Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan...
Transcript of Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan...
Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan
Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Gedung (Pd-T-11-2005-C) di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014
Skripsi
Oleh :
PERMANA EKA SATRIA
1110101000085
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2014
Permana Eka Satria
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Skripsi, Juli 2014
Permana Eka Satria, NIM : 1110101000085
Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan
Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Gedung (Pd-T-11-2005-C) di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014
xxi + 163 halaman + 40 tabel + 4 Gambar + 2 bagan + 14 lampiran
ABSTRAK
Kebakaran merupakan salah satu bencana yang dampaknya dapat memberi
kerugian yang cukup besar, apalagi jika terjadi di rumah sakit, tidak terkecuali di
RSUD Kota Tangerang. Untuk memastikan seluruh sistem proteksi yang tersedia
selalu siap digunakan maka perlu dilakukan evaluasi, salah satunya dengan
menggunakan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung
(Pd-T-11-2005-C).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif . Sumber data pada
penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan data sekunder. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Juni 2014 dengan melakukan observasi, wawancara dan
telaah dokumen mengenai kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem
proteksi aktif dan sistem proteksi pasif kebakaran di RSUD Kota Tangerang.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa 1) Tingkat keandalan kelengkapan
tapak bangunan baik, semua sub komponen dalam kategori baik. 2) Tingkat
keandalan sarana penyelamatan baik namun sub komponen jalan keluar nilainya
kurang baik. 3) Tingkat keandalan sistem proteksi aktif kategori cukup. Sub
komponen APAR dan sistem pemadam luapan masih kurang. 4) Tingkat
keandalan sistem proteksi pasif dalam kategori baik. Secara keseluruhan tingkat
keandalan sistem keselamatan bangunan terhadap kebakaran dalam kondisi baik
dengan nilai keandalan 81,23%.
Peneliti menyarankan agar pihak RSUD Kota Tangerang harus tetap selalu
melakukan pemeriksaan, melakukan perawatan, pemeliharaan dan perbaikan
terhadap sistem tersebut berkala untuk menjaga agar kondisinya tetap baik. Pihak
RSUD Kota Tangerang juga harus memperbaiki kondisi sistem proteksi aktif yang
dalam kategori cukup.
Kata Kunci: Evaluasi Kebakaran, Kebakaran, Rumah Sakit, Keandalan
Bangunan
Daftar Bacaan: 56 (1970 - 2014)
iv
ISLAMIC STATE UNIVERSITY JAKARTA
MEDICINE AND HEALTH SCIENCE FACULTY
PUBLIC HEALTH
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
Undergraduate Thesis, July 2014
Permana Eka Satria, NIM : 1110101000085
Reliability of Fire Protection System Evaluation Using Fire Safety Inspection
Guidelines for Building (Pd-T-11-2005-C) in Local Government Hospital of
Tangerang City 2014
xxi + 163 pages + 40 tables + 4 pictures + 2 figures + 14 appendixes
ABSTRACT
Fire is one of disaster which given major lost to the victims such as
hospital, unexceptionally in Local Government Hospital of Tangerang City. To
ensure all of the fire protection utilities are ready to use, therefore evaluation is
needed, one of the evaluation can be used is Fire Safety Inspection Guidelines for
Building (Pd-T-11-2005-C).
This research used descriptive qualitative method. Sources of data in this
research were using primary and secondary data. On July 2014, this research used
observation, interview and literature review to collecting data about completeness
site, rescue facilities, active protection and passive protection in Local
Government Hospital of Tangerang City.
This research claimed that in Local Government Hospital of Tangerang
City 1) Level of reliability of completeness site were in a good category 2) Level
of reliability of rescue facilities were in a good category, but the exit facilities
were not good enough 3) Level of reliability of active protection system were in a
acceptable category. The fire extinguishers and fire overflow system are in low
category 4) Level of reliability of passive protection are in a good category. Level
of reliability in Local Government Hospital of Tangerang City are in a good
category with level of completing 81,23%.
Researcher recommended that Local Government Hospital of Tangerang
City still have to checking, maintain and fixing all of the system periodically to
keep this condition. And still, Local Government Hospital of Tangerang City
should fixing active protection because it was in acceptable category.
Keywords: Fire Evaluation, Fire, Hospital, Building Reliability
Reading List: 56 (1970 - 2014)
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Permana Eka Satria
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Agustus 1992
Alamat : Komp. Taman Pinang Indah Blok i No. 27
Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota
Tangerang, Provinsi Banten 15145
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Telepon/Handphone : 08561586164
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
2010 – Sekarang : S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2007 – 2010 : SMA Negeri 2 Tangerang
2004 – 2007 : SMP Negeri 1 Tangerang
1998 – 2004 : SD Budi Mulia Ciledug
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan ke hadirat Allah SWT,
Sang Pemilik Pengetahuan, yang dengan rahmat dan inayah-Nya jualah maka
penulis mampu merampungkan skripsi yang berjudul “Evaluasi Keandalan
Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman
Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C)
di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
Rasulullah SAW, yang atas perkenan Allah, telah mengantarkan umat manusia ke
pintu gerbang pengetahuan Allah yang Maha luas.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Keluarga tercinta, H. Andi Somantri Pribadi, Hj. Tati Kurniati dan Dini
Kurniawati, SE. yang dengan doa, restu serta dukungan yang diberikan
tanpa mengenal batas waktu hingga akhirnya penulis mampu mencapai
pendidikan di jenjang universitas.
2. Pak Yudi selaku Kepala Seksi Bangunan Dinas Tata Kota Tangerang.
3. Seluruh staff Dinas Tata Kota Tangerang, yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi.
4. Ibu Susi selaku Kepala Bagian Umum RSUD Kota Tangerang.
5. Seluruh staff RSUD Kota Tangerang yang dengan sukarela membantu
penulis ketika membutuhkan informasi yang diperlukan dalam rangka
penyusunan laporan.
6. Ibu Iting Shofwati, selaku pembimbing I dan penanggung jawab
peminatan K3 yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan
kepada penulis agar senantiasa berupaya melakukan yang terbaik dalam
penyelesaian skripsi penulis.
7. Ibu Fajar Ariyanti, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran dan arahan kepada penulis agar selalu melakukan yang
terbaik dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Para Dosen Program Studi Kesehatan Masayarakat, atas semua ilmu yang
telah diberikan.
9. Retno Palupiningtyas yang telah memberi warna dalam semua kegiatan.
10. Agung Raharjo, M. Amri Yusuf dan Yusuf Al Aziz yang telah menjadi
pemicu semangat penulis.
ix
11. Kawan-kawan Peminatan K3 2010 yang tidak terlewatkan Sony, Zaki,
Dani, Dika, Dian, Randy, Iqbal, Evi, Kiki, Sinta, Asri, Dini,dan Dewi.
12. Teman-teman yang inspiratif Ilham, Fuad, Prima, Alul, Supri, Angga,
Bayu, Harun, Richo, Angger, Akbar, Febri dan Furin.
13. Seluruh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2010 yang insya Allah selalu solid.
14. Pengikut futsal kesmas yang telah memberi opsi hiburan disela-sela waktu
penulisan skripsi ini.
Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan doa dan harap,
semoga kebaikan mereka dicatat sebagai amal shaleh di hadapan Allah SWT dan
menjadi pemberat bagi timbangan kebaikan mereka kelak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran yang membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan
masukan di waktu mendatang.
Semoga laporan ini dapat mendatangkan manfaat kepada penulis khususnya,
dan kepada seluruh pembaca pada umumnya.
Tangerang Selatan, Juli 2014
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xx
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xxi
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 9
1.3 Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 10
1.4 Tujuan ........................................................................................... 11
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................... 11
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 11
1.5 Manfaat .......................................................................................... 12
1.5.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ...................................................... 12
1.5.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ........... 12
1.5.3 Manfaat Bagi RSUD Kota Tangerang .................................. 13
1.6 Ruang Lingkup ............................................................................... 13
xi
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 14
2.1 Kebakaran ...................................................................................... 14
2.2 Teori Terjadinya Api ...................................................................... 14
2.3 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran ................................ 16
2.4 Penyebab Terjadinya Kebakaran.................................................... 18
2.5 Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung ...................... 22
2.5.1 Perencanaan Tapak Bangunan ............................................. 22
2.5.2 Sistem Proteksi Pasif Kebakaran.......................................... 24
2.5.3 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran ......................................... 26
2.5.4 Sarana Penyelamatan Kebakaran ......................................... 32
2.6 Evaluasi Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan
Gedung ........................................................................................... 35
2.7 Petunjuk Pelaksanaan Audit K3 ....................................................... 38
2.8 Kerangka Teori ................................................................................. 42
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI ISTILAH ..................... 43
3.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 43
3.2 Definisi Istilah ................................................................................... 46
IV. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 50
4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 50
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 50
4.3 Informan Penelitian .......................................................................... 51
4.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 51
4.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 52
xii
4.5.1 Data Primer .......................................................................... 52
4.5.2 Data Sekunder ...................................................................... 52
4.6 Triangulasi Data................................................................................ 52
4.7 Pengolahan Data ............................................................................... 54
4.8 Teknik Analisis Data ........................................................................ 69
V. HASIL PENELITIAN .............................................................................. 71
5.1 Gambaran Umum RSUD Kota Tangerang ....................................... 71
5.1.1 Profil RSUD Kota Tangerang .............................................. 71
5.1.2 Visi dan Misi RSUD Kota Tangerang.................................. 72
5.2 Kelengkapan Tapak Bangunan RSUD Kota Tangerang .................. 73
5.2.1 Sumber Air ........................................................................... 73
5.2.2 Jalan Lingkungan ................................................................. 76
5.2.3 Jarak Antar Bangunan .......................................................... 77
5.2.4 Hidran Halaman ................................................................... 78
5.2.5 Penilaian Kelengkapan Tapak .............................................. 80
5.3 Sarana Penyelamatan RSUD Kota Tangerang ................................. 81
5.3.1 Sarana Jalan Keluar .............................................................. 81
5.3.2 Konstruksi Jalan Keluar ....................................................... 83
5.3.3 Landasan Helikopter ............................................................ 85
5.3.4 Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan .................................. 86
5.4 Sistem Proteksi Aktif RSUD Kota Tangerang ................................. 88
5.4.1 Deteksi dan Alarm ................................................................ 88
5.4.2 Siamese Connection ............................................................. 90
5.4.3 Alat Pemadam Api Ringan ................................................... 92
xiii
5.4.4 Hidran Gedung ..................................................................... 94
5.4.5 Sprinkler ............................................................................... 96
5.4.6 Sistem Pemadam Luapan ..................................................... 97
5.4.7 Pengendali Asap ................................................................... 98
5.4.8 Deteksi Asap ........................................................................ 101
5.4.9 Pembuangan Asap ................................................................ 102
5.4.10 Lift Kebakaran.................................................................... 105
5.4.11 Cahaya Darurat ................................................................... 106
5.4.12 Listrik Darurat .................................................................... 108
5.4.13 Ruang Pengendali Operasi ................................................. 109
5.4.14 Penilaian Sistem Proteksi Aktif.......................................... 110
5.5 Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang .................................. 112
5.5.1 Ketahanan Api Struktur Bangunan ...................................... 112
5.5.2 Kompartemenisasi Ruang .................................................... 114
5.5.3 Perlindungan Bukaan ........................................................... 116
5.5.4 Hasil Penilaian Sistem Proteksi Pasif................................... 118
5.6 Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan dari Bahaya Kebakaran
RSUD Kota Tangerang ..................................................................... 119
VI. PEMBAHASAN ....................................................................................... 122
6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 122
6.2 Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan dari Bahaya Kebakaran
RSUD Kota Tangerang ..................................................................... 122
6.3 Kelengkapan Tapak Bangunan RSUD Kota Tangerang .................. 125
6.3.1 Sumber Air ........................................................................... 126
xiv
6.3.2 Jalan Lingkungan ................................................................. 128
6.3.3 Jarak Antar Bangunan .......................................................... 130
6.3.4 Hidran Halaman ................................................................... 132
6.4 Sarana Penyelamatan RSUD Kota Tangerang ................................. 133
6.4.1 Sarana Jalan Keluar .............................................................. 134
6.4.2 Konstruksi Jalan Keluar ....................................................... 136
6.4.3 Landasan Helikopter ............................................................ 138
6.5 Sistem Proteksi Aktif RSUD Kota Tangerang ................................. 138
6.5.1 Deteksi dan Alarm ................................................................ 139
6.5.2 Siamese Connection ............................................................. 140
6.5.3 Alat Pemadam Api Ringan ................................................... 141
6.5.4 Hidran Gedung ..................................................................... 144
6.5.5 Sprinkler ............................................................................... 145
6.5.6 Sistem Pemadam Luapan ..................................................... 146
6.5.7 Pengendali Asap ................................................................... 147
6.5.8 Deteksi Asap ........................................................................ 148
6.5.9 Pembuangan Asap ................................................................ 150
6.5.10 Lift Kebakaran.................................................................... 151
6.5.11 Cahaya Darurat ................................................................... 152
6.5.12 Listrik Darurat .................................................................... 153
6.5.13 Ruang Pengendali Operasi ................................................. 154
6.6 Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang .................................. 155
6.6.1 Ketahanan Api Struktur Bangunan ...................................... 155
6.6.2 Kompartemenisasi Ruang .................................................... 156
6.6.3 Perlindungan Bukaan ........................................................... 157
xv
VII. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 159
7.1 Simpulan ........................................................................................... 159
7.2 Saran ................................................................................................. 161
7.2.1 Saran Untuk RSUD Kota Tangerang ................................... 161
7.2.2 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya ..................................... 163
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1 Pembobotan Penilaian KSKB .................................................... 37
Tabel 3.1 Hasil Ukur Kelengkapan Tapak ................................................. 46
Tabel 3.2 Hasil Ukur Sarana Penyelamatan ............................................... 47
Tabel 3.3 Hasil Ukur Sistem Proteksi Aktif Kebakaran ............................ 48
Tabel 3.4 Hasil Ukur Sistem Proteksi Pasif Kebakaran ............................. 49
Tabel 4.1 Informan Penelitian .................................................................... 51
Tabel 4.2 Triangulasi Data ......................................................................... 53
Tabel 4.3 Kriteria Penilaian Kelengkapan Tapak ...................................... 55
Tabel 4.4 Kriteria Penilaian Sarana Penyelamatan .................................... 56
Tabel 4.5 Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Aktif Kebakaran.................. 58
Tabel 4.6 Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Pasif Kebakaran .................. 67
Tabel 4.7 Kondisi Fisik Komponen Keselamatan Kebakaran
Bangunan dan Rekomendasi ..................................................... 72
Tabel 5.1 Pemenuhan Kriteria Penilaian Sumber Air di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 74
Tabel 5.2 Pemenuhan Kriteria Penilaian Jalan Lingkungan di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 76
Tabel 5.3 Pemenuhan Kriteria Penilaian Jarak Antar Bangunan di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 77
Tabel 5.4 Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Halaman di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 78
Tabel 5.5 Hasil Penilaian Kelengkapan Tapak di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 80
xvii
Tabel 5.6 Pemenuhan Kriteria Penilaian Sarana Jalan Keluar di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 81
Tabel 5.7 Pemenuhan Kriteria Penilaian Konstruksi Jalan Keluar di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 83
Tabel 5.8 Pemenuhan Kriteria Penilaian Landasan Helikopter di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 86
Tabel 5.9 Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 87
Tabel 5.10 Pemenuhan Kriteria Penilaian Deteksi dan Alarm di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 89
Tabel 5.11 Pemenuhan Kriteria Penilaian Siamese Connection di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 90
Tabel 5.12 Pemenuhan Kriteria Penilaian APAR di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 92
Tabel 5.13 Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Gedung di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 95
Tabel 5.14 Pemenuhan Kriteria Penilaian Sprinkler di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 96
Tabel 5.15 Pemenuhan Kriteria Penilaian Sistem Pemadam Luapan di
RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 .......................................... 98
Tabel 5.16 Pemenuhan Kriteria Penilaian Pengendali Asap di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 99
Tabel 5.17 Pemenuhan Kriteria Penilaian Deteksi Asap di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 101
xviii
Tabel 5.18 Pemenuhan Kriteria Penilaian Pembuangan Asap di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 103
Tabel 5.19 Pemenuhan Kriteria Penilaian Lift Kebakaran di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 105
Tabel 5.20 Pemenuhan Kriteria Penilaian Cahaya Darurat di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 106
Tabel 5.21 Pemenuhan Kriteria Penilaian Listrik Darurat di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 108
Tabel 5.22 Pemenuhan Kriteria Penilaian Ruang Pengendali Operasi
di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................... 110
Tabel 5.23 Hasil Penilaian Sistem Proteksi Aktif di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 111
Tabel 5.24 Pemenuhan Kriteria Penilaian Ketahanan Api Struktur
Bangunan di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ..................... 113
Tabel 5.25 Pemenuhan Kriteria Penilaian Kompartemenisasi Ruang
di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................... 114
Tabel 5.26 Pemenuhan Kriteria Penilaian Perlindungan Bukaan
di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................... 116
Tabel 5.27 Hasil Penilaian Sistem Proteksi Pasif di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 118
Tabel 5.28 Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Dari Bahaya
Kebakaran RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ........................ 119
xix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
Gambar 2.1 Segitiga Api ........................................................................ 15
Gambar 2.2 Fire Tetrahedron ................................................................. 15
Gambar 5.1 Siamese Connection ........................................................... 90
Gambar 5.2 Alat Pemadam Api Ringan ................................................. 94
xx
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori ..................................................................... 42
Bagan 3.1 Kerangka Pemikiran.............................................................. 45
xxi
DAFTAR ISTILAH
APAR : Alat Pemadam Api Ringan
K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keandalan : Tingkat kesempurnaan kondisi perlengkapan
proteksi yang menjamin keselamatan, fungsi dan
kenyamanan suatu bangunan gedung dan
lingkungannya selama masa pakai dari gedung
tersebut dari segi bahayanya terhadap kebakaran.
Keselamatan Gedung : Kondisi yang menjamin keselamatan dan
tercegahnya bencana dalam suatu gedung beserta
isinya (manusia, peralatan, barang) yang
diakibatkan oleh kegagalan atau tidak
berfungsinya utilitas gedung
NKSKB : Singkatan dari Nilai Keandalan Sistem
Keselamatan Bangunan, yaitu hasil pengukuran
kinerja sistem berdasarkan standar keselamatan
bangunan yang berlaku dan/atau
pengetahuan/pengalaman pemeriksa
Proteksi Aktif Kebakaran : Kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan
memadamkan kebakaran, pengendalian asap, dan
sarana penyelamatan kebakaran
Proteksi Pasif Kebakaran : Kemampuan stabilitas struktur dan elemennya,
konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan
pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada
untuk menahan dan membatasi kecepatan
menjalarnya api dan asap kebakaran.
Tapak : Tempat dimana suatu bangunan akan didirikan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebakaran merupakan bencana yang merugikan bagi semua pihak
(Lasino dan Suhedi, 2005). Sedangkan Ramli (2010) dalam bukunya
menyebutkan bahwa kebakaran tidak lepas dari teori timbulnya api,
dimana kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya di luar
kemampuan dan keinginan manusia.
Data kejadian kebakaran di Kota Tangerang Selatan pada tahun
2011 terjadi 48 kejadian kebakaran dan semakin meningkat pada tahun
2012 mencapai 58 kejadian kebakaran (Tangseloke.com, 2013).
Sedangkan jumlah yang lebih hebat terdapat di Kota Tangerang, pada
tahun 2013 mencapai angka 74 kasus dengan perkiraan kerugian hingga
Rp. 3,21 miliar. Kejadian kebakaran tersebut mayoritas akibat hubungan
arus pendek listrik (Bantenposnews.com, 2013). Bahkan pada bulan
Januari-Maret 2014, Dinas Penganggulangan Bencana dan Kebakaran
telah mencatat 21 kasus kebakaran yang mayoritas juga diakibatkan oleh
hubungan arus pendek listrik (Anonim, 2014). Berdasarkan reportase yang
dikutip dari antaranews.com (2011), Kepala Penanggulangan Bencana dan
Kebakaran Pemkab Tangerang, Arsyad Husein mengatakan bahwa lebih
dari 60 persen kasus kebakaran di Tangerang terjadi karena api yang
berasal dari hubungan arus pendek listrik dan selebihnya akibat kelalaian
pemilik perusahaan.
2
Tidak hanya di pabrik, sistem proteksi kebakaran juga harus
dimiliki di setiap bangunan termasuk rumah sakit. Hal ini dikarenakan
selain ancaman bahaya dari berbagai penyakit infeksi, di rumah sakit juga
terdapat beberapa potensi bahaya lain yang dapat mengancam keselamatan
jiwa para petugas di rumah sakit, pasien maupun para penunjang lain yang
ada di rumah sakit salah satu bahaya tersebut adalah kebakaran.
Berdasarkan laporan dari Detiknews.com (2009), pada tanggal 16
Desember 2009 salah satu rumah sakit di Tangerang terbakar. RSUD
Kabupaten Tangerang terbakar diduga akibat percikan las yang mengenai
triplek pada bangunan lantai 3 rumah sakit yang sedang di renovasi.
Kemudian api membesar saat pekerja mengambil tabung pemadam yang
ada di lantai bawah.
Kebakaran di RSUD Kabupaten Tangerang seharusnya dapat
dicegah. Bila di lantai tempat pekerja disediakan tabung pemadam dengan
jumlah yang sesuai dan siap digunakan, sebelum api membesar, api
tersebut dapat dipadamkan oleh pekerja menggunakan alat pemadam dan
kebakaran dapat dihindari. Seperti dikatakan oleh Kepala Penanggulangan
Bencana dan Kebakaran Pemkab Tangerang dikutip dari
(Antaranews.com, 2011), sebenarnya bila pengelola gedung memiliki dan
menyediakan sistem proteksi kebakaran dengan baik, kebakaran dapat
dicegah dan bila terjadi kebakaran, hal tersebut tidak akan menyebabkan
kerugian yang besar.
3
Selain itu, kejadian kebakaran juga pernah terjadi di Rumah Sakit
Sari Asih Serang, Banten kejadian kebakaran ini terjadi akibat hubungan
arus pendek listrik (Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal
Departemen Kesehatan, 2009). Sementara itu di RSUD Jambi juga terjadi
kebakaran yang disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik di gudang
farmasi rumah sakit tersebut (Republika.co.id, 2014).
Kejadian kebakaran yang terjadi di beberapa rumah sakit tadi
menunjukkan indikasi tentang lemahnya sistem proteksi kebakaran yang
ada di rumah sakit. Padahal, penghuni gedung rumah sakit merupakan
pasien yang sedang dalam kondisi tidak sehat. Kondisi ini menyebabkan
keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan rumah sakit perlu
selalu ditinjau dan diperbaiki untuk menjaga kesiapan sistem keselamatan
kebakaran bangunan di rumah sakit.
Sebagai institusi pelayanan kesehatan, rumah sakit dalam
kegiatannya harus menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung (Kementerian
Kesehatan RI, 2011). Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu fasilitas
yang perlu dilakukan perencanaan, pendidikan dan pemantauan di Rumah
Sakit adalah fasilitas pengamanan kebakaran dan manajemen emergensi.
Oleh karena itu, pihak Rumah Sakit wajib untuk melakukan perencanaan,
pendidikan dan pemantauan mengenai fasilitas pengamanan kebakaran
dan manajemen emergensi sebagai standar akreditasi Rumah Sakit itu
sendiri (Kemenkes RI, 2011).
4
Dalam penelitian mengenai sistem manajemen keselamatan
kebakaran di rumah sakit sebelumnya yang dilakukan oleh Bierster (2010)
di beberapa rumah sakit di New York, didapatkan bahwa tidak semua
rumah sakit menerapkan sistem keselamatan kebakaran dengan baik.
Terdapat beberapa rumah sakit yang masih perlu perbaikan mengenai
sistem keselamatan kebakaran bangunannya.
Sementara itu di Indonesia, dari penelitian yang dilakukan oleh
Widyaningsih (2006) di rumah sakit umum Kardinah Kota Tegal diketahui
bahwa dari 32 tabung APAR hanya 23 tabung yang dalam kondisi baik
dan sesuai dengan standar Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per. 04/MEN/1980 sedangkan untuk pemeriksaan
terhadap APAR tersebut juga masih belum dilakukan. Penelitian lain
mengenai sistem proteksi kebakaran di rumah sakit dilakukan oleh
Hepiman dkk. (2009) di RS DR. Ernaldi Bahar Palembang mengatakan
bahwa perhatian mengenai sistem keselamatan kebakaran di rumah sakit
masih kurang dibuktikan dengan belum dibentuknya regu khusus
penanggulangan kebakaran, sarana penanggulangan kebakaran yang
tersedia hanya APAR, dan jumlah serta pemasangan APAR yang ada juga
tidak sesuai standar yang berlaku, frekuensi pelatihan dan simulasi
penanggulangan kebakaran jarang dilakukan, belum adanya peta dan
petunjuk jalur evakuasi. Tentunya hal tersebut menjadi perhatian khusus.
Penelitian yang dilakukan oleh Yunus (2010) di RSUD Pasar Rebo
Gedung B juga memperlihatkan bahwa perhatian rumah sakit terhadap
5
sistem keselamatan kebakaran bangunan rumah sakit masih kurang. Hal
ini ditunjukkan dengan masih terdapat APAR yang tidak sesuai dengan
ketentuan Permenakertrans No: Per.04/MEN/1980 dan masih belum
terlaksananya pemeriksaan berkala terhadap sprinkler yang terdapat di
RSUD Pasar Rebo.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Arrazy (2013) di Rumah Sakit
dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas, didapatkan bahwa sistem manajemen
keselamatan kebakaran di Rumah Sakit telah terlaksana. Namun masih
perlu beberapa peningkatkan pada sosialisasi kebijakan kepada pasien,
pelatihan rutin, penambahan alat proteksi, pencatatan dan
pendokumentasian setiap kegiatan atau kejadian serta evaluasi manajemen.
Selain itu, kajian mengenai penerapan manajemen keselamatan kebakaran
yang dilakukan oleh Lasino (2005) menjelaskan bahwa bangunan komersil
memiliki perhatian yang lebih baik dalam penerapan manajemen
keselamatan kebakaran dibandingkan bangunan perkantoran dan rumah
sakit.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah disebutkan diatas,,
maka dapat terlihat bahwa sistem keselamatan kebakaran di rumah sakit,
terutama di Indonesia masih dalam kondisi yang tidak baik. Beberapa
rumah sakit masih belum melakukan pemeriksaan terhadap beberapa alat
proteksi kebakaran. Selain itu, rumah sakit masih kurang memberikan
perhatian dalam penerapan manajemen keselamatan kebakaran
dibandingkan dengan bangunan komersil. Hal ini dapat membahayakan
6
penghuni dan pengunjung di dalam rumah sakit, selain itu aset-aset
peralatan medis rumah sakit juga dapat dikatakan dalam kondisi
berbahaya, karena masih kurangnya perhatian rumah sakit dalam
menerapkan sistem keselamatan kebakaran.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun
2008, sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik
yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik
untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara
pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya
terhadap bahaya kebakaran. Tentunya penyediaan sistem proteksi
kebakaran tersebut membutuhkan pemeliharaan yang baik agar didapatkan
sistem proteksi yang baik dan dapat mencegah timbulnya kerugian yang
besar akibat kebakaran, salah satunya dengan cara evaluasi.
Menurut (Isaac dan Michael, 1981), evaluasi adalah suatu kegiatan
untuk meningkatkan kinerja suatu sistem, dengan cara menemukan gap
antara penerapan suatu sistem di lapangan dengan bagaimana sebuah
sistem tersebut seharusnya berjalan. Evaluasi bertujuan untuk
mendeskripsikan bagaimana suatu sistem itu efektif atau tidak efektif,
memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat, dan bagus atau tidak.
Dalam mengukur kinerja manajemen kebakaran yang baik, dapat
dilakukan diantaranya dengan cara inspeksi. Inspeksi dapat dilakukan
dengan menggunakan alat bantu berupa checklist yang digunakan sebagai
7
panduan dalam melakukan inspeksi. Checklist tersebut dibuat dengan
mengacu kepada suatu standar (Furness dan Muckett, 2007).
Pengukuran kinerja manajemen kebakaran penting untuk dilakukan
sebagai wujud peningkatan berkelanjutan dalam sebuah sistem. Data hasil
pengukuran tersebut dapat dijadikan pihak manajemen untuk
menggambarkan bagaimana kesesuaian sistem yang sudah ada dengan
standar. Kemudian hal ini juga penting untuk dilakukan sebagai acuan
dalam menentukan prioritas dalam mengambil tindakan untuk melakukan
peningkatan yang berkelanjutan dalam sistem tersebut (Furness dan
Muckett, 2007).
Untuk memastikan bahwa alat proteksi kebakaran selalu siap
digunakan salah satu caranya ialah dengan melakukan evaluasi mengenai
keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan. Evaluasi mengenai
keandalan sistem keselamatan bangunan dapat dilakukan dengan
menggunakan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan
gedung (Pd-T-11-2005-C). (Mahmudah, 2012). Dalam penelitian yang
akan dilakukan, peneliti menggunakan pedoman pemeriksaan keselamatan
kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) yang telah teruji dan
merupakan pedoman yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Kementerian
Pekerjaan Umum. Penggunaan pedoman ini dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan terhadap
bahaya kebakaran. Pedoman ini digunakan dengan asumsi bahwa
pedoman ini dapat memeriksa secara lengkap upaya pencegahan
8
kebakaran yang bersifat aktif maupun pasif, sehingga dapat diperoleh
informasi tingkat keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan.
Dalam pedoman ini secara lengkap tertulis bagaimana cara menilai,
pengkategorian, dan kriteria penilaian yang akan dilakukan.
Selain itu, pedoman ini cocok untuk digunakan pada bangunan di
Indonesia karena merupakan pedoman yang dibuat oleh Badan Litbang
Kementerian Pekerjaan Umum (Saptaria, 2005). Hal ini yang menjadi
keunggulan pedoman pemeriksaan ini. Peneliti melihat keandalan sistem
keselamatan bangunan karena peneliti ingin mengetahui tingkat
kesempurnaan kondisi perlengkapan proteksi yang menjamin keselamatan,
serta fungsi dan kenyamanan suatu bangunan gedung dan lingkungannya
dalam hal ini di RSUD Kota Tangerang selama masa pakai dari gedung
tersebut dari segi bahayanya terhadap kebakaran. Seperti disebutkan dalam
(Mahmudah, 2012) bahwa keandalan merupakan tingkat kesempurnaan
kondisi perlengkapan proteksi yang menjamin keselamatan, serta fungsi
dan kenyamanan suatu bangunan gedung dan lingkungannya selama masa
pakai dari gedung tersebut dari segi bahayanya terhadap kebakaran.
