Etiologi Osteoporosis

16
OSTEOPOROSIS ETIOLOGI : Osteoporosis dan osteopenia (berkurangnya massa tulang) terjadi jika laju resorpsi tulang lebih cepat dibandingkan laju pembentukan tulang. Laju pembaharuan jaringan tulang menurun seiring pertambahan usia sehingga terjadi ketidakseimbangan , tetapi osteoporosis tidak hanya menyerang lansia. Factor tambahan yang mempengaruhi laju pembentukan dan resorpsi tulang sepanjang daur hidup manusia menyebabkan osteoporosis primer dan skunder. Osteoporosis skunder merupakan suatu keadaan ketika terdapat penyakit atau konsumsi obat, khususnya kortikosteroid, yang turut menyebabkan terjadinya osteoporosis dan osteopenia. Sebagian besar pasien pria mengalami osteoporosis setelah mengalami penyakit yang menjadi predisposisi osteoporosis,terutama riwayat hipogonadisme.() Penyebab primer dari osteoporosis adalah defisiensi estrogen dan perubahan yang berhubungan dengan penuaan, sedangkan penyebab sekundernya terhadap beberapa prediposisi, yaitu sebagai berikut. 1. Sejarah keluarga. Sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini, pada keluarga yang mempunyai sejarah osteoporosis, anak-anak yang dilahirkan cenderung akan mempunyai penyakit yang sama.

description

Keperawatan muskuloskeletal

Transcript of Etiologi Osteoporosis

Page 1: Etiologi Osteoporosis

OSTEOPOROSIS

ETIOLOGI :

Osteoporosis dan osteopenia (berkurangnya massa tulang) terjadi jika laju resorpsi tulang

lebih cepat dibandingkan laju pembentukan tulang. Laju pembaharuan jaringan tulang menurun

seiring pertambahan usia sehingga terjadi ketidakseimbangan , tetapi osteoporosis tidak hanya

menyerang lansia. Factor tambahan yang mempengaruhi laju pembentukan dan resorpsi tulang

sepanjang daur hidup manusia menyebabkan osteoporosis primer dan skunder.

Osteoporosis skunder merupakan suatu keadaan ketika terdapat penyakit atau konsumsi obat,

khususnya kortikosteroid, yang turut menyebabkan terjadinya osteoporosis dan osteopenia.

Sebagian besar pasien pria mengalami osteoporosis setelah mengalami penyakit yang menjadi

predisposisi osteoporosis,terutama riwayat hipogonadisme.()

Penyebab primer dari osteoporosis adalah defisiensi estrogen dan perubahan yang

berhubungan dengan penuaan, sedangkan penyebab sekundernya terhadap beberapa prediposisi,

yaitu sebagai berikut.

1. Sejarah keluarga. Sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini, pada keluarga yang

mempunyai sejarah osteoporosis, anak-anak yang dilahirkan cenderung akan mempunyai

penyakit yang sama.

2. Gangguan endokrin, meliputi : hiperparatiroidism, hypogonadism, hipertiroidism,

diabetes mellitus, penyakit chusing, prolaktinoma, akromegali, insufisiensi adrenal

3. Gangguan nutrisi dan gastrointestinal. Meliputi : penyakit inflamasi usus besar

(inflammatory bowel disease), celiac disease, malnutrisi,riwayat pembedahan gastric

bypass, penyakit hari kronis, anoreksia nervosa, vitamin D atau kalsium defisiensi

4. Penyakit ginjal meliputi : gagal ginjal kronik (GGK) dan idiopatik hiperkalsiuri.

5. Penyakit rematik, meliputi : rheumatoid artritis, ankylosing spondylitis, lupus erimatus

sistemik.

6. Gangguan hematologi, meliputi : multiple myeloma, talasemia, leukemia, limfoma,

hemophilia, sickle cell disease, dan mastositosis sistemik

Page 2: Etiologi Osteoporosis

MANIFESTASI KLINIS

Kapadatan tulang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis),

sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala pada beberapa penderita. Jika

kepadatan tulang sangat sangat berkurang yang menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur,

maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Tulang-tulang yang terutama terpengaruh

pada osteoporosis adalah radius distal, korpus vertebra terutama mengenai T8-L4, dan kollum

femoralis.

Kolap tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang

rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cidera ringan. Biasanya nyeri timbul

secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang bertambah nyeri jika

penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya

rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.

Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari

tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan terjadinya ketegangan otot dan rasa sakit.

Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau

jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Selain itu, yang

juga sering terjadi adalah patak tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan

pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Pada penderita osteoporosis, patah tulang

cenderung mengalami penyembuhan secara perlahan.

1. Julia D Kneale, Peter S Davis, Mary powell.2011.Keperawatan ortopedik dan trauma,

Ed.2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

2. Lukman, Ningsih., Nurna.2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan

Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Page 3: Etiologi Osteoporosis

Pecegahan dan Penanganan

Strategi pencegahan osteoporosis juga digunakan untuk menurunkan resiko terjadinya fraktur

pada pasien osteoporosis. Manfaat menangani pasien yang beresiko tinggi lebih besar

dibandingkan menangani pasien yang beresiko rendah. Hal ini terjadi karena indicator risiko

fraktur dan osteoporosis yang dimiliki pasien beresiko rendah lebih sedikit

1. Perubahan gaya hidup

Berbagai perubahn gaya hidup dapat mencegah pemburukan osteoporosis dan menurunkan

risiko terjadinya fraktur. Perubahan yng mungkin terjadi harus didiskusikan dengan pasien.

Karena perubahan gaya hidup sulit dilakukan, tingkat motivasi internal untuk menerima dan

bertindak sesuai perubahan harus ditimbulkan. Dukungan kontinu dari tim layanan kesehatan

dan keluarga pasien sangat penting. Perubahan gaya hidup ameliputi:

a. Mengurangi dan berhenti merokok

b. Mengurangi atau berhenti minum alcohol

c. Meningkatkan latihan menopang berat

d. Meningkatkan asupan kalsium dan vitamin D

e. Mengatur lingkungan rumah untuk menurunkan resiko jatuh

2. Latihan fisik

Tujuan intervensi non farmakologi untuk osteoporosis adalah mencegah, menangani, atau

mengurangi akibat osteoporosis (Lips&OOMs,2000). Latihan fisik berperan penting

dalam mencegh dan menangani osteoporosis serta mencegah fraktur (Hertel&Trahiotis,

2001). Selain mempengaruhi proses penyakit, latihan fisik juga meningkatkan kesehatan

umum pasien, kesejahteraan dan kualitas hidup, sserta mempertahankan kemandirian

(Sharkey et al, 2000).

Gaya hidup aktif dapat dilakukan oleh berbagai kelomok usia karena program latihan

fisik yang tepat dapat meningkatkan masa tulang remaja dan individu dewasa. Penelitian

menunjukkan bahwa latihan fisik yang sedang dapat membantu melawan osteoporosis,

sedangkan latihan fisik yang terlalu ringan dan berlebih dapat mempercepat laju

hilangnya masa tulang (O’Brien, 2001)

Penting bagi pasien, sebelum memulai atau meningkatkan latihan fisik, untuk

memastikan bahwa mereka melakukan langkah yang tepat sesuai kemampuan dan usia

Page 4: Etiologi Osteoporosis

individu (NOS, 2003b). latihan fisik pada lansia ditekankan untuk meningkatkan

kekuatan dan keseimbangan otot sehingga dapat menurunkan resiko jatuh (Lips &

Ooms, 2000). NOS (2003b) menganjurkan pedoman dasar berikut untuk latihan fisik

yang tepat (Kotak 19.3), yang dapat diterapkan untuk semua usia.

Pasien secara bertahap menyesuaikan diri dengan latihan fisik yang baru

Kekuatan otot cenderung terjadi pada awal latihan fisik, tetapi yang kontinu

menunjukkan adanya cedera overuse. Jika hal ini terjadi, individu harus

menghentikan latihan fisik hingga cedera pulih.

Latihan fisik harus dilakukan secara teratur agar bermanfaat.

Latihan fisik secara teratur harus menjadi gaya hidup. Jika dihentikan, semua

manfaat yang diperoleh akan sia-sia.

Latihan fisik berlebihan dapat dilakukan meskipun latihan yang sangat intensif

beresiko menyebabkan kerusakan system musculoskeletal. Jika tingkat latiha fisik

menyebabkan penurunan berat badan dan kadar lemak tubuh yang sangat rendah,

wanita akan beresiko mengalami amenorea sehingga meningkatkan resiko

terjadinya osteoporosis

Latihan fisik, seperti berenang dan bersepeda, sangat bermanfaat terutama bagi

system kardiovaskular. Akan tetapi, latihan fisik tersebut tidak menopang berat

sehingga tidak memberi dampak bagi tulang.

Pasien dapat dirujuk ke program latihan fisioterapi jika memungkinkan. Latihan fisioterapi

mencakup prinsip penatalaksanaan nyeri, latihan fisik ketahanan dan stamina yang disesuaikan.

Banyak latihan fisik didemonstrasikan dan di praktikan dalam posisi duduk atau berbaring.

Perhatian khusus ditekankan pada latihan fisik yang dapat dilakukan dirumah. Rangkaian latihan

untuk meningkatkan kebugaran kardiovaskular dan latihan keseimbangan sangat membantu

karena latihan keseimbangan sangat membantu karena latihan tersebut secara umum

menyertakan latihan menopang berat dan menurunkan resiko jatuh jika dilakukan dalam jangka

panjang (Lewis, 2002). Penggunaan hidroterapi memfasilitasi pergerakan otot dan sendi dengan

melakukan latihan ringan. Akan tetapi, hidroterapi hanya memberi sedikit manfaat bagi struktur

tulang, kecuali terdapat aktivitas resistensi.

3. DIET

Page 5: Etiologi Osteoporosis

Diet yang beragam dan seimbang sangat penting untuk kesehatan musculoskeletal. Rata-rata

tubuh manusia mengandung lebih dari 1 kg kalsium, yang 99% diantaranya disimpan di dalam

tulang. Pria dan wanita membutuhkan asupan diet kalsium dan vitamin D yang adekuat

sepanjang usia untuk mempertahankan kadar kalsium dan vitamin D serta kesehatan tulang yang

optimum.

Suplemen sangat bermanfaat jika asupan diet tidak adekuat, terutama bagi lansia untuk

menurunkan resiko terjadinya fraktur pinggul. Suplemen kalsium diyakini berperan penting

dalam pencegahan dan penanganan osteoporosis pasca menopause; selain itu, pengaruh

suplemen kalsium terhadap massa tulang telah dibuktikan melalui penelitian (Reid, 1996).

Vitamin D dibutuhkan untuk absorbs kalsium. Defisiensi vitamin D banyak dialami oleh lansia

karena mereka jarang terpajan sinar matahari atau mengalami masalah malabsorpsi akibat

penyakit pencernaan (Reid, 1998). Kalsitriol, yaitu bentuk aktif vitamin D yang meningkatkan

absorpsi kalsium dari saluran cerna, dapat dianjurkan sebagai suplemen bagi wanita lansia dan

pascamenopause yang memiliki riwayat osteoporosis vertebra.

Metaanalisis yang dilakukan oleh Homik et al (2003) mengenai pengaruh kalsium dan vitamin D

terhadap osteoporosis yang disebabkan kortikosteroid membuktikan bahwa kedua suplemen

tersebut memiliki efek pencegahan yang penting terhadap kehilangan densitas tulang di spina

lumbal dan lengan bawah. Peneliti menganjurkan agar semua pasien yang menjalani terapi

koetikosteroid sebaiknya mengonsumsi kalsium dan vitamin D karena kadar toksisitas yang

dimiliki kedua suplemen tersebut relative rendah dan haega murah.

4. PENGOBATAN

Kebanyakan obat yang diberikan untuk meredakan gejala yang dialami pasien dan menurunkan

resiko terjadinya fraktur bekerja dengan cara mengurangi resorpsi tulang osteoklas. Secara

umum, menangani pasien yang beresiko tinggi mengalami fraktur pinggul terbukti hemat biaya

(Royal College of Physicians, 1999). Pengobatan bar uterus dikembangkan, diuji, dan

diperkenalkan secara luas; misalnya, hormone paratiroid diijinkan untuk digunakan di Amerika

Serikat dan Inggris. National Institute for Clinical Excellence (NICE, 2003) pada tahun 2005

mencoba menerbitkan pedoman mengenai keefektifan biaya pengobatan, yang meliputi

Page 6: Etiologi Osteoporosis

bifosfonat dan hormone paratiroid,untuk pencegahan dan penanganan osteoporosis serta

pencegahan fraktur pada wanita pascamenopause.

5. BIFOSFONAT

Kelompok obat ini digunakan secara luas dan dapat ditoleransi dengan baik. Bifosfonat

dirancang untuk berkaitan dengan kalsium di dalam tulang. Bifosfonat harus dikonsumsi dalam

keadaan lambung kosong dengan segelas air. Air mineral tidak sesuai untuk dikonsumsi bersama

dengan bifosfonat karena mengandung kalsium tambahan . pasien harus berada dalam posisi

tegak, baik berdiri atau duduk, setelah mengonsumsi bifosfonat; jika tidak, akan terjadi iritasi

esophagus. Bifosfonat tidak sesuai untuk pasien yang memiliki riwayat masalah lambung atau

fungsi ginjal buruk. Ada tiga obat yang diijinkan digunakan untuk penanganan dan pencegahan

osteoporosis di Inggris.

a. Etidronat siklis (Didronel PMO), dosis yang dianjurkan 400 mg selama 14 hari,

diikuti pemberian kalsium karbonat eferfesen 500 mg selama 76 hari. Obat tersebut

harus dikonsumsi pada pertengahan puasa empat jam. Etidronat siklis dianjurkan

untuk wanita pascamenopause guna mencegah pemburukan osteoporosis pada pasien

osteopenia dan untuk pencegahan serta penanganan osteoporosis yang disebabkan

kortikosteroid. Tinjauan Cranney et al (2003a) menunjukkan bahwa etidronat

meningkatkan densitas tulang pada spina lumbal dan kaput femur, menurunkan risiko

fraktur vertebra meskipun tidak ada efek nyata pada fraktur non-vertebra.

b. Alendronat (Fosamax) tersedia dalam bentuk tablet 10 mg yang dikonsumsi sekali

sehariatau 70 mg sekali seminggu. Alendronate secara umum ditolaransi dengan baik

dan efektif untuk spina dan tulang pinggul.

c. Risedronat (Actonel) tersedia dalam bentuk tablet 5 mg yang dikonsumsi sekali

sehari atau preparat 35 mg sekali seminggu, Risedronat dikonsumsi di pagi hari

ketika lambung kosong atau saat pertengahan puasa 4 jam, namun tidak dikonsumsi

30 menit sebelum tidur. Risedronat dianjurkan untuk pasien yang mengalami

pascamenopause yang beresiko tinggi mengalami fraktur, dan untuk wanita

pascamenopause yang mendapat terapi koetikosteroid jangka panjang.

Page 7: Etiologi Osteoporosis

6. Kalsitonin

Kalsitonin merupakan obat yang efektif selama fase akut fraktur vertebra. Kerugian kalsitonin

adalah mahalnya obat dan efek samping berupa mual, muntah, sakit kepala, pusing dan diare.

Cranney et al (2003b) menyatakan bahwa terjadi kehilangan densitas tulang sebesar 14%

dipimnggul setelah penggunaan kortikossteroid selama satu tahun. Tinjauan mereka mengenai

keefektifan kalsitonin dalam mencegah dan menangani osteoporosis yang disebabkan

kortikosetroid belum dapat dipastikan meskipun ditemukan bahwa kalsitonin berperan dalam

memperthankan masa tulang spinal lumbal, tetapi tidak pada kolum femur.

7. Terapi Sulih Hormon

Saat ini, terapi sulih hormone merupakan terapi yang bnayak diberikan kepada wanita selama

atau segera setelah menopause. Terapi sulih hormone diresepkan secara luas untuk penanganan

dan pencegahan osteoporosis, terutama untuk wanita yang menunjukkan gejala menopause dan

beresiko tinggi mengalami osteoporosis, karena dapat memberikan estrogen alami dosis rendah.

Akan tetapi, terapi sulih hormone tidak lagi dianjutrkan untuk pencegahan atau penanganan

osteoporosis dan hanya digunakan untuk mengatasi gejala menopause.

Wanita yang menjalani histeroktomi dapat mengkonsumsi obat estrogen. Wanita yang tidak

menjalani histeroktomi dapat diresepkan obat estrogen dan progesterone karena progesterone

mempuyai efek perlindungan terhadap dinding endometrium sehingga menurunkan resiko

karsinoma endometrium. Periode terapi yang dianjurkan adalah minimal 5tahun. Terapi selama

10 tahun atau lebih akan memebri perlindungan tambahan, tetapi hal ini bergantung pada

keputusan wanita untuk menentukan lama terapi.

8. Modulator Reseptor Estrogen Selektif

Obat ini dirancang agar menyerupai efek estrogen terhadap tulang sehingga memperthankan

densitas tulang dan menurunkan risiko fraktur (NOS, 2003a) dengan berikatan pada reseptor

estrogren yang terdapat pada jaringan payudara, system reproduksi, hati, otak, dan tulang .

Page 8: Etiologi Osteoporosis

raloksifen (Evista) menghambat resorpsi tulang dan diketahui efektif dalam mencegah

kehilangan densitas tulang pascamenopause serta secara signifikan mengurasni insiden

terjadinya fraktur vertebra meskipun memiliki efek sedikit terhadap insiden fraktur pinggul dan

pergelangan tangan (Keen, 2000).

9. Terapi Testoseron

Terapi ini dianjurkan pada pria yang diketahui mempunyai kadar testoseron rendah untuk

membantu mempertahankan kadar destinasi tulanng (NOS, 2003a). Terapi testoseron sebaiknya

diberikan melalui injeksi setiap 2 minggu untuk memastikan control kadar serum yang akurat

walaupun preparat dalam bentuk plester biasanya lebih memberikan kenyamanan bagi pasien.

10. Jatuh

Sebagian besar fraktur yang terkait osteoporosis terjadi karena jatuh. Lansia berisiko sangat

tinggi mengalami fraktur. Individu yang berusia 75 tahun lebih dan terjatuh minimal sekali

dalam setahun banyak di antaranya yang memerlukan penanganan di rumah sakit karena cedera

yang dialami.

Lansia yang tinggal di pantai Wreda sangat rentan terjatuh dan banyak diantaranya menjadi

“tukang jatuh”. Pelindung pinggul kini tersedia dan terbukti mengurangi resiko fraktur pinggul

yang terjadi akibat jatuh dengan mendorong energikeluar dari trokanter (Lips&Ooms,

2000).Anjuran mengenai tindakan pencegahan yang sederhana, seperti alas kaki, menyingkirkan

karpet uji penglihatan, mendorong penggunaan lat bantu berjalan, dan memastikan resep

kacamata yang tepat, secara signifikan dapat menurunkan resiko jatuh.

Perawat Spesialis Osteoporosis

Peran perawat yang bekerja dalam bidang osteoporosis bervariasi, bergantung pada focus dan

area tempat mereka bekerja, dilingkungan layanan kesehatan primer atau sekunder. Sebagian

besar peran terdapat dalam layanan kesehatan sekunder dan memerlukan berbagai

penatalaksanaan, penelitian, edukasi, dan ketrampilan praktik klinis. Perawat spesialis yang

Page 9: Etiologi Osteoporosis

menyelesaiakan studi Master diharapkan bekerja secara mandiri dan bertindak inovatif dalam

pendekatan asuhan dan praktik dibidang ini. Sifat peran keperawatan sering kali mmenunjukkan

bahwa perawat senior bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi dan manajemen tim serta

dapat mengontrolm dana yang penting untuk mendukung kerja tim.

Penelitian medis mengenai penyebab, pencegahan, dan penanganan osteoporosis sangat penting

dilakukan. Perawat harus mengetahui peran yang dapat mereka lakukan, yaitu dengan turut serta

dalam aktivitas berbasis penelitian dan tidak menghilangkan atau meremehkan pentingnya

peninjauan dan implementasi praktik penelitian, atau secara aktif terlibat dalam studi penelitian.

Jika perawat turut serta dalam aktivitas tersebut, praktik dapat ditinjau guna memastikan bahwa

praktik didasari oleh penelitian atau bukti lain yang relevan sehingga pemahaman perawat

mengenai kondisi dan pendekatan asuhan yang berfokus pada pasien dapat ditingkatkan.

Perawat memberi informasi dan edukasi dengan beragam cara, yang masing-masing

membutuhkan pendekatan yang berbeda.

- Untuk professional kesehatan dilingkungan akademik dan praktik klinis, terutama praktik

klinis dalam bidang yang berkaitan, misalnyau it gawat darurat, asuhan lansia, forum

akademi keperawatan, reumatologi, dan ginekologi

- Untuk pasien dan pemberi asuhan yang berisiko tinggi mengalami osteoporosis , baik

dilingkungan rumah sakit maupun komunitas.

- Untuk masyrakat melalui kelompok pemerhati, kelompok wanita dan media

- Untuk anak-anak di sekolah dan perkumpulan remaja

Banyak pasien bertindak proaktif dalam penatalaksaan kondisi mereka dan menyambut baik

kesempatan untuk menerikma dukungan dari perawat dan pasien lain, terutama melalui jaringan

dukungan spesialis dan kelompokm pengguna layanan kesehatan. Hal ini memberi forum diskusi

dan memungkinkan pasien berbagi kekhawatiran dan ansietas mereka dalam lingkungan yang

penuh dukungan dan kenyamanan. Dukungan yang dibutuhkan mungkin bervariasi, tetapi secara

umum memungkinkan perawat mempengaruhi kesehatan skeletal individu dan memastikan

bahwa individu memahami kondisi, pilihan penanganan, perunbahan gaya hidup, dan advis

praktis. Kesempatan edukasi dapat diberikan kepada semua kelompok usia, mialnya:

Page 10: Etiologi Osteoporosis

- Anak-anak: advis diet dan latihan fisik, terutama untuk meningktakan pengetahuan

mengenai maknan kaya kalsium

- Remaja: advis yang berkaitan dengan diet, latihan fisik, merokok, alcohol, dan factor

risiko spesifik, seperti anoreksia.

- Dewasa: advis mengenai cara mempertahankan masa tulang puncak, advis gagasan, advis

diet selama kehamilan ,pengenalan factor risiko, dan advis pra- dan pasca menopause

- Lansia: advis mengenai makanan, latihan fisik, dan pengenalan factor risiko, terutama

factor risiko jatuh dan fraktur.

Pada semua masalah kronis atau jantgka panjang, hubungan antara perawat pasien sangat

penting. Hal ini dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya klinik yang dipimpin

perawat dan fasilitas kontak langsung untuk pasien dan pemberi asuhan, klinik yang

dipimpin perawat memberi layanan yang mendukung dan melengkapi klinik medis dengan

memfasilitasi waktu tambahan untuk diskusi mengenai masalah individu yang relevan dan

edukasi pasien. Pasien juga dimotivasi untuk langsung menghubungi perawat di antara waktu

kunjungan ke klinik dengan menggunakan telephone atau email jika mereka memiliki

pertanyaan. Pasien yang mengetahui bahwa mereka dapat langsung menghubungi perawat

akan merasa labih nyaman dan kunjungan klinik tambahan dapat dihindari.