etika klinik
-
Upload
muhammad-ulil-albab -
Category
Documents
-
view
17 -
download
0
description
Transcript of etika klinik
1. Manakah pernyataan berikut yang paling tepat terkait konsep etika?A. Pelanggaran kaidah yang disepakati merupakan sumber permasalahan utamanya.B. Cara profesi atau sesama anggota profesi menilai teman sejawatnya.C. Dimensi nilai dari keputusan dan tindakan yang dilakukan manusia.D. Seorang pribadi yang beretika identik dengan bermoral.E. Analisa terhadap keputusan moral dan perilaku.Pembahasan :karena etika menawarkan alat konseptual untuk mengevaluasi dan pedoman dalam pembuatan keputusan moral.2. Manakah pernyataan berikut mengenai konsep moral yang paling tepat?A. Cara profesi atau sesama anggota profesi menilai teman sejawatnya.B. Dimensi nilai dari keputusan dan tindakan yang dilakukan manusia.C. Upaya seseorang anggota profesi menilai kelayakan dirinya sendiri.D. Kriteria rasional bagi seseorang untuk menentukan keputusan.E. Seorang pribadi yang bermoral identik dengan beretika.Pembahasan :karena keputusan dan tindakan manusia dipengaruhi oleh kesadaran diri akan perilaku baik/buruk (moral) individu tersebut.3. Manakah asas etika berikut yang bermakna bahwa seorang dokter berkewajiban melakukan perbuatan baik tanpa pamrih?A. BeneficenceB. non-maleficenceC. primum non-nocereD. keadilanE. budi pekerti dan tingkah laku luhurPembahasan :beneficence ~ tindakan berbuat baiknon-maleficence ~ tidak berbuat yang merugikanprimum non-nocere ~ ungkapan bahasa latin yang artinya “First, do no harm”, ‘pertama, jangan merugikan’4. Apakah asas etika medik yg muncul pertama kali saat terjadinya hubungan dokter-pasien dan bahkan sebenarnya sudah ada sebelum hubungan dokter-pasien yg sesungguhnya terjadi?A. Berbuat baikB. KepercayaanC. Tidak membahayakanD. KemandirianE. OtonomiPembahasan :Karena orang sudah saling kenal dan memiliki hubungan (teman,sahabat,sodara,pacar,dan juga dokter-pasien, dan masih banyak lagi), jika bertemu kembali yang pertama kali muncul dalam diri kita masing-masing adalah kepercayaan.5. Seorang laki-laki 78 tahun menderita kanker ganas dan menghadapi banyak permasalahan psikologis bertanya kepada dokter yang merawatnya. “Dokter... saya ini sesungguhnya sakit apa?” Dengan maksud supaya pasien yang sudah tua dan menderita ini tidak semakin terbebani
secara psikologis maka dokter menjawab, “ Tidak papa pak...Bapak mengalami penurunan kesehatan saja. Tapi karena umur bapak sudah 78 tahun jadinya penyembuhan bapak tidak secepat yang masih muda. Sabar ya pak... saya akan berupaya maksimal. Bapak jangan lupa terus berdo’a. “ apakah aliran/paham/teori/pendekatan etika yg menjadi landasan cara dokter menjawab pertanyaan pasien tersebut?A. ImitasiB. DeontologiC. TeleontologiD. Hati nuraniE. OtonomiPembahasan :Teori-teori etika :· DeontologiEtika Deontologi, berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Menurut teori ini tindakan dikatakan baik bukan karena tindakan itu mendatangkan akibat baik, melainkan berdasarkan tindakan sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri. Contoh: manusia beribadah kepada Tuhan karena sudah merupakan kewajiban manusia untuk menyembah Tuhannya, bukan karena perbuatan tersebut akan mendapatkan pahala.· Teleologi / TeleontologiEtika Teleologi, berasal dari kata Yunani telos yang berarti tujuan, sasaran, akibat dan hasil. Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik dan membawa akibat yang baik dan berguna. Mengajarkan baik-buruk tindakan dilihat dr hasilnya atau akibatnya (D Hume, J Bentham, JS Mills). Lebih ke arah penalaran, pembenaran kepada asas manfaat.6. Apa salah satu dari asas kode etik kedokteran?A. AksiologiB. JusticeC. KualitarisD. AltruistikE. EudamonismePembahasan :Aksiologi ~ guna ilmu dan penerapannya (dalam filsafat ilmu)Justice ~ keadilanKualitaris ~ jenis ilmu yang bedasarkan teori/konsep yang mendasarAltruistik ~ sikap lebih mementingkan pasienEudamonisme ~ suatu teleologi yang dapat diartikan tindakan yang bertujuan mencari kebahagiaan hakiki.7. Manakah yg berkaitan dengan konflik antara individu dan peer-groupnya ?A. HukumB. NormaC. DisiplinD. EtikaE. MoralPembahasan :Hukum ~ Berkaitan dengan konflik antara individu dan masyarakat (publik) atau dengan peraturan atau dengan individu lain.
