ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA...

90
ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA MUHAMMAD SYAKIR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusunoleh RISA ROSIANA S. 111-13-137 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Transcript of ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA...

Page 1: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

ETIKA MENUNTUT ILMU

DALAM KITAB WASHOYA

KARYA MUHAMMAD SYAKIR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusunoleh

RISA ROSIANA S.

111-13-137

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

Page 2: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

ii

Page 3: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

iii

DEKLARASI

بسم اهلل الرمحن الرحيم

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup

mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang

munaqosah skripsi.

Skripsi ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN

Salatiga.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 12 Juni 2017

Penulis

RISA ROSIANA S

111-13-137

Page 4: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

iv

Page 5: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

v

Page 6: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

vi

Page 7: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

vii

MOTTO

هللا ٠شفع هللا از٠ دسجبد ع را ا أ از٠ ى ا ا

خج١ش ب رع ث

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat (Q.S Al-Mujadalah : 11)

Page 8: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Penulis persembahkan skripsi ini untuk:

1. Bapak K.H. Muhammad Zoemri RWS (alm) dan Ibu Nyai Hj. Latifah

selaku Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Salatiga.

2. Orangtua tercinta Bapak Sugiyanto dan Ibu Sri Rahayu yang telah

mencurahkan segala pengorbanan dan do‟a restu beliau yang tiada henti.

3. Adik tersayang Riga Al Ghozali Sugiyanto yang telah memberikan

motivasi dan semangat.

4. Simbah Sutarmin dan Simbah Sri Murwati (almh) yang selalu memberikan

kasih sayangnya sejak kecil sampai sekarang.

5. Guru-guru yang telah memberikan semua ilmunya tanpa kenal waktu dan

lelah.

6. Teman-teman seperjuangan di pondok tercinta PonPes Al Falah Salatiga.

7. Teman-teman PAI angaktan 2013, teman PPL dan KKN angkatan 2013

yang sudah memberikan dukungan dalam pengerjaan skripsi ini.

8. Buat calon imam yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan do‟a

restu.

Page 9: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikumWr. Wb.

Bismillahirrohmanirrohiim, Alkhamdulillah segala puji syukur penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta

inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Etika Menuntut Ilmu dalam Kitab Washoya karya Muhammad Syakir”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa penulis sanjungkan kepada

baginda Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membimbing

manusia dari zaman kegelapan hingga terang benderang. Semoga kita semua

diakui sebagai umatnya yang kelak mendapatkan syafaatnya di akhirat.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat penyelesaian gelar

Sarjana pada jenjang Strata Satu, di Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak

bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material,

maupun spiritual.

Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak

yang telah membantu penyusunanskripsi ini, kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Yahya, S.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis dalam menempuh studi di IAIN Salatiga.

Page 10: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

x

5. Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo. M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hingga menyelsaikan skripsi.

7. Keluarga dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan

motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

8. Keluarga Ndalem K.H Muhammad Zoemri RWS (alm) yang telah

memberikan ridlo dan bimbingan dalam menuntut ilmu.

9. Keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, para asatidz

asatidzah dan kawan-kawan santri putri dan santri putra yang telah

mengajari mendewasakan diri setiap harinya dalam warna-warni

kehidupan.

10. Teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2013 yang telah

memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN

Salatiga.

Semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan

dapat menambah ilmu untuk para pembaca. Penulis sangat menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk

itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan

skripsi ini.

Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.

Salatiga, 12 Juni 2017

Penulis

RISA ROSIANA S

11113137

Page 11: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

xi

ABSTRAK

Rosiana S, Risa. 2017. Etika Menuntut Ilmu dalam Kitab Washoya Karya

Muhammad Syakir. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:

Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag.

Kata Kunci: Etika Menuntut Ilmu, Washoya Al Aba‟ Lil Abnaa‟

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui etika menuntut ilmu

dalam kitab Washoya Al Aba‟ Lil Abnaa‟ karya Muhammad Syakir. Pertanyaan

yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah biografi Muhammad Syakir, etika

menuntut ilmu dalam kitab Washoya dan relevansi kitab Washoya untuk zaman

kekinian.

Metode penelitian yang digunakan yaitu literature (kepustakaan).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan

cara mengamati pada sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku,

artikel atau lainnya yang bersangkutan dengan skripsi ini. Pengumpulan data

dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan data sekunder. Kemudian data

dianalisis menggunakan metode deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika menuntut ilmu dalam kitab

Washoya Al Aba‟ Lil Abnaa‟ meliputi: belajar dengan sungguh-sungguh,

semangat dalam menuntut ilmu, menghormati guru dan teman, berdiskusi,

pemahaman, tawadlu‟, menghargai waktu, dan lain sebagainya. Diskusi

merupakan aspek dalam menuntut ilmu yang masih melekat dan masih digunakan

dalam proses belajar mengajar sampai saat ini. Sebab di dalam diskusi murid

mampu mengambil manfaatnya antara lain dapat menghargai pendapat orang lain,

meningkatnya rasa percaya diri, dapat memberikan pertolongan sesama teman

yang belum mengerti. Sikap tawadlu‟ dan tidak boleh takabur merupakan suatu

sikap yang harus ditanamkan sejak dini oleh penuntut ilmu sebab keduanya

merupakan pondasi agar kelak tidak sombong terhadap orang lain. Relevansi etika

menuntut ilmu dalam kitab Washoya Al Aba‟ Lil Abnaa‟ dalam masa kekinian

dapat menjadi solusi dalam memperbaiki akhlak, khususnya dalam menghadapi

zaman kekinian.

Page 12: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

HALAMAN BERLOGO........................................................................................ ii

HALAMAN DEKLARASI................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................. iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING.....................................................................v

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... vi

MOTTO.................................................................................................................vii

PERSEMBAHAN................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR............................................................................................ix

ABSTRAK.............................................................................................................xi

DAFTAR ISI........................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 8

D. Manfaat Hasil Penelitian................................................................ 9

E. Definisi Operasioal......................................................................... 9

F. Metode Penelitian.......................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan.................................................................... 15

Page 13: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

xiii

BAB IIBIOGRAFI

A. Latar Belakang Historis................................................................... 16

B. Nasab dan Kelahiran Syekh Muhammad Syakir............................. 17

C. Riwayat Pendidikan dan Karir Syekh Muhammad Syakir.............. 19

D. Guru-Guru Syekh Muhammad Syakir............................................ 21

E. Hasil Karya Syekh Muhammad Syakir........................................... 22

F. Gambaran Kitab Washoya............................................................... 25

BAB IIILANDASAN TEORI

A. Pengertian Etika Menuntut Ilmu...................................................... 27

B. Etika Menuntut Ilmu dalam Kitab Washoya.................................... 28

C. Pokok Bahasan tentang Etika Menuntut Ilmu.................................. 31

1. Belajar Dengan Sungguh-Sungguh............................................ 31

2. Semangat Dalam Menuntut Ilmu............................................... 32

3. Menghargai Waktu.................................................................... 32

4. Pemahaman............................................................................... 33

5. Diskusi........................................................................................ 34

6. Saling Menghormati................................................................... 35

7. Akhlak Kepada Guru................................................................. 35

8. Akhlak Kepada Teman/Saudara................................................ 36

9. Menuntut Ilmu Harus Tawadlu‟................................................ 40

10. Tidak Boleh Takabur................................................................. 40

Page 14: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

xiv

BAB IV ANALISIS

A. Analisis Etika Menuntut Ilmu ....................................................... 41

B. Relevansi Etika Menuntut Ilmu dikaitkan dengan Kekinian......... 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 57

B. Saran.............................................................................................. 60

C. Penutup.......................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk Allah yang sempurna. Diciptakan oleh Allah

SWT dengan berbagai keistimewaan dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Akal merupakan salah satu keistimewaan yang dimiliki setiap manusia.

Dengan akal, manusia dapat memperoleh ilmu. Dengan ilmu tersebut manusia

dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ilmu merupakan

sarana bagi setiap manusia untuk memperoleh ketentraman hidup baik di

dunia maupun di akhirat kelak.

Ilmu menjadi sarana bagi setiap manusia untuk memperoleh

kesejahteraan dunia maupun akhirat, maka mencari ilmu hukumnya wajib.

Mengkaji ilmu itu merupakan pekerjaan mulia, karena banyak orang yang

keluar dari rumahnya untuk mencari ilmu dengan didasari iman kepada Allah

SWT. Maka semua di bumi mendoakannya. Karena mencari ilmu itu

pekerjaan yang memerlukan perjuangan fisik dan akal, maka Nabi pernah

bersabda bahwa orang yang keluar untuk mencari ilmu akan mendapatkan

pertolongan dari Allah, karena Allah suka menolong orang yang mau

bersusah payah dalam menjalankan kewajiban agama (Juwariyah, 2010: 141).

Dalam hal ini telah dipahami bahwa yang menjadi kewajiban adalah

suatu rangkaian kegiatan menuntut ilmu, bukan pada banyaknya ilmu yang

Page 16: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

2

harus dicapai. Dalam proses menuntut ilmu, terjadi interaksi edukatif yang

mana melibatkan guru maupun murid. Guru bertanggung jawab untuk

mengembangkan seluruh potensi muridnya, baik potensi afektif, kognitif,

maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam (Rasyidin dan

Nizar, 2005: 41). Sementara seorang murid tentu harus merespon usaha

seorang guru yang menjadi partnernya dalam proses menuntut ilmu dan

merespon ilmu yang telah didapatkannya.

Usaha seorang murid dalam memberikan respon yang positif terhadap

guru dan ilmu yang didapatkan bisa diwujudkan dengan menampilkan sikap

berperilaku sesuai etika, moral dan akhlak yang baik dalam proses menuntut

ilmu.

Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang

diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Pada

hakikatnya moral menunjuk pada ukuran-ukuran yang telah diterima oleh

suatu komunitas, sementara etika umumnya lebih dikaitkan dengan prinsip-

prinsip yang dikembangkan diberbagai wacana etika (Manpan Drajat dan M.

Ridwan Effendi, 2014: 7).

Etika berkaitan dengan pemikiran dan cara bersikap dalam kerangka

pemikiran, etika terdiri dari evaluasi masalah dan keputusan yang

diprioritaskan seseorang, misalnya anggota organisasi untuk menghindari

akibat yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, sementara dalam

pengertian perilaku, etika erat hubungannya dengan keputusan yang sejalan

Page 17: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

3

dengan seperangkat pedoman yang menyangkut perolehan yang mungkin dan

akibat yang merugikan orang lain (R. Waine Pace san Don F, 2000: 542).

Bagi para sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari

lingkungan budaya tertentu (Zaim Elmubarok, 2008: 27).

Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat memahami makna etika yang

secara garis besar merupakan perbuatan atau sikap yang dilakukan oleh

manusia bukan berdasarkan ego pribadi yang bersumber pada kebudayaan.

Selain itu pula, etika sering diartikan sebagai norma-norma kepantasan

(etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut adab atau tata

kerama. Oleh karena itu, ajaran tentang etika dalam makna yang luas

mencakup tentang keseluruhan pandangan dunia dan pandangan hidup. Dari

khazanah sosial pun lahir konsep-konsep etika semisal etika bisnis, etika

politik, etika kedokteran, etika pendidikan atau keguruan dan lain sebagainya.

Selain menjabarkan pengertian tentang etika, penulis akan

membicarakan mengenai moral. Moral dapat diartikan sebagai suatu

dorongan untuk melakukan perbuatan maupun tidak melakukan perbuatan

melalui indera kita yang mana sesuai dengan etika. Menurut Rachmat

Djatmika (1996: 26), “kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan

ethos yang menjadi etika”. Sedangkan moral dalam bahasa Inggris dapat

diartikan sebagai dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu yang berkaitan dengan etika. Lain lagi dengan

pendapatnya David Hume (Franz Suseno, 1997: 126) bahwasanya moralitas

merupakan sistem tata nilai yang berdasarkan pada fakta dan pengamatan

Page 18: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

4

indera dan pengalaman perasaan pada diri manusia, yang pada gilirannya

memberikan pertimbangan-pertimbangan moral saat kita meski berbuat.

Selain konotasi maknanya dekat dengan etika, kata moral selalu

diidentikkan juga dengan akhlak, tetapi tekanannya pada sikap seseorang

terhadap nilai baik buruk, sehingga moral sering dihubungkan dengan

kesusilaan atau perilaku susila. Jika etika masih ada dalam tataran konsep

maka moral sudah ada pada tataran terapan (Achamd Mubarok, 2009: 91).

Etika dan moral sebenarnya merupakan bagian dari akhlak, oleh

karena itu pembicaraan akhlak sangatlah luas. Islam sangat menganjurkan

umatnya untuk berbuat baik dan memperbaiki akhlak demi terciptanya

keharmonisan, melindungi hak dan kewajiban masing-masing individual serta

masyarakat. Sehingga kebutuhan akan norma-norma, tata tertib, tata

kesopanan dan tata moral mutlak dibutuhkan karena akhlak dijadikan tolak

ukur hancur dan damainya suatu negara.

Kata “akhlaq” sebenarnya jamak dari kata ”khuluqun”, artinya

tindakan. Kata ”khuluqun” sepadan dengan kata “khalqun”, artinya kejadian

dan kata “khaliqun”, artinya pencipta dan kata “makhluqun”, artinya yang

diciptakan. Dengan demikian, rumusan terminologis dari akhlak merupakan

hubungan erat antara Khaliq dengan makhluk serta antar makhluk dengan

makhluk (Hamzah Ya‟qub, 1993: 11).

Sedangkan menurut Muslim Nurdin akhlak adalah sistem nilai yang

mengatur pola sikap dan tindakan manusia di atas muka bumi. Sistem nilai

Page 19: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

5

yang dimaksud adalah ajaran Islam yang berpedoman kepada al-Qur‟an dan

as-Sunnah Nabi Muhammad Saw sebagai sumber utama, ijtihad sebagai

sumber berfikir Islami (Ahmad Tafsir, 2004: 308).

Akhlak tidak hanya sekedar the art of living yang mengajarkan

bagaimana cara hidup bahagia, atau bagaimana memperoleh kebahagiaan

tetapi juga merupakan ilmu yang harus dipelajari dan dipraktikkan sebelum

ilmu yang lainnya, bahkan ia menjadi bukti kualitas iman seorang mukmin.

