PENGARUH DISIPLIN KERJA, KESELAMATAN ......PENGARUH DISIPLIN KERJA, KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN...

166
PENGARUH DISIPLIN KERJA, KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi kasus pada Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan) SKRIPSI Oleh: Ihsan Amiruddin NIM: 1110081000132 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2016 M

Transcript of PENGARUH DISIPLIN KERJA, KESELAMATAN ......PENGARUH DISIPLIN KERJA, KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN...

  • PENGARUH DISIPLIN KERJA, KESELAMATAN KESEHATAN KERJA

    DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KINERJA PEGAWAI

    (Studi kasus pada Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan

    Jakarta Selatan)

    SKRIPSI

    Oleh:

    Ihsan Amiruddin

    NIM: 1110081000132

    JURUSAN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H/2016 M

  • i

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Data Pribadi:

    Nama Lengkap : Ihsan Amiruddin

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 9 Oktober 1991

    Kewarganegaraan : Indonesia

    Agama : Islam

    Status Perkawinan : Belum Menikah

    Alamat Rumah : Komplek Inkopad Blok M 7 No. 11 Rt. 02/007 Desa

    Sasakpanjang Kec. Tajurhalang Kab. Bogor

    Telepon/HP : 089638276688

    Email : [email protected] dan

    [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    1996 – 1997 : TK Islam Al-Ittihadiyah YWPM

    1997 – 2003 : SDN Kalisuren 1

    2003 – 2006 : Mts. Persatuan Islam No. 69

    2006 – 2009 : MA. Persatuan Islam No. 69

    2010 – 2016 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Pengalaman Organisasi:

    1. Kabid. Minat dan Bakat RG MA. Persatuan Islam No. 69 2007-2008

    2. Anggota Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan

    (PTKK) Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Komisariat Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis 2012 – 2013

    3. Kabid. Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan (PTKK)

    Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    2013 – 2014

    4. Kabid. Seni dan Budaya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis 2014 – 2014

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • vi

    PENGARUH DISIPLIN KERJA, KESELAMATAN KESEHATAN

    KERJA DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KINERJA PEGAWAI

    (Studi Kasus pada Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan

    Penyelamatan Jakarta Selatan)

    Oleh :

    Ihsan Amiruddin

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh disiplin kerja

    (X1), keselamatan kesehatan kerja (X2) dan efikasi diri (X3) terhadap

    kinerja pegawai (Y) di Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamtan

    Jakarta Selatan. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling, dan

    dipilih 75 responden sebagai sampel. Sedangkan analisis data yang

    diunakan dalam penelitian ini meliputi: uji kualitas data, uji asumsi klasik,

    analisis regresi linear berganda dan uji hipotesis. Hasil uji signifikan

    parsial (uji statistik t) dari analisis dan pembahasan penelitian

    menunjukkan bahwa: 1) Disiplin kerja, dengan nilai thitung 2,435 > ttabel

    1,992 dan nilai signifikansi 0,017. Dengan menggunakan batas signifikansi

    0,05, maka 0,017 < 0,05. Dengan demikian berarti bahwa disiplin kerja

    (X1) memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai secara parsial.

    2) Keselamatan kesehatan kerja, dengan nilai thitung 7,012 > ttabel 1,992 dan

    nilai signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05,

    maka 0,000 < 0,05. Dengan demikian berarti bahwa keselamatan

    kesehatan kerja (X2) memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja

    pegawai secara parsial. 3) Efikasi diri, dengan nilai thitung 3,615 > ttabel

    1,992 dan nilai signifikansi 0,001. Dengan menggunakan batas signifikansi

    0,05, maka 0,001 < 0,05. Dengan demikian berarti bahwa efikasi diri (X3)

    memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai secara parsial.

    Sementara hasil uji signifikan simultan (uji f) menunjukkan bahwa Fhitung

    350,536 > Ftabel 2,73. Dengan demikian berarti bahwa variabel disiplin

    kerja (X1), keselamatan kesehatan kerja (X2) dan efikasi diri (X3) secara

    simultan memiliki pengaruh signifikan pada kinerja pegawai di Suku

    Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan.

    Kata Kunci: Disiplin kerja, Keselamatan kesehatan kerja, Efikasi diri,

    Kinerja pegawai.

  • vii

    INFLUENCES OF WORK DISCIPLINE, HEALTH SAFETY AND

    SELF EFFICACY ON EMPLOYEES PERFORMANCE

    (Case Study on Department of Fire Fighter and Safety, South Jakarta)

    By:

    Ihsan Amiruddin

    ABSTRACT

    This study aims to analyze the effect of work discipline (X1),

    health safety (X2) and self efficacy (X3) on employees performance (Y) in

    Department of Fire Fighter and Safety, South Jakarta. The samples were

    obtained by purposive sampling method, and selected 75 respondents as a

    sample. While the analysis of the data used in his research include: quality

    test, classic assumption test, multiple liner regression analysis and

    hypotheses test. Results partial significance test (t statistic test) of the

    analysis and discussion research shows that: 1) Work discipline, with tvalue

    2,435 >ttabel 1,992 and significant value of 0,017. By using the limit of

    significance of 0,05, then 0,017 < 0,05. This means that work discipline

    (X1) had a significant influence on performance employees partially. 2)

    Health safety, with tvalue 7,012 >ttabel 1,992 and significant value of 0,000.

    By using the limit of significance of 0,05, then 0,000 < 0,05. This means

    that work discipline (X2) had a significant influence on performance

    employees partially. 3) Self efficacy, with tvalue 3,615 > ttabel 1,992 and

    significant value of 0,017. By using the limit of significance of 0,05, then

    0,001 < 0,05. This means that work discipline (X3) had a significant

    influence on performance employees partially. While results simultaneous

    significance test (F statistic test) shows that Fvalue 350,536 > Ftabel 2,73.

    This means that the variables of work discipline (X1), health safety (X2)

    and self efficacy (X3) simultaneously had significant influence on

    employees performance (Y) in Department of Fire Fighter and Safety,

    South Jakarta.

    Keywords: Work Discipline, Health Safety, Self Efficacy and Employees

    Performance.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb

    Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,

    Puji syukur hanya bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang begitu

    berarti dalam hidup yang senantiasa mengalir deras tiada hentinya hingga detik

    ini. Shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, serta

    keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang mengikuti sunnahnya hingga akhir

    zaman.

    Alhamdulillahirabbil ‘alamin, atas kerja keras, kesungguhan dan rahmat

    Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    “Pengaruh Disiplin Kerja, Keselamatan Kesehatan Kerja dan Efikasi Diri

    terhadap Kinerja Pegawai (Studi Kasus pada Suku Dinas Pemadam

    Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan)”. Skripsi ini disusun sebagai

    salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan studi program sarjana (S1)

    Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari

    kesempurnaan dan skripsi ini bukan merupakan satu hasil proses kerja penulis

    saja, namun terdapat pula pihak-pihak yang turut membantu dan berkontribusi

    dalam proses penyelesaian penyusunan skripsi ini. Dibalik keberhasilan selalu ada

    lingkaran lain yang memberikan semangat, motivasi, bimbingan serta do’a. Untuk

    itu dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, penulis menyampaikan rasa

    terima kasih dan mempersembahkan gelar ini kepada :

  • ix

    1. Kedua orang tua ku tercinta, Ayahanda Aria Suhendra dan Ibunda

    Halimatussa’diyah, terima kasih atas segala ketulusan kasih sayang yang

    diberikan dan kesungguhan do’a yang dipanjatkan. Semoga Allah SWT selalu

    menjaga kesehatan dan kebahagiaan ayah dan ibu agar dapat terus menjadi

    penerang bagiku dan adik-adikku. Do’aku selalu menyertai Ayah dan Ibu

    selalu, Amin.

    2. Adik-adik ku tercinta, Fariz Rachman dan Muhammad Idzharul Haq, terima

    kasih atas segala perhatian dan canda tawa yang kalian berikan, semoga

    kalian selalu diberikan kemudahan dalam menempuh pendidikan yang

    sedang dan akan kalian jalani.

    3. Rifqah Amalia, motivator terselesaikannya perkuliahan, ujian komprehensif

    dan skripsi ini, terima kasih untuk segala motivasi, support moril dan materil

    dan do’a. Semoga ini menjadi langkah awal kita menuju langkah berikutnya

    yang kita cita-citakan, Amin.

    4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Ibu Titi Dewi Warninda M.Si Selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    6. Ibu Ella Patriana, MM, AAAIJ Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    7. Bapak Dr. Suhendra S.Ag., MM selaku pembimbing I yang telah memberikan

    bimbingan, arahan, motivasi, semangat, kemudahan dan perhatian dalam

  • x

    penyusunan skripsi ini, semoga selalu diberikan limpahan rahmat dari Allah

    SWT.

    8. Bapak Hemmy Fauzan SE, MM selaku pembimbing II yang telah

    memberikan bimbingan, arahan, motivasi, semangat, kemudahan dan

    perhatian dalam penyusunan skripsi ini, semoga selalu diberikan limpahan

    rahmat dari Allah SWT.

    9. Seluruh staf pengajar, dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala pengetahuan, pelayanan administrasi

    dan penyedia referensi.

    10. Saudara seperjuangan, Aroy, Restu, Romi, Kocung, Ojan dan Kiting. Terima

    kasih atas bimbingan, motivasi dan persaudaraan kalian selama berada pada

    satu atap yang sama. Semoga selalu menjadi saudara yang melebihi

    persahabatan.

    11. Abang-abang senior Himpunan mahasiswa Islam, Bang Sugih, Bang Adi,

    Bang Bande, Bang Doyok. terima kasih atas segala bimbingan, kepedulian,

    perhatian dan kekeluargaan yang kalian ciptakan. Semoga kesuksesan selalu

    mengiringi langkah kalian.

    12. Seluruh kawan-kawan Manajemen D angkatan 2010, Buday, Aby, Asrul,

    Rizky “engkong”, vito, mpik, iyee dan Tompel. Terimakasih atas kerjasama

    dan supportnya, sukses untuk kita semua.

