Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan...

204
Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C) di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 Skripsi Oleh : PERMANA EKA SATRIA 1110101000085 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Transcript of Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan...

Page 1: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan

Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung (Pd-T-11-2005-C) di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

Skripsi

Oleh :

PERMANA EKA SATRIA

1110101000085

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2014

Permana Eka Satria

Page 3: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

iii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, Juli 2014

Permana Eka Satria, NIM : 1110101000085

Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan

Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung (Pd-T-11-2005-C) di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

xxi + 163 halaman + 40 tabel + 4 Gambar + 2 bagan + 14 lampiran

ABSTRAK

Kebakaran merupakan salah satu bencana yang dampaknya dapat memberi

kerugian yang cukup besar, apalagi jika terjadi di rumah sakit, tidak terkecuali di

RSUD Kota Tangerang. Untuk memastikan seluruh sistem proteksi yang tersedia

selalu siap digunakan maka perlu dilakukan evaluasi, salah satunya dengan

menggunakan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung

(Pd-T-11-2005-C).

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif . Sumber data pada

penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan data sekunder. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Juni 2014 dengan melakukan observasi, wawancara dan

telaah dokumen mengenai kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem

proteksi aktif dan sistem proteksi pasif kebakaran di RSUD Kota Tangerang.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa 1) Tingkat keandalan kelengkapan

tapak bangunan baik, semua sub komponen dalam kategori baik. 2) Tingkat

keandalan sarana penyelamatan baik namun sub komponen jalan keluar nilainya

kurang baik. 3) Tingkat keandalan sistem proteksi aktif kategori cukup. Sub

komponen APAR dan sistem pemadam luapan masih kurang. 4) Tingkat

keandalan sistem proteksi pasif dalam kategori baik. Secara keseluruhan tingkat

keandalan sistem keselamatan bangunan terhadap kebakaran dalam kondisi baik

dengan nilai keandalan 81,23%.

Peneliti menyarankan agar pihak RSUD Kota Tangerang harus tetap selalu

melakukan pemeriksaan, melakukan perawatan, pemeliharaan dan perbaikan

terhadap sistem tersebut berkala untuk menjaga agar kondisinya tetap baik. Pihak

RSUD Kota Tangerang juga harus memperbaiki kondisi sistem proteksi aktif yang

dalam kategori cukup.

Kata Kunci: Evaluasi Kebakaran, Kebakaran, Rumah Sakit, Keandalan

Bangunan

Daftar Bacaan: 56 (1970 - 2014)

Page 4: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

iv

ISLAMIC STATE UNIVERSITY JAKARTA

MEDICINE AND HEALTH SCIENCE FACULTY

PUBLIC HEALTH

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Undergraduate Thesis, July 2014

Permana Eka Satria, NIM : 1110101000085

Reliability of Fire Protection System Evaluation Using Fire Safety Inspection

Guidelines for Building (Pd-T-11-2005-C) in Local Government Hospital of

Tangerang City 2014

xxi + 163 pages + 40 tables + 4 pictures + 2 figures + 14 appendixes

ABSTRACT

Fire is one of disaster which given major lost to the victims such as

hospital, unexceptionally in Local Government Hospital of Tangerang City. To

ensure all of the fire protection utilities are ready to use, therefore evaluation is

needed, one of the evaluation can be used is Fire Safety Inspection Guidelines for

Building (Pd-T-11-2005-C).

This research used descriptive qualitative method. Sources of data in this

research were using primary and secondary data. On July 2014, this research used

observation, interview and literature review to collecting data about completeness

site, rescue facilities, active protection and passive protection in Local

Government Hospital of Tangerang City.

This research claimed that in Local Government Hospital of Tangerang

City 1) Level of reliability of completeness site were in a good category 2) Level

of reliability of rescue facilities were in a good category, but the exit facilities

were not good enough 3) Level of reliability of active protection system were in a

acceptable category. The fire extinguishers and fire overflow system are in low

category 4) Level of reliability of passive protection are in a good category. Level

of reliability in Local Government Hospital of Tangerang City are in a good

category with level of completing 81,23%.

Researcher recommended that Local Government Hospital of Tangerang

City still have to checking, maintain and fixing all of the system periodically to

keep this condition. And still, Local Government Hospital of Tangerang City

should fixing active protection because it was in acceptable category.

Keywords: Fire Evaluation, Fire, Hospital, Building Reliability

Reading List: 56 (1970 - 2014)

Page 5: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

v

Page 6: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

vi

Page 7: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Permana Eka Satria

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Agustus 1992

Alamat : Komp. Taman Pinang Indah Blok i No. 27

Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota

Tangerang, Provinsi Banten 15145

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Telepon/Handphone : 08561586164

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

2010 – Sekarang : S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2007 – 2010 : SMA Negeri 2 Tangerang

2004 – 2007 : SMP Negeri 1 Tangerang

1998 – 2004 : SD Budi Mulia Ciledug

Page 8: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan ke hadirat Allah SWT,

Sang Pemilik Pengetahuan, yang dengan rahmat dan inayah-Nya jualah maka

penulis mampu merampungkan skripsi yang berjudul “Evaluasi Keandalan

Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman

Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C)

di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad

Rasulullah SAW, yang atas perkenan Allah, telah mengantarkan umat manusia ke

pintu gerbang pengetahuan Allah yang Maha luas.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Keluarga tercinta, H. Andi Somantri Pribadi, Hj. Tati Kurniati dan Dini

Kurniawati, SE. yang dengan doa, restu serta dukungan yang diberikan

tanpa mengenal batas waktu hingga akhirnya penulis mampu mencapai

pendidikan di jenjang universitas.

2. Pak Yudi selaku Kepala Seksi Bangunan Dinas Tata Kota Tangerang.

3. Seluruh staff Dinas Tata Kota Tangerang, yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi.

4. Ibu Susi selaku Kepala Bagian Umum RSUD Kota Tangerang.

5. Seluruh staff RSUD Kota Tangerang yang dengan sukarela membantu

penulis ketika membutuhkan informasi yang diperlukan dalam rangka

penyusunan laporan.

6. Ibu Iting Shofwati, selaku pembimbing I dan penanggung jawab

peminatan K3 yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan

kepada penulis agar senantiasa berupaya melakukan yang terbaik dalam

penyelesaian skripsi penulis.

7. Ibu Fajar Ariyanti, selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, saran dan arahan kepada penulis agar selalu melakukan yang

terbaik dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Para Dosen Program Studi Kesehatan Masayarakat, atas semua ilmu yang

telah diberikan.

9. Retno Palupiningtyas yang telah memberi warna dalam semua kegiatan.

10. Agung Raharjo, M. Amri Yusuf dan Yusuf Al Aziz yang telah menjadi

pemicu semangat penulis.

Page 9: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

ix

11. Kawan-kawan Peminatan K3 2010 yang tidak terlewatkan Sony, Zaki,

Dani, Dika, Dian, Randy, Iqbal, Evi, Kiki, Sinta, Asri, Dini,dan Dewi.

12. Teman-teman yang inspiratif Ilham, Fuad, Prima, Alul, Supri, Angga,

Bayu, Harun, Richo, Angger, Akbar, Febri dan Furin.

13. Seluruh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2010 yang insya Allah selalu solid.

14. Pengikut futsal kesmas yang telah memberi opsi hiburan disela-sela waktu

penulisan skripsi ini.

Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan doa dan harap,

semoga kebaikan mereka dicatat sebagai amal shaleh di hadapan Allah SWT dan

menjadi pemberat bagi timbangan kebaikan mereka kelak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan

saran yang membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan

masukan di waktu mendatang.

Semoga laporan ini dapat mendatangkan manfaat kepada penulis khususnya,

dan kepada seluruh pembaca pada umumnya.

Tangerang Selatan, Juli 2014

Penulis

Page 10: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

ABSTRAK ..................................................................................................... iii

ABSTRACT .................................................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... v

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xx

DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xxi

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 9

1.3 Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 10

1.4 Tujuan ........................................................................................... 11

1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................... 11

1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 11

1.5 Manfaat .......................................................................................... 12

1.5.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ...................................................... 12

1.5.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ........... 12

1.5.3 Manfaat Bagi RSUD Kota Tangerang .................................. 13

1.6 Ruang Lingkup ............................................................................... 13

Page 11: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

xi

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 14

2.1 Kebakaran ...................................................................................... 14

2.2 Teori Terjadinya Api ...................................................................... 14

2.3 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran ................................ 16

2.4 Penyebab Terjadinya Kebakaran.................................................... 18

2.5 Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung ...................... 22

2.5.1 Perencanaan Tapak Bangunan ............................................. 22

2.5.2 Sistem Proteksi Pasif Kebakaran.......................................... 24

2.5.3 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran ......................................... 26

2.5.4 Sarana Penyelamatan Kebakaran ......................................... 32

2.6 Evaluasi Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung ........................................................................................... 35

2.7 Petunjuk Pelaksanaan Audit K3 ....................................................... 38

2.8 Kerangka Teori ................................................................................. 42

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI ISTILAH ..................... 43

3.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 43

3.2 Definisi Istilah ................................................................................... 46

IV. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 50

4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 50

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 50

4.3 Informan Penelitian .......................................................................... 51

4.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 51

4.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 52

Page 12: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

xii

4.5.1 Data Primer .......................................................................... 52

4.5.2 Data Sekunder ...................................................................... 52

4.6 Triangulasi Data................................................................................ 52

4.7 Pengolahan Data ............................................................................... 54

4.8 Teknik Analisis Data ........................................................................ 69

V. HASIL PENELITIAN .............................................................................. 71

5.1 Gambaran Umum RSUD Kota Tangerang ....................................... 71

5.1.1 Profil RSUD Kota Tangerang .............................................. 71

5.1.2 Visi dan Misi RSUD Kota Tangerang.................................. 72

5.2 Kelengkapan Tapak Bangunan RSUD Kota Tangerang .................. 73

5.2.1 Sumber Air ........................................................................... 73

5.2.2 Jalan Lingkungan ................................................................. 76

5.2.3 Jarak Antar Bangunan .......................................................... 77

5.2.4 Hidran Halaman ................................................................... 78

5.2.5 Penilaian Kelengkapan Tapak .............................................. 80

5.3 Sarana Penyelamatan RSUD Kota Tangerang ................................. 81

5.3.1 Sarana Jalan Keluar .............................................................. 81

5.3.2 Konstruksi Jalan Keluar ....................................................... 83

5.3.3 Landasan Helikopter ............................................................ 85

5.3.4 Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan .................................. 86

5.4 Sistem Proteksi Aktif RSUD Kota Tangerang ................................. 88

5.4.1 Deteksi dan Alarm ................................................................ 88

5.4.2 Siamese Connection ............................................................. 90

5.4.3 Alat Pemadam Api Ringan ................................................... 92

Page 13: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

xiii

5.4.4 Hidran Gedung ..................................................................... 94

5.4.5 Sprinkler ............................................................................... 96

5.4.6 Sistem Pemadam Luapan ..................................................... 97

5.4.7 Pengendali Asap ................................................................... 98

5.4.8 Deteksi Asap ........................................................................ 101

5.4.9 Pembuangan Asap ................................................................ 102

5.4.10 Lift Kebakaran.................................................................... 105

5.4.11 Cahaya Darurat ................................................................... 106

5.4.12 Listrik Darurat .................................................................... 108

5.4.13 Ruang Pengendali Operasi ................................................. 109

5.4.14 Penilaian Sistem Proteksi Aktif.......................................... 110

5.5 Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang .................................. 112

5.5.1 Ketahanan Api Struktur Bangunan ...................................... 112

5.5.2 Kompartemenisasi Ruang .................................................... 114

5.5.3 Perlindungan Bukaan ........................................................... 116

5.5.4 Hasil Penilaian Sistem Proteksi Pasif................................... 118

5.6 Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan dari Bahaya Kebakaran

RSUD Kota Tangerang ..................................................................... 119

VI. PEMBAHASAN ....................................................................................... 122

6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 122

6.2 Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan dari Bahaya Kebakaran

RSUD Kota Tangerang ..................................................................... 122

6.3 Kelengkapan Tapak Bangunan RSUD Kota Tangerang .................. 125

6.3.1 Sumber Air ........................................................................... 126

Page 14: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

xiv

6.3.2 Jalan Lingkungan ................................................................. 128

6.3.3 Jarak Antar Bangunan .......................................................... 130

6.3.4 Hidran Halaman ................................................................... 132

6.4 Sarana Penyelamatan RSUD Kota Tangerang ................................. 133

6.4.1 Sarana Jalan Keluar .............................................................. 134

6.4.2 Konstruksi Jalan Keluar ....................................................... 136

6.4.3 Landasan Helikopter ............................................................ 138

6.5 Sistem Proteksi Aktif RSUD Kota Tangerang ................................. 138

6.5.1 Deteksi dan Alarm ................................................................ 139

6.5.2 Siamese Connection ............................................................. 140

6.5.3 Alat Pemadam Api Ringan ................................................... 141

6.5.4 Hidran Gedung ..................................................................... 144

6.5.5 Sprinkler ............................................................................... 145

6.5.6 Sistem Pemadam Luapan ..................................................... 146

6.5.7 Pengendali Asap ................................................................... 147

6.5.8 Deteksi Asap ........................................................................ 148

6.5.9 Pembuangan Asap ................................................................ 150

6.5.10 Lift Kebakaran.................................................................... 151

6.5.11 Cahaya Darurat ................................................................... 152

6.5.12 Listrik Darurat .................................................................... 153

6.5.13 Ruang Pengendali Operasi ................................................. 154

6.6 Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang .................................. 155

6.6.1 Ketahanan Api Struktur Bangunan ...................................... 155

6.6.2 Kompartemenisasi Ruang .................................................... 156

6.6.3 Perlindungan Bukaan ........................................................... 157

Page 15: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

xv

VII. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 159

7.1 Simpulan ........................................................................................... 159

7.2 Saran ................................................................................................. 161

7.2.1 Saran Untuk RSUD Kota Tangerang ................................... 161

7.2.2 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya ..................................... 163

Page 16: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Pembobotan Penilaian KSKB .................................................... 37

Tabel 3.1 Hasil Ukur Kelengkapan Tapak ................................................. 46

Tabel 3.2 Hasil Ukur Sarana Penyelamatan ............................................... 47

Tabel 3.3 Hasil Ukur Sistem Proteksi Aktif Kebakaran ............................ 48

Tabel 3.4 Hasil Ukur Sistem Proteksi Pasif Kebakaran ............................. 49

Tabel 4.1 Informan Penelitian .................................................................... 51

Tabel 4.2 Triangulasi Data ......................................................................... 53

Tabel 4.3 Kriteria Penilaian Kelengkapan Tapak ...................................... 55

Tabel 4.4 Kriteria Penilaian Sarana Penyelamatan .................................... 56

Tabel 4.5 Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Aktif Kebakaran.................. 58

Tabel 4.6 Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Pasif Kebakaran .................. 67

Tabel 4.7 Kondisi Fisik Komponen Keselamatan Kebakaran

Bangunan dan Rekomendasi ..................................................... 72

Tabel 5.1 Pemenuhan Kriteria Penilaian Sumber Air di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 74

Tabel 5.2 Pemenuhan Kriteria Penilaian Jalan Lingkungan di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 76

Tabel 5.3 Pemenuhan Kriteria Penilaian Jarak Antar Bangunan di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 77

Tabel 5.4 Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Halaman di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 78

Tabel 5.5 Hasil Penilaian Kelengkapan Tapak di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 80

Page 17: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

xvii

Tabel 5.6 Pemenuhan Kriteria Penilaian Sarana Jalan Keluar di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 81

Tabel 5.7 Pemenuhan Kriteria Penilaian Konstruksi Jalan Keluar di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 83

Tabel 5.8 Pemenuhan Kriteria Penilaian Landasan Helikopter di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 86

Tabel 5.9 Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 87

Tabel 5.10 Pemenuhan Kriteria Penilaian Deteksi dan Alarm di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 89

Tabel 5.11 Pemenuhan Kriteria Penilaian Siamese Connection di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 90

Tabel 5.12 Pemenuhan Kriteria Penilaian APAR di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 92

Tabel 5.13 Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Gedung di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 95

Tabel 5.14 Pemenuhan Kriteria Penilaian Sprinkler di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 96

Tabel 5.15 Pemenuhan Kriteria Penilaian Sistem Pemadam Luapan di

RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 .......................................... 98

Tabel 5.16 Pemenuhan Kriteria Penilaian Pengendali Asap di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 99

Tabel 5.17 Pemenuhan Kriteria Penilaian Deteksi Asap di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 101

Page 18: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

xviii

Tabel 5.18 Pemenuhan Kriteria Penilaian Pembuangan Asap di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 103

Tabel 5.19 Pemenuhan Kriteria Penilaian Lift Kebakaran di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 105

Tabel 5.20 Pemenuhan Kriteria Penilaian Cahaya Darurat di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 106

Tabel 5.21 Pemenuhan Kriteria Penilaian Listrik Darurat di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 108

Tabel 5.22 Pemenuhan Kriteria Penilaian Ruang Pengendali Operasi

di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................... 110

Tabel 5.23 Hasil Penilaian Sistem Proteksi Aktif di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 111

Tabel 5.24 Pemenuhan Kriteria Penilaian Ketahanan Api Struktur

Bangunan di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ..................... 113

Tabel 5.25 Pemenuhan Kriteria Penilaian Kompartemenisasi Ruang

di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................... 114

Tabel 5.26 Pemenuhan Kriteria Penilaian Perlindungan Bukaan

di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................... 116

Tabel 5.27 Hasil Penilaian Sistem Proteksi Pasif di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 118

Tabel 5.28 Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Dari Bahaya

Kebakaran RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ........................ 119

Page 19: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

xix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1 Segitiga Api ........................................................................ 15

Gambar 2.2 Fire Tetrahedron ................................................................. 15

Gambar 5.1 Siamese Connection ........................................................... 90

Gambar 5.2 Alat Pemadam Api Ringan ................................................. 94

Page 20: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

xx

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori ..................................................................... 42

Bagan 3.1 Kerangka Pemikiran.............................................................. 45

Page 21: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

xxi

DAFTAR ISTILAH

APAR : Alat Pemadam Api Ringan

K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keandalan : Tingkat kesempurnaan kondisi perlengkapan

proteksi yang menjamin keselamatan, fungsi dan

kenyamanan suatu bangunan gedung dan

lingkungannya selama masa pakai dari gedung

tersebut dari segi bahayanya terhadap kebakaran.

Keselamatan Gedung : Kondisi yang menjamin keselamatan dan

tercegahnya bencana dalam suatu gedung beserta

isinya (manusia, peralatan, barang) yang

diakibatkan oleh kegagalan atau tidak

berfungsinya utilitas gedung

NKSKB : Singkatan dari Nilai Keandalan Sistem

Keselamatan Bangunan, yaitu hasil pengukuran

kinerja sistem berdasarkan standar keselamatan

bangunan yang berlaku dan/atau

pengetahuan/pengalaman pemeriksa

Proteksi Aktif Kebakaran : Kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan

memadamkan kebakaran, pengendalian asap, dan

sarana penyelamatan kebakaran

Proteksi Pasif Kebakaran : Kemampuan stabilitas struktur dan elemennya,

konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan

pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada

untuk menahan dan membatasi kecepatan

menjalarnya api dan asap kebakaran.

Tapak : Tempat dimana suatu bangunan akan didirikan

Page 22: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebakaran merupakan bencana yang merugikan bagi semua pihak

(Lasino dan Suhedi, 2005). Sedangkan Ramli (2010) dalam bukunya

menyebutkan bahwa kebakaran tidak lepas dari teori timbulnya api,

dimana kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya di luar

kemampuan dan keinginan manusia.

Data kejadian kebakaran di Kota Tangerang Selatan pada tahun

2011 terjadi 48 kejadian kebakaran dan semakin meningkat pada tahun

2012 mencapai 58 kejadian kebakaran (Tangseloke.com, 2013).

Sedangkan jumlah yang lebih hebat terdapat di Kota Tangerang, pada

tahun 2013 mencapai angka 74 kasus dengan perkiraan kerugian hingga

Rp. 3,21 miliar. Kejadian kebakaran tersebut mayoritas akibat hubungan

arus pendek listrik (Bantenposnews.com, 2013). Bahkan pada bulan

Januari-Maret 2014, Dinas Penganggulangan Bencana dan Kebakaran

telah mencatat 21 kasus kebakaran yang mayoritas juga diakibatkan oleh

hubungan arus pendek listrik (Anonim, 2014). Berdasarkan reportase yang

dikutip dari antaranews.com (2011), Kepala Penanggulangan Bencana dan

Kebakaran Pemkab Tangerang, Arsyad Husein mengatakan bahwa lebih

dari 60 persen kasus kebakaran di Tangerang terjadi karena api yang

berasal dari hubungan arus pendek listrik dan selebihnya akibat kelalaian

pemilik perusahaan.

Page 23: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

2

Tidak hanya di pabrik, sistem proteksi kebakaran juga harus

dimiliki di setiap bangunan termasuk rumah sakit. Hal ini dikarenakan

selain ancaman bahaya dari berbagai penyakit infeksi, di rumah sakit juga

terdapat beberapa potensi bahaya lain yang dapat mengancam keselamatan

jiwa para petugas di rumah sakit, pasien maupun para penunjang lain yang

ada di rumah sakit salah satu bahaya tersebut adalah kebakaran.

Berdasarkan laporan dari Detiknews.com (2009), pada tanggal 16

Desember 2009 salah satu rumah sakit di Tangerang terbakar. RSUD

Kabupaten Tangerang terbakar diduga akibat percikan las yang mengenai

triplek pada bangunan lantai 3 rumah sakit yang sedang di renovasi.

Kemudian api membesar saat pekerja mengambil tabung pemadam yang

ada di lantai bawah.

Kebakaran di RSUD Kabupaten Tangerang seharusnya dapat

dicegah. Bila di lantai tempat pekerja disediakan tabung pemadam dengan

jumlah yang sesuai dan siap digunakan, sebelum api membesar, api

tersebut dapat dipadamkan oleh pekerja menggunakan alat pemadam dan

kebakaran dapat dihindari. Seperti dikatakan oleh Kepala Penanggulangan

Bencana dan Kebakaran Pemkab Tangerang dikutip dari

(Antaranews.com, 2011), sebenarnya bila pengelola gedung memiliki dan

menyediakan sistem proteksi kebakaran dengan baik, kebakaran dapat

dicegah dan bila terjadi kebakaran, hal tersebut tidak akan menyebabkan

kerugian yang besar.

Page 24: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

3

Selain itu, kejadian kebakaran juga pernah terjadi di Rumah Sakit

Sari Asih Serang, Banten kejadian kebakaran ini terjadi akibat hubungan

arus pendek listrik (Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal

Departemen Kesehatan, 2009). Sementara itu di RSUD Jambi juga terjadi

kebakaran yang disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik di gudang

farmasi rumah sakit tersebut (Republika.co.id, 2014).

Kejadian kebakaran yang terjadi di beberapa rumah sakit tadi

menunjukkan indikasi tentang lemahnya sistem proteksi kebakaran yang

ada di rumah sakit. Padahal, penghuni gedung rumah sakit merupakan

pasien yang sedang dalam kondisi tidak sehat. Kondisi ini menyebabkan

keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan rumah sakit perlu

selalu ditinjau dan diperbaiki untuk menjaga kesiapan sistem keselamatan

kebakaran bangunan di rumah sakit.

Sebagai institusi pelayanan kesehatan, rumah sakit dalam

kegiatannya harus menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan

supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung (Kementerian

Kesehatan RI, 2011). Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu fasilitas

yang perlu dilakukan perencanaan, pendidikan dan pemantauan di Rumah

Sakit adalah fasilitas pengamanan kebakaran dan manajemen emergensi.

Oleh karena itu, pihak Rumah Sakit wajib untuk melakukan perencanaan,

pendidikan dan pemantauan mengenai fasilitas pengamanan kebakaran

dan manajemen emergensi sebagai standar akreditasi Rumah Sakit itu

sendiri (Kemenkes RI, 2011).

Page 25: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

4

Dalam penelitian mengenai sistem manajemen keselamatan

kebakaran di rumah sakit sebelumnya yang dilakukan oleh Bierster (2010)

di beberapa rumah sakit di New York, didapatkan bahwa tidak semua

rumah sakit menerapkan sistem keselamatan kebakaran dengan baik.

Terdapat beberapa rumah sakit yang masih perlu perbaikan mengenai

sistem keselamatan kebakaran bangunannya.

Sementara itu di Indonesia, dari penelitian yang dilakukan oleh

Widyaningsih (2006) di rumah sakit umum Kardinah Kota Tegal diketahui

bahwa dari 32 tabung APAR hanya 23 tabung yang dalam kondisi baik

dan sesuai dengan standar Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. Per. 04/MEN/1980 sedangkan untuk pemeriksaan

terhadap APAR tersebut juga masih belum dilakukan. Penelitian lain

mengenai sistem proteksi kebakaran di rumah sakit dilakukan oleh

Hepiman dkk. (2009) di RS DR. Ernaldi Bahar Palembang mengatakan

bahwa perhatian mengenai sistem keselamatan kebakaran di rumah sakit

masih kurang dibuktikan dengan belum dibentuknya regu khusus

penanggulangan kebakaran, sarana penanggulangan kebakaran yang

tersedia hanya APAR, dan jumlah serta pemasangan APAR yang ada juga

tidak sesuai standar yang berlaku, frekuensi pelatihan dan simulasi

penanggulangan kebakaran jarang dilakukan, belum adanya peta dan

petunjuk jalur evakuasi. Tentunya hal tersebut menjadi perhatian khusus.

Penelitian yang dilakukan oleh Yunus (2010) di RSUD Pasar Rebo

Gedung B juga memperlihatkan bahwa perhatian rumah sakit terhadap

Page 26: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

5

sistem keselamatan kebakaran bangunan rumah sakit masih kurang. Hal

ini ditunjukkan dengan masih terdapat APAR yang tidak sesuai dengan

ketentuan Permenakertrans No: Per.04/MEN/1980 dan masih belum

terlaksananya pemeriksaan berkala terhadap sprinkler yang terdapat di

RSUD Pasar Rebo.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Arrazy (2013) di Rumah Sakit

dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas, didapatkan bahwa sistem manajemen

keselamatan kebakaran di Rumah Sakit telah terlaksana. Namun masih

perlu beberapa peningkatkan pada sosialisasi kebijakan kepada pasien,

pelatihan rutin, penambahan alat proteksi, pencatatan dan

pendokumentasian setiap kegiatan atau kejadian serta evaluasi manajemen.

Selain itu, kajian mengenai penerapan manajemen keselamatan kebakaran

yang dilakukan oleh Lasino (2005) menjelaskan bahwa bangunan komersil

memiliki perhatian yang lebih baik dalam penerapan manajemen

keselamatan kebakaran dibandingkan bangunan perkantoran dan rumah

sakit.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah disebutkan diatas,,

maka dapat terlihat bahwa sistem keselamatan kebakaran di rumah sakit,

terutama di Indonesia masih dalam kondisi yang tidak baik. Beberapa

rumah sakit masih belum melakukan pemeriksaan terhadap beberapa alat

proteksi kebakaran. Selain itu, rumah sakit masih kurang memberikan

perhatian dalam penerapan manajemen keselamatan kebakaran

dibandingkan dengan bangunan komersil. Hal ini dapat membahayakan

Page 27: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

6

penghuni dan pengunjung di dalam rumah sakit, selain itu aset-aset

peralatan medis rumah sakit juga dapat dikatakan dalam kondisi

berbahaya, karena masih kurangnya perhatian rumah sakit dalam

menerapkan sistem keselamatan kebakaran.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun

2008, sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik

yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik

untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara

pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya

terhadap bahaya kebakaran. Tentunya penyediaan sistem proteksi

kebakaran tersebut membutuhkan pemeliharaan yang baik agar didapatkan

sistem proteksi yang baik dan dapat mencegah timbulnya kerugian yang

besar akibat kebakaran, salah satunya dengan cara evaluasi.

Menurut (Isaac dan Michael, 1981), evaluasi adalah suatu kegiatan

untuk meningkatkan kinerja suatu sistem, dengan cara menemukan gap

antara penerapan suatu sistem di lapangan dengan bagaimana sebuah

sistem tersebut seharusnya berjalan. Evaluasi bertujuan untuk

mendeskripsikan bagaimana suatu sistem itu efektif atau tidak efektif,

memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat, dan bagus atau tidak.

Dalam mengukur kinerja manajemen kebakaran yang baik, dapat

dilakukan diantaranya dengan cara inspeksi. Inspeksi dapat dilakukan

dengan menggunakan alat bantu berupa checklist yang digunakan sebagai

Page 28: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

7

panduan dalam melakukan inspeksi. Checklist tersebut dibuat dengan

mengacu kepada suatu standar (Furness dan Muckett, 2007).

Pengukuran kinerja manajemen kebakaran penting untuk dilakukan

sebagai wujud peningkatan berkelanjutan dalam sebuah sistem. Data hasil

pengukuran tersebut dapat dijadikan pihak manajemen untuk

menggambarkan bagaimana kesesuaian sistem yang sudah ada dengan

standar. Kemudian hal ini juga penting untuk dilakukan sebagai acuan

dalam menentukan prioritas dalam mengambil tindakan untuk melakukan

peningkatan yang berkelanjutan dalam sistem tersebut (Furness dan

Muckett, 2007).

Untuk memastikan bahwa alat proteksi kebakaran selalu siap

digunakan salah satu caranya ialah dengan melakukan evaluasi mengenai

keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan. Evaluasi mengenai

keandalan sistem keselamatan bangunan dapat dilakukan dengan

menggunakan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan

gedung (Pd-T-11-2005-C). (Mahmudah, 2012). Dalam penelitian yang

akan dilakukan, peneliti menggunakan pedoman pemeriksaan keselamatan

kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) yang telah teruji dan

merupakan pedoman yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Kementerian

Pekerjaan Umum. Penggunaan pedoman ini dimaksudkan untuk

mengetahui tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan terhadap

bahaya kebakaran. Pedoman ini digunakan dengan asumsi bahwa

pedoman ini dapat memeriksa secara lengkap upaya pencegahan

Page 29: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

8

kebakaran yang bersifat aktif maupun pasif, sehingga dapat diperoleh

informasi tingkat keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan.

Dalam pedoman ini secara lengkap tertulis bagaimana cara menilai,

pengkategorian, dan kriteria penilaian yang akan dilakukan.

Selain itu, pedoman ini cocok untuk digunakan pada bangunan di

Indonesia karena merupakan pedoman yang dibuat oleh Badan Litbang

Kementerian Pekerjaan Umum (Saptaria, 2005). Hal ini yang menjadi

keunggulan pedoman pemeriksaan ini. Peneliti melihat keandalan sistem

keselamatan bangunan karena peneliti ingin mengetahui tingkat

kesempurnaan kondisi perlengkapan proteksi yang menjamin keselamatan,

serta fungsi dan kenyamanan suatu bangunan gedung dan lingkungannya

dalam hal ini di RSUD Kota Tangerang selama masa pakai dari gedung

tersebut dari segi bahayanya terhadap kebakaran. Seperti disebutkan dalam

(Mahmudah, 2012) bahwa keandalan merupakan tingkat kesempurnaan

kondisi perlengkapan proteksi yang menjamin keselamatan, serta fungsi

dan kenyamanan suatu bangunan gedung dan lingkungannya selama masa

pakai dari gedung tersebut dari segi bahayanya terhadap kebakaran.