Ibnu Miskawaih melalui Tahszibul Akhlaq, al-Farabi melalui Tahshilus

Sa‟adah, dan al-Amiri melalui as-Sa‟adah wal Is‟ad-nya menjelaskan bahwa

akhlak yang baik adalah salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan,

karena memang kebahagiaan merupakan tujuan utama akhlak (Mulyadi,

2005: 67).

Kedudukan etika dan akhlak murid dalam lingkungan pendidikan

menempati tempat yang paling penting sekali. Sebab apabila murid

mempunyai etika yang baik, maka akan baik pula lahir dan batinnya, akan

tetapi etika dan akhlaknya buruk, maka rusaklah lahir dan batinnnya.

Etika dan akhlak dalam sebuah kegiatan belajar mengajar antara guru

dan murid merupakan satu hal yang sampai saat ini masih menjadi buah bibir

pendidikan di Indonesia. Sering kita dapati dalam media massa tentang

rusaknya etika yang telah mengikiskan praktisi pendidikan baik dari segi

guru maupun murid. Kasus yang belakangan ini mengguncangkan dunia

pendidikan adalah seorang guru SMP swasta di Sidoarjo dilaporkan ke polisi

Page 20: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

6

dan diseret ke Pengadilan Negeri Sidoarjo atas dugaan penganiayaan. Lain

tempat lain ceritanya. Di kota Serang terdapat kasus pencabulan yang

dilakukan oleh salah satu oknum Guru SMK di kota Serang terhadap

siswinya. Pencabulan tersebut dilakukan di ruang OSIS.

Berbeda lagi di Kabupaten Bengkulu Utara. Di SMP Negeri 3 Kerkap

di Desa Tanjung Putus Kecamatan Kerkap. Seorang guru harus menderita

patah tulang hidung setelah ditinju oleh muridnya sendiri yang tidak terima

setelah ditegur lantaran berbuat kesalahan di ruang kelas

(http://pojoksatu.id:30/3/2017).

Melihat beberapa kasus di atas menunjukkan bahwa etika seorang

murid kurang begitu dipahami oleh murid dan belum melekat pada jiwa

murid. Sehingga menjadikan seorang murid berani dengan sang guru.

Secara historis, memang etika guru dan murid sedikit demi sedikit

sudah mulai terkikis oleh arus globalisasi. Banyak murid yang tidak

menghormati gurunya sehingga mengakibatkan ilmu yang dimiliki menjadi

tidak manfaat dan tidak barokah. Menyangkut hal ini, Sa‟id Hawwa (2006:

410) menegaskan bahwa, “Etika yang buruk membuat seseorang mustahil

bisa mengambil ilmu dan manfaat dari para syekhnya”. Dengan kata lain,

seorang murid harus senantiasa menghormati gurunya agar mendapatkan

ilmu yang manfaat dan barokah. Begitupun sebaliknya, guru harus senantiasa

menyayangi dan membimbing muridnya seperti anaknya sendiri sehingga

tugasnya sebagai pendidik tersampaikan dengan baik.

Page 21: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

7

Pada masa sekarang masih banyak ditemukan adanya kekeliruan

bagaimana dalam menuntut ilmu dengan baik sesuai dengan tata krama yang

ada. Pada saat belajar di sekolah, anak tidak patuh terhadap gurunya yang

telah memberikan ilmu kepadanya. Guru merupakan sosok yang terpenting

dalam lingkup menuntut ilmu. Setelah itu pada saat guru menerangkan

pelajaran yang disampaikan, murid lebih memilih untuk mengobrol dengan

temannya sebangku atau melakukan aktivitas yang lainnya sehingga tidak

memperhatikan apa yang disampaikan oleh sang guru.

Guru juga merupakan spiritual father (bapak ruhani) bagi muridnya

yang senantiasa memberi santapan jiwa dengan ilmunya (Soeharto, 2006:

120). Oleh karena itu, sudah seyogyanya beretika yang baik dan berakhlak

yang mulia, baik kepada dirinya sendiri maupun dalam proses belajar

mengajar. Sehingga apa yang dicita-citakan oleh keduanya dapat

terealisasikan dengan baik yaitu bahagia dunia dan akhirat.

Salah satu kitab yang membahas tentang etika yang baik, terutama

etika menuntut ilmu adalah kitab Washoya al-Aba‟ Lil-Abnaa‟ yang dikarang

oleh Syekh Muhammad Syakir. Syekh Muhammad Syakir merupakan

seorang „alim yang mulia dan penulis yang produktif, seorang pembaharu

Universitas Al-Azhar. Beliau lahir di Jurja, Mesir pada pertengahan Syawal

tahun 1282 H bertepatan pada tahun 1863 M. dan wafat pada tahun 1939 M.

ayahnya bernama Ahmad bin Abdil Qadir bin Abdul Warits (Martin, 1995:

160). Keluarga Syekh Muhammad Syakir telah dikenal sebagai kelurga yang

paling mulia dan yang paling dermawan di kota Jurja (Abdullah). Lewat

Page 22: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

8

kitabnya Washoya, beliau memberikan gambaran tentang etika menuntut

ilmu yang mana beliau berpesan jikalau belajar dengan sungguh-sungguh dan

penuh semangat. Kemudian beliau juga berwasiat untuk membaca dan

memahami dengan penuh kesungguhan pelajaran yang diajarkan guru.

Apabila menemukan kesulitan jangan ragu untuk bertanya dan

mendiskusikan dengan teman, dan masih banyak lagi. Dari sinilah penulis

akan memfokuskan untuk meneliti tentang etika menuntut ilmu.

Beranjak dari latar belakang yang sudah penulis paparkan di atas,

maka Penulis mencoba menyusun sebuah skripsi dengan mengangkat judul

tentang “ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA

KARYA MUHAMMAD SYAKIR”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran masalah di atas, maka rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana biografi Syekh Muhammad Syakir?

2. Bagaimana etika menuntut ilmu dalam kajian kitab Washoya karangan

Syekh Muhammad Syakir?

3. Bagaimana relevansi kitab Washoya tentang etika menuntut ilmu dalam

konteks kekinian?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui biografi Syekh Muhammad Syakir

Page 23: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

9

2. Untuk menjelaskan etika menuntut ilmu dalam kajian kitab Washoya

karangan Syekh Muhammad Syakir.

3. Untuk mengetahui relevansi kitab Washoya tentang etika menuntut ilmu

dalam konteks kekinian.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam

penulisan skripsi ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi para

akademis khususnya Penulis untuk mengetahui lebih lanjut tentang

keterkaitan kitab Washoya dengan adab menuntut ilmu. Dengan ini

diharapkan dapat memperluas kepustakaan yang dapat menjadi

referensi penelitian-penelitian selanjutnya.

b. Untuk menambah wawasan bagi Penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Agar dapat memberikan gambaran pada murid akan etika yang baik

dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi yang baik terutama

dalam etika menuntut ilmu dalam proses pembelajaran.

b. Memberikan pengetahuan khususnya bagi para penuntut ilmu untuk

selalu memperhatikan guru dalam proses belajarnya.

Page 24: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

10

c. Dapat dijadikan bahan acuan bagi para penuntut ilmu agar

mempunyai akhlaqul karimah dan berkarakter baik.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah

dalam judul penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan definisi-definisi

operasionalnya. Beberapa istilah yang dipandang perlu untuk dijelaskan

adalah sebagai berikut:

1. Etika

Franz Magnis Suseno adalah seorang guru besar filsafat sosial, ia

mengemukakan di dalam bukunya. Bahwa etika adalah usaha manusia untuk

memakai akal budi daya fikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia

harus hidup kalau ia mau menjadi baik (Franz Magnis Suseno, 1987: 17).

Sedangkan Amin dalam Minarno (2010: 17) juga berpendapat bahwa

etika merupakan ilmu yang menjelaskan tentang arti baik dan buruk,

menerangkan apa yang sebaiknya dilakukan oleh manusia, menyatakan

tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbutan mereka, dan

menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.

Dari pendapat di atas, Peneliti sepakat dengan pendapatnya Minarno

dalam bukunya Pengantar Bioetika menjelaskan mengenai etika.

Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang „alim yang mulia dan

penulis yang produktif, seorang pembaharu Universitas Al-Azhar. Beliau

lahir di Jurja, Mesir pada pertengahan Syawal yahun 1282 H bertepatan pada

Page 25: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

11

tahun 1863 M. dan wafat pada tahun 1939 M. ayahnya bernama Ahmad bin

Abdil Qadir bin Abdul Warits (Martin, 1995: 160).

2. Kitab Washoya

Kitab Washoya merupakan salah satu kitab karangan dari Syekh

Muhammad Syakir. Judul lengkapnya yaitu Kitab Washoya Al-Aba‟ Lil-

Abnaa‟. Kitab ini sangatlah penting sebab di dalam kitab tersebut

memaparkan tentang keseharian kita. Kitab Washoya menjadi pelajaran di

Madrasah-madrasah dan Pondok-pondok Pesantren. Di Madrasah dan

Pondok Pesantren mengkaji kitab Washoya merupakan pelajaran yang wajib,

ketika santri/murid mulai belajar sebab di dalam kitab Washoya ini berisi

tentang nasehat seorang bapak untuk anaknya tersayang. Adapun tema-tema

yang terdapat dalam kitab Washoya diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Nasehat guru kepada muridnya

b. Wasiat bertaqwa kepada Allah

c. Hak dan kewajiban terhadap Allah dan rasulnya

d. Hak dan kewajiban terhadap kedua orang tua

e. Hak dan kewajiban terhadap teman

f. Adab dalam menuntut ilmu

g. Adab belajar, mengkaji ulang dan diskusi

h. Adab olah raga dan berjalan di jalan umum

i. Adab majelis dan kuliah

j. Adab makan dan minum

k. Adab beribadah dan masuk masjid

Page 26: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

12

l. Keutamaan berbuat jujur

m. Keutamaan amanah

n. Keutamaan dalam „iffah

o. Keutamaan muruah (kurang menjaga kehormatan diri), syahamah

(mencegah hawa bafsu) dan „izzatin nafsi (kemuliaan diri)

p. Ghibah, namimah, hiqd, hasad dan takabbur

q. Keutamaan tobat, roja, khauf, sabar dengan bersyukur

r. Keutamaan beramal dan mencari rezeki yang disertai tawakal serta

zuhud

s. Keutamaan ikhlas dengan niat Lillahi Ta‟ala dalam setiap amal

t. Wasiat terakhir

u. Keistimewaan membaca surat Al Ikhlas

F. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan

(Library Research), yaitu suatu bentuk penelitian terhadap literatur

dengan pengumpulan data atau informasi dengan bantuan buku-buku

karangan Syekh Muhammad Syakir yang berkaitan dengan pemikirannya

tentang etika menuntut ilmu, yang ada di perpustakaan dan materi

pustaka lainnya.

Sebagai bahan parameter analisis perbandingan yang dimaksud

dengan library research adalah penelaahan kepustakaan yakni penelitian

Page 27: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

13

yang berusaha mencari teori-teori, konsep-konsep generalisasi yang dapat

dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan.

Dalam hal ini Arif Furchan, (1982: 98), menegaskan bahwa

penelitian kepustakaan yang dimaksud adalah studi yang sumbernya

digali dari buku-buku, disertai dengan indeks penerbitan berkala (majalah

atau surat kabar), sistem penyimpanan dan pencarian informasi.

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan dikaji

dalam permasalahan. Karena sifat dari penelitian literer, maka datanya

bersumber dari literatur. Adapun yang menjadi sumber data primer

adalah kitab Washoya karangan Syekh Muhammad Syakir.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-

buku yang berisi tentang etika yang mendukung dalam pembahasan

skripsi ini yang ada didalamnya, diantaranya:

1) Eko Budi Minarno. Pengantar Bioetika.

2) Toto Soeharto. Filsafat Pendidikan Islam.

3) Buku-buku pendukung lainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan

ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research)

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 28: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

14

a. Membaca buku-buku sumber, baik primer maupun sekunder

b. Mempelajari dan mengkaji serta memahami kajian yang terdapat

dalam buku-buku sumber

c. Menganalisis untuk diteruskan identifikasi dan mengelompokkan

serta mengklasifikasi sesuai dengan sifatnya masing-masing dalam

bentuk bab per bab.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah analisis atau content analysis. Analisis ini adalah metode yang

digunakan untuk menganalisis teks, sifatnya terus terang dan mengandung

makna yang tersurat (Sarosa, 2012: 71). Krippendroff juga mendefinisikan

bahwa Content Analysis sebagai metode yang replikabel dan valid untuk

membuat inferensi-inferensi khusus dari sebuah teks pada pernyataan-

pernyataan lain dari sumbernya (Emzir, 2011: 285).

Dalam menganalisis data dari pengumpulan data yang telah

dilakukan penulis menggunakan analisis data sebagai berikut:

a. Deskriptif

Sebagai pembahasan yang bersifat literal, maka segala sesuatu

yang berhubungan dengan topik pembahasan hasil penelitian secara apa

adanya sejauh yang penulis peroleh. Adapun teknik deskriptif yang

penulis pergunakan adalah analisis kualitatif. Dengan analisis ini akan

diperoleh gambaran sistematika mengenai isi buku untuk diteliti isinya.

Page 29: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

15

b. Content Analysis

Metode ini digunakan untuk memperoleh pemahaman isi dan

makna dari berbagai data dalam penelitian, yang analisis ini

menghendaki objektivitas, pendekatan sistematik, dan generalisasi, baik

yang mengarah pada isi maupun yang mengarah pada makna, terutama

dalam perbuatan dan penarikan kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan karya ilmiah harus bersifat sistematis, didalam penulisan

skripsi ini pun harus dibangun secara berkesinambungan. Dalam penulisan

skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi operasional, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Biografi Syekh Muhammad Syakir meliputi tentang nasab

dan kelahiran Syekh Muhammad Syakir, latar belakang pendidikan Syekh

Muhammad Syakir, pekerjaan Syekh Muhammad Syakir, karya-karya Syekh

Muhammad Syakir, dan deskripsi singkat tentang kitab Washoya.

Bab III : Deskripsi Pemikiran Syekh Muhammad Syakir dalam kitab

Washoya tentang pengertian etika menuntut ilmu dalam perspektif Syekh

Muhammad Syakir.

Bab IV : Analisis Etika Menuntut Ilmu dalam Kitab Washoya

dikaitkan dengan konteks kekinian.

Page 30: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

16

Bab V : PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan, saran, daftar pustaka

dan lampiran-lampiran.

