Euthanasia (2)

22
A. EUTHANASIA Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal yang sampai kini masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada beragam jenisnya. Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik. Hal demikian tidak terjadi di dalam dunia kedokteran atau kesehatan. Dalam konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang definit dan dapat dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia memungkinkan hal tersebut terjadi. Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri hidupnya. Ada empat metode euthanasia:

description

tugas

Transcript of Euthanasia (2)

Page 1: Euthanasia (2)

A. EUTHANASIAMembunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal

yang sampai kini masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada

beragam jenisnya.

Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik.

Hal demikian tidak terjadi di dalam dunia kedokteran atau kesehatan. Dalam

konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi sesuatu yang

datang secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang

definit dan dapat dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia memungkinkan

hal tersebut terjadi.

Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak

menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan

untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri

hidupnya.

Ada empat metode euthanasia:

Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar

menginginkan kematian.

Page 2: Euthanasia (2)

Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk

menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental.

Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan

dan minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif

(koma).

Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang

sekarat dapat ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan.

Kasus serupa dapat terjadi ketika permintaan untuk melanjutkan

perawatan ditolak.

Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu

bentuk euthanasia. Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan

informasi dan wacana untuk membunuh dirinya sendiri. Pihak ketiga

dapat dilibatkan, namun tidak harus hadir dalam aksi bunuh diri

tersebut. Jika dokter terlibat dalam euthanasia tipe ini, biasanya

disebut sebagai ‘bunuh diri atas pertolongan dokter’. Di Amerika

Serikat, kasus ini pernah dilakukan oleh dr. Jack Kevorkian.

Euthanasia dapat menjadi aktif atau pasif:

Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan

dengan tujuan untuk menimbulkan kematian. Contoh dari kasus ini

adalah memberikan suntik mati. Hal ini ilegal di Britania Raya dan

Indonesia.

Euthanasia pasif menjabarkan kasus ketika kematian diakibatkan oleh

penghentian tindakan medis. Contoh dari kasus ini adalah penghentian

pemberian nutrisi, air, dan ventilator.

 Argumen Pro Euthanasia

Page 3: Euthanasia (2)

Kelompok pro euthanasia, yang termasuk juga beberapa orang cacad,

berkonsentrasi untuk mempopulerkan euthanasia dan bantuan bunuh diri.

Mereka menekankan bahwa pengambilan keputusan untuk euthanasia

adalah otonomi individu. Jika seseorang memiliki penyakit yang tidak dapat

disembuhkan atau berada dalam kesakitan yang tak tertahankan, mereka

harus diberikan kehormatan untuk memilih cara dan waktu kematian mereka

dengan bantuan yang diperlukan. Mereka mengklaim bahwa perbaikan

teknologi kedokteran merupakan cara untuk meningkatkan jumlah pasien

yang sekarat tetap hidup. Dalam beberapa kasus, perpanjangan umur ini

melawan kehendak mereka.

Mereka yang mengadvokasikan euthanasia non sukarela, seperti Peter

Singer, berargumentasi bahwa peradaban manusia berada dalam periode

ketika ide tradisional seperti kesucian hidup telah dijungkir balikkan oleh

praktek kedokteran baru yang dapat menjaga pasien tetap hidup dengan

bantuan instrumen. Dia berargumen bahwa dalam kasus kerusakan otak

permanen, ada kehilangan sifat kemanusian pada pasien tersebut, seperti

kesadaran, komunikasi, menikmati hidup, dan seterusnya. Mempertahankan

hidup pasien dianggap tidak berguna, karena kehidupan seperti ini adalah

kehidupan tanpa kualitas atau status moral.

Falsafah Utilitarian Singer menekankan bahwa tidak ada perbedaan moral

antara membunuh dan mengizinkan kematian terjadi. Jika konsekuensinya

adalah kematian, maka tidak menjadi masalah jika itu dibantu dokter,

bahkan lebih disukai jika kematian terjadi dengan cepat dan bebas rasa

sakit.