Norma ~Kebiasaan yg sudah diterima umum (kadang memiliki sanksi bila dilanggar).Disiplin ~ berkaitan dengan konflik antara individu dan peer-groupnya.Etika ~ Berkaitan dengan penalaran, pembenaran dan konflik moral diri pribadi, dalam membuat keputusan etis.Moral ~ kesadaran diri akan perilaku baik/buruk.8. Pada kasus di atas tampak dokter dalam berkomunikasi dengan pasiennya tidak menyampaikan seluruh kebenaran sesungguhnya kepada pasien dengan maksud untuk tidak menimbulkan keresahan. Apakah asas etika tersebut yang seakan-akan “dikorbankan”/ “dikatakan” / “diabaikan” oleh dokter hingga dokter memberikan jawaban seperti tersebut diatas?A. Truth tellingB. BeneficenceC. NonmaleficenceD. AutonomyE. Justice Pembahasan :Truth telling adalah berkata yang sejujurnya. Namun pada pernyataan yang terdapat pada soal diatas dokter tidak menyampaikan seluruh kebenaran kepada pasiennya agar tidak menimbulkan keresahan. Sehingga dokter tersebut mengabaikan asas etika Truth telling.9. Seorang dokter diwajibkan untuk tidak membahayakan kehidupan pasiennya, baik disengaja maupun karena kelalaian. Manakah asas etika berikut yang merupakan dasar pernyataan tersebut?A. AutonomyB. FidelityC. Truth tellingD. BeneficenceE. NonmaleficencePembahasan :Asas nonmaleficence adalah kewajiban untuk tidak melakukan hal-hal yang buruk/merugikan terhadap manusia. Sumber : philosophyofdoctor.blogspot.com10. Manakah pertanyaan berikut ini yang termasuk dalam kriteria asas beneficence?A. Menolong pasien emergensiB. Utamakan alturismeC. Menghindari misrepresentasi pasienD. Menjaga rahasia pribadiE. Menghargai hak sehat pasienPembahasan :Asas beneficence, kriteria :-utamakan alturisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban)-menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia-memandang pasien/keluarga dan sesuatu tak sejauh menguntung dokter-mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan keburukannya-paternalism bertanggung jawab/ kasih sayang
2.2.1 Beneficence
Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia, dokter
tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Perlakuan terbaik
kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah beneficence menegaskan peran
dokter untuk menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif
untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. Prinsip prinsip yang terkandung
didalam kaidah ini adalah;
Mengutamakan Alturisme
Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan
seorang dokter
Tidak ada pembatasan “goal based”
Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu
keburukannya
Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang
Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang
lain inginkan
Memberi suatu resep berkhasiat namun murah
Mengembangkan profesi secara terus menerus
Minimalisasi akibat buruk
Kaidah Benefince dalam kasus dokter Bagus
1. Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota.
Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri, hal ini
merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa yang
datang berobat karena puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada.
Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia
harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan pertolongannya.
(Paragraf 1).
Disini dokter bagus menunjukan bahwa ia melayani pasien tanpa mengenal batas waktu,
walaupun sebenarnya ia merasakan kelelahan, tetapi hal tersebut tidak meruntuhkan niatnnya
untuk menolong pasien dokter bagus juga rela berkorban demi orang lain.
Dalam kasus ini, dokter bagus telah menjalankan prinsip altruisme dalam kaidah Beneficence.
2. Setelah memeriksakan anak tersebut, dokter Bagus menyarankan agar anak tersebut
dirawat dirumah sakit yang berada dikota.(Paragraf 2).
Dapat kita lihat bahwa dokter bagus juga telah melakukan suatu tindakan yang
berhubungan dengan Kaidah Beneficence yaitu mengusahakan agar kebaikan atau manfaat lebih
banyak dibandingkan dengan keburukannya, dan meminimalisasi akibat buruk.
3. Dokter Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat
yang cukup. (Paragraf 2).
Disini dokter Bagus memberi perhatian penuh kepada pasien, dalam mengusahakan agar
kebaikan serta manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang akan diterima pasien.
4. “Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan cara
membuat air oralit pada ibu ini” kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)
Dapat dilihat jika dokter Bagus juga menjalankan prinsip Benefince yang ke 15 yaitu,
memberikan obat berkhasiat namun murah kepada pasiennya.
5. “Pak, yang hanya dapat saya lakukan adalah memberi obat obatan penunjang agar anak
bapak tidak terlalu menderita” kata dokter Bagus sambil menyerahkan obat kepada orang tua
pasien. (Paragraf 4).