Berdasarkan kasus kebakaran sebelumnya yang pernah terjadi di
beberapa rumah sakit, ditemukan bahwa kejadian kebakaran di Rumah
Sakit Sari Asih Serang dapat terjadi meskipun Rumah Sakit Sari Asih
Serang baru berdiri selama satu tahun (Anonim, 2010). Meskipun rumah
sakit tersebut baru berdiri, hal itu tidak menjamin seluruh sistem
keselamatan kebakaran selalu dalam kondisi baik. Hal ini tentu juga
9
berlaku bagi RSUD Kota Tangerang. Terlebih RSUD Kota Tangerang
merupakan rumah sakit rujukan bagi seluruh rumah sakit di Kota
Tangerang, hal ini dapat menjadikan RSUD Kota Tangerang memiliki
banyak pasien yang perlu dilindungi dari bahaya kebakaran.
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Tangerang yang memiliki
potensi kebakaran dan merupakan bangunan umum yang setiap hari selalu
dipenuhi pengunjung yang memiliki keperluan dalam mendapatkan
pengobatan. RSUD Kota Tangerang juga termasuk rentan dalam
penyelamatan penghuni gedung mengingat penghuni gedung RSUD Kota
Tangerang merupakan pasien yang sedang dalam kondisi tidak sehat,
sehingga evaluasi mengenai keandalan sistem keselamatan kebakaran
bangunan gedung perlu dilakukan. Selain itu, evaluasi keandalan sistem
keselamatan kebakaran bangunan gedung di rumah sakit diperlukan
mengingat kejadian kebakaran yang pernah terjadi sebelumnya di
beberapa rumah sakit di Indonesia yang sebenarnya dapat dicegah dengan
cara menyiapkan sistem keselamatan kebakaran yang baik.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan studi pendahuluan, RSUD Kota Tangerang merupakan
rumah sakit yang memiliki tujuan melayani seluruh warga Kota Tangerang.
Rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi rumah sakit rujukan seluruh
rumah sakit yang ada di Kota Tangerang.
10
Rumah sakit tanpa kelas yang pertama kali ada di Indonesia ini juga
dilengkapi dengan sistem keselamatan kebakaran bangunan yang telah
terencana. Namun, berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan,
terdapat beberapa alat pemadam api ringan (APAR) yang dipasang tanpa
menggunakan label pemeriksaan.
Melihat dari kasus kebakaran yang pernah terjadi di RSUD Kabupaten
Tangerang, hal ini dapat menjadi penyebab utama gagalnya antisipasi
kebakaran yang dapat merugikan pihak RSUD Kota Tangerang. Kebakaran
yang sebelumnya pernah terjadi di RSUD Kabupaten Tangerang gagal
diantisipasi akibat kurang siapnya alat pemadam api ringan yang ada di
rumah sakit tersebut, dengan kata lain, sistem keselamatan kebakaran di
bangunan rumah sakit tersebut masih kurang optimal. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi tingkat keandalan sistem
keselamatan bangunan dari bahaya kebakaran di RSUD Kota Tangerang
Tahun 2014.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana tingkat keandalan kelengkapan tapak bangunan yang
terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014?
2. Bagaimana tingkat keandalan sarana penyelamatan yang terdapat di
RSUD Kota Tangerang tahun 2014?
3. Bagaimana tingkat keandalan sistem proteksi aktif yang terdapat di
RSUD Kota Tangerang tahun 2014?
11
4. Bagaimana tingkat keandalan sistem proteksi pasif yang terdapat di
RSUD Kota Tangerang tahun 2014?
5. Bagaimana tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan dari bahaya
kebakaran di RSUD Kota Tangerang tahun 2014?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan
dari bahaya kebakaran di RSUD Kota Tangerang tahun 2014
menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran
Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C).
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat keandalan kelengkapan tapak bangunan
yang terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014
menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran
Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C).
2. Mengetahui tingkat keandalan sarana penyelamatan yang
terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014 menggunakan
Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Gedung (Pd-T-11-2005-C).
3. Mengetahui tingkat keandalan sistem proteksi aktif yang
terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014 menggunakan
12
Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Gedung (Pd-T-11-2005-C).
4. Mengetahui tingkat keandalan sistem proteksi pasif yang
terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014 menggunakan
Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Gedung (Pd-T-11-2005-C).
5. Mengetahui tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan
dari bahaya kebakaran di RSUD Kota Tangerang tahun 2014
menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran
Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C)
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang evaluasi
sistem keselamatan bangunan dari bahaya kebakaran di rumah sakit
dan memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam melakukan
evaluasi terhadap sistem keselamatan bangunan dari bahaya
kebakaran.
1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan RSUD Kota
Tangerang dalam upaya meningkatkan pembangunan K3 di
lingkungan kerja dan sebagai referensi untuk melaksanakan kegiatan
13
magang bagi mahasiswa program studi kesehatan masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5.3 Bagi RSUD Kota Tangerang
RSUD Kota Tangerang dapat mengetahui dan menerapkan sistem
keselamatan bangunan yang andal dan menciptakan kerjasama yang
saling menguntungkan dan bermanfaat dengan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya
peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul “Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan
Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan
Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C) di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014” Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan RSUD Kota Tangerang
dari bahaya kebakaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni – Juli
2014 dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi,
wawancara dan telaah dokumen. Penelitian ini dilakukan dengan cara
mengevaluasi keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan RSUD
Kota Tangerang dengan menggunakan Pedoman Pemeriksaan
Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C).
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebakaran
Kebakaran merupakan peristiwa oksidasi dimana bertemunya 3
buah unsur, yaitu bahan yang dapat terbakar, oksigen yang terdapat di
udara dan panas yang dapat berakibat menimbulkan kerugian harta benda
atau cedera bahkan kematian manusia (Suma’mur, 1997). Kebakaran
tidak lepas dari teori timbulnya api, dimana kebakaran adalah api yang
tidak terkendali artinya di luar kemampuan dan keinginan manusia. Api
adalah persenyawaan antara suatu bahan bakar dengan oksigen pada
temperatur tertentu yang pada prosesnya timbul nyala, suara dan cahaya.
Dengan demikian kebakaran merupakan kondisi natural akibat
persentuhan bahan bakar, oksigen dan panas atau kalor, yang tidak
terkendali (Ramli, 2010).
2.2. Teori Terjadinya Api
Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur yang saling
berhubungan, yaitu adanya bahan yang bisa terbakar, adanya kecukupan
oksigen, dan adanya sumber panas atau nyala (Suma’mur, 1997). Tiga
unsur tersebut dinamakan segitiga api. Bila salah satu dari elemen-
elemen tersebut dihilangkan maka api pun akan padam.
15
Gambar 2.1 Segitiga Api
Kemudian model segitiga api dikembangkan oleh W.M. Haessler
(1974) menjadi teori “fire tetrahedron” dengan menambahkan elemen
reaksi kimia. Jadi sebuah reaksi berantai dapat terjadi bila ketiga elemen
api tersebut ada pada kondisi dan jumlah atau proporsi yang cukup.
Gambar 2.2 Fire Tetrahedron
16
2.3. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Pencegahan kebakaran adalah segala daya upaya atau tindakan
secara terencana untuk mencegah dan meniadakan sejauh mungkin
timbulnya kebakaran. Karena itu pencegahan kebakaran dan pemadaman
dalam tahap awal penyalaan sangat penting untuk dilakukan, baik dengan
jalan meningkatkan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan khususnya
tentang kebakaran. (Sulaksmono, 1997).
Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan
peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang
mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan (Hargiyarto, 2003).
Menurut Hargiyarto (2003) terdapat alat yang dapat digunakan
untuk penanggulangan kebakaran, yaitu:
1. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana
a. Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada
akibat ikutan (side effect),sehingga air paling banyak
dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian
airdilakukan dengan cadangan bak-bak air dekat daerah
bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa
karet/plastik.
b. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga
udara tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan
menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan
sekop atau ember.
17
c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif
untuk menutup kebakaran dini pada api kompor atau
kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas
potensi api.
d. Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk
alat bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran.
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh
satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya
kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis
dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa
(foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2,
yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen
di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat
keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan.
APAR memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
a. APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam
untuk segala jenis kebakaran, oleh karena itu
sebelum menggunakan APAR perlu diidentifikasi
jenis bahan terbakar.
18
b. APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa
angin kuat, APAR kimiawi ideal dioperasikan pada
suhu kamar
c. Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti,
waktu maksimum terus menerus 8 detik.
d. Bila telah dipakai harus diisi ulang
e. Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun
sekali.
2.4. Penyebab Terjadinya Kebakaran
Suma’mur (1997) menyebutkan beberapa peristiwa yang
mengakibatkan terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut:
a. Nyala api dan bahan-bahan yang berpijar
Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya
akan naik, mulai terbakar dan menyala terus sampai habis.
Kemungkinan terbakar atau tidak tergantung dari sifat benda
padat tersebut yang mungkin sangat mudah, agak mudah dan
sukar terbakar, besarnya zat padat tersebut, jika sedikit, tak cukup
timbul panas untuk terjadinya kebakaran, keadaan zat padat
seperti mudah terbakar kertas atau kayu lempengan tipis oleh
karena relatif luasnya permukaan yang bersinggungan dengan
oksigen dan cara menyalakan zat padat, misalnya di atas atau
sejajar dengan nyala api.
19
Benda pijar mudah atau tidak mudah dibakar akan
menyebabkan terbakarnya benda lain jika bersentuhan
dengannya. Suatu benda tak mudah terbakar akan menyebabkan
terjadinya bahan mudah terbakar yang bersinggungan dengannya.
b. Penyinaran
Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda
pijar atau nyala api tidak perlu atas dasar persentuhan. Semua
sumber panas memancarkan gelombang-gelombang
elektromagnetis yaitu sinar inframerah. Jika gelombang ini
mengenai benda, maka pada benda tersebut dilepaskan energi
yang berubah menjadi panas. Benda tersebut menjadi panas dan
jika suhunya terus naik maka pada akhirnya benda tersebut akan
menyala.
c. Peledakan uap atau gas
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan
udara akan menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan
pembakaran yang terjadi akan meluas dengan cepat, manakala
kadar gas atau uap berada dalam batas untuk menyala atau
meledak.
20
d. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair
Debu-debu dari zat-zat yang mudah terbakar atau noktah-
noktah cair yang berupa suspensi di udara berperilaku seperti
campuran gas dan udara atau uap dalam udara dan dapat meledak.
e. Percikan api
Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab
terbakarnya campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat
menyala. Biasanya percikan api tak dapat menyebabkan
terbakarnya benda padat.
Oleh karena itu, tidak cukupnya energi dan panas yang
ditimbulkan akan menghilang di alam benda padat. Percikan api
mungkin terbentuk sebagai akibat arus listrik dan juga karena
kelistrikan statis sebagai gesekan dua benda yang bergerak.
f. Terbakar sendiri
Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar
mineral yang padat atau zat-zat organis, apabila peredaran udara
cukup besar untuk terjadinya proses oksidasi, tetapi tidak cukup
untuk mengeluarkan panas yang terjadi. Peristiwa-peristiwa ini
dipercepat oleh tingkat kelembaban. Dalam hal mineral zat
tertentu seperti besi mungkin bertindak sebagai katalisator bagi
21
proses, sedangkan untuk bahan-bahan organis, peranan bakteri
dibutuhkan.
g. Reaksi kimiawi
Reaksi-reaksi kimiawi tertentu menghasilkan cukup panas
dengan akibat terjadinya kebakaran. Zat-zat yang bersifat
mengoksidasi seperti hydrogen peroksida, klorat, borat dan lain-
lain yang membebaskan oksigen pada pemanasan dengan aktif
meningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan terbakarnya
bahan-bahan yang dapat dioksidasi. Sekalipun tidak ada panas
yang datang dari luar, bahan yang mengoksidasi dapat
mengakibaktan terbakarnya zat-zat organik, terutama jika bahan
organik terdapat dalam bentuk pertikel atau jika kontak terus
menerus dengan zat yang mengoksidasi tersebut.
h. Peristiwa-peristiwa lain
Gesekan antara 2 benda menimbulkan panas, yang semakain
banyak menurunkan besaran koefisien gesekan. Manakala panas
yang timbul lebih besar dari kecepatan hilangnya panas ke
lingkungan, kebakaran mungkin terjadi seperti pada mesin yang
kurang minyak atau gemuk.
22
2.5. Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Mahmudah (2012), salah satu standar penting yang ditetapkan
Badan Standarisasi Nasional dalam Standar Nasional Indonesia mengenai
perlindungan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan bertingkat. Sistem
kebakaran harus direncanakan dari awal pembangunan konstruksi gedung,
khususnya untuk sistem proteksi kebakaran pasif yang meliputi jenis bahan
bangunan yang digunakan, kompartemenisasi ruangan dan unsur lainnya
seperti tata letak penempatan gedung, jalan lingkungan, konstruksi jalan
keluar, penempatan hidran.
Dalam Pedoman Teknis Pemeriksaaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Gedung (Pd-T-11-2005-C), yang termasuk sistem keselamatan kebakaran
bangunan adalah sebagai berikut :
2.5.1. Perencanaan Tapak Bangunan
Perencanaan tapak adalah perencanaan yang mengatur tapak (site)
bangunan, meliputi tata letak dan orientasi bangunan, jarak antar bangunan,
penempatan hidran halaman, penyediaan ruang-ruang terbuka dan sebagainya
dalam rangka mencegah dan meminimalisir bahaya kebakaran (Saptaria,
2005). Adapun ketentuan dari tata letak tapak bangunan sebagai berikut
(Hesna, 2009) :
1. Tinggi rendah pekarangan harus dibuat dengan tetap menjaga keserasian
lingkungan serta tidak merugikan pihak lain.
23
2. Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan gedung diperkenankan
apabila masih memenuhi batas ketinggian yang ditetapkan dalam
rencana tata ruang kota, harus memenuhi persyaratan teknis yang
berlaku dan keserasian lingkungan.
3. Penambahan lantai/ tingkat harus memenuhi persyaratan keamanan
struktur.
Dalam perencanaan tapak bangunan teradapat beberapa komponen
penyusun yang harus dalam keadaan baik untuk dapat menjalankan
fungsinya untuk melindungi gedung dari bahaya kebakaran (Saptaria,
2005), yaitu
a. Sumber Air
Sumber air yang tersedia di sebuah bangunan harus dapat
mencukupi kebutuhan bangunan tersebut sesuai dengan fungsinya.
b. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan di sebuah gedung harus tersedia dan diberi
pengerasan agar dapat memberikan kemudahan akses bagi mobil
pemadam kebakaran.
24
c. Jarak Antar Bangunan
Jarak antar bangunan sebuah bangunan harus dibuat untuk
menghindari penyebaran api kebakaran dengan cepat menuju
bangunan lain yang dapat menyulitkan proses pemadaman.
d. Hidran Halaman
Hidran halaman diperlukan dengan tujuan dapat membantu proses
pemadaman bila terjadi kebakaran sehingga alat pemadam
kebakaran menjadi lebih banyak dan dapat membantu pemadaman.
2.5.2. Sistem Proteksi Pasif Kebakaran
Proteksi kebakaran pasif adalah suatu teknik desain tempat kerja untuk
membatasi atau menghambat penyebaran api, panas dan gas baik secara
vertikal maupun horizontal dengan mengatur jarak antara bangunan,
memasang dinding pembatas yang tahan api, menutup setiap bukaan dengan
media yang tahan api atau dengan mekanisme tertentu. Adapun yang
termasuk proteksi kebakaran pasif yang dimaksud dalam Undang-Undang No.
28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, antara lain :
1) Kompartemenisasi
Pencegahan kebakaran dimulai sejak perencanaan perusahaan dan
pengaturan proses produksi. Suatu prinsip penting pada semua perencanaan
adalah tidak melusanya kebakaran yang terjadi dan dimungkinkan
25
penanggulangan kebakaran yang efektif (Suma’mur,1997). Dalam Undang-
Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, kompartemenisasi
adalah penyekatan ruang dalam luasan maksimum dan/atau volume
maksimum ruang sesuai dengan klasifikasi bangunan dan tipe konstruksi
tahan api yang diperhitungkan. Dinding penyekat pembentuk kompartemen
dimaksudkan untuk melokalisir api dan asap kebakaran, atau mencegah
penjalaran panas ke ruang bersebelahan.
2) Sarana Evakuasi
Dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
menjelaskan bahwa sarana evakuasi adalah penyediaan tanda peringatan
bahaya, jalur evakuasi, pintu darurat, dan tempat berkumpul sementara
(assembly point) yang dapat menjamin kemudahan pengguna bangunan
gedung untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara aman
apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.
Dalam NFPA 101 life safety code, juga disebutkan bagaimana persyaratan
dalam menyiapkan sarana evakuasi yang baik, diantaranya:
Terdapat sarana jalan keluar
Lebar minimum dari setiap sarana jalan keluar minimum 2 meter
Jumlah jalan keluar terdapat lebih dari satu dengan letak berjauhan
Terdapat tanda petunjuk jalan keluar
Tanda petunjuk keluar berupa papan bertuliskan tanda menuju jalan
keluar “EXIT” atau panah petunjuk arah jalan
26
Petunjuk jalan keluar diberi penerangan dari sumber daya listrik
darurat
Terdapat pintu darurat keluar
Pintu dapat dibuka tanpa anak kunci
Pintu darurat berhubungan langsung dengan jalan keluar
Terdapat penerangan darurat dari sumber aliran listrik darurat
Lampu penerangan darurat berwarna kuning dengan kekuatan minimal
10 lux
Penempatan lampu darurat baik, sehingga bila salah satu lampu mati
tidak gelap
Tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi
Tersedia petunjuk tempat berhimpun
Kondisi tempat berhimpun aman dan cukup luas
2.5.3. Sistem Proteksi Aktif Kebakaran
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah penerapan suatu desain sistem atau
instalasi deteksi, alarm dan pemadan kebakaran pada suatu bangunan tempat
kerja yang sesuai dan handal sehingga pada bangunan tempat kerja tersebut
mandiri dalam hal sarana untuk menghadapi bahaya kebakaran. Dalam
penjelasan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
sistem proteksi aktif meliputi:
27
1) Sistem proteksi aktif dalam mendeteksi kebakaran
Sistem proteksi aktif dalam mendeteksi kebakaran ini adalah sistem
deteksi dan alarm kebakaran. Menurut Suma’mur (1997), terdapat dua jenis
sistem tanda kebakaran, antara lain :
a) Sistem tak otomatis yang memungkinkan seseorang menyatakan
tanda-tanda bahaya dengan segera secara memijit atau menekan tombol
dengan tangan.
b) Sistem otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda
sendiri tanpa dikendalikan oleh orang.
Kedua sistem tersebut sangat berguna sebagai bagian-bagian dari cara
pencegahan terhadap kebakaran dalam perusahaan.
NFPA 72 standard on automatic fire detector memberikan syarat dalam
menerapkan proteksi aktif dalam mendeteksi kebakaran, yaitu :
Terdapat sistem pendeteksi dini terhadap bahaya kebakaran
Pada atap datar, detektor tidak boleh dipasang pada jarak kurang
dari 10 cm dari dinding
Jarak antara detektor maksimal 9,1 meter atau sesuai dengan
rekomendasi dari industri pembuatannya
Detektor tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 1,5 meter
dari lubang udara masuk AC
Elemen peka (sensor) dalam keadaan bersih dan tidak di cat
28
Dalam satu zona kebakaran jumlah detektor maksimum 20 buah
disesuaikan dengan denah ruangan
Terdapat tenaga cadangan yang dapat menyalakan alarm selama 30
detik
Alarm terpasang berdekatan dengan titik panggil manual
Titik panggil manual ditempatkan pada lintasan jalur keluar dengan
ketinggian 1,4 meter dari permukaan lantai
Jarak titik panggil manual tidak boleh lebih dari 30 meter dari
semua bagian bangunan
2) Sistem proteksi aktif dalam memadamkan kebakaran
Sistem proteksi aktif dalam memadamkan kebakaran adalah sistem
hidran, hose-reel, sistem sprinkler, dan pemadam api ringan (UU Nomor
28 Tahun 2002).
a) APAR
Peralatan yang mudah dipindahkan, salah satu contohnya APAR
(Alat Pemadam Api Ringan). Pengertian APAR dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan adalah alat
yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api
pada mula terjadi kebakaran. Alat tersebut hanya digunakan untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran dan pada saat api belum
membesar.
29
Adapun jenis-jenis APAR, antara lain :
(1) APAR jenis cairan (air)
(2) APAR jenis busa
(3) APAR jenis tepung kering
(4) APAR jenis gas (Hydrocarbon berhalogen, dan lain sebagainya)
NFPA 10 standard for portable fire extinguisher mengatur standar
dalam pemasangan/instalasi APAR yang baik, yaitu :
Terdapat APAR berdasarkan jenis dan klasifikasinya sesuai dengan
jenis kebakaran
Sebelum dipakai, segel harus dalam keadaan baik dan tutup tabung
harus terpasang dengan kuat
Jarak antar APAR berjarak maksimal 15,25 meter
Isi APAR dijaga tetap penuh dan dapat dioperasikan
APAR ditempatkan dilokasi yang mudah dilihat dan mudah
dijangkau dan penempatannya tidak terhalangi oleh benda apapun
APAR yang ditempatkan diluar ruangan memiliki ruang kabinet
tetapi tidak boleh terkunci
Diberi tanda pemasangan jika terhalang benda lain
Agent tabung belum lewat masa berlaku
Pemasangan dihindari dari bahaya fisik
30
Bobot APAR tidak lebih dari 18,14 Kg dan ujung APAR berjarak
1,53 meter dari lantai, jika bobot lebih dipasang dengan ujung atas
APAR bejarak < 1,07 meter dari lantai
Ada petunjuk pengoperasian dibagian depan
Lubang penyemprot tidak tersumbat, selang tidak bocor
Setiap APAR harus diperiksa secara berkala dengan waktu tidak
lebih dari satu tahun
b) Hidran
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008
tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, menjelaskan
bahwa hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran yang
dilengkapi dengan selang dan mulut pancar (nozzle) untuk
mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan
pemadaman kebakaran. Berdasarkan lokasi penempatannya, hidran
diklasifikasikan menjadi 3, antara lain :
(1) Hidran kota
(2) Hidran halaman
(3) Hidran gedung
NFPA 14 standard for installation of stand and hose system
mensyaratkan hidran yang terpasang sebagai berikut:
31
Kotak hidran berwarna merah dengan tulisan “HYDRANT”
berwarna putih
Kelengkapan hidran: Hidran mempunyai selang, sambungan
selang, nozzle dan kran pembuka serta kopling yang sesuai
dengan Dinas Pemadam Kebakaran
Hidran mudah dilihat dan mudah dijangkau
Pemasangan hidran maksimal 12 meter dari unit yang
terlindungi
Dilakukan uji operasional dan kelengkapan komponen hidran
setiap satu tahun sekali
c) Hose-reel
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun
2008 tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang
dimaksud dengan hose-reel adalah selang gulung yang
dilengkapi dengan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air
bertekanan dalam selang umumnya dari bahan karet berdiamater
1 inch.
NFPA 14 standard for installation of stand and hose system
mensyaratkan selang yang dipergunakan sebagai berikut:
Selang harus disimpan dan siap digunakan serta terlindungi
dari cuaca
32
Selang dalam keadaan baik dan katup pembuka tidak bocor
Nozzle harus sudah dipasang pada selang kebakaran (hidran
gedung)
d) Sprinkler
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun
2008 tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang
dimaksud dengan sprinkler adalah alat pemancar air untuk
pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk
deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat
memancar kesemua arah secara merata.
NFPA 13 installation of sprinkler system mengatur
sprinkler yang digunakan sebagai berikut:
Semua instalasi pipa sprinkler di cat berwarna merah
Terdapat sistem dan jaringan air bersih yang bebas lumpur
maupun pasir
Jarak antara sprinkler tidak lebih dari 4,6 meter
2.5.4. Sarana Penyelamatan Kebakaran
Selain dari sistem proteksi yang ada tersebut, sistem proteksi juga
harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan kebakaran. Peraturan
33
Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan, yang dimaksud dengan sarana penyelamatan kebakaran
adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni
maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa
manusia maupun harta-benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan
gedung dan lingkungan. Yang termasuk kedalam sarana penyelamatan
diantaranya:
a. Manajemen Pengamanan Kebakaran (Fire Safety Management)
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008
tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang termasuk dalam unsur
manajemen pengamanan kebakaran (Fire Safety Management) adalah
terutama yang menyangkut kegiatan pemeriksaan berkala, perawatan dan
pemeliharaan, audit keselamatan kebakaran dan latihan penanggulangan
kebakaran harus dilaksanakan secara periodik sebagai bagian dari kegiatan
pemeliharaan sarana proteksi aktif yang terpasang pada bangunan.
Sedangkan yang termasuk dalam Fire Safety Management adalah
sebagai berikut (Tardianto dalam Syahri, 2011) :
1) Kebijakan (fire safety policy)
2) Identifikasi dan pengendalian (pre-fire sistem)
34
3) Pengorganisasian (fire team)
4) Pembinaan dan latihan
5) Tanggap darurat
6) Gladi terpadu (fire drill)
7) Riksa-uji (inspection and testing)
8) Pemeliharaan (preventive maintenance)
9) Audit (fire safety audit)
10) Sistem informasi dan komunikasi
11) Posko pengendalian darurat
b. Persiapan Keadaan Darurat
Keadaan aman sepenuhnya tidak mungkin tercapai, karena selalu
terdapat kemungkinan ada faktor yang tidak diperhitungkan. Oleh karena
itu, di semua industri tidak cukup apabila manajemen hanya melakukan
perencanaan untuk keadaan operasi normal. Melainkan harus membuat
perencanaan dan persiapan keadaan darurat. Tujuannya untuk membatasi
kerugian baik berupa materil maupun korban manusia jika terjadi suatu
keadaan darurat di tempat kerja (Sahab dalam Syahri, 2011).
Suatu perencanaan keadaan darurat harus praktis, sederhana, dan
mudah dimengerti. Rencana harus sudah mengantisipasi berbagai skenario
35
keadaan darurat. Bila hal ini tidak diantisipasi dan tidak diambil langkah
penanggulangannya yang memadai, maka akan dapat menimbulkan
kerugian total, karena musnahnya seluruh asset perusahaan. Perencanaan
keadaan darurat memuat antara lain (Sahab dalam Syahri, 2011) :
a. Pembagian tanggung jawab yang jelas pada tiap satuan kerja baik
tangggung jawab kelompok maupun perorangan.
b. Tersedia tenaga terampil setiap saat, untuk melaksanakan tugas yang
telah ditentukan dengan cepat dan baik.
c. Gerakan segera setiap satuan atau unit atau perorangan yang sesuai
pembagian tugas dan tanggung jawab dalam rencana keadaan darurat bila
tanda bahaya berbunyi.
2.6. Evaluasi Sistem Proteksi Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008
tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan, perlu adanya pengawasan dan pengendalian
mengenai sistem proteksi kebakaran di bangunan gedung dan lingkungan.
Instansi tersebut harus melakukan pengawasan dan pengendalian ini agar
spesifikasi teknis dan gambar-gambar perencanaan seluruh instalasi sistem
proteksi kebakaran baik pasif maupun aktif serta seluruh sarana menuju jalan
ke luar sesuai dengan hasil perencanaan dan secara efektif dapat memberikan
proteksi terhadap bangunan atau lingkungan.
36
Evaluasi sistem proteksi keselamatan kebakaran bangunan dapat
dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan keselamatan kebakaran
bangunan gedung (Saptaria, 2005). Pemeriksaan keselamatan kebakaran
bangunan gedung dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keandalan
dengan melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap kelengkapan upaya
pencegahan kebakaran yang bersifat aktif, pasif, sehingga diperoleh
informasi tingkat keandalan dari bangunan tersebut.
Menurut Saptaria (2005), langkah-langkah pemeriksaan keselamatan
kebakaran bangunan gedung dilakukan dengan cara:
a. Memberikan penilaian terhadap semua sub parameter KSKB (Keandalan
Sistem Keselamatan Bangunan) berdasarkan data hasil pengamatan
lapangan.
b. Menghitung nilai kondisi setiap sub KSKB
c. Menghitung nilai kondisi KSKB dengan cara menjumlahkan nilai kondisi
semua sub KSKB yang bersangkutan.
d. Menghitung nilai keandalan sistem proteksi kebakaran dengan
menggunakan menjumlahkan nilai kondisi keempat komponen proteksi.
37
Tabel 2.1 Pembobotan Penilaian KSKB
No Parameter Bobot (%)
1 Kelengkapan Tapak 25
2 Sarana Penyelamatan 25
3 Sistem Proteksi Aktif 24
4 Sistem Proteksi Pasif 26
Cara yang digunakan untuk menganalisa kumpulan data tersebut yaitu
dengan menghitung nilai kondisi dari setiap sub-bagian yang diteliti dengan
mengisi lembar pengamatan yang telah dibuat. Nilai kondisi keandalan sistem
kebakaran bangunan merupakan nilai dari bangunan atau utilitas bangunan
yang menunjukkan kinerja yang prima, berfungsi maksimal atau tidak sesuai
persyaratan yang telah ditentukan.
Nilai kondisi sistem proteksi kebakaran dihitung menggunakan rumus:
Nilai Kondisi = ekivalensi nilai x bobot sub-KSKB x bobot KSKB
Nilai keandalan sistem proteksi kebakaran dihitung menggunakan rumus:
Nilai Keandalan = KT + SP + SPA + SPP
38
Kondisi setiap komponen atau bagian bangunan harus dinilai. Kriteria
penilaian untuk sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu:
1) Baik : ‘B’ (ekuivalensi nilai B adalah 81-100)
2) Cukup : ‘C’ (ekuivalensi nilai C adalah 60-80)
3) Kurang : ‘K’ (ekuivalensi nilai K adalah < 60)
2.7. Petunjuk Pelaksanaan Audit K3
Proses pelaksanaan evaluasi yang dilakukan hampir menyerupai sebuah
audit. Dalam melakukan audit memerlukan beberapa langkah yang digunakan
agar audit dapat berjalan dengan baik. Menurut Santoso dalam (Hamdi, 2010)
Langkah-langkah penting yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan audit
adalah:
A. Persiapan
Persiapan mencakup pengumpulan informasi dan perjanjian
kerja, antara lain korespondensi berkaitan dengan kesepakatan
kerja audit, penentuan jadwal pelaksanaan, menetapkan elemen dan
fasilitas terkait, informasi tentang organisasi perusahaan dan
kegiatan operasi, daftar dokumen yang akan diperiksa selama audit,
hasil audit sebelumnya bila ada.
39
B. Pertemuan
Pertemuan diadakan untuk menjelaskan metoda dan perlunya
dukungan selama pelaksanaan. Selain itu, pertemuan juga
merupakan forum saling berkenalan antara auditor dan staf
perusahaan, sarana pertukaran informasi yang terkait dengan
operasi perusahaan dan sudit. Pertemuan tersbut juga menetapkan
pendamping auditor umumnya dari tingkat senior staf dari divisi
K3 atau divisi lain yang terkait.
C. Melakukan Audit
1. Pengenalan Fasilitas
Pengenalan fasilitas operasi perusahaan bertujuan untuk
memberikan gambaran kepada auditor tentang kegiatan
dasar operasi, pemaparan bahaya terhadap kesehatan,
keselamatan, dan lingkungan hidup.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan terutama kepada personil dalam
organisasi perusahaan yang banyak mengetahui tentang
pelaksanaan program K3 dengan menggunakan daftar
pertanyaan dari elemen-elemen ISRS. Dalam melakukan
wawancara ini perlu ditunjang dengan dokumen-dokumen
yang terkait, sebagai bukti pelaksanaan program tersebut
untuk verifikasi lebih mendalam pada saat pemeriksaan
40
dokumen terkait dan wawancara kepada karyawan secara
acak.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara untuk lebih
meyakinkan bahwa sistem manajemen keselamatan ada dan
terlaksana dengan baik di lapangan. Dalam pemeriksaan
fisik di lapangan, auditor harus didampingi oleh seorang
wakil dari perusahaan. Hasil dari pemeriksaan fisik
merupakan salah satu alat ukur pringkat pelaksanaan dari
elemen-elemen ISRS di lapangan.
D. Pertemuan Penutup
Pertemuan penutupan biasanya dihadiri oleh mereka yang hadir
dalam pertemuan pembukaan. Dalam hal ini auditor tidak
memberikan nilai berupa angka, tetapi hanya memberikan
pandangan umum yang merupakan temuan selama pelaksanaan
audit. Materi yang terkandung dalam pandangan umum yaitu
penjelasan singkat elemen-elemen yang mendapat nilai tinggi dan
juga paling rendah, juga aktivitas-aktivitas yang perlu mendapat
pengujian dan beberapa saran yang bersifat membangun untuk
elemen yang nilainya rendah.
41
E. Laporan
Laporan akhir audit yang menyeluruh dan sistematis dibuat oleh
auditor disertai dengan sertifikat yang menyebutkan peringkat
pencapaian sesuai dengan hasil audit tersebut. Dalam laporan ini
mencakup beberapa diantaranya:
1. Laporan audit yang komprehenshif untuk masing-masing
elemen.
2. Ringkasan daftar nilai untuk masing-masing elemen, nilai
total, dan rata-rata elemen serta persentase pencapaianya.
3. Nilai hasil pemeriksaan fisik lapangan.
4. Buku kerja tim audit, merupakan photocopy dari protokol
audit yang sudah dilengkapi dengan nilai hasil untuk
masing-masing elemen yang diaudit.
5. Grafik profil yang merupakan ringkasan audit.
6. Saran-saran yang bersifat kritis dan memerlukan prioritas
untuk dilaksanakan.
42
2.8. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Pedoman Teknis Pemeriksaaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Gedung (Pd-T-11-2005-C)
Pengamanan terhadap
bahaya kebakaran
bangunan dan gedung
Perencanaan tapak
untuk
pengamanan
kebakaran
Sumber air
Jalan
lingkungan
Jarak antar
bangunan
Hidran
halaman
Sistem Proteksi Aktif
Kebakaran
Detektor (alarm)
Siames conection
APAR
Hidran gedung
Sprinkler
Sistem Pemadam
Luapan
Pengendali asap
Deteksi asap
Pembuangan asap
Lift kebakaran
Cahaya darurat dan
penunjuk arah
Listrik darurat
Ruang pengendali
operasi
Sistem Proteksi
Pasif Kebakaran
Ketahanan
Api Struktur
Bangunan
Komparteme
nisasi ruang
Perlindungan
bukaan
Sarana
Penyelamatan
Sarana jalan
keluar
Konstruksi
jalan keluar
Landasan
helikopter
43
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Pemikiran
Evaluasi keselamatan kebakaran gedung dapat dilakukan dengan
melakukan audit, inspeksi maupun dengan menggunakan pedoman
pemeriksaan yang telah dibuat. Salah satu pedoman yang dapat digunakan
untuk melakukan evaluasi keselamatan kebakaran bangunan adalah pedoman
pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C).
Tujuan penggunaan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran
bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) adalah menentukan tingkat kelayakan
atau keandalan suatu bangunan (kondisi baik, cukup, atau kurang).
Sistem keselamatan kebakaran bangunan yang dinilai dalam pedoman
pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C)
terdapat 4 komponen utama yaitu kelengkapan tapak, sarana penyelamatan,
sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif. Masing-masing dari keempat
unsur tersebut memiliki subkomponen.
Dalam komponen kelengkapan tapak terdapat empat subkomponen antara
lain : sumber air, jalan lingkunan, jarak antar bangunan dan hidran halaman.
Pada komponen sarana penyelamatan terdapat tiga subkomponen yaitu sarana
jalan keluar, konstruksi jalan keluar dan landasan helikopter.
Pada komponen sistem proteksi aktif terdapat 13 subkomponen antara
lain: detektor (alarm), siames conection, apar, hidran gedung, sprinkler,
sistem pemadam luapan, pengendali asap, deteksi asap, pembuangan asap, lift
44
kebakaran, cahaya darurat, listrik darurat dan ruang pengendali operasi. Dan
yang terakhir komponen sistem proteksi pasif yang memiliki 3 subkomponen
yang terdiri dari ketahanan api struktur bangunan, kompartemenisasi ruang
dan perlindungan bukaan.
Peneliti menggunakan kerangka pemikiran seperti pada bagan 3.1 karena
berdasarkan Pedoman Teknis Pemeriksaaan Keselamatan Kebakaran
Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C) dalam pengamanan terhadap bahaya
kebakaran bangunan dan gedung memerlukan 4 komponen utama yang
masing-masing memiliki sub komponen seperti disebutkan diatas. Kemudian
dengan melakukan evaluasi terhadap sistem keselamatan kebakaran bangunan
gedung diharapkan hasil evaluasi tersebut dapat menggambarkan tingkat
keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan tersebut.
45
Bagan 3.1
Kerangka Pemikiran
INPUT
1. Kelengkapan Tapak
Sumber air
Jalan lingkungan
Jarak antar bangunan
Hidran halaman
2. Sarana Penyelamatan
Sarana jalan keluar
Konstruksi jalan
keluar
Landasan helikopter
3. Sistem Proteksi Aktif
Detektor (alarm)
Siames connection
APAR
Hidran gedung
Sprinkler
Sistem Pemadam
Luapan
Pengendali asap
Deteksi asap
Pembuangan asap
Lift kebakaran
Cahaya darurat
Listrik darurat
Ruang pengendali
operasi
4. Sistem Proteksi Pasif
Ketahanan Api
Struktur Bangunan
Kompartemenisasi
ruang
Perlindungan bukaan
OUTPUT
Nilai Keandalan
Sistem Keselamatan
Bangunan (Baik,
Cukup, Kurang).
PROSES
Evaluasi
menggunakan
pedoman
pemeriksaan
keselamatan
kebakaran bangunan
gedung (Pd-T-11-
2005-C).
46
3.2 Definisi Istilah
A. Kelengkapan Tapak
Kelengkapan tapak dapat didefinisikan sebagai kelengkapan
komponen dan tata letak bangunan terhadap lingkungan sekitar dikaitkan
dengan bahaya kebakaran dan upaya pemadaman. Komponen
kelengkapan tapak meliputi sumber air, jalan lingkungan, jarak antar
bangunan dan hidran halaman (Permen PU No.26/KTPS/2008).
Cara Ukur : Observasi dan wawancara
Alat Ukur : Lembar observasi, pedoman wawancara dan meteran
Hasil Ukur :
Tabel 3.1 Hasil Ukur Kelengkapan Tapak
Nilai Kesesuaian Keandalan
> 80 - 100
Sesuai persyaratan
Pedoman Teknis
Pemeriksaaan
Keselamatan
Kebakaran
Bangunan Gedung
(Pd-T-11-2005-C)
Baik (B)
60 - 80
Terpasang tetapi ada
sebagian kecil
instalasi yang tidak
sesuai persyaratan
Cukup (C)
< 60 Tidak sesuai sama
sekali Kurang (K
B. Sarana Penyelamatan
Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapakan untuk
dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam
47
upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta-benda bila terjadi
kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungannya. Terdiri dari
sarana jalan keluar, Konstruksi jalan keluar, landasan helikopter (Pd-T-11-
2005-C).
Cara Ukur : Observasi dan wawancara
Alat Ukur : Lembar observasi, pedoman wawancara dan
meteran
Hasil Ukur :
Tabel 3.2 Hasil Ukur Sarana Penyelamatan
Nilai Kesesuaian Keandalan
> 80 – 100 Sesuai persyaratan
Pedoman Teknis
Pemeriksaaan
Keselamatan Kebakaran
Bangunan Gedung (Pd-T-
11-2005-C)
Baik (B)
60 - 80 Terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
< 60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K
C. Sistem Proteksi Aktif Kebakaran
Sistem proteksi aktif adalah sistem perlindungan terhadap
kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang
dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh
penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan
48
operasi pemadaman, selain itu sistem ini digunakan dalam
melaksanakan penanggulangan awal kebakaran.
Proteksi aktif meliputi detektor (alarm), siamese conection, APAR,
hidran gedung, sprinkler, sistem pemadam luapan, pengendali asap,
deteksi asap, pembuangan asap, lift kebakaran, cahaya darurat, listrik
darurat dan ruang pengendali operasi.
Cara Ukur : Observasi dan wawancara
Alat Ukur : Lembar observasi, pedoman wawancara dan
meteran
Hasil Ukur :
Tabel 3.3 Hasil Ukur Sistem Proteksi Aktif Kebakaran
Nilai Kesesuaian Keandalan
> 80 – 100 Sesuai persyaratan
Pedoman Teknis
Pemeriksaaan
Keselamatan
Kebakaran
Bangunan Gedung
(Pd-T-11-2005-C)
Baik (B)
60 - 80 Terpasang tetapi ada
sebagian kecil
instalasi yang tidak
sesuai persyaratan
Cukup (C)
< 60 Tidak sesuai sama
sekali
Kurang (K
D. Sistem Proteksi Pasif Kebakaran
Sistem proteksi pasif adalah sistem perlindungan terhadap
kebakaran yang dilaksanakan dengan melakukan pengaturan terhadap
49
komponen bangunan gedung, dari aspek arsitektur dan struktur
sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari
kerusakan fisik saat terjadi kebakaran. Proteksi pasif meliputi ketahanan
api struktur bangunan, kompartemenisasi ruang dan perlindungan bukaan.
Cara Ukur : Observasi dan wawancara
Alat Ukur : Lembar observasi, pedoman wawancara dan
meteran
Hasil Ukur :
Tabel 3.4 Hasil Ukur Sistem Proteksi Pasif Kebakaran
Nilai Kesesuaian Keandalan
> 80 – 100 Sesuai persyaratan
Pedoman Teknis
Pemeriksaaan
Keselamatan
Kebakaran
Bangunan Gedung
(Pd-T-11-2005-C)
Baik (B)
60 - 80 Terpasang tetapi ada
sebagian kecil
instalasi yang tidak
sesuai persyaratan
Cukup (C)
< 60 Tidak sesuai sama
sekali
Kurang (K)
50
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Pengamatan diawali dengan mendefinisikan ruang
lingkup untuk membatasi sejauh mana penelitian dilakukan, dilanjutkan
dengan observasi lapangan serta melakukan telaah dokumen dan wawancara
di RSUD Kota Tangerang untuk kemudian dilakukan evaluasi menggunakan
pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C),
sehingga didapatkan tingkat keandalan sistem keselamatan kebakaran
bangunan di RSUD Kota Tangerang tahun 2014.
Pendekatan kualitatif dipilih dengan maksud untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan yang terdapat
di RSUD Kota Tangerang. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan peneliti
dapat menganalisis secara mendalam mengenai keadaan sistem keselamatan
kebakaran bangunan di RSUD Kota Tangerang.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Tangerang pada bulan Juni-Juli
2014.
51
4.3 Informan Penelitian
Pemilihan informan untuk penelitian ini dilakukan secara purposive yaitu
peneliti mempunyai pertimbangan dan kriteria tertentu dalam pengambilan
informan sesuai dengan tujuan penelitian.
Kriteria informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah pekerja di
RSUD Kota Tangerang yang bertanggung jawab dan/atau berhubungan
langsung terhadap sarana dan prasarana keselamatan bangunan RSUD Kota
Tangerang.
Tabel 4.1
Informan Penelitian
Informan Status Metode Keterangan
Petugas Teknisi
RSUD Kota
Tangerang
Informan
Kunci
Wawancara
Pertanyaan mengenai
kelengkapan tapak,
sarana penyelamatan,
sistem proteksi aktif
dan pasif kebakaran.
Staff ISPRS
RSUD Kota
Tangerang
Informan
Pendukung
Wawancara Pertanyaan mengenai
kelengkapan tapak,
sarana penyelamatan,
sistem proteksi aktif
dan pasif kebakaran.
4.4 Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar observasi
b. Panduan wawancara
c. Alat ukur : meteran dan penggaris
d. Kamera
e. Recorder
52
4.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan
data primer dan sekunder.
4.5.1 Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan 2 cara yaitu
observasi dan wawancara. Data yang diambil mengenai
kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi aktif dan
sistem proteksi pasif kebakaran bangunan RSUD Kota Tangerang.
4.5.2 Data Sekunder
a. Profil RSUD Kota Tangerang
b. Informasi umum bangunan RSUD Kota Tangerang
c. Data mengenai sarana dan prasarana keselamatan kebakaran
bangunan RSUD Kota Tangerang
4.6 Triangulasi Data
Berdasarkan pengambilan informan yang dilakukan dengan metode
kualitatif yang jumlahnya sedikit maka diperlukan triangulasi untuk menjaga
validitas data, yaitu dengan cara :
1. Triangulasi Sumber, yaitu dengan melakukan wawancara mendalam
dari sumber atau informan yang berbeda.
53
2. Triangulasi Metode, yaitu dengan melalui metode wawancara
mendalam, telaah dokumen dan observasi.
Tujuan triangulasi data dengan menggunakan sumber dan metode yang
berbeda diharapkan mendapatkan analisis yang tepat, akurat dan terpercaya.
Tabel triangulasi dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Triangulasi Data
Objek Penelitian Alat
Observasi
Triangulasi
Sumber
Triangulasi Metode
Wawancara Observasi Telaah
Dokumen
Kelengkapan
Tapak
Sumber air - - - √ √
Jalan lingkungan Meteran - - √ -
Jarak antar
bangunan Meteran - - √ -
Hidran halaman Meteran
Informan
kunci dan
informan
pendukung
√ √ √
Sarana
Penyelamatan
Sarana jalan keluar Meteran - - √ √
Konstruksi jalan
keluar -
Informan
kunci dan
informan
pendukung
√ √ √
Landasan
helikopter - - - √ √
Sistem
Proteksi Aktif
Detektor (alarm) Meteran - - √ √
Siames connection
- - - √ -
APAR Meteran
Informan
kunci dan
informan
pendukung
√ √ √
Hidran gedung Meteran - - √ √
Sprinkler Meteran - - √ √
54
Objek Penelitian Alat
Observasi
Triangulasi
Sumber
Triangulasi Metode
Wawancara Observasi Telaah
Dokumen
Sistem Pemadam
Luapan - - - √ √
Pengendali asap Meteran - - √ √
Sistem
Proteksi Aktif
Deteksi asap Meteran
Informan
kunci dan
informan
pendukung
√ √ √
Pembuangan asap - - - √ √
Lift kebakaran - - - √ √
Cahaya darurat - - - √ √
Listrik darurat - - - √ √
Ruang pengendali
operasi - - - √ √
Ketahanan Api
Struktur Bangunan Meteran - - - √
Kompartemenisasi
ruang Meteran
Informan
kunci dan
informan
pendukung
√ √ √
Perlindungan
bukaan Meteran - - √ √
4.7 Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data
mengenai sistem keselamatan bangunan di RSUD Kota Tangerang, kemudian
hasil dari pengumpulan data tersebut dipilih yang sesuai dengan ruang
lingkup penelitian ini. Setiap komponen dinilai dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut.
55
1. Kriteria Penilaian Kelengkapan Tapak
Kelengkapan tapak dinilai dengan menggunakan kriteria sesuai
dengan pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-T-11-
2005-C) seperti pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Kriteria Penilaian Kelengkapan Tapak
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
1 Sumber Air 27
B
Tersedia dengan kapasitas yang memenuhi
persyaratan minimal terhadap fungsi
bangunan
C
Tersedia dengan kapasitas dibawah
persyaratan minimal terhadap fungsi
bangunan
K Tidak tersedia
2 Jalan Lingkungan 25
B
o Tersedia dengan lebar minimal 6m
o Diberi pengerasan
o Lebar jalan masuk minimal 4 m.
C Tersedia dengan lebar kurang dari
persyaratan minimal.
K
Tidak tersedia
3 Jarak Antar
Bangunan 23
B Sesuai Persyaratan (Tinggi s/d 8 – 3 m; 8 s/d
14 – 6 m; tinggi > 40m - >8m)
C Tidak sesuai Persyaratan (Tinggi s/d 8 – 3 m;
8 s/d 14 – 6 m; tinggi > 40m ->8 m)
K Tidak ada jarak dengan bangunan sekitarnya.
4 Hidran Halaman 25
B
Tersedia di halaman pada tempat yang
mudah dijangkau
Berfungsi secara sempurna dan lengkap
Supply air 38 l/detik dan bertekanan 35
Bar
C
Tersedia,tetapi tidak berfungsi secara
sempurna atau supply air dan tekanannya
kurang dari pada persyaratan minimal.
K Tidak tersedia sama sekali
56
Penilaian dilakukan dengan cara menilai kelengkapan masing-masing sub
komponen sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 4.3. Pemberian
nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada pengetahuan
peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran didukung dengan standar-
standar sistem keselamatan kebakaran yang berlaku.
2. Kriteria Penilaian Sarana Penyelamatan
Sarana penyelamatan dinilai dengan menggunakan kriteria sesuai
dengan pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-T-11-
2005-C) seperti pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Kriteria Penilaian Sarana Penyelamatan
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
1 Jalan Keluar 38
B
Minimal perlantai 2 exit dengan
tinggi efektif 2,5 m
Setiap exit harus terlindung dari
bahaya kebakaran.
Jarak tempuh maksimal 20 meter dari
pintu keluar.
Ukuran minimal 200 Cm
Jarak dari suatu exit tidak > 6 m
Pintu dari dalam tidak buka langsung
ke tangga,
Penggunaan pintu ayun tidak
menggangu proses jalan keluar.
Disediakan lobby bebas asap dengan
TKA 60/60/60
Exit tidak boleh terhalang
Exit menuju ke R. Terbuka
C Setengah dari kriteria dalam punt “B”
yang terpenuhi.
K Tidak memenuhi kriteria dalam punt ”B”
57
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
2 Konstruksi Jalan
Keluar
35 B
Konstruksi tahan minimal 2 jam
Harus bebas halangan
Lebar minimal 200 cm.
Jalan terusan yang dilindungi
terhadap
kebakaran, Bahan tidak mudah
terbakar, Langit-langit punya
ketahanan Penjalaran api tidak < 60
menit
Pada tingkat tertentu elemen
bangunan bisa mempertahankan
stabilitas struktur bila terjadi
kebakaran
Dapat mencegah penjalaran asap
kebakaran.
Cukup waktu untuk evakuasi
penghuni
Akses ke bangunan harus disediakan
bagi tindakan petugas kebakaran
C
Setengah dari kriteria dalam punt “B”
yang terpenuhi.
K Tidak memenuhi kriteria dalam punt ”B”
3 Landasan
Helikopter 27
B
Hanya pada bangunan tinggi minimal
60 meter.
Konstruksi atap cukup kuat menahan
beban helikopter.
Dilengkapi dengan tanda-tanda untuk
pendaratan baik warna, bentuk
maupun ukurannya.
Dilengkapi dengan alat pemadam api
dengan bahan busa dan peralatan
bantu evakuasi lainnya.
Ketentuan lain bagi pendaratan
disesuaikan dengan peraturan yang
terkait dalam bidang penerbangan.
C
Tanda dan perlengkapan pendaratan
tidak terpelihara dengan baik.
Warna tanda telah kusam dan kotor
K Tidak memenuhi standar atau
persyaratan yang berlaku.
58
Penilaian dilakukan dengan cara menilai kelengkapan masing-masing sub
komponen sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 4.4. Pemberian
nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada pengetahuan
peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran didukung dengan standar-
standar sistem keselamatan kebakaran yang berlaku.
3. Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Aktif Kebakaran
Sistem proteksi aktif kebakaran dinilai dengan menggunakan kriteria
sesuai dengan pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-
T-11-2005-C) seperti pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Aktif Kebakaran
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
1 Deteksi dan
Alarm
8 B
Perancangan dan pemasangan system
deteksi dan alarm kebakaran sesuai
SNI 03-3986.
Sistem deteksi dan alarm harus
dipasang pada semua bangunan
kecuali kelas 1a
Tersedia detektor panas
Dipasang alat manual pemicu alarm
Jarak tidak > dari 30 m dari titik
alarm manual
C
Perancangan system deteksi dan alarm
kebakaran sesuai SNI 03-3986 , namun
pemasangannya tidak sesuai SNI 03-
3986.
K Tidak sesuai dengan persyaratan
perancangan maupun pemasangannya.
2 Siamese
Connection 8 B
Tersedia dan ditempatkan pada lokasi
yang mudah dijangkau mobil
pemadam kebakaran kota.
59
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
Diberikan tanda petunjuk sehingga
mudah dikenali
C Tersedia, namun sulit dijangkau secara
mudah dari mobil pemadam.
K Tidak tersedia sebagaimana yang
dipersyaratkan.
3
Alat
Pemadam Api
Ringan
8
B
Jenis APAR sesuai SNI 03-3988
Jumlah sesuai dengan luasan
bangunannya.
Jarak penempatan antar alat
maksimal 25 m
C
Jenis APAR sesuai SNI 03-3988
Kurang dari jumlah sesuai dengan
luasan bangunannya
Jarak penempatan antar alat
maksimal 25 m
K
Jenis dan jumlah yang dipasangtidak
sesuai dengan yang dipersyaratkan
dalam SNI 03-3988.
4 Hidran
gedung
8 B
Tersedia sambungan slang diameter
35 mm dalam kondisi baik, panjang
selang minimal 30 m dan tersedia
kotak untuk menyimpan.
Pasokan air cukup tersedia untuk
kebutuhan system sekurang-
kurangnya untuk 45‘
Bang. Kelas 4, luas 1000m2/bh
(kompartemen tanpa partisi), 2
buah/1000m2 (kompartemen dengan
partisi)
Bang. Kelas 5, luas 800m2/buah
tanpa partisi, dan 2 bh/800m2 dengan
partisi
C
Tersedia sambungan selang diameter
35 mm, panjang selang minimal 30
m dan tersedia kotak untuk
menyimpan
Bang. Kelas 4, hanya tersedia 1 buah
perluas 1000m2, baik pada ruang
kompartemen tanpa partisi,maupun
kompartemen dengan partisi.
Bang. Kelas 5, hanya tersedia 1 buah
60
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
perluas 800m2, baik pada ruang
kompartemen tanpa partisi,maupun
kompartemen dengan partisi.
K
Tersedia sambungan slang diameter
35 mm, panjang selang minimal 30 m
dan tersedia kotak untuk menyimpan
namun kondisi kurang terawat.
5 Sprinkler
8
B
Jumlah, perletakan dan jenis sesuai
dengan persyaratan.
Tekanan catu air sprinkler pada titik
terjauh (0,5-2,0) kg/cm2,
Debit sumber catu air minimal (40-
200) liter/menit per kepala sprinkler.
Jarak kepala sprinkler kedinding
kurang dari ½ jarak antara kepala
sprinkler
Jarak max. Sprinkler:
o Bahaya kebakaran ringan dan
sedang - 4,6 m
o bahaya kebakaran berat - 3,7 m
Dalam ruang tersembunyi , jarak
langit-langit dan atap lebih 80 cm, di
pasang jenis kepala sprinkler dengan
pancaran keatas
C
Jumlah, perletakan dan jenis sesuai
dengan persyaratan
Tekanan catu air sprinkler pada titik
terjauh (0,5-2,0) kg/cm2,
Debit sumber catu air minimal (40-
200) liter/menit per kepala sprinkler.
Jarak Sprinkler:
o Bahaya kebakaran ringan dan
sedang lebih dari jarak maksimal
- 4,6 m
o bahaya kebakaran berat lebih dari
j arak maksimal - 3,7 m
Dalam ruang tersembunyi , jarak
langit-langit dan atap lebih 80 cm,
dipasang jenis kepala sprinkle
dengan pancaran kebawah.
K
Jumlah, perletakan dan jenis kurang
sesuai dengan persyaratan
6 Sistem 7 B Tersedia dalam jenis yang sesuai
61
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
Pemadam
luapan
dengan fungsi ruangan yang
diproteksi.
Jumlah kapasitas sesuai dengan
beban api dari fungsi ruangan yang di
proteksi.
C
Tersedi a dalam jenis yang sesuai
dengan fungsi ruangan yang
diproteksi.
Jumlah kapasitas tidak sesuai dengan
beban api dari fungsi ruangan yang
diproteksi.
K Tidak tersedia dalam jenis dan
kapasitas yang sesuai dengan
fungsi ruangan yang di proteksi.
7
Pengendali
Asap
8 B
Fan pembuangan asap akan
berputar berurutan setelah
aktifnya detector asap yang
ditempatkan dalam zona sesuai
dengan reservoir asap yang
dilayani fan.
Detektor asap harus dalam
keadaan bersih dan tidak
terhalang oleh benda lain
disekitarnya.
Di dalam kompartemen
bertingkat banyak, system
pengolahan udara beroperasi
dengan menggunakan seluruh
udara segar melalui ruang kosong
bangunan tidak menjadi satu
dengan cerobong pembuangan
asap.
Tersedia Panel control manual
dan indicator kebakaran serta
buku petunjuk pengoperasian
bagi petugas jaga.
C
Fan pembuangan asap akan
berputar berurutan setelah
aktifnya detector asap yang
ditempatkan dalam zona sesuai
dengan reservoir asap yang
dilayani fan.
Detektor asap kotor atau
62
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
terhalang oleh benda lain
disekitarnya.
Di dalam kompartemen
bertingkat banyak, system
pengolahan udara beroperasi
dengan menggunakan seluruh
udara segar melalui ruang kosong
bangunan tidak menjadi satu
dengan cerobong pembuangan
asap.
Tersedia Panel control manual
dan indicator kebakaran serta
buku petunjuk pengoperasian
bagi petugas jaga
K
Peralatan pengendali tidak
terpasang sesuai dengan
persyaratan, baik jenis, jumlah
atau tempatnya.
8 Deteksi Asap 8
B
Sistem Deteksi Asap memenuhi
SNI 03-3689, mengaktifkan
system peringatan penghuni
bangunan.
Pada ruang dapur dan area lain
yang sering mengakibatkan
terjadinya alarm palsu di pasang
alarm panas, terkecuali telah di
pasang sprinkler.
Detektor asap yang terpasang
dapat mengaktifkan system
pengolahan udara secara
otomatis, system pembuangan
asap, ventilasi asap dan panas
Jarak antar detector< 20 m dan <
10 m dari dinding pemisah atau
tirai asap
C
Sistem Deteksi Asap memenuhi
SNI 03-3689, mengaktifkan
system peringatan penghuni
bangunan
Pada ruang dapur dan area lain
yang sering mengaki batkan
terjadinyan alarm palsu tidak
dipasang alarm panas, atau
63
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
sprinkler atau
Jarak antar detector> 20 m dan >
10 m dari dinding pemisah atau
tirai asap
K
Tidak satupun tersedia peralatan
yang dimaksud.
9 Pembuangan
Asap
7 B
Kapasitas fan pembuang mampu
menghisap asap.
Terletak dalam reservoir asap
tinggi 2 meter dari lantai.
Laju pembuangan asap sesuai
dengan persyaratan yang berlaku.
Fan pembuangan Asap mampu
beroperasi terus menerus pada
temperature 200 C selang waktu
60 atau pada temperature 300 C
selang waktu 30’.
Luas horizontal reservoir asap
maksimal 2000 m2, dengan
tinggi tidak boleh kurang dari
500 mm
Setiap reservoir asap dilayani
minimal satu buah fan, pada titik
kumpul dari panas di dalam
reservoir asap, jauh dari
perpotongan koridor atau mal.
Void eskalator dan tangga tidak
dipergunakan sebagai jalur
pembuangan asap.
Udara pengganti dalam jumlah
kecil harus disediakan secara
otomatis /melalui bukaan
ventilasi permanent, kecepatan
tidak boleh lebi h dari 2,5
m/detik, di dalam kompartemen
kebakaran bertingkat banyak
melal ui bukaan vertical dengan
kecepatan rata-rata 1m/detik.
C
Kapasitas fan pembuang dibawah
kapasitas yang dipersyaratkan.
Pemasangan telah sesuai dengan
persyaratan yang diperlukan.
K Tidak satupun tersedia peralatan
64
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
yang dimaksud.
10 Lift
Kebakaran 7
B
Untuk penanggulangan saat
terjadi kebakaran sekurang-
kurangnya 1 buah lif kebakaran
harus dipasang pada bangunan
ketinggian efektif 25 m.
Ukuran lift sesuai dengan fungsi
bangunan yang berlaku.
Lif kebakaran dalam saf yang
tahan api, dioperasikan oleh
petugas pemadam kebakaran,
dapat berhenti disetiap lantai,
sumber daya listrik direncanakan
dari 2 sumber menggunakan
kabel tahan api, memiliki akses
ke tiap lantai hunian.
Peringatan terhadap pengguna lif
pada saat kebakaran, dipasang di
tempat yang mudah terlihat dan
terbaca dengan tulisan tinggi
huruf minimal 20 mm.
Penempatan lift kebakaran pada
lokasi yang mudah dijangkau
oleh penghuni.
C
Pemasangan lift kebakaran telah
sesuai dengan punt “B” hanya
penempatan lift kebakaran pada
lokasi yang tersembunyi dan
tidak mudah dijangkau oleh
penghuni.
K Tidak satupun tersedia peralatan
yang dimaksud
11 Cahaya
darurat 8 B
System pencahayaan darurat
harus dipasang disetiap tangga
yang dilindungi terhadap
kebakaran, disetiap lantai dengan
luas lantai > 300 m2, disetiap
jalan terusan ,koridor.
Desain Sistem pencahayaan
Keadaan darurat beroperasi
otomatis, memberikan
pencahayaan yang cukup, dan
65
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
harus memenuhi standar yang
berlaku
Tanda exit jelas terlihat dan di
pasang berdekatan dengan pintu
yang memberikan jalan keluar
langsung, pintu dari suatu tangga,
exit horizontal dan pintu yang
melayani exit
Bila exit tidak terlihat secara
langsung dengan jelas oleh
penghuni, harus dipasang tanda
petunjuk dengan tanda panah
penunjuk arah
Setiap tanda exit harus jelas dan
pasti, diberi pencahayaan yang
cukup, dipasang sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi gangguan
listrik, tanda petunjuk arah keluar
harus memenuhi standar yang
berlaku
C
Cahaya darurat dan Petunjuk
Arah telah di pasang sesuai
dengan persyaratan, namunt
ingkat illuminasi nya telah
berkurang, karena kotor
permukaan atau daya
elluminasinya menurun
K
Cahaya darurat dan Petunj uk
Arah terpasang tidak memenuhi
ketentuan baikti ngkat eliminasi,
warna, dimensi, maupun
penempatannya.
12 Listrik darurat 8 B
Daya yang disuplai sekurang-
kurangnya dari 2 sumber yaitu
sumber daya listrik PLN, atau
sumber daya darurat berupa
Batere, Generator, dll
Semua instalasi kabel yang
melayani sumber daya listrik
darurat harus memenuhi kabel
tahan api selama 60 ‘, catu daya
dari sumber daya ke motor harus
memenuhi ketentuan
66
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
Memenuhi cara pemasangan
kabel yang termuat dalam PUIL
C
Daya terpasang sesuai dengan punt ”B”,
namun kapasitas generator tidak
memenuhi persyaratan minimal.
K Tidak ada sumber daya listrik cadangan.
13
Ruang
pengendali
Operasi
7
B Tersedia dengan peralatan yang
lengkap, dan dapat memonitor
bahaya kebakaran yang akan terjadi.
C
Tersedia dengan peralatan relatif
sederhana seperti CCTV, namun
cukup dapat memberikan membantu
memonitor bahaya kebakaran yang
akan terjadi.
K Tidak tersedia
Penilaian dilakukan dengan cara menilai kelengkapan masing-masing sub
komponen sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 4.5. Pemberian
nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada pengetahuan
peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran didukung dengan standar-
standar sistem keselamatan kebakaran yang berlaku. Selain itu, peneliti juga
melakukan diskusi dengan orang yang berkompeten di bidang keselamatan
kebakaran, untuk menghindari subjektifitas penilaian.
4. Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Pasif Kebakaran
Sistem proteksi pasif kebakaran dinilai dengan menggunakan kriteria
sesuai dengan pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-
T-11-2005-C) seperti pada tabel 4.6 berikut ini.
67
Tabel 4.6
Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Pasif Kebakaran
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
1
Ketahanan Api
Struktur
Bangunan
36
B
Ketahanan api komponen struktur
bangunan sesuai dengan yang
dipersyaratkan (tipe A, Tipe B,
Tipe C), yang sesuai dengan
fungsi/ klasifikasi bangunannya.
C
Proteksi terhadap struktur bangunan
telah dilaksanakan, namun dibawah
yang seharusnya.
K Tidak memenuhi semua kriteria
tersebut di atas.
2 Kompartemenisasi
Ruang.
32 B
Berlaku untuk bangunan dengan
luas lantai :
o Konstruksi tipe A : 5.000 m2
o Konstruksi tipe B : 3.500 m2
o Konstruksi tipe C: 2.000 m2
Luas lebih dari 18.000 m2,
volume 108.000 m3 dilengkapi
dengan sprinkler, dikelilingi jalan
masuk kendaraan dan sistim
pembuangan
asap otomatis dengan jumlah, tipe
dan cara pemasangan sesuai
persyaratan yang berlaku.
Lebar jalan minimal 6 m, mobil
pemadam dapat masuk ke lokasi
C
Semua kriteria dalam punt “B”,
namun
jumlah sprinkler kurang dari yang
dipersyaratkan.
K Tidak memenuhi semua kriteria
tersebut di atas.
3 Perlindungan
Bukaan 32 B
Bukaan harus dilindungi, diberi
penyetop api
Bukaan Vertikal dari dinding
tertutup dari bawah sampai atas
disetiap lantai diberi penutup
tahan api
Sarana proteksi pada bukaan:
o Pintu kebakaran, Jendela
68
No. Sub KNKB Bobot
Nilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
kebakaran, pintu penahan
Asap dan penutup api sesuai
dengan standar pintu
kebakaran
o daun pintu dapat berputar di
satu sisi.
o Pintu mampu menahan asap
200oC
o Tebal daun pintu 35 mm
Jalan keluar/masuk pada dinding
tahan api:
o Lebar bukaan pintu keluar
harus tidak lebih ½ dari
panjang dinding tahan api
o Tingkat isolasi min. 30 menit
o Harus menutup sendiri/
otomatis
C Tidak memenuhi salah satu
kriteria pada penilaian baik ( “B”).
K Tidak memenuhi semua kriteria
tersebut di atas.
Penilaian dilakukan dengan cara menilai kelengkapan masing-masing sub
komponen sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 4.6. Pemberian
nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada pengetahuan
peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran didukung dengan standar-
standar sistem keselamatan kebakaran yang berlaku. Selain itu, peneliti juga
melakukan diskusi dengan orang yang berkompeten di bidang keselamatan
kebakaran, untuk menghindari subjektifitas penilaian.
69
4.8 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan pedoman pemeriksaan
keselamatan kebakaran bangunan (Pd-T-11-2005-C) dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Memberikan penilaian terhadap semua sub parameter KSKB
(Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan) berdasarkan data hasil
pengamatan lapangan.
Penilaian didasarkan pada kriteria yang ada dalam tabel
kriteria penilaian.
2. Menghitung nilai kondisi setiap sub KSKB
Perhitungan nilai kondisi setiap sub KSKB dilakukan cara
memberi nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada
pengetahuan peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran
didukung dengan standar-standar sistem keselamatan kebakaran
yang berlaku. Selain itu, peneliti juga melakukan diskusi dengan
orang yang berkompeten di bidang keselamatan kebakaran, untuk
menghindari subjektifitas penilaian. Setelah itu, hasil perhitungan
kondisi setiap sub-KSKB dikalikan dengan bobot masing-masing
sub-KSKB.
3. Menghitung nilai kondisi KSKB dengan cara menjumlahkan nilai
kondisi semua sub KSKB yang bersangkutan.
70
Hasil perkalian sub-KSKB dengan bobot dari sub-KSKB
kemudian dijumlahkan seluruhnya sehingga didapatkan nillai
kondisi KSKB.
4. Menghitung nilai keandalan sistem proteksi kebakaran dengan
menggunakan menjumlahkan nilai kondisi keempat komponen
proteksi.
Setelah didapatkan nilai KSKB, nilai masing-masing
KSKB dikalikan dengan bobot masing-masing KSKB tersebut
kemudian hasil seluruhnya dijumlahkan. Sehingga didapatkanlah
hasil pemeriksaan nilai KSKB yang kemudian bisa memberikan
gambaran tentang kondisi fisik komponen keselamatan kebakaran
bangunan dan rekomendasi yang dapat diberikan untuk RSUD
Kota Tangerang, seperti yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
5. Pembobotan
Pembobotan pada masing-masing komponen dilakukan
dengan metode Analitycal Hierarchycal Process (AHP). Metode
ini adalah metode yang digunakan didalam pedoman pemeriksaan
keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C)
dengan tujuan untuk mengurangi unsur subyektivitas pada
pembobotan (Saptaria, 2005). AHP adalah metode sistematis untuk
membandingkan suatu daftar pengamatan atau alternatif. Hierarki
71
adalah suatu jenis khusus sistem yang didasarkan pada asumsi
bahwa satuan-satuan yang ada, yang telah diidentifikasikan, dapat
dikelompokkan ke dalam kumpulan terpisah, yang mana satuan
suatu kelompok mempengaruhi satuan sebuah kelompok yang lain,
dan dipengaruhi sebuah kelompok lain. Elemen tiap kelompok
hirarki diasumsikan tidak saling tergantung satu sama lain.
Tabel 4.7
Kondisi Fisik Komponen Keselamatan Kebakaran Bangunan
dan Rekomendasi
Kondisi Keandalan Kondisi Fisik Rekomendasi
Baik (B)
( 80% ≤ NKSKB ≤ 100% )
Semua komponen sistem proteksi kebakaran
(sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif,
sarana penyelamatan dan kelengkapan tapak)
berfungsi sempurna sehingga gedung dapat
digunakan secara optimum, dimana para
pemakai gedung dapat melakukan kegiatannya
dengan mendapat perlindungan dari kebakaran
yang baik.
1. Pemeriksaan
secara berkala
2. Perawatan/pemeli
haraan berkala
3. Perawatan dan
perbaikan berkala
Cukup (C)
(60% ≤ NKSKB < 80% )
Semua komponen sistem proteksi kebakaran
(sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif,
sarana penyelamatan dan kelengkapan tapak)
masih berfungsi baik, tetapi ada sub komponen
utilitas yang berfungsi kurang sempurna,
kadang-kadang menimbulkan gangguan atau
kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan
dalam design atau spseifikasi, sehingga
kenyamanan dan fungsi ruang dan/atau gedung
menjadi terganggu.
1. Perawatan dan
perbaikan berkala
2. Penyetelan atau
perbaikan elemen
Kurang (K)
NKSKB < 60 %
Semua komponen sistem proteksi kebakaran
(sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif,
sarana penyelamatan dan kelengkapan tapak)
ada yang rusak atau tidak berfungsi,
kapasitasnya jauh dibawah dari nilai yang
ditetapkan dalam desain/spesifikasi, sehingga
kenyamanan dan fungsi ruang dan/atau gedung
menjadi sangat terganggu atau tidak dapat
digunakan secara total.
1. Penyetelan atau
perbaikan elemen
2. Melengkapi
komponen yang
kurang
71
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum RSUD Kota Tangerang
5.1.1. Profil RSUD Kota Tangerang
RSUD Kota Tangerang dibentuk sebagai upaya tindak lanjut
Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif kepada masyarakat Kota Tangerang, yang bertujuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Pengembangan pelayanan RSUD Kota Tangerang adalah pelayanan
berdasarkan standar RSU kelas C dengan kapasitas 300 tempat tidur
yang dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit.
RSUD Kota Tangerang berlokasi di pusat Kota Tangerang tepatnya
di Jl. Pulau Putri Raya No. 101 Kelurahan Kelapa Indah, Kecamatan
Tangerang. Pembangunan fisik RSUD Kota Tangerang telah dibuat
dengan memperhatikan zoning dan rencana alur pelayanan sehingga
tidak menyalahi aturan standar persyaratan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan RI, yang aman bagi pasien dan pelanggan,
serta efektif dan efisien. Pelayanan rumah sakit yang melihat dan
mengacu pada sumber daya yang ada akan memberikan keuntungan
kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan kesejahteraan
pegawai.
72
RSUD Kota Tangerang berdiri di atas lahan 14.000 m2 dengan luas
bangunan 19.743 m2 dan tinggi bangunan 8 lantai, merupakan rumah
sakit tipe C non kelas. Fasilitas yang disediakan terdiri dari Instalasi
Gawa Darurat, rawat jalan dengan 4 bidang spesialistik dasar dan 12
bidang spesialistik lainnnya, intalasi rawat inap dengan 300 tempat
tidur, HCU, ICU, PICU, NICU, OK, VK, Hemodialisa, Radiologi,
Laboraturium, Farmasi, Rehabilitasi Medik, Ruang jenazah,
workshop, dapur, laundry, CSSD, IPAL, ruang administrasi, ruang
medical record dan ruang keamanan.
5.1.2. Visi dan Misi RSUD Kota Tangerang
RSUD Kota Tangerang memiliki visi dan misi sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi rumah sakit pilihan masyarakat Kota Tangerang
dengan pelayanan yang terbaik dan paripurna
b. Misi
1) Mewujudkan tata kelola kelembagaan yang berkualitas
dan sumber daya aparatur yang profesional
2) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas
3) Mewujudkan kesehatan lingkungan rumah sakit yang
berkualitas.
73
5.2. Kelengkapan Tapak Bangunan RSUD Kota Tangerang
Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti, kelengkapan tapak yang dinilai di RSUD Kota
Tangerang meliputi 4 sub komponen, yaitu sumber air, jalan lingkungan,
jarak antar bangunan dan hidran halaman.
Penilaian masing-masing sub komponen dilakukan dengan
membandingkan hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara dengan
kriteria penilaian yang dipersyaratkan. Bila hasil observasi, telaah dokumen
dan wawancara telah memenuhi seluruh kriteria penilaian, maka nilai yang
akan diberikan adalah nilai sempurna. Namun, bila terdapat salah satu kriteria
penilaian yang tidak dipenuhi, maka nilai akan berkurang sesuai dengan
kriteria penilaian yang tidak berhasil dipenuhi.
a. Kategori baik adalah nilai yang ≥ 80.
b. Kategori cukup adalah nilai dalam jangkauan ≥ 60 hingga < 80.
c. Kategori kurang adalah nilai yang < 60.
5.2.1. Sumber Air
Sumber air merupakan salah satu sub komponen kelengkapan
tapak yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara melakukan
observasi pada sub komponen tersebut. Hasil observasi pada sub
komponen sumber air dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.
74
Tabel 5.1
Pemenuhan Kriteria Penilaian Sumber Air di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No Kriteria
Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1
Tersedia dengan
kapasitas yang
memenuhi
persyaratan
minimal
terhadap fungsi
bangunan (500
lt/bed)
Sumber air di RSUD
Kota Tangerang berasal
dari air PDAM dan
pompa air tanah yang
disimpan didalam 2 jenis
tangki, yaitu tangki
bawah tanah (120 m3)
dan tangki atap gedung
(68 m3).
Memenuhi
Kriteria
Penilaian
Sumber air di RSUD Kota Tangerang telah sesuai dengan seluruh
kriteria penilaian yang ada pada pedoman pemeriksaan keselamatan
kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C). Kriteria penilaian
yang dimaksud diantaranya adalah sumber air di RSUD Kota
Tangerang harus memenuhi persyaratan minimal terhadap fungsi
bangunan, dan RSUD Kota Tangerang telah memenuhinya. Fungsi
bangunan RSUD Kota Tangerang adalah rumah sakit, yang menurut
pedoman sanitasi rumah sakit (2013), persyaratan minimal
ketersediaan air di bangunan rumah sakit adalah sejumlah 500 liter
tiap 1 tempat tidur. Hasil observasi sumber air yang terdapat di
RSUD Kota Tangerang didapatkan bahwa sumber air di RSUD Kota
75
Tangerang berasal dari air PDAM dan pompa air tanah yang
disimpan didalam 2 jenis tangki, yaitu tangki bawah tanah dan tangki
atap gedung. Masing-masing tangki dapat digunakan untuk
operasional rumah sakit.
Berdasarkan hasil telaah dokumen, tangki bawah tanah dapat
menampung air sejumlah 120 m3 dan dua tangki atap gedung yang
total keduanya dapat menampung air sejumlah 68 m3. Hal ini
didukung dengan pernyataan staff ISPRS dan teknisi RSUD Kota
Tangerang mengenai sumber air yang terdapat di RSUD Kota
Tangerang sebagai berikut.
“mencukupi atau engga saya kira sih mencukupi ya, buktinya
sampe sekarang kita ga ada permasalahan kekurangan air...” (i1)
“...saya juga lupa lagi pak, tapi itu udah sesuai sama debit
pemakaian, jadi udah terbagi lah...” (i2)
Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki
kecocokan sehingga sumber air di RSUD Kota Tangerang telah
dapat diyakini sebagai data yang valid.
76
5.2.2. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan yang tersedia di lingkungan
RSUD Kota Tangerang untuk akses kendaraan. Penilaian dilakukan
dengan cara menilai pemenuhan kriteria penilaian pada sub
komponen tersebut. Hasil observasi pada sub komponen jalan
lingkungan dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2
Pemenuhan Kriteria Penilaian Jalan Lingkungan di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1
o Tersedia
dengan lebar
minimal 6m
o Jalan lingkungan di
RSUD Kota Tangerang
telah tersedia dengan
lebar 6,3 m
Memenuhi
Kriteria
Penilaian 2
o Diberi
pengerasan
o Jalan lingkungan di
RSUD Kota Tangerang
telah diberi pengerasan
(aspal)
3
o Lebar jalan
masuk minimal
4 m.
o Lebar jalan masuk di
RSUD Kota Tangerang
telah disediakan dengan
lebar mencapai 6,3m
Untuk sub komponen jalan lingkungan di RSUD Kota Tangerang,
hasil observasi menggunakan alat ukur meteran menyatakan bahwa
jalan lingkungan di RSUD Kota Tangerang telah tersedia dengan
lebar 6,3 m. Kemudian jalan lingkungan di RSUD Kota Tangerang
telah diberi pengerasan. Lebar jalan masuk di RSUD Kota
Tangerang telah disediakan dengan lebar mencapai 6,3 m.
77
5.2.3. Jarak Antar Bangunan
Jarak antar bangunan merupakan jarak antara bangunan RSUD
Kota Tangerang dengan bangunan lain yang terdekat. Penilaian
dilakukan dengan cara menilai pemenuhan kriteria penilaian pada
sub komponen tersebut. Hasil observasi pada sub komponen jarak
antar bangunan dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3
Pemenuhan Kriteria Penilaian Jarak Antar Bangunan di
RSUD Kota Tangerang Tahun 2014
No Kriteria
Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1
Jarak antar
bangunan
>8m
Bangunan terdekat yang
ada didekat RSUD Kota
Tangerang adalah masjid
yang jaraknya dengan
RSUD Kota Tangerang
mencapai 14 m.
Memenuhi
Kriteria
Penilaian
Dalam pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan
gedung (Pd-T-11-2005-C) disebutkan jika tinggi bangunan mencapai
lebih dari 40 m, maka jarak antar bangunan yang dipersyaratkan
adalah selebar lebih dari 8 m. Hasil observasi menggunakan meteran
yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan bahwa lebar jarak antar
bangunan RSUD Kota Tangerang dengan bangunan di sekitarnya
mencapai 14m. Bangunan terdekat yang ada didekat RSUD Kota
78
Tangerang adalah masjid yang jaraknya dengan RSUD Kota
Tangerang mencapai 14m.
5.2.4. Hidran Halaman
Hidran halaman merupakan hidran yang tersedia di halaman RSUD
Kota Tangerang. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
pemenuhan kriteria penilaian pada sub komponen tersebut. Hasil
observasi pada sub komponen hidran halaman dapat dilihat pada
tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4
Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Halaman di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Tersedia di
halaman pada
tempat yang
mudah dijangkau
o Telah tersedia pada tempat yang
mudah dijangkau
Sesuai
2 Berfungsi secara
sempurna dan
lengkap
o Peralatan yang tersedia pada
hidran halaman di RSUD Kota
Tangerang juga telah lengkap
yaitu selang sepanjang 30 m dan
nozzle yang disimpan dalam
kotak berwarna merah
bertuliskan “HYDRANT” dan
berfungsi secara sempurna.
Sesuai
3 Supply air 38
l/detik dan
bertekanan 35
Bar
o Berdasarkan telaah dokumen,
supply air yang tersedia
mencapai 47,34 lt/detik dengan
tekanan 35 bar.
Sesuai
79
Sub komponen terakhir yang dinilai dalam komponen kelengkapan
tapak bangunan RSUD Kota Tangerang adalah hidran halaman.
Hidran halaman di RSUD Kota Tangerang telah tersedia pada tempat
yang mudah dijangkau. Peralatan yang tersedia pada hidran halaman
di RSUD Kota Tangerang juga telah lengkap yaitu selang sepanjang
30 m dan nozzle yang disimpan dalam kotak berwarna merah
bertuliskan “HYDRANT”. Berdasarkan telaah dokumen sistem fire
fighting RSUD Kota Tangerang, supply air yang tersedia mencapai
47,34 lt/detik dengan tekanan 35 bar. Kesempurnaan fungsi dari
hidran halaman ini dapat diketahui dari hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti.
“...cukup bagus lah, karena alatnya juga masih baru pasti masih
bagus, terus perencanaan juga dari dinas tata kota saya pikir udah
sesuai pasti sama peraturan yang ada.” (if1)
“...udah... instalasinya mereka itu sebelum dikasih ke yang punya,
mereka manggil yang ahlinya...” (if2)
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan telaah dokumen
diatas, dapat disimpulkan bahwa hidran halaman yang ada di RSUD
Kota Tangerang dapat berfungsi secara sempurna. Dengan asumsi
alat yang tersedia masih baru dan tentu masih terjaga kualitasnya.
80
5.2.5. Penilaian Kelengkapan Tapak
Hasil penilaian pada komponen kelengkapan tapak dapat dilihat
pada tabel 5.5. Hasil penilaian tersebut dikalikan dengan bobot sub
komponen Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (KSKB)
sehingga didapatkan nilai kondisi sub komponen KSKB tersebut.
Nilai kondisi sub komponen tersebut kemudian dikalikan lagi
dengan bobot komponen KSKB, sehingga didapatkan jumlah nilai
sub komponen KSKB.
Tabel 5.5
Hasil Penilaian Kelengkapan Tapak di RSUD Kota Tangerang
Tahun 2014
No. KSKB/Sub
KSKB
Hasil
Penilaian
Hasil
Penilaian
Bobot
(%)
Nilai
Kondisi
Jumlah
Nilai
I. Kelengkapan Tapak 25
1 Sumber Air Baik 80 27 21,6 5,4%
2 Jalan
Lingkungan Baik 90 25 22,5 5,625%
3 Jarak Antar
Bangunan Baik 90 23 20,7 5,175%
4 Hidran
Halaman Baik 80 25 20 5%
Jumlah Nilai 21,2%
Hasil penilaian kelengkapan tapak dalam kategori baik tetapi
karena tidak dapat dilakukan pengetesan terhadap masing-masing
sub komponen, hasil penilaian menjadi tidak sempurna meskipun
telah sesuai dengan kriteria penilaian setelah telaah dokumen.
81
5.3. Sarana Penyelamatan RSUD Kota Tangerang
Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti, sarana penyelamatan yang dinilai di RSUD Kota
Tangerang meliputi 3 sub komponen, yaitu sarana jalan keluar, konstruksi
jalan keluar dan landasan helikopter.
5.3.1. Sarana Jalan Keluar
Sarana jalan keluar merupakan sarana jalan keluar yang tersedia di
RSUD Kota Tangerang. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
pemenuhan kriteria penilaian pada sub komponen tersebut
menggunakan metode observasi dan telaah dokumen. Pemenuhan
kriteria penilaian sub komponen sarana jalan keluar dapat dilihat pada
tabel 5.6.
Tabel 5.6
Pemenuhan Kriteria Penilaian Sarana Jalan Keluar di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 o Minimal perlantai 2 exit
dengan tinggi efektif 2,5
m
o Tiap lantai tersedia 4
exit dengan tinggi 4 m
Sesuai
2 o Setiap exit harus
terlindung dari bahaya
kebakaran.
o Setiap exit telah
terlindung dari bahaya
kebakaran
Sesuai
3 o Jarak tempuh maksimal
20 meter dari pintu keluar.
o Jarak tempuh dari pintu
keluar 18 m
Sesuai
82
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
4 o Ukuran minimal 200 Cm o Ukuran lebar jalan
keluar 2 m
Sesuai
5 o Jarak dari suatu exit
tidak> 6 m
o Jarak dari suatu exit 6 m Sesuai
6 o Pintu dari dalam tidak
buka langsung ke tangga
o Pintu exit tidak buka
langsung ke tangga
Sesuai
7 o Penggunaan pintu ayun
tidak mengganggu proses
jalan keluar.
o Penggunaan pintu ayun
tidak mengganggu
proses jalan keluar
Sesuai
8 o Disediakan lobby bebas
asap dengan TKA
60/60/60
o Berdasarkan telaah
dokumen, telah tersedia
lobby bebas asap
dengan TKA 60/60/60
Sesuai
9 o Terdapat Pintu keluar
diberi tekanan positif.
o Pintu keluar diberi
tekanan positif
Sesuai
10 o Exit tidak boleh terhalang o Jalan keluar tidak
terhalang
Sesuai
11 o Exit menuju ke Ruang
Terbuka
o Jalan keluar menuju
ruang terbuka
Sesuai
Sarana jalan keluar RSUD Kota Tangerang dalam keadaan yang
baik, dengan per lantai memiliki 4 jalan keluar, kemudian setiap jalan
keluar juga terlindung dari bahaya kebakaran. Jarak tempuh yang
diperlukan dari pintu keluar berjarak 18 m. Ukuran lebar jalan keluar
yang terdapat di RSUD Kota Tangerang mencapai 2 m. Pintu keluar
tidak buka langsung ke tangga dan tidak mengganggu proses jalan
keluar. Jalan keluar di RSUD Kota Tangerang juga telah bebas
halangan dan menuju ke ruang terbuka.
83
Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan
sehingga sarana jalan keluar di RSUD Kota Tangerang telah dapat
diyakini sebagai data yang valid.
5.3.2. Konstruksi Jalan Keluar
Konstruksi jalan keluar merupakan salah satu sub komponen
sarana penyelamatan yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara
menilai pemenuhan kriteria penilaian pada sub komponen konstruksi
jalan keluar dari hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara.
Seperti dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut.
Tabel 5.7
Pemenuhan Kriteria Penilaian Konstruksi Jalan Keluar di
RSUD Kota Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Konstruksi tahan minimal
2 jam
Hasil telaah
dokumen,
konstruksi dari
beton, tahan
minimal 2,5 jam.
Sesuai
2 Harus bebas halangan Jalan keluar telah
bebas halangan.
Sesuai
3 Lebar minimal 200 cm. Lebar jalan keluar 2
m
Sesuai
4 Jalan terusan yang
dilindungi terhadap
Kebakaran
Jalan terusan telah
dilindungi dari
bahaya kebakaran.
Sesuai
5 Bahan tidak mudah
terbakar
Hasil telaah
dokumen, bahan
konstruksi
merupakan bahan
beton yang tidak
Sesuai
84
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
mudah terbakar
6 Langit-langit punya
ketahanan Penjalaran api
tidak < 60 menit.
Langit-langit
memiliki bahan
beton, dianggap
mempunyai
ketahanan
penjalaran api
hingga lebih dari 60
menit
Sesuai
7 Pada tingkat tertentu
elemen bangunan bisa
mempertahankan
stabilitas struktur bila
terjadi kebakaran
Elemen bangunan
dapat
mempertahankan
stabilitas struktur
pada tingkat
tertentu, karena
memiliki bahan
beton
Sesuai
8 Dapat mencegah
penjalaran asap kebakaran
Konstruksi jalan
keluar dapat
mencegah
penjalaran asap
kebakaran
Sesuai
9 Cukup waktu untuk
evakuasi penghuni
Belum dapat
dipastikan cukup
waktu evakuasi
Tidak Sesuai
10 Akses ke bangunan harus
disediakan bagi tindakan
petugas kebakaran
Akses ke bangunan
telah disediakan
bagi tindakan
petugas kebakaran
Sesuai
Konstruksi jalan keluar di RSUD Kota Tangerang masih belum
sempurna. Hal ini disebabkan oleh belum dapat dipastikannya
kecukupan waktu untuk melakukan evakuasi di RSUD Kota
Tangerang. Hal ini disebabkan oleh belum terlaksananya simulasi
pelaksanaan evakuasi di RSUD Kota Tangerang. Tetapi, berdasarkan
85
hasil observasi, konstruksi jalan keluar yang ada di RSUD Kota
Tangerang telah dipastikan bebas halangan, memiliki lebar jalan 2 m
dan telah tersedia akses ke bangunan bagi tindakan petugas kebakaran.
Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti juga mendukung hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti.
“... kalau masalah itu, kalau untuk tahan api itu udah, tapi di
tempat-tempat tertentu...” (if2)
Selain itu berdasarkan hasil telaah dokumen yang dilakukan oleh
peneliti, konstruksi jalan keluar yang terdapat di RSUD Kota
Tangerang dibangun dengan menggunakan bahan tahan api. Bahan
yang dimaksud adalah beton yang dapat menahan api sehingga tidak
mudah terbakar.
Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki
kecocokan sehingga konstruksi jalan keluar di RSUD Kota Tangerang
telah dapat diyakini sebagai data yang valid.
5.3.3. Landasan Helikopter
Landasan helikopter merupakan salah satu sub komponen sarana
penyelamatan yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
pemenuhan kriteria penilaian pada sub komponen landasan helikopter
dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut.
86
Tabel 5.8
Pemenuhan Kriteria Penilaian Landasan Helikopter di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014
No Kriteria
Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1
Hanya pada
bangunan tinggi
minimal 60
meter.
Tinggi bangunan mencapai
48 m, sehingga tidak
memerlukan landasan
helikopter.
Sesuai
Berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen profil gedung
RSUD Kota Tangerang, gedung RSUD Kota Tangerang memiliki
ketinggian gedung 48 m. Artinya RSUD Kota Tangerang tidak
memerlukan landasan helikopter, sehingga pada penilaian landasan
helikopter, gedung RSUD Kota Tangerang di kelompokkan dalam
kondisi yang baik.
5.3.4. Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan
Hasil penilaian pada sub komponen sumber air dapat dilihat pada
tabel 5.9. Hasil penilaian tersebut dikalikan dengan bobot sub
komponen Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (KSKB)
sehingga didapatkan nilai kondisi sub komponen KSKB tersebut.
Nilai kondisi sub komponen tersebut kemudian dikalikan lagi dengan
bobot komponen KSKB, sehingga didapatkan jumlah nilai sub
komponen KSKB.
87
Tabel 5.9
Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No. KSKB/Sub
KSKB
Hasil
Penilaian
Hasil
Penilaian
Bobot
(%)
Nilai
Kondisi
Jumlah
Nilai
II. Sarana Penyelamatan 25
1 Sarana Jalan
Keluar Baik 80 38 30,4 7,6%
2 Konstruksi
Jalan Keluar Baik 80 35 28 7%
3 Landasan
Helikopter Baik 100 27 27 6,75%
Jumlah Nilai 20,75%
Dari tabel 5.9, dapat diketahui berdasarkan hasil observasi,
wawancara dan telaah dokumen, dari masing-masing sub komponen
yang terdapat dalam komponen sarana penyelamatan memiliki kondisi
yang baik. Hasil penilaian didapat berdasarkan observasi yang
dilakukan yang dibandingkan dengan kriteria penilaian yang terdapat
dalam pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan
gedung (Pd-T-11-2005-C).
Hasil penilaian sarana jalan keluar mendapatkan nilai 80 karena
telah sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam pedoman
pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-
2005-C) tetapi tidak dapat dilakukan pengecekan. Sedangkan hasil
penilaian landasan helikopter mendapatkan nilai 100 karena
ketinggian gedung RSUD Kota Tangerang hanya mencapai 48 m,
ketinggian gedung yang dipersyaratkan memiliki landasan helikopter
88
menurut pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan
gedung (Pd-T-11-2005-C) adalah gedung dengan ketinggian < 60 m.
Meskipun hasil penilaian konstruksi jalan keluar masih dapat
dikategorikan baik, namun hasil penilaian konstruksi jalan keluar
tidak mencapai 100, tetapi berkurang menjadi 80. Hal ini disebabkan
oleh belum terlaksananya simulasi evakuasi gedung sehingga belum
dapat diketahui waktu tempuh yang diperlukan untuk melakukan
evakuasi. Padahal waktu untuk evakuasi penghuni juga menjadi
kriteria penilaian yang terdapat dalam pedoman pemeriksaan
keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C).
5.4. Sistem Proteksi Aktif RSUD Kota Tangerang
Penilaian sistem proteksi aktif yang terdapat di RSUD Kota Tangerang
berdasarkan observasi, wawancara dan telaah dokumen yang dilakukan oleh
peneliti mencakup 13 sub komponen yaitu deteksi dan alarm, siamese
connection, APAR, hidran gedung, sprinkler, sistem pemadam luapan,
pengendali asap, deteksi asap, pembuangan asap, lift kebakaran, cahaya
darurat, listrik darurat dan ruang pengendali operasi.
5.4.1. Deteksi dan Alarm
Deteksi dan alarm merupakan salah satu sub komponen sistem
proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
89
pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub
komponen deteksi dan alarm dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut.
Tabel 5.10
Pemenuhan Kriteria Penilaian Deteksi dan Alarm di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Terdapat detektor
kebakaran yang dipasang
di seluruh ruangan.
Terdapat detektor
kebakaran yang
dipasang di seluruh
ruangan
Sesuai
2 Setiap detektor yang
terpasang dapat
dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodik
Setiap detektor yang
terpasang telah dapat
dijangkau untuk
pemeliharaan dan
pengujian berkala.
Sesuai
3 Detektor diproteksi
terhadap kemungkinan
rusak karena gangguan
mekanis.
Detektor telah
diproteksi terhadap
kemungkinan rusak
karena gangguan
mekanis
Sesuai
4 Terdapat alarm
kebakaran
Telah terdapat alarm
kebakaran.
Sesuai
5 Tersedia detektor panas. Telah tersedia
detektor panas
Sesuai
6 Sinyal suara alarm
kebakaran berbeda dari
sinyal suara yang dipakai
untuk penggunaan lain.
Sinyal suara alarm
kebakaran berbeda
dengan sinyal suara
pengumuman lain.
Sesuai
7 Sistem deteksi dan alarm
harus dipasang pada
semua bangunan kecuali
kelas 1a
Sistem deteksi dan
alarm telah dipasang
dengan baik
Sesuai
8 Dipasang alat manual
pemicu alarm.
Telah teredia alat
manual pemicu
alarm.
Sesuai
9 Jarak tidak > dari 30 m
dari titik alarm manual Jarak detektor 25 m
dari titik alarm
manual
Sesuai
90
Berdasarkan observasi menggunakan meteran dan telaah dokumen
fire fighting di RSUD Kota Tangerang, Deteksi dan alarm yang ada di
RSUD Kota Tangerang telah terpasang dan dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan pengujian secara periodik. Sinyal suara alarm
kebakaran juga berbeda dari sinyal suara yang dipakai untuk
penggunaan lain.
Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan
sehingga deteksi dan alarm di RSUD Kota Tangerang telah dapat
diyakini sebagai data yang valid.
5.4.2. Siamese Connection
Siamese Connection merupakan salah satu sub komponen sistem
proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub
komponen Siamese Connection dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut.
Tabel 5.11
Pemenuhan Kriteria Penilaian Siamese Connection di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Tersedia dan
ditempatkan pada lokasi
yang mudah dijangkau
mobil pemadam
kebakaran kota.
Telah tersedia dan
terletak pada lokasi
yang mudah
dijangkau mobil
pemadam kebakaran
Sesuai
91
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
2 Diberikan tanda
petunjuk sehingga
mudah dikenali
Tidak terdapat
petunjuk
Tidak Sesuai
Siamese connection yang terdapat di RSUD Kota Tangerang juga
telah tersedia dan ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau oleh
mobil pemadam kebakaran. Namun dalam penilaian siamese
connection ini hasilnya tidak sempurna karena tidak diberikan
petunjuk letak siamese connection sehingga tidak mudah untuk
dikenali meskipun penilaian masih dapat dimasukkan dalam kategori
yang baik.
Gambar 5.1
Siamese Connection
92
5.4.3. Alat Pemadam Api Ringan
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) merupakan salah satu sub
komponen sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan
dengan cara menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria
penilaian sub komponen APAR dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut.
Tabel 5.12
Pemenuhan Kriteria Penilaian APAR di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Jarak penempatan antar alat
maksimal 25 m
Jarak penempatan antar
alat 20 m
Sesuai
2 APAR diletakkan di tempat yang
terlihat mata, mudah dijangkau
dan siap dipakai
APAR terletak di
tempat yang mudah
dilihat, dijangkau,
namun tidak siap pakai
karena tidak memiliki
tekanan yang bagus
Tidak
Sesuai
3 APAR selain jenis APAR beroda
dipasang kokoh pada
penggantung, atau pengikat
buatan manufaktur APAR, atau
pengikat yang terdaftar yang
disetujui untuk tujuan tersebut,
atau ditempatkan dalam lemari
atau dinding yang konstruksinya
masuk ke dalam.
APAR selain jenis
APAR beroda dipasang
pada penggantung
dengan baik.
Sesuai
4 Jarak antara APAR dengan lantai
≥ 10 cm
Jarak antara APAR
dengan lantai 50 cm
Sesuai
5 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat
jelas
Instruksi Pengoperasian
telah ditempatkan di
bagian depan APAR
namun menggunakan
bahasa asing.
Sesuai
6 APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama
Pada setiap APAR tidak
terdapat label maupun
kartu pemeliharaan
Tidak
Sesuai
93
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
manufaktur atau nama agennya,
alamat surat dan nomor telepon
7 Setiap APAR mempunyai kartu
atau label yang dilekatkan dengan
kokoh yang menunjukkan bulan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
Tidak terdapat label
atau kartu
pemeliharaaan
Sesuai
8 Pada label pemeliharaan terdapat
identifikasi petugas yang
melakukan pemeliharaan
Tidak terdapat label
pemeliharaan
9 Label sistem identifikasi bahan
berbahaya, label pemeliharaan
enam tahun, label uji hidrostatik,
atau label lain harus tidak boleh
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR atau ditempelkan
pada bagian depan APAR.
o Tidak terdapat label
pemeliharaan
10 Jumlah sesuai dengan luasan
bangunannya.
Jumlah sesuai dengan
luasan bangunannya
Berdasarkan hasil observasi dengan melihat indikator tekanan pada
APAR, masih terdapat beberapa alat pemadam api ringan yang
memiliki tekanan yang tidak baik, oleh karenanya dapat dipastikan
alat pemadam api ringan yang tersedia di RSUD Kota Tangerang tidak
dapat digunakan seluruhnya. Namun berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan peneliti, informan memiliki keterangan berbeda dari
hasil observasi. Informan pada saat wawancara tidak melihat kondisi
APAR.
“... disini semua siap, semua bagus kok kondisinya...” (if1)
94
“...semua itu siap pakai pokoknya itu semua. Ya termasuk juga
yang perawatan itu mah siap...” (if2)
Gambar 5.2
APAR
Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki
kecocokan sehingga APAR di RSUD Kota Tangerang telah dapat
diyakini sebagai data yang valid.
5.4.4. Hidran Gedung
Hidran gedung merupakan salah satu sub komponen sistem
proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub
komponen hidran gedung dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut.
Hasil observasi sub komponen hidran gedung dapat dilihat pada
tabel 5.13 berikut.
95
Tabel 5.13
Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Gedung di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Tersedia sambungan slang
diameter 35 mm dalam
kondisi baik, panjang
selang minimal 30 m dan
tersedia kotak untuk
menyimpan.
Tersedia
lengkap dengan
kondisi yang
baik
Sesuai
2 Pasokan air cukup tersedia
untuk kebutuhan sistem
sekurang-kurangnya untuk
45‘
Pasokan air
tersedia cukup
untuk sistem
selama 2 jam
Sesuai
3 Bang. Kelas 4, luas
1000m2/bh (kompartemen
tanpa partisi), 2
buah/1000m2
(kompartemen dengan
partisi)
Jumlah hidran
gedung telah
sesuai dengan
persyaratan
Sesuai
4 Bang. Kelas 5, luas
800m2/buah tanpa partisi,
dan 2 bh/800m2 dengan
partisi
Berdasarkan observasi menggunakan meteran dan telaah dokumen
fire fighting di RSUD Kota Tangerang, hidran gedung yang terdapat
di RSUD Kota Tangerang memiliki slang dengan diameter 45 mm dan
panjang slang 30 m. Pasokan air juga cukup tersedia dan tiap lantai
terdapat 5 hidran gedung.
96
Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan
sehingga hidran gedung di RSUD Kota Tangerang telah dapat
diyakini sebagai data yang valid.
5.4.5. Sprinkler
Sprinkler merupakan salah satu sub komponen sistem proteksi aktif
yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai pemenuhan
kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub komponen
Sprinkler dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut.
Tabel 5.14
Pemenuhan Kriteria Penilaian Sprinkler di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Jumlah, perletakan
dan jenis sesuai
dengan persyaratan.
Jumlah dan
peletakkan
mengacu pada
persyaratan
Sesuai
2 Tekanan catu air
sprinkler pada titik
terjauh (0,5-2,0)
kg/cm2,
Tekanan catu air
sprinkler pada titik
terjauh 1,5 kg/cm3
Sesuai
3 Debit sumber catu air
minimal (40-200)
liter/menit per kepala
sprinkler.
Debit sumber catu
air 150 lt/menit tiap
kepala sprinkler
Sesuai
4 Jarak kepala sprinkler
kedinding kurang dari
½ jarak antara kepala
sprinkler
Jarak kepala
sprinkler ke dinding
1 m
Sesuai
5 Jarak max. Sprinkler: Jarak antar kepala
sprinkler 3 m
Sesuai
97
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
o Bahaya kebakaran
ringan dan sedang
- 4,6 m
o bahaya kebakaran
berat - 3,7 m
6 Dalam ruang
tersembunyi , jarak
langit-langit dan atap
lebih 80 cm, di pasang
jenis kepala sprinkler
dengan pancaran
keatas
Sprinkler dengan
jenis kepala
sprinkler pancaran
keatas telah
disediakan pada
ruang tersembunyi
dengan jarak langit-
langit dan atap lebih
dari 80 cm.
Sesuai
Berdasarkan telaah dokumen dan observasi mengunakan meteran,
di setiap lantai telah terdapat sprinkler dengan jumlah per lantai
berbeda-beda kecuali lantai 5 hingga lantai 8 diakibatkan bedanya
kondisi masing-masing lantai. Di lantai 1 terdapat 212 buah,
kemudian di lantai 2 terdapat 229 buah, di lantai 3 terdapat 151 buah,
lantai 4 = 155 buah, lantai 5 = 107 buah, lantai 6 = 107 buah, lantai 7
= 107 buah dan lantai 8 = 107 buah. Jarak penempatan mencapai 3 m
dari masing-masing sprinkler.
Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan
sehingga sprinkler di RSUD Kota Tangerang telah dapat diyakini
sebagai data yang valid.
5.4.6. Sistem Pemadam Luapan
Sistem pemadam luapan merupakan salah satu sub komponen
sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara
98
menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian
sub komponen sistem pemdam luapan dapat dilihat pada tabel 5.15
berikut.
Tabel 5.15
Pemenuhan Kriteria Penilaian Sistem Pemadam Luapan di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Tersedia dalam jenis
yang sesuai dengan
fungsi ruangan yang
diproteksi.
Tersedia sistem
pemadam luapan
sesuai dengan
fungsi ruangan
yang diproteksi
namun terdapat alat
yang tidak siap
pakai
Tidak Sesuai
2 Jumlah kapasitas sesuai
dengan beban api dari
fungsi ruangan yang di
proteksi.
Jumlah kapasitas
sesuai
Sesuai
Berdasarkan observasi, Kondisi sistem pemadam luapan dianggap
belum memenuhi kriteria penilaian karena meskipun telah tersedia
sistem pemadam luapan di RSUD Kota Tangerang. Namun terdapat
kekurangan, diantaranya karena pemadam luapan ini menggunakan
APAR yang kondisinya tidak siap pakai.
5.4.7. Pengendali Asap
Pengendali asap merupakan salah satu sub komponen sistem
proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
99
pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub
komponen Pengendali asap dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut.
Tabel 5.16
Pemenuhan Kriteria Penilaian Pengendali Asap di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Fan pembuangan asap akan
berputar berurutan setelah
aktifnya detector asap yang
ditempatkan dalam zona
sesuai dengan reservoir
asap yang dilayani fan.
Fan pembuangan
asap berputar
berurutan setelah
aktifnya detektor
asap
Sesuai
2 Detektor asap harus dalam
keadaan bersih dan tidak
terhalang oleh benda lain
disekitarnya.
Detektor asap dalam
keadaan bersih dan
tidak terhalang
benda lain
Sesuai
3 Di dalam kompartemen
bertingkat banyak, system
pengolahan udara
beroperasi dengan
menggunakan seluruh
udara segar melalui ruang
kosong bangunan tidak
menjadi satu dengan
cerobong pembuangan
asap.
Sistem pengolahan
udara beroperasi
dengan
menggunakan
seluruh udara segar
melalui ruang
kosong bangunan
tidak menjadi satu
dengan cerobong
pembuangan asap.
Sesuai
4 Tersedia Panel control
manual dan indicator
kebakaran serta buku
petunjuk pengoperasian
bagi petugas jaga.
Tersedia panel
control manual dan
indikator kebakaran
serta buku
pengoperasian
Sesuai
5 Fan pembuangan asap akan
berputar berurutan setelah
aktifnya detector asap yang
ditempatkan dalam zona
sesuai dengan reservoir
asap yang dilayani fan.
Fan pembuangan
asap berputar
berurutan setelah
aktifnya detector
asap yang
ditempatkan dalam
zona sesuai dengan
reservoir asap yang
Sesuai
100
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
dilayani fan
6 Detektor asap harus dalam
keadaan bersih dan tidak
terhalang oleh benda lain
disekitarnya.
Detektor asap dalam
keadaan bersih dan
tidak terhalang
Sesuai
7 Di dalam kompartemen
bertingkat banyak, system
pengolahan udara
beroperasi dengan
menggunakan seluruh
udara segar melalui ruang
kosong bangunan tidak
menjadi satu dengan
cerobong pembuangan
asap.
Sistem pengolahan
udara beroperasi
menggunakan
seluruh udara segar
melalui ruang
kosong dan tidak
menjadi satu dengan
cerobong
pembuangan asap
Sesuai
8 Tersedia Panel control
manual dan indicator
kebakaran serta buku
petunjuk pengoperasian
bagi petugas jaga.
Telah tersedia panel
kontrol manual dan
indikator kebakaran
dan disertai dengan
buku petunjuk
pengoperasian bagi
petugas jaga
Sesuai
Berdasarkan observasi dan telaah dokumen mengenai ventilasi di
RSUD Kota Tangerang, komponen pengendali asap yang terdapat di
RSUD Kota Tangerang, sub komponen tersebut dalam keadaan bersih
dan tidak terhalang benda lain di sekitarnya, kemudian fan dan
pembuangan asap akan berputar berurutan setelah aktifnya detektor
asap yang ditempatkan dalam zona sesuai dengan reservoir asap yang
dilayani fan. Panel kontrol manual dan indikator kebakaran juga telah
tersedia.
Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan
sehingga pengendali asap di RSUD Kota Tangerang telah dapat
diyakini sebagai data yang valid.
101
5.4.8. Deteksi Asap
Deteksi asap merupakan salah satu sub komponen sistem proteksi
aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub
komponen deteksi asap dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut.
Tabel 5.17
Pemenuhan Kriteria Penilaian Deteksi Asap di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Sistem Deteksi Asap
mengaktifkan system
peringatan penghuni
bangunan.
Sistem deteksi asap
mengaktifkan
sistem peringatan
rumah sakit
Sesuai
2 Pada ruang dapur dan
area lain yang sering
mengakibatkan
terjadinya alarm palsu di
pasang alarm panas,
terkecuali telah di pasang
sprinkler.
Pada ruang dapur
masih terdapat
sistem deteksi asap
Tidak Sesuai
3 Detektor asap yang
terpasang dapat
mengaktifkan system
pengolahan udara secara
otomatis, system
pembuangan asap,
ventilasi asap dan panas
Detektor asap tidak
dapat mengaktifkan
sistem pengolahan
udara secara
otomatis
Tidak Sesuai
4 Jarak antar detector< 20
m dan < 10 m dari
dinding pemisah atau
tirai asap
Jarak antar detektor
15 m dan 7,5 m dari
dinding pemisah
atau tirai asap
Sesuai
Hasil observasi menggunakan meteran, telaah dokumen dan
wawancara sub komponen deteksi asap telah memenuhi kriteria
102
penilaian namun tidak sampai setengah kriteria yang dipersyaratkan.
Di RSUD Kota Tangerang pada bagian kantin yang juga terdapat
dapur didalamnya, masih menggunakan detektor asap, sehingga hal ini
menyebabkan sub komponen deteksi asap di RSUD Kota Tangerang
masih belum memenuhi kriteria penilaian secara lengkap. Hal ini juga
didukung oleh hasil wawancara yang mengatakan bahwa pernah
terjadi alarm palsu akibat masih ditempatkannya detektor asap di
dapur yang terdapat di RSUD Kota Tangerang.
“...waktu itu pernah kejadian malem saya denger ada di kantin itu
orang kantin lagi bakar apa gitu,ikan bakar atau apa ya, itu kejadian
alarmnya bunyi...” (if1)
Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki
kecocokan sehingga deteksi asap di RSUD Kota Tangerang telah
dapat diyakini sebagai data yang valid.
5.4.9. Pembuangan Asap
Pembuangan asap merupakan salah satu sub komponen sistem
proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub
komponen pembuangan asap dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut.
103
Tabel 5.18
Pemenuhan Kriteria Penilaian Pembuangan Asap di RSUD
Kota Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Kapasitas fan
pembuang mampu
menghisap asap
Kapasitas fan
pembuang mampu
menghisap asap
Sesuai
2 Terletak dalam
reservoir asap tinggi
2 meter dari lantai.
Telah diletakkan pada
reservoir asap dengan
tinggi 3 meter dari
lantai.
Tidak Sesuai
3 Laju pembuangan
asap sesuai dengan
persyaratan yang
berlaku.
(3000m3/jam)
Laju pembuangan asap
mencapai 2000m3/jam
Tidak Sesuai
4 Fan pembuangan
Asap mampu
beroperasi terus
menerus pada
temperature 200o C
selang waktu 60 atau
pada temperature
300o C selang waktu
30’
Fan pembuangan asap
berdasarkan telaah
dokumen dapat
beroperasi terus
menerus pada suhu
200o C selang waktu
60 menit
Sesuai
5 Luas horizontal
reservoir asap
maksimal 2000 m2,
dengan tinggi tidak
boleh kurang dari
500 mm
Luas horizontal
reservoir asap 800m2
dengan tinggi 45cm
Tidak Sesuai
6 Setiap reservoir asap
dilayani minimal satu
buah fan, pada titik
kumpul dari panas di
dalam reservoir asap,
jauh dari perpotongan
koridor atau mal.
Beberapa reservoir
asap dilayani dengan
satu buah fan, dari
panas di dalam
reservoir asap, jauh
dari perpotongan
koridor
Sesuai
104
7 Void eskalator dan
tangga tidak
dipergunakan sebagai
jalur pembuangan
asap
Tangga tidak
digunakan sebagai
jalur pembuangan asap
Sesuai
8 Udara pengganti
dalam jumlah kecil
harus disediakan
secara otomatis
/melalui bukaan
ventilasi permanent,
kecepatan tidak boleh
lebih dari 2,5
m/detik, di dalam
kompartemen
kebakaran bertingkat
banyak melal ui
bukaan vertical
dengan kecepatan
rata-rata 1m/detik.
Udara pengganti
diberikan melalui
bukaan dengan
kecepatan 1m/detik.
Sesuai
Observasi dan telaah dokumen ventilasi di RSUD Kota Tangerang
dilakukan pada sub komponen pembuangan asap, hasil penilaian
menunjukkan bahwa sub komponen pembuangan asap yang terdapat
di RSUD Kota Tangerang masih belum memenuhi seluruh kriteria
penilaian, akibat kapasitas fan pembuang yang tidak dapat diketahui.
Dalam dokumen yang ditelaah oleh peneliti terdapat 3 kriteria
penilaian yang tidak dapat dipenuhi oleh pembuangan asap yang
tersedia di RSUD Kota Tangerang.
Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan
sehingga pembuangan asap di RSUD Kota Tangerang telah dapat
diyakini sebagai data yang valid.
105
5.4.10. Lift Kebakaran
Lift kebakaran merupakan salah satu sub komponen sistem
proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub
komponen lift kebakaran dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut.
Tabel 5.19
Pemenuhan Kriteria Penilaian Lift Kebakaran di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Untuk penanggulangan
saat terjadi kebakaran
sekurang-kurangnya 1
buah lif kebakaran harus
dipasang pada bangunan
ketinggian efektif 25 m
Telah tersedia 1 lift
kebakaran
Sesuai
2 Ukuran lift sesuai dengan
fungsi bangunan yang
berlaku
Ukuran lift cukup
untuk pengoperasian
saat proses
pemadaman
Sesuai
3 Lif kebakaran dalam saf
yang tahan api,
dioperasikan oleh petugas
pemadam kebakaran,
dapat berhenti disetiap
lantai, sumber daya listrik
direncanakan dari 2
sumber menggunakan
kabel tahan api, memiliki
akses ke tiap lantai
hunian.
Lift kebakaran
dalam saf yang
tahan api,
dioperasikan oleh
petugas pemadam
kebakaran, dapat
berhenti tiap lantai,
sumber daya listrik 2
sumber (PLN dan
Generator),
menggunakan kabel
tahan api dan ada
akses tiap lantai.
Sesuai
4 Peringatan terhadap
pengguna lif pada saat
Peringatan terhadap
pengguna lift pada
Tidak
Sesuai
106
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
kebakaran, dipasang di
tempat yang mudah
terlihat dan terbaca
dengan tulisan tinggi
huruf minimal 20 mm.
saat kebakaran tidak
tersedia
5 Penempatan lift
kebakaran pada lokasi
yang mudah dijangkau
oleh penghuni
Penempatan lift
kebakaran pada
lokasi yang tidak
mudah ditemukan
Tidak
Sesuai
Hasil observasi lift kebakaran di RSUD Kota Tangerang juga
belum memenuhi seluruh kriteria penilaian, hal ini dikarenakan
penempatan lift kebakaran di RSUD Kota Tangerang terdapat pada
lokasi yang tersembunyi dan tidak mudah dijangkau oleh penghuni.
5.4.11. Cahaya Darurat
Cahaya darurat merupakan salah satu sub komponen sistem
proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub
komponen cahaya darurat dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut.
Tabel 5.20
Pemenuhan Kriteria Penilaian Cahaya Darurat di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Sistem pencahayaan
darurat harus dipasang
disetiap tangga yang
dilindungi terhadap
kebakaran, disetiap
lantai dengan luas
Sistem pencahayaan
darurat telah
terpasang disetiap
tangga darurat dan di
setiap jalan terusan
Sesuai
107
lantai > 300 m2,
disetiap jalan terusan
,koridor.
dan koridor
2 Desain Sistem
pencahayaan Keadaan
darurat beroperasi
otomatis, memberikan
pencahayaan yang
cukup, dan harus
memenuhi standar
yang berlaku
Pencahayaan darurat
bekerja secara
otomatis dengan
pencahayaan yang
cukup
Sesuai
3 Tanda exit jelas
terlihat dan di pasang
berdekatan dengan
pintu yang
memberikan jalan
keluar langsung, pintu
dari suatu tangga, exit
horizontal dan pintu
yang melayani exit
Tanda exit telah
terlihat dan dipasang
berdekatan dengan
pintu exit.
Sesuai
4 Bila exit tidak terlihat
secara langsung
dengan jelas oleh
penghuni, harus
dipasang tanda
petunjuk dengan tanda
panah penunjuk arah
Tanda exit disertai
dengan petunjuk arah
Sesuai
5 Setiap tanda exit harus
jelas dan pasti, diberi
pencahayaan yang
cukup, dipasang
sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi
gangguan listrik, tanda
petunjuk arah keluar
harus memenuhi
standar yang berlaku
Setiap tanda exit
diberi pencahayaan
dan jelas terlihat
Sesuai
Pencahayaan darurat juga telah dipasang di setiap tangga darurat
dan di setiap jalan terusan koridor. Pencahayaan darurat yang
disediakan juga dapat beroperasi otomatis dalam keadaan darurat dan
108
dapat memberikan pencahayaan yang cukup. Tanda exit juga jelas
terlihat dan telah dipasang berdekatan dengan pintu darurat. Tanda
exit juga telah jelas dan mendapat pencahayaan yang cukup. Sehingga
cahaya darurat di RSUD Kota Tangerang telah dalam kondisi baik
juga telah sesuai dengan persyaratan.
Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan
sehingga cahaya darurat di RSUD Kota Tangerang telah dapat
diyakini sebagai data yang valid.
5.4.12. Listrik Darurat
Listrik darurat merupakan salah satu sub komponen sistem proteksi
aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub
komponen listrik darurat dapat dilihat pada tabel 5.21 berikut.
Tabel 5.21
Pemenuhan Kriteria Penilaian Listrik Darurat di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian
Kondisi
Aktual Keterangan
1 Daya yang disuplai sekurang-
kurangnya dari 2 sumber yaitu
sumber daya listrik PLN, atau
sumber daya darurat berupa
Batere, Generator, dll
Daya yang
disuplai berasal
dari 2 sumber
yaitu PLN dan
Generator
Sesuai
2 Semua instalasi kabel yang
melayani sumber daya listrik
Semua instalasi
kabel Sesuai
109
darurat harus memenuhi kabel
tahan api selama 60 ‘, catu
daya dari sumber daya ke
motor harus memenuhi
ketentuan
merupakan
kabel SNI
3 Memenuhi cara pemasangan
kabel yang termuat dalam
PUIL
Pemasangan
kabel dilakukan
oleh petugas
bersertifikat
dan sesuai
dengan PUIL
Sesuai
Hasil observasi dan telaah dokumen instalasi listrik di RSUD Kota
Tangerang, daya listrik yang disuplai berasal dari 2 sumber, yaitu PLN
dan generator. Semua instalasi kabel juga menggunakan kabel SNI
yang artinya telah sesuai dengan persyaratan. Instalasi listrik juga
telah dilakukan oleh pekerja bersertifikat yang artinya telah sesuai
dengan pedoman umum instalasi listrik (PUIL).
Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan
sehingga listrik darurat di RSUD Kota Tangerang telah dapat diyakini
sebagai data yang valid.
5.4.13. Ruang Pengendali Operasi
Ruang pengendali operasi merupakan salah satu sub komponen
sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara
menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian
sub komponen ruang pengendali operasi dapat dilihat pada tabel 5.22
berikut.
110
Tabel 5.22
Pemenuhan Kriteria Penilaian Ruang Pengendali Operasi di
RSUD Kota Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Tersedia dengan peralatan yang
lengkap, dan dapat memonitor
bahaya kebakaran yang akan
terjadi.
Tersedia namun
peralatan
sederhana
Sesuai namun
tidak sempurna
Hasil observasi ruang pengendali operasi yang telah tersedia dalam
kondisi yang sangat terbatas dan hanya tersedia peralatan yang
sederhana, didalam ruang tersebut hanya tersedia panel kontrol alarm
dan detektor kebakaran yang terdapat di RSUD Kota Tangerang.
5.4.14. Hasil Penilaian Sistem Proteksi Aktif
Hasil penilaian pada komponen sistem proteksi aktif dapat dilihat
pada tabel 5.23. Hasil penilaian tersebut dikalikan dengan bobot sub
komponen Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (KSKB)
sehingga didapatkan nilai kondisi sub komponen KSKB tersebut.
Nilai kondisi sub komponen tersebut kemudian dikalikan lagi dengan
bobot komponen KSKB, sehingga didapatkan jumlah nilai sub
komponen KSKB.
111
Tabel 5.23
Penilaian Sistem Proteksi Aktif di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014
No. KSKB/Sub
KSKB
Hasil
Penilaian
Hasil
Penilaian
Bobot
(%)
Nilai
Kondisi
Jumlah
Nilai
III. Sistem Proteksi Aktif 24
1 Deteksi dan
Alarm Baik 90 8 7,2 1,728%
2 Siamese
Connection Baik 80 8 6,4 1,536%
3
Alat
Pemadam Api
Ringan
Kurang 40 8 3,2 0,768%
4 Hidran
Gedung Baik 90 8 7,2 1,728%
5 Sprinkler Baik 90 8 7,2 1,728%
6
Sistem
Pemadam
Luapan
Kurang 40 7 2,8 0,672%
7 Pengendali
Asap Baik 90 8 7,2 1,728%
8 Deteksi Asap Cukup 60 8 4,8 1,152%
9 Pembuangan
Asap Cukup 60 7 4,2 1,05%
10 Lift
Kebakaran Cukup 60 7 4,2 1,05%
11 Cahaya
Darurat Baik 90 8 7,2 1,728%
12 Listrik
Darurat Baik 90 8 7,2 1,728%
13
Ruang
Pengendali
Operasi
Cukup 60 7 4,2 1,05%
Jumlah Nilai 17,65%
Berdasarkan tabel 5.23 dapat terlihat bahwa masih terdapat sub
komponen sistem proteksi aktif kebakaran di RSUD Kota Tangerang
yang masih dalam kategori kurang, yaitu alat pemadam api ringan dan
112
sistem pemadam luapan. Kedua sub komponen tersebut berada dalam
kategori kurang karena tidak memenuhi kriteria penilaian.
Sedangkan sub komponen deteksi asap, pembuangan asap dan
ruang pengendali operasi masuk dalam kategori cukup dikarenakan
hanya memenuhi beberapa kriteria penilaian dan tidak mencapai
setengah dari kriteria penilaian.
Sub komponen lainnya yaitu deteksi dan alarm, siamese
connection, hidran gedung, sprinkler, pengendali asap, cahaya darurat
dan listrik darurat masuk dalam kategori baik. Karena telah memenuhi
kriteria penilaian. Tetapi, pada sub komponen yang dalam kategori
baik, diperoleh nilai yang tidak sempurna, karena tidak berhasil
memenuhi seluruh kriteria penilaian dan tidak dapat dilakukan
pengetesan alat..
5.5. Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang
Penilaian komponen proteksi pasif RSUD Kota Tangerang didasarkan
pada hasil observasi, wawancara dan telaah dokumen. Penilaian diberikan
kepada 3 sub komponen yaitu ketahanan api struktur bangunan,
kompartemenisasi ruang dan perlindungan bukaan.
5.5.1. Ketahanan Api Struktur Bangunan
Ketahanan api struktur bangunan merupakan salah satu sub
komponen sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan
113
dengan cara menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan
kriteria penilaian sub komponen ketahanan api struktur bangunan
dapat dilihat pada tabel 5.24 berikut.
Tabel 5.24
Pemenuhan Kriteria Penilaian Ketahanan Api Struktur
Bangunan di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Ketahanan api
komponen struktur
bangunan sesuai
dengan yang
dipersyaratkan (tipe
A, Tipe B, Tipe C),
yang sesuai dengan
fungsi/ klasifikasi
bangunannya.
Ketahanan api
komponen
struktur
bangunan telah
sesuai.
Memenuhi
Kriteria
Penilaian
(setelah telaah
dokumen dan
wawancara)
Hasil telaah dokumen sub komponen ketahanan api struktur
bangunan yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah memenuhi
kriteria penilaian karena berdasarkan hasil telaah dokumen, RSUD
Kota Tangerang yang masuk dalam konstruksi tipe A telah memiliki
ketahanan api komponen struktur bangunan yang sesuai dengan
persyaratan untuk ketahanan api konstruksi tipe A. Unsur struktur
pembentuknya tahan api dan mampu menahan secara struktural
terhadap beban bangunan. Kemudian di RSUD Kota Tangerang
terdapat komponen pemisah pembentuk kompartemen untuk
mencegah penjalaran api ke dan dari ruangan bersebelahan dan
114
dinding yang mampu mencegah penjalaran panas pada dinding
bangunan yang bersebelahan.
Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan
sehingga ketahanan api struktur bangunan di RSUD Kota Tangerang
telah dapat diyakini sebagai data yang valid.
5.5.2. Kompartemenisasi Ruang
Kompartemenisasi ruang merupakan salah satu sub komponen
sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara
menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian
sub komponen kompartemenisasi ruang dapat dilihat pada tabel 5.25.
Tabel 5.25
Pemenuhan Kriteria Kompartemenisasi Ruang di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Berlaku untuk
bangunan dengan luas
lantai :
- Konstruksi tipe A :
5.000 m2
- Konstruksi tipe B :
3.500 m2
- Konstruksi tipe C:
2.000 m2
Telah tersedia
kompartemenisasi
ruang di RSUD
Kota Tangerang
Sesuai
115
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
2 Luas lebih dari 18.000
m2, volume 108.000
m3 dilengkapi dengan
springkler, dikelilingi
jalan masuk kendaraan
dan sistim pembuangan
asap otomatis dengan
jumlah, tipe dan cara
pemasangan sesuai
persyaratan yang
berlaku.
o Dilengkapi dengan
sprinkler
o Dikelilingi dengan
jalan masuk
kendaraan
o Sistem
pembuangan asap
otomatis telah
tersedia
o Sesuai
3 Lebar jalan minimal 6
m, mobil pemadam
dapat masuk ke lokasi.
Lebar jalan
memungkinkan
pemadam
kebakaran masuk
ke lokasi
Sesuai
Hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara sub komponen
kompartemenisasi ruang yang telah di observasi ternyata telah
tersedia dan dilengkapi dengan sprinkler. Jalan masuk kendaraan
pemadam kebakaran juga telah disediakan. Sistem pembuangan asap
otomatis telah tersedia.
Hasil wawancara yang dilakukan dapat menjelaskan kondisi
kompartemenisasi ruang yang terdapat di RSUD Kota Tangerang
telah memenuhi kriteria penilaian.
“...ada... itu dipake ada ininya khusus, jadi bilamana ada
kebakaran, kecuali kalau ada yang kebakaran diluar dia aman, dia
aman, kebakarannya diluar dia aman...” (if2)
116
Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki
kecocokan sehingga kompartemenisasi ruang di RSUD Kota
Tangerang telah dapat diyakini sebagai data yang valid.
5.5.3. Perlindungan Bukaan
Perlindungan bukaan merupakan salah satu sub komponen sistem
proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai
pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub
komponen perlindungan bukaan dapat dilihat pada tabel 5.26.
Tabel 5.26
Pemenuhan Kriteria Perlindungan Bukaan di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2014
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
1 Bukaan harus dilindungi,
diberi penyetop api
Bukaan dilindungi dan
diberi penyetop api
(pada pintu darurat
dengan baja, pada
jendela dengan kaca
tahan api)
Sesuai
2 Bukaan Vertikal dari
dinding tertutup dari
bawah sampai atas
disetiap lantai diberi
penutup tahan api
Bukaan vertikal dari
dinding tertutup hanya
dengan papan kayu
Tidak
Sesuai
3 Sarana proteksi pada
bukaan:
- Pintu kebakaran,
Jendela kebakaran,
pintu penahan Asap
dan penutup api
sesuai dengan standar
pintu kebakaran
- daun pintu dapat
o Pintu kebakaran,
jendela kebakaran
sesuai dengan
standar pintu
kebakaran
o Daun pintu dapat
berputar di satu
Sesuai
117
No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan
berputar di satu sisi.
- Pintu mampu menahan
asap 200oC
- Tebal daun pintu 35
mm
sisi
o Pintu mampu
menahan asap
200oC
o Tebal daun pintu
4cm
4 Jalan keluar/masuk pada
dinding tahan api:
- Lebar bukaan pintu
keluar harus tidak
lebih ½ dari panjang
dinding tahan api
- Tingkat isolasi min. 30
menit
- Harus menutup
sendiri/ otomatis
o Lebar bukaan
pintu tidak lebih ½
dari panjang
dinding
o Tingkat isolasi
mencapai 60 menit
o Pintu menutup
sendiri secara
otomatis
Sesuai
Observasi menggunakan meteran dan telaah dokumen yang
dilakukan peneliti memperlihatkan bahwa perlindungan bukaan yang
terdapat di RSUD Kota Tangerang telah memiliki sarana proteksi
yang baik. Sarana proteksi pada pintu kebakaran, jendela kebakaran,
pintu penahan asap dan penutup api telah dapat melindungi dari
bahaya kebakaran. Kemudian jalan keluar/masuk pada dinding tahan
api juga telah dalam kondisi yang baik. Lebar bukaan pintu keluar
tidak lebih dari ½ dinding tahan api.
Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan
sehingga perlindungan bukaan di RSUD Kota Tangerang telah dapat
diyakini sebagai data yang valid.
118
5.5.4. Hasil Penilaian Sistem Proteksi Pasif
Hasil penilaian pada komponen sistem proteksi pasif dapat dilihat
pada tabel 5.27. Hasil penilaian tersebut dikalikan dengan bobot sub
komponen Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (KSKB)
sehingga didapatkan nilai kondisi sub komponen KSKB tersebut.
Nilai kondisi sub komponen tersebut kemudian dikalikan lagi
dengan bobot komponen KSKB, sehingga didapatkan jumlah nilai
sub komponen KSKB.
Tabel 5.27
Penilaian Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang Tahun 2014
No. KSKB/Sub
KSKB
Hasil
Penilaian
Hasil
Penilaian
Bobot
(%)
Nilai
Kondisi
Jumlah
Nilai
IV. Sistem Proteksi Pasif 26
1
Ketahanan Api
Struktur
Bangunan
Baik 80 36 28,8 7,488%
2 Kompartemenisasi
Ruang Baik 80 32 25,6 6,656%
3 Perlindungan
Bukaan Baik 90 32 28,8 7,488%
Jumlah Nilai 21,63%
Dalam tabel 5.27 sistem proteksi pasif yang terdapat di RSUD Kota
Tangerang dalam kondisi yang baik. Hal ini dapat terlihat dari 3 sub
komponen didalamnya dalam kondisi yang baik. Baik ketahanan api
struktur bangunan, kompartemenisasi ruang dan perlindungan
bukaan mendapatkan hasil penilaian yang baik.
119
5.6. Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Dari Bahaya Kebakaran
RSUD Kota Tangerang
Keandalan sistem keselamatan bangunan (KSKB) dari bahaya kebakaran
RSUD Kota Tangerang didapatkan dari jumlah hasil perkalian antara masing-
masing nilai kondisi sub komponen KSKB dengan bobot KSKB. Tabel 5.28
menunjukkan total hasil penilaian keandalan sistem keselamatan bangunan
RSUD Kota Tangerang dari bahaya kebakaran.
Tabel 5.28
Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Dari Bahaya Kebakaran
RSUD Kota Tangerang Tahun 2014
Komponen
KSKB
Bobot
KSKB
(%)
Sub Komponen
Nilai Sub
KSKB
(%)
Nilai
KSKB (%)
Kelengkapan
Tapak 25
Sumber Air 5,4%
21,2
Jalan Lingkungan 5,625%
Jarak Antar
Bangunan 5,175%
Hidran Halaman 5%
Sarana
Penyelamatan 25
Sarana Jalan
Keluar 7,6
20,75 Konstruksi Jalan
Keluar 7
Landasan
Helikopter 6,75
Sistem Proteksi
Aktif 24
Deteksi dan
Alarm 1,728
17,65 Siamese
Connection 1,536
120
Komponen
KSKB
Bobot
KSKB
(%)
Sub Komponen
Nilai Sub
KSKB
(%)
Nilai
KSKB (%)
Alat Pemadam
Api Ringan 0,768
Hidran Gedung 1,728
Sprinkler 1,728
Sistem Pemadam
Luapan 0,672
Pengendali Asap 1,728
Deteksi Asap 1,152
Pembuangan Asap 1,05
Lift Kebakaran 1,05
Cahaya Darurat 1,728
Listrik Darurat 1,728
Ruang Pengendali
Operasi 1,05
Sistem Proteksi
Pasif 26
Ketahanan Api
Struktur
Bangunan 7,488
21,63 Kompartemenisasi
Ruang 6,656
Perlindungan
Bukaan 7,488
Total 81,23
Hasil penilaian keandalan sistem keselamatan bangunan dari bahaya
kebakaran di RSUD Kota Tangerang menunjukkan hasil 81,23%. Menurut
pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-
121
2005-C), nilai KSKB ≥ 80% hingga 100% menunjukkan keandalan sistem
keselamatan bangunan tersebut dalam kondisi yang baik. Namun pada
dasarnya, masih terdapat banyak kekurangan terutama pada komponen sistem
proteksi aktif yang dalam kategori cukup dan didalam komponen tersebut,
terdapat dua sub komponen dalam kategori kurang yaitu APAR dan sistem
pemadam luapan.
122
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian mengenai keandalan sistem keselamatan kebakaran
bangunan gedung RSUD Kota Tangerang, peneliti menyadari terdapat
keterbatasan dalam melakukan penelitian ini, yaitu dalam melakukan
pengecekan fungsi alat proteksi aktif kebakaran. Peneliti tidak dapat
melakukan pengecekan fungsi alat proteksi aktif kebakaran karena kebijakan
dari penanggung jawab gedung RSUD Kota Tangerang. Namun, untuk
menutupi kekurangan tersebut, peneliti menggunakan wawancara agar dapat
diketahui fungsi dari alat tersebut.
6.2. Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Dari Bahaya Kebakaran
RSUD Kota Tangerang
Keandalan sistem keselamatan bangunan dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran
bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C). Berdasarkan penilaian yang dilakukan,
pedoman ini kurang sensitif terhadap hasil penilaiannya, sebagai contoh pada
penelitian ini sistem proteksi aktif kebakaran di RSUD Kota Tangerang
sebenarnya dalam kategori cukup, bahkan didalam sub komponen sistem
proteksi aktif terdapat sub komponen yang dalam kategori kurang. Namun
hasil yang didapat secara keseluruhan tingkat keandalan sistem keselamatan
kebakaran bangunan di RSUD Kota Tangerang dalam kategori baik karena
123
hasil penilaian secara keseluruhan dalam kategori baik yaitu 81,23%. Padahal
dalam penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2011) sistem proteksi aktif
merupakan sistem proteksi kebakaran yang berperan sangat penting dalam
penghambatan laju kebakaran dibandingkan dengan sistem proteksi pasif,
kelengkapan tapak dan juga sarana penyelamatan. Seharusnya pedoman
pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C)
lebih sensitif terhadap hasil penilaian dan tidak hanya mengacu pada bobot
penilaian saja, tetapi juga memperhitungkan pentingnya suatu komponen
proteksi kebakaran dalam suatu sistem.
Tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan RSUD Kota Tangerang
dilihat berdasarkan hasil dari penjumlahan hasil penilaian komponen
kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi aktif dan sistem
proteksi pasif di RSUD Kota Tangerang. Hasil penilaian 81,23% berarti
sistem keselamatan kebakaran di RSUD Kota Tangerang masih dalam
kategori baik, namun hampir mencapai kategori cukup. Sehingga dapat
dikatakan bahwa sistem keselamatan kebakaran di RSUD Kota Tangerang
perlu melakukan peningkatan berkelanjutan untuk mencapai penilaian yang
lebih baik untuk menjauhi nilai dengan kategori cukup. Hal ini dikarenakan
masih terdapat komponen yang dalam kategori cukup yaitu sistem proteksi
aktif. Sebaiknya pihak RSUD Kota Tangerang segera memperbaiki dan
meningkatkan sistem proteksi aktif kebakarannya untuk dapat melindungi
penghuni gedung yang beraktivitas di dalam gedung dari bahaya kebakaran
yang dapat terjadi kapan saja tanpa peringatan sebelumnya.
124
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka menurut Saptaria (2005)
rekomendasi yang dapat diberikan untuk hasil penilaian 81,23% adalah:
1. Pemeriksaan secara berkala
2. Perawatan/pemeliharaan berkala
3. Perawatan dan perbaikan berkala
Rekomendasi ini diberikan karena berdasarkan pedoman pemeriksaan
keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C), hasil penilaian
dapat berubah seiring dengan bertambahnya umur suatu bangunan gedung.
Untuk menghindari penurunan kualitas keandalan sistem keselamatan
kebakaran bangunan gedung, diperlukan kegiatan untuk mempertahankan dan
meningkatkan keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan gedung
tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Furness dan Muckett
(2007), bahwa dalam manajemen keselamatan kebakaran, dibutuhkan
peningkatan yang berkelanjutan yang ditujukan untuk selalu meningkatkan
manajemen keselamatan kebakaran dalam sebuah komunitas. Hal ini
diperlukan untuk selalu menjaga keselamatan kebakaran berada pada
tingkatan yang baik dan menghindari kerusakan suatu sistem manajemen
keselamatan kebakaran.
Dengan melakukan peningkatan berkelanjutan, suatu komunitas dapat
mengetahui bilamana terdapat ketidaksesuaian dalam suatu sistem
manajemen keselamatan kebakaran dan dapat segera melaksanakan tindakan
125
untuk penanggulangannya yang dimaksudkan untuk menjaga tingkat
keamanan keselamatan kebakaran komunitas tersebut. Salah satu cara untuk
melaksanakan peningkatan yang berkelanjutan adalah dengan melakukan
pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala (Furness dan Muckett, 2007).
Oleh sebab itu, meskipun hasil pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan
RSUD Kota Tangerang adalah baik, namun rekomendasi untuk peningkatan
berkelanjutan tetap dianggap perlu untuk diberikan bagi RSUD Kota
Tangerang.
6.3. Kelengkapan Tapak Bangunan RSUD Kota Tangerang
Pada kelengkapan tapak RSUD Kota Tangerang, telah tercapai hasil yang
baik. Dengan pemenuhan seluruh kriteria penilaian yang terdapat dalam
pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-
2005-C) tentu dapat memberikan keuntungan bagi RSUD Kota Tangerang.
Bila masing-masing sub komponen telah memiliki nilai yang sempurna,
maka semua sub komponen berfungsi sempurna, sehingga gedung dapat
digunakan secara optimum, dimana para pemakai gedung dapat melakukan
kegiatannya dengan mendapat perlindungan dari kebakaran yang baik
(Saptaria, 2005). Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi pihak RSUD
Kota Tangerang. Dengan kelengkapan tapak yang baik, tentunya dapat
mendukung pencegahan bahaya kebakaran yang dapat terjadi kapan saja.
Dengan kelengkapan tapak yang baik, pihak RSUD Kota Tangerang juga
126
dapat memaksimalkan kelengkapan tapak bangunannya dari bahaya
kebakaran.
6.3.1. Sumber Air
Pada sub komponen sumber air yang telah dalam kategori baik,
dapat menjadi sebuah keuntungan bagi RSUD kota Tangerang. Dengan
pemenuhan kriteria sumber air sesuai dengan persyaratan, maka RSUD
Kota Tangerang telah mendapatkan dampak positif. Dampak positif
menurut Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia adalah penurunan
penyakit yang dapat ditularkan melalui air atau penyakit yang
ditularkan karena kegiatan mencuci dengan air, kebersihan lingkungan
dan alat-alat termasuk kebersihan pribadi (OCW UI, 2013).
Penyediaan air yang cukup juga tentunya dapat membantu proses
pemadaman jika terjadi kebakaran pada gedung RSUD Kota
Tangerang. Pihak pemadam kebakaran akan terbantu dengan
penyediaan air, sehingga lebih mudah untuk mencari sumber air yang
tersedia di sekitar lokasi kejadian kebakaran.
Ahlbrandt Jr. (1973) menyebutkan bahwa sumber air yang
merupakan salah satu pendukung dalam proses pemadaman api harus
disiapkan sebagai faktor pendukung efisiensi waktu dalam proses
pemadaman kebakaran. Dalam kutipan tersebut dapat terlihat bahwa
sumber air sebenarnya memegang peranan penting dalam proses
pemadaman kebakaran. Pemadaman kebakaran memang tidak hanya
127
dilakukan menggunakan air, namun penggunaan air dalam pemadaman
kebakaran tetap dibutuhkan. Untuk menjaga efisiensi dalam
pemadaman api, diperlukan sumber air yang selalu tersedia sehingga air
yang digunakan untuk pemadaman kebakaran selalu siap dan tersedia.
Sejalan dengan itu, Grant et al (2000) mengatakan bahwa
penggunaan air dalam pemadaman kebakaran sudah berkembang
seiring dengan perkembanagan teknologi. Teknologi masa kini telah
mampu membuat air dapat lebih efisien dalam memadamkan
kebakaran. Air dapat diintegrasi dengan alat yang dapat membuat air
bertekanan. Sehingga pemadaman kebakaran dapat lebih efektif dan
efisien.
Dengan perkembangan teknologi tersebut, tentu sumber air
menjadi sangat penting ketersediaannya di gedung, termasuk RSUD
Kota Tangerang. RSUD Kota Tangerang sudah semestinya menjaga
ketersediaan air di gedungnya. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses
pemadaman kebakaran, pihak pemadam kebakaran dapat terbantu
dengan tersedianya sumber air. Pemadam kebakaran dapat terbantu
sehingga dapat dengan efektif dan efisien memadamkan kebakaran
bilamana terjadi kebakaran di RSUD Kota Tangerang. Pihak RSUD
Kota Tangerang pun akan mendapatkan dampak yang positif. Bila
terjadi kebakaran, pemadam kebakaran dapat dengan cepat
memadamkan kebakaran. Dengan pemadaman kebakaran yang lebih
128
cepat, tentu akan lebih banyak aset gedung yang terselamatkan.
Kerugian yang diderita akibat kebakaran juga akan menjadi minimal.
Kemudian ditinjau dari jumlah tempat tidur di RSUD Kota
Tangerang yang berjumlah 300 tempat tidur. Bila dihitung berdasarkan
ketentuan pedoman sanitasi di rumah sakit (2013) yang memberikan
persyaratan kebutuhan air di rumah sakit sejumlah 500 liter per tempat
tidur, maka sumber air yang diperlukan RSUD Kota Tangerang adalah
mencapai 150 m3. Dengan ketersediaan air mencapai 188m3, RSUD
Kota Tangerang telah dapat menyesuaikan dengan peraturan yang
berlaku. Sehingga dapat dikatakan bahwa kecukupan sumber air di
RSUD Kota Tangerang dapat terjaga.
6.3.2. Jalan Lingkungan
Sub komponen jalan lingkungan yang telah mencukupi syarat yang
berlaku juga mempunyai peran penting dalam perlindungan dari bahaya
kebakaran. Kondisi jalan lingkungan yang telah mencapai lebar 6,3 m
dan telah diberi pengerasan seperti yang terdapat di RSUD Kota
Tangerang tentu dapat membantu proses pemadaman kebakaran.
Kondisi yang dipersyaratkan adalah minimal lebar jalan lingkungan 6 m
dan diberikan pengerasan. Dengan jalan lingkungan sebesar 6 m dan
diberi pengerasan, mobil pemadam kebakaran akan lebih mudah
memasuki area gedung, sehingga proses pemadaman kebakaran akan
menjadi lebih cepat (Saptaria, 2005). Jika terjadi kebakaran di RSUD
129
Kota Tangerang, proses pemadaman kebakaran dapat dilakukan lebih
cepat.
Menurut Hesna (2009), jalan lingkungan yang tersedia dapat
meningkatkan efisiensi waktu masuknya kendaraan pemadam
kebakaran. Sehingga proses pemadaman kebakaran dapat lebih cepat
dilaksanakan oleh pihak pemadam kebakaran.
Dengan jalan lingkungan yang cukup, pemadam kebakaran dapat
leluasa masuk ke daerah gedung. Kemudian dengan keleluasaan
tersebut, pemadam kebakaran dapat dengan segera memadamkan api.
Dengan demikian, pihak RSUD Kota Tangerang akan mendapatkan
dampak yang baik. Dampak positif yang akan didapat yang pertama
tentu akan menjadi lebih cepat dalam pemadaman api bila terjadi
kebakaran. Kemudian yang kedua adalah dengan pemadaman
kebakaran lebih cepat, kerugian dapat diminimalisir. Oleh karena itu,
pihak RSUD Kota Tangerang yang telah menyediakan jalan lingkungan
yang telah sesuai pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran
bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) akan mendapatkan keuntungan
dengan ketersediaan jalan lingkungan tersebut.
Selain itu, lebar jalan lingkungan yang cukup dan diberi
pengerasan juga dapat mendukung proses evakuasi terhadap penghuni
gedung. Pada hal ini penghuni gedung rumah sakit yang merupakan
pasien dan pekerja rumah sakit (Kemenkes, 2012). Pasien di rumah
sakit merupakan orang yang sedang berobat dan dalam kondisi yang
130
tidak fit. Dengan tersedianya jalan lingkungan yang cukup, tentu dapat
membantu proses evakuasi yang dilakukan terhadap pasien yang ada di
RSUD Kota Tangerang dan dapat mempercepat proses evakuasi bila
terjadi keadaan darurat.
6.3.3. Jarak Antar Bangunan
Jarak antar bangunan yang tersedia di RSUD Kota Tangerang yang
telah memenuhi persyaratan juga dapat memberikan proteksi terhadap
bahaya kebakaran. Persyaratan mengenai jarak antar bangunan yang
menjadi kriteria penilaian adalah > 8m (Saptaria, 2005). Jarak antar
bangunan menjadi penting bagi RSUD Kota Tangerang karena letak
RSUD Kota Tangerang yang berada di pemukiman warga. Dengan
adanya jarak antar bangunan, dapat menghindari penyebaran kebakaran
ke bangunan lain yang ada di sekitar suatu bangunan. Dengan kata lain,
kebakaran tidak akan sampai merambat ke bangunan lain di sekitar
RSUD Kota Tangerang karena RSUD Kota Tangerang telah memenuhi
persyaratan mengenai jarak antar bangunan yang terdapat dalam
pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan (Pd-T-11-
2005-C).
Jarak antar bangunan yang tersedia di RSUD Kota Tangerang yang
telah sesuai dengan kriteria pedoman pemeriksaan keselamatan
kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) dapat membantu pihak
pemadam kebakaran juga. Pemadam kebakaran dapat memadamkan
131
kebakaran yang terkonsentrasi pada satu bangunan saja. Jadi kebakaran
tidak akan meluas pada bangunan lain, sehingga pemadam kebakaran
akan lebih fokus memadamkan pada satu bangunan saja.
Menurut Suprapto (2009) salah satu upaya untuk pencegahan dan
penanggulangan kebakaran di lingkungan kumuh dan perkotaan adalah
dengan memberi jarak antar bangunan. Dengan memberi jarak antar
bangunan, dapat memperkecil nilai risiko kejadian kebakaran dan
menghambat penyebaran kebakaran.
Dengan jarak antar bangunan yang cukup tersebut, pihak RSUD
Kota Tangerang juga dapat meningkatkan citra institusi. Masyarakat
sekitar akan melihat pihak RSUD Kota Tangerang memiliki perhatian
terhadap bahaya kebakaran yang dapat terjadi dan dapat menyebar ke
pemukiman warga. Dengan memberikan perhatian terhadap masyarakat
sekitar, pihak RSUD Kota Tangerang akan mendapatkan kepercayaan
dari masyarakat yang tentu akan memberikan keuntungan lebih bagi
pihak RSUD Kota Tangerang.
Sebuah studi yang di publikasi dalam safetynewsalert.com (2013)
yang diambil dari Journal of Occupational and Environmental
Medicine mengatakan, perusahaan yang memiliki komitmen dalam
peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja akan memiliki citra lebih
baik yang kemudian akan memberikan keuntungan lebih besar dari
sebelumnya yang didapat dari efek kepercayaan publik. Publik akan
lebih percaya terhadap perusahaan yang komitmen terhadap kesehatan
132
dan keselamatan kerja daripada yang tidak. Dengan begitu tentu citra
perusahaan sangat penting bila terkait dengan profit perusahaan.
6.3.4. Hidran Halaman
Sub komponen terakhir yang dinilai dalam komponen kelengkapan
tapak merupakan hidran halaman. Hidran halaman merupakan hidran
yang terletak di halaman gedung. Hidran halaman menjadi penting
untuk penanggulangan kebakaran bangunan untuk membantu proses
pemadaman kebakaran (Saptaria, 2005). Hidran halaman di RSUD
Kota Tangerang telah dalam kondisi yang baik. Hidran halaman di
RSUD Kota Tangerang telah tersedia pada tempat yang mudah
dijangkau. Ini artinya penanggulangan kebakaran dapat segera
dilakukan bila terjadi kebakaran di RSUD Kota Tangerang.
Kebakaran perlu ditangani dengan cepat dan tepat. Penggunaan
hidran halaman dapat sangat membantu pemadam kebakaran dalam
memadamkan kebakaran. Dengan adanya alat tersebut dapat menambah
sumber daya yang dapat digunakan oleh pemadam kebakaran dalam
memadamkan kebakaran.
Menurut Gunawan (2011), perencanaan proteksi kebakaran
diantaranya meliputi kesiapan peralatan pemadaman kebakaran.
Peralatan yang tersedia pada hidran halaman telah lengkap dengan
selang yang memiliki panjang 30m dan telah terdapat nozzle. Supply air
yang terdapat pada hidran halaman berdasarkan telaah dokumen juga
133
telah sesuai dengan kriteria penilaian. Dengan kesiapan hidran halaman,
tentu dapat membantu proses pemadaman kebakaran apabila terjadi
kebakaran. Pernyataan ini dapat memperkuat anggapan bahwa dengan
ketersedian hidran halaman di RSUD Kota Tangerang dapat menjadi
faktor pendukung pemadaman kebakaran yang cepat dan tepat.
Dengan pemadaman kebakaran yang lebih cepat, pihak RSUD
Kota Tangerang dapat mengurangi kerugian yang diderita akibat dari
kejadian kebakaran tersebut. Kerugian bisa berkurang karena aset
rumah sakit yang terdapat di dalam gedung akan dapat terselamatkan
bila kebakaran lebih cepat padam.
Oleh karena itu, RSUD Kota Tangerang akan sangat terbantu
dengan adanya hidran halaman ini. Keuntungan yang didapat memang
tidak terlihat sekarang. Tetapi keuntungan yang didapat adalah
minimalnya kerugian yang terjadi akibat dari kebakaran. Jadi, RSUD
Kota Tangerang dapat terhindar dari kerugian yang lebih besar bila
terjadi kebakaran.
6.4. Sarana Penyelamatan RSUD Kota Tangerang
Secara keseluruhan sarana penyelamatan yang terdapat di RSUD Kota
Tangerang telah dalam kondisi baik, meskipun terdapat pada salah satu sub
komponennya yang tidak sempurna yaitu sub komponen konstruksi jalan
keluar. Namun hal tersebut dapat ditingkatkan. Tentunya dengan komitmen
134
dari manajemen rumah sakit dalam melaksanakan proteksi terhadap bahaya
kebakaran yang terdapat di RSUD Kota Tangerang.
Dengan sarana penyelamatan yang baik tentunya pihak RSUD Kota
Tangerang dapat melakukan evakuasi atau penyelamatan penghuni gedung
dengan baik. Menurut Alfian (2012) salah satu faktor yang berperan dalam
ketepatan waktu dalam melakukan evakuasi merupakan sarana evakuasi itu
sendiri.
Oleh karena itu, RSUD Kota Tangerang yang memiliki sarana
penyelamatan yang baik, akan sangat terbantu dengan ini. Pihak RSUD Kota
Tangerang akan lebih mudah dan cepat melakukan evakuasi bila memiliki
sarana penyelamatan yang baik.
6.4.1. Sarana Jalan Keluar
Jalan keluar yang tersedia di RSUD Kota Tangerang juga
mendukung proses penyelamatan yang akan dilakukan bila terjadi
keadaan darurat. Sarana jalan keluar diperlukan sebagai pendukung
pelaksanaan proses penyelamatan penghuni gedung. Sarana jalan keluar
yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah tersedia dan telah sesuai
dengan kriteria penilaian yang terdapat dalam pedoman pemeriksaan
keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C). Dengan
sarana jalan keluar yang baik, RSUD Kota Tangerang dapat melakukan
proses penyelamatan penghuni gedung dan pasien dengan baik tanpa
perlu terganggu oleh tidak siapnya sarana jalan keluar. Kondisi jalan
135
keluar yang dalam kategori baik dan mendapat penilaian 9,5% dari nilai
maksimal 9,5% dapat membantu proses penyelamatan penghuni gedung
sehingga dapat melindungi penghuni dari bahaya kebakaran (Saptaria,
2005). Dengan demikian, proses evakuasi yang dilakukan oleh RSUD
Kota Tangerang dapat terlaksana tanpa perlu terganggu oleh
ketidaksiapan sarana jalan keluar yang terdapat pada gedung RSUD
Kota Tangerang.
Terlebih lagi, penghuni gedung rumah sakit kebanyakan adalah
pasien yang sedang menerima perawatan dan pengobatan. Dengan
melihat dari konteks tersebut, ketersediaan dan kesiapan jalan keluar
untuk proses evakuasi menjadi sangat penting. Pasien yang sedang
menerima perawatan dan pengobatan akan kesulitan bila ketersediaan
dan kesiapan sarana jalan keluar tidak baik.
Dengan kesiapan dan ketersediaan sarana jalan keluar di RSUD
Kota Tangerang yang telah sesuai dengan pedoman pemeriksaan
keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C), akan
membantu proses evakuasi yang perlu dilakukan bila terjadi keadaan
darurat. RSUD Kota Tangerang telah menyediakan pintu ayun yang
tidak mengganggu proses jalan keluar, pintu keluar tidak terhalang,
pintu keluar yang tersedia diberi tekanan positif, ukuran lebar jalan
keluar 2m, jarak dari suatu exit maksimal 6m dan jalan keluar langsung
menuju ruang terbuka. Hal ini lah kemudian yang mendukung proses
penyelamatan penghuni gedung bila terjadi kebakaran. Menurut Hesna
136
(2009) kesesuaian sarana penyelamatan di suatu bangunan dengan
pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-
11-2005-C) dapat membantu proses penyelamatan yang dilakukan.
Sesuai dengan pedoman teknis prasarana rumah sakit sarana
keselamatan jiwa yang diterbitkan oleh Kemenkes RI (2012), rumah
sakit perlu melakukan perencanaan terhadap sarana keselamatan jiwa
penghuni gedung rumah sakit untuk melindungi penghuni gedung dari
bahaya kebakaran yang dapat terjadi kapan saja, sehingga rumah sakit
dituntut untuk selalu siap dalam melaksanakan proses penyelamatan
jiwa untuk melindungi penghuni gedung rumah sakit itu sendiri.
6.4.2. Konstruksi Jalan Keluar
Konstruksi jalan keluar juga menjadi penilaian dalam keandalan
sistem keselamatan bangunan. Konstruksi jalan keluar di RSUD Kota
Tangerang telah dalam keadaan baik. Konstruksi berdasarkan telaah
dokumen telah mampu menahan penjalaran api, jalan terusan telah
dilindungi dari bahaya kebakaran, lebar jala keluar 2m, jalan keluar
bebas halangan, akses bagi pemadam kebakaran telah tersedia. Namun
kecukupan waktu dalam melakukan evakuasi di RSUD Kota Tangerang
masih belum sesuai. Kecukupan waktu dalam melakukan evakuasi
perlu dihitung untuk memperhitungkan pelaksanaan evakuasi yang
perlu dilakukan bila terjadi kebakaran (Septiadi, 2012). Pelaksanaan
evakuasi yang cepat dan tepat perlu dilakukan untuk menghindari
137
jatuhnya korban bila terjadi keadaan darurat. Kita tidak akan pernah
tahu secepat apa keadaan darurat akan terjadi atau kapan keadaan
darurat tersebut berhenti terjadi. Kejadian tersebut dapat terjadi kapan
saja dan dimana saja. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan
yang baik mengenai kecukupan waktu dalam melaksanakan evakuasi.
Sebaiknya pihak RSUD Kota Tangerang melakukan simulasi
evakuasi keadaan darurat sebagai tolok ukur kecukupan waktu dalam
melakukan evakuasi. Karena kecukupan waktu dalam melakukan
evakuasi dapat menentukan keberhasilan dari proses evakuasi itu
sendiri. Kecukupan waktu dapat diperhitungkan dengan baik bila telah
dilakukan simulasi. Dengan demikian kecukupan waktu dapat dihitung
dan bila kejadian kebakaran maupun keadaan darurat lainnya terjadi,
pelaksanaan evakuasi dapat dipastikan aman dan dapat dilaksanakan
tanpa gangguan.
Sejalan dengan itu, Alfian (2012) mengatakan bahwa proses
penanggulangan keadaan darurat, diperlukan penanganan yang cepat,
tepat, efektif, efisien dan terpadu agar kerugian jiwa dan kerugian harta
benda dapat di minimalisir. Oleh karena itu, seharusnya dengan
melakukan simulasi evakuasi maupun simulasi tanggap darurat dapat
melatih dan mengukur kecepatan, ketepatan, efektivitas, efisiensi dan
keterpaduan suatu upaya penanganan dalam keadaan darurat.
138
6.4.3. Landasan Helikopter
Kondisi gedung RSUD Kota Tangerang yang memiliki ketinggian
48 m dianggap tidak memerlukan landasan helikopter, karena menurut
Saptaria (2005) kondisi gedung yang memerlukan landasan helikopter
hanyalah gedung yang memiliki ketinggian > 60 m. Ketentuan ini
diberikan dengan pertimbangan proses evakuasi penghuni gedung.
Dengan ketinggian gedung yang 48 m, gedung RSUD Kota
Tangerang dianggap dapat melaksanakan evakuasi dengan waktu yang
cukup meskipun tanpa dibantu dengan evakuasi menggunakan
helikopter dan masih dapat dijangkau oleh tim penyelamat.
6.5. Sistem Proteksi Aktif RSUD Kota Tangerang
Sistem proteksi aktif yang tersedia di RSUD Kota Tangerang meliputi
deteksi dan alarm, siamese connection, APAR, hidran gedung, sprinkler,
sistem pemadam luapan, pengendali asap, deteksi asap, pembuangan asap, lift
kebakaran, cahaya darurat, listrik darurat dan ruang pengendali operasi.
Secara keseluruhan sistem proteksi aktif di RSUD Kota Tangerang dalam
keadaan baik meskipun sub komponen APAR dan sistem pemadam luapan
dalam keadaan kurang.
Dengan sistem proteksi aktif yang baik, RSUD Kota Tangerang telah
dapat memberikan keamanan pada penghuni gedung dari bahaya kebakaran.
Dengan sistem proteksi aktif yang baik juga, penghuni gedung dapat
menjalankan aktivitas secara optimal, tanpa perlu khawatir dengan bahaya
139
kebakaran yang dapat terjadi. Bila terjadi kebakaran, gedung RSUD Kota
Tangerang dapat melakukan pembatasan kebakaran dengan baik karena
memiliki sistem proteksi aktif yang baik. Menurut Gunawan (2011) sistem
proteksi aktif berfungsi optimal dalam pembatasan kebakaran.
6.5.1. Deteksi dan Alarm
Pada sub komponen deteksi dan alarm, hasilnya dalam kondisi baik
dengan hasil penilaian 1,92% dari nilai maksimal 1,92%. Deteksi dan
alarm yang tersedia di RSUD Kota Tangerang telah dapat melindungi
penghuni gedung di RSUD Kota Tangerang. Dengan deteksi dan
alarm yang baik, penghuni gedung dapat segera mengetahui bilamana
terjadi kebakaran dengan cepat, dan tentu dapat segera mengambil
langkah atau tindakan dengan cepat.
Pihak RSUD Kota Tangerang pun akan mendapat keuntungan,
karena dengan deteksi dan alarm yang baik, pihak RSUD Kota
Tangerang dapat segera mengetahui bila terjadi kebakaran dan dapat
segera melakukan tindakan pemadaman sebelum kebakaran
membesar. Sehingga RSUD Kota Tangerang dapat meminimalisir
kerugian yang diterima akibat kebakaran.
Kerugian yang dapat dihindari diantaranya kerugian akibar
kerusakan aset rumah sakit akibat dari kebakaran, Bila kebakaran
terjadi tentu akan merusak fasilitas dan aset rumah sakit yang ada di
dalam gedung. Bila kebakaran terjadi, aset-aset rumah sakit tersebut
140
akan terlindungi dengan cepat, meskipun pasti akan ada kerugian,
namun kerugian yang akan diterima akan lebih kecil dibandingkan
dengan jika RSUD Kota Tangerang tidak menyiapkan deteksi dan
alarm. Kebakaran akan lebih lambat terdeteksi, upaya penanganan
lebih lambat dan yang terjadi adalah kebakaran menghanguskan
seluruh aset rumah sakit tanpa sisa dan kerugian akan jauh lebih besar
didapat.
Hal ini didukung oleh Saptaria (2005) yang menjelaskan bahwa
deteksi dan alarm adalah salah satu sistem proteksi aktif kebakaran
yang digunakan untuk memperingatkan penghuni gedung bilamana
terjadi kebakaran. Selain itu, menurut Kemenkes RI (2012), deteksi
dan alarm kebakaran merupakan upaya pencegahan bahaya kebakaran
di rumah sakit. Dengan mendeteksi lebih dini kebakaran yang terjadi,
upaya penanggulangan dapat lebih cepat terlaksana sehingga dapat
melindungi penghuni dan aset yang berada di dalam rumah sakit.
6.5.2. Siamese Connection
Siamese connection yang tersedia di RSUD Kota Tangerang juga
telah dalam kondisi baik. Siamese connection merupakan alat bantu
pemadaman kebakaran yang memiliki fungsi kebalikan dari sistem
hidran. Pemasangan siamese connection memerlukan petunjuk
peletakkan alat tersebut (Saptaria, 2005).
141
Namun dalam pemasangannya, RSUD Kota Tangetang tidak
memberi petunjuk peletakkan. Seharusnya siamese connection
diberikan petunjuk peletakkan untuk memudahkan pengenalan
siamese connection dan letaknya. Dengan demikian bila kebakaran
terjadi, pihak pemadam kebakaran tidak menghabiskan waktu banyak
untuk mencari letak siamese connection yang terdapat di RSUD Kota
Tangerang.
Pemadam kebakaran juga dapat dengan segera menggunakan
siamese connection untuk menyuplai air ke sprinkler yang terdapat
didalam gedung. Sehingga penjalaran api kebakaran akan terhambat,
pemadaman dapat dilakukan dengan cepat, pihak rumah sakit akan
terhindar dari kerugian yang besar pula.
Keuntungan lain dari ketersediaan alat ini juga akan memberikan
opsi lain dan tambahan sumber daya dalam melaksanakan proses
pemadaman kebakaran. Pemadam kebakaran akan memiliki opsi lebih
bila kebakaran terjadi. Tentu saja hal ini akan menjadi keuntungan
bagi pihak RSUD Kota Tangerang. Dengan ini, RSUD Kota
Tangerang akan terhindar dari kerugian besar yang diakibatkan oleh
kejadian kebakaran.
6.5.3. Alat Pemadam Api Ringan
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) memang telah tersedia di
RSUD Kota Tangerang. Namun kondisinya tidak terjaga dan masih
142
terdapat APAR yang tidak siap pakai. Padahal menurut Saptaria
(2005), APAR merupakan alat pemadam tahap awal untuk mencegah
kebakaran membesar. Selain itu Kemenkes RI (2012) memberikan
pedoman instalasi khusus proteksi aktif yang terdapat APAR
didalamnya untuk diterapkan di rumah sakit. Selain itu, seharusnya
pihak RSUD Kota Tangerang belajar dari kasus kebakaran yang
pernah terjadi di RSUD Kabupaten Tangerang. Kebakaran tersebut
sebenarnya dapat dicegah membesar bila APAR yang tersedia siap
untuk digunakan. Namun berdasarkan keterangan yang terdapat dalam
laporan kebakaran yang terjadi, APAR yang tersedia tidak siap
digunakan sehingga menyebabkan kebakaran membesar dan
menimbulkan kerugian yang besar pula (Adityawarman, 2011).
APAR yang tidak siap tentu akan berakibat buruk pada RSUD
Kota Tangerang. Karena api akan membesar dengan cepat bila tidak
segera dipadamkan. Seharusnya bila tersedia APAR yang siap pakai,
penghuni bangunan dapat mencegah kebakaran membesar dengan
menggunakan APAR.
Menurut Smith (2006), rumah sakit memiliki potensi kebakaran
yang akan cepat membesar diakibatkan oleh tersedianya berbagai
macam bahan yang mudah terbakar di rumah sakit. Seperti misalnya
alkohol, kapas, baju pasien, dan berbagai macam peralatan rumah
sakit lainnya. Kebakaran yang terjadi bila mengenai bahan yang
mudah terbakar itu mungkin saja tidak memiliki suhu yang cukup
143
besar untuk mengaktifkan sprinkler, jadi pihak rumah sakit tidak bisa
hanya mengandalkan sprinkler. Oleh karena itu, Smith (2006)
mengatakan bahwa rumah sakit memerlukan APAR yang selalu siap
pakai sehingga dapat mengendalikan kebakaran dan meminimalisir
kebakaran itu sendiri.
Namun, ketersediaan dan kesiapan APAR harus didukung dengan
pelatihan terhadap penghuni gedung untuk menggunakannya. Menurut
The Financial Express (2010), anggota pemadam kebakaran
mengatakan bahwa jumlah korban kematian dan kerusakan properti
akibat kebakaran dapat diminimalisir dengan cara menyediakan
APAR di tempat yang tepat dan penduduk wilayah tersebut atau
penghuni gedung mendapatkan pelatihan untuk menggunakan APAR.
Oleh karena itu, sebaiknya RSUD Kota Tangerang segera
memperbaiki APAR yang tidak siap dan memberikan pelatihan
terhadap penghuni gedung agar dapat menggunakan APAR.
Tidak siapnya APAR di RSUD Kota Tangerang dapat terjadi
akibat beberapa hal. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti, informan menjelaskan bahwa belum ada tanggung jawab
yang jelas mengenai perawatan APAR di RSUD Kota Tangerang.
Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) yang
belum terbentuk menjadi alasan belum jelasnya tanggung jawab
mengenai hal ini. Sebaiknya pihak manajemen RSUD Kota Tangerang
mempercepat proses terbentuknya bagian K3RS yang sebenarnya
144
memiliki urgensi cukup tinggi mengingat tanggung jawab
pemeliharaan APAR juga belum jelas. Dengan terbentuknya bagian
K3RS, pemeliharaan dan pemeriksaan APAR tentu akan lebih jelas
menjadi tanggung jawab siapa dan dapat segera dilakukan perbaikan
mengenai keadaan APAR yang tidak sepenuhnya siap.
6.5.4. Hidran Gedung
Hidran gedung yang tersedia di RSUD Kota Tangerang telah
dalam kondisi yang baik. Semua persyaratan telah terpenuhi, ini
artinya hidran gedung telah siap digunakan bila terjadi kebakaran.
Dengan hidran gedung yang telah siap pakai, akan memudahkan
proses pemadaman kebakaran yang dilakukan oleh petugas pemadam
kebakaran dan mempercepat proses pemadaman api. Hidran gedung
yang siap pakai juga merupakan persyaratan sistem proteksi aktif
kebakaran yang diberlakukan oleh Kemenkes RI (2012). Gunawan
(2011) mengatakan, perencanaan proteksi kebakaran diantaranya
meliputi kesiapan peralatan pemadaman kebakaran. Dengan
pemenuhan terhadap persyaratan ini, RSUD Kota Tangerang telah
siap bila terjadi kebakaran secara tiba-tiba.
Dengan begitu, tentu kebakaran yang terjadi akan dapat segera
ditangani dan tidak akan terjadi kebakaran besar karena dapat segera
ditangani. Kebakaran akan terhambat perkembangannya dan segera
dapat dipadamkan.
145
Pemadaman kebakaran yang dilakukan dengan cepat akan mampu
memberikan dammpak positif bagi pihak rumah sakit. Pihak rumah
sakit akan terhindar dari bahaya kebakaran yang besar dan aset rumah
sakit yang ada dalam gedung yang terkena kebakaran akan dapat
segera terlindung.
6.5.5. Sprinkler
Sprinkler yang terdapat di RSUD Kota Tangerang juga telah
memiliki kondisi yang baik. Tentunya hal ini dapat menjadi
pendukung proses pemadaman api bila terjadi kebakaran. Sprinkler
yang berada dalam kondisi yang baik berarti dapat melindungi
penghuni gedung dari bahaya kebakaran. Sprinkler yang telah tersedia
dapat membantu proses pemadaman sekaligus menghambat
perkembangan api kebakaran. Dengan begitu, penghuni dan aset
gedung dapat terlindungi dari bahaya kebakaran. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Friedman (1992), bahwa pemasangan
sprinkler dapat membantu menghambat perkembangan api kebakaran.
Terhambatnya perkembangan api kebakaran tentu akan
memudahkan pihak pemadam kebakaran dalam memadamkan api.
Bahkan bila kebakaran yang terjadi tidak terlalu besar dan terdapat
petugas terlatih, api dapat segera padam dengan bantuan petugas
tersebut.
146
Dampak positif yang didapat oleh rumah sakit tentunya adalah
kerugian yang dapat diminimalisir. Karena bagaimanapun, kebakaran
akan selalu menimbulkan kerugian. Namun, dengan ketersediaan alat
proteksi kebakaran akan menurunkan kerugian yang akan diterima
oleh korban dan manajemen RSUD Kota Tangerang.
6.5.6. Sistem Pemadam Luapan
Sistem pemadam luapan yang terdapat di RSUD Kota Tangerang
erat kaitannya dengan APAR. Hal ini dikarenakan sistem pemadam
api luapan yang tersedia di RSUD Kota Tangerang menggunakan
APAR sebagai komponen utamanya. Namun seperti dijelaskan dalam
pembahasan APAR diatas, dapat diketahui bahwa sistem pemadam
luapan yang terdapat di RSUD Kota Tangerang tidak sesuai dengan
persyaratan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan
gedung (Pd-T-11-2005-C).
Hal ini dapat menyebabkan kegagalan dalam memadamkan api,
selain itu, pemadam luapan ditujukan untuk menghindari kerusakan
pada alat listrik dan komputer yang berisikan data-data penting rumah
sakit. Sehingga dapat dipastikan bila terjadi kebakaran, data-data
penting rumah sakit dalam keadaan yang sangat tidak aman
Hal tersebut dapat terjadi karena upaya pemadaman kebakaran
yang dilakukan tidak dapat melindungi peralatan komputer yang
terdapat di RSUD Kota Tangerang. Seperti yang dikatakan oleh
147
Nunez (2007), setiap gedung seharusnya memiliki APAR yang
memiliki bahan yang dapat memadamkan api tanpa merusak komputer
berisikan data-data penting yang ada di rumah sakit.
Seharusnya, bila pemadam luapan yang tersedia di RSUD Kota
Tangerang telah siap pakai, akan membantu penghambatan
perkembangan api kebakaran juga. Namun, dengan ketidaksiapan ini,
akan memberikan efek buruk bagi RSUD Kota Tangerang. Bahkan
dapat dikatan efek ganda. Yang pertama kebakaran yang terjadi dapat
dengan cepat menyebar, kemudian yang kedua kerugian yang akan
diterima oleh pihak RSUD Kota Tangerang akibat kebakaran akan
menjadi sangat besar dan tidak dapat diminimalisir.
6.5.7. Pengendali Asap
Pengendali asap yang tersedia di RSUD Kota Tangerang telah
dalam kondisi yang baik. Kondisi baik dapat diartikan bahwa
pengendali asap yang tersedia telah siap untuk digunakan dan dapat
melindungi penghuni gedung dari bahaya kebakaran (Saptaria, 2005).
Pengendali asap menjadi penting untuk mengendalikan asap akibat
kebakaran yang dapat mengganggu jalan nafas penghuni yang
melakukan evakuasi dan juga dapat menjadi penghalang penglihatan
daripada korban kebakaran. Dengan demikian RSUD Kota Tangerang
telah dapat mengendalikan asap akibat kebakaran, sehingga dapat
148
melindungi jalan nafas dan penglihatan penghuni yang melakukan
evakuasi dan pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan api.
Kemudian asap yang banyak mengandung gas CO2 tersebut akan
merepotkan petugas pemadam kebakaran juga nantinya. Bila suatu
ruangan dipenuhi dengan CO2, maka gas O2 yang menjadi elemen
pembentuk api akan berkurang. Hal ini menyebabkan api akan segera
menyambar gas O2 dengan cepat. Maka akan terjadi ledakan yang
biasa disebut dengan flashover. Kejadian ini lah yang dihindari oleh
siapapun yang terdapat di daerah kebakaran. Ledakan akibat dari
peristiwa ini sanggup untuk meruntuhkan satu gedung bila
kejadiannya melibatkan sangat banya gas O2. Oleh karena itu,
pengendali asap yang tersedia di RSUD Kota Tangerang sangat
penting untuk melindungi gedung dari keruntuhan.
Sesuai dengan yang telah dibahas oleh Colt (2014), bahwa dengan
pengendalian asap, kita dapat membantu rute evakuasi terlindung dari
asap, pelaksanaan pemadaman kebakaran dapat lebih optimal,
flashover atau kejadian ledakan akibat proses kebakaran di ruangan
tertutup dapat dikurangi, dapat melindungi isi ruangan/gedung dan
mengurangi risiko kerusakan pada gedung.
6.5.8. Deteksi Asap
Deteksi asap yang terdapat di RSUD Kota Tangerang masih
dikategorikan dalam kategori cukup dikarenakan masih terdapat
149
detektor asap di bagian dapur pada kantin RSUD Kota Tangerang.
Seharusnya hal tersebut dapat dihindari dan detektor yang digunakan
dapat diganti dengan detektor panas. Hal ini untuk menghindari
terjadinya alarm palsu akibat dari detektor asap yang terdapat di
bagian dapur, yang kita tahu bahwa dapur merupakan tempat
memasak yang terkadang terdapat asap akibat proses memasak.
Menurut Saptaria (2005) deteksi asap dalam pemasangannya perlu
menghindari tempat seperti dapur yang dapat menyebabkan alarm
palsu. Alarm palsu dapat mengakibatkan kesalahan dalam menanggapi
keadaan atau situasi dan dapat berbahaya bila kejadian berulang. Pada
saat terjadi alarm asli akibat kebakaran, penghuni akan terbiasa
berfikir bahwa itu hanyalah alarm palsu.
Hal tersebut juga dapat menjadi faktor penghambat evakuasi dalam
keadaan darurat. Penghuni gedung akan bersikap acuh dengan alarm
keadaan darurat bila terbiasa seperti itu. Dan bila terjadi kejadian
darurat yang sesungguhnya, dapat dibayangkan apa yang akan terjadi.
Waktu untuk melakukan evakuasi sangatlah singkat, bila waktu yang
singkat tersebut dipotong oleh sikap penghuni yang acuh, maka waktu
akan menjadi sangat terbatas. Dalam keadaan seperti itu, pihak RSUD
Kota Tangerang akan mendapatkan masalah yang lebih besar.
150
6.5.9. Pembuangan Asap
Pembuangan asap yang terdapat di RSUD Kota Tangerang juga
masih dalam kategori cukup. Ini artinya keadaan pembuangan asap
yang terdapat di RSUD Kota Tangerang masih belum optimal. Hal ini
dapat menyebabkan terganggunya proses penghambatan
perkembangan api kebakaran. Bila tidak diperbaiki bukan tidak
mungkin akan mengganggu proses pengendalian asap yang terdapat di
RSUD Kota Tangerang dan mengganggu proses evakuasi juga proses
pemadaman kebakaran. Hal ini saling berkaitan, karena penghambatan
api kebakaran sangat penting peranannya.
Penghambatan api kebakaran dilakukan untuk memberikan cukup
waktu dalam pelaksanaan evakuasi. Selain itu, penghambatan api
dimaksudkan agar kejadian kebakaran tidak membesar dan dapat
segera dipadamkan.
Sehingga yang terjadi adalah kejadian kebakaran tidak membesar,
evakuasi cukup waktu untuk dilakukan kemudian pemadaman
kebakaran juga dapat segera terlaksana. Api akan lebih cepat padam
bila api kebakaran tersebut tidak membesar.
Seperti dikatakan oleh Friedman (1992), pembuangan asap menjadi
penting untuk penghambatan proses penjalaran api, sehingga api
kebakaran tidak mudah menyebar sehingga terdapat cukup waktu
untuk dilakukannya evakuasi dan pemadaman kebakaran.
151
6.5.10. Lift Kebakaran
Lift Kebakaran yang tersedia di RSUD Kota Tangerang sudah
tersedia, namun akan lebih baik lagi bila penempatannya lebih
mudah diketahui oleh penghuni gedung. Pada gedung RSUD Kota
Tangerang yang memiliki 8 lantai, tentu ketersediaan lift kebakaran
dapat membantu proses evakuasi menjadi lebih cepat. Namun, bila
ketersediaannya tidak mudah dilihat dan diketahui oleh penghuni,
maka lift kebakaran yang tersedia menjadi tidak maksimal
penggunaannya. Seharusnya RSUD Kota Tangerang memberikan
petunjuk mengenai letak lift kebakaran ini agar mudah diketahui
oleh penghuni gedung.
Lift kebakaran diperlukan untuk proses penanggulangan kebakaran
sehingga pemadam kebakaran dapat melaksanakan proses
pemadaman dan penyelamatan dengan cepat (Saptaria, 2005).
Bukowski (2003) juga menyebutkan, bahwa lift kebakaran yang
tersedia harus mudah diketahui oleh penghuni gedung, agar dapat
maksimal dalam penggunaannya dalam melakukan evakuasi.
Oleh karena itu, lift kebakaran yang tersedia di RSUD Kota
Tangerang menjadi penting, untuk mempercepat proses evakuasi,
sehingga dapat menghindari jatuhnya korban akibat kejadian
kebakaran. Penghuni gedung dapat dengan aman melaksanakan
evakuasi, kemudian RSUD Kota Tangerang juga akan mendapatkan
keuntungan bila menerapkan lift kebakaran dengan baik. Pengunjung
152
dan penghuni gedung akan merasa aman, sehingga pelayanan yang
diberikan dapat menjadi maksimal, pengunjung rumah sakit akan
merasa lebih nyaman dan akan meningkatkan citra RSUD Kota
Tangerang.
6.5.11. Cahaya Darurat
Cahaya Darurat yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah
dalam kondisi baik. Sub komponen ini berkaitan dengan listrik
darurat. Sub komponen ini dalam kondisi baik yang artinya dapat
digunakan bila terjadi keadaan darurat dan dapat membantu jalannya
proses evakuasi penghuni gedung. Penghuni gedung dapat melihat
dengan jelas petunjuk arah evakuasi dengan tersedianya
pencahayaan darurat di RSUD Kota Tangerang.
Ketersediaan cahaya darurat dimaksudkan untuk membantu proses
evakuasi sehingga penghuni dapat dengan jelas melihat petunjuk
evakuasi dengan pencahayaan yang cukup. (Saptaria, 2005). Jadi
dengan adanya pencahayaan darurat di RSUD Kota Tangerang,
pelaksanaan evakuasi akan lebih cepat. Pihak RSUD Kota
Tangerang dapat menghindari jatuhnya korban akibat kejadian
darurat.
Dengan begitu, maka pihak RSUD Kota Tangerang dapat terhindar
dari kerugian yang sangat besar dan dapat melindungi pasien dan
pengunjung rumah sakit. Sesuai dengan komitmen RSUD Kota
153
Tangerang yang ingin memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik
bagi masyarakat Kota Tangerang
6.5.12. Listrik Darurat
Listrik darurat yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah dalam
kondisi baik. Sub komponen ini saling berkaitan dengan cahaya
darurat. Listrik darurat menjadi penting untuk mengaktifkan cahaya
darurat yang tersedia. Sub komponen ini dalam kondisi baik yang
artinya dapat digunakan bila terjadi keadaan darurat dan dapat
membantu jalannya proses evakuasi penghuni gedung. Seperti
halnya dengan cahaya darurat, dengan listrik darurat yang baik,
RSUD Kota Tangerang dapat memudahkan proses evakuasi yang
dilakukan penghuni gedung.
Sumber listrik yang tersedia dalam suatu bangunan gedung
minimal terdapat 2 sumber. Hal ini dimaksudkan untuk tersedianya
listrik dalam keadaan darurat bila salah satu sumber tidak dapat
menyediakan listrik. Sehingga dalam keadaan darurat, penghuni
gedung tetap dapat melaksanakan evakuasi dengan cepat. (Saptaria,
2005).
Pelaksanaan evakuasi yang cukup waktu dapat meningkatkan
kemungkinan korban selamat. Kemudian pelaksanaan evakuasi yang
cukup waktu juga dapat memberikan keuntungan bagi RSUD Kota
Tangerang. Pihak RSUD Kota Tangerang akan mendapatkan
154
kepercayaan dari pengunjung dan pasien yang berobat. Yang mana
hal tersebut akan memberikan profit lebih bagi rumah sakit.
6.5.13. Ruang Pengendali Operasi
Ruang pengendali operasi yang terdapat di RSUD Kota Tangerang
juga masih dalam kondisi cukup. Seharusnya ruang pengendali
operasi yang tersedia lebih lengkap peralatannya. Tidak hanya
menggunakan peralatan sederhana saja. Seharusnya pihak RSUD
Kota Tangerang menyediakan ruang pengendali operasi yang
memiliki ventilasi yang cukup. Hal ini diperlukan agar petugas jaga
dapat lebih nyaman di dalam ruang pengendali operasi sehingga
pemantauan dapat dilakukan secara terus menerus.
Ruang pengendali operasi yang baik seharusnya memiliki ventilasi
yang baik, dapat memonitor seluruh kejadian kebakaran dan selalu
diawasi oleh petugas jaga. (Saptaria, 2005).
Dengan petugas yang nyaman berada di ruang pengendali operasi,
tentu akan meningkatkan pemantauan yang dilakukan oleh petugas
tersebut. Namun, bila pihak RSUD Kota Tangerang tidak segera
memperbaiki hal ini, maka yang akan terjadi adalah petugas jaga
tidak merasa nyaman, proses pemantauan akan tidak maksimal,
sehingga akan memberikan kerugian bagi pihak RSUD Kota
Tangerang.
155
6.6. Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang
Sistem proteksi pasif RSUD Kota Tangerang yang terdiri dari ketahanan
api struktur bangunan, kompartemenisasi ruang dan perlindungan bukaan
telah dalam kondisi yang baik. Dengan hasil penilaian yang sempurna, tentu
menjadi keuntungan lebih bagi RSUD Kota Tangerang. Kondisi ini
memastikan bahwa sistem proteksi pasif yang tersedia di RSUD Kota
Tangerang telah dilaksanakan dengan baik dan dapat membantu proses
penghambatan meluasnya kejadian kebakaran.
6.6.1. Ketahanan Api Struktur Bangunan
Pada sub komponen ketahanan api struktur bangunan
didapatkan hasil penilaian yang sempurna. Ketahanan api
struktur bangunan RSUD Kota Tangerang erat kaitannya dengan
proses evakuasi dan mencegah proses penyebaran kebakaran
dalam gedung (Saptaria, 2005). Dengan ketahanan api struktur
bangunan yang baik, penjalaran api maupun panas dari
kebakaran dapat diminimalisir (SNI 03–1736-2000). Hal ini
dapat menjadi pertanda, bahwa dengan ketahanan api struktur
bangunan yang baik, RSUD Kota Tangerang dapat mencegah
proses penyebaran kebakaran dan mencegah proses penjalaran
api dan panas.
Dengan ketahanan api struktur bangunan yang baik, RSUD
Kota Tangerang akan terhindar dari kerugian yang besar.
156
Kemudian evakuasi yang dilakukan juga akan menjadi lebih
aman. Sehingga RSUD Kota Tangerang akan terhindar dari
kerugian akibat jatuhnya korban akibat kejadian kebakaran.
Kebakaran yang terjadi juga akan lebih mudah dipadamkan,
kemudian aset rumah sakit yang terdapat di gedung dapat
terlindungi bila ketahanan api struktur bangunannya dapat
mempertahankan struktur bangunan tersebut. Maka kerugian
yang terjadi akibat kejadian kebakaran dapat diminimalisir.
6.6.2. Kompartemenisasi Ruang
Kompartemenisasi ruang yang terdapat di RSUD Kota
Tangerang merupakan kompartemenisasi ruang yang telah
terencana dan masuk dalam kategori baik dalam hasil penilaian.
Kompartemenisasi ruang yang baik diperlukan sebagai salah
satu upaya proteksi pasif bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran (Saptaria, 2005). Selain itu, kompartemenisasi ruang
yang baik juga dapat melindungi penghuni dan aset gedung dari
bahaya kebakaran dan dapat melakukan evakuasi tanpa terpapar
bahaya kebakaran (SNI 03–1736-2000). Dengan hasil penilaian
yang baik ini, RSUD Kota Tangerang dapat dikatakan telah
melindungi penghuni gedung dari bahaya kebakaran yang dapat
terjadi kapan saja.
157
Kondisi kompartemenisasi ruang yang baik dapat menjadi
keuntungan bagi RSUD Kota Tangerang. RSUD Kota
Tangerang tidak terhindar dari paparan bahaya kebakaran yang
dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu, kompartemenisasi
ruang yang terdapat di RSUD Kota Tangerang harus dalam
keadaan baik. Dengan manfaat yang diberikannya,
kompartemenisasi ruang sangat diperlukan oleh RSUD Kota
Tangerang.
Kompartemenisasi ruang yang tersedia di RSUD Kota
Tangerang dapat menghindarkan RSUD Kota Tangerang dari
kerusakan aset secara besar-besaran akibat kebakaran. Selain itu,
pelaksanaan evakuasi juga dapat dilakukan dengan aman,
sehingga korban akibat kebakaran dapat diminimalisir.
Keuntungan lebih dari ketersediaan kompartemenisasi ruang
bagi RSUD Kota Tangerang ialah dengan terlindungnya aset
perusahaan, tentu akan meminimalisir kerugian yang
ditimbulkan akibat terjadinya kebakaran bila kebakaran terjadi.
6.6.3. Perlindungan Bukaan
Perlindungan bukaan juga dimaksudkan untuk melindungi
penghuni dan aset gedung dari bahaya kebakaran (Saptaria,
2005). Dengan hasil penilaian yang baik, tentunya perlindungan
bukaan yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah dapat
158
melindungi penghuni dan aset gedung RSUD Kota Tangerang.
Selain itu, RSUD Kota Tangerang dapat memastikan bahwa
proses evakuasi dapat segera dilakukan karena penjalaran api
telah terproteksi. Menurut SNI 03–1736-2000, perlindungan
bukaan yang baik dapat mencegah penjalaran api dan membantu
proses evakuasi yang dilakukan bila terjadi keadaan darurat
akibat kebakaran.
Dengan kata lain, bila RSUD Kota Tangerang menyiapkan
perlindungan bukaan sesuai dengan persyaratan, maka RSUD
Kota Tangerang dapat menghambat penjalaran api kebakaran,
dengan begitu perkembangan api kebakaran juga akan
terhambat. Kemudian kebakaran yang terjadi juga tidak akan
memberikan kerusakan yang berlebih dalam waktu yang cepat.
Jadi proses pengendalian kebakaran tetap dibutuhkan meskipun
telah tersedia perlindungan bukaan ini, namun akan memberikan
waktu bagi pelaksanaan evakuasi.
Bila proses pemadaman api segera dilakukan, kerusakan
aset rumah sakit juga dapat diminimalisir. Dengan begitu
kerugian yang diderita oleh RSUD Kota Tangerang akibat
kebakaran juga akan lebih sedikit. Kerugian memang akan
selalu ada bila terjadi kebakaran, namun kerugian tersebut dapat
diminimalisir bila manajemen RSUD Kota Tangerang telah
menyiapkan perencanaan pengendalian kebakaran dengan baik.
159
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Hasil penilaian keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan gedung
RSUD Kota Tangerang adalah sebagai berikut.
1. Tingkat keandalan kelengkapan tapak bangunan di RSUD Kota
Tangerang telah dalam kategori baik dengan nilai 21,2% dari
standar nilai 25%. Semua sub komponen telah mendapatkan hasil
penilaian yang baik dan memenuhi seluruh kriteria penilaian,
artinya komponen kelengkapan tapak bangunan RSUD Kota
Tangerang berfungsi dengan baik, sehingga pemakai gedung dapat
melakukan kegiatannya dengan mendapat perlindungan dari
kebakaran dengan baik.
2. Tingkat keandalan sarana penyelamatan RSUD Kota Tangerang
telah dalam kategori baik dengan nilai 20,75% dari standar nilai
25%, namun terdapat salah satu sub komponen yang tidak dapat
memenuhi seluruh kriteria penilaian, yaitu konstruksi jalan keluar.
Sub komponen konstruksi jalan keluar tidak mendapatkan nilai
yang sempurna karena belum dapat dipastikannya kecukupan
waktu dalam pelaksanaan evakuasi akibat dari belum terlaksananya
simulasi keadaan darurat di RSUD Kota Tangerang.
160
3. Tingkat keandalan sistem proteksi aktif RSUD Kota Tangerang
masuk dalam kategori cukup dengan nilai 17,65% dari standar nilai
24%. Hal ini dikarenakan 13 sub komponen penyusun komponen
sistem proteksi aktif, 4 diantaranya masih dalam kategori cukup
dan bahkan 2 sub komponen dinyatakan dalam kategori kurang.
Sub komponen yang masuk dalam kategori kurang adalah APAR
dan sistem pemadam luapan. Hal ini dikarenakan ketidaksiapan
kedua komponen tersebut untuk digunakan dalam keadaan darurat.
4. Tingkat keandalan sistem proteksi pasif RSUD Kota Tangerang
masuk dalam kategori baik dan telah memenuhi seluruh kriteria
penilaian dengan nilai 21,63% dari standar nilai 26%. Artinya
sistem proteksi pasif yang dimiliki oleh RSUD Kota Tangerang
telah dapat melindungi penghuni gedung dari bahaya kebakaran.
5. Tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan RSUD Kota
Tangerang terhadap bahaya kebakaran secara keseluruhan telah
dalam kondisi baik. Dengan nilai keandalan 81,23%, RSUD Kota
Tangerang memiliki nilai keandalan dengan kategori baik, tetapi
masih ada kekurangan pada komponen sistem proteksi aktif yang
dalam komponen tersebut terdapat 2 sub komponen masuk dalam
kategori kurang yaitu APAR dan sistem pemadam luapan.
161
7.2. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka peneliti memberikan beberapa
saran sebagai berikut.
7.2.1. Saran Untuk RSUD Kota Tangerang
1. Sebaiknya pihak RSUD Kota Tangerang melakukan simulasi
evakuasi keadaan darurat sebagai tolok ukur kecukupan waktu
dalam melakukan evakuasi.
2. RSUD Kota Tangerang hendaknya memberikan petunjuk
peletakkan siamese connection untuk memudahkan pengenalan
terhadap alat dan letak alat tersebut.
3. Untuk alat deteksi asap yang terletak di bagian dapur kantin
RSUD Kota Tangerang sebaiknya diganti menggunakan detektor
panas untuk menghindari terjadinya alarm palsu.
4. Dokumen mengenai spesifikasi alat-alat proteksi kebakaran
sebaiknya menjelaskan spesifikasi alat secara lebih rinci untuk
memudahkan proses inspeksi dan pengecekan alat.
5. Lift kebakaran yang sudah tersedia akan menjadi lebih baik lagi
bila diberikan petunjuk mengenai penggunaan dan
peletakkannya.
162
6. RSUD Kota Tangerang sebaiknya menambahkan peralatan yang
tersedia di ruang pengendali operasi dan memberikan ventilasi
udara yang cukup pada ruangan tersebut untuk membuat petugas
jaga lebih nyaman sehingga pemantauan dapat dilakukan terus
menerus.
7. Sebaiknya RSUD Kota Tangerang melakukan pengecekan dan
pemeliharaan tabung APAR secara berkala untuk menghindari
ketidaksiapan APAR bila terjadi keadaan darurat.
8. Sebaiknya RSUD Kota Tangerang segera memperbaiki APAR
yang tidak siap dan memberikan pelatihan penggunaan APAR.
9. Manajemen RSUD Kota Tangerang sebaiknya segera
membentuk tim ataupun bagian keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakit (K3RS) untuk memperjelas tugas dan tanggung
jawab untuk pemeliharaan sistem keselamatan kebakaran
bangunan gedung RSUD Kota Tangerang.
10. Untuk keselamatan kebakaran bangunan gedung secara
keseluruhan, perlu dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan,
perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala
dengan tujuan meningkatkan sistem keselamatan kebakaran
bangunan RSUD Kota Tangerang.
163
7.2.2. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan tools
yang lebih spesifik terhadap keselamatan kebakaran bangunan
di rumah sakit untuk analisis dan pembahasan yang lebih rinci
terhadap keselamatan kebakaran bangunan rumah sakit
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan observasi
disertai dengan pengecekan seluruh alat untuk memastikan
seluruh alat proteksi kebakaran berfungsi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adityawarman. 2011. Kebakaran Pabrik Tangerang Dominan Akibat
Korsleting Listrik. Diakses dari http://banten.antaranews.com/berita/16878/kebakaran-pabrik-tangerang-dominan-
akibat-korsleting-listrik pada tanggal 28 Desember 2013
Ahlbrandt Jr. 1973. Efficiency in the provision of fire services. Kluwer
Academic Publishers
Ahmadi. 2009. Akibat Las, RSUD Tangerang Dilalap Api. Diakses dari
http://news.detik.com/read/2009/12/16/164912/1261369/10/akibat-las-rsud-
tangerang-dilalap-api?nd771108bcj pada tanggal 24 Maret 2014
Al Banna, M. H. (2010). Gambaran Penerapan Sistem Kesiagaan dan
Tanggap Darurat di Gardu-Gardu Induk PT PLN (Persero) Penyalur dan Pusat
Pengatur Beban Jawa Bali Region Jakarta dan Banten, Unit Pelayanan
Transmisi Jakarta Selatan (P3B-JB RJKB UPT Jakarta Selatan). Jakarta:
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
Alfian, Qorik; Budisantoso W. 2012. Upaya Percepatan Waktu Tanggap
Darurat Terhadap Penanggulangan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Anonim. 2010. Install fire extinguishers soon. The Financial Express, 2010 Jun
10
Anonim. 2010. Rumah Sakit Sari Asih Serang. Diakses dari
http://sariasih.com/lvl2/index.php?option=com_content&view=article&id=40&Ite
mid=118&lang=en pada tanggal 20 Mei 2014
Anonim. 2013. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Diakses dari
http://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/396/mod_resource/content/0/bahan%201-
Pedoman%20Sanitasi%20Rumah%20Sakit%20di%20Indonesia.pdf pada tanggal
3 Mei 2014
Anonim. 2013. Study: Good Safety Boosts The Bottom Line. Diakses dari
http://www.safetynewsalert.com/study-good-safety-boosts-the-bottom-line/ pada
tanggal 24 Mei 2014
Anonim. 2014. DAMKAR Tangsel Sosialisasi Antisipasi Kebakaran Untuk
Warga. Diakses dari http://tangseloke.com/news/2013/05/14/damkar-tangsel-
sosialisasi-antisipasi-kebakaran-untuk-warga/ Pada tanggal 15 Mei 2014
Anonim. 2014. Laporan Kejadian Bencana dan Kebakaran Bulan Januari-
Maret 2014. Diakses dari http://tangerangkab.go.id/laporan-kejadian-bencana-
dan-kebakaran-bulan-januari-maret-2014/ pada tanggal 12 April 2014
Arrazy, Syafran. 2013. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kebakaran
di Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2013. Palembang:
Universitas Sriwijaya
Bennet NB.Silalahi dan Rumondang Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Bierster, Gregory. 2010. Improving Fire and Life Safety in Hospitals. New
York: Fire Department, City of New York
Bukowski, Richard W. 2003. Protected Elevators For Egress and Access
During Fires in Tall Buildings. Gaithersburg: NIST Building and Fire Research
Laboratory
Colt.2014. Smoke Control Systems: Creating a safe environment. Diakses dari
http://www.coltinfo.co.uk/smoke-control.html pada tanggal 26 Mei 2014.
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit
Sarana Penyelamatan Jiwa. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Fauza, Iqbal. (2011). Pra Rancangan Pabrik Glukosa Monohidrat dari Pati
Sagu. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22554/5/Chapter%20I.pdf pada
tanggal 5 November 2013
Friedman, Raymond. 1992. An International Survey of Computer Models for
Fire and Smoke. Norwood: Factory Mutual Research Corporation Norwood, MA
Furness, Andrew dan Muckett, Martin. 2007. Introduction to Fire Safety
Management. Oxford: Butterworth-Heinemann
Gunawan, Tri. 2011. Sistem Pemeriksaan Keandalan Bangunan dalam
Pencegahan Bahaya Kebakaran (Studi Kasus Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo
Square). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta
G. Grant, J. Brenton, D. Drysdale. 2000. Progress in Energy and Combustion
Science. Edinburgh: Department of Civil and Environment Engineering of The
University of Edinburgh
Haessler, W.M. 1974. The Extinguishment of Fire. Madison: National Fire
Protection Association
Hargiyarto, Drs. Putut. 2003. Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran.
Yogyakarta: FT Universitas Negeri Yogyakarta
Hepiman, Fison; Rico Januar Sitorus; Hamzah Hasyim. 2009. Rancangan dan
Tanggap Darurat Terhadap Bahaya Kebakaran di Rumah Sakit Dr. Ernaldi
Bahar Palembang Tahun 2009. Palembang: Universitas Sriwijaya
Himpunan Pemerhati Lingkungan Indonesia. Potensi Bencana. Diakses dari
http://www.hpli.org/bencana.php pada tanggal 28 Oktober 2013
Isaac, Stephen dan Michael, William B. 1981. Handbook in Research and
Evaluation. California: EdITS publishers
Jamsostek. (2012). Laporan Tahunan 2012. Diakses dari
http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=5&id=47 pada tanggal 28 Oktober
2013
Jojo, dkk. 2013. 2013, Kebakaran Capai 74 Kasus. Diakses dari
http://bantenposnews.com/berita-8261-2013-kebakaran-capai-74-kasus.html pada
tanggal 21 Maret 2014
Kusnendar, Yustinus K. 2009. Sistem Dan Implementasi Emergency Response
And Preparedness Sebagai Upaya Pengendalian Kondisi Darurat Di PT.
Seamless Pipe Indonesia Jaya Cilegon-Banten. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
Kristiyanto, Ambar. 2012. Evaluasi Sistem Manajemen Kebakaran Gedung
Rektorat Universitas Brawijaya (Lantai 1 s.d. 4). Malang: Universitas Brawijaya
Lasino dan Suhedi, Fefen. 2005. Kajian Penerapan Manajemen Keselamatan
Kebakaran (Fire Safety Management )Pada Bangunan Gedung Tinggi di
Indonesia. Bandung: Balai Sains Bangunan – Puslitbang Permukiman
Departemen Pekerjaan Umum
Mahmudah. 2012. Evaluasi Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir).
Pekanbaru: Universitas Riau
Marbun, Zulkifli. 2014. Polisi Periksa Petugas Rumah Sakit Jambi
Pascakebakaran. Diakses dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/04/03/n3gnv8-polisi-
periksa-petugas-rumah-sakit-jambi-pascakebakaran pada tanggal 7 April 2014
Nugroho, Adhitya. 2010. Evaluasi Emergency Response Plan dan Alat
Pemadam Api Ringan pada PT. Philips Indonesia. Surabaya: Institut Teknologi
Surabaya
Nunez, R. 2007. Fire in the Workplace: Fundamental Elements of Prevention
& Protection. Professional Safety, 52, 46-48
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 10/ 2008
tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan
Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4/MEN/1980 tentang
Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. 2009.
Kebakaran di Rumah Sakit Sari Asih Serang Akibat Arus Pendek Listrik. Diakses
dari http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=306 pada tanggal 7 April 2014
Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen Kebakaran. Jakarta: Dian Rakyat
Rangga. 2009. RSUD Tangerang Terbakar. Diakses dari
http://tangerangnews.com/baca/2009/12/16/1963/rsud-kabupaten-tangerang-
terbakar pada tanggal 24 Maret 2014
Saptaria, Erry et al. 2005. Pedoman Teknis Pemeriksaaan Keselamatan
Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C). Bandung: Puslitbang
Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Departemen Pekerjaan
Umum
Septiadi, Anas. 2012. Perbedaan Sistem Dan Pengetahuan Tanggap Darurat
Bencana Kebakaran Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pelatihan Pada Gedung
Sekolah Dasar Sang Timur Semarang. Diakses dari
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Smith, J. P. 2006. Hospital Fires: Special Challenges For Emergency
Responders -- Part 2. Firehouse, 31, 26-31
SNI 03-1736-2000. Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung. Diakses dari
http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_PASIF.PDF pada tanggal 25 Maret
2014
Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Penerbit PPM, Jakarta.
Sulaksmono. 1997. Mekanisme Penanganan Kebakaran Dalam Keadaan
Darurat. Bandung : Departement Biologi FMIPA IPB
Suma’mur, P.K. 1997. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.
Jakarta: PT Gunung Agung
Suprapto. Angelina Aimee. 2009. Pendekatan Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran di Lingkungan Pemukiman Kumuh dan Perkotaan.
Diakses dari http://www.penataanruang.net/bulletin/view/_printart.asp?idart=210
pada tanggal 19 Mei 2014
Sutjana, I Dewa P. 2006. Hambatan Dalam Penerapan K3 dan Ergonomi di
Perusahaan. Pascasarjana Universitas Udayana. Bali
Syahri, Endah Alfiyanti. 2011. Aplikasi Sistem Proteksi Kebakaran Sebagai
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran di PT. Pura
Barutama Unit Offset Kudus. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Tarwaka, Solichul Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Widyaningsih. 2006. Studi Tentang Sarana dan Prasarana Pemadam
Kebakaran di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal Tahun 2006. Semarang:
Universitas Diponegoro
Wood Jr., Henson M. 1973. Modular Firefighting Unit. Lockheed Aircraft
Corporation (Burbank, CA)
Yunus, Muhammad. 2010. Gambaran Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran RSUD Pasar Rebo di Gedung B. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran
Hasil Penilaian
Komponen
KSKB
Bobot KSKB
(%) Sub Komponen
Nilai Sub KSKB
(%)
Nilai KSKB
(%)
Kelengkapan
Tapak 25
Sumber Air 6,75
25 Jalan Lingkungan 6,25
Jarak Antar Bangunan 5,75
Hidran Halaman 6,25
Sarana
Penyelamatan 25
Sarana Jalan Keluar 9,5
24,125 Konstruksi Jalan Keluar 7,875
Landasan Helikopter 6,75
Sistem Proteksi
Aktif 24
Deteksi dan Alarm 1,92%
20,416
Siamese Connection 1,72%
Alat Pemadam Api Ringan 0,96%
Hidran Gedung 1,92%
Sprinkler 1,92%
Sistem Pemadam Luapan 0,84%
Pengendali Asap 1,92%
Deteksi Asap 1,344%
Pembuangan Asap 1,344%
Lift Kebakaran 1,344%
Cahaya Darurat 1,92%
Listrik Darurat 1,92%
Ruang Pengendali Operasi 1,344%
Sistem Proteksi
Pasif 26
Ketahanan Api Struktur
Bangunan 9,36%
26 Kompartemenisasi Ruang 8,32%
Perlindungan Bukaan 8,32%
Total 95,54
Hidran Halaman Diesel Fire Pump Panel Control Diesel Pump
Ruang Kontrol Jalan Lingkungan Sprinkler dan Detektor
Pintu Darurat Tangga Darurat APAR
Siamese Connection Hidran Gedung Pengendali Asap
Dapur Kantin
Matriks Wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
Informan 1 Informan 2
1 Menurut anda, bagaimana potensi
bahaya kebakaran di RSUD Kota
Tangerang?
...saya pikir pasti ada lah bahaya itu kebakaran itu.
2 Menurut anda, apakah seluruh pekerja
mengetahui hal-hal apa saja yang perlu
dilakukan jika terjadi kebakaran? Hal
apa yang meyakinkan anda dapat
memiliki opini tersebut?
Saya pikir pasti tau lah, karena kan sebelum ini juga kan
karyawan disini udah dapet pelatihan juga...
... semua pasti tau lah, ya pasti
tau kayak gini ini, pasti tau...
3 Bagaimana cara RSUD Kota
Tangerang berinteraksi dengan
Pemadam Kebakaran Kota
Tangerang? Apakah terdapat resopn
yang positif dari pihak pemadam
kebakaran Kota Tangerang?
...pasti udah koordinasi sama damkar, karena emang kan
pembangunan ini sendiri diserahkan sama kontraktor, tapi
untuk masalah perencanaan kebakaran ini juga kan
awalnya dari dinas tata kota ya, pasti ada koordinasi sama
pihak damkar...
Ada, itu pasti...
4 Berapa kapasitas air di RSUD Kota
Tangerang?
... mencukupi atau engga saya kira sih mencukupi ya,
buktinya sampe sekarang kita ga ada permasalahan
kekurangan air...
... saya juga lupa lagi pak, tapi itu
udah sesuai sama debit
pemakaian, jadi udah terbagi
lah...
5 Bagaimana fungsi dari hidran halaman
yang ada di RSUD Kota Tangerang?
Apakah telah sesuai dengan peraturan
yang berlaku?
...cukup bagus lah, karena alatnya juga masih baru pasti
masih bagus, terus perencanaan juga dari dinas tata kota
saya pikir udah sesuai pasti sama peraturan yang ada.
...udah... instalasinya mereka itu
sebelum dikasih ke yang punya,
mereka manggil yang ahlinya...
6 Bagaimana konstruksi jalan keluar
yang terdapat di RSUD Kota
Tangerang? Apakah dapat melindungi
proses evakuasi? Jika ya, bagaimana
bisa dikatakan demikian?
Kalo itu sih saya kurang paham ya, coba nanti tanya-
tanya lagi aja sama orang teknisi...
Itu sesuai ini mah, udah, kita kan
punya ini jalan utama, yang
kawat depan itu nah itu jalan
utama...
7 Bagaimana ketahanan api struktur Kalo struktur bangunan saya juga kurang paham, nanti ... kalau masalah itu, kalau untuk
bangunan di RSUD Kota Tangerang?
Apakah sudah sesuai dengan fungsi
bangunan tersebut?
coba saya carikan orang teknisi nya deh ya sekalian biar
bisa tanya lebih jauh...
tahan api itu udah, tapi di tempat-
tempat tertentu...
8 Apakah ada kompartemenisasi ruang
di RSUD Kota Tangerang? Bagaimana
kriteria kompartemenisasi ruang di
RSUD Kota Tangerang? Apakah
sudah sesuai dengan standar?
...kalau itu sih ada ya, di ruangan administrasi ruang
pasien berobat kecuali poli ya, itu udah temboknya semua
beton.. menurut saya sih udah sesuai lah pasti ya, kan
balik lagi ya ke yang tadi yang bikin perencanaan gedung
ini kan orang dinas tata kota pasti juga udah koordinasi
sama ahli...
Ada, ada ada... itu dipake ada
ininya khusus, jadi bilamana ada
kebakaran, kecuali kalau ada
yang kebakaran diluar dia aman,
dia aman, kebakarannya diluar
dia aman.
9 Apakah terdapat perlindungan bukaan
dari bahaya kebakaran di RSUD Kota
Tangerang? Bagaimana kriteria
masing-masing perlindungan bukaan
yang ada? Apakah sudah sesuai
dengan standar?
...pintu darurat disini juga pake besi yang tebel juga tuh
ya saya pikir bisa meminimalisir lah penyebaran kalo ada
kebakaran... saya pikir udah cukup melindungi lah
walaupun mungkin tergantung besarnya kebakaran juga
... makanya kita pakai pintu yang
tahan api, makanya pakai pintu
yang dari besi itu... kaca mah
pasti pecah, tapi kalau api dia
tahan, kuat dia...
10 Apa saja sistem proteksi aktif yang
terdapat di RSUD Kota Tangerang?
Disini kita sedia apar, ada juga sprinkler, hidran, kayak
gitu-gitu mungkin ya ada detektor juga.
... kita kan ga cuma
mengandalkan air, dari apar juga
kan kita menyediakan.
11 Bagaimana sistem deteksi dan alarm
kebakaran di RSUD Kota Tangerang?
Bagaimana mekanisme perawatan dan
pengecekannya?
Kalo mekanismenya detailnya gimana ya yang lebih tau
mungkin teknisi...
... detektor itu Cuma nyala aja
kalau ada asap, kalau misalnya
ada api itu baru sprinkler nyala...
kalau pengujian kita harus ada
izin sih dari pihak tertentu contoh
waktu itu ada pengujian dari apa
pihak pemadam itu koordinasi
juga orang operator takutnya kan
orang kan panik...
12 Bagaimana APAR yang terdapat di
RSUD Kota Tangerang? Bagaimana
mekanisme perawatan dan
pengecekannya? Apakah sudah sesuai
dengan standar?
... disini semua siap, semua bagus kok kondisinya, untuk
kalo misalnya ada pengecekan itu dari bagian teknisi
untuk mengecek, dan kalo misalnya ada pengisian baru
itu diarahkan ke bagian umum...
Bahannya itu, apa gimana ya
sejenis itu tapi kan kita kan Cuma
bisa pengoperasiannya doang,
Cuma untuk isi ulang udah ada
disini kan... itu jadi semua
pengoperasian itu kita udah tes
semua jadi semua itu siap pakai
pokoknya itu semua. Ya
termasuk juga yang perawatan itu
mah siap...
13 Bagaimana Hidran gedung yang
terdapat di RSUD Kota Tangerang?
Bagaimana mekanisme perawatan dan
pengecekannya? Apakah sudah sesuai
dengan standar?
Ya itu sama aja pak, kalo disini itu yang ngecek semua
teknisi itu ranahnya, memang seharusnya kan bagian K3
tapi untuk sementara ya seperti itu.
Kalau hidran gedung itu kan kita
udah menyediakan alat-alatnya
ada didalam box itu yang hidran
itu, kan kalau pengecekan itu
damkar, makanya yang tadi itu
kan saya bilang awal itu dari 3
bulan itu dia sebulan sekali,
kesininya mungkin dari hasil
pengecekannya udah oke,
makanya paling kalau misalnya
ada kebocoran ada apa paling
baru kita hubungi mereka.
14 Bagaimana springkler yang terdapat di
RSUD Kota Tangerang? Bagaimana
mekanisme perawatan dan
pengecekannya? Apakah sudah sesuai
dengan standar?
Ya sama kayak tadi pak, balik lagi ke pertanyaan yang
tadi ya begitu itu, kalo misalnya ada kerusakan atau apa
ya jadinya cepet diperbaiki sama mereka...
Kalau sprinkler mah
pengecekannya perawatannya
bisa diliat aja, kayak dari sini dari
bawah aja keliatan, jadi gini aja,
kalau sprinkler itu kalau gak
normal ini, mungkin ada keluar
air, netes...
15 Apakah terdapat pemadam luapan di
RSUD Kota Tangerang? Ruangan apa
yang diproteksi menggunakan
pemadam jenis tersebut? Bagaimana
mekanisme perawatan dan
pengecekannya? Apakah sudah sesuai
dengan standar?
... kalo disini selain apar ya saya pikir pakai air ya, karena
sprinkler juga kan air, hidran juga begitu sama, ya paling
apar aja yang gak pakai air...
... yang beda mungkin penentuan
titiknya, letaknya, tergantung luas
ruangan, perseginya berapa meter
kali berapa, penentuan
sprinklernya ada berapa titiknya
dimana itu baru beda.
16 Bagaimana kriteria detektor asap yang ...detektor disini aktif semua, bisa diliat juga dari ruang ...kemarin pernah kejadian ada
terdapat di RSUD Kota Tangerang?
Penempatannya? Apakah detektor
terintegrasi dengan alat pemadam
secara otomatis? Bagaimana
mekanisme perawatan dan
pengecekannya? Apakah sudah sesuai
dengan standar?
kontrol itu ada gimana keaktifannya, sejauh ini aman-
aman, tapi waktu itu pernah kejadian malem saya denger
ada di kantin itu orang kantin lagi bakar apa gitu,ikan
bakar atau apa ya, itu kejadian alarmnya bunyi...
orang waskita yang nyobain
nyalain alarm, itu pasien-pasien
semua pada panik, karena kurang
koordinasi. Itu pokoknya sensitif
kalau smoke itu, ini misalnya
asap rokok, ya uap air, sama asap
ini ya bara, itu kan beda kalau
bara, itu kan lebih panas, jadi
bakalan nyalain detektornya
17 Bagaimana pembuangan asap yang
terdapat di RSUD Kota Tangerang?
Bagaimana perhitungan penempatan
dan jalur buangan? Bagaimana jalur
yang dilewati pembuangan ini?
Bagaimana mekanisme perawatan dan
pengecekannya? Apakah sudah sesuai
dengan standar?
... pembuangan asap disini pakai exhaust ya namanya, ya
itu dia menyedot asap juga kan, kalau jalurnya sih ya
lewat atap itu langsung ke atas kan mesinnya diatas
langsung kebuang ke atas...
... , exhaust itu kita misalnya ada
asap itu misalnya asap menyebar
itu, untuk mencegahnya ada
dengan exhaust itu, jadi itu dia
kan alatnya ada diatas, mesinnya
ada di atap, jadi dibuang ke atas
lewat exhaust itu...
18 Apakah terdapat buku panduan untuk
operator ruang pengendali operasi
bahaya kebakaran?
Mungkin ada... Operatornya ada orang sini,
orang apa mekanik.. mungkin gak
ada kan itu mah gak dirawat ya
itu jenis elektrik kecuali mesin,
gitu kan, itu mah gak dirawat..