EVALUASI KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN ALAT LIGHT WEIGHT ...
Transcript of EVALUASI KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN ALAT LIGHT WEIGHT ...
EVALUASI KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN ALAT LIGHT WEIGHT
DEFLECTOMETER (LWD) UNTUK KEPERLUAN REHABILITASI DAN
PEMELIHARAAN
Erick Prestasiananda Wibowo1 dan Berlian Kushari2
1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia
Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRACT: This paper reports a comparative analysis of overlay thickness designs using Light
Weight Deflectometer (LWD) data collected from Arso-waris Jayapura from KM 25,000 to KM
28,000. The analysis compares the two methods used to calculate the thickness of the layer,
namely the Bina Marga method 2017 and the AASHTO 1993 method. The results of the design
produced by the 1993 AASHTO method tend to be greater than the Bina Marga 2017 method,
namely. 6 cm with a design traffic of 500,000 CESA, while the AASHTO 1993 method produced
an overlay thickness of 11.1 cm with design traffic of 500,000. Comparison of design concepts,
design parameters, and procedures is explained to explain the differences in the results produced
by the two methods.
Keywords: 1993 AASHTO, 2017 Bina Marga, Light Weight Deflectometer (LWD), overlay
1. PENDAHULUAN
Jalan Trans Papua merupakan jalan nasional
yang menghubungkan provinsi Papua Barat
dan provinsi Papua (termasuk yang
terisolasi). Pembangunan jalan Trans Papua
memiliki peranan yang sangat penting dalam
bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, dan
pertahanan keamanan. Ruas jalan Trans
Papua yang terdapat di provinsi Papua terdiri
dari 10 ruas jalan, salah satunya ruas jalan
Jayapura – Elelim – Wamena dengan Panjang
585 Km. Ruas jalan Jayapura – Elelim –
Wamena sudah teraspal sepanjang 130 km
dari arah Wamena dan sepanjang 228 km dari
arah Jayapura. Sebagian jalan Trans Papua
seperti dari Jayapura menuju Elelim, Kab.
Yalimo (sepanjang 498 km) hingga kini
belum layak untuk dilewati. Sehingga
Kementrian PUPR melakukan beberapa
survei kondisi jalan guna memantau kondisi
jalan Trans Papua. Kementrian PUPR
berpendapat bahwa pada intinya jalan harus
aman dan nyaman. Ruas Arso – Waris hanya
dibebani oleh lalulintas ringan, sehingga
perencanaan rehabilitasi jalan tersebut cukup
menggunakan alat LWD. LWD merupakan
pengukuran lendutan pada permukaan
perkerasan dan juga pada perkerasan tanpa
penutup menggunakan alat LWD. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan
alat LWD, faktor penyebab kerusakan,
langkah penanganan, dan mengetahui tebal
lapis ulang (overlay) menggunakan alat
LWD berdasarkan metode Bina Marga 2017
dan metode AASHTO 1993
2. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam melakukan penelitian mengenai
“Evaluasi Kerusakan Jalan Menggunakan
Alat Light Weight Deflectometer Untuk
Keperluan Rehabilitasi dan Pemeliharaan”,
dilakukan peninjauan terhadap beberapa
penelitian terkait yang pernah dilakukan
sebelumnya. Tinjauan ini perlu dilakukan
untuk mengetahui perbedaan antara
penelitian sekarang ini dengan penelitian
sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai
tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Tugas Akhir “Penilaian Struktural Jalan
Menggunakan Alat Light Weight
Deflectometer” oleh Putranto (2017).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa nilai modulus elastisitas dengan
menggunakan metode LWD dan kualitas
struktur perkerasan dengan menggunakan
metode BB dan LWD didapatkan
koefisien varian (CV) LWD sebesar 47 %
dan CV BB sebesar 32,8 %.
b. Jurnal “Penggunaan Light Weight
Deflectometer Pusjatan Pada Jalan Tanah
Untuk Pengecekan Kekuatan Tanah” oleh
Siegfried (2017). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa perbandingan
dengan alat DCP menunjukkan bahwa
korelasi antara LWD dan DCP berada
dalam interval 85 % tingkat kepercayaan.
Korelasi dengan tingkat kepercayaan
tersebut sudah cukup wajar digunakan
dalam teknik jalan raya pada umumnya.
c. Tugas Akhir “Penentuan Jenis
Pemeliharaan Jalan Perkotaan
Menggunakan Metode Bina Marga” oleh
Raharjo (2017). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa nilai modulus LWD
minimum diperoleh untuk lapisan pasir -
1, pasir – 2 dan pasir – 3, masing – masing
mewakili 19,0, 41,7, dan 21,6 MPa.
Koefisien variasi tertinggi diperoleh untuk
lapisan pasir yang naik hingga 55,8%
untuk lapisan pasir – 1. .
Berdasarkan tinjauan pustaka dari penelitian
sebelumnya, maka terdapat perbedaan antara
penelitian sebelumnya dengan penelitan
sekarang yaitu:
a. perbedaan lokasi penelitan,
b. perbedaan metode analisis data, dan
c. perbedaan penggunaan alat lendutan.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tahapan Penelitian
Tahapan pada penelitian ini dapat dilihat
pada diagram alir berikut ini.
Gambar 1. Bagan Alir Tahapan Penelitian
3.2 Tahapan Analisis Data
3.2.1 Perkerasan Jalan
Hardiyatmo (2007) menyatakan bahwa
perkerasan berfungsi melindungi tanah dasar
dan lapisan – lapisan pembentuk perkerasan
berfungsi melindungi tanah dasar dan lapisan
– lapisan pembentuk perkerasan supaya tidak
mengalami tegangan dan regangan yang
berlebihan oleh akibat beban lalulintas.
Perkerasan dapat diklasifikasikan menjadi
tiga yaitu :
1. perkerasan lentur,
2. perkerasan kaku, dan
3. perkerasan komposit
3.2.2 Perkerasan Lentur
Sukirman (1999) menyatakan perkerasan
lentur terdiri dari beberapa lapisan yaitu
lapis permukaan (surface), lapisan pondasi
atas (base), lapis pondasi bawah (subbase)
dan lapis dan lapis tanah dasar (subgrade).
3.2.3 Jenis Kerusakan Perkerasan Lentur
Menurut Shahin (1994), kerusakan jalan
dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Retak Kulit Buaya (alligator cracking).
2. Amblas (depression)
3. Lubang (potholes)
4. Pelepasan butir (raveling)
5. Alur (rutting)
3.2.4 Analisis Kerusakan Berdasarkan Nilai
IRI dan Modulus Elastisitas
Light Weight Deflectometer merupakan alat
untuk mengetahui nilai lendutan pada
permukaan lapisan yang di uji. Hasil output
alat LWD yang berupa nilai lendutan dapat
digunakan untuk menentukan nilai modulus
elastisitas berdasarkan metode LWD
Boussinesq (ELWD analisis). Selain nilai
lendutan alat LWD memberikan output nilai
modulus elastisitas (ELWD alat). Penelitian
“Evaluasi Kerusakan Jalan Menggunakan
Alat Light Weight Deflectometer untuk
Keperluan Rehabilitasi dan Perbaikan”
membandingkan ELWD analisis dengan ELWD
alat. Jika hasil perbandingannya berhimpit
dan nilai varian mendekati satu, maka dapat
dikatakan bahwa alat LWD menggunakan
metode LWD Boussinesq dalam perhitungan
hasil outputnya.
3.2.5 Metode Bina Marga 2017
Tahapan analisis data metode Bina Marga
2017 dapat dilihat pada diagram alir berikut.
Gambar 2. Bagan Alir Analisis Data Metode
Bina Marga 2017
Penjelasan selengkapnya diuraikan sebagai
berikut ini.
a. Analisis Lalu Lintas
Analisis lalu lintas pada penelitian ini
ruas jalan yang diteliti termasuk
kedalam jalan arteri primer dan juga
termasuk kedalam lalulintas rendah,
sehingga beban lalulintas yang
digunakan pada penelitian ini yaitu
sebesar 0,5 x 106.
Mulai
Beban Lalu Lintas Rencana
Hitung D0 dan D0 – D200 Terkoreksi
Lendutan Hasil pengujian FWD
Konversikan nilai D0 FWD ke BB
Hitung lendutan maksimum, deviasi
standar dan koefisien variasi
Hitung D0 dan D0 – D200 yang mewakili
Hitung Tebal Overlay
Selesai
b. Desain Tebal Overlay
Adapun prosedur desain tebal overlay
terbagi menjadi dua yaitu berdasarkan
lendutan maksimum dan lengkung
lendutan. Nilai lendutan harus dikoreksi
dengan faktor koreksi musim, koreksi
beban normal, koreksi temperatur dan
penyesuaian FWD ke BB. Selanjutnya
nilai lendutan maksimum yang mewakili
suatu sub ruas jalan dihitung
menggunakan persamaan berikut ini.
untuk jalan arteri:
Dwakil=dR+2s (1)
untuk jalan kolektor:
Dwakil=dR+1,64s (2)
untuk jalan lokal:
Dwakil=dR+1,28s (3)
dengan dR = lendutan rata-rata dan s =
standar deviasi.
Adapun prosedur desain tebal overlay
berdasarkan lengkung lendutan hampir
sama dengan prosedur lendutan
maksimum. Nilai lengkung lendutan
rata-rata dihitung setelah dikoreksi oleh
faktor musim, beban normal dan
temperatur.
CF = D0 - D200 (4)
dengan CF = Curvature Function
(Lengkung Lendutan), D0 = lendutan
maksimum pada suatu titik uji dan D200
= lendutan berjarak 200 mm dari titik
uji.
3.2.6 Metode AASHTO 1993
Tahapan analisis data metode AASHTO
1993 dapat dilihat pada diagram alir berikut.
Gambar 3. Bagan Alir Analisis Data Metode
AASHTO 1993
Penjelasan selengkapnya diuraikan sebagai
berikut ini.
a. Analisis Lalu Lintas
Analisis lalu lintas dihitung berdasarkan
faktor pertumbuhan lalu lintas, untuk
lalulintas pada ruas Arso – Waris
sebesar 500.000 ESAL. Dengan
demikian untuk beban lalulintas pada
ruas jalan tersebut dikatakan sangat
rendah sehingga cukup dengan
menggunakan alat LWD dalam
melakukan pengujian perkerasan jalan.
SN=(a1×D1)+(a2×D2×m2)+
(a3×D3×m3) (5)
dengan
a = koefisien lapisan,
D = tebal perkerasan dan
m = koefisien drainase.
Mulai
Beban Lalu Lintas Rencana
Hitung Reliabilitas
Hitung Modulus resilien tanah dasar
Menentukan indeks pelayanan, Zr dan
S0
Hitung SNeff dan SNf
Hitung Modulus Efektif Perkerasan
(Ep)
Hitung Tebal Overlay
Selesai
b. Desain Tebal Overlay
Adapun perhitungan desain tebal
overlay metode AAHTO 1993 adalah
sebagai berikut:
1) penentuan Modulus Resilien,
ditentukan dari hasil pengujian
defleksi dengan alat uji LWD.
Modulus Resilien (MR) dihitung
dengan menggunakan persamaan:
MR=C×0,24×P
dr×r (6)
dengan C = faktor koreksi = 0,33, P
= beban yang digunakan, dr =
lendutan pada jarak r dan r = jarak
dari pusat beban
2) penentuan nilai Modulus Efektif
Perkerasan (Ep), nilai Ep didasarkan
pada besaran lendutan yang terjadi di
bawah pusat beban pelat (d0) yang
telah dikoreksi dengan faktor koreksi
temperatur,
3) melakukan perhitungan nilai
kapasitas struktural perkerasan (SN)
yang terdiri dari Kapasitas Struktural
Lalu Lintas Rencana (SNf) dan
Kapasitas Struktural Effektif
(SNeff), dan
4) perhitungan tebal overlay (DoL)
dengan persamaan sebagai berikut:
HOL=SNf-SNeff
aOL (7)
dengan SNeff = angka struktural
efektif perkerasan eksisting, SNf =
angka struktural dimasa datang dan
aoL = koefisien lapisan.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Metode Bina Marga 2017
4.1.1 Analisis Lalu Lintas
Dalam penelitian ini ruas jalan Arso – Waris
termasuk kedalam lalulintas lebih besar dari
100.000 ESA4 dengan beban lalulintas
sebesar 500.000 ESA4, sehingga terdapat
potensi retak Lelah lapisan aspal. Dengan
demikian, kriteria deformasi permanen
(pendekatan lendutan maksimum D0) dan
kriteria retak lelah (pendekatan lengkung
lendutan, d0 – d200).
4.1.2 Analisis Tebal Overlay Berdasarkan
Lendutan Maksimum
Data lendutan disajikan dalam Tabel berikut.
Tabel 3. Data Lendutan Seragam
Sta Beban
(kN) d0 (μm)
D200
(μm)
25+000 2023 464.80 99.80
25+200 2023 555.20 149.70
25+300 2023 751.00 328.20
25+400 2023 495.00 99.60
25+500 2023 237.70 56.10
25+600 2023 680.70 150.90
25+700 2023 690.90 121.60
25+900 2023 686.70 97.40
26+000 2023 394.00 195.60
26+300 2023 359.70 197.70
26+600 2023 298.90 130.60
26+700 2023 182.40 93.80
26+800 2023 295.10 167.10
26+900 2023 272.10 173.20
27+100 2023 179.90 48.90
27+200 2023 391.30 204.70
27+300 2023 68.00 51.50
27+400 2023 245.70 99.70
27+500 2023 229.40 71.90
27+800 2023 428.40 183.40
28+000 2023 175.10 79.80
Nilai lendutan yang telah seragam, lalu
dikoreksi dengan beberapa faktor diantaranya
adalah faktor koreksi musim, faktor koreksi
beban normal, faktor koreksi temperature dan
faktor penyesuaian FWD ke Benkelman
Beam (BB). Hasil akhir berupa do
penyesuaian ke BB yang akan dianalisis
untuk memperoleh tebal overlay berdasarkan
lendutan maksimum dapat dilihat pada Tabel
4 berikut ini.
Tabel 4. D0 Terkoreksi
STA Beban D0 penyesuaian
ke BB
25+000 20.23 1103.51
25+200 20.23 1275.07
25+300 20.23 1724.74
25+400 20.23 1136.81
25+500 20.23 545.90
25+600 20.23 1563.29
25+700 20.23 1586.71
25+900 20.23 1577.07
26+000 20.23 860.06
26+300 20.23 785.19
26+600 20.23 652.47
26+700 20.23 398.16
26+800 20.23 644.17
26+900 20.23 593.97
27+100 20.23 392.70
27+200 20.23 854.17
27+300 20.23 148.44
27+400 20.23 536.34
27+500 20.23 500.76
27+800 20.23 935.15
28+000 20.23 382.23
D0 Rata-rata = 867 µm
Standar Deviasi = 462 µm
Koefisien Variasi = 0,55
Untuk 98% keterwakilan, f = 2
D0wakil = D0rata-rata + f × Standar Deviasi
= 867 + 2 × 462
= 1790 µm
= 1,8 mm
Lengkung lendutan wakil = 252 µm ᵙ 0,25
mm
Selanjutnya, desain tebal overlay rata-rata
yang diperlukan diperoleh dengan
menggunakan grafik yang ditunjukkan pada
Gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. Desain Tebal Overlay
Berdasarkan grafik yang ditunjukkan oleh
gambar di atas, maka tebal overlay rata-rata
yang dibutuhkan untuk nilai CESA4 sebesar
500.000 adalah sebesar 60 mm atau 6 cm.
4.2 Metode AASHTO 1993
4.2.1 Analisis Lalu Lintas
Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam perancangan lalulintas dalam
menentukan lalulintas rancangan perlu
diestimasi volume dan komposisi lalulintas
tahun pertama, laju pertumbuhan lalulintas,
distribusi lajur rencana serta besar nilai
Equivalent Single Axle Load (ESAL) selama
umur rencana. Berdasarkan data dari P2JN
Jayapura Papua untuk beban rencana ruas
Jalan Arso – Waris Km 25+000 – 28+000
sebesar 500.000 ESA. a. Lapis permukaan : D1 = 8 cm
= 3,1496 inci
a1 = 0,4
b. Lapis pondasi atas : D2 = 15 cm
= 5,9055 inci
a2 = 0,14
c. Lapis pondasi bawah : D3 = 20 cm
= 7,8740 inci
a3 = 0,11
4.2.2. Analisis Tebal Overlay
4.2.2.1 Analisis Perhitungan MR dan Ep
Perhitungan nilai MR dilakukan pada setiap
titik pengukuran lendutan. Lendutan yang
mencerminkan nilai MR tanah dasar adalah
lendutan yang diukur cukup jauh dari pusat
beban. Jarak Geophone terhadap pusat beban
berturut-turut yaitu 0 cm; 20 cm; 90 cm. Pelat
beban yang digunakan dalam pengukuran
defleksi mempunyai jari-jari sebesar 15 cm
atau 5,906 inci. Menurut AASHTO 1993,
nilai modulus resilien tanah dasar untuk
perencanaan diperoleh dengan mengoreksi
modulus resilien tanah dasar dengan faktor
koreksi 0,33. Sedangkan perhitungan balik
untuk mencari nilai Ep dilakukan dengan cara
coba-coba sampai diketahui nilai Ep yang
menghasilkan besar do yang sama dengan
defleksi terukur di lapangan. Pada lapisan
aspal panas diperlukan penyesuaian nilai
defleksi sesuai dengan temperatur standar
20°C (68°F). Hasil perhitungan selengkapnya
disajikan dalam Tabel 5.
4.2.2.2 Analisis Kapasitas Struktural dan
Perhitungan Kebutuhan Tebal
Overlay
SNf adalah kapasitas struktural perkerasan
berdasarkan lalu lintas dimasa mendatang.
Nilai SNf dihitung dengan melakukan iterasi
dengan besaran yang ditetapkan seperti
Reliability (R) untuk jalan arteri antar kota
sebesar 95% sehingga didapat standar deviasi
(ZR) sebesar -1,645, Overall standart
deviation (So) adalah 0,45, MR hasil dari data
lendutan LWD, Nilai ∆PSI dimana initial
serviceability (Po) sebesar 4,2, terminal
serviceability (Pt) sebesar 2 dan indeks
permukaan jalan hancur (Pf) sebesar 1,5.
Angka struktural efektif perkerasan (SNeff)
merupakan nilai yang menunjukkan kapasitas
struktural perkerasan. AASHTO 1993
menyatakan bahwa kapasitas struktural
perkerasan merupakan fungsi dari tebal total
dan kekakuan keseluruhan dari perkerasan.
Untuk hasil perhitungan nilai SNf, nilai SNeff
dan tebal overlay dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5 Rekapituasi Perhitungan Nilai MR, Ep dan Kontrol Jarak ae
psi °C °F inch Psi inch inch inch r>0.7ae
1 25+000 77468.34176 36.10 96.98 0.013620472 24221.302 22.178 15.525 35.433 Oke 4.101
2 25+200 28044.09505 36.10 96.98 0.015737953 19144.981 28.355 19.848 35.433 Oke 3.792
3 25+300 22165.16294 36.10 96.98 0.02099252 14213.698 27.795 19.457 35.433 Oke 3.433
4 25+400 38167.32936 36.10 96.98 0.013836614 26977.019 28.671 20.070 35.433 Oke 4.251
5 25+500 62761.78491 36.10 96.98 0.006550787 45976.963 29.000 20.300 35.433 Oke 5.077
6 25+600 61127.36342 36.10 96.98 0.018759449 16244.227 21.093 14.765 35.433 Oke 3.590
7 25+700 31422.90168 36.10 96.98 0.019040551 16534.302 26.104 18.273 35.433 Oke 3.611
8 25+900 38167.32936 36.10 96.98 0.018924803 15809.113 24.209 16.947 35.433 Oke 3.557
9 26+000 31172.51999 51.00 123.8 0.010237795 21900.698 28.616 20.031 35.433 Oke 3.965
10 26+300 33871.43947 51.00 123.8 0.009912992 31618.227 31.343 21.940 35.433 Oke 4.482
11 26+600 52162.01679 51.00 123.8 0.008237402 36549.510 28.591 20.014 35.433 Oke 4.704
12 26+700 48298.16369 51.00 123.8 0.005170394 59900.586 34.351 24.046 35.433 Oke 5.546
13 26+800 40751.57562 51.00 123.8 0.009294488 40175.453 31.898 22.329 35.433 Oke 4.854
14 26+900 38543.36216 51.00 123.8 0.008570079 40465.529 32.551 22.786 35.433 Oke 4.866
15 27+100 72002.78391 51.00 123.8 0.005666142 60770.812 30.345 21.242 35.433 Oke 5.572
16 27+200 17200.46963 51.00 123.8 0.010937913 29587.698 38.197 26.738 35.433 Oke 4.384
17 27+300 68367.69191 51.00 123.8 0.001874016 160846.851 42.304 29.613 35.433 Oke 7.708
18 27+400 61608.68125 51.00 123.8 0.006964724 50908.246 30.140 21.098 35.433 Oke 5.253
19 27+500 48969.9045 51.00 123.8 0.006231732 47717.416 31.779 22.245 35.433 Oke 5.141
20 27+800 31048.81952 51.00 123.8 0.011806299 27122.057 30.682 21.477 35.433 Oke 4.258
21 28+000 74517.16684 51.00 123.8 0.004687717 65121.944 30.686 21.480 35.433 Oke 5.702
d0 terkoreksi
suhuNo STA
Mʀ Tanah
DasarSuhu Aspal Ep ae 0.7 ae r Cek
SNeff
Berdasarkan Tabel 6 di atas, maka maka
kebutuhan tebal overlay rata-rata untuk ruas
jalan Arso – Waris Sta 25+000 sampai Sta
28+000 dengan menggunakan metode
AASHTO 1993 adalah sebesar 3,217 inci atau
8,1 cm. Overlay dengan ketebalan tertinggi
pada ruas jalan Arso – Waris Sta 25+000
sampai Sta 28+000 terdapat pada Sta 25+300
dengan tebal 19,004 cm. Faktor yang
mempengaruhi hasil ketebalan overlay
berdasarkan metode AASHTO 1993
diantaranya adalah daya dukung tanah dasar
eksisting dan lapis perkerasan di atasnya.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Perbandingan Hasil Desain
Berdasarkan hasil perhitungan tebal overlay
berdasarkan metode Bina Marga 2017
didapatkan nilai tebal overlay sebesar 6 cm
dan dengan menggunakan AASHTO 1993
didapatkan tebal overlay sebesar 8,1 cm.
Berdasarkan analisis lendutan maksimum
pada metode Bina Marga 2017, diperoleh
tebal overlay sebesar 6 cm, sedangkan
berdasarkan analisis lengkung lendutan rata-
rata (D0-D200) diperoleh nilai lengkung
lendutan di bawah minimum nilai lengkung
lendutan yang ada, maka ruas jalan Arso –
Waris Sta 25+000 sampai Sta 28+000
dianggap masih mampu menahan retak Lelah,
sehingga belum diperlukan overlay tebal
maupun overlay tipis. Sebab, semakin rendah
nilai lendutan yang dihasilkan, maka kondisi
struktural suatu ruas jalan akan semakin baik.
Sehingga, dengan desain tebal overlay
berdasarkan nilai lendutan maksimum sebesar
6 cm dinilai sudah cukup untuk meningkatkan
nilai struktural perkerasan yaitu berupa
mencegah terjadinya alur dan perubahan
bentuk permanen pada subbase dan tanah
SNeff
Psi ESAL inch cm
25+000 25564.553 500.000 4.101 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 4.377 0.4 0.6905 1.7539
25+200 9254.551 500.000 3.792 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 5.995 0.4 5.5085 13.992
25+300 7314.504 500.000 3.433 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 6.426 0.4 7.4819 19.004
25+400 12595.219 500.000 4.251 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 5.465 0.4 3.0356 7.7104
25+500 20711.389 500.000 5.077 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 4.683 0.4 -0.9862 -
25+600 20172.030 500.000 3.590 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 4.722 0.4 2.8312 7.1913
25+700 10369.558 500.000 3.611 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 5.795 0.4 5.4606 13.87
25+900 12595.219 500.000 3.557 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 5.465 0.4 4.7696 12.115
26+000 10286.932 500.000 3.965 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 5.809 0.4 4.609 11.707
26+300 11177.575 500.000 4.482 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 5.666 0.4 2.9606 7.52
26+600 17213.466 500.000 4.704 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 4.964 0.4 0.651 1.6536
26+700 15938.394 500.000 5.546 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 5.084 0.4 -1.1539 -
26+800 13448.020 500.000 4.854 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 5.357 0.4 1.2569 3.1924
26+900 12719.310 500.000 4.866 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 5.449 0.4 1.4577 3.7026
27+100 23760.919 500.000 5.572 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 4.482 0.4 -2.7257 -
27+200 5676.155 500.000 4.384 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 4.557 0.4 0.4333 1.1006
27+300 22561.338 500.000 7.708 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 4.557 0.4 -7.8774 -
27+400 20330.865 500.000 5.253 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 4.710 0.4 -1.3572 -
27+500 16160.068 500.000 5.141 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 5.063 0.4 -0.1944 -
27+800 10246.110 500.000 4.258 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 5.816 0.4 3.8941 9.891
28+000 24590.665 500.000 5.702 8.699 -1.645 0.45 4.2 2 1.5 4.432 0.4 -3.1756 -
3.217 8.172Tebal Lapis Tambahan Rata-rata
ZrTebal Overlay
IP₀ Ipᵼ Ipf SNf aOLS0STAMr desain W₁₈ Log
W₁₈
Tabel 6 Rekapituasi Perhitungan Nilai SNeff, SNf dan Tebal
Overlay
dasar pada ruas Arso – Waris Jayapura Sta
25+000 sampai Sta 28+000.
Pada metode AASHTO 1993, analisis
lendutan yang dipakai yaitu seluruh nilai
lendutan (d0-d2), guna memperoleh nilai MR
tanah dasar. Oleh karena itu, tebal overlay pada
AASHTO 1993 ini dianalisis pada setiap
stasiunnya untuk memperoleh tebal overlay
rata-rata yang dibutuhkan. Faktor yang
mempengaruhi hasil ketebalan overlay
berdasarkan metode AASHTO 1993
diantaranya adalah daya dukung tanah dasar
eksisting dan lapis perkerasan di atasnya.
Sehingga, metode AASHTO 1993
menghasilkan tebal overlay yang lebih besar
yaitu 8,1 cm dibandingkan dengan metode
Bina Marga 2017 dengan tebal overlay sebesar
6 cm.
5 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
“Evaluasi Kerusakan Jalan Menggunakan
Alat Light Weight Deflectometer untuk
Keperluan Rehabilitasi dan Pemeliharaan”,
dapat disimpulkan hasil dari penelitian
tersebut sebagai berikut ini.
1. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan alat LWD yang memiliki
manfaat untuk menentukan defleksi dari
aspal tanpa merusak aspal itu sendiri dan
dapat mengetahui besarnya nilai lendutan
dan modulus elastisitas pada permukaan
perkerasan.
2. Dalam penelitian pada ruas Arso – Waris
terdapat beberapa penyebab kerusakan
diantaranya sebagai berikut ini :
a. lalu lintas pada ruas ini sangat
rendah akan tetapi kendaraan yang
melintas pada ruas ini memiliki
beban yang sangat besar sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya
peningkatan beban dan repetisi
beban yang dapat menimbulkan
kerusakan perkerasan jalan pada
ruas ini. b. air, yang dapat berasal dari air hujan
dapat membuat kerusakan pada
permukaan jalan pada ruas ini
karena pada perkerasan jalan pada
ruas ini sudah terjadi banyak
kerusakan keretakan (cracking)
sehingga air dapat dengan mudah
masuk kedalam dan dapat
mengakibatkan kerusakan jalan
menjadi lebih parah. 3. Dalam penelitian ini untuk langkah
penanganan yang dibutuhkan yaitu berupa
overlay, rehabilitasi minor, dan
rehabilitasi mayor. Untuk penanganan
berupa overlay sebanyak 16 segmen,
rehabilitasi minor sebanyak 2 segmen, dan
rehabilitasi mayor sebanyak 3 segmen.
4. Dalam penelitian ini didapatkan hasil
perhitungan tebal overlay berdasarkan
metode Bina Marga 2017 dengan lendutan
maksimum D0 dengan pengujian
menggunakan alat LWD yaitu sebesar 6
cm, sedangkan menggunakan metode
AASHTO 1993 didapatkan desain tebal
overlay sebesar 11,1 cm.
DAFTAR PUSTAKA
American Association of State Highway and
Transportation Officials. 1993. Guide
for Design of Pavement Structure. The
American Association of State Highway
Transportation Officials. Washington,
D.C.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2017.
Manual Desain Perkerasan Jalan No:
02/M/BM/2017.
Hardiyatmo, H.C. 2007. Pemeliharaan Jalan
Raya, Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Mr – 15 Light Falling Weight Deflectometer
(LFWD). 2017. Petunjuk Penggunaan
Mesin/Alat LFWD. Bandung.
Pd 03-2016-B. 2016. Metoda Uji Lendutan
Menggunakan Light Weight
Deflectometer (LWD) No:
19/SE/M/2016.
Paterson, W. D. O. 1987. Simplified Models of
Paved Road Detorioration Based on
HDM – III, Trasnportation Research
Board. Washington D. C. 29 Pp
Putranto, N. B. D. 2017. Penilaian Struktural
Jalan Menggunakan Alat Light Weight
Deflectometer Studi Kasus Ruas Jalan
Klangon – Tempel Km 21+000 –
23+000, Kec. Moyudan, Kab, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Tugas
Akhir. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Yogyakarta.
Raharjo, W. S. 2017. Penentuan Jenis
Pemeliharaan Jalan Perkotaan
Menggunakan Metode Bina Marga
Studi Kasus Ruas Jalan Seturan Raya
dan Jalan Raya Kledokan, Sleman.
Tugas Akhir. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Siegfried. 2017. Penggunaan LWD Pusjatan
Pada Jalan Tanah Untuk Pengecekan
Kekuatan Tanah. Pusat Litbang Jalan
dan Jembatan. Bandung.
Shivamanth dkk. 2015. Study of the Light
Weight Deflectometer and Reviews.
International Journal.
Saodang. Hamirhan. 2005. Konstruksi Jalan
Raya. Nova. Bandung.
Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur
Jalan Raya. Nova. Bandung.
Shahin, M.Y. 1994. Pavement for Airports,
Roads, Parking Lots, Chapman and Hall,
Dept. BC. New York.
Undang – undang No. 38. 2004. Pengertian
mengenai perkerasan jalan.