Etika Medico Legal Dalam Pelayanak Kasus Kedokteran Forensik
Transcript of Etika Medico Legal Dalam Pelayanak Kasus Kedokteran Forensik
ETIKA MEDICO LEGAL DALAM PELAYANAN KASUS KEDOKTERAN FORENSIK
Dr. Soegandhi ,Sp.F(K)
Pendahuluan
Etika medikolegal dibidang kedokteran forensik dipandang dari sudut hukum pidana dan hukum
kesehatan. Dalam sudut pandang hukum pidana penyidik yang menangani kasus harus punya kompetensi
dari tingkat atas maupun bawah berdasarkan UU No. 2 Tahun 2002. Dan secara operasional berdasarkun
UU No. 8 Tahun 1981.
I. Dasar hukum dalam operasional masing-masing diatur dalam KUHAP UU No. 8 Tahun 1981 meliputi
diantaranya:
1. Kasus hidup maupun mati berorientasi pada pasal 133 KUHAP tentang permintaan keterangan
keterangan ahli secara tertulis, pengiriman korban dan barang bukti, baik yang mati maupun hidup. Proses
operasional yang harus diperhatikan terutama untuk kasus mati, karena untuk kasus hidup, pasien dapat
datang sendiri dengan pelaporan ke kepolisian yang menyusul kemudian.
- Pasal 133 KUHAP tentang pengiriman untuk korban mati harus berlebel dan memuat identitas mayat,
disegel, dan diberi cap jabatan pada ibu jari kaki atau bagian lain dibadan mayat, sedangkan untuk kasus
hidup tidak perlu.
-Penjelasan pasal 133 KUHAP menerangkan bahwa keterangan yang diberikan ahli kedokteran
kehakiman disebut keterangan ahli, sedaangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli
kedokteran kehakiman disebut keterangan.
-Pasal 134 KUHAP tentang informed consent yang hidup/mati dipandang dari sudut hkum pidana. Yang
wajib memberikan penjelasan mengenai tujuan dan maksud kepada keluarga korban adalah penyidik yang
berwenang. Dalam pasal 134 KUHAP juga disebutkan apabila dalam dua hari tidak ada tanggapan
apapun dari keluarga terhadap pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, pasal 133 KUHAP ayat 3
dapat dijalankan.
-Pasal 136 KUHAP mengatur tentang biaya kasusu hidup atau mati yang ditanggung oleh negara demi
kepentingan penyidikan perkara pidana.
2. Pada kasus Korban mati yang telah dimakamkan memiliki dasar hukum dilakukannya exhumasi
terhadap pasal 135 KUHAP.
Terkait kerahasiaan hukum dan pidana berdasarkan pasal 170 KUHAP menjelaskan bahwa karena
pekerjaaan, harkat martabat, atau jabatan diwajibka menyimpan rahasia , dapat minta dibebaskan dari
kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan. Semua
keputusan ditentukan oeh hakim berdasarkan pertimbangan alas an yang diberikan sebelumnya.
Surat keterangan medik dan surat keterangan mati untuk penyidikan berdasarkan KUHAP UU No. 8
Tahun 1981 tentang permintaan keterangan dan keterangan medis.
Lembaran Negara NO. 350 Tahun 1937 mengatur mengenai visum et Repertum Staatsblad 1937 No. 350
pasal 1 menyatakan bahwa :
Visum et Repertum yang dibuat oleh dokter atas dasar sumpah jabatan atau sumpah khusus mempunyai
daya bukti dalam perkara pidana.
Legalitas prinsip yang harus diperhatikan diantaranya adalah bahwa penyidik dalam menangani kasus
korban mati harus menyaksikan, melihat, mencatat, dan memotret berbagai kasus yang ditangani penyidik
( harus ikut kedalam ruang periksa atau otopsi) terutama kasus kriminal
Secara etika atas dasar etika umum dan hukum terkait informasi dan komunikasi, tim medis yang
mencari informasi berdasarkan etika umum, etika hukum dan etika profesi medis yang meliputi, Sbb:
1. Keluarga pasien
2. Saksi
3. Wartawan dalam dan luar
4. Pihak penyidik
Untuk melakukan serah terima barang bukti diperlukan berita acara pidana(BAP) terutama mencakup:
Waktu (tanggal dan Jam), Identitas penyidik, identitas penerima, dan identitas barang bukti yang
diserahkan. BAP diserahkan dari penyidik ke tim medis. Identitas barang/ orang yang diserahkan ada
pada lampiran dan harus ditandatangani oleh penyidik dan tim medis.
Serah terima yang kedua adalah peneyrahan dari tim medis kepada tim penyidik yang semula
menyerahkan barang bukti.Penyerahan jenazah disertai surat kematian formulir A, untuk menerangkan
korban meninggal, dan sebagai informasi dan pemakaman yang kadang-kadang menjadi alat bukti
hukum.
Informasi kematian diserahkan kepada RT, RW, atau pihak kecamatan untuk pemakaman dan untuk
pembuatan akte kematian. Informasi kematian ke mass media harus berupa fotokopi surat kematian (tidak
diperbolehkan menyebarkan berita kematian tanpa surat bukti kematian yang sah). Informasi kematian
harus obyektif dan dilampirkan barang-barang milik korban saat diperiksa disertai laporan medis
sementara setelah pemeriksaan selesai dilakukan.
Laporan medis sementara untuk dilaporkan kepada polisi tercantum dalam BAP yang dibuat oleh
penyidik kepada keluarga, shingga tim medis menyerahkan kepada penyidik, kemudian penyidik
menyerahkan kepada keluarga.
Saksi ahli kedokteran forensik adalah saksi ahli yang betul-betul memeriksa korban/barang bukti/pasien.
Bila bukan demikian maka disebut saksi biasa. Saksi ahli memiliki dua dasar hukum, yaitu :
- Pasal 120 KUHAP yang berarti didepan penyidik , saksi ahli tidak disumpah, namun berpegangan
pada sumpah jabatan dan keilmuannya. Yang diminta oleh penyidik dijawab oleh dokter dan
dibuatkan berita acaranya.
- Pasal 186 KUHAP yang berarti didepan pengadilan, saksi ahli disumpah oleh hakim.
II. Pelayanan Kedokteran Forensik dalam sudut pandang kesehatan :
Yang menjadi alat bukti pidana dalam bentuk surat ialah :
1. BAP
2. Surat kematian
3. Rekam medis
4. Visum et Repertum
Secara operasional, dokter yang menangani harus memiliki kompetensi sesuai keahliannya masing-
masing. Dokter yang kompeten adalah dokter dari hasil pendidikan sampai lulus dan harus memiliki
ijazah. Harus memilik SIP/SIO(berdasarkan standart pelayanan kedokteran forensik dan protab dan
pembuatan harus urut dan sistematis ) dan surat izin tugas ( dari dekan, dll).
Semua pemeriksaan harus berdasaran indikasi medik, sedangkan diforensik harus berdasarkan indikasi
medis dan informed consent dari keluarga oleh penyidik.
Indikasi medis meliputi:
- Identifikasi
Berupa pengambilan darah, penentuan tanda-tanda intravital untuk pemeriksaan PA atau
toxicology dan penentuan saat kematian berdasarkan pemeriksaan thanatology atau parasitology.
- Odontology
- Anthropology untuk identifikasi berupa penentuan sidik jari dan labioskopi ( pencetakan bibir)