Etika Lingkungan Untuk Bisnis

35
LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI Makalah Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat Disusun Oleh: Riza Rizky Fitri 2015250973 Yoga Pradana 2015250975 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

description

Etika Lingkungan Untuk Bisnis

Transcript of Etika Lingkungan Untuk Bisnis

Page 1: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI

Makalah Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat

Disusun Oleh:

Riza Rizky Fitri 2015250973

Yoga Pradana 2015250975

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

Etika Lingkungan untuk Bisnis:

Pertarungan Kredibilitas, Reputasi, dan Keunggulan Kompetitif

30 tahun terakhir telah menjadi masa dimana terjadinya peningkatan harapan bahwa

bisnis ada untuk melayani kebutuhan para pemegang saham dan masyarakat. Banyak pihak yang

memiliki kepentingan dalam bisnis, aktivitasnya, serta dampaknya. Jika kebutuhan para

stakeholders ini tidak dipenuhi bukan tidak mungkin terjadi hal-hal yang akan merugikan

shareholders, dan para pekerja akan terjadi. Karena tidak dapat dipungkiri, keberhasilan suatu

bisnis dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari dukungan para stakeholders, seperti

shareholders, karyawan, pelanggan, kreditur, pemerintas, masyarakat sekitar, serta aktivis.

Dukungan untuk bisnis-bisnis secara umum tergantung pada kredibilitas yang oleh para

stakeholders tempatkan pada komitmen perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan

keunggulan kompetitif. Dengan menempatkan kredibilitas yang tinggi ini, stakeholders berharap

aktivitas perusahaan juga akan menghormati nilai-nilai serta kepentingan mereka.

Atau dengan kata lain, dengan menunjukkan respek terhadap nilai serta kepentingan

stakeholders dapat terlihat bahwa perusahaan memiliki etika yang baik. Sebagai konsekuensinya,

direktur perusahaan diharapkan untuk mengatur perusahaan mereka secara etis, yang berarti

mereka harus memperhatikan apakah para eksekutif, karyawan, dan agen bertindak secara etis.

Selain itu, perusahaan juga diharapkan untuk bertanggung jawab kepada stakeholders secara

transparan atau beretika. Penilaian kinerja sekarang meluas melampaui apa yang dicapai untuk

mencakup etis atau tidak hal tersebut dicapai.

Akibatnya, pemerintahan dan akuntabilitas rezim untuk bisnis menjadi jauh lebih peduli

dengan kepentingan stakeholder dan hal-hal etis. Direktur, eksekutif, dan akuntan profesional,

yang seringkali menghadi konflik kepentingan para shareholders secara langsung dan masyarakat

secara tidak langsung, harus mulai berhati-hati karna masyarakat kini telah memiliki ekspektasi

yang berubah terhadap perusahaan. Kepentingan perusahaan kini tidak lagi semata bagi kaum

intelektual namun juga harus memenuhi ekspektasi masyarakat terhadap nilai-nilai tradisional

yang ikut dipertimbangkan dalam pengambilan suatu keputusan.

Page 3: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

Praktik Bisnis yang Tidak Beretika

Bentuk masalah etika masih kerap kali terjadi dalam dunia bisnis, ada lima kategori untuk

mengklasifikasikan bentuk bentuk masalah etika ini, yaitu :

a. Suap (Bribery)

Adalah tindakan berupa menawarkan, membeli, menerima, atau meminta sesuatu yang

berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan

kewajiban publik. Suap bertujuan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli

pengaruh.Pembelian itu dapat dilakukan baik dengan membayar sejumlah uang atau

barang, maupun pembayaran kembali setelah transaksi terlaksana. Suap kadang kala tidak

mudah dikenali. Pemberian uang secara langsung dapat dikategorikan sebagai suap,

namun hadiah tidak selamanya disebut suap karna tegantung dari tujuan pemberiannya.

b. Paksaan (Coercion)

Adalah bentuk tekanan, batasan, atau dorongan yang dilakukan secara paksa dengan

menggunakan suatu kekuasaan atau ancaman. Contoh paksaan adalah ancaman kesulitan

kenaikan jabatan, atau pemecatan oleh atasan kepada bawahannya.

c. Penipuan (Deception)

Suatu tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau

melakukan kebohongan.

d. Pencurian (Theft)

Adalah tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil properti milik

orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa properti fisik atau

konseptual.

e. Diskriminasi tidak jelas (Unfair Discrimination)

Merupakan perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu hanya

berdasarkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan

untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang

beralasan antara yang disukai atau tidak.

Page 4: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

Tuntutan Masyarakat Terhadap Bisnis

Masalah etika yang kerap terjadi diatas juga menjadi salah satu alasan bagaimana

perubahan harapan publik terhadap suatu perusahaan dapat terjadi, berikut ini terdapat beberapa

faktor utama yang mengakibatkan terjadinya perubahan terkait harapan publik:

Fisik Kualitas udara dan air, keselamatanMoral Keinginan untuk keadilan dan kesetaraan di rumah

dan di luar negeriPenilaian yang buruk Kesalahan operasi, kompensasi eksekutifAktivis pemangku kepentingan Etika investor, kosumen, ahli lingkungan hidupRealita lingkungan Degenerasi alamEkonomi Kelemahan, tekanan untuk bertahan hidup, untuk

memalsukanPersaingan Tekanan globalPenyimpangan keuangan Banyak skandal, korban, keserakahanKegagalan tata kelola Pengakuan bahwa tata kelola dan penilaian risiko

etika merupakan suatu hal yang pentingAkuntabilitas Keinginan untuk transparansiSinergi Publisitas, perubahan suksesPenguatan hukum kelembagaan Peraturan baru lingkungan

a. Urusan Lingkungan

Kekhawatiran terkait pencemaran udara ini berfokus pada cerobong dan pipa asap

pabrik yang dapat menyebabkan iritasi dan gangguan pernafasan tidak hanya bagi para

pekerja namun juga bagi masyarakat sekitar.