Oposisi terhadap Euthanasia

Banyak argumen anti euthanasia bermula dari proposisi, baik secara religius

atau sekuler, bahwa setiap kehidupan manusia memiliki nilai intrinsik dan

mengambil hidup seseorang dalam kondisi normal adalah suatu kesalahan.

Page 4: Euthanasia (2)

Advokator hak-hak orang cacad menekankan bahwa jika euthanasia

dilegalisasi, maka hal ini akan memaksa beberapa orang cacad untuk

menggunakannya karena ketiadaan dukungan sosial, kemiskinan, kurangnya

perawatan kesehatan, diskriminasi sosial, dan depresi. Orang cacad sering

lebih mudah dihasut dengan provokasi euthanasia, dan informed consent

akan menjadi formalitas belaka dalam kasus ini. Beberapa orang akan

merasa bahwa mereka adalah beban yang harus dihadapi dengan solusi

yang jelas. Secara umum, argumen anti euthanasia adalah kita harus

mendukung orang untuk hidup, bukan menciptakan struktur yang

mengizinkan mereka untuk mati.

Eutanasia menurut hukum dibeberapa negara

Sejauh ini eutanasia diperkenankan yaitu dinegara Belanda, Belgia serta

ditoleransi di negara bagian Oregon di Amerika, Kolombia dan Swiss dan

dibeberapa negara dinyatakan sebagai kejahatan seperti di Spanyol, Jerman

dan Denmark

- Amerika

Eutanasia agresif dinyatakan ilegal dibanyak negara bagian di Amerika. Saat

ini satu-satunya negara bagian di Amerika yang hukumnya secara eksplisit

mengizinkan pasien terminal ( pasien yang tidak mungkin lagi disembuhkan)

mengakhiri hidupnya adalah negara bagian Oregon, yang pada tahun

1997 melegalisasikan kemungkinan dilakukannya eutanasia dengan

memberlakukan UU tentang kematian yang pantas (Oregon Death with

Dignity Act). Tetapi undang-undang ini hanya menyangkut bunuh diri

berbantuan, bukan euthanasia. Syarat-syarat yang diwajibkan cukup ketat,

dimana pasien terminal berusia 18 tahun ke atas boleh minta bantuan untuk

bunuh diri, jika mereka diperkirakan akan meninggal dalam enam bulan dan

keinginan ini harus diajukan sampai tiga kali pasien, dimana dua kali secara

lisan (dengan tenggang waktu 15 hari di antaranya) dan sekali secara

Page 5: Euthanasia (2)

tertulis (dihadiri dua saksi dimana salah satu saksi tidak boleh memiliki

hubungan keluarga dengan pasien). Dokter kedua harus mengkonfirmasikan

diagnosis penyakit dan prognosis serta memastikan bahwa pasien dalam

mengambil keputusan itu tidak berada dalam keadaan gangguan mental.

Hukum juga mengatur secara tegas bahwa keputusan pasien untuk

mengakhiri hidupnya tersebut tidak boleh berpengaruh terhadap asuransi

yang dimilikinya baik asuransi kesehatan, jiwa maupun kecelakaan ataupun

juga simpanan hari tuanya.

Belum jelas apakah undang-undang Oregon ini bisa dipertahankan di masa

depan, sebab dalam Senat AS pun ada usaha untuk meniadakan UU negara

bagian ini. Mungkin saja nanti nasibnya sama dengan UU Northern Territory

di Australia. Bulan Februari lalu sebuah studi terbit tentang pelaksanaan UU

Oregon selama tahun 1999.

Sebuah lembaga jajak pendapat terkenal yaitu polling (Gallup Poll)

menunjukkan bahwa 60% orang Amerika mendukung dilakukannya

eutanasia.

