EVALUASI KINERJA DPR MASA SIDANG III TS 2020-2021
Transcript of EVALUASI KINERJA DPR MASA SIDANG III TS 2020-2021
EVALUASI KINERJA DPR MASA SIDANG III TS 2020-2021 (11 Januari – 10 Februari 2021)
“PERENCANAAN BURUK, KINERJA TERPURUK”
Jakarta, 7 Maret 2021
FORUM MASYARAKAT PEDULI PARLEMEN INDONESIA
FORMAPPI
JL. Matraman Raya No. 32 B, Jakarta Timur 13150, Indonesia.
T: 021-8193324; F; 021-85912938; E: [email protected];
W : www.parlemenindonesia.org.
Rekening Giro Bank BRI KCP Menteng No. 0502-01-000229-30-7
a/n YAYASAN FORMAPPI INDONESIA.
NPWP: 72.066.244.7.001.000
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN EKSEKUTIF/RILIS ……………………………………………………... 1
PENGANTAR ………….……………………………...………………………………….. 6
EVALUASI FUNGSI LEGISLASI ..…………………...……………………..…………. 8
EVALUASI FUNGSI ANGGARAN ...…………….………………..…………..…..……. 12
EVALUASI FUNGSI PENGAWASAN…………..………………….……..…………….. 26
EVALUASI KINERJA KELEMBAGAAN …………...…...…………...…..……………. 42
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI …..…………………………..…………………. 49
LAMPIRAN
1. Tabel 4: Komisi yang Mengawasi Pelaksanaan Undang-undang Selama
MS III TS 2020-2021 …………………………………………………………….. 51
2. Tabel 5. Sikap Komisi-Komisi DPR Terhadap Realisasi Anggaran TA 2020
oleh K/L Selama MS III TS 2020-2021……………………….…………………. 58
3. Tabel 6. Rapat-rapat Pengawasan Kebijakan Pemerintah Selama MS III
TS 2020-2021 ………………………………………………………………….….. 69
LIPUTAN MEDIA ………………………………………………………………...……..... 146
1
RINGKASAN EKSEKUTIF/RILIS
EVALUASI KINERJA (EVAKIN) DPR MASA SIDANG (MS) III TAHUN SIDANG (TS) 2020-2021
“Perencanaan Buruk, Hasil Terpuruk”
PENGANTAR
Menurut keputusan Rapat Konsultasi Pengganti Rapat Badan Musyawarah (Bamus) tanggal 3 Desember
2020, Masa Sidang (MS) III Tahun Sidang (TS) 2020-2021 berlangsung dari tanggal 11 Januari sampai
dengan 7 Maret 2021. Rapat-rapat dijadwalkan dari tanggal 11 Januari s/d 10 Februari 2021 (31 hari
kalender atau 23 hari kerja), sementara masa reses diagendakan dari tanggal 11 Februari s/d 7 Maret
2021 (25 hari kalender atau 17 hari kerja). Jadi MS III ini sebetulnya relatif pendek. Selain itu, rencana
kegiatan fungsi Pengawasan (P) dialokasikan 50%, fungsi Legislasi (L) dialokasikan 35%, dan fungsi
Anggaran (A) 15% dari waktu yang tersedia. Meski demikian, setiap fungsi tersebut akan disesuaikan
dengan perkembangan dan kebutuhan 3 (tiga) fungsi Dewan.
FUNGSI LEGISLASI: “Perencanaan Legislasi Yang Buruk Karena DPR Lemah”
Kinerja legislasi MS III masih melanjutkan tradisi kinerja DPR yang buruk dari masa sidang-masa sidang di
tahun sebelumnya. DPR gagal menjadikan MS III sebagai momentum untuk membangkitkan optimisme
dalam meningkatkan kinerja legislasi. MS III justru memunculkan pesimisme sejak awal bahwa kinerja
DPR di tahun 2021 tak akan lebih baik dari tahun sebelumnya.
Ada banyak alasan yang menyebabkan buruknya kinerja legislasi DPR di MS III. Mulai dari tata kelola
perencanaan yang buruk hingga sabotase kepentingan politik yang menghambat laju pengesahan
Prolegnas Prioritas. Kepatuhan DPR pada Presiden juga menambah runyamnya pelaksanaan fungsi
legislasi DPR. DPR seolah-olah tanpa wibawa di hadapan keinginan Presiden atas beberapa RUU.
Perencanaan yang buruk di bidang legislasi ditandai oleh belum rampungnya DPR menyusun Program
Legislasi Nasional (Prolegnas) RUU Prioritas yang seharusnya sudah disahkan pada MS I TS 2020-2021.
Bagaimana mungkin DPR dapat langsung membahas suatu RUU sementara yang harus dibahas belum
ditetapkan. Oleh karena itu, rencana DPR membahas 4 RUU pada MS III ini menjadi utopis karena tidak
memiliki dasar yang jelas dan kuat.
Sesungguhnya Prolegnas Prioritas 2021 sudah ditetapkan oleh Badan Legislasi pada 14 Januari 2021.
Mestinya Bamus langsung mengagendakan pengambilan keputusan di tingkat paripurna, tetapi tiba-tiba
muncul pro kontra antara fraksi-fraksi dan juga Pemerintah terkait revisi UU Pemilu. Kemunculan pro
kontra terkait apa yang mau diatur dalam UU Pemilu lebih didorong oleh kalkulasi politik sempit masing-
masing fraksi, yang ujung-ujungnya berpengaruh pada perlu atau tidaknya RUU Pemilu masuk dalam
Prolegnas Prioritas. Inilah yang kami sebut dengan “sabotase” kepentingan politik yang menghambat
penetapan Prolegnas RUU Prioritas.
Ke depan, DPR sebaiknya secara konsisten menetapkan Prolegnas Protitas pada akhir tahun sebelumnya.
Perencanaan itu jangan berdasarkan kepentingan pragmatis sempit tetapi untuk kebutuhan prioritas
2
hukum nasional. Selain itu, pemerintah itu bermitra dengan DPR, karena itu DPR jangan tunduk kepada
pemerintah dalam penyusunan legislasi.
FUNGSI ANGGARAN: “Perencanaan Pemerintah Buruk Tapi DPR Manut”
Rencana DPR dalam bidang anggaran juga kacau, dimana menurut Rapat Bamus: pada MS III TS 2020-
2021, DPR akan melakukan evaluasi pelaksanaan APBN Tahun Anggaran (TA) 2020. Sedangkan dalam
Pidato Pembukaan MS III, Ketua DPR Puan Maharani menyatakan bahwa DPR melalui alat kelengkapan
Dewan akan terus memperkuat pelaksanaan APBN 2021 sebagai stimulus pemulihan ekonomi nasional,
pemulihan kesejahteraan rakyat, dan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional, termasuk
mendukung upaya terbaik Pemerintah dalam menyediakan vaksin Covid-19. Namun demikian, masih
beruntung keduanya dapat terlaksana.
Pelaksanaan fungsi anggaran DPR menurut Rapat Bamus yakni evaluasi atas pelaksanaan APBN TA 2020
adalah sebagai berikut:
Pertama, dari 11 (sebelas) Komisi DPR, hanya 8 Komisi yang ditemukan melakukan rapat untuk
mengevaluasi pelaksanaan APBN TA 2020 oleh Kementerian dan Lembaga Negara Non Kementerian
(K/L). Ini berarti ada 3 Komisi DPR yang tidak melakukan evaluasi pelaksanaan anggaran TA 2020
terhadap K/L mitra kerjanya. Komisi DPR yang melakukan evaluasi pelaksanaan APBN TA 2020 anggaran
K/L selama MS III adalah: Komisi I dengan 11 K/L, Komisi III dengan 2 K/L, Komisi IV dengan 3
Kementerian, Komisi V dengan 5 K/L, Komisi VI dengan 9 K/L, Komisi VII dengan 2 Kementerian, Komisi
VIII dengan 4 K/L, dan Komisi X dengan 4 K/L. Sedangkan 3 Komisi yang tidak ditemukan melakukan
evaluasi pelaksanaan APBN TA 2020 dengan K/L mitra kerjanya adalah Komisi II, IX dan XI. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi pelaksanaan anggaran oleh K/L pada TA 2020 belum
seluruhnya dilaksanakan oleh DPR.
Kedua, meski terdapat K/L yang realisasi anggarannya pada TA 2020 sangat rendah, yaitu Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) hanya sebesar
77,04% dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BP Sabang)
yang hanya mencapai 65,12%, DPR memberikan apresiasi dan dapat menerima penjelasan kedua
lembaga tersebut. Berdasarkan evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa DPR tidak kritis dalam
mengevaluasi pelaksanaan anggaran K/L pada TA 2020.
Sementara itu, pelaksanaan rencana kerja berdasarkan Pidato Ketua DPR pada Pembukaan MS III adalah
sebagai berikut:
Pertama, DPR tidak tegas terhadap Pemerintah yang seenaknya mengubah struktur anggaran yang sudah
ditetapkan dalam APBN 2021. Pada 25 November 2020 Presiden Joko Widodo telah menyerahkan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Daftar Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) TA 2021
kepada K/L dan Pemda. Pada penyerahan DIPA dan TKDD tersebut Presiden menegaskan bahwa
kecepatan, ketepatan, dan akurasi merupakan karakter dalam pelaksanaan kebijakan, baik di bidang
kesehatan maupun di bidang ekonomi. Namun beberapa hari kemudian, yakni pada 18 Desember 2020,
Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan No. 208/PMK.02/2020 tentang Tata Cara Revisi Anggaran
Tahun Anggaran 2021. PMK tersebut ditindaklanjuti lagi dengan penerbitan Surat
3
Edaran (SE) Menteri Keuangan No. S-30/MK.02/2021 tentang Refocusing dan Realokasi Belanja K/L
TA 2021. SE tersebut ditujukan kepada: (1) Para Menteri Kabinet Kerja; (2) Jaksa Agung RI; (3) Kepala
Kepolisian RI; (4) Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian; dan (5) Para Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Negara. Perubahan semena-mena terhadap APBN 2021 oleh Pemerintah c/q
Menteri Keuangan tidak direspon oleh DPR secara kritis meski hak konstitusionalnya telah dilanggar,
bahkan nampak nurut saja.
Kedua, terhadap pemotongan anggaran pada TA 2021 dalam rangka refocusing, realokasi dan
penghematan, Komisi-komisi DPR pada umumnya hanya menyatakan sikap: telah mendengarkan
penjelasan K/L yang bersangkutan, bahkan menyetujui. Sikap paling kritis hanya dirumuskan
dengan kata prihatin, atau menyesalkan atas pemotongan anggaran tersebut dan meminta anggota
Komisi yang ada di Badan Anggaran untuk membicarakan kembali dengan Kementerian Keuangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sikap Komisi seperti itu menunjukkan
bahwa Komisi-komisi DPR tidak berdaya ketika berhadapan dengan kebijakan Menteri Keuangan
terkait penganggaran untuk K/L mitra kerjanya. Sekalipun menurut peraturan perundangan DPR
memiliki hak untuk mengubah maupun menolak anggaran yang diajukan oleh Pemerintah, tetapi tidak
ada satu Komisipun yang menggunakan hak tersebut. Demikian juga halnya dalam pembahasan
anggaran PEN Tahun 2021 yang dilakukan oleh Komisi XI dengan Menteri Keuangan hanya sekedar
menyetujui apa yang disampaikan oleh Menteri Keuangan.
Ke depan, DPR seharusnya menggunakan hak budget-nya secara kritis, dan harus berani menolak
anggaran mitra kerja yang dikurangi seenaknya sendiri oleh Menteri Keuangan. Amputansi terhadap
kekuasaan konstitusional dalam bidang anggaran harus dipulihkan, sebab kalau tidak, DPR akan makin
tidak berdaya.
FUNGSI PENGAWASAN: “DPR Lakukan Pengawasan Ala Kadarnya”
Menurut UU MD3 dan Peraturan Tata Tertib DPR, aspek-aspek yang harus diawasi DPR mencakup
pelaksanaan atas: Undang-undang (UU), APBN dan menelaah/menindaklanjuti temuan-temuan BPK
atas pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), serta kebijakan Pemerintah. Selama MS
III, Formappi menemukan kegiatan pelaksanaan pengawasan seperti berikut:
Pertama, pengawasan terhadap pelaksanaan UU paling banyak dilakukan terhadap UU No. 11/2020
tentang Cipta Kerja (Ciptaker), terutama pengawalan penyusunan aturan turunan UU tersebut berupa
Peraturan Pemerintah (PP). FORMAPPI menemukan setidaknya ada 4 (empat) Komisi (IV, VII, IX, dan
XI) yang mengawal penyusunan PP dimaksud. Sekalipun begitu, ada 4 (empat) PP turunan UU Citaker
yang menyangkut pekerja, oleh Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) dimintakan
kepada Presiden untuk ditunda pelaksanannya karena buruh sudah mengalami tekanan dan kesulitan
akibat pandemi covid-19 seperti mengalami PHK atau kehilangan mata pencahariannya dan tertular
covid-19 sehingga tidak bisa bekerja. Keempat PP yang diminta ditunda pelaksanaannya terdiri
atas PP No. 34/2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA), PP No. 35/2021 tentang
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja, Hubungan Kerja dan Waktu Istirahat, PP No.
36/2021 tentang Pengupahan dan PP No. 37/2021 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Kehilangan Pekerjaan (JKP). Padahal tanggal 18 Januari 2021, Komisi IX sudah mengadakan Raker
dengan Menteri Ketenagakerjaan untuk mendapatkan laporan Progres Peraturan Turunan UU No.
4
11/2020 dan meminta agar mengakomodir masukan-masukan dari Komisi IX DPR dalam penyusunan
PP pelaksanaan UU Cipta Kerja. Dengan adanya permintaan dari KSPSI itu maka dapat disimpulkan
bahwa Komisi IX gagal memperjuangkan aspirasi dan kepentingan tenaga kerja kepada Pemerintah.
Kedua, evaluasi terhadap realisasi serapan anggaran TA 2020 oleh K/L tidak dilakukan oleh semua
Komisi. Dari 11 Komisi di DPR, FORMAPPI tidak menemukan kegiatan 3 Komisi melakukan evaluasi
serap anggaran oleh K/L yang menjadi mitra kerja Komisinya. Ketiga Komisi tersebut adalah Komisi II, IX
dan XI. Selain itu, pendapat Komisi DPR yang melakukan evaluasi serap anggaran K/L mitra kerjanya
juga tidak kritis atas rendahnya serap anggaran TA 2020 oleh K/L tertentu dan bahkan memberi
apresiasi. Hal itu misalnya serap anggaran oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam), yang hanya mencapai 77,04%, dan Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BP Sabang) yang hanya mencapai 65,12%.
Ketiga, Pasal 112D UU MD3 dan Pasal 76 Peraturan DPR No. 1/2020 tentang Tata Tertib, Badan
Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) secara khusus ditugasi melakukan telaahan atas temuan-
temuan BPK terhadap Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga Negara non Kementerian (LKKL)
yang sudah dilaporkan ke DPR. Namun dalam kenyataannya hal itu tidak dilakukan secara serius. BAKN
justru lebih banyak melakukan kunker untuk memantau realisasi subsidi energi, misalnya ke Banten
(Tangerang), Cilegon, Cirebon, dan Sumedang. Memusatkan kegiatan BAKN yang hanya menyangkut
subsidi energi menunjukkan bahwa BAKN gagap tugas. Sebab temuan-temuan BPK diluar masalah
subsidi energi yang menimbulkan kerugian Negara triliunan Rupiah justru luput dari penelaahan
oleh BAKN, karena itu badan ini layak dibubarkan.
Keempat, selama MS III TS 2020-2021, semua Komisi melakukan pengawasan terhadap kebijakan
pemerintah oleh K/L mitra kerjanya. Lebih dari itu, pengawasan bahkan dilakukan bukan saja pada
tingkat pengambil keputusan dan kebijakan (Menteri maupun Kepala Lembaga Pemerintah non
Kementerian) tetapi juga sampai pada tingkat pelaksana, yaitu para pejabat Eselon I K/L. Salah satu hal
yang menarik atas pelaksanaan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah ini adalah munculnya
rekomendasi/permintaan yang berulang-ulang oleh Komisi tertentu pada mitra kerjanya. Hal ini
menunjukkan bahwa K/L yang bersangkutan mengabaikan rekomendasi DPR, tetapi DPR tidak
menggunakan “kesaktian” hak-hak konstitusionalnya seperti menggunakan hak interpelasi, hak angket
maupun hak menyatakan pendapat. Kecuali itu, masih saja ada Komisi yang melakukan rapat tertutup
dengan mitra kerjanya.
Kelima, dari sekian banyak Tim bentukan DPR, selama MS III ini hanya ada satu Tim yang
terlihat bekerja, yaitu Tim penanganan bencana, itupun hanya berupa pemberian bantuan kepada
korban bencana di Sukabumi. Timwas dan Tim Pemantau ataupun Tim-tim yang lain, termasuk Timwas
Penanganan Pandemi Covid-19 tidak ditemukan kegiatannya. Karena itu Timwas maupun Tim
Pemantau yang tidak jelas hasil kerjanya seyogyanya dievaluasi atau dibubarkan saja.
Keenam, uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap calon-calon pejabat publik tidak
semuanya dilakukan secara kritis. Selain itu, sebagian fit and proper test dilakukan secara tertutup,
sehingga dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan liar atau dugaan-dugaan negatif dari masyarakat.
Untuk menghindarkan munculnya dugaan-dugaan negatif tersebut, seyogianya seluruh tahapan fit and
proper test dilaksanakan secara terbuka.
5
Berdasarkan uraian dan evaluasi di atas dapatlah disimpulkan bahwa pengawasan yang
dilaksanakan DPR selama MS III hanyalah dilakukan secara ala kadarnya alias tidak tajam dan tidak
menggigit sehingga rekomendasinya kurang/tidak diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap K/L mitra
kerja masing-masing Komisi.
EVALUASI KELEMBAGAAN: “Perencanaan Buruk, Kinerja Terpuruk”
Pertama, perencanaan DPR (baik untuk fungsi legislasi, anggaran, maupun pengawasan) kacau karena
antara substansi Pidato Ketua DPR dalam Pembukaan MS dan Keputusan Rapat Konsultasi Pengganti
Bamus masih berbeda. Selain itu, Keputusan Bamus tidak lengkap dan akurat, juga hanya merupakan
copy paste dari keputusan Bamus MS yang lalu, Ketua DPR juga sering berimprovisasi atau tidak
konsisten bahkan keluar konteks dari rencana kerja yang ditetapkan Rapat Bamus. Perencanaan yang
tidak jelas dapat berdampak buruk pada capaian target atau hasil kinerja DPR.
Kedua, meskipun sudah sering dikritik Pimpinan DPR tetap tak bergeming. Mereka sering berbicara ke
publik tanpa membedakan apakah waktu berbicara itu dalam kapasitas sebagai apa, Pimpinan atau
pribadi. Hal ini tentu membuat bingung publik atau publik bisa berpikir bahwa semuanya adalah sikap
DPR. Pada kenyataannya tidak demikian, ada juga pendapat pribadi atau kelompok yang disampaikan.
Jadi ke depan, Pimpinan DPR harus membedakan ketika berbicara atas nama DPR dan pribadi atau
kelompok.
Ketiga, terdapat gap yang signifikan dalam kegiatan rapat antar Komisi. Komisi paling sedikit
melakukan rapat adalah Komisi VI (8 kali) dan paling banyak adalah Komisi X (19 kali). Meski memiliki
tugas dan fungsi yang sama tetapi ada Komisi yang sering rapat dan ada yang jarang rapat.
Kemungkinan faktor sektor dan isu yang menjadi penyebabnya.
Keempat, pada MS III ini DPR sesungguhnya fokus mengevaluasi pelaksanaan APBN Tahun Anggaran
2020 dan refocusing, realokasi maupun penghematan APBN TA 2021, tetapi justru Banggar tidak
tampak mengadakan rapat.
Kelima, kehadiran anggota DPR pada Rapur dalam MS III lumayan membaik dibandingkan dengan MS
II. Namun demikian patut disayangkan ketika anggota yang ijin dianggap hadir sehingga menciptakan
kehadiran dan tunjangan fiktif. Demikian pula soal kepastian kehadiran anggota DPR dalam rapat
secara virtual, mungkin juga ada yang fiktif. Di MS-MS yang akan datang kehadiran anggota DPR pada
Rapur diharapkan lebih baik lagi.
Selain itu, lemahnya sikap DPR terhadap Pemerintah baik di bidang legislasi, anggaran, dan
pengawasan membuat checks and balances antar keduanya menjadi tidak balance lagi. Kelemahan
demikian bila ditimpali dengan perencanaan buruk maka kinerja DPR pasti semakin terpuruk.
Jakarta, 7 Maret 2021
FORMAPPI
Bidang Legislasi: Lucius Karus (0813 9936 7707)
Bidang Anggaran: Y. Taryono (0823 1015 8289)
Bidang Pengawasan: M. Djadijono (0813 1733 4457) dan Albert Purwa (0857 1796 6766)
Bidang Kelembagaan: I Made Leo Wiratma (0813 1686 0458)
6
EVALUASI KINERJA (EVAKIN) DPR
MASA SIDANG (MS) III TAHUN SIDANG (TS) 2020-2021
“Perencanaan Buruk, Kinerja Terpuruk”
I. PENGANTAR
Menurut keputusan Rapat Konsultasi Pengganti Rapat Badan Musyawarah (Bamus) tanggal 3
Desember 2020, Masa Sidang (MS) III Tahun Sidang (TS) 2020-2021 berlangsung dari tanggal 11
Januari sampai dengan 7 Maret 2021. Alokasi waktu untuk rapat-rapat dijadwalkan dari tanggal 11
Januari s/d 10 Februari 2021 (31 hari kalender atau 23 hari kerja), sementara masa reses
diagendakan dari tanggal 11 Februari s/d 7 Maret 2021 (25 hari kalender atau 17 hari kerja). Selain
itu, rencana kegiatan fungsi Pengawasan (P) dialokasikan 50%, fungsi Legislasi (L) dialokasikan 35%,
dan fungsi Anggaran (A) 15% dari waktu yang tersedia. Meski demikian, setiap fungsi tersebut akan
disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan 3 (tiga) fungsi Dewan.
Adapun agenda setiap fungsi direncanakan sebagai berikut: bidang Legislasi: (a) Komisi/Pansus
membahas RUU sesuai hasil evaluasi Program Legislasi Nasional (Prolegnas) RUU Prioritas Tahun
2021; (b) Baleg melaksanakan tugas di Bidang Legislasi; (c) AKD yang lain melaksanakan tugas sesuai
dengan bidangnya. Sedangkan bidang Anggaran: mengevaluasi pelaksanaan APBN Tahun Anggaran
2020. Sementara bidang Pengawasan: (a) Komisi membahas hal-hal yang terkait dengan Bidang
Pengawasan; (b) Tindaklanjut terhadap hasil kunjungan kerja perseorangan maupun kunjungan
kerja Tim pada saat Reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2020-2021; (c) memberikan
pertimbangan untuk mengisi suatu jabatan: Calon Duta Besar Negara Sahabat, Pejabat Publik, dan
Pewarganegaraan; (d) melanjutkan tugas Tim seperti Tim Pemantau DPR terhadap Pelaksanaan
Undang-Undang terkait Otonomi Daerah Khusus Aceh, Papua, Papua Barat, Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan DKI Jakarta; Tim Pengawas DPR RI tentang Pembangunan Daerah
Perbatasan; Tim Penguatan Diplomasi Parlemen; Tim Pemantau dan Evaluasi Usulan Program
Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2DP); Tim Pengawas DPR RI terhadap Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia; Tim Pengawas DPR RI terhadap Pelaksanaan Penanganan Bencana; Tim Open
Parliament Indonesia (OPI); Tim Implementasi Reformasi DPR RI; dan Tim Pengawas
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Agak berbeda dengan keputusan Rapat Konsultasi Pengganti Rapat Bamus tanggal 3 Desember
2020, Ketua DPR RI Puan Maharani1 menyebutkan bahwa dalam MS III TS 2020-2021, DPR akan
melakukan hal-hal sebagai berikut. Fungsi legislasi: segera menetapkan Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) Prioritas Tahun 2021 dan membahas sejumlah RUU bersama Pemerintah, yaitu RUU
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; RUU
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia;
RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua; dan RUU tentang Pengesahan Comprehensive Economic Partnership Agreement
1 Pidato Ketua DPR RI Puan Maharani dalam Pembukaan MS III TS 2020-2021 pada 11 Januari 2021 di Gedung DPR RI, Senayan,
Jakarta. https://www.idntimes.com/news/indonesia/aldzah-fatimah-aditya/pidato-lengkap-puan-maharani-saat-pembukaan-
masa-sidang-iii-2020/7
7
between the Republic of Indonesia and the EFTA States (Persetujuan Kemitraan Ekonomi
Komprehensif antara Republik Indonesia dengan Negara-Negara EFTA).
Dalam pelaksanaan fungsi anggaran, DPR melalui alat kelengkapan Dewan akan terus memperkuat
pelaksanaan APBN 2021 sebagai stimulus pemulihan ekonomi nasional, pemulihan kesejahteraan
rakyat, dan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional, termasuk mendukung upaya terbaik
Pemerintah dalam menyediakan vaksin Covid-19. Pemerintah dan DPR telah menetapkan target
pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen. Pencapaian target tersebut akan sangat
ditentukan oleh ketersediaan dan efektivitas vaksinasi, konsistensi berbagai upaya pengendalian
pandemi, kecepatan dan efektivitas berbagai kebijakan pemulihan ekonomi, serta berbagai agenda
reformasi.
Sementara pelaksanaan fungsi pengawasan DPR akan diarahkan pada penyelenggaraan
pemerintahan di berbagai bidang yang tetap harus dapat terselenggara dengan baik sesuai dengan
amanat Undang-Undang. Hal itu antara lain: pertama, mengawasi pengelolaan keuangan negara
tahun 2021 agar dilaksanakan dengan memenuhi prinsip tata kelola yang baik, transparan,
akuntabel, tepat nilai, tepat guna dan tepat sasaran. Kedua, mengawasi persiapan dan pengadaan
vaksin yang aman, teruji dan jika telah memiliki ijin dari BPOM serta sertifikasi halal dari MUI.
Pemberian vaksin harus berjalan secara efektif, menyeluruh dan menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Ketiga, melakukan proses uji kelayakan dan kepatutan terhadap 7 (tujuh) Calon Hakim
Agung yang telah diusulkan oleh Komisi Yudisial, yakni 1 (satu) orang calon Hakim Agung dan 6
(enam) orang calon Hakim Ad Hoc; 18 (delapan belas) Calon Anggota Ombudsman Republik
Indonesia Masa Jabatan 2021-2026 yang telah diusulkan oleh Presiden, dan memberi pertimbangan
terhadap Calon Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Negara-Negara Sahabat. Keempat,
melanjutkan tugas Tim Pemantau dan Tim Pengawas, serta Panja yang dibentuk melalui Alat
Kelengkapan Dewan.
Selain itu Puan Maharani juga menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi diplomasi parlemen,
pada masa sidang ini, DPR akan mengirimkan delegasi untuk menghadiri sejumlah pertemuan kerja
sama antarparlemen, baik bilateral, regional, maupun internasional, antara lain menghadiri secara
virtual pertemuan OECD Global Parliamentary Network yang akan dilaksanakan pada 9-10 Februari
2021 di Paris. DPR RI juga akan terus berupaya meningkatkan kerja sama internasional, menjaga
kewaspadaan dan kesiapan Indonesia dalam merespons dinamika politik dan keamanan
internasional.
Meski antara Keputusan Rapat Konsultasi Pengganti Rapat Bamus tanggal 3 Desember 2020 dan
Pidato Ketua DPR RI Puan Maharani) terdapat perbedaan, tetapi evaluasi kinerja ini tetap akan
meninjaunya dari pencapaian target-target setiap fungsi yang sudah diagendakan. Bahkan mungkin
baik untuk dijadikan komparasi, yang mana dari keduanya lebih menentukan arah dan hasil kinerja
DPR RI pada MS III TS 2020-2021 ini. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi mengenai kelembagaan
serta ditutup dengan kesimpulan dan rekomendasi.
8
II. BIDANG LEGISLASI: “Perencanaan Legislasi Yang Buruk Karena DPR Lemah”
A. Pengantar
Masa Sidang (MS) III merupakan masa sidang pertama tahun 2021. Memasukki MS III DPR tak
bisa langsung memulai proses penyusunan dan pembahasan RUU karena Prolegnas Prioritas
2021 belum disahkan DPR pada masa sidang terakhir di tahun sebelumnya. Oleh karena itu
hanya Badan Legislasi yang terlihat menjalankan fungsi legislasi di MS III karena merekalah yang
menjadi penanggungjawab penyusunan Prolegnas Prioritas di DPR. AKD lainnya tak bisa
melakukan apa-apa karena menunggu sampai Prolegnas Prioritas disahkan terlebih dahulu
sebagai rujukan resmi pembentukan legislasi.
Badan Legislasi sesungguhnya sudah menetapkan Prolegnas Prioritas di awal MS III yakni pada
14 Januari, tiga hari setelah MS III dibuka. Setelah ditetapkan oleh Baleg, Prolegnas Prioritas
tersebut tidak juga diagendakan oleh Bamus untuk diputuskan secara resmi di Rapat Paripurna.
Bahkan sampai berakhirnya MS III, pengesahan tersebut tidak pernah terlaksana. Akibatnya
tanpa Prolegnas Prioritas, tak ada proses penyusunan dan pembahasan RUU selama MS III.
Catatan berikut ini bermaksud memberikan catatan kritis dan evaluatif atas pelaksanaan fungsi
legislasi DPR yang mandeg sepanjang MS III akibat Prolegnas Prioritas yang belum juga disahkan.
B. Rencana Pelaksanaan Fungsi Legislasi MS III
Ketua DPR dalam pidato pembukaan MS III sesungguhnya sudah memberikan penegasan terkait
mendesaknya pengesahan Prolegnas Prioritas dalam rangka memenuhi kebutuhan hukum
nasional dan meningkatkan kinerja legislasi DPR. Selain menetapkan Prolegnas Prioritas, Ketua
DPR bahkan sudah menentukan RUU Prioritas lain yang ingin segera dibahas pada MS III.
Sebagaimana diberitahukan di atas, hingga berakhirnya MS III, tak satupun target yang
disampaikan Ketua DPR selesai dikerjakan.
Rencana pelaksanaan fungsi legislasi sebagaimana disampaikan Ketua DPR pada Pidato
Paripurna Pembukaan MS III adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan Prolegnas Prioritas 2021. Penetapan Prolegnas Prioritas ini penting fungsinya
sebagai skala prioritas pada tahapan penyusunan dan pembahasan Rancangan Undang-
Undang (RUU) pada Pembicaraan Tingkat I. Penetapan daftar RUU ini merupakan bagian
dari pemenuhan kebutuhan hukum nasional yang dinilai dapat mempercepat terwujudnya
tujuan bernegara.
2. DPR akan membahas bersama Pemerintah beberapa RUU sebagai berikut: (a) RUU tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, (b)
RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas
Kontinen Indonesia, (c) RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, dan (d) RUU tentang Pengesahan
Comprehensive Economic Partnership Agreement between the Republic of Indonesia and
the EFTA States (Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Republik Indonesia
dengan Negara-Negara EFTA).
9
C. Kinerja Legislasi MS III: Rencana saja Ngga Punya, Bagaimana Bisa Ada Hasil?
Sebagaimana disampaikan oleh Ketua DPR pada pidato Pembukaan MS III, target paling
mendesak sekaligus menentukan dalam konteks pelaksanaan fungsi legislasi adalah penetapan
Prolegnas Prioritas. Hanya dengan itu DPR bisa memulai proses penyusunan hingga pembahasan
legislasi mereka di tahun 2021 ini. Ngga akan ada proses penyunan dan pembahasan legislasi
jika Prolegnas Prioritasnya saja belum disahkan. Prolegnas Prioritas itu merupakan instrumen
perencanaan legislasi nasional yang menjadi rujukan resmi bagi DPR bersama Pemerintah dalam
menyusun dan membahas RUU. Jika rencananya saja belum selesai, bagaimana bisa
melaksanakan proses-proses penyunanan hingga pembahasan RUU?
Ketakjelasan nasib Prolegnas Prioritas 2021 sepanjang MS III merupakan awal yang sangat buruk
bagi DPR dalam konteks mendorong peningkatan kinerja legislasi. Bagaimana bisa hanya untuk
menyelesaikan perencanaan legislasi saja DPR menghabiskan waktu hingga dua sampai tiga
masa sidang atau kurang lebih 6 bulan? Prolegnas Prioritas sudah mulai dibicarakan pada Bulan
November 2020 lalu namun sampai sekarang belum juga disahkan. Bayangkan, dua sampai tiga
masa sidang dihabiskan untuk membuat rencana. Jika untuk sekedar menyusun dan
menetapkan rencana saja perlu waktu selama itu, kapan DPR benar-benar mulai mengerjakan
penyusunan dan pembahasan RUU-RUU tersebut? Tata kelola perencanaan legislasi seperti ini
jelas sangat tidak efektif dan tidak efisien. DPR membuang begitu banyak waktu, juga anggaran
untuk merencanakan pelaksanaan fungsi legislasi. Tak mengherankan jika di akhir tahun RUU
yang dihasilkan sangat sedikit karena waktu tersisa untuk proses pembahasan RUU menjadi
sangat pendek.
Perencanaan legislasi seharusnya sudah beres sebelum DPR memulai masa sidang pertama di
tahun yang baru. DPR dan Pemerintah bisa langsung memulai proses penyunan hingga
pembahasan RUU-RUU yang direncanakan sejak hari pertama DPR memulai persidangan di
tahun yang baru. Maka 5 kali masa sidang dalam setahun akan bisa sangat bermakna untuk
menyelesaikan RUU-RUU yang ditargetkan selama setahun. Hasil kerja yang maksimal selalu
mulai dari perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik mesti realistis dengan
memperhitungkan ketersediaan waktu sidang selama setahun juga kebutuhan hukum nasional
yang mendesak.
D. Sabotase Kepentingan Dibalik Molornya Pengesahan Prolegnas Prioritas
Kegamangan DPR untuk segera mengesahkan Prolegnas Prioritas 2021 pada MS III lalu tak hanya
membuat perencanaan legislasi menjadi semakin molor, tetapi juga mengorbankan prinsip
prioritas legislasi untuk memenuhi kebutuhan hukum publik. Sebagaimana diketahui bahwa
Prolegnas Prioritas 2021 sudah ditetapkan oleh Badan Legislasi pada 14 Januari lalu. Pasca
penetapan itu, mestinya Bamus langsung mengagendakan pengambilan keputusan di tingkat
paripurna agar RUU-RUU yang masuk dalam daftar Prolegnas Prioritas segera mulai disusun dan
dibahas oleh masing-masing AKD yang ditugasi.
10
Faktanya setelah penetapan di Badan Legislasi, Prolegnas Prioritas 2021 belum juga
diagendakan untuk diputuskan pada Rapat Paripurna. Yang terbaca sebagai pemicu molornya
proses pengesahan Prolegnas Prioritas itu adalah munculnya pro kontra antara fraksi-fraksi dan
juga Pemerintah terkait revisi UU Pemilu. Alasan ini tentu saja sangat mengecewakan karena
mestinya perbedaan sikap soal norma-norma yang mau diatur dalam RUU Pemilu mestinya akan
menjadi bagian dari proses pembahasan substansi nanti. Pada tahapan perencanaan,
pertimbangan soal urgensi RUU yang menjadi dasar penentuan RUU-RUU yang diakomodasi
dalam daftar Prolegnas Prioritas. Yang terjadi, DPR dan Pemerintah sudah mendiskusikan norma
baru RUU Pemilu, padahal pembahasannya saja belum dimulai. Mestinya jika sejak awal DPR
dan Pemerintah tak menganggap penting revisi UU Pemilu, maka mereka tak perlu
memasukkannya dalam daftar RUU Prioritas 2021 yang dibahas bersama antara Baleg,
Pemerintah dan DPD.
Kemunculan pro kontra terkait apa yang mau diatur dalam UU Pemilu lebih didorong oleh
kalkulasi politik, termasuk soal perlu atau tidaknya memasukkan RUU Pemilu dalam daftar
Prolegnas Prioritas 2021. Semula ketika pembicaraan soal Prolegnas Prioritas, kalkulasi politik
yang muncul jika revisi UU Pemilu dilakukan pada 2021 mungkin tidak muncul. Semua partai,
Pemerintah, dan DPD hanya fokus pada bagaimana membenahi tata kelola pemilu melalui revisi
UU Pemilu.
Sayangnya rencana untuk memenahi tata kelola pemilu di atas mulai dikacaukan oleh kalkulasi
politik praktis khususnya terkait waktu pelaksanaan Pilkada yang di UU Pilkada sudah ditentukan
akan berlangsung serentak pada tahun 2024. Hitung-hitungan parpol mulai membayang-bayangi
revisi UU Pemilu hingga menggantung agenda pengesahan Prolegnas Prioritas 2021.
Nampak bahwa hampir semua fraksi, pun pemerintah tetap berkeinginan merevisi UU Pemilu,
akan tetapi di sisi lain potensi kegaduhan yang dipicu oleh keinginan mendorong perubahan
jadwal pelaksanaan Pilkada juga tak bisa disepelekan. Hitung-hitungan itu yang nampaknya
belum tuntas dipertimbangkan hingga saat ini.
Terkait revisi UU Pemilu memang kepentingan parpol sangat kental harus kita akui, tetapi
dengan alasan itu agenda prioritas legislasi lain menjadi tak jelas tentu hal yang mengecewakan.
Prolegnas Prioritas tak melulu bicara soal kepentingan parpol semata atau kepentingan
penguasa. Prolegnas Prioritas itu dibuat untuk menjawab kebutuhan hukum nasional.
Kepentingan nasional itu yang mestinya tak bisa disabotase oleh kepentingan pragmatis parpol
dalam mengesahkan Prolegnas Prioritas 2021.
E. Peran Pimpinan DPR sekaligus Pimpinan Badan Musyawarah
Molornya pengesahan Prolegnas Prioritas 2021 tak terelakkan juga disumbangkan oleh peran
Pimpinan DPR yang sekaligus menjadi Pimpinan Badan Musyawarah yang gagal mendukung
upaya peningkatan kinerja legislasi DPR dengan menghambat penetapan agenda pengesahan
Prolegnas Prioritas. Sikap Pimpinan DPR bertolak belakang dengan pernyataan mereka yang
selalu menginginkan pelaksanaan fungsi legislasi DPR terus diperkuat sehingga bisa
meningkatkan kinerja.
11
Molornya pengesahan Prolegnas Prioritas 2021 nampaknya karena Pimpinan DPR harus
mengikuti perintah partai masing-masing yang tiba-tiba menyatakan sikap tak ingin melanjutkan
pembahasan RUU Pemilu. Tentu saja sikap partai itu penting untuk diperjuangkan tetapi medan
untuk memperjuangkan itu jangan sampai menghambat misi utama legislasi untuk memenuhi
kebutuhan hukum nasional. Pimpinan DPR mesti berdiri di atas kepentingan nasional ketimbang
menjadi algojo parpol masing-masing. Dan urusan memperjuangkan kepentingan parpol melalui
UU itu seharusnya menjadi bagian dari proses pembahasan, bukan pada saat perencanaan.
F. Kepatuhan pada Presiden Mengalahkan Peran dan Fungsi DPR
Kontroversi RUU Pemilu yang menghambat pengesahan Prolegnas Prioritas dipicu oleh
kemunculan perubahan sikap parpol dari yang semula mendukung revisi UU Pemilu menjadi
menolak revisi tersebut. Perubahan sikap itu muncul setelah elit parpol diajak bicara oleh
Presiden. Penyampaian sikap Presiden yang cenderung menolak revisi UU Pemilu dalam waktu
sekejap merubah peta dukungan terhadap revisi UU Pemilu. Parpol koalisi tak bisa
mempertahankan argumentasi soal urgensi revisi UU Pemilu sebagaimana yang sudah mereka
bicarakan sejak tahun lalu di DPR. Parpol koalisi nampak begitu tunduk pada presiden sehingga
sikap presiden dengan mudah diterima dan didukung walaupun mungkin saja tak
menguntungkan secara politik bagi parpol di masa yang akan datang.
Persoalan yang sama juga terjadi dalam wacana revisi UU ITE. Ketika Presiden mulai
menyuarakan keinginan untuk merevisi UU ITE, DPR yang sebelumnya bahkan tak pernah
membicarakannya sepanjang penyusunan Prolegnas Prioritas kembali seperti “dipaksa” untuk
mengikuti Presiden dengan mengupayakan revisi UU ITE masuk dalam Prolegnas Prioritas 2021.
Jika pola pembentukan legislasi lebih banyak dikendalikan oleh Presiden, lalu apa artinya
kekuasaan DPR sebagai pembentuk legislasi sesuai dengan amanat konstitusi?
G. Kesimpulan
Kinerja legislasi MS III masih melanjutkan tradisi kinerja DPR yang buruk dari masa sidang-masa
sidang di tahun sebelumnya. DPR gagal menjadikan MS III sebagai momentum untuk
membangkitkan optimisme dalam meningkatkan kinerja legislasi. MS III justru memunculkan
pesimisme sejak awal bahwa kinerja DPR di tahun 2021 tak akan lebih baik dari tahun
sebelumnya.
Ada banyak alasan yang menyebabkan buruknya kinerja legislasi DPR di MS III. Mulai dari tata
kelola perencanaan yang buruk hingga sabotase kepentingan politik yang menghambat laju
pengesahan Prolegnas Prioritas. Kepatuhan DPR pada Presiden juga menambah runyamnya
pelaksanaan fungsi legislasi DPR. DPR seolah-olah tanpa wibawa di hadapan keinginan Presiden
atas beberapa RUU.
12
III. BIDANG ANGGARAN: “Perencanaan Pemerintah Buruk Tapi DPR Manut”
A. Pengantar
MS III TS 2020-2021 merupakan awal kinerja DPR di tahun 2021, tahun yang masih dibayangi
oleh bencana non alam yakni pandemi Covid-19. Meskipun demikian, DPR tidak boleh
mengendorkan tapi justru lebih memacu kinerjanya bersama-sama pemerintah agar pandemic
cepat berlalu dan memperbaiki ekonomi rakyat yang semakin terpuruk. DPR harus tetap
menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan sebaik-baiknya dengan memperhatikan
protokol kesehatan. Terkait dengan fungsi anggaran, tugas pokok dan fungsi DPR diatur dalam
Undang-Undang No. 17/2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (UU MD3) sebagaimana telah
diubah tiga kali (terakhir dengan UU No. 13/2019) maupun Peraturan DPR No.1/2020 tentang
Tata Tertib.
Menurut Pasal 69 UU MD3, DPR mempunyai fungsi: (a) legislasi; (b) anggaran; dan (c)
pengawasan. Ketiga fungsi (legislasi, pengawasan, dan anggaran) itu dijalankan dalam kerangka
representasi rakyat, dan juga untuk mendukung upaya Pemerintah dalam melaksanakan politik
luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sementara Pasal 70 Ayat
(2) menentukan bahwa fungsi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b
dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan
persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.
Selanjutnya Pasal 71 huruf e mengatur: DPR berwenang membahas bersama Presiden dengan
memperhatikan pertimbangan DPD dan memberikan persetujuan atas rancangan undang-
undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.
Senada dengan itu, Peraturan DPR No.1/2020 tentang Tata Tertib Pasal 4 juga menyatakan
bahwa DPR mempunyai fungsi: (a) legislasi; (b) anggaran; dan (c) pengawasan. Ketiga fungsi
(legislasi, pengawasan, dan anggaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam
kerangka representasi rakyat, dan juga untuk mendukung upaya Pemerintah dalam
melaksanakan politik luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kemudin Pasal 5 Ayat (2) menyebutkan: fungsi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) huruf b dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak
memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh
Presiden.
Rencana pelaksanaan fungsi anggaran dalam Keputusan Rapat Konsultasi Pengganti Rapat
Badan Musyawarah (Bamus) DPR tanggal 3 Desember 2020 tentang Jadwal Acara Rapat DPR
selama MS III TS 2020-2021, yaitu melakukan Evaluasi pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2020.
Porsi alokasi waktu yang diberikan bagi pelaksanaan fungsi anggaran MS III sama dengan MS II
(kurang lebih 15 persen) atau lebih rendah dibandingkan dengan MS I (kurang lebih 40 persen). 2
Rencana kerja menurut Rapat Bamus tersebut berbeda dengan rencana kerja DPR berdasarkan
Pidato Pembukaan MS III TS 2020-2021 yang disampaikan oleh Ketua DPR RI Dr. (H.C) Puan
Maharani. Dalam pidato tersebut disebutkan, pelaksanaan fungsi anggaran, DPR melalui alat
2 https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/BAMUS-10-54fcf69e1c18cc68ba74edea55b7859c.pdf
13
kelengkapan Dewan akan terus memperkuat pelaksanaan APBN 2021 sebagai stimulus
pemulihan ekonomi nasional, pemulihan kesejahteraan rakyat, dan pelaksanaan prioritas
pembangunan nasional, termasuk mendukung upaya terbaik Pemerintah dalam menyediakan
vaksin Covid-19. Pemerintah dan DPR telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi
Indonesia sebesar 5 persen. Pencapaian target tersebut akan sangat ditentukan oleh
ketersediaan dan efektivitas vaksinasi, konsistensi berbagai upaya pengendalian pandemi,
kecepatan dan efektivitas berbagai kebijakan pemulihan ekonomi, serta berbagai agenda
reformasi. Meski ada perbedaan, Formappi akan melakukan evaluasi terhadap keduanya.
B. Evaluasi Serap Anggaran K/L TA 2020.
Pelaksanaan rencana kerja DPR berdasarkan Rapat Bamus sebagaimana disebutkan diatas, yakni
evaluasi pelaksanaan APBN TA 2020, dalam MS III ini Komisi DPR melakukan rapat dengan mitra
kerja (Kementerian dan Lembaga Negara non kementerian atau K/L) masing-masing.
Berdasarkan penelusuran Formappi pada laman resmi www.dpr.go.id, live streaming youtube
dan facebook, tidak semua Komisi DPR melakukan rapat membahas serap anggaran K/L TA
2020. Dari sebelas Komisi (I-XI) hanya 8 Komisi yang ditemukan melakukan rapat membahas
serap anggaran K/L, yaitu Komisi I dengan 11 K/L, Komisi III dengan 2 K/L, Komisi IV dengan 3
Kementerian, Komisi V dengan 5 K/L, Komisi VI dengan 9 K/L, Komisi VII dengan 2 Kementerian,
Komisi VIII dengan 4 K/L, dan Komisi X dengan 4 K/L. Sementara 3 Komisi tidak ditemukan hasil
rapat dengan mitra kerja membahas serap anggaran K/L TA 2020. MS III kali ini mengalami
peningkatan kinerja jika dibandingkan dengan MS sebelumnya, dimana MS I (4 Komisi dengan
18 K/L) dan MS II (3 Komisi dengan 10 K/L). Meskipun kinerja DPR dalam MS III mengalami
peningkatan dari MS sebelumnya, namun tetap saja masih ada Komisi yang absen melakukan
rapat, sehingga pembahasan serap anggaran K/L tahun 2020 tidak tuntas dilaksanakan.
Apalagi terdapat 2 Komisi yang baru memulai melakukan pembahasan serap anggaran K/L TA
2020 pada MS III ini, yaitu Komisi I dan VII. Sementara itu, sampai dengan MS III TS 2020-2021
berakhir, Komisi II, IX dan XI tidak ditemukan melakukan pembahasan serap anggaran TA 2020
(lihat Tabel 1).
Tabel 1: Realisasi Serap Anggaran K/L Atas APBN TA 2020 Pada MS I, II dan III TS 2020-2021
Komisi
Kementerian/Lembaga Negara
MS I
Realisasi (%)
MS II
Realisasi (%)
MS III
Realisasi (%)
I
Kementerian Luar Negeri - - 95,35
Lembaga Ketahanan Nasional - - 93,05
Dewan Ketahanan Nasional - - 93,45
Kementerian Komunikasi dan
Informatika3
- - 98,2
Badan Keamanan Laut RI - - 96,39
Lembaga Penyiaran Publik TVRI 93,52
Lembaga Penyiaran Publik RRI - - 87,92
Komisi Penyiaran Indonesia Pusat - - 96,23
3 https://www.merdeka.com/uang/penyerapan-anggaran-2020-kominfo-982-persen-tertinggi-dalam-3-tahun-terakhir.html
14
Komisi Informasi Pusat (KIP) - - 95,40
Dewan Pers 95,17
Badan Siber dan Sandi Negara - - 96,47
III Kementerian Hukum dan HAM - Tertutup -
Jaksa Agung RI4 - - 98,34
IV
Kementerian Pertanian5 60,43 - 95,61
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan6
47,49 - 93,94
Kementerian Kelautan dan
Perikanan
54,44 - 91,27
V
Kementerian PUPR 48,13 73,05 93,97
Kementerian Perhubungan 45,27 70,72 95,58
Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi
55,55 78,23 95,57
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika
41,52 63,10 92,60
Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan
59,51 80,42 94,59
VI
Kementerian Perdagangan 53,82 - 93,31
Komisi Pengawas Persaingan Usaha 65,55 - 99,33
Badan Standarisasi Nasional 46,22 - 99,37
Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Batam
26,00 - 77,04
Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Sabang
29,58 - 65,12
Badan Kordinasi Penanaman Modal 47,87 - 97,65
Kementerian Perindustrian 47,19 - 93,73
Kementerian Koperasi dan UMKM 46,13 - 99,23
Kementerian BUMN 38,18 - 97,65
VII Kementerian Ristek/BRIN RI7 - - 89,32
Kementerian ESDM RI - - 93,80
VIII
Badan Nasional Penanggulangan
Bencana
50,62 - 92,97
Kementerian PPPA - - 98,03
Kementerian Sosial RI - - 97,11
Kementerian Agama RI - - 96,07
X
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
- 62,21 91,61
Perpustakaan Nasional - 83,71 96,62
Kementerian Pemuda dan Olahraga - 73,00 95,14
4 https://www.merdeka.com/peristiwa/kemenkeu-alokasikan-rp350-miliar-untuk-bangun-gedung-kejagung-yang-terbakar.html 5 https://economy.okezone.com/read/2021/01/25/320/2350325/serapan-anggaran-kementan-2020-capai-95-ini-rinciannya 6 http://www.menlhk.go.id/site/single_post/3526 7 https://www.ristekbrin.go.id/komisi-vii-dpr-dukung-kemenristek-brin-dalam-penguatan-ekosistem-inovasi-dan-riset-nasional-
di-tahun-2021/
15
Kemenparekraf/Baparekraf RI - 59,91 92,56
Sumber: Data diolah dari laman resmi www.dpr.go.id , live streaming youtube, facebook DPR RI
dan berbagai sumber pemberitaan media.
Selain itu, Formappi mencatat bahwa masih banyak pula K/L yang serap anggarannya masih
rendah. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258 tahun 2015 (PMK 258/2015) tentang Tata Cara
Pemberian Penghargaan dan Pengenaan Sanksi Atas Pelaksanaan Anggaran Belanja
Kementerian/Lembaga (Reward and Punisment) dalam Pasal 3 ayat (2) menyebutkan bahwa
penghargaan diberikan dengan ketentuan capaian serapan anggaran K/L tahun anggaran
sebelumnya paling sedikit 95 persen. Namun sebaliknya, terhadap serap anggaran K/L yang
masih dibawah 95 persen akan diberikan punishment. Terkait dengan K/L yang serapan
anggarannya rendah, sikap Komisi justru sangat lemah bahkan ada yang memberi apresiasi.
Komisi I DPR RI misalnya, menyatakan bahwa dapat memahami serap anggaran Lemhannas dan
Wantannas, bahkan memberi apresiasi dan mendorong LPP TVRI dan LPP RRI untuk terus
meningkatkan kinerjanya agar menjadikan Lembaga Penyiaran Publik yang mandiri, kuat,
handal, profesional serta terdepan.
Komisi IV DPR RI: (a) menerima penjelasan Kementerian Kelautan dan Perikanan; (b)
memberikan apresiasi kepada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terhadap
pendanaan program/kegiatan di TA 2020 yang bersumber dari Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
(PHLN), yang tidak terealisasi; (c) meminta Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi agar hal ini
tidak terulang kembali; (d) meminta Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi untuk
berkoordinasi dengan pihak donor dan Bappenas mengenai prediksi kendala teknis pelaksanaan
pada program/kegiatan TA 2021 sehingga tidak mengganggu kinerja tahun berjalan, dan
hasilnya dilaporkan kepada Komisi V DPR RI; (e) terhadap pendanaan program/kegiatan pada TA
2020 yang tidak terealisasi sebesar Rp6,36 triliun (6,75%) dari pagu anggaran TA 2020 antara
lain dari dana blokir, sisa lelang serta kegiatan PHLN, dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN),
meminta Kementerian PUPR untuk mengambil langkah strategis untuk mengatasinya sehingga
ke depannya tidak terulang kembali; (f) terhadap pendanaan program/kegiatan di TA 2020 yang
tidak terealisasi sebesar Rp1,6 triliun (4,42% dari pagu anggaran), meminta Kementerian
Perhubungan agar mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi hal ini sehingga ke
depannya tidak terulang kembali; (g) terhadap anggaran program/kegiatan BMKG di TA 2020
yang tidak terealisasi sebesar Rp165,95 Miliar (7,4% dari pagu anggaran) dan BNPP/Basarnas
sebesar Rp85,84 Miliar (5,41% dari pagu anggaran), meminta BMKG dan BNPP/Basarnas agar
mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi hal ini sehingga ke depannya tidak
terulang kembali.
Komisi VI DPR RI mengapresiasi realisasi anggaran Kementerian Perdagangan dan Kementerian
Perindustrian, bahkan mengapresiasi realisasi anggaran Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) yang serap anggarannya hanya
77,04 persen, dan menerima penjelasan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Sabang (BP Sabang) yang serap anggarannya hanya mencapai 65,12 persen;
16
Komisi VIII meminta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk
memjelaskan secara rinci dan detail penggunaan Anggaran BNPB TA 2020 termasuk capaian
prioritas nasional Tahun 2020 yang dilengkapi dengan besaran program dan anggaran, lokasi
dan bentuk kegiatannya. Komisi VIII juga meminta penjelasan secara detail penggunaan Dana
Siap Pakai (DSP) tahun 2020;
Komisi X DPR RI mencatat daya serap anggaran Kemendikbud RI dan memahami daya serap
anggaran Kemenparekraf/Baparekraf RI pada TA 2020.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa DPR tampak sangat lemah dan masih bersikap datar-
datar saja kepada 17 K/L meskipun realisasi serap anggaran K/L TA 2020 masih di bawah 95
persen. Bahkan DPR memberikan apresiasi dan dapat menerima penjelasan kepada BP Batam
dan BP Sabang yang serap anggarannya masih sangat rendah. Oleh karena itu, dapat dipahami
jika mitra kerja (K/L) akan acuh tak acuh atas rekomendasi yang diberikan oleh Komisi DPR.
Reward dan punishment yang seharusnya dijalankan DPR dalam memberikan anggaran kepada
K/L juga tidak dijalankan sebagaimana mestinya. K/L tidak akan pernah merasa terpacu untuk
memperbaiki serap anggarannya jika tidak ada sikap kritis dan keras dari DPR.
C. Refocusing dan Realokasi Belanja K/L TA 2021
Agenda kerja anggaran DPR lainnya seperti yang disampaikan dalam pidato Ketua DPR pada
Pembukaan MS III TS 2020-2021 adalah DPR melalui alat kelengkapan Dewan akan terus
memperkuat pelaksanaan APBN 2021 sebagai stimulus pemulihan ekonomi nasional, pemulihan
kesejahteraan rakyat, dan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional, termasuk mendukung
upaya terbaik Pemerintah dalam menyediakan vaksin Covid-19. Untuk itu, pada tanggal 12
Januari 2021 Menteri Keuangan menerbitkan Surat Edaran No.S-30/MK.02/2021 tentang
Refocusing dan Realokasi Belanja K/L Tahun Anggaran (TA) 2021. Surat edaran Menteri
Keuangan ini ditujukan kepada: (1) Para Menteri Kabinet Kerja; (2) Jaksa Agung RI; (3) Kepala
Kepolisian RI; (4) Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian; dan (5) Para Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Negara.
Beberapa poin penting yang disampaikan oleh Menteri Keuangan pada Surat Edaran tersebut,
adalah: (1) K/L diminta untuk segera menyampaikan usul revisi anggaran dalam rangka
penghematan belanja TA 2021 kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran
(DJA), sesuai ketentuan dalam PMK Nomor: 208/PMK.02/2020 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran TA 2021, paling lambat tanggal 12 Februari 2021; (2) dalam hal sampai dengan tanggal
12 Februari 2021, usul revisi anggaran tidak disampaikan, maka akan dilakukan pemblokiran
anggaran oleh Kementerian Keuangan; dan (3) seluruh proses revisi anggaran dalam rangka
penghematan belanja K/L TA 2021 dilaksanakan secara transparan, akuntabel dan bertanggung
jawab, serta terhindar dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) sesuai ketentuan yang berlaku.
Tata cara refocusing dan realokasi belanja K/L TA 2021 diatur pada Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) RI Nomor 208/PMK.02/2020 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2021.
17
Pasal 2 angka (1) Revisi Anggaran terdiri atas: (a) Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran
berubah; (b) Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap; dan (c) Revisi
administrasi.
Pasal 3 Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 juga berlaku dalam hal terdapat:
(a) perubahan atas Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2021; dan/atau
(b) perubahan atas kebijakan prioritas Pemerintah yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2021 dan/atau Undang-Undang
mengenai perubahan atas Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2021,
termasuk kebijakan pemotongan, penghematan anggaran, dan/atau self blocking.
Pasal 10:
ayat (1) Kementerian/Lembaga menyampaikan usul revisi pergeseran anggaran antar-Program
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf (c) butir 1 ke Direktorat Jenderal
Anggaran;
ayat (2) Revisi Anggaran berupa pergeseran anggaran antar-Program untuk: (a)
penanggulangan bencana; (b) pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP
sepanjang dalam 1 (satu) bagian anggaran yang sama; (c) memenuhi kebutuhan
Belanja Operasional sepanjang dalam bagian anggaran yang sama; (d) memenuhi
kebutuhan Pengeluaran yang tidak diperkenankan (Ineligible Expenditure) atas
kegiatan/proyek yang dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri sepanjang
dalam 1 (satu) bagian anggaran yang sama; (e) penyelesaian restrukturisasi
Kementerian/Lembaga dalam hal pergeseran anggaran antar-Program dan/atau antar
bagian anggaran sebagai akibat dari perubahan kabinet; dan/atau (f) pergeseran
anggaran antar-Program dalam unit eselon I yang sama, disampaikan ke Direktorat
Jenderal Anggaran tanpa memerlukan dokumen persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat;
ayat (3) Revisi pergeseran substansi selain anggaran antar-Program untuk yang disebutkan
pada ayat (2) disampaikan ke Direktorat Jenderal Anggaran setelah mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Atas dasar Surat Edaran Menteri Keuangan tersebut diatas, Komisi DPR melakukan rapat kerja
dan rapat dengar pendapat dengan mitra kerja K/L terkait. Selama MS III terdapat 6 Komisi
dengan 24 K/L mitra kerja yang melakukan pembahasan. Komisi I dengan 7 K/L (Kementerian
Luar Negeri dilakukan secara tertutup), Komisi IV dengan 3 Kementerian, Komisi V dengan 3 K/L
(BMKG dan BNPP/Basarnas tidak ditemukan data refocusing), Komisi VI dengan 7 K/L, Komisi VII
dengan 2 Kementerian, dan Komisi X dengan 2 K/L (Perpusnas RI tidak ditemukan data).
Tabel 2 menggambarkan beberapa K/L telah melakukan refocusing dan realokasi belanja tahun
2021 sebagaimana tampak dari kesimpulan hasil rapat Komisi DPR. Besaran refocusing dan
realokasi belanja K/L bervariasi. Misalnya jumlah refocusing dan realokasi belanja yang paling
kecil dilakukan pada Kementerian Kelautan dan Perikanan dari pagu anggaran semula sebesar
Rp6.652,14 miliar menjadi sebesar Rp6.494,47 miliar atau 2,37 persen. Sementara jumlah
refocusing dan realokasi yang paling tinggi dilakukan pada Kementerian Pertanian dari pagu
18
anggaran semula sebesar Rp21.838,98 miliar menjadi sebesar Rp15.512,07 miliar atau 28,97
persen.
Tabel 2: Refocusing dan Realokasi Belanja K/L TA 2021 yang dibahas DPR
Dalam Miliar Rupiah
Ko-
misi
K/L
Semula
Menjadi
Pemo-
tongan
(%)
Sikap Komisi
I
Kementeri
an Luar
Negeri
8.205,3 Tidak
ditemuka
n data.
Tertutup -
Lembaga
Ketahana
n Nasional
182,37 168,55 7,58 Komisi I DPR RI prihatin pagu alokasi anggaran
TA 2021 Lemhannas semula sebesar
Rp182.375.470.000,- mengalami perubahan
menjadi Rp168.554.503.000,- Selanjutnya
Komisi I DPR RI mengharapkan program-
program prioritas nasional dapat terlaksana
sebagaimana yang telah direncanakan pada
RKP.
Kementeri
an
Komunika
si dan
Informatik
a
16.958,78 16.098,45 5,07 Komisi I DPR RI telah mendengarkan
penjelasan perubahan alokasi pagu anggaran
Kemkominfo TA 2021 berdasarkan Refocusing
APBN Surat Menkeu No.S-30/MK.02/2021,
yang semula sebesar Rp16.958.777.950.000
menjadi Rp16.098.451.886.000. Untuk
selanjutnya, Komisi I DPR RI mendorong
Kemkominfo untuk mengemplementasikan
APBN TA 2021 secara efektif, efesien,
transparan dan akuntabel sesuai dengan RKP.
Badan
Keamanan
Laut RI
515,5 478,13 7,25 Komisi I DPR RI prihatin pagu alokasi anggaran
TA 2021 Bakamla semula sebesar
Rp515.500.587.000 mengalami penurunan
menjadi Rp478.135.631.000. Untuk itu
selanjutnya Komisi I DPR RI mengharapkan
program-program prioritas nasional dapat
terlaksana sebagaimana yang telah
direncanakan pada RKP secara efektif, efesien,
transparan, dan akuntabel.
Lembaga
Penyiaran
Publik
TVRI
1.458,21 1.375,8 5,65 Komisi I DPR RI telah mendengarkan
penjelasan Dewas dan Dirut LPP TVRI dan LPP
RRI tentang perubahan alokasi Pagu Anggran
LPP TVRI dan LPP RRI TA 2021 sebagai dampak
refocusing dan realokasi belanja K/L TA 2021
berdasarkan Surat Menteri Keuangan No.S-
30/MK.02/2021 tanggal 12 Januari 2021.
Sehubungan dengan perubahan tersebut
Komisi I DPR RI meminta LPP TVRI dan LPP RRI
untuk tetap melaksanakan program prioritas
nasional sesuai dengan target dan sasaran
Lembaga
Penyiaran
Publik RRI
1.684,13 1.577,93 6,31
19
yang sudah ditetapkan di dalam RKP secara
efektif, efesien, transparan, dan akuntabel.
Badan
Siber dan
Sandi
Negara
1.716,61 1.527,85 10,99 Komisi I DPR RI telah mendengarkan
penjelasan BSSN bahwa pagu alokasi anggaran
TA 2021 BSSN semula sebesar
Rp1.716.608.435.000 mengalami penurunan
menjadi Rp1.527.848.887.000. Untuk
selanjutnya Komisi I DPR RI mengharapkan
program-program prioritas nasional yang
antara lain penguatan Nasional Security
Operation Centre-Security Operation Centre
(NSOC-SOC) dan pembentukan Computer
Security Incident Response Team (CSIRT) dapat
terlaksana sebagaimana yang telah
direncanakan pada RKP secara efektif, efesien,
transparan, dan akuntabel.
II Tidak ditemukan data.
III Tidak ditemukan data.
IV
Kementeri
an
Pertanian
21.838,98
15.512,07
28,97
Komisi IV DPR RI menyetujui usulan
penghematan belanja Kementerian Pertanian
TA 2021 dalam rangka mengamankan
pelaksanaan pengadaan vaksin dan program
vaksinasi nasional, penanganan pandemi
COVID-19, dukungan anggaran perlindungan
sosial kepada masyarakat, serta percepatan
pemulihan ekonomi nasional.
Kementeri
an
Lingkunga
n Hidup
dan
Kehutana
n
7.957,11 7.437,74 6,53 Komisi IV DPR RI menyetujui usulan
penghematan belanja Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan TA 2021
dalam rangka mengamankan pelaksanaan
pengadaan vaksin dan program vaksinasi
nasional, penanganan pandemi COVID-19,
dukungan anggaran perlindungan sosial
kepada masyarakat, serta percepatan
pemulihan ekonomi.
Kementeri
an
Kelautan
dan
Perikanan
6.652,14 6.494,47 2,37 Komisi IV DPR RI menerima penjelasan
penghematan belanja Kementerian Kelautan
dan Perikanan TA 2021 dalam rangka
mendukung pelaksanaan program vaksinasi
nasional di masa pandemi COVID-19.
Kementeri
an
Perhubun
gan
45.664,0 33.234,26 27,22 Komisi V DPR RI prihatin terhadap besarnya
pemotongan dan refocusing/realokasi APBN
TA 2021 berdasarkan Surat Menteri Keuangan
No S-30/MK.02/2021 tanggal 12 Januari 2021
sebesar Rp.12,44 Trilliun (27,22% dari total
pagu anggaran Rp.45,66 Triliun) yang dapat
mengganggu program/kegiatan dalam target
Renstra/RPJMN. Selanjutnya Komisi V DPR RI
20
V
melalui Anggota Komisi V DPR RI yang ada di
Sadan Anggaran DPR RI untuk membicarakan
kembali dengan Kementerian Keuangan
terkait besaran pemotongan anggaran
Kementerian Perhubungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Badan
Meteorol
ogi
Klimatolo
gi dan
Geofisika
(BMKG)
3.274,2
Tidak ditemukan
data.
Komisi V DPR RI sepakat dengan BMKG dan
BNPP/Basarnas agar dalam melakukan
refocusing dan realokasi belanja program/
kegiatan TA 2021 tetap mengutamakan
kegiatan berbasis kerakyatan yang memberi
manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat
sesuai saran dan masukan Komisi V DPR RI.
Komisi V DPR RI mendesak BMKG dan
BNPP/Basarnas agar meningkatkan koordinasi
dengan Kementerian Keuangan sehingga tidak
terjadi refocusing pada TA 2021.
Badan
Nasional
Pencarian
dan
Pertolong
an
(Basarnas)
2.267,5
VI
Kementeri
an
Perdagang
an
3.028,95 2.937,39 3,02 Komisi VI DPR RI menerima penjelasan alokasi
Anggaran Kementerian Perdagangan RI TA
2021 sesuai dengan Surat Menteri Keuangan
S-30/MK.02/2021 tentang Refocusing dan
Realokasi Belanja K/L TA 2021 untuk
melakukan penghematan/ realokasi anggaran
sebesar Rp91.577.906.000 dari Pagu Anggaran
sebesar Rp3.028.964.712.000 sehingga Pagu
Anggaran Kementerian Perdagangan RI Tahun
Anggaran 2021 menjadi sebesar
Rp2.937.386.806.000.
Komisi
Pengawas
Persainga
n Usaha
118,49 95,64 19,28 Komisi VI DPR RI menerima Pagu Anggaran
Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2021
sesuai dengan Surat Menteri Keuangan S-
30/MK.02/2021 tentang Refocusing dan
Realokasi Belanja K/L TA 2021 untuk
melakukan penghematan/realokasi anggaran
sebesar Rp22.843.718.000 dari Pagu Anggaran
sebesar Rp118.485.015.000 sehingga Pagu
Anggaran Komisi Pengawas Persaingan Usaha
TA 2021 menjadi sebesar Rp95.641.297.000.
Badan
Standarisa
si
Nasional
265,99 228,80 13,98 Komisi VI DPR RI menerima Pagu Anggaran
Badan Standardisasi Nasional TA 2021 sesuai
dengan Surat Menteri Keuangan S-
30/MK.02/2021 tentang refocusing dan
realokasi anggaran untuk melakukan
penghematan/realokasi anggaran sebesar
Rp37.192.199.000 atau sebesar 14%, sehingga
Pagu Anggaran Badan Standardisasi Nasional
21
TA 2021 menjadi sebesar Rp228.803.934.000,-
Badan
Kordinasi
Penanama
n Modal
1.089,50 930,92 14,55 Komisi VI DPR RI menerima penjelasan Pagu
Anggaran Badan Koordinasi Penanaman
Modal TA 2021 sesuai dengan Surat Menteri
Keuangan S-30/MK.02/2021 tentang
Refocusing dan Realokasi Belanja K/L TA 2021
untuk melakukan penghematan/realokasi
anggaran sebesar Rp158.574.714.000 dari
Pagu Anggaran sebesar Rp1.089.500.127.000,-
sehingga Pagu Anggaran Badan Koordinasi
Penanaman Modal TA 2021 menjadi sebesar
Rp930.925.413.000,-
Kementeri
an
Perindustr
ian
3.181,38 2.879,46 9,50 Komisi VI DPR RI menerima penjelasan alokasi
anggaran Kementerian Perindustrian RI TA
2021 sesuai dengan Surat Menteri Keuangan
S-30/MK.02/2021 tentang Refocusing dan
Realokasi Belanja K/L TA 2021 untuk
melakukan penghematan/ realokasi anggaran
sebesar Rp301.921.038.000 dari Pagu
Anggaran sebesar Rp3.181.384.901.000
sehingga Pagu Anggaran Kementerian
Perindustrian RI TA 2021 menjadi sebesar
Rp2.879.463.863.000.
Kementeri
an
Koperasi
dan
UMKM
978,29 890,06 9,02 Komisi VI DPR RI menerima penjelasan Pagu
Anggaran Kementerian Koperasi dan UKM TA
2021 sesuai dengan Surat Menteri Keuangan
S-30/MK.02/2021 tentang Refocusing dan
Realokasi Belanja K/L TA 2021 untuk
melakukan penghematan/ realokasi anggaran
sebesar Rp88.228.724.000,- dari Pagu
Anggaran sebesar Rp978.289.099.000,-
sehingga Pagu Anggaran Kementerian
Koperasi dan UKM TA 2021 menjadi
Rp890.060.375.000,-
Kementeri
an BUMN
244,83 228,59 6,63 Komisi VI DPR RI menerima penjelasan sesuai
dengan DIPA Kementerian BUMN nomor SP
DIPA-041.01.1.606538/2021 tanggal 23
November 2020 dan sebagaimana diubah
dengan Surat Menteri Keuangan nomor S-
30/MK.02/2021 tanggal 12 Januari 2020
perihal Refocusing dan Realokasi Belanja K/L
TA 2021, terhadap Anggaran awal
Kementerian BUMN Tahun 2021 sebesar
Rp244.827.483.000 dilakukan penghematan
menjadi Rp228.591.256.000.
Kementeri
an
Ristek/BRI
N RI
2.787,2 2.696,15 3,27 Komisi VII DPR RI sepakat dengan Menteri
Riset dan Teknologi/Kepala BRIN agar rencana
program anggaran untuk kegiatan aspirasi
masyarakat TA. 2021 dapat dikoordinasikan
22
VII
dengan Komisi VII DPR RI untuk menyusun
matriks pelaksanaan Program Aspirasi
Masyarakat tersebut, untuk pelaksanaan
program yang akan dimulai pada tanggal 15
Februari 2021.
Kementeri
an ESDM
RI
7.003,1 5.898,4 15,77 Komisi VII DPR RI mendesak Menteri ESDM RI
untuk menyampaikan data secara detail
terkait penghematan belanja pada refocusing
dan realokasi belanja TA 2021 sebesar
Rp1.104.718.442.
VIII Tidak ditemukan data.
IX Tidak ditemukan data.
X
Perpusnas
RI
675,5 Tidak ditemukan
data.
Terkait rencana refocusing anggaran TA 2021,
Komisi X DPR RI menekankan Perpustakaan RI
untuk melakukan kajian dan berkoordinasi
dengan Kemenkeu RI, agar capaian target
program prioritas nasional dan Perpusnas RI
dapat tetap terwujud.
Kemenpar
ekraf/Bap
arekraf RI
4.907,1 4.565,0 6,97 Terkait rencana pemotongan anggaran
Kemenparekraf/Baparekraf RI TA 2021 sebesar
Rp342.145.794.000, Komisi X DPR RI
mendorong Kemenparekraf/Baparekraf RI
untuk: (a) melakukan simulasi anggaran yang
ada secara cermat dan teliti agar capaian
target program prioritas Kemenparekraf/
Baparekraf RI dan prioritas nasional dapat
tetap terwujud; (b) melakukan koordinasi dan
komunikasi dengan Kemenkeu RI, agar
penggunaan anggaran tersebut tetap
diarahkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi
pariwisata dan ekonomi kreatif.
XI Tidak ditemukan data.
Jumlah
Refocusing
128.232,7 105.255,7 22.977
*
Keterangan: * Jumlah anggaran PEN mengalami kenaikan sebesar Rp70,6 triliun diambil
dari refocusing dan realokasi belanja K/L 2021.
Sumber: Data diolah dari laman resmi www.dpr.go.id , live streaming youtube, facebook DPR RI.
Sikap Komisi DPR bervariasi terhadap perubahan pagu anggaran mitra kerja berdasarkan
refocusing dan realokasi belanja K/L TA 2021. Misalnya Komisi I DPR menyampaikan sikap
prihatin dan menyesalkan terhadap refocusing dan realokasi belanja kepada Lemhanas dan
Bakamla, serta Komisi V DPR prihatin terhadap besarnya pemotongan dan refocusing/realokasi
belanja Kementerian Perhubungan. Selebihnya sikap Komisi DPR, yakni hanya mendengarkan
penjelasan dan menyetujui besaran refocusing dan realokasi belanja K/L mitra kerja (Lihat Tabel
2). Meskipun DPR menyampaikan bermacam-macam sikap namun tetap saja tak mempengaruhi
perubahan anggaran yang disampaikan oleh mitra kerja K/L. Begitu juga DPR dalam membahas
penentuan alokasi pagu anggaran K/L TA 2021 menjadi terkecualikan. Hal ini diatur dalam PMK
23
Nomor 208/PMK.02/2020 disebutkan pada Pasal 2 angka (1) Revisi Anggaran terdiri atas: huruf
(a) Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah, yang kemudian dijelaskan pada Pasal 10
ayat (3) Revisi pergeseran substansi selain anggaran antar-Program untuk yang disebutkan pada
ayat (2) disampaikan ke Direktorat Jenderal Anggaran setelah mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. Artinya DPR hanya dapat menyetujui revisi pergeseran subtansi selain
anggaran antar-Program dalam hal Pagu Anggaran berubah. Jadi dalam hal pembahasan
refocusing dan realokasi belanja K/L TA 2021 yang dilakukan selama MS III oleh Komisi dengan
mitra kerja menjadi tak bermakna atau sandiwara karena DPR tinggal memberi stempel belaka.
Selain itu, Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran TA 2021 dapat dilakukan sendiri oleh
Menteri Keuangan dengan kewenangan yang tertuang pada PMK Nomor 208/PMK.02/2020.
Menteri Keuangan dapat memberikan perintah kepada K/L untuk mengubah pagu anggaran
belanja TA 2021. Hal ini dapat dilihat dari Surat No.S-30/MK.02/2021 tentang Refocusing dan
Realokasi Belanja K/L TA 2021 yang menunjukkan bahwa perubahan pagu belanja K/L berada
dibawah kendali Menteri Keuangan. Dengan demikian pembahasan anggaran oleh DPR dengan
mitra kerja K/L nampaknya akan menjadi sia-sia belaka ketika kewenangan untuk mengatur
semua belanja K/L berada di bawah satu tangan, yakni Menteri Keuangan. Dengan demikian
persetujuan dari DPR atas perubahan belanja K/L TA 2021 hanyalah formalitas.
Berbeda dengan keadaan normal sebelum pandemi Covid-19, dalam melaksanakan wewenang
dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 UU MD3 huruf (e) DPR berwenang membahas
bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan memberikan persetujuan
atas rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden; Pasal 177 huruf (c)
angka (2) menyebutkan, DPR menyelenggarakan kegiatan pembahasan bila terjadi penyesuaian
APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan dalam rangka penyusunan perkiraan
perubahan atas APBN tahun anggaran yang bersangkutan. Selain itu, berdasarkan Pasal 180
Ayat (6), DPR juga berwenang melakukan pembahasan apabila terjadi keadaan yang
menyebabkan harus dilakukannya pergeseran anggaran antar-unit organisasi. Sementara Pasal
182 mengatur bahwa APBN yang disetujui oleh DPR terperinci sampai dengan unit organisasi,
fungsi, dan program. Selain itu pembahasan dan penetapan rancangan undang-undang tentang
perubahan APBN sebagaimana dilakukan oleh Pemerintah bersama dengan Badan Anggaran dan
komisi terkait dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan dalam masa sidang setelah rancangan
undang-undang tentang perubahan APBN diajukan oleh Pemerintah kepada DPR8
Dari uraian diatas yang menjadi catatan pertama, pelaksanaan fungsi anggaran DPR dalam
membahas refocusing dan realokasi belanja K/L TA 2021 tidak dapat berjalan signifikan. Hal ini
8 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun
2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19
dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang Pasal 28 Ayat (10) Pasal 177 huruf c angka 2, Pasal 180 ayat (6), dan
Pasal 182 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2019 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2014 tentang MD3, dinyatakan tidak berlaku sepanjang berkaitan dengan kebijakan keuangan negara untuk
penanganan penyebaran COVID-19 dan/atau dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan
perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan.
24
176.3
157.4
186.8
53.9
125.1
133.07
148.66
157.57
47.27
141.36
0 50 100 150 200
Kesehatan
Perlindungan Sosial
Dukungan UMKM dan Pembiayaan
Korporasi
Insentif Usaha dan Pajak
Program Prioritas
Tabel 3: Anggaran PEN 2021 dan Perubahan (dalam triliun rupiah)
PEN 2021 Perubahan
dikarenakan kewenangan penentuan alokasi pagu anggaran K/L berada di bawah kendali
Menteri Keuangan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 angka (1) huruf (a) dan Pasal 10 ayat (3)
PMK Nomor 208/PMK.02/2020 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2021. Kedua,
sikap DPR dalam membahas refocusing dan realokasi belanja K/L cenderung biasa-biasa saja. Hal
ini menambah dugaaan bahwa DPR sudah tak berdaya dihadapan pemerintah. Dengan demikian
rencana DPR akan memperkuat pelaksanaan prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang
disampaikan oleh Ketua DPR dalam Pidato Pembukaan MS III hanya mimpi belaka.
D. Perubahan Anggaran PEN Tahun 2021
Pada 27 Januari 2021 Komisi XI melakukan rapat kerja dengan Menteri Keuangan dengan
agenda membahas pelaksanaan APBN 2021 dan keberlanjutan Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN) 2021. Dalam
rapat kerja Menteri
Keuangan
menyampaikan
upaya keberlanjutan
PEN tahun 2021
terus dilakukan oleh
pemerintah.
Anggaran PEN
difokuskan pada lima
sektor yakni
kesehatan,
perlindungan sosial,
dukungan UMKM
dan pembiayaan korporasi, insentif usaha dan pajak, serta program prioritas dengan masing-
masing tambahan alokasi anggaran (Lihat Tabel 3). Anggaran PEN mengalami kenaikkan sebesar
Rp70,6 triliun dari semula sebesar Rp627,9 triliun menjadi Rp699,5 triliun.9
Kesimpulan hasil rapat Komisi XI DPR mendukung upaya Menteri Keuangan dalam
mengendalikan kebijakan fiskal APBN tahun 2021 untuk memperkuat penanganan Covid-19 dan
dampaknya. Menteri Keuangan dalam melaksanakan kebijakan fiskal untuk refocusing anggaran
belanja APBN tahun 2021 agar diarahkan untuk penanganan vaksin, memperkuat UMKM,
mempercepat pemulihan sosial dan ekonomi, serta mempertajam alokasi anggaran untuk
program prioritas nasional.10
Yang menjadi catatan adalah sikap DPR seharusnya tidak hanya sekedar menyetujui dan
mendukung upaya yang dilakukan pemerintah. Dalam situasi darurat seperti saat ini perubahan
kebijakan anggaran dalam penanganan pandemi Covid-19 tidak harus menunggu inisiatif datang
dari pemerintah. DPR juga seyogyanya pro-aktif dengan menemukan permasalahan di lapangan
9 Sumber: https://www.instagram.com/smindrawati/ 10 https://www.facebook.com/komisi11dprri/videos/311359597072717/
25
ketika reses atau kunjungan kerja sehingga kemudian dapat dibahas dalam MS selanjutnya
dengan pemerintah untuk dicarikan solusinya.
E. Kesimpulan
Berdasarkan uraian atau telaah di depan maka dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Meskipun ada peningkatan kinerja DPR pada MS III dibandingkan dengan MS I dan II TS
2020-2021 dalam membahas serap anggaran K/L tahun 2020, namun masih ada Komisi DPR
yang malas melakukan rapat yakni Komisi II, IX dan XI. Terhadap serapan anggaran K/L tahun
2020 yang masih rendah nampaknya DPR tidak tegas dan bahkan mengabaikan pakem
reward dan punishment.
2. Pembahasan refocusing dan realokasi belanja K/L TA 2021 menjadi tak memiliki makna,
sebab kewenangan penentuan alokasi pagu anggaran K/L berada di bawah kendali Menteri
Keuangan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 angka (1) huruf (a) dan Pasal 10 ayat (3) PMK
Nomor 208/PMK.02/2020 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2021. Sikap
DPR yang cenderung tidak kritis menambah dugaaan bahwa DPR sudah tak berdaya
dihadapan pemerintah.
3. Dalam pembahasan perubahan anggaran PEN tahun 2021 sikap DPR hanya mengikuti
keinginan pemerintah.
26
IV. BIDANG PENGAWASAN: “Pengawasan DPR Ala Kadarnya”
A. Pengantar
Menurut Keputusan Rapat Konsultasi pengganti Rapat Badan Musyawarah (Bamus) DPR tanggal
3 Desember 2020 tentang Jadwal Acara Rapat DPR, Masa Sidang (MS) III Tahun Sidang (TS)
2020-2021, untuk selanjutnya disebut MS III, berlangsung dari 11 Januari 2021 s/d 10 Februari
2021 (23 hari kerja). Waktu yang dialokasikan untuk melaksanakan fungsi pengawasan
disediakan sebanyak 50% dari waktu yang tersedia.
Selama MS III, DPR merencanakan pelaksanaan fungsi pengawasan seperti berikut: (a) Komisi
membahas hal-hal yang terkait dengan Bidang Pengawasan; (b) tindaklanjut terhadap hasil
kunjungan kerja perseorangan maupun kunjungan kerja Tim pada saat Reses MS II TS 2020-
2021; (c) memberikan pertimbangan untuk mengisi suatu jabatan: Calon Duta Besar Negara
Sahabat, Pejabat Publik dan Pewarganegaraan.11
Seperti halnya pada masa masa sidang sebelumnya, dalam MS III ini disebutkan adanya Tim
Pemantau Pelaksanaan Undang-Undang terkait Otonomi Daerah Khusus Aceh, Papua, Papua
Barat, Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan DKI Jakarta; Tim Pemantau dan Evaluasi
Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2DP), maupun Tim Pengawas/Timwas
tentang: Pembangunan Daerah Perbatasan; Perlindungan Pekerja Migran Indonesia;
Pelaksanaan Penanganan Bencana; dan Timwas Penyelenggaraan Ibadah Haji. Kecuali itu
terdapat pula Tim Penguatan Diplomasi Parlemen, Tim Open Parliament Indonesia (OPI) dan Tim
Implementasi Reformasi DPR RI. Sekalipun begitu apa saja yang akan dilakukan oleh Tim-tim
tersebut selama MS III tidak dicantumkan dalam Keputusan Rapat Konsultasi Pengganti Rapat
Bamus Tanggal 3 Desember 2020. Pencantuman tim-tim tersebut terkesan bagaikan copy paste
dari jadwal kegiatan rapat-rapat DPR pada masa-masa sidang sebelumnya. Kecuali itu,
Sekretariat Jenderal DPR juga tampak tidak cermat dalam mencantumkan tahun yang diunggah
di laman https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/BAMUS-10-
54fcf69e1c18cc68ba74edea55b7859c.pdf tertulis tahun 2020, padahal semestinya tahun 2021.
Copy paste akan menjadi bahan kelembagaan.
Terkait rencana kerja Timwas maupun Tim Pemantau DPR disampaikan oleh Ketua DPR Puan
Maharani dalam Pidato Pembukaan MS III pada 11 Januari 2021 yaitu bahwa dalam rangka
mengoptimalkan tugas-tugas pengawasan, DPR RI juga akan melanjutkan tugas Tim Pemantau
dan Tim Pengawas, serta Panitia Kerja (Panja) yang dibentuk melalui Alat Kelengkapan Dewan.
Kecuali itu dikemukakan pula bahwa fungsi pengawasan DPR diarahkan pada penyelenggaraan
pemerintahan diberbagai bidang yang tetap harus dapat terselenggara dengan baik sesuai
dengan amanat Undang-Undang; terus mengawasi persiapan dan pengadaan vaksin yang aman,
teruji dan jika telah memiliki ijin dari BPOM serta sertifikasi halal dari MUI; pemberian vaksin
harus berjalan secara efektif, menyeluruh dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Pada MS III ini, DPR melakukan proses uji kelayakan dan kepatutan terhadap: 7 (tujuh) Calon
Hakim Agung yang telah diusulkan oleh Komisi Yudisial, yakni 1 (satu) orang calon Hakim Agung
dan 6 (enam) orang calon Hakim Ad Hoc; 18 (delapan belas) Calon Anggota Ombudsman
Republik Indonesia (ORI) Masa Jabatan 2021-2026 yang telah diusulkan oleh Presiden. Selain itu,
11Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 8 Januari 2021 (tertulis di laman dpr.go.id 8 Januari 2020,
lihat https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/BAMUS-10-54fcf69e1c18cc68ba74edea55b7859c.pdf.
27
DPR RI juga akan memberi pertimbangan terhadap Calon Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh Negara-Negara Sahabat.12
Sebagaimana kebiasaan selama ini, pada setiap akhir Masa Sidang, FORMAPPI selalu melakukan
evaluasi terhadap kinerja DPR. Seturut peraturan perundangan yang berlaku (UU tentang MPR,
DPR, DPD dan DPRD/MD3 serta Peraturan DPR tentang Tata Tertib/Tatib), aspek-aspek yang
diawasi oleh DPR mencakup: (1) pelaksanaan Undang-undang; (2) pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan tindak lanjut temuan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) atas pelaksanaan APBN; serta (3) kebijakan-kebijakan Pemerintah. Kecuali itu juga
pelaksanaan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap calon-calon pejabat
publik yang disampaikan kepada DPR oleh Presiden maupun oleh Kementerian dan Lembaga
Negara non Kementerian (K/L). Pertanyaannya adalah seperti apakah realisasi rencana kerja
pengawasan tersebut. Jawaban atas pertanyaan itu akan diuraikan dalam evaluasi seperti di
bawah ini.
B. Realisasi Pengawasan
Sesuai dengan ruang lingkup pengawasan seperti tersebut di atas, evaluasi ini mencakup aspek-
aspek seperti berikut:
1. Pelaksanaan Undang-undang;
2. Pelaksanaan APBN dan Tindak Lanjut Temuan BPK;
3. Kebijakan Pemerintah;
4. Realisasi tugas Tim Pemantau dan Tim Pengawas bentukan DPR; dan
5. Uji Kelayakan dan Kepatutan Calon Pejabat Publik.
1. Pengawasan Atas Pelaksanaan Undang-undang
Melalui penelusuran pada media resmi DPR maupun media-media lain ditemukan data-data
ada 5 Komisi yang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-undang (UU).
Komisi-komisi tersebut adalah sebagai berikut: Komisi II terhadap Perubahan UU No.
5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN); Komisi IV terhadap UU No. 11/2020 tentang
Cipta Kerja (khususnya penyusunan aturan pelaksanaannya); UU No. 5/1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; UU No. 21/2019 tentang Karantina
Hewan, Ikan, dan Tumbuhan; Komisi VII atas Skenario SKK Migas dengan berlakunya UU No.
11/2020 tentang Cipta Kerja; Komisi IX mengadakan Raker dengan Kementerian
Ketenagakerjaan untuk mengetahui Progres Peraturan Turunan dari UU No. 11/2020
tentang Cipta Kerja; Komisi X atas pelaksanaan UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas dan
keterkaitannya dengan UU No. 23/2014 tentang Pemda maupun ketentuan Peraturan
perundangan lain yang terkait dengan pendidikan; Komisi XI melakukan Konsultasi
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Perlakuan Perpajakan dalam UU Cipta Kerja
(selengkapnya lihat Lampiran Tabel 4).
UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja menjadi perhatian utama DPR pada MS III TS 2020-2021
ini. Formappi menemukan empat Komisi yang membahas UU tersebut, yaitu Komisi I, IV, IX
12 Pasal 253 ayat (1) Peraturan DPR No. 1 Tahun 2020 tentang Peraturan Tata Tertib menyatakan bahwa Pimpinan DPR
menyampaikan Pidato Pembukaan yang terutama menguraikan rencana kegiatan DPR dalam Masa Sidang yang bersangkutan
dan masalah yang perlu disampaikan dalam rapat paripurna DPR pertama dari suatu masa sidang. Sedangkan ayat (2)
menyatakan bahwa Pimpinan DPR menyampaikan pidato penutupan yang menguraikan hasil kegiatan dalam Masa Reses
sebelumnya, hasil kegiatan selama Masa Sidang yang bersangkutan, rencana kegiatan dalam masa reses berikutnya, dan
masalah yang perlu disampaikan dalam rapat paripurna terakhir dari suatu Masa Sidang.
28
dan XI. Komisi I misalnya, mengadakan tiga kali Raker/RDP dengan Menteri Komunikasi dan
Informatika (Menkominfo), Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPIP), Komisi Informasi Pusat
(KIP), Direktur Utama dan Dewan Pengawas Lembaga Penyiaran Publik (Dirut dan Dewas
LPP) TVRI dan RRI mengenai persiapan menuju digitalisasi penyiaran atau migrasi penyiaran
analog (Analog Switch Off) tahun 2022 sesuai amanat UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja.
Kesimpulannya antara lain Komisi I mendorong Kemkominfo, KPI Pusat, KIP, LPP TVRI, dan
LPP RRI melakukan langkah strategis dan menyiapkan berbagai instrumen yang dibutuhkan
agar dapat berjalan dengan baik.
Selanjutnya Komisi IV DPR mengadakan Raker dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, dalam kesimpulannya Komisi IV meminta agar Rancangan Peraturan Pemerintah
(RPP) sebagai peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 11/2020 tentang Cipta Kerja di
sektor Kehutanan dapat diatur bahwa tanggung jawab pengelolaan kawasan hutan serta
pemulihan lingkungan dalam rangka kecukupan kawasan hutan dan penutupan lahan
menjadi tanggung jawab sepenuhnya Pemerintah Pusat, melalui kewenangan Menteri yang
membidangi Kehutanan. Selanjutnya, Komisi IV DPR mendorong Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan percepatan pengukuhan
kawasan hutan, mulai dari proses penunjukan, penataan batas, pemetaan, dan penetapan
kawasan hutan.
Komisi IX mengadakan Raker dengan Kementerian Ketenagakerjaan dengan kesimpulan
Komisi IX DPR meminta Kementerian Ketenagakerjaan RI agar mengakomodir masukan-
masukan dari Komisi IX DPR RI dalam penyusunan RPP tentang: Penggunaan TKA;
Hubungan Kerja, Waktu Kerja dan Waktu lstirahat serta PHK; Pengupahan (Revisi PP 78
Tahun 2015); dan Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) serta
menyampaikan perkembangannya kepada Komisi IX DPR RI.
Komisi XI DPR mengadakan Raker dengan Menteri Keuangan (Menkeu) terkait dengan
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Perlakuan Perpajakan dalam UU Cipta Kerja.
Kesimpulannya antara lain: Komisi XI telah memperoleh penjelasan dari Menkeu mengenai
RPP tentang Perlakuan Perpajakan atas Transaksi yang melibatkan Lembaga Pengelola
Investasi (LPI) dan/atau entitas yang dimilikinya; Komisi XI mendukung upaya Menkeu
untuk mengatur perlakuan perpajakan atas transaksi yang melibatkan LPI dan/atau entitas
yang dimilikinya, dengan pengaturan yang memiliki kejelasan maksud dan tujuan serta
dampak yang efektif dalam mencapai tujuan pembentukan LPI, mengutamakan kepentingan
perekonomian nasional, melaksanakan prinsip tata kelola perpajakan yang adil dan
transparan; dalam melakukan upaya, kebijakan, dan pengaturan perpajakan atas transaksi
LPI, Menkeu agar tetap mengutamakan manfaat bagi optimalisasi aset negara yang dikelola
dan penerimaan negara dan perekonomian nasional.
Dalam acara konferensi pers secara virtual pada 9 Oktober 2020, Presiden Joko Widodo
(Jokowi) memberikan target untuk menyelesaikan aturan turunan dari UU Ciptaker ini
selesai dalam tiga bulan. Dalam penyusunan aturan turunan ini, pemerintah akan menerima
masukan dari berbagai pihak. Termasuk juga dari masyarakat serta pemerintah daerah
(Pemda).13
13https://economy.okezone.com/read/2020/10/09/320/2291310/jokowi-targetkan-pp-perpres-uu-ciptaker-rampung-3-bulan.
Akhirnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Kamis (18/2/2021). Menkumham Yasona Laoly menyatakan bahwa
Pemerintah resmi menndatangani 49 aturan turunan UU Cipta Kerja terdiri atas 45 Peraturan Pemerintah dan 4 Peraturan
Presiden (https://nasional.kontan.co.id/news/pemerintah-resmi-teken-49-aturan-turunan-uu-cipta-kerja-berikut-
daftarnya?page=3)
29
Kecuali itu, undang-undang ini memang mencakup banyak sektor dan melibatkan banyak
K/L yang menjadi mitra kerja masing-masing Komisi, maka menjadi tugas komisi untuk
memastikan turunan dari UU Ciptaker ini dapat segera diselesaikan dengan tepat sasaran
dan melibatkan banyak pihak terutama buruh yang berdampak langsung atas adanya UU ini.
Disisi lain, turunan dari UU Ciptaker ini mendapat kritikan dari masyarakat, antara lain:
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) meminta Presiden Jokowi menunda
implementasi empat peraturan pemerintah (PP) yang merupakan aturan turunan dari UU
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Keempat PP yang menyangkut pekerja tersebut
yaitu: PP No. 34/2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA); PP No. 35/2021
tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja, Hubungan Kerja dan
Waktu Istirahat; PP No. 36/2021 tentang Pengupahan; dan PP No. 37/2021 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP). Alasannya, menurut
Presiden KSPI, Said Iqbal, karena buruh sudah mengalami tekanan dan kesulitan akibat
pandemi covid-19. Banyak buruh mengalami PHK sehingga kehilangan mata pencahariannya
dan tertular covid-19 sehingga tidak bisa bekerja. Ia berharap kepala negara bisa
mempertimbangkan kesulitan yang dialami oleh buruh serta tidak menambah bebannya
dengan implementasi aturan baru itu. Disamping meminta Presiden Jokowi untuk menunda
pemberlakuan peraturan turunan UU Ciptaker yang terkait dengan ketenagakerjaan, KSPSI
juga meminta DPR memanggil Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga
Hartarto dan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah guna meminta keterangan mereka
mengenai empat PP tersebut. Sebab aturan pelaksana itu justru lebih membebani pekerja
dibandingkan aturan dalam UU Cipta Kerja.14
Dengan adanya permintaan penundaan pemberlakuan aturan pelaksanaan UU Ciptaker
bidang ketenagakerjaan dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia tersebut patut
diduga bahwa DPR gagal memperjuangkan aspirasi para buruh.
2. Pengawasan Atas Pelaksanaan APBN 2020
a. Evaluasi Realisasi Anggaran K/L TA 2020 oleh Komisi
Salah satu wujud pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah
realisasi penggunaan APBN Tahun Anggaran (TA) 2020 yang telah dialokasikan kepada
Kementerian dan Lembaga Negara Non Kementerian (K/L) atas pagu anggaran yang
telah ditetapkan untuk K/L yang bersangkutan. Terkait serapan anggaran TA 2020, pada
1 Desember 2020, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan hanya akan
mentok di angka 96,4%.15
Pertanyaannya adalah seberapa besarkah realisasi serap anggaran TA 2020 oleh K/L dan
seperti apakah sikap Komisi-komisi DPR dalam mengevaluasi mitra kerja mereka?
Kritiskah mereka atau hanya datar-datar saja?
Melalui penelurusan Lapsing rapat-rapat Komisi dengan K/L mitra kerjanya yang
diunggah pada laman www.dpr.go.id maupun media lainnya selama MS III ditemukan
bahwa tidak semua Komisi melakukan evaluasi serapan anggaran TA 2020 oleh K/L mitra
kerjanya (selengkapnya lihat Lampiran Tabel 5).
14 https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210225134929-92-610812/buruh-minta-jokowi-tunda-implementasi-pp-
turunan-uu-ciptaker 15https://tirto.id/sri-mulyani-perkirakan-realisasi-belanja-apbn-2020-mentok-964-f7Ct
30
Berdasarkan data-data pada Tabel 5 dapat disimpulkan hal-hal seperti berikut: pertama,
selama MS III, dari 11 Komisi yang dimiliki DPR, hanya 8 Komisi melakukan evaluasi atas
realisasi anggaran TA 2020. Ke-8 Komisi itupun tidak melakukan pengawasan terhadap
seluruh mitranya.
Kedua, terhadap realisasi anggaran K/L TA 2020 ada Komisi-komisi yang tidak serius
melakukan pengawasan. Misalnya Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas Batam yang serap anggarannya relative rendah yaitu hanya
77,04% justru diapresiasi oleh Komisi V. Demikian juga dengan Badan Pengusahaan
Pelabuhan Sabang yang serap anggarannya hanya 65,12%, Komisi V menerima begitu
saja penjelasannya.
Ketiga, pada Pidato Penutupan MS III TS 2020/2021 tanggal 10 Februari 2021, Ketua
DPR, Puan Maharani menyatakan bahwa DPR dapat memahami capaian realisasi
anggaran K/L TA 2020 yang sangat dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 dan dampaknya.
Puan juga menyatakan bahwa pemerintah perlu melakukan refocusing dan
penghematan untuk memenuhi kebutuhan APBN dalam penanganan vaksin, di mana
anggaran vaksin sendiri saat ini ditaksir mencapai Rp70 triliun. Selain itu, refocusing dan
penghematan juga dilakukan guna mengakselerasi pemulihan sosial dan ekonomi
nasional dengan melanjutkan program prioritas nasional serta pemulihan pertumbuhan
ekonomi nasional.
Pernyataan Puan terkait Pemerintah perlu melakukan penghematan ternyata tidak
sejalan dengan rapat-rapat komisi dengan K/L mitra kerjanya, dimana beberapa komisi
prihatin dan menyesalkan atas terjadinya penurunan pagu alokasi anggaran pada TA
2021. Hal itu misalnya sikap Komisi I terhadap penurunan pagu anggaran TA 2021 untuk
Lemhannas dan Bakamla,16 Komisi IV juga menyesalkan pemotongan anggaran belanja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan TA 2021, Komisi IV meminta Pemerintah
c.q. Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi rencana penghematan sebesar
Rp519.378.525.000,00 (lima ratus sembilan belas miliar tiga ratus tujuh puluh delapan
juta lima ratus dua puluh dua lima ribu rupiah),17 Komisi V terhadap pemotongan
anggaran TA 2021 pada Kementerian Perhubungan.18 Hal seperti inilah yang sering
terjadi di DPR, apa yang dikatakan Pimpinan berbeda dengan pelaksanaannnya di
tingkat Komisi maupun para anggota.
b. Tindak Lanjut Temuan-temuan BPK
Menurut Pasal 112D ayat (1) UU No. 2/2018 tentang MD3, dan Pasal 76 Peraturan DPR
No. 1/2020 tentang Tata Tertib, alat kelengkapan DPR yang secara khusus ditugasi untuk
menelaah temuan-temuan BPK adalah Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN).
Dalam kedua peraturan perundangan tersebut ditegaskan bahwa tugas Badan
Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI adalah:
16 https://www.facebook.com/komisi1dprri/videos/1071083056648637/
https://www.youtube.com/watch?v=rooDoLtxcrg&feature=youtu.be 17 https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/K4-14-16bf0d225edc7fb68c05524244ea10d1.pdf 18 https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/K5-14-2cc3a402adaad8624be405d787a46bff.pdf
31
a). melakukan penelaahan terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan
kepada DPR;
b). menyampaikan hasil penelaahan sebagaimana dimaksud dalam huruf a kepada
komisi;
c). menindaklanjuti hasil pembahasan komisi terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK
atas permintaan komisi; dan
d). memberikan masukan kepada BPK dalam hal rencana kerja pemeriksaan tahunan,
hambatan pemeriksaan, serta penyajian dan kualitas laporan.
Disamping BAKN, menurut Pasal 59 ayat (4) huruf b Peraturan DPR No. 1/2020 tentang
Tata Tertib, Komisi-komisi juga bertugas membahas dan menindaklanjuti hasil
pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya.
Sebagai bahan telaahan oleh BAKN maupun pembahasan oleh Komisi-komisi DPR sesuai
dengan ruang lingkup tugasnya, pada 9 November 2020, Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna sudah menyerahkan Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2020 kepada Ketua DPR RI Puan Maharani dalam
rapat paripurna DPR.
Dalam IHPS tersebut BPK menemukan 6.702 permasalahan ketidakpatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari 6.702 permasalahan ketidakpatuhan
terdapat 4.051 permasalahan yang mengakibatkan kerugian sebesar Rp 1,79 triliun, 433
permasalan potensi kerugian sebesar Rp3,30 triliun, serta kekurangan penerimaan
sebanyak 925 permasalahan sebesar Rp3,19 triliun.19
Terkait Pendapatan, Biaya, dan Investasi BUMN hasil pemeriksaan menyimpulkan
bahwa 14 objek pemeriksaan pada 14 BUMN/anak perusahaan ditemukan
permasalahan-permasalahan yang perlu mendapat perhatian, antara lain: (1) Terdapat
inefisiensi harga pokok produksi kapal keruk dan kapal isap produksi PT Timah Tbk
selama tahun 2017 - Semester I tahun 2019 sebesar Rp426,50 miliar, karena biaya
penyusutan yang tinggi dan armada laut yang tidak beroperasi; dan (2) Terdapat piutang
pendapatan PT Perusahaan Gas Negara Tbk yang belum disepakati perhitungannya oleh
PT PLN sebesar Rp214,78 miliar, dari penyaluran gas ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas
dan Uap Muara Tawar dan denda keterlambatan pembayaran, serta piutang pelanggan
sebesar Rp3,04 miliar dan US$2,31 juta yang macet serta nilai jaminannya tidak
mencukupi.20
Sedangkan hasil pemeriksaan terhadap Pengelolaan Subsidi/Kewajiban Pelayanan Publik
atas 13 objek pemeriksaan di 14 entitas untuk subsidi energi, subsidi pupuk, subsidi
bunga kredit, dan Kewajiban Pelayanan Publik (KPP) di bidang angkutan umum, BPK
telah membantu menghemat pengeluaran negara sebesar Rp 2,27 triliun, karena jumlah
subsidi/KPP tahun 2019 yang harus dibayar pemerintah menjadi lebih kecil. BPK juga
melakukan perhitungan atas dana kompensasi yang diajukan oleh PT PLN dan PT
Pertamina, BPK membantu menghemat pengeluaran negara sebesar Rp 2,50 triliun.
Secara keseluruhan BPK telah membantu pemerintah untuk menghemat pengeluaran
negara sebesar Rp 4,77 triliun dengan cara koreksi nilai subsidi dan dana kompensasi
yang harus dibayar pemerintah kepada badan usaha. Selain itu hasil pemeriksaan
menyimpulkan bahwa pengelolaan subsidi/KPP telah dilaksanakan sesuai kriteria
19IHPS I Tahun 2020, Ringkasan Eksekutif, hlm. 3. 20 IHPS I Tahun 2020, Rngkasan Eksekutif, hlm. 12.
32
dengan pengecualian atas beberapa permasalahan pada 13 objek pemeriksaan.
Permasalahan yang perlu mendapat perhatian yaitu: (1) PT PLN belum optimal
melakukan pemeliharaan jaringan transmisi 500 kilovolt (kV) sehingga memicu
padam/blackout; (2) Kekurangan penerimaan PT Pertamina sebesar Rp31,38 triliun dan
PT AKR sebesar Rp52,85 miliar atas selisih harga jual eceran (HJE) formula dengan HJE
penetapan Pemerintah dalam penyaluran jenis bahan bakar tertentu (JBT) Minyak Solar
dan jenis bahan bakar khusus penugasan (JBKP) tahun 2019.21
Pertanyaannya adalah seperti apakah kinerja BAKN maupun Komisi-komisi menelaah
dan membahas serta menindaklanjuti temuan-temuan BPK pada IHPS I 2020 yang telah
disampaikan oleh BPK kepada DPR tersebut selama MS III?
Melalui penelusuran Lapsing rapat-rapat BAKN selama MS III yang diunggah pada laman
dpr.go.id, maupun media lainnya, FORMAPPI menemukan bahwa mengawali tugasnya
pada MS III TS 2020-2021, BAKN justru melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke berbagai
daerah22 tetapi fokusnya hanya terkait pelaksanaan subsidi energi.
Kegiatan BAKN lainnya adalah melakukan rotasi Pimpinan. Pada 28 Januari 2021, Wakil
Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menetapkan Wahyu Sanjaya dari Fraksi Partai
Demokrat sebagai Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI
menggantikan Marwan Cik Asan. Penetapan Ketua BAKN tersebut berdasarkan atas
surat dari Fraksi Demokrat tertanggal 20 Januari 2021 perihal Penyampaian Kebutuhan
Penugasan dalam Alat Kelengkapan Dewan dan surat dari BAKN tanggal 26 Januari 2021
perihal Permohonan Penetapan Ketua BAKN DPR RI. Kecuali itu, pada rapat BAKN
tanggal 3 Februari 2021, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad memimpin rapat
penetapan Hendrawan Supratikno sebagai Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan
Negara (BAKN) DPR RI menggantikan I Gusti Agung Rai Wirajaya. Penetapan Hendrawan
Supratikno sebagai Wakil Ketua BAKN DPR RI ini berdasarkan atas surat dari Fraksi Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan tertanggal 1 Februari 2021 perihal Permohonan
Penetapan Wakil Ketua BAKN DPR RI.
Penelaahan oleh BAKN atas temuan-temuan BPK baru dilakukan pada 4 Februari 2021
dalam Rapat Kerja Penelaahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksaan
Keuangan (BPK) dengan jajaran Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, dan
Kementerian BUMN. Namun yang ditelaah hanya khusus berkaitan dengan Kebijakan
Pengelolaan Subsidi Energi.23
Kegiatan BAKN selanjutnya adalah melakukan rapat konsultasi dengan BPK pada 9
Februari 2021. Kegiatan ini dilakukan di ruang Auditorium Gedung BPK untuk Rapat
Konsultasi terkait hasil pemeriksaan BPK atas Subsidi Energi. Pada rapat konsultasi
tersebut, Ketua BPK, Agung Firman Sampurna, menjelaskan bahwa subsidi energi
merupakan nilai yang sangat signifikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan pertanggungjawabannya dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).
Selama 2015-2020 APBN dan LKPP secara umum mengalami penurunan sangat
21 IHPS I TAHUN 2020, Ringkasan Eksekutif, hlm. 12-13. 22 Kunker BAKN selama MS III dilakukan ke Kabupaten Tangerang, Banten (15/1/2021); ke
Pemkab Sumedang (19/1/2021); ke Pemerintah Kota Cilegon, Banten (25/1/2021); ke jajaran Pemerintah Kota Cirebon, Jawa
Barat (1/2/2021, lihat https://www.dpr.go.id/berita/index/category/bakn ) 23https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/31683/t/Perbaikan+Tata+Kelola+dan+Sistem+Subsidi+Energi+Dinilai+Lebih+Penting+D
ibandingkan+Pengurangan+Subsidi.
33
signifikan dari tahun 2014. Dalam tahun 2017-2019, anggaran belanja subsidi energi
relatif mengalami kenaikan kembali karena kenaikan volume konsumsi LPG dan
kebijakan penyesuaian subsidi tetap solar tahun 2018.
Lebih lanjut Ketua BPK mengungkapkan beberapa temuan terkait dengan subsidi, di
antaranya anggaran subsidi yang fleksibel atau dapat melebihi anggaran yang
ditetapkan dan masalah penghitungan beban, kewajiban, serta tagihan subsidi antara
Pemerintah dan badan usaha operator. Selain itu, sesuai dengan Pasal 11 huruf a. UU
No. 15/2006 tentang BPK, BPK menyampaikan pendapat kepada Pemerintah. Pada
bulan Desember 2019, BPK telah menyampaikan pendapatnya mengenai Penetapan
Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Bersubsidi dan Tidak Bersubsidi serta
Pertanggungjawabannya oleh Pemerintah, di antaranya menyusun perangkat aturan
yang jelas terkait dengan Jenis Bahan Bakar Tertentu (JBT) Minyak Solar dan Menyusun
kebijakan khusus terkait dengan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Premium dengan
memperhatikan UU No. 19/2003 tentang BUMN, antara lain dengan membuat bentuk-
bentuk alternatif pemberian kompensasi termasuk perhitungan biaya dan HJE BBM yang
diketahui lebih awal selama tahun berjalan dan berdampak terhadap kekurangan
penerimaan Badan Usaha.24
Catatan Kritis:
Berdasarkan temuan data-data kegiatan BAKN selama MS III tersebut di atas dapatlah
dikatakan bahwa penelahaan temuan-temuan BPK oleh BAKN hanya difokuskan pada
masalah subsidi energi. Padahal BPK sudah memberikan saran kepada Pemerintah dan
sudah ada yang diaksanakan, sehingga kegiatan BAKN yang focus kepada masalah subsidi
energi adalah kegiatan yang mubasir. Sebaliknya, temuan-temuan lainnya, termasuk
kerugian Negara atas ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan oleh K/L
maupun BUMN luput dari perhatian. Kecuali itu, tidak semua Komisi melakukan penelaahan
melalui Raker/RDP atas temuan BPK yang menjadi ruang lingkup tugasnya.
Berdasarkan penelusuran terhadap laporan singkat rapat-rapat Komisi, Formappi hanya
menemukan dua Komisi yang memberikan perhatian terhadap temuan-temuan BPK, yaitu:
pertama, Komisi I mengapresiasi capaian kinerja Lemhanas, Wantannas, LPP TVRI dan LPP
RRI TA 2020 terhadap hasil pemeriksaan BPK dengan opini WTP. Sedangkan terhadap
Bakamla dan BSSN yang belum kunjung mendapatkan opini WTP dari BPK, Komisi I
mendorong agar terus berupaya untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka
mendapatkan opini WTP dari BKP tahun 2021; kedua, Komisi IV meminta Kementerian
Pertanian untuk meniadakan kegiatan-kegiatan yang tidak berdampak langsung pada
peningkatan produksi, dan kegiatan yang selalu menimbulkan masalah atau menjadi temuan
BPK menjadi kegiatan yang lebih baik dan bermanfaat untuk masyarakat. Terhadap Komisi I,
Formappi menyesalkan bahwa upaya yang dilakukan hanyalah sekedar mendorong K/L
untuk mendapatkan opini WTP dari BPK, lalu mau sampai mana dan kapan Komisi I terus
mendorong. Sikap seperti itu menimbulkan tanda tanya: tidakkah ada cara lain yang dapat
dilakukan Komisi agar K/L tersebut dapat lebih serius mengupayakan perolehan predikat
WTP dari BPK.
Yang juga menarik adalah saat Komisi V melakukan rapat koordinasi dengan Badan Keahlian
DPR RI (BKD), Komisi V meminta kepada Kepala BKD beserta jajaran untuk dapat
24 https://www.bpk.go.id/news/bpk-terima-kunjungan-bakn-untuk-bahas-hasil-pemeriksaan-bpk-atas-subsidi-energi
34
memberikan dukungan lebih optimal kepada Komisi V antara lain dengan memberikan
kajian secara lebih detail terhadap bahan-bahan rapat yang disampaikan oleh Mitra
Kerja Komisi V dan juga kajian mengenai Hasil Pemeriksaan BPK RI terhadap Mitra Kerja
Komisi V. Dengan adanya supporting system tersebut, Komisi-Komisi masih saja minim
menindaklanjuti hasil temuan-temuan BPK. Selain itu, Pemfokusan kegiatan BAKN pada
kegiatan subsidi energy menunjukkan BAKN gagap tugas, oleh karena itu BAKN patut
dibubarkan.
3. Pengawasan Terhadap Kebijakan Pemerintah
MS III berlangsung pada awal tahun kalendar dan tahun anggaran 2021. Kecuali itu juga
terjadinya pelantikan 6 menteri baru maupun 5 Wakil Menteri oleh Presiden Joko Widodo
pada 23 Desember 2020, yaitu: (1) Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menggantikan
Letjen TNI Purn, Terawan Agus Putranto; (2) Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Sandiaga Uno menggantikan Wisnutama; (3) Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas
menggantikan Jenderal TNI Purn. Fachrul Rozi; (4) Menteri Perdagangan M. Luthfi
menggantikan Agus Suparmanto; (5) Menteri Sosial Tri Rismaharini menggantikan Juliari
Peter Batubara yang terlibat korupsi Bansos 2020 di wilayah Jabodetabek; (6) Menteri
Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, menggantikan Eddy Prabowo yang terlibat
korupsi ekspor benih lobster. Kecuali itu dilantik pula para Wakil Menteri, yaitu: (1)
Muhammad Herindra sebagai Wakil Menteri Pertahanan; (2) Edward Omar Sharif Hiariej
sebagai Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; (3) Dante Saksono Harbuwono
sebagai Wakil Menteri Kesehatan; (4) Harvick Hasnul Qolbi sebagai Wakil Menteri Pertanian;
dan (5) Pahala Nugraha Mansury sebagai Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara.25
Sebagai masa sidang pembuka tahun kalendar dan awal tahun anggaran serta adanya 6
menteri dan 5 Wakil Menteri baru, sudah barang tentu terdapat kebijakan-kebijakan baru
pemerintah yang memerlukan pengawasan oleh DPR.
Berdasarkan lapsing rapat-rapat Komisi dengan mitra kerjanya, selama MS III, semua Komisi
(I s/d XI) ditemukan melakukan rapat-rapat pengawasan atas kebijakan pemerintah dengan
K/L mitra kerjanya melalui Rapat Kerja (Raker), Rapat Dengar Pendapat (RDP) maupun Rapat
Dengar Pendapat Umum (RDPU).
Kebijakan Pemerintah yang diawasi DPR selama MS III TS 2020-2021 ini lebih banyak
membahas tentang evaluasi kinerja K/L TA 2020 dan rencana program K/L TA 2021 yang
harus disesuaikan dengan adanya refocusing anggaran. Dengan adanya refocusing anggaran,
tentu diharapkan program dan kegiatan yang direncanakan Pemerintah dapat disesuaikan
dengan skala prioritas nasional terutama dalam penanganan pandemic Covid-19.
Terhadap program K/L tahun 2021, sikap DPR pun beragam. Berdasarkan penelusuran
laporan singkat, Formappi melihat sikap DPR terhadap program K/L tahun 2021 lebih banyak
bersifat formalitas. Hal itu misalnya DPR hanya mengatakan agar K/L meningkatkan
kinerjanya di tahun 2021 dan terhadap program K/L di tahun 2020 yang berjalan kurang baik
atau bermasalah agar tidak dilanjutkan di tahun 2021. Jika DPR melakukan pengawasan
terhadap program K/L dengan serius dari awal perencanaan hingga pelaksanaannya, maka
seharusnya program dan kegiatan K/L dapat berjalan dengan baik. Keseriusan DPR dalam
melakukan pengawasan sangat penting untuk memastikan program Pemerintah dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat.
25https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-jokowi-lantik-enam-menteri-baru-kabinet-indonesia-maju/
35
Program K/L di tahun 2021 juga terkait dengan penanganan Covid-19, seperti pelaksanaan
program Vaksinasi Nasional dan pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Kecuali itu, DPR juga harus tetap fokus dalam melakukan pengawasan terkait pembayaran
insentif tenaga kesehatan dan perselisihan klaim penanganan Covid-19 rumah sakit tahun
2020. Hal ini diperlukan agar pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama dalam
menangani pasien Covid-19 dapat berjalan dengan baik. Dengan dilantiknya Menteri
Kesehatan yang baru, DPR juga perlu memastikan semua kebijakan yang sudah berjalan
dengan baik tetap dipertahankan, sementara untuk kebijakan yang kurang baik sebaiknya
segera dicarikan solusi. Pandemi yang belum berakhir ini memerlukan kebijakan-kebijakan
yang tepat, maka pengawasan yang ekstra juga perlu dilakukan DPR agar dapat mencegah
terjadi penyimpangan atau pelanggaran terhadap kebijakan tersebut.
Masih terkait dengan pandemic Covid-19, pada masa reses di MS III TS 2020-2021 Formappi
menemukan adanya rencana Komisi I untuk melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Qatar.
Kunjungan tersebut dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan terkait pelaksanaan
kebijakan Pemerintah dan APBN, termasuk mengetahui pelaksanaan tugas Duta Besar dan
perwakilan RI serta mengetahui pelaksanaan tugas perlindungan dan pelayanan terhadap
warga negara Indonesia dan badan hukum di Indonesia.26 Kunker ke luar negeri ditengah
pandemic ini pun menuai kritik, Formappi menilai kunker ke luar negeri di tengah pandemic
ini sangat sulit dipahami. Seharusnya DPR lebih fokus melakukan pengawasan di dalam
negeri yang masih banyak terdapat permasalahan yang perlu perhatian khusus. Pada
akhirnya rencana kunker Komisi I ke Qatar pun dibatalkan, dikarenakan protokol kesehatan
di negara yang akan dituju itu sangat ketat.27 Hal ini menggambarkan kacaunya
perencanaan kerja DPR, melakukan pengawasan di dalam negeri saja masih belum
maksimal malah tanpa beban ingin ke luar negeri.
Kebijakan Pemerintah berikutnya terkait dengan ekspor benih lobster yang masih dibahas
DPR hingga saat ini. Sebelumnya pada MS II TS 2020-2021 lalu kebijakan ini sudah dibahas.
Saat itu Komisi IV memberikan rekomendasi agar Kementerian Kelautan dan Perikanan
menghentikan kebijakan ekspor Benih Bening Lobster (BBL) ke luar negeri karena hingga
saat ini belum diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Penetapan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) sehingga hal tersebut membuka peluang terjadinya penyimpangan dan
pelanggaran. Benar saja, saat itu justru Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang
menjadi tersangka kasus tindak pidana korupsi terkait ekspor benih lobster ini. Maka
Formappi merasa heran jika rekomendasi DPR untuk menghentikan dan mencabut izin
ekspor benih lobster ini belum dilakukan oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan, apakah
DPR tidak bisa lebih keras lagi agar rekomendasinya benar-benar dilaksanakan oleh
Kementerian tersebut dengan menggunakan hak-haknya seperti hak interpelasi, hak angket
dan hak menyatakan pendapat. Upaya DPR dalam mencegah terjadinya penyimpangan dan
pelanggaran terhadap kebijakan pemerintah patut dipertanyakan.
Rapat-rapat Komisi dengan agenda pengawasan atas kebijakan pemerintah selama MS III
selengkapnya dapat disimak pada Lampiran Tabel 6.
26 https://nasional.kompas.com/read/2021/02/22/10583171/komisi-i-dpr-rencanakan-kunjungan-kerja-ke-qatar-di-tengah-
pandemi 27 https://nasional.tempo.co/read/1435630/komisi-i-dpr-batalkan-rencana-kunjungan-kerja-ke-qatar-ini-alasannya
36
4. Kinerja Timwas dan Tim Pemantau Bentukan DPR
Sebagaimana disampaikan oleh Ketua DPR, Puan Maharani pada Pidato Pembukaan MS III
TS 2020-2021 tanggal 11 Januari 2021, dalam rangka mengoptimalkan tugas-tugas
pengawasan, DPR RI juga akan melanjutkan tugas Tim Pemantau dan Tim Pengawas, serta
Panitia Kerja (Panja) yang dibentuk melalui Alat Kelengkapan Dewan. Pertanyaannya ialah
seperti apakah realisasi dari rencana kerja tersebut selama MS III ini? Melalui penelusuran
kegiatan DPR selama MS III, FORMAPPI justru menemukan penilaian salah satu anggota DPR
dari Fraksi Partai Demokrat, Nanang Samodra dalam interupsi pada Rapat Paripurna DPR
tanggal 11 Januari 2021. Dikatakannya bahwa Tim Pengawas Pelaksanaan Penanganan
Bencana yang dibentuk DPR tidak berjalan dengan baik selama pandemi Covid-19 dan
bencana alam lainnya berlangsung di Indonesia. DPR telah membentuk Timwas pelaksanaan
penanganan bencana pada tanggal 27 Februari 2020 yang beranggotakan 31 orang berasal
dari berbagai fraksi dan komisi, namun, pada kenyataannya Timwas ini seolah mati suri.
Sudah hampir satu tahun Timwas tersebut dibentuk DPR, semestinya pimpinan DPR dapat
menggalakkan kembali kegiatan Timwas tersebut. Oleh karena itu, melalui pimpinan
sekiranya Timwas ini bisa digalakkan kembali terlebih situasi negara membutuhkan kegiatan
itu.28 Atau jika memang Timwas tersebut tidak bisa bekerja dan memboroskan anggaran
maka selayaknya dibubarkan.
Terkait dengan pembangunan daerah perbatasan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) antara
lain telah mengeluarkan Inpres No. 1/2021 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi
pada Kawasan Perbatasan Negara di Aruk, Motaain, dan Skouw provinsi Papua. Sehubungan
dengan program tersebut, Menteri Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung telah
melakukan pertemuan virtual dengan kementerian/lembaga/terkait pada 19 Januari 2021.
Dalam pertemuan tersebut, Seskab menjelaskan tentang 19 Program kegiatan yang harus
dilakukan oleh Kementerian PUPR (6 Program Kegiatan), Kementerian Pertanian (5 Program
Kegiatan), Kementerian Kelautan dan Perikanan (3 Program Kegiatan), Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (3 Program Kegiatan), Kementerian Koperasi dan UKM (1 program
kegiatan), Kementerian Perhubungan (1 Program Kegiatan), serta Kementerian Komunikasi
dan Informatika (1 Program Kegiatan). Sehubungan dengan program-program
pembangunan daerah perbatasan di Provinsi Papua tersebut, Pramono Anung
menyampaikan bahwa Presiden mengharapkan serta meminta kepada
kementerian/lembaga (K/L) dan pemda yang diberikan tugas khusus tersebut untuk
melaksanakan instruksi Presiden tersebut selama 2 tahun.29
Terhadap program Pemerintah tentang pembangunan daerah perbatasan di provinsi Papua
ini, pada MS III, Timwas DPR tidak nampak merespon, apalagi mengawasinya.
Selama MS III ini, Formappi hanya menemukan Timwas Penanganan Bencana yang
melakukan kegiatan. Sedangkan Timwas yang lain maupun Tim Pemantau tidak ditemukan
data. Kegiatan Timwas Penanganan bencana tampak pada pemberian bantuan berupa
selimut, masker, alat swab antigen dan berbagai jenis bantuan lainnya ke Kabupaten
Sukabumi pada 19 Februari 2021. Pada kesempatan tersebut, Ketua Timwas Pelaksanaan
Penanganan Bencana DPR RI, Abdul Muhaimin Iskandar, meminta pemerintah dan pihak
terkait memberikan perhatian serius ke Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang kerap
28 https://nasional.kompas.com/read/2021/01/11/14213461/di-rapat-paripurna-timwas-penanganan-bencana-dpr-dikritik-
seperti-mati-suri 29 https://setkab.go.id/inilah-program-kegiatan-percepatan-pembangunan-ekonomi-pada-kawasan-perbatasan-negara-di-
skouw-sesuai-inpres-1-2021/
37
dilanda bencana. Ia meminta perhatian serius terutama kepada Menteri PUPR, dan kepada
teman-teman Komisi, baik itu Komisi V, Komisi IX, Banggar untuk memperhatikan secara
khusus emergency ini, terutama Huntara (Hunian Sementara) maupun hunian tetap sebagai
sarana relokasi korban musibah itu.30
Terkait Timwas maupun Tim Pemantau bentukan DPR yang oleh Ketua DPR dalam Pidato
Pembukaan MS III dijanjikan melakukan tugasnya dalam realitasnya hanya ada satu Tim
yang terberitakan melakukan kegiatan. Selebihnya tidak ditemukan data. Artinya janji Ketua
DPR tidak menjadi kenyataan atau tidak terbukti.
5. Uji Kelayakan dan Kepatutan Terhadap Calon Pejabat Publik
Selama MS III, DPR telah melakukan uji kelayakan dan kepatutan serta menetapkan calon-
calon pejabat publik sbb: (a) Proses Seleksi Calon Anggota Dewas LPP RRI oleh Pansel; (b)
Sembilan orang calon Komisioner Ombudsman Republik Indonesia (ORI); (c) Hakim Agung
dan Hakim adhoc; (d) calon tunggal Kapolri atas nama Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo;
(e) Uji Kelayakan dan Kepatutan Dewas BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.
a. Proses Seleksi Calon Anggota Dewas LPP RRI oleh Pansel
Pada 18 Januari 2021, Komisi I DPR mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan
Sekjen Kemenkominfo. Dalam RDP ini disimpulkan hal-hal berikut:
Pertama, Komisi I DPR telah mendengarkan penjelasan Sekjen Kemenkominfo RI
tentang Pansel Calon Anggota (Dewas) LPP RRI Periode 2021-2026 yang dibentuk atas
dasar Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 424 Tahun 2020 yang
memiliki reputasi, kapasitas, dan kompetensi di bidangnya masing-masing sebagai
berikut: (1) Prof. Dr. H. Ahmad M. Ramli S.H., M.H., FCBARB, Ketua merangkap Anggota,
dari unsur Pemerintah; (2) J.H. Philip M. Gobang, M.Si. Sekretaris merangkap Anggota,
dari unsur Pemerintah; (3) Zulfan Lindan, S.I.Pol., Anggota dari unsur Pemerintah; (4)
Prof. Dr. Henri Subiakto, S.H., M.A., Anggota dari unsur Pemerintah; (5) Ir. Kristiono,
Anggota dari unsur Masyarakat; (6) Raden Muhamad Samsudin Dajat Hardjakusumah
S.Sn., Anggota dari unsur Masyarakat; (7) Dr. Dadang Rahmat Hidayat, S.Sos., S.H., M.Si.,
Anggota dari unsur Universitas; (8) Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si., Anggota
dari unsur Universitas; (9) Prof. Dr. Arif Satria, S.P., MSi., Anggota dari unsur Universitas.
Kedua, Komisi I telah mendengarkan penjelasan Pansel Calon Dewas LPP RRI periode
2021-2026 dan seluruh rangkaian proses tahapan seleksi sebagai berikut: (a)
Persyaratan Pendaftaran Seleksi; (b) Timeline Pelaksanaan Seleksi; (c) Sampai dengan
penutupan pendaftaran seleksi Calon Anggota Dewas LPP RRI pada tanggal 12 Oktober
2020 terdapat total 672 Pendaftar, menghasilkan: (1) Lulus seleksi administrasi
sebanyak 184 peserta; (2) Lulus penilaian makalah sebanyak 45 peserta; (3) Seleksi
Asesmen Psikologis hanya dihadiri 44 dari 45 orang peserta; (4) Pelaksanaan Tes
Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) direncanakan akan dilaksanakan
pada tanggal 26 Januari 2021; (5) Permohonan rekam jejak kepada PPATK, KPK, BIN,
dan BNPT dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2020, serta masukan masyarakat
melalui email dari tanggal 2–19 Desember 2020.
30 https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/31890/t/javascript;
38
Ketiga, Komisi I meminta kepada Pansel Calon Dewas LPP RRI Periode 2021-2026 agar
dalam rangkaian proses tahapan seleksi dilakukan secara ketat, cermat, independen,
adil, serta membuka ruang partisipasi publik, untuk menghasilkan Calon Dewas LPP RRI
yang berkualitas, berintegritas, tidak terpapar oleh ideologi yang bertentangan dengan
Pancasila, serta professional hingga nantinya dapat menjadikan LPP RRI sebagai
Lembaga Penyiaran Publik yang kuat, mandiri, dan professional.
Keempat, Komisi I juga meminta Pansel menyertakan track record atau rekam jejak
dari 15 nama Calon Anggota Dewas LPP RRI Periode 2021-2026 yang diserahkan oleh
Menteri Kominfo RI kepada Presiden sesuai peraturan perundang-undangan.
b. Uji Kelayakan dan Kepatutan Calon Anggota Ombudsman RI
Pada 19 Januari 2021, Badan Musyawarah (Bamus) DPR menyerahkan pelaksanaan uji
kelayakan dan kepatutan terhadap 18 Nama Calon Komisioner Ombudsman RI (ORI)
periode 2021-2026 kepada Komisi II DPR. Ke-18 nama calon Komisioner ORI tersebut
diajukan oleh Presiden Joko Widodo kepada DPR melalui Surat Presiden bernomor
R/46/Presiden/12 Tahun 2020 pada tanggal 2 Desember 2020 dengan permintaan
dilakukan uji kelayakan dan kepatutan oleh DPR.
Atas dasar tersebut, antara tanggal 21-25 Januari 2021, Komisi II kemudian melakukan
RDPU dengan Ketua YLKI dan Ketua LSM Pemerhati Pelayanan Publik guna
mendapatkan masukan terkait calon anggota Ombudsman. Selanjutnya pada 26-27
Januari 2021, Komisi II melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap calon ORI
dengan hasil 9 nama yang lolos. Ke-9 nama calon Komisioner ORI tersebut selengkapnya
seperti berikut: (1) Mokh Najih, dosen Universitas Muhammadiyah Malang (ketua);
(2) Bobby Hamzar Rafinus, ASN Kemenko Perekonomian (wakil ketua); (3) Dadan
Suparjo, Anggota Ombudsman; (4) Hery Susanto, Direktur Operasi PT Grage
Nusantara Global; (5) Indraza Marzuki Rais, Kepala SPI PT Perikanan Nusantara
Persero; (6) Jemsly Modouw, dosen ISI Denpasar; (7) Johanes Widijantoro, dosen
Universitas Atmajaya Yogyakarta; (8) Robertus Na Endi Jaweng, peneliti dan
Pimpinan Komite Pemantauan Pelaksana Otonomi Daerah; dan (9) Yeka Hendra
Fatika, Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi.31
Kesembilan nama calon Anggota ORI hasil uji kelayakan dan kepatutan tersebut
kemudian diputuskan dan disetujui oleh Rapat Paripurna DPR pada 10 Februari
2021.
c. Calon Hakim Agung dan Hakim Adhoc Mahkamah Agung
Pada 16 Desember 2020, Ketua Komisi Yudisial (KY), Jaja Ahmad Jayus menyerahkan
nama-nama calon hakim agung (CHA) dan calon hakim ad hoc Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor) serta Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) di Mahkamah Agung ke DPR untuk
mendapatkan persetujuan. Penyerahan para calon hakim di MA itu diterima oleh
Pimpinan DPR Aziz Syamsudin dan Sufmi Dasco Achmad.32 Atas dasar penyerahan para
CHA tersebut maka pada 27 dan 28 Januari 2021, Komisi III DPR melakukan uji kelayakan
dan kepatutan terhadap CHA dimaksud.
31https://www.suara.com/news/2021/01/28/183100/komisi-ii-dpr-tetapkan-9-komisioner-baru-ombudsman-ri-ini-
daftarnya?page=2). 32 https://www.komisiyudisial.go.id/frontend/news_detail/1387/ky-sampaiakan-hasil-seleksi-tahap-akhir-cha-dan-ch-ad-hoc-
tipikor-dan-phi-di-ma-ke-dpr
39
Pada saat memimpin rapat uji kelayakan dan kepatutan terhadap para CHA tanggal 27
Januari 2021, Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Desmond J Mahesa menegaskan bahwa
Komisi III sangat hati-hati dalam memilih calon hakim dan tidak akan main-main.
Pihaknya tidak menginginkan keadilan dipermainkan dan negara dirugikan karena
putusan hakim yang tidak adil.
Di sesi pertama uji kelayakan dan kepatutan calon hakim dilakukan kepada dua orang
calon hakim, pertama Calon Hakim Industrial Andari Yuriko Sari dari latar belakang
akademisi, dan yang kedua Calon Hakim Pengadilan Pajak Triono Martanto, Desmon
menyampaikan, Hakim Pajak jangan sampai merugikan Negara dan mewanti-wanti agar
para hakim tidak main kongkalikong dengan pengemplang pajak.
Pada peradilan Hakim Industrial, Desmond menilai peradilan Mahkamah Agung tidak
bisa dikatakan bersih. Menurutnya para hakim cenderung memenangkan perkara para
pengusaha, dan para buruh yang lemah modal selalu dikalahkan.
Uji kelayakan dan kepatutan terhadap CHA tersebut Komisi III DPR memutuskan tiga
calon hakim ad hoc, yaitu: (1) Sinintha Yuliansih Sibarani sebagai calon hakim ad hoc
tindak pidana korupsi (sebelumya sebagai hakim ad hoc tindak pidana korupsi
Pengadilan Negeri Semarang); (2) Achmad Jaka Mirdinata sebagai Calon Hakim Ad Hoc
Hubungan Industrial (calon ini dari Unsur Asosiasi Pengusaha Indonesia/APINDO yang
bekerja sebagai Staf Hubungan Industrial Bagian SDM PT Perkebunan Nusantara VII; (3)
Andari Yuriko Sari dari latar belakang Ketua Pusat Studi Hubungan Industrial dan
Perlindungan Tenaga Kerja Fakultas Hukum Universitas Trisakti, sebagai calon hakim ad
hoc hubungan industrial.33 Sebaliknya calon tunggal Hakim Agung Ad Hoc Perpajakan
yang diusulkan KY atas nama Triyono Martanto ditolak Komisi III karena yang
bersangkutan patut diduga melakukan plagiat dalam penyusunan makalah.34
Keputusan hasil uji kelayakan dan kepatutan para CHA oleh Komisi III tersebut kemudian
dilaporkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 10 Februari 2021 dan disetujui secara
aklamasi.35
d. Calon Kapolri
Pada 13 Januari 2021, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengirimkan surat Presiden
kepada DPR Nomor R-02/Pres/01/2021 perihal Pemberhentian Jenderal Pol. Idham
Azis dan Pengangkatan Komjen Pol. Listyo Sigit Prabowo Dalam Jabatan Kapolri. Atas
dasar itu kemudian pada 20 Januari 2021 Komisi III melakukan uji kelayakan dan
kepatutan terhadap Komjen Listyo Sigit Prabowo. Dalam makalah berjudul
“Transformasi Menuju Polri yang Presisi” yang disampaikan dalam uji kepatutan di
Komisi III DPR, Listyo Sigit, akan memfokuskan transformasi Polri ke dalam 4 bagian:
33 Lihat Tsarina Maharani, "Komisi III DPR Setujui 3 Calon Hakim Ad Hoc MA Usulan KY" dalam
https://nasional.kompas.com/read/2021/01/28/17022041/komisi-iii-dpr-setujui-3-calon-hakim-ad-hoc-ma-usulan-ky’ Lihat
pula Sania Mashabi,
https://nasional.kompas.com/read/2020/11/26/19015251/13-calon-hakim-agung-dan-hakim-ad-hoc-di-ma-maju-ke-tahapan-
wawancara-di-ky?page=all#page2 34 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210127143107-32-599064/dpr-setop-tes-calon-hakim-agung-triyono-karena-
diduga-plagiat 35 https://nasional.kompas.com/read/2021/02/10/16075431/dpr-setujui-3-hakim-ad-hoc-mahkamah-agung
40
Pertama, transformasi di bidang organisasi; Kedua, transformasi di bidang
operasional; Ketiga, transformasi di bidang pelayanan publik; Keempat, transformasi
di bidang pengawasan. Pada pelaksanaan uji kelayakan dan kepatutan tersebut
Sembilan fraksi menyetujunya, dan pada 21 Januari 2021 diputuskan dalam Rapat
Paripurna hingga akhirnya pada 27 Januari 2021 dilantik dan diambil sumpahnya
sebagai Kapolri oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta.
e. Uji Kelayakan dan Kepatutan Dewas BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan
Di tengah ramainya pemberitaan tentang terjadinya korupsi di Badan Pengelola
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) sebesar Rp.43 triliun, pada
bulan Januari 2021, Komisi IX DPR melakukan uji kelayakan dan kepatutan tehadap
para calon anggota Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dan Dewas BPJS
Kesehatan. Hasil dan putusan rapat Komisi IX atas uji kelayakan dan kepatutan
tersebut kemudian dilaporkan dalam rapat paripurma DPR tanggal 10 Februari 2021.
Lima (5) orang yang terpilih menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan 2021-2026 terdiri
atas: Unsur pekerja: Yayat Syariful Hidayat dan Agung Nugroho; Unsur pemberi kerja
terdiri atas: Subchan Gatot dan Muhammad Adityawarman; serta unsur tokoh
masyarakat adalah Muhammad Iman Nuril Hidayat Budi Pinuji.
Sedangkan 5 (lima) orang yang terpilih sebagai anggota Dewas BPJS Kesehatan
periode 2021-2026 terdiri atas: Unsur pekerja: Indra Yana dan
Siruaya Utamawan; Unsur pemberi kerja terdiri atas: Iftida Yasar dan Inda Deryanne
Hasman (sebelumnya anggota Dewas BPJS Ketenagakerjaan); serta Unsur tokoh
masyarakat: Ibnu Naser Arrohimi.36
Catatan Kritis:
Terkait pelaksanaan uji kelayakan dan kepatutan calon-calon pejabat publik tersebut di atas
terdapat beberapa hal yang menarik untuk dicatat, antara lain seperti berikut: pertama,
ketika melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap CHA, Komisi III sangat kritis menguji
para calon yang diajukan oleh KY. Saking kritisnya, calon tunggal Hakim Agung atas nama
Triyono Martanto ditolak karena patut diduga melakukan plagiat dalam penyusunan
makalah. Sebaliknya terhadap calon tunggal Kapolri yang diajukan Presiden, makalahnya
dipuji-puji oleh Komisi III DPR; kedua, dalam uji kelayakan dan kepatutan terhadap calon
Dewas BPJS Kesehatan yang berasal dari Dewas BPJS Ketenagakerjaan atas nama Inda D
Hasman, diloloskan, padahal ketika terjadi dugaan korupsi di BPJS Ketenagakerjaan calon
yang disetujui menjadi anggota Dewas BPJS Kesehatan tersebut merupakan salah satu
anggota Dewas BPJS Ketenagakerjaan; Ini justru tidak ditolak oleh Komisi IX. Ketiga, dalam
pelaksanaaan uji kelayakan dan kepatutan ada yang dilakukan secara terbuka dan tertutup.
Keempat, melihat semua proses uji kelayakan dan kepatutan tersebut tampak tidak terjadi
konsistensi kekritisan antar Komisi-komisi di DPR.
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapatlah diambil beberapa kesimpulan seperti berikut:
pertama, terkait pelaksanaan Undang-undang, aturan turunan UU No. 11/2020 tentang Cipta
Kerja paling banyak diawasi oleh Komisi-komisi DPR pada MS III, tetapi dikritik oleh KSPI. Ini
36 https://nasional.kontan.co.id/news/dpr-setujui-anggota-dewas-bpjs-kesehatan-dan-bpjs-ketenagakerjaan?page=2
41
menunjukkan DPR gagal memperjuangkan aspirasi buruh dalam penyusunan PP turunan UU
Ciptaker.
Kedua, evaluasi terhadap realisasi serapan anggaran TA 2020 oleh K/L tidak semua Komisi
melakukannya. Selain itu, DPR juga tidak kritis atas rendahnya daya serap K/L tertentu dan
bahkan memberi apresiasi.
Ketiga, BAKN yang oleh UU MD3 secara khusus ditugasi melakukan telaahan atas temuan-
temuan BPK terhadap Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga Negara non Kementerian
(LKKL) yang sudah dilaporkan ke DPR tidak secara serius dilakukan. Sebaliknya BAKN hanya
melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) memantau pelaksanaan subsidi energi. Pemfokusan
kegiatan BAKN yang hanya khusus menyangkut subsidi energy menunjukkan bahwa BAKN gagap
tugas, karena itu layak dibubarkan.
Keempat, selama MS III TS 2020-2021 semua Komisi melakukan pengawasan terhadap kebijakan
pemerintah oleh K/L mitra kerjanya, Lebih dari itu, pengawasan bahkan dilakukan bukan saja
pada tingkat pengambil putusan dan kebijakan (Menteri maupun Kepala Lembaga Pemerintah
non Kementerian) tetapi juga pada tingkat pelaksana, yaitu para pejabat Eselon I K/L. Selain itu,
rekomendasi/permintaan yang berulang-ulang oleh Komisi tertentu pada mitra kerjanya
menunjukkan bahwa K/L yang bersangkutan mengabaikan rekomendasi DPR tetapi DPR tidak
menggunakan hak-hak konstitusionalnya seperti menggunakan hak interpelasi maupun hak
angket. Kecuali itu, masih saja ada Komisi yang melakukan rapat tertutup dengan mitra
kerjanya.
Kelima, dari sekian banyak Tim yang dibentuk DPR hanya ada satu Tim yang terlihat bekerja,
yaitu Timwas Penanganan Bencana. Itupun hanya berupa pemberian bantuan.
Keenam, fit and proper test terhadap calon-calon pejabat publik tidak semuanya kritis. Selain itu,
sebagian fit and proper test dilakukan secara tertutup, sehingga dapat menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan liar atau dugaan-dugaan negatif dari masyarakat. Untuk menghindarkan
munculnya hal-hal tersebut, seyogyanya semua proses fit and proper test dilaksanakan secara
terbuka.
42
V. BIDANG KELEMBAGAAN: “Perencanaan Buruk, Kinerja Buruk”
A. Pengantar
Pelaksanaan fungsi-fungsi DPR sebagai diuraikan di atas, dimana fungsi legislasi belum juga
berhasil menyusun dan menetapkan Prolegnas RUU Prioritas, fungsi anggaran tampak “sepi”,
dan pengawasan yang asal jalan, menggambarkan DPR belum menunjukkan greget dalam
bekerja. Padahal dalam ketiga fungsi itulah letak keutamaan DPR dalam menjalankan tugas-
tugas konstitusionalnya dalam kehidupan bernegara. Fungsi penting dan strategis DPR hingga
kini belum mampu membawa Indonesia ke arah yang jelas sebagaimana tujuan Negara yang
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Sebagai lembaga yang ikut menentukan kebijakan
melalui legislasi dan anggaran seharusnya DPR sungguh-sungguh bekerja sehingga kepenuhan
akan aturan-aturan hukum dan perundangan lainnya, serta pengalokasian anggaran yang tepat
dapat mendorong kemajuan Indonesia lebih cepat. Namun sering DPR justru berkutat di tempat
yang sama, karena terikat oleh kepentingan pribadi dan kelompoknya masing-masing. Misalnya,
untuk menentukan masuk tidaknya RUU Pemilu dalam Prolegnas menjadi penghambat
pengesahan daftar Prolegnas RUU Prioritas 2021. DPR masih belum mampu beranjak dengan
melepaskan kepentingan sendiri dan beralih mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara.
Sudah waktunya DPR secara sungguh-sungguh memiliki visi dan misi yang ideal hanya untuk
kemajuan Indonesia.
Demikian juga dalam bidang kelembagaan belum terjadi perubahan yang signifikan dalam
berkinerja. Dalam menyusun rencana kerja misalnya, DPR masih belum mampu secara jelas
menentukan arah atau apa yang akan dilakukan dalam suatu masa sidang sebagai guidance
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Sementara itu, Pimpinan DPR belum mampu
memisahkan antara pendapat pribadi dan menjadi jurubicara DPR meski sudah sering dikritik.
Komisi-Komisi DPR juga memiliki semangat yang berbeda antara yang satu dengan yang lain,
dimana ada kelompok Komisi yang rajin melakukan rapat namun ada juga yang kurang rajin.
Demikian juga dengan Badan-badan DPR, ternyata hanya dua badan DPR yakni Baleg dan BKSAP
yang terpantau melakukan rapat-rapat dalam melaksanakan tugasnya. Evaluasi bidang
kelembagaan akan diakhiri dengan evaluasi kehadiran anggota DPR dalam Rapat Paripurna
sebelum ditutup dengan kesimpulan.
B. Perencanaan DPR
Rencana kerja DPR biasanya dirumuskan dan dituangkan dalam Keputusan Rapat Badan
Musyawarah (Bamus) DPR atau Rapat Konsultasi Pengganti Rapat Bamus, yang selanjutnya
disebut Rapat Bamus. Kemudian Ketua DPR akan menyampaikan pokok-pokok rencana kerja
tersebut dalam setiap Pidato Pembukaan MS. Namun seringkali terjadi perbedaan antara
rencana kerja yang dirumuskan dalam Keputusan Rapat Bamus atau Rapat Konsultasi Pengganti
Rapat Bamus dan rencana kerja yang disampaikan oleh Ketua DPR dalam Pidato Pembukaan MS.
Perbedaan rencana keduanya seyogyanya tidak perlu terjadi karena Ketua Bamus dan Ketua
DPR adalah orang yang sama karena Ketua DPR secara ex-officio menjadi Ketua Bamus. Pidato
Ketua DPR mestinya berpedoman pada Keputusan Bamus sehingga secara substansial pokok-
pokok rencana kerja tidak terjadi perbedaan. Kalaupun terdapat perbedaan hanya menyangkut
43
rincian lebih lanjut dari substansi pokok-pokok rencana kerja dalam Keputusan Bamus yang
disesuaikan dengan dinamika kepentingan nasional.
Bila berkaca pada MS III ini, Keputusan Rapat Bamus tidak mencantumkan rencana kerja untuk
menyusun dan menetapkan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) RUU Prioritas sebagaimana
yang disebut dalam Pidato Ketua DPR dalam Pembukaan MS. Padahal penetapan Prolegnas RUU
Prioritas tahun 2021 sangat penting karena tanpa Prolegnas RUU Prioritas akan berakibat tidak
jalannya fungsi legislasi. Mengapa Rapat Bamus sampai lalai mencantumkan rencana kerja
penyusunan dan penetapan Prolegnas RUU Prioritas itu, yang sampai MS III belum juga berhasil
ditetapkan DPR. Yang juga tidak masuk akal adalah ketika Prolegnas RUU Prioritas 2021 belum
ditetapkan, Bamus dan Pidato Ketua DPR pada Pembukaan MS sidang sudah menetapkan
rencana pembahasan RUU. Lalu pembahasan RUU-RUU tersebut mengacu pada apa, sebab
Prolegnas RUU Prioritas sendiri belum ditetapkan DPR.
Demikian juga dengan bidang anggaran, Rapat Bamus menentukan bahwa rencana kerja bidang
anggaran dalam MS III adalah mengevaluasi pelaksanaan APBN Tahun 2020, sedangkan Pidato
Ketua DPR menyebutkan bahwa alat kelengkapan Dewan akan terus memperkuat pelaksanaan
APBN Tahun 2021. Meskipun keduanya berbeda tetapi secara ajaib keduanya dilaksanakan oleh
alat kelengkapan Dewan. Entah kebetulan atau karena sudah terlanjur disampaikan ke publik
maka mau gak mau harus dilaksanakan.
Dalam bidang pengawasan juga ada perbedaan antara keduanya. Rapat Bamus menyebutkan
bahwa DPR akan menindaklanjuti hasil kunjungan kerja perseorangan maupun kunjungan kerja
Tim pada saat Reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2020-2021, tetapi rencana ini tidak
disebutkan dalam Pidato Ketua DPR dalam Pembukaan MS. Padahal setiap hasil kunjungan pada
saat reses suatu MS (serap aspirasi) harus dilaporkan pada Pembukaan MS berikutnya. Ini
penting, bukan saja karena untuk memenuhi ketentuan UU tetapi juga sebagai
pertanggungjawaban anggota DPR kepada konstituennya.
Perbedaan-perbedaan tersebut diatas menunjukkan perencanaan DPR yang tidak matang dan
asal-asalan. Apa yang dirumuskan dalam Rapat Bamus terkesan copy paste karena isinya
cenderung sama dari MS ke MS. Bahkan sampai lupa mengganti tahun, yang seharusnya 2021
ternyata masih tercantum 2020. Untuk melengkapi hal-hal yang seharusnya masuk dalam
rencana Bamus tapi belum diatur, akhirnya Ketua DPR berimprovisasi dengan menambah hal-hal
yang seharusnya dilakukan pada MS III. Namun seringkali improvisasinya berlebihan sehingga
keluar dari konteks yang telah dirumuskan Rapat Bamus. Di masa mendatang, DPR harus
menghentikan kekacauan perencanaan ini, dan mulai merumuskan rencana yang terstruktur
sehingga arah kinerja DPR menjadi jelas dan goal atau target dapat dicapai.
C. Pimpinan
Pimpinan DPR merupakan orang-orang yang terpilih untuk jabatannya, karenanya semestinya
mereka yang duduk disini memiliki kapabilitas, akuntabilitas, dan integritas yang sudah teruji.
44
Dan yang terpenting adalah kemampuan menjadi jurubicara DPR sebagai lembaga yang
berhadapan dengan Pemerintah. Sebagai jurubicara DPR, Pimpinan harus mampu mewakili
semua suara dan sikap anggota DPR yang berasal dari berbagai fraksi (partai politik) dan resmi
berdasarkan hasil keputusan Rapat DPR baik secara musyawarah maupun pemungutan suara
(voting). Jadi Pimpinan DPR tidak boleh sembarangan bicara dalam keadaan jabatan itu masih
disandangnya ketika menyampaikan pendapat. Bila itu pendapat pribadi atau mewakili fraksi
atau partainya, semestinya jabatan sebagai pimpinan tidak disebutkan. Ini untuk menghindari
kerancuan dan bias pendapat antara sebagai Pimpinan DPR dan pribadi (termasuk sebagai wakil
fraksi atau partai).
Semua pihak pasti bisa memaklumi jika Pimpinan DPR menyampaikan rasa dukacita, simpati,
dan empati terhadap korban dalam berbagai peristiwa dan bencana akhir-akhir ini, seperti
jatuhnya pesawat Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu, gempa di Sulawesi Barat, banjir bandang di
Kalimantan Selatan, tanah longsor di Sumedang, dan banyak peristiwa lainnya. Misalnya ucapan
dukacita mendalam yang disampaikan Ketua DPR RI Puan Maharani terhadap keluarga korban
jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Jakarta-Pontianak.37 Demikian juga ungkapan dukacita
yang disampaikan Wakil Ketua DPR RI Korbid Polkam M. Azis Syamsuddin38 dan Wakil Ketua DPR
RI Rachmat Gobel.39 Baik secara pribadi maupun atas nama lembaga DPR, ucapan Pimpinan DPR
dapat diterima secara manusiawi.
Namun dalam hal lain tentu harus dibedakan. Mengenai isu revisi UU Pemilu misalnya, dalam
pernyataan pertama Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang (Korbid) Politik dan Keamanan
(Polkam) M. Azis Syamsuddin menyebutkan pembahasan RUU Pemilu relevan dan penting
dilakukan dalam rangka menyempurnakan sistem demokrasi dan politik Indonesia.40 Namun
belakangan M. Azis Syamsuddin menyatakan bahwa usai melakukan konsolidasi dan menyerap
aspirasi, Golkar lebih mengutamakan untuk menarik dan mengikuti amanah Undang-Undang
mengenai Pilkada secara serentak dilaksanakan di tahun 2024. Hal itu guna mengedepankan
kepentingan bangsa dan negara yang saat ini sedang melakukan pemulihan ekonomi di masa
pandemi.41
Terhadap hal ini dapat diberi catatan sebagai berikut. Pertama, dalam kedua pernyataan itu
disebutkan M. Azis Syamsuddin sebagai Wakil Ketua DPR RI Korbid Polkam, artinya
mengatasnamakan Pimpinan DPR sehingga apa yang disampaikan seharusnya “pendapat” DPR.
Namun dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Kedua, secara substansi kedua
pernyataannya berbeda bahkan saling bertentangan sehingga membingungkan dan publik akan
menilai DPR tidak konsisten. Ketiga, dalam pernyataan pertama tidak mengatasnamakan partai
manapun, tetapi pernyataan kedua secara jelas menyatakan bahwa itu adalah sikap Golkar.
Kesimpangsiuran informasi yang disampaikan ke publik dengan mengatasnamakan lembaga DPR
seperti itu dapat menggerus kepercayaan publik terhadap DPR sekaligus tidak baik untuk
37 https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/31243/t/Puan+Maharani+Berduka+Atas+Hilangnya+Pesawat+Sriwijaya 38 https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/31273/t/Pimpinan+DPR+Apresiasi+Kinerja+Tim+Pencarian+dan+Evakuasi+Sriwijaya+Air 39 https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/31279/t/Jatuhnya+Sriwijaya+Air+adalah+Duka+Bagi+Seluruh+Masyarakat 40 https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/31732/t/Azis+Syamsuddin%3A+Revisi+UU+Pemilu+Perkuat+Kualitas+Demokrasi 41 https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/31763/t/Baleg+Berwenang+Tarik+Draf+RUU+Pemilu+dari+Prolegnas
45
pendidikan politik bagi rakyat. Jadi ke depan Pimpinan DPR mesti bijak kapan harus
menempelkan predikat sebagai Pimpinan DPR, atau melepaskan predikat itu semisal ketika
menjadi wakil fraksi/partai, maupun secara pribadi sebagai anggota DPR.
D. Komisi
Kinerja Komisi dan Badan yang dimiliki oleh DPR secara substansial sudah dijelaskan didepan
dalam masing-masing pelaksanaan fungsinya, yakni fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.
Dari sudut pandang kelembagaan, Komisi dan Badan DPR akan dijelaskan secara kuantitas
mengenai apa saja yang telah dilakukan. Sejauh hasil penelusuran Formappi terhadap lapsing,
secara keseluruhan terdapat 153 rapat yang dilakukan Komisi dan Badan DPR selama MS III TS
2020-2021. Semua Komisi DPR (I s/d XI) ditemukan melakukan rapat-rapat, sementara hanya
dua Badan DPR (BKSAP dan Baleg) yang ditemukan melakukan rapat. Sementara BAKN, MKD,
dan Banggar sama sekali tidak ditemukan kegiatan rapatnya.
Dari keseluruhan rapat-rapat (153 rapat), ada 20 (13,07%) rapat yang sifatnya tertutup dan 133
lainnya (86,93%) bersifat terbuka (Lihat Tabel 7). Memang tidak bisa dipungkiri masih terjadi
rapat-rapat tertutup dan itu dapat dipahami bila masih dalam batas kewajaran karena
menyangkut masalah internal dan rahasia negara. Namun adanya rapat tertutup mengenai
kebijakan bagi rakyat, seperti yang dilakukan Komisi II, III dan VIII, tentunya susah diterima.
Adalah hal yang aneh, mengapa pihak yang dibahas kepentingannya justru tidak boleh
mengetahuinya. Misalnya Komisi II, dari 11 (sebelas) rapat yang dilakukan ternyata 6 (enam)
diantaranya dilakukan secara tertutup atau lebih banyak dari rapat terbuka yang hanya 5 (lima)
kali rapat. Dari enam kali rapat tertutup itu antara lain membicarakan uji kelayakan dan
kepatutan terhadap 18 calon anggota ORI 2021-2026, pembahasan RUU tentang Perubahan atas
UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN, dan penjelasan atau penyampaian perkembangan
penyesuaian 13 RUU tentang Provinsi. Bahkan Komisi III mengadakan Rapat Dengar Pendapat
(RDP) tertutup untuk mendapat masukan terkait dengan uji kelayakan calon Kapolri. Sementara
Komisi VIII melakukan rapat tertutup untuk membahas DIM RUU tentang Penanggulangan
Bencana.
Tabel 7. Rapat-rapat Komisi dan Badan DPR MS III TS 2020-2021
Komisi
Jenis Rapat Sifat Rapat Jumlah
Rapat Raker RDP RDPU Rakor Rapim Internal Pleno Fit&proper
test Panja Tertutup Terbuka
I 2 6 1 0 1 1 0 0 5 3 13 16
II 2 1 2 0 0 4 0 2 0 6 5 11
III 1 3 0 0 0 0 2 3 0 2 7 9
IV 6 10 1 0 0 0 0 0 0 0 17 17
V 4 8 0 1 0 0 0 0 0 0 13 13
VI 5 2 1 0 0 0 0 0 0 0 8 8
VII 2 10 0 0 0 0 0 0 0 3 9 12
VIII 5 0 0 1 1 3 0 0 1 4 7 11
IX 10 0 1 0 0 1 0 5 0 1 16 17
X 4 8 6 1 0 0 0 0 0 0 19 19
XI 5 5 1 0 0 0 0 0 0 1 10 11
Baleg 1 0 4 0 0 2 0 0 0 0 7 7
BKSAP 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2
Total 47 53 19 3 2 11 2 10 6 20 133 153
46
Sumber: Laporan singkat (Lapsing) rapat-rapat yang dilakukan Komisi dan Badan DPR
sebagaimana ditemukan dalam laman www.dpr.go.id
Masih terkait rapat-rapat Komisi DPR, Komisi X paling banyak melakukan rapat yakni 19
(sembilan belas) kali rapat dan semuanya bersifat terbuka. Untuk itu kita perlu memberi
apresiasi kepada Komisi X yang menjadi Komisi terajin dalam MS III ini sekaligus contoh
penerapan transparansi. Sementara Komisi VI adalah Komisi yang paling sedikit melakukan rapat
yakni hanya 8 (delapan) kali rapat tetapi semuanya terbuka. Yang menjadi persoalan adalah
mengapa terjadi perbedaan jumlah rapat yang signifikan, dimana Komisi VI melakukan rapat
kurang dari setengah yang dilakukan Komisi X. Padahal keduanya memiliki fungsi dan tugas yang
sama, yakni legislasi, anggaran, dan pengawasan meski sektor mereka berbeda. Apakah
perbedaan sektor itu (tergantung isu yang sedang berkembang) yang menyebabkan terjadinya
perbedaan atau memang kemampuan Komisi yang tidak berimbang.
E. Badan-badan
Badan-badan DPR lain lagi, jika Komisi semuanya melakukan rapat maka berdasarkan laporang
singkat (lapsing) yang dimuat dalam dpr.go.id tidak semua Badan DPR ditemukan melakukan
rapat. Badan Legislasi (Baleg) menjadi Badan DPR yang terbanyak melakukan rapat yakni
sebanyak 7 (tujuh) kali. Meski demikian, Baleg belum mampu menuntaskan penyusunan
Prolegnas RUU Prioritas 2021 hingga kini. Banyaknya rapat juga ternyata tidak menjamin
produktivitas tinggi. Sementara itu, BKSAP (Badan Kerja Sama Antar Parlemen) hanya melakukan
2 (dua) kali rapat. Yang membuat kita bertanya-tanya adalah tidak ditemukannya BAKN (Badan
Akuntabilitas Keuangan Negara) dan Banggar (Badan Anggaran) dalam lapsing melakukan rapat-
rapat. Padahal salah satu agenda DPR dalam MS III ini adalah mengevaluasi pelaksanaan APBN
Tahun Anggaran 2020. Kegiatan BAKN baru ditemukan dalam berita (bukan lapsing), dimana
kegiatan itupun hanya menyangkut pelantikan Pimpinan BAKN dan kegiatan melakukan
kunjungan kerja (lihat evaluasi bidang pengawasan). Tugas utama BAKN yakni menelaah Ikhtisar
Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) dan temuan-temuan BPK ternyata terabaikan.
F. Kehadiran Anggota DPR Dalam Rapur
Keputusan Rapat Konsultasi Pengganti Rapat Bamus tanggal 3 Desember 2020 mengagendakan
5 (lima) rapat paripurna (Rapur) tetapi DPR hanya menggunakan 3 (tiga) Rapur saja. Dari 3 (tiga)
Rapur yang terlaksana tersebut, terjadi kenaikan kehadiran anggota DPR yang cukup lumayan.
Kehadiran rata-rata anggota DPR pada setiap Rapur sepanjang MS III TS 2020-2021 sebanyak
367 anggota atau 63,83% dari seluruh jumlah anggota DPR (lihat Tabel 8). Artinya ada kenaikan
sekitar 11,89 % dari kehadiran rata-rata anggota DPR pada MS II TS 2020-2021 yang hanya
sebesar 51,94%. Tentu ini menjadi pertanda baik dimana anggota DPR semakin menganggap
penting kehadirannya dalam setiap Rapur. Semoga kehadiran itu semakin meningkat di MS-MS
yang akan datang sehingga tidak ada lagi anggapan bahwa anggota DPR malas bersidang.
47
Tabel 8. Kehadiran Anggota DPR pada Rapur
No. RAPUR JUMLAH
ANGGOTA
HADIR %
Fisik Virtual Ijin**) Total
1. Pembukaan MS III 11
Januari 2021
575 73 310 0 383 66,61
2. Rapur 21 Januari 2021 575 91 204 47 342 59,48
3. Penutupan MS III 10
Februari 2021
575 105 260 12 377 65,56
Rata-rata 575 367 63,83
Keterangan: *) diolah dari berbagai sumber
**) Ijin dianggap hadir
Namun demikian kehadiran anggota DPR dalam Rapur itu bukan tanpa masalah. Pertama,
anggota DPR yang ijin dimasukkan atau dianggap mengikuti Rapur. Anggapan angota DPR yang
ijin tetapi dihitung hadir menjadikan jumlah kehadiran anggota DPR menjadi semu. Selain itu,
anggota DPR yang ijin tersebut akan tetap mendapatkan uang atau tunjangan rapat sehingga
menjadikannya kehadiran dan tunjangan fiktif. Kedua, persoalan kehadiran anggota DPR secara
virtual dalam rapat, karena bisa saja anggota hanya memperlihatkan gambar sementara dirinya
entah ada dimana. Jadi untuk memastikan bahwa anggota DPR itu benar-benar hadir meski
secara virtual, harus join dengan video.
G. Kesimpulan dan Rekomendasi
Pertama, perencanaan DPR kacau karena antara substansi Pidato Ketua DPR dalam Pembukaan
MS dan Keputusan Rapat Konsultasi Pengganti Bamus masih berbeda. Selain Keputusan Bamus
tidak lengkap dan bahkan hanya merupakan copy paste dari keputusan Bamus MS yang lalu,
Ketua DPR juga sering berimprovisasi bahkan agak lebay sehingga keluar konteks dari rencana
kerja yang ditetapkan Rapat Bamus. Perencanaan yang tidak jelas dapat berdampak buruk pada
capaian target atau hasil kinerja DPR.
Kedua, meskipun sudah sering dikritik Pimpinan DPR tetap tak bergeming. Mereka sering
berbicara ke publik tanpa membedakan apakah waktu berbicara itu dalam kapasitas sebagai
apa, Pimpinan atau pribadi.
Ketiga, terdapat gap yang signifikan dalam kegiatan rapat antar Komisi. Meski memiliki tugas
dan fungsi yang sama tetapi ada Komisi yang sering rapat dan ada yang jarang rapat.
Kemungkinan faktor sektor dan isu yang menjadi penyebabnya.
Keempat, dari semua badan DPR hanya Banggar yang tidak tampak mengadakan rapat, padahal
focus kinerja DPR pada MS III ini adalah mengevaluasi pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2020.
Kelima, kehadiran anggota DPR pada Rapur dalam MS III lumayan membaik dibandingkan
dengan MS II. Namun demikian patut disayangkan ketika anggota yang ijin dianggap hadir
48
sehingga menciptakan kehadiran dan tunjangan fiktif. Demikian pula soal kepastian kehadiran
anggota DPR dalam rapat secara virtual, mungkin juga ada yang fiktif. Di MS-MS yang akan
datang kehadiran anggota DPR pada Rapur diharapkan lebih baik lagi.
49
VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pertama, kinerja legislasi MS III masih melanjutkan tradisi kinerja DPR yang buruk dari masa
sidang-masa sidang di tahun sebelumnya. DPR gagal menjadikan MS III sebagai momentum
untuk membangkitkan optimisme dalam meningkatkan kinerja legislasi. MS III justru
memunculkan pesimisme sejak awal bahwa kinerja DPR di tahun 2021 tak akan lebih baik dari
tahun sebelumnya. Ada banyak alasan yang menyebabkan buruknya kinerja legislasi DPR di MS
III. Mulai dari tata kelola perencanaan yang buruk hingga sabotase kepentingan politik yang
menghambat laju pengesahan Prolegnas Prioritas. Kepatuhan DPR pada Presiden juga
menambah runyamnya pelaksanaan fungsi legislasi DPR. DPR seolah-olah tanpa wibawa di
hadapan keinginan Presiden atas beberapa RUU.
Kedua, kinerja anggaran MS III ada peningkatan dibandingkan MS I dan MS II TS 2020-2021
dalam membahas serap anggaran K/L tahun 2020, namun masih ada Komisi DPR yang malas
melakukan rapat yakni Komisi II, IX dan XI. Terhadap serapan anggaran K/L tahun 2020 yang
masih rendah nampaknya DPR tidak tegas dan bahkan mengabaikan pakem reward dan
punishment. Demikian juga pembahasan refocusing dan realokasi belanja K/L TA 2021 menjadi
tak memiliki makna, sebab kewenangan penentuan alokasi pagu anggaran K/L berada di bawah
kendali Menteri Keuangan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 angka (1) huruf (a) dan Pasal 10
ayat (3) PMK Nomor 208/PMK.02/2020 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran
2021. Sikap DPR yang cenderung tidak kritis menambah dugaaan bahwa DPR sudah tak berdaya
dihadapan pemerintah. Bukan hanya itu, dalam pembahasan perubahan anggaran PEN tahun
2021 sikap DPR hanya mengikuti keinginan pemerintah.
Ketiga, kinerja bidang pengawasan terkait pelaksanaan Undang-undang, aturan turunan UU No.
11/2020 tentang Cipta Kerja paling banyak mendapat perhatian Komisi-komisi DPR. Meski
demikian, KSPI mengkritiknya karena DPR dianggap gagal memperjuangkan aspirasi buruh
dalam penyusunan PP turunan UU Ciptaker. Kemudian, pengawasan terhadap realisasi serapan
anggaran TA 2020 oleh K/L tidak semua Komisi melakukannya. Selain itu, DPR juga tidak kritis
atas rendahnya daya serap K/L tertentu dan bahkan memberi apresiasi. BAKN yang oleh UU
MD3 secara khusus ditugasi melakukan telaahan atas temuan-temuan BPK terhadap Laporan
Keuangan Kementerian dan Lembaga Negara non Kementerian (LKKL) yang sudah dilaporkan ke
DPR tidak secara serius dilakukan. Sebaliknya BAKN hanya melakukan Kunjungan Kerja (Kunker)
memantau pelaksanaan subsidi energi. Pemfokusan kegiatan BAKN yang hanya khusus
menyangkut subsidi energy menunjukkan bahwa BAKN gagap tugas, karena itu layak
dibubarkan.
Sementara itu, selama MS III TS 2020-2021 semua Komisi melakukan pengawasan terhadap
kebijakan pemerintah oleh K/L mitra kerjanya, bahkan ada pengawasan yang dilakukan bukan
saja pada tingkat pengambil putusan dan kebijakan (Menteri maupun Kepala Lembaga
Pemerintah non Kementerian) tetapi juga pada tingkat pelaksana, yaitu para pejabat Eselon I
K/L. Selain itu, rekomendasi/permintaan yang berulang-ulang oleh Komisi tertentu pada mitra
kerjanya menunjukkan bahwa K/L yang bersangkutan mengabaikan rekomendasi DPR tetapi
DPR tidak menggunakan hak-hak konstitusionalnya seperti menggunakan hak interpelasi
50
maupun hak angket. Yang juga patut disayangkan, masih saja ada Komisi yang melakukan rapat
tertutup dengan mitra kerjanya.
Selain itu, dari sekian banyak Tim yang dibentuk DPR hanya ada satu Tim yang terlihat bekerja,
yaitu Timwas Penanganan Bencana. Itupun hanya berupa pemberian bantuan. Kemudian terkait
fit and proper test terhadap calon-calon pejabat publik tidak semuanya kritis. Bahkan sebagian
fit and proper test dilakukan secara tertutup, sehingga dapat menimbulkan pertanyaan-
pertanyaan liar atau dugaan-dugaan negatif dari masyarakat. Untuk menghindarkan munculnya
hal-hal tersebut, seyogyanya semua proses fit and proper test dilaksanakan secara terbuka.
Keempat, secara kelembagaan perencanaan DPR kacau karena antara substansi Pidato Ketua
DPR dalam Pembukaan MS dan Keputusan Rapat Konsultasi Pengganti Bamus masih berbeda.
Selain Keputusan Bamus tidak lengkap dan bahkan hanya merupakan copy paste dari keputusan
Bamus MS yang lalu, Ketua DPR juga sering berimprovisasi bahkan agak lebay sehingga keluar
konteks dari rencana kerja yang ditetapkan Rapat Bamus. Perencanaan yang tidak jelas dapat
berdampak buruk pada capaian target atau hasil kinerja DPR. Sementara itu, meskipun sudah
sering dikritik Pimpinan DPR tetap tak bergeming. Mereka sering berbicara ke publik tanpa
membedakan apakah waktu berbicara itu dalam kapasitas sebagai apa, Pimpinan atau pribadi.
Selain itu, terdapat gap yang signifikan dalam kegiatan rapat antar Komisi. Meski memiliki tugas
dan fungsi yang sama tetapi ada Komisi yang sering rapat dan ada yang jarang rapat.
Kemungkinan faktor sektor dan isu yang menjadi penyebabnya. Demikian juga dengan Badan-
badan DPR, dari semua badan DPR hanya Banggar yang tidak tampak mengadakan rapat,
padahal focus kinerja DPR pada MS III ini adalah mengevaluasi pelaksanaan APBN Tahun
Anggaran 2020. Terkait kehadiran anggota DPR pada Rapur dalam MS III lumayan membaik
dibandingkan dengan MS II TS 2020-2021. Namun demikian patut disayangkan ketika anggota
yang ijin dianggap hadir sehingga menciptakan kehadiran dan tunjangan fiktif. Demikian pula
soal kepastian kehadiran anggota DPR dalam rapat secara virtual, mungkin juga ada yang fiktif.
Di MS-MS yang akan datang kehadiran anggota DPR pada Rapur diharapkan lebih baik lagi.
51
LAMPIRAN
1. Lampiran Tabel 4:
Tabel 4: Komisi Yang Mengawasi Pelaksanaan Undang-undang Selama
MS III TS 2020-2021
Tanggal Komisi UU Yang Diawasi Sikap Komisi
3-2-2021 I RDP dengan Dirut dan Dewas
LPP TVRI dan RRI untuk
mengawasi pelaksanaan UU
No. 11/2020 tentang Cipta
Kerja.
Komisi I DPR meminta LPP TVRI dan RRI
untuk memperhatikan dan
menindaklanjuti pandangan Komisi I
sebagai berikut:
a. Kesungguhan LPP TVRI dan LPP RRI
dalam menyiapkan berbagai instrumen
yang dibutuhkan dalam rangka
persiapan menuju digitalisasi penyiaran
atau migrasi penyiaran analog (Analog
Switch Off) tahun 2022 sesuai amanat
UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja.
b. Mendorong percepatan penyelesaian
RPP Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran
sebagai turunan dari UU No. 11/2020
serta memperhatikan dengan cermat,
teliti, hati-hati dan memberikan
keterlibatan publik atas substansi materi
muatannya apakah sudah sinkron serta
mengakomodir kepentingan berbagai
pihak yang terkait.
e. Mempercepat pembahasan revisi PP
No. 12/2005 tentang LPP RRI dan PP
No.13/2005 tentang LPP TVRI sebagai
tindaklanjut rekomendasi/ hasil
pemeriksaan BPK RI tentang penerapan
regulasi terkait tugas dan fungsi
organisasi, kepegawaian, serta
pelaksanaan anggaran.
14-1-2021 IV UU No. 11/2020 tentang Cipta
Kerja.
• Peraturan pelaksana UU No. 11/2020
di sektor Kehutanan agar mengatur
tanggung jawab pengelolaan kawasan
hutan serta pemulihan lingkungan
dalam rangka kecukupan kawasan
hutan dan penutupan lahan menjadi
tanggung jawab sepenuhnya
Pemerintah Pusat, melalui
kewenangan Menteri yang
membidangi Kehutanan;
• Dalam penyusunan rancangan
peraturan pelaksanaan Undang-
undang hingga peraturan pelaksana
teknis ke bawahnya di bidang
52
Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
mempergunakan data dan informasi
yang akurat serta melibatkan seluruh
pemangku kepentingan, terutama
masyarakat di dalam dan di sekitar
kawasan hutan agar regulasi yang
dihasilkan komprehensif, berkeadilan,
serta tetap menjaga kelestarian hutan
dan lingkungan hidup;
• Komisi IV mendorong KLHK untuk
melakukan penyederhanaan proses
penerbitan izin usaha di bidang
kehutanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku,
dalam rangka memberikan dukungan
pada pelaku usaha serta
meningkatkan iklim usaha sektor
kehutanan;
melakukan penegakan hukum atas
penggunaan kawasan hutan untuk
kegiatan di luar sektor kehutanan,
yang terbukti melanggar ketentuan
dalam UU No. 11/2020 dan
selanjutnya dikenakan sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
menindak tegas dan memberikan
sanksi administrasi dengan mencabut
izin usaha serta memberikan sanksi
pidana sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku terhadap
perusahaan pemegang Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(IUPHHK) di Provinsi Papua yang
terbukti melakukan pembalakan liar
dan perdagangan kayu ilegal.
14-1-2021 IV UU No. 5/1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya
Meminta Kementerian LHK dapat
bersama-sama dengan Komisi IV
melakukan penyusunan RUU atas
Perubahan UU No. 5/1990.
19-1-2021 IV UU No. 21/2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan
Tumbuhan.
Komisi IV meminta Badan Karantina
Pertanian untuk kembali fokus ke Tugas
dan Fungsi utamanya sesuai amanat UU
No. 21/2019 yaitu mencegah tangkal
pemasukan dan penyebaran hama dan
penyakit, sedangkan fasilitasi ekspor
produk pertanian merupakan tugas
tambahan.
53
18-1-2021 IX Raker dengan Menteri
Ketenagakerjaan untuk
membahas Progres Peraturan
Turunan dari UU No.
11/2020 tentang Cipta Kerja
Komisi IX meminta Kementerian
Ketenagakerjaan agar mengakomodir
masukan-masukan dari dalam
penyusunan RPP tentang:
a. Penggunaan TKA
b. Hubungan Kerja, Waktu Kerja dan
Waktu lstirahat serta PHK
c. Pengupahan (Revisi PP 78 Tahun
2015)
12-1-2021 X UU No. 20/2003 tentang
Sisdiknas dan UU No. 23/2014
tentang Pemda
Panitia Kerja Peta Jalan Pendidikan
(Panja PJP) bentukan Komisi X
Mendorong Kemendikbud untuk
melakukan penyesuaian UU No. 20/2003
tentang Sisdiknas dengan UU No.
23/2014 tentang Pemda dan ketentuan
Peraturan perundangan lain yang terkait
dengan pendidikan.
13-1-2021 X RDPU dengan Komite Nasional
ASN (Non-ASN); Pengurus
Pusat dan Perwakilan Wilayah
Forum Guru dan
Tenaga Kependidikan Honorer
Non-Kategori Umur 35 Tahun
ke Atas (GTKHNK35+); dan
Solidaritas Nasional
Wiyatabakti Indonesia (SNWI)
membahas aspirasi terkait
keberadaan Guru dan Tenaga
Kependidikan Honorer; dan
Peninjauan kembali regulasi
rekruitmen Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK) PPPK Tahun 2021.
Mengharapkan Pemerintah dan DPR
RI untuk segera menyelesaikan revisi
UU No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, terutama mengenai Pasal
131 A.
Mengharapkan Pemerintah menerbitkan
peraturan perundang-undangan dalam
bentuk Keputusan Presiden mengenai
pengangkatan menjadi PNS tanpa tes
bagi GTKHNK35+.
Menolak skema pengangkatan melalui
rekrutmen PPPK bagi Pendidik dan
Tenaga Kependidikan khususnya
Honorer Non Kategori umur 35 tahun ke
atas.
20-1-2021 X Raker dengan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia untuk
membahas perkembangan
Penyusunan Revisi UU
Sisdiknas.
Komisi X mendorong Kemendikbud RI
untuk melibatkan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) dan
Pemerintah daerah dalam persiapan
pelaksanaan asesmen Nasional, sesuai
dengan amanat UU No.20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas khususnya Pasal 57,
Pasal 58, dan Pasal 59.
Komisi X mendorong Kemendikbud
dalam penyusunan Revisi UU No.20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas, kebijakan
Merdeka Belajar dan Peta Jalan
Pendidikan, agar memperhatikan:
54
a. Pelibatan seluruh pemangku
kepentingan pedidikan, pakar
pendidikan dan pegiat pendidikan serta
kebudayaan termasuk organisasi
keagamaan yang telah memiliki
kontribusi terhadap pembangunan
pendidikan sejak sebelum Indonesia
Merdeka.
b. Pasal 31 dan Pasal 32 UUD NRI 1945
dan TAP MPR yang masih berlaku, sesuai
tata urutan perundang-undangan dalam
UU No.12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan jo UU No.15 Tahun 2019.
c. Komisi X mendorong Kemendikbud
RI mempersiapkan naskah akademik
dan RUU Revisi UUU Nomor 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
secara komprehensif sehingga mampu
menjawab kebutuhan dan tantangan
pendidikan ke depan.
Komisi X DPR RI rnenekankan
Kemendikbud RI untuk menambahkan
jam tayang materi pembelajaran di
Lembaga Penyiaran Publik (LPP) yang
bermanfaat bagi kegiatan belajar
mengajar yang tidak terjangkau
layanan jaringan internet.
Kornisi X DPR RI mendesak
Kemendikbud RI segera berkoordinasi
dengan K/L terkait untuk menyusun
skema kebijakan afirmatif dan opsi lain
yang mernungkinkan sesuai ketentuan
perundang-undangan, bagi guru dan
tenaga kependidikan honorer dengan
mempertimbangkan lama pengabdian
dalarn proses perencanaan dan
pengadaan ASN baik dalam formasi
CPNS maupun PPPK. Dan melaporkan
kepada Komisi X DPR RI paling lambat
tanggal 21 Maret 2021.
Komisi X DPR RI mendorong
Kemendikbud RI untuk memberikan
penjelasan tertulis mengenai realisasi
kegiatan yang capaiannya melebihi
target, klarifikasi data per jalur, jenjang
55
dan jenis pendidikan, khususnya
penjelasan dari sisi anggaran, dan
penjelasan tertulis terhadap pertanyaan
dan catatan anggota disampaikan paling
lambat tanggal 5 Februari 2021.
28-1-2021 X RDP Panja PJP dengan Eselon I
Kemendibud, Bappenas dan
BPIP untuk Membahas Konsep
Peta Jalan Pedidikan 2020-2035
Kemendikbud RI, Pendidikan
Agama, Kebuadayaan dan
Pancasila.
Panja Peta Jalan Pendidikan Komisi X
DPR menyampaikan apresiasi dan
terima kasih kepada para nara sumber
yang telah menyampaikan paparan,
masukan, dan saran mengenai PJP
dengan beberapa poin, antara lain:
1. Kemendikbud RI menyusun PJP 2020-
2035 sebagai penyempurnaan dari
Konsep Generasi Emas 2045, dan
penyusunannya tetap mengacu pada UU
N0. 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan UU N0. 5/2017 tentang
Pemajuan Kebudayaan;
2. Kemenag RI memandang penyusunan
PJP memiliki tingkat urgensi yang tinggi
dengan catatan tetap memperhatikan
keunikan dan karakteristik pendidikan di
lembaga-lembaga Pendidikan Islam
(Pesentren dan Madrasah) dan dalam
perumusan dan implementasinya
melibatkan Kemenag RI;
3. Kemenag RI memandang PJP perlu
mengakomodir perubahan paradigma
memandang sekolah swasta terutama
madrasah bukan sebagai kompetitor
sekolah negeri, namun merupakan
komplementor dalam pemajuan
pendidikan;
4. BPIP menyampaikan penyusunan PJP
harus dirancang sesuai dengan visi
negara dalam membangun manusia
Indonesia, dimana pendidikan karakter
sebagai dasar dari proses pendidikan
dan mengacu pada nilai-nilai Pancasila.
Untuk itu Pancasila perlu menjadi mata
pelajaran tersendiri dalam kurikulum
nasional pendidikan dasar, menengah
dan tinggi;
BPIP berpendapat bahwa komponen
karakter yang terdapat dalam Profil
56
Pelajar Pancasila perlu disempurnakan
dengan memperkuat karakteristik
pelajar Pancasila sesuai dengan nilai-
nilai Pncasila seperti memasukkan poin-
poin yang terkait dengan memegang
teguh dan mengamalkan sila-sila
Pancasila, Konsensus terhadap UUD NRI
1945 dan komitmen menjaga keutuhan
NKRI;
Kementerian PPN/Bappenas RI
memandang pendidikan karakter
merupakan inti proses pendidikan yang
akan membangun pranata pendidikan,
pranata kebudayaan yang pada akhirnya
membangun pranata sosial;
Kementerian PPN/Bapppenas RI
memandang pendidikan karakter perlu
ditanamkan sejak usis dini dengan
melibatkan peran orang tua dan
menjadikan agama, tradisi budaya
nusantara serta pemikiran-pemikiran
tokoh pendidikan dan agama bangsa
menjadi dasar pemikiran pendidikan
karakter.
Terhadap pandangan, penjelasan dan
masukan yang disampaikan para
narasumber, Panja PJP Komisi X DPR RI
menyampaikan pandangan sbb:
1. Panja PJP Komisi X DPR mendorong
Kemendikbud RI meningkatkan
komunikasi dan kerja sama dengan
seluruh pemangku kepentingan
pendidikan, pakar pendidikan dan
penggiat pendidikan keagamaan dan
budaya untuk perbaikan konsep PJP agar
sejalan dimensi sejarah, ideologi,
kebudayaan dan teknologi;
2. Panja PJP Komisi X mendesak
Kemendikbud RI untuk merevisi Konsep
Profil Pelajar Pancasila pada PJP dengan
menambahkan penekanan komitmen
kebangsaan dan memegang teguh untuk
mengamalkan Pancasila dan UU NRI
1945;
3. Panja PJP Komisi X mendorong
Kemendikbud RI dalam menyusun
57
konsep pendidikan karakter pada PJP
yang didalamnya mencakup nilai agama,
Pancasila dan keteladanan sebagai
upaya mencegah masuknya budaya dan
pemikiran yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila dan budaya bangsa.
4. Panja PJP Komisi X mendorong
Kemendikbud RI untuk menambahkan
unsur orang tua dalam komponen
pendidikan karakter pada PJP;
5. Panja PJP Komisi X mendorong
Kemendikbud RI mengadopsi nilai-nilai
pemikiran tokoh pendidikan dan agama
bangsa untuk penyempurnaan PJP;
6. Panja PJP Komisi X menekankan agar
pendidikan karakter memuat strategi
yang meliputi profil pelajar dan guru
Pancasila, sehingga internalisasi nilai-
nilai Pancasila kepada peserta didik
dapat secara mudah terwujud.
7. Panja PJP Komisi X mendorong
Kemendikbud RI untuk mengoptimalkan
penggunaan media sebagai instrumen
strategis menanamkan nilai-nilai
Pancasila, di luar metode secara formal
melalui pelajaran di sekolah.
1-2-2021 XI Konsultasi RPP Perlakuan
Perpajakan dalam UU Cipta
Kerja.
• Komisi XI telah memperoleh
penjelasan dari Menteri Keuangan
mengenai RPP tentang Perlakuan
Perpajakan atas Transaksi yang
melibatkan Lembaga Pengelola
Investasi dan/atau Entitas yang
dimilikinya.
• Komisi XI mendukung upaya Menteri
Keuangan untuk mengatur perlakuan
perpajakan atas transaksi yang
melibatkan LPI dan/atau entitas yang
dimilikinya, dengan pengaturan yang
memiliki kejelasan maksud dan
tujuan, memiliki dampak yang efektif
dalam mencapai tujuan
pembentukan LPI, mengutamakan
kepentingan perekonomian nasional,
melaksanakan prinsip tata kelola
perpajakan yang adil dan transparan.
• Dalam melakukan upaya, kebijakan,
dan pengaturan perpajakan atas
transaksi LPI, Menteri Keuangan agar
58
tetap mengutamakan manfaat bagi
optimalisasi aset negara yang dikelola
dan penerimaan negara dan
perekonomian nasional.
Keterangan: Data-data dikompilasi oleh FORMAPPI dari Lapsing rapat-rapat Alat Kelengkapan DPR RI
sebagaimana diunggah di laman: https://www.dpr.go.id;
https://twitter.com/DPR_RI;
https://www.facebook.com;
https://www.youtube.com.
2. Lampiran Tabel 5:
Tabel 5. Sikap Komisi-Komisi DPR Terhadap Realisasi Anggaran TA 2020 oleh K/L Selama
MS III TS 2020-2021
Tgl. Komisi Nama K/L Mitra %
Realiasi
Sikap Komisi
26-1-2021 I
(Mitra
kerja: 16
K/L)
Kemenlu 95,35 Rapat dilanjutkan secara tertutup
27-1-2021 I Gubernur Lemhanas 93,05 Komisi I mengapresiasi capaian kinerja
Lemhanas TA 2020 Komisi I DPR RI
memahami realisasi Lemhanas TA 2020
RP.176.265.110.244 atau sebesar 93,05%
dari pagu anggaran RP.189.431.030.000.
27-1-2021 I Sesjen Wantannas 93,45 Komisi I DPR memahami realisasi
anggaran TA 2020 sebesar
Rp.45.884.008.145 atau 93,45% dari pagu
anggaran 2020 sebesar
Rp.49.051.252.000.
1-2-2021 I Raker dengan
Menteri Komunikasi
dan Informatika
(Kominfo)
98,2 Komisi I telah mendengarkan penjelasan
Menkominfo terkait realisasi anggaran TA
2020, serta rencana program kerja
Kemkominfo TA 2021;
Komisi I mengapresiasi capaian kinerja
Kemkominfo TA 2020 dan mendorong
agar pencapaian kinerja Kemkominfo
terus ditingkatkan di tahun 2021.
1-2-2021 I RDP dengan Ketua
Komisi Penyiaran
Indonesia Pusat
(KPIP), Ketua Komisi
Informasi Pusat
? Komisi I telah mendengarkan penjelasan
Ketua KPI Pusat, Ketua KI Pusat dan Wakil
Ketua Dewan Pers terkait:
a. Realisasi anggaran TA 2020;
b. Evaluasi pencapaian program kerja TA
59
(KIP) dan Wakil
Ketua Dewan Pers.
2020
b. Rencana Program kerja.
Sehubungan dengan penjelasan tersebut,
Komisi I mengapresiasi capaian kinerja
KPI Pusat, KI Pusat dan Dewan Pers TA
2020 dan mendorong agar pencapaian
kinerja tersebut terus ditingkatkan di
Tahun 2021.
2-2-2021 I Bakamla 96,39 Komisi I memahami capaian kinerja
Bakamla TA 2020 dan realisasi anggaran
tahun 2020 sebesar Rp545.083.545.217
atau sebesar 96,39% dari pagu TA 2020
sebesar Rp565.473.073.000.
Komisi I mendorong Bakamla untuk terus
berupaya meningkatkan kinerjanya
dalam rangka mewujudkan komitmen
dan integritas Bakamla, termasuk
mengupayakan laporan keuangan
mendapatkan opini WTP dari BPK.
3-2-2021 I
Kepala Badan Siber
dan Sandi Negara
(BSSN)
96,47 Komisi I DPR:
• Cukup memahami capaian kinerja
BSSN TA 2020 dan realisasi anggaran
tahun 2020;
• Mendorong BSSN agar meningkatkan
kinerjanya dalam mewujudkan
keamanan siber dan mendapatkan
opini WTP dari BPK tahun 2021.
3-2-2021 I RDP dengan Dirut
dan Dewas LPP TVRI
93,52 Komisi I telah mendengarkan penjelasan
Dewas dan Dirut LPP TVRI berkaitan
dengan Relisasi anggaran LPP TVRI
sebesar Rp1.201.203.306.533 atau
sebesar 93,52% dari pagu anggaran LPP
TVRI TA 2020 sebesar
Rp1.284.385.142.000.
Komisi I telah mendengarkan penjelasan
Dewas dan Dirut LPP TVRI tentang
pencapaian kinerja Tahun 2020.
Komisi I meminta LPP TVRI untuk dapat
mempertahankan hasil opini WTP dari
BPK RI pada TA 2020.
60
Komisi I Meminta LPP TVRI memberikan
laporan tertulis terkait Barang Milik
Negara/Aset Negara kepada Komisi I DPR
RI selama 5 (lima) tahun terakhir dan
proyeksi 5 (lima) tahun ke depan sebagai
bagian pengawasan legislatif selambat-
lambatnya dua pekan setelah RDP pada
hari ini.
3-2-2021 I RDP dengan LPP RRI
dengan agenda
Evaluasi Kinerja dan
Realisasi Anggaran
LPP RRI
87,92 Realisasi anggaran LPP RRI sebesar
Rp946.139.242.824 atau sebesar 87,92%
dari pagu anggaran LPP RRI TA 2020
sebesar Rp1.076.120.781.000.
Komisi I meminta LPP RRI untuk:
• dapat mempertahankan hasil opini
WTP dari BPK RI pada TA 2020;
• memberikan laporan tertulis terkait
Barang Milik Negara/Aset Negara
kepada Komisi I DPR RI selama 5 (lima)
tahun terakhir dan proyeksi 5 (lima)
tahun ke depan sebagai bagian
pengawasan legislatif selambat-
lambatnya dua pekan setelah RDP
pada hari ini.
II
(mitra
kerja 12
K/L)
Tidak ditemukan data
III
(mitra
kerja 12
K/L)
Tidak ditemukan data
25-1-
2021
IV
(mitra
kerja 5
K/L)
Raker dengan
Menteri Pertanian
untuk membahas
Realisasi Kegiatan
Tahun 2020;
Refocusing dan
Realokasi Belanja
Kementerian
Pertanian TA 2021
sesuai Surat
Menkeu Nomor S-
30/MK.02/2021
tanggal 12 Januari
2021; Strategi
Pelaksanaan
Kegiatan Tahun
Tidak
ditemu
kan
data
tentang
realisasi
kegiata
n tahun
2020.
Komisi IV meminta Kementerian
Pertanian untuk melakukan evaluasi
program dan kegiatan tahun 2020 serta
meminta untuk tidak melanjutkan
program dan kegiatan yang berjalan
tidak sesuai harapan atau bermasalah.
61
2021; dan
Isu-isu Aktual
Lainnya.
27-1-2021 IV Raker dengan
Kementerian
Kelautan dan
Perikanan
91,27 Komisi IV DPR menerima penjelasan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
terkait realisasi penyerapan anggaran
tahun 2020 sebesar 91,27% atau sebesar
Rp4.809.642.208.000,00 (empat trilliun
delapan ratus sembilan milliar enam
ratus empat puluh dua juta dua ratus
delapan ribu rupiah) dari pagu anggaran
sebesar Rp5.269.641.991.000,00 (lima
trilliun dua ratus enam puluh sembilan
milliar enam ratus empat puluh satu juta
sembilan ratus sembilan puluh satu ribu
rupiah).
1-2-2021 IV Raker dengan
Kementerian
Kehutanan dan
Lingkungan Hidup
untuk membahas
1. Realisasi Kegiatan
Tahun 2020;
2. Refocusing dan
Realokasi Belanja
Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan TA
2021 sesuai Surat
Menkeu Nomor S-
30/MK.02/2021
tanggal 12 Januari
2021;
3. Strategi
Pelaksanaan
Kegiatan Tahun
2021 dan;
4. Isu-isu Aktual
Lainnya
Tidak
ditemuk
an data
tentang
realisasi
kegiata
n Tahun
2020.
Komisi IV DPR justru hanya menyesalkan
pemotongan anggaran belanja
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan TA 2021.
18-1-2021 V
(mitra
kerja 4
Raker dengan
Kementerian Desa,
Pembangunan
95,57 Mengapresiasi realiasi anggaran TA
2020. Terhadap pendanaan
program/kegiatan yang bersumber dari
62
K/L Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi
(PDTT).
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri PHLN
yang tidak terealisasi, Komisi V meminta
tidak terulang kembali; meminta
Kemendes dan PDTT untuk berkoordinasi
dengan pihak donor dan Bappenas
mengenai prediksi kendala teknis
pelaksanaan pada program/kegiatan TA
2021 sehingga tidak mengganggu kinerja
tahun berjalan. Komisi V juga mendesak
Kemendes dan PDTT agar melakukan
refocusing dan realokasi belanja program
dan kegiatan TA 2021 untuk tetap
memperhatikan capaian output peioritas
TA 2021, utamanya program/kegiatan
yang sangat dibutukan oleh masyarakat.
21-1-2021 V Menteri PUPR 93,87 Mengapresiasi realisasi anggaran TA
2020; Terhadap pendanaan program/
kegiatan pada TA 2020 yang tidak
terealisasi sebesar Rp. 6,36 triliun (6,75%)
dari pagu anggaran TA 2020 antara lain
dari dana blokir, sisa lelang serta
kegiatan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
(PHLN), dan Surat Berharharga Syariah
Negara (SBSN), Komisi V meminta
Kementerian PUPR untuk mengambil
langkah strategis untuk mengatasinya
sehingga ke depannya tidak terulang
kembali.
25-1-2021 V Kemenhub 95,58 Komisi V DPR memberikan apresiasi
atas capaian realisasi dalam TA 2020
Realisasi Keuangan 95,58% dan Realisasi
Fisik 96,9%.
Komisi meminta Kementerian
Perhubungan untuk tetap meningkatkan
penyerapan anggaran di tahun-tahun
mendatang.
Terhadap pendanaan program/ kegiatan
di TA 2020 yang tidak terealisasi
sebesar Rp. 1,6 Triliun (4,42% dari
pagu anggaran), Komisi V DPR RI
meminta Kementerian Perhubungan agar
mengambil langkah-langkah strategis
untuk mengatasi hal ini sehingga ke
depannya tidak terulang kembali.
9-2-2021 V RDP dengan BMKG: Komisi V DPR memberikan apresiasi
63
Kepala Badan
Meteorologi
Klimatologi dan
Geofisika (BMKG)
dan Kepala Badan
Nasional Pencarian
dan Pertolongan
(Basarnas) untuk
mengevaluasi
pelaksanaan
anggaran tahun
2020.
92,6:
BNPB/Ba
sarnas:
94,59;
:
kepada BMKG dan BNPP/Basarnas atas
capaian realisasi keuangan dan realisasi
fisik dalam TA 2020.
Terhadap anggaran program/kegiatan
BMKG di TA 2020 yang tidak terealisasi
sebesar Rp 165, 95 Miliar (7,4% dari pagu
anggaran) dan BNPP/Basarnas sebesar
Rp. 85,84 Miliar (5,41 % dari pagu
anggaran), Komisi V DPR RI meminta
BMKG dan BNPP/Basarnas agar
mengambil langkah-langkah strategis
untuk mengatasi hal ini sehingga ke
depannya tidak terulang kembali.
19-1-2021 VI
(mitra
kerja 10
K/L)
RDP dengan: Ketua
Komisi Pengawas
Persaingan Usaha
(KPPU); Kepala
Badan Standarisasi
Nasional (BSN);
Kepala Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan
Bebas Batam (BP
Batam), dan
Kepala Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan
Bebas Sabang (BP
Sabang). Dengan
Agenda:
1. Pelaksanaan
Kegiatan dan
Realisasi Anggaran
Tahun 2020 dan;
2. Rencana
Pelaksanaan
Kegiatan dan
Anggaran Tahun
2021
BSN :
99,37;
BPBatam:
77,04;
BPKS:
65,12;
KPPU:
99,33.
Komisi VI DPR RI mengapresiasi realisasi
anggaran BSN sebesar
Rp245.297.832.349 (Dua Ratus Empat
Puluh Lima Miliar Dua Ratus Sembilan
Puluh Tujuh Juta Delapan Ratus Tiga
Puluh Dua Ribu Tiga Ratus Empat Puluh
Sembilan Rupiah) atau 99,37% dari pagu
anggaran BSN T.A. 2020 sebesar
Rp246.863.909.000 (Dua Ratus Empat
Puluh Enam Miliar Delapan Ratus Enam
Puluh Tiga Juta Sembilan Ratus Sembilan
Ribu Rupiah) dan mendorong BSN untuk
meningkatkan kinerjanya agar anggaran
pada tahun berikutnya dapat terserap
dengan maksimal.
Komisi VI DPR mengapresiasi BP Batam
terkait realisasi anggaran sebesar
Rp1.693.496.603.568 (Satu Triliun Enam
Ratus Sembilan Puluh Tiga Miliar Empat
Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Enam
Ratus Tiga Ribu Lima Ratus Enam Puluh
Delapan Rupiah) atau 77,04% dari pagu
anggaran BP Batam T.A. 2020 sebesar
Rp2.198.101.902.000 (Dua Triliun Seratus
Sembilan Puluh Delapan Miliar Seratus
Satu Juta Sembilan Ratus Dua Ribu
Rupiah),:
Komisi VI DPR menerima penjelasan
64
Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Sabang (BPKS) terkait realisasi anggaran
sebesar Rp71.730.783.000 (Tujuh Puluh
Satu Miliar Tujuh Ratus Tiga Puluh Juta
Tujuh Ratus delapan Puluh Tiga Ribu
Rupiah) atau 65,12% dari pagu Anggaran
BPKS T.A. 2020 sebesar
Rp110.143.715.000 (Seratus Sepuluh
Miliar Seratus Empat Puluh Tiga Juta
Tujuh Ratus Lima Belas Ribu Rupiah).
Komisi VI DPR RI mengapresiasi KPPU
terkait realisasi anggaran sebesar
Rp113.294.248.713 (Seratus Tiga Belas
Miliar Dua Ratus Sembilan Puluh Empat
Juta Dua Ratus Empat Puluh Delapan
Ribu Tujuh Ratus Tiga Belas Rupiah) atau
sebesar 99,33% dari pagu anggaran KPPU
T.A. 2020 sebesar Rp114.053.530.000
(Seratus Empat Belas Miliar Lima Puluh
Tiga Juta Lima Ratus Tiga Puluh Ribu
Rupiah).
3-2-2021 VI Raker dengan
Menteri
Perdagangan
(Mendag) dan
Kepala Badan
Koordinasi
Penanaman Modal
(BKPM) untuk
membahas realisasi
anggaran TA 2020
Kemen
dag:
93,31;
BKPM:
97,65
Komisi VI mengapresiasi realisasi
anggaran Kementerian Perdagangan
Tahun Anggaran 2020 sebesar
Rp3.244.519.263.966 (Tiga Triliun Dua
Ratus Empat Puluh Empat Miliar Lima
Ratus Sembilan Belas Juta Dua Ratus
Enam Puluh Tiga Ribu Sembilan Ratus
Enam Puluh Enam Rupiah) atau sebesar
93,31% dari Pagu Anggaran Tahun 2020
sebesar Rp3.477.064.284.000 (Tiga
Triliun Empat Ratus Tujuh Puluh Tujuh
Miliar Enam Puluh Empat Juta Dua Ratus
Delapan Puluh Empat Ribu Rupiah).
Komisi VI DPR mengapresiasi realisasi
anggaran BKPM per 31 Desember 2020
sebesar Rp512.081.055.659 (Lima Ratus
Dua Belas Miliar Delapan Puluh Satu Juta
Lima Puluh Lima Ribu Enam Ratus Lima
65
Puluh Sembilan Rupiah) atau sebesar
97,65% dari Pagu Anggaran Tahun 2020
sebesar Rp524.406.706.000 (Lima Ratus
Dua Puluh Empat Miliar Empat Ratus
Enam Juta Tujuh Ratus Enam Ribu
Rupiah).
9-2-2021 VI Raker dengan
Menteri
Perindustrian untuk
evaluasi Kegiatan
dan Realisasi
Anggaran Tahun
Anggaran 2020.
98,73 Komisi VI DPR mengapresiasi realisasi
angaran Kementerian Perindustrian RI TA
2020 sebesar Rp1.975.655.914.000 atau
sebesar 98,73% dari Pagu Anggaran
Tahun 2020.
18-1-2021 VII
(mitra
kerja 10
K/L)
Raker/RDP dengan
Menteri
Ristek/Kepala BRIN
RI dan LBM Eijkman,
serta Kepala LPNK
untuk Evaluasi
Kinerja Tahun 2020.
Tidak
ditemuk
an data
Tidak ditemukan pembahasan Evaluasi
Kinerja Tahun 2020.
13-1-2021 VIII
bermitra
dengan 7
K/L
Kementerian Sosial 97,11 Komisi VIII DPR dapat memahami
realisasi Anggaran Kementerian Sosial RI
Tahun 2020 sebesar
Rp130.300.865.759.231,- (Seratus Tiga
Puluh Triliun Tiga Ratus Miliar Delapan
Ratus Enam Puluh Lima Juta Tujuh
Ratus Lima Puluh Sembilan Ribu Dua
Ratus Tiga Puluh Satu Rupiah) atau 97,
11 persen dari Pagu Anggaran sebesar
Rp134.171.839.274.000,- (Seratus Tiga
Puluh Empat Triliun Seratus Tujuh
Puluh Satu Miliar Delapan Ratus Tiga
Puluh Sembilan Juta Dua Ratus Tujuh
Puluh Empat Ribu Rupiah).
13-1-2021 VIII Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
(PPPA)
98,03 Komisi VIII dapat memahami penjelasan
tentang evaluasi pelaksanaan APBN
Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak RI
Tahun 2020 dengan realisasi anggaran
sebesar Rp.199.480.957.716,- (seratus
sembilan puluh Sembilan miliar empat
ratus delapan puluh juta sembilan ratus
66
lima puluh tujuh ribu tujuh ratus
enambelas rupiah) sama dengan 98,03
persen, dari pagu anggaran sebesar
Rp.203.487.939.000,- (dua ratus tiga
miliar empat ratus delapan puluh tujuh
juta sembilan ratus tiga puluh sembilan
ribu rupiah), selanjutnya Komisi VIII
meminta agar Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak RI menyampaikan
laporan program dan anggaran Tahun
2020 secara lebih rinci.
Komisi VIII mengapresiasi Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak RI terhadap
capaian strategis Tahun 2020 dan
harus dipertahankan serta disesuaikan
dengan situasi pandemi Covid-19 pada
tahun berikutnya.
14-1-2021 VIII Kepala BNPB 92,97 Komisi VIII DPR RI memberi catatan
atas realisasi Anggaran BNPB Tahun
2020 sebesar Rp11.818.453.584.665,-
(Sebelas Triliun Delapan Ratus Delapan
Belas Miliar Empat Ratus Lima Puluh
Tiga Juta Lima Ratus Delapan Puluh
Empat Ribu Enam Ratus Enam Puluh Lima
Rupiah) atau 92,97 persen dari Pagu
Anggaran BNPB Tahun 2020 sebesar
Rp12.712.583.693.000,- (Dua Belas
Triliun Tujuh Ratus Dua Belas Miliar Lima
Ratus Delapan Puluh Tiga Juta Enam
Ratus Sembilan Puluh Tiga Ribu
Rupiah). Komisi VIII meminta kepada
Kepala BNPB untuk menjelaskan secara
rinci mengenai detail penggunaan
Anggaran BNPB Tahun 2020, termasuk
capaian prioritas nasional Tahun 2020
yang dilengkapi dengan besaran
program dan anggaran, lokasi, dan
bentuk kegiatannya.
Komisi VIII juga meminta penjelasan
secara detail mengenai penggunaan
Dana Siap Pakai (DSP) Tahun 2020.
67
18-1-2021 VIII Raker dengan
Menteri Agama
untuk mengevaluasi
pelaksanaan APBN
TA 2020.
96,07 Komisi VIII dapat memahami realisasi
anggaran Kementerian Agama RI Tahun
2020 sebesar Rp67.796.736.807.669
(enam puluh tujuh triliun tujuh ratus
sembilan puluh enam miliar tujuh ratus
tiga puluh enam juta delapan ratus
tujuh ribu enam ratus enam puluh
sembilan rupiah) atau 96,07% dari
total anggaran sebesar
Rp70.569.369.214.000,- (tujuh puluh
triliun lima ratus enam puluh
sembilan miliar tiga ratus enam puluh
sembilan juta dua ratus empat betas
ribu rupiah).
Selanjutnya, Komisi VIII akan
melakukan pembahasan lebih lanjut
mengenai realisasi anggaran di tiap Unit
Kerja bersama Pejabat Eselon I.
IX
(mitra
kerja 8
K/L)
Tidak ditemukan
data
Tidak
ditemu
kan
data
Tidak ditemukan informasi tentang
kegiatan Komisi dalam mengevaluasi
pelaksanaan APBN 2020. Komisi IX sibuk
dengan fit and proper test Calon Anggota
Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan
dan BPJS Kesehatan.
14-1-2021 X
(mitra
kerja 4 K/L
Kementerian
Pemuda dan Olah
Raga
95,14 Komisi X mengapresiasi realisasi daya
serap APBN TA 2020
Kementerian Pemuda dan Olahraga RI
sebesar 95, 14% atau sebesar
Rp1.118.698.066.160,- (satu triliun
seratus delapan belas miliar enam ratus
sembilan puluh delapan juta enam
puluh enam ribu seratus enam puluh
rupiah) dari pagu sebesar Rp1
.175.868.688.000 (satu triliun seratus
tujuh puluh lima miliar delapan ratus
enam puluh delapan juta enam ratus
delapan puluh delapan ribu rupiah)
dan mendorong Kementerian Pemuda
dan Olahraga RI agar dapat
mempertahankan opini WTP dari Badan
Pemeriksa Keuangan RI atas realisasi
APBN TA 2020 dan tahun-tahun
68
berikutnya.
20-1-2021 X Raker dengan
Mendikbud
membahas realisasi
APBN TA 2020
91,61 Komisi X DPR mencatat bahwa daya
serap anggaran Kemendikbud RI pada
tahun anggaran 2020 mencapai 91,61%
(belum teraudit) atau sebesar
Rp.79.003.802.736.000 di bawah rata-
rata daya serap nasional 94,60% dan
target awal yang dintentukan
Kemendikbud RI yaitu 97,21%.
25-1-2021 X RDP dengan Kepala
Perpustakaan
Nasional untuk
membahas realisasi
APBN 2020
95 Komisi X DPR RI mengapresiasi daya
serap anggaran Perpusnas RI pada TA
2020 mencapai 96,62% atau sebesar
Rp439.399.016.449 di atas serap rata-
rata daya serap nasional 95% namun
masih dibawah target awal yang
ditentukan Perpusnas RI yaitu 97,62%.
26-1-2021 X Raker dengan
Menparekraf untuk
membahas realisasi
APBN 2020
94,60 Komisi X DPR RI memahami bahwa daya
serap anggaran Kemenparekraf/
Baparekraf RI pada TA 2020 mencapai
92,56% atau sebesar
Rp3.410.271.576.026 dari total pagu
sebesar Rp3.684.440.605.000,
realisasinya di bawah rata-rata daya
serap nasional 94,60% dan target awal
yang ditentukan
Kemenparekraf/Baparekraf RI yaitu
93,91%, karena sektor parekraf
merupakan sektor paling terdampak
pandemi Covid-19.
27-1-2021 XI
(mitra
kerja 11
K/L)
Raker dengan
Menteri Keuangan
Tidak
ditemuk
an data
Komisi XI telah menerima penjelasan dari
Menteri Keuangan mengenai realisasi
APBN tahun 2020 dan pelaksanaan
Program PEN tahun 2020, serta rencana
pelaksanaan APBN tahun 2021 dan
keberlanjutan PEN tahun 2021.
Keterangan: Data-data dikompilasi oleh FORMAPPI dari Lapsing rapat-rapat Komisi
sebagaimana diunggah pada laman https://www.dpr.go.id;
https://twitter.com/DPR_RI;
https://www.facebook.com;
https://www.youtube.com.
69
3. Lampiran Tabel 6:
Tabel 6. Rapat-rapat Pengawasan Kebijakan Pemerintah Selama MS III TS 2020-2021
Tanggal Komisi Mitra Kerja Sikap DPR
18-1-2021 I RDP dengan
Sekjen Kemkominfo dan
Pansel Calon Anggota
Dewas LPP RRI Periode
2021-2026
Komisi I DPR RI telah mendengarkan penjelasan Sekjen
Kemkominfo RI tentang Panitia Seleksi Calon Anggota
Dewan Pengawas LPP RRI Periode 2021-2026 yang
dibentuk atas dasar Keputusan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 424 Tahun 2020 yang memiliki
reputasi, kapasitas, dan kompetensi di bidangnya, yaitu
(1). Prof. Dr. H. Ahmad M. Ramli S.H., M.H., FCBARB :
Ketua merangkap Anggota (Pemerintah); (2). J. H. Philip
M. Gobang, M.Si. : Sekretaris merangkap Anggota
(Pemerintah); (3) Zulfan Lindan, S.I.Pol. : Anggota
(Pemerintah); (4). Prof. Dr. Henri Subiakto, S.H., M.A. :
Anggota (Pemerintah); (5). Ir. Kristiono : Anggota
(Masyarakat); (6) Raden Muhamad Samsudin Dajat
Hardjakusumah S.Sn. : Anggota (Masyarakat); (7). Dr.
Dadang Rahmat Hidayat, S.Sos.,S.H., M.Si. : Anggota
(Universitas); (8). Prof. Dr.Phil. Hermin Indah
Wahyuni,M.Si. : Anggota (Universitas)l (9). Prof. Dr. Arif
Satria, S.P., MSi. : Anggota (Universitas).
Komisi I telah mendengarkan Penjelasan Panitia Seleksi
Calon Dewas LPP RRI Periode 2021-2026 dan seluruh
rangkaian proses tahapan seleksi Dewas LPP RRI Periode
2021-2026 sebagai berikut:
a. Persyaratan Pendaftaran Seleksi
b. Timeline Pelaksanaan Seleksi.
c. Sampai dengan penutupan pendaftaran seleksi Calon
Anggota Dewas LPP RRI Tahun 2021-2026 pada tanggal
12 Oktober 2020 terdapat total 672 Pendaftar.
Selanjutnya hasil seleksi peserta dalam setiap tahapan
sebagai berikut:
1) Lulus seleksi administrasi sebanyak 184 peserta.
2) Lulus penilaian makalah sebanyak 45 peserta.
3) Seleksi Asesmen Psikologis hanya dihadiri 44 dari 45
orang peserta.
4) Pelaksanaan Tes Minnesota Multiphasic Personality
Inventory (MMPI) direncanakan akan dilaksanakan pada
tanggal 26 Januari 2021.
5) Permohonan rekam jejak kepada PPATK, KPK, BIN,
dan BNPT dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2020,
serta masukan masyarakat melalui email dari tanggal 2–
19 Desember 2020.
Komisi I meminta kepada Pansel Calon Dewas LPP RRI
Periode 2021-2026 dalam rangkaian proses tahapan
seleksi dilakukan secara ketat, cermat, independen, adil,
serta membuka ruang partisipasi publik, untuk
menghasilkan Calon Dewas LPP RRI Periode 2021-2026
70
yang berkualitas, berintegritas, tidak terpapar oleh
ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, serta
professional sehingga nantinya dapat menjadikan LPP
RRI menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang kuat,
mandiri, dan professional.
Komisi I DPR juga meminta Pansel menyertakan track
record atau rekam jejak dari 15 nama Calon Anggota
Dewas LPP RRI Periode 2021-2026 yang diserahkan oleh
Menteri Kominfo RI kepada Presiden RI sesuai peraturan
perundang-undangan.
25-1-2021 I RDPU dengan Organisasi
Amatir Radio Indonesia
(ORARI)
Komisi I DPR RI telah mendengarkan penjelasan yang
disampaikan oleh ORARI terkait beberapa
permasalahan ORARI yakni:
a. Dukungan/bantuan Pemerintah terhadap ORARI yang
belum memadai;
b. Belum maksimalnya kerja sama antara ORARI dengan
TNI, khususnya dalam kegiatan IOTA DXP edition di
wilayah 3T;
c. Masukan ORARI bahwa Rancangan Peraturan
Menkominfo pengganti Permen Kominfo Nomor 17
Tahun 2018 tentang Kegiatan Amatir Radio dan
Komunikasi Radio Antar Penduduk, yang belum
sepenuhnya sejalan dengan aspirasi ORARI.
d. Selanjutnya, Komisi I DPR RI akan mendorong
Kemkominfo untuk melibatkan ORARI dan RAPI dalam
pembahasan Rancangan Peraturan Menkominfo
pengganti Permen Kominfo Nomor 17 tahun 2018
tentang Kegiatan Amatir Radio dan Komunikasi Radio
Antar Penduduk.
3. Sehubungan dengan poin 2 (dua), Komisi I DPR RI
akan meneruskannya dalam Rapat Kerja/Rapat Dengar
Pendapat dengan Mitra terkait.
26-1-2021 I Menteri Luar Negeri
Sifat Rapat : 1. Dibuka
dengan Rapat bersifat
terbuka untuk umum
2. Dilanjutkan dan
ditutup dengan Rapat
bersifat tertutup untuk
umum.
Rapat dilanjutkan secara tertutup.
71
27 -1- 2021 I Gubernur Lemhannas
dan Sesjen Wantannas
Komisi I DPR mendorong Lemhanas Lemhannas terus
melakukan kajian strategis yang diperuntukkan sebagai
bahan masukan kepada pemerintah dalam rangka
menuju pencapaian sasaran pembangunan nasional.
Komisi I DPR mendorong Wantannas untuk terus
meningkatkan tugas dan fungsi seiring dengan
perkembangan jaman yang semakin terbuka dengan
adanya perkembagan teknologi informasi komunukasi
dan media sosial yang akan dijadikan rujukan dalam
pengambilan kebijakan.
1-2-2021 I Menteri Komunikasi dan
Informatika
3. Komisi I DPR RI mendorong Kemkominfo untuk
melaksanakan program-program strategis di TA 2020,
sebagai berikut:
b. Pembangunan Infrastruktur TIK khususnya di wilyah
3T termasuk di lokasi satuan tugas pengamanan
perbatasan NKRI.
c. Penyelenggaraan komunikasi publik yang lebih
optimal terkait program vaksinasi Covid-19 dengan
melibatkan pemangku kepentingan terkait, sehingga
meminimalkan penyebaran berita hoaks terkait
perogram tersebut.
e. Pembangunan Pusat Data Nasional sesuai dengan
target waktu yang telah ditetapkan dengan
memperhatikan kedaulatan dan keamanan data serta
memastikan tidak adanya intervensi dari negara asing.
f. Pelibatan ORARI dalam mendiskusikan rancangan
pengganti Permenkominfo No.17 Tahun 2018 tentang
Kegiatan Amatir Radio dan Komunikasi Radio Antar
Penduduk.
72
1-2-2021 I 1. Komisi Penyiaran
Indonesia Pusat (KPI
Pusat),
2. Komisi Informasi Pusat
(K.l.Pusat), dan
3. Dewan Pers
3. Komisi I DPR RI mendorong KPI Pusat, KI Pusat dan
Dewan Pers untuk melakukan hal-hal berikut:
a. KPI Pusat
1) Menuntaskan revisi P3SPS, paling lambat
pertengahan tahun 2021;
2) Memaksimalkan pengawasan pelaksanaan protokol
kesehatan di masa pandemi Covid-19 pada lembaga
penyiaran;, dan
3) Melakukan langkah strategis secara
berkesinambungan agar Analog Swicth Off (ASO) pasca
UU Tentang Cipta Kerja dapat berjalan dengan baik.
b. KI Pusat
1) Menerapkan Standar Layanan Informasi Publik (SLIP)
sebagai upaya peningkatan kualitas layanan informasi
pada masyarakat;
2) Meningkatkan penyelesaian sengketa informasi
publik secara lebih optimal; dan
3) Melakukan langkah strategis terkait keterbukaan
informasi publik sebagai modal pemerintahan digital
Indonesia.
c. Dewan Pers.
1) Melakukan upaya perlindungan tugas pers dan
penguatan kualitas Perusahaan Pers secara lebih
optimal; dan
2) Melakukan langkah strategis terkait pengautan Pers
Nasional untuk tetap bertahan menghadapi krisis di
masa pandemi Covid-19.
4. Komisi I DPR RI mendukung langkah KPI Pusat, KI
Pusat dan Dewan Pers agar dapat melaksanakan tugas
sesuai dengan tupoksi masing-masing secara optimal,
optimis, dan berkelanjutan pada TA 2021.
73
3-2- 2021 I Dirut dan Dewas LPP
TVRI dan LPP RRI
1. Komisi I DPR RI telah mendengarkan penjelasan
Dewas dan Dirut LPP TVRI dan LPP RRI tentang
pencapaian kinerja LPP TVRI dan LPP RRI Tahun 2020.
Selanjutnya Komisi I DPR RI memberi apresiasi dan
mendorong LPP TVRI dan LPP RRI untuk terus
meningkatkan kinerjanya agar menjadikan Lembaga
Penyiaran Publik yang mandiri, kuat, handal,
profesional serta terdepan.
2. Komisi I DPR RI meminta LPP TVRI dan LPP RRI untuk
memperhatikan dan menindaklanjuti pandangan Komisi
I DPR RI sebagai berikut:
a. Meningkatkan optimalisasi koordinasi kerja dan
kolaborasi Dewas dan Direksi dalam rangka penguatan
pengawasan, konsolidasi kerja dan peningkatan kinerja
LPP TVRI dan LPP RRI.
b. Meningkatkan peran LPP TVRI dan LPP RRI dalam
upaya diseminasi informasi, dukungan terhadap
pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh melalui berbagai
program belajar, program vaksinasi Covid-19,
penengakan protokol kesehatan Covid-19, pencerdasan
publik terkait informasi kebencanaan, bahaya
radikalisme dan program penguatan rasa nasionalisme
yang menjangkau seluruh wilayah NKRI.
c. Meminta LPP TVRI dan LPP RRI memberikan laporan
tertulis terkait Barang Milik Negara/Aset Negara kepada
Komisi I DPR RI selama 5 (lima) tahun terakhir dan
proyeksi 5 (lima) tahun ke depan sebagai bagian
pengawasan legislatif selambat-lambatnya dua pekan
setelah RDP pada hari ini.
3-2- 2021 I Kepala Badan Siber dan
Sandi Negara (BSSN)
Komisi I DPR RI mengingatkan BSSN atas salah satu
kesimpulan Raker 25 Juni 2020 yang pada intinya
Komisi I DPR RI mendorong BSSN agar terus
meningkatkan upaya pengamanan dan meminimalisir
resiko ancaman informasi di ruang siber dengan
memanfaatkan hasil karya sendiri dan atau
berkolaborasi dengan berbagai K/L negara dalam
mewujudakan aplikasi yang relatif aman dari berbagai
jenis ancaman serangan peluang dan tantangan
perkembangan ruang siber.
74
19-1-2021 II 1. Menteri Dalam Negeri
RI
2. Plt. Ketua Komisi
Pemilihan Umum RI,
3. Ketua Badan Pengawas
Pemilihan Umum RI,
serta
3. Ketua Dewan
Kehormatan
Penyelenggara Pemilihan
Umum RI,
1. Komisi II DPR RI menyampaikan ucapan terima
kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada
Pemerintah khususnya Kementerian Dalam Negeri,
KPU RI, Bawaslu RI, DKPP RI, Partai Politik, Pasangan
Caton, Kepolisian Republik Indonesia, Kejaksaan RI,
Tentara Nasional Indonesia, Satgas Penanganan
Covid-19 dan seluruh masyarakat Indonesia yang
telah ikut berperan dan berpartisipasi dalam
mendukung terselenggaranya Pemilihan
Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan
Walikota/Wakil Walikota Serentak tanggal 9 Desember
2020 yang dapat dinilai sukses.
2. Mencermati pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) Serentak Tahun 2020, Komisi II DPR RI
menilai masih perlu dilakukan evaluasi, diantaranya:
a. Masih' terdapat pelanggaran dan sengketa Pilkada.
b. Masih adanya indikasi praktik Politik Uang (Money
Politic).
c. Masih ditemukan permasalahan dalam Daftar
Pemilih Tetap. d. Pelanggaran Netralitas ASN,
Polri/TNI.
e. Lemahnya komunikasi dan koordinasi antar
Penyelenggara Pemilu. Untuk menindak lanjuti
permasalahan Pilkada Serentak Tahun 2020 diatas,
Komisi II DPR RI membentuk Panitia Kerja (Panja)
Evaluasi Pelaksanaan Pilkada Serentak Tahun 2020.
21-1-2021 II Internal 1. Membahas Hasil Fit and Proper Test terhadap
Calon Anggota Ombudsman RI Masa Jabatan
2021-2026.
2. Pengambilan Keputusan terhadap Calon Anggota
Ombudsman RI Masa Jabatan 2021-2026.
(tertutup)
25-1- 2021 II RDPU dengan
1. Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia
(YLKI) dan
2. Pemerhati Pelayanan
Publik
Untuk mendapatkan
masukan terhadap para
calon ORI
Catatan Rapat pada Rapat Dengar Pendapat Umum
Komisi II DPR RI dengan Ketua Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) dan Ketua LSM Pemerhati
Pelayanan Publik, dengan agenda meminta masukan
terhadap Calon Anggota Ombudsman RI (ORI)
Periode 2021-2026, sebagai berikut:
1. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
dan Ketua LSM Pemerhati Pelayanan Publik (MPPP)
memberikan saran dan masukan terhadap
Ombudsman RI (ORI) secara kelembagaan serta
masukan kepada para Calon Anggota ORI 2021-
2026 yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas
SDM dan kinerja ORI ke depan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
2. Saran dan masukan dari YLKI dan MPPP
dijadikan bahan pertimbangan dalam proses
pemilihan Calon Anggota ORI 2021-2026.
75
25-1- 2021 II 1. Tim Pemekaran Papua
(Se-Tanah Tabi & Saireri)
2. Badan Persiapan
Pembentukan Prov Kep
Nias
Catatan Rapat pada Rapat Dengar Pendapat Umum
Komisi II DPR RI dengan Tim Pemekaran Papua (Se-
Tanah Tabi & Saireri) dan Badan Persiapan
Pembentukan Provinsi Kepulauan Nias, dengan agenda
mendapatkan masukan tentang pemekaran, sebagai
berikut:
1. Terdapat 9 daerah di Wilayah Tabi dan Saireri, yaitu:
- Kota Jayapura - Kab. Jayapura - Kab. Keerom -
Kab. Mamberamo Raya - Kab. Sarmi
- Kab. Biak Numfor - Kab. Supiori - Kab. Yapen
- Kab. Waropen
2. Wilayah Tabi dan Saireri meminta untuk tetap
dalam Provinsi Papua lnduk.
3. Terkait penggunaan dana otsus, secara
regulasi 80% untuk Kabupaten/Kota dan 20% untuk
Provinsi.
4. Tetapi terjadi ketidakadilan karena dalam
pelaksanaan Kabupaten Kota lebih kecil, seperti Kota
Jayapura hanya 46 M dan Kabupaten Yapen hanya 35
M dari dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua
sebesar 5.8 T. Dan mengharapkan Komisi II DPR RI
dan aparat penegak hukum menelelusuri hal tersebut.
5. Kepulauan Nias meminta untuk pemekaran
otonomi asimetris karena berada di perbatasan
negara dan pertimbangan kepentingan strategis
nasional (top down). Kepulauan Nias hampir jadi
Provinsi pada tahun 2014, tapi gagal. Untuk itu
jangan dilihat hanya sekarang tapi dulu sudah
memenuhi syarat sebagai Provinsi. Kepulauan Nias
harus dilihat sebagai mana pembentukan Provinsi
Kepulauan Riau.
26-1-2021 II Fit and Proper Test Calon
Anggota Ombudsman RI
Masa Jabatan 2021-2026
Tertutup
27-1-2021 II Calon Anggota
Ombudsman RI Masa
Jabatan 2021-2026
Tertutup
14-1 2021 III Kepala Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK)
Tertutup
18-1- 2021 III KOMPOLNAS Tertutup
20-1-i 2021 III Calon Kapolri Komjen.
Pol. Drs. Listyo Sigit
P0wo, M.Si.
Komisi III DPR RI telah Menyelenggarakan Uji Kelayakan
dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Calon Kapolri
Komjen. Pol. Drs. Listyo Sigit P0wo, M.Si.
76
20-1-2021 III Calon Kapolri Komjen.
Pol. Drs. Listyo Sigit
P0wo, M.Si.
1. Berdasarkan pandangan dan catatan-catatan yang
disampaikan oleh Fraksi-Fraksi Pimpinan dan Anggota
Komisi III DPR RI secara mufakat menyetujui
pemberhetian dengan hormat dari jabatan Kapolri atas
nama Jenderal Polsi Drs Idham azis M.Si, dan
menyetujui pengangkatan Komjen Polisi Drs. Listyo Sigit
P0wo, M.Si, sebagai Kapolri, yang selanjutnya
ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR RI terdekat dan
akan diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Komisi III DPR RI pada hari ini juga akan bersurat
kepada Pimpinan DPR RI agar bisa secepatnya
melaksanakan Rapat Paripurna, guna DPR bisa
menyetujui dan Presiden Joko Widodo bisa melakukan
pelantikan Kapolri yang baru.
3. Komisi III DPR RI pemaparan makalah Listyo Sigit
tentang 'Transformasi Menuju Polri yang Presisi'
menjadi alasan Komisi III DPR RI yang secara mufakat
menyetujui pengangkatannya menjadi Kapolri. Fraksi-
fraksi sepakat menyetujui dengan catatan-catatan
presisi ini bisa dijalankan secara benar, sesuai dengan
apa yang hari ini dipresentasikan.
25-1- 2021 III Ketua Komisi Yudisial Tidak ditemukan kesimpulan. (Fit & Propertest)
26-1- 2021 III Jaksa Agung 1. Komisi III DPR meminta Jaksa Agung untuk
meningkatkan kulitas penanganan perkara secara
cermat dan teliti dengan menerapkan prinsip kehati-
hatian, transparan, dan berkeadilan serta memastikan
penetapan tersangka kasusu korupsi dilakukan setelah
adanya kerugian negara terlebih dahulu dengan tetap
memastikan penegakan hukum yang dilakukan mampu
secara seimbang membantu dalam pengembalian
kerugian negara.
2. Komisi III DPR RI mendukung upaya digitalisasi yang
sedang dilakukan oleh kejaksaan dan mendukung Jaksa
Agung untuk mengoptimalkan pelaksanaannya dengan
mekanisme pengawasan yang dilakukan secara
transparan dan akuntabel sehingga memudahkan
pelaksanaan tugas dan fungsi Kejaksaan.
27-1- 2021 III Calon Hakim Agung dan
Hakim Ad Hoc Pada
Mahkamah Agung
Komisi III DPR RI Menyelenggarakan Uji Kelayakan
Calon Hakim Agung dan Hakim Ad Hoc Pada Mahkamah
Agung atas nama:
1. Andari Yuriko Sari sebagai Calon Hakim Ad Hoc
Hubungan Industrial.
2. Triono Martanto sebagai Calon Hakim Agung Ad Hoc
Pajak.
3. Achmad Jaka Mirdinata sebagai Calon Hakim Ad Hoc
Hubungan Industrial.
4. Banalaus Naipospos sebagai Calon Hakim Ad Hoc
77
Tipikor.
28-1- 2021 III Calon Hakim Agung dan
Hakim Ad Hoc Pada
Mahkamah Agung
Komisi III DPR RI Menyelenggarakan Uji Kelayakan
Calon Hakim Agung dan Hakim Ad Hoc Pada Mahkamah
Agung atas nama:
5. Dr. Petrus Paulus Maturbongs, S.H., M.H. sebagai
Calon Hakim Ad Hoc Tipikor.
6. Dr. Shinitha Yuliansih Sibarani, S.H., M.H. sebagai
Calon Hakim Ad Hoc Tipikor.
7. Yama Dewita sebagai Calon Hakim Ad Hoc Tipikor.
28-1- 2021 III Internal Komisi III DPR RI memberikan persetujuan nama calon
Hakim Agung dan nama calon Hakim Ad Hoc pada
Mahkamah Agung yaitu;
1. Dr. Sinintha Yuliansih Sibarani, S.H., M.H. sebagai
Calon Hakim Ad Hoc Tipikor pada Mahkamah Agung;
2. Achmad Jaka Mirdinata, S.H., M.H. sebagai Calon
Hakim Ad Hoc Hubungan Industrial pada Mahkamah
Agung; dan
3. Dr. Andari Yuriko Sari, S.H., M.H. sebagai Calon
Hakim Ad Hoc Hubungan Industrial pada Mahkamah
Agung.
13-1- 2021 IV 1. Direktur Jenderal
Tanaman Pangan;
2. Direktur Jenderal
Hortikultura;
3. Direktur Jenderal
Peternakan dan
Kesehatan Hewan;
4. Direktur Jenderal
Perkebunan;
5. Direktur Jenderal
Prasarana dan Sarana
Pertanian; dan
6. Kepala Badan
Ketahanan Pangan.
1. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk membatalkan rencana penerapan pola tanam
IP=400 tanaman padi, jagung, dan kedelai, serta
mengusulkan untuk menghitung ulang target produksi
komoditas strategis sesuai dengan daya dukung lahan
serta sarana prasarana pertanian.
2. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian agar
dalam rangka peningkatan produksi padi tidak
mengganggu target pelaksanaan tanaman komoditas
jagung dan kedelai. Selanjutnya, Komisi IV DPR RI
mengusulkan kepada Pemerintah untuk melakukan tata
kelola komoditas kedelai, termasuk di dalamnya
mewajibkan importir untuk menyediakan bibit kedelai
bagi pengembangan kedelai dalam negeri dan menyerap
produksi kedelai petani nasional.
3. Dengan jumlah anggaran yang cukup besar, Komisi IV
DPR RI meminta Kementerian Pertanian c.q. Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk
meningkatkan produksi ternak strategis, dalam rangka
pemenuhan kebutuhan protein bagi masyarakat.
4. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah untuk
melakukan pemisahan wilayah penanaman bawang
putih, yaitu lokasi kegiatan APBN kawasan bawang putih
78
intensifikasi dan lokasi wajib tanam importir penerima
Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH).
5. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah agar dalam
menjalankan program Kartu Tani memprioritaskan
daerah yang sudah memiliki sarana teknologi memadai
dan tetap menyalurkan pupuk bersubsidi secara manual
di daerah yang belum cukup memiliki sarana teknologi
yang memadai.
6. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk mengubah ketentuan Calon Penerima Calon
Lokasi (CPCL) penerima bantuan Pemerintah dalam
Peraturan Menteri Pertanian menjadi lebih fleksibel,
tidak hanya diberikan kepada Gapoktan/Poktan tetapi
juga diberikan kepada lembaga sosial kemasyarakatan,
organisasi/lembaga keagamaan dan pendidikan yang
berbadan hukum.
7. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk menyampaikan data dan laporan tertulis
perkembangan kegiatan food estate secara berkala,
dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan DPR RI.
8. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah untuk
melakukan kajian terhadap alternatif pola penyaluran
pupuk bersubsidi dan pengawasannya, untuk mencari
solusi terhadap mekanisme penyaluran yang setiap
tahunnya selalu mengalami permasalahan.
9. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
memperhatikan aspirasi masyarakat dan regulasi
pendukungnya dalam pengembangan komoditas
pertanian. Selanjutnya, Komisi IV DPR RI meminta
Kementerian Pertanian agar bantuan yang diberikan
kepada masyarakat harus berkualitas, sesuai dengan
standar dan spesifikasi teknis yang telah disepakati, serta
sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah.
10.Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk menyampaikan data jumlah petani dan jumlah
luas lahan seluruh komoditas pertanian, dan
disampaikan kepada Komisi IV DPR RI sebelum Rapat
Kerja dengan Menteri Pertanian.
79
14-1- 2021 IV 1. Direktur Jenderal
Planologi Kehutanan dan
Tata
Lingkungan (PKTL);
2. Direktur Jenderal
Konservasi Sumber Daya
Alam dan
Ekosistem (KSDAE);
3. Direktur Jenderal
Pengendalian Daerah
Aliran Sungai dan
Rehabilitasi Hutan
(PDASRH);
4. Direktur Jenderal
Pengelolaan Hutan
Lestari (PHL); dan
5. Direktur Jenderal
Penegakan Hukum
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
(GAKKUM).
1. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan untuk menyampaikan data:
a. penggunaan kawasan hutan dan penutupan lahan
pada kawasan hutan di masing-masing provinsi di
Indonesia; serta b. kewajiban Penerimaan Negara Bukan
Pajak Penggunaan Kawasan Hutan (PNBP-PKH)
tertunggak dari masing-masing perusahaan Pemegang
Izin, baik Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, Izin Usaha
Pemanfaatan Jasa Lingkungan, maupun Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan (IPPKH) pada masing-masing provinsi di
seluruh Indonesia, selambat-lambatnya 1 (satu) minggu
sejak Rapat Dengar Pendapat hari ini.
4. Komisi IV DPR RI mendorong Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
lebih aktif melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan
seluruh pemangku kepentingan, terutama masyarakat di
dalam dan di sekitar kawasan hutan, untuk
meminimalisir terjadinya permasalahan dalam
pengelolaan kawasan hutan serta pemanfaatan hasil
hutan dan jasa lingkungan.
5. Komisi IV DPR RI mendorong Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
melakukan monitoring, evaluasi, dan pengawasan atas
pelaksanaan:
a. kegiatan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
menjadi kewajiban perusahaan pemegang Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan (IPPKH); serta
b. pembayaran kewajiban Penerimaan Negara Bukan
Pajak Penggunaan Kawasan Hutan (PNBP-PKH)
tertunggak yang menjadi kewajiban Pemegang Izin, baik
Izin Usaha pemanfaatan Hasil Hutan, Izin Usaha
Pemanfaatan Jasa Lingkungan, maupun Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan (IPPKH).
Selanjutnya, Komisi IV DPR RI mendukung dilakukannya
pencabutan izin usaha bagi perusahaan yang tidak
memenuhi kewajiban yang harus dilakukan.
8. Pembangunan sarana dan prasarana serta
pengelolaan Wisata Alam Loh Buaya di Pulau Rinca,
Provinsi Nusa Tenggara Timur, agar memperhatikan
prinsip-prinsip dasar konservasi, serasi dengan
keseluruhan lanskap, meningkatkan keamanan dan
kenyamanan pengunjung, serta mengatur
(membatasi) interaksi pengunjung dengan komodo atau
satwa liar lainnya (as wild as possible).
9. Komsi IV DPR RI mendorong Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
melaksanakan program pemberdayaan serta
peningkatan kapasitas sumber daya manusia di dalam
dan di sekitar kawasan Taman Nasional di seluruh
80
Indonesia sehingga dapat berperan serta dalam kegiatan
operasional wisata alam, termasuk di dalamnya sebagai
operator wisata alam dan pengembangan kerajinan
tangan berbasis kearifan lokal.
10.Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan untuk menindak tegas dan
memberikan sanksi administrasi dengan mencabut izin
usaha serta memberikan sanksi pidana sesuai peraturan
perundangundangan yang berlaku terhadap perusahaan
pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(IUPHHK) di Provinsi Papua yang terbukti melakukan
pembalakan liar dan perdagangan kayu ilegal.
Selanjutnya, Komisi IV DPR RI meminta Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk terus
meningkatkan pengawasan dan pembinaan kepada
perusahaan pemegang IUPHHK.
12.Komisi IV DPR RI mendorong Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan
koordinasi dengan kementerian dan lembaga negara
terkait dalam mengatur kebijakan perimbangan yang
adil dalam pembagian manfaat (Penerimaan Negara
Bukan Pajak – PNBP) atas pengelolaan wisata alam di
dalam kawasan Taman Nasional, yang diatur melalui
peraturan pelaksana dalam rangka memberikan rasa
keadilan bagi masyarakat di dalam dan di sekitar
kawasan Taman Nasional.
18-1-i 2021 IV 1. Direktur Jenderal
Prasarana dan Sarana
Pertanian, Direktur
Jenderal Tanaman
Pangan, serta Kepala
Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM
Pertanian Kementerian
Pertanian;
2. Deputi II Bidang
Koordinasi Pangan dan
Agribisnis Kementerian
Koordinator Bidang
Perekonomian;
3. Direktur Utama PT
Pupuk Indonesia Holding
Company; dan
4. Ketua Umum
Himpunan Bank Milik
Negara (HIMBARA).
1. Komisi IV DPR RI menerima penjelasan yang
disampaikan oleh Direktur Jenderal Prasarana dan
Sarana Pertanian bahwa penebusan pupuk bersubsidi
dapat dilakukan secara manual dengan memperlihatkan
KTP bagi petani yang sudah terdaftar di E-RDKK namun
belum mendapatkan Kartu Tani.
2. Komisi IV DPR RI mendukung kebijakan kenaikan
Harga Eceran Tertinggi (HET) dengan syarat tidak terjadi
penyimpangan HET, ketersediaan pupuk bersubsidi
mencukupi, mudah diakses oleh petani, penyaluran
pupuk bersubsidi sesuai dengan prinsip 6 (enam) tepat,
dan peningkatan pengawasan secara lebih efektif.
3. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah untuk mengkaji
ulang perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) pupuk
bersubsidi agar benar-benar efisien dan tidak ada
penyimpangan mulai pengadaan bahan baku hingga
biaya distribusi kepada petani.
4. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah melibatkan
peran serta masyarakat untuk meningkatkan
pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi oleh PT
Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), yang
81
didukung dengan penegakan hukum yang diberlakukan
kepada para pihak yang terkait.
5. Komisi IV DPR RI menilai terdapat kelemahan dalam
pelaksanaan kebijakan pupuk bersubsidi. Untuk itu,
Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah untuk
mengevaluasi kebijakan operasional penyaluran yang
mampu mengatasi masalah klasik distribusi, mulai dari
perencanaan sampai dengan mekanisme distribusi.
6. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah segera
melaporkan perhitungan kurang bayar pupuk bersubsidi
Periode 2017-2020 dan penyebabnya, disertai dengan
data dukung terkait.
7. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah untuk mengkaji
ulang komposisi pemberian pupuk bersubsidi dengan
diimbangi pemberian pupuk organic yang lebih ramah
lingkungan dan memperbaiki struktur tanah akibat
penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus.
8. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah c.q.
Kementerian Pertanian dan PIHC untuk menyampaikan
data/laporan, antara lain:
a. Time line/jadwal dalam penyelesaian pembagian
Kartu Tani termasuk dengan penyelesaian
pengadaan/pengoperasian infrastruktur pendukungnya
sampai pada tingkat Lini IV;
b. Laporan penyaluran tambahan pupuk bersubsidi
Tahun 2020 senilai Rp3,1 triliun yang tidak mampu
mengatasi kelangkaan pupuk di daerahdaerah; dan
c. Data stok pupuk dari Lini I (pabrik) hingga Lini IV (kios
pengecer).
9. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah menyampaikan
hasil kajian kebijakan alternatif lain pemberian subsidi
petani yang lebih berdampak langsung terhadap
kesejahteraan petani, selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan sejak RDP hari ini.
82
19-1- 2021 IV 1. Direktur Jenderal
Hortikultura dan Kepala
Badan Karantina
Pertanian Kementerian
Pertanian;
2. Deputi II Bidang
Koordinasi Pangan dan
Agribisnis
Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian;
dan
3. Direktur Jenderal Bea
dan Cukai Kementerian
Keuangan.
2. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk meninjau Permentan mengenai Rekomendasi
Impor Produk Hortikultura dan melakukan perbaikan
dengan mengatur kewajiban importir produk
hortikultura untuk memiliki gudang sendiri/sewa,
bangunan pendingin untuk produk hortikultura yang
diimpor.
3. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk mengkaji mekanisme penetapan lokasi wajib
tanam bawang putih maksimal 3 (tiga) hamparan dan
tidak tersebar.
4. Komisi IV DPR RI meminta kepada Pemerintah untuk
mengkaji kebijakan pengembangan bawang putih
melalui mekanisme yang mewajibkan
perusahan importir bawang putih untuk menanam
bawang putih yang sulit pengawasannya dengan
menyediakan benih bawang putih bagi petani
sebagai kompensasi dari ijin RIPH yg diperolehnya.
5. Komisi IV DPR RI mendukung upaya Pemerintah
dalam pengembangan hortikultura yang dilakukan
melalui berbagai skema maupun program yang
lebih masif dengan tujuan penerima manfaat terbesar
adalah petani.
6. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah c.q.
Kementerian Pertanian untuk
menyusun peta pengembangan produk hortikultura
nasional yang mengacu,
antara lain sesuai agroekosistem dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan
petani.
7. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk melaporkan rencana pengembangan sentra
hortikultura yang mencakup rencana kebijakan
operasional, tahapan/jadwal pembangunan
infrastruktur; pelaksanaan budidaya sampai dengan
pemasaran; pola pengembangan; sarana dan prasarana
pendukung dan anggaran yang bersumber dari
pemerintah, swasta, dan petani.
83
20-1- 2021 IV 1. Direktur Jenderal
Perkebunan Kementerian
Pertanian;
2. Direktur Jenderal
Perbendaharaan
Kementerian Keuangan;
dan
3. Direktur Utama Badan
Pengelola Dana
Perkebunan
Kelapa Sawit.
1. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah untuk
meningkatkan alokasi penyaluran dana yang dihimpun
untuk peremajaan kelapa sawit. Selanjutnya Komisi IV
DPR RI meminta Pemerintah untuk menyesuaikan
besaran bantuan dana peremajaan sebesar
Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah), sehubungan
dengan dana hanya cukup membiayai kegiatan
peremajaan sampai tahun pertama saja.
2. Komisi IV DPR RI memahami penggunaan dana
BPDPKS untuk hilirisasi biodiesel, namun Komisi IV DPR
RI meminta agar penggunaan dana BPDPKS lebih
berpihak kepada peningkatan kesejahteraan petani
kelapa sawit.
3. Komisi IV DPR RI menilai penyederhanaan
persyaratan yang ditetapkan oleh Pemerintah tidak
memberikan dampak yang signifikan dalam pencapaian
kinerja Peremajaan Sawit Rakyat. Untuk itu, Komisi IV
DPR RI meminta Pemerintah untuk memperbaiki
persyaratan dalam penyaluran Peremajaan Sawit
Rakyat sehingga tercapai target sasaran Peremajaan
Sawit Rakyat dengan melibatkan stakeholder terkait
dalam waktu 1 (satu) bulan.
4. Komisi IV DPR RI meminta kepada Pemerintah
menjamin benih sawit yang dipergunakan untuk
peremajaan sesuai dengan syarat teknisnya.
Selanjutnya, Komisi IV DPR RI meminta agar anggaran
peningkatan jaminan kualitas benih sawit tersebut agar
dibebankan kepada BPDPKS di luar dari anggaran
Peremajaan Sawit Rakyat yang ditransfer kepada
petani.
5. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah untuk segera
menyelesaikan permasalahan terkait data luasan
perkebunan kelapa sawit, data produksi, serta
permasalahan legalitas lahan terutama lahan yang
menjadi prioritas program Peremajaan Sawit Rakyat,
agar program Peremajaan Sawit Rakyat dapat segera
dipercepat dan dana yang berasal dari Badan Pengelola
Dana Perkebunan Kelapa Sawit digunakan dengan
prioritas untuk Peremajaan Sawit Rakyat.
6. Komisi IV DPR RI meminta kepada Pemerintah untuk
menyelesaikan legalitas lahan petani peserta
peremajaan yang berasal dari kawasan hutan dan
kegiatan program Pemerintah seperti PIR-BUN, PIR-
Trans, PIR-KKPA serta petani plasma dan swadaya
dengan program khusus yang pendanaannya diusulkan
dari dana BPDPKS.
7. Komisi IV DPR RI mengusulkan kepada Pemerintah
untuk me-redesign kelembagaan BPDPKS, yang
transparan dan akuntabel, dengan struktur
84
kelembagaan yang lebih membawa manfaat bagi petani
sawit rakyat.
8. Komisi IV DPR RI meminta kepada Pemerintah untuk
melakukan pembinaan kepada petani sawit yang belum
tergabung dalam kelembagaan petani, sehingga
terbentuk kelembagaan petani yang kuat dan mampu
mengadopsi berbagai program pembangunan yang
dilakukan Pemerintah termasuk peremajaan tanaman
secara optimum.
9. Komisi IV DPR RI meminta kepada Pemerintah agar
secara progresif menyusun grand design pemanfaatan
dana perkebunan yang peruntukannya digunakan untuk
pengembangan sumber daya manusia, penelitian dan
pengembangan, promosi perkebunan, peremajaan
tanaman perkebunan, dan/atau sarana dan prasarana
perkebunan, agar program kelapa sawit berkelanjutan
dapat dinikmati oleh petani kelapa sawit.
10. Komisi IV DPR RI meminta kepada BPDPKS agar
menjamin ketersediaan dana sesuai dengan target
alokasi peremajaan yang sudah ditetapkan dan
mentransfernya dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan
setelah rekomendasi teknis disetujui dan diajukan oleh
Direktorat Jenderal Perkebunan.
11. Komisi IV DPR meminta kepada Pemerintah untuk
melaporkan kemajuan Peremajaan Sawit Rakyat dan
permasalahan yang dihadapinya secara berkala kepada
Komisi IV DPR RI.
20-1-2021 IV 1. Ketua Umum Asosiasi
Kedelai Indonesia,
2. Ketua Umum Koperasi
Produsen Tahu Tempe
Indonesia, dan
3. para Dirut 10
Perusahaan terkait impor
kedela.
Tidak ditemukan kesimpulan.
21-1- 2021 IV Eselon I KKP:
1. Dirjen Perikanan
Tangkap;
2. Dirjen Perikanan
Budidaya;
3. Dirjen Penguatan daya
Saing;
4. Dirjen Pengelolaan
Ruang Laut;
5. Irjen Kementerian
Kelautan Perikanan;
Rapat ditunda.
85
6. Ka. Badan Riset SDM
Kelautan
25-1- 2021 IV Menteri Pertanian 5. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk melakukan evaluasi program dan kegiatan tahun
2020 serta meminta untuk tidak melanjutkan program
dan kegiatan yang berjalan tidak sesuai harapan atau
bermasalah. Selanjutnya, Komisi IV DPR RI meminta
kepada Pemerintah menunda kegiatan yang tidak
prioritas, kegiatan yang tingkat resiko kegagalannya
tinggi atau bermasalah, serta kegiatan yang tidak
berdampak secara signifikan dalam pencapaian target
produksi nasional.
6. Komisi IV DPR RI meminta kepada Kementerian
Pertanian dan PT Pupuk Indonesia Holding Company
(PIHC) untuk memastikan SK Dinas Kabupaten/Kota
mengenai Penetapan Pupuk Bersubsidi telah disahkan
oleh Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, agar tidak
terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi dan melarang
distributor/kios menjual pupuk dalam bentuk paket
penjualan subsidi dan subsidi lain (saprodi) maupun
subsidi dan non subsidi, sesuai dengan E-RDKK. Apabila
masih terjadi pelanggaran maka PIHC akan mencabut
izin serta melanjutkan proses hukum.
7. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah untuk
meningkatkan pengawasan penyaluran Pupuk
Bersubsidi oleh PIHC, yang didukung dengan penegakan
hukum yang diberlakukan kepada para pihak yang
terkait.
8. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk melakukan perencanaan dan mitigasi dengan
baik seluruh upaya penyediaan pangan kebutuhan
pokok masyarakat, terutama menghadapi hari-hari
besar keagamaan melalui suplai utama dari produksi
dalam negeri dan melalui sumber-sumber lainnya
dengan tetap memperhatikan daya beli masyarakat dan
pendapatan petaninya. Selanjutnya Komisi IV DPR RI
akan melakukan rapat dengan Perusahaan holding
BUMN Pangan.
9. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk melakukan evaluasi menyeluruh kegiatan food
estate tahun 2020 dan melakukan perencanaan ulang
kegiatan food estate tahun 2021 dengan cermat agar
tidak terjadi kegagalan dan hasilnya berdampak
signifikan terhadap produksi nasional.
10. Komisi IV DPR RI bersepakat dengan Kementerian
Pertanian untuk mengubah ketentuan Calon Penerima
Calon Lokasi (CPCL) penerima bantuan Pemerintah
86
dalam Peraturan Menteri Pertanian menjadi lebih
fleksibel, tidak hanya diberikan kepada
Gapoktan/Poktan tetapi juga diberikan kepada lembaga
sosial kemasyarakatan, organisasi/lembaga keagamaan
dan pendidikan yang berbadan hukum.
11. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah c.q
Kementerian Pertanian untuk menyusun kebijakan dan
grand design pengembangan Kedelai nasional secara
komprehensif dari mulai budi daya sampai dengan
industri dan agribisnis hilirnya. Selanjutnya, Komisi IV
DPR RI mengusulkan kepada Pemerintah untuk
mengatur tata kelola dan importasi komoditas kedelai
yang memotivasi petani untuk menanam komoditas
kedelai.
12. Komisi IV DPR RI meminta kepada Kementerian
Pertanian untuk meningkatkan peran dan fungsi Badan
Ketahanan Pangan dengan memberikan tambahan
tugas dalam penanganan pengolahan dan pemasaran
hasil pertanian.
13. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah c.q.
Kementerian Pertanian untuk merekomendasikan
BumDes/Koperasi sebagai penyalur Pupuk Bersubsidi.
27-1- 2021 IV Menteri Kelautan dan
Perikanan
7. Komisi IV DPR RI mendesak Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk mencabut perizinan kebijakan ekspor
Benih Bening Lobster (BBL) ke luar negeri sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan karena hingga saat ini
belum diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang
Penetapan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
sehingga hal tersebut menjadikan adanya peluang
terjadinya penyimpangan dan pelanggaran, sebaiknya
Kementerian Kelautan dan Perikanan fokus melakukan
budidaya lobster agar nilai jualnya lebih bagus/tinggi dan
ekosistem dapat lestari serta mampu meningkatkan
ekonomi pembudidaya ikan.
8. Komisi IV DRP RI meminta Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk meningkatkan pengawasan patroli
secara optimal di daerah-daerah yang mempunyai
potensi jalur penyelundupan lalu-lintas Benih Bening
Lobster (BBL) secara illegal.
9. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk memberikan kemudahan dan tidak
mempersulit segala persyaratan program dan kegiatan
bantuan pemerintah di Peraturan Menteri atau Petunjuk
Teknis/Petunjuk Pelaksanaan kepada kelompok nelayan,
kelompok pembudidaya ikan, kelompok pengolah dan
pemasar, kelompok petambak garam, organisasi sosial
keagamaan kemasyarakatan/organisasi kepemudaan,
87
lembaga pendidikan (pondok pesantren) yang berbadan
hukum dan lain-lainnya sehingga akan mempercepat
proses verifikasi dan validasi yang memerlukan cukup
waktu, mengingat lokasi kelompok-kelompok calon
penerima bantuan pemerintah jaraknya cukup jauh di
setiap daerah.
10. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk mensosialisasikan program dan
kegiatan yang berhubungan dengan bantuan
masyarakat secara transparan, jelas dan komitmen di
awal tahun 2021 sebagaimana evaluasi dalam Rapat
Dengar Pendapat tanggal 21 Januari 2021, agar
masyarakat yang berminat terhadap bantuan
pemerintah kelautan perikanan dapat segera
mengusulkan, melengkapi dan melakukan persiapan
secara dini agar waktunya luas tidak mepet/sempit
sehingga program dan kegiatan yang dituju/disasar
dapat terealisasi dengan baik, aman, tepat sasaran, serta
dapat membahagiakan seluruh rakyat Indonesia.
11. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk mengkaji ulang kebijakan tata kelola
daerah penangkapan ikan oleh kapal cantrang dan alat
penangkapan ikan (API) yang termasuk pukat hela dan
pukat tarik di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)
secara adil, tegas dan tuntas paling lama 1 (satu) bulan
untuk dilaporkan kepada Komisi IV DPR RI, terutama
kapal yang berukuran di bawah 30GT dan yang
berukuran di atas 30GT, mengingat saat ini ada konflik
horizontal/gejolak di lapangan karena belum ada
pengaturan secara jelas.
1-2- 2021 IV Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
3. Komisi IV DPR RI mendorong Pemerintah untuk
melaksanakan pengembangan pemanfaatan sampah
menjadi bahan baku energi RefuseDerived Fuel (RDF)
dalam rangka menyelesaikan permasalahan
pengelolaan sampah di Indonesia. Selanjutnya Komisi IV
DPR RI meminta Pemerintah c.q. Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan
kajian lebih lanjut mengenai kelayakan usaha
pengembangan RDF sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan kebijakan pemanfaatan sampah
perkotaan sebagai bahan baku energi.
4. Komisi IV DPR RI kembali mendorong Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
melakukan penegakan hukum atas kasus penggunaan
kawasan hutan non prosedural, khususnya untuk
kegiatan perkebunan kelapa sawit dan pertambangan.
Selanjutnya Komisi IV DPR RI meminta Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk meningkatkan
koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait,
88
termasuk aparat penegak hukum, dalam rangka
meningkatkan target penyelesaian proses penegakan
hukum atas kasus kejahatan lingkungan hidup dan
kehutanan, yang berdasarkan informasi yang
disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan terdapat sekitar Rp19,3 Triliun dari 28 kasus
gugatan selama tahun 2015-2020, yang belum
tereksekusi. Dalam hal ini Komisi IV DPR RI meminta
kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
untuk menyampaikan data mengenai nama-nama
perusahaan yang melakukan tindak pidana
sebagaimana kasus gugatan perdata dimaksud, dan
diserahkan selambatnya 1 (satu) minggu setelah Rapat
Kerja hari ini.
5. Komisi IV DPR RI mendorong Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove untuk
melaksanakan percepatan pelaksanaan kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan, termasuk di dalamnya
rehabilitasi ekosistem gambut dan mangrove, dengan
terus meningkatkan koordinasi dengan Kementerian/
Lembaga terkait, diantaranya dengan Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, dan
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta
Pemerintah Daerah (baik Pemerintah Provinsi maupun
Pemerintah Kabupaten/Kota).
6. Komisi IV DPR RI mendorong Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
melakukan monitoring, evaluasi, dan pengawasan atas
pelaksanaan:
a. Kegiatan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
menjadi kewajiban perusahaan pemegang Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan (IPPKH); serta
b. Pembayaran kewajiban Penerimaan Negara Bukan
Pajak Penggunaan Kawasan Hutan (PNBP-PKH)
tertunggak yang menjadi kewajiban Pemegang Izin, baik
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, Izin Usaha
Pemanfaatan Jasa Lingkungan, maupun Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan (IPPKH). Selanjutnya, Komisi IV
DPR RI mendukung dilakukannya pencabutan izin usaha
bagi perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban yang
harus dilakukan.
7. Komisi IV DPR RI mendorong Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
memprioritaskan program dan kegiatan dalam
rangka menjaga kawasan hutan serta menjaga hutan
yang saat ini masih tersisa. Hal ini menjadi concern
Komisi IV DPR RI mengingat kondisi (baik kualitas
maupun kuantitas) hutan Indonesia yang semakin
89
turun.
8. Komisi IV DPR RI mendukung Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
melaksanakan program pengembangan tanaman
bambu, dan mendorong pengalokasian anggaran dalam
rangka penyiapan bibit jenis bambu pada wilayah yang
memiliki kesesuaian lahan untuk tanaman bambu,
seperti kanan kiri sungai, daerah dengan kelerengan
curam, serta daerah rawan longsor. Selanjutnya Komisi
IV DPR RI meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan untuk melakukan kajian atas potensi
pengembangan hutan bambu di Indonesia, mengingat
manfaat dari pengembangan hutan bambu berupa
restorasi ekosistem dan peningkatan ekonomi bagi
masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan.
9. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan c.q. Direktorat Jenderal
Pengolahan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun
Berbahaya untuk meningkatkan alokasi anggaran dalam
rangka memberikan bantuan untuk pengolahan
sampah organik dan anorganik kepada Pemerintah
Daerah, sesuai mekanisme dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
10. Komisi IV DPR RI meminta kepada Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis atas kebijakan
pengelolaan kawasan hutan (baik penggunaan maupun
pelepasan kawasan hutan) yang mengakibatkan
penurunan luas kawasan hutan, yang menjadi salah
satu penyebab kerusakan lingkungan hidup dan
kehutanan. Kajian ini agar dapat disampaikan dalam
waktu 2 (dua) bulan sejak Rapat Kerja hari ini, bersama-
sama dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang
diminta oleh Komisi IV DPR RI sebagaimana kesimpulan
Rapat Kerja yang dilaksanakan pada tanggal 19 Februari
2020 yang lalu.
90
2-2- 2021 IV 1. Sekretaris Jenderal;
2. Direktur Jenderal
Tanaman Pangan;
3. Direktur Jenderal
Hortikultura;
4. Direktur Jenderal
Prasarana dan Sarana
Pertanian;
5. Kepala Badan
Ketahanan Pangan;
Kementerian Pertanian.
2. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
agar kegiatan yang dirancang berdasarkan tupoksi,
skala prioritas, dan sesuai kebutuhan di daerah
sehingga berdampak langsung kepada petani serta
kegiatan memberikan kontribusi yang besar terhadap
produksi pangan nasional.
4. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk memberi jaminan kepada petani mengenai aspek
After Sales Service dalam kegiatan
pembangunan pertanian yang menggunakan alat dan
mesin pertanian, baik prapanen maupun pascapanen.
5. Komisi IV DPR RI mengusulkan kepada Pemerintah
melalui Kementerian Pertanian agar melakukan kajian
revisi kriteria petani penerima Pupuk bersubsidi dari
Petani yang memiliki lahan 2 Ha menjadi Petani dengan
lahan kurang dari 1 Ha, sehingga seluruh petani miskin
di Indonesia wajib menerima Pupuk bersubsidi.
6. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah c.q.
Kementerian Pertanian untuk berkoordinasi dengan
Kementerian/Lembaga terkait pelaksanaan kegiatan
Food Estate dan meninjau kembali kegiatan/anggaran
Food Estate yang terdapat di seluruh Eselon I
Kementerian Pertanian.
3-2- 2021 IV 1. Sekretaris Jenderal;
2. Inspektur Jenderal;
3. Direktur Jenderal
Perkebunan;
4. Direktur Jenderal
Peternakan dan
Kesehatan Hewan;
5. Kepala Badan
Penelitian dan
Pengembangan
Pertanian;
6. Kepala Badan
Penyuluhan dan
Pengembangan SDM
Pertanian; serta
7. Kepala Badan
Karantina Pertanian
Kementerian Pertanian.
3. Komisi IV DPR RI mengusulkan Kementerian
Pertanian untuk melakukan inovasi dalam
menghasilkan benih unggul yang dibutuhkan petani.
Selanjutnya, Komisi IV DPR RI mendorong Kementerian
Pertanian agar dalam penyediaan benih
memperioritaskan benih unggul produksi dalam
negeri.
4. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
agar kegiatan penumbuhan usaha bersama petani
direncanakan dengan cermat sehingga tidak
menimbulkan permasalahan dan tidak terjadi kasus
seperti pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP) yang mengalami kegagalan dalam
pelaksanaannya.
5. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
agar melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang selalu
menimbulkan masalah atau menjadi temuan BPK, dan
meminta Kementerian Pertanian tidak mengusulkan
kembali kegiatan yang bermasalah/temuan BPK serta
direalokasi pada kegiatan baru atau kegiatan lain yang
lebih baik dan bermanfaat untuk masyarakat.
Selanjutnya Komisi IV DPR RI meminta Kementerian
Pertanian untuk tidak melaksanakan kegiatan dan
program yang tidak disepakati dalam rapat ini.
6. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk menyampaikan kepada Komisi IV DPR RI semua
91
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis
(Juknis) terkait dengan pemberian bantuan kepada
petani Tahun 2021.
7. Komisi IV DPR RI menerima penjelasan Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, mengenai
standar dan spesifikasi teknis bantuan ternak
sapi, yaitu:
a. Indukan umur 18-36 bulan, dilengkapi dengan surat
keterangan kelahiran dari farm asal atau hasil
pemeriksaaan gigi maksimal poel 2 pasang oleh
tim teknis, pengadaan ternak jantan dapat dilakukan
sesuai dengan kebutuhan;
b. Sesuai dengan standar daerah/standar dari sumber
lainnya;
c. Dilengkapi dengan Surat Keterangan Status
Reproduksi (SKSR) dari dokter hewan berwenang;
d. Bebas cacat fisik dan dinyatakan sehat yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan
(SKKH) dari dokter hewan berwenang; dan
e. Mempertimbangkan status penyakit dan situasi
wilayah asal ternak, dan tujuan distribusi ternak.
Selanjutnya Komisi IV DPR RI meminta Kementerian
Pertanian agar bantuan ternak sapi yang diberikan
kepada masyarakat sesuai dengan standar dan
spesifikasi teknis tersebut.
8. Komisi IV DPR RI meminta kepada Pemerintah dalam
rangka meningkatkan pembangunan subsektor
Perkebunan dan mendorong pertumbuhan ekspor
komoditi perkebunan untuk memanfaatkan skema
pembiayaan/kredit yang berbunga rendah, antara lain
melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
bunganya di bawah 6 persen.
9. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk mengoptimalkan kegiatan pengendalian dan
penanggulangan penyakit hewan, khususnya penyakit
hewan yang bersifat Zoonosis dan penyakit lainnya,
antara lain penyakit African Swine Fever (ASF), sehingga
perkembangannya dapat terkendali dan tidak
mengancam pada kesehatan manusia.
4-2- Februari
2021
IV Eselon I Kementerian
Kelautan dan Perikanan
2. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan
Perikanan dalam melakukan Refocusing dan realokasi
anggaran Tahun 2021 akibat pemotongan belanja,
wajib mengikuti saran dan masukan Komisi IV DPR RI
pada Rapat Dengar Pendapat ini, antara lain:
c. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk berkomitmen dalam menjalankan/
melaksanakan Program dan Kegiatan tahun 2021 sesuai
dengan target dan sasaran yang sudah disepakati di
dalam Rapat Dengar Pendapat hari ini agar pelaksanaan
92
dan implementasinya dilakukan dengan cepat, tepat
dan fokus, sesuai dengan waktu yang tersedia dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat kelautan
perikanan.
d. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk berkomitmen menyelesaikan
peraturan Juklak/Juknis/Pedoman Program dan
Kegiatan tahun 2021 yang belum selesai dengan
memperhatikan kepada kelompok nelayan, kelompok
pembudidaya ikan, kelompok pengolah dan pemasar,
kelompok petambak garam, sosial keagamaan
(pondok pesantren), kepemudaan dan lain-lainnya,
selanjutnya segera melakukan sosialisasi kepada
masyarakat kelautan perikanan secara luas agar
bantuan pemerintah dapat dengan cepat dipublikasi,
divalidasi dan diakses di awal tahun.
e. Komisi IV DPR RI mendorong Kementerian Kelautan
dan Perikanan untuk menggunakan sistem database
kekinian atau web dalam rangka menampung usulan
aspirasi masyarakat, guna memudahkan monitoring
dan pelaksanaan bantuan pemerintah di daerah
masing-masing.
f. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan
Perikanan mendorong peningkatan dan pengembangan
Progam dan Kegiatan tahun 2021 di Sekolah Usaha
Perikanan Menengah (SUPM) dan Politeknik Kelautan
Perikanan terutama bagi anak-anak pelaku utama
kelautan perikanan agar mendapatkan pendidikan, dan
pembinaan setelah lulus, seperti pendampingan modal
usaha, ketrampilan (skill), pengolahan dan pemasaran
hasil perikanan.
8-2- 2021 IV Menteri Pertanian 3. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
agar meningkatkan volume kegiatan pengembangan
dan intensifikasi komoditas pertanian yang
dilaksanakan dengan pola padat karya, sehingga
meningkatkan partisipasi petani dalam menjaga
kualitas kegiatan sekaligus memberikan tambahan
penghasilan langsung petani pelaksana kegiatan.
4. Komisi IV DPR RI meminta kepada Pemerintah untuk
memperhatikan Petani yang mengalami gagal panen
secara cermat akibat dampak bencana alam banjir atau
kekeringan agar mereka tetap memiliki penghasilan dan
dapat tetap berproduksi, antara lain; melalui bantuan
kegiatan padat karya, bantuan sarana produksi, serta
program asuransi pertanian guna mengurangi resiko
kerugian.
5. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk lebih meningkatkan peran tenaga Penyuluh
dalam melakukan pendampingan, penyuluhan serta
93
menyebarluaskan program Kementerian Pertanian.
Selanjutnya Komisi IV DPR RI mendorong Kementerian
Pertanian untuk melibatkan lulusan SMK Pembangunan
Pertanian dan Politeknik Pembangunan Pertanian
dalam upaya mengatasi kekurangan tenaga penyuluh
pertanian.
6. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk meniadakan kegiatan-kegiatan yang tidak
berdampak langsung pada peningkatan produksi, dan
kegiatan yang selalu menimbulkan masalah atau
menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
menjadi kegiatan yang lebih baik dan bermanfaat untuk
masyarakat. Selanjutnya Komisi IV DPR RI meminta
Kementerian Pertanian untuk tidak melaksanakan
kegiatan dan program yang tidak disepakati dalam
rapat ini, antara lain rencana penerapan pola tanam IP
400 padi dan pengembangan jagung dengan pola
Penanaman Areal Tanam Baru (PATB).
7. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
agar dalam pendistribusian/pembagian Bantuan
Pangan, Bantuan Benih, Bantuan Alat dan Mesin
Pertanian, serta bantuan lain dilakukan secara adil
merata, transparan, dan akuntabel; dengan kriteria
penerima yang lebih fleksibel sehingga dapat
menjangkau petani di daerah sesuai prosedur-aturan
yang berlaku.
8. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
untuk mensosialisasikan Program dan Kegiatan yang
berhubungan dengan bantuan masyarakat secara
transparan, jelas, dan sesuai dengan keputusan Rapat
Dengar Pendapat tanggal 2 dan 3 Februari 2021, agar
calon penerima dapat segera mengusulkan,
melengkapi, serta melakukan persiapan sejak awal
sehingga program dan kegiatan dapat terlaksana
dengan baik.
9. Komisi IV DPR RI meminta agar ada Norma Standar
Prosedur dan Kriteria baku yang dapat dijadikan
indikator keberhasilan dalam memutuskan
pengembangan kawasan food estate di satu daerah.
Selanjutnya Komisi IV DPR RI meminta Kementerian
Pertanian untuk melakukan evaluasi sampai akhir April
Tahun 2021 dan segera dilaporkan ke Komisi IV DPR RI.
10. Komisi IV DPR RI meminta kepada pemerintah
untuk segera menyelesaikan permasalahan pupuk
besubsidi utamanya terkait dengan ketersediaan dan
penyaluran sesuai dengan prinsip 6 (enam) tepat.
Selanjutnya Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah
segera untuk mengkaji luasan maksimum setiap petani
yang mendapat alokasi bantuan pupuk bersubsidi,
94
dengan harapan sebaran petani penerima pupuk
bersubsidi semakin meningkat.
11. Komisi IV DPR RI akan melaksanakan Rapat Kerja
khusus untuk membahas distribusi Pupuk bersubsidi
dalam rangka mencari solusi guna memperbaiki
permasalahan terkait penyaluran pupuk bersubsidi.
12. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian
segera menyelesaikan dokumen perincian program
kerja dan anggaran, untuk kemudian diserahkan ke
Komisi IV DPR RI paling lambat 2 (dua) hari setelah
Rapat Kerja hari ini.
13. Komisi IV DPR RI meminta kepada Himpunan Bank
Milik Negara (HIMBARA) untuk segera memberikan
Time line/jadwal dalam penyelesaian pembagian Kartu
Tani termasuk dengan penyelesaian pengadaan/
pengoperasian infrastruktur Tahun 2021. Selanjutnya,
Komisi IV DPR RI meminta kepada HIMBARA untuk
melaporkan secara berkala per-3 bulan progres
pembagian Kartu Tani beserta penggunaannya.
14. Komisi IV DPR RI mendorong Kementerian Pertanian
untuk meningkatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang
Pertanian di Tahun 2022 untuk mendukung program
Ketahanan Pangan nasional dengan kriteria yang
disusun kemudian.
9-2- 2021 IV Menteri Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan
3. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
meningkatkan pengawasan dan pembinaan kepada
seluruh Lembaga Konservasi di Indonesia. Selanjutnya
Komisi IV DPR RI mendorong Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
memberikan sanksi yang tegas kepada Lembaga
Konservasi yang terbukti melakukan kesalahan dan
kelalaian.
4. Komisi IV DPR RI mendorong Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
melakukan pembinaan kepada seluruh pemegang izin
industri agar terus melakukan upaya pengendalian
pencemaran lingkungan akibat operasional industri
yang dilakukannya. Selanjutnya Komisi IV DPR RI
meminta Pemerintah c.q. Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan untuk mendorong seluruh
pemegang izin industri untuk melakukan pembinaan,
pemberdayaan dan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di sekitar lokasi industri.
6. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
menyusun strategi dalam rangka percepatan target
pelaksanaan pengembangan pemanfaatan
95
keanekaragaman hayati dan ekosistem, termasuk di
dalamnya pengembangan wisata alam di dalam
kawasan konservasi, dengan catatan tidak merusak
bentang alam, yang berpotensi meningkatkan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di sector
lingkungan hidup dan kehutanan.
7. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan untuk melakukan kajian atas
urgensi peningkatan kualitas dan kuantitas sumber
daya manusia di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan dalam rangka pelaksanaan tugas
penjagaan kawasan hutan serta pendampingan dalam
pemberdayaan masyarakat di dalam dan di sekitar
kawasan hutan. Selanjutnya, Komisi IV DPR mendukung
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
mengajukan penambahan jumlah Polisi Hutan (Polhut)
kepada Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (PANRB).
8. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan meningkatkan koordinasi dengan
Kementerian/ Lembaga terkait serta Pemerintah
Daerah (baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah
Kabupaten/Kota) dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi terkait pencegahan dan pemberantasan
perdagangan Ilegal tumbuhan dan satwa liar.
9. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang telah
dilaksanakan sejak tahun 2004. Selanjutnya Komisi IV
DPR RI meminta Pemerintah c.q. Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menyampaikan
data (baik data tabulasi maupun data spasial) atas
realisasi penanaman dan potensi tegakan yang
dihasilkan dari kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan
dimaksud, dan diserahkan kepada Komisi IV DPR RI
dalam waktu 2 (dua) minggu sejak Rapat Kerja hari ini.
10. Komisi IV DPR RI meminta Pemerintah c.q.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
menyampaikan data penggunaan dan pelepasan
kawasan hutan prosedural dan non prosedural selama
periode tahun 2004 s.d 2020, dan diserahkan kepada
Komisi IV DPR RI dalam waktu 2 (dua) minggu sejak
Rapat Kerja hari ini.
96
9-2- 2021 IV Menteri Kelautan dan
Perikanan
3. Komisi IV DPR RI mendukung Kementerian Kelautan
dan Perikanan untuk meningkatkan nilai Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) dan volume ekspor hasil
kelautan perikanan secara bertahap hingga tahun 2024
melalui komoditas unggulan.
6. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk melaksanakan pendampingan dan
supervisi/pengawasan secara internal yang intensif oleh
Inspektorat Jenderal terhadap setiap program dan
kegiatan tahun 2021, guna peningkatan penyerapan
anggaran dan peningkatan bantuan pemerintah yang
tepat sasaran sebagaimana usulan dan kebutuhan
aspirasi masyarakat kelautan perikanan agar lebih
sejahtera/makmur.
7. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk meningkatkan penyerapan realisasi
anggaran bantuan pembiayaan
permodalan dan membuat formulasi model sistem
penyaluran dana kelola BLU-LPMUKP dan KUR sektor
kelautan perikanan sehingga pelaku usaha kecil
menengah dapat meningkatkan kualitasnya melalui
pendampingan usaha budi daya, penangkapan,
pengolahan dan pemasaran, jasa perikanan dan
pergaraman serta masyarakat pesisir yang berdaya
saing.
8. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas,
mutu dan kemasan produk hasil perikanan dalam
penyaluran bantuan pemerintah, seperti kegiatan
gemarikan, bakti nelayan, bakti mutu karantina dalam
rangka meningkatkan kesehatan dan imun tubuh
masyarakat kelautan perikanan.
9. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk mengevaluasi Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu (SKPT) di pulau-pulau
terluar Indonesia agar pembangunannya tidak
mangkrak dan menjadi monumen sehingga perlu upaya
memfokuskan beberapa SKPT saja yang menjadi
prioritas untuk dikembangkan, mengingat anggarannya
terbatas.
10. Komisi IV DPR RI mendorong Kementerian Kelautan
dan Perikanan untuk menjalankan/operasional
Integrated Aquarium and Marine Research Institute
(IAMARI) di Kab. Pengandaran dan Pulau Morotai
Maluku Utara guna optimalisasi pemanfaatan
pembangunan yang sudah dilaksanakan.
11. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan
dan Perikanan untuk menyusun perencanaan Lumbung
Ikan Nasional (LIN) di Provinsi Maluku dan Provinsi
97
Maluku Utara yang sesuai dengan potensi, karakteristik
dan peruntukan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K).
12. Komisi IV DPR RI mendukung Kementerian Kelautan
dan Perikanan untuk terus menjaga ekosistem sumber
daya ikan (SDI) di seluruh wilayah perairan Indonesia
melalui peningkatan operasi kapal pengawas di
Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan, terutama di perairan yang berpotensi
terjadinya Ilegal Unreported and Unregulated Fishing
(IUU Fishing).
13. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan
dan Perikanan berkewajiban dan berkomitmen untuk
melaksanakan setiap program dan kegiatan tahun 2021
sesuai dengan saran dan masukan dari anggota Komisi
IV DPR RI dalam Rapat Dengar Pendapat dan Rapat
Kerja.
18-1- 2021 V Menteri Desa, PDT dan
Transmigrasi
Komisi V DPR RI meminta agar Kementerian
Desa, PDT dan Transmigrasi memperjelas locus dan
fokus di setiap jenis kegiatan, dan lebih transparan
dalam pengelolaan anggaran, termasuk perhitungan
besarnya honor tenaga pendamping desa, serta
ketentuan dan/atau tata cara penentuan daerah yang
akan diintervensi program/kegiatan pada tahun 2021.
4. Komisi V DPR RI meminta Kementerian Desa, PDT
dan Transmigrasi agar prioritas penggunaan Dana Desa
fokus pada kegiatan pembangunan desa dalam rangka
pengembangan ekonomi, ketahanan pangan dan SDM
di desa. Selanjutnya Komisi V DPR RI meminta agar
dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap rekruitmen
dan kinerja tenaga pendamping desa demi pengelolaan
Dana Desa yang bermanfaat bagi masyarakat.
5. Untuk mewujudkan program/ kegiatan berbasis
data yang presisi, Komisi V DPR RI mendesak
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi untuk
meningkatkan koordinasi dengan Kementerian/
Lembaga terkait antara lain mengenai Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS), Data lndeks Desa
Membangun (IDM), dan lain-lain.
6. Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Desa,
PDT dan Transmigrasi untuk melakukan pembinaan
agar pemanfaatan Dana Desa tidak diserahkan
pengerjaannya kepada penyedia jasa.
98
21-1- 2021 V Kementerian PUPR Terkait dengan bencana alam beruntun yang·terjadi di
berbagai daerah, Komisi V DPR meminta Kementerian
PUPR agar meningkatkan dukungan program/kegiatan
baik pada saat tanggap darurat, rekonstruksi maupun
rehabilitasi terhadap daerah-daerah tersebut dan
menyiapkan langkah-langkah strategis dalam
mengantisipasi longsor di Jalan Nasional serta Jalan Tol.
Komisi V mendorong Kementerian PUPR untuk
berkoordinasi dengan Lembaga terkait dalam rangka
mengembalikan fungsi hutan sebagai daerah konservasi
air.
Komisi V mendesak Kementerian PUPR agar
segera menyelesaikan pembayaran ganti rugi di peta
area terdampak lumpur Sidoarjo sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
25-1- 2021 V Menteri Perhubungan Komisi V mendesak Kementerian Perhubungan
untuk melakukan tindakan preventif/mitigasi di
tengah ancaman bencana alam akhir-akhir ini
terhadap aset strategis Kementerian Perhubungan
seperti bandara, pelabuhan, jalur kereta api dan
terminal.
Komisi V meminta Kementerian Perhubungan untuk
mendukung kegiatan dan program yang terkait
dengan konektivitas dan aksesibilitas, misalnya
reaktivasi rel kereta api, menambah jumlah
rambu-rambu dan Penerangan Jalan Umum,
peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan serta
pengawasan yang ketat terhadap kendaraan Over
Dimension Over Load (ODOL).
Dalam rangka peningkatan ekonomi kerakyatan,
Komisi V mendesak Kementerian Perhubungan
untuk mengutamakan penggunaan produk dalam
negeri dalam pelaksanaan program/kegiatan di sektor
perhubungan.
26 -1-2021 V Dirjen Cipta Karya dan
Kepala Badan
Pengembangan
lnfrasfruktur Wilayah-
(BPIW) Kementerian
PUPR.
Komisi V sepakat dengan Ditjen Cipta Karya untuk
meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi terkait
Program Prioritas Nasional serta menambah alokasi
Program Padat Karya Tunai yang memberi manfaat
sebesar-besarnya kepada masyarakat sesuai saran dan
masukan Komisi V DPR RI.
Komisi V sepakat dengan Ditjen Cipta Karya agar dalam
setiap penjelasan atau pemaparan materi Rapat Dengar
Pendapat (RDP) terkait pembahasan/evaluasi RKA-K/L
tahun anggaran sebelumnya dan tahun anggaran
berjalan agar sesuai dengan ketentuan, utamanya jenis
kegiatan dan lokus serta besaran anggarannya
dengan output dan outcome yang jelas.
Komisi V meminta BPIW untuk memaksimalkan
99
perannya dalam keterpaduan perencanaan
pembangunan infrastruktur dan pengembangan
wilayah untuk meningkatkan daya saing dan
mengurangi disparitas wilayah.
27-1- 2021 V Dirjen Bina Marga dan
Dirjen Bina Konstruksi
Kementerian PUPR
Komisi V mendorong Ditjen Bina Marga dan Ditjen Bina
Konstruksi untuk meningkatkan sinkronisasi dan
koordinasi dalam pelaksanaan pelelangan barang dan
jasa.
Komisi V sepakat dengan Ditjen Bina Marga untuk
mengutamakan alokasi Program Padat Karya Tunai
yang memberi manfaat sebesar-besamya kepada
masyarakat sesuai saran dan masukan Komisi V DPR RI.
Komisi V meminta Ditjen Bina Marga untuk melakukan
penelitian umur jalan pasca konstruksi.
Komisi V meminta Ditjen Bina Marga untuk
mengkoordinasikan dengan BPJT agar seqera
melakukan perbaikan kerusakan pada Jalan Tol yang
sudah operasional dalam rangka meningkatkan faktor
keamanan, keselamatan dan kenyamanan pengguna
jalan.
Komisi V meminta Ditjen Bina Konstruksi dalam
melakukan lelang pengadaan barang dan jasa untuk
selalu melakukan koordinasi dengan unit organisasi
terkait dalam rangka mencermati track record peserta
lelang.
Komisi V meminta Ditjen Bina Konstruksi untuk
mengutamakan Penyedia Jasa Konstruksi lokal dalam
program/kegiatan PUPR sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Komisi V meminta Ditjen Bina Konstruksi untuk
melakukan evaluasi terhadap proses lelang yang
dilakukan oleh Balai Pelaksana Pemilihan Jasa
Konstruksi (BP2JK) agar pelaksanaannya menjadi lebih
transparan dan akuntabel utamanya dengan
mencermati nilai penawaran di bawah 80%, namun
Udak memenuhi kesiapan peralatan dan material,
selanjutnya melaporkan hasilnya kepada Komisi V DPR
RI.
100
28-1- 2021 V Dirjen Perhubungan
Darat dan Dirjen
Perkeretaapian
Kementerian
Perhubungan
Komisi V meminta Ditjen Perhubungan Darat dan
Ditjen Perkeretaapian untuk meningkatkan sinkronisasi
dan koordinasi dengan Anggota Komisi V DPR RI dalam
pelaksanaan program/kegiatan Padat Karya.
Komisi V sepakat dengan Ditjen Perhubungan Darat
dan Ditjen Perkeretaapian agar sisa lelang dalam
anggaran tahun 2021 dipergunakan kembali untuk
pelaksanaan program/ kegiatan yang tertunda akibat
refocussing di kabupaten/ provinsi tersebut.
Komisi V meminta Ditjen Perhubungan Darat
untuk melanjutkan program pengadaan bus yang
jumlahnya setidaknya sesuai dengan tahun
sebelumnya.
Komisi V mendorong Ditjen Perhubungan Darat
untuk melakukan koordinasi dengan Korlantas Polri
dalam mengatasi ketidakpatutan lalu lintas di semua
ruas Jalan dan Jalan Tol.
Komisi V mendorong Ditjen Perkeretaapian untuk
melakukan koordinasi dengan Ditjen Bina Marga
Kementerian PUPR dalam menylapkan infrastruktur
transportasi untuk mendukung Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN).
1-2- 2021 V Dirjen Perumahan dan
Dirjen Pembiayaan
Infrastruktur Pekerjaan
Umum dan Perumahan
Kementerian PUPR.
Komisi V sepakat dengan Ditjen Perumahan agar
dalam melakukan refocusing dan realokasi belanja
program/kegiatan TA 2021 tetap mengutamakan
alokasi Program Padat Karya Tunai (Rumah Swadaya)
yang memberi manfaat sebesar-besarnya kepada
masyarakat sesuai saran dan masukan Komisi V DPR RI.
Komisi V mendorong Ditjen Pembiayaan
lnfrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan untuk
memprioritaskan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) dalam program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan (FLPP) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2-2- 2021 V Dirjen Sumber Daya Air
Kementerian PUPR
beserta jajaran.
Komisi V meminta Ditjen Sumber Daya Air untuk
berkoordinasi dengan Ditjen Bina Konstruksi agar Balai
Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK) dalam
melakukan lelang pengadaan barang dan jasa untuk
lebih teliti dalam rangka mencermati track record
peserta lelang dan melakukan evaluasi terhadap proses
lelang yang dilakukan agar pelaksanaannya menjadi
lebih transparan, berkualitas, dan akuntabel utamanya
untuk nilai penawaran di bawah 80%.
Komisi V meminta Ditjen Sumber Daya Air untuk
meningkatkan koordinasi lintas sektor terkait upaya
preventif/mitigasi di tengah ancaman bencana alam.
101
3 -2- 2021 V 1. Menteri
Perhubungan,
2. Kepala BMKG,
3. Kepala Badan Nasional
Pencarian dan
Pertolongan (Basarnas),
4. Ketua KNKT,
5. Dirut LPPNPI,
6. Dirut PT. Jasa Raharja,
7. Kepala RS Polri dan
8. Dirut Maskapai
Penerbangan lndonesia
beserta jajaran.
Komisi V DPR RI prihatin dan menyatakan turut
berduka cita yang mendalam atas kecelakaan
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan
Kepulauan Seribu tanggal 9 Januari 2021 yang
mengakibatkan korban jiwa.
Komisi V memberikan apresiasi kepada Kementerian
Perhubungan, Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan (Basarnas), BMKG, TNI/Polri dan pihak-
pihak yang telah membantu atas kecepatan waktu
tanggap (response time) serta upaya pencarian dan
pertolongan korban kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air
SJ-182.
Komisi V mendesak Kementerian Perhubungan untuk
meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap
operator maskapai penerbangan demi
mengedepankan aspek keselamatan, keamanan dan
kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan
transportasi.
Komisi V meminta KNKT untuk tetap menjaga
independensi dan integritas dalam investigasi
kecelakaan transportasi terkait jatuhnya Pesawat
Sriwijaya Air SJ-182 dan menyampaikan hasil
laporannya kepada Komisi V DPR RI.
4-2- 2021 V Dirjen Perhubungan Laut
Kementerian
Perhubungan RI
3. Komisi V DPR RI meminta Ditjen Perhubungan Laut
agar meningkatkan manajemen dan pengelolaan di
jalur laut yang bisa menjadi potensi Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
4. Komisi V DPR RI meminta Ditjen Perhubungan Laut
untuk meningkatkan konektivitas antar pulau, terutama
pulau di daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan
belum berkembang dengan menggunakan kapal
perintis.
8-2- 2021 V Dirjen Perhubungan
Udara Kementerian
Perhubungan
3. Terhadap bandara yang sedang dibangun, Komisi
V DPR RI meminta Ditjen Perhubungan Udara untuk
memprioritaskan percepatan penyelesaiannya.
Sedangkan untuk bandara yang sudah dibangun namun
belum optimal pemanfaatannya, Komisi V DPR RI
mendesak Ditjen Perhubungan Udara untuk melakukan
evaluasi terhadap bandara tersebut.
4. Komisi V DPR RI mendesak Ditjen
Perhubungan Udara untuk segera menetapkan
penentuan lokasi (penlok) terhadap bandara-bandara
yang sudah direncanakan untuk dibangun.
102
9-2- 2021 V Kepala Badan
Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG)
dan Kepala Badan
Nasional Pencarian dan
Pertolongan (Basarnas)
3. Komisi V DPR RI sepakat dengan BNPP/Basarnas
agar memprioritaskan asuransi dan jaminan
keselamatan lainnya bagi tim operasi pencarian dan
pertolongan dalam menjalankan kegiatannya.
4. Komisi V DPR RI meminta BMKG untuk
meningkatkan pemantauan terhadap fenomena iklim
global seperti El Nino dan La Nina; curah hujan ekstrim;
peningkatan pemantauan kejadian gempa bumi dan
peringatan dini tsunami serta menginformasikannya
kepada publik.
20-1- 2021 VI Menteri BUMN RI dan
Dirut PT Bio Farma
(Persero)
4. Komisi VI DPR RI meminta kepada Menteri BUMN
untuk memberi arahan dan kebijakan kepada
perusahaan-perusahaan BUMN yang masih memiliki
cashflow yang baik agar menyelesaikan kewajibannya
kepada pihak swasta sehingga dapat mengurangi
dampak ekonomi akibat Pandemi Covid-19.
5. Komisi VI DPR RI meminta Kementerian BUMN dan
PT. Biofarma (Persero) untuk melaksanakan proses
pendistribusian vaksin Covid-19 dengan tetap menjaga
mutu dan keamanan berdasarkan standar protokol
yang berlaku.
6. Komisi VI DPR RI meminta kepada Kementerian
BUMN berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan
dan berbagai pihak lain agar memiliki data yang akurat
terkait Covid-19 sehingga proses vaksinasi dapat
berjalan secara efektif, tepat sasaran dan
meminimalisasi risiko penyebaran maupun imunitas
penduduk seluruh warga Indonesia, termasuk
mengupayakan percepatan vaksinasi bagi jamaah haji
dan lingkungan yang beresiko tinggi sebagai langkah
menekan penyebaran virus.
7. Untuk mengakselerasi cakupan jumlah orang yang
diberikan vaksin, Komisi VI DPR RI mendukung adanya
opsi untuk dilakukan vaksin mandiri, dengan catatan di
bawah pengawasan Pemerintah, terkait data, harga dan
pelaksanaan.
8. Komisi VI DPR RI meminta Kementerian BUMN dan
PT. Biofarma (Persero) untuk bekerjasama dengan
Kementerian dan stakeholder terkait untuk
mempercepat riset dan produksi Vaksin Merah Putih.
9. Komisi VI DPR RI meminta Kementerian BUMN untuk
segera menyelesaikan roadmap BUMN 2021-2024 dan
pembagian kluster BUMN.
10. Komisi VI DPR RI meminta Kementerian BUMN dan
PT. Biofarma (Persero) untuk memberikan jawaban
secara tertulis dalam waktu paling lama 10 (sepuluh)
hari kerja atas pertanyaan Anggota Komisi VI DPR RI.
103
21-1- 2021 VI Menteri Koperasi dan
UMKM RI
5. Komisi VI DPR RI mendorong kepada Kementerian
Koperasi dan UKM agar melakukan
sinergitas/kolaborasi dengan instansi atau lembaga
terkait untuk memberi arahan dan kebijakan yang
berpihak kepada pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah dalam menghadapi dampak Pandemi Covid-
19.
3-2- 2021 VI Menteri Perdagangan RI 1. Komisi VI DPR RI menyetujui Protocol to Implement
The Tenth Package of Commitments under the ASEAN
Framework Agreement on Services (Pengesahan
Protokol untuk melaksanakan Komitmen paket ke 10
(Sepuluh) dalam Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di
Bidang Jasa) melalui mekanisme Peraturan Presiden.
2. Komisi VI DPR RI meminta Menteri Perdagangan
untuk menyampaikan rencana aksi tindak lanjut dari
Peraturan Presiden tentang Pengesahan Protokol untuk
melaksanakan Komitmen paket ke-10 dalam
persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di Bidang Jasa.
3. Komisi VI DPR RI meminta kepada Kementerian
Perdagangan RI untuk mengkoordinasikan dengan
Kementerian dan lembaga pemerintah lainnya, terkait
peningkatan kapasitas dan kapabilitas industri jasa
Indonesia agar dapat berkompetisi dengan negara lain
akibat disetujuinya perjanjian ini.
4. Komisi VI DPR RI meminta kepada Kementerian
Perdagangan RI agar bersinergi dengan asosiasi-asosiasi
jasa lainnya untuk meningkatkan kompetensi produk
jasa di Indonesia sehingga mampu bersaing di pasar
global dan membawa dampak pada penguatan
ekonomi nasional serta meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
104
8-2- 2021 VI 1. Direktur Utama PT
Pegadaian (Persero),
2. Direktur Utama PT
Permodalan Nasional
Madani (Persero) dan
3. PT Bahana Pembinaan
Usaha Indonesia
(Persero)
1. Komisi VI DPR RI menerima paparan dan penjelasan
dari PT Pegadaian (Persero), PT Permodalan Nasional
Madani (Persero), PT Bahana Pembinaan Usaha
Indonesia (Persero) terkait rencana strategis dan
berperan secara aktif mendukung investasi pemerintah
dalam pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) yang terdampak berat oleh pandemi
Covid-19.
2. Komisi VI DPR RI meminta PT Pegadaian (Persero)
dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) untuk
melengkapi data lebih detail terkait restrukturisasi
pinjaman, pemberian subsidi bunga pinjaman dan
Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM).
3. Komisi VI DPR RI meminta PT Pegadaian (Persero), PT
Permodalan Nasional Madani (Persero), dan PT Bahana
Pembinaan Usaha Indonesia (Persero), khususnya
Jamkrindo dan Askrindo untuk menerapkan
pelaksanaan anggaran Program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) secara transparan sesuai dengan prinsip
Good Corporate Governance (GCG) dan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
4. Komisi VI DPR RI meminta PT Pegadaian (Persero), PT
Permodalan Nasional Madani (Persero), dan PT Bahana
Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) untuk
memastikan bahwa tidak terjadi tumpang tindih
penerima restrukturisasi pinjaman, pemberian subsidi
bunga pinjaman dan Banpres Produktif Usaha Mikro
(BPUM) sesuai peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
5. Komisi VI DPR RI meminta PT Pegadaian (Persero), PT
Permodalan Nasional Madani (Persero), PT Bahana
Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) untuk
menyampaikan Laporan Keuangan tahun 2020 yang
telah diaudit kepada Komisi VI DPR RI.
9-2- 2021 VI Menteri Perindustrian RI 3. Komisi VI DPR RI akan melakukan pendalaman dan
pembahasan bersama dengan Eselon I Kementerian
Perindustrian dalam pelaksanaan Kegiatan Prioritas
Kementerian Perindustrian RI Anggaran 2021, yang
akan difokuskan untuk peningkatan kesejahteraan
rakyat pada masa pandemi Covid-19, antara lain:
a. Program Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
b. Program Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
c. Program dukungan manajemen.
4. Komisi VI DPR RI meminta Kementerian Perindustrian
RI untuk melaksanakan Program Subtansi Impor guna
peningkatan akselerasi pertumbuhan industri tahun
2021, antara lain:
a. Program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam
105
Negeri (P3DN)
b. Program Penurunan Harga Gas
c. Program Hilirisasi Mineral
d. Program Bangga Buatan Indonesia.
18-1- 2021 VII Menteri Ristek/Kepala
BRIN RI dan RDP dengan
LBM Eijkman,
serta Kepala LPNK
1. Komisi VII DPR RI mendorong Menteri Riset dan
Teknologi/Kepala BRIN, para Kepala LPNK, serta LBM
Eijkman untuk meningkatkan penguatan ekosistem
inovasi dan riset nasional di Tahun 2021.
2 Komisi VIll DPR RI mendukung Lembaga Riset, LPNK,
LBM Eijkman, dan Perguruan Tinggi untuk
mempercepat penyelesaian pembuatan bibit
Vaksin Merah-Putih agar dapat segera dilanjutkan
dengan uji preklinis dan uji klinisnya, dalam rangka
mewujudkan kemandirian vaksin di Indonesia.
3. Komisi VIl DPR RI sepakat dengan Menteri Riset dan
Teknologi/Kepala BRIN untuk mengagendakan rapat
gabungan antara Menteri Ristek/Kepala BRIN dengan
Menteri Kesehatan RI, Direktur LBM Eijkman, Kepala
Badan POM dan Direktur Biofarma terkait koordinasi
percepatan vaksin Merah Putih buatan Indonesia.
4. Komisi VIl DPR RI sepakat dengan Menteri Riset dan
Teknologi/Kepala BRIN dan para Kepala LPNK agar
rencana program anggaran untuk kegiatan aspirasi
masyarakat TA. 2021 dapat dikoordinasikan dengan
Komisi VIl DPR RI untuk menyusun matriks pelaksanaan
Program Aspirasi Masyarakat tersebut, untuk
pelaksanaan program yang akan dimulai pada tanggal
15 Februari 2021.
Komisi Vll meminta kepada Menteri Riset dan
Teknologi/Kepala BRIN untuk menyampaikan roadmap
penggunaan dana abadi penelitian.
Untuk Koordinasi pelaksanaan penyusunan matriks
Program Aspirasi Masyarkat agar Staf Senior setiap
Eselon I dan LPNK berkoordinasi dengan Kepala bagian
Sekretariat dan TA Komisi VII DPR RI yang ditunjuk.
106
19-1- 2021 VII Menteri ESDM RI 1. Komisi VII DPR RI mendorong Menteri ESDM RI untuk
berkoordinasi rutin dengan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan RI, dan Pemerintah Daerah
terkait pengawasan pertambangan illegal mining dan
dampaknya terhadap lingkungan.
4. Komisi VII DPR RI mendesak Menteri ESDM RI utnuk
mengevaluasi izin usaha pertambangan khususnya
untuk pertambangan yang sudah lama tidak beroperasi.
5. Komisi VII DPR RI mendesak Menteri ESDM RI untuk
mengupayakan mempercepat implementasi program
EBTKE dalam mencapai target bauran energi tahun
2025.
6. Komisi VII DPR RI mendesak Menteri ESDM RI untuk
menugaskan Litbang ESDM RI dalam mengembangkan
program pompa air bertenaga surya.
7. Komisi VII DPR RI meminta Menteri ESDM RI untuk
menyampaikan data secara detail terkait pengadaan
FAME dengan badan usaha untuk diperdalam pada RDP
Panja Migas selanjutnya.
9. Komisi VII DPR RI mendesak Menteri ESDM RI untuk
membuat keputusan yang dapat memperlancar
pelaksanaan pembangunan pabrik EV battery serta
kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.
10. Komisi VII DPR RI meminta Menteri ESDM RI untuk
melakukan sosialisasi alat teknologi terkait program PJU
TS dan Konverter Kit.
20-1- 2021 VII 1. Dirjen
Ketenagakerjaan
Kementerian ESDM RI
dan
2. Dirut PT PLN (Persero)
Tertutup
21-1- 2021 VII Dirjen Minerba
Kementerian ESDM RI
dan Ketua Tim Kerja
Pengawasan Pelaksanaan
Harga Patokan
Mineral Nikel
Tertutup
107
27-1- 2021 VII Kepala BPH Migas 1. Komisi VII DPR RI mendesak Kepala BPH Migas agar
meningkatkan koordinasi dengan Dirut PT Pertamina
(Persero) untuk segera melakukan penyelesaian
program digitalisasi SPBU dalam rangka pengawasan
dan pengendalian BBM bersubsidi, termasuk
pemasangan Automatic Tank Gauge (ATG), Electronic
Data Capture (EDC), serta CCTV analitik.
2. Komisi VII DPR RI mendesak Kepala BPH Migas
untuk meningkatkan kegiatan sosialisasi Hilir Migas
kepada masyarakat, dan untuk kelancaran pelaksanaan
sosialisasi di daerah-daerah agar berkoordinasi dan
bersinergi dengan anggota Komisi VII DPR RI dan agar
untuk pelaksanaannya menyesuaikan pada waktu-
waktu reses.
3. Komisi VI I DPR RI mendesak Kepala BPH Mlgas
untuk menambah jumlah lokasi BBM 1 harga di
wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) agar
percepatan ketersediaan dan distribusi BBM di
masyarakat secara menyeluruh dapat terpenuhi dan
untuk meningkatkan pengawasan dalam proses
pelaksanaan penyalur BBM satu harga.
4. Komisi VII DPR RI mendesak Kepala BPH Migas untuk
meningkatkan pengawasan kepada PT. Pertamina
(Persero) agar meminimalisir losses di setiap SPBU.
5. Komisi VII DPR RI mendukung Kepala BPH Migas
untuk segera memiliki Bagian Anggaran yang terpisah
dengan Kementerian ESDM dan berkoordinasi dengan
Menteri Keuangan RI, dalam rangka meningkatkan
profesionalisme, independensi, dan efektifitas kinerja
BPH Migas.
6. Komisi VII DPR RI akan mengajukan surat resmi
kepada Menteri Keuangan RI sesuai dengan
mekanisme yang ada, agar rencana Bagian Anggaran
terpisah tersebut dapat direalisasikan
7. Komisi VII DPR RI akan mengadakan Rapat Dengar
Pendapat bersama dengan Kepala BPH Migas, Dirut PT.
Pertamina (Persero), dan Dirut PT. Telkom Indonesia
(Persero) Tbk, terkait progres kerjasama program
Digitalisasi SPBU.
108
27 -1-2021 VII Direktur Utamna PT PGN
Tbk
1. Komisi VII DPR RI mendesak Direktur Utama
PT PGN Tbk untuk meningkatkan kinerja operasional
perusahaan pada Tahun 2021 agar target menjadi
perusahaan kelas dunia dapat tercapai.
2. Komisi VII DPR RI mendukung Direktur Utama
PT PGN Tbk untuk mememenuhi kebutuhan gas
masyarakat khususnya di daerah-daerah yang tidak
terjangkau infrastruktur gas pipa dengan menggunakan
CNG/LNG.
3. Komisi VII DPR RI sepakat dengan Direktur
Utama PT PGN Tbk agar pengelolaan dan distribusi
gas melalui pipa maupun non pipa dilakukan secara
terintegrasi oleh subholding gas agar tercipta efisiensi
yang tinggi.
4. Komisi VII DPR RI meminta Direktur Utama PT PGN
Tbk untuk menginisiasi agar dilibatkan oleh
Kementerian ESDM RI dalam penyusunan data supply
demand gas sehingga tercipta sinkronisasi data gas
bumi nasional.
5. Komisi VII DPR RI akan mengadakan Rapat Dengar
Pendapat bersama dengan Dirjen Migas Kementerian
ESDM RI dan Dirut PT PGN Tbk terkait pembangunan
infrastruktur jaringan gas pipa.
1-2-2021 VII 1. Ketua Tim Percepatan
Proyek Electric Vehicle
Battery Nasional,
2. Dirut PT Pertamina,
3. Dirut MIND-ID,
4. Dirut PT PLN,
5. Dirut PT Antam Tbk,
6. Dirut PT LEN Industri,
7. Kepala BPPT dan
8. Kepala LIPI
1. Komisi VII DPR RI mendesak Ketua Tim
Percepatan Proyek Electric Vehicle (EV) Battery
Nasional dan konsorsium BUMN agar mempersiapkan
Time Schedule yang terukur untuk pembangunan
lndustri Baterai Kendaraan Bermotor Listrik (Electric
Vehicle Battery), dengan target waktu produksi
perdana yang jelas.
2. Komisi VII DPR RI mendesak Ketua Tim
Percepatan Proyek Electric Vehicle (EV) Battery
Nasional dan konsorsium BUMN menyusun bentuk
formula kerjasama dengan BPPT dan LIPI untuk divisi
riset dan pengembangan secara konkrit dan terukur.
3. Komisi VI I DPR RI mendesak Ketua Tim
Percepatan Proyek Electric Vehicle (EV) Battery
Nasional dan konsorsium BUMN serta Kepala BPPT dan
Kepala LIPI agar dalam proses pembangunan lndustri
Electric Vehicle
(EV) Battery oleh konsorsium BUMN, Kepala BPPT, dan
Kepala UPI dalam melakukan kegiatan riset dan
pengembangan untuk desain produk dan komponen
disesuaikan dengan aspek-aspek kepentingan bisnis
sehingga Electric Vehicle (EV) Battery yang dihasilkan
juga mempunyai keunggulan komparatif dan
memperhitungkan sistem pemasaran yang efektif.
4. Komisi VII DPR RI mendesak Ketua Tim
Percepatan Proyek Electric Vehicle (EV) Battery
109
Nasional untuk mengusulkan kepada Menteri BUMN
agar PT LEN lndustri (Persero) diikutsertakan ke dalam
Konsorsium BUMN untuk pembangunan lndustri
Baterai Kendaraan Bermotor Listrik (Electric Vehicle
Battery) untuk memberikan dukungan mengenai
Battery Management System (BMS).
5. Komisi VII DPR RI meminta Ketua Tim Percepatan
Proyek Electric Vehicle (EV) Battery Nasional dan
konsorsium BUMN, Kepala BPPT, dan Kepala UPI untuk
menyampaikan usulan regulasi I kebijakan dalam RUU
Energi Baru dan Terbarukan dalam upaya mendukung
proyek Electric Vehicle (EV) Battery Nasional.
6. Komisi VII DPR RI mendukung sepenuhnya rencana,
program, dan pelaksanaan percepatan pembangunan
dan pengembangan lndustri Kendaraan Bermotor
Listrik serta lndustri Baterai Kendaraan Bermotor
Listrik (Electric Vehicle Battery) di Indonesia.
7. Komisi VII DPR RI mendesak Ketua Tim
Percepatan Proyek Electric Vehicle (EV) Battery
Nasional dan konsorsium BUMN, Kepala BPPT, dan
Kepala UPI agar segala kebijakan yang terkait dengan
percepatan pembangunan dan pengembangan lndustri
Baterai Kendaraan Bermotor Listrik (Electric Vehicle
Battery) harus memperhatikan isu kelestarian
lingkungan.
3 - 2- 2021 VII SKK Migas 1. Komisi VII DPR RI mendesak Kepala SKK
Migas untuk membuat perencanaan yang realistis
terkait visi 1 juta BOPD dan 12 ribu MMSCFD di Tahun
2030, kemudian perencanaan tersebut dipaparkan
pada Rapat Dengar Pendapat berikutnya dengan
Komisi VII DPR RI.
2. Komisi VII DPR RI meminta Kepala SKK Migas untuk
melakukan penguatan dan penyegaran tim
perencanaan SKK Migas sehingga rencana target lifting
migas 1 juta BOPD pada Tahun 2030 dapat tercapal.
3. Komisi VII DPR RI sepakat dengan Kepala SKK Migas
agar Pemerintah berupaya melaksanakan kebijakan
pemberian insentif fiskal dan non-fiskal yang fleksibel
dan kompetitif untuk meningkatkan daya tarik investasi
hulu migas.
4. Komisi VII DPR RI meminta Kepala SKK Migas untuk
menyampaikan data secara detail mengenai target
lifting migas 1 juta BOPD, EOR, dan cost recovery
per wilayah kerja dan KKKS.
5. Komisi VII DPR RI meminta Kepala SKK Migas untuk
menyampaikan strategi dalam mengatasi penurunan
produksi migas secara alamiah di Blok Cepu, Mahakam,
dan Blok lainnya, kemudian melaporkan hasilnya secara
periodik per triwulan kepada Komisi VII DPR RI.
110
6. Komisi VII DPR RI mendesak Kepala SKK Migas
untuk menyelesaikan proses peralihan operator
Chevron Indonesia Company sesuai target sehingga
terdapat kepastian pengembangan proyek strategis
nasional Indonesia Deepwater Development.
Rabu, 3
Februari
2021
VII Dirjen EBTKE
Kementerian ESDM dan
menghadirkan Dirut PT
Sorik Marapi Geothermal
Power (SMGP)
1. Komisi VII DPR RI mendesak Dirjen EBTKE
Kementerian ESDM RI untuk melakukan evaluasi dan
meningkatkan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
usaha pemanfaatan energi baru dan terbarukan
termasuk panas burni, sehingga ada langkah
preventif untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja.
2. Komisi VII DPR RI merekomendasikan Dirjen EBTKE
Kementerian ESDM RI untuk memberikan sanksi
kepada PT Sorik Marapi Geothermal Power sebagai
pemegang izin pengusahaan panas bumi dan untuk
menyelesaikan seluruh tanggungjawab perusahaan
terkait kejadian kecelakaan panas bumi yang terjadi.
3. Komisi VII DPR RI meminta Dirjen EBTKE
Kementerian ESDM RI untuk kembali melakukan
investigasi secara menyeluruh, komprehensif, dan
memberikan rekomendasi terkait kejadian kecelakaan
panas bumi tersebut. PT Sorik Marapi Geothermal
Power baru boleh melakukan kegiatan operasional
kembali setelah investigasi selesai dilakukan oleh Dirjen
EBTKE Kementerian ESDM RI.
4. Komisi VII DPR RI merekomendasikan agar
kejadian kecelakaan panas bumi di PT Sorik Marapi
Geothermal Power diselesaikan secara tuntas
berdasarkan hukum yang berlaku.
5. Komisi VII DPR RI akan mengagendakan kunjungan
spesifik ke lapangan panas bumi PT Sorik Marapi
Geothermal Power guna meninjau secara langsung
kondisi lingkungan sekitar tempat kejadian kecelakaan
panas bumi di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera
Utara.
8 -2- 2021 VII Dirjen Ketenagalistrikan
Kementerian ESDM RI
dan Direktur Utama PT
PLN (Persero)
Tertutup
111
9-2- 2021 VII Dirut PT Pertamina
(Persero)
1. Komisi VII DPR RI mendesak Direktur Utama PT
Pertamina (Persero) untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dalam mencapai semua target prioritas
kerja di Tahun 2021 dan menyampaikan progres secara
berkala kepada Komisi VII DPR RI.
2. Komisi VII DPR RI mendesak Direktur Utama PT
Pertamina (Persero) untuk segera melaksanakan
strategi dan solusi dari berbagai kendala yang dihadapi
PT Pertamina (Persero) dalam proyek RDMP agar
pembangunannya dapat sesuai dengan rencana.
3. Komisi VII DPR RI mendukung Direktur Utama PT
Pertamina (Persero) dalam menyediakan small scale
gas/ LNG sebagai pengganti BBM di pembangkit-
pembangkit listrik yang dikelola PT PLN (Persero) di
pulau-pulau kecil dan daerah-daerah tertentu.
4. Komisi VII DPR RI mendesak Direktur Utama PT
Pertamina (Persero) untuk berkoordinasi dengan PT
PLN (Persero) pada saat realisasi import LNG dari
Mozambique pada tahun 2025 demi terjamin
ketersediaan energi premier gas untuk pembangkitan
listrik yang dikelola oleh PT PLN (Persero).
5. Komisi VII DPR RI memberikan apresiasi kepada PT
Pertamina (Peserro) dalam penyaluran LPG 3Kg kepada
masyarakat kecil melalui agen-agen dan pangkalan PSO.
Meskipun demikian, Komisi VII DPR RI terus mendesak
agar penyaluran dan supplay chain LPG bersubsidi
dapat terus ditingkatkan agar lebih efektif tersalur ke
masyarakat yang miskin dan menengah kebawah.
6. Komisi VII DPR RI mendesak Direktur Utama PT
Pertamina (Persero) untuk segera menyiapkan dan
melaksanakan grand design transisi energi yang sesuai
dengan Rencana Umum Energi Nasional.
112
9-2- 2021 VII 1. Gubernur Provinsi
Riau,
2.Tokoh Masyarakat
Riau,
3. Tetua LAMR dan
terkait lainnya,
4. Kepala SKK Migas,
5. Direktur Utama PT
Pertamina (Persero),
6. Direktur Utama PT
PGN Tbk dan
7. Presiden Direktur PT
Chevron Pacific
Indonesia.
1. mendesak CEO Sub Holding Hulu PT Pertamina
(Persero) dan Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan
untuk memfasilitasi diskusi Business to Business (B2B)
dengan Badan Usaha di Daerah diantaranya Badan
Usaha Milik Adat dari Lembaga Adat Melayu Riau untuk
berpeluang berpartisipasi ikut investasi dan mengelola
ladang minyak Blok Rokan yang beralih dari PT Chevron
Pacific Indonesia ke PT Pertamina Hulu Rokan.
2. mendesak Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan
dan PT Chevron Pacific indonesia untuk segera
menindaklanjuti aspirasi dari berbagai lapisan
masyarakat Riau terkait manfaat pengelolaan Blok
Rokan.
3. Panja Migas Komisi VII DPR RI akan mengagendakan
kunjungan kerja ke Blok Rokan dan rapat teknis
lanjutan pada Masa Sidang IV Tahun 2020- 2021
dengan jajaran teknis dari SKK Migas, PT Pertamina
Hulu Rokan, PT PGN Tbk dan PT Chevron Pacific
Indonesia terkait peralihan pengelolaan Blok Rokan.
4. mendesak Presiden Direktur PT Chevron Pacific
Indonesia dan yang terkait untuk segera menuntaskan
kewajiban lingkungan perusahaan diantaranya
pembayaran biaya pemulihan Tanah Terkontaminasi
Minyak (TTM).
5. Panja Migas Komisi VII DPR RI mendesak Direktur
Utama PT Pertamina Hulu Rokan untuk
memprioritaskan tenaga kerja dari putra daerah Riau
yang tadinya bekerja di PT Chevron Pacific Indonesia.
113
13-1- 2021 VIII Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
2. Komisi VIII DPR RI mengapresiasi Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
RI terhadap capaian strategis Tahun 2020 dan
harus dipertahankan serta disesuaikan dengan situasi
pandemi Covid-19 pada tahun berikutnya.
3. Komisi VIII DPR RI meminta Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
RI untuk memperhatikan dan menindaklanjuti
pandangan dan pendapat Pimpinan serta Anggota
Komisi VIII DPR RI sebagai berikut:
a. Peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan
Kementerian/Lembaga terkait yang berdampak
langsung dalam pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak
b. Mendorong Kementerian untuk melakukan
kajian terhadap formasi kelembagaan pada
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak agar lebih efektif dan efisien dalam
penyelenggaraan tupoksinya terutama dalam
memprioritaskan anggaran kedeputian
c. Memperkuat prioritas program berbasis anggaran
yang berdampak signifikan bagi peningkatan lndeks
Pembangunan Manusia (IPM) perempuan
d. Mendorong peningkatan pelaksanaan program
Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) di setiap
Kabupaten/Kota.
e. Memperkuat kerjasama dengan lnstansi/Lembaga
terkait dalam upaya pencegahan untuk penurunan
angka kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.
13-1- 2021 VIII Menteri Sosial RI 2. Komisi VIII DPR RI meminta Menteri Sosial RI
agar memperhatikan pandangan dan pendapat
Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI sebagai
berikut:
a. Pemutakhiran Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) agar benar- benar valid dengan melakukan
koordinasi dan mengintegrasikan data bersama
Kementerian/Lembaga dengan mengoptimalkan
SDM Pilar- pilar Sosial dan Pemerintah Daerah untuk
mendapatkan data yang lebih tepat dan akurat.
b. Mendukung penyaluran Bantuan Sosial Tunai (BST)
agar bisa diterima langsung oleh Keluarga Penerima
Manfaat (KPM).
c. Mendorong reformasi birokrasi di jajaran internal
Kementerian Sosial RI untuk mencegah terjadinya
kasus-kasus penyalahgunaan dalam penyaluran
bantuan sosial.
d. Mendorong Kementerian Sosial untuk
mengoptimalkan pemberdayaan lembaga ekonomi
bagi masyarakat di level terbawah dalam rangka
114
mengentaskan kemiskinan.
e. Mengoptimalkan Balai-balai Rehabilitasi Sosial dan
Balai Besar Diklat untuk penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
14-1- 2021 VIII Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
(BNBP)
2. Komisi VIII DPR RI meminta Kepala BNPB untuk
memperhatikan dan menindaklanjuti pandangan dan
pendapat Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI
sebagai berikut:
a. Mendukung Kepala BNPB selaku Ketua Satgas
Penanganan Covid-19 untuk terus berupaya
meningkatkan dan melakukan langkah cepat dan
strategis dalam menanggulangi serta mengatasi
penyebaran Covid-19 yang cenderung terus meningkat.
b. Memperkuat koordinasi dengan Kementerian
terkait dan Pemerintah Daerah dalam penyelesaian
pandemi Covid-19 secara tuntas dan terpadu,
termasuk warga negara Indonesia di luar negeri.
c. Memberikan keyakinan kepada seluruh
komponen masyarakat untuk mengikuti proses
vaksinasi nasional dengan menjawab keraguan
publik atas penggunaan vaksin tertentu.
d. Mendorong BNPB untuk aktif menanggulangi
bencana yang diakibatkan oleh faktor hidrologi
seperti banjir dan longsor, termasuk mendistribusikan
bantuan untuk pengadaan air bersih, tenda, perahu
karet dan peralatan lainnya.
e. Memberikan perhatian dan dukungan anggaran
kepada lembaga-lembaga pendidikan keagamaan yang
terdampak Covid-19.
18-1- 2021 VIII Menteri Agama RI 2. Komisi VIII DPR RI meminta Menteri Agama RI
untuk menindaklanjuti masukan Pimpinan dan Anggota
Komisi VIII DPR RI sebagai berikut:
e. Meningkatkan peran penyuluh agama di
tengah masyarakat untuk mengkomunikasikan
kebijakan dan program Kementerian Agama RI.
f. Mendukung penambahan kuota untuk formasi
rekrutmen Pegawai Pemerintah melalui Perjanjian
Kerja (PPPK) tahun 2021 dalam memenuhi kebutuhan
guru dan dosen di lingkungan Kementerian Agama RI.
g. Mendukung penambahan kuota Program
Indonesia Pintar (PIP) dan KIP Kuliah bagi
pendidikan di lingkungan Kementerian Agama RI.
h. Mengalokasikan anggaran bantuan sarana dan
prasarana serta bantuan operasional bagi madrasah
swasta di tahun 2021.
3. Komisi VIII DPR RI mendorong adanya pembicaraan
lebih lanjut antara Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk membahas
115
anggaran pendidikan yang berkeadilan.
19-1- 2021 VIII Menteri Agama RI 1. Komisi VIII DPR RI telah mendapatkan penjelasan
dari Menteri Agama RI mengenai opsi kebijakan
Penyelenggaraan lbadah Haji tahun 1442 H/2021 M
akibat masih adanya pandemi Covid-19 sebagai bahan
awal pembahasan lebih lanjut dalam rapat-rapat Panja
BPIH.
2. Komisi VIII DPR RI dan Kementerian Agama RI
sepakat membentuk Panitia Kerja (Panja) BPIH tahun
1442 H/2021 M serta secepatnya dapat memulai
pembahasan mengenai asumsi dasar dan rincian
komponen BPIH.
12-1- 2021 IX Menteri Kesehatan RI
dan Kepala Badan POM,
dan Direktur Utama PT.
Bio Farma
Rapat kerja dengan Menteri Kesehatan RI dan rapat
dengar pendapat dengan Kepala Badan POM serta
Direktur Utama PT. Bio Farma pada hari ini, akan
dilanjutkan pada hari Rabu, 13 Januari 2021 Pukul 13.00
WIB dengan jawaban atas pertanyaan Anggota dan
Pimpinan Komisi IX DPR RI.
13-1- 2021 IX Menteri Kesehatan RI
dan Kepala Badan POM,
dan Direktur Utama PT.
Bio Farma
Rapat kerja dengan Menteri Kesehatan RI dan rapat
dengar pendapat dengan Kepala Badan POM serta
Direktur Utama PT. Bio Farma pada hari ini, akan
dilanjutkan pada hari 0, 14 Januari 2021 Pukul 10.00
WIB dengan jawaban atas pertanyaan Anggota dan
Pimpinan Komisi IX DPR RI.
14-1- 2021 IX Menteri Kesehatan RI
dan Kepala Badan POM,
dan Direktur Utama PT.
Bio Farma
1. Komisi IX DPR RI meminta Kementerian Kesehatan
RI untuk memastikan pelaksanaan vaksinasi COVID-
19 berjalan dengan baik diantaranya sebagai
berikut:
a. Memastikan ketersediaan vaksin yang memenuhi
aspek keamanan, khasiat mutu, sesuai perhitungan
kebutuhan, sarana prasarana pendukung dan logistik
vaksinasi lainnya, termasuk memiliki rencana
cadangan (back up plan) dalam hal terjadi hal yang
tidak terduga ;
b. Memastikan pendanaan pelaksanaan kegiatan
vaksinasi COVID-19 tahun 2021 dengan tidak
mengganggu anggaran program prioritas nasional di
bidang kesehatan dalam tahun anggaran berjalan;
c. Memastikan kesiapan mekanisme distribusi dan
manajemen vaksin termasuk sarana prasarana dan
logistik rantai dingin sesuai standar;
d. Menjamin kesiapan baik dari sisi kuantitas dan
kualitas dari fasilitas pelayanan kesehatan pelaksana
pelayanan vaksinasi;
e. Memastikan kapasitas vaksinator terlatih secara
kuantitas dan kualitas serta tenaga kesehatan lain yang
terlibat dalam program vaksinasi;
116
f. Segera memastikan validitas dan reliabilitas data
sasaran penerima vaksin;
g. Tidak mengedepankan ketentuan dan/atau
peraturan denda dan/atau pidana untuk menerima
Vaksin COVID-19;
h. Mempersiapkan sarana prasarana termasuk
pembiayaannya untuk mendukung pemantauan dan
penanggulangan Kejadian lkutan Paska lmunisasi (KIPI)
termasuk monitoring dan evaluasinya; dan
i. Mengintensifkan advokasi dan sosialisasi kampanye
vaksinasi dengan melibatkan pemerintah daerah,
pejabat publik, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
pemangku kepentingan lainnya.
2. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Kesehatan RI dan Badan POM RI berkoordinasi dengan
Kemenristek/BRIN untuk terus melakukan percepatan
pengembangan kandidat vaksin Merah Putih dan
kandidat vaksin produk dalam negeri lainnya dengan
tetap mempertimbangkan protokol wajib dalam proses
pengembangan vaksin serta memastikan khasiat,
mutu, dan keamanannya.
3. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan
RI untuk mengutamakan satu skema kerjasama pada
setiap kandidat vaksin COVID-19 yang dibiayai oleh
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
4. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Kesehatan RI untuk meningkatkan upaya penanganan
COVID-19 dengan mengambil kebijakan khusus terkait:
a. Mengedepankan upaya promotif dan preventif
melalui penguatan pelaksanaan protokol kesehatan;
b. Peningkatan kuantitas tempat tidur (TT) bagi
pasien COVID-19 di seluruh rumah sakit baik vertikal
maupun non-vertikal;
c. Memastikan peningkatan sarana prasarana dan
kesiapan seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) sebagai garda terdepan untuk mampu
menangani penyakit katastropik yang membutuhkan
pemantauan pasien secara rutin sehingga
meminimalisir rujukan pasien ke rumah sakit di masa
pandemi ini;
d. Berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI dan pemangku kepentingan
Jainnya untuk mempertimbangkan kebijakan
pemberian relaksasi Uji Kompetensi Dokter Indonesia
(UKDI) di masa pandemi dengan tetap memperhatikan
kualitas, demi peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
baik dari segi jumlah, jenis maupun distribusi guna
menyikapi kekurangan tenaga kesehatan di setiap
fasilitas pelayanan kesehatan; dan
117
e. Bekerjasama dengan kementerian/lembaga lainnya
melakukan hilirisasi inovasi alat kesehatan produksi
dalam negeri khususnya Genose guna mempercepat
proses tracing, testing, treatment (3T) COVID-19.
f. Bersama-sama dengan pemangku kepentingan
lainnya melibatkan partisipasi aktif masyarakat. tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan penggerak masyarakat
guna upaya penanggulangan pandemi COVID-19.
5. Demi melindungi kesehatan dan keselamatan
masyarakat Indonesia, Komisi IX DPR RI mendesak
BPOM RI, untuk:
a. Mengawal dan mengevaluasi proses uji klinik fase 3
untuk memastikan efikasi dan keamanan vaksin
CoronaVac sampai dengan pengamatan 6 (enam) bu Ian
yaitu bulan Maret 2021;
b. Melakukan evaluasi terhadap kandidat vaksin sesuai
dengan standar dan ketentuan yang berlaku dalam
rangka memberikan persetujuan penggunaan saat
darurat (Emergency Use Authorization) secara mandiri
dan transparan;
c. Bersama Kementerian Kesehatan RI, Komnas dan
Kopda KIPI secara intensif melakukan pemantauan
kejadian ikutan paska imunitas (KIPI).
6. Komisi IX DPR RI mendesak PT Bio Farma (Persero)
untuk bertanggungjawab penuh menjaga mutu,
keamanan dan waktu produksi CoronaVac yang
diproduksi oleh Sinovac Biotech Ltd. dan PT Bio Farma
(Persero) yang didistribusikan ke seluruh Indonesia.
18-1- 2021 IX Menteri Ketenagakerjaan
RI
1. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Ketenagakerjaan RI untuk melakukan evaluasi kinerja
pengelolaan program BSU Tahun 2020 untuk menjadi
bahan rujukan program BSU di tahun berikutnya.
2. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Ketenagakerjaan RI untuk melakukan perbaikan
terkait program - program ketenagakerjaan seperti
program padat karya, tenaga kerja mandiri, BLK
Komunitas dan program lainnya.
3. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Ketenagakerjaan RI untuk meningkatkan sosialisasi
jaminan sosial termasuk jaminan kecelakaan kerja bagi
pekerja yang tidak menerima manfaat sesuai
gaji/upah dan dalam rangka meningkatkan
kepesertaan yang masih belum optimal dibandingkan
dengan jumlah pekerja yang seharusnya menjadi
peserta.
4. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Ketenagakerjaan RI untuk meningkatkan koodinasi
dengan Lembaga/Kementerian terkait penyelesaian
transformasi program jaminan sosial PT. TASPEN
118
(Persero) dan PT. ASABRI (Persero) ke BPJS
Ketenagakerjaan dan perlindungan jaminan sosial
kepada Pekerja termasuk pelaut dan ABK.
5. Komisi IX DPR RI meminta Kementerian
Ketenagakerjaan RI agar mengakomodir masukan-
masukan dari Komisi IX DPR RI dalam penyusunan RPP
tentang:
a. Penggunaan TKA
b. Hubungan Kerja, Waktu Kerja dan Waktu lstirahat
serta PHK
c. Pengupahan (Revisi PP 78 Tahun 2015)
d. Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan
Pekerjaan (JKP)
dan menyampaikan perkembangannya kepada Komisi
IX DPR RI.
6. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Ketenagakerjaan RI untuk melakukan pengendalian
penggunaan TKA termasuk klasifikasi jenis pekerjaan
yang dilakukan TKA, sehingga tidak mengambil alih
posisi pekerja Indonesia.
7. Komisi IX DPR RI mendorong Kementerian
Ketenagakerjaan RI untuk memperketat pengawasan
pelaksanaan protokol kesehatan pada perusahaan
terutama perusahaan berskala kecil sehingga tidak
menjadi klaster baru di perusahaan.
19-1- 2021 IX 1. IDI,
2. Ketua Tim Riset Uji
Klinis Vaksin Covid-19 FK
Universitas Padjajaran
Bandung,
3. Representative to
Indonesia WHO,
4. Komnas KIPI, dan
5. Pengurus ITAGI
1. Komisi IX DPR RI mengapresiasi penjelasan dari
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ketua Tim Riset Uji Klinis
Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran terkait vaksinasi Covid-19.
2. Komisi IX DPR RI mendorong Tim Riset Uji Klinis
Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran secara transparan menyampaikan
pemantauan perkembangan uji klinis Fase 3 vaksin
Sinovac ke publik guna menghindari kesimpangsiuran
informasi terkait hasil uji klinis vaksin Sinovac.
3. Komisi IX DPR RI meminta Komnas KIPI, ITAGI dan IDI
untuk terus memberikan masukan dan dukungan
kepada Komisi IX DPR RI dan pemerintah dalam
pelaksanaan vaksin covid 19 termasuk pemantauan dan
penaganan kejadian paska imunisasi, penguatan
peningkatan serta mensosialisasikan kepada
masyarakat.
21-1- 2021 IX 1. Calon Anggota Dewan
Pengawas BPJS
Ketenagakerjaan dan
2. Calon Anggota Dewan
Pengawas BPJS
Kesehatan
Tidak ditemukan kesimpulan.
119
25-1- 2021 IX Calon Anggota Dewan
Pengawas BPJS
Kesehatan
1. Komisi IX DPR RI telah melaksanakan Rapat Uji
Kelayakan dan Kepatutan terhadap Calon Anggota
Dewan Pengawas Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan (Dewas BPJS Kesehatan) dengan
nomor urut 1 s.d 5 :
1) Inda Deryanne Hasman
2) H. Ibnu Naser Arrohimi
3) Siruaya Utamawan
4) Indra Yana
5) HM Zulfikar
Dan Calon Anggota Dewan Pengawas BPJS Kesehatan
telah menandatangani surat pernyataan.
2. Komisi IX DPR RI akan melanjutkan Rapat Uji
Kelayakan dan Kepatutan terhdap Calon Anggota
Dewan Pengawas BPJS Kesehatan dengan nomor urut 6
s/d 10 pada hari 0, 26 Januari 2021 Pukul 10.00 WIB.
26-1-2021 IX Calon Anggota Dewan
Pengawas BPJS
Kesehatan
1. Komisi IX DPR RI telah melaksanakan Rapat Uji
Kelayakan dan Kepatutan terhadap Calon Anggota
Dewan Pengawas Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan (Dewas BPJS Kesehatan) dengan
nomor urut 6 s.d 10 :
6) Misbahul Munir
7) Eduard Parsaulian Marpaung
8) James Sagala
9) Iftida Yasar
10) Tri Andhi Suprihartono.
Dan Calon Anggota Dewan Pengawas BPJS Kesehatan
telah menandatangani surat pernyataan.
2. Komisi IX DPR RI akan melanjutkan Rapat Uji
Kelayakan dan Kepatutan terhdap Calon Anggota
Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dengan nomor
urut 1 s/d 5 pada hari Rabu, 27 Januari 2021 Pukul
10.00 WIB.
27-1- 2021 IX Calon Anggota Dewan
Pengawas BPJS
Ketenagakerjaan
1. Komisi IX DPR RI telah melaksanakan Rapat Uji
Kelayakan dan Kepatutan terhadap Calon Anggota
Dewan Pengawas Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan (Dewas BPJS Ketenagakerjaan)
dengan nomor urut 1 s.d 5 :
1) H. Yayat Syariful Hidayat
2) Muhamad Aditya Warman
3) Soeharjono
4) Subchan Gatot
5) Elias Hamonangan
Dan Calon Anggota Dewan Pengawas BPJS
Ketenagakerjaan telah menandatangani surat
pernyataan.
120
28-1- 2021 IX Calon Anggota Dewan
Pengawas BPJS
Ketenagakerjaan
1. Komisi IX DPR RI telah melaksanakan Rapat Uji
Kelayakan dan Kepatutan terhadap Calon Anggota
Dewan Pengawas Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan (Dewas BPJS Ketenagakerjaan)
dengan nomor urut 6 s.d 10 :
6) Yanuar Rizky Nuh
7) Agus Dwiyanto
8) Muhammad Iman Nuril Hidayat Budi Panuji
9) Sumarjono Saragih
10) Agung Nugroho
Dan Calon Dewas BPJS Ketenagakerjaan telah
mendatangani surat pernyataan.
1-2- 2021 IX Menteri Kesehatan RI Rapat diskors dilanjutkan pada 2 Februari 2021 Pukul
10.00 WIB.
2-2-2021 IX Menteri Kesehatan RI Tertutup
3-2- 2021 IX 1. Menteri Kesehatan RI,
2. Menteri Riset dan
Teknologi RI/Kepala
Badan Riset dan Inovasi
Nasional.
3. Direktur Lembaga
Biologi Molekuler (LBM)
Eijkman dan
4. Rektor Universitas
Gadjah Mada
Yogyakarta.
1. Komisi IX DPR RI mengapresiasi dan mendukung
penuh hasil riset dan inovasi dalam penangangan
Covid-19 di bawah koordinasi Konsorsium Riset dan
Inovasi Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset
dan Inovasi Nasional (BRIN).
2. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan
RI untuk melakukan terobosan kebijakan agar hasil riset
dan inovasi dapat segera digunakan dalam pelayanan
kesehatan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan
melalui E-katalog.
3. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan
RI mengakselerasi perluasan penggunaan GeNose C-19
dalam testing dan tracing Covid-19 dengan dukungan
Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN dan Universitas
Gadjah Mada untuk peningkatan produksi massal.
4. Komisi IX DPR RI mendukung penuh pengembangan
Vaksin Merah Putih dan mendesak Kementerian Riset
dan Teknologi/BRIN bersama Kementerian Kesehatan
RI berkoordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan terkait percepatan proses pengembangan
Vaksin Merah Putih sesuai dengan Inpres No.6 Tahun
2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri
Farmasi dan Alat Kesehatan dan Kepres No.18 Tahun
2020 tentang Tim Nasional Percepatan Pengembangan
Vaksin Corona Virus.
5. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Riset dan
Teknologi/BRIN bersama Kementerian Kesehatan RI
meningkatkan Kerjasam Pemerintah dengan Badan
Usaha (KPBU) di bidang penelitian dan pengembangan
termasuk dengan lembaga riset, universitas dan juga
industri farmasi dan alat kesehatan baik lokal maupun
multinasional.
6. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan
121
RI berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk
tidak melakukan pemotongan insentif tenaga
kesehatan yang tercantum pada Surat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor S-65/MK.02/2021 yang
menindaklanjuti surat Menteri Kesehatan Nomor
KU.01.01/Menkes/62/2021 tanggal 21 Januari 2021
tentang Permohonan Perpanjangan Pembayaran
Insentif Bulanan dan Santunan Kematian Bagi Tenaga
Kesehatan dan Peserta PPDS (Program Pendidikan
Dokter Spesialis) yang menangani Covid-19.
7. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan
RI untuk berkoordinasi dengan Kementerian Dalam
Negeri RI dalam rangka mencari solusi agar insentif bagi
Tenaga Kesehatan di seluruh wilayah Indonesia dapat
segera dibayarkan.
8. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan
RI untuk segera meyelesaikan pembayaran klaim
Rumah Sakit di seluruh Indonesia yang merawat dan
menangani pasien Covid-19.
9 -2-2021 IX Menteri Kesehatan RI 1. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan
RI berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan RI dan
Kementerian Dalam Negeri RI dalam rangka percepatan
pembayaran insentif Tenaga Kesehatan Pusat dan
Daerah Tahun 2020.
2. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan
RI untuk segera menyelesaikan perselisihan (dispute)
klaim penanganan Covid-19 rumah sakit tahun 2020
bersama BPJS Kesehatan dengan melibatkan
perwakilan asosiasi rumah sakit baik rumah sakit
vertikal, rumah sakit daerah, rumah sakit BUMN, rumah
sakit TNI/POLRI dan rumah sakit swasta.
3. Dalam rangka meningkatkan ketahanan sistem
kesehatan nasional, Komisi IX DPR RI mendesak
Kementerian Kesehatan RI untuk mengoptimalisasikan
alokasi anggaran untuk program/kegiatan di APBN 2021
dengan memperhatikan usulan serta masukan yang
diberikan oleh Komisi IX DPR RI, antara lain:
a. Revitalisasi fungsi dan peningkatan mutu FKTP dalam
pengendalian beban penyakit menular dan penyakit
tidak menular seperti jantung, hipertensi, dan diabetes.
b. Pemenuhan standar sarana prasarana, alat dan SDM
Kesehatan di Puskesmas sebagai gate keeper pelayanan
kesehatan di masyarakat.
c. Peningkatan program pencegahan dan pengendalian
kanker di Indonesia seperti kanker payudara, kanker
leher rahim dan kanker paru mulai dari deteksi dini
sampai pembangunan rumah sakit rujukan nasional
untuk kanker.
d. Peningkatan cakupan imunisasi dasar dan lanjutan
122
pada anak.
e. Peningkatan dukungan pengembangan Obat Modern
Asli Indonesia (OMAI) sebagai alternatif pemenuhan
kebutuhan obat.
5. Guna peningkatan derajat kesehatan pada anak
Indonesia, Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Kesehatan RI untuk segera melakukan peningkatan
cakupan imunisasi dasar dan lanjutan anak dengan
memperhatikan protokol kesehatan.
6. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan
RI untuk memperbaiki usulan penambahan anggaran
penanganan Covid-19 Tahun 2021 bidang kesehatan
dengan memperhatikan ususlan serta masukan yang
diberikan oleh anggota Komisi IX DPR RI, antara lain:
a. peningkatan testing dan tracing dengan memperbaiki
tata kelolanya serta memperhatikan kecukupan tenaga
tracing dan tenaga penyelidikan epidemiologi di
Puskesmas.
b. mengoptimalkan penghitungan kebutuhan
terapeutik penanganan Covid-19, termasuk klaim,
insentif, sarana prasarana, isolasi dan obat penanganan
Covid-19 berdasarkan data epidemiologi pandemi.
c. meningkatkan usulan anggaran untuk penelitian
laboratorium Covid-19 termasuk riset vaksin, uji klinis
obat dan penambahan tenaga laboratorium.
7. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan
RI untuk berkoordinasi dengan K/L terkait alokasi
insentif kepada tenaga non-kesehatan yang terlibat
dalam penanganan Covid-19 di fasilitas pelayanan
kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta, dan
tempat isolasi terpusat.
8. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan
agar anggaran penanganan Covid-19 tahun 2021 bidang
kesehatan dikoordinasikan oleh Kementerian
Kesehatan RI sebagai leading sector penanganan Covid-
19.
123
9-2-2021 IX 1. Menteri
Ketenagakerjaan RI
2. Kepala Badan
Pelindungan Pekerja
Migran Indonesia
(BP2MI)
3. Direktur Utama Badan
Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan
1. Komisi IX DPR RI memberikan aprseiasi pada
Kementerian Ketenagakerjaan RI terhadap proyek
percontohan sistem penempatan satu kanal (SPSK) PMI
ke Arab Saudi.
2. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Ketenagakerjaan RI untuk meningkatkan program
Sistem Penempatan satu Kanal (SPSK) tidak hanya
kepada Negara Arab Saudi tetapi juga ke negara-negara
penempatan lainnya.
3. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Ketenagakerjaan RI, BP2MI, dan BPJS Ketenagakerjaan
untuk meningkatkan perlindungan Pekerja Migran
Indonesia melalui:
a. Penguatan diplomatik dan peran atase
ketenagakerjaan dalam verifikasi pemberi kerja PMI di
Arab Saudi
b. Memprioritaskan Penempatan calon PMI yang
memiliki keahlian
c. Peningkatan efektifitas satuan tugas perlindungan
PMI yang keanggotaannya lintas sektor.
4. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Ketenagakerjaan RI untuk meingkatkan pelatihan calon
PMI melalui Balai Latihan Kerja yang ada di daerah-
daerah basis rekruitmen PMI.
5. Komisi IX DPR RI mendesak BPJS Ketenagakerjaan
untuk memberikan perlindungan jaminan sosial yang
menjamin hak-hak PMI yang akan bekerja, sedang
bekerja dan setelah bekerja di luar negeri sehingga
pada saat PMI mengalami permasalahan tidak
lolos/gagal berangkat atau permasalahan kepulangan di
luar negeri dapat di selesaikan secara optimal.
6. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Ketenagakerjaan RI, BP2MI, dan BPJS Ketenagakerjaan
untuk menjamin pelaksanaan program SPSK berjalam
dengan mekanisme penempatan yang optimal melalui
edukasi dan sosialisasi yang massif bersama seluruh
pemangku kepentingan.
7. Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian
Ketenagakerjaan RI untuk memberikan peningkatan
perlindungan pada 6 jabatan, yaitu pengurus rumah
tangga, pengasuh bayi/balita, pengasuh lansia, juru
masak, supir keluarga dan pengasuh anah diatas 5
tahun yang diberikan kepada PMI di Arab saudi,
mengingat permasalahan penempatan pekerja sektor
rumah tangga yang terjadi sebelum moratorium
penempatan.
8. Komisi IX DPR RI meminta Kementerian
Ketenagakerjaan RI, BP2MI dan BPJS Ketenagakerjaan
untuk melakukan pengkajian secara komprehensif
124
mengenai manfaat jaminan sosial bagi PMI.
9. Komisi IX DPR RI mendorong Kementerian
Ketenagakerjaan RI untuk berkoordinasi dengan
instansi terkait dalam pemberian vaksin Covid-19 bagi
calon PMI sebelum ditempatkan ke Arab Saudi.
12-1- 2021 X 1. Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI)
2. Ketua Pengurus Besar
Nahdhatul Ulama
(PBNU)
3. Ketua PP
Muhammadiyah
4. Ketua Konferensi Wali
Gereja Indonesia (KWI)
5. Ketua Persekutuan
Gereja-Gereja di
Indonesia (PGI)
6. Ketua Parisada Hindu
Dharma Indonesia (PHDI)
7. Ketua Perwakilan
Umat Budha Indonesia
(WALUBI)
8. Ketua Majelis Tinggi
Agama Khonghucu
Indonesia (MATAKIN
B. Terhadap pandangan, penjelasan dan masukan
yang disampaikan para narasumber, Panja Peta Jalan
Pendidikan Komisi X DPR RI menyampaikan pandangan
antara lain:
1. Mendorong Kemendikbud RI meningkatkan
komunikasi dan kerja sama dengan seluruh pemangku
kepentingan pendidikan, pakar pendidikan dan pegiat
pendidikan keagamaan untuk perbaikan Konsep Peta
Jalan Pendidikan yang sejalan dengan Visi Negara yang
tertuang dalam RPJP sampai tahun 2045 (100 Tahun
Indonesia Merdeka) dan memperhatikan dimensi
sejarah dan kebudayaan Indonesia.
2. Mendorong Kemendikbud RI untuk konsisten
membangun kerja sama dengan institusi keagamaan
dalam menyusun Peta Jalan Pendidikan dan
membuat skema kerjasamanya.
3. Mendorong Kemendikbud RI untuk membuat
skema pendidikan karakter dalam Peta Jalan Pendidikan
yang di dalamnya ada nilai agama, Pancasila dan
keteladanan sebagai upaya mencegah ideologi
transnasional yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.
4. Mendorong Kemendikbud RI untuk menambahkan
unsur keluarga dan rumah ibadah dalam kompenen
pendidikan dalam Peta Jalan Pendidikan. Mengingat
unsur keluarga dan rumah ibadah merupakan
komponen penting sebagai pusat pembentukan akhlak,
rohani dan kepribadian yang sangat penting dalam
pembentukan karakter anak.
5. Mendorong Kemendikbud RI mengadopsi nilai-
nilai filosofi pendidikan yang disampaikan ormas
125
keagamaan untuk memperkaya Peta Jalan Pendidikan
sehingga bisa menjadi grand design pendidikan
yang dapat dilaksanakan secara holistik.
6. Mendorong Kemendikbud RI untuk membangun
kesadaran tanggap bencana dan pentingnya
pendidikan keluarga dengan menyusun kurikulum
yang lebih kaya dengan memperhatikan keragaman
geografis, sehingga dalam pembelajaran terdapat
mata pelajaran tanggap bencana dan pendidikan
keorangtuaan (parenting).
7. Mendorong Kemendikbud RI untuk menyediakan
kurikulum yang disesuaikan dengan lingkungan tempat
tinggal peserta didik, antara lain kurikulum untuk
anak perkotaan dan pedesaan (3T, pesisir dan
pedalaman).
C. Bahan paparan dan masukan yang disampaikan para
narasumber menjadi bagian tidak terpisahkan dari
RDPU hari ini, dan substansinya akan menjadi rujukan
dalam penyusunan rekomendasi Panitia Kerja Peta
Jalan Pendidikan Komisi X DPR RI kepada Pemerintah.
13-1- 2021 X 1. Komite Nasional ASN
(Non-ASN);
2. Pengurus Pusat dan
Perwakilan Wilayah
Forum Guru dan
Tenaga Kependidikan
Honorer Non-Kategori
Umur 35
Tahun ke Atas
(GTKHNK35+);
3. Solidaritas Nasional
Wiyatabakti Indonesia
(SNWI).
Terhadap aspirasi yang disampaikan para
narasumber, Komisi X DPR menyampaikan pandangan
antara lain:
1. menerima semua masukan dan aspirasi yang telah
disampaikan.
2. akan menindaklanjuti aspirasi yang disampaikan
Komite Nusantara-ASN, GTKHNK35+ dan SNWI baik
kepada Pemerintah (Kemendikbud RI, Kemenag RI,
Kemenpan RB RI, Kemendagri RI, Kemenkeu RI, dan
BKN RI) maupun Komisi terkait lainnya.
3. Komisi X DPR RI mendukung aspirasi para Guru
Tenaga Honorer Non Kategori Umur 35 Tahun ke Atas
(GTKHNK35+) untuk diangkat sebagai PNS tanpa tes
melalui Kepres PNS atau opsi lain yang
memungkinkan, dengan mempertimbangkan
pengabdian, keadilan dan menghindari diskriminasi
pendidik dan tenaga kependidikan.
C. Bahan paparan dan masukan yang disampaikan
para narasumber menjadi bagian tidak terpisahkan
dari RDPU ini, dan substansinya akan menjadi bahan
rapat Komisi X DPR RI dengan Pemerintah.
126
0, 14 Januari
2021
X Menteri Pemuda dan
Olahraga Republik
Indonesia
3. Komisi X DPR RI mendorong Kementerian Pemuda
dan Olahraga RI agar Program Kegiatan Kepemudaan
dan Keolahragaan yang ditunda/direvisi akibat
Pandemi Covid-19 di tahun 2020 dapat dilaksanakan
pada tahun 2021.
4. Komisi X DPR RI dan Kementerian Pemuda dan
Olahraga RI bersepakat untuk melakukan koordinasi
dengan pihak-pihak terkait, supaya ada kepastian
terhadap pelaksanaan berbagai Kompetisi Liga
Olahraga Nasional.
5. Komisi X DPR RI mendorong Kementerian Pemuda
dan Olahraga RI agar persiapan sebagai Tuan Rumah
Piala Asia FIBA (Asian FIBA Cup) Tahun
2021 dan Piala Dunia FIBA (FIBA Basketball World
Cup) Tahun 2023 dilaksanakan lebih maksimal supaya
tercapai sukses pelaksanaan dan sukses prestasi.
7. Komisi X DPR RI mendorong Kementerian
Pemuda dan Olahraga RI menyusun Desain Besar
(Grand Design) Kepemudaan Nasional dalam rangka
mengawal Bonus Demografi pada tahun 2030.
14-1- 2021 X Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif/Badan
Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Republik
Indonesia
1. Komisi X DPR RI mengapresiasi paparan dan
penjelasan Menparekraf/Kepala Baparekraf RI yang
telah melakukan perkenalan dan menyampaikan 3
(tiga) Platform Program, strategi program
pengembangan Desa Wisata, serta program-program
unggulan tahun 2021.
2. Komisi X DPR mendorong
Kemenparekraf/Baparekraf RI agar 3 (tiga) Platform
Program dalam bentuk lnovasi, Adaptasi dan
Kolaborasi, dapat diwujudkan secara optimal dalam
bentuk program dan kegiatan untuk memajukan
dan mengembangkan sektor pariwisata serta
ekonomi kreatif, khususnya di tengah pandemi
Covid-19.
3. Komisi X DPR mendukung strategi program
pengembangan Desa Wisata Tahun 2021-2024,
khususnya dalam hal kerjasama dengan K/L terkait,
perguruan tinggi, komunitas (dalam dan luar negeri),
dan organisasi/lembaga parekraf, dengan tetap
dilakukan monitoring dan evaluasi secara intensif.
4. Komisi X mendorong Kemenparekraf/Baparekraf
RI untuk melakukan kajian secara komprehensif
(perencanaan sampai implementasi) mengenai
program-program unggulan yang telah disampaikan,
dengan memperhatikan dan menekankan peraturan
perundang-undangan, implementasi yang terukur,
serta dampak positif bagi pelaku pariwisata dan
ekonomi kreatif.
5. Komisi X DPR mendorong Kemenparekraf/
127
Baparekraf RI untuk menyelesaikan atau
mengkoordinasikan beberapa hal krusial bidang
pariwisata dan ekonomi kreatif, antara lain; data besar
(Big Data) Parekraf, SOM Parekraf di daerah, tata
kelola kelembagaan pariwisata (antara lain:
Pendidikan pariwisata dan Sadan Otorita),
mewujudkan ekosistem ekonomi kreatif, dan
penerapan Kebersihan, Kesehatan, Keamanan dan
Kelestarian Lingkungan (K4 atau CHSE).
6. Komisi X DPR menekankan kembali agar
pengembangan lima destinasi superprioritas tidak
mengabaikan pengembangan destinasi pariwisata
potensial di daerah, terrnasuk eko-wisata dan
destinasi wisata sejarah.
7. Komisi X DPR mendorong Kemenparekraf/
Baparekraf RI untuk mengkoordinasikan dan
memastikan anggaran yang terkait pariwisata di K/L
lainnya, dapat digunakan untuk pengembangan
pariwisata.
8. Komisi X DPR mengharapkan Kemenparekraf/
Baparekraf RI untuk memberikan penjelasan
dalam raker yang akan datang, antara lain mengenai:
a. Dengan adanya dukungan alokasi anggaran
pada 5 destinasi superpriotitas dan 5 destinasi
prioritas, agar dihitung potensi pendapatan negara
dan potensi dampak terhadap masyarakat.
b. Simulasi dampak pertumbuhan ekonomi jika desa
wisata mendapatkan dukungan dan alokasi anggaran
yang sama dengan anggaran yang diberikan kepada
5 destinasi superprioritas dan 5 destinasi prioritas.
c. Guna memberikan kepastian perkembangan desa
wisata, Kemenparekraf/Baparekraf RI diharapkan
memberikan data rincian jumlah desa wisata
(eksisting) dengan kategori rintisan, berkembang,
maju dan mandiri, serta pendampingan yang dilakukan
K/L lainnya.
128
18-1- 2021 X 1. Dirjen Guru dan
Tenaga Pendidikan
Kemendikbud,
2. Dirjen Anggaran
Kemenkeu,
3. Dirjen Bina Keuangan
Daerah Kemendagri,
4. Dep Bid. SDM Aparatur
KemenPAN RB, dan
5. Kepala Badan
Kepegawain Negara
C. Terhadap paparan dan penjelasan dari
Kemendikbud RI, Kemendagri RI, Kemenkeu RI,
KemenPAN RB RI dan Sadan Kepegawaian Negara
(BKN), Komisi X DPR RI memberikan catatan dan
masukan sebagai berikut:
1. Hasil seleksi PPPK untuk THK-2 tahun 2019 untuk
formasi guru sejumlah 34.954 lulus passing grade dan
yang selanjutnya ditetapkan formasinya sejumlah
34.317. Sampai saat ini SK PPPK yang sudah ditetapkan
oleh instansi Pemerintah Daerah baru sejumlah 865
orang (2,47%). Terhadap hal ini, Komisi X DPR
mendesak Kemendikbud RI, Kemendagri RI, KemenPAN
RB RI dan Sadan Kepegawaian Negara (BKN)
segera membuat formulasi percepatan terhadap sisa
guru PPPK sejumlah 34.317 untuk mendapatkan
mendapatkan SK dan penggajiannya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, paling lambat Maret
2021;
2. Komisi X DPR mendesak Pemerintah c.q
Kemendagri RI dan Pemerintah Daerah untuk
menindaklanjuti guru PPPK yang tidak dapat
melanjutkan proses pengangkatan karena tidak
memenuhi syarat sejumlah 120 orang dan tidak
diusulkan instansi Pemda sejumlah 541 orang, agar
tetap terpenuhi mendekati jumlah 34.954 orang guru
PPPK;
3. Mendorong Kemendikbud RI dalam agenda Seleksi
Guru Honorer 1 juta menjadi Guru PPPK,
berkoordinasi dengan Kemenkeu RI, Kemendagri RI,
KemenPANRB RI, Kemenag RI, BKN serta Pemerintah
Daerah untuk memastikan kebutuhan formasi guru di
daerah dan kesediaan anggaran dengan tetap
memperhatikan perlunya evaluasi secara terus
menerus dalam implementasinya sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku;
4. Komisi X DPR mendukung proses seleksi dan
pembinaan 1 juta guru PPPK yang akan diangkat
pada tahun 2021 yang anggarannya bersumber
dari bagian dari 25% Dana Transfer Umum/DTU (DAU +
DBH) sebagaimana tertuang dalam UU APBN 2021;
5. Komisi X DPR mendesak Pemerintah c.q
KemenPAN RB RI untuk melengkapi data dari 5
Provinsi dan Kabupaten/Kota yang belum
menyampaikan usulan formasi PPPK untuk seleksi 1
(satu) juta guru PPPK secara tertulis dan disampaikan
paling lambat Rabu, 20 Januari 2021;
6. Komisi X DPR mendesak Kemendikbud RI,
Kemendagri RI, KemenPAN-RB RI, Kemenkeu RI dan
BKN RI untuk tidak menutup jalur CPNS bagi guru dan
129
tetap membuka jalur CPNS bagi guru pada tahun 2021
dan tahun seterusnya sebagai upaya percepatan
pemenuhan kebutuhan guru yang selalu ada setiap
tahun;
7. Terkait aspirasi Guru dan Tenaga Kependidikan
Honorer Non Kategori Usia di atas 35 tahun
(GTKHNK35+) untuk diangkat PNS, Komisi X DPR RI
mendorong Kemendikbud RI, KemenPAN-RB RI,
Kemendagri RI, Kemenkeu RI dan BKN RI membuat
skema kebijakan afirmatif melalui penerbitan
peraturan perundang-undangan disertai pelatihan
peningkatan kompetensi guru sebelum melakukan
asesmen dengan mempertimbangkan lama
pengabdian, keadilan dan menghindari diskriminasi
pendidik dan tenaga kependidikan atau opsi lain
yang memungkinkan;
8. Komisi X DPR mendorong Kemendikbud RI,
Kernen PAN-RB RI, Kemendagri RI, Kemenkeu RI dan
BKN RI untuk membuat kebijakan yang lebih
komprehensif bagi pendidik dan tenaga kependidikan
honorer yang mengajar di daerah 3T dan di sekolah
swasta ke dalam proses perencananaan dan
pengadaan ASN baik dalam formasi CPNS maupun
PPPK;
9. Komisi X DPR mendorong Kemendikbud RI
membuat skema pemenuhan kebutuhan guru agama,
guru ekstrakurikuler, guru olahraga guru pembimbing
khusus (inklusi), dan kebutuhan guru bidang lainnya
untuk sekolah negeri dan swasta.
130
19-1 2021 X 1. Ketua Umum
Persatuan Guru Republik
Indonesai (PGRI)
2. Ketua Umum Forum
Pengelola Lembaga
Kursus dan Pelatihan
(PLKP)
3. Ketua Umum
Himpunan Pendidikan
dan Tenaga
Kependidikan Anak Usia
Dini (HIMPAUDI)
4. Ketua Umum
Perkumpulan
Penyandang Disabilitas
Indonesia (PPDI)
5. Bendahara Umum
Perkumpulan Orangtua
Anak Disabilitas
Indonesia (PORTADIN)
6. Ketua Himpunan
Penyelenggara Pelatihan
dan Kursus Indonesia
(HPPKI)
7. Sekjen Asosiasi
Sekolah Rumah dan
Pendidikan Alternatif
Indonesia (ASAH PENA).
Terhadap pandangan, penjelasan, dan masukan yang
disampaikan para narasumber, Panja PJP Komisi X DPR
RI meyampaikan pandangan antara lain:
b. Mendesak Kemedikbud RI untuk segera melengkapi
dokumen PJP dengan naskah akademik agar konsep
pembangunan pendidikan dalam PJP tidak multitafsir.
d. Mendesak Kemendikbud RI untuk melibatkan banyak
komponen masyarakat dalam penyusunan PJP,
khususnya untuk Lembaga non formal/informal, dan
pendidikan inklusi, terutama pendidikan PAUD serta
penyelenggaraan PAUN dan Pedidikan
Informal/Nonformal sebagai bagaian yang terintegrasi
dengan sistem pendidikan nasional.
131
20-1-2021 X Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik
Indonesia
2. Komisi X DPR RI mendorong Kemndikbud RI
mengupayakan adanya BOPTS sebagai bentuk
kebijakan pendidikan yang memperhatikan
keseimbangan penyelenggaraan pendidikan oleh
masyarakat (swasta) dan pemerintah (negeri).
3. Komisi X DPR mendorong Kemendikbud Ri untuk
menyususn konsep Asesmen Nasional secara
komprehensif, termasuk subtansi mengenai pemetaan
potensi timbulnya learning loss yang mengurangi
kemampuan numerasi dan literasi, termasuk pemetaan
capaian efektif dan spiritualitas peserta didik sesuai
Profil Pelajar Pancasila melalui kerja sama LPTK di
daerah.
6. Komisi X DPR menekankan Kemendikbud RI
untuk secara sungguh-sungguh memperhatikan dan
melaksanakan rekornendasi Panja Pendidikan Jarak
Jauh sebagai upaya percepatan digitalisasi pendidikan
dan pemerataan akses pendidikan. Untuk itu, perlu
penjelasan tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan PJJ
sampai dengan Desember 2020.
7. Komisi X DPR rnenekankan Kemendikbud RI untuk
menambahkan jam tayang materi pembelajaran di
Lembaga Penyiaran Publik (LPP) yang bermanfaat bagi
kegiatan belajar mengajar yang tidak terjangkau
layanan jaringan internet.
9. Kornisi X DPR mendesak Kemendikbud RI segera
berkoordinasi dengan K/L terkait untuk menyusun
skema kebijakan afirmatif dan opsi lain yang
mernungkinkan sesuai ketentuan perundang-undangan,
bagi guru dan tenaga kependidikan honorer dengan
mempertimbangkan lama pengabdian dalarn proses
perencanaan dan pengadaan ASN baik dalam formasi
CPNS maupun PPPK. Dan melaporkan kepada Komisi X
DPR paling lambat tanggal 21 Maret 2021.
132
21-1- 2021 X 1. Sdr. RM. Prof. Dr. B. S.
Mardiatmadja SJ (Guru
Besar Sekolah Tinggi
Filsafat Driyakara),
2. Sdr. Dr. Susaningtyas
Nevo Handayani
Kertopati, Msi (Pengamat
Pertahanan),
3. Sdr. K.H. Agus Sunyoto
(Budawan),
4. Sdr. Mohammad
Sobari (Budawan), dan
5. PB AMAN (Aliansi
Masyarakat Adat
Nusantara).
B. Terhadap pandangan, penjelasan dan masukan yang
disampaikan para narasumber, Panja PJP Komisi X DPR
RI menyampaikan pandangan antara lain:
1. Mendorong Kemendikbud RI mengadopsi nilai-nilai
filosofi hasil pemikiran tokoh-tokoh pendidikan bangsa
untuk memperkaya PJP.
3. Mendorong Kemendikbud RI untuk melakukan
penyusunan dan perbaikan Konsep PJP yang sejalan
dimensi sejarah dan kebudayaan asli nusantara.
4. Mendorong Kemendikbud RI untuk menambahkan
unsur keluarga sebagai komponen pendidikan dalam
PJP. Mengingat unsur keluarga merupakan komponen
penting sebagai pusat pengembangan keilmuan,
pembentukan karakter dan kepribadian anak.
5. Meminta Kemendikbud RI untuk mempersiapkan
kurikulum pembelajaran yang berorientasi
keberlangsungan hidup dalam upaya penyelamatan
lingkungan dan bumi.
6. Mendorong Kemendikbud RI untuk menyediakan
akses pendidikan dan kurikulum yang disesuaikan
dengan lingkungan tempat tinggal peserta didik,
khususnya untuk masyarakat adat di pedalaman.
7. Panja PJP Komisi X DPR RI mendesak Kemendikbud RI
untuk segera melaksanakan kegiatan ilmiah, antara lain
seminar atau Diskusi Kelompok Terpumpun, dengan
mengundang budayawan dan ahli filsafat untuk
memberikan masukan subtansi filsafat pendidikan dan
kebudayaan dalam PJP Indonesia 2020-2035.
21-1- 2021 X 1. Badan Penelitian dan
Pengembangan dan
Perbukuan
Kemendikbud RI
2. Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI)
3. Arus Survei Indonesia
(ASI)
4. Himpunan Pendidik
dan Tenaga
Kependidikan Anak Usia
Dini (HIMPAUDI)
5. Saiful Mujani Research
& Consulting (SMRC)
Panja Peta Jalan Pendidikan (PJP) Komisi X DPR RI
menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada
Balitbangbuk Kemendikbud, KPAI, HIMPAUDI, SMRC,
dan Arus Survei Indonesia yang telah menyampaikan
paparan, masukan, dan saran mengenai hasil
penelitian pelaksanaan PJJ untuk Peta Jalan
Pendidikan Indonesia (bahan terlampir), antara lain:
1. Balitbangbuk menyampaikan diantaranya bahwa:
Kurikulum darurat telah banyak digunakan di masa
pandemi, sebagian besar guru telah melakukan
asesmen diagnostik, bantuan kuota internet telah
diterima oleh sebagian besar guru dan siswa, perlunya
dukungan peningkatan kompetensi melalui pelatihan
guru, dan meskipun orang tua telah mendampingi
siswa dengan penuh dedikasi selama BDR, 53% siswa
SD mengeluhkan kemampuan orang tua mereka;
2. KPAI menyampaikan diantaranya bahwa, terjadi
disparitas digital yang lebar, hanya anak keluarga kaya
yg terlayani PJJ, banyak siswa tidak dapat mengikuti
PJJ karena tidak memiliki alat daring dan tidak sanggup
membeli kuota internet, kuota Pendidikan
133
Kemendikbud belum tepat sasaran/ banyak terjadi
kemubadziran, para guru masih berfokus pada K13
yang sarat materi sehingga terus memberikan tugas
dan minim interaksi terhadap siswa;
3. Arus Survei Indonesia menyampaikan diantaranya
bahwa, kualitas internet Indonesia masih menjadi
masalah besar dalam membangun ekosistem
pembelajaran daring, lebih dari 47.000 satuan
pendidikan tidak memiliki akses listrik serta internet,
gawai, kebutuhan internet sehat merupakan
kebutuhan mendesak karena adanya sisi negatif
internet.
4. SMRC menyampaikan diantaranya bahwa, siswa
mengaku banyak masalah terkait PJJ, akses internet
dari segi demografi sangat rendah, ketimpangan
pembelajaran makin melebar, rendahnya akses
internet untuk lokasi pedesaan, dan ketersediaan
akses internet secara konsisten dinyatakan sebagai
masalah, beban biaya untuk melakukan PJJ, dan
dampak negatif psikologis pada siswa selama PJJ,
mulai dari rasa kesepian hingga keterlambatan
keterampilan sosial 'socialization delays.'
5. HIMPAUDI menyampaikan diantaranya bahwa,
tidak semua tempat dapat mengakses jaringan
internet, tidak semua guru dan orang tua mempunyai
HP, kompetensi dan kesadaran orang tua/ masyarakat
tentang pentingnya PAUD masih rendah, 52,3 % anak
menginginkan pembelajaran tatap muka, anak
mengalami depresi, anak menginginkan banyak
berkomunikasi dengan guru, terjadi kekerasan psikis
sampai fisik, pemberian kuota Pendidikan belum
merata dan efektif.
B. Bahan paparan dan masukan yang disampaikan para
narasumber menjadi bagian tidak terpisahkan dari RDP/
RDPU hari ini, dan substansinya akan menjadi rujukan
dalam penyusunan rekomendasi Panitia Kerja Peta
Jalan Pendidikan Komisi X DPR RI kepada Pemerintah.
134
25-1- 2021 X Perpusnas RI 4. Komisi X DPR RI mendorong Perpusnas RI untuk:
b. mengoptimalkan data hasil riset yang disampaikan
Perpusnas RI, untuk membangun sistem layanan
perpustakaan yang terintegrasi antara Perpusnas RI,
Perpusda, dan Perpustakaan Desa berbasis data
perpustakaan daerah.
c. bekerja sama dengan lembaga penelitian yang
kredibel melakukan kajian terhadap biaya dan manfaat
layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial.
e. menyusun roadmap pengembangan perpustakaan
(termasuk pemenuhan koleksi pustaka, SDM
perpustakaan dan gedung layanan perpustakaan),
dengan bekerja sama dengan K/L terkait sebagai upaya
untuk meningkatkan literasi dan numerasi serta alokasi
anggaran Perpustakaan RI pada tahun-tahun
mendatang.
f. dalam rangka mengejar ketertinggalan pendidikan
selama masa pandemi Covid-19, Komisi X DPR RI
mendorong Perpusnas RI untuk menjadi bagian dalam
transformasi pendidikan nasional, dengan menjadikan
perpustakaan sebagai wahana pendidikan alternatif
selain sekolah.
g. Perpustakaan tidak hanya adaptif terhadap
perkembangan teknologi informasi tapi antisipatif
menyiapkan SDM maupun kelembagaan yang semakin
mapan, termasuk sinergitas dengan Arsip Nasional RI.
26 – 1- 2021 X Menparekraf/Baparekraf 3. Mengenai persiapan program dan kegiatan TA 2021,
Komisi X DPR RI menyampaikan sikap dan pandangan:
a. Mendorong Kemenparekraf/Baparekraf RI agar
program-program prioritas di masing-masing deputi
dilengkapi dengan sasaran dan target, serta dapat
diimplementasikan secara terukur dan memiliki
dampak yang signifikan terhadap pengembangan
parekraf.
b. Menekankan Kemenparekraf/Baparekraf RI untuk
mengembangkan destinasi wisata terintegrasi dengan
melukan koordinasi dan kolaborasi dengan Pemda serta
para pemangku kepentingan pariwisata disekitar
destinasi prioritas dan superprioritas, antara lain dalam
wujud adanya anggaran melalui dan alokasi khusus
(DAK).
c. Mendorong Kemenparekraf/Baparekraf RI untuk
mengalokasikan anggaran dalam bentuk DAK fisik
reguler dan penugasan, termasuk DAK sektor ekraf ke
daerah-daerah sekitar destinasi wisata selain destinasi
wisata prioritas dan superprioritas.
d. Menekankan Kemenparekraf/Baparekraf RI untuk
menggali dan mengembangkan destinasi wisata potensi
di daerah, wisata sejarah, wisata religi, wisata
135
pendidikan, wisata olahraga dan mengembangkan
konsep pariwisata berkelanjutan.
e. Mendorong Kemenparekraf/Baparekraf RI untuk
melakukan kajian mengenai perlunya realokasi
anggaran dan program yang berorientasi kepada
wisman dialihkan ke wisnus.
f. Mendorong Kemenparekraf/Baparekraf RI untuk
membantu ketersediaan bahan baku ekraf secara
terjangkau dan penetrasi pasar, serta memberikan
insentif yang mudah diakses oleh para pelaku ekraf.
5. Dalam upaya pengembangan desa wisata, Komisi X
DPR RI menyampaikan pandangan:
a. mendesak Kemenparekraf/Baparekraf RI untuk
segera melakukan dan menyelesaikan kajian secara
komprehensif mengenai proyeksi pembangunan desa
wisata, termasuk di dalamnya kajian mengenai
perlunya keseimbangan pengembangan destinasi
prioritas, superprioritas, destinasi wisata potensial di
daerah, dan desa wisata.
b. mendorong Kemenparekraf/Baparekraf RI untuk
meningkatkan koordinasi lintas sektoral dan kolaborasi
dengan komunitas serta perguruna tinggi.
c. mendukung program pendampingan 244 Desa
Wisata menjadi desa wisata mandiri, dan melakukan
kajian untuk menmbah jumlah desa wisata yang
dilakukan pendampingan, seperti desa wisata religi
makam Presiden Soekarno di Blitar, Presiden Soeharto
di Karangayar, dan Presiden Abdurrahman Wahid di
Jombang.
d. adanya alokasi anggaran dalam bentuk DAK secara
berkala untuk setiap tahunnya.
136
27-1- 2021 X 1. Dirjen GTK, Dirjen
Dikti, Kabalitbangbuk
Kemendikbud RI,
2. Dirjen Otda dan Ditjen
Pembangunan Daerah
Kemendagri RI,
3. Deputi Bidang SDM
Aparatur KemenPAN RB ,
dan
4. Budaya BAPPENAS RI
B. Terhadap pandangan, penjelasan dan masukan yang
disampaikan para narasumber, Panja PJP Komisi X DPR
RI menyampaikan pandangan antara lain:
1. Medorong Kemendikbud RI untuk melakukan
keseimbangan kebijakan antara pendidikan formal dan
informal, optimalisasi dan revitalisasi LPTK, penguatan
karakter, dan peningkatan APK.
2. Mendorong Kemendikbud RI, Kemendagri RI,
Kemenpan RB RI dan Bappenas RI untuk melakukan
kajian terhadap pemerataan distribusi dan kualitas guru
terutama di daerah 3T dan antisipasi tumpang tindih
tata kelola pendidikan antara pusat dan daerah.
3. Mendorong Kemendikbud RI untuk melakukan
koordinasi dengan Kemenpan RB RI dan Kemendari RI
(Pemerintah Daerah) dalam penyelesaian
pengangkatan guru honorer menjadi ASN.
4. Mendesak Kemendikbud RI untuk memperkuat
filosofis Pendidikan yan berakar dari potensi dan
budaya Indonesia dalam subtansi PJP.
5. Mendesak Kemendikbud RI agar menyusun PJP yang
menjadi pijakan dalam melakukan reformasi pendidikan
calon guru dan dosen dalam penuntasan persoalan
kualitas dan kesejahteraan guru dan dosen.
6. Mendesak Kemendikbud RI untuk mengintegrasikan
data dan masukan dari Bappenas RI, uatamnya dalam
hal dua isu sentral pembangunan pendidikan (akses dan
kualitas).
27-1- 2021 X Aliansi Sound System
Organizer dan Pekerja
Seni Indonesia (ASSOPSI)
2. Komisi X DPR RI akan menindaklanjuti masukan dan
aspirasi dari ASSOPSI kepada Pemerintah
(Kemenparekraf/Baparekraf RI, Kemendikbud RI,
Kemendagri RI, Kemensos RI, POLRI dan Gugus
Tugas Covid-19) dan instansi terkait lainnya agar para
pekerja di sektor seni dan hiburan dapat berkreasi,
berkarya dan beraktivitas sesuai profesi dan pekerjaan,
sehingga mampu bertahan di masa pandemi Covid-19.
137
28-1- 2021 X 1. Himar Farid, Ph.D -
Dirjen Kebudayaan
Kemendikbud RI.
2. Jumeri, S.TP., M.Si -
Dirjen Pendidikan Anak
Usia Dini, Pendidikan
Dasar dan Pendidikan
Menengah.
3. Totok Suprayitno, Ph.D
- Kabalitbangbuk
Kemendikbud RI.
4. Prof. Dr. Muhammad
Ali Ramdhani - Dirjen
Pendidikan Islam
Kemenag RI.
5. Amich Alhumami -
Direktur Agama,
Pendidikan dan Budaya
BAPPENAS RI.
6. Prof. Adjie samektho,
Sh., M.Hum - Deputi
Pengkajian dan Materi
BPIP.
B. Terhadap pandangan, penjelasan dan masukan yang
disampaikan para narasumber, Panja Peta Jalan
Pendidikan Komisi X DPR RI menyampaikan pandangan
antara lain:
1. Panja PJP Komisi X DPR RI mendorong Kemendikbud
RI meningkatkan komunikasi dan kerja sama dengan
seluruh pemangku kepentingan pendidikan, pakar
pendidikan dan penggiat pendidikan keagamaan dan
budaya untuk perbaikan konsep PJP agar sejalan
dimensi sejarah, ideologi, kebudayaan dan teknologi;
2. Panja PJP Komisi X DPR RI mendesak Kemendikbud RI
untuk merevisi Konsep Profil Pelajar Pancasila pada PJP
dengan menambahkan penekanan komitmen
kebangsaan dan memegang tegus untuk mengamalkan
Pancasila dan UU NRI 1945;
3. Panja PJP Komisi X DPR RI mendorong Kemendikbud
RI dalam menyusun konsep pendidikan karakter pada
PJP di dalamnya mencakup nilai agama, Pancasila dan
keteladanan sebagai upaya mencegah masuknya
budaya dan pemikiran yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila dan budaya bangsa.
4. Panja PJP Komisi X DPR RI mendorong Kemendikbud
RI untuk menambahkan unsur orang tua dalam
komponen pendidikan karakter pada PJP;
5. Panja PJP Komisi X DPR RImendorong Kemendikbud
RI mengadopsi nilai-nilai pemikiran tokoh pendidikan
dan agama bangsa untuk penyempurnaan PJP;
6. Panja PJP Komisi X DPR RI menekankan agar
pendidikan karakter memuat strategi yang meliputi
profil pelajar dan guru pancasila, sehingga internalisasi
nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik dapat secara
mudah terwujud.
7. Panja PJP Komisi X DPR RI mendorong Kemendikbud
RI untuk mengoptimalkan penggunaan media sebagai
instrumen strategis menanamkan nilai-nilai Pancasila,
di luar metode secara formal melalui pelajaran di
sekolah.
138
28-1- 2021 X 1. PPI Dunia
2. PB HMI
3. DPP IMM
4. PP KAMMI
5. PP PMKRI
6. DPP GMNI
7. DPP IMAKIPSI
8. PP GMKI
9. DPP HIKMAHBUDHI
10. KMHDI
11. PB PMII
B. Terhadap pandangan, penjelasan dan masukan
yang disampaikan para narasumber, Panja Peta
Jalan Pendidikan Komisi X DPR RI menyampaikan
pandangan antara lain:
1. Organisasi kemahasiswaan agar secara aktif
memberikan masukan kepada Pemerintah untuk
menyempurnakan konsep Peta Jalan Pendidikan
dan memberikan kontribusi pemikiran secara kritis
terhadap pembangunan Pendidikan di Indonesia;
2. Mendorong Kemendikbud RI agar dalam
penyusunan Peta Jalan Pendidikan memberikan ruang
peran kepada organisasi kemahasiswaan untuk
terlibat dalam pengembangan kapasitas
kemahasiswaan berupa ruang aktualisasi, aspirasi dan
gagasan-gagasan positif dan kreatif tidak hanya
dalam penyusunan Peta Jalan Pendidikan tetapi juga
melalui berbagai kegiatan yang relevan dengan tujuan
pendidikan nasional;
2-2- 2021 X Eselon I:
1. Kemendikbud RI
2. Kemendagri RI
3. Kemendes, PDT dan
Transmigrasi RI
4. Kemenkominfo RI
5. Perpusnas RI
2. Komisi X DPR RI memberikan catatan dan pandangan
terhadap penjelasan mengenai perkembangan
dukungan K/L dalam meningkatkan literasi, sebagai
berikut:
a. Komisi X DPR RI mendorong K/L terkait, sesuai
tugas, fungsi dan kewenangannya bersama
Perpusnas RI untuk membuat indikator capaian literasi
yang terintegrasi sehingga peningkatan literasi dapat
terukur dari semua K/L.
b. Komisi X DPR RI mendorong K/L terkait bersama
Perpusnas RI untuk membuat peta kebutuhan bahan
pustaka dan skema akselerasi pengadaan serta
pendistribusian bahan pustaka ke perpustakaan di
daerah dengan mempertimbangkan hasil kajian
Balitbangbuk Kemendikbud RI.
c. Komisi X DPR RI mendorong K/L terkait yang belum
melakukan kerjasama dengan Perpusnas RI untuk
segera melakukan kerja sama dalam bentuk MoU
untuk peningkatan literasi di daerah.
d. Komisi X DPR RI menekankan K/L terkait dan
Perpusnas RI menjadi teladan dengan mengembangkan
pola perilaku literasi melalui kegemaran membaca di
lingkungan kerjanya masing-masing.
e. Komisi X DPR RI mengusulkan adanya hari
membaca nasional secara berkala, yang dilaksanakan
oleh semua instansi Pusat dan Daerah.
f. Komisi X DPR RI mendorong Kemendikbud RI
berkoordinasi dengan Kemenkominfo RI untuk
memastikan penambahan dan penguatan jaringan
internet sampai ke daerah 3T.
g. Komisi X DPR RI mendorong K/L terkait dan
139
Perpusnas RI untuk lebih meningkatkan koordinasi
dengan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan
literasi dan memberdayakan komunitas-komunitas
literasi di daerah.
h. Komisi X DPR RI mendorong Kemendikbud RI untuk
bersinergi dengan K/L terkait dan Perpusnas RI agar
kebijakan program Merdeka Belajar selaras dengan
peningkatan literasi, antara lain: (1) mulai dari jenjang
PAUD, (2) peningkatan literasi di desa melalui kerja
sama Perguruan Tinggi dengan desa tertinggal.
3. Komisi X DPR RI menekankan KIL terkait dan
Perpusnas RI untuk sungguh-sungguh memperhatikan
catatan dan masukan yang disampaikan Anggota
Komisi X DPR RI guna meningkatkan program dan
kegiatan literasi sehingga memberikan hasil nyata di
masyarakat.
3 -1- 2021 X 1. Prof. Dr. Ainun
Na'im Pit. Sekretaris
Jenderal Kemendikbud RI
2. Totok Suprayitno,
Ph.D Pit.
Kabalitbangbuk
Kemendikbud RI
3. Dr.Mochamad Ardian
Noervianto, M.Si. Dirjen
Bina Keuangan Daerah
Kemendagri RI
4. Purwanto Direktur
Anggaran Bid.
Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan
Kemenkeu RI
5. Andin Hadiyanto
Dirjen Perbendaharaan
Kemenkeu RI
6. Sudarso Direktur
Pelaksanaan Anggaran
Ditjen Perbendaharaan
Kemenkeu RI
7. Putut Hari Satyaka
Direktur Pembinaan
Pengelolaan Keuangan
BLU
8. Dr.Subandi Sarjoko
Deputi Bid.
Pembangunan Manusia,
Masyarakat dan
B. Terhadap pandangan, penjelasan dan masukan
yang disampaikan para narasumber, Panja Peta
Jalan Pendidikan (PJP) Komisi X DPR RI
menyampaikan pandangan antara lain:
5. Panja Peta Jalan Pendidikan (PJP) Komisi X DPR RI
menekankan Kemendikbud RI untuk meletakkan Peta
Jalan Pendidikan (PJP) diselaraskan dengan visi negara
yang tertuang dalam konstitusi UUD NRI Tahun 1945.
6. Panja Peta Jalan Pendidikan (PJP) Komisi X
DPR RI mendorong Pemerintah untuk memperhatikan
satuan pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan
di daerah 3T.
7. Panja Peta Jalan Pendidikan (PJP) Komisi X
DPR RI mendorong Pemerintah membuat formulasi
kontribusi dana dari dunia usaha dan dunia industri
atau swasta yang dipergunakan untuk bidang
pendidikan.
8. Panja Peta Jalan Pendidikan (PJP) Komisi X
DPR RI mendorong Pemerintah untuk
memanfaatkan teknologi dalam memperkuat
akuntabilitas, melalui pemanfaatan Big Data dalam
mengumpulkan, mengintegrasi, dan menganalisis data
keuangan, administrasi, dan hasil belajar siswa dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan bidang
Pendidikan yang lebih baik.
140
Kebudayaan BAPPENAS
RI
9. Dr. Amich
Alhumamih Direktur
Pendidikan Agama dan
Kebudayaan BAPPENAS
RI
10. Dr. Tatamg
Muttaqin Direktur
Pendidikan Tinggi dan
IPTEK BAPPENAS RI
11. Andi Sudirman
Sulaiman Wakil
Gubernur Sulawesi
Selatan
12. Prof. Muhammad
Jufri, M.Si. M.Psi.
Kepala Dinas Pendidikan
Sulsel
13. Ir. Benediktus Polo
Maing Sekretaris Daerah
Provinsi NTT
14. Linus Lusi, S.Pd.
M.Pd. Kepala Dinas
Pendidikan dan
Kebudayaan NTT
15. H. Aminullah Usman,
SE., Ak., MM .. ,
Walikota Banda Aceh
16.Faisal, S.STP Asisten
Pemerintahan dan
Keistimewaan
17. Ors. Saminan, M.Pd
Kepala Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kata
banda Aceh
18. Salman Ishak Kepala
Majelis Pendidikan
Daerah.
4-2- 2021 X 1. Wikan Sakarinto, S.T.,
M.Sc., Ph.D (Dirjen
Pendidikan
Vokasi Kemendikbud RI)
2. Prof. Ir. Nizam,
M.Sc., DIC, Ph.D
(Dirjen DIKTI
Kemendikbud RI)
3. Totok Suprayitno,
Ph.D. (Pit.
Terhadap pandangan, penjelasan dan masukan
yang disampaikan para narasumber, Panja Peta
Jalan Pendidikan (PJP) Komisi X DPR menyampaikan
pandangan antara lain:
1. Penyusunan Peta Jalan Pendidikan perlu
menekankan pada pembentukan ekosistem
pendidikan dimulai dari Pendidikan Usia Dini,
Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan
Pendidikan Tinggi dengan melibatkan Dunia Usaha-
Dunia lndustri (DUDI), komunitas agama, budaya
141
Kabalitbangbuk
Kemendikbud RI)
4. Dr. Muhammad
Dimyati (Pit. Deputi
Bidang Penguatan Riset
dan Pengembangan
Kemenristek RI)
5. Ir. Prakoso, M.M.
(Sekretaris Deputi
Penguatan Risbang
Kemenristek/BRIN RI)
6. Prof. Heri
Hemansyah (Direktur
Pengelolaan Kekayaan
lntelektual
Kemenristek/BRIN RI)
7. Surya Lukita
Warman, M.Sc.
(Sekretaris Direktorat
Jenderal Pembinaan
Pelatihan dan
Produktivitas Dirjen
Sinalattas Kemenaker RI)
8. M. Arifin (Sekretaris
Sadan Standarisasi dan
Kebijakan Jasa lndustri
Kemenperin RI)
9. Arus Gunawan
(Kepala Sadan
Pengembangan Sumber
Daya Manusia lndustri
Kemenperin RI)
10. Yulia Astuti
(Sekretaris Badan
Pengembangan Sumber
Daya Manusia lndustri)
11. Tatang Muttaqin,
S.Sos., M.Ed., Ph.D
(Direktur Pendidikan
Tinggi, llmu
Pengetahuan dan
Teknologi Bappenas RI.
untuk pembentukan karakter yang menggambarkan
visi pendidikan Indonesia secara komprehensif.
2. Mendorong Kemendikbud RI agar Peta Jalan
Pendidikan menekankan pentingnya peran keluarga
dan pendidikan keluarga untuk membimbing dan
mengarahkan peserta didik sesuai dengan minat dan
bakat.
3. Mendorong Kemendikbud RI agar Peta Jalan
Pendidikan menghasilkan keluaran pendidikan yang
memiliki kepemimpinan (leadership), mandiri, kreatif
dan literasi yang baik serta berdaya saing.
4. Mendorong Kemendikbud RI agar substansi Peta
Jalan Pendidikan menekankan adanya keluaran
(output) yang memiliki kompetensi sesuai jenjang
Pendidikan, termasuk kualitas kemampuan peserta
didik membuat keputusan terbaik dalam kehidupannya.
5. Mendesak Kemendikbud RI agar subtansi
Peta Jalan Pendidikan memasukkan urgensi kerja
sama dengan Kementerian/Lembaga lain, seperti
Kemenristek/BRIN RI dalam hal penelitian, dan
kolaborasi dengan komunitas dan pihak swasta.
14-1- 2021 XI Asosiasi Fintech
Pendanaan Bersama
Indonesia (AFPI)
Tidak ditemukan kesimpulan.
142
25-1- 2021 XI Menteri Keuangan 1. Menteri Keuangan agar menyampaikan road map
atau business plan Lembaga Pengelola Investasi (LPI).
2. Komisi XI DPR RI mendukung upaya Menteri
Keuangan membangun LPI untuk memenuhi prinsip-
prinsip tata kelola lembaga yang profesional, good
governance, memiliki kinerja komersial dan manfaat
pelayanan publik yang seimbang, serta berkontribusi
dalam pembangunan nasional.
3. Menteri Keuangan selaku Pembina dan Ketua Dewan
Pengawas LPI menyampaikan aset-aset yang
merupakan pengelolaan cabng-cabang produksi yang
penting dan menguasai hajat hisup orang banyak dan
aset-aset pengelolaan bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya untuk dibahas bersama
Komisi XI DPR RI.
4. Kementerin Keuangan agar segera membuat syarat
dan ketentuan mengenai:
a. Kerjasam LPI dan Pemerintah untuk mengoptimalkan
aset negara melalui kuasa kelola dan/atau bentuk
kerjasama lainnya tanpa melalui pemindahtanganan
aset, agar tetap menempatkan kekuasaan Pemerintah
dalam melakukan fungsi pengelolaan, pengurusan,
pengaturan, dan pengawasan, serta memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Kriteria sektor dan jenis usaha perusahaan patungan
tertentu, yang mensyaratkan agar LPI memiliki porsi
kepemilikan mayoritas, menjadi penentu utama
kebijakan usaha dan penentu dalam pengambilan
keputusan.
c. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) berkaitan
dengan perlakuan perpajakan dalam transaksi LPI.
untuk dikonsultasikan dengan Komisi XI DPR RI.
26-1-2021 XI Pusat Investasi
Pemerintah (PIP)
1. Menerima penjelasan Pusat Investasi Pemerintah
(PIP) atas Penyaluran Kredit Ultra Mikro (UMI) di tahun
2020.
2. PIP membuat dan memberikan road map terkait
penyaluran Kredit UMi dan PMN. Road map tersebut
diserahkan kepada Komisi XI DPR RI.
3. PIP meningkatkan meningkatkan sosialisasi bekerja
sama dengan Komisi XI DPR RI.
4. PIP dalam mengelola Dana Bergulir, sebagai Investasi
Pemerintah, agar mengoptimalkan pengembalian nilai
pokok investasi dan mengefektifkan manfaat ekonomi,
sosial dan manfaat lainnya.
5. Pelaksanaan Dana Bergulir PIP untuk pengembangan
dan pemberdayaan UMKM sektor UMi agar
meningkatkan penyeluran untuk sektor perikanan,
pertanian, dan perkebunan.
6. PIP agar meningkatkan kualitas pendampingan dan
143
pelatihan penerima manfaat Kredit UMi di seluruh
wilayah Indonesia serta menjaga kinerja keuangan PIP.
27-1- 2021 XI Menteri Keuangan 4. Manteri Keuangan agar terus mengupayakan
konsolidasi fiskal, sehingga pengelolaan keuangan
negara memiliki ketahanan fiskal yang kuat,
pengelolaan utang yang tetap menjaga kemampuan
keuangan negara dimasa yang akan datang, serta
pengelolaan belanja negara yang efektif.
5. Menteri Keuangan agar memastikan bahwa
kebijakan Cukai Hasil Tembakau (CHT) tidak berdampak
buruk kepada kepentingan oetani tembakau, tenaga
kerja industri tembakau nasional, mencegah dan
mengendalikan rokok ilegal, dan mengendalikan impor
tembakau untuk melindungi kepentingan tembakau.
28-1- 2021 XI Askrindo dan Jamkrindo Komisi XI DPR RI dan Direktur Utama PT Askrindo dan
Direktur Utama PT Jamkrindo menyepakati hal-hal
sebagai berikut:
1. Komisi XI DPR telah menerima laporan PT Askrindo
dan PT Jamkrindo mengenai kinerja Penjaminan Kredit
UMKM Tahun 2020 dan Keberlanjutan Penjaminan
Kredit Tahun 2021. Laporan tersebut digunakan Komisi
XI DPR RI dalam melaksanakan fungsi pengawasan.
2. PT Askrindo dan PT Jamkrindo berkomitmen menjaga
kinerjanya sehingga berperan dalam Program
Pemulihan Ekonomi Nasional dan membantu UMKM
khususnya selama masa pandemi Covid-19.
4. PT Askrindo dan PT Jamkrindo berkomitmen untuk
menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance
dan good corporate management serta mengelola
penempatan investasi dengan memperhatikan risk
management dan prinsip kehati-hatian.
1-2- 2021 XI Menteri Keuangan 1. Komisi XI DPR telah memperoleh penjelasan dari
Menteri Keuangan mengenai Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Perlakuan Perpajakan atas
Transaksi yang melibatkan Lembaga Pengelola Investasi
dan/atau Entitas yang dimilikinya.
2. Komisi XI DPR mendukung upaya Menteri Keuangan
untuk mengatur perlakuan perpajakan atas transaksi
yang melibatkan LPI dan/atau entitas yang dimilikinya,
dengan pengaturan yang memiliki kejelasan maksud
dan tujuan, memiliki dampak yang efektif dalam
mencapai tujuan pembentukan LPI, mengutamakan
kepentingan perekonomian nasional, melaksanakan
prinsip tata kelola perpajakan yang adil dan transparan.
3. Menteri Keuangan dalam melakukan upaya,
kebijakan, dan pengaturan perpajakan atas transaksi
LPI, agar tetap mengutamakan manfaat bagi
144
optimalisasi aset negara yang dikelola dan penerimaan
negara dan perekonomian nasional.
2-2-021 XI Direktur Utama PT. BRI
Tbk dan Direktur Utama
PT. BTN Tbk
2. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk dan Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk berkomitmen untuk
terus meningkatkan kinerja keuangan Perusahaannya
untuk lebih baik agar bisa lebih kompetetif dalam
memajukan Perbankan Nasional.
3. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berkomitmen
untuk menggerakkan sektor rill melalui fokus
pembiayaan pada UMKM, pangan, kesehatan, dan
infrastruktur padat karya dengan tetap memperhatikan
prinsip kehati-hatian.
4. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berkomitmen
untuk menggerakkan sektor rill melalui fokus pada
pembiayaan perumahan, kontruksi perumahan, dan
industri turunan perumahan serta perluasan kredit
perumahan bagi pelaku UMKM dan pekerja mandiri.
5. Komisi XI DPR RI mendorong Pemerintah agar
program subsidi perumahan lebih difokuskan pada
Bank BTN.
4-2- 2021 XI Direktur Utama PT. Bank
Mandiri Tbk dan Direktur
Utama PT. BNI Tbk
1. Komisi XI DPR telah memperoleh penjelasan PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk mengenai kondisi sektor perbankan tahun
2020 dan keberlanjutan program Pemulihan Ekonomi
Nasional di sektor perbankan.
2. Komisi XI DPR RI mendukung upaya PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk dalam menjalankan program restrukturisasi dan
relaksasi kredit dan program PEN yang dilaksanakan
dengan profesional dan tetap menjaga kinerja
keuangan yang sehat.
3. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk agar tetap memperhatikan dan
mempersiapkan langkah-langkah miitigasi resiko dalam
menjalankan program restrukturisasi dan dampak
kedepannya di tengah ketidakpastian situasi pandemi
Covid-19 serta program PEN.
4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk dalam menjalankan program
pemulihan ekonomi nasional agar memperkuat
pertumbuhan ekonomi sektor produktif rakyat, sektor
golongan ekonomi lemah dan sektor padat karya.
5. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk agar memaksimalkan
kinerjanya sehingga memberikan sumbangan yang
optimal bagi penerimaan negara, memberikan
kemanfaatan umum bagi nasabah, mengembangkan
145
inovasi digital perbankan, memperkuat kegiatan-
kegiatan usaha perintis, dan membantu usaha golongan
ekonomi lemah.
9-2- 2021 XI Gubernur BI 1. Komisi XI DPR RI telah memperoleh penjelasan dari
Bank Indonesia mengenai bauran kebijakan BI Tahun
2021 dalam sinergi pemulihan ekonomi nasional.
2. Komisi XI mendukung upaya BI dalam mengarahkan
instrumen kebijakan BI untuk menjaga stabilitas
ekonomi dan mendorong pemulihan ekonomi nasional
pada tahun 2021.
3. BI agar terus memperkuat sinergi kebijakan antar
otoritas dalam menjaga stabilitas makro ekonomi dan
sistem keuangan serta dalam mendorong pemulihan
ekonomi nasional dan mengarahkan kebijakan
makroprudensial untuk dapat mendorong penyaluran
kredit dan pembiayaan perbankan ke dunia usaha serta
penurunan suku bunga kredit perbankan.
4. BI dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah agar mengoptimalkan momentum saat ini,
penguatan nilai tukar rupiah, net inflow modal asing,
dan cadangan devisa meningkat untuk dapat menjaga
stabilitas nilai rupiah yang berkelanjutan sesuai dengan
nilai fundamentalnya.
5. BI dalam mengatur digitalisasi sistem pembayaran
agar mendorong ekonomi dan keuangan digital sebagai
sumber pertumbuhan ekonomi, memastikan bahwa
pelayanan berbagai transaksi pembayaran yang
diberikan oleh digital banking maupun fintech dapat
dilakukan secara aman, murah, bermitigasi resiko, dan
melindungi data pribadi, serta membangun iklim
industri yang sehat.
6. Komisi XI DPR mendukung upaya BI agar terus
mendorong pengembangan UMKM yang dapat
meningkatkan skala ekonomi UMKM pada sektor-
sektor prioritas dan/atau potensi unggulan di daerah,
memperkuat gerakan bangga buatan Indonesia,
percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan,
mempercepat reformasi pasar uang , dan
pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
Keterangan: Data-data dikompilasi oleh FORMAPPI dari Lapsing rapat-rapat Komisi sebagaimana
diunggah pada laman https://www.dpr.go.id;
https://twitter.com/DPR_RI;
https://www.facebook.com;
https://www.youtube.com.
146
LIPUTAN MEDIA
Formappi Nilai Perencanaan Legislasi DPR Buruk Ahad 07 Mar 2021 15:43 WIB
Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andri Saubani
Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly menyerahkan materi penyusunan dan perubahan Prolegnas, di Ruang Rapat Baleg, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (23/11). (ilustrasi) Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Prolegnas Prioritas 2021 hingga kini belum disahkan oleh DPR.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi)
melakukan evaluasi terhadap kinerja DPR pada Masa Sidang III Tahun Sidang 2020-2021 yang
telah berlangsung sejak 11 Januari - 10 Februari 2021 lalu. Peneliti Formappi, I Made Leo
Wiratma, menilai perencanaan legislasi DPR sangatlah buruk.
Hal tersebut dibuktikan dengan belum rampungnya DPR menyusun Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) RUU Prioritas yang seharusnya sudah disahkan pada Masa Sidang I Tahun Sidang
2020-2021.
"Bagaimana mungkin DPR dapat langsung membahas suatu RUU sementara yang harus
dibahas belum ditetapkan. Oleh karena itu, rencana DPR membahas empat RUU pada Masa
Sidang III ini menjadi utopis karena tidak memiliki dasar yang jelas dan kuat," kata Made dalam
konferensi pers Formappi, Ahad (7/3).
Made menjelaskan, Prolegnas Prioritas 2021 mestinya sudah ditetapkan oleh Badan Legislasi
pada 14 Januari 2021. Namun, kemudian tertunda usai muncul pro dan kontra antara fraksi-
fraksi dan juga Pemerintah terkait revisi UU Pemilu.
Made menilai, munculnya pro dan kontra terkait apa yang mau diatur dalam UU Pemilu lebih
didorong oleh kalkulasi politik masing-masing fraksi semata, yang ujung-ujungnya berpengaruh
147
pada perlu atau tidaknya RUU Pemilu masuk dalam Prolegnas Prioritas. "Inilah yang kami
sebut dengan 'sabotase' kepentingan politik yang menghambat penetapan Prolegnas RUU
Prioritas," ujarnya.
Ia berharap, ke depan DPR secara konsisten menetapkan Prolegnas Protitas pada akhir tahun
sebelumnya. Penting juga bagi DPR untuk tidak membuat rencanaan itu berdasarkan
kepentingan pragmatis sempit, tetapi untuk kebutuhan prioritas hukum nasional.
"Pemerintah itu bermitra dengan DPR, karena itu DPR jangan tunduk kepada pemerintah dalam
penyusunan legislasi," tegasnya. https://www.republika.co.id/berita/qplc8x409/formappi-nilai-
perencanaan-legislasi-dpr-buruk
Diduga Ada Sabotase Politik yang Hambat Penetapan RUU
Prolegnas Prioritas 2021 Minggu, 7 Maret 2021 15:44 WIB
Tribunnews.com/ Chaerul Umam
Rapat Paripurna DPR RI, Kamis (18/6/2020).
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) menyoroti
belum ditetapkannya RUU Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas 2021 oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada Masa Persidangan III Tahun Sidang
2020-2021.
Direktur Eksekutif Formappi, I Made Leo Wiratma menilai adanya sabotase kepentingan politik
menjadi faktor terhambatnya DPR RI belum menetapkan RUU Prolegnas Prioritas 2021.
Sabotase yang dimaksud yakni munculnya pro kontra RUU Pemilu yang berujung pada balik
badannya partai koalisi pemerintah menolak pembahasan RUU tersebut.
Padahal, Badan Legislasi (Baleg) DPR RI telah menetapkan 38 RUU masuk dalam Prolegnas
Prioritas 2021 dan tinggal disahkan melalui Rapat Paripurna.
148
“Mestinya Bamus (Badan Musyawarah) langsung mengagendakan pengambilan keputusan di
tingkat paripurna, tetapi tiba-tiba muncul pro kontra antara fraksi-fraksi dan juga Pemerintah
terkait revisi UU Pemilu,” kata Made Leo dalam konferensi pers daring bertajuk ‘Perencanaan
Buruk, Hasil Terpuruk: Evaluasi Kinerja DPR Masa Sidang III, Tahun Sidang 2020-2021’,
Minggu (7/3/2021).
Made menilai, RUU Pemilu menjadi kalkulasi politik sempit para fraksi politik di DPR.
Sehingga penetapan RUU Prolegnas Prioritas hingga memasuki bulan Maret 2021 belum juga
disahkan.
“Kemunculan pro kontra terkait apa yang mau diatur dalam UU Pemilu lebih didorong oleh
kalkulasi politik sempit masing-masing fraksi, yang ujung-ujungnya berpengaruh pada perlu
atau tidaknya RUU Pemilu masuk dalam Prolegnas Prioritas. Inilah yang kami sebut dengan
sabotase kepentingan politik yang menghambat penetapan Prolegnas RUU Prioritas,” ucapnya.
Lebih lanjut, Formappi menyarankan agar penetapan RUU Prolegnas Prioritas bisa ditetapkan
pada akhir tahun sebelumnya.
Perencanaan itu jangan berdasarkan kepentingan pragmatis sempit tetapi untuk kebutuhan
prioritas hukum nasional.
“Selain itu, pemerintah itu bermitra dengan DPR, karena itu DPR jangan tunduk kepada
pemerintah dalam penyusunan legislasi,” pungkasnya. Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Diduga Ada Sabotase Politik yang Hambat Penetapan RUU Prolegnas Prioritas 2021, https://www.tribunnews.com/nasional/2021/03/07/diduga-ada-sabotase-politik-yang-hambat-penetapan-ruu-prolegnas-prioritas-2021. Penulis: chaerul umam Editor: Hasanudin Aco
Formappi: Kinerja DPR Buruk Cahya Mulyana | Politik dan Hukum
Minggu 07 Maret 2021, 17:33 WIB
KINERJA DPR RI selama masa sidang III dinilai buruk dengan dasar rendahnya
produktifitas di bidang legislasi, pengawasan maupun budgeting. Kondisi serupa bisa
berlanjut karena perencanaan legislasi sebagai acuan tugas legislatif tidak kunjung tuntas.
"Selama masa sidang III, kinerja wakil rakyat sangat buruk karena dari rencana membahas
empat RUU, faktanya hanya dua yang selesai yaitu Cipta Kerja dan Bea Materi," ujar
Direktur Eksekutif Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) I Made Leo
149
Wiratma saat memberikan keterangan resmi bertajuk Perencanaan Buruk Hasil Terpuruk,
Jakarta, Minggu (7/3).
Menurut dia, masa sidang III relatif pendek, 11 Januari sampai dengan 7 Maret 2021 atau
23 hari kerja. Selain itu, rencana kegiatan fungsi pengawasan dialokasikan 50%, legislasi
hanya 35%, dan anggaran 15% dari waktu yang tersedia.
Hasilnya pun, kata dia, kinerja legislasi pada masa sidang III masih melanjutkan tradisi
lama yakni di bawah harapan. DPR gagal menjadikan periode kerja itu sebagai momentum
untuk membangkitkan optimisme dalam meningkatkan kinerja legislasi.
"Masa sidang III justru memunculkan pesimisme sejak awal bahwa kinerja DPR di tahun
2021 tak akan lebih baik dari tahun sebelumnya," ujarnya.
Ada banyak alasan yang menyebabkan buruknya kinerja legislasi, mulai dari tata kelola
perencanaan yang buruk hingga sabotase kepentingan politik yang menghambat laju
pengesahan program legislasi nasional (Prolegnas) prioritas.
Kepatuhan DPR pada presiden juga menambah runyamnya pelaksanaan fungsi legislasi
DPR. DPR seolah-olah tanpa wibawa di hadapan keinginan presiden atas beberapa RUU.
Perencanaan yang buruk di bidang legislasi ditandai oleh belum rampungnya penyusunan
prolegnas prioritas yang seharusnya sudah disahkan pada masa sidang I 2020-2021.
"Bagaimana mungkin DPR dapat langsung membahas suatu RUU sementara yang harus
dibahas belum ditetapkan. Oleh karena itu, rencana DPR membahas empat RUU pada
masa sidang III ini menjadi utopis karena tidak memiliki dasar yang jelas dan kuat,"
paparnya.
Ia mengatakan prolegnas prioritas 2021 sudah ditetapkan oleh Badan Legislasi pada 14
Januari 2021. Mestinya Bamus langsung mengagendakan pengambilan keputusan di
tingkat paripurna, tetapi tiba-tiba muncul pro kontra antara fraksi-fraksi dan juga pemerintah
yang ingin mencabut salah satu RUU yaitu tentang Pemilu.
Kemunculan pro kontra terkait apa yang mau diatur dalam UU Pemilu lebih didorong oleh
kalkulasi politik sempit masing-masing fraksi, yang ujung-ujungnya berpengaruh pada perlu
atau tidaknya RUU Pemilu masuk dalam Prolegnas Prioritas. Inilah yang kami sebut
dengan sabotase kepentingan politik yang menghambat penetapan Prolegnas RUU
Prioritas.
Ke depan, DPR sebaiknya secara konsisten menetapkan Prolegnas Protitas pada akhir
tahun sebelumnya. "Perencanaan itu jangan berdasarkan kepentingan pragmatis sempit
tetapi untuk kebutuhan prioritas hukum nasional. Selain itu, pemerintah itu bermitra dengan
DPR, karena itu DPR jangan tunduk kepada pemerintah dalam penyusunan legislasi,"
ujarnya.
150
DPR Bebas Sanksi
Ia juga mengatakan DPR sulit diberikan sanksi meskipun kinerjanya buruk. Pasalnya tidak
ada institusi di atasnya.
"Hanya rakyat yang bisa memberikan sanksi dengan tidak kembali memilih mereka di
pemilihan legislatif. Tapi itu pun kalau masih ingat dan kebanyakan lupa sehingga banyak
yang kembali terpilih," pungkasnya.
Pada kesempatan sama, Peneliti Formappi Lucius Karus menjelaskan pihak yang paling
mungkin memberikan sanksi terhadap kinerja DPR yakni fraksi dan partai. Pasalnya
keduanya memiliki kekuasaan terhadap anggota DPR namun tidak pernah berjalan.
"Sanksi seperti pergantian antar waktu (PAW) atau lainnya hanya dilakukan ketika anggota
DPR yang membangkang terhadap keinginan fraksi dan partai," ujarnya.
Misalnya, kata dia, terhadap beberapa anggota DPR asal Partai Demokrat. Mereka dipecat
dengan alasan membantu Kongres Luar Biasa (KLB).
"Jadi partai politik sangat sensitif terhadap kepentingan partainya saja namun tidak
terhadap kepentingan rakyat. Jadi tak ada harapan kepada partai atau fraksi memberi
sanksi terhadap anggotanya yang kinerjanya buruk," pungkasnya. (OL-2)
Sumber: https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/389110/formappi-kinerja-dpr-buruk
Tidak Kritis, Formappi: Fungsi Pengawasan Anggaran DPR jadi Kacau 07 Mar 2021 18:59 | Tim Redaksi
Suasana sidang paripurna di DPR-RI (Foto: Diah Ayu/VOI)
JAKARTA - Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) mengevaluasi kinerja DPR RI
dalam hal fungsi pengawasan. Menurut Formappi, selain fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan
anggaran DPR pun kacau balau.
Direktur Eksekutif Formappi I Made Leo Wiratma menuturkan, rencana DPR dalam bidang
anggaran terlihat kacau, dimana menurut Rapat Bamus pada masa sidang III Tahun 2020-2021
DPR akan melakukan evaluasi pelaksanaa APBN Tahun Anggaran (TA) 2020.
151
Sedangkan dalam pembukaan masa sidang Ketua DPR Puan Maharani menyatakan DPR melalui
alat kelengkapan Dewan akan terus memperkuat pelaksanaan APBN 2021 sebagai stimulus
pemulihan ekonomi nasional.
Formappi mencatat dari 11 Komisi di DPR hanya 8 komisi yang melakukan rapat untuk
mengevaluasi pelaksanaa APBN TA 2020 oleh kementerian dan lembaga negara non
kementerian. Yakni komisi I, komisi III, komisi IV, komisi V, komisi VI, komisi VII, komisi
VIII dan komisi X.
"Ini berarti ada 3 komisi yang tidak melakukan evaluasi terhadap mitra kerjanya. Itu komisi II,
IX dan XI," ujar Made dalam konferensi pers melalui daring, Minggu, 7 Maret.
Selain itu, DPR juga tidak kritis dalam mengevaluasi pelaksanaan anggaran
kementerian/lembaga pada Tahun Anggaran 2020 meski terdapat realisasi anggaran yang sangat
rendah.Mar 2021 14:53
Badan Pengusahaan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan Batam (BP Batam) hanya
sebesar 77,04% dan Pengusahaan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Sabang (BP
Sabang) hanya mencapai 65,12%.
"Anehnya, DPR justru memberikan apresiasi dan menerima penjelasan dua lembaga tersebut.
Seharusnya DPR menekan supaya serapan meningkat," tegas Made.
DPR, lanjutnya, juga tidak tegas terhadap pemerintah yang seenaknya mengubah struktur
anggaran yang sudah ditetapkan dalam APBN 2021.
Pada 25 November 2020 Presiden Joko Widodo telah menyerahkan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggara (DIPA) dan Daftar Alokasi Transfer ke Daerah dan Desa (TKDD) TA 2021 kepada
kementerian lembaga dan Pemda.
Pada penyerahan DIPA dan TKDD tersebut Presiden menegaskan bahwa kecepatan, ketepatan,
dan akurasi merupakan karakter dalam pelaksanaan kebijakan, baik bidang kesehatan maupun
ekonomi.
Namun beberapa hari kemudian, yakni pada 18 Desember 2020, Menteri keuangan
mengeluarkan Peraturan No. 208/PMK.02/2020 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun
Anggaran 2021. PMK tersebut ditindaklanjuti lagi dengan penerbitan Surat Edaran (SE) Menteri
Keuangan No. S-30/MK.02/2021 tentang Refocusing dan Realokasi Belanja
Kementerian/Lembaga TA 2021.
"Perubahan semena-mena terhadap APBN 2021 oleh pemerintah dalam hal Kemenkeu tidak
direspon oleh DPR secara kritis meski hak konstitusionalnya telah dilanggar, mereka diam
bahkan nampak nurut saja pada keinginan pemerintah," kata Made.
Kemudian, terhadap pemotongan anggaran TA 2021 demi penghematan, komisi-komisi DPR
hanya menyatakan telah mendengarkan penjelasan dan menyetujui.
152
"Sikap komisi ini menunjukkan DPR tidak berdaya ketika berhadapan dengan kebijakan Menteri
Keuangan," ucap Made. https://voi.id/berita/37657/tidak-kritis-formappi-fungsi-pengawasan-
anggaran-dpr-jadi-kacau
Formappi Notes Regarding The Legislative Performance Of The
Indonesian House Of Representatives (DPR) 07 Mar 2021 17:59 | Editorial Team
Illustration-DPR-RI Building (Photo: Irfan Meidianto / VOI)
JAKARTA - The Parliament Concerned Community Forum (Formappi) evaluates the
performance of the DPR during the III Session Period of Session Year 2020-2021. Formappi
assessed that the DPR failed to make the 3rd Session Period as a momentum to raise optimism in
improving the performance of legislation.
In fact, Formappi is pessimistic that its performance is better than the previous year. According
to Formappi executive director I Made Leo Wiratma, it is difficult to expect the results of the
DPR's work in the field of legislation.
There are many reasons for the poor performance of DPR legislation. Starting from bad planning
governance to the sabotage of political interests, hampering the legalization of priority Prolegnas.
The DPR's compliance with the president also adds to the complexity of the implementation of
the DPR's legislative function. The DPR seemed without authority in the face of the president's
wishes for several bills.
Bad planning in the field of legislation is marked by the incompleteness of the DPR in drafting
the Priority Bill Prolegnas which should be ratified during the first session of 2020-2021. There
are 4 bills planned by the DPR during this session.
"How can the DPR be able to discuss a temporary bill that has to be discussed has not yet been
decided," said I Made.
153
Made said that the 2021 priority prolegnas should have been set on January 14, 2021. Bamus
should have scheduled decision-making at the plenary level, but suddenly pros and cons emerged
between the factions and the government regarding the revision of the Election Law.
The pros and cons that want to be regulated in the Election Law are driven by political
calculations which ultimately affect whether or not the Election Bill should be included in the
priority Prolegnas.
"This is what we call the sabotage of political interests that hinders the determination of the
Priority Bill Prolegnas," he said.
For that in the future, Formappi hopes that the DPR can discuss bills according to the plan
without having to deposit the discussion of other bills.
"Hopefully in the future the DPR will consistently put the Prolegnas priority at the end of the
previous year so that in the following year the DPR has started working on a bill that is difficult
to plan. Do not be hampered by narrow pragmatic interests," said Made.
https://voi.id/en/news/37653/formappi-notes-regarding-the-legislative-performance-of-the-
indonesian-house-of-representatives-dpr
Kritisi Kinerja DPR, Formappi: Tiga Komisi Tidak
Melakukan Evaluasi Pelaksanaan APBN 2020 Minggu, 7 Maret 2021 19:49 WIB
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) menyebut
realisasi Bidang Anggaran DPR RI kacau.
Penilaian itu didasari adanya tiga (3) komisi di DPR RI yang tidak melakukan evaluasi
pelaksanaan APBN Tahun Anggaran (TA) 2020.
"Rencana DPR bidang anggaran juga kacau," kata Direktur Eksekutif Formappi, I Made Leo
Wiratma dalam konferensi pers daring bertajuk ‘Perencanaan Buruk, Hasil Terpuruk: Evaluasi
Kinerja DPR Masa Sidang III, Tahun Sidang 2020-2021’, Minggu (7/3/2021).
"Dari 11 komisi di DPR, hanya 8 yang ditemukan melakukan rapat untuk melakukan evaluasi
pelaksanaan APBN TA 2020. Jadi ada 3 komisi di DPR yang tidak melakukannya," sambung
Made.
Pelaksanaan fungsi anggaran DPR menurut (Badan Musyawarah) Bamus atas pelaksanaan
APBN TA 2020 mencatat hanya ada delapan (8) Komisi di DPR yang melakukan evaluasi.
154
Di antaranya Komisi I DPR dengan 11 kementerian/lembaga (K/L); Komisi III dengan dua K/L;
Komisi IV dengan tiga kementerian; Komisi V dengan 5 K/L, Komisi VI dengan sembilan K/L;
Komisi VII dengan dua kementerian; Komisi VIII dengan empat K/L; dan Komisi X dengan
empat K/L.
"Sedangkan tiga komisi yang tidak melakukan evaluasi pelaksanaan APBN TA 2020 adalah
komisi II, IX dan XI," ujar Made.
Dengan demikian, kata Made, dapat disimpulkan bahwa evaluasi pelaksanaan APBN TA 2020
belum sepenuhnya dilaksanakan oleh DPR RI.
"Kita dapat menyimpulkan bahwa evaluasi pelaksanaan APBN TA 2020 belum seluruhnya
dilaksanakan oleh DPR," ujar Made. Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kritisi Kinerja DPR, Formappi: Tiga Komisi Tidak Melakukan Evaluasi Pelaksanaan APBN 2020, https://www.tribunnews.com/nasional/2021/03/07/kritisi-kinerja-dpr-formappi-tiga-komisi-tidak-melakukan-evaluasi-pelaksanaan-apbn-2020. Penulis: Lusius Genik Ndau Lendong Editor: Adi Suhendi
DPR Tak Serius Evaluasi Serapan Anggaran K/L
Senin, 08 Maret 2021, 11:39 WIB Penulis: Maryono Editor: Jimmy Radjah
Infoanggaran.com, Jakarta – Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) menilai DPR RI tidak serius melakukan evaluasi serapan anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) tahun anggaran 2020.
Direktur Eksekutif Formappi I Made Leo Wiratma mengatakan, ketidakseriusan itu terlihat dari sikap DPR terhadap beberapa K/L yang mempunyai kinerja serapan anggaran rendah.
“Misalnya, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) sebesar 77,4 persen dan BP Sabang yang hanya mencapai 65,12 persen, tapi DPR justru memberikan apresiasi dan menerima penjelasan kedua lembaga tersebut,” ujar Leo saat melaporkan hasil “Evaluasi Kinerja DPR Masa Sidang III 2020/2021” periode 11 Januari-7 Maret 2021, Minggu (7/3/2021).
Menurut Leo, seharusnya DPR menekan K/L yang mempunyai serapan rendah ketimbang memberi apresiasi. “Supaya serapannya lebih meningkat dan sesuai batas yang diberikan peraturan menteri keuangan yang menetapkan minimal 95 persen.”
Parahnya lagi, tidak semua komisi di DPR melakukan rapat evaluasi serapan anggaran K/L. Dari 11 komisi DPR, menurut catatan Formappi, hanya delapan komisi yang mengevaluasi kinerja anggaran mitra kerjanya.
155
“Ada tiga komisi yang tidak ditemukan melakukan rapat pelaksanaan APBN 2020 dengan K/L mitra kerjanya, yaitu Komisi II, Komisi IX, dan Komisi XI,” beber Leo.
Tidak Berdaya
Di samping itu, Leo menjelaskan DPR juga tidak tegas terhadap pemerintah yang mengubah struktur APBN 2021 yang sudah ditetapkan lembaga legislatif pada 2020 lalu.
“Perubahan semena-mena terhadap APBN 2021 oleh pemerintah tidak direspons oleh DPR secara kritis meski hak konstitusionalnya telah dilanggar,” tegas Leo.
Menurut dia, hal tersebut terlihat dari sikap komisi-komisi di DPR yang kebanyakan sekadar mendengarkan penjelasan K/L terkait refocusing dan realokasi anggaran yang “diperintahkan” Sri Mulyani melalui Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor S.30 Tahun 2021.
Kalaupun kritis, paling komisi-komisi di DPR hanya menyesalkan atas pemotongan anggaran dan meminta anggota komisi yang ada di Badan Anggaran (Banggar) untuk membicaran kembali dengan Kementerian Keuangan.
“Sikap seperti itu menunjukkan bahwa komisi-komisi DPR tidak berdaya ketika berhadapan dengan kebijakan Menteri Keuangan terkait penganggaran untuk K/L mitra kerjanya,” tegas Leo.
Atas dasar itu, dia meminta DPR agar bisa menggunakan hak bujetnya secara lebih kritis dan berani menolak anggaran K/L yang dikurangi seenaknya oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani.
“Amputasi terhadap kekuasaan dalam bidang anggaran harus dipulihkan. Sebab kalau tidak, DPR akan makin tidak berdaya,” tandas Leo. https://infoanggaran.com/detail/dpr-tak-serius-evaluasi-serapan-anggaran-kl
Fungsi Pengawasan DPR Dinilai Hanya Ala Kadarnya, Ini Catatan
Formappi
JAKARTA, KOMPAS.com - Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menilai
bahwa DPR melakukan fungsi pengawasan ala kadarnya selama Masa Sidang III Tahun Sidang
2020/2021 atau 11 Januari-7 Maret 2021.
Padahal, sebagaimana bunyi peraturan perundang-undangan, DPR punya fungsi strategis untuk
mengawasi pelaksanaan UU, APBN, hingga kebijakan pemerintah.
"Pengawasan yang dilaksanakan DPR selama MS (Masa Sidang) III hanyalah dilakukan secara ala
kadarnya alias tidak tajam dan tidak menggigit," kata Direktur Eksekutif Formappi I Made Leo
Wiratma dalam diskusi virtual, Minggu (7/3/2021).
"Sehingga rekomendasinya kurang/tidak diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap K/L
(kementerian/lembaga) mitra kerja masing-masing komisi," ujar dia.
156
Berdasarkan catatan Formappi, selama masa sidang ke-III DPR paling banyak melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja,
utamnya yang terkait penyusunan aturan turunan UU tersebut.
Namun, DPR gagal mengakomodasi aspirasi rakyat khususnya yang berkaitan dengan aturan
turunan terkait buruh dan tenaga kerja.
Aturan turunan tersebut sempat mendapat penolakan dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia (KSPSI) lantaran dinilai memperberat kondisi buruh selama pandemi Covid-19. Tetapi,
pada akhirnya aturan ini tetap berlaku juga.
"Dengan adanya permintaan dari KSPSI itu maka dapat disimpulkan bahwa Komisi IX gagal
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan tenaga kerja kepada pemerintah," ujar Made.
Selain itu, Formappi mencatat, evaluasi terhadap realisasi serapan anggaran Tahun Anggaran (TA)
2020 oleh kementerian/lembaga tidak dilakukan oleh semua komisi.
Dari 11 komisi di DPR, 3 komisi yakni Komisi II, IX, dan XI tidak melakukan evaluasi serap
anggaran kementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja mereka.
Selain itu, Komisi DPR yang melakukan evaluasi dinilai tidak kritis terhadap rendahnya serap
anggaran TA 2020 oleh kementerian/lembaga tertentu dan justru memberi apresiasi.
"Hal itu misalnya serap anggaran oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam), yang hanya mencapai 77,04 persen, dan Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BP Sabang) yang
hanya mencapai 65,12 persen," kata Made.
Catatan ketiga, Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR dinilai tak serius menjalankan
tugasnya. Padahal, mereka bertugas melakukan telaah atas temuan-temuan BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan) terhadap Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga Negara non
Kementerian (LKKL) yang sudah dilaporkan ke DPR.
BAKN justru lebih banyak melakukan kunjungan kerja untuk memantau realisasi subsidi energi,
misalnya ke Banten, Cilegon, Cirebon, dan Sumedang.
"Memusatkan kegiatan BAKN yang hanya menyangkut subsidi energi menunjukkan bahwa BAKN
gagap tugas. Sebab temuan-temuan BPK di luar masalah subsidi energi yang menimbulkan
kerugian negara triliunan rupiah justru luput dari penelaahan oleh BAKN, karena itu badan ini layak
dibubarkan," ucap Made.
Catatan keempat, DPR tak mengambil sikap tegas atas rekomendasi berulang yang mereka berikan
terhadap kementerian/lembaga.
157
Padahal, DPR dapat menggunakan “kesaktian” hak-hak konstitusional mereka seperti hak
interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat untuk meminta kementerian/lembaga
menjalankan rekomendasi mereka.
Tak hanya itu, Formappi menilai, dari sekian banyak tim bentukan DPR, selama masa sidang ketiga
ini hanya tim penanganan bencana yang kinerjanya terlihat.
Namun, kinerja yang ditunjukkan hanya berupa pemberian bantuan kepada korban bencana di
Sukabumi.
Sementara, tim pengawas dan tim pemantau atau tim-tim yang lain termasuk tim pengawas
penanganan pandemi Covid-19 tidak ditemukan kegiatannya.
"Karena itu timwas maupun tim pemantau yang tidak jelas hasil kerjanya seyogianya dievaluasi atau
dibubarkan saja," kata Made.
Catatan terakhir, Formappi menemukan bahwa uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test)
terhadap calon-calon pejabat publik tidak semuanya dilakukan secara kritis.
Selain itu, sebagian fit and proper test dilakukan secara tertutup sehingga dapat menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan liar atau dugaan-dugaan negatif dari masyarakat.
"Untuk menghindarkan munculnya dugaan-dugaan negatif tersebut, seyogianya seluruh tahapan fit
and proper test dilaksanakan secara terbuka," kata Made.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fungsi Pengawasan DPR Dinilai Hanya Ala
Kadarnya, Ini Catatan Formappi", Klik untuk
baca: https://nasional.kompas.com/read/2021/03/07/17165161/fungsi-pengawasan-dpr-dinilai-
hanya-ala-kadarnya-ini-catatan-formappi?page=all.
Penulis : Fitria Chusna Farisa
Editor : Bayu Galih
Gagap tugas, Formappi: BAKN DPR layak dibubarkan
BAKN DPR lebih sering kunker memantau realisasi subsidi energi dibandingkan
menelaah temuan BPK terhadap laporan keuangan pemerintah.
Achmad Al Fiqri
Minggu, 07 Mar 2021 16:23 WIB
Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) menilai, DPR tidak kritis terhadap realisasi
penyerapan anggaran oleh mitranya. Ini merujuk respons parlemen terhadap pelaksanaan Badan
Pengusahaan (BP) Batam dan BP Sabang tahun anggaran (TA) 2020 yang tergolong rendah, masing-
masing 77,04% dan 65,12%.
158
"DPR memberikan apresiasi dan dapat menerima penjelasan kedua lembaga tersebut. Berdasarkan
evaluasi di atas dapat disimpulkan, bahwa DPR tidak kritis dalam mengevaluasi pelaksanaan
anggaran K/L (kementerian/lembaga) pada TA 2020," kata Direktur Eksekutif Formappi, I Made Leo Wiratma, dalam telekonfresi, Minggu (7/3).
Formappi juga mencatat tumpulnya sikap kritis DPR atas perubahan kebijakan pemerintah terhadap
struktur anggaran yang sudah ditetapkan dalam APBN 2021. Perubahan itu terlihat ketika Presiden
Joko Widodo (Jokowi) menyerahkan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) dan daftar alokasi
transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) TA 2021 kepada K/L dan pemerintah daerah (pemda), 25 November 2020.
Menteri keuangan (menkeu) mengubah mekanisme anggaran tersebut melalui Peraturan Nomor 208/PMK.02/2020 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2021.
"Perubahan semena-mena terhadap APBN 2021 oleh pemerintah melalui menteri keuangan tidak
direspons oleh DPR secara kritis meski hak konstitusionalnya telah dilanggar, bahkan nampak nurut saja," terangnya.
Selain itu, menurut Leo, sikap mayoritas Komisi DPR menunjukkan setuju terhadap pemotongan
anggaran pada TA 2021 dalam rangka pemfokusan ulang, realokasi, dan penghematan. Sikap paling
kritis hanya dirumuskan dengan kata prihatin atau menyesalkan terjadinya pemotongan dan meminta Badan Anggaran (Banggar) membicarakan kembali dengan Kemenkeu sesuai dengan regulasi.
"Sikap Komisi seperti itu menunjukkan, bahwa Komisi-Komisi DPR tidak berdaya ketika
berhadapan dengan kebijakan menkeu terkait penganggaran untuk K/L mitra kerjanya. Sekalipun
menurut peraturan perundangan DPR memiliki hak untuk mengubah maupun menolak anggaran
yang diajukan oleh pemerintah, tetapi tidak ada satu komisi pun yang menggunakan hak tersebut,"
tegas Leo.
Karenanya, Formappi menilai, DPR tidak menjalankan fungsi pengawasan dalam penggunaan
anggaran mitranya. Setidaknya terdapat delapan komisi yang melakukan pengawasan terhadap
realisasi anggaran mitranya, seperti Komisi I dengan 11 K/L, Komisi III dengan 2 K/L, Komisi IV
dengan 3 kementerian, Komisi V dengan 5 K/L, Komisi VI dengan 9 K/L, Komisi VII dengan 2 Kementerian, Komisi VIII dengan 4 K/L, dan Komisi X dengan 4 K/L.
"Sedangkan tiga Komisi yang tidak ditemukan melakukan evaluasi pelaksanaan APBN TA 2020
dengan K/L mitra kerjanya adalah Komisi II, IX, dan XI. Dengan demikian dapat disimpulkan,
bahwa evaluasi pelaksanaan anggaran oleh K/L pada TA 2020 belum seluruhnya dilaksanakan oleh DPR," terang Leo.
Selain itu, Formappi juga berpendapat, Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR tidak
menjalankan tugas sebagaimana tercantum dalam Pasal 112D UU MD3 dan Pasal 76 Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Tertib BAKN.
Padahal, terang Leo, BAKN DPR bertugas melakukan menelaah temuan-temuan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) terhadap laporan keuangan K/L negara nonkementerian (LKKL) yang sudah
dilaporkan ke DPR.
"BAKN justru lebih banyak melakukan kunker (kunjungan kerja) untuk memantau realisasi subsidi
energi, misalnya ke Banten (Tangerang), Cilegon, Cirebon, dan Sumedang. Memusatkan kegiatan
159
BAKN yang hanya menyangkut subsidi energi menunjukkan bahwa BAKN gagap tugas," terang Leo.
"Sebab temuan-temuan BPK di luar masalah subsidi energi yang menimbulkan kerugian negara
triliunan rupiah justru luput dari penelaahan oleh BAKN. Karena itu, badan ini layak dibubarkan,"
imbuh Leo.https://www.alinea.id/politik/gagap-tugas-formappi-bakn-dpr-layak-dibubarkan-
b2cz5917A
Formappi Saran BAKN DPR Dibubarkan
Karena Dianggap Gagap Tugas Minggu, 7 Maret 2021 21:25 WIB
Tribunnews.com/ Chaerul Umam
Direktur Eksekutif Formappi, I Made Leo Wiratma.
Laporan Wartawan Tribunews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) menilai
Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) gagap dalam menjalankan tugas sebagai satu
di antara alat kelengkapan dewan.
Formappi beralasan, BAKN telah lari dari tugasnya untuk melakukan penelaahan atas temuan-
temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan Kementerian dan
Lembaga Negara non Kementerian (LKKL) yang sudah dilaporkan ke DPR.
Atas dasar itu, Formappi menyarankan agar BAKN dibubarkan karena tidak efektifnya lembaga
tersebut.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Formappi, I Made Leo Wiratma dalam konferensi pers
daring bertajuk ‘Perencanaan Buruk, Hasil Terpuruk: Evaluasi Kinerja DPR Masa Sidang III,
Tahun Sidang 2020-2021’, Minggu (7/3/2021).
“Namun dalam kenyataannya hal itu tidak dilakukan secara serius. BAKN justru lebih banyak
melakukan kunker untuk memantau realisasi subsidi energi, misalnya ke Tangerang, Cilegon,
Cirebon, dan Sumedang,” kata Made.
160
Bagi Formappi, kata Made, memusatkan kegiatan BAKN yang hanya menyangkut subsidi
energi menunjukkan bahwa BAKN gagap tugas.
Karena itu diia menilai BAKN layak dibubarkan.
“Sebab temuan-temuan BPK diluar masalah subsidi energi yang menimbulkan kerugian Negara
triliunan Rupiah justru luput dari penelaahan oleh BAKN, karena itu badan ini layak dibubarkan,”
katanya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Formappi Saran BAKN DPR Dibubarkan Karena Dianggap Gagap Tugas, https://www.tribunnews.com/nasional/2021/03/07/formappi-saran-bakn-dpr-dibubarkan-karena-dianggap-gagap-tugas. Penulis: chaerul umam Editor: Adi Suhendi
DPR RI Tanggapi Kritikan Formappi
Ahad 07 Mar 2021 18:40 WIB REP: FEBRIANTO ADI SAPUTRO/ RED: RATNA PUSPITA
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Dasco mengatakan DPR berdasarkan musyawarah dan mufakat dalam mengambil
keputusan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menjawab kritikan
Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) terkait kinerja DPR pada Masa
Sidang III Tahun Sidang 2020-2021 lalu. Dasco mengatakan DPR merupakan lembaga yang
terdiri dari fraksi yang beragam dan berbeda dengan kementerian atau institusi seperti Polri dan
TNI yang pengambilan keputusannya secara top-down.
"Di DPR RI ini harus berdasarkan musyawarah dan mufakat karena kita menghindarkan voting,"
kata Dasco kepada Republika, Ahad (7/3).
161
Terkait kritikan Formappi bahwa perencanaan legislasi DPR buruk lantaran sampai masa
sidang III belum juga mengesahkan Prolegnas Prioritas, Dasco mengakui memang sempat
terjadi tarik menarik antarfraksi terkait penetapan Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
Prioritas 2021. Namun, ia mengatakan, hal tersebut sudah selesai dan akan diputuskan dalam
masa sidang mendatang.
"Dalam program legislasi memang ada sedikit tarik menarik antara fraksi-fraksi yang kemudian
kita sudah bersepakat bahwa kita akan tetapkan Prolegnas Prioritas 2021 pada bulan Maret ini
di awal masa sidang," ucapnya.
Ketua harian Partai Gerindra itu juga menanggapi kritikan Formappi terkait sikap DPR yang
tidak tegas terhadap perubahan struktur anggaran yang ditetapkan APBN 2021 oleh
Kementerian Keuangan. Dasco mengatakan, pimpinan DPR bersama dengan Banggar dan
Komisi XI akan mengadakan rapat konsultasi terkait hal itu.
Formappi juga mengkritisi sikap DPR di bidang pengawasan yang melakukan fit and proper
test secara tertutup. Dasco pun mempertanyakan kritikan tersebut.
"Fit and proper test yang digelar tertutup itu yang bagaimana ya? Karena memang yang
pertama, pada masa pandemi ini memang dibatasi. Jangankan orang luar, untuk anggota
komisi tersebut juga dibatasi baik jumlah dan waktu, karena protokol kesehatan. Jadi, saya
belum bisa paham yang mana fit and proper test yang tertutup," kata dia.
Kendati demikian ia berterima kasih kepada Formappi yang kerap menyampaikan kritikannya
kepada DPR. Menurutnya, kritikan dari Formappi merupakan masukan agar DPR kedepan lebih
baik.
Sebelumnya, Formappi mengkritisi kinerja DPR baik dari fungsi legislasi, anggaran, maupun
pengawasan pada Masa Sidang III Tahun Sidang 2020-2021 lalu. Peneliti Formappi I Made Leo
Wiratma mengatakan kinerja DPR pada masa sidang III kemarin masih sama dengan kinerja
DPR pada masa sidang tahun sebelumnya yang kerap dinilai buruk.
"DPR gagal menjadikan Masa Sidang III sebagai momentum untuk membangkitkan optimisme
dalam meningkatkan kinerja legislasi," kata dia dalam konferensi pers, Ahad (7/3).
https://republika.co.id/berita/qplkg4428/dpr-ri-tanggapi-kritikan-formappi