    13. Semua pihak yang belum disebut diatas, terimakasih atas segala bantuan

    selama proses penulisan skripsi ini.

  • xi

    Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan berharap semoga Allah

    SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang

    telah memberikan bantuan kepada penulis, dan semoga skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan pada

    umumnya. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih.

    Billahitaufiq wal Hidayah

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Jakarta, 10 Maret 2016

    Penulis

  • xii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................ i

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................................... iii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................. iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... v

    ABSTRAK .............................................................................................................. vi

    ABSTRACT ............................................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian ................................................................. 1

    B. Perumusan Masalah ........................................................................... 8

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .......................................................... 9

    1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 9

    2. Manfaat Penelitian ................................................................... 10

    a. Manfaat Pihak Organisasi ................................................. 10

    b. Manfaat Pihak Akademis .................................................. 10

    c. Manfaat Pihak Penulis ...................................................... 11

  • xiii

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori ................................................................................ 12

    1. Manajemen ............................................................................... 12

    2. Manajemen Sumber Daya Manusia ......................................... 12

    3. Disiplin Kerja ........................................................................... 13

    4. Keselamatan Kesehatan Kerja ................................................. 19

    5. Efikasi Diri ............................................................................... 28

    6. Kinerja Pegawai ....................................................................... 37

    B. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 44

    C. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 48

    D. Hipotesis .......................................................................................... 50

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 52

    B. Metode Penentuan Sampel .............................................................. 52

    C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 54

    D. Metode Analisis Data ...................................................................... 56

    1. Uji Kualitas Data ...................................................................... 56

    a. Uji Validitas ...................................................................... 56

    b. Uji Reliabilitas .................................................................. 57

    2. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 57

    a. Uji Normalitas ................................................................... 57

    b. Uji Multikolonieritas ......................................................... 58

    c. Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 58

  • xiv

    d. Uji Autokorelasi ................................................................ 59

    3. Uji Hipotesis ............................................................................ 60

    a. Uji Signifikan Parsial (Uji Statistik t) ............................... 60

    b. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik f) ........................... 62

    c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................................... 62

    E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 63

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 69

    1. Tempat Penelitian .................................................................... 69

    2. Waktu Penelitian ...................................................................... 69

    B. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 70

    1. Sejarah Singkat Dinas Pemadam Kebakaran dan

    Penyelamatan ............................................................................ 70

    2. Tugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan ............. 72

    3. Struktur Organisasi .................................................................. 73

    C. Karakteristik Responden dan Distribusi Jawaban Responden ........ 74

    1. Karakteristik Responden .......................................................... 74

    2. Distribusi Jawaban Responden ................................................ 77

    D. Hasil Analisis Data .......................................................................... 83

    1. Hasil Statistik Deskriptif .......................................................... 83

    2. Hasil Uji Kualitas Data ............................................................ 84

    a. Hasil Uji Validitas ............................................................ 84

    b. Hasil Uji Reliabilitas ......................................................... 87

  • xv

    3. Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................................... 89

    a. Hasil Uji Normalitas ......................................................... 89

    b. Hasil Uji Multikolonieritas ............................................... 91

    c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................ 92

    d. Hasil Uji Autokorelasi ...................................................... 94

    4. Hasil Uji Hipotesis ................................................................... 95

    a. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji Statistik t) ..................... 95

    b. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) ................. 99

    c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................. 100

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ................................................................................... 102

    B. Saran .............................................................................................. 102

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 107

    LAMPIRAN ........................................................................................................ 111

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    TABEL KETERANGAN HAL.

    1.1 Data kejadian bencana kebakaran DKI Jakarta dari tahun 2010-2014 ......... 3

    1.2 Data absensi staf operasional tingkat ahli periode Juli-September 2015 ....... 5

    1.3 Data kerugian jiwa petugas pemadam kebakaran dari tahun 2010-2014 ....... 6

    1.4 Objek bencana dari tahun 2010-2014 ............................................................ 7

    3.1 Skala pengukuran likert ............................................................................... 55

    3.2 Definisi operasional variabel ....................................................................... 63

    4.1 Proses penyebaran dan penerimaan kuesioner ............................................ 69

    4.2 Jenis kelamin responden .............................................................................. 74

    4.3 Usia responden ............................................................................................ 75

    4.4 Pendidikan terakhir responden .................................................................... 76

    4.5 Distribusi jawaban responden mengenai disiplin kerja (X1) ........................ 77

    4.6 Distribusi jawaban responden mengenai keselamatan kesehatan

    kerja (X2) ..................................................................................................... 79

    4.7 Distribusi jawaban responden mengenai efikasi diri (X3) ........................... 81

    4.8 Distribusi jawaban responden mengenai kinerja pegawai (Y) .................... 82

    4.9 Hasil statistik deskriptif ............................................................................... 84

    4.10 Hasil uji validitas ......................................................................................... 85

    4.11 Hasil uji reliabilitas ..................................................................................... 88

    4.12 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ...................................................... 90

    4.13 Hasil uji multikolonieritas ........................................................................... 91

    4.14 Hasil uji heteroskedastisitas ........................................................................ 93

  • xvii

    4.15 Hasil uji autokorelasi ................................................................................... 94

    4.16 Hasil uji signifikan parsial (uji statistik t) ................................................... 95

    4.17 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji statistik F) ............................................ 99

    4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 100

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR KETERANGAN HAL.

    2.1 Sumber efikasi diri ................................................................................... 33

    2.2 Kerangka pemikiran ................................................................................. 49

    4.1 Struktur Organisasi Suku Dinas Pemadam Kebakaran

    dan Penyelamatan Jakarta Selatan ............................................................ 73

    4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent

    Variabel: Kinerja Pegawai (Y) ................................................................. 89

    4.3 Grafik Scatterplot ..................................................................................... 92

  • xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN KETERANGAN HAL.

    1 Surat Penelitian .................................................................................... 111

    2 Surat Keterangan Izin Penelitian Perusahaan ...................................... 112

    3 Kuesioner Penelitian ............................................................................ 113

    4 Distribusi Frekuensi Pernyataan Kuesioner ......................................... 121

    5 Hasil Output SPSS ............................................................................... 129

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sumber daya manusia merupakan modal utama dari sebuah

    organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuannya, peran sumber daya

    manusia saat ini bukan hanya sebagai alat produksi tetapi juga sebagai

    penggerak dan penentu berlangsungnya proses produksi dan segala

    aktivitas organisasi. Segala sumber daya yang dimiliki perusahaan tidak

    akan bisa menghasilkan output yang maksimal tanpa adanya peran dari

    sumber daya manusia yang menjalankannya.

    Sumber daya manusia merupakan tokoh sentral dalam organisasi

    maupun perusahaan. Agar aktivitas manajemen berjalan dengan baik,

    perusahaan harus memiliki pegawai yang berpengetahuan dan

    berketrampilan tinggi serta usaha untuk mengelola perusahaan seoptimal

    mungkin sehingga kinerja pegawai meningkat. Menurut Budi Setiyawan dan

    Waridin (2006) kinerja pegawai merupakan hasil atau prestasi kerja pegawai

    yang dinilai dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja

    yang ditentukan oleh pihak organisasi. Kinerja yang baik adalah kinerja

    yang optimal, yaitu kinerja yang sesuai standar organisasi dan mendukung

    tercapainya tujuan organisasi, sedangkan organisasi yang baik adalah

    organisasi yang berusaha meningkatkan kemampuan sumber daya

    manusianya, karena hal tersebut merupakan faktor kunci untuk

    meningkatkan kinerja pegawai.

  • 2

    Dalam mencapai tujuannya, organisasi membutuhkan sumber daya

    manusia dengan kinerja yang baik, Murni (2007) menjelaskan bahwa

    baik buruknya kondisi kinerja organisasi mempengaruhi tercapainya

    keuntungan organisasi. Baik buruk hasil kerja pegawai dapat dilihat dari

    standar kinerja yang telah ditetapkan organisasi, jika sumber daya

    manusia memberikan hasil kerja sesuai standar kinerja yang telah

    ditetapkan maka kinerja sumber daya manusia tergolong baik, begitu pun

    sebaliknya.

    Dengan kata lain, standar kinerja menjadi hal yang harus

    diperhatikan oleh organisasi agar tercipta kinerja yang baik dan

    memberikan efek terhadap pencapaian visi dan misi organisasi secara

    optimal, sumber daya manusia juga diarahkan agar memiliki sikap dan

    perilaku yang berintikan pengabdian, kejujuran, profesional, tanggung

    jawab, disiplin, etos kerja serta wibawa sehingga dapat memberikan

    pelayanan sesuai tuntutan perkembangan masyarakat. Selain itu,

    organisasi juga berusaha agar anggota organisasi kedepannya mampu

    membawa organisasi menjadi lebih berkembang dan maju.

    Pentingnya sumber daya manusia dengan kinerja yang baik bagi

    dinas pemadam kebakaran dan penyelamatan provinsi DKI Jakarta sudah

    menjadi keharusan. Mengingat peran dari dinas pemadam kebakaran dan

    penyelamatan adalah sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah yang

    memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan

    masalah kebakaran.