- Indonesia

Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan

yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-

undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan nyawa orang

lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata

dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun". Juga

demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan

359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam

perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku

di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa

pun.

Page 6: Euthanasia (2)

Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal

Moeloek dalam suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo

Selasa 5 Oktober 2004 menyatakan bahwa : Eutanasia atau "pembunuhan

tanpa penderitaan" hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan

norma yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. "Euthanasia hingga

saat ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar

hukum positif yang masih berlaku yakni KUHP.

Eutanasia menurut ajaran agama islam

Seperti dalam agama-agama Ibrahin lainnya (Yahudi dan Kristen), Islam

mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut

merupakan anugerah Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat

menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati (QS 22: 66; 2: 243).

Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum islam meskipun tidak

ada teks dalam Al-Quran maupun Hadist yang secara eksplisit melarang

bunuh diri. Kendati demikian, ada sebuah ayat yang menyiratkan hal

tersebut, "Dan belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu

menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,

karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS

2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah engkau membunuh

dirimu sendiri," (QS 4: 29), yang makna langsungnya adalah "Janganlah

kamu saling berbunuhan." Dengan demikian, seorang Muslim (Dokter) yang

membunuh seorang Muslim lainnya (pasien) disetarakan dengan membunuh

dirinya sendiri. 

Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut

(eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan

sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan

meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.

Page 7: Euthanasia (2)

Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981,

dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya

eutanasia ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)

dalam alasan apapun juga .

-  Eutanasia positif

 Yang dimaksud taisir al-maut al-fa'al (eutanasia positif) ialah tindakan

memudahkan kematian si sakit --karena kasih sayang-- yang dilakukan

oleh dokter dengan mempergunakan instrumen (alat).

Memudahkan proses kematian secara aktif (eutanasia positif)adalah tidak

diperkenankan oleh syara'. Sebab dalam tindakan ini seorang dokter

melakukan suatu tindakan aktif dengan tujuan membunuh si sakit dan

mempercepat kematiannya melalui pemberian obat secara overdosis dan

ini termasuk pembunuhan yang haram hukumnya, bahkan termasuk

dosa besar yang membinasakan.

Perbuatan demikian itu adalah termasuk dalam kategori pembunuhan

meskipun yang mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan untuk

meringankan penderitaannya. Karena bagaimanapun si dokter tidaklah

lebih pengasih dan penyayang daripada Yang Menciptakannya. Karena itu

serahkanlah urusan tersebut kepada Allah Ta'ala, karena Dia-lah yang

memberi kehidupan kepada manusia dan yang mencabutnya apabila

telah tiba ajal yang telah ditetapkan-Nya. 

-    Eutanasia negatif

Eutanasia negatif disebut dengan taisir al-maut al-munfa'il. Pada

eutanasia negatif tidak dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah

aktif untuk mengakhiri kehidupan si sakit, tetapi ia hanya dibiarkan

tanpa diberi pengobatan untuk memperpanjang hayatnya. Hal ini

didasarkan pada keyakinan dokter bahwa pengobatan yang dilakukan

Page 8: Euthanasia (2)

itu tidak ada gunanya dan tidak memberikan harapan kepada si sakit,

sesuai dengan Sunnatullah (hukum Allah terhadap alam semesta) dan

hukum sebab-akibat.

Diantara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara' ialah bahwa

mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut Jumhur

Fuqaha dan imam-imam mahzab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau

berobat ini hanya berkisar pada hukum mubah. Dalam hal ini hanya

segolongan kecil yang mewajibkannya seperti yang dikatakan oleh sahabat-

sahabat Imam Syafi'i dan Imam Ahmad sebagaimana dikemukakan oleh

Syekhul Islam Ibnu Taimiyah,, dan sebagian ulama lagi menganggapnya

mustahab (sunnah).

Beberapa kasus menarik

1. Kasus Hasan Kusuma – Indonesia

Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia pada tanggal 22 oktober

2004 telah diajukan oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena

tidak tega menyaksikan istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun,

tergolek koma selama 2 bulan dan disamping itu ketidakmampuan untuk

menanggung beban biaya perawatan merupakan suatu alasan pula.

Permohonan untuk melakukan eutanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk eutanasia yang

diluar keinginan pasien. Permohonan ini akhirnya ditolak oleh Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani perawatan intensif maka kondisi

terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami kemajuan dalam

pemulihan kesehatannya.

2. Kasus seorang wanita New Jersey - Amerika Serikat

Seorang perempuan berusia 21 tahun dari New Jersey, Amerika Serikat, pada

tanggal 21 April 1975 dirawat di rumah sakit dengan menggunakan alat

Page 9: Euthanasia (2)

bantu pernapasan karena kehilangan kesadaran akibat pemakaian alkohol

dan zat psikotropika secara berlebihan.Oleh karena tidak tega melihat

penderitaan sang anak, maka orangtuanya meminta agar dokter

menghentikan pemakaian alat bantu pernapasan tersebut. Kasus

permohonan ini kemudian dibawa ke pengadilan, dan pada pengadilan

tingkat pertama permohonan orangtua pasien ditolak, namun pada

pengadilan banding permohonan dikabulkan sehingga alat bantu pun

dilepaskan pada tanggal 31 Maret 1976. Pasca penghentian penggunaan alat

bantu tersebut, pasien dapat bernapas spontan walaupun masih dalam

keadaan koma. Dan baru sembilan tahun kemudian, tepatnya tanggal 12

Juni 1985, pasien tersebut meninggal akibat infeksi paru-paru (pneumonia).

B. ABORSI

- Aborsi berasal dari bahasa latin abortus yaitu berhentinya kehamilan

sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.

- Aborsi yaitu tindakan pemusnahan yang melanggar hukum , menyebabkan

lahir prematur fetus manusia sebelum masa lahir secara alami.

- Aborsi telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi selama

itu belum ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan aborsi.

Peraturan mengenai hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4 M di mana

telah ada larangan untuk melakukan aborsi. Sejak itu maka undang-undang

mengenai aborsi terus mengalami perbaikan, apalagi dalam tahun-tahun

terakhir ini di mana mulai timbul suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan

pemerintah di berbagai negara di dunia terhadap tindakan aborsi. Hukum

abortus di berbagai negara dapat digolongkan dalam beberapa kategori

sebagai berikut:

a.       Hukum yang tanpa pengecualian melarang aborsi, seperti

di Belanda.

Page 10: Euthanasia (2)

b.      Hukum yang memperbolehkan aborsi demi keselamatan

kehidupan penderita (ibu), seperti di Perancis dan Pakistan.

c.       Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi medik,

seperti di Kanada, Muangthai dan Swiss.

d.      Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi sosio-

medik, seperti di Eslandia, Swedia, Inggris, Scandinavia, dan

India.

e.       Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi sosial,

seperti di Jepang, Polandia, dan Yugoslavia.

f.       Hukum yang memperbolehkan aborsi atas permintaan

tanpa memperhatikan indikasi-indikasi lainnya (Abortion on

requst atau Abortion on demand), seperti di Bulgaris,

Hongaria, USSR, Singapura.

g.      Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi

eugenistis (aborsi boleh dilakukan bila fetus yang akan lahir

menderita cacat yang serius) misalnya di India

h.      Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi

humanitarian (misalnya bila hamil akibat perkosaan) seperti di

Jepang

i.        Negara-negara yang mengadakan perubahan dalam hukum

abortus pada umumnya mengemukakan salah satu

alasan/tujuan seperti yang tersebut di bawah ini:

·         Untuk memberikan perlindungan hukum pada para

medisi yang melakukan abortus atas indikasi medik.

Page 11: Euthanasia (2)

·         Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya abortus

provocatus criminalis.

·         Untuk mengendalikan laju pertambahan penduduk.

·         Untuk melindungi hal wanita dalam menentukan sendiri

nasib kandungannnya.

·         Untuk memenuhi desakan masyarakat.

Statistik baru-baru ini diterbitkan oleh Departemen Kesehatan (DH)

mengungkapkan bahwa pada tahun 2008, untuk wanita penduduk di Inggris

dan Wales, jumlah dari aborsi adalah 195.296 (DH, 2009). Media pelaporan

sekitar statistik terfokus pada 'kejam' naik dari laju mengulangi aborsi (Daily

Mail, 2009), dan masyarakat umum dengan cepat mengomentari seperti

artikel, sehingga menimbulkan putaran lagi perdebatan tentang hak-hak dan

kesalahan aborsi. Perdebatan aborsi bukanlah hal baru. 

Meskipun ini adalah sebuah negara di mana hampir 200.000 kehamilan yang

berakhir melalui aborsi setiap tahun, dan di mana aborsi telah hukum selama

lebih dari 40 tahun, prosedur ini masih dikelilingi oleh kontroversi dan

membagi masyarakat umum, kesehatan profesional dan politisi. Akibatnya,

aborsi tidak berbicara tentang dalam percakapan sehari-hari, dan sedikit

wanita mengakui telah punya satu - itu hanya terlalu pribadi, terlalu tabu

(Hadley, 2006). Alasan mengapa perempuan mungkin memilih melakukan

aborsi sangat kompleks dan bervariasi, namun masalah tetap diperdebatkan,

Page 12: Euthanasia (2)

dan masih ada besar keengganan untuk terlibat dalam pemeriksaan terbuka

dan jujur tentang praktek aborsi dan tempatnya dalam masyarakat kita

Sebagai perawat di Marie penasihat Stopes International, salah satu  dari

penyedia terkemuka Inggris seksual dan reproduksi  jasa-jasa perawatan

kesehatan, saya sehari-hari berurusan dengan klien yang telah  aborsi dipilih

untuk berbagai macam alasan, tapi yang  merasa terisolasi dan setan untuk

melakukannya. Memutuskan  untuk mengakhiri kehamilan dapat menjadi

salah satu yang paling sulit  keputusan seorang wanita untuk membuat, dan

ketika membuat ini  keputusan saya percaya bahwa perempuan harus

memiliki akses ke  dukungan dan nasihat untuk memungkinkan mereka

untuk membuat suatu  pilihan. Aku merasa sangat yakin bahwa kita perlu

membasmi  rasa malu yang berhubungan dengan aborsi sehingga

perempuan  dapat memilih prosedur tanpa menjadi lebih  pengalaman

menyedihkan daripada perlu.

Di negara-negara di mana aborsi ilegal atau sangat terbatas,  aborsi yang

tidak aman tetap menjadi penyebab utama kematian,  dan menyebabkan

sampai 67.000 kematian setiap tahunnya. Aborsi  disahkan di Inggris dan

Wales pada tahun 1967, dan hukum jika  dua dokter setuju bahwa alasan

wanita untuk mencari 

aborsi memenuhi persyaratan UU Aborsi. Hukum persyaratan dari Undang-

undang tidak mengizinkan perawat untuk mengotorisasi  aborsi, tapi Royal

College of Nursing (RCN)  mengakui bahwa pembangunan inovatif menyusui 

berarti bahwa peran perawat sekarang merencanakan, memimpin  dan

Page 13: Euthanasia (2)

mengelola proporsi yang signifikan perawatan untuk wanita  mencari dan /

atau mengalami aborsi (RCN, 2008).  Sebagai hasil dari perubahan dalam

praktik dan maju  peran perawat dalam menyediakan pelayanan aborsi,

perawat  berada dalam posisi yang ideal untuk membentuk cara aborsi 

layanan yang disediakan di masa depan (RCN, 2008), dan  memastikan

bahwa wanita merasa didukung daripada dipermalukan  ketika menghadapi

kehamilan yang tidak diinginkan. Contoh  peran yang perawat bisa

memainkan meliputi: Penilaian pra-aborsi. Menghadapi kehamilan yang tidak

diinginkan  cenderung menjadi sangat menegangkan waktu bagi seorang

wanita. Karena  dari sifat sensitif konsultasi awal, itu adalah  ide yang bagus

untuk melihat wanita sendiri, sehingga ia dapat  memberikan jawaban yang

akurat dan mengungkapkan perasaan-perasaannya tanpa  merasa dihambat

oleh pasangan atau orangtua  Pra-dan pasca-aborsi konseling. Sangat

penting untuk  memberi wanita kesempatan untuk mempertimbangkan 

pilihan dalam sebuah rahasia dan tidak menghakimi  lingkungan. Sistem

seharusnya berada di tempat untuk merujuk  perempuan untuk kehamilan

spesialis konseling, ketika  ini diperlukan. Tetapi kita juga harus mengenali

perempuan  hak otonomi dalam pengambilan keputusan mereka. 

C. CONFIDENTIALITYYang dimaksud confidentiality adalah menjaga privasi atau rahasia klien, segala sesuatu mengenai klien boleh diketahui jika digunakan untuk pengobatan klien atau mendapat izin dari klien. Sebagai perawat kita hendaknya menjaga rahasia pasien itu tanpa memberitahukanya kepada orang lain maupun perawat lain.

Page 14: Euthanasia (2)

Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait isu ini yang secara fundamental mesti dilakuakan dalam merawat pasien adalah:

a. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga

b. Individu yang menyalahgunakan kerahsiaan, keamanan, peraturan dan informasi dapat dikenakan hukuman/ legal aspek

D. INFORMED CONSENTTujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan. Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien.

Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral dan etik yang kuat. Menurut American College of Physicians’ Ethics Manual, pasien harus mendapat informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum mengambil keputusan. Berbeda dengan teori terdahulu yang memandang tidak adanya informed consent menurut hukum penganiayaan, kini hal ini dianggap sebagai kelalaian. Informasi yang diberikan harus lengkap, tidak hanya berupa jawaban atas pertanyaan pasien.

Saat untuk memberi informasi

Setelah hubungan dokter pasien terbentuk, dokter memiliki kewajiban untuk memberitahukan pasien mengenai kondisinya; diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, terapi, risiko, alternatif, prognosis dan harapan. Dokter seharusnya tidak mengurangi materi informasi atau memaksa pasien untuk segera memberi keputusan. Informasi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.Add content to your paragraph here.Elemen-elemen Informed consent

Suatu informed consent harus meliputi :

Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai tindakan, terapi dan penyakitnya

Page 15: Euthanasia (2)

Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan seberapa besar kemungkinan keberhasilannyaPasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan akibat apabila penyakit tidak diobatiPasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau menolak terapi

Risiko yang harus disampaikan meliputi efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat atau tindakan pemeriksaan dan operasi yang dilakukan.

Ruang Lingkup Pemberian Informasi

Ruang lingkup dan materi informasi yang diberikan tergantung pada pengetahuan medis pasien saat itu. Jika memungkinkan, pasien juga diberitahu mengenai tanggung jawab orang lain yang berperan serta dalam pengobatan pasien.

Di Florida dinyatakan bahwa setiap orang dewasa yang kompeten memiliki hak dasar menentukan tindakan medis atas dirinya termasuk pelaksanaan dan penghentian pengobatan yang bersifat memperpanjang nyawa. Beberapa pengadilan membolehkan dokter untuk tidak memberitahukan diagnosis pada beberapa keadaan. Dalam mempertimbangkan perlu tidaknya mengungkapkan diagnosis penyakit yang berat, faktor emosional pasien harus dipertimbangkan terutama kemungkinan bahwa pengungkapan tersebut dapat mengancam kemungkinan pulihnya pasien.Pasien memiliki hak atas informasi tentang kecurigaan dokter akan adanya penyakit tertentu walaupun hasil pemeriksaan yang telah dilakukan inkonklusif.

Hal-Hal Yang Diinformasikan

- Hasil PemeriksaanPasien memiliki hak untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Misalnya perubahan keganasan pada hasil Pap smear. Apabila infomasi sudah diberikan, maka keputusan selanjutnya berada di tangan pasien.

- Risiko Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertai upaya antisipasi yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut. Reaksi alergi idiosinkratik dan kematian yang tak terduga akibat pengobatan selama ini jarang diungkapkan dokter. Sebagian kalangan berpendapat bahwa kemungkinan tersebut juga harus diberitahu pada pasien. Jika seorang dokter mengetahui bahwa tindakan pengobatannya berisiko dan terdapat alternatif pengobatan lain yang lebih aman, ia harus memberitahukannya

Page 16: Euthanasia (2)

pada pasien. Jika seorang dokter tidak yakin pada kemampuannya untuk melakukan suatu prosedur terapi dan terdapat dokter lain yang dapat melakukannya, ia wajib memberitahukan pada pasien.

- AlternatifDokter harus mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses diagnosis dan terapi. Ia harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat, kerugian dan bahaya yang ditimbulkan dari beberapa pilihan tersebut. Sebagai contoh adalah terapi hipertiroidisme. Terdapat tiga pilihan terapi yaitu obat, iodium radioaktif, dan subtotal tiroidektomi. Dokter harus menjelaskan prosedur, keberhasilan dan kerugian serta komplikasi yang mungkin timbul.

- Rujukan/ konsultasiDokter berkewajiban melakukan rujukan apabila ia menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan terapi pada pasien-pasien tertentu. Pengadilan menyatakan bahwa dokter harus merujuk saat ia merasa tidak mampu melaksanakan terapi karena keterbatasan kemampuannya dan ia mengetahui adanya dokter lain yang dapat menangani pasien tersebut lebih baik darinya.

- PrognosisPasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele, ketidaknyamanan, biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk tidak mendapat pengobatan atau tidak mendapat tindakan apapun. Pasien juga berhak mengetahui apa yang diharapkan dari dan apa yang terjadi dengan mereka. Semua ini berdasarkan atas kejadian-kejadian beralasan yang dapat diduga oleh dokter. Kejadian yang jarang atau tidak biasa bukan merupakan bagian dari informed consent. 

Siapa yang mengungkapkan ? 

Siapa yang bertanggungjawab untuk mendapatkan informed consent pasien - pengadilan umumnya telah menempatkan tugas ini pada dokter yang didatangi pasien pada waktu ada pertanyaan. Pengadilan umumnya mengenali bahwa dokter, bukan perawat atau paramedis lainnya, berkemampuan untuk mendiskusikan tatalaksana dan penanganannya. Perawat atau paramedis lainnya mungkin hanya penambah atau pelengkap informasi spesifik dari dokter dengan informasi umum tergantung situasi pasien. Dokter, selain dari dokter pertama pasien, memiliki kewajiban yang independen untuk memberi informasi mengenai risiko, keuntungan, dan alternatif pilihan yang ditujukan padanya.

Pengadilan sangat jelas dalam opini tertulisnya bahwa tanggung jawab untuk memperoleh informed consent dari pasien tetap dengan dokter dan tidak dapat didelegasikan. Dokter dapat mendelegasikan otoritasnya (wewenangnya) untuk memperoleh informed consent kepada dokter lain

Page 17: Euthanasia (2)

namun tidak dapat mendelegasikan tanggung-jawabnya untuk mendapatkan informed consent yang tepat. contoh informed consent:

sumber:- http://id.wikipedia.org/wiki/Euthanasia- searching by ebscohost- searching by google