Page 31: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

17

BAB II

BIOGRAFI SYEKH MUHAMMAD SYAKIR

A. Latar Belakang Historis

Pada abad ke-19 nasib politik dan ekonomi Mesir semakin erat terkait

dengan Eropa, misalnya Inggris dan Perancis. Selama awal 1800-an, Mesir

mengekspor kapas ke Eropa dalam jumlah besar, dan kapaspun akhirnya

menjadi hasil utama Mesir (Ali Rahnema, 1996: 127).

Kenyataan seperti ini menjadikan politik, ekonomi, dan kebudayaan di

Mesir sangat terpengaruh oleh bangsa Eropa. Mesir menjadi negara yang

menggantungkan kebutuhan ekonominya pada bangsa Eropa. Dominasi

politik dan ekonomi Eropa disertai dominasi budaya terlihat pada

kecenderungan elit Mesir untuk bergaya hidup barat dan untuk memungut

gagasan barat, meski dengan mengorbankan keyakinan dan praktik tradisional

Islam (Ali Rahnema, 1996: 128). Kairo dan Iskandariah mengembangkan

lingkungan terbaratkan, dimana orang Mesir dapat bergaya hidup Eropa,

seperti sering mengunjungi restoran dan klub malam.

Pada tahun 1881, muncul suatu gerakan menentang dominasi politik,

ekonomi, dan budaya Eropa, tetapi karena kelihatan mengancam investasi

asing, gerakan ini mendorong Inggris melakukan invasi militer pada tahun

1882 (Ali Rahnema, 1996: 127). Dalam hal ini agresi militer yang dilakukan

Inggris tersebut bertepatan dengan lahirnya Muhammad Syakir.

Pada awal 1900-an lahirlah sebuah gerakan nasionalis dan

menyerukan kemerdekaan Mesir (Ali Rahnema, 1996: 127). Pada saat ini

Page 32: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

18

Inggris secara resmi memisahkan Mesir dari „Utsmaniah dan menyatakan

sebagai wilayah proktetorat (Ali Rahnema, 1996: 127). Pada akhir perang

tahun 1919, berdiri sebuah gerakan nasionalis untuk kemerdekaan Mesir.

Sehingga Inggris menghadapi badai protes nasionalis, dan akhirnya membuat

pernyataan sepihak soal kemerdekaan Mesir (dengan beberapa syarat) pada

tahun 1922 (Ali Rahnema, 1996: 127). Keadaan politik yang labil menjadikan

masyarakat Mesir pada umumnya resah karena Islam dengan nilai-nilai ajaran

yang luhur dan bermartabat semakin tidak berdaya berhadapan dengan

hegemoni pemerintah Barat. Dengan demikian, iklim politik di Mesir pada

tahun-tahun sebelum penerbitan kitab Washoya al Aba‟ lil Abnaa‟ dalam

keadaan dominasi asing dan perlawanan masyarakat Mesir terhadap dominasi

asing.

Dengan melihat sejarah yang terjadi pada masa-masa sebelum

penerbitan kitab Washoya al Aba‟ lil Abnaa‟ dapat digaris bawahi bahwa

pemikiran Muhammad Syakir tidak dapat dilepas dari keadaan dan

lingkungan yang sangat ke barat-baratan. Ada kekawatiran masyarakat bahwa

nilai-nilai Islam dan kultur budaya Islam yang ada pada negara tersebut akan

luntur dan tenggelam oleh pengaruh budaya asing.

B. Nasab dan Kelahiran Syeikh Muhammad Syakir

Muhammad Syakir lahir di Jurja, Mesir pada pertengahan Syawal

tahun 1282 H bertepatan pada tahun 1863 M dan beliau wafat pada tahun

1939 M. Ayah beliau bernama Ahmad bin Abdil Qadir bin Abdul Warits.

(Martin Van Bruinessen, 1995: 160). Keluarga Syekh Muhammad Syakir

Page 33: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

19

telah dikenal sebagai keluarga yang paling mulia dan yang paling dermawan

di kota Jurja (Abdullah). Beliau termasuk Min ba‟dhil muhaddistin atau ahli

hadis. Nama laqob beliau adalah Syekh Muhammad Syakir Al-Iskandariyah.

Nasab beliau bersambung ke al-Husein bin Ali bin Abi Thalib.

Nama Ahmad yang dimiliki ayahnya juga digunakan sebagai nama

anaknya, yang juga bernama Al-„Allamah Syekh Muhammad Syakir Abil

Asybal seorang Muhaddits besar yang wafat pada tahun 1958 M. Penggunaan

nama anak yang disamakan kakeknya biasa dilakukan oleh ulama-ulama

zaman dahulu maupun kyai-kyai di Indonesia.

Ayah beliau asy-Syekh Muhammad Syakir adalah wakil Universitas

al-Azhar, mufti, hakim kepala di Sudan, dan Ulama kota Iskandaria Mesir.

Kakek dari pihak ibunya adalah asy-Syekh Harun Abdurrazak.

Ayah beliau mempunyai pengaruh besar dalam mendidik beliau,

dimana bersama-sama temannya beliau belajar kepada ayahnya tentang tafsir

al-Baghawi dan tafsir an-Nasafi. Ayah beliau juga mengajarkan kepada

mereka kitab Sahih Muslim dan sunan at-Tirmidzi kitab Syamail ar-Rasul

shallallahu alaihi wasallam, dan sebagian pembahasan dalam kitab shahih al

-Imam al-Bukhari. Dalam ilmu ushul, ayah beliau mengajarkan kitab Jam‟u

al-Jawami‟ dan kitab syarh al-Asnawi ala al-Minhaj, dalam ilmu mantiq ayah

beliau mengajarkan kitab syarh al-Khubais dan kitab syarh al-Qutb ala asy-

Syamsyiyyah, dalam ilmu bayan, ayah beliau mengajarkan kitab ar-Risalah

al-Bayaaniyyah, dan dalam fiqih al-Hanafiah ayah beliau mengajarkan kitab

Page 34: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

20

al-Hidayah ala thariq as-Salaf fi istiqlal ar-Ra‟yi wa qurriyyah al-fikr wa

nabdzu al-Ashobiyyah li madhzab muayyan.

Sejak kepemimpinan Utsmaniyah yang memproklamirkan negara

Mesir merdeka pada tahun 1805, yakni di masa pemerintahan Muhammad

Ali, Mesir mulai mengalami ketenangan politik, khususnya setelah

Muhammad Ali membantai sisa-sisa petinggi Mamluk pada tahun 1811

(Taufik Abdullah, 2002: 173). Syekh Muhammad Syakir lahir dalam situasi

Mesir yang sudah tenang.

C. Riwayat Pendidikan dan Karir Syekh Muhammad Syakir

Ketika Syaikh Muhammad Syakir semakin dewasa, ayahnya harus

pergi ke Sudan untuk menjabat qadhi qudhat (hakim agung). Ketika sedang

berada di Khartoum, Ahmad Syakir masuk keperguruan tinggi Gordon.

Muhammad Syakir tinggal di Sudan hingga akhirnya ayahnya kembali lagi ke

Alexandria karena harus menduduki jabatan masyikha.

Pada tanggal 26 April 1904, Muhammad Syakir pun masuk ke

Lembaga Keagamaan di Alexandria tempat ayahnya menjadi syaikh. Ketika

pada 19 April 1909 ayahnya menjadi wakil Al-Azhar, Muhammad Syakir pun

ikut ke Kairo untuk kemudian belajar di Al-Azhar hingga lulus pada 1917.

Setelah lulus dari Universitas Al-Azhar, Muhammad Syakir menjadi

guru di Madrasah Mahir selama empat bulan. Setelah itu, beliau bekerja di

pengadilan hingga pindah ke Al-Ma‟asy. Ketika bekerja di pengadilan agama,

Muhammad Syakir mengeluarkan hukum yang tidak terikat dengan madzhab

tertentu.

Page 35: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

21

Syekh Muhammad Syakir dikenal sebagai seorang pembaharu

Universitas Al-Azhar (Taufik Abdullah, 2002: 172). Yakni, beliau adalah

mantan wakil rektor di Universitas Al-Azhar. Karir beliau dimulai

mempelajari dan menghafal al-Qur‟an di sana, dan di sana pula beliau belajar

dasar-dasar studinya di Jurja, Mesir, setelah itu beliau rihlah (bepergian untuk

menuntut ilmu) ke Universitas Al-Azhar dan belajar dari guru-guru besar

pada masa itu, setelah sekian lama belajar di Universitas Al-Azhar beliau

dipercayai untuk memberikan fatwa pada tahun 1307 H. Beliau kemudian

menduduki jabatan sebagai ketua Mahkamah Mudiniyyah Al-Qulyubiyyah,

dan tinggal di sana selama tujuh tahun sampai beliau dipilih menjadi Qadhi

(hakim) untuk negeri Sudan pada tahun 1317 H. Beliau adalah orang pertama

pula yang menetapkan hukum-hukum hakim yang syar‟i di Sudan diatas asas

yang paling terpercaya dan kuat, kemudian pada tahun 1322 H beliau

ditunjuk sebagai guru bagi para ulama-ulama Iskandariyah sampai

membuahkan hasil, menebarkan benih-benih yang baik, memunculkan bagi

kaum muslimin orang-orang yang menjadi petunjuk bagi umat supaya dapat

mengembalikan kejayaan Islam di saentero dunia. Setelah itu beliau ditunjuk

sebagai wakil bagi para guru di Al-Azhar.

Kemudian pada tahun 1913 M, beliau menggunakan kesempatan

dalam mendirikan Jam‟iyyah Tasyni‟yyah untuk menjadi anggota organisasi

tersebut, sebagai pilihannya dari sisi perintah Mesir, dan dengan itulah beliau

meninggalkan jabatannya, serta beliau enggan untuk kembali kepada satu

bagianpun dan jabatan-jabatan tersebut, dan beliau juga tidak lagi berhasrat

Page 36: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

22

kepada sesuatu yang memikat dirinya. Bahkan beliau lebih mengutamakan

untuk hidup dalam keadaan pikiran, amalan, hati dan ilmu yang bebas lepas

dan memiliki pemikiran-pemikiran yang cemerlang pada tulisannya. Beliau

adalah seorang „alim yang mulia, kokoh didalam keilmuan baik secara

naqliyah (dalil-dalil Al-Qur‟an dan hadits) maupun secara aqliyah.

D. Guru-guru Syekh Muhammad Syakir

Ketika belajar di Al-Azhar, beliau mengenal dan menuntut ilmu

kepada para ulama Mesir dan lainnya, diantaranya:

1. As-Syaikh Abdullah bin Idris as-Sanusi, ulama ahli hadits dari Maroko,

beliau mempelajari darinya kitab Shahih al-Imam Bukhari, dan

mendapatkan ijazah darinya, demikian kitab shahih Muslim dan kitab

sunan Tirmidzi dan kitab sunan lainnya.

2. Asy-Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi, beliau belajar kepadanya

kitab Bulughul Maram, dan asy-Syaikh memberikan ijazah pengakuan

telah mempelajari kitab itu, dan juga kutub sittah.

3. Asy-Syaikh Mahmud Abu Daqiqah adalah salah seorang ulama di Ma‟had

al-Iskandariah dan salah satu anggota majelis ulama dikemudian harinya.

Beliau belajar kepada Asy-Syaikh Mahmud tentang fikih dan ilmu ushul

fikih.

4. Ayah beliau Syaikh Syakir al-Jaziri, beliau mempelajari hadits dari

ayahnya dan asy-Syaikh memberikan ijazah telah mempelajari

kutubussittah.

5. Asy-Syaikh Thohir al-Jazairi

Page 37: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

23

6. Asy-Syaikh Muhammad Rasyid Ridha, pendiri dan yang menyusun

majalah al-Manar.

7. Asy-Syaikh Salim al-Basyiri, beliau mempelajari syarh al-Muwatha.

8. Asy-Syaikh Habibullah asy-Syanqithi beliau mempelajari kitab Zaadul

Muslim.

9. Syaikh Abdussalam al-Faqi, beliau mempelajari syair dan sastra Arab.

(https://id.wikipedia.org/wiki/AhmadSyakir)

Beliau juga belajar kepada para ulama sunah selain yang disebutkan di

atas, dari apa yang beliau lakukan yaitu belajar kepada banyak kalangan

ulama yang mana membuatnya mempunyai metode dalam ilmu hadits yang

berbeda hingga beliau menjadi seorang ulama dan imam ahli hadits yang

masyhur pada zaman itu.

E. Hasil Karya Syekh Muhammad Syakir

Peneliti tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah kitab yang telah

ditulis oleh Syeikh Muhammad Syakir. Peneliti hanya mengetahui kitab

Washoya al-Aba‟ Li-Abna‟ adalah salah satu karya Syekh Muhammad Syakir

yang dapat dijumpai sampai sekarang.

Semasa hidup, Syekh Muhammad Syakir al-Iskandari menulis

beberapa karya serta kitab-kitab yang beliau tahqiq diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Washoya al-Abaa‟ Lil Abnaa‟ aw al-Durus al-Awwaliyah fi al-Akhlaq al-

Mardhiyah.

Page 38: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

24

2. Syarh Musnad Imam Ahmad, beliau meninggal sebelum sempurna

menyelesaikannya. Diterbitkan dalam enam belas jilid.

3. Tahqiq terhadap Al-Ihkam karya Ibnu Hazm.

4. Tahqiq terhadap Alfiyatul Hadits karya As-Suyuthi.

5. Takhrij terhadap Tafsir At-Thabari.

6. Tahqiq terhadap kitab Al-Kharaj karya Yahya bin Adam.

7. Tahqiq terhadap kitab Ar-Raudathun Nadhiyah karya Syiddiq Hasan

Khan.

8. Syarh Sunan At-Tirmidzi, beliau meninggal sebelum sampai sempurna.

9. TahqiqSyarh Aqidah Thahawiyah.

10. Umdatut Tafsir ringkasan Tafsir Ibnu Katsir (belum selesai sampai beliau

wafat).

11. Ta‟liq dan Tahqiq terhadap Al-Muhalla karya Ibnu Hazm (Ahmad

Hamdani).

12. al-Ihkam fi Ushul al-Ahkamkarya Ibnu Hazm, diterbitkan lengkap dalam

dua jilid.

13. al-Fiyatu al-Hadits Suyuthi diterbitkan dalam dua jilid tipis.