Berdasarkan kasus kebakaran sebelumnya yang pernah terjadi di

beberapa rumah sakit, ditemukan bahwa kejadian kebakaran di Rumah

Sakit Sari Asih Serang dapat terjadi meskipun Rumah Sakit Sari Asih

Serang baru berdiri selama satu tahun (Anonim, 2010). Meskipun rumah

sakit tersebut baru berdiri, hal itu tidak menjamin seluruh sistem

keselamatan kebakaran selalu dalam kondisi baik. Hal ini tentu juga

Page 30: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

9

berlaku bagi RSUD Kota Tangerang. Terlebih RSUD Kota Tangerang

merupakan rumah sakit rujukan bagi seluruh rumah sakit di Kota

Tangerang, hal ini dapat menjadikan RSUD Kota Tangerang memiliki

banyak pasien yang perlu dilindungi dari bahaya kebakaran.

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Tangerang yang memiliki

potensi kebakaran dan merupakan bangunan umum yang setiap hari selalu

dipenuhi pengunjung yang memiliki keperluan dalam mendapatkan

pengobatan. RSUD Kota Tangerang juga termasuk rentan dalam

penyelamatan penghuni gedung mengingat penghuni gedung RSUD Kota

Tangerang merupakan pasien yang sedang dalam kondisi tidak sehat,

sehingga evaluasi mengenai keandalan sistem keselamatan kebakaran

bangunan gedung perlu dilakukan. Selain itu, evaluasi keandalan sistem

keselamatan kebakaran bangunan gedung di rumah sakit diperlukan

mengingat kejadian kebakaran yang pernah terjadi sebelumnya di

beberapa rumah sakit di Indonesia yang sebenarnya dapat dicegah dengan

cara menyiapkan sistem keselamatan kebakaran yang baik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan, RSUD Kota Tangerang merupakan

rumah sakit yang memiliki tujuan melayani seluruh warga Kota Tangerang.

Rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi rumah sakit rujukan seluruh

rumah sakit yang ada di Kota Tangerang.

Page 31: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

10

Rumah sakit tanpa kelas yang pertama kali ada di Indonesia ini juga

dilengkapi dengan sistem keselamatan kebakaran bangunan yang telah

terencana. Namun, berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan,

terdapat beberapa alat pemadam api ringan (APAR) yang dipasang tanpa

menggunakan label pemeriksaan.

Melihat dari kasus kebakaran yang pernah terjadi di RSUD Kabupaten

Tangerang, hal ini dapat menjadi penyebab utama gagalnya antisipasi

kebakaran yang dapat merugikan pihak RSUD Kota Tangerang. Kebakaran

yang sebelumnya pernah terjadi di RSUD Kabupaten Tangerang gagal

diantisipasi akibat kurang siapnya alat pemadam api ringan yang ada di

rumah sakit tersebut, dengan kata lain, sistem keselamatan kebakaran di

bangunan rumah sakit tersebut masih kurang optimal. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi tingkat keandalan sistem

keselamatan bangunan dari bahaya kebakaran di RSUD Kota Tangerang

Tahun 2014.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana tingkat keandalan kelengkapan tapak bangunan yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014?

2. Bagaimana tingkat keandalan sarana penyelamatan yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang tahun 2014?

3. Bagaimana tingkat keandalan sistem proteksi aktif yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang tahun 2014?

Page 32: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

11

4. Bagaimana tingkat keandalan sistem proteksi pasif yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang tahun 2014?

5. Bagaimana tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan dari bahaya

kebakaran di RSUD Kota Tangerang tahun 2014?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan

dari bahaya kebakaran di RSUD Kota Tangerang tahun 2014

menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran

Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C).

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat keandalan kelengkapan tapak bangunan

yang terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014

menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran

Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C).

2. Mengetahui tingkat keandalan sarana penyelamatan yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014 menggunakan

Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung (Pd-T-11-2005-C).

3. Mengetahui tingkat keandalan sistem proteksi aktif yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014 menggunakan

Page 33: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

12

Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung (Pd-T-11-2005-C).

4. Mengetahui tingkat keandalan sistem proteksi pasif yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014 menggunakan

Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung (Pd-T-11-2005-C).

5. Mengetahui tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan

dari bahaya kebakaran di RSUD Kota Tangerang tahun 2014

menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran

Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C)

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang evaluasi

sistem keselamatan bangunan dari bahaya kebakaran di rumah sakit

dan memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam melakukan

evaluasi terhadap sistem keselamatan bangunan dari bahaya

kebakaran.

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan RSUD Kota

Tangerang dalam upaya meningkatkan pembangunan K3 di

lingkungan kerja dan sebagai referensi untuk melaksanakan kegiatan

Page 34: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

13

magang bagi mahasiswa program studi kesehatan masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.3 Bagi RSUD Kota Tangerang

RSUD Kota Tangerang dapat mengetahui dan menerapkan sistem

keselamatan bangunan yang andal dan menciptakan kerjasama yang

saling menguntungkan dan bermanfaat dengan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya

peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan

Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan

Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C) di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014” Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan RSUD Kota Tangerang

dari bahaya kebakaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni – Juli

2014 dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi,

wawancara dan telaah dokumen. Penelitian ini dilakukan dengan cara

mengevaluasi keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan RSUD

Kota Tangerang dengan menggunakan Pedoman Pemeriksaan

Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C).

Page 35: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebakaran

Kebakaran merupakan peristiwa oksidasi dimana bertemunya 3

buah unsur, yaitu bahan yang dapat terbakar, oksigen yang terdapat di

udara dan panas yang dapat berakibat menimbulkan kerugian harta benda

atau cedera bahkan kematian manusia (Suma’mur, 1997). Kebakaran

tidak lepas dari teori timbulnya api, dimana kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya di luar kemampuan dan keinginan manusia. Api

adalah persenyawaan antara suatu bahan bakar dengan oksigen pada

temperatur tertentu yang pada prosesnya timbul nyala, suara dan cahaya.

Dengan demikian kebakaran merupakan kondisi natural akibat

persentuhan bahan bakar, oksigen dan panas atau kalor, yang tidak

terkendali (Ramli, 2010).

2.2. Teori Terjadinya Api

Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur yang saling

berhubungan, yaitu adanya bahan yang bisa terbakar, adanya kecukupan

oksigen, dan adanya sumber panas atau nyala (Suma’mur, 1997). Tiga

unsur tersebut dinamakan segitiga api. Bila salah satu dari elemen-

elemen tersebut dihilangkan maka api pun akan padam.

Page 36: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

15

Gambar 2.1 Segitiga Api

Kemudian model segitiga api dikembangkan oleh W.M. Haessler

(1974) menjadi teori “fire tetrahedron” dengan menambahkan elemen

reaksi kimia. Jadi sebuah reaksi berantai dapat terjadi bila ketiga elemen

api tersebut ada pada kondisi dan jumlah atau proporsi yang cukup.

Gambar 2.2 Fire Tetrahedron

Page 37: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

16

2.3. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Pencegahan kebakaran adalah segala daya upaya atau tindakan

secara terencana untuk mencegah dan meniadakan sejauh mungkin

timbulnya kebakaran. Karena itu pencegahan kebakaran dan pemadaman

dalam tahap awal penyalaan sangat penting untuk dilakukan, baik dengan

jalan meningkatkan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan khususnya

tentang kebakaran. (Sulaksmono, 1997).

Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan

peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang

mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan (Hargiyarto, 2003).

Menurut Hargiyarto (2003) terdapat alat yang dapat digunakan

untuk penanggulangan kebakaran, yaitu:

1. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana

a. Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada

akibat ikutan (side effect),sehingga air paling banyak

dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian

airdilakukan dengan cadangan bak-bak air dekat daerah

bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa

karet/plastik.

b. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga

udara tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan

menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan

sekop atau ember.

Page 38: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

17

c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif

untuk menutup kebakaran dini pada api kompor atau

kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas

potensi api.

d. Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk

alat bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran.

2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh

satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya

kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis

dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa

(foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2,

yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen

di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat

keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan.

APAR memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

a. APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam

untuk segala jenis kebakaran, oleh karena itu

sebelum menggunakan APAR perlu diidentifikasi

jenis bahan terbakar.

Page 39: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

18

b. APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa

angin kuat, APAR kimiawi ideal dioperasikan pada

suhu kamar

c. Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti,

waktu maksimum terus menerus 8 detik.

d. Bila telah dipakai harus diisi ulang

e. Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun

sekali.

2.4. Penyebab Terjadinya Kebakaran

Suma’mur (1997) menyebutkan beberapa peristiwa yang

mengakibatkan terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut:

a. Nyala api dan bahan-bahan yang berpijar

Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya

akan naik, mulai terbakar dan menyala terus sampai habis.

Kemungkinan terbakar atau tidak tergantung dari sifat benda

padat tersebut yang mungkin sangat mudah, agak mudah dan

sukar terbakar, besarnya zat padat tersebut, jika sedikit, tak cukup

timbul panas untuk terjadinya kebakaran, keadaan zat padat

seperti mudah terbakar kertas atau kayu lempengan tipis oleh

karena relatif luasnya permukaan yang bersinggungan dengan

oksigen dan cara menyalakan zat padat, misalnya di atas atau

sejajar dengan nyala api.

Page 40: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

19

Benda pijar mudah atau tidak mudah dibakar akan

menyebabkan terbakarnya benda lain jika bersentuhan

dengannya. Suatu benda tak mudah terbakar akan menyebabkan

terjadinya bahan mudah terbakar yang bersinggungan dengannya.

b. Penyinaran

Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda

pijar atau nyala api tidak perlu atas dasar persentuhan. Semua

sumber panas memancarkan gelombang-gelombang

elektromagnetis yaitu sinar inframerah. Jika gelombang ini

mengenai benda, maka pada benda tersebut dilepaskan energi

yang berubah menjadi panas. Benda tersebut menjadi panas dan

jika suhunya terus naik maka pada akhirnya benda tersebut akan

menyala.

c. Peledakan uap atau gas

Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan

udara akan menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan

pembakaran yang terjadi akan meluas dengan cepat, manakala

kadar gas atau uap berada dalam batas untuk menyala atau

meledak.

Page 41: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

20

d. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair

Debu-debu dari zat-zat yang mudah terbakar atau noktah-

noktah cair yang berupa suspensi di udara berperilaku seperti

campuran gas dan udara atau uap dalam udara dan dapat meledak.

e. Percikan api

Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab

terbakarnya campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat

menyala. Biasanya percikan api tak dapat menyebabkan

terbakarnya benda padat.

Oleh karena itu, tidak cukupnya energi dan panas yang

ditimbulkan akan menghilang di alam benda padat. Percikan api

mungkin terbentuk sebagai akibat arus listrik dan juga karena

kelistrikan statis sebagai gesekan dua benda yang bergerak.

f. Terbakar sendiri

Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar

mineral yang padat atau zat-zat organis, apabila peredaran udara

cukup besar untuk terjadinya proses oksidasi, tetapi tidak cukup

untuk mengeluarkan panas yang terjadi. Peristiwa-peristiwa ini

dipercepat oleh tingkat kelembaban. Dalam hal mineral zat

tertentu seperti besi mungkin bertindak sebagai katalisator bagi

Page 42: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

21

proses, sedangkan untuk bahan-bahan organis, peranan bakteri

dibutuhkan.

g. Reaksi kimiawi

Reaksi-reaksi kimiawi tertentu menghasilkan cukup panas

dengan akibat terjadinya kebakaran. Zat-zat yang bersifat

mengoksidasi seperti hydrogen peroksida, klorat, borat dan lain-

lain yang membebaskan oksigen pada pemanasan dengan aktif

meningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan terbakarnya

bahan-bahan yang dapat dioksidasi. Sekalipun tidak ada panas

yang datang dari luar, bahan yang mengoksidasi dapat

mengakibaktan terbakarnya zat-zat organik, terutama jika bahan

organik terdapat dalam bentuk pertikel atau jika kontak terus

menerus dengan zat yang mengoksidasi tersebut.

h. Peristiwa-peristiwa lain

Gesekan antara 2 benda menimbulkan panas, yang semakain

banyak menurunkan besaran koefisien gesekan. Manakala panas

yang timbul lebih besar dari kecepatan hilangnya panas ke

lingkungan, kebakaran mungkin terjadi seperti pada mesin yang

kurang minyak atau gemuk.

Page 43: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

22

2.5. Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Mahmudah (2012), salah satu standar penting yang ditetapkan

Badan Standarisasi Nasional dalam Standar Nasional Indonesia mengenai

perlindungan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan bertingkat. Sistem

kebakaran harus direncanakan dari awal pembangunan konstruksi gedung,

khususnya untuk sistem proteksi kebakaran pasif yang meliputi jenis bahan

bangunan yang digunakan, kompartemenisasi ruangan dan unsur lainnya

seperti tata letak penempatan gedung, jalan lingkungan, konstruksi jalan

keluar, penempatan hidran.

Dalam Pedoman Teknis Pemeriksaaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung (Pd-T-11-2005-C), yang termasuk sistem keselamatan kebakaran

bangunan adalah sebagai berikut :

2.5.1. Perencanaan Tapak Bangunan

Perencanaan tapak adalah perencanaan yang mengatur tapak (site)

bangunan, meliputi tata letak dan orientasi bangunan, jarak antar bangunan,

penempatan hidran halaman, penyediaan ruang-ruang terbuka dan sebagainya

dalam rangka mencegah dan meminimalisir bahaya kebakaran (Saptaria,

2005). Adapun ketentuan dari tata letak tapak bangunan sebagai berikut

(Hesna, 2009) :

1. Tinggi rendah pekarangan harus dibuat dengan tetap menjaga keserasian

lingkungan serta tidak merugikan pihak lain.

Page 44: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

23

2. Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan gedung diperkenankan

apabila masih memenuhi batas ketinggian yang ditetapkan dalam

rencana tata ruang kota, harus memenuhi persyaratan teknis yang

berlaku dan keserasian lingkungan.

3. Penambahan lantai/ tingkat harus memenuhi persyaratan keamanan

struktur.

Dalam perencanaan tapak bangunan teradapat beberapa komponen

penyusun yang harus dalam keadaan baik untuk dapat menjalankan

fungsinya untuk melindungi gedung dari bahaya kebakaran (Saptaria,

2005), yaitu

a. Sumber Air

Sumber air yang tersedia di sebuah bangunan harus dapat

mencukupi kebutuhan bangunan tersebut sesuai dengan fungsinya.

b. Jalan Lingkungan

Jalan lingkungan di sebuah gedung harus tersedia dan diberi

pengerasan agar dapat memberikan kemudahan akses bagi mobil

pemadam kebakaran.

Page 45: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

24

c. Jarak Antar Bangunan

Jarak antar bangunan sebuah bangunan harus dibuat untuk

menghindari penyebaran api kebakaran dengan cepat menuju

bangunan lain yang dapat menyulitkan proses pemadaman.

d. Hidran Halaman

Hidran halaman diperlukan dengan tujuan dapat membantu proses

pemadaman bila terjadi kebakaran sehingga alat pemadam

kebakaran menjadi lebih banyak dan dapat membantu pemadaman.

2.5.2. Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

Proteksi kebakaran pasif adalah suatu teknik desain tempat kerja untuk

membatasi atau menghambat penyebaran api, panas dan gas baik secara

vertikal maupun horizontal dengan mengatur jarak antara bangunan,

memasang dinding pembatas yang tahan api, menutup setiap bukaan dengan

media yang tahan api atau dengan mekanisme tertentu. Adapun yang

termasuk proteksi kebakaran pasif yang dimaksud dalam Undang-Undang No.

28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, antara lain :

1) Kompartemenisasi

Pencegahan kebakaran dimulai sejak perencanaan perusahaan dan

pengaturan proses produksi. Suatu prinsip penting pada semua perencanaan

adalah tidak melusanya kebakaran yang terjadi dan dimungkinkan

Page 46: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

25

penanggulangan kebakaran yang efektif (Suma’mur,1997). Dalam Undang-

Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, kompartemenisasi

adalah penyekatan ruang dalam luasan maksimum dan/atau volume

maksimum ruang sesuai dengan klasifikasi bangunan dan tipe konstruksi

tahan api yang diperhitungkan. Dinding penyekat pembentuk kompartemen

dimaksudkan untuk melokalisir api dan asap kebakaran, atau mencegah

penjalaran panas ke ruang bersebelahan.

2) Sarana Evakuasi

Dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

menjelaskan bahwa sarana evakuasi adalah penyediaan tanda peringatan

bahaya, jalur evakuasi, pintu darurat, dan tempat berkumpul sementara

(assembly point) yang dapat menjamin kemudahan pengguna bangunan

gedung untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara aman

apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.

Dalam NFPA 101 life safety code, juga disebutkan bagaimana persyaratan

dalam menyiapkan sarana evakuasi yang baik, diantaranya:

Terdapat sarana jalan keluar

Lebar minimum dari setiap sarana jalan keluar minimum 2 meter

Jumlah jalan keluar terdapat lebih dari satu dengan letak berjauhan

Terdapat tanda petunjuk jalan keluar

Tanda petunjuk keluar berupa papan bertuliskan tanda menuju jalan

keluar “EXIT” atau panah petunjuk arah jalan

Page 47: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

26

Petunjuk jalan keluar diberi penerangan dari sumber daya listrik

darurat

Terdapat pintu darurat keluar

Pintu dapat dibuka tanpa anak kunci

Pintu darurat berhubungan langsung dengan jalan keluar

Terdapat penerangan darurat dari sumber aliran listrik darurat

Lampu penerangan darurat berwarna kuning dengan kekuatan minimal

10 lux

Penempatan lampu darurat baik, sehingga bila salah satu lampu mati

tidak gelap

Tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi

Tersedia petunjuk tempat berhimpun

Kondisi tempat berhimpun aman dan cukup luas

2.5.3. Sistem Proteksi Aktif Kebakaran

Sistem proteksi kebakaran aktif adalah penerapan suatu desain sistem atau

instalasi deteksi, alarm dan pemadan kebakaran pada suatu bangunan tempat

kerja yang sesuai dan handal sehingga pada bangunan tempat kerja tersebut

mandiri dalam hal sarana untuk menghadapi bahaya kebakaran. Dalam

penjelasan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,

sistem proteksi aktif meliputi:

Page 48: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

27

1) Sistem proteksi aktif dalam mendeteksi kebakaran

Sistem proteksi aktif dalam mendeteksi kebakaran ini adalah sistem

deteksi dan alarm kebakaran. Menurut Suma’mur (1997), terdapat dua jenis

sistem tanda kebakaran, antara lain :

a) Sistem tak otomatis yang memungkinkan seseorang menyatakan

tanda-tanda bahaya dengan segera secara memijit atau menekan tombol

dengan tangan.

b) Sistem otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda

sendiri tanpa dikendalikan oleh orang.

Kedua sistem tersebut sangat berguna sebagai bagian-bagian dari cara

pencegahan terhadap kebakaran dalam perusahaan.

NFPA 72 standard on automatic fire detector memberikan syarat dalam

menerapkan proteksi aktif dalam mendeteksi kebakaran, yaitu :

Terdapat sistem pendeteksi dini terhadap bahaya kebakaran

Pada atap datar, detektor tidak boleh dipasang pada jarak kurang

dari 10 cm dari dinding

Jarak antara detektor maksimal 9,1 meter atau sesuai dengan

rekomendasi dari industri pembuatannya

Detektor tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 1,5 meter

dari lubang udara masuk AC

Elemen peka (sensor) dalam keadaan bersih dan tidak di cat

Page 49: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

28

Dalam satu zona kebakaran jumlah detektor maksimum 20 buah

disesuaikan dengan denah ruangan

Terdapat tenaga cadangan yang dapat menyalakan alarm selama 30

detik

Alarm terpasang berdekatan dengan titik panggil manual

Titik panggil manual ditempatkan pada lintasan jalur keluar dengan

ketinggian 1,4 meter dari permukaan lantai

Jarak titik panggil manual tidak boleh lebih dari 30 meter dari

semua bagian bangunan

2) Sistem proteksi aktif dalam memadamkan kebakaran

Sistem proteksi aktif dalam memadamkan kebakaran adalah sistem

hidran, hose-reel, sistem sprinkler, dan pemadam api ringan (UU Nomor

28 Tahun 2002).

a) APAR

Peralatan yang mudah dipindahkan, salah satu contohnya APAR

(Alat Pemadam Api Ringan). Pengertian APAR dalam Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat

Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan adalah alat

yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api

pada mula terjadi kebakaran. Alat tersebut hanya digunakan untuk

memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran dan pada saat api belum

membesar.

Page 50: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

29

Adapun jenis-jenis APAR, antara lain :

(1) APAR jenis cairan (air)

(2) APAR jenis busa

(3) APAR jenis tepung kering

(4) APAR jenis gas (Hydrocarbon berhalogen, dan lain sebagainya)

NFPA 10 standard for portable fire extinguisher mengatur standar

dalam pemasangan/instalasi APAR yang baik, yaitu :

Terdapat APAR berdasarkan jenis dan klasifikasinya sesuai dengan

jenis kebakaran

Sebelum dipakai, segel harus dalam keadaan baik dan tutup tabung

harus terpasang dengan kuat

Jarak antar APAR berjarak maksimal 15,25 meter

Isi APAR dijaga tetap penuh dan dapat dioperasikan

APAR ditempatkan dilokasi yang mudah dilihat dan mudah

dijangkau dan penempatannya tidak terhalangi oleh benda apapun

APAR yang ditempatkan diluar ruangan memiliki ruang kabinet

tetapi tidak boleh terkunci

Diberi tanda pemasangan jika terhalang benda lain

Agent tabung belum lewat masa berlaku

Pemasangan dihindari dari bahaya fisik

Page 51: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

30

Bobot APAR tidak lebih dari 18,14 Kg dan ujung APAR berjarak

1,53 meter dari lantai, jika bobot lebih dipasang dengan ujung atas

APAR bejarak < 1,07 meter dari lantai

Ada petunjuk pengoperasian dibagian depan

Lubang penyemprot tidak tersumbat, selang tidak bocor

Setiap APAR harus diperiksa secara berkala dengan waktu tidak

lebih dari satu tahun

b) Hidran

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008

tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya

Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, menjelaskan

bahwa hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran yang

dilengkapi dengan selang dan mulut pancar (nozzle) untuk

mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan

pemadaman kebakaran. Berdasarkan lokasi penempatannya, hidran

diklasifikasikan menjadi 3, antara lain :

(1) Hidran kota

(2) Hidran halaman

(3) Hidran gedung

NFPA 14 standard for installation of stand and hose system

mensyaratkan hidran yang terpasang sebagai berikut:

Page 52: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

31

Kotak hidran berwarna merah dengan tulisan “HYDRANT”

berwarna putih

Kelengkapan hidran: Hidran mempunyai selang, sambungan

selang, nozzle dan kran pembuka serta kopling yang sesuai

dengan Dinas Pemadam Kebakaran

Hidran mudah dilihat dan mudah dijangkau

Pemasangan hidran maksimal 12 meter dari unit yang

terlindungi

Dilakukan uji operasional dan kelengkapan komponen hidran

setiap satu tahun sekali

c) Hose-reel

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun

2008 tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya

Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang

dimaksud dengan hose-reel adalah selang gulung yang

dilengkapi dengan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air

bertekanan dalam selang umumnya dari bahan karet berdiamater

1 inch.

NFPA 14 standard for installation of stand and hose system

mensyaratkan selang yang dipergunakan sebagai berikut:

Selang harus disimpan dan siap digunakan serta terlindungi

dari cuaca

Page 53: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

32

Selang dalam keadaan baik dan katup pembuka tidak bocor

Nozzle harus sudah dipasang pada selang kebakaran (hidran

gedung)

d) Sprinkler

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun

2008 tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya

Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang

dimaksud dengan sprinkler adalah alat pemancar air untuk

pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat

memancar kesemua arah secara merata.

NFPA 13 installation of sprinkler system mengatur

sprinkler yang digunakan sebagai berikut:

Semua instalasi pipa sprinkler di cat berwarna merah

Terdapat sistem dan jaringan air bersih yang bebas lumpur

maupun pasir

Jarak antara sprinkler tidak lebih dari 4,6 meter

2.5.4. Sarana Penyelamatan Kebakaran

Selain dari sistem proteksi yang ada tersebut, sistem proteksi juga

harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan kebakaran. Peraturan

Page 54: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

33

Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis

Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan, yang dimaksud dengan sarana penyelamatan kebakaran

adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni

maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa

manusia maupun harta-benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan

gedung dan lingkungan. Yang termasuk kedalam sarana penyelamatan

diantaranya:

a. Manajemen Pengamanan Kebakaran (Fire Safety Management)

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008

tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran

pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang termasuk dalam unsur

manajemen pengamanan kebakaran (Fire Safety Management) adalah

terutama yang menyangkut kegiatan pemeriksaan berkala, perawatan dan

pemeliharaan, audit keselamatan kebakaran dan latihan penanggulangan

kebakaran harus dilaksanakan secara periodik sebagai bagian dari kegiatan

pemeliharaan sarana proteksi aktif yang terpasang pada bangunan.

Sedangkan yang termasuk dalam Fire Safety Management adalah

sebagai berikut (Tardianto dalam Syahri, 2011) :

1) Kebijakan (fire safety policy)

2) Identifikasi dan pengendalian (pre-fire sistem)

Page 55: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

34

3) Pengorganisasian (fire team)

4) Pembinaan dan latihan

5) Tanggap darurat

6) Gladi terpadu (fire drill)

7) Riksa-uji (inspection and testing)

8) Pemeliharaan (preventive maintenance)

9) Audit (fire safety audit)

10) Sistem informasi dan komunikasi

11) Posko pengendalian darurat

b. Persiapan Keadaan Darurat

Keadaan aman sepenuhnya tidak mungkin tercapai, karena selalu

terdapat kemungkinan ada faktor yang tidak diperhitungkan. Oleh karena

itu, di semua industri tidak cukup apabila manajemen hanya melakukan

perencanaan untuk keadaan operasi normal. Melainkan harus membuat

perencanaan dan persiapan keadaan darurat. Tujuannya untuk membatasi

kerugian baik berupa materil maupun korban manusia jika terjadi suatu

keadaan darurat di tempat kerja (Sahab dalam Syahri, 2011).

Suatu perencanaan keadaan darurat harus praktis, sederhana, dan

mudah dimengerti. Rencana harus sudah mengantisipasi berbagai skenario

Page 56: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

35

keadaan darurat. Bila hal ini tidak diantisipasi dan tidak diambil langkah

penanggulangannya yang memadai, maka akan dapat menimbulkan

kerugian total, karena musnahnya seluruh asset perusahaan. Perencanaan

keadaan darurat memuat antara lain (Sahab dalam Syahri, 2011) :

a. Pembagian tanggung jawab yang jelas pada tiap satuan kerja baik

tangggung jawab kelompok maupun perorangan.

b. Tersedia tenaga terampil setiap saat, untuk melaksanakan tugas yang

telah ditentukan dengan cepat dan baik.

c. Gerakan segera setiap satuan atau unit atau perorangan yang sesuai

pembagian tugas dan tanggung jawab dalam rencana keadaan darurat bila

tanda bahaya berbunyi.

2.6. Evaluasi Sistem Proteksi Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008

tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan, perlu adanya pengawasan dan pengendalian

mengenai sistem proteksi kebakaran di bangunan gedung dan lingkungan.

Instansi tersebut harus melakukan pengawasan dan pengendalian ini agar

spesifikasi teknis dan gambar-gambar perencanaan seluruh instalasi sistem

proteksi kebakaran baik pasif maupun aktif serta seluruh sarana menuju jalan

ke luar sesuai dengan hasil perencanaan dan secara efektif dapat memberikan

proteksi terhadap bangunan atau lingkungan.

Page 57: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

36

Evaluasi sistem proteksi keselamatan kebakaran bangunan dapat

dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan keselamatan kebakaran

bangunan gedung (Saptaria, 2005). Pemeriksaan keselamatan kebakaran

bangunan gedung dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keandalan

dengan melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap kelengkapan upaya

pencegahan kebakaran yang bersifat aktif, pasif, sehingga diperoleh

informasi tingkat keandalan dari bangunan tersebut.

Menurut Saptaria (2005), langkah-langkah pemeriksaan keselamatan

kebakaran bangunan gedung dilakukan dengan cara:

a. Memberikan penilaian terhadap semua sub parameter KSKB (Keandalan

Sistem Keselamatan Bangunan) berdasarkan data hasil pengamatan

lapangan.

b. Menghitung nilai kondisi setiap sub KSKB

c. Menghitung nilai kondisi KSKB dengan cara menjumlahkan nilai kondisi

semua sub KSKB yang bersangkutan.

d. Menghitung nilai keandalan sistem proteksi kebakaran dengan

menggunakan menjumlahkan nilai kondisi keempat komponen proteksi.

Page 58: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

37

Tabel 2.1 Pembobotan Penilaian KSKB

No Parameter Bobot (%)

1 Kelengkapan Tapak 25

2 Sarana Penyelamatan 25

3 Sistem Proteksi Aktif 24

4 Sistem Proteksi Pasif 26

Cara yang digunakan untuk menganalisa kumpulan data tersebut yaitu

dengan menghitung nilai kondisi dari setiap sub-bagian yang diteliti dengan

mengisi lembar pengamatan yang telah dibuat. Nilai kondisi keandalan sistem

kebakaran bangunan merupakan nilai dari bangunan atau utilitas bangunan

yang menunjukkan kinerja yang prima, berfungsi maksimal atau tidak sesuai

persyaratan yang telah ditentukan.

Nilai kondisi sistem proteksi kebakaran dihitung menggunakan rumus:

Nilai Kondisi = ekivalensi nilai x bobot sub-KSKB x bobot KSKB

Nilai keandalan sistem proteksi kebakaran dihitung menggunakan rumus:

Nilai Keandalan = KT + SP + SPA + SPP

Page 59: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

38

Kondisi setiap komponen atau bagian bangunan harus dinilai. Kriteria

penilaian untuk sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu:

1) Baik : ‘B’ (ekuivalensi nilai B adalah 81-100)

2) Cukup : ‘C’ (ekuivalensi nilai C adalah 60-80)

3) Kurang : ‘K’ (ekuivalensi nilai K adalah < 60)

2.7. Petunjuk Pelaksanaan Audit K3

Proses pelaksanaan evaluasi yang dilakukan hampir menyerupai sebuah

audit. Dalam melakukan audit memerlukan beberapa langkah yang digunakan

agar audit dapat berjalan dengan baik. Menurut Santoso dalam (Hamdi, 2010)

Langkah-langkah penting yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan audit

adalah:

A. Persiapan

Persiapan mencakup pengumpulan informasi dan perjanjian

kerja, antara lain korespondensi berkaitan dengan kesepakatan

kerja audit, penentuan jadwal pelaksanaan, menetapkan elemen dan

fasilitas terkait, informasi tentang organisasi perusahaan dan

kegiatan operasi, daftar dokumen yang akan diperiksa selama audit,

hasil audit sebelumnya bila ada.

