GAMBARAN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN …
Transcript of GAMBARAN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN …
1 Universitas Indonesia
GAMBARAN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) TEKSTIL
(BUSANA MUSLIM DAN BONEKA) DI KECAMATAN CITEUREUP DAN CIOMAS KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
Yuansyah Arief1, Mila Tejamaya2
1 Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia 2 Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak UMKM merupakan salah satu industri dengan risiko yang signifikan karena lemahnya implementasi penglolaan risiko. Penelitian ini menilai tingkat risiko yang ada di UMKM pembuatan busana muslim CV. A dan UMKM pembuatan boneka CV. AT tahun 2016. Penilaian risiko dilakukan dengan menganalisis nilai kemungkinan, pemajanan dan konsekuensi dari setiap bahaya yang teridentifikasi risiko menggunakan metode semi kuantiatif yang dikembangkan oleh W.T Fine. Diperoleh bahwa bahaya kelistrikan (instalasi) ; bahaya ergonomi (handling) ; bahaya kimia (pajanan fume) memiliki tingkat risiko very high. Bahaya mekanik (gerakan jarum) ; bahaya fisik (suhu ruangan) memiliki tingkat risiko priority 1. Bahaya kimia (pajanan debu ; pajanan solvent) ; bahaya gravitasi (tertimpa benda) ; bahaya fisik (pencahayaan) memiliki tingkat risiko substantial. Bahaya safety (penataan ruang) ; bahaya organisasi kerja (stress kerja) memiliki tingkat risiko priority 3. Bahaya mekanik (gerakan menggunting ; gerakan menyetrika) ; bahaya fisik (tabung gas) memiliki tingkat risiko acceptable. Kata kunci: ISO 31000, penilaian risiko, kemungkinan, pemajanan, konsekuensi, tingkat risiko
Abstract SMEs workers are exposed to significant risk due to improper implementation at risk management. This study aimed to evaluate the risk level at two tekstile SMEs by using risk assessment method developed by W.T Fine. It was found that very high risk was associated with safety hazard (electricity) ; ergonomic hazard (handling) ; chemical hazard (fume exposure). Priority 1 risk was associated with mechanical hazard (seewing) ; physical hazard (temperature). Substantial risk was associated with chemical hazard (dust ; solvent) ; gravity hazard (struck down) physical hazard (lightning exposure). Priority 3 was associated with safety hazard (work area) ; work organization hazard (work stress). Acceptable risk was associated with mechanical hazard (scissoring ; ironing) ; physical hazard (gas tube). Keywords: ISO 31000, risk assessment, probability, exposure, consequences, risk level
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
2
Universitas Indonesia
Pendahuluan
Pekerja pada kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan sektor informal
lain umumnya sering dikaitkan dengan ciri-ciri kegiatan usaha yang bermodal utama pada
kemandirian rakyat, kepemilikan yang bersifat kekeluargaan, memanfaatkan teknologi
sederhana, pekerjanya terutama berasal dari keluarga, bahan baku usaha kebanyakan
memanfaatkan sumber daya lokal, operasi skala kecil, keterampilan diperoleh dari sistem
pendidikan nonformal dan umumnya tidak tersentuh regulasi pemerintah tentang
ketenagakerjaan. Untuk itu biasanya pekerja kelompok UMKM dan sektor informal lainnya
memiliki akses terhadap kesehatan kerja yang terbatas dan belum terlindungi aspek-aspek
ketenagakerjaan (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Studi mengenai usaha kecil menengah menunjukkan bahwa ekonomi perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan manajemen K3. UMKM memiliki kesulitan
besar dalam mengelola keselaamatan dan kesehatan kerja (K3) dan menunjukkan angka
kecelakaan lebih tinggi dibanding perusahaan dengan kategori ukuran lain. (Antonsonn, 1997
dalam Champoux, 2003) Usaha kecil sangat rentan terhadap finansial yang membuat investasi
K3 dianggap tidak menguntungkan untuk dilakukan. (Antonsson, 1997 and Lamm 1997)
Dari publikasi yang diterbitkan oleh Pusat data dan Informasi Kemenkes 2015,
menyatakan bahwa di Indonesia jumlah Kasus Kecelakaan Kerja (KAK) pada tahun 2011-
2014 yang paling tinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak 35.917 kasus yaitu tahun
2011 = 9.891; tahun 2012 = 21.735; tahun 2014; 24.910. Kemudian untuk jumlah kasus
Penyakit Akibat Kerja (PAK) tahun 2011-2014 yang paling tinngi juga terjadi pada tahun
2013 yaitu sebesar 97.144 kasus yaitu tahun 2011 = 57.929; tahun 2012 = 60.322; tahun 2014
= 40.694. Sementara itu kejadian KAK di provinsi Jawa Barat sepanjang tahun 2011-2014
berjumlah 4.054 kasus sedangakan PAK berjumlah 26.717 kasus, dimana Jawa Barat sebagai
penyumbang angka tertinggi se-Indonesia di tahun 2012 yaitu sebanyak 19.840 kasus
(Kemenkes, 2015).
Angka kejadian kecelakaan kerja 20 persen lebih sering terjadi pada perusahaan kecil
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki lebih dari 100 orang pekerja, dan 40 persen
lebih sering terjadi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki lebih dari 1000 orang
pekerja (ILO, 2014). Tenaga kerja merupakan salah satu faktor terpenting. Karyawan UMKM
cenderung lebih muda, berpendidikan lebih rendah dan kurang berpengalaman dibandingkan
dengan usaha makro. Faktor ini dapat berpengaruh terhadap peningkatan risiko kecelakaan di
tempat kerja (Holmes et al, 1997)
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
3
Universitas Indonesia
Beberapa gangguan kesehatan sering terjadi pada kelompok pekerja UMKM antara lain
gangguan pada otot rangka, iritasi dan kelelahan. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh
Balai Kesehatan Kerja Masyarakat atau BKKM Kabupaten Bogor dan Provinsi Jawa Barat
menunjukkan bahwa gangguan otot rangka pada pekerja sektor informal merupakan penyakit
akibat kerja dengan prevalensi tertinggi. Sikap dan posisi kerja yang tidak ergonomis seperti
jongkok, membungkuk, dan duduk di lantai dapat menyebabkan nyeri otot, nyeri punggung,
serta gangguan fungsi otot lainnya. (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dalam Bab 12 Pasal
164 ayat 1,2 dan 7, dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan, serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Semua tempat kerja, baik sektor formal maupun informal, wajib
melaksanakan upaya kesehatan kerja tersebut. Kemudian pengelola tempat kerja wajib
bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja.
Pengelolaan risiko K3 merupakan suatu kewajiban bagi pengelola tempat kerja sebagai
upaya untuk melindungi pekerja dari celaka. Pengelolaan risiko atau manajemen risiko
bertujuan untuk mengurangi dan atau menghilangkan bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.
CV. A merupakan UMKM penghasil busana muslim yang bergerak dalam bidang tekstil
dengan kapasitas produksi 10 hingga 12 kodi per hari. Sedangkan CV. AT merupakan
UMKM penghasil boneka dengan kapasitas produksi 150 hingga 250 pieces boneka per hari.
Seluruh kegiatan operasional yang dilakukan di masing-masing UMKM memiliki berbagai
macam potensi bahaya K3 karena melibatkan berbagai macam peralatan, alat-alat listrik, dan
banyaknya interaksi antara pekerja dengan peralatan. Untuk meminimalisasi potensi bahaya
yang ada maka diperlukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai langkah untuk
mengurangi dan atau menghilangkan bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan atau
penyakit akibat kerja. Oleh karena baik di CV. Azkasyah maupun CV. Amelya Toys belum
dilakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko, maka penulis ingin melakukan penelitian
tentang identifikasi dan penilaian risiko K3 pada area produksi di kedua UMKM tersebut,
dengan tujuan akhir penelitian yaitu mendapatkan tingkat risiko (level of risk).
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
4
Universitas Indonesia
Tinjauan Teoritis A. Bahaya atau hazard
Hazard adalah suatu sumber yang berpotensi menimbulkan bahaya (AS/NZS
4360,2004). Bahaya adalah sumber, situasi maupun aktivitas yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja atau cidera dan atau penyakit akibat kerja (OHSAS 18001, 2007). Setiap
kegiatan industri yang dilakukan tidak ada satupun yang bebas dari risiko yang ditimbulkan
oleh bahaya, maka diperlukan upaya untuk meminimalkan potensi bahaya yang timbul
terhadap risiko yang diterima apabila terjadi kecelakaan (Baktiyar, 2009).
Terdapat berbagai macam potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja. Tarwaka
membagi jenis potensi bahaya sebagaimana disebutkan berikut (Tarwaka, 2008) :
1. Potensi bahaya dari bahan – bahan yang berbahaya
2. Potensi bahaya udara bertekanan
3. Potensi bahaya udara panas
4. Potensi bahaya kelistrikan
5. Potensi bahaya mekanik
6. Potensi bahaya gravitasi
7. Potensi bahaya radiasi
8. Potensi bahaya mikrobiologi
9. Potensi bahaya kebisingan dan getaran
10. Potensi bahaya ergonomi
11. Potensi bahaya lingkungan kerja
12. Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas dan jasa, proses produksi, properti,
image public
Bahaya sendiri terbagi dari berbagai jenis. Dikutip dari laman osha.gov, bahaya terbagi
atas enam jenis yang dibentuk dalam suatu circle chart seperti dalam gambar berikut.
Gambar 1. Jenis Hazard (osha.gov)
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
5
Universitas Indonesia
B. Risiko
Risiko adalah potential outcomes dari bahaya, dan kemungkinan kejadian cidera,
timbulnya penyakit, kerusakan atau kerugian yang disebabkan oleh adanya hazard. (AS/NZS
4360, 2004). Sedangkan, menurut Darmawi risiko sangat erat kaitannya dengan kemungkinan
terjadinya akibat buruk yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain
probability itu sendiri sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan
kondisi yang menyebabkan timbulnya risiko (Darmawi, 2005).
Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap
sasaran, diukur dengan hukum sebab akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai probability dan
consequences. Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau
exposure antara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam suatu
interaksi. Formula yang akan digunakan dalam melakukan perhitungan risiko adalah
(AS/NZS 4360, 2004) :
Risk = Probability x Exposure x Consequences
C. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 menurut Undang-undang No.1
tahun 1970 adalah Upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat yang adil dan
sejahtera.Sedangkan dari segi keilmuan, K3 adalah Suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran,
penyakit akibat kerja , dll.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau lebih dikenal K3 merupakan segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. (PP No.50 Tahun 2012)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 menurut OHSAS adalah semua kondisi dan
faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun
orang lain seperti kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu di tempat kerja (OHSAS 18001,
2007 ).
Dari definisi diatas, secara umum dapat ditelaah bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
bertujuan untuk mewujudkan keselamatan dan kesehatan para pekerja di lingkungan kerja.
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
6
Universitas Indonesia
Dalam implementasi bidang keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja, maka
dibutuhkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau SMK3 yang
melindungi pekerja dari berbagai macam bahaya, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dengan melaksanakan upaya K3 secara efisien dan efektif. Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja atau SMK3 merupakan bagian dari suatu sistem manajemen organisasi
yang digunakan untuk mengembangakan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola risiko
K3 (OHSAS 1800, 2007).
Dalam mengelola risiko diperlukan manajemen risiko. Manajemen risiko terbagi atas 3
bagian yaitu Hazard Identification, Risk Assessment, dan Risk Control, atau biasa dikenal
dengan HIRARC. HIRARC harus dilakukan di seluruh aktivitas organisasi untuk menentukan
kegiatan organisasi yang mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (OHSAS 1800, 2007). HIRARC terdapat pada awal
elemen perencanaan sistem manajemen K3 yang dijadikan sebagai pangkal dari pengelolaan
K3 (Ramli, 2010).
D. Manajemen Risiko
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur
dalam suatu kesisteman yang baik (Ramli,2010). Dari segi ekonomi, Manajemen risiko
merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam
setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang
tinggi (Darmawi, 2005).
Manajemen risiko kesehatan kerja merupakan suatu sistem yang mencakup penilaian,
pemantauan dan pengendalian risiko, dilakukan secara sistematis dan berkesinambung-an
berupa siklus dari serangkaian kegiatan yaitu antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian
(Kurniawidjaja, 2010). Melalui antisipasi dan rekognisi, setiap pekerja akan mengetahui
berbagai jenis bahaya kesehatan di lingkungan kerja dan efek kesehatan yang diakibatkan
oleh bahaya tersebut. Selain itu, melakukan evaluasi melalui analisis risiko dapat menentukan
tingkat keparahan dari suatu bahaya dan risiko dan efektivitas pengendalian yang sudah ada.
(Ramli,2010)
Menurut ISO 31000:2009, manajemen risiko suatu organisasi harus mengikuti sebelas
prinsip dasar agar dapat dilaksanakan secara efektif. Berikut sebelas prinsip tersebut :
1. Manajemen risiko menciptakan nilai tambah (creates value)
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
7
Universitas Indonesia
2. Manajemen risiko adalah bagian integral dari proses dalam organisasi
3. Manajemen risiko adalah bagian dalam pembuatan keputusan.
4. Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian
5. Manajemen risiko bersifat sistematis, terstruktur, dan tepat waktu
6. Manajemen risiko berdasarkan pada informasi terbaik yang tersedia
7. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan
8. Manajemen risiko memperhitungkan faktor manusia dan budaya
9. Manajemen risiko bersifat transparan dan inklusif
10. Manajemen risiko bersifat dinamis, interaktif, dan responsive terhadap perubahan
11. Manajemen risiko memfasilitasi perbaikan dan pengembangan berkelanjutan dari
organisasi
Setelah sebelas prinsip dasar terpenuhi, maka selanjutnya adalah menerapkan kerangka
kerja atau framework manajemen risiko yang disusun untuk sistem berkelanjutan. Diawali
dengan pemberian mandat dan komitmen, framework ISO 31000:2009 dilanjutkan dengan
kerangka implementasi yang dikenal dengan Plan, Do, Check, Action yaitu dengan
melakukan : (framework ISO 31000:2009)
a. Perencanaan atau membuat desain kerangka kerja manajemen risiko
b. Implementasi manajemen risiko
c. Monitoring dan review terhadap kerangka kerja manajemen risiko
d. Perbaikan kerangka kerja manejemen risiko secara berkelanjutan
Mengutip klausul 4 dalam ISO 30001:2009, kerangka kerja manajemen risiko secara
lebih detail dijelaskan sebagai sebuah siklus berkelanjutan seperti pada gambar berikut :
Gambar 2.2 Framework manajemen risiko (ISO 31000:2009)
4.2 Mandate and commitment
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
8
Universitas Indonesia
E. Proses Manajemen Risiko
Assesment atau penilaian risiko merupakan bagian yang paling penting dan fundamental
dalam pengelolaan risiko (ISO 31000:2009). Oleh karena itu, organisasi perlu melakukan
asesmen yang benar agar memperoleh laporan profil risiko yang tepat sehingga organisasi
dapat secara cermat mengelola risikonya. (Christina, 2012)
Gambar 4. Proses managemen risiko (ISO 30001:2009)
Proses manajemen risiko merupakan kegiatan kritikal dalam manajemen risiko, karena
merupakan penerapan dari pada prinsip dan kerangka kerja yang telah dibangun. Proses
manajemen risiko terdiri dari tiga proses besar, yaitu : (ISO 31000)
1. Penetapan konteks atau establishing the context
Penetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan sasaran
organisasi, lingkungan dimana sasaran hendak dicapai, stakeholders yang berkepentingan,
dan keberagaman kriteria risiko, dimana hal-hal ini akan membantu mengungkapkan dan
menilai sifat dan kompleksitas dari risiko
2. Penilaian risiko atau risk assessment
Penilaian risiko terdiri dari tiga tahapan yaitu :
a. Identifikasi risiko
Risk Identification atau identifikasi risiko merupakan kegiatan mengidentifikasi
risiko-risiko apa saja yang dapat mempengaruhi pencapaian organisasi (ISO 31000).
Identifikasi ini termasuk pengidentifikasian poses, tugas, aktifitas-aktifitas kritikal atau
kunci, pengenalan area-area risiko dan katagorinya.
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
9
Universitas Indonesia
b. Analisis risiko
Analisis risiko adalah sistematika penggunaan dari informasi yang tersedia untuk
mengidentifikasi hazard dan untuk memperkirakan suatu risiko terhadap individu,
populasi, bangunan atau lingkungan (Kolluru, 1996). Analisis risiko adalah proses
penentuan tingkatan dampak atau consequences dan kemungkinan risiko atau likelihood
yang akan terjadi setelah risiko teridentifikasi.Kemudian menentukan tingkatan risiko
dengan mengalikan semua variabel (ISO 31000:2009)
Metode analisis risiko yang digunakan dapat bersifat kualitatif, semi kuantitatif, dan
kuantitatif atau kombinasi dari ketiganya tergantung dari situasi dan kondisi. Berikut ini
merupakan metode-metode analisis risiko AS/NZS 4360 berdasarkan kriteria William
Fine (1971) dalam Cross Jean (1998)
1) Analisis kualitatif, menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk
menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur.
2) Analisis semi kuantitatif, memperhitungkan tiga faktor penentu yaitu
consequences, exposure, dan likelihood, sedikit berbeda dengan metode kualitatif dan
kuantitatif yang hanya mempertimbangkan dua faktor seperti consequences dan
likelihood. Analisis semi kuantitatif bertujuan untuk memberikan peringkat skala,
bukan untuk memberikan nilai sebenarnya, tetapi setiap nilai yang diberikan harus
menggambarkan derajat konsekuensi dan probabilitas yang ada.
Tabel 1. Analsisi risiko semi kuantitatif berdasarkan consequences
Tingkatan Deskripsi Rating
Catastrophe Kerusakan fatal/parah beragam fasilitas lebih dari $1.000.000, aktivitas dihentikan, terjadi kerusakan lingkungan yang sangat luas
100
Disaster Kematian, kerusakan permanen yang bersifat lokal terhadap lingkungan, kerugian $500.000 - $1.000.000 50
Very Serious
Terjadi cacat permanen/penyakit parah, kerusakan lingkungan yang tidak permanen, kerugian $50.000 - $500.000
25
Serious Terjadi dampak yang serius tetapi bukan cedera dan penyakit parah yang permanen, sedikit berakibat buruk pada lingkungan, kerugian $5.000 - $50.000
15
Important Membutuhkan penanganan medis, terjadi emisi buangan di luar lokasi, tetapi tidak mengakibatkan kerusakan, kerugian $500 - $5.000
5
Noticeable
Terjadi cedera atau penyakit ringan, memar di bagian tubuh, kerusakan kecil <$500, kerusakan ringan atau terhentinya proses kerja sementara waktu, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran di luar lokasi
1
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
10
Universitas Indonesia
Tabel 4. Analisis risiko semi kuantitatif berdasarkan likelihood
Tingkatan Deskripsi Rating Almost Certain Kejadian yang paling sering terjadi 10 Likely Kemungkinan terjadi kecelakaan 50% : 50% 6 Unusually but possible
Tidak biasa terjadi namun memiliki kemungkinan terjadi 3
Remotely possible Kemungkinan terjadi suatu kejadian sangat kecil 1
Conceivable Tidak pernah terjadi kecelakaan dalam tahun-tahun pemajanan, tetapi mungkin terjadi 0.5
Practically impossible Sangat tidak mungkin terjadi 0.1
Tabel 5. Analisis risiko semi kuantitatif berdasarkan exposure
Tingkatan Deskripsi Rating Continously Terus-menerus : terjadi > satu kali sehari 10 Frequently Sering : terjadi kira-kira satu kali sehari 6
Occasionally Kadang-kadang : terjadi satu kali seminggu sampai satu kali sebulan 3
Infrequent Tidak sering : terjadi satu kali dalam sebulan sampai satu kali dalam setahun 2
Rare Tidak diketahui kapan terjadinya 1 Very Rare Sangat tidak diketahui kapan terjadinya 0.5
Tabel 6. Level risiko analisis semi kuantitatif
Level Risiko Tingkatan Tindakan
> 350 Very High Stop aktivitas sampai risiko dikurangi mencapai batas yang dapat diterima
180 – 350 Priority 1 Perlu dilakukan tindakan perbaikan secepatnya 70 – 180 Substantial Mengharuskan ada perbaikan secara teknis
20 – 70 Priority 3 Perlu perhatian dan pengawasan secara berkesinambungan
<20 Acceptable Intensitas aktivitas yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin
3) Analisis kuantitatif, menggunakan nilai numerik untuk menentukan perhitungan
consequences dan likelihood suatu kejadian. Hasil perhitungan analisis kuantitatif
lebih akurat dibandingkan dengan analisis kualitatif dan semi kuantitatif, apabila data
yang ada lengkap.
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
11
Universitas Indonesia
c. Penanganan risiko atau risk treatment
Dalam menghadapi risiko terdapat empat penanganan yang dapat dilakukan oleh
organisasi, yaitu menghindari risiko atau risk avoidance, mitigasi risiko atau risk
avoidance yaitu dengan mengurangi kemungkinan kemungkinan atau konsekwensi,
membagi risiko atau risk sharing yaitu dengan melakukan transfer risiko kepada pihak
ketiga, menerima risiko atau risk acceptance
Ketiga proses yang dijelaskan diatas, didampingi oleh dua proses lain yaitu : (Christina,
2012)
a. Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi merupakan hal yang penting mengingat prinsip
manajemen risiko yang kesembilan menuntut manajemen risiko yang transparan dan
inklusif, dimana manajemen risiko harus dilakukan oleh seluruh bagian organisasi dan
memperhitungkan kepentingan dari seluruh stakeholders organisasi. Adanya
komunikasi dan konsultasi diharapkan dapat menciptakan dukungan yang memadai
pada kegiatan manajemen risiko dan membuat kegiatan manajemen risiko menjadi
tepat sasaran.
b. Monitoring dan review
Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa implementasi manajemen risiko
telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Hasil monitoring dan review
juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan
terhadap proses manajemen risiko. (Christina, 2012)
Metode Penelitian
Disain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Jenis penelitian ini bersifat
kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui bahaya, nilai risiko serta tingkat risiko pada
lingkungan kerja di kelompok UMKM Tekstil. Disain studi yang dilakukan adalah analisis
risiko yang menggunakan metode analaisis semi kuantitatif ISO:31000 yang dikembangkan
oleh W.T Fine dalam Cross Jean 1998. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui hasil wawancara dan observasi.
Wawancara dilakukan dengan pekerja dan koordinator di tempat kerja. Penelitian dilakukan
selama bulan mei hingga juni 2016.
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
12
Universitas Indonesia
Hasil Penelitian
A. Bahaya di Tempat Kerja
Secara umum ditemukan beberapa potensi bahaya di tempat kerja pembuatan busana
muslim, yaitu sebagai berikut:
1. Bahaya keselamatan atau safety hazard
Bahaya safety di area kerja UMKM tekstil diantaranya terdapat pada mesin-mesin
yang digunakan selama proses produksi. Safety hazard lainnya yaitu bahaya listrik seperti
kabel yang sudah usang, serta penyimpanan dan penempatan instalasi listrik yang tidak
benar. Mesin-mesin yang mengandung bahaya dalam tahapan prosuksi tersebut
diantaranya mesin pemotong ; mesin inspeksi ; mesin jahit ; mesin pelubang kancing ;
mesin pemasang kancing ; mesin regulator,
2. Bahaya Biologi
Bahaya biologi terdapat pada area kerja ruang resource. Bermula dari penempatan
peralatan dan bahan yang tidak teratur. Hal demikian dapat mengundang serangga dan
binatang penular penyakit lain seperti nyamuk, kecoa atau tikus untuk bersembunyi di
tempat tersebut.
3. Bahaya fisik
Bahaya fisik yang terdapat di area produksi yaitu suhu ruangan bagian menjahit dan
finishing. bahaya fisik lainnya yaitu pencahayaan yang tidak memadai pada ruang
menjahit
4. Bahaya ergonomic
Bahaya ergonomic ditemukan hampir pada tiap tahapan produksi di kedua UMKM
tekstil. Mulai dari tahapan persiapan material hingga finishing. Posisi tubuh yang salah
saat handling peralatan atau mesin tertentu dalam waktu yang lama dan berulang-ulang
akan menyebabkan otot dan tulang tidak pada posisi yang baik dan menyebabkan
gangguan pada otot dan tulang tersebut
5. Bahaya kimia
Bahaya kimia ditemukan di kegitan produksi pada bagian resources, dan finishing.
Bahan kimia tersebut adalah alkohol yang digunakan pada bagian finishing untuk
membersihkan pakaian dari noda sebelum pakaian di setrika. sedangkan oli pelumas
ditemukan pada bagian resources yang digunakan sebagai pelumas mesin pengukur
panjang benang.
6. Bahaya organisasi kerja
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
13
Universitas Indonesia
Potensi bahaya organisasi kerja ditemukan di kedua UMKM. Banyaknya jumlah
karyawan yang berkumpul dalam suatu lingkungan, tuntutan pekerjaa yang tinggi
membuat potensi konflik baik antar pekerja maupun antara atasan dan bawahan menjadi
sangat rentan.
B. Risiko di Tempat Kerja
Tingkat consequences risiko yang ada pada UMKM busana muslim yaitu 2 noticeable
consequences (3%), 14 jenis important consequences (23%), 34 jenis serious consequences
(56%), 11 jenis very serious consequences (18%). Sedangkan tingkat likelihood yang terdapat
pada UMKM boneka adalah 20 jenis remotely possible (29%), 19 jenis unusually but possible
(27%) dan 19 jenis likely (28%) 6 Jenis Almost Certain (16%) Kemudian tingkatan
pajanannya adalah 2 jenis very rare exposeure (3%), 21 jenis rare exposure (28%) 23 jenis
infrequent exposure (31%), 22 jenis occasionall exposure (30%), 6 jenis frequently exposure
(8%).
Tingkat consequences risiko yang ada pada UMKM boneka yaitu 1 jenis noticeable
consequences (2%), 9 jenis important consequences (22%), 23 jenis serious consequences
(56%), 8 jenis very serious consequences (20%). Sedangkan tingkat likelihood yang terdapat
pada UMKM boneka adalah 4 jenis remotely possible (9%), 32 jenis unusually but possible
(69%) dan 10 jenis likely (22%). Kemudian tingkatan pajanannya adalah 2 jenis rare
exposeure (5%), 15 jenis infrequent exposure (33%), 20 jenis occasionallt exposure (44%), 8
jenis frequently exposure (18%).
C. Pengukuran Lingkungan Kerja
Dari hasil pengukuran didapatkan hasil pengukuran suhu rata-rata di kedua UMKM
adalah 290C. sedangkan kelembaban rata-rata yaitu 74 persen, kecepatan angin 0.2 m/s, dan
nilai pencahayaan yang berfluktuasi di masing-masing spot pengukuran.
Pembahasan A. Bahaya
Secara umum bahaya yang terdapat pada UMKM pembuatan busana muslim dan
boneka yaitu bahaya safety, bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya biologi, bahaya ergonomic,
dan bahaya organisasi kerja. Setiap bahaya mempunyai tingkatan risiko pada masing-masing
proses. Tingkat risiko tertinggi yang terdapat pada proses produksi busana muslim yaitu risiko
tersetrum dan risiko gangguan fungsi gerak akibat ergonomi kerja. Sedangkan risiko tertinggi
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
14
Universitas Indonesia
yang terdapat pada proses produksi boneka yaitu pajanan fume hasil pembakaran saat proses
cutting baker, lalu risiko gangguan fungsi gerak akibat ergonomic kerja yang tidak baik.
B. Tingkat atau Level Risiko
Dari HIRA yang telah dilakukan di UMKM CV. A, didapatkan total 28 hazard dengan
disertai nilai dari basic risk, hasil kalkulasi pengelompokkan kriteria risiko Fine. Risiko dasar
yang ditemukan di UMKM busana muslim terdiri dari 7 jenis acceptable risk, 4 jenis priority
3 risk, 10 jenis substansial risk, 4 Jenis Priority 1 risk, 3 jenis very high risk
Presentase level risiko dasar di UMKM busana muslim digambarkan dalam diagram
berikut.
Gambar. Presentase level risiko dasar di UMKM pembuatan busana muslim
Berdasarkan HIRA yang telah dilakukan, dalam berabagai tahapan pembuataan boneka
didapatkan total 28 hazard disertai nilai dari basic risk yang merupakan hasil kalkulasi
pengelompokkan kriteria risiko Fine. Risiko dasar yang ditemukan di UMKM pembuatan
boneka terdiri dari 2 jenis acceptable risk, 7 jenis priority 3 risk, 9 jenis substansial risk, 7
Jenis Priority 1 risk, 2 jenis very high risk.
Presentase level risiko dasar di UMKM busana muslim digambarkan dalam diagram
berikut.
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
15
Universitas Indonesia
Gambar 39. Presentase level risiko dasar di UMKM pembuatan boneka
C. Perbandingan hasil HIRA dengan Penelitian Terdahulu
Arda (2008) dalam penelitiannya yang berjudul risk assessment for a denim
manufacturing in Turkey, menjelaskan bahwa industri tekstil rentan terhadap terjadinya
kebakaran. Penyebab kebakaran diantaranya adalah debu yang mudah terbakar serta bahan
kimia mudah terbakar yang digunakan dalam pembuatan denim. (Mungan, 2008)
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Sitorus dengan judul indetifikasi bahaya dan
penilaian risiko K3 di PT. SK Keris, menunjukkan bahwa level resiko dengan label Very High
terdapat pada kegiatan yang berhubungan dengan daya listrik, debu, temperature, zat kimia
dan penanganan manual. PT. SK Keris merupakan peruahaan industri penghasil polyester
filament yarn, merupakan bahan yang paling umum digunakan dalam pembuatan pakaian
(Sitorus, A.T, 2010)
Penelitian terdahulu juga dilakukan oleh Eni Kurniawati, dkk mengenai analisis potensi
kecelakaan kerja pada bagian produksi perusahaan manufaktur di Malang, Jawa Timur.
Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa level risiko bahaya ekstrim atau very high
terjadi pada penataan material kerja yang kurang rapi sedangkan risiko tinggi ada pada
kondisi lingkungan kerja yang tidak aman, sikap pekerja, pisau pemotong, dan lantai yang
basah. (Kurniawati, dkk. 2012)
Dari penilitian terdahulu dapat diasumsikan bahwa terdapat beberapa kemiripan dengan
penelitian yang dilakukan penulis mengenai level risiko yang ada pada masing-masing
penelitian seperti bahaya kelistrikan, bahaya kimia debu, temperature dan perilakua tidak
aman pekerja.
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
16
Universitas Indonesia
Kesimpulan
Berdsarkan hasil penelitian Secara umum bahaya yang terdapat pada UMKM
pembuatan busana muslim dan boneka yaitu bahaya safety, bahaya fisik, bahaya kimia,
bahaya biologi, bahaya ergonomic, dan bahaya organisasi kerja. Setiap bahaya mempunyai
tingkatan risiko pada masing-masing proses. Tingkat risiko tertinggi yang terdapat pada
proses produksi busana muslim yaitu risiko tersetrum dan risiko gangguan fungsi gerak akibat
ergonomi kerja. Sedangkan risiko tertinggi yang terdapat pada proses produksi boneka yaitu
pajanan fume hasil pembakaran saat proses cutting baker, lalu risiko gangguan fungsi gerak
akibat ergonomic kerja yang tidak baik.
Dari HIRA yang telah dilakukan, didapatkan total 28 hazard dengan disertai nilai dari
basic risk, hasil kalkulasi pengelompokkan kriteria risiko Fine. Risiko dasar yang ditemukan
di UMKM busana muslim terdiri dari 7 jenis acceptable risk, 4 jenis priority 3 risk, 10 jenis
substansial risk, 4 Jenis Priority 1 risk, 3 jenis very high risk
Berdasarkan HIRA yang telah dilakukan, dalam berabagai tahapan pembuataan boneka
didapatkan total 28 hazard disertai nilai dari basic risk yang merupakan hasil kalkulasi
pengelompokkan kriteria risiko Fine. Risiko dasar yang ditemukan di UMKM pembuatan
boneka terdiri dari 2 jenis acceptable risk, 7 jenis priority 3 risk, 9 jenis substansial risk, 7
Jenis Priority 1 risk, 2 jenis very high risk.
Saran 1. Bagi pengelola UMKM
a. Komitmen pemilik tempat kerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja untuk
melindungi pekerja dari penyakit akibat kerja maupun kecelakaan dan mencegah
berbagai kerugian lainnya
b. Menerapkan safety leadership, melaksanakan safety briefing atau safety talk untuk
membuat pekerja selalu peduli dan memperhatikan keselamatan dan kesehatan di
lingkungan kerjanya.
c. Menyediakan SOP dpenanganan awal apabila terjadi keadaan emergency saat bekerja.
d. Meneyediakan alat pelindung diri (APD) seperti masker debu dan sarung tangan.
e. Meningkatkan kualitas pencahayaan secara efektif di area-area kerja yang
membutuhkan.
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
17
Universitas Indonesia
f. Memberikan edukasi kepada pekerja tentang tata cara handling terhadap suatu mesin
maupun pekerjaan manual untuk menghindari bahaya ergonomic yang timbul dari
ketidaktahuan tersebut.
g. Berkoordinasi antara pemilik pabrik tahu dengan puskesmas dalam mengelola bahaya dan
risiko K3 di Pabrik Tahu X
h. Memasang poster di setiap kegiatan agar pekerja lebih tahu bagaimana bahaya risiko yang
ada di tempat kerja.
2. Bagi intansi terkait (Puskesmas)
a. Bekerja sama dengan pemilik pabrik dalam melakukan penyuluhan bahaya dan risiko
serta pengendalian yang dapat dilakukan di tempat kerja
b. Bersama pemilik pabrik melakukan komunikasi bahaya pada pekerja agar pekerja tahu
sadar, kemudian menjadi peduli untuk keselamatan dan kesehatan pekerja.
c. Pemberian training pada pekerja mengenai proses kerja serta dampak yang terjadi ketika
melakukan proses kerja.
Daftar Referensi Arda M.M. 2008. “Thesis Risk Assessment for A Denim Manufacturing Plant in Turkey”.
Turki : Middle East Technical University Australia Standard/New Zealand Standard. 2005. (Amandemen No.1) Risk Management
Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004. Pemegang Lisensi: Carmen Green Zevallos, Tanggal 6 Juni 2007, Standard Australia Internasional Ltd, Sydney.
Champoux D. 2003. Journal occupational health and safety management in small size enterprises : an overview of the situation and avenues for intervention and research. Elsevier science Ltd.
Darmawan, H. 2005. Manajemen Risiko. Jakarta : PT.Bumi Aksara Dom N, Knapen D, Benoot D, Nobels I & Blust R (2010). Aquatic multi-species acute
toxicity of (chlorinated) anilines: Experimental versus predicted data. Chemosphere 81(2): 177-186
D. Gardner, J. Carlopio, P.N. Fonteyn, J.A. Cross. Mechanical equipment injuries in small manufacturing businesses. Knowledge, behavioral, and management issues. International Journal of Occupational Safety and Ergonomics, 5 (1) (1999), pp. 59–71
European Union Law. 2003. Comission Recommendation of concerning the definition of micro, small, and medium-sized enterprised. Official Journal L 124, P.0036 - 0041
N. Holmes, T.J. Triggs, S.M. Gifford, A.W. Dawkins. Occupational injury risk in a blue collar, small business industry: implications for prevention. Safety Science, 25 (1) (1997), pp. 67–78
Iman K. W., dan Moses L. S., 2011, ”Manajemen Risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Pada Proyek Pembangunan Apartemen Puncak Permai Surabaya”. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII, Program Studi MMT-ITS.
International Standard. 2009. ISO 31000: Risk Management-Principles and Guidelines. Switzerland: ISO.
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016
18
Universitas Indonesia
Jamsostek. 2014. http://ekbis.sindonews.com/read/836859/34/192-911-pesertajamsostek-alami-kecelakaan-kerja-1392713047 (diakses: 11 Februari 2016).
Jensen A & Leffers H (2008). “Emerging endocrine disrupters: perfluoroalkyated substances”, International Journal of Andrology, vol 31, pp161-169
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pedoman Pengelolaan Risiko Kesehatan Lingkungan Kerja pada Pekerja Sektor Informal di Kelompok Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Kurniawidjaja, L.Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Kurniawati, E., Sugiono., Yuniarti, R. 2013, “Potensi Kecelakaan Kerja Pada Departemen Produksi Springbed dengan Metode Hazard Identification and Risk Analysis (HIRA)”. Studi kasus pada PT. Malindo Intitama Raya: Malang, Jawa Timur, Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri, Universitas Brawijaya, Malang.
Lestari, Fatma. 2010. Bahaya Kimia: Sampling & Pengukuran Kontaminan Kimia di Udara. Jakarta: EGC.
Modul 5, International Labour Office. 2013. Keberlanjutan Melalui Perusahaan Yang Kompetitif dan Bertanggungjawab (SCORE). Jakarta: ILO.
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). 2014. “Ergonomic and Musculoskeletal Disorders.” http://www.cdc.gov/niosh/topics/ergonomics/ (Diakses pada tanggal 4 September 2015)
Paket Pelatihan Penilaian dan Pengelolaan Risiko di Tempat Kerja bagi Usaha Kecil dan Menengah /Kantor Perburuhan Internasional. 2014. Jakarta : ILO.
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Republik Indonesia. 2003. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Lembaran Negara RI Tahun 2003. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2008. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Lembaran Negara RI Tahun 2008. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Lembaran Negara RI Tahun 2009. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sitorus, A.T. 2009. Identifikasi Bahaya dan Penialaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja . UNS. Semarang
OHSAS 18001. 2007. Occupational Health and Safety Management Systems. United Kingdom
Tarwaka. 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia-Edisi Ketiga, (Edisi 3, Cetakan ke-4), Jakarta: Balai Pustaka
Christina, D. 2010. “Asesmen Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000:2009“. Dalam dianechristina.wordpress.com/assessment-manajemen-risiko diakses pada 15 Mei 2016
Rahmana, Arief. Usaha Kecil Menengah. 2008. “Klasifikasi Usaha Kecil Menengah”. http://infoukm.wordpress.com/klasifikasi-umkm/diakses pada 21 juni 2016.
Gambaran Risiko ..., Yuansyah Arief, FKM UI, 2016