Bentuk pencemaran lain yang sayangnya belum mendapat perhatian berbentuk

hujan asam, dan penipisan lapisan ozon. Baru-baru ini, disipasi lapisan ozon diakui

sebagai ancaman serius bagi kesejahteraan fisik kita semua. pelepasan CFC

(Chlorofluorocarbon) ke atmosfir yang dahulu dianggap sebagai refrigerant (bahan

pendingin) perumahan dan industri yang paling umum memungkinkan molekul CFC

“menyedot” molekul ozon.

Semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap bahaya yang dapat menimpa

mereka ini berbanding lurus dengan meningkatnya juga ekspektasi masyarakat terhadap

kepedulian perusahaan terhadap lingkungan.

Page 5: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

b. Sensitivitas Moral

Sensitivitas moral berkaitan dengan tekanan publik akan adanya suatu keadilan

dalam ketenagakerjaan. Bentuk ketidakadilan kerap kali terjadi pada tahun 1980 hingga

1990an. Usaha menghapuskan ketidakadilan ini mulai berhasil dengan telah terbentuknya

kini hukum, peraturan, kontrak dan kegiatan-kegiatan perusahaan.

Program-program kesetaraan upah mulai muncul untuk menyesuaikan

kesenjangan yang ada antara skala gaji untuk pria dan wanita. Tes narkoba untuk

karyawan telah jauh lebih hati-hati ditangani untuk meminimalkan kemungkinan temuan

palsu pada hasil tes. Semua ini adalah contoh dimana tekanan publik telah membawa

perubahan kelembagaan melalui legislatif atau pengadilan untuk kejujuran yang lebih dan

kesetaraan, serta berkurangnya diskriminasi, dan oleh karena itu, kebalikan dari

perubahan ini hampir tidak mungkin terjadi.

Kepekaan moral juga terjadi di isu-isu internasional maupun domestik. Kampanye

untuk memboikot membeli dari perusahaan yang terlibat dalam masalah mempekerjakan

anak dibawah umur atau buruh murah di negara-negara asing, sebagai contohnya, telah

membentuk suatu kode etik terkait penggunaan tenaga kerja bagi para pemasok.

c. Penilaian Buruk dan Aktivis

Para pemangku keputusan dalam suatu perusahaan adalah manusia yang juga

mungkin membuat kesalahan. Namun pihak-pihak terkadang tersinggung pada tahap ini

lalu mengambil tindakan agar para direktur dan manajemen menyadari bahwa tindakan

mereka tidak benar secara etis.

Masyarakat tidak segan menyerang instansi yang dinilai buruk. Sebagai contoh

adalah Produk Nestle di boikot di Amerika Utara dan Eropa untuk menghentikan

distribusi bebas serbuk formula bayi untuk para ibu di Afrika yang mencampurnya

dengan air yang terkontaminasi, sehingga membunuh bayi mereka. Atau seperti

perusahaan sepatu Nike yang diboikot karena mempergunakan tenaga kerja dibawah

umur. Para investor berpandangan bahwa investasi mereka seharusnya tidak hanya untuk

mendapatkan pendapatan namun juga untuk masalah-masalah etis.

d. Ekonomi dan Tekanan Persaingan

Perkembangan pasar global telah berhasil memberi kesempatan bagi perusahaan

untuk mendistribusikan produknya ke seluruh penjuru dunia. Restrukturisasi telah dilihat

Page 6: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

sebagai pendorong produkitivitas dan memungkinkan biaya yang lebih rendah dengan

tarif yang lebih rendah dari pekerjaan domestik. Oleh karena itu, diperlukan

restrukturisasi yang memungkinkan produktivitas yang lebih tinggi dan biaya yang lebih

rendah. mengingat persaingan yang lebih besar, volume yang lebih besar tentu akan

meningkatkan laba sehingga tekanan pada perusahaan tidak akan lebih rendah dari yang

telah dialami di masa lalu.

e. Skandal Keuangan: Kesenjangan Ekspektasi Dan Kesenjangan Kredibilitas

Krisis keuangan yang sudah berulang ulang terjadi tidak dipungkiri telah

mengecewakan masyararakat. Ketidak percayaan masyarakat terhadap integritas laporan

keuangan perusahaan menjadi salah satu buktinya. Istilah jurang harapan digambarkan

sebagai betapa berbedanya antara apa yang dipikirkan masyarakat akan mereka dapatkan

dalam laporan keuangan dan apa yang pada nyatanya diterima masyarakat.

Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa penyimpangan keuangan menimbulkan

krisis kepercayaan terhadap seluruh elemen perusahaan, baik pelaporan ataupun tata

kelola perusahaan. Masalah ini jelas menjadi salah satu masalah penting untuk

ditanggulangi agar tidak terus terjadi kedepannya.

f. Kegagalan Tata Kelola Dan Penilaian Resiko

Pemerintah menyadari penting untuk melindungi kepentingan publik, dimana

dewan direksi perusahaan telah memperkirakan penilaian dan meyakini bahwa risiko

yang dihadapi perusahaan telah diatur dengan baik, serta risiko etika kini telah menjadi

aspek kunci proses pencapaian tujuan perusahaan. Akan tetapi, dalam kasus Enron,

WorldCom, dan kasus-kasus lainnya, pengawasan oleh direktur perusahaan ternyata tidak

menyadari bagaimana kerakusan para bawahannya.

Reformasi tata kelola dianggap perlu untuk melindungi kepentingan umum.

Dimana direktur diharapkan untuk menilai dan memastikan bahwa risiko yang di hadapi

oleh perusahaan mereka telah dikelola dengan baik, risiko etika sekarang terlihat menjadi

aspek kunci dari proses. Reformasi tata kelola memastikan bahwa tidak akan terjadi

keterlambatan pada hal tersebut.

g. Peningkatan Akuntabilitas yang Diinginkan

Kurangnya kepercayaan pada proses kegiatan dalam suatu perusahaan

menimbulkan peningkatan keinginan transparantasi bagi pihak pihak yang menyangkut

Page 7: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

kepentingan investor dan stakeholders yang lain. Hal ini direspon langsung oleh banyak

perusahaan di dunia dengan menerbitkan informasi dalam web mereka terkait kinerja

CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan. Tren ini jelas ke arah peningkatan

laporan nonfinansial, yang sesuai dengan harapan masyarakat yang terus tumbuh.

h. Sinergi Semua Faktor Dan Penguatan Institusional

Hubungan faktor-faktor akhirnya berdampak pada ekspektasi publik terhadap

masalah etika. Masyarakat saat ini semakin sadar betapa pentingnya kontrol pada

perilaku perusahaan yang tidak etis. Kesadaran publik tersebut berimbas pada dunia

politik, yang menyatakan reaksinya dalam hal penyusunan hukum dan peraturan. Hal

tersebut akan mengakomodasi kesadaran publik dalam proses penguatan institusi dan

penegakan hukum.

Keinginan untuk standar global pengungkapan perusahaan, praktik audit, dan

keseragaman etika perilaku, para akuntan profesional telah menghasilkan standar

akuntansi dan audit internasional di bawah naungan Internasional Accounting Standards

Board (IASB) dan International Federation of Accountants (IFAC). Kreasi mereka

International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Kode Etik untuk Akuntan

profesional merupakan titik fokus untuk harmonisasi di seluruh dunia.

i. Hasil

Jelaslah bahwa harapan masyarakat telah berubah dengan ekspektasi lebih tinggi

dari para pelaku bisnis. Untuk merespons harapan ini, sejumlah pengawas dan penasehat

telah muncul untuk membantu atau mendesak masyarakat umum dan bisnis. Organisasi-

organisasi, seperti Greenpeace, Pollution Probe, dan Coaliation for Environmentally

Responsible Economies (CERES, sebelumnya bernama Sierra Club) sekarang mengawasi

hubungan bisnis dengan lingkungan.

Ekspektasi Baru Dalam Bisnis

Bentuk ekspektasi baru dalam dunia bisnis terbagi atas 3, yaitu :

1. Tugas Baru Dunia Bisnis

Perubahan ekspektasi publik telah menyebabkan perubahan dalam tugas-tugas di

dunia bisnis. Pada masa ini, keuntungan tidak semata keuntungan, namun perlunya

kesadaran perusahaan mengenai bagaimana cara memperolehnya, harus berdasarkan

Page 8: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

undang-undang dan etika yang berlaku dimasyarakat. Namun, sayangnya masih saja

banyak perusahaan yang hanya berfokus pada prinsip keuntungan murni sehingga

membahayakan kelangsungan perusahaan di jangka panjang.

Karena inilah diharapkan dimasa depan kesuksesan perusahaan akan tergantung

pada seberapa sanggup perusahaan menyeimbangkan profit dan kepentingan stakeholder.

Penilaian keberhasilan masa depan akan memperhitungkan apa yang telah dicapai dan

bagaimana cara mencapainya.

2. Kepemimpinan Baru dan Kerangka Transparansi

Berdasarkan analisis ini,perusahaan sukses akan dilayani dengan sangat baik oleh

mekanisme tata kelola dan akuntabilitas yang berfokus pada sebuah kumpulan hubungan

fidusia yang berbeda dan lebih luas dibandingkan dengan masa lalu.

Kesetiaan direktur dan eksekutif harus mencerminkan kepentingan para

stakeholders dalam hal pencapaian tujuan, proses, dan hasil. Tujuan dan proses tata

kelola juga harus mengarah pada perspektif yang baru, agar harapan masyarat dapat

terpenuhi.

3. Penguatan Aturan Untuk Profesional Akuntan

Ekspektasi publik akan kebenaran laporan kinerja perusahaan tidak lepas dari

profesional akuntan yang menyiapkan atau mengaudit laporan keuangan tersebut.

Profesional akuntan tersebut berfokus pada loyalitas kepada kepentingan publik dan

adoptasi prinsip independensi, penilaian, objektivitas dan integritas.

