etiologi kelas 3

7

Click here to load reader

Transcript of etiologi kelas 3

Page 1: etiologi kelas 3

BAB 2

MALOKLUSI KLAS III

2.1 Pengertian

Angle pertama kali mempublikasikan klasifikasi maloklusi berdasarkan

hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

apabila tonjol mesio bukal molar pertama permanen atas beroklusi dengan groove

bukal dari molar pertama permanen bawah.5,30 Maloklusi Klas III ditandai dengan

groove bukal molar pertama permanen mandibula berada di sebelah anterior dari

tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila sebagai hubungan yang mesio-

oklusi.15 Jika mandibula sekurang-kurangnya setengah cusp lebih ke depan dalam

hubungannya dengan maksila, maka sudah dapat digolongkan sebagai maloklusi Klas

III Angle.16

Tweed membagi maloklusi Klas III dalam 2 kategori. Pertama, pseudo Klas

III dengan mandibula normal dan maksila yang kurang berkembang. Kedua,

maloklusi Klas III sejati (true Class III) dengan ukuran mandibula yang besar. Cara

untuk membedakan keduanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan pola penutupan

mandibula pada relasi sentrik normal dan habitual. Pada Pseudo Klas III, saat relasi

sentrik diperoleh overjet yang normal atau posisi insisivus yang edge to edge.

Maloklusi pseudo Klas III dapat ditandai dengan terjadinya gigitan terbalik habitual

dari seluruh gigi anterior, tanpa kelainan skeletal, dan dihasilkan dari pergeseran

fungsional mandibula saat menutup. Hal tersebut menjadi kunci dalam diagnosa

untuk membedakan antara pseudo dan true pada maloklusi Klas III.11

Universitas Sumatera Utara

Page 2: etiologi kelas 3

Pada maloklusi Klas III biasanya dijumpai gambaran klinis berupa:7

a. Pasien mempunyai hubungan molar Klas III.

b. Gigi insisivus dalam hubungan edge to edge atau dapat juga terjadi crossbite

anterior.

c. Maksila biasanya sempit dan pendek sementara mandibula lebar, sehingga

dapat terjadi crossbite posterior.

d. Gigi-geligi pada maksila sering berjejal sedangkan gigi-geligi pada

mandibula sering diastema.

e. Profil wajah pasien cekung karena dagu yang lebih menonjol.

f. Pertumbuhan vertikal yang berlebihan akan meningkatkan ruang intermaksiler

sehingga dapat terjadi anterior open bite. Pada beberapa pasien dapat juga terjadi deep

overbite.

g. Pada maloklusi pseudo Klas III ditandai dengan oklusi yang prematur akibat

kebiasaan menempatkan mandibula ke depan.

Gambar 2. Profil wajah, dental dan skeletal pada maloklusi Klas III.35

Universitas Sumatera Utara

Page 3: etiologi kelas 3

2.2 Etiologi

Moyers membagi maloklusi Klas III berdasarkan faktor etiologi, yaitu: skeletal,

dental, dan muskular.3 Beberapa faktor yang berhubungan dengan maloklusi Klas III

akan diuraikan sebagai berikut:

2.2.1 Faktor Dental

Pada maloklusi Klas III, hubungan dentoalveolar tidak menunjukkan kelainan

sagital-skeletal yang jelas. Sudut ANB tidak melebihi ukuran yang normal. Masalah

utama biasanya karena insisivus maksila miring (tipping) ke lingual dan insisivus

mandibula miring ke labial.3 Gigi-geligi mandibula biasanya tidak berjejal karena

umumnya mandibula berukuran lebih besar dari maksila, sehingga gigi-geligi

cenderung tersusun lebih jarang (spacing) dibandingkan dengan gigi-geligi maksila

yang cenderung berjejal.26,31

Pada mandibula dijumpai hubungan insisivus Klas III seperti insisal edge yang

terletak di depan lereng singulum insisivus maksila. Hal tersebut bertentangan dengan

prinsip oklusi yang ideal seperti pada Klas I Angle.26

Overbite sangat bervariasi antara satu kasus dengan kasus yang lain.

Overbite dipengaruhi oleh tinggi ruang intermaksilaris di bagian anterior.

Apabila ruang intermaksilaris anterior besar, maka akan terjadi open bite

anterior. Sebaliknya jika ruang intermaksilaris kecil, maka akan dijumpai

overbite yang dalam.26

Gigitan silang (crossbite) juga sering terjadi pada maloklusi Klas III

khususnya pada segmen bukal. Gigitan silang dapat terjadi baik secara unilateral

maupun bilateral. Gigitan silang unilateral biasanya berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: etiologi kelas 3

pergeseran lateral mandibula untuk mendapat interkuspal maksimal. Gigitan

silang dapat disebabkan karena maksila lebih sempit daripada mandibula atau

karena terdapat hubungan oklusi Klas III. 26

2.2.2 Faktor Skeletal

Berdasarkan dari faktor skeletal, penyebab terjadinya maloklusi Klas III

biasanya karena terdapat pertumbuhan abnormal yang dilihat dari segi ukuran, bentuk

atau karena terdapat prognasi tulang kraniofasial. Apabila bagian tulang wajah

tumbuh tidak normal karena terlambat, terlalu cepat atau karena tidak seimbang,

maka bentuk penyimpangan ini dapat menyebabkan masalah ortodonti. Penyebab lain

dari maloklusi Klas III adalah pertumbuhan mandibula yang berlebihan. Hal ini

tercermin pada kasus prognasi mandibula atau maloklusi Klas III skeletal yang

hingga kini diakui sebagai salah satu kelainan fasial yang paling nyata.4

Pada pasien Klas III skeletal biasanya sudut ANB negatif dengan sudut SNA

yang lebih kecil dari normal. Namun, dapat pula terjadi karena sudut SNB yang

lebih besar dari normal.3 Maloklusi Klas III skeletal jarang disebabkan oleh satu

faktor kelainan saja. Biasanya keadaan tersebut berhubungan dengan kombinasi

beberapa faktor seperti ukuran dan posisi mandibula, maksila, tulang alveolar,

dasar kranial, dan pertumbuhan vertikal yang walaupun masing-masing masih

dalam batas normal, namun dapat bergabung membentuk pola skeletal Klas

III.3,8,25,26

Ada tiga aspek penting bentuk skeletal yang mempengaruhi hubungan oklusi:

a. Hubungan skeletal antero-posterior

Universitas Sumatera Utara

Page 5: etiologi kelas 3

Sebagian besar maloklusi Klas III berhubungan dengan pola skeletal Klas III.

Meskipun demikian, maloklusi Klas III juga dapat berhubungan dengan pola skeletal

Klas I. Pada keadaan tersebut, inklinasi gigi-geligi atau letak dasar skeletal sangat

berpengaruh dalam membentuk malrelasi antero-posterior.26

Penyimpangan skeletal secara antero-posterior umumnya berpengaruh terhadap

hubungan oklusal Klas III dan overjet yang terbalik. Pada beberapa kasus,

penyimpangan skeletal ini berhubungan dengan gigitan yang terbalik pada gigi-geligi

bukal.31 Analisa sefalometri dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antero-

posterior dari maksila dan mandibula.3

c. Lebar relatif dari rahang atas dan bawah

Crossbite unilateral maupun bilateral bisa disebabkan karena ada penyimpangan

pada lebar rahang. Crossbite bilateral biasanya disebabkan oleh sempitnya tulang

basal atau karena terdapat hubungan skeletal Klas III yang simetris dengan lintasan

sentral dari penutupan mandibula. Sedangkan pada crossbite unilateral, ciri asimetris

biasanya berhubungan dengan penyimpangan lateral pada lintasan penutupan

mandibula.31

d. Dimensi vertikal dari wajah

Tinggi wajah bagian bawah dibentuk dari tinggi rahang dan gigi-geligi. Tinggi

wajah juga dipengaruhi oleh sudut gonial mandibula. Sudut gonial yang besar

cenderung menimbulkan wajah yang panjang, sedangkan sudut gonial yang kecil

cenderung menghasilkan wajah yang pendek pada dimensi vertikal. Keadaan ini

tercermin pada hubungan oklusi karena terdapat variasi pada overbite insisal. Wajah

Universitas Sumatera Utara

Page 6: etiologi kelas 3

pendek cenderung memiliki overbite yang dalam, sedangkan wajah yang panjang

cenderung membentuk gigitan terbuka anterior.31

2.2.3 Faktor Muskular

Faktor muskular pada maloklusi Klas III menimbulkan masalah yang

bervariasi, seperti pada bentuk dan fungsi bibir akan sedikit berpengaruh terhadap

oklusi. Kecenderungan bagi insisivus mandibula untuk lebih retroklinasi diduga

karena ada hubungan antara fungsi bibir bawah dengan penyimpangan-

penyimpangan skeletal yang ada.31 Apabila tinggi intermaksilaris anterior besar, maka

fungsi bibir sering kurang sempurna. Pada kasus seperti ini sering terjadi openbite anterior

yang bersifat skeletal dan terjadi variasi adaptasi dari cara menelan yang ditandai dengan

letak lidah lebih anterior dari celah antara gigi-geligi seri.26

Lidah yang melekat pada tepi bagian dalam mandibula, biasanya sesuai

dengan ukuran lengkung gigi mandibula. Jika lengkung maksila lebih kecil daripada

lengkung mandibula, ukuran lidah dan fungsinya akan berpengaruh hingga terbentuk

gigitan terbuka anterior.31

Tujuan utama dilakukan perawatan adalah untuk mendapatkan hubungan serta

adaptasi jaringan lunak, bukan semata-mata untuk mendapatkan oklusi yang ideal.

Kesinambungan jaringan lunak pada dua proporsi yang seimbang antara kulit wajah

dengan gigi-geligi yang berhubungan terhadap bibir dan wajah adalah faktor utama

yang menentukan penampilan wajah seseorang. Oleh karena itu, adaptasi jaringan

lunak terhadap posisi gigi akan menentukan apakah hasil perawatan ortodonti akan

stabil atau tidak.18

Universitas Sumatera Utara

Page 7: etiologi kelas 3

Ketepatan dalam mendiagnosis maloklusi Klas III menjadi hal yang sangat penting

dalam upaya mencapai keberhasilan perawatan.15 Hal tersebut penting karena untuk

memilih perawatan yang paling tepat tergantung dari tingkat maloklusi mana yang dapat

dihubungkan dengan masalah dento-alveolar atau skeletal yang terjadi.32

Penanganan masalah ortodontik meliputi identifikasi dari kemungkinan faktor

etiologinya serta melakukan usaha untuk menghilangkan keadaan yang sama dari

sebelumnya. Hal tersebut sangat bermanfaat untuk menunjang usaha preventif dan

interseptif yang memungkinkan maloklusi dapat dicegah atau dihindari dengan cara

menghilangkan masalah utamanya sedini mungkin.7,9 Jika maloklusi ditangani ketika

masih dalam pertumbuhan tahap dini dan mandibula serta pola pertumbuhan wajah

dikendalikan sebagaimana mestinya, maka resiko untuk melakukan perawatan secara

bedah akan semakin kecil.30

Universitas Sumatera Utara