Page 60: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

39

B. Pertemuan

Pertemuan diadakan untuk menjelaskan metoda dan perlunya

dukungan selama pelaksanaan. Selain itu, pertemuan juga

merupakan forum saling berkenalan antara auditor dan staf

perusahaan, sarana pertukaran informasi yang terkait dengan

operasi perusahaan dan sudit. Pertemuan tersbut juga menetapkan

pendamping auditor umumnya dari tingkat senior staf dari divisi

K3 atau divisi lain yang terkait.

C. Melakukan Audit

1. Pengenalan Fasilitas

Pengenalan fasilitas operasi perusahaan bertujuan untuk

memberikan gambaran kepada auditor tentang kegiatan

dasar operasi, pemaparan bahaya terhadap kesehatan,

keselamatan, dan lingkungan hidup.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan terutama kepada personil dalam

organisasi perusahaan yang banyak mengetahui tentang

pelaksanaan program K3 dengan menggunakan daftar

pertanyaan dari elemen-elemen ISRS. Dalam melakukan

wawancara ini perlu ditunjang dengan dokumen-dokumen

yang terkait, sebagai bukti pelaksanaan program tersebut

untuk verifikasi lebih mendalam pada saat pemeriksaan

Page 61: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

40

dokumen terkait dan wawancara kepada karyawan secara

acak.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan cara untuk lebih

meyakinkan bahwa sistem manajemen keselamatan ada dan

terlaksana dengan baik di lapangan. Dalam pemeriksaan

fisik di lapangan, auditor harus didampingi oleh seorang

wakil dari perusahaan. Hasil dari pemeriksaan fisik

merupakan salah satu alat ukur pringkat pelaksanaan dari

elemen-elemen ISRS di lapangan.

D. Pertemuan Penutup

Pertemuan penutupan biasanya dihadiri oleh mereka yang hadir

dalam pertemuan pembukaan. Dalam hal ini auditor tidak

memberikan nilai berupa angka, tetapi hanya memberikan

pandangan umum yang merupakan temuan selama pelaksanaan

audit. Materi yang terkandung dalam pandangan umum yaitu

penjelasan singkat elemen-elemen yang mendapat nilai tinggi dan

juga paling rendah, juga aktivitas-aktivitas yang perlu mendapat

pengujian dan beberapa saran yang bersifat membangun untuk

elemen yang nilainya rendah.

Page 62: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

41

E. Laporan

Laporan akhir audit yang menyeluruh dan sistematis dibuat oleh

auditor disertai dengan sertifikat yang menyebutkan peringkat

pencapaian sesuai dengan hasil audit tersebut. Dalam laporan ini

mencakup beberapa diantaranya:

1. Laporan audit yang komprehenshif untuk masing-masing

elemen.

2. Ringkasan daftar nilai untuk masing-masing elemen, nilai

total, dan rata-rata elemen serta persentase pencapaianya.

3. Nilai hasil pemeriksaan fisik lapangan.

4. Buku kerja tim audit, merupakan photocopy dari protokol

audit yang sudah dilengkapi dengan nilai hasil untuk

masing-masing elemen yang diaudit.

5. Grafik profil yang merupakan ringkasan audit.

6. Saran-saran yang bersifat kritis dan memerlukan prioritas

untuk dilaksanakan.

Page 63: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

42

2.8. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Pedoman Teknis Pemeriksaaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung (Pd-T-11-2005-C)

Pengamanan terhadap

bahaya kebakaran

bangunan dan gedung

Perencanaan tapak

untuk

pengamanan

kebakaran

Sumber air

Jalan

lingkungan

Jarak antar

bangunan

Hidran

halaman

Sistem Proteksi Aktif

Kebakaran

Detektor (alarm)

Siames conection

APAR

Hidran gedung

Sprinkler

Sistem Pemadam

Luapan

Pengendali asap

Deteksi asap

Pembuangan asap

Lift kebakaran

Cahaya darurat dan

penunjuk arah

Listrik darurat

Ruang pengendali

operasi

Sistem Proteksi

Pasif Kebakaran

Ketahanan

Api Struktur

Bangunan

Komparteme

nisasi ruang

Perlindungan

bukaan

Sarana

Penyelamatan

Sarana jalan

keluar

Konstruksi

jalan keluar

Landasan

helikopter

Page 64: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

43

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pemikiran

Evaluasi keselamatan kebakaran gedung dapat dilakukan dengan

melakukan audit, inspeksi maupun dengan menggunakan pedoman

pemeriksaan yang telah dibuat. Salah satu pedoman yang dapat digunakan

untuk melakukan evaluasi keselamatan kebakaran bangunan adalah pedoman

pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C).

Tujuan penggunaan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran

bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) adalah menentukan tingkat kelayakan

atau keandalan suatu bangunan (kondisi baik, cukup, atau kurang).

Sistem keselamatan kebakaran bangunan yang dinilai dalam pedoman

pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C)

terdapat 4 komponen utama yaitu kelengkapan tapak, sarana penyelamatan,

sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif. Masing-masing dari keempat

unsur tersebut memiliki subkomponen.

Dalam komponen kelengkapan tapak terdapat empat subkomponen antara

lain : sumber air, jalan lingkunan, jarak antar bangunan dan hidran halaman.

Pada komponen sarana penyelamatan terdapat tiga subkomponen yaitu sarana

jalan keluar, konstruksi jalan keluar dan landasan helikopter.

Pada komponen sistem proteksi aktif terdapat 13 subkomponen antara

lain: detektor (alarm), siames conection, apar, hidran gedung, sprinkler,

sistem pemadam luapan, pengendali asap, deteksi asap, pembuangan asap, lift

Page 65: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

44

kebakaran, cahaya darurat, listrik darurat dan ruang pengendali operasi. Dan

yang terakhir komponen sistem proteksi pasif yang memiliki 3 subkomponen

yang terdiri dari ketahanan api struktur bangunan, kompartemenisasi ruang

dan perlindungan bukaan.

Peneliti menggunakan kerangka pemikiran seperti pada bagan 3.1 karena

berdasarkan Pedoman Teknis Pemeriksaaan Keselamatan Kebakaran

Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C) dalam pengamanan terhadap bahaya

kebakaran bangunan dan gedung memerlukan 4 komponen utama yang

masing-masing memiliki sub komponen seperti disebutkan diatas. Kemudian

dengan melakukan evaluasi terhadap sistem keselamatan kebakaran bangunan

gedung diharapkan hasil evaluasi tersebut dapat menggambarkan tingkat

keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan tersebut.

Page 66: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

45

Bagan 3.1

Kerangka Pemikiran

INPUT

1. Kelengkapan Tapak

Sumber air

Jalan lingkungan

Jarak antar bangunan

Hidran halaman

2. Sarana Penyelamatan

Sarana jalan keluar

Konstruksi jalan

keluar

Landasan helikopter

3. Sistem Proteksi Aktif

Detektor (alarm)

Siames connection

APAR

Hidran gedung

Sprinkler

Sistem Pemadam

Luapan

Pengendali asap

Deteksi asap

Pembuangan asap

Lift kebakaran

Cahaya darurat

Listrik darurat

Ruang pengendali

operasi

4. Sistem Proteksi Pasif

Ketahanan Api

Struktur Bangunan

Kompartemenisasi

ruang

Perlindungan bukaan

OUTPUT

Nilai Keandalan

Sistem Keselamatan

Bangunan (Baik,

Cukup, Kurang).

PROSES

Evaluasi

menggunakan

pedoman

pemeriksaan

keselamatan

kebakaran bangunan

gedung (Pd-T-11-

2005-C).

Page 67: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

46

3.2 Definisi Istilah

A. Kelengkapan Tapak

Kelengkapan tapak dapat didefinisikan sebagai kelengkapan

komponen dan tata letak bangunan terhadap lingkungan sekitar dikaitkan

dengan bahaya kebakaran dan upaya pemadaman. Komponen

kelengkapan tapak meliputi sumber air, jalan lingkungan, jarak antar

bangunan dan hidran halaman (Permen PU No.26/KTPS/2008).

Cara Ukur : Observasi dan wawancara

Alat Ukur : Lembar observasi, pedoman wawancara dan meteran

Hasil Ukur :

Tabel 3.1 Hasil Ukur Kelengkapan Tapak

Nilai Kesesuaian Keandalan

> 80 - 100

Sesuai persyaratan

Pedoman Teknis

Pemeriksaaan

Keselamatan

Kebakaran

Bangunan Gedung

(Pd-T-11-2005-C)

Baik (B)

60 - 80

Terpasang tetapi ada

sebagian kecil

instalasi yang tidak

sesuai persyaratan

Cukup (C)

< 60 Tidak sesuai sama

sekali Kurang (K

B. Sarana Penyelamatan

Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapakan untuk

dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam

Page 68: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

47

upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta-benda bila terjadi

kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungannya. Terdiri dari

sarana jalan keluar, Konstruksi jalan keluar, landasan helikopter (Pd-T-11-

2005-C).

Cara Ukur : Observasi dan wawancara

Alat Ukur : Lembar observasi, pedoman wawancara dan

meteran

Hasil Ukur :

Tabel 3.2 Hasil Ukur Sarana Penyelamatan

Nilai Kesesuaian Keandalan

> 80 – 100 Sesuai persyaratan

Pedoman Teknis

Pemeriksaaan

Keselamatan Kebakaran

Bangunan Gedung (Pd-T-

11-2005-C)

Baik (B)

60 - 80 Terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi

yang tidak sesuai

persyaratan

Cukup (C)

< 60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K

C. Sistem Proteksi Aktif Kebakaran

Sistem proteksi aktif adalah sistem perlindungan terhadap

kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang

dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh

penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan

Page 69: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

48

operasi pemadaman, selain itu sistem ini digunakan dalam

melaksanakan penanggulangan awal kebakaran.

Proteksi aktif meliputi detektor (alarm), siamese conection, APAR,

hidran gedung, sprinkler, sistem pemadam luapan, pengendali asap,

deteksi asap, pembuangan asap, lift kebakaran, cahaya darurat, listrik

darurat dan ruang pengendali operasi.

Cara Ukur : Observasi dan wawancara

Alat Ukur : Lembar observasi, pedoman wawancara dan

meteran

Hasil Ukur :

Tabel 3.3 Hasil Ukur Sistem Proteksi Aktif Kebakaran

Nilai Kesesuaian Keandalan

> 80 – 100 Sesuai persyaratan

Pedoman Teknis

Pemeriksaaan

Keselamatan

Kebakaran

Bangunan Gedung

(Pd-T-11-2005-C)

Baik (B)

60 - 80 Terpasang tetapi ada

sebagian kecil

instalasi yang tidak

sesuai persyaratan

Cukup (C)

< 60 Tidak sesuai sama

sekali

Kurang (K

D. Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

Sistem proteksi pasif adalah sistem perlindungan terhadap

kebakaran yang dilaksanakan dengan melakukan pengaturan terhadap

Page 70: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

49

komponen bangunan gedung, dari aspek arsitektur dan struktur

sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari

kerusakan fisik saat terjadi kebakaran. Proteksi pasif meliputi ketahanan

api struktur bangunan, kompartemenisasi ruang dan perlindungan bukaan.

Cara Ukur : Observasi dan wawancara

Alat Ukur : Lembar observasi, pedoman wawancara dan

meteran

Hasil Ukur :

Tabel 3.4 Hasil Ukur Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

Nilai Kesesuaian Keandalan

> 80 – 100 Sesuai persyaratan

Pedoman Teknis

Pemeriksaaan

Keselamatan

Kebakaran

Bangunan Gedung

(Pd-T-11-2005-C)

Baik (B)

60 - 80 Terpasang tetapi ada

sebagian kecil

instalasi yang tidak

sesuai persyaratan

Cukup (C)

< 60 Tidak sesuai sama

sekali

Kurang (K)

Page 71: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

50

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Pengamatan diawali dengan mendefinisikan ruang

lingkup untuk membatasi sejauh mana penelitian dilakukan, dilanjutkan

dengan observasi lapangan serta melakukan telaah dokumen dan wawancara

di RSUD Kota Tangerang untuk kemudian dilakukan evaluasi menggunakan

pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C),

sehingga didapatkan tingkat keandalan sistem keselamatan kebakaran

bangunan di RSUD Kota Tangerang tahun 2014.

Pendekatan kualitatif dipilih dengan maksud untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan yang terdapat

di RSUD Kota Tangerang. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan peneliti

dapat menganalisis secara mendalam mengenai keadaan sistem keselamatan

kebakaran bangunan di RSUD Kota Tangerang.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Tangerang pada bulan Juni-Juli

2014.

Page 72: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

51

4.3 Informan Penelitian

Pemilihan informan untuk penelitian ini dilakukan secara purposive yaitu

peneliti mempunyai pertimbangan dan kriteria tertentu dalam pengambilan

informan sesuai dengan tujuan penelitian.

Kriteria informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah pekerja di

RSUD Kota Tangerang yang bertanggung jawab dan/atau berhubungan

langsung terhadap sarana dan prasarana keselamatan bangunan RSUD Kota

Tangerang.

Tabel 4.1

Informan Penelitian

Informan Status Metode Keterangan

Petugas Teknisi

RSUD Kota

Tangerang

Informan

Kunci

Wawancara

Pertanyaan mengenai

kelengkapan tapak,

sarana penyelamatan,

sistem proteksi aktif

dan pasif kebakaran.

Staff ISPRS

RSUD Kota

Tangerang

Informan

Pendukung

Wawancara Pertanyaan mengenai

kelengkapan tapak,

sarana penyelamatan,

sistem proteksi aktif

dan pasif kebakaran.

4.4 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Lembar observasi

b. Panduan wawancara

c. Alat ukur : meteran dan penggaris

d. Kamera

e. Recorder

Page 73: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

52

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan

data primer dan sekunder.

4.5.1 Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan 2 cara yaitu

observasi dan wawancara. Data yang diambil mengenai

kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi aktif dan

sistem proteksi pasif kebakaran bangunan RSUD Kota Tangerang.

4.5.2 Data Sekunder

a. Profil RSUD Kota Tangerang

b. Informasi umum bangunan RSUD Kota Tangerang

c. Data mengenai sarana dan prasarana keselamatan kebakaran

bangunan RSUD Kota Tangerang

4.6 Triangulasi Data

Berdasarkan pengambilan informan yang dilakukan dengan metode

kualitatif yang jumlahnya sedikit maka diperlukan triangulasi untuk menjaga

validitas data, yaitu dengan cara :

1. Triangulasi Sumber, yaitu dengan melakukan wawancara mendalam

dari sumber atau informan yang berbeda.

Page 74: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

53

2. Triangulasi Metode, yaitu dengan melalui metode wawancara

mendalam, telaah dokumen dan observasi.

Tujuan triangulasi data dengan menggunakan sumber dan metode yang

berbeda diharapkan mendapatkan analisis yang tepat, akurat dan terpercaya.

Tabel triangulasi dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Triangulasi Data

Objek Penelitian Alat

Observasi

Triangulasi

Sumber

Triangulasi Metode

Wawancara Observasi Telaah

Dokumen

Kelengkapan

Tapak

Sumber air - - - √ √

Jalan lingkungan Meteran - - √ -

Jarak antar

bangunan Meteran - - √ -

Hidran halaman Meteran

Informan

kunci dan

informan

pendukung

√ √ √

Sarana

Penyelamatan

Sarana jalan keluar Meteran - - √ √

Konstruksi jalan

keluar -

Informan

kunci dan

informan

pendukung

√ √ √

Landasan

helikopter - - - √ √

Sistem

Proteksi Aktif

Detektor (alarm) Meteran - - √ √

Siames connection

- - - √ -

APAR Meteran

Informan

kunci dan

informan

pendukung

√ √ √

Hidran gedung Meteran - - √ √

Sprinkler Meteran - - √ √

Page 75: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

54

Objek Penelitian Alat

Observasi

Triangulasi

Sumber

Triangulasi Metode

Wawancara Observasi Telaah

Dokumen

Sistem Pemadam

Luapan - - - √ √

Pengendali asap Meteran - - √ √

Sistem

Proteksi Aktif

Deteksi asap Meteran

Informan

kunci dan

informan

pendukung

√ √ √

Pembuangan asap - - - √ √

Lift kebakaran - - - √ √

Cahaya darurat - - - √ √

Listrik darurat - - - √ √

Ruang pengendali

operasi - - - √ √

Ketahanan Api

Struktur Bangunan Meteran - - - √

Kompartemenisasi

ruang Meteran

Informan

kunci dan

informan

pendukung

√ √ √

Perlindungan

bukaan Meteran - - √ √

4.7 Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data

mengenai sistem keselamatan bangunan di RSUD Kota Tangerang, kemudian

hasil dari pengumpulan data tersebut dipilih yang sesuai dengan ruang

lingkup penelitian ini. Setiap komponen dinilai dengan menggunakan kriteria

sebagai berikut.

Page 76: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

55

1. Kriteria Penilaian Kelengkapan Tapak

Kelengkapan tapak dinilai dengan menggunakan kriteria sesuai

dengan pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-T-11-

2005-C) seperti pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Kriteria Penilaian Kelengkapan Tapak

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

1 Sumber Air 27

B

Tersedia dengan kapasitas yang memenuhi

persyaratan minimal terhadap fungsi

bangunan

C

Tersedia dengan kapasitas dibawah

persyaratan minimal terhadap fungsi

bangunan

K Tidak tersedia

2 Jalan Lingkungan 25

B

o Tersedia dengan lebar minimal 6m

o Diberi pengerasan

o Lebar jalan masuk minimal 4 m.

C Tersedia dengan lebar kurang dari

persyaratan minimal.

K

Tidak tersedia

3 Jarak Antar

Bangunan 23

B Sesuai Persyaratan (Tinggi s/d 8 – 3 m; 8 s/d

14 – 6 m; tinggi > 40m - >8m)

C Tidak sesuai Persyaratan (Tinggi s/d 8 – 3 m;

8 s/d 14 – 6 m; tinggi > 40m ->8 m)

K Tidak ada jarak dengan bangunan sekitarnya.

4 Hidran Halaman 25

B

Tersedia di halaman pada tempat yang

mudah dijangkau

Berfungsi secara sempurna dan lengkap

Supply air 38 l/detik dan bertekanan 35

Bar

C

Tersedia,tetapi tidak berfungsi secara

sempurna atau supply air dan tekanannya

kurang dari pada persyaratan minimal.

K Tidak tersedia sama sekali

Page 77: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

56

Penilaian dilakukan dengan cara menilai kelengkapan masing-masing sub

komponen sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 4.3. Pemberian

nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada pengetahuan

peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran didukung dengan standar-

standar sistem keselamatan kebakaran yang berlaku.

2. Kriteria Penilaian Sarana Penyelamatan

Sarana penyelamatan dinilai dengan menggunakan kriteria sesuai

dengan pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-T-11-

2005-C) seperti pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Kriteria Penilaian Sarana Penyelamatan

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

1 Jalan Keluar 38

B

Minimal perlantai 2 exit dengan

tinggi efektif 2,5 m

Setiap exit harus terlindung dari

bahaya kebakaran.

Jarak tempuh maksimal 20 meter dari

pintu keluar.

Ukuran minimal 200 Cm

Jarak dari suatu exit tidak > 6 m

Pintu dari dalam tidak buka langsung

ke tangga,

Penggunaan pintu ayun tidak

menggangu proses jalan keluar.

Disediakan lobby bebas asap dengan

TKA 60/60/60

Exit tidak boleh terhalang

Exit menuju ke R. Terbuka

C Setengah dari kriteria dalam punt “B”

yang terpenuhi.

K Tidak memenuhi kriteria dalam punt ”B”

Page 78: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

57

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

2 Konstruksi Jalan

Keluar

35 B

Konstruksi tahan minimal 2 jam

Harus bebas halangan

Lebar minimal 200 cm.

Jalan terusan yang dilindungi

terhadap

kebakaran, Bahan tidak mudah

terbakar, Langit-langit punya

ketahanan Penjalaran api tidak < 60

menit

Pada tingkat tertentu elemen

bangunan bisa mempertahankan

stabilitas struktur bila terjadi

kebakaran

Dapat mencegah penjalaran asap

kebakaran.

Cukup waktu untuk evakuasi

penghuni

Akses ke bangunan harus disediakan

bagi tindakan petugas kebakaran

C

Setengah dari kriteria dalam punt “B”

yang terpenuhi.

K Tidak memenuhi kriteria dalam punt ”B”

3 Landasan

Helikopter 27

B

Hanya pada bangunan tinggi minimal

60 meter.

Konstruksi atap cukup kuat menahan

beban helikopter.

Dilengkapi dengan tanda-tanda untuk

pendaratan baik warna, bentuk

maupun ukurannya.

Dilengkapi dengan alat pemadam api

dengan bahan busa dan peralatan

bantu evakuasi lainnya.

Ketentuan lain bagi pendaratan

disesuaikan dengan peraturan yang

terkait dalam bidang penerbangan.

C

Tanda dan perlengkapan pendaratan

tidak terpelihara dengan baik.

Warna tanda telah kusam dan kotor

K Tidak memenuhi standar atau

persyaratan yang berlaku.

Page 79: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

58

Penilaian dilakukan dengan cara menilai kelengkapan masing-masing sub

komponen sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 4.4. Pemberian

nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada pengetahuan

peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran didukung dengan standar-

standar sistem keselamatan kebakaran yang berlaku.

3. Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Aktif Kebakaran

Sistem proteksi aktif kebakaran dinilai dengan menggunakan kriteria

sesuai dengan pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-

T-11-2005-C) seperti pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Aktif Kebakaran

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

1 Deteksi dan

Alarm

8 B

Perancangan dan pemasangan system

deteksi dan alarm kebakaran sesuai

SNI 03-3986.

Sistem deteksi dan alarm harus

dipasang pada semua bangunan

kecuali kelas 1a

Tersedia detektor panas

Dipasang alat manual pemicu alarm

Jarak tidak > dari 30 m dari titik

alarm manual

C

Perancangan system deteksi dan alarm

kebakaran sesuai SNI 03-3986 , namun

pemasangannya tidak sesuai SNI 03-

3986.

K Tidak sesuai dengan persyaratan

perancangan maupun pemasangannya.

2 Siamese

Connection 8 B

Tersedia dan ditempatkan pada lokasi

yang mudah dijangkau mobil

pemadam kebakaran kota.

Page 80: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

59

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

Diberikan tanda petunjuk sehingga

mudah dikenali

C Tersedia, namun sulit dijangkau secara

mudah dari mobil pemadam.

K Tidak tersedia sebagaimana yang

dipersyaratkan.

3

Alat

Pemadam Api

Ringan

8

B

Jenis APAR sesuai SNI 03-3988

Jumlah sesuai dengan luasan

bangunannya.

Jarak penempatan antar alat

maksimal 25 m

C

Jenis APAR sesuai SNI 03-3988

Kurang dari jumlah sesuai dengan

luasan bangunannya

Jarak penempatan antar alat

maksimal 25 m

K

Jenis dan jumlah yang dipasangtidak

sesuai dengan yang dipersyaratkan

dalam SNI 03-3988.

4 Hidran

gedung

8 B

Tersedia sambungan slang diameter

35 mm dalam kondisi baik, panjang

selang minimal 30 m dan tersedia

kotak untuk menyimpan.

Pasokan air cukup tersedia untuk

kebutuhan system sekurang-

kurangnya untuk 45‘

Bang. Kelas 4, luas 1000m2/bh

(kompartemen tanpa partisi), 2

buah/1000m2 (kompartemen dengan

partisi)

Bang. Kelas 5, luas 800m2/buah

tanpa partisi, dan 2 bh/800m2 dengan

partisi

C

Tersedia sambungan selang diameter

35 mm, panjang selang minimal 30

m dan tersedia kotak untuk

menyimpan

Bang. Kelas 4, hanya tersedia 1 buah

perluas 1000m2, baik pada ruang

kompartemen tanpa partisi,maupun

kompartemen dengan partisi.

Bang. Kelas 5, hanya tersedia 1 buah

Page 81: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

60

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

perluas 800m2, baik pada ruang

kompartemen tanpa partisi,maupun

kompartemen dengan partisi.

K

Tersedia sambungan slang diameter

35 mm, panjang selang minimal 30 m

dan tersedia kotak untuk menyimpan

namun kondisi kurang terawat.

5 Sprinkler

8

B

Jumlah, perletakan dan jenis sesuai

dengan persyaratan.

Tekanan catu air sprinkler pada titik

terjauh (0,5-2,0) kg/cm2,

Debit sumber catu air minimal (40-

200) liter/menit per kepala sprinkler.

Jarak kepala sprinkler kedinding

kurang dari ½ jarak antara kepala

sprinkler

Jarak max. Sprinkler:

o Bahaya kebakaran ringan dan

sedang - 4,6 m

o bahaya kebakaran berat - 3,7 m

Dalam ruang tersembunyi , jarak

langit-langit dan atap lebih 80 cm, di

pasang jenis kepala sprinkler dengan

pancaran keatas

C

Jumlah, perletakan dan jenis sesuai

dengan persyaratan

Tekanan catu air sprinkler pada titik

terjauh (0,5-2,0) kg/cm2,

Debit sumber catu air minimal (40-

200) liter/menit per kepala sprinkler.

Jarak Sprinkler:

o Bahaya kebakaran ringan dan

sedang lebih dari jarak maksimal

- 4,6 m

o bahaya kebakaran berat lebih dari

j arak maksimal - 3,7 m

Dalam ruang tersembunyi , jarak

langit-langit dan atap lebih 80 cm,

dipasang jenis kepala sprinkle

dengan pancaran kebawah.

K

Jumlah, perletakan dan jenis kurang

sesuai dengan persyaratan

6 Sistem 7 B Tersedia dalam jenis yang sesuai

Page 82: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

61

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

Pemadam

luapan

dengan fungsi ruangan yang

diproteksi.

Jumlah kapasitas sesuai dengan

beban api dari fungsi ruangan yang di

proteksi.

C

Tersedi a dalam jenis yang sesuai

dengan fungsi ruangan yang

diproteksi.

Jumlah kapasitas tidak sesuai dengan

beban api dari fungsi ruangan yang

diproteksi.

K Tidak tersedia dalam jenis dan

kapasitas yang sesuai dengan

fungsi ruangan yang di proteksi.

7

Pengendali

Asap

8 B

Fan pembuangan asap akan

berputar berurutan setelah

aktifnya detector asap yang

ditempatkan dalam zona sesuai

dengan reservoir asap yang

dilayani fan.

Detektor asap harus dalam

keadaan bersih dan tidak

terhalang oleh benda lain

disekitarnya.

Di dalam kompartemen

bertingkat banyak, system

pengolahan udara beroperasi

dengan menggunakan seluruh

udara segar melalui ruang kosong

bangunan tidak menjadi satu

dengan cerobong pembuangan

asap.

Tersedia Panel control manual

dan indicator kebakaran serta

buku petunjuk pengoperasian

bagi petugas jaga.

C

Fan pembuangan asap akan

berputar berurutan setelah

aktifnya detector asap yang

ditempatkan dalam zona sesuai

dengan reservoir asap yang

dilayani fan.

Detektor asap kotor atau

Page 83: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

62

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

terhalang oleh benda lain

disekitarnya.

Di dalam kompartemen

bertingkat banyak, system

pengolahan udara beroperasi

dengan menggunakan seluruh

udara segar melalui ruang kosong

bangunan tidak menjadi satu

dengan cerobong pembuangan

asap.

Tersedia Panel control manual

dan indicator kebakaran serta

buku petunjuk pengoperasian

bagi petugas jaga

K

Peralatan pengendali tidak

terpasang sesuai dengan

persyaratan, baik jenis, jumlah

atau tempatnya.

8 Deteksi Asap 8

B

Sistem Deteksi Asap memenuhi

SNI 03-3689, mengaktifkan

system peringatan penghuni

bangunan.

Pada ruang dapur dan area lain

yang sering mengakibatkan

terjadinya alarm palsu di pasang

alarm panas, terkecuali telah di

pasang sprinkler.

Detektor asap yang terpasang

dapat mengaktifkan system

pengolahan udara secara

otomatis, system pembuangan

asap, ventilasi asap dan panas

Jarak antar detector< 20 m dan <

10 m dari dinding pemisah atau

tirai asap

C

Sistem Deteksi Asap memenuhi

SNI 03-3689, mengaktifkan

system peringatan penghuni

bangunan

Pada ruang dapur dan area lain

yang sering mengaki batkan

terjadinyan alarm palsu tidak

dipasang alarm panas, atau

Page 84: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

63

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

sprinkler atau

Jarak antar detector> 20 m dan >

10 m dari dinding pemisah atau

tirai asap

K

Tidak satupun tersedia peralatan

yang dimaksud.

9 Pembuangan

Asap

7 B

Kapasitas fan pembuang mampu

menghisap asap.

Terletak dalam reservoir asap

tinggi 2 meter dari lantai.

Laju pembuangan asap sesuai

dengan persyaratan yang berlaku.

Fan pembuangan Asap mampu

beroperasi terus menerus pada

temperature 200 C selang waktu

60 atau pada temperature 300 C

selang waktu 30’.

Luas horizontal reservoir asap

maksimal 2000 m2, dengan

tinggi tidak boleh kurang dari

500 mm

Setiap reservoir asap dilayani

minimal satu buah fan, pada titik

kumpul dari panas di dalam

reservoir asap, jauh dari

perpotongan koridor atau mal.

Void eskalator dan tangga tidak

dipergunakan sebagai jalur

pembuangan asap.

Udara pengganti dalam jumlah

kecil harus disediakan secara

otomatis /melalui bukaan

ventilasi permanent, kecepatan

tidak boleh lebi h dari 2,5

m/detik, di dalam kompartemen

kebakaran bertingkat banyak

melal ui bukaan vertical dengan

kecepatan rata-rata 1m/detik.

C

Kapasitas fan pembuang dibawah

kapasitas yang dipersyaratkan.

Pemasangan telah sesuai dengan

persyaratan yang diperlukan.

K Tidak satupun tersedia peralatan

Page 85: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

64

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

yang dimaksud.

10 Lift

Kebakaran 7

B

Untuk penanggulangan saat

terjadi kebakaran sekurang-

kurangnya 1 buah lif kebakaran

harus dipasang pada bangunan

ketinggian efektif 25 m.

Ukuran lift sesuai dengan fungsi

bangunan yang berlaku.

Lif kebakaran dalam saf yang

tahan api, dioperasikan oleh

petugas pemadam kebakaran,

dapat berhenti disetiap lantai,

sumber daya listrik direncanakan

dari 2 sumber menggunakan

kabel tahan api, memiliki akses

ke tiap lantai hunian.

Peringatan terhadap pengguna lif

pada saat kebakaran, dipasang di

tempat yang mudah terlihat dan

terbaca dengan tulisan tinggi

huruf minimal 20 mm.

