EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P...

119

Click here to load reader

Transcript of EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P...

Page 1: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P-METOKSISINAMAT HASIL ISOLASI DARI

RIMPANG KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA L.)PADA SEDIAAN SALEP, KRIM, DAN GEL

SKRIPSI

CHARINNA AGUS PRABAWATI1111102000057

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTAOKTOBER 2015

Page 2: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P-METOKSISINAMAT HASIL ISOLASI DARI

RIMPANG KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA L.)PADA SEDIAAN SALEP, KRIM, DAN GEL

SKRIPSIDiajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

CHARINNA AGUS PRABAWATI1111102000057

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTAOKTOBER 2015

Page 3: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah benar hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan benar.

Nama : Charinna Agus Prabawati

NIM : 1111102000057

Tanda Tangan :

Tanggal :16 Oktober 2015

Page 4: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Charinna Agus PrabawatiNIM : 1111112000057Program Studi : FarmasiJudul Skripsi : Evaluasi Daya Penetrasi Etil p-Metoksisinamat Hasil

Isolasi dari Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L.)pada Sediaan Salep, Krim, dan Gel

Disetujui oleh

Pembimbing I

Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt.NIP. 198310282009012008

Pembimbing II

Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D., Apt.NIP. 197806302006042001

Mengetahui,

Kepala Program Studi FarmasiFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

Yardi, Ph.D., Apt.197411232008011014

Page 5: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

v

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:Nama : Charinna Agus PrabawatiNIM : 1111102000057Program Studi : FarmasiJudul Skripsi : Evaluasi Daya Penetrasi Etil p-Metoksisinamat Hasil

Isolasi dari Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L.)pada Sediaan Salep, Krim, dan Gel

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelarSarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran danIlmu Kesehatan (FKIK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HidayatullahJakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1 : Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt. ( )

Pembimbing 2 : Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D., Apt. ( )

Penguji 1 : Lina Elfita, M.Si., Apt. ( )

Penguji 2 : Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt. ( )

Ditetapkan di : CiputatTanggal : 16 Oktober 2015

Page 6: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Charinna Agus PrabawatiProgram Studi : FarmasiJudul Skripsi : Evaluasi Daya Penetrasi Etil p-Metoksisinamat Hasil

Isolasi dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)pada Sediaan Salep, Krim, dan Gel

Etil p-metoksisinamat (EPMS) merupakan senyawa isolat terbesar dari ekstrakminyak atsiri kencur (Kaempferia galanga L.) yang memiliki aktivitasantiinflamasi. Pada penelitian ini EPMS diformulasikan ke dalam tiga bentuksediaan setengah padat untuk tujuan terapi lokal antiinflamasi. Efek optimal darisediaan yang telah dibuat dapat dinilai dari daya penetrasi obat melalui kulitteratas melalui uji penetrasi secara in vitro. Tujuan penelitian ini adalah untukmelihat profil pelepasan EPMS dari pembawanya, mempelajari pengaruhperbedaan formulasi sediaan tehadap kecepatan penetrasi EPMS melalui membrandifusi, dan menentukan sediaan dengan daya penetrasi EPMS tertinggi. EPMSdiisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap pemisahan kristal danpencucian kristal. Kemurnian isolat kristal EPMS di uji dengan metode KLT, titikleleh dan Kromatografi Gas Spetrofotomeri Massa (GC-MS). Kristal EPMS hasilisolasi kemudian diformulasikan ke dalam sediaan salep, krim dan gel dengankadar 1% pada masing-masing sediaan. Kadar EPMS dalam sediaan ditetapkandengan metode Spektrofotometri UV-Vis. Pengujian penetrasi in vitro dilakukandengan alat sel difusi franz menggunakan membran difusi berupa kulit tikus galurSprague Dawley. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kristal isolat darikencur adalah murni EPMS 100%. Kadar EPMS dalam sediaan salep, krim, dangel berturut-turut yaitu 0,86%, 1,03% dan 1,00%. Persentase jumlah kumulatifEPMS yang terpenetrasi per luas area pada jam ke-6 dari sediaan salep, krim dangel berturut-turut yaitu 49,71 ± 3,85%, 77,29 ± 3,01%, dan 89,98 ± 4,82%.Kecepatan penetrasi EPMS pada jam ke-6 dari sediaan salep, krim, dan gelberturut-turut yaitu 45,22 ± 3,50 µgcm-2jam-1, 84,39 ± 3,29 µgcm-2jam-1 dan 98,24± 5,26 µgcm-2jam-1. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaangel memiliki daya penetrasi tertinggi diikuti sediaan krim dan salep.

Kata kunci : EPMS, kencur (Kaempferia galanga L.), krim, gel,salep, penetrasi, sel difusi franz

Page 7: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Charinna Agus PrabawatiStudy Program : PharmacyTitle : Penetration Ability Evaluation of Ethyl p-

Methoxycinnamate that Isolated from Kencur Rhizome(Kaempferia galanga L.) in The Ointment, Cream andGel Dosage Forms

Ethyl p-methoxycinnamate (EPMC) is the main isolate compound from essensialoil of kencur (Kaempferia galanga L.) extract that has anti-inflammatory activity.In this study, EPMC was formulated in the three kinds of semi solid dosage formswith the purpose of local therapy. The optimum effect of semi solid dosage formsthat had been made can assessed from penetration ability of the drugs through topskin layer by in vitro penetration test. This research aims to see the releasingprofile of EPMC from its carriers, studied influence of different formulationtoward flux penetration of EPMC through diffusion membrane, and deciding thekind of dosage form that has the highest penetration ability of EPMC. EPMC wasisolated from n-hexane extract of kencur rhizome through separation of crystalsand crystal purification stages. The purity of isolate EPMC crystals was examinedby TLC, melting point and Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS)method. The isolate EPMC crystals was prepared in ointment, cream and geldosage forms with 1% concentration of EPMC respectively. EPMC concentrationin all of the dosage forms was determined by spectrophotometry UV-Vis method.Penetration ability test was examined by in vitro franz diffusion cell test uses ratsSprague Dawley strain skin as membrane diffusion. The results of this researchshown that the isolate crystals of kencur is pure 100% EPMC. The percentageconcentration of EPMC in ointment, cream and gel were 0,86%, 1,03% and1,00% respectively. The percentage total cumulative penetration of EPMC fromointment, cream and gel preparation at 6th hour were 49,71 ± 3,85%, 77,29 ±3,01%, and 89,98 ± 4,82% respectively. Flux penetration of EPMC fromointment, cream and gel preparation at 6th hour were 45,22 ± 3,50 µgcm-2jam-1,84,39 ± 3,29 µgcm-2jam-1 and 98,24 ± 5,26 µgcm-2jam-1 respectively. Based onthe result, it can be concluded that penetration ability of gel dosage form is higherthan ointment and cream.

Keywords : EPMC, kencur (Kaempferia galanga L.), cream, gel,ointment, penetration, franz diffusion cell

Page 8: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi

Daya Penetrasi Etil p-Metoksisinamat Hasil Isolasi dari Rimpang Kencur

(Kaempferia galanga L.) pada Sediaan Salep, Krim, dan Gel”. Shalawat dan

salam senantiasa terlimpah kepada junjungan, Nabi Muhammad SAW, teladan

bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi tugas akhir guna mendapatkan gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penulisan

skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan serta dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan dan

kesungguhan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Dr. Arif Sumantri S.K.M., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Yardi, Ph.D., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt. Sebagai Pembimbing I dan Ibu Ismiarni

Komala, Ph.D., Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

ilmu, nasihat serta dedikasinya selama masa penelitian hingga penulisan

skripsi.

4. Bapak Surya, Bapak Mono, dan Bapak Endang dari PT. Iratco yang telah

membantu dalam memperoleh bahan penelitian.

5. Seluruh dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu dan

pengetahuan yang telah diberikan.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Agus Sutaji dan Ibunda Lusia Suratini

yang senantiasa memberikan cinta dan kasih sayang, doa yang tidak pernah

terputus serta dukungan moral dan materi terbaiknya untuk penulis.

Page 9: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. drh. Bima Febryan Nugroho yang telah membantu menyiapkan bahan

penelitian, senantiasa memberikan nasihat dan semangat, doa yang tidak

pernah terputus serta dukungan moral untuk penulis.

8. Seluruh anggota keluarga, Tante Herma, Om Eko, Nenek dan Kakek, Bayu,

Luthfi, Shofi yang senantiasa memberi kasih sayang, nasihat, hiburan serta

dukungan baik moral maupun materi untuk penulis.

9. Segenap laboran FKIK yang telah banyak membantu penulis melakukan

penelitian di laboratorium.

10. Happy, Beryl, Arum dan Kak Mentari yang selalu ada dan tak henti

memberikan semangat serta saran kepada penulis selama masa penelitian.

11. Teman-teman seperjuangan “Geng Unyils” (Diyah dan Robbani) atas

kebersamaan, bantuan, dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

12. Rekan-rekan Mahasiswai S1 Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2011, yang telah menjadi bagian penting hidup penulis selama

menjalankan perkuliahan.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah

membantu dengan ikhlas baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

proses penelitian dan penulisan skripsi.

Semoga semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan mendapatkan

balasan dari Allah SWT.Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini

masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata, penulis berharap semoga ilmu dan pengetahuan yang penulis

tuangkan dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi rekan sejawat dan

semua pihak yang membutuhkan, serta menjadi keberkahan tersendiri bagi penulis.

Jakarta, Oktober 2015

Penulis,

Page 10: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGASAKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Charinna Agus Prabawati

NIM : 1111102000057

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya, dengan judul :

EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P-METOKSISINAMAT HASIL

ISOLASI RIMPANG KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA L.) DARI

SEDIAAN SALEP, KRIM DAN GEL

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain, yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di: Ciputat

Pada tanggal: 16 Oktober 2015

Yang menyatakan,

(Charinna Agus Prabawati)

Page 11: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

HALAMAN PENYATAAN ORISINILITAS .................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v

ABSTRAK .......................................................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4

2.1 Kencur ............................................................................................ 4

2.1.1 Taksonomi Tumbuhan ........................................................ 4

2.1.2 Habitat Tumbuh .................................................................. 5

2.1.3 Morfologi Tanaman ............................................................ 5

2.1.4 Kandungan Kimia dan Kegunaan ....................................... 6

2.2 Senyawa Etil p-Metoksisinamat dan Aktivitasnya ........................ 7

2.3 Kulit ............................................................................................... 8

2.3.1 Anatomi Kulit ..................................................................... 8

2.3.2 Fisiologi dan Fungsi Kulit ................................................ 11

2.4 Penetrasi Obat Melalui Kulit ........................................................ 14

Page 12: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Sediaan Salep ............................................................................... 16

2.6 Sediaan Krim ................................................................................ 18

2.7 Sediaan Gel .................................................................................. 21

2.8 Formulasi Sediaan Setengah Padat .............................................. 24

2.8.1 Lanolin Hidrat ................................................................... 24

2.8.2 Setil Alkohol ..................................................................... 25

2.8.3 Vaselin Album .................................................................. 25

2.8.4 Asam Stearat ..................................................................... 26

2.8.5 Isopropil Miristat .............................................................. 26

2.8.6 Minyak Zaitun .................................................................. 26

2.8.7 Vitamin E .......................................................................... 27

2.8.8 Karbopol 940 .................................................................... 27

2.8.9 Natrium Metabisulfit ........................................................ 28

2.8.10 Metil Paraben dan Propil Paraben .................................... 29

2.8.11 Trietanolamin .................................................................... 30

2.8.12 Propilen Glikol .................................................................. 30

2.8.13 Alkohol 96 % .................................................................... 31

2.9 Ekstrak dan Ekstraksi ................................................................... 32

2.9.1 Maserasi ............................................................................ 33

2.8.7 Vaccum Rotary Evaporator .............................................. 33

2.10 Uji Penetrasi Sediaan Secara In Vitro Menggunakan Sel DifusiFranz ............................................................................................. 34

2.11 Spektrofotometri UV-Vis ............................................................. 35

2.12 Kromatografi Lapis Tipis ............................................................. 36

2.13 Kromatografi Gas Spektrofotometri Massa (GC-MS) ................. 38

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 40

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 40

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 40

3.2.1 Alat ................................................................................... 40

3.2.2 Bahan ................................................................................ 40

3.3 Prosedur Kerja .............................................................................. 41

3.3.1 Isolasi Kristal Etil p-Metoksisinamat ............................... 41

Page 13: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.1.1 Pengambilan Sampel .......................................... 41

3.3.1.2 Penyiapan Simplisia ........................................... 41

3.3.1.3 Ekstraksi ............................................................. 42

3.3.1.4 Isolasi Kristal Etil p-Metoksisinamat dari ekstrakKencur ................................................................ 42

3.4 Identifikasi dan Uji Kemurnian Kristal Etil p-Metoksisinamat ... 42

3.4.1 Pemeriksaan Organoleptis ................................................ 42

3.4.2 Pengujian Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .................... 43

3.4.3 Pengujian Titik Leleh ....................................................... 43

3.4.4 Pengujian Kromatografi Gas Spektrometri Massa ........... 43

3.5 Pembuatan Sediaan ...................................................................... 43

3.5.1 Sediaan Salep ................................................................... 44

3.5.2 Sediaan Krim .................................................................... 44

3.5.3 Sediaan Gel ...................................................................... 45

3.6 Penetapan Kadar Etil p-Metoksisinamat dalam Sediaan .............. 46

3.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Etil p-Metoksisinamat dalamMetanol ............................................................................. 46

3.6.2 Pengukuran Kadar Etil p-Metoksisinamat dalam Sediaan 47

3.7 Uji Penetrasi Sediaan Secara In Vitro .......................................... 47

3.7.1 Penyiapan Membran Difusi .............................................. 47

3.7.2 Pembuatan Larutan EDP ................................................... 48

3.7.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Etil p-Metoksisinamat dalamLarutan EDP ..................................................................... 48

3.7.4 Uji Penetrasi Sediaan ........................................................ 49

3.7.5 Perhitungan Jumlah Kumulatif dan Kecepatan PenetrasiZat Aktif ............................................................................ 49

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 51

4.1 Isolasi kristal Etil p-Metoksisinamat ............................................ 51

4.1.1 Pembuatan Ekstrak Kencur ............................................... 51

4.1.2 Isolasi kristal Etil p-Metoksisinamat dari Ekstrak Kencur 52

4.2 Identifikasi dan Uji Kemurnian Kristal Etil p-Metoksisinamat ... 52

4.2.1 Pemeriksaan Organoleptis ................................................ 53

4.2.2 Pengujian Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ..................... 53

Page 14: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.3 Pengujian Titik Leleh ....................................................... 54

4.2.4 Pengujian Kromatografi Gas Spektrofotometri Massa ..... 54

4.3 Pembuatan Sediaan ...................................................................... 56

4.3.1 Pembuatan Sediaan Salep ................................................. 56

4.3.2 Pembuatan Sediaan Krim ................................................. 57

4.3.3 Pembuatan Sediaan Gel .................................................... 58

4.4 Penetapan Kadar Etil p-Metoksisinamat dalam Sediaan ............. 58

4.4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Etil p-Metoksisinamat dalamMetanol ............................................................................. 59

4.4.2 Pengukuran Kadar Etil p-Metoksisinamat dalam Sediaan 59

4.5 Uji Penetrasi Sediaan Secara In Vitro .......................................... 60

4.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Etil p-Metoksisinamat dalamLarutan EDP ..................................................................... 60

4.5.2 Penyiapan Membran Sel Difusi dari Kulit Tikus ............. 60

4.5.3 Pengujian Penetrasi Etil p-Metoksisinamat ...................... 61

4.5.4 Jumlah Kumulatif Zat Aktif Terpenetrasi Per Luas Area . 63

4.5.5 Fluks Penetrasi .................................................................. 66

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 68

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 68

5.2 Saran ............................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 69

Page 15: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 2.1 Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) ...................................... 4

Gambar 2.2 Struktur Etil p-Metoksisinamat ......................................................... 7

Gambar 2.3 Anatomi Kulit ................................................................................... 9

Gambar 2.4 Rute Penetrasi Obat Melalui Kulit .................................................. 15

Gambar 2.5 Kompartemen Sel Difusi Franz ...................................................... 34

Gambar 2.6 Skema Kromatografi Lapis Tipis .................................................... 38

Gambar 4.1 Serbuk Simplisia Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) ....... 51

Gambar 4.2 Kristal Etil p-Metoksisinamat Hasil Isolasi .................................... 53

Gambar 4.3 Spot Senyawa Etil p-Metoksisinamat pada Plat Silica Gel F254nmVisualisasi Sinar UV λ 254 nm ....................................................... 54

Gambar 4.4 Kromatogram Standar Etil p-Metoksisinamat ................................ 55

Gambar 4.5 Kromatogram Isolat Kristal Etil p-Metoksisinamat ........................ 56

Gambar 4.6 Sediaan Salep, Krim, dan Gel dengan Kandungan EPMS 1% ....... 58

Gambar 4.7 Grafik Jumlah Kumulatif Etil p-Metoksisinamat yang BerdifusiPer Luas Area .................................................................................. 63

Gambar 4.8 Grafik Fluks Penetrasi Etil p-Metoksisinamat yang Berdifusi TiapSatuan Waktu................................................................................... 67

Page 16: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 3.1 Formula Sediaan Salep ...................................................................... 44

Tabel 3.2 Formula Sediaan Krim Struktur Etil p-Metoksisinamat ................... 44

Tabel 3.3 Formula Sediaan Gel ......................................................................... 45

Tabel 4.1 Jumlah Kumulatif Difusi Etil p-Metoksisinamat Per Luas Area dariSediaan Salep, Krim dan Gel ............................................................ 63

Tabel 4.2 Persentase Kumulatif Difusi Etil p-Metoksisinamat Per Luas Area .. 64

Tabel 4.3 Fluks Penetrasi Etil p-Metoksisinamat Tiap Satuan Waktu .............. 66

Page 17: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

HalamanLampiran 1. Kerangka Penelitian ...................................................................... 76

Lampiran 2. Bagan Alur Ekstraksi Rimpang Kencur ....................................... 77

Lampiran 3. Bagan Alur Rekristalisasi dan Karakterisasi Kristal EPMS ......... 78

Lampiran 4. Gambar Alat Penelitian ................................................................ 79

Lampiran 5. Gambar Uji Difusi ........................................................................ 79

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Kristal...................................................... 80

Lampiran 7. Nilai Luas Puncak dan Persentase |Kadar Etil p-Metoksisinamat 80

Lampiran 8. Data Hasil Uji Titik Leleh ............................................................. 81

Lampiran 9. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Etil p-Metoksisinamatdalam Metanol .............................................................................. 81

Lampiran 10. Data Absorbansi Kurva Standar EPMS dalam Metanol ............... 81

Lampiran 11. Kurva Standar Etil p-Metoksisinamat dalam Metanol ................. 82

Lampiran 12. Data Hasil Penetapan Kadar EPMS dalam Sediaan ..................... 82

Lampiran 13. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Etil p-metoksisinamatdalam Larutan EDP ...................................................................... 83

Lampiran 14. Data Absorbansi Kurva Standar EPMS dalam Larutan EDP ....... 83

Lampiran 15. Kurva Standar Etil p-Metoksisinamat dalam Larutan EDP ......... 84

Lampiran 16. Data Hasil Uji Difusi Salep .......................................................... 84

Lampiran 17. Data Hasil Uji Difusi Krim ........................................................... 85

Lampiran 18. Data Hasil Uji Difusi Gel ............................................................. 85

Lampiran 19. Data Fluks Penetrasi Salep ........................................................... 86

Lampiran 20. Data Fluks Penetrasi Krim ............................................................ 87

Lampiran 21. Data Fluks Penetrasi Gel .............................................................. 87

Lampiran 22. Uji Statistik Anova Persentase EPMS Terpenetrasi Perluas Area 88

Lampiran 23. Uji Statistik Anova Fluks Penetrasi .............................................. 92

Lampiran 24. Contoh Perhitungan Kadar EPMS dalam Sediaan Gel ................. 96

Lampiran 25. Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Zat Aktif Per Luas AreaSampel 1 Sediaan Salep Pada Menit ke 10 .................................. 98

Lampiran 26. Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Zat Aktif Per Luas AreaSampel 1 Sediaan Salep Pada Menit ke 30 .................................. 99

Page 18: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 27. Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Zat Aktif Per Luas AreaSampel 1 Sediaan Salep Pada Menit ke 30 ................................ 100

Lampiran 28. Surat Keterangan Sehat Hewan Uji .............................................101

Page 19: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu dari lima jenis

tumbuhan yang dikembangkan sebagai tanaman obat asli Indonesia. Kencur

merupakan tanaman obat yang bernilai ekonomis cukup tinggi sehingga banyak

dibudidayakan. Banyaknya manfaat kencur memungkinkan pengembangan

pembudidayaannya dilakukan secara intensif yang disesuaikan dengan produk

akhir yang diinginkan (Rostiana et al., 2005).

Penelitian Hasanah dkk (2011) melaporkan bahwa ekstrak rimpang kencur

ternyata memiliki aktivitas antiinflamasi. Dalam studi in vitro yang dilakukan

oleh Umar et al., (2012) menyatakan bahwa efek antiinflamasi kencur terutama

berasal dari komponen aktifnya yaitu etil p-metoksisinamat (EPMS). EPMS

secara non-selektif menghambat aktivitas enzim COX-1 dan COX-2, dimana

enzim ini berguna dalam pembentukan prostaglandin yang merupakan mediator

inflamasi (Gosal et al., 2012).

Menurut penelitian terbaru yang dilakukan Umar et al., (2014). EPMS

yang diisolasi dari kencur memiliki efek analgesik dan antiinflamasi yang

signifikan melalui mekanisme utama penghambatan sintesis de novo cytokines

pro-inflamatory, meliputi TNF-α dan IL-1. Efek ini juga melibatkan

penghambatan fungsi vital sel endogen seperti proliferasi, migrasi dan sintesis dari

vaskular endotel growth factor. Dengan demikian, EPMS dapat menjadi

precursor potensial untuk pengembangan agen terapi dengan potensi untuk

mengobati penyakit yang melibatkan peradangan.

Berdasarkan hasil uji efektivitas antiinflamasi in vitro dengan metode uji

inhibisi denaturasi Bovine Serum Albumin (BSA) yang dilakukan oleh Mufidah

(2014) melaporkan bahwa EPMS memiliki aktivitas antiinflamasi dengan nilai

IC50 34,9 ppm. Hal ini turut memvalidasi potensi EPMS sebagai precursor agen

terapi antiinflamasi sebagaimana dijelaskan pada penelitian William et al., (2008)

bahwa suatu senyawa dianggap memiliki aktivitas antiinflamasi jika memberikan

% inhibisi > 20% dengan rentang konsentrasi uji 50-0,035 ppm.

Page 20: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Banyaknya penelitian yang memperkuat bukti bahwa EPMS memiliki

aktivitas antiinflamasi mendasari dilakukannya formulasi sediaan antiinflamasi

dengan zat aktif EPMS hasil isolasi dari ekstrak kencur. Bentuk sediaan setengah

padat dipilih karena dinilai memiliki efek samping yang lebih sedikit dan

kemampuan melekat yang cukup baik dan tahan lama serta pengaplikasiannya

yang mudah dibandingkan dengan sediaan topikal lainnya seperti, linimen, lotio

dan bedak (Asmara dkk, 2012). Selain itu, pemilihan bentuk sediaan ini juga

mengacu pada bentuk sediaan anti inflamasi topikal yang beredar di pasaran.

Menurut ISO Indonesia Vol. 49 (2014-2015), sediaan topikal antiinflamasi

terbanyak di pasaran yaitu bentuk sediaan krim dengan persentase sebesar 79%,

sediaan gel 11%, sediaan salep hanya 2% dan 18% sisanya terdiri dari bentuk

sediaan lainnya. Pemilihan bentuk salep, krim dan gel memiliki tujuan untuk

terapi lokal inflamasi. Tujuan terapi lokal hanya membutuhkan penetrasi obat

melalui kulit pada organ atau jaringan tertentu tubuh yang mengalami gangguan,

dengan harapan hanya sedikit atau tidak ada obat yang terakumulasi di sistemik

(Ranade et. al, 2004). Selain itu ketiga bentuk sediaan tersebut merupakan suatu

alternatif untuk menghindari variabilitas ketersediaan hayati obat pada

penggunaan peroral (Ramadon, 2012).

