkan pencapaian program (Jakarta Timur: 55,6%, Kecamatan Jatinegara: 41%) tidak mencapai target (65% tahun 2010).
Kata Kunci : evaluasi, promosi kesehatan, PHBS, stakholder kunci, input, proses, output
Evaluation of Health Promotion Program About PHBS in Household Level in Domestic of East Jakarta in 2013
Abstract
This study aims to evaluate the implementation of health promotion program about PHBS in household level at East Jakarta (2013) with a qualitative approach. It was conducted on the three key stakeholders (Dinkes Provinsi DKI Jakarta: regulator, East Jakarta’s Sudinkes: auditor, and Puskesmas of Jatinegara District: purposive operator sampling). From the input aspect, the results showed there are lack of human resources and funding. From the process aspect, the research shows that the planning process has not been supported by optimization of speed and data accuracy and analysis of the situation. Moreover, mobilization program in accordance with the plans and weak monitoring program led to the achievment of the program (East Jakarta: 55,6%, Jatinegara Distric: 41%) was not on target (65% in 2010)
Key Word: evaluation, health promotion, PHBS, key stakeholder, input, process, output
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Pendahuluan
WHO mencatat bahwa sepanjang tahun 2012, 8,6 juta orang di dunia
menderita tuberkulosis dan 1,3 juta di antaranya meninggal dunia. 207 orang di
dunia menderita malaria dan 627.000 di antaranya meninggal dunia. 1000 wanita
di dunia meninggal di setiap harinya karena hamil dan melahirkan. Selanjutnya, 3
juta bayi di dunia meninggal di bulan pertama kehidupannya. 1 dari 6 anak di
dunia menderita berat badan kurang dan 17.000 balita di dunia meninggal di
setiap harinya. Adapun 75 juta orang di dunia mengidap HIV dan 36 juta di
antaranya meninggal dunia.
Sedangkan di Indonesia, dilaporkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI)
pada tahun 2004 ialah 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI,
2007). Sementara, sasaran strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
adalah 118/100.000 kelahiran hidup dan target MDGs adalah 102/100.000
kelahiran hidup. Selain itu, kematian bayi masih menunjukkan angka 34/1.000
kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Padahal, angka yang seharusnya
dicapai berdasarkan sasaran strategis Kementerian Kesehatan RI adalah 24 per
1.000 kelahiran hidup dan target MDGs adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup.
Beberapa penyakit menular terutama HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria
masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar (Kementerian Kesehatan RI,
2011). Profil Kesehatan menjabarkan bahwa Pengidap HIV positif meningkat dari
23 kasus pada tahun 1991 menjadi 680 kasus pada tahun 1999. Angka kejadian
AIDS meningkat dari 24 kasus pada tahun 1991 menjadi 253 kasus pada tahun
1999. Prevalensi penyakit tuberkulosis juga dilaporkan terus meningkat dari 24
per 10.000 penduduk pada tahun 1997. Peningkatan angka parasite rate malaria
pun dilaporkan terus mengalami peningkatan dari persentase sebesar 4,78% pada
tahun 1998.
Di samping itu, hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa cakupan
dari Universal Child Immunization (UCI) masih belum tercapai. Hal ini sudah
tentu akan berdampak pada serangan berbagai penyakit yang sebenarnya dapat
dicegah dengan imunisasi. Di sisi lain, penyakit menular seperti filariasis, kusta,
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
dan frambusia menunjukkan kecenderungan untuk meningkat kembali. Sementara
itu, prevalensi penyakit-penyakit tidak menular seperti halnya hipertensi, obesitas,
diabetes mellitus, dan kardiovaskular juga dilaporkan cenderung meningkat serta
menunjukkan potensi yang semakin besar sebagai penyebab kematian (Riskesdas,
2007). Profil Kesehatan (1999) melaporkan bahwa penyakit diabetes mellitus
meningkat dari 1,0% pada tahun 1990 menjadi 1,2% pada tahun 1995, sedangkan
2,1% penyakit kardiovaskuler pada tahun 1990 meningkat menjadi 3,5% pada
tahun 1995. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan juga dilaporkan
mengalami penurunan. Status gizi ibu hamil, bayi, dan anak balita pun perlu
ditingkatkan karena masih tingginya persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
dengan 11,1% dan tingginya prevalensi anak balita kerdil dengan 35,7% akibat
kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama (Riskesdas, 2010).
Optimal atau tidaknya derajat kesehatan masyarakat pada hakikatnya
dipengaruhi oleh berbagai kondisi, di antaranya lingkungan, perilaku masyarakat,
pelayanan kesehatan, dan genetika. Selanjutnya, HL. Blum dalam Notoatmodjo
(1997) berpendapat bahwa selain lingkungan, determinan utama derajat kesehatan
masyarakat adalah perilaku masyarakat itu sendiri (Kementerian Kesehatan RI,
2011). Namun, hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa persentse rumah
tangga yang telah mempraktikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baru
mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun
2010-2014 mencantumkan target 70% rumah tangga dengan PHBS di tahun 2014.
Sebagai Ibukota RI, Provinsi DKI Jakarta dengan luas wilayah 662,33 km2
(SK Gubernur No. 171/2007), jumlah penduduk 9.991.788 jiwa, dan kepadatan
penduduk sebesar 15,86 juta per km2 pada tahun 2012 telah ditetapkan menjadi
provinsi prioritas dalam pembangunan kesehatan. Dengan demikian, capaian
pelaksanaan upaya kesehatan di Provinsi DKI Jakarta merupakan barometer
nasional dalam hal kualitas pembangunan kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta, 2013). Untuk program promosi kesehatan, pencapaian Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2012 ialah sebesar 68,2% rumah tangga yang telah
mempraktikan PHBS. Dalam rincian pencapaian tersebut, masih ditemukan
beberapa kab/kota dengan persentase capaian program di bawah target nasional di
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
tahun 2010, yakni sebesar 65% rumah tangga telah mempraktikkan PBHS. Jakarta
Utara dengan 62,7%, Jakarta Timur dengan 53,3%, dan Kabupaten Kepualauan
Seribu dengan 37,6% adalah kab/kota yang dimaksud. Secara lebih jelas, data
mengenai capaian program per kab/kota disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga yang Dipantau dan Ber-PHBS Menurut
Kabupate/Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012
No. Kabupaten/Kota Rumah Tangga Dipantau Ber-PHBS Persentase (%)
1. Jakarta Pusat 221.850 182.955 82,5 2. Jakarta Utara 263.040 164.911 62,7 3. Jakarta Barat 177.044 117.795 66,5 4. Jakarta Selatan 292.871 199.003 67,9 5. Jakarta Timur 92.537 49.343 53,3 6. Kepulauan Seribu 545 205 37,6
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (2012)
Untuk ketiga kab/kota yang telah disebutkan, pencapaian program tersebut
sudah barang tentu menuntut peningkatan kinerja yang luar biasa dalam
pembinaan PHBS. Terlebih, Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan angka
70% untuk rumah tangga ber-PHBS sebagai target program yang harus dicapai
pada tahun 2014 (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Agar dapat mencapai target
tersebut, diperlukan upaya-upaya pengembangan program promosi kesehatan
untuk pembinaan PHBS dengan pendekatan yang paripurna dan komprehensif.
Adapun upaya-upaya tersebut dapat didukung dengan pelaksanaan evaluasi
program di mana menurut WHO (1990) evaluasi merupakan cara sistematis untuk
mempelajari sesuatu berdasarkan pengalaman dan mempergunakan teori yang
dipelajari untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta
meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk
kegiatan di masa mendatang.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Tinjauan Teoritis
Menurut WHO (1990), definisi evaluasi adalah cara-cara sistematis untuk
mempelajari sesuatu berdasarkan pengalaman dan mempergunakan teori yang
telah dipelajari untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta
meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk
kegiatan di masa yang akan datang. Tujuan dilakukannya evaluasi program ialah
untuk mendapatkan sejumlah informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh
Ralp Tyler (1950) dalam Suharsimi (2007), Cronbach (1993), dan Stufflebeam
(1971). Ralp Tyler (1950) menyatakan bahwa evaluasi program merupakan proses
untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasi. Cronbach
(1963) dan Stufflebeam (1971) menyatakan bahwa evaluasi program merupakan
bentuk upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pihak pengambil
keputusan. Setelah objek-objek evaluasi diketahui secara pasti, selanjutnya harus
ditentukan aspek-aspek dari objek yang akan dievaluasi. Stake (1967), Stuffebeam
(1959), dan Alkin (1969) dalam Suharsimi (2007) mengemukakan bahwa evaluasi
berfokus di empat aspek atau dimensi utama, yaitu konteks, masukan (input),
proses implementasi, dan juga produk.
Promosi kesehatan merupakan proses untuk menjadikan seseorang mampu
meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan dirinya. Senada dengan definisi
tersebut, Piagam Ottawwa menjelaskan bahwa promosi kesehatan merupakan
suatu proses untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengendalikan
kesehatannya. Adapun untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok
harus mampu mengidentifikasi, menyadari aspirasi, memenuhi kebutuhan, dan
merubah atau mengendalikan lingkungan (WHO, 1984).
Visi promosi kesehatan tahun 2013 ialah masyarakat mampu memelihara
dan meningkatkan kesadarannya, sehingga mereka dapat hidup sehat, produktif,
bahagia, dan juga sejahtera. Untuk dapat mencapai visi tersebut, diciptakan misi
advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur,
2013). Untuk dapat melaksanakan misi tersebut, maka dibuatlah strategi berupa
kegiatan-kegiatan promosi kesehatan yang dititikberatkan pada PHBS sebagai
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
program prioritas yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (dahulu
Departemen Kesehatan) Republik Indonesia sejak tahun 1996. Adapun kegiatan-
kegiatan tersebut antara lain promosi kesehatan melalui media cetak, promosi
kesehatan melalui pertemuan, promosi kesehatan melalui media elektronik, dan
promosi kesehatan melalui pameran pembangunan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Timur, 2013).
PHBS adalah upaya memberikan pengalaman berlajar bagi perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur-jalur komunikasi,
memberikan informasi, serta melakukan edukasi guna meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina sosial (social support), dan
gerakan masyarakat (empowerment), sehingga cara-cara hidup sehat dalam rangka
menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakatdapat diterapkan
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Telah disepakati adanya lima
tatanan masyarakat, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan,
tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, dan tatanan fasilitas kesehatan. Akan
tetapi, untuk dapat melihat keberhasilan dari pembinaan PHBS, praktik PHBS
yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Terdapat sepuluh
indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga telah mempraktikkan
PHBS. Kesepuluh indikator tersebut merupakan sebagian dari seluruh perilaku
yang harus dipraktikkan dalam rumah tangga yang dipilih karena dianggap
mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku (Kementerian Kesehatan
RI, 2011).
Berdasarkan rapat koordinasi promosi kesehatan tingkat nasional pada
tahun 2007, indikator PHBS rumah tangga diubah kembali menjadi:
1. Rumah tangga dengan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Rumah tangga dengan bayi 0-6 bulan yang diberi ASI sejak lahir sampai
usia 6 bulan (ASI ekslusif)
3. Rumah tangga dengan balita yang ditimbang setiap bulan
4. Rumah tangga dengan penggunaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari
5. Rumah tangga dengan penggunaan jamban sehat
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
6. Rumah tangga dengan perilaku cuci tangan menggunakan air bersih dan
sabun
7. Rumah tangga dengan upaya pemberantasan jentik nyamuk sekali dalam
seminggu
8. Rumah tangga dengan konsumsi buah dan sayur setiap hari
9. Rumah tangga dengan aktivitas fisik setiap hari
10. Rumah tangga tanpa perilaku merokok di dalam rumah
Masyarakat berada di berbagai tatanan sosial dengan berbagai jenis peran
yang ada. Dengan demikian, di masing-masing tatanan ditentukan tiga kelompok
besar sasaran pembinaan PHBS, yaitu sasaran primer, sasaran sekunder, dan
sasaran tersier. Sasaran primer merupakan sasaran langsung yang terdiri dari
individu anggota masyarakat, kelompok-kelompok dalam masyarakat, dan juga
masyarakat secara keseluruhan yang diharapkan dapat mempraktikkan PHBS.
Sasaran sekunder adalah mereka yang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer
dalam pengambilan keputusan untuk mulai mempraktikkan PHBS, termasuk di
antaranya para pemuka atau tokoh masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Metode Penelitian
Pendekatan kualitatif digunakan untuk melakukan penelitian karena sesuai
dengan tujuan pelaksanaan evaluasi program. Urgensi pendekatan ini ialah untuk
mendapatkan deskripsi detail tentang implementasi program berdasarkan sudut
pandang sistem (input-activities-output). Selanjutnya, dalam rangka mengkaji,
menganalisis, dan juga menjawab pertanyaan penelitian hingga sampai pada satu
kesimpulan yang utuh, digunakan pendekatan metode deskriptif eksploratif dan
developmental dengan ciri standar baku sebagai pembanding serta metode actual
versus planed performance comparisons dengan ciri perencanaan awal sebagai
pembanding.
Informan-informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
dua prinsip dasar pengambilan sampel dalam pendekatan kualitatif, yaitu prinsip
kesesuaian dan juga prinsip kecukupan. Adapun dalam lingkup penelitian ini, para
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
informan yang turut dilibatkan mencakup SDM yang berperan sebagai regulator,
auditor, dan juga operator dalam proses pelaksanaan program promosi kesehatan
tentang PHBS dalam tatanan rumah tangga di Kotamadya Jakarta Timur tahun
2013 dengan Puskesmas sampel yakni Puskesmas Kecamatan Jatinegara yang
ditentukan secara purposif berdasarkan capaian program di tahun sebelumnya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini, ialah data primer dan juga data
sekunder. Data primer merupakan setiap informasi yang diperoleh langsung dari
para informan penelitian melalui wawancara mendalam terkait variabel-variabel
yang diteiti. Sedangkan, data sekunder merupakan setiap informasi berupa data-
data dasar, dokumen perencanaan, pencatatan serta pelaporan milik instansi terkait
yang dikumpulkan dan diidentifikasi untuk kepentingan penelitian. Berdasarkan
pada desain penelitian yang telah ditentukan, pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan tiga metode, yaitu metode telaah dokumen, metode wawancara, dan
juga metode kepustakaan. Peneliti sebagai instrumen memiliki alat bantu yang
berupa lembar check list dengan jenis-jenis dokumen yang dibutuhkan untuk
ditelaah datanya. Selanjutnya, hasil dari telaah yang telah dilakukan dijadikan
sebagai dasar utama dalam penyusunan pedoman wawancara terstruktur sebagai
alat bantu berikutnya. Adapun pedoman wawancara tersebut berisikan pertanyaan
yang sesuai dengan fokus dan juga maksud penelitian. Selain itu, peneliti juga
menggunakan alat bantu perekam (tape recorder), alat-alat tulis serta lembar
matriks hasil wawancara mendalam untuk menjaga keakuratan hasil informasi
yang diperoleh.
Penelitian kualitatif ini melaksanakan tiga tahap pengolahan dan analisis
data, yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Sebagai langkah untuk menjamin kualitas data dalam penelitian ini, dilakukan uji
reabilitas dan validitas data dengan melakukan triangulasi sumber, triangulasi
data, dan juga triangulasi metode. Pengolahan dan analisis data dilakukan agar
didapatkan saran dan informasi yang berguna untuk penyelesaian masalah.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Hasil dan Pembahasan
Keluaran (Output) Program
Sesuai dengan ketetapan Kementerian Kesehatan, target nasional untuk
indikator tunggal dengan 10 kriteria di atas ialah 65% di tahun 2010 dan 70% di
tahun 2014. Telah dilakukan survei cepat (rapid survei) di Kotamadya Jakarta
Timur untuk mengumpulkan data mengenai capaian PHBS di 10 Kecamatan yang
masing-masing diwakili oleh 1 kelurahan. Setiap kelurahan ditentukan secara
purposif berdasarkan beberapa kriteria, yakni terdiri dari 2-3 Rukun Warga (RW)
dengan rerata 20 Rukun Tetangga (RT), terkecuali untuk 3 kelurahan yang di
dalam 1 RW terdapat lebih dari 20 RT. Kelurahan yang dimaksud antara lain
Kelurahan Cibubur (30 RT), Kelurahan Halim (21 RT), dan Kelurahan Bale
Kembang (21 RT).
Tabel 2. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Berdasarkan Kelurahan di
Kotamadya JakartaTimur Tahun 2013
No. Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
(KK)
Jumlah Rumah
Tangga Yang Dipantau
Jumlah Rumah Tangga
Ber-PHBS
Indikator (% Rumah
Tangga Ber-PHBS
Capaian (% Rumah
Tangga Ber-PHBS
1. Matraman 58.352 4.512 2.065 65% di tahun 2010
45.76 2. Pulo Gadung 70.505 2.987 1.985 66 3. Jatinegara 21.117 21.939 9.090 41 4. Duren Sawit 74.151 27.103 15.540 57 5. Makassar 10.169 10.169 4.633 45.56 6. Kramat Jati 87.766 11.131 6.420 58 7. Pasar Rebo 53.650 6.490 3.374 52 8. Ciracas 52.003 1.957 834 43 9. Cipayung 42.784 4.617 2257 48,88
10. Cakung 87.671 4.424 22257 51
Sumber: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur (2013)
Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata persentase rumah tangga ber-
PHBS di 10 Kelurahan sampel ialah sebesar 55,6%. Dengan persentase tersebut,
didapatkan gambaran bahwa Kota Administrasi Jakarta Timur belum berhasil
mencapai 65% target nasional untuk indikator tunggal persentase rumah tangga
ber-PHBS dengan 10 kriteria di tahun 2010. Padahal, menurut ketetapan Renstra
periode 2010- 2014 milik Kementerian Kesehatan RI, setiap kab/kota di 33
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
provinsi atau capaian setiap program prioritas kesehatan nasional yang seharusnya
di Indonesia diharapkan dapat mencapai 70% target rumah tangga ber-PHBS di
tahun 2014. Hasil ini sangat ironis mengingat Kota Administrasi Jakarta Timur
merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang ditetapkan sebagai provinsi
prioritas dengan hasil menjadi barometer pembangunan di daerah-daerah lainnya.
Input Program
A. Sumber Daya Manusia (SDM)
TEORI FAKTA SINTESIS
Departementalisasi landasan untuk mengelompokkan tugas-tugas guna mencapai sasaran organisasi. Setiap organisasi akan memiliki cara khasnya tersendiri dalam mengklasifikasikan dan juga menggolongkan kegiatan-kegiatan kerja (Stoner, 1996).
Terdapat pengklasifikasian SKPD bidang kesehatan terhadap jenjang dan sasaran pelayanannya (Dinas Kesehatan DKI Jakart, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, dan Puskesmas)
Provinsi DKI Jakartamenerapkan landasan departementalisasi.
Perencanaan SDM dapat diuraikan sebagai proses menjamin jumlah dan jenis pegawai yang tepat, di tempat yang tepat, serta pada waktu yang tepat agar tujuan organisasi dapat terus tercapai Hasibuan (2005).
SDM yang terlibat dalam pengelolaan program terdiri dari 4 orang di Dinkes Provinsi, 4 orang di Sudinaskes Jakarta Timur, dan 1 orang di Puskesmas Kecamatan Jatinegara.
Perencanaan SDM tidak tepat. Sangat dibtuhkan analisis kebutuhan SDM dengan perhitungan beban kerja secara komprehensif
- “Kalau kita bilang kurang ya memang seperti itu.. Sangat kurang...” (DK2)
- “Belum, kalau untuk yang existing sekarang belum cukup ya.. ehmm masih kurang...” (SKD2)
- “Kita di Puskesmas itu bisa pegang 2-3 program. Kenapa? Ya karena banyakan programnya dari pada SDM nya...” (PS1)
Peningkatan mutu dalam sebuah organisasi dapat memberikan dampak dramatik pada struktur hierarki. Komponen program pada mutu yang efektif menggunakan tim kerja yang dapat mengarahkan dirinya sendiri untuk meningkatkan produktivitas (Stoner, 1996).
- “Diklat kita sangat kurang karena kita sudah mengurusi ini itu.. Ya untuk kegiatan teman-teman saja sebetulnya banyak yang diusulkan tetapi waktunya kadang berbenturan..” (DK2)
- “Dari Dinas sih ada. Kita sebetulnya bisa buat, tapi pelatihan dari kita memang belum ya. Pekerjaan terlalu banyak soalnya...” (PS1)
Pendidikan & pelatihan di setiap SKPD belum dapat dijalankan dimanfaatkan secara optimal.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Hasibuan (2005) menyatakan bahwa perencanaan SDM akan dapat dilakukan
dengan baik dan benar jika perencanaannya dilakukan dengan mengetahui
apa dan bagaimana SDM itu. Perencanaan SDM dapat diuraikan sebagai
proses menjamin jumlah dan jenis pegawai yang tepat, di tempat yang tepat,
serta pada waktu yang tepat agar tujuan organisasi dapat terus tercapai.
Berdasarkan temuan fakta di lapangan, jumlah SDM yang turut berperan
sebagai stakeholder kunci dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di
Kotamadya Jakarta Timur ialah 9 orang dengan rincian sebagai berikut:
- 2 orang penanggung jawab monitoring dan evaluasi RKA (Rencana
Kerja Anggaran) dan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggara) program
SKPD bidang kesehatan se-provinsi yang dimiliki oleh Sub Bagian
PDA (Program dan Anggaran) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
- 2 orang penanggung jawab program promosi kesehatan yang dimiliki
oleh Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta
- 1 orang penanggung jawab monitoring dan evaluasi RKA dan DPA
program oleh SKPD bidang kesehatan se-kab/kota yang dimiliki oleh
Sekretariat PDA Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
- 3 orang perencana sekaligus pelaksana program yang dimiliki oleh
Seksi Kesehatan Masyarakat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
- 1 orang penanggung jawab program promosi kesehatan di Puskesmas
Kecamatan Jatinegara (sampel)
Jumlah SDM di atas dinilai belum cukup untuk melaksanakan tugas pokok
dan fungsi pada setiap proses kerja dalam rangka melaksanakan program
secara optimal. Handoko dalam Warni (2008) mengemukakan bahwa
prakiraan kebutuhan pegawai merupakan bagian yang terpenting dan tersulit
untuk dilakukan. Pertama, perlu diidentiifikasi berbagai tantangan yang
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
mempengaruhi permintaan dan memperkiraan kebutuhan karyawan dalam
satu periode waktu tertentu. Analisis kebutuhan SDM telah dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Timur, tetapi belum optimal. Adapun pada jenjang Puskesmas Kecamatan
Jatinegara, didapatkan informasi bahwa analisis kebutuhan SDM belum
dilakukan oleh internal SKPD.
Dengan kondisi kekurangan SDM, operasi kerja sangat ditentukan oleh
kompetensi masing-masing SDM yang ada. Dampak dari kurangnya SDM.
Oleh sebab itu, peningkatan mutu kompetensi melalui pendidikan dan
pelatihan menjadi suatu hal dengan urgensitas yang tidak dapat lagi
dipandang sebelah mata.
Namun, pendidikan dan pelatihan yang terdapat pada setiap SKPD bidang
kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Timur, dan juga Puskesmas Kecamatan Jatinegara) masih belum
dijalankan serta dimanfaatkan secara optimal.
Pelaksanaan yang tidak optimal ditemukan di jenjang SKPD Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur dan Puskesmas Kecamatan.
Adapun pemanfaatan yang belum optimal ditemukan pada level Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Hal tersebut dikarenakan pendidikan dan
pelatihan oleh Kementerian Kesehatan RI tidak dilaksanakan di awal
periode kerja saat frekuensi kegiatan masih cenderung rendah,
B.
Activities Program
A. Perencanaan Program
B. Penggerakkan Program
C. Monitoring Program
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku. (2012) Sistem Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Azwar, Azrul. (1996) Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2008) Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2008) Indeks Pembangunan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2011) Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Bappenas. (2010) Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di
Indonesia. Jakarta: Bappenas.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Bidang Kesehatan Masyarakat. (2012) Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2012. Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Buddy, Ibrahim. (1997) Total Quality Management: Panduan Untuk Menghadapi
Persaingan Global. Jakarta: Djambatan/
Bungin, M Burhan. (2007) Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Cassel Chaterine & Symon Gillian. (1994) Qualitative Methods in Organizational
Reseacrh. SAGE Publications.
David, Fred R. (2004). Manajemen Strategis Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Prenhallindo
Dale D.Mc Coney. (1982) Manajemen Bagi Organisasi Non Perusahaan. Jakarta:
Pustaka Binaman Pressindo.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Sistem Kesehatan Nasional.
Jakarta.
Direktorat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). (2005) Health
Care Cost Education. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Fakhrurroja, Hanif. (2012) Metode dan Instrumen Pengumpulan Data. Jakarta:
Piksi Ganesha.
Gani, Ascobat. (2012) Diskusi Menyongsong Penerapan JKN 2014. Depok: Pusat
Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan (PKEKK) Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Glanz,Karen, et al. (1997) Health Behavior and HealthEducation, 2nd, ed.
Gomes, F. Cardoso. (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Green, L.W. (1991) Health Promotion Planning Educational and Environmental
Approach. University of British Columbia: Institute of Health Promotion
Research.
Hasibuan, Melayu S.P. (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hunger, J. David dan Thimas L.W. (2003) Manajemen Strategis: Edisi Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Ilyas, Yaslis. (2001) Teori, Penilaian, dan Penelitian Kinerja Cetakan Kedua.
Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI.
Ilyas, Yaslis. (2003) Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Ivancevich JM, et al. (2008) Organizational Behavior and Management Eighth
Edition. New York: Mc Graw Hill.
Kast, Fremont E dan James E. Rosenzweig. (1982) Organisasi dan Manajemen:
Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
Kepmenkes RI No. 1114/MENKES/SK/VII/2006. (2006) Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Muninjaya, A.A. Gde. (1999) Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
Nasution, S. (2003) Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Notoatmodjo, Soekidjo. (1993) Metodologi Penelitian Kesehatan. Depok: FKM
UI.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010) Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Parkinson, Nortchote C dan M.K. Rustomji. (1992). Mempraktikkan Manajemen:
Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Permenkes RI No. 2269/MENKES/PER/XI/2011 . (2011) Pedoman Pembinaan
Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2010) Profil Kesehatan
Indonesia 2008. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2010) Profil Kesehatan
Indonesia 2009. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2011) Profil Kesehatan
Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Robbins, Stephen P. (2006) Organizational Behavior Tenth Edition: Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Seksi Kesehatan Masyarakat. (2013) Laporan Hasil Survey PHBS RumahTangga
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Tahun 2013. Jakarta: Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur.
Stoner, James A. F. dan Charles Wankel. (1986) Management Third Edition. New
Jersey: Prentice Hall International, Inc, Engelword Cliff.
Sudarti. (1995) Penelitian Kualitatif. Depok: FKM UI
Sugiyono. (2005) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
Supriyanto, S. (1988) Evaluasi Bidang Kesehatan. Surabaya: Brata Jaya.
Terry, G.R. (1964) Principles of Management, 2nd, ed.
Terry, G.R & Rue, L.W. (1988) Dasar-Dasar Manajemen Cetakan II. Jakarta:
Bina Aksara Jakarta
Wisal, Teuku Chairul. (2011) Investasi Manusia Menuju Rakyat Sejahtera.
Jakarta: Republika.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Wijono. (1997) Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan. Surabaya:
UNAIR.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014