  • 3

    Perkembangan zaman yang kian maju disertai peningkatan jumlah

    penduduk yang signifikan dan semakin berkembangnya berbagai macam

    kebutuhan dan urusan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota

    DKI Jakarta, maka sudah menjadi hal yang wajar apabila terjadi

    peningkatan pembangunan di berbagai sektor kehidupan. Pembangunan

    bangunan gedung dan perumahan di Ibukota menunjukkan kemajuan dan

    peningkatan yang sangat pesat, seiring dengan kemajuan tersebut resiko

    kebakaran yang terjadi di Ibukota khususnya pada bangunan perumahan,

    jasa perekonomian dan industri cenderung meningkat. Frekuensi

    kebakaran yang terjadi di wilayah DKI Jakarta berdasarkan data jumlah

    kebakaran dari tahun 2010 sampai 2014 yang terdapat didalam situs

    resmi dinas pemadam kebakaran dan penyelamatan provinsi DKI Jakarta,

    yaitu:

    Tabel 1.1

    Data Kejadian Bencana Kebakaran DKI Jakarta

    Dari tahun 2010 sampai 2014

    No. Tahun Frekuensi

    Wilayah

    Jakarta

    Pusat

    Jakarta

    Utara

    Jakarta

    Barat

    Jakarta

    Selatan

    Jakarta

    Timur

    1 2010 708 105 95 173 172 163

    2 2011 953 108 181 225 221 217

    3 2012 1039 125 203 225 223 263

    4 2013 997 137 162 262 224 211

    5 2014 1094 132 184 283 232 258

    Sumber: Jakartafire.net

    Berdasarkan data kebakaran diatas, frekuensi kebakaran yang terjadi

    di wilayah DKI Jakarta menuntut kinerja yang baik dari sumber daya

    manusia yang dimiliki dinas pemadam kebakaran dan penyelamatan DKI

  • 4

    Jakarta agar kualitas pelayanan dapat tercapai. Para petugas pemadam

    kebakaran dituntut untuk dapat melaksanakan fungsi pokok sesuai

    dengan yang diatur dalam SK Gub Nomor 9 tahun 2002, tentang Struktur

    Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI

    Jakarta, yaitu: pencegahan kebakaran, pemadaman kebakaran,

    dan penyelamatan jiwa, ancaman kebakaran dan bencana lain.

    Hasil wawancara dengan Kepala dinas pemadam kebakaran dan

    penyelamatan, H. Subejo SH, M.Si yang dikutip dari situs resmi

    pemadam kebakaran DKI Jakarta (Jakartafire.net, 2013) menjelaskan

    bahwa pembenahan lingkup internal menjadi program prioritas, dimana

    sumber daya manusia yang ada harus berkualitas dan profesional, serta

    didasari kejujuran, kesetiaan, kedisplinan dan keikhlasan, sehingga dapat

    memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, begitu pun

    dengan birokrasi internal yang ada sangat lambat dan terkesan bertele-

    tele. Sebagai upaya pembentukan karakter yang berkualitas dan

    profesional, pemberian reward and punishment, peningkatan

    keterampilan personil dan pembangunan karakter yang berkomitmen

    menjadi skala prioritas yang dilakukan agar kualitas sumber daya

    manusia yang ada menjadi handal.

    Penulis memilih suku dinas pemadam kebakaran dan penyelamatan

    Kota Administrasi Jakarta Selatan sebagai objek penelitian, alasan

    penulis melakukan penelitian di suku dinas pemadam kebakaran dan

    penyelamatan Jakarta Selatan dimana kinerja pegawai diukur dengan

  • 5

    terlaksananya tupoksi, maka pegawai dituntut untuk dapat menunjukkan

    kinerja yang baik, pekerjaan pemadam kebakaran adalah pekerjaan yang

    membutuhkan fisik dan mental yang baik agar mampu memberikan

    pelayanan yang baik jika terjadi bencana kebakaran.

    Para petugas pemadam kebakaran harus dalam kondisi fit dan harus

    selalu siaga 24 jam, maka dari itu pentingnya menjaga daya tahan tubuh

    menjadi hal yang utama bagi para pegawai khususnya staf operasional

    sebagai garda terdepan pada saat proses pemadaman berlangsung, jika

    seorang petugas pemadam tidak hadir pada saat bertugas atau terjadi

    bencana kebakaran maka akan membuat kinerja yang dihasilkan tim akan

    menurun, apalagi dengan keterbatasan jumlah sumber daya manusia yang

    tersedia yang dimiliki suku dinas pemadam kebakaran dan penyelamatan

    Jakarta Selatan. Data absensi yang berhasil peneliti ambil adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 1.2

    Data Absensi

    Staf Operasional Tingkat Ahli

    periode Juli - September 2015

    No. Bulan Status kehadiran

    Alfa Terlambat Pulang Awal

    1 Juli 16 orang 205 orang 188 orang

    2 Agustus 17 orang 195 orang 165 orang

    3 September 14 orang 197 orang 177 orang

    Sumber : Bagian Tata Usaha

    Berdasarkan data pada tabel 1.2, permasalahan yang ada merupakan

    kedisplinan yang kurang baik dari para pegawai dilihat dari tingkat

    kehadiran dan ketepatan waktu kerja. Pegawai bagian staf operasional

  • 6

    tingkat ahli yang dimiliki suku dinas pemadam kebakaran Jakarta Selatan

    berjumlah 307 orang, tingkat alfa pada bulan Juli mencapai 5,2%,

    keterlambatan 66%, dan pulang awal 61%. Kemudian pada bulan

    Agustus, tingkat alfa mencapai 5,5%, keterlambatan 63%, dan pulang

    awal 53%. Tingkat alfa pada bulan September mencapai 4,5%,

    keterlambatan 64%, dan pulang awal 57%. Tingkat kehadiran dan

    ketepatan waktu menjadi hal yang patut diperhitungkan, karena hal ini

    berkaitan langsung dengan kedisplinan dan berakibat kepada kinerja.

    Selain itu, keterlambatan dan pulang lebih awal akan mengacaukan

    sistem kerja yang telah dibuat, seperti pergantian shift yang sudah pasti

    terlambat atau petugas yang shiftnya akan diganti sudah pulang sebelum

    waktunya.

    Sebagai garda terdepan, petugas pemadam kebakaran selalu

    dihadapkan pada situasi yang dapat mengancam nyawa dan keselamatan,

    data yang berhasil penulis ambil sebagai berikut:

    Tabel 1.3

    Data Kerugian Jiwa Petugas Pemadam Kebakaran

    Dari tahun 2010 – 2014

    Tahun Luka-luka

    2010 2

    2011 13

    2012 23

    2013 7

    2014 13

    Jan-Nov 2015 12

    Sumber: Suku dinas pemadam kebakaran

    Berdasarkan data pada tabel 1.3, jumlah petugas yang mengalami

    kecelakaan kerja setiap tahunnya selalu ada, hal ini menunjukkan bahwa

  • 7

    pekerjaan pemadam memiliki resiko yang tinggi dalam pelaksanaannya,

    padahal seharusnya apapun bentuk pekerjaannya, pemeliharaan

    keselamatan dan kesehaan kerja menjadi hal yang paling penting untuk

    dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan staf operasional

    bahwa penyebab kecelakaan yang terjadi saat pemadaman disebabkan

    oleh banyak hal, ada yang disebabkan oleh kecerobohan, kurangnya

    kedisiplinan, dan ada juga yang disebabkan oleh terbatasnya sumber daya

    manusia yang membuat beban kerja saat bertugas di lapangan semakin

    berat.

    Dalam melaksanakan tugasnya di lapangan, petugas pemadam

    kebakaran tidak selalu dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sama

    dengan kejadian sebelumnya, hal ini juga menunjukan tingkat kesulitan

    tugas yang berbeda, seperti pada tabel dibawah ini:

    Tabel 1.4

    Objek Bencana

    Dari Tahun 2010 sampai 2014

    No. Tahun

    Objek Bencana

    Bangunan

    Perusahaan

    Bangunan

    Umum

    Bangunan

    Industri Kendaraan

    Lain-

    lain

    1 2010 348 161 24 55 120

    2 2011 404 224 28 70 227

    3 2012 445 240 21 90 243

    4 2013 409 212 30 87 259

    5 2014 433 236 32 92 301

    Sumber: Suku dinas Pemadam Kebakaran

    Berdasarkan data diatas, terdapat beberapa objek bencana kebakaran

    yang berbeda-beda, dimana hal ini menuntut seorang petugas memakai

    pengalaman yang dimiliki untuk menghadapi situasi dan kondisi yang

  • 8

    baru karena lokasi kebakaran tidak selalu sama seperti lokasi

    sebelumnya, jumlah personel yang tidak memadai dan hambatan ketika

    menuju lokasi kebakaran pun seperti kemacetan, lokasi yang sulit

    dijangkau kendaraan pemadam menunjukkan tingkat kesulitan tugas

    yang berbeda, hal ini menuntut petugas pemadam kebakaran memiliki

    efikasi diri yang tinggi. Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan

    beberapa staf operasional menjelaskan ada saat dimana para petugas

    merasakan putus asa saat berusaha memadamkan api karena api yang

    tidak kunjung padam, sedangkan perasaan putus asa menunjukkan bahwa

    pada saat itu efikasi diri petugas rendah, terlebih jika kebakaran yang

    terjadi dalam skala besar, dalam tahun 2010 saja akumulasi total area

    kebakaran mencapai 272.676 m2, dalam satu kali kejadian kebakaran bisa

    mencapai 5-10 jam pemadaman.

    Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian tentang “Pengaruh Disiplin Kerja, Keselamatan Kesehatan

    Kerja dan Efikasi Diri terhadap Kinerja Pegawai” (Studi Kasus

    pada Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta

    Selatan).