Penempatan lift kebakaran pada

lokasi yang mudah dijangkau

oleh penghuni.

C

Pemasangan lift kebakaran telah

sesuai dengan punt “B” hanya

penempatan lift kebakaran pada

lokasi yang tersembunyi dan

tidak mudah dijangkau oleh

penghuni.

K Tidak satupun tersedia peralatan

yang dimaksud

11 Cahaya

darurat 8 B

System pencahayaan darurat

harus dipasang disetiap tangga

yang dilindungi terhadap

kebakaran, disetiap lantai dengan

luas lantai > 300 m2, disetiap

jalan terusan ,koridor.

Desain Sistem pencahayaan

Keadaan darurat beroperasi

otomatis, memberikan

pencahayaan yang cukup, dan

Page 86: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

65

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

harus memenuhi standar yang

berlaku

Tanda exit jelas terlihat dan di

pasang berdekatan dengan pintu

yang memberikan jalan keluar

langsung, pintu dari suatu tangga,

exit horizontal dan pintu yang

melayani exit

Bila exit tidak terlihat secara

langsung dengan jelas oleh

penghuni, harus dipasang tanda

petunjuk dengan tanda panah

penunjuk arah

Setiap tanda exit harus jelas dan

pasti, diberi pencahayaan yang

cukup, dipasang sedemikian rupa

sehingga tidak terjadi gangguan

listrik, tanda petunjuk arah keluar

harus memenuhi standar yang

berlaku

C

Cahaya darurat dan Petunjuk

Arah telah di pasang sesuai

dengan persyaratan, namunt

ingkat illuminasi nya telah

berkurang, karena kotor

permukaan atau daya

elluminasinya menurun

K

Cahaya darurat dan Petunj uk

Arah terpasang tidak memenuhi

ketentuan baikti ngkat eliminasi,

warna, dimensi, maupun

penempatannya.

12 Listrik darurat 8 B

Daya yang disuplai sekurang-

kurangnya dari 2 sumber yaitu

sumber daya listrik PLN, atau

sumber daya darurat berupa

Batere, Generator, dll

Semua instalasi kabel yang

melayani sumber daya listrik

darurat harus memenuhi kabel

tahan api selama 60 ‘, catu daya

dari sumber daya ke motor harus

memenuhi ketentuan

Page 87: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

66

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

Memenuhi cara pemasangan

kabel yang termuat dalam PUIL

C

Daya terpasang sesuai dengan punt ”B”,

namun kapasitas generator tidak

memenuhi persyaratan minimal.

K Tidak ada sumber daya listrik cadangan.

13

Ruang

pengendali

Operasi

7

B Tersedia dengan peralatan yang

lengkap, dan dapat memonitor

bahaya kebakaran yang akan terjadi.

C

Tersedia dengan peralatan relatif

sederhana seperti CCTV, namun

cukup dapat memberikan membantu

memonitor bahaya kebakaran yang

akan terjadi.

K Tidak tersedia

Penilaian dilakukan dengan cara menilai kelengkapan masing-masing sub

komponen sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 4.5. Pemberian

nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada pengetahuan

peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran didukung dengan standar-

standar sistem keselamatan kebakaran yang berlaku. Selain itu, peneliti juga

melakukan diskusi dengan orang yang berkompeten di bidang keselamatan

kebakaran, untuk menghindari subjektifitas penilaian.

4. Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

Sistem proteksi pasif kebakaran dinilai dengan menggunakan kriteria

sesuai dengan pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-

T-11-2005-C) seperti pada tabel 4.6 berikut ini.

Page 88: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

67

Tabel 4.6

Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

1

Ketahanan Api

Struktur

Bangunan

36

B

Ketahanan api komponen struktur

bangunan sesuai dengan yang

dipersyaratkan (tipe A, Tipe B,

Tipe C), yang sesuai dengan

fungsi/ klasifikasi bangunannya.

C

Proteksi terhadap struktur bangunan

telah dilaksanakan, namun dibawah

yang seharusnya.

K Tidak memenuhi semua kriteria

tersebut di atas.

2 Kompartemenisasi

Ruang.

32 B

Berlaku untuk bangunan dengan

luas lantai :

o Konstruksi tipe A : 5.000 m2

o Konstruksi tipe B : 3.500 m2

o Konstruksi tipe C: 2.000 m2

Luas lebih dari 18.000 m2,

volume 108.000 m3 dilengkapi

dengan sprinkler, dikelilingi jalan

masuk kendaraan dan sistim

pembuangan

asap otomatis dengan jumlah, tipe

dan cara pemasangan sesuai

persyaratan yang berlaku.

Lebar jalan minimal 6 m, mobil

pemadam dapat masuk ke lokasi

C

Semua kriteria dalam punt “B”,

namun

jumlah sprinkler kurang dari yang

dipersyaratkan.

K Tidak memenuhi semua kriteria

tersebut di atas.

3 Perlindungan

Bukaan 32 B

Bukaan harus dilindungi, diberi

penyetop api

Bukaan Vertikal dari dinding

tertutup dari bawah sampai atas

disetiap lantai diberi penutup

tahan api

Sarana proteksi pada bukaan:

o Pintu kebakaran, Jendela

Page 89: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

68

No. Sub KNKB Bobot

Nilai Kriteria Penilaian

1 2 3 4

kebakaran, pintu penahan

Asap dan penutup api sesuai

dengan standar pintu

kebakaran

o daun pintu dapat berputar di

satu sisi.

o Pintu mampu menahan asap

200oC

o Tebal daun pintu 35 mm

Jalan keluar/masuk pada dinding

tahan api:

o Lebar bukaan pintu keluar

harus tidak lebih ½ dari

panjang dinding tahan api

o Tingkat isolasi min. 30 menit

o Harus menutup sendiri/

otomatis

C Tidak memenuhi salah satu

kriteria pada penilaian baik ( “B”).

K Tidak memenuhi semua kriteria

tersebut di atas.

Penilaian dilakukan dengan cara menilai kelengkapan masing-masing sub

komponen sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 4.6. Pemberian

nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada pengetahuan

peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran didukung dengan standar-

standar sistem keselamatan kebakaran yang berlaku. Selain itu, peneliti juga

melakukan diskusi dengan orang yang berkompeten di bidang keselamatan

kebakaran, untuk menghindari subjektifitas penilaian.

Page 90: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

69

4.8 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan pedoman pemeriksaan

keselamatan kebakaran bangunan (Pd-T-11-2005-C) dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Memberikan penilaian terhadap semua sub parameter KSKB

(Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan) berdasarkan data hasil

pengamatan lapangan.

Penilaian didasarkan pada kriteria yang ada dalam tabel

kriteria penilaian.

2. Menghitung nilai kondisi setiap sub KSKB

Perhitungan nilai kondisi setiap sub KSKB dilakukan cara

memberi nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada

pengetahuan peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran

didukung dengan standar-standar sistem keselamatan kebakaran

yang berlaku. Selain itu, peneliti juga melakukan diskusi dengan

orang yang berkompeten di bidang keselamatan kebakaran, untuk

menghindari subjektifitas penilaian. Setelah itu, hasil perhitungan

kondisi setiap sub-KSKB dikalikan dengan bobot masing-masing

sub-KSKB.

3. Menghitung nilai kondisi KSKB dengan cara menjumlahkan nilai

kondisi semua sub KSKB yang bersangkutan.

Page 91: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

70

Hasil perkalian sub-KSKB dengan bobot dari sub-KSKB

kemudian dijumlahkan seluruhnya sehingga didapatkan nillai

kondisi KSKB.

4. Menghitung nilai keandalan sistem proteksi kebakaran dengan

menggunakan menjumlahkan nilai kondisi keempat komponen

proteksi.

Setelah didapatkan nilai KSKB, nilai masing-masing

KSKB dikalikan dengan bobot masing-masing KSKB tersebut

kemudian hasil seluruhnya dijumlahkan. Sehingga didapatkanlah

hasil pemeriksaan nilai KSKB yang kemudian bisa memberikan

gambaran tentang kondisi fisik komponen keselamatan kebakaran

bangunan dan rekomendasi yang dapat diberikan untuk RSUD

Kota Tangerang, seperti yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

5. Pembobotan

Pembobotan pada masing-masing komponen dilakukan

dengan metode Analitycal Hierarchycal Process (AHP). Metode

ini adalah metode yang digunakan didalam pedoman pemeriksaan

keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C)

dengan tujuan untuk mengurangi unsur subyektivitas pada

pembobotan (Saptaria, 2005). AHP adalah metode sistematis untuk

membandingkan suatu daftar pengamatan atau alternatif. Hierarki

Page 92: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

71

adalah suatu jenis khusus sistem yang didasarkan pada asumsi

bahwa satuan-satuan yang ada, yang telah diidentifikasikan, dapat

dikelompokkan ke dalam kumpulan terpisah, yang mana satuan

suatu kelompok mempengaruhi satuan sebuah kelompok yang lain,

dan dipengaruhi sebuah kelompok lain. Elemen tiap kelompok

hirarki diasumsikan tidak saling tergantung satu sama lain.

Tabel 4.7

Kondisi Fisik Komponen Keselamatan Kebakaran Bangunan

dan Rekomendasi

Kondisi Keandalan Kondisi Fisik Rekomendasi

Baik (B)

( 80% ≤ NKSKB ≤ 100% )

Semua komponen sistem proteksi kebakaran

(sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif,

sarana penyelamatan dan kelengkapan tapak)

berfungsi sempurna sehingga gedung dapat

digunakan secara optimum, dimana para

pemakai gedung dapat melakukan kegiatannya

dengan mendapat perlindungan dari kebakaran

yang baik.

1. Pemeriksaan

secara berkala

2. Perawatan/pemeli

haraan berkala

3. Perawatan dan

perbaikan berkala

Cukup (C)

(60% ≤ NKSKB < 80% )

Semua komponen sistem proteksi kebakaran

(sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif,

sarana penyelamatan dan kelengkapan tapak)

masih berfungsi baik, tetapi ada sub komponen

utilitas yang berfungsi kurang sempurna,

kadang-kadang menimbulkan gangguan atau

kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan

dalam design atau spseifikasi, sehingga

kenyamanan dan fungsi ruang dan/atau gedung

menjadi terganggu.

1. Perawatan dan

perbaikan berkala

2. Penyetelan atau

perbaikan elemen

Kurang (K)

NKSKB < 60 %

Semua komponen sistem proteksi kebakaran

(sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif,

sarana penyelamatan dan kelengkapan tapak)

ada yang rusak atau tidak berfungsi,

kapasitasnya jauh dibawah dari nilai yang

ditetapkan dalam desain/spesifikasi, sehingga

kenyamanan dan fungsi ruang dan/atau gedung

menjadi sangat terganggu atau tidak dapat

digunakan secara total.

1. Penyetelan atau

perbaikan elemen

2. Melengkapi

komponen yang

kurang

Page 93: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

71

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum RSUD Kota Tangerang

5.1.1. Profil RSUD Kota Tangerang

RSUD Kota Tangerang dibentuk sebagai upaya tindak lanjut

Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang

komprehensif kepada masyarakat Kota Tangerang, yang bertujuan

untuk memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

Pengembangan pelayanan RSUD Kota Tangerang adalah pelayanan

berdasarkan standar RSU kelas C dengan kapasitas 300 tempat tidur

yang dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit.

RSUD Kota Tangerang berlokasi di pusat Kota Tangerang tepatnya

di Jl. Pulau Putri Raya No. 101 Kelurahan Kelapa Indah, Kecamatan

Tangerang. Pembangunan fisik RSUD Kota Tangerang telah dibuat

dengan memperhatikan zoning dan rencana alur pelayanan sehingga

tidak menyalahi aturan standar persyaratan yang telah ditetapkan oleh

Kementerian Kesehatan RI, yang aman bagi pasien dan pelanggan,

serta efektif dan efisien. Pelayanan rumah sakit yang melihat dan

mengacu pada sumber daya yang ada akan memberikan keuntungan

kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan kesejahteraan

pegawai.

Page 94: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

72

RSUD Kota Tangerang berdiri di atas lahan 14.000 m2 dengan luas

bangunan 19.743 m2 dan tinggi bangunan 8 lantai, merupakan rumah

sakit tipe C non kelas. Fasilitas yang disediakan terdiri dari Instalasi

Gawa Darurat, rawat jalan dengan 4 bidang spesialistik dasar dan 12

bidang spesialistik lainnnya, intalasi rawat inap dengan 300 tempat

tidur, HCU, ICU, PICU, NICU, OK, VK, Hemodialisa, Radiologi,

Laboraturium, Farmasi, Rehabilitasi Medik, Ruang jenazah,

workshop, dapur, laundry, CSSD, IPAL, ruang administrasi, ruang

medical record dan ruang keamanan.

5.1.2. Visi dan Misi RSUD Kota Tangerang

RSUD Kota Tangerang memiliki visi dan misi sebagai berikut :

a. Visi

Menjadi rumah sakit pilihan masyarakat Kota Tangerang

dengan pelayanan yang terbaik dan paripurna

b. Misi

1) Mewujudkan tata kelola kelembagaan yang berkualitas

dan sumber daya aparatur yang profesional

2) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas

3) Mewujudkan kesehatan lingkungan rumah sakit yang

berkualitas.

Page 95: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

73

5.2. Kelengkapan Tapak Bangunan RSUD Kota Tangerang

Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara yang

dilakukan oleh peneliti, kelengkapan tapak yang dinilai di RSUD Kota

Tangerang meliputi 4 sub komponen, yaitu sumber air, jalan lingkungan,

jarak antar bangunan dan hidran halaman.

Penilaian masing-masing sub komponen dilakukan dengan

membandingkan hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara dengan

kriteria penilaian yang dipersyaratkan. Bila hasil observasi, telaah dokumen

dan wawancara telah memenuhi seluruh kriteria penilaian, maka nilai yang

akan diberikan adalah nilai sempurna. Namun, bila terdapat salah satu kriteria

penilaian yang tidak dipenuhi, maka nilai akan berkurang sesuai dengan

kriteria penilaian yang tidak berhasil dipenuhi.

a. Kategori baik adalah nilai yang ≥ 80.

b. Kategori cukup adalah nilai dalam jangkauan ≥ 60 hingga < 80.

c. Kategori kurang adalah nilai yang < 60.

5.2.1. Sumber Air

Sumber air merupakan salah satu sub komponen kelengkapan

tapak yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara melakukan

observasi pada sub komponen tersebut. Hasil observasi pada sub

komponen sumber air dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.

Page 96: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

74

Tabel 5.1

Pemenuhan Kriteria Penilaian Sumber Air di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria

Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1

Tersedia dengan

kapasitas yang

memenuhi

persyaratan

minimal

terhadap fungsi

bangunan (500

lt/bed)

Sumber air di RSUD

Kota Tangerang berasal

dari air PDAM dan

pompa air tanah yang

disimpan didalam 2 jenis

tangki, yaitu tangki

bawah tanah (120 m3)

dan tangki atap gedung

(68 m3).

Memenuhi

Kriteria

Penilaian

Sumber air di RSUD Kota Tangerang telah sesuai dengan seluruh

kriteria penilaian yang ada pada pedoman pemeriksaan keselamatan

kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C). Kriteria penilaian

yang dimaksud diantaranya adalah sumber air di RSUD Kota

Tangerang harus memenuhi persyaratan minimal terhadap fungsi

bangunan, dan RSUD Kota Tangerang telah memenuhinya. Fungsi

bangunan RSUD Kota Tangerang adalah rumah sakit, yang menurut

pedoman sanitasi rumah sakit (2013), persyaratan minimal

ketersediaan air di bangunan rumah sakit adalah sejumlah 500 liter

tiap 1 tempat tidur. Hasil observasi sumber air yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang didapatkan bahwa sumber air di RSUD Kota

Page 97: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

75

Tangerang berasal dari air PDAM dan pompa air tanah yang

disimpan didalam 2 jenis tangki, yaitu tangki bawah tanah dan tangki

atap gedung. Masing-masing tangki dapat digunakan untuk

operasional rumah sakit.

Berdasarkan hasil telaah dokumen, tangki bawah tanah dapat

menampung air sejumlah 120 m3 dan dua tangki atap gedung yang

total keduanya dapat menampung air sejumlah 68 m3. Hal ini

didukung dengan pernyataan staff ISPRS dan teknisi RSUD Kota

Tangerang mengenai sumber air yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang sebagai berikut.

“mencukupi atau engga saya kira sih mencukupi ya, buktinya

sampe sekarang kita ga ada permasalahan kekurangan air...” (i1)

“...saya juga lupa lagi pak, tapi itu udah sesuai sama debit

pemakaian, jadi udah terbagi lah...” (i2)

Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki

kecocokan sehingga sumber air di RSUD Kota Tangerang telah

dapat diyakini sebagai data yang valid.

Page 98: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

76

5.2.2. Jalan Lingkungan

Jalan lingkungan merupakan jalan yang tersedia di lingkungan

RSUD Kota Tangerang untuk akses kendaraan. Penilaian dilakukan

dengan cara menilai pemenuhan kriteria penilaian pada sub

komponen tersebut. Hasil observasi pada sub komponen jalan

lingkungan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2

Pemenuhan Kriteria Penilaian Jalan Lingkungan di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1

o Tersedia

dengan lebar

minimal 6m

o Jalan lingkungan di

RSUD Kota Tangerang

telah tersedia dengan

lebar 6,3 m

Memenuhi

Kriteria

Penilaian 2

o Diberi

pengerasan

o Jalan lingkungan di

RSUD Kota Tangerang

telah diberi pengerasan

(aspal)

3

o Lebar jalan

masuk minimal

4 m.

o Lebar jalan masuk di

RSUD Kota Tangerang

telah disediakan dengan

lebar mencapai 6,3m

Untuk sub komponen jalan lingkungan di RSUD Kota Tangerang,

hasil observasi menggunakan alat ukur meteran menyatakan bahwa

jalan lingkungan di RSUD Kota Tangerang telah tersedia dengan

lebar 6,3 m. Kemudian jalan lingkungan di RSUD Kota Tangerang

telah diberi pengerasan. Lebar jalan masuk di RSUD Kota

Tangerang telah disediakan dengan lebar mencapai 6,3 m.

Page 99: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

77

5.2.3. Jarak Antar Bangunan

Jarak antar bangunan merupakan jarak antara bangunan RSUD

Kota Tangerang dengan bangunan lain yang terdekat. Penilaian

dilakukan dengan cara menilai pemenuhan kriteria penilaian pada

sub komponen tersebut. Hasil observasi pada sub komponen jarak

antar bangunan dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3

Pemenuhan Kriteria Penilaian Jarak Antar Bangunan di

RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria

Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1

Jarak antar

bangunan

>8m

Bangunan terdekat yang

ada didekat RSUD Kota

Tangerang adalah masjid

yang jaraknya dengan

RSUD Kota Tangerang

mencapai 14 m.

Memenuhi

Kriteria

Penilaian

Dalam pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan

gedung (Pd-T-11-2005-C) disebutkan jika tinggi bangunan mencapai

lebih dari 40 m, maka jarak antar bangunan yang dipersyaratkan

adalah selebar lebih dari 8 m. Hasil observasi menggunakan meteran

yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan bahwa lebar jarak antar

bangunan RSUD Kota Tangerang dengan bangunan di sekitarnya

mencapai 14m. Bangunan terdekat yang ada didekat RSUD Kota

Page 100: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

78

Tangerang adalah masjid yang jaraknya dengan RSUD Kota

Tangerang mencapai 14m.

5.2.4. Hidran Halaman

Hidran halaman merupakan hidran yang tersedia di halaman RSUD

Kota Tangerang. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian pada sub komponen tersebut. Hasil

observasi pada sub komponen hidran halaman dapat dilihat pada

tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4

Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Halaman di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Tersedia di

halaman pada

tempat yang

mudah dijangkau

o Telah tersedia pada tempat yang

mudah dijangkau

Sesuai

2 Berfungsi secara

sempurna dan

lengkap

o Peralatan yang tersedia pada

hidran halaman di RSUD Kota

Tangerang juga telah lengkap

yaitu selang sepanjang 30 m dan

nozzle yang disimpan dalam

kotak berwarna merah

bertuliskan “HYDRANT” dan

berfungsi secara sempurna.

Sesuai

3 Supply air 38

l/detik dan

bertekanan 35

Bar

o Berdasarkan telaah dokumen,

supply air yang tersedia

mencapai 47,34 lt/detik dengan

tekanan 35 bar.

Sesuai

Page 101: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

79

Sub komponen terakhir yang dinilai dalam komponen kelengkapan

tapak bangunan RSUD Kota Tangerang adalah hidran halaman.

Hidran halaman di RSUD Kota Tangerang telah tersedia pada tempat

yang mudah dijangkau. Peralatan yang tersedia pada hidran halaman

di RSUD Kota Tangerang juga telah lengkap yaitu selang sepanjang

30 m dan nozzle yang disimpan dalam kotak berwarna merah

bertuliskan “HYDRANT”. Berdasarkan telaah dokumen sistem fire

fighting RSUD Kota Tangerang, supply air yang tersedia mencapai

47,34 lt/detik dengan tekanan 35 bar. Kesempurnaan fungsi dari

hidran halaman ini dapat diketahui dari hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti.

“...cukup bagus lah, karena alatnya juga masih baru pasti masih

bagus, terus perencanaan juga dari dinas tata kota saya pikir udah

sesuai pasti sama peraturan yang ada.” (if1)

“...udah... instalasinya mereka itu sebelum dikasih ke yang punya,

mereka manggil yang ahlinya...” (if2)

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan telaah dokumen

diatas, dapat disimpulkan bahwa hidran halaman yang ada di RSUD

Kota Tangerang dapat berfungsi secara sempurna. Dengan asumsi

alat yang tersedia masih baru dan tentu masih terjaga kualitasnya.

Page 102: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

80

5.2.5. Penilaian Kelengkapan Tapak

Hasil penilaian pada komponen kelengkapan tapak dapat dilihat

pada tabel 5.5. Hasil penilaian tersebut dikalikan dengan bobot sub

komponen Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (KSKB)

sehingga didapatkan nilai kondisi sub komponen KSKB tersebut.

Nilai kondisi sub komponen tersebut kemudian dikalikan lagi

dengan bobot komponen KSKB, sehingga didapatkan jumlah nilai

sub komponen KSKB.

Tabel 5.5

Hasil Penilaian Kelengkapan Tapak di RSUD Kota Tangerang

Tahun 2014

No. KSKB/Sub

KSKB

Hasil

Penilaian

Hasil

Penilaian

Bobot

(%)

Nilai

Kondisi

Jumlah

Nilai

I. Kelengkapan Tapak 25

1 Sumber Air Baik 80 27 21,6 5,4%

2 Jalan

Lingkungan Baik 90 25 22,5 5,625%

3 Jarak Antar

Bangunan Baik 90 23 20,7 5,175%

4 Hidran

Halaman Baik 80 25 20 5%

Jumlah Nilai 21,2%

Hasil penilaian kelengkapan tapak dalam kategori baik tetapi

karena tidak dapat dilakukan pengetesan terhadap masing-masing

sub komponen, hasil penilaian menjadi tidak sempurna meskipun

telah sesuai dengan kriteria penilaian setelah telaah dokumen.

Page 103: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

81

5.3. Sarana Penyelamatan RSUD Kota Tangerang

Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara yang

dilakukan oleh peneliti, sarana penyelamatan yang dinilai di RSUD Kota

Tangerang meliputi 3 sub komponen, yaitu sarana jalan keluar, konstruksi

jalan keluar dan landasan helikopter.

5.3.1. Sarana Jalan Keluar

Sarana jalan keluar merupakan sarana jalan keluar yang tersedia di

RSUD Kota Tangerang. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian pada sub komponen tersebut

menggunakan metode observasi dan telaah dokumen. Pemenuhan

kriteria penilaian sub komponen sarana jalan keluar dapat dilihat pada

tabel 5.6.

Tabel 5.6

Pemenuhan Kriteria Penilaian Sarana Jalan Keluar di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 o Minimal perlantai 2 exit

dengan tinggi efektif 2,5

m

o Tiap lantai tersedia 4

exit dengan tinggi 4 m

Sesuai

2 o Setiap exit harus

terlindung dari bahaya

kebakaran.

o Setiap exit telah

terlindung dari bahaya

kebakaran

Sesuai

3 o Jarak tempuh maksimal

20 meter dari pintu keluar.

o Jarak tempuh dari pintu

keluar 18 m

Sesuai

Page 104: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

82

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

4 o Ukuran minimal 200 Cm o Ukuran lebar jalan

keluar 2 m

Sesuai

5 o Jarak dari suatu exit

tidak> 6 m

o Jarak dari suatu exit 6 m Sesuai

6 o Pintu dari dalam tidak

buka langsung ke tangga

o Pintu exit tidak buka

langsung ke tangga

Sesuai

7 o Penggunaan pintu ayun

tidak mengganggu proses

jalan keluar.

o Penggunaan pintu ayun

tidak mengganggu

proses jalan keluar

Sesuai

8 o Disediakan lobby bebas

asap dengan TKA

60/60/60

o Berdasarkan telaah

dokumen, telah tersedia

lobby bebas asap

dengan TKA 60/60/60

Sesuai

9 o Terdapat Pintu keluar

diberi tekanan positif.

o Pintu keluar diberi

tekanan positif

Sesuai

10 o Exit tidak boleh terhalang o Jalan keluar tidak

terhalang

Sesuai

11 o Exit menuju ke Ruang

Terbuka

o Jalan keluar menuju

ruang terbuka

Sesuai

Sarana jalan keluar RSUD Kota Tangerang dalam keadaan yang

baik, dengan per lantai memiliki 4 jalan keluar, kemudian setiap jalan

keluar juga terlindung dari bahaya kebakaran. Jarak tempuh yang

diperlukan dari pintu keluar berjarak 18 m. Ukuran lebar jalan keluar

yang terdapat di RSUD Kota Tangerang mencapai 2 m. Pintu keluar

tidak buka langsung ke tangga dan tidak mengganggu proses jalan

keluar. Jalan keluar di RSUD Kota Tangerang juga telah bebas

halangan dan menuju ke ruang terbuka.

Page 105: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

83

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga sarana jalan keluar di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

5.3.2. Konstruksi Jalan Keluar

Konstruksi jalan keluar merupakan salah satu sub komponen

sarana penyelamatan yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara

menilai pemenuhan kriteria penilaian pada sub komponen konstruksi

jalan keluar dari hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara.

Seperti dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7

Pemenuhan Kriteria Penilaian Konstruksi Jalan Keluar di

RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Konstruksi tahan minimal

2 jam

Hasil telaah

dokumen,

konstruksi dari

beton, tahan

minimal 2,5 jam.

Sesuai

2 Harus bebas halangan Jalan keluar telah

bebas halangan.

Sesuai

3 Lebar minimal 200 cm. Lebar jalan keluar 2

m

Sesuai

4 Jalan terusan yang

dilindungi terhadap

Kebakaran

Jalan terusan telah

dilindungi dari

bahaya kebakaran.

Sesuai

5 Bahan tidak mudah

terbakar

Hasil telaah

dokumen, bahan

konstruksi

merupakan bahan

beton yang tidak

Sesuai

Page 106: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

84

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

mudah terbakar

6 Langit-langit punya

ketahanan Penjalaran api

tidak < 60 menit.

Langit-langit

memiliki bahan

beton, dianggap

mempunyai

ketahanan

penjalaran api

hingga lebih dari 60

menit

Sesuai

7 Pada tingkat tertentu

elemen bangunan bisa

mempertahankan

stabilitas struktur bila

terjadi kebakaran

Elemen bangunan

dapat

mempertahankan

stabilitas struktur

pada tingkat

tertentu, karena

memiliki bahan

beton

Sesuai

8 Dapat mencegah

penjalaran asap kebakaran

Konstruksi jalan

keluar dapat

mencegah

penjalaran asap

kebakaran

Sesuai

9 Cukup waktu untuk

evakuasi penghuni

Belum dapat

dipastikan cukup

waktu evakuasi

Tidak Sesuai

10 Akses ke bangunan harus

disediakan bagi tindakan

petugas kebakaran

Akses ke bangunan

telah disediakan

bagi tindakan

petugas kebakaran

Sesuai

Konstruksi jalan keluar di RSUD Kota Tangerang masih belum

sempurna. Hal ini disebabkan oleh belum dapat dipastikannya

kecukupan waktu untuk melakukan evakuasi di RSUD Kota

Tangerang. Hal ini disebabkan oleh belum terlaksananya simulasi

pelaksanaan evakuasi di RSUD Kota Tangerang. Tetapi, berdasarkan

Page 107: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

85

hasil observasi, konstruksi jalan keluar yang ada di RSUD Kota

Tangerang telah dipastikan bebas halangan, memiliki lebar jalan 2 m

dan telah tersedia akses ke bangunan bagi tindakan petugas kebakaran.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti juga mendukung hasil

observasi yang dilakukan oleh peneliti.

“... kalau masalah itu, kalau untuk tahan api itu udah, tapi di

tempat-tempat tertentu...” (if2)

Selain itu berdasarkan hasil telaah dokumen yang dilakukan oleh

peneliti, konstruksi jalan keluar yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang dibangun dengan menggunakan bahan tahan api. Bahan

yang dimaksud adalah beton yang dapat menahan api sehingga tidak

mudah terbakar.

Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki

kecocokan sehingga konstruksi jalan keluar di RSUD Kota Tangerang

telah dapat diyakini sebagai data yang valid.

5.3.3. Landasan Helikopter

Landasan helikopter merupakan salah satu sub komponen sarana

penyelamatan yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian pada sub komponen landasan helikopter

dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut.

Page 108: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

86

Tabel 5.8

Pemenuhan Kriteria Penilaian Landasan Helikopter di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria

Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1

Hanya pada

bangunan tinggi

minimal 60

meter.

Tinggi bangunan mencapai

48 m, sehingga tidak

memerlukan landasan

helikopter.

Sesuai

Berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen profil gedung

RSUD Kota Tangerang, gedung RSUD Kota Tangerang memiliki

ketinggian gedung 48 m. Artinya RSUD Kota Tangerang tidak

memerlukan landasan helikopter, sehingga pada penilaian landasan

helikopter, gedung RSUD Kota Tangerang di kelompokkan dalam

kondisi yang baik.

5.3.4. Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan

Hasil penilaian pada sub komponen sumber air dapat dilihat pada

tabel 5.9. Hasil penilaian tersebut dikalikan dengan bobot sub

komponen Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (KSKB)

sehingga didapatkan nilai kondisi sub komponen KSKB tersebut.

Nilai kondisi sub komponen tersebut kemudian dikalikan lagi dengan

bobot komponen KSKB, sehingga didapatkan jumlah nilai sub

komponen KSKB.