Tanggapan dan Perkembangan

1. Kejelasan Kepemimpinan dan Model Transparansi Stakeholder

Tren penting lain yang dikembangkan sebagai hasil dari tekanan ekonomi dan kompetitif

yang memiliki efek pada etika bisnis dan kepada akuntan profesional. Tren ini mencakup:

a. Memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan dan CEO

b. Pernyataan manajemen kepada pemegang saham terkait pengendalian internal,

dan

c. Perhatian penuh untuk mengelola resiko dan melindungi reputasi, meskipun

perubahan signifikan juga terjadi dalam pengelolaan organisasi, yang mencakup :

Page 9: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

i. Reorganisasi, pemberdayaan karyawan, dan penggunaan data elektronik,

dan

ii. Meningkatnya ketergantungan manajemen pada indikator kinerja non

keuangan.

Hasil dari perubahan terjadi adalah perusahaan mulai memberi perhatian lebih pada

bagaimana etisnya aktivitas perusahaan, dan untuk mengurangi terjadinya masalah etika.

Dari hal tersebut semakin terlihat jelas terlihat bahwa komando tradisional dan

pendekatan pengendalian dari atas ke bawah tidak lagi cukup dan perusahaan perlu

membuat lingkungan yang cocok untuk memelihara perilaku etika.

Gambar 1 : Peta Akuntabilitas Pemegang Saham

2. Manajemen Berdasarkan Nilai, Reputasi, dan Risiko

Dalam rangka menggabungkan kepentingan stakeholders ke dalam kebijakan,

strategi dan operasi perusahaan, direksi, eksekutif manajer, dan karyawan lainnya harus

memahami sifat kepentingan stakeholder mereka dan nilai-nilai yang mendukung

mereka.

Berbagai bentuk pendekatan telah dikembangkan untuk memeriksa berbagai

keperluan stakeholders seperti survey, fokus kelompok, dan pemetaan berdasarkan

stereotip. Hasil penyidikan terkait nilai-nilai dasar yang dihargai oleh para stakeholders,

nilai-nilai ini berbeda sedikit tergantung pada kelompok stakeholder, serta perbedaan

regional. Namun, kemajuan telah dibuat ke arah satu set hypernorms-nilai yang dihormati

Page 10: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

oleh sebagian kelompok atau budaya di seluruh dunia. Menurut Charles Fombrun, dari

Institut Reputasi, dapat dikategorikan dalam 4 hal, yaitu:

3. Akuntabilitas

Masalah yang terjadi dalam kasus Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom, telah

meningkatkan keinginan untuk laporan yang lebih relevan dengan berbagai kepentingan

stakeholder, lebih transparan, dan lebih akurat daripada sebelumnya.

Perbaikan yang diperlukan dalam integritas ,transparansi,dan akurasi telah

memotivasi diskusi di antara akuntan (professional) untuk mengenali sifat pedoman yang

seharusnya mereka gunakan untuk menyusun laporan keuangan,aturan-aturan atau

prinsip-prinsip.Kekurangan integritas,transparasi,dan akurasi jelas terdapat pada laporan

keuangan.

Keinginan untuk relevansi telah melahirkan gelombang dalam laporan,terutama

yang bersifat nonfinansial,dan telah disesuaikan dengan kebutuhan pemangku

kepentingan tertentu.

Etika Perilaku dan Perkembangan Dalam Etika Bisnis

Menanggapi adanya perubahan akuntabilitas bisnis dan pengambilan keputusan etis,

konsep dan istilah yang telah di pelajari selama berabad-abad oleh para filsuf mengenai etika

perilaku telah dikembangkan. Konsep tersebut antara lain :

1. Pendekatan Filosofis untuk Etika Perilaku

Berbagai filsuf di dunia memiliki teori etika terkait perilaku bisnis. Menurut

Aristoteles (Filsuf Yunani), berpendapat bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan dan

Page 11: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

kebahagiaan dicapai dengan menjalani hidup secara bijak. Immanuel Kant (Filsuf

Jerman) berpendapat bahwa orang akan beretika ketika mereka tidak lagi memanfaatkan

orang lain demi dirinya sendiri, dan tidak lagi bersifat munafik, dengan menuntut tinggi

dari orang lain, namun membuat pengecualian pada diri sendiri. John Stuart Mill (Filsuf

Inggris) menyatakan bahwa tujuan hidup adalah untuk memaksimalkan kebahagiaan dan

mengurangi ketidakbahagiaan. Yang terakhir, John Rawis (Filsuf Amerika) menyatakan

bahwa penting untuk mengatur masyarakat, agar tidak ada yang merasa adanya

ketimpangan keuntungan.

Berdasarkan teori diatas dapat dikatakan bahwa ada standar tinggi dalam perilaku

bisnis saat ini. Dengan adanya teori-teori ini diharapkan dapat memahami para petinggi

dalam perusahaan untuk memahami dasar dari etika bisnis dan bagaimana cara

bertanggung jawabnya secara sosial.

2. Konsep dan Persyaratan Etika Bisnis

Secara khusus,ada dua perkembangan yang sangat berguna dalam memahami

etika bisnis, serta bagaimana bisnis dan profesi bisa mendapatkan keuntungan dari

penerapannya yaitu konsep stakeholders dan konsep kontrak sosial perusahaan.

3. Pendekatan Untuk Pengambilan Keputusan Etis

Perkembangan akuntabilitas terhadap stakeholders dalam versi kontrak sosial

perusahaan yang terbaru telah menjadikan eksekutif bertanggung jawab untuk

memastikan bahwa keputusan mereka mencerminkan nilai etika yang diterapkan untuk

perusahaan, dan tidak mengabaikan hak-hak para stakeholder. Hal ini menyebabkan

perkembangan pengambilan keputusan etis yang menggabungkan kedua pendekatan

filosofis dan teknik praktis, seperti analisis dampak stakeholder. Prinsip-prinsip etika

yang dikembangkan oleh filsuf memberikan wawasan tentang dimensi kunci penalaran

etis. Pembuat keputusan harus memahami tiga pendekatan filosofis dasar:

konsekuensialisme, deontologi, dan etika moralitas.

Inisiatif Untuk Menciptakan Bisnis Berkelanjutan

Meningkatnya harapan untuk bisnis selalu berdampak pada tuntutan reformasi tata kelola

dan pengambilan keputusan etis. Penting bagi keberhasilan perusahaan untuk memahani harapan

etika. Sebuah perusahaan tidak dapat memiliki etika budaya perusahaan yang efektif tanpa etika

Page 12: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

kerja yang terpuji. Melalui tata kelola perusahaan (Good Coorporate Government), diharapkan

seluruh organ perusahaan mampu bertindak secara etis. Tata Kelola Perusahaan yang Baik

(Good Corporate Governance) adalah struktur dan proses yang digunakan dan diterapkan Organ

Perusahaan untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai

perusahaan bagi seluruh pemangku kepentingan, secara akuntabel dan berlandaskan peraturan

perundangan serta nilai-nilai etika.

Konsep dari GCG belakangan ini makin mendapat perhatian dari masyarakat karena

konsep ini semakin memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar para pemangku

kepentingan di dalam suatu organisasi konsep ini mencakup beberapa hal antara lain:

1. Hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya

2. Hak dan peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders)

lainnya

3. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu,

4. Transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan

5. Tanggungjawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan, kepada para

pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkrpentingan.

Konsep GCG sendiri muncul dilatar belakangi oleh maraknya skandal perusahaan yang menimpa

perusahaan-perusahaan besar, salah satu contohnya Endron WorldCom, KAP Arthur-Andersen.

Etika Lingkungan untuk Akuntan-akuntan Profesional

a. Peran dan perilaku

Efek dari terjadinya krisis di perusahaan-perusahaan besar membawa perubahan pada

perilaku para akuntan professional. Akuntan profesional harus meletakkan kesetiaan mereka

pada kepentingan umum, tidak semata untuk diri mereka sendiri, direktur atau manajer

perusahaan, ataupun para pemegang saham. Perubahan ini perlu dilakukan karna kredibilitas dari

para akuntan yang hampir hancur. Dibutuhkan reformasi, melalui peraturan, pengawasan yang

terstuktur serta standar internasional terkait kode etik perilaku akuntan profesional di seluruh

dunia.

Page 13: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

Apresiasi terhadap berlangsungnya arus perubahan dalam lingkungan etika untuk bisnis

merupakan hal yang penting untuk memahami suatu informasi tentang bagaimana akuntan

profesional harus menafsirkan kode profesi mereka sebagai karyawan perusahaan. Akuntan

profesional harus memastikan nilai-nilai etika mereka saat ini dan mereka siap untuk bertindak

mematuhi nilai etika tersebut serta menjaga kredibilitas profesi akuntan.

b. Tata Kelola

Globalisasi dan internasionalisasi telah berkembang dalam dunia usaha, pasar modal, dan

akuntabilitas perusahaan. Dalam profesi akuntansi, gerakan menuju harmonisasi secara global

dalam sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi dan audit yang berlaku umum (GAAP) dan (GAAS)

untuk memberikan efisiensi analisis bagi penyedia pasar modal dunia serta efisiensi komputasi

san audit di seluruh dunia. Akibatnya, ada rencana untuk menyelaraskan secara bertahap

sekumpulan GAAP yang dikembangkan oleh berbagai negara yang menjadi suatu rangkaian

umum yang berlaku di semua negara.

Selain itu, Federasi Akuntan Internasional (IFAC) juga sedang mengembangkan kode

etik yang bersifat internasional untuk para akuntan profesional, yang diharapkan nantinya kode

etik ini akan menjadi dasar perilaku dan pendidikan para akuntan dunia di masa depan. KAP juga

saat ini sedang mengembangkan standar audit global untuk melayani para klien, serta standar

perilaku untuk memastikan penilaian mereka independen, objektif, dan akurat.

c. Layanan yang di Tawarkan

Dalam lingkungan global baru-baru didefinisikan ulang, penawaran layanan nonaudit

kepada klien audit, yang merupakan isu perdebatan Arthur dalam bencana Enron, akan dibatasi

sehingga ekspektasi konflik kepentingan yang lebih ketat dapat dipenuhi. Para akuntan

profesional harus mewaspadai terjadinya konflik, di mana nilai-nilai dan kode profesional lain

yang mereka pekerjakan berbeda dengan profesi akuntansi.

Mengelola Risiko-risiko Etika dan Kesempatan/Peluang

Dampak meningkatkan harapan untuk bisnis pada umumnya, dan khususnya untuk

direktur, eksekutif, dan akuntan, telah membawa tuntutan reformasi tata kelola, pengambilan

Page 14: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

keputusan etis, dan pengelolaan yang akan mendapat manfaat dari pemikiran terkini tentang

bagaimana mengelola risiko etika dan peluang.

Para pengusaha yang telah berpengalaman menyadari bahwa krisis tidak dapat dihindari,

dan pendekatan manajemen krisis dikembangkan untuk melindungi perusahaan agar tidak

mengalami kehancuran reputasi yang lebih parah dari sebelumnya. Bahkan, jika aspek etika

dalam krisis dapat dikelola dengan baik, reputasi perusahaan bisa meningkat. Memasukkan etika

dalam manajemen krisis jelas dapat mengubah risiko menjadi peluang.

Studi Kasus Enron Corporation

Inter North merupakan perusahaan penyalur gas alam yang berbasis di Ohama. Pada

tahun 1985, Inter North mengakuisisi Houston Natural Gas. Dewan direksi Houston mengambil

kendali kegiatan perusahaan dan memindahkan kantor pusat ke Houston. Hingga akhirnya

perusahaan gabungan tersebut menggunakan nama yang lebih modern, yaitu Enron.

Enron muncul pada masa perusahaan pipa gas alam cukup sulit untuk berkembang. Pada

saat itu pemerintah sangat mengatur rantai distribusi dari produsen ke konsumen. Pemerintah

mengatur tingkat harga yang dibebankan perusahaan pipa kepada perusahaan utilitas lokal dan

yang dibebankan perusahaan lokal kepada konsumen eceran berdasarkan biaya plus. Pemerintah

mengubah peraturannya mengenai patokan harga gas alam untuk mendorong eksplorasi gas alam

dalam menanggapi krisis energi pada tahun 1970-an. Hal ini secara cepat menyebabkan

meningkatnya harga gas alam yang harus dibayarkan kepada produsen. Meskipun demikian,

harga eceran dijaga agar tetap rendah melalui peraturan pemerintah, dan perusahaan pipa

mengalami kesulitan untuk membeli seluruh gas alam yang mereka butuhkan untuk memenuhi

kebutuhan konsumen perusahaan lokal.

Gejolak harga bahan bakar merupakan risiko utama yang dihadapi oleh produsen gas dan

perusahaan lokal dalam pasar bebas. Hal tersebut menyebabkan kedua pihak menghindari

kontrak harga tetap jangka panjang, sehingga sebagian besar gas alam dijual dengan

menggunakan kontrak 30 hari.

Pada tahun 1990, Enron mulai memberikan jasa sebagai perantara, atau pencipta pasar,

untuk kontrak 30 hari tersebut. Disebut Gas Bank, aktivitas ini melibatkan perjanjian jangka

Page 15: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

pendek yang ditandatangani Enron untuk membeli gas dari beberapa produsen, menyatukan

kontrak-kontrak tersebut, dan kemudian menawarkan komitmen harga jangka panjang kepada

perusahaan lokal. Enron telah membuat langkah awal dalam melakukan transformasi aktivitis

perusahaan dari perusahaan pipa tradisional menjadi perusahaan jasa keuangan dan perdagangan.

Pada tahun 2000, Enron mengembangkan usahanya dengan menjadi pencipta pasar untuk

listrik, minyak, dan bahkan kertas. Harga saham perusahaan ini meningkat pesat pada Februari

2001, perusahaan ini bernilai $60 miliar, dan harga per lembar sahamnya $80, hal tersebut dipicu

oleh peningkatan pendapatan dan laba Enron. Fortune menamakan Enron “Perusahaan Amerika

yang Paling Inovatif” selama enam tahun berturut-turut. Enron, suatu perusahaan yang

menduduki rangking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan

merupakan perusahaan energi terbesar di AS yang kolaps dengan meninggalkan hutang sebesar $

31,2 milliar.

Kronologis Kasus Enron:

Adapun Kronologis yang didasarkan pada fakta, data dan informasi dari berbagai sumber

yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif, dan direktur non eksekutif)

membiarkan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan

dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di

akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan

bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.

2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing

secara total atas fungsi internal audit perusahaan.

a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner

KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.

b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.

c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.

3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan

mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko

Page 16: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil

evaluasi di putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.

4. Salah seorang eksekutif Enron dilaporkan telah mempertanyakan praktek akunting

perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan

hal tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron

menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas

kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk

mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan.

Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal

yang serius yang perlu diperhatikan.

5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga.

Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393

juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay,

menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat

baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus

(special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan

hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis dan reporter

kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata

berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh

CEO Enron.

6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke

pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang

perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan

pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained earnings) berkurang

dalam jumlah yang sama.

7. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk

penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron

(penghambatan terhadap proses peradilan).

8. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron.

Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.

Page 17: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

9. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor Enron pada pertengahan juni 2002,

sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir

pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.

10. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi

masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari

Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan.

11. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi $750 juta untuk

menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.

12. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan

KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di

Amerika.

13. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen

bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah

menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.

14. KAP Andersen terus menerima konsekuensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan

klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan

yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.

15. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk

melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen

mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk

suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.

16. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari

jabatannya.

17. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak

sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan

hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci di pengadilan bagi kasus

KAP Andersen dan Enron .

18. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai

presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.

19. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah

melakukan hambatan terhadap proses peradilan.

Page 18: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

Pembahasan Kasus

Kasus Enron dan KAP Arthur Anderson termasuk dalam praktik bisnis yang tidak

beretika, khususnya penipuan (Deception). Penipuan adalah suatu tindakan memperdaya,

menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan. Tindakan

Enron dan KAP Arthur Anderson yang termasuk dalam penipuan adalah sebagai berikut:

1. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393

juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. Nilai yang diperoleh tersebut

merupakan hasil manipulasi laporan keuangan. Diperlukan keahlian khusus dari para

profesional yang bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka,

sehingga selama bertahun-tahun kinerja keuangan perusahaan ini tampak tetap menarik

bagi investor. Dengan kata lain, telah terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara

manajemen Enron, analis keuangan, para penasihat hukum, dan auditornya.

2. Kenneth Lay selaku CEO Enron membujuk karyawan untuk membeli saham perusahaan

yang harganya sedang jatuh ($25 per lembar saham) dengan mengataan perusahaan

dalam kondisi sehat secara keuangan dan harga saham Enron “luar biasa murah”. Dengan

dibelinya saham Enron yang sedang jatuh, diharapkan harga saham perlahan naik. Ken

Lay menutupi kenyataan bahwa terdapat praktek akuntansi dan bisnis dalam perusahaan

yang tidak sehat. Hingga terkuak bahwa Enron memiliki beban hutang sebesar $1 miliar

yang berasal dari transaksi oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CEO Enron

sehingga menyebabkan harga saham turun secara drastis hingga $0,26 per lembar

sahamnya pada tanggal 30 November 2001. Dana pensiun Enron sebagian besar

diinvestasikan dalam bentuk saham Enron. Sementara itu harga saham Enron terus

menurun sampai hampir tidak ada nilainya. Hal tersebut tentu sangat merugikan bagi

investor dan karyawan.

3. Kenneth Lay menyatakan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek

yang sangat baik dan ia memilih untuk tidak menjelaskan secara rinci tentang

pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/ expense) sebesar $1

miliar yang menyebabkan hasil aktual pada periode tertentu, bila dilaporkan sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) akan menjadi kerugian sebsar

$644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1

Page 19: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron.

4. David Duncan, akuntan KAP Arthur Anderson menghancurkan dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan Enron yang sedang diselidiki untuk menghambat proses peradilan.

Departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Arthur Anderson bersalah, KAP

Andersen terus menerima konsekuensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien,

pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan

keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.

Masalah etika diatas juga menjadi salah satu alasan terjadi perubahan terhadap ekspektasi

masyarakat. Adapun kaitan antara kasus Enron dengan etika bisnis, jika dilihat dari ekspektasi

masyarakat terhadap bisnis dan akuntansi adalah sebagai berikut:

1. Financial Scandals: The Expectations Gap & the Credibility Gap

Kasus Enron dan KAP Arthur Anderson menyebabkan hilangnya kepercayaan

masyarakat akan integritas laporan keuangan. Manipulasi laporan keuangan yang

dilakukan keduanya membuat masyarakat percaya akan laba besar yang dibukukan oleh

Enron. Manipulasi laporan keuangan menyebabkan kerugian berbagai pihak yang

nilainya tidak sedikit. Nilai kerugian Enron diperkirakan mencapai $50 miliar. Sementara

itu, pelaku pasar modal kehilangan $32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus

kehilangan dana pensiun mereka tak kurang dari $1 miliar. Expectations Gap

digambarkan sebagai kesenjangan antara apa yang dipikirkan masyarakat atas laporan

keuangan dengan kenyataan dari laporan keuangan itu sendiri.

2. Increased Accountability & Transparency Desired

Skandal keuangan Enron membuat masyarakat menuntut peningkatan akuntabilitas dan

transparansi. Menanggapi itu pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX)

untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas

pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik.

3. Synergy among Factors & Institutional Reinforcement

Faktor-faktor yang saling berhubungan akhirnya berdampak pada ekspektasi publik

terhadap masalah etika. Masyarakat saat ini semakin sadar betapa pentingnya kontrol

pada perilaku perusahaan yang tidak etis. Kesadaran publik tersebut berimbas pada dunia

politik, yang menyatakan reaksinya dalam hal penyusunan hukum dan peraturan. Hal

Page 20: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

tersebut akan mengakomodasi kesadaran publik dalam proses penguatan institusi dan

penegakan hukum. Untuk mencegah kasus seperti Enron terulang kembali maka

pemerintah Amerika, American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), dan

International Federation Accountants (IFAC) membuat peraturan untuk menjamin

independensi auditor dan melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi

dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik.

Ringkasan:

The Corporation

The Corporation merupakan film documenter yang diproduksi di Canada pada tahun

2003 oleh Mark Achbar. Film ini diangkat dari buku karya Joel Bakan dengan judul yang sama.

Film ini digunakan sebagai materi kuliah tambahan untuk beberapa disiplin ilmu, seperti ilmu

pemerintahan, sejarah, filosofi dan etika, bisnis, ekonomi, huum, politik, media dan komunikasi.