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, kita ketahui

    bahwa Disiplin Kerja, Keselamatan Kesehatan Kerja dan Efikasi Diri

    merupakan beberapa elemen-elemen yang dapat menunjang kinerja

    pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Elemen tersebut secara

  • 9

    bersama-sama saling ikut memberikan kontribusinya dalam pencapaian

    tujuan organisasi. Untuk itu maka dapat dirumuskan suatu pertanyaan

    penelitian sebagai berikut :

    1. Apakah terdapat pengaruh signifikan Disiplin Kerja (X1) secara

    parsial terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Suku Dinas Pemadam

    Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan

    2. Apakah terdapat pengaruh signifikan Keselamatan Kesehatan Kerja

    (X2) secara parsial terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Suku Dinas

    Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan

    3. Apakah terdapat pengaruh signifikan Efikasi Diri (X3) secara parsial

    terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Suku Dinas Pemadam Kebakaran

    dan Penyelamatan Jakarta Selatan

    4. Apakah terdapat pengaruh signifikan Disiplin Kerja (X1),

    Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) dan Efikasi Diri (X3) secara

    simultan terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Suku Dinas Pemadam

    Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan

    yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    a. Untuk menganalisis pengaruh Disiplin Kerja (X1) secara parsial

    terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Suku Dinas Pemadam

    Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan

  • 10

    b. Untuk menganalisis pengaruh Keselamatan Kesehatan Kerja (X2)

    secara parsial terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Suku Dinas

    Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan

    c. Untuk menganalisis pengaruh Efikasi Diri (X3) secara parsial

    terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Suku Dinas Pemadam

    Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan

    d. Untuk menganalisis pengaruh Disiplin Kerja (X1), Keselamatan

    Kesehatan Kerja (X2) dan Efikasi Diri (X3) secara simultan

    terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Suku Dinas Pemadam

    Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan

    2. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat Pihak Organisasi

    Diharapkan dapat memberikan gambaran dan rekomendasi

    bagi Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta

    Selatan khususnya kepada pemimpin dalam memperhatikan dan

    melakukan strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja pegawai

    dengan menggunakan variabel disiplin kerja, keselamatan

    kesehatan kerja, dan efikasi diri.

    b. Manfaat Pihak Akademis

    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan

    referensi ilmu pengetahuan di bidang manajemen, khususnya dalam

    bidang manajemen sumber daya manusia.

  • 11

    c. Manfaat Pihak Penulis

    Sebagai upaya dapat menambah pengetahuan dan mendalami

    masalah-masalah sumber daya manusia serta mendekatkan antara

    teori-teori dan praktek didunia kerja sesungguhnya.

  • 12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Manajemen

    Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola,

    menata, mengurus, melakukan dan mengendalikan menurut ardana

    (2012:4). Menurut Edwin B. Flippo yang dikutip dari Suwatno

    (2011:29), menjelaskan manajemen adalah perencanaan,

    pengorganisasian, pengarahan, pengendalian dan pengadaan,

    pengembangan kompensasi pengintegrasian, pemeliharaan dan

    pemberhentian pegawai dengan maksud terwujudnya tujuan

    perusahaan, individu, pegawai dan masyarakat.

    2. Manajemen Sumber Daya Manusia

    Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2011:5) Sumber

    daya manusia adalah nilai kolektif dari kemampuan, pengetahuan,

    keterampilan, pengalaman hidup, dan motivasi tenaga kerja

    organisasi. Manajemen sumber daya manusia pada umumnya untuk

    memperoleh tingkat perkembangan karyawan yang setinggi-tingginya,

    hubungan kerja yang serasi di antara para karyawan dan

    penyatupaduan sumber daya manusia secara efektif atau tujuan

    efisiensi dan kerja sama sehingga diharapkan akan meningkatkan

    produktifitas kerja (sunyoto, 2012:1).

  • 13

    Manajemen sumber daya manusia adalah suatu perencanaan,

    pengorganisaian, pengarahan dan pengawassan atas pengadaan,

    penngembangan, kompensasi pengintegrasian, pemeliharaan dan

    pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan

    organisasi perusahaan secara terpadu (Sunyoto, 2012:1), namun dalam

    pengertian lain manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang

    manajemen yang mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam

    organisasi atau perusahaan (ardana, 2012:3).

    Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, penulis

    menyimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan

    aktivitas mengkoordinasikan perencanaan, mengorganisir,

    pelaksanakan dan pengawasan yang berhubungan dengan sumber

    daya manusia agar efektif dan efisien dalam mewujudkan tujuan

    perusahaan, karyawan dan masyarakat.

    3. Disiplin Kerja

    a. Pengertian Disiplin Kerja

    Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer

    untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk

    mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan

    kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan

    perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku (Veithzal Rivai,

    2011: 824).

  • 14

    Darsono dan Siswandoko (2011:129) mengemukakan disiplin

    adalah suatu upaya manajemen untuk membina karyawan mentaati

    standar dan peraturan dalam organisasi. Karena hakikatnya disiplin

    adalah proses latihan untuk mengubah pola pikir, sikap dan

    perilaku karyawan untuk bekerja efektif, efisien dan produktif yang

    bermuara pada pencitraan laba dan nilai tambah ekonomi

    organisasi perusahaan.

    Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong

    para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan

    yang harus ditaati oleh para anggotanya (Sondang, 2011:305).

    Dari beberapa pengertian di atas, pada hakikatnya disiplin

    dalam kerja adalah sebuah sikap, tingkah laku dan perbuatan yang

    menunjukkan ketaatan dari setiap pegawai suatu perusahaan

    terhadap semua peraturan secara sadar, nilai dan norma yang

    berlaku di dalam perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis.

    b. Bentuk-bentuk Disiplin Kerja

    Darsono dan Siswandoko (2011:130) mengemukakan bahwa

    terdapat 2 tipe dari disiplin kerja, yaitu :

    1) Disiplin Preventif

    Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk

    mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standa dan

    aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah.

    Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri di

  • 15

    antara para karyawan. Dengan cara ini para karyawan menjaga

    disiplin mereka bukan semata-mata karena dipaksa oleh pihak

    manajemen.

    Pemimpin perusahaan mempunyai tanggung jawab dalam

    membangun iklim organisasi dengan disiplin preventif. Begitu

    pula pegawai harus dan wajib mengetahui, memahami semua

    pedoman kerja serta peraturan-peraturan yang ada dalam

    perusahaan (Mangkunegara, 2011:129).

    Tujuan dari disiplin preventif ini adalah mendorong

    pegawai agar memiliki disiplin diri. Disiplin diri menurut Jasin

    (1989) adalah disiplin yang dikembangkan atau yang dikontrol

    oleh diri sendiri. Hal ini merupakan manifestasi atau aktualisasi

    dari tanggung jawab pribadi, yang berarti mengakui dan

    menerima nilai-nilai yang ada diluar dirinya. Melalui disiplin

    diri, para karyawan merasa bertanggung jawab dan dapat

    mengatur diri sendiri untuk kepentingan organisasi.

    2) Disiplin korektif

    Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk

    menangani pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan-aturan dan

    mencoba untuk menghindari pelangaran-pelanggaran lebih

    lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman

    dan disebut sebagai tindakan pendisiplinan.

  • 16

    Sedangkan (Mangkunegara, 2011:129) menjelaskan Disiplin

    korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam

    menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap

    mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada

    perusahaan. Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar

    disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang

    berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah (Mangkunegara,

    2011:130) :

    (a) Untuk memperbaiki pegawai pelanggar.

    (b) Memelihara peraturan yang berlaku, dan

    (c) Memberikan pelajaran kepada pelanggar.

    Menurut Davis (1985:367), disiplin korektif memerlukan

    perhatian khusus dan proses prosedur yang seharusnya, yang

    berarti bahwa prosedur harus menunjukkan pegawai yang

    bersangkutan benar-benar terlibat. Keperluan proses yang

    seharusnya adalah :

    (a) Suatu prasangka yang tak bersalah sampai pembuktian pegawai

    berperan dalam pelanggaran.

    (b) Hak untuk didengar dalam beberapa kasus terwakilkan oleh

    pegawai lain.

    (c) Disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungan dengan

    keterlibatan pelanggaran.

    Hani Handoko (2010:209) selanjutnya berpendapat bahwa

    maksud pendisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan di waktu

  • 17

    yang akan datang bukan untuk menghukum kegiatan di masa lalu.

    Sedangkan sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positif,

    artinya bersifat untuk mendidik dan mengoreksi bukan tindakan

    menjatuhkan karyawan yang berbuat salah, karena tindakan negatif

    ini biasanya memiliki efek seperti hubungan emosional yang

    terganggu kelak, absensi meningkat, apatis bahkan ketakutan dan

    hilangnya rasa hormat pada penyelia.

    c. Dimensi dan Indikator Disiplin Kerja

    Dimensi dan indikator menurut Singodimedjo (dalam Sutrisno,

    2011:94) meliputi:

    1) Taat terhadap aturan waktu, taat terhadap aturan waktu diartikan

    sebagai sikap atau tingkah laku yang menunjukkan ketaatan

    terhadap jam kerja yang meliputi kehadiran dan kepatuhan

    pegawai pada jam kerja serta pegawai dapat melaksanakan tugas

    dengan tepat waktu dan benar. Indikator pada dimensi ini

    adalah:

    (a) Jam masuk kerja, Tingkat ketepatan jam masuk kerja

    (b) Jam istirahat, Tingkat ketepatan jam istirahat

    (c) Jam pulang kerja, Tingkat ketepatan jam pulang kerja

    2) Taat terhadap peraturan organisasi, peraturan maupun tata tertib

    yang tertulis dan tidak tertulis dibuatagar tujuan suatu organisasi

    dapat dicapai dengan baik, untuk itu dibutuhkan sikap setia dari

  • 18

    pegawai terhadap komitmen yang telah ditetapkan tersebut.

    Indikator pada dimensi ini adalah:

    (a) Cara berpakaian, tingkat berpakaian sesuai yang diharapkan

    organisasi.

    (b) Sopan santun, tingkat ketaatan untuk bersikap sopan dan

    bertingkah laku dalam pekerjaan.

    (c) Kepatuhan, tingkat kepatuhan dalam melaksanakan tugas

    3) Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan, taat terhadap

    aturan perilaku ditunjukan dengan cara melakukan pekerjaan-

    pekerjaan sesuai dengan jabatan, tugas dan tanggung jawab serta

    berhubungan dengan unit kerja lain. Indikator pada dimensi ini

    adalah:

    (a) Bertingkah laku, tingkat ketaatan terhadap bertingkah laku

    dalam pekerjaan

    (b) Tanggung jawab, tingkat ketaatan tanggung jawab terhadap

    tugas yang diberikan

    (c) Kesesuaian pekerjaan dengan kemampuan, tingkat

    kesesuaian untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan jabatan

    yang diemban

    4) Taat terhadap peraturan lainnya di organisasi, aturan tentang apa

    yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para

    pegawai dalam organisasi. Indikator pada dimensi ini adalah

  • 19

    norma yang berlaku, tingkat ketaatan bertingkah laku sesuai

    dengan norma yang berlaku di organisasi.

    4. Keselamatan Kesehatan Kerja

    a. Pengertian Keselamatan Kerja

    Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah

    satunya yaitu perlindungan keselamatan, perlindungan tersebut

    bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjaannya

    sehari-hari untuk meningkatkan produktivitas dan kinerjanya.

    Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai

    permasalahan disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa

    atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya.

    Robert L. Mathis dan John Jackson (2009:487) Keselamatan

    kerja merupakan kondisi dimana kesejahteraan fisik karyawan

    dilindungi, sedangkan kesehatan kerja merupakan keadaan umum

    dari kesejahteraan fisik, mental, dan emosional para karyawan

    dimana mereka bekerja. Menurut Wilson (2012:377) keselamatan

    kerja adalah perlindungan terhadap keamanan kerja yang dialami

    pekerja, baik fisik, maupun mental dalam lingkungan pekerjaan.

    Sedangkan menurut Rowley dan Jackson (2012:181) keselamatan

    kerja adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan

    fisik seseorang.

    Adapun Megginson dalam Mangkunegara (2011:161)

    menjelaskan keselamatan kerja adalah dimana menunjukkan suatu

  • 20

    kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau

    kerugian di tempat kerja. Aspek-aspek dari lingkungan kerja yang

    dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong,

    luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,

    penglihatan, pendengaran. semua itu sering dihubungkan dengan

    perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup

    tugas-tugas yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan.

    Resiko akan keselamatan merupakan aspek-aspek dari

    lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kerugian fisik dan non

    fisik bagi karyawan maupun perusahaan. Untuk fisik seperti patah

    tulang, kebakaran, memar, terpotong, terkilir dan kehilangan

    anggota tubuh lainnya. Sedangkan nonfisiknya dapat menyebabkan

    orang tersebut menjadi troma dan menggangu mentalnya.

    b. Pengertian Kesehatan Kerja

    Suatu hal penting yang perlu diperhatikan dan sering pula

    dilupakan oleh perusahaan yaitu kesehatan kerja para karyawannya.

    Ini merupakan hal yang paling inti dalam melindungi dan salah satu

    kegiatan manajemen untuk mempertahankan para sumber daya

    manusia yang bermutu. Dengan adanya program kesehatan kerja

    yang baik bukan hanya akan menguntungkan para karyawan secara

    material namun juga berdampak pada produksi serta produktivitas

    perusahaan.

  • 21

    Menurut Rowley dan Jackson (2012:177) kesehatan kerja

    adalah kondisi yang merujuk pada kondisi fisik, mental dan

    stabilitas emosi secara umum. Sedangkan menurut Megginson

    dalam Mangkunegara (2011:161) kesehatan kerja menunjukkan

    pada kondisi yang bebas dari kondisi yang bebas dari fisik, mental,

    emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja adalah suatu

    usaha dan aturan-aturan untuk menjaga kondisi perburuhan dari

    kejadian atau keadaan yang merugikan kesehatan dan kesusilaan,

    baik keadaan yang sempurna fisik, mental maupun sosial sehingga

    memungkinkan dapat bekerja secara optimal.

    c. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    Menciptakan suasana yang kondusif bagi Keselamatan

    Kesehatan Kerja (K3) karyawan merupakan hal yang penting

    sebagai salah satu kegiatan pemeliharaan manajemen perusahaan

    untuk melindungi sumber daya manusia serta aset perusahaan

    dalam mencegah bahaya yang tidak bisa diprediksikan.

    Berdasarkan Undang-undang nomor 14/tahun 1969 pasal 9 dalam

    Sedarmayanti (2011:208) diutarakan bahwa: “Tiap tenaga kerja

    berhak mendapat perlindungan atau keselamatan, kesehatan,

    kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai

    dengan martabat manusia dan moral agama”.

  • 22

    Keselamatan kesehatan kerja adalah suatu upaya pencegahan

    kecelakaan dan penyakit kerja yang dapat mengakibatkan

    kematian, cacat atau sakit dan gangguan psikologis yang dapat

    diderita oleh pekerja yang bersangkutan (Simanjuntak, 2011:163).

    Senada dengan Rivai dan Sagala (2010:792) keselamatan kesehatan

    kerja merujuk pada kondisi-kondisi fisiologis dan psikologis tenaga

    kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh

    perusahaan.

    Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan utama keselamatan

    dan kesehatan kerja adalah agar masing-masing karyawan dapat

    melakukan pekerjaannya lebih efisien, dan mendapat jaminan atas

    keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan

    psikologis. Dengan demikian diperlukan adanya suatu sistem atau

    menajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan

    mempertimbangkan teknik, peralatan yang digunakan dan proses

    produk di tempat kerja.

    d. Faktor-Faktor Keselamatan Kesehatan Kerja

    Menurut Simajuntak (2011:165) terdapat banyak faktor yang

    menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja, antara lain karena :

    1) Pekerjaan yang bersangkutan tidak terampil atau tidak

    mengetahui cara mengoperasikan alat-alat tersebut.

    2) Pekerja tidak hati-hati, lalai, kondisi yang terlalu lelah atau

    dalam keadaan sakit.

  • 23

    3) Tidak tersedia alat-alat pengaman.

    4) Alat kerja atau alat produksi yang digunakan dalam keadaan

    tidak baik atau tidak layak dipakai.

    Faktor lain yang dapat mempengaruhi Keselamatan Kesehatan

    Kerja (K3) menurut Handoko (2000:191), diantaranya yaitu :

    1) Membuat kondisi kerja yang aman.

    2) Pendidikan dan pelatihan kesehatan & keselamatan kerja.

    3) Penciptaan lingkungan kerja yang sehat.

    4) Pelayanan kebutuhan karyawan.

    5) Pelayanan Kesehatan.

    e. Tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja

    Tujuan keselamatan kesehatan kerja adalah memberi

    perlindungan kepada karyawan, yang merupakan aset perusahaan

    yang harus dipelihara dan dijaga keselamatan dan kesehatannya

    (Simajuntak, 2011:170).

    Menurut Mangkunegara (2011:162) perumusan tujuan

    keselamatan dan kesehatan kerja dilihat dari beberapa segi, adapun

    tujuan pemberian jaminan dan keselamatan dan kesehatan kerja

    karyawan adalah sebagai berikut:

    1) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan

    kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.

    2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja yang digunakan

    sebaiknya seefektif mungkin.

  • 24

    3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

    4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan

    kesehatan gizi pegawai.

    5) Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi

    kerja.

    6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

    lingkungan atau kondisi kerja.

    7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam

    bekerja.

    Dengan adanya jaminan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

    selama bekerja, maka mereka tentunya akan memberikan sikap

    loyalitas mereka terhadap perusahaan.

    f. Dimensi dan Indikator Keselamatan Kesehatan Kerja

    Dimensi keselamatan kesehatan kerja (Robert L. Mathis,

    2002:259-262) adalah sebagai berikut:

    1) Tanggung jawab kesehatan, keselamatan dan keamanan. Inti

    manajemen keselamatan kerja adalah komitmen perusahaan dan

    usaha-usaha keselamatan kerja yang komprehensif. Usaha ini

    sebaiknya dikoordinasikan dari tingkat manajemen paling tinggi

    untuk melibatkan seluruh anggota perusahaan. Usaha ini juga

    sebaiknya dicerminkan melalui tindakan-tindakan manajerial,

    fokus pendekatan sistematis terhadap keselamatan kerja adalah

    adanya kerjasama yang terus menerus dari para pekerja,

  • 25

    manajer, dan yang lainnya. Para karyawan yang tidak diingatkan

    akan adanya pelanggaran keselamatan kerja, yang tidak

    didorong untuk menjadi sadar akan keselamatan kerja, atau yang

    melanggar peraturan dan kebijakan perusahaan tentang

    keselamatan kerja mungkin akan tidak aman bekerjanya.

    Indikator dari dimensi ini adalah:

    (a) Pemberian peraturan keselamatan dan kesehatan kerja oleh

    perusahaan kepada karyawan.

    (b) Adanya pemberian perintah dan bimbingan pencegahan

    kecelakaan kerja dari pimpinan.

    (c) Adanya pemberian ganti rugi oleh perusahaan kepada

    karyawan yang mengalami kecelakaan kerja.

    2) Komitmen dan budaya keselamatan organisasi. Mendesain

    kebijakan dan peraturan keselamatan kerja serta mendefinisikan

    pelaku pelanggaran, merupakan komponen penting usaha-usaha

    keselamatan kerja. Dukungan yang sering terhadap perlunya

    perilaku kerja yang aman dan memberikan umpan balik

    terhadap praktik-praktik keselamatan kerja yang positif, juga

    sangat penting dalam meningkatkan keselamatan para pekerja.

    Indikator dari dimensi ini adalah:

    (a) Adanya pemberian hukuman terhadap karyawn yang

    melanggar peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.

  • 26

    (b) Adanya fasilitas pendukung keselamatan dan kesehatan kerja

    yang memadai.

    (c) Terjalinnya kerjasama antara perusahaan dan karyawan

    mengenai program keselamatan kesehatan kerja.

    3) Komite-komite keselamatan. Para pekerja seringkali dilibatkan

    dalam perencanaan keselamatan kerja melalui komite

    keselamatan kerja, kadangkala komite keselamatan kerja terdiri

    dari para pekerja yang berasal dari berbagai tingkat jabatan dan

    departemen. Komite keselamatan kerja biasanya secara reguler

    memiliki jadwal meeting, memiliki tanggung jawab spesifik

    untuk mengadakan tinjauan keselamatan kerja dan membuat

    rekomendasi dalam perubahan-perubahan yang diperlukan untuk

    menghindari kecelakaan kerja dimasa mendatang. Indikator dari

    dimensi ini adalah:

    (a) Peranan komite keselamatan kerja dalam mengantisipasi

    terjadinya kecelakaan.

