EVALUASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMA ......Judul Skripsi : Evaluasi Manajemen Berbasis SMA...
Transcript of EVALUASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMA ......Judul Skripsi : Evaluasi Manajemen Berbasis SMA...
i
EVALUASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI
SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
DIAN KARTIKA
1053 83030 14
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : DIAN KARTIKA
Stambuk : 1053 83030 14
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Evaluasi Manajemen Berbasis SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya akan
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya akan melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian pada butir 1, 2 dan 3, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Januari 2020
Yang Membuat Pernyataan
DIAN KARTIKA
NIM. 1053 83030 14
v
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : DIAN KARTIKA
Stambuk : 1053 83030 14
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Evaluasi Manajemen Berbasis SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Dengan ini menyatakan bahwa:
Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya
saya sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya
bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Januari 2020
Yang Membuat Pernyataan
DIAN KARTIKA
NIM. 1053 83030 14
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain
Maka anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri
Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah
dilaksanakan/diperbutnya. Ali Bin Abi Thalib
Kupersembahkan karya ini untuk:
Kedua Orang Tua ku, Adik-adikku, Keluargaku, dan Sahabatku atas keikhlasan dan Do’anya
dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
vii
ABSTRAK
Dian Kartika. 2020. Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah di
SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar. Skripsi, Program studi Pendidikan
Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Pembimbing I Nursalam dan Pembimbing II Suardi.
Masalah penelitian ini adalah evaluasi manajemen berbasis sekolah (MBS)
yang mencakup komponen-komponen manajemen berbasis sekolah, fungsi
manajemen berbasis sekolah dan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui komponen, fungsi, dan prinsip-
prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS) di SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis
penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan. Informan ditentukan melalui
berdasarkan karakteristik informan yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan
data yaitu pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui
beberapa tahap yaitu tahap reduksi data, tahap penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Kurikulum dan pengajaran di
SMA PGRI Balang Bo’dongsudah baik dengan dibedakan untuk kelas 10 dan 11
memakai kurikulum 2013 dan untuk kelas 12 memakai kurikulum KTSP.
Implementasi fungsi perencanaan dalam pengelolaan SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar dilakukan dengan mekanisme penentuan arah dan tujuan yang hendak
dicapai oleh sekolah yaitu dengan cara menentukan visi misi dan bentuk kegiatan
yang direncanakan dalam pengelolaan sekolah. Prinsip manajemen berbasis
sekolah dapat diartikan bahwa sekolah harus dikelola oleh warga sekolah dengan
ketentuan harus mampu menyelesaikan permasalahan dengan cara ataupun
kreatifivitas dari warga sekolah itu sendiri. Sekolah juga diberikan kebebesan
serta ruang dalam mengembangkan ide secara mandiri dengan berlandaskan kerja
sama yang kuat antar warga sekolah dan stakeholder.
Kata Kunci: KomponenMBS, Fungsi MBS, Prinsip-prinsip MBS.
viii
KATA PENGANTAR
Tidak ada kata yang lebih baik diucapkan selain puji dan syukur atas
kehadirat Allah SWT. Allah yang Maha Kuasa yang telah memberikan
pertolongan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
yang berjudul “Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMA PGRI Balang
Bo’dong Makassar” dapat diselesaikan sebagai salah satu tugas akademik pada
Jurusan Pendidikan Sosisologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Begitu pula salawat serta salam
tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, serta keluarga dan para
sahabat-sahabat-Nya dan orang-orang yang mengikuti beliau.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan
ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang
tua atas bimbingan moral da moril dalam proses pencarian ilmu serta selalu
mendukung setiap aktivitas penulis. Demikian pula, penulis mengucapkan kepada
para keluarga yang tak hentinya memberi motivasi.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis
haturkan kepada: Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Erwin Akib, M.Pd., Ph.D.,
ix
Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Drs. H. Nurdin, M.Pd dan
Kaharuddin, M.Pd., Ph.D selaku sekretaris Program studi Pendidikan Sosiologi.
Terima kasih yang tak terhingga juga penulis ucapkan kepada
Dr. H. Nursalam, M.Si, pembimbing I dan bapak Suardi, S.Pd., M.Pd,
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak
awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini, serta kepada seluruh
Dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis
dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Ucapan terima kasih yang juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang selalu
menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan
mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi atas kebersamaan, motivasi, saran dan
bantuannya kepada penulis.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan
tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak
akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi
manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.
Amin Ya Rabbal Alamin
Wassalamu Alaikum Wr. Wb
Makassar, Januari 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................ iii
SURAT PERJANJIAN ............................................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12
E. Definisi Operasional .................................................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 14
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu................................................................... 14
B. Tinjauan Teori ........................................................................................... 16
1. Pengertian Sistem ................................................................................ 16
2. Pengertian Manajemen ........................................................................ 19
3. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah............................................ 21
xi
4. Komponen-komponen dalam Manajemen Berbasis Sekolah .............. 27
5. Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah .................................................. 32
6. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah ................................................. 36
C. Kerangka Pikir ........................................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 40
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 40
C. Data dan Sumber Data ............................................................................... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 42
E. Teknik Analisis Data ................................................................................. 45
BAB IV GAMBARAN DAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN ..................... 47
A. Letak Geografis SMA PGRI Balang Boddong.......................................... 47
B. Letak Wilayah SMA PGRI Balang Boddong ............................................ 48
C. Profil SMA PGRI Balang Boddong .......................................................... 48
D. Visi dan Misi Sekolah................................................................................ 50
1. Visi Sekolah ......................................................................................... 50
2. Misi Sekolah ........................................................................................ 50
E. Tujuan Sekolah .......................................................................................... 50
F. Fasilitas Sekolah ........................................................................................ 51
BAB V KOMPONEN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMA PGRI
BALANG BODDONG MAKASSAR..................................................... 52
A. Komponen Manajemen Berbasis Sekolah ................................................. 52
xii
1. Manajemen Kurikulum .............................................................................. 53
2. Manajemen Tenaga Kependidikan ............................................................ 56
3. Manajemen Peserta Didik .......................................................................... 59
4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan .................................................... 60
5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan .......................................... 62
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat................................. 65
7. Manajemen Layanan Khusus..................................................................... 66
BAB VI FUNGSI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMA PGRI
BALANG BODDONG MAKASSAR .................................................. 73
A. Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah ........................................................ 73
1. Fungsi Perencanaan dalam Pengelolaan SMA PGRI Balang Boddong
Makassar .............................................................................................. 73
2. Fungsi Pengorganisasian dalam Pengelolaan SMA PGRI Balang
Boddong Makassar ............................................................................. 77
3. Fungsi Pengawasan dalam Pengelolaan SMA PGRI Balang Boddong
Makassar ............................................................................................. 80
BAB VII PRINSIP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMA PGRI
BALANG BODDONG MAKASSAR .................................................. 87
A. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah ....................................................... 87
1. Prinsip Ekuifinalitas .................................................................................. 87
2. Prinsip Desentralisasi ................................................................................ 89
3. Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri.......................................................... 90
xiii
4. Prinsip Inisiatif Manusia ............................................................................ 92
BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 93
A. Simpulan .................................................................................................... 93
B. Saran .......................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Temuan Hasil Observasi ................................................................. 20
Table 3.1 Rencana Kegiatan Penelitian .......................................................... 41
Table 4.1 Nama-Nama Guru di SMA PGRI Balang Bo’dong ........................ 49
Table 4.2 Fasilitas di SMA PGRI Balang Bo’dong ........................................ 51
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Letak Wilayah SMA PGRI Balang Bo’dong .............................. 48
Gambar 5.1 Keadaan Siswa di Kelas .............................................................. 55
Gambar 5.2 Jadwal Mata Pelajaran dan Penggunaan Kurikulum ................... 56
Gambar 5.3 Kondisi Sarana dan Prasarana SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar .................................................................................... 64
Gambar 6.1 Peran Guru dalam Penerapan Sumber Daya Manusia ................ 77
Gambar 7.1 Pelayanan Guru dalam Proses Belajar Mengajar ........................ 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Relevansi pendidikan merupakan salah satu masalah pokok pendidikan di
Indonesia. Oleh Karena itu, berbagai program pendidikan, yang mengacu pada
tema relevansi ini, terus dilakukan sejak Pelita I (awal pemerintahan Soeharto)
sampai sekarang,walaupun sampai saat ini masih banyak permasalahan dan
tantangan yang perlu mendapat perhatian. Salah satu masalah pendidikan yang
berhubungan dengan relevansi adalah perlunya penyesuaian dan peningkatan
materi program pendidikan agar secara pleksibel bergerak cepat sejalan dengan
tuntutan dunia kerja serta tuntutan kehidupan masyarakat yang berubah secara
terus menerus.
Sebagai wujud nyata upaya tersebut diantaranya telah dilakukan
perubahan kurikulum di Indonesia sebanyak sebelas kali. Hal tersebut
dimaksudkan agar tercapai selaraskan antara kurikulumdengan kebijakan baru di
bidang pendidikan, meningkatkan efesiensi dan efektifitas pengajaran serta
meningkatkan mutu lulusan, juga merelevansikan pendidikan dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat. Kurikulum yang berorientasi pada tujuan ini berlaku pada
semua jenis dan jenjang pendidikan dari pendidikan dasar sampai pendidikan
tinggi (Raihani, 2007).
Berkaitan dengan manajemen kurikulum, peningkatan relevansi dengan
tuntutan perkembangan kebutuhan masyarakat antara lain dilakukan manajemen
1
2
kurikulum yang berangkat dari suatu prediksi yang dapat memberikan
gambarandan keadaan masyarakat pada sepuluh sampai 20 tahun mendatang.
Misalnya perkembangan demografis, perkembangan sosial ekonomi dan budaya,
perubahan lingkungan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mengacu pada berbagai program yang dilaksanakan oleh pemerintah, telah
memberikan harapan bagi kelangsungan dan terkendalinya kualitas pendidikan
Indonesia semasa krisis. Akan tetapi, karena pengelolaannya yang terlalu kaku
dan sentralistik, program itu pun tidak banyak memberikan dampak positif angka
partisipasi pendidikan nasional maupun kualitas pendidikan tetap menurun,
diduga hal tersebut berat kaitannya dengan masalah manajemen (Setiawan, 2016).
Dalam kaitan ini, munculah salah satu pemikiran kearah pengelolaan pendidikan
yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan
berbagai kebijakan secara luas. Pemikiran ini dalam perjalanannya disebut
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau School based manajement (SBM), yang
telah berhasil mengangkat komisi dan memecahkan berbagai masalah pendidikan
beberapa negara maju, seperti Australia dan Amerika (Rosmala, 2016).
Sulaiman, dkk. (2015), mengemukakan bahwa, tujuan utama MBS adalah
meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi
diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi
masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi.
Implementasi MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan
berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan
3
memberdayakan otoritas daerah setempat, serta mengefisiensikan sistem dan
menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih (Deartemen Agama RI, 2005).
MBS memberikan peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik
untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah
kurikulum, pembelajaran, manajerial, dan lain sebagainya yang tumbuh dari
aktifitas, kreatifitas, dan profesionalisme yang dimiliki (Hafid, 2011).
Kompleksnya permasalahan yang dihadapi sekolah-sekolah di Indonesia akan
menjadi kendala dalam pelaksanaan otonomi sekolah secara sekaligus. Oleh
Karena itu, perlu ada pentahapan pelaksanaan untuk menghindari terjadinya
benturan-benturan antaraspek dan antarunit pelaksana. Untuk kepentingan
tersebut, sedikitnya perlu dilakukan tiga tahapan, yaitu jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
Secara bahasa, MBS berasal dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan
sekolah. Manajemen adalah proses menggunakan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar
atau asas. Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk
menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut,
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai penggunaan sumber
daya yang berasaskan pada sekolah dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
Mulyono (dalam Minarti, 2016), mendefinisikan Manajemen Berbasis
Sekolah dengan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh
sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan
sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi
4
kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam
pendidikan nasional. Sedangkan, Lubis (2015) mengartikan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) sebagai pengoordinasian dan penyerasian sumber daya yang
dilakukan secara otomatis (mandiri) oleh sekolahmelalui sejumlah input
manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional,
dengan melibatkan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara
langsung dalam proses pengambilan keputusan (partisipatif). Hal ini berarti,
sekolah harus bersifat terbuka dan insklusif terhadap sumber daya yang ada diluar
lingkungan sekolah yang mempunyai kepentingan yang selaras dengan tujuan
pendidikan nasional.
Pada tataran ini, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan
sebagai pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab
yang lebih besar pada sekolah), memberikan fleksibilitas pada sekolah,
mendorong partisipasi secara langsung dari warga sekolah (guru, siswa, kepala
sekolah, karyawan) danmasyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuan,
pengusaha), dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasioanal serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Artinya, seluruh
komponen sekolahbekerja sama dengan stakeholders sekolah bersama-sama untuk
meningkatkan mutu pendidikan sekolah dengan standar dari pemerintah
(Jalaluddin, dkk, 2015).
Sesuai dengan deskripsi detail tersebut, Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) merupakan pemberian otonomi penuh kepada sekolah untuk secara aktif-
kreatif serta mandiri dalam mengembangkan dan melakukan inovasi dalam
5
berbagai program untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan kebutuhan
sekolah sendiri yang tidak lepas dari kerangka tujuan pendidikan nasional dengan
melibatkan yang berkepentingan (stakeholders) serta sekolahharus pula
mempertanggung jawabkan kepada masyarakat yang berkepentingan.
Tujuan umum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah untuk
memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada
sekolahuntuk mengelola sumber daya sekolah dan mendorong partisipasi warga
sekolah serta masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan(Fattah, 2004).
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dari waktu ke waktu,
kesarana masyarakat terhadap urgensitas pendidikan semakin meningkat dan
mulai tampak di permukaan. Hal ini dapat diindikasikan dengan animo
masyarakat yang banyak menyekolahkan anak-anaknya ke lembaga-lembaga
pendididikan yang credible. Hal ini disebabkan masyarakat sadar bahwa untuk
menghadapi tantangan yang semakin berat yang disebabkan oleh perubahan dan
tantangan zaman yang di dalamnya ada perkembangan sosial, budaya, politik, dan
ekonomi yang membutuhkan kesiapan mental dan juga yang paling utama adalah
kesiapan pada penguasaan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan
harus maju dan mampu memberikan layanan yang maksimal kepada masyarakat
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang akan menjadi “idola” untuk
menyekolahkan anak-anaknya (Hafid, 2011).
Artinya, dalam hal ini, bukan hanya instansi bersifat komersial saja yang
dituntut untuk berkompetensi, melainkan lembaga pendidikan juga dituntut untuk
6
bersaing dengan lembaga pendidikan yang lain untuk menawarkan jasa yang ada
kesesuaian dan keserasian dengan kebutuhan masyarakat sebagai user education.
Oleh sebab itu, lembaga pendidikan harus mempunyai sistem manajemen
pendidikan yang baik dan mapan untuk menyongsong era kompetensi (Idris,
2007). Artinya, jika pendidikan ingin dilaksanakan secara terencana dan teratur,
berbagai elemen yang terlibat dalam kegiatan perlu dikenali. Untuk itu, diperlukan
pengkajian usaha pendidikan sebagai suatu sistem. Sistem di sini merupakan suatu
mekanik dalam suatu anatomi pendidikan.
Sejalan dengan tuntutan tersebut diatas, pendidikan sudah mulai berbenah
diri dan mengalami reformasi sebagai bentuk konsekuensi dari tuntutan tersebut.
Pemerintah dalam hal ini sudah menyiapkan konsep pengelolaan pendidikan,
yaitu konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), untuk diterapkan di lembaga-
lembaga pendidikan sebagai jawaban atas tuntutan zaman.
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya
adalah pemberian otonomi yang lebih luas pada sekolah dengan tujuan akhirnya
meningkatkan mutu hasil penyelengaraan pendidikan sehingga bisa menghasilkan
prestasi yang sebenarnya melalui proses manajerial yang mapan. Hal ini
sebagaimana menjadi temuan dalam penelitian Kiragu, dkk. (2013) di Murang’a,
bagian selatan Kenya bahwa implementasi manajemen berbasis sekolah di daerah
tersebut membawa dampak yang positif terhadap perbaikan mutu pendidikan.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) mengsinergiskan, meningkatkan
kinerja dan partisipasi semua stakeholder-nya.Dengan MBS, sekolah pada semua
jenjang dan semua jenis pendidikan dmemiliki sifat otonomistik. Dengan sifat
7
tersebut, sekolah akan menjadi suatu instansi pendidikan yang organik,
demokratik,kreatif, dan inovatif serta unik dengan ciri khasnya untuk melakukan
pembaharuan sendiri (selfreform) (Abu, Ibtisan & Duhou, 2002). Artinya, dalam
konteks ini, sekolah memiliki wewenang untuk mengambil keputusan sebab
keptusan akan benar sesuai dengan kebutuhan dan realitas proses belajar mengajar
dalam konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang utuh. Pada tataran ini,
Sagala (2011) menyatakan bahwa kekuasaan yang dimiliki sekolah mencakup,
antara lain (1) mengambil keputusan berkaitan dengan pengelolaan kurikulum; (2)
keputusan berkaitan dengan rekrutmen dan pengelolaan guru dan pegawai
administrasi; (3) keputusan berkaitan dengan pengelolaan sekolah.
Suryosubroto (2010) menyebutkan lima komponen manajemen sekolah
yaitu; (1) manajemen kurikulum, (2) manajemen personel sekolah, (3) manajemen
tatalaksana sekolah, (4) manajemen sarana pendidikan, (5) manajemen
pendanaan/keuangan sekolah, dan (6) manajemen organisasi sekolah, (7)
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (8) manajemen peserta
didik.Hal serupa juga dikemukakan olehMulyasa (2003), Nurkolis, (2003), serta
Permadi (2001). Menurut Suryosubroto, jika kelima komponen tersebut
dijalankan dengan harmonis dan sistematis maka proses dan pencapaian tujuan
sekolah akan menjadi mudah, terarah dan sistematis. Dengan begitu, sekolah akan
menjadi lembaga yang otonom.
Selaras dengan kelima komponen tersebut, semuanya dapat dilaksanakan
melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) jika prinsip-prinsipnya dijadikan
patokan dan sebagai koridor sekolah. Terdapat empat prinsip Manajemen Berbasis
8
Sekolah (MBS), yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip desentalisasi, prinsip
pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif manusia (Mulyasa, 2003).
Prinsip ekuifinalitas (equifinality) didasarkan pada teori manajemen
modern yang berasumsi bahwa terdapat perbedaan cara untuk mencapai tujuan.
Manajemen sekolah menekankan fleksibilitas dan sekolah harus dikelola oleh
sekolah berdasarkan kondisinya masing-masing. Prinsip ekuifinalitas ini
mendorong terjadinya desentralisasi kekuasaan dan mempersilakan sekolah
memiliki mobilitas yang cukup berkembang, dan bekerja menurut strategi uniknya
masing-masing untuk mengelola sekolahnya secara efektif.
Prinsip desentralisasi (decentralization) merupakan gejala penting dalam
reformasi manajemen sekolah modern. Dasar teori prinsip desentralisasi ini adalah
manajemen sekolah dalam aktifitas pengajaran menghadapi berbagai kesulitan
dan permasalahan. Oleh karena itu, sekolah harus diberi kekuasaan dan tanggung
jawab untuk menyelesaikan permasalahan secara efektif sesegera mungkin ketika
permasalahan muncul. Tujuan prinsip desentralisasi adalah memecahkan masalah
secara efisien, bukan menghindari masalah. Maka, MBS harus mampu
menemukan permasalahan, memecahkannya tepat waktu, dan memberi kontribusi
terhadap efektivitas belajar mengajar.
Prinsip sistem pengelolaan mandiri (self-managing system). MBS tidak
menyangkal perlunya mencapai tujuan berdasarkan kebijakan dari atas, tetapi
menurut MBS terdapat berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh
Karena itu, amat penting dengan mempersilakan sekolahuntuk memiliki sistem
pengelolaan mandiri (self-managing system)dibawah kendali kebijakan dan
9
struktur utama, memiliki otonomi untuk mengembangkan tujuan pengajaran dan
strategi manajemen, mendistribusikan sumber daya manusia dan sumber daya
lain, memecahkan masalah, dan meraih tujuan menurut kondisi mereka masing-
masing. Karena sekolah menerapkan sistem pengelolaan mandiri, sekolah
dipersilakan untuk mengambil inisiatif atas tanggung jawab mereka.
Prinsip inisiatif manusia (human initiative). Sesuai dengan perkembangan
hubungan kemanusiaan dan perubahan ilmu tingkah laku pada manajemen
modern, orang-orang mulai memberikan perhatian serius pada pengaruh penting
faktor manusia dalam efektivitas organisasi. Perspektif sumber daya manusia
menekankan pentingnya sumber daya manusia sehingga poin utama manajemen
adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia di madrasah untuk lebih
berperan dan berinisiatif. Maka, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan
untuk membangun lingkungan yang sesuai dengan para konstituen sekolah untuk
berpartisipasi secara luas dan mengembangkan potensi mereka. Peningkatan
kualitas pendidikan terutama berasal dari kemajuan proses internal, khususnya
dari aspek manusia.
Mengacu pada uraian di atas, menjadi sebuah kesadaran bahwa sangatlah
penting yang namanya manajemen berbasis sekolah itu. Oleh karena itu, untuk
mencapai lembaga pendidikan (Sekolah) yang berkualitas, maka sangat penting
dilakukan evaluasi sistem manajemen berbasis sekolah yang digunakan. Dengan
evaluasi, dapat diketahui apakah komponen-komponen manajemen berbasis
sekolah telah dilaksanakan? Apakah pelaksanaan komponen tesebut dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsipnya. Dengan begitu, hasil evaluasi nantinya akan
10
dijadikan sebagai bahan refleksi untuk merekonstruksi sistem manajemen sekolah
yang menjadi lebih baik lagi. Salah satu sekolah yang menjadi sasaran evaluasi
sistem manajemen sekolahnya adalah SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar.
Hasil temuan awal peneliti terkait MBS di sekolah tersebut dijumpai berbagai
permasalahan terkait MBS yang sangat urgen untuk segera diselesaikan. Adapun
temuan tersebut disajikan dalam tabel berikut;
Tabel 1.1 Temuan Hasil Observasi Awal
No. Temuan
1 Pada jam pembelajaran, peneliti menjumpai sejumlah siswa yang
berkeliaran di luar sekolah tanpa adanya teguran atau tindakan tegas
dari pihak sekolah (dalam hal ini guru dan kepala sekolah atau bahkan
bagian konseling)
2 Proses pembelajaran di kelas tidak berlangsung sebagaimana
mestinya. Guru hanya menjalankan tugas mengajarnya secara apa
adanya. Begitu pun dengan siswa yang hanya sekadar hadir di dalam
kelas tanpa memperhatikan materi yang dibelajarkan
3 Di bagian kantor dan tata usaha, tidak tersedia papan informasi atau
sejenisnya yang menjelaskan tentang organisasi sekolah,
kepengurusan, program-program, dan lain-lain sebagainya
sebagaimana yang biasa ditampilkan oleh sekolah lain
4 Banyak sekali dijumpai siswa dengan pakaian dan tampilan yang tidak
disiplin sebagaimana mestinya
5 Guru dan siswa masih banyak yang tidak disiplin khususnya datang
tepat waktu ke sekolah.