Salah satu cara untuk melihat efek yang optimal dari sediaan setengah

padat adalah dengan melihat penetrasi obat melalui lapisan kulit teratas sehingga

efek farmakologinya dapat dirasakan (Iswandana, 2011). Faktor-faktor yang

mempengaruhi penetrasi obat melalui kulit antara lain profil pelepasan obat dari

pembawanya, afinitas zat aktif terhadap pembawa, kelarutan zat aktif dalam

pembawa dan pH pembawa. Pada penelitian Iswandana (2011) yang mengacu

pada artikel yang ditulis oleh Witt, K & Buck, D (2003) menyatakan bahwa

penelitian daya penetrasi secara in vitro merupakan cara termudah dan hemat

dalam mengkarakterisasi absorpsi dan penetrasi obat melalui kulit. Hal tersebut

diperlukan untuk pengembangan formula sediaan setengah padat agar diperoleh

formula yang terbaik.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan dilakukan evaluasi daya

penetrasi EPMS dari sediaan salep, krim dan gel. Pengujian daya penetrasi

dilakukan terhadap tiga formulasi sediaan tersebut menggunakan alat sel difusi

Page 21: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

franz dengan tujuan untuk membandingkan daya penetrasi dari ketiga bentuk

sediaan. Selanjutnya akan dihitung nilai persentase kumulatif dan kecepatan

penetrasi EPMS dari sediaan, kemudian ditentukan sediaan yang paling baik

sebagai pembawa EPMS berdasarkan parameter persentase kumulatif zat aktif

terpenetrasi per luas area dan kecepatan penetrasi zat aktif melalui membran

difusi.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah profil pelepasan etil p-metoksisinamat yang

terkandung dalam sediaan salep, krim, dan gel?

b. Bagaimanakah pengaruh perbedaan formulasi sediaan salep, krim, dan

gel terhadap kecepatan penetrasi etil p-metoksisinamat melalui

membran difusi?

c. Sediaan setengah padat manakah yang memiliki daya penetrasi

senyawa etil p-metoksisinamat tertinggi?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Melihat profil pelepasan senyawa aktif etil p-metoksisinamat pada

sediaan salep, krim dan gel.

b. Mempelajari pengaruh perbedaan formulasi sediaan salep, krim dan

gel terhadap kecepatan penetrasi etil p-metoksisinamat melalui

membran difusi.

c. Menentukan sediaan setengah padat yang memiliki daya penetrasi

senyawa aktif etil p-metoksisinamat tertinggi.

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Meningkatkan nilai manfaat isolat rimpang kencur etil p-

metoksisinamat sebagai precursor agen terapi untuk mengobati

penyakit yang melibatkan peradangan.

b. Meningkatkan efektivitas terapi lokal inflamasi senyawa aktif etil p-

metoksisinamat.

Page 22: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kencur

2.1.1 Taksonomi Tumbuhan (USDA)

Kedudukan kencur (Kaempferia galanga L.) dalam sistematika

(Taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)[Sumber : koleksi pribadi]

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Traecheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (Berkeping satu/monokotil)

Sub Kelas : Commenlinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae (Suku jahe-jahean)

Genus : Kaempferia

Spesies : Kaempferia galanga Linn.

Page 23: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Habitat Tumbuh

Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur di daerah dataran

rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air.

Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada musim

penghujan. Kencur dapat ditanam di dalam pot atau di kebun yang cukup sinar

matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka (Depkes RI, 1987)

Kencur tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur, sedikit berpasir dan

subur. Namun kencur cukup toleran terhadap tanah yang tidak terlalu subur.

Bahkan pada musim kemarau panjang, kencur masih dapat bertahan hidup, namun

tampak seolah mati suri. Di musim kemarau, semua daunnya mengering, tetapi

rimpang kencur masih dapat bertahan. Saat hujan atau disirami air, maka tunas

akan tumbuh kembali (Muhlisah, 1999).

2.1.3 Morfologi Tanaman

Kencur (Kaempferia galanga L.) termasuk dalam tanaman jenis empon-

empon yang mempunyai daging buah paling lunak, tidak berserat, berwarna putih,

dan kulit luarnya berwarna coklat. Rimpang kencur mempunyai aroma yang

spesifik (Anonim, 1987). Kencur merupakan terna yang hampir menutupi tanah,

tidak berbatang, rimpang bercabang-cabang, berdesak-desakan, akar-akar

berbentuk gelendong, kadang-kadang berumbi, panjang 1-1,5 cm. Daun berbentuk

jorong lebar sampai hampir bundar, pangkal hampir berbentuk jantung, ujung

lancip, bagian atas tidak berambut, bagian bawah berambut halus, pinggir

bergelombang berwarna merah kecoklatan, bagian tengah berwarna hijau, pinggir

helai daun 7-15 cm, lebar 2-8 cm, tangkai pendek, berukuran 3-10 mm, pelepah

terbenam dalam tanah, panjang 1,5-3,5 cm, warna putih (Depkes, 1977). Jumlah

helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan

(Anonim, 1987). Perbungaan, panjang 4 cm, bunganya tersusun setengah duduk

dengan mahkota bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga berwarna

lembayung dengan warna putih lebih dominan dan mengandung 4-12 bunga.

Kelopak berbentuk tabung, panjang lebih kurang 3 cm, bergerigi 2-3 buah. Tajuk

berwarna putih dengan tabung panjang 2,5-5 cm, ujung berbelah-belah berbentuk

pita, panjang 2,5-3 cm, lebar 1,5-3 mm (Depkes, 1977).

Page 24: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sampai saat ini karakteristik utama yang dapat dijadikan sebagai pembeda

kencur adalah daun dan rimpang. Berdasarkan ukuran daun dan rimpangnya,

dikenal 2 tipe kencur, yaitu kencur berdaun lebar dengan ukuran rimpang besar

dan kencur berdaun sempit dengan ukuran rimpang lebih kecil. Biasanya kencur

berdaun lebar dengan bentuk bulat atau membulat, mempunyai rimpang dengan

ukuran besar pula, tetapi kandungan minyak atsirinya lebih rendah daripada

kencur yang berdaun kecil berbentuk jorong dengan ukuran rimpang lebih kecil.

Salah satu varietas unggul kencur dengan ukuran rimpang besar adalah varietas

unggul asal Bogor (Galesia-1) yang mempunyai ciri sangat spesifik dan berbeda

dengan klon dari daerah lain yaitu warna kulit rimpang cokelat terang dan daging

rimpang berwarna kuning, berdaun membulat, ujung daun meruncing dengan

warna daun hijau gelap (Rostiana et al., 2005).

2.1.4 Kandungan Kimia dan Kegunaan

Rimpang tumbuhan kencur mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan

minyak atsiri (Depkes, 2001). Kencur mengandung pati (4,14 %), mineral (13,73

%), minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekan, asam

sinamat, etil ester, borneol, kamphen, paraeumarin, asam anisat, alkaloid, dan gom

(Anonim, 1987).

Menurut Umar et al., (2012) kandungan kimia dalam ekstrak minyak atsiri

kencur diantaranya ialah asam propionate (4,71%), pentadekan 2,08%), asam

tridekanoat &(1,81%), 1,21-docosadiene (1,47%), beta-sitosterol (9,88%), dan

komponen terbesar adalah etil para metoksisinamat (80,05%). Selain itu pada

penelitian Tewtrakul et al.,(2005) juga disebutkan bahwa terdapat kandungan a-

pinen, kamphen, karvon, benxen, eukaliptol, borneol dan metil sinamat.

Sebagai tanaman obat, kencur memberikan manfaat cukup banyak

terutama rimpangnya. Rimpang kencur berkhasiat untuk obat batuk, gatal-gatal

pada tenggorokan, perut kembung, rasa mual, masuk angin, pegal-pegal,

pengompresan bengkak, tetanus, penambah nafsu makan dan juga sebagai

minuman segar. Kencur dapat pula mengobati penyakit radang lambung, radang

telinga pada anak, influenza pada bayi, sakit kepala, menghilangkan darah kotor,

diare, memperlancar haid, mata pegal, keseleo, lelah (Anonim, 1987).

Page 25: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berbagai penelitian terbaru mengungkap banyak manfaat kencur lainnya,

diantaranya penelitian Tewtrakul et al., (2005) menyatakan ekstrak minyak kencur

memiliki aktivitas anti mikroba dan antifungi. Ekstrak metanol kencur memiliki

toksisitas terhadap larva dan pupa Anopheles stephensi dan juga berpotensi

sebagai repellent (Dhandapani et al., 2011). Ekstrak air dari kencur ternyata

memiliki aktivitas sebagai antinosiseptif dan antiinflamasi (Sulaiman et al., 2008).

Ekstrak alkohol dari kencur diteliti memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi dan

analgesik (Vittalrao et al., 2011), juga memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka

(Tara V et al., 2006)

2.2 Senyawa Etil p-Metoksisinamat dan Aktivitasnya

Etil p-metoksisinamat adalah suatu ester yang mengandung cincin benzen

dan gugus metoksi yang bersifat non polar dan mengandung gugus karbonil yang

mengikat etil yang bersifat semi polar. Hal ini menyebabkan senyawa ini mampu

larut dalam beberapa pelarut dengan kepolaran bervariasi seperti etanol, etil

asetat, metanol, air dan n-heksan. (Taufikurohmah, Rusmini, Nurhayati, 2008)

Gambar 2.2 Struktur etil p-metoksisinamat[Sumber : www.chemicalbook.com]

Etil p-metoksisinamat atau C12H14O3 termasuk turunan asam sinamat,

dimana asam sinamat adalah turunan senyawa fenil propanoad. Etil p-

metoksisinamat sebelumnya dimanfaatkan sebagai bahan tabir surya (Windono

Jany, Widji, 1997), namun dewasa ini telah diteliti lebih lanjut bahwa etil p-

metoksisinamat merupakan senyawa isolat kencur yang memiliki aktivitas sebagai

antiinflamasi non-selektif menghambat COX-1 dan COX-2 secara in vitro (Umar

et al., 2012).

Senyawa etil p-metoksisinamat berbentuk kristal berwarna putih, berbau

aromatik khas lemah dengan berat molekul 206.4 g/mol dan memiliki titik lebur

49°C (Umar et al., 2012).

Page 26: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Etil p-metoksisinamat (EPMS) menghambat induksi edema karagenan

pada tikus dengan MIC 100mg/kg dan juga berdasarkan hasil uji in vitro, etil p-

metoksisinamat secara non-selektif menghambat aktivitas COX-1 dan COX-2,

dengan masing-masing nilai IC50 1,12 µM dan 0,83 µM. Hasil ini memvalidasi

aktivitas anti-inflamasi kencur yang dihasilkan oleh penghambatan COX-1 dan

COX-2 (Umar et al, 2012)

2.3 Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan

dari luar (Tranggono, 2007). Kulit adalah bagian terluas dari tubuh, terhitung

lebih dari 10% dari massa tubuh dan bagian yang paling utama berinteraksi

dengan lingkungan (Walters, 2002). Kulit tersusun dari jaringan yang tumbuh,

berdiferensiasi, dan beregenerasi (Gregoriadis, Florence dan Patel, 1993).

Kulit adalah organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh tubuh. Luas

kulit pada manusia rata-rata sekitar 2 m2 dengan berat sekitar 10 kg jika ditimbang

dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak, atau beratnya sekitar 16% dari berat

badan seseorang (Kusantati, Prihatin, dan Wiana, 2008). Kulit merupakan organ

yang pertama kali terkena polusi oleh zat-zat yang terdapat di lingkungan hidup,

termasuk jasad renik (mikroba) yang tumbuh dan hidup di lingkungan.Kulit juga

sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan ilkim, umur,

jenis kelamin, ras, dan lokasi tubuh (Kusantati, Prihatin, dan Wiana, 2008).

2.3.1 Anatomi Kulit

Kulit terbagi menjadi tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan

subkutan (subkutis) (Seeley, Stepens dan Tate, 2003). Tidak ada garis tegas yang

memisahkan antara dermis dan subkutis. Subkutis ditandai dengan adanya

jaringan ikat longgar dan sel-sel yang membentuk jaringan lemak. Lapisan

epidermis dan dermis dibatasi oleh taut dermoepidermal (Kusantati, Prihatin, dan

Wiana, 2008).

Page 27: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.3 Anatomi kulit[Sumber : Neubert, 2006]

a. Lapisan epidermis

Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit yang paling luar. Epidermis

merupakan jaringan epitel berlapis pipih, dengan sel epitel yang mempunyai

lapisan tertentu. Epidermis tersusun dari beberapa lapisan sel dengan tebal sekitar

0,1-0,3 mm (Mitsui, 1997). Di dalam epidermis paling banyak mengandung sel

keratinosit yang mengandung protein keratin (Tranggono dan Latifah, 2007).

Lapisan ini terdiri atas:

1) Stratum korneum (lapisan tanduk), merupakan lapisan sel kulit mati yang

mengandung air paling rendah sekitar 10-30%. Lapisan ini tersusun atas

lipid (asam lemak bebas atau esternya, fosfolipid, skualen, dan

kolesterol), urea, asam amino, asam organik, dan air serta dilapisi oleh

lapisan tipis lembab dan bersifat asam disebut “mantel asam kulit”

(Tranggono dan Latifah, 2007).

2) Stratum lusidum (lapisan jernih)

3) Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir), merupakan lapisan yang

berperan dalam proses keratinisasi untuk menghasilkan lapisan tanduk.

Page 28: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4) Stratum spinosum (lapisan malphigi), merupakan lapisan sel yang lebih

dalam dan lapisan paling tebal dalam epidermis yang mengandung serat

protein.

5) Stratum germinativum (lapisan basal), merupakan pembatas membran

dasar yang kontak dengan dermis (Mitsui, 1997).

Normalnya dibutuhkan 3-4 minggu untuk replikasi epidermis dengan

proses divisi dan diferensiasi.

b. Lapisan dermis

Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih

tebal dari pada epidermis (sekitar empat kali tebal dermis, tergantung area tubuh).

Secara metabolisme, dermis kurang aktif dibandingkan dengan epidermis serta

terdiri dari polisakarida dan protein (kolagen dan elastin). Di dalam dermis

terdapat benyak pembuluh darah, serabut saraf, kelenjar keringat, kelenjar

minyak, dan folikel rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Dermis tersusun atas matriks ekstraseluler yang disintesis dan disekresikan

oleh fibroblast.Bahan dasar matriks ekstraseluler ini terdiri dari glikosaminoglikan

atau mukopolisakarida asam (asam hialuronat dan dermatan sulfat), dan protein

berserat.Glikosaminoglikan ada sebagai proteoglikan yang menggabungkan

protein, dan berisi sejumlah besar air sehingga dapat membentuk gel. Protein

berserat tertanam dalam gel ini yang tersusun dari serat kolagen dan elastin

(Mitsui, 1997).

Kolagen merupakan protein utama dari matriks ekstraseluler dan

memelihara bentuk jaringan. Kolagen tersusun atas beberapa asam amino,

terutama glisin, prolin, dan hidroksiprolin. Kolagen lebih tebal daripada elastin.

Serat-serat elastin dihubungkan satu sama lain oleh ikatan cross-link untuk

mempertahankan elastisitas jaringan. Selain itu, matriks ekstraseluler berfungsi

sebagai mediator interaksi induksi reseptor antar sel sehingga mempengaruhi

proliferasi dan diferensiasi sel. Kolagen tipe I dan II merupakan urat saraf.

Kekuatan tegangan kulit diakibatkan oleh dominasi kolagen ini (Zhang & Falla,

2009). Oleh karena itu, dermis memegang peranan penting dalam elastisitas dan

kekencangan kulit (Mitsui, 1997).

Page 29: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada dermis terdapat sel mast, makrofag, melanosit, leukosit dan sel

endotelial dari pembuluh darah. Fungsi dermis adalah menutrisi epidermis dan

menghubungkan ke jaringan subkutan. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan

fibrosa dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut (Wirakusumah, 1994).

Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

1) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi

ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

2) Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol ke arah subkutan,

bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut

kolagen elastis dan retikulin.

c. Lapisan subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,

berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan

inti terdesak ke pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini

membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekulua

dan fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai

cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh

darah, dan saluran getah bening. Tebal jaringan lemak tidak sama, bergantung

pada lokasi, di abdomen 3 cm, sedangkan di daerah kelopak mata dan penis sangat

tipis. Lapisan lemak ini juga berfungsi sebagai bantalan (Kusantati, Prihatin, dan

Wiana, 2008).

Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu melindungi tubuh dari

benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini

akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra

maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan

lemaknya (Wirakusumah, 1994). Pada lapisan ini juga terdapat pangkal dasar

folikel rambut dan kelenjar keringat.

2.3.2 Fisiologi dan Fungsi Kulit

Kulit merupakan batas antara tubuh dan lingkungan eksternal, sehingga

memisahkan kita dari lingkungan eksternal tetapi juga memungkinkan untuk

berinteraksi dengan lingkungan eksternal (Seeley, Stephens, Tate, 2003).

Page 30: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi

diantaranya sebagai berikut:

a. Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal:

1) Keasaman (pH) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan

dan menekan bakteri dan jamur yang berada di sekitar kulit.

2) Jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ

tubuh dari benturan.

3) Serabut elastis dari lapisan dermis dan jaringan lemak subkutan berfungsi

untuk mencegah trauma mekanik langsung ke dalam tubuh. Lapisan

tanduk dan mantel lemak kulit berfungsi sebagai penghalang penetrasi air

dan kehilangan cairan tubuh serta melawan racun dari luar. Permukaan

kulit yang tidak rata berperan dalam difraksi sinar untuk melindungi

tubuh dari sinar yang berbahaya.

b. Fungsi termoregulas

Kulit menyesuaikan temperatur tubuh dengan mengubah aliran darah ke

kulit melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi pembuluh kapiler kulit dan

penguapan keringat, yang keduanya dipengaruhi oleh saraf otonom. Lapisan

tanduk dan jaringan subkutan mencegah perubahan temperatur tubuh dengan

menghalangi hantaran temperatur eksternal ke dalam tubuh.

Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan

mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit ketika terjadi peningkatan suhu.

Dengan dikeluarkannya keringat, maka terbuang pula panas tubuh. Mekanisme

termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf simpatis yang mengeluarkan zat

perantara asetil kolin (Langley dan Lenny, 1958).

c. Fungsi persepsi sensoris

Kulit bertanggung jawab sebagai indra terhadap rangsangan. Ada

bermacam-macam reseptor pada kulit, yaitu reseptor yang sensitif terhadap

tekanan, rabaan, temperatur, dan nyeri. Rangsangan dari luar akan diterima oleh

reseptor-reseptor tersebut dan diteruskan ke sistem saraf pusat, selanjutnya

diinterpretasikan oleh korteks serebri.

Page 31: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Fungsi absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan maupun benda padat.

Tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat

yang larut dalam minyak. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal

tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis pembawa zat

yang menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antarsel, saluran kelenjar

atau saluran keluar rambut (Langley dan Lenny, 1958).

Beberapa senyawa dapat diabsorpsi ke dalam tubuh melalui dua jalur

absorpsi, yaitu melalui jalur epidermis dan melalui kelenjar sebasea folikel

rambut. Steroid dan bahan yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K) dapat

diserap melalui kulit, namun bahkan yang larut dalam air tidak mudah diserap

akibat dari fungsi penghalang lapisan tanduk.

e. Fungsi pembentukan pigmen (melanogenesis)

Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan basal

epidermis. Sel ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah

melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna

kulit. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanin. Bila pajanan

bertambah produksi melanin akan meningkat (Langley dan Lenny, 1958).

f. Fungsi keratinisasi

Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah

bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat ke atas menjadi lebih gepeng,

dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas

lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya

sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering

menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduk. Proses ini berlangsung

terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar dapat

melaksanakan fungsinya secara baik (Langley dan Lenny, 1958).

g. Fungsi poduksi vitamin D

Kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-

dihidroksikolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih

lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan vitamin D dari luar makanan (Langley

dan Lenny, 1958).

Page 32: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

h. Fungsi lain

Kulit dapat menggambarkan kondisi emosional, seperti memerah,

ketakutan (pucat dan rambut berdiri), dan sebagai organ penerima emosi.

2.4 Penetrasi Obat Melalui Kulit

Penetrasi melintasi stratum korneum dapat terjadi karena adanya proses

difusi melalui dua mekanisme, yaitu :

a. Absorpsi transepidermal

Jalur absorpsi transepidermal merupakan jalur difusi melalui stratum

korneum yang terjadi melalui dua jalur, yaitu jalur transelular yang berarti jalur

melalui protein di dalam sel dan melewati daerah yang kaya akan lipid, dan jalur

paraselular yang berarti jalur melalui ruang antar sel. Penetrasi transepidermal

berlangsung melalui dua tahap. Pertama, pelepasan obat dari pembawa ke sratum

korneum, tergantung koefisien partisi obat dalam pembawa dan stratum korneum.

Kedua, difusi melalui epidermis dan dermis dibantu oleh aliran pembuluh darah

dalam lapisan dermis. (Anggraeni, 2008)

b. Absorpsi transappendageal

Jalur absorpsi transappendageal merupakan jalur masuknya obat melalui

folikel rambut dan kelenjar keringat disebabkan karena adanya pori-pori di

antaranya, sehingga memungkinkan obat berpenetrasi. Penetrasi obat melalui jalur

transepidermal lebih baik daripada jalur transappendageal, karena luas permukaan

pada jalur transappendageal lebih kecil (Anggraeni, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi perkutan adalah sifat-sifat

fisikokimia dari obat, sifat pembawa yang digunakan, dan kondisi fisiologi kulit.

Dari sifat-sifat tersebut, dapat diuraikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

absorpsi perkutan antara lain:

1) Harga koefisien partisi obat yang tergantung dari kelarutannya dalam minyak

dan air.

2) Kondisi pH akan mempengaruhi tingkat disosiasi serta kelarutan obat yang

lipofil.

3) Konsentrasi obat.

Page 33: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4) Profil pelepasan obat dari pembawanya, bergantung pada afinitas zat aktif

terhadap pembawa, kelarutan zat aktif dalam pembawa, dan pH pembawa.

5) Komposisi sistem tempat pemberian obat, yang ditentukan dari permeabilitas

stratum korneum yang disebabkan hidrasi dan perubahan struktur lipid.

6) Peningkatan suhu kulit dapat menyebabkan perubahan difusi yang disebabkan

oleh peningkatan kelarutan obat.

7) Pembawa yang dapat meningkatkan kelembaban kulit akan mendorong

terjadi absorpsi obat melalui kulit.

8) Waktu kontak obat dengan kulit.

9) Ketebalan kulit. Absorpsi perkutan lebih besar jika obat digunakan pada kulit

dengan lapisan tanduk yang tipis daripada yang tebal.

10) Bahan-bahan peningkat penetrasi (enhancer) dapat meningkatkan

permeabilitas kulit dengan cara mengubah sifat fisika kimia stratum korneum

sehingga mengurangi daya tahan difusi. Contohnya DMSO, DMF, DMA,

urea, dan lain-lain.

11) Adanya sirkulasi darah in situ pada kulit akan meningkatkan absorpsi obat

(Anggraeni, 2008).

Gambar 2.4 Rute penetrasi obat melalui kulit. (1) Rute transepidermal; (2)&(3)Rute transappendageal.