Page 109: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

87

Tabel 5.9

Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No. KSKB/Sub

KSKB

Hasil

Penilaian

Hasil

Penilaian

Bobot

(%)

Nilai

Kondisi

Jumlah

Nilai

II. Sarana Penyelamatan 25

1 Sarana Jalan

Keluar Baik 80 38 30,4 7,6%

2 Konstruksi

Jalan Keluar Baik 80 35 28 7%

3 Landasan

Helikopter Baik 100 27 27 6,75%

Jumlah Nilai 20,75%

Dari tabel 5.9, dapat diketahui berdasarkan hasil observasi,

wawancara dan telaah dokumen, dari masing-masing sub komponen

yang terdapat dalam komponen sarana penyelamatan memiliki kondisi

yang baik. Hasil penilaian didapat berdasarkan observasi yang

dilakukan yang dibandingkan dengan kriteria penilaian yang terdapat

dalam pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan

gedung (Pd-T-11-2005-C).

Hasil penilaian sarana jalan keluar mendapatkan nilai 80 karena

telah sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam pedoman

pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-

2005-C) tetapi tidak dapat dilakukan pengecekan. Sedangkan hasil

penilaian landasan helikopter mendapatkan nilai 100 karena

ketinggian gedung RSUD Kota Tangerang hanya mencapai 48 m,

ketinggian gedung yang dipersyaratkan memiliki landasan helikopter

Page 110: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

88

menurut pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan

gedung (Pd-T-11-2005-C) adalah gedung dengan ketinggian < 60 m.

Meskipun hasil penilaian konstruksi jalan keluar masih dapat

dikategorikan baik, namun hasil penilaian konstruksi jalan keluar

tidak mencapai 100, tetapi berkurang menjadi 80. Hal ini disebabkan

oleh belum terlaksananya simulasi evakuasi gedung sehingga belum

dapat diketahui waktu tempuh yang diperlukan untuk melakukan

evakuasi. Padahal waktu untuk evakuasi penghuni juga menjadi

kriteria penilaian yang terdapat dalam pedoman pemeriksaan

keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C).

5.4. Sistem Proteksi Aktif RSUD Kota Tangerang

Penilaian sistem proteksi aktif yang terdapat di RSUD Kota Tangerang

berdasarkan observasi, wawancara dan telaah dokumen yang dilakukan oleh

peneliti mencakup 13 sub komponen yaitu deteksi dan alarm, siamese

connection, APAR, hidran gedung, sprinkler, sistem pemadam luapan,

pengendali asap, deteksi asap, pembuangan asap, lift kebakaran, cahaya

darurat, listrik darurat dan ruang pengendali operasi.

5.4.1. Deteksi dan Alarm

Deteksi dan alarm merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

Page 111: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

89

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen deteksi dan alarm dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut.

Tabel 5.10

Pemenuhan Kriteria Penilaian Deteksi dan Alarm di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Terdapat detektor

kebakaran yang dipasang

di seluruh ruangan.

Terdapat detektor

kebakaran yang

dipasang di seluruh

ruangan

Sesuai

2 Setiap detektor yang

terpasang dapat

dijangkau untuk

pemeliharaan dan untuk

pengujian secara periodik

Setiap detektor yang

terpasang telah dapat

dijangkau untuk

pemeliharaan dan

pengujian berkala.

Sesuai

3 Detektor diproteksi

terhadap kemungkinan

rusak karena gangguan

mekanis.

Detektor telah

diproteksi terhadap

kemungkinan rusak

karena gangguan

mekanis

Sesuai

4 Terdapat alarm

kebakaran

Telah terdapat alarm

kebakaran.

Sesuai

5 Tersedia detektor panas. Telah tersedia

detektor panas

Sesuai

6 Sinyal suara alarm

kebakaran berbeda dari

sinyal suara yang dipakai

untuk penggunaan lain.

Sinyal suara alarm

kebakaran berbeda

dengan sinyal suara

pengumuman lain.

Sesuai

7 Sistem deteksi dan alarm

harus dipasang pada

semua bangunan kecuali

kelas 1a

Sistem deteksi dan

alarm telah dipasang

dengan baik

Sesuai

8 Dipasang alat manual

pemicu alarm.

Telah teredia alat

manual pemicu

alarm.

Sesuai

9 Jarak tidak > dari 30 m

dari titik alarm manual Jarak detektor 25 m

dari titik alarm

manual

Sesuai

Page 112: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

90

Berdasarkan observasi menggunakan meteran dan telaah dokumen

fire fighting di RSUD Kota Tangerang, Deteksi dan alarm yang ada di

RSUD Kota Tangerang telah terpasang dan dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan pengujian secara periodik. Sinyal suara alarm

kebakaran juga berbeda dari sinyal suara yang dipakai untuk

penggunaan lain.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga deteksi dan alarm di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

5.4.2. Siamese Connection

Siamese Connection merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen Siamese Connection dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut.

Tabel 5.11

Pemenuhan Kriteria Penilaian Siamese Connection di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Tersedia dan

ditempatkan pada lokasi

yang mudah dijangkau

mobil pemadam

kebakaran kota.

Telah tersedia dan

terletak pada lokasi

yang mudah

dijangkau mobil

pemadam kebakaran

Sesuai

Page 113: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

91

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

2 Diberikan tanda

petunjuk sehingga

mudah dikenali

Tidak terdapat

petunjuk

Tidak Sesuai

Siamese connection yang terdapat di RSUD Kota Tangerang juga

telah tersedia dan ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau oleh

mobil pemadam kebakaran. Namun dalam penilaian siamese

connection ini hasilnya tidak sempurna karena tidak diberikan

petunjuk letak siamese connection sehingga tidak mudah untuk

dikenali meskipun penilaian masih dapat dimasukkan dalam kategori

yang baik.

Gambar 5.1

Siamese Connection

Page 114: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

92

5.4.3. Alat Pemadam Api Ringan

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) merupakan salah satu sub

komponen sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan

dengan cara menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria

penilaian sub komponen APAR dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut.

Tabel 5.12

Pemenuhan Kriteria Penilaian APAR di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Jarak penempatan antar alat

maksimal 25 m

Jarak penempatan antar

alat 20 m

Sesuai

2 APAR diletakkan di tempat yang

terlihat mata, mudah dijangkau

dan siap dipakai

APAR terletak di

tempat yang mudah

dilihat, dijangkau,

namun tidak siap pakai

karena tidak memiliki

tekanan yang bagus

Tidak

Sesuai

3 APAR selain jenis APAR beroda

dipasang kokoh pada

penggantung, atau pengikat

buatan manufaktur APAR, atau

pengikat yang terdaftar yang

disetujui untuk tujuan tersebut,

atau ditempatkan dalam lemari

atau dinding yang konstruksinya

masuk ke dalam.

APAR selain jenis

APAR beroda dipasang

pada penggantung

dengan baik.

Sesuai

4 Jarak antara APAR dengan lantai

≥ 10 cm

Jarak antara APAR

dengan lantai 50 cm

Sesuai

5 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat

jelas

Instruksi Pengoperasian

telah ditempatkan di

bagian depan APAR

namun menggunakan

bahasa asing.

Sesuai

6 APAR harus mempunyai label

yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama

Pada setiap APAR tidak

terdapat label maupun

kartu pemeliharaan

Tidak

Sesuai

Page 115: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

93

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

manufaktur atau nama agennya,

alamat surat dan nomor telepon

7 Setiap APAR mempunyai kartu

atau label yang dilekatkan dengan

kokoh yang menunjukkan bulan

dan tahun dilakukannya

pemeliharaan

Tidak terdapat label

atau kartu

pemeliharaaan

Sesuai

8 Pada label pemeliharaan terdapat

identifikasi petugas yang

melakukan pemeliharaan

Tidak terdapat label

pemeliharaan

9 Label sistem identifikasi bahan

berbahaya, label pemeliharaan

enam tahun, label uji hidrostatik,

atau label lain harus tidak boleh

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR atau ditempelkan

pada bagian depan APAR.

o Tidak terdapat label

pemeliharaan

10 Jumlah sesuai dengan luasan

bangunannya.

Jumlah sesuai dengan

luasan bangunannya

Berdasarkan hasil observasi dengan melihat indikator tekanan pada

APAR, masih terdapat beberapa alat pemadam api ringan yang

memiliki tekanan yang tidak baik, oleh karenanya dapat dipastikan

alat pemadam api ringan yang tersedia di RSUD Kota Tangerang tidak

dapat digunakan seluruhnya. Namun berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan peneliti, informan memiliki keterangan berbeda dari

hasil observasi. Informan pada saat wawancara tidak melihat kondisi

APAR.

“... disini semua siap, semua bagus kok kondisinya...” (if1)

Page 116: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

94

“...semua itu siap pakai pokoknya itu semua. Ya termasuk juga

yang perawatan itu mah siap...” (if2)

Gambar 5.2

APAR

Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki

kecocokan sehingga APAR di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

5.4.4. Hidran Gedung

Hidran gedung merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen hidran gedung dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut.

Hasil observasi sub komponen hidran gedung dapat dilihat pada

tabel 5.13 berikut.

Page 117: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

95

Tabel 5.13

Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Gedung di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Tersedia sambungan slang

diameter 35 mm dalam

kondisi baik, panjang

selang minimal 30 m dan

tersedia kotak untuk

menyimpan.

Tersedia

lengkap dengan

kondisi yang

baik

Sesuai

2 Pasokan air cukup tersedia

untuk kebutuhan sistem

sekurang-kurangnya untuk

45‘

Pasokan air

tersedia cukup

untuk sistem

selama 2 jam

Sesuai

3 Bang. Kelas 4, luas

1000m2/bh (kompartemen

tanpa partisi), 2

buah/1000m2

(kompartemen dengan

partisi)

Jumlah hidran

gedung telah

sesuai dengan

persyaratan

Sesuai

4 Bang. Kelas 5, luas

800m2/buah tanpa partisi,

dan 2 bh/800m2 dengan

partisi

Berdasarkan observasi menggunakan meteran dan telaah dokumen

fire fighting di RSUD Kota Tangerang, hidran gedung yang terdapat

di RSUD Kota Tangerang memiliki slang dengan diameter 45 mm dan

panjang slang 30 m. Pasokan air juga cukup tersedia dan tiap lantai

terdapat 5 hidran gedung.

Page 118: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

96

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga hidran gedung di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

5.4.5. Sprinkler

Sprinkler merupakan salah satu sub komponen sistem proteksi aktif

yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai pemenuhan

kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub komponen

Sprinkler dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut.

Tabel 5.14

Pemenuhan Kriteria Penilaian Sprinkler di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Jumlah, perletakan

dan jenis sesuai

dengan persyaratan.

Jumlah dan

peletakkan

mengacu pada

persyaratan

Sesuai

2 Tekanan catu air

sprinkler pada titik

terjauh (0,5-2,0)

kg/cm2,

Tekanan catu air

sprinkler pada titik

terjauh 1,5 kg/cm3

Sesuai

3 Debit sumber catu air

minimal (40-200)

liter/menit per kepala

sprinkler.

Debit sumber catu

air 150 lt/menit tiap

kepala sprinkler

Sesuai

4 Jarak kepala sprinkler

kedinding kurang dari

½ jarak antara kepala

sprinkler

Jarak kepala

sprinkler ke dinding

1 m

Sesuai

5 Jarak max. Sprinkler: Jarak antar kepala

sprinkler 3 m

Sesuai

Page 119: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

97

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

o Bahaya kebakaran

ringan dan sedang

- 4,6 m

o bahaya kebakaran

berat - 3,7 m

6 Dalam ruang

tersembunyi , jarak

langit-langit dan atap

lebih 80 cm, di pasang

jenis kepala sprinkler

dengan pancaran

keatas

Sprinkler dengan

jenis kepala

sprinkler pancaran

keatas telah

disediakan pada

ruang tersembunyi

dengan jarak langit-

langit dan atap lebih

dari 80 cm.

Sesuai

Berdasarkan telaah dokumen dan observasi mengunakan meteran,

di setiap lantai telah terdapat sprinkler dengan jumlah per lantai

berbeda-beda kecuali lantai 5 hingga lantai 8 diakibatkan bedanya

kondisi masing-masing lantai. Di lantai 1 terdapat 212 buah,

kemudian di lantai 2 terdapat 229 buah, di lantai 3 terdapat 151 buah,

lantai 4 = 155 buah, lantai 5 = 107 buah, lantai 6 = 107 buah, lantai 7

= 107 buah dan lantai 8 = 107 buah. Jarak penempatan mencapai 3 m

dari masing-masing sprinkler.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga sprinkler di RSUD Kota Tangerang telah dapat diyakini

sebagai data yang valid.

5.4.6. Sistem Pemadam Luapan

Sistem pemadam luapan merupakan salah satu sub komponen

sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara

Page 120: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

98

menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian

sub komponen sistem pemdam luapan dapat dilihat pada tabel 5.15

berikut.

Tabel 5.15

Pemenuhan Kriteria Penilaian Sistem Pemadam Luapan di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Tersedia dalam jenis

yang sesuai dengan

fungsi ruangan yang

diproteksi.

Tersedia sistem

pemadam luapan

sesuai dengan

fungsi ruangan

yang diproteksi

namun terdapat alat

yang tidak siap

pakai

Tidak Sesuai

2 Jumlah kapasitas sesuai

dengan beban api dari

fungsi ruangan yang di

proteksi.

Jumlah kapasitas

sesuai

Sesuai

Berdasarkan observasi, Kondisi sistem pemadam luapan dianggap

belum memenuhi kriteria penilaian karena meskipun telah tersedia

sistem pemadam luapan di RSUD Kota Tangerang. Namun terdapat

kekurangan, diantaranya karena pemadam luapan ini menggunakan

APAR yang kondisinya tidak siap pakai.

5.4.7. Pengendali Asap

Pengendali asap merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

Page 121: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

99

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen Pengendali asap dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut.

Tabel 5.16

Pemenuhan Kriteria Penilaian Pengendali Asap di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Fan pembuangan asap akan

berputar berurutan setelah

aktifnya detector asap yang

ditempatkan dalam zona

sesuai dengan reservoir

asap yang dilayani fan.

Fan pembuangan

asap berputar

berurutan setelah

aktifnya detektor

asap

Sesuai

2 Detektor asap harus dalam

keadaan bersih dan tidak

terhalang oleh benda lain

disekitarnya.

Detektor asap dalam

keadaan bersih dan

tidak terhalang

benda lain

Sesuai

3 Di dalam kompartemen

bertingkat banyak, system

pengolahan udara

beroperasi dengan

menggunakan seluruh

udara segar melalui ruang

kosong bangunan tidak

menjadi satu dengan

cerobong pembuangan

asap.

Sistem pengolahan

udara beroperasi

dengan

menggunakan

seluruh udara segar

melalui ruang

kosong bangunan

tidak menjadi satu

dengan cerobong

pembuangan asap.

Sesuai

4 Tersedia Panel control

manual dan indicator

kebakaran serta buku

petunjuk pengoperasian

bagi petugas jaga.

Tersedia panel

control manual dan

indikator kebakaran

serta buku

pengoperasian

Sesuai

5 Fan pembuangan asap akan

berputar berurutan setelah

aktifnya detector asap yang

ditempatkan dalam zona

sesuai dengan reservoir

asap yang dilayani fan.

Fan pembuangan

asap berputar

berurutan setelah

aktifnya detector

asap yang

ditempatkan dalam

zona sesuai dengan

reservoir asap yang

Sesuai

Page 122: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

100

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

dilayani fan

6 Detektor asap harus dalam

keadaan bersih dan tidak

terhalang oleh benda lain

disekitarnya.

Detektor asap dalam

keadaan bersih dan

tidak terhalang

Sesuai

7 Di dalam kompartemen

bertingkat banyak, system

pengolahan udara

beroperasi dengan

menggunakan seluruh

udara segar melalui ruang

kosong bangunan tidak

menjadi satu dengan

cerobong pembuangan

asap.

Sistem pengolahan

udara beroperasi

menggunakan

seluruh udara segar

melalui ruang

kosong dan tidak

menjadi satu dengan

cerobong

pembuangan asap

Sesuai

8 Tersedia Panel control

manual dan indicator

kebakaran serta buku

petunjuk pengoperasian

bagi petugas jaga.

Telah tersedia panel

kontrol manual dan

indikator kebakaran

dan disertai dengan

buku petunjuk

pengoperasian bagi

petugas jaga

Sesuai

Berdasarkan observasi dan telaah dokumen mengenai ventilasi di

RSUD Kota Tangerang, komponen pengendali asap yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang, sub komponen tersebut dalam keadaan bersih

dan tidak terhalang benda lain di sekitarnya, kemudian fan dan

pembuangan asap akan berputar berurutan setelah aktifnya detektor

asap yang ditempatkan dalam zona sesuai dengan reservoir asap yang

dilayani fan. Panel kontrol manual dan indikator kebakaran juga telah

tersedia.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga pengendali asap di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

Page 123: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

101

5.4.8. Deteksi Asap

Deteksi asap merupakan salah satu sub komponen sistem proteksi

aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen deteksi asap dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut.

Tabel 5.17

Pemenuhan Kriteria Penilaian Deteksi Asap di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Sistem Deteksi Asap

mengaktifkan system

peringatan penghuni

bangunan.

Sistem deteksi asap

mengaktifkan

sistem peringatan

rumah sakit

Sesuai

2 Pada ruang dapur dan

area lain yang sering

mengakibatkan

terjadinya alarm palsu di

pasang alarm panas,

terkecuali telah di pasang

sprinkler.

Pada ruang dapur

masih terdapat

sistem deteksi asap

Tidak Sesuai

3 Detektor asap yang

terpasang dapat

mengaktifkan system

pengolahan udara secara

otomatis, system

pembuangan asap,

ventilasi asap dan panas

Detektor asap tidak

dapat mengaktifkan

sistem pengolahan

udara secara

otomatis

Tidak Sesuai

4 Jarak antar detector< 20

m dan < 10 m dari

dinding pemisah atau

tirai asap

Jarak antar detektor

15 m dan 7,5 m dari

dinding pemisah

atau tirai asap

Sesuai

Hasil observasi menggunakan meteran, telaah dokumen dan

wawancara sub komponen deteksi asap telah memenuhi kriteria

Page 124: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

102

penilaian namun tidak sampai setengah kriteria yang dipersyaratkan.

Di RSUD Kota Tangerang pada bagian kantin yang juga terdapat

dapur didalamnya, masih menggunakan detektor asap, sehingga hal ini

menyebabkan sub komponen deteksi asap di RSUD Kota Tangerang

masih belum memenuhi kriteria penilaian secara lengkap. Hal ini juga

didukung oleh hasil wawancara yang mengatakan bahwa pernah

terjadi alarm palsu akibat masih ditempatkannya detektor asap di

dapur yang terdapat di RSUD Kota Tangerang.

“...waktu itu pernah kejadian malem saya denger ada di kantin itu

orang kantin lagi bakar apa gitu,ikan bakar atau apa ya, itu kejadian

alarmnya bunyi...” (if1)

Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki

kecocokan sehingga deteksi asap di RSUD Kota Tangerang telah

dapat diyakini sebagai data yang valid.

5.4.9. Pembuangan Asap

Pembuangan asap merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen pembuangan asap dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut.

Page 125: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

103

Tabel 5.18

Pemenuhan Kriteria Penilaian Pembuangan Asap di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Kapasitas fan

pembuang mampu

menghisap asap

Kapasitas fan

pembuang mampu

menghisap asap

Sesuai

2 Terletak dalam

reservoir asap tinggi

2 meter dari lantai.

Telah diletakkan pada

reservoir asap dengan

tinggi 3 meter dari

lantai.

Tidak Sesuai

3 Laju pembuangan

asap sesuai dengan

persyaratan yang

berlaku.

(3000m3/jam)

Laju pembuangan asap

mencapai 2000m3/jam

Tidak Sesuai

4 Fan pembuangan

Asap mampu

beroperasi terus

menerus pada

temperature 200o C

selang waktu 60 atau

pada temperature

300o C selang waktu

30’

Fan pembuangan asap

berdasarkan telaah

dokumen dapat

beroperasi terus

menerus pada suhu

200o C selang waktu

60 menit

Sesuai

5 Luas horizontal

reservoir asap

maksimal 2000 m2,

dengan tinggi tidak

boleh kurang dari

500 mm

Luas horizontal

reservoir asap 800m2

dengan tinggi 45cm

Tidak Sesuai

6 Setiap reservoir asap

dilayani minimal satu

buah fan, pada titik

kumpul dari panas di

dalam reservoir asap,

jauh dari perpotongan

koridor atau mal.

Beberapa reservoir

asap dilayani dengan

satu buah fan, dari

panas di dalam

reservoir asap, jauh

dari perpotongan

koridor

Sesuai

Page 126: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

104

7 Void eskalator dan

tangga tidak

dipergunakan sebagai

jalur pembuangan

asap

Tangga tidak

digunakan sebagai

jalur pembuangan asap

Sesuai

8 Udara pengganti

dalam jumlah kecil

harus disediakan

secara otomatis

/melalui bukaan

ventilasi permanent,

kecepatan tidak boleh

lebih dari 2,5

m/detik, di dalam

kompartemen

kebakaran bertingkat

banyak melal ui

bukaan vertical

dengan kecepatan

rata-rata 1m/detik.

Udara pengganti

diberikan melalui

bukaan dengan

kecepatan 1m/detik.

Sesuai

Observasi dan telaah dokumen ventilasi di RSUD Kota Tangerang

dilakukan pada sub komponen pembuangan asap, hasil penilaian

menunjukkan bahwa sub komponen pembuangan asap yang terdapat

di RSUD Kota Tangerang masih belum memenuhi seluruh kriteria

penilaian, akibat kapasitas fan pembuang yang tidak dapat diketahui.

Dalam dokumen yang ditelaah oleh peneliti terdapat 3 kriteria

penilaian yang tidak dapat dipenuhi oleh pembuangan asap yang

tersedia di RSUD Kota Tangerang.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga pembuangan asap di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

Page 127: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

105

5.4.10. Lift Kebakaran

Lift kebakaran merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen lift kebakaran dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut.

Tabel 5.19

Pemenuhan Kriteria Penilaian Lift Kebakaran di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Untuk penanggulangan

saat terjadi kebakaran

sekurang-kurangnya 1

buah lif kebakaran harus

dipasang pada bangunan

ketinggian efektif 25 m

Telah tersedia 1 lift

kebakaran

Sesuai

2 Ukuran lift sesuai dengan

fungsi bangunan yang

berlaku

Ukuran lift cukup

untuk pengoperasian

saat proses

pemadaman

Sesuai

3 Lif kebakaran dalam saf

yang tahan api,

dioperasikan oleh petugas

pemadam kebakaran,

dapat berhenti disetiap

lantai, sumber daya listrik

direncanakan dari 2

sumber menggunakan

kabel tahan api, memiliki

akses ke tiap lantai

hunian.

Lift kebakaran

dalam saf yang

tahan api,

dioperasikan oleh

petugas pemadam

kebakaran, dapat

berhenti tiap lantai,

sumber daya listrik 2

sumber (PLN dan

Generator),

menggunakan kabel

tahan api dan ada

akses tiap lantai.

Sesuai

4 Peringatan terhadap

pengguna lif pada saat

Peringatan terhadap

pengguna lift pada

Tidak

Sesuai

Page 128: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

106

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

kebakaran, dipasang di

tempat yang mudah

terlihat dan terbaca

dengan tulisan tinggi

huruf minimal 20 mm.

saat kebakaran tidak

tersedia

5 Penempatan lift

kebakaran pada lokasi

yang mudah dijangkau

oleh penghuni

Penempatan lift

kebakaran pada

lokasi yang tidak

mudah ditemukan

Tidak

Sesuai

Hasil observasi lift kebakaran di RSUD Kota Tangerang juga

belum memenuhi seluruh kriteria penilaian, hal ini dikarenakan

penempatan lift kebakaran di RSUD Kota Tangerang terdapat pada

lokasi yang tersembunyi dan tidak mudah dijangkau oleh penghuni.

5.4.11. Cahaya Darurat

Cahaya darurat merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen cahaya darurat dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut.

Tabel 5.20

Pemenuhan Kriteria Penilaian Cahaya Darurat di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Sistem pencahayaan

darurat harus dipasang

disetiap tangga yang

dilindungi terhadap

kebakaran, disetiap

lantai dengan luas

Sistem pencahayaan

darurat telah

terpasang disetiap

tangga darurat dan di

setiap jalan terusan

Sesuai

Page 129: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

107

lantai > 300 m2,

disetiap jalan terusan

,koridor.

dan koridor

2 Desain Sistem

pencahayaan Keadaan

darurat beroperasi

otomatis, memberikan

pencahayaan yang

cukup, dan harus

memenuhi standar

yang berlaku

Pencahayaan darurat

bekerja secara

otomatis dengan

pencahayaan yang

cukup

Sesuai

3 Tanda exit jelas

terlihat dan di pasang

berdekatan dengan

pintu yang

memberikan jalan

keluar langsung, pintu

dari suatu tangga, exit

horizontal dan pintu

yang melayani exit

Tanda exit telah

terlihat dan dipasang

berdekatan dengan

pintu exit.

Sesuai

4 Bila exit tidak terlihat

secara langsung

dengan jelas oleh

penghuni, harus

dipasang tanda

petunjuk dengan tanda

panah penunjuk arah

Tanda exit disertai

dengan petunjuk arah

Sesuai

5 Setiap tanda exit harus

jelas dan pasti, diberi

pencahayaan yang

cukup, dipasang

sedemikian rupa

sehingga tidak terjadi

gangguan listrik, tanda

petunjuk arah keluar

harus memenuhi

standar yang berlaku

Setiap tanda exit

diberi pencahayaan

dan jelas terlihat

Sesuai

Pencahayaan darurat juga telah dipasang di setiap tangga darurat

dan di setiap jalan terusan koridor. Pencahayaan darurat yang

disediakan juga dapat beroperasi otomatis dalam keadaan darurat dan

Page 130: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

108

dapat memberikan pencahayaan yang cukup. Tanda exit juga jelas

terlihat dan telah dipasang berdekatan dengan pintu darurat. Tanda

exit juga telah jelas dan mendapat pencahayaan yang cukup. Sehingga

cahaya darurat di RSUD Kota Tangerang telah dalam kondisi baik

juga telah sesuai dengan persyaratan.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga cahaya darurat di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

5.4.12. Listrik Darurat

Listrik darurat merupakan salah satu sub komponen sistem proteksi

aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen listrik darurat dapat dilihat pada tabel 5.21 berikut.

Tabel 5.21

Pemenuhan Kriteria Penilaian Listrik Darurat di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian

Kondisi

Aktual Keterangan

1 Daya yang disuplai sekurang-

kurangnya dari 2 sumber yaitu

sumber daya listrik PLN, atau

sumber daya darurat berupa

Batere, Generator, dll

Daya yang

disuplai berasal

dari 2 sumber

yaitu PLN dan

Generator

Sesuai

2 Semua instalasi kabel yang

melayani sumber daya listrik

Semua instalasi

kabel Sesuai

Page 131: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

109

darurat harus memenuhi kabel

tahan api selama 60 ‘, catu

daya dari sumber daya ke

motor harus memenuhi

ketentuan

merupakan

kabel SNI

3 Memenuhi cara pemasangan

kabel yang termuat dalam

PUIL

Pemasangan

kabel dilakukan

oleh petugas

bersertifikat

dan sesuai

dengan PUIL

Sesuai

Hasil observasi dan telaah dokumen instalasi listrik di RSUD Kota

Tangerang, daya listrik yang disuplai berasal dari 2 sumber, yaitu PLN

dan generator. Semua instalasi kabel juga menggunakan kabel SNI

yang artinya telah sesuai dengan persyaratan. Instalasi listrik juga

telah dilakukan oleh pekerja bersertifikat yang artinya telah sesuai

dengan pedoman umum instalasi listrik (PUIL).

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga listrik darurat di RSUD Kota Tangerang telah dapat diyakini

sebagai data yang valid.

5.4.13. Ruang Pengendali Operasi

Ruang pengendali operasi merupakan salah satu sub komponen

sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara

menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian

sub komponen ruang pengendali operasi dapat dilihat pada tabel 5.22

berikut.

Page 132: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

110

Tabel 5.22

Pemenuhan Kriteria Penilaian Ruang Pengendali Operasi di

RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Tersedia dengan peralatan yang

lengkap, dan dapat memonitor

bahaya kebakaran yang akan

terjadi.

Tersedia namun

peralatan

sederhana

Sesuai namun

tidak sempurna

Hasil observasi ruang pengendali operasi yang telah tersedia dalam

kondisi yang sangat terbatas dan hanya tersedia peralatan yang

sederhana, didalam ruang tersebut hanya tersedia panel kontrol alarm

dan detektor kebakaran yang terdapat di RSUD Kota Tangerang.

5.4.14. Hasil Penilaian Sistem Proteksi Aktif

Hasil penilaian pada komponen sistem proteksi aktif dapat dilihat

pada tabel 5.23. Hasil penilaian tersebut dikalikan dengan bobot sub

komponen Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (KSKB)

sehingga didapatkan nilai kondisi sub komponen KSKB tersebut.

Nilai kondisi sub komponen tersebut kemudian dikalikan lagi dengan

bobot komponen KSKB, sehingga didapatkan jumlah nilai sub

komponen KSKB.

Page 133: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

111

Tabel 5.23

Penilaian Sistem Proteksi Aktif di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

No. KSKB/Sub

KSKB

Hasil

Penilaian

Hasil

Penilaian

Bobot

(%)

Nilai

Kondisi

Jumlah

Nilai

III. Sistem Proteksi Aktif 24

1 Deteksi dan

Alarm Baik 90 8 7,2 1,728%

2 Siamese

Connection Baik 80 8 6,4 1,536%

3

Alat

Pemadam Api

Ringan

Kurang 40 8 3,2 0,768%

4 Hidran

Gedung Baik 90 8 7,2 1,728%

5 Sprinkler Baik 90 8 7,2 1,728%

6

Sistem

Pemadam

Luapan

Kurang 40 7 2,8 0,672%

7 Pengendali

Asap Baik 90 8 7,2 1,728%

8 Deteksi Asap Cukup 60 8 4,8 1,152%

9 Pembuangan

Asap Cukup 60 7 4,2 1,05%

10 Lift

Kebakaran Cukup 60 7 4,2 1,05%

11 Cahaya

Darurat Baik 90 8 7,2 1,728%

12 Listrik

Darurat Baik 90 8 7,2 1,728%

13

Ruang

Pengendali

Operasi

Cukup 60 7 4,2 1,05%

Jumlah Nilai 17,65%

Berdasarkan tabel 5.23 dapat terlihat bahwa masih terdapat sub

komponen sistem proteksi aktif kebakaran di RSUD Kota Tangerang

yang masih dalam kategori kurang, yaitu alat pemadam api ringan dan

Page 134: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

112

sistem pemadam luapan. Kedua sub komponen tersebut berada dalam

kategori kurang karena tidak memenuhi kriteria penilaian.

Sedangkan sub komponen deteksi asap, pembuangan asap dan

ruang pengendali operasi masuk dalam kategori cukup dikarenakan

hanya memenuhi beberapa kriteria penilaian dan tidak mencapai

setengah dari kriteria penilaian.

