ETIKA DALAM PERPAJAKAN.

14
ETIKA DALAM AKUNTANSI PERPAJAKAN Oleh Kelompok 11 : 1. Juvetty Anggraeny (2012-12- 064) 2. Evi Tiya Distiyana (2012-12- 116) 3. Nur Fauziah (2012-12-128)

description

etika profesional

Transcript of ETIKA DALAM PERPAJAKAN.

ETIKA DALAM AKUNTANSI

PERPAJAKAN

Oleh Kelompok 11 :1. Juvetty Anggraeny (2012-12-064)2. Evi Tiya Distiyana (2012-12-116)

3. Nur Fauziah (2012-12-128)

Akuntansi Perpajakan adalah Bidang Akuntansi yang mengkalkulasi, menangani, mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi perpajakan sehubungan dengan kejadian-kejadian ekonomi (transaksi) perusahaan”.

Peranannya dalam perusahaan adalah signifikan, yaitu :Membuat perencanaan dan strategi perpajakan (dalam artian

positif) Memberikan analisa dan prediksi mengenai potensi pajak

perusahaan di masa yang akan datang .Dapat menerapkan perlakuan akuntansi atas kejadian perpajakan

(mulai dari penilaian/penghitungan, pencatatan (pengakuan) atas pajak, dan dapat menyajikannya di dalam laporan komersial maupun laporan fiskal perusahaan.

Dapat melakukan pengarsipan dan dokumentasi perpajakan dengan lebih baik, sebagai bahan untuk melakukan pemeriksaan dan evaluasi.

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PAJAKAkuntan pajak mempunyai beberapa tanggung jawab kepada publik, melalui pemerintah. Tanggung jawab akuntan pajak adalah bukan untuk suatu kepalsuan dalam suatu kewajiban pajak. Suatu kewajiban pajak adalah suatu pernyataan atau deklarasi atas sanksi dari kecurangan yang berkaitan dengan perpajakan, serta informasi dari hasil penyajian laporan keuangan adalah benar, dan lengkap.Tanggung jawab utama praktisi pajak adalah sistem pajak. Suatu sistem pajak yang baik dan kuat harus terdiri dari entitas administrasi pajak, kongres, administrasi dan komunitas praktisi. Selain itu ketika secara umum menyetujui bahwa praktisi pajak mempunyai kewajiban atas kemampuan, loyalitas dan kerahasiaan klien, hal ini disebut juga tanggung jawab praktisi atas sistem pajak yang baik.

ETIKA AKUNTAN PAJAKDalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statement on Responsibilities in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai berikut:

SRTP (Revisi 1988) No.1: Posisi Pengembalian PajakSRTP (Revisi 1988) No.2: Jawaban Pertanyaan atas PengembalianSRTP (Revisi 1988) No.3: Aspek prosedur tertentu dalam menyiapkan PengembalianSRTP (Revisi 1988) No.4: Penggunaan Estimasi

SRTP (Revisi 1988) No.5: Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya disampaikan di dalam suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilanSRTP (Revisi 1988) No.6: Pengetahuan Kesalahan: Persiapan KembalianSRTP (Revisi 1988) No.7: Pengetahuan Kesalahan: Cara kerja administrasiSRTP (Revisi 1988) No.8: Format dan isi nasihat pada klien

KODE ETIK KONSULTAN PAJAK

Dalam hal kepribadian 

Konsultan Pajak Indonesia wajib: Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Patuh pada hukum dan peraturan perpajakan, serta menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan profesi Konsultan Pajak. Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi tinggi dan independen.Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi.

Konsultan Pajak Indonesia dilarang: Melakukan kegiatan profesi lain yang terikat dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri, kecuali dibidang riset, pengkajian dan pendidikan. Meminjamkan ijin praktik untuk digunakan oleh pihak lain. Menugaskan karyawannya atau pihak lain yang tidak menguasai pengetahuan perpajakan untuk bertindak, memberikan nasehat dan menangani urusan perpajakan

Sanksi atas pelanggaran kode etik profesiPasal 13 Kode Etik Konsultan Pajak menegaskan :

1. Sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik antar lain berupa : Teguran tertulis Pemberhentian sementara Pemberhentian tetap.

2. Sebelum sanksi yang tersebut pada ayat (1) di atas diberikan, anggota IKPI yang bersangkutan harus diberi kesempatan membela diri dalam rapat Majelis Kehormatan dan anggota tersebut dapat disertai oleh sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anggota IKPI lainnya sebagai pendamping

3. Dalam hal keputusan sanksi pemberhentian tetap, maka keputusan tersebut baru berlaku setelah yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk membela diri di depan Kongres

4. Keputusan Kongres merupakan keputusan final dan mengikat

Kompleksitas Aturan Perpajakan vs Tuntutan Klien

Berikut ini disajikan kasus yang mencerminkan kompleksitas aturan perpajakan vs tuntutan klien:

Jeratan Pajak Ganda pada Dividen

Secara teori Indonesia menganut klasikal sistem. Artinya, ada pembedaan subyek pajak. Yaitu subyek pajak badan dan subjek pajak perseorangan. Yang bermasalah dalam pajak deviden adalah terjadi economic double taxation. Pengertiannya, sebelum dividen dibagi kepada pengusaha, dia merupakan laba perusahaan yang dikenakan pajak, atau disebut pajak korporat. Namun, ketika dibagi lagi kepada pemegang saham di korporat, pemegang saham itu harus dikenakan pajak lagi. Inilah yang disebut sebagai pajak ganda. Sebagai perbandingan, Malaysia dan Singapura tidak lagi menggunakan pajak atas dividen. Mereka menggunakan kredit sistem. Yakni, pajak yang bisa dikreditkan kepada para pemegang saham di korporat. Sehingga, korporat hanya dimaknai sebagai sarana. Subyek pajak tetap melekat pada pribadi. Tak ada lagi pajak ganda yang membebani.

Sengketa Pajak

Kalau terjadi dispute, yakni hitungan wajib pajak (WP) dengan petugas pajak berbeda. Pada UU KUP 2000 kewenangan aparat Fiscus terlalu luas. Jika terjadi sengketa SPT, maka apapun yang akan dipakai adalah hitungan aparat pajak, dan hitungan itu harus dibayar lebih dahulu oleh WP sebesar 50 persen dari hitungan petugas pajak sebelum bisa dibawa kepada pengadilan pajak. Kalau hitungan WP yang dinyatakan pengadilan benar maka WP berhak menerima restitusi. Malangnya, uang restitusi itu kenyataannya tidak segera dibayarkan oleh Fiscus. Jika uang restitusi jumlahnya milyaran jelas saja mengganggu cash flow para pengusaha. Inilah persoalan yang menjadi momok dalam dispute antara WP dengan aparat pajak. Untungnya, dalam UU KUP 28/2007 perhitungan SPT ditentukan secara bersama-sama. Jika ada perbedaan klaim angka, maka yang lebih dahulu dipakai adalah klaim WP. Sebelum masuk ke pengadilan pajak, WP hanya cukup membayar sebesar 50 persen dari klaim hitungan WP sendiri.

Tarif Pajak yang tinggiKetua Tax Centre UI, Tafsir Nurchamid dan pengusaha Anton J Supit mengatakan bahwa tarif yang tinggi kalau diturunkan punya dampak pada seretnya penerimaan negara. Padahal disaat yang sama pendapatan negara itu sebagian besar ditujukan untuk membayar hutang dan obligasi rekap. Meskipun semestinya menurut Anton J Supit penerimaan dari pajak itu digunakan untuk membangun infrastruktur.Banyak kalangan perpajakan seperti Permana Agung, Gunadi, dan Haula Rusdiana mengatakan sebaiknya ada kebijakan untuk membuat tarif menjadi lebih rendah. Selain lebih kompetitif bagi dunia usaha, pajak yang rendah dianggap justru akan meningkatkan penerimaan negara karena semakin banyaknya potensi pajak yang terjaring. Satu triliun dari seratus orang jauh lebih baik ketimbang satu triliun hanya dari sepuluh pembayar pajak.Tarif yang tinggi membuat yang bayar menjadi sedikit. Sehingga membuat banyak orang yang lain lebih sering menghindar dan kucing-kucingan dengan petugas pajak. Dalam pikiran mereka, sekali Anda punya NPWP sampai mati Anda akan dikejar oleh aparat pajak. Prinsip ini membuat mereka kalau bisa selalu baku atur atau main belakang dengan fiscus.

KASUSLiputan6.com, Jakarta - KPK menetapkan mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo pada kasus dugaan korupsi dalam permohonan keberatan wajib pajak yang diajukan Bank Central Asia (BCA). Hadi dijerat dalam kapasitasnya sebagai Direktur Jenderal Pajak periode 2002-2004.

Terkait itu, Wakil Ketua KPK Busyro Muqqodas menjelaskan, pihaknya masih terus mendalami dan menelusuri penyidikan kasus tersebut. Termasuk menyasar pihak BCA sebagai pihak yang mengajukan permohonan keberatan.

"Nanti swastanya akan dikembangkan," kata Busyro di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (22/4/2014).

Dia menjelaskan, setelah dikembangkan, akan segera diketahui siapa pihak pemberi dari BCA kepada Hadi dalam permohonan keberatan wajib pajak tersebut. Tak menutup kemungkinan yang dimaksud pemberi tersebut adalah petinggi BCA.

"Setelah dikembangkan ketahuan swastanya siapa. Motifnya abuse kewenangan," ujar Busyro.Dalam kasus ini, Hadi diduga menyalahgunakan wewenangnya yang dianggap sebagai perbuatan melawan hukum. Hadi diduga memerintahkan Direktur Pajak Penghasilan (PPh) untuk mengubah hasil telaah dan kesimpulan Direktorat PPh terhadap permohonan keberatan wajib pajak yang diajukan BCA, yaitu dari awalnya ditolak menjadi diterima.

Adapun oleh KPK, Hadi disangka melanggar Pasal 2 ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP.

Seiring dengan penetapan sebagai tersangka, Hadi juga dicegah ke luar negeri. KPK telah mengirim surat pencegahan tersebut kepada Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM.

"Direktorat Imigrasi sudah melakukan pencegahan ke luar negeri terhadap Hadi Poernomo," ujar Kepala Humas Ditjen Imigrasi Heryanto di Jakarta.

Heryanto menyebut, pencegahan itu sudah dilakukan sejak Senin 21 April 2014 atau tepat saat Hadi diumumkan sebagai tersangka oleh Ketua KPK Abraham Samad. "(Pencegahan) berlaku sampai 6 bulan ke depan," kata Heryanto.(Shinta Sinaga)

Pembahasan :Mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo melanggar etika dalam perpajakan terkait kasus dugaan korupsi dalam permohonan keberatan wajib pajak yang diajukan Bank Central Asia (BCA). Hadi dijerat dalam kapasitasnya sebagai Direktur Jenderal Pajak periode 2002-2004.Dalam kasus ini, Hadi diduga menyalahgunakan wewenangnya yang dianggap sebagai perbuatan melawan hukum. Hadi diduga memerintahkan Direktur Pajak Penghasilan (PPh) untuk mengubah hasil telaah dan kesimpulan Direktorat PPh terhadap permohonan keberatan wajib pajak yang diajukan BCA, yaitu dari awalnya ditolak menjadi diterima.

prinsip-prinsip etika yang dilanggar adalah:1) Prinsip Integritas / Kejujuran Hadi Poernomo melanggar prinsip kejujuran karena diduga Hadi telah memerintahkan Direktur Pajak Penghasilan (PPh) untuk

mengubah hasil telaah dan kesimpulan Direktorat PPh terhadap permohonan keberatan wajib pajak yang diajukan BCA, yaitu dari awalnya ditolak menjadi diterima2) Prinsip independensi

Prinsip independensi berarti, seorang praktisi tidak mudah dipengaruhi dalam menjalankan tugasnya dan tidak

memihak kepentingan siapapun, yang bertentangan dengan prinsip integritas. Dalam hal ini Hadi telah melanggar prinsip tersebut karena dalam menjalankan tugasnya, Ia telah terpengaruh serta memihak kepentingan pihak lain (BCA)

3) Prinsip Perilaku / Tanggungjawab ProfesionalSetiap praktisi pajak, harus berperilaku yang konsisten

dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan citra profesinya. Dari sisi tanggung jawab

profesional, mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan tersebut menyalahgunakan wewenangnya yang dianggap

sebagai perbuatan melawan hukum, sehingga akan mengurangi kepercayaan masyarakat atas kinerja yang telah dilakukanserta telah merusak reputasi profesi.4) Prinsip Kepentingan Publik

BCA dan mantan ketua BPK melanggar prinsip ini atas kaitannya dengan penghindaran pajak yang seharusnya dipergunakan untuk kepentingan publik. Selain itu mantan ketua BPK juga telah menghianati kepercayaan publik.5) Obyektivitas

Dalam pemutusan permohonan keberatan pajak tidak bersifat obyektif dengan adanya benturan kepentingan dengan pihak BCA dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

Terima Kasih