Dokter bagus memberikan obat penunjang untuk meminimalisasi akibat buruk agar
pasien tidek terlalu menderita.
6. Sambil bersimbah peluh, dokter Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi
telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. (Paragraf 5). Disini dokter
Bagus menunjukkan sisi paternalisme penuh kasih sayang dan bertanggung jawab sebagai
seorang dokter dalam menangani pasiennya.
7. Demikianlah kegiatan sehari-hari dokter Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun dokter
Bagus mengabdi di desa tersebut dan kini usianya sudah memasuki 55 tahun, namun belum ada
sedikitpun dibenaknya dokter Bagus untuk mencari pendamping hidupnya, yang ada hanya
bagaimana mengobati pasien-pasiennya (Paragraf 7).
Disini dokter Bagus menunjukkan sisi altruisme, ia menolong dan rela berkorban demi
kepentingan orang lain, dan tidak mementingkan dirinya sendiri.
2.2.2 Non – Malficence
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi
pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan
harus diikuti. Non-malficence mempunyai ciri-ciri:
Menolong pasien emergensi
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien
Tidak memandang pasien sebagai objek
Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
Melindungi pasien dari serangan
Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
Menghindari misrepresentasi
Memberikan semangat hidup
Tidak melakukan white collar crime
Kaidah Non - Maleficence dalam kasus dr. Bagus:
1. Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah
satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk kedalam
mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru
dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dokter Bagus mendapatkan
telapak tangan pemuda tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada orang-orang yang
mengantar pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari
serombongan orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari
pemuda tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan
tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).
Disini dokter Bagus menunjukkan usahanya yaitu melakukan amputasi dalam hal untuk
meminimalisasi akibat buruk yang akan merugikan pasien, seperti kehilangan nyawa akibat
pendarahan.
2.2.3 Autonomi
Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia. Setiap individu
harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Dalam hal
ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomi
bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi
dirinya sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut:
Menghargai hak menentukan nasib sendiri
Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
Berterus terang menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Menghargai rasionalitas pasien
Melaksanakan Informed Consent
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk
keluarga pasien sendiri
Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien
Mejaga hubungan atau kontrak
Kaidah Autonomi dalam kasus dr. Bagus :
1. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat.
“Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan oralit untuk anak ibu, nanti ibu berikan
obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti
sore setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak
ibu”, kata dokter Bagus. (Paragraf 3).
Disini dokter Bagus menunjukkan bahwa setiap keputusan itu berada di tangan pasien,
dan dokter bagus tidak mengintervensi keputusan dari ibu tersebut. Dia juga tetap menjaga
hubungan atau kontrak dengan pasien, dengan berjanji akan mengunjungi anak dari ibu tersebut
2. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan
yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).
Disini dokter bagus berterus terang dan tidak berbohong demi kebaikan pasien itu sendiri.
3. Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan
pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk
kontrol. (Paragraf 5).
Dapat dilihat bahwa dokter Bagus sepenuhnya memberikan keputusan kepada pasien,
apakah dia mau dirawat atau tidak, dan dokter Bagus pun tetap menjaga hubungannya dengan
pasien melalui kontrol rutin yang dilakukannya.
4. Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya,
pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut. (Paragraf 6)
Dapat kita lihat juga dalam paragraph ini, bahwa dokter Bagus selalu menerapkan prinsip
prinsip yang ada didalam kaidah Autonomi. Dalam kasus ini, dokter Bagus menerapkan prinsip
ke 3, yaitu berterus terang kepada pasiennya.
2.2.4 Justice
Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakuan
sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat
ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan
kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter terhadap pasiennya. Justice
mempunyai ciri-ciri :
Memberlakukan segala sesuatu secara universal
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
Menghargai hak sehat pasien
Menghargai hak hukum pasien
Menghargai hak orang lain
Menjaga kelompok rentan
Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan
sebagainya
Tidak melakukan penyalahgunaan
Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil
Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat
Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan
Bijak dalam makroalokasi
Kaidah Justice dalam kasus dr. Bagus :
1. Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke puskesmas sudah ada 4 orang pasien yang
sedang mengantri. Dokter bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini
dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. (Paragraf 2).
Disini dokter Bagus menunjukkan keadilannya dalam menangani pasien, ia memeriksa
pasiennya secara teratur menurut nomor urut agar pemeriksaan berjalan dengan tertib, lancar dan
tidak membeda-bedakan pasien.
2. “Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan cara
membuat air oralit pada ibu ini” kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)
Dari percakapan dokter bagus diatas, dapat dilihat jika dokter Bagus menjalankan prinsip
Justice yang ke sepuluh, yaitu memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan
pasien
3. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan
terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. (Paragraf 5).
Di sini dokter bagus menjalankan prinsip Justice yang ketiga, yaitu memberi kesempatan
yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama.