GAMBARAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA SEKOLAH …
Transcript of GAMBARAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA SEKOLAH …
1
GAMBARAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA
SEKOLAH DASAR “A” DAN SEKOLAH DASAR “B”
BANTEN TAHUN 2013
Overview of Fire Safety at “A” Elementary School and “B”
Elementary School, Banten in 2013
Nama : Surya Awaludin
Pembimbing : Dadan Erwandi S.Psi., M.Psi
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai gambaran sistem proteksi aktif, proteksi pasif, sarana penyelamatan jiwa dan sistem manajeman kebakaran gedung di Sekolah Dasar “A” dan Sekolah Dasar “B” di Provinsi Banten tahun 2013. Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keselamatan kebakaran serta kesesuaian sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, sarana penyelamatan jiwa dan sistem manajeman kebakaran gedung dengan standar Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.10/KPTS/2000, Peraturan Mentri Pekerjaan Umum N0.26/PRT/M/2008, Kepmen PU No. 11/KPTS/2000 dan standar National Fire Protection Association, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif melalui observasi dan telaah dokumen yang berada pada kedua sekolah tersebut dengan pendekatan evaluation study. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gambaran keselamatan kebakaran di sekolah dasar masih kurang, karena hampir seluruh komponen keselamatan kebakaran belum diimplementasikan.
Kata kunci:
Keselamatan kebakaran, Keselamatan kebakaran sekolah dasar
Abstract
This study discusses the overview of active protection systems, passive protection, means of saving lives and building management systems fire in Elementary School "A" and the Elementary School "B" in the province of Banten in 2013. Objective of this study is to describe the safety and suitability of fire protection system is active, passive protection systems, means of saving lives and building a fire management system standards No.10/KPTS/2000 Decree of the Minister of Public Works, Minister of
Gambaran keselamatan ..., Surya Awaludin, FKM UI, 2013
2
Public Works Regulation N0.26 / PRT/M/2008, Decree No. PU. 11/KPTS/2000 and standards of the National Fire Protection Association, the research method used is descriptive research methods through observation and document review work on two schools with study evaluation approach. From the results of this study concluded that the description of fire safety in elementary schools are still lacking, because almost all components of fire safety has not been implemented
Key words:
Fire safety, fire safety elementary school
Pendahuluan
Sesuai dengan bunyi UU No 1 tahun 1970 “setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan perlindungan atas keselamatannya”dan UU No. 28 tahun
2002 pasal 16 tentang persyaratan keandalan bangunan gedung, “sebuah
bangunan gedung harus memiliki persyaratan teknis meliputi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan”, Karena itu
penting bahwa setiap gedung bangunan harus dilengkapi dengan sarana
dan prasarana keselamatan dan kesehatan, khususnya bangunan
pendidikan. Negara Amerika Serikat selama periode tahun 2005-2009,
U.S fire departments merespon rata-rata sekitar 6.260 kejadian kebakaran
bangunan pada tingkat pendidikan. Kebakaran tersebut menyebabkan
rata-rata 85 warga sipil mengalami cidera dan diestimasikan mengalami
kerugian sekitar $112 juta dolar (Evarts, B. 2011). Estimasi kebakaran di
sekolah sebanyak 14.300 kejadian di sekolah dasar pada tahun 2002, dan
menyebabkan kerugian $103.6 million pada properti dan 122 orang cidera
(U.S Fire Administration/Nation Fire Data Center, 2004). Negara Australia,
khususnya negara bagian Victoria, selama periode tahun 2000-2004, MFB
(Metropolita Fire Brigade) dan CFA (Country Fire Authority) menyebutkan
bahwa telah terjadi 429 kejadian kebakaran yang berhubungan dengan
bangunan sekolah di wilayah tersebut. Rata-rata kejadian kebakaran
mencapai 85.8 kejadian setiap tahunnya (Poh,Weng., dan Weinert, D,
2009). Indonesia sendiri seringkali terjadi beberapa kasus kebakaran yang
ada di lingkungan sekolah. Beberapa kejadian yang ada di Indonesia, 4
Gambaran keselamatan ..., Surya Awaludin, FKM UI, 2013
3
Januari 2013 SDN 01 Lasungbatu Solok Selatan mengalami musibah
kebakaran dengan Kerugian mencapai Rp 1,2 miliar untuk fisik gedung
sekolah dan Rp 200 juta kerugian mobiler seperti komputer dan buku-
buku pelajaran (www.padangekspres.co.id, 7 Maret 2013); 2 Maret 2013
bangunan SD dan SMP Yayasan Muslim Darussalam di Swarga Bara,
Sangatta Utara Kalimantan Timur hangus terbakar dengan kerugian
ditaksir mencapai Rp 3 miliar (www.jsit.web.id, 7 Maret 2013).
Mengacu pada banyaknya realitas kebakaran yang terjadi pada
jenjang sekolah dasar yang ada pada beberapa wilayah baik Internasional
maupun Nasional. Menurut NFPA, kondisi mental dan fisik usia sekolah
dasar mempunyai kemampuan yang terbatas, hal ini secara khusus dalam
hal melewati tangga atau pada saat keadaan darurat untuk evakuasi.
Pada usia dini ini, siswa cenderung dan berpotensi untuk menyerbu atau
berdesak-desakan berebut dengan siswa lain pada saat evakuasi dan
akan cenderung panik. Oleh karena itu, sistem keselamatan kebakaran
perlu diimplementasikan pada sektor pendidikan khususnya sekolah
dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan
menganalisis kesesuaian sistem keselamatan kebakaran di Sekolah
Dasar “A” dan Sekolah Dasar ”B” tahun 2013. Hasil dari penelitian ini
diharapkan berguna untuk perbaikan atau peningkatan program
keselamatan akan kebakaran, khususnya pada sekolah dasar.
Metode
Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan
metode evaluatif study pada sekolah dasar “A” dan sekolah dasar “B”.
Lokasi penelitian dipilih karena sedua sekolah tersebut karena SD
tersebut merupakan salah satu Sekolah Dasar percontohan di Provinsi
Banten khususnya Cilegon. di kota tersebut pada bulan Januari sampai
November 2012 mengalami kenaikan kasus kebakaran yakni mencapai 44
kasus kebakaran dengan total kerugian materiil senilai Rp 8,5 milliar
dibanding dengan tahun sebelumnya hanya 37 kasus kebakaran
(www.kabar-banten.com, 7 Maret 2013). Penelitian dilakukan dalam bulan
Gambaran keselamatan ..., Surya Awaludin, FKM UI, 2013
4
Mei 2013. Data mengenai komponen keselamatan kebakaran
dikumpulkan menggunakan lembar periksa (check list), wawancara, dan
observasi. Instrumen yang dipakai ialah kamera, meteran, dan lembar
check list.
Komponen pada keselamatan kebakaran yang diamati mengikuti
komponen-komponen standar alat keselamatan kebakaran wajib yang ada
di sekolah berdasarkan NFPA (National Fire Protection Association),
regulasi Negara England and Wales (Jim Knight, 2007) dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang terdiri
atas 4 parameter yaitu sarana proteksi aktif, sarana proteksi pasif, sarana
penyelamatan jiwa, dan manajemen kebakaran gedung. Sarana proteksi
aktif meliputi APAR, hidran, dan alarm kebakaran & deteksi kebakaran.
Sarana penyelamatan pasif meliputi bahan bangunan gedung dan
kontruksi bangunan gedung. Sarana penyelamatan jiwa meliputi sarana
jalan keluar (tangga & koridor), komunikasi darurat, dan tempat
berhimpun, serta komponen manajemen kebakaran gedung. Data didapat
dengan observasi langsung dan wawancara kepada perwakilan dari pihak
sekolah yang ditunjuk.
Hasil
Hasil observasi yang didapat di kedua sekolah dasar dapat di
gambarkan berdasarkan persentase kesesuaian sarana keselamatan
kebakaran di sekolah “A” (pada tabel 1), sedangkan gambaran persentase
kesesuaian pada sekolah “B” (pada tabel 2), dan secara umum gambaran
keselamatan kebakaran yang terdapat di kedua sekolah (pada tabel 3).
Tabel 1. Persentase Kesesuaian Pencegahan Kebakaran di sekolah “A”
No Pencegahan Kebakaran Persentase Total persentase
1. Sarana penyelamatan jiwa 74,99 %
a. sarana jalan keluar 100%
Tangga -
Gambaran keselamatan ..., Surya Awaludin, FKM UI, 2013
5
Koridor 100%
b. Komunikasi darurat 33,33 %
c. Tempat berhimpun
sementara
66,66 %
2. proteksi kebakaran 50 %
APAR 0%
0 %
Hidran 0%
Detektor kebakaran 0%
Alarm kebakaran 0%
Proteksi pasif 100 %
3. manajeman kebakaran gedung 0%
Persentase pencegahan kebakaran 41,66 %
Tabel 2. Persentase Kesesuaian Pencegahan Kebakaran di sekolah “B”
No Pencegahan Kebakaran Persentase Total persentase
1. Sarana penyelamatan jiwa 77,14 %
a. sarana jalan keluar 100%
Tangga 85,71%
Koridor 100%
b. Komunikasi darurat 33,33 %
c. Tempat berhimpun
sementara
66,66 %
2. proteksi kebakaran 60,29 %
APAR 82,35%
20,58%
Hidran 0%
Detektor kebakaran 0%
Alarm kebakaran 0%
Proteksi pasif 100 %
Gambaran keselamatan ..., Surya Awaludin, FKM UI, 2013
6
3. manajeman kebakaran gedung 16,66%
Persentase pencegahan kebakaran 51,36 %
Tabel 3. Hasil kajian keselamatan kebakaran pada sekolah dasar “A dan
sekolah dasar “B”
No. Sistem Pencegahan
Bahaya Kebakaran
Sekolah Dasar “A” Sekolah Dasar “B”
1. APAR (-) (+)
2. Hidran (-) (-)
3. Alarm Kebakaran (-) (-)
4. Deteksi Kebakaran (-) (-)
5. Sarana Jalan Keluar (+) dua buah (+) dua buah
6. Tangga (-) bukan bangunan
bertingkat
(+)
7. Koridor (+) lebar sesuai dari
standar lebih dari
1,8 m yaitu 1,9 m
(+) lebar sesuai dari standar
lebih dari 1,8 m yaitu 2,07 m
8. Komunikasi Darurat (+) 2 buah TOA (+) 3 buah TOA dan Bel
khusus bencana
9. Tempat Berhimpun
Sementara
(+) belum memiliki
tanda petunjuk
khusus
(+) belum memiliki tanda
petunjuk khusus
10. Petunjuk Arah Jalan Keluar (-) (-)
11. Sistem Proteksi Pasif (+) (+)
12. Manajeman Kebakaran
Gedung
(-) dewan guru
saling bertanggung
jawab terhadap
siswa, apabila
terjadi bahaya
kebakaran
(-) dewan guru saling
bertanggung jawab
terhadap siswa, apabila
terjadi bahaya kebakaran,
pernah melakukan latihan
tanggap darurat gempa dan
tsunami
Gambaran keselamatan ..., Surya Awaludin, FKM UI, 2013
7
Pembahasan
Sarana Proteksi Aktif
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada kedua sekolah secara
umum belum sepenuhnya memiliki sarana proteksi aktif (hidran, deteksi
dan alarm kebakaran), namun pada sekolah dasar “B” telah menyediakan
sarana pencegahan berupa APAR yang tidak terdapat di sekolah dasar
“A”. Keadaan ini dapat membahayakan, karena ketika terjadi bahaya
kebakaran tidak teridentifikasinya titik dimana api itu berasal sehingga
membuat penghuni cenderung panik dan kemungkinan dapat menelan
korban jiwa. Di wilayah Great Britain tercatat tahun 2011-2012, bahwa
terdapat 105 kejadian fatal dan 2400 non-fatal casualities yang
dikarenakan tidak terdapatnya sistem alarm kebakaran (Department for
Communities and Local Government , 2012). Oleh karena itu penting
adanya sistem detektor kebakaran dan alarm kebakaran di sekolah
sebagai sarana pencegahan mengurangi risiko akan bahaya kebakaran.
Sarana Proteksi Pasif
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pada sekolah “A”
dinding terbuat dari bata merah, lantai dari keramik, atap dari genting,
jendela dari kaca dan pintu terbuat dari kayu. Berdasarkan Kepmen PU
No.02/KPTS/1985 Secara keseluruhan bahan bangunan gedung sekolah
“A” termasuk kedalam bahan bangunan dengan daya tahan dua jam.
Sama dengan sekolah “A”, pada sekolah “B” secara keseluruhan memiliki
daya tahan terhadap api selama dua jam dan keadaannya telah sesuai
berdasarkan standar yang ditetapkan.
Sarana Penyelamatan Jiwa
Berdasarkan hasil observasi, sarana jalan keluar di kedua sekolah
dasar sudah memiliki sarana jalan keluar yang baik, karena lintasan
koridor pada standar minimal 1,8 m dan didapatkan pada sekolah “A” 1,9
m dan sekolah “B” 2,09 m. Selain itu elemen tangga khusus pada sekolah
Gambaran keselamatan ..., Surya Awaludin, FKM UI, 2013
8
“B” gedung bertingkat sudah sesuai dengan standar dan kondisi tangga
masih dalam keadaan baik.
Sistem komunikasi darurat meliputi ketersediaannya nomor telepon
darurat yang dapat dihubungi jika terjadi kebakaran, dan pada kedua
sekolah didapat belum tersedianya pada kedua sekolah.. Di kedua
sekolah tersebut memiliki sarana komunikasi darurat berupa bel, sirine
atau pengeras suara yang berasal dari ruang tata usaha kemudian
diteruskan melalui alat tersebut agar terdengar dengan baik bila sewaktu-
waktu terjadi bahaya kebakaran melalui speaker yang tersebar di tiap-tiap
tempat. Berdasarkan standar standar SNI 03-6574-2001 diminimalkan
pada bangunan sekolah memiliki sistem tata suara yang baik sehingga
dapat terdengar keseluruh bangunan gedung, sedangkan berdasarkan
Keputusan Direktur Jendral Perumahan dan Pemukiman No.
58/KPTS/DM/2002 menyatakan bahwa sarana untuk pemberitahuan
informasi kebakaran dibentuk melalui kartu pintar yang berisi tulisan wajib
diumumkan oleh regu informasi melalui sistem informasi yakni kartu pintar
false alarm, real fire dan pasca fire.
Tempat berhimpun sementara merupakan stuatu titik aman yakni
lokasi yang berada di luar gedung bangunan menurut NFPA jarak aman
tempat berhimpun yaitu sekitar 6 meter dari bangunan gedung. Pada
bangunan kedua sekolah, sudah memiliki cukup tempat yang dapat
dijadikan sebagai tempat berhimpun sementara yaitu lapangan sekolah.
Di sekolah “A” dan sekolah “B”, sebagai bahan tambahan perlu
diadakannya tanda berupa papan yang memberitahukan bahwa tempat
tersebut dijadikan sebagai tempat berhimpun sementara atau assembly
point
Manajemen Kebakaran Gedung
Berdasarkan hasil observasi, di kedua sekolah dasar tersebut belum
sepenuhnya memiliki manajeman kebakaran gedung. Berdasarkan
Keputusan Direktur Jendral Perumahan dan Pemukiman No.
58/KPTS/DM/2002 menyatakan bahwa bangunan dengan klasifikasi 9b
Gambaran keselamatan ..., Surya Awaludin, FKM UI, 2013
9
yakni bangunan umum khususnya sekolah disarankan untuk menyusun
rencana tindakan darurat kebakaran yakni salah satu strategi dari
manajeman penanggulangan kebakaran untuk mengantisipasi bila terjadi
keadaan darurat kebakaran atau lainnya dimana setiap bangunan gedung
akan berbeda bentuk rencana keadaan daruratnya sesuai dengan situasi
dan kondisi masing-masing. Manajeman kebakaran gedung terdiri dari
organisasi, prosedur dan pelatihan.
Manajemen kebakaran sangatlah penting untuk dilakukan, karena
apabila sewaktu-waktu terjadi bencana pada saat kegiatan belajar
mengajar, maka semua pihak dapat mengetahui apa yang harus
dilakukan serta apa tanggung jawabnya masing-masing. Berdasarkan
data yang didapat pada kedua sekolah tersebut, sekolah “B” pernah
melakukan pelatihan penanggulangan bencana yang materinya lebih
kepada bahaya tsunami dan gempa bumi dengan asumsi prosedur dan
tanggap darurat bila terjadi kebakaran tidak jauh berbeda dengan
pelatihan tersebut. Hanya security sekolah “B” yang pernah mengikuti
pelatihan khusus mengenai kebakaran, sayangnya hal ini didapat
sebelumnya pada saat bekerja di perusahaan. Pelatihan pemadaman
kebakaran bagi para guru, staff sekolah, dan masyarakat dapat
membangun kesiapsiagaan menghadapi kebakaran. Dalam hal ini,
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan pihak sekolah seperti
penyediaan berbagai media edukasi terkait pencegahan dan
penanggulangan kebakaran merupakan faktor penting.
Kesimpulan
Secara kelesuruhan baik pada sekolah “A” maupun sekolah “B”,
kondisi sarana dan prasarana proteksi kebakaran yang ada masih belum
cukup. Hal ini dikarenakan hampir tidak adanya alat proteksi aktif (APAR,
hidran, deteksi dan alarm kebakaran), belum adanya sistem manajeman
dan organisasi penanggulangan kebakaran gedung, prosedur, dan juga
belum adanya sarana komunikasi darurat. Hal ini menunjukkan bahwa
Gambaran keselamatan ..., Surya Awaludin, FKM UI, 2013
10
komitmen serta kesadaran baik penanggung jawab maupun pemerintah
masih sangat rendah khususnya di sekolah dasar.
Saran
Baik pihak sekolah maupun pemerintah sebaiknya turut aktif
melakukan sosialisasi akan bahaya kebakaran di sekolah dasar. Hal ini
penting karena untuk menumbuhkan kesadaran siswa sejak dini agar
diharapkan mampu memahami tentang bahaya kebakaran. Selain itu
pihak sekolah sebaiknya mengadakan dan membuat tindakan
pengendalian berupa pencegahan kebakaran (Fire Prevention) dan
proteksi kebakaran (Fire Protection), yang termasuk kedalam pencegahan
kebakaran yaitu melakukan housekeeping programs dan inspection
programs. Sedangkan termasuk proteksi kebakaran meliputi proses
evaluasi bangunan atas segala bentuk risiko kebakaran, mendisain
deteksi kebakaran dan alarm kebakaran, merencanakan pemadaman api
dan proses evakuasi penghuni bangunan dalam keadaan darurat.
Perencanaan pemadaman api yakni sprinkler sistem, pintu dan dinding
tahan api, APAR atau portable fire extinguishers, dan hidran. Sedangkan
yang termasuk dalam perencanaan proses evakuasi penghuni bangunan
ialah sarana jalan keluar, komunikasi darurat, dan rencana kesiap-siagaan
darurat (manajemen kebakaran).
Daftar Pustaka
Anonim. Sekolah Terbakar, Murid SD Belajar di SMP. (7 Maret 2013)
http://padangekspres.co.id
Anonim. 2012. Kasus Kebakaran Melonjak. (7 Maret 2013) http://kabar-
banten.com/news/detail/7789
Dayat. KBM Diliburkan 3 Hari. (7 Maret 2013) http://jsit.web.id
Department for Communities and Local Government. 2012. Fire Statistics
Great Britain, 2011 to 2012. www.gov.uk
Evarts, B. 2011. School Fires. 12 Maret 2013.
http://www.nfpa.org/categoryList/Occupancies/Schoofires (11
Gambaran keselamatan ..., Surya Awaludin, FKM UI, 2013
11
Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2000. Keputusan mentri
negara pekerjaan umum No. 11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis
manajeman penanggulangan kebakaran. Jakarta: Kementrian
Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2000. Keputusan mentri
negara pekerjaan umum nomor: 10/KPTS/2000 tentang ketentuan
teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan. Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum
Republik Indonesia
Keputusan Direktur Jendral Perumahan dan Pemukiman Republik
Indonesia. 2002. Keputusan direktur jendral perumahan dan
permukiman No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis
Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung.
Jakarta: Keputusan Direktur Jendral Perumahan dan Permukiman
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 1985.
Keputusan menteri pekerjaan umum No.02/KPTS/1985 tentang
ketentuan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada
bangunan gedung. Jakarta: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia
Lon H. Ferguson and Christopher A. Janicak, (2005). Fundamentals of
Fire Protection for Safety Professional. Lanhamn Maryland:
Government Institutes, an imprint of The Scarecrow Press, Inc. .
MP, Jim Knight. 2007. Building Bulletin 100 Design for fire safety in
schools. (7 Maret 2013). http://www.opsi.gov.uk NBS: Departement
for Children, Schools and Families
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2008. Peraturan
mentri pekerjaan umum No.26/PRT/M/2008 tentang persyaratan
teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan. Jakarta: Peraturan Mentri Pekerjaan Umum
Poh, Weng., dan Weinert, D. 2009. Property Fire Protection for New
School Buildings-Cost Benefit and Pilot Study, 3-14
Gambaran keselamatan ..., Surya Awaludin, FKM UI, 2013
12
SNI 03-6574-2001 tentang tata cara perancangan pencahayaan darurat,
tanda arah dan sistem peringatan bahaya pada bangunan gedung
Undang-undang RI No. 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja,
Jakarta
Undang-undang RI No.28 Tahun 2002, Tentang Bangunan Gedung,
Jakarta
U.S Fire Administration/Nation Fire Data Center. 2004. School Fires.
Topical Fire Research Series, Vol 4, issue 6. FEMAS: U.S
Departement of Homeland Security. www.usfa.fema.gov
Gambaran keselamatan ..., Surya Awaludin, FKM UI, 2013