[Sumber : www.skin-care-forum.basf.com]

Page 34: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Sediaan Salep

Salep merupakan sediaan yang diaplikasikan secara eksternal, tetapi

berbeda dengan krim karena basis salep umumnya berminyak. Basisnya adalah

anhidrat yang dapat bercampur dengan sekresi kulit. Salep biasanya mengandung

suatu obat atau campuran obat terlarut atau terdispersi dalam basisnya. (Marriot,

John F et al., 2010)

Menurut British Pharmacopoeia: “ Salep diformulasikan untuk sediaan

yang tidak dapat larut, larut atau dapat diemulsikan dengan sekresi kulit. Salep

hidrofobik dan salep pengemulsi-air dapat diaplikasikan pada kulit atau selaput

lendir untuk memperoleh efek emolien, pelindung, tujuan terapeutik atau

profilaksis sesuai tingkat oklusi yang diinginkan. Salep hidrofilik dapat bercampur

dengan sekresi kulit namun sifatnya kurang emolien (Marriot, John F et al., 2010).

Terdapat 4 peraturan dalam pembuatan salep menurut F. Van Duin, yaitu:

a. Peraturan salep pertama

“Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan ke dalamnya, jika

perlu dengan pemanasan.”

b. Peraturan salep kedua

“Jika tidak ada peraturan lain, bahan-bahan yang larut dalam air dilarutkan

terlebih dahulu dalam air asalkan jumlah air yang digunakan dapat diserap

seluruhnya oleh dasar salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari dasar

salepnya.

c. Peraturan salep ketiga

“Bahan-bahan yang sukar larut atau hanya sebagian larut dalam minyak dan

air harus diserbukkan terlebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak No.

60.”

d. Peraturan salep keempat

“Campuran salep yang dibuat dengan cara dicairkan harus digerus sampai

dingin.” (Bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan

10-20% untuk mencegah kekurangan bobot) (Syamsuni, H. 2002)

Page 35: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Metode pembuatan salep, diantaranya :

a. Metode fusi

1) Pembuatannya harus dilebihkan karena akan terjadi ketertinggalan

produk saat dipindahkan dalam wadah yang sesuai.

2) Tentukan titik leleh dari basis lemak kemudian dilelehkan atau dicairkan

secara bersamaan. Proses pencairan diawali dengan basis yang memilki

titik leleh tinggi, masing-masing basis harus mencair pada suhu serendah

mungkin atau saat dimana campuran sudah mulai dingin.

3) Tambahkan bahan-bahan pada wadah diatas waterbath untuk

menghindari pemanasan berlebih. Gunakan termometer untuk

pemeriksaan suhu secara teratur.

4) Bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam basis harus sesuai dengan suhu

titik leleh masing-masing bahan. Aduk terus menerus sampai sediaan

homogen. Pengadukan harus dilakukan secara perlahan untuk

menghindari adanya udara berlebih yang dapat mempercepat

pendinginan dan membuat sediaan menjadi kental (Marriot, John F et al.,

2010).

b. Penambahan zat aktif dalam bentuk padatan ke dalam dasar salep

1) Zat aktif yang larut dalam dasar salep

Zat aktif ditambahkan ke dalam dasar salep lemak pada temperatur yang

sangat rendah dan pencampuran dilakukan sampai campuran tersebut

dingin (Marriot, John F et al., 2010).

2) Zat aktif yang tidak larut dalam dasar salep

a) Serbuk kasar

Dasar salep yang sudah meleleh atau mengental dimasukkan ke

dalam lumpang. Kemudian masukkan serbuk kasar dan gerus dengan

cara levigasi sampai homogen. Kecepatan pengadukan harus

dperhatikan untuk menghindari produk yang berpasir. Pengadukan

Page 36: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dilakukan sampai sediaan menjadi dingin (Marriot, John F et al.,

2010).

b) Serbuk halus

Serbuk halus dicampurkan dengan cara triturasi. Masukkan dasar

salep ke dalam lumpang dan ratakan untuk mencegah dasar salep

masuk ke pori-pori lumpang. Kemudian tambahkan serbuk halus dan

tambahkan dasar salep dengan cara “doubling-up” atau secara

geometri. Penambahan secara geometri maksudnya adalah

penambahan dasar salep yang jumlahnya sesuai dengan bobot yang

terdapat dalam lumpang dilakukan secara perlahan-lahan dan

bertahap. Kemudian campuran dicampurkan denga cara triturasi

sampai homogeny (Marriot, John F et al., 2010).

c. Penambahan zat aktif dalam bentuk cairan ke dalam dasar salep

1) Cairan yang tidak menguap atau cairan yang larut

Cairan yang dapat larut dapat dicampur dengan dasar salep minyak. Jika

menggunakan dasar salep yang pre-prepared pencampuran dapat

dikatakan sebagai cairan yang mudah menguap atau bercampur (Marriot,

John F et al., 2010).

2) Cairan yang mudah menguap atau cairan yang tidak larut

Cairan yang mudah menguap harus ditriturasi dengan bahan dasar salep

dalam lumpang. Dasar salep dimasukkan ke dalam lumpang, kemudian

tambahkan dasar salep lain secara geometri. Kemudian aduk hingga

homogeny (Marriot, John F et al., 2010).

2.6 Sediaan Krim

Krim adalah sediaan setengah padat yang berupa emulsi yang mengandung

satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang

sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60 %. (Syamsuni,H. 2002).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan

setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau

Page 37: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terdispersi dalam dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan

untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsentrasi relatif cair yang

diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini

batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak

dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai

panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih ditujukan untuk

penggunaan kosmetika dan estetika.

Fungsi krim adalah sebagai bahan pembawa substansi obat untuk

pengobatan kulit, sebagai bahan pelumas untuk kulit, dan sebagai pelindung untuk

kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan

rangsangan kulit (Anief, 2000).

Menurut British Pharmacopoeia, “ Krim diformulasikan untuk sediaan

yang dapat bercampur dengan sekresi kulit. Sediaan krim dapat diaplikasikan pada

kulit atau membran mukosa untuk pelindung, efek terapeutik, atau profilaksis

yang tidak membutuhkan efek oklusif” (Marriot, John F et al., 2010).

Prinsip umum dalam preparasi sediaan krim, seperti sediaan emulsi dan

yang lainnya, kebersihan merupakan hal yang penting. Spatula dan peralatan

lainnya harus dibersihkan dengan IMS (Industrial Methylaed Spirits). IMS lebih

baik daripada air suling karena cepat menguap dan tidak meninggalkan residu.

Pembuatan krim harus dilebihkan karena pada proses pemindahan sediaan krim ke

wadah akhir, ada kemungkinan tertinggalnya sediaan di tempat yang sebelumnya.

Menentukan bahan yang larut dalam fase air atau yang larut dalam fase minyak.

Larutkan bahan yang larut air dalam fase air. Lelehkan basis lemak dalam cawan

evaporasi di atas waterbath dalam suhu serendah mungkin. Proses ini diawali

dengan melelehkan basis yang memiliki titik leleh tinggi. Setelah itu didinginkan

pada suhu 60°C (pemanasan yang berlebihan dapat mendenaturasi agen

pengemulsi dan menghilangkan stabilitas produk). Zat-zat yang dapat larut

dengan fase minyak harus diaduk sampai mencair. Suhu fase cair harus

disesuaikan 60°C. Fase terdispersi kemudian ditambahkan ke dalam fase

pendispersi pada suhu yang sama. Oleh karena itu, untuk produk minyak dalam

air, maka minyak yang ditambahkan ke dalam air. Sedangkan untuk produk air

dalam minyak, yang ditambahkan adalah air ke dalam minyak. Pengadukan harus

Page 38: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terus dilakukan tanpa adanya udara. Jangan mempercepat proses pendinginan

karena akan menghasilkan produk yang buruk. (Marriot, John F et al., 2010)

Syarat-syarat krim yang baik adalah :

a. Stabil selama dalam pemakaian pada suhu kamar dan kelembaban yang ada

dalam kamar

b. Lunak yaitu semua zat dalam keadaan halus

c. Seluruh produk homogen

d. Mudah dipakai

Pertimbangan yang terpenting bagi sediaan emulsi seperti krim di bidang

farmasi dan kosmetika adalah stabilitas dari produk jadi. Menurut Anief (2000)

ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan menjadi :

a. Flokulasi atau creaming

b. Koalesen atau pecahnya emulsi (breaking, cracing)

c. Macam-macam perubahan fisika dan kimia

d. Inverse

Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua lapiasan, dimana lapisan

yang satu mengandung butir-butir tetesan (fase terdispersi) lebih banyak dari pada

lapisan yang lain. Creaming merupakan proses bolak-balik, sedangkan pemecahan

merupakan proses searah. Krim yang menggumpal bisa didispersikan kembali

dengan mudah, dan dapat terbentuk kembali suatu campuran yang homogen dari

suatu emulsi yang membentuk krim dengan pengocokan, karena bola-bola minyak

masih dikelilingi oleh suatu lapisan pelindung dari zat pengemulsi. Jika terjadi

pemecahan, pencampuran biasa tidak bisa mensuspensikan kembali bola-bola

tersebut dalam suatu emulsi yang stabil (Martin, 1993).

Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi dari tipe M/A menjadi

A/M atau sebaliknya. Inverse dapat dipengaruhi oleh suhu, atau inverse

merupakan fungsi suhu (Lachman et. al, 1994).

Bahan-bahan umum yang biasa ditambahkan pada sediaan krim yaitu :

Basis krim, emulsifying agent, stiffening agent, buffer, antioksidan, pengawet,

penetrating agent, humektan dll.

Page 39: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7 Sediaan Gel

Gel merupakan sediaan semi padat yang transparan yang digunakan secara

topikal. Fase cair dari gel akan ditahan dalam tige dimensi matriks polimer. Bahan

obat dapat tersuspensi dalam matriks atau larut dalam fase cairnya. Gel cenderung

memiliki struktur yang lebih besar dari salep atau emulsi tergantung pada polimer

matriks pembentuknya (Marriot, John F et al., 2010).

Gel sering digunakan dalam penghantaran obat yang mengandung polimer

yang dapat menjerap sejumlah air yang dikenal dengan hidrogel. Penyerapan

cairan berlangsung melalui pengembangan. Hal ini diikuti dengan peningkatan

volume dan membesarnya tekanan (tekanan pembengkakan sampai 100 Mpa, 103

at), dan peristiwa tersebut berkaitan erat dengan dihasilkannya panas positif.

Koloid linier yang digunakan untuk membentuk gel dapat mengembang tanpa

batas, artinya kondisi gel dapat diubah menjadi larutan dengan penambahan

pelarut yang lebih banyak. Dengan demikian jumlah air yang digunakan untuk

pengembangan sangat menentukan sifat rheology sediaan yang terbentuk.

Komposisi sediaan gel umumnya terdiri dari komponen bahan yang dapat

mengembang dengan adanya air, humektan, dan pengawet, terkadang diperlukan

bahan yang dapat meningkatkan penetrasi bahan berkhasiat.

a. Gel tautan –silang (cross link) secara kimia

Pada sistem ini, pemisahan fase makroskopik dicegah dengan adanya

tautan silang dan semakin tinggi densitas massa jenis dari senyawa penaut silang

maka semakin kuat. Kekuatan gel dapat diukur dengan Texture analyzer.

Surfaktanionik dapat terikat dengan polimer nonionik, sehingga cara yang

efektif untuk memasukkan muatan ke dalam gel polimer nonionik adalah dengan

menambahkan surfaktan ionik. Muatan tersebut bergantung bergantung pada

ikatan kooperatif dari surfaktan pada rantai backbone polimer, maka

pengembangan dari gel bergantung pada parameter yang mengendalikan ikatan

pada surfaktan. Saat panjang rantai alkil pada surfaktan meningkat, afinitas ikatan

pada polimer pun akan meningkat, sehingga secara efektif meningkatkan densitas

polimer. Derajat pengembangan secara langsung mempengaruhi pelepasan

senyawa yang bergabung dalam gel cross-linked. Sehingga dengan meningkatkan

pengembangan, difusi dari senyawa yang tergabung meningkat.

Page 40: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Gel yang terbentuk oleh polimer polisakarida

Gel polisakarida bersifat temperature-reversible, terbentuk pada

konsentrasi polimer yang relatif rendah umumnya dari turunan selulosa, struktur

gel dapat dibentuk pada konsentrasi antara 2-6%. Gel polisakarida dapat dibentuk

dengan memodifikasi ikatan silang secara kimia, yang dipengaruhi oleh pH.

c. Pembentuk gel alami

Pembentuk gel alami yang umum digunakan adalah xantan gum, gellan

gum, pektin dan gelatin. Xanthan gum dan gellan gum adalah polisakarida dengan

berat molekul besar yang diperoleh dari fermentasi menggunakan mikroba.

Larutan xanthan gum memiliki viskositas yang tinggi pada tekanan geser (shear

rate) yang rendah yang dapat menjaga partikel padat tetap tersuspensi dan

mencegah emulsi mengalami koalesen. Gellan gum adalah pembentuk gel, efektif

pada penggunaan dengan jumlah yang sedikit, membentuk gel yang padat pada

konsentrasi rendah.

Selain bahan pembentuk gel, bahan tambahan lainnya yang sering

digunakan dalam pembuatan gel yaitu humektan, chelating agent, enhancer dan

zat pengawet.

Metode pembuatan gel secara umum, diantaranya :

a. Panaskan semua komponen gel (terkecuali dengan air), kurang lebih sekitar

90o C.

b. Panaskan air, kurang lebih sekitar 90o C.

c. Tambahkan air ke minyak, aduk terus. Hindari pengadukan kuat karena hal

ini akan menimbulkan gelembung (Marriot, John F et al., 2010).

Fungsi gel menurut Lachman et al., 1989 yaitu gel dapat digunakan untuk

pemberian oral, sediaan obat long-acting yang diinjeksikan secara intramuskular,

bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi,

bahan pengental pada sediaan cair per oral, dan basis supositoria. Selain itu gel

juga dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara setengah padat (non steril)

atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (steril) dan telah digunakan

dalam berbagai produk kosmetik.

Page 41: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sifat dan karakteristik gel menurut Lachman et al 1989 adalah sebagai

berikut :

a. Swelling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat

mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan

berpenetrasi di antara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.

Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di

dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang

(Lachman et al.,1989).

b. Sinerasis

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel.

Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu

pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang

padat. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat

adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada

kepadatan gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga

memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada

hidrogel maupun organel (Lachman et al.,1989).

c. Efek suhu

Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui

penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan

hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang

dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut

membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang

disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation (Lachman et al.,1989).

d. Efek elektrolit

Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel

hidrofilik di mana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut

yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik

dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan

mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel

Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium

Page 42: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai

kalsium alginat yang tidak larut (Lachman et al.,1989).

e. Elastisitas dan rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa,

selama transformasi dari bentuk larutan menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas

dengan peningkatan konsentrasi pembentukan gel. Bentuk struktur gel resisten

terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskositelastik. Struktur

gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel (Lachman

et al.,1989).

f. Rheologi

Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi

memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran

non-newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju

aliran (Lachman et al.,1989).

2.8 Formulasi Sediaan Setengah Padat

2.8.1 Lanolin Hidrat

Lanolin hidrat atau disebut juga adeps lanae cum aqua (PhEur)

dideskripsikan sebagai campuran dari adeps lanae dan 25-30% b/b air suling.

Lanolin hidrat berfungsi sebagai agen pengemulsi dan basis salep. Lanolin hidrat

berwarna kuning pucat, dengan bau khas lemah. Lanolin hidrat biasanya

digunakan pada pembuatan sediaan salep dan krim tipe air dalam minyak (a/m).

Ketika meleleh oleh pemanasan dengan penangas air, lanolin akan terpisah

menjadi lapisan minyak jernih dan lapisan air jernih. Lanolin hidrat melebur pada

suhu 38-44°C, praktis tidak larut dalam kloroform, eter dan air. Hanya komponen

lemak dari lanolin hidrat yang larut dalam pelarut organik. Lanolin hidrat harus

disimpan dalam wadah tertutup baik, tertutup rapat dan terlindung dari cahaya,

kelembaban dan di tempat kering. Penyimpanan normal bertahan sampai 2 tahun.

Lanolin hidrat dapat mengandung pro-oksidan yang mungkin mempengaruhi

stabilitas beberapa zat aktif (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

Page 43: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.2 Setil Alkohol

Nama lain dari setil alkohol adalah alcohol cetylicus dan crodacol.

Penggunaan setil alkohol pada sediaan farmasi sangat luas, diantaranya coating

agent; emulsifying agent (2-5%); stiffening agent (2-10%). Setil alkohol

merupakan serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih, bau khas lemah, rasa

lemah. Setil alkohol memiliki titik lebur 45-52°C, larut dalam etanol 95% dan eter,

kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu, praktis tidak larut dalam air. Mudah

larut ketika dilebur bersama dengan lemak, paraffin padat atau cair, dan isopropil

miristat. Setil alkohol tetap stabil meskipun terdapat asam, basa, cahaya dan udara

tidak menjadi tengik. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat

yang kering dan sejuk. Inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat (Rowe,

Sheskey, Owen, 2006).

2.8.3 Vaselin Album

Vaselin album berwarna kuning pucat, transparan, massa lembut, sedikit

berbau dan sedikit berasa. Fungsi vaselin album adalah sebagai emolien, dan basis

salep. Kelarutan praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95% panas atau dingin,

gliserin, dan air, larut dalam benzen, karbon disulfida, kloroform, eter, heksan dan

minyak lemak dan menguap. Pada paparan sinar, kemurnian dari vaselin album

menurun akibat berubah warna dan teroksidasi serta menghasilkan bau yang tidak

diinginkan. Oksidasi dapat dicegah dengan penambahan antioksidan yang cocok

seperti BHT, BHA dan tokoferol. Vaselin album dapat disterilisasi dengan

pemanasan kering. Meskipun vaselin album dapat disterilisasi dengan iradiasi

gamma, tetapi proses tersebut dapat mempengaruhi sifat fisik dari vaselin album

seperti mengembang, berubah warna, bau dan sifat rheologi. Vaselin album harus

disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya di tempat sejuk dan

kering. Vaselin album merupakan bahan inert dengan sedikit inkompatibilitas

(Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

Page 44: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.4 Asam Stearat

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari

lemak sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam

heksadekanoat, C16H32O2 (Ditjen POM, 1979).

Pemerian asam stearat yaitu zat padat; putih atau kuning pucat; beberapa

terlihat mengkilap, padatan kristal atau serbuk putih atau putih kekuningan. Bau

khas kuat dan rasanya mirip lemak. Asam stearat memiliki titik lebur ≥ 54°C.

Kelarutannya mudah larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter.

Larut dalam etanol 95%, heksan dan propilen glikol, praktis tidak larut dalam air.

Penggunaannya adalah sebagai basis krim dan saleb juga sebagai lubrikan tablet

(Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

Asam stearat merupakan bahan yang stabil, penambahan antioksidan dapat

dilakukan untuk menjaga kestabilannya. Asam stearat harus disimpan dalam

wadah tertutup baik di tempat sejuk dan kering. Asam stearat inkompatibel

dengan banyak logam hidroksida dan agen pengoksida (Rowe, Sheskey, Owen,

2006).

2.8.5 Isopropil Miristat

Isopropil miristat merupakan cairan tidak berwarna dan praktis tidak

berbau. Larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, etil asetat, praktis tidak larut

dalam gliserin, glikol dan air. Isopropil miristat tidak kompatibel dengan parafin

padat karena akan menghasilkan campuran butiran, tetapi isopropil miristat

kompatibel dengan oksidator kuat. Isopropil miristat tahan terhadap oksidasi dan

hidrolisis, dan tidak menjadi tengik. Bahan ini harus disimpan dalam wadah yang

tertutup di tempat yang sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya (Rowe,

Sheskey, Owen, 2006).

2.8.6 Minyak Zaitun

Minyak zaitun disebut juga olive oil merupakan minyak lemak dari buah

Olea europaea. Minyak zaitun merupakan cairan minyak yang jernih, berwarna

kuning kehijauan atau hampir tidak berwarna. Sangat larut dalam etanol 96%,

larut dalam eter, kloroform dan petrolatum (50-70ºC) dan karbon disulfida.

Page 45: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Minyak zaitun sering digunakan sebagai fase minyak dalam berbagai sediaan

farmasi, diantranya salep, linimen, enema, sabun, dan dapat juga sebagai

pembawa injeksi minyak. Ketika didinginkan, minyak zaitun akan berkabut pada

kisaran suhu 10ºC dan akan seperti masa butter pada suhu 0ºC. Minyak zaitun

harus disimpan di tempat yang sejuk dan kering dalam wadah yang tertutup rapat

terhindar dari sinar matahari. Minyak zaitun dapat tersaponifikasi oleh alkali

hidroksida. Minyak zaitun mudah teroksidasi dan inkompatibel dengan agen

pengoksida (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.7 Vitamin E

Vitamin E dengan nama lain alfa tokoferol merupakan produk natural dan

dideskripsikan sebagai cairan minyak yang jernih, kuning kecoklatan atau hampir

tidak berwarna, dan kental. Penggunaannya sebagai agen terapetik atau

antioksidan dalam sediaan dengan kandungan bahan yang mudah teroksidasi.

Titik didih vitamin E mencapai 235°C. Vitamin E praktis tidak larut dalam air,

mudah larut dalam aseton, etanol, eter dan minyak sayur. Vitamin E teroksidasi

perlahan oleh oksigen atmosfir dan sangat cepat oleh besi dan garam perak.

Vitamin E harus disimpan di bawah gas inert dalam wadah kedap udara di tempat

sejuk, kering dan terlindungi dari cahaya. Vitamin E inkompatibel dengan

peroksida dan ion logam seperti besi, tembaga, perak. Vitamin E mungkin

terabsorbsi ke dalam plastik (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.8 Karbopol 940

Karbopol merupakan polimer sintetis dengan BM tinggi dari asam akrilat

yang di campurkan dengan alil sukrosa lain atau eter alil dari penta eritrol.

Karbopol mengandung antara 56%-68% dari asam karboksilat (COOH) terhitung

dengan basis kering. Karbopol berwarna putih, halus, bersifat asam, higroskopis,

serbuk dengan bau sedikit khas. Larut dalam air dan setelah dinetralisasi dapat

larut dalam etanol 95% dan gliserin. Meskipun dinyatakan terlarut dalam air,

tetapi karbopol tidak terdisolusi tetapi hanya mengembang. Fungsi karbopol

adalah sebagai agen bioadhesif, agen pengemulsi, agen pelepasan termodifikasi,

Page 46: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

agen pensuspensi, pengikat tablet dan agen peningkat viskositas (Rowe, Sheskey,

Owen, 2006).

Karbopol memiliki pH yang sangat asam yaitu 2,7-3,5 dalam 0,5% b/v

dispersi dalam air dan 2,5-3,0 dalam 1 b/v bagian air, oleh karena itu pada tahap

pembuatannya sebagai basis gel seringkali ditambahkan dengan NaOH atau

golongan amin untuk menyesuaikan pH sediaan mendekati pH kulit. Titik leleh

dari karbopol cukup tinggi, tetapi dapat terdekomposisi pada suhu 260ºC selama

30 menit. Karbopol merupakan senyawa yang stabil, bersifat higroskopis yang

memungkinkan untuk dipanaskan dibawah suhu 104°C sampai 2 jam tanpa

mempengaruhi efisiensinya. Bagaimanapun paparan temperatur yang sangat

tinggi dapat menyebabkan perubahan warna dan penurunan stabilitas. Bentuk

serbuk kering dari karbopol tidak mendukung pertumbuhan dari mikroba dan

fungi. Sebaliknya mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik dalam dispersi

dalam air tanpa pengawet, namun pengawet antimikroba seperti 0,1% b/v

klorokresol, 0,18% b/v metil paraben-0,02 % b/v propil paraben atau 0,1% b/v

timerosal dapat ditambahkan (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

Pada temperatur ruangan dispersi karbopol dapat terjaga viskositasnya

selama penyimpanan dalam periode berkepanjangan. Demikian pula, viskositas

dispersi terjaga atau hanya sedikit terjadi penurunan pada suhu penyimpanan

tinggi jika terdapat antioksidan didalamnya atau jika dispersi tersebut disimpan

terlindungi dari cahaya. Paparan sinar menyebabkan oksidasi yang

memungkinkan terjadinya penurunan viskositas dispersi. Serbuk karbopol harus

disimpan dalam wadah kedap udara, wadah resistensi korosi, di tempat kering.