    (b) Peninjauan program keselamatan dan kesehatan kerja yang

    dilakukan oleh komite.

    (c) Pemberian masukan/saran mengenai program K3 yang

    diterapkan perusahaan.

    4) Pelatihan keselamatan dan komunikasi. Salah satu cara untuk

    mendorong keselamatan kerja karyawan adalah dengan

    melibatkan seluruh karyawan di setiap kesempatan dalam sesi

  • 27

    pelatihan tentang keselamatan kerja, pertemuan ini diadakan

    secara rutin. Sebagai tambahan dalam keselamatan kerja,

    komunikasi yang terus menerus dalam membangun kesadaran

    keselamatan kerja juga penting. Indikator dari dimensi ini

    adalah:

    (a) Adanya pembinaan/pelatihan karyawan mengenai K3.

    (b) Komunikasi yang efektif.

    5) Motivasi keselamatan karyawan dan insentif. Hanya

    mengirimkan memo saja tidak cukup. Kontes, insentif, dan

    poster merupakan cara meningkatkan kesadaran keselamatan

    sebagai bentuk motivasi. Indikator dari dimensi ini adalah:

    (a) Pemberian program motivasi yang diberikan perusahaan.

    (b) Adanya pemberian insentif.

    6) Inspeksi, investigasi kecelakaan dan evaluasi.Inspeksi bisa

    dilakukan oleh komite keselamatan kerja atau oleh kordinator

    keselamatan kerja. Inspeksi ini sebaiknya sebaiknya

    dilaksanakan secara berkala. Ketika terjadi kecelakaan, maka

    harus diselidiki oleh komite keselamatan kerja perusahaan.

    Menyelidiki lokasi kecelakaan adalah penting untuk menetapkan

    kondisi fisisk dan lingkungan yang turut menyumbang

    terjadinya kecelakaan. Salah satu cara untuk mendapatkan

    pandangan yang akurat adalah melalui foto atau rekaman cctv,

    kemudian wawancara terhadap karyawan yang mengalami

  • 28

    kecelakaan dengan atasannya langsung dan para saksi

    kecelakaan, dan berdasarkan observasi kecelakaan dan hasil

    wawancara para penyelidik akan melengkapi laporan

    penyelidikan kecelakaan. Kemudian hasil kegiatan tersebut

    disimpulkan dalam bentuk evaluasi untuk mendapatkan cara

    mencegah kecelakaan yang sama di kemudian hari, analisis ini

    harus dirancang untuk mengukur kemajuan dalam manajemen

    keselamatan kerja. Indikator dari dimensi ini adalah:

    (a) Adanya pengawasan kerja.

    (b) Adanya pemeriksaan peralatan dan perlengkapan kerja.

    (c) Adanya evaluasi kecelakaan.

    5. Efikasi Diri

    a. Pengertian Efikasi Diri

    Stajkovic dan Luthans (dalam Avey, Luthans, Smiths, &

    Avolio, 2010) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan diri

    individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam

    mengarahkan segala usaha agar berhasil dan sukses dalam

    melaksanakan tugas yang dihadapinya.

    Alwisol (2004:344) berpendapat bahwa efikasi diri adalah

    persepsi mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam

    situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyaknan bahwa

    diri memiliki kemampuan tindakan yang diharapkan.

  • 29

    Menurut Bandura dan Wood (1989:806) menyatakan efikasi

    diri sebagai: “beliefs in one’s capabilities to mobilize the

    motivation, cognitive resources, and course of action needed to

    meet given situatuonal demands”. Efikasi diri adalah keyakinan

    terhadap kemampuan seseorang untuk menggerakkan motivasi,

    sumber-sumber kognitif, dan serangkaian tindakan yang diperlukan

    untuk memenuhi tuntutan-tuntutan dari situasi yang dihadapi.

    Bandura (1997: 3) menjelaskan “Perceived self efficacy refers

    to beliefs in one’s capabilities to organize and execute the course

    of action required to produce given attainments”. Self efficacy atau

    efikasi diri merupakan persepsi individu akan keyakinan

    kemampuannya melakukan tindakan yang diharapkan. Keyakinan

    efikasi diri mempengaruhi pilihan tindakan yang akan dilakukan,

    besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan hambatan

    atau kesulitan. Individu dengan efikasi diri tinggi memilih

    melakukan usaha lebih besar dan pantang menyerah. Bandura

    (dalam Eko ferridiyanto, 2012) “Perceived self efficacy contributes

    to motivation’’. Efikasi diri seseorang memiliki efek utama

    terhadap perilaku individu tersebut salah satunya adalah motivasi.

    Individu dengan efikasi diri yang tinggi mengerahkan usaha yang

    lebih besar. Secara kontekstual, Bandura memberikan definisi

    bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang mengenai

    kemampuan yang dimilikinya untuk menghasilkan tingkatan

  • 30

    performa yang terencana, dimana kemampuan tersebut dilatih,

    digerakkan oleh kejadian-kejadian yang berpengaruh dalam hidup

    seseorang.

    Dalam kamus besar bahasa indonesia kata efikasi (efficacy)

    memiliki arti kemujaraban atau kemanjuran, maka secara harfiah

    efikasi diri berarti kemujaraban diri.

    Dari berbagai teori diatas, dapat disimpulkan bahwa inti dari

    efikasi diri adalah keyakinan atas kemampuan diri. Efikasi diri

    merupakan keyakinan seseorang untuk memanage kemampuan

    dirinya yang diimplementasikan dengan serangkaian tindakan

    dalam memenuhi dan menyelesaikan tuntutan yang ada dalam

    hidupnya.

    b. Proses Terjadinya Efikasi Diri

    Efikasi diri dapat terjadi melalui beberapa jenis proses

    (Bandura, 1997), yaitu :

    1) Proses Motivasional

    Individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan

    meningkatkan usahanya untuk mengatasi tantangan dengan

    menunjukkan usaha dan keberadaan diri yang positif. Hal

    tersebut memerlukan perasaan keunggulan pribadi (sense of

    personal efficacy).

  • 31

    2) Proses Kognitif

    Efikasi diri yang dimiliki individu akan berpengaruh

    terhadap pola pikir yang bersifat membantu atau menghambat.

    Bentuk-bentuk pengaruhnya yaitu :

    (a) Jika efikasi diri semakin tinggi maka semakin tinggi pula

    penetapan suatu tujuan dan akan semakin kuat pula

    komitmen terhadap tujuan yang ingin dicapai.

    (b) Ketika menghadapi situasi-situasi yang kompleks, individu

    mempunyai keyakinan diri yang kuat dalam memecahkan

    masalah yang dihadapi dan mampumempertahankan efisiensi

    bersifat analitis. Sebaliknya, jika individu bersifat ragu-ragu

    dalam memecahkan masalah yang dihadapinya maka

    biasanya tidak efisien dalam bersikap analitis.

    (c) Efikasi diri berpengaruh terhadap antisipasi tipe-tipe

    gambaran konstruktif dan gambaran yang diulang kembali.

    Individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan memiliki

    gambaran keberhasilan yang diwujudkan dalam penampilan

    dan perilaku yang positif dan efektif. Sebaliknya individu

    yang merasa tidak mampu cenderung merasa mempunyai

    gambaran kegagalan.

    (d) Efikasi diri berpengaruh terhadap fungsi kognitif melalui

    pengaruh yang sama dengan proses motivasional dan

    pengolahan informasi. Semakin kuat keyakinan individu akan

  • 32

    kapasitas memori, maka semakin kuat pula usaha yang

    dikerahkan untuk memproses memori secara kognitif dan

    meningkatkan kemampuan memori individu tersebut.

    3) Proses afektif

    Efikasi diri berpengaruh terhadap seberapa banyak tekanan

    yang dialami oleh individudalam situasi-situasi yang

    mengancam. Individu yang percaya bahwa dirinya dapat

    mengatasi situasi-situasi yang mengancam yang dirasakannya,

    tidak akan merasa cemas dan terganggu dengan ancaman

    tersebut.

    Bandura (dalam Gibson, 1996:165) percaya bahwa persepsi

    dari kemampuan seseorang adalah pemikiran terbaik sebagai

    tempat dari evaluasi khusus. Individu mengevaluasi pencapaian

    mereka dimasa lampau dan yang aktual, prestasi orang lain, dan

    pernyataan-pernyataan emosi mereka sendiri. Disamping

    mempengaruhi aktivitas pilihan, tugas-tugas dan situasi

    seseorng, evaluasi ini juga mempengaruhi berapa banyak usaha

    yang dikeluarkan dan berapa lama orang tersebut terus menerus

    berusaha untuk berhasil.

    Selanjutnya, Bandura (dalam R. Kreitner, 2005:170)

    menggambarkan sebuah model bagaimana efikasi diri dapat

    mengukur jalan menuju keberhasilan atau kegagalan. Rasa

  • 33

    kemampuan seseorang mempengaruhi persepsi, motivasi dan

    prestasinya.

    Gambar 2.1

    Sumber Efikasi Diri

    c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri

    Selanjutnya lebih spesifik Bandura (2007) mengungkapkan

    bahwa terdapat 4 faktor yang dapat memengaruhi efikasi diri

    seseorang, yaitu:

  • 34

    1) Pencapaian prestasi

    Faktor ini didasarkan oleh pengalaman-pengalaman yang

    dialami individu secara langsung. Apabila seseorang pernah

    mengalami keberhasilan dimasa lalu maka dapat meningkatkan

    efikasi dirinya.

    2) Pengalaman orang lain

    Individu yang melihat orang lain berhasil dalam melakukan

    aktivitas yang sama dan memiliki kemampuan yang sebanding

    dapat meningkatkan efikasi dirinya. Individu yang pada awalnya

    memiliki efikasi diri yang rendah akan sedikit berusaha untuk

    dapat mencapai keberhasilan seperti yang diperoleh orang lain.

