EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

18
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN TENTANG PHBS DALAM TATANAN RUMAH TANGGA DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR TAHUN 2013 Anita Pebrina, Wiku Bakti Bawono Adisasmito Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat [email protected] Abstrak Skripsi ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program promosi kesehatan tentang PHBS tatanan rumah tangga di Jakarta Timur (2013) dengan pendekatan kualitatif. Pelitian dilakukan pada tiga stakeholder kunci (Dinkes Provinsi DKI Jakarta: regulator, Sudinkes Jakarta Timur: auditor, dan Puskesmas Kecamatan Jatinegara: purposive operator sampling). Dilihat dari aspek input, hasil penelitian menunjukkan terjadinya kekurangan SDM dan dana. Dari aspek proses. peneltian menunjukkan bahwa proses perencanaan belum ditunjang optimalisasi kecepatan dan ketepatan data serta analisis situasi. Selain itu, penggerakan program yang tidak sesuai dengan rencana dan lemahnya monitoring menyebabkan pencapaian program (Jakarta Timur: 55,6%, Kecamatan Jatinegara: 41%) tidak mencapai target (65% tahun 2010). Kata Kunci : evaluasi, promosi kesehatan, PHBS, stakholder kunci, input, proses, output Evaluation of Health Promotion Program About PHBS in Household Level in Domestic of East Jakarta in 2013 Abstract This study aims to evaluate the implementation of health promotion program about PHBS in household level at East Jakarta (2013) with a qualitative approach. It was conducted on the three key stakeholders (Dinkes Provinsi DKI Jakarta: regulator, East Jakarta’s Sudinkes: auditor, and Puskesmas of Jatinegara District: purposive operator sampling). From the input aspect, the results showed there are lack of human resources and funding. From the process aspect, the research shows that the planning process has not been supported by optimization of speed and data accuracy and analysis of the situation. Moreover, mobilization program in accordance with the plans and weak monitoring program led to the achievment of the program (East Jakarta: 55,6%, Jatinegara Distric: 41%) was not on target (65% in 2010) Key Word: evaluation, health promotion, PHBS, key stakeholder, input, process, output Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Transcript of EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

Page 1: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN TENTANG PHBS DALAM TATANAN RUMAH TANGGA DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR TAHUN 2013

Anita Pebrina, Wiku Bakti Bawono Adisasmito

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat

[email protected]

Abstrak

Skripsi ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program promosi kesehatan tentang PHBS tatanan rumah tangga di Jakarta Timur (2013) dengan pendekatan kualitatif. Pelitian dilakukan pada tiga stakeholder kunci (Dinkes Provinsi DKI Jakarta: regulator, Sudinkes Jakarta Timur: auditor, dan Puskesmas Kecamatan Jatinegara: purposive operator sampling). Dilihat dari aspek input, hasil penelitian menunjukkan terjadinya kekurangan SDM dan dana. Dari aspek proses. peneltian menunjukkan bahwa proses perencanaan belum ditunjang optimalisasi kecepatan dan ketepatan data serta analisis situasi. Selain itu, penggerakan program yang tidak sesuai dengan rencana dan lemahnya monitoring menyebabkan pencapaian program (Jakarta Timur: 55,6%, Kecamatan Jatinegara: 41%) tidak mencapai target (65% tahun 2010).

Kata Kunci : evaluasi, promosi kesehatan, PHBS, stakholder kunci, input, proses, output

Evaluation of Health Promotion Program About PHBS in Household Level in Domestic of East Jakarta in 2013

Abstract

This study aims to evaluate the implementation of health promotion program about PHBS in household level at East Jakarta (2013) with a qualitative approach. It was conducted on the three key stakeholders (Dinkes Provinsi DKI Jakarta: regulator, East Jakarta’s Sudinkes: auditor, and Puskesmas of Jatinegara District: purposive operator sampling). From the input aspect, the results showed there are lack of human resources and funding. From the process aspect, the research shows that the planning process has not been supported by optimization of speed and data accuracy and analysis of the situation. Moreover, mobilization program in accordance with the plans and weak monitoring program led to the achievment of the program (East Jakarta: 55,6%, Jatinegara Distric: 41%) was not on target (65% in 2010)