Penggunaan dari gelas, plastik, atau wadah resin direkomendasikan untuk

menyimpan formula dengan kandungan karbopol. Karbopol berubah warna oleh

resorsinol dan inkompatibel dengan fenol, polimer-polimer kationik, asam kuat,

dan elektrolit level tinggi (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.9 Natrium Metabisulfit

Natrium metabisulfit memiliki rumus empiris Na2S2O5 dengan bobot

molekul 190,15. Natrium metabisulfit berupa kristal prisma tidak berwarna, atau

krem-putih, bubuk kristal yang memiliki bau sulfur dioksida dan asam, rasa

Page 47: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

seperti garam. Penggunaan natrium metabisulfit adalah sebagai antioksidan tetapi

dapat pula digunakan sebagai pengawet pada beberapa sediaan farmasi. Natrium

metabisulfit larut dalam etanol 95%, sangat larut dalam gliserin, larut 1 bagian

dalam 1,9 bagian air dan larut 1 bagian dalam 1,2 bagian air mendidih 100°C.

Titik lebur dan dekomposisi natrium metabisulfit kurang dari 150°C.

Pada paparan udara dan kelembaban, natrium metabisulfit perlahan

teroksidasi menjadi natrium sulfat dengan disintegrasi kristal. Penambahan asam

kuat membebaskan sulfur dioksida. Larutan berair natrium metabisulfit juga

terurai di udara, terutama pada pemanasan. Larutan yang akan disterilkan dengan

autoklaf harus diisi ke dalam wadah di mana udara telah diganti dengan gas inert,

seperti nitrogen. Bahan massal harus disimpan dalam wadah tertutup baik,

terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. Natrium metabisulfit

bereaksi dengan simpatomimetik dan obat derivat alkohol lainnya. Obat-obatan

dapat terinaktivasi adalah epinefrin (adrenalin) dan turunannya. Selain itu, natrium

metabisulfit tidak kompatibel dengan kloramfenikol karena reaksi yang lebih

kompleks, juga menginaktivasi cisplatin dalam larutan. Natrium metabisulfit tidak

cocok dengan fenil merkuri asetat saat diautoklaf dalam preparasi sediaan tetes

mata. Natrium metabisulfit dapat bereaksi dengan tutup karet botol dosis ganda

(Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.10 Metil Paraben dan Propil Paraben

Metil paraben dengan nama lain nipagin, merupakan serbuk hablur halus,

putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar

diikuti rasa tebal. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,

dalam 3,5 bagian etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter

dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol panas dan

dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.

Inkompatibilitas dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium trisilikat, talk,

tragakan, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropin. Larutan berair

dari metil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada 120°C

selama 20 menit, tanpa dekomposisi. Larutan berair pada pH 3-6 stabil (kurang

dari 10% dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sedangkan

Page 48: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

larutan air pada pH 8 atau di atas tunduk pada hidrolisis yang cepat (10% atau

lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu kamar) (Rowe, Sheskey,

Owen, 2006).

Propil paraben dengan nama lain nipasol merupakan serbuk hablur putih,

tidak berbau, tidak berasa. Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian

etanol 95%, dalam 3 bagian aseton, dalam 140 bagian gliserol dan dalam 40

bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Propil paraben

berubah warna dengan adanya besi dan dihidrolisis oleh alkali lemah dan asam

kuat. Larutan propil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf, tanpa

dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan stabil (kurang dari 10% dekomposisi) sampai

sekitar 4 tahun pada suhu kamar. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.

(Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.11 Trietanolamin

Trietanolamin biasa disingkat TEA merupakan cairan kental, tidak

berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik. TEA

mudah larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam kloroform.

Trietanolamin akan bereaksi dengan asam mineral membentuk garam kristal dan

ester. Trietanolamin juga akan bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam

kompleks. Trietanolamin dapat berubah coklat pada paparan udara dan cahaya.

85% trietanolamin cenderung stratifikasi di bawah 15°C, dapat homogen dengan

pemanasan kembali sebelum digunakan untuk pencampuran. Penyimpanan dalam

wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.12 Propilen Glikol

Propilen glikol merupakan cairan berwarna, kental, praktis berbau dengan

rasa sedikit manis pedas mirip gliserin. Larut dengan aseton, kloroform, etanol

(95%), gliserin, dan air; larut pada 1 dari 6 bagian dari eter, tidak larut dengan

minyak mineral ringan atau minyak tetap, tetapi akan memisah pada beberapa

minyak esensial. Penggunaan propilen glikol dibidang farmasi diantaranya

sebagai pengawet antimikroba, desinfektan, humektan, plasticizer, pelarut,

stabilizer untuk vitamin, pelarut campur dengan air. Propilen glikol juga dapat

Page 49: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

digunakan sebagai agen peningkat penetrasi pada konsentrasi 1-10% (William

Barry, 2004 dalam Sany, 2009). Pada suhu dingin, propilen glikol stabil di wadah

tertutup, tetapi pada temperatur tinggi, di tempat terbuka, cenderung mudah

teroksidasi, menghasilkan produk seperti propionaldehid, asam laktat, asam

piruvat, dan asam asetat. Propilen glikol stabil bila dicampur dengan etanol 95%,

gliserin, atau air. Larutan mengandung air dapat disterilkan dengan cara autoklaf.

Propilen glikol tidak kompatibel dengan reagen oksidasi seperti kalium

permanganat. Propilen glikol higroskopis dan harus disimpan dalam wadah

tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering. (Rowe, Sheskey,

Owen, 2006)

2.8.13 Alkohol 96%

Alkohol 96% atau disebut juga etanol memiliki rumus empiris C2H6O dan

bobot molekul 46,07. Alkohol 96% memiliki fungsi sebagai pengawet

antimikroba, disinfektan, agen penetrasi kulit, dan pelarut. Penggunaannya

sebagai pelarut dalam sediaan topikal sebanyak 60-90%, sedangkan sebagai

pengawet penggunaannya ≥ 10%. Efek peningkat penetrasi alkohol 96%

tergantung dari konsentrasi yang digunakaan (William dan Barry, 2004 dalam

Sany, 2009). Alkohol jernih, tidak berwarna, dapat bergerak dan cairan yang

menguap perlahan, bau khas dan rasa terbakar. Etanol 96% memiliki titik didih

78,15°C. Larut dalam kloroform, eter, gliserin dan air (dengan rise temperature

dan kontraksi volume). Larutan etanol dapat disterilisasi dengan metode autoklaf

atau penyaringan dan harus disimpan dalam wadah kedap udara dan ditempat

sejuk. Pada kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi keras dengan bahan

pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat menggelapkan warna karena reaksi

dengan jumlah sisa aldehida. Garam organik atau akasia dapat diendapkan dari

larutan berair atau dispersi. Larutan etanol juga tidak sesuai dengan wadah

aluminium dan dapat berinteraksi dengan beberapa obat (Rowe, Sheskey, Owen,

2006).

Page 50: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.9 Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Soesilo,

1995). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, diluar pengaruh cahaya

matahari langsung (Tiwari, et al., 2011).

Parameter yang mempengaruhi kualitas dari ekstrak adalah (Tiwari, et al.,

2011):

a. Bagian dari tumbuhan yang digunakan.

b. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi.

c. Prosedur ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan bahan aktif sebagai obat dari jaringan

tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

yang telah ditetapkan (Tiwari, et al., 2011). Selama proses ekstraksi, pelarut akan

berdifusi sampai ke material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa

dengan polaritas yang sesuai dengan pelarutnya. Efektifitas ekstraksi senyawa

kimia dari tumbuhan bergantung pada ;

a. Bahan-bahan tumbuhan yang diperoleh

b. Keaslian dari tumbuhan yang digunakan

c. Proses ekstraksi

d. Ukuran partikel

Macam-macam perbedaan metode ekstraksi yang akan mempengaruhi

kuantitas dan kandungan metabolit sekunder dari ekstrak, antara lain :

a. Tipe ekstraksi

b. Waktu ekstraksi

c. Suhu ekstraksi

d. Konsentrasi pelarut

e. Polaritas pelarut

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi

dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin (Diitjen POM, 2000).

Page 51: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Ekstraksi cara dingin

1) Maserasi

2) Perkolasi

b. Ekstraksi cara panas

1) Sokletasi

2) Digesti

3) Dekok

4) Infusa

5) Refluks

c. Teknik ekstraksi lain

1) Sonikasi

2) Supercritical Fluid

3) Vaccum Rotary Evaporator

2.9.1 Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar

(Ditjen POM, 2000). Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi adalah

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan kerugiannya

yakni cara pengerjaannya lama, membutuhkan pelarut yang banyak dan penyarian

kurang sempurna. Dalam maserasi (untuk ekstrak cairan), serbuk halus atau kasar

dari tumbuhan obat yang kontak dengan pelarut disimpan dalam wadah tertutup

untuk periode tertentu dengan pengadukan yang sering, sampai zat tertentu dapat

terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil

(Tiwari, et al., 2011).

2.9.2 Vaccum Rotary Evaporator

Vaccuum rotary evaporator adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan

suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia

tertentu sesuai yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan biasanya ditempatkan

dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan bantuan penangas, dan

diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh suatu pendingin (kondensor)

Page 52: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan ditampung pada suatu tempat (receiver flask). Setelah Pelarutnya diuapkan,

akan dihasilkan ekstrak yang dapat berbentuk padatan atau cairan (Nugroho, et

al., 1999).

Kelebihan dari alat ini adalah diperolehnya kembali pelarut yang diuapkan.

Penggunaan rotary evaporator meningkatkan presentase air yang terevaporasi

dibandingkan dengan menggunakan waterbath (Mutairi & jasser, 2012). Prinsip

kerja alat ini didasarkan pada titik didih pelarut dan adanya tekanan yang

menyebabkan uap dari pelarut terkumpul di atas, serta adanya kondensor (suhu

dingin) yang menyebabkan uap ini mengembun dan akhirnya jatuh ke tabung

penerima (receiver flask).

2.10 Uji Penetrasi Sediaan Secara In vitro Menggunakan Sel Difusi Franz

Studi penetrasi kulit secara in vitro berhubungan dengan mengukur

kecepatan dan jumlah komponen yang menembus kulit dan jumlah komponen

yang tertahan pada kulit. Salah satu cara untuk mengukur jumlah obat yang

terpenetrasi melalui kulit yaitu menggunakan sel difusi franz. Sel difusi franz

terbagi atas dua komponen yaitu kompartemen donor dan kompartemen reseptor.

Membran yang digunakan dapat berupa kulit manusia atau kulit hewan. Membran

diletakkan di antara kedua kompartemen, dilengkapi dengan o-ring untuk menjaga

letak membran. Gambar alat sel difusi franz dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Kompartemen sel difusi franz[Sumber : Particle Science Drug Development Service Vol. 10, 2009]

Page 53: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kompartemen reseptor diisi dengan larutan penerima. Suhu pada sel dijaga

dengan sirkulasi air menggunakan water jacket disekeliling kompartemen

reseptor. Sediaan yang akan diuji diaplikasikan pada membran kulit. Pada interval

waktu tertentu diambil beberapa ml cairan dari kompartemen reseptor dan jumlah

obat yang terpenetrasi melalui kulit dapat dianalisis dengan metode analisis yang

sesuai. Setiap diambil sampel cairan dari kompartemen reseptor harus selalu

digantikan dengan cairan yang sama sejumlah volume yang terambil (Anggraeni,

2008).

2.11 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri serap merupakan pengukuran interaksi antara radiasi

elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit dan mendekati

monokromatik, dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Hal ini didasarkan

pada kenyataan bahwa molekul selalu mengabsorbsi cahaya elektromagnetik jika

frekuensi cahaya tersebut sama dengan frekuensi getaran dari molekul tersebut.

Elektron yang terkait dan elektron yang tidak terkait akan tereksitasi pada suatu

daerah frekuensi, yang sesuai dengan cahaya ultraviolet dan cahaya tampak (UV-

Vis) (Henry, Suryadi, Yanuar 2002).

Spektrum absorbsi daerah ini adalah sekitar 220 nm sampai 800 nm dan

dinyatakan sebagai spektrum elektron. Suatu spektrum ultraviolet meliputi daerah

bagian ultraviolet (190-380 nm), spektrum Vis (Visibel) bagian sinar tampak

(380-780 nm) (Henry, Suryadi, Yanuar 2002).

Instrumentasi dari spektrofotometer UV-Vis ini dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah

spektrum yang mana alat tersebut dirancang untuk beroperasi.

b. Suatu monokromator, yakni sebuah piranti untuk memencilkan pita sempit

panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya.

c. Suatu wadah untuk sampel (dalam hal ini digunakan kuvet)

d. Suatu detektor yang berupa transduser yang merubah energi cahaya menjadi

suatu isyarat listrik.

Page 54: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Suatu amplifier (pengganda) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat

isyarat listrik itu memadai untuk dibaca.

f. Suatu sistem baca dimana diperagakan besarnya isyarat listrik yang ditangkap.

(Henry, Suryadi, Yanuar 2002).

Spektrofotometri UV-Vis digunakan terutama untuk analisa kuantitatif,

tetapi dapat juga untuk analisa kualitatif. Penggunaan untuk analisa kuantitatif

didasarkan pada hukum Lambert-Beers yang menyatakan hubungan empirik

antara intensitas cahaya yang ditransmisikan dengan tebalnya larutan (Hukum

Lambert/Bouger), dan hubungan antara intensitas tadi dengan konsentrasi zat

(Hukum Beers) (Henry, Suryadi, Yanuar 2002).

Hukum Lambert-Beer dapat dijelaskan dengan persamaan (2.1)

A = Log Io/It = Ɛ. b. c = a. b. c (2.1)

dimana : A = serapan; Io = intensitas sinar yang datang; It = intensitas

sinar yang diteruskan (ditransmisikan); Ɛ = absorbtivitas molekuler / konstanta

ekstingsi (L.mol-1. Cm-1); a = daya serap (L.g-1.cm-1); b = tebal larutan / kuvet

(cm); c = konsentrasi (g.L-1 , mg. mL-1) ( Henry, Suryadi, Yanuar 2002)

Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif

suatu zat biasanya merupakan panjang gelombang dimana zat yang bersangkutan

memberikan serapan pada umumnya landai sehigga perubahan yang tidak terlalu

besar pula (dapat diabaikan) (Henry, Suryadi, Yanuar 2002)

Serapan yang optimum untuk pengukuran dengan spektrofotometri Uv-

Vis ini berkisar antara 0,2-0,8. Namun menurut literatur lain, serapan sebesar 2-3

relatif masih memberikan hasil perhitungan yang cukup baik untuk campuran,

walaupun disarankan agar serapan berada dibawah 2 untuk hasil yang lebih baik,

dengan cara mengencerkan larutan zat yang akan di ukur (Henry, Suryadi, Yanuar

2002)

2.12 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan

yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan

pada penyangga berupa pelat gelas, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan

dipisah berupa larutan ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat

Page 55: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atau lapisan ditaruh didalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang

yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler

(pengembangan). Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan

(dideteksi) (Stahl Egon dalam Khoirrunni’mah, 2013)

Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis

adalah yang paling banyak digunakan untuk analisis obat di laboratorium farmasi.

Metode ini hanya memerlukan investasi kecil untuk perlengkapan dan

menggunakan waktu yang singkat untuk menyelesaikan analisis 915-60 menit),

memerlukan jumlah cuplikan yang sangat sedikit (kira-kira 0,1 g). Selain itu, hasil

palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak mungkin terjadi, kebutuhan

ruangan minimum dan penanganannya sederhana (Stahl Egon dalam

Khoirunni’mah, 2013)

Totolkan larutan uji dan larutan baku, menurut cara yang tertera pada

masing-masing monografi dengan jarak antara lebih kurang 1,5 cm dan lebih

kurang 2 cm dari tepi bawah lempeng, dan biarkan mengering (tepi bawah

lempeng adalah bagian lempeng yang pertama kali dilalui oleh alat membuat

lapisan pada waktu melapiskan zat penjerap). Ketika bekerja dengan lempeng,

gangguan fisik harus terhindarkan dari zat penjerap (Depkes RI, 1995).

Beri tanda pada jarak 10 cm hingga 15 cm di atas titik penotolan.

Tempatkan lempeng pada rak penyangga, hingga tempat penotolan terletak di

sebelah bawah, dan masukkan rak ke dalam bejana kromatografi. Pelarut dalam

bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penjerap, tetapi titik penotolan jangan

ampai terendam. Letakkan tutup bejana pada tempatnya, dan biarkan sistem

hingga pelarut merambat 10 cm hingga 15 cm di atas titik penotolan, umumnya

diperlukan waktu lebih kurang 15 menit hingga 1 jam. Keluarkan lempeng dari

bejana, buat tanda batas rambat pelarut, keringkan lempeng di udara, dan amati

bercak mula-mula dengan cahaya ultraviolet gelombang pendek (254 nm) dan

kemudidan dengan cahaya ultraviolet gelombang panjang (366 nm). Ukur dan

catat jarak tiap bercak dari titik penotolan serta catat panjang gelombang untuk

tiap bercak yang diamati. Tentukan harga Rf untuk bercak utama. Jika diperlukan,

semprot bercak dengan pereaksi yang ditentukan, amati dan bandingkan

kromatogram zat uji dengan kromatogram baku pembanding (Depkes RI, 1995).

Page 56: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.6 Skema kromatografi lapis tipis[Sumber : Mufidah, 2014]

2.13 Kromatografi Gas Spektrometri Massa

Perkembangan teknologi instrumentasi menghasilkan alat yang merupakan

gabungan dari dua sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama lain tetapi

dapat saling melengkapi, yaitu gabungan antara kromatografi gas dan

spektrometri massa (GC-MS). Kedua alat dihubungkan dengan satu interfase.

Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai komponen campuran

dalam sampel, sedangkan spektrometri massa berfungsi untuk mendeteksi

masing-masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem

kromatografi gas. Berdasarkan kromatogram GC-MS akan diperoleh informasi

jumlah senyawa yang terdeteksi dan dari spektra GC-MS akan diperoleh

informasi struktur senyawa yang terdeteksi (Astuti, 2006).

Dalam kromatografi gas, pemisahan terjadi ketika sampel diinjeksikan ke

dalam fase gerak. Fase gerak yang biasa digunakan adalah gas inert seperti

Helium. Fase gerak membawa sampel melalui fase diam yang ditempatkan dalam

kolom. Sampel dalam fase gerak berinteraksi dengan fase diam dengan kecepatan

yang berbeda-beda. Saat terjadi interaksi, yang tercepat akan keluar dari kolom

lebih dulu, sementara yang lambat keluar paling akhir. Komponen-komponen

yang telah terpisah kemudian menuju detektor. Detektor akan memberikan sinyal

yang kemudian ditampilkan dalam komputer sebagai kromatogram. Pada

kromatogram, sumbu x menunjukkan waktu retensi, RT(Retention Time, waktu

Page 57: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

saat sampel diinjeksikan sampai elusi berakhir), sedang sumbu y menunjukkan

intensitas sinyal. Dalam detektor, selain memberikan sinyal sebagai kromatogram,

komponen-komponen yang telah terpisah akan ditembak elektron sehingga

terpecah menjadi fragmen-fragmen dengan perbandingan massa dan muatan

tertentu (m/z). Fragmen-fragmen dengan m/z ditampilkan komputer sebagai

spektra massa, dimana sumbu x menunjukkan perbandingan m/z sedangkan

sumbu y menunjukkan intensitas. Dari spektra tersebut dapat diketahui struktur

senyawa dengan membandingkannya dengan spektra massa standar dari literatur

yang tersedia dalam komputer. Pendekatan pustaka terhadap spektra massa dapat

digunakan untuk identifikasi bila indeks kemiripan atau Similarity Indeks (SI)

berada pada rentangan ≥80 % (Astuti, 2006).

Analisis GC-MS merupakan metode yang cepat dan akurat untuk

memisahkan campuran yang rumit, mampu menganalisis campuran dalam jumlah

yang kecil, dan menghasilkan data yang berguna mengenai struktur serta identitas

senyawa organik (Astuti, 2006).

Page 58: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

40 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian I, Laboratorium Penelitian

II, Laboratorium Kimia Pangan, Laboratorium Kimia Obat dan Laboratorium

Farmakologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 29 Oktober

2014 hingga selesai.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang dibutuhkan yaitu spektrofotometri UV/Vis (U-2900, Hitachi,

Amerika), kromatografi gas spektrometri massa (5975 Inert MSD, The Agilent

Technologies, USA), blender, corong, kertas saring, botol maserasi, spatel logam,

cawan penguap, digital waterbath (SB-100, Eyela, Japan), kapas, vacuum rotary

evaporator (N-1000, Eyela, Japan), wadah krim, batang pengaduk, kertas

perkamen, oven (NDO-500, Eyela, Japan), lemari pendingin (DW-40W100,

Haier, Tiongkok), mortar, stamper, sudip, pot salep, timbangan digital (GH 202,

OGS, Japan), labu ukur (Pyrex, USA), aluminium foil, plastic wrap, pengaduk

magnetik (MST Basic, Wiggen Hauser, USA)), digital stirring hotplate (Cimarec,

USA), timbangan kilogram, mikropipet (Rainin, USA), gelas ukur (Scott Duran,

Germany), gelas piala (Scott Duran, Germany), kaca arloji, pH meter (F-52,

Horiba, Japan), Erlenmeyer (Pyrex, USA), pipet volumetric (Pyrex, USA), pipa

kapiler, plat silica gel F254 (Merck Millipore, Germany), seperangkat alat uji KLT,

apparatus melting point (Stuart, UK), spuit, tabung reaksi, seperangkat alat uji sel

difusi franz.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kencur

(Kaempferia galanga L.), kulit bagian abdomen tikus putih betina galur Sprague

Dawley (PT. Iratco, Bogor), n-heksan teknis yang telah didestilasi, vaselin album,

Page 59: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

adeps lanae, propilen glikol (Bratachem, Jakarta), metil paraben (Bratachem,

Jakarta), propil paraben (Bratachem, Jakarta), natrium metabisulfit, trietanolamin,

natrium hidroksida (Bratachem, Jakarta), kalium dihidrogen fosfat (Bratachem,

Jakarta), alkohol 96% (Bratachem, Jakarta), metanol, etil asetat, karbopol 940

(Sahdong, Bio-Technology), asam stearat, isopropil miristat, setil alkohol, minyak

zaitun, vitamin E dan air suling.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Isolasi Kristal Etil p-Metoksisinamat

3.3.1.1 Pengambilan Sampel

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) diperoleh dan dikumpulkan dari

Balittro, Cimanggu, Bogor pada tanggal 29 Oktober 2014. Rimpang kencur

tersebut dipanen pada pukul 09.00 WIB dengan kondisi tanah kering.

3.3.1.2 Penyiapan Simplisia

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) sebanyak 20 kg, dipisahkan dari

cabang dan rantingnya, dan dibersihkan dengan air mengalir. Selanjutnya bahan

disortasi basah, kemudian dikeringanginkan pada suhu ruangan selama satu hari.

Rimpang kencur yang sudah kering dan bersih, kemudian dirajang membentuk

irisan tipis-tipis sekitar 2-3 mm, lalu dikeringanginkan pada suhu ruangan,

penjemuran irisan kencur dilakukan dengan menyebarkan irisan tersebut sehingga

tidak terjadi penumpukan yang mengakibatkan tumbuhnya jamur. Pengeringan

dilakukan selama 5-6 hari tanpa kena sinar matahari. Setelah irisan rimpang

tersebut kering kemudian dilakukan penyortiran kering untuk memisahkan

simplisia yang berjamur atau busuk. Setelah disortir simplisia yang kering dan

berwarna coklat muda tersebut kemudian diblender hingga menjadi serbuk halus

(Barus, 2009). Serbuk simplisia rimpang kencur kemudian disimpan dalam wadah

tertutup, pada suhu ruangan. Penyimpanan serbuk tersebut dijauhkan dari sinar

matahari langsung dan tempat yang lembab atau berair.

