Etiologi,Patogenesis,Diagnosa Dan Penatalaksanaan
description
Transcript of Etiologi,Patogenesis,Diagnosa Dan Penatalaksanaan
Etiologi dan Patogenesis
Dasar patogenesis dari tumor adalah suatu proses yang dinamakan karsinogenesis
(Mitchel, 2007). Karsinogenesis terkait dalam proses-proses yang meliputi :1,2,6
a. Menghasilkan sendiri sinyal pertumbuhan
b. Insensivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan
c. Menghindari apoptosis
d. Potensi replikasi tanpa batas
e. Angiogenesis berkelanjutan
f. Kemampuan menginvasi dan beranak sebar
Suatu pertumbuhan yang tak terkontrol dari organ mammae dipengaruhi oleh faktor
genetik dan hormonal. Berbagai faktor yang dapat mencetuskan suatu pertumbuhan yang
berlebihan bahkan yang ganas dari organ mammae adalah:3,4,6
Herediter
Ditemukan 13% tumor mammae terjadi secara herediter pada garis pertama
keturunan, hanya sekitar 1 % yang diakibatkan oleh multifaktor dan mutasi germline.
Sekitar 23 % kanker mammae terjadi secara familial (atau 3% dari seluruh
kanker mammae) hal ini diakibatkan dengan BRCA1 dan BRCA2 probabilitas
terjadinya kanker yang berhubungan dengan mutasi gen ini meningkat jika terjadi
pada garis pertama keturunan. Secara herediter, penyebab terjadinya mutasi
multifaktorial dan pada umumnya antara faktor ini saling mempengaruhi. Perubahan
terjadi pada salah satu dari gen dan sekian banyak gen yang dapat mencetuskan suatu
transformasi maligna didukung oleh faktor lain.
Pada kanker mammae ditemukan dua gen yang bertanggung jawab pada dua
pertiga kasus kanker mammae familial atau 5 % secara keseluruhan, yaitu gen
BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17 (17q21) dan gen BRCA2 yang berlokasi
pada kromosom 13q-12-13. Adanya mutasi dan delesi BRCA1 yang bersifat
herediter pada 85 % menyebabkan terjadinya peningkatan resiko untuk terkena
mammae 10 % secara nonherediter dan kanker ovarium. Mutasi dari BRCA1
menunjukkan perubahan ke arah karsinoma tipe medular, cenderung ‘high grade’,
mitotik sangat aktif, pola pertumbuhan dan mempunyai prognosis yang buruk. Gen
BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q melibatkan 70 % untuk terjadinya
kanker mammae secara herediter dan bukan merupakan mutasi sekunder dari
BRCA1. Seperti halnya BRCA1, BRCA2 juga dapat menyebabkan terjadinya kanker
ovarium dan pada pria dapat meningkat resiko terjadinya pada kanker mammae
(Tapia, 2007).
Mutasi Sporadik
Secara mayoritas keadaan mutasi sporadik berhubungan dengan paparan
hormon, jenis kelamin, usia menarche dan menopause, usia reproduktif, riwayat
menyusui dan estrogen eksogen. Keadaan kanker seperti yang dijumpai pada wanita
postmenopause dan overekspresi estrogen reseptor. Estrogen sendiri mempunyai dua
kemampuan untuk berkembang menjadi kanker mammae. Metabolit estrogen pada
penyebab mutasi atau menyebabkan perusakan DNA-radikal bebas. Melalui aktivitas
hormonal, estrogen dapat menyebabkan proliferasi lesi premaligna menjadi suatu
maligna. Sifat bergantung hormon ini berkaitan dengan adanya estrogen,
progesterone dan reseptor hormon steroid lain ini di sel mammae. Pada neoplasma
yang memiliki reseptor ini terapi hormon (antiestrogen) dapat memperlambat
pertumbuhannya dan menyebabkan regresi tumor.
Mutasi Germline
Faktor genetik ditunjukkan dengan kecendrungan familial yang kuat. Tidak
adanya pola pewarisan menunjukkan bahwa insiden familial dapat disebabkan oleh
kerja banyak gen atau oleh faktor lingkungan serupa yang bekerja pada anggota
keluarga yang sama. Pada penderita sindroma Li-Fraumeni terjadi mutasi dari tumor
suppressor gen p53. Keadaan ini dapat menyebabkan keganasan pada otak dan
kelenjer adrenal pada anak-anak dan kanker mammae pada orang dewasa.
Ditemukan sekitar 1 % mutasi p53 pada penderita kanker mammae yang dideteksi
pada usia sebelum 40 tahun.
HER2/neu
HER2/neu (c-erbB-2) merupakan suatu onkogen yang meng-encode glikoprotein
transmembran melalui aktivitas tirosin kinase, yaitu p185. Overekspresi HER2/neu
dapat dideteksi melalui pemeriksaaan imunohistokimia, FISH (‘Fluorencence In Situ
Hybridization’) dan CISH (‘Chromogenic In Situ Hybridization’). Suatu kromosom
penanda (1q+) telah dilaporkan dan peningkatan ekspresi onkogen HER2/neu telah
dideteksi pada beberapa kasus. Adanya onkogen HER2/neu yang mengalami
amplikasi pada sel-sel mammae berhubungan dengan prognosis yang buruk (Moriki,
2006).
Hormon
Hubungan antara resiko kanker payudara dan menarche, menopause dan umur
kehamilan pertama kali menunjukkan bahwa hormon diduga mempunyai peranan
terhadap timbulnya kanker payudara. Tetapi lebih berperan sebagai promoter
dibandingkan sebagai inisiator.
Aktifitas esterogen tampak penting, dengan pemberian esterogen dan kekurangan
progesterone merupakan faktortang bermakna. Menarche awal dan mundurnya
menopause akan menyebabkan banyaknya jumlah siklus haid dan penutupan
esterogen yang berulang ulang mempunyai efek rangsangan terhadap epiter
mammae. Pengaruh yang menguntungkan dari kehamilan aterm yang pertama kali
mungkin diakibatkan kadar progesterone yang meningkat atau prolactin yang
melindungi epitel mammae terhadap pengaruh esterogen yang kurun waktu lama.
Resiko berhubungan dengan obesitas berhubungan dengan kemampuan sel lemak
mensintesis esterogen atau perubahan kadar hormone sex pengikat protein
Virus
Diduga menyebabkan kanker mammae. Faktor susu Bittner adalah suatu virus
yang menyebabkan kanker mammae pada tikus yang ditularkan melalui air susu.
Antigen yang serupa dengan yang terdapat pada virus tumor mammae tikus telah
ditemukan pada beberapa kasus kanker mammae pada manusia tetapi maknanya
tidak jelas (Rubin, 2003).
1. Bagian bedah staf pengajar fakultas kedokteran Indonesia, Kumpulan kuliah ilmu
bedah. Jakarta : Bina Rupa Aksara hal.342-344
2. Robbins, Kumar, etc.2007.Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume II.Jakarta : EGC
hal.782-783
3. Tapia C., Savic S., Wagner. 2007. Her2 Gene Status in Primary Breast Cancer and
Matched Distant Metastasis. Breast Cancer Research.
4. Rubin, et all. 2003. Pathology Volume II. 3rd edition. North America: Lippincott
Williams & Wilkins
5. Robbins, Kumar, etc.2007.Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume II.Jakarta : EGC
hal.782-783
6. Brunicardi, Charles et al. 2004. Schwartz's Principles of Surgery. 8th Edition:
Chapter 37. McGraw-Hill Professional.
Klasifikasi Tumor Payudara
Berdasarkan gambaran histologisnya, WHO tahun 2003 membagi tumor pada mammae
menjadi:1
Prosedur Diagnostik
A. Pemeriksaan Klinis3,5
1. Anamnesis :
a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya.
Benjolan
Kecepatan tumbuh
Rasa sakit
Nipple discharge
Nipple retraksi dan sejak kapan
Krusta pada areola
Kelainan kulit: dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi
Perubahan warna kulit
Benjolan ketiak
Edema lengan
b. Keluhan ditempat lain berhubungan dengan metastasis, al :
Nyeri tulang (vertebra, femur)
Rasa penuh di ulu hati
Batuk
Sesak
Sakit kepala hebat, dll
c. Faktor-faktor risiko
Usia penderita
Usia melahirkan anak pertama
Punya anak atau tidak
Riwayat menyusukan
Riwayat menstruasi
menstruasi pertama pada usia berapa
keteraturan siklus menstruasi
menopause pada usia berapa
Riwayat pemakaian obat hormonal
Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau kanker lain.
Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor ginekologik
Riwayat radiasi dinding dada
2. Pemeriksaan fisik
a. Status generalis, cantumkan performance status.
b. Status lokalis :
- Payudara kanan dan kiri harus diperiksa.
- Masa tumor :
lokasi
ukuran
konsistensi
permukaan
bentuk dan batas tumor
jumlah tumor
terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit, m.pektoralis
dan dinding dada
- perubahan kulit :
kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit
peau d’orange, ulserasi
- nipple :
tertarik
erosi
krusta
discharge
- status kelenjar getah bening.
KGB aksila : Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu
sama lain atau jaringan sekitar
KGB infra klavikula : idem
KGB supra klavikula : idem
- pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis :
Lokasi organ (paru, tulang, hepar, otak)
B. Pemeriksaan Radiodiagnostik / Imaging :1,3,5
1. Diharuskan (recommended)
USG payudara dan Mamografi untuk tumor ≤ 3 cm.
Foto Toraks.
USG Abdomen (hepar).
2. Optional (atas indikasi)
Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi + atau klinis sangat
mencurigai pada lesi > 5 cm).
CT scan
C. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy - sitologi
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas
Catatan : belum merupakan Gold Standard. Bila mampu, dianjurkan untuk diperiksa TRIPLE
DIAGNOSTIC
D. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic).
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau parafin.
Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui :
Core Biopsy.
Biopsi Eksisional untuk tumor ukuran <3 cm.
Biopsi Insisional untuk tumor :
o operable ukuran >3 cm sebelum operasi definitif
o inoperable
Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB
Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, c-erb B-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p53.
(situasional)
E. Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis
Stagging2,3
Tumor Primer (T)
Tx Tumor pimer tidak dinilai
Tis Carcinoma in situ (LCIS atau DCIS) atau paget’s disease pada puting tanpa
tumor
T1 Tumor ≤2 cm
T1a Tumor ≥0.1 cm, ≤0.5 cm
T1b Tumor >0.5 cm, ≤1 cm
T1c Tumor >1 cm, ≤2 cm
T2 Tumor >2 cm, ≤5 cm
T3 Tumor >5 cm
T4 Tumor dalam berbagai ukuran dengan perluasan sampai ke dinding dada atau
kulit
T4a Tumor meluas sampai dinding dada (termasuk m. pectoralis)
T4b Tumor meluas ke kulit dengan ulserasi, edema dan nodul satelit
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Karsinoma inflammatory
Pembuluh Limfe/Node (N)
N0 Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, tidak diteliti lebih jauh
N0 (i-) Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, IHC (-)
N0 (i+) Keterlibatan kel.limfe mencakup <0.2 mm
N0
(mol-)
Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (-)
N0
(mol+)
Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (+)
N1 Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari biopsy
N1(mic) Micrometastasis (>0.2 mm, none >2.0 mm)
N1a Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3
N1b Metastasis ke kel.limfe int. mammary dengan biopsy sentinel
N1c Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary dengan biopsy
N2 Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 atau int. mammary disertai klinik (+) tanpa
metastasis ke axilla
N2a Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 paling tidak 1 >2.0 mm
N2b Int. mammary klinik nampak, kel.limfe axilla (-)
N3 Metastasis ke ≥10 kel.limfe axilla atau kombinasi metastasis kel.limfe axilla dan
int. mammary metastasis
N3a ≥10 kel.limfe axilla (>2.0 mm), atau kel.limfe infraclavicular
N3b Klinik int. mammary (+) ≥1 kel.limfe (+) atau >3 kel.limfe axilla (+) dengan int.
mammary (+) dari biopsy
N3c Metastasis ke ipsilateral supraclavicular nodes (IAN)
M (Metastasis)
M0 Tidak terdapat metastasi jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Diagnosis1,3,5
Dalam 33% kasus kanker mammae, wanita biasanya mengeluhkan benjolan di
mammaenya. Tanda-tanda klinis lain yang sering ditemukan pada gejala kanker mammae
meliputi :
(1) pembesaran mammae atau asimetri
(2) perubahan putting
(3) ulserasi atau eritema pada kulit mammae,
(4) massa (benjolan) di aksila
(5)dan ketidaknyamanan pada tulang dan sendi (musculoskeletal).
Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic).
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau parafin.
Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui :
• Core Biopsy.
• Biopsi Eksisional untuk tumor ukuran <3 cm.
• Biopsi Insisional untuk tumor :
operable ukuran >3 cm sebelum operasi definitif
inoperable
o Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB
Screening
Metoda :
SADARI (Pemeriksaan Mammae Sendiri)
Dilaksanakan pada wanita mulai usia subur, setiap 1 minggu setelah hari pertama
menstruasi terakhir
Pemeriksaan Fisik
Mamografi
- Pada wanita diatas 35 tahun – 50 tahun : setiap 2 tahun
- Pada wanita diatas 50 tahun : setiap 1 tahun.
Penatalaksanaan6
Modalitas terapi:
Operasi
Radiasi
Kemoterapi
Hormonal terapi
Molecular targeting therapy (biology therapy)
Operasi :
Jenis operasi untuk terapi
BCS (Breast Conserving Surgery)
Simpel mastektomi
Radikal mastektomi modifikasi
Radikal mastektomi
Radiasi :
primer
adjuvan
paliatif
Kemoterapi :
Harus kombinasi
Kombinasi yang dipakai
CMF
CAF, CEF
Taxane + Doxorubicin
Capecetabin
Hormonal :
Ablative : bilateral ovarektomi
Additive : Tamoxifen
Optional :
Aromatase inhibitor
GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) , dsb
1. [WHO] World Health Organization. 2011. Cancer. http://www.who.int/cancer/en/
2. American Cancer Society (ACS), 2009. Breast Cancer Facts & Figures 2009 2010.
Atlanta:American Cancer Society, Inc. Available from :
http://www.cancer.org/downloads/STT/F861009_final%209-08-09.pdf
3. Brunicardi, Charles et al. 2004. Schwartz's Principles of Surgery. 8th Edition: Chapter 37.
McGraw-Hill Professional.
4. Robbins, Kumar, etc.2007.Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume II.Jakarta : EGC hal.782-783
5. Bagian bedah staf pengajar fakultas kedokteran Indonesia, Kumpulan kuliah ilmu bedah.
Jakarta : Bina Rupa Aksara hal.342-344
6. Protokol Penatalaksanaan Kanker Mammae, PERABOI, 2003