Key Word: evaluation, health promotion, PHBS, key stakeholder, input, process, output

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 2: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

Pendahuluan

WHO mencatat bahwa sepanjang tahun 2012, 8,6 juta orang di dunia

menderita tuberkulosis dan 1,3 juta di antaranya meninggal dunia. 207 orang di

dunia menderita malaria dan 627.000 di antaranya meninggal dunia. 1000 wanita

di dunia meninggal di setiap harinya karena hamil dan melahirkan. Selanjutnya, 3

juta bayi di dunia meninggal di bulan pertama kehidupannya. 1 dari 6 anak di

dunia menderita berat badan kurang dan 17.000 balita di dunia meninggal di

setiap harinya. Adapun 75 juta orang di dunia mengidap HIV dan 36 juta di

antaranya meninggal dunia.

Sedangkan di Indonesia, dilaporkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI)

pada tahun 2004 ialah 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI,

2007). Sementara, sasaran strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

adalah 118/100.000 kelahiran hidup dan target MDGs adalah 102/100.000

kelahiran hidup. Selain itu, kematian bayi masih menunjukkan angka 34/1.000

kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Padahal, angka yang seharusnya

dicapai berdasarkan sasaran strategis Kementerian Kesehatan RI adalah 24 per

1.000 kelahiran hidup dan target MDGs adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup.

Beberapa penyakit menular terutama HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria

masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar (Kementerian Kesehatan RI,

2011). Profil Kesehatan menjabarkan bahwa Pengidap HIV positif meningkat dari

23 kasus pada tahun 1991 menjadi 680 kasus pada tahun 1999. Angka kejadian

AIDS meningkat dari 24 kasus pada tahun 1991 menjadi 253 kasus pada tahun

1999. Prevalensi penyakit tuberkulosis juga dilaporkan terus meningkat dari 24

per 10.000 penduduk pada tahun 1997. Peningkatan angka parasite rate malaria

pun dilaporkan terus mengalami peningkatan dari persentase sebesar 4,78% pada

tahun 1998.

Di samping itu, hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa cakupan

dari Universal Child Immunization (UCI) masih belum tercapai. Hal ini sudah

tentu akan berdampak pada serangan berbagai penyakit yang sebenarnya dapat

dicegah dengan imunisasi. Di sisi lain, penyakit menular seperti filariasis, kusta,

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 3: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

dan frambusia menunjukkan kecenderungan untuk meningkat kembali. Sementara

itu, prevalensi penyakit-penyakit tidak menular seperti halnya hipertensi, obesitas,

diabetes mellitus, dan kardiovaskular juga dilaporkan cenderung meningkat serta

menunjukkan potensi yang semakin besar sebagai penyebab kematian (Riskesdas,

2007). Profil Kesehatan (1999) melaporkan bahwa penyakit diabetes mellitus

meningkat dari 1,0% pada tahun 1990 menjadi 1,2% pada tahun 1995, sedangkan

2,1% penyakit kardiovaskuler pada tahun 1990 meningkat menjadi 3,5% pada

tahun 1995. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan juga dilaporkan

mengalami penurunan. Status gizi ibu hamil, bayi, dan anak balita pun perlu

ditingkatkan karena masih tingginya persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

dengan 11,1% dan tingginya prevalensi anak balita kerdil dengan 35,7% akibat

kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama (Riskesdas, 2010).

Optimal atau tidaknya derajat kesehatan masyarakat pada hakikatnya

dipengaruhi oleh berbagai kondisi, di antaranya lingkungan, perilaku masyarakat,

pelayanan kesehatan, dan genetika. Selanjutnya, HL. Blum dalam Notoatmodjo

(1997) berpendapat bahwa selain lingkungan, determinan utama derajat kesehatan

masyarakat adalah perilaku masyarakat itu sendiri (Kementerian Kesehatan RI,

2011). Namun, hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa persentse rumah

tangga yang telah mempraktikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baru

mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun

2010-2014 mencantumkan target 70% rumah tangga dengan PHBS di tahun 2014.

Sebagai Ibukota RI, Provinsi DKI Jakarta dengan luas wilayah 662,33 km2

(SK Gubernur No. 171/2007), jumlah penduduk 9.991.788 jiwa, dan kepadatan

penduduk sebesar 15,86 juta per km2 pada tahun 2012 telah ditetapkan menjadi

provinsi prioritas dalam pembangunan kesehatan. Dengan demikian, capaian

pelaksanaan upaya kesehatan di Provinsi DKI Jakarta merupakan barometer

nasional dalam hal kualitas pembangunan kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi

DKI Jakarta, 2013). Untuk program promosi kesehatan, pencapaian Provinsi DKI

Jakarta pada tahun 2012 ialah sebesar 68,2% rumah tangga yang telah

mempraktikan PHBS. Dalam rincian pencapaian tersebut, masih ditemukan

beberapa kab/kota dengan persentase capaian program di bawah target nasional di

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 4: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

tahun 2010, yakni sebesar 65% rumah tangga telah mempraktikkan PBHS. Jakarta

Utara dengan 62,7%, Jakarta Timur dengan 53,3%, dan Kabupaten Kepualauan

Seribu dengan 37,6% adalah kab/kota yang dimaksud. Secara lebih jelas, data

mengenai capaian program per kab/kota disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga yang Dipantau dan Ber-PHBS Menurut

Kabupate/Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012

No. Kabupaten/Kota Rumah Tangga Dipantau Ber-PHBS Persentase (%)

1. Jakarta Pusat 221.850 182.955 82,5 2. Jakarta Utara 263.040 164.911 62,7 3. Jakarta Barat 177.044 117.795 66,5 4. Jakarta Selatan 292.871 199.003 67,9 5. Jakarta Timur 92.537 49.343 53,3 6. Kepulauan Seribu 545 205 37,6

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (2012)

Untuk ketiga kab/kota yang telah disebutkan, pencapaian program tersebut

sudah barang tentu menuntut peningkatan kinerja yang luar biasa dalam

pembinaan PHBS. Terlebih, Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan angka

70% untuk rumah tangga ber-PHBS sebagai target program yang harus dicapai

pada tahun 2014 (Kementerian Kesehatan RI,  2011). Agar dapat mencapai target

tersebut, diperlukan upaya-upaya pengembangan program promosi kesehatan

untuk pembinaan PHBS dengan pendekatan yang paripurna dan komprehensif.

Adapun upaya-upaya tersebut dapat didukung dengan pelaksanaan evaluasi

program di mana menurut WHO (1990) evaluasi merupakan cara sistematis untuk

mempelajari sesuatu berdasarkan pengalaman dan mempergunakan teori yang

dipelajari untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta

meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk

kegiatan di masa mendatang.

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 5: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

Tinjauan Teoritis

Menurut WHO (1990), definisi evaluasi adalah cara-cara sistematis untuk

mempelajari sesuatu berdasarkan pengalaman dan mempergunakan teori yang

telah dipelajari untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta

meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk

kegiatan di masa yang akan datang. Tujuan dilakukannya evaluasi program ialah

untuk mendapatkan sejumlah informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan

keputusan. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh

Ralp Tyler (1950) dalam Suharsimi (2007), Cronbach (1993), dan Stufflebeam

(1971). Ralp Tyler (1950) menyatakan bahwa evaluasi program merupakan proses

untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasi. Cronbach

(1963) dan Stufflebeam (1971) menyatakan bahwa evaluasi program merupakan

bentuk upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pihak pengambil

keputusan. Setelah objek-objek evaluasi diketahui secara pasti, selanjutnya harus

ditentukan aspek-aspek dari objek yang akan dievaluasi. Stake (1967), Stuffebeam

(1959), dan Alkin (1969) dalam Suharsimi (2007) mengemukakan bahwa evaluasi

berfokus di empat aspek atau dimensi utama, yaitu konteks, masukan (input),

proses implementasi, dan juga produk.

Promosi kesehatan merupakan proses untuk menjadikan seseorang mampu

meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan dirinya. Senada dengan definisi

tersebut, Piagam Ottawwa menjelaskan bahwa promosi kesehatan merupakan

suatu proses untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengendalikan

kesehatannya. Adapun untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok

harus mampu mengidentifikasi, menyadari aspirasi, memenuhi kebutuhan, dan

merubah atau mengendalikan lingkungan (WHO, 1984).

Visi promosi kesehatan tahun 2013 ialah masyarakat mampu memelihara

dan meningkatkan kesadarannya, sehingga mereka dapat hidup sehat, produktif,

bahagia, dan juga sejahtera. Untuk dapat mencapai visi tersebut, diciptakan misi

advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur,

2013). Untuk dapat melaksanakan misi tersebut, maka dibuatlah strategi berupa

kegiatan-kegiatan promosi kesehatan yang dititikberatkan pada PHBS sebagai

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 6: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

program prioritas yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (dahulu

Departemen Kesehatan) Republik Indonesia sejak tahun 1996. Adapun kegiatan-

kegiatan tersebut antara lain promosi kesehatan melalui media cetak, promosi

kesehatan melalui pertemuan, promosi kesehatan melalui media elektronik, dan

promosi kesehatan melalui pameran pembangunan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta

Timur, 2013).

PHBS adalah upaya memberikan pengalaman berlajar bagi perorangan,

keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur-jalur komunikasi,

memberikan informasi, serta melakukan edukasi guna meningkatkan pengetahuan,

sikap, dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina sosial (social support), dan

gerakan masyarakat (empowerment), sehingga cara-cara hidup sehat dalam rangka

menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakatdapat diterapkan

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Telah disepakati adanya lima

tatanan masyarakat, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan,

tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, dan tatanan fasilitas kesehatan. Akan

tetapi, untuk dapat melihat keberhasilan dari pembinaan PHBS, praktik PHBS

yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Terdapat sepuluh

indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga telah mempraktikkan

PHBS. Kesepuluh indikator tersebut merupakan sebagian dari seluruh perilaku

yang harus dipraktikkan dalam rumah tangga yang dipilih karena dianggap

mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku (Kementerian Kesehatan

RI, 2011).

Berdasarkan rapat koordinasi promosi kesehatan tingkat nasional pada

tahun 2007, indikator PHBS rumah tangga diubah kembali menjadi:

1. Rumah tangga dengan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Rumah tangga dengan bayi 0-6 bulan yang diberi ASI sejak lahir sampai

usia 6 bulan (ASI ekslusif)

3. Rumah tangga dengan balita yang ditimbang setiap bulan

4. Rumah tangga dengan penggunaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari

5. Rumah tangga dengan penggunaan jamban sehat

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 7: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

6. Rumah tangga dengan perilaku cuci tangan menggunakan air bersih dan

sabun

7. Rumah tangga dengan upaya pemberantasan jentik nyamuk sekali dalam

seminggu

8. Rumah tangga dengan konsumsi buah dan sayur setiap hari

9. Rumah tangga dengan aktivitas fisik setiap hari

10. Rumah tangga tanpa perilaku merokok di dalam rumah

Masyarakat berada di berbagai tatanan sosial dengan berbagai jenis peran

yang ada. Dengan demikian, di masing-masing tatanan ditentukan tiga kelompok

besar sasaran pembinaan PHBS, yaitu sasaran primer, sasaran sekunder, dan

sasaran tersier. Sasaran primer merupakan sasaran langsung yang terdiri dari

individu anggota masyarakat, kelompok-kelompok dalam masyarakat, dan juga

masyarakat secara keseluruhan yang diharapkan dapat mempraktikkan PHBS.

Sasaran sekunder adalah mereka yang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer

dalam pengambilan keputusan untuk mulai mempraktikkan PHBS, termasuk di

antaranya para pemuka atau tokoh masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Metode Penelitian

Pendekatan kualitatif digunakan untuk melakukan penelitian karena sesuai

dengan tujuan pelaksanaan evaluasi program. Urgensi pendekatan ini ialah untuk

mendapatkan deskripsi detail tentang implementasi program berdasarkan sudut

pandang sistem (input-activities-output). Selanjutnya, dalam rangka mengkaji,

menganalisis, dan juga menjawab pertanyaan penelitian hingga sampai pada satu

kesimpulan yang utuh, digunakan pendekatan metode deskriptif eksploratif dan

developmental dengan ciri standar baku sebagai pembanding serta metode actual

versus planed performance comparisons dengan ciri perencanaan awal sebagai

pembanding.

Informan-informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

dua prinsip dasar pengambilan sampel dalam pendekatan kualitatif, yaitu prinsip

kesesuaian dan juga prinsip kecukupan. Adapun dalam lingkup penelitian ini, para

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 8: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

informan yang turut dilibatkan mencakup SDM yang berperan sebagai regulator,

auditor, dan juga operator dalam proses pelaksanaan program promosi kesehatan

tentang PHBS dalam tatanan rumah tangga di Kotamadya Jakarta Timur tahun

2013 dengan Puskesmas sampel yakni Puskesmas Kecamatan Jatinegara yang

ditentukan secara purposif berdasarkan capaian program di tahun sebelumnya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini, ialah data primer dan juga data

sekunder. Data primer merupakan setiap informasi yang diperoleh langsung dari

para informan penelitian melalui wawancara mendalam terkait variabel-variabel

yang diteiti. Sedangkan, data sekunder merupakan setiap informasi berupa data-

data dasar, dokumen perencanaan, pencatatan serta pelaporan milik instansi terkait

yang dikumpulkan dan diidentifikasi untuk kepentingan penelitian. Berdasarkan

pada desain penelitian yang telah ditentukan, pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan tiga metode, yaitu metode telaah dokumen, metode wawancara, dan

juga metode kepustakaan. Peneliti sebagai instrumen memiliki alat bantu yang

berupa lembar check list dengan jenis-jenis dokumen yang dibutuhkan untuk

ditelaah datanya. Selanjutnya, hasil dari telaah yang telah dilakukan dijadikan

sebagai dasar utama dalam penyusunan pedoman wawancara terstruktur sebagai

alat bantu berikutnya. Adapun pedoman wawancara tersebut berisikan pertanyaan

yang sesuai dengan fokus dan juga maksud penelitian. Selain itu, peneliti juga

menggunakan alat bantu perekam (tape recorder), alat-alat tulis serta lembar

matriks hasil wawancara mendalam untuk menjaga keakuratan hasil informasi

yang diperoleh.

Penelitian kualitatif ini melaksanakan tiga tahap pengolahan dan analisis

data, yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Sebagai langkah untuk menjamin kualitas data dalam penelitian ini, dilakukan uji

reabilitas dan validitas data dengan melakukan triangulasi sumber, triangulasi

data, dan juga triangulasi metode. Pengolahan dan analisis data dilakukan agar

didapatkan saran dan informasi yang berguna untuk penyelesaian masalah.

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 9: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

Hasil dan Pembahasan

Keluaran (Output) Program

Sesuai dengan ketetapan Kementerian Kesehatan, target nasional untuk

indikator tunggal dengan 10 kriteria di atas ialah 65% di tahun 2010 dan 70% di

tahun 2014. Telah dilakukan survei cepat (rapid survei) di Kotamadya Jakarta

Timur untuk mengumpulkan data mengenai capaian PHBS di 10 Kecamatan yang

masing-masing diwakili oleh 1 kelurahan. Setiap kelurahan ditentukan secara

purposif berdasarkan beberapa kriteria, yakni terdiri dari 2-3 Rukun Warga (RW)

dengan rerata 20 Rukun Tetangga (RT), terkecuali untuk 3 kelurahan yang di

dalam 1 RW terdapat lebih dari 20 RT. Kelurahan yang dimaksud antara lain

Kelurahan Cibubur (30 RT), Kelurahan Halim (21 RT), dan Kelurahan Bale

Kembang (21 RT).

Tabel 2. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Berdasarkan Kelurahan di

Kotamadya JakartaTimur Tahun 2013

No. Kecamatan

Jumlah Rumah Tangga

(KK)

Jumlah Rumah

Tangga Yang Dipantau

Jumlah Rumah Tangga

Ber-PHBS

Indikator (% Rumah

Tangga Ber-PHBS

Capaian (% Rumah

Tangga Ber-PHBS

1. Matraman 58.352 4.512 2.065 65% di tahun 2010

45.76 2. Pulo Gadung 70.505 2.987 1.985 66 3. Jatinegara 21.117 21.939 9.090 41 4. Duren Sawit 74.151 27.103 15.540 57 5. Makassar 10.169 10.169 4.633 45.56 6. Kramat Jati 87.766 11.131 6.420 58 7. Pasar Rebo 53.650 6.490 3.374 52 8. Ciracas 52.003 1.957 834 43 9. Cipayung 42.784 4.617 2257 48,88

10. Cakung 87.671 4.424 22257 51

Sumber: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur (2013)

Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata persentase rumah tangga ber-

PHBS di 10 Kelurahan sampel ialah sebesar 55,6%. Dengan persentase tersebut,

didapatkan gambaran bahwa Kota Administrasi Jakarta Timur belum berhasil

mencapai 65% target nasional untuk indikator tunggal persentase rumah tangga

ber-PHBS dengan 10 kriteria di tahun 2010. Padahal, menurut ketetapan Renstra

periode 2010-   2014 milik Kementerian Kesehatan RI, setiap kab/kota di 33

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 10: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

provinsi atau capaian setiap program prioritas kesehatan nasional yang seharusnya

di Indonesia diharapkan dapat mencapai 70% target rumah tangga ber-PHBS di

tahun 2014. Hasil ini sangat ironis mengingat Kota Administrasi Jakarta Timur

merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang ditetapkan sebagai provinsi

prioritas dengan hasil menjadi barometer pembangunan di daerah-daerah lainnya.

Input Program

A. Sumber Daya Manusia (SDM)

TEORI FAKTA SINTESIS

Departementalisasi landasan untuk mengelompokkan tugas-tugas guna mencapai sasaran organisasi. Setiap organisasi akan memiliki cara khasnya tersendiri dalam mengklasifikasikan dan juga menggolongkan kegiatan-kegiatan kerja (Stoner, 1996).

Terdapat pengklasifikasian SKPD bidang kesehatan terhadap jenjang dan sasaran pelayanannya (Dinas Kesehatan DKI Jakart, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, dan Puskesmas)

Provinsi DKI Jakartamenerapkan landasan departementalisasi.

Perencanaan SDM dapat diuraikan sebagai proses menjamin jumlah dan jenis pegawai yang tepat, di tempat yang tepat, serta pada waktu yang tepat agar tujuan organisasi dapat terus tercapai Hasibuan (2005).

SDM yang terlibat dalam pengelolaan program terdiri dari 4 orang di Dinkes Provinsi, 4 orang di Sudinaskes Jakarta Timur, dan 1 orang di Puskesmas Kecamatan Jatinegara.

Perencanaan SDM tidak tepat. Sangat dibtuhkan analisis kebutuhan SDM dengan perhitungan beban kerja secara komprehensif

- “Kalau kita bilang kurang ya memang seperti itu.. Sangat kurang...” (DK2)

- “Belum, kalau untuk yang existing sekarang belum cukup ya.. ehmm masih kurang...” (SKD2)

- “Kita di Puskesmas itu bisa pegang 2-3 program. Kenapa? Ya karena banyakan programnya dari pada SDM nya...” (PS1)

Peningkatan mutu dalam sebuah organisasi dapat memberikan dampak dramatik pada struktur hierarki. Komponen program pada mutu yang efektif menggunakan tim kerja yang dapat mengarahkan dirinya sendiri untuk meningkatkan produktivitas (Stoner, 1996).

- “Diklat kita sangat kurang karena kita sudah mengurusi ini itu.. Ya untuk kegiatan teman-teman saja sebetulnya banyak yang diusulkan tetapi waktunya kadang berbenturan..” (DK2)

- “Dari Dinas sih ada. Kita sebetulnya bisa buat, tapi pelatihan dari kita memang belum ya. Pekerjaan terlalu banyak soalnya...” (PS1)

Pendidikan & pelatihan di setiap SKPD belum dapat dijalankan dimanfaatkan secara optimal.

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 11: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

Hasibuan (2005) menyatakan bahwa perencanaan SDM akan dapat dilakukan

dengan baik dan benar jika perencanaannya dilakukan dengan mengetahui

apa dan bagaimana SDM itu. Perencanaan SDM dapat diuraikan sebagai

proses menjamin jumlah dan jenis pegawai yang tepat, di tempat yang tepat,

serta pada waktu yang tepat agar tujuan organisasi dapat terus tercapai.

Berdasarkan temuan fakta di lapangan, jumlah SDM yang turut berperan

sebagai stakeholder kunci dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di

Kotamadya Jakarta Timur ialah 9 orang dengan rincian sebagai berikut:

- 2 orang penanggung jawab monitoring dan evaluasi RKA (Rencana

Kerja Anggaran) dan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggara) program

SKPD bidang kesehatan se-provinsi yang dimiliki oleh Sub Bagian

PDA (Program dan Anggaran) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

- 2 orang penanggung jawab program promosi kesehatan yang dimiliki

oleh Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi DKI

Jakarta

- 1 orang penanggung jawab monitoring dan evaluasi RKA dan DPA

program oleh SKPD bidang kesehatan se-kab/kota yang dimiliki oleh

Sekretariat PDA Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

- 3 orang perencana sekaligus pelaksana program yang dimiliki oleh

Seksi Kesehatan Masyarakat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

- 1 orang penanggung jawab program promosi kesehatan di Puskesmas

Kecamatan Jatinegara (sampel)

Jumlah SDM di atas dinilai belum cukup untuk melaksanakan tugas pokok

dan fungsi pada setiap proses kerja dalam rangka melaksanakan program

secara optimal. Handoko dalam Warni (2008) mengemukakan bahwa

prakiraan kebutuhan pegawai merupakan bagian yang terpenting dan tersulit

untuk dilakukan. Pertama, perlu diidentiifikasi berbagai tantangan yang

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 12: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

mempengaruhi permintaan dan memperkiraan kebutuhan karyawan dalam

satu periode waktu tertentu. Analisis kebutuhan SDM telah dilakukan oleh

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Suku Dinas Kesehatan Jakarta

Timur, tetapi belum optimal. Adapun pada jenjang Puskesmas Kecamatan

Jatinegara, didapatkan informasi bahwa analisis kebutuhan SDM belum

dilakukan oleh internal SKPD.

Dengan kondisi kekurangan SDM, operasi kerja sangat ditentukan oleh

kompetensi masing-masing SDM yang ada. Dampak dari kurangnya SDM.

Oleh sebab itu, peningkatan mutu kompetensi melalui pendidikan dan

pelatihan menjadi suatu hal dengan urgensitas yang tidak dapat lagi

dipandang sebelah mata.

Namun, pendidikan dan pelatihan yang terdapat pada setiap SKPD bidang

kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan

Jakarta Timur, dan juga Puskesmas Kecamatan Jatinegara) masih belum

dijalankan serta dimanfaatkan secara optimal.

Pelaksanaan yang tidak optimal ditemukan di jenjang SKPD Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur dan Puskesmas Kecamatan.

Adapun pemanfaatan yang belum optimal ditemukan pada level Dinas

Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Hal tersebut dikarenakan pendidikan dan

pelatihan oleh Kementerian Kesehatan RI tidak dilaksanakan di awal

periode kerja saat frekuensi kegiatan masih cenderung rendah,

B.

Activities Program

A. Perencanaan Program

B. Penggerakkan Program

C. Monitoring Program

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 13: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 14: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. (2012) Sistem Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Azwar, Azrul. (1996) Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2008) Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2008) Indeks Pembangunan

Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2011) Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Bappenas. (2010) Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di

Indonesia. Jakarta: Bappenas.

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 15: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

Bidang Kesehatan Masyarakat. (2012) Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2012. Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

Buddy, Ibrahim. (1997) Total Quality Management: Panduan Untuk Menghadapi

Persaingan Global. Jakarta: Djambatan/

Bungin, M Burhan. (2007) Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Cassel Chaterine & Symon Gillian. (1994) Qualitative Methods in Organizational

Reseacrh. SAGE Publications.

David, Fred R. (2004). Manajemen Strategis Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:

Prenhallindo

Dale D.Mc Coney. (1982) Manajemen Bagi Organisasi Non Perusahaan. Jakarta:

Pustaka Binaman Pressindo.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Sistem Kesehatan Nasional.

Jakarta.

Direktorat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). (2005) Health

Care Cost Education. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Fakhrurroja, Hanif. (2012) Metode dan Instrumen Pengumpulan Data. Jakarta:

Piksi Ganesha.

Gani, Ascobat. (2012) Diskusi Menyongsong Penerapan JKN 2014. Depok: Pusat

Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan (PKEKK) Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Glanz,Karen, et al. (1997) Health Behavior and HealthEducation, 2nd, ed.

Gomes, F. Cardoso. (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 16: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

Green, L.W. (1991) Health Promotion Planning Educational and Environmental

Approach. University of British Columbia: Institute of Health Promotion

Research.

Hasibuan, Melayu S.P. (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hunger, J. David dan Thimas L.W. (2003) Manajemen Strategis: Edisi Bahasa

Indonesia. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Ilyas, Yaslis. (2001) Teori, Penilaian, dan Penelitian Kinerja Cetakan Kedua.

Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI.

Ilyas, Yaslis. (2003) Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Ivancevich JM, et al. (2008) Organizational Behavior and Management Eighth

Edition. New York: Mc Graw Hill.

Kast, Fremont E dan James E. Rosenzweig. (1982) Organisasi dan Manajemen:

Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Kepmenkes RI No. 1114/MENKES/SK/VII/2006. (2006) Pedoman Pelaksanaan

Promosi Kesehatan di Daerah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Muninjaya, A.A. Gde. (1999) Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.

Nasution, S. (2003) Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Notoatmodjo, Soekidjo. (1993) Metodologi Penelitian Kesehatan. Depok: FKM

UI.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010) Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 17: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

Parkinson, Nortchote C dan M.K. Rustomji. (1992). Mempraktikkan Manajemen:

Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Permenkes RI No. 2269/MENKES/PER/XI/2011 . (2011) Pedoman Pembinaan

Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan

RI.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2010) Profil Kesehatan

Indonesia 2008. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2010) Profil Kesehatan

Indonesia 2009. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2011) Profil Kesehatan

Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Robbins, Stephen P. (2006) Organizational Behavior Tenth Edition: Edisi Bahasa

Indonesia. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Seksi Kesehatan Masyarakat. (2013) Laporan Hasil Survey PHBS RumahTangga

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Tahun 2013. Jakarta: Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur.

Stoner, James A. F. dan Charles Wankel. (1986) Management Third Edition. New

Jersey: Prentice Hall International, Inc, Engelword Cliff.

Sudarti. (1995) Penelitian Kualitatif. Depok: FKM UI

Sugiyono. (2005) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

Supriyanto, S. (1988) Evaluasi Bidang Kesehatan. Surabaya: Brata Jaya.

Terry, G.R. (1964) Principles of Management, 2nd, ed.

Terry, G.R & Rue, L.W. (1988) Dasar-Dasar Manajemen Cetakan II. Jakarta:

Bina Aksara Jakarta

Wisal, Teuku Chairul. (2011) Investasi Manusia Menuju Rakyat Sejahtera.

Jakarta: Republika.

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014

Page 18: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN …

 

Wijono. (1997) Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan. Surabaya:

UNAIR.

Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014