Page 60: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.1.3 Ekstraksi

Serbuk simplisia rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dimaserasi

dengan menggunakan pelarut n-heksan yang sebelumnya telah dimurnikan.

Sebanyak 500 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam botol maserasi dan

ditambahkan n-heksan sebanyak 1 L sampai serbuk simplisia terendam seluruhnya

dan terdapat lapisan pelarut setebal 3 cm di atas serbuk simplisia. Selanjutnya

ditutup dan didiamkan selama 48 jam sambil sesekali diaduk.

Hasil maserasi disaring dengan menggunakan kapas dan kertas saring.

Selanjutnya pada serbuk dilakukan maserasi kembali sebanyak 3 kali pengulangan

hingga pelarut hasil maserasi bening kekuningan. Hasil maserasi kencur disatukan

dan dipekatkan dengan vaccum rotary evaporator pada suhu 48-50°C sampai

diperoleh larutan pekat ekstrak yang berwarna coklat kekuningan.

3.3.1.4 Isolasi Kristal Etil p-Metoksisinamat dari Ekstrak Kencur

Ekstrak kental rimpang kencur yang disimpan dalam suhu kamar akan

mengkristal hampir 80% nya. Penyimpanan pada lemari pendingin akan

mempercepat terbentukya kristal. Kristal yang terbentuk kemudian dipisahkan

dari ekstrak kental dengan cara melarutkan ekstrak kental rimpang kencur yang

mengkristal dengan pelarut n-heksan lalu dilakukan penyaringan. Larutan ekstrak

hasil penyaringan kemudian dipekatkan kembali menggunakan vaccum rotary

evaporator pada suhu 48-50°C, lalu proses pemisahan kristal diulangi hingga

ekstrak kental yang diperoleh tidak mengkristal lagi. Kristal yang tertinggal diatas

kertas saring kemudian dicuci menggunakan n-heksan dan sedikit metanol. Kristal

yang tidak ikut terlarut selama proses pencucian disaring untuk dipisahkan dengan

kristal yang terlarut. Kristal yang terlarut dipekatkan kembali dengan vaccum

rotary evaporator pada suhu 48-50°C. Kemudian proses pencucian diulangi

beberapa kali sampai didapatkan kristal murni (Mufidah, 2014 telah dimodifikasi).

3.4 Identifikasi dan Uji Kemurnian Kristal Etil p-Metoksisinamat

3.4.1 Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan secara fisik menggunakan panca indera yang meliputi

pemeriksaan bentuk, warna, bau dan rasa (Depkes RI, 2000).

Page 61: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.2 Pengujian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pengujian KLT kristal etil p-metoksisinamat hasil isolasi dilakukan

menggunakan plat silica gel F254 dengan eluen n-heksan dan etil asetat dengan

perbandingan 3:2. Spot yang didapatkan kemudian dihitung nilai Rfnya dan

dibandingkan dengan standar etil p-metoksisinamat. Tujuan dilakukannya

pengujian KLT ini adalah untuk melihat kemurnian kristal etil p-metoksisinamat

hasil isolasi (Mufidah, 2014 telah dimodifikasi).

3.4.3 Pengujian Titik Leleh

Uji ini dilakukan dengan cara memasukkan sedikit kristal ke dalam pipa

kapiler kecil yang kemudian dimasukkan ke dalam alat uji titik leleh. Rentang titik

leleh dimulai dari suhu awal dimana kristal mulai melebur hingga seluruhnya

melebur. Uji titik leleh dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemurnian kristal

etil p-metoksisinamat (Ruswanto dan Lestari 2013).

3.4.4 Pengujian Kromatografi Gas Spektrometri Massa (GC-MS)

Pengujian kristal hasil isolasi menggunakan kromatografi gas spektrometri

masa bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur kadar senyawa etil p-

metoksisinamat yang terkandung didalam kristal hasil isolasi tersebut. Larutan

induk etil p-metoksisinamat dengan konsentrasi 1000 ppm disiapkan dengan cara

melarutkan 100 mg kristal hasil isolasi dalam metanol pro chromatography

hingga 100 mL. Larutan tersebut kemudian diinjekkan ke dalam kromatografi gas

spektrometri massa. Kolom yang digunakan adalah HP-5MS (30 m x 0,25 mm ID

x 0,25 µm); suhu awal 70°C selama 2 menit, dinaikkan ke suhu 285°C dengan

kecepatan 20°C/min selama 20 menit. Suhu MSD 285°C. Kecepatan aliran 1,2

mL/min dengan split 1:100. Parameter scanning dilakukan dari massa paling

rendah yakni 35 sampai paling tinggi 550 (Umar et al., 2012).

3.5 Pembuatan Sediaan

Sediaan yang akan dibuat meliputi, sediaan salep, krim dan gel, dimana

masing-masing formula mengandung etil p-metoksisinamat 1%. Penentuan dosis

Page 62: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sediaan ini mengacu pada dosis sediaan setengah padat anti inflamasi natrium

diklofenak yang beredar dipasaran.

3.5.1 Sediaan Salep

Tabel 3.1 Formula Sediaan Salep

Formula Persentase Jumlah Bahan (%)

Kristal EPMS 1

Vaselin album 20

Setil alkohol 7

Propilen glikol 15

Alkohol 96% 5

Lanolin hidrat ad 100

Cara pembuatan : Lanolin hidrat disiapkan dari hasil leburan adeps lanae

sebanyak 75% dan ditambahkan air suling sebanyak 25% kemudian digerus

hingga terbentuk masa setengah padat. Pembuatan salep diawali dengan

meleburkan seluruh bahan dasar salep yaitu lanolin hidrat, vaselin album dan setil

alkohol dalam cawan penguap di atas penangas air hingga suhu 60°C. Kemudian

setelah melebur cawan tersebut diangkat dan dituangkan ke dalam lumpang dan

ditambahkan propilen glikol sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen.

Setelah basis salep terbentuk dan dingin, kristal kencur yang sebelumnya telah

dilarutkan dengan alkohol 96% ditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus

hingga homogen.

3.5.2 Sediaan Krim

Tabel 3.2 Formula Sediaan Krim

Formula Persentase Jumlah Bahan (%)

Kristal EPMS 1

Asam stearat 5

Isopropil miristat 3

Setil alkohol 3

Page 63: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cara pembuatan : asam stearat, isopropil miristat, setil alkohol, minyak

zaitun dilebur menjadi satu dalam cawan I hingga suhu 60°C (fase minyak). Metil

paraben, propil paraben, propilen glikol, trietanolamin dan air suling dilebur

hingga suhu 60°C dalam cawan penguap II sebagai (Fase air). Kedua fase tersebut

dicampur menjadi satu dalam lumpang, kemudian digerus terus menerus hingga

terbentuk masa krim. Setelah masa krim terbentuk dan suhunya telah menurun

ditambahkan vitamin E kemudian digerus hingga homogen. Setelah itu kristal

kencur yang sebelumnya telah dilarutkan dengan alkohol 96% ditambahkan

dengan sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen.

3.5.3 Sediaan Gel

Tabel 3.3 Formula Sediaan Gel

Formula Persentase Jumlah Bahan (%)

Kristal EPMS 1

Karbopol 940 1

Propilen glikol 15

Matil paraben 0,2

Propil paraben 0,1

Natrium metabisulfit 0,2

Trietanolamin 1

Alkohol 96% 5

Air suling Ad 100

Minyak zaitun 1

Trietanolamin 0,2

Propilen glikol 15

Metil paraben 0,2

Propil paraben 0,1

Vitamin E 0,1

Alkohol 96% 5

Air suling ad 100

Page 64: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cara pembuatan : Karbopol didispersikan dalam air suling dingin

kemudian diaduk sampai homogen, setelah itu ditambahkan air suling panas

secukupnya diaduk hingga homogen, kemudian didiamkan beberapa saat setelah

itu ditambahkan trietanolamin dan diaduk perlahan hingga homogen dan

membentuk gel. Kemudian ditambahkan campuran air suling dengan propilen

glikol, natrium metabisulfit, metil paraben dan propil paraben yang telah

dididihkan sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen. Setelah itu kristal

kencur yang sebelumnya telah dilarutkan dengan alkohol 96% ditambahkan

sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen.

3.6 Penetapan Kadar Etil p-Metoksisinamat dalam Sediaan

Penetapan kadar etil p-metoksisinamat dilakukan dengan metode

spektrofotometri UV-Vis terhadap tiga sediaan yang telah dibuat. Penetapan kadar

dilakukan dengan cara mengekstraksi etil p-metoksisinamat dari sediaan dengan

menggunakan pelarut metanol. Sebanyak 500 mg sediaan dilarutkan dalam

metanol sampai 50 mL kemudian disaring menggunakan kertas saring. Hasil

penyaringan yang merupakan hasil ekstraksi dengan konsentrasi 100 ppm

kemudian dibuat pengenceran dengan konsentrasi 5 ppm untuk masing-masing

sediaan. Pengenceran hasil ekstraksi tersebut kemudian dibaca serapannya.

Serapan yang didapatkan kemudian dikurangi dengan serapan blanko (basis

sediaan) dan disubstitusikan ke persamaan linier yang diperoleh dari kurva

kalibrasi untuk mendapatkan nilai kadar etil p-metoksisinamat dalam masing-

masing sediaan. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan pada titik

pengambilan yang berbeda pada masing-masing sediaan.

3.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Etil p-Metoksisinamat dalam Metanol

Kristal etil p-metoksisinamat sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 100 mL

metanol untuk dibuat larutan induk 100 ppm. Larutan induk tersebut kemudian

diencerkan dan dibuat seri konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6

ppm, 7 ppm, dan 8 ppm. Sebelum diukur serapan pada masing-masing seri

konsentrasi, terlebih dahulu ditentukan panjang gelombang maksimum pada satu

konsentrasi. Kemudian masing-masing seri konsentrasi tersebut diukur

Page 65: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

serapannya pada panjang gelombang yang telah didapatkan dan dibuat kurva

kalibrasinya. Persamaan regresi linier yang didapatkan dari kurva kalibrasi

kemudian digunakan untuk menghitung konsentrasi sampel pada penetapan kadar

etil p-metoksisinamat dalam sediaan.

3.6.2 Pengukuran Kadar Etil p-Metoksisinamat dalam Sediaan

Sampel hasil pengenceran dari larutan induk hasil ekstraksi masing-

masing sediaan kemudian diukur serapannya. Serapan yang didapatkan dikurangi

dengan serapan blanko (basis kosong tanpa zat aktif) kemudian disubstitusikan ke

persamaan regresi linier kurva kalibrasi untuk didapatkan nilai konsentrasinya.

Kemudian kadar etil p-metoksisinamat ditentukan dalam persen dengan cara

membagi hasil konsentrasi sebenarnya dengan konsentrasi teoritis dikalikan

seratus persen.

3.7 Uji Penetrasi Sediaan Secara In Vitro

Uji penetrasi sediaan dilakukan dengan menggunakan alat sel difusi franz.

Membran difusi yang digunakan adalah membran kulit abdomen tikus putih

betina galur Sprague Dawley berumur 2-3 bulan dengan kisaran berat badan 150-

200 gram. Ukuran diameter membran yang digunakan 3,14 cm² disesuaikan

dengan alat uji difusi dengan ketebalan 0,6 mm ± 0,1 mm. Medium kompartemen

reseptor yang digunakan pada pengujian ini adalah larutan yang terdiri dari dapar

fosfat pH 7,4-etanol 96% (1:1) yang selanjutnya larutan ini disebut dengan larutan

EDP (Ramadon, 2012).

Pengujian dilakukan terhadap tiga formula sediaan yang telah dibuat

dengan kandungan etil p-metoksisinamat 1%. Pegukuran kadar etil p-

metoksisinamat yang terpenetrasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Dari

hasil pengukuran yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan jumlah zat aktif

yang terpenetrasi per luas area dan kecepatan penetrasi zat aktif tiap satuan waktu.

3.7.1 Penyiapan Membran Difusi

Membran difusi yang digunakan adalah membran kulit abdomen tikus

putih betina galur Sprague Dawley yang berumur 2-3 bulan dengan kisaran berat

Page 66: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

badan 150-200 gram. Tikus putih betina yang telah dibius dengan eter hingga

mati, kemudian dicukur bulunya pada bagian abdomen secara hati-hati dan

secepat mungkin. Kulit tersebut kemudian dipotong dan dibersihkan dari lemak

subkutan yang menempel menggunakan air mengalir (Ramadon, 2012). Kulit

yang telah bersih kemudian dipotong sesuai ukuran alat difusi kemudian

dimasukkan ke dalam botol yang telah berisi larutan NaCl 0,9% fisiologis. Botol

tersebut kemudian disimpan dalam lemari pendingin bersuhu -20°C (Bartosova,

Bajgar, 2012).

3.7.2 Pembuatan Larutan EDP

Pembuatan larutan EDP diawali dengan pembuatan larutan dapar fosfat pH

7,4 dengan cara sebanyak 250 ml larutan kalium dihidrogen fosfat 0,2 M

dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL, kemudian ditambahkan kira-kira 195,5

ml larutan natrium hidroksida 0,2 M dan dilakukan pengujian pH menggunakan

pH meter hingga pH 7,4. Selanjutnya ditambahkan air suling sampai tanda batas,

kemudian labu ukur dikocok hingga larutan homogen, setelah itu larutan dapar

fosfat pH 7,4 tersebut disimpan dalam wadah tertutup rapat, dibungkus dengan

alumunium foil (Depkes RI, 1995 dalam Ramadon, 2012 ).

Campuran etanol 96% dan dapar fosfat pH 7,4 (1:1) dibuat dengan cara

memasukkan dapar fosfat pH 7,4 sebanyak 10 mL ke dalam labu ukur 100 mL

kemudian ditambahkan etanol 96% sebanyak 50 mL dan ditambahkan dapar

fosfat pH 7,4 sampai batas garis 100 mL, dikocok hingga homogen.

3.7.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Etil p-Metoksisinamat dalam Larutan

EDP

Dibuat larutan induk 100 ppm etil p-metoksisinamat dalam larutan EDP

sebanyak 100 mL dengan cara menimbang 10 mg etil p-metoksisinamat

dilarutkan dalam larutan EDP secukupnya, dipindahkan ke dalam labu ukur dan

ditambahkan larutan EDP sampai batas garis 100 mL. Larutan induk tersebut

kemudian dibuat seri konsentrasi larutan 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6

ppm, 7 ppm, dan 8 ppm. Sebelum dilakukan pengukuran serapan pada tiap-tiap

seri konsentrasi, terlebih dahulu ditentukan panjang gelombang maksimum pada

Page 67: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

satu konsentrasi. Setelah didapatkan panjang gelombang maksimum, masing-

masing seri larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang maksimal

tersebut. Hasil dari pengukuran tersebut kemudian dibuat kurva regresi linier dan

diperoleh nilai persamaan yang akan digunakan untuk perhitungan kadar etil p-

metoksisinamat terpenetrasi.

3.7.4 Uji Penetrasi Sediaan

Sediaan ditimbang 200 mg dan diratakan di atas membran. Suhu media

adalah 37 ± 0,5 ºC dengan total volume cairan reseptor 21 mL serta diaduk

dengan pengaduk magnetik dengan kecepatan 500 rpm. Proses dilakukan selama 8

jam. Cuplikan diambil dari media kompartemen reseptor pada menit ke 10, 30, 60,

90, 120, 180, 240, 300, 360, 420, dan 480 sebanyak 1 ml dan segera digantikan

dengan larutan EDP sejumlah volume yang sama (Lachman et al.,1994). Cuplikan

yang diperoleh kemudian dilakukan pengenceran dan diukur serapannya

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimal yang

telah didapatkan sebelumnya. Proses yang sama dilakukan sebanyak 3 kali

pengulangan terhadap ketiga sediaan.

3.7.5 Perhitungan Jumlah Kumulatif dan Kecepatan Penetrasi Zat Aktif

Jumlah kumulatif zat aktif yang terpenetrasi per luas area difusi (µg/cm2)

dapat dihitung dengan rumus : = + ∑ .Keterangan :

Q = jumlah kumulatif zat per luas area difusi (µg/cm2)

Cn = konsentrasi zat (µg/mL) pada sampling ke-n∑ . = jumlah konsentrasi zat (µg/mL) pada sampling

pertama (menit ke-10 hingga sebelum menit ke –n)

V = volume medium reseptor difusi franz (mL)

S = volume sampling (500 mL)

A = luas area membran (cm2)

Page 68: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kemudian dilakukan perhitungan fluks (kecepatan penetrasi tiap satuan

waktu) obat berdasarkan hukum Fick I : =Keterangan :

J = fluks (µg cm-2 jam-1)

S = luas area difusi (cm2)

M = jumlah kumulatif zat yang melalui membran (µg)

T = waktu (jam)

Setelah itu dibuat grafik jumlah kumulatif yang terpenetrasi (µg) perluas

area difusi (cm2) terhadap waktu (jam) (Ramadon, 2012).

Page 69: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

51 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Isolasi Kristal Etil p-Metoksisinamat dari Ekstrak Kencur

4.1.1 Pembuatan Ekstrak Kencur

Rimpang kencur segar yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20

kg, setelah melalui serangkaian proses pembuatan simplisia diperoleh serbuk

simplisia rimpang kencur sebanyak 4,2 kg. Serbuk simplisia yang dihasilkan

berwarna kuning kecoklatan. Pembuatan serbuk simplisia bertujuan untuk

memperkecil ukuran partikel simplisia dan memperluas permukaan simplisia,

sehingga simplisia akan lebih banyak kontak dengan pelarut ketika diekstrasi dan

menghasilkan banyak senyawa yang tersari ke dalam pelarut. Gambar sebuk

simplisia dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Serbuk simplisia rimpang kencur[Sumber : koleksi pribadi]

Serbuk simplisia sebanyak 3,5 kg diekstraksi menggunakan cara dingin

yaitu dengan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksan teknis yang telah

didestilasi. Metode maserasi dipilih karena pengerjaannya mudah dan peralatan

yang digunakan sederhana, selain itu metode ini juga cocok untuk senyawa yang

termolabil (Tiwari et al., 2011). Penggunaan pelarut n-heksan sebagai penyari

berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Taufikurohmah, Rusmini dan

Nurhayati tahun 2008 yang menyatakan bahwa kepolaran etil p-metoksisinamat

lebih mendekati heksan karena dalam etil p-metoksisinamat terdapat dua gugus

Page 70: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang mendukung sifat non-polar yaitu gugus ester yang mengandung cincin

benzen dan gugus metoksi, sedangkan gugus yang mendukung ke arah polar

hanya satu yaitu adanya karbonil yang mengikat etil. Proses maserasi diulangi

sebanyak 3 kali pengulangan (lihat skema proses ekstraksi pada Lampiran 2) dan

menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat kekuningan 106,53 gram. Ekstrak

kental yang didapatkan sebagian akan mengkristal saat penyimpanan pada suhu

ruangan (Umar et al., 2012).

4.1.2 Isolasi Etil p-Metoksisinamat

Isolasi senyawa etil p-metoksisinamat dilakukan dengan cara rekristalisasi

senyawa (lihat skema rekristalisasi senyawa pada Lampiran 3).Senyawa etil p-

metoksisinamat mengkristal pada suhu ruang, sehingga tahap isolasi menjadi

mudah. Hampir 80% dari ekstrak kental yang didapatkan mengkristal saat

dibiarkan disuhu ruang (Umar et al., 2012).

Proses rekristalisasi senyawa ini dilakukan dengan dua tahapan proses

yaitu pemisahan kristal dan pencucian kristal. Pemisahan kristal dilakukan dengan

menambahkan pelarut n-heksan pada ekstrak kental, kemudian disaring. Tahapan

ini bertujuan untuk memisahkan kristal etil p-metoksisinamat yang terbentuk dari

kandungan ekstrak lainnya. Selanjutnya dilakukan proses pencucian kristal etil p-

metoksisinamat menggunakan pelarut n-heksan dan metanol. Pencucian kristal

bertujuan untuk memisahkan pengotor yang menempel pada kristal sehingga

didapatkan kristal yang murni. Penggunaan pelarut n-heksan dan metanol pada

tahap ini bertujuan untuk memisahkan senyawa semi polar yang sulit terpisah dari

kristal etil p-metoksisinamat (Mufidah, 2014 telah diolah kembali). Kristal yang

didapatkan sebanyak 40 gram dengan nilai rendemen kristal sebesar 1,143% (lihat

perhitungan rendemen kristal pada Lampiran 6)

4.2 Identifikasi dan Uji Kemurnian Kristal Etil p-Metoksisinamat

Identifikasi dan uji kemurnian kristal etil p-metoksisinamat dilakukan

dengan empat cara yaitu pengamatan organoleptis, uji kromatografi lapis tipis, uji

titik leleh, dan uji kromatografi gas spektrofotometri massa.

Page 71: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.1 Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis terhadap kristal etil p-metoksisinamat hasil

isolasi bertujuan untuk melihat identitas kristal etil p-metoksisinamat. Pemerian

kristal berdasarkan hasil pengamatan secara organoleptis yaitu kristal berbentuk

jarum, berwarna kuning pucat dan berbau khas aromatik lemah. Gambar kristal

etil p-metoksisinamat hasil isolasi dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Kristal etil p-metoksisinamat hasil isolasi[Sumber : koleksi pribadi]

4.2.2 Pengujian KLT (Kromatografi Lapis Tipis)

Uji KLT dilakukan terhadap kristal hasil isolasi untuk memastikan

kemurnian dari kristal tersebut. Penggunaan plat silica gel F254 bertujuan agar spot

senyawa dapat terlihat saat pembacaan pada sinar UV 254 nm. Penggunaan eluen

n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2 bertujuan agar senyawa etil p-

metoksisinamat yang bersifat semi polar dapat tertarik dan terpisah dengan

senyawa lain. Parameter kemurnian dapat dilihat dari jumlah spot dan

perbandingan nilai Rf antara kristal hasil isolasi dengan standar etil p-

metoksisinamat (Ruswanto dan Lestari, 2013). Berdasarkan nilai Rf kristal hasil

isolasi dengan standar etil p-metoksisinamat menunjukkan nilai yang sama yaitu

0,8 dan hanya terdapat satu spot, sehingga kristal hasil isolasi dapat dikatakan

murni senyawa etil p-metoksisinamat (Mufidah, 2014). Spot standar etil p-

metoksisinamat dan isolat kristal dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Page 72: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.3 Spot senyawa etil p-metoksisinamat pada plat silica gel F254

(visualisasi sinar UV λ 254 nm). (a) Standar etil p-metoksisinamat;(b) isolat kristal etil p-metoksisinamat

[Sumber : koleksi pribadi]

4.2.3 Pengujian Titik Leleh

Uji titik leleh dilakukan terhadap kristal hasil isolasi untuk memastikan

kemurnian dari kristal tersebut. Rentang titik leleh dimulai dari suhu awal dimana

kristal mulai melebur hingga seluruhnya melebur. Parameter kemurnian suatu

senyawa dapat dinilai dari rentang titik leleh awal hingga melebur sempurna tidak

lebih dari 2°C (Ruswanto, 2013). Rentang titik leleh yang didapatkan dari

pengujian ini yaitu 49-50°C hanya lebih 1°C dengan titik leleh standar etil p-

metoksisinamat yaitu 49°C (Umar et. al., 2014). Oleh karena itu kristal hasil

isolasi dapat dikatakan murni senyawa etil p-metoksisinamat (Mufidah, 2014).