Berikut ini merupakan ringkasan film The Corporation:

Korporasi telah mengalami peningkatan menjadi lembaga keuangan dunia yang paling

dominan. Korporasi memberi kehidupan, menentukan apa yang kita makan, tonton, kenakan,

kerjakan, dan lain sebagainya. Kita tidak dapat melarikan diri dari pengaruh budaya, simbol-

simbol dan ideologi yang sengaja diciptakan oleh korporasi. Kekuatan korporasi sungguh luar

biasa, mampu menampilkan dirinya agar terlihat hebat, bermanfaat, dan mulia bagi manusia.

Penyakit korporasi sejatinya sudah muncul sejak lama, jauh sebelum kasus Enron

muncul. Korupsi dan penyalah-gunaan (fraud) adalah dua contoh aksi yang lazim terjadi di

korporasi. Praktek spekulasi yang dimaksudkan untuk memengaruhi harga saham juga mewarnai

praktek korporasi, harga saham dalam waktu singkat melonjak tinggi, namun tiba-tiba turun

drastis.

Menjawab kekhawatiran masyarakat, pemimpin bisnis mencanangkan Corporate Social

Responbility, sebuah langkah baru untuk melakukan koreksi atas visi serakah di masa lalu.

Namun demikian, meski telah terjadi pergeseran paradigma, perilaku korporasi tidak banyak

banyak berubah. Korporasi tetap berperilaku sebagaimana mereka lakukan di pertengahan abad

19. Kasus Enron mencerminkan hal ini, korporasi menunjukkan karakter buruknya. Sayangnya

Page 21: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

perusahaan semacam Enron tidak hanya satu, Bakan mengatakan semua perusahaan publik

memiliki sifat serakah, meski pada korporasi sekelas Pfizer yang terkenal sangat murah hati, dan

memiliki program tanggung jawab sosial yang berhasil.

Korporasi terdiri dari sekumpulan orang, dan orang-orang ini membuat keputusan, tidak

semua orang yang bekerja di korporasi berperilaku buruk atau bersifat suka mengeksplorasi

orang lain. Di sisi lain, ada pemikiran dasar yang banyak dianut korporasi, bahwa tugas eksekutif

adalah mencari keuntungan semata untuk memenuhi kepentingan pemegang saham. Artinya,

value tertentu mendapat perhatian, di pihak lain justru diabaikan. Sayangnya yang selalu

mendapat perhatian penuh adalah segala sesuatu yang dapat mendorong terjadinya peningkatan

keuntungan.

Jika korporasi adalah manusia, maka korporasi merupakan seorang psychopath, selalu

mengutamakan kepentingannya sendiri dan tidak mampu merasakan kepentingan pihak lain

dalam berbagai konteks. Dr. Hare menyebut ada kesamaan sifat psychopathic yang ada pada

manusia dan korporasi. Beberapa sifat tersebut antara lain: tidak bertanggung jawab

(irresponsible), hanya karena ingin memuaskan sasaran korporasi semua orang harus

menghadapi resiko; mencoba untuk memanipulasi (manipulate) segala sesuatunya, termasuk

opini publik; dan merasa paling besar (grandiose), selalu menganggap dirinya nomor satu,

terbaik; tidak memiliki empathi (empathy) serta kecenderungan asosial (asocial tendency)

melengkapi sifat buruk korporasi. Selain sifat tersebut di atas, korporasi sering kali menolak

menerima tanggung jawab dari perbuatan yang dilakukannya dan tidak mampu menyesali diri,

jika korporasi melakukan kesalahan lebih baik membayar denda atas kesalahan yang

dilakukannya tersebut, dan terus melakukan kesalahan serupa di kemudian hari.

Akhirnya, korporasi berinterkasi dengan pihak lain hanya pura-pura belaka, tujuan utama

korporasi adalah untuk memresentasikan dirinya di hadapan publik sedemikian rupa sehingga

terkesan menarik namun pada kenyataannya tidak mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi di

dalam organisasi. Bagi korporasi, tanggung jawab sosial dapat diperankan sedemikian rupa

menyerupai sifat ini. Praktek semacam ini dicontohkan oleh Enron, yang akhirnya berujung pada

kebangkrutan akibat keserakahan, membanggakan diri sendiri mengabaikan saran orang lain, dan

melakukan tindak kriminal.

Page 22: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

Kejatuhan perusahaan–perusahaan besar dapat dilacak pada karakteristik umum

korporasi: obsesi kepada profit dan harga saham, keserakahan, kurangnya perhatian pada sesama,

mudahnya melanggar aturan hukum. Semua ini berakar pada budaya institusi, yang memberi

nilai tinggi pada kepentingan pribadi dan mengabaikan pertimbangan moral.

Page 23: Etika Lingkungan Untuk Bisnis

Daftar Pustaka

Leonard J. Brooks and Paul Dunn (2012). Bussiness & Professional Ethics for Directors,

Executives and Accountants, 6th edition

http://ainiueoo.blogspot.com/2013/06/makalah-etika-etika-lingkungan-untuk.html diakses pada 4

April 2015

http://www.slideshare.net/nastalisti/tugas-2-print-enron diakses pada 4 April 2015

http://memebali.blogspot.com/2013/03/etika-bisnis-dan-profesi-lingkungan.html diakses pada 4

April 2015

https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg-2/ diakses pada 6

April 2015

http://www.insteps.or.id/kuliah/Book%20Reading/The%20Corporation-1.pdf diakses pada 6

April 2015