    3) Bujukan lisan

    Individu diarahkan dengan saran, nasehat dan bimbingan

    sehingga dapat meningkatkan keyakinan bahwa kemampuan-

    kemampuan yang dimiliki dapat membantu untuk mencapai apa

    yang diinginkan.

    4) Kondisi emosional

    Seseorang akan lebih mungkin mencapai keberhasilan jika

    tidak terlalu sering mengalami keadaan yang menekan karena

    dapat menurunkan prestasinya dan menurunkan keyakinan akan

    kemampuan dirinya.

  • 35

    d. Dimensi dan Indikator Efikasi Diri

    Menurut Bandura (dalam M. Ghufron & Rini, 2010:88),

    efikasi diri pada individu dapat dianalisa berdasarkan dimensinya,

    yaitu:

    1) Magnitude (tingkat kesulitan), dimensi ini berhubungan dengan

    tingkat kesulitan tugas. Jika seseorang dihadapkan pada tugas-

    tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan yang ada, maka

    pengharapannya akan jatuh pada tugas-tugas yang sifatnya

    mudah, sedang dan sulit. Individu akan melakukan tindakan

    yang dirasakan mampu untuk dilaksanakannya dan akan tugas-

    tugas yang diperkirakan diluar batasan kemampuan yang

    dimilikinya.Pada dimensi ini dimana fokus pada tujuan menjadi

    aspek utama, maka indikator yang menunjang terciptanya

    dimensi ini adalah:

    (a) mampu menyelesaikan tugas yang diberikan

    (b) dapat menyelesaikan tugas dengan tingkat kesulitan yang

    tinggi

    (c) pantang menyerah dengan kesulitan yang dihadapi

    (d) menghindari tugas diluar batas kemampuan

    (e) selalu menghadapi kesulitan dan berusaha menanganinya

    (f) mampu memberikan gagasan yang positif

    2) Generality (luas bidang perilaku), dimensi ini menjelaskan

    keyakinan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu

  • 36

    dengan tuntas dan baik. Setiap individu memilki keyakinan

    kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan ruang lingkup

    tugas yang berbeda pula. Pada dimensi generality, fokus pada

    kesungguhan bekerja menjadi aspek yang membangun dimensi

    ini, indikator yang terdapat pada dimensi ini adalah:

    (a) memiliki keyakinan bahwa usaha yang dilakukan dapat

    mencapai tujuan dan tuntutan yang harus dicapai

    (b) mampu memecahkan masalah

    (c) memiliki keyakinan diri atas kemampuan yang dimiliki

    dalam menghadapi berbagai macam tugas

    3) Strength (kekuatan keyakinan); yakni berhubungan dengan

    derajat kemantapan individu terhadap keyakinannya. Tingkat

    efikasi diri yang lebih rendah mudah digoyangkan oleh

    pengalaman-pengalaman yang memperlemahnya, sedangkan

    orang yang memiliki efikasi diri yang kuat akan tekun dalam

    meningkatkan usahanya meskipun dijumpai pengalaman yang

    memperlemahnya. Dimensi ini berkaitan dengan dimensi

    magnitude, dimana makin tinggi taraf kesulitan tugas yang

    dihadapi maka akan makin lemah keyakinan yang dirasakan

    untuk menyelesaikannya. Pada dimensi ini semangat kerja dan

    ketegasan menjadi aspek utama yang membangun dimensi ini,

    dengan kata lain indikator pada dimensi ini adalah:

    (a) selalu ingin mendalami pengetahuan

  • 37

    (b) tekun menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tuntas

    (c) mempunyai harapan yang tinggi pada setiap tugas yang

    dikerjakan

    6. Kinerja Pegawai

    a. Pengertian Kinerja

    Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual

    Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang

    dicapai oleh seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan

    kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

    tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

    (Mangkunegara, 2011:67). Adapun beberapa ahli mendefinisikan

    pengertian kinerja sebagai berikut :

    1) Mangkunegara (2011:67)

    Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh

    seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai

    dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam

    rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara

    legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun

    etika.

    2) Wilson (2012:231)

    Kinerja adalah hasil pekerjaan yang dicapai karyawan

    berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan.

  • 38

    3) Wirawan (2012:5)

    Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan dari aktivitas atau

    pekerjaan dalam menyelesaikan atau membuat sesuatu yang

    hanya memerlukan tenaga dan keterampilan pada profesi atau

    jabatan dalam waktu tertentu.

    Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

    kinerja karyawan adalah merupakan output atau hasil kerja yang

    dihasilkan baik segi kualitas maupun kuantitas pekerjaannya dalam

    rangka upaya mencapai tujuan organisasi.

    b. Pengertian Kinerja Pegawai

    Perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan atau

    organisasi merupakan langkah untuk tercapainya tujuan organisasi

    sehingga perlu diupayakan untuk meningkatkan kinerja. Tetapi hal

    ini tidak mudah dilakukan sebab banyak faktor yang

    mempengaruhi tingkat rendahnya kinerja seseorang.

    Menurut Rivai dan Sagala (2010:549) kinerja karyawan adalah

    hasil konkret yang dapat diamati dan dapat diukur secara objektif

    dan dilakukan secara berkala. Adapun menurut Wirawan (2012:18)

    kinerja karyawan adalah keluaran kerja ternilai yang disyaratkan

    oleh organisasi tempat kerja ternilai yang dapat terdiri atas hasil

    kerja, perilaku kerja, dan sifat pribadi yang ada hubungannnya

    dengan pekerjaan.

  • 39

    Sedangkan menurut Sedarmayanti (2013:263) kinerja

    karyawan adalah hasil kerja seseorang karyawan selama priode

    tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misal:

    standar, target, sasaran, kriteria yang ditentukan dan disepakati

    bersama.

    Berdasarkan pengertian kinerja dari beberapa pendapat di atas,

    kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan atas

    perilaku kerja, dan sifat pribadi yang ada hubungannnya dengan

    pekerjaan dengan membandingkan standar, target, sasaran, kriteria

    yang ditentukan dan disepakati bersama.

    c. Penilaian Kinerja

    Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat

    perkembangan perusahaan adalah dengan cara melihat hasil

    penilaian kinerja karyawan. Menurut Wirawan (2012:105)

    penilaian kinerja merupakan pengumpulan data kinerja para

    karyawan sepanjang masa evaluasi kinerja melalui observasi

    tentang apa yang dilakukan para karyawan kemudian

    membandingkannya dengan standar kinerja karyawan.

    Senada dengan Rivai dan Sagala (2010:549) yang

    mengungkapkan bahwa penilaian kinerja adalah menilai kinerja

    karyawannya atau mengevaluasai hasil pekerjaan karyawannya

    terhadap kecakapan, kemampuan karyawan dalam melaksanakan

  • 40

    suatu pekerjaaan atau tugas yang dievaluasi dengan menggunakan

    tolak ukur tertentu secara objektif dan dilakukan secara berkala.

    Instrumen penilaian kinerja yang dapat digunakan untuk me

    review kinerja, peringkat kinerja, penilaian kinerja, penilaian

    karyawan dan sekaligus evaluasi karyawan sehingga dapat

    diketahui karyawan yang mampu melaksanakan pekerjaan secara

    baik, efisien, efektif dan produktif sesuai dengan tujuan perusahaan

    (Rivai dan Sagala, 2010:550).

    d. Tujuan Penilaian Kinerja

    Penilaian kinerja adalah uraian sistematik, tentang kekuatan

    atau kelebihan dan kelemahan yang berkaitan dengan pekerjaan

    seorang atau kelompok (Sedarmayanti, 2013:261). Adapun tujuan

    penilaian kinerja menurut Rivai dan Sagala (2010:553) yang dapat

    dibedakan menjadi dua, diantaranya yaitu :

    1) Tujuan Penilaian yang Berorientasi pada Masa Lalu

    (a) Mengendalikan perilaku karyawan dengan menggunakannya

    sebagai instrumen untuk memberikan ganjaran, hukuman dan

    ancaman.

    (b) Mengambil keputusan mengenai kenaikan gaji dan promosi.

    (c) Menempatkan karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaaan

    tertentu.

  • 41

    2) Tujuan Penilaian yang Berorientasi pada Masa Depan

    (a) Merupakan instrumen dalam membantu tiap karyawanan

    mengerti kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan

    sendiri yang dikaitkan dengan peran dan fungsi dalam

    perusahaan.

    (b) Adanya ikat dan kebersamaan antara masing-masing

    karyawan denagn penyelia (penilai) sehingga tiap karyawan

    memiliki motivasi kerja dan merasa senang bekerja, sekaligus

    mau memberikan kontribusi sebanyak-banyaknya kepada

    perusahaan.

    (c) Merupakan instrumen untuk memberikan peluang bagi

    karyawan mawas diri dan evaluasi diri serta menetapkan

    sasaran pribadi sehingga terjadi pengembangan yang

    direncanakan dan di monitor sendiri.

    (d) Membantu mempersiapkan karyawan untuk memegang

    pekerjaan pada jenjang yang lebih tinggi dengan cara terus

    menerus meningkatkan perilaku dan kualitas bagi posisi-

    posisi yang tingkatnya lebih tinggi.

    (e) Membantu dalam berbagai keputusan SDM dengan

    memberikan data tiap karyawan secara berkala.

    e. Dimensi dan Indikator Kinerja Pegawai

    Richard I. Henderson (dalam Wirawan, 2012:53) menjelaskan

    bahwa dimensi kinerja adalah kualitas-kualitas atau suatu pekerjaan

  • 42

    atau aktivitas-aktivitas yang terjadi di tempat kerja yang konduktif

    terhadap pengukuran. Dimensi pekerjaan menyediakan alat untuk

    melukiskan keseluruhan cakupan aktivitas di tempat kerja. Dari

    teori yang dijabarkan mengenai definisi kinerja, penulis

    mengunakan dimensi sebagai bahan acuan untuk mengisi data

    operasional variabel dari Sedarmayanti (2011:51) yang meliputi

    dimensi dan indikator sebagai berikut:

    1) Quality of work (kualitas pekerjaan), kualitas kerja diukur dari

    persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan

    serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan

    kemampuan karyawan. Indikator dari dimensi ini adalah:

    (a) Hasil kerja yang diperoleh

    (b) Kesesuaian hasil kerja dengan tujuan organisasi

    (c) Manfaat hasil kerja

    2) Promptness (ketepatan waktu), merupakan tingkat aktivitas

    diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut

    koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu

    yang tersedia untuk aktivitas lain. Indikator dari dimensi ini

    adalah:

    (a) Penataan rencana kerja

    (b) Ketepatan rencana kerja dengan hasil kerja

    (c) Ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas

  • 43

    3) Initiative (prakarsa), memberikan ide-ide untuk menunjang

    tercapainya tujuan dan mampu memanfaatkan waktu luang.

    Indikator dari dimensi ini adalah:

    (a) Pemberian ide/gagasan dalam berorganisasi

    (b) Tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan permaslahan

    yang dihadapi

    4) Capability (kemampuan), mampu menyelesaikan pekerjaan

    sesuai dengan apa yang diharapkan dan dapat menyelesaikan

    pekerjaan dengan praktis dan rapi.Indikator dari dimensi ini

    adalah:

    (a) Kemampuan yang dimiliki

    (b) Keterampilan yang dimiliki

    (c) Kemampuan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki

    5) Communication (komunikasi), mampu berkomunikasi dengan

    baik dengan atasan/pimpinan dan sesama rekan kerja.Indikator

    dari dimensi ini adalah:

    (a) Komunikasi internal (kedalam) organisasi

    (b) Komunikasi eksternal (keluar) organisasi

    (c) Relasi dan kerjasama dalam pelaksanaan tugas

  • 44

    B. Penelitian Terdahulu

    1. Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai

    a. M. Harlie, Pengaruh disiplin kerja, motivasi, dan

    pengembangan karir terhadap kinerja PNS pada pemerintah

    kabupaten Tabalong di tanjung Kalimantan Selatan, 2010.

    Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda,

    berdasarkan hail penelitian, variabel disiplin kerja memiliki nilai

    korelasi parsial tertinggi dibandingkan dengan variabel bebas yang

    lain, dijelaskan bahwa variabel disiplin kerja memiliki nilai sebesar

    0,990, motivasi sebesar 0,872, dan pengembangan karir sebesar

    0,986. Karena mendapatkan nilai korelasi parsial tertinggi, maka

    variabel disiplin kerja menjadi variabel bebas yang dominan

    mempengaruhi variabel terikat yaitu kinerja pegawai pada

    Pemerintah Kabupaten Tabalong di Tanjung Kalimantan Selatan.

    b. Heny sidanti, Pengaruh lingkungan kerja, disiplin kerja, dan

    motivasi kerja terhadap kinerja pegawai negeri sipil (studi

    kasus pada sekretariat DPRD Kabupaten Madiun, 2015.

    Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda,

    hasil analisis mengenai pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi

    kinerja karyawan menunjukkan bahwa faktor disiplin kerja

    mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pada

    Pegawai Negeri Sipil DPRD Kabupaten Madiun. Ini dibuktikan

    dari hasil perhitungan SPSS bahwa t hitung lebih rendah dari t

  • 45

    tabel, variabel disiplin kerja mempunyai pengaruh paling dominan

    terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil DPRD Kabupaten Madiun,

    sehingga dengan adanya disiplin kerja maka kinerja karyawan

    dapat meningkat, karena nilai t hitung faktor disiplin kerja paling

    tinggi dibanding nilai t hitung faktor-faktor lainnya. Sedangkan

    lingkungan kerja, disiplin kerja, dan motivasi kerja secara bersama-

    sama dan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil DPRD Kabupaten Madiun.

    2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Pegawai

    a. Misbach Munir, Analisa performance atribut keselamatan dan

    kesehatan kerja (K3) terhadap peningkatan kinerja karyawan

    (studi kasus pada PT. HP Spintex Sengonagung Purwosari

    Pasuruan), 2014.

    Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan

    pendekatan kuantitatif dan menggunakan analisis regresi linier

    sederhana, dari penelitian dapat disimpulkan sesuai tujuan

    penelitian adalah secara umum penerapan K3 di PT. HP Spintex

    kategori baik, dapat dilihat dari total rataan skor sebesar 3,91,

    hubungan antara keselamatan kesehatan kerja dengan kinerja

    karyawan adalah positif, sangat nyata dan berkorelasi kuat hal ini

    dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,764

    menunjukkan bahwa faktor ini memiliki hubungan yang kuat

    dengan kinerja karyawan dibandingakn indikator-indikatornya,

  • 46

    yaitu kondisi kerja (X1) dengan nilai korelasi sebesar 0,450,

    pendidikan dan pelatihan K3 (X2) sebesar 0,480, lingkungan kerja

    (X3) sebesar 0,532, dan pelayanan kesehatan (X4) mempunyai nilai

    sebesar 0,562.

    b. R. Nugrahaning Bulannurdin dan Sugiyarto, Analisis

    pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap

    kinerja pekerja konstruksi (studi kasus proyek pembangunan

    the park solo baru), 2013.

    Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda,

    variabel bebas dalam keselamatan dan kesehatan kerja yang terdiri

    keterlibatan manajemen terhadap masalah K3 (X1), peraturan dan

    prosedur K3 (X2), komunikasi pekerja (X3),kompetensi pekerja

    (X4), lingkungan kerja (X5). Diketahui bahwa secara simultan

    variabel keteribatan manajemen terhadap masalah K3 dan

    lingkungan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

    variabel terikat yaitu kinerja pekerja konstruksi (Y). Besar

    kontribusi secara simultan dari kedua variabel tersebut adalah

    sebesar 0,697 atau 69,7%.

    Berdasarkan tabel koefisien korelasi, menunjukkan bahwa

    kinerja pekerja konstruksi dipengaruhi oleh variabel bebas dalam

    penelitian ini cukup kuat sedangkan sisanya sebesar 30,3%

    dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dipakai atau diteliti dalam

    penelitian ini. Secara parsial variabel X1 dan X5 berpengaruh secara

  • 47

    parsial terhadap variabel kinerja pekerja konstruksi (Y). Besarnya

    pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel adalah:

    keterlibatan manajemen terhadap masalah K3 (X1) sebesar 0,284

    atau 28,4% dan lingkungan kerja (X5) sebesar 0,380 atau 38%.

    Hasil pengujian menunjukkan bahwa lingkungan kerja (X5)

    merupakan variabel yang dominan, dimana hal tersebut dapat

    ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi yang dimiliki oleh variabel

    X5 sebesar 38% adalah paling besar dibandingkan dengan yang

    dimiliki oleh variabel X1.

    3. Efikasi diri terhadap Kinerja Pegawai

    a. Jumari, Pengaruh budaya organisasi, efikasi diri, dan

    kepuasan kerja terhadap kinerja mengajar guru smk negeri

    Kecamatan Denpasar Selatan, 2013.

    Penelitian ini menggunakan analisis regresi, berdasarkan hasil

    uji hipotesis, peneliti menyimpulkan terdapat pengaruh yang positif

    dan signifikan efikasi diri terhadap kinerja mengajar guru SMK

    Negeri Kecamatan Denpasar Selatan dengan determinasi sebesar

    38,6% dan sumbangan efektif sebesar 19,8% dan terdapat pengaruh

    yang positif dan signifikan budaya organisasi, efikasi diri dan

    kepuasan kerja secara simultan terhadap kinerja mengajar guru

    SMK Negeri Kecamatan Denpasar Selatan dengan determinasi

    sebesar 59,8%. hasil ini berarti, pengaruh kepuasan kerja terhadap

    kinerja mengajar guru menduduki peringkat pertama, efikasi diri

  • 48

    menduduki peringkat kedua, dan budaya organisasi menduduki

    peringkat ketiga.

    C. Kerangka Pemikiran

    Dalam suatu penelitian kerangka pemikiran sangat perlu dikemukakan,

    karena merupakan alur pikir dari gagasan penelitian yang mengacu pada

    kajian teori, hingga munculnya variabel-variabel yang digunakan di dalam

    penelitian. Kerangka pemikiran bukan merupakan urutan kegiatan pada

    penelitian atau penulisan yang dilakukan. Seperti yang dijelaskan oleh

    Sekaran (dalam Sugiyono 2010:88) kerangka berpikir merupakan model

    konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

    yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir

    yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel

    independen dan dependen yang akan diteliti.

    Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian kali

    ini adalah pengaruh disiplin kerja, motivasi, disiplin, lingkungan kerja dan

    keselamatan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan. Variabel

    independen dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan, keselamatan

    kesehatan kerja, dan efikasi diri. Sedangkan variabel dependen dalam

    penelitian ini adalah kinerja karyawan. Skema kerangka pemikiran untuk

    penelitian ini akan ditunjukkan pada gambar 2.2 di bawah ini :

  • 49

    Gambar 2.2

    Kerangka Pemikiran

    Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan

    Jakarta Selatan

    Variabel Y:

    Kinerja Karyawan

    Uji Kualitas Data:

    - Uji Validitas - Uji Realibilitas

    Uji Asumsi Klasik:

    - Uji Normalitas - Uji Multikoloneritas

    - Uji Heteroskedastisitas - Uji Autokorelasi

    Uji Hipotesis:

    - Uji Signifikan Parsial (Uji t) - Uji Signifikan Simultan (Uji f) - Uji Koefisien Determinasi (R2)

    Kesimpulan dan Saran

    Sumber : Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini.

    Variabel X:

    Disiplin Kerja

    Keselamatan Kesehatan Kerja

    Efikasi Diri

  • 50

    D. Hipotesis

    Salah satu tujuan penelitian adalah menguji hipotesis yang

    merupakan dugaan awal atau jawaban sementara, dengan hubungan atau

    pengaruhnya antara variabel independen terhadap variabel dependen

    yang masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas

    dan dapat diuji. Seperti yang diungkapkan oleh (Sugiyono, 2010:93)

    hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

    penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun

    daam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban

    yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

    d