4.2.4 Pengujian Kromatografi Gas Spektrometri Massa (GC-MS)

Pengujian kristal hasil isolasi dengan metode kromatografi gas

spektrometri massa (GC-MS) dilakukan untuk melihat identitas kristal dan

kemurnian senyawa etil p-metoksisinamat. Penggunaan metanol pro

chromatography sebagai pelarut sampel pada pengujian ini dikarenakan etil p-

metoksisinamat memiliki kelarutan tertinggi pada pelarut tersebut. Identitas

senyawa etil p-metoksisinamat ditunjukkan oleh waktu retensi, bobot molekul dan

fragmentasi masa. Hasil interpretasi GC-MS menunjukkan bahwa senyawa isolat

kencur muncul pada waktu retensi 9,914 menit, bobot molekul 206,1 dengan

fragmentasi massa 161, 134, 118, 89, 77, 63 dan 51. Sedangkan standar etil p-

metoksisinamat muncul pada 9,913 menit, bobot molekul 206,0 dengan

(a) (b)

Page 73: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

fragmentasi massa 161, 134, 118, 89, 77, 63 dan 51. Kedua hasil tersebut sesuai

dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa etil p-metoksisinamat muncul

pada waktu retensi 9,9, bobot molekul 206,4 serta memiliki fragmentasi massa

pada 161, 134, 118, 89, 77, 63 dan 51 (Umar et al., 2012). Parameter kemurnian

ditunjukkan dari hasil nilai luas puncak kristal etil p-metoksisinamat. Berdasarkan

nilai luas puncak baik kristal hasil isolasi maupun standar etil p-metoksisinamat

menunjukkan bahwa kadar senyawa etil p-metoksisinamat adalah murni 100%

(lihat pada Lampiran 7). Kromatogram standar etil p-metoksisinamat dapat dilihat

pada Gambar 4.4, sedangkan kromatogram isolat kristal etil p-metoksisinamat

dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.4 Kromatogram standar etil p-metoksisinamat. (a) waktu retensi; (b)fragmentasi massa dan bobot molekul.

[Sumber : koleksi pribadi]

(a)

(c)

(b)

(b)

(c)

(a)

(b)

Page 74: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.5 Kromatogram isolat kristal etil p-metoksisinamat. (a) waktu retensi;(b) fragmentasi massa dan bobot molekul.

[Sumber : koleksi pribadi]

4.3 Pembuatan Sediaan

4.3.1 Pembuatan Sediaan Salep

Sediaan salep dibuat dengan cara meleburkan seluruh bahan dasar salep

yaitu lanolin hidrat, vaselin album, dan setil alkohol dalam cawan penguap di atas

penangas air hingga suhu 60°C. Lanolin hidrat dipilih sebagai basis utama dalam

sediaan ini karena kemampuannya yang dapat menyerap sedikit air. Setil alkohol

digunakan sebagai pengemulsi tipe A/M, sedangkan vaselin album berfungsi

untuk pencukup volume dan pembentuk tekstur salep sehingga tidak terlalu

lembek dan cair. Peleburan dilakukan hingga suhu 60°C karena pada suhu

(a)

(b)

Page 75: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tersebut seluruh basis salep telah melebur dengan sempurna. Setelah melebur

sempurna, campuran tersebut diangkat dan dituangkan kedalam lumpang

kemudian digerus sambil ditambahkan propilen glikol hingga terbentuk masa

salep. Propilen glikol berfungsi sebagai agen peningkat penetrasi yang membantu

senyawa etil p-metoksisinamat berdifusi kedalam kulit.

Kristal etil p-metoksisinamat yang telah ditimbang sebanyak 1% dari

bobot sediaan yang dibuat kemudian dilarutkan dalam alkohol 96%. Tujuan

dilarutkannya kristal etil p-metoksisinamat dalam alkohol 96% adalah untuk

mempermudah mencampurkannya ke dalam basis salep, selain itu alkohol 96%

juga berfungsi sebagai agen peningkat penetrasi etil p-metoksisinamat kedalam

kulit. Pemilihan alkohol 96% sebagai pelarut dalam sediaan karena toksisitasnya

lebih rendah dibandingkan pelarut semi polar lainnya yang dapat melarutkan etil

p-metoksisinamat. Larutan etil p-metoksisinamat dalam alkohol 96%

dicampurkan kedalam basis salep yang telah dingin sedikit demi sedikit hingga

homogen. Sediaan yang dihasilkan berwarna kuning, berbau khas lemah dengan

bentuk semi padat, jika dioleskan meninggalkan bekas minyak dikulit.

4.3.2 Pembuatan Sediaan Krim

Sediaan krim dibuat dengan cara melebur masing-masing fase minyak dan

fase air dalam cawan penguap diatas penangas air hingga suhu 60°C. Fase minyak

pada sediaan krim ini terdiri asam stearat, setil alkohol, isopropil miristat dan

minyak zaitun. Pemilihan fase minyak pada sediaan ini telah disesuaikan dengan

kompatibilitas zat aktif. Perbandingan persentase masing-masing fase minyak

didalam sediaan juga disesuaikan dengan konsentrasi lazim dalam Handbook of

Pharmaceutical Excipient serta disesuaikan dengan tekstur krim yang semi padat,

mudah dioleskan dan tidak meninggalkan bekas minyak dikulit.

Fase air pada sediaan krim ini terdiri dari air suling, propilen glikol, metil

paraben, propil paraben dan TEA. TEA berfungsi sebagai emulgator fase air dan

juga pengatur pH agar sesuai dengan pH kulit (4,5-6,5). Metil paraben dan propil

paraben berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri pada sediaan,

mengingat hampir 50% sediaan mengandung fase air yang mudah ditumbuhi

jamur dan bakteri. Setelah kedua fase melebur sempurna dan masing-masing

Page 76: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mencapai suhu yang telah ditetapkan, kedua fase dituangkan dalam suatu lumpang

yang bersih dan digerus hingga terbentuk masa krim. Setelah masa krim yang

terbentuk dingin, kemudian ditambahkan vitamin E. Vitamin E berfungsi sebagai

antioksidan dalam sediaan.Tahap selanjutnya sama dengan tahap pembuatan

salep. Sediaan krim yang terbentuk berwarna kuning kehijauan, berbau khas

lemah dengan bentuk semi padat dan tidak meninggalkan bekas minyak setelah

dioleskan di kulit.

4.3.3 Pembuatan Sediaan Gel

Sediaan gel dibuat dengan cara mendispersikan karbopol 940 dengan air

suling, lalu ditambahkan air suling panas kemudian ditambahkan TEA. Karbopol

940 digunakan sebagai bahan utama basis gel, sedangkan TEA bertujuan untuk

mengembangkan karbopol menjadi basis gel. Basis gel yang terbentuk kemudian

ditambahkan campuran air suling, propilen glikol, metil paraben, propil paraben

dan natrium metabisulfit yang sebelumnya telah dipanaskan. Propilen glikol, metil

paraben dan propil paraben dalam sediaan ini memiliki fungsi yang sama dengan

fungsi pada sediaan krim. Tahap selanjutnya sama dengan tahap pembuatan salep

dan krim. Sediaan yang terbentuk berwarna kuning sedikit transparan, berbau

khas lemah dan cepat meresap kedalam kulit.

Gambar 4.6 (a) Sediaan salep; (b) Sediaan krim; (c) Sediaan gel dengankandungan etil p-metoksisinamat 1%.

[Sumber : koleksi pribadi]

4.4 Penetapan Kadar Etil p-Metoksisinamat dalam Sediaan

Kadar etil p-metoksisinamat dalam sediaan ditetapkan dengan

menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Seperti halnya penetapan kadar

hasil uji penetrasi, metode ini dipilih karena selain cepat, sederhana dan mudah

(a) (b) (c)

Page 77: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penanganannya, metode ini juga sering digunakan sebagai analisa kuantitatif

untuk penetapan kadar suatu senyawa (Henry, Suryadi, Yanuar 2002). Penetapan

kadar dengan metode spektrofotometri UV-Vis terlebih dahulu harus dibuat kurva

kalibrasi standar etil p-metoksisinamat dalam pelarut yang akan digunakan untuk

mengekstraksinya dalam sediaan. Setelah itu etil p-metoksisinamat yang

terkandung dalam masing-masing sediaan diekstraksi pada konsentrasi tertentu,

kemudian diukur serapannya menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

4.4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Etil p-Metoksisinamat dalam Metanol

Pembuatan kurva kalibrasi etil p-metoksisinamat dalam metanol dilakukan

untuk mendapatkan persamaan regresi linier yang akan digunakan untuk

menetapkan kadar etil p-metoksisinamat dalam masing-masing sediaan. Tahap ini

diawali dengan penentuan panjang gelombang etil p-metoksisinamat dalam

metanol. Berdasarkan hasil pengukuran panjang gelombang tersebut didapatkan

puncak serapan yaitu pada 308,2 nm. Menurut Tanjung pada penelitiannya tahun

1997, identifikasi kristal etil p-metoksisinamat secara spektrofotometri UV-Vis

dengan pelarut etanol memberikan dua puncak pada panjang gelombang 225 nm

dan 307 nm. Sedangkan menurut Rohmah, Taufikurohmah dan Poernowo pada

penelitiannya tahun 2009, menyatakan bahwa senyawa etil p-metoksisinamat

memiliki panjang gelombang maksimum 228 nm (benzen) dan 310 nm (sinamoil).

Panjang gelombang maksimal tersebut kemudian digunakan sebagai optimasi

pada pembuatan kurva kalibrasi standar etil p-metoksisinamat dan pengukuran

larutan uji.

Pembuatan kurva kalibrasi etil p-metoksisinamat dalam pelarut metanol

pada panjang gelombang maksimum 308,2 nm menghasilkan persamaan regresi

linier y = 0,125x - 0,009 dengan nilai koefisien relasi = 0,9995. Data kurva

kalibrasi dapat dilihat pada Lampiran 10. Kurva kalibrasi penetapan kadar etil p-

metoksisinamat dalam sediaan dapat dilihat pada Lampiran 11.

4.4.2 Pengukuran Kadar Etil p-Metoksisinamat dalam Sediaan

Pada penetapan kadar etil p-metoksisinamat ini perlu dilakukan ekstraksi

etil p-metoksisinamat dari masing-masing sediaan. Ekstraksi tersebut dilakukan

Page 78: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan cara melarutkan sediaan di dalam metanol. Metanol dipilih sebagai pelarut

pengekstraksi sebab etil p-metoksisinamat sangat mudah larut dalam metanol.

Larutan hasil ekstraksi kemudian dilakukan pengenceran dengan konsentrasi

5 ppm pada masing-masing sediaan. Larutan hasil pengenceran kemudian diukur

serapannya menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang

308,2 nm. Perlakuan ini diulangi hingga 3 kali pengulangan pada masing-masing

sediaan di titik-titik pengambilan yang berbeda.

Perlakuan tersebut juga dilakukan terhadap basis masing-masing sediaan

tanpa etil p-metoksisinamat. Kemudian hasil absorbansi sampel yang didapatkan

dikurangi dengan absorbansi basis tanpa etil p-metoksisinamat. Data hasil

pengukuran kadar etil p-metoksisinamat dalam sediaan dapat dilihat pada

Lampiran 12. Berdasarkan hasil penetapan kadar diketahui bahwa kadar etil p-

metoksisinamat dalam sediaan salep, krim dan gel berturut–turut yaitu 0,86%,

1,03% dan 1,00 %.

4.5 Uji Penetrasi Sediaan Secara In Vitro

4.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Etil p-Metoksisinamat dalam Larutan

EDP

Pembuatan kurva kalibrasi etil p-metoksisinamat untuk uji penetrasi sama

halnya dengan pembuatan kurva kalibrasi untuk penetapan kadar etil p-

metoksisinamat dalam sediaan. Perbedaannya terletak pada pelarut yang

digunakan untuk melarutkan standar etil p-metoksisinamat. Panjang gelombang

maksimum standar etil p-metoksisinamat dalam larutan EDP yaitu 310,2 nm.

Persamaan regresi linier hasil pembuatan kurva kalibrasi yaitu y = 0,117x + 0,002

dengan nilai koefisien relasi= 0,9997. Kurva kalibrasi dapat dilihat pada Lampiran

15, sedangkan data kurva kalibrasi dapat dilihat pada Lampiran 14.

4.5.2 Penyiapan Membran Sel Difusi dari Kulit Tikus

Uji penetrasi secara in vitro menggunakan kulit sebagai membran.

Membran dapat berupa membran biologis dari hewan atau membran artificial

seperti membran selofan. Membran yang digunakan pada penelitian ini adalah

membran dari kulit abdomen tikus putih betina galur Sprague Dawley yang

Page 79: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berumur 2-3 bulan dengan kisaran berat 150-200 gram. Membran yang digunakan

diseleksi dengan ketebalan 0,6 ± 0,1 mm dan luas membran 3,14 cm2 disesuaikan

dengan alat uji difusi. Kulit tikus ini dipilih sebagai membran difusi karena cukup

mudah didapatkan dan permeabilitas kulit tikus yang telah dicukur bulunya mirip

dengan permeabilitas kulit manusia. Kulit manusia memiliki koefisien

permeabilitas sebesar 93 cm/jam x 105, sedangkan kulit tikus yang telah dicukur

bulunya memiliki koefisien permeabilitas sebesar 103 cm/jam 105 (Kielhorn,

Kollmuβ, Mangelsdorf, 2006). Akan tetapi, penggunaan kulit tikus ini juga

memiliki kekurangan lainnya yaitu memiliki luas penampang yang kecil. Untuk

mengatasinya, kulit diambil pada daerah yang sama sehingga memperkecil variasi

tempat yang akan digunakan untuk uji penetrasi (Hadyanti, 2008).

Tikus yang sehat dibius dengan eter hingga mati, kemudian kulit bagian

abdomen dicukur bulunya secara hati-hati. Pencukuran bulu pada kulit dilakukan

secepat mungkin agar tidak terjadi luka pada kulit yang dapat berpengaruh

terhadap laju penetrasi suatu obat. Kulit bagian abdomen yang telah dicukur

kemudian dipotong dan dibersihkan dari lemak subkutan yang menempel. Lemak

subkutan yang masih menempel pada kulit dapat mengganggu penetrasi etil p-

metoksisinamat ke dalam kulit (Ramadon, 2012). Kulit yang telah dibersihkan

dengan air kemudian dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, lalu

disimpan di dalam botol yang berisi NaCL 0,9% fisiologis pada suhu -20°C.

Penyimpanan kulit segar dapat bertahan selama 1 bulan jika disimpan pada suhu

-20°C dan tidak memiliki efek relevan pada permeabilitas in vitro baik kulit

manusia maupun kulit hewan (Bartosova, Bajgar, 2012).

4.5.3 Pengujian Penetrasi Etil p-Metoksisinamat

Pada pengujian ini dilakukan uji penetrasi etil p-Metoksisinamat secara in

vitro menggunakan sel difusi franz. Uji ini dilakukan untuk mengetahui jumlah

etil p-metoksisinamat terpenetrasi melalui kulit selama interval waktu tertentu dari

sediaan salep, krim dan gel yang telah dibuat (Bartosova, Bajgar, 2012).

Hal yang harus diperhatikan pada uji penetrasi secara in vitro adalah

kelarutan zat aktif. Pada pengujian ini etil p-metoksisinamat harus larut dalam

cairan kompartemen reseptor yang digunakan. Berdasarkan struktur kimia etil p-

Page 80: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

metoksisinamat diketahui bahwa etil p-metoksisinamat bersifat hidrofobik,

sehingga akan sulit larut dalam medium kompartemen reseptor jika medium yang

digunakan air atau dapar fosfat pH 7,4. Untuk mengatasi masalah kelarutan obat

hidrofobik, maka diperbolehkan untuk menambahkan bahan pensolubilisasi ke

dalam kompartemen reseptor (Ramadon, 2012). Medium kompartemen reseptor

yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran yang terdiri dari etanol 96%

dan dapar fosfat pH 7,4 dengan perbandingan 1:1 (Larutan EDP). Dapar fosfat pH

7,4 dipilih untuk medium reseptor sebagai simulasi cairan biologis tubuh.

Penambahan etanol 96% pada medium reseptor digunakan sebagai bahan

pensolubilisasi.

Sebelum dilakukan uji penetrasi, membran kulit yang disimpan pada suhu

-20°C diambil kemudian direndam pada medium kompartemen reseptor selama

10-30 menit. Perendaman ini dilakukan untuk mengkondisikan kulit seperti

sebelum dilakukan penyimpanan (Bartosova, Bajgar, 2012). Sediaan ditimbang

sebanyak 200 mg dan diratakan di atas membran yang telah diletakkan diatas alat

uji difusi. Penentuan bobot sediaan yang diaplikasikan berdasarkan luas membran

dan penyebaran sediaan yang merata. Pengaplikasian sediaan dengan bobot yang

terlalu besar pada luas membran yang kecil akan menyebabkan terjadinya

penumpukan sediaan pada lapisan atas membran. Sehingga zat aktif tidak

sepenuhnya terlepas dari sediaan dan hanya tertinggal di permukaan kulit

(Simanjuntak, 2006).

Pengujian dilakukan selama 8 jam, dengan suhu medium kompartemen

reseptor 37 ± 0,5°C disesuaikan dengan kondisi suhu tubuh. Total volume cairan

reseptor yaitu 21 mL dengan kecepatan pengadukan 500 rpm. Pencuplikan

dilakukan pada menit ke 10, 30, 60, 90, 120, 180, 240, 300, 360, 420 dan 480

(Anggraeni, 2008). Pencuplikan sebanyak 1 ml dan digantikan dengan medium

kompartemen reseptor yang baru dengan volume yang sama untuk

mempertahankan sink condition (Lachman et al.,1994). Hasil cuplikan kemudian

dilakukan pengenceran dan di ukur serapannya menggunakan spektrofotometri

UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 310,2 nm.

Page 81: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.5.4 Jumlah Kumulatif Zat Terpenetrasi Per Luas Area

Jumlah kumulatif zat aktif terpenetrasi per luas area dapat dihitung dari

data absorbansi hasil pengukuran menggunakan spektrofotometri UV-Vis (contoh

perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 25 & 26). Data hasil perhitungan

jumlah kumulatif difusi etil p-metoksisinamat per luas area dapat dilihat pada

tabel 4.1, sedangkan grafik jumlah kumulatif etil p-metoksisinamat per luas area

dapat dilihat pada Gambar 4.7. Tabel 4.2 menunjukkan data persentase kumulatif

difusi etil p-metoksisinamat.

Tabel 4.1 Jumlah Kumulatif Difusi Etil p-Metoksisinamat Per Luas Area dari

Sediaan Salep, Krim dan Gel.

Waktu(Menit)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif Per Luas Area(µg/cm2)

Salep Krim Gel0 0 ,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,0010 7 ,58 ± 1,81 7,41 ± 1,44 6,82 ± 0,5130 28,60 ± 7,33 19,98 ± 5,02 28,59 ± 5,9860 59,42 ± 13,19 56,65 ± 12,79 90,11 ± 11,9190 92,93 ± 15,64 153,88 ± 8,36 210,55 ± 20,02120 113,01 ± 22 ,05 234,83 ± 18,56 335,58 ± 30,25180 182,57 ± 30 ,05 296,14 ± 33,30 501,13 ± 30,13240 226,99 ± 23 ,80 402,86 ± 32,82 571,75 ± 37,61300 256,01 ± 21 ,01 473,29 ± 23,83 582,24 ± 31,60360 284,55 ± 19 ,51 506,32 ± 19,75 589,46 ± 31,55420 308,52 ± 22 ,90 538,10 ± 10,34 561,14 ± 27,81480 299,69 ± 12 ,70 548,12 ± 5,85 541,80 ± 17,31

Gambar 4.7 Grafik jumlah kumulatif etil p-metoksisinamat yang berdifusi perluas area.

050100150200250300350400450500550600

0 60 120 180 240 300 360 420 480Jum

lah

Zat

Akt

if T

erpe

netr

asi

Per

Lua

s A

rea

(µg/

cm²)

Waktu (Menit)

Salep

Krim

Gel

Page 82: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.2 Persentase Kumulatif Difusi Etil p-Metoksisinamat Per Luas Area

Waktu(Menit)

% Kumulatif Difusi Etil p-Metoksisinamat PerLuas Area

Salep Krim Gel0 0 ,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,0010 1 ,11 ± 0,33 1,13 ± 0,22 1,04 ± 0,0830 4,17 ± 1,34 3,05 ± 0,77 4,36 ± 0,9160 9,16 ± 2,42 8,65 ± 1,95 13,75 ± 1,8290 14,34 ± 2,86 23,49 ± 1,28 32,14 ± 3,06120 19,21 ± 4,04 35,85 ± 2,83 51,23 ± 4,62180 29,25 ± 5,51 45,20 ± 5,08 76,50 ± 4,60240 37,07 ± 4,36 61,50 ± 5,01 87,28 ± 5,74300 44,94 ± 3,82 72,25 ± 3,64 88,88 ± 4,82360 49,71 ± 3,85 77,29 ± 3,01 89,98 ± 4,82420 51,21 ± 4,19 82,14 ± 1,58 85,66 ± 4,24480 54,25 ± 2,33 83,67 ± 0,89 82,71 ± 2,64

Dari hasil difusi etil p-metoksisinamat selama 8 jam pada tabel 4.1 dan

tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai persentase dan jumlah kumulatif zat aktif

terpenetrasi per luas area melalui membran kulit tikus tertinggi pada jam ke- 6

dihasilkan oleh sediaan gel yaitu 89,98 ± 4,82%, diikuti oleh sediaan krim yaitu

77,29 ± 3,01%, dan nilai terendah dihasilkan oleh sediaan salep yaitu 49,71 ±

2,33%. Nilai tersebut menunjukkan kadar etil p-metoksisinamat yang terdapat

didalam cairan reseptor. Selain yang terakumulasi dalam medium reseptor, etil p-

metoksisinamat yang berdifusi sebagian tertinggal dalam jaringan kulit tikus yang

digunakan sebagai membran difusi. Oleh karena itu jumlah total etil p-

metoksisinamat yang berdifusi sebenarnya lebih besar dari nilai terukur dalam

cairan reseptor (Anggraeni, 2008).

Penetrasi etil p-metokisisinamat ke dalam kulit dapat terjadi karena

beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi penetrasi etil p-

metoksisinamat ke dalam kulit yaitu agen peningkat penetrasi. Agen peningkat

penetrasi yang terkandung dalam sediaan yaitu alkohol 96% dan propilen glikol.

Alkohol dalam sediaan yang berfungsi sebagai pelarut etil p-metoksisinamat juga

mampu meningkatkan penetrasi etil p-metoksisinamat ke dalam kulit. Hal ini

terjadi karena alkohol dapat mengekstrak lipid dan protein pada stratum korneum

sehingga kepolaran stratum korneum meningkat dan senyawa hidrofilik dapat

masuk menembus stratum korneum. Alkohol juga meningkatkan kelarutan zat

Page 83: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lipofilik dalam area lipofilik stratum korneum (Kielhorn, Kollmuβ, Mangelsdorf,

2006). Propilen glikol dilaporkan dapat meningkatkan penetrasi senyawa lipofilik.

Mekanisme kerja propilen glikol sebagai agen peningkat penetrasi hanya dapat

terjadi pada senyawa yang lebih larut dalam alkohol daripada air. Hal ini sesuai

dengan sifat kelarutan etil p-metoksisinamat yang lebih larut dalam alkohol

daripada air (Nuebert, 2006).

Adanya komponen zat pembawa yang dapat menghidrasi kulit juga turut

mendorong terjadinya absorpsi dalam kulit. Hidrasi stratum korneum merupakan

salah satu faktor utama yang meningkatkan penetrasi zat aktif baik hidrofilik atau

lipofilik melalui membran. Hal ini disebabkan oleh struktur histologi sel tanduk

dan oleh benang-benang keratin yang dapat mengembang dalam air dan pada

media lipida amorf yang meresap disekitarnya (Simanjuntak, 2006). Umumnya

stratum korneum mengandung 5-20% air, dan dapat meningkat hingga diatas 50%

ketika terjadi hidrasi. Terjadinya hidrasi kulit maka kulit akan bersifat lebih

permeabel. Sifat permeabilitas kulit yang meningkat akan meningkatkan penetrasi

obat (Kielhorn, Kollmuβ, Mangelsdorf, 2006). Dalam hal ini, sediaan gel

memiliki kandungan air yang paling tinggi dibandingkan dengan sediaan krim dan

salep.

Faktor lain yang tidak kalah penting yaitu afinitas zat aktif terhadap

pembawanya. Afinitas zat aktif terhadap pembawanya berkaitan dengan kelarutan

zat aktif dalam pembawanya. Dalam hal ini, diketahui bahwa etil p-

metoksisinamat merupakan senyawa semi polar maka kelarutan etil p-

metoksisinamat paling tinggi terjadi pada sediaan salep, diikuti krim dan gel.

Afinitas zat aktif yang terlalu tinggi terhadap pembawanya justru menghambat

pelepasan senyawa untuk menembus stratum korneum Bila sifat lipofilik sangat

besar pada campuran senyawa dan pembawanya maka senyawa akan tertumpuk di

atas stratum korneum dan akibatnya tidak mampu berdifusi kedalam epidermis.

Sediaan gel merupakan sediaan yang memiliki afinitas terkecil dibandingkan

sediaan krim dan salep, hal ini dikarenakan kelarutan etil p-metoksisinamat dalam

pembawa berair yang rendah. Hal tersebut akan menyebabkan etil p-

metoksisinamat lebih mudah terlepas dari pembawanya, sehingga akan lebih

mudah berdifusi ke dalam stratum korneum (Simanjuntak, 2006).

Page 84: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari hasil pengolahan data menggunakan SPSS 16 dengan metode Uji One

Way Anova menunjukkan bahwa hasil persentase kumulatif etil p-metoksisinamat

per luas area dari ketiga sediaan tidak memiliki perbedaan secara bermakna pada

menit ke-60 dikarenakan nilai signifikansi < 0,05, tetapi pada menit ke-120

hingga 300 memiliki perbedaan secara bermaknanilai. Pada menit ke-360 dan 480

dediaan krim dan gel tidak memiliki perbedaan secara bermakna, tetapi kedua

sediaan tersebut memiliki perbedan secara bermakna dengan sediaan salep

ditunjukkan dengan nilai signifikansi > 0,05 (lihat pada Lampiran 22).

4.5.5 Fluks Penetrasi

Fluks penetrasi etil p-metoksisinamat dapat dihitung dari data jumlah

kumulatif etil p-metoksisinamat terpenetrasi (contoh perhitungannya dapat dilihat

pada Lampiran 27). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkanlah hasil

seperti yang tertera pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Kecepatan Penetrasi (Fluks) Etil p-Metoksisinamat Tiap SatuanWaktu

Waktu(Menit)

Fluks Penetrasi (µg cm-² jam-¹)Salep Krim Gel

0 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,0010 36,39 ± 10,33 44,34 ± 8,64 40,85 ± 3,0730 45,56 ± 14,34 39,96 ± 10,05 57,19 ± 11,9660 50,02 ± 13,42 56,65 ± 12,79 90,11 ± 11,9190 52,19 ± 10,86 102,58 ± 5,57 140,37 ± 13,35120 52,42 ± 11,04 117,42 ± 9,28 167,79 ± 15,12180 53,22 ± 10,51 98,71 ± 11,10 167,04 ± 10,04240 50,58 ± 5,36 100,71 ± 8,20 142,94 ± 9,40300 49,06 ± 4,82 94,66 ± 4,77 116,45 ± 6,32360 45,22 ± 3,85 84,39 ± 3,29 98,24 ± 5,26420 39,94 ± 3,19 76,87 ± 1,48 80,16 ± 3,97480 37,02 ± 1,33 68,52 ± 0,73 67,72 ± 2,16

Berdasarkan data pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai fluks

penetrasi sediaan salep, krim dan gel pada jam ke- 6 berturut –turut yaitu 45,22 ±

3,85 µg cm-² jam-¹, 84,39 ± 3,29 µg cm-² jam-¹, dan 98,24 ± 5,26 µg cm-² jam-¹.

Grafik fluks penetrasi etil p-metoksisinamat tiap satuan waktu dapat dilihat pada

Gambar 4.8. Kurva yang menaik menunjukkan adanya peningkatan kecepatan

penetrasi pada sediaan, sedangkan kurva yang menurun menunjukkan penurunan

Page 85: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kecepatan penetrasi etil p-metoksisinamat dari sediaan ke dalam kulit.

Berdasarkan kurva pada Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa titik maksimal pada

sediaan salep terjadi pada menit ke- 180, sedangkan pada sediaan krim dan gel

terjadi pada menit ke-120.

Gambar 4.8 Grafik fluks penetrasi etil p-metoksisinamat tiap satuan waktu

Titik maksimal pada kurva menunjukkan bahwa pada menit tersebut

terjadi penetrasi etil p-metoksisinamat dalam jumlah yang terbesar dibandingkan

pada waktu yang lainnya. Perbedaan titik maksimal fluks penetrasi disebabkan

perbedaan kecepatan suatu zat terpenetrasi ke dalam kulit. Kecepatan penetrasi

senyawa berbanding lurus dengan jumlah kumulatif zat aktif terpenetrasi per luas

area menurut hukum Ficks I. Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi

jumlah kumulatif etil p-metoksisinamat yang terpenetrasi per luas area turut

mempengaruhi kecepatan penetrasi etil p-metoksisinamat melalui membran difusi

(Anggraeni, 2008).

Dari hasil pengolahan data menggunakan statistik SPSS 16 dengan uji One

Way Anova menunjukkan bahwa nilai fluks penetrasi etil p-metoksisinamat dari

ketiga sediaan yang diuji tidak memiliki perbedaan secara bermakna pada menit

ke-60 dikarenakan nilai signifikansi > 0,05. Adanya perbedaan secara bermakna

pada nilai fluks ketiga sediaan mulai dari menit ke-90 hingga 360. Pada menit

terakhir yaitu menit ke-480, perbedaan secara bermakna hanya ditunjukkan oleh

sediaan salep terhadap kedua sediaan lain, sedangkan sediaan krim dan gel tidak

memiliki perbedaan secara bermakna (lihat pada Lampiran 23).

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 60 120 180 240 300 360 420 480

Flu

ks P

enet

rasi

g cm

-² j

am-¹

)

Waktu (Menit)

Salep

Krim

Gel

Page 86: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

68 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi

franz dengan kulit abdomen tikus betina galur Sprague Dawley sebagai membran

difusi didapatkan hasil nilai persentase kumulatif etil p-metoksisinamat yang

terpenetrasi per luas area mulai dari jumlah tertinggi hingga terendah pada jam ke-

6 berturut-turut yaitu 89,98 ± 4,82% pada sediaan gel, diikuti oleh sediaan krim

yaitu 77,29 ± 3,01%, dan nilai terendah dihasilkan oleh sediaan salep yaitu 49,71

± 2,33%. Kecepatan penetrasi etil p-metoksisinamat tertinggi hingga terendah

pada jam ke -6 berturut-turut yaitu 98,24 ± 5,26 µg cm-² jam-¹ pada sediaan gel,

diikuti oleh sediaan krim yaitu 84,39 ± 3,29 µg cm-² jam-¹, dan nilai terendah

dihasilkan oleh sediaan salep yaitu 45,22 ± 3,85 µg cm-² jam-¹. Menurut

parameter nilai persentase kumulatif dan kecepatan penetrasi yang telah

didapatkan dapat disimpulkan bahwa sediaan gel merupakan sediaan yang terbaik

sebagai pembawa etil p-metoksisinamat, karena memiliki daya penetrasi tertinggi

diikuti oleh sediaan krim dan sediaan salep.

5.2 Saran

a. Perlu dilakukan uji penetrasi sediaan salep, krim dan gel yang

mengandung etil p-metoksisinamat hasil isolasi dari kencur

(Kaempferia galanga L,) menggunakan membran kulit manusia untuk

mendapatkan hasil yang lebih akurat

b. Perlu dilakukan penelitian terkait dosis efektif senyawa etil p-

metoksisinamat sebagai agen terapi lokal inflamasi dalam bentuk

sediaan setengah padat.

Page 87: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

69 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mutairi, K, S. Al-jasser, S, M. 2012. Effect of Using Rotary Evaporator on

Date Dibs Quality. Journal of American Science.

Anggraeni, Citra Ayu. 2008. Pengaruh Bentuk Sediaan Krim, Gel dan Salep

Terhadap Penetrasi Aminofilin Sebagai Antiselulit Secara In Vitro

Menggunakan Sel Difusi Franz. Skripsi Sarjana Farmasi: FMIPA UI

Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Press

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI

Anonim. 1987. Analisis Obat Tradisional I. Jakarta: Depkes RI.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI

Anonim. 2014. Informasi Spesialite Obat Indonesia. ISSN 854-4492 Vol. 49 2014-

2015. Penertbit Isfi

Asmara, A; Daili, S.F; Noegrohowati T; Zubaedah, I. 2012. Vehikulum Dalam

Dermatoterapi Topikal. MDVI Vol. 39 No 1 Tahun 2012: 25-35

Astuti, Meiria Sylvi. 2006. Isolasi Dan Identifikasi Komponen Minyak Atsiri

Umbi Teki (Cyperus rotundus L.). Skripsi Sarjana Farmasi: UNS

Bangun, Robijanto. 2011. Semi Sintesis N,N-Bis(2-Hidroksietil)-3-(4-

Metoksifenil) Akrilamida Dari Etil p-Metoksisinamat Hasil Isolasi

Rimpang Kencur (Kaempferia galanga, L) Melalui Amidasi dengan

Dietanolamin. Skripsi Sarjana Farmasi: USU

Barus, Rosbina. 2009. Amidasi Etil p-Metoksi Sinamat yang Diisolasi dari Kencur

(Kaempferia Galanga, Linn). Medan : Sekolah Pasca Sarjana USU

Chemical Book. Akses online via http://www.chemicalbook.com/ (Diakses pada

tanggal 26 Januari 2014)

Depkes, RI. 1977. Materia Medika Indonesia jilid I. Jakarta: Depkes RI.

Page 88: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Depkes, RI. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia jilid II. Jakarta:

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.

Dhandapani, Abirami; Shobaba Kumar; Murugan Kadarkarai. 2011. Lavricidal,

Pupicidal And Smoke Toxicity Effect Of Kempferia Galanga To the

Malarial Vector, Anopheles Stephensi. The Bioscan Journal 6(2) ; 329-

333.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Draelos, Z. D. 2010. Cosmetic Dermatology Products and Procedures. Singapore:

John Wiley & Sons.

Dwikarya, Maria., DSSK. 2003. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta:

PenerbitKawanPustaka.

Gregoriadis, G, A.T. Florence dan H.M. Patel. 1993. Liposom in Drug Delivery.

Switzerland: Harwood Academic.

Hadyanti. 2008. Pengaruh Tretionin Terhadap Penetrasi Kafein dan Aminofilin

Sebagai Antiselulit dalam Sediaan Krim, Gel dan Salep Secara In Vitro.

Skripsi Sarjana Farmasi: FMIPA UI

Hasanah, Aliya Nur, dkk. 2011. Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji

Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.).

Skripsi Sarjana Farmasi: UNPAD.

Heinrich, M. Barnes, J. Gibbons, S. Williansom, M, E. Fundamental Of

Pharmacognosy and Phytotherapy. Philadelpia: Penerbit Elsevier.

Henry, Arthur dkk. 2002. Analisis Spektrofotometri UV-Vis Pada Obat Influenza

Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Persamaan Linier. Jakarta :

KOMMIT UGM

Iswandana, R; Anwar, E; Mun’im, A. 2011. Uji Penetrasi Secara In Vitro & Uji

Stabilitas Fisik Sediaan Krim, Salep dan Gel yang Mengandung Kurkumin

Page 89: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dari Kunyit (Curcuma Longa L.). Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN

1412-2855 Vol. 7 No. 7, Septemner 2011.

Khoirunni’mah, Zulfa. 2013. Modifikasi Struktur dan Senyawa Metil Sinamat

Melalui Proses Degradasi Sinamat Seta Uji BSLT (Brine Shrimp Lethality

Test) Terhadap Senyawa Hasil Modifikasi. Skripsi Sarjana Farmasi: UIN

Syarif Hidayatullah

Kielhorn, J., S. M. Kollmuβ. I. Mangelsdorf. 2006. Dermal absorption. Dalam:

Environmental Health Criteria 235. World Health Organization.

Kusantati, H., Prihatin, P.T., danWiana, W. 2008. Tata Kecantikan Kulit. Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Lachman, Leon. 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri II (Penerjemah: Siti

Suyatmi). Penerbit: UI-Press; Jakarta

Langley,& Lenny Lester. 1958. Dynamic Anatomy and Physiology. USA:

McGraww Hill.

Marriot, John F, et al. 2010. Pharmaceutical Compounding and Dispensing

Second Edition. London : Pharmaceutical Press

Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier Science B.V.

Mufidah, Syarifatul. 2014. Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-metoksisinamat

yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galangal Linn.) Melalui

Transformasi Gugus Fungsi Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi.

Skripsi Sarjana Farmasi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Muhlisah, F. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon.CetakanKelima. Yogyakarta:

PenerbitKanisius, hal.29-33.

Neubert, R. H. H; Trommer, H. Overcoming The Stratum Corneum : The

Modulation Of Skin Penetration. Skin Pharmacol Physiol 2006, 19 : 106-

121.

Page 90: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nugroho, B. W., Dadang, & Prijono, D. 1999. “Pengembangan dan Pemanfaatan

Insektisida Alami”. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu, IPB. Bogor

Ramadon, Delly. 2012. Penetapan Daya Penetrasi Secara In Vitro Sediaan Gel

dan Emulgel yang Mengandung Kapsaisinoid dari Ekstrak Buah Cabai

Rawit. Skripsi Sarjana Farmasi: Universitas Indonesia

Ranade, V. V. and M. A. Hollinger, 2004, Transdermal Drug Delivery, in: Drug

Delivery Systems, V. V. Ranade and M. A. Hollinger, 2nd ed., CRC Press

LLC, New York, 211-243

Rostiana, Otih dkk. 2005. Budidaya Tanaman Kencur. Bogor : Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatika

Rowe, RC., Paul JS., Sian CO. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient Fifth

Edition. London : Pharmaceutical Press

Ruswanto, Lestari, T. 2013. Sintesis Senyawa 1-Benzoyl-3-Phenyl-Thiourea

Sebagai Kandidat Anti Kanker. Tasikmalaya : Stikes Bakti Tunas Husada

Sany, Utary Sukria. 2009. Efek Penambahan Berbagai Peningkat Penetrasi

Terhadap Penetrasi Perkutan Gel Piroksikam Secara In Vitro. Skripsi

Sarjana Farmasi: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Seeley, R. R., T. D. Stephensdan P. Tate. 2003. Anatomy and Physiologi 6th

edition. New York: McGraw-Hill.

Simanjuntak, M. T. 2005. Biofarmasi Sediaan Yang Diberikan Melalui Kulit.

Universitas Sumatera Utara

Sulaiman, M. R.; Z. A. Zakaria; I. A Daud; F. N. Ng; Y.C. Ng; M. T. Hidayat.

2008. Antinociceptive and Anti-inflammatory activities of The Aqueous

extract of Kaempferia galanga leaves in animal models. J. Nat Med

62:221-227.

Syamsuni, H. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Page 91: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tara V., Shanbag; Sharma Candrakala; Adiga Sachidananda; Bairy

Laximinarayana Kurady; Shenoy Smita; Shenoy Ganesh. 2006. Wound

Healing Activity Of Alkoholic Extract of Kaempferia Galanga in Wistar

Rats. Indian J. Physiol Pharmacol 50 (4) : 384-390.

Tanjung, M. 1997. Isolasi dan Rekayasa Senyawa Turunan Sinamat dari

Kaempferia galangal L. Sebagai Tabir Surya. Surabaya : Lembaga

Penelitian Universitas Airlangga.

Taufikurohmah, T; Rohmah, J; Poernowo, H. Optimasi Suhu Sintetis Isoamil p-

Metoksisinamat Melalui Reaksi Transesterifikasi dari EPMS Hasil Isolasi

Rimpang Kencur. Prosiding Seminar Nasional Kimia UNESA ISBN : 978-

979-028-103-5. 14 Februari 2009.

Taufikurohmah, T; Rusmini; Nurhayati. 2008. Pemilihan Pelarut dan Optimasi

Suhu Pada Isolasi Senyawa Etil Para Metoksisinamat (EPMS) dari

Rimpang Kencur Sebagai Bahan Tabir Surya Pada Industri Kosmetik.

Tewtrakul, Supinya; Supreeya Yuenyongsawad; Sopa Kummee; Latthya

Atsawajaruwan. 2005. Chemical Components and Biological Activities of

Volatile Oil of Kaempferia galanga Linn. Songklanakrin J. Sci. Technol

Vol. 27 (Suppl. 2) : Thai Herbs.

Tranggono, R.I. danLatifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.

Tiwari, P. Kumar, B. Kaur, M. Kaur, G. Kaur, H. 2011. Phytochemical screening

and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia. Vol. 1.

Issue. 1.

Umar, Muhammad I.; Mohd Zaini Asmawi; Amirin Sadikun; Item J. Atangwho I;

Mun Fei Yam; Rabia Altaf; Ashfaq Ahmed. 2012. Bioactivity-Guided

Isolation of Ethyl-p-methoxycinnamate, an Anti-inflammatory

Constituent, from Kaempferia galangal L. Extracts. Molecules, 17, 8720-

8734

Page 92: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Umar, Muhammad I.; Mohd Zaini Asmawi; Amirin Sadikun; Item J. Atangwho I;

Mun Fei Yam; Rabia Altaf; Ashfaq Ahmed. 2014. Ethyl-p-

methoxycinnamate isolated from kaempferia galangal inhibits

inflammation by suppressing interleukin-1, tumor necrosis factor-a, and

angiogenesis by blocking endothelial functions. Clinics 2014;69(2);134-

144

USDA (United States Department of Agriculture). Natural Resources

Conservation Service. Akses online via plants.usda.govpadatanggal 3-2-

2015 pukul 10.00

Vittalrao, Ambekar Monhabu; Tara Shanbag; Meena Kumari K; K.L Bairy; Smita

Shenoy. 2011. Evaluation of Antiinflamatory and analgesic activities of

alcoholic extract of Kaempferia Galangan in rats. Indian J. Physiol

Pharmacol 55 (1) : 13-24.

Walters, A.K. 2002. Dermatological and Transdermal Formulations. New York:

Marcel Dekker.

Williams, LAD; A.O Connar; L. Latore; O Dennis; S. Ringer; J.A Whittaker; J

Conrad; B. Volger; H Rosner; W Kraus. 2008. The In Vitro Anti-

denaturation Effects Induced by Natural Product and Non-steroidal

Compounds in Heat Treated (Immunogenic) Bovine Serum Albumin is

Proposed as a Screening Assay for the Detection of Anti-inflammatory

compounds, without the Use of Animals, in the Early Stages of The Drug

Discovery Process. West Indian Medical Journal 57 (4):327.

Windono, Tri; Jany; Widji Suratri. 1997. Aktivitas Tabir Matahari Etil p-

metoksisinamat yang Diisolasi dari Rimpang Kencur. Warta Tumbuhan

Obat Indonesia Volume 3 No.4

Wirakusumah, E. S. 1994. Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi

Keempat. Jakarta: PenerbitPenebarSwadaya. hal. 3-6

Zhang, L., Falla, T.J. 2009. Cosmeceuticals and Peptides: Clinics in Dermatology,

27, 485-494.

Page 93: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 94: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Kerangka Penelitian

Ekstraksi rimpang kencur(Kaempferia galanga L.)

Isolasi kristal etil p-metoksisinamat

Salep

Pembuatan sediaanKrim

Gel

Uji penetrasi sediaan

Penetapan kadar etil p-metoksisinamat terpenetrasi

Identifikasi dan UjiKemurnian kristal etil p-

metoksisinamat

Perbandingan persentasekumulatif zat aktif terpenetrasi

per luas area

Perbandingan fluks penetrasi

Penetapan kadar etil p-metoksisinamat dalam sediaan

Pengukuran serapan SpektrofotometerUV-Vis

Perhitungan kadar etil p-metoksisinamat dalam sediaan

Penetapankadar

Uji KLT

Uji titik leleh

Organoleptis

Page 95: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Bagan Alur Ekstraksi Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.).

Rimpang kencur segar(Kaempferia galanga L.)

Serbuk keringrimpang kencur (Kaempferia

galanga L.)

Dicuci, dikeringkan dan diserbuk

Maserasi dengan n-heksan murni dan disaring

AmpasFiltrat 1

AmpasFiltrat 2

Filtrat 3Campuranfiltrat 1,2,3

Ekstrak n-heksanrimpang kencur

(Kaempferia galanga L)

Remaserasi dengan n-heksanmurni dan disaring

Remaserasi dengan n-heksan murni dandisaring

Evaporasi suhu 48-50OC

Ekstrak kental rimpang kencur(Kaempferia galanga L.)

Page 96: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Bagan Alur Rekristalisasi, Identifikasi dan Uji Kemurnian KristalEtil p-Metoksisinamat.

Ekstrak kental rimpang kencur(Kaempferia galanga L.)

Diendapkan pada suhu kamar

Pemisahan kristal dariekstrak kental menggunakan

pelarut n-heksan

Kristal kotor Larutan ekstrak

Pencucian kristal dengann-heksan dan metanol

Kristal yang tidak terlarut

Uji KLT

Penetapan kadar denganGCMS

Uji titik leleh

Dipekatkan denganvaccum rotary

evaporator suhu 48-50ºC

Pengamatan organoleptis

Satu spotBanyak spot

Kristal yang terlarut

Dipekatkan denganvaccum rotary

evaporator suhu 48-50ºC

Page 97: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Gambar Alat Penelitian

Hot Plate Alat Uji TL Mikropipet Perangkat KLT Neraca Analitik Alat Uji pH

Spektrofotometer UV-Vis Vaccum Rotary Evaporator GCMS Refrigerator

Lampiran 5. Gambar Uji Difusi

Keterangan : (a) Kulit tikus bagian abdomen sebelum dipotong; (b) Potongan kulit tikussebelum pengujian; (c) Perendaman kulit tikus dalam medium kompartemenreseptor sebelum pengujian; (d) Sampel uji difusi; (e) Pengolesan sampel padamembran difusi; (f) Kompartemen donor dan reseptor; (g) Pencuplikan mediumkompartemen reseptor; (h) Kulit tikus setelah uji difusi; (i) Rangkaian alat franzdiffusion cell

Page 98: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Kristal

% = ℎ 100%% = 403500 100%= 1, 143%

Lampiran 7. Nilai Luas Puncak dan Persentase Kadar Etil p-Metoksisinamat

Keterangan : (a) Standar etil p-metoksisinamat ; (b) Kristal etil p-metoksisinamat hasil isolasi

(a)

(b)

Page 99: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Data Hasil Uji Titik Leleh

Pengujian Ke- Rentang Titik Leleh (°C)1 49-502 49-503 49-50

Lampiran 9. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Etil p-metoksisinamatdalam Metanol

Keterangan : Serapan maksimum etil p-metoksisinamat dalam pelarut metanol dengan konsentrasi5ppm terbaca pada panjang gelombang 308,2 nm

Lampiran 10. Data Absorbansi Kurva Standar Etil p-Metoksisinamat dalamMetanol

Konsentrasi (ppm) Absorbansi0 0,0001 0,1202 0,2293 0,3704 0,4745 0,6286 0,7297 0,8748 1,001

Panjang Gelombang

Abs

orba

nsi

308,2 nm

Page 100: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Kurva Kalibrasi Etil p-Metoksisinamat dalam Metanol

Keterangan : Analisa dilakukan pada panjang gelombang 308,2 nm, nilai r = 0,9995

Lampiran 12. Data Hasil Penetapan Kadar Etil p-Metoksisinamat dalamSediaan

Keterangan : Analisa dilakukan pada panjang gelombang 308,2 nm dengan pelarut pengekstraksimetanol

SD : Standar Deviasi (dinyatakan dalam persen)

y = 0,125x - 0,009R = 0,9995R² = 0,9990

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

0 2 4 6 8 10

Abs

orba

nsi

Konsentrasi (ppm)

Kurva Kalibrasi EPMS dalam Metanol

Abs.

Linear (Abs.)

Sampel Pengujianke-

BeratSampel

(mg)

Abs KadarEPMS

terukur(mg)

Kadar(%)

Rata-rata%

SD

Salep 1 500 0,525 4,27 0,85 0,86 0,962 500 0,526 4,28 0,863 500 0,529 4,30 0,86

Krim 1 500 0,627 5,09 1,02 1,03 3,242 500 0,641 5,20 1,043 500 0,633 5,12 1,03

Gel 1 500 0,615 4,99 1,00 1,00 1,222 500 0,610 4,95 0,993 500 0,614 4,99 1,00

Page 101: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Etil p-Metoksisinamatdalam Larutan EDP

Keterangan : Serapan maksimum etil p-metoksisinamat dalam larutan EDP dengan konsentrasi5ppm terbaca pada panjang gelombang 310,2 nm

Lampiran 14. Data Absorbansi Kurva Standar Etil p-Metoksisinamat dalamLarutan EDP

Konsentrasi (ppm) Absorbansi0 01 0,1232 0,2343 0,3554 0,4705 0,5776 0,7087 0,8378 0,928

Abs

orba

nsi

Panjang Gelombang

310,2 nm

Page 102: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Kurva Kalibrasi Etil p-Metoksisinamat dalam Larutan EDP

Keterangan : Analisa dilakukan pada panjang gelombang 310,2 nm, nilai r = 0,9997

Lampiran 16. Data Hasil Uji Difusi Salep

y = 0,117x + 0,002R = 0,9997R2= 0,9994

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

0 2 4 6 8 10

Abs

orba

nsi

Konsentrasi (ppm)

Kurva Kalibrasi EPMS dalam Lar. EDP

Abs.

Linear (Abs.)

Waktu(Menit)

% Kumulatif Difusi Etil p-Metoksisinamat Per Luas Area

Jumlah Kumulatif Zat Aktif Per LuasArea (µg/cm2)

1 2 3 Rata-Rata

SB 1 2 3 Rata-Rata

SB

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 010 1,39 1,50 0,45 1,11 0,33 7,58 8,18 2,47 6,08 1,8130 5,24 5,77 1,51 4,17 1,34 28,60 31,51 8,22 22,78 7,3360 10,89 12,21 4,39 9,16 2,42 59,42 66,67 23,96 50,02 13,1990 17,02 17,38 8,62 14,34 2,86 92,93 94,89 47,03 78,28 15,64120 20,70 25,33 11,58 19,21 4,04 113,01 138,29 63,22 104,84 22,05180 33,45 35,97 18,33 29,25 5,51 182,57 196,32 100,07 159,65 30,05240 41,58 41,27 28,35 37,07 4,36 226,99 225,28 154,74 202,34 23,80300 46,90 50,36 37,55 44,94 3,82 256,01 274,90 205 245,30 21,01360 52,13 54,83 42,17 49,71 3,85 284,55 299,31 230,20 271,35 19,51420 56,52 54,19 42,93 51,21 4,19 308,52 295,79 234,34 279,55 22,90480 54,90 57,92 49,94 54,25 2,33 299,69 316,15 272,59 296,14 12,70

Page 103: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Data Hasil Uji Difusi Krim

Lampiran 18. Data Hasil Uji Difusi Gel

Waktu(Menit)

% Kumulatif Difusi Etil p-Metoksisinamat Per Luas Area

Jumlah Kumulatif Zat Aktif Per LuasArea (µg/cm2)

1 2 3 Rata-Rata

SB 1 2 3 Rata-Rata

SB

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 010 0,92 1,57 0,90 1,13 0,22 6,06 10,29 5,87 7,41 1,4430 3,94 1,52 3,68 3,05 0,77 25,82 9,98 24,13 19,98 5,0260 11,24 4,82 9,88 8,65 1,95 73,66 31,59 64,70 56,65 12,7990 25,63 23,63 21,21 23,49 1,28 167,88 154,77 138,98 153,88 8,36120 36,20 40,57 30,77 35,85 2,83 237,14 265,76 201,58 234,83 18,56180 51,81 35,21 48,59 45,20 5,08 339,41 230,66 318,34 296,14 33,30240 67,07 51,50 65,91 61,50 5,01 439,40 337,36 431,80 402,86 32,82300 76,64 65,03 75,08 72,25 3,64 502,05 425,99 491,82 473,29 23,83360 78,60 71,54 81,73 77,29 3,01 514,92 468,64 535,40 506,32 19,75420 84,17 79,03 83,22 82,14 1,58 551,41 517,74 545,17 538,10 10,34480 82,80 82,75 85,46 83,67 0,89 542,45 542,09 559,83 548,12 5,85

Waktu(Menit)

% Kumulatif Difusi Etil p-Metoksisinamat Per Luas Area

Jumlah Kumulatif Zat Aktif Per LuasArea (µg/cm2)

1 2 3 Rata-Rata

SB 1 2 3 Rata-Rata

SB

0 0 0 0 0 0 0 0 0 010 1,08 1,15 0,89 1,04 0,08 7,09 7,5 5,83 6,82 0,5130 6,02 4,20 2,87 4,36 0,91 39,45 27,49 18,84 28,59 5,9860 15,94 15,18 10,15 13,75 1,82 104,41 99,46 66,47 90,11 11,9190 32,68 37,14 26,59 32,14 3,06 214,09 243,32 174,23 210,55 20,02120 55,18 56,47 42,02 51,23 4,62 361,51 369,96 275,28 335,58 30,25180 77,28 84,05 68,17 76,50 4,60 506,58 550,58 446,58 501,13 30,13240 88,89 96,31 76,62 87,28 5,74 582,35 630,94 501,96 571,75 37,61300 90,80 96,11 79,73 88,88 4,82 594,81 629,60 522,32 582,24 31,60360 91,79 97,27 80,88 89,98 4,82 601,34 637,19 529,85 589,46 31,55420 86,20 92,73 78,05 85,66 4,24 564,66 607,45 511,30 561,14 27,81480 84,88 85,79 77,45 82,71 2,64 556,04 562,01 507,36 541,80 17,31

Page 104: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 19. Data Fluks Penetrasi Salep

Lampiran 20. Data Fluks Penetrasi Krim

Waktu(Menit)

Fluks Penetrasi Zat Aktif ( µg cm-2Jam-1)1 2 3 Rata-

RataSB

0 0 0 0 0 010 45,41 49,00 14,77 36,39 10,8630 57,20 63,03 16,45 45,56 14,6560 59,42 66,67 23,96 50,02 13,1990 61,95 63,26 31,35 52,19 10,42120 56,51 69,15 31,61 52,42 11,03180 60,86 65,44 33,36 53,22 10,02240 56,75 56,32 38,69 50,58 5,95300 51,20 54,98 41,00 49,06 4,18360 47,42 49,88 38,37 45,22 3,50420 44,07 42,26 33,48 39,94 3,27480 37,46 39,52 34,07 37,02 1,59

Waktu(Menit)

Fluks Penetrasi Zat Aktif ( µg cm-2Jam-1)1 2 3 Rata-

RataSB

0 0 0 0 0 010 36,28 61,61 35,14 44,34 8,6430 51,64 19,96 48,27 39,96 10,0560 73,66 31,59 64,70 56,65 12,7990 111,92 103,18 92,65 102,58 5,57120 118,57 132,88 100,79 117,42 9,28180 113,13 76,89 106,11 98,71 11,10240 109,85 84,34 107,95 100,71 8,20300 100,41 85,20 98,36 94,66 4,77360 85,82 78,11 89,23 84,39 3,29420 78,77 73,96 77,88 76,87 1,48480 67,81 67,76 69,97 68,52 0,73

Page 105: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 21. Data Fluks Penetrasi Gel

Waktu(Menit)

Fluks Penetrasi Zat Aktif ( µg cm-2Jam-1)1 2 3 Rata-

RataSB

0 0 0 0 0 010 42,44 45,18 34,91 40,85 3,0730 78,91 54,98 37,67 57,19 11,9660 104,41 99,46 66,47 90,11 11,9190 142,73 162,22 116,15 140,37 13,35120 180,75 184,98 137,64 167,79 15,12180 168,74 183,53 148,86 167,04 10,04240 145,59 157,73 125,49 142,94 9,40300 118,96 125,92 104,46 116,45 6,32360 100,22 106,20 88,31 98,24 5,26420 80,67 86,78 73,04 80,16 3,97480 69,51 70,25 63,42 67,72 2,16

Page 106: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 22. Uji Statistik Anova Persentase Kumulatif Etil p-MetoksisinamatTerpenetrasi Per Luas Area

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Menit_60 Menit_120 Menit_240 Menit_360 Menit_480

N 9 9 9 9 9

Normal Parametersa Mean 10.5222 35.4244 61.9444 72.3267 64.9378

Std. Deviation 3.95627 15.05285 23.03324 18.79498 28.46458

Most Extreme

Differences

Absolute .213 .128 .145 .186 .290

Positive .147 .108 .145 .157 .232

Negative -.213 -.128 -.124 -.186 -.290

Kolmogorov-Smirnov Z .640 .383 .435 .559 .869

Asymp. Sig. (2-tailed) .807 .999 .991 .914 .436Keterangan : Signifikansi > 0,05, kesimpulan data terdistribusi normal

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Menit_60.293 2 6 .756

Menit_120.705 2 6 .531

Menit_240.101 2 6 .905

Menit_360.429 2 6 .669

Menit_4801.945 2 6 .223

Keterangan : Signifikansi menit 60-480 >0,05, kesimpulan data terdistribusi homogeny sehinggadapat dilanjutkan dengan uji Anova

Page 107: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

ANOVA

Sum ofSquares Df Mean Square F Sig.

Menit_60 Between Groups 47.478 2 23.739 1.832 .239

Within Groups 77.739 6 12.956

Total 125.217 8

Menit_120 Between Groups 1538.723 2 769.361 16.848 .003

Within Groups 273.983 6 45.664

Total 1812.705 8

Menit_240 Between Groups 3781.980 2 1890.990 24.545 .001

Within Groups 462.260 6 77.043

Total 4244.240 8

Menit_360 Between Groups 2543.365 2 1271.683 26.995 .001

Within Groups 282.645 6 47.107

Total 2826.010 8

Menit_480 Between Groups 1675.860 2 837.930 63.530 .000

Within Groups 79.138 6 13.190

Total 1754.998 8

Keterangan : Signifikansi menit ke 60 > 0,05, data tidak berbeda secara bermakna. Signifikansi

menit 120-480 < 0,05, data berbeda secara bermakna.

Page 108: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

Multiple Comparisons

LSD

DependentVariable

(I)Sediaan

(J)Sediaan

MeanDifference (I-J)

Std.Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Menit_60 Salep Krim .51667 2.93899 .866 -6.6748 7.7081

Gel -4.59333 2.93899 .169 -11.7848 2.5981

Krim Salep -.51667 2.93899 .866 -7.7081 6.6748

Gel -5.11000 2.93899 .133 -12.3015 2.0815

Gel Salep 4.59333 2.93899 .169 -2.5981 11.7848

Krim 5.11000 2.93899 .133 -2.0815 12.3015

Menit_120 Salep Krim -16.64333* 5.51747 .024 -30.1441 -3.1426

Gel -32.02000* 5.51747 .001 -45.5208 -18.5192

Krim Salep 16.64333* 5.51747 .024 3.1426 30.1441

Gel-15.37667* 5.51747 .032 -28.8774 -1.8759

Gel Salep 32.02000* 5.51747 .001 18.5192 45.5208

Krim15.37667* 5.51747 .032 1.8759 28.8774

Menit_240 Salep Krim -24.42667* 7.16674 .014 -41.9631 -6.8903

Gel-50.20667* 7.16674 .000 -67.7431 -32.6703

Krim Salep 24.42667* 7.16674 .014 6.8903 41.9631

Gel -25.78000* 7.16674 .011 -43.3164 -8.2436

Gel Salep 50.20667* 7.16674 .000 32.6703 67.7431

Krim 25.78000* 7.16674 .011 8.2436 43.3164

Page 109: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menit_360 Salep Krim -27.58000* 5.60401 .003 -41.2925 -13.8675

Gel-40.27000* 5.60401 .000 -53.9825 -26.5575

Krim Salep 27.58000* 5.60401 .003 13.8675 41.2925

Gel -12.69000 5.60401 .064 -26.4025 1.0225

Gel Salep 40.27000* 5.60401 .000 26.5575 53.9825

Krim 12.69000 5.60401 .064 -1.0225 26.4025

Menit_480 Salep Krim-29.41667* 2.96531 .000 -36.6725 -22.1608

Gel -28.45333* 2.96531 .000 -35.7092 -21.1975

Krim Salep 29.41667* 2.96531 .000 22.1608 36.6725

Gel .96333 2.96531 .756 -6.2925 8.2192

Gel Salep 28.45333* 2.96531 .000 21.1975 35.7092

Krim -.96333 2.96531 .756 -8.2192 6.2925Keterangan : Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna, signifikansi > 0,05 data tidak

berbeda secara bermakna

Page 110: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 23. Uji Statistik Anova Fluks Penetrasi

Keterangan : Signifikansi > 0,05, kesimpulan data terdistribusi normal

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Menit_60 .030 2 6 .970

Menit_90 1.073 2 6 .400

Menit_120 .832 2 6 .480

Menit_240 .356 2 6 .714

Menit_360 .537 2 6 .610

Menit_480 2.230 2 6 .189

Keterangan : Signifikansi > 0,05, data terdistribusi homogen

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Menit_60 Menit_90 Menit_120 Menit_240 Menit_360 Menit_480

N 9 9 9 9 9 9

Normal

Parametersa

Mean 65.5933 98.3789 112.5422 98.0789 75.9511 57.7522

Std. Deviation 2.65734E1 4.13083E1 53.25648 41.78906 24.59972 15.74082

Most Extreme

Differences

Absolute .186 .136 .126 .172 .211 .307

Positive .159 .136 .126 .172 .189 .214

Negative -.186 -.112 -.122 -.149 -.211 -.307

Kolmogorov-Smirnov Z .558 .407 .377 .516 .634 .922

Asymp. Sig. (2-tailed) .915 .996 .999 .953 .816 .363

Page 111: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Menit_60 Between Groups 2771.538 2 1385.769 2.889 .132

Within Groups 2877.614 6 479.602

Total 5649.153 8

Menit_90 Between Groups 11743.117 2 5871.558 18.465 .003

Within Groups 1907.909 6 317.985

Total 13651.026 8

Menit_120 Between Groups 20070.976 2 10035.488 22.990 .002

Within Groups 2619.048 6 436.508

Total 22690.025 8

Menit_240 Between Groups 12824.015 2 6412.008 33.553 .001

Within Groups 1146.592 6 191.099

Total 13970.607 8

Menit_360 Between Groups 4536.894 2 2268.447 44.732 .000

Within Groups 304.274 6 50.712

Total 4841.168 8

Menit_480 Between Groups 1935.763 2 967.881 125.090 .000

Within Groups 46.425 6 7.737

Total 1982.188 8

Keterangan : Signifikansi menit 60 > 0,05, data tidak berbeda secara bermakna. Signifikansimenit 90-480 < 0,05, data berbeda secara bermakna

Page 112: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

Multiple Comparisons

LSD

Dependent

Variable

(I)

Sediaan

(J)

Sediaan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Menit_60 Salep Krim -6.63333 17.88113 .723 -50.3869 37.1202

Gel -40.09667 17.88113 .066 -83.8502 3.6569

Krim Salep 6.63333 17.88113 .723 -37.1202 50.3869

Gel -33.46333 17.88113 .110 -77.2169 10.2902

Gel Salep 40.09667 17.88113 .066 -3.6569 83.8502

Krim 33.46333 17.88113 .110 -10.2902 77.2169

Menit_90 Salep Krim -50.39667* 14.55987 .013 -86.0234 -14.7699

Gel -88.18000* 14.55987 .001 -123.8067 -52.5533

Krim Salep 50.39667* 14.55987 .013 14.7699 86.0234

Gel -37.78333* 14.55987 .041 -73.4101 -2.1566

Gel Salep 88.18000* 14.55987 .001 52.5533 123.8067

Krim 37.78333* 14.55987 .041 2.1566 73.4101

Menit_120 Salep Krim -64.99000* 17.05888 .009 -106.7316 -23.2484

Gel -115.36667* 17.05888 .001 -157.1082 -73.6251

Krim Salep 64.99000* 17.05888 .009 23.2484 106.7316

Gel -50.37667* 17.05888 .026 -92.1182 -8.6351

Gel Salep 115.36667* 17.05888 .001 73.6251 157.1082

Krim 50.37667* 17.05888 .026 8.6351 92.1182

Menit_240 Salep Krim -50.12667* 11.28712 .004 -77.7453 -22.5081

Gel -92.35000* 11.28712 .000 -119.9686 -64.7314

Krim Salep 50.12667* 11.28712 .004 22.5081 77.7453

Gel -42.22333* 11.28712 .010 -69.8419 -14.6047

Gel Salep 92.35000* 11.28712 .000 64.7314 119.9686

Krim 42.22333* 11.28712 .010 14.6047 69.8419

Menit_360 Salep Krim -39.16333* 5.81448 .001 -53.3909 -24.9358

Gel -53.02000* 5.81448 .000 -67.2475 -38.7925

Page 113: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Krim Salep 39.16333* 5.81448 .001 24.9358 53.3909

Gel -13.85667 5.81448 .055 -28.0842 .3709

Gel Salep 53.02000* 5.81448 .000 38.7925 67.2475

Krim 13.85667 5.81448 .055 -.3709 28.0842

Menit_480 Salep Krim -31.49667* 2.27120 .000 -37.0541 -25.9392

Gel -30.71000* 2.27120 .000 -36.2674 -25.1526

Krim Salep 31.49667* 2.27120 .000 25.9392 37.0541

Gel .78667 2.27120 .741 -4.7708 6.3441

Gel Salep 30.71000* 2.27120 .000 25.1526 36.2674

Krim -.78667 2.27120 .741 -6.3441 4.7708

Keterangan : Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna, signifikansi > 0,05 data tidakberbeda secara bermakna

Page 114: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 24. Contoh Perhitungan Kadar Etil p-Metoksisinamat dalam Sediaan

Diketahui :

Serapan basis (ybasis) = 0,019

Persamaan regresi linier (y) = 0,125x - 0,009

Didapatkan absorbansi sebagai berikut :

a. y1 = 0,634

x1 = 4,995 ppm

konsentrasi etil p-metoksisinamat yang terukur dalam sediaan 500 mg

= 4,995 x( ) x 50 = 4995 µg = 4,995 mg

Kadar etil p-metoksisinamat yang diperoleh

= (4,995 mg/500mg) x 100% = 0,999%

Sediaan yang diuji 500 mg

Kandungan etil p-metoksisinamatsebenarnya = 1% x 500 mg = 5 mg

Dibuat pengenceran 5 ppm dalam 10 mL

Dibuat larutan induk 100 ppm dalam 50 mL

Diukur serapannya dengan spektro UV-Vis , dan diulangi sebanyak 3x pengulangan

Page 115: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. y2 = 0,629

x2 = 4,955 ppm

Konsentrasi etil p-metoksisinamat yang terukur dalam sediaan 500 mg

= 4,955 x( ) x 50 = 4955 µg = 4,955 mg

Kadar etil p-metoksisinamat yang diperoleh

= (4,955 mg/500mg) x 100% = 0,991%

c. y3 = 0,633

x3 = 4,987 ppm

Konsentrasi etil p-metoksisinamat yang terukur dalam sediaan 500 mg

= 4,987 x( ) x 50 = 4987 µg = 4,987 mg

Kadar etil p-metoksisinamat yang diperoleh

= (4,987 mg/500mg) x 100% = 0,997%

d. Kadar rata-rata etil p-metoksisinamat dalam sediaan

= 0,999 % + 0,991% + 0,997%3 = 0,996%~1%

Page 116: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 25. Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Etil p-MetoksisinamatPer Luas Area Sampel 1 Sediaan Salep Pada Menit ke 10.

Serapan Menit ke 10 (y10) = 0,068y = 0,117x + 0,0020,068 = 0,117x + 0,002x10 = 0,567

Konsentrasi terpenetrasi = x10 x Faktor Pengenceran= 0,567 x 2= 1,134 µg/mL

Rumus Jumlah Kumulatif Zat Aktif Ter penetrasi Per Luas Area :

= + ∑ .Cn = Konsentrasi terpenetrasi pada menit ke 10 = 1,134 µg/mL

V = Volume sel difusi = 21 mL∑ = Jumlah konsentrasi zat pada sampling pertama = 0 µg/mL

S = Volume sampling = 1 mL

A = Luas area membran = 3,14 cm2

Q = {(1,134 µg/mL x 21 mL) + (0 x 1 mL)}/ 3,14 cm2

= 7,583 µg/cm2

% Kumulatif = (Q x A x 100) / kandungan zat aktif dalam sediaan

% Kumulatif = (7,583 µg/cm2 x 3,14 cm2 x 100) / (0,86% x 2000 µg)

= 1,389 %

Jadi Jumlah kumulatif etil p-metoksisinamat terpenetrasi perluas area pada menit

ke 10 adalah 7,583 µg/cm2 dengan % Kumulatif 1,389 %.

Page 117: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 26. Contoh Perhitungan Penetrasi Kumulatif Etil p-MetoksisinamatPer Luas Area Sampel 1 Sediaan Salep Pada Menit ke 30.

Serapan Menit ke 30 (y30) = 0,249y = 0,117x + 0,0020,249 = 0,117x + 0,002x30 = 2,111

Konsentrasi terpenetrasi = x30 x Faktor Pengenceran= 2,111 x 2= 4,222 µg/mL

Rumus Jumlah Kumulatif Zat Aktif Ter penetrasi Per Luas Area :

= + ∑ .Cn = Konsentrasi terpenetrasi pada menit ke 30 = 4,222 µg/mL

V = Volume sel difusi = 21 mL∑ = Jumlah konsentrasi zat pada sampling menit ke 10 = 1,134 µg/mL

S = Volume sampling = 1 mL

A = Luas area membran = 3,14 cm2

Q = {(4,222 µg/mL x 21 mL) + (1,134 µg/mL x 1 mL)}/ 3,14 cm2

= 28,599 µg/cm2

% Kumulatif = (Q x A x 100) / kandungan zat aktif dalam sediaan

% Kumulatif = (28,599 µg/cm2 x 3,14 cm2 x 100) / (0,86% x 2000 µg)

= 5,239 %

Jadi Jumlah kumulatif etil p-metoksisinamat terpenetrasi perluas area pada menit

ke 30 adalah 28,599 µg/cm2 dengan % Kumulatif 5,239 %

Page 118: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

100

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 27. Contoh Perhitungan Fluks Penetrasi Etil p-MetoksisinamatSampel 2 Sediaan Gel Pada Menit ke 120

Kecepatan penetrasi etil p-metoksisinamat (fluks, J, µg cm-2 jam-1) dihitungdengan rumus :

=Dimana :

J = Fluks (µg cm-2 jam-1)

S = Luas area difusi (cm2)

M = Jumlah kumulatif zat yang melalui membran (µg)

t = Waktu (jam)

Diketahui :

M/S = 369,96 µg cm-2

t = 2 jam

Maka :

J = 369,96 µg cm-2 / 2 jam = 184,98 µg cm-2 jam-1

Jadi, kecepatan penetrasi sampel 2 sediaan gel pada menit ke 120 adalah 184,98µg cm-2 jam-1

Page 119: EVALUASI DAYA PENETRASI ETIL P …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29142/1/CHARINNA... · rimpang kencur (kaempferia galanga l.) pada sediaan salep, krim, dan gel

101

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 28. Surat Keterangan Sehat Hewan Uji