6 Peneliti tidak menemukan perangkat pembelajaran yang digunakan
oleh beberapa orang guru pada saat pembelajaran berlangsung
7 Sarana dan prasarana sekolah banyak yang rusak, namun dibiarkan
begitu saja tanpa adanya usaha untuk memperbaiki
11
8 Lingkungan sekolah tidak kondusif akibat kebersihan yang tidak
diperhatikan
9 Banyak sekali pelanggaran yang dilakukan siswa berdasarkan undang-
undang atau tata tertib sekolah
Sumber: Hasil Observasi Awal, 2019
Berdasarkan konsep MBS, temuan peneliti terdahulu, dan permasalahan
yang ditemukan, penelitian ini menjadi sangat penting untuk segera dilakukan.
Adapun judul dari penelitian ini mengacu pada latar belakang penelitian ini adalah
“EvaluasiManajemen Berbasis Sekolah di SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah;
1. Bagaimanakah komponen manajemen berbasis sekolah di SMA PGRI Balang
Bo’dong Makassar?
2. Bagaimanakah fungsi manajemen berbasis sekolah di SMA PGRI Balang
Bo’dong Makassar?
3. Bagaimanakah prinsip manajemen berbasis sekolah di SMA PGRI Balang
Bo’dong Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian
ini adalah;
1. Mendeskripsikan komponen manajemen berbasis sekolah di SMA PGRI
Balang Bo’dong Makassar.
12
2. Mendeskripsikan fungsi manajemen berbasis sekolah di SMA PGRI Balang
Bo’dong Makassar.
3. Mendeskripsikan prinsip manajemen berbasis sekolah di SMA PGRI Balang
Bo’dong Makassar
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana dalam mengembangkan
khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu manajemen
dan manajemen pendidikan.
b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbang saran dalam
pengembangan mutu pendidikan melalui konsep sistem manajemen
berbasis sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan berfikir
penulis melalui penelitian dan penulisan karya ilmiah
b. Penelitian ini merupakan wadah bagi peneliti untuk menerapkan teori-
teori yang selama ini telah penulis terima pada masa perkuliahan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi alat evaluasi dan refleksi
bagi sekolah yang menjadi lokasi penelitian pada khususnya dan sekolah
yang ada di Indonesia pada umumnya dalam rangka meningkatkan mutu
lembaga yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas
pendidikan.
13
E. Definis Operasional
Definisi operasional dimaksudkan sebagai upaya untuk menghindari
terjadinya kesalahan pemahaman terhadap beberapa variabel yang dianggap
penting. Adapun variabel tersebut dan definisinya sebagai berikut;
1. Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses untuk
menentukan nilai baik buruk, tepat tidak tepat, atau layak tidak layak dari
suatu hal.
2. Manajemen merupakan sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang
dilakukan oleh sekelompok orang atau organisasiuntuk mencapai tujuan
organisasi tersebut dengan cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki.
3. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan proses mengelola sumber
daya secara efektif untuk mencapai tujuan yang memberikan otonomi lebih
besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif
secara langsung semua komponen warga sekolah, yaitu; kepala sekolah, guru,
siswa, orang tua dan masyarakat.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Rosmala (2016) dalam studi literaturnya (literature review) telah menelaah
konsep manajemen berbasis sekolah dan implementasinya. Hasil dari studi yang telah
dilakukan tersebut menjelaskan bahwa manajemen berbasis sekolah adalah kunci bagi
setiap sekolah untuk mengembangkan mutu kea rah yang lebih baik. Hanya saja,
menjadi perhatian serius mengenai petunjuk praktis dalam menjalankan manajemen
berbasis sekolah. Sebab, dalam berbagai kasus, ditemukan beberapa sekolah yang
megklaim dirinya sebagai pelaksana atau pengguna manajemen berbasis sekolah,
namun, prosedur dan hasil capaiannya tidak sesuai dengan ketentuan atau kaidah
yang seharusnya. Menurut Rosmala, hal ini terjadi disebabkan oleh tidak tuntasanya
pemahaman konsep setiap lembaga yang mengimplementasikan manajemen berbasis
sekolah, dan atau tidak disiplinnya sekolah dalam menjalankan prosedur, sedangkan
prosedur telah dipahami dengan baik. Hal ini berkaitan dengan pembangkangan etika.
Setiawan (2016) dalam studi kualitatifnya menemukan bahwa implementasi
manajemen berbasis sekolah di SMK Negeri 1 Bantul membawa pengaruh yang
efektif dan signifikan terhadap keseluruhan sistem yang ada di sekolah tersebut.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) mengantarkan SMK Negeri 1 Bantul sebagai
salah satu sekolah kejuruan yang kredibel di masyarakat dengan berbagai kebijakan-
kebijakan sekolah yang diambil berdasarkan standar manajemen dan kebutuhan
14
15
sekolah. Dalam penelitian tersebut, Setiawan juga menemukan bahwa masih ada
dijumpai beberapa aspek manajemen yang memerlukan perhatian serius untuk segera
diberikan tindakan rekonstruksi atau perbaikan khususnya pada komponen
manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen tenaga
kependidikan.
Seperti hanyal Setiawan (2016), Jalaluddin, dkk. (2015) juga telah melakukan
penelitian terkait implementasi manajemen berbasis sekolah di SMA Kabupaten Aceh
Utara. Hasil penelitian Jalaluddin menunjukkan bahwa SMA yang ada di Kabupaten
Aceh Utara telah menjalankan fungsi manajemen berbasis sekolahnya dengan baik
oleh kepada sekolah berdasarkan standar kebijakan, perencanaan, dan pelaknsaannya.
Selain itu, hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa manajemen berbasis sekolah
di SMA yang ada di Aceh Utara juga mendapatkan berbagai kendala atau
permasalahan. Namun, kepala sekolah senantiasa mencari solusi atas permasalahan
MBS yang ditemukan.
Mollootimile & Thulani (2015) juga telah melakukan penelitian tentang
pentingnya manajemen berbasis sekolah di Afrika Selatan. Di Abad 21 ini, oleh
Mollootimile & Thulani menjadikan suatu keharusan sekolah-sekolah pada semua
jenjang untuk menerapkan sistem manajemen berbasis sekolah. Studi yang dilekukan
oleh kedua peneliti tersebut membuktikan bahwa berbagai sekolah telah menerapkan
manajemen berbasis sekolah dan mampu mengentarkan sekolah tersebut pada
penghargaan yang tinggi atas prestasi dan perubahan fundamental pada mutu yang
ditimbulkan oleh implementasi MBS tersebut.
16
Sejalan dengan Mollootimile & Thulani (2015) yang telah melakukan studi di
negaranya, Afrika Selatan, Raihani (2007) juga telah melakukan penelitian terkait
reformasi pendidilkan di Indonesia di Abad 21 ini. Oleh Raihani dijelaskan bahwa
kindisi pendidikan di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan.
Perkembangan tersebut tidak lain dan tidak bukan akibat manajemen pendidikan yang
semakin baik. Salah satu yang dimaksud oleh Raihani adalah semakin baiknya
kualitas manejemen berbasis sekolah yang dijalankan oleh pemerintah untuk
dilaksanakan oleh sekolah-sekolah untuk semua pendidikan. Kedepannya, untuk
menjadi negara dengan tingkat kualitas pendidikan terbaik, Indonesia harus semakin
giat dalam mengembangkan kualitas manajemen berbasis sekolah.
B. Tinjauan Teori
1. Sistem Manajemen Sekolah
a. Pengertian Sistem
Secara umum, pengertian sistem adalah suatu kesatuan, baik obyek nyata atau
abstrak yang terdiri dari berbagai komponen atau unsur yang saling berkaitan, saling
tergantung, saling mendukung, dan secara keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan
untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien (Mulyasa, 2003: 7).Ada juga
yang mengatakan definisi sistem adalah suatu paduan yang terdiri dari beberapa
unsur/ elemen yang dihubungkan menjadi satu kesatuan sehingga memudahkan aliran
informasi dan materi/ energi untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu.
17
Secara etimologis, istilah “sistem” berasal dari bahasa Latin (systēma) dan
bahasa Yunani (sustēma) yang sering dipakai untuk memudahkan dalam
menggambarkan interaksi di dalam suatu entitas (Mulyasa, 2003: 8).Istilah “sistem”
sering digunakan dalam berbagai bidang, sehingga maknanya akan berbeda-beda
sesuai dengan bidang yang dibahas. Namun, secara umum kata “sistem” mengacu
pada sekumpulan benda yang saling memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
Jogianto (2005:2) menjelaskan bahwasistem adalah kumpulan dari elemen-
elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini
menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata, seperti tempat,
benda dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi. Sementara Indrajit (2001:2),
Sistem adalah kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki unsur
keterkaitan antara satu dengan lainnya.Sidharta (1995:9), mengemukakan bahwa,
sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang secara
bersama mencapai tujuan-tujuan yang sama.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem
adalah sekelompok komponen dan elemen yang digabungkan menjadi satu untuk
mencapai tujuan tertentu.
Suatu sistem dibentuk oleh unsur-unsur tertentu (Nurkholis, 2003: 16). Setiap
sistem terdiri dari empat unsur, yaitu:
1) Obyek, di dalam sistem terdapat sekumpulan obyek (fisik/ abstrak) dalam bentuk
elemen, bagian, atau variabel.
18
2) Atribut, sesuatu yang menentukan mutu atau sifat kepemilikan suatu sistem dan
obyeknya.
3) Hubungan internal, setiap elemen saling terikat menjadi satu kesatuan.
4) Lingkungan, tempat atau wilayah dimana sistem berada
Sedangkan elemen pembentuk suatu sistem oleh Nurkholis (2003: 18) dapat
dibagi menjadi tujuh bagian, yaitu:
1) Tujuan, sistem dibuat untuk mencapai tujuan (output) tertentu yang ingin dicapai.
2) Masukan, semuanya yang masuk ke dalam sistem akan diproses, baik itu obyek
fisik maupun abstrak.
3) Proses, yaitu transformasi dari masukan menjadi keluaran yang lebih memiliki
nilai, misalnya produk atau informasi. Namun juga bisa dapat berupa hal yang tak
berguna, misalnya limbah.
4) Keluaran, ini adalah hasil dari pemrosesan dimana wujudnya bisa dalam bentuk
informasi, saran, cetakan laporan, produk, dan lain-lain.
5) Batas, sesuatu yang memisahkan antara sistem dan daerah di luar sistem. Dalam
hal batas akan menentukan konfigurasi, ruang lingkup, dan hal-hal lainnya.
6) Pengendalian dan Umpan Balik, mekanismenya dapat dilakukan dengan memakai
feedback terhadap keluaran untuk mengendalikan masukan maupun proses.
7) Lingkungan, segala sesuaut di luar sistem yang berpengaruh pada sistem, baik
menguntungkan maupun merugikan.
Secara garis besar jenis sistem dapat dibedakan menjad dua kategori yaitu
berdasarkan keterbukaan dan berdasarkan komponennya. Kedua jenis sistem tersebut
19
oleh Permadi (2001: 24) diberikan batasan-batasan dengan penjelasan sebagai
berikut, yaitu:
1) Berdasarkan keterbukaan
a) Sistem terbuka, yaitu suatu sistem yang dapat dipengaruhi oleh pihak luar
karena adanya akses terbuka.
b) Sistem tertutup, yaitu suatu sistem yang tidak dipengaruhi oleh pihak luar
karena aksesnya tertutup.
2) Berdasarkan komponen
a) Sistem fisik, yaitu suatu sistem yang memiliki komponen energi dan materi.
b) Sistem non-fisik, yaitu suatu sistem yang bentuknya abstrak, misalnya berupa
ide, konsep, dan hal-hal lainnya.
b. Pengertian Manajemen
Organisasi atau lembaga pendidikan baik formal maupun non formal sangat
membutuhkan pengelolaan atau manajemen. Terry dan Leslie (2009: 1) mengatakan
bahwa manajemen adalah suatu proses kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan
atau pengarahan suatu kelompok individu ke arah tujuan organisasional atau maksud
yang nyata. Fattah (2011: 1) mengatakan bahwa manajemen diartikan sebagai proses
merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan
segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Muhaimin,
dkk. (2011: 4) mengatakan bahwa manajemen pada dasarnya merupakan suatu proses
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan serangkaian proses
20
pengelolaan berbagai komponen yang ada di dalamnya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang manajemen, seperti yang
dikatakan Terry dan Leslie (Kompri, 2014: 3) mengatakan bahwa manajemen adalah
suatu proses yang khas terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber lainnya. Rohiat
(2010: 2) yang mengatakan bahwa dalamproses manajemen terlibat fungsi-fungsi
pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu: perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan pengawasan
(controlling).
Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep manajemen
adalah menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian menjadi suatu rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat
mendasar dan menyeluruh. Proses pengambilan keputusan melibatkan
pendayagunaan segala sumber daya secara efisien disertai cara penetapan dan cara
pelaksanaan oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Manajemen dalam perencanaan perlu untuk melaksanakan analisis
SWOT, yaitu Strength(kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang),
dan Threats (tantangan).
Menurut Handoko (2001), ada tiga alasan utama mengapa manajemen
diperlukan:
21
1) Manajemen diperlukan agar tujuan pribadi dan organisasi dapat tercapai
2) Berikutnya, manajemen juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara
tujuan-tujuan, sasaran, dan kegiatan, yang saling bertentangan dari pihak yang
punya kepentingan dalam organisasi.
3) Manajemen dibutuhkan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas suatu kerja
organisasi
Sebuah organisasi yang sedang berkembang membutuhkan manajemen dalam
beberapa hal; mencakup manajemen strategi, manajemen sumber daya manusia,
produksi, pemasaran, dan manajemen lainnya.
c. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen dapat dilakukan oleh setiap organisasi diberbagai bidang, termasuk
sekolah. Sagala (2011: 55) mengatakan bahwa manajemen sekolah adalah proses dan
instansi yang memimpin dan membimbing penyelenggaraan pekerjaan sekolah
sebagai suatu organisasi dan mewujudkan tujuan pendidikan dan tujuan sekolah yang
telah ditetapkan.
Manajemen sekolah merupakan suatu proses. Rohiat (2010: 14)
mengemukakan bahwa manajemen sekolah adalah melakukan pengelolaan sumber
daya yang dimiliki oleh sekolah atau organisasi yang diantaranya adalah manusia,
uang, metode, material, mesin, dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis
dalam suatu proses.
Pengelolaan manajemen dilakukan untuk mendayagunakan sumberdaya yang
dimiliki secara terintegrasi dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan sekolah.
22
Pengelolaan dilakukan oleh Kepala Sekolah (KS) dengan kewenangan sebagai
manajer sekolah melalui komando atau keputusan yang telah ditetapkan dengan
mengarahkan sumberdaya untuk mencapai tujuan. Rohiat (2010: 14) mengatakan
bahwa manajer mengaturnya melalui proses dari urutan fungsi-fungsi manajemen
(perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian).
Manajemen sekolah diartikan sebagai proses pendayagunaan sumber daya
sekolah. Pendayagunaan sumber daya tersebut melalui kegiatan fungsi-fungsi
manajemen. Fungsi tersebut diantaranya adalah fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian secara lebih efektif dan efisien
dengan segala aspeknya menggunakan semua potensi yang tersedia agar tercapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien serta produktivitas sekolah yang bermutu.
Terdapat beberapa langkah pelaksanaan manajemen peningkatan mutu sekolah.
Sagala (2011: 55-56) menjelaskan bahwa setiap sekolah melaksanakan manajemen
peningkatan mutu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Merumuskan visi, misi, tujuan dan target peningkatan mutu secara berkelanjutan
2) Menyusun perencanaan sekolah mengunakan model perencanaan strategis
3) Melaksanakan program sekolah sesuai formulasi perencanaan
4) Melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap program kerja yang
dilaksanakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas serta kualitas
penyelenggaraan program sekolah
23
5) Menyusun laporan kemajuan sekolah dan melaporkannya kepada orang tua siswa
kemajuan hasil belajar anak-anaknya di sekolah, melaporkan kemajuan sekolah
kepada masyarakat dan stakeholders sekolah serta pemerintah daerah;
6) Merumuskan program baru sebagai hasil evaluasi program sekolah dan kelanjutan
dari program yang telah dilaksanakan menggunakan perencanaan strategik
sekolah.
Langkah yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan manajemen peningkatan mutu harus melalui tahapan-tahapan. Tahapan
manejemen dimulai dari proses merumuskan rencana dan tujuan, pengunaan strategi
yang tepat, pelaksanaan dan pelaporan serta ditutup dengan menentukan langkah baru
untuk meningkatkan mutu yang lebih baik. Langkah ini penting untuk mengukur
pencapaian tujuan dan kualitas sekolah.
Manajemen berbasis sekolah dapat di artikan sebagai suatu proses kerja
komunitas sekolah dengan cara menerapkan kaidah kaidah otonomi, akuntabilitas,
pratisipasi, dan sustainabilityuntuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran
secara bermutu (Danim, 2007: 33-34).
Menurut Judith Capman, MBS adalah “school based management refers to
form of education administration in which the school become the primary unit for
decision making, it differs from more traditional form of educational administration
in which central bureaucracy dominate in the decision making process” (manajemen
berbasis sekolah adalah merujuk pada suatu bentuk administrasi pendidikan, dimana
sekolah menjadi unit kecil utama dalam pengambilan keputusan. Hal ini berbeda
24
dengan bentuk tradisional administrasi pendidikan, yakni pemerintah pusat sangat
menonjol dalam pengambilan keputusan (Asmani, 2002: 33).
MBS adalah konsep yang menggambarkan perubahan formal struktur
penyelenggaraan sekolah sebagai suatu bentuk desentralisasi yangmengidentifikasi
sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi
kewenangan pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya
peningkatan dapat di dorong dan dipotong (Mulyasa, 2010, 11-12).
Sementara menurut Candoli, MBS adalah suatu cara/ metode untuk memaksa
sekolah itu sendiri mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi pada anak didik
menurut yuridiksi dan mengikuti sekolahnya (Mulyasa, 2006: 12).Konsep ini
menegaskan bahwa ketika sekolah itu dibebani dengan pengembangan total
kependidikan yang bertujuan melayani kebutuhan kebutuhan anak dalam mengikuti
sekolah khusus itu, personil sekolah akan mengembangkan program program yang
kebih meyakinkan mereka mengetahui para siswa dan kebutuhan kebutuhan mereka.
A Gorton menyebut MBS identik dengan school and the community(sekolah
dan masyarakat). Menurutnya, school and community adalah suatu rumusan dasar
tentang masalah masalah hubungan anatar sekolah dan masyarakat. Yang berkaitan
erat dengan iklim kehidupan masyarakat dan sekolah.Ada dua faktor yang menunjang
dalam memahami hubungan antara sekolah dan masyarakat, yaitu:
Faktor pertama, tantangan profesionalitas terhadap penyelenggara pendidikan
di sekolah untuk memenuhi keinginan/harapan/ cita cita masyarakat. Dalam hal ini,
tantangan profesionalitas berkaitan denganusaha usaha yang dilakukan seorang guru
25
dalam merubah program atau sistem pembelajaran yang memiliki kecenderungan dan
kesesuaian terhadap norma norma yang ada dalam masyarakat. Jika sekolah yang ada
tidak memberikan kontribusi yang baik dan konstruktif kepada masyarakat, maka
secara reaktif masyarakat akan menolak keberadan sekolah akan sangat didukung dan
diharapkan oleh masyarakat di tempat tersebut.
Faktor kedua, tantangan masyarakat terhadap para oenyelenggara pendidikan
yang syarat dengan tuntutan norma norma profesionalitas. Tantangan yang
dimaksudkan adalah menyangkut maslaah masalah yangdisebabkan adanya keinginan
antara masyarakat dan sekolah untuk memperbaiki pendidikan. Sekolah secara
intensif bersama sama dengan masyarakat melalui aksi aksi secara pasti dan
mengevaluasi apa yang sedang berlangsung di sekolah. Masyarakat pada umumnya
hanya menghendaki hasil yang diperoleh di sekolah dari segi efektifitas, dan dalam
banyak kasus pula, masyarakat pada umumnya menghendaki dilibatkan dalam poses
penentuan kebijakan sekolah (Mulyasa, 2006: 13).
Fenomena sebagaimana di atas menuntut para pelaku dan pendiri pendidikan
utnuk bersama sama mengatur sekolah secara baik, hal ini ditunjukkan dengan pola
MBS seagai kerangka dasar pijakan untuk memahami sekolah dan masyarakat.
Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal dituntut untuk menyinergikan
(memadukan) beberapakepentingan dan harapan masyarakat secara luas.
Pembelajaran di sekolah tidak hanya untuk memuaskan kepentingan lembaga
(memenuhi target nilai dan prestasi belajarpeserta didik sehingga sekolah menjadi
26
terkenal), tetapi lebih dari itu; masyarakat menghendaki output dan juga outcome
(hasil dan juga dampak) dari proses pembelajaran di sekolah.
Jika dicermati dari penjelasan di atas, MBS dapat diartikan sebagai format
pengelolaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik , sekolah, dan
masyarakat. Dengan penjabaran bahwa masing masing komponen (peserta didik,
sekolah dan masyarakat) mempunyai tanggung jawab bersama untuk menciptakan
sekolah yang bermutu dan berkesinambungan.
Disamping itu, MBS juga merupakan konsep yang“multi combine” dalam arti
MBS didorong dan didukung oleh berbagai pihak yang saling melengkapi. MBS
dibebankan kepada kepala sekolah, guru, komite sekolah, orang tua, masyarakatn dan
pemerintah. Sekolah sebagai pelaksana pembelajaran, orang tua/ masyarakat sebagai
pemberi masukan pendapat, sekaligus juga menikmati output dan outcome
pembelajaran sekolah, dan pemerintah sebagai pemegang otoritas resmi bertindak
sebagai pendorong, pengawas serta memberikan opini seluas luasnya tentang
pentingnya kualitas dan kempanan dalam dunia pendidikan nasional.
Apabila manajemen berbasis lokasi lebih difokuskan pada tingkat sekolah,
maka MBS akan menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan tanggap
terhadap kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada. Ciri ciri MBS bisa dilihat
dari sudut sejauh mana sekolah tersebut dapat mengoptimalkan kinerja organisasi
sekolah, pengelolaan SDM, proses belajar mengajar dan sumber daya.
Dengan demikian, MBS yang akan dikembangkan merupakan bentuk
alternative sekolah dalam program desentralisasi bidang pendidikan yang dtandai
27
dengan adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partsipasi masyarakat yang tinggi tapi
masih dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Tetapi, semua ini harus
mengakibatkan peningkatan proses belajar mengajar. Sekolah yang menerapkan
prinsip prinsip MBS adalah sekolah yang harus lebih bertanggung jawab (high
responbility) kreatif dalam bertindak dan mempunyai wewenang lebih (more
authority) serta dapat dituntut pertanggungjawabannya oleh yang berkepentingan atau
tanggung gugat (public accountability by stake holders) (Depdiknas 2005).
Keterangan di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa MBS sangat
menekankan partisipasi public, tidak boleh ada manajemen yang sentralistik, dan
otoriter. Semua elemen pendidikan mempunyai hakmenyatakn pendapat, aspirasi, dan
keputusan berjalan secara kolektif demi kepentingan dan kemajuan sekolah.
d. Komponen-Komponen dalam Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen sekolah didalamnya terdapat komponen-komponen yang
mendukung dalam proses pelaksanaannya. Suryosubroto (2010: 32-163)menjabarkan
komponen-komponen dalam manajemen sekolah antara lain sebagai berikut:
1) Manajemen kurikulum
Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh
seluruh peserta didiknya, baik dilakukan di dalam sekolah maupun diluar sekolah.
Pengalaman peserta didik di sekolah dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan
pendidikan antara lain: mengikuti pelajaran di kelas, praktik keterampilan,
latihan-latihan olahraga dan kesenian dan kegiatan karya wisata atau praktik
dalam laboratorium di sekolah. Manajemen kurikulum di dalamnya terdapat
28
kegiatan yang dititik beratkan kepada kelancaran pembinaan situasi belajar
mengajar.
Kegiatan manajemen kurikulum melibatkan semua komponen mulai dari
tugas pendidik hingga proses pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hal tersebut
dimaksudkan agar pelaksanaan kurikulum dapat berjalan sesuai dengan arah yang
ditentukan.
2) Manajemen personal sekolah
Personal dalam sekolah disebut dengan pegawai. Personal di sekolah
meliputi unsur guru dan karyawan. Secara terperinci dapat disebutkan
keseluruhan personal sekolah adalah KS, guru, pegawai tata usaha dan pesuruh
atau penjaga sekolah. Kepala sekolah (KS) harus mampu menjadi manajer yang
efisien dan pemimpin yang efektif. KS harus mencerminkan tampilan sebagai
kekepalasekolahanan sejati, yaitu memiliki kemampuan manajemen dan dapat
menampilkan sikap dan sifat sebagai KS.
Istilah kekepalasekolahan bermakna segala yang berkaitan dengan tugas
dan fungsi KS. Danim (2009: 12-13) menyebutkan bahwa fungsi organik
manajemen merupakan roda gigi dalam menjalankan fungsi substansif, interaksi
sinergis keduanya melahirkan sosok perilaku kekepalasekolahan ideal, yaitu
mampu membawa organisasi sekolah untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.
29
3) Manajemen tatalaksana sekolah
Prinsip dalam manajemen tatalaksana sekolah adalah bertanggung jawab
mengurusi semua kegiatan yang berlangsung di dalam sekolah. Beberapa
tatalaksana sekolah (ketatausahaan sekolah) yang terpenting menurut
Suryosubroto (2010: 104-111) adalah: (1) Surat dinas dan buku agenda,(2) Buku
ekspedisi (bukti surat yang dikirim sudah sampai kepada alamat atau orang yang
diberi tanggung jawab),(3) Buku catatan rapat sekolah (notulen), (4) Buku
pengumuman, (5) Pemeliharaan gedung (bangunan sekolah), (6) Pemeliharaan
halaman sekolah,(7) Pemeliharaan perlengkapan sekolah, dan (8) Kegiatan
manajemen yang didindingkan.
Manajemen tatalaksana sekolah harus dilaksanakan dengan sebaik
mungkin agar dapat menciptakan sekolah yang memiliki pola manajemen
kegiatan yang tersusun dengan rapi. Kegiatan yang tersusun dan terencana dengan
baik akan berdampak pada peningkatan menuju sekolah yang efektif.
4) Manajemen sarana pendidikan
Sarana prasarana merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan
pendidikan. Suharsimi dalam Suryosubroto (2010: 114) mengatakan bahwa yang
termasuk prasarana pendidikan adalah bangunan sekolah dan alat perabot sekolah.
Prasarana pendidikan ini juga berperan dalam proses belajar mengajar walaupun
secara tidak langsung. Garis besarnya manajemen sarana dan prasarana meliputi
30
lima hal yaitu: penentuan kebutuhan, proses pengadaan, pemakaian, pencatatan
atau pengurusan, dan pertanggungjawaban.
5) Manajemen keuangan sekolah
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara
langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Persoalan
yang menyangkut keuangan sekolah pada garis besarnya berkisar pada: bantuan
operasional sekolah (BOS), uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), uang
kesejahteraan personel dan gaji serta keuangan yang berhubungan langsung
dengan penyelenggaraan sekolah seperti perbaikan sarana dan sebagainya.
6) Organisasi sekolah (lembaga pendidikan formal)
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas dan tanggung
jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuan dibagi
secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi, dan wewenang
yang telah ditentukan. Suryosubroto (2010: 139-140) mengatakan bahwa melalui
struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui tugas dan wewenang
KS, tugas guru, tugas karyawan sekolah (pegawai tata usaha).
7) Hubungan sekolah dengan masyarakat (kegiatan Humas)
Hubungan sekolah dengan masyarakat menjadi sangat perlu untuk
menunjang peningkatan mutu dan prestasi sekolah. Purwanto (2010: 12)
mengatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat mencakup hubungan
sekolah dengan sekolah-sekolah lain, hubungan sekolah dengan pemerintah
setempat, hubungan sekolah dengan instansi-instansi dan hubungan sekolah
31
dengan masyarakat pada umumnya. Selanjutnya diuraikan bahwa hendaknya
semua hubungan itu merupakan hubungankerja sama yang bersifat pedagogis,
sosiologis dan produktif yang dapat mendatangkan keuntungan dan perbaikan
serta kemajuan bagi kedua belah pihak.
Fungsi pokok hubungan sekolah dengan masyarakat adalah menarik
simpati masyarakat umumnya serta publik khususnya. Fungsi tersebut membantu
sekolah mensukseskan program-programnya sehingga mampu mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan. Fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat
diantaranya adalah mengatur, memelihara, mengembangkan serta memberi
pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah melalui berbagai bentuk
komunikasi.
8) Manajemen peserta didik
Peserta didik merupakan salah satu komponen dalam proses manajemen
sekolah. Arikunto (1986: 11) menjelaskan devinisi peserta didik adalah siapa saja
yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Arti peserta didik
yang lebih khusus dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa peserta didik adalah anggota
masyarakat yang mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Penjelasan tentang arti
peserta didik di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang
terdaftar dalam suatu proses pembelajaran tertentu. Manajemen peserta didik
memiliki arti yaitu pengelolaan peserta didik di dalam proses pendidikan di
32
sekolah. Pengelolaan peserta didik tersebut dimaksudkan agar tercapainya
kompetensi peserta didik secara maksimal.
e. Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berlangsung dalam suatu proses berkesinambungan secara
sistemik, yang meliputi pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
staffing (penyusunan personalia), pengarahan dan kontrol. Proses yang
berkesinambungan dan yang memiliki fungsi dijelaskan olehHamalik (2010: 32)
bahwa masing-masing fungsi manajemen tersebut mencakup beberapa sub fungsi
yang bekerja secara bergiliran.
Manajemen sekolah yang terdiri dari beberapa subfungsi yang bekerja secara
bergiliran mempunyai karakteristik tersendiri sebagai bagian dari fungsi manajemen.
Rohiat (2010: 14) menjelaskan bahwa fungsi manajemen sebagai suatu karakteristik
dari pendidikan muncul dari kebutuhan untuk memberikan arah pada perkembangan,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam operasional sekolah.
Terdapat beberapa fungsi dalam manajemen sekolah. Sagala (2011: 56)
menjabarkan fungsi manajemen sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Fungsi perencanaan
Perencanaan mengutamakan kontinuitas program sebagai lanjutan bagi
terciptanya stabilitas kegiatan belajar mengajar di sekolah. Perencanaan adalah
proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program
yang akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu.
33
Proses perencanaan dilaksanakan secara kolaboratif atau kerja sama, yaitu dengan
mengikutsertakan personal sekolah dalam semua tahap perencanaan.
2) Fungsi pengorganisasian
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama, organisasi
diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah
perusahaan, sekolah, perkumpulan, badan-badanpemerintahan. Kedua, merujuk
pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan
diantara para anggota sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.
Istilah organisasi dalam menjalankannya dapat disebut sebagai
pengorganisasian, Sagala (2011: 58) menjelaskan bahwa pengorganisasian
diartikan sebagai kegiatan pembagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam
kerjasama sekolah. Tugas-tugas tersebut demikian banyak dan tidak dapat
diselesaikan oleh satu orang saja, tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh
masing-masing unit organisasi.
3) Fungsi penggerakan (Actuating)
Salah satu fungsi manajemen ialah fungsi penggerakan. Menggerakkan
(actuating) diungkapkan oleh Terry (1977) dalam Sagala (2011: 59) yang berarti
merangsang anggota kelompok melaksanakan tugasnya dengan antusias dan
kemauan yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin. Oleh karena
itu kepemimpinan KS mempunyai peran yang sangat penting dalam
menggerakkan personal sekolah melaksanakan program kerjanya. Penjelasan di
34
atas dapat disimpulkan bahwa menggerakkan adalah tugas pemimpin, pemimpin
memiliki kemampuan untuk membujuk orang-orang mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan dengan penuh semangat.
4) Fungsi pengoordinasian
Fungsi manajemen selanjutnya adalah pengoordinasian. Sagala (2011: 61)
berpendapat bahwa koordinasi dalam operasionalnyamengerjakan unit-unit,
orang-orang, lalu lintas informasi, dan pengawasan selektif mungkin, semuanya
harus seimbang dan selaras dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sergiovani (1987) dalam Sagala (2011: 61) mengemukakan bahwa organisasi
yang baik memberikan susunan administratif, aturan, mekanisme
pengkoordinasian yang dibutuhkan untuk memudahkan menjalankan aktivitas
organisasi secara maksimal.
Pengoordinasian mutlak diperlukan dalam organisasi pendidikan
khususnya sekolah. Pengoordinasian dalam organisasi sekolah menurut Sagala
(2011: 62) terdapat pembagian kerja yang amat substansi yaitu pekerjaan
mendidik, pekerjaan manajemen sekolah dan manajemen pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan sesuai mutu yang dipersyaratkan.
5) Fungsi pengarahan
Guru, tenaga kependidikan, dan karyawan sekolah dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya membutuhkan informasi dan arah yang jelas.
Personel sekolah membutuhkan pengarahan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Sagala (2011: 64) dalam bukunya mengatakan bahwa
35
pengarahan (directing) dilakukan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap
melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat
menimbulkan terjadinya pemborosan. Terry (2009: 181) mengatakan bahwa
“directing” pengarahan adalah mengintegrasikan usaha anggota suatu kelompok,
sehingga denganselesainya tugas yang diserahkan kepada personal untuk
memenuhi tujuan individual dan kelompok.
Pengarahan dilakukan oleh individu yang memiliki jiwa kepemimpinan.
Pengarahan dalam manajemen sekolah dilakukan oleh KS. Pengarahan oleh
individu yang mempunyai kepemimpinan diharapkan dapat mempengaruhi orang
lain agar mau bekerja sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan. Kerjasama
memerlukan proses pemantauan (monitoring), yaitu suatu kegiatan
mengumpulkan data dalam usaha mengetahui kegiatan sekolah telah mencapai
tujuannya atau tidak, dan kendala yang ditemui dalam pelaksanaannya. Hasil
pemantauan itu menjadi penjelas bagi KS dalam memberi arahan dan
menyampaikan informasi penting meningkatkan kinerja sekolah. Pemantauan
dalam manajemen yang dilakukan oleh KS sangat penting untuk dilakukan karena
diharapkan dapat meningkatkan mutu dan prestasi sekolah tersebut.
6) Fungsi pengawasan
Pengawasan dapat dilakukan sebagai proses untuk meninjau secara
langsung dari sebuah kegiatan yang dilakukan. Sutisna (1983) dalam Sagala
(2011: 65) mengatakan bahwa mengawasi adalah proses administrasi melihat
36
yang terjadi di lapangan sesuai dengan yang seharusnya terjadi atau tidak, jika
tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya.
Pengawasan dalam proses manajemen menjadi sangat perlu untuk
dilakukan. Sagala (2011: 65) mengatakan bahwa pengawasan diartikan sebagai
salah satu kegiatan mengetahui realisasi perilaku personal sekolah dan tingkat
pencapaian tujuan pendidikan sesuai yang dikehendaki atau tidak, kemudian dari
hasil pengawasan akan dilakukan perbaikan. Pengawasan meliputi pemeriksaan
semua berjalan sesuai rencana yang dibuat atau tidak, instruksi-instruksi yang
dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang ditetapkan.
f. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
Terdapat empat prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yaitu prinsip
ekuifinalitas, prinsip desentalisasi, prinsip pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif
manusia (Mulyasa, 2003).
Prinsip ekuifinalitas (equifinality) didasarkan pada teori manajemen modern
yang berasumsi bahwa terdapat perbedaan cara untuk mencapai tujuan. Manajemen
sekolah menekankan fleksibilitas dan sekolah harus dikelola oleh sekolah
berdasarkan kondisinya masing-masing. Prinsip ekuifinalitas ini mendorong
terjadinya desentralisasi kekuasaan dan mempersilakan sekolah memiliki mobilitas
yang cukup berkembang, dan bekerja menurut strategi uniknya masing-masing untuk
mengelola sekolahnya secara efektif.
Prinsip desentralisasi (decentralization) merupakan gejala penting dalam
reformasi manajemen sekolah modern. Dasar teori prinsip desentralisasi ini adalah
37
manajemen sekolah dalam aktifitas pengajaran menghadapi berbagai kesulitan dan
permasalahan. Oleh karena itu, sekolah harus diberi kekuasaan dan tanggung jawab
untuk menyelesaikan permasalahan secara efektif sesegera mungkin ketika
permasalahan muncul. Tujuan prinsip desentralisasi adalah memecahkan masalah
secara efisien, bukan menghindari masalah. Maka, MBS harus mampu menemukan
permasalahan, memecahkannya tepat waktu, dan memberi kontribusi terhadap
efektivitas belajar mengajar.
Prinsip sistem pengelolaan mandiri (self-managing system). MBS tidak
menyangkal perlunya mencapai tujuan berdasarkan kebijakan dari atas, tetapi
menurut MBS terdapat berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh Karena
itu, amat penting dengan mempersilakan sekolahuntuk memiliki sistem pengelolaan
mandiri (self-managing system) dibawah kendali kebijakan dan struktur utama,
memiliki otonomi untuk mengembangkan tujuan pengajaran dan strategi manajemen,
mendistribusikan sumber daya manusia dan sumber daya lain, memecahkan masalah,
dan meraih tujuan menurut kondisi mereka masing-masing. Karena sekolah
menerapkan sistem pengelolaan mandiri, sekolah dipersilakan untuk mengambil
inisiatif atas tanggung jawab mereka.
Prinsip inisiatif manusia (human initiative). Sesuai dengan perkembangan
hubungan kemanusiaan dan perubahan ilmu tingkah laku pada manajemen modern,
orang-orang mulai memberikan perhatian serius pada pengaruh penting faktor
manusia dalam efektivitas organisasi. Perspektif sumber daya manusia menekankan
pentingnya sumber daya manusia sehingga poin utama manajemen adalah untuk
38
mengembangkan sumber daya manusia di madrasah untuk lebih berperan dan
berinisiatif. Maka, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk membangun
lingkungan yang sesuai dengan para konstituen sekolah untuk berpartisipasi secara
luas dan mengembangkan potensi mereka. Peningkatan kualitas pendidikan terutama
berasal dari kemajuan proses internal, khususnya dari aspek manusia.
C. Kerangka Pikir
Saat ini, manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah kebutuhan yang harus
dijalankan oleh sekolah untuk mencapai taraf sekolah yang bermutu, tidak terkecuali
sekolah yang ada di Sulawesi Selatan, khususnya di Kota Makassar yakni SMA PGRI
Balang Bo’dong Makassar. Pengimplementasian MBS disekolah tidak akan pernah
terukur tingkat keberhasilannya jika tidak pernah dilakukan evaluasi. Salah satu
evaluasi yang dapat ditempuh adalah melalui penelitian. Dengan penelitian ini,
peneliti akan melakukan evaluasi implementasi MBS di SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar yang meliputi komponen MBS, fungsi, dan prinsip-prinsip MBS yang
dijalankan di sekolah tersebut. Komponen manajemen berbasis sekolah meliputi; (1)
manajemen kurikulum, (2) manajemen personel sekolah, (3) manajemen tatalaksana
sekolah, (4) manajemen sarana pendidikan, (5) manajemen pendanaan/keuangan
sekolah, (6) manajemen organisasi sekolah, (7) manajemen hubungan sekolah dengan
masyarakat, dan (8) manajemen peserta didik. Fungsi MBS meliputi (1) perencanaan,
(2) pengorganisasian, (3) penggerakan, (4) pengordinasian, (4) pengarahan, dan (5)
pengawasan. Sedangkan prinsip MBS meliputi (1) prinsip ekuifinalitas, (2) prinsip
39
desentalisasi, (3) prinsip pengelolaan mandiri, dan (4) prinsip inisiatif manusia.
Komponen, fungsi, dan prinsip MBS tersebutlah yang akan diteliti di SMA PGRI
Balang Bo’dong Makassar untuk selanjutnya dijadikan sebagai bahan evaluasi dan
refleksi.
Uraian kerangka pikir di atas digambarkan dalam bagan kerangka pikir
berikut ini:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
SMA PGRI Balang
Bo’dong Makassar
Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS)
Komponen MBS Fungsi MBS Prinsip MBS
Evaluasi MBS di SMA
PGRI Balang Bo’dong
Makassar
Hasil/Temuan Penelitian
Rek
om
endas
i P
erbai
kan
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2010) adalah “metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan), analisa data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.
Penelitian ini bersifat deskriptif, penelitian deskriptif menurut Sudjana
dan Ibrahim (2012) adalah “penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang”.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalag di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
yang terletak di Jalan Daeng Tata, Hartaco Indah, Blok II E, Nomor 1, Kota
Makassar, Sulawesi Selatan. SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar dijadikan
sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut;
1) SMA PGRI Balang Bo’dong Makassarmerupakan sekolah yang sedang giat
melakukan pembangunan di berbagai aspek guna mengejar ketertinggalan
dari sekolah lainnya di Kota Makassar
40
41
2) SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar tengah berusaha menjalankan MBS
untuk meraih mutu sekolah yang diharapkan. Dengan penelitian ini
harapannya dapat membantu sekolah tersebut menjalankan MBS sesuai
dengan standar dan prosedurnya.
Mempertimbangkan karakteristik penelitian, kondisi sekolah, dan
kalender akademik, maka waktu penelitian ini ditetapkan pada bulan Juni 2019
sampai dengan Agustus 2019. Gambaran waktu penelitian beserta kegiatannya
disajikan dalam tabel berikut;
Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Bulan
Juni Juli Agustus
1 Persuratan
2 Pengumpulan Data
3 Analisis Data
4 Penyusunan Laporan
5 Skripsi
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan
data sekunder. Kedua jenis data tersebut dijelaskan sebagai berikut;
a. Data primer merupakan data utama yang diperoleh dari subjek atau responden
inti yang memahami masalah penelitian dengan baik. Data primer meliputi;
(1) data komponen MBS di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar, (2) data
fungsi MBS di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar, dan (3) data prinsip
SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar.
42
b. Data sekunder merupakan data tambahan yang diperoleh dari sumber berbeda
dan mendukung data primer. Data sekunder dapat berupa catatan, foto, atau
dokumentasi lainnya mengenai sekolah, siswa, dan lain sebagainya
2. Sumber Data
Data dalam penelitian ini bersumber dari fakta dilapangan, informan, dan
dikumentasi. Yang dimaksud dengan sumber data fakta dilapangan adalah segala
sesuatu yang terjadi dilokasi penelitian terkait MBS. Sumber data informan
merupakan orang yang dipilih secara purposif oleh peneliti untuk dimintai
keterangan atau informasi terkait MBS. Informan dalam penelitian ini meliputi
kepala sekolah dan wakil-wakilnya, guru, dan siswa. Selanjutnya, sumber data
dokumentasi merupakan sumber data yang berupa dokumen tertulis, cetak,
gambar, video, atau dokumen lainnya yang dapat mendukung data primer.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif
menggunakan teknik triangulasi (gabungan) dalam penguimpulan datanya. Oleh
karena itu, diperlukan banyak cara atau teknik dalam memperoleh data untuk
selanjutnya dijadikan bahan pembanding, sekaligus sebagai tolok ukur keabsahan
atau keterandakan data. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
lima teknik yaitu teknik observasi, teknik wawancara (interview), kuesioner,
dokumentasi, dan FGD. Keempat teknik tersebut diuraikan sebagai berikut;
1. Teknik Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran secara langsung
mengenai pelaksanaan MBS di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar. Peneliti
43
menggunakan teknik observasi partisipatif yang artinya peneliti terlibat langsung
dalam semua kegiatan sekolah yang terindikasi MBS di dalamnya. Dengan
terlibat secara langsung, maka pemahaman peneliti akan lebih kuat. Apa yang
menjadi fokus observasi peneliti selanjutnya dicatat atau direkam.
2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2013). Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin.
Wawancara bebas terpimpin adalah kombinasi antara wawancara bebas dengan
wawancara terpimpin. Jadi dalam wawancara hanya memuat pokok-pokok
masalah yang diteliti selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti
situasi pewawancara, apabila menyimpang dari pokok persoalan yang akan
dibahas. Teknik ini penulis gunakan untuk wawancarai kepala sekolah dan wakil-
wakilnya, guru, dan staff untuk memperoleh data manajemen berbasis sekolah di
SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar. Teknik ini digunakan untuk kepala
sekolah dn wakil-wakilnya, beberapa orang guru, siswa, dan staf.
3. Teknik Kuesioner
Teknik kuesioner digunakan untuk memperoleh data dari informan secara
tertulis. Peneliti menyediakan lembar kuesioner yang berisi daftar pertanyaan
atau pernyataan yang jawabanya telah disediakan oleh peneliti. Informan cukup
memilih jawaban yang sesuai dengan kondisi dirinya. Pengukuran kuesioner
menggunakan skala sikap [Ya] dan [Tidak] sehingga sifat kuesionernya tertutup.
44
Artinya, jawaban responden hanya terbatas pada dua jawaban tersebut. Teknik ini
diberlakukan terhadap guru, siswa, dan staf.
4. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang
umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna
sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk
mengungkap permaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang
terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk
menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap focus masalah
yang sedang diteliti. FGD dalam penelitian ini melibatkan peneliti sebagai
moderator, guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan staf merupakan
informan.
5. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya. Studi dokumentasi
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
(Sugiyono, 2010).Metode dokumentasi yaitu cara mencari data mengenai hal-hal
yang bersifat dokumen terhadap alokasi penelitian antara lain seperti sejarah
berdirinya sekolah tersebut data guru dan para pegawai, sarana dan prasarana
yang menunjang, struktur organisasi, kompetensi guru yang ada di sekolah
tersebut.Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, foto, notulen, agenda, dan
sebagainya. Metode dokumentasi adalah merupakan sumber non manusia,
45
sumber ini adalah sumber yang cukup bermanfaat sebab telah tersedia sehingga
akan relatif murah pengeluaran biaya untuk memperolehnya, sumber ini
merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai cerminan situasi/kondisi yang
sebenarnya serta dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami
perubahan.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2010) menyatakan bahwa “analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010), “mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.
Aktivitas dalam analisisdata, yaitu data reduction, data display, dan
conclusiondrawing/verifikasi.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menggunakan teknik analisis
interaksi dengan langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1. DataReduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, menfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
46
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data yang baik merupakan cara yang pokok bagi analisis
kualitatif yang valid. Setelah data direduksi, langkah selanjutnya
adalahmendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart, dan sejenisnya.
3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Secara
sederhana, makna-makna yang muncul dari data yang muncul harus diuji
kebenaran, kekuatan, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya.
Setelah data terkumpul, kemudian penulis menganalisa untuk
mendapatkan kesimpulan yang digunakan sebagai bukti terhadap kebenaran
hipotesis yang penulis ajukan. Adapun untuk menganalisa data tersebut penulis
menggunakan metode induktif atau Analisa sistensik yang bertitik tolak dari fakta
yang bersifat khusus untuk ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Berdasarkan pendekatan ini, maka penulis akan merinci secara khusus
tentang impelementasi manajemen berbasis sekolah di SMA PGRI Balang
Bo’dong Makassar.
47
BAB IV
GAMBARAN DAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN
Kota Makassar (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya; dari 1971
hingga 1999 secara resmi dikenal sebagai Ujungpandang atau Ujung Pandang)
adalah sebuah kotamadya dan sekaligus ibu kota provinsi Sulawesi Selatan.
Secara geografis Kota Metropolitan Makassar terletak di pesisir pantai barat
Sulawesi Selatan pada koordinat 119°18’27,97″ 119°32’31,03″ Bujur Timur dan
5°00’30,18″ – 5°14’6,49″ Lintang Selatan dengan ketinggian yang bervariasi
antara 0 – 25 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20°C sampai
dengan 32°C. memiliki areal seluas 175,77 kilometer persegi, Kota Makassar
diapit dua buah sungai yaitu: Sungai Tallo yang bermuara disebelah utara kota
dan Sungai Jeneberang bermuara pada bagian selatan kota. Dengan batas-batas
sebagai berikut : sebelah barat dengan Selat Makassar, sebelah utara dengan
Kabupaten Pangkajene Kepulauan, sebelah timur dengan Kabubupaten Maros
dan sebelah selatan dengan Kabupaten Gowa. (Google, Juli 2019).
A. Letak Geografis SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Secara geografis, wilaah SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar teretak di
Jalan Daeng Tata, Kompeks Hartaco Indah Blok II E No. 1, Kelurahan Balang
Baru Kecamatan Tamalate Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.
47
48
B. Letak Wilayah SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Wilayah sekolah menengah atas atau SMA yang berada di Kota Makassar
terletak pada Kelurahan Balang Baru tepatnya Jalan Daeng Tata, Kompeks
Hartaco Indah Blok II E No. 1.
Gambar 4.1. Letak Wilayah SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
C. Profil SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
1. Nama Sekolah : SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
2. NPSN : 40313132
3. Bentuk Pendidikan : SMA
4. Status Sekolah : Swasta
5. Status Kepemilikan : Yayasan
6. SK Izin Operasional : Nomor : 421.3/5410/DP/IX/2013
7. Tanggal SK : 2013-09-26
8. Alamat : Jl. Dg. Tata Kompleks Hartaco Indah Blok II E No. 1
9. Desa/Kelurahan : Balang Baru
49
10. Kecamatan : Tamalate
11. Kabupaten/Kota : Kota Makassar
12. Propinsi : Sulawesi Selatan
13. Nama Dusun : Balang Baru
14. Kode Pos : 90224
15. Lintang/Bujur : -5.1841000/119.4178000
16. Layanan Keb. Khusus : Tidak ada
17. SK Pendirian : Nomor : 421.3/5410/DP/IX/2013
18. Tanggal SK : 2013-09-26
19. Nama KCP/Unit : Hartaco Indah
20. Atas Nama : SMA YPLP 1 Balang Bo’dong
21. MBS : Tidak
22. Tanah Milik : 1509 m
23. Nomor Telepon : (0411) 888794
24. Nomor Fax : null
25. Email : [email protected]
26. Website : null
Tabel 4.1 Nama-nama Guru di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
No. Nama Jabatan/ Guru Bidang Studi
1. Drs. H. Safaruddin Kepala Sekolah
2. Dra. Hj. Endang (45
tahun) M (45 tahun)
Waka Kurikulum
3. Dra. Hj. Nurdiana, M.Si
(43 tahun)
Waka Kesiswaan
4. Hasma, S.Pd Waka Sarana dan Prasarana
5. Dra. Hj. Saleha P Staff Bidang Keuangan
6. Dra. Hj. Pasiha Guru Bidang Studi
7. Mashita, S.Pd Guru Bidang Studi
8. Akbar, S.Pd Guru Bidang Studi
9. Rosmawati, S.Pd Guru Bidang Studi
10. Endang Lestari, S.Pd (35
tahun)
Guru Bidang Studi
50
11. Hasnar, S.Pd Guru Bidang Studi
12. Dra. Hj. Rahmatia (44
tahun)
Guru Bidang Studi
D. Visi dan Misi Sekolah
1. Visi Sekolah
Menuju sekolah yang berkualitas, berprestasi dan bertaqwa.
2. Misi Sekolah
1. Mendidik siswa sebagai warga Negara Indonesia yang ikut bertanggung
jawab membangun bangsa
2. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif
3. Member bekal keterampilan dasar dalam menyongsong kemajuan teknologi
di era globalisasi
4. Mengembangkan manajemen pendidikan yang mengacu kepada system
manajemen berbasis sekolah
5. Mengembangkan berbagai inovasi dan kreativitas pembelajaran
E. Tujuan Sekolah
Berdasarkan Visi dan Misi Sekolah, maka tujuan yang hendak dicapai
sekolah adalah :
1. Mempersiapkan peserta didik yang bertaqwa kepada Allah Yang Maha Ea an
berakhlak mulia
2. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian,
cerdas, berkualitas dan berprestasi dalam bidang olahraga dan seni
3. Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan dasar sehingga mampu
mengembangkan diri secara mandiri
51
4. Menanamkan sikap ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi dengan
lingkungan dan mengembangkan sikap sportifitas
5. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar
mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
F. Fasilitas Sekolah
Sebagai sekolah menengah atas, SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
memiliki fasilitas yang dapat dikategorikan cukup memadai dan mendukung
berlangsungnya proses belajar mengajar yang kondusif. Adapun beberapa
fasilitas yang terdapat di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar, yakni :
Tabel 4.2 Fasilitas SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
No Fasilitas Sekolah Nama P (m) L (m) Milik Kondisi
1 Ruang Teori/Kelas Kelas XII IPA 1 4.0 5.0 Milik Rusak Ringan
2 Ruang Kepala Sekolah R. Kepala Sekolah 5.0 5.0 Milik Rusak Total
3 Laboratorium IPA R. Laboratorium 5.0 5.0 Milik Rusak Total
4 Ruang Guru R. Guru 10.0 5.0 Milik Rusak Ringan
5 Ruang Ibadah Ruang Ibadah Muslim 5.0 5.0 Milik Rusak Ringan
6 Ruang Teori/Kelas Kelas X 4.0 5.0 Milik Rusak Ringan
7 Ruang Perpustakaan R. Perpustakaan 8.0 5.0 Milik Rusak Ringan
8 Ruang Teori/Kelas Kelas XI IPS 4.0 5.0 Milik Rusak Ringan
9 Laboratorium Komputer Laboratorium
Komputer Sekolah 5.0 5.0 Milik Rusak Ringan
10 Gudang Gudang Sekolah 2.0 2.0 Milik Rusak Ringan
11 Kamar Mandi/WC Guru
Perempuan Toilet Guru 2 2.0 1.0 Milik Rusak Ringan
12 Kamar Mandi/WC Siswa
Laki-laki WC Siswa 2.0 1.0 Milik Rusak Ringan
13 Ruang Teori/Kelas Kelas XII IPA 2 4.0 5.0 Milik Rusak Ringan
14 Ruang Teori/Kelas Kelas XI IPA 4.0 5.0 Milik Rusak Ringan
15 Ruang TU R. TU 5.0 5.0 Milik Rusak Ringan
16 Kantin Kantin Sekolah 5.0 3.0 Milik Rusak Ringan
17 Ruang Teori/Kelas Kelas XII IPA 3 5.0 5.0 Milik Rusak Ringan
18 Kamar Mandi/WC Guru Toilet Guru 2.0 1.0 Milik Rusak Ringan
52
BAB V
KOMPONEN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI
SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSARTINJAUAN
A. Komponen Manajemen Berbasis Sekolah
Berdasarkan pengertian manajemen, sesungguhnya manajemen memiliki
tiga komponen yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, yang dikenal
dengan 3M yaitu (1) man atau manusia, (2) money atau uang, dan (3) material atau
bahan sarana dan prasarana, bahkan dalam bentuk mesin (machines).
Dari ketiga komponen manajemen inilah maka lahir tiga macam
manajemen, yaitu (1) manajemen personil atau kepegawaian, (2) manajemen
keuangan, dan (3) manajemen aset. Komponen manajemen menjadi semakin luas
dan beragam sejalan dengan perkembangan ilmu manajemen itu sendiri. Oleh
karena itu, telah lahir berbagai macam manajemen krisis, manajemn konflik,
manajemen aset, manajemen waktu, manajemen berbasis objektif (MBO), dan lain-
lain.
Manajemen sekolah pada hakikatnya mempunyai pengertian yang hampir
sama dengan manajemen pendidikan. Ruang lingkup dan bidang kajian manajemen
sekolah juga merupakan ruang lingkup dan bidang kajian manajemen pendidikan.
Namun demikian, manajemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih luas
daripada manajemen sekolah.
Dengan perkataan lain, manajemen sekolah merupakan bagian dari
manajemen pendidikan, atau penerapan manajemen pendidikan dalam organisasi
sekolah sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan yang berlaku.
53
Manajemen sekolah terbatas pada salah satu sekolah saja, sedangkan
manajemen pendidikan meliputi seluruh komponen sistem pendidikan, bahkan bisa
menjangkau sistem yang lebih luas dan besar (suprasistem) secara regional,
nasional, bahkan internasional. Hal yang paling penting dalam implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah manajemen terhadap komponen-
komponen sekolah itu sendiri. Sedikitnya terdapat komponen sekolah yang harus
dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu:
Adapun hal-hal yang perlu penulis sajikan dalam skripsi ini adalah
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar yang akan dipaparkan adalah mengenai manajemen kurikulum dan
program pengajaran, manajemen tenaga kependidikan, manajemen peserta didik,
manajemen keuangan dan pembiyaan, manajemen sarana dan prasaran, manajemen
hubungan sekolah dengan masyarakat, manajemen layanan khusus. Dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga
pendidikan dan sumber daya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Kurikulum itu sendiri hal yang sangat menentukan keberhasilan
kegiatan belajar mengajar secara maksimal, sehingga perlu adanya pengelolaan
yang meliputi kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan, kegiatan penilaian.
Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dra. Hj. Endang (45 tahun) selaku
Waka Kurikulum SMA PGRI Balang Bo’dong , beliau menjelaskan:
54
”Program pengajaran di SMA PGRI Balang Bo’dong sesuai dengan kurikulum masing-masing. SMA PGRI Balang Bo’dong menggunakan
kurikulum yang berbeda- beda. Untuk kelas 10-11 menggunakan
kurikulum 2013 sedangkan kelas 12 menggunakan kurikulum 2006
(KTSP). Maka tentu cara pelaksanaan dan penilaiannya pun berbeda
disesuaikan dengan kurikulum masing-masing.”
Penulis melakukan observasi untuk manajemen kurikulum selama 1 hari
dengan melihat di beberapa kelas dan mengamati kegiatan belajar mengajar di
SMA PGRI Balang Bo’dong. Penulis mengambil dokumentasi berupa data guru,
data siswa dan ruang kelas serta kegiatan-kegiatan siswa dan beberapa foto yang
terdapat di lampiran.
Sebagaimana penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan dari hasil
wawancara, dokumentasi dan observasi bahwa manajemen kurikulum di SMA
PGRI Balang Bo’dong sudah baik dan terkonsep, di sini membuktikan bahwa
manajemen di SMA PGRI Balang Bo’dong sudah baik.
Dra. Hj. Endang (45 tahun) selaku Waka Kurikulum menambahkan
terkait manajemen kurikulum dan program pengajaran di SMA PGRI Balang
Bo’dong yang mengatakan bahwa :
“Kita mengembangkan konsep-konsep untuk sekolah. Kurikulum-
kurikulum yang tidak dilaksanakan sekolah lain maka kita tambahkan
disekolah ini seperti kurikulum nasioal dengan membuat trobosan-
trobosan yang membawa nama baik skolah dari segi kurikulumnya.
Dalam pembelajarannya ditambah tahfidzul quran yang tidak ada
disekolah lain dalam KBM menambah di struktur kurikulum. Kami
memberi target juz 30 untuk kelulusan. Maka diadakan nya ujian
praktik mnghafal alquran.”
Seperti juga yang diungkapkan oleh Putri Indira, siswi kelas XI yang
mengatakan bahwa :
“Kami merasa nyaman sekolah di SMA PGRI Balang Bo’dong mulai
dari kebersihan, ruangan kelas yang lengkap dan nyaman serta
keamanan nya. Kami puas akan manajemen di SMA PGRI Balang
55
Bo’dong serta ekstraklikuler yang lengkap buat kita tidak jenuh
dengan kegiatan di SMA PGRI Balang Bo’dong. Kami di sini
merasakan tidak ada perbedaan karena kami di sini sangat
diperhatiakan mulai dari seragam yang harus sama rata seperti sepatu
harus item polos, seragam langsung dari sekolah dan masih banyak
lagi. Artinya kami sudah sangat puas akan Manajemen berbasis
sekolah di SMA PGRI Balang Bo’dong yang tidak ketiggalan zaman.
SMA PGRI Balang Bo’dong juga sangat mengunggulkan nilai-nilai
keagamaan, mulai dari belajar sholat tepat waktu, memperbanyak
sholat sunnah, menghafal Al-Quran dan kegiatan-kegiatan keagamaan
lainnya yang membuat kita tidak akan buta tentang kegiatan
keagamaan.”
Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga narasumber di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa manajemen kurikulum dan program pengajaran di SMA
PGRI Balang Bo’dong berjalan sesuai dengan harapan element-element yang
terkait di lingkungan sekolah. Pelaksanaan kurikulum yang maksimal di setiap
tingkatan kelas dalam mencapai hasil belajar yang memuaskan serta kegiatan
ibadah untuk siswa dan guru menjadi tauladan mereka.
Gambar 5.1 Keadaan Siswa di Kelas
Gambar di atas diambil ketika penulis melakukan dokumentasi, gambar
tersebut merupakan suatu gambaran tentang keadaan siswa di kelas pada saat
proses pembelajaran berlangsung sebagai salah satu bentuk keefektifan
pengembangan manajemen kurikulum.
56
Gambar 5.2 Jadwal Mata Pelajaran dan Penggunaan Kurikulum
Gambar di atas diambil penulis pada saat melakukan observasi
penggunaan kurikulum yang berlaku di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar,
pada jadwal mata pelajaran tersebut pada bagian keterangan menunjukkan
penggunaan kurikulum di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar, kelas X dan XI
menggunakan kurikulum 13 sedangkan kelas XII menggunakan kurikulum
KTSP.
2. Manajemen Tenaga Kependidikan
Pendidik merupakan hal yang paling penting dalam sebuah lembaga
pendidikan, karena dialah yang menjadi motor penggerak dan perubahan, bahkan
bukan hanya sebagai agen perubahan tapi juga sebagai orang yang mendidik,
mengarahkan, membimbing, dan mengevaluasi para peserta didiknya sehingga ia
mampu mencapai tujuan yang diinginkan.
57
Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dra. Hj. Rahmatia (44 tahun) selaku guru
SMA PGRI Balang Bo’dong , beliau menjelaskan:
“SMA PGRI Balang Bo’dong sendiri memiliki pelatihan-pelatihan
khusus untuk para pendidiknya. Para pendidik dilatih untuk bertanggung
jawab dalam kegiatan yang berat maupun ringan, sehingga mereka
memiliki pengalaman dan kemampuan dalam semua kegiatan yang
dilakukan oleh SMA PGRI Balang Bo’dong .Terkait dengan manajemen
berbasis sekolah, masing-masing sekolah tentu memiliki aturan masing-
masing. Kebijakan dari pimpinan sekolah sudah sangat bagus dari waka
kurikulum dan waka kesiswaan itu sendiri. SMA PGRI Balang Bo’dong
selalu mengikuti perkembangan kurikulum yang ada, dan siswa SMA
PGRI Balang Bo’dong selalu mengikuti aturan-aturan yang ada walupun
ada beberapa yang belum sepenuhnya dilaksanakan. Pimpinan kepala
sekolahnya juga berbasis demokrasi dalam mengambil kebijakan sekolah,
pembagian tugas oleh beliau juga sudah disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing guru. Kemudian hampir semua guru-guru SMA PGRI
Balang Bo’dong diberikan kesempatan untuk mendapatkan tugas yang
berat maupun yang ringan senior maupun junior dilibatkan dalam
kegiatan- kegiatan siswa. Jadi saya lihat manajemen dari kepala sekolah
sudah sangat bagus. Kemudian terkait di kelas tentang pembelajaran
dikelas tentu sekolah juga memfasilitasi apa-apa yang diperlukan terkait
dengan kurikulum 2013 tersebut. Penilaian, sarana dan prasarananya
sudah sangat bagus, kemudian metode pembelajarannya sudah
mengembangkat student center learning (pembelajaran yang berpusat
pada siswa) kalau dulu masih tecaher center learning (guru yang lebih
aktif). Untuk sarana prasarana SMA PGRI Balang Bo’dong sudah cukup
memuaskan. Artinya mulai dari peraturan, perkembangan belajar
mengajar, serta sarana dan prasarana di SMA PGRI Balang Bo’dong
sudah baik dan meuaskan.”
Waka Kesiswaan dan Humas, menambahkan terkait manajemen
kependidikan dalam manajemen aturan akademik yang berlaku di SMA PGRI
Balang Bo’dong yang mengatakan bahwa :
“Untuk manajemen kesiswaannya seperti peraturan-peraturan akademik.
Peraturan akademik kan dibuat oleh sekolah kemudian disosialisasikan
pada saat pertama kali siswa masuk sekolah, disosialisasikan ke orang tua
melalui sekolah, kemudian dari peraturan-peraturan tersebut kan harus
dipatuhi oleh siswa, artinya itu kontrak siswa selama belajar di SMA PGRI
Balang Bo’dong. Kemudian manajemen prestasi dan lomba-lomba, kami
ada staf khusus untuk mengurus lomba-lomba tersebut. Untuk organisasi
berkaitan dengan OSIS karena satu-satunya organisasi disekolah yang
58
wajib itukan OSIS, dibawah OSIS mencangkup banyak, seperti
ekstrakulikuler seperti PMR, pramuka, paskibra, olahraga, kemudian seni,
ada pecinta alam, computer. Jadi masing-masing ekskul itu dibina oleh
Pembina masing-masing ekskul tersebut. Kita juga ada orientasi gabungan
dimana siswa wajib memilih ekskul yang mereka inginkan, kemudian
untuk manajemen nya kita harus latihan-latihan terus menerus.”
Kepala SMA PGRI Balang Bo’dong (53 tahun), menambahkan terkait
peran tenaga pendidik dalam pelaksanaan supervise di sekolah yang mengatakan
bahwa :
“Kegiatan supervisi kepada guru-guru dilakukan dengan harapan agar
mereka mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Dalam prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru
sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk
rencana pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses
pembelajaran yang dilakukan guru. Di samping itu, supervisi juga
dilakukan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru-guru
untuk meningkatkan kinerja. Hal-hal yang diamati pengawas sekolah
ketika melakukan kegiatan supervisi untuk memantau kinerja kepala
sekolah, di antaranya administrasi sekolah, meliputi: a. Bidang Akademik,
mencakup kegiatan: 1) menyusun program tahunan dan semester, 2)
mengatur jadwal pelajaran, 3) mengatur pelaksanaan penyusunan model
satuan pembelajaran, 4) menentukan norma kenaikan kelas, 5)
menentukan norma penilaian, 6) mengatur pelaksanaan evaluasi belajar,
7) meningkatkan perbaikan mengajar, 8) mengatur kegiatan kelas apabila
guru tidak hadir, dan 9) mengatur disiplin dan tata tertib kelas”
Penulis melakukan observasi dalam 1 hari, penulis melihat kegiatan-
kegiatan guru di sekolah, mulai dari jam masuk sampai beberapa kegiatan di
ruang guru juga cara mengajar tenaga pendidik di kelas, pemberian pelatihan-
pelatihan dan pembimbingan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab,
sosialisasi kegiatan ekstrakurikuler kepada orang tua siswa demi tercapainya
transparansi antara guru, orang tua dan siswa serta kewajiban tenaga pendidik
dalam kelengkapan administrasi sesuai dengan hasil pelaksanaan pembelajaran di
sekolah melalui supervise oleh pengawas. Dari penjelasan di atas, penulis dapat
59
menyimpulkan bahwasanya tenaga kependidikan di SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar sudah baik karena mereka yang memiliki keahlian di bidangnya
masing-masing.
3. Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan
terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai
dengan mereka lulus sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu
Dra. Hj. Nurdiana, M.Si (43 tahun) selaku Waka kesiswaan dan Humas, beliau
menjelaskan:
“Untuk penerimaan siswa baru di SMA PGRI Balang Bo’dong
menggunakan Test, lalu untuk siswa yang diterima dan masuk ke SMA
PGRI Balang Bo’dong peraturan akademikpun dibuat oleh sekolah
kemudian di sosialisasikan ke orang tua murid dan para calon peserta
didik SMA PGRI Balang Bo’dong sendiri sebagai kontrak mereka selama
sekolah di SMA PGRI Balang Bo’dong. SMA PGRI Balang Bo’dong
mewajibkan seluruh siswanya mengikuti ekstrakulikler yang ada di
sekolah, kecuali untuk kelas 12 sudah difakumkan untuk mengikuti
ekskul. Siswa yang mengikuti ekstrakulikuler di sekolah sangat
diharapkan dapat mengembangkan bakat mereka masing-masing sehingga
SMA PGRI Balang Bo’dong dapat mengikuti lomba-lomba olimpiade
dan kegiatan-kegiatan lain disetiap tahunnya.”
Waka Kesiswaan dan Humas menambahkan terkait respon peserta didik
terhadap manajemen peserta didik yang berlaku di SMA PGRI Balang Bo’dong,
mengatakan bahwa :
“Respon siswa-siswa kami sudah bagus dan sangat antusias dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan yang telah dibuat oleh sekolah.”
60
Beliau juga menambahkan terkait kendala yang dihadapi dalam
memanajemen peserta didik, mengatakan bahwa :
“Ya, kalau kendala pasti ada, kadang-kadang kalau mengurus siswa itu
harus ada dukungan dari kedua belah pihak, baik dari sekolah maupun dari
orang tua, jika salah satunya ada kesulitan maka akan dibuatnya proposal-
proposal permohonan ijin. Kendala lainnya, terkadang Pembina ekskul ada
yang tidak jalan karena memang pembina atau pelatih nya sibuk. Untuk
strategi khususnya yang pasti warga sekolah harus kompak, kalau tidak
kompak ya susah, harus bahu membahu. Yang penting kita harus tegas
kemudian warga sekolah harus saling membantu maka manajemen akan
berjalan dengan baik.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
manajemen peserta didik di SMA PGRI Balang Bo’dong dilakukan mulai dari
penerimaan siswa baru, respon serta kendala yang biasa dihadapi kepala sekolah
dan guru dalam memanajemen peserta didik dapat dilaksanakan dengan efektif
dengan menjalin hubungan antar guru dan orang tua siswa, antara guru dan siswa
untuk saling menunjang keberhasilan pelaksaan manajemen peserta didik.
Penulis melakukan observasi hanya 1 kali untuk melihat beberapa
kegiatan yang ada di SMA PGRI Balang Bo’dong. Dengan demikian penulis
beranggapan bahwa begitu banyak keunikan dan strategi-strategi yang dipakai
SMA PGRI Balang Bo’dong sehingga manajemen di dalamnya sangat baik dan
bermanfat untuk sekolah lain dan SMA PGRI Balang Bo’dong khususnya.
Manajemen yang diterapkan dalam bidang peserta didik ini sudah baik dan
menarik.
4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Manajemen keuangan pendidikan merupakan salah satu substansi
pengelolaan sekolah yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan
61
pendidikan disekolah.
Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dra. Hj. Saleha (39 tahun) selaku staff
TU (tata usaha) bagian keuangan, beliau menjelaskan:
“SMA PGRI Balang Bo’dong sudah bekerja sama dengan Bank
Sulselbar. Sistem pembayaran di SMA PGRI Balang Bo’dong sudah
melalui Bank, sekolah hanya merekap dan mengecek saja.Biaya SPP
siswa setiap bulannya mulai dari 500.000 sampai dengan 800.000 rupiah
ditinjau dari pendapatan orang tua siswa. SMA PGRI Balang Bo’dong
juga menyediakan beasiswa untuk siswa yang berprestasi. SMA PGRI
Balang Bo’dong bertanggung jawab penuh akan kebutuhan siswa-siswi
nya juga kebutuhan sekolah. Semua dana yang didapatkan murni dari
sekolah untuk sekolah. Bagian keuangan di SMA PGRI Balang Bo’dong
sudah memiliki Aquirit yakni sistem untuk input data dana di SMA PGRI
Balang Bo’dong. Jadi selalu ada transparansi antara yayasan, sekolah, staf
dan siswa.”
Beliau juga mengatakan bahwa :
“Siswa bayaran ke Bank, kemudian direkap olah sekolah, kemudian
diserahkan ke pusat yayasan.”
Penulis tidak dapat melakukan banyak dokumentasi tentang keuangan
dikarenakan adanya sifat privasi dari pihak sekolah. Penulis juga hanya
melakukan observasi secara tidak sengaja dengan melihat cara pembayaran siswa
ke sekolah. Akan tetapi penulis dapat melakukan wawancara yang jelas dari salah
satu staff bagian keuangan SMA PGRI Balang Bo’dong .
Berdasarkan hasil wawancara kepada Staaf Bidang Keuangan, penulis
dapat menyimpulkan bahwa dengan adanya manajemen keuangan yang
diterapkan oleh SMA PGRI Balang Bo’dong sudah baik dan aman. Penulis dapat
menyimpulkan aman karena tidak akan ada lagi kekhawatiran dalam manajemen
keuangan tersebut, semua sudah dikendalikan oleh yayasan dan melalui bank
tanpa ada perantara dari tangan ke tangan dalam transaksi pembayaran sekolah.
62
Beberapa kegiatan pengelolaan keuangan yaitu memperoleh dan
menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan,
pemeriksaan dan pertanggungjawaban. Pengelolaan keuangan merupakan
tindakan pengurusan dan ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan,
perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. Dengan demikian,
pengelolaan keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan,
pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan sekolah.
5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana prasarana merupakan fasilitas pendukung yang dapat menunjang
proses kegiatan dalam organisasi apa saja termasuk di dalamnya adalah satuan
pendidikan atau sekolah. Akan tetapi yang lebih penting adalah proses
pengelolaan atau manajemen dari sarana prasarana itu sendiri.
Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Hasma, S.Pd (46 tahun) selaku Waka
Sarana dan prasarana, beliau menjelaskan bahwa:
“Sarana dan prasarana di SMA PGRI Balang Bo’dong sendiri sudah
memadai dan memuaskan bagi para peserta didik. Perlengkapan KBM
disetiap kelasnya membuat kegiatan belajar mengajar di SMA PGRI
Balang Bo’dong menjadi nyaman. Untuk perlengkapan
ekstrakulikulernya sudah lengkap dan dipenuhi oleh yayasan sendiri.
Dalam pemeliharaan sarana dan prasarana di SMA PGRI Balang Bo’dong
dengan mengontrol pemakaian, memberikan arahan kepada siswa dalam
penggunaannya serta mengusulkan dan menginventaris barang-barang
yang rusak.”
Waka Sarana dan Prasana, menambahkan terkait pengelolaan barang
inventaris yang rusak, mengatakan bahwa :
“Pertama kita menginventaris mana saja yang rusak. Yang sudah rusak
kita simpan digudang, yang bagus-bagus kita pakai. Untuk barang yang
63
kekurangan, kita mengusulkan ke yayasan.”
Waka Sarana dan Prasana, menambahkan terkait sumber sarana dan
prasarana yang digunakan di SMA PGRI Balang Bo’dong, mengatakan bahwa :
“Murni dari yayasan, tidak ada campur tangan dari lembaga-lembaga lain
atau memungut biaya dari siswa-siswinya.”
Waka Sarana dan Prasana, menambahkan terkait strategi khusus yang di
lakukan SMA PGRI Balang Bo’dong dalam pemeliharaan sarana dan prasarana,
mengatakan bahwa :
“Dengan cara dikontrol pemakaiannya, pertama-tama diberi pengarahan
dengan cara penggunaannya agar sarana dan prasarana dapat terpelihara
dengan baik.”
Berdasarkan hasil wawancara dari Waka Sarana dan Prasana maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen sarana dan prasarana di SMA PGRI Balang
Bo’dong sudah baik, dan teratur juga penuh tanggung jawab dalam pemeliharaan
barang mereka. Sehingga sarana dan prasarana mereka dapat terpelihara dengan
baik. SMA PGRI Balang Bo’dong juga memuaskan siswa-siswinya dalam
fasilitas yang ada, mulai dari kelas, sampai kegiatan-kegiatan lainnya. Mulai dari
sumber pengadaan sarana dan prasarana yang dikelola secara internal dalam
ruang lingkup yayasan, pengelolaan inventaris yang rusak hingga bimbingan dan
arahan yang diberikan kepada siswa dalam pemeliharaan saran dan prasarana
yang digunakan di sekolah.
Penulis melakukan dokumentasi dengan mengambil beberapa data
kegiatan osis di SMA PGRI Balang Bo’dong . Penulis juga melakukan observasi
di kelas dengan melihat kondisi sarana dan prasarana yang digunakan oleh siswa
di kelas.
64
Gambar 5.3 Kondisi Sarana dan Prasarana di SMA PGRI Balang Bo’dong
Gambar di atas diambil ketika penulis melakukan dokumentasi, gambar
tersebut merupakan suatu gambaran tentang kondisi sarana dan prasarana yang
digunakan siswa di SMA PGRI Balang Bo’dong masih berfungsi dengan baik
sebagai kebutuhan dalam menunjang keberhasilan belajar mereka, mulai dari
65
ketersediaan kantin yang bersih, meja dan kursi yang tidak mengalami kerusakan
dan ruang kelas dengan kondisi yang baik serta lapangan yang dimanfaatkan
sebagai tempat upacara pada hari senin atau hari-hari tertentu.
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah sebagai lembaga sosial yang diselenggarakan dan dimiliki oleh
masyarakat, harus memenuhi kebutuhan masyarakat. Sekolah mempunyai
kewajiban secara legal dan moral untuk selalu memberikan penerangan kepada
mayarakat tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan dan keadaanya,
dan sebaliknya sekolah harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan,
dan tuntutan masyarakatnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Akbar, S.Pd (33 tahun) selaku guru,
beliau menjelaskan:
“SMA PGRI Balang Bo’dong memiliki kegiatan yang sangat membutuhkan masyarakat dan bermanfaat untuk siswa-siswanya, seperti
kegiatan Homestay yaitu kegiatan bakti sosial ke panti asuhan, ke masjid-
masjid untuk kultum (kuliyah tujuh menit) di bulan ramadhan, untuk
melatih mental peserta didik SMA PGRI Balang Bo’dong . Dari kegiatan-
kegiatan seperti inilah SMA PGRI Balang Bo’dong memiliki hubungan
yang sangat baik dengan masyarakat.“
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka penuis menyimpulkan bahwa
hubungan sekoah dengan masyarakat terjalin dengan baik melaui kegiatan bakti
social, silaturahmi dengan masyarakat lingkungan sekolah SMA PGRI Balang
Bo’dong. Hal tersebut didukung dengan pemaparan Purwanto (2010: 12)
mengatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat mencakup hubungan
sekolah dengan sekolah-sekolah lain, hubungan sekolah dengan pemerintah
setempat, hubungan sekolah dengan instansi-instansi dan hubungan sekolah
66
dengan masyarakat pada umumnya. Selanjutnya diuraikan bahwa hendaknya
semua hubungan itu merupakan hubungankerja sama yang bersifat pedagogis,
sosiologis dan produktif yang dapat mendatangkan keuntungan dan perbaikan
serta kemajuan bagi kedua belah pihak.
Penulis tidak dapat melakukan dokumentasi secara menyeluruh mengenai
hubungan sekolah dengan masyarakatnya, penulis juga tidak dapat melakukan
observasi secara menyeluruh dikarenakan kegiatan yang diadakan oleh SMA
PGRI Balang Bo’dong sedang tidak terlaksana saat penulis melakukan
penelitian. Akan tetapi, penulis mengikuti beberapa kegiatan yang merangkai
kegiatan HUMAS. Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
manajemen yang diterapkan sekolah kepada peserta didiknya sangat baik, unik
dan menarik, sehingga mereka memiliki hubungan yang baik dengan
masyarakatnya melalui kegiatan-kegiatan yang telah dibuat oleh sekolah.
7. Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus di sekolah ditetapkan dan diorganisasikan
untuk memudahkan atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi
kebutuhan khusus siswa di sekolah. Diantaranya meliputi: manajemen layanan
bimbingan konseling, layanan perpustakaan sekolah, layanan kesehatan, dan
manajemen layanan kantin sekolah. Layanan-layanan tersebut harus dikelola
dengan baik dan benar sehingga dapat memperlancar pencapaian tujuan
pendidikan di sekolah.
Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Mashita, S.Pd (32 tahun) selaku guru,
beliau menjelaskan:
67
“SMA PGRI Balang Bo’dong sudah sangat baik dalam layanan khusus
untuk siswa- siswanya. Mulai dari perpustakaan, layanan kesehatan,
kantin. Semua layanan khusus di SMA PGRI Balang Bo’dong sudah baik
dan memuaskan para peserta didiknya sebagai customer SMA PGRI
Balang Bo’dong .”
Penulis melakukan observasi selama penulis melakukan penelitian karena
penulis sendiri dapat merasakan layanan khusus tersebut mulai dari toilet dan
kantinnya yang bersih dan teratur.
Seperti yang dijelaskan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
manajemen layanan khusus SMA PGRI Balang Bo’dong cukup baik dan dapat
memenuhi kebutuhan siswa-siswi SMA PGRI Balang Bo’dong. Dengan
kelengkapan layanan khusus tersebut siswa dapat merasa nyaman belajar di SMA
PGRI Balang Bo’dong.
Selanjutnya penjelasan dari siswa SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Putri Indira (16 tahun) mengenai pelaksanaan manajemen berbasis sekolah guna
mendapatkan keabsahan data dari hasil wawancara di atas, mengatakan:
”Kami merasa nyaman sekolah di SMA PGRI Balang Bo’dong mulai dari kebersihan, ruangan kelas yang lengkap dan nyaman serta keamanan nya.
Kami puas akan manajemen di SMA PGRI Balang Bo’dong serta
ekstraklikuler yang lengkap buat kita tidak jenuh dengan kegiatan di SMA
PGRI Balang Bo’dong. Kami di sini merasakan tidak ada perbedaan
karena kami di sini sangat diperhatiakan mulai dari seragam yang harus
sama rata seperti sepatu harus item polos, seragam langsung dari sekolah
dan masih banyak lagi. Artinya kami sudah sangat puas akan Manajemen
berbasis sekolah di SMA PGRI Balang Bo’dong yang tidak ketiggalan
zaman. SMA PGRI Balang Bo’dong juga sangat mengunggulkan nilai-
nilai keagamaan, mulai dari belajar sholat tepat waktu, memperbanyak
sholat sunnah, menghafal Al-Quran dan kegiatan-kegiatan keagamaan
lainnya yang membuat kita tidak akan buta tentang kegiatan keagamaan.”
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis
terkait komponen manajemen berbasis sekoah, maka penulis mengaitkan hasil
68
peneitian tersebut berdasarkan yang didukung oleh Suryosubroto (2010: 32-163)
yang menyatakan manajemen kurikulum di dalamnya terdapat kegiatan yang
dititik beratkan kepada kelancaran pembinaan situasi belajar mengajar. Kegiatan
manajemen kurikulum melibatkan semua komponen mulai dari tugas pendidik
hingga proses pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hal tersebut dimaksudkan agar
pelaksanaan kurikulum dapat berjalan sesuai dengan arah yang ditentukan.
Kurikulum yang digunakan di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar yaitu
kurikulum 2013 dan KTSP berdasrkan hasil wawancara yang dilakukan kepada
kepala sekolah dan waka kurikulum terkait hal tersebut yang menerangkan
penggunaan kurikulum yang berlaku di sekolah berjalan dengan baik dan efesien
sesuai dengan tingkatan peserta didik.
Manajemen tenaga kependidikan di SMA PGRI Balang Bo’dong
berpuusat pada kegiatan-kegiatan guru di sekolah, mulai dari jam masuk sampai
beberapa kegiatan di ruang guru juga cara mengajar tenaga pendidik di kelas,
pemberian pelatihan-pelatihan dan pembimbingan kepada siswa untuk belajar
bertanggung jawab, sosialisasi kegiatan ekstrakurikuler kepada orang tua siswa
demi tercapainya transparansi antara guru, orang tua dan siswa serta kewajiban
tenaga pendidik dalam kelengkapan administrasi sesuai dengan hasil pelaksanaan
pembelajaran di sekolah melalui supervise oleh pengawas. Hal tersebut sejalan
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualitas sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, seperti berpartisipasi dalam penyelenggaraan
69
pendidikan. Dari pengertian ini jelas bahwa guru merupakan seorang pendidik di
tingkat sekolah dasar, menengah dan berperan langsung dalam menjalankan tugas
dan kewajiban di sekolah. Tugas guru yang paling penting adalah mengajar dan
mendidik murid. Sebagai pengajar guru menyampaikan ilmu pengetahuan atau
keterampilan kepada orang lain dengan menggunakan cara-cara tertentu sehingga
pengetahuan itu dapat menjadi milik orang tersebut.
Manajemen peserta didik di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar terkait
dengan penerimaan siswa baru, respon serta kendala yang biasa dihadapi kepala
sekolah dan guru dalam memanajemen peserta didik dapat dilaksanakan dengan
efektif dengan menjalin hubungan antar guru dan orang tua siswa, antara guru
dan siswa untuk saling menunjang keberhasilan pelaksaan manajemen peserta
didik. Hal tersebut didukung oleh Arikunto (1986: 11) menjelaskan devinisi
peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu
lembaga pendidikan. Arti peserta didik yang lebih khusus dijelaskan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 yang
menyebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Penjelasan tentang arti peserta didik
di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang terdaftar dalam
suatu proses pembelajaran tertentu. Pengelolaan peserta didik tersebut
dimaksudkan agar tercapainya kompetensi peserta didik secara maksimal.
Manajemen keuangan dan pembiayaan di SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar bersifat transparan, dikatakan demikian karena system pembayaran
70
yang tidak lagi dilakukan di sekolah secara langsung antara siswa dengan guru
melainkan pembayaran dilakukan secara langsung melalui bank dan dikelolah
sepenuhnya oleh pihak yayasan. Sehinggan keefektifan dan keefesienan dalam
pengelolaan keuangan di sekolah tercapai dengan baik untuk membangun
kepercayaan orang tua siswa. Kegiatan pengelolaan keuangan dilakukan dengan
memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana,
pelaporan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban. Pengelolaan keuangan
merupakan tindakan pengurusan dan ketatausahaan keuangan yang meliputi
pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. Hal
tersebut didukung oleh Suryosubroto (2010: 32-163) yang menjelaskan bahwa
keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara
langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Persoalan
yang menyangkut keuangan sekolah pada garis besarnya berkisar pada: bantuan
operasional sekolah (BOS), uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), uang
kesejahteraan personel dan gaji serta keuangan yang berhubungan langsung
dengan penyelenggaraan sekolah seperti perbaikan sarana dan sebagainya.
Manajemen layanan khusus di SMA PGRI Balang Bo’dong dapat
ditunjukkan denga peran aktif pelayanan guru bimbingan konseling, pelayanan
kesehatan untuk guru dan siswa, penggunaan perpustakaan, penggunaan
laboratorium dan kantin sekolah. Hal tersebut berkaitan dengan pernyataan
Suryosubroto (2010: 56) manajemen layanan khusus di sekolah ditetapkan dan
diorganisasikan untuk memudahkan atau memperlancar pembelajaran, serta dapat
memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Diantaranya meliputi: manajemen
71
layanan bimbingan konseling, layanan perpustakaan sekolah, layanan kesehatan,
layanan asrama, dan manajemen layanan kantin sekolah. Layanan-layanan
tersebut harus dikelola dengan baik dan benar sehingga dapat memperlancar
pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Berdasarkan wawancara, dokumentasi atau data-data dan observasi yang
penulis jelaskan di atas dapat penulis pahami bahwasannya manajemen di SMA
PGRI Balang Bo’dong sudah memenuhi standar manajemen berbasis sekolah.
Mulai dari manajemen kurikulum dan pengajarannya yang sudah mengikuti
perkembangan zaman. Lalu manajemen tenaga kependidikannya yang memiliki
kemampuan di bidang masing-masing sehingga tidak ada lagi kekeliruan dalam
kegiatan belajar mengajar di mata pelajaran masing-masing. Manajemen peserta
didiknya yang disusun sebaik mungkin demi kepuasan para peserta didik SMA
PGRI Balang Bo’dong, kami memperhatikan mulai dari pendfataran, penerimaan,
sampai lulus. Manajemen keuangannya yang sangat baik dan tersistem sehingga
tidak ada lagi kekhawatiran dan sifat sensitif dengan keuangan karena SMA
PGRI Balang Bo’dong sudah bekerja sama langsung dengan Bank ternama.
Manajemen sarana prasarananya sudah sangat cukup memberikan kenyamanan
bagi guru-guru dan siswa-siswi SMA PGRI Balang Bo’dong. Manajemen
hubungan sekolah dengan masyarakatnya yang sangat bagus, unik dan menarik
untuk perkembangan sekolah juga para peserta didiknya dan memberikan
pengaruh baik untuk masyarakatnya seperti Homestay yang jarang sekali kita
temukan disekolah-sekolah lain, juga adanya kultum di masjid-masjid
masyarakat sekitar, sehingga siswa SMA PGRI Balang Bo’dong memiliki
72
kedekatan khusus dengan masyarakatnya. Yang terakhir manajemen layanan
khususnya yang sudah sangat lengkap mulai darti kantin, perpustakaan,
laboratorium, mushola, asrama yang dilengkapi dengan perlengkapan yang
cukup.
Ketika melakukan observasi penulis mengamati proses manajemen
berbasis sekolah di SMA PGRI Balang Bo’dong . Para peserta didik sangat
antusias menjalankan manajemen yang ada di SMA PGRI Balang Bo’dong.
Mulai dari pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, pemeliharaan barang sekolah,
menjaga kebersihan sekolah, mendukung kegiatan-kegiatan di SMA PGRI
Balang Bo’dong dengan sangat baik. Penulis dapat mengamati kenyamanan yang
dirasakan oleh para peserta didik akan manajemen di SMA PGRI Balang
Bo’dong. Sehingga mereka sadar bahwasannya dari kinerja peserta didik untuk
peserta didiknya sendiri.
73
BAB VI
FUNGSI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI
SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR TINJAUAN
A. Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah
1. Fungsi Perencanaan dalam Pengelolaan SMA PGRI Balang Boddonng
Makassar
Sukses tidaknya sebuah lembaga pendidikan sangat dipengaruhi oleh
kualitas rencana awal (planning) yang dilakukan. Para personil lembaga
pendidikan (kepala sekolah, para wakil, guru, dan pegawai) harus memahami ke
mana, untuk apa dan langkan apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan lembaga pendidikan. Perencanaan (planning) merupakan bagian dari alur
proses manajemen dalam menentukan pergerkan lembaga pendidikan, dari posisi
saat ini menuju posisi yang diinginkan di masa depan. Dengan demikian,
keberhasilan perencanaan akan ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan
strategi dan kemampuan memprediksi kebutuhan lembaga pendidikan di masa
yang akan datang. Berdasarkan pada temuan penelitian yang sudah disusun
sebelumnya bahwa mekanisme penentuan arah dan tujuan yang hendak dicapai
oleh SMA PGRI Balang Bo’dong, yang dinyatakan oleh Kepala SMA PGRI
Balang Bo’dong (53 tahun),
“Langkah yang dilakukan oleh sekolah dalam menjalankan fungsi
manajemen terutama pada perencanaan sudah sangat strategis, penentuan
visi dan misi sekolah merupakan bagian yang sangat penting untuk
menjamin keberlangsungan lembaga tersebut ke depan. Visi dan misi
merupakan muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh para
pelaksana rencana baik yang bersifat akademik maupun non-akademik.”
73
74
Kaitannya dengan pencapain visi dan misi SMA PGRI Balang Bo’dong
sebagaimana diuraikan dalam temuan penelitian bahwa kegiatan yang
direncanakan dalam pengelolaan sekolah yaitu pengelolaan program sarana dan
prasarana pembelajaran, pengelolaan program keuangan dan pembiayaan
pendidikan, pelaksanaan kegiatan evaluasi diri kinerja sekolah, pelaksanaan
program evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan yang dilakukan
sekolah.
Dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan hasil kerja yang
optimal serta berdampak pada nilai-nilai yang agung, maka para pelaku harus
memiliki visi dan misi, tujuan, sasaran, operasional yang dilandasi keyakinan dan
etika kerja yang tinggi serta mengelolanya didukung dengan kepemimpian dan
manajemen yang baik. Penyusunan dan penentuan jenis kegiatan yang akan
dilakukan dalam organisasi/lembaga pendidikan menunjukkan bahwa lembaga
pendidikan tersebut telah memiliki jenis kegiatan yang jelas dan tertatah dan akan
diimpelemntasikan berdasarkan pembagian tugas para pelaku dalam lembaga
pendidikan tersebut. Karena kegiatan yang dilakukan sekolah adalah memproses
input, maka kegiatan pendidikan merupakan aktivitas hidup yang tak mengenal
kata berhenti seiring dan sejalan dengan kehidupan manusia itu sendiri yang terus
berkembang dari waktu ke waktu.
Untuk itu, apa yang dilakukan oleh SMA PGRI Balang Bo’dong
merupakan usaha secara bersama antara seluruh sumber daya manusia yang
dimiliki dalam menyusun jenis dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan oleh
sekolah selama satu tahun. Rencana kegiatan itulah yang dijadikan patokan dalam
75
pengelolaan sekolah, dan dirincikan secara detail dalam pembagian tugas bagi
seluruh personil sekolah. Temuan lain dari penelitian ini adalah personal yang
terlibat dalam perencanaan program pengelolaan sekolah adalah ketua yayasan,
kepala sekolah, guru, dan komite.
Temuan penelitian ini memiliki makna bahwa fungsi perencanaan
diimplementasikan dengan melibatkan seluruh potensi sumber daya manusia
yang dimiliki oleh sekolah. Perencanaan tidak hanya ditentukan oleh kepala
sekolah, akan tetapi melalui proses pertimbangan terhadap segala masukan dan
informasi yang diberikan oleh guru, komite dan ketua yayasan.
Hal tersebut sejaan dengan penjelasan Jejen (2015: 57), dalam
perencanaan harus ditentukan delapan aspek, yaitu program kerja, tujuan dan
manfaat program, biaya program, waktu, penanggungjawab, pelaksana, mitra, dan
asaran (tentu berdasarkan kesepakatan tim kerja yang meliputi unsur pimpinan
sebuah lembaga).
Demikian sebuah perencanaan yang ideal, dan memang harus disusun
secara sistematis dan berdsarkan pada fakta dan data secara kongkrit untuk
memastikan apa yang direncanakan betul-betul dapat mengenai sasaran lembaga.
Sehingga kebutuhan perbaikan lembaga dan pengembangannya dapat diakomodir
secara jelas oleh para pelaku dalam bentuk rencana yang komprehenship
berdasaran kebutuhan lembaga.
Sehingga jenis kegiatan yang akan dilakukan merupakan hasil kesepakatan
bersama melalui rapat internal. Realitas perencanaan yang dilakukan oleh SMA
PGRI Balang Bo’dong ini merupakan upaya memanfaatkan sumber daya manusia
76
yang dimiliki, karena penyusunan program kerja akan lebih komprehenship jika
dilakukan secara kolaboratif antara seluruh komponen sekolah. Pelibatan seluruh
komponen sekolah dalam perencanaan dilakukan untuk memberikan ruang dan
penggalian potensi yang dimiliki oleh personil sekolah.
Pemanfaatan sumber daya manusia (guru, yayasan, dan komite sekolah)
dalam menentukan jenis kegiatan sekolah dan mengembangkannya merupakan
langkah strategis untuk meningkatkan kepedulian dan dedikasi mereka terhadap
sekolah. Hal tersebut dilakukan untuk menggerakkan orang-orang untuk bekerja
dan berpartisipasi sesuai bidang tugasnya secara efektif dan efisien menuju arah
yang diinginkan sekolah. Dalam implementasinya, keberhasilan pimpinan untuk
memberdayakan seluruh potensi sumber daya manusia disebabkan oleh faktor
kepemimpinan. Memimpin mampu mempengaruhi dan memumbuhkan semangat
kerja seluruh personal sekolah, memberikan inspirasi kepada mereka agar mereka
bisa menampilkan kinerja produktif dan bermutu.
Berdasarkan analisa di atas, kendati pimpinan telah berupaya
menggambarkan fungsi perencanaan dalam pengelolaan sekolah secara sistematis,
namun masih terdapat berbagai persoalan yang muncul terkait dengan kompetensi
personil sekolah. Kompetensi di bidang perencanaan pendidikan belum dipahami
secara baik, sehingga berdampak pada pencapaian target yang belum maksimal.
Pelibatan sumber daya manusia dalam aktivitas perencanaan program
sekolah merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kompetensi mereka
dalam menjalankan fungsi manajemen secara profesional. Sumber daya manusia
yang dimiliki sekolah merupakan aset yang sangat berharga dan vital, karena
77
keberadaannya dalam sekolah tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya.
Dengan demikian, maka personil sekolah harus mendapatkan pengetahuan praktis
tentang manajemen, agar seluruh komponen dapat memahami dan memiliki skill
dalam mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen guna kemajuan sekolah.
Gambar 6.1 Peran Guru dalam Penerapan Sumber Daya Manusia
Gambar di atas diambil ketika penulis melakukan dokumentasi, gambar
tersebut merupakan salah satu bentuk atau wujud nyata guru sebagai sumber daya
manusia yang berperan aktif dalam penerapan fungsi perencanaan aktivitas
program pembelajaran di sekolah.
2. Fungsi Pengorganisasian dalam Pengelolaan Sekolah SMA PGRI
Balang Bo’dong Makassar
Kepala sekolah memegang otoritas yang menentukan perkembangan
lembaga pendidikan. Kedudukannya sangat strategis karena berhubungan secara
langsung dengan pengambilan keputusan dan kebijakan yang ditetapkan secara
78
operasional oleh seluruh bawahannya. Dalam penerapan fungsi pengorganisasian
dalam pengelolaan SMA PGRI Balang Bo’dong sebagaimana telah dipaparkan
dalam temuan penelitian bahwa mekanisme pembagian tugas dan tanggung jawab
kepada seluruh civitas sekolah dilakukan melalui rapat pembagian tugas bagi
seluruh dewan guru sebelum tahun ajaran baru dilaksanakan. Pembagian tugas
tersebut didasarkan atas profesionalitas guru dan berdasarkan tugas dan fungsi
guru selaku pendidik.
Berdasarkan pernyataan Kepala SMA Balang Bo’dong Makassar
(53 tahun) bahwa :
“Prinsip pembagian wewenang dan tanggungjawab memerlukan ketelitian
agar tidak keliru dalam menempatkan pegawai/guru dalam jabatan dan
wewenangnya yang besar. Untuk itu seorang pimpinan menurut Akbar,
S.Pd (33 tahun)dituntut untuk memiliki kecerdasan interaksional yang
baik, artinya mampu bekerjasama dengan seluruh bidang yang ada dalam
organisasi yang dipimpinnya. Dengan gaya kepemimpinan yang motivatif,
seorang pimpinan memiliki kemampuan untuk membangkitkan semangat
kerja seluruh bawahannya. Di samping itu, seorang pimpinan dituntut
memiliki kecerdasan konseptual tentang bidang yang dipimpinnya.
Dengan kecerdasan tersebut, ia dapat melahirkan konsep yang
mengedepan, konstruktif, dan inovatif agar lembaga semakin maju dan
berprestasi.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
fungsi pengorganisasian yang telah dilakukan oleh pihak SMA PGRI Balang
Bo’dong merupakan langkah untuk membagi tugas dan tanggungjawab para
personil (guru dan pegawai), sehingga mereka dapat bekerja sesuai dengan tugas
dan fungsi mereka masing-masing. Secara konseptual, mengorganiasikan
(organizing) merupakan suatu proses menghubungkan orang-orang yang teribat
dalam organisasi tertentu dan menyatupadukan tugas serta fungsinya dalam
organisasi. Dalam prosesnya dilakukan pembagian tugas, wewenang, dan
79
tanggungjawab secara terperinci berdasarkan bagian dan bidang masing-masing
sehingga terintegrasikan hubungan-hubungan kerja yang sinergis, koperatif,
harmonis, dan seirama dalam mencapai tujuan yang telah disepakati.
Terlaksananya fungsi pengorganisasian di SMA PGRI Balang Bo’dong
tersebut dikarenakan kesadaran berorganisasi yang baik, motivasi, dan nilai -nilai
yang tertanam dalam diri personil lembaga. Karena bagaimanapun, nilai-nilai
yang ada (budaya kerja) menjadi pendorong dan menjadi keyakinan yang kuat
bagi seluruh personil lembaga dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.
Adapun tambahan pernyataan dari Ibu Rosmawati S.Pd (36 tahun),
mengatakan bahwa
“Sisi lain dari implementasi fungsi pengorganisasian yang dilakukan oleh
Sekolah SMA PGRI Balang Bo’dong adalah penyediaan fasilitas dan
perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas untuk menunjang
kegiatan sekolah. Kemudian untuk penentuan metode kerja dan
prosedurnya dilakukan berdasarkan sistem kekeluargaan dengan tujuan
semua kegiatan yang dikerjakan tidak terbengkalai ketika ada salah
seorang guru yang tidak bisa memenuhi kewajiban dengan alasan tertentu.
Sistem kekeluargaan ini melalui kerja sama antar sesama guru hingga
tugas-tugas yang diberikan oleh sekolah bisa terlaksana dengan baik.”
Walaupun dalam penentuan metode kerja masih bersifat kekeluargaan,
dalam pengorganisasiannya tetap berasaskan pembagian tugas dan tanggungjawab
yang dikoordinasikan secara formal berdasarkan kecenderungan dan spesialisasi.
Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan dilakukan dengan profesional, tepat guna,
efektif, dan efisien.
Realitas demikian, kalau dihubungkan dengan konsep pengorganisasian
yang baik memang belum ideal, karena pengorganisasian secara ideal
sebagaimana pandangan Dra. Hj. Endang (45 tahun) bahwa :
80
“Dalam menjalankan tugas pengorganisasian, terdapat beberapa hal yang
diperhatikan oleh pimpinan organisasi, yaitu; 1) menyediakan fasilitas,
perlengkapan, dan staf yang diperlukan untuk melaksanakan rencana. 2)
mengelompokkan dan membagi kerja menjadi struktur organisasi yang
teratur. 3) membentuk struktur kewenangan dan mekanisme koordinasi. 4)
menentukan metode kerja dan prosedurnya. 5) memilih, melatih, dan
member informasi kepada staf.”
Dengan demikian, dari ketiga hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat bermacam-macam tugas dan kegiatan yang dilakukan oleh banyak
orang, kesemuanya memerlukan koordinasi dari seorang pemimpin. Koordinasi
yang baik akan menghindarkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan
kesimpangsiuran dalam tindakan. Dengan adanya koordinasi yang baik, semua
bagian dan personal dapat bekerja sama menuju satu arah yaitu tujuan
organisasi/lembaga.
3. Fungsi Pengawasan dalam Pengelolaan SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar
Pengawasan merupakan proses pemantauan yang terus menerus untuk
menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekuen, baik yang bersifat materil
maupun nonmateril. Pengawasan juga merupakan pengamatan terhadap seluruh
kegiatan para pelaku rencana dilihat dari relevansinya dengan perencanaan dan
tujuan yang telah dtetapkan. Pengawasan yang dilakukan oleh sekolah (kepala
sekolah) dalam pengelolaan sekolah terutama pada komponen akademik
sebagaimana temuan penelitian sebelumnya adalah melakukan control terhadap
kuantitas dan kualitas kerja organisasi yaitu dengan melakukan supervisi kelas.
Supervsi dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru-guru secara rutin.
Berdasarkan pernyataan kepala SMA PGRI Balang Bo’dong (53 tahun) bahwa :
81
“Kegiatan supervisi kepada guru-guru dilakukan dengan harapan agar
mereka mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Dalam prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru
sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk
rencana pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses
pembelajaran yang dilakukan guru. Di samping itu, supervisi juga
dilakukan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru-guru
untuk meningkatkan kinerja. Hal-hal yang diamati pengawas sekolah
ketika melakukan kegiatan supervisi untuk memantau kinerja kepala
sekolah, di antaranya administrasi sekolah, meliputi: a. Bidang Akademik,
mencakup kegiatan: 1) menyusun program tahunan dan semester, 2)
mengatur jadwal pelajaran, 3) mengatur pelaksanaan penyusunan model
satuan pembelajaran, 4) menentukan norma kenaikan kelas, 5) menentukan
norma penilaian, 6) mengatur pelaksanaan evaluasi belajar, 7)
meningkatkan perbaikan mengajar, 8) mengatur kegiatan kelas apabila
guru tidak hadir, dan 9) mengatur disiplin dan tata tertib kelas.”
Berdasarka pernyataan tersebut realitas pengawasan yang dilakukan oleh
pihak sekolah terutama pada bidang akademik memang telah mengacu pada
pedoman pengawasan yang telah ditetapkan oleh kelompok kerja pengawas. Alat
penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran ( teaching plans
and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2)
prosedur/pelaksanaan pembelajaran (classroom procedure).
Adapun teknik penelusuran relevansi kerja dengan perencanaan sekolah
dilakukan dengan mendiskusikan bersama terhadap masalah yang dianggap berat
pada program-program yang sudah dijalani dan membahas problem dan
permasalahan melalui rapat kerja guru dan kepala sekolah. Kepala sekolah
melaukan rapat bersama guru, pengurus yayasan dan komite untuk membahas
permasalahan yang dialami oleh personil organisasi dalam melaksanakan tugas.
Hal ini dilakukan agar semua personil dapat mengetahui permasalahan yang
dialami oleh personil lainnya dan dapat memberikan alternatif solusi untuk
pemecahannya. Rapat juga dijadikan sebagai salah satu wadah untuk melakukan
82
pengawasan atau kontrol terhadap pelaksanaan tugas yang telah diberikan kepada
masing -masing personil organisasi.
Dra. Hj.Pasiha (47 tahun) menyatakan bahwa :
“Pengawasan (controlling) yaitu meneliti dan mengawasi agar semua tugas
dilakukan dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang ada atau sesuai
dengan deskripsi kerja masing-masing personal. Pengawasan dapat
diakukan secara vertikal dan horizontal, yaitu atasan dapat melakukan
pengontrolan terhadap bawahannya, demikian pula bawahan dapat
melakukan upaya kritik kepada atasannya. Cara tersebut dapat diistilahkan
dengan sistem pengawasan melekat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa,
pengawasan merupakan pengamatan terhadap seluruh kegiatan para
pekerja dilihat dari relevansinya dengan perencanaan dan tujuan yang telah
ditetapkan. Pengawasan yang dilakukan secara berkala baik melalui
pengawasan internal kepala sekolah maupun secara ekternal oleh
pengawas sekolah dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan sekolah menjadi lebih baik.”
Dengan demikian diharapkan kepala sekolah akan menjadi lebih dinamis
dan kratif dalam melakukan pengawasan terhadap para guru dan pegawai, dan
mereka akan menjadi lebih disiplin dan bekerja sesuai dengan tugas yang telah
diamanatkan. Antara kepala sekolah dan para guru sudah terbangun komunikasi
yang baik, sehingga kedua belah pihak menjadi pendorong utama keberhasilan
pengelolaan sekolah. Kalau semua elemen lembaga pendidikan Islam (sekolah)
bekerja secara profesional, mulai dari kepala sekolah, pihak yayasan, dan guru,
maka akan terbentuk iklim kerja yang dinamis dan kreatif, tidak stagnan dan
berjalan apa adanya. Mashita, S.Pd (32 tahun) mensinyalir bahwa :
“Problem pengembangan lembaga pendidikan Islam adalah sikap stagnan
dari para pengelola dan guru untuk melakukan kreativitas baru. Ini
mengandung pengertian bahwa semua sumber daya manusia yang terlibat
dalam pengelilaan lembaga pendidikan Islam harus memiliki daya juang
yang terus menerus atau perbakan secara berkelanjutan. Pemikiran
tersebut lahir karena sebagian pengelola terbuai dengan rasa puas terhadap
apa yang dicapai selama ini. Bahkan, sebagian pengelola menganggap
83
capaian lembaga pendidikan Islam sudah baik dari hal-hal yang pernah
dikembangkan oleh para pendahulunya.”
Strategi belajar mengajar yang dikembangkan sebagian guru lembaga
pendidikan juga tidak banyak berubah khususnya yang dilakukan oleh guru
senior. Sulitnya melakukan transformasi budaya kerja karena disebabkan sulitnya
merubah mindset dari sumber daya manusia yang ada.
Melihat pandangan ini, maka upaya untuk melakukan pengawasan dan
kontrol terhadap seluruh kinerja para guru dan pegawai merupakan langkah baik
untuk meningkatkan daya juang atau motivasi kerja guna mencapai pengelolaan
sekolah yang baik. Pengembangan lembaga pendidikan sekolah harus diimbangi
dengan pengembangan sumber daya manusia secara berkelanjutan,
pengembangan SDM tersebut dapat dilakukan melalui rapat evaluasi program
secara berkala untuk mengetahui kualitas dan kuantitas kerja dari seluruh SDM
yang dimiliki.
Pengelolaan lembaga pendidikan Islam (sekolah) dapat dilihat dari realitas
implementasi fungsi-fungsi manajemen dalam menjalankan seluruh aktivitas atau
programnya mulai dari fungsi perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan
(controlling). Sekolah harus terus bertransformasi menuju pengelolaan yang
profesional, pengelolaan yang profesioal sangat didukung oleh tersedianya
sumber daya manusia yang memadai baik guru maupun pegawainya.
Di samping itu, kinerja guru dan pegawai akan meningkat bila kedisiplinan
dan etos kerja terus dikembangkan, sebab hal itu akan membangkitkan kognitif,
afektif, dan psikomotorik pengelola lembaga pendidikan yang dapat digunakan
84
untuk mengembangkan sumber daya manusia sesuai dengan tuntuan zaman dan
masyarakat.
Fungsi-fungsi manajemen secara profesional dalam lembaga pendidikan
sekolah sudah menjadi keharusan, karena fungsi-fungsi manajemen tersebut akan
menjadi penunjuk arah bagi sekolah dalam mengembangkan dirinya menuju
pengelolaan yang lebih baik. Fungsi perencanaan adalah satu dari fungsi-fungsi
manajemen yang sangat penting.
Bahkan kegiatan perencanaan ini selalu melekat pada kehidupan kita
sehari -hari, lebih-lebih bagi sebuah lembaga pendidikan sekolah. Sebuah rencana
akan sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya suatu pekerjaan. Karena itu
pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan
yang telah direncanakan.
Di samping itu, fungsi organizing bagi lembaga pendidikan sekolah
menempati posisi strategis dalam keseluruhan proses pendidikan, karena di
dalamnya terdapat pembagian tugas secara profesional dan proporsional.
Organizing memberikan kejelasan tugas dan tanggungjawab dalam usaha proses
penyelenggaraan pendidikan, sehingga manajemen lembaga pendidikan sekolah
akan dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien. Sedangkan fungsi controlling
diimplementasikan untuk melihat dan menelaah apakah rencana yang sudah
ditetapkan bersama sudah dapat dilaksanakan dengan baik atau belum. Fungsi ini
akan memperlancar jalannya pengelolaan sekolah dan mengarahkan institusi
tersebut menuju tujuan yang tepat dan benar menurut tujuan sekolah itu sendiri.
85
Berdasarkan hasil analisis dalam pembahasan, maka peneliti dapat
merumuskan beberapa kesimpulan, yaitu fungsi perencanaan dalam pengelolaan
SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar dilakukan dengan mekanisme penentuan
arah dan tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah yaitu dengan cara menentukan
visi misi dan bentuk kegiatan yang direncanakan dalam pengelolaan sekolah.
Adapun personal yang terlibat dalam perencanaan program pengelolaan sekolah
adalah ketua yayasan, kepala sekolah, guru, dan komite. Sedangkan prosedur
perencanaan yang dilakukan dalam pengelolaan bersifat interen sekolah yaitu
antara pihak kepala sekolah dengan guru kemudian di koordinasikan ke yayasan.
Dengan demikian, berdasarkan pandangan secara teortik Mulyono
(2008: 22) tersebut maka sekolah dan para pesonilnya harus mampu beradaptasi
terhadap perubahan-perubahan dan dinamika yang terjadi dalam dunia pendidikan
dan manajemennya. Sumber daya manusia harus tetap berorientasi terhadap
pencapaian visi dan misi sekolah, dan hendaknya seluruh aktivitas baik akademik
mauun non-akademik harus diarahkan untuk pencapaian visi dan misi sekolah
tersebut.
Fungsi pengorganisasian dalam pengelolaan SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar dilakukan mekanisme pembagian tugas dan tanggung jawab kepada
seluruh civitas sekolah melalui rapat pembagian tugas bagi seluruh dewan guru
dan pegawai sebelum tahun ajaran baru dilaksanakan. Fasilitas dan perlengkapan
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas disiapkan oleh pihak sekolah untuk
menunjang kegiatan sekolah. Sedangkan untuk penentuan metode kerja dan
prosedurnya dilakukan berdasarkan sistem kekeluargaan dengan tujuan semua
86
kegiatan yang dikerjakan tidak terbengkalai ketika ada salah seorang guru yang
tidak bisa memenuhi kewajiban dengan alasan tertentu.
Fungsi pengawasan dalam pengelolaan SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar dilakukan dengan melakukan kontrol terhadap kuantitas dan kualitas
kerja personil yaitu dengan melakukan supervisi kelas. Adapun untuk teknik
penelusuran relevansi kerja dengan perencanaan sekolah dengan dilakukan
dengan mendiskusikan bersama terhadap masalah yang dianggap berat pada
program-program yang sudah dijalani dan membahas problem dan permasalahan
melalui rapat kerja guru dan kepala sekolah. Sedangkan audit penggunaan
anggaran dilakukan dengan mengedepankan kekeluargaan yang dilakukan melalui
rapat bersama komite sekolah.
Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang diuraikan oleh Saefullah
(2012: 22) yang mengatakan bahwa manajer/pimpinan yang profesional adalah
manajer/pimpinan yang cerdas dalam menjalin hubungan dengan seluruh
bagian/personil yang terdapat dalam lembaga. Dengan demikian seluruh
komponen yang terdapat dalam lembaga pendidikan senantiasa dapat berjalan
sebagai sebuah sistem yang terpadu. Kematangan konseptualnya pimpinan akan
memberikan solusi bagi prmasalahan yang dihadapi oleh lembaga, serta rencana-
rencana lembaga dan pelaksanaannya merupakan bagian yang integral dari
seluruh tujuan lembaga.
87
BAB VII
PRINSIP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI
SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR
A. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
1. Prinsip Ekuifinalitas (Principal of Equifinality)
Prinsip ini didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi
bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan.
MBS menekankan fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga
sekolah menurut kondisi mereka masing-masing. Karena kompleknya pekerjaan
sekolah saat ini dan adanya perbedaan yang besar antara sekolah yang satu dengan
yang lain, misalnya perbedaan tingkat akademik siswa dan situasi
komunitasnya, sekolah tak dapat dijalankan dengan struktur yang standar di
seluruh kota, provinsi, apalagi negara. Sekolah harus mampu memecahkan
berbagai permasalahan yang dihadapinya dengan cara yang paling tepat dan
sesuai dengan situasi dan kondisinya. Walaupun sekolah yang berbeda memiliki
masalah yang sama, cara penanganannya akan berlainan antara sekolah yang satu
dengan yang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Endang Lestari, S.Pd (35
tahun), mengatakan bahwa :
“Prinsip ekuifinalitas dalam menyelesaikan masalah dapat ditangani
dengan pemberian a) Pelayanan terhadap siswa dalam hal praktik mata
pelajaran untuk semua bidang study, b) Pelayanan terhadap siswa dalam
Bimbingan Konseling (BK), c) Pelayanan terhadap siswa dalam proses
belajar mengajar, d) Pelayanan terhadap siswa dalam keunggulan
akademik dan non akademik, e) Kepemimpinan Sekolah yang Kuat,
f) sumber daya tersedia dan siap berpartisipasi dari warga sekolah dan
masyarakat.”
87
88
Berdasarkan hasil wawancara dari narasumber di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa prinsip manajemen berbasis sekolah yang berlaku di lingkungan
SMA PGRI Balang Bo’dong dapat dimanajemen dengan baik dalam menyelesaikan
permasalahan di sekolah. Hal tersebut didukung oleh Mulyasa, 2003: 13 yang
mengemukakan bahwa prinsip ekuifinalitas (equifinality) didasarkan pada teori
manajemen modern yang berasumsi bahwa terdapat perbedaan cara untuk
mencapai tujuan. Manajemen sekolah menekankan fleksibilitas dan sekolah harus
dikelola oleh sekolah berdasarkan kondisinya masing-masing. Prinsip
ekuifinalitas ini mendorong terjadinya desentralisasi kekuasaan dan
mempersilakan sekolah memiliki mobilitas yang cukup berkembang, dan bekerja
menurut strategi uniknya masing-masing untuk mengelola sekolahnya secara
efektif.
Gambar 7.1 Pelayanan Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Gambar di atas diambil ketika penulis melakukan dokumentasi, gambar
tersebut merupakan salah satu bentuk prinsip ekuifinalitas, peran guru dalam
pelayanan terhadap siswa dalam proses belajar mengajar, pelayanan terhadap
siswa dalam keunggulan akademik di kelas.
89
2. Prinsip Desentralisasi (Principal of Decentralization)
Desentralisasi adalah gejala yang penting dalam reformasi manajemen
sekolah modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinalitas.
Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan
aktifitas pengajaran tak dapat dielakkan dari kesulitan dan permasalahan.
Pendidikan adalah masalah yang rumit dan kompleks sehingga memerlukan
desentralisasi dalam pelaksanaannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Endang Lestari, S.Pd (35 tahun) selaku
guru SMA PGRI Balang Bo’dong, mengatakan bahwa :
“Pemecahan masalah di sekolah dapat diatasi secara efektif demi
menunjang keberhasilan aktivitas pengajaran dan pembelajaran dengan
manajemen sekolah, yang meliputi pembagian tugas yang jelas, rencana
yang rinci dan sistematis, program yang mendukung ketercapaian rencana
dan ada sistem pengendalian mutu yang efektif dan ef isien untuk
mencapai sasaran karena output pendidikan adalah hasil kerja kolektif
warga sekolah, bukan hasil individu, adanya keterbukaan/transparansi
dalam memanajemen sekolah merupakan karakteristik sekolah yang
menerapkan manajemen mutu.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
sekolah harus diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk memecahkan
masalahnya secara efektif dan secepat mungkin ketika masalah itu muncul.
Dengan kata lain, tujuan prinsip desentralisasi adalah efisiensi dalam pemecahan
masalah, bukan menghindari masalah. Oleh karena itu MBS harus mampu
menemukan masalah, memecahkannya tepat waktu dan memberi sumbangan yang
lebih besar terhadap efektivitas aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Tanpa
adanya desentralisasi kewenangan kepada sekolah itu sendiri maka sekolah tidak
dapat memecahkan masalahnya secara cepat, tepat, dan efisiensi.
90
3. Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri (Principal of Self Managing System)
Prinsip ini terkait dengan prinsip sebelumnya, yaitu prinsip ekuifinalitas
dan prinsip desentralisasi. Ketika sekolah menghadapi permasalahan maka harus
diselesaikan dengan caranya sendiri. Sekolah dapat menyelesaikan masalahnya
bila telah terjadi pelimpahan wewenang dari birokrasi diatasnya ke tingkat
sekolah. Dengan adanya kewenangan di tingkat sekolah itulah maka sekolah dapat
melakukan sistem pengelolaan mandiri.
Endang Lestari, S.Pd (35 tahun) menambahkan terkait prinsip system
pengelolaan mandiri yang mengatakan bahwa :
“Sekolah harus benar-benar mampu mengambil tindakan yang tepat.
Kewenangan ataupun otonomi yang diberikan pada sekolah karena diakui
mampu mengelola sekolah secara baik dan benar. Mandiri bukan berarti
semuanya dikerjakan oleh kepala sekolah dan guru, melainkan kepala
sekolah juga harus mampu membangkitkan semangat warga sekolah dan
stakeholder lainnya untuk ikut berpatisipasi aktif dalam membangun
sekolah kearah yang lebih maju. Selain itu, sekolah akan lebih nampak
penerapan.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
mengelola sekolah secara mandiri menimbulkan presepsi-presepsi negatif dari
kalangan masyarakat apalagi jika itu berhubungan dengan dana. Karena, pada
setiap cakupan pilar pendidikan pasti akan membutuhkan dana. Khususnya sarana
dan prasarana. Ini semua harus difikirkan secara matang. Hal tersebut pasti akan
dituntut keterbukaan dan pertanggungjawaban dalam penggunaan dana sehingga
tidak terjadi kesalah pahaman baik antar warga sekolah maupun antar sekolah
dengan masyarakat yang dalam hal ini orang tua siswa.
91
Selain itu, MBS sendiri tidak jauh dari bagaimana sekolah mampu
membangun hubungan dengan masyarakat ataupun stakeholder lainnya. Dalam
menciptakan kemitraan yang baik kepala sekolah harus adil dalam
memperlakukan semua warga sekolahnya dengan tidak membeda-bedakan satu
sama lain. Jika semua prinsip ini dijalankan dengan baik maka suatu hal yang
tidak mungkin sekolah itu tidak berhasil dalam mencapai tujuannya.
Efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah ini, dinilai berhasil jika
prinsip-prinsip MBS itu sendiri dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Karena, dengan prinsip tersebut akan mengarahkan sekolah atau khususnya warga
sekolah untuk tetap fokus pada tujuan ataupun alasan dari penerapan MBS.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mulyansa (2003: 21) berdasarkan
prinsip MBS tersebut diartikan bahwa sekolah harus dikelola oleh warga sekolah
dengan ketentuan harus mampu menyelesaikan permasalahan dengan cara
ataupun kreatifivitas dari warga sekolah itu sendiri. Sekolah juga diberikan
kebebesan serta ruang dalam mengembangkan ide secara mandiri dengan
berlandaskan kerja sama yang kuat antar warga sekolah dan stakeholder.
Karena, kerja sama yang kuat merupakan objek terpenting pada efektivitas
suatu organisasi. Suatu kegiatan dapat berjalan jika ada orang-orang yang secara
bersama menggerakkan organisasi tersebut, begitu pula dalam organisasi sekolah.
Sekolah dapat diketahui keberadaannya jika ada warga sekolahnya yang memang
terlihat nyata menggerakkan organisasi yang dibuktikan dengan prestasi-prestasi
dari sekolah tersebut dan ini semua harus dikelola sebaik mungkin.
92
4. Prinsip Inisiatif Manusia (Principal of Human Initiative)
Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis,
melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia harus selalu
digali, ditemukan, dan kemudian dikembangkan. sekolah dan lembaga pendidikan
yang lebih luas tidak dapat lagi menggunakan istilah staffing yang konotasinya
hanya mengelola manusia sebagai barang yang statis. Lembaga pendidikan harus
menggunakan pendekatan human recources development yang memiliki konotasi
dinamis dan menganggap serta memperlakukan manusia di sekolah sebagai aset
yang amat penting dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan.
Seperti yang dikemukakan oleh Endang Lestary, S.Pd (35 tahun) selaku
guru SMA PGRI Balang Bo’dong terkait prinsip inisiatif manusia, mengatakan
bahwa :
“Sumber daya manusia di lingkungan sekolah sangatlah berperan aktif dan
penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah untuk
menunjang keberhasilan manajemen berbasis sekolah. Pemberian
perhatian serta tingkat inisiatif yang tinggi mampu memberikan dorongan
yang besar dalam memotivasi guru dan siswa dalam mengembangkan
kemampuan di bidang study secara positif.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
sumber daya manusia di sekolah untuk membangun lingkungan yang sesuai untuk
warga sekolah agar dapat bekerja dengan baik dan mengembangkan potensinya.
Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan dapat diukur dari perkembangan
aspek sumber daya manusianya. Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah
sumber daya yang statis melainkan dinamis.
93
BAB VIII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kurikulum dan pengajaran di SMA PGRI Balang Bo’dongsudah baik
dengan dibedakan untuk kelas 10 dan 11 memakai kurikulum 2013 dan untuk
kelas 12 memakai kurikulum KTSP. SMA PGRI Balang Bo’dong sudah
menggunakan pembelajaran yang terpusat pada siswanya, jadi siswa dianjurkan
lebih aktif dibanding guru-gurunya. SMA PGRI Balang Bo’dong sudah bekerja
sama dengan BANK untuk sistem pembayaran siswa-siswi nya. SMA PGRI
Balang Bo’dong juga bertanggung jawab penuh akan kebutuhan siswa-siswi nya
juga kebutuhan sekolah.
Sarana dan prasarana di SMA PGRI Balang Bo’dong sendiri sudah
memadai dan memuaskan bagi para peserta didik. SMA PGRI Balang Bo’dong
memiliki kegiatan yang sangat membutuhkan masyarakat dan bermanfaat untuk
siswa-siswanya, seperti kegiatan bakti sosial ke panti asuhan, ke masjid-masjid
untuk kultum (kuliyah tujuh menit) di bulan ramadhan, untuk melatih mental
peserta didik SMA PGRI Balang Bo’dong. Dari kegiatan-kegiatan seperti inilah
SMA PGRI Balang Bo’dong memiliki hubungan yang sangat baik dengan
masyarakat. Penulis menyimpulkan dari ketujuh komponen tersebut sudah
diaplikasikan dengan maksimal dan baik karena kerjasama antar staf sekolah,
guru-guru dan siswa sehingga tercapai segala rencana yang dibuat oleh pimpinan
baik dari yayasan Al Kautsar ataupun dari kepala sekolah SMA PGRI Balang
Bo’dong.
93
94
Fungsi perencanaan dalam pengelolaan SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar dilakukan dengan mekanisme penentuan arah dan tujuan yang hendak
dicapai oleh sekolah yaitu dengan cara menentukan visi misi dan bentuk kegiatan
yang direncanakan dalam pengelolaan sekolah.
Fungsi pengorganisasian dalam pengelolaan SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar dilakukan mekanisme pembagian tugas dan tanggung jawab kepada
seluruh civitas sekolah melalui rapat pembagian tugas bagi seluruh dewan guru
dan pegawai sebelum tahun ajaran baru dilaksanakan. Fasilitas dan perlengkapan
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas disiapkan oleh pihak sekolah untuk
menunjang kegiatan sekolah. Sedangkan untuk penentuan metode kerja dan
prosedurnya dilakukan berdasarkan sistem kekeluargaan dengan tujuan semua
kegiatan yang dikerjakan tidak terbengkalai ketika ada salah seorang guru yang
tidak bisa memenuhi kewajiban dengan alasan tertentu.
Fungsi pengawasan dalam pengelolaan SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar dilakukan dengan melakukan kontrol terhadap kuantitas dan kualitas
kerja personil yaitu dengan melakukan supervisi kelas. Adapun untuk teknik
penelusuran relevansi kerja dengan perencanaan sekolah dengan dilakukan
dengan mendiskusikan bersama terhadap masalah yang dianggap berat pada
program-program yang sudah dijalani dan membahas problem dan permasalahan
melalui rapat kerja guru dan kepala sekolah. Sedangkan audit penggunaan
anggaran dilakukan dengan mengedepankan kekeluargaan yang dilakukan melalui
rapat bersama komite sekolah.
95
Berdasarkan prinsip manajemen berbasis sekolah dapat diartikan bahwa
sekolah harus dikelola oleh warga sekolah dengan ketentuan harus mampu
menyelesaikan permasalahan dengan cara ataupun kreatifivitas dari warga sekolah
itu sendiri. Sekolah juga diberikan kebebesan serta ruang dalam mengembangkan
ide secara mandiri dengan berlandaskan kerja sama yang kuat antar warga sekolah
dan stakeholder.
B. Saran
1. Bagi Dinas Pendidikan diharapkan kiranya lebih memberi ruang gerak yang
maksimal kepada kepala sekolah serta mengintensipkan penerapan prinsip
manajemen berbasis sekolah.
2. Bagi kepala sekolah, diharapkan kiranya dapat lebih meningkatkan
pelaksanaan implementasi prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah.
3. Bagi guru diharapkan agar lebih meningkatkan keberanian dalam
mengimplementasikan apa yang harus ditanamkan pada peserta didik.
4. Bagi peneliti diharapkan lebih menajamkan kembali penelitiannya, khususnya
terhadap aspek-aspek yang belum tersentuh oleh penelitian ini utamanya
tentang efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah.
96
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Ibtisan & Duhou. 2002. School-Based Management. Paris: United Nation
Educational, Scientific and Cultural Organization.
Arikunto, Suharsimi. 1986. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Aplikasi Manajemen Sekolah. Jakarta: Diva
Press (Anggota IKAPI).
Danim, Sudarwan dan Suparno. 2009. Manajemen dan Kepemimpinan
Transformosional Kekepalasekolahan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
_________. 2007. Visi Baru Manajemen Sekolah, dari Unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2005. Pedoman Manajemen Berbasis
Madrasah. Jakarta: Direktoran Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Paket Pelatihan 1, Peningkatan Mutu
Pendidikan Dasar Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta
Masyarakat, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
Jakarta: Kementerian Pendidikan Republik Indonesia
Fattah, N. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan
Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
________. 2011. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Hafid, Abdul. 2011. “Model Manajemen Berbasis Sekolah”.Lentera Pendidikan:
Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Pendidikan. Volume 14 Nomor 2.
Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Rosdakarya.
Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Ibrahim, Sudjana dan Nana. 2012. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru.
Idris, Muhammad. 2007. “Manajemen Berbasis Sekolah”. Jurnal Iqra. Volume 3
Nomor 1. Halaman 13-27.
Indrajit. 2001. Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Object. Bandung:
Informatika.
97
96
97
Jalaluddin, dkk. 2015. “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMA
Kabupaten Aceh Utara”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP).
Volume 22 Nomor 2. Halaman 126-136
Jogiyanto, H. M. 2005. Analisa dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan
Terstruktur Teori dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: ANDI.
Kompri. 2014. Manajemen Sekolah Teori & Praktek. Bandung: Alfabeta.
Lubis, Umul Aiman. 2015. “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Lulusan di SMA Islam Al-Ulum Terpadu Medan”.
Jurnal Analitica Islamica, Volume 4 Nomor 1. Halaman 167-186.
Minarti, Sri. 2016. Manajemen Sekolah. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Mollootimile & Thulani. 2015. “The Adven of School Based Manajemen in the
21st
Century”. E-Bangi: Journal of Social Science and Humanities.
Volume 10 Nomor 2. Halaman 172-184.
Muhaimin, dkk. 2011. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah (Edisi Revisi). Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi.
Jakarta: PT Grasindo.
Permadi, D. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah: Strataegi Baru dalam Rangka Peningkatan Sekolah yang
Bermutu. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.
Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya.
Raihani. 2007. “Educations Reforms in Indonesia in the Twenty-Fisrt Century”.
International Education Journal. Volume 8 Nomor 1, pp. 172-183.
Rohiat. 2010. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik. Bandung: Refika
Aditama.
Rosmala. 2016. “Hakikat Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah”. Jurnal
Publikasi Pendidikan, VolumenVI, Nomor 1. Halaman 64-76.
Sagala, Syaiful. 2011. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
98
Setiawan, Edi. 2016. “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK
Negeri 1 Bantul”. Artikel Jurnal (Belum dipublikasi) (Dalam Jaringan) di
akses pada http://journal.student.uny.ac.id
Sidharta, Lani. 1995. Pengantar Sistem Informasi Bisnis. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif
dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sulaiman, dkk. 2015. “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru di SD Negeri 10 Banda Aceh”.
Jurnal Pesona Dasar. Volume 3, Nomor 3, Halaman 33-43.
Suryosubroto. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Terry, George dan Leslie W. Rue. 2010. Dasar-Dasar Manajemen. Cetakan Ke
Sebelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Undang Undang RI. No: 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Depdiknas. Jakarta.
LAMPIRAN 1
KISI-KISI OBSERVASI IMPLEMENTASI KOMPONEN MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH DI SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR
No Indikator yang
diamati
Sub Indikator
Skala Prioritas
Baik Cukup Kurang baik
1 Komponen-komponen a. Manajemen
kurikulum dan
program
pengajaran
b. Manajemen tenaga
kependidikan
c. Manajemen
peserta didik
d. Manajemen
keuangan dan
pembiyaaan
e. Manajemen
sarana/prasarana
f. Manajemen
hubungan sekolah
dengan masyarakat
g. Manajemen
layanan khusus
manajemen berbasis
sekolah
LAMPIRAN 2
KISI-KISI OBSERVASI IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH DI SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR
No Indikator
yang
diamati
Sub Indikator
Skala Prioritas
Baik Cukup Kurang baik
1 Fungsi manajemen a. Fungsi
perencanaan
b. Fungsi
pengorganisasian
c. Fungsi
penggerakan
d. Fungsi
pengordinasian
e. Fungsi pengarahan
f. Fungsi
pengawasan
Berbasis sekolah
LAMPIRAN 3
KISI-KISI OBSERVASI IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN
BERASIS SEKOLAH DI SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR
No Indikator yang
diamati
Sub Indikator
Skala Prioritas
Baik Cukup Kurang baik
1 Prinsip-prinsip a. Prinsip
ekuifinilitas
b. Prinsip
desentralisasi
c. Prinsip
pengeloaan
mandiri
d. Prinsip inisiatif
manusia
manajemen berbasis
sekolah
LAMPIRAN 4
KISI-KISI WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH DI
SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR
(Kamis, 27 Juni 2019)
1. Bagaimana langkah yang bapak tempuh selaku kepala sekoah dalam
menjalankan fungsi manajemen pada tahap perencanaan?
Jawaban :
Langkah yang dilakukan oleh sekolah dalam menjalankan fungsi
manajemen terutama pada perencanaan sudah sangat strategis, penentuan visi
dan misi sekolah merupakan bagian yang sangat penting untuk menjamin
keberlangsungan lembaga tersebut ke depan. Visi dan misi merupakan muara
dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh para pelaksana rencana baik yang
bersifat akademik maupun non-akademik.
2. Bagaimana prinsip manajemen berbasis sekolah yang anda terapkan di SMA
PGRI Balang Bo’dong?
Jawaban :
Prinsip pembagian wewenang dan tanggungjawab memerlukan
ketelitian agar tidak keliru dalam menempatkan pegawai/guru dalam jabatan
dan wewenangnya yang besar. Untuk itu seorang pimpinan menurut Akbar,
S.Pd dituntut untuk memiliki kecerdasan interaksional yang baik, artinya
mampu bekerjasama dengan seluruh bidang yang ada dalam organisasi yang
dipimpinnya. Dengan gaya kepemimpinan yang motivatif, seorang pimpinan
memiliki kemampuan untuk membangkitkan semangat kerja seluruh
bawahannya. Di samping itu, seorang pimpinan dituntut memiliki kecerdasan
konseptual tentang bidang yang dipimpinnya. Dengan kecerdasan tersebut, ia
dapat melahirkan konsep yang mengedepan, konstruktif, dan inovatif agar
lembaga semakin maju dan berprestasi.
3. Bagaimana pandangan bapak dalam menghadapi supervise terhadap guru-
guru dalam meningkatkan kualitas manajemen berbasis sekolah di SMA
PGRI Balang Bo’dong?
Jawaban :
Kegiatan supervisi kepada guru-guru dilakukan dengan harapan agar
mereka mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam
prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru sedang
mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencana
pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses pembelajaran yang
dilakukan guru. Di samping itu, supervisi juga dilakukan oleh pengawas
sekolah kepada kepala sekolah dan guru-guru untuk meningkatkan kinerja.
Hal-hal yang diamati pengawas sekolah ketika melakukan kegiatan supervisi
untuk memantau kinerja kepala sekolah, di antaranya administrasi sekolah,
meliputi: a. Bidang Akademik, mencakup kegiatan: 1) menyusun program
tahunan dan semester, 2) mengatur jadwal pelajaran, 3) mengatur pelaksanaan
penyusunan model satuan pembelajaran, 4) menentukan norma kenaikan
kelas, 5) menentukan norma penilaian, 6) mengatur pelaksanaan evaluasi
belajar, 7) meningkatkan perbaikan mengajar, 8) mengatur kegiatan kelas
apabila guru tidak hadir, dan 9) mengatur disiplin dan tata tertib kelas
LAMPIRAN 5
KISI-KISI WAWANCARA DENGAN WAKA KURIKULUM DAN
PROGRAM PENGAJARAN DI SMA PGRI BALANG BO’DONG
(Kamis, 27 Juni 2019)
1. Bagaimana pelaksanaan MBS di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar?
Jawaban:
Kalau kita, rata-rata kependidikan dibawah yayasan mulai dari
manajemen keuangan pembinaan dan lainnya. Yayasan yang punya kuasa.
Kami hanya mengkoordinir dari yayasan.
2. Bagaimana pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran di SMA PGRI
Balang Bo’dong Makassar?
Jawaban:
Program pengajaran di SMA PGRI Balang Bo’dong sesuai dengan
kurikulum masing-masing. SMA PGRI Balang Bo’dong menggunakan
kurikulum yang berbeda- beda. Untuk kelas 10 menggunakan kurikulum
2013 sedangkan kelas 11-12 menggunakan kurikulum 2006 (KTSP). Maka
tentu cara pelaksanaan dan penilaiannya pun berbeda disesuaikan dengan
kurikulum masing-masing.”
3. Apakah ada kendala yang di alami dalam pelaksanaan kurikulum dan
program pengajaran di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar?
Jawaban :
Guru harus datang dan pulang sama dengan peserta didik. Itu
konsekuensi dari sebuah praturan itu tidak bisa dikatakan sebagai kesulitan
karna itu kewajiban. Jadi guru harus masuk pagi itu sebuah kewajiban jadi
bukan merupakan sesuatu yang jadi alasan atau kendala. Disini kesulitan nya
ada beberapa guru yang IT nya tidak menguasai, seperti yang tua-tua belum
mengetahui computer.
4. Strategi apa saja yang dilakukan SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar?
Jawaban:
Kita mengembangkan konsep-konsep untuk sekolah. Kurikulum-
kurikulum yang tidak dilaksanakan sekolah lain maka kita tambahkan
disekolah ini seperti kurikulum nasioal dengan membuat trobosan-trobosan
yang membawa nama baik skolah dari segi kurikulumnya. Dalam
pembelajarannya ditambah tahfidzul quran yang tidak ada disekolah lain
dalam KBM menambah di struktur kurikulum. Kami memberi target juz 30
untuk kelulusan. Maka diadakan nya ujian praktik mnghafal alquran.
5. Apakah ada perbedaan antara sekolah lain dengan SMA PGRI Balang
Bo’dong dalam program belajar mengajarnya?
Jawaban:
Kalau kita karena adanya pengelmpokan kelas. Kelas di SMA PGRI
Balang Bo’dong sendiri tidak harus dibandingkan dengan sekolah lain juga
sudah berbeda. Kalau kelas regular itu ya umumnya kelas regular, kalau
unggul kita tambahin kurikulum persiapan anak untuk olimpiyade. Kalau
kelas plus itu untuk mempertajam materi jadi anak ditambahkan mata
pelajaran ditambah sesuai keinginan dan kemampuan anak.
LAMPIRAN 6
KISI-KISI WAWANCARA DENGAN WAKA KESISWAAN DAN HUMAS
DI SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR
(Jum’at, 28 Juni 2019)
1. Bagaimana system penerimaan peserta didik di SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar?
Jawaban :
Untuk penerimaan siswa baru di SMA PGRI Balang Bo’dong
menggunakan Test, lalu untuk siswa yang diterima dan masuk ke SMA PGRI
Balang Bo’dong peraturan akademikpun dibuat oleh sekolah kemudian di
sosialisasikan ke orang tua murid dan para calon peserta didik SMA PGRI
Balang Bo’dong sendiri sebagai kontrak mereka selama sekolah di SMA
PGRI Balang Bo’dong. SMA PGRI Balang Bo’dong mewajibkan seluruh
siswanya mengikuti ekstrakulikler yang ada di sekolah, kecuali untuk kelas
12 sudah difakumkan untuk mengikuti ekskul. Siswa yang mengikuti
ekstrakulikuler di sekolah sangat diharapkan dapat mengembangkan bakat
mereka masing-masing sehingga SMA PGRI Balang Bo’dong dapat
mengikuti lomba-lomba olimpiade dan kegiatan-kegiatan lain disetiap
tahunnya.
2. Apa saja ruang lingkup bidang kesiswaan dan bagaimana pembinaan
kesiswaaan di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar?
Jawaban:
Untuk manajemen kesiswaannya seperti peraturan-peraturan
akademik. Peraturan akademik kan dibuat oleh sekolah kemudian
disosialisasikan pada saat pertama kali siswa masuk sekolah, disosialisasikan
ke orang tua melalui sekolah, kemudian dari peraturan-peraturan tersebut kan
harus dipatuhi oleh siswa, artinya itu kontrak siswa selama belajar di SMA
PGRI Balang Bo’dong. Kemudian manajemen prestasi dan lomba-lomba,
kami ada staf khusus untuk mengurus lomba-lomba tersebut. Untuk
organisasi berkaitan dengan OSIS karena satu-satunya organisasi disekolah
yang wajib itukan OSIS, dibawah OSIS mencangkup banyak, seperti
ekstrakulikuler seperti PMR, pramuka, paskibra, olahraga, kemudian seni, ada
pecinta alam, computer. Jadi masing-masing ekskul itu dibina oleh Pembina
masing-masing ekskul tersebut. Kita juga ada orientasi gabungan dimana
siswa wajib memilih ekskul yang mereka inginkan, kemudian untuk
manajemen nya kita harus latihan-latihan terus menerus.
3. Bagaimana respon peserta didik dan para pegawai di SMA PGRI Balang
Bo’dong Makassar dengan adanya manajemen yang diadakan oleh bidang
kesiswaan dan kepegawaian?
Jawaban:
Respon siswa-siswa kami sudah bagus dan sangat antusias dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan yang telah dibuat oleh sekolah.
4. Apakah ada kendala bapak sebagai Waka kesiswaan dalam melakukan tugas
bapak? Jika ada maka strategi apa saja yang dilakukan dalam manajemen
peserta didik di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar?
Jawaban:
Ya, kalau kendala pasti ada, kadang-kadang kalau mengurus siswa itu
harus ada dukungan dari kedua belah pihak, baik dari sekolah maupun dari
orang tua, jika salah satunya ada kesulitan maka akan dibuatnya proposal-
proposal permohonan ijin. Kendala lainnya, terkadang Pembina ekskul ada
yang tidak jalan karena memang pembina atau pelatih nya sibuk. Untuk
strategi khususnya yang pasti warga sekolah harus kompak, kalau tidak
kompak ya susah, harus bahu membahu. Yang penting kita harus tegas
kemudian warga sekolah harus saling membantu maka manajemen akan
berjalan dengan baik.
5. Apa saja kegiatan HUMAS sekolah SMA PGRI Balang Bo’dong dengan
masyarakat?
Jawaban:
Ada diadakannya bakti sosial ke panti asuhan, ke daerah-daerah, atau
diadakannya kurban saat lebaran haji.
LAMPIRAN 7
KISI-KISI WAWANCARA DENGAN STAFF BIDANG KEUANGAN
SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR
(Senin, 01 Juli 2019)
1. Bagaimana pembinaan keuangan di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar?
Jawaban:
SMA PGRI Balang Bo’dong sudah bekerja sama dengan Bank
Sulselbar. Sistem pembayaran di SMA PGRI Balang Bo’dong sudah melalui
Bank, sekolah hanya merekap dan mengecek saja.Biaya SPP siswa setiap
bulannya mulai dari 500.000 sampai dengan 800.000 rupiah ditinjau dari
pendapatan orang tua siswa. SMA PGRI Balang Bo’dong juga menyediakan
beasiswa untuk siswa yang berprestasi. SMA PGRI Balang Bo’dong
bertanggung jawab penuh akan kebutuhan siswa-siswi nya juga kebutuhan
sekolah. Semua dana yang didapatkan murni dari sekolah untuk sekolah.
Bagian keuangan di SMA PGRI Balang Bo’dong sudah memiliki Aquirit
yakni sistem untuk input data dana di SMA PGRI Balang Bo’dong. Jadi
selalu ada transparansi antara yayasan, sekolah, staf dan siswa.
2. Tahapan apa yang dilakukan oleh bidang keuangan dalam penerapan
manajemen keuangan di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar?
Jawaban:
Siswa bayaran ke Bank, kemudian direkap olah sekolah, kemudian
diserahkan ke pusat yayasan.
LAMPIRAN 8
KISI-KISI WAWANCARA DENGAN WAKA SARANA DAN
PRASARANA DI SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR
(Selasa, 02 Juli 2019)
1. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana di SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar?
Jawaban :
Sarana dan prasarana di SMA PGRI Balang Bo’dong sendiri sudah
memadai dan memuaskan bagi para peserta didik. Perlengkapan KBM disetiap
kelasnya membuat kegiatan belajar mengajar di SMA PGRI Balang Bo’dong
menjadi nyaman. Untuk perlengkapan ekstrakulikulernya sudah lengkap dan
dipenuhi oleh yayasan sendiri. Dalam pemeliharaan sarana dan prasarana di SMA
PGRI Balang Bo’dong dengan mengontrol pemakaian, memberikan arahan kepada
siswa dalam penggunaannya serta mengusulkan dan menginventaris barang-barang
yang rusak
2. Bagaimana manajemen sarana dan prasarana di SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar?
Jawaban:
Pertama kita menginventaris mana saja yang rusak. Yang sudah rusak kita
simpan digudang, yang bagus-bagus kita pakai. Untuk barang yang
kekurangan, kita mengusulkan ke yayasan.
3. Dari mana saja sarana dan prasarana yang ada di SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar?
Jawaban:
Murni dari yayasan, tidak ada campur tangan dari lembaga-lembaga lain atau
memungut biaya dari siswa-siswinya.
4. Bagaimana strategi khusus yang di lakukan SMA PGRI Balang Bo’dong
Makassar dalam pemeliharaan sarana dan prasarana?
Jawaban:
Dengan cara dikontrol pemakaiannya, pertama-tama diberi pengarahan
dengan cara penggunaannya agar sarana dan prasarana dapat terpelihara
dengan baik.
LAMPIRAN 9
KISI-KISI WAWANCARA DENGAN GURU
SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR
(Rabu, 03 Juli 2019)
1. Bagaimana pengembangan manajemen berbasis sekolah terhadap peserta
didik?
Jawaban :
SMA PGRI Balang Bo’dong sendiri memiliki pelatihan-pelatihan khusus
untuk para pendidiknya. Para pendidik dilatih untuk bertanggung jawab dalam
kegiatan yang berat maupun ringan, sehingga mereka memiliki pengalaman dan
kemampuan dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh SMA PGRI Balang
Bo’dong .Terkait dengan manajemen berbasis sekolah, masing-masing sekolah tentu
memiliki aturan masing-masing. Kebijakan dari pimpinan sekolah sudah sangat
bagus dari waka kurikulum dan waka kesiswaan itu sendiri. SMA PGRI Balang
Bo’dong selalu mengikuti perkembangan kurikulum yang ada, dan siswa SMA
PGRI Balang Bo’dong selalu mengikuti aturan-aturan yang ada walupun ada
beberapa yang belum sepenuhnya dilaksanakan. Pimpinan kepala sekolahnya juga
berbasis demokrasi dalam mengambil kebijakan sekolah, pembagian tugas oleh
beliau juga sudah disesuaikan dengan kemampuan masing-masing guru. Kemudian
hampir semua guru-guru SMA PGRI Balang Bo’dong diberikan kesempatan untuk
mendapatkan tugas yang berat maupun yang ringan senior maupun junior dilibatkan
dalam kegiatan- kegiatan siswa.
Jadi saya lihat manajemen dari kepala sekolah sudah sangat bagus.
Kemudian terkait di kelas tentang pembelajaran dikelas tentu sekolah juga
memfasilitasi apa-apa yang diperlukan terkait dengan kurikulum 2013 tersebut.
Penilaian, sarana dan prasarananya sudah sangat bagus, kemudian metode
pembelajarannya sudah mengembangkat student center learning (pembelajaran yang
berpusat pada siswa) kalau dulu masih tecaher center learning (guru yang lebih
aktif). Untuk sarana prasarana SMA PGRI Balang Bo’dong sudah cukup
memuaskan. Artinya mulai dari peraturan, perkembangan belajar mengajar, serta
sarana dan prasarana di SMA PGRI Balang Bo’dong sudah baik dan meuaskan.
2. Bagaimana manajemen berbasis sekolah yang diterapkan di SMA PGRI
Balang Bo’dong Makassar?
Jawaban:
Manajemen dari kepala sekolah sudah bagus, kepala sekkolah kami
juga sudah melakukan manajemen berbasis demokrasi. Untuk manajemen
guru-guru nya sudah baik mulai dari diadakannya pelatihan-pelatihan untuk
guru disini sampai pemberian tugas dan amanah yang tidak pilih-pilih. Disini
guru-guru diwajibkan untuk bisa merasakan bertanggung jawab besar dalam
setiap kegiatan disekolah. Untuk kegiatan belajar mengajar, sekolah juga
sudah memfasilitasi sesuai dengan kurikulum yang kita pakai. Penilaian nya
juga sudah mulai bagus, kemudian saranan dan prasarananya juga sudah
bagus. Kita juga sudah memakai student center learning artinya dimana murid
lebih aktif dari pada gurunya.
3. Apa yang guru-guru rasakan dengan adanya manajemen berbasis sekolah di
SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar?
Jawaban:
Kami merasa nyaman dengan semua peraturan yang diterapkan oleh
sekolah, karena kami merasa ini sudah tugas kita sebagai guru disini.
Kemudian untuk peraturan guru, setiap tahunnya ada ujian untuk guru dari
sekolah. Seperti ujian kealkautsaran, keislaman, kompetensi. Ini dalam
rangka kompetensi guru. Kami juga menerima raport dari sekolah. Kehadiran
guru juga direkam mulai dari 07.15 WIB ssampai pukul 14.15 WIB.
LAMPIRAN 10
KERANGKA WAWANCARA DENGAN SALAH SATU PESERTA DIDIK
SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR
(Kamis, 04 Juli 2019)
1. Apakah siswa-siswa sudah merasa puas dengan manajemen di SMA PGRI
Balang Bo’dong Makassar?
Jawaban:
Kami merasa nyaman sekolah di SMA PGRI Balang Bo’dong mulai
dari kebersihan, ruangan kelas yang lengkap dan nyaman serta keamanan nya.
Kami puas akan manajemen di SMA PGRI Balang Bo’dong serta
ekstraklikuler yang lengkap buat kita tidak jenuh dengan kegiatan di SMA
PGRI Balang Bo’dong. Kami di sini merasakan tidak ada perbedaan karena
kami di sini sangat diperhatiakan mulai dari seragam yang harus sama rata
seperti sepatu harus item polos, seragam langsung dari sekolah dan masih
banyak lagi. Artinya kami sudah sangat puas akan Manajemen berbasis
sekolah di SMA PGRI Balang Bo’dong yang tidak ketiggalan zaman. SMA
PGRI Balang Bo’dong juga sangat mengunggulkan nilai-nilai keagamaan,
mulai dari belajar sholat tepat waktu, memperbanyak sholat sunnah,
menghafal Al-Quran dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya yang
membuat kita tidak akan buta tentang kegiatan keagamaan.
LAMPIRAN 11
KISI-KISI WAWANCARA FUNGSI MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH DI SMA PGRI BALANG BO’DONG MAKASSAR
(Jum’at, 05 Juli 2019)
1. Bagaimana langkah yang dilakukan pihak sekolah dalam menjalankan fungsi
manajemen?
Jawaban :
Langkah yang dilakukan oleh sekolah dalam menjalankan fungsi
manajemen terutama pada perencanaan sudah sangat strategis, penentuan visi
dan misi sekolah merupakan bagian yang sangat penting untuk menjamin
keberlangsungan lembaga tersebut ke depan. Visi dan misi merupakan muara
dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh para pelaksana rencana baik yang
bersifat akademik maupun non-akademik.
2. Bagaimana pembagian tugas atau pengorganisasian dalam manajemen di
sekolah?
Jawaban :
Prinsip pembagian wewenang dan tanggungjawab memerlukan
ketelitian agar tidak keliru dalam menempatkan pegawai/guru dalam jabatan
dan wewenangnya yang besar. Untuk itu seorang pimpinan menurut Akbar,
S.Pd dituntut untuk memiliki kecerdasan interaksional yang baik, artinya
mampu bekerjasama dengan seluruh bidang yang ada dalam organisasi yang
dipimpinnya. Dengan gaya kepemimpinan yang motivatif, seorang pimpinan
memiliki kemampuan untuk membangkitkan semangat kerja seluruh
bawahannya. Di samping itu, seorang pimpinan dituntut memiliki kecerdasan
konseptual tentang bidang yang dipimpinnya. Dengan kecerdasan tersebut, ia
dapat melahirkan konsep yang mengedepan, konstruktif, dan inovatif agar
lembaga semakin maju dan berprestasi.
3. Bagaimana pengimplentasian fungsi pengorganisasian yang diterapkan SMA
PGRI Balang Bo’dong?
Jawaban :
Sisi lain dari implementasi fungsi pengorganisasian yang dilakukan
oleh Sekolah SMA PGRI Balang Bo’dong adalah penyediaan fasilitas dan
perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas untuk menunjang
kegiatan sekolah. Kemudian untuk penentuan metode kerja dan prosedurnya
dilakukan berdasarkan sistem kekeluargaan dengan tujuan semua kegiatan
yang dikerjakan tidak terbengkalai ketika ada salah seorang guru yang tidak
bisa memenuhi kewajiban dengan alasan tertentu. Sistem kekeluargaan ini
melalui kerja sama antar sesama guru hingga tugas-tugas yang diberikan oleh
sekolah bisa terlaksana dengan baik.
4. Apa saja yang harus diperhatikan dalam menjalankan fungsi
pengorganisasian dalam lingkungan sekolah?
Jawaban :
Dalam menjalankan tugas pengorganisasian, terdapat beberapa hal
yang diperhatikan oleh pimpinan organisasi, yaitu; 1) menyediakan fasilitas,
perlengkapan, dan staf yang diperlukan untuk melaksanakan rencana. 2)
mengelompokkan dan membagi kerja menjadi struktur organisasi yang
teratur. 3) membentuk struktur kewenangan dan mekanisme koordinasi. 4)
menentukan metode kerja dan prosedurnya. 5) memilih, melatih, dan member
informasi kepada staf.
5. Bagaimana fungsi pengawasan dalam melaksanakan perencanaan
pembelajarann di sekolah?
Jawaban :
Kegiatan supervisi kepada guru-guru dilakukan dengan harapan agar
mereka mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam
prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru sedang
mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencana
pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses pembelajaran yang
dilakukan guru. Di samping itu, supervisi juga dilakukan oleh pengawas
sekolah kepada kepala sekolah dan guru-guru untuk meningkatkan kinerja.
Hal-hal yang diamati pengawas sekolah ketika melakukan kegiatan supervisi
untuk memantau kinerja kepala sekolah, di antaranya administrasi sekolah,
meliputi: a. Bidang Akademik, mencakup kegiatan: 1) menyusun program
tahunan dan semester, 2) mengatur jadwal pelajaran, 3) mengatur pelaksanaan
penyusunan model satuan pembelajaran, 4) menentukan norma kenaikan
kelas, 5) menentukan norma penilaian, 6) mengatur pelaksanaan evaluasi
belajar, 7) meningkatkan perbaikan mengajar, 8) mengatur kegiatan kelas
apabila guru tidak hadir, dan 9) mengatur disiplin dan tata tertib kelas.
6. Bagaimana proses pengawsan yang berlangsung di SMA PGRI Balang
Bo’dong?
Jawaban :
Pengawasan (controlling) yaitu meneliti dan mengawasi agar semua
tugas dilakukan dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang ada atau
sesuai dengan deskripsi kerja masing-masing personal. Pengawasan dapat
diakukan secara vertikal dan horizontal, yaitu atasan dapat melakukan
pengontrolan terhadap bawahannya, demikian pula bawahan dapat melakukan
upaya kritik kepada atasannya. Cara tersebut dapat diistilahkan dengan sistem
pengawasan melekat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, pengawasan merupakan
pengamatan terhadap seluruh kegiatan para pekerja dilihat dari relevansinya
dengan perencanaan dan tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan yang
dilakukan secara berkala baik melalui pengawasan internal kepala sekolah
maupun secara ekternal oleh pengawas sekolah dilakukan dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah menjadi lebih baik.
LAMPIRAN 12
KISI-KISI WAWANCARA PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN BERBASIS
DI SMA PGRI BALANG BO’DONG
(Senin, 08 Juli 2019)
1. Bagaimana penerapan prinsip ekuifinalitas di SMA PGRI Balang Bo’dong?
Jawaban :
Prinsip ekuifinalitas dalam menyelesaikan masalah dapat ditangani
dengan pemberian a) Pelayanan terhadap siswa dalam hal praktik mata
pelajaran untuk semua bidang study, b) Pelayanan terhadap siswa dalam
Bimbingan Konseling (BK), c) Pelayanan terhadap siswa dalam Proses
belajar mengajar, d) Pelayanan terhadap siswa dalam keunggulan akademik
dan non akademik, e) Kepemimpinan Sekolah yang Kuat, f) Sumber daya
Tersedia dan Siap, dan g) Partisipasi dari Warga Sekolah dan Masyarakat.
2. Bagaimanacara menghadapi atau menyelesaikan pemecahan masalah di SMA
PGRI Balang Bo’dong berdasarkan prinsip desentralisasi?
Jawaban :
Pemecahan masalah di sekolah dapat diatasi secara efektif demi
menunjang keberhasilan aktivitas pengajaran dan pembelajaran dengan
manajemen sekolah, yang meliputi pembagian tugas yang jelas, rencana yang
rinci dan sistematis, program yang mendukung ketercapaian rencana dan ada
sistem pengendalian mutu yang efektif dan ef isien untuk mencapai sasaran
karena output pendidikan adalah hasil kerja kolektif warga sekolah, bukan
hasil individu, adanya keterbukaan/transparansi dalam memanajemen sekolah
merupakan karakteristik sekolah yang menerapkan manajemen mutu.
3. Bagaimana tindakan yang harus ditempuh dalam mewujudkan prinsip
kemandirian di SMA PGRI Balang Bo’dong?
Jawaban :
Sekolah harus benar-benar mampu mengambil tindakan yang tepat.
Kewenangan ataupun otonomi yang diberikan pada sekolah karena diakui
mampu mengelola sekolah secara baik dan benar. Mandiri bukan berarti
semuanya dikerjakan oleh kepala sekolah dan guru, melainkan kepala sekolah
juga harus mampu membangkitkan semangat warga sekolah dan stakeholder
lainnya untuk ikut berpatisipasi aktif dalam membangun sekolah kearah yang
lebih maju. Selain itu, sekolah akan lebih nampak penerapan.
4. Bagaimana pengembangan sumber daya manusia dalam penerapan prinsip
inisiatif di SMA PGRI Balang Bo’dong?
Jawaban :
Sumber daya manusia di lingkungan sekolah sangatlah berperan aktif
dan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah untuk
menunjang keberhasilan manajemen berbasis sekolah. Pemberian perhatian
serta tingkat inisiatif yang tinggi mampu memberikan dorongan yang besar
dalam memotivasi guru dan siswa dalam mengembangkan kemampuan di
bidang study secara positif.
DAFTAR NAMA INFORMAN
1. Nama : Drs. H. Safaruddin
Umur : 53 Tahun
Jabatan : Kepala SMA PGRI Balang Boddong
2. Nama : Dra. Hj. Endang M
Umur : 45 Tahun
Jabatan : Waka Kurikulum
3. Nama : Dra. Hj. Nurdiana, M.Si
Umur : 43 Tahun
Jabatan : Waka Kesiswaan
4. Nama : Hasma, S.Pd
Umur : 46 Tahun
Jabatan : Waka Sarana dan Prasarana
5. Nama : Dra. Hj. Saleha P
Umur : 39 Tahun
Jabatan : Staff Bidang Keuangan
6. Nama : Dra. Hj. Rahmatia
Umur : 44 Tahun
Jabatan : Guru Bidang Studi
7. Nama : Endang Lestari, S.Pd
Umur : 35 Tahun
Jabatan : Guru Bidang Studi
8. Nama : Mashita, S.Pd
Umur : 32 Tahun
Jabatan : Guru Bidang Studi
9. Nama : Akbar, S.Pd
Umur : 33 Tahun
Jabatan : Guru Bidang Studi
10. Nama : Rosmawati, S.Pd
Umur : 36 Tahun
Jabatan : Guru Bidang Studi
11. Nama : Dra. Hj. Pasiha
Umur : 47 Tahun
Jabatan : Guru Bidang Studi
12. Nama : Putri Indira
Umur : 16 Tahun
Jabatan : Siswi
DOKUMENTASI
Gambar 1. Wilayah SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Gambar 1.1 Halaman Depan SMA PGRI Balang Bo’dong
Sumber : Data dokumentasi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Gambar 1.2 Lapangan Upacara SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Sumber : Data dokumentasi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Gambar 2. Fasilitas Sekolah
Gambar 2.1 Ruang Kelas SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Sumber : Data dokumentasi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Gambar 2.2 Kantin SMA PGRI Balang Bo’dong
Sumber : Data dokumentasi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Gambar 2.3 Tempat Parkir SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Sumber : Data dokumentasi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Gambar 2.4 Kondisi Meja dan Kursi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Sumber : Data dokumentasi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Gambar 3. Wawancara
Gambar 3.1 Wawancara dengan Guru SMA PGRI Balang Bo’dong
Sumber : Data dokumentasi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Gambar 3.2 Wawancara dengan Siswi SMA PGRI Balang Bo’dong
Sumber : Data dokumentasi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Gambar 4. Data Manajemen Berbasis Sekolah
Gambar 4.1 Jadwal Mata Pelajaran dan Penggunaan Kurikulum
Sumber : Data dokumentasi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Gambar 4.2 Sarana dan Prasarana (kantin sekolah)
di SMA PGRI Balang Bo’dong
Sumber : Data dokumentasi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Gambar 4.5 Peran Guru dalam Penerapan Sumber Daya Manusia
Sumber : Data dokumentasi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
Gambar 7.1 Pelayanan Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Sumber : Data dokumentasi SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar
RIWAYAT HIDUP
DIAN KARTIKA. Lahir di Lembang Mate’ne, Kecamatan
Pasiambena Kabupten Selayar pada tanggal 08 Mei 1993.
Anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Rjafar Tahir dan
Banri Kati. Penulis menempuh jenjang pendidikan Sekolah
Dasar (SD) di SDN Latokdok di Kecamatan Pasiambena Kabupaten Kepulauan
Selayar pada tahun 2005. Melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMP Negeri 1 Benteng Selayar dan tamat pada tahun 2008. Kemudian
melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Bawakaraeng Makassar
pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011. Pada tahun 2014 penulis
menlanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah
Makassar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Sosiologi dan menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Evaluasi
Manajemen Berbasis Sekolah di SMA PGRI Balang Bo’dong Makassar.“