Sub komponen lainnya yaitu deteksi dan alarm, siamese

connection, hidran gedung, sprinkler, pengendali asap, cahaya darurat

dan listrik darurat masuk dalam kategori baik. Karena telah memenuhi

kriteria penilaian. Tetapi, pada sub komponen yang dalam kategori

baik, diperoleh nilai yang tidak sempurna, karena tidak berhasil

memenuhi seluruh kriteria penilaian dan tidak dapat dilakukan

pengetesan alat..

5.5. Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang

Penilaian komponen proteksi pasif RSUD Kota Tangerang didasarkan

pada hasil observasi, wawancara dan telaah dokumen. Penilaian diberikan

kepada 3 sub komponen yaitu ketahanan api struktur bangunan,

kompartemenisasi ruang dan perlindungan bukaan.

5.5.1. Ketahanan Api Struktur Bangunan

Ketahanan api struktur bangunan merupakan salah satu sub

komponen sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan

Page 135: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

113

dengan cara menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan

kriteria penilaian sub komponen ketahanan api struktur bangunan

dapat dilihat pada tabel 5.24 berikut.

Tabel 5.24

Pemenuhan Kriteria Penilaian Ketahanan Api Struktur

Bangunan di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Ketahanan api

komponen struktur

bangunan sesuai

dengan yang

dipersyaratkan (tipe

A, Tipe B, Tipe C),

yang sesuai dengan

fungsi/ klasifikasi

bangunannya.

Ketahanan api

komponen

struktur

bangunan telah

sesuai.

Memenuhi

Kriteria

Penilaian

(setelah telaah

dokumen dan

wawancara)

Hasil telaah dokumen sub komponen ketahanan api struktur

bangunan yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah memenuhi

kriteria penilaian karena berdasarkan hasil telaah dokumen, RSUD

Kota Tangerang yang masuk dalam konstruksi tipe A telah memiliki

ketahanan api komponen struktur bangunan yang sesuai dengan

persyaratan untuk ketahanan api konstruksi tipe A. Unsur struktur

pembentuknya tahan api dan mampu menahan secara struktural

terhadap beban bangunan. Kemudian di RSUD Kota Tangerang

terdapat komponen pemisah pembentuk kompartemen untuk

mencegah penjalaran api ke dan dari ruangan bersebelahan dan

Page 136: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

114

dinding yang mampu mencegah penjalaran panas pada dinding

bangunan yang bersebelahan.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga ketahanan api struktur bangunan di RSUD Kota Tangerang

telah dapat diyakini sebagai data yang valid.

5.5.2. Kompartemenisasi Ruang

Kompartemenisasi ruang merupakan salah satu sub komponen

sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara

menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian

sub komponen kompartemenisasi ruang dapat dilihat pada tabel 5.25.

Tabel 5.25

Pemenuhan Kriteria Kompartemenisasi Ruang di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Berlaku untuk

bangunan dengan luas

lantai :

- Konstruksi tipe A :

5.000 m2

- Konstruksi tipe B :

3.500 m2

- Konstruksi tipe C:

2.000 m2

Telah tersedia

kompartemenisasi

ruang di RSUD

Kota Tangerang

Sesuai

Page 137: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

115

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

2 Luas lebih dari 18.000

m2, volume 108.000

m3 dilengkapi dengan

springkler, dikelilingi

jalan masuk kendaraan

dan sistim pembuangan

asap otomatis dengan

jumlah, tipe dan cara

pemasangan sesuai

persyaratan yang

berlaku.

o Dilengkapi dengan

sprinkler

o Dikelilingi dengan

jalan masuk

kendaraan

o Sistem

pembuangan asap

otomatis telah

tersedia

o Sesuai

3 Lebar jalan minimal 6

m, mobil pemadam

dapat masuk ke lokasi.

Lebar jalan

memungkinkan

pemadam

kebakaran masuk

ke lokasi

Sesuai

Hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara sub komponen

kompartemenisasi ruang yang telah di observasi ternyata telah

tersedia dan dilengkapi dengan sprinkler. Jalan masuk kendaraan

pemadam kebakaran juga telah disediakan. Sistem pembuangan asap

otomatis telah tersedia.

Hasil wawancara yang dilakukan dapat menjelaskan kondisi

kompartemenisasi ruang yang terdapat di RSUD Kota Tangerang

telah memenuhi kriteria penilaian.

“...ada... itu dipake ada ininya khusus, jadi bilamana ada

kebakaran, kecuali kalau ada yang kebakaran diluar dia aman, dia

aman, kebakarannya diluar dia aman...” (if2)

Page 138: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

116

Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki

kecocokan sehingga kompartemenisasi ruang di RSUD Kota

Tangerang telah dapat diyakini sebagai data yang valid.

5.5.3. Perlindungan Bukaan

Perlindungan bukaan merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen perlindungan bukaan dapat dilihat pada tabel 5.26.

Tabel 5.26

Pemenuhan Kriteria Perlindungan Bukaan di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Bukaan harus dilindungi,

diberi penyetop api

Bukaan dilindungi dan

diberi penyetop api

(pada pintu darurat

dengan baja, pada

jendela dengan kaca

tahan api)

Sesuai

2 Bukaan Vertikal dari

dinding tertutup dari

bawah sampai atas

disetiap lantai diberi

penutup tahan api

Bukaan vertikal dari

dinding tertutup hanya

dengan papan kayu

Tidak

Sesuai

3 Sarana proteksi pada

bukaan:

- Pintu kebakaran,

Jendela kebakaran,

pintu penahan Asap

dan penutup api

sesuai dengan standar

pintu kebakaran

- daun pintu dapat

o Pintu kebakaran,

jendela kebakaran

sesuai dengan

standar pintu

kebakaran

o Daun pintu dapat

berputar di satu

Sesuai

Page 139: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

117

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

berputar di satu sisi.

- Pintu mampu menahan

asap 200oC

- Tebal daun pintu 35

mm

sisi

o Pintu mampu

menahan asap

200oC

o Tebal daun pintu

4cm

4 Jalan keluar/masuk pada

dinding tahan api:

- Lebar bukaan pintu

keluar harus tidak

lebih ½ dari panjang

dinding tahan api

- Tingkat isolasi min. 30

menit

- Harus menutup

sendiri/ otomatis

o Lebar bukaan

pintu tidak lebih ½

dari panjang

dinding

o Tingkat isolasi

mencapai 60 menit

o Pintu menutup

sendiri secara

otomatis

Sesuai

Observasi menggunakan meteran dan telaah dokumen yang

dilakukan peneliti memperlihatkan bahwa perlindungan bukaan yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang telah memiliki sarana proteksi

yang baik. Sarana proteksi pada pintu kebakaran, jendela kebakaran,

pintu penahan asap dan penutup api telah dapat melindungi dari

bahaya kebakaran. Kemudian jalan keluar/masuk pada dinding tahan

api juga telah dalam kondisi yang baik. Lebar bukaan pintu keluar

tidak lebih dari ½ dinding tahan api.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga perlindungan bukaan di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

Page 140: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

118

5.5.4. Hasil Penilaian Sistem Proteksi Pasif

Hasil penilaian pada komponen sistem proteksi pasif dapat dilihat

pada tabel 5.27. Hasil penilaian tersebut dikalikan dengan bobot sub

komponen Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (KSKB)

sehingga didapatkan nilai kondisi sub komponen KSKB tersebut.

Nilai kondisi sub komponen tersebut kemudian dikalikan lagi

dengan bobot komponen KSKB, sehingga didapatkan jumlah nilai

sub komponen KSKB.

Tabel 5.27

Penilaian Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

No. KSKB/Sub

KSKB

Hasil

Penilaian

Hasil

Penilaian

Bobot

(%)

Nilai

Kondisi

Jumlah

Nilai

IV. Sistem Proteksi Pasif 26

1

Ketahanan Api

Struktur

Bangunan

Baik 80 36 28,8 7,488%

2 Kompartemenisasi

Ruang Baik 80 32 25,6 6,656%

3 Perlindungan

Bukaan Baik 90 32 28,8 7,488%

Jumlah Nilai 21,63%

Dalam tabel 5.27 sistem proteksi pasif yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang dalam kondisi yang baik. Hal ini dapat terlihat dari 3 sub

komponen didalamnya dalam kondisi yang baik. Baik ketahanan api

struktur bangunan, kompartemenisasi ruang dan perlindungan

bukaan mendapatkan hasil penilaian yang baik.

Page 141: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

119

5.6. Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Dari Bahaya Kebakaran

RSUD Kota Tangerang

Keandalan sistem keselamatan bangunan (KSKB) dari bahaya kebakaran

RSUD Kota Tangerang didapatkan dari jumlah hasil perkalian antara masing-

masing nilai kondisi sub komponen KSKB dengan bobot KSKB. Tabel 5.28

menunjukkan total hasil penilaian keandalan sistem keselamatan bangunan

RSUD Kota Tangerang dari bahaya kebakaran.

Tabel 5.28

Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Dari Bahaya Kebakaran

RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

Komponen

KSKB

Bobot

KSKB

(%)

Sub Komponen

Nilai Sub

KSKB

(%)

Nilai

KSKB (%)

Kelengkapan

Tapak 25

Sumber Air 5,4%

21,2

Jalan Lingkungan 5,625%

Jarak Antar

Bangunan 5,175%

Hidran Halaman 5%

Sarana

Penyelamatan 25

Sarana Jalan

Keluar 7,6

20,75 Konstruksi Jalan

Keluar 7

Landasan

Helikopter 6,75

Sistem Proteksi

Aktif 24

Deteksi dan

Alarm 1,728

17,65 Siamese

Connection 1,536

Page 142: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

120

Komponen

KSKB

Bobot

KSKB

(%)

Sub Komponen

Nilai Sub

KSKB

(%)

Nilai

KSKB (%)

Alat Pemadam

Api Ringan 0,768

Hidran Gedung 1,728

Sprinkler 1,728

Sistem Pemadam

Luapan 0,672

Pengendali Asap 1,728

Deteksi Asap 1,152

Pembuangan Asap 1,05

Lift Kebakaran 1,05

Cahaya Darurat 1,728

Listrik Darurat 1,728

Ruang Pengendali

Operasi 1,05

Sistem Proteksi

Pasif 26

Ketahanan Api

Struktur

Bangunan 7,488

21,63 Kompartemenisasi

Ruang 6,656

Perlindungan

Bukaan 7,488

Total 81,23

Hasil penilaian keandalan sistem keselamatan bangunan dari bahaya

kebakaran di RSUD Kota Tangerang menunjukkan hasil 81,23%. Menurut

pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-

Page 143: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

121

2005-C), nilai KSKB ≥ 80% hingga 100% menunjukkan keandalan sistem

keselamatan bangunan tersebut dalam kondisi yang baik. Namun pada

dasarnya, masih terdapat banyak kekurangan terutama pada komponen sistem

proteksi aktif yang dalam kategori cukup dan didalam komponen tersebut,

terdapat dua sub komponen dalam kategori kurang yaitu APAR dan sistem

pemadam luapan.

Page 144: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

122

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian mengenai keandalan sistem keselamatan kebakaran

bangunan gedung RSUD Kota Tangerang, peneliti menyadari terdapat

keterbatasan dalam melakukan penelitian ini, yaitu dalam melakukan

pengecekan fungsi alat proteksi aktif kebakaran. Peneliti tidak dapat

melakukan pengecekan fungsi alat proteksi aktif kebakaran karena kebijakan

dari penanggung jawab gedung RSUD Kota Tangerang. Namun, untuk

menutupi kekurangan tersebut, peneliti menggunakan wawancara agar dapat

diketahui fungsi dari alat tersebut.

6.2. Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Dari Bahaya Kebakaran

RSUD Kota Tangerang

Keandalan sistem keselamatan bangunan dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran

bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C). Berdasarkan penilaian yang dilakukan,

pedoman ini kurang sensitif terhadap hasil penilaiannya, sebagai contoh pada

penelitian ini sistem proteksi aktif kebakaran di RSUD Kota Tangerang

sebenarnya dalam kategori cukup, bahkan didalam sub komponen sistem

proteksi aktif terdapat sub komponen yang dalam kategori kurang. Namun

hasil yang didapat secara keseluruhan tingkat keandalan sistem keselamatan

kebakaran bangunan di RSUD Kota Tangerang dalam kategori baik karena

Page 145: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

123

hasil penilaian secara keseluruhan dalam kategori baik yaitu 81,23%. Padahal

dalam penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2011) sistem proteksi aktif

merupakan sistem proteksi kebakaran yang berperan sangat penting dalam

penghambatan laju kebakaran dibandingkan dengan sistem proteksi pasif,

kelengkapan tapak dan juga sarana penyelamatan. Seharusnya pedoman

pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C)

lebih sensitif terhadap hasil penilaian dan tidak hanya mengacu pada bobot

penilaian saja, tetapi juga memperhitungkan pentingnya suatu komponen

proteksi kebakaran dalam suatu sistem.

Tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan RSUD Kota Tangerang

dilihat berdasarkan hasil dari penjumlahan hasil penilaian komponen

kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi aktif dan sistem

proteksi pasif di RSUD Kota Tangerang. Hasil penilaian 81,23% berarti

sistem keselamatan kebakaran di RSUD Kota Tangerang masih dalam

kategori baik, namun hampir mencapai kategori cukup. Sehingga dapat

dikatakan bahwa sistem keselamatan kebakaran di RSUD Kota Tangerang

perlu melakukan peningkatan berkelanjutan untuk mencapai penilaian yang

lebih baik untuk menjauhi nilai dengan kategori cukup. Hal ini dikarenakan

masih terdapat komponen yang dalam kategori cukup yaitu sistem proteksi

aktif. Sebaiknya pihak RSUD Kota Tangerang segera memperbaiki dan

meningkatkan sistem proteksi aktif kebakarannya untuk dapat melindungi

penghuni gedung yang beraktivitas di dalam gedung dari bahaya kebakaran

yang dapat terjadi kapan saja tanpa peringatan sebelumnya.

Page 146: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

124

Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka menurut Saptaria (2005)

rekomendasi yang dapat diberikan untuk hasil penilaian 81,23% adalah:

1. Pemeriksaan secara berkala

2. Perawatan/pemeliharaan berkala

3. Perawatan dan perbaikan berkala

Rekomendasi ini diberikan karena berdasarkan pedoman pemeriksaan

keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C), hasil penilaian

dapat berubah seiring dengan bertambahnya umur suatu bangunan gedung.

Untuk menghindari penurunan kualitas keandalan sistem keselamatan

kebakaran bangunan gedung, diperlukan kegiatan untuk mempertahankan dan

meningkatkan keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan gedung

tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Furness dan Muckett

(2007), bahwa dalam manajemen keselamatan kebakaran, dibutuhkan

peningkatan yang berkelanjutan yang ditujukan untuk selalu meningkatkan

manajemen keselamatan kebakaran dalam sebuah komunitas. Hal ini

diperlukan untuk selalu menjaga keselamatan kebakaran berada pada

tingkatan yang baik dan menghindari kerusakan suatu sistem manajemen

keselamatan kebakaran.

Dengan melakukan peningkatan berkelanjutan, suatu komunitas dapat

mengetahui bilamana terdapat ketidaksesuaian dalam suatu sistem

manajemen keselamatan kebakaran dan dapat segera melaksanakan tindakan

Page 147: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

125

untuk penanggulangannya yang dimaksudkan untuk menjaga tingkat

keamanan keselamatan kebakaran komunitas tersebut. Salah satu cara untuk

melaksanakan peningkatan yang berkelanjutan adalah dengan melakukan

pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala (Furness dan Muckett, 2007).

Oleh sebab itu, meskipun hasil pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan

RSUD Kota Tangerang adalah baik, namun rekomendasi untuk peningkatan

berkelanjutan tetap dianggap perlu untuk diberikan bagi RSUD Kota

Tangerang.

6.3. Kelengkapan Tapak Bangunan RSUD Kota Tangerang

Pada kelengkapan tapak RSUD Kota Tangerang, telah tercapai hasil yang

baik. Dengan pemenuhan seluruh kriteria penilaian yang terdapat dalam

pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-

2005-C) tentu dapat memberikan keuntungan bagi RSUD Kota Tangerang.

Bila masing-masing sub komponen telah memiliki nilai yang sempurna,

maka semua sub komponen berfungsi sempurna, sehingga gedung dapat

digunakan secara optimum, dimana para pemakai gedung dapat melakukan

kegiatannya dengan mendapat perlindungan dari kebakaran yang baik

(Saptaria, 2005). Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi pihak RSUD

Kota Tangerang. Dengan kelengkapan tapak yang baik, tentunya dapat

mendukung pencegahan bahaya kebakaran yang dapat terjadi kapan saja.

Dengan kelengkapan tapak yang baik, pihak RSUD Kota Tangerang juga

Page 148: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

126

dapat memaksimalkan kelengkapan tapak bangunannya dari bahaya

kebakaran.

6.3.1. Sumber Air

Pada sub komponen sumber air yang telah dalam kategori baik,

dapat menjadi sebuah keuntungan bagi RSUD kota Tangerang. Dengan

pemenuhan kriteria sumber air sesuai dengan persyaratan, maka RSUD

Kota Tangerang telah mendapatkan dampak positif. Dampak positif

menurut Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia adalah penurunan

penyakit yang dapat ditularkan melalui air atau penyakit yang

ditularkan karena kegiatan mencuci dengan air, kebersihan lingkungan

dan alat-alat termasuk kebersihan pribadi (OCW UI, 2013).

Penyediaan air yang cukup juga tentunya dapat membantu proses

pemadaman jika terjadi kebakaran pada gedung RSUD Kota

Tangerang. Pihak pemadam kebakaran akan terbantu dengan

penyediaan air, sehingga lebih mudah untuk mencari sumber air yang

tersedia di sekitar lokasi kejadian kebakaran.

Ahlbrandt Jr. (1973) menyebutkan bahwa sumber air yang

merupakan salah satu pendukung dalam proses pemadaman api harus

disiapkan sebagai faktor pendukung efisiensi waktu dalam proses

pemadaman kebakaran. Dalam kutipan tersebut dapat terlihat bahwa

sumber air sebenarnya memegang peranan penting dalam proses

pemadaman kebakaran. Pemadaman kebakaran memang tidak hanya

Page 149: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

127

dilakukan menggunakan air, namun penggunaan air dalam pemadaman

kebakaran tetap dibutuhkan. Untuk menjaga efisiensi dalam

pemadaman api, diperlukan sumber air yang selalu tersedia sehingga air

yang digunakan untuk pemadaman kebakaran selalu siap dan tersedia.

Sejalan dengan itu, Grant et al (2000) mengatakan bahwa

penggunaan air dalam pemadaman kebakaran sudah berkembang

seiring dengan perkembanagan teknologi. Teknologi masa kini telah

mampu membuat air dapat lebih efisien dalam memadamkan

kebakaran. Air dapat diintegrasi dengan alat yang dapat membuat air

bertekanan. Sehingga pemadaman kebakaran dapat lebih efektif dan

efisien.

Dengan perkembangan teknologi tersebut, tentu sumber air

menjadi sangat penting ketersediaannya di gedung, termasuk RSUD

Kota Tangerang. RSUD Kota Tangerang sudah semestinya menjaga

ketersediaan air di gedungnya. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses

pemadaman kebakaran, pihak pemadam kebakaran dapat terbantu

dengan tersedianya sumber air. Pemadam kebakaran dapat terbantu

sehingga dapat dengan efektif dan efisien memadamkan kebakaran

bilamana terjadi kebakaran di RSUD Kota Tangerang. Pihak RSUD

Kota Tangerang pun akan mendapatkan dampak yang positif. Bila

terjadi kebakaran, pemadam kebakaran dapat dengan cepat

memadamkan kebakaran. Dengan pemadaman kebakaran yang lebih

Page 150: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

128

cepat, tentu akan lebih banyak aset gedung yang terselamatkan.

Kerugian yang diderita akibat kebakaran juga akan menjadi minimal.

Kemudian ditinjau dari jumlah tempat tidur di RSUD Kota

Tangerang yang berjumlah 300 tempat tidur. Bila dihitung berdasarkan

ketentuan pedoman sanitasi di rumah sakit (2013) yang memberikan

persyaratan kebutuhan air di rumah sakit sejumlah 500 liter per tempat

tidur, maka sumber air yang diperlukan RSUD Kota Tangerang adalah

mencapai 150 m3. Dengan ketersediaan air mencapai 188m3, RSUD

Kota Tangerang telah dapat menyesuaikan dengan peraturan yang

berlaku. Sehingga dapat dikatakan bahwa kecukupan sumber air di

RSUD Kota Tangerang dapat terjaga.

6.3.2. Jalan Lingkungan

Sub komponen jalan lingkungan yang telah mencukupi syarat yang

berlaku juga mempunyai peran penting dalam perlindungan dari bahaya

kebakaran. Kondisi jalan lingkungan yang telah mencapai lebar 6,3 m

dan telah diberi pengerasan seperti yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang tentu dapat membantu proses pemadaman kebakaran.

Kondisi yang dipersyaratkan adalah minimal lebar jalan lingkungan 6 m

dan diberikan pengerasan. Dengan jalan lingkungan sebesar 6 m dan

diberi pengerasan, mobil pemadam kebakaran akan lebih mudah

memasuki area gedung, sehingga proses pemadaman kebakaran akan

menjadi lebih cepat (Saptaria, 2005). Jika terjadi kebakaran di RSUD

Page 151: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

129

Kota Tangerang, proses pemadaman kebakaran dapat dilakukan lebih

cepat.

Menurut Hesna (2009), jalan lingkungan yang tersedia dapat

meningkatkan efisiensi waktu masuknya kendaraan pemadam

kebakaran. Sehingga proses pemadaman kebakaran dapat lebih cepat

dilaksanakan oleh pihak pemadam kebakaran.

Dengan jalan lingkungan yang cukup, pemadam kebakaran dapat

leluasa masuk ke daerah gedung. Kemudian dengan keleluasaan

tersebut, pemadam kebakaran dapat dengan segera memadamkan api.

Dengan demikian, pihak RSUD Kota Tangerang akan mendapatkan

dampak yang baik. Dampak positif yang akan didapat yang pertama

tentu akan menjadi lebih cepat dalam pemadaman api bila terjadi

kebakaran. Kemudian yang kedua adalah dengan pemadaman

kebakaran lebih cepat, kerugian dapat diminimalisir. Oleh karena itu,

pihak RSUD Kota Tangerang yang telah menyediakan jalan lingkungan

yang telah sesuai pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran

bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) akan mendapatkan keuntungan

dengan ketersediaan jalan lingkungan tersebut.

Selain itu, lebar jalan lingkungan yang cukup dan diberi

pengerasan juga dapat mendukung proses evakuasi terhadap penghuni

gedung. Pada hal ini penghuni gedung rumah sakit yang merupakan

pasien dan pekerja rumah sakit (Kemenkes, 2012). Pasien di rumah

sakit merupakan orang yang sedang berobat dan dalam kondisi yang

Page 152: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

130

tidak fit. Dengan tersedianya jalan lingkungan yang cukup, tentu dapat

membantu proses evakuasi yang dilakukan terhadap pasien yang ada di

RSUD Kota Tangerang dan dapat mempercepat proses evakuasi bila

terjadi keadaan darurat.

6.3.3. Jarak Antar Bangunan

Jarak antar bangunan yang tersedia di RSUD Kota Tangerang yang

telah memenuhi persyaratan juga dapat memberikan proteksi terhadap

bahaya kebakaran. Persyaratan mengenai jarak antar bangunan yang

menjadi kriteria penilaian adalah > 8m (Saptaria, 2005). Jarak antar

bangunan menjadi penting bagi RSUD Kota Tangerang karena letak

RSUD Kota Tangerang yang berada di pemukiman warga. Dengan

adanya jarak antar bangunan, dapat menghindari penyebaran kebakaran

ke bangunan lain yang ada di sekitar suatu bangunan. Dengan kata lain,

kebakaran tidak akan sampai merambat ke bangunan lain di sekitar

RSUD Kota Tangerang karena RSUD Kota Tangerang telah memenuhi

persyaratan mengenai jarak antar bangunan yang terdapat dalam

pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan (Pd-T-11-

2005-C).

Jarak antar bangunan yang tersedia di RSUD Kota Tangerang yang

telah sesuai dengan kriteria pedoman pemeriksaan keselamatan

kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) dapat membantu pihak

pemadam kebakaran juga. Pemadam kebakaran dapat memadamkan

Page 153: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

131

kebakaran yang terkonsentrasi pada satu bangunan saja. Jadi kebakaran

tidak akan meluas pada bangunan lain, sehingga pemadam kebakaran

akan lebih fokus memadamkan pada satu bangunan saja.

Menurut Suprapto (2009) salah satu upaya untuk pencegahan dan

penanggulangan kebakaran di lingkungan kumuh dan perkotaan adalah

dengan memberi jarak antar bangunan. Dengan memberi jarak antar

bangunan, dapat memperkecil nilai risiko kejadian kebakaran dan

menghambat penyebaran kebakaran.

Dengan jarak antar bangunan yang cukup tersebut, pihak RSUD

Kota Tangerang juga dapat meningkatkan citra institusi. Masyarakat

sekitar akan melihat pihak RSUD Kota Tangerang memiliki perhatian

terhadap bahaya kebakaran yang dapat terjadi dan dapat menyebar ke

pemukiman warga. Dengan memberikan perhatian terhadap masyarakat

sekitar, pihak RSUD Kota Tangerang akan mendapatkan kepercayaan

dari masyarakat yang tentu akan memberikan keuntungan lebih bagi

pihak RSUD Kota Tangerang.

Sebuah studi yang di publikasi dalam safetynewsalert.com (2013)

yang diambil dari Journal of Occupational and Environmental

Medicine mengatakan, perusahaan yang memiliki komitmen dalam

peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja akan memiliki citra lebih

baik yang kemudian akan memberikan keuntungan lebih besar dari

sebelumnya yang didapat dari efek kepercayaan publik. Publik akan

lebih percaya terhadap perusahaan yang komitmen terhadap kesehatan

Page 154: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

132

dan keselamatan kerja daripada yang tidak. Dengan begitu tentu citra

perusahaan sangat penting bila terkait dengan profit perusahaan.

6.3.4. Hidran Halaman

Sub komponen terakhir yang dinilai dalam komponen kelengkapan

tapak merupakan hidran halaman. Hidran halaman merupakan hidran

yang terletak di halaman gedung. Hidran halaman menjadi penting

untuk penanggulangan kebakaran bangunan untuk membantu proses

pemadaman kebakaran (Saptaria, 2005). Hidran halaman di RSUD

Kota Tangerang telah dalam kondisi yang baik. Hidran halaman di

RSUD Kota Tangerang telah tersedia pada tempat yang mudah

dijangkau. Ini artinya penanggulangan kebakaran dapat segera

dilakukan bila terjadi kebakaran di RSUD Kota Tangerang.

Kebakaran perlu ditangani dengan cepat dan tepat. Penggunaan

hidran halaman dapat sangat membantu pemadam kebakaran dalam

memadamkan kebakaran. Dengan adanya alat tersebut dapat menambah

sumber daya yang dapat digunakan oleh pemadam kebakaran dalam

memadamkan kebakaran.

Menurut Gunawan (2011), perencanaan proteksi kebakaran

diantaranya meliputi kesiapan peralatan pemadaman kebakaran.

Peralatan yang tersedia pada hidran halaman telah lengkap dengan

selang yang memiliki panjang 30m dan telah terdapat nozzle. Supply air

yang terdapat pada hidran halaman berdasarkan telaah dokumen juga

Page 155: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

133

telah sesuai dengan kriteria penilaian. Dengan kesiapan hidran halaman,

tentu dapat membantu proses pemadaman kebakaran apabila terjadi

kebakaran. Pernyataan ini dapat memperkuat anggapan bahwa dengan

ketersedian hidran halaman di RSUD Kota Tangerang dapat menjadi

faktor pendukung pemadaman kebakaran yang cepat dan tepat.

Dengan pemadaman kebakaran yang lebih cepat, pihak RSUD

Kota Tangerang dapat mengurangi kerugian yang diderita akibat dari

kejadian kebakaran tersebut. Kerugian bisa berkurang karena aset

rumah sakit yang terdapat di dalam gedung akan dapat terselamatkan

bila kebakaran lebih cepat padam.

Oleh karena itu, RSUD Kota Tangerang akan sangat terbantu

dengan adanya hidran halaman ini. Keuntungan yang didapat memang

tidak terlihat sekarang. Tetapi keuntungan yang didapat adalah

minimalnya kerugian yang terjadi akibat dari kebakaran. Jadi, RSUD

Kota Tangerang dapat terhindar dari kerugian yang lebih besar bila

terjadi kebakaran.

6.4. Sarana Penyelamatan RSUD Kota Tangerang

Secara keseluruhan sarana penyelamatan yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang telah dalam kondisi baik, meskipun terdapat pada salah satu sub

komponennya yang tidak sempurna yaitu sub komponen konstruksi jalan

keluar. Namun hal tersebut dapat ditingkatkan. Tentunya dengan komitmen

Page 156: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

134

dari manajemen rumah sakit dalam melaksanakan proteksi terhadap bahaya

kebakaran yang terdapat di RSUD Kota Tangerang.

Dengan sarana penyelamatan yang baik tentunya pihak RSUD Kota

Tangerang dapat melakukan evakuasi atau penyelamatan penghuni gedung

dengan baik. Menurut Alfian (2012) salah satu faktor yang berperan dalam

ketepatan waktu dalam melakukan evakuasi merupakan sarana evakuasi itu

sendiri.

Oleh karena itu, RSUD Kota Tangerang yang memiliki sarana

penyelamatan yang baik, akan sangat terbantu dengan ini. Pihak RSUD Kota

Tangerang akan lebih mudah dan cepat melakukan evakuasi bila memiliki

sarana penyelamatan yang baik.

6.4.1. Sarana Jalan Keluar

Jalan keluar yang tersedia di RSUD Kota Tangerang juga

mendukung proses penyelamatan yang akan dilakukan bila terjadi

keadaan darurat. Sarana jalan keluar diperlukan sebagai pendukung

pelaksanaan proses penyelamatan penghuni gedung. Sarana jalan keluar

yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah tersedia dan telah sesuai

dengan kriteria penilaian yang terdapat dalam pedoman pemeriksaan

keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C). Dengan

sarana jalan keluar yang baik, RSUD Kota Tangerang dapat melakukan

proses penyelamatan penghuni gedung dan pasien dengan baik tanpa

perlu terganggu oleh tidak siapnya sarana jalan keluar. Kondisi jalan

Page 157: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

135

keluar yang dalam kategori baik dan mendapat penilaian 9,5% dari nilai

maksimal 9,5% dapat membantu proses penyelamatan penghuni gedung

sehingga dapat melindungi penghuni dari bahaya kebakaran (Saptaria,

2005). Dengan demikian, proses evakuasi yang dilakukan oleh RSUD

Kota Tangerang dapat terlaksana tanpa perlu terganggu oleh

ketidaksiapan sarana jalan keluar yang terdapat pada gedung RSUD

Kota Tangerang.