14. Tafsir at-Thobari, kitab yang ditahqiq oleh saudaranya Mahmud Syakir,

beliau ikut mentahrij hadits-haditsnya hingga jilid ke tiga belas dimana

saat itu beliau meninggal dunia.

15. al-Kharaj karya Yahya bin Adam. Beliau mentahqiqnya.

16. ar-Raudhah an-Nadhiyyah karya Sadhiq Hasan Khon.

Page 39: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

25

17. Sunan at-Tirmidzi, dengan syarahnya dalam dua jilid, sebelum sempurna

beliau meninggal dunia.

18. Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyyah.

19. Shahih Ibnu Hibban, yang disusun Alaa ad-Din al-Faarisi. Beliau

mentahqiqnya.

20. Umdah at-Tafsir ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, diterbitkan dalam lima jilid,

sebelum sempurna beliau meninggal dunia.

21. al-Muhalla karya Ibnu Hazm, beliau mentahqiqnya enam juz yang

pertama dan memberi catatan/komentar padanya.

22. IshlahAl-Mantiq.

23. Al-Ashma‟iyyat li Al-Ashma‟i.

24. Al-Syar‟ wa Al-Lughah.

25. Al-Syi‟r wa wa Al-Syu‟ara.

26. Al-Kamil fi Al-Adab.

27. Al-Kitab wa Al-Sunnah Yajib an Yakuna Masdhar Al-Qawanin.

28. Libab Al-Adab.

29. Al-Mu‟arrab min Al-Kalam Al-A‟jami „ala Huruf Al-Mu‟jam. Beliau

mentahqiqnya.

30. TafsirAl-Jalalain, beliau mentahqiqnya.

31. Jami‟ Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur‟an.

32. „UmdahAl-Tafsir.

33. Al-Ushul Al-Tsalatsah.

34. Al-„Aqidah Al-Wasathiyyah.

Page 40: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

26

35. Musnad Al-Imam Ahmad (http//karya-karya-Muhammad-Syakir-Ulama

sunnah.htm) diakses 5 April 2017.

F. Gambaran Kitab Washoya

Kitab Washoya adalah kitab yang isinya berupa wasiat seorang guru

terhadap muridnya mengenai seputar akhlak. Untuk mengungkapkan nasihat-

nasihat tentang akhlak, Syekh Muhammad Syakir menempatkan posisi

dirinya sebagai guru yang sedang memberikan nasihat muridnya.Yang mana

relasi guru dan murid di sini diumpamakan sebagai orang tua dan anak

kandung. Dapat diumpamakan demikian sebab orang tua kandung pasti akan

mengharapkan kebaikan anaknya, maka dari itu seorang guru yang baik

adalah guru yang mengharapkan kebaikan pada anak didiknya dan

menyayangi sebagaimana anak kandung sendiri, salah satunya lewat

mau‟idoh hasanah dan tidak lupa mendoakan kebaikan anak didik.

Kitab ini selesai dikarang oleh Syekh Muhammad Syakir pada bulan

Dzul Qo‟dah tahun 1326 H (Muhammad Syakir, t.t: 47). Kitab Washoya Al-

Aba‟ lil Abnaa‟ sangatlah familiar dalam kurikulum pendidikan non formal

seperti madrasah diniyah dan pesantren, namun tidak begitu familiar dalam

kurikulum pendidikan formal.

Kitab ini dikalangan pesantren sering disebut sebagai kitab kuning,

yaitu salah satu kitab klasik yang berbahasa arab. Kitab Washoya

inimerupakan kitab yang wajib dikaji oleh anak didik yang masih dasar guna

membekali akhlak pada anak didik. Kitab ini berisi tentang wasiat-wasiat

seorang guru terhadap muridnya tentang akhlak dan didalamnya mengemas

Page 41: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

27

pendidikan akhlak dalam bentuk bab per bab sebanyak 21 bab, dengan

disertai uraian konsep dari bab yang dibicarakan.

Untuk lebih memperjelas gambaran atau isi dari kitab Washoya al-

Aba‟ lil Abnaa‟ adalah sebagai berikut:

No. Bab Pembahasan

1. I Nasihat guru kepada muridnya

2. II Wasiat bertaqwa kepada Allah

3. III Hak dan kewajiban terhadap Allah dan rasul-Nya

4. IV Hak dan kewajiban terhadap kedua orangtua

5. V Hak dan kewajiban terhadap teman

6. VI Adab dalam menuntut ilmu

7. VII Adab belajar, mengkaji ulang dan diskusi

8. VIII Adab olah raga dan berjalan di jalan umum

9. IX Adab majelis dan kuliah

10. X Adab makan dan minum

11. XI Adab beribadah dan masuk masjid

12. XII Keutamaan berbuat jujur

Page 42: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

28

13. XIII Keutamaan amanah

14. XIV Keutamaan dalam „iffah

15. XV Keutamaan muruah (menjaga kehormatan diri),

syahamah (mencegah hawa nafsu) dan „izzatin nafsi

(kemuliaan diri)

16. XVI Ghibah, namimah, hiqd, hasad dan takabbur

17. XVII Keutamaan tobat, roja, khauf, sabar dengan bersyukur

18. XVIII Keutamaan beramal dan mencari rezeki yang disertai

tawakkal serta zuhud

19. XIX Keutamaan ikhlas dengan niat Lillahi Ta‟ala dalam setiap

amal

20. XX Wasiat terakhir

21. XXI Keistimewaan membaca surat Al-Ikhlas

Page 43: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

29

BAB III

PEMIKIRAN MUHAMMAD SYAKIR

DALAM KITAB WASHOYA

TERHADAP ETIKA MENUNTUT ILMU

A. Pengertian Etika Menuntut Ilmu

Kata “etika” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “ethos”, artinya adat

kebiasaan. Etika merupakan istilah lain dari akhlak atau moral, tetapi

memiliki perbedaan substansial karena konsep akhlak berasal dari pandangan

agama terhadap tingkah laku manusia, konsep etika padangan tentang tingkah

laku manusia dalam perspektif filsafat, sedangkan konsep moral lebih

cenderung dilihat dalam perspektif sosial normatif dan ideologis (Beni dan

Abdul, 2012: 26).

Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang

diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Pada

hakikatnya moral menunjuk pada ukuran-ukuran yang telah diterima oleh

suatu komunitas, sementara etika umumnya lebih dikaitkan dengan prinsip-

prinsip yang dikembangkan diberbagai wacana etika. (Manpan dan Ridwan,

2014: 7).

Sedangkan menurut Beni dan Abdul Hamid, (2012: 27) dalam

bukunya Ilmu Akhlak mengartikan etika adalah ilmu tentang tingkah laku

manusia, prinsip-prinsip yang disistematisasi dari hasil pola pikir manusia.

Page 44: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

30

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa etika adalah

ilmu tentang tingkah laku manusia baik berupa sikap, perbuatan atau yang

lainnya yang dilakukan dari hasil pola pikir manusia.

Sedangkan pengertian ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang

berasal dari pengamatan panca indera, dari pengalaman yang disebut dengan

pengetahuan empirik. Ilmu juga dapat berawal dari cara berpikir manusia

dengan menggunakan rasio. Ilmu seperti ini disebut dengan pengetahuan

rasional (Beni dan Abdul, 2012: 17).

Jadi etika menuntut ilmu adalah tingkah laku manusia yang

mengakumulasikan pengetahuan yang berasal dari hasil pola pikir manusia

baik terwujud dari sikap, perbuatan, atau perilaku sesuai dengan norma yang

ada.

B. Etika Menuntut Ilmu dalam Kitab Washoya

Pendapat Syekh Muhammad Syakir mengenai etika menuntut ilmu

dalam kitab Washoya adalah sebagai berikut:

شبغ ثجذ ع : الج ع غت ا ٠بث ا، حشص ع لزه ا

غئخ رغزف١ذب. ث زفع ف١ شىئ الر ٠زت

بعب اعز طب عخ ج١ذح لج سحع١ه مش عه ا : غبع دس ٠بث

ارااش جظ اذسط، ع١ه اال االعزبر ف ى شف فال غبئ ا غئخ

زم ال ر ب، ع ف ف اه زشزشن اسظبع احذ اخ ىف رغز

غئخ ا اخش لج ج١ ف اال ارااجغه االعزبر ف ف ىبه ذا.

Page 45: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

31

اه ارا رعذ ع١ه احذاخ . ط فال رجظ ف غ١ش س اذ ه از ع١

الرشب ر فالربصع ط ف١ ج ش ا ا ثب اسفع اال عزبرن حز ٠م١

ى ٠جغه ف .ب ع١ ه ا

اراششعبالعزبر ف لشا : ٠بث ال ءح اذسط فالرزشب غ حذ٠ش ثب ع

ا ع اخ ب لشخ ثب ب ٠م اصغ ا ه. ا٠بن ا ب. االعزبراصغبءرب

فىشن رغغ ا ارااشىذ ع١ه ثشئ اخش اجظ افغ١خ اصبءاذسط :

رشفع ا٠بن ا بي اعبدرب. ى ا بالعزبر ثبالدة غئخ ثعذ رمش٠شب فبغت

ره ع ا ربصع ص ه.عزبرن ا ٠زفذ ا ل ارااعشض ع١ه

ز ٠بث عمطذ ل١ ٠ذ اعزبر حذ االدة ث١ ١ز ع : ارا خشط از

جش ع ل اض اعزحك ازؤد٠ت ا ذ اخ ع ذ اعزبر .ع خ ادث

: ارا ٠بث ع رغزفذ ه الث١ه ق احزشا اعزبرن ف رحزش

ش١ئب. ع دس ال

: ٠بث اص٠خ اع حجت ف از سفع اظع لل ر االدة، ف ظع ١

. فال ٠ىبد ع هللا ا١ ثغ ابط اع١ رىجشاعبءاالدة عمػ م، خ

ا غب ب ٠ىش .٠ش ٠جذ ا فك ع١

غعت االعبرز ع ء اظش ع غبت ا : الش بء ٠بث اع ح

ب ال ، فب ب رغئ االدة ا ا ع١ ذس ا رغعت احذا : ا فب٠ه. ٠بث

Page 46: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

32

: ص١حز ه، . ٠بث امط١عخ، فبلج ب حش زج غعت االعبرزح ا ٠

ظ س از فزح عغ هللا ا عبءه ثب اذ اعؤ شب٠خه، ا ٠غزج١ت ظ

و ه. دعبء ثزبي ا هللا رعب ا اال عبء بذ د ثفغه فبوضش زاخ

ث اع ابفع ع د.٠شصله ا ج ا اعع اىش عبء ١ع اذ سثه ع ا

Wahai anakku, belajarlah dengan sungguh-sungguh dan penuh

semangat. Jagalah waktumu jangan sampai berlalu dengan sesuatu yang tidak

mendatangkan manfaat bagimu.

Wahai anakku, baca dan pahamilah dengan penuh kesungguhan

pelajaran yang telah maupun yang belum dibahas oleh gurumu. Bila engkau

menemui kesulitan jangan ragu untuk bertanya dan mendiskusikannya dengan

temanmu. Dan jangan engkau alihkan kemasalah lain, sebelum tuntas

masalah pertama dan dapat kau pahami dengan baik. Apabila guru telah

memilihkan tempat untukmu, jangan engkau pindah ke tempat lain. Bila salah

seorang teman kamu hendak menempati tempat dudukmu, janganlah kamu

bertengkar atau mengganggunya, tetapi kemukakan kepada gurumu agar

beliau memberimu tempat duduk tertentu.

Wahai anakku, bila gurumu telah memulai pelajaran, jangan engkau

larut dalam pembicaraan dengan temanmu, simaklah setiap pembicaraan

gurumu dengan penuh kesungguhan. Jangan engkau melamun ditengah-

tengah pelajaran. Bila engkau menemui kesulitan, mintalah dengan gurumu

dengan sopan untuk mengulangi menerangkan sekali lagi. Jangan engkau

melantangkan suara dihadapan gurumu dan jangan engkau bantah penjelasan

gurumu, sehingga dia tidak menyukaimu.

Wahai anakku, bila engkau tidak memuliakan gurumu lebih dari orang

tuamu, maka engkau tidak akan mendapatkan manfaat dari ilmu yang

diajarkannya.

Wahai anakku, tawadlu‟ (merendahkan hati) dan akhlak yang baik itu

adalah hiasan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa yang tawadlu‟ karena

Allah, akan diangkatlah derajatnya. Allah akan menjadikan seluruh makhluk-

Nya cinta dan hormat kepadanya. Barang siapa takabur dan berakhlak tercela

maka jatuhlah martabatnya. Allah akan menjadikan seluruh makhluk

membenci dirinya, dan tidak mungkin ada orang yang menghormati,

memuliakan dan menyayanginya.

Wahai anakku, tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi pelajar dari

pada kemarahan guru dan ulama, karena itu, takutlah anakku, jangan sampai

engkau membuat kemarahan pendidikmu dan menunjukkan akhlak tercela

dihadapannya. Terimalah anakku nasihatku ini! Carilah keridloan guru-

gurumu, mintalah do‟a kepada mereka agar engkau mudah dalam belajar.

Semoga Allah mengabulkan do‟a guru-gurumu sehingga tercapai cita-citamu.

Page 47: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

33

Apabila engkau sedang menyepi seorang diri, perbanyaklah bermunajat

(berdialog) dan tawakal (berserah diri) kepada Allah, semoga Allah

memberimu ilmu pengetahuan yang luas dan bermanfaat dengan

mengamalkan ilmu tersebut. Sesungguhnya Rabbmu Maha Mendengar dan

mengabulkan segala do‟a, yang luas anugerah dan kemuliaannya.

C. Pokok Bahasan tentang Etika Menuntut Ilmu

Syekh Muhammad Syakir dengan pemikiran yang diituangkan dalam

kitab Washoya al aba‟ lil Abna‟ lebih menekankan pada etika. Kitab

Washoya al aba‟ lil Abna‟ berisi tentang nasihat-nasihat untuk generasi muda

muslim, agar menjadi individu-individu yang bersih dari sifat-sifat yang tidak

terpuji, berakhlak mulia. Dalam kitab Washoya al aba‟ lil Abna‟ terkait

mengenai etika menuntut ilmu, bahwasanya kita sebagai generasi muda

muslim harus mengerti, memahami dan mengamalkan apa yang telah

diwasiatkan oleh Syekh Muhammad Syakir supaya dalam proses menuntut

ilmu kita dapat memetik hasil yang kita dapat dan memberikan keberkahan

terhadap diri sendiri dan orang lain. Adapun etika menuntut ilmu dalam kitab

Washoya al aba‟ lil Abna‟ dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Belajar dengan Sungguh-Sungguh

Tidak ada suatu keberhasilan tanpa disertai dengan kesungguhan.

Kalimat tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk menyemangati diri

sendiri dalam berbagai persoalan yang sedang dihadapi. Dalam proses

belajar, seorang penuntut ilmu harus belajar dengan sungguh-sungguh

tidak boleh seenaknya saja. Dengan tekad yang kuat dan belajar sungguh-

sungguh akan membawa kondisi penuntut ilmu kepada tingkat konsentrasi

tinggi terhadap ilmu yang dipelajari, hal ini akan mempermudah seorang

Page 48: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

34

pelajar untuk mengerti dan memahami ilmu yang diajarkan oleh guru,

yang dibaca dari buku, mengamati lingkungan, maupun hasil diskusi

dengan orang lain.

2. Semangat dalam Menuntut Ilmu

Tanpa ada semangat seorang pelajar tidak akan mendapatkan hasil

yang diharapkan. Jiwa yang muda memiliki semangat yang lebih

membara. Sering mengeluh dan mudah risau justru akan mendatangkan

tambahan beban pikiran yang memberatkan dan menghabiskan banyak

energi untuk kesia-siaan yang tidak berfaedah. Dalam mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru, seorang pelajar seyogyanya mengerjakan

dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh, hal yang demikian akan

membuatnya menikmati proses pembelajaran yang akan berbanding lurus

dengan hasil yang dicapai.

Seorang pelajar yang belum memahami suatu ilmu yang

dipaparkan oleh guru maupun pemaparan di dalam sebuah buku harus

mempunyai semangat tinggi dan tidak berputus asa untuk mengkaji

kembali ilmu tersebut dengan mengulang-ulang kembali ataupun bertanya

kepada orang lain yang sudah lebih faham.

3. Menghargai Waktu

Waktu merupakan perkara yang sangat berharga sekali. Sampai-

sampai dibahas dalam kitab suci Al-Qur‟an. Semua orang bersepakat

tentang pentingnya waktu, terlebih lagi bagi seorang pelajar yang sedang

menuntut ilmu sebagai bekal hidupnya.

Page 49: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

35

Pelajar yang mengoptimalkan waktu yang dimiliki tentunya akan

lebih banyak mendapatkan ilmu dan kefahaman. Pelajar yang menghargai

waktu akan menggunakan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat

baginya, sehingga apapun yang dilakukannya merupakan hal yang

bermakana untuk proses belajar dan hidupnya.

4. Pemahaman

Dalam wasiat ini, Syekh Muhammad Syakir berpesan bahwasanya

kita harus membaca dan memahami pelajaran yang belum atau sesudah

diajarkan oleh sang guru dengan penuh kesungguhan agar apa yang kita

pelajari dapat dipahami dengan mudah. Apabila pada saat belajar sedang

menemui kesulitan untuk memahami pelajaran tersebut, janganlah ragu

untuk ditanyakan kepada guru agar sang guru memberikan penjelasan lagi

sehingga dapat dipahami dan dimengerti dengan mudah. Selain ditanyakan

oleh guru, berdiskusi dengan teman juga bisa dilakukan untuk

memecahkan suatu masalah dalam belajar. Jika masalah satu belum tuntas

janganlah engkau beralih ke masalah yang lainnya. Hal itu akan

mengakibatkan tertumpuknya suatu masalah sehingga rumit untuk

diselesaikan dan akan mempersulit diri kita sendiri.

Ketika peserta didik melakukan hafalan, jangan sampai hanya

sekedar menghafal kata-kata tanpa memahami makna. Akan tetapi,

pusatkanlah perhatian pada pemahaman makna-makna dan penepatannya

dalam pikiran. Karen ilmu adalah apa yang difahami bukan ilmu yang

dihafalkan (Muhammad Syakir, 1326: 17).

Page 50: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

36

5. Diskusi

Metode merupakan salah satu yang sangat penting untuk mencapai

sebuah keberhasilan dalam belajar. Syekh Muhammad Syakir dalam

menasehati kaum remaja untuk melakukan sebuah diskusi agar

mendapatkan sebuah ilmu yang baru.

S. Ulihbukit dkk, (1975: 29) dalam bukunya yang berjudul

Metodologi Pengajaran mengatakan bahwasanya diskusi adalah

percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide

serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang

tergabung dalam kelompok untuk mencari atau memperoleh kebenaran.

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru

menugaskan pelajar atau kelompok pelajar melaksanakan percakapan

ilmiah untuk mencari kebenaran.

ائذ، ف ١خ جض٠خ ا اع غبئ ة ف ا اطال حبسح ١ : ا ٠بث

االغشاض ازعج١شع ع حغ رع١ رطك اغب اف رم

اال جشأح ذ ف اطبت ا ر دح، مص فعه ا : ال٠ ٠بث ى ، لذا

فحش ف ا زة االخالق، ثع١ذاع ذاابط اال اراوذ الع ذهللا زاع

. خ الئ حك ال رؤخزن ف ا ع فغه حك ي ا ي رم م ا

“Wahai anakku, munadharah (diskusi) sesama pelajar dalam

membahas masalah ilmiyah, banyak membawa manfaat, diantaranya

memperkuat pengertian, memperlancar pembicaraan, membantu

mengambil i‟tibar (pelajaran) dari suatu masalah dan menambah

keberanian diri. Tetapi wahai anakku, semua itu tidak akan memberi

manfaat atas dirimu baik dalam pandangan Allah ataupun umat manusia,

kecuali bila engkau memiliki adab yang mulia, menjahui kata-kata yang

Page 51: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

37

tak layak diucapkan dan bicaralah dengan perkataan yang haq sekalipun

terhadap dirimu sendiri. Janganlah engkau takut pada celaan orang, selama

engkau berpijak pada yang Al-Haq”.

6. Saling Menghormati

“Wahai anakku, jika engkau duduk untuk belajar, janganlah

mendesak temanmu dan lapangkan tempat baginya hingga dia bisa duduk.

Karena mendesak teman-teman di majelis-majelis mereka menimbulkan

kejengkelan dan menyebabkan dendam serta membangkitkan kejahatan”

(Muhammad Syakir, 1326: 12).

Selain itu, Syekh Muhammad Syakir juga memberikan pemaparan

tentang bagaimana sesama penuntut ilmu harus saling menghormati dan

menyayangi, tidak boleh saling bertengkar karena persoalan yang sepele

sehingga dapat menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan.

7. Akhlaq kepada Guru

Guru merupakan orang tua kedua seorang pelajar. Para guru ikhlas

dan penuh kasih sayang mencurahkan segala kemampuannya demi

mendidik murid-muridnya. Berakhlak yang baik terhadap guru merupakan

kewajiban seorang pelajar.

“Wahai anakku, tiada sesuatu yang lebih membahayakan pelajar

daripada amarah para guru dan ulama. Oleh karena itu wahai anakku,

janganlah engkau membuat marah seorang pengajar atau bersikap kurang

sopan di depannya. Sekurang-kurangnya akibat yang ditimbulkan oleh

amarah para guru adalah terputus pelajaran dan pemutusan hubungan”

(Muhammad Syakir, 1326: 15).

Page 52: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

38

8. Akhlaq kepada Teman/Saudara

Beberapa akhlak terhadap sesama teman diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Menjaga persaudaraan

ه سفمبء ش٠ف اش ع غجخ ا ذ لذ اصجحذ : ب ا ٠بث

ا احذا رؤ ر بن ا عش١شره فب٠ اه اخ ف دسعه،

ز عب رغ١ئ

“Wahai anakku, ingatlah! Engkau telah menjadi seorang pelajar yang

menuntut ilmu dan engkau memiliki banyak teman, mereka adalah

saudara dan temanmu dalam pergaulan. Karena itu, jangan engkau

menyakiti hati atau berlaku buruk terhadap mereka”.

افغح : اراجغذ ذسط فال رعب٠ ٠بث اه اخ ك احذا

جبغ ف ا خ عب٠مزبال ط، فئ ج ا ى حز ٠ز ىب فب

اارال١ ا س. "٠ب ا٠باز٠ ش رض١شاش ذاالحمبد ر س ذ غشاص ر ى

ا. شض ا فب شض ا ارال١ ، جبظ فبفغحا٠فغح هللا ى افب ح رفغ

ب رع هللا ث دسجبد ااع ر ا از٠ ى ا ا ٠شفع هللا از٠

" خج١ش

“Wahai anakku, bila engkau duduk janganlah engkau persempit

tempat bagi temanmu lapangkanlah tempat sehingga temanmu dapat

duduk dengan leluasa. Sesungguhnya menyempitkan tempat duduk

(tidak memberi kesempatan untuk duduk) pada orang lain itu

termasuk perbuatan yang mengesalkan dan menyakitkan hati,

sehingga membuat tidak enak di hati serta memunculkan banyak

keburukan. “Hai orang-orang beriman, bila dikatakan padamu:

berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya

Page 53: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

39

Allah akan memberi kelapangan untukmu.Dan apabila dikatakan:

berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

derajat orang-orang yang menuntut ilmu. Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan”(QS. Al-Mujadalah: 11).

b. Saling menghormati

Sesama teman dalam memuntut ilmu harus saling menghormati

antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada yang harus disombongkan

terhadap orang lain. Sebab kita sama dihadapan Allah. Yang

membedakan adalah ketaqwaannya saja. Maka dari itu, seorang

penuntut ilmu harus berbuat baik terhadap sesama teman, saling

menghormati, dan menghargai agar tercipta harmonisasi dinamika

pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga masing-masing

penuntut ilmu mendapatkan hasil yang maksimal.

c. Tolong menolong

Ta‟awun (tolong menolong) merupakan sifat yang sangat

melekat pada diri seseorang yang berakhlak mulia, dan ia melakukan

perbuatan tersebut tanpa melalui paksaan orang lain, melainkan timbul

dari kesadaran diri sendiri. Selain itu, pertolongan yang diberikan

tanpa mengandung unsur mengharap imbalan jasa dari orang lain.

Semua yang sudah dilakukan hanya semata-mata mengharap ridho

dari Allah SWT. Kehidupan ini bukan hanya dinikmati oleh segelintir

orang saja, tetapi semua manusia punya hak untuk mengambil manfaat

dan menikmati dari segala sesuatu yang dibutuhkan dirinya. Karena

pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial diciptakan untuk

berpasang-pasangan dan secara otomatis juga saling membutuhkan

Page 54: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

40

satu dengan yang lainnya. Hidup dengan kesendirian tidak akan dapat

menyelesaikan masalah, setiap individu membutuhkan saling berbagi

dan komunikasi dengan orang lain untuk menyelesaikannya.

٠بث ال٠غزط١ع ام١ب اه ع ع ثه احذ إخ : ارااعزعب

ع١ ش اه صبحت افع رظ ا٠بن ا . غبعذر ث حذ فالرجخ

غبعذح. ا ثز

“Wahai anakku, bila temanmu membutuhkan pertolongan, jangan

engkau merasa berat untuk menolongnya. Jauhkan sikap

membanggakan dirimu, bahwa engkau lebih memiliki keutamaan dari

temanmu”.

d. Kerja sama

“Wahai anakku, janganlah mempersempit jalan ilmu terhadap

teman-temanmu, bila mereka meminta dari guru mereka untuk

menjelaskan suatu masalah yang tidak mereka ketahui dengan

sebenarnya. Dengarkanlah bersama mereka apa yang dikatakan guru,

jika engkau menginginkan kebaikan bagi dirimu” (Muhammad Syakir,

1326: 13)

“Apabila fajar terbit dan engkau bangun untuk menunaikan

sholat fardhu, maka bangunkanlah saudara-saudaramu dengan lemah

lembut dan periharalah shalat dalam jama‟ah. Karena sholat jama‟ah

lebih utama daripada sholat sendirian” (Muhammad Syakir, 1326: 13)

e. Sopan santun

“Bersikaplah sopan dengan teman yang engkau pilih untuk

belajar. Apabila engkau telah mengerti sebelum dia, maka janganlah

Page 55: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

41

membanggakan diri terhadapnya karena dapat mendahuluinya.

Apabila dia berbeda pendapat denganmu dalam memahami suatu

masalah, maka dengarkanlah apa yang dikatakannya. Barangkali dia

telah memahaminya dengan benar dan engkaulah yang salah dalam

hal pemahaman. Hindarilah perdebatan dengan cara yang batil dan

jangan membela pendapatmu bila mana keliru” (Muhammad Syakir,

1326: 16).

f. Jujur

Jadilah seseorang yang jujur dan jangan mengkhianati mengenai

kehormatan maupun harta dan lainnya. Apabila seorang teman

mempercayai kita untuk menjaga hartanya, jangan mengkhianatinya

dan kembalikan harta itu kepadanya, begitu ia memintanya

(Muhammmad Syakir, 1326: 30).

Jadilah seseorang yang jujur dalam segala hal, mengenai

sesuatu yang kecil maupun yang besar. Jangan sampai berniat untuk

khianat mengenai sesuatu yang besar atau remeh. Janganlah membuka

tas seorang teman maupun wadah barang-barangnya disaat dia tidak

ada, walaupun hanya untuk sekedar mengetahui isinya. Karena

perbuatan itu termasuk khianat (Muhammad Syakir, 1326: 30).

“Wahai anakku, janganlah engkau bercanda dengan cara

khianat. Maka janganlah mengambil sesuatu milik temanmu secara

diam-diam dengan maksud bercanda untuk mengembalikannya

kepadanya bila ia mencarinya. Karena hal itu menyebabkan orang lain

Page 56: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

42

bersangka buruk kepadamu dan menuduhmu, padahal engkau tidak

melakukannya” (Muhammad Syakir, 1326: 31).

9. Menuntut Ilmu Harus Tawadlu‟

“Wahai anakku, janganlah engkau mengira sebagaimana sangkaan

sebagian orang-orang yang dungu, bahwa tawakal kepada Allah adalah

meninggalkan amal dan menyerah pada takdir” (Muhammad Syakir, 1326:

38).

10. Tidak Boleh Takabur

“Wahai anakku, apabila Allah memberi nikmat karunia kepadamu,

bersyukurlah, jangan engkau takabbur (sombong) terhadap sesama

makhluk. Sesungguhnya Allah Dzat yang memberimu nikmat dan Dia

kuasa untuk mencabutnya kembali. Sesungguhnya Allah yang mencegah

tidak memberikan nikmat kepada selainmu itu kuasa untuk memberinya

berlipat ganda dari apa yang telah diberikan kepadamu. Karena itu

janganlah engkau membuat murka Allah dengan takabur kepada makhluk-

Nya, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang takabur”

(Muhammad Syakir, 2011: 125).

Page 57: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

43

BAB IV

ANALISIS ETIKA MENUNTUT ILMU

DALAM KITAB WASHOYA

A. Analisis Etika Menuntut Ilmu Perspektif Syekh Muhammad Syakir

Sarana yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Dzat

yang Maha Agung adalah dengan ilmu.Ilmu merupakan medium untuk

mengecap kebahagiaan dunia dan akhirat. Tanpa adanya ilmu seseorang tidak

akan mengecap kebahagiaan dan kedekatan dengan Allah (Kasyafani,

2014:4).

Mencari ilmu berarti menapaki tangga menuju kemuliaan dan derajat

yang tinggi di dunia dan di akhirat, firman Allah SWT:

ا ٠فغح هللا ى جبظ فبفغح ا ف ا ح رفغ ى ا إرا ل١ أ ٠ؤ٠ب از٠

ص ع ا ا ر أ از٠ ى ا أ ا ٠شفع هللا از٠ شض ا فب شض ا إرا ل١

دسجبد ط

هللا ث خج١ش ب رع

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya

Allah akan memberi kelapangan untuk mu. dan apabila dikatakan:

“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah

Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-

Mujadilah:11).

Ilmu merupakan dasar yang paling utama untuk menjadi manusia

yang bertaqwa kepada Allah. Dengan ketaqwaan inilah manusia

Page 58: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

44

akanmemperoleh derajat yang tinggi di sisi Allah. Sebagaimana firman Allah

berikut ini:

ا زعبسف لجبئ شعجب ى جع أض روش خمى ط٠ؤ٠ب ابط إ إ

ذ هللا أرمى ع ى أوش خج١ش ط هللا ع١ إ

Arti: “Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari

seorang lali-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami

jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu

saling mengenal.Sungguh, yang paling mulia diantara kamu

disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.Sungguh Allah

Maha Mengetahui, Maha Teliti” (QS. Al-Hujurat:13).

Ilmu tidak dapat diperoleh dengan mudah seperti membalikkan

telapak tangan.Seorang pelajar yang ingin memperoleh ilmu dan

mendapatkan manfaat dari ilmu tersebut harus senantiasa menghormati

guru/ulama.Syekh Muhammad Syakir menyebut guru/ulama dengan sebutan

kata Mu‟allim yang dituntut mampu menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan

yang diajarkannya dan berusaha membangkitkan siswa untuk mengamalkan

dalam kehidupannya agar bisa mendatangkan kemanfaatan dalam kehidupan

sehari-hari.Tidak hanya mengembangkan intelektual muridnya, tetapi juga

harus bisa memberikan pengetahuan jiwa dan mengembangkan spiritual

muridnya.

Dalam proses menuntut ilmu ada hal yang sangat penting yang wajib

diperhatikan oleh murid yaitu dalam menuntut ilmu murid sebaiknya berniat

yang ikhlas bukan untuk hal-hal yang bersifat duniawi belaka.Akan tetapi

diniatkan untuk hal-hal dunia dan akhirat.

Page 59: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

45

Dalam hal ini, yang perlu digaris bawahi adalah bahwa belajar atau

menuntut imu merupakan ibadah kepada Allah yang semata-mata untuk

mencari ridla dari-Nya.Sehingga nantinya dapat menghantarkan menuju

kunci kebahagian di dunia dan di akhirat.

Syekh Muhammad Syakir dalam pemikirannya tentang etika menuntut

ilmu dalam kitab Washoya dapat ditarik analisis dalam pembahasannya

sebagai berikut:

1. Belajar dengan Sungguh-Sungguh

Seorang murid juga harus bersungguh-sungguh dalam belajar atau

menuntut ilmu.Selain bersungguh-sungguh, murid juga diwajibkan selalu

kontinu (terus menerus) dalam belajar. Sebagaimana firman Allah SWT

sebagia berikut:

عجب ذ٠ ا ف١ب جبذ از٠ ط حغ١ ع ا هللا إ ٦

Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk(mencari keridhoan) Kami,

benar-benar akanKami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan

Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-

orang yang berbuat baik” (QS. Al-Ankabut:69).

2. Semangat dalam Menuntut Ilmu

Dalam menuntut ilmu seorang murid harus selalu dalam keadaan

yang semangat, optimisdan antusiasme maksimal dalam mengikui

pelajaran sehingga lebih fokus dan mendapatan hasil yang

maksimal.Orang yang semangat dalam belajar berarti telah melakukan

Page 60: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

46

upaya yang tepat dalam menggapai cita-citanya. Namun jika kita

menyerah tanpa ada semangat dan usaha, maka kita tidak akan

mendapatkan hasil apapun.Allah selalu menolong hamba-hamba-Nya yang

semangat berusaha. Sebagaimana firman Allah sebagai berikut:

شهللا ا ٠حفظ ف خ ٠ذ٠ ث١ عمجذ ل

ب هللا ال ٠غ١ش إ

فغ ب ثؤ حزب ٠غ١شا ثمل

شد ءا فال ع ارآ اسادهللا ثم طب

ي د

Artinya: “Baginya manusia adalah malaikat-malaikat yang selalu

menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka

menjaganya atas perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak

merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.Dan apabila Allah

menghendaki keburukan suatu kaum, maka tidak ada yang dapat

menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”

(QS. Ar-Ra‟d:11)

Dari ayat diatas dapat diambil manfaatnya bahwasanya jikalau kita

ingin mengubah nasib atau keadaan kita, itu semua tergantung pada diri

kita masing-masing, bukan orang lain. Apabila semangatnya mulai

berkurang, berikan waktu sejenak untuk mengingat orang tua dari jerih

payahnya mencari rizki untuk membiayai sekolah kita. Dengan

membayangkan wajah kedua orang tua kita, pasti semangat kita akan

muncul lagi.Selalu optimis dengan cita-cita yang ingin diwujudkannya.

3. Menghargai Waktu

Di dalam kegiatan belajar mengajar seorang murid harus

bersungguh-sungguh dan meninggalkan kegiatan yang tidak

bermanfaat.Karena waktu sangat berharga bagi seorang yang menuntut

Page 61: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

47

ilmu. Waktu harus digunakan dengan sebaik-baiknya yaitu dengan belajar

atau muthola‟ah pelajaran yang telah disampaikan oleh sang guru. Apabila

pada saat belajar mengalami kesulitan diharapkan untuk tidak malu

bertanya dengan teman yang sudah faham atau guru secara langsung.

Apabila memiliki waktu senggang lebih baik dimanfaatkan untuk

belajar atau melakukan aktifitas yang lebih bermanfaat, jangan sampai

menyesal dikemudian hari karena tidak dapat memanfaatkan waktu dengan

baik. Sebagaimana firman Allah SWT:

اعصش ف خغش غب ال حبد إ ا اص ع ا ءا إال از٠

جش ا ثبص ا ص ر ا ثبحك ا ص ر

Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam

kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan

amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran

dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-

Asr:1-3)

4. Pemahaman

Apabila engkau menghendaki kebaikan atas dirimu, maka ajaklah

beberapa teman sekolah untuk muthola‟ah (belajar) bersama, mungkin

temanmu dapat menolongmu dalam memahami sesuatu.Apabila telah

memahami pelajaranmu, janganlahditinggalkan begitu saja buku

pelajaran.Tetaplah belajar dengan teman-teman sekolah tanpa ada rasa

bosan.

Sesama teman menuntut ilmu atau saudara muslim haruslah

berbuat baik dan saling tolong menolong dalam kebaikan dan saling

Page 62: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

48

menunjang kesuksesan belajarnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah

SWT :

ش ال ٱش ئش ٱلل ا شع ا ال رح ءا ؤ٠ب ٱز٠

ال ٠ ذ ال ٱ حشا ٱ

ز إرا ح ب ا سظ ث س فعالا ٠جزغ حشا ج١ذ ٱ ٱ ١ ال ءا ئذ

م ٱ

ش ى ال ٠جش أ فٱصطبدا حشا غجذ ٱ

ٱ ع و أ صذ ل ب

ٱرما عذ ٱ ص ا ع ٱل ال رعب

ٱزم جش ا ع ٱ رعب رعزذا

عمبة شذ٠ذ ٱ ٱلل إ ٱلل

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar

syi‟ar-syi‟ar kesucian Allah, dan jangan (melanggar

kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)hadyu

(hewan-hewan kurban) dan Qalaid (hewan-hewan kurban yang

diberi tanda) dan jangan pula mengganggu orang-orang yang

mengunjungi Baitul Haram, mereka mencari karunia karunia

dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabil kamu telah

menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan

sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka

menghalang-halangimu dari Masjidil Haram, mendorongmu

berbuat melampaui batas (kepada meeka).Dan tolong

menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan

permusuhan. Bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya

Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah: 2)

Ayat di atas memerintahkan untuk saling tolong menolong dalam

kebaikan dan ketakwaan.Apabila ada seorang teman di kelas mengalami

kesulitan dalam memahami pelajaran, sudah seharusnya untuk dapat

membantu memberikan pemahaman kepadanya.

Selain itu, perbanyaklah mudzakarah (mengkaji ulang) berbagai

pelajaran yang di dapatkan.Sebab petaka bagi ilmu pengetahuan adalah

Page 63: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

49

lupa.Oleh sebab itu, jangan sampai mudzakarahmu hanya menghafal kata-

kata tanpa tahu arti dan maknanya.Berusahalah untuk mengerti arti dan

maksud yang terkandung didalamnya untuk kemudian ditanamkan dalam

hati.Karena ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus difahami, bukan

sesuatu yang harus dihafal.

5. Diskusi

Dalam kitab ini sistem belajar kelompok merupakan sistem belajar

yang baik dan banyak membantu dalam menyelesaikan suatu pertanyaan.

Ketika salah satu teman tidak bisa, ada teman yang lain yang sudah

memahami pembelajaran. Jadi, dalam satu kelompok akan timbul proses

transfer ilmu antara satu dengan yang lainnya.

Ulih bukit (1975:29) mengatakan metode diskusi merupakan salah

satu penyajian bahan pelajaran dimana guru menugaskan pelajaran atau

kelompok pelajar melaksanakan atau kelompok pelajar melaksanakan

percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran.

Dalam berdiskusi untuk mencari sebuah kebenaran harus dapat

menghormati antar satu dengan yang lainnya. Tidak boleh beranggapan

diri sendiri lebih menguasai ilmu daripada yang lain, sebab hal tersebut

akan menimbulkan sikap sombong dan merendahkan teman yang lain. Jika

pada waktu teman lain sedang berbicara untuk menjelaskan atau

mengutarakan pendapat, jangan memotong pembicaraannya. Hal tersebut

akan membuat rasa tidak enak terhadap teman tersebut.

Page 64: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

50

سح ث١ حب ذاسا اال وب ا اخ شح ع ص ع غبت باجز : ل ٠بث

ب از ٠عشف غبئ ظخ ف ا فب ا بظشح ع ا

“Wahai anakku, bila engkau dan teman-temanmu berkumpul untuk diskusi

dan saling mengemukakan pendapat dalam berbagai masalah, jangan

sekali-kali engkau memutus pembicaraan seseorang yang sedang

mengajukan argumentasinya.

Terkait diskusi ini juga disinggung dalam firman Allah sebagai

berikut:

ا إ عج١ حغخ ادع عظخ ا ا خ حى سثه ثبص

ثبز جبد

أحغط

عج١ ع ظ ث أع سثه إص

زذ٠ ثب أع

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS An-

Nahl:125).

6. Saling Menghormati

Seorang pencari ilmu haruslah memiliki sikap saling menghormati

dan menghargai satu dengan yang lain. Dengan demikian akan tercipta

suasana belajar yang harmonis, dan nyaman.

Dalam penerapannya perilaku seorang murid haruslah

mencerminkan perilaku baik saling menghormati apalagi berhubungan

dengan gurunya, selain itu juga harus berperilaku baik dengan teman-

temannya di sekolah, contohnya:

Page 65: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

51

a. Ketika bertemu guru berperilakulah sopan, seperti memberi salam,

mencium tangan gurunya ketika bersalamaan, menggunakan tutur kata

yang sopan pada saat berbicara, duduk dengan tenang ketika sang

guru sedang menerangkan, sebab sekarang banyak murid yang keliru

ketika berperilaku dengan gurunya.

Bentuk saling menghormati dan menghargai yang lainnya

adalah jangan menyela sang guru pada saat guru menerangkan atau

menjelaskan suatu pelajaran. Hal ini sepadan dengan firman Allah

sebagai berikut:

روشا ء حز أحذس ه ش ارجعز فال رغئ ع ٠لبي فئ

Artinya: “Dia berkata: Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu

menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku

sendiri menerangakannya kepadamu” (QS. Al-Kahf:70).

b. Ketika berperilaku dengan temannya seorang murid haruslah

berperilaku yang baik yaitu dengan cara tidak merendahkan temannya,

tidak membanggakan diri sendiri, dan membantu temannya dalam

kesulitan. Jangan mengolok-olok antar teman karena hal tersebut

termasuk perilaku yang tidak disukai oleh Allah. Sebagaimana firman

Allah SWT sebagai berikut:

خ١شا ٠ى عغ ا ل ا ال٠غخشل ا ٠آ٠باز٠طال

مبة ا ثال ال رب ثض فغى ا ا ض رل ب ٠ ق ثعذ اال فغ ا ثئظ االع

ط ٠زت فبئه اظ

Page 66: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

52

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jangan lah suatu kaum

mengolok-ngolok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka

(yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-

olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok)

perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-

olokkan) lebih abik dari perempuan (yang mengolok-olok).

Janganlah kamu saling menyela satu sama lain, dan janganlah

memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk

panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah

beriman.Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah

orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat:11)

7. Akhlaq kepada Guru

Proses belajar mengajar merupakan salah satu bentuk dari ibadah

karena dengan melakukan belajar mengajar seseorang mampu

mengamalkan ilmunya dan seseorang yang lain menjadi tambah ilmunya.

Sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:

ح إ١ لجه إال سجبال ب آ أسع ط

ال ز و وش إ از آ أ فغئ

رع

Artinya: “Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang –orang

lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah

kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak

mengetahui” (QS. An-Nahl:43).

Dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, belajar

dianjurkan untuk memilih pelajaran, mementingkan pelajaran yang

berhubungan dengan ketauhidan lebih dahulu. Hal ini yang harus

diperhatikan adalah memilih guru, karena guru merupakan orang yang

menjadi panutan dan orang yang menunjukkan ilmu yang akan dipelajari.

Dalam memilih guru haruslah memiliki kesabaran untuk mendapatkan

Page 67: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

53

guru yang cocok dengan cara pembelajarannya. Karena ketika terlanjur

datang dan belajar kepadanya, namun ditengah proses pembelajaran tidak

sesuai dengan yang diinginkan, kemudian pindah kepada guru lain maka

hal tersebut dapat menyebabkan tidak akan mendapatkan keberkahan ilmu

tersebut, maka berfikirlah terlebih dahulu untuk mencari ilmu (Nasiruddin,

1963:51).

Apabila seorang murid sudah memilih guru yang cocok, maka

sebaiknya murid tidak boleh membuat guru marah dengan sikap murid

yang kurang sopan terhadapnya. Pada saat sang guru memberikan

pelajaran hendaknya seorang murid memperhatikan dengan seksama, tidak

boleh bergurau atau berbicara dengan teman lainnya dan tidak

menyibukkan pikiran dengan sesuatu yang lain berupa bisikan-bisikan hati

ditengah pelajaran.

: ٠بث م، خ حجت ف١ سفع اظع لل ر االدة، ف ا ظع از ع ص٠خ ا

.رىجشاعبءاال ثغع هللا ا١ ابط اع١ دة عمػ

“Wahai anakku, tawadlu‟ (rendah hati) dan akhlak yang baik itu adalah

hiasan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa tawadlu‟ karena Allah,

akan diangkatlah derajatnya. Allah akan menjadikan seluruh makhluk-

Nya cinta dan hormat kepadanya. Barang siapa takabur dan berakhlak

tercelamaka jatuhlah martabatnya”.

Sikap tawadlu‟ terhadap guru sangatlah penting, karena manfaat

suatu ilmu salah satunya dengan menghormati atau memuliakan guru.Doa

guru menjadi bagian penting dalam keberhasilan seorang murid, karena

guru merupakan orang tua kedua setelah ayah dan ibu yang melahirkan.

Page 68: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

54

8. Akhlaq kepada Teman/Saudara

Saudara yang dimaksud yaitu saudara sesama muslim. Dalam hal

ini adalah teman yang sama-sama dalam menuntut ilmu.Tidak bersikap

buruk terhadap sesama teman. Saling menghargai dan saling membantu

pada waktu pembelajaran, jika seorang teman tidak bisa dalam suatu

pelajaran maka sebaiknya untuk mengajarinya (Syakir, t.th: 13).

Sesama teman atau saudara muslim haruslah berbuat baik dan

saling mengasihi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :

اخفط ج ع١ ال رحض اجب أص زعب ث ب ع١١ه إ ذ بحه ال ر

( ١ ؤ ۸۸)

Artinya : Janganlah sekali-kali kamu menunujukkan pandanganmu kepada

kenikmatan hidup yang telah kami berikan kepada beberapa

golongan diantara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah

kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu

terhadap orang-orang beriman (Q.S. Al-Hijr:88).

Melalui ayat di atas, Allah SWT memerintahkan setiap muslim

untuk bersikap rendah hati diantara saudaranya yang seiman, berbuat baik

terhadap mereka, dan berkata lembut agar saling mengasihi dan

menyayangi.

Dalam hubungan terhadap sesama sebaiknya dilandasi dengan

cinta karena Allah dan persaudaraan seagama, kerja sama dan saling

tolong menolong dalam hal kebajikan dan ketaqwaan kepada Allah,

mendedikasikan kebaikan bagi semua dan mencegah keburukan dari

Page 69: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

55

sesama teman serta menghiasi diri dengan akhlak-akhlak yang mulia

(Hajjaj, 2013: 263).

Apabila ada salah satu teman meminta pertolongan kepada kita,

alangkah baiknya kita menolong secara ikhlas dan bersenang hati. Karena

jika kita sewaktu-waktu mengalami kesulitan dan membutuhkan

pertolongan kepada teman, maka teman tersebut akan menolong tanpa

mengharap balasan dari kita. Seorang teman merupakan orang terdekat

kita setelah keluarga.

Saling melengkapi dan saling mengingatkan untuk kebaikan adalah

salah satu tujuan dari pertemanan.Semua manusia di dunia ini pasti

memiliki teman, baik teman dalam bisnis, bekerja, teman belajar, teman

mengaji atau yang lainnya.Melihat situasi pada zaman sekarang ini kita

harus mampu dalam memilih dan memilah teman.Berhati-hatilah dalam

memilih teman dan jangan sembarangan dalam bergaul dan berteman.

9. Menuntut Ilmu Harus Tawadlu‟

Tawadlu‟ adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya

dari siapapun datangnya, baik ketika suka maupun dalam keadaan marah

(Tim Kajian Nurul Ilmi, 2012: 376). Tawadlu‟ merupakan sikap rendah

hati, tidak menganggap diri lebih baik dari orang lain. Sikap seperti inilah

yang wajib dimiliki oleh seorang guru dan murid. Allah berfirman:

١ ؤ ا ارجعه اخفط جبحه

Page 70: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

56

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang

mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman” (QS Asy-

Syu‟ara:215).

Seorang murid harus senantiasa bersikap rendah hati kepada guru

dan temannya. Misalnya bertutur kata dengan sopan, menyapa ketika

bertemu. Karena salah satu faktor penyebab berkahnya suatu ilmu adalah

dengan sikap tawadlu‟ kepada ahli ilmu yaitu guru.

10. Tidak Boleh Takabur

Sombong (takabur) adalah menganggap orang lain rendah dan

merasa dirinya paling tinggi. Merasa memiliki kesempurnaan yang

sempurna berkaitan dengan agama atau dunia.Berkaitan dengan agama,

misalnya takabur karena merasa paling dekat dengan Allah SWT

dibandingkan dengan yang lainnya.Sedangkan yang berkaitan dengan

dunia misalnya, merasa lebih cerdas atau pandai dibandingkan dengan

yang lainnya.

. م ال رزىجش ع خ خ فبشىش هللا ع١ه ثع ع : إرا ا ٠بث

“Wahai, anakku! Apabila Allah mengarunianimu suatu nikmat, maka

bersyukurlah kepada-Nya dan jangan bersikap sombong terhadap

makhluknya” (Syakir, t.th:42).

Sebagaimana juga dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam QS

Al-A‟raf ayat 146:

Page 71: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

57

ف السض ثغ١ش ا ٠زىجش ءا ٠ز از٠ عؤصشف ع ا و ٠ش إ حك

ا ث وز عج١ال ره ثؤ شذ ال ٠زخز اش ا عج١ ٠ش إ ا ثب ءا٠خ ال ٠ؤ

ب غف١ ا ع وب ثئب ٠زب

Artinya: “Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan

dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda

kekuasaan-Ku. mereka jika melihat ayat-ayat (Ku), mereka tidak

beriman kepadanya. dan mereka melihat jalan yang membawa

kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi mereka

jika melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya, yang

demikian itu adalah karena mereka menduakan ayat-ayat Kami

dan mereka selalu lalai dari padanya” (QS Al-A‟raf ayat 146).

B. Relevansi Etika Menuntut Ilmu dalam kitab Washoya Al Aba’ lil Abnaa’

dikaitkan dengan Masa Kekinian.

Washoya Al Aba‟ lil Abnaa‟ adalah kitab yang ditulis oleh Syekh

Muhammad Syakir.Kitab ini merupakan warisan pendidikan yang sangat

jarang dijumpai di era sekarang ini.Didalamnya mengandung nasehat-nasehat

tentang akhlak dan adab sehari-hari dengan tujuan agar para peserta didik

memiliki akhlak yang baik dan dapat mengaplikasikan dikehidupannya.

Kitab Washoya merupakan kitab yang harus diberikan kepada

seorang murid yang masih menimba ilmu dibangku pendidikan.Sebab masih

banyak di luar sana yang masih belum mengetahui secara mendalam

bagaimana etika menuntut ilmu yang baik itu menurut kitab Washoya.

Etika menuntut ilmu dalam kitab Washoya meliputi beberapa aspek

diantaranya: belajar sungguh-sungguh, semangat dalam menuntut ilmu,

Page 72: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

58

menghargai waktu, pemahaman, diskusi, saling menghormati, akhlak kepada

guru, akhlak kepada teman/saudara, tawadlu‟, tidak boleh takabur.Semua itu

jika dikaitkan dengan kekinian memang masih dipergunakan dalam menuntut

ilmu. Misalnya, diskusi merupakan aspek dalam menuntut ilmu yg masih

melekat dan masih digunakan dalam proses belajar mengajar sampai saat ini.

Sebab di dalam diskusi murid mampu mengambil manfaatnya antara lain

dapat menghargai pendapat orang lain, meningkatnya rasa percaya diri, dapat

memberikan pertolongan sesama teman yang belum mengerti. Sikap tawadlu‟

dan tidak boleh takabur merupakan suatu sikap yang harus ditanamkan sejak

dini oleh penuntut ilmu sebab keduanya merupakan pondasi agar kelak tidak

sombong terhadap orang lain. Oleh sebab itu, kitab Washoya Al Aba‟ Lil

Abnaa‟ sangat relevan untuk dijadikan pedoman dalam berakhlak yang baik

untuk menghadapi tantangan zaman. Dalam kitab ini, dijelaskan pula

bagaimana cara berakhlak terhadap Allah dan Rasulmya, berakhlak kepada

orang tua, berakhlak dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui akhalk yang

baik dan buruk, serta berakhlak kepada masyarakat dalam menghadapi zaman

kekinian.

Menurut penulis relevansi kitab Washoya Al Aba‟ Lil Abnaa‟ dalam

menghadapi zaman kekinian adalah dapat menjadi solusi dalam memperbaiki

akhlak di berbagai bidang, khususnya dalam menghadapi zaman

sekarang.Dan sebaiknya dari masa dini selalu ditanamkan etika yang baik

agar kelak menjadi generasi yang berakhlak mulia

Page 73: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

59

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan-pembahasan dan analisa pada bab-bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Dalam kitab Washoya al aba‟ lilAbnaa‟ tentang etika menuntut ilmu

untuk seorang murid sangatlah penting sekali. Dimana seorang murid harus

mengetahui etika menuntut ilmu dan juga harus dapat mengaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat diharapkan seorang murid memiliki

akhlak yang baik, mempunyai ilmu yang bermanfaat untuk dirinya sendiri

dan orang lain.

1. Biografi Syekh Muhammad Syakir

Muhammad Syakir lahir di Jurja, Mesir pada pertengahan Syawal

tahun 1282 H bertepatan pada tahun 1863 M dan beliau wafat pada tahun

1939 M. Ayah beliau bernama Ahmad bin Abdil Qadir bin Abdul Warits.

Keluarga Syekh Muhammad Syakir telah dikenal sebagai keluarga yang

paling mulia dan yang paling dermawan di kota Jurja.

Pada tanggal 26 April 1904, Muhammad Syakir pun masuk ke

Lembaga Keagamaan di Alexandria tempat ayahnya menjadi syekh.

Ketika pada 19 April 1909 ayahnya menjadi wakil di Al-Azhar,

Muhammad Syakir pun ikut ke Kairo untuk kemudian belajar di Al-Azhar

hingga lulus pada 1917.

Page 74: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

60

2. Etika menuntut ilmu yang terdapat dalam kitab Washoya al aba‟ li

lAbnaa‟adalah sebagaiberikut:

a. Seorang murid harus belajar dengan sungguh-sungguh.

b. Harus memiliki semangat yang berkobar dalam menuntut ilmu.

c. Hendaklah seorang murid dapat menghargai waktu dan menggunakan

waktu dengan sebaik-baiknya.

d. Selain mengerti akan pelajaran yang diberikan kepada guru, murid juga

harus memiliki pemahaman mengenai ilmu yang didapat dari sang

guru.

e. Murid harus sering-sering berdiskusi untuk mencari sebuah kebenaran

dan melatih otak untuk terus berfikir.

f. Seorang murid harus saling menghormati antara satu dengan yang

lainnya agar dapat menciptakan lingkungan yang harmonis.

g. Hendaklah memiliki akhlaq yang baik kepada guru. Agar mendapat

ilmu yang barokah.

h. Seorang murid diharuskan memiliki akhlaq yang baik kepada teman.

i. Menuntut ilmu harus ditanamkan sikap tawadlu‟sejak awal agar

memiliki banyak teman dan disayangi oleh sang guru.

j. Harus dapat menjahui sikap takabur. Sebab hal itu akan merugikan diri

sendiri dan orang lain. Sehingga tidak mendapatkan ilmu yang

barokah.

Selain itu seorang murid harus ta‟dzim (mengagungkan), wira‟i

(menjaga diri), syahamah (menjaga hawa nafsu), bahwa memiliki sikap

Page 75: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

61

tersebut menjadikan ilmu lebih bermanfaat dan barokah dengan tujuan

mendapat ridha Allah sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari.

3. Relevansi Kitab Washoya tentang Etika Menuntut Ilmu dalam Konteks

Kekinian.

Washoya Al Aba‟ lil Abnaa‟ adalah kitab yang ditulis oleh Syekh

Muhammad Syakir. Kitab ini merupakan warisan pendidikan yang sangat

jarang dijumpai di era sekarang ini. Di dalamnya mengandung nasehat-

nasehat tentang akhlak dan adab sehari-hari dengan tujuan agar para peserta

didik memiliki akhlak yang baik dan dapat mengaplikasikan

dikehidupannya.

Kitab Washoya merupakan kitab yang harus diberikan kepada

seorang murid yang masih menimba ilmu di bangku pendidikan. Sebab

masih banyak di luar sana yang masih belum mengetahui secara mendalam

bagaimana etika menuntut ilmu yang baik itu menurut kitab Washoya.

Etika menuntut ilmu dalam kitab Washoya meliputi beberapa aspek

diantaranya: belajar sungguh-sungguh, semangat dalam menuntut ilmu,

menghargai waktu, pemahaman, diskusi, saling menghormati, akhlak

kepada guru, akhlak kepada teman/saudara, tawadlu‟, tidak boleh takabur.

Semua itu jika dikaitkan dengan kekinian memang masih dipergunakan

dalam menuntut ilmu. Misalnya, diskusi merupakan aspek dalam menuntut

ilmu yang masih melekat dan masih digunakan dalam proses belajar

mengajar sampai saat ini. Sebab di dalam diskusi murid mampu mengambil

Page 76: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

62

manfaatnya antara lain dapat menghargai pendapat orang lain,

meningkatnya rasa percaya diri, dapat memberikan pertolongan sesama

teman yang belum mengerti. Sikap tawadlu‟ dan tidak boleh takabur

merupakan suatu sikap yang harus ditanamkan sejak dini oleh penuntut ilmu

sebab keduanya merupakan pondasi agar kelak tidak sombong terhadap

orang lain.

Menurut penulis relevansi kitab Washoya Al Aba‟ Lil Abnaa‟ dalam

menghadapi zaman kekinian adalah dapat menjadi solusi dalam memperbaiki

akhlak di berbagai bidang, khususnya dalam menghadapi zaman sekarang.

Dan sebaiknya dari masa dini selalu ditanamkan etika yang baik agar kelak

menjadi generasi yang berakhlak mulia.

B. SARAN

Dengan begitu besar manfaat dan peranan tawadlu‟ (rendah hati),

menghormati guru, sungguh-sungguh, semangat, beretika menuntut ilmu,

maka kami memberikan saran sebagai berikut:

1. Sebagai umat Islam yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, sudah

seharusnya kita selalu berpegang teguh pada kitab suci Al-Qur‟an dan Al-

Hadits, yang mana kitab tersebut merupakan pedoman dalam kehidupan

sehari-hari sehingga dengan harapan perilaku kita tidak menyimpang atau

bertentangan dengan ajaran Islam yang rahmatan lil „alamin.

2. Supaya ilmu yang kita dapat dan kita miliki menjadi berkah, manfaat

untuk diri sendiri, maupun di masyarakat nantinya maka dalam menuntut

ilmu hendaknya memuliakan guru, jangan sampai membuat guru marah,

Page 77: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

63

patuh, sopan, rendah hati, tawadlu‟ terhadap guru. Saling menyayangi dan

saling tolong menolong terhadap sesama teman.

3. Teruslah semangat dalam menuntut ilmu. Sebab ilmu yang bermanfaat

nantinya dapat menjadikan amal jariyah di hari akhir.

C. PENUTUP

Dengan mengucap syukur alkhamdulillah kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akademik yaitu penulisan skripsi yang mana sebagai syarat untuk meraih

gelar S1 di jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Mengingat kemampuan yang ada, tentulah penulisan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan. Apabila ada kebenaran semata-mata itu

hidayah dari Allah SWT, namun apabila ada kesalahan, maka semua itu

bentuk kekhilafan Penulis. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari

perbaikan selanjutnya sangat diharapkan penulis.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan juga bagi pembacanya di dunia dan akhirat. Semoga skripsi ini

menjadi amal jariyah bagi penulis di akhirat kelak. Aamiin.

Page 78: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

64

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Biografi Syaikh Muhammad Syakir,

http://www.scribd.com/doc/5281560/biografi-syaikh-muhammad-syakir.

Abdullah, Taufik. 2002. Ensiklopedi Tematis Dunia Isam, Akar dan Awal.

Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve.

Al Nawawi, Imam. 2013. Mutiara Riyadhush Shalihin, Terj. Ahmad Rofi‟

Usmani. Bandung: Mizan Pustaka.

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat

Press.

Az-Zabidi, Imam.2015.Ringkasan Shahih Bukhari cet. 3. Bandung: Jabal.

Bruinessen, Martin Van. 1995. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-

tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.

Djatmika, Rachmat. 1996. Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia). Jakarta: Rineka

Cipta.

__________, 1996. Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia) Jakarta: Pustaka Panjimas.

Drajat, Manpan dan M. Ridwan Effendi. 2014. Etika Profesi Guru. Bandung:

Alfabeta.

El mubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Emzir.2011. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.

Hajjaj, Muhammad Fauqi. 2013. Tasawuf Islam dan Akhlak. Jakarta: Amzah.

Hawwa, Sa‟id. 2006. Pendidikan Spiritual. Yogyakarta: MitraPustaka.

Juwariyah. 2010. HadisTarbawi. Yogyakarta: Teras.

Karo, Ulih bukit. 1975. Metodologi Pengajaran. Salatiga: CV.Saudara.

Page 79: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

65

Karo, Ulih bukit, S. dkk. 1975. Suatu Pengantar Ke dalam: Metodologi

Pengajaran. CV. Saudara Salatiga.

Kartanegara, Mulyadi. 2005. Panorama Filsafat Islam. Bandung: Mizan Media

Utama.

Kasyafani, faidh.2014. Etika Islam Menuju EvolusiDiri. Jakarta Selatan: Sandra

press.

Magnissuseno, Franz. 1987. Etika Dasar (masalah-masalah Pokok Filsafat

Moral). Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

Minarno, Eko Budi. 2010. Pengantar Bioetika Dalam Perspektif Sains dan Islam.

Malang: UIN-Maliki Press.

Nata, Abuddin. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali.

Pace san Don F, R. Waine. 2000. Komunikasi Organisasi :Strategi Meningkatkan

Kinerja Perusahaan, Cet. Pertama. Bandung:RemajaRosdaKarya.

Rahnema, Ali. 1996. Para Perintis Zaman Baru Islam. Bandung: Mizan.

Sarosa, Samiaji. 2012. PenelitianKualitatifDasar-Dasar. Jakarta: PT. Indeks.

Soeharto, Toto. 2006. FilsafatPendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Syakir, Muhammad. t.t. Washoya Al-Abaa „lilAbnaa‟. Semarang: Toha Putra.

Syakir, Muhammad. t.th. Washoya al Aba‟ lilAbnaa‟. Magelang: Salsabila.

Tafsir, Ahmad. 2004. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung:

MimbarPustaka.

Tim Kajian Keislaman Nurul Ilmi. 2012. Buku Induk Terlengkap Agama Islam.

Yogyakarta: Citra Risalah.

Van Bruinessen, Martin. 1995. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-

tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.

Page 80: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

Rina Atmasari. 2016. 5 Kasus Penganiayaan Guru oleh Murid.

http://pojoksatu.id/news/berita-nasional/2016/08/11/5-kasus-

penganiayaan-guru-murid-inikah-mental-pelajar-indonesia/

https://ulamasunnah.wordpress.com/2008/02/04/biografi-syaikh-ahmad-syakir/

TulisanUstadz Ahmad Hamdani di MajalahSalafyedisi XXIII.

Page 81: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

DAFTAR NILAI SURAT KETERANGAN KEGIATAN

Nama : Risa Rosiana S

NIM : 111-13-137

Jurusan : PAI

Dosen Pembimbing Akademik : Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag.

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai

1 OPAK STAIN SALATIGA 2013

“Rekontruksi Paradigma

Mahasiswa yang Cerdas, Peka dan

Peduli”.

27 Agustus

2013

Peserta 3

2 OPAK Tarbiyah 2013 “Menjunjung

Tinggi Nilai-Nilai Kearifan Lokal

sebagai Identitas Pendidikan

Indonesia”.

29 Agustus

2013

Peserta 3

3 Piagam Penghargaan “Making an

Incredible Youth Generation”.

06 September

2013

Panitia 3

Page 82: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

4 Library User Education

(Pendidikan Pemakai Perpustakaan)

UPT PERPUSTAKAAN STAIN

Salatiga

16 September

2013

Peserta 2

5 Pendidikan dan Latihan Calon

Pramuka Pandega ke-23 (PLCPP

XXIII) “PLCPP Membuka

Cakrawala Dunia Serta

Membangun Kredibilitas Bangsa”.

23 September

2013

Peserta 2

6 Seminar Nasional Bahasa Arab

Inovasi Pembelajaran Bahasa

“Upaya Menjaga Eksistensi dan

Masa Depan Pembelajaran Bahasa

Arab”.

09 Oktober

2013

Peserta 8

7 Pendidikan dan Latihan Calon

Pramuka Pandega (PLCPP) XXIV

“PLCPP sebagai Langkah

Rekontruksi Karakter Pandega

dalam Membangun Racana yang

Loyal dan Bermartabat”.

26-24

September

2014

Reka

Kerja

3

8 SK Pengesahan Pengurus PPTI AL 04 November Pengurus 4

Page 83: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

FALAH Salatiga Masa Khidmat

2014/2015

2014

9 Seminar Nasional

Entrepreneurship.

16 November

2014

Peserta 8

10 Lomba Akhirossanah ke XXI

Pon.Pes. Tarbiyatul Islam Al-Falah

Salatiga.

28 Mei 2015 Panitia 3

11 Seminar Nasional “Aktualisasi

Bahasa Arab untuk Membentuk

Karakter Bangsa yang

Bermartabat”.

10 Juni 2015 Peserta 8

12 Workshop Terapi Hati Session 2 25 Juni 2015 Peserta 2

13 Seminar Nasional “Epistemologi

Tafsir Kontemporer Integrasi

Hermeneutika dalam Metode

Penafsiran Al-Qur‟an”.

25 September

2015

Peserta 8

14 Seminar dalam Acara Edukasi

Literasi Keuangan bersama OJK

“Literasi Keuangan Syariah dan

Kebijakan Mikroprudensial dalam

12 Oktober

2015

Peserta 2

Page 84: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

Stabilitas Ekonomi”.

15 Seminar Nasional “Peran Sistem

Ekonomi Islam dalam

Meningkatkan Stabilitas Ekonomi

Global dengan Mensinergikan

Sektor Riil dan Sektor Keuangan”.

13 Oktober

2015

Peserta 8

16 Seminar Nasional “Jenderal

Sudirman Inspirasi Anak Bangsa”.

11 November

2015

Peserta 8

17 Seminar Nasional “Implementasi

Nilai-Nilai Pancasila sebagai

Benteng dalam Menolak Gerakan

Radikalisme”.

10 Februari

2016

Peserta 8

18 Dioalog Interaktif “Peran UU

Sisdiknas dan Permendikbud dalam

Penerapan Kurikulum 2013”.

02 Mei 2016 Peserta 2

19 Seminar Nasional “Esensi Dakwah

Kontemporer”.

21 Mei 2016 Peserta 8

20 Seminar Nasional “Analisis Metode

Imsakiyah yang Berkembang di

Indonesia”.

02 Juni 2016 Peserta 8

Page 85: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

21 Sertifikat Pelatihan Ilmu Falak 18-19 Juni

2016

Peserta 2

22 Dialog Nasional “Peningkatan

Konsep Hablum Minannas melalui

Ramadhan”.

19 Juni 2016 Peserta 8

23 Seminar Nasional “Optimalisasi

Sumber Daya Insani dalam

Menghadapi Dunia Wirausaha”.

29 September

2016

Peserta 8

24 Seminar Nasional “TAX

AMNESTI, Faktor-Faktor yang

Melatar Belakangi Lahirnya

Amnesty Pajak dan Dampaknya

Terhadap Perekonomian di

Indonesia”.

12 Oktober

2016

Peserta 8

25 Dialog Interaktif “Pendidikan

Karakter Indonesia”

15 Oktober

2016

Peserta 2

26 FUADAH BERSHOLAWAT

“Perkokoh Harmoni NKRI dan

Kehidupan Beragama dengan

Sholawat dan Konservasi Budaya”.

20 Oktober

2016

Peserta 2

Page 86: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

27 Seminar Nasional “Sejarah dan

Revitalisasi Identitas Bangsa”.

08 November

2016

Peserta 8

28 Seminar Nasional Edupreneurship

“Strategi Marketing Sukses

Wirausaha”.

13 November

2016

Peserta 8

29 Penyerapan Aspirasi Masyarakat

oleh Badan Pengkajian

“Peningkatan Kualitas Pendidikan

di Indonesia untuk Memperkokoh

NKRI”.

23 November

2016

Peserta 8

30 Praktikum Mata Kuliah

Kewirausahaan (Mahasiswa

Jurusan PAI, PGMI dan PGRA)

“Keren itu Mahasiswa Kreatif,

Inovatif, Mandiri dan Berani

Berwirausaha”

14 Desember

2016

Peserta 2

31 Lomba Festival Anak Sholeh (FAS)

KKN IAIN Salatiga Tematik

Posdaya Berbasis Masjid.

Februari 2017 Panitia 3

32 SK Pengangkatan Pengurus Dewan

Mahasiswa (DEMA) Institut

27 Februari

2017

Pengurus 4

Page 87: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga Masa Bakti 2017

33 Seminar Nasional IPNU IPPNU

“Peran Pemuda dalam

Mengukuhkan NKRI”

04 Maret 2017 Peserta 8

Jumlah 172

Salatiga, 3 Mei 2017

Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Kerjasama

Achmad Maimun, M.Ag.

NIP.197005 10 199803 1003

Page 88: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Risa Rosiana Sugiyanto

Tempat, Tanggal lahir : Blora, 26 September 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : KP JATI RT/RW 004/002, Kec. Cibodas Kota

Tangerang

Riwayat Pendidikan :

1. TK MUSLIMAT TAWANGREJO, lulus

tahun 2000

2. SD N 1 TAWANGREJO, lulus tahun 2007

3. SMP N 1 KUNDURAN, lulus tahun 2010

4. SMK MA‟ARIF BLORA, lulus tahun 2013

Riwayat Organisasi :

1. RACANA KUSUMA DILAGA WORO

SRIKANDHI IAIN SALATIGA

2. DEWAN MAHASISWA (DEMA) INSTITUT

IAIN SALATIGA

Demikian riwayat hidup ini dibuat sebenar-benarnya.

Salatiga, 12 Juni 2017

Penulis

Page 89: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

RISA ROSIANA S

ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM

KITAB WASHOYA KARYA

MUHAMMAD SYAKIR

Disusun oleh:

RISA ROSIANA S

111-13-137

Page 90: ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1990/1/SKRIPSI... · 2017-11-28 · (etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut

ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM

KITAB WASHOYA KARYA

MUHAMMAD SYAKIR

Disusun oleh:

RISA ROSIANA S

111-13-137