Terlebih lagi, penghuni gedung rumah sakit kebanyakan adalah

pasien yang sedang menerima perawatan dan pengobatan. Dengan

melihat dari konteks tersebut, ketersediaan dan kesiapan jalan keluar

untuk proses evakuasi menjadi sangat penting. Pasien yang sedang

menerima perawatan dan pengobatan akan kesulitan bila ketersediaan

dan kesiapan sarana jalan keluar tidak baik.

Dengan kesiapan dan ketersediaan sarana jalan keluar di RSUD

Kota Tangerang yang telah sesuai dengan pedoman pemeriksaan

keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C), akan

membantu proses evakuasi yang perlu dilakukan bila terjadi keadaan

darurat. RSUD Kota Tangerang telah menyediakan pintu ayun yang

tidak mengganggu proses jalan keluar, pintu keluar tidak terhalang,

pintu keluar yang tersedia diberi tekanan positif, ukuran lebar jalan

keluar 2m, jarak dari suatu exit maksimal 6m dan jalan keluar langsung

menuju ruang terbuka. Hal ini lah kemudian yang mendukung proses

penyelamatan penghuni gedung bila terjadi kebakaran. Menurut Hesna

Page 158: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

136

(2009) kesesuaian sarana penyelamatan di suatu bangunan dengan

pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-

11-2005-C) dapat membantu proses penyelamatan yang dilakukan.

Sesuai dengan pedoman teknis prasarana rumah sakit sarana

keselamatan jiwa yang diterbitkan oleh Kemenkes RI (2012), rumah

sakit perlu melakukan perencanaan terhadap sarana keselamatan jiwa

penghuni gedung rumah sakit untuk melindungi penghuni gedung dari

bahaya kebakaran yang dapat terjadi kapan saja, sehingga rumah sakit

dituntut untuk selalu siap dalam melaksanakan proses penyelamatan

jiwa untuk melindungi penghuni gedung rumah sakit itu sendiri.

6.4.2. Konstruksi Jalan Keluar

Konstruksi jalan keluar juga menjadi penilaian dalam keandalan

sistem keselamatan bangunan. Konstruksi jalan keluar di RSUD Kota

Tangerang telah dalam keadaan baik. Konstruksi berdasarkan telaah

dokumen telah mampu menahan penjalaran api, jalan terusan telah

dilindungi dari bahaya kebakaran, lebar jala keluar 2m, jalan keluar

bebas halangan, akses bagi pemadam kebakaran telah tersedia. Namun

kecukupan waktu dalam melakukan evakuasi di RSUD Kota Tangerang

masih belum sesuai. Kecukupan waktu dalam melakukan evakuasi

perlu dihitung untuk memperhitungkan pelaksanaan evakuasi yang

perlu dilakukan bila terjadi kebakaran (Septiadi, 2012). Pelaksanaan

evakuasi yang cepat dan tepat perlu dilakukan untuk menghindari

Page 159: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

137

jatuhnya korban bila terjadi keadaan darurat. Kita tidak akan pernah

tahu secepat apa keadaan darurat akan terjadi atau kapan keadaan

darurat tersebut berhenti terjadi. Kejadian tersebut dapat terjadi kapan

saja dan dimana saja. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan

yang baik mengenai kecukupan waktu dalam melaksanakan evakuasi.

Sebaiknya pihak RSUD Kota Tangerang melakukan simulasi

evakuasi keadaan darurat sebagai tolok ukur kecukupan waktu dalam

melakukan evakuasi. Karena kecukupan waktu dalam melakukan

evakuasi dapat menentukan keberhasilan dari proses evakuasi itu

sendiri. Kecukupan waktu dapat diperhitungkan dengan baik bila telah

dilakukan simulasi. Dengan demikian kecukupan waktu dapat dihitung

dan bila kejadian kebakaran maupun keadaan darurat lainnya terjadi,

pelaksanaan evakuasi dapat dipastikan aman dan dapat dilaksanakan

tanpa gangguan.

Sejalan dengan itu, Alfian (2012) mengatakan bahwa proses

penanggulangan keadaan darurat, diperlukan penanganan yang cepat,

tepat, efektif, efisien dan terpadu agar kerugian jiwa dan kerugian harta

benda dapat di minimalisir. Oleh karena itu, seharusnya dengan

melakukan simulasi evakuasi maupun simulasi tanggap darurat dapat

melatih dan mengukur kecepatan, ketepatan, efektivitas, efisiensi dan

keterpaduan suatu upaya penanganan dalam keadaan darurat.

Page 160: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

138

6.4.3. Landasan Helikopter

Kondisi gedung RSUD Kota Tangerang yang memiliki ketinggian

48 m dianggap tidak memerlukan landasan helikopter, karena menurut

Saptaria (2005) kondisi gedung yang memerlukan landasan helikopter

hanyalah gedung yang memiliki ketinggian > 60 m. Ketentuan ini

diberikan dengan pertimbangan proses evakuasi penghuni gedung.

Dengan ketinggian gedung yang 48 m, gedung RSUD Kota

Tangerang dianggap dapat melaksanakan evakuasi dengan waktu yang

cukup meskipun tanpa dibantu dengan evakuasi menggunakan

helikopter dan masih dapat dijangkau oleh tim penyelamat.

6.5. Sistem Proteksi Aktif RSUD Kota Tangerang

Sistem proteksi aktif yang tersedia di RSUD Kota Tangerang meliputi

deteksi dan alarm, siamese connection, APAR, hidran gedung, sprinkler,

sistem pemadam luapan, pengendali asap, deteksi asap, pembuangan asap, lift

kebakaran, cahaya darurat, listrik darurat dan ruang pengendali operasi.

Secara keseluruhan sistem proteksi aktif di RSUD Kota Tangerang dalam

keadaan baik meskipun sub komponen APAR dan sistem pemadam luapan

dalam keadaan kurang.

Dengan sistem proteksi aktif yang baik, RSUD Kota Tangerang telah

dapat memberikan keamanan pada penghuni gedung dari bahaya kebakaran.

Dengan sistem proteksi aktif yang baik juga, penghuni gedung dapat

menjalankan aktivitas secara optimal, tanpa perlu khawatir dengan bahaya

Page 161: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

139

kebakaran yang dapat terjadi. Bila terjadi kebakaran, gedung RSUD Kota

Tangerang dapat melakukan pembatasan kebakaran dengan baik karena

memiliki sistem proteksi aktif yang baik. Menurut Gunawan (2011) sistem

proteksi aktif berfungsi optimal dalam pembatasan kebakaran.

6.5.1. Deteksi dan Alarm

Pada sub komponen deteksi dan alarm, hasilnya dalam kondisi baik

dengan hasil penilaian 1,92% dari nilai maksimal 1,92%. Deteksi dan

alarm yang tersedia di RSUD Kota Tangerang telah dapat melindungi

penghuni gedung di RSUD Kota Tangerang. Dengan deteksi dan

alarm yang baik, penghuni gedung dapat segera mengetahui bilamana

terjadi kebakaran dengan cepat, dan tentu dapat segera mengambil

langkah atau tindakan dengan cepat.

Pihak RSUD Kota Tangerang pun akan mendapat keuntungan,

karena dengan deteksi dan alarm yang baik, pihak RSUD Kota

Tangerang dapat segera mengetahui bila terjadi kebakaran dan dapat

segera melakukan tindakan pemadaman sebelum kebakaran

membesar. Sehingga RSUD Kota Tangerang dapat meminimalisir

kerugian yang diterima akibat kebakaran.

Kerugian yang dapat dihindari diantaranya kerugian akibar

kerusakan aset rumah sakit akibat dari kebakaran, Bila kebakaran

terjadi tentu akan merusak fasilitas dan aset rumah sakit yang ada di

dalam gedung. Bila kebakaran terjadi, aset-aset rumah sakit tersebut

Page 162: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

140

akan terlindungi dengan cepat, meskipun pasti akan ada kerugian,

namun kerugian yang akan diterima akan lebih kecil dibandingkan

dengan jika RSUD Kota Tangerang tidak menyiapkan deteksi dan

alarm. Kebakaran akan lebih lambat terdeteksi, upaya penanganan

lebih lambat dan yang terjadi adalah kebakaran menghanguskan

seluruh aset rumah sakit tanpa sisa dan kerugian akan jauh lebih besar

didapat.

Hal ini didukung oleh Saptaria (2005) yang menjelaskan bahwa

deteksi dan alarm adalah salah satu sistem proteksi aktif kebakaran

yang digunakan untuk memperingatkan penghuni gedung bilamana

terjadi kebakaran. Selain itu, menurut Kemenkes RI (2012), deteksi

dan alarm kebakaran merupakan upaya pencegahan bahaya kebakaran

di rumah sakit. Dengan mendeteksi lebih dini kebakaran yang terjadi,

upaya penanggulangan dapat lebih cepat terlaksana sehingga dapat

melindungi penghuni dan aset yang berada di dalam rumah sakit.

6.5.2. Siamese Connection

Siamese connection yang tersedia di RSUD Kota Tangerang juga

telah dalam kondisi baik. Siamese connection merupakan alat bantu

pemadaman kebakaran yang memiliki fungsi kebalikan dari sistem

hidran. Pemasangan siamese connection memerlukan petunjuk

peletakkan alat tersebut (Saptaria, 2005).

Page 163: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

141

Namun dalam pemasangannya, RSUD Kota Tangetang tidak

memberi petunjuk peletakkan. Seharusnya siamese connection

diberikan petunjuk peletakkan untuk memudahkan pengenalan

siamese connection dan letaknya. Dengan demikian bila kebakaran

terjadi, pihak pemadam kebakaran tidak menghabiskan waktu banyak

untuk mencari letak siamese connection yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang.

Pemadam kebakaran juga dapat dengan segera menggunakan

siamese connection untuk menyuplai air ke sprinkler yang terdapat

didalam gedung. Sehingga penjalaran api kebakaran akan terhambat,

pemadaman dapat dilakukan dengan cepat, pihak rumah sakit akan

terhindar dari kerugian yang besar pula.

Keuntungan lain dari ketersediaan alat ini juga akan memberikan

opsi lain dan tambahan sumber daya dalam melaksanakan proses

pemadaman kebakaran. Pemadam kebakaran akan memiliki opsi lebih

bila kebakaran terjadi. Tentu saja hal ini akan menjadi keuntungan

bagi pihak RSUD Kota Tangerang. Dengan ini, RSUD Kota

Tangerang akan terhindar dari kerugian besar yang diakibatkan oleh

kejadian kebakaran.

6.5.3. Alat Pemadam Api Ringan

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) memang telah tersedia di

RSUD Kota Tangerang. Namun kondisinya tidak terjaga dan masih

Page 164: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

142

terdapat APAR yang tidak siap pakai. Padahal menurut Saptaria

(2005), APAR merupakan alat pemadam tahap awal untuk mencegah

kebakaran membesar. Selain itu Kemenkes RI (2012) memberikan

pedoman instalasi khusus proteksi aktif yang terdapat APAR

didalamnya untuk diterapkan di rumah sakit. Selain itu, seharusnya

pihak RSUD Kota Tangerang belajar dari kasus kebakaran yang

pernah terjadi di RSUD Kabupaten Tangerang. Kebakaran tersebut

sebenarnya dapat dicegah membesar bila APAR yang tersedia siap

untuk digunakan. Namun berdasarkan keterangan yang terdapat dalam

laporan kebakaran yang terjadi, APAR yang tersedia tidak siap

digunakan sehingga menyebabkan kebakaran membesar dan

menimbulkan kerugian yang besar pula (Adityawarman, 2011).

APAR yang tidak siap tentu akan berakibat buruk pada RSUD

Kota Tangerang. Karena api akan membesar dengan cepat bila tidak

segera dipadamkan. Seharusnya bila tersedia APAR yang siap pakai,

penghuni bangunan dapat mencegah kebakaran membesar dengan

menggunakan APAR.

Menurut Smith (2006), rumah sakit memiliki potensi kebakaran

yang akan cepat membesar diakibatkan oleh tersedianya berbagai

macam bahan yang mudah terbakar di rumah sakit. Seperti misalnya

alkohol, kapas, baju pasien, dan berbagai macam peralatan rumah

sakit lainnya. Kebakaran yang terjadi bila mengenai bahan yang

mudah terbakar itu mungkin saja tidak memiliki suhu yang cukup

Page 165: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

143

besar untuk mengaktifkan sprinkler, jadi pihak rumah sakit tidak bisa

hanya mengandalkan sprinkler. Oleh karena itu, Smith (2006)

mengatakan bahwa rumah sakit memerlukan APAR yang selalu siap

pakai sehingga dapat mengendalikan kebakaran dan meminimalisir

kebakaran itu sendiri.

Namun, ketersediaan dan kesiapan APAR harus didukung dengan

pelatihan terhadap penghuni gedung untuk menggunakannya. Menurut

The Financial Express (2010), anggota pemadam kebakaran

mengatakan bahwa jumlah korban kematian dan kerusakan properti

akibat kebakaran dapat diminimalisir dengan cara menyediakan

APAR di tempat yang tepat dan penduduk wilayah tersebut atau

penghuni gedung mendapatkan pelatihan untuk menggunakan APAR.

Oleh karena itu, sebaiknya RSUD Kota Tangerang segera

memperbaiki APAR yang tidak siap dan memberikan pelatihan

terhadap penghuni gedung agar dapat menggunakan APAR.

Tidak siapnya APAR di RSUD Kota Tangerang dapat terjadi

akibat beberapa hal. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

peneliti, informan menjelaskan bahwa belum ada tanggung jawab

yang jelas mengenai perawatan APAR di RSUD Kota Tangerang.

Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) yang

belum terbentuk menjadi alasan belum jelasnya tanggung jawab

mengenai hal ini. Sebaiknya pihak manajemen RSUD Kota Tangerang

mempercepat proses terbentuknya bagian K3RS yang sebenarnya

Page 166: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

144

memiliki urgensi cukup tinggi mengingat tanggung jawab

pemeliharaan APAR juga belum jelas. Dengan terbentuknya bagian

K3RS, pemeliharaan dan pemeriksaan APAR tentu akan lebih jelas

menjadi tanggung jawab siapa dan dapat segera dilakukan perbaikan

mengenai keadaan APAR yang tidak sepenuhnya siap.

6.5.4. Hidran Gedung

Hidran gedung yang tersedia di RSUD Kota Tangerang telah

dalam kondisi yang baik. Semua persyaratan telah terpenuhi, ini

artinya hidran gedung telah siap digunakan bila terjadi kebakaran.

Dengan hidran gedung yang telah siap pakai, akan memudahkan

proses pemadaman kebakaran yang dilakukan oleh petugas pemadam

kebakaran dan mempercepat proses pemadaman api. Hidran gedung

yang siap pakai juga merupakan persyaratan sistem proteksi aktif

kebakaran yang diberlakukan oleh Kemenkes RI (2012). Gunawan

(2011) mengatakan, perencanaan proteksi kebakaran diantaranya

meliputi kesiapan peralatan pemadaman kebakaran. Dengan

pemenuhan terhadap persyaratan ini, RSUD Kota Tangerang telah

siap bila terjadi kebakaran secara tiba-tiba.

Dengan begitu, tentu kebakaran yang terjadi akan dapat segera

ditangani dan tidak akan terjadi kebakaran besar karena dapat segera

ditangani. Kebakaran akan terhambat perkembangannya dan segera

dapat dipadamkan.

Page 167: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

145

Pemadaman kebakaran yang dilakukan dengan cepat akan mampu

memberikan dammpak positif bagi pihak rumah sakit. Pihak rumah

sakit akan terhindar dari bahaya kebakaran yang besar dan aset rumah

sakit yang ada dalam gedung yang terkena kebakaran akan dapat

segera terlindung.

6.5.5. Sprinkler

Sprinkler yang terdapat di RSUD Kota Tangerang juga telah

memiliki kondisi yang baik. Tentunya hal ini dapat menjadi

pendukung proses pemadaman api bila terjadi kebakaran. Sprinkler

yang berada dalam kondisi yang baik berarti dapat melindungi

penghuni gedung dari bahaya kebakaran. Sprinkler yang telah tersedia

dapat membantu proses pemadaman sekaligus menghambat

perkembangan api kebakaran. Dengan begitu, penghuni dan aset

gedung dapat terlindungi dari bahaya kebakaran. Sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Friedman (1992), bahwa pemasangan

sprinkler dapat membantu menghambat perkembangan api kebakaran.

Terhambatnya perkembangan api kebakaran tentu akan

memudahkan pihak pemadam kebakaran dalam memadamkan api.

Bahkan bila kebakaran yang terjadi tidak terlalu besar dan terdapat

petugas terlatih, api dapat segera padam dengan bantuan petugas

tersebut.

Page 168: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

146

Dampak positif yang didapat oleh rumah sakit tentunya adalah

kerugian yang dapat diminimalisir. Karena bagaimanapun, kebakaran

akan selalu menimbulkan kerugian. Namun, dengan ketersediaan alat

proteksi kebakaran akan menurunkan kerugian yang akan diterima

oleh korban dan manajemen RSUD Kota Tangerang.

6.5.6. Sistem Pemadam Luapan

Sistem pemadam luapan yang terdapat di RSUD Kota Tangerang

erat kaitannya dengan APAR. Hal ini dikarenakan sistem pemadam

api luapan yang tersedia di RSUD Kota Tangerang menggunakan

APAR sebagai komponen utamanya. Namun seperti dijelaskan dalam

pembahasan APAR diatas, dapat diketahui bahwa sistem pemadam

luapan yang terdapat di RSUD Kota Tangerang tidak sesuai dengan

persyaratan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan

gedung (Pd-T-11-2005-C).

Hal ini dapat menyebabkan kegagalan dalam memadamkan api,

selain itu, pemadam luapan ditujukan untuk menghindari kerusakan

pada alat listrik dan komputer yang berisikan data-data penting rumah

sakit. Sehingga dapat dipastikan bila terjadi kebakaran, data-data

penting rumah sakit dalam keadaan yang sangat tidak aman

Hal tersebut dapat terjadi karena upaya pemadaman kebakaran

yang dilakukan tidak dapat melindungi peralatan komputer yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang. Seperti yang dikatakan oleh

Page 169: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

147

Nunez (2007), setiap gedung seharusnya memiliki APAR yang

memiliki bahan yang dapat memadamkan api tanpa merusak komputer

berisikan data-data penting yang ada di rumah sakit.

Seharusnya, bila pemadam luapan yang tersedia di RSUD Kota

Tangerang telah siap pakai, akan membantu penghambatan

perkembangan api kebakaran juga. Namun, dengan ketidaksiapan ini,

akan memberikan efek buruk bagi RSUD Kota Tangerang. Bahkan

dapat dikatan efek ganda. Yang pertama kebakaran yang terjadi dapat

dengan cepat menyebar, kemudian yang kedua kerugian yang akan

diterima oleh pihak RSUD Kota Tangerang akibat kebakaran akan

menjadi sangat besar dan tidak dapat diminimalisir.

6.5.7. Pengendali Asap

Pengendali asap yang tersedia di RSUD Kota Tangerang telah

dalam kondisi yang baik. Kondisi baik dapat diartikan bahwa

pengendali asap yang tersedia telah siap untuk digunakan dan dapat

melindungi penghuni gedung dari bahaya kebakaran (Saptaria, 2005).

Pengendali asap menjadi penting untuk mengendalikan asap akibat

kebakaran yang dapat mengganggu jalan nafas penghuni yang

melakukan evakuasi dan juga dapat menjadi penghalang penglihatan

daripada korban kebakaran. Dengan demikian RSUD Kota Tangerang

telah dapat mengendalikan asap akibat kebakaran, sehingga dapat

Page 170: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

148

melindungi jalan nafas dan penglihatan penghuni yang melakukan

evakuasi dan pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan api.

Kemudian asap yang banyak mengandung gas CO2 tersebut akan

merepotkan petugas pemadam kebakaran juga nantinya. Bila suatu

ruangan dipenuhi dengan CO2, maka gas O2 yang menjadi elemen

pembentuk api akan berkurang. Hal ini menyebabkan api akan segera

menyambar gas O2 dengan cepat. Maka akan terjadi ledakan yang

biasa disebut dengan flashover. Kejadian ini lah yang dihindari oleh

siapapun yang terdapat di daerah kebakaran. Ledakan akibat dari

peristiwa ini sanggup untuk meruntuhkan satu gedung bila

kejadiannya melibatkan sangat banya gas O2. Oleh karena itu,

pengendali asap yang tersedia di RSUD Kota Tangerang sangat

penting untuk melindungi gedung dari keruntuhan.

Sesuai dengan yang telah dibahas oleh Colt (2014), bahwa dengan

pengendalian asap, kita dapat membantu rute evakuasi terlindung dari

asap, pelaksanaan pemadaman kebakaran dapat lebih optimal,

flashover atau kejadian ledakan akibat proses kebakaran di ruangan

tertutup dapat dikurangi, dapat melindungi isi ruangan/gedung dan

mengurangi risiko kerusakan pada gedung.

6.5.8. Deteksi Asap

Deteksi asap yang terdapat di RSUD Kota Tangerang masih

dikategorikan dalam kategori cukup dikarenakan masih terdapat

Page 171: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

149

detektor asap di bagian dapur pada kantin RSUD Kota Tangerang.

Seharusnya hal tersebut dapat dihindari dan detektor yang digunakan

dapat diganti dengan detektor panas. Hal ini untuk menghindari

terjadinya alarm palsu akibat dari detektor asap yang terdapat di

bagian dapur, yang kita tahu bahwa dapur merupakan tempat

memasak yang terkadang terdapat asap akibat proses memasak.

Menurut Saptaria (2005) deteksi asap dalam pemasangannya perlu

menghindari tempat seperti dapur yang dapat menyebabkan alarm

palsu. Alarm palsu dapat mengakibatkan kesalahan dalam menanggapi

keadaan atau situasi dan dapat berbahaya bila kejadian berulang. Pada

saat terjadi alarm asli akibat kebakaran, penghuni akan terbiasa

berfikir bahwa itu hanyalah alarm palsu.

Hal tersebut juga dapat menjadi faktor penghambat evakuasi dalam

keadaan darurat. Penghuni gedung akan bersikap acuh dengan alarm

keadaan darurat bila terbiasa seperti itu. Dan bila terjadi kejadian

darurat yang sesungguhnya, dapat dibayangkan apa yang akan terjadi.

Waktu untuk melakukan evakuasi sangatlah singkat, bila waktu yang

singkat tersebut dipotong oleh sikap penghuni yang acuh, maka waktu

akan menjadi sangat terbatas. Dalam keadaan seperti itu, pihak RSUD

Kota Tangerang akan mendapatkan masalah yang lebih besar.

Page 172: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

150

6.5.9. Pembuangan Asap

Pembuangan asap yang terdapat di RSUD Kota Tangerang juga

masih dalam kategori cukup. Ini artinya keadaan pembuangan asap

yang terdapat di RSUD Kota Tangerang masih belum optimal. Hal ini

dapat menyebabkan terganggunya proses penghambatan

perkembangan api kebakaran. Bila tidak diperbaiki bukan tidak

mungkin akan mengganggu proses pengendalian asap yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang dan mengganggu proses evakuasi juga proses

pemadaman kebakaran. Hal ini saling berkaitan, karena penghambatan

api kebakaran sangat penting peranannya.

Penghambatan api kebakaran dilakukan untuk memberikan cukup

waktu dalam pelaksanaan evakuasi. Selain itu, penghambatan api

dimaksudkan agar kejadian kebakaran tidak membesar dan dapat

segera dipadamkan.

Sehingga yang terjadi adalah kejadian kebakaran tidak membesar,

evakuasi cukup waktu untuk dilakukan kemudian pemadaman

kebakaran juga dapat segera terlaksana. Api akan lebih cepat padam

bila api kebakaran tersebut tidak membesar.

Seperti dikatakan oleh Friedman (1992), pembuangan asap menjadi

penting untuk penghambatan proses penjalaran api, sehingga api

kebakaran tidak mudah menyebar sehingga terdapat cukup waktu

untuk dilakukannya evakuasi dan pemadaman kebakaran.

Page 173: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

151

6.5.10. Lift Kebakaran

Lift Kebakaran yang tersedia di RSUD Kota Tangerang sudah

tersedia, namun akan lebih baik lagi bila penempatannya lebih

mudah diketahui oleh penghuni gedung. Pada gedung RSUD Kota

Tangerang yang memiliki 8 lantai, tentu ketersediaan lift kebakaran

dapat membantu proses evakuasi menjadi lebih cepat. Namun, bila

ketersediaannya tidak mudah dilihat dan diketahui oleh penghuni,

maka lift kebakaran yang tersedia menjadi tidak maksimal

penggunaannya. Seharusnya RSUD Kota Tangerang memberikan

petunjuk mengenai letak lift kebakaran ini agar mudah diketahui

oleh penghuni gedung.

Lift kebakaran diperlukan untuk proses penanggulangan kebakaran

sehingga pemadam kebakaran dapat melaksanakan proses

pemadaman dan penyelamatan dengan cepat (Saptaria, 2005).

Bukowski (2003) juga menyebutkan, bahwa lift kebakaran yang

tersedia harus mudah diketahui oleh penghuni gedung, agar dapat

maksimal dalam penggunaannya dalam melakukan evakuasi.

Oleh karena itu, lift kebakaran yang tersedia di RSUD Kota

Tangerang menjadi penting, untuk mempercepat proses evakuasi,

sehingga dapat menghindari jatuhnya korban akibat kejadian

kebakaran. Penghuni gedung dapat dengan aman melaksanakan

evakuasi, kemudian RSUD Kota Tangerang juga akan mendapatkan

keuntungan bila menerapkan lift kebakaran dengan baik. Pengunjung

Page 174: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

152

dan penghuni gedung akan merasa aman, sehingga pelayanan yang

diberikan dapat menjadi maksimal, pengunjung rumah sakit akan

merasa lebih nyaman dan akan meningkatkan citra RSUD Kota

Tangerang.

6.5.11. Cahaya Darurat

Cahaya Darurat yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah

dalam kondisi baik. Sub komponen ini berkaitan dengan listrik

darurat. Sub komponen ini dalam kondisi baik yang artinya dapat

digunakan bila terjadi keadaan darurat dan dapat membantu jalannya

proses evakuasi penghuni gedung. Penghuni gedung dapat melihat

dengan jelas petunjuk arah evakuasi dengan tersedianya

pencahayaan darurat di RSUD Kota Tangerang.

Ketersediaan cahaya darurat dimaksudkan untuk membantu proses

evakuasi sehingga penghuni dapat dengan jelas melihat petunjuk

evakuasi dengan pencahayaan yang cukup. (Saptaria, 2005). Jadi

dengan adanya pencahayaan darurat di RSUD Kota Tangerang,

pelaksanaan evakuasi akan lebih cepat. Pihak RSUD Kota

Tangerang dapat menghindari jatuhnya korban akibat kejadian

darurat.

Dengan begitu, maka pihak RSUD Kota Tangerang dapat terhindar

dari kerugian yang sangat besar dan dapat melindungi pasien dan

pengunjung rumah sakit. Sesuai dengan komitmen RSUD Kota

Page 175: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

153

Tangerang yang ingin memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik

bagi masyarakat Kota Tangerang

6.5.12. Listrik Darurat

Listrik darurat yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah dalam

kondisi baik. Sub komponen ini saling berkaitan dengan cahaya

darurat. Listrik darurat menjadi penting untuk mengaktifkan cahaya

darurat yang tersedia. Sub komponen ini dalam kondisi baik yang

artinya dapat digunakan bila terjadi keadaan darurat dan dapat

membantu jalannya proses evakuasi penghuni gedung. Seperti

halnya dengan cahaya darurat, dengan listrik darurat yang baik,

RSUD Kota Tangerang dapat memudahkan proses evakuasi yang

dilakukan penghuni gedung.

Sumber listrik yang tersedia dalam suatu bangunan gedung

minimal terdapat 2 sumber. Hal ini dimaksudkan untuk tersedianya

listrik dalam keadaan darurat bila salah satu sumber tidak dapat

menyediakan listrik. Sehingga dalam keadaan darurat, penghuni

gedung tetap dapat melaksanakan evakuasi dengan cepat. (Saptaria,

2005).

Pelaksanaan evakuasi yang cukup waktu dapat meningkatkan

kemungkinan korban selamat. Kemudian pelaksanaan evakuasi yang

cukup waktu juga dapat memberikan keuntungan bagi RSUD Kota

Tangerang. Pihak RSUD Kota Tangerang akan mendapatkan

Page 176: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

154

kepercayaan dari pengunjung dan pasien yang berobat. Yang mana

hal tersebut akan memberikan profit lebih bagi rumah sakit.

6.5.13. Ruang Pengendali Operasi

Ruang pengendali operasi yang terdapat di RSUD Kota Tangerang

juga masih dalam kondisi cukup. Seharusnya ruang pengendali

operasi yang tersedia lebih lengkap peralatannya. Tidak hanya

menggunakan peralatan sederhana saja. Seharusnya pihak RSUD

Kota Tangerang menyediakan ruang pengendali operasi yang

memiliki ventilasi yang cukup. Hal ini diperlukan agar petugas jaga

dapat lebih nyaman di dalam ruang pengendali operasi sehingga

pemantauan dapat dilakukan secara terus menerus.

Ruang pengendali operasi yang baik seharusnya memiliki ventilasi

yang baik, dapat memonitor seluruh kejadian kebakaran dan selalu

diawasi oleh petugas jaga. (Saptaria, 2005).

Dengan petugas yang nyaman berada di ruang pengendali operasi,

tentu akan meningkatkan pemantauan yang dilakukan oleh petugas

tersebut. Namun, bila pihak RSUD Kota Tangerang tidak segera

memperbaiki hal ini, maka yang akan terjadi adalah petugas jaga

tidak merasa nyaman, proses pemantauan akan tidak maksimal,

sehingga akan memberikan kerugian bagi pihak RSUD Kota

Tangerang.

Page 177: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

155

6.6. Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang

Sistem proteksi pasif RSUD Kota Tangerang yang terdiri dari ketahanan

api struktur bangunan, kompartemenisasi ruang dan perlindungan bukaan

telah dalam kondisi yang baik. Dengan hasil penilaian yang sempurna, tentu

menjadi keuntungan lebih bagi RSUD Kota Tangerang. Kondisi ini

memastikan bahwa sistem proteksi pasif yang tersedia di RSUD Kota

Tangerang telah dilaksanakan dengan baik dan dapat membantu proses

penghambatan meluasnya kejadian kebakaran.

6.6.1. Ketahanan Api Struktur Bangunan

Pada sub komponen ketahanan api struktur bangunan

didapatkan hasil penilaian yang sempurna. Ketahanan api

struktur bangunan RSUD Kota Tangerang erat kaitannya dengan

proses evakuasi dan mencegah proses penyebaran kebakaran

dalam gedung (Saptaria, 2005). Dengan ketahanan api struktur

bangunan yang baik, penjalaran api maupun panas dari

kebakaran dapat diminimalisir (SNI 03–1736-2000). Hal ini

dapat menjadi pertanda, bahwa dengan ketahanan api struktur

bangunan yang baik, RSUD Kota Tangerang dapat mencegah

proses penyebaran kebakaran dan mencegah proses penjalaran

api dan panas.

Dengan ketahanan api struktur bangunan yang baik, RSUD

Kota Tangerang akan terhindar dari kerugian yang besar.

Page 178: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

156

Kemudian evakuasi yang dilakukan juga akan menjadi lebih

aman. Sehingga RSUD Kota Tangerang akan terhindar dari

kerugian akibat jatuhnya korban akibat kejadian kebakaran.

Kebakaran yang terjadi juga akan lebih mudah dipadamkan,

kemudian aset rumah sakit yang terdapat di gedung dapat

terlindungi bila ketahanan api struktur bangunannya dapat

mempertahankan struktur bangunan tersebut. Maka kerugian

yang terjadi akibat kejadian kebakaran dapat diminimalisir.

6.6.2. Kompartemenisasi Ruang

Kompartemenisasi ruang yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang merupakan kompartemenisasi ruang yang telah

terencana dan masuk dalam kategori baik dalam hasil penilaian.

Kompartemenisasi ruang yang baik diperlukan sebagai salah

satu upaya proteksi pasif bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran (Saptaria, 2005). Selain itu, kompartemenisasi ruang

yang baik juga dapat melindungi penghuni dan aset gedung dari

bahaya kebakaran dan dapat melakukan evakuasi tanpa terpapar

bahaya kebakaran (SNI 03–1736-2000). Dengan hasil penilaian

yang baik ini, RSUD Kota Tangerang dapat dikatakan telah

melindungi penghuni gedung dari bahaya kebakaran yang dapat

terjadi kapan saja.

Page 179: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

157

Kondisi kompartemenisasi ruang yang baik dapat menjadi

keuntungan bagi RSUD Kota Tangerang. RSUD Kota

Tangerang tidak terhindar dari paparan bahaya kebakaran yang

dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu, kompartemenisasi

ruang yang terdapat di RSUD Kota Tangerang harus dalam

keadaan baik. Dengan manfaat yang diberikannya,

kompartemenisasi ruang sangat diperlukan oleh RSUD Kota

Tangerang.

Kompartemenisasi ruang yang tersedia di RSUD Kota

Tangerang dapat menghindarkan RSUD Kota Tangerang dari

kerusakan aset secara besar-besaran akibat kebakaran. Selain itu,

pelaksanaan evakuasi juga dapat dilakukan dengan aman,

sehingga korban akibat kebakaran dapat diminimalisir.

Keuntungan lebih dari ketersediaan kompartemenisasi ruang

bagi RSUD Kota Tangerang ialah dengan terlindungnya aset

perusahaan, tentu akan meminimalisir kerugian yang

ditimbulkan akibat terjadinya kebakaran bila kebakaran terjadi.

6.6.3. Perlindungan Bukaan

Perlindungan bukaan juga dimaksudkan untuk melindungi

penghuni dan aset gedung dari bahaya kebakaran (Saptaria,

2005). Dengan hasil penilaian yang baik, tentunya perlindungan

bukaan yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah dapat

Page 180: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

158

melindungi penghuni dan aset gedung RSUD Kota Tangerang.

Selain itu, RSUD Kota Tangerang dapat memastikan bahwa

proses evakuasi dapat segera dilakukan karena penjalaran api

telah terproteksi. Menurut SNI 03–1736-2000, perlindungan

bukaan yang baik dapat mencegah penjalaran api dan membantu

proses evakuasi yang dilakukan bila terjadi keadaan darurat

akibat kebakaran.

Dengan kata lain, bila RSUD Kota Tangerang menyiapkan

perlindungan bukaan sesuai dengan persyaratan, maka RSUD

Kota Tangerang dapat menghambat penjalaran api kebakaran,

dengan begitu perkembangan api kebakaran juga akan

terhambat. Kemudian kebakaran yang terjadi juga tidak akan

memberikan kerusakan yang berlebih dalam waktu yang cepat.

Jadi proses pengendalian kebakaran tetap dibutuhkan meskipun

telah tersedia perlindungan bukaan ini, namun akan memberikan

waktu bagi pelaksanaan evakuasi.

Bila proses pemadaman api segera dilakukan, kerusakan

aset rumah sakit juga dapat diminimalisir. Dengan begitu

kerugian yang diderita oleh RSUD Kota Tangerang akibat

kebakaran juga akan lebih sedikit. Kerugian memang akan

selalu ada bila terjadi kebakaran, namun kerugian tersebut dapat

diminimalisir bila manajemen RSUD Kota Tangerang telah

menyiapkan perencanaan pengendalian kebakaran dengan baik.

Page 181: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

159

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Hasil penilaian keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan gedung

RSUD Kota Tangerang adalah sebagai berikut.

1. Tingkat keandalan kelengkapan tapak bangunan di RSUD Kota

Tangerang telah dalam kategori baik dengan nilai 21,2% dari

standar nilai 25%. Semua sub komponen telah mendapatkan hasil

penilaian yang baik dan memenuhi seluruh kriteria penilaian,

artinya komponen kelengkapan tapak bangunan RSUD Kota

Tangerang berfungsi dengan baik, sehingga pemakai gedung dapat

melakukan kegiatannya dengan mendapat perlindungan dari

kebakaran dengan baik.

2. Tingkat keandalan sarana penyelamatan RSUD Kota Tangerang

telah dalam kategori baik dengan nilai 20,75% dari standar nilai

25%, namun terdapat salah satu sub komponen yang tidak dapat

memenuhi seluruh kriteria penilaian, yaitu konstruksi jalan keluar.

Sub komponen konstruksi jalan keluar tidak mendapatkan nilai

yang sempurna karena belum dapat dipastikannya kecukupan

waktu dalam pelaksanaan evakuasi akibat dari belum terlaksananya

simulasi keadaan darurat di RSUD Kota Tangerang.

Page 182: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

160

3. Tingkat keandalan sistem proteksi aktif RSUD Kota Tangerang

masuk dalam kategori cukup dengan nilai 17,65% dari standar nilai

24%. Hal ini dikarenakan 13 sub komponen penyusun komponen

sistem proteksi aktif, 4 diantaranya masih dalam kategori cukup

dan bahkan 2 sub komponen dinyatakan dalam kategori kurang.

Sub komponen yang masuk dalam kategori kurang adalah APAR

dan sistem pemadam luapan. Hal ini dikarenakan ketidaksiapan

kedua komponen tersebut untuk digunakan dalam keadaan darurat.

4. Tingkat keandalan sistem proteksi pasif RSUD Kota Tangerang

masuk dalam kategori baik dan telah memenuhi seluruh kriteria

penilaian dengan nilai 21,63% dari standar nilai 26%. Artinya

sistem proteksi pasif yang dimiliki oleh RSUD Kota Tangerang

telah dapat melindungi penghuni gedung dari bahaya kebakaran.

5. Tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan RSUD Kota

Tangerang terhadap bahaya kebakaran secara keseluruhan telah

dalam kondisi baik. Dengan nilai keandalan 81,23%, RSUD Kota

Tangerang memiliki nilai keandalan dengan kategori baik, tetapi

masih ada kekurangan pada komponen sistem proteksi aktif yang

dalam komponen tersebut terdapat 2 sub komponen masuk dalam

kategori kurang yaitu APAR dan sistem pemadam luapan.

Page 183: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

161

7.2. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka peneliti memberikan beberapa

saran sebagai berikut.

7.2.1. Saran Untuk RSUD Kota Tangerang

1. Sebaiknya pihak RSUD Kota Tangerang melakukan simulasi

evakuasi keadaan darurat sebagai tolok ukur kecukupan waktu

dalam melakukan evakuasi.

2. RSUD Kota Tangerang hendaknya memberikan petunjuk

peletakkan siamese connection untuk memudahkan pengenalan

terhadap alat dan letak alat tersebut.

3. Untuk alat deteksi asap yang terletak di bagian dapur kantin

RSUD Kota Tangerang sebaiknya diganti menggunakan detektor

panas untuk menghindari terjadinya alarm palsu.

4. Dokumen mengenai spesifikasi alat-alat proteksi kebakaran

sebaiknya menjelaskan spesifikasi alat secara lebih rinci untuk

memudahkan proses inspeksi dan pengecekan alat.

5. Lift kebakaran yang sudah tersedia akan menjadi lebih baik lagi

bila diberikan petunjuk mengenai penggunaan dan

peletakkannya.

Page 184: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

162

6. RSUD Kota Tangerang sebaiknya menambahkan peralatan yang

tersedia di ruang pengendali operasi dan memberikan ventilasi

udara yang cukup pada ruangan tersebut untuk membuat petugas

jaga lebih nyaman sehingga pemantauan dapat dilakukan terus

menerus.

7. Sebaiknya RSUD Kota Tangerang melakukan pengecekan dan

pemeliharaan tabung APAR secara berkala untuk menghindari

ketidaksiapan APAR bila terjadi keadaan darurat.

8. Sebaiknya RSUD Kota Tangerang segera memperbaiki APAR

yang tidak siap dan memberikan pelatihan penggunaan APAR.

9. Manajemen RSUD Kota Tangerang sebaiknya segera

membentuk tim ataupun bagian keselamatan dan kesehatan kerja

rumah sakit (K3RS) untuk memperjelas tugas dan tanggung

jawab untuk pemeliharaan sistem keselamatan kebakaran

bangunan gedung RSUD Kota Tangerang.

10. Untuk keselamatan kebakaran bangunan gedung secara

keseluruhan, perlu dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan,

perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala

dengan tujuan meningkatkan sistem keselamatan kebakaran

bangunan RSUD Kota Tangerang.

Page 185: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

163

7.2.2. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya

1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan tools

yang lebih spesifik terhadap keselamatan kebakaran bangunan

di rumah sakit untuk analisis dan pembahasan yang lebih rinci

terhadap keselamatan kebakaran bangunan rumah sakit

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan observasi

disertai dengan pengecekan seluruh alat untuk memastikan

seluruh alat proteksi kebakaran berfungsi dengan baik.

Page 186: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

DAFTAR PUSTAKA

Adityawarman. 2011. Kebakaran Pabrik Tangerang Dominan Akibat

Korsleting Listrik. Diakses dari http://banten.antaranews.com/berita/16878/kebakaran-pabrik-tangerang-dominan-

akibat-korsleting-listrik pada tanggal 28 Desember 2013

Ahlbrandt Jr. 1973. Efficiency in the provision of fire services. Kluwer

Academic Publishers

Ahmadi. 2009. Akibat Las, RSUD Tangerang Dilalap Api. Diakses dari

http://news.detik.com/read/2009/12/16/164912/1261369/10/akibat-las-rsud-

tangerang-dilalap-api?nd771108bcj pada tanggal 24 Maret 2014

Al Banna, M. H. (2010). Gambaran Penerapan Sistem Kesiagaan dan

Tanggap Darurat di Gardu-Gardu Induk PT PLN (Persero) Penyalur dan Pusat

Pengatur Beban Jawa Bali Region Jakarta dan Banten, Unit Pelayanan

Transmisi Jakarta Selatan (P3B-JB RJKB UPT Jakarta Selatan). Jakarta:

Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Alfian, Qorik; Budisantoso W. 2012. Upaya Percepatan Waktu Tanggap

Darurat Terhadap Penanggulangan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami.

Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Anonim. 2010. Install fire extinguishers soon. The Financial Express, 2010 Jun

10

Anonim. 2010. Rumah Sakit Sari Asih Serang. Diakses dari

http://sariasih.com/lvl2/index.php?option=com_content&view=article&id=40&Ite

mid=118&lang=en pada tanggal 20 Mei 2014

Anonim. 2013. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Diakses dari

http://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/396/mod_resource/content/0/bahan%201-

Pedoman%20Sanitasi%20Rumah%20Sakit%20di%20Indonesia.pdf pada tanggal

3 Mei 2014

Anonim. 2013. Study: Good Safety Boosts The Bottom Line. Diakses dari

http://www.safetynewsalert.com/study-good-safety-boosts-the-bottom-line/ pada

tanggal 24 Mei 2014

Anonim. 2014. DAMKAR Tangsel Sosialisasi Antisipasi Kebakaran Untuk

Warga. Diakses dari http://tangseloke.com/news/2013/05/14/damkar-tangsel-

sosialisasi-antisipasi-kebakaran-untuk-warga/ Pada tanggal 15 Mei 2014

Page 187: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Anonim. 2014. Laporan Kejadian Bencana dan Kebakaran Bulan Januari-

Maret 2014. Diakses dari http://tangerangkab.go.id/laporan-kejadian-bencana-

dan-kebakaran-bulan-januari-maret-2014/ pada tanggal 12 April 2014

Arrazy, Syafran. 2013. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kebakaran

di Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2013. Palembang:

Universitas Sriwijaya

Bennet NB.Silalahi dan Rumondang Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Bierster, Gregory. 2010. Improving Fire and Life Safety in Hospitals. New

York: Fire Department, City of New York

Bukowski, Richard W. 2003. Protected Elevators For Egress and Access

During Fires in Tall Buildings. Gaithersburg: NIST Building and Fire Research

Laboratory

Colt.2014. Smoke Control Systems: Creating a safe environment. Diakses dari

http://www.coltinfo.co.uk/smoke-control.html pada tanggal 26 Mei 2014.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit

Sarana Penyelamatan Jiwa. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Fauza, Iqbal. (2011). Pra Rancangan Pabrik Glukosa Monohidrat dari Pati

Sagu. Diakses dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22554/5/Chapter%20I.pdf pada

tanggal 5 November 2013

Friedman, Raymond. 1992. An International Survey of Computer Models for

Fire and Smoke. Norwood: Factory Mutual Research Corporation Norwood, MA

Furness, Andrew dan Muckett, Martin. 2007. Introduction to Fire Safety

Management. Oxford: Butterworth-Heinemann

Gunawan, Tri. 2011. Sistem Pemeriksaan Keandalan Bangunan dalam

Pencegahan Bahaya Kebakaran (Studi Kasus Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo

Square). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta

G. Grant, J. Brenton, D. Drysdale. 2000. Progress in Energy and Combustion

Science. Edinburgh: Department of Civil and Environment Engineering of The

University of Edinburgh

Haessler, W.M. 1974. The Extinguishment of Fire. Madison: National Fire

Protection Association

Page 188: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Hargiyarto, Drs. Putut. 2003. Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran.

Yogyakarta: FT Universitas Negeri Yogyakarta

Hepiman, Fison; Rico Januar Sitorus; Hamzah Hasyim. 2009. Rancangan dan

Tanggap Darurat Terhadap Bahaya Kebakaran di Rumah Sakit Dr. Ernaldi

Bahar Palembang Tahun 2009. Palembang: Universitas Sriwijaya

Himpunan Pemerhati Lingkungan Indonesia. Potensi Bencana. Diakses dari

http://www.hpli.org/bencana.php pada tanggal 28 Oktober 2013

Isaac, Stephen dan Michael, William B. 1981. Handbook in Research and

Evaluation. California: EdITS publishers

Jamsostek. (2012). Laporan Tahunan 2012. Diakses dari

http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=5&id=47 pada tanggal 28 Oktober

2013

Jojo, dkk. 2013. 2013, Kebakaran Capai 74 Kasus. Diakses dari

http://bantenposnews.com/berita-8261-2013-kebakaran-capai-74-kasus.html pada

tanggal 21 Maret 2014

Kusnendar, Yustinus K. 2009. Sistem Dan Implementasi Emergency Response

And Preparedness Sebagai Upaya Pengendalian Kondisi Darurat Di PT.

Seamless Pipe Indonesia Jaya Cilegon-Banten. Surakarta: Universitas Sebelas

Maret

Kristiyanto, Ambar. 2012. Evaluasi Sistem Manajemen Kebakaran Gedung

Rektorat Universitas Brawijaya (Lantai 1 s.d. 4). Malang: Universitas Brawijaya

Lasino dan Suhedi, Fefen. 2005. Kajian Penerapan Manajemen Keselamatan

Kebakaran (Fire Safety Management )Pada Bangunan Gedung Tinggi di

Indonesia. Bandung: Balai Sains Bangunan – Puslitbang Permukiman

Departemen Pekerjaan Umum

Mahmudah. 2012. Evaluasi Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran Pada

Bangunan Gedung (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir).

Pekanbaru: Universitas Riau

Marbun, Zulkifli. 2014. Polisi Periksa Petugas Rumah Sakit Jambi

Pascakebakaran. Diakses dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/04/03/n3gnv8-polisi-

periksa-petugas-rumah-sakit-jambi-pascakebakaran pada tanggal 7 April 2014

Page 189: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Nugroho, Adhitya. 2010. Evaluasi Emergency Response Plan dan Alat

Pemadam Api Ringan pada PT. Philips Indonesia. Surabaya: Institut Teknologi

Surabaya

Nunez, R. 2007. Fire in the Workplace: Fundamental Elements of Prevention

& Protection. Professional Safety, 52, 46-48

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 10/ 2008

tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan

Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4/MEN/1980 tentang

Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan

Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. 2009.

Kebakaran di Rumah Sakit Sari Asih Serang Akibat Arus Pendek Listrik. Diakses

dari http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=306 pada tanggal 7 April 2014

Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen Kebakaran. Jakarta: Dian Rakyat

Rangga. 2009. RSUD Tangerang Terbakar. Diakses dari

http://tangerangnews.com/baca/2009/12/16/1963/rsud-kabupaten-tangerang-

terbakar pada tanggal 24 Maret 2014

Saptaria, Erry et al. 2005. Pedoman Teknis Pemeriksaaan Keselamatan

Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C). Bandung: Puslitbang

Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Departemen Pekerjaan

Umum

Septiadi, Anas. 2012. Perbedaan Sistem Dan Pengetahuan Tanggap Darurat

Bencana Kebakaran Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pelatihan Pada Gedung

Sekolah Dasar Sang Timur Semarang. Diakses dari

http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Smith, J. P. 2006. Hospital Fires: Special Challenges For Emergency

Responders -- Part 2. Firehouse, 31, 26-31

SNI 03-1736-2000. Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung. Diakses dari

http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_PASIF.PDF pada tanggal 25 Maret

2014

Page 190: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Penerbit PPM, Jakarta.

Sulaksmono. 1997. Mekanisme Penanganan Kebakaran Dalam Keadaan

Darurat. Bandung : Departement Biologi FMIPA IPB

Suma’mur, P.K. 1997. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.

Jakarta: PT Gunung Agung

Suprapto. Angelina Aimee. 2009. Pendekatan Upaya Pencegahan dan

Penanggulangan Kebakaran di Lingkungan Pemukiman Kumuh dan Perkotaan.

Diakses dari http://www.penataanruang.net/bulletin/view/_printart.asp?idart=210

pada tanggal 19 Mei 2014

Sutjana, I Dewa P. 2006. Hambatan Dalam Penerapan K3 dan Ergonomi di

Perusahaan. Pascasarjana Universitas Udayana. Bali

Syahri, Endah Alfiyanti. 2011. Aplikasi Sistem Proteksi Kebakaran Sebagai

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran di PT. Pura

Barutama Unit Offset Kudus. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Tarwaka, Solichul Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Widyaningsih. 2006. Studi Tentang Sarana dan Prasarana Pemadam

Kebakaran di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal Tahun 2006. Semarang:

Universitas Diponegoro

Wood Jr., Henson M. 1973. Modular Firefighting Unit. Lockheed Aircraft

Corporation (Burbank, CA)

Yunus, Muhammad. 2010. Gambaran Pencegahan dan Penanggulangan

Kebakaran RSUD Pasar Rebo di Gedung B. Jakarta: Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 191: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Lampiran

Hasil Penilaian

Komponen

KSKB

Bobot KSKB

(%) Sub Komponen

Nilai Sub KSKB

(%)

Nilai KSKB

(%)

Kelengkapan

Tapak 25

Sumber Air 6,75

25 Jalan Lingkungan 6,25

Jarak Antar Bangunan 5,75

Hidran Halaman 6,25

Sarana

Penyelamatan 25

Sarana Jalan Keluar 9,5

24,125 Konstruksi Jalan Keluar 7,875

Landasan Helikopter 6,75

Sistem Proteksi

Aktif 24

Deteksi dan Alarm 1,92%

20,416

Siamese Connection 1,72%

Alat Pemadam Api Ringan 0,96%

Hidran Gedung 1,92%

Sprinkler 1,92%

Sistem Pemadam Luapan 0,84%

Pengendali Asap 1,92%

Deteksi Asap 1,344%

Pembuangan Asap 1,344%

Lift Kebakaran 1,344%

Cahaya Darurat 1,92%

Listrik Darurat 1,92%

Ruang Pengendali Operasi 1,344%

Sistem Proteksi

Pasif 26

Ketahanan Api Struktur

Bangunan 9,36%

26 Kompartemenisasi Ruang 8,32%

Perlindungan Bukaan 8,32%

Total 95,54

Page 192: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Hidran Halaman Diesel Fire Pump Panel Control Diesel Pump

Ruang Kontrol Jalan Lingkungan Sprinkler dan Detektor

Page 193: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Pintu Darurat Tangga Darurat APAR

Siamese Connection Hidran Gedung Pengendali Asap

Dapur Kantin

Page 194: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Matriks Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban

Informan 1 Informan 2

1 Menurut anda, bagaimana potensi

bahaya kebakaran di RSUD Kota

Tangerang?

...saya pikir pasti ada lah bahaya itu kebakaran itu.

2 Menurut anda, apakah seluruh pekerja

mengetahui hal-hal apa saja yang perlu

dilakukan jika terjadi kebakaran? Hal

apa yang meyakinkan anda dapat

memiliki opini tersebut?

Saya pikir pasti tau lah, karena kan sebelum ini juga kan

karyawan disini udah dapet pelatihan juga...

... semua pasti tau lah, ya pasti

tau kayak gini ini, pasti tau...

3 Bagaimana cara RSUD Kota

Tangerang berinteraksi dengan

Pemadam Kebakaran Kota

Tangerang? Apakah terdapat resopn

yang positif dari pihak pemadam

kebakaran Kota Tangerang?

...pasti udah koordinasi sama damkar, karena emang kan

pembangunan ini sendiri diserahkan sama kontraktor, tapi

untuk masalah perencanaan kebakaran ini juga kan

awalnya dari dinas tata kota ya, pasti ada koordinasi sama

pihak damkar...

Ada, itu pasti...

4 Berapa kapasitas air di RSUD Kota

Tangerang?

... mencukupi atau engga saya kira sih mencukupi ya,

buktinya sampe sekarang kita ga ada permasalahan

kekurangan air...

... saya juga lupa lagi pak, tapi itu

udah sesuai sama debit

pemakaian, jadi udah terbagi

lah...

5 Bagaimana fungsi dari hidran halaman

yang ada di RSUD Kota Tangerang?

Apakah telah sesuai dengan peraturan

yang berlaku?

...cukup bagus lah, karena alatnya juga masih baru pasti

masih bagus, terus perencanaan juga dari dinas tata kota

saya pikir udah sesuai pasti sama peraturan yang ada.

...udah... instalasinya mereka itu

sebelum dikasih ke yang punya,

mereka manggil yang ahlinya...

6 Bagaimana konstruksi jalan keluar

yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang? Apakah dapat melindungi

proses evakuasi? Jika ya, bagaimana

bisa dikatakan demikian?

Kalo itu sih saya kurang paham ya, coba nanti tanya-

tanya lagi aja sama orang teknisi...

Itu sesuai ini mah, udah, kita kan

punya ini jalan utama, yang

kawat depan itu nah itu jalan

utama...

7 Bagaimana ketahanan api struktur Kalo struktur bangunan saya juga kurang paham, nanti ... kalau masalah itu, kalau untuk

Page 195: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

bangunan di RSUD Kota Tangerang?

Apakah sudah sesuai dengan fungsi

bangunan tersebut?

coba saya carikan orang teknisi nya deh ya sekalian biar

bisa tanya lebih jauh...

tahan api itu udah, tapi di tempat-

tempat tertentu...

8 Apakah ada kompartemenisasi ruang

di RSUD Kota Tangerang? Bagaimana

kriteria kompartemenisasi ruang di

RSUD Kota Tangerang? Apakah

sudah sesuai dengan standar?

...kalau itu sih ada ya, di ruangan administrasi ruang

pasien berobat kecuali poli ya, itu udah temboknya semua

beton.. menurut saya sih udah sesuai lah pasti ya, kan

balik lagi ya ke yang tadi yang bikin perencanaan gedung

ini kan orang dinas tata kota pasti juga udah koordinasi

sama ahli...

Ada, ada ada... itu dipake ada

ininya khusus, jadi bilamana ada

kebakaran, kecuali kalau ada

yang kebakaran diluar dia aman,

dia aman, kebakarannya diluar

dia aman.

9 Apakah terdapat perlindungan bukaan

dari bahaya kebakaran di RSUD Kota

Tangerang? Bagaimana kriteria

masing-masing perlindungan bukaan

yang ada? Apakah sudah sesuai

dengan standar?

...pintu darurat disini juga pake besi yang tebel juga tuh

ya saya pikir bisa meminimalisir lah penyebaran kalo ada

kebakaran... saya pikir udah cukup melindungi lah

walaupun mungkin tergantung besarnya kebakaran juga

... makanya kita pakai pintu yang

tahan api, makanya pakai pintu

yang dari besi itu... kaca mah

pasti pecah, tapi kalau api dia

tahan, kuat dia...

10 Apa saja sistem proteksi aktif yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang?

Disini kita sedia apar, ada juga sprinkler, hidran, kayak

gitu-gitu mungkin ya ada detektor juga.

... kita kan ga cuma

mengandalkan air, dari apar juga

kan kita menyediakan.

11 Bagaimana sistem deteksi dan alarm

kebakaran di RSUD Kota Tangerang?

Bagaimana mekanisme perawatan dan

pengecekannya?

Kalo mekanismenya detailnya gimana ya yang lebih tau

mungkin teknisi...

... detektor itu Cuma nyala aja

kalau ada asap, kalau misalnya

ada api itu baru sprinkler nyala...

kalau pengujian kita harus ada

izin sih dari pihak tertentu contoh

waktu itu ada pengujian dari apa

pihak pemadam itu koordinasi

juga orang operator takutnya kan

orang kan panik...

12 Bagaimana APAR yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang? Bagaimana

mekanisme perawatan dan

pengecekannya? Apakah sudah sesuai

dengan standar?

... disini semua siap, semua bagus kok kondisinya, untuk

kalo misalnya ada pengecekan itu dari bagian teknisi

untuk mengecek, dan kalo misalnya ada pengisian baru

itu diarahkan ke bagian umum...

Bahannya itu, apa gimana ya

sejenis itu tapi kan kita kan Cuma

bisa pengoperasiannya doang,

Cuma untuk isi ulang udah ada

disini kan... itu jadi semua

Page 196: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

pengoperasian itu kita udah tes

semua jadi semua itu siap pakai

pokoknya itu semua. Ya

termasuk juga yang perawatan itu

mah siap...

13 Bagaimana Hidran gedung yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang?

Bagaimana mekanisme perawatan dan

pengecekannya? Apakah sudah sesuai

dengan standar?

Ya itu sama aja pak, kalo disini itu yang ngecek semua

teknisi itu ranahnya, memang seharusnya kan bagian K3

tapi untuk sementara ya seperti itu.

Kalau hidran gedung itu kan kita

udah menyediakan alat-alatnya

ada didalam box itu yang hidran

itu, kan kalau pengecekan itu

damkar, makanya yang tadi itu

kan saya bilang awal itu dari 3

bulan itu dia sebulan sekali,

kesininya mungkin dari hasil

pengecekannya udah oke,

makanya paling kalau misalnya

ada kebocoran ada apa paling

baru kita hubungi mereka.

14 Bagaimana springkler yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang? Bagaimana

mekanisme perawatan dan

pengecekannya? Apakah sudah sesuai

dengan standar?

Ya sama kayak tadi pak, balik lagi ke pertanyaan yang

tadi ya begitu itu, kalo misalnya ada kerusakan atau apa

ya jadinya cepet diperbaiki sama mereka...

Kalau sprinkler mah

pengecekannya perawatannya

bisa diliat aja, kayak dari sini dari

bawah aja keliatan, jadi gini aja,

kalau sprinkler itu kalau gak

normal ini, mungkin ada keluar

air, netes...

15 Apakah terdapat pemadam luapan di

RSUD Kota Tangerang? Ruangan apa

yang diproteksi menggunakan

pemadam jenis tersebut? Bagaimana

mekanisme perawatan dan

pengecekannya? Apakah sudah sesuai

dengan standar?

... kalo disini selain apar ya saya pikir pakai air ya, karena

sprinkler juga kan air, hidran juga begitu sama, ya paling

apar aja yang gak pakai air...

... yang beda mungkin penentuan

titiknya, letaknya, tergantung luas

ruangan, perseginya berapa meter

kali berapa, penentuan

sprinklernya ada berapa titiknya

dimana itu baru beda.

16 Bagaimana kriteria detektor asap yang ...detektor disini aktif semua, bisa diliat juga dari ruang ...kemarin pernah kejadian ada

Page 197: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

terdapat di RSUD Kota Tangerang?

Penempatannya? Apakah detektor

terintegrasi dengan alat pemadam

secara otomatis? Bagaimana

mekanisme perawatan dan

pengecekannya? Apakah sudah sesuai

dengan standar?

kontrol itu ada gimana keaktifannya, sejauh ini aman-

aman, tapi waktu itu pernah kejadian malem saya denger

ada di kantin itu orang kantin lagi bakar apa gitu,ikan

bakar atau apa ya, itu kejadian alarmnya bunyi...

orang waskita yang nyobain

nyalain alarm, itu pasien-pasien

semua pada panik, karena kurang

koordinasi. Itu pokoknya sensitif

kalau smoke itu, ini misalnya

asap rokok, ya uap air, sama asap

ini ya bara, itu kan beda kalau

bara, itu kan lebih panas, jadi

bakalan nyalain detektornya

17 Bagaimana pembuangan asap yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang?

Bagaimana perhitungan penempatan

dan jalur buangan? Bagaimana jalur

yang dilewati pembuangan ini?

Bagaimana mekanisme perawatan dan

pengecekannya? Apakah sudah sesuai

dengan standar?

... pembuangan asap disini pakai exhaust ya namanya, ya

itu dia menyedot asap juga kan, kalau jalurnya sih ya

lewat atap itu langsung ke atas kan mesinnya diatas

langsung kebuang ke atas...

... , exhaust itu kita misalnya ada

asap itu misalnya asap menyebar

itu, untuk mencegahnya ada

dengan exhaust itu, jadi itu dia

kan alatnya ada diatas, mesinnya

ada di atap, jadi dibuang ke atas

lewat exhaust itu...

18 Apakah terdapat buku panduan untuk

operator ruang pengendali operasi

bahaya kebakaran?

Mungkin ada... Operatornya ada orang sini,

orang apa mekanik.. mungkin gak

ada kan itu mah gak dirawat ya

itu jenis elektrik kecuali mesin,

gitu kan, itu mah gak dirawat..

Page 198: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Page 199: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Page 200: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Page 201: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Page 202: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Page 203: